Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd.
M A N A J E M E N KEPEMIMPINAN ISLAM Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
i
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit. © 2015, Penerbit Alfabeta, Bandung PAI32 (xiv + 194) 16 x 24 cm Judul Buku
: Manajemen Kepemimpinan Islam Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan Penulis : Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd. Penerbit : ALFABETA, cv Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung Telp. (022) 200 8822 Fax. (022) 2020 373 Website: www.cvalfabeta.com Email:
[email protected] Cetakan Kesatu : Desember 2015 ISBN : 978-602-289-202-1 Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
ii
Karya ini kupersembahkan untuk inspirator hidupku, Ibundaku yang luar biasa Hj. Sidah (Alm) dan Ayahanda H. M. Yusuf, BRS (Alm), Pahlawan-pahlawan kecilku, buah hati pelipur lara dan mata air kasih sayang Ananda Arung Arafah, Salwa Luthfianissofa, Luthfi Alghinaya, dan Faura Haqque.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dalam bentuk taufiq dan iradah-Nya, sehingga penulis telah berhasil merangkum satu penulisan buku yang berjudul “Manajemen Kepemimpinan Islam: Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan”. Salawat beriring salam, kita panjatkan keharibaan Nabi Besar Muhammad Saw, yang telah menyampaikan risalahnya sehingga umat manusia di akhir zaman dapat merasakan berbagai kemudahan dalam memahami Islam secara keseluruhan. Dalam pembahasan buku ini, sedikit banyaknya mengupas berbagai persoalan terkini yang menyangkut dengan kepemimpinan Islami yang menjadi pedoman inti bagi sejumlah tenaga pengajar dan pemimpin-pemimpin di Perguruan Tinggi Islam. Substansi penulisannya membahas tentang sejumlah konsep kepemimpinan dalam perspektif Islam. Studi tentang kepemimpinan Islam sudah mulai dibahas dalam ranah intelektual semenjak Islam itu lahir ke muka bumi ini. Betapa pun hebatnya manusia, tidak akan pernah merasakan pengalaman ritual yang menarik yang dialaminya apabila tidak sampai informasi risalah yang disampaikan oleh seorang nabi/ rasul. Pengalaman tersebut, secara tidak langsung memberi pengetahuan kepada manusia tentang tata cara pengelolaan ibadah kepada Allah Swt, alam semesta, lingkungan, dan sosial kemasyarakatan dengan baik dan benar.
iv
Penulisan buku ini tidak akan sempurna tanpa bantuan temanteman, civitas akademika, dan berbagai masukan dari semua kalangan intelektual. Meskipun demikian, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi terwujudnya penulisan buku ini dengan sempurna. Akhirnya, dengan rahmat Allah Swt jualah penulis panjatkan rasa syukur, sehingga buku ini dapat disusun dengan sempurna, dengan harapan kandungannya menjadi literatur penting sekaligus menjadi pedoman bagi setiap orang dalam rangka mengembangkan intelektualitas dan pengetahuan yang berbasis Islam.
Bandar Lampung, 29 Agustus 2015 Penulis,
Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd.
v
SAMBUTAN REKTOR IAIN Raden Intan Lampung
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena Ridho dan Rahmat Nyalah buku dengan judul “Manajemen Kepemimpinan Islam; Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan” bisa diterbitkan di kalangan IAIN Raden Intan Lampung. Salawat beserta salam kita haturkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai pemimpin terbaik sepanjang zaman yang membawa keberkahan bagi alam semesta. Amin Manajemen Pendidikan Islam adalah sebuah disiplin ilmu, seni sekaligus profesi yang sudah terbukti secara ilmiah dapat menyelesaikan berbagai problematika pendidikan dewasa ini. Salah satu kajian dalam Manajemen Pendidikan Islam adalah tentang Kepemimpinan. Buku-buku tentang kepemimpinan tentu sudah banyak sekali yang diterbitkan oleh beberapa ahli. Dan hadirnya buku “Manajemen Kepemimpinan Islam: Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan” memberi warna baru tentang kepemimpinan yang berbasis Islam. Dibumbui dengan kepemimpinan zaman Rasulullah dan para sahabat Beliau Abu Bakar Siddik, sosok ikhlas dan penuh ketenangan, sahabat Beliau Umar Bin Khattab, sosok pemberani yang gigih memperjuangkan kepentingan umatnya ketika beliau menjabat sebagai khalifah, sahabat Beliau Utsman Bin Affan, sosok dermawan yang berani mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam dan sahabat sekaligus menantu Beliau, Ali Bin Abi Thalib sosok pemimpin yang cerdas dan soleh. vi
Saya berharap buku yang ditulis Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd. ini akan menjadi pengetahuan baru tentang Manajemen Kepemimpinan yang berbasis Islam yang bisa menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Bandar Lampung, khususnya mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam S1, S2 dan S3 Pasca IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Akhirnya, dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas terbitnya buku ini di lingkungan IAIN Raden Intan Bandar Lampung dan besar harapan Kami selaku pimpinan agar buku ini bisa memberikan kontribusi bagi aplikasi model kepemimpinan yang lebih baik.
Bandar Lampung, 1 September 2015 Rektor IAIN Raden Intan Bandar Lampung
Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag.
vii
SAMBUTAN REKTOR UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Bismillahirrahmanirrohim, Segala Puji hanya milik Allah SWT. Tuhan yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Shalawat dan salam semoga tercurahlimpahkan pada panutan kita yakni Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang telah memberikan inspirasi dalam kepemimpinan. Kepemimpinan Islam seharusnya merupakan perilaku dan aktivitas semua pemimpin umat Islam yang senantiasa menjadikan Al-Qur’an dan al Hadits sebagai dasar dan inspirasinya. Fragmentasi real-nya dicontohkan dalam akhlak dan perilaku Rasulullah SAW sebagaimana terdokumentasikan dalam sejarah kepemimpinannya. Rasulullah merupakan pemimpin terbaik dunia yang diakui oleh segenap manusia di muka bumi. Rasulullah berani mengambil risiko, menghargai gagasan, komunikatif, visioner, memiliki hubungan yang lebih intuitif dan empatik terhadap orang-orang yang dipimpinnya, dan seorang motivator handal yang mampu mengilhami pengikutnya dalam menghadapi rintangan dan memecahkan segenap persoalan kehidupan. Semua itu dikemas dalam kelembutan dan kejernihan hati, tanpa amarah, pemaaf, berkeadilan, penuh kasih sayang, selalu mendoakan, bermusyawarah dengan empatik, bekerja keras dan cerdas, dan yang paling penting beliau selalu dilandasi dengan qolbun salim dan berpasrah diri kepada Allah dalam keadaan suka maupun duka. Buku yang berjudul “Manajemen Kepemimpinan Islam: Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan” yang ditulis oleh Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd. merupakan sebuah upaya awal untuk viii
menemukan solusi atas pelbagai krisis kepemimpinan di setiap sendi kehidupan, khususnya di lembaga pendidikan Islam. Sebagaimana yang dikehendaki dalam buku ini, sejumlah perilaku dan pesan Nabi Muhammad SAW dalam hal kepemimpinan pendidikan seperti tertulis pada halaman 84 perlu diaplikasikan secara eksploratif, kreatif dan inovatif agar bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam. Bahkan agar teruji dan terukur, semua itu mesti diteliti (research based) sehingga “Manajemen Kepemimpinan Islam” bukan hanya merupakan kajian tetapi menjadi sebuah disiplin keilmuan. Selamat kepada penulis. Ini sebuah karya yang cukup berarti, semoga buku ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengkaji dan mengembangkan Ilmu Manajemen Pendidikan Islam. Bandung, 16 November 2015 Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.
ix
SAMBUTAN REKTOR UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman yang telah mengantarkan manusia dari alam jahiliyyah kepada alam Islamiah yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Islam adalah agama yang rahmatanlil’alamin. Al-Qur’an yang merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw adalah panduan hidup yang lengkap untuk manusia dalam segala aspek. Al-Qur’an juga pedoman untuk kebahagiaan hidup (dunia-akhirat) yang di dalamnya mengandung khazanah ilmu yang diperlukan oleh manusia guna memakmurkan alam semesta. Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah Swt yang diamanahkan untuk menyampaikan ajaran ketauhidan kepada manusia, beliau adalah manusia yang terbaik dan pemimpin yang tiada duanya di dunia ini, maka sudah seharusnya kita sebagai umatnya untuk meneladaninya. Dr. Hj. Siti Patimah adalah seorang ilmuwan dan pemikir bidang Manajemen Pendidikan. Beliau telah menghasilkan beberapa karyanya yang telah dipublikasikan, dan Insya Allah tahun 2015 telah menyelesaikan karya barunya yang berjudul “Manajemen Kepemimpinan Islam; Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan”. Buku ini terdapat pemikiran-pemikiran yang jernih x
tentang hakikat manajemen kepemimpinan dalam Islam serta terdapat sejarah-sejarah kepemimpinan terdahulu yang tentunya menjadi pelajaran bagi kita semua. Saya berharap dengan hadirnya buku ini akan memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Institut Agama Islam dan Universitas Islam terutama IAIN Raden Intan Bandar Lampung dan khususnya bagi mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dan UIN Arraniry Banda Aceh. Selanjutnya, buku ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemimpinpemimpin pendidikan dan pihak-pihak dalam merekrut tenaga kependidikan serta akan memperkaya khazanah intelektual Islam di Indonesia, khususnya Provinsi Lampung. Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan buku ini, semoga amal baiknya diterima oleh Allah Swt dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari-Nya. Amin.
Banda Aceh , 10 September 2015 Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A.
xi
DAFTAR ISI Kata Pengantar.......................................................... Sambutan Rektor IAIN Raden Intan Lampung ................. Sambutan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung ........ Sambutan Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh .................. Daftar Isi .................................................................
iv vi viii x xii
BAB 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN ........................ 1 A. Pengertian Manajemen ..................................... 1 B. Prinsip-Prinsip Manajemen Islam ...................... 8 C. Pemimpin dan Kepemimpinan .......................... 13 D. Perbedaan Pemimpin dan Manajer .................... 17 E. Tugas dan Fungsi Pemimpin ............................. 23
BAB 2
SEJARAH KEPEMIMPINAN ............................... A. Awal Mula Kepemimpinan ............................... B. Kepemimpinan di Masa Lalu ............................ C. Konsep-konsep Sejarah Kepemimpinan ............. D. Sejarah Kehidupan Para Pemimpin ...................
28 28 30 31 32
BAB 3
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM .................... A. Pemimpin dalam Islam ..................................... B. Ciri-ciri Pemimpin Islam ................................... C. Kepemimpinan dalam Al Qur’an dan Al Hadits...
37 37 48 51
BAB 4
KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW ........... A. Biografi Nabi Muhammad Saw ......................... B. Model kepemimpinan Rasulullah Saw............... C. Tipe Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw dalam Pendidikan .............................................
67 67 68
BAB 5
72
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ....................... 80 A. Konsep Kepemimpinan Pendidikan ................... 80 B. Ciri-ciri Kepemimpinan yang Efektif .................. 81 xii
C. Kompetensi Kepala Sekolah dalam Menjalankan Kepemimpinan yang Efektif .......... D. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Pendidikan ........ E. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan .................... F. Kriteria Sekolah yang Efektif ............................. G. Hakekat Kompetensi Guru ................................ H. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru .............................................. BAB 6
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL ....... A. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ..... B. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional .. C. Penerapan Kepemimpinan Transformasional yang Efektif ....................................................... D. Ciri Gaya Kepemimpinan Transformasional ...... E. Penerapan Gaya Kepemimpinan Transformasional ............................................... F. Kelebihan dan Kelemahan Gaya Kepemimpinan Transformasional ......................
82 84 90 94 95 98 102 102 103 103 104 107 109
BAB 7
KOMPETENSI PEMIMPIN .................................. 112 A. Pengertian Kompetensi ...................................... 112 B. Teori-teori Tentang Kompetensi Kepemimpinan .................................................. 115
BAB 8
GAYA KEPEMIMPINAN .................................... A. Pengertian Gaya Kepemimpinan ........................ B. Gaya Kepemimpinan Demokratis ...................... C. Gaya Kepemimpinan Otoriter ............................ D. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ....................
117 117 118 120 123
BAB 9
TUGAS DAN FUNGSI PEMIMPIN ..................... A. Tugas dan Fungsi Seorang Pemimpin ................. B. Tugas Kepala Sekolah ........................................ C. Tugas dan Fungsi Guru .....................................
125 125 128 131
xiii
BAB 10 KEPALA SEKOLAH IDEAL ................................ A. Pengertian Kepala Sekolah ................................ B. Karakteristik Kepala Sekolah yang Ideal ............ C. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal .................................................................. D. Penerapan Kepala Sekolah yang Ideal ................
135 135 136
BAB 11 SUPERVISI PENDIDIKAN .................................. A. Pengertian Supervisi .......................................... B. Tipe-tipe Supervisi ............................................. C. Teknik Supervisi Pendidikan .............................. D. Tujuan dan Fungi Supervisi ............................... E. Faktor yang Mempengaruhi Supervisi ................
141 141 145 148 151 154
BAB 12 ORGANISASI PENDIDIKAN .............................. A. Pengertian Organisasi Pendidikan ..................... B. Aspek-aspek Organisasi .................................... C. Jenis-jenis Organisasi Pendidikan ...................... D. Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan ......
157 157 160 161 164
BAB 13 BUDAYA ORGANISASI DAN KINERJA DOSEN .................................................................. A. Pengertian Budaya Organisasi ........................... B. Pentingnya Budaya Organisasi .......................... C. Karakteristik Budaya Organisasi........................ D. Kinerja Dosen dalam Organisasi Pendidikan ..... E. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .................. F. Penerapan Budaya Organisasi di Perguruan Tinggi ...............................................................
138 139
168 168 171 174 178 180 184
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 188
xiv
Bab 1 Konsep Dasar Manajemen
A. Pengertian Manajemen Istilah manajemen dalam tinjauan Islam berasal dari kata yudabbiru, yang berarti mengarahkan, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur atau mengurus. Asal katanya dari dabbara, yang berarti mengatur, dan mudabbir artinya orang yang pandai mengatur atau pengatur, serta mudabbar yang diatur (Syafaruddin, 2005:178). Allah Swt telah menciptakan alam ini untuk manusia, dan berkuasa pula mengaturnya. Firman Allah Swt:
5Θöθtƒ ’Îû ϵø‹s9Î) ßlã÷ètƒ ¢ΟèO ÇÚö‘F{$# ’n<Î) Ï™!$yϑ¡¡9$# š∅ÏΒ tøΒF{$# ãÎn/y‰ãƒ ∩∈∪ tβρ‘‰ãès? $£ϑÏiΒ 7πuΖy™ y#ø9r& ÿ…çνâ‘#y‰ø)ÏΒ tβ%x. Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. As-Sajadah:5) Ayat di atas terdapat kata yudabbiru al-amra yang berarti mengatur urusan. Allah Swt adalah zat yang mengatur alam, dan keteraturan alam ini adalah bukti kekuasaan-Nya. Manusia dapat memperhatikan dengan mata kepalanya sendiri tentang keagungan-Nya seperti bumi, matahari, dan bulan yang berputar sesuai dengan perintah-Nya, serta proses terjadinya siang dan malam sehingga manusia dapat beristirahat di malam hari dan
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
1
melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya di siang hari. Sesuai dengan firman Allah Swt yang berbunyi:
š∅ÏΒ ¢‘y⇔ø9$# ßlÌ÷‚è?uρ ( È≅øŠ©9$# ’Îû u‘$yγ¨Ψ9$# ßkÏ9θè?uρ Í‘$yγ¨Ψ9$# ’Îû Ÿ≅øŠ©9$# ßkÏ9θè? ∩⊄∠∪ 5>$|¡Ïm ÎötóÎ/ â™!$t±n@ ⎯tΒ ä−ã—ös?uρ ( Çc‘y⇔ø9$# z⎯ÏΒ |MÍh‹yϑø9$# ßlÌ÷‚è?uρ ÏMÍh‹yϑø9$# Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (QS. Ali Imran:27) Pengaturan urusan yang terdapat di alam ini sebenarnya berdimensi tauhid atau mengakar pada tindakan pengesaan Allah Swt. Apapun usaha dan tindakan manusia harus sesuai dengan kehendak Allah Swt. Dengan keikhlasan dan ketauhidan, setiap usaha dan tindakan manusia adalah ibadah. Menurut Al-Faruqi (1996), menjelaskan bahwa: “Sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah Swt itu Esa”. Hal ini mengimplikasikan bahwa semua kebenaran, semua keraguan dapat diajukan kepada-Nya, bahwa tidak ada pernyataan yang tidak boleh diuji, atau yang tidak boleh dinilai secara pasti. Tauhid adalah pengakuan bahwa kebenaran bisa diketahui, dan bahwa manusia mampu mencapainya. Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang irasional, semuanya rasional. Manusia akan memperoleh ilmu tersebut dengan memperhatikan dan mempelajari apa yang telah Allah Swt ciptakan, semua itu merupakan sumber ilmu pengetahuan. Akal yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia sebagai alat untuk menemukan kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim. Akal manusia memerlukan waktu dan proses untuk menemukan hakikat kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim.
2
Manajemen Kepemimpinan Islam
Mahdi Ghulsyani (2005:178), mengatakan bahwa: “Ada 750 ayat dalam Al-Qur’antentang fenomena alam dan manusia, Allah Swt menyerukan kita untuk memikirkan melalui ciptaan-Nya. Saat kita membaca tanda-tanda tersebut, maka kita akan menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan”. Alam merupakan salah satu ciptaan-Nya yang tunduk dan patuh terhadap apa yang diperintahkannya. Allah Swt mempunyai kekuasaan untuk mengaturnya, mengawasi dan memeliharanya untuk manusia. Dalam Al-Qur’anterdapat ayat-ayat yang berhubungan langsung dengan manajemen dalam kaitannya dengan kehidupan dunia, di antaranya sebagai berikut:
Ï™!$yϑ¡¡9$# ’n<Î) #“uθtGó™$# §ΝèO $YèŠÏϑy_ ÇÚö‘F{$# ’Îû $¨Β Νä3s9 šYn=y{ “Ï%©!$# uθèδ ∩⊄®∪ ×Λ⎧Î=tæ >™ó©x« Èe≅ä3Î/ uθèδuρ 4 ;N≡uθ≈yϑy™ yìö7y™ £⎯ßγ1§θ|¡sù Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 29) Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt adalah zat yang menjadikan segala yang ada di muka bumi ini untuk manusia agar dapat dikelola dengan baik dan sebagai sebuah amanah. Semua fasilitas yang telah dikaruniakan kepada manusia itu untuk kebaikan manusia. Allah Swt mengetahui semua amal baik yang dilakukan manusia, mereka tidak akan mampu menyembunyikan keingkaran mereka dari Allah SWT, meskipun seakan-akan keingkaran itu telah tersimpan sangat rapi di dalam hati. Dia Maha mengetahui segala sesuatu, Allah Swt yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan berbagai fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia. Al-Qur’anpun menyebutnya dengan satu kata bentuk tunggal, yaitu Al-Ardh.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
3
Sedangkan tentang langit, di dalam Al-Qur’an menyebutnya dengan sab’a samawat berarti Allah membentangkan langit yang berlapis tujuh berdasarkan pengelolaan dan pengaturan yang sangat cermat yang Dia ciptakan untuk kepentingan manusia. Tujuh langit yang berdasarkan ayat lainnya, langit yang dapat disaksikan oleh manusia disebut dengan sama’ud dunya, artinya langit yang terendah. Sedangkan enam lapisnya berada di luar jangkauan penglihatan dan pengetahuan. Deskripsi tersebut sesuai dengan Firman-Nya:
t,n=y{ “Ï%©!$# ∩⊇∪ íƒÏ‰s% &™ó©x« Èe≅ä. 4’n?tã uθèδuρ à7ù=ßϑø9$# Íνωu‹Î/ “Ï%©!$# x8t≈t6s? ∩⊄∪ â‘θàtóø9$# Ⓝ͕yèø9$# uθèδuρ 4 WξuΚtã ß⎯|¡ômr& ö/ä3•ƒr& öΝä.uθè=ö7u‹Ï9 nο4θu‹ptø:$#uρ |Nöθyϑø9$# ⎯ÏΒ Ç⎯≈uΗ÷q§9$# È,ù=yz †Îû 3“ts? $¨Β ( $]%$t7ÏÛ ;N≡uθ≈yϑy™ yìö7y™ t,n=y{ “Ï%©!$# È⎦÷⎫s?§x. u|Çt7ø9$# ÆìÅ_ö‘$# §ΝèO ∩⊂∪ 9‘θäÜèù ⎯ÏΒ 3“ts? ö≅yδ u|Çt7ø9$# ÆìÅ_ö‘$$sù ( ;Nâθ≈xs? ∩⊆∪ ×Å¡ym uθèδuρ $Y∞Å™%s{ ç|Çt7ø9$# y7ø‹s9Î) ó=Î=s)Ζtƒ Artinya: Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, yang telah menciptakan tujuh langit berlapislapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS. Al Muluk: 1-4)
4
Manajemen Kepemimpinan Islam
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah Swt adalah penguasa segala kerajaan dunia yang fana ini dengan segala macam isinya, dan kerajaan akhirat yang terjadi setelah lenyapnya kerajaan dunia; Allah Swt, penguasa kerajaan dunia; berarti Dialah yang menciptakan seluruh alam ini beserta segala yang terdapat di dalamnya. Dia pulalah yang mengembangkan, menjaga kelangsungan wujudnya, mengatur, mengurus, menguasai, dan menentukan segala sesuatu yang ada di dalamnya, menurut yang dikehendakiNya. Dalam mengatur, mengurus, mengembangkan dan menjaga kelangsungan wujud alam ini, Dia menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Semuanya wajib tunduk dan mengikuti hukum-hukum dan peraturan yang dibuat-Nya. Tidak ada sesuatu pengecualian. Apa dan siapa saja yang tidak mau tunduk dan patuh, serta mengingkari hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu pasti akan binasa atau sengsara. Allah Swt berfirman:
§ΝèO 5Θ$−ƒr& Ïπ−GÅ™ ’Îû uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ “Ï%©!$# ª!$# ãΝä3−/u‘ χÎ) }§ôϑ¤±9$#uρ $ZWÏWym …çµç7è=ôÜtƒ u‘$pκ¨]9$# Ÿ≅ø‹©9$# ©Å´øóムĸóyêø9$# ’n?tã 3“uθtGó™$# ª!$# x8u‘$t6s? 3 âö∆F{$#uρ ß,ù=sƒø:$# ã&s! Ÿωr& 3 ÿ⎯ÍνÍö∆r'Î/ ¤N≡t¤‚|¡ãΒ tΠθàf‘Ζ9$#uρ tyϑs)ø9$#uρ ∩∈⊆∪ t⎦⎫ÏΗs>≈yèø9$# >u‘ Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al A’raf:54).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
5
Pada permulaan ayat ini Allah Swt menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Dialah pemilik, penguasanya, dan pengaturnya, Dialah Tuhan yang berhak disembah dan kepada-Nya manusia harus meminta pertolongan. Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksud ialah semua yang ada di alam ini, karena yang dimaksud dengan langit adalah semua alam yang di atas, dan yang dimaksudkan dengan bumi ialah semua alam di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi. Firman Allah Swt:
;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ) öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ% ©!$# tβρãä.õ‹tƒ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊇®⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû β t ρã¤6xtGtƒuρ ∩⊇®⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù y7oΨ≈ysö6ß™ Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imran:190-191). Ayat ini mengutarakan bahwa kejadian benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi dan porosnya, yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
6
Manajemen Kepemimpinan Islam
kemahakuasaaan Allah bagi ulil albab yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni. Pada ayat ini penekanannya pada bukti-bukti yang terbentang di langit. Ini karena bukti tersebut lebih menggugah hati dan pikiran, dan lebih cepat mengantar seseorang untuk meraih rasa keagungan ilahi. Dan dalam ayat ini setelah orang-orang tersebut berada pada tahap yang lebih tinggi, maka mereka juga telah mencapai kemurnian akal sehingga sangat wajar ayat ini ditutup dengan la ayatin li uil al-albab. Ayat ini juga terlihat bahwa objek zikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhlukmakhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan pada qalbu. Sedangkan pengenalan alam raya menggunakan akal, yaitu berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam akan tapi manusia tidak mampu memikirkan zat Allah Swt, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas “Berpikirlah tentang makhluk Allah, dan jangan berpikir tentang zat Allah Swt”. Allah Swt mengajarkan manusia melalui ayat-ayatnya, baik ayat qauliyah maupun ayat kauniyah. Manusia adalah makhluk Allah Swt yang amat sangat mulia yaitu dengan akal pikirannya yang diberikan-Nya, dengan akal manusia dapat memikirkannya terhadap semua apa yang telah Allah Swt ciptakan. Manusia dapat melihat perencanaan yang maha sempurna dan pengaturannya yang Maha Agung, dan manusia dapat memikirkannya dengan memperhatikan pengaturan Allah Swt tentang langit dan bumi serta segala isinya. Manusia dapat menjadikan pengaturan langit dan bumi ini sebagai sumber pengajaran. Dari ayat di atas penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya Allah Swt lah yang mengajarkan manusia melalui ciptaannya, apapun yang dilakukan oleh manusia hendaknya melakukan
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
7
diskusi dan perencanaan yang matang. Tentunya apapun yang dilakukan oleh manusia di bawah kekuasaan-Nya artinya manusia hanya bisa merencanakan sesuatu sesuai dengan ilmu yang ada padanya, akan tetapi Allah Swt mempunyai kekuasaan apa yang dilakukan oleh manusia dalam menjalankan apa yang telah direncanakannya. B. Prinsip-prinsip Manajemen Islam Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia menjadi lebih, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang sangat sempurna. Menurut Ramayulis (2002:238). Ada beberapa prinsip-prinsip manajemen Islam, yaitu sebagai berikut: 1. Ikhlas Ikhlas adalah perkara terpenting dalam amalan hati, yang hal tersebut sangat erat hubungannya dengan iman, maka dalam hal ini Seseorang pemimpin harus menjalankan tugas dengan penuh keikhlasan. Allah Swt berfirman:
çνθãã÷Š$#uρ 7‰Éfó¡tΒ Èe≅à2 y‰ΖÏã öΝä3yδθã_ãρ (#θßϑŠÏ%r&uρ ( ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ’În1u‘ zs∆r& ö≅è% ∩⊄®∪ tβρߊθãès? öΝä.r&y‰t/ $yϑx. 4 t⎦⎪Ïe$!$# ã&s! š⎥⎫ÅÁÎ=øƒèΧ Artinya: “Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)”. (QS. Al A’raf:29). Ayat di atas mengajarkan kepada manusia bahwa seorang pemimpin dituntut untuk mempunyai sifat ikhlas, bentuk
8
Manajemen Kepemimpinan Islam
keikhlasan ini hanya semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Swt dan mengharap pahala dari-Nya, apabila seorang pemimpin hanya mengedepankan materialistis maka akan berimplikasi kepada tidak optimalnya pekerjaan yang dilakukannya. Konsekuensinya sangat logis apabila sesuatu organisasi dipimpin oleh pemimpin yang memiliki prinsip ikhlas maka akan terciptanya iklim organisasi yang baik dan tentu akan berdampak kepada kualitas dan kemajuan organisasi ke depan. 2. Kejujuran Kejujuran merupakan sifat yang sangat terpuji dan bagian dari harga diri yang harus dijaga karena bernilai tinggi. Kejujuran akan melahirkan kepercayaan, cinta dan kehormatan. Sesuai dengan Firman Allah Swt yang berbunyi:
∩⊂⊂∪ šχθà)−Gßϑø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé& ÿ⎯ϵÎ/ s−£‰|¹uρ É−ô‰Å_Á9$$Î/ u™!%y` “Ï%©!$#uρ Artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa)” (QS. Az Zumar: 33). Rasulullah Saw adalah utusan Allah Swt, dan beliau juga seorang pemimpin, tentu suatu kewajiban bagi umatnya untuk meneladaninya. Jujur merupakan salah satu sifat yang dimilikinya, beliau memiliki sifat jujur sebelum masa kenabiannya. Kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal, munculnya berbagai macam kejahatan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme pada suatu bangsa diakibatkan oleh memudarnya kejujuran manusia, dimulai dari pemimpin pada tingkat atas sampai bawah. Dalam konteks kepemimpinan, kejujuran menjadi prinsip yang sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin guna menjalankan roda organisasi, apabila sifat ini sudah tertanam pada seorang pemimpin, maka kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
9
akan mengedepankan kepentingan orang banyak, dan tentu akan berimplikasi kepada berjalannya organisasi secara baik. 3. Amanah Dalam Islam jabatan merupakan amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-sebaiknya dan penuh tanggung jawab, karena amanah akan diminta pertanggungjawaban oleh manusia dan juga nantinya oleh Allah Swt di yaumil akhir. Firman Allah Swt:
Ĩ$¨Ζ9$# t⎦÷⎫t/ ΟçFôϑs3ym #sŒÎ)uρ $yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) ¨ Î) 3 ÿ⎯ϵÎ/ /ä3ÝàÏètƒ $−ΚÏèÏΡ ©!$# ¨βÎ) 4 ÉΑô‰yèø9$$Î/ (#θßϑä3øtrB βr& $Jè‹Ïÿxœ tβ%x. ©!$# β ∩∈∇∪ #ZÅÁt/ Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. An Nisa: 58). 4. Adil Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh manusia agar menggapai derajat orang-orang taqwa. Salah satu sifat tersebut adalah bersifat adil. Seorang pemimpin harus bersifat adil dan mampu menegakkan keadilan dalam organisasi yang dipimpinnya. Allah Swt berfirman:
10
Manajemen Kepemimpinan Islam
Ÿωuρ ( ÅÝó¡É)ø9$$Î/ u™!#y‰pκà− ¬! š⎥⎫ÏΒ≡§θs% (#θçΡθä. (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ( 3“uθø)−G=Ï9 Ü>tø%r& uθèδ (#θä9ωôã$# 4 (#θä9ω÷ès? ωr& #’n?tã BΘöθs% ãβ$t↔oΨx© öΝà6¨ΖtΒÌôftƒ ∩∇∪ šχθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î6yz ©!$# χÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Maidah:8) 5. Tanggung Jawab Tanggung jawab merupakan sikap terpuji yang mendasar pada diri manusia dan menjadi bagian kehidupannya. Setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan setiap pemimpin bertanggung terhadap apa yang dipimpinnya. Begitu juga halnya seorang pemimpin suatu organisasi seyogyanya harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya karena semua yang dilakukannya akan diminta pertanggungjawaban. Firman Allah Swt:
$oΨ−/u‘ 3 ôMt6|¡tFø.$# $tΒ $pκön=tãuρ ôMt6|¡x. $tΒ $yγs9 4 $yγyèó™ãρ ωÎ) $²¡øtΡ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω Ï óss? Ÿωuρ $oΨ−/u‘ 4 $tΡù'sÜ÷zr& ÷ρr& !$uΖŠÅ¡®Σ βÎ) !$tΡõ‹Ï{#xσè? Ÿω $yϑx. #\ô¹Î) !$uΖøŠn=tã ö≅ϑ ( ⎯ϵÎ/ $oΨs9 sπs%$sÛ Ÿω $tΒ $oΨù=Ïdϑysè? Ÿωuρ $uΖ−/u‘ 4 $uΖÎ=ö6s% ⎯ÏΒ š⎥⎪Ï%©!$# ’n?tã …çµtFù=yϑym
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
11
ÏΘöθs)ø9$# ’n?tã $tΡöÝÁΡ$$sù $uΖ9s9öθtΒ |MΡr& 4 !$uΖôϑymö‘$#uρ $oΨs9 öÏøî$#uρ $¨Ψtã ß#ôã$#uρ ∩⊄∇∉∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah: 286) 6. Dinamis Pemimpin yang dinamis merupakan pemimpin yang mempunyai pemikiran maju dan ia tidak mengenal istilah menyerah, jadi seorang pemimpin yang dinamis adalah seorang pemimpin yang tidak akan pernah menyerah dalam menghadapi tantangan dan akan selalu berupaya untuk mencapai perubahan ke arah lebih baik. Firman Allah Swt:
È≅øŠ©9$$Î/ ¥#÷‚tGó¡ãΒ uθèδ ô⎯tΒuρ ⎯ϵÎ/ tyγy_ ⎯tΒuρ tΑöθs)ø9$# §| r& ô⎯¨Β Οä3ΖÏiΒ Ö™!#uθy™ ∩⊇⊃∪ Í‘$pκ¨]9$$Î/ 7>Í‘$y™uρ Artinya: “sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari (Ar Ra’du:10).
