MAKNA GUMBREGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PETANI DI DESA NGLORO KECAMATAN SAPTOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh : NUR LAILI MAHARANI NIM. 09523006
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama
: Nur Laili Maharani
NIM
: 09523006
Fakultas
: Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Jurusan
: Perbandingan Agama
Alamat Rumah
: Siyono Wetan, RT 64/ RW 10, Logandeng, Playen, Gunungkidul
Alamat di Yogyakarta : Jl. Nyi Pembayun, No. 21, Karang, Prenggan, Kotagede Telp./HP
: 081804380814
Judul Skripsi
: Makna Gumbregan dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Petani Di Desa Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa: 1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri. 2. Bilamana skripsi telah dimunaqosyahkan dan diwajibkan revisi, maka saya bersedia merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal munaqosyah, jika lebih dari 2 (dua) bulan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia munaqosyah kembali. 3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan karya ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi untuk dibatalkan gelar kesarjanaan saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 2 Juli 2013 Saya yang menyatakan
(Nur Laili Maharani)
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama
: Nur Laili Maharani
NIM
: 09523006
Fakultas
: Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Jurusan
: Perbandingan Agama
Alamat Rumah
: Siyono Wetan, RT 64/ RW 10, Logandeng, Playen, Gunungkidul
Alamat di Yogyakarta : Jl. Nyi Pembayun, No. 21, Karang, Prenggan, Kotagede Telp./HP
: 081804380814
Judul Skripsi
: Makna Gumbregan dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Petani Di Desa Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa: 1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri. 2. Bilamana skripsi telah dimunaqosyahkan dan diwajibkan revisi, maka saya bersedia merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal munaqosyah, jika lebih dari 2 (dua) bulan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia munaqosyah kembali. 3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan karya ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi untuk dibatalkan gelar kesarjanaan saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 2 Juli 2013 Saya yang menyatakan
(Nur Laili Maharani)
ii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-PMB-00-00/R0
PENGESAHAN Nomor : UIN.02/DU/PP.00.9/1570/2013 Skripsi dengan judul : Makna Gumbregan dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Petani di Desa Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Diajukan oleh : 1. Nama : Nur Laili Maharani 2. NIM : 09523006 Program Sarjana Strata 1 Jurusan : PA Telah dimunaqosyahkan pada hari : Rabu, tanggal : 17 Juli 2013 dengan nilai : 91 (A-) dan telah dinyatakan syah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu. TIM MUNAQOSYAH : Ketua Sidang/Penguji I
Dr. H. A. Singgih Basuki, MA NIP. 19560203198203 1 005 Penguji III/P. Utama
Penguji II
Dr. Ustadi Hamsah, M.Ag. NIP. 19741106200003 1 001
Roni Ismail, S.Th.I.,M.S.I NIP. 19800228201101 1 003
Yogyakarta, 17 Juli 2013 DEKAN
Dr. H. Syaifan Nur, MA NIP. 19620718198803 1 005
MOTTO WONG KANG NANEM IKU NGUNDUH WOHE WONG KANG PRIHATIN IKU NGUNDUH MUKTINE 1
Orang yang menanam itu akan memanen buahnya Orang yang prihatin itu akan memanen hasil dari usahanya
1
Sanepan dari Mbah Wiryorejo sebagai nasehat untuk generasi muda yang mau sungguhsungguh dalam berusaha mencapai cita-citanya (Karangnongko, 19 Februari 2013).
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk: Ayah dan Bundaku tercinta dengan segenap perjuangan, perngorbanan, dan kesabaran untukku, teriring doa untukmu selalu: “Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku sejak kecil. Ya Allah kabulkanlah doaku.” Kakak adikku tersayang serta keluarga besarku yang telah mendukungku dalam segala hal, banyak membantu serta memotivasi segala bentuk aktivitasku Sahabat setia yang senantiasa mendampingiku, memotivasi, menerima keluh kesahku, dan menghibur di tengah kepenatanku (Wahyoe Wae) Teman-teman COREL ’09: Ulfah, Rizki, Arman, Juni, Danang, Luthfi, Zaim, Shofi, Teguh, Anhar, Fahmi, Afri, Unce, Ifah, Ukhti, Sofia, Sulastri, Yuni, Bisri, Burhan, Atiqoh, Ilham yang telah banyak membantu Teman-teman Ghaza Community yang selalu memberikan ghirah untuk usahaku dan membangkitkanku dari keputusasaan
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan tulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar, Muhammad SAW, yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di yaumul akhir. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy'arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Syaifan Nur, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam yang telah memberikan dukungan kepada mahasiswanya. 3. Bapak Ahmad Muttaqin, M.Ag., MA, P.hD. selaku Ketua Jurusan Perbandingan Agama dan Bapak Roni Ismail, S.Th.I, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu dalam hal akademik dan memberikan semangat untuk terus berusaha.
