74
DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014
Laporan Penelitian STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DILAKUKAN PENYEMPROTAN INFUSA DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% SEBAGAI DESINFEKTAN
Valdina Najifa Parimata, Priyawan Rachmadi, I Wayan Arya Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Indonesia ABSTRACT Background: The risk of cross infection between patients, dentists and technicians is caused when saliva and blood during process of molding, it can be overcome with disinfection on material impression. Red Betel Leaves Infuse 50% has the affective disinfectant for the impression material. Some disinfection process expected can change dimension stability of that material. Purpose: The purpose of study was to determine the dimention change on the alginate impression result after being sprayed with red betel leaves infuse (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% for storage period of 5 and 10 minutes. Methods: This laboratory experimental research method from 6 groups of experimental sample, 2 groups were sprayed with red betel leaves infuse 50%, 2 groups with sodium hypochlorite 0,5% and 2 groups without sprayed. The storage time were 5 and 10 minutes. Each group were repeated 8 times. Alginate mold was filled with plaster and measured with calipers. Data was analyzed with One Way Anova. Result: The result showed that the dimension stability of alginate impression sprayed with red betel leaves infuse 50% had no significant changes. Conclusion: The conclusion there were no significant changes on the dimension stability of alginate impression after spraying of red betel leaves infuse (Piper crocatum Ruiz & Pav)50%. Thus, red betel leaves was recommended as one of alternative disinfectants for alginate impression material. Keywords: The dimension stability, red betel leaves infuse, alginate, disinfectant. ABSTRAK Latar belakang: Risiko infeksi silang antara pasien, dokter gigi, dan teknisi dapat terjadi yang disebabkan saliva dan darah ketika proses pencetakan rahang, hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan desinfeksi pada bahan cetak. Pemanfaatan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% yang mempunyai efektivitas sebagai desinfektan dapat digunakan untuk desinfeksi bahan cetak. Beberapa proses desinfeksi diduga dapat mengubah stabilitas dimensi bahan cetak. Tujuan: Untuk mengetahui adanya perubahan stabilitas dimensi pada hasil cetakan dengan bahan alginat setelah dilakukan penyemprotan dengan menggunakan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% dengan variasi waktu penyimpanan 5 dan 10 menit. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan 6 kelompok perlakuan yaitu 2 kelompok yang dilakukan penyemprotan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50%, 2 kelompok disemprot sodium hipoklorit 0,5% dan 2 kelompok yang tidak dilakukan penyemprotan. Waktu penyimpanan 5 dan 10 menit. Masing-masing dilakukan pengulang 8 kali. Cetakan diisi gips dan diukur menggunakan kaliper. Data dianalisis menggunakan uji One Way Anova. Hasil: Stabilitas dimensi bahan cetak alginat yang disemprot infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% tidak terdapat perubahan bermakna. Kesimpulan: Stabilitas dimensi hasil cetakan alginat setelah dilakukan penyemprotan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% tidak mengalami perubahan bermakna sehingga dapat dijadikan alternatif desinfektan pada bahan cetak alginat. Kata-kata kunci: Stabilitas dimensi, infusa daun sirih merah, alginat, desinfektan. Korespondensi : Valdina Najifa Parimata, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Jalan Veteran Banjarmasin 128 B Kalsel,
[email protected]
75 PENDAHULUAN Bahan cetak digunakan untuk membuat replika atau cetakan dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut.1 Alginat merupakan salah satu bahan cetak yang paling sering digunakan untuk mencetak rongga mulut pasien. Secara umum alginat digunakan untuk pembuatan studi model rencana perawatan, monitor perubahan, serta restorasi gigi tiruan sebagian lepasan.2 Alginat dipilih sebagai bahan cetak karena harganya murah, penggunaannya lebih mudah dan hasilnya cukup detail.3 Terdapat risiko penularan infeksi ke dokter gigi maupun petugas laboratorium ketika pencetakan rahang pasien, melalui saliva dan darah pasien. Beberapa penyebab infeksi penularan yaitu: Streptococcus dan Staphylococcus species, Bacillus species, Enterobacter