MAKALAH ASPEK ERGONOMIK DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
oleh: Arief Cahyanto NIP. 132 312 518
Departemen Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung 2009
LEMBAR PENGESAHAN Judul Makalah
: Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi
Penulis
: Arief Cahyanto
NIP
: 132 312 518
Mengetahui,
Kepala Bagian ITMKG FKG UNPAD,
Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes. NIP. 131 884 889
Pembantu Dekan I FKG UNPAD,
Prof. Sunardhi Widyaputra, drg., MS., Ph.D. NIP. 130 809 275
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan menjadi asisten ahli bagi pegawai negeri sipil di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Sebagai penutup penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT, memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan yang diberikan kepada kami. Amin.
Bandung, 24 Februari 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan……………………………………………………………………… i Kata Pengantar…………………………………………………………………………… ii Daftar Isi………………………………………………………………………………….. iii Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..….. 1 Bab II Faktor Resiko Ergonomik…………………………..………………………..…….. 3 2.1 Pengulangan gerakan yang terus menerus……………………………,...
4
2.2 Kekuatan (Force)………………………………………………………… 4 2.3 Mechanical stresses……………………………………………………… 5 2.4 Postur tubuh……………………………………………………………… 5 2.5 Getaran……………………………………………………………………6 2.6 Temperatur………………………………………….……………………. 7 2.7 Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar………………………….
8
Bab III Jenis-jenis MSD.s………………………………………………………………….. 9 3.1 Sakit padaTulang Belakang Bagian Bawah....…………………………….9 3.2 Sakit padaTulang Belakang Bagian Atas………………………………….10 3.3 Sakit padaTangan dan Pergelangan Tangan…..…………………………. 11 Bab IV Kesimpulan…………………………………………………………………………12 Daftar Pustaka……………………………………………………………………………... 13
iii
BAB I PENDAHULUAN
Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman”. Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorders (MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi dapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja. Tujuan umum dari ergonomik ini adalah:
Mengurangi resiko cedera
Meningkatkan produktivitas kerja
Meningkatkan kualitas hidup
Makalah ini membahas lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya resiko ergonomik, seperti berbagai jenis musculoskeletal disorders (MSDs), dan pendekatan praktis ergonomis di tempat kerja. Studi ergonomik sangat sulit sebab sangat banyak faktor yang dapat berperan untuk terjadinya MSDs. Satu bagian penting adalah ketidak-pastian apakah MSDs berkaitan dengan kerja atau bisa dihubungkan dengan unsur kerja (atau kombinasi dari kedua-duanya). Kemungkinan jawaban dari pertanyaan diatas hanyalah bisa dijawab berdasarkan kasus terjadinya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang pentingnya
1
ergonomik di tempat kerja sehingga para praktisi di bidang kedokteran gigi dapat mempunyai suatu kesadaran tentang faktor resiko ergonomik. Pemahaman mengenai resiko ergonomik dapat memberikan rasa nyaman bagi para praktisi saat bekerja yang tentunya dapat meningkatkan produktifitas bekerja.
2
BAB I FAKTOR RESIKO ERGONOMIK
Walaupun faktor penyebab kasus MSDs sangat sulit untuk ditentukan akan tetapi faktor resiko memberikan ciri yang khas dan dapat dilihat dalam bidang studi ergonomik. Faktor resiko tersebut meliputi: 1. Pengulangan gerakan yang terus menerus 2. Kekuatan (Force) 3. Mechanical stresses 4. Postur tubuh 5. Getaran 6. Temperatur 7. Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar Hal ini adalah penting untuk memahami apakah suatu faktor resiko menjadi penyebab atau bukan. Suatu faktor resiko tidaklah selalu menjadi suatu faktor penyebab dari MSDs. Karena lamanya waktu tidaklah mudah untuk memperlihatkan suatu faktor resiko menjadi penyebab MSDs akan tetapi derajat faktor resiko tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs. [6, 7] Dengan cara yang sama, suatu kasus MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor resiko yang merupakan suatu kombinasi dari berbagai faktor resiko ataupun faktor tunggal. Evaluasi menjadi hal utama dari berbagai kasus MSDs karena kemungkinan terjadinya faktor resiko tersebut dapat terjadi diluar pekerjaan. Lebih lanjut, tidak setiap orang yang terkena faktor resiko dapat berkembang menjadi MSDs. Maupun orang-orang yang sama-sama terkena faktor resiko memiliki kombinasi dan derajat keparahan sama, belum tentu memiliki respon reaksi yang sama. Meskipun demikian,
3
faktor-faktor tersebut adalah faktor yang umum terjadi pada suatu MSDs dalam beberapa kombinasi dan beberapa orang.
