MAKNA KEBAHAGIAAN DALAM BUKU LA TAHZAN KARYA ‘AIDH AL-QARNI
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi sebagai syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Disusun oleh: Siti Khadijah Zanuri NIM 12510044
PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
MOTTO
“Memikirkan kebahagiaan berarti memikirkan apa yang telah dan akan terjadi. Dan sampai batas tertentu, berfikir terlalu jauh itu bisa mengusik kebahagiaan itu sendiri”1 („Aidh Al-Qarni)
1
‘Aidh al-Qarni, Menjadi Wanita Paling Bahagia, terj. Akhmad Budhiyanto (Jakarta: Qisthi Press, 2004), hlm 198.
vi
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENELITI PERSEMBAHKAN UNTUK: ALMAMATER TERCINTA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA BAPAK DAN INAQ YANG TIDAK ADA HENTINYA MENDOAKAN PENELITI.
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Tiada dzat yang patut disembah selain hanya kepada Allah, hanya Kepada-Nya lah manusia berserah diri, meminta pertolongan, meminta ampunan, serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya berupa kehidupan. Namun, tidak lupa kita bersalawat serta salam kepada jujungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Kalau bukan berkat bimbingan beliau, kita tidak akan tahu bagaimana mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat berkat Agama yang telah dibawanya yaitu Agama Islam. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat mengenai Makna Kebahagiaan Dalam Buku La Tahzan Karya ‘Aidh Al-Qarni. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Kedua orangtua tercinta H. Ratinah, S. Pd. dan Hj. Nurmasnah yang tidak hentihentinya mendo’kan serta memberi dukungan kepada peneliti baik dalam bentuk materi maupun non materi. 2. Saudara-saudara saya, Kakak Nurul Hana’ dan Nur’aini Hidayati dan Adik Siti Zubaedah, Syarifatul Ma’wa dan Syari’atun Hasanah, tidak lupa keponakan tercinta Jiehan Lutfatinnisa dan Meicha Alfiana Kharinunnada serta seluruh keluarga tercinta Nenek, Kakek, Paman,Bibi dan kakak ipar yang selalu memberikan dukungan serta saran supaya menjadi pribadi yang lebih baik.
viii
3. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan para staf yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi. 4. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Dr. Alim Roswantoro,M.Ag. berserta Staf. 5. Ketua Program Studi Filsafat Agama Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M. Hum dan kepada Bapak Muh. Fatkhan S. Ag., M. Hum. selaku Sekretaris Program Studi Filsafat Agama. 6. Seluruh Dosen Program Studi Filsafat Agama yang senantiasa memberikan pelajaran tentang kebijaksanaan. 7. Bapak Novian Widiadharma, S. Fil. M. Hum. Selaku pembimbing skripsi. Yang selalu memberi motivasi, pengarahan, mengkritik dan memberikan pelajaran kebijaksanaan kepada peneliti. 8. Bapak Dr. Mutiullah. S.Fil. M. Hum. Selaku Penasehat Akademik. 9. Para guru yang mengajari peneliti di SDN 2 Darek, MTS Manhalul Ma’arif Darek, MA Manhallul Ma’arif Darek. Berkat kalian peneliti tidak akan bisa menjadi manusia yang berakhlak dan berilmu. 10. Sahabat kost wisma elite (Rizka Umami, Siti Maryam, Widi Setianinggrum, Yunistisa Ananda, Fitri Nurhayati, Lutfiana Mardatillah, dan Nabila Rizkia), yang selalu memberi palajaran serta kebersamaan yang tidak bisa dilupakan. Selama empat tahun bukan waktu yang singkat bagi peneliti untuk dapat memahami kalian, semoga kalian senantiasa diberikan kebahagiaan. 11. Sahabat saya Vina Mufti Azizah, Tiwi Mirawati, Kartini Mawaddah, Siti Maryam, Sulhiyah Hakim dan Lutfia Hakim, Hilya Zam-Zam, Aning Hikmatul Aliya dan Vina Aini Rofi’ah sahabat seperjuangan.
ix
ABSTRAK
Kebahagiaan merupakan tujuan hidup manusia. Sebab dalam kebahagiaan mengandung ketenangan yang begitu abadi bagi yang telah mendapatkan kebahagiaan. Objek material dalam penelitian ini adalah buku La Tahzan karya ‘Aidh Al-Qarni yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya ‘Aidh Al-Qarni dan implikasi makna kebahagiaan bagi kehidupan manusia menurut buku La Tahzan karya ‘Aidh Al-Qarni. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka yang bersifat kualitatif-deskriptif kemudian menggunakan pendekatan filosofis dalam metode pengumpulan data dan menggunakan metode deskriptif-Hermeneutika dalam pengolahan data. Dari penelitian ini, peneliti menemukan bahwa makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya ‘Aidh Al-Qarni adalah ketenangan jiwa, yaitu mendasarkan pada letak keimanan kepada Allah SWT. Keimanan yang dimaksud adalah dengan beriman sepenuhnya kepada Allah SWT dengan jalan yang diperintahkan dalam Al-Qur’an. Dengan Keimanan tersebut seseorang akan merasakan kebahagiaan abadi, yaitu ketenangan jiwa meskipun mendapat musibah, kematian, kesenangan ataupun bencana dari Allah karena dalam setiap musibah yang menimpa memiliki maksud dan tujuan yang baik bagi manusia. Adapun implikasi makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan bagi kehidupan manusia sekarang adalah sebagai wadah untuk memberi pencerahan/motivasi kepada manusia sekarang, supaya menjadi manusia yang beretika dan tidak tersesat oleh perkembangan zaman yang begitu pesat serta memberikan pengaruh yang positif bagi sesama manusia dan bagi kehidupan mahkluk Tuhan yang lainnya. Jika, manusia yang telah tertanam dalam hatinya ketenangan jiwaa maka apapun yang dilakukannya bisa mendatangkan nilai positif dalam dirinya maupun bagi orang lain.
