Ma’had Bustanul Huda Diniyah Islamiyah Asyafi’iyah Nama Dayah : Ma’had Bustanul Huda Diniyah Islamiyah Asyafi’iyah
Lokasi/Alamat : Jalan Cot Seutui Desa Kedai Siblah Blangpidie Aceh Barat Daya Nomor Telp Dayah : 0659 91275
Pendiri : Pendiri Fase Pertama : Abuya. Tgk. Syech. T. Mahmud
Pendiri Fase Kedua : Abuya. Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly
Status Legalitas Dayah (Badan Hukum) : Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor pengesahan : AHU-951. AH.01.04.Tahun.2010
Pimpinan Dayah : Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly Nomor HP Pimpinan Dayah : 081360030034
Jumlah santri meudagang Putra 137 orang Putri 43 orang
Jumlah Teungku/Guru Putra 16 orang Putri 7 orang
Sejarah Pendirian Ma’had Bustanul Huda Diniyah Islamiyah Asyafi’iyah Blangpidie Aceh Barat Daya atau disingkat dengan Dayah Bustanul Huda merupakan salah satu Dayah tua dipantai barat selatan Aceh. Berdirinya Dayah ini melalui dua fase, fase pertama Dayah ini didirikan oleh Allah Yarham Abuya. Tgk. Syech T. Mahmud Bin Tgk. T. Ahmad pada tahun 1928, yang lokasinya di Mesjid Jamik Blangpidie. Dan fase kedua didirikan oleh Allah Yarham Abuya. Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly pada tahun 1983, yang lokasinya di Jl. Cot Seutui Desa Kedai Siblah Blangpidie Aceh Barat Daya. Sebelum pendirian Dayah Bustanul Huda oleh Abu Syech Mud memang sudah ada aktivitas belajar mengajar di Mesjid Jamik, yang nama pengajian Jamiatul Muslimin yang dipimpin pertama kali oleh Tgk. Syech Ismail (tidak ada data tahun berapa pertama kali Jamiatul Muslimin dibuka) setelah Tgk. Syech Ismail berpulang ke Rahmatullah, maka pengajian dipimpin oleh Tgk. Yunus Lhong seorang ulama dari Lhong Aceh Besar Pada saat pergolakan Tgk Peukan di Blangpidie yang disaat itu Tgk Peukan syahid, maka Tgk Yunus Lhong menanam Tgk Peukan sebagaimana layaknya meninggal seorang syuhada yaitu tanpa dimandi dan dikapan. Maka pemerintah Hindia Belanda pada saat itu mencap Tgk. Yunus Lhong seorang yang berdiri dipihak pemberontak sehingga Belanda tidak mengizinkan Tgk. Yunus Lhong untuk memimpin pengajian Jamiatul Muslimin. Sepeninggal Tgk. Yunus Lhong maka dengan sendirinya aktivitas pengajian terhenti. Maka pada tahun 1928 atas inisiatif tokoh masyarakat pada saat itu mendatangkan seorang Ulama lain yaitu Abuya Tgk. T. Syeh Mahmud Bin T. Ahmad (Abu Syeh Mud) berasal dari Lampu'uk Lhok Nga Aceh Besar beliau merupakan lulusan dari Dayah Yan Kedah Malaysia. Pada saat itulah Abu Syech Mud mendirikan Dayah Bustanul Huda. Pada tahun 1966 Abu Syech Mud Meninggal Dunia maka Dayah Bustanul Huda dipimpin oleh menantu beliau yaitu : Allah Yarham Abuya. Tgk. Syech H. Abdul Hamid Kamal yang dikenal dengan sebutan Abu Haji Hamid. Abu Haji Hamid pada saat Itu juga sudah mendirikan Dayah yaitu Dayah Raudhatul Ulum Kuala Bate maka dengan sendirinya Abu Haji Hamid memipin dua buah Dayah. Pada tahun 1980 Abu. Tgk. H. Hamid Kamal meninggal Dunia maka atas inisatif keluarga Abu Haji Hamid dan Tokoh Masyarakat pada saat itu meminta kesediaan kepada Abuya Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly untuk memimpin Dayah Bustanul Huda. Pada tanggal 14 Juni 1983 karena lokasi tidak memungkinkan untuk mengembangkan pendidikan maka Abu memindahkan lokasi Dayah ke Desa Kedai Siblah yaitu di lokasi sekarang. Pada tanggal 8 Ramadhan 1430. H bertepatan tanggal 29 Agustus 2009. Abuya. Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly meninggal dunia, maka berdasarkan hasil rapat Keluarga, Alumni dan Masyarkat umum pada tanggal 18 syawal 1430. H bertepatan 8 Oktober 2009 tepatnya pada kenduri hari ke 40 meninggalnya Abuya. Syam Marfaly menunjuk anak laki laki Abuya yaitu Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly untuk memimpin Dayah Bustanul Huda.