2.1. Pengulangan yang dilakukan terus menerus Tingkat pengulangan digambarkan sebagai suatu rata-rata jumlah gerakan atau penggunaan alat yang dilakukan oleh bagian tubuh secara berulang dalam satu unit waktu.
[5]
Gerakan serupa yang berulang setelah
jangka waktu tertentu dapat menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot dan juga kelebihan penggunaan kelompok otot tertentu dapat mendorong kearah kelelahan berotot. Hal yang menarik, gejala ini sering dihubungkan dengan tendon dan kelompok otot yang melibatkan gerakan berulang, tetapi justru terjadi pada tendon antagonis atau kelompok otot yang menstabilisasi posisi tersebut.[8] Terkadang dengan bermacam-macam tugas, kelompok otot mempunyai periode aktivitas dengan periode istirahat tertentu, hal seperti ini yang mungkin memberikan keuntungan untuk mengurangi terjadinya kemungkinan cedera.[6]
2.2 Kekuatan (Force) Kekuatan adalah gaya mekanik atau fisik untuk memenuhi suatu gerakan spesifik.[5] Sebagai contoh, menggunakan tangan sebagai ganti suatu penjepit untuk memegang suatu obyek selagi melakukan suatu pekerjaan seperti menempatkan suatu restorasi komposit
interproksimal. Jumlah
kekuatan yang diperlukan oleh suatu aktivitas kadang-kadang dapat berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan otot.
4
2.3 Mechanical stresses Mechanical stresses digambarkan sebagai cedera yang hebat akibat benda tajam, peralatan atau instrumen ketika memegang, menyeimbangkan atau memanipulasi. Hal ini sering ditemui ketika bekerja dengan lengan bawah atau pergelangan tangan berlawanan terhadap tepi suatu meja. Otot dan tendon ditempatkan pada tepi meja kemudian ditekankan pada tepi tajam meja tersebut. Menggunakan tangan sebagai palu untuk menutup suatu penutup juga dapat menciptakan tekanan mekanik yang berlebihan, terutama jika penutup tersebut memiliki tepi yang tajam.
2.4 Postur tubuh Postur tubuh adalah posisi bagian dari tubuh yang berhubungan dengan suatu bagian tubuh lain yang dihubungkan dengan sudut sambungan. Postur tubuh merupakan salah satu dari hal yang paling sering dihubungkan dengan faktor resiko. [1,2, 9, 10,11]
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) dan (b) posisi saat bekerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan MSDs.