Kata kunci: Kebahagiaan, buku La Tahzan, ‘Aidh Al-Qarni
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... iv HALAMAN PERNYATAAN BERJILBAB .................................................. v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. xv BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ................................. 6 D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7 E. Kerangka Teori ............................................................................. 10 F. Metode Penelitian ......................................................................... 16 G. Sistematika Pembahasan .............................................................. 18 BAB II : KONSEP KEBAHAGIAAN ............................................................ 20 A. Biografi Hamka ............................................................................. 23
xii
B. Konsep Kebahagiaan/ Bahagia Hamka ........................................ 24 1. Hakikat Manusia .................................................................... 24 2. Pandangan Tentang Kebahagiaan ........................................... 29 a. Bahagia dan Agama ................................................... 29 1) I’tikad ................................................................... 30 2) Yakin .................................................................... 31 3) Al-Iman ................................................................ 33 a) Iman Mutlak ................................................... 34 b) Iman Berkurang dan Iman Bertambah ........... 35 c) Iman dan Cobaan ............................................ 37 4) Agama .................................................................. 38 b. Bahagia dan Utama .................................................... 40 BAB III : ‘AIDH AL-QARNI DAN DESKRIPSI TENTANG BUKU LA TAHZAN ......................................................................................................... 44 A. ‘Aidh Al-Qarni ............................................................................. 44 1. Biografi ‘Aidh Al-Qarni ......................................................... 44 2. Karya-Karya ‘Aidh Al-Qarni ................................................. 46 3. Corak Pemikiran ‘Aidh Al-Qarni ........................................... 48 B. Deskripsi Tentang Buku La Tahzan ............................................. 59 BAB IV : KEBAHAGIAAN DALAM BUKU LA TAHZAN KARYA ‘AIDH ALQARNI ............................................................................................................. 67 A. Makna Kebahagiaan ...................................................................... 67 1. Kebahagiaan sebagai Ketenangan Jiwa .................................. 70
xiii
2. Ketenangan Jiwa dalam Keberimanan ................................... 74 a) Teori Hamka ..................................................................... 75 b) Teori ‘Aidh Al-Qarni dalam Buku La Tahzan ................. 80 B. Implikasi Makna Kebahagiaan dalam Buku La Tahzan Karya ‘Aidh Al-Qarni bagi Kehidupan Manusia ............................................... 82 1. Persoalan Manusia Sekarang .................................................. 82 2. Solusi ‘Aidh Al-Qarni dalam Menyikapi Persoalan Manusia Sekarang ................................................................................. 85 BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 90 A. Kesimpulan.................................................................................... 90 B. Kritik ............................................................................................. 91 C. Saran .............................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93 CURRICULUM VITAE ................................................................................. 96
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
Tidak ا
alif
Tidak dilambangkan dilambangkan
ب
ba’
b
Be
ت
ta’
t
Te
ث
sa’
s
Es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
Je
ح
ha’
h
Ha (dengan titik di atas)
خ
kha’
kh
Ka dan Ha
د
dal
d
De
ذ
zal
Ż
Zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
R
Er
ز
zai
Z
Zet
س
sin
S
Es
ش
syin
sy
Es dan Ye
xv
ص
sad
ṣ
Es (dengan titik di bawah)
ض
dad
ḍ
De (dengan titik di bawah)
ط
ta’
ṭ
Te (dengan titik di bawah)
ظ
za’
ẓ
Zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
Koma terbalik di atas
غ
gain
g
Ge
ف
fa’
f
Ef
ق
qaf
q
Qi
ك
kaf
k
Ka
ل
lam
l
El
م
mim
m
Em
ن
nun
n
En
و
wawu
w
We
ه
ha’
h
Ha
ء
hamzah
·
Apostrof
ي
ya’
y
Ye
Untuk bacaan panjang ditambah:
= ā, contoh:
= ū, contoh:
= i, contoh:
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembahasan mengenai kebahagiaan merupakan topik yang tiada henti-hentinya diperbincangkan orang, begitu rumit dan peliknya definisi tentang kebahagiaan dikarenakan setiap orang berbeda pendapat mengenai definisi kebahagiaan itu sendiri. Bagaimana cara mencapai kebahagiaan berbeda-beda cara dari setiap orang, ada dengan kekayaan (materi) atau dengan cara keagamaan. Kebahagiaan diartikan sebagai tujuan hidup manusia, sehingga banyak orang ingin mencapai yang namanya kebahagiaan meskipun dengan berbagai cara. Kebahagiaan, inilah tujuan hidup manusia. Setiap manusia mengejar dan memperjuangkan kebahagiaan. Peradaban manusia dengan segala pranata dan nilainya dibangun dengan tujuan mencapai kebahagiaan. Sekarang, teknologi sudah sedemikian canggih, ilmu pengetahuan sudah sedemikian modern. Apakah ini menjadi sumber kebahagiaan manusia: kemudian teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan, harta benda, prestise sosial, lalu cinta dari orang-orang terdekat, kesehatan, atau adakah lainnya?1
1
Teguh Wangsa Gandhi HW, Kitab Hidup, Patah Hati, & Kepedihan: Melengkapi Sejarah, Tragedi, & Kebahagiaan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm, 6.
