Vol.13 No.2, Juni 2014
ISSN: 1412-8926
JURNAL KEDOKTERAN GIGI Terbit setiap Februari, Juni, dan Oktober PENGELOLA JURNAL DENTOFASIAL SK Dekan FKG Unhas No.304/UN4.14/KP.23.2014 (7 Mei 2014) Penasehat: Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Ketua Penyunting: Eri H. Jubhari, drg., M.Kes., Sp.Pros Wakil Ketua Penyunting: Dr. Nurlindah Hamrun, drg., M.Kes. Penyunting Ahli: Prof. Dr. Ekky Soeriasoemantri, drg, Sp.Ort(K) (Ortodonsia-Universitas Padjajaran); Dr. R. Darmawan Setijanto, drg, M.Kes. (Kesehatan Gigi Masyarakat-Universitas Airlangga); Prof. Dr. Rasmidar Samad, drg, M.S, (Kesehatan Gigi Masyarakat-Universitas Hasanuddin); Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K). (Prostodonsia-Universitas Sumatera Utara); Prof. Moh. Dharma Utama, drg, Ph.D., Sp.Pros(K). (ProstodonsiaUniversitas Hasanuddin); Prof. Dr. M. Rubianto, drg, M.S.,Sp.Perio(K) (Periodontologi-Universitas Airlangga); Prof. Bambang Irawan, drg., Ph.D. (Dental Material-Universitas Indonesia); Tis Karasutisna, drg, Sp.BM(K) (Bedah Mulut-Universitas Padjajaran); Gus Permana, drg, Ph.D., Sp.PM (Penyakit Mulut-Universitas Indonesia); Prof. Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar, drg, Sp.KG(K) (Konservasi-Universitas Indonesia); Prof. Dr. H. Suhardjo, drg, M.S.,Sp.RKG (Radiologi Dental-Universitas Padjajaran); Prof. Dr. Iwa Sutardjo Rus Sudarso, S.U, Sp.KGA(K) (Kedokteran Gigi Anak-Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta); Freddy G. Kuhuwael, dr, Sp.THT-KL(K) (Fak. Kedokteran-Universitas Hasanuddin); Dra. Ria R. Jubhari, M.A., Ph.D. (Fak. Ilmu Budaya-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. H. Boedi Oetomo Roeslan, Mbiomed, FISID, FICD (Oral BiologiUniversitas Trisakti) Penyunting Pelaksana: Prof. Dr. Burhanuddin Dg. Pasiga, drg, M.Kes. (Kesehatan Gigi Masyarakat-Universitas Hasanuddin); Dr. Indrya K. Mattulada, drg, M.S. (Konservasi-Universitas Hasanuddin); Maria Tanumiharja, drg, M.D.Sc. (Konservasi-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. Sherly Horax, drg, M.S. (Kedokteran Gigi Anak-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. Hj. Barunawaty Yunus, drg, M.Kes., Sp.RKG(K). (Radiologi Dental-Universitas Hasanuddin); Iman Sudjarwo, drg, M.Kes. (Teknologi Material-Universitas Hasanuddin); Dr. Susilowati, drg, SU. (Ortodonsia-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. M. Hendra Chandha, drg, M.S. (Bedah Mulut-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. Harlina, drg, M.Kes. (Penyakit MulutUniversitas Hasanuddin); Prof. Dr. Hasanuddin, drg, M.S. (Periodontologi-Universitas Hasanuddin); Eri H. Jubhari, drg, M.Kes.,Sp.Pros (Prostodonsia-Universitas Hasanuddin); Prof. Dr. Edy Machmud, drg, Sp.Pros(K) (Prostodonsia-Universitas Hasanuddin); Dr. Nurlindah Hamrun, drg, M.Kes. (Oral Biologi-Universitas Hasanuddin) Pelaksana Administratif: Arianto; Talle, A.Md Ucapan terima kasih kepada penyunting yang bertugas pada Jurnal Dentofasial Vol.13, No.2, Juni 2014: Prof. Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar, drg, Sp.KG(K).; Dra. Ria R. Jubhari, M.A., Ph.D.; Prof. Dr. M. Rubianto, drg, M.S.,Sp.Perio(K); Prof. Dr. H. Boedi Oetomo Roeslan, Mbiomed, FISID, FICD; Prof. Dr. Rasmidar Samad, drg, M.S.; Prof. Dr. M. Hendra Chandha, drg, M.S.; Prof. Bambang Irawan, drg., Ph.D.; Dr. Indrya K. Mattulada, drg, M.S.; Dr. Nurlindah Hamrun, drg, M.Kes; Prof. Dr. Hasanuddin, drg, M.S.; Eri H. Jubhari, drg, M.Kes.,Sp.Pros.; Prof. Dr. Burhanuddin Dg. Pasiga, drg, M.Kes.; Iman Sudjarwo, drg, M.Kes.; Prof. Dr. Sherly Horax, drg, M.S.; Prof. Dr. Hj. Barunawaty Yunus, drg, M.Kes., Sp.RKG(K).; Prof. Dr. Harlina, drg, M.Kes. Alamat Pengelola: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar 90245 Indonesia Phone: (062-411) 587444, 586012; Fax: (062-411) 587444, 584641 E-mail:
[email protected]; Website: http://unhas.ac.id/fkg/sub/jdentofasial/index.php
Vol.13 No.2, Juni 2014
ISSN: 1412-8926
JURNAL KEDOKTERAN GIGI Terbit setiap Februari, Juni, dan Oktober
DAFTAR ISI 1.
Halaman Kelarutan tumpatan sementara Cavit dalam rendaman saliva buatan Juni Jekti Nugroho, Hasrul Husain.………………………….………………………...……....…….….….69- 73
2.
A.actinomycetemcomitans adhesi protein increasing IL-8 titre in heart of wistar rat with aggressive periodontitis Rini Devijanti Ridwan, Retno Indrawati........................................................................................................... 74- 79
3.
Hubungan kualitas darah dengan konsentrasi transforming growth factor-β1 pada platelet rich plasma yang digunakan untuk regenerasi tulang dan jaringan periodontal Surijana Mappangara, Burhanuddin DP, Arni Irawaty Djais ………………………………….………… 80- 85
4.
Uji toksisitas akut ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) terhadap hati mencit (Mus musculus) dengan parameter LD50 Hendrik Setia Budi, Ira Arundina, Retno Indrawati, Leonita Widyana Mahardikasari............................... 86- 90
5.
Persepsi anak terhadap dokter gigi pada Rumah Sakit Gigi Mulut Halimah Dg. Sikati di Makassar Ayub Irmadani Anwar ………………………………………..………………………………..…....….…...91- 94
6.
Kajian sudut inklinasi gigi molar ketiga rahang bawah pre-erupsi pada kelompok umur 14-17 tahun Nurlailia DS, Mei Syafriadi……………………………………….……................................................................ 95-100
7.
Saliva buatan meningkatkan kekuatan tekan semen ionomer kaca tipe II yang direndam dalam minuman isotonik Juliatri, D.H.C. Pangemanan, Dwi Cahya Fitriyana.………….……….......................................................101-105
8.
The quantity of Streptococcus mutan colony in breastfeed and formula milk infant Ridhayani Hatta, Hendrastuti Handayani.………………………………………………….…………..…106-112
9.