12
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin diharuskan memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan di atas, sehingga akan memudahkan mengatur atau menggerakkan orang lain. C. Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam bahasa Indonesia, kata ‘pemimpin’ sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama ‘pimpin’. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan pemimpin. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersamasama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. Allah Swt berfirman:
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
13
ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉šøム⎯tΒ $pκÏù ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès? Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( Artinya: Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. AlBaqarah:30). Ayat di atas mempunyai maksud bahwa hai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat dan ceritakanlah ini kepada kaummu, Allah Swt akan menjadikan manusia sebagai khalifah yaitu penghuni dan pembangunnya di muka bumi ini. Dan manusia sebagiannya menggantikan sebagian yang lain, silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi untuk mengatur bumi. Para malaikat menanyakan kepada Allah Swt dengan ilmu yang diperolehnya juga dari Allah tentang asal ciptaan manusia, bahwa di antara jenis makhluk ini ada orang-orang yang melakukan persengketaan, suka mengalirkan darah dan juga mereka nantinya akan memutuskan hukum terhadap apa yang terjadi di kalangan mereka menyangkut perkara-perkara penganiayaan dan melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan serta dosa-dosa. Para malaikat menanyakan kepada Allah Swt tentang hal kedepan tersebut dikarenakan malaikat diberikan ilmu
14
Manajemen Kepemimpinan Islam
sedikit oleh Allah Swt tentang asal muasal ciptaan manusia tersebut. Dalam hal ini para malaikat selalu mengucapkan tasbih (memuji Allah Swt) yakni dengan membaca subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya). Menyucikanmu dari hal-hal yang tidak layak bagimu. Dalam ayat ini Allah Swt mengatakan bahwasannya Dia Maha Tahu segalagalanya, dan pengetahuan para malaikat sangatlah sedikit, dan Allah sangat mengetahui bahwasannya di antara khalifah tersebut terdapat para Nabi, para Rasul, kaum yang shaleh, dan para penghuni surga. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting guna menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu” (Thoha, 1983). Sedangkan menurut Robbins (2002), menyebutkan bahwa: “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Purwanto (1991), menyebutkan bahwa: Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Kepemimpinan yang sangat baik yang harus kita teladani adalah kepemimpinan Rasulullah Saw, Rasulullah mampu mempengaruhi manusia guna kembali kepada jalan yang benar yaitu menyembah Allah Swt atau mengesakan Allah Swt yang Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
15
telah menciptakan alam ini beserta isinya, dalam hal ini juga Allah Swt mengatakan tentang perihal prilaku yang ada pada diri Muhammad Saw yang sangat agung sebagaimana firman-Nya:
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9 ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al Ahzab:21). Dari kandungan ayat di atas, kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain: (a) kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi, (b) dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan (c) adanya tujuan bersama yang harus dicapai. Lebih lanjut, penulis menyampaikan beberapa tinjauan para ahli mengenai konsep kepemimpinan. Dari tinjauan tersebut memiliki pandangan yang berbeda antara satu sama lain, yaitu: Piffner (Ahmadi, 1999), menyebutkan bahwa: “Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki”. Tannebaum, Weschler and Nassarik (1961), menyebutkan bahwa: “Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu”. Dalam tinjauan Jacobs & Jacques (1990), “Kepemimpinan adalah suatu proses kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan”.
16
Manajemen Kepemimpinan Islam
Selanjutnya, (Slamet, 2002), “Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu”. Menurut Goal, Hemhiel & Coons (1957), “Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Dalam pandangan Tannebaum, Weschler & Nassarik (1961), “Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu, dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu”. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983). Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya, agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa (Purwanto,1991). Dari beberapa definisi kepemimpinan di atas, penulis mendeskripsikan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. D. Perbedaan Pemimpin dan Manajer Kebanyakan orang masih belum mengetahui perbedaan di antara pemimpin dan manajer, bahkan menganggap keduanya sama. Yukl (2005:7) mengatakan bahwa definisi pemimpin dan manajer diasumsikan nilainya saling bertentangan dan berbeda kepribadian. Manajer menghargai stabilitas, keteraturan, dan efisiensi. Sementara pemimpin menghargai fleksibilitas, inovasi, dan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
17
adaptasi. Manajer sangat memperhatikan bagaimana sesuatu diselesaikan dan mereka berusaha untuk membuat orang dapat melakukannya dengan lebih baik. Para pemimpin sangat memperhatikan apa arti berbagai hal bagi orang-orang dan berusaha agar orang menyepakati hal-hal yang terpenting yang harus dilakukan. Selanjutnya Yulk (2005:7) juga mengutip pendapat Bennis & Nanus, yang mengatakan bahwa manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar. Yulk (2005:7) mengutip para pakar lain mengatakan, memimpin dan mengelola sebagai proses yang berbeda tetapi mereka tidak berasumsi bahwa pemimpin dan manajer merupakan jenis orang yang berbeda. Akan tetapi para pakar ini agak berbeda dalam mendefinisikan kedua proses ini. Rival dan Mulyadi (2012:18) mengatakan bahwa kata manajer biasanya mengindikasikan pada orang-orang yang memiliki posisi untuk mengarahkan dalam sebuah organisasi, mengetahui semua proses dalam organisasi, mengalokasikan sumber-sumber daya dengan bijaksana dan mendayagunakan kemungkinan terbaik terhadap orang-orangnya. Manajer selalu terkait erat dengan keberadaan organisasi, sementara itu seorang pemimpin bisa muncul tanpa adanya organisasi. Selanjutnya, terdapat beberapa perbedaan antara manajer dengan pemimpin yaitu: (1) pemimpin memikirkan organisasinya dalam jangka panjang, (2) pemimpin memikirkan organisasi secara lebih luas baik menyangkut kondisi internal, eksternal maupun global, (3) pemimpin mempengaruhi pengikutnya sampai di luar batas kekuasaannya, (4) pemimpin menekankan pada visi dan nilai-nilai yang tak tampak, memengaruhi pengikutnya secara tidak rasional dan elemen-elemen tak sadar lainnya dalam hubungannya antara pemimpin dan pengikut, (5) pemimpin memiliki keterampilan politik untuk mengatasi konflik yang terjadi
18
Manajemen Kepemimpinan Islam
di antara pengikutnya, dan (6) pemimpin berfikir dalam upaya memperbaiki organisasinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin mempunyai beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: (a) visioner (visionary), (b) penuh semangat (passionate), (c) kreatif (creative), (d) fleksibel (flexible), (e) inspiratif (inspiring), (f) inovatif (innovative), (g) berani (courageous), (h) imajinatif (imaginative), (i) eksperimen (eksperimental), dan (j) independen (independent). Uraian lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Visioner, pemimpin harus mempunyai visi atau pemahaman yang jelas tentang mau dibawa ke mana organisasinya dan memiliki strategi yang jelas untuk mencapainya. 2. Penuh semangat, seorang pemimpin yang baik harus membawa energi yang sangat besar bagi bawahannya, dan selalu mempunyai semangat yang senantiasa dikobarkan dalam setiap tugas yang diberikan, dalam setiap bidang yang ditangani kapanpun dan di manapun. 3. Kreatif, dipahami sebagai kemampuan menemukan cara-cara baru dalam menangani persoalan. Pemimpin yang kreatif tidak akan mengandalkan cara-cara lama, sekalipun bila cara lama itu terbukti sudah berhasil. Ia selalu terdorong untuk mengeksplorasi kemungkinan lain di dalam menangani suatu persoalan. Ia percaya bahwa selalu ada cara berbeda yang lebih bagus, dan ia berani menggali kemungkinan tersebut. 4. Fleksibel, pemimpin yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dan cekatan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan. 5. Inspiratif, tugas utama seorang pemimpin adalah memberikan inspirasi pada orang untuk bekerja mewujudkan hal-hal hebat dengan sumber daya yang terbatas. Kata-kata dan tindakannya
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
19
menjadi teladan yang memberikan harapan sekaligus semangat bagi orang-orang yang bekerja untuk maupun bersamanya. 6. Inovatif, dalam memimpin organisasinya, pemimpin dituntut untuk memiliki sikap yang inovatif. Dengan memiliki visi dan misi yang progresif, yang senantiasa menawarkan ide-ide segar yang mengusung perubahan dan pembaharuan. Pemimpin harus terbuka terhadap perubahan. Perubahan adalah kebutuhan, bukan hambatan. Pemimpin inovatif tidak mudah puas dengan hasil yang didapat dan selalu berambisi untuk berbuat lebih baik. 7. Berani, peran penting seorang pemimpin organisasi adalah mengambil keputusan terkait dengan bidang tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Keberanian sang pemimpin untuk melangkah dan selanjutnya mengelola risiko yang timbul atas keputusan yang diambil merupakan cerminan dari tingkat keseriusannya dalam menjalankan tugas serta keinginannya untuk membela kepentingan organisasi. 8. Imajinatif, imajinasi adalah sebuah kualitas yang lebih penting dari pada pengetahuan. Karena, semua penggunaan bakat, intelek, pendidikan, dan pengalaman ditentukan arahnya oleh apa yang dibayangkan dalam pikiran. Pemimpin tidak mungkin bekerja bertentangan dengan niat-niat pencapaian dari yang sedang terbayangkan di benak pemimpin. Kualitas utama dari seorang pemimpin yang berbakat untuk membesarkan organisasi apa pun yang dipimpinnya adalah kemampuannya untuk melihat sesuatu di masa depan dengan jelas sebelum hal itu menjadi jelas bagi semua orang. 9. Eksperimen, pemimpin pada dasarnya mempunyai sifat yang suka mencoba-coba hal-hal baru, karena sudah seharusnya sifat pemimpin adalah berani mengambil keputusan. 10. Independen, seorang pemimpin harus memiliki sikap independen yang artinya pemimpin tersebut netral, tidak dipakai oleh pihak manapun. Independen dalam hal ini bukan
20
Manajemen Kepemimpinan Islam
berarti menjaga jarak sama sekali dengan pihak lain. Pemimpin tetap butuh dukungan dari pihak manapun. Untuk itu bisa disiasati dengan melakukan komunikasi secara terbuka dan transparan. Sedangkan seorang manajer mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) rasional (rational), (b) konsultasi (consulting), (c) gigih (persistent), (d) pemecah masalah (problem solver), (e) melalui pikiran (tough minded), (f) analistis (analytical), (g) terstruktur (structured), (h) perunding (deliberate), (i) berwibawa (authoritative), dan (j) menstabilkan (stabilizing). Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Rasional. Manajer hendaknya mempunyai sifat yang rasional dalam mengambil keputusan. Rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada. 2. Konsultasi. Seorang manajer mutlak memerlukan sifat ini untuk dapat secara aktif berkomunikasi dengan bawahannya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan hal apa saja yang perlu di evakuasi mengingat Konsultasi adalah tentang aksi dan hasil. Konsultasi harus dapat memastikan bahwa pandangan yang dikonsultasikan mengarahkan kepada sebuah pengambilan keputusan. Oleh karenanya konsultasi adalah tentang aksi dan berorientasi kepada hasil. 3. Gigih. Manajer tentu saja harus memiliki sifat yang gigih, karena untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sikap sungguh-sungguh, teguh pada pendirian, dan berpegang pada prinsip agar saat terdapat intervensi dari pihak lain manajer tersebut tidak mudah terpengaruh dan tetap bertahan pada apa yang telah diyakininya. 4. Pemecah masalah. Sifat lain yang diperlukan seorang manajer adalah sifat problem solving yang berarti tindakan memberi respons/reaksi terhadap permasalahan dengan meminimalkan
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
21
dampak buruknya dan memaksimalkan dampak baiknya. Jadi seorang manajer harus mampu mengakomodir suatu masalah untuk dapat dicari titik tengah dan penyelesaiannya yg tentu saja dg menggunakan trik win-win solution. Pentingnya penyelesaian masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya. Serangkaian keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah mungkin hanya membutuhkan sedikit waktu namun dapat mempengaruhi banyak aspek. 5. Melalui pikiran. Seorang tough-minded manager memilih bersikap rasional. Ia tegas dalam prinsip sekaligus cerdas dalam pendekatan tanpa harus terjebak dalam sikap manipulatif. Seorang tough-minded manager tidak hanya kukuh dalam prinsip ketika berhadapan dengan orang yang dipimpinnya. Ia juga tetap teguh dengan prinsipnya ketika harus berhadapan dengan kepentingan pemilik modal sekalipun. Bahkan untuk meningkatkan kemampuannya seorang tough-minded manager tak ragu-ragu membuka diri untuk belajar dari yang lain, dan bahkan bersedia mengakui kesalahan. Oleh karena itu, ia juga bersedia bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang diambilnya. 6. Analistis. Seorang manajer hendaknya mampu berpikir secara analistis. Berpikir secara analitis (analytical thinking) diperlukan terutama dalam memecahkan suatu masalah. Namun, diperlukan teknik dan kerangka kerja yang sistematis untuk mempercepat penemuan solusi terhadap masalah tersebut. Salah satu pendekatan sistematis dan saintis dalam berpikir analitis adalah dengan kerangka kerja yang menggunakan model problem-hypotheses-facts-analysis-solution. 7. Terstruktur. Seorang manajer dituntut untuk memiliki pola pikir dan tindakan yang terstruktur dengan baik karena setiap keputusan dan hal apapun yang dilakukan oleh manajer menentukan kelangsungan organisasi tersebut. apabila manajer 22
Manajemen Kepemimpinan Islam
tidak mampu secara berkelanjutan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan organisasi secara terstruktur maka organisasi tersebut dapat terganggu. Manajer memiliki kekuasaan karena jabatan yang dimilikinya. Dia bisa memberi komando karena struktur dan birokrasi, tetapi saat dia sudah tidak lagi menjabat maka tidak satupun ‘bekas’ bawahanya mau dia perintah. 8. Perunding. Peran yang menempatkan manajer sebagai perunding baik dengan pihak-pihak dalam lingkungan organisasi maupun pihak luar guna pemecahan bagi masalahmasalah yang dihadapi organisasi. 9. Berwibawa. Manajer yang otoriter cenderung memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini bawahannya agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi dengan memusatkan pengambilan keputusan kepada satu orang atau satu kelompok kecil saja. Manajer dengan sifat seperti ini cenderung kaku dan tidak mau mendengar saran atau aspirasi dari bawahannya. 10. Menstabilkan. Manajer dituntut untuk memiliki sikap stabilisator agar dalam memecahkan permasalahan seorang manajer selalu stabil, konsisten, dan tidak mudah terpengaruh agar nantinya dalam proses pengambilan keputusan mendapatkan keputusan terbaik bagi perusahaan.
E. Tugas dan Fungsi Pemimpin Seorang pemimpin harus mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik, efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tetapi kalau ternyata tidak dapat menyelesaikan dengan baik, maka perlu diketahui sebab-sebabnya. Ada kemungkinan seorang pemimpin memang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya, karena faktor lingkungan kerja yang mengakibatkan dampak menurunnya efektivitas. Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
23
Pemimpin adalah inti dari manajemen, dan ini terindikasi bahwa suatu organisasi akan berjalan apabila ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh pemimpin. Oleh sebab itu seorang pemimpin dituntut untuk memiliki keahlian khusus dalam kaitannya dengan kepemimpinan. Adapun tugastugas pemimpin dalam tinjauan Stonen (2015) adalah sebagai berikut: (1) Pemimpin pada dasarnya bekerja melalui orang lain, maka ia bertugas untuk menggerakkan atau mempengaruhi orang lain untuk mewujudkan tujuan organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, diantaranya anggota organisasi dan kolega di luar organisasi; (2) Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas), maka pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun perencanaan program, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik, dan bertanggung jawab untuk kesuksesan anggotanya tanpa kegagalan; (3) Pemimpin bertugas menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas, Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada anggota. Selanjutnya pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif; (4) Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual, seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain; (5) Manajer adalah seorang mediator, konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin bertugas menjadi seorang mediator; (6) Pemimpin adalah politisi dan diplomat, seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya; dan
24
Manajemen Kepemimpinan Islam
(7) Pemimpin membuat keputusan yang sulit, seorang pemimpin dituntut mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat terhadap permasalahan yang muncul baik dalam organisasi maupun luar. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pada prinsipnya setiap orang adalah pemimpin yang diberi tugas untuk senantiasa untuk beribadah kepada Allah Swt. Dalam kaitannya dengan kehidupan organisasi seorang pemimpin mempunyai tugas untuk menjalankan organisasi dengan baik dan benar, mengarahkan anggotanya ke jalan yang benar, menegakkan keadilan dan menggerakkan anggotanya untuk bekerja dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah Swt, dan tentu apabila setiap individu telah bekerja dengan penuh keikhlasan sesuai dengan tugasnya masing-masing maka insyaallah tujuan organisasi akan tercapai dengan baik. Sesuai dengan firman Allah Swt yang berbunyi:
$uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ (#θçΡ%Ÿ2uρ ( (#ρçy9|¹ $£ϑs9 $tΡÍö∆r'Î/ šχρ߉öκu‰ Zπ£ϑÍ←r& öΝåκ÷]ÏΒ $oΨù=yèy_uρ tβθãΖÏ%θムArtinya: Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami (QS. As Sajadah: 24). Pada ayat yang lain, Allah Swt juga berfirman, antara lain sebagai berikut:
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
25
Ÿωuρ Èd,ptø:$$Î/ Ĩ$¨Ζ9$# t⎦÷⎫t/ Λäl÷n$$sù ÇÚö‘F{$# ’Îû Zπx‹Î=yz y7≈oΨù=yèy_ $¯ΡÎ) ߊ…ãρ#y‰≈tƒ «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã tβθ=ÅÒtƒ t⎦⎪Ï%©!$# ¨βÎ) 4 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã y7¯=ÅÒãŠsù 3“uθyγø9$# ÆìÎ7®Ks? ∩⊄∉∪ É>$|¡Ïtø:$# tΠöθtƒ (#θÝ¡nΣ $yϑÎ/ 7‰ƒÏ‰x© Ò>#x‹tã öΝßγs9 Artinya: Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan” (QS. Shad:26). Selanjutnya Rosmiati dan Kurniady, (2009:126) mengatakan bahwa fungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut: (1) Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa persaudaraan; (2) Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yang ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan; (3) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan egektif; dan (4) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi. Dari beberapa fungsi pemimpin di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin berfungsi sebagai: (1) melaksanakan amanah, (2) menegakkan keadilan dalam organisasi, (3) menciptakan ukhwah antara sesamanya, (4) menghidupkan prinsip musyawarah, (5) Mencegah penyimpangan sosial dan mengajak anggotanya untuk bersikap sesuai norma dan nilai-nilai Islam.
26
Manajemen Kepemimpinan Islam
<Ù÷èt/ s−öθsù öΝä3ŸÒ÷èt/ yìsùu‘uρ ÇÚö‘F{$# y#Íׯ≈n=yz öΝà6n=yèy_ “Ï%©!$# uθèδuρ Ö‘θàtós9 …絯ΡÎ)uρ É>$s)Ïèø9$# ßìƒÎ| y7−/u‘ ¨βÎ) 3 ö/ä38s?#u™ !$tΒ ’Îû öΝä.uθè=ö7uŠÏj9 ;M≈y_u‘yŠ ∩⊇∉∈∪ 7Λ⎧Ïm§‘ Artinya: Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al An’am:165).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
27
Bab 2 Sejarah Kepemimpinan
A. Awal Mula Kepemimpinan Awal mula timbulnya kepemimpinan dimulai sejak adanya manusia. Seiring dengan perubahan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan berkembangnya ilmu manajemen, hal ini terlihat dengan munculnya para ahli ilmu manajemen Islam dan juga lahirnya berbagai macam literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan. Allah Swt telah memberitahukan kepada manusia tentang pemimpin dan kepemimpinan melalui Al-Qur’an, banyak ayatayat yang mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa orang terdahulu yang menyangkut dengan ketaatan manusia kepada Allah Swt begitu juga sebaliknya. Ada beberapa ayat yang berhubungan langsung dengan kepemimpinan, sehingga para ahli pendidikan menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan untuk mengkaji tentang kepemimpinan. Firman Allah Swt:
ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉šøム⎯tΒ $pκÏù ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès? Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat 28
Manajemen Kepemimpinan Islam
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S Al Baqarah:30).
Ĩ$¨Ψ=Ï9 y7è=Ïæ%y` ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( £⎯ßγ£ϑs?r'sù ;M≈uΚÎ=s3Î/ …絚/u‘ zΟ↵Ïδ≡tö/Î) #’n?tFö/$# ÏŒÎ)uρ ∩⊇⊄⊆∪ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$# “ωôγtã ãΑ$uΖtƒ Ÿω tΑ$s% ( ©ÉL−ƒÍh‘èŒ ⎯ÏΒuρ tΑ$s% ( $YΒ$tΒÎ) Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim” (Q.S Al Baqarah:124). Berdasarkan ayat di atas, sangatlah jelas bahwa kepemimpinan ada pada saat manusia ada, dan itu jelas adanya kata khalifah yang tercantum dalam surah al Baqarah ayat 30. Ini menandakan bahwa manusia yang pertama sekali diberikan amanah oleh Allah Swt menjadi khalifah adalah Nabi Adam a.s. Selanjutnya anak-anak Adam sampai kepada cucunya diberikan amanah oleh Allah Swt untuk mengaturnya. Akan tetapi kepemimpinan manusia tidak bisa terlepas dari nilai-nilai ketauhidan kepada zat yang menciptakan manusia. Begitu juga hal ini, kandungan dalam surah al Baqarah ayat 124 bahwa Allah Swt memberikan kemuliaan kepada Nabi Ibrahim a.s dengan menjadikan nabi Ibrahim sebagai imam bagi umat manusia, terutama menyangkut dengan ketauhidan, yaitu pada saat nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangannya. Dan tentunya orang-orang yang menegakkan agama nabi Ibrahim hanyalah orang-orang yang beriman yaitu umat nabi Muhammad Saw, seperti mengunjungi baitullah. Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
29
Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan (Terry, 2003). Sejarah adalah peristiwa masa lalu dan hanya terjadi satu kali seumur hidup. Jadi yang dimaksud dengan sejarah kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang dapat memberikan pengaruh besar bagi Indonesia pada zaman penjajahan dan hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia hingga saat ini. Pemimpin yang berada pada zaman penjajahan mempunyai wibawa yang sangat tinggi namun ada juga pemimpin yang bersikap kejam dan tidak memikirkan bagaimana kehidupan rakyatnya.
B. Kepemimpinan di Masa Lalu Para pemimpin yang efektif selalu mempunyai rencana, mereka berorientasi penuh pada hasil yang akan dicapai. Mereka mengadopsi visi-visi baru yang menantang yang dibutuhkan dan bisa dijangkau. Mereka mengomunikasikan visi-visi tersebut dan mempengaruhi orang lain sehingga arah baru mereka mendapat dukungan dan bersemangat memanfaatkan sumber daya dan energi yang mereka miliki untuk mewujudkan visi-visi tersebut. Organisasi pada abad 21 membutuhkan kepemimpinan yang visioner. Organisasi manapun tidak dapat berfungsi tanpa kepemimpinan visioner karena organisasi yang dipengaruhi oleh perubahan teknologi yang sangat cepat. Kebutuhan akan kepemimpinan visioner bukan saja untuk kekuatan yang menyatukan ribuan tugas, melainkan tidak ada cara lain untuk menampung energi atau kejeniusan para pekerja
30
Manajemen Kepemimpinan Islam
berpengetahuan tanpa kepemimpinan visioner. Kekuatan pada organisasi-organisasi abad ke-21 cenderung mengalir kepada mereka yang mempunyai kapasitas untuk menghadapi tantangan dan menginspirasi profesional. Tingkat pengaruh dan kompleksitas global menyebabkan sebuah visi tertentu hanya bermanfaat untuk waktu yang terbatas. Organisasi abad ke-21 menekankan peran perubahan dan menetapkan budaya perusahaan yang di dalamnya menyangkut keberanian mengambil risiko dan partisipasi yang luas sangat menghargai. Dengan adanya pemimpin visioner pada semua tingkatan. Seorang pemimpin pada tingkat puncak akan menjadi ‘pemimpin para pemimpin’. Bukan untuk citra seorang pemimpin sebagai gembala dan pengikutnya sebagai domba. Sebaliknya dengan pola yang sekarang umumnya diterapkan di perusahaan-perusahaan ‘pengikut’ itu sendiri adalah pemimpin dan secara profesional dikualifikasikan sebagai pemimpin para pemimpin. Visi adalah kondisi yang sangat diperlukan yang tanpanya tidak aka nada kerangka umum dan kerjasama, tidak ada saling percaya dan tidak ada harapan bagi kemajuan organisasi pemerintahan.
C. Konsep-konsep Sejarah Kepemimpinan 1. Konsep Ekologi Konsep ekologi muncul sebagai reaksi dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa seorang yang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahir telah memiliki bakat kepemimpinan dan bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntunan lingkungan.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
31
2. Konsep Sosial Konsep ini muncul bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila dia dididik dan diberi pengalaman yang cukup tentang kepemimpinan. Jadi dalam hal ini seseorang yang ingin menjadi pemimpin dituntut untuk mempelajari ilmu kepemimpinan dan ilmu-ilmu lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan kepemimpinan. D. Sejarah Kehidupan Para Pemimpin 1. Hideki Tojo Seorang jenderal dan perdana menteri Jepang pada masa perang dunia kedua dianggap bertanggungjawab atas hilangnya 8 juta nyawa manusia di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Hideki Tojo memiliki kegilaan yang sama dengan Adolf Hitler yaitu menganggap ras Jepang yang paling superior. Namun setelah Jepang menyerah, Jenderal MacArthur memerintahkan untuk menangkap para penjahat perang termasuk Hideki Tojo saat ditangkap Tojo pada 8 September 1945 berada di rumahnya. Tojo ternyata dalam keadaan sekarat karena percobaan bunuh diri yang gagal dengan cara menembakkan pistol ke jantungnya namun meleset. Setelah sembuh dia dihadapkan ke Mahkamah International dan divonis mati dan dihukum gantung pada Desember 1948. Tapi sebelum digantung, Tojo sempat meminta maaf atas semua kejahatan perang yang dilakukan oleh bangsa Jepang. Banyak pendapat mengatakan bahwa Hideki Tojo dikorbankan agar sang Kaisar Hirohito bebas tanggung jawab atas kekejaman Jepang. 2. Benito Mussolini Pada tahun 1922 dia diangkat oleh Raja Viktor Emanulle III sebagai Perdana Menteri pada usia 39 tahun. Kemudian dia
32
Manajemen Kepemimpinan Islam
mencabut semua undang-undang yang dinilai membatasi kekuasaannya, 1925 Mussolini mengubah statusnya menjadi Kepala Pemerintahan dari sebelumnya Perdana Menteri dan tidak lagi bertanggung jawab pada parlemen, hanya raja yang bisa menurunkannya, Musolini juga mengambil alih dan mengepalai tujuh bidang kementerian. Musolini juga mengepalai Partai Fasis dan milisi Fasis local yaitu MVSN atau Blackshirts yang kerap meneror warga dan juga membentuk satuan polisi rahasia OVRA. Untuk mengatasi krisis ekonomi membuat kebijakan ‘emas bagi negeri’ dengan cara meminta secara ‘suka rela’ pada rakyatnya. Sebagai mantan jurnalis dia tahu bahwa media sangat efektif untuk melancarkan pemerintahannya maka dia menggunakan media sebagai propaganda Fasisme menggantikan Liberalisme dan Demokrasi. Pada bulan Oktober 1935, Mussolini menaklukan Eithopian dengan serangan udara dan senjata kimia. Dia juga mengeksekusi 30 ribu penduduk Eithopia yang diduga melawan seorang gubernur koloni Mussolini juga menyerang Mesir pada 1940. Tahun 1942, Jerman dan Italia kalah dengan pasukan sekutu di Afrika, 275 ribu pasukan menyerah dan sekutu mulai masuk negara Italia pada bulan Juli 1943. Musolini diasingkan di pegunungan Abruzzi tapi pasukan komando Jerman membebaskannya. Atas saran Hitler, Musolini membentuk pemerintahan Fasis baru, namun seiring kekalahan Jerman atas sekutu, Musolini lari ke Swiss tapi tertangkap 27 April 1945. Musolini ditembak bersama pacar gelapnya Clara Petacci, mayat mereka dipamerkan di koran Milan dan digantung terbalik, masyarakat menonton dengan suka cita, melempari, dan meludahi mayat Benito Musolini. 3. Muhammad Najibullah Najibullah adalah seorang Presiden Republik Komunis Demokratik Afganistan saat berpendudukan Uni Sovyet, Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
33
Najibullah juga mengepalai KHAD yaitu suatu dinas polisi rahasia. Mereka menahan dan menyiksa serta mengeksekusi puluhan ribu warga Afganistan, dari para saksi mengatakan bahwa Najibullah turun dengan tangan sendiri dalam interogasi dan penyiksaan. Di tahun 1986 Najibullah diangkat menjadi Sekjen People as Democratic Party of Afganistan, dia juga mengendalikan polisi rahasia dan militer selama pemerintahannya, Najibullah yang merupakan boneka Uni Sovyet terus digempur gerilyawan Mujahidin. Perang saudara memaksa Najibullah turun dari jabatan pada April 1992, saat itu ia terpaksa bersembunyi di kantor PBB. Tahun 1994 pemerintahan Afganistan mulai terdesak oleh Taliban dan pada September 1996 ibukota Kabul jatuh, pasukan Taliban masuk ke komplek PBB dan menyeret Najibullah dan saudaranya keluar, keduanya diikat, disiksa, dan dibawa ke istana untuk ditembak, belum puas dengan menembak, mayat mereka pun diseret dengan mobil dan akhirnya digantung selama dua hari mayat itu dijejeli uang di kantongnya dan diselipkan cerutu pada jari-jarinya, sebagai sindiran kehidupannya yang penuh kemewahan dan korupsi. 4. Nicolae Ceausescu Nicole Ceausescu memegang jabatan sebagai Kepala Negara dan kepemerintahan, Ketua Partai Komunis Rumania, Ketua Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial, Ketua Front Demokrasi Sosialis serta Kepala Angkatan Bersenjata Awal pertengahan 1960, Ceausescu membuat kebijakan untuk menambah populasi penduduk Rumania dengan cara melarang kontrasepsi dan pendidikan seks, pasangan yang tidak mempunyai anak akan dikenai pajak yang tinggi. Ceausescu juga mengatur Dewan Keamanan dalam Negeri agar para agennya dapat bebas menahan, interogasi, dan menyiksa setiap orang yang dianggap menentang. Dia juga sangat membatasi dan mengontrol media 34
Manajemen Kepemimpinan Islam
bahkan warga tidak boleh mempunyai mesin tik tanpa izin. Ceausescu juga menempatkan putranya, istri, dan saudarasaudaranya dalam posisi strategis dalam pemerintahan. Pada akhir 80-an Rumania mengalami krisis ekonomi akibat kebijakan-kebijakan yang kacau, hutang mencapai 10 miliar USD, lalu ia menerapkan kebijakan pengetatan, hampir semua produksi Rumania diekspor termasuk bahan makanan, bahan bakar minyak, dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Rakyat kelaparan dan hampir 15 ribu warga meninggal setiap tahun karena kebijakan ini. Desember 1988 rakyat mulai berdemo dan dijawab oleh Ceausescu di kota Timisora dengan tembakan 4000 orang tewas. Angkatan bersenjata mulai memihak kepada rakyat, menyadari keadaan genting Ceausescu dan istrinya kabur dengan helikopter setelah sempat menembak mati menteri pertahanannya, Jendral Vasile Milea yang menolak untuk menembak rakyat/ demonstran. Akhirnya Ceausescu ditangkap bersama istrinya, mereka diadili dan divonis mati, keduanya ditembak di kepala dengan salah satu senapan paling legendaris di dunia yaitu AK-47. 5. Saddam Hussein Saddam naik sebagai presiden Irak pada tahun 1979, awalnya dia menceritakan dirinya sebagai pemimpin yang berupaya memajukan rakyatnya dengan nasionalisasi terhadap industri perminyakan dan bertekad memberantas buta huruf, dengan cara tak lazim yaitu memenjarakan mereka yang tidak mengikuti program pendidikan tersebut. Pada masa itu, Irak mempunyai sistem pemeliharaan kesehatan terbaik di Timur Tengah, bahkan mendapatkan penghargaan dari UNESCO. Pada tahun yang sama, Saddam Hussein juga memerintahkan eksekusi bagi belasan pejabat yang dianggap menentangnya. Tahun 1980 ia memulai perang dengan Iran dengan alasan perebutan territorial, namun tujuan sebenarnya bahwa ia khawatir dengan revolusi Iran yang dipelopori Ayatullah Khomeini. Perang Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
35
yang diperkirakan singkat namun ternyata berlangsung selama 8 tahun dan pada saat inilah Saddam menggunakan senjata kimia untuk menghabisi tentara Iran dan pemberontak Kurdi. Untuk menjaga keamanan dalam negeri, ia membentuk polisi rahasia ala Stalin dan mengendalikan tentara rakyat untuk menghadapi kudeta dari angkatan bersenjata. Masih ada juga Departemen Intelejen Jendral (Mukhabarat) satuan yang paling ditakuti dengan tidak pandang bulu, bahkan dua menantunya dihabisi oleh satuan ini karena dianggap membelot.
