MAKALAH Usulan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dengan Mengadopsi Program “Walkabout” Dari Asian Institute of Management, Manila, Philippines
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk diangkat sebagai Pegawai Tetap (Dosen) pada institusi Sekolah Tinggi Manajemen Bandung (STMB) Di Yayasan Pendidikan Telkom (YPT)
Oleh:
Ir. Ratna L. Nugroho, MM
Drs. Agus Burhan, MA Pembina
Bandung 7 Desember 2001
Tanggal
DAFTAR ISI
Halaman Daftar Isi
i
Daftar Lampiran
ii
Bagian I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1
1.3 Sistematika Pembahasan 2
Bagian II
ISI 2.1 Apa itu “Walkabout”?
3
2.2 Apa itu “AIM Memorabilia Photobook”?
4
2.3 Apa manfaat “Walkabout’? 6 Bagian III
PENUTUP Kesimpulan dan Saran
8
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul
1.
Agenda Presentasi
9
2.
Tuloy sa Don Bosco Streetchildren’s Village, Alabang
10
3.
Data Hasil Penjualan
11
4.
Sumbangan Kepada Yayasan Tuloy sa Don Bosco
12
5.
Ucapan Terimakasih Dari Pimpinan Yayasan Tuloy sa Don
13
Bosco
Halaman
1.1.
LATAR BELAKANG Pada Surat Perjanjian Kerja No. 1412/KS00/YPT/2001 tgl. 4 Oktober 2001 antara Yayasan
Pendidikan Telkom (YPT) dan penulis, pasal 2 ayat (1)(e) dinyatakan bahwa sebagai Calon Dosen Tetap, penulis diwajibkan untuk membuat Makalah yang diserahkan kepada YPT selambat-lambatnya tanggal 19 Desember 2001. Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, penulis mencoba untuk mengajukan suatu usulan berupa makalah singkat yang ditujukan kepada Institusi Sekolah Tinggi Manajemen Bandung (STMB) dan mempersiapkan presentasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari usulan tersebut. Mengingat bahwa bidang studi manajemen adalah bidang studi yang harus mengikuti perubahan yang terjadi pada dunia bisnis saat ini, usulan pada makalah ini adalah berdasarkan pengalaman penulis selama menjalani studi kurang lebih 1 tahun di Asian Institute of Management (AIM), Manila, Philippines tahun ajaran 1999/2000 pada program Master in Management (MM). Dari keseluruhan masa studi di program MM tersebut , penulis memfokuskan usulan pada makalah ini dari keunikan aktivitas “Walkabout” yang merupakan bagian dari modul ketiga. Penekanan pada modul ketiga ini adalah pemahaman pada kemampuan “Leadership and Implementation”. Modul ketiga tersebut adalah modul terakhir dari apa yang disebut sebagai “one year Asian-MBA” oleh AIM.
1.2.
MAKSUD dan TUJUAN Dengan mengajukan usulan makalah dan mempresentasikannya, penulis bermaksud untuk
memperkenalkan lebih jauh tentang keunikan aktivitas “Walkabout” ini. Pengalaman pribadi penulis dari proyek “Memorabilia AIM Photobook” adalah salah satu contoh yang diperkenalkan pada makalah ini. Di samping mengangkat contoh lain yang merupakan karya terbaik (the most outstanding Walkabout Project of MM 2000) untuk lebih memahami kunikan dari aktivitas “Walkabout” tersebut. Agenda untuk presentasi dapat dilihat pada Lampiran – 1. Adapun tujuan dari usulan makalah ini adalah agar Institusi STMB – khususnya Faculty – dapat mempertimbangkan usulan ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran para siswa di STMB dan mengadopsi aktivitas “Walkabout” tersebut ke dalam program studi di STMB yang berkaitan dengan Entrepreneurship. Pertimbangan penulis dalam mengemukakan tujuan tersebut di atas adalah semata-mata karena apa yang dialami oleh penulis selama menjalani aktivitas “Walkabout” tersebut tidak hanya meningkatkan academic skill yang lebih berorientasi pada perkembangan nalar intelek dan kritis, namun juga menguji life skill yang merupakan salah satu modal dasar supaya tetap survive dalam menghadapi dunia nyata.