Pimpinan Dayah Bustanul Huda Dari Masa Kemasa 1. Abuya. Tgl. Syech. T. Mahmud Bin Tgk.T.Ahmad/Abu Syech Mud (1928 -1966)
Abu Syech Mud lahir di Lhoknga Aceh Besar pada tahun 1893, dan beliau belajar di Dayah Yan Kedah Malaysia. Pada tahun 1928 M beliau mendirikan Dayah Bustanul Huda, dan pada saat itu banyak santri-santri yang berdatangan ke Dayah Bustanul Huda untuk belajar ilmu Agama Murid- murid Abu Syech Mud banyak yang berhasil menjadi ulama besar di Aceh. Diantaranya Syaikhul Islam. Abuya. Tgk. Syech H. Muhammad Waly Al – Khalidy (Pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji Barat Aceh Selatan), Abuya. Tgk. H. Adnan Mahmud Bakongan ( Nek Abu/Pendiri Dayah Ashabul Yamin Bakongan ) Abuya. Tgk. Syech H. Ja’far Lailon, Abuya. Tgk. Syech H. Jailani Musa, Abuya. Tgk. Syech. H. Abdul Hamid Kamal dan lain-lain. Pada tahun 1966 Abu Syech Mud meninggal dunia, beliau meninggalkan seorang istri yang bernama Hj. Cut Maryam dan dua orang anak yaitu : Hj. Cut Rzwan Mahmud dan Hj. Asmanidar Mahmud. 2. Abuya. Tgk. Syech. H. Abdul Ha mid Kamal /Abu Haji Hamid (1966 – 1980)
Abuya. Tgk. Syech. H. Abdul Hamid Kamal lahir di Pasi meukek Aceh Selatan pada tahun 1928, belia belajar di Dayah Bustanul Huda pada Abu Syech. Mahmud. Dan pada tahun 1951 Abu Haji Hamid menikah dengan Hj. Cut Rizwan Mahmud yang merupakan anak dari guru beliau Abu Syech Mud, dari pernikahan tersebut dikarunia lima orang anak yaitu : Drh. Tgk. H. Zoel Helmi Haridhy, MM, Ir. Tgk. Silman Haridhy, M. Si, Tgk. H. Musfiary Haridhy, SE, MBA, Rizharni Haridhy dan Almarhumah Murina Haridhy. Pada tahun 1952, Abu Haji Hamid mendirikan Dayah Raudhatul Ulum Kuala Bate. Dan setelah Abu Syech Mud meninggal dunia di tahun 1966 Abu Haji Hamid memimpin Dayah Bustanul Huda maka dengan sendirinya Abu Haji Hamid memimpin dua buah Dayah. Murid Abu Haji Hamid banyak yang berhasil menjadi ulama diantaranya Almarhum. Tgk. H. Abdul Manaf (Pimpinan Dayah di Ujong Patihah Nagan Raya / Mantan Ketua MPU Nagan Raya), Tgk. Baharuddin Arun Tunggai (Pimpinan Dayah di Arun Tunggai Meukek) dan banyak yang lain. Pada tahun 1980 Abu Haji Hamid meninggal dunia. 3. Abuya. Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly / Abu di Blang (1980 – 2009)
Abuya. Tgk. Syech. H. Muhammad Syam Marfaly adalah salah seorang Ulama Kharismatik Aceh yang dikenal dengan ketegasan di hukum fiqih, Abuya dilahirkan di Desa Lhung Tarok Blangpidie Aceh Selatan (sekarang Aceh Barat Daya) pada tahun 1937. Ayah beliau bernama Khalifah Ma’rufen Bin Khalifah Ali dan Ibu beliau Hj. Aisyah Binti Tgk. Muhammad Ali. Seperti umumnya pada masyarakat Aceh pendidikan dasar yang diperoleh seorang anak dalam keluarga adalah diberikan dari orang tua mereka, terutama yang berhubungan dengan pendidikan Agama dan Akhlak. Disamping itu juga Abuya Syam Marfaly juga belajar di Sekolah Rakyat (SR) di Blangpidie tapi tidak selesai karena terhimpit faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung dan juga disebabkan oleh meninggalnya Ayah beliau.
