LAPORAN PENELITIAN
MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN DI KABUPATEN BANGLI Penanggungjawab Program : Drs. I Wayan Suardana, M.Si Anggota : Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si. I Made Gerya, S.Sn. I Wayan Adi Sumawan I Nyoman Surahman I Wayan Endra
Dilaksanakan atas biaya I-MHERE Sub-Component B.1. Batch III Kontrak Nomor: 86/I-MHERE/VI/2009 15 Juni 2009
JURUSAN KRIYA SENI FAKULTAS SENI RUPA DAN DISAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1. Judul Penelitian 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Fungsional e. Jabatan Struktural f. Bidang Keahlian g. Fakultas/Jurusan h. Perguruan Tinggi i. Anggota Peneliti No
: Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli : : Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. : Laki-laki : 19631231 199203 1 018 : Lektor Kepala : : Kriya Seni : Kriya Seni/Fakultas Seni Rupa dan Disain : Institut Seni Indonesia Denpasar : 5 Orang
FSRD ISI Denpasar
Kriya Logam
FSRD ISI Denpasar
3
Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si. I Made Gerya, S.Sm.
Bidang Keahlian Kriya Kayu
Kriya Kayu
FSRD ISI Denpasar
4
I Wayan Adi Sumawan
Kriya Kayu
FSRD ISI Denpasar
5
I Nyoman Surahman
Kriya Kayu
FSRD ISI Denpasar
6
I Wayan Endra
Kriya Kayu
FSRD ISI Denpasar
1 2
Nama dan Gelar Akademik
Instansi
Alokasi Waktu 12 jam/Minggu 12 jam/Minggu 12 jam/Minggu 12 jam/Minggu 12 jam/Minggu 12 jam/Minggu
3. Pendanaan dan Jangka Waktu Penelitian a. Jangka Waktu Penelitian yang Diusulkan 1 tahun b. Biaya yang diusulkan : Rp. 30.000.000 c. Biaya yang disetujui : Rp. 30.000.000
ii
Mengetahui Ketua Jurusan Kriya Snei
Drs. I Ketut Muka, P., M.Si NIP. 19611123 199311 1 001
Denpasar, 20 Nopember 2009 Ketua Peneliti
Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. NIP. 19631231 199203 1 018
Mengetahui Direktur Eksekutif I-MHERE Institut Seni Indonesia Denpasar
Dr. I Nyoman Suteja, M.Hum NIP. 19580427 198203 1 003
iii
RINGKASAN DAN SUMMARY Bangli adalah salah satu kabupaten di Bali yang memiliki sentra-sentra kerajinan yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Pada awalnya segala jenis kerajinan yang berkembang di Bangli seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap kerajinan tersebut seperti untuk kebutuhan upacara dan kebutuhan hidup sehari-hari. Konsumen utama seni kerajinan tradisional Bangli adalah masyarakat bali yang sebagian besar beragama hindu yang banyak membutuhkan berbagai peralatan upacara keagamaan seperti berbagai anyaman bambu, tempat sajen dari perak dan kayu, keris, busana tan, busana pengantin,
dan
sebagainya.
Masyarakat
Bali
percaya
bahwa
untuk
mendapatkan jenis kerajinan yang berkualitas tinggi, mereka selalu fanatik untuk mendapatkan jenis kerajinan tersebut di daerah Bangli. Potensi alam yang subur sangat mendukung perkembangan seni kerajinan yang ada di Bangli terutama kerajinan kayu dan bambu. Kehidupan bambu
yang
subur
memberikan
peluang
yang
sangat
besar
pada
masyarakatnya untuk menciptakan kerajinan anyaman. Pada awalnya produk yang dihasilkaan hanya terbatas pada penunjang kebutuhan hidup sehari -hari serta sarana upacara kerganaan. Produk yang dihasilkan seperti sokasi, lampid, bodag, ngiyu, tempeh, serta anyaman untuk pelapon rumah. Kerajinan kayu hasil produksinya fungsinya sama dengan kerajinan bambu yang ada yaitu untuk keperluan rumah tanggga dan sarana upacara. Kerajinan kayu yang banyak berkembang adalah pembuatan tempat suci serta ukiran bangunan rumah tangga. Barang-barang yang dihasilkan masih sangat tradisional baik bentuk dan teknik pengerjaannya. Daerah Bangli tidak saja sebagai penghasil kerajinan tradisional saja, tetapi juga banyak memproduksi seni kerajinan modern seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada. Banyak jenis jenis -kerajinan baru justru terlahir di daerah Bangli, baik yang difungsikan untuk masyarakat Bali maupun seni kerajinan modern untuk diekspor ke luar negeri. Didukung oleh potensi alam yang banyak menghasilkan kayu dan bambu, dapat memberi kemudahan pada perajin untuk mengembangkan kreativitasnya dengan menciptakan jenis kerajinan baru yang sangat praktis, ekonomis, dan estetis.
iv
Seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada di Bali, membuka seluas-luasnya bagi perajm Bangli untuk ikut bergerak dan berkreasi menciptakan berbagai jenis kerajinan yang diperuntukan bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Perkembangan kerajinan ini tidak hanya merengkuh jenis kerajinan yang telah lama berkembang, tetapi juga seni kerajinan baru yang mendapat pengaruh dari sentra kerajinan yang berkembang dari wilayah lainnya. Dengan memanfaatkan potensi slam yang ada seperti ka yu dan bambu, banyak sentra kerajinan bare yang berkembang di Bangli. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh yang datang dari daerah Gianyar yang merupakan salah satu pusat seni kerajinan yang ada di Bali. Macam dan Jenis kerajinan yang berkembang di Bangli: 1. Kerajinan Anyaman Kerajinan anyaman merupakan salah satu seal kerajinan yang telah lama berkembang di Bangli. Seni kerajinan ini pada awalnya lebih banyak memproduksi kerajinan tradisional yang digunakan sebagai perabotan rumah tangga, maupun sarana upacara keagamaan. Jenis jenis kerajinan yang diproduksi seperti: Sok, Lampid, Ngiyu, Tempeh, sokasi, Penarakan, Kisa, Keranjang dan bedeg. Kerajinan anyaman ini dikerjakan oleh masyarakat yang sebagian besar sebagai petani. Kerajinan anyaman dapat berkembang di Bangli karena daerah ini banyak tumbuh pohon bambu yang sangat subur. 2. Kerajinan Logam Kerajinan logam di Bangli telah berkembang sejak lama, ketika kekuasaan masih dijalankan oleh kerajaan yang ada di Bangli. Untuk kebutuhan dalam mengerjakan berbagai bentuk periasan yang ada kaitannya upacara
kerajaan,
Raja
Bangli
mengangkat
seorang
sangging
yang
mengerjakan kebutuhan tersebut. Sangging berperan sangat besar dalam menciptakan berbagai perhiasan bagi keluarga kerajaan seperti: gelang, cincin, kalung, bross, hiasan rambut, mahkota raja, ikat pinggang dan sebagainya. Berbagai bentuk periasan diciptakan oleh sangging yang hanya diperuntukan untuk kepentingan kerajaan khususnya di daerah Bangli 3. Kerajinan Kayu Sentra kerajinan kayu berkembang cukup banyak di daerah bangli. Kerajinan kayu hampir berkembang di seluruh wilayah Bangli dengan model produksinya yang berbeda-beda. Secara garis besar kerajinan kayu yang ada
v
di bangli ada dua model yaitu kerajinan membuat berbagai bangunan, baik bangunan perumahan maupun bangunan tempat suci. Jenis kerajinan ini dikenal sebagai kerajinan seni ukir bangunan still Bali. Model kerajinan yang lainnya adalah memproduksi berbagai seni kerajinan yang diperuntukan untuk para wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara. Dua jenis kerajinan ini berjalan beriringan dan merupakan wadah bagi masyarakat Bangli dalam meraup kehidupan. 4. Kerajinan Tulang Di Bangli juga terdapat kerajinan gading dan tulang, namun jumlahnya sangat sedikit. Kerajinan ini berkembang tidak terlepas dari pengaruh kerajinan gading dan tulang yang terdapat di daerah Tampaksiring Gianyar. Tampaksiring merupakan salah satu basis kerajinan gading dan tulang yang ada di Gianyar. 5. Kerajinan Batik. Kerajinan Batik di bangli lebih banyak memproduksi untuk kebutuhan perlengkapan perhotelan seperti bedkaper, taplak meja, sarung bantal, selimut dan sebagainya. Banyak juga diproduksi beberapa pakaian wisatawan dalam model yang sangat peminim. Banyak wisatawan yang meminati model pakaian ini karena kainnya sangat sejuk dan ringan. 6. Kerajinan Tempurung Kerajinan tempurung jumlahnya sangat sedikit, karena wilayah pengembangannya tidak mendukung. Disainnya cukup menarik dan inovatif, mengangkat bentuk binatang yang dikembangkan menjadi barang fungs ional seperti jam, celengan, dan sebagainya. 7. Kerajinan Akar Bambu Kerajinan akar bambu di Bangli lebih bayak mengerjakan bentuk topeng dengan berbagai pariasinya. Keunikannya terletak pada wadah yang ditampilkan seperti galak, angker, seram, dan keriput. Dengan merespon serabut akar pada bambu dapat dimanfaatkan menjadi rambut, kumis, alis, jenggot, serta kepang. Akar bambu yang panjang dibikin menjadi kentongan yang di atasnya terdapat hiasan kepalanya menarik.
vi
ABSTRACT Bangli is one of the regencies in Bali which has various unique and interesting industries of handicrafts. Some of them used to produce household equipment and religious items but now they have been developing. These industries of handicrafts are highly supported by the natural sources available especially bamboo and wood. The only type of industry of handicraft which is available in Bali and has been developing in Bangli is the industry of metal which produces various Bali traditional clothes and accessories and attributes worn by priests. This industry is very unique and special and can only be done by some craftsmen in Bangli. The development of tourism industry in Bali has allowed the craftsmen in Bangli to move and create various handicrafts for the tourists visiting Bali. The industries which have been developing are not only limited to those who have been there for a long time but also those which are newly established and have been influenced by the centers of handicrafts developing in the other regions. By utilizing the natural resources available such as wood and bamboo, many centers of handicraft industries are developing in Bangli. Such a development cannot be separated from the influence given by Gianyar as one of the centers of handicrafts in Bali. Handicraft industry contributes a lot to the government of Bangli and its community. It has widely opened job opportunities for the community members to develop it to minimize unemployment. Those who used to be farmers are now spending their spare time developing one of the handicra ft industries available. A few of them has developed some of the industries as their main professions and farming has been considered a side job. The job opportunities available are not only limited to those for men but also for housewives who used to be made busy with the work in the kitchen. Now they are having side jobs by developing some of the industries. The school children are too. They are involved in the industries made available by the environment where they live. Key words: Bangli Society and Handicraft Industry
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya, maka pembuatan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan penelitian ini berjudul “Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli”. Terlaksananya laporan penciptaan ini tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik antara Institut Seni Indonesia Denpasar (ISI Denpasar) dengan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional melalui program PHK I-MHERE. Dalam kesempatan ini saya menghaturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantunya, semoga budi baiknya mendapat pahala dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Pembuatan Laporan Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun demikian dengan penuh harapan semoga Laporan penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak terutama bagi Jurusan Kriya ISI Denpasar.
Denpasar, 20 Nopember 2009 Penulis
Drs I Wayan Suardana, M.Sn.
viii
DAFTAR ISI
RINGKASAN SUMMARY .............................................................. ABSTRACT ..................................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................
iv vi vii viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
x
I. PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ A.Seni, Seni Kriya Clan Kerajinan ................................................ B. Kriya Seni ............................................................................... III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................. A. Tujuan Penelitian ..................................................................... B. Manfaat Penelitian ................................................................... IV. METODE PENELITIAN ............................................................ A. Disain dan Metode Penelitian ................................................... B. Disain Penelitian ...................................................................... C. Populasi dan Sampel ................................................................ D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... E. Evaluasi Data ........................................................................... V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... A. Biografi Kabupaten Bangli ....................................................... B. Macam dan Jenis Kerajinan Bangli ...........................................
1 1 6 8 8 18 24 24 24 25 25 25 25 25 27 28 28 33
1. Kerajinan Anyaman ............................................................ 2. Kerajinan Batik ................................................................... 3. Kerajinan Logam ................................................................ 4. Kerajinan Kayu ................................................................... 5. Kerajinan Tempurung ......................................................... 6. Kerajinan Tulang ................................................................
33 38 41 50 56 57
7. Kerajinan Akar Bambu ........................................................ C. Pembahasan ............................................................................. 1. Kerajinan Anyaman ...........................................................
59 61 61
ix
2. Kerajinan Logam ................................................................ 3. Kerajinan Kayu ................................................................... 4. Kerajinan Tulang ................................................................ 5. Kerajinan Batik ................................................................... 6. Akar Bambu ........................................................................ D. Dampak Suni ...........................................................................
63 65 67 68 69 69
E. Peran Pemerintah ...................................................................... VI. PENUTUP ................................................................................. . A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran-Saran ............................................................................. KEPUSTAKAAN LAMPIRAN
70 71 71 72
x
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36. Gambar 37. Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41. Gambar 42. Gambar 43. Gambar
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
1 Pintu Gerbang Kabupaten Bangli ........................... 2 Lambang Kabupaten Bangli .................................. 3 Masyarakat Penganyam ......................................... 4 Pengusaha Anyaman ............................................. 5 Berbagai Motif Anyaman ...................................... 6 Gulungan Anyaman Bedeg .................................... 7 Guwungan Ayam .................................................. 8 Kisa Ayam ............................................................. 9 Kompek ................................................................. 10 Gaangan Sate ...................................................... 11 Sangkar Burung .................................................. 12 Katung ................................................................ 13 Anyaman Motif Suastika ..................................... 14 Anyaman Motif Bintang ...................................... 15 Anyaman Motif Suastika Tiing Selem .................. 16 Anyaman Kembang Seribu .................................. 17 Anyaman Sisik Miring ........................................ 18 Anyaman Kembang Surya ................................... 19 Wakul Berwarna ................................................. 20 Wakul Jerimpen .................................................. 21 Lampid ............................................................... 22 Keranjang Pis Bolong .......................................... 23 Tempat Buah ....................................................... 24 Tempat Buah ....................................................... 25 Tempat Kue ........................................................ 26 Tokasi,Maturan ................................................... 27 Sedang Menganyam ........................................... 28 Tempat Sampah dan Katung ................................ 29 Tutup Makanan ................................................... 30 Pemuspan ............................................................ 31 Tempat Buah ....................................................... 32 Sokasi Maturan ................................................... 33 Tempat Sajen ...................................................... 34 Sokasi Maturan ................................................... 35 Proses Melorod ................................................... 36 Tempat Sajen ...................................................... 37 Tempat Buah ....................................................... 38 Pemuspan ............................................................ 39 Batik Kain ........................................................... 40 Hiasan Padma ..................................................... 41 Hiasan Ketu ........................................................ 42 Hiasan Cakra ....................................................... 43 Hiasan Ketu ........................................................