Bakteri dominan di dalam saluran akar gigi nekrosis Irfan Fauzy Yamin, Nurhayaty Natsir……..……………….……………….….………………...……...…113-116
10. Perubahan morfologi gigi permanen akibat bruksisma Asmawati, Bahruddin Thalib, Rudin Tamril...................................................................................................117-121 11. Analisis gambaran histogram dan densitas kamar pulpa pada gigi suspek pulpitis reversibel dan ireversibel dengan menggunakan radiografi cone beam computed tomography Lusi Epsilawati, Suhardjo Sitam, Sam Belly, Fahmi Oscandar ………………………………………..…122-128 12. Management of allergic stomatitis due to daily food consumption Erni Indrawati, Kus Harijanti …………………..…………………………………………………………129-134
Juni J. Nugroho & Hasrul Husain: Kelarutan tumpatan sementara Cavit dalam rendaman saliva buatan
69
Kelarutan tumpatan sementara Cavit dalamrendaman saliva buatan (Solubility of Cavit temporary filling immersed in artificial saliva) 1 1
Juni Jekti Nugroho, 2Hasrul Husain
Bagian Konservasi Mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia
2
ABSTRACT A continuous temporary filling inside the mouth would expose acid produced by microorganism during fermentation of carbohydrate that would lower the pH of saliva. The aim of this research is to determine the variation on solubility levels of Cavit temporary filling immersed in artificial saliva with pH 4, 6, and 8. Samples were placed in tube containers with 2 mm in height and 7 mm in diameter. Samples were immersed in four different groups of artificial saliva based on the pH, in which the first group was immersed in artificial saliva pH 4, the second in pH 6, the third in pH 8, and the fourth group was immersed in distilled water (pH 7). The results showed that after 7 day of immersion, there was a significant difference on solubility levels between the four groups of treatment (p<0.05). The data were tabulated and analyzed using one-way ANOVA and least significant difference (LSD). Therefore, it can be concluded that pH can affect the solubility levels of Cavit temporary filling. Key words: Cavit temporary filling, solubility, artificial saliva ABSTRAK Tumpatan sementara dalam lingkungan mulut secara terus-menerus akan terpapar berbagai asam yang diproduksi oleh mikroorganisme selama proses fermentasi karbohidrat, yang menurunkan pH saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelarutan tumpatan sementara Cavit dalam rendaman saliva buatan pH 4, 6, dan 8. Sampel dibuat dalam bentuk tabung dengan tinggi 1 mm serta diameter 7 mm. Sampel lalu dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok I direndam dalam saliva buatan pH 4, kelompok II direndam dalam saliva buatan pH 6, kelompok III direndam dalam saliva buatan pH 8, dan kelompok IV direndam dalam akuades (pH 7). Hasilnya menunjukkan bahwa setelah perendaman selama 7 hari, terdapat perbedaan bermakna antara kelarutan tumpatan sementara Cavit pada keempat kelompok penelitian (p<0,05). Data ditabulasi dan dianalisis dengan uji Anova satu arah dan LSD. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat pH mempengaruhi tingkat kelarutan tumpatan sementara Cavit. Kata kunci: tumpatan sementara Cavit, kelarutan, saliva buatan Koresponden: Juni Jekti Nugroho, Bagian Konservasi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea-Makassar, Indonesia. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Perawatan gigi secara konservasi hampir selalu memerlukan tumpatan sementara yang digunakan untukmenutupkavitasgigijikatahapperawatan yang belum selesai, sebelum dilakukan tumpatan tetap.1 Artinya perawatan gigi memerlukan lebih dari satu kali kunjungan. Hal ini utamanya dilakukan dalam perawatan endodontik yang memerlukan kunjungan berkali-kali. Kasus lain yangmembutuhkan tumpatan sementarayaitudalam prosedur perawatan gigi yang memerlukan follow up, seperti pulp capping, yang tiap kunjungan memerlukan tumpatan sementara. Selain itu, tumpatan sementara diperlukan dalam prosedur perawatan restorasi indirek, seperti inlay atau onlay.2 Syarat-syarat tumpatan sementara yang baik adalah dapat menutup kavitas dengan baik sehingga mencegah masuknya cairan mulut ke dalam kavitas, bersifatsedatifataumeredakan rasa ngilu pada pulpa, mudah dikeluarkan dari kavitas, mudah dipersiapkan
dan cepat mengeras setelah aplikasi, serta harganya murah.1 Cavit merupakan salah satu jenis semen yang seringdigunakansebagai tumpatan sementara karena memiliki beberapakelebihan,antaralain penggunaan yang sangat mudah dan praktis tidak memerlukan pencampurandanpengadukanbahanterlebihdahulu.3 Selainitu, kelebihanlainnyaadalah dapat beradaptasi dengan dinding kavitas secara baik.4 Banyak peneliti, antara lain Pieper dkk5 melaporkan bahwa potensi Cavit dalam menutup kavitas gigi sangat baik. Hal inidisebabkan oleh karena Cavit yang bersifat adesif terhadap struktur gigi. Menurut laporan peneliti lain, dinyatakan bahwa kebocoran mikro yang diperoleh dari penelitian menggunakan Cavit sangat minim dibandingkan dengan kebocoran mikro tumpatan sementara lainnya seperti intermediate restorative material (IRM), Vietremer, dan Tempbond.4 Cavit juga memiliki kekurangan seperti semen jenis lainnya, yaitu ketahanannya terhadap tekanan
ISSN:1412-8926
74
Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014:74-79
A.actinomycetemcomitans adhesi protein increasing IL-8 titre in heart of wistar rat with aggressive periodontitis (Protein adhesin dari A.actinomycetemcomitans meningkatkantiter IL-8 di dalam jantung tikus wistar denganperiodontitis agresif) Rini Devijanti Ridwan, Retno Indrawati Department of Oral Biology Faculty of Dentistry Airlangga University Surabaya, Indonesia. ABSTRAK Penyakit kardiovaskular dan periodontal adalah kondisi keradangan yang umum dalam populasi manusia. Limfosit T berpartisipasi dalam patogenesis dan inflamasi pada aterosklerosis. Sel-sel kekebalan ini memasuki dinding arteri sehingga terjadi keradangan dan bergabung dengan makrofag melalui sejumlah interferon-c-inducible kemokin. Faktor kemokin (IL-8), sitokin, dan pertumbuhan juga berpartisipasi dalam proses ini. Interaksi antara IL-8 dan reseptornya, CXCR2, juga dapat berkontribusi untuk pembentukan lesi pada tikus. Penyebab utama periodontitis agresif adalah Actinobacillus actinomycetemcomitans. Pada penelitian sebelumnya, terungkap bahwa protein adhesin dengan berat molekul 24 kDa dari A.actinomycetemcomitans adalah adhesin spesifik, yang berperan dalam proses adesi pada host. Adesi protein adhesin ini dalam perlekatan pada sel epitel menyebabkan kolonisasi dan invasi A.actinomycetemcomitans yang merangsang respons kekebalan tubuh host. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh induksi protein adhesin A.actinomycetemcomitans dengan berat molekul 24 kDa terhadap kadar IL-8 dalam jantung tikus Wistar dengan periodontitis agresif menggunakan metoda Elisa untuk mengukur dan menganalisis kadar IL-8. Setelah dianalisis dengan analysis of variance, menunjukkan perbedaan yang signifikan kadar IL-8 pada kelompok kontrol dan kelompok induksi A.actinomycetemcomitans, A.actinomycetemcomitans+protein adhesin A.actinomycetemcomitans 24 kDa dan hanya dengan protein adhesin A.actinomycetemcomitans 24 kDa saja. Disimpulkan bahwa protein adhesin A.actinomycetemcomitans dengan berat molekul 24 kDa memiliki peran dalam peningkatan kadar IL-8 dalam jantung tikus Wistar dengan periodontitis agresif. Kata kunci: A.actinomycetemcomitans, protein adhesin , kadar IL-8, jantung, periodontitis agresif ABSTRACT Cardiovascular and periodontal diseases are common inflammatory conditions in the human population. Tlymphocytes participate in the pathogenesis and inflammatory events of atherosclerosis. These immune cells enter the inflamed artery wall and join macrophages via a number of interferon-c-inducible chemokines. Chemokines (IL-8), cytokines, and growth factors also participate in this process. The interaction between interleukin- 8 and its receptor, CXCR2, can also contribute to lesion formation in mice. The main causes of aggressive periodontitis is Actinobacillus actinomycetemcomitans. Previous studies have proven that adhesin protein with 24 kDa molecular weight from A.actinomycetemcomitans is a specific adhesin, this adhesin proteins play a role in the adhesion process on host. this kind adhesion in the epithelial attachment would lead to colonization and invasion of A.actinomycetemcomitans that will stimulate the host immune response. This study aimed to analyze the influence of induction 24 kDa A.actinomycetemcomitans adhesin protein to the titre of IL-8 in heart of Wistar rat with aggressive periodontitis using Elisa method to measure and analyze the titre of IL-8. After analyzed with analysis of variance, showed significant differences of IL-8 titre in the control group and the group with the induction by A.actinomycetemcomitans, A.actinomycetemcomitans plus 24 kDa A.actinomycetemcomitans adhesin protein, and only with 24 kDa A.actinomycetemcomitans adhesin protein. It can be concluded that A.actinomycetemcomitans adhesin protein with 24 kDa molecular weight has a role in increasing of IL-8 titre in heart wistar rat with aggressive periodontitis. Keywords: Actinobacillus actinomycetemcomitans, adhesin proteins, IL-8 titre, heart, aggressive periodontitis Correspondence: Rini Devijanti Ridwan, c/o: Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry Airlangga University, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60132, Indonesia. E-mail:
[email protected]
INTRODUCTION Periodontal disease is by far the most common oral infection, and is the subject of most studies concerning therelationshipbetweensystemic disease and oral health. Periodontal disease caused by bacteria that found in dental plaque, that causes inflammation in the tissues of the gums and mouth. This inflammation can cause destruction of the
ISSN:1412-8926
tissues, periodontal ligaments, and even bone. Many researchers have found that periodontitis is associated with other health problems such as cardiovascular disease (CVD), stroke, and bacterial pneumonia.1 The colonization and invasion of A. actinomycetemcomitans role in the stimulation of proinflammatory cytokine IL-8 is secreted by monocytes,keratinocytes,fibroblastsand endothelial
Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014:80-85
80
Hubungan kualitas darah dengan konsentrasi transforming growth factor-β1 pada platelet rich plasma yang digunakan untuk regenerasi tulang dan jaringan periodontal (Correlation of blood quality with concentration of transforming growth factor-ß1 in platelet rich plasma for bone and periodontal tissue regeneration) 1 1
Surijana Mappangara, 2Burhanuddin DP, 3Arni Irawaty Djais
Bagian Bedah Mulut Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat 3 Bagian Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia 2
ABSTRACT This study aimed to explore the correlation of blood quality with transforming growth factor (TGF-ß1) of platelet rich plasma (PRP) which was used for bone and periodontal tissue regeneration. Thirty nine subjects participated in this study. Data of age, gender, eritrocyt, leucocyt, hemoglobin, thrombocyt, and TGF-ß1 concentration were used to analyze the correlation using Spearman correlation test. This study found leucocyt, eritrocyt, hemoglobin, thrombocyt concentration mean was 8.19 g/dl, 5.31 g/dl, 14.48 g/dl, 326.32 g/dl, respectively. The TGF-ß1 concentration mean acquired from PRP was 31994.27 pg/ml. Based on Spearman correlation test, significant correlation was only observed in eritrocyt concentration variable with p value 0.023 (p<0.05) and it was higher in male than in female. It was concluded that TGF-ß1 concentration in PRP from normal subject was 31994.27 pg/ml. Based on leucocyt, eritrocyt, hemoglobin, and thrombocyt test to TGF-ß1, only eritrocyt showed the significant relationship. This finding also showed the linear correlation between the amoung of eritrocyt in blood with TGF-ß1 as the increased eritrocyt value was followed by the excalated TGF-ß1 value. Keywords: platelet rich plasma, transforming growth factor, blood ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas darah dengan konsentrasi transforming growth factor (TGF-β1) pada platelet rich plasma (PRP) yang digunakan untuk regenerasi tulang dan jaringan periodontal. Sebanyak 39 penderita berpartisipasi dalam penelitian ini. Data usia, jenis kelamin, kadar eritrosit, leukosit, hemoglobin, trombosit dan konsentrasi TGF-β1digunakan untuk menganalisis hubungan dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian mendapatkan rata-rata kadar leukosit dalam darah mencapai 8,19 g/dl diikuti dengan eritrosit sebesar 5,31 g/dl, dan hemoglobin sebesar 14,48 g/dl, serta nilai trombosit sebesar 326,33 g/dl. Konsentrasi rata-rata TGF-β1 yang diperoleh dari PRP sebesar 31994,27 pg/ml. Berdasarkan uji Spearman, terlihat hubungan yang bermakna hanya pada variabel kadar eritrosit dengan nilai p=0,023 (p<0,05) dan ditemukan nilainya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Disimpulkan adanya hubungan yang berbanding lurus antara jumlah eritrosit dalam darah dengan TGF-ß1 yang berarti setiap peningkatan nilai eritrosit diikuti dengan peningkatan nilai TGF-ß1. Kata kunci: platelet rich plasma, transforming growth factor, darah Koresponden: Surijana Mappangara, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Kerusakan tulang merupakan gambaran umum pada penyakit periodontal, sehingga telah banyak jenisperawatan yangdilakukan untuk menumbuhkan mengembalikan atau kembali tulang alveolar yang telah rusak. Regenerasi periodontal yang diharapkan adalah reformasi ligamentum periodontal fungsional dengan fiber kolagen dalam tulang alveolar dan sementum yang terbentuk kembali pada permukaan akar gigi yang sebelumnya berpenyakit. Tahapan evolusioner awal dari regenerasi periodontal terfokus pada penggunaan berbagai bahan bone graft.1,2 Terapi regenerasi belum memberikan hasil yang maksimal sehingga masih dilakukan penelitian untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Salah satu inovasi
ISSN:1412-8926
dalam bidang kedokteran gigi adalah preparasi dan penggunaanplatelet rich plasma (PRP), yaitu sebuah suspensi growth factor terkonsentrasi yang terdapat dalam platelet. Penelitian sebelumnya menyebutkan PRP mengandung, antara lain platelet derived growth factor (PDGF) dan tranforming growth factor beta satu (TGF β-1) yang telah diakui berperan sebagai promotor dalam proses regenerasi jaringan.3 Keberhasilan penggunaan PRP dalam mempercepat pertumbuhan tulang dan penyembuhan luka pada pasien dan binatang coba sudah banyak dibuktikan, tetapi masih banyak faktor atau mekanisme yang berperan yang belum diketahui secara jelas. Darah autolog merupakan sumber pembuatan PRPsehingga kualitasdarah(kadar eritrosit, leukosit,
86
Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014:86-90
Uji toksisitas akut ekstrakbatang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) terhadap hati mencit (Mus musculus) dengan parameter LD50 (Acute toxicity test of ambonese banana (Musa paradisiaca var sapientum) stem extract in liver of mice (Mus musculus) with LD50 parameters 1 1
Hendrik Setia Budi, 1Ira Arundina, 1Retno Indrawati, 2Leonita Widyana Mahardikasari
Departemen Biologi Oral Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Indonesia
2
ABSTRACT The sap of ambonese banana (Musa paradisiaca var sapientum) contain flavonoids, saponins, tannins which have been widely used by people in Trunyan Bali as traditional medicine on wound healing, and it has been reported as a potential wound healing after tooth extraction. The aim of this research was to determine the level of safety of using herbal medicine, ambonese banana stem extract on histopatology liver of mice with LD50 parameters. This experimental study was performed by the post test only controlled group design. The sample were 28 mice (Mus musculus) randomly divided into 4 groups. K group as control group was given aquadest. P1, P2, and P3, as treatment groups were given ambonese banana stem extract with dose 0.42g/20gbw, 2.1g/20gbw, 4.2g/20gbw. The extract was given per-oral with sonde on the first day. On day 3, the mice were terminated, and the livers were microscopically histopathological observed. The observed at 3th day, there were no deaths in every groups of mice (K, P1, P2, and P3) on the third day observation. Kruskal Wallis test showed there was not significant difference in histopathological appearance on liver of mice (p=0.771). It was concluded that the maximum safety dose that can still be administered is 0.42g/20gbw following the LD50 parameter. The acute toxicity test of ambonese banana stem extract did not show necrosis on liver but it showed the highest simple degeneration than all groups which were given 0.42g/20gbw dose. Keywords: acute toxixity, ambonese banana, histopathologically liver ABSTRAK Getah batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) mengandung flavonoid, saponin, tanin yang digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Trunyan Bali sebagai tanaman obat penyembuh luka, dan telah dilaporkan sebagai tanaman obat yang berpotensi dalam penyembuhan luka pencabutan gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keamanan penggunaan tanaman obat ekstrak batang pisang ambon LD50 melalui pengamatan histopatologi hepar. Penelitian eksperimen dengan rancangan the post test only controlled group design menggunakan mencit (Mus musculus) berjumlah 28 terbagi secara random menjadi 4 grup. Grup K sebagai kontrol diberi akuades. P1, P2, dan P3 sebagai kelompok perlakuan diberi ekstrak batang pisang ambon dosis 0,42g/20gbb, 2,1g/20gbb, dan 4,2g/20gbb secara per-oral pada hari pertama. Pada hari ketiga sampel dikorbankan, dan dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar yang hasilnya menunjukkan tidak terdapat sampel yang mati pada seluruh grup. Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada histopatologi hepar (p=0,771). Disimpulkan bahwa dosis aman maksimal ekstrak batang pisang ambon yang masih bisa diberikan adalah 0,42g/20gbb sesuai dengan gambaran LD50. Uji toksisitas akut ekstrak batang pisang ambon secara histopatologi tidak menunjukkan nekrosis pada hepar, tetapi menunjukkan sedikit degenerasi dibandingkan semua grup pada pemberian dosis 0,42g/20gbb. Kata kunci: uji toksisitas akut, Musa paradisiaca var sapientum, histopathologically liver Koresponden: Leonita Widyana Mahardikasari, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl. Prof.Dr.Moestopo No. 47, Surabaya 60132, Indonesia. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket tulang alveolar. Komplikasi pasca ekstraksi gigi dapat terjadi setiap saat,1 diantaranya adalah perdarahan pasca ekstraksi yang merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai; umumnya 90% disebabkan oleh faktor lokal.2 Proses penyembuhan luka pascaekstraksi gigi seringkalimembutuhkan bantuan obat sintesis untuk mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi. Obat
ISSN:1412-8926
yang sering digunakan adalah analgesik, hemostatic agent, dan anti-inflamasi.1 Penggunaan obat sintesis mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping,3 sehingga berkembanglah paradigma pada masyarakat bahwa obat tradisional mempunyai efek samping relatif kecil dibandingkan obat modern.4 Salah satu tanaman yang diduga dapat memberikan berbagai khasiat adalah pohon pisang ambon (Musa paradisiacal var.sapientu). Getah batang pisang ambon mengandung tiga
Ayub I Anwar: Persepsi anak terhadap dokter gigi pada RSGM Halimah Dg. Sikati di Makassar
91
