MAJALAH ILMIAH
ISSN 0854
0128
Gusnawaty HS, Muhammad Taufik, Sarawa M, Asmar Hasan dan Asdar : KAJIAN POTENSI AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KUTIL (Synchytrium pogostemonis) PADA TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Gusti Ayu Kade Sutariati, Sitti. Leomo dan Tresjia C. Rakian : KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BERBAGAI UKURAN UMBI DAN TEKNOLOGI LEISA Bahari : ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH PADA SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN BOMBANA DAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Aminuddin Mane Kandari, Syamsu Alam dan Hasan: OPTIMASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBANGAN PADI SAWAH MENGGUNAKAN METODE SPASIAL Suryanti, Bambang Hadisutrisno, Mulyadi, dan Jaka Widada : PERANAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA La Ode Safuan dan Hasbulah Syaf : PENGARUH STATUS HARA N, P DAN K TANAH SUB SOIL PADA LERENG YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) Azhar Ansi : PENGARUH RESIDU PUPUK ORGANIK DAN NITROGEN (N) TERHADAP LAJU ASIMILASI BERSIH DAN PRODUKSI JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM TUMPANGSARI Taane La Ola, Hartina Batoa dan Muh. Sahwa : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN ASIN DI PASAR SENTRAL LAINO RAHA KABUPATEN MUNA Putu Arimbawa, Muhammad Aswar Limi, dan Rosmawaty : PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN KERING DAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG DI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN Muhammad Aswar Limi: PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MELALUI PENDEKATAN ANALISIS JALUR
VOLUME 24 NOMOR 01 JANUARI 2014
TERBIT TIGA KALI SETAHUN
36
OPTIMASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBANGAN PADI SAWAH MENGGUNAKAN METODE SPASIAL Oleh: Aminuddin Mane Kandari1, Syamsu Alam1 dan Hasan2 ABSTRACT
Land optimization was needed to plan efficient and effective land use. The aim of this research was to deliver an informative data about land suitability based on agroclimate of wet field paddy development and to find out the planting appropriate period to climate charateristic. The research was conducted from January to July 2013, located in South Konawe District. The land survey and analysis covered several parameters needed for suitability assessment based on the agroclimate for field paddy development, such as rainfall, temperature, humidity, dry month, and agroclimate type. The land suitability classes were classified into four classes, those were very suitable, suitable, marginally suitable, and not suitable. The methods used were the spatial method applying the GIS to collect the land data especially of agroclimate characteristic. The data were finally analyzed using Map Calculator in Arc View GIS Software. Climate type needed to use the classification of Oldeman type and than in overlay with criterion according to climate for field paddy development. The results showed that (1) the climate characteristic in South Konawe District, such us i.e : the average yearly of rainfall 683.87-2,562.28 mm year-1, temperature 24-32oC, humidity 79-91%, dry month 3.0
lahan cukup dominan tidak sesuai untuk pengembangan tanaman disebabkan adanya interaksi antara pemanfaatan lahan dengan perubahan iklim. Optimasi lahan pertanian dengan mengembangkan tanaman yang sesuai dengan daya dukung lahan khususnya kondisi agroklimat dimaksudkan agar produktivitas lahan yang diusahakan mencapai optimal. Pencapaian tujuan tersebut dapat terwujud bilamana komoditas yang dikembangkan ditanam pada lahan dengan kondisi agroklimat yang paling sesuai, sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Djaenuddin et al., (2011) menyatakan bahwa secara umum setiap tanaman dan/atau kelompok tanaman mempunyai persyaratan
Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari, Alumni Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
36
37
tumbuh/hidup yang spesifik untuk dapat berproduksi secara optimal. Dengan demikian, suatu wilayah kemungkinan hanya sesuai untuk komoditas tertentu, tetapi tidak untuk yang lain, artinya bahwa tidak selalu setiap jenis komoditas dapat diusahakan di setiap wilayah apabila persyaratan tumbuhnya dari segi kondisi agroklimat tidak terpenuhi. Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) merupakan salah satu daerah potensial pengembangan padi sawah di Sulawesi Tenggara (Sultra), yakni memiliki lahan sawah seluas 24.065 ha atau 25.88 % dari total lahan sawah di Sultra, dengan produktivitas yang masih berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan rata-rata 3.8 t.ha-1. Produktivitas padi sawah di wilayah ini pada tahun 2010yakni 4.29 t.ha -1 dengan luas areal tanam 23.968 ha, mengalami penurunan baik produktivitas maupun luas areal tanamnya pada tahun 2011 yaitu 4.18 t.ha-1 dengan luas areal tanam 23.662 ha, namun pada tahun 2012 relatif meningkat bila dibandingkan dengan produktivitas dan luasan lahan pada tahun 2011 yaitu 4.21 ton.ha-1dengan luasan lahan 24.065 ha (BPS Konsel, 2013). Penurunan produktivitas padi sawah secara umum diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor fisik yaitu iklim dimana terjadi perubahan cuaca yang mengalami perubahan yang cukup dinamis. Darwis (2004) menyatakan bahwa semakin meningkatnya suhu udara dan tidak seimbangnya jumlah air di musim kemarau dan musim hujan mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kedua pendapat tersebut, relevan dengan pernyataan Mueller et al., (2010) bahwa faktor alamiah yang menjadi penciri utama dari karakteristik lahan suatu wilayah dalam kaitannya dengan rencana pengembangan tanaman adalah karakteristik iklim yang meliputi radiasi surya, suhu
