39
DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014
Laporan Penelitian PERBEDAAN pH SALIVA MENGGOSOK GIGI SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI MAKANAN MANIS DAN LENGKET Pengukuran Menggunakan pH Meter pada Anak Usia 10-12 Tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin
Shandy Hidayat, Rosihan Adhani, I Wayan Arya Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRACT Background: Brushing teeth was the cheapest and the easiest preventive action to do. However, the maximal result was difficult to obtain. The sweet and sticky food was cariogenic and the characteristic of South Borneo’s food. Purpose: This research aims to determine the difference of salivary pH from brushing teeth before and after eating the sweet and sticky food measured by pH meter at 10-12 years old children in SDN Melayu 2 Banjarmasin. Methods: This study used a quasi experimental with pretest-posttest two group design. The test of hypothesis was done by using a wilcoxon test. The sample was 60 children with purposive sampling technique. Results: This study showed that the salivary pH average of group who brushed teeth before eating the sweet and sticky food at 5th, 15th and 30th minute was 7,3. And the salivary pH average of group who brushed teeth after eating the sweet and sticky food was 7,1. Conclusion: There was a significant difference of salivary pH from brushing teeth before and after eating the sweet and sticky food measured by pH meter at 10-12 years old children in SDN Melayu 2 Banjarmasin at 5th minute with p= 0,007, at 15th minute with p= 0,008 and at 30th minute with p= 0,002 that used wilcoxon test. Keywords: salivary pH, brushing teeth, sweet and sticky food, caries, cariogenic. ABSTRAK Latar belakang: Menggosok gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Namun selama ini hasil yang maksimal sukar didapat. Makanan manis dan lengket merupakan makanan kariogenik dan ciri khas makanan di Kalimantan Selatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan pretest-posttest two group design. Uji hipotesa menggunakan wilcoxon test. Sampel berjumlah 60 anak diambil dengan tekhnik purposive sampling. Hasil: Hasil penelitian ini adalah rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30 adalah 7,3. Dan Rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30 adalah 7,1. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin pada menit ke5 dengan nilai p= 0,007, pada menit ke-15 dengan nilai p=0,008, dan pada menit ke-30 dengan nilai p= 0,002 menggunakan wilcoxon test. Kata-kata kunci: pH saliva, menggosok gigi, makanan manis dan lengket, karies, kariogenik. Korespondensi: Shandy Hidayat, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan, e-mail:
[email protected].
Hidayat : Perbedaan Ph Saliva Menggosok Gigi Sebelum Dan Sesudah PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan hal yang perlu diperhatikan, hal ini terlihat bahwa 90% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, adapun karies gigi merupakan masalah utamanya. Menurut hasil pemeriksaan RIKESDAS tahun 2007, prevalensi DMF-T berdasarkan provinsi, yang memiliki nilai tertinggi adalah provinsi Kalimantan Selatan sebesar 96,1%, dengan indeks DMF-T di provinsi Kalimantan Selatan sebesar 6,83 meliputi komponen D-T 1,31, komponen M-T 5,52 dan komponen F-T 0,12. Hal ini berarti rerata jumlah kerusakan gigi per orang (tingkat keparahan gigi per orang) adalah 6,83 gigi, meliputi 1,31 gigi yang berlubang, 5,52 gigi yang dicabut dan 0,12 gigi yang ditumpat. Hal tersebut masih sangat tinggi menurut WHO1,2,3. Makanan khas di Kalimantan Selatan khususnya kue dominan dengan rasa manis dan mengandung santan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian RISKESDAS tahun 2007, prevalensi penduduk dengan umur 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Selatan dengan konsumsi makanan beresiko, tertinggi dalam mengkonsumsi makanan yang manis 83,5% (rentang: 70,8-95,9%) dan penyedap (84,7%). Selain itu dilaporkan bahwa prevalensi penduduk yang berperilaku benar menggosok gigi di Provinsi Kalimantan Selatan 10,3% (3,7-18,9%)1,2,3. Menyikat gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Walaupun kegiatan pembersihan gigi secara mekanik ini dipandang mudah tetapi selama ini hasil yang maksimal sukar didapat, baik dari aspek kebersihan gigi dan faktor kerusakan lainnya. Berdasarkan penelitian Riyanti (2005), kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat4,5,6. Waktu kegiatan menyikat gigi yang selama ini sering dilakukan adalah setelah makan dan sebelum tidur. Setelah dilakukan penelitian, terdapat kerugian dari waktu tersebut karena ditemukan banyak keluhan nyeri secara primer diawali dengan adanya nyeri karena abrasi atau erosi gigi. Hal ini tidak dapat diabaikan karena banyak pasien yang mengeluhkan keluhan tersebut sampai pada tahap perawatan jaringan pulpa5. Berdasarkan hasil penelitian Thomas Attin, menyikat gigi setelah mengkonsumsi minuman bersoda (minuman ringan) tidak boleh, karena dapat mengerosi gigi. Menyikat gigi sebaiknya menunggu 30 menit setelah mengkonsumsi