Persepsi anak terhadap dokter gigi pada Rumah Sakit Gigi Mulut Halimah Dg. Sikati di Makassar (Children’s perception of their dentist at Halimah Dg.Sikati Dental Hospital in Makassar) Ayub Irmadani Anwar Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT Management of child behavior begins when the children enters the dental environment and continues until they leave it. Fear of dentist and dental treatment have been considered a major hindrance to provide a quality dental services. Establish a friendly relationship with children is important for dentist to combat patient’s fears and to deliver effective and efficient treatment. The aim of this study was to assess children’s feelings and attitudes toward their dentist in Halimah Dg. Sikati Dental Hospital. A questionnaire designed to evaluate children’s attitudes and preferences toward dentists was completed by 45 children (29 females, 19 males) who attended the hospital. It showed 80% of the subject reported that they had been to the dentist before; 84.4% report liked their visit, and 8.9% were afraid. A 93,3% of the children preferred their dentist to wear a white coat, while 80% preferred them to wear a mask, 82.2% preferred to be treated by a female dentist, while 77,8% reported that their sibling had a pleasant perception. 80% of the children preferred that their dentist wear the formal attire. Fear of local anesthesia and tooth extraction were the most common reasons cited for not liking dental treatment. It was concluded that children have strong perceptions and preferences regarding their dentists. Keywords: dental care, perception, dentist ABSTRAK Penatalaksanaan prilaku anak dimulai saat anak masuk dan berlanjut hingga anak meninggalkan lingkungan dokter gigi. Ketakutan terhadap dokter gigi dan perawatan gigi dianggap sebagai hambatan utama untuk memberikan perawatan gigi yang berkualitas. Membangun hubungan yang bersahabat dengan pasien, utamanya anak-anak, merupakan hal yang penting bagi dokter gigi untuk melawan ketakutan pasien dan memberikan perawatan yang efektif dan efisien. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perasaan dan sikap anak terhadap dokter gigi di RSGM Halimah Dg. Sikati. Sebuah kuesioner dirancang untuk mengevaluasi sikap dan preferensi anak terhadap dokter gigi pada subjek sejumlah 45 anak (29 perempuan, 16 laki-laki). Hasilnya menunjukkan bahwa 80% anak pernah berkunjung ke dokter gigi sebelumnya. Jika 84,4% menyukai kunjungan mereka, dan 8,9% takut,sekitar 77,8% subjek melaporkan bahwa saudaranya menyukai kunjungan mereka. Sejumlah 93,3% menyukai dokter gigi yang memakai jas putih, 80% lebih suka dokter gigi yang mengenakanmasker,80% subjek penelitian menyukai dokter gigi mereka mengenakan pakaian formal. Sedangkan 82,2% subjek lebihsuka dirawat oleh dokter gigi perempuan. Ketakutan terhadap anestesi lokal dan ekstraksi gigi adalah alasan paling umum yang menyebabkan anak-anak tidak menyukai perawatan gigi. Disimpulkan bahwa pasien anak yang berobat pada RSGM Halimah Dg. Sikati memiliki persepsi yang kuat dan preferensi tentang dokter gigi. Kata kunci: perawatan gigi, persepsi, dokter gigi Koresponden: Ayub Irmadani Anwar, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Suatu kemampuan untuk mengarahkan anak membentukpengalamanyangbaik tentang dokter gigi merupakan dasar dalam praktik kedokteran gigi anak. Manajemen prilaku anak dimulai saat pertama kali anak tersebut masuk ke lingkungan dokter gigi dan berlanjut sampai anak meninggalkan tempat itu.1,2 Pasien hanya akan ke dokter gigi ketika mereka mengalami sakit gigi yangtak tertahankan.Ketakutan terhadap dokter gigi dan perawatan gigi dianggap sebagai hambatan utama untuk perawatan gigi yang berkualitas.Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak di berbagai unit layanan kesehatan gigi, misalnya dipraktik dokter gigi,rumah sakit atau
di puskesmas. Survei menunjukkan bahwa antara 56% dari populasi dan 16% anak usia sekolah yang memiliki ketakutan terhadap dokter gigi.3,4 Perawatan pada pasien anak berbeda dengan perawatan pasien dewasa.Hal ini pentingbagi dokter gigi untuk membangun hubungan yang bersahabat dengan pasien, terutama pasien anak, dalam rangka memerangi ketakutan pasien dan untuk memberikan perawatan yangefektifdanefisien.Adanya hubungan yang kuat pada kunjungan pertama anak membantu menciptakan suasananyaman sehingga mereka tidak merasa terancam. Anak sering membuat penilaian tentang dokter gigi mereka berdasarkan penampilan dokter gigi dan sering merekam serta menganalisis
ISSN:1412-8926
Nurlailia DS & Mei Syafriadi: Kajian sudut inklinasi molar ketiga RB pada kelompok umur 14-17 tahun
95
Kajian sudut inklinasi gigi molar ketiga rahang bawah pre-erupsi pada kelompok umur 14-17 tahun (The pre-erupted studyof mandibular thirdmolar inclination among 14 to 17 year old) 1 1
Nurlailia DS, 2Mei Syafriadi
Bagian Bedah Mulut Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Jember, Indonesia
2
ABSTRACT At the beginning of the growth, tooth inclination is mesioangular, then move gradually to come into contact with the distal surface of the second molar and further commit to sliding movement parallel to second molar axis. This position will be retained to achieve the eruption way to oral cavity. However, the last decade reported incidence increased impaction of the third molar teeth in the lower jaw. This study was aimed to study the level of pre-eruption of mandibular third molar in the population group aged 14-17 years to predict the risk of tooth impaction or not. Differentiated populations on cluster I, age 14-15 years old; group II, 15.1-16 years old; and group III 16.1-17 years old. Research carried out by clinical observation and measurement of at Department of Radiology in Jember University with 48 people selected based on predetermined criteria. X-ray projection was exposed by paralleling technique on the lower third molar teeth, left and right. The results showed 43.75% of 14-15 year old group had the third molar angle interval 50-56°; 15.1-16 year age group, 80% have 57-70° angle interval, and 16.1-17 years age group, 46.67% has angular interval 64-70°. It was concluded that a large interval of the third molar angle increase due to the increased of age, and the angle is different between groups based on gender. Keywords: angle of inclination, the lower third molar, pre-erupted ABSTRAK Pada awal pertumbuhan inklinasi gigi tersebut adalah mesioangular, kemudian bergerak secara bertahap hingga berkontak dengan permukaan distal molar kedua dan selanjutnya melakukan pergerakan sliding hingga paralel dengan aksis molar kedua. Posisi ini akan tetap dipertahankan hingga erupsi mencapai rongga mulut. Namun beberapa dekade terakhir dilaporkan peningkatan insidensi gigi impaksi molar ketiga pada rahang bawah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari tahap pre-erupsi gigi molar tiga rahang bawah pada populasi kelompok umur 14-17 tahun untuk memprediksi apakah gigi tersebut berisiko impaksi atau tidak. Populasi dibedakan atas kelompok I, umur 14-15 tahun; kelompok II, umur 15,1-16 tahun; dan kelompok III 16,1-17 tahun. Penelitian dilakukan melalui pengamatan klinis dan pengukuran radiogram di Laboratorium Radiologi FKG Universitas Jember dengan menggunakan 48 orang yang diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Foto ronsen dilakukan dengan paralleling technique projection pada gigi molar ketiga rahang bawah kiri dan kanan. Hasilnya menunjukkan 43,75% kelompok umur 14-15 tahun mempunyai interval sudut molar ketiga 50-560; kelompok umur 15,1-16 tahun, 80% memiliki interval sudut 57-700, dan kelompok umur 16,1-17 tahun sebesar 46,67% mempunyai interval sudut 64-700. Disimpulkan bahwa besar interval sudut molar ketiga meningkat seiring meningkatya usia, dan besar sudut tersebut berbeda antar kelompok berdasarkan jenis kelamin. Kata kunci: sudut inklinasi molar ketiga rahang bawah, pre-erupted Koresponden: Mei Syafriadi, Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37, Tegal Boto Jember, 68121. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Saat bayi dilahirkan, tengkorak bayi tersebut umumnya merupakan versi mini tengkorak dewasa. Wajah berkembang ke arah depan dan bawah dalam kaitannya dengan kranium. Pertumbuhan periosteal dan endosteal berperan penting dalam pertumbuhan maksila dan mandibula. Studi klasik pertumbuhan mandibula dilakukan oleh Hunter, Humphrey, dan Brash menunjukkan bahwa selama pertumbuhan terdapat pembesaran permukaan posterior dan terjadi resorbsi pada daerah permukaan anterior dari ramus mandibula sehingga mandibula cendrung bertambah
panjangnya. Perubahan multi arah dan komplek dari mandibula membuatnya tumbuh ke segala dimensi.1 Secara kontinyu gigi berubah posisinya di dalam tulang rahang,dari masa perkembangan sampai gigi tanggal. Perkembangan dan posisi gigi dalam tulang rahangakan berubah selama perkembanganmahkota, diikuti perubahan posisi fungsi di dalam rahang. Perbedaan perubahan posisi ini digambarkan sebagai pergerakan pre-erupsi atau growth and calcification, erupsi gigi dan pergerakan gigi yang telah erupsi.2 Menurut Nagpal dan Sarkar,proseserupsigigi molar ketiga rahang bawah sangat dipengaruhi oleh posisi
ISSN:1412-8926
Juliatri, dkk: Saliva buatan meningkatkan kekuatan tekan SIK tipe II
101
Saliva buatan meningkatkan kekuatan tekan semen ionomer kaca tipe II yang direndam dalam minuman isotonik (Artificial saliva increases the compressive strength of glass ionomer cement type II soaked in isotonic drinks) 1 1
Juliatri, 2D.H.C. Pangemanan, 3Dwi Cahya Fitriyana
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Program Studi Pendidikan Dokter 3 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado, Indonesia 2