29 30 32 33 34 34 34 34 34 34 35 35 35 35 35 35 36 36 36 36 36 36 37 37 37 37 37 37 38 38 39 39 39 39 40 40 40 40 40 42 42 42 42 xi
44. Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47. Gambar 48. Gambar 49. Gambar 50. Gambar 51. Gambar 52. Gambar 53. Gambar 54. Gambar 55. Gambar 56. Gambar 57. Gambar 58. Gambar 59. Gambar 60. Gambar 61. Gambar 62. Gambar 63. Gambar 64. Gambar 65. Gambar 66. Gambar 67. Gambar 68. Gambar 69. Gambar 70. Gambar 71. Gambar 72. Gambar 73. Gambar 74. Gambar 75. Gambar 76. Gambar 77. Gambar 78. Gambar 79. Gambar 80. Gambar 81. Gambar 82. Gambar 83. Gambar 84. Gambar 85. Gambar 86. Gambar 87. Gambar 88. Gambar 89. Gambar
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
44 Petitis Ketu ......................................................... 45 Petitis Ketu ......................................................... 46 Hiasan Ketu ........................................................ 47 Hiasan Ketu ........................................................ 48 Hiasan Ketu ........................................................ 49 Hiasan Ketu ........................................................ 50 Hiasan Ketu ........................................................ 51 Mahkota Adat Bali .............................................. 52 Mahkota Agung ................................................... 53 Danganan Keris ................................................... 54 Aneka Macam Keris ............................................ 55 Danganan Keris ................................................... 56 Pelongsong Keris ................................................ 57 Danganan Keris ................................................... 58 Keris dan Busana Adat Bali ................................. 59 Keris dan Tongkat ............................................... 60 Tongkat Pendeta .................................................. 61 Ciwakrana ........................................................... 62 Kendi Logam ...................................................... 63 Bunga Cempaka .................................................. 64 Bunga Kamboja ................................................... 65 Bunga Mawar ...................................................... 66 Bunga Jempiring ................................................. 67 Bross .................................................................. 68 Liontin Kalung dan Subeng ................................. 69 Subeng dan Liontin ............................................. 70 Liontin Kalung .................................................... 71 Hiasan Kepala ..................................................... 72 Udeng, ................................................................. 73 Gelang ................................................................ 74 Badong ............................................................... 75 Sabuk .................................................................. 76 Gelangkana ......................................................... 77 Mahkota Pendeta ................................................. 78 Mahkota Pendeta ................................................. 79 Tedung Ciwaktana ............................................... 80 Hiasan Garuda Mungkur ...................................... 81 Tukang Sanggah .................................................. 82 Tubing Ukir Bangunan ........................................ 83 Rancangan Sanggah ............................................ 84 Ukiran Parba ....................................................... 85 Kencut ................................................................ 86 Pintu Masuk ........................................................ 87 Dedeleg ............................................................... 88 Bale Bengong ...................................................... 89 Pintu Depan
42 42 43 43 43 43 43 44 44 44 44 44 44 45 45 45 45 45 45 46 46 46 46 47 47 47 47 48 48 48 48 48 48 49 49 49 49 50 50 51 51 51 51 52 52
xii
90. Gambar 91. Gambar 92. Gambar 93. Gambar 94. Gambar 95. Gambar 96. Gambar 97. Gambar 98. Gambar 99. Gambar 100. Gambar 101. Gambar 102. Gambar 103. Gambar 104. Gambar 105. Gambar 106. Gambar 107. Gambar 108. Gambar 109. Gambar 110. Gambar 111. Gambar 112. Gambar 113. Gambar 114. Gambar 115. Gambar 116. Gambar 117. Gambar 118. Gambar 119. Gambar 120. Gambar 121. Gambar 122. Gambar 123. Gambar 124. Gambar 125. Gambar 126. Gambar 127. Gambar
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
90 Ukiran Pintu ........................................................ 91 Ukiran Jendela .................................................... 92 Bale Kulkul ......................................................... 93 Candi Kurung ...................................................... 94 Tempat Bunga ..................................................... 95 Topeng Hiasan .................................................... 96 Hiasan Ikan ......................................................... 97 Kura-Kura Tempat Buah ..................................... 98 Burung Hantu ...................................................... 99 Tempat Tisu ........................................................ 100 Cermin .............................................................. 101 Tempat Surat ..................................................... 102 Hiasan Ikan ....................................................... 103 Hiasan Topeng .................................................. 104 Tempat Tisu ...................................................... 105 Hiasan Bunga .................................................... 106 Anak-anak Perajin ............................................. 107 Patung Binatang ................................................ 108 Jenis Kerajinan Kayu ......................................... 109 Tikus dan Kucing .............................................. 110 Celengan ........................................................... 111 Kucing dan Jam ................................................. 112 Tikus dan Jam ................................................... 113 Gitar Kayu ........................................................ 114 Gitar Hiasan ...................................................... 115 Perajin Tulang ................................................... 116 Gana, Ciwa, dan Topeng .................................... 117 Topeng Buda dan Bunga Mawar ........................ 118 Topeng Primitif ................................................. 119 Topeng Orang Tua ............................................. 120 Kentongan ......................................................... 121 Topeng Jambrik .................................................. 122 Topeng Antik .................................................... 123 Singasana Bambu .............................................. 124 Topeng Kulkul .................................................. 125 Topeng Antik .................................................... 126 Bebek ................................................................ 127 Perajin Akar Kayu .............................................
52 52 52 52 53 53 53 53 53 53 54 54 54 54 54 54 55 55 55 56 56 56 56 57 57 57 58 58 59 59 59 59 60 60 60 60 60 60
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bali merupakan daerah sentra kerajinan yang berkembang di seluruh wilayah dengan ciri-ciri dan identitasnya yang berbeda-beda. Kerajinan tersebut berkembang dalam suatu komunitas masyarakat yang masih sangat sederhana dengan keragaman stayl, gaya,
yang sama dan merata.
Perkembangan komunitas lingkungan sentra kerajinan tidak terlepas dari solidaritas para perajin untuk memperdayakan ketrampilannya kepada masyarakat sekitarnya dan adanya usaha regenerasi untuk kesinambungan kehidupan di masa depan. Jiwa kebersamaan yang teraplikasi pada sifat kegotongroyongan membuka ruang yang lebih luas untuk menularkan keahlian pada masyarakat sekitarnya. Budaya kebersamaan ini membuka komunitas kerajinan yang mengangkat potensi lingkungan sekitar sebagai media produksinya atau sama sekali memberdayakan jauh di luar potensi lingkungannya, tetapi mereka mempunyai kreativitas dan ketrampilan. Seni kerajinan masyarakat Bali pada hakekatnya senantiasa berkaitan erat dengan kehidupan ma§yarakatnya yang sebagian besar memeluk Agama Hindu, sehingga seni kerajinan merupakan hasil budaya yang berpangkal dari pandangan hidup masyarakat Bali yang dicermirkan oleh Agarna Hindu. (Purnata P. 1976/1977, 31). Orientasi penciptaan seni kerajinan disamping untuk kebutuhan hidup manusia, juga banyak diperuntukan untuk kepentingan kepercayaan. Produk kerajinan ini tidak raja sebagai pelengkap dalam upacara, tetapi juga merupakan sarana dalam upacara itu sendiri. Masyarakat yang religius akan menciptakan karya terbaiknya sebagai perwujudan rasa bhakti yang tulus pada yang dipersembahkan. Tentunya penciptaan karya ini sangat bermutu baik dilihat dari segi bentuk, material, dan teknik pengerjaan. Masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hndu menyadari bahwa betapa penting dan banyaknya seni kerajinan yang dibutuhkan untuk 1
kepentingan upacara. Sebagian besar sarana upacara tersebut, baik yang digunakan sebagai sarana pokok maupun sarana pendukung merupakan hasil karya
kerajinan.
Seni
kerajinan
dengan
berbagai
material
banyak
dimanfaatkan untuk sarana upacara seperti: anyaman, keramik, tenunan, ukir kayu, ukir kayu, ukir logam dan sebagainya. Apabila
ditinjau
dari
segi
nilai
sakral,
seni
kerajinan
yang
dimanfaatkan untuk kepentingan upacara dapat dikatagorikan menjadi dua yang berbeda yaitu seni kerajinan sebagai pelengkap upacara dan seni kerajinan symbol-simbol suci agama Hindu. Karya ini sangat disakralkan karena merupakan symbol-simbol dari Dewa-Dewa yang merupakan sinar suci dari Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini swring disebut dengan “Pretima” atau “Prelingga” yang merupakan personipikasi dan bersemayamnya DewaDewa. Karya ini berbentuk patung Dewa-Dewi yang terbuat dart kayu atau logam dan dilapisi dengan emas mumi untuk menambah nilai sakral yang dikandung oleh karya tersebut. Sebagai sebuah karya yang diagungkan, disucikan, dan disakralkan, tentunya proses penciptaannya sangat jauh berbeda dengan seni kerajinan yang hanya dijadikan sebagai pelehgkap upacara. Karya suci ini hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang tertentu, karena secara kualitas, baik bentuk dan tekniknya sangat tinggi dan sempurna. Kekuatan roh, jiwa dan ekspresi seorang pencipta larut, luluh, padu dan lebur pada karya sehingga karakter karya tersebut sangat unik dan suci. Seluruh jiwa dan raga pencipta tercurah total pada karya yang diciptakan sehingga karya yang dihasilkan mempunyai jiwa, roh yang ada di dalamnya. Proses kerjanya dilakukan secara si stematis, dari pemilihan material, mulai mengerjakan, dan proses akhirnya selal u berhubungan dengan hari dan waktu yang baik Proses terakhir selalu diadakan upacara yang besar kecilnya disesuaikan dengan fungsi karya tersebut. Melihat dari dua wilayah yang berbeda dari berbagai segi, tampak dengan jelas bahwa karya tersebut berada pada dua katagori yang berbeda yaitu pada wilayah “Kriya” dan “Kerajinan”. Dua wilayah ini sudah dengan 2
jelas menggambarkan antara kriya dan kerajinan walaupun secara umum dianggap sama. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang begitu ketat dalam segala lini kehidupan, ternyata prilaku masyarakat berkaitan dengan aktivitas sspiritual masih sangat tinggi. Banyak masyarakat religious yang menyerahkan segala sesuatunya pada yang Maha Kuasa dalam perjalanan hidupnya, disamping tetap berusaha sesuai dengan profesinya masing-masing. Mereka selalu berpikir untuk menjaga keseimbangan hidup jasmani dan rohani. Persoalan yang muncui dalam era globalisasi adalah terbatasnya kemampuan dan sempitnya waktu untuk menyediakan secara langsung berbagai sarana upacara yang akan dipersembahkan, sehingga segala sesuatunya yang berkaitan dengan sesajen didapat dan seorang tukang yang ahli dalam bidang itu. Masyarakat menjadi sangat konsumtif, tidak saja dalam kebutuhan primer dan sekunder, tetapi juga dalam kehidupan spiritual. Namun demikian aktivitas upacara masyarakat dalam skala besar maupun kecil selalu bermunculan baik pada tingkat Banjar, Desa, maupun pribadi. Aktivitas upacara yang makin meningkat tentunya memerlukan berbagai produk kerajinan yang beranekaragam yang dijadikan saran dalam upacara tersebut. Kemauan masyarakat untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik pada Yang Maha Kuasa, menjadikan kebutuhan tentang kerajinan yang berkualitas cukup meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan barang kerajinan untuk keperluan upacara seperti tedung, guci, dulang, bokoran, dengan kualitas yang cukup baik banyak diburu oleh masyarakat. Selera konsumen yang sangat tinggi memberikan motivasi bagi para perajin untuk lebih meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan barangbarang yang unik dan artistic dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan upacara. Produk kerajinan ini biasanya merupakan pelengkap upacara yang dipersembahkan seperti: Dulang, Bokoran, Petirtan, Keben, dan sebagainya Sarana upacara ini biasanya dijunjung di atas kepala yang secara langsung akan dilihat oleh banyak orang. Orang akan sangat percaya diri dan bangga 3
apabila sarana upacara yang mereka junung sangat indah dan menarik. Mereka akan sangat malu apabila sarana yang mereka gunakan kurang menarik dan ketinggalan jaman. Gejala social ini merupakan sesuatu yang kurang baik, tetapi akan berdampak sangat besar pada perkembangan seni kerajinan yang ada terutama dalam usaha pengembangan model-model baru pada periode tertentu. Bangli adalah salah satu kabupaten di Bali yang memiliki sentra-sentra kerajinan yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Segala jenis kerajinan yang berkembang di Bangli seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan kerajinan tersebut. Seperti biasanya berkembangnya salah satu jenis kerajinan di Bali tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat, baik untuk kepentingan upacara maupan untuk menunjang hidupnya sehari-hari. Konsumen utama seni kerajinan tradisional Bangli adalah masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hindu yang banyak membutuhkan berbagai peralatan upacara keagamaan seperti kerajinan anyamam bambu, perak, dan sebagainya. Masyarakat Bali telah lama mengenal bahwa untuk mendapatkan jenis kerajinan yang berkualitas tinggi untuk keperluan upacara agama atau peralatan hidup lainnya, mereka selalu fanatik untuk mendapatkan jenis kerajinan tersebut di daerah Bangli. Daerah Bangli tidak saja sebagai penghasil kerajinan tradisional saja, tetapi juga banyak memproduksi seni kerajinan modern seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada. Banyak jenis jenis kerajinan baru justru terlahir di daerah Bangli, baik yang difungsikan untuk masyarakat Bali maupun seni kerajinan modern untuk diekspor ke manca Negara. Didukung oleh potensi alam yang banyak menghasilkan kayu dan bambu, dapat memberi kemudahan pada perajin untuk mengembangkan kreativitasnya dengan menciptakan jenis kerajinan baru yang sangat praktis, ekonomis, dan estetis. Tidak semua seni kerajinan yang ada di Bangli didukung karena potensi lingkungan alam sekitarnya, tetapi banyak jenis kerajinan-kerajinan berkembang dengan memanfaatkan material yang didapat di daerah lain. 4
Kerajinan logam merupakan salah satu dari jenis kerajinan yang materialnya datang dari luar. Jenis kerajinan ini telah berkembang sejak lama, dan menjadi salah satu pusat kerajinan peralatan upacara yang ada di Bali, terutama untuk perlengkapan atribut seorang pendeta dalam memimpin upacara. Seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada di Bali, membuka seluas-luasnya bagi perajin Bangli untuk ikut bergerak untuk berkreasi menciptakan berbagai jenis kerajinan yang diperuntukan bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Perkembangan kerajinan ini tidak hanya merengkuh jenis kerajinan yang telah lama berkembang, tetapi juga sentra kerajinan baru yang mendapat pengaruh dan sentra kerajinan yang berkembang dari wilayah lainnya. Dengan memanfaatkan potensi alam yang ada seperti kayu dan bambu, banyak sentra kerajinan baru yang berkembang di Bangli. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh yang datang dan daerah Gianyar yang merupakan pusat kerajinan yang ada di Bali. Diawali dari penduduk Bangli yang merantau untuk mencari penghidupan di daerah lain, banyak yang menuju daerah Gianyar untuk belajar menekuni salah satu jenis kerajinan yang ada. Setelah mereka memiliki ketrampilan yang cukup, akhirnya mereka pulang kampung untuk menrruskan ketrampilannya kepada masyarakat sekitarnya. Mereka membuka sentra kerajinan baru dengan membimbing masyarakat sekitarnya untuk ikut menekuni katrampilan yang baru. Kesempatan ini dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang dulunya hanya sebagai seorang petani. Kerajinan ini berkembang cukup pesat karena ditopang persediaan material yang lebih mudah mendapatkannya dan lebih murah harganya. Walaupun perajin Bangli lebih banyak sebagai produksi kasar, namun tetap memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan penghidupan. Di beberapa wilayah Bangli akhirnya muncul sentra-sentra kerajinan baru dengan memproduksi berbagai jenis dan ragam kerajinan yang dibutuhkan pasar. Belum dikenalnya perajin Bangli oleh wisatawan secara langsung, dan belum siapnya pergjin menyedibkan produk jadi, menyebabkan 5
perajin Bangli lebih banyak hanya sebagai tenaga kasar yang memproduksi barang setengah jadi. Finishing dikerjakan oleh pengusaha kerajinann yang berada di daerah Gianyar yang secara langsung berhubungan dengan wisatawan nusantara maupun wisatawan manca Negara. Situasi yang demikian bukan berarti perajin Bangli kurang kreatif, tetapi banyak juga diantara mereka yang kreatif untuk menciptakan disain-disain baru yang lebih unik dan artistic. Penelitian ini akan mengkaji secara mendalam, baik yang berkaitan dengan lokasi, jenis, bentuk, fungsi, teknik, bahwan, serta perkem bangan pola hisup masyarakat. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat minimnya imformasi yang didapat oleh para konsumen berkenaan jenis kerajinan yang berkembang di Bangli. Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan kajian dan pusat imformasi bagi steakholders yang memerlukan.
B. Rumusan Masalah Bangli memiliki identitas kerajinan yang sangat khas dan unik yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Penciptaan kerajinan khas Bangli lebih banyak berorientasi untuk kepentingan upacara adat maupun agama dengan kualitas yang cukup tinggi. Orientasi penciptaan yang bersifat religius memiliki konsumen yang sangat khusus yang sebagian besar adalah masyarakat Bali sendiri baik yang menetap di Bali maupun berada di luar Bali. Jenis dan ragam kerajinan ini justru terdapat di daerah Bangli yang wilayahnya sangat minim dengan jalur pariwisata. Kerajinan ini memerlukan ketrampilan yang cukup tinggi untuk mendapatkan hasil yang sempurna karena sebagai sarana dalam upacara. Meningkatnya pola pikir masyarakat dan berkembangnya tuntutan kebutuhan hidup, membuka ruang masyarakat untuk kreatif dalam melihat peluang dan kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan ketrampilan yang dimiliki dan didukung dengan potensi alam lingkungan yang nada, mereka berlomba untuk menciptakan kerajinan dengan berbagai jenis dan bentuknya. Kreativitas masyarakat Bangli untuk ikut berperan 6
dalam kancah industri melahirkan sentrasentra kerajinan dengan model produksi yang bervariatif. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Jenis dan macam kerajinan apa saja yang berkembang di Kabupaten Bangli saat ini? 2. Bagaimana peranan perkembangan seni kerajinan terhadap peningkatan pola hidup masyarakat Bangli? 3. Sejauh
mana
peranan
pemerintah
Kabupaten
Bangli
terhadap
perkembangan seni kerajinan yang ada?
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Seni, Seni Kriya dan Kerajinan Definisi Yang Paling Bersahaja: Seni Adalah Segala Macam Keindahan Yang Diciptakan Manusia. Seni Adalah Suatu Produk Keindahan, Suatu Usaha
Manusia
Untuk
Menciptakan
Yang
Indah-Indah
Dan
Dapat
Mendatangkan Kenikmatan. Seni Adalah Segala Yang Dilakukan Oleh Orang Bukan Atas Dorongan Kebutuhan Pokoknya, Melainkan Adalah Apa Saja Yang Dilakukan SemataMata Karena Kehendak Akan Kemewahan, Kenikmatan Ataupun Karena Dorongan Kebutuhan Spiritual. (Soedarso, 2006:66). Seni Adalah Segala Perbuatan Manusia Yang Timbul Dari Hidup Perasaan Yang Bersifat Indah Hingga Dapat Menggerakan Jiwa Perasaan Manusia (Soedarso, 2006:67). Seni Adalah Kegiatan Rohani Manusia Yang Merepleksikan Realitet Dalam Suatu Karya Yang Berkat Bentuk Dan Isinya Mempunyai Daya Untuk Membangkitkan Pengalamam Tertentu Dalam Alam Rohani si penerimanya. (Soedarso, 2006:67). Seni Adalah Alat Buatan Manusia Untuk Menimbulkan Efek-Efek Psikologis Atas Manusia Lain Yang Melihatnya. Efek Tersebut Mencakup Tanggapan-Tanggapan Yang Berujud Pengamatan, Pengenalan, Imajinasi, Yang Rasional Maupun Emosional (Soedarso, 2006:68). Seni Adalah Ekspresi Dan Komunikasi Emosi, Curahan Emosi Yang Tertata Sebagai Komunikasi, Emosi Yang Tertumpah Mencari Pelepasan Semata-Mata Ekspresi, Seni Adalah Transfer Of Feeling. Seni Sebagai Katarsis Yaitu Obat Pencerahan Bagi Seniman Penciptanya. (Soedarso, 2006:69). Mengutamakan Usaha Manusia Untuk Mencapai Sesuatu Yang Tinggi Beserta Aturan Main Dan Hasil Perolehannya. (Soedarso, 2006:69).