udara, evapotranspirasi dan presipitasi atau hujan. Pendapat ini mengindikasikan bahwa informasi tentang karakteristik iklim menjadi faktor penting dalam upaya penentuan areal pengembangan padi sawah sebagai tindak lanjut dari upaya optimasi lahan berbasis agroklimat. Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan agroklimat tanaman, yang mencakup iklim, tanah, dan topografi, akan memberikan hasil yang optimal dengan kualitas prima. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah aspek manajemen dalam mengelola lahan yang didasarkan pada sifat-sifat lahan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Menurut Bobade et al., (2010), bahwa kegiatan penelitian dengan menggunakan lahan sebagai sumber data yang bersifat general, dapat dintegrasikan secara efisien untuk kebutuhan perencanaan pengembangan tanaman di suatu daerah melalui pendekatan GIS. Menurut Wirosoedarmo et al., (2011) aplikasi GIS telah terbukti cukup efektif dalam menentukan kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman. Pendapat tersebut didukung pula oleh Baja (2012 dan 2012a) yang menyatakan bahwa optimasi pemanfaatan lahan yang akurat dalam arti efisien dan efektif dapat dilakukan antara lain melalui perencanaan tata guna lahan dengan dengan mengaplikasikan teknologi penginderaan jauh dan geografi information system (GIS). Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, penelitian tentang Optimasi Lahan Pertanian Berbasis Agroklimat untuk Pengembangan Padi Sawah menggunakan Metode Spasial penting dilaksanakan, dengan dua tujuan utama yaitu : (1) mengetahui karakteristik iklim di Kabupaten Konsel, (2) mengidentifikasi kelas kesesuaian lahan berbasis agroklimat dan faktor penghambatnya untuk pengembangan padi sawah di Kabupaten Konsel.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
38
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Konsel Sultra mulai Januari-Juli 2013. Peralatan yang digunakan meliputi : GPS, kamera, dan alat tulis menulis, serta laptop dengan software Arcview GIS 3.3 dan Microsoft excel untuk menginput, mentabulasi, dan mengolah data. Bahan yang digunakan meliputi : (1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan (ground check) dan wawancara kepada masyarakat/petani padi sawah, (2) Data sekunder, data yang diperoleh dari instansi terkait yang terdiri dari: (a) data iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara) masing-masing selama 15 tahun terakhir (1997-2011). Beberapa instansi sebagai sumber data sekunder, yaitu Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Puwatu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Halu Oleo dan BPS Konsel, dan beberapa stasiun iklim yang ada di Kabupaten Konsel dan sekitarnya, (b) data agronomi tanaman padi sawah dari studi pustaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode spasial dengan
mengaplikasikan GIS. Tahapan kegiatan, yaitu : (1) Pengumpulan data dari instansi terkait dan studi pustaka, (2) Pengolahan data spasial, (3) Penentuan kondisi agroklimat wilayah, (4) Pewilayahan tingkat kesesuaian agroklimat tanaman padi sawah. Persiapan data dilakukan dengan cara tabulasi, penghitungan rata-rata, tipe iklim digunakan metode klasifikasi Oldeman (1975). Selanjutnya survey lapangan untuk pengumpulan data karakteristik biofisik lahan dan tingkat kesesuaian agroklimat padi sawah digunakan metode GIS dan dilanjutkan metode tumpang tindih (matching) berdasarkan rekomendasi Djaenuddin et al.,(2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Karakteristik iklim Curah hujan. Hasil analisis curah hujandan evaluasi kelas kesuaian untuk pengembangan tanaman padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan berdasarkan matching antara curah hujan dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata curah hujan tahunan dan hasil evaluasi kesesuaian curah hujan untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Konsel selama 15 tahun terakhir (1997-2011) No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Stasiun Atari Lama Baito Moramo Motaha Onembute WMI
CH tahunan 1,293.97 mm th-1 1,790.54 mm th-1 2,403.42 mm th-1 683,87 mm th-1 2,562.28 mmth-1 2,245.39 mm th-1
Kelas Kesesuaian Lahan LREPP II (1994) S2 S1 S1 N2 S1 S1
Keterangan : Kriteria kelas kesesuaian iklim (curah hujan) untuk pengembangan tanaman padi sawah menurut LREPP II (1994), kelas S1 (>1500 mmth-1), S2 (1200-1500 mmth-1), S3 (100-1200 mmth-1), N1 (800-100 mmth-1), N2 (<800 mm th-1).