ABSTRACT Immersion of glass ionomer cement (GIC) type II in acid drink like isotonic drink could reduce its compressive strength. This is due to the matrix degradation process of GIC in acid condition. However, there is artificial saliva that can neutralize this condition. The purpose of this study was to evaluate the effect of artificial saliva on compressive strength of glass ionomer cement type II immersed in isotonic drink. The GIC specimens of 6 x 6 x 12 mm3 beam were immersed for 24 hours in distilled water, 24 hours in isotonic drink, 24 hours in isotonic drink continued with 72 hours in artificial saliva, 48 hours in isotonic drink, and 48 hours in isotonic drink continued with 144 hours in artificial saliva. The compressive strength was measured using Universal Testing Machine with a crosshead speed of 0.5 mm/min. Statistical analysis was performed by one-way ANOVA and post-hoc LSD test ( =0.05) showed a significant difference of compressive strength (p<0,05). It was concluded that artificial saliva increases the compressive strength of GIC immersed in isotonic drink. Key words: artificial saliva, compressive strength, glass ionomer cement ABSTRAK Perendaman semen ionomer kaca tipe II dalam minuman asam, seperti minuman isotonik dapat mengurangi kekuatan tekannya. Hal ini disebabkan proses degradasi matriks SIK pada kondisi asam. Akan tetapi saliva buatan dapat menetralkan kondisi ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh saliva buatan terhadap kekuatan tekan SIK yang direndam dalam minuman isotonik.Spesimen SIK tipe II berbentuk balok berukuran 6 x 6 x 12 mm3 direndam selama 24 jam dalam akuades, 24 jam di dalam minuman isotonik, 24 jam di dalam minuman isotonik dilanjutkan dengan 72 jam pada saliva buatan, 48 jam di dalam minuman isotonik, serta 48 jam di minuman isotonik dilanjutkan dengan 144 jam dalam saliva buatan. Kekuatan tekan diukur menggunakan Universal Testing Machine dengan kecepatan cross head 0,5 mm/menit. Analisis statistik dilakukan dengan one-way ANOVA dan post-hoc uji LSD ( =0,05) mendapati perbedaan yang signifikan dari kekuatan tekan (p<0,05). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa saliva buatan dapat meningkatkan kekuatan tekan SIK yang direndam dalam minuman isotonik. Kata kunci: saliva buatan, kekuatan tekan, semen ionomer kaca Koresponden: Juliatri, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Semen ionomer kaca (SIK) merupakan bahan tambal yang masih tetap dikembangkan dan banyak digunakan oleh dokter gigi. Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971 yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat.1,2 Mengacu pada penggunaannya, terdapat beberapa jenis SIK, yaitu tipe I untuk perekat, tipe II untuk restorasi dan tipe III untuk basis atau pelapis.3,4 Semen ionomer kaca sering disebut alumine silicate and polyacrylic acid (ASPA). Ukuran partikel gelas SIK bervariasi, yaitu sekitar 50umsebagai bahan restorasidansekitar 20 um sebagai bahan pelapis.5,6 Kemasan SIK konvensional terdiri dari powder danliquid. Powder SIK merupakan kaca dari kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam liquid asam. KandunganpowderSIK komersialialahsilikat(SiO2),
aluminiumoksida(Al2O3), aluminiumfluoride(AlF3), kalsiumfluoride (CaFa2), natrium fluoride (NaF), dan aluminiumfosfat (AlPO4). Bahan dasar ini digabung sehingga membentuk kaca yangseragam dengan cara dipanaskan hingga suhu 1100-15000C. Lanthanum, stronsium barium, dan seng oksida ditambah untuk mendapatkan sifat radio-opak. Liquid SIK adalah larutan dari asam poliakrilat 40-50%.7,8 Sifat utama SIK, adalah mampu melekat pada email dan dentin tanpa penyusutan atau panas yang bermakna, memiliki sifat biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, pelepasan fluor yang bereaksi baik sebagai antimikroba maupun sebagai kariostatik, kontraksi volume pada saat pengerasan sedikit, dan koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.9,10 Sifat SIK cukup keras tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi, akan tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak ISSN:1412-8926
106
Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014:106-112
The quantity of Streptococcus mutan colony in breastfeed andformula milk infant (Jumlah koloni Streptococcus mutan pada bayi peminum air susu ibu dan peminum susu formula) 1 1
Ridhayani Hatta, 2Hendrastuti Handayani
Clinical student Department of Pedodontic Faculty of Dentistry Hasanuddin University Makassar, Indonesia
2
ABSTRAK Kerusakan gigi pada bayi sangat dipengaruhi oleh jenis substrat yang dikonsumsi. Substrat tersebut merupakan sumber energi utama dalam proses kolonisasi bakteri dalam rongga mulut khususnya S.mutan sebagai bakteri utama penyebab kerusakan gigi. Bagi anak usia 1 tahun, umumnya sumber nutrisi berasal dari konsumsi susu baik air susu ibu (ASI) maupun susu formula. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan jumlah bakteri S.mutans pada saliva antara anak usia 1 tahun yang mengkonsumsi ASI dengan susu formula. Studi observasi analitik dengan menggunakan desain cross-sectional study dilakukan pada 60 bayi yang memenuhi kriteria inklusi dengan metode simple random sampling, masing-masing 30 pada kelompok ASI dan pada kelompok susu formula di Posyandu Kelurahan Antang. Evaluasi S.mutans pada saliva dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Orang tua responden mengisi kuesioner yang menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dan dilakukan microbial screening dengan mengambil sampel saliva. Hasilnya menunjukkan jumlah koloni S.mutans pada kelompok ASI rata-rata 19,7 CFU/ml sedangkan pada kelompok susu formula 37,97 CFU/ml yang berarti terdapat perbedaan jumlah koloni S.mutans yang signifikan antara konsumsi ASI dan susu formula pada saliva anak usia 1 tahun. Disimpulkan bahwa jumlah koloni S.mutans pada kelompok ASI lebih rendah dibandingkan susu formula. Kata kunci: Streptococcus mutan, colony forming units, air susu ibu, susu formula, saliva, anak usia 1 tahun ABSTRACT Caries in infant was influenced by their substrat. Substrats are the primary source of energy in bacterial colonising process in oral cavity. Streptococcus mutans are especially the main cause of tooth decay. For 1-year-old infant the primary nutritions are generally from breast milk or formula milk. This study was aimed to determine the different numbers of bacterial colonizations of S.mutan found in breast-fed infants from those found in formula milk. This observational-analytics study used cross sectional study design was carried out to 60 infants who fulfil the inclution criteria of simple random sampling method,30 infants in each group from Integrated Health Centre in Kelurahan Antang, and the bactery on the saliva was evaluated in Microbiology Laboratory of Medical Faculty Hasanuddin University. Each parent was given questionnaire which to asks the things related with this research and microbial screening was taken from saliva of 1-year old infant. The number of bacterial colonizations for S.mutans in breastfeeding group shows mean value 19.7 CFU/ml while the formula milk group was about 37.97 CFU/ml, so the consumptions of breast milk and formula milk in 1-year old infant show the significantly different number of bacterial colonizations of S.mutans in. It was concluded that colonization of S.mutans in breastfeeding group lower than formula milk group. Key words: Streptococcus mutans, colony forming units, breast milk, formula milk, saliva, 1 year old infant Correspondence: Ridhayani Hatta, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN The human body is composed of almost one trillion cells that can become a place to live bacteria, and one of themain entrance of bacteria after individu came out of the womb is the oral cavity. Theory of psychosexual development by Freud claimed that the process of learning and experience of our lives as human beings starts from the mouth. The mouth was explored by fingers,toys, food,and other things. Through the exploration process we unconsciously carry bacteria into the mouth.1 Particularly in 1-year-old child,the exploratory process is done by providing food nutrition through breast milk or infant formula. Based on data from
ISSN:1412-8926
the Food and Agriculture Organization (FAO) in the USA and WHO, carbohydrate content in breast milkasasourceofprimaryenergyin formoflactose is 7 g/100 mLwhileon infantformula ranged from7-8.5 g/100 mL. Existing content of lactose in breast milk and formula milk increases amount of bacteria in the oral cavityby a process of splitting lactose into lactic acid in the form acidic compounds. In addition, the entry of bacteria into the mouth can also be enhanced through media used to breastfeed, such as silicone or latex contained on bottles into bacterial transmission because direct contact with baby's oral cavity.2-4 Oral conditions are warm, moist, nutrient-rich and provide opportunities for the growth of bacteria.
Nurhayaty Natsir & Irfan F. Yamin: Bakteri dominan di dalam saluran akar gigi nekrosis
113
Bakteri dominan di dalam saluran akar gigi nekrosis (Dominant bacteria in root canal of necrotic teeth) 1 1
Irfan Fauzy Yamin, 2Nurhayaty Natsir
Mahasiswa tahap profesi Bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia
2
ABSTRACT One disease that often affects the pulp is necrotic teeth, which are caused by some irritants. Most major irritants are microbes, such as bacteria. This study aimed to determine the type of bacteria in the necrotic root canal. Samples were obtained from fifteen patients with necrotic teeth in Conservation Clinic of Dental Hospital, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University. Specimens of bacteria from samples taken using paper points were inserted into the root canal. The specimens identified in the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine. The results showed that there are seven types of bacteria that vary in number, most are gram-positive facultative anaerobic bacteria Actinomyces spp. It was concluded that Actinomyces spp. is the dominant species of bacteria on the necrotic tooth root canal. Keywords: bacteria, root canals, necrotic teeth ABSTRAK Salah satu penyakit pulpa yang sering diderita adalah gigi nekrosis, yang yang disebabkan oleh beberapa iritan. Iritan yang paling utama adalah mikroba, seperti bakteri. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bakteri pada saluran akar gigi nekrosis. Sampel diperoleh dari lima belas pasien dengan gigi nekrosis di Klinik Bagian Konservasi Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Spesimen bakteri dari sampel diambil dengan menggunakan paper point yang dimasukkan ke dalam saluran akar. Spesimen bakteri diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Hasil yang diperoleh menunjuk terdapat tujuh jenis bakteri yang bervariasi jumlahnya, terbanyak adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif Actinomyces spp. Disimpulkan bahwa Actinomyces spp. merupakan jenis bakteri yang dominan pada saluran akar gigi nekrosis. Kata kunci: bakteri, saluran akar, gigi nekrosis Koresponden: Nurhayati Natsir, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Jaringan pulpa merupakan suatu jaringan ikat pada gigi yang tidak mempunyai sirkulasi darah kolateral. Jaringan pulpa berada pada suatu ruangan yang dibatasi oleh dinding dentin yang keras.1 Pulpa memiliki beberapafungsi, salahsatunyaadalahfungsi formatif. Fungsi formatif yang merupakan fungsi utama jaringan pulpa, diperankan oleh odontoblas untuk membentuk dentin tersier sebagai tanggapan terhadap berbagai rangsangan berupa iritan mikroba, iritan mekanik, maupun iritan kimia.1,2 Iritan mikroba merupakan sumber utama iritasi pada jaringan pulpa gigi yang meliputi bakteri yang terdapat pada karies. Karies lanjut lambat laun akan mencapai pulpa, mengakibatkan penyakit pulpa.1,3 Penyakit pulpa menduduki urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan pengunjung rumah sakit di Indonesia tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak 163.211 pasien. Sedangkan untuk di Kota Makassar, penyakit pulpa berada pada urutan kedelapan dari sepuluh penyakit utama untuk semua golonganumur di Kota Makassar pada tahun 2007 dengan jumlah penderita sebanyak 23.253 orang. Data tersebut membuktikan bahwa