36
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 3 Kepemimpinan dalam Islam
A. Pemimpin dalam Islam Kerangka dasar dalam memahami konsep dasar dan berbagai teori kepemimpinan menurut Syafaruddin (2005:194) dengan mengutip pendapat Rahman, menyebutkan bahwa sebutan kepemimpinan dalam khazanah Islam yaitu: khalifah, imam dan wali. Pemimpin adalah seseorang yang diberi kedudukan tertentu dan bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut. Dalam konteks khalifah Allah Swt berfirman:
ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉šøム⎯tΒ $pκÏù ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès? Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al Baqarah:30).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
37
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt menjadikan manusia sebagai khalifah atau pemimpin. Manusia diberikan amanah oleh Allah Swt untuk mengatur jagat raya ini, sedangkan makhluk Allah yang bernama malaikat merasa khawatir terhadap kepemimpinan manusia. Allah Swt berfirman “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Penulis menyimpulkan bahwa seorang pemimpin haruslah mempunyai ilmu khusus yang harus dimilikinya sehingga tidak akan mencelakakan dirinya dan orang lain. Kepemimpinan dalam Islam merupakan usaha menyeru manusia kepada amar makruf nahi mungkar, menyeru berbuat kebaikan dan melarang manusia berbuat keburukan. Kepemimpinan Islam adalah perwujudan dari keimanan dan amal shaleh. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang mementingkan kepentingan dirinya, kelompok, keluarga, kedudukannya, dan hanya bertujuan untuk kebendaan, penumpukan harta, bukanlah kepemimpinan Islam yang sebenarnya meskipun pemimpin tersebut beragama Islam dan berlabelkan Islam. Sebagaimana dipahami bahwa tidak semua orang layak, mampu atau berhak untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan adalah bagi dia atau mereka yang layak dan berhak saja. Sejumlah pendapat mengatakan bahwa dianggap telah melakukan satu pengkhianatan terhadap agama apabila diangkat seorang pemimpin yang tidak layak. Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Dalam shalat berjamaah, imam berarti orang yang di depan. Secara harfiah, imam berasal dari kata amma, ya’ummu yang artinya menuju, menumpu, dan meneladani. Ini berarti seorang imam atau pemimpin harus selalu di depan guna memberi keteladanan atau kepeloporan dalam segala bentuk kebaikan. Di samping itu, pemimpin disebut juga dengan khalifah yang berasal dari kata khalafa yang berarti di belakang, karenanya khalifah
38
Manajemen Kepemimpinan Islam
dinyatakan sebagai pengganti karena memang pengganti itu di belakang atau datang sesudah yang digantikan. Kalau pemimpin itu disebut khalifah, itu artinya ia harus bisa berada di belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar, sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya ke arah kebenaran. Adapun kepemimpinan Rasulullah Saw merupakan contoh terbaik dalam menghayati nilai-nilai kepemimpinan. Rasulullah Saw telah meletakkan kepentingan umat Islam mengatasi segala kepentingan diri dan keluarga. Sifat-sifat kepemimpinan yang dihayati dan ditonjolkan baginda telah menjadi rujukan para pengikut beliau di sepanjang zaman dan setiap generasi. Rasulullah Saw telah memberikan gambaran yang sangat rinci bagaimana beliau bersikap sebagai seorang pemimpin; tidak memamerkan kemewahan dan tidak pula angkuh dengan jabatan yang beliau sandang. Sebaliknya, Rasulullah Saw senantiasa menampilkan sikap keramahannya kepada umat, menyebarkan salam, menyantuni yang kecil, menghormati yang tua, peduli pada sesama dan selalu tunduk dan takut kepada Allah Swt. Zat yang telah memberikan tugas dan tanggung jawab ke pundaknya. Meskipun beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu, tetapi pengaruhnya tetap abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman dan tidak lekang dimakan usia. Kepemimpinan adalah pengaruh. Makin kuat kepemimpinan seseorang, akan makin kuat pula pengaruhnya. Begitu pula dengan Rasulullah. Lalu, pemimpin seperti apakah Rasulullah Saw sehingga pengaruhnya bisa menembus relung hati kita? Siang malam kita merindukan berjumpa dengan beliau sehingga rela berdesak-desakan di raudhah (sebuah ruang dekat mimbar masjid Nabawi di Madinah) sekalipun. Jawaban dari semua itu ternyata;
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
39
Pertama, sebelum memimpin orang lain, Rasulullah Saw selalu mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya sehingga tidak melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah memimpin tutur katanya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata benar, indah, dan padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula. Sayang, kita sangat banyak menginginkan kedudukan, jabatan, dan kepemimpinan. Padahal, untuk memimpin diri sendiri saja kita sudah tidak sanggup. Itulah yang menyebabkan seorang pemimpin tersungkur menjadi hina. Tidak pernah ada seorang pemimpin jatuh karena orang lain. Seseorang hanya jatuh karena dirinya sendiri. Kedua, Rasulullah Saw memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak menyuruh atau melarang. Beliau memimpin dengan suri teladan yang baik. Pantaslah kalau keteladanannya diabadikan dalam Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9 ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al Ahzab: 21). Dalam kehidupannya, Rasulullah Saw senantiasa melakukan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting karena sehebat apa pun yang kita katakan, tidak akan berharga kecuali kalau perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain
40
Manajemen Kepemimpinan Islam
sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya. Efeknya, dakwah beliau punya kekuatan ruhiah yang sangat dahsyat. Dalam AlQur’an Allah Swt berfirman:
∩⊂∪ šχθè=yèøs? Ÿω $tΒ (#θä9θà)s? βr& «!$# y‰ΨÏã $ºFø)tΒ uã9Ÿ2 Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (QS. Ashshaf: 3) Ketiga, kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi beliau memimpin dengan kalbunya. Hati tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati lagi. Dengan demikian, yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah hati nurani, karena itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil ‘alamin, dan perilakunya yang amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya. Sabda Rasulullah Saw: “Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendoakan kebaikan kalian dan kalian mendoakannya kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian”. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain. Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
41
jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup. 1. Tanggung Jawab Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya. Bukan hanya di hadapan manusia tapi juga di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya. Contoh lain, ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang tersebut dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun di tengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia, sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tidak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai 42
Manajemen Kepemimpinan Islam
pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu” (HR. Bukhari dan Muslim). 2. Pengorbanan Pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi yang sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Oleh karena itu, sangat aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara atau Provinsi dan tingkatan yang di bawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat. 3. Kerja Keras Seorang pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya. Selanjutnya, mengarahkan kehidupan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Saat menghadapi krisis ekonomi, khalifah Umar bin Khattab membagikan bahan pangan kepada rakyatnya. Meskipun sore hari Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
43
ia sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar melakukan observasi langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapatkan bahwa terdapat salah seorang rakyatnya yang memasak batu (sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis) karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggil sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya. 4. Kewenangan Melayani Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR. Abu Na’im). Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup. Hal ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk mendhalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: “Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya” (HR. Thabrani). 5. Keteladanan dan Kepeloporan Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. 44
Manajemen Kepemimpinan Islam
Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran tersebut. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah Saw tunjukkan keteladanan dan kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu, seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justru menyatakan: “Kalau kamu mau membawa batu bata, di sana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya”. Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan masjid Nabawi (Al Asqalani, 1999). Menurut Covey, terdapat beberapa faktor penting yang menentukan kebiasaan-kebiasaan baik seorang pemimpin yang dapat berdampak kepada kesuksesannya. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: a. Proaktif Proaktif merupakan salah satu sikap keaktifan individu terhadap respon atau upaya yang dilakukan dalam menghadapi setiap dinamika kehidupan yang terjadi di sekitarnya. Keaktifan individu atas setiap respon dan upaya yang terjadi merupakan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
45
salah satu implementasi dari fungsi keputusan pribadi bukan oleh kondisi. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melakukan kegiatan yang proaktif, masing-masing individu harus mempertimbangkan secara benar-benar setiap upaya dan respon yang terjadi di sekitar sebelum individu tersebut mengambil tindakan. b. Kepemimpinan Pribadi Merupakan sikap seorang pemimpin sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini sangat diperlukan agar setiap individu mampu mencapai tujuannya masing-masing sehingga berkontribusi dalam mencapai tujuan masyarakat luas secara keseluruhan. Salah satu karakter kepemimpinan pribadi adalah dengan berpikir jauh kedepan dan memikirkan hasil akhir terlebih dahulu dibandingkan cara-cara memulainya. c. Membuat Skala Prioritas Skala prioritas diperlukan oleh masing-masing individu agar membantu individu untuk menyusun prioritas-prioritas kegiatan yang harus dilakukan. Kendala yang dihadapi masa kini adalah ketidakmampuan individu untuk menyeleksi dan memilih beberapa aktivitas yang sebenarnya lebih penting dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Namun akibat tidak tahu dan tidak berpikir secara jangka panjang, beberapa individu salah mengambil keputusan dalam memprioritaskan sesuatu. Setidaknya ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam individu dalam mengelola prioritasnya yaitu prioritaskan, kelola sekitar prioritas, dan disiplinkan dirimu sendiri. d. Berpikir Positif Salah satu sikap yang dilakukan pemimpin-pemimpin sukses adalah senantiasa berpikir positif dalam menjalankan 46
Manajemen Kepemimpinan Islam
setiap kegiatan. Berpikir positif mampu membentuk tubuh untuk menghilangkan energi-energi negatif seperti penyakit, sikap tidak produktif, dan berbagai sikap negatif lainnya. Selain itu, berpikir positif akan meringankan nafsu dan pikiran sehingga mampu berpikir lebih jernih dan keputusan yang diambil akan lebih tepat penggunaannya. e. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Berusaha mengerti lebih dahulu merupakan sikap proaktif dalam memahami lingkungan sebelum mengambil keputusankeputusan yang berdampak kepada lingkungan itu sendiri. Sikap ini diperlukan dalam membentuk sebuah pemahaman diri akan kondisi lingkungan yang terjadi sehingga mampu menghasilkan sebuah aktivitas efektif yang muncul dari keputusan pribadi yang benar. Sikap tersebut mampu meminimalisasi kemungkinan kegagalan keputusan yang diambil serta membantu individu beradaptasi sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan. f. Mewujudkan Kerjasama yang Kreatif Kerjasama merupakan sikap saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sikap ini diperlukan terutama dalam lingkungan masyarakat yang memiliki masalah cukup kompleks sehingga membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan prinsip perubahan yang harus bermula dari keinginan pribadi, maka seorang pemimpin harus mampu mewujudkan kerjasama yang kreatif. Kerjasama ini merupakan sebuah perwujudan dari proses optimalisasi minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu serta menampung aspirasi masing-masing individu. Dengan proses tersebut, masing-masing individu akan memiliki perasaan kepemilikan yang baik sehingga dorongan untuk
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
47
bekerjasama lebih besar dan lebih ikhlas untuk menjalankannya. g. Pembaharuan Diri Merupakan salah satu perwujudan prinsip kaizen, sebuah prinsip budaya yang berasal dari Jepang, yang mensyaratkan individu untuk senantiasa memperbaiki diri secara berkesinambungan. Prinsip ini harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar terus memperbaiki diri atas kesalahan atau menerima gagasan-gagasan baru yang dapat dimanfaatkan demi kemashlahatan umat. B. Ciri-ciri Pemimpin Islam
Pemimpin adalah orang yang berada di depan, yang mempunyai otoritas dan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan memberikan arahan pada pengikutnya ke arah yang diridhai Allah Swt. Karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi, berilmu, dan memiliki sifat jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Di samping itu, seorang pemimpin senantiasa tenang dan sabar dalam pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan, karena apa yang dilakukannya menjadi sorotan orang lain. Allah Swt berfirman:
y‰ΨÏã $ºFø)tΒ uã9Ÿ2 ∩⊄∪ tβθè=yèøs? Ÿω $tΒ šχθä9θà)s? zΝÏ9 (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊂∪ šχθè=yèøs? Ÿω $tΒ (#θä9θà)s? βr& «!$# Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ashshaf:2-3). Dapat dipahami bahwa lisan merupakan nikmat Allah Swt yang mempunyai pengaruh yang sangat besar. Oleh sebab itu, 48
Manajemen Kepemimpinan Islam
seorang pemimpin harus menjaga lisannya, setiap ucapan harus sesuai perbuatan sehingga kepemimpinannya akan dicintai oleh rakyat. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mempunyai kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain dalam kerjanya dengan kekuasaan dan mampu membawa perubahan organisasi yang dipimpinnya ke arah yang baik dan diridhai oleh Allah Swt. Adapun ciri-ciri pemimpin Islami adalah: (a) taat kepada Allah dan rasul-Nya, (b)beriman dan beramal shaleh, (c) mempunyai ilmu, (d) berpegang pada hukum Allah Swt (AlQur’andan al hadits), (e) menjalankan amanah, (f) memutuskan perkara dengan adil, (g) mencintai bawahan, (h) lemah lembut, dan (i) bersikap tegas. Sehubungan dengan deskripsi tersebut, Allah Swt berfirman:
∩⊂⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ*sù (#öθ©9uθs? βÎ*sù ( š^θß™§9$#uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& ö≅è% Artinya: Katakanlah: “Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang kafir”. (QS. Ali ‘Imran: 32) Allah Swt juga berfirman pada ayat yang lain yang bunyinya sebagai berikut:
∩∠∪ Ïπ−ƒÎy9ø9$# çöy{ ö/ãφ y7Íׯ≈s9'ρé& ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=ÏΗxåuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# χÎ) Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah se baik-baik makhluk (QS. Al Bayyinah: 7) Dalam surah an Nahl ayat 90, Allah Swt juga berfirman bahwa:
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
49
Ç⎯tã 4‘sS÷Ζtƒuρ 4†n1öà)ø9$# “ÏŒ Ç›!$tGƒÎ)uρ Ç⎯≈|¡ômM}$#uρ ÉΑô‰yèø9$$Î/ ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) ∩®⊃∪ šχρã©.x‹s? öΝà6¯=yès9 öΝä3ÝàÏètƒ 4 Ä©øöt7ø9$#uρ Ìx6Ψßϑø9$#uρ Ï™!$t±ósxø9$# Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (QS. An Nahlu: 90). Allah Swt juga berfirman pada ayat yang lain yang bunyinya sebagai berikut:
öΝçFΡr&uρ öΝä3ÏG≈oΨ≈tΒr& (#þθçΡθèƒrBuρ tΑθß™§9$#uρ ©!$# (#θçΡθèƒrB Ÿω (#θãΖtΒ#u™ z⎯ƒÏ%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊄∠∪ tβθßϑn=÷ès? Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (QS An Anfal: 27). Allah Swt juga berfirman:
(#θ‘ÒxΡ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# z⎯ÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù #sŒÎ*sù ( Í∆ö F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏøótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù ( y7Ï9öθym ô⎯ÏΒ ∩⊇∈®∪ t⎦,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka 50
Manajemen Kepemimpinan Islam
dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS Al Imran: 159). C. Kepemimpinan dalam Al-Qur’an dan Al Hadits Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber dan pedoman hidup bagi manusia, karenanya manusia haruslah berpegang teguh kepada keduanya. Al-Qur’an dan hadits menjadi cerminan seorang muslim dalam menjalin hablum minallah dan hablum minannaas. Banyak ayat AlQur’andan hadits Rasulullah Saw yang mengutarakan tentang kepemimpinan, di antaranya:
1. Perintah Mentaati Pemimpin Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mencintai bawahannya dan bawahannya juga mencintai atasannya, maka tentunya seorang bawahan harus taat kepada pemimpin selama pemimpin tidak melakukan kedhaliman, firman Allah Swt:
( óΟä3ΖÏΒ Íö∆F{$# ’Í<'ρé&uρ tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè? ÷Λä⎢Ψä. βÎ) ÉΑθß™§9$#uρ «!$# ’n<Î) çνρ–Šãsù &™ó©x« ’Îû ÷Λä⎢ôãt“≈uΖs? βÎ*sù ∩∈®∪ ¸ξƒÍρù's? ß⎯|¡ômr&uρ ×öyz y7Ï9≡sŒ 4 ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS. An-Nisa’:59). Ayat di atas menyerukan kepada orang-orang yang beriman untuk taat kepada Allah Swt dan taat kepada Rasulullah Saw serta Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
51
ulil amri di antara sesama makhluk. Dalam ayat ini, Allah Swt tidak mengulangi kata athi ’ullah, dikarenakan pemimpin merupakan manusia biasa yang terkadang juga mempunyai kesalahan dan tentunya apabila pemimpin telah melakukan kesalahan dalam kepemimpinannya, hendaknya kembali kepada Al-Qur’andan hadits. 2. Manusia adalah Pemimpin Manusia merupakan makluk ciptaan Allah Swt yang sangat sempurna, kesempurnaan manusia dapat kita perhatikan melalui susunan anggota tubuh manusia yang begitu indah dan akal yang mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Tentunya semua nikmat yang Allah Swt berikan ini akan diminta pertanggungjawaban nantinya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
ﺱ ﻨّﺎ ﹺﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﻱ ﺍّﹶﻟﺬﻋ ﹶﻈﻢ ﻡ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺎ ﻓﹶﺎﹾﻟﹺﺈﻣ،ﺘﻪﻴّﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﻭ ﹲﻝﺴﺆ ﻣ ﻢ ﻭ ﹸﻛّﹸﻠ ﹸﻜ ﻉ ﺍ ﹴﻢ ﺭ ﹸﻛّﹸﻠ ﹸﻜ ﻭ ﹲﻝﺴﺆ ﻣ ﻮ ﻭﻫ ﻪ ﺘﻴﺑ ﻫ ﹺﻞ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﻉ ﺍ ﹴﺟ ﹸﻞ ﺭ ّﺮ ﺍﻟ ﻭ،ﺘﻪﻴﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﻭ ﹲﻝﺴﺆ ﻣ ﻮ ﻭﻫ ﻉ ﺍ ﹴﺭ ﻭﹶﻟ ﹲﺔﺴﺆ ﻣ ﻲ ﻫ ﻭ ﻩ ﺪ ﻭﹶﻟ ﻭ ﺎﻭ ﹺﺟﻬ ﺯ ﺖ ﻴﺑ ﻫ ﹺﻞ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﻴ ﹲﺔﻋ ﺍﺮﹶﺃﺓﹸ ﺭ ﻤ ﺍﹾﻟ ﻭ،ﺘﻪﻴﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﻢ ﹶﺃ ﹶﻻ ﹶﻓ ﹸﻜّﹸﻠ ﹸﻜ،ﻨﻪﻋ ﻭ ﹲﻝﺴﺆ ﻣ ﻮ ﻭﻫ ﻩ ﺪ ﺳّﹺﻴ ﺎ ﹺﻝﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﻉ ﺍ ﹴ ﹺﻞ ﺭﺮﺟّ ﺍﻟﺒﺪﻋ ﻭ ،ﻬﻢ ﻨﻋ ﻪ ﺘﻴّﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﻭ ﹲﻝﺴﺆ ﻣ ﻢ ﻭ ﹸﻛّﹸﻠ ﹸﻜ ﻉ ﺍ ﹴﺭ Artinya: Kalian semua adalah pemimpin, bertanggung jawab atas kepemimpinannya, Amir yang dipilih oleh manusia adalah pemimpin, dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang laki-laki menjadi pemimpin bagi keluarganya, dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak suami, dia akan ditanya tentang kepemimpinannnya, seorang budak menjadi pemimpin untuk memelihara harta majikannya, diapun akan ditanya tentang hartanya, ketahuilah masing-masing kalian adalah pemimpin, kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian (HR. Bukhari:2368).
52
Manajemen Kepemimpinan Islam
3. Janji Allah Swt Kepada Orang Beriman
’Îû óΟßγ¨ΖxÎ=ø⇐tGó¡uŠs9 ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ óΟä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# y‰tãuρ ãΝåκs]ƒÏŠ öΝçλm; £⎯uΖÅj3uΚã‹s9uρ öΝÎγÎ=ö6s% ⎯ÏΒ š⎥⎪Ï%©!$# y#n=÷‚tGó™$# $yϑŸ2 ÇÚö‘F{$# Ÿω ©Í_tΡρ߉ç6÷ètƒ 4 $YΖøΒr& öΝÎγÏùöθyz ω÷èt/ .⎯ÏiΒ Νåκ¨]s9Ïd‰t7ãŠs9uρ öΝçλm; 4©|Ós?ö‘$# ”Ï%©!$# tβθà)Å¡≈xø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù y7Ï9≡sŒ y‰÷èt/ txŸ2 ⎯tΒuρ 4 $\↔ø‹x© ’Î1 šχθä.Îô³ç„ ∩∈∈∪ Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS. An-Nur: 55). 4. Larangan Mengangkat Orang Kafir Sebagai Pemimpin
( t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Èβρߊ ⎯ÏΒ u™!$uŠÏ9÷ρr& t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# É‹Ï‚−Gtƒ ω (#θà)−Gs? βr& HωÎ) >™ó©x« ’Îû «!$# š∅ÏΒ }§øŠn=sù šÏ9≡sŒ ö≅yèøtƒ ⎯tΒuρ ∩⊄∇∪ çÅÁyϑø9$# «!$# ’n<Î)uρ 3 …çµ|¡øtΡ ª!$# ãΝà2â‘Éj‹y⇔ãƒuρ 3 Zπ9s)è? óΟßγ÷ΖÏΒ
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
53
Artinya: Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min (QS. Ali ‘Imran: 28). 5. Laki-laki adalah Pemimpin Allah swt telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan, dan berpasang-pasangan serta saling mencintai. Dalam kepemimpinan Islam seorang laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita sebagaimana Allah Swt berfirman:
4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅Òsù $yϑÎ/ Ï™!$|¡ÏiΨ9$# ’n?tã šχθãΒ≡§θs% ãΑ%y`Ìh9$# ìM≈tGÏΖ≈s%
àM≈ysÎ=≈¢Á9$$sù
4
öΝÎγÏ9≡uθøΒr&
ô⎯ÏΒ
(#θà)xΡr&
!$yϑÎ/uρ
<Ù÷èt/
∅èδy—θà±èΣ tβθèù$sƒrB ©ÉL≈©9$#uρ 4 ª!$# xáÏym $yϑÎ/ É=ø‹tóù=Ïj9 ×M≈sàÏ≈ym ÷βÎ*sù
(
£⎯èδθç/ÎôÑ$#uρ
ÆìÅ_$ŸÒyϑø9$#
’Îû
£⎯èδρãàf÷δ$#uρ
∅èδθÝàÏèsù
$wŠÎ=tã šχ%x. ! © $# ¨βÎ) 3 ¸ξ‹Î6y™ £⎯Íκön=tã (#θäóö7s? Ÿξsù öΝà6uΖ÷èsÛr& ∩⊂⊆∪ #ZÎ6Ÿ2 Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS. An Nisa: 34).