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
39
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis rata-rata curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Konsel bervariasi yang konsekuensinya menghasilkan kesesuaian tanaman padi sawah juga relatif berbedabeda antar wilayah di lingkup stasiun hujan yang ada di wilayah penelitian dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditumpang tindihkan dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), khususnya untuk pengembangan padi sawah diperoleh hasil kelas kesesuaian lahan
berbasis curah hujan, yakni S1, lingkup stasiun Baito, stasiun Moramo, stasiun Onembute dan stasiun WMI. Lingkup stasiun Atari Lama menunjukkan krtiteria kesesuaian lahan S2 dan stasiun Motaha N2. Suhu Udara. Hasil analisis rata-rata suhu udara dan evaluasi kelas kesuaian untuk pengembangan tanaman padi sawah di Kabupaten Konsel berdasarkan matching antara suhu udara dan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata suhu udara tahunan dan hasil evaluasi kesesuaian suhu udara untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Konsel selama 15 tahun terakhir (1997-2011) No 1. 2. 3.
Nama Stasiun Mowila Palangga WMI
Keterangan :
Rerata Suhu Udara > 29-32oC 24-29oC 24-29oC
Kriteria Kesesuaian Lahan LREEP II (1994) S2 S1 S1
Kriteria kelas kesesuaian iklim (bulan kering) untuk pengembangan tanaman padi sawah menurut LREPP II (1994), kelas S1 (24-29oC) bulan), S2 (>29-32oC), S3 (18-22oC), N1 (td), N2 (>35<18oC).
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara tahunan di wilayah Kabupaten Konsel bervariasi yang konsekuensinya menghasilkan kesesuaian tanaman padi sawah juga relatif berbeda-beda antar wilayah di lingkup stasiun iklim yang ada di wilayah penelitian dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditumpang tindihkan dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), khususnya untuk pengembangan padi sawah diperoleh hasil kelas kesesuaian lahan berbasis suhu udara, yakni S1, lingkup stasiun Palangga dan WMI, dan S2 untuk lingkup stasiun Mowila. Kelembaban Udara. Hasil analisis rata-rata kelembaban udara dan evaluasi kelas kesesuaian untuk pengembangan tanaman padi sawah di Kabupaten Konsel
berdasarkan matching antara suhu udara dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban udara tahunan di wilayah Kabupaten Konsel relatif berbeda sehingga tingkat kesesuaian tanaman padi sawah juga berbeda-beda antar wilayah di lingkup stasiun iklim yang ada di wilayah penelitian dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis kelembaban udara tersebut selanjutnya ditumpang tindihkan dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), diperoleh hasil kelas kesesuaian lahan padi sawah berbasis kelembaban udara,yakni S1 untuk lingkup stasiun Palangga, S2 lingkup stasiun Mowila, dan S3 lingkup stasiun WMI.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
40
Tabel 3. Rerata kelembaban udara tahunan dan Hasil evaluasi kesesuaian kelembaban udara untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Konsel selama 15 tahun terakhir (1997-2011) No 1. 2. 3.