species, virus Hepatitis, virus Herpes simpleks, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Salah satu studi menemukan bahwa 67% dari bahan-bahan yang di kirim dokter gigi ke laboratorium kedokteran gigi terkontaminasi oleh bakteri pathogen.4 Kontaminasi bakteri dapat dihindari dengan desinfeksi pada bahan cetak yang digunakan.4 The American Dental Association (ADA) merekomendasikan selama 10 menit perendaman larutan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,525% sebagai desinfektan pada bahan cetak irreversible hydrocolloid atau alginat.5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rad dkk (2010) alginat yang direndam menggunakan sodium hipoklorit mengalami perubahan stabilitas dimensi yang besar, berbeda dengan alginat yang disemprot sodium hipoklorit yang mengalami perubahan yang kecil.6 Proses desinfeksi dengan cara penyemprotan lebih dianjurkan.7 Sodium hipoklorit bersifat bakterisid, tetapi senyawanya bersifat korosif, mempunyai bau yang kurang nyaman, dan terasa panas jika terkena kulit.8 Saat ini banyak bahan herbal yang mulai digunakan, salah satu tumbuhan yang bersifat bakterisid dan dapat menjadi desinfektan adalah daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Bahan alami tersebut tidak bersifat korosif dan tidak mengakibatkan rasa panas pada kulit. Air rebusan daun sirih merah mengandung antiseptik atau karvakrol yang bersifat desinfektan dan antijamur.9 Daun sirih juga terkenal khasiatnya sebagai disinfektan karena memiliki kandungan kavikol. Kavikol mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat dari pada fenol.10 Daun sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid senyawa polifenolat, saponin, tannin, dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri.9,11 Penelitian yang dilakukan Saraswati (2012) infusa daun sirih merah mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis, konsentrasi bunuh minimum yang didapat adalah
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 74 - 78 25%.12 Penelitian yang dilakukan Paramita (2010) efek air rebusan daun sirih merah memiliki efek antijamur pada konsentrasi 50% terhadap Candida albicans.13 Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Affandi (2009) menggunakan hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang direndam kedalam larutan daun sirih 25% yang sebelumnya direbus diketahui bahwa rata-rata perubahan dimensi terbesar adalah hasil cetakan yang direndam selama 50 menit dan yang terkecil pada hasil cetakan yang direndam selama 10 dan 30 menit, daun sirih yang digunakan adalah daun sirih hijau.14 Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan stabilitas dimensi pada hasil cetakan dengan bahan alginat setelah dilakukan penyemprotan menggunakan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50%. Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengukur stabilitas dimensi hasil cetakan alginat setelah dilakukan penyemprotan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) yang disimpan dalam waktu 5 dan 10 menit. BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode true experimental dengan rancangan penelitian Post Test-Only with Control Design menggunakan Simple Random Sampling dengan 6 perlakuan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan cetak alginat, infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50%, sodium hipoklorit 0,5%, gips tipe III, dan air. Alat yang digunakan adalah bowl, spatula, master die sesuai spesifikasi ADA no.18, kaliper, tisu dan plastik. Penelitian ini dimulai dengan penentuan kelompok eksperimen, kemudian dilanjutkan dengan pemberian intervensi terhadap kelompok yang telah ditentukan. Jumlah minimal pengulangan untuk setiap kelompok perlakuan adalah 8 kali. Pengulangan ditentukan dengan menggunakan rumus Federer. Daun sirih merah dipilih yang besar dan segar. Permukaan daun berwarna hijau tua dan bagian belakangnya berwarna merah tua. Daun sirih tersebut kemudian dibersihkan, dicuci dibawah air mengalir dan dikeringkan. Daun sirih merah kemudian diiris kecil-kecil dan ditimbang. Infusa konsentrasi 50% dibuat dengan cara sebanyak 100g daun sirih merah direbus ke dalam 200ml air, waktu dihitung 15 menit ketika suhu 90°C, sambil sesekali diaduk. Setelah dingin, lakukan penyaringan. Jika volume berkurang, ditambahkan air secukupnya melalui ampas hingga volume menjadi 200ml. Langkah selanjutnya adalah pembuatan sodium hipoklorit 0,5% dengan cara mengencerkan sodium hipoklorit 5,25% 10ml ditambahkan air 90ml.
