34
DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014
Laporan Penelitian PERANAN PENYULUHAN DEMONSTRASI TERHADAP RASA TAKUT DAN CEMAS ANAK SELAMA PERAWATAN GIGI DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BANJARMASIN Noor Hamidah, Didit Aspriyanto, Cholil Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
ABSTRACT Background : The fear and anxiety toward dental treatment was a barrier for dentists in improving dental health, especially in children. It was important to treat children who feel scared and anxious toward dental treatment, because the fear and anxiety were the cause of 15 % of dental treatment failure. One of the efforts to prevent the fear and anxiety of children to dental treatment by given demonstration counseling. Purpose : The purpose of this study was to determine the role of demonstrations counseling toward children fear and anxiety during dental treatment at cempaka putih public health center in Banjarmasin. Methods : This research was a quasi experimental with posttest-only with control group design, with one group given no treatment as controls. Children fear and anxiety was measured with CFSS-DS (Children Fear Survey ScheduleDental subscale). Results : Chi-square test results showed that the children who were not given demonstrations counseling had fear higher sense of fear and anxiety, while children who were given demonstrations counseling had a lower sense of fear and anxiety (P<0,05). Conclusion : Based on the research can be concluded that there was significant differences between children who were given demonstrations counseling and were not given demonstrations counseling. Keywords: fear, anxiety, demonstrations counseling ABSTRAK Latar Belakang : Rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi, terutama pada anak-anak. Penting untuk merawat anak yang merasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi, karena takut dan cemas merupakan penyebab dari 15% kegagalan perawatan gigi. Salah satu upaya untuk mencegah rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi yaitu dengan memberikan penyuluhan demonstrasi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan penyuluhan demonstrasi terhadap rasa takut dan cemas anak selama perawatan gigi di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan posttest-only with control group design, dengan satu kelompok yang tidak diberikan perlakuan sebagai kontrol. Rasa takut dan cemas diukur dengan CFSS-DS (Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale). Hasil : Hasil uji chi-squere menunjukkan bahwa anak yang tidak diberikan penyuluhan demonstrasi memiliki rasa takut dan cemas yang tinggi, sedangkan anak yang diberi penyuluhan memiliki rasa takut dan cemas rendah (P<0,05). Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara anak yang diberikan penyuluhan demonstrasi dan tidak diberikan penyuluhan demonstrasi.
Kata kunci: takut, cemas, penyuluhan demonstrasi
Korespondensi : Noor Hamidah, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128 B, Banjarmasin, Kalsel, email:
[email protected]
35 PENDAHULUAN Masalah kesehatan gigi anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Kalimantan Selatan usia 5-14 tahun yang memiliki masalah gigi dan mulut sebanyak 58,5%. Banjarmasin sendiri angka kerusakan gigi sebanyak 1,11 gigi perorang yang mengalami karies.1 Hal ini disebabkan masih banyak orang tua yang berpendapat bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat, karena mereka tidak tahu akibat yang akan terjadi bila gigi sulung tidak dirawat dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan gigi sulung adalah melakukan perawatan rutin ke dokter gigi.2,3 Kebanyakan anak memiliki rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi, sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi dokter gigi dalam usaha meningkatkan kesehatan gigi masyarakat khususnya anak-anak, karena kecemasan pasien memberikan efek negatif terhadap prosedur perawatan yang akan dilakukan.3,4 Belladom (2009) menyatakan pasien anak yang memiliki rasa takut dan cemas sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting merawat anak yang merasa takut dan cemas. Rasa takut dan cemas merupakan penyebab dari 15% kegagalan perawatan gigi. Beberapa ahli juga melaporkan bahwa pada umumnya rasa takut dan cemas timbul akibat perawatan gigi semasa kanak-kanak. Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa pencegahan terhadap timbulnya rasa takut dan cemas anak harus dimulai pada usia dini, sehingga membuat seorang anak menjadi lebih berani dan memperkuat kebiasaan perawatan gigi yang baik untuk selanjutnya.5,6,7 Salah satu upaya untuk mencegah rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi yaitu dengan penyuluhan.6 Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan. Dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.8 Media penyuluhan yang digunakan untuk mencegah rasa takut dan cemas anak selama perawatan gigi dalam penelitian ini adalah dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan suatu penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan, atau menggunakan suatu prosedur dengan alat bantu yang digunakan dalam menyampaikan bahan pendidikan.9 Metode demonstrasi juga merupakan cara mengajar dimana