Nama Stasiun Mowila Palangga WMI
Rerata Kelembaban Udara 87.93% 79.01% 91.40%
Kriteria Kesesuaian Lahan PPTA (DJaenuddin et al (2011) S2 S1 S3
Keterangan : Kriteria kelas kesesuaian iklim (kelembaban) untuk pengembangan tanaman padi sawah menurut Puslitanak (Djaenuddin, 2003), kelas S1 (33-90%), S2 (30-33%), S3 (<30->90%)
Bulan kering. Hasil identifikasi rata-rata jumlah bulan kering (BK) di wilayah Kabupaten Konawe Selatan dan hasil evaluasi tingkat kesesuaian tanaman padi Tabel 4.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
sawah berdasarkan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), disajikan pada Tabel 4.
Rata-rata jumlah bulan kering (BK) dan hasil evaluasi kesesuaian tanaman padi sawah berbasis jumlah BK di wilayah Kabupaten Konawe Selatan selama 15 tahun terakhir (1997-2011) Nama Stasiun
Atari Lama Baito Moramo Motaha Onembute WMI
Keterangan :
Rerata Jumlah Kriteria Kesesuaian Lahan LREPP II (1994) BK 3 - < 9 bulan S2 3-< 9 bulan S2 3-< 9 bulan S2 > 9.5 bulan N2 > 9.5 bulan N2 < 3 bulan S1
Kriteria kelas kesesuaian iklim (bulan kering) untuk pengembangan tanaman padi sawah menurut LREPP II (1994), kelas S1 (<3) bulan), S2 (3-<9 bulan), S3 (9 -9.5 bulan), N1 (td), N2 (> 9.5 bulan).
Tabel 4 menunjukkan bahwa kelas kesesuaian pengembangan padi sawah di wilayah Kabupaten Konsel dengan indikator jumlah bulan kering yang dimatching dengan kriteria kesesuaian lahan LREPP II (1994) dalamHardjowigeno dan Widiatmaka (2001)cukup bervariasi, namun didominasi oleh kelas S2, meliputi wilayah lingkup stasiun Atari Lama, Baito dan Moramo, sementara kelas S1 hanya terdapat di wilayah lingkup stasiun WMI, sedangkan wilayah lingkup Stasiun Motaha dan Onembute termasuk kelas N2.
Tipe Agroklimat. Hasil analisis tipe agroklimat dengan metode Oldeman (1975) berdasarkan data curah hujan selama 15 tahun terakhir (1997-2011) di wilayah Kabupaten Konsel yang dimatching dengan kriteria kesesuaian untuk pengembangan padi sawah berdasarkan metode PPT (1983) disajikan pada Tabel 5.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
41
Tabel 5. Tipe agroklimat menurut metode Oldeman (1975) berdasarkan data curah hujan wilayah Kabupaten Konsel selama 15 tahun terakhir (1979 – 2011) No. Nama stasiun 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Atari Lama Baito Moramo Motaha Onembute WMI
Keterangan :
Tipe Agroklimat E3 E2 C2 E4 B2 C1
Bulan Basah Berturutturut <3 <3 5−6 <3 7−9 5−6
Bulan Kering Berturut-turut
Kriteria Kesesuaian Lahan PPT (1983)
4−6 2−3 2−3 >6 2−3 <2
N2 N2 S3 dan N1 N2 S1-N2 S3-N2
di
Kriteria kelas kesesuaian pengembangan padi sawah berdasarkan tipe agroklimat yang dimatching dengan kriteria menurut PPT (1983), kelas S1 (A1, A2, B1, B2), S2 (A1, A2, B1, B2, B3), S3 (A1, A2, B1, B2, B3, C1, C2, C3) N1 (A1, A2, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3, D4) dan N2 (A1, A2, B1- B3, C1- C3, D1- D4, E1-E4).