8
Seni Selalu Menyiratkan Kehalusan Dan Kelembutan. Seni Bukan Yang Kesat Mata,Tetapi Justru Yang Tidak Tampak, Yang Tersirat Dalam Wujud Yang Nyata. Seni Bukan Sekeadr Refleksi Hal-Hal Yang Kesat Mata, Tetapi Dari Inner Word (Alam Batin) Yang Semula Tidak Tampak Menjadi Tampak. Seni Bukan Sekedar Pernyataan Kembali Dan Alam Melainkan Perwujudan Dari Sesuatu Yang Semula Tidak Berwujud, Seperti Suasana Batin Gembira, Sedih Dan sebagainya. Seni Bukan Tiruan Alam Melainkan Pernyataan Gagasan Yang Tumbuh Dari Dalam Did Seseorang Dan Pernyataan Itu Menjadi Wujud Yang Dapat Diamati (Bastomi, 1992:20). Seni Adalah Sesuatu Kegiatan Manusia Berdasarkan Pengalamannya Untuk Menciptakan Realita Baru Dengan Suatu Cara Di Luar Akalnya Serta Secara
Perlambang
Sebagai
Sebuah
Kebulatan
Dunia
Kecil
Yang
Mencerminkan Kebulatan Dunia Besar. (Bastomi, 1992:19). Penciptaan Seni Titik Beratnya Adalah Kehidupan Emosi, Sehingga Seni Adalah Emosi. Seni Sebagai Lambang Kehidupan Batin Seseorang Yang Hidup Di Lingkungan Masyarakat Luas. Seni Adalah Ekspresi. Seni Bukan Sebagai Hasil, Melainkan Sebagai Proses. Pencipta Memperoleh Kepuasan Ketika ia Sedang Mengungkapkan Idennya Secara Spontan Sehingga Menjadi Hasil Seni. (Bastomi, 1992:19). Bagi Pengamat Kepuasan Diperoleh Ketka ia Mengamati Aktivitas Pencipta Dalam Memproses Hasil Secara Spontan. Halus, Tipis, Kecakapan Batin Yang Luar Biasa Yang Dapat Menciptakan Sesuatu Yang Luar Biasa. Keahlian Membuat Karya Yang Bermutu Kesanggupan Akal Untuk Menciptakan Sesuatu Yang Bernilai Tinggi. Penjelmaan Rasa Indah Yang Terkandung Dalam Jiwa Orang, Dilahirkan Dalam Perantaraan Alat Alat Komunikasi Ke Dalam Bentuk Yang Dapat Ditangkap Oleh Indera Dengar, Pandang, Atau Dilahirkan Dengan Perantaraan Gerak.( Bastoni, 1992:20). Produk Keindahan, Sesuatu Harus Indah. Kehadirannya Tidak Dimaksudkan
sebagai
Sarana
Untuk
Memenuhi
Kebutuhan
Pokok.
Merupakan Kegiatan Rohani Dan Jasmani, Dan Tentu Tidak Jasmani Saja. Merupakan Kegiatan Yang Secara Intensional Menggiring Publiknya Untuk 9
Memperoleh Efek-Efek Psikologis Tertentu. Merupakan Ekspresi Dan Komunikasi Emosi. Kehadirannya Mesti Didampingi Oleh Keteraturan. (Soedarso, 2006:70). Penggunaan kata “Kriya” di Indonesia saat ini nampaknya masih belum memasyarakat
dibandingkan
dengan
penggunaan
kata
“Kerajinan”.
Masyarakat lebih cendrung menggunakan kata “kerajinan” untuk menyebut benda-benda kriya. Kalau ditelusuri secara cermat masing-masing kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Benda-benda hasil kerja perajin yang disebut hasil kerajinan selama ini, sesungguhnya adalah benda-benda kriya. Beberapa sumber menyebutkan konsep kria memiliki arti yang sama dengan craft. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut suatu cabang seni yang mengutamakan ketrampilan tangan dibanding ekspresi (Fledman, 1967:144). Kata “Kriya” dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaaan (kerajinan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft yang berarti energi atau kekuatan. Kemudian istilah ini diartikan sebagai ketrampilan dan dikaitkan dengan sebuah propesi tertentu seperti yang terlihat dalam craftsworker (pengerajin). Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang. Kita tahu bahwa semua kerja dan ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam tradisi Jawa dikenal sebutan kegunan. Dijelaskan dalam kamus Bausastra Jawa definisi kegunan adalah kepinteran/yeyasan ingkang adipenilWudaring pambudi nganakake kaendahan gegambaran, kidung, ngukir-ukir. Penjelasan itu menunjukan posisi dan pentingnya ketrampilan dalam membuat benda sehari-hari, karena itu apabila karya seni dalam penciptaannya tidak didasari dengan kepekaan dan ketrampilan yang baik, maka karya tersebut tidak bisa dinikmati sebagai karya seni. (Bandem, 2002:1). Melalui tradisi besar telah lahir istilah kriya untuk menyebut basil karya seni yang diciptakan. Senimannya disebut “Abdi Dalem Kriya” yang dewasa ini lebih dikenal dengan sebutan “kriyawan”. Adapun dimana para kriyawan melakukan pekerjaannya dikukuhkan dengan sebutan “Kriyan”. 10
Suatu nama yang dapat ditemukan di daerah: Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Jepara, dan daerah Jawa lainnya. Melalui tradisi kecil telah lahir istilah “Kerajinan” sebagai sebutan hasil karya yang diciptakan para “perajin”. Adapun dimana tempat mereka melakukan kegiatannya disebut “Desa Kerajinan”, oleh karenanya istilah ini lebih memasyarakat. (Gustami, 1991:2). Dalam buku Tinjauan Kriya Indonesia dijelaskan secara panjang lebar oleh Soegeng Toukio M sebagai berikut: Kria (Jw = Kriya; Bausastra Jawa-Indonesia) adalah pekerjaan tangan; seperti Pandai besi, dalam bahasa Kawi kriya juga berarti pekerjaan, perbuatan, upacara. Kria; secara umum menunjuk suatu kegiatan atau aktibtas manusia berkaitan dengan peyasaan bebarang. Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian Kriya sebagai berikut:
Merupakan hasil dari kegiatan manusia yang berkaitan peyasaan bebarang untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Suatu kegiatan yang melibatkan kemahiran dalam memadukan pemakaian bahan dan alat menjadi bebarang meguna (fungsional).
Suatau kegiatan yang mencerminkan kegiatan, ketrampilan, daya nalar untuk menghasilkan kekayaan yang manusiawi, meguna dan memiliki nilai keindahan sepadan norma yang berlaku.
Merupakan pekerjaan yang bertautan dengan ketrampilan tangan dan bersifat keutasan (utas=tukang, juru, ahli) dalam menghasilkan adakarya yang meguna (fungsional). Edi Sedyawati yang mengulas kaiya mengatakan bahwa kata “Kriya”
yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sansekerta Kriya (F), yang juga diambil alih ke dalam bahasa Jawa Kuna yang artinya “Pekerjaan, tindakan khususnya pekerjaan yang berkenaan dengan upacara keagamaan”. Dalam kitab agama Hindu disebutkan bahwa ada empat konsep yang harus dipahami yang terdiri dari Jnana, Yoga, Carya, dan Kriya. Jnana menjelaskan
konsep-konsep
tentang
kebenaran
keagamaan,
Yoga 11
menjelaskan tentang metode tindakan fisik dan mental untuk menyatukan diri dengan kebenaran tertinggi, Carya menjelaskan tentang prilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, dan Kriya menjelaskan tentang teknik-teknik pembuatan benda-benda sarana peribadatan seperti candi-candi dan arca-arca dewasa. Dengan demikian seni yang dilahirkan lewat jalur kriya bukanlah karya seni yang dapat memiliki kebebasan individual, melainkan diarahkan pada konsep kebenaran. Perbedaan kriya dan kerajinan tidak hanya terbatas penggunaan istilah saja, melainkan menyangkut latar belakang kemunculannya berdasarkan stratifikasi
sosio
kultural,
juga
kualitas
produknya
serta
orientasi
pcnciptaannya. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari proses penciptaannya yang didasari oleh kekuatan ekspresi dan ketrampilan. Sesungguhnya kedua kesenian ini kriya dan kerajinan, memiliki latar belakang yang sama. Meskipun secara historis seni kriya berangkat dan berkembang dari katagori patrimonial, scdangkan seni kerajinan bcrada dalam katagori tradisional. Namun keduanya berlandaskan kepada persepsi yang sama tentang wawasan keselarasan dan keseimbangan hidup. Gambaran masa lampau khususnya di Indonesia perbedaan kedua istilah ini dapat dipahami secara gampang. Apabila melihat situasi dewasa ini dikotomi antara kedua kesenian ini sangat samar dan sangat menyulitkan untuk mengklasisifikasi karena produk yang tercipta beraneka ragam dengan kualitas yang hampir mereta. Demikian juga didasari oleh kemampuan meniru yang cukup tinggi dan bebasnya dalam produksi menyebabkan tidak jarang karya yang adiluhung menjadi berserakan di pasaran. Seni kerajinan merupakan salah satu karya seni yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Seni kerajinan telah melekat erat dengan masyarakat yang dimanfaatkan dalam segala sktivitasnya. Segala aktivitas masyarakat, baik yang berkaitan dengan kebutuhan sehari -hari maupun untuk kebutuhan spiritual senantiasa memanfaatkan seni kerajinan sebagai instrumennya.
12
Wujud kriya dapat dikatagorikan kadalam bebagai bidang tergantung dari cara pengelompokkannya. Misalnya pemgelompokkanya berdasarkan bahan yang digunakan, terdiri dari : kriya bambu, kriya kayu, kriya perak, kriya keramik/tanah liat, kriya batik, dan sebagainya. Dilihat dari teknik pembuatannya, kriya dibedakan menjadi: kriya ukir/pahat, kriya tanu, kriya anyam, dan lain-lain. Disamping itu dikenal juga kriya modern dan kriya tradisional. Besarnya manfaat seni kerajinan dalam kehidupan masyarakat serta didorong oleh kreativitas masyarakat yang tinggi, maka seni kerajinan berkembang sangat pesat dengan keanekaragaman jenis, bentuk, dan fungsinya.
Di
sela-sela
kesibukannya
sebagai
petani,
masyarakat
menciptakan berbagai seni kerajinan dengan memanfaatkan alam lingkungan sekitarnya. Dengan ketrampilan tangan dan dibantu dengan peralatan yang sangat sederhana mereka menciptakan berbagai perabotan yang dapat difungsikan untuk kebutuhannya sendiri. Sebagai sebuah hasil budaya yang kongkrit, seni kerajinan sangat berpcngaruh pada prilaku masyarakat pendukungnya baik dalam berinteraksi maupun berkomunikasi, karena seni kerajinan merupakan bentuk ekspresi prilaku maupun artefak, dan sering sekali dipandang sebagai salah satu ciri kuat dari identitas kebudayaan, artinya dalam karya seni tercermin sistem nilai, tradisi, sumber daya lingkungan, kebutuhan hidup, dan pola prilaku manusia. Dalam perwujudannya tampak dengan nyata keberagaman yang mencerminkan ciri-ciri yang khas setiap daerah tempat masyarakat pendukung menjalani kehidupan sehari-hari (Rohidi, 2000:196). Pemahaman kriya secara konvensional adalah: kriya sebagai produk kreativitas yang ditunjang dengan kemampuan tangan manusia dan tumbuh dan lingkungan budaya tertentu yang bertumpu pada tradisi, mempunyai sifat etnis, folkloris, dan vernakular. Kriya selalu melibatkan unsur tempat asal, ketrampilan tangan tinggi, kreativitas, tradisi dan lingkungan. Secara tradisional kriya selalu diasosiasikan dengan daerah penghasilnya.
13
Kriya adalah bentuk budaya dari pra industri yang masih dapat hadir sampai masa kini, meskipun dalam kontek yang berbeda. Sebagai produk budaya pra industri kriya diciptakan untuk keperluan khusus yang lebih banyak untuk keperluan seremonial yang sering disebut karya kriya “Adiluhung”. Padanan pada jaman renaesance adalah “High Culture”. Sedangkan karya yang dibuat untuk kebutuhan fropan yang disebut dengan “Mass Culture”. Benda-benda ini mempunyai tujuan pragmagtis dan mempunyai manfaat praktis. (Widagdo, 1999:6). Kontinyuitas masyarakat dalam menciptakan seni kriya maupun seni kerajinan secara berkesinambungan, menjadikan seni kriya dan seni kerajinan sebagai sebuah karya tradisi yang sarat dengan ketrampilan dan kreativitas. Kekayaan sumberdaya alam dan tuntutan kebutuhan menjadi motivator terciptanya seni kriya dan seni kerajinan yang lebih menekankan pada nilai fungsional. Joop Ave secara panjang lebar menjelaskan bahwa Kriya secara sederhana disamakan atau dianalogikan dengan kerajinan atau diterjemahkan sebagai “craft” atau “Handicraft”. Padahal kriya memiliki arti lebih dari sekedar “Craft” yang berarti kerajinan tangan. Meskipun memiliki kesamaan namun kriya memiliki dimensi lain yang berkaitan dengan karya seni adiluhung. Secara harfiah salah satu arti craft adalah ketrampilan manual (manual skill). Produksi craft memerlukan “craftmanship” yaitu keahlian khusus tidak sekedar tenaga dalam anti “labor” atau “workmanship” untuk membedakan dengan kerajinan rakyat. Kriya dan kerajinan walaupun kelihatannya hampir sama, tetapi apabila dicermati sangat berbeda. Kerajinan dibuat dengan ketrampilan tertentu, tetapi lebih cendrung membutuhkan “workmanship”. Ketrampilan terbentuk karena terbiasa dan dimiliki oleh hampir seluruh masyarakat disuatu daerah tertentu. Sedangkan kriya lebih membutuhkan “crafimanship” (meskipun tentu saja tidak mungkin tidak membutuhkan “workmanship”) yang dimiliki hanya oleh orang-orang tertentu.
14
Perjalanan pola hidup dan prilaku masyarakat yang bergerak dinamis, tentunya membuka perubahan tuntutan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Orientasi kebutuhan hidup masyarakat menjadi semakin kompleks dengan kwalifikasi yang berbeda-beda. Fenomena ini sangat berdampak pada strata sosial masyarakat dengan menempatkan diri menjadi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kelompok-kelompok sosial jadi bermunculan yang terbentuk dari berbagai segi baik suku, kasta, kepercayaan dan sebagainya. Pada dasarnya kriya dapat dikatagorikan menjadi tiga yaitu: 1.
Kriya tradisional yang dapat dikatagorikan sebagai “Heritage” atau bendabenda peninggalan yang terkait dengan budaya suatu daerah tertentu, sangat terkait dengan sejarah dan kehidupan masa lampau, terutama kehidupan para bangsawan, benda-benda yang terkait dengan tradisi, upacara ritual maupun seremonial.
2.
Kriya baru yang berbasis tradisi yaitu produk-produk yang dihasilkan dan dipakai saat ini, yaitu kriya sebagai bagian dari kehidupan masa kini yang masih mengakar pada tradisi, sebagai bagian dari suatu “living culture”.
3.
Kriya kontemporer yaitu kriya yang diproduksi berbasiskan bentuk dan gaya modern tanpa hatus terikat dengan tradisi masyarakat. Kriya sebagai ekspresi kriyawan untuk memenuhi kepuasan jiwanya Tjetjep Rohendi Rohidi menjelaskan bahwa Kriya secara umum
dipahami sebagai suaau karya yang dikerjakan dengan menggunakan alat -alat sederhana, mengandalkan kecekatan tangan, dengan dasar industri rumah tangga, dan secara fungsional memiliki kegunaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan
kepentingan
ekonomi.