76
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tentang stabilitas dimensi hasil cetakan alginat setelah dilakukan penyemprotan infusa daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) 50% sebagai desinfektan seperti terlihat pada Gambar 1 :
46 45.8 45.6 45.4 45.2 45 1
2
3
4
5
6
7
8
Sampel Ketanpa penyemprotan sodium hipoklorit 0,5% infusa daun sirih merah 50%
Gambar 1.
Diameter (mm)
Pembuatan 16 cetakan alginat sebagai sampel kontrol negatif (8 cetakan disimpan selama 5 menit dan 8 cetakan disimpan selama 10 menit). Bahan cetak alginat dengan P/W rasio yang sesuai dengan petunjuk pabrik, diaduk pada rubber bowl sampai homogen, kemudian dituangkan ke dalam master die. Setelah bahan cetakan setting sampel dikeluarkan dari master die, dibilas dengan air dan dikeringkan. Simpan dalam lingkungan basah (dibungkus dengan tisu dan dimasukkan ke dalam kantung plastik) selama 5 dan 10 menit. Dilakukan pengisian dengan gips tipe III, setelah setting diukur stabilitas dimensi menggunakan kaliper. Pembuatan 16 sampel seperti cara di atas untuk setiap perlakuan hasil cetakan dari bahan cetak alginat yang disemprot dengan sodium hipoklorit 0,5% sebagai kontrol positif. Setelah bahan cetakan setting, sampel dibilas dengan air, dilakukan penyemprotan selama kurang lebih 15 detik dengan sodium hipoklorit 0,5% secara merata keseluruh permukaan alginat. Dibungkus dengan tisu dan diletakkan di dalam kantung plastik selama 5 dan 10 menit, sebelumnya tisu tersebut dicelupkan dalam sodium hipoklorit 0,5%. Pembuatan 16 sampel seperti cara sebelumnya untuk setiap perlakuan hasil cetakan dari bahan cetak alginat yang disemprot dengan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50%. Sampel dibilas dengan air dan dikeringkan. Dilakukan penyemprotan dengan infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% selama kurang lebih 15 detik secara merata keseluruh permukaan alginat. Dibungkus dengan tisu dan diletakkan di dalam kantung plastik selama 5 dan 10 menit, sebelumnya tisu tersebut dicelupkan dalam infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Setelah proses desinfeksi dengan teknik penyemprotan selesai dengan masing-masing waktu tertentu, hasil cetakan diisi dengan gips tipe III. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan kaliper (milimeter) pada model stone yang telah diperoleh dari hasil pengisian hasil cetakan. Perubahan dimensi dianalisis sesuai dengan American National Standards Institute/ American Dental Association (ANSI/ ADA) spesifikasi no. 18 bahan cetak tidak boleh menunjukkan perubahan lebih 0,5% dari master die diukur menggunakan kaliper. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji One-way Anova. Uji ini termasuk uji statistik parametrik dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Diameter (mm)
Parimata : Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Alginat
Diameter gips dari alginat dengan waktu penyimpanan 5 menit.
46 45.8 45.6 45.4 45.2 45 1
2
3
4
5
6
7
8
Sampel Ketanpa penyemprotan sodium hipoklorit 0,5% infusa daun sirih merah 50%
Gambar 2.
Diameter gips dari alginat dengan waktu penyimpanan 10 menit.