5
Ada suatu zone pergerakan netral untuk tiap gerakan yang menghubungkan satu dengan yang lain. Karena masing-masing dihubungkan oleh pergerakan yang tidak memerlukan kekuatan dari otot atau dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Resiko cedera akan meningkat kapan saja pada setiap orang saat bekerja apabila melakukan pergerakan di luar zona netral mereka sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Untuk lengan atas dan bahu zona netralnya adalah santai dengan bahu sejajar lantai dan pada bidang yang sama, lengan berada disampingnya. Bekerja dengan lengan jauh dari tubuh, overextended dan bahu yang bergerak diluar jangkauan normal yang memerlukan kekuatan otot lebih tinggi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya cedera. Selain itu, posisi duduk yang tegang, seperti miring kesamping, memuntir tulang punggung, membengkok ke depan atau merosot merupakan awal respon dari kompensasi faktor resiko dengan hubungan kerja yang dapat menjadi kebiasaan seiring berjalannya waktu. Postur tubuh dan faktor-faktor memposisikan tubuh seperti memutar batang tubuh, menaikkan posisi bahu, memutar/menengokkan kepala, mengangkat siku lengan sering dihubungkan dengan peningkatan resiko gejala MSDs. [10]
2.5 Getaran Getaran merupakan salah satu faktor etiologi MSDs dilingkungan kerja, yaitu melalui prnggunaan peralatan yang bergetar dengan frekwensi antara 20-80 Hz. Dental handpieces dan instrumen-instrumen otomatis bertenaga mesin yang dioperasikan pada frekwensi lebih dari 5.000-10.000 Hz dan jangka waktu penggunaannya dalam prosedur perawatan gigi relatif
6
singkat. Jadi dengan demikian, hal itu juga akan muncul menjadi faktor resiko di dalam profesi dokter gigi yang relatif kecil. Tetapi aktifitas diluar pekerjaan dari seorang praktisi dapat melibatkan faktor resiko ini. Sebagai contoh, jika diikuti oleh penggunaan dari suatu gergaji mesin atau perkakas kayu aktif bertenaga mesin untuk periode waktu yang lama.
Gambar 2.2 Dental Handpieces
2.6 Temperatur Temperatur yang rendah dapat mengurangi keterampilan manual praktisi dan dapat menyebabkan gejala nerve-end impairment.[1] Temperatur harus diatur atau disesuaikan dengan kenyamanan bekerja bagi praktisi dan kenyamana perawatan bagi pasiennya.
7
2.6 Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar, dapat digambarkan sebagai cara yang dilakukan oleh suatu pekerjaan dengan tersusun, terawasi dan terproses.
[4]
Hal ini mencerminkan sifat yang objektif dari proses
pekerjaan. Mungkin termasuk didalamnya variabel-variabel seperti variasi pekerjaan, kendali pekerjaan, beban kerja, tekanan waktu, dan batasan-batasan keuangan. Pada proses manufacture, beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara faktor
tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar dan
tingginya insidensi MSDs. [13]
Beberapa faktor yang memperentan seperti usia, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, ketidakseimbangan hormonal, diabetes, hypothyroidism, adalah mekanisme-mekanisme biologis yang mempengaruhi peningkatan kerusakan jaringan dan MSDs. Faktor-faktor lain seperti berat/beban, dimensi pergelangan tangan, menunjukkan keterkaitan dengan adanya bukti epidemiologis tetapi mekanismenya masih belum jelas. Meski demikian faktor-faktor lain juga berpengaruh seperti genetika dan pengaruh keadaan umum. Sebagai tambahan, ada sejumlah besar faktorfaktor resiko yang tidak bisa dipisahkan dari kegemaran-kegemaran dan aktivitas lain seperti merajut, menyulam, bowling, penggunaan komputer, dan berlebihan mengemudi. [13]
8
BAB III JENIS-JENIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
Faktor-faktor yang mendorong kearah MSDs terjadi pada beberapa orang dan sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awal terjadinya MSDs hingga timbul gejala yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.
3.1 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa titik di dalam kehidupannya.[15] Mereka merasakan sakit tulang belakang pada bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk melakukan perawatan medis.
[16]
Sakit tulang belakang bagian bawah ini
mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah diperkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari populasi. [14] Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa kambuhnya rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama.[17,18] Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis), proses degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam memperparah terjadinya LBP. Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa
9
mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada pinggang” berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang dihubungkan dengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang tertentu. Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah in harus dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit pada tiaptiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien, latihan umum, dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat bermanfaat.[19]
3.2 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski strukturstruktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan, meski sumber dan penyebab yang tepat sering belum jelas. Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit untuk dapat
10
mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar, termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan perhatian pada postur tubuh.[20]
3.3 Sakit pada Tangan dan Pergelangan Tangan MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk
seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera karena
ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang.[14] Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi penyebab terbanyak.[15] Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari instrument, pekerjaan
yang membutuhkan kekuatan berlebih dan
memperluas penggunaan dari instrumen-instrumen yang bergetar seperti dental handpieces.