Setelah Abu berhenti sekolah Abu membantu orang tua yaitu bertani dan pada tahun 1955Abu berdagang/berjualan di Blangpidie. Karena aktifitas Abu di Blangpidie dekat dengan Mesjid Jamik Blangpidie maka beliaupun menjadi salah seorang jama'ah mesjid tersebut. Karena rutin mendengar ceramah dan pengajian dari Abuya Tgk. T. Syeh Mahmud Bin Tgk. Ahmad (Pendiri/Pimpinan Dayah Bustanul Huda) maka beliau tertarik untuk pergi mengaji. Maka pada tahun 1958 Abu berangkat ke Dayah/Pesantren Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan Pimpinan Syaikhul Islam Abuya. Tgk. Syech H. Muhammad Waly Al Khalidy untuk menimba ilmu. Abuya Syam Marfaly belajar dan mengajar di Darussalam selama 17 tahun lamanya dan memporoleh ijazah Bustanul Muhaqiqin. Pada tahun 1975 Abu menikah dengan Hj. Rusnida asal Desa Blangporoh Labuhan Haji Aceh Selatan. dan dari perkawinan tersebut telah dikaruniai tiga orang anak : Nurbaiti Syam Marfaly, Nur Asyiqati Syam Marfaly dan Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly. Pada tahun 1980 Abuya. Tgk. Syech H. Abdul Hamid Kamal meninggal dunia, maka atas kesepakatan keluarga Abu Haji Hamid dan Masyarakat pada saat itu meminta kesediaan Abuya. Syam Marfaly untuk memimpin Dayah Bustanul Huda Blangpidie yang lokasinya di Mesjid Jamik Blangpidie sekarang. Pada tahun 1983 karena lokasi tidak memungkinkan untuk mengembangkan pendidikan maka Abuya memindahkan lokasi Dayah ke Jalan Cot Seutui Desa Kedai Siblah Blangpidie yaitu di lokasi sekarang. Dilokasi baru tersebut yang merupakan tanah pribadi Abu, perkembangan Dayah mulai pesat santri mulai berdatangan untuk menetap di Dayah Bustanul Huda, santri yang menetap mulai dari sekitar wilayah Blangpidie sampai berdatangan merata dari seluruh Kabupaten yang ada di Aceh. Bahkan ada dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Pada tahuin 1989 Abuya mulai menerima santri Putri untuk menetap dan belajar di Dayah Bustanul Huda Blangpidie. Santri Abuya banyak yang telah berhasil bahkan ada yang telah mendirikan Dayah diantaranya : Tgk. M. Hajad Pimpinan Dayah Darul Muhsinin di Beureunun, Tgk. Abubakar Barieh Pimpinan Dayah Bustanul Huda Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, Tgk. M. Husen Pimpinan Dayah Pimpinan Dayah Tgk. Chik Muhammad Fadhil diriwat Kembang Tanjong Pidie, Tgk. Lukmanul Hakim Pimpinan Dayah Bustanul Huda Muara Tebo Provinsi Jambi, Tgk. Azhar Syam Pimpinan Dayah Darul Wasi'ah Pekan Baru Riau, Tgk. Mahyuddin Pimpinan Dayah di Padang Sumatera Barat, Tgk. M. Tulot Pimpinan Dayah Darul Huda Kec. Babahrot, Tgk. H. Ja’far Amja (pimpinan Dayah Sirajul Ibad Meukek Aceh Selatan), Tgk. Ramli Pimpinan Dayah Babul Hidayatul Muslim Lhung Baro Nagan Raya, Tgk. Syamsul Bahari Pimpinan Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah Meuraxa Kota Lhok Seumawe dan lain-lain. Dalam mengembangkan Dayah Abuya tidak mau menerima sumbangan Pemerintah walaupun pada masa itu yaitu disaat orde baru berkuasa pernah menawarkan sumbagan ratusan juta rupiah tapi Abuya tetap menolak. Alasan Abuya tidak menerima sumbangan Pemerintah yang memberikan tersebut ada maunya sehingga apa yang dikerjakan kita tidak berani untuk mengkritik sehingga menjadi corong pemerintah bukan corong masyarakat. Untuk menjalankan Dayah Abuya hanya menerima sumbagan Ikhlas dari Masyarakat selain itu juga ada dari wali murid Santri yang menetap di Dayah Bustanul Huda. Dan selain