penyakit pulpa merupakan penyakit gigi dan mulut yang utama dan terbanyak diderita oleh masyarakat di Indonesia, khususnya Kota Makassar.4,5 Penyakit pulpa pada dasarnya diawali karena adanya invasi bakteri pada jaringan pulpa oleh karena karies.Invasibakteri yangtelah mencapai pulpa akan mengakibatkan jaringan pulpa terinflamasi namun tetap vital dalam beberapa waktu atau akan cepat menjadi nekrosis. Bakteri tersebut akan menginvasi pulpa yang nekrosis, bereproduksi, dan menginfeksi saluran akar.1 Walaupun penyebab utama dari penyakit pulpa khususnya nekrosis adalah iritan mikroba dari karies, yaitu bakteri S.mutans dan Lactobacillus spp., tidak begitu berperandalamperkembangan nekrosis pulpa. Hal tersebut disebabkan ketika pulpa terbuka oleh karena karies, banyak spesies bakteri oportunis yang menginvasi dan berkoloni di jaringan pulpa yang nekrosis serta memungkinkan sistem dalam jaringan pulpabersifatselektifdalammenentukanbakteri yang mendominasi jaringan pulpa yang nekrosis.1 Berdasarkanhal-haltersebut, pengetahuan tentang bakteri merupakan hal yang penting agar patogenesis penyakit pulpa dapat lebih dipahami. Selain itu,
ISSN:1412-8926
Asmawati, dkk: Perubahan morfologi gigi permanen akibat bruksisma
117
Perubahan morfologi gigi permanen akibat bruksisma (Morphological changes of permanent teeth due to bruxism) 1 1
Asmawati, 2 Bahruddin Thalib, 3Rudin Tamril
Bagian Oral Biologi Bagian Prostodonsia 3 Mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia 2
ABSTRACT Grinding or clenching teeth during sleep or unconsciously called bruxism. Bruxism is a bad habit that is occured in almost people, from children to adults. Bruxism closely related to changes in tooth morphology due to erosion of tooth surfaces, especially on the occlusal area. This study aimed to determine the morphological changes of permanent teeth due to bruxism. By using the method of observational analytic and cross-sectional design, the sample set in adults who experience bruxism as many as 69 samples; 23 samples do bruxism and 46 samples do not do bruxism. The results showed that the morphological changes on occlusal and incisal surfaces of the teeth in 78.3% of samples undergo bruxism, and samples do not undergo morphological changes as much as 21.7%. 6.5% of samples who did bruxism had dental morphology changes, and the prevalence is higher in men than women. With the chi-square test, it is known that there is significant effect (p<0.05) of bruxism on morphological changes of permanent teeth. It was concluded that bruxism affect the morphological changes of permanent teeth. Keywords: bruxism, morphological changes, permanent teeth ABSTRAK Mengasah gigi atau mengatupkan gigi dengan keras baik pada saat tidur ataupun tidak sadar disebut dengan bruksisma. Bruksisma adalah suatu kebiasaan buruk yang hampir dilakukan semua orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Bruksisma sangat erat hubungannya dengan perubahan morfologi gigi akibat erosi pada permukaan gigi, terutama pada daerah oklusal. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan morfologi gigi permanen akibat bruksisma. Dengan menggunakan metode observasi analitik dan rancangan cross sectional, ditetapkan sampel penelitian pada orang dewasa yang mengalami bruksisma sebanyak 69 sampel; 23 sampel dengan bruksisma dan 46 sampel tidak melakukan bruksisma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan morfologi pada permukaan oklusal dan insisal gigi pada 78,3% sampel yang bruksisma dan tidak mengalami perubahan morfologi sebanyak 21,7%. Pada sampel yang tidak bruksisma, 6,5% mengalami perubahan morfologi gigi, dan prevalensi lebih tinggi pada pria daripada wanita. Dengan uji chi-square, diketahui ada pengaruh yang signifikan (p<0,05) kejadian bruksisma pada perubahan morfologi gigi permanen. Disimpulkan bahwa bruksima berpengaruh pada perubahan morfologi gigi permanen Kata kunci: bruksisma, perubahan morfologi, gigi permanen Koresponden: Asmawati, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Kebiasaan buruk sangat berpengaruh terhadap bentuk dan antomi gigi-geligi. Salah satu kebiasaan buruk tersebut adalah bruksisma.1 Bruksisma sendiri merupakan suatu aktivitas dalam rongga mulut yang melibatkan sistem dan organ mastikasi, gigi-geligi, dengan melakukan gerakan mastikasi secara tidak sengaja dalam keadaan nonfunctional. Bruksisma dapat terjadi pada malam dan siang hari, pada saat tidur dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.2,3 Faktor yang diduga menjadi penyebab bruksisma dibedakan menjadi faktor oklusal perifer dan faktor patopsikofisiologik sentral, diantaranya konsumsi alkohol, rokok, stres, pergantian waktu kerja, sakit kondisi medis, kelainan kejiwaan dan lain-lain. Pada waktu tidur, terjadinya bruksisma dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh pusat dan tingkat stres. Pola oklusi dapat mempengaruhi besarnya aktivitas otot
selama terjadinya bruksisma. Sebenarnya bruksisma berfungsi melindungi manusiayaitumengurangi efek stres psikis dan keadaan patologik.2,4,5 Bruksisma dapat mengubah secara perlahanlahan pada struktur rongga mulut, dimulai dari gigigeligi, gangguan sendi temporomandibula, hingga terjadi perubahan postur kepala, dan menyebabkan terkikisnya permukaan oklusal/insisal gigi karena adanya gesekan antar rahang, sehingga gigi terlihat mengalami kelainan bentuk dibanding gigi-gigi di sekitarnya.6 Bruksisma sering dikaitkan dengan anatomi gigi. Berdasarkan hasil riset ditunjukkan bahwa salah satu penyebab perubahan bentuk gigi adalah kebiasaan menggerindingkan gigi yang terjadi secara berulang atau tidak beraturan dapat menyebabkan keausan struktur gigi secara berkepanjangan sehingga gigi berubah bentuknya.2,7 ISSN:1412-8926
Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014:122-128
122
Analisis gambaran histogramdan densitas kamar pulpa pada gigi suspek pulpitis reversibel dan ireversibel dengan menggunakan radiografi cone beam computed tomography (Histogram and density analysis of irreversible and reversible pulpitissuspected tooth using cone beam computed tomography radiography) Lusi Epsilawati, Suhardjo Sitam, Sam Belly, Fahmi Oscandar Departemen Radiologi Dentomaksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia ABSTRACT Inflammation of the pulp is most common and difficult to diagnose. For it radiographs is necessary. One attempt to do is to assess its histogram and density. Radiography equipment that has the ability to analyze is cone beam computed tomography (CBCT). The purpose of this study is to analyze radiograph of the pulp chamber histogram: peak value, grayscale and trends, as well as the density on the condition reversible and irreversible pulpitis condition. The population of this descriptive study is secondary data of CBCT-3D radiographs during 2012-2013. Selected sample of 75 data is reversible pulpitis, irreversible pulpitis 80 data, as well as 20 normal condition data as control. Data were analyzed by one way ANOVA and are presented in tables and graphs. The results showed that the value of the histogram under normal conditions showed a different significance for both the peak value of the reversible or irreversible pulpitis (p= 0.01). It is different with a grayscale value, showed no significant different between normal with reversible pulpitis (p = 0.997) and significantly different between normal and pulpitis reversible against pulpitis irrebversible (p= 0.03-0.01). There is a growing trend change is on the right direction of reversible and irreversible pulpitis. It was concluded that the irreversible pulpitis, density and histogram shows the direction of more luscent compared with normal and reversible pulpitis conditions. Key words: reversible pulpitis, irreversible pulpitis, histogram, trend, grayscale, peak ABSTRAK Inflamasi pada pulpa paling sering terjadi dan sulit untuk didiagnosis.Untuk itu pemeriksaan radiografi sangat diperlukan. Salah upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penilaian terhadap histogram dan densitas. Peralatan radiografi yang dilengkapi kemampuan untuk menganalisis hal adalah cone beam computed tamography (CBCT). Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis gambaran histogram kamar pulpa dilihat dari nilai peak, grayscale, dan trend, serta densitas pada kondisi pulpitis reversibel dan ireversibel. Populasi penelitian deskriptif ini berupa data sekunder radiografi CBCT-3D selama tahun 2012-2013. Sampel yang terpilih sebanyak 75 data pulpitis reversibel, 80 data pulpitis ireversibel, serta 20 data kondisi normal sebagai kontrol. Data yang terkumpul dianalisis dengan one way anova dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai histogram pada kondisi normal memperlihatkan signifikansi berbeda untuk nilai peak baik terhadap pulpitis reversibel ataupun ireversibel (=0,01). Hal berbeda dengan nilai grayscale menunjukkan tidak signifikan berbeda antara normal dengan pulpitis reversibel (=0,997), dan signifikan berbeda antara kondisi normal dan pulpitis reversibel terhadap pulpitis ireversibel (=0,03-0,01). Terdapat perubahan trend semakin ke arah kanan, yaitu pada pulpitis reversibel dan ireversibel. Disimpulkan bahwa pada pulpitis ireversibel, densitas dan histogram menujukkan ke arah lebih lusent dibandingkan dengan kondisi normal dan pulpitis reversibel. Kata kunci: pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel, histogram, trend, graysacle, peak Koresponden: Lusi Epsilawati, E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yanglainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan.1 Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah salah satunya karies. Karies gigi bersifat kronis dalam perkembangannya danbutuh waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mempunyai potensi mengalami gangguan kelainan ini seumur hidup.2-4 Prevalensi kerusakan gigi di dunia yang tertinggi, terdapat di Asia dan