40
minuman bersoda ataupun sebelum mengkonsumsi. Hal ini dikarenakan, minuman bersoda mengandung zat asam dan memiliki pH 3,0 atau lebih rendah sehingga dapat menyebabkan demineralisasi pada jaringan keras gigi7,8. Setelah makan khususnya makanan karbohidrat, akan terjadi fermentasi terhadap glukosa makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau pH-nya turun. Bila berlanjut, penurunan nilai pH akan sampai ke nilai pH kritis, yaitu nilai pH yang dapat memicu dekalsifikasi (hilangnya garam kalsium) pada email gigi. Keberadaan perubahan suasana pH setelah makan ini akan kembali normal setelah 20-30 menit kemudian. Selama 5-10 menit pertama setelah makan adalah saat-saat kritis pH (sekitar 5,2-5,5)5. Sayuti (2010) menyatakan bahwa adanya pengaruh makanan manis dan lengket terhadap terjadinya karies pada gigi anak-anak. Makanan manis dan lengket yang digunakan pada penelitian ini adalah coklat, karena termasuk jenis makanan manis dan lengket serta lebih lunak dibandingkan dengan permen, biskuit, roti, dan wafer. Menurut penelitian Diana (2004), semakin besar kekuatan mastikasi maka semakin besar saliva yang dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi gerakan mastikasi yaitu konsistensi makanan. Saat mengkonsumsi makanan dengan konsistensi cair (lunak) organ mastikasi kurang menjalankan fungsi pengunyahan. Namun sebaliknya, saat mengkonsumsi makanan dengan konsistensi padat (keras) organ mastikasi bekerja sangat keras1,9. Penelitian mengenai makanan manis dan lengket sebagai makanan kariogenik telah diketahui. Namun penelitian mengenai pH saliva jika menggosok gigi sebelum atau sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket belum diketahui maka peneliti ingin mengetahui perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 1012 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 1012 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental). Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah
41 pretest-posttest two group design. Populasi penelitian ini adalah semua siswa SD yang berusia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. Sampel pada penelitian ini diambil dengan purposive sampling. Sampel adalah semua siswa SD yang berusia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi: bersedia menjadi responden, siswa yang berhadir di sekolah pada saat pemeriksaan, siswa SD berusia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin yang memiliki pH saliva asam (pH 5-6 dengan skala pH indikator), dan responden belum mengkonsumsi makanan dan minuman perasa 1 jam sebelum pemeriksaan. Kriteria eksklusi: responden tidak bersedia (sakit), responden alergi coklat, siswa mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes, responden tidak sedang berpuasa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH indikator, pH meter, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah coklat, sikat gigi, pasta gigi, dan air mineral. Variable bebas dalam penelitian ini adalah makanan manis dan lengket, dan menggosok gigi. Variabel terikatnya adalah pH saliva. Dan variable penganggunya adalah perilaku dan usia. Penelitian ini dilakukan di kelas IV-VI. SDN Melayu 2 Banjarmasin. Setelah itu dicatat nama, umur, jenis kelamin, dan alamat. Subjek diperiksa satu persatu pH salivanya menggunakan kertas lakmus. Kemudian subjek yang diperiksa harus memenuhi syarat yaitu satu jam sebelum pemeriksaan tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman perasa. Subjek yang pH salivanya asam dikumpulkan kemudian diambil menjadi 60 orang menjadi sampel penelitian. Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. pH saliva subjek diukur sebelum diberikan perlakuan menggunakan pH meter. Kemudian subjek dipisah menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 30 orang perkelompok. Kelompok pertama diberikan perlakuan menggosok gigi sebelum mengkonsumsi coklat kemudian diukur pH salivanya menggunakan pH meter pada menit ke 5, 15 dan 30. Kelompok kedua diberikan perlakuan menggosok gigi setelah mengkonsumsi coklat kemudian diukur pH salivanya menggunakan pH meter pada menit ke 5, 15 dan 30.