itu juga ada dari Hasil perkebunan Sawit milik Dayah Bustanul Huda. Untuk menghidupi keluarga, Abuya bertani dan berkebun. Abuya turun sendiri kesawah dan kebun disamping itu juga dibantu oleh santri –santri Abu. Dan Abu menanamkan kepada santri Abu untuk mandiri sehingga tidak tergantung kepada pihak lain, sehingga bila santri tersebut sudah mampu kelak membagun pesantren ada jiwa mandiri seperti yang dikerjakan oleh Abuya. Selain dari memimpin Dayah Abuya juga aktif melakukan Majelis Ta'lim yaitu malam Jum'at di Mesjid Jamik Kutatinggi Blangpidie untuk masyarakat Umum dan malam sabtu di Mesjid Jamik Blangpidie tapi karena pergelokan konflik Aceh semakin memanas pada masa itu maka pada Tahun 2001 pengajian tersebut dihentikan. Dan pada Hari Jum'at usai shalat Jum'at Abu membuka Majelis Ta'lim untuk Jama'ah Ibu- ibu di Dayah Bustanul Huda dan pada hari Rabu untuk Jama'ah Laki – laki yang sampai sekarang masih aktif. Abuya juga aktif berdakwah yang diundang oleh masyarakat mulai dari sekitar Aceh sampai diluar aceh. Dalam menyampaikan Da'wah Abu dikenal keras suka mengkritik kebijakan pemerintah yang menentang dengan Agama. Sehingga Abu dikenal dengan ulama keras yang menolak mordenisasi. Akibat dari ceramah Abu yang keras suka mengkritik Pemerintah, maka pada saat itu Abu diboikot atau dilarang oleh rezim pada masa itu untuk berceramah. Kalau ada masyarakat yang mengundang Abu untuk berceramah maka yang mengundang tersebut dapat teguran dari pemerintah yang berkuasa saat itu. Pemerintah orde baru pada masa itu mengklaim Abu salah seorang ulama yang Ekstrim sehingga pada tanggal 15 Agustus 1992 Dayah/Pesantren Bustanul Huda pernah mau diserang oleh Rezim yang berkuasa saat itu mereka bertujuan ingin menangkap Abu dan santri- santri tapi Allah Swt melindungi dan tidak mengizinkan hal itu terjadi, mereka tidak berani masuk kedalam komplek Pesantren. Pada tahun itu juga Abu melarang MUSPIKA Kecamatan Blangpidie mengadakan MTQ di Mesjid Jamik Blangpidie dengan alasan tidak sesuai dengan Ajaran Agama seperti bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Imbas dari hal tersebut Abu dipanggil oleh KODIM 0107 Aceh Selatan pada saat itu, Abu dimintai keterangan selama empat hari empat malam oleh KODIM 0107 Aceh Selatan, tapi Allah SWT masih melindungi akhirnya Abu dinyatakan tidak bersalah oleh KODIM sebab semua penyataan Abu sudah digariskan didalam Ajaran Agama. Selain memimpin Dayah, Abuya Syam Marfaly juga aktif di Organisasi Politik dan Kemasyarakatan. Pada awal Masa Orde Baru berkuasa Abu aktif dalam Partai Politik yaitu Partai Islam PERTI yang dibawa oleh Allah Yarham Abuya. Tgk. Syeh H Muhammad Wali Al Khalidy disaat kebijakan Pemerintah Orde baru yang memboleh 3 partai akhirnya PI PERTI berfusi dengan empat Partai Islam lainya didalam wadah Partai Persatuan Pembagunan (PPP) maka Abupun ikut aktif didalam PPP, bahkan beliau pernah menjabat posisi penting dalam PPP yaitu Ketua Majelis Pertimbangan Cabang PPP Aceh selatan pada saat itu. Tapi walaupun aktif didalam PPP Abu tidak mau menjadi anggota legislatif walaupun pernah ditawar berapa kali oleh fungsionaris PPP untuk duduk dikursi terhormat tersebut. Abu beralasan kalau beliau memilih legislatif Dayah akan terbengkalai karena sibuk dengan urusan politik. Dalam Organisasi kemasyarakatan Abu Aktif di PERTI (Persatuan Tarbiyah