Karya
kriya
sangat
kental
merefleksikan lingkungan hudaya dan geografis tempat karya itu diciptakan. Dalam karya kriya tercermin nilai-nilai estetika, etika, dan logika di samping nilai craftmanship. Seri kriya dan seni kerajinan yang tersebar luas di seluruh nusantara antara yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan bahan yang tersedia di tempat kerajinan itu tumbuh yang pada dasarnya penciptaan karya tersebut 15
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tradisi seni kerajinan daerah ini mengalami perkembangan setelah tersentuh kebudayaan baru seperti masuknya para wisatawan dan manca negara dengan berbagai selera dan kebutuhan (Yangdri, 2009:216). Sejak masa lampau keberadaan kriya telah memberikan andil yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis manusia pada jamannya. Orientasi penciptaan karya didominasi oleh kepentingan spiritual sehingga karya yang tercipta penuh dengan nilai symbol yang carat dengan niiai filosofisnya. Oleh sebab itu kriya masa lampau sering disebut karya adiluhung yang mencerminkan keunikan, keindahan dan keagungan. Kriya masa kini merupakan hasil kreasi baru yang berakar pada keagungan seni masa lampau yang dimodif kasi dengan berbagai variasi. Penciptaan kriya masa kini didasari berbagai kepentingan baik sebagai media ekspresi, juga untuk kepentingan ekonomi yang bernilai jual. (Zuhdi, 2009:104). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kriya sebagai sebuah basil kebudayaan yaitu: Pertama perlu adanya kesadaran dalam cara memandang kebudayaan nasional sebagai suatu proses yang terus berlanjut dan diupayakan dengan pembentukan paradigma baru. Kedua seni kriya sebagai eksprcsi seni yang kental menyiratkan nilai-nilai budaya masing-masing kelompok masyarakat pendukungnya, lingkungan alam fisik dan daya adaptasinya terhadap perubahan dapat menjadi media untuk menegaskan identitas kelompok dengan segala keunikannya. Ketiga seni kriya dapat menjadi sarana apresiasi yang sensitif terhadap perbedaan perbedaan kultural, melalui seni kriya dapat terbina pemahaman multikultural dan dapat menjembatani perbedaan fisik yang kasat mata. Keempat pengembangan seni kriya secara tidak tangsung merupakan pemihakan terhadap kaum marjinal, ekonomi masyarakat kecil dan potensi lokal yang memungkinkan bersaing di tingkat global. Kelima menempatkan seni kriya sebagai obyek dan saran pembangunan merupakan langkah kepedulian terhadap sumber daya lingkungan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem dan aspek keberlanjutan. 16
Seni kriya senantiasa memiliki konotasi citra yang lebih menekankan pada latar belakang etnis semata, menyebar rata diberbagai daerah dengan ciri dan kualitas yang masih sangat sederhana. Berbeda dengan craft yang lebih mencitrakan disain dengan kualitas yang baik dan diperhitungkan dalam proses produksinya. Seri kriya eksplorasinya lebih dititikberatkan pada pencarian nilai masa lalu, originalitas etnis dan kemurnian, tidak mencitrakan pengembangan kearah produktifitas dengan kualitas yang dapat diandalkan. Untuk membuka ruang kriya agar selalu eksis dalam percaturan seni rupa pada jamannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: Pertama seni kriya jangan dijadikan sebagai media untuk mengungkap masa lalu dengan mempertegas pengungkapan simbol-simbol etnis semata untuk memperlihatkan identitas produk. Identitas merupakan satu nuansa citra produk yang bebas dalam pemikiran, ekspresi dan pemahaman dasar dari si perancang. Kedua masalah disain sebagai satu upaya untuk mendapatkan representasi produksi harus diterima secara terbuka untuk mendapatkan kualitas produk yang optimal. Desain senantiasa mengacu kepada pemikiran produksi modern dengan mempertimbangkan aspek fungsional, bentuk, teknik dan ekonornis. Ketiga sektor pariwisata diharapkan memberikan peluang yang seluas-luasnya terhadap kelancaran pasar, tidak melakukan pungutan yang membelenggu, sehingga produk kriya dapat kompetitif. Keempat disainer mempunyai visi yang jauh ke depan untuk mengarahkan protluksi kearah standar mutu yang dapat diterima di pasar global. (Nuarta, 1999: 2). Yan-Yan Sunarya dalam Redeftnisi kriya lebih jauh menjelaskan bahwa kriya sebagai produk yang dihasilkan dalam suatu proses kegiatan dengan atau tanpa bantuan mesin, bermlai estetik, keunikan, keakraban, kegunaan dan dapat diproduksi dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan manfaat ekonomik Kriya bukan sekedar hasil ketrampilan dan bakat yang dimiliki, tetapi merupakan produk yang sarat pengetahuan, teknologi dan seni.
17
Tidak semua karya yang dibuat dengan ketrampilan tangan dapat disebut kriya. Dalam pemaknaan kriya terdapat batasan-batasan yang dijadikan patokan untuk menyatakan karya tersebut karya kriya. Batasan tersebut adalah wilayah seni dan disain yang merupakan unsur utama dalam penciptaan karya kriya. Perpaduan antara unsur seni dan disain ditambah dengan keahlian khusus menyebabkan kriya mempunyai nilai lebih. Soedarso SP. Menjelaskan bahwa seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (craftsmanship) yang tinggi seperti misalnya ukir kayu, seni keramik, anyam-anyaman dan sebagainya. Cabang seni
ini
merupakan
penghasil
seni
terapan
yang
kecil-kecil
yang
pembuatannya memerlukan keahlian yang tinggi, sehingga hampir-hampir si seniman
tidak
Sesungguhnya
sempat
menyisihkan
dahulu semua seni
perhatiannya adalah seni
untuk kriya,
berekspresi. tetapi
dalam
perkembangan jaman cabang-cabang seni yang lebih ekspresif, yang murni estetik dan kurang mementingkan kekriyaan memisahkan diri. Namun dalam perkembangan selanjutnya seni kriya yang benar-benar seni kriya dan seni terapanpun, karena desakan kemajuan industri banyak yang berpindah fungsi dari seni terapan ke seni murni.
B. Kriya Seni Kriya memang tidak dapat dipisahkan dengan seni karena di dalam kriya
itu
ada
muatan
seni.
Arti
kata
seni
masih
banyak
yang
memperbincangkan untuk mencari kesepakatan yang permanen. Seni adalah suatu yang misterius. Entah sudah berapa kali didefinisikan orang, tetapi sampai sekarang pandangan kita terhadapnya tidak pernah jelas. Masih saja terdapat adu pendapat, tidak hanya diantara mereka yang baru saja menapakkan kakinya di dunia ini, tetapi sering kali justru diantara para pakarnya. Seni memang banyak asetnya dan diantara aset yang satu dengan aset yang lain tidak selalu saling berdekatan, melainkan bahkan banyak juga yang berjauhan sekali jaraknya seperti orang Bali, “juh bumi juh langit” sehingga dalam keadaan seperti itu bisa saja seseorang jatuh terpuruk ke 18
salah satu sudutnya tanpa mampu melihat sudutnya yang lain, apalagi melihat benda itu seluruhnya (Soedarso, Sp, 1998, h.3-4). Paragraf bersahaja ini ditulis Prof. Soedarso Sp,MA dalam mengawali materi orasi ilmiahnya pada pengukuran jabatan sebagai Guru Besar pada Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta 30 Mei 1998. Dari paparan tersebut tersirat betapa rumitnya pemahaman terhadap seni sehingga dibutuhkan pengetahuan yang holistik umtuk menjangkaunya. Dengan demikian kita akan dapat secara proposional memandang terhadap kahadiran seni lain dari yang kita geluti. Dalam Buku Trilogi Seni, Soedarso SP., menjelaskan bahwa pada awalnya tidak ada istilah “Seni” maupun “Kriya” dan tidak pula ada pembagian atau perbedaan antara kedua istilah tersebut sebagaimana diatikannya sekarang. Kedua terminoligi tersebut menjadi satu di bawah nama “kegunan”, “kerawitan” atau bahkan “kebudayaan adi luhung”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa “Kriya” adalah pekerjaan atau kerajnan tangan. “Kriya atau “craft” atau “handicraft” adalah: suatu yang dibuat dengan tangan, dengan kekriyaan yang tinggi, umumnya dibuat dengan sangat dekoratif atau secara visual sangat indah dan sering kali sebagai barang guna, dan dalam pembuatannya dapat menggunakan alat sepanjang si pembuat sepenuhnya dapat menguasai alat tersebut. Sesuai dengan namanya seni kriya harus dibuat dengan rapi, dengan kekriyaan atau crafmanship yang tinggi, dan dengan mengindahkan tatacara teknis yang benar, maksudnya penentuan bahan dan teknik kerja yang sesuai dengan bentuk yang akan dicapai. Seni kriya memiliki tedensi sebagai barang guna atau applied art karena seni kriya bermula dan pembuatan benda-benda yang diciptakan manusia untuk menyandang fungsi guna dalam kehidupan sehari-hari. Seni kriya berorientasi pada keindahan atau memiliki fungsi dekoratif. Di masa lalu khususnya di Indonesia “Seni” Maupun “Kriya” tidak pernah dipersoalkan sebagai sebuah terminologi dalam kebudayaan, juga tidak ada pembagian atau perbedaan antara kedua istilah itu sebagaimana artikulasinya sekarang. Keduanya masih menjadi satu di bawah nama 19
“kegunan”, “kerawitan” atau kebudayaan “adiluhung”, dan yang dimaksud dengan istilah itu,antara lain adalah patangaring atau boman (penyekat ruang dan kayu berukir), wayang kulit, topeng, batik tulis, lukisan, tarian dengan gambelan pengiringnya. Kemudian di jaman jepang munculah kata “seni” sebagaimana artinya sekarang dan sementara itu karena adanya pengaruh seni dari barat, ekspresi menjadi bagian seni yang terhormat. Dalam
perkembangan
keunggulan
individual
berimplikasi
pada
perbedaan yang tajam antara “art” dan “craft”. Art dipahami sebagai seni yang didorong untuk terus-menerus mencari secara kreatif dan eksploratif, sedangkan “craft” dipahami sebagai kerja ketrampilan semata, yang bisa dilatih sampai ketinggkat unggul, namun tidak diharapkan menyuguhkan loncatan loncatan kebaharuan. Dengan pandangan demikian itu maka dipandang rendah dihadapan seni. Adapun imflikasi lebih lanjut adalah semua seni rupa tradisi, dari daerah manapun itu adalah “hanya kriya”. Itupun karena sifatnya yang hanya meneruskan tradisi saja, harus dianggap lebih rendah daripada kriya modern yang dihasilkan oleh orang intelektual. (Sedyawati, 1999:3). Terdapat beberapa kelompok masyarakat yang melihat bahwa kriya berbeda dengan seni, seperti apa yang terlihat di dunia barat, dan bahkan paham ini sudah berpengaruh keseluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam dunia barust muncul wacana kesenian yang didasari oleh estetika artes liberales yang menempatkan kepekaan seni dalam posisi yang tinggi. Dalam kegunan tidak hanya kepekaan juga ketrampilan memperoleh tempat yang penting dalam proses kreasi seni. Ada kecendrungan bahwa seni merupakan ekspresi individual, dan kriya dipercaya sebagai jantung dari sebuah karya yang berguna bagi kehidupan. Seni adalah kepekaan rasa dan kriya adalah teknik, maka sesungguhnya antara seni dan kriya tidak terpisahkan dan saling melengkapi. (Bandem, 2002:1). Dikotomi yang kuat dan tajam pada teknik dan ekspresi berimplikasi pada kedudukan antara Kriya dan Seni. Agungnya nilai ekspresi sebagai menara gading dalam proses penciptaan karya seni menjadikan kriya terdepak dari percaturan seni rupa. Pada saat ekspresi spontan, emosi, 20
imfropisasi, sedang merajai kesenian dunia dengan manifestasinya dalam abstrak ekspresionisme yang tersehar luas, seni kriya tersisih dari seni rupa, bahkan banyak kali diharamkan masuk dalam ruang lingkup kesenian tersebut dengan tuduhan ia bukan karya seni, dan dianggap sebagai ketangkasan karya tukang belaka (Soedarso, 2003:47). Suatu yang sangat sayang sekali sebuah karya yang adiluhung terdepak dari percaturan seni rupa dengan hanya memandang sebelah mata bahwa kriya sebagai karya tukang tanpa mengusung ekspresi di dalamnya. Ditinjau dari ide penciptaan, awalnya secara garis besar antara kriya dan seni memang sedikit berbeda. Kriya selalu dibuat dengan tujuan pragmatis, membuat benda yang mempunyai manfaat praktis dan fsikologis tertentu. Seni diciptakan karena keinginan mengekspresikan ide dan tujuan yang idial non praktis, transenden, dan subyektif. Seni timbul dari pengalaman subyektif manusia. Pada kriya craftmanship adalah segalagalanya (Gustami, 2002:17). Wacana antara kriya dan seni di dunia baratpun masih menjadi perdebatan pada tataran proses maupun produk yang dihasilkan. Jika art adalah pemikiran “idea” dan “konsep”, maka craft adalah “membuat sesuatu”. Art merefleksikan daya imajinasi yang kreatif, sedangkan craft adalah “ketrampilan” membuat sesuatu (Irianto, 2002:29). Perbedaan antara seni sebagai sebuah ide, konsep yang diekpresikan padaa sebuah penciptaan dengan kriya sebagai suatu ketrampilan membuat sesuatu masih sangat kokoh, bahkan ketrampilan tidak menjadi keharusan dalam karya seni karena karya seni merupakan hasil pemikiran dan konsep. Gejolak wacana seni rupa secara umum yang dibarengi dengan “Boom Seni Lukis” di tahun 1990-an merembet pada wacana seni kriya yang dianggap cabang seni rupa yang cukup adem ayem pada, waktu itu. Seni kriya yang ada di persimpangan jalan mulai gelisah berada dimana dan mau ke mana. Kegelisahan ini sebagai akibat fleksibelitas kriya yang berada pada dua kekuatan wilayah yang sama, apa seni murni atau disain. Kekuatan seni murni yang memunculkan eksistensi seni sesungguhnya menjadikan seni kriya membenahi dirinya dalam usaha menemukan jati dirinya dan mensejajarkan
diri
dengan
seni
rupa
lainnya
Seni
kriya
akhirnya
21
memproklamirkan diri dengan menyebut dirinya sebagai “Kriya Seni” (Suardana, 2005:11). Adapun “Kriya Seni” timbul semula dalam rapat konsorsium seni untuk mewadahi karya-karya dengan nilai artistik yang tinggi dan dipakai untuk membedakan dengan kriya dalam arti “Seni Kerajinan” dan “Disain Knya” yang akan dimasaproduksikan. Kriya seni terlahir sebagai dampak dari keinginan kriyawan akademik untuk menyertakan ekspresi yang kental pada karya-karyanya. Akhirnya, sebagaimana kondisi kriya dan seni di awal mula, kriya seni berbatasan dengan seni murni sangat tipis yaitu hanya aksentuasi pembuatannya, tekanannya pada ekspresi atau crafmanship yang tinggi yang nota bene keduanya mesti ada pada setiap karya seni. Yang kuat ekspresinya adalah seni murni, dan yang craftmanshipnya yang kuat adalah kriya seni (Soedarso, 1999:3). Sebetulnya “Kriya Seni” tidak harus diterjemahkan sebagai seni kriya yang dalam obyeknya mirip dengan seni murni, atau menjadikan seni lukis dan patung dalam kayu atau logam yang merupakan bahan-bahan yang sudah lama diakrabi oleh kriyawan. Kriya seni bisa. saja berbentuk batik atau keramik yang begitu indah buatannya dengan motif atau bentuknya yang merupakan ciptaan baru. Dapat disimpulkan bahwa kriya seni adalah jenis seni kriya yang bagus pembuatanya (craftmanshipnya tinggi), bentuknya indah dan dekoratif, namun satu syarat bagi eksistensi seni kriya telah hilang, yaitu bahwa seni kriya jenis ini tidak lagi menyandang fungsi praktis, baik karena indahnya si pemilik lalu merasa sayang untuk memakainya dalam kehidupan sehari-hari, maupun karena dan sejak didisain memang sudah dilepaskan dari fungsi tersebut (Soedarso, 2006:113). Perlu disadari bahwa motivasi kelahiyan kriya seni hukan semata untuk sering dibahas seperti seni murni, namun kelahirannya merupakan tuntutan kreatifitas individu kriyawan yang bergerak maju untuk menunjukan pada dunia bahwa telah lahir kriya yang lain yaitu kriya seni. Kriyawan mempunyai hak yang sama dalam menyalurkan kreasinya dalam rangka tagung jawab individu khususnya dalah hal pengayaan ragam kriya sesuai dengan konstelasi zaman sebagai warisan bagi generasi berikutnya.
22
Sejalan dengan tuntutan tersebut, juga merupakan gejolak kriyawan seakan bergeliat dan meloncat dengan melahirkan karya seni yang juga disebut kriya kontemporer. Suatu gejolak yang tak mungkin ditolak dan semestinya diakui, karena setiap jaman yang ditangkap akan melahirkan teks yang sesuai dengan konteks yaitu konstelasi jaman (Sunarya, 2003:23). Gerakan pembaharuan kriya dalam usaha menemukan jati dirinya yang mengarah kriya seni sebenarnya telah lama dilakukan yaitu di tahun 1960-an oleh Gustami SP. Tentunya eksperimen ini tidak begitu saja diterima dengan lapang dada, namun sebaliknya mendapat cemohan bahwa karya tersebut dibilang “kriya banci”. Gerakan ini kemudian diikuti dengan timbulnya aliran baru di kriya yaitu: “Kriya Menyimpang” “Kriya Polesan”, “Kriya Menor” dan sebagainya. Kriya ini merupakan cikal bakal kriya modern, postmodern dan seterusnya (Gustami, 1999). Terbukanya wilayah yang lebih luas dan bebas dituntut keberanian dari para kriyawan untuk menciptakan karya-karya yang spektakuler dan keluar dari belenggu ketrampilan, dengan catatan melahirkan sebuah karya yang originalitas dengan penuh kreasi dan gagasan dengan hasil yang sempurna dan bukan sekedar sensasi belaka yang mengarah pada ngawuritas. Apakah karya tersebut dikatagorikan karya modern, kontemporer, kita serahkan pada kritisi dan masyarakat untuk menilainya. Kebebasan
wilayah
visual
dan
kekayaan
material
seharusnya
memberikan cakrawala kreativitas yang lebih terbuka untuk memunculkan karya-karya yang spektakuler dalam bingkai kriya modern. Material sebagai sarana dan obyek penuangan kreativitas dalam kriya seni jangan dijadikan sebagai pembatas yang justru akan menyempitkan wilayah dan memecah belah keragaman kekayaan yang dimiliki kriya itu sendiri. Keragaman gaya dan teknik masing-masing bidang kriya merupakan sebuah kekayaan yang perlu dijadikan media eksperimen kemudian disatu kan dalam sebuah perwujudan baru yaitu kriya seni. Merupakan tugas kriyawan kreatif untuk memanfaatkan kekayaan tersebut dengan melahirkan karya yang agung dengan nilai karya yang tinggi.