ISSN:1412-8926
Amerika Latin, dan paling rendah terdapat di Afrika. Kerusakan gigi didominasi oleh karies,5,6 yang secara umum dikenal sebagai pulpitis.7,8 Pulpitis adalah peradangan jaringan pulpa gigi. Radangatau inflamasi adalah responsuatu organisme terhadap patogen dan jejas mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti terinfeksi. Inflamasi adalah satu dari respon utama dari sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Pulpitis paling sering disebabkan oleh karies gigi yang menembus email dan dentin lalu mencapai pulpa, atau mungkin
Erni Indrawati & Kus Harijanti: Management of allergic stomatitis due to daily food consumption
129
Management of allergic stomatitis due to daily food consumption (Penatalaksanaan stomatitis alergika akibat konsumsi makanan sehari-hari) 1 1
Erni Indrawati, 2Kus Harijanti
Student at Oral Medicine specialist program Department of Oral Medicine Faculty of Dentistry, Airlangga University Surabaya, Indonesia
2
ABSTRAK Stomatitis alergika atau stomatitis venenata merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh alergen penyebab yaitu obat-obatan, makanan, bahan kedokteran gigi (bahan restorasi, prostetik, alat ortodonti, merkuri, akrilik, cobalt). Pada kasus ini akan dibahas mengenai stomatitis alergika karena makanan. Makanan yang paling sering menyebabkan alergi pada penderita dewasa yaitu jeruk (citrus fruit), kacang, ikan, ikan laut dan gandum. Manifestasi oral dari stomatitis alergika diawali dengan adanya vesikula multipel yang akan menjadi ulser yang tertutup fibrin dengan tepi erythematous disertai dengan inflamasi dan rasa nyeri. Pasien adalah seorang wanita berusia 53 tahun yang sering menderita sariwan sejak 6 bulan yang lalu, sudah berobat ke dokter gigi praktek swasta maupun dokter gigi praktek pemerintah (RSUD dan Puskesmas). Pasien mempunyai riwayat alergi. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan adanya ulser multipel pada mukosa pipi kanan atas, mukosa pipi kanan bawah dan lidah. Kasus didiagnosis sebagai stomatitis alergika karena makanan berdasarkan anamesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan utama dengan menghindarkan faktor penyebab, pemberiaterapi simptomatis, dan pemberian kortikosteroid topikal. Disimpulkan bahwa penatalaksanaan stomatitis alergika dengan menghindarkan faktor penyebab makanan, pemberian obat kumur yang mengandung analgesik/anti-inflamasi, dan pemberian obat kortikosteroid topikal. Kata kunci: stomatitis alergika, makanan ABSTRACT Allergic stomatitis or stomatitis venenata is a hypersensitivity reaction caused by an allergen from medicines, foods, dental materials (restoration material, prosthetic, orthodontic appliance, mercury, acrylic, cobalt). This report will discusses the management of food allergic stomatitis. The common cause of food allergy in adult patients are orange (citrus fruit), nuts, fish, marine fish and wheat. Oral manifestations of allergic stomatitis begin with multiple vesicles and becomes fibrin-covered ulcers with erythematous edges accompanied by inflammation and pain. The patient was a 53-year-old woman who has suffered stomatitis since 6 months ago, and had seen dentist in private practice and government dental-practice (hospitals and health centers). The patient has an a allergy history. Intra oral examination found the presence of multiple ulcers on the buccal mucosa upper right, cheek mucosa lower right and tongue. The final diagnosis of the case is allergic stomatitis due to daily food alergic base on anamesis, clinical examination and laboratory tests. Treatment to prevent allergic stomatitis causes, symptomatic therapy, and topical corticosteroids. It was concluded that management of allergic stomatitis should avoid the food as primary causes, giving mouthwash containing analgesic/anti-inflammatory and topical corticosteroids. Key words: allergic stomatitis , daily food consumption Correspondence: Erni indrawati, Department of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Airlangga University, Jln. Prof. Dr. Moestopo No. 47, Surabaya, Indonesia. 60132. E-mail:
[email protected]
INTRODUCTION Allergy was derived from "allos" whichmeans a deviation from original manner.1 Allergen was a foreign objectthat makes alteration.1 Symptomcaused by food allergies varies from small reddish papules to form a life-threatening condition namely fatal anaphylaxis, mostly involving "the target organs" i.e. skin, gastrointestinal tract, and upper and lower respiratory tract. Severity of allergic reactions from food showed no stereotypical. Each individual also has the distinction of the allergens that cause allergic reactions.2 Coombs andGell classified allergen into 4 types of hypersensitivity reactions that have been revised
by Janeway and Travers in 1995, namely Type I reactionsoranaphylaxisreaction, typeII or cytotoxic, type III or complex reaction-toxic, and type IV or reaction cell,which is divided into 3 types,IVa, IVb, IVc. The latter allergy is often called as delayed hypersensitivityreactions due to occurrence of more than 12 hours after antigen exposure.1 This type does not involve antibodies but involving T lymphocytes because T-lymphocytes has sensitisation reacts with a particular antigen and produces immune reaction.2 Type IVa hypersensitivity reactions make tissue damaged that is caused bystimulation of macrophage activation of Th1 cells and result in inflammation. In type IVb hypersensitivity reaction, tissue damage
ISSN:1412-8926
……..……..……………..……………………………………………Potong di sini/detach here…………………………………………………………………..
subscription form formulir berlangganan
Jurnal Dentofasial ISSN: 1412-8926
Faculty of Dentistry Hasanuddin University Editorial address: Jln. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar 90245 Indonesia Contact person: Eri H. Jubhari, drg, M.Kes., Sp.Pros.(+628124235346)
Phone: (062-411) 586012, 587444; Fax: (062-411) 584641, 587444 E-mail:
[email protected]; website: http://unhas.ac.id/fkg/sub/jdentofasial/index.php Berlangganan – termasuk pengiriman [Subscription – include postage and handling (√)] Pilihan (Options)
Country/City
Indonesia
(Single edition)
2 years
Makassar
Rp 200.000,00
Rp 400.000,00
Out of Makassar
Rp 200.000,00
Rp 400.000,00
US $ 45,00
US $ 90,00
Negara lain (Other countries) Eceran
1 year
Makassar
Rp.60.000,-
Out of Makassar
Rp.80.000,-
Out of Indonesia
US $ 20,00
terbit 3 kali per tahun/triennial publication sudah termasuk biaya pengiriman/include shipping fee Saya ingin berlangganan Jurnal Dentofasial I wish to subscribe Jurnal Dentofasial Nama/Name ………………………………………. Saya membayar jurnal ini dengan ………………………………………………………. I pay this journal by Pekerjaan/Job .......……………………………...... ………………………………………………………. Transfer ke/Transfer to Institusi/Institution ………………………………… ……………………………………………………… No.Rek./Account No : 152-00-09834983 Alamat surat/Correspondence Address ……………………………. : Bank Mandiri Cokroaminoto ............................................................................ B a n k Makasar ............................................................................ Atas nama/ Kota/City ............................................................ Negara/Country ................................................. Name of beneficiary : Eri H. Jubhari, drg Telp/Phone.……………………………………….. ……………………………………………………… Mohon kirim foto kopi dari bukti transfer atau setoran Faks/Fax. …………………………………………. lewat pos/e-mail/faks ke alamat pengelola/ ……………………………………………………… Please send the copy of deposit or transfer E-mail …………………………………………...... application form by post/e-mail/fax to Editorial Tanggal/Date …………………………………….. address Tanda Tangan/Signature …………………….. Mohon informasi jika alamat berubah Please immediately inform us if your address changes
Petunjuk bagi calon penulis dan Pedoman penulisan makalah
JURNAL DENTOFASIAL Jurnal Dentofasial menerima artikel berupa hasil penelitian dan laporan kasus di bidang kedokteran gigi yang hanya ditujukan bagi Jurnal Dentofasial dan tidak akan diterbitkan sebagian maupun seluruhnya di penerbitan lainnya. Makalah yang pernah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah harus diberikan catatan kaki yang menyebutkan nama dan tanggal pertemuan tersebut. Tiga rangkap cetakan naskah artikel dimasukkan dalam amplop bersama-sama dengan CD yang berisi file naskah, surat yang ditandatangani oleh penulis yang menyatakan bahwa naskah hanya untuk dimuat di Jurnal Dentofasial dan tidak akan dimuat, baik sebagian maupun seluruhnya di penerbitan lain, beserta identitas penulis (nama lengkap dan gelar, institusi dan alamatnya, alamat pos dan email, nomor telepon, HP, dan faks). Pengiriman naskah dapat diantar langsung, dikirim dengan pos ke Ketua Penyunting Jurnal Dentofasial FKG Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245, Indonesia atau berupa file attachment yang dikirim ke