Islamiyah), dan Abu menjabat Ketua PERTI Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya(setelah pemekaran), Abuya juga aktif di dalam Pengurus Besar Dayah Inshafuddin Aceh (sebuah organisasi Ulama Aceh) beliau duduk sebagai salah seorang Wakil Ketua Majelis Syura PB Dayah Inshafuddin Aceh, dan Abu juga sebagai Wakil Ketua Majelis Syura Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) di Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (MPU Aceh) Abuya dipercayakan sebagai salah seorang Dewan Syuyukh MPU Nanggroe Aceh Darussalam, dan Abuya juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Cabang Blangpidie. Selain dari memimpin Dayah, semasa hidup Abuya juga sebagai Imam Besar Mesjid Jamik Agung Aceh Barat Daya. Disaat Pergolakan Aceh antara RI dan GAM, Abuya tidak melibatkan diri didalam salah satu yang bertikai tersebut. Abuya berdiri ditengah-tengah, di dalam Khutbah Jum'at dan Ceramah Agama Abuya kerap mengkritik kebijakan Pemerintah dalam menyelesaikan konflik Aceh yang tidak manusiawi, dan pada tahun 2000 Abuya pernah mengundang Unsur MUSPIKA enam Kecamatan dalam Wilayah Pembantu Bupati Blangpidie (saat itu Blangpidie masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Selatan) dalam hal menciptakan keamanan dalam wilayah tersebut sehingga yang tidak bersalah janganlah kena imbasnya. Pada tahun 2001 Abu bersama dengan tokoh lainnya kembali menggelar pertemuan dengan Unsur Muspika dalam Wilayah Pembantu Bupati Blangpidie dan Komandan Pasukan yang bertugas di Aceh saat itu. Untuk menciptakan kondisi keaman yang kondisif saat itu sehingga dikenal dengan Payung Kedamaian. Hal yang unik dalam konflik Aceh tersebut disaat lebaran/Hari Raya Idul Fitri ditahun 2000 dirumah Abu pernah duduk antara Komandan Kompi Siliwangi dengan Komandan Operasi GAM Wilayah Blangpidie, Abuya memberi nasehat kepada kedua kelompok yang sedang bertika tersebut. Pada hari sabtu tanggal 8 Ramadhan 1430. H bertepatan dengan 29 Agustus 2009 tepat pukul 08.30 Wib. Abuya Syam Marfaly berpulang Kerahmatullah dirumah pribadi beliau yaitu didalam Komplek Dayah Bustanul Huda Blangpidie Aceh Bart Daya setelah Abuya menderita sakit empedu. Abuya sempat dirawat di Rumah Sakit Harapan Bunda Banda Aceh. Menurut keterangan Dokter yang merawat Abuya, beliau terkena penyakit penyumbatan di pembuluh empedu. Maka pada tanggal 17 Agustus 2009 keluarga Abuya membawa pulang Abuya ke Blangpidie. Berita tentang meninggalnya Abuya beredar sangat cepat dikalangan masyarakat sehingga dalam waktu singkat ribuan masyarakat berbondong-bondong ketempat Abuya, lokasi Dayah Bustanul Huda penuh dengan masyarakat yang shalat jenazah. Upacara pelepasan jenazah dan shalt lansung dipimpin oleh putra laki-laki Abuya yaitu : Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly yang diikuti oleh para Ulama, Pimpinan Dayah dari Aceh Barat Daya, Aceh Selatan Nagan Raya dan Aceh Barat, tokoh masyarakat, Penjabat Militer dan Polisi serta ribuan masyarakat. Abuya dikebumikan di komplek Dayah Bustanul Huda Blangpidie Aceh Barat Daya. 4. Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly / Tgk. H. Qudus (2009 – sekarang) Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly merupakan anak Abuya Syam Marfaly, dilahirkan di Blangpidie pada tanggal 14 Januari 1983. M Tgk. H. Qudus dalam menempuh