54
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, ayat di atas menerangkan bahwa kaum laki-laki merupakan pemimpin dalam lingkungan keluarga, dan istri berkewajiban untuk menjaga rahasia dan harta suaminya serta tidak melakukan sesuatu yang dapat menyakitkan hati suaminya. Di sisi lain, seorang istri juga berkewajiban untuk menjalankan semua kewajiban istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suami. Apabila istri melanggar peraturan yang merupakan kewajiban istri, maka sebagai pemimpin dalam keluarga suami haruslah memberikan pelajaran dan nasehat-nasehat, sehingga akan terjalin rumah tangga yang mawaddah dan penuh kasih sayang. 6. Bai’at terhadap Pemimpin Hadits Rasulullah Saw:
ﻲ ﻓ ﺲ ﻴﻭﹶﻟ ﺕ ﺎﻦ ﻣ ﻣ ﻭ ﺠ ﹶﺔ ﹶﻟﻪ ﺣ ﺔ ﻟﹶﺎ ﻣ ﺎﻘﻴ ﻡ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻳ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﻘ ﺔ ﹶﻟ ﻋ ﻦ ﻃﹶﺎ ﻣ ﺪﹰﺍﻊ ﻳ ﺧﹶﻠ ﻦ ﻣ ﻴ ﹰﺔﻠﻫ ﺎﺘ ﹰﺔ ﺟﻴﻣ ﺕ ﺎﻌ ﹲﺔ ﻣ ﻴﺑ ﻪ ﻘ ﻨﻋ Artinya: Barang siapa enggan taat kepada pemimpin yang telah dibai’at, dia akan menjumpai Allah kelak di hari kiamat tidak punya alasan, barang siapa meninggal dunia sedangkan dia tidak membai’atnya, dia mati seperti mati jahiliyah. 7. Pemimpin Memikul Tanggung Jawab Pada dasarnya semua manusia adalah pemimpin, dan tentunya ia mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. sebagaimana hadits Rasulullah Saw sebagai berikut:
ﻉ ﺍ ﹴﻢ ﺭ ﹸﻛّﹸﻠ ﹸﻜ:ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﹸﻪ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﹶﺃ ّﹶﻥ،ﻤﺮ ﻋ ﻦ ﺑ ﷲ ِ ﺍﺒﺪﻋ ،ﻬﻢ ﻨﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻣ ﻮ ﻭ ﻫ ﻉ ﺍ ﹴﺱ ﺭ ﻨّﺎ ﹺﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﻱ ﺬ ﺍّﹶﻟﻴﺮﻣ ﻓﹶﺎﹾﻟﹶﺄ, ﻪ ﺘﻴّﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻤ ﹶﻓ ﺖ ﻴﺑ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﺔﻋ ﺍﺮﹶﺃﺓﹸ ﺭ ﻤ ﺍﹾﻟ ﻭ،ﻬﻢ ﻨﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻣ ﻮ ﻭﻫ , ﻪ ﺘﻴﺑ ﻫ ﹺﻞ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﻉ ﺟ ﹸﻞ ﺭﹶﺍ ﹴ ّﺮ ﺍﻟﻭ ﻮ ﻭﻫ ﻩ ﺪ ﺳّﹺﻴ ﺎ ﹺﻝﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﻉ ﺍ ﹴﺪ ﺭ ﺒﻌ ﺍﹾﻟﻭ, ﻢ ﻬ ﻨﻋ ﻮﹶﻟ ﹲﺔ ﺴﹸﺌ ﻣ ﻲ ﻫ ﻭ ﻩ ﺪ ﻭﹶﻟ ﻭ ﺎﻠﻬﻌ ﺑ Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
55
؟ )ﺭﻭﺍﻩﺘﻪﻴّﻋ ﺭ ﻦ ﻋ ﺴﺌﹸﻮ ﹲﻝ ﻣ ﻢ ﻭ ﹸﻛّﹸﻠ ﹸﻜ ﻉ ﺍ ﹴﻢ ﺭ ﹶﺃ ﹶﻻ ﹶﻓﻜﹸّﹸﻠ ﹸﻜ, ﻨﻪﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻣ (ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya: Abdullah bin Umar, dia berkata: Rasulullah bersabda “Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang raja memimpin rakyatnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang suami memimpin keluarganya, dan akan ditanya kepemimpinannya itu. Seorang ibu memimpin rumah suaminya dan anakanaknya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang budak mengelola harta majikannya dan akan ditanya tentang pengelolaannya. Ingatlah bahwa kalian semua memimpin dan akan ditanya pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya itu. Hadits Ibnu Umar, ع ٍ ( ُآُّﻠ ُﻜ ْﻢ رَاkamu semua adalah pemimpin). Akan dijelaskan secara detail pada awal pembahasan tentang hukum. Adapun maksud pencantumannya di tempat ini, terdapat pada kalimat ﺳِّﻴﺪِﻩ َ ل ِ ﻋﻠَﻰ ﻣَﺎ َ ع ٍ وَا ْﻟ َﻌ ْﺒ ُﺪ رَا. Seorang budak mengelola harta majikannya karena jika seorang budak telah menasehati majikannya dan menunaikan amanat dan menunaikan amanat yang dibebankan kepadanya, maka bagi majikannya patut untuk membantunya dan tidak melampaui batas dalam memperlakukannya. Dalam kitab hukum, kata ar-ra’i artinya orang yang memelihara dan diberi amanah atas kemaslahatan apa yang diamanatkan. Dia dituntut berbuat adil dan melakukan apa yang menjadi mashlahat tersebut. س ِ ﻋﻠَﻰ اﻟ َﻨّﺎ َ ي ْ ﻷ ِﻣ ْﻴ ُﺮ اَّﻟ ِﺬ َ ( ﻓَﺎseorang raja memimpin rakyatnya) maksudnya adalah pemimpin tertinggi. Al Khathabi berkata, “Mereka yang bersekutu yakni pemimpin dan seorang laki-laki serta semua yang disebutkan dalam hadits, dalam sifat pemimpin namun dengan makna berbeda-beda. Kepemimpinan penguasa tertinggi adalah menjaga syari’at dengan menegakkan hukum serta berlaku adil dalam menetapkan hukum. 56
Manajemen Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan seorang laki-laki terhadap keluarganya adalah cara mengurusi mereka dan memberikan haknya. Kepemimpinan seorang perempuan adalah mengatur urusan rumah, anak-anak, pembantu, dan memberi nasehat serta masukan kepada suami tentang semua itu. Sedangkan kepemimpinan pembantu adalah memelihara apa yang ada dalam tanggung jawabnya serta melakukan apa-apa yang dapat mendatangkan kebaikan padanya. Ath-Thaibi berkata, “Dalam hadits ini disebutkan bahwa pemimpin (penjaga) tidak dituntut karena zatnya. Bahkan ia diadakan untuk memelihara apa yang diamanahkan kepadanya oleh si pemilik. Oleh karena itu, dia patut tidak menggunakannya kecuali jika diizinkan oleh pembawa syari’at. Ulama lain berkata, “Masuk pula dalam cakupan umum ini adalah orang yang hidup sendirian tanpa istri (atau suami), pembantu, dan tidak pula anak, karena dia tetap menjadi pemimpin atas anggota badannya agar melakukan hal-hal diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang, baik berupa perbuatan, perkataan, maupun keyakinan. 8. Pemimpin Pelayan Masyarakat Hadits Rasulullah Saw:
ﻲﺎ ﹴﺭ ﻓﻳﺴ ﻦ ﺑ ﻘ ﹶﻞ ﻌ ﻣ ﺩ ﺎﺩ ﻋ ﺎﻦ ﹺﺯﻳ ﺑﷲ ﺍ ِ ﺪ ﺍ ﻴﺒﹶﺃ ّﹶﻥ ﻋ, ﺴ ﹺﻦ ﳊ ﻋ ﹺﻦ ﺍ ﹶ ﺎ ﹴﺭﻳﺴ ﺑ ﹺﻦ ﻘ ﹺﻞ ﻌ ﻣ ﻦ ﻣ ﻪﻌﺘ ﻤ ﺳ ﺩﺛﹰﺎ ﺎﻚ ﺣ ﺪﺛﹸّ ﺤ ﻣ ﹺﺇﹺﻧّﻲ:ﻘ ﹲﻞ ﻌ ﻣ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟﻪ, ﻪ ﻴﻓ ﺕ ﺎﻱ ﻣﻪ ﺍّﹶﻟﺬ ﺿ ﺭ ﺎﻣ ﺎﺤ ﹾﻄﻬ ﻳ ﻢ ﻴ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﻠﻋ ﺭ ﷲ ُ ﻩ ﺍ ﺎﺮﻋ ﺘﺳ ﺪ ﺍ ﺒﻋ ﻦ ﻣ ﺎ ﻣ:ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ،ﻨﹺﺒﻲّ ﺍﻟﻌﺖ ﻤ ﺳ ،ِﻮ ﹺﻝ ﺍﷲ ﺭﺳ (ﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻨّﳉ ﺤ ﹶﺔ ﺍ ﹶ ﺋﺍﺪ ﺭ ﺠ ﻳ ﹺ ﻢ ﺔ ﹺﺇ ّﹶﻻ ﹶﻟ ﺤ ﻴﺼ ﻨﹺﺑ Artinya: Ma’qil bin Yasar, dari Al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qil bin Yasar ketika dia sakit sebelum dia meninggal. Maka Ma’qil berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad: aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah aku dengar dari Rasulullah. aku telah mendengar beliau bersabda: “Tiada seorang hamba yang diberi amanah rakyat
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
57
oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan hamba itu tidak akan mencium bau surga”. Al Karmani berkata, “Pengertian hadits ini menunjukkan bahwa dia mendapatkan aromanya, padahal ini bertentangan dengan yang dimaksud oleh hadits di atas. Oleh karena itu, mesti disisipkan huruf illa (melainkan), yakni melainkan dia tidak mendapatkan. Lalu kalimat pelengkapnya tidak disebutkan. Perkiraannya adalah, tidaklah seorang hamba melakukan seperti ini melainkan Allah mengharamkan surga baginya. Ibnu Bathal berkata, “Ini adalah ancaman keras terhadap para pemimpin dhalim yang menyia-nyiakan amanah yang telah dititipkan Allah kepada mereka, atau mengkhianati rakyat, atau mendhalimi mereka, sehingga dia dituntut karena mendhalimi para hamba pada hari kiamat. Bagaimana dia mampu berlepas dari kedhaliman umat yang demikian banyak. Ibnu At-Tin menukil dari Ad-Dawudi sama sepertinya, dia berkata, “Mungkin ini juga berkenaan dengan orang kafir. Karena orang mukmin akan menggunakan wewenangnya dengan baik. Ath-Thaibi berkata, “huruf fa’ pada kalimat ﻄﻬَﺎ ْ ﺤ ُ َﻓَﻠ ْﻢ َﻳsama seperti huruf lam pada firman Allah Swt:
χÎ) 3 $ºΡt“ymuρ #xρ߉tã óΟßγs9 tβθà6u‹Ï9 šχöθtãöÏù ãΑ#u™ ÿ…çµsÜs)tGø9$$sù ∩∇∪ š⎥⎫Ï↔ÏÜ≈yz (#θçΡ$Ÿ2 $yϑèδyŠθãΖã_uρ z⎯≈yϑ≈yδuρ šχöθtãöÏù Artinya: Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir`aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir`aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah (QS. Al-Qashash:8). Maksudnya, Allah hanya memberikan kekuasaan kepadanya atas hamba-hamba-Nya agar senantiasa berlaku lurus terhadap
58
Manajemen Kepemimpinan Islam
mereka hingga meninggal dalam keadaan demikian. Tetapi ketika dia membalikkan urusan maka dia patut diberi hukuman. Kejujuran adalah modal yang paling mendasar dalam sebuah kepemimpinan. Tanpa kejujuran, kepemimpinan ibarat bangunan tanpa pondasi, dari luar nampak megah namun di dalamnya rapuh dan tak bisa bertahan lama. Begitu pula dengan kepemimpinan, bila tidak didasarkan atas kejujuran orang-orang yang terlibat di dalamnya, maka jangan harap kepemimpinan itu akan berjalan dengan baik. Namun kejujuran di sini tidak hanya mengandalkan pada satu orang saja. Akan tetapi semua komponen yang terlibat di dalamnya, baik itu pemimpin, pembantu, karyawan, hingga struktur yang paling bawah dalam kepemimpinan seperti tukang sapu, harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Hal itu karena tidak sedikit dalam sebuah kepemimpinan atau organisasi, terdapat pihak yang jujur namun juga terdapat pihak yang tidak jujur. Bila pemimpinnya jujur namun staf-stafnya tidak jujur, maka kepemimpinan itu juga akan rapuh, begitu pula sebaliknya. Namun secara garis besar, yang sangat ditekankan dalam hadits ini adalah seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada pihak-pihak yang dipimpinnya. Suri tauladan ini tentunya harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan pemimpin yang tidak menipu dan melukai hati rakyatnya. Pemimpin yang menipu dan melukai hati rakyat, dalam hadits ini disebutkan, diharamkan oleh Allah untuk menginjak kakinya di surga. Meski hukuman ini nampak kurang kejam, karena hanya hukuman di akhirat dan tidak menyertakan hukuman di dunia, namun sebenarnya hukuman ‘haram masuk surga’ ini mencerminkan betapa murkanya Allah Swt terhadap pemimpin yang tidak jujur dan suka menipu rakyat.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
59
9. Larangan Berambisi Menjadi Pemimpin
ﹶﻻ،ﺮﺓﹶ ﻤ ﺳ ﻦ ﺑ ﻤ ﹺﻦﺮﺣّ ﺪ ﺍﻟ ﺒﻋ ﺎ ﻳ:ّﻲ ﻨﹺﺒّ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ:ﻗﹶﺎ ﹶﻝ, ﺮ ﹶﺓ ﺳﻤ ﺑ ﹺﻦ ﻤ ﹺﻦ ﺣ ﺮّ ﺪ ﺍﻟ ﺒﻋ ﻦ ﻣ ﺎﺘﻬﻴﺗﻭ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹸﺃ ،ﺎﻴﻬﺖ ﹺﺇﹶﻟ ﻛ ﹾﻠ ﺔ ﻭ ﺴﺌﹶﻠ ﻣ ﻦ ﻋ ﺎﺘﻬﻴﺗﻧّﻚ ﹺﺇ ﹾﻥ ﺃﹸﻭ ﹶﻓﹺﺈ،ﺭﺓﹶ ﺎﺴﹶﺄ ﹺﻝ ﺍﹾﻟﹺﺈﻣ ﺗ (ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻋﻠﹶﻴﻬ ﺖ ﻨﻋ ﺔ ﺃﹸ ﺴﹶﺌﹶﻠ ﻣ ﻴ ﹺﺮﹶﻏ Artinya: Abdurrahman bin Samurah, dia berkata: Nabi Saw bersabda: “Ya Abdurrahman bin Samurah, engkau jangan memintaminta jabatan, sebab jika jabatan itu diserahkan kepadamu berdasarkan permintaanmu, maka akan diserahkan sepenuhnya. Sebaliknya jika jabatan itu diserahkan kepadamu bukan atas dasar permintaanmu, maka kamu akan dibantu mengatasinya. Dewasa ini, persoalan meminta jabatan menjadi dilema publik dalam pertumbuhan dan perkembangan politik di lingkungan pemerintahan. Makna dari hadits tersebut adalah barang siapa meminta jabatan lalu diberikan maka dia tidak akan ditolong karena ambisinya itu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa meminta sesuatu yang berkenaan dengan jabatan adalah makruh (tidak disukai). Maksud dalam jabatan ini adalah pemerintahan, pengadilan, keuangan, dan lainnya. Barang siapa yang berambisi mendapatkan demikian maka dia tidak akan diberi pertolongan. Namun secara lahir, hadits ini bertentangan dengan riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah yang diriwayatkan secara marfu’.
ﻦ ﻣ ﻭ ،ﻨﺔﹸّﳉ ﺍ ﹶ ﹶﻓﹶﻠﻪﺭﻩ ﻮ ﺟ ﺪﻟﹸﻪ ﻋ ﺐ ﻢ ﹶﻏﹶﻠّ ﻪ ﹸﺛ ﺎﹶﻟﻳﻨ ﺘّﻰﺣ ﻦ ﻴﻤ ﻠﺴ ﺎ َﺀ ﺍﹾﻟﻤﺐ ﹶﻗﻀ ﻦ ﹶﻃﹶﻠ ﻣ .ﻨّﺎ ﹺﺭ ﺍﻟ ﹶﻓﹶﻠﻪﺪﻟﹸﻪ ﻋ ﻩﻮﺭ ﺟ ﺐ ﹶﻏﹶﻠ Artinya: Barang siapa meminta jabatan untuk mengadili kaum muslimin hingga mendapatkannya kemudian keadilannya mengalahkan kecurangannya maka baginya surga. Tetapi barang siapa yang kecurangannya mengalahkan keadilannya maka baginya neraka.
60
Manajemen Kepemimpinan Islam
Untuk mengompromikan antara kedua riwayat tersebut dikatakan bahwa keberadaannya tidak diberi pertolongan sama sekali tidak berkonsekuensi bahwa dirinya tidak dapat berbuat adil bila sempat memangku jabatan. Atau kata ‘meminta’ di sini dipahami dengan arti ‘bermaksud’. Oleh karena itu, yang menjadi pasangannya adalah pertolongan, karena barang siapa yang tidak mendapatkan pertolongan dari Allah terhadap pekerjaannya, maka dia tidak akan mampu menunaikan pekerjaan itu. Sehingga tidak patut memenuhi, permintaannya karena diketahui bahwa suatu jabatan tidak akan luput dari kesulitan. Barang siapa tidak mendapatkan pertolongan dari Allah, maka dia mendapatkan kesulitan dalam pekerjaannya dan merugi di dunia dan di akhirat. Orang yang berakal sehat tentu tidak akan mau memintanya sama sekali. Bahkan bila dia memiliki kemampuan lalu diberi jabatan tanpa meminta, maka dia dijanjikan akan mendapat pertolongan. Sehubungan dengan tinjauan tersebut, Al Muhallab berkata, “Termasuk makna ‘dipaksakan’ adalah diberi jabatan itu dan dia melihat dirinya tak layak memangkunya karena pengangungan dan ketakutan akan terjerumus dalam perbuatan yang terlarang. Dalam kondisi seperti itu dia akan ditolong serta diluruskan. Asas bagi masalah ini bahwa siapa merendah untuk Allah, maka dia mengangkatnya”. Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw sebagai berikut:
ﻲﻣﻌ ﻭ ،ّﻨﹺﺒ ﹺﻲّﺖ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﺒ ﹾﻠﹶﺃ ﹾﻗ: ﻮﺳﻰﻮ ﻣﺒ ﹴﻞ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑﺟ ﺑ ﹺﻦ ﺫ ﺎﻣﻌ ﻭ ﻮﺳﻰﹶﺃﺑﹺﻲ ﻣ ﻮﻝﹸ ﺭﺳ ﻭ ،ﺎﺭﹺﻱﻳﺴ ﻦ ﻋ ﺮ ﺧ ﺍﻟﹾﺂﻴﻨﹺﻲ ﻭﻳﻤ ﻦ ﻋ ﺎﻫﻤ ﺪ ﺣ ﹶﺃ, ﲔ ﻌ ﹺﺮّﹺﻳ ﺷ ﻦ ﺍ َﻷ ﻣ ﻥ ﻼ ﹶﺭﺟ ﺲ ﻴ ﹴﻦ ﹶﻗ ﺑ ﷲ ِ ﺪ ﺍ ﺒﻋ ﺎﻰ ﺃﹶﻭ ﻳﻮﺳﺎ ﻣﺎ ﹶﺃﺑ ﻳ: ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ،ﺳﹶﺄﻻﹶ ﺎﻫﻤ ﻼ ﻜ ﹰ ﻙ ﹶﻓ ﺎﺴﺘ ﻳ ،ِﺍﷲ ﺎﻭﻣ , ﺎﺴ ﹺﻬﻤ ِ ﻧ ﹸﻔﻲ ﹶﺃﺎ ﻓﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﻲ ﺎﹺﻧﺎ ﹶﺃ ﹾﻃﹶﻠﻌﳊ ّﹺﻖ ﻣ ﻚ ﺑﹺﺎ ﹶ ﻌﹶﺜ ﺑ ﻱﺍّﹶﻟﺬ ﻭ:ﺖ ﹸﻗ ﹾﻠ،ﻗﹶﺎﻝ ﺖ ﺼ ﻪ ﹶﻗﹶﻠ ﺘﺷ ﹶﻔ ﺖ ﺤ ﺗ ﻪ ﻛ ﺍﺳﻮ ﺮ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻧ ﹸﻈﻤ ﹶﻞ ﹶﻓ ﹶﻜﹶﺄﹺﻧّﻲ ﺃ ﻌ ﻥ ﺍﹾﻟ ﺎﻳ ﹾﻄﹸﻠﺒ ﺎﻬﻤ ﻧّ ﹶﺃﺮﺕ ﻌ ﺷ ﺎﺎ ﹶﺃﺑﺖ ﻳ ﺐ ﺃﹶﻧ ﻫ ﺫﻦ ﺍ ﻜ ﻭﹶﻟ ،ﺩﻩ ﺍﻦ ﹶﺃﺭ ﻣ ﺎﻠﻨﻤ ﻋ ﻋﻠﹶﻰ ﻤﻞﹸ ﻌ ﺘﺴﻭ ﹶﻻ ﻧ ﻦ ﹶﺃ ﹶﻟ:ﹶﻓﻘﹶﺎﻝ Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
61
ﻡ ﺪ ﻤّﺎ ﹶﻗ ﺒ ﹴﻞ ﹶﻓﹶﻠﺟ ﻦ ﺑ ﺎ ﹸﺫﻣﻌ ﻌﻪ ﺒﺗّﻢ ﺍّ ﻤ ﹺﻦ ﹸﺛ ﻴﺲ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﻴ ﹴﻦ ﹶﻗ ﺑ ﷲ ِ ﺪ ﺍ ﺒﻋ ﺎﻭ ﻳ ﻰ ﹶﺃﻮﺳﻣ : ﻫﺬﹶﺍ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎﻣ: ﻖ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻣﹶﺜ ﺪﻩ ﻨﻋ ﺟ ﹲﻞ ﺭ ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﻧ ﹺﺰ ﹾﻝ ﹶﺍ:ﻗﹶﺎ ﹶﻝ, ﺩ ﹰﺓ ﺎ ﹺﻭﺳﻪ ﹶﺃﹾﻟﻘﹶﻰ ﹶﻟﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﺎ ُﺀﹶﻗﻀ, ﺘ ﹶﻞ ﹾﻘﺘّﻰ ﻳﺣ ﻠﺲﺟ ﹶﻻ ﹶﺃ: ﺲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻠﺟ ﺍ: ﺩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻮّ ﻬ ﺗ ﻢّ ﻢ ﹸﺛ ﺳﹶﻠ ﻳّﺎ ﹶﻓﹶﺄﺩ ﻮﻳﻬ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺍ :ﺎﻫﻤ ﺣﺪ ﻡ ﺍﻟﹶﻠّﻴ ﹺﻞ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ ﺎﻗﻴ ﺍﺗﺬﹶﺍ ﹶﻛﺮ ﻢّ ﺘ ﹶﻞ ﹸﺛﻪ ﹶﻓﻘﹸ ﺮﹺﺑ ﻣ ﺕ ﹶﻓﹶﺄ ﺮّﺍ ﻣ ﺙ ﻼ ﹶ ﹶﺛ ﹶ, ﻪ ﻟﻮﺭﺳ ﻭ ﷲ ﻲ )ﺭﻭﺍﻩﻣﺘ ﻮ ﻲ ﹶﻗﻮ ﻓ ﺟ ﺭ ﺎ ﹶﺃﻲ ﻣﻣﺘ ﻮ ﻧ ﻲﻮ ﻓ ﺟ ﺭ ﻭﹶﺃ ،ﺎﻡﻭﹶﺍﻧ ﻡ ﺎ ﹶﻓﹶﺄﻗﹸﻮﻣّﺎ ﹶﺃﻧ ﹶﺃ .(ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya: Abu Musa berkata: aku datang kepada rasulullah, bersama dua orang suku Asy’ari. Yang satu di sebelah kananku dan yang satu di sebelah kiriku. Sementara itu Rasulullah, sedang bersiwak. Lalu kedua orang itu meminta jabatan, maka Nabi, menegur: “Hai Abu Musa atau hai Abdullah bin Qais.” Aku menjawab: demi Allah yang telah mengutusmu dengan haq, keduanya tidak memberi tahu kepadaku maksudnya atau aku tidak tahu kalau keduanya ingin jabatan. Akupun melihat beliau berhenti bersiwak, lalu bersabda: “kami tidak akan mengangkat seseorang untuk bekerja kepada kami jika orang itu memintanya. Tetapi engkau wahai Abu Musa, pergilah ke Yaman”. Kemudian di ikuti oleh Mu’az bin Jabal. Dan ketika Mu’az sampai ke tempat Abu Musa, langsung diberinya sandaran bantal dan menyuruhnya tinggal di situ. Tibatiba Mu’az melihat orang yang terikat, maka dia bertanya: “Mengapa orang itu?”. Abu Musa menjawab: “Dia dahulunya orang Yahudi kemudian masuk Islam, tapi ia kembali ke Yahudi”. Maka Mu’az dipersilahkan duduk”. Tapi Mu’az berkata: “Aku tidak akan duduk sehingga orang itu dibunuh”. Begitulah putusan (hukum) Allah dan Rasulullah. Diulangnya kalimat itu tiga kali. Maka Abu Musa segera memerintahkan agar orang Yahudi itu dibunuh. Kemudian keduannya membicarakan soal bangun malam, maka yang satu berkata: “Aku bangun dan tidur, dan tetap
62
Manajemen Kepemimpinan Islam
mengharap ridha Allah dalam tidurku mengharap ridha-Nya dalam bangunku”.
sebagaimana
aku
Hadits Abu Musa Al-Asy’ari di atas mencakup empat hukum, yaitu: (a) siwak, (b) aspek meminta jabatan dan larangan berambisi mendapatkan jabatan, (c) Abu Musa diutus ke Yaman dan juga dikirimnya Mu’az bin Jabal, dan (d) kisah orang Yahudi yang memeluk Islam, kemudian murtad. Adapun makna dari hukum pada poin kedua di atas memiliki penjelasan yang sama dengan hadits sebelumnya bahwa, kepemimpinan, jabatan, kekuasaan, dan kedudukan tidak boleh diberikan kepada orang yang memintanya, berambisi untuk meraihnya, dan menempuh segala cara untuk dapat mendapatkannya. Menukil perkataan al-Muhallab dalam Fathul Bari (XIII/126), “Ambisi untuk mendapatkan suatu jabatan merupakan penyebab timbulnya peperangan di kalangan manusia sehingga terjadi pertumpahan darah dan perampasan harta, pemerkosaan, dan penyebab utama terjadinya kerusakan besar di muka bumi”. Saya katakan, “Inilah makna dari sabda Rasulullah Saw, Kalian nantinya akan berambisi untuk menjadi penguasa...”. Bagi siapa yang meminta jabatan pemerintahan maka ia tidak boleh diberi jabatan itu. Islam tidak memberikan jabatan kekuasaan kepada orang yang memintanya, menginginkannya dan berambisi untuk mendapatkannya. Orang yang paling berhak mendapatkan jabatan kekuasaan adalah orang yang menjauhkan diri dan tidak suka menerimanya. Meminta sebuah jabatan kekuasaan atau jabatan yang berkaitan dengan pemerintahan seperti jabatan hakim, bendahara dan jabatan lainnya yang mengurus kepentingan masyarakat, sangat berpengaruh dengan kemaslahatan pribadi. Adapun orang yang takut terhadap hukum ini, ia lebih mempunyai peluang besar untuk berbut adil dan lebih mampu menahan diri dari perbuatan dosa.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
63
10. Wanita Menjadi Pemimpin Hadits Rasulullah Saw:
ﺍﻭّﹶﻟﻮ ﻡ ﻮ ﺢ ﹶﻗ ﻠ ﹾﻔﻦ ﻳ ﹶﻟ:ﻨﹺﺒ ّﹺﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝّﻋ ﹺﻦ ﺍﻟـ ،ﺮﺓﹶ ﺑ ﹾﻜ ﻦ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻋ (ﺮ ﹰﺓ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻣ ﹶﺍﻢﺮﻫ ﻣ ﹶﺃ Artinya: Dari Abu Bakrah bahwa Nabi bersabda: “Tidak akan bahagia suatu kaum yang menyerahkan kekuasaan mereka kepada seorang perempuan” (HR. Bukhari). Al Khathabi berkata, “Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa wanita tidak dapat diangkat menjadi pemimpin maupun hakim, ini juga menjelaskan bahwa dia tidak dapat menikahkan dirinya, dan tidak berhak menikahkan selainnya”. Namun, pernyataannya kurang tepat. Mengenai larangan seorang wanita memegang kekuasaan pemerintah dan hakim adalah pendapat jumhur. Namun, Ath-Thabari membolehkannya, dan ia adalah salah satu dari riwayat Imam Malik. Adapun Abu Hanifah membolehkan bagi kaum wanita menjadi hakim dalam perkaraperkara yang diterima kesaksiannya. Sedangkan alasan para jumhur tidak membolehkan wanita menjadi pemimpin di antaranya: a. Pemimpin wanita pasti merugikan Al Baghuwy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77) pada Bab “Terlarangnya Wanita Sebagai Pemimpin”. Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya, karena pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah menyelesaikan urusan kaum muslimin. Seorang hakim haruslah bisa menyelesaikan sengketa. Sedangkan wanita adalah aurat, tidak diperkenankan berhias (apabila keluar rumah). Wanita itu
64
Manajemen Kepemimpinan Islam
lemah, tidak mampu menyelesaikan setiap urusan karena mereka kurang (akal dan agamanya). Kepemimpinan dan masalah memutuskan suatu perkara adalah tanggung jawab yang begitu penting. Oleh karena itu, seseorang yang harus menyelesaikannya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan (seperti wanita) yaitu kaum pria-lah yang pantas menyelesaikannya. b. Wanita kurang akal dan agama Rasulullah Saw Bersabda, “Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan lakilaki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita”. Lalu ada yang menanyakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya? Rasulullah menjawab: “Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Ada yang menanyakan lagi, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kurang agamanya? “Beliau menjawab: “Bukankah ketika seorang wanita mengalami haid, dia tidak dapat melaksanakan shalat dan tidak dapat berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim). Nabi Saw menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kurang akalnya adalah dari sisi penjagaan dirinya dan persaksian tidak bisa sendirian, harus bersama wanita lainnya. Inilah kekurangannya, seringkali wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dalam persaksiannya. Oleh karena itu, Allah Swt berfirman:
×≅ã_tsù È⎦÷⎫n=ã_u‘ $tΡθä3tƒ öΝ©9 βÎ*sù ( öΝà6Ï9%y`Íh‘ ⎯ÏΒ È⎦ø⎪y‰‹Íκy− (#ρ߉Îηô±tFó™$#uρ ... tÅe2x‹çFsù $yϑßγ1y‰÷nÎ) ¨≅ÅÒs? βr& Ï™!#y‰pκ’¶9$# z⎯ÏΒ tβöθ|Êös? ⎯£ϑÏΒ Èβ$s?r&zö∆$#uρ ...Ÿ 4 3“t÷zW{$# $yϑßγ1y‰÷nÎ)
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
65
Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya (QS. Al Baqarah: 282). Yang dimaksud dengan kurangnya agama adalah ketika wanita tersebut dalam kondisi haidh dan nifas, dia pun meninggalkan shalat dan puasa, juga dia tidak mengqadha shalatnya. Inilah yang dimaksud kurang agamanya.