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat variasi besar diameter model die pada masingmasing perlakuan pada waktu penyimpanan 5 menit. Hasil pengukuran model die dengan waktu penyimpanan 5 menit dari kelompok yang tanpa penyemprotan memiliki rata-rata diameter 45,88 ± 0,03 mm. Kelompok yang disemprotkan sodium hipoklorit 0,5% memiliki rata-rata 45,88 ± 0,05 mm. Kelompok yang disemprotkan infusa daun sirih merah 50% memiliki rata-rata 45,89 ± 0,04 mm. Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat variasi besar diameter model die pada masingmasing perlakuan pada waktu penyimpanan 10 menit. Hasil pengukuran model die dengan waktu penyimpanan 10 menit dari kelompok yang tanpa penyemprotan memiliki rata-rata diameter 45,87 ± 0,02 mm. Kelompok yang disemprotkan sodium hipoklorit 0,5% memiliki rata-rata 45,86 ± 0,05 mm. Kelompok yang disemprotkan infusa daun sirih merah 50% memiliki rata-rata 45,87 ± 0,03
77 mm. Hasil uji One-way Anova pada kelompok dengan waktu penyimpanan 5 menit p = 0,816, kelompok dengan waktu penyimpanan 10 menit p = 0,860 (p > 0,05). Hal ini berarti stabilitas dimensi bahan cetak alginat yang disemprot infusa daun sirih merah tidak mengalami perubahan yang berarti ketiga jenis perlakuan baik selama waktu penyimpanan 5 menit dan 10 menit, air biasa (tanpa penyemprotan), sodium hipoklorit 0,5%, dan sirih merah 50% relatif sama. PEMBAHASAN Bahan cetak alginat adalah bahan cetak hidrokoloid yang pengerasannya terjadi secara kimia. Bahan dasarnya adalah asam alginat yang diperoleh dari ganggang laut. Asam alginat tidak larut dalam air tetapi beberapa garamnya larut dan asam alginat ini mudah membentuk garam karena adanya gugus karboksil yang bebas. Bahan cetak alginat mengandung garam laut dalam air yaitu sodium alginate, potassium alginate dan triethanolamine alginate. Asam alginat adalah polimer linier dari garam sodium dari anhydro-β-d-mannuronic acid yang mempunyai berat molekul yang tinggi. Bahan cetak alginat mengandung banyak cairan, hal ini sangat mempengaruhi sifat sineresis dan imbibisi bahan. Apabila hasil cetakan direndam dalam air, akan terjadi penyerapan air dan cetakan jadi mengembang, peristiwa ini disebut dengan imbibisi. Sebaliknya bila hasil cetakan dibiarkan di udara terbuka, maka cairan dalam alginat akan menguap sehingga hasil cetakan mengerut yang disebut sebagai peristiwa sineresis.7 Imbery dkk (2010) mengatakan bahwa sineresis adalah hasil dari penyusunan kembali rantai silang polimer alginat untuk konfigurasi yang lebih stabil, sehingga terjadi pengeluaran air.15 Bahan cetak alginat mengandung natrium atau kalium alginat. Pada natrium atau kalium alginat, kation terikat pada kelompok karboksil untuk membentuk garam. Bila garam tidak larut dibentuk melalui reaksi natrium alginat dalam larutan dengan garam kalsium, ion kalsium akan menggantikan ion natrium dalam 2 molekul berdekatan untuk membentuk ikatan silang antara 2 molekul. Dengan berkembangnya reaksi, ikatan silang kompleks molekuler atau network polimer akan terbentuk.16 Muzaffar dkk (2011) mengemukakan bahwa perubahan bahan cetak alginat terjadi setelah bahan cetak direndam desinfektan. Mereka menyimpulkan bahwa adanya penyerapan pada bahan cetak alginat sehingga menyebabkan terjadinya ekspansi, dimana pada alginat terdapat ion-ion seperti Na, SO42-, PO43- sebagai potensial osmotik.17 Saito dkk (1998) juga mengatakan bahwa tekanan osmotik antara gel alginat dan larutan perendaman menyebabkan alginat mengalami ekspansi (mengembang) ketika direndam dengan larutan desinfektan.18