1.3.
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Bagian I
:
PENDAHULUAN berisi kajian tentang latar belakang pengajuan makalah serta maksud dan tujuan dari usulan yang diajukan.
Bagian II
:
ISI yang mengurakan keunikan dari aktivitas “Walkabout” selain juga menceritakan secara singkat proyek penulis yang berjudul ”Memorabilia AIM Photobook”. Bagian ini juga menampilkan data pendukung dari proyek tersebut di atas.
Bagian III
:
PENUTUP berisi kesimpulan dan saran yang merupakan opini dari penulis.
2.1.
APA ITU “WALKABOUT”? Penamaan aktivitas “Walkabout” ini bersumber dari budaya suku Aborigin di Australia. Pada saat
seorang anak laki-laki menuju fase masa dewasa atau yang kita kenal dengan fase akil-balig, dengan dibekali busur dan anak panah si anak tersebut berangkat ke padang gurun. Dengan berbekal kecerdasan dan ketrampilan yang dimilikinya, si anak tersebut berkelana (walkabout) dan mandiri (survive alone) selama enam bulan. Jika si anak tersebut dapat kembali dengan selamat, maka dia akan diterima sebagai warga dewasa di suku asalnya. Konsep tersebut di atas diterapkan kepada para siswa program MM di AIM dan hal ini adalah merupakan ujian untuk dapat lulus dan menyandang gelar Master untuk program MM tersebut. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk melatih kemampuan manajerialnya (managerial skills) dalam kurun waktu tiga bulan. Para siswa diharapkan mampu mempraktekkan apa yang sudah dipelajari di dalam kelas, yaitu opportunity seeking, goal setting dan strategy formulation. Para siswa juga diharapkan mampu melalui masa tiga bulan ini dengan suatu kesuksesan. Untuk dapat mengukur apakah siswa tersebut sukses atau tidak, adalah dengan menilai apakah siswa tersebut memenuhi kriteria berikut: i.
It must be experiental, yang artinya aktivitas tersebut harus merupakan karya nyata (hands-on work), bukan simulasi; dan suatu kegiatan pengelolaan (managing something).
ii.
It must be challenging, yang artinya adalah menguji kemampuan yang dimilikinya. Aktivitas tersebut merupakan suatu aktivitas yang menunjukkan kreativitas (creative imagination) dan kemampuan berinovasi (powers of innovation). Di samping itu juga harus memilki tujuan yang spesifik dan merupakan suatu aktivitas yang belum pernah dilakukan sebelumnya (something original and new).
iii.
It must be a managerial learning experience, yang artinya memanfaatkan sesuatu yang nyata, baik itu berupa uang, orang atau sumber-sumber yang lain yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu
actor
kuantifikasi (a measurable end position) harus diperhatikan pada saat pengajuan proposal proyek. Hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut mampu mengevaluasi hasil yang diperoleh dan membandingkannya dengan tujuan yang sudah disusun sejak awal. Karena aktivitas “Walkabout” ini adalah murni bersumber dari inisiatif siswa, oleh sebab itu TIDAK ADA intervensi dari para dosen, baik itu berupa saran atau komentar terhadap proposal yang telah diajukan. Pada saat feedback session, siswa diberikan waktu presentasi selama 30 menit di depan 2 orang dosen dan beberapa rekannya (kurang lebih 5 ~ 6 orang). Masukan dari pengamatan rekan sekelas yang mengikuti presentasi tersebut adalah merupakan pertimbangan tambahan untuk penilaian akhir selain dari ketiga kriteria yang telah disebutkan di atas. Karya terbaik (the most outstanding project) akan dipresentasikan kepada seluruh peserta program MM, yang pada saat itu MM 2000 berjumlah 50 orang.
2.2.
