Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli 2012 17:46
KOPI - Menjadi presiden merupakan tugas yang amat berat. Bayangkan, seseorang mewakili sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 Laki-laki dan 118.048.783 perempuan (BPS bulan Agustus 2010). Disinilah nasib rakyat dipertaruhkan. Tentu tugas berat ini harus diemban oleh orang pilihan, terbaik dari yang baik. Menjadi presiden hendaknya mempunyai jiwa kepemimpinan, bukan sekedar kemaunan tapi juga ditunjang kemampuan mumpuni. Bagi pemimpin yang tidak memiliki jiwa tersebut dan tujuan jelas, tidak jarang kepemimpinanya mengalir tanpa ada perbaikan, perubahan, dan hasil yang berarti. Jiwa kepemimpinan sendiri bisa ada sejak lahir, tapi juga bisa merupakan sikap seseorang yang terbentuk karena pembelajaran dan kebiasaan dalam organisasi maupun masyarakat.
Kepemimpinan atau istilah populernya leadership berasal dari kata dasar “Pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun selanjutnya bisa diartikan pemimpin adalah orang yang berfungsi memimpin atau membimbing/ orang yang mampu membimbing atau menuntun. Para ahli menyebutkan bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan menghendle orang lain untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sedikit mungkin dan kerja sama yang besar (P. Munson, 1921). Selain itu kepemimpinan adalah kekuatan semangat/ moral yang kreatif dan terarah. Dan pemimpin adalah individu yang memiliki program, rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti (Cowley, 1928). Pendapat lain menyatakan kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu (Tead , 1929). Dari banyaknya persepsi tentang definisi kepemimpinan tersebut menimbulkan berbagai teori kepemimpinan. Disini akan dibahas teori apa saja yang sesuai dalam menentukan 12 kriteria Presiden Indonesia masa depan.
Great Man Teory (Teori Orang-orang Besar) Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang memiliki berbagai ciri individu yang sangat berbeda dengan kebanyakan manusia lainya. Ciri Individu tersebut meliputi: karismatik, intelegensia, kebijaksanaan (bijaksana), dan mampu menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan kepribadian yang dicirikan oleh pesona pribadi dan daya tarik, yang disertai dengan dengan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa. Istilah karisma mulai masuk ke ranah sosiologi setelah digunakan oleh Max Weber. Intelegensia menurut Ralph Stogdill (1992) mengemukakan bahwa pemimpin lebih pintar dari pengikut-pengikutnya, namun tidak berlebihan karena perbedaan intelegensia yang ekstream antara pemimpin dan pengikutnya dapat menimbulkan gangguan pemahaman terlebih komunikasi. Kebijaksanaan (Kebijakan) diperlukan seorang pemimpin dalam mengatasi suatu permasalah sehingga mencapai keadilan. Kekuasaan (Power) dan wewenang (authority) memang sesuatu yang berbeda namun jika pemimpin mampu untuk memanfaatkan kedua hal ini untuk menggerakkan pengikutnya dengan cara yang tepat maka beban kerjanya akan semakin ringan sehingga efektifitas dan efisiensi bisa terpenuhi. Great man teory sebagian besar bersandar pada
1/5
Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli 2012 17:46
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Carlyledi abad ke 19 yang menyatakan bahwa “The history of the world is but the biography of great man” (sejarah dunia tiada lain merupakan sejarah hidup orang-orang besar).
Trait Theory (Teori Ciri-ciri Pemimpin) Teori ini memfokuskan perhatiannya untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik pemimpin yang menyebabkan seseorang dapat menjalankan kepemimpinana secara efektif. Sejalan dengan penerimaan pemikiran behavioralis, para peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik dari pemimpin tersebut tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, melainkan diperoleh melalui hasil pembelajaran dan pengalaman. Lebih lanjut mereka menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari sehingga para pemimpin bukan hanya dilahirkan, tetapi dapat diciptakan melalui proses pembelajaran. Sedangkan menurut Stogdill (1974) pemimpin yang efektif memiliki ciri (traits) dan keahlian (skill). Ciri (traits) digambarkan oleh kepribadian positif dan karakter dari seorang pemimpin yang terlihat dari sifat, sikap, perkataan, dan perbuatanya. Keahlian (skill) bisa dimiliki berupa kecerdasan, percaya diri, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan.
Behavioral Styles Theory (Teori Perilaku) Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang tersebut. Dan mereka menemukan sifat-sifat, mereka pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. Pada teori ini lebih membahas gaya kepemimpinan. Namun lebih lanjut pemimpin yang demokratis lebih disukai karena memberikan ruang bagi publik untuk berkembang. Pemimpin yang demokratis lebih cenderung membangun pola dan mengorganisasikannya. Sedangkan perilakunya menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan dan komunikasi yang terbuka dan partisipatif.
