Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 (1): 12 -20, 2015
ISSN 0852-0151
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SMA/MA TERINTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER SISWA Ajat Sudrajat1) dan Putri Lynna A Luthan2) 1) 2)
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan Jurusan Teknik Bangunan FTK Universitas Negeri Medan
Diterima 20 Oktober 2014, disetujui untuk publikasi 15 Desember 2014
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan buku ajar kimia yang berkualitas yang secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter mulia siswa pada pelajaran kimia di SMA/MA. Pengembangan buku ajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian melalui Research and Development dengan langkah-langkah penelitian meliputi studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, dan validasi buku ajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku ajar kimia kelas X semester 1, rata-rata menunjukkan kualitas buku ajar yang dikembangkan (kurikulum 2013) sebesar 90,32%, sedangkan kualitas buku ajar kurikulum KTSP rata-rata 82,43%. Disamping itu hasil penelitian untuk buku ajar kimia kelas X semester 2, rata-rata menunjukkan kualitas buku ajar yang dikembangkan (kurikulum 2013) sebesar 87,40%, sedangkan kualitas buku ajar kurikulum KTSP rata-rata 69,20%. Berdasarkan rata-rata penilaian kualitas buku ajar kimia kelas X semester 1 dan 2 yang dikembangkan telah memenuhi standar kualitas seperti yang dipersyaratkan oleh BNSP dan sesuai dengan kurikulum 2013.
Pendahuluan Sesuai dengan amanah yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UndangUndang No. 20, Tahun 2003). Selanjutnya dalam pasal 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang No. 20, Tahun 2003). 12
Kata kunci : buku ajar, karakter, kurikulum 2013.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut penyelenggaraan pembelajaran di sekolah/kampus, tidak hanya mengharapkan agar siswa menguasai kompetensi bahan ajar saja (matter content), tetapi harus juga bertanggung jawab terhadap tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai karakter siswa yang sangat dibutuhkan untuk bekal hidupnya di masa yang akan datang. Selama ini pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah/kampus, hanya terfokus penguasaan bahan ajar saja. Sedangkan nilai-nilai karakter siswa tidak pernah menjadi perhatian pendidik. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang selama ini berjalan mengalami ketimpangan dalam usaha untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Selain itu buku ajar kimia yang digunakan tidak memasukkan nilai-nilai karakter dalam rumusan Standar Kompetensi, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa
Kompetensi Dasar dan Indikator sesuai kurikulum 2013, akibatnya terjadi kemerosotan moral bangsa Indonesia akan terus berlanjut. Dalam penelitian ini ada 5 (lima) nilai karakter yang akan dikembangkan dan diteliti antara lain :kreativitas, rasa ingin tahu, gemar membaca, cinta tanah air, dan peduli lingkungan yang diintegrasikan dalam buku ajar kimia.. Terbentuknya karakter siswa yang kreativitas, rasa ingin tahu, gemar membaca, cinta tanah air, dan peduli lingkungan, merupakan hal sangat penting dan mutlak dimiliki siswa sebagai modal dasar untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Menurut Widodo (2011), proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik dapat mengungkapkan segala potensi dirinya untuk dapat meraih kompetensi sesuai dengan bakat dan minat anak didik. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran pada semua mata pelajaran di semua tingkat pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh guru dan dosen di seluruh Indonesia. Komponen yang mendukung dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar yang diantaranya buku ajar. Buku ajar yang yang belum memasukkan nilai-nilai karakter dalam rumusan kompetensi inti, kompetensi dasar seperti yang dirumuskan dalam kurikulum 2013. Buku sebagai bahan sekaligus media belajar harus sesuai dengan standar pendidikan nasional. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, ada empat ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang harus dipenuhi oleh sebuah buku. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi standar isi buku, standar proses pendidikan, standar kompetensi lulusan, serta standar kompetensi lulusan dan tenaga kependidikan. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan kurikulum yang sedang berlaku yaitu kurikulum 2013. Dalam Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