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 39 - 45 Tabel 1 Rata-Rata pH Saliva Berdasarkan Umur pada Anak Usia 10-12 Tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin Jumlah No. Umur pH Rata-rata Individu 1
10 Tahun
17
6.9
2
11 tahun
23
6.9
3
12 Tahun
20
6.8
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pH saliva rata-rata pada umur 10 tahun adalah 6.9 dari 17 orang anak. pH saliva rata-rata pada umur 11 tahun adalah 6.9 dari 23 orang anak. pH saliva ratarata pada umur 12 tahun adalah 6.8 dari 20 orang anak. Grafik
1
Rata-rata pH Saliva pada Kelompok Menggosok Gigi Sebelum Mengkonsumsi Makanan Manis dan Lengket.
29 27 25 23
pH Sesudah Perlakuan 30 menit
21
S i s w a
19
pH Sesudah Perlakuan 15 menit
17 15 13
pH Sesudah Perlakuan 5 menit
11 9
pH Sebelum Perlakuan
7 5 3 1 0 2 4 6 8 10
pH Saliva
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 1012 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Berdasarkan data pada Grafik 1 diketahui bahwa rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15, dan 30 adalah 7,3. pH saliva tertinggi pada menit ke-5 adalah 8,2 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-5 adalah 6,5. pH saliva tertinggi pada
42
Hidayat : Perbedaan Ph Saliva Menggosok Gigi Sebelum Dan Sesudah menit ke-15 adalah 8,2 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-15 adalah 6,8. pH saliva tertinggi pada menit ke-30 adalah 7,9 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-30 adalah 6,5. Berdasarkan data Grafik 2 diketahui bahwa rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15, dan 30 adalah 7,1. pH saliva tertingi pada menit ke-5 adalah 7,8 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-5 adalah 6,2. pH saliva tertinggi pada menit ke-15 adalah 7,6 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-15 adalah 6,5. pH saliva tertinggi pada menit ke-30 adalah 7,7 sedangkan pH saliva terendah pada menit ke-30 adalah 6,5. Grafik
2
Rata-rata pH Saliva pada Kelompok Menggosok Gigi Setelah Mengkonsumsi Makanan Manis dan Lengket
29
sampel kecil (n < 50). Hasil uji normalitas didapatkan sebaran data yang tidak normal pada data perlakuan menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30, karena nilai signifikansi (p) pada data tersebut adalah 0,005, 0,005 dan 0,038. Nilai p pada perlakuan menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis pada menit ke-5, 15 dan 30 kurang dari 0,05 yang artinya data tidak terdistribusi normal. Kemudian dilakukan transformasi data dengan Log dan Sqrt, tetapi hasilnya tetap menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal. Karena data berasal dari kelompok yang berpasangan, maka tidak dilakukan uji homogenitas data. Syarat digunakannya uji T berpasangan adalah data yang digunakan harus terdistribusi normal dan homogen. Sedangkan dari hasil perhitungan, didapatkan data tidak normal sehingga uji T berpasangan tidak dapat digunakan sehingga dilakukan uji alternatif yaitu uji nonparametrik Wilcoxon dengan kepercayaan 95%. Tabel 2 Hasil Uji Perbedaan dengan Uji Wilcoxon pada Perbedaan pH Saliva antara Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi Makanan Manis dan Lengket pada Menit ke-5, 15 dan 30.