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 74 - 78 Infusa daun sirih merah 50% yang mempunyai efek antibakteri digunakan sebagai desinfektan. Penggunaan sodium hipoklorit dan infusa daun sirih merah sebagai desinfektan pada cetakan alginat akan menyebabkan hasil cetakan berkontak dengan cairan sehingga dapat berpengaruh pada stabilitas dimensi hasil cetakan alginat. Desinfektan infusa daun sirih merah 50% dapat diberikan pada hasil cetakan alginat dengan cara direndam maupun disemprot. Pada teknik perendaman, cetakan alginat terendam semua dalam cairan desinfektan, sehingga cairan desinfektan banyak yang diabsorbsi. Adanya anyamananyaman pada alginat akan menahan cairan yang terabsorbsi, sehingga terjadi imbibisi dan menyebabkan perubahan dimensi.19 Sedangkan, pada teknik penyemprotan, cairan yang diabsrobsi lebih sedikit. Imbibisi yang terjadi juga lebih sedikit sehingga perubahan dimensi cetakan alginat lebih kecil.16 Penelitian mengenai teknik penyemprotan pada bahan disinfektan, menunjukkan aktivitas antimikroba yang sama dengan teknik perendaman, namun tidak terlalu mempengaruhi stabilitas dimensi dari cetakan alginat.20 Novitasari dkk (2013) penggunaan kavikol sebagai desinfektan dalam infusa daun sirih 25% tidak berpengaruh terhadap ikatan kalsium alginat, sehingga kavikol tidak mempengaruhi dimensi alginat. Pengaruh cairan disinfektan terhadap dimensi cetakan alginat dapat dilihat dengan jelas, karena alginat memiliki sifat imbibisi. Sifat imbibisi tersebut erat kaitannya dengan lama waktu perendaman cetakan alginat saat proses desinfeksi. Kavikol mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat dari pada fenol biasa.20 Dalam hal komposisi larutan desinfektan kandungan fenol dalam larutan desinfektan tersebut dapat menguap sehingga berpengaruh terhadap zat antiseptik ini. Ketika dilakukan desinfeksi cairan desinfektan tersebut menguap sehingga tidak mempengaruhi ikatan kalsium alginat dan tidak terjadi absorbsi cairan oleh alginat. Temperatur ruangan tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika melakukan pencetakan dan desinfeksi juga mungkin menyebabkan perubahan larutan desinfektan yang digunakan.14 Sodium hipoklorit dapat mengurangi waktu gelasi yang dapat bereaksi dengan sodium fosfat dan meminimalkan ketersediaannya untuk melawan ion kalsium. Sediaan sodium fosfat untuk bereaksi dengan ion kalsium berkurang sehingga tidak dapat melakukan ikatan silang alginat dan kemampuan alginat menyerap air berkurang. Hal ini mungkin yang mengakibatkan kurang terjadinya perubahan stabilitas dimensi pada cetakan. Pengaruh desinfektan terhadap bahan cetak pada dasarnya tergantung dari jenis dan konsentrasi desinfektan tersebut.21 Perubahan dimensi terjadi disebabkan struktur alginat yang berbentuk serat dengan air yang
78
Parimata : Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Alginat mengisi ruangan kapiler tersebut. Jika terjadi hanya sedikit perubahan dimensi tampaknya berkaitan dengan lamanya waktu penyimpanan dan penyemprotan yang relatif singkat. Kesalahan yang bersifat random juga dapat menjadi penyebabnya perubahan stabilitas dimensi, misalnya rasio bubuk dan air tidak tepat, alginat yang tidak terdukung alat cetak, besarnya tekanan selama pencetakan, arah tekanan selama pencetakan atau gerakan melepas alginat dari cetakannya yang tidak tepat. Selain itu metode desinfeksi dan kelembaban bahan cetak juga ikut berpengaruh.15 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada cetakan alginat yang dilakukan penyemprotan infusa daun sirih merah 50%, penyemprotan sodium hipoklorit 0,5% & tanpa penyemprotan desinfeksi yang masing-masing disimpan selama 5 dan 10 menit. Dapat disimpulkan bahwa pemakaian desinfektan yang disemprot pada bahan cetak alginat selain mampu mencegah terjadinya infeksi silang. Bahan ini juga stabil terhadap bahan cetak sehingga dapat menjadi salah satu alternatif pilihan untuk desinfeksi bahan cetak yang digunakan.