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 34 - 38 seorang struktur atau tim menunjukkan, memperlihatkan, suatu proses sehingga audience dapat melihat, mengamati, mendengar, dan memahami proses yang ditunjukkan.10 Manusia hanya memahami 20% dari apa yang mereka lihat, dan 30% dari apa yang mereka dengar. Mereka mampu mengingat informasi sebanyak 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar, dan sebanyak 80% informasi yang mereka peroleh jika mereka melihat, mendengar, dan melakukan informasi tersebut secara bersama-sama.10 BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2013 di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental, dengan rancangan penelitian posttest-only with control group design, dengan satu kelompok yang tidak diberikan perlakuan sebagai kontrol. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang di ukur dengan CFSS-DS (Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale) yang terdiri dari 15 pertanyaan masingmasing mencakup aspek yang berbeda pada perawatan gigi. Tingkat kecemasan dan rasa takut pada anak dibagi menjadi skala 5 poin yaitu, tidak takut sama sekali dengan skor = 1, agak takut = 2, cukup takut = 3, takut skor = 4 dan sangat takut skor = 5. Nilai total CFSS-DS (Children Fear Survey ScheduleDental Subscale) memiliki rentang skor antara 1575, tingkat kecemasan dan rasa takut yang rendah mempunyai nilai 15-37, sedangkan tingkat kecemasan dan rasa takut yang tinggi mempunyai nilai 38-75. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, alat diagnosa, model pantom, lembar penilaian rasa takut dan cemas, formulir informed consent, dan alat tulis. Pertama yang dilakukan adalah penetapan sampel yang diambil secara accidental sampling. Sampel harus memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sebelum dilakukan penyuluhan demonstrasi, responden meminta izin pada orang tua untuk pengisian data diri anak, kemudian dilakukan wawancara kepada anak tentang pengalaman ke dokter gigi sebelumnya. Penyuluhan demonstrasi diberikan dengan cara, pengenalan alat diagnostik (kaca mulut, sonde, eskavator, pinset), memperlihatkan atau menunjukkan fungsi dan cara menggunakan alat diagnostik dengan menggunakan model pantom, memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya jika anak tersebut tidak mengerti dengan apa yang kita jelaskan, langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan dan perawatan gigi pada anak. Observasi selama pemeriksaan dan perawatan gigi oleh dokter gigi. Setelah selesai
36
Hamidah : Peranan Penyuluhan Demonstrasi dilakukan pemeriksaan dan perawatan gigi, dilakukan wawancara terpimpin pada anak dengan panduan kuesioner yang telah dibuat. Analisis data dilakukan dengan pengujian statistik menggunakan uji chi-square, dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tentang peranan penyuluhan demonstrasi terhadap rasa takut dan cemas anak selama perawatan gigi di puskesmas cempaka putih Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 perbedaan rasa takut dan cemas pada anak yang diberikan penyuluhan demonstrasi dan tidak diberikan penyuluhan demonstrasi.
Rasa Takut dan Cemas PD
Total
Tinggi
Rendah
f
%
F
%
f
%
TP
11
73,3
4
26,7
15
100
DP
1
6,7
14
93,3
15
100
Keterangan PD : Penyuluhan Demonstrasi TP : Tanpa Penyuluhan Demonstrasi Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa anak yang tidak diberikan penyuluhan demonstrasi memiliki rasa takut dan cemas tinggi sebanyak 11 orang (77,3%) dan rendah 4 orang (26,7%). Anak yang diberi penyuluhan memiliki rasa takut dan cemas tinggi sebanyak 1 orang (6,7%) dan yang memiliki rasa takut dan cemas rendah 14 orang (93,3%). Perbedaan rasa takut dan cemas anak pada uji chi-square diperoleh nilai signifikansi 0,01 (P < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara anak yang diberikan penyuluhan demonstrasi dan tanpa penyuluhan demonstrasi. Tabel 2 Perbedaan rasa takut dan cemas anak berdasarkan usia.