23
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara luas dan mendalam tentang sentra-sentra kerajinan yang tersebar luas di daerah Bangli. 2. Untuk mengetahui secara mendalam tentang jenis, ragam, teknik, material seni kerajinan yang berkembang di Bangli. 3. Untuk memetakan kerajinan daerah Bangli yang tersebar luas di beberapa wilayah kampung, desa, dan kecamatan.
D. MANFAAT PENELTIAN Adapur, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan imformasi yang sejelasjelasnya tentang keanekaragaman seni kerajinan yang berkembang di Bangli. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi pusat studi dan informasi bagi semua pihak yang memerlukan, terutama bagi yang bergelut di bidang seni dan kerajinan. 3. Untuk memudahkan bagi para steakholders untuk berhubungan dengan para perajin yang ada di Bangli.
24
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Disain dan Metode Penelitian Validitas sebuah penelitian akan sangat ditentukan dari metode yang digunakan. Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan dalam pengumpulan data untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian ini sangat penting karena pemilihan metode juga akan menentukan langkah langkah yang harus dilakukan, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang objektif dan ilmiah Metode penelitian yang tepat akan sangat memudahkan dalam menganalisa dan mengambil kesimpulan.
B. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatit. Penelitian yang berjudul “Macam dan Jenis Kerajinan di Kabupaten Bangli” akan menitikberatkan pada jenis dan macam kerajinan yang berkembang di seluruh Kabupaten yang ada di Bangli. Berbagai jenis kerajinan yang tersebar luas di seluruh desa di Kabupaten Bangli akan diteliti secara cermat untuk dapat diketahui bentuk, teknik, serta pemasarannya. Penelipan ini juga akan mengkaji peranan kerajinan terhadap perkembangan pola hidup masyarakat Bangli.
C. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini perlu ditentukan populasi dan sample. Penentuan ini bertujuan untuk menghindari luasnya penelitian dan rancunya hasil yang didapat. Populasi dalam penelitiam ini adalah berbagai jenis kerajinan yang berkembang di Kabupaten Bangli. Datam penelitian ini pengambilan sampel bukan melalui jumlah atau sampel acak, melainkan digunakan teknik porposive sampling (sampel bertujuan), dengan alasan bahwa tiap wilayah memiliki jenis kerajinan yang sama dalam satu wilayah. 25
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam upaya untuk memperoleh data penelitian secara maksimal ditempuh melalui studi pustaka, observasi, wanwancara, kuesioner dan dokumentasi. 1. Studi Pustaka Studi pustaka (library research) digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui sumber tertulis, antara lain buku, jurnal, majalah, artikel, dan sebagainya yang terkait dengan objek penelitian, untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan macam dan jenis kerajinan di Kabupaten Bangli dengan mengunakan instrumen berupa buku catatan dan alat tulis. Sumbersumber pustaka ini dapat dilacak di perpustakaan lembaga pendidikan, Dinas Kebudayaan, Daerah, dan pepustakaan umum. 2. Studi Observasi Observasi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung maksudnya adalah mengadakan observasi langsung pada obyek yaitu produk yang dikerjakan secara lansung oleh para seniman dan perajin. Penelitian ini akan mendapatkan hasil yang maksimal terutama berkaitan dengan bentuk, jenis, fungsi, teknik dan gaya. Observasi tidak langsung akan dilakukan dengan melihat beberapa hasil kerajinan yang telah tersebar luas di pasaran. 3. Studi Wawancara Wawancara dilakukan dengan perajin yang kreatif dan inovatif dan dianggap mampu untuk memberikan penjelasan tentang karya yang diciptakannya. Wawancara juga akan dilakukan pada informan yang dipandang memiliki kompetensi dan memahami permasalahan yang akan diteliti Seperti: (kelian, bendesa adat), budayawan, seniman, perajin ahli, perajin buruh dan pengusaha. Pola wawancara mengikuti teknik tidak berstruktur
tetapi
terpimpin.
Teknik
tidak
berstruktur
yang
dipilih
dimaksudkan agar peneliti dapat dengan bebas menapakan butir-butir pertanyaan kepada informan. Bebas tidak berarti ngawur tetapi terpimpin atau terarah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang telah digariskan dalam pedoman wawancara. instrumen yang digunakan tape reccorder. 26
E. Analisis Data Setelah data dapat dikumpulkan, selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data. Proses ini sering disebut “analisis data”, yaitu deskritif ekspolarative dan deskritif developmental (Suharsimi Arikunto, 1989:195196). Dalam proses penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sifat eksploratif, karena bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan seni kerajinan yang terdapat di Kabupaten Bangli. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi berbagai tahapan. Pertama identifikasi data, mengumpulkan data verbal dan data visual, baik yang diperoleh melalui studi pustaka, observasi, maupun wawancara. Kedua klasifikasi data yaitu memilih atau mengelompokan data yang telah teridentifikasi sesuai dengan jenis dan sifat data. Ketiga seleksi data yaitu menyisihkan data-data yang tidak relevan dari kurang berkontribusi terhadap kebutuhan dalam pembahasan pokok. Tahap ke empat melakukan analisis sesuai dengan teori yang telah ditetapkan, dengan menggunakan analisis kualitatif analitik dan analisis kuantitatif. Data kualitatif akan disajikan dengan uraian, sedangkan data kuantitatif akan disajikan dengan statistik.
27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Biografi Kabupaten Bangli Bangli merupakan salah satu Kabupaten terkecil yang terdapat di Propinsi Bali. Kabupaten Bangli terletak diantara 115° 13” 48” sampai 115° 2T, 24” bujur timer dan 8° 8” 30” sampai 8° 31” 87” lintang selatan Posisinya berada di tengah-tengah Pulau Bali, sehingga merupakan satusatunya Kabupaten yang tidak memiliki laut. Luas Kabupaten Bangli sebesar 529,8.1 Km 2 atau 9,25-%- dari luas propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antara 100-2.152 m. Sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik di bagian selatan merupakan daerah dataran rendah, dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundan Danau Batur yang memiliki luas sekitar 1.067,50 Ha. Jarak dari ibukota puncak Kabupaten ke ibukota Propinsi sekitar 40 Km. Apabila (dilihat dari penggunaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekitar 2.890 Ha merupakan lahan sawah, 29,244 Ha merupakan lahan kering, 9.341 Ha merupakan hutan Negara, 7, 562 Ha merupakan tanah perkebunan, dan sisanya seluas 3;044 Ha merupakan tanah lain-lain jalan, sungai dan-lain-lain). Kabupaten Bangli sebagiar besar daerahnya merupakan dataran tinggi, hal ini berpengaruh terhadap keadaan iklim di wilayah ini. Keadaan iklim dan pertemuan arus udara yang disebabkan karena adanya pegunungan di daerah ini yang menyebabkan curah hutan di daerah ini relative tinggi. Hal ini terjadi bulan Januari-Maret, April dan Desember. Kabupaten Bangli hanya terdiri dan empat Kecamatan yaitu Bangli, Susut, Tembuku, dan Kintamani. Dari empat kecamatan tersebar 48 Desa dinas. Masyarakat Bangli sebagian besar kehidupannya sebagai petani, terutama yang hidup di pedesaan dan pegunungan. Mereka juga banyak yang hidup dari hasil perkebunan terutama di Kecamatan Kintamani. Kintamani 28
merupakan salah satu daerah pegunungan yang sangat sejuk dan subur. Di bawah kaki Gunung Batur dan disekitar danau Batur merupakan lahan yang sangat subur untuk perkebunan. Hasil perkebunan yang sangat terkenal adalah anggur, kubis, dan jeruk Bali. Kintamani merupakan salah satu obyek wisata yang sangat terkenal karena pemandangannya sangat indah dan menarik. Di daerah Kintamani juga terdapat sebuah desa yang memiliki budaya yang sangat unik dan tempatnya berada di belakang danau Batur yaitu Desa Trunyan. Penduduk Desa Trunyan merupakan penduduk asli Bali Age yang mempunyai budaya yang sangat unik yaitu sistem penguburan yang ditaruh di bawah pohon. Desa Trunyan juga memiliki hasil kesenian yang sangat unik yaitu Barong Brutuk yang rambutnya terbuat dari daun pisang kering.
Gambar: 1 Pintu Gerbang Kabupaten Bangli Kabupaten Bangli merupakan daerah yang sangat subur dan sejuk. Banyak pepohonan yang hidup dan tumbuh subur di Bangli. Pohon bambu merupakan salah satu pohon yang tumbuh subur dan tersebar di seluruh daerah di Bangli. Berbagai jenis pohon yang tumbuh subur dan tersebar di seluruh wilayah. Pepohonan tersebut ada yang produktif seperti: pohon durian, pohon wani, pohon nangka, pohon kelapa, dan ada juga yang non produktif seperti pohon bunut, potion abesia, pohon nyantuh, pohon bayur
29
dan sebagainya. Pepohonan yang produktif, di samping menghasilkan buah, kayunya dapat digunakan untuk bangunan maupun untuk pembuatan berbagai jenis kerajinan. Pepohonan produktif justru dapat menghasilkan kayu dengan kualitas yang cukup baik. Semua jenis pepohonan hidup subur pada pekarangan penduduk yang berada di belakang rumah atau di lahan lainnya.
Gambar: 2 Lambang Kabupaten Bangli Potensi alam yang subur sangat mendukung perkembangan seni kerajinan yang ada di Bangli terutama kerajinan kayu dan bambu. Kehidupan bambu
yang
subur
memberikan
peluang
yang
sangat
besar
pada
masyarakatnya untuk menciptakan kerajinan anyaman. Pada awalnya produk yang dihasilkaan hanya terbatas pada penunjang kebutuhan hidup sehari-hari serta sarana upacara keaganaan. Produk yang dihasilkan seperti sokasi, lampid, bodag, ngiyu, tempeh, serta anyaman untuk pelapon rumah. Kerajinan kayu fungsinya sama dengan kerajinan bambu yaitu untuk keperluan rumah tangga dan sarana upacara. Kerajinan kayu yang banyak berkembang adalah pembuatan tempat suci serta ukiran bangunan rumah tangga. Barang-barang yang dihasilkan masih sangat tradisional baik bentuk dan teknik pengerjaannya.
30
Salah satu jenis kerajinan yang telah lama berkembang di Bangli dengan tidak memanfaatkan potensi alam lingkungannya adalah kerajinan logam. Kerajinan logam
ini telah berkembang sejak lama dengan
memproduksi berbagai asesoris seperti cincin, gelang, anting-anting, bross,, tusuk konde dan sebagainya. Disamping assesoris juga banyak memproduksi perlengkapan tari seperti, badong, gelungan, gelangkana, sesimping, subeng, keris, dan hiasan bunga lainnya. Sarana upacara seperti bokor, dulang, petirtan. pemuspan, sangku dan sebagainya. Kerajinan logam yang paling unik adalah pembuatan atribiut seorang pendeta, seperti ketu, pedupan, dulang, Ciwakrana, dan sebagainva. Kerajjinan artibut pendeta merupakan satu-satunya kerajinan yang ada di Bali dan tidak ada daerah lain yang dapat memproduksinya. Di samping jenis kerajinan di atas, di Bangli juga diproduksi jenis seni kerajinan yang lainnya sudah berkembang sejak lama seperti kerajinan garmen yang meproduksi berbagai perlengkapan rumah tangga, kerajinan anyaman daun rontal yang memproduksi tikar, tas, dan sarana upacara lainnya, kerajinan pande besi yang memproduksi peralatan dapur dari peralatan pertanian lainya. Seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada di Bali, membuka seluas-luasnya bagi perajin Bangli untuk ikut bergerak dan berkreasi menciptakan berbagai jenis kerajinan yang diperuntukan bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Perkembangan kerajinan ini tidak hanya merengkuh jenis kerajinan yang telah lama berkembang, tetapi jugs seni kerajinan baru yang mendapat pengaruh dari semua kerajinan yang berkembang dari wilayah lainnya. Dengan memanfaatkan potensi alam yang ada seperti kayu dan bambu, banyak sentra kerajinan baru yang berkembang di Bangli. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh yang datang dari daerah Gianyar yang merupakan salah satu pusat seni kerajinan yang ada di Bali. Diawali dari penduduk Bangli yang merantau untuk mencari penghidupan di daerah lain, banyak yang menuju daerah Gianyar untuk belajar menekuni salah satu jenis kerajinan yang ada. Setelah mereka memiliki ketrampilan 31
yang
cukup,
akhirnya
mereka
pulang
kampung
untuk
meneruskan
ketrampilannya kepada masyarakat sekitarnya. Mereka membuka sentra kerajinan baru dengan membimbing masyarakat sekitarnya untuk ikut menekuni katrampilan tersebut. Kesempatan ini dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang dulunya hanya sebagai seorang petani. Keraj inan ini berkembang cukup pesat karena ditopang persediaan material yang lebih mudah mendapatkannya dan lebih murah harganya. Walaupun perajin Bangli lebih banyak sebagai produksi kasar, namun tetap memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan penghidupan.
Gambar: 3 Masyarakat Penganyam Di beberapa wilayah Bangli akhirnya muncul sentra-sentra kerajinan baru dengan memproduksi berbagai jenis dan ragam kerajinan yang dibutuhkan pasar. Belum dikenalnya perajin Bangli oleh wisa-tawan secara langsung, dan belum siapnya perajin menyediakan produk jadi, menyebabkan perajin Bangli lebih banyak hanya sebagai tenaga kasar yang memproduksi barang setengah jadi. Finishing dikerjakan oleh pengusaha kerajinann yang berada di daerah Gianyar yang secara langsung berhubungan dengan wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara. Situasi yang demikian bukan berarti perajin bangli kurang kreatif, tetapi banyak juga
32
diantara mereka yang kreatif untuk menciptakan disain-disain baru yang lebih unik dan artistik.
B. Macam dan Jenis Kerajinan Bangli 1. Kerajinan Anyaman Ada berbagai macam dan jenis kerajinan anyaman yang terdapat di Bangli. Kerajinan anyaman banyak berkembang di daerah Susut dan Kintamani. Dua wilayah ini merupakan penghasil bambu yang terbesar di Bangli. Hasil kerajinan yang diciptakan ada yang berbentuk tradisional dan ada juga yang berbentuk modem. Anyaman yang sangat special di Bangli adalah pembuatan bedeg untuk untuk dinding dan plafon dengan motif yang beranekaragam.
Gambar: 4 Pengusaha Anyaman Bedeg di Kayuamba Bangli
33
34
35
36
37
2. Kerajinan Batik Kerajinan batik merupakan salah satu kerajinan baru yang berkembang di Bangli. Kerajinan batik ini secara umum dapat dua jenis produksi yaitu batik kain yang popular dengan names kerajinan garmen dan kerajinan batik bambu dan kayu. Kerajinan garmen berkembang di beberapa wilayah seperti: Belalang, Kubu, Kawan, tiga, Demulih, Taman Bali, Bunutin, Apuan, Peninjoan dan sebagainya. Kerajinan garmen ini lebih banyak memproduksi beberapa kain untuk kebutuhan perlengkapan perhotelan seperti: bed kaper, taplak meja, korden, dan beberapa jenis pakaian untuk pariwisata. Motif hias yang digunakan dalam batik kain di Bangli lebih banyak diangkat dari lingkungan alam sekitarnya yang diterapkan secara realis dan naturalis seperti pohon bambu, bunga kembang sepatu, pohon.pisang, pohon kelapa, kupu-kupu, berbagai jenis burung dan sebagainya. Belakangan ini juga banyak dikembangkan motif hias modern yang diangkat dari bentuk-bentuk karton yang sedang popular di televise seperti: motif Sponbood, Tom dan Jerry, dan yang lainnya. Kerajinan batik bambu dan kayu berkembang di daerah Bunutin, Tamanbali, Kayubihi, Apuan, Peninjoan dan Demulih. Batik bambu ini adalah membatik hasil anyaman bambu pada produk kerajinan anyaman tradisional yang difungsikan untuk menunjang kegiatan adat-istiadat dan agama. Untuk menarik minat masyarakat memiliki berbagai peralatan upacara, maka anyaman yang sebelumnnya masih natural, akhirnya difinishing dengan teknik batik. Motif yang digunakan adalah motif batik yang datang dari Yogyakarta seperti motif parang, motif kawung, motif
38
kembang dan sebagainya. Warna yang digunakan adalah warna batik yang biasa digunakan pada batik kain seperti naftol, indigusol dan sebagainya. Proses pembatikan pada bambu dan kayu tidak jauh berbeda dengan proses pembatikan pada kain, perbedaannya adalah pada proses pewarnaannya. Pada batik kain proses warna dengan cara pencelupan pada warna yang telah tersedia, sedangkan pada batik bambu dan batik kayu dengan cara penyiraman. Pencampuran warnanya adalah sama yaitu antara garam dan warna batik.