pendidikan Agama lansung di didik oleh Abuya Syam Marfaly. Disamping itu juga belajar di sekolah umum di SD Negri 1 Blangpidie (1989– 1995), SMP Negri 2 Blangpidie (19951998) dan SMA Negri 1 Blangpidie (!998 – 2001) Ketika umur 17 tahun yaitu ditahun 2000 dibawa oleh Abuya Syam Marfaly ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Tgk. H. Qudus juga aktip dalam Organisasi Kemasyarakatan, sekarang tercatat sebagai pengurus di berbagai Organisasi Kemasyarakatan. Saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Mesjid Jamik Blangpidie, Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia KNPI Aceh Barat Daya, Sekretaris Umum Yayasan Makatul Mukaramah Mesjid Jamik Blangpidie, Wakil Sekretaris DPC Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Aceh Barat Daya, Sekretaris DPC Pemuda Islam (PI) Aceh Barat Daya, Dewan Pembina PC. Kesatuan Mahasiswa Islam (KMI) Aceh Barat Daya, Dewan Pembina PC. Organisasi Pelajar Islam (OPI) Aceh Barat Daya dan Ketua Bidang Dakwah dan Pelatihan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Cabang Aceh Barat Daya. Pada tahun 2009 tepatnya pada kenduri 40 hari meninggalnya Abuya Syam Marfaly yaitu pada tanggal 18 Syawal 1430. H bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 2001, berdasarkan Musyawarah Keluarga, Alumni Dayah dan Masyarakat Umum menunjuk Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly untuk memimpin Dayah Bustanul Huda Blangpidie.
Kondisi Lingkungan Sosial Dayah Lokasi Dayah Bustanul Huda yang dekat dengan Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat Daya, merupakan tempat yang sangat strategis dalam pemngembangan Dayah. Dan masyarakat sekitar sangat mendukung keberadaan Dayah, ini dapat dilihat dari Pembagunan Dayah yang dibantu oleh Swadaya Masyarakat, dan kegiatan-kegiatan Dayah yang bersipat umum seperti Peringatan Hari – Hari Besar Islam sepenuhnya dibantu oleh masyarakat sekitar Dayah. Masyarakat sekitar Dayah Bustanul Huda juga mengikuti pengajian Majelis Ta’lim, dan kegiatan-kegiatan ibadah di dalam Dayah, anak-anak masyarakat dilingkungan Dayah juga diantar untuk belajar di dalam Dayah. Pendidikan Dayah Yang Diselenggarakan Pendidikan merupakan prioritas utama Dayah Bustanul Huda, hampir semua kegiatan diarahkan untuk menunjang proses pendidikan. Hal ini jelas, karena pendidikan merupakan kunci paling penting dalam pembentukan kader ulama yang mampu menyebarkan misi Islam ditengah umat. Dayah Bustanul Huda merupakan Dayah Salafiyah yang kurikulum pendidikanya menitik beratkan pada pengajaran kitab klasikal/kuning (arab gundul), selain itu juga dibuka Majelis Ta’lim untuk Masyarakat umum dan Taman Pendidikan Al Qur’an untuk anak-anak disekitar Dayah. Abuya Syam Marfaly ketika beliau masih hidup berencana membuka lembaga Pendidikan Islam terpadu dengan tidak menghilangkan Identitas asli Dayah Bustanul Huda
yaitu salafiyah, untuk itu Abuya Syam Marfaly membeli tanah lain yaitu dilokasi baru di Jalan Iskandar Muda Desa Kedai Paya BLangpidie direncanakan untuk membuka lembaga pendidikan Islam terpadu dilokasi tersebut, tetapi sebelum hal tersebut dapat dilaksanakan, Abuya Syam Marfaly berpulang Kerahmatullah. Maka dimasa kepemimpinan Tgk. H. Qudus sudah mulai dirintis pembagunan dilokasi baru tersebut dan sekarang baru selesai pembagunan asrama putra. Dilokasi awal Jalan. Cot Seutui Desa Kedai Siblah