1
2
Manusia pada kodratnya membutuhkan kebaikan, kesenangan yang berguna, namun juga membutuhkan kebahagiaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang atau bahkan sampai nanti setiap orang selalu berkata “ saya ingin hidup bahagia”. Tapi mereka sendiri tidak tahu tentang suatu yang dikatakannya, dan sesuatu yang menjadi tujuan dalam hidupnya dan sesuatu yang sebenarnya ada dalam diri mereka sendiri. Bahagia memang relatif, hingga wajarlah kalau para ahli pikir selalu berbeda mendefinisikan dan memberikan batasan tentang bahagia. Ada yang mengatakan bahwa bahagia itu identik dengan kesenangan dan kepuasan.2 Ada yang mengatakan bahagia adalah kekayaan. Ada yang mengatakan kebahagiaan ada pada kemasyhuran. Jadi, untuk berkata bahwa seseorang bahagia atau sesuatu dapat membahagiakan hidup, kita harus tahu lebih dahulu siapa yang berbicara masalah kebahagiaan itu sendiri.3 Kebahagiaan merupakan hal yang relatif, tergantung pada tujuan seseorang dalam kehidupannya. Apabila tujuan dalam kehidupannya adalah untuk mengumpulkan harta, meraih kekuasaan atau kenikmatan lainnya dalam kehidupan dunia, maka keberhasilannya meraih tujuantujuannya itu merupakan kebahagiaannya. Tetapi apabila tujuan dalam kehidupan ini untuk berpegang teguh pada keimanan, takwa dan amal
2
S. Ansory Al-Mansor, Jalan Kebahagiaan yang diridhai (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 117. 3 S. Ansory Al-Mansor, Jalan Kebahagiaan yang diridhai ..., hlm. 123.
3
saleh, agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan akhirat maka hal itu merupakan sumber ketentraman dan kebahagiaannya.4 Kebahagiaan merupakan tumpuan cita dan harapan dalam kehidupan, oleh sebab itu kebahagiaan menjadi sangat berharga, sehingga menjadi tujuan di setiap langkah perbuatannya.5 Setiap manusia sudah pasti berbeda pendapat mengenai apa makna dari kebahagiaan itu sendiri. Karena dalam setiap manusia mengalami empiris yang berbeda-beda. Seperti definisi kebahagiaan yang dijabarkan oleh „Aidh Al-Qarni dalam salah satu judul yang ada dalam buku La Tahzan yaitu “Apa Kebahagiaan Itu?”, sebagai berikut: Kebahagiaan adalah keriangan hati, karena kebenaraan yang dihayatinya. Kebahagiaan adalah kelapangan dada, karena prinsip yang menjadi pedoman hidup. Juga, kebahagiaan adalah ketenangan hati, karena kebaikan di sekelilingnya.6 Di kalangan pemikir Barat maupun Timur, sudah banyak yang mengkaji mengenai kebahagiaan dengan ciri khas pandangan mereka masing-masing. Dari pemikir barat, tokohnya seperti Aristoteles, Plato, Immanuel Kant, Hendrik Ibsen dan Leo Tolstoy. Sedangkan dari pemikir Timur atau Islam tokohnya seperti Al-Gazali, Ar-Razi, Ibn Maskawaiyh, Ibnu Khaldun, Al-Farabi dan Buya Hamka. Seperti yang kita lihat, pengertian kebahagiaan dari zaman ke zaman sudah berbeda-beda tergantung bagaimana konteks zaman. Seperti makna
4
Usman Najati, al-Qur‟an dan ilmu jiwa, ter. AhmaRofi‟ Usman (Bandung: Pustaka, 1997), hlm. 1. 5 Frans Magnis Suseno, Etika Dasar (Yogyakrata: Kanisius, 1990), hlm. 113. 6 „Aidh Al-Qarni, La Tahzan : Jangan Bersedih!, terj. Samson Rahman (Jakarta: Qisthi Press, 2004), hlm. 324.
4
kebahagiaan pada zaman klasik yaitu lebih menekankan pada ketenangan jiwa pada sang pencipta semesta alam, pada zaman pertengahan kebahagiaan adalah ketika kita berada pada ruang lingkup agama, pada zaman modern kebahagiaan diartikan suatu kebebasan dan materi. Dalam Eudaimonisme7, pencarian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan selurah aspek kemanusiaan suatu individu (aspek moral, sosial, emosional, rohani). Bagi para filsuf muslim, tujuan berfilsafat adalah mencapai kebahagiaan dengan menggunakan akal pikiran. Pernyataan ini seirama dengan pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara berpikir dan bertindak rasional karena lanjut Aristoteles berfikir dan bertindak rasional merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk-makhluk lain.8 „Aidh Al-Qarni dalam berbagai karyanya, menawarkan kiat-kiat seseorang dalam meraih kebahagiaan yang hakiki. Dalam pandangan „Aidh Al-Qarni, kebahagiaan bukanlah semata-mata terletak pada kepemilikan harta, kedudukan, atau jabatan. Begitu sebaliknya kehilangan sesuatu yang dicintai, gagal dalam meraih cita-cita bukanlah merupakan
7
Eudaimonisme adalah pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan segala tindak-tanduk manusia. 8 Imam Sukardi , Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi): Etape-Etape Sufistik-Filosofis Meniti Revolusi Hidup (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 85.
5
sebuah musibah yang harus ditangisi, dengan perasaan gelisah, sedih bahkan putus asa, menurutnya kebahagiaan terletak pada jiwa orang yang beriman dan beramal soleh.9 Dalam aspek rohaniah, agama sangat berperan dalam kebahagiaan manusia. Seperti yang diterangkan „Aidh Al-Qarni bahwa keimanan seseorang terhadap Tuhan-Nya adalah penentu kebahagiaan seseorang di dunia dan akhirat.