66
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 4 Kepemimpinan Rasulullah Saw
A. Biografi Nabi Muhammad Saw Muhammad lahir di Mekkah, ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib. Muhammad dilahirkan pada hari senin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, atau dikenal dengan tahun Gajah, dinamakan tahun gajah karena pada tahun tersebut, kota Makkah diserang oleh pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah dan tentaranya, beliau adalah seorang gubernur dari kerajaan Nasrani Abisenia dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah, akan tetapi Allah Swt sebagai pelindung ka’bah mentakdirkan lain, satu persatu tentara Abrahah mati seketika. Dalam tinjauan Badri Yatim (2008:16), menyebutkan bahwa Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimatus Sa’diyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun dia menjadi yatim-piatu. Hal ini seakan-akan menunjukkan bahwa Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir. Muhammad pada usia muda belajar berdagang ke negeri Syam dan juga belajar menggembala kambing. Melalui kegiatan ini, beliau mendapatkan berbagai macam ilmu dan pengalaman. Apabila kita menelusuri dibalik kegiatan wirausaha dan kegiatan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
67
menggembala kambing yang dilakukan Rasulullah Saw itu memiliki hikmah, di antaranya terkait dengan ilmu manajemen terutama tentang kepemimpinan. Muhammad pada usia mudanya diberikan julukan Al-Amin, karena sikapnya yang jujur dan terpercaya. Badri yatim (2003:16-17) mengatakan bahwa Nabi Muhammad Pada usia 25 tahun berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda yaitu Khadijah. Muhammad mengalami kesuksesan besar terhadap barang dagangannya. Hubungan dagang antara Nabi Muhammad Saw dengan Khadijah akhirnya diteruskan ke jenjang pernikahan. Khadijah melamar Muhammad karena Muhammad di samping mempunyai laba yang besar orangnya jujur sehingga Khadijah tertarik untuk menjadikannya sebagai suami. B. Model Kepemimpinan Rasulullah Saw Rasulullah Saw merupakan figur pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya, pemikirannya sangat jernih, Rasulullah memerintah dirinya sendiri sebelum memerintah orang lain. Rasulullah adalah pemimpin yang disukai rakyatnya dan disegani lawannya. Karena pada dasarnya Rasulullah adalah utusan terakhir untuk seluruh umat manusia yang menjadi teladan dalam segenap hal (uswah hasanah). Rasulullah Saw sangatlah mencintai umatnya, sangat belas kasihan dan beliau menginginkan umatnya mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah Swt:
ëȃÌym óΟšGÏΨtã $tΒ Ïµø‹n=tã ͕tã öΝà6Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ Ñ^θß™u‘ öΝà2u™!%y` ô‰s)s9 ∩⊇⊄∇∪ ÒΟŠÏm§‘ Ô∃ρâ™u‘ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Νà6ø‹n=tæ
68
Manajemen Kepemimpinan Islam
Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At Taubah:128). Sejarah mengajarkan bahwa model kepemimpinan Nabi Muhammad Saw telah mampu mengubah raut sejarah dari yang primitif (jahiliah) menjadi beradab dalam waktu yang relatif singkat selama 23 tahun. Keberhasilan yang mengagumkan ini, membuat seorang orientalis Hart dalam bukunya yang mengangkat seratus tokoh yang telah mengubah dunia dia tidak ragu lagi menempatkan Muhammad dalam urutan pertama sebagai manusia paling berpengaruh di dunia. Model kepemimpinan yang dikembangkan Muhammad intinya tidak lain dilandaskan pada moralitas yang kokoh. Muhammad sebagai seorang pemimpin umat dan masyarakat mampu mencitrakan dirinya sebagai seorang yang memiliki akhlak mulia yang layak diteladani dalam segala aspek kehidupan. Moralitas ini pula yang menjadi tema dan daya tarik ‘kampanye’ dari risalah yang disosialisasikan sepanjang karir kenabiannya sehingga mampu menyedot masyarakat untuk menjadi pengikut setianya tanpa diiming-iming materi, menjadi jama’ahnya dengan kerelaan berkorban yang luar biasa. Dalam haditsnya beliau menyebutkan bahwa: “Aku diutus ke bumi ini tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad Saw ditunjukkan melalui ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
69
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)9 ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Surat Al Ahzab:21). Ayat di atas jelas bahwa Nabi Muhammad Saw adalah sosok manusia yang memiliki akhlak yang agung, dan tentunya beliau menjadi panutan dan contoh teladan bagi umatnya. Begitu juga halnya dalam kepemimpinan, terdapat enam hal penting akhlak yang melekat dalam kepemimpinan Nabi Muhammad Saw di antaranya: Pertama, Nabi Muhammad Saw adalah sosok yang mampu meresapkan rasa keadilan yang merata kepada semua pihak tanpa kecuali. Keadilan di tangan Nabi tidak pernah dikorbankan atas nama apa pun seperti terpantul dari ajarannya, “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu tidak berlaku adil”. Nabi sadar betul bahwa keadilan merupakan jendela guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam bahasa AlQur’an, keadilan merupakan alat untuk merengkuh takwa merupakan prasyarat terbukanya rezeki dari langit. Tercantum dalam sebuah riwayat, suatu hari di Madinah terjadi skandal ekonomi yang melibatkan seorang wanita dari elite lingkaran kekuasaan (al-mar’ah al-syarifah), kemudian para sahabat berkumpul dan hasilnya diutuslah salah seorang dari mereka untuk menemui Nabi dan meminta keringanan hukuman bagi perempuan ini. Apa jawaban Nabi? Dengan tegas Nabi mengatakan, “Camkan, sesungguhnya yang telah menghancurkan bangsa Yahudi dulu adalah karena hukum telah bersikap pandang
70
Manajemen Kepemimpinan Islam
bulu. Ingat! Seandainya Fatimah anak saya sendiri yang korupsi, maka saya sendiri yang akan memotong tangannya! “Pemimpin yang adil kelak, kata Nabi, adalah salah seorang dari tujuh kelompok yang akan dilindungi di alam mahsyar”. Kedua, Nabi Muhammad Saw memimpin dengan sentuhan rasa cinta, empati dan simpatik yang dipersembahkan kepada seluruh umatnya. Begitu cintanya Nabi kepada rakyatnya sampaisampai kata-kata yang keluar dari mulutnya ketika hendak mengembuskan nafasnya pun adalah simbol dari kecintaannya, “ummati… ummati… ummati” (bagaimana nasib umatku kelak). Bahkan lebih dari itu, kecintaan juga beliau alokasikan untuk binatang dan alam sebagaimana tergambar dari kebijakannya yang membuat kawasan hima (cagar alam) di Madinah dan tanah haram di seputar Mekah di mana di tanah ini siapa pun tidak diperkenankan membunuh binatang bahkan mencabut sehelai rumput. Sebuah gambaran akan kesadaran ekologis yang sangat mengagumkan. Ketiga, Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin yang selalu berkata benar (shiddiq). Beliau sangat paham bahwa kata-kata itu bukan hanya akan membawa pengaruh bagi lingkungan tapi juga dapat membawa akibat kelak di akhirat. Beliau senantiasa berpedoman kepada prinsip, “Apabila tidak bisa berkata benar dan jujur maka lebih baik diam”. Keempat, Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin yang selalu menjunjung tinggi amanah. Beliau tidak pernah berjanji kecuali janji itu ditepati. Al-amin atau orang yang terpercaya jauh-jauh hari merupakan atribut yang melekat dalam dirinya. Sikap amanah yang diakui bukan hanya oleh sahabat-sahabatnya sendiri bahkan oleh mereka yang berbeda keyakinan sekali pun. Karena amanahnya setiap keputusan yang diambil selalu memuaskan semua pihak.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
71
Kelima, Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata (fathanah). Kata-kata yang keluar dari mulutnya dan kebajikan yang diambilnya menjadi bukti ihwal kecerdasan Nabi. Ketika Nabi berbicara walaupun sebentar, misalnya, maka kata-kata tersebut menyimpan makna yang mendalam. Berbeda dengan kebiasaan kita, kata-katanya panjang tapi miskin makna. Keenam, Nabi Muhammad Saw selalu bersikap transparan (tabligh). Dia sampaikan setiap kebenaran dan diluruskannya segala hal yang dianggap keliru. Di tangannya tidak ada kebenaran yang disembunyikan. Lebih dari itu, dalam menyampaikan kebenarannya pun, Nabi melakukannya dengan cara-cara yang bijaksana (al-hikmah) tutur kata yang santun (al-mauidzhah alhasanah) diiringi alasan dan logika yang kokoh (al-mujadalah). Itulah beberapa model nilai-nilai kepemimpinan yang dikembangkan Nabi saw. Sebagai modal dasar dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai seperti itulah sebenarnya yang seharusnya menjadi pertimbangan utama ketika kita memilih pemimpin. Sebab bagaimana pun juga setiap kepemimpinan dan termasuk orang yang mengangkatnya sebagai pemimpin semua akan dimintai pertanggungjawabannya. C. Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Nabi
Muhammad
Saw
dalam
Kepemimpinan Muhammad saw, dijalankan dengan kerelaan dan ketulusan hati demi kaumnya dan seluruh umat manusia. Kepemimpinan itu tidak sekedar dilaksanakan dalam suasana damai atau setelah umat Islam mengalami kejayaan, tetapi juga pada saat berhadapan dengan masyarakat jahiliyah yang kejam dan bengis bahkan pada saat-saat menyerang atau diserang dalam
72
Manajemen Kepemimpinan Islam
peperangan dengan orang-orang kafir. Kepemimpinan Nabi Muhammad saw pada dasarnya sangat bersifat situasional. Dalam situasi yang berbeda-beda beliau selalu menampilkan kepemimpinan yang tepat dan bijaksana, karena didasari oleh keagungan kepribadian yang beliau miliki. Dilihat dari teori-teori kepemimpinan sekarang ini, dapat dipahami bahwa kepemimpinan situasional yang beliau jalankan, selalu berubah-ubah tipenya karena harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Tipe-tipe yang dijalankan Nabi Muhammad dimaksud antara lain: 1. Kepemimpinan Otoriter Perwujudan kepemimpinan otoriter Muhammad Saw nampak dalam sikap beliau ketika menghadapi orang-orang kafir dan asasasas kepemimpinan dalam Islam. Dalam memberikan hukuman serta pelaksanaan petunjuk dan tuntutan Allah Swt. Sehubungan dengan deskripsi tersebut Allah Swt berfirman di dalam AlQur’an:
( öΝæηuΖ÷t/ â™!$uΗxqâ‘ Í‘$¤ä3ø9$# ’n?tã â™!#£‰Ï©r& ÿ…çµyètΒ t⎦⎪Ï%©!$#uρ 4 «!$# ãΑθß™§‘ Ó‰£ϑpt’Χ ’Îû öΝèδ$yϑ‹Å™ ( $ZΡ≡uθôÊÍ‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ WξôÒsù tβθäótGö6tƒ #Y‰£∨ß™ $Yè©.â‘ öΝßγ1ts? ’Îû ö/àSè=sVtΒuρ 4 Ïπ1u‘öθ−G9$# ’Îû öΝßγè=sVtΒ y7Ï9≡sŒ 4 ÏŠθàf¡9$# ÌrOr& ô⎯ÏiΒ ΟÎγÏδθã_ãρ ⎯ϵÏ%θß™ 4’n?tã 3“uθtFó™$$sù xán=øótGó™$$sù …çνu‘y—$t↔sù …çµt↔ôÜx© ylt÷zr& ?íö‘t“x. È≅ŠÅgΥM}$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# y‰tãuρ 3 u‘$¤ä3ø9$# ãΝÍκÍ5 xáŠÉóu‹Ï9 tí#§‘–“9$# Ü=Éf÷èム∩⊄®∪ $Jϑ‹Ïàtã #·ô_r&uρ ZοtÏøó¨Β Νåκ÷]ÏΒ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
73
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifatsifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanampenanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orangorang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al Fath: 29). Ayat di atas menjelaskan tentang kemenangan Rasulullah Saw dan para sahabatnya, karena pada awalnya kaum muslimin pada saat itu amatlah sedikit dan lemah. Kemudian mereka mengalami perubahan yang sangat drastis, kaum muslimin pada saat itu bertambah dan kuat, disebabkan dengan kepemimpinan Rasulullah Saw dan ketaatan para sahabat terhadap perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, dan pada saat itu pula umat Islam memperoleh kekuasaan dan disegani oleh orang kafir. Dalam tafsir Ibnu Katsir (2004:275) mengatakan bahwa Allah Swt memberitahu kepada Muhammad Saw bahwa dia adalah benar utusan-Nya tanpa diragukan lagi, Rasulullah Saw memiliki sifat yang terpuji lagi baik, begitu juga halnya para sahabat yang bersama Rasulullah Saw memiliki sifat yang terpuji. Dari uraian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa ada pendidikan kepemimpinan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw bersama para sahabatnya dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu: (1) Keras dan tegas, seorang pemimpin haruslah bersifat keras dan tegas dalam menjalankan kepemimpinannya tentunya ini ditujukan kepada orang-orang yang benar-benar memusuhi kita; (2) Kasih sayang sesamanya, dalam suatu organisasi seorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana kekeluargaan dan 74
Manajemen Kepemimpinan Islam
kasih sayang antara sesama, inilah sifat orang-orang mukmin dengan bersikap lemah lembut terhadap sesamanya, dengan sifat yang terpuji ini akan terciptanya kekompakan, dan tentunya dengan kekompakan akan lahirnya kekuatan pada suatu organisasi; (3) Banyak beramal, ruku’ dan sujud, pemimpin dan semua anggotanya haruslah melaksanakan suatu pekerjaan dengan penuh keikhlasan mencari keridhaan Allah Swt dan juga melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan oleh-Nya yaitu ibadah shalat dengan penuh khusu’, karena dengan shalat yang khusu’ akan terciptanya kepedulian terhadap sesamanya. 2. Kepemimpinan Laissez Faire Dalam menyeru umat manusia terlihat kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, yang bersifat laissez faire. Beliau tidak memaksa dengan kekerasan, setiap manusia diberi kebebasan memilih agama yang akan dipeluknya. Beliau hanya diperintahkan Allah Swt, untuk menyeru dan memperingatkan keberuntungan bagi yang mendengar dan kerugian bagi yang sombong dan angkuh menolak seruan beliau. Jika ada yang menolak beriman kepadanya, beliau tidak memaksanya namun tetap memberi peringatan kepada mereka. Allah Swt berfirman:
©ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÞΟn=ôãr& θu èδuρ ( ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã ¨≅|Ê ⎯yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) 4 ß⎯|¡ômr& }‘Ïδ t⎦⎪ωtGôγßϑø9$$Î/ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahlu: 125).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
75
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt memerintahkan Rasul-Nya untuk menyeru umat manusia ke jalan Allah Swt dengan metode hikmah, pelajaran yang baik, dan metode bantahan yang baik. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, Rasulullah Saw berupaya untuk mengajak umat manusia ke jalan Allah Swt dengan cara yang sangat terpuji, beliau tidak memaksa, mereka sendiri yang memutuskan akan mengikuti ajakannya atau tidak. 3. Kepemimpinan Demokratis Islam menjadikan musyawarah sebagai peraturan untuk meneliti dan memeriksa pendapat agar memperoleh petunjuk yang terbaik. Sehubungan dengan deskripsi tersebut, Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
(#θ‘ÒxΡ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# z⎯ÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù F $# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏøótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù ( y7Ï9öθym ô⎯ÏΒ #sŒÎ*sù ( Íö∆{ ∩⊇∈®∪ t⎦,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS. Al ‘Imran:159). Rasulullah Saw selalu bermusyawarah dengan sahabatnya dalam menyelesaikan sejumlah permasalahan yang muncul, terutama dalam kaitannya dengan peperangan. Ayat di atas
76
Manajemen Kepemimpinan Islam
sangatlah jelas bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk melakukan musyawarah antara sesama. Islam juga menjamin kebebasan berpendapat bagi tiap orang selama pendapat itu tidak bertentangan dengan ‘aqidah dan syariat Islam. Contoh pemimpin yang paling ideal dan efektif tidak bisa lepas dari sosok seorang Nabi Muhammad Saw. Beliau dalam kepemimpinan yang bersifat situasional, tidak sedikit langkahlangkah dan prinsip-prinsip demokrasi beliau wujudkan dan kembangkan. Perilaku demokratis itu beliau wujudkan dalam bentuk hubungan silaturrahim dengan para sahabat. Kebebasan menyampaikan pendapat, kritik atau saran tetap beliau terima sebagai tanda kepemimpinan Muhammad Saw yang bersifat demokratis. Kepemimpinan Rasulullah Saw yang bersifat demokratis terlihat pada kecenderungannya dalam menyelenggarakan musyawarah, terutama jika menghadapi masalah yang belum ada wahyunya dari Allah Swt, kesediaan beliau sebagai pemimpin untuk mendengarkan pendapat, bukan saja dinyatakan dalam sabdanya, tetapi terlihat dalam praktik kepemimpinannya. Dari Abdillah Ibnu Umar meriwayatkan bahwa saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan setiap orang di antara kalian akan ditanya mengenai mereka yang di bawah kepemimpinannya, raja adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang rakyatnya, dan seorang laki-laki adalah kepala rumah tangga dan dia akan ditanya mengenai mereka yang di bawah asuhannya, dan seorang wanita adalah pemimpin di rumahnya dan dia akan ditanya mengenai mereka yang di bawah asuhannya dan pelayan adalah seorang pemimpin, penjaga hak milik dan dia akan ditanya mengenai apaapa yang diamanatkan kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim). Dari hadits di atas, menunjukkan bahwa setiap pribadi merupakan pemimpin yang bertanggung jawab terhadap yang
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
77
dipimpinnya meskipun dalam skala yang kecil sekalipun, bahkan terhadap dirinya sendiri. Akhlak dan kepribadian Nabi Muhammad saw dipilih oleh Allah Swt dari rumpun yang paling mulia. Beliau telah dipelihara oleh Allah Swt, sejak kecil, remaja hingga diangkat menjadi seorang Rasul, Allah telah mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan dihiasi dengan akhlak yang mulia serta kepribadian yang memukau bagi seluruh umat manusia. Pengajaran dan pendidikan yang diterima memancarkan cahaya keagungan akhlak dan budi pekerti kepada seluruh alam, karena beliau dididik dengan Al-Qur’an yang digunakan untuk mendidik umatnya. Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw bukan didasarkan atas bujukan, iming-iming materi, atau dengan kekuasaan. Tetapi berjalan di atas landasan moral force (akhlak yang baik). Dalam hal ini berarti bahwa Allah sebelumnya telah membekali Nabi dengan akhlak sehingga nantinya menjadi teladan bagi umatnya dalam mendidik generasi-generasi berikutnya. Nabi Muhammad Saw mengajarkan akhlak dalam kaitannya dengan pendidikan maupun masyarakat, karena pada dasarnya pendidikan akhlak merupakan pendidikan Nabi yang menjadi jiwa pendidik muslim pada tahap berikutnya. Dalam rangka menciptakan manusia dengan standar akhlak al-Karimah yang tinggi Muhammad mengajar manusia yaitu para sahabat dengan menggunakan keteladanan sebagai metode komprehensifnya. Hal ini dapat dipahami dari sebuah perilaku Rasul saw, Yang merefleksikan citra etika-edukatif. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk berusaha mentaati segala apa yang diperintahkan olehnya dan menjauh segala apa yang dilarangnya. Beberapa penyakit yang menimpa remaja muslim saat ini adalah: Tingkah laku mereka yang jauh dari akhlak mulia serta tanggungjawab terhadap dunia Islam. Inilah buah kurangnya pembinaan orang tua dan kelalaian mereka terhadap sebuah tanggung jawab yang besar. 78
Manajemen Kepemimpinan Islam
Maka perhatian Rasulullah yang paling besar setelah dakwah tauhid dan pemurnian akidah, adalah mendidik jiwa dan membersihkannya. Dalam hal itu beliau tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang bapak. Kesibukan beliau dalam menyampaikan risalah tidak membuat beliau melalaikan keluarga dan anak-anak. Pesan-pesan Nabi Muhammad Saw, dalam menanamkan pendidikan dan memberi pengajaran kepada keluarganya, terutama terhadap isteri, anak-anak dan kerabatkerabat dekatnya yaitu keteladanan yang tampak dalam pribadi Rasulullah sebagai seorang suami, seorang ayah dan sebagai sahabat bagi saudaranya. Peran itu beliau tunjukkan dalam tugasnya sebagai berikut: Dalam mendidik dan memberi pengajaran pada keluarganya terutama kepada para isterinya yang nantinya menjadi umahatul mukminin (ibunya orang-orang mukmin). Nabi Muhammad Saw menunjukkan sikap yang sangat baik, beliau sebagai seorang suami bagi para istri memperlihatkan kepribadiannya yang tegas, periang Musthafa Husain Attar, keagungan akhlak dan pribadi Rasulullah, terj. Irawan Raihan (candanya), dan kelembutan pada mereka. Sikap-sikap inilah yang ditanamkan Rasul dalam memimpin para isterinya dengan memberikan pendidikan yang baik. Sebagai seorang pemimpin dalam pendidikan Nabi Muhammad Saw memberikan pendidikan dan mengajarkan segala hal kepada keluarga, sahabat, dan umatnya dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang tepat, sehingga bila dinilai kepemimpinan yang dijalankan Nabi Muhammad Saw. Ternyata telah menerapkan prinsip-prinsip leadership modern yang saat ini dikembangkan oleh para pemimpin.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
79
Bab 5 Kepemimpinan Pendidikan
A. Konsep Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership yang berarti being a leader power of leading; the qualities of leader, yang berarti kekuatan atau kualitas seseorang dalam memimpin dan mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan, Hornby (1987:6). Dalam bahasa Indonesia pemimpin disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Kata pemimpin mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (presede), W.J.S. Poerwadarminta (1984). Menurut Wahyosumidjo (2012) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Menurut Terry seperti dikutip Fauzi (2006), menyebutkan bahwa pemimpin menunjukan posisi, sedangkan kepemimpinan menunjukkan kepada proses atau aktivitas mempengaruhi. Sedangkan menurut Namus (2001), menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan prilaku untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Secara lebih sederhana, di bedakan antara kepemimpinan dan manajemen, yaitu pemimpin mengerjakan sesuatu yang benar (people who do think right), sedangkan manajer
80
Manajemen Kepemimpinan Islam
(people do right think). Landasan inilah yang menjadi acuan mendasar untuk melihat peran pemimpin dalam suatu organisasi. Perbedaan ini memberikan gambaran bahwa pemimpin biasanya terkait dengan tingkat puncak atau pengambil keputusan puncak yang bersifat menyeluruh dalam organisasi, sedangkan manajerial merupakan pengambilan keputusan tingkat menengah. Adapun pendidikan, dalam tinjauan Ki Hajar Dewantara (2011), menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia”. Menurut pandangan Arifin, disebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal”. Dalam persepsi Muhadjir, “Pendidikan adalah upaya terprogram mengantisipasi perubahan sosial oleh pendidik dalam membantu subyek didik dan satuan sosial untuk berkembang ke tingkat normatif yang lebih baik. Bukan hanya tujannya, melainkan juga cara dan jalannya”. B. Ciri-ciri Kepemimpinan yang Efektif
Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang efektif adalah sebagai berikut: (a) memiliki intelegensi tinggi (intelligence). Seharusnya seorang pemimpin harus mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari bawahannya, (b) kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth). Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya, (c) motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievement drives). Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, dan (d) menjalin hubungan kerja
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
81
manusiawi (human relation attides). Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya. Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas organisasi, seorang pemimpin harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (a) seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugas dan fungsi pemeliharaan secara maksimal, dan (b) seorang pemimpin harus bersikap demokratis, memiliki intelegensi yang tinggi. Seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan, motivasi terhadap anggotanya. Aktualisasi seorang pemimpin sangat dibutuhkan pada lembaga pendidikan. Hal itu dikarenakan berkembang suatu organisasi sangatlah tergantung pada pemimpin dan kepemimpinannya. C. Kompetensi Kepala Sekolah dalam Menjalankan Kepemimpinan yang Efektif Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu “competence means fitness or ability” yang berarti kecakapan kemampuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) disebutkan bahwa: “Kompetensi adalah kewenangan untuk menentukan sesuatu”. Jadi dalam istilah kompetensi terkandung ‘kemampuan’. Istilah kompetensi erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan dan kecakapan dan keterampilan. Boediono (2002:3) mengemukakan bahwa: “Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi merupakan standar kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menggambarkan kualifikasi baik secara kualitatif dan kuantitatif dalam melandasi pelaksanaan tugas profesional. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu apabila menguasai kecakapan bekerja sebagai keahlian yang relevan dengan bidangnya. Seorang kepala sekolah yang tugasnya memimpin lembaga pendidikan dituntut memiliki keahlian guna mencapai tujuan organisasi.
82
Manajemen Kepemimpinan Islam
Sanusi (1991:172) mengatakan bahwa: “Kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah meliputi: (a) kompetensi dasar, (b) kompetensi sosial, dan (c) kompetensi professional”. Uraian lebih lanjut antara lain sebagai berikut;
Pertama, kompetensi dasar merupakan tuntutan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah yang harus dimilikinya dikaitkan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah itu sendiri. Kompetensi tersebut merupakan kemampuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di lembaga yang dipimpinnya yaitu sekolah. Kedua, kompetensi sosial berkaitan dengan prilaku pribadi kepala sekolah itu sendiri yang kelak harus memiliki nilainilai sehingga terpencar dalam perilakunya sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup, di mana seorang kepala sekolah diharapkan menjadi model manusia yang telah mengamalkan nilai-nilai luhur. Setiap subyek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yang dihadapi guru seperti minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya, kesemuaannya memerlukan bimbingan kepala sekolah yang berkepribadian dalam bertindak sebagai pembimbing, penyuluh yang dapat membantu guru agar mampu menolong dirinya sendiri dan mampu mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik. Ketiga, kemampuan profesional merupakan keahlian khusus yang harus dimiliki seorang, sehingga mampu melakukan pekerjaan dengan baik, karenanya kepala sekolah harus didasari oleh pendidikan khusus, keahlian, bakat dan minat dan lainnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin pada lembaga pendidikan haruslah menjalankan roda kepemimpinannya yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan keahlian khusus sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
83
D. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Keating menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan para pemimpin secara umum terbagi menjadi dua hal, yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia (human relation oriented). Sedangkan Blanchard (1992) mengemukakan empat gaya kepemimpinan dasar yaitu: (a) gaya mengarahkan (directing), (b) gaya melatih (coaching), (c) gaya mendukung (supporting), dan (d) gaya mendelegasikan (delegation). Uraian lebih lanjut, dapat penulis secara rinci antara lain: 1. Directing Pemimpin lebih banyak memberikan petunjuk yang spesifik dan mengawasi secara ketat penyelesaian tugas. Pola kepemimpinan seperti ini cocok untuk diterapkan pada bawahan yang kinerjanya rendah namun punya komitmen cukup baik. 2. Coaching Pemimpin menggunakan directive dan supportive secukupnya. Artinya, pengarahan dan pengawasan tetap dilakukan secara ketat oleh pemimpin, namun disertai dengan penjelasan keputusan, permintaan saran dari bawahan, dan dukungan akan kemajuan. Pola kepemimpinan seperti ini cocok untuk diterapkan pada bawahan punya kinerja yang cukup dan punya komitmen tinggi. 3. Supporting Di sini supportive lebih banyak diberikan dari pada directive, khususnya untuk bawahan yang komitmennya kurang baik. Pemimpin dengan gaya ini lebih banyak memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan ke arah penyelesaian tugastugas mereka.
84
Manajemen Kepemimpinan Islam
4. Delegation Gaya ini diimplementasikan bagi bawahan yang sudah menjadi ‘orang kepercayaan’. Directive dan supportive tidak banyak diberikan. Oleh karenanya, pemimpin lebih banyak menyerahkan pengambilan keputusan dan tanggung jawab kepada bawahan. Dalam menjalankan tugasnya lebih cenderung menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh seseorang pemimpin. Metode tersebut mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya. Yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe) kepemimpinannya yang dijalankannya. Kajian tentang tipologi kepemimpinan pendidikan sejak dulu masih terbatas pada tipe-tipe kepemimpinan klasik yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu: (a) tipe otoriter/ otokrasi, (b) tipe laissez faire, (c) tipe demokratis, dan (d) tipe pseudo demokratis. Namun, kajian tipologi kepemimpinan tidak hanya berhenti pada empat tipe tersebut. Siagian (1989), misalnya, ia mengklasifikasi tipe pemimpin menjadi lima, yaitu: (a) tipe otokrasi, (b) tipe militeristis, (c) tipe paternalistik, (d) tipe karismatik, dan (e) tipe demokratis. Di samping beberapa tipe kepemimpinan tersebut, masih terdapat beberapa tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar kepemimpinan, di antaranya: kepemimpinan birokratis, people or relations-oriented leadership (kepemimpinan berorientasi pada orang atau hubungan), servant leadership (kepemimpinan melayani), task-oriented leadership (kepemimpinan yang berorientasi tugas), kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan transformasional.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
85
Berikut masing-masing penjelasan dari tipe-tipe kepemimpinan tersebut di atas; Pertama, tipe otokratis. Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan sendiri. Ciri-ciri dari pemimpin otokratis itu antara lain: (a) menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, (b) mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, (c) menganggap bawahan sebagai alat semata mata, (d) tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat, (e) terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya, dan (f) menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan. Akibat dari kepemimpinannya tersebut, guru menjadi orang yang penurut dan tidak mampu berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan, guru dan murid dipaksa bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan ancaman hukuman, serta sekolah akan menjadi statis. Kedua, tipe laissez faire. Jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ‘biarkan saja berjalan’ atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ‘masa bodo’. Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga kekuasaan dan tanggung jawab menjadi simpang siur dan tidak terarah. Kepemimpinan seperti ini pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendirisendiri sehingga semua aspek manajemen tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan. Ketiga, tipe demokratis. Kepemimpinan tipe ini menempatkan faktor manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan ini setiap individu, sebagai manusia dihargai atau dihormati eksistensi dan peranannya dalam memajukan dan mengembangkan organisasi. Oleh karena itu, perilaku dalam gaya kepemimpinan yang dominan pada tipe 86
Manajemen Kepemimpinan Islam
kepemimpinan ini adalah perilaku memberi perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan dan mengembangkan organisasi serta perilaku eksekutif. Keempat, tipe pseudo-demokatis. Pseudo berarti palsu, purapura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus. Tipe kepemimpinan pseudo-demokratis ini sering juga disebut sebagai pemimpin yang memanipulasikan demokratis atau demokratis semu. Berkaitan dengan ini, Willes menyebutkan bahwa cara memimpinnya tipe kepemimpinan pseudo-demokratis itu seperti diplomatic manipulation atau manipulasi diplomatis. Jadi, pemimpin pseudo-demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis. Adapun tinjauan gaya kepemimpinan tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut; Pertama, kepemimpinan birokratis. Pemimpin birokratis bekerja “berdasarkan aturan”, memastikan staf mereka mengikuti prosedur secara tepat. Ini adalah gaya yang sangat tepat dalam melibatkan risiko keamanan yang serius. Kedua, people or relationsoriented leadership. Gaya kepemimpinan ini adalah kebalikan dari kepemimpinan berorientasi tugas; pemimpin secara total berfokus pada mengorganisir, mendukung, dan mengembangkan orang di bawah kepemimpinannya. Sebuah gaya partisipatif, yang cenderung mengarah pada kerja tim yang baik dan kolaborasi yang kreatif. Ketiga, servant leadership. Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf di tahun 1970-an, yang menggambarkan seorang pemimpin yang umumnya tidak dianggap secara formal sebagai pemimpin. Ketika seseorang, di setiap level organisasi, memimpin
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
87
dengan memenuhi kebutuhan timnya, dinamakan sebagai pemimpin yang melayani. Dalam banyak hal, kepemimpinan pelayan adalah bentuk dari kepemimpinan demokratis, karena seluruh tim cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendukung dari model kepemimpinan pelayan mengatakan hal ini adalah cara yang penting untuk maju dalam dunia di mana nilai semakin penting, di mana pemimpin pelayan mencapai kekuatan sebagai dasar dari nilai dan idealisme mereka. Yang lain percaya bahwa dalam situasi kepemimpinan yang kompetitif, orang yang mempraktekkan kepemimpinan pelayan akan sering tertinggal dengan gaya kepemimpinan yang lain. Keempat, task-oriented leadership. Kepemimpinan yang sangat berorientasi tugas berfokus hanya pada menyelesaikan pekerjaan, dan bisa jadi sangat otokratis. Ia akan secara aktif mendefinisikan tugas dan peran yang diperlukan, menempatkan struktur, merencanakan, mengorganisir dan memonitor. Namun demikian, seorang pemimpin berorientasi tugas tidak banyak meluangkan waktu untuk kesejahteraan tim, pendekatan ini bisa mengalami banyak kelemahan yang terdapat pada kepemimpinan otokratis, dengan kesulitan untuk memotivasi dan mempertahankan staf. Pemimpin berorientasi tugas dapat menggunakan BlakeMouton Managerial Grid untuk membantu dalam mengidentifikasi wilayah pengembangan spesifik yang akan membantu mereka melibatkan orang lain lebih sering. Kelima, kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan yang menekankan pada tugas-tugas bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang menentukan pekerjaan beserta mekanismenya, sedangkan staf hanya melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya serta tugas dan perannya. Gaya kepemimpinan ini dimulai dari pemikiran bahwa anggota tim setuju untuk mengikuti pemimpin mereka dengan total ketika mereka melakukan pekerjaan. Transaksi umumnya
88
Manajemen Kepemimpinan Islam
adalah perusahaan atau organisasi jasa memberikan imbalan pada anggota tim atas upaya dan ketaatan mereka. Memimpin memiliki hak untuk ‘menghukum’ anggota tim bila pekerjaan tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan ini memiliki keterbatasan yang sangat serius bagi pekerjaan yang berbasis pengetahuan atau kreativitas. Dengan demikian, pemimpin merupakan tumpuan utama organisasi. Keenam, kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini adalah zaman di mana manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan konsep Maslow yang menyatakan bahwa manusia pada era ini memiliki kebutuhan yang berkembang hingga pada keinginan untuk dapat mengaktualisasikan diri. Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini adalah seorang pemimpin nyata yang menginspirasi timnya secara konstan dengan visi masa depan bersama. Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada kebutuhan pengikutnya. Pemimpin mengubah kesadaran pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara baru dan mampu membangkitkan serta mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam mencapai tujuan kelompok. Ketujuh, kepemimpinan militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifatsifat: lebih banyak memberikan perintah; bergantung kepada pangkat dan jabatannya; senang pada formalitas yang berlebihlebihan; menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; sukar menerima kritikan dari bawahan; menggemari upacaraupacara untuk berbagai keadaan. Sehingga perannya lebih mengedepankan pada pengamanan ekstra yang setiap saat
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
89
membutuhkan pengawalan ketat dari bawahannya. Tipe ini sangat cocok diterapkan dalam situasi gawat darurat. Kedelapan, kepemimpinan paternalistik. Pemimpin bersifat kebapakan dan selalu memberikan perlindungan kepada bawahan. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang menganggap dirinya paling dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi; dan bersikap maha tahu. Kesembilan, kepemimpinan karismatik. Gaya kepemimpinan karismatik terlihat mirip dengan kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju. Tipe kepemimpinan karismatik memandang kepemimpinan sebagai keseimbangan antara pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan. Pemeliharaan hubungan didasarkan pada hubungan relasional dan bukan berorientasi kekuasaan, walaupun dia memilikinya. E. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/ organisasinya. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. 90
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut: (a) dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya, dan (b) dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin. Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah: a. Fungsi instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan dalam mewujudkan instruksi/ perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Sejalan dengan pengertian kepemimpinan di atas, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan. b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
91
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orangorang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusankeputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif diharapkan keputusan pimpinan mendapat dukungan dari sejumlah karyawan sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi organisasi. c. Fungsi partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan. Sehubungan dengan itu, musyawarah menjadi sangat penting baik yang dilakukan melalui rapat maupun saling antar karyawan. Musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi,
92
Manajemen Kepemimpinan Islam
harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi. d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan wewenang dalam membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin untuk memilah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedangkan penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu, sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu, fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
93
pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya. Pendapat lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Murphy (1998) dalam bukunya IQ Kepemimpinan bahwa: “Peran kepemimpinan antara lain mencakup: (a) pemilih, (b) penghubung, (c) pemecah masalah, (d) evaluator, (e) negosiator, (f) penyembuh, (g) pelindung, dan (h) the synergized. Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan tersebut berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/organisasinya. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pelaksanaannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. F. Kriteria Sekolah yang Efektif
Kebutuhan dan harapan masyarakat (community needs and wants) terhadap mutu pelayanan pendidikan yang baik tampaknya menjadi faktor utama inovasi manajemen pendidikan. Kebijakan institusi yang dirumuskan oleh kepala sekolah dan staf untuk meningkatkan pelayanan internal dan eksternal akan mempengaruhi proses pembuatan keputusan inovatif dalam garapan manajemen pendidikan.