Tabel 5 menunjukkan bahwa tipe agroklimat di wilayah Kabupaten Konsel sangat beragam mulai dari E4 – B2 berdasarkan indikator jumlah bulan kering dan bulan basah berturut-turut sehingga menghasilkan tingkat kesesuaian tanaman padi sawah yang beragam pula mulai dari N2 – S1 namun tidak ada S2. 2. Kesesuaian Agroklimat Aktual dan Potensial untuk Arahan Pengembangan tanaman padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan Hasil analisis tingkat kesesuaian agroklimat secara aktual di wilayah Kabupaten Konsel untuk pengembangan tanaman padi sawah secara umum terdapat 4 (empat) unit kelas kesesuaian tanaman padi sawah berbasis agroklimat, yaitu (1) sangat (S1) dengan luas wilayah 59,103.06 ha atau 13.09 % mencakup seluruh wilayah Kecamatan Konda, Ranomeeto Barat, Ranomeeto sertasebagian wilayah KecamatanLandono, Moramo Utara dan Wolasi. (2) sesuai dengan hambatan jumlah bulan kering yang relatif banyak (S2w2) meliputi seluruh wilayah Kecamatan Baito,
Kolono, Laonti, Laeya, Lainea, Palangga, Palangga Selatan serta sebagian wilayah Kecamatan Buke, Landono, Mowila, Moramo Utara, Moramo dan Wolasi dengan luas 262,222.78 ha atau 58,09%, (3) sesuai dengan hambatan curah hujan relatif rendah dengan bulan kering juga relative banyak (S2w1w2), meliputi seluruh Kecamatan Lalembu dan sebagian wilayah Kecamatan Andolo, Basala, Buke dan Tinanggea dengan luas wilayah 78,176.78 atau 17.32%, (4)tidak sesuai permanen dengan hambatan suhu, curah hujan dan jumlah bulan kering (N2t1w1w2) dengan luas wilayah 51,918.38 ha atau 11.50% mencakup seluruh wilayah Kecamatan Angata serta sebagian wilayah Kecamatan Benua, Buke dan Mowila. Kenyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa dari 4 (empat) kelas kesesuaian lahan padi sawah berbasis agroklimat di wilayah penelitian secara umum memiliki faktor pembatasnya adalah curah hujan, suhu udara dan bulan kering (w1, t, dan w2). Adapun kesesuaian lahan potensial padi sawah berbasis agroklimat dapat dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan agroklimatologi seperti pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber air yang lain
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
42
seperti sungai, rawa dan danau yang dibuatkan bendungan dan saluran irigasi yang dapat mencukupi kebutuhan air dari pada tanaman padi sawah agar sesuai dengan yang diharapkan. Pembahasan Optimasi lahan sangat penting karena lahan merupakan modal dasar dan faktor penentu utama dalam sistem produksi pertanian, bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa ketersediaan lahan perlu dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Hal tersebut sangat beralasan karena Rounsevell and Reay (2009) memberi peringatan bahwa pemanfaatan lahan yang tidak efektif erat kaitannya dengan terjadinya perubahan iklim, bahkan bisa juga terjadi sebaliknya dimana penggunaan lahan yang salah dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kearifan dalam merencanakan tata guna lahan agar optimasi lahan benar-benar efisien dan efektif. Hasil penelitianHasan (2003) dilaporkan bahwa kondisi iklim di wilayah Kabupaten Konsel sangat beragam dan berpeluang untuk pengembangan padi sawah dengan tingkat kesesuaian yang bervariasi mulai dari kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) sampai tidak sesuai permanen (N2). Kandari (1999 dan 2000) melaporkan bahwa setiap wilayah di Sultra memiliki karakteristik iklim yang berbeda-beda, sehingga secara langsung menjadi arahan sesuai tidaknya suatu tanaman untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Hal ini relevan dengan penjelasan Djaenuddin et al (2011) bahwa setiap tanaman mempunyai persyaratan tumbuh atau hidup yang spesifik untuk dapat berproduksi secara optimal. Menurut Akdemir et. al (2012), kondisi iklim merupakan faktor produksi pertanian yang paling berpengaruh terutama pada masa pertumbuhan dan fase pembentukan biji atau produksi. Perubahan iklim dapat