Rasa takut dan cemas Total Usia
Tinggi
Rendah
f
%
f
%
f
%
6
5
62,5
3
37,5
8
100
7
6
60,0
4
40,0
10
100
8
1
20,0
4
80,0
5
100
9
0
0,0
7
100,0
7
100
Berdasarkan Tabel 2 responden usia 6 tahun dengan kategori tinggi sebanyak 5 orang (62,5%) dan kategori rendah 3 orang (37,5%). Usia 7 tahun dengan kategori tinggi sebanyak 6 orang (60%) dan kategori rendah 4 orang (40%). Usia 8 tahun dengan kategori tinggi sebanyak 1 orang (20%) dan kategori rendah 4 orang (80%). Usia 9 tahun dengan kategori tinggi tidak ada dan kategori rendah sebanyak 7 orang (100%). Tabel 3 Perbedaan rasa takut dan cemas berdasarkan jenis kelamin.
Rasa takut dan cemas Total
Jenis kelamin
Tinggi
Rendah
f
%
f
%
f
%
laki-laki
5
35,7
9
64,3
14
100
perempuan
7
43,8
9
56,3
16
100
Berdasarkan Tabel 3 anak laki-laki yang memiliki rasa takut dan cemas tinggi sebanyak 5 orang (35,7%), rasa takut dan cemas rendah 9 orang (64%). Anak perempuan yang memiliki rasa takut dan cemas tinggi sebanyak 7 orang (43,8%), rasa takut dan cemas rendah 9 orang (56,3%). Dari data tersebut diketahui anak laki-laki memiliki tingkat rasa takut yang rendah dibandingkan anak perempuan.
PEMBAHASAN Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir. Rasa takut merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari bahaya dan pengrusakan diri. Definisi lain menyebutkan takut (fear) merupakan suatu luapan emosi individu terhadap adanya perasaan bahaya atau ancaman yang merupakan gabungan dari beberapa faktor antara lain, perilaku yang tidak menyenangkan seperti ancaman yang menakutkan yang akan terjadi.12 Rasa takut pada anak yang hendak melakukan perawatan ke dokter gigi merupakan suatu kecemasan yang dapat juga diartikan suatu kekhawatiran atau ketegangan yang berasal dari sumber yang tidak diketahui.6 Rasa takut pada anak seringkali diikuti dengan adanya perubahan fisiologis, kognitif, dan tingkah laku. Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa bermacammacam, biasanya lewat tangisan, jeritan, bersembunyi atau tidak mau berpisah dari orang tuanya.13 Rasa takut dalam bidang perawatan gigi anak merupakan salah satu sikap emosional yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu
37 komponen dari tidak kooperatifnya anak terhadap perawatan gigi, sehingga dapat menghalangi keberhasilan perawatan gigi anak. Ketakutan terhadap perawatan gigi dinyatakan dengan adanya penolakan terhadap perawatan gigi. Baik penolakan secara total terhadap dokter gigi yang bersangkutan ataupun menolak beberapa jenis prosedur perawatan gigi yang dilakukan.5,1 Rasa cemas artinya khawatir, gelisah, dan takut. Rasa cemas merupakan salah satu tipe gangguan emosi yang berhubungan dengan situasi tak terduka atau dianggap berbahaya. Kecemasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kekhawatiran atau ketegangan yang berasal dari sumber yang tidak diketahui. Kecemasan pada anak dapat dimaksudkan sebagai rasa takut terhadap perawatan gigi.2,13 Rasa cemas banyak ditemukan pada anak yang baru pertama kali ke dokter gigi, beberapa diantaranya mengatakan cemas terhadap pencabutan dan penambalan walaupun mereka tidak pernah mempunyai riwayat pencabutan dan penambalan sebelumnya.7 Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketakutan, ketegangan serta kekhawatiran terhadap situasi yang dianggap berbahaya. Karena kecemasan sering memicu anak menjadi tidak kooperatif terhadap perawatan gigi sehingga waktu perawatannya lebih lama dan tidak memberikan hasil yang memuaskan.14 Rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien baik anak maupun dewasa. Rasa takut pada pasien anak muncul akibat adanya perasaan cemas dan khawatir melihat peralatan dan obat-obatan yang digunakan dalam perawatan gigi, seperti takut dan cemas melihat bor, jarum suntik dan tang gigi.3,16 Kecemasan dan rasa takut terhadap perawatan gigi menyebabkan penderita merasa enggan untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan gigi.15 Rasa takut dan cemas sering berhubungan erat, saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut akan merasa cemas. Walaupun perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat, tetapi keduanya berbeda. Rasa cemas merupakan suatu perasaan gelisah terhadap suatu yang diharapkan. Perasaan cemas berhubungan dengan harapan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Rasa cemas sering