vi
4. Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah memotivasi untuk terus maju dalam pengerjaan skripsi dan menyetujui dibahasnya skripsi ini. 5. Bapak Dr. H. Singgih Basuki, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis. 6. Dosen Jurusan Perbandingan Agama dan Bapak/Ibu staff TU yang telah membimbing,
menasehati,
memberikan
kontribusi
pemikiran
dan
pencerahan bagi penulis, serta memudahkan dalam penulisan skripsi ini. 7. Instansi Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan izin dalam penelitian lapangan sebagai kelengkapan penyusunan skripsi. 8. Pemerintah Kecamatan Saptosari dan Desa Ngloro yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk menjelajahi wilayah tersebut guna pengambilan data penelitian. 9. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu sabar menasehati dan mendengar keluh kesah dalam segala hal, terutama dalam proses pengerjaan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat Corel ’09 yang telah memberikan semangat untuk menghadapi segala ujian, tanpa bantuan semangat dari kalian, penulisan skripsi ini tak berarti. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis, yang tidak mampu disebutkan satu per satu.
vii
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Amiin.
Yogyakarta, 2 Juli 2013 Penulis
viii
ABSTRAK
Ritual adalah agama dalam tindakan. Gumbregan merupakan salah satu ritual yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Desa Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul. Ritual ini hanya dilakukan oleh masyarakat petani Gunungkidul yang memiliki hewan ternak (sapi). Sapi sebagai hewan peliharaan yang dianggap berjasa bagi masyarakat desa Ngloro yang mayoritas berprofesi sebagai petani karena membantu dalam hal penggarapan lahan pertanian. Bagi masyarakat Desa Ngloro, pertanian bukan sekedar memanen hasil yang sudah ditanam pada lahan pertanian, akan tetapi ada sejumlah ritual, mitos ataupun aturan yang harus diperhatikan agar tidak menjadi petaka bagi masyarakat petani. Ritual Gumbregan diadakan setiap tujuh bulan sekali, yakni pada waktu Wuku Gumbreg (kalender Jawa). Tujuan dari ritual gumbregan ini adalah berhubungan dengan mitos petani, seperti kepercayaan adanya makhluk ghaib penunggu hewan ternak dan kandangnya, mendapatkan keberkahan, dan berdoa agar hewan ternaknya bertambah banyak. Apabila ritual tersebut dilakukan oleh masyarakat tentunya mereka memiliki harapan agar mampu tercipta suasana damai dan terhindar dari hal-hal yang bersifat negatif, misalnya mengganggu ketenangan jiwa. Penulis menggunakan teori liminalitas Victor Turner yang menganalisa keadaan masyarakat ketika pelaksanaan ritual keagamaan dan untuk mengkaji aspek-aspek ritual tersebut. Penulis menjelaskan ritual Gumbregan ini, dengan menggunakan sumber data penelitian lapangan. Yang didukung dengan menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan diolah dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Selain itu, penulis juga menemukan hal yang cukup menarik, diantaranya adanya mitos, magi, ritus serta nilai-nilai yang terkandung dalam ritual yang merupakan pengaruh dari ritual Gumbregan tersebut. Ritual ini dimaknai sebagai peringatan kepada Nabi Sulaiman yang telah merajai seluruh binatang di alam semesta ini, wujud rasa syukur kepada Tuhan, dan sebagai langkah untuk mempersatukan masyarakat agar tercipta kondisi tempat tinggal yang aman dan tentram sehingga mampu memupuk rasa kebersamaan dalam hal sosial kemasyarakatan. Terdapat sisi posotif dalam hal keagamaan yakni meningkatnya keimanan seseorang dalam beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan. Walaupun dalam prakteknya muncul beberapa pandangan, ada yang menolak, ada yang menerima, dan adapula yang berusaha untuk mempertahankannya. Sebagian besar masyarakat masih menginginkan ritual ini dilaksanakan asalkan tidak menjerumuskan diri kepada kesyirikan dan berusaha menonjolkan ritual dalam hal yang positif guna membentuk kehidupan sosial agama yang dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... ii HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK ..........................................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...............................................................................6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................6 D. Tinjauan Pustaka.................................................................................7 E. Kerangka Teori ...................................................................................9 F. Metode Penelitian ...............................................................................14 G. Sistematika Pembahasan.....................................................................19
x
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN.................................21 A. Letak Geografis ................................................................................21 B. Keadaan Demografi..........................................................................23 C. Kondisi Sosial Budaya .....................................................................28 D. Kondisi Perekonomian Masyarakat .................................................28 E. Agama dan Kepercayaan ..................................................................29 F. Pengetahuan tentang Petani..............................................................34 G. Sejarah Desa Ngloro.........................................................................37 BAB III MAKNA PROSESI RITUAL GUMBREGAN ....................................41 A. Sejarah Awal Kemunculan ..............................................................41 B. Mengenal Sekilas Ritual Gumbregan ...............................................43 C. Makna Prosesi Ritual Gumbregan....................................................47 BAB IV GUMBREGAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT DESA NGLORO ...................................................61 A. Nilai-nilai dalam Ritual Gumbregan ................................................61 1. Nilai Keagamaan .........................................................................61 2. Nilai Sosial ..................................................................................63 3. Nilai Budaya ................................................................................63 B. Pengaruh Ritual Gumbregan terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat .......................................................................................64 C. Tinjauan Islam dalam Konteks Gumbregan .....................................71