Situasional Theory (Teori Situasional) Teori ini meyakini bahwa efektifitas gaya kepemimpinan sangat tergantung pada situasi yang melingkupinya. Oleh karena ada asumsi yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi apabila gaya kepemimpinanya sesuai situasi. Fred E. Fiedler (Kreitner, 2007) menunjukkan bahwa pemimpin yang dimotivasi oleh penyelesaian tugas cenderung berhasil pada motivasi yang ekstream. Jadi dalam teori ini hendaknya seorang pemimpin adalah orang yang tanggap terhadap permasalahan yang ada kemudian bisa menyelesaikan permasalahan dengan tepat.
Transactional Leadership Theory (Teori Kepemimpinan Transaksi) Menurut teori ini pemimpin senantiasa memotivasi dengan pemberian reward dan punishment dengan baik, sehingga terdapat semangat dalam kepemimpinannya. Adanya semangat ini membuat nuansa kepemimpinannya lebih dinamis sehingga mampu bergerak maju dan lebih baik. Dalam teori ini
2/5
Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli 2012 17:46
pemimpin juga dituntut tegas dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ketegasan ini penting, agar kewibawaan seorang pemimpin dan kepercayaan masyarakat tetap terjaga.
Transformational Leadership Theory (Teori Kepemimpinan Transformasi) Dalam teori ini didasarkan adanya perilaku kepemimpinan di mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi memberikan inspirasi untuk mencapai sesuatu melebihi apa yang direncanakan. Pemimpin yang mampu memberikan inspirasi akan menjadi suri tauladan bagi orang-orang disekelilingnya, dan tujuan positif yang direncanakan akan mudah tercapai. Swelainitu pemimpin tersebut juga memiliki sifat visioner yang mengajak orang-orang disekelilingnya bergerak menuju visi yang dimiliki oleh pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.
Teori di atas cukup mewakili teori-teori kepemimpinan yang ada. Jika disimpulkan, menghasilkan 12 kriteria pemimpin ideal yang diharapkan efektif dalam menjadi kriteria Presiden masa depan. Sedangkan 12 kriteria tersebut, antara lain: karismatik, intelegensia, bijaksana, mampu menggunakan kekuasaan dengan baik, ciri (traits)/ kepribadian positif, keahlian (skill), demokratis, tanggap, semangat, tegas, memberi inspirasi serta visioner. Untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya 12 kriteria pada calon Presiden Republik Indonesia masa depan. Maka calon presiden harus seseorang yang mempunyai track record yang bagus dan jelas dalam hal kepemimpinan. Baik dalam organisasi maupun suatu kelembagaan, pengalaman dan kemampuan yang mumpuni serta wujud karya nyata sebagai tolak ukur atas keberhasilannya di masa depan.
Menurut penulis 12 kriteria tersebut condong pada Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno. Beliau memiliki karisma menjadi orang yang disegani kawan maupun lawan, intelegensia terutama dalam hal diplomatik, sosok yang bijaksana, mampu menggunakan kekuasan sebagaimana mestinya dengan tidak mendahulukan keluarga maupun kelompok, mempunyai ciri khas yang terpancar dari kepribadiannya, keahlian dalam memanajemen suatu permasalahan, demokratis, tanggap terhadap kondisi rakyatnya, bersemangat untuk lebih maju, tegas dalam mencapai keadilan, menjadi inspirator bagi rakyatnya serta visioner dan kukuh pendirian.
Memang tiada manusia yang sempuran namun berusaha untuk lebih baik itu tidak ada salahnya. Hendaknya Presiden masa depan adalah orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, mampu mengambil hikmah dari sejarah masa lalu, serta berusaha untuk menciptakan sejarah di masa depan yang gemilang. Julukan Indonesia sebagai macan Asia haruslah kembali ada seperti pada kepemimpinan Presiden Soekarno. Presiden masa depan haruslah orang yang mampu menjaga martabat pribadi, keluarga, agama, kelompok, bangsa dan negaranya di mata
3/5
Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli 2012 17:46
rakyat dan dunia.
Referensi:
-
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rivai Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
BIODATA
Nama : Rohmah Kusma Wihantari, S.IP
4/5
Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli 2012 17:46
Tempat/ Tanggal Lahir : Ponorogo/ 5 Oktober 1989.
Asal Sekolah : Universitas Muhammadiyah Ponorogo, FISIP, Jurusan Ilmu Pemerintahan (Alumni)
Alamat Rumah : Jl. Imam Bonjol 108, Kauman Kota, RT. 02, RW. 03, Kec/ Kab. Ponorogo, Jawa Timur.
Nomor Telepon Seluler : 085259598701
E-mail :
[email protected]
Akun Facebook : Antary Muliana
5/5