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid I. Jakarta: Hipokrates; 1995. p. 52-77. Powers JM, Sakaguchi RL. Restorative dental materials. 12th Ed. London: Elsevier; 2007. p. 271-275. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2003. p. 293-420. Bhat VS, Shetty MS, Shenoy KK. Infection control in the prosthodontic laboratory. The Journal of Indian Prosthodontic Society. 2007; 7(2); 62-5. Qamruddin I, Siddiqui AZ, Butt S. Disinfection of dental impressions: a survey of private practices and dental universities in Karachi. Journal of The Pakistan Dental Association. 2011; 20(1):19-22. Rad FH, Ghaffari T, Safavi SH. In vitro evaluation of dimensional stability of alginate impressions after disinfection by spray and immersion methods. Journal of Dental Research, Dental Clinics, Dental Prospects. 2010; 4(4): 130-5. Noort VR. Introduction to dental material. 3rd ed. London: Elsevier; 2007. p.186-207. Mehdipour O, Kleir DJ, Averbach RE. Anatomy of sodium hypochlorite accidents. Compendium of Continuing Education in Dentistry. 2007; 28(10): 1-9.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Werdhany IW, Marton A, Setyorini W. Sirih merah. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian; 2008. p. 2. Parwata OA, Rita WS, Yoga R. Isolasi dan uji antiradikal bebas minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) secara spektroskopi ultra violet-tampak. Jurnal Kimia. 2009; 3(1): 7-13. Juliantina F, Citra MDA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen anti bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2009; 1(1): 532-543. Saraswati RS. Daya antibakteri infusa daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap bakteri Enterococcus faecalis (penelitian eksperimental laboratoris). Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2012. Paramita AL. Efek air rebusan (dekok) daun sirih (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Tesis. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang; 2010. Affandi A. Stabilitas dimensi hasil cetakan dari bahan cetak elastomer setelah direndam kedalam larutan daun sirih 25%. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara; 2009. p. 24. Imbery TA, Nehring J, Janus C, Moon PC. Accuracy and dimensional stability of extended-pour and conventional alginate impression material. Journal of the American Dental Association. 2010; 141(1): 32-9. Anusavice KJ. Phillip’s buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Edisi Ke-10. Jakarta: EGC; 2004. p. 94-118. Muzaffar D, Ahsan SH, Afaq A. Dimensional changes in alginate impression during immersion in a disinfectant solution. Journal of the Pakistan Medical Association. 2011; 61: 756-59. Saito S, Ichimaru T, Araki Y. Factors affecting dimensional instability of alginate impression during immersion in the fixing and disinfectant solutions. J Dent Material. 1998; 4: 294-300. Craig RG and Power JM. Restorative Dental Material. 11th ed. St. Louis: CV Mosby Co; 2002. p. 281. Novitasari RDA, Meizarini A, Soekartono RH. Teknik disinfeksi cetakan alginat dengan infusa daun sirih 25% terhadap perubahan dimensi. Material Dental Journal. 2013; 4(1): 33-38. Amalan A, Ginjupalli K, Upadhya PN. Evaluation Of properties of irreversible hydrocolloid impression materials mixed with disinfectant liquids. Dental Research Journal. 2013; 10(1): 65-73.