xi
BAB V PENUTUP..............................................................................................78 A. Kesimpulan.......................................................................................78 B. Saran .................................................................................................79 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................81 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa Ngloro
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 2.4
Sarana Prasarana Desa Ngloro
Tabel 2.5
Daftar Struktur Pemerintahan Desa Ngloro
Tabel 3.1
Daftar Organisasi Keagamaan Masyarakat Desa Ngloro
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan agraris. Masyarakat Jawa sebagian besar hidup di daerah pedesaan yang sejak abad ke-9 secara bergantian dikuasai oleh sejumlah kerajaan kuno yang menganut agama Hindu dan Budha, dan kemudian mendapat pengaruh agama Islam. 1 Sebagaimana diketahui bahwa dalam masyarakat tradisional, terdapat tingkah laku dan pola berpikir masyarakat yang dikaitkan dengan adanya kepercayaan terhadap kekuatan ghaib yang ada di alam semesta. Kekuatan alam semesta ini dianggap atas segalanya, manusia akan lemah apabila tengah dihadapkan dengan alam semesta. 2 Mereka menyerahkan dirinya kepada alam semesta dengan sikap hormat agar tidak terjadi suatu bencana. Maka dari itu bukan suatu hal yang luar biasa ketika melihat kenyataan yang ada di masyarakat dengan serangkaian ritual dan kelengkapannya sebagai ubarampe (piranti dalam bentuk makanan) tadi guna perwujudan sesaji untuk Sang Khalik. Serangkaian ritual serta kelengkapannya mengungkapkan kejadian yang benar-benar terjadi dan menceritakan kejadian pada masa lampau, sehingga mampu menciptakan suatu keyakinan dan kesatuan sikap dalam
1
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hlm. 195.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara III (Jakarta: Proyek Pembangunan Media Kebudayaan, 1991), hlm. 163.
1
2
sebuah ritual yang dianggap keramat. Walaupun tak jelas siapa yang menciptakan bahkan berkembangnya pun secara lisan melalui seorang tokoh masyarakat, sampai generasi penerusnya. Ritual ini pun lahir atas dorongan masyarakat untuk berkomunikasi di antara sesama. Mayoritas masyarakat pedesaan masih tergolong ke dalam masyarakat yang mengikuti sub-tradisi abangan 3, yang mana mereka masih menjadikan agama mereka sebagai suatu hal yang dimiliki saja. Artinya
mereka
mempunyai
agama
namun
tidak
sepenuhnya
mengamalkan ajaran agamanya. Mereka sangat yakin, dengan melakukan ritual-ritual yang diwariskan oleh leluhurnya dulu, mereka sudah merasakan ketenangan batin. Seperti yang tergambar dalam masyarakat yang berprofesi sebagai petani, dapat dijumpai beberapa ritual yang masih dilakukan dan dilestarikan oleh pendukungnya sampai saat ini. Pulau Jawa merupakan wilayah yang sarat dengan pelaksanaan berbagai kegiatan ritual keagamaan. Masyarakat Jawa percaya akan keyakinan yang mereka anut dengan mayoritas penduduk beragama Islam. 4 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sentral dari berbagai kebudayaan terdapat berbagai ritual yang tujuan utamanya untuk keselamatan. Namun tidak semua ritual itu memiliki ciri khas yang hampir sama, karena pelaksanaannya itu pun berbeda dan esensinya juga ada yang
3
Mundzirin Yusuf, Islam dan Budaya Lokal (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN, 2005),
hlm. 29. 4
Gunawan, “Upacara Slametan Orang Jawa” dalam www. EmailBlog.com diakses tanggal 10 Juni 2013.
3
berbeda. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, di daerah tersebut ditemukan banyak ritual yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat pedesaan yang terus diuri-uri keberadaannya, dan sampai sekarang mereka masih berusaha keras untuk terus melestarikan budayanya, karena mereka beranggapan bahwa apabila suatu ritual tidak dijalankan maka akan terjadi suatu bencana.5 Adapun salah satu ritual yang sangat khas berada di tengah kehidupan pertanian dan hampir di setiap kecamatan yang berada di kabupaten Gunungkidul melaksanakannya, yaitu ritual Gumbregan. Ritual ini dilaksanakan untuk mencegah perubahan yang tidak diinginkan, mendapatkan jaminan perubahan yang cepat dan sesuai dengan keinginannya, menjaga keseimbangan, serta sebagai kontrol sosial terhadap perilaku dan kesejahteraan individu atau komunal.6 Ritual Gumbregan ini dimulai dengan memberikan makan kepada sapi, hewan ternak yang dimiliki sendiri, berupa rakan, yang berisi ubiubian (ketela, ubi gembili), ketan, kupat lepet, pulo (terbuat dari beras dan ketan). Setelah itu warga masyarakat yang memiliki hewan ternak (terutama sapi) berkumpul dalam satu rumah, misal di rumah kepala dusun atau di rumah salah seorang sesuai kesepakatan bersama. Kemudian masing-masing orang membawa sesaji, yang serupa dengan makanan yang 5
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2010), hlm.
50. 6
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 178.