kurikulum 2013 berisi rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang memasukkan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini harus dilengkapi dengan materi ajar yang menunjang tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum 2013. Pengembangan bahan ajar dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran dimaksudkan supaya siswa menguasai isi materi ajar di bidang kognitifnya, diharapkan juga dapat berkembang nilai-nilai karakter mulia siswa sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Model pembelajaran yang akan digunakan untuk menerapkan buku ajar dalam mendukung tumbuh kembangnya karakter siswa yang sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran kooperatif berbasis masalah (CPBL). Pada dekade terakhir ini, beberapa peneliti mencoba menggabungkan antara model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran berbasis masalah yang menghasilkan model pembelajaran baru yang dinamakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah (Cooperative Problem-Base Learning Model). Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah merupakan model pembelajaran hasil kombinasi antara model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah (Zamry, et.al., 2010; dan Yusof, et al., 2011). Model pembelajaran CPBL terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkembangkan karakter mulia siswa (Suharta, 2013). Hamid dan Abbas (2012) dalam hasil penelitiannya yang dimuat dalam International Journal of Scientific and Engineering Research menyimpulkan bahwa model Cooperative Problem-base Learning (CPBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan secara efektif dapat meningkatkan karakter mulia siswa. Yusof, et al., (2011), dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa model
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
13
Ajat Sudrajat dan Putri Lynna A Luthan
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, sehingga direkomendasikan bahwa model pembelajaran ini dapat diterapkan di sekolah. Heller dan Heller (2004), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dapat mengembangkan pengetahuan dasar siswa termasuk gagasan-gagasan siswa secara pribadi dalam berbagai mata pelajaran seperti kimia, matematika, dan fisika. Handayani (2009) juga menyatakan penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya Hamizul dan Abbas (2012) juga menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaian masalah. Metode pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah dengan research and developmentyang terdiri dari tiga langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, serta validasi buku ajar.Dalam studi pendahuluan dilakukan studi literatur dan kurikulum sehingga dihasilkan buku ajar hipotetik.Dalam tahap perencanaan dan pengembangan, Studi Pendahuluan
dilakukan uji coba lapangan dari buku ajar hipotetik sehingga menghasilkan buku ajar tahap awal. Pada tahap akhir dilakukan validasi buku ajar tahap awal sehingga mengasilkan buku ajar yang siap untuk diimplementasikan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah dapat menghasilkan buku ajar yang secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter mulia pada siswa pada pelajaran kimia di SMA/MA.
Metode Penelitian Subyek penelitian adalah guru-guru kimia di Kota Medan baik guru swasta maupun negeri. Guru-guru kimia melalui angket penilaian kualiatas buku ajar kimia berfungsi sebagai responden untuk menilai buku ajar kimia sesuai dengan persyaratan BSNP. Metode penelitian ini adalah riset dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development, R & D). Pengembangan yang meliputi tiga langkah utama yaitu : analisis kebutuhan, perencanaan dan pengembangan dan validasi (Kurnia, 2010). Tahapan pengembangan buku ajar melalui rancangan R&D disajikan seperti pada Gambar 1.
Validasi Buku Ajar
Perencanaan Pengembangan Uji coba Buku Ajar
Studi Literatur Buku Ajar
Implementasi
Hipotesis
Studi Lapangan
Uji coba Lapangan
Buku Ajar Awal
Validasi Buku Ajar
Buku Ajar Akhir
Gambar 1 Langkah-langkah dalam Pengembangan Buku Ajar 14
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan adalah studi kepustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian untuk menghasilkan buku ajar hipotetik. Dalam perencanaan dan pengembangan dilakukan uji coba awal dari buku ajar hipotetik sehingga menghasilkan buku ajar awal. Selanjutnya dilakukan uji coba akhir dari buku ajar awal sehingga menghasilkan buku ajar yang siap untuk divalidasi. Pada bagian akhir dilakukan implementasi dari buku ajar. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas buku ajar dan kemampuan buku ajar dalam menumbuhkembangkan karakter siswa yaitu dengan angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Pusat Perbukuan Nasional yang dimodifikasi (Departemen Pendidikan Nasional, Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar digunakan test yang sudah terstandar. Sedangkan untuk mengukur nilai-nilai karakter mulia siswa menggunakan rubrik atau lembar observasi. Pengembangan buku ajar kimia yang dilakukan pada penelitian ini disesuaikan dengan materi – materi kimia kelas X semester 1 kurikulum 2013 dan menggunakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu Problem Based Learning (PBL). Langkah – langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : mempersiapkan kuesioner/angket mengenai penilaian buku, kemudian memberikan kuesioner angket penilaian buku pada guru kimia. Jenis data yang diperoleh pada tahap ini adalah data kualifikasi berupa tanggapan dari guru. Kemudian penilaian yang diperoleh dikumpulkan dan ditabulasi serta dihitung rata – rata penilaian kelayakan terhadap isi, kelayakan bahasa dan kelayakan penyajian. Kualitas buku ajar kimia yang memenuhi standar seperti yang dipersyaratkan oleh BSNP dan sesuai dengan kurikulum 2013 dapat diperoeh dengan rumus :
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Nilai kualitas buku ajar = x 100% Nilai kualitas buku ajar kimia dan efektivitas dari buku ajar kimia dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter siswa dinilai dari besarnya persentase yang diperoleh, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika besarnya persentase antara 0 – 20 berarti efektivitasnya sangat rendah. b. Jika besarnya persentase antara 21 – 40 berarti efektivitasnya rendah. c. Jika besarnya persentase antara 41 - 60 berarti efektivitasnya sedang d. Jika besarnya persentase antara 61 - 80 berarti efektivitasnya tinggi e. Jika besarnya persentase antara 81 - 100 berarti efektivitasnya sangat tinggi. (Suharta dan Luthan, 2013)
Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan buku ajar kimia SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2 yang memenuhi standar kualitas seperti yang dipersyaratkan oleh BSNP dan sesuai dengan kurikulum 2013. Disamping itu buku ajar juga efektif dalam menumbuhkembangkan karakter : kreativitas, rasa ingin tahu, gemar membaca, cinta tanah air, dan peduli lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penilaian kualitas buku pada beberapa responden yaitu guru-guru kimia SMA/MA di Sumatera Utara Data berupa penilaian kualitas buku pada angket diberi skor 1 – 4. Kemudian skor yang diperoleh dijumlahkan dan diberikan nilai, kemudian nilai yang diperoleh dibandingkan antara buku yang dikembangkan (Kurikulum 2013) dengan buku kimia Kurikulum KTSP. Data hasil penelitian kualitas buku ajar berdasarkan penilaian responden guruguru SMA/MA di Kota Medan. Data hasil penelitian berupa rata-rata nilai hasil penilaian kualitas buku ajar.
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
15
Ajat Sudrajat dan Putri Lynna A Luthan
Untuk buku ajar kimia kelas X semester I, berdasarkan hasil yang diperoleh masingmasing penilaian guru untuk buku ajar yang dikembangkan (kurikulum 2013) dalam aspek : 1. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 98,33 %; 2. keakuratan materi ajar sebesar 89,50%; 3. kemuktahiran materi sebesar 81,25%; 4. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 89,83%; dan 5.koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 90,83%.
Sedangkan penilaian guru pada buku Kurikulum KTSP dalam aspek :1. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 73,33%; 2. keakuratan materi ajar sebesar 85,83%; 3. kemuktahiran materi sebesar 78,33%; 4. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 82%; dan 5. koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 85%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2.Penilaian Kualitas Buku Ajar Kimia Kelas X Semester 1 yang Dikembangkan (Kurikulum 2013) dan Buku Kurikulum KTSP Berdasarkan rata-rata penilaian buku di atas maka buku yang dikembangkan ini sudah memenuhi standar kualitas seperti yang dipersyaratkan oleh BSNP dan sesuai kurikulum 2013 sehingga buku ini dapat digunakan untuk guru dan siswa sekolah SMA/MA. Apabila dirata-ratakan menunjukkan kualitas buku ajar (kurikulum 2013) sebesar 90,32 sedangkan rata-rata penilaian buku ajar kurikulum KTSP sebesar 82,43. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas buku ajar kimia kelas X semester 1 lebih tinggi daripada buku ajar kurikulum KTSP. Untuk buku ajar kimia kelas X semester 2, berdasarkan hasil yang diperoleh masing-masing penilaian guru untuk buku ajar yang dikembangkan (kurikulum 2013) 16