[email protected] Ketentuan umum 1.Makalah ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Istilah asing sedapat mungkin di-Indonesiakan jika telah ada padanannya. Kata asing harus ditulis dengan huruf miring (italics). Istilah asing non-medis sebaiknya dihindari, kecuali bila sangat diperlukan dan harus disertai dengan terjemahan penjelasannya. 2.Naskah dapat juga ditulis dalam bahasa Inggris dengan bahasa akademis. Naskah berbahasa Inggris sebaiknya disertai versi bahasa Indonesia. 3.Artikel diketik menggunakan program Microsoft Word, jarak 2 spasi, huruf Times New Roman, font 12 serta batas tepi 3 cm. File dalam compact disc(CD) dikirim beserta cetakannya pada kertas HVS A4 (210 x 297 mm). 4.Penyunting berhak memperbaiki isi dan bahasa naskah tanpa mengubah arti. 5.Diutamakan naskah yang mensitasi salah satu naskah yang dimuat pada salah satu terbitan Jurnal Dentofasial. 6.Penelitian yang menggunakan subjek manusia harus melampirkan surat dari lembaga yang menerbitkan ethical clearance 7.Isi naskah menjadi tanggung jawab penulis. 8.Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, penulis wajib melunasi biaya langganan minimal selama satu tahun, dan membayar kontribusi biaya cetak. Sistematika penulisan artikel 1. Sistematika penulisan disesuaikan dengan jenis artikel: a. Laporan penelitian: abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil, pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka. b. Studi kasus: abstrak, pendahuluan, laporan kasus serta foto sebelum dan sesudah, pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka. 2. Artikel diawali dengan judul yang dibuat singkat, jelas, informatif, tidak lebih dari 20 kata, diikuti nama penulis tanpa gelar, tempat bekerja, alamat jelas, serta nomor telepon yang mudah dihubungi, dan faksimili serta email. 3. Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, spasi tunggal, tidak lebih dari 200 kata, dengan susunan tidak terstruktur tetapi menggambarkan isi naskah secara ringkas dan padat dengan mengemukakan:
a.Laporan penelitian: masalah dan tujuan penelitian, metode dan hasil penelitian, dan simpulan. b.Studikasus: masalah dan tujuan penulisan, laporan kasus, dan simpulan. Di bawah abstrak, tuliskan 3-5 kata kunci. 4. Simpulan dan saran merupakan alinea terakhir dari pembahasan. 5. Ucapan terima kasih jika dipandang perlu, wajib dituliskan sebelum daftar pustaka 6. Daftar pustaka berisi sumber yang betul dikutip, disusun dalam sistem Vancouver (Uniform requirements for manuscript submitted to biomedical journals). Urutan penunjukan sumber pustaka ditulis menggunakan angka arab berdasarkan urutan pemunculannya.Jika nama penulis lebih dari 6, tulis 6 nama pertama diikuti dengan et al. Singkatan nama jurnal mengacu pada Index Medicus. Contoh penulisan daftar pustaka: a. Jurnal Rose ME, Huerbin MB, Melick J, Marion DW, Palmer AM, Schiding JK, et al. Regulation of interstitial excitatory amino acid concentrations after cortical injury. Brain Res. 2002; 935 (1-2): 40-6. b. Buku (pengarang bab) McGlumphy EA. Implant-supported fixed prostheses. In: Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J, editors. Contemporary rd fixed prosthodontics. 3 ed. St. Louis: Mosby, Inc.; 2001. p.313-9. Buku (editor sebagai pengarang) Gilstrap LC, Cunnignham FG, van Dorsten JP, editors. nd Operative obstetrics.2 ed. New York: McGraw-Hill; 2002 c. Makalah seminar Isaac DH.Engineering aspects of the structure and properties ofpolymer-fibre composites. In: Vallittu PK,editor. Symposium nd book of the European Prosthodontic Association (EPA) 22 annual conference; 1998 August 27-29; Turku, Finlandia. Turku: Department of Prosthetic Dentistry & Biomaterials Project, Institute of Dentistry, University of Turku;1998.p.1-12 d. Conference proceeding Harnden P, Joffe JK, Jones H, editors. Germ cell tumours V. th Proceedings of the 5 Germ Cell Tumour Conference; 2001 Sep 13-15; Leeds, UK. New York: Springer; 2002. e. Terjemahan Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku Ajar prostodonti untuk pasien tak bergigi menurut Boucher. Ed.10. Alih bahasa: Mardjono D. Jakarta: EGC; 2001. p.28890, 333-7. f. Disertasi/tesis Barkowski MM. Infant sleep and feeding: a telephone survey of Hispanic Americans [dissertation]. Mount Pleasant (MI): Central Michigan University; 2002. g. Kamus dan acuan sejenisnya th Dorland’s illustrated medical dictionary. 29 ed. Philadelphia: W.B.Saunders; 2000.Filamin; p. 675. h. Artikel jurnal dalam format elektronik Abood S.Quality improvement initiative in nursing homes: the ANA actsin an advisory rle. Am J Nurs [serial on the Internet] 2002 Jun [cited 2002 Aug 12]; 102 (6): about 3 p.]. Available from: URL: http://www. nursingworld.org/AJN/ 2002/june/ Wawatch.htm. i. Homepage/Web site Foley KM,Gelband H,editors. Improving palliative care for cancer [monograph on the Internet]. Washington: National Academy Press; 2001 [cited 2002 Jul 9]. Available from: URL: http://www.nap.edu/books/ 030974029/html.
Information for contributors and paper submission guidelines JURNAL DENTOFASIAL Jurnal Dentofasial publishes articles on all aspects of dentistry in the form of research articles, and case reports. Articles submittedfor publication are assumed tobe published exclusively to the Jurnal Dentofasial. Articles that have been previously presented in scientific seminar must be provided with footnote which mentions the name and date of that seminar. Three copies of the manuscript are put in an envelope together with the CD which includes the file of the manuscript, a letter signed by the author stating that the manuscript is exclusively submitted to Jurnal Dentofasial and must not have been, or be about to be, published elsewhere, either wholly or in part, and the author’s details (full name, degree, institution and postal and email addresses, telephone, mobile phone, fax). The manuscript can be sent by post to Editor-in-Chief Jurnal Dentofasial, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245, Indonesia or can be in the form of attachment and emailed to
[email protected]. General Guidelines 1. The manuscript,written in Bahasa Indonesia,follows Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Any foreign terms should be italicized and written in BI, when the terms exist in BI, following Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Non-medical foreign terms are used only when necessary and are provided with its translation. 2. Jurnal Dentofasial also publishes articles written in academic English. The manuscript in English should be accompanied by its Indonesian version. 3. Manuscripts including tables, references and figure legends must be typewritten (double-spaced) using Microsoft Word on 210 x 297 mm or size A4 paper with margins of 3 cm. The maximum number of pages is 20. 4. The Editor reserves the right to edit the manuscript at her discretion, without changing the meaning,to articles accepted for publication. 5. We prefer articles which cited articles already published in this journal. 6. Research which employs humans as respondents should attach letter from the institution issued the ethical clearance. 7. The author is responsible for the contents of the article. 8. When the article is accepted for publication, the author must subscribe to Jurnal Dentofasial for,at least, one year and bear the printing cost of the accepted manuscript. Systematic order of the manuscript 1. Based on the type of the article, the submitted manuscript should be arranged in the following order: a. Research article: abstract, introduction, materials and method, results, discussion, conclusion and suggestions, and references. b. Case report: abstract, introduction, the case with pre-and post-study picture, discussion, conclusion and suggestion, and references. 2. Title of article should be brief, concise, informative, not exceeding 20 words, followed by authors’ name (omit title), institution, address, contact number, fax and email. 3. Abstract is written in Indonesian and English, one-spaced, maximum 200 words and should briefly reflect the contents of the article: a. Research article: background, objectives, materials and method, results, and conclusion.
b. Case reports: background, objectives, case report, and conclusion. Below the abstracts, write 3-5 key words. 4. Conclusion and suggestion follows discussion. 5. All references mentioned refer to only the sources quoted in the article. References follow the Vancouver Style (Uniform requirementsfor manuscriptsubmitted to biomedical journals). References should be numbered consecutively with arabic number in the order in which they appear in the manuscript. If there are more than 6 authors, write the first 6 authors’ names followed by et al. Abbreviations of journals’ name follow index medicus. Examples of how to cite references: a. Journal article Rose ME, Huerbin MB, Melick J, Marion DW, Palmer AM, Schiding JK, et al. Regulation of interstitial excitatory amino acid concentrations after cortical injury. Brain Res. 2002; 935 (1-2): 40-6. b. Book (chapter author) McGlumphy EA. Implant-supported fixed prostheses. In: Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J, editors. Contemporary rd fixed prosthodontics. 3 ed. St. Louis: Mosby, Inc.; 2001. p.313-9. Book (editor as the author) Gilstrap LC, Cunnignham FG, van Dorsten JP, editors. nd Operative obstetrics. 2 ed. New York: McGraw-Hill; 2002. c. Seminar/conference paper Isaac DH. Engineering aspectsof the structure and properties of polymer-fibre composites. In:Vallittu PK, editor. Symposium nd book of the European Prosthodontic Association (EPA) 22 annual conference; 1998 August 27-29; Turku, Finlandia. Turku: Department of Prosthetic Dentistry & Biomaterials Project,Institute of Dentistry,University of Turku;1998.p.1-12. d. Conference proceeding Harnden P, Joffe JK, Jones H, editors. Germ cell tumours V. th Proceedings of the 5 Germ Cell Tumour Conference; 2001 Sep 13-15; Leeds, UK. New York: Springer; 2002. e. Translated article Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku Ajar prostodonti untuk pasien tak bergigi menurut Boucher. Ed.10. Alih bahasa: Mardjono D. Jakarta: EGC; 2001. p.28890, 333-7. f. Dissertation/thesis Barkowski MM. Infant sleep and feeding: a telephone survey of Hispanic Americans [dissertation]. Mount Pleasant (MI): Central Michigan University; 2002. g. Dictionary / reference books th Dorland’s illustrated medical dictionary. 29 ed. Philadelphia: W.B.Saunders; 2000.Filamin; p. 675. h. Article journal in electronic format Abood S. Quality improvement initiativein nursing homes: the ANA acts in an advisory rle.Am J Nurs [serial on the Internet] 2002 Jun [cited 2002 Aug 12]; 102 (6): about 3 p.]. Available from: URL: http:// www. nursingworld.org/AJN/ 2002/june/ Wawatch.htm. i. Homepage/Web site Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliative care for cancer [monograph on the Internet]. Washington: National Academy Press; 2001 [cited 2002 Jul 9].Available from: URL: http://www.nap.edu/books/ 030974029/html