4
diberikan kepada sapi, yakni rakan. Setelah semua masyarakat yang merasa memiliki hewan ternak tadi berkumpul, diucapkan ikrar dan doadoa dari sesepuh dusun, diakhiri dengan jagongan dan saling tukar makanan dari sesaji yang telah didoakan, kalaupun ada sisa makanan tersebut dibawa pulang ke rumah masing-masing. Seiring dengan berkembanganya era modernisasi ini, doa yang dipanjatkan dalam ritual ini sudah disisipi dengan doa yang diajarkan sesuai dengan tuntunan agama Islam, walaupun dalam pengucapannya masih menggunakan logat bahasa Jawa, mereka juga masih menggunakan satu doa khusus yang sampai sekarang juga masih dijaga dan diturunkan kepada generasi berikutnya, diucapkan khusus ketika pelaksanaan ritual tersebut. Masyarakat masih menganggap ritual ini penting dilaksanakan, agar perekonomian mereka dalam hal pertanian tetap bertahan dan dengan ritual ini diharapkan supaya hewan-hewan ternak tersebut seperti sapi dapat berkembangbiak dengan baik dan sehat. Dengan berkembangnya hewan ternak, maka secara tidak langsung memantapkan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut dalam hal pertanian yakni digunakan untuk membajak sawah. Ritual ini juga berdampak pada sikap keberagamaan mereka
ketika
pelaksanaan
ritual.
Tidak
menutup
kemungkinan
masyarakat yang berprofesi sebagai petani ini, mampu bertambah keimanannya setelah melaksanakan ritual, karena rasa syukur mereka terhadap apa yang sudah diberikan Tuhannya. Menurut Peursen, ritual lebih dari sebuah mitos dimana fungsi pentingnya yaitu mengukuhkan
5
ikatan solidaritas, sehingga ritual Gumbregan ini memiliki nilai keagamaan, sosial dan budaya. 7 Penulis tertarik untuk meneliti ritual Gumbregan yang ada di Desa Ngloro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, mengingat Ngloro terletak di wilayah pegunungan masih terdapat banyak permasalahan yang dapat diteliti lebih lanjut untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan ritual Gumbregan di Desa Ngloro, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Selain itu ritual semacam ini tidak ada di daerah lain, maka ketika penulis mencoba menggali ritual Gumbregan ini, penulis berusaha untuk memaparkannya secara riil apa yang ada dalam ritual tersebut. Ketertarikan penulis dalam pengangkatan tema ini yakni terdapat proses ritual yang unik, dimana sapi sebagai hewan peliharaan yang dianggap berjasa bagi masyarakat desa Ngloro yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Kemudian dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini, muncul permasalahan yakni bagaimana prosesi ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Ngloro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Serta apa makna dan pengaruh ritual Gumbregan terhadap kehidupan sosial agama warga masyarakat petani di desa tersebut. Berbagai masalah ini yang mendasari penulis sehingga menjadikannya sebagai tulisan skripsi ini.
7
Isyanti, “Tradisi Merti Bumi Suatu Refleksi Masyarakat Agraris”, Jantra, II, No. 3, Juni 2007, hlm.132.
6
B. Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang masalah di atas, kemudian muncul pokok masalah sebagai berikut: 1.
Apa makna prosesi ritual Gumbregan di desa Ngloro, kecamatan Saptosari?
2.
Bagaimana pengaruh ritual Gumbregan terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat desa Ngloro, kecamatan Saptosari?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diangkat di atas, maka terdapat tujuan dan kegunaan penelitian skripsi, adapun paparannya adalah sebagai berikut: Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan diantaranya: 1. Untuk
mengetahui
secara
jelas
makna
prosesi
ritual
Gumbregan serta memahami tujuan yang diinginkannya. 2. Untuk menganalisis pengaruh ritual terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat yang ada di dalamnya serta mengkaji nilai-nilai yang terdapat dalam ritual Gumbregan tersebut. Penelitian ini sangat berguna untuk: 1. Memberikan sumbangan pemikiran positif terhadap persoalan masyarakat hubungannya dengan keberagamaan mereka saat pelaksanaan ritual.
7
2. Dijadikan sebagai contoh model pengembangan pemikiran antropologi masyarakat yang tergolong masih mengacu pada tradisi nenek moyang.
D. Tinjauan Pustaka Kepustakaan merupakan sumber ide dari setiap penulisan, maka penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari hal tersebut. Dalam tinjauan pustaka ini, penulis merujuk pada tulisan skripsi dan buku-buku guna membantu dalam proses penyusunan penelitian skripsi ini. Skripsi Tradisi Brokohan Sapi di Desa Krembangan, Panjatan, Kulonprogo yang ditulis oleh Siti Mustanginah, mahasiswa Fakultas Adab tahun 2002, berisi tentang penjelasan proses tradisi serta perkembangan makna dan akulturasi budaya dalam tradisi tersebut. Tradisi yang diangkat lebih kepada prosesi kelahiran sapi, bukan pengetan-nya seperti dalam ritual Gumbregan serta pembahasan dalam skripsi penulis ini tidak merujuk pada konsep akulturasi budaya. Skripsi Tradisi Rasulan (Bersih Desa) Di Desa Dengok Kec Playen Kab Gunung Kidul Yogyakarta : Studi Pertautan Adat Dan Hukum Islam ditulis oleh Didik Fathorrahman, mahasiswa Fakultas Syariah pada tahun 2006 tentang bagaimana hukum Islam memandang tradisi rasulan dalam kehidupan masyarakat pedesaan, pembahasan yang penulis tekankan bukan pada wilayah hukum Islam, namun lebih kepada proses dan pengaruh ritual.