APA ITU “AIM MEMORABILIA PHOTOBOOK”? “AIM MEMORABILIA PHOTOBOOK” adalah merupakan judul proyek penulis pada saat
mengajukan proposal untuk “Walkabout” ini. Yang melatarbelakangi penulis dalam mengajukan proposal antara lain adalah dengan mengamati suasana kehidupan sehari-hari para siswa yang ada di kampus dan di asrama AIM. Kampus dan asrama AIM yang berlokasi di jalan Paseo de Roxas tersebut merupakan suatu lokasi terpadu pada salah satu bagian pusat bisnis Metro Manila, yaitu Makati City. Karena para siswa berasal dari berbagai negara, adanya perbedaan budaya, bahasa dan latar belakang ini sering menimbulkan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Bobot stress juga bertambah dengan adanya tuigas-tugas akademik seperti paper, cases dan reading assignments yang jumlahnya tidak sedikit. Namun keadaan ini membuahkan life experience yang sangat berharga bagi para siswa tersebut. Dengan mengamati situasi tersebut di atas, penulis memiliki ide untuk menterjemahkan hal itu ke dalam suatu media. Pilihan penulis akhirnya jatuh kepada media dalam bentuk album foto berikut fotofotonya. Foto-foto tersebut akan berbeda bagi tiap siswa karena akan didokumentasikan dalam waktu dan tempat yang berbeda, yang pada akhirnya akan dikemas dalam bentuk produk akhir yang bersifat customized. Selain dirancang secara customized, produk tersebut juga menyimpan suatu kenangan yang berkesan (memorable). Makna inilah yang tercermin dalam judul proposal penulis “AIM MEMORABILIA PHOTOBOOK”. Faktor lain yang melatarbelakangi proyek ini adalah keinginan penulis untuk menyumbangkan sesuatu kepada lingkungan yang ada di Manila. Adanya kesempatan untuk mengikuti studi di AIM melalui beasiswa penuh (full tuition fee) yang diterima penulis sebesar US $ 14,000 dari Dekan di AIM, adalah merupakan suatu karunia dari Yang Maha Kuasa kepada penulis. Bertolak dari sini, penulis merasakan “Walkabout session” adalah saat di mana untuk berkarya kepada lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik itu berupa uang maupun kemampuan yang dimiliki penulis pada saat itu. Pilihan berikutnya adalah kepada siapa hasil yang akan diperoleh tersebut akan disumbangkan. Sedangkan tujuan proyek tersebut antara lain adalah seperti yang disebutkan di bawah ini: a)
Menjual 60 album foto (photobook) dengan mengkategorikan pasar menjadi dua kelompok, yaitu kelompok utama (primary target market) yang merupakan rekan sekelas penulis di MM 2000 dan kelompok sampingan (secondary target market) yang terdiri dari siswa-siswa dari Program Management Development Program (MDM 2000), Program Master in Business Management (MBM 2000) serta para dosen (Faculty members).
b) Mencapai target penjualan antara 12,000 peso sampai 15,000 peso (1 US $ = 42 peso) dalam jangka waktu tiga bulan, yang berawal dari tanggal 3 April 2000 dan berakhir pada tanggal 22 April 2000. c)
Menyumbangkan hasil yang diperoleh kepada Tuloy sa Don Bosco Streetchildren Village Project yang berlokasi di Alabang, Muntinlupa City, Manila (lihat Lampiran – 2). Proyek seluas 4,5 ha ini ini adalah merupakan suatu fasilitas penampungan anak-anak jalanan yang diperkirakan dapat menampung sekitar 1.000 orang anak. Pada saat penulis melakukam “Walkabout” ini, proyek tersebut masih dalam tahap pembangunan.
Tahap perencanaan yang dilakukan penulis adalah dengan merancang bentuk album foto, baik dari segi model, warna, ukuran, jenis kertas dan packaging album tersebut. Selain itu penulis juga mencoba untuk merancang tampilan luar album foto tersebut dengan menampilkan logo AIM. Dengan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk tahap implementasinya, penulis mencoba untuk mengalokasikan dana yang ada ke dalam dua tahap, yaitu: a)
Tahap pertama, dilakukan di Bandung, Indonesia; penulis memanfaatkan liburan akhir tahun 1999 selama 2 minggu, dengan membuat finished product berupa album foto yang sudah dirancang secara matang (well-designed). Hal ini disebabkan karena harga bahan baku di Indonesia lebih murah sekitar 50% jika dibandingkan dengan harga di Manila.