dalam aspek : 1. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 91,70 %; 2. keakuratan materi ajar sebesar 84,30%; 3. kemuktahiran materi sebesar 83,30%; 4. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 87,70%; dan 5. koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 88,60%. Sedangkan penilaian guru pada buku Kurikulum KTSP dalam aspek :1. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 62,50%; 2. keakuratan materi ajar sebesar 68,30%; 3. kemuktahiran materi sebesar 57,10%; 4. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 68,60%; dan 5. koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 74,50%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa
Gambar 3. Penilaian Kualitas Buku Kimia Kelas X Semester 2 yang Dikembangkan (Kurikulum 2013) dan Buku Kurikulum KTSP Berdasarkan rata-rata penilaian buku ajar kimia kelas X semester 2diatas maka buku yang dikembangkan ini sudah memenuhi standar kualitas seperti yang dipersyaratkan oleh BSNP dan sesuai kurikulum 2013 sehingga buku ini dapat digunakan untuk guru dan siswa sekolah SMA/MA. Apabila dirata-ratakan menunjukkan kualitas buku ajar (kurikulum 2013) sebesar 87,40 sedangkan rata-rata penilaian buku ajar kurikulum KTSP sebesar 69,20. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas buku ajar kimia kelas X semester 2 lebih tinggi daripada buku ajar kurikulum KTSP. Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan buku ajar kimia pada kelas X SMA/MA semester 1 dan 2. Penelitian ini menghasilkan buku ajar kimia kelas X semester 1 terdiri dari 4 pokok bahasan yaitu Peranan Ilmu Kimia, Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia. Sedangkan buku ajar kimia kelas X semester 2 terdiri dari Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, Reaksi Reduksi dan Oksidasi, Tata Nama dan Persamaan Reaksi, Hukum-hukum Dasar Kimia, Perhitungan Kimia. Dalam penelitian yang dilakukan telah diuji efektivitasnya berdasarkan angket yang diberikan kepada guru-guru kimia SMA/MA.Hasilnya menujukkan bahwa rerata kualitas buku yang Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
dikembangkan dalam penelitian ini (dalam hal ini buku kurikulum 2013) lebih tinggi dibandingkan rerata kualitas buku kurikulum KTSP.Hasilnya menunjukkan bahwa setiap penilaian aspek buku ajar berdasarkan BSNP mulai dari perumusan indikator berdasarkan KI dan KD, penjelasan materi serta kedalaman materi sangat baik. Hal ini tentunya dapat kita simpulkan bahwa berdasarkan BSNP, buku ajar harus memiliki standar kelayakan isi, bahasa, penyajian serta kegrafikan yang baik.Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penilaian standar kelayakan isi buku yang dikembangkan sudah sangat baik.Hal ini dapat dilihat bahwa bahwa buku yang dikembangkan sudah sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang disusun sesuai dengan Kurikulum 2013.Selain itu, kemutakhiran materi juga sudah sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan nilai tersebut juga sudah termasuk penyajian materi ajar dalam buku yang dikembangkan juga sudah tergolong sangat baik.Sehingga buku ajar yang dikembangkan tersebut sudah layak digunakan untuk memenuhi tujuan pembelajaran kimia berdasarkan kurikulum 2013.
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
17
Ajat Sudrajat dan Putri Lynna A Luthan
Simpulan dan Saran Berdasarkan atas hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : Buku ajar kimia kelas X semester 1, yang dikembangkan (kurikulum 2013) dan KTSP secara berturut-turut dalam aspek : a. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 98,33 % dan 73,33%; b. keakuratan materi ajar sebesar 89,50% dan 85,83%; c. kemuktahiran materi sebesar 81,25% dan 78,33%;d. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 89,83% dan 82%; dan e. koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 90,83% dan 85%. Apabila dirataratakan menunjukkan kualitas buku ajar (kurikulum 2013) sebesar 90,32% sedangkan rata-rata penilaian buku ajar kurikulum KTSP sebesar 82,43%. Buku ajar kimia kelas X semester 2, yang dikembangkan (kurikulum 2013) dan KTSP secara berturut-turut dalam aspek : a. kesesuaian urutan materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar sebesar 91,70% dan 62,50%; b. keakuratan materi ajar sebesar 84,30% dan 68,30%; c. kemuktahiran materi sebesar 83,30% dan 57,10%; d. teknik penyajian dan pendukung penyajian sebesar 87,70% dan 68,60%; dan e. koherensi dan keruntutan alur pikir sebesar 88,60% dan 74,50%. Apabila dirata-ratakan menunjukkan kualitas buku ajar (kurikulum 2013) sebesar 87,40% sedangkan rata-rata penilaian buku ajar kurikulum KTSP sebesar 69,20%.
Daftar Pustaka Adiwiyoto, A., (2001), Melatih Anak Bertanggung Jawab, Mitra Utama, Jakarta. Anderson, LW., 1981, Assessing affective Characteristic In The Schools, Boston, Allyn and Bacon. Anwar, (2006), PendidikanKecakapan Hidup (Life Skill Education) Konsep dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung. Arends, R.I., 1998, Learning to teach, Singapore : Mc Graw-Hill Book Company.