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 34 - 38 berhubungan erat dengan masa depan dan sering dapat diantisipasi. Sebaliknya rasa takut merupakan respon terhadap sesuatu bahaya yang timbul pada saat ini atau masa kini.4 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa anak yang diberikan penyuluhan demonstrasi memiliki tingkat rasa takut dan cemas yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak diberikan penyuluhan demonstrasi. Anak usia 6-7 tahun memiliki tingkat rasa takut dan cemas yang tinggi, karena masih memerlukan orang tua dan pada usia tersebut merupakan periode tidak kooperatifnya anak serta emosi yang belum terkontrol dengan baik, sedangkan anak usia 8-9 tahun memiliki tigkat rasa takut dan cemas rendah, karena sudah bisa menerima berbagai situasi yang tidak menyenangkan dan perkembangan emosinya sudah semakin baik. Umumnya anak usia 8-9 tahun bersifat toleran, bisa diajak kerja sama dan senang memperagakan sesuatu.16 Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amrullah (2012) yang menyebutkan bahwa anak usia 9 tahun memiliki tingkat rasa takut yang lebih rendah, karena anak usia 9 tahun lebih bertanggung jawab, mandiri, patuh, dan mudah bergaul dengan orang lain.7 DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI. 2009. Hal: 119-120. Soeparmin S, Suarjaya, dan Melati PT. Peranan Musik dalam Mengurangi Kecemasan Anak Selama Perawatan Gigi. Interdental Jurnal Kedokteran Gigi 2008; 1: 1-5. Mappijah N. Rasa Takut dan Cemas Anak Terhadap Perawatan Gigi di SDN 20 Panyula Kab. Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi 2010; 2: 28-36. Pasetyo EP. Peran Musik Sebagai Fasilitas dalam Praktek Dokter Gigi untuk Mengurangi Kecemasan Pasien. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2005. Hal: 41-42. Soeparmin S. Distraksi Sebagai Salah Satu Pendekatan yang Dilakukan dalam Mencapai Keberhasilan Perawatan Gigi Anak. Journal Dentika Dental 2010; 15(1): 91-95. Hariyani N, Setyo L, dan Soedjoko. Mengatasi Kegagalan Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak dengan Pendekatan Psikologi. Journal Dentika Dental 2008; 1(3):80-84 Amrullah AA. Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6, 9, dan 12 Tahun Terhadap Perawatan Gigi. Fakultas
38
Hamidah : Peranan Penyuluhan Demonstrasi Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin 2012. Hal: 1-10. 8. Maulana dan Heri. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009. Hal: 12-13. 9. Hastuti S dan Annisa A. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi pada Anak di SD Negeri 2 Sambi Kesamba Kabupaten Boyolali. Gaster, Agustus 2010; 7(2): 624-632. 10. Kumboyono. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberculosis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 2011; 7(1): 10. 11. Wibawa C. Perbedaan Efektifitas Metode Demonstrasi dengan Pemutaran Video Tentang Pemberantasan DBD Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak SD di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 2007; 2(2): 117. 12. Nugraha PY, I ketut S, dan Aya SA. Aplikasi Komunikasi Terapeutik dalam Mengatasi Rasa
13.
14.
15.
16.
Takut Anak Terhadap Perawatan Gigi. Interdental Jurnal Kedokteran Gigi 2009; 6(1): 1-7. Soeparmin S, Suarjaya K, dan Antara W. Rasa Takut Anak dalam Perawatan Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati 2004; 2(1): 30-34. Belladonna NM, Supartinah A, dan Emut L. Pengelolaan Rasa Cemas dengan Metode Modeling pada Pencabutan Gigi Anak Perempuan Menggunakan Anatesi topical. Jurnal Kedokteran Gigi 2009; 1: Hal: 80-88. Soeparmin S, I Ketut S, Putri MS. Midazolam Sebagai Sedasi Secara Oral dalam Mengurangi Kecemasan pada Perawatan Gigi Anak. Denpasar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati 2011. Hal: 4-5 Swastini IGAAP, Regina T, dan Maria MN. Gambaran Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah yang Berobat ke Puskesmas IV Denpasar Barat. Interdental Jurnal Kedokteran Gigi 2007; 5(1): 54-57.