94
Manajemen Kepemimpinan Islam
Kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah akan berjalan baik jika ditunjang oleh manajemen pendidikan yang memadai. Satu hal yang hingga saat ini masih menjadi fokus pemikiran para ahli manajemen pendidikan adalah bagaimana menyeimbangkan produk kerja inovasi manajemen pendidikan dan aplikasinya di setiap sekolah. G. Hakekat Kompetensi Guru
Kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan seseorang dalam suatu pekerjaan dalam bentuk perilaku dan hasil yang dapat ditampilkan atau ditunjukkan agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya. Kondisi ini tentunya seseorang harus memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, dalam hal ini kompetensi guru dapat dipahami sebagai gambaran tentang apa yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Lebih jauh, Joni (Suyanto dan Hisyam, 2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru yaitu: (1) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya; (2) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas; dan (3) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
95
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: “(1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi kepribadian; (3) Kompetensi Sosial; dan (4) Kompetensi profesional”. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: Pertama, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d) perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar, dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kedua, kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan. Ketiga, kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Keempat, kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/ seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar, (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
96
Manajemen Kepemimpinan Islam
Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, di dalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu: 1. Teachers are committed to students and their learning yang mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa. 2. Teachers know the subjects they teach and how to teach those subjects to students mencakup: (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, dan (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara. 3. Teachers are responsible for managing and monitoring student learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran. 4. Teachers think systematically about their practice and learn from experience mencakup: (a) guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, dan (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. 5. Teachers are members of learning communities mencakup: (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan sejumlah kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, dan (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat. Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsipil, letak perbedaannya hanya pada cara pengelompok isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
97
Depdiknas. Menurut Joni, sudah teramu dalam kompetensi profesional sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya pengelompokan jenis kompetensi tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks sehingga menuntut guru senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Bila hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Di samping itu, guru masa depan harus mekanisme kegiatan penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian, guru tidak mudah terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namun kenyataannya justru mematikan kreativitas siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. H. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah kiranya untuk menjadi guru yang kompetensi bukan sesuatu yang sederhana, untuk 98
Manajemen Kepemimpinan Islam
mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa: “Kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel terutama meningkatkan kompetensi profesional guru”. Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006) terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: “(a) Educator (pendidik), (b) manajer , (c) administrator , (d) supervisor (penyelia), (e) leader (pemimpin), (f) pencipta iklim kerja, dan (g) wirausahawan”. Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Kepala Sekolah sebagai Manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
99
profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah in house training, diskusi profesional dan sebagainya atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan atau instansi pemerintah lainnya. Kepala Sekolah sebagai Administrator Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dari hasil supervisi ini dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan selanjutnya diupayakan solusi pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk sebagaimana disampaikan oleh Danim (2002) mengemukakan bahwa: “Menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka” dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai
100
Manajemen Kepemimpinan Islam
tentang kurikulum sekolah mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
101
Bab 6 Kepemimpinan Transformasional
A. Pengertian Kepemimpinan Transformasional Keller (1992) mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan transformational adalah suatu gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki Maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri”. Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguhsungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran ‘tingkat tinggi’ yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya. Dalam tinjauan (Bass, 1985; Burns, 1978; Tichy dan Devanna, 1986, seperti dikutip oleh Locke, 1997). Sarros dan Butchatsky (1996), menyebutkan bahwa: “Model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin kita lebih berkerakyatan dan berkeadilan sosial”. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan
102
Manajemen Kepemimpinan Islam
kepada para anggota organisasi agar bergerak secara sungguhsungguh menuju tujuan bersama dengan mengesampingkan kepentingan para personalnya. B. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada bawahannya. Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana. Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama. Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi. Adapun karakteristik dari pemimpin yang transformasional yaitu: (a) kharismatik, (b) inspiratif dan motivatif, (c) percaya diri, dan (mampu berkomunikasi dengan baik), (d) visioner, dan (d) memiliki idealisme yang tinggi. C. Penerapan Kepemimpinan Transformasional yang Efektif Adapun kondisi yang dianggap pantas dalam menerapkan kepemimpinan transformasional di antaranya; Pertama, eksternal, dengan ketentuan: (a) struktur lingkungan luar (ada tekanan terhadap situasi, ketidakpuasan masyarakat), (b) kondisi perubahan (berubah cepat, bergejolak, ketidakpastian), (c) kondisi pasar (sering terjadi perubahan dan tak stabil), dan (d) pola hubungan kepemimpinan (pemimpin sebagai orang tua yang membimbing ke pencapaian tujuan, hubungan emosional dengan anggota kental dan dekat). Kedua, internal, mencakup: (a) struktur organisasi (organik, prosedur adaptif, otoritas tidak jelas, desentralisasi), (b) teknologi Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
103
organisasi (teknologi batch/satu kali pengerjaan), (c) sumber kekuasaan dan pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaan penguasaan informasi, hubungan informal), dan (d) tipe kelompok kerja (kerja tim-variatif, sifat pekerjaan umumnya yang memerlukan kreativitas tinggi, keahlian, manajemen atas dan menengah). Sebagai contoh kasus, kepemimpinan ini sering muncul pada situasi-situasi yang monoton dan atau terpuruk pada sebuah organisasi. Di mana organisasi menghadapi sebuah kondisi yang ‘luar biasa’. Ilustrasi yang paling mudah dipahami menurut sudut pandang penulis adalah saat seorang pelatih tim sepak bola misalnya, akan berhadapan dengan tim yang selama ini dianggap sebagai ‘raksasa’, maka pelatih akan memberi motivasi dan sistem latihan baru untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan mental dari timnya. Adapun contoh pemimpin transformasional sangatlah banyak dan yang paling menarik untuk diteladani adalah Muhammad Saw. D. Ciri Gaya Kepemimpinan Transformasional Dalam tinjauan Bass (Yukl, 1989), mengidentifikasi tiga ciri gaya kepemimpinan transformasional yaitu: karismatik, stimulasi intelektual, dan perhatian individual. Selanjutnya Bass (1990), mengidentifikasi inspirasional sebagai salah satu ciri kepemimpinan transformasional. Dengan demikian ciri dari gaya kepemimpinan ini terdiri dari: karismatik, inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian secara individual. Bass dan Avolio (dalam Yukl, 1989) menguraikan keempat ciri tersebut sebagai berikut: 1. Karismatik (Idealized Influence) Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku (behavioral integrity) atau persepsi terhadap kesesuaian antara
104
Manajemen Kepemimpinan Islam
perkataan dan tindakan. Pemimpin transformasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam perilaku sikap, prestasi, maupun komitmen terhadap anggota atau pengikutnya. Keadaan ini tercermin dalam standar moral dan etis yang tinggi. Ia sangat memperhatikan kebutuhan anggotanya, menanggung risiko bersama, memiliki sense of mission, serta menanamkan rasa bangga pada bawahannya. Melalui pengaruh seperti itu, pengikut atau anggota akan menaruh respek, rasa kagum, dan percaya kepada pimpinannya, sehingga mereka berkeinginan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pemimpinnya. Hal ini sangat besar manfaatnya dalam upaya membangun kepercayaan pengikutnya. 2. Inspirasional (Inspirational Motivation) Pemimpin yang inspirasional oleh Bass dan Avolio (Yukl, 1989) diartikan sebagai sejauh mana seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan suatu visi yang menarik, mampu menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha pengikut dan memodelkan perilaku yang sesuai, dan. Pemimpin yang inspirasional mampu memberikan visi-visi tentang apa yang mungkin dan bagaimana memperolehnya. Perilaku pemimpin inspirasional menurut Yukl (1989), dapat merangsang antusiaisme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan mengatakan hal-hal yang menimbulkan kepercayaan terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok. Kepercayaan diri anggota seperti ini merupakan elemen utama dari pemimpin yang inspirasional. Keyakinan diri yang besar terhadap apa yang dilakukan akan menimbulkan komitmen, loyalitas dan usaha yang melebihi biasanya. 3. Stimulasi Intelektual (Intellectual Stimulation) Stimulasi intelektual dipahami dalam upaya seorang pemimpin meningkatkan kesadaran anggota terhadap persoalan-
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
105
persoalan anggota dan mempengaruhi anggota untuk melihat persoalan tersebut melalui perspektif baru (Yukl, 1989). Lebih lanjut Bass (1990) menjelaskan bahwa: “Melalui stimulasi intelektual, kreatifitas anggota dirangsang, dan mendorong untuk menemukan solusi bagi pemecahan masalah-masalah lama dengan perspektif baru”. Menurut Deluga (Yukl, 1989) melalui pendekatan ini pengikut didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan bentuk organisasi yang ada saat ini. Anggota juga didorong melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang. Konsekuensi logis dari praktik stimulasi intelektual ini, seorang pemimpin harus selalu siap dan mengembangkan kapasitas untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri, secara kreatif dan inovatif. Ukuran dari efektivitas kepemimpinan adalah seberapa banyak kemampuan anggota dalam menyelesaikan tugas tanpa kehadiran pemimpin (Bass, 1990). Melalui praktik stimulasi intelektual ini anggota diberi kesempatan seluas- luasnya oleh pemimpin untuk bertindak secara kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, anggota diberi kesempatan oleh pemimpin untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri. 4. Perhatian Secara Individual (Individualized Consideration) Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang, dengan jalan bertindak selaku pelatih (coach) atau penasihat (mentor) (Yukl, 1989). Perhatian yang berorientasi pada individu ditunjukkan oleh pimpinan melalui pemberian dukungan dalam memperlakukan anggota secara individual.
106
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dengan demikian pimpinan dapat melihat perbedaanperbedaan yang terdapat pada anggota, sehingga dapat memperlakukan anggota sesuai dengan kebutuhan mereka masingmasing. Adapun pendekatan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan mentoring. Mentoring merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntunan yang diberikan oleh seorang pimpinan kepada anggotanya.
E. Penerapan Gaya Kepemimpinan Transformasional Kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kepemimpinan yang dibangun di dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi para karyawan dengan memberikan motivasi, menciptakan suasana yang kondusif yang dapat memacu peningkatan prestasi bawahannya. Perusahaan yang sukses memiliki pemimpin yang memandang karyawannya sebagai aset, bukan hanya sekedar faktor produksi yang memerlukan biaya. Perusahaan melihat dan menganggap karyawan sebagai aset yang harus dikembangkan agar dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Dengan memotivasi dan mengembangkan potensi karyawan, maka feedback yang didapat oleh perusahaan adalah bentuk komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, yang secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan. Berbagai macam gaya kepemimpinan telah berkembang; di antaranya kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional (Bass dan Avolio, 1994:1). Komitmen karyawan dapat diperoleh jika seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinan transformasional di dalam dirinya (Bass dan Riggio, 2006:41).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
107
Sebagai contoh kasus, Pamella Swalayan merupakan salah satu retail store yang cukup besar dan menyebar di Yogyakarta, Indonesia, yang didirikan atau dirintis oleh pasangan suami istri (Sunardi Syahuri dan Noor Liesnani Pamella) pada 08 Ramadhan 1395 H bertepatan dengan 14 September 1975. Pamella Swalayan awalnya hanyalah warung kecil berukuran 5 x 5 M, dengan menjual barang-barang yang dibutuhkan masyarakat agar barang tersebut dapat cepat laku terjual, juga memanfaatkan momentum seperti: bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru sekolah. Ketika awal membuka usaha warung tersebut pada tahun 1975 omzet penjualan sekitar Rp. 3000/hari. Sebagai salah satu bisnis retail, berbagai usaha pengembangan sudah dilakukan. Sebelum berkembang menjadi sebuah swalayan dengan nama Pamella Swalayan, dulunya Pamella Swalayan masih berbentuk toko. Seiring dengan perubahan konsep pelayanan nama toko Pamella Swalayan pun diubah menjadi mini market, lalu di tahun 1997, karena adanya aturan pemerintah yang gencar melakukan kampanye penghapusan nama-nama berbau asing, nama mini market pun akhirnya berubah menjadi Pamella Swalayan. Kepemimpinan pemilik Pamella Swalayan adalah hal yang sangat penting dalam pengembangan bisnis retail ini. Gaya yang khas dalam memimpin usaha ini menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Sebagaimana suatu pendekatan kepemimpinan transformasional yang berangkat dari upaya seorang pemimpin dalam memenuhi kebutuhan karyawan (Bass dan Avolio, 1994). Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional memiliki ‘pengikut’ yang dengan sukarela datang kepadanya dan mau membantu pemimpin tersebut dalam mencapai misi dan visi perusahaan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi peningkatan komitmen pada diri para karyawan yang dapat ditandai dengan kesediaan para karyawan yang secara sukarela mau menjadi ‘pengikut’ bagi pemimpin bergaya transformasional tersebut. 108
Manajemen Kepemimpinan Islam
Gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan di mana terjadi peningkatan 3 (tiga) kepercayaan kepada pemimpin, motivasi dan kepuasan kerja serta mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran (Yukl, 1998). F. Kelebihan dan Transformasional
Kelemahan
Gaya
Kepemimpinan
Dalam tinjauan manajemen, saat ini masih sulit untuk menentukan siapa, kapan, dan bagaimana ilmu tentang kepemimpinan itu muncul, dalam setiap peradaban yang muncul di dunia selalu didahului dengan lahirnya tokoh pemimpin yang membangun peradaban tersebut. Dalam ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan memiliki sejarah yang bisa dirujuk sebagai berikut: teori harapan 1957, teori kepemimpinan yang motivasional 1960-an, teori kepemimpinan yang efektif 1970-an, teori gaya kepemimpinan humanistik 1980-an, dan teori gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional 1990-sekarang. Para pengembang teori kepemimpinan mengidentifikasi pendekatan transformasional sebagai pendekatan kepemimpinan abad ke-21. Dalam konteks tersebut, kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf; mengkomunikasikan suatu visi dan implementasinya; memberikan kepuasan dalam bekerja; dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien. Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses yang ada pada para pemimpin dan pengikut untuk saling menaikkan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
109
motivasi moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (Burns 1978). Kepemimpinan transformasional juga sering diartikan sebagai sebuah proses kepemimpinan dimana para pemimpin menciptakan kesuksesan pada bawahannya dengan menampilkan lima perilaku (visioner, menginspirasi, merangsang bawahan, melatih bawahan, membangun tim secara signifikan lebih dari kebanyakan manajer (Boehenke et.al,1999). Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai The Four I’s. (Rivai, Veithzal. 2004) Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus mempercayai (pengaruh ideal). Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan (motivasi-inspirasi). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ideide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahanpermasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukanmasukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu). Meskipun demikian, gaya kepemimpinan transformasional ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Di antara kelebihannya antara lain: (a) tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit), (b) komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional, (c) mampu memberdayakan potensi karyawan, dan (d) meningkatkan hubungan interpersonal. Sedangkan kekurangan dari gaya kepemimpinan transformasional sebagai berikut: (a) waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin, (b) tidak ada jaminan
110
Manajemen Kepemimpinan Islam
keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh, (c) membutuhkan perhatian pada detail, dan (d) sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
111
Bab 7 Kompetensi Pemimpin
A. Pengertian Kompetensi Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris Competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang (2012:2008). Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja sebagai suatu keahlian selaras dengan bidangnya. Menurut Budi suhardiman (2012:104) sebagaimana diikuti pendapat Spencer Kompetensi adalah a competency is an underlying effective and/or superior performance ini a job or situation (kompetensi adalah kinerja yang efektif dan atau unggul yang mendasari dalam pekerjaan atau situasi). Lebih lanjut Spencer mengemukakan lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu: (1) motives, (2) traits, (3) self concept, (4) knowledge, (5) skill. Kelima karakteristik kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Motives, Sesuatu yang dipikirkan seseorang secara konsisten tentang keinginan untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Motif merupakan penggerak secara langsung tentang perilaku terhadap tindakan tertentu atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap situasi atau informasi. Selft consept yaitu sikap, nilai, atau citra diri seseorang. Knowledge, yaitu sejumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Pengukuran pengetahuan pegawai sering gagal karena dalam bekerja tidak mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya.
112
Manajemen Kepemimpinan Islam
Pengetahuan yang dimiliki pegawai kadang-kadang dari pekerjaan yang menjadi tugasnya. Skill, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas fisik atau mental tertentu. Mental atau kognitif meliputi kompetensi ketrampilan berfikir analitis (memproses pengetahuan dan data, menentukan sebab dan akibat, mengatur data dan rencana) dan pemikiran konseptual. Selanjutnya Kompetensi (competence), menurut Hall dan Jones (1976) adalah “Pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur” (Muslich, 1998). Menurut, Mardapi dkk. (2001), merumuskan bahwa: “Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan dan penerapan kedua hal tersebut dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja” (Muslich, 1998). Boyatzis (2008), mengemukakan kompetensi merupakan “Karakteristik dasar seseorang yang menuntun atau menyebabkan keefektifan dan kinerja yang menonjol”. Glossary Our Workforce Matters (Sinnott, et.al, 2002), kompetensi adalah “Karakteristik dari karyawan yang mengkontribusikan kinerja pekerjaan yang berhasil dan pencapaian hasil organisasi. Hal ini mencakup pengetahuan, keahlian dan kemampuan ditambah karakteristik lain, seperti: nilai, motivasi, inisiatif dan kontrol diri”. Le Boterf, (Denise, et.al, 2007), kompetensi merupakan “Sesuatu yang abstrak, dimana hal ini tidak menunjukkan adanya material dan ketergantungan pada kegiatan kecakapan individu”. Dari beberapa definisi kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah Kemampuan pengetahuan, sikap dan nilai serta tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk menjalankan tugas secara efektif dan efisien.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
113
Persyaratan penting bagi kesuksesan pemimpin dalam mengemban peran, tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing adalah kompetensi. Berdasarkan penelitian psikologis ada lima kompetensi inti yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin yang menginginkan kesuksesan dalam menjalankan perkembangan dan pertumbuhan organisasi di antaranya; Pertama, tegas membuat keputusan. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin berani mengambil keputusan dan tidak ragu-ragu terhadap keputusannya. Seorang pemimpin harus siap dalam mengambil suatu keputusan dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut, karena bawahannya membutuhkan kepastian dan ketegasan dalam pengambilan keputusan. Kedua, berintegritas tinggi. Pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya akan meningkatkan semangat dan kinerja para pengikut yang dipimpinnya secara keseluruhan. Orang-orang yang dipimpin akan berkomitmen, loyal, dan hormat pada pemimpin yang terpercaya. Ketiga, visioner. Seorang pemimpin haruslah visioner, karena hal tersebut merupakan salah satu kualitas terpenting yang membedakan seorang pemimpin dengan pengikut. Pemimpin harus mampu menunjukkan jalan dari visinya agar para pengikutnya tidak tersesat dalam menjalankan roda organisasi. Keempat, gigih. Para pemimpin yang berhasil membawa perubahan dan kemajuan adalah mereka yang pantang menyerah. Meskipun begitu, pemimpin yang baik juga tetap fleksibel dan tidak kaku dalam mengejar pencapaian tujuan dengan kegigihannya. Kelima, ahli. Seorang pemimpin adalah pribadi yang unggul, mampu bernegosiasi dan komunikatif, bisa mempengaruhi orang lain serta pakar persuasi. Keahlian seorang pemimpin yang terutama adalah mensinergikan beragam kemampuan anggotanya dan mengolah berbagai sumber daya yang ada. Menutupi kekurangan dan memaksimalkan kelebihan kelompoknya sehingga
114
Manajemen Kepemimpinan Islam
membawa kesuksesan bersama. Untuk memproses sumber daya tersebut dan mengoptimalkan modal yang dikelola demi kepentingan semua. Dengan lima kompetensi inti ini, seorang pemimpin akan memiliki modal untuk mencapai keberhasilan suatu organisasi yang dipimpinnya, karena tanpa kompetensi inti ini seorang pemimpin mustahil untuk memajukan suatu organisasi. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mengedepankan sifat rendah hati, tidak arogan, tidak sombong, dan bersahaja dalam melakukan komunikasi dengan bawahannya. B. Teori-teori Tentang Kompetensi Kepemimpinan Pada dasarnya, teori kompetensi kepemimpinan memiliki tiga macam yaitu: (a) teori sifat, (b) teori prilaku, dan (c) teori lingkungan. Ketiga teori kepemimpinan ini merupakan grand theory kepemimpinan. Ketiga teori tersebut dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut; Pertama, teori sifat (trait theory). Menurut Siagian (Umam, 1977), teori ini disebut dengan ‘teori genetik’ karena menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang diwariskan. Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang pemimpin diletakkan pada kepribadian (personality) pemimpin itu sendiri. Kedua, teori prilaku (behavior theory). Teori ini mengutarakan bahwa kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan di antara orang-orang, bukan sebagai sifat-sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
115
ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam berhubungan dan berinteraksi dengan segenap anggotanya. Ketiga, teori lingkungan (environmental theory). Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat dan keadaan (Atmosoedirdjo,1976). Teori lingkungan pernah dikembangkan oleh beberapa pakar, misalnya: Vroom dan Yettom (1964). Mereka berpendapat bahwa: “Kepemimpinan dalam perspektif teori lingkungan adalah mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normatif”. Kedua ahli tersebut berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu bersikap fleksibel untuk mengubah gayanya agar cocok dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan teori lingkungan, seorang harus mampu mengubah model gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan situasi zaman. Oleh karena itu, situasi dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang berubah. Sebab jika pemimpin tidak melakukan perubahan yang sesuai dengan kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan berhasil secara maksimal.
116
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 8 Gaya Kepemimpinan
A. Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, di mana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi, gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja, di sisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja. Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. 1. Teori Genetis (Keturunan) Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibentuk). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
117
pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis. 2. Teori Sosial Inti aliran teori sosial ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibentuk atau dididik bukan dilahirkan). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. 3. Teori Ekologis Teori ekologis ini pada intinya adalah seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik. B. Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga dengan gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif.
118
Manajemen Kepemimpinan Islam
Pemimpin berkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama dengan ciri sebagai berikut: (1) Wewenang pemimpin tidak mutlak; (2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan; (3) Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan: (4) Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan; (5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar; (6) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan; (7) Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruksi; dan (8) Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati. Kelemahan dan kelebihan gaya kepemimpinan demokratis ini antara lain: 1. Gaya kepemimpinan demokratis memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para staf, maka bawahannya secara bebas melakukan pekerjaan menurut kehendaknya dan mereka memiliki banyak pendapat yang berbeda, sehingga sehingga tujuan organisasi tidak akan tercapai dengan baik bahkan terkadang terjadi konflik antara sesamanya karena membenarkan apa yang telah dilakukannya. 2. Adanya kebebasan pada anggota kelompok dalam menentukan tujuannya, maka mereka akan lebih leluasa melakukan pekerjaan tanpa ada paksaan dari atasan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam kepemimpinan demokratis, seorang pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara. Dalam tindakan dan usaha-
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
119
usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya. C. Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin bertindak sebagai diktator. Pemimpin adalah penguasa, semua kendali ada di tangan pemimpin. Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat, apalagi musyawarah. Karena bagi setiap diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan pastinya suka dengan memaksakan kehendaknya. Tipe otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
120
Manajemen Kepemimpinan Islam
Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman dipecat (Fatah;1996). Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis. Gaya ini digunakan ketika pemimpin meminta karyawan melakukan apa yang diinginkan dan memerintahkan bagaimana caranya tanpa meminta petunjuk dari para pengikutnya. Gaya ini sebaiknya diterapkan ketika seorang pemimpin memiliki semua informasi untuk memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan juga termotivasi. Beberapa kalangan menerapkan gaya ini sebagai ‘kendaraan’ untuk berteriak, menggunakan bahasa merendahkan, dan memimpin dengan ancaman dan menyalahgunakan kekuasaan. Ini adalah gaya profesional kasar. Pemimpin memerintah orang-orang di sekitarnya dan pantang mengulang apa yang telah diperintahkan. Sekali pemimpin berkata, yang lain wajib melaksanakannya tanpa banyak bertanya.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
121
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter yaitu: (a) wewenang mutlak terpusat pada pimpinan, (b) keputusan dan kebijakan dibuat oleh pemimpin, (c) komunikasi berlangsung satu arah, (d) pengawasan dilakukan secara ketat, (e) prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk memberikan kesempatan, (f) lebih banyak kritik dari pada pujian, dan (g) pimpinan menuntut kesetiaan dan prestasi sempurna, (h) tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan. Adapun kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan otoriter antara lain: (a) keputusan dapat diambil secara cepat, dan (b) mudah dilakukan pengawasan. Sedangkan kekurangan dalam kepemimpinan otoriter ini antara lain: pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggotanya, menggerakkan bawahannya dengan cara paksaan untuk mencapai tujuan organisasi, batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter dibatasi oleh undang-undang, bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi 122
Manajemen Kepemimpinan Islam
penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. D. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berlangsung apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan. 2. Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. 3. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan. 4. Hampir tidak ada pengawasan. 5. Pemrakarsa selalu datang dari bawahan. 6. Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan. 7. Kepentingan pribadi lebih dominan dari pada kepentingan kelompok. 8. Tanggung jawab dipikul oleh orang perorang. Adapun kelebihan gaya kepemimpinan laissez faire adalah sebagai berikut: (a) keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama, (b) mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab karyawan, dan (c) bawahan lebih bebas untuk
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
123
menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga proses penyelesaiannya lebih cepat. Sedangkan kelemahan gaya kepemimpinan laissez faire adalah: (a) tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik, (b) tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan, dan (c) bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman (Vroom;1973). Kepemimpinan gaya kepemimpinan laissez faire ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata- mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
124
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 9 Tugas dan Fungsi Pemimpin
A. Tugas dan Fungsi Seorang Pemimpin Tugas pokok seorang pemimpin yaitu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah penulis sebutkan pada bab-bab sebelumnya yang terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara efektif, seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatifitas, juga harus memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin mencakup: pengambilan keputusan dalam menetapkan sasaran dan menyusun kebijakan, mengorganisasikan dan menempatkan sejumlah pekerja yang sesuai dengan sifat dan bentuk pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatankegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horizontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh. Sehubungan dengan tinjauan di atas, Bukhari (1990) memberi gambaran secara umum tentang tugas-tugas pokok pemimpin yaitu: (1) Melaksanakan fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan: (a) penyusunan rencana, (b) penyusunan organisasi pengarahan organisasi pengendalian penilaian, dan (c) pelaporan; (2) Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun; (3) Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara baik; (4) Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien; (5) Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis; (6) Menyusun fungsi manajemen secara baik; (7) Menjadi penggerak yang baik dan Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
125
dapat menjadi sumber kreatifitas; dan (8) Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar. 1. Fungsi Seorang Pemimpin
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Nawawi, fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan berada di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasinya. Menurut Nawawi, secara operasional dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: (a) Fungsi instruktif, (b) fungsi konsultatif, (c) fungsi partisipasi, (d) fungsi delegasi, dan (e) fungsi pengendalian. Uraian lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: a. Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Dengan adanya instruksi yang benar dari seorang pimpinan dapat memberikan kemudahan kepada bawahan dalam melaksanakan deskripsi tugas sesuai dengan tujuan. b. Fungsi Konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlu-
126
Manajemen Kepemimpinan Islam
kan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masingmasing. d. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang dalam pembuatan atau penetapan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri. e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut: (a) pengambilan keputusan, (b) pengembangan imajinasi, (c) pendelegasian wewenang kepada bawahan, (d)
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
127
pengembangan kesetiaan para bawahan, (e) pemrakarsaan, penggiatan, dan pengendalian rencana-rencana, (f) pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, (g) pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana, (h) pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan, (i) pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi, dan (j) pertanggungjawaban semua tindakan. Kemudian menurut Yuki fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak ke arah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan dan menjalankan peran dan fungsinya sebagai pemimpin. B. Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, pemimpin/leader, inovator, motivator. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Memahami makna edukator tidak cukup sebagai pendidik saja, akan tetapi seorang edukator harus memahami tentang makna pendidikan, tujuan pendidikan, dan strategi pelaksanaan program pendidikan. Tentunya, seorang kepala sekolah harus mempunyai program
128
Manajemen Kepemimpinan Islam
kerja yang akan memajukan dan meningkatkan organisasi pendidikan yang dipimpinnya. Betapa pentingnya peran kepala sekolah sebagai edukator apabila dikaitkan dengan berbagai sumber pendidikan. Seiring dengan deskripsi di atas, Wahjosumidjo (2010:124), menyebutkan secara implisit bahwa: Sebagai seorang educator, dia harus mampu dalam menanamkan dan memajukan paling tidak empat macam nilai, yaitu: (a) mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia, (b) moral, hal-hal yang berhubungan dengan ajaran baik-buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban, atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, dan kesusilaan, (c) fisik, hal-hal yang berhubungan dengan kondisi jasmani, atau badan, kesehatan, dan penampilan manusia secara lahiriah, dan (d) artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepakaan manusia terhadap seni dan keindahan. Berdasarkan empat macam nilai di atas, penulis menyimpulkan bahwa setiap kepala sekolah hendaknya memperhatikan perannya sebagai educator yaitu sasaran kepada perilaku sebagai pendidikan dan peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
129
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Kepala sekolah juga bisa dikatakan sebagai manajer, dalam hal ini kepala sekolah juga mempunyai tugas: (a) menyusun perencanaan, (b) mengorganisasikan kegiatan, (c) mengarahkan kegiatan, (d) mengkoordinasikan kegiatan, (e) melaksanakan pengawasan, (f) melakukan evaluasi terhadap kegiatan, (g) menentukan kebijakan, (h) mengadakan rapat, (i) mengambil keputusan, (j) mengatur proses belajar mengajar, (k) mengatur administrasi ketatausahaan siswa, ketenangan, sarana dan prasarana, dan keuangan sekolah (RAPBS), (l) mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), dan (m) mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait. 3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki sejumlah aktivitas dalam menyelenggarakan administrasi, seperti: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan/ kesenian, bimbingan konseling, UKS, OSIS, gedung serba guna, media dan gudang. 4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan kegiatan supervisi pengajaran mengenai: (a) proses belajar mengajar, (b) kegiatan bimbingan dan konseling, (c) kegiatan ekstra kurikuler, (d) kegiatan ketatausahaan, (e) kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, (f) sarana dan prasarana, dan (g) kegiatan OSIS. 5. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin (Leader)
Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas menyelenggarakan kegiatan pendidikan, antara lain: (a) dapat dipercaya, jujur, dan bertanggung jawab, (b) memahami kondisi guru, karyawan, dan 130
Manajemen Kepemimpinan Islam
siswa, (c) memiliki visi dan memahami misi sekolah, (d) mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah, dan (e) membuat, mencari, dan memilih gagasan baru. 6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Kepala sekolah sebagai inovator memiliki tugas sebagai berikut: (a) melakukan pembaharuan di bidang KBM, BK, ekstra kurikuler, dan pengadaan, (b) melaksanakan pembinaan guru dan karyawan, dan (c) melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di komite sekolah dan masyarakat. 7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai inovator memiliki tugas sebagai berikut: (a) mengatur ruang kantor yang konduktif untuk bekerja, (b) mengatur ruang kantor yang konduktif untuk KBM/BK, (c) mengatur ruang laboratorium yang konduktif untuk praktikum, (d) mengatur ruang perpustakaan yang konduktif untuk belajar, (e) mengatur halaman dan lingkungan sekolah yang sejuk dan teratur, (f) menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan, (g) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan, dan (h) menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. C. Tugas dan Fungsi Guru
Tugas guru sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya harus dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar disertai pula dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar mensosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas menurut Rostiyah mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah: Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
131
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman; 2. Membentuk kepribadian anak sesuai cita-cita dan dasar negara; 3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983; 4. Sebagai prantara dalam belajar; 5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan. Pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut kehendak hatinya; 6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat; 7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan apabila guru menjalaninya terlebih dahulu; 8. Sebagai adminstrator dan manajer guru sebagai perencana kurikulum; 9. Guru sebagai pemimpin; dan 10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan pendidikan bagi peserta didik. Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai pembimbing sudah dilaksanakan dengan baik dan akurat. Dalam hal ini, pembimbing yang memiliki sarana dan serangkaian usaha dalam memajukan pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Contohnya, guru sebagai pendidik dan pengajar sering kali melakukan bimbingan, seperti bimbingan belajar tentang keterampilan dan sebagainya dan untuk lebih jelasnya proses pendidikan kegiatan mendidik, mengajar, dan membimbing sebagai komponen pekerjaan yang tak dapat dipisahkan. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak
132
Manajemen Kepemimpinan Islam
didik dalam perkembangaNnya dengan jelas memberikan langkah dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicitacitakan, termasuk dalam hal ini yang terpenting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental. Dari uraian di atas secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan sebagai berikut: Pertama, fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar mengajar. Kedua, motivator, sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Ketiga, informator, sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. Keempat, pembimbing, peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing. Kelima, korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan buruk. Keenam, inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat membedakan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik. Ketujuh, organisator, sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan oleh guru dalam bidang ini memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik dan lain sebagainya. Kedelapan, inisator, sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dan pendidikan dalam pengajaran. Kesembilan, demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran anak didik pahami. Kesepuluh, pengelolaan kelas,
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
133
guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kesebelas, mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya baik media non material maupun material. Keduabelas, supervisor, guru hendaknya dapat membantu memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Ketigabelas, evaluator, guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memerikan penilaian yang menyentuh aspek intrinsik dan ekstrinsik.