mempengaruhi kesesuaian tanaman pertanian pada suatu wilayah, dimana unsurcurah hujan menjadi salah satu penentu karakteristik lahan dalam evaluasi kesesuian lahan untuk tanaman padi sawah. Berdasarkan syarat tumbuh tanaman padi sawah dan kriteria kesesuian lahan kategori sangat sesuai (S1) untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan untuk curah hujan yaitu meliputi stasiun Baito, Moramo, Onembute dan WMI, hal ini sejalan dengan pernyataan Crafs dalam Kandari (1998) ketersediaan air lahan akan mempengaruhi pergerakan air ke akar, sehingga berhubungan langsung dengan suplai hara ke tanaman. Menurut Aliadi (2008) dan Handoko (2008), perubahan iklim secara umum dapat menyebabkan perubahan pada parameter-parameter cuaca, yaitu suhu udara, tekanan udara, curah hujan, kelembaban udara, laju serta arah angin, kondisi awan, dan radiasi surya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa khususnya di daerah tropis atau lintang rendah perubahan nilai unsurunsur iklim tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia. Maman et al., (2003) menyatakan bahwa distribusi curah hujan, tekanan udara, radiasi surya, dan kecepatan angin berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas tanaman pangan.menunjukkan bahwa iklim mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. Kaitannya dengan pengembangan padi sawah, Landong (1999) menyatakan bahwa tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan rata-rata≥ 200 mmbl-1 dan curah hujan yang dikehendaki adalah 1,500-2,000 mm th-1. Terdapatnya kelas kesesuaian lahan sesuai (S2) dan tidak sesuai permanen (N2) yaitu pada wilayah lingkup stasiun Atari Lama dan Motaha lebih disebabkan oleh kondisi curah hujan karena lokasi tersebut hanya memiliki curah hujan tahunan rata-rata 1,293.97 mm dengan nilai paling rendah yakni 683.87 mm, dimana berdasarkan kriteria kesesuaian lahan
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
43
untuk pengembangan padi sawah yang berbasis curah hujan berdasarkan kriteria LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) tergolong S2 dan N2. Selain curah hujan dan bulan kering, suhu juga turut berperan dalam kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. Suhu dapat mempengaruhi produktivitas tanaman padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi kesesuaian agroklimatologi untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan stasiun sangat sesuai (S1) untuk pengembangan padi sawah berdasarkan kriteria kesesesuaian iklim (suhu) yaitu meliputi stasiun Palangga dan WMI, hal ini sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan menurut LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001). Pada stasiun Palangga rata-rata suhu tahunan yaitu 27,9oC, pada stasiun WMI suhu rata-rata tahunan yaitu 27,23oC. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah sekitar stasiun Palangga dan WMI sangat sesuai untuk pengembangan padi sawah berdasarkan kriteria suhunya. Hal ini sesuai pula dengan syarat tumbuh tanaman padi sawah berkisar antara 23-27oC (Landong, 1999). Stasiun Mowila berdasaran kriteria kesesuaian lahan menurut LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) memiliki kelas cukup sesuai (S2) karena memiliki suhu >29-32oC. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman padi sawah, kelembaban udara mempengaruhi ketersediaan air tanaman, karena secara substansial besar kecilnya ketersediaan air di lahan pertanian erat kaitannya dengan besar kecilnya evapotranspirasi dan jumlah air yang ada. Konsekuensi dari hal tersebut dapat dikemukakan bahwa kelembaban udara rendah menmyebabkan kekeringan dan kelembaban udara tinggi dapat menjadikan persebaran hama penyakit lebih mudah sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan poduksi tanaman padi sawah. Pendapat tersebut dimungkinkan karena
kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara, dimana semakin tinggi suhu udara semakin besar kapasitas untuk menampung uap air persatuan volume (Handoko, 1994). Selain itu, kelembaban udara dipengaruhi oleh curah hujan, dimana curah hujan yang tinggi menyebabkan kelembaban udara menjadi tinggi dan curah hujan rendah kelembaban menjadi rendah. Khususnya di wilayah Kabupaten Konsel, kesesuaian lahan berbasis kelembaban udara untuk pengembangan padi sawah, meliputi kelas sangat sesuai (S1), meliputi wilayah lingkup stasiun Palangga dan WMI, untuk stasiun Mowila sesuai marginal (S3). Hal ini disebabkan kelembaban udara pada stasiun Palangga dan WMI berkisar 33-90%. Menurut Subagyono