Orang-orang yang sesungguhnya paling sengsara adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kepedihan, kemungkaran, dan kehinaan.10 Tak ada sesuatu yang dapat membahagiakan jiwa, membersihkannya, menyucikannya, membuatnya bahagia, dan mengusir kegundahan darinya, selain keimanan yang benar kepada Allah s.w.t., Rabb semesta alam. Singkatnya, kehidupan akan hambar tanpa Iman.11 Pada hakikatnya tujuan hidup manusia adalah untuk melakukan penyembahan secara sungguh-sungguh kepada dzat yang Maha Agung (Allah SWT) agar hidupnya menjadi terarah, jelas dan mantap, bukankah pada setiap manusia menginginkan hidupnya bahagia. Karena kebahagiaan adalah hak setiap manusia baik di dunia maupun di akhirat. Alasan peneliti mengambil tema makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan
karya
„Aidh
Al-Qarni
adalah
bagaimana
menemukan
pandangannya tentang kebahagiaan, bagaimana cara mendapatkan
9
„Aidh Al-Qarni, La Tahzan : Jangan Bersedih!, terj. Samson Rahman...., hlm. 178-179. „Aidh Al-Qarni, La Tahzan : Jangan Bersedih!, terj. Samson Rahman..., hlm. 25. 11 „Aidh Al-Qarni, La Tahzan : Jangan Bersedih!, terj. Samson Rahman..., hlm. 26. 10
6
kebahagiaan itu sendiri yang dapat dikontekskan dalam kehidupan manusia sekarang. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti akan meneliti tentang makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh AlQarni? 2. Apa implikasi makna kebahagiaan bagi kehidupan manusia dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah: 1. Menjelaskan Bagaimana makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. 2. Menjelaskan implikasi makna kebahagiaan bagi kehidupan manusia dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. Sedangkan kegunaan Penelitian ini ialah: 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi peneliti atau pembaca dalam memahami makna kebahagiaan menurut buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni.
7
2. Memberikan sumbangan kepustakaan tentang kehidupan manusia khususnya yang berkenaan dengan kebahagiaan. 3. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. D. Tinjauan Pustaka Masalah kebahagiaan tiba-tiba semakin terasa dipertanyakan oleh manusia pada dunia modern, sebagian orang menduga dengan mudahnya berbagai fasilitas hidup akibat kemajuan teknologi modern, manusia akan dihantar ke gerbang kebahagiaan hidup. Tetapi anggapan itu ternyata jauh dari kebenaran, bahkan penyakit gangguan kejiwaaan akibat implikasi dunia modern semakin banyak.12 Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka peneliti perlu mengemukakan penelitian atau buku yang membahas mengenai kebahagiaan. Sejauh pengetahuan peneliti khususnya dari Program Studi Filsafat Agama, peneliti menemukan beberapa penelitian tentang kebahagiaan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Riza Umami dengan judul Kebahagiaan Menurut Bhagavad-Gita (2006),13 hasil penelitian ini adalah bahwa Bhagavad-Gita memiliki peran yang sangat sentral di kalangan penganut Hinduisme, sejajar dengan peran al-Qur‟an dalam Islam atau perjanjian Baru bagi umat Kristen. Bhagavad-Gita terdiri dari delapan belas percakapan, namun inti ajarannya ada tiga, yaitu tentang 12
Umar Hasyim, Menuju Kebahagiaan (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 13. Riza Umami, Kebahagiaan Menurut Bhagvad-Gita, skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2006. 13
8
pengetahuan sejati (Jnana Yoga), bertindak tanpa orientasi hasil (Karma Yoga), dan cinta kasih; tindakan sebagai persembahan kepada Tuhan (Bakti Yoga), kesemuanya itu merupakan pedoman bagi manusia untuk meraih kebahagiaan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Abidin dengan judul Kebahagiaan Menurut „Aidh Abdullah Al-Qarni (2007),14 melalui penelitiannya ini, ia menemukan bahwa teori kebahagiaan Al-Qarrni mendasarkan pada adanya sebuah “penerimaan” terhadap segala yang terjadi atas dirinya. Sikap menerima ini bukan pasrah tanpa usaha, tetapi diwujudkan dengan perasaan selalu berbaik sangka kepada Allah, serta membulatkan hati dan pikirannya, bahwa apa yang telah Allah beri kepadanya merupakan pilihan yang terbaik baginya. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Qusyairi dengan judul Konsep Kebahagiaan Menurut Al-Gazali (2015),15Melalui penelitian ini, peneliti menyimpulkan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat manusia harus mengenal Tuhan dan dirinya, agar dalam mengarungi kehidupan di dunia manusia tidak mengikuti hawa nafsunya serta mengikuti ajaran-ajaran Tuhan yang dibawa oleh Rasulullah yang ada dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Dari Prodi Kependidikan Islam, peneliti menemukan penelitian yang dilakukan oleh Cintya Dewi Waluyo dengan judul Pengembangan
14
Zaenal Abidin, Kebahagiaan Menurut „Aidh Abdullah Al-Qarni, skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007. 15 Ahmad Qusyairi, Konsep Kebahagiaan Menurut Al-Gazali, skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015.
9
Kesadaran Diri Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam ( Telaah Buku La Tahzan Karya „Aidh Al-Qarni) (2016)16. Dari Penelitiannya ini mengambil kandungan buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni sebagai fondasi dalam penelitiannya. Sehingga tujuan dari penelitiannya adalah: (1) menjelaskan konsep kesadaran diri dalam buku La Tahzan; (2) menjelaskan metode pengembangan kesadaran diri; (3) menganalisis relevansi pengembangan kesadaran diri dengan pendidikan Islam. Buku yang berjudul Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi): Estape-Estape Sufistik-Filosofis Meniti Revolusi Hidup, yang ditulis oleh Imam Sukardi. Yang membahas menganai hasil penelitian penulis terhadap Al-Farabi, ketika dia berbicara mengenai etape-etape yang mutlak ditempuh oleh manusia dalam menggapai puncak hidupnya, yakni kebahagiaan , terutama dalam buah mahakaryanya Tahsil as-Sa‟adah daan Tanbih „ala Sabil asSa‟adah.17 Buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan karya Haidar Bagir, yang berisikan hasil pengalaman beliau dan renungan tentang Islam sebagai agama cinta kebahagiaan. Hanya beberapa buku saja yang peneliti dapat paparkan, karena banyak buku yang membahas tentang kebahagiaan. Pembahasan mengenai kebahagiaan tidak akan henti-hentinya dibahas oleh berbagai kalangan baik itu yang beraliran tasawwuf, pemikir Barat maupun Timur. 16
Cintya Dewi Waluyo, Pengembangan Kesadaran Diri Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam ( Telaah Buku La Tahzan Karya „Aidh Al-Qarni), Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016. 17 Imam Sukardi, Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi): Etape-Etape Sufistik-Filosofis Meniti Revolusi Hidup..., hlm. xiv.