39
40
3. Kerajinan Logam Kerajinan logam berupakan salah satu seni kerajinan yang telah lama berkembang di
Bangli. Kara-karya yang diproduksi sebagian besar
diperuntukan untuk sarana upacara adat dan agama. Sebagian besar hasil seni keraiinan logam bersifat fungsional dengan bentuk yang sangat unik dan menarik. Secara garis besar seni kerajinan yang terdapat di Bangli terdiri dari dua jenis yaitu: pande besi dan kerajinan mas dan perak. Kerajinan pande besi lebih banyak memproduksi peralatan rumah tangga dan peralatan pertanian seperti pisau, golok, blakas, madik, srampang, dan sebagainya. Orientasi penciptaannya lebih banyak penekanannya padaa fungsi tanpa memperhatikan estetis. Kerajinan mas dan perak di Bangli sudah berkembang sejak lama yang lebih banyak memproduksi perlengkapan busana adat Bali, pakaian tari, serta beberapa sarana atribiut seorang pendeta. Hasil karya yang cukup unik dan sangat terkenal adalah pembuatan mahkota seorang pendeta, selongsong keris dan danganan keris. Kara-karya yang dihasilkan cukup eklusif dan mewah yang dikombinasi dengan berbaggai jenis permata baik sebagai hiasan maupun bermakna khusus. Kerajinan mas dan perak di Bangli menjadi salah satu pusat seni kerajinan yang memproduksi berbagai asesoris busana adat Bali. Masyarakat Bali yang memhutuhkan perlengkapan busana adapt Bali secara lengkap dan unik, hanya hisa mendapatkan di daerah Bangli. Perkembangan disain baru yang berlandaskan pada seni tradisi banyak yang diciptakan untuk menjawab perkembangan mode yang beberapa saat selalu berubah-ubah. Berbagai variasi bunga, mahkota, dan asesoris lainnya selalu berkembang mengikuti mode yang sedang populer pada kalangan masyarakat ekonomi menengah dan atas. Stratipikasi sosial masyarakat berdasarkan kasta sudah lebur menjadi satu yaitu mode masyarakat Bali. Wacana “Ajeg Bali” yang selalu dikumandangkan pemerintah dimana masyarakat agar selalu melestarikan budaya adat Bali berimplikkasi pada pukdarnkyka stratikfikasi social masyarakat sama dan merata. Busana adat yang dulunya hanya digunakan oleh kaum ninggrat, sekarang siapa raja bisa menggunakan.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
4. Kerajinan Kayu Salah satu seni kerajinan kayu yang telah berkembang di Bangli adalah kerajinan pembuatan bangunan stayl Bali yang diperuntukan untuk kepentingan perumahan maupun untuk tempat suci. Perkembangan kerajinan ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat berkaitan dengan perumahan dan tempat suci. Peningkatan orientasi masyarakat berkaitan dengan spiritual yang sifatnya religius dan dibarengi dengan usaha untuk melestarikan budaya Bali, maka banyak masyarakat yang berusaha membangun rumah dengan stayl Bali dan dan pembuatan tempat suci yang relative bagus. P erajin bangunan stayl Bali banyak tersebar di Kecamatan Tembuku Bangli. Di Kabupaten Bangli juga berkembang seni kerajinan kayu yang memperoduksi berbagai jenis dan ragam kerajinan yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Mereka mengerjakan berbagai bentuk binatang, tumbuhan, yang fungsional maupun non fungsional. Dewasa ini Bangli menjadi pusat pengembangan kerajinan kayu karena banyaknya perajin yang mandiri dan tersedianya material yang cukup. Anak muda mulai menekuni kegiatan ini karena secara ekonomi cukup menjanjikan. Kerajinan ini banyak berkembang di Kecamatan Susut dan Kintamani.
50
51
52
53
54
55
5. Kerajinan Tempurung Kerajinan tempurung termasuk jenis seni kerajinan yang populasinya sangat kecil di Bangli. Secara Geografis kerajinan ini berkembang karena sangat dekat dengan seni kerajinan batok kelapa yang berkembang di daerah Tampaksiring. Produksi saat ini masih sangat minim, mengingat peminat untuk menekuni kerajinan ini sangat kecil. Karya yang dihasilkan sangat spesifik cukup unik dan menarik. Modifikasi bentuk binatang seperti tikus, kelinci, tupai menjadi sebuah jam kecil yang lucu dan indah.
56
6. Kerajinan Gading dan Tulang Kerajinan ukir gading dan tulang merupakan salah satu jenis kerajinan yang populasinya sangat minim. Sulitnya mencari material dan uniknya pengerjaan menyebabkan kerajinan ini tidak berkembang di Bangli. Sampai saat ini kerajinan gading dan tulang masih dikerjakan oleh beberapa orang dalam satu keluarga. Kerajinan ini memerlukan ketrampilan dan ketekunan yang sangat tinggi karena ukurannya relatif kecil.
57
58
7. Kerajinan Akar Bambu Salah satu jenis kerajinan spesifik berkembang di Bangli adalah kerajinan akar bambu. Akar bambu yang melimpah ruah, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai seni kerajinan. Bagi masyarakat awam akar bambu tersebut hanya sebagai kayu bakar, tetapi bagi tangan terampil, akar bambu tersebut dapat dimanfaatkan menjadi barang seni.
59
60
C. Pembahasan Di Kabupaten Bangli terdapat beranekaragam bentuk dan jenis seni kerajinan, dan tersebar luas di seluruh desa. Secara umum seni kerajinan yang berkembang di Bangli adalah: anyaman, garmen, ukiran kayu, ukir tulang dan gading, tempurung kelapa, Air akar bambu, kerajinan emas dan perak dan sebagainya. Dari sekian banyak jenis seni kerajinan, ada yang tepusat pada satu daerah, juga ada yang terpencar di beberapa daerah seperti kerajinan kayu, anyaman, dan garmen. Tersebar luasnya di berbagai daerah karena model yang diproduksi sangat berlainan. 1. Kerajinan Anyaman Kerajinan anyaman merupakan salah satu seni kerajinan yang telah lama berkembang di bangle. Seni kerajinan ini pada awalnya lebih banyak memproduksi kerajinan tradisional yang digunakan sebagai perabotan rumah tangga, maupun sarana upacara keagamaan. Jenis-jenis kerajinan yang diproduksi seperti: Sok Lampid, Ngiyu, Tempeh, sokasi, Penarakan, Kisa, Keranjang dan Bedeg. Kerajinan anyaman ini dikerjakan oleh masyarakat yang sebagian besar sebagai petani. Kerajinan anyaman dapat berkembang di bangli karena daerah ini banyak tumbuh pohon bambu yang sangat subur. Pariwisata
mempunyai
dampak
yang
sangat
signifikan
dalam
perkembangan seni kerajinan anyaman yang ada di Bangli. Dengan ketrampilan menganyam, para perajin lebih meningkatkan kreativitasnya untuk menciptakan disain-disain baru dengan model dan fungsi yang sangat bervariatif. Walau fungsinya lama namun variasi bentuknya sangat berbeda dengan tampilan yang lebih eklusif. Banyak perajin menciptakan anyaman yang berfungsi sebagai tempat kue, tempat buah, tempat sajen, pemus pan, kapar, lampion lampu, tempat sampan, penutup makanan dan sebagainya. Model anyaman yang tercipta sangat praktis dan menarik dengan memperhatikan kesehatan yang terjamin. Aplikasi dari berbagai material dilakukan untuk dapat memenuhi tuntutan fungsi yang lebih praktis dan terjamin. Pengembangan bentuk dan model banyak dilakukan perajin untuk menambah daya tarik konsumen untuk membelinya. Model yang baru dan bentuk yang unik banyak diminati oleh konsumen. Mereka banyak yang
61
memberi anyaman hanya untuk dikoleksi walaupun anyaman tersebut dapat digunakan sebagai perabotan. Karena bentuknya unik, maka produk tersebut hanya disimpan atau dipajang pada tempat yang aman. Kreativitas perajin yang menonjol dalam seni kerajinan anyaman adalah adanya usaha perajin untuk memfinishing hasil ciptaannya. Anyaman yang dulunya natural dibuat berwarna dan dianyam langsung dengan memunculkan
motif-motif
bunga
yang
menarik.
Para
perajin
juga
memfinishing dengan memberi variasi wama dengan carea dicecek (pointilisme) dengan motif bunga-bunga pada setiap sudutnya. Warna dibuat sangat cerah atau juga dengan warna antik. Konsumen kerajinan anyaman mempunyai pasar yang cukup luas. Dewasa ini perajin tidak hanya melayani untuk wisatawan, tetapi juga masyarakat umum yang ada di Bali. Anyaman yang mempunyai fungsi tradisional sasaran konsumennya adalah masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hindu. Masyarakat Bali sangat antusias untk memiliki produk baru yang berfungsi sebagai tempat sesaji. Anyaman ini mempunyai pasar musiman yang terbatas. Mana produk yang lagi ngetren (trendi) di pasaran, masyarakat semua mengejarnya untuk memilikinya. Mereka merasa sangat malu apabila ketika maturan ke Pura tidak menggunakan produk tersehut. Mereka sangat malu, karena merasa ketinggalan jaman. Anyaman bedeg mengalami perkembangan yang cukup signifikan karena adanya pariwisata. Bedeg yang berfungsi sebagai pelapon dan tembok rumah mengalami perkembangan motif dan warn.. Anyaman yang dulunya hanya model biasa yang disebut dengan Saud Telu, sekarang sudah bermotif dengan berbagai variasi seperti: kembang seribu, kembang empat, kembang surya, kembang suastika, kembang tulang lindung, kembang batik selem, kembang sisik jujuk, kembang rantai, kembang bandung, kembang dungki dan sebagainya. Perkembangan ini tidak terlepas dan kreativitas perajin dalam usaha memberikan nuansa baru pada anyaman tersebut. Anyaman yang dulunya polos, sekarang sudah bermotif dengan variasi warna maupun natural. Banyak wisatawan yang berminat dengan anyaman ini untuk menambah variasi rumahnya yang sederhana, tetapi artistik. Banyak penginapan-penginapan yang ada di kawasan wisata terbuat dart bambu atau
62
kayu dengan tembok dan pelafon anyaman bambu Harganya tidak mahal, tetapi kesannya unik dan artistik. Kerajinan anyaman di Bangli dewasa ini mempunyai prospek yang cukup mapan dibandingkan dengan jenis kerajinan lainnya yang ada di Bangli. Sulit dan mahalnya bahan selalu menjadi persoalan yang sangat pelik bagi jenis kerajinan lainnya, tetapi kerajinan anyaman masih dapat berjalan lancar karena bambu masih banyak tambuh dan hidup di sekitar lingkungan perajin. Disamping itu, kerajinan anyaman hanya berkembang di daerah Bangli, sehingga semua konsumen yang membutuhkan jcnis anyaman selalu datang ke Bangli. 2. Kerajinan logam Kerajinan logam di Bangli telah berkembang sejak lama, keitka kekuasaan masih dijalankan oleh kerajaan yang ada di Bangli. Untuk kebutuhan dalam mengerjakan berbagai bentuk perhiasan yang ada kaitannya upacara
kerajaan,
Raja
Bangli
mengangkat
seorang
sangging
yang
mengerjakan kebutuhan tersebut. Sangging berperan sangat besar dalam menciptakan berbagai periasan bagi keluarga kerajaan seperti: gelang, cincin, kalung, bross, hiasan rambut, mahkota raja, ikat pinggang dan sebagainya Berbagai
bentuk
perhiasan
diciptakan
oleh
sangging
yang
hanya
diperuntukan untuk kepentingan kerajaan khususnya di daerah Bangli. Melihat dari material logam yang digunakan, menyatakan bahwa material ini merupakan barang import yang didatangkan dari luar. Logam yang digunakan adalah emas, perak, kuningan, tembaga, aluminium dan sebagainya. Jenis kerajinan yang dihasilkan adalah emas dan perak, material yang lainnya sebagai material pembantu Munculnya kerajinan mi tentunya bukan karena material yang mudah mendapatkan, melainkan karena kebutuhan akkan kerajinan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya kerajinan emass dan perak bukan hanya dikerjakan karena untuk kebutuhan raja berkaitan dengan periasan, tetapi juga diciptakan untuk kebutuhan keagamnaan, terutama untuk perhiasan “Sesuhunan” juga untuk busana seorang Pendeta Sesuai dengan predikatnya, seorang pendeta dalam meminpin upacara harus dilengkapi
63
dengan berbagai atribut seperti Ketu (Mahkota) Gelang, cincin dan sebagainya. Golongan Pendeta membutuhkan perlengkapan atribut busana yang berbeda pula. Atribut tersebut ada hanya berfungsi sebagai hiasan, wibawa, atau juga bermakna simbolis. Perkembangan pola hidup dan pnlaku masyarakat yang semakin meningkat,
mengakibatkan
kebutuhan
masyarakat
juga
meningkat.
Masyarakat tidak hanya mengejar untuk memenuhi kebutuhan primemya, tetapi juga kebutuhan sekundernya. Masyarakat juga berkeinginan untuk menghias dirinya dengan berbagai assesoris yang ada untuk kepercayaan dirinya dalam bergaul dengan masyarakat lainnya. Masyarakat mulai banyak yang berminat untuk memiliki beberapa periasan dan cmas yang digunakan untuk menghias disinya, juga untuk investasi. Perhiasan tersebut menjadi barang yang sangat berharga dan juga berperan sebagai pembedaan stritifikasi sosial masyarakat Masyarakat yang ekonominya sangat mapan akan memiliki perhiasan emas yang cukup banyak. Kerajinan emas dan perak yang ada di Bangli yang produksinya berupa periasan dan diperuntukan bagi masyarakat umum boleh dikatakan sangat minim. Hal ini disebabkan di tempat lain kerajinan tersebut berkembang sangat pesat terutama di daerah Gianyar. Kerajinan logam di Bangli terpokus pada kebutuhan untuk masyarakat luas yang berhubungan dengan religious dan aktivitas lainnya. Perajin Bangli lebih banyak memproduksi kerajinan logam imitasi yang berfungsi untuk periasan busana adat Bali seperti keris, mahkota, serta assesoris lainnya. Seiring dengan terciptanya berbagai karya seni tari kreasi baru, berdampak cukup signifikan pada kerajinan logam di Bangli. Banyak busana tari Bali yang dibuat dan material logam yang dikroom imitasi dan wama emas yang dikerjakan oleh para perajin. Awalnya busana tari imitasi ini diminta oleh Bapak I Made Bandem dan Ni Made Swasti Bandem dan sampai sekarang banyak yang meminatinya. Busana tari ini biasanya terbuat dan kulit sapi mentah dan dicat dengan warna emas. Busana tari yang terbuat dari logam kelihatan lebih mewah dan lebih tahan lama Wisatawan asing yang senang menari lebih banyak memilih busana tari imitasi karena lebih mewah 64
dan tahan terhadap cuaca dingin. Demikian juga penari Bali yang sangat terkenal banyak mencari busana tari di daerah Bangli terutama keris. Keris produksi perajin Bangli mempunyai banyak keunggulan dengan keris daerah lainnya. Bentuknya lebih unik dan pariasinya sangat mewah, dan keris kelihatan sangat berwibawa dan berbobot. 3. Kerajinan Kayu Sentra kerajinan kayu berkembang cukup banyak di daerah Bangli. Kerajinan kayu hampir berkembang di seluruh wilayah Bangli dengan model produksinya yang berbeda-beda. Secara garis besar kerajinan kayu yang ada di Bangli ada dua model yaitu kerajinan membuat berbagai bangunan, baik bangunan perumahan maupun bangunan tempat suci. Jenis kerajinan ini dikenal sebagai kerajinan seni ukir bangunan stayl Bali. Model kerajinan yang lainnya adalah memproduksi berbagai seni kerajinan yang diperuntukan untuk para wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan maraca negara. Dua jenis kerajinan ini berjalan beriringan dan merupakan wadah bagi masyarakat Bangli dalam meraup kehidupan. Kerajinan ukir bangunan sudah berkembang cukup lama di Bangli. Kerajinan ini jumlahnya masih sangat terbatas karena orang yang mampu untuk mengerjakan hal tersebut sangat sedikit. Seseorang yang dapat mengerjakan kerajinan ini tidak hanya mampu mengukir, tetapi juga harus mengetahui seluk beluk bangunan Bali. Penciptaan bangunan Bali harus sesuai dengan pakem yang telah ditentukan yang termuat dalam buku “Asta Kosaia-Kosali”. Sistem pengerjaanya juga harus sistematis dan dikerjakan dengan berbagai keahlian. Seorang perajin selalu menunggu pemesan dari masyarakat. Tanpa ada pesanan pasti belum berani menciptakan secara langsung. Meningkatnya jumlah kepala keluarga yang ada di Bali berakibat pada banyak berdirinya bangunan perumahan baru yang dibarengi juga dengan bangunan tempat suci. Kebutuhan akan ukir bangunan meningkat sangat cepat. Masyarakat yang sibuk menginginkan segata sesuatunya mudah dicari dan didapat dengan tidak mengurangi ketentuan yang ada. Kebutuhan akan ukir bangunan baik untuk bangunan perumahan maupun untuk tempat suci
65
telah disiapkan oleh para perajin dengan berbagai material dan ukuran. Berbagai model tempat suci telah telah tersedia pada perajin dan masyarakat tinggal memasangnya. Melihat tingginya kebutuhan masyarakat akan berbagai stayl ukiran bangunan baik perumahan maupun tempat suci, banyak perajin yang mebikin stok dan membuka usaha di pinggir jalan umum. Kerajinan yang terpusat di salah satu desa, akhirnya tersebar luas di berbagai tempat, bahkan berada di luar Bangli. Jumlah perajin juga meningkat pesat. Banyak masyarakat Bangli yang menekuni kerajinan tersebut. Kerajinan kayu yang lainnya yang berkembang di Bangli adalah seni kerajinan yang memproduksi berbagai produk yang berkaitan dengan karya seni. Kerajinan ini berkembang di berbagai wilayah yang ada di Bangli. Berkembangnya seni kerajinan ini tidak terlepas dari geografis Bangli yang berdekatan dengan daerah Gianyar. Gianyar merupakan kawasan terciptanya seni kerajinan yang ada di Bali. Masyarakat Bangli banyak yang mencari pekerjaan ke daerah Gianyar terutama dalam bidang seni kerajinan. Mereka tersebar luas di berbagai daerah Gianyar yang memproduksi berbagai jenis kerajinan. Banyak masyarakat Bangli yang mempunyai bakat dalam penciptaan kerajinan. Dibekali dengan ketrainpilan dan ketekunan mereka banyak yang menjadi pekerja yang ulet, kreatif dau kaya akan ide dan gagasan. Ketika mereka telah mampu untuk mengerjakan salah satu jenis kerajinan, akhirnya mereka mulai mandiri dengan membuat kerajinan yang mereka tekuni, namun Hasil karyanya masih tetap dipasarkan di daerah Gianyar.