dan Agus (1994) bahwa kisaran kelembaban udara optimum untuk padi sawah adalah 50–90%. Pada wilayah lingkup stasiun Mowila kelembabannya mencapai >90% sehingga sangat mungkin tanaman padi sawah dapat mengalami serangan penyakit tanaman yang dapat menurunkan produksinya. Kelas kesesuaian lahan pada wilayah lingkup stasiun WMI termasuk kelas sangat sesuai (S1) untuk tanaman padi sawah, karena lokasi tersebut memiliki jumlah bulan kering relative kurang yakni 3 bulan dimana menurut LREPP II (1994) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) bahwa dengan kriteria bulan kering < 3 bulan maka berindikasi jumlah bulan basah dengan curah hujan > 200 mm bl-1 relatif banyak sehingga tanaman tidak kekurangan air terutama padi sawah yang kebutuhan airnya sangat banyak disbanding tanaman pangan lainnya. Hal inilah yang memungkinkan pada daerah sekitar stasiun WMI sesuai untuk pengembangan padi sawah. Wilayah yang termasuk lingkup stasiun Atari Lama, Baito dan Moramo termasuk kelas cukup sesuai (S2) karena memiliki rata-rata bulan kering 3 - >9 bulan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan menurut LREPP II (1994)
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
44
dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001). Pada wilayah lingkup stasiun Motaha dan Onembute termasuk kelas tidak sesuai permanen (N2) karena memiliki rata-rata bulan kering >9.5 bulan. Sehubungan dengan terdapatnya hambatan pengembangan padi sawah di wilayah penelitian yakni curah hujan yang relatif rendah dan fluktuatif, suhu udara yang cenderung tinggi dan bulan kering yang relatif banyak, maka sudah jelas akan menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penting dilakukan konservasi tanah dan air, namun kendala yang biasa terjadi yaitu erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi, faktor lereng dan fisiografi. Oleh karena itu, maka tindakan konservasi tanah harus diikuti dengan dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan, dimana salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering yang dapat dilakukan yakni pemilihan kultivar, pengaturan pola tanam dengan pola campuran antara tanaman semusim dan tahunan, dikombinasikan dengan usaha peternakanserta dikombinasikan bersama tanaman hijauan pakan. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Konawe Selatan cukup beragam dengan karakteristik unsur iklim rata-rata tahunan, meliputi : curah hujan tahunan 683.87-2,403.42 mm, hari hujan 88 – 85 hari,lama bulan kering 3 – 9.5 bulan, suhu udara 24-32oC, kelembaban udara 78-91%, tipe agroklimat Odeman E3 – B2; waktu tanam yang dimungkinkan untuk padi sawah yakni bulan April-Juli dan Desember-Maret. 2. Kesesuaian lahan aktual berbasis agroklimat untuk pengembangan padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan, terdapat empat unit kelas, yaitu:
a. S1, dengan luas wilayah 59,103.06 ha atau 13.09 % mencakup seluruh wilayah Kecamatan Konda, Ranomeeto Barat, Ranomeeto serta sebagian wilayah Kecamatan Landono, Moramo Utara dan Wolasi, b. S2w2,dengan luas 262,222.78 ha atau 58.09%, mencakup seluruh wilayah Kecamatan Baito, Kolono, Laonti, Laeya, Lainea, Palangga, Palangga Selatan serta sebagian wilayah Kecamatan Buke, Landono, Mowila, Moramo Utara, Moramo dan Wolasi; c. S2w1w2, dengan luas wilayah 78,176.78 atau 17.32%, mencakup seluruh Kecamatan Lalembu dan sebagian wilayah Kecamatan Andolo, Basala, Buke dan Tinanggea, d. N2t1w1w2, dengan luas wilayah 51,918.38 ha atau 11.50% mencakup seluruh wilayah Kecamatan Angata serta sebagian wilayah Kecamatan Benua, Buke dan Mowila. Saran Secara aktualyang menjadi faktor pembatas pengembangan padi sawah di Kabupaten Konawe Selatan adalah curah hujan, suhu udara, dan bulan kering (w1, t, dan w2), karena itu disarankan agar tetap dilakukan usaha-usaha pengadaan dan penambahan air cadangan seperti pemanfaatan sumber-sumber air sungai, rawa dan danau yang dibuatkan bendungan dan saluran irigasi untuk mencukupi kebutuhan air padi sawah agar sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Akdemir S., H. Akcaoz, H. Kizilay, and A. Ozalp. 2012. Impacts of Climate factors on Wheat Yields in Turkey. Journal of Food. Agriculture & Environment, Vol. 10 (2): 398-402. WFLPublizer, Science and Technology. Helzinki Finland.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