8
Skripsi Upacara Babad Dalan di Desa Sodo Kecamatan Paliyan Kabupaten Gunungkidul yang ditulis oleh Septiawan Fadly Candra mahasiswa fakultas Adab tahun 2012, ditekankan pada latar belakang dan makna upacara tradisi Babad Dalan, sedangkan dalam skripsi ini penulis bermaksud menekankan pengaruh ritual Gumbregan terhadap masyarakat petani. Buku Islam dan Budaya Jawa yang ditulis oleh HM. Darori Amin menerangkan tentang budaya-budaya dan kepercayaan interaksinya dengan Islam. Antara lain menyangkut budaya macam-macam upacara selametan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tetapi disini tidak dijelaskan tentang asal-usul upacara, makna dan pengaruh ritual terhadap kehidupan masyarakat secara lengkap. Buku Etika Jawa, sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno SJ., diterangkan bahwa beberapa kebiasaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa berkaitan dengan kelangsungan hidupnya di dunia, diantaranya slametan, yang merupakan upacara yang dilakukan masyarakat Jawa secara rutin, yang menyangkut ritus religius. Disini, slametan digambarkan sebagai alat komunikasi antara manusia dengan kekuatan adikodrati dan nilai-nilai yang diperoleh dari slametan. Namun, yang dibahas dalam buku ini yakni slametan dilakukan secara individu saja, sedangkan pelaksanaan yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam satu tempat tidak dibahas.
9
Berdasarkan survey terhadap berbagai tulisan di atas yang diperoleh penulis tampak bahwa belum ada satu pun yang mencoba mengangkat masalah makna dan pengaruh upacara tradisional terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat setempat. Dengan demikian, penulisan skripsi ini memiliki harapan agar dapat menyumbangkan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta dapat berguna kepada seluruh pembaca untuk memanfaatkan tulisan ini sebagai bahan masukan mengenai budaya-budaya yang tumbuh dalam masyarakat.
E. Kerangka Teori Gumbregan merupakan ritual yang mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah memberikan karunia dan sebagai penghormatan kepada leluhur atas jasa yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, ritual ini masih dilestarikan oleh masyarakat. Penyelenggaraan ritual memiliki arti bagi masyarakat yang bersangkutan, selain sebagai rasa syukur terhadap Tuhan, juga sebagai sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada serta berlaku dalam masyarakat sehari-hari. 8 Victor Turner telah meneliti tentang simbol dan ritus dalam masyarakat Ndembu sebagai latar belakang teorinya. Aspek penting yang ada dalam ritus adalah liminalitas. Liminalitas berarti tahap atau periode waktu dimana subjek ritual mengalami keadaan yang ambigu yaitu “tidak 8
Tashadi, Upacara Tradisional DIY (Yogyakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah, 1992), hlm. 2.
10
di sana dan tidak di sini”. Subjek ritual berada di tengah-tengah posisi yang ditandai oleh hukum, kebiasaan, perjanjian, dan upacara. Ketika subyek yang melaksanakan ritual, mereka hanya terfokus kepada doa-doa yang dipanjatkan, dipimpin oleh seorang modin dan warga masyarakat yang ikut ritual mengamini doa tersebut. Liminal itu sering diartikan sebagai peralihan dan sifatnya transisi. Oleh Victor Turner, liminalitas tidak hanya diterapkan di dalam ritus, melainkan juga dipakai dalam menganalisa masyarakat. Dalam kaitannya dengan ritual ini, teori liminalitas mampu memahami makna yang terkandung dalam ritual Gumbregan ini, kemudian di samping itu, penerapan teori ini berhubungan dengan metode menganalisa masyarakat yaitu pengaruh ritual terhadap kehidupan masyarakatnya. 9 Liminalitas mempunyai sifat-sifat yang begitu kaya sehingga memberikan perspektif tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Pertama, di dalam liminalitas orang mengalami pengalaman dasar sebagai manusia. Kesadaran akan eksistensinya sebagai manusia meningkat. Kedua, liminalitas menjadi tahap-tahap refleksi formatif. Dalam tahap ini si subjek ritual diberi waktu untuk merefleksikan ajaran-ajaran dan adat istiadat masyarakat. Dengan merefleksi diharapkan, dia dibentuk menjadi anggota masyarakat yang baru. Di sini ada perubahan baik pandangan maupun kedudukannya. Ketiga, dari teori liminalitas inilah dikembangkan teori komunitas. Bagi Victor Turner, komunitas merupakan pandangan 9
Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 37-38.