Mereka
mulai
menyebarkan
keahliannya
pada
masyarakat
sekitarnya untuk ikut menekuni kerajinan tersebut. Masyarakat sekitarnya akhirnya ikut mempunyai ketrampilan disamping kegiatan bertani lainnya. Kerajinan yang mereka geluti berkembang cukup pesat karena didukung oleh penyiapan material yang lebih mudah dan murah. Mereka selalu siap untuk melayani pesanan yang relative besar karena persediaan material sudah cukup. Mereka mempunyai kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dengan pengusaha kerajinan yang ada di Gianyar.
66
Seni kerajinan kayu yang ada di Bangli pada akhirnya selalu pada posisi nomer dua yaitu hanya sebagai pekerja yang menyiapkan barang setengah jadi, tetapi finishingnya dikerjakan di Gianyar. Orang yang berhubungan langsung dengan pasar luar negeri adalah pengusaha kerajinan dari Gianyar. Ada beberapa perajin Bangli yang mempunyai pemikiran lebih maju. Mereka tidak mau hanya menjadi penyedia barang mentah. Mereka mengerjakan barang jadi dan berhubungan langsung dengan pasar manca Negara. Mereka membuka usaha di daerah Gianyar, dan barangnya dikerjakan di Bangli. Walaupun seni kerajinan kayu yang ada di Bangli sebagian besar sebagai pemasok seni kerajinan yang ada di Gianyar, tetapi mereka t etap merasakan hingar-bingarnya pariwisata Bali. Kalau sebelumnya mereka hanya sebagai penonton, tetapi sekarang mereka sudah mempunyai kesibukan untuk
mendukung
kebutuhan
pariwisata.
Mereka
mulai
mempunyai
kesibukan di rumah, dan tidak harus meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan. 4. Kerajinan Tulang Di Bangli juga terdapat kerajinan gading dan tulang, namun jumlahnya sangat sedikit. Kerajinan ini berkembang tidak terlepas dari pengaruh kerajinan gading dan tulang yang terdapat di daerah Tampaksiring Uianyar. Tampaksiring merupakan salah satu basis kerajinan gading dan tulang yang ada di Gianyar. Pada awalnya mereka belajar menekuni kerajinan tulang di Tampaksiring, setelah mereka mampu bekerja sendiri, akhirnya langsung bekerja di rumahnya, tetapi mereka tetap selalu berhubungan dengan pengusaha keraj inan yang ada di Tampaksiring. Kerajinan gading dan tulang di Bangli tidak dapat berkembang dengan baih Hal ini disebahkan karena kerajinan ini sangat unik dan sangat sulit untuk disalurkan pada masyarakat yang lain. Seri kerajinan tulang memerlukan ketekunan yang tinggi karena pekerjaannya sangat unik. Oleh sebab itu kerajinan ini masih dikerjakan secara mandiri dan selalu berhubungan dengan perajin yang ada di Tampaksiring. Sulit dan mahalnya material juga menjadi penyebab kerajinan gading dan tulang sangat sulit
67
untuk berkembang. Wisatawan yang meminati hasil kerajinan ini juga sangat terbatas. 5. Kerajinan Batik. Kerajinan Batik di Bangli lebih banyak memproduksi untuk kebutuhan perlengkapan perhotelan seperti bedkaper, taplak meja, sarung bantal, selimut dan sebagainya. Banyak juga diproduksi beberapa pakaian wisatawan dalam model yang sangat peminim. Banyak wisatawan yang meminati model pakaian ini karena kainnya sangat sejuk dan ringan. Kerajinan batik yang ada di Bangli khususnya produksi garmen cukup berkembang dengan baik. Ada beberapa sentra kerajinan garmen yang melayani beberapa hotel yang ada di Bali. Kerajinan ini juga berhubungan dengan konfeksi dengan memproduksi beberapa model pakaian untuk wisatawan. Pasar yang mereka sasar adalah pasar seni serta beberapa kios yang ada di obyek pariwisata. Persaingan sangat ketat, bahan meningkat, perajin sering menjerit karena terjepit oleh keadaan, sehingga produksi agak seret. Suatu yang sangat membanggakan kerajinan batik yang ada di Bangli. Sulitnya berkembang pada produksi garmen, beberapa perajin batik mengembangkan kreativitasnya untuk membatik anyaman yang berkembang di Bangli. Anyaman yang awalnya hanya natural, kemudian dihiasi,dengan teknik batik. Anyaman menjadi sangat unik dan menarik. Konsumen batik annyaman
ini
sangat
luas,
karena
sasarannya
lokal,
nasional
dan
internasional. Salah satu produk justru konsumennya masyarakat Bali sendiri yang memerlukan beberapa sarana upacara. Prospek kerajinan batik di Bali sangat terbuka lebar terutama untuk batik seni kerajinan. Seni kerajinan yang terbuat dari kayu finishingnya dapak dilakukan dengan teknik batik. Kerajinan ini menjadi sangat kha s dan unik. Kerajinan batik kayu yang selama ini berkembang di Bali justru datang dari Yogyakarta. Banyak kerajinan kayu yang masih mentah dikirim ke Yogyakarta, tetapi setelah selesai dibatik kembali dibawa ke Bali untuk
68
dipasarkan. Apabila proses ini dapat dilakukan di Bali, maka harga produksi bisa ditekan terutama ongkos transformasi, disamping itu kesempatan kerja sangat terbuka luas. 6. Kerajinan Akar Bambu Salah satu seni kerajinan yang khusus berkembang di Bangli adalah kerajinan ukir akar bambu. Akar bambu yang bertebaran di beberapa di Bangli dapat dimanfaatkan sebagai karya seni. Sebagai seorang yang kreatif, melihat sesuatu yang tidak berguna dan terbuang, sangat sayang sekali, dan mencoba bereksperimen untuk memanfaatkan barang tersebut. Secara alami akar bambu tersebut sangat unik dengan serabut bulu akan yang sangat artistik. Percobaan diawali dengan memanfaatkan keunikan akar bambu untuk dijadikan sebuah topeng, Rambut dan jenggot dimunculkan dengan memanfaatkan serabut akar yang unik, pcmbentukan dilakukan pada wajah, akhirnya jadilah bentuk topeng yang seram dan unik. Kerajinan akar bambu di Bangli lebih bayak mengerjakan bentuk topeng dengan berbagai pariasinya. Keunikannya terletak pada wajah yang ditampilkan seperti galak, angker, seram, dan keriput. Dengan merespon serabut akar pada bambu dapat dimanfaatkan menjadi rambut, kumis, alis, jenggot, serta kepang Akar bamboo yang panjang dibikin menjadi kentongan yang di atasnya terdapat hiasan kepalanya. Kerajinan akar bambu ini juga banyak menciptakan patung patung primitive yang sangat unik dan menarik. D. Dampak Seni Kerajinan Bangli Seni kerajinan mempunyai peranan yang sangat besar pada pemerintah dan masyarakat Bangli. Seni kerajinan dapat membuka kesempatan kerja yang seluasluasnya pada masyarakat untuk menekuninya sehingga dapat mengurangi pengangguran. Masyarakat yang dulunya sebagai petani banyak memanfaatkan waktu lowongnya untuk ikut menekuni salah satu jenis kerajinan yang ada. Tidak jarang masyarakat menempatkan seni kerajinan sebagai pekerjaan utama, sedangkan petani menjadi pekerjaan sampingan. Kesempatan kerja tidak terbatas pada laki-laki dewasa saja, tetapi juga bagi
69
ibu-ibu rumah tangga yang dulunya hanya disibukan oleh pekerjaan dapur, dan
saat
ini
mereka
telah
mempunyai
pekerjaan sampingan
yaitu
mengerjakan salah satu jenis kerajinan yang ada. Demikian juga bagi anakanak sekolah telah mempunyai kesibukan untuk ikut membantu mengerjakan seni kerajinan yang ada di lingkungannya. Adanya kesempatan kerja yang lebih bias memberikan pendapatan yang lebih besar pada masyarakat. Kehidupan masyarakat sudah mulai meningkat, karena mereka telah mempunyai penghasilan tambahan yang didapat dan seni kerajinan. Pola hidup masyarakat mulai berkembang seiring dengan kemampuan ekonomi yang mereka miliki. Mereka sudah dapat menyekolahkan anak-anak dengan bekal yang layak untuk membangun generasi masa depan yang lebih cemerlang. Belakangan ini sebagian besar perajin Bangli menjerit karena mahalnya material dan sulit mencarinya. Para perajin kayu merasa sangat terdesak oleh mahalnya harga kayu dan turunnya harga pasar. Mahalnya harga kayu disebabkan di Bangli berdiri sebuah pabrik triplek yang membutuhkan kayu cukup banyak. Kayu-kayu yang ada di Bangli lebih banyak yang didrop ke pabrik triplek dengan harga yang cukup tinggi. Harga kayu menjadi mahal dan perajin harus bersaing dengan harga yang ditentukan oleh pabrik triplek. F. Peranan Pemerintah Pemerintah Kabupaten Bangli mempunyai peranan yang cukup besar dalam perkembangan seni kerajinan yang ada di Bangli. Pemerintah Bangli melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan seringkali memberikan pembinaan pada para perajin berkaitan dengan produksi, manajemen dan pemasaran. Pemerintah juga sering memberikan bantuan pada perajin berupa peralatan modern untuk membantu para perajin dalam memproduksi karyakaryanya. Untuk menunjang agar seni kerajinan di Bangli tetap ajeg, pemerintah telah mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata din Seni. Salah satu seni program yang dikembangkan adalah seni kriya (seni kerajinan). Luaran yang dihasilkan pendidikan ini akan menunjang seni kerajinan Bangli sejajar dengan seni kerajinan daerah lainnya.
70
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Bangli merupakan salah satu Kabupaten di Bali yang memiliki berbagai jenis kerajinan yang unik dan menarik. Beberapa jenis kerajinan telah berkembang sejak lama yang pada awalnya memproduksi berbagai kebutuhan peralatan rumah tangga dan saran upacara. Seni kerajinan ini sangat didukung oleh potensi alam yang ada terutama kerajinan bambu dan kayu. Satu-satunya jenis seni kerajinan yang ada di Bali dan berkembang di bangli sejak lama adalah kerajinan logam yang memproduksi berbagai asesoris dan atribiut seorang pendeta. Jenis kerajinan ini sangat unik dan spesifik dan hanya dapat dikerjakan oleh beberapa orang perajin yang ada di Bangli. Pariwisata memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan seni kerajinan yang ada di Bangli. Seni kerajinan dapat berkembang pesat dengan memproduksi karya-karya baru yang diperuntukan bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Seni kerajinan membuka kesempatan kerja yang cukup luas dan dapat mengurangi pengangguran. Pola hidup masyarakat menjadi meningkat seining ekonomi yang mereka dapatkan semakin besar. Pemerintah berperan sangat besar pada perkambangan seni kerajinan yang ada di Bangli dengan mengadakan berbagai pembinaan baik produksi, manajemen dan pemasaran. Pemerintah juga sering membantu para perajin untuk mendapatkan pinjaman lunak untuk menambah modal usahanya. Untuk menunjang kelangsungan hidup seni kerajinan pemerintah Bangli telah mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata dan seni. Satu-satunya program yang dikembangkan adalah Jurusan Kriya (Seni Kerajinan). B. Saran-Saran Sebaiknya pemerintah Kabupaten Bangli meninjau kembali perijinan yang diberikan kepada pabrik triplek karena akan mematikan perajin kayu, atau membuat kebijaksanaan lain terutama dalam presses penebangan kayu
71
sehingga perajin kayu dapat berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata. Obyek wisata yang ada di Bangli dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjual basil kerajinan Bangli sehingga wisatawan akan mendapatkan kenang-kenangan khas Bangli di mana mereka berkunjung.
72
KEPUSTAKAAN
Arnawa, I Nengah, (2009), Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bangli, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bangli. Ave, Joop, (1999), “Pariwisata Berbasis Kria sebagai Produk Wisata Alternatif”, Konfrensi Tahun Kriya dan Rekayasa, ITB Bandung. Bandem, I Made, (2002), Mengembangkan Lingkungan Sosial yang Mendukung Kriya Seni, PPS ISI Yogyakarta. Gustami, SP, (2004), “Proses Penciptaan Seni Kriya Untaian Metodologis”, Makalah, PPS.ISI., Yogyakarta. _______(2006), “Kearipan Ekosistem dalam Berkesenian”, Jaringan Makna, ed. Agus Burhmn, BP ISI, Yogyakarta. _______(1991), “Seni Kriya Indonesia Dilema Pernbinaan Pengembangannya”, Pidato Ilmiah, ISI Yogyakarta.
dan
_______ (1999) “Pokok-Pokok Pikiran Profil Seni Kriya pada Era Katerbukaan” , Seminar Seni Rupa, STSI Surakarta. _______,(2002), “Memantapkan Wacana Seni Kriya Indonesia sebagai Akar Seni Rupa Indonesia”, PPS ISI Yogyakarta. Irianto, Jono, Asmudjo, (2000), Kriya Seni Kreasi ISI Yogyakarta dalam Usaha Membangun Rasa Percaya Diri, Galeri Nasional, Jakarta. _______ (2002), “Memantapkan dan Mengembangkan Wacana Seni Kriya Indonesia, Khususnya Kriya Seni yang Merupakan Fenomena Baru dalam Penciptaan Kriya Seni”, PPS ISI Yogyakarta. Nuarta, I Nyoman, (1999.), “Strategi Industri Kerajinan Menghadapi Era Pasar Bebas”, Semiloka Seni Kriya dan Pariwisata, Yogyakarta. Rohidi, Rohendi, Tjetjep, (2002), “Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia dalam Era Globalisasi yang Terbuka”, PPS ISI Yogyakarta. _______, (1999), “Pengembangan Seni Kriya Dalam Konteks Kebudayaan Nasional”, Konfrensi tahun Kriya dan Rekayasa, ITB Bandung. Sedyawati, Edi, (1999), “Kriya Dalam Kebudayaan Indonesia”, Konfrensi Tahunan Kriya dan Rekayasa, TTB Bandung. 73
Soedarso, (1990), Tinjauan Seni, Saku Dayar Sana, Yogyakarta. _______ (2006), Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan, BP ISI Yogyakarta. _______,(2002), “Merevitalisasi Seni Kriya Tradisi Menuju Aspirasi dan Kebutuhan Masyarakat Masa Kini”, PPS ISI Yogyakarta. Widagdo, (1999), “Pengembangan Desain Bagi Peningkalan Kriya” Konfrensi Tahun Kriya dan Rekayasa, ITB Bandung. Yandri, (2009), “Seni Kriya Masa Kini dan Mendatang”, Seni Kriya dan Kearifan Lokal: Dalam Lintasan Ruang dan Waktu BID ISI Yogyakarta. Zuhdi, B. Muria, (2009), “Kriya Melintasi Jaman” Seni Kriya dan Kearifan Lokal: Dalam Lintasan Ruang dan Waktu, BID ISI Yogyakarta.
74
CURRICULUM VITAE I.