45
Aliadi, 2008. Perubahan Iklim, Hutan dan REDD: Peluang atau Tantangan.CSO Network onForestryGovernanceand Climate Change, ThePartnership for Governance Reform, Bogor. Awotoye, O. O. and O. J. Matthew. 2009. Effects of Temporal Changes in Climate Variables on Crop Production in Tropical Sub-humid South-western Nigeria. Journal of Agriculture, Biotechnology & Ecology, 2(3), 408419, 2009. ISSN: 2006-3938. Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah : Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Baja, S. 2012a. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan : Aplikasi GIS, Fuzzy Set, dan MCDM. Penerbit: IDENTITAS. Universitas Hasanuddin, Makassar. BPS Sulawesi Tenggara, 2011. Sulawesi Tenggara dalam angka. Badan Pusat Statistik, Kendari. BPS Sulawesi Tenggara, 2013. Kabupaten Konsel dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Konsel. Bobade S.V., B.P. Bhaskar, M.S. Gaikwad, P. Raja, S.S. Gaikwad, S.G. Anantwar,S.V. Patil, S.R. Singh, dan A.K. Maji. 2010. A GIS-based land use suitability assessment in Seoni district, Madhya Pradesh, India. National Bureau of Soil Survey and Land Use Planning, Tropical Ecology 51(1): 41-54, 2010 ISSN 0564-3295, © International Society for Tropical Ecology, www.tropecol.com, Nagpur 440 010, India. Darwis, S. N., 2004. Kebijakan Departemen Pertanian dalam mengantisipasi penyimpangan iklim. Prosiding stategi antisipatif menghadapi gejala alam La Nina dan El-Nino. Kerjasama PERHIMPI dengan Jurusan GEOMETIPB Puslittanak dan ICSEA.
Djaenudin, D., H. Marwan, A. Mulyana, H. Subagyo dan N. Suharta, 2003. Ktriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian, Bogor. Handoko, Ir., 1994. Klimatologi dasar. Pustaka Jaya, Bogor. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka, 2001. Kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna lahan. Jurusan tanah fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Hasan, 2003. Evaluasi Kesesuaian Agroklimat untuk Arahan Pengembangan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Kabupaten Konawe Selatan Kandari, A. M., 1998. Potensi dan Kendala Produksi padi gogo pada beberapa tipe agroklimat Sulawesi Tenggara berdasarkan model Shierari Rice. Tesis S2. Program pasca sarjana . IPB, Bogor (Tidak dipublikasikan). Kandari, A.M. 1999. Karakterisasi Curah Hujan dan Pewilayahan Agroklimat Wilayah Sulawesi Tenggara. Laporan Hasil Penelitian Dana OPF. Tahun Ajaran 1998/1999. Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo. Kandari, A.M. 2000. Identifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian Berdasarkan Persyaratan Iklimnya Pada Beberapa Tipe Agroklimat Di Wilayah Sulawesi Tenggara.Laporan Hasil Penelitian Dana OPF. Tahun Ajaran 1999/2000. Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo. Landong, A., 1999. Penyuluhan pertanian mengatasi krisis menunjang gema palagung, Makassar. [LREPP] Land Resource Evaluation and Planning Project. 1994. Pedoman Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Kehutanan. Laporan Teknis No. 7, April 1994. Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128
46
Maman N, Lyon DJ, Mason SC, Galusha TD, Higgins R. 2003. Pearl millet and grain sorghum yield response to water supply in Nebraska. Agron. J., 95: 1618-1624. Mueller, L.U. Schindler, W. Mirschel., T.G. Shepherd, B.C. Ball., K. Helming., J. Rogasik, F. Eulenstein, H. Wiggering. 2010. Assesing the Productivity Function of Soils. A Review. Agron. Sustain. Dev. 30. 601-614. INRA.EDP. Sciences. Oldeman, L.R. 1975. An Agro-climate Map of Java, Central research Institute for Agriculture, Bogor, No. 17.
Rounselvell M.D.A., and D.S. Reay. 2009. Land Use and Climate Change in UK. Land Use Policy 26S, S160-S169. Elsevier. Subagyono, K. dan F. Agus, 1994.Sifat fisik tanah mineral di beberapa lokasi di Kalimantan dan hubungannya dengan percetakan sawah. hlm 143-153 dalamSuharta, N. (Ed.) Risalah Hasil Penelitian Potensi Sumber Daya Lahan untuk Pengembangan Sawah Irigasi di Kalimantan dan Sulawesi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.Jurnal Agronomi 9(2): 117-121.
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128