27 25 23
pH Sesudah Perlakuan 30 menit
21
S i s w a
19
pH Sesudah Perlakuan 15 menit
17 15 13
No.
1
pH Sesudah Perlakuan 5 menit
11 9
pH Sebelum Perlakuan
7 5
2
3 1 0 2 4 6 8 10
pH saliva 3
Mengetahui ada tidaknya perbedaan pH saliva antara menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30, maka dilakukan uji statistik dengan SPSS 20 for Windows. Sebelum menganalisis perbedaan statistik dari data yang diperoleh, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Saphiro-Wilk karena jumlah
Kategori Perbandingan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5 Perbandingan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-15 Perbandingan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-30
Nilai Signifikansi
0,007
0,008
0,002
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa hasil uji statistic Wilcoxon pada perbandingan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5 menunjukkan nilai p = 0,007,
43 perbandingan pada menit ke-15 menunjukkan nilai p = 0,008 dan perbandingan pada menit ke-30 menunjukkan nilai p = 0,002, karena nilai p < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30 yang diukur menggunkan pH meter pada anak usia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji Wilcoxon dan rata-rata pH saliva setelah perlakuan pada kedua kelompok maka dapat dipahami bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis peneliti yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kedua kelompok yaitu kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket dan kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Rata-rata pH saliva menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket lebih tinggi (basa) daripada ratarata pH saliva menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Hal ini sesuai dengan saran dari hasil penelitian Praptiningsih dan Ningtyas yang menganjurkan agar menggosok gigi pada suasana rongga mulut tidak dalam keadaan asam. Berdasarkan hasil penelitian Thomas Attin tentang perbedaan pH saliva menyikat gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman bersoda menyatakan menyikat gigi setelah mengkonsumsi minuman bersoda (minuman ringan) tidak boleh, karena dapat mengerosi gigi. Menyikat gigi sebaiknya menunggu 30 menit setelah mengkonsumsi minuman besoda ataupun sebelum mengkonsumsi. Hal ini dikarenakan, minuman bersoda mengandung zat asam dan memiliki pH 3,0 atau lebih rendah sehingga dapat menyebabkan demineralisasi pada jaringan keras gigi 4,7,8. Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5–7,5 dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,5–5,5 akan memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 39 - 45 4,12
.Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva. Selain itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan asam, antara lain: jenis karbohidrat yang terdapat dalam diet, konsentrasi karbohidrat dalam diet, jenis dan jumlah bakteri di dalam plak, keadaan fisiologis bakteri tersebut dan pH di dalam plak12. Makanan manis dan lengket mengandung karbohidrat yang merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan pH. Jenis karbohidrat yang paling cocok bagi produksi asam oleh bakteri di dalam plak adalah gula-gula sederhana, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa, dan lain-lain. Gula-gula ini mempunyai molekul yang kecil sehingga mudah berdifusi ke dalam plak dan dengan cepat akan dipecah oleh bakteri menjadi asam. Karbohidrat jenis polisakarida (pati) mempunyai molekul lebih besar akan sulit masuk ke dalam plak sehingga lebih sulit dipecah oleh bakteri (13,14). Makanan manis dan lengket yang digunakan pada penelitian ini adalah coklat karena termasuk jenis makanan manis dan lengket serta lebih lunak dibandingkan dengan permen biskuit, roti, dan wafer. Menurut penelitian Diana (2004), semakin besar kekuatan mastikasi maka semakin besar saliva yang dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi gerakan mastikasi yaitu konsistensi makanan. Saat mengkonsumsi makanan dengan konsistensi cair (lunak) organ mastikasi kurang menjalankan fungsi pengunyahan. Sebaliknya, saat mengkonsumsi makanan dengan konsistensi padat (keras) organ mastikasi bekerja sangat keras1,9. Kegiatan menggosok gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Menggosok