10
Hasil kajian pustaka di atas menunjukan bahwa penelitian dengan objek kebahagiaan telah beberapa kali dilakukan. Namun penelitian dengan mencari makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni belum pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti merasa penting dan menarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Makna Kebahagiaan Dalam Buku La Tahzan Karya „Aidh Al-Qarni”, sehingga peneliti mempunyai kesempatan untuk mengkaji dan mendeskripsikan secara lebih lanjut. Sebab, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. E. Kerangka Teori Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni sebagai sumber utama yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Samson Rahman kemudian diberi judul La Tahzan : Jangan Bersedih!. Dalam buku La Tahzan ini „Aidh Al-Qarni membagi tulisannya dengan tema-tema bahasan yang berjumlah 349 judul. Di dalam tema bahasannya tersebut, „Aidh Al-Qarni menyertakan dalil-dalil dari AlQur‟an dan Hadits yang sesuai tema setiap bahasan. Selain itu menukilkan berbagai pemisalan, kisah yang penuh „ibrah dan mengandung pelajaran berharga, serta bait-bait syair yang memiliki kekuatan, kutipan-kutipan dari perkataan para bijak bestari, dokter, dan sastrawan. Meskipun
dalam
buku
La
Tahzan
sendiri
lebih
banyak
menenerangkan mengenai cara mengatasi kesedihan dalam hidup dengan
11
berpatokan pada Al-Qur‟an dan Hadis. Namun peneliti mencoba mengambil makna kebahagiaan yang terselip di dalam isi buku La Tahzan. Kebahagiaan yang dijabarkan oleh „Aidh Al-Qarni dalam bukunya yang berjudul La Tahzan, bahwa kebahagiaan adalah keriangan hati, karena kebenaraan yang dihayatinya. Kebahagiaan adalah kelapangan dada, karena prinsip yang menjadi pedoman hidup. Juga, kebahagiaan adalah ketenangan hati, karena kebaikan di sekelilingnya.18 Kebahagiaan adalah salah satu masalah pokok dalam filsafat moral (etika), ada berbagai teori yang bisa kita temukan dalam filsafat moral yaitu di antaranya ada tiga teori. Tiga teori itu adalah hedonisme19, teori pengembangan diri dan utilitarianisme20. Perbedaan antara hedonisme dan teori pengembangan diri adalah bahwa hedonisme mau mencapai kebahagiaan dengan cara nikmat, sedangkan teori pengembangan diri justru menyangkal bahwa dengan cara itu kebahagiaan dapat tercapai.21 Teori ketiga menuntut agar kebahagiaan diusahakan bagi semua orang yang terkena oleh akibat tindakan kita. Bukan hanya dalam filsafat moral saja kebahagiaan diartikan dalam beberapa teori namun dari kalangan pemikir Barat maupun Timur memiliki teori tersendiri mengenai kebahagiaan. 18
„Aidh Al-Qarni, La Tahzan : Jangan Bersedih!, terj. Samson Rahman..., hlm. 324. Hedonisme adalah teori dalam etika yang menyatakan bahwa kesenangan atau akibatakibat yang menyenangkan secara intriksik adalah baik. Kesenangan atau kebahagiaan adalah satu-satunya tujuan daari tindakan manusia. 20 Menurut John.S. Mill, Utilitarianisme menggunakan kemanfaatan (utility) atau kebahagiaan yang besar (the greatest happiness) sebagai dasar moralitas. Menurut dasar itu suatu tindakan adalah benar jika cendrung untuk menambah kebahagiaan dan salah jika cenderung untuk menimbulkan kebalikan dari kebahagiaan. 21 Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 113. 19
12
1. Plato (427-347 SM) Menurut Plato, filsuf besar murid Sokrates berpendapat bahwa kebahagiaan sejati dapat diperoleh jika orang mencapai Ide Kebaikan. Ide Kebaikan secara universal menciptakan segala hal yang indah dan benar, merupakan induk dan tambang cahaya di dunia ini, serta sumber kebenaran dan akal. Ide Kebaikan juga merupakan sumber nalar, kebenaran, dan nilai tujuan moral. Dengan mencapai Ide Kebaikan, akan menciptakan kebenaran dan kebaikan absolut yang tunggal, yang melapangkan jalan menuju Tuhan.22 Untuk sampai kepada Ide Kebaikan, menurut Plato, orang harus terusmenerus mengasah budinya, sehingga ia sampai kepada budi filsafat. Cara mengasah budi itu adalah dengan berupaya mempertinggi pengetahuan dan pengertian. Sebagaimana lebih dahulu diajarkan oleh Sokrates, guru Plato. 23 2. Aristoteles (384-322 SM) Dalam bukunya Ethics, Aristoteles banyak membahas mengenai kebahagiaan. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa yang baik adalah kebahagiaan, yang merupakan aktivitas jiwa. Aristoteles mengatakan bahwa Plato benar ketika memilah jiwa menjadi dua bagian, yang satu rasional, dan yang lain irasional.24
22
T.Z. Lavine, Petualangan Filsafat: Dari Socrates ke Sartre, terj. Andi Iswanto dan Deddy Andrian Utama (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002), hlm. 39. 23 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1980), hlm. 106-107. 24 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 234.
13
Menurut
Aristoteles
tujuan
tertinggi
hidup
manusia
adalah
kebahagiaan (eudaimonia). Yang dimaksud dengan kebahagiaan suatu keadaan dimana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi bukan sebagai kebahagiaan subyektif.25 Menurut Aristoteles, “bentuk” manusia terdiri dari jiwa, yang mempunyai bagian yang menyerupai tanaman, bagian binatang, dan bagian
rasional.