134
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 10 Kepala Sekolah Ideal
A. Pengertian Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu proses pendidikan/sekolah, yang diselenggarakan dengan adanya proses belajar-mengajar antara murid dan guru. Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin adalah mengatur situasi, mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga, dan menjadi juru bicara kelompok. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah dituntut untuk berperan ganda. Maka dari itu, selain menjadi pemimpin sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk berperan meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi yang lebih baik, mengingatkan terhadap tujuan akhir dari perubahan, membantu kelancaran proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah dan membina hubungan antara pihak yang terkait, kepala sekolah juga berperan menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan. Selain itu, ia juga harus bersikap adil terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, demi menghindari terjadinya suatu kecemburuan antara bawahannya, dan terus menciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf, dan para siswa. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf, dan siswa dari suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran anjuran dari kepala Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
135
sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf, dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat para guru, staf, dan siswa. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan, dan sebagainya. B. Karakteristik Kepala Sekolah yang Ideal Kepala sekolah merupakan karir tertinggi dari seorang guru. Penunjukan dan pengangkatan kepala sekolah harus bahkan wajib memenuhi persyaratan yang sangat banyak. Persyaratan yang baku tersebut di antaranya pernah menjadi salah satu pembina, wakil kepala sekolah, menguasai berbagai manajemen sekolah, mampu memimpin, berwibawa, adil, mampu melaksanakan tugastugas dalam kepemimpinan, mampu mewujudkan visi dan misi sekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada sebuah sekolah, semua peran serta stakeholder baik pemerintah, masyarakat maupun guru harus bahu membahu. Di samping itu, peran tenaga kependidikan haruslah menjadi tulang punggung utama. Suatu institusi pendidikan yang dikatakan bermutu dapat dilihat dari
136
Manajemen Kepemimpinan Islam
prosentase kelulusan yang tinggi, banyaknya lulusan yang diterima di perguruan tinggi, sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif, tenaga pendidik yang berkualitas dan banyak indikator-indikator lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu pada sebuah sekolah adalah peran seorang kepala sekolah sebagai top manager. Namun saat ini, banyak sekali kepala sekolah gagal memimpin sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang bermutu. Sehingga muncul slogan di masyarakat bahwa: “Sekolah tanpa guru tidak akan sukses, tetapi sekolah tanpa kepala sekolah asalkan ada guru maka program pendidikan di sekolah tetap bisa dilaksanakan. Dengan demikian, fungsi seorang kepala sekolah dianggap sudah tidak terlalu berpengaruh. Berikut adalah karakteristik kepala sekolah yang ideal, antara lain: (a) memiliki visi dan misi dan strategi yang jelas, (b) mampu mengkoordinasi dan menyerasikan sumber daya dengan tujuan, (c) mampu mengambil keputusan secara terampil, (d) toleran terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai, (e) melakukan mobilisasi terhadap sumber daya, (f) menggunakan sistem sebagai cara berfikir, (g) mengelola dan menganalisis sekolah, (h) menggunakan input manajemen, (i) menjalankan perannya sebagai manajer, (j) melaksanakan dimensi-dimensi tugas, proses, lingkungan, dan keterampilan personal, (k) merumuskan sasaran, (l) memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, (m) melakukan analisis SWOT, (n) mengupayakan langkah-langkah untuk meniadakan persoalan, dan (o) menggalang team work yang cerdas dan kompak.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
137
C. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal Gaya kepemimpinan yang harus diterapkan kepala sekolah sangat bergantung kepada situasi dan kondisi guru yang dipimpinnya. Jika menghadapi guru yang memiliki kemampuan baik dan motivasi kerja juga baik, maka gaya kepemimpinan delegatif paling efektif, artinya, kepala sekolah lebih banyak memberikan dan mendelegasikan tugas dan wewenang kepada guru. Jika menghadapi guru yang memiliki kemampuan kerja yang baik. Tetapi motivasi kerjanya kurang, maka gaya kepemimpinan partisipatif paling efektif. Artinya, kepala sekolah berpartisipasi aktif dalam mendorong guru untuk menggunakan kemampuannya secara optimal. Apabila menghadapi guru yang kurang memiliki kemampuan yang kurang baik, tetapi memiliki motivasi kerja yang baik, maka gaya kepemimpinan konstruktif paling efektif. Artinya, kepala sekolah banyak memberikan bimbingan, sehingga kemampuan guru secara bertahap meningkat. Jika menghadapi guru yang memiliki kemampuan yang kurang baik dan motivasi kerja kurang baik, maka gaya kepemimpinan instruktif paling efektif. Artinya, kepala sekolah lebih banyak memberi petunjuk yang spesifik dan secara ketat mengawasi guru dalam mengerjakan tugasnya. Ada beberapa contoh gaya kepemimpinan di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Gaya Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian) Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang mutlak oleh pemimpin, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
138
Manajemen Kepemimpinan Islam
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis (Democratic) Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada bawahan yang ditunjuk. Setiap permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. 3. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. D. Penerapan Kepala Sekolah yang Ideal Dalam diri seorang kepala sekolah mempunyai dua dimensi visi, yaitu: dimensi ibadah dan dimensi sosial. Dia sanggup memberikan contoh tauladan. Kepala sekolah ideal harus memahami aspek-aspek psikologi anak, kurikulum, manajemen, dan pengembangan mutu sumber daya manusia untuk membuat sekolahnya menjadi unggul di mata masyarakat. Oleh karena itu, kepala sekolah ideal harus lebih disiplin dari guru yang lain. Dia mampu menjadi contoh buat yang lain dalam mengantarkan guru yang dipimpinnya berwawasan luas, dan mengayomi semua personal sekolah. Jujur, berani, cerdas, bijaksana, wibawa, dan tidak sekedar mengeluarkan instruksi. Aspek ini merupakan indikator yang positif dari sosok kepala sekolah ideal. Dalam segi penerapannya seorang kepala sekolah harus mengetahui tugas dan peranannya sebagai pemimpin yaitu educator, manajer, pemimpin, administrator, supervisor, pencipta iklim kerja, dan wirausahaan.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
139
Sebagai manajer atau pemimpin, kepala sekolah harus mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah dapat mengembangkan rencana yang belum memiliki pola organisasi, mengevaluasi dan memperbaiki struktur organisasi, dan membuat rekomendasi dan mengevaluasi rencana struktur yang diusulkan. Semua prinsip dan program pelayanan diorganisasikan sehingga semua aktivitas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan tujuan akhir membantu mencapai tujuan sekolah. Membantu guru secara individual dan secara kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran; mengkoordinasikan seluruh usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik; menyelenggarakan program latihan berkesinambungan bagi guru-guru; mengusahakan alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi pembelajaran; membangkitkan dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal; membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah, lembaga social dan instansi terkait serta masyarakat. Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seharusnya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
140
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 11 Supervisi Pendidikan
A. Pengertian Supervisi Supervisi merupakan proses pemberian bantuan kepada guru, menurut Nurhayati, Djamas, (2000:9) secara bahasa supervisi terdiri dari dua kata yaitu ‘super’ dan ‘vision’ yang mempunyai arti penglihatan dari atas. Definisi tersebut bermakna bahwa orang yang memiliki kedudukan di atas melihat ke bawah artinya orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi memberikan bantuan atau bimbingan kepada bawahannya. Dalam Islam, pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan sangat dianjurkan, apalagi dalam kaitannya dengan pendidikan dan pengajaran. Sehubungan dengan penjelasan tersebut Allah Swt berfirman:
4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ …¢ ∩⊄∪ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x© ©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya azab Allah sangat berat (Al Maidah:2). Berdasarkan ayat di atas dapat penulis memahami bahwa dalam menjalankan proses bantuan kepada orang lain harus dilandasi dengan taqwa yang ditandai dengan membangun pola kerjasama vertikal, horizontal dengan baik, benar, dan jauh dari
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
141
sifat-sifat tercela, sehingga akan terciptanya ukwah antara sesamanya. Firman Allah Swt:
Ç⎯tã t⎦⎫Ïù$yèø9$#uρ xáø‹tóø9$# t⎦⎫ÏϑÏà≈x6ø9$#uρ Ï™!#§œØ9$#uρ Ï™!#§œ£9$# ’Îû tβθà)ÏΖムt⎦⎪Ï%©!$# ∩⊇⊂⊆∪ š⎥⎫ÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† ª!$#uρ 3 Ĩ$¨Ψ9$# Artinya: Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Al Imran:134). Dalam kaitannya dengan supervisi penulis memahami ayat ini bahwa sebagai seorang muslim kita harus selalu memberikan bantuan kepada orang lain dalam keadaan sesulit apapun, selain itu juga memaafkan kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang dianjurkan karena memberikan maaf itu dekat dengan taqwa. Supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian bantuan kepada orang lain, artinya seseorang yang memiliki kompetensi lebih (supervisor) memberikan pertolongan kepada guru menyangkut dengan proses belajar mengajar, dengan adanya bantuan ini seorang guru dapat laksanakan tugasnya dengan baik. Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana (2013:291) mengatakan bahwa setidaknya ada tujuh jenis konsep supervisi yang bisa ditemukan, yaitu: (a) supervisi yang berfokus pada administrasi, supervisi yang berfokus pada administrasi memandang proses supervisi merupakan suatu kegiatan administrasi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam konteks sistem pendidikan. Supervisi merupakan kegiatan staf sekolah mendayagunakan sumber daya yang dimiliki sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. (b) supervisi yang berfokus pada kurikulum, memandang bahwa proses supervisi adalah kegiatan
142
Manajemen Kepemimpinan Islam
membuat kurikulum dan merevisinya, mempersiapkan unit-unit dan material pembelajaran, pengembangan proses dan instrumen laporan ke orang tua dan evaluasi umum program kependidikan secara umum. (c) supervisi yang berfokus pada pengajaran, kegiatan supervisi yang berfokus pada pembelajaran memandang proses supervisi sebagai suatu kegiatan peningkatan pengajaran dan implementasi kurikulum di kelas, (d) supervisi yang berfokus pada human relations, supervisi yang memandang sebagai kegiatan human relations menyatakan bahwa supervisi itu melibatkan semua orang di lingkungan kependidikan tidak hanya personel sekolah. Supervisor menginisiatif komunikasi efektif, membantu orang-orang untuk bisa saling mendengarkan, berbagi dan saling membantu, (e) Supervisi yang berfokus pada manajemen, memandang bahwa semua aktifitas supervisi terlibat dalam semua tatanan organisasi. Semua sember daya yang dimiliki harus dimanfaatkan dalam rangka efektifitas dan efisiensi capaian tujuan, (f) supervisi yang berfokus pada kepemimpinan, tugas supervisi adalah mengajari guru bagaimana mengajar dan menjadi pemimpin pendidikan dalam reformulasi pendidikan masyarakat yang meliputi kurikulum, pengajaran dan bentuknya. Selanjutnya pakar pendidikan lain mempunyai pandangan yang berbeda mengenai supervisi, akan tetapi secara umum mempunyai tujuan yang sama, berikut beberapa pendapat para ahli tentang supervisi, antara lain: 1. Kimbal Wiles merumuskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar yang lebih baik. 2. Harold P. Adams & Frans G. Dikey merumuskan supervisi sebagai pelayanan atau layanan khusus di bidang pengajaran dan perbaikannya mengenai proses belajar mengajar termasuk segala faktor dalam situasi tersebut. 3. Thomas H. Briggs & Josep Justman merumuskan supervisi sebagai usaha yang sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan diri guru yang Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
143
4.
5.
6.
7.
berkembang, secara lebih efektif dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan dengan murid-murid di bawah tanggung jawabnya. N.A Ametembun merumuskan supervisi sebagai pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan (termasuk pengajaran) pada umumnya dan peningkatan mutu pada khususnya. Sergiovanni mengemukakan pernyataan yang berhubungan dengan supervisi sebagai berikut: (1) supervisi lebih bersifat proses dari pada peranan, (2) supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personil sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah yang bergantung secara langsung para personil yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan masalah tujuan sekolah. Neangley mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guruguru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Rumusan ini lebih operasional dari rumusan di atas. Supervisi di sini diartikan sebagai bentuk bantuan, pengarahan, bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar, dan kurikulum. Mereka bekerja untuk meningkatkan ketiga bidang tersebut dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Stephen P. Robbins mengemukakan supervisi sebagai suatu aktivitas pengarahan langsung terhadap aktivitas-aktivitas bawahan. Tetapi yang memberi pengarahan tersebut dibatasi hanya pada administrator terdepan saja. Sebab administrator terdepanlah yang berhadapan langsung dengan personalia sekolah yang menangani proses belajar mengajar para siswa. Berarti pengarahan administrator media dan tertinggi tidak dikatakan supervisi (Pidarta, 1992:2-4).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa supervisi adalah suatu usaha bimbingan profesional atau bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru baik perorangan
144
Manajemen Kepemimpinan Islam
maupun kelompok, agar guru dapat melaksanakan tugas dengan fungsinya dengan baik terutama menyangkut dengan profesionalisme dalam mengajar. Maka untuk mewujudkan guru yang profesional, seorang supervisor dituntut untuk memiliki kompetensi yang baik sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan maksimal. B. Tipe-tipe Supervisi Upaya yang dilakukan dalam memberi bantuan pendidikan kepada guru memiliki sejumlah tipe atau model yang dapat digunakan oleh seorang pimpinan. Dalam tinjauan Bruner (1960), menyebutkan bahwa terdapat lima tipe dalam melakukan aktivitas supervisi, yaitu: inspeksi, laissez-faire, training and guidance dan democratic leadership. Uraian masing-masing tipe tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut: 1. Supervisi Sebagai Inspeksi Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervisi berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahannya. Orang-orang yang bertugas atau mempunyai tanggung jawab tentang pekerjaan tersebut disebut inspektur. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan daya kerja sebagai pendidik dan pengajar. Inspeksi dijalankan dengan maksud untuk meneliti atau mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan jenis pekerjaan yang sudah ditentukan. Dengan demikian, inspeksi berarti kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencari kelemahan atau kesalahan bawahan. Dalam hal ini, guru atau bawahannya dilihat sejauhmana ketaatan dan kebaikannya dalam menjalankan tugas-tugas atasannya. Guru-guru atau bawahannya tidak pernah diajak dan meminta
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
145
pendapat segala sesuatu yang berhubungan dengan pengajarannya. Musyawarah dan mufakat tidak berlaku dalam aktivitas supervisi. 2. Tipe Laissez Faire Supervisi bertipe laissez faire merupakan supervisi yang sama sekali tidak konstruktif. Supervisi laissez faire membiarkan guruguru atau bawahannya bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan terlebih dahulu. Guru-guru atau bawahannya boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka kehendaki masing-masing. Dalam hal ini, tidak mengherankan jika dalam supervisi laissez faire ini mudah sekali timbul kesimpangsiuran dalam kekuasaan dan tanggung jawab di antara guru-guru dan pegawai lainnya, mudah timbul perselisihan dan kesalahpahaman di antara mereka. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan bimbingan pimpinan. Para anggota tidak memiliki pengertian yang tegas tentang batas-batas kekuasaan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Demikian, sukar diharapkan adanya kerja sama yang harmonis yang sama-sama diarahkan kesatu tujuan. 3. Coercive Supervision Coercive Supervision hampir sama yang bersifat inspeksi, akan tetapi tipe kepengawasan ini bersifat otoriter. Dalam tindakan pelaksanaan supervisi, supervisor bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal ini, pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan. Yang penting guru harus tunduk dan menuruti petunjukpetunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu sendiri. 4. Supervisi Sebagai Latihan dan Bimbingan Supervisi sebagai latihan dan bimbingan merupakan supervisi yang terbaik jikalau dibandingkan dengan supervisi yang telah diuraikan di atas. Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan merupakan proses pertumbuhan bimbingan. 146
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dari sudut pandang manajemen perkantoran, setiap pegawai yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan selanjutnya adalah untuk melatih dan memberi bimbingan kepada guru-guru tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru. Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah keguruan. Karena dalam hal pengajaran, seorang guru langsung mempraktekkan ilmunya di sekolah. Dengan demikian, seorang guru perlu mendapatkan petunjuk-petunjuk dalam bentuk nasehat yang diberikan sebagai latihan, sehingga guru tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 5. Supervisi yang Demokratis Supervisi yang demokratis merupakan kepemimpinan yang pendidikan yang bersifat kooperatif. Pada tingkat ini supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas melainkan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasi. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagi kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing-masing. Masalah penting bagi seorang supervisor adalah menemukan cara-cara bekerja secara kooperatif yang efektif dengan kepala sekolah, karyawan dan guru. Supervisor harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap program-program yang direncanakan oleh kepala sekolah. Dalam kaitannya dengan peningkatan kompetensi guru seorang supervisor juga memberikan bantuan kepada guru yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, supervisor harus memiliki komitmen untuk mengembangkan program sekolah, mengupayakan untuk melakukan musyawarah dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
147
Adapun yang menjadi sasaran utama dalam kegiatan supervisi pengajaran adalah kepala sekolah dan guru. Dalam kaitannya dengan peningkatan profesionalisme seorang supervisor berkewajiban untuk memberikan bantuan kepada guru. Adapun bentuk bantuan yang diberikan kepada guru adalah sebagai berikut: a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, c. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, d. Membantu guru dalam menggunakan sejumlah metode dan media pengajaran yang mutakhir, e. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa, f. Membantu guru dalam menilai kemajuan siswa dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, g. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan, h. Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, i. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat, j. Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya (Suhertian, 1982:24). Sasaran supervisi merupakan arah yang akan dituju oleh supervisor atau pengawas guna meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun guru merupakan obyek yang akan diberikan layanan atau bantuan oleh supervisor guna menjalankan sistem pengajaran secara baik, efektif, dan efesien. C. Teknik Supervisi Pendidikan Bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh atasan kepada bawahan dalam kaitannya dengan pembelajaran tentunya seorang
148
Manajemen Kepemimpinan Islam
supervisor harus menguasai beberapa teknik dalam kaitannya dengan supervisi. Menurut Sutisna, teknik-teknik supervisi yang dipandang bermanfaat adalah sebagai berikut: “(a) Kunjungan kelas, (b) pembicaraan individual, (c) diskusi kelompok, (d) demonstrasi mengajar, (e) kunjungan kelas antar guru, (f) pengembangan kurikulum, (g) buletin supervisi, (h) perpustakaan profesional, (i) lokakarya, dan (j) survei sekolah masyarakat”. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan sebagai berikut; Pertama, kunjungan kelas. Kunjungan kelas sering dipahami dengan kunjungan supervisi. Kunjungan kelas merupakan teknik yang sangat efektif untuk mengamati secara langsung bagaimana guru mengajar, penggunaan metode, alat, dan teknik mengajar. Dan tentunya kunjungan kelas ini dilakukan dengan teliti dan persiapan baik serta dilaksanakan dengan hati-hati disertai budi bahasa yang baik pula. Kedua, pembicaraan individual. Merupakan teknik yang sangat penting karena kesempatan yang diciptakan oleh kepala sekolah atau pengawas untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesional pribadinya. Masalah-masalah yang mungkin dipecahkan seperti penguasaan materi, metode, teknik dan prosedur dan lainnya yang berhubungan dengan proses pengajaran. Ketiga, diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan di mana sekelompok orang berkumpul dalam situasi bertatap muka dan melalui interaksi lisan bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang masalahmasalah bersama. Adapun contoh kegiatan diskusi di antaranya: diskusi panel, seminar, lokakarya, kelompok studi, dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam pengajaran di lembaga pendidikan. Keempat, demonstrasi mengajar. Merupakan teknik dalam bentuk rencana yang telah disusun dengan teliti dan dicetak
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
149
terlebih dahulu, dengan menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau pada nilai teknik mengajar tertentu, akan sangat membantu. Suatu teknik analisis observasi adalah perlu untuk mengetahui apa saja yang telah dicapai dan apa pula yang masih perlu diperbaiki. Kelima, kunjungan kelas antar guru. Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di antara mereka sendiri adalah efektif dan disukai. Kunjungan ini biasanya atas permintaan guru, dan selanjutnya saling memberikan masukan. Keenam, pengembangan kurikulum. Perencanaan dan penyesuaian pengembangan kurikulum menyediakan kesempatan yang sangat baik bagi partisipasi guru. Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat bagi pemeliharaan dan peningkatan kualitas pendidikan. Ketujuh, buletin supervisi. Buletin supervisi merupakan alat komunikasi yang sangat efektif dan efisien, melalui buletin ini semua guru mendapatkan informasi-informasi terutama yang berhubungan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Kedelapan, perpustakaan profesional. Perpustakaan profesional ini sangatlah penting, karena pada perpustakaan ini telah tersedianya sumber-sumber informasi yang berhubungan dengan pengajaran. Kesembilan, lokakarya. Lokakarya akan menyediakan kesempatan bekerjasama antar guru-guru guna melahirkan ide-ide yang cemerlang yang berkaitan dengan proses pengajaran. Kesepuluh, survei sekolah masyarakat. Studi secara menyeluruh tentang masyarakat akan membantu guru dan kepala sekolah untuk memahami jenis perwakilan sekolah yang memenuhi kebutuhan dan kepentingan murid.
150
Manajemen Kepemimpinan Islam
D. Tujuan dan Fungsi Supervisi 1. Tujuan Supervisi Keberhasilan pelaksanaan pendidikan pada lembaga pendidikan tidak terlepas dari kerjasama dari berbagai pihak diantaranya kepala sekolah, guru, dan supervisor atau pengawas. kepala sekolah mempunyai peran yang sangat kompleks, diantaranya kepala sekolah sebagai pemimpin, edukator, administrator, supervisor. Sebagai supervisor kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan profesionalisme guru. Guru merupakan profesi atau jabatan yang memiliki keahlian khusus, yang bertugas melaksanakan bimbingan atau pengajaran kepada anak muridnya untuk menjadi manusia dewasa yang berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Supervisor atau pengawas adalah Seseorang yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam kaitannya dengan permasalahan- permasalahan yang ada di lingkungan sekolah. Wahyudi (2009:99) mengutip pendapat Sahertian dan Mataheru mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik, adapun yang dimaksud dengan situasi belajar adalah interaksi antara guru dengan siswa dalam usaha mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Usaha yang ke arah perbaikan pembelajaran ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak yang mandiri. Lebih lanjut Wahyudi juga mengutip pendapat Sahertian dan Mataheru bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan adalah (a) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (b) membantu guru dalam membimbing pengalaman mengajar murid-murid, (c) membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (d) membantu guru dalam menggunakan metode-metode/alat-alat pembelajaran, (e) membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar muridAplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
151
murid, (f) membantu guru dalam hal menilai kemajuan muridmurid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, (g) membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, (h) membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (i) membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, (j) membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Tujuan supervisi di atas merupakan upaya yang dilakukan oleh supervisor untuk meningkatkan profesionalime guru dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan. Selanjutnya Wahyudi, (2009:100) mengutip pendapat Ametembun bahwa tujuan supervisi adalah (1) Membina kepala sekolah dan guru agar lebih memahami tujuan pendidikan, (2) meningkatkan kemampuan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif, (3) membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas kerja, persoalan pembelajaran serta membantu merencanakan perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengannya, (4) meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta petugas sekolah lainnya terhadap cara kerja yang demokratis serta kesediaan untuk tolong menolong, (5) memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi, (6) membantu kepala sekolah untuk mensosialisasikan program pendidikan di sekolah kepada masyarakat, (7) melindungi warga sekolah yang disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat, (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik, (9) mengembangkan rasa kesatuan sesama guru.
152
Manajemen Kepemimpinan Islam
Dari beberapa item tujuan supervisi pendidikan di atas penulis menyimpulkan bahwasanya pada dasarnya supervisi pendidikan bertujuan untuk membantu kepala sekolah, guru-guru, staf, siswa dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan. Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah tentunya mempunyai kelemahan, maka dalam konteks ini kehadiran supervisor adalah melakukan pembinaan terkait dengan manajerial dan pengembangan kualitas sekolah selanjutnya melakukan penilaian pengawasan terhadap program-program sekolah. Begitu juga dengan guru, kehadiran supervisor adalah membantu memperbaiki kinerja guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar dan hasil prestasi belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. 2. Fungsi Supervisi Fungi utama supervisi pendidikan pada dasarnya ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Wahyudi, (2009:101) mengutip pendapat Burton, mengatakan bahwa fungsi supervisi adalah: (a) The improvement of the teaching act, (b) The improvement of teacher in service, (c) The Selection and organization of subject-matter, (d) Testing and measuring, and (e) The rating of teachers. Selanjutnya Wahyudi, (2009:102) mengutip pendapat Sutisna bahwa secara makro supervisi berfungsi: (a) Sebagai penggerak perubahan, supervisi sebagai penggerak perubahan dimaksudkan guru melaksanakan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin, dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan bagi segi materi maupun metode atau pendekatan. Menghadapi yang demikian perlu ada inisiatif dari supervisor untuk mengarahkan guru agar melakukan pembaharuan materi pembelajaran sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutuhan lingkungan, (b) Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi permasalahan, baik yang dihadapi guru maupun siswa. Guru sering menghadapi kesulitan dalam merencanakan,
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
153
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran karena itu supervisor memberikan bimbingan kepada guru agar dapat mengelola pembelajaran secara lebih efektif dan efisien, (c) meningkatkan kemampuan hubungan manusia, untuk mencapai tujuan guru atau kepala sekolah tidak dapat melakukan sendiri, maka perlu kerja sama dan bantuan sesama guru, kepala sekolah dan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua guru dan kepala sekolah mampu melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, maka dalam hal ini kehadiran supervisor membantu guru untuk mengenali dirinya sendiri, mengenali tugas-tugasnya serta bagaimana menyelesaikan tugas melalui kerjasama, (d) Sebagai kepemimpinan kooperatif, Keberhasilan supervisi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan supervisor dalam menjalankan tugas dan fungsinya, akan tetapi memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak yaitu kepala sekolah, guru-guru, konselot, dan orang tua siswa secara bersama-sama ikut memikirkan perkembangan anak didik kerah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan, maka dalam hal ini kehadiran supervisor membantu guru untuk memajukan proses pembelajaran. Dari berbagai fungsi-fungsi supervisi di atas, bahwa dapat dipahami bahwasannya supervisi terlaksana dengan baik manakala fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik oleh supervisor. Supervisi pendidikan berfungsi sebagai salah satu mekanisme untuk meningkatkan manajerial kepada sekolah dan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pengajaran yang efektif. E. Faktor yang Mempengaruhi Supervisi Supervisi merupakan suatu layanan yang diberikan kepada guru guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Setiap guru mempunyai pengalaman yang berbeda, sifat, pembawaan, ciri-ciri fisik, dan lain-lain akan sangat mempengaruhi bagaimana bentuk 154
Manajemen Kepemimpinan Islam
berinteraksi yang terjadi. Selain itu, pergaulan antara guru dengan muridnya sudah akan mengubah karakteristik guru jika berhadapan dengan supervisor. Supervisor yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada guru dalam meningkatkan kualitas pengajarannya akan memiliki pengaruh yang belum tentu sama bagi guru yang berbeda, karena antara guru dengan guru mempunyai karakteristik yang berbedabeda. Untuk mengatasi hal ini, maka seorang supervisor dituntut untuk mempunyai kemampuan atau kompetensi yang cukup, sehingga tujuan atau sasaran supervisi akan tercapai dengan optimal. Adapun lebih rinci faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi adalah sebagai berikut: Pertama, guru yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan guru salah satu faktor yang mempengaruhi supervise. Oleh karena itu, supervisor dituntut untuk menguasai berbagai macam teknik supervisi, sehingga supervisi dapat berjalan dengan baik. Contoh: supervisor yang memperlakukan guru A akan dipengaruhi oleh pribadi guru A, di samping itu perlakuan supervisor kepada guru A masih harus mempertimbangkan guru B, C, dan seterusnya. Kedua, keahlian dan kecakapan supervisor. Jika seorang supervisor tidak mempunyai keahlian dan kecakapan dalam melaksanakan supervisi, maka ia akan menemui banyak kesulitan ketika berhadapan dengan guru atau murid, dan tentunya kesulitan-kesulitan ini akan berdampak pada sukses tidaknya supervisi. Ketiga, tingkatan dan jenis sekolah. Tingkat dan jenis sekolah juga salah satu faktor yang mempengaruhi supervisi, ditambah lagi dengan unsur manajerial kepala sekolah yang ada pada lembaga pendidikan tersebut misalnya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
155
Keempat, sarana dan prasarana. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting guna terlaksananya supervisi dengan baik. Supervisor yang mempunyai kecakapan dan keahlian dalam bidang supervisi tidak akan berarti apabila sarana dan prasarana yang tidak mendukung terhadap proses belajar mengajar, dan tentunya keduanya ini saling mempengaruhi.
156
Manajemen Kepemimpinan Islam
Bab 12 Organisasi Pendidikan
A. Pengertian Organisasi Pendidikan Manusia merupakan makhluk sosial, tentunya manusia sangat membutuhkan manusia lainnya. Islam mengajarkan manusia agar sesama manusia saling bekerja sama, saling menghargai dan saling menghormati dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Maka sebagai makhluk social, manusia terdorong untuk membentuk suatu perkumpulan atau wadah yang disebut organisasi. Firman Allah Swt:
â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω ׊#y‰Ï© ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ $pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ tβρâs∆÷σム$tΒ tβθè=yèøtƒuρ Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At Tahrim:6).
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari api neraka, begitu juga halnya keluarga sebagai organisasi terkecil, orang tua sebagai pemimpin mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan keluarga. Orang
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
157
tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan agama kepada anaknya karena dengan pendidikan agama akan terhindari mereka dari perbuatan maksiat. Syafaruddin (2005:69) mengutip pendapat Mondy & Premeaux mengatakan bahwa organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih dalam satu keadaan yang terkoordinir untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selanjutnya Hermawan dan Triatna (2009:69) mengutip pendapat Gibson, Ivancevich & Donelly mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Lebih jauh, ketiganya menyebutkan bahwa organisasi adalah suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Defenisi di atas menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan efisien melalui koordinasi antar unit organisasi. Siswanto (2005:73) mengatakan bahwa: “Organisasi adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk merealisasi tujuan bersama”. Dalam suatu organisasi minimum mengandung tiga elemen yang saling berhubungan, ketiga organisasi tersebut adalah: (1) sekelompok orang, (2) interaksi dan kerjasama, (3) tujuan bersama. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang terdiri dari manajer dan anggota dengan sistem aktivitas kerjasama serta pembagian tugas dan tanggung jawab setiap individu guna mencapai tujuan bersama. Di dalam organisasi ada sejumlah orang, baik manajer maupun anggota, struktur, tujuan-tujuan, aturan, dan prosedur. Orang yang melaksanakan manajemen ini adalah manajer dan yang melaksanakan pekerjaan praktis disebut anggota. Oleh karena itu, sebuah organisasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu: (a) ada kumpulan orang-orang, (b) ada pembagian kerja atau
158
Manajemen Kepemimpinan Islam
spesialisasi dalam organisasi, (c) bekerjasama di mana aktivitasaktivitas yang terpisah dikoordinir, dan (d) ada tujuan bersama yang akan dicapai melalui kerjasama yang terkoordinir. Apabila dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan) merupakan tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Hidayat dan Machali (2010:64) mengatakan bahwa: Suatu organisasi pendidikan tidak terlepas dari unsur-unsur dasar pembentuk sebuah organisasi, yaitu sebagai berikut: (a) adanya tujuan bersama, organisasi mensyaratkan sesuatu yang akan diinginkan, biasanya terumuskan dalam visi, misi, target, tujuan. Dalam hal ini sekolah harus merumuskan visi, misi, tujuan pendidikan dalam wadah dan sistem pendidikan tersebut yang ingin dicapai, (b) adanya kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama, (c) adanya pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktifitas organisasi, dan (d) adanya kehendak bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dari deskripsi di atas, dapat dipahami bahwa perguruan Tinggi sebagai organisasi pendidikan merupakan lembaga yang diserahkan tanggung jawab dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, Perguruan Tinggi sebagai organisasi pendidikan sudah seharusnya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal dapat tercapai dengan maksimal, unsur-unsur personal di lingkungan pendidikan seperti Rektor, Dekan, Dosen, Karyawan dan mahasiswa harus melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing guna mencapai visi dan misi perguruan Tinggi. Allah Swt berfirman:
Ö⎯≈uŠ÷Ψç/ Οßγ¯Ρr(x. $y|¹ ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ’Îû šχθè=ÏG≈s)ムš⎥⎪Ï%©!$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) ÒÉθß¹ö¨Β
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
159
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS. Shaff: 4). Ayat di atas memberikan indikasi bahwa betapa pentingnya suatu organisasi membentuk struktur organisasi yang baik dan kokoh guna mewujudkan tujuan organisasi. Seorang pimpinan harus mampu menyusun barisan yang teratur dan kokoh dalam organisasi yang dipimpinnya serta berkewajiban menciptakan kebersamaan, kekompakan dan kesinerjikan anggotanya dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya sehingga akan tercapai hasil yang maksimal. B. Aspek-aspek Organisasi Aspek-aspek organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada dalam suatu organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai pilar dari suatu organisasi. Artinya jika salah satu komponen organisasi tidak berfungsi, maka organisasi tidak akan berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi mengalami entropy, yaitu kondisi di mana organisasi dikategorikan hancur (dalam tanaman digambarkan sebagai kondisi layu). Dalam tinjauan O’Connor (1994), mengungkapkan bahwa: “Organisasi setidaknya harus memiliki empat komponen utama, yaitu: mission (misi), goals (tujuan), objectives (sasaran-sasaran), dan behavior (perilaku)”. Maksudnya, suatu mission merupakan alasan utama keberadaan suatu organisasi. Adapun goals adalah tujuantujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan stakeholder organisasi. Begitu pula halnya dengan objectives merupakan sasaran yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan. Seperti peningkatan nilai Ujian Nasional (UN) sebesar 0,5 dalam waktu satu tahun ke depan. Sasaran ini biasanya mencantumkan batasan waktu dan 160
Manajemen Kepemimpinan Islam
siapa yang bertanggungjawab atas sasaran tersebut. Sedangkan behavior mengacu kepada produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai. Pertanggungjawaban perilaku dalam pencapaian tujuan merupakan fungsi personalia. Dalam kebanyakan desain organisasi formal, komunikasi berada diantara perilaku dan tujuan. MISSION GOALS OBJECTIVES BEHAVIOR Keberadaan suatu organisasi tidak akan lepas dari empat komponen di atas. Jika suatu organisasi tidak memiliki sasaran yang harus dicapai oleh setiap orang dalam organisasi, maka mereka akan kebingungan mengenai apa dan bagaimana perilaku yang harus dimunculkan oleh pegawai. Jika suatu organisasi tidak memiliki misi yang harus dilakukan, maka orang-orang dalam organisasi akan kebingungan mengenai apa yang harus dicapai oleh organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa empat komponen organisasi tersebut saling terkait satu sama lain, sehingga tidak akan berfungsi suatu organisasi jika salah satu komponennya hilang. C. Jenis-jenis Organisasi Pendidikan Menurut Hidayat dan Machali (2010:65-66), menyebutkan secara umum organisasi pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
161
organisasi formal dan informal. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan yaitu: 1. Organisasi Formal Menurut Sule (2005:282), menyebutkan bahwa: “Organisasi formal adalah suatu satuan kerja yang dibentuk atau disusun secara resmi”. Selanjutnya Wahjosumidjo (2002:134) mengatakan bahwa: “Organisasi formal adalah suatu satuan kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau ditentukan oleh pihak yang berwenang”. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa organisasi formal adalah sekumpulan orang yang terdiri dari manajer dan anggota dengan sistem aktivitas kerja sama serta pembagian tugas dan tanggung jawab setiap individu yang kesemuanya disusun secara resmi dan ditentukan oleh pihak yang berwenang. Hermawan dan Triatna (2009:71-72) mengutip pendapat Sutisna mengatakan bahwa: “Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsurunsur administrasi sebagai berikut: (a) kedudukan, (b) hierarki kekuasaan, dan (c) kedudukan garis dan staf”. Lebih lanjut dapat penulis uraikan secara rinci sebagai berikut: Pertama, kedudukan. Struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi tanpa terkecuali. Kedudukan seseorang dalam struktur organisasi mencerminkan sejumlah kewajiban sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan dan hakhak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya. Sebagai contoh kepala sekolah adalah salah satu contoh kedudukan dalam struktur organisasi sekolah. Kedudukan sebagai kepala sekolah mencerminkan adanya sejumlah kewajiban yang harus dilakukan pemangku jabatan sebagai pemimpin dan manajer sekolah, juga memperlihatkan adanya hak-hak yang diterima secara formal manakala seseorang menjabat sebagai kepala sekolah.