b) Tahap kedua, dilakukan di Manila, dengan mendokumentasikan kegiatan para siswa yang ada di AIM, berupa pengambilan fotofoto. Sedangkan penyusunan foto-foto tersebut yang dikemas dalam bentuk customized product diselesaikan pada periode tiga bulan “Walkabout session” . Hasil implementasi tahap kedua tersebut dapat dilihat pada lampiran – 3. Sedangkan jumlah yang disumbangkan kepada Tuloy sa Don Bosco Streetchildren Village Project dapat dilihat pada lampiran – 4. Penulis juga menerima ucapan terimakasih dari Father Rocky Evangelista, SDB, sebagai pimpinan pada Yayasan Don Bosco di Makati, Manila (lihat lampiran – 5). Sedangkan secara akademik, proyek “AIM MEMORABILIA PHOTOBOOK” ini termasuk dalam kelompok salah satu dari yang terbaik (one of the best MM 2000 walkabout projects) dari total 50 proyek yang ada.
2.3.
APA MANFAAT “WALKABOUT” ? Manfaat yang penulis rasakan selama menjalani masa “Walkabout” ini adalah sebagai berikut:
a)
Kesulitan untuk menjual hasil karya tersebut kepada pasar yang ada. Tidak hanya menguji kemampuan persuasif kepada calon pembeli, namun juga adanya substitusi produk dari teknologi digital yang lebih banyak digemari oleh para siswa-siswa di AIM
b)
Adanya rasa enggan dari para calon pembeli untuk mengeluarkan biaya, walaupun penulis sudah berusaha meyakinkan bahwa hasil penjualan adalah untuk disumbangkan kepada Yayasan Tuloy yang menampung sebagian anak-anak jalanan di Metro Manila
c)
Mengaplikasikan konsep penjualan dengan cara mendekati pembeli pada saat yang tepat dan tempat yang tepat (the right time and the right place). Hal ini karena rekan sekelas penulis yang merupakan target utama penjualan adalah calon pembeli yang sangat sibuk dan memiliki waktu luang yang sangat terbatas.
d)
Kesulitan untuk menagih pembayaran dari para pembeli. Hal ini juga tidak terlepas dari keterbatasan penulis untuk mendekati mereka pada saat yang tepat.
e)
Tantangan untuk mampu menyelesaikan order, karena jumlah foto sebanyak 1.095 lembar harus disusun pada album yang berjumlah 60 dalam waktu 3 bulan.
f)
“Walkabout session” adalah saat dimana penulis merasakan mampu berkarya yang dapat disumbangkan kepada pihak lain, walaupun harus mengeluarkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit.
Hal-hal tersebut di atas hanya mampu dilalui dengan berbekal academic skill dan life skill yang merupakan modal utama untuk dapat bertahan (survive) di dunia nyata. Makna dari filosofi budaya “Walkabout” suku Aborigin dapat sepenuhnya dipahami oleh penulis setelah selesai melewati periode tiga bulan tersebut.
KESIMPULAN dan SARAN
Sebagai seorang calon dosen tetap di Institusi STMB, penulis merasakan bahwa ini adalah saatnya untuk berbagi pengalaman yang diperoleh penulis selama mengikuti studi di AIM, Manila. Penulis berharap maksud dan tujuan makalah ini dapat dipertimbangkan untuk membangun proses pembelajaran para siswa yang memilih STMB sebagai institusi pendidikan yang mampu membekali mereka dengan academic skills dan life skills. Karena kedua hal tersebutlah yang merupakan bekal kepada para siswa-siswa tersebut – baik untuk Program S-1 maupun Program S-2 – untuk mampu survive dalam dunia nyata yang penuh dengan tantangan dan peluang. Hal ini tidak terlepas dari misi institusi yang ingin menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha (entrepreneur). Akhir kata sebagai penutup, di sini penulis mengutip kata-kata Andrew Matthews yang diambil dari salah satu judul bukunya “FOLLOW YOUR HEART”:
WE ARE HERE TO LEARN LESSONS, AND THE WORLD IS OUR THEACHER. When we fail to learn a lesson, we get to take it again … and again! Once we have learned the lesson, we move on to the next one. (And we never run out of lessons!)