Manusia
dapat
mencapai
kebahagiaan
dengan
memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecakapannya. Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa ada tiga bentuk kebahagiaan. Bentuk pertama, kebahagiaan adalah hidup senang dan nikmat. Bentuk kedua, adalah menjadi warga negara yang bebas dan bertanggung jawab. Bentuk ketiga, adalah menjadi seorang ahli pikir atau filsuf. Aristoteles selanjutnya menekankan bahwa ketiga kriteria itu harus ada pada saat yang sama agar manusia dapat menemukan kebahagiaan dan kepuasan.26 Adapun menurut Aristoteles, bahwa kebahagiaan dipandanganya sebagai “barang yang tertinggi dalam penghidupan”. Menurut dia, kebaikan bukan untuk kebaikan melainkan kebaikan untuk merasai kebahagiaan. Bahagia seharusnya menimbulkan kesenangan jiwa. Ini
25
Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras, 2009) hlm. 75. Jostein Gaarden, Dunia Sophie : Sebuah Novel Filsafat, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 2012), hlm. 191. 26
14
tercapai dengan kerja pikiran. Kerja pikiran tidak untuk diluar yang dilakukan melainkan untuk diri sendiri.27 Kemudian Aristoteles mengatakan bahwa kebahagiaan bersumber dari aktivitas utama, dan kebahagiaan yang sempurna bersumber dari aktivitas yang terbaik, yang bersifat pemikiran. Berfikir lebih utama daripada perang, politik, atau kegiatan praktis lainnya, sebab berfikir mensyaratkan kesenggangan, dan kesenggangan penting untuk mencapai kebahagiaan. Keutamaan praktis hanya menghasilkan kebahagiaan jenis kedua; kebahagiaan tertinggi tercapai berkat kegiatan akal, sebab akal, lebih dari segala hal lainnya, adalah hakikat manusia. Manusia tak sepenuhnya kontemplatif, namun sejuh ia kontemplatif maka ia mengambil bagian dalam kehidupan ilahi. “Aktivitas Tuhan, melampaui segala hal lainnya dalam kebahagiaannya, pastilah kontemplatif. Di-antara semua umat manusia, aktivitas seorang filsuflah yang paling menyerupai Tuhan, dan karenanya adalah yang paling bahagia dan terbaik.28 3. Al-Ghazali (1059 M) Menurut
Al-Ghazali
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Kimia
Kebahagiaan”. Al-Ghazali memberikan resep tentang bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan di akhirat, yaitu dengan melalui jalan pengetahuan. (1) pengetahuan tentang diri: (2) pengetahuan tentang Tuhan; (3) pengetahuan tentang dunia; (4) pengetahuan tentang akhirat.
27
Hamzan Ya‟qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin (Tashawwuf dan Taqarrub) (Jakarta: CV Atisa, 1992), hlm, 83. 28 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang..., hlm. 244.
15
Dalam literatur lain, Al-Gazali berpendapat bahwa “Bahagia dan kelezatan yang sejati, ialah bilamana dapat mengingat Allah.” Kata beliau seterusnya, “ ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu ialah bila kita merasakan nikmat kesenangan dan kelezatannya. Dan, kelezatan itu ialah menurut tabiat kejadian masing-masing, maka kelezatan ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain di tubuh manusia, adapun kelezatan hati ialah teguh ma‟rifat kepada Allah, karena hati itu dijadikan untuk mengingat Tuhan.”29 4. Hamka (1908-1981) Menurut Hamka agama itu tidak melarang orang berfikir, bahkan agamalah yang membukakan pintu fikiran, menyuruh menjalankan akal dan pendapat di dalam segala perkara, dari hal yang alam dan dari hal manusia, bekas ni‟mat dan anugerah kekuasaan yang gaib. Maksud agama ialah merentangkan jalan, sedang pikiran ialah untuk membandingkan dan menimbang.30 Menurut Hamka, jalan yang mudah untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan agama. Menurutnya, maka tidaklah susah mencapai bahagia menurut agama kalau telah mencapai empat perkara yaitu : I‟tikad yang bersih, Yakin, Iman dan Agama.31
29
Hamka, Tasauf Modern (Jakarta: Republika, 2015), hlm. 14. Hamka, Tasauf Modern...,hlm. 51. 31 Hamka, Tasauf Modern...,hlm. 51. 30
16
Dari berbagai pandangan di atas peneliti mencoba mengambil teori kebahagiaan menurut Hamka sebagai tolak ukur terhadap pandangan kebahagiaan menurut „Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan. F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian kepustakaan
yang bersifat kualitatif dan deskriptif, yaitu peneliti mengambil data-data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan tema skripsi ini. Dari data yang terkumpul, akan dilakukan telaah secara deskriptif-analitiseksplanatoris. Penelitian ini berusaha mendapatkan deskripsi makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. Setelah mendapatkan deskripsi mengenai makna kebahagiaan kemudian dianalisis sedemikian rupa untuk mendapatkan penjelasan tentang kebahagiaan. 2. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis, kajian ini murni merupakan kajian yang bersifat tekstual. Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis, melakukan penelitian secara konsepsional atas buku La Tahzan sehingga dapat diperoleh kejelasan makna yang terkandung di dalamnya, diharapkan dengan metode penelitian mengenai buku La Tahzan ini bisa berimplikasi pada kehidupan manusia sekarang. a. Data Primer
17
Fokus penelitian ini terletak pada makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. Untuk itu yang dijadikan pedoman adalah buku La Tahzan versi Indonesia yang berjudul La Tahzan:JanganBersedih! Karya „Aidh Al-Qarni terjemahan dari Samson Rahman.