Blangpidie – Aceh Barat Daya, sitem pendidikan tetap mempertahankan system pendidikan salafiyah, dan dilokasi baru jalan Iskandar Muda Desa Kedai Paya Blangpidie Aceh Barat Daya diprogramkan Pendidikan system terpadu, yang mencakup seluruh jenjang pendidikan, mulai Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi. Kepedulian terhadap masaalah-masaalah social juga merupakan komitmen Dayah bustanul Huda, itulah sebabnya penaganan masaalah social juga diutamakan, diantaranya adalah penaganan anak yatim, anak kurang mampu dan anak putus pendidikan untuk dibina dengan ilmu Agama dengan belajar gratis. Visi Misi Dayah Bustanul Huda Dayah Bustanul Huda Blangpidie mempunyai Visi : Mendidik generasi yang beriman teguh, berilmu pengetahuan luas, beramal saleh dan berakhlak mulia, sesuai denganAqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Mazhab Imam Syafi’ie Ra. Adapun Misi Dayah Bustanul Huda adalah : 1. Membina dan mengembangkan ummat Islam, sehingga menjadi ummat yang benarbenar mengetahui tentang Agamanya. 2. Membinadanmengembangkan Ummat Islam menjadi ummat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 3. Meningkatkan dan memberdayakan potensi ummat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga terwujudnya masyarakat yang aman, tentram, damai, adil dan sejahtera serta diridhai Allah SWT. Santri dan Guru Santri di Dayah Bustanul Huda dibagi dalam dua katagori, ada santri yang mukim/meudagang di Dayah, dan ada santri yang tidak mukim/tidak meudagang. Santri mukim/meudagang adalah santri yang datang belajar dari luar daerah, mereka berasal dari seluruh daerah / kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dan dari luar Provinsi Aceh, mereka tinggal didalam Dayah Santri tidak mukim adalah santri yang datang belajar dari sekitar Dayah, mereka cuma datang pada sore hari dan belajar dimalam hari sesudah itu mereka pulang kerumah masing – masing. Adapun tenaga pengajar di Dayah Bustanul Huda adalah santri – santri senior yang sudah mampu untuk mengajar.
Sarana dan Prasarana Dayah Sarana dan prasarana Dayah yang dimiliki Dayah Bustanul Huda untuk menunjang proses belajar dan mengajar termasuk sudah memadai, diantaranya : rumah Pimpinan, Mushala, Asrama, Pondok/Rangkang, Ruang perpustakaan, Wisma penginapan tamu, Balai pengajian, MCK, Ruang Koperasi dan Gudang. Perekonomian Dayah Penegembangan ekonomi Dayah sejauh ini dari hasil perkebunan, pertanian, dan perabot, sedangkan dari bidang lain seperti pertenakan, perikanan dan lainya belum dilakukan secara maksi- mal karena terkendala dengan berbagai factor. Program Pengembangan Dayah Program pengembangan yang saat ini dirancang membuka lembaga pendidikan terpadu tetapi dengan tidak menghilangkan Indentitas asli Dayah Bustanul yaitu Salafiyah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan terpadu dilokasi yang lain adapun salafiyah tetap dilokasi pertama. Untuk saat ini sudah digerakkan pembagunan sarana dilokasi baru yaitu di Jalan Iskandar Muda Desa Kedai Paya Blangpidie, untuk saat ini sudah siap asrama putra. Tapi disebabkan fasilitas belum mendukung maka pendidikan terpadu tersebut belum dapat dijalankan.
Program Unggulan Program ungulan di Dayah Bustanul Huda adalah pemantapan penguasaan kitab kuning/arab gundul bagi para santri Bustanul Huda sehingga melahirkan ulama yang mampu dan unggul dalam ilmu keagamaan.