11
dasarnya. Bertolak dari konsep mengenai komunitas itu, Victor Turner mengembangkan analisa berbagai peristiwa baik dalam kehidupan religius maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. 10 Liminalitas merupakan tahap di mana orang mengalami keadaan ketidakberdayaan. Orang mengalami sesuatu yang lain dengan keadaan hidup sehari-hari, yakni pengalaman antistruktur. Ritual Gumbregan ini sarat makna, masyarakat tidak bisa menolak untuk tidak melakukan ritual ini dikarenakan mereka takut akan adanya bencana ketika ritual tidak dilaksanakan. Liminalitas berasal dari bahasa latin limen yang berarti ambang pintu. Maka liminalitas dilihat sebagai pengalaman ambang. 11 Konsep liminalitas digunakan untuk melihat situasi dan keadaan kebudayaan serta masyarakat dewasa ini. Victor Turner telah mampu merumuskan dua hal penting bagi kajian antropologi, yaitu: pertama, rumusan secara umum yang terpenting bagi kajian antropologi simbol dalam kajian ritual dan agama, dan kedua, kajian secara deskriptif tentang aspek-aspek ritual. Ritual dalam sebuah agama memiliki maksud dan tujuan tertentu sesuai apa yang diajarkan dalam agama tersebut. Bentuk ritual juga berbeda-beda, hal ini sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Seperti halnya dalam ritual Gumbregan, ritual ini dimaksudkan untuk keselamatan dan bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan 10
11
Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur, hlm. 31. Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur, hlm. 31.
12
masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Bentuk ritual ini diwarnai dengan kenduri dan doa-doa yang dipanjatkan oleh sesepuh desa. Menurut Victor Turner, ritual mempunyai beberapa peranan penting, diantaranya adalah: 1. Ritus dapat menghilangkan konflik. 2. Ritus dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat. 3. Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan. 4. Dengan ritus orang akan mendapatkan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari. Dengan demikian, mengikuti pendapat Victor Turner, suatu ritual dapat mengungkapkan seperangkat nilai.12
F. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research) 13 yaitu tentang Makna dan Pengaruh Ritual Gumbregan di Desa Ngloro Saptosari Gunungkidul Yogyakarta. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang digunakan untuk meneliti
12
13
Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur, hlm. 50. Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 25.
13
pada kondisi obyek yang alamiah di mana peneliti adalah instrumen kunci, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif pada dasarnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. 14 2.
Sumber Data Penelitian lapangan (field research) ini didukung dengan sumber data yang penulis gunakan yaitu data primer, merupakan data yang didapat langsung oleh penulis dari hasil penelitian/observasi lapangan. Ke lokasi penelitian dengan instrumen yang sesuai. Kemudian
penulis
juga
menggunakan
data
sekunder,
yakni
mengambil dari literatur yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pokok pembahasan guna memperjelas, memperkuat, memperkaya data primer.15 3.
Metode Pengumpulan Data a. Observasi Metode observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada obyek yang menjadi
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 1.
15
Saifudin Azwar, MetodePenelitian (Yogyakarta: PustakaPelajar, 1998), hlm. 36.
14
fokus penelitian.16 Berangkat dari pengamatan ini, data selanjutnya akan dilaporkan sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar tanpa menambah ataupun menguranginya. Kemudian laporan itu akan diwujudkan dalam bentuk deskripsi sesuai apa adanya. b. Interview Metode interview atau biasa disebut dengan wawancara adalah komunikasi yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan informasi dari informan melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.17 Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian masyarakat tersebut, merupakan pembantu utama dari metode observasi. 18 Dalam penulisan skripsi ini, jenis wawancara yang digunakan adalah teknik purposive sampling yakni dengan pertimbangan narasumber yang sudah dianggap paling tahu tentang apa
yang
diharapkan
penulis
atau
menguasai
sehingga
memudahkan penulis menjelajahi obyek yang diteliti. Dengan adanya penambahan informasi dari masyarakat tentang orang-orang
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1993), hlm. 229. 17
18
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 72.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia, 1981), hlm. 162.
15
yang bisa dijadikan narasumber, maka penulis juga menggunakan snowball sampling. 19 Kemudian penulis memilih jenis wawancara semistruktur, yang mana penulis menggunakan pertanyaanpertanyaan bebas agar informan mengutarakan pandangan dan pengetahuannya tentang ritual Gumbregan tersebut kepada para tokoh masyarakat maupun masyarakat di kalangan biasa, dengan harapan untuk dapat membandingkan antara hasil observasi langsung dengan hasil wawancara. c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berkaitan dengan penyusunan skripsi. 20 Metode ini cukup mudah, dalam artian apabila ada kekeliruan sumber, datanya masih tetap, belum berubah. Metode dokumentasi ini berguna untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel, penulis dapat menggunakan kalimat bebas. Di samping itu, dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar atau foto di lokasi tersebut. Metode yang digunakan penulis untuk pengambilan dokumentasi21 adalah dengan pedoman dokumentasi, yang memuat
19 20
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 73. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 188. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 131-132.