b. Data Sekunder Data sekunder di sini adalah tulisan-tulisan lain yang terkait dengan tema penelitian dalam skripsi ini, baik literatur, buku, majalah atau jurnal. 3. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dipakai oleh peneliti, ialah: Pertama, Metode Deskriptif yaitu suatu metode pengolahan data yang mencoba mendeskripsikan konsep pemikiran yang terkandung dalam suatu teks atau pemikiran sehingga menghasilkan kesimpulan yang signifikan tentang objek yang diteliti. Dengan metode deskriptif ini, peneliti bisa menganalisi data yang didapat mengenai makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni. Kedua, Metode Hermeneutika yaitu metode yang diterapkan untuk menangkap makna esensial, sesuai dengan konteksnya. Metode ini digunakan setelah data terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisis dengan interpretasi dan penafsiran terhadap data, sehingga
18
esensi data dapat ditangkap dan dipahami sesuai dengan konteks waktu sekarang.32 G. Sistematika Pembahasan Untuk lebih merincikan pembahasannya secara sistematis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami kemudian dapat menghasilkan sebuah kesimpulan dari tema yang dibahas maka dari itu peneliti memerlukan sistematika pembahasan. Penelitian ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, kemudian menghasilkan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian kemudian sistematika pembahasan. Bab kedua, membahas mengenai Konsep Kebahagiaan. Pada bab ini peneliti, menjelaskan konsep kabahagiaan secara umum serta konsep kebahagiaan dalam persefektif Hamka. Kemudian peneliti, memberi dua sub bab yaitu: a. Biografi Buya Hamka, b. Konsep Kebahagiaan (bahagia) Buya Hamka. Bab ketiga, biografi „Aidh Al-Qarni dan gambaran tentang buku La Tahzan, pembahasan pada bab ini peneliti menjelaskan biografi penulis buku La Tahzan yaitu „Aidh Al-Qarni dan memberikan gambaran mengenai buku La Tahzan supaya lebih memahami mengenai sejarah hidup „Aidh Al-Qarni serta karyanya yang monumental yaitu La Tahzan. 32
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat : Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semioika, Sastra, Hukum dan Seni (Yogyakarta: Paradigma, Paradigma 2005), hlm. 252.
19
Pada bab ini akan dibagi menjadi dua sub bab yaitu : a. Biografi „Aidh AlQarni , b. Deskripsi tentang buku La Tahzan. Bab keempat, merupakan bab inti dari penelitian yaitu pada bab ini akan dianalisis makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni dan kaitannya dengan konteks sekarang ini. Pada bab ini, akan dibagi menjadi dua sub bab yaitu : a. Makna kebahagiaan b. implikasi makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni bagi kehidupan manusia sekarang. Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari apa yang telah dianalisi pada bab-bab sebelumnya. Kemudian peneliti memberikan sedikit kritik terhadap apa yang dirasa mengganjal dalam proses penelitian serta saran bagi peneliti dan pembaca.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti, menganalisis dan memberi pemaparan tentang berbagai teori, pandangan serta makna kebahagiaan yang terkandung dalam buku La Tahzan karya ‘Aidh Al-Qarni. Maka peneliti menemukan kesimpulan bahwa: 1. Makna kebahagiaan menurut ‘Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan karyanya adalah ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa yang dimaksud adalah keadaan manusia yang telah mencapai puncak kebahagiaan sejati dengan cara beriman sepenuhnya kepada Allah SWT. Dengan beriman sepenuhnya kepada Allah Swt., manusia akan selalu meneriman kondisi apapun yang ditimpakan kepada dirinya dan menerima dengan lapang semua cobaan yang diberikan kepadanya karena kesemuanya itu memiliki hikmah yang diberikan Allah kepada hambanya. Semua masalah dalam hidup manusia semua berasal dari Allah SWT, dan memiliki tujuan yang baik bagi manusia karena dengan kesemuanya permasalahan yang menimpa manusia adalah yang akan mengajarkan manusia bagaimana mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah dan cara menyikapi permasalahan dengan bijak. Dengan memiliki ketenangan jiwa yang diperoleh dengan beriman sepenuhnya kepada Allah SWT, manusia akan senantiasa memiliki akhlak yang baik yaitu ikhlas, syukur, qana’ah, tawakkal serta
90
91
memiliki kepribadian yang sesuai dengan kepribadian yang baik dalam Agama. 2. Adapun implikasi makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan bagi kehidupan manusia sekarang adalah sebagai wadah untuk memberi pencerahan/motivasi kepada manusia sekarang, supaya menjadi manusia yang beretika dan tidak tersesat oleh perkembangan zaman yang begitu pesat serta memberikan pengaruh yang positif bagi sesama manusia dan bagi kehidupan mahkluk Tuhan yang lainnya. B. Kritik Makna kebahagiaan yang ditawarkaan ‘Aidh Al-Qarni memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1. ‘Aidh Al-Qarni memberikan pandangan bahwa orang beragama yang beriman dan beramal soleh yang berhak mendapatkan makna kebahagiaan. ‘Aidh Al-Qarni tidak memberikan penjelasan mengenai orang yang tidak beragama bisa mendapatkan makna kebahagiaan meskipun tidak memiliki agama. 2. Keimanan seseorang tidak serta merta bisa sepenuhnya kepada Allah, karena hanya beberapa saja yang memilikinya. sebagian orang hanya memiliki iman yang sedikit dan sebagian yang lain memiliki iman yang banyak. Untuk mendapatkan iman yang banyak, seseorang harus benar-benar belajar mendalam tentang Islam atau agama yang anutnya. Jadi, di sini akan muncul pertanyaan apakah keimanan untuk
92