KETERANGAN PERORANGAN Nama : Drs. Iwayan Suardana, M.Sn NIP : 132002189 Pangkat/Golongan : Lektor Kepala Tempat/Tgl. Lahir : Petulu/1963 Agama : Hindu Perguruan Tinggi : ISI Denpasar Fakultas/Jurusan : Fakultas Seni Rupa dan Disain Jabatan Struktural : Alamat Instansi : Jln. Nusa Indah Denpasar Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Sudah Menikah Alamat : Jln. Raya Celuk. Gn. FA Suardana, No. 10, Sukawati. Kota/Kab/Propinsi : Gianyar, Bali Handphone : 081 240 141 170 Telp. Rumah : 0361 – 294588 Pekerjaan : Dosen Seni Rupa Status Pendidikan : S2
II. KETERANGAN INSTANSI/LEMBAGA ASAL Nama Instansi/Lembaga : Institut Seni Indonesia Denpasar Alamat Instansi : Jln. Nusa Indah Denpasar Kota/Kab/Propinsi : Denpasar, Bali No. Telepon : 0361 – 227361 Fax : 0361 – 236100 III. PENDIDIKAN 1. Pendidikan dalam dan luar negeri Tahun Jenjang Nama Masuk s/d Pendidikan Institusi Tahun Pendidikan Keluar 1969-1975 Sekolah Dasar Skeolah Dasar No. 2 Petulu 1975-1979 Sekolah SMP Negeri 1 Menengah Ubud Pertama 1979-1983 Sekolah SMSR Negeri Menengah Seni Denpasar Rupa 1983-1988 S1 FSRD ISI Yogyakarta
Jurusan
-
Predikat Kelulusan
-
Sangat Memuaskan Memuaskan
Seni Lukis
Memuaskan
Seni Rupa Kriya
Memuaskan
75
2004-2006
S3
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Penciptaan Seni, Program Studi Seni Kriya Kayu
Sangat memuaskan/Cum Laude
2. Kursus/Pelatihan dalam dan luar negeri No. 1 2
Kursus Pelatihan Pelatihan Laboratorium Finishing dan Bubut Kayu
Lamanya
Tahun
Tempat
Keterangan
1 Minggu
2003
Malang
3 Bulan
2004
P3GK Yogyakarta
Amdal Biaya DueLike
IV. RIWAYAT PEKERJAAN
No. 1 2 3 4 5 6
Pangkat dan Jabatan Penata Muda (Capeg) Penata Muda Tingkat I Penata (KP) Penata Tingkat I (KP) Pembina (KP) Pembina Tingkat I
Gol. Ruang Terhitung Penggajian Mulai III/A 22-7-1992
Keterangan 302/STSI/G.25/VIII/92
III/B
12-9-1995
874/L.02.2.03/SK/KP/95
III/C III/D
7-11-1997 15-11-2000
2457/L.02.2.03/SK/KP/97 1698/L.02.7.2/KP/2000
IV/A IV/B
13-11-2005 1-4-2007
27897/A27/KP/2005 34499/A4.5/KP/2007
76
CURRICULUM VITAE
1. Nama : Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si 2. Tempat/Tgl. Lahir : Keliki, 30 Desember 1965 3. Alamat rumah : Tempekan Eka Santi JI. Merak No. 22 Singapadu Gianyar 4. Nomor Telp. : (036) 294805 5. Nomor HP : 081 338 395 428 6. Tahun tamat S.1 : 1991 7. Judul Skripsi / TA : Studi Tentang Biografi Kriyawan I Made Ukir 8. Tahun Tamat S.2 : 2006 9. Judul Tesis : Pengaruh Gaya Patung I Wayan Winten Terhadap Seni Patung Beton di Kabupaten Gianyar Perspektif Kajian Budaya 10. Karya Tulis No Judul Penelitian 1. Keberadaan dan Perkembangan Seni Rupa Bali di Era Globalisasi 2. Upaya Peseltarian Seni Lukis Klasik Wayang Kamasan Klungkung
11. Riwayat Pendidikan No Sekolah/Perguruan Tinggi 1. SDN. 1 Keliki 2. SMPN. 1 Tegalalang 3. SMSR Negeri Denpasar 4. ISI Yogyakarta 5.
Program Pasca Sarjana Unud Program Studi Kajian Budaya
Tempat Gianyar Gianyar Denpasar
Nama Jurnal Rupa
Tahun Terbit 2004
Rupa
2006
Tahun Nomor Ijazah Ijazah 1979 XIV.A.a.25328 1982 19.OB.ob.0370396 1986 19.OC.oc.0000030
Yogyakarta
1991
Denpasar
2006
1401/PT.44.FCRD/S1/ 91 258/J14.4.5./PP.08.03/ 06
77
CURRICULUM VITAE
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Tempat/Tgl.Lahir Alamat Rumha Nomor Telp Nomor Hp Tahun Tamat S.1
7. Judul Skripsi/TA
8. Tahun Tamatan S.2 9. Judul Tesis
: : : : : :
I Made Gerya, S. Sn. Badung, 8 Januari 1966. Br. Anggabaya. Ds. Penatih, Denpasar. (0361) 463553 081 338 616 919 1995 (Sarjana Seni Rupa Kriya STSI Denpasar). : Perkembangan Seni Kerajinan Patung Batu Padas Di Desa Bata Bulan./Peealonarangan Sebagai Sumber Inspirasi Kriya Kayu. : : -
10. Karya Tu1is No Judul Tulisan Nama Jurnal Tahun Terbit 1 Unsur lokal Mewarnai Bentuk-Kriya Rupa Jurnal Ilmiah Seni 1 September Seni Kayu Bali Antara Harapan Dan Rupa STSI Denpasar,Vol 2003 Tantangan Budaya Global 2, hal 52-60 2 Wacana Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Medium Seni Pahat Di Daerah Bali 3 Melacak Nilai Estetika Path Bahasa Rupa Wayang Kulit Bali
Rupa Jurnal. Ilmiah Seri. Rupa STSI Denpasar,Vol 3, Hal 18-27 Prabangkara. Jurnal Seri Rupa-pan. Desain, Vol 17,Hal 22-24 4 Selayang Pandang Perkembangan Rupa Jurnal Ilrniah Seni Bentuk Dan Fungsi Kriya Kayu Bali Rupa STSI Denpasar,Vol Di Era Globalisasi 4, Hal 56-63 11. Riwayat Pendidikan No Sekolah/Perguruan Tinggi Tempat 1 SD 1 Negeri Penatih Penatih
1 September 2004 2004
1 September 2005
2
SNIP Negeri Sedang
3
SMSR Negeri Denpasar, Batu Bulan Jurusan Seni Patung
Tahun Ijazah Nomor IJazah 24 Maret X1V Aa.21321 1980 29 Maret 19 OB ob.0400274 1983 25 September 19 OC.or 000370 1986
4
STSI Denpasar Seni Rupa Denpasar Kriya
24 Pebruari 1995
Sedang
2313/STSI/A09/19995
78
INSTITUT SENT INDONESIA DENPASAR HEl-IU (Higher Education Institut Institution - Implementing Unit) WHERE (Indonesian - Managing Higher Education for Relevance and Efficiency) Alamat : Jalan Nusa Indah Denpasar Telp (0361) 227316, Fax (0361) 236100 E-mail.
[email protected]
SURAT PERJANJIAN KERJA/KONTRAK PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN (RESEARCH GRANT) WHERE SUB-COMPONENT B.1. ISI DENPASAR TAHUN ANGGARAN 2009 Nomor: 86/I-MHERE/V I/2009.
Pada hari ini SENIN, tanggal LIMA BELAS, bulan JUNI, tahun DUA RIBU SEMBILAN, kami yang bertanda tangan di bawah ini: I. I Gde Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum., Pj. Pembantu Rektor II Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan PJ. Rektor ISI Denpasar Nomor: 1638/15.11.1/KP/2008 Tanggal 11 Nopember 2008 dalam kapasitasnya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ISI Denpasar yang berkedudukan di Jalan Nusa Indah Denpasar 80235, bertindak untuk dan atas nama ISI Denpasar, yang selanjutnya dalam kepentingan ini disebut PIHAK PERTAMA. II. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn., Dosen Tetap Jurusan Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Peneliti untuk penelitian yang berjudui: “Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli Bali” Program Hibah I-MHERE SubComponent B.I. Batch. III. Institut Seni Indonesia Denpasar tahun anggaran 2009, yang selanjutnya dalam kepentingan ini disebut PIHAK KEDUA. Kedua belah pihak berdasarkan : 1. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No.685/D/ T/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang pengumuman hasil evaluasi site yisit component B.1 Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (IMHERE) - Batch III 2. World Bank Loan 4789-IND/Credit 4077-IND Agreements, tanggal 2 Agustus 2005. 3. No Objection Letter (NOL) Bank Dunia tanggal 03 Agustus 2007.
79
4. Surat dari Direktur DGHE-IU I-MHERE Nomor: 856/PREPT/IMHERE/VI/2009 tertanggal 02 Juni 2009, Prihal: Persetujuan Pemenang Research Grant PS. Kriya Seni dan Seni Karawitan WHERE SubComponent B.1 Batch III ISI Denpasar Tahun Anggaran 2009. 5. DIPA ISI Denpasar Nomor: 0230.0/023-404/XX/2009 Tanggal 31 Desember 2008. Sepakat bersama-sama untuk mengikat diri dalam suatu ikatan perjanjian kerja/kontrak demi kepentingan satu pekerjaan/kegiatan Hibah Penelitian (Research Grant) dengan judul “Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli Bali” Program Hibah IMHERE Sub-Component B.1. Batch. III. Institut Seni Indonesia Denpasar tahun anggaran 2009, yang selanjutnya disebut Surat Perjanjian Kerja/Kontrak Pelaksanaan Penelitian dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana tersebut dalam pasal-pasal berikut: Pasal 1 PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima tugas tersebut dari PIHAK PERTAMA, yaitu untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan Hibah Penelitian (Research Grant) dengan judul “Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli Bali” Program Hibah WHERE Sub-Component B-1. Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar tahun anggaran 2009, dengan ketentuan: (1) PIHAK KEDUA harus sudah menyelesaikan pekerjaan tersebut di atas dibuktikan dengan penyerahan laporan penelitian kepada PIHAK PERTAMA selambatlambatnya tanggal 30 Nopember 2009 terhitung sejak saat Surat Perjanjian Kerja/Kontrak Penelitian ini dikeluarkan. (2) PIHAK KEDUA harus menyerahkan laporan penelitian tersebut pada ayat (1) di atas dalam dua versi, yaitu laporan penelitian dalam versi bahasa Indonesia dan laporan penelitian dalam versi bahasa Inggris, serta dilengkapi bukti video/audio/ media lain hasil dokumentasinya yang dapat dijadikan acuan. dalam proses pembelajaran di kelas kepada PIHAK PERTAMA. (3) PIHAK KEDUA wajib menyerahkan laporan hasil penelitian tersebut pada ayat (1) di atas kepada PIHAK PERTAMA masing-masing sebanyak 7 (tujuh) kopi dengan ketentuan:
80
a. Diketik dalam kertas ukuran: A4, jarak ketikan 1/2 spasi dengan huruf New Type Roman, font 12. b. Warna Sampul Merah Buffalow. c. Pada bagian bawah sampul ditulis : Dilaksanakan atas biaya WHERE SubComponent B.1. Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2009, Kontrak Nomor: 8611-MHERE/V112009, Tanggal 15 Juni 2009. d. Menyerahkan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. e. Menyerahkan minimal satu artikel berbahasa Inggris yang isinya merupakan intisari dari sebagian atau keseluruhan hasil penelitian yang diaksanakan tersebut yang layak untuk diusulkan agar dimuat dalam jumal nasional/ internasional. f. Menyerahkan soft-copy laboran penelitian dalam bentuk CD. Pasal 2 PIHAK PERTAMA mengakui sah bahwa hak cipta pekerjaan tersebut berada pads PIHAK KEDUA. Pasal 3 (1) “PIHAK PERTAMA menyediakan dana untuk kegiatan tersebut pada pasal 1 di atas sebesar Rp. 30.000.000,- (terbilang: tiga puluh juta rupiah) dan dibayarkan kepada PIHAK KEDUA secara bertahap sebagai berikut: a. Tahap I (pertama) sebesar 80% dari nilai kontrak pelaksanaan pekerjaan, yatu: 80/100 x Rp.30.000.000 = Rp. 24.000.000,- setelah penandatangan surat kontrak pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan. b. Tahap II (kedua) sebesar 20% dari nilai kontrak pelaksanaan pekerjaan, yaitu: 20/100 x Rp. 30.000.000,- = Rp. 6.000.000,dibayarkan setelah PIHAK KEDUA menyelesaikan pekerjaan yang dibuktikan dengan penyerahan laporan hasil penelitian kepada PIHAK PERTAMA yang dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima. (2) Pembayaran Dana Hibah Penelitian sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1) kepada PIHAK KEDUA dibebankan kepada anggaran dana hibah WHERE SubComponent B.1 Batch III IS[ Denpasar tahun anggaran 2009 yang tertuang dalam DIPA 1SI Denpasar Nomor: 0230.0/023-
81
404/XX/2009 Tanggal 31 Desember 2008 melalui KPPN Denpasar secara langsung (LS) kepada PIHAK KEDUA melalui rekening bank: Nama Pemilik Rekening : Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. Nomor Rekening : 037 02.12.01309-2 Nama Bank : Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Alamat Bank : JI. Kamboja Denpasar. (3) PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas keterlambatan dan/atau tidak terbayarnya sejumlah dana sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) dan (2) yang disebabkan karena kesalahan PIHAK KEDUA dalam mengisi data nama pemilik rekening, nama bank, nomor rekening, alamat dan persyaratan lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pasal 4 Semua biaya dan pajak-pajak sesuai ketentuan yang berlaku akibat dari dikeluarkannya surat perjanjian kerja/ kontrak penelitian ini, termasuk biaya materai, sepenuhnya menjadi tanggungan PIHAK KEDUA. Pasal 5 Dalam hal pekerjaan pada pasal 1 di atas telah selesai dan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA masih mernperoleh kesempatan untuk menghubungi PIHAK KEDUA, jika kiranya penjelasan-penjelasan mengenai hasl pekerjaan tersebut diperlukan, dan PIHAK PERTAMA wajib menanggapi dengan baik. Pasal 6 (1) Apabila PIHAK KEDUA berhenti atau berhalangan dalam melaksanakan fungsi jabatannya sebelum pelaksanaan penelitian ini selesai seluruhnya, maka PIHAK KEDUA wajib menyerahterimakan tanggung jawab tersebut kepada peneliti lain yang ditunjuk untuk menggantikannya. (2) Penyerahan Laporan Penelitian yang melampaui batas waktu yang ditentukan, sehingga proses pencairan dana/biaya telah berakhir, maka seluruh biaya yang belum dapat dicairkah dinyatakan hangus (tidak dapat dicairkan). (3) Apabila PIHAK KEDUA tidak menyerahkan seluruhnya Laporan Pelaksanaan Penelitian sampai dengan batas waktu penyelesaian pekerjaan ini kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda 1 % (satu persen) setiap hari keterlambatan, terhitung 82
sejak saat jatuh tempo sampai setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari nilai kontrak/perjanjian kerja ini. (4) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi Kontrak/Perjanjian Pelaksanaan pekerjaan ini, maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikan dana Hibah Penelitian (Research Grant) yang telah diterima dari PIHAK PERTAMA, untuk selanjutnya disetorkan kembali ke Kas Negara. (5) Bila batas waktu penyelesaian seperti tersebut pada pasal I tidak dipenuhi, maka untuk selanjutnya usul-usul penelitian dari yang bersangkutan akan selalu merupakan bahan yang dipertimbangkan oleh PIHAK PERTAMA. Pasal 7 Perubahan-perubahan Hal-hat yang betum diatur dalam Perjanjian ini akan ditentukan bersama oleh kedua belah pihak secara musyawarah. Pasal 8 PENUTUP Demikian Perjanjian mi dibuat dan ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA pada hari, tanggal, bulan, dan tahun tersebut di atas, yang aslinya dalam rangkap 4 (empat) dibubuhi meterai secukupnya, serta masin -masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
Drs. I Wayan Suardna, M.Sn NIP : 132 002 189
I Gde Arya Sugiartha, SSKar.,M.Hum NIP : 132 089 902
Menyetujui
I Wayan Rai S., MA NIP : 130 929 223
83
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR FAKULTAS SENI RUPA DAN DISAIN JURUSAN KRIYA SENI Alamat: Jalan Nusa Indah Telp (0361) 227316, Fax (0361) 216100 Denpasar E-Mail,
[email protected],WWW/isi-dps.ac.id
No. :495/15. 1. 10./PP/2009 Denpasar, 26 September 2009 Lamp. : 1 Lembar Hal : Pemetaan Seni Kerajinan Kepada: Yth. Kepala Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bangli Di Bangli
Dengan Hormat, Untuk menindaklanjuti program Hibah Managing Higher Education For Relevance and Efficiency (I-MHERE) sub. Componen B. 1. batch III yang dimenangkan Program Studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar tentang Pemetaan Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli, maka banyak diperlukan data dan imformasi yang berkaitan dengan seni kerajinan tersebut. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan bantuan Bapak untuk memberikan data dan imformasi yang seluas-luasnya demi sempurnanya pemetaan yang kami lakukan. Atas perhatian dan bantuannya diucapkan terima kasih.
Pj. Ketua PS Kriya Seni
Ketua Pemetaan
Drs. I Made Suparta, M.Hum. NIP : 131967900
Drs. I Wayan Suardana, M.Sn NIP : 132002189
Mengetahui Pj. Dekan FSRD ISI Denpasar
Dra. Ni Made Rinu, M.Si NIP : 131570690
84
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR FAKULTAS SENI RUPA DAN DISAIN JURUSAN KRIYA SENI Alamat: Jalan Nusa Indah Telp (0361) 227316, Fax (0361) 216100 Denpasar E-Mail,
[email protected],WWW/isi-dps.ac.id
No. :495/15. 1. 10./PP/2009 Lamp. : 1 Lembar Hal : Pemetaan Seni Kerajinan Kepada: Yth. Para Perajin dan Pengusaha Kerajinan Di Kabupaten Bangli
Denpasar, 26 September 2009
Dengan Hormat, Untuk menindaklanjuti program Hibah Managing Higher Education For Relevance and Efficiency (I-MHERE) sub. Componen B. 1. batch III yang dimenangkan Program Studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar tentang Pemetaan Seni Kerajinan di Kabupaten Bangli, maka banyak diperlukan data dan imformasi yang berkaitan dengan seni kerajinan tersebut. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan bantuan Bapak untuk memberikan data dan imformasi yang seluas-luasnya demi sempurnanya pemetaan yang kami lakukan. Atas perhatian dan bantuannya diucapkan terima kasih.
Pj. Ketua PS Kriya Seni
Ketua Pemetaan
Drs. I Made Suparta, M.Hum. NIP : 131967900
Drs. I Wayan Suardana, M.Sn NIP : 132002189
Mengetahui Pj. Dekan FSRD ISI Denpasar
Dra. Ni Made Rinu, M.Si NIP : 131570690
85