18
Borg, WR dan Gall, Meredith D., 1983, Educational Research an Introduction (4th ed), New York, Longman Inc. Chritian, M., dan Pepple, T.F., 2012, Cooperative and individual learning strategiess as predictors of students’ achievement in secondary school chemistry in Rivers State, Journal Vocational Education & Technology, Vol. 9, No. 2, 109 – 118. Depdiknas, (2004), Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup, Puskur Balitbang Depdiknas, Jakarta. Dikmenum, (2005), Kecakapan Berpikir,http:// www.clearinghouse.dikmenum.go.id (diakses 14 Maret 2011). Fasco, Daniel, 2001, Education and Creativity, Creativity Research Jurnal, Vol. 13, Nos. 3 & 4, 317 – 327. Fatokun, J.O., dan Fatokun, K.V.F., 2013, A problem base learning application for the teaching of mathematics and chemistry in higher schools and tertiary education : An integrative approach, Academic Journal Education Reseach and Reviews, 8 (11), 663 – 667. Fogarty, R., 1997, Problem-base learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom, Arlington Heights, Illinois: Sky Light. Hamid, H., dan Abbas, M., 2012, Investigate the effect of problem base learning with cooperative learning on performance, International Journal of Scientific & Engineering Reseach, volume 3, Issue 8. Herman, (2008), Tanggung Jawab Seorang Si swa, http://hlasrinkosgorobogor.wordpr ess.com/2008/10/24/tanggungjawabseorang-siswa. Isjoni, (2007), Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Bandung. Joyce, B., dan Weil, M., 1980, Model of Teaching, New Jersey: Prentice-Hall Inc. Kazembe, T., 2010, Combining lectures with coooperative learning to enhance learning of natural products chemistry, Chemistry, Volume 19, Issue 2.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013, Kurikulum 2013 : Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Kurnia, I., (2010), Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S-1 PGSD pada matakuliah penelitian tindakan kelas, Unika Atmajaya, Jakarta. Lickona, T., 1991, Educating For Character, New York, Bantam Books Lie, A., (2002), Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang ruang Kelas, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta. Mardapi, D., (2008), Penilaian pendidikan karakter, Universitas Negeri Yogyakarta. Muslich, M., 2008, Hakekat dan Fungsi Buku Teks, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, No. 11, Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran. Rosyid, R., (2007), Masyarakat Berperadaban Memperluas Ruang Pengembangan Adab, http://www.scribd.com/doc/45080073/M asyarakat-Berperadaban-MemperluasRuang-pengembangan-%E2%80% 98 adab. Santyasa, I.W., (2007), Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Makalah Disajikan pada Workshop Media Pembelajaran Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali : 10 Januari 2007. Santyasa, I. W., 2008, Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif, Disajikan dalam pelatihan pembelajaran dan assesmen inovatif bagi guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida, 22-24 Agustus 2008. Schiller, (2002), 6 Modal Dasar Bagi Anak, Elex Media Komputindo, Jakarta. Sudrajad, A., (2008), Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Taktik dan Model Pembelajaran, Bandung.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Supriadi, D. (2001), Anatomi Buku Sekolah di Indonesia, Adi Cita Karya Nusa, Yogyakarta. Triana, I.K., (2008), Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Sanksi Berjenjang Pada Siswa Kelas III SD No I Sanur T.P. 2009/2010, Laporan Hasil Peneltian Tindakan Kelas Karya Tulis Online, Denpasar. Tsankov, N.S., 2012, Students’ motivation in the process of problem-based education in chemistry and environmental sciences, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2, No. 21, 155 – 168. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wachanga, S.W., dan Mwangi, J.G., 2004, Effects of the Coopertive class experiment teaching method on secondary school syudents’ chemistry achievement in Kenya’s Nakuru District, International Education Journal, Vol. 5, No. 1, 26 – 36. Ward, N.I., Frost, R., dan Yonge, L., 2004, International Cooperative Education : The European Experience for Students in Chemistry, Asia-Pasific Journal of Cooperative Education, 5 (1), 27 – 34. Waidi, (2006), On Becoming A Personal Excellent, Elex Media Komputindo, Jakarta. Wibowo, M.E., (2001), Etika dan Moral Dalam Pembelajaran, PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta. Widodo, R., 2010, Sebelas Indikator PAKEM, http://wyw1d.wordpress.com/2010/01/1 3/11-indikator pakem. Yusof, K.H., Hassan, S.H.S., Jamaludin, M.Z., dan Harun, N.F., 2011, Motivation and engagement of learning in the cooperative problem-based learning (CPBL) frame-work, American Society for Engineering Education. Zakaria, E., dan Iksan, Z., 2007, Propoting cooperative learning in science and mathematics education, Eurasia Journal
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
19
Ajat Sudrajat dan Putri Lynna A Luthan
of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 35 – 39. Zamroni, (2001), Pendidikan Untuk Demokrasi Tantangan Menuju Civil Society, Bigraf Publishing.
20
Zuchdi, D., Kuntoro, S.A., Kunprasetya, Z., dan Marzuki, (2010), Pendidikan karakter dengan pendekatan komprehensif terintegrasi dala perkuliahan dan pengembangan kultur Universitas, UNY Press, Yogyakarta.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015