16
garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Kemudian check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda pada setiap pemunculan gejala yang dimaksud. 4. Analisis Data Setelah
data
mengklasifikasikan
ke
terkumpul dalam
maka
diolah
dengan
kerangka
laporan
dengan
menggunakan metode deskriptif analitik, yakni pemecahan masalah dari data yang telah diperoleh dalam penelitian lapangan di antaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, menginterpretasi dan mengklasifikasikan.22 Pada akhirnya, penulis akan memberikan gambaran dan melaporkan atau memaparkan data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut. 5. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan antropologis yang merupakan pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia, tetapi dipelajari semua aspek, daripada pengalaman-pengalaman manusia. 6. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ritual Gumbregan bertempat di desa Ngloro, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunungkidul, 22
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik (Bandung: Tiara Wacana, 1992), hlm 18.
17
dikarenakan berdasarkan pada pertimbangan bahwa daerah ini cukup representatif, baik ditinjau dari segi wilayah, maupun dari segi masalah, disamping itu sebagian besar masyarakatnya berada di lingkungan keberagamaan yang cukup kental dalam hal kejawen, dibuktikan dengan adanya berbagai ritual yang ada di daerah tersebut.
G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran mengenai pokok-pokok penulisan skripsi ini, maka penulis akan menguraikan sistematikanya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah: Pertama, bagian awal yang terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman nota dinas, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar tabel. Kedua, bagian utama yang terdiri atas empat bab dan pada setiap bab terdiri dari sub bab sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan, terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua, merupakan pembahasan tentang gambaran umum daerah penelitian sebagai tempat dilaksanakannya ritual Gumbregan, yang antara lain berisi letak geografis Desa Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul, kondisi demografis, kondisi sosial budaya,
18
kondisi perekonomian, agama dan kepercayaan, pengetahuan tentang petani, dan sejarah desa Ngloro. Bab ketiga, merupakan penjabaran mengenai ritual Gumbregan, yaitu meliputi: sejarah awal kemunculan ritual, sekilas tentang ritual Gumbregan, dan makna ritual Gumbregan. Bab keempat, berisi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam ritual Gumbregan, pengaruh ritual terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat petani desa Ngloro serta tinjauan Islam dalam konteks ritual tersebut. Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Ketiga, bagian akhir yang berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Prosesi ritual gumbregan terdiri dari tiga tahap yaitu: Pertama, ritual pemberian makan sesaji berupa rakan kepada sapi dengan cara dilolohke. Kedua, ritual doa yang dipimpin oleh mbah kaum dengan diawali sambutan dan ikrar oleh tuan rumah. Ketiga, ritual memakan sesajian, setelah itu para warga saling menukar makanan sesaji yang telah dibawa serta membawa sisa sesajian tersebut pulang ke rumah masingmasing dengan harapan agar keluarganya juga mendapatkan keberkahan dengan memakan sesaji yang sudah didoakan. Makna ritual bagi masyarakat Ngloro, dimaksudkan untuk keselamatan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat yang mayoritas agama Islam melalui doa-doa isinya rasa syukur kepada Tuhan serta membangun rasa sosial dalam masyarakat. Pengaruh dalam ritual bisa berarti positif atau pun negatif, namun dalam ritual ini, hanya terdapat dampak positif bagi kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Dalam hal pengaruh ritual Gumbregan terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat petani yakni adanya ritual masyarakat semakin mempererat hubungannya membangun rasa untuk saling gotong royong dan membina kerukunan antar masyarakat.
78
79
Selain itu, ritual ini berpengaruh juga kepada tingkat keberagamaan masyarakat disana, namun peningkatannya tidak secara drastis begitu sajam ada tahapan-tahapan yang dialui oleh masyarakat tersebut. Ada sebagian keberagamaannya semakin meningkat, namun ada juga sebagian masyarakat yang menganggap ritual ini sebagai suatu hal yang sudah menjadi kewajiban untuk dilestarikan dengan melaksanakan ritual Gumbregan ini sesuai dengan penanggalan kalender Jawa. Karena memang masyarakat masih memiliki keyakinan yang kuat dalam aspek pelestarian budaya peninggalan nenek moyang. Hal tersebut merupakan aplikasi dari teori liminalitas Victor Turner, yang mengedepankan keberadaan pelaksanaan ritual dalam masyarakat.
B. Saran Ritual gumbregan merupakan budaya yang telah mengakar pada masyarakat petani di desa Ngloro Saptosari Gunungkidul. Suatu ritual yang unik dan khas karena jarang seekor sapi diselameti karena dianggap begitu penting bagi kehidupan pertanian mereka. Dari hasil penelitian tidak mungkin tidak ada kekurangan, berbagai macam keterbatasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, karena penelitian tersebut berkaitan dengan ritual gumbregan yang berdasarkan pemaknaan serta pengaruh ritual terhadap kehidupan masyarakat petani. Maka ritual gumbregan ini perlu dipertahankan dengan cara:
80
1. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya sakral ketika pelaksanaan ritual gumbregan sehingga ritual mampu berjalan dengan baik dan lancar. 2. Memberikan pengertian kepada generasi muda agar ikut serta dalam pelaksanaan ritual ini dengan harapan ritual dapat terus diuri-uri keberadaannya, tanpa meninggalkan syariat Islam. Bagi perkembangan ilmu, penelitian ini diharapkan mampu menambah kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, terutama terhadap ilmu Perbandingan Agama dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Buku: A.G. Honig Jr. Ilmu Agama. terj. M.D. Koesoemosoesastro & Soegiarto. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 1997 Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta. 1993
Pendekatan
Praktik.
Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998 Damami, Muhammad. Makna Agama dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI. 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara III. Jakarta: Proyek Pembangunan Media Kebudayaan. 1991 Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. 1995 Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Budaya. Yogyakarta: PT Pustaka Widyatama. 2006 Hakim, Atang Abd. & Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 Herusutoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita. 2001 Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. 1980 ________ Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat. 1981 ________ Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia. 1981 ________ Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996 M. Setiadi, Elly, dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta: Kencana. 2006 Maryaeni. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. 2005
82
Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011 Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2009 Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1997 Solikhin, Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi. 2010 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. 2010 Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Bandung: Tiara wacana. 1992 Winangun, Y.W. Wartaya. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas menurut Victor Turner. Yogyakarta: Kanisius. 1990 Yusuf, Mundzirin. Islam Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005
Jurnal: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jantra, Vol. II, No. 3, Juni 2007
Sumber Data Monografi: Data monografi profil Desa Ngloro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul
Sumber Data dari Internet: www.jogjabudaya.com www.gunungkidul.net
LAMPIRAN
Seorang warga masyarakat memberikan rakan kepada sapi, hewan ternak yang dimilikinya, terlihat ada ketupat lepet yang digantung di atas pintu kandang.
Suasana masyarakat pada saat pelaksanaan Gumbregan, peserta terdiri atas keseluruhan pria dan anak-anak.
Masyarakat sedang melakukan jagongan ketika menunggu warga yang belum datang dan menunggu dimulainya ritual Gumbregan.
Sesajian Gumbregan ini bernama rakan.
Sesajian ini yang dinamakan kupat lepet, kupat kodok, kupat luar.
Sesajian ini yang dinamakan uwi gembili.
Sesajian ini yang dinamakan ketan (jadah).
Sesajian ini yang dinamakan pulo (gabungan antara beras dan ketan).
Daftar Nama Informan yang Diwawancarai Penulis di Lapangan 1. Nama
: Mardiyono, SE
Pekerjaan
: Kepala Desa
Pendidikan
: Strata 1 (S1)
Usia
: 47 tahun
2. Nama
: Wiryorejo
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Sekolah Rakyat (SR)
Usia
: 77 tahun
3. Nama
: Didik Winarno
Pekerjaan
: Kaur Keuangan Desa
Pendidikan
: SLTA
Usia
: 53 tahun
4. Nama
: Dardi Utomo
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Usia
: 51 tahun
5. Nama
: Usman Hidayat
Pekerjaan
: Guru Ngaji
Pendidikan
: SLTA
Usia
: 38 tahun
6. Nama
: Tuwasdi
Pekerjaan
: Penyuluh Agama
Pendidikan
: Strata Satu (S1)
Usia
: 47 tahun
7. Nama
: Nugraha Siswantara
Pekerjaan
: Perangkat Desa
Pendidikan
: SLTA
Usia
: 42 tahun
8. Nama
: Mukardi
Pekerjaan
: Perangkat Desa
Pendidikan
: SLTA
Usia
: 40 tahun
9. Nama
: Laksmiyati
Pekerjaan
: Anggota PKK
Pendidikan
: SLTA
Usia
: 49 tahun
10. Nama
: Supin
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Usia
: 47 tahun
11. Nama
: Ismanto
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Usia
: 59 tahun
12. Nama
: Maryoto
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Usia
: 29 tahun
CURRICULUM VITAE
Nama Tempat, Tanggal Lahir NIM Fakultas Jurusan Tempat Kuliah Alamat Rumah Alamat Yogyakarta Telepon e-mail
: Nur Laili Maharani : Gunungkidul, 5 November 1990 : 09523006 : Ushuluddin dan Pemikiran Islam : Perbandingan Agama : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : Siyono Wetan RT 64/ RW 10 Logandeng Playen Gunungkidul : Pondok Pesantren Fauzul Muslimin Jl. Nyi Pembayun No. 21 Kotagede : 081804380814 :
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Sekolah Dasar Negeri Siyono II (SD) Siyono Wetan Playen Gunungkidul, tahun 1997 - 2003 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Playen (SMP) Playen Gunungkidul, tahun 2003 - 2006 3. Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Playen (SMK) Siyono Playen Gunungkidul, tahun 2006 - 2009 4. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2009 – sekarang. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) jabatan sekretaris 2. Nasyi’atul ‘Aisyiah (NA) jabatan anggota 3. Pengurus Remaja Islam Masjid (RISMA) 4. Hizbul Wathan sebagai anggota 5. Pendidikan Al Qur’an Mu’adz bin Jabal jabatan bendahara 6. Organisasi Santri Fauzul Muslimin (OSFM) jabatan koordinator bidang kerumahtanggaan 7. Pengajar Tahfidz SMP BIAS Jogja