mendapatkan ketenangan jiwa harus dengan jalan yang bersungguhsungguh mempelajari agama. C. Saran Kebahagiaan adalah suatu yang harus dimiliki manusia dan sesuatu yang sangat berharga yang patut dipertahankan karena manusia akan menemukan tujuan akhir dalam perjalanan hidupnya. Manusia telah banyak membaca ataupun mempraktikkan pandangan berbagai tokoh serta bagaimana cara para tokoh menemukan kebahagiaan. Namun, manusia harus bijak dengan apa yang dibaca atau didapatnya karena sebenarnya kebahagiaan itu tidak serta merta dalam pandangan orang lain tapi yang mengetahui kebahagiaan itu ialah diri sendiri. Boleh saja menjadikan pandangan orang lain sebagai patokan tapi harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Manusia harus mengetahui keinginan dirinya dan kekuatan dalam dirinya. Kajian tentang makna kebahagiaan dalam buku La Tahzan tidak cukup hanya dibahas oleh penlitian yang begitu sederhana ini. Oleh karena itu, perlu penelitian yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang makna kebahagiaan yang terkandung dalam buku La Tahzan karya ‘Aidh AlQarni. Harapan peniliti, semoga penelitian yang sederhana ini memberikan manfaat
bagi
peneliti
maupun pembaca
mengenai
permasalahan
kebahagiaan. Penulis berharap dari penelitian ini, ada saran atau kritik dari pembaca supaya peneliti mendapatkan tujuan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan. Bandung : Mizan. 1995. Al-Mansor, S. Ansory. Jalan Kebahgiaan yang diridhai. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1997. Al-Qarni, „Aidh. La Tahzan : Jangan Bersedih!. Jakarta: Qisthi Press. 2004. Al-Qarni, „Aidh. Menjadi Wanita Paling Bahagia. Jakarta: Qisthi Press. 2004. Bagir, Haidar. Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan. Bandung: Mizan. 2013. Gaarden, Jostein. Dunia Sophie : Sebuah Novel Filsafat. Mizan : Bandung. 2012. Hamka. Tasawuf Modern. Pustaka Panjimas : Jakarta. 1991. Hamka. Lembaga Budi. Jakarta: Pustaka Pajimas. 1983. Hamka, Falsafah Hidup. Jakarta: Revublika. 2015. Hamka. Kenang-kenangan Hidup. Jakarta: Bulan Bintang. 1979. Harris, Russ. The Happiness Trap: Hati-Hati dengan Kebahagiaan Anda!. Yogyakarta: Kanisius.2007. Haris, Abd. Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta, LKIS. 2010. Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani . Jakarta: Tintamas. 1980. HW, Teguh Wangsa Gandhi . Kitab Hidup, Patah Hati, & Kepedihan : Melengkapi Sejarah, Tragedi, & Kebahagiaan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
93
94
Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif
Bidang Filsafat : Paradigma Bagi
Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semioika, Sastra, Hukum dan Seni. Yogyakarta: Paradigma. 2005. Lavine, T.Z. Petualangan Filsafat: Dari Socrates ke Sartre.Yogyakarta: Penerbit Jendela. 2002.
Magnis-Suseno, Franz. Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, . Kanisius:Yogyakarta. 2002. Mudhofir, Ali. Kamus: Teori dan Aliran Dalam Filsafat dan Teologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1996. Muzairi. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.2009. Najati, Usman. al-Qur’an dan ilmu jiwa. Bandung: Pustaka. 1997. Nashir, Haedar. Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1997. Poer Wadarmita, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976. Russel, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. Sukardi, Imam. Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi): Etape-Etape Sufistik-Filosofis Meniti Revolusi Hidup. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Umar, Hasyim. Menuju Kebahagiaan. Surabaya: Bina Ilmu. 1983. Ya‟qub, Hamzan. Tingkat Ketenagangn dan Kebahagiaan Mukmin (Tashawwuf dan Taqarrub). Jakarta: CV Atisa. 1992. Zabarjad, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 s/d 30. Bandung: Sinar Biru Algensindo.2009.
95
B. Sumber Skripsi Abidin, Zaenal. 2007. Kebahagiaan Menurut ‘Aidh Abdullah Al-Qarni .Skripsi Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan
Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Qusyairi, Ahmad. 2015. Konsep Kebahagiaan Menurut Al-Gazali. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Umami, Riza. 2006. Kebahagiaan Menurut Bhagvad-Gita. Skripsi Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta. Waluyo, Cintya Dewi. 2016. Pengembangan Kesadaran Diri Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam ( Telaah Buku La Tahzan Karya ‘Aidh AlQarni), Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. C. Sumber Internet Ahmad Karomain,
“AL-TAFSIRU AL-MUYASSARU Karya Aidh bin
Abdullah al-Qarni”
dalam
https://karomain.wordpress.com,
diakses
tanggal 20 Februari 2016. Nidia Zuraya dan Chairul Akhmad, “Hujjatul Islam: Syekh Aidh Al-Qarni, Dai dan Penulis Andal (1)” dalam www. Revublika.co.id, diakses tanggal 12 februari 2016. Dokumentasi Kuliah Studio,“06-09-2013 DR. AIDH ABDULLAH AL-QARNI Tajuk:Sesungguhnya Manusia Di Dalam Kerugian ”dalam www.youtube.com, diakses tanggal 16 Juni 2016. One Kuliah Tajdid , ” 201309-07 Dr „AIDH AL QARNI- La Tahzan Innallaha Maana” dalam www.Youtube.com, di akses tanggal 16 Juni 2016.
CURRICULUM VITAE
Nama
: Siti Khadijah Zanuri
NIK
: 5202114202950001
Tempat, Tgl Lahir
: Darek, 02 Februari 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Satatus
: Belum Kawin
Agama
: Islam
Umur
: 21 Tahun
Alamat Rumah
: Dsn. Bale Luah, Des. Darek, Kec. Praya Barat Daya, Kab. Lombok Tengah, NTB.
Alamat di Yogyakarta : Sapen, RT. 19. RW.VI Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta. No. Hp
: 087-839-387-295
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. 2000-2006
: SDN 2, Darek
2. 2006-2009
: MTS Manhallul Ma’arif, Darek
3. 2009-2012
: MA Manhallul Ma’arif, Darek
4. 2012-2016
: UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
96