11
BAB IV Kesimpulan
Pengetahuan dan pemahaman tentang ergonomik khususnya dibidang kedokteran gigi sangatlah penting terkait dengan produktifitas kerja. Dampak dari tidak ergonomisnya seseorang bekerja dapat menimbulkan kelainan musculoskeletal disorders (MSDs). MSDs tidak dapat ditentukan secara spesifik penyebab terjadinya karena bermacam-macam faktor yang terlibat. Oleh karena itu pemahaman untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang ergonomis menjadi mutlak harus diterapkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Armstrong TJ, Lifshitz Y. Cumulative
Trauma
Evaluation and Design of Jobs for Control of
Disorders.
Ergonomic
Interventions
to
Prevent
Musculoskeletal Injuries in Industry. Chelsea, Lewis Publishers, Inc., 1987. 2. Gerwatowski LJ, McFall DB, Stach DJ. Carpel Tunnel Syndrome Risk Factors and Preventive Strategies for the Dental Hygienist. J Dental Hygiene 2:89-94, 1992. 3. Center for Ergonomics. Introduction to Upper Limb Musculoskeletal Disorders. The University of Michigan College of Engineering, Ann Arbor, Online Training, Inc., 1998. 4. Carayon P, Smith MJ, Haims MC. Work Organization, Job Stress, and WorkRelated Musculoskeletal Disorders. Human Factor 41(4):644-663, 1999. 5. ANSI (1993) Control of Cumulative Trauma Disorders. ANSI 2-365, Illinois. 6. Bramson JB, Smith S, Romagnoli G. Evaluating Dental Office Risk Factors and Hazards. JADA 129:174-183, 1998. 7. Guay AH. Commentary: Ergonomically Related Disorders in Dental Practice. JADA 129:184-186, 1998. 8. Chin D, Jones N. Repetitive Motion Hand Disorders.
J California Dental
Association 30(2):149-160, 2002. 9. Andrews N, Vigoren G. Ergonomics: Muscle Fatigue, Posture, Magnification and Illumination. Compendium 23(3):261-272, 2002. 10. Rucker LM, Surell S. Ergonomic Risk Factors Associated With Clinical Dentistry. J California Dental Association 30(2):139-148, 2002. 11. Belenky M. Human Centered Ergonomics. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998. 12. Cherniak M. Vibration and Dental Equipment. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998. 13. National Academy of Sciences. Work-Related Musculoskeletal Disorders: A Review of the Evidence. National Research Council, Washington DC, 1998. 14. Herring SA, Weinstein SM.
Assessment and Non-surgical Management of
Athletic Low Back Injury. In JA Nicholas, EB Hershman (eds), The Lower Extremity and Spine in Sports Medicine. St. Louis: Mosby, 1995: 1171-1197. 15. Frymoyer JW. Back pain and sciatica. N Engl J Med 1988;318:291-300. 13
16. Cypress BK, Characteristics of physician visits for back symptoms: a national perspective. Am J Public Health 1983;73:389-395. 17. Von Korff M, Deyo RA, Cherkin D, et al. Back pain in primary care. Outcomes at 1 year. Spine 1993;18: 855-862. 18. Von Korff M, Saunders K. The course of back pain in primary care. Spine 1996;21:2833-2839. 19. Sinaki M, Mokri B. Low Back Pain and Disorders of the Lumbar Spine. In RL Braddom (ed), Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Saunders, 1996; 813-850. 20. Brukner P, Khan K, Thoracic and Chest Pain, in Clinical Sports Medicine 2
nd
edition, Australia: McGraw-Hill, 2001; 321-329.
14