gigi bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak dengan menghilangkan plak dan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris. Hal ini dikarenakan dalam pasta gigi terkandung bahan-bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis. Dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet, fluor, dan air. Bahan abrasif dapat membantu melepaskan plak dan pelikel tanpa menghilangkan lapisan email12. Pada kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket memiliki rata-rata pH saliva lebih tinggi (basa) daripada kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Hal ini dikarenakan, pada kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan
Hidayat : Perbedaan Ph Saliva Menggosok Gigi Sebelum Dan Sesudah lengket lingkungan rongga mulut telah dibasakan dan akumulasi plak dan bakteri juga mengalami penurunan akibat menggosok gigi. Sehingga kemampuan bakteri untuk metabolisme karbohidrat menjadi asam menurun. Di rongga mulut terdapat terdapat bakteri Veillonella yang menggunakan asam laktat sebagai bahan awal metabolisme yang menghasilkan energi untuknya. Asam laktat ini akan diubah oleh bakteri tersebut menjadi CO2 sehingga dalam hal ini Veillonella dapat dianggap sebagai organisme penghalang karies12. Sedangkan pada kelompok menggosok gigi sesudah makan, rata-rata pH saliva lebih asam. Hal ini dikarenakan kondisi mulut saat makan lebih asam dibandingkan dengan kelompok menggosok gigi sebelum makan dan jumlah akumulasi plak dan bakteri di rongga mulut lebih banyak dibandingkan dengan kelompok menggosok gigi sebelum makan. Kemampuan bakteri memetabolisme makanan menjadi asam lebih besar dibanding kelompok yang menggosok gigi sebelum makan karena kondisi lingkungan yang mendukung dan total bakteri di rongga mulut jauh lebih banyak12. Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pH saliva kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket dan kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket menunjukan pH netral atau sama-sama bagus yaitu rata-rata di atas 7. Dianjurkan untuk menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Hal ini dikarenakan menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket dapat mempertahankan pH saliva dalam keadaan normal (tidak dalam pH kritis) saat kita makan sampai 30 menit sesudah makan sehingga gigi tidak mengalami demineralisasi. Perlu menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket agar dapat mencegah akumulasi plak sesudah makan, yang merupakan sumber bahan makanan bagi bakteri kariogenik. Berdasarkan data dari Tabel 5.3 tentang ratarata pH saliva berdasarkan umur menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan. Hal ini dikarenakan anak usia 10-12 tahun tidak teralu memiliki perbedaan yang jauh, baik dari fisik maupun tingkah laku. Secara anatomi, muskuluskeletal cranium anak usia 10-12 tahun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sistem mastikasi sangat berpengaruh dengan produksi saliva. Menurut
44
penelitian Diana (2004), semakin besar kekuatan mastikasi maka semakin besar saliva yang dihasilkan9. Berdasarkan teknik pengambilan sampel, pada penelitian ini tekhnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pada penelitian ini mempunyai kreteria inklusi dan ekslusi yang mempengaruhi besar atau kecilnya pH saliva sampel. Adapun kreteria inklusi yang mengakibatkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada rata-rata pH saliva berdasarkan umur adalah siswa SD berusia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin yang memiliki pH saliva asam (pH 56 dengan skala pH indikator). Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva. Selain itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan asam, antara lain: jenis karbohidrat yang terdapat dalam diet, konsentrasi karbohidrat dalam diet, jenis dan jumlah bakteri di dalam plak, keadaan fisiologis bakteri tersebut dan pH di dalam plak9. Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian yang dilakukan bahwa umur dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap besar atau kecilnya pH saliva. Hal ini sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Motoc dkk(2003) bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pH saliva berdasarkan umur dan jenis kelamin. pH saliva dapat dipengaruhi oleh aliran saliva dan diet17. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30 adalah 7,3 (netral), sedangkan rata-rata pH saliva pada kelompok menggosok gigi sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket pada menit ke-5, 15 dan 30 adalah 7,1 (netral). Selain itu tidak terdapat perbedaan rata-rata pH saliva berdasarkan umur 10-12 tahun. Serta terdapat perbedaan pH saliva menggosok gigi sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan manis dan lengket yang diukur menggunakan pH meter pada anak usia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin. Melalui Dinas Kesehatan dan lembaga pendidikan khususnya Fakultas Kedokteran
45
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 39 - 45
Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat disarankan untuk merubaha pola waktu menggosok gigi, yaitu menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan khususnya makanan manis dan lengket melalui pelaksanaan UKGS dan pelaksanaan bakti sosial. Selain itu disarankan juga untuk menambahan label menjaga kesehatan gigi dan mulut pada produk makanan khususnya yang mengandung gula yang tinggi, melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), agar meminta produsen makan dan minuman khususnya makanan yang berkadar gula tinggi (manis) dan lengket seperti coklat mencantumkan peringatan untuk “menggosok gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket” karena dapat menyebabkan karies serta pemerintah untuk menganjurkan juga agar semua restoran dan rumah makan agar menyediakan tempat dan poster untuk menggosok gigi sebelum dan sesudah makan.
7.
DAFTAR PUSTAKA
12.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Suyuti M. Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya karies gigi pada anak usia 9-10 tahun di SD Negeri Monginsidi II Makassar. Media Kesehatan Gigi. 2010;2:14. Jovina TA. Pengaruh kebiasaan menyikat gigi terhadap status pengalaman karies Riskesdas 2007. Jakarta: Universitas Indonesia; 2010. p1-2. Anonimous. Laporan hasil riset kesehatan dasar RIKESDAS provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009. p116-(7). Praptiningsih RS, Ningtyas EAE. Pengaruh metode menggosok gigi sebelum makan terhadap kuantitas bakteri dan pH saliva. Jurnal Ilmiah Sultan Agung. 2010;48:123:5562. Oktarianda B. Hubungan waktu, tekhnik menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada murid SDN 66 Payakumbuh di wilayah kerja PUSKESMAS Lampasi Payakumbuh tahun 2011. Padang: FK Universitas Andalas; 2011. p4. Lund AE. Wait to brush your teeth after drinking soda. JADA. 2003;134:1176-8.
8.
9.
10.
11.
13.
14.
15.
16.
17.
Alamsyah RM. Efek perbedaan cara meminum softdrink (minuman ringan) terhadap penurunan pH saliva pada siswa SMP Raksana Medan. Medan: FKG Universitas Sumatera Utara; 2010. p1-2;9. Ningsih DS. Pengaruh mastikasi terhadap kecepatan aliran saliva. Medan: FKG Universitas Sumatera Utara; 2004. p12;29. Rahmawati I. Perilaku kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar di kabupaten Banjar. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2012. p1. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa dan siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran; 2005. p4. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Majalah Kedokteran Gigi. Dent. J. 2005;38:1:25–8. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2010. p64;168. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara; 2009. p29. Bajeng NRKR. Studi pengaruh penambahan semi refined carageenan (Eucheuma cottonii) dan bubuk bungkil kacang tanah terhadap mutu permen cokelat (chocolate). Makassar: Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin; 2012. p9. Putri IN. Efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada murid kelas VI Sekolah Dasar (penelitian dilakukan di Desa Padang Loang Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang). Makassar: FKG Universitas Hasanuddin; 2012. p33-44. Kasjono HS, Yasril. Teknik sampling untuk penelitian kesehatan. Ed 1. Yogyakarta; 2009. p129-130. Motoc M, Samoila C, Sfrijan F, Ardelean L, Verdes D, Andrei M, Anghel M, Popescu A. The variation of some salivary components in corelation wth sex and age at puberty. TMJ. 2003;53:3(4):255.