162
Manajemen Kepemimpinan Islam
Kedua, hierarki kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan yang lainnya dalam suatu organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hierarki kekuasaan yang inheren dalam setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah yang melekat dalam setiap kedudukan dan hierarki kekuasaan dalam organisasi. Adanya hierarki kekuasaan menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi dibagi kepada berbagai komponen organisasi dan diimplementasikan secara sinergi melalui hierarki kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak. Dalam organisasi persekolahan, hierarki kekuasaan tertinggi adalah kepala sekolah. Ketiga, kedudukan garis dan staf. Organisasi garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan, saluran komunikasi, mengeluarkan instruksi, perintah, dan petunjuk pelaksanaan. Kedudukan garis ialah kedudukan yang diserahkan kekuasaan administratif umum dalam arus langsung dari tempat yang paling atas ke tempat yang paling bawah. Kedudukan staf mewakili sejumlah keahlian khusus yang diperlukan bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan pasti. 2. Organisasi Informal Dalam tinjauan Yusuf (1982:63) mengatakan bahwa: “Organisasi non formal merupakan satuan kerja yang berada di luar sekolah, yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan kegiatan formal dalam aspek-aspek tertentu”. Dengan kata lain, organisasi non formal adalah suatu bentuk kegiatan yang dikerjakan dengan sengaja dan sistematis dengan menyesuaikan kebutuhan yang ada di lingkungan ataupun masyarakat sekitarnya, atau disebut juga dengan satuan kerja yang tidak resmi. Hidayat dan Machali mengutip pendapat Sutisna bahwa: “Organisasi informal dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu: (a) Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
163
norma perilaku, (b) tekanan untuk adaptasi, dan (c) kepemimpinan informal”. Lebih lanjut dapat penulis jelaskan sebagai berikut; Pertama, norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, dalam sebuah kesepakatan bersama tidak tertulis di antara orang-orang dalam organisasi tersebut. Kedua, tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dalam organisasi, tidak semata secara fisik melainkan melibatkan sosio-emosional individu-individunya sehingga menjadi satu kesatuan dan lebih spesifik dimiliki oleh antar individu. Ketiga, kepemimpinan formal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang sangat kuat mempengaruhi orang-orang dalam organisasi bahkan dimungkinkan melebihi kepemimpinan dalam organisasi formal, di mana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan. D. Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk saling kenal mengenal, tolong menolong, saling sayang menyayangi karena manusia tidak akan mungkin bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setiap manusia pasti memerlukan bantuan dan layanan dari manusia lainnya. Oleh karena itu, wadah perkumpulan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu mutlak sangat diperlukan. Sehubungan dengan tinjauan tersebut, Allah Swt berfirman:
Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9
164
Manajemen Kepemimpinan Islam
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujarat:13). Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara manusia di sisi Allah Swt ialah orang yang paling taqwa. Manusia adalah makhluk organisasional karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri, dia membutuhkan bantuan orang lain, sejak lahir manusia sudah membutuhkan bantuan orang lain. Organisasi pendidikan sebagai sebuah wadah atau tempat untuk melakukan pendidikan tentunya harus dikelola dengan baik sehingga aktivitas dapat berjalan maksimal. Suryosubroto (2004:139-140) mengatakan bahwa: Pendidikan sebagai sebuah organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehingga aktivitas pelaksanaan program organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Adapun manfaat dan tujuan organisasi pendidikan adalah: (a) mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan, (b) terciptanya efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, (c) sebagai wadah pengembangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki, dan (d) menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Organisasi pendidikan sangatlah penting, karena organisasi pendidikan mampu mengubah kehidupan masyarakat, mencerdaskan masyarakat serta membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran Islam. Allah Swt berfirman:
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
165
öΝåκ÷]ÏiΒ 7πs%öÏù Èe≅ä. ⎯ÏΒ txtΡ Ÿωöθn=sù 4 Zπ©ù!$Ÿ2 (#ρãÏΨuŠÏ9 tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# šχ%x. $tΒuρ óΟßγ¯=yès9 öΝÍκös9Î) (#þθãèy_u‘ #sŒÎ) óΟßγtΒöθs% (#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû (#θßγ¤)xtGuŠÏj9 ×πxÍ←!$sÛ ∩⊇⊄⊄∪ šχρâ‘x‹øts† Artinya: Tidak sepatutnya bagi orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At Taubah:122). Dalam Tafsir ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini berkenaan dengan keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah Saw ke medan Tabuk. Segolongan ulama salaf ada yang berpendapat bahwa setiap muslim diwajibkan berangkat dengan Rasulullah Saw, apabila beliau keluar berangkat ke medan perang. Selanjutnya Ali Ibnu Talhah (Ibnu Katsir, 2005:102) mengatakan bahwa tidak sepatutnya semua orang mukmin berangkat semuanya ke medan perang dan meninggalkan Rasulullah Saw. Hendaknya yang berangkat tersebut adalah sepasukan Sarriyah (Pasukan khusus) dan mereka tidak akan berangkat kecuali dengan izin Rasulullah Saw. Apabila pasukan Sariyyah itu telah kembali kepada kaumnya, sedangkan setelah keberangkatan mereka diturunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dipelajari oleh mereka yang tinggal bersama Nabi Muhammad Saw, maka mereka yang bersama Nabi Saw akan mengatakan kepada Sarriyah, Sesungguhnya Allah Swt telah menurunkan ayatayat Al-Qur’an kepada Nabi Kalian dan telah kami pelajari. Dari uraian di atas, penulis dapat memahami bahwa organisasi sebagai suatu sistem interaksi antar orang memberikan
166
Manajemen Kepemimpinan Islam
arahan perilaku bagi anggota organisasi. Sebagai seorang pimpinan organisasi pendidikan di perguruan tinggi rektor atau tugas-tugasnya dan dekan harus mampu menguasai melaksanakannya dengan baik, untuk itu mereka harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, akan sangat bermanfaat bagi bawahannya.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
167
Bab 13 Budaya Organisasi dan Kinerja Dosen
A. Pengertian Budaya Organisasi Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa melepaskan dari pengaruh manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Islam mengatur secara rinci mengenai tata kehidupan manusia dalam melakukan interaksi sesamanya. Firman Allah Swt:
Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S Al Hujarat:13) Ayat di atas mengandung makna bahwa Allah Swt menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan, berbangsabangsa dan bersuku-suku untuk saling berinteraksi sesamanya. Sebagai makhluk sosial manusia diperintahkan untuk saling kenal mengenal, saling sayang menyayangi sesamanya dalam kaitannya dengan kebaikan hidup di dunia, pada ujung ayat ini Allah Swt
168
Manajemen Kepemimpinan Islam
mengatakan bahwa orang yang paling mulia diantara manusia di sisi-Nya adalah orang-orang yang bertaqwa. Islam mengajak manusia untuk melakukan interaksi yang baik antar sesama, sehingga terciptanya ikatan ukhwah islamiah dalam lingkungan masyarakat. Apabila ditemukan adanya kekurangan di antara sesamanya, maka haruslah saling mengisi guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Istilah budaya tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan, ikatan budaya tersebut tercipta oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Budaya organisasi cukup banyak disinggung oleh para ahli. Namun perlu diingat bahwa suatu definisi hanya dipakai sebagai pedoman yang memberikan ruang lingkup yang akan dibahas. Dalam kaitannya dengan budaya organisasi sebagaimana telah diterapkan di perguruan tinggi Islam, setidaknya ada beberapa pendapat para ahli yang dapat penulis tampilkan dalam pembahasan selanjutnya. Menurut Mohyi (2009:195), menyebutkan bahwa: “Budaya organisasi adalah sistem nilai, norma-norma, atau aturan, falsafah, kepercayaan, dan sikap (perilaku) pada manajemen organisasi”. Adapun dalam pandangan Davis (Lako, 2010:29) mengemukakan bahwa: “Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilainilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktekkan oleh anggota organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi”. Hal yang sama juga diutarakan oleh Mangkunegara (2011:113) bahwa: “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal”. Selanjutnya, Tampubolon (Robbins, 2008:190) berpendapat bahwa: “Budaya organisasi merupakan perekat sosial yang mengikat anggota-anggota organisasi
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
169
secara bersama-sama melalui nilai-nilai, norma-norma standar yang jelas tentang apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dan dikatakan oleh anggotanya”. Sedangkan menurut Drucker (Tika, 2009:4) menyebutkan bahwa: Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalahmasalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah yang terkait dengannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa budaya organisasi merupakan kebiasaankebiasaan yang sering dilakukan oleh anggotanya sehingga menjadi sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dan diikuti oleh anggota-anggotanya serta menjadikannya sebagai norma yang dapat dilakukan dan tidak dilakukan oleh organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi berawal dari kebiasaan yang dilakukan oleh anggota organisasi, tradisi, dan cara-cara umum dalam melakukan pekerjaan, kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Dengan demikian, budaya organisasi merupakan persepsi umum yang diyakini oleh para anggota organisasi. Semakin banyak pegawai dari suatu organisasi yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkatannya, dan merasa sangat terikat kepadanya, maka akan menjadikan sebuah budaya organisasi semakin kuat. Semua organisasi mempunyai budaya tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterimanya secara baik maupun tidak bagi anggotanya. Dalam kaitannya dengan budaya organisasi perguruan tinggi anggota organisasi atau kelompok kerja harus menerima baik standar kerja yang tersifat dalam budaya melalui peraturan dan
170
Manajemen Kepemimpinan Islam
norma yang disepakati bersama dan yang dibentuk dari karakter yang berbeda dari dosen dan karyawan yang dituangkan dalam penyatuan pandangan untuk pencapaian tujuan bersama sehingga terciptanya budaya organisasi yang baik pada lingkungan perguruan tinggi. Begitu juga halnya dengan perilaku mahasiswa pada lingkungan perguruan tinggi, nantinya juga akan menjadi budaya organisasi perguruan tinggi. B. Pentingnya Budaya Organisasi Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan tentang nilai-nilai dan norma-norma yang mengikat pada anggota organisasi tentunya mempunyai batas-batas normatif perilaku anggota organisasi. Hal ini penting guna mewujudkan rasa memiliki terhadap organisasi dan melahirkan Ukhuwah Islamiah antara sesama anggota organisasi yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian budaya organisasi sangatlah berpengaruh terhadap perilaku para anggotanya. Dari paparan tersebut, Mohyi (2009:197) mengungkapkan bahwa: Suatu budaya organisasi akan mempengaruhi perilaku anggota atau individu serta kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi, padahal perilaku individu berpengaruh kuat terhadap pencapaian prestasi individu tersebut dan sekaligus secara bersama-sama akan berpengaruh pada efektivitas budaya pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa pentingnya pemahaman terhadap organisasi pendidikan, karena pada prinsipnya budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu organisasi. Budaya organisasi akan kuat apabila nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan bersama tersebut dipahami serta dianut dengan teguh dan komitmen tinggi sehingga rasa kebersamaan dapat tercipta di dalam organisasi.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
171
Sebaliknya budaya organisasi akan menjadi lemah dengan kurangnya komitmen dosen terhadap nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap bersama yang biasa dilakukan atau disepakati. Wheelen & Hunger (Thoha, 2010:136) secara spesifik mengemukakan sejumlah peranan penting yang dimainkan oleh budaya organisasi, antara lain: “(a) Menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja, (b) mengembangkan hubungan pribadi dengan organisasi, (c) membantu stabilisasi organisasi sebagai suatu sistem sosial, dan (d) menyajikan pedoman perilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk”. Adapun dalam tinjauan Robbin, budaya organisasi memiliki sejumlah fungsi dalam sebuah organisasi. Menurut Robbin (2008) fungsi tersebut antara lain: (a) Menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasi satu dengan organisasi yang lain, (b) membawa suatu rasa identitas bagi anggota organisasi, (c) mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual seseorang, (d) meningkatkan kemantapan sistem sosial, (e) perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan dosen, dan (f) berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang membentuk sikap serta perilaku dosen. Singkatnya, budaya organisasi sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi pendidikan yang efektif. Keberadaan budaya yang dianut secara kuat dalam suatu organisasi mampu membantu aktivitas kepemimpinan dalam koordinasi dan integrasi, namun bisa juga budaya organisasi yang ada tersebut kurang kuat atau kurang selaras dengan aktivitas pengembangan dan pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, ada beberapa ciri budaya yang baik yang dapat membawa sukses suatu organisasi. Menurut Mohyi
172
Manajemen Kepemimpinan Islam
(2009:44) mengklasifikasikan sebelas ciri budaya organisasi yang unggul, yaitu: (a) Keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa manusia adalah sumber daya organisasi yang paling penting, (b) dukungan dari kewirausahaan intern yang menghargai dosen yang membantu lembaga mencapai misinya, (c) pengendalian yang lebih didasarkan pada loyalitas dan komitmen ketimbang pada aturan dan kepatuhan, (d) komitmen dosen terhadap tujuan lembaga lebih tinggi ketimbang komitmen mereka terhadap tujuan kelompok atau pribadi, (e) komitmen manajemen puncak untuk menyemaikan kebanggaan di kalangan semua dosen, (f) komitmen manajemen puncak untuk menghasilkan produk atau layanan yang unggul, (g) keyakinan akan pentingnya ritual, upacara, dan pahlawan organisasi, (h) keyakinan atau perlunya informasi kabar baik maupun kabar buruk, (i) kesadaran bahwa komunikasi ke atas lebih penting dari pada komunikasi ke bawah, (j) dukungan manajemen puncak atas pelatihan dan pengembangan komitmen untuk lebih dari pada pesaing, dan (k) pandangan yang menghargai keberanian mengambil risiko dan kreatifitas. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa suatu budaya organisasi dapat dikelola dengan baik dan diciptakan dengan sempurna. Karena pada prinsipnya budaya organisasi diciptakan perilaku yang berpengaruh dalam keinginan manajemen. Hal ini adalah suatu upaya untuk membangkitkan minat bertanya, suatu eksperimen untuk menciptakan suatu hal positif. Oleh sebab itulah, Rivai dan Mulyadi (2012:259) menyebutkan bahwa: Suatu budaya yang mengesankan adalah sering mengalami gesekan kepentingan. Ini menjadi sukar jika hanya menciptakan nilai-nilai inti. Ketika suatu perbedaan antara kenyataan dan suatu satuan nilai-nilai dinyatakan berbeda, anggota organisasi menjadi pengacau, mengganggu, dan skeptis. Mereka juga pada umumnya kekurangan gairah dan rasa hormat ketika suatu budaya palsu diciptakan.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
173
Menciptakan suatu budaya organisasi yang kehadirannya tidak terjadi secara otomatis dan serta merta dalam suatu kelompok manajer yang cerdas, yang bermaksud baik bertemu dan menyiapkan suatu catatan baku menjadi budaya yang kokoh dalam suatu organisasi. Budaya organisasi tampak meningkat setelah jangka waktu tertentu dan disebabkan oleh tekanan dari luar yang kompleks, potensi internal, menjawab peristiwa kritis, dan mungkin, bagi beberapa tingkat yang tak dikenal, faktor kesempatan yang tidak bisa diramalkan dari suatu pengetahuan baik lingkungan maupun anggota. C. Karakteristik Budaya Organisasi Budaya merupakan karakteristik dari suatu organisasi bukan suatu individu, namun dalam hal ini dimanifestasikan dan diukur dari perilaku verbal dan atau non verbal dari individu yang kemudian dikumpulkan menjadi tingkat unit organisasi. Walaupun budaya dalam suatu organisasi dianggap suatu yang abstrak, namun budaya organisasi mempunyai dimensi dengan karakteristik tertentu dapat didefinisikan dan diukur. Sehubungan dengan deskripsi di atas, Tika (2009:10) menyebutkan bahwa: Terdapat beberapa karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya yaitu: (a) Inisiatif individual, (b) toleransi terhadap risiko, (c) pengarahan, (d) integrasi, (e) dukungan manajemen, (f) pengawasan, (g) identitas, (h) sistem penghargaan, (i) toleransi terhadap konflik, dan (j) pola komunikasi organisasi yang bernafas pada hirarki formal dari sikap kebiasaan. Lebih lanjut, komponen indikator di atas dapat penulis uraikan secara rinci sebagai berikut; Pertama. Inisiatif individu yaitu sejauh mana organisasi memberikan kebebasan kepada setiap anggota dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide yang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Inisiatif individu
174
Manajemen Kepemimpinan Islam
tersebut perlu dihargai oleh pimpinan suatu organisasi selama menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau lembaga pendidikan. Kedua. Toleransi terhadap tindakan berisiko yaitu sejauhmana anggotanya dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko dalam mengambil kesempatan yang dapat memajukan dan mengembangkan organisasi atau lembaga pendidikan. Tindakan yang berisiko yang dimaksudkan adalah segala akibat yang timbul dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh dosen. Ketiga. Pengarahan yaitu sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sehingga para anggotanya dapat memahaminya dan segala kegiatan yang dilakukan para anggotanya mengarah pada pencapaian tujuan organisasi atau lembaga pendidikan, sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi. Keempat. Integrasi yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Dalam tinjauan Handoko (2009:195), menyebutkan bahwa: “Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuantujuan dan kegiatan-kegiatan pada unit-unit yang terpisah suatu organisasi untuk mencapai tujuan”. Kelima. Dukungan manajemen yaitu sejauh mana para pimpinan organisasi dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap dosen dan karyawan. Dukungan tersebut dapat berupa upaya pengembangan kemampuan para anggota seperti seminar nasional maupun internasional, pelatihan dan lain-lain. Keenam. Kontrol yaitu adanya pengawasan dari para pimpinan terhadap para anggota dengan menggunakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan demi kelancaran organisasi. Pengawasan menurut Handoko (2009:360) dapat didefinisikan sebagai: “Proses untuk menjamin bahwa tujuan-
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
175
tujuan organisasi tercapai”. Ketujuh. Sistem imbalan sejauh mana alokasi imbalan seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya didasarkan atas prestasi kerja anggota bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Kedelapan. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauh mana para anggota didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka guna memajukan organisasi, dan bagaimana pula tanggapan organisasi terhadap konflik yang tersebut. Konflik dapat diartikan sebagai ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggotaanggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka. Kesembilan. Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal dapat berjalan dengan baik. Terkait dengan uraian di atas, Handoko (2009:272) menyebutkan bahwa: “Komunikasi itu sendiri merupakan proses pemindahan pengertian atau informasi dari seseorang ke orang lain”. Dengan demikian, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif. Dalam organisasi pemerintah terdapat beberapa karakteristik budaya yang tidak menonjol atau sifatnya sama bila dibandingkan antara suatu organisasi pemerintah dengan organisasi pemerintah lainnya. Karakteristik yang ada pada organisasi yaitu, inisiatif individu, pengarahan, integrasi, dukungan manajemen, kontrol, dan pola komunikasi. Sedangkan toleransi terhadap tindakan berisiko, sistem imbalan dan toleransi terhadap konflik di dalam organisasi
176
Manajemen Kepemimpinan Islam
pemerintahan menjadi tidak menonjol, menjadi budaya yang dapat membedakan antara suatu organisasi pemerintah dengan organisasi pemerintah lainnya. Hal ini karena dalam organisasi pemerintah terdapat pengaturan struktural yang formal dan mekanistis yang mengakibatkan organisasi bersifat kaku. Suatu tindakan yang berisiko sangat jarang dilakukan oleh setiap pegawai, tindakan yang berisiko hanya mungkin dilakukan oleh para pimpinan organisasi dalam mengambil keputusan. Tindakan yang dilakukan para pegawai dalam organisasi pemerintah adalah tindakan pelaksanaan tugas yang telah disusun sedemikian rupa berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga diharuskan untuk melaksanakannya tanpa ada toleransi. Mengenai konflik pun demikian, dalam organisasi pemerintah konflik yang ada sangat sulit untuk dapat muncul ke permukaan dengan kata lain pegawai tidak dapat mengungkapkan konflik yang ada. Hal ini dikarenakan organisasi pemerintah memiliki aturan-aturan yang sifatnya memaksa terhadap pegawai yang ada di dalamnya. Sehingga pegawai tidak memiliki media di dalam organisasi untuk menyampaikan konflik yang ada dalam organisasi tersebut. Untuk menyampaikan dan menyelesaikan konflik tersebut pegawai cenderung memilih media di luar organisasi misalnya dengan cara melakukan demonstrasi, memuat tulisan pada media masa dan lain sebagainya. Sistem imbalan yang ada pada organisasi pemerintah pun demikian telah ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Penggajian, jenjang karir dan hukuman terhadap pelanggaran disiplin pada organisasi pemerintah didasarkan oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini mengakibatkan sistem imbalan dalam setiap organisasi pemerintah di seluruh Indonesia adalah sama. Berbeda dengan sistem imbalan yang ada pada organisasi
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
177
swasta yang memiliki kriteria tertentu dalam menetapkan sistem imbalan yang digunakan dalam organisasi tersebut dan kriteria tersebut juga dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Sedangkan dalam Islam sendiri dianjurkan agar membentuk suatu organisasi untuk dapat mengatur suatu kegiatan baik usaha atau kegiatan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam menyatukan persepsi dan memelihara kepercayaan yang ada di antara para anggota. D. Kinerja Dosen dalam Organisasi Pendidikan Dalam percakapan sehari-hari, sering kita mendengar orang yang menyebutkan kinerja. Istilah ini juga mungkin merupakan istilah yang baru saja didengar, meskipun demikian, sejumlah orang mengaitkan kinerja tersebut dengan pekerjaan seseorang. Kinerja seorang pimpinan organisasi dalam pandangan para ahli manajemen pendidikan memiliki sudut pandang yang berbeda. Suhardiman (Suhardiman (2012:26) mengatakan bahwa: “Kinerja atau prestasi kerja merupakan terjemahan dari kata performance dalam bahasa Inggris. Kinerja erat kaitannya dengan prestasi kerja yang dicapai seseorang atau lembaga dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kinerja ada hubungannya dengan pencapaian organisasi”. Jika tujuan organisasi tercapai dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa kinerja dari suatu organisasi tersebut baik. Sebaliknya, jika tujuan organisasi tidak tercapai dengan baik, maka kinerja organisasi tersebut kurang baik. Selanjutnya Whitmore sebagaimana dikutip oleh Uno dan Lamatenggo (2012:59-60) menyatakan bahwa: “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang”. Pengertian menurut Whitmore merupakan pengertian yang menuntut
178
Manajemen Kepemimpinan Islam
kebutuhan paling minim untuk berhasil. Oleh karena itu, Whitmore mengemukakan pengertian kinerja yang dianggapnya representatif, maka tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang. Adapun pakar manajemen lainnya, Galton dan Simon dalam kutipan Uno dan Lamatenggo (2012:59-60) memandang bahwa: “Kinerja merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang”. Pandangan lain yang dikemukakan King (Uno dan Lamatenggo, 2012:61) yang menjelaskan bahwa: “Kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya”. Mengacu dari pandangan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya. Misalnya sebagai seorang dosen tugas rutinnya adalah melaksanakan proses perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry. Hasil yang dicapai secara optimal dari tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang dosen. Memang banyak sekali batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Semuanya mempunyai visi yang agak berbeda, tetapi secara prinsip mereka semua setuju bahwa kinerja mengarah pada upaya dalam rangka mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Begitu pula halnya dengan kinerja dosen. Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam kepemimpinan Dekan di Fakultas misalnya sangat tergantung bagaimana proses kinerja dosen dalam melaksanakan tugasnya mengajar. Kinerja harus dikelola dengan baik, kaitannya dengan pengelolaan kinerja Robertson, et al (Suhardiman, 2012:29) mengemukakan tiga model manajemen kinerja, yaitu: “(a) Manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengelola kinerja organisasi, (b) manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengelola kinerja pegawai, dan (c) manajemen kinerja
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
179
sebagai sistem untuk mengintegrasikan pengelolaan organisasi dan kinerja pegawai”. Dari sejumlah paparan tentang pengertian kinerja di atas, sekurang-kurangnya kinerja seseorang berhubungan dengan prestasi kerja, hasil kerja yang dicapai oleh seseorang. Maka dekan sebagai pemimpin pendidikan pada tingkat Fakultas haruslah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, sehingga fungsi-fungsi manajemen secara otomatis akan melekat pada dirinya. E. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara lingkungan dengan sejumlah individu dalam organisasi. Dengan kata lain, kinerja adalah perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Selain itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Efisiensi dan efektivitas pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Banyak faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja individu. Adapun faktor-faktor tersebut di antaranya faktor fisik yang termasuk faktor fisik misalnya lingkungan tempat bekerja, upah, pimpinan, dosen dan lainnya. Adapun yang termasuk faktor non fisik yaitu kondisi-kondisi yang melekat dengan sistem manajerial organisasi. Kinerja dosen harus terus diperbaiki oleh dekan itu sendiri agar citra organisasi pendidikan meningkat. Sehubungan dengan deskripsi tersebut Furtwengler (Suhardiman, (2012:34) mengatakan bahwa: “Perbaikan kinerja yang perlu diperhatikan oleh organisasi lembaga pendidikan
180
Manajemen Kepemimpinan Islam
adalah faktor kecepatan, kualitas, layanan, dan nilai”. Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi kinerja adalah kinerja pegawai yaitu keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, terampil berkomunikasi, inisiatif, serta kemampuan dalam merencanakan dan mengorganisasi kegiatan yang menjadi tugasnya. Faktor-faktor tersebut tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan, namun jika faktor tersebut dimiliki oleh setiap pegawai akan berpengaruh pada peningkatan kinerja. Variabel-variabel lain yang berhubungan erat dengan kinerja adalah mutu pekerja, kejujuran pegawai, inisiatif kehadiran, sikap, kerjasama, kehandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu. Untuk mengisi kinerja yang baik perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan lingkungan yang kondusif. Hal ini sekaligus merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sumber daya manusia yang kompeten mengandung arti bahwa pegawai atau dosen yang terlibat dalam proses produktifitas, haruslah orang yang memiliki keahlian di bidang yang menjadi tanggungjawabnya artinya seorang dosen yang haruslah mengajar sesuai dengan bidang keahliannya begitu juga halnya dengan karyawan. Prawirosentono (Suhardiman, 2012:34) mengatakan bahwa: “Kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai tersebut memiliki keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan”. Secara teoretis, ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Begitu pula halnya dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal harus kondusif atau mendukung pada proses produktifitas atau kegiatan yang dilakukan organisasi.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
181
Berdasarkan uraian di atas banyak faktor yang mempengaruhi kinerja, sekurang-kurangnya terdapat tiga faktor yang akan mempengaruhinya, yaitu: (a) kemampuan, (b) upaya, dan (c) peluang atau kesempatan. Dengan kata lain, kinerja merupakan fungsi dari ketiga faktor tersebut. Faktor kemampuan maksudnya adalah kemampuan pegawai dalam kegiatan produksi. Para pegawai harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi kemampuan yang dimiliki harus mendukung pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian para dosen menjadi profesional di bidangnya. Faktor upaya maksudnya adalah harus ada upaya dari seluruh orang yang terlibat dalam organisasi, mulai dari pimpinan, dosen dan juga termasuk staf untuk selalu meningkatkan kemampuannya yang mendukung terhadap peningkatan kinerja. Adapun faktor peluang atau kesempatan yaitu sekecil apapun peluang yang ada untuk meningkatkan kinerja harus dimanfaatkan oleh seluruh pegawai yang terlibat dalam organisasi. Akan tetapi pada lembaga pendidikan pendidik dosen merupakan ujung tombak untuk meraih kesuksesan dalam kaitannya dengan pendidikan. Dalam tinjauan Usman (Sutermaister, 2012:63), beliau mengemukakan bahwa: Kinerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Kinerja adalah prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu. Parameter yang paling umum digunakan. kinerja merupakan hasil perpaduan dari kecakapan dan motivasi, di mana masing-masing variabelnya dihasilkan dari sejumlah faktor lain yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa suatu kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat berjalannya suatu pencapaian kinerja yang maksimal faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maupun ekstern. Dari penjelasan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa
182
Manajemen Kepemimpinan Islam
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja berasal dari faktor kemampuan dan motivasi pegawai. Berdasarkan hal tersebut, faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah: (a) faktor kemampuan (ability) yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan (b) faktor motivasi (motivation), yang meliputi sikap dan situasi kerja. Dari dimensi pengertian di atas, seorang dosen dalam pencapaian kinerja harus memiliki kemampuan dan motivasi kerja. Kemampuan yang dimiliki dosen dapat berupa kecerdasan ataupun bakat. Adapun motivasi yang dimiliki dosen dapat dilihat melalui sikap dan situasi kerja yang kondusif, karena hal ini akan berhubungan dengan pencapaian prestasi kerja atau kinerja dosen dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui jabaran deskripsi kerja yang harus diselesaikan dalam waktu-waktu tertentu. Realitanya, kemampuan seorang berbeda-beda, kemampuan tersebut diperoleh dari kecerdasan ataupun bakat. Tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pegawai adalah ratio jumlah pegawai dengan jumlah masyarakat perguruan tinggi, masa kerja pegawai, golongan kepegawaian, tingkat pendidikan dan pendidikan teknis fungsional yang dimiliki oleh pegawai. Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari dua indikator yaitu; Pertama, kemampuan potensi (IQ), merupakan aspek kemampuan yang ada dalam diri pegawai dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kemampuan potensi kemudian dibagi ke dalam dua bagian yaitu: (1) Kemampuan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan). Inteligensi atau kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif; dan (2) Kemampuan dasar khusus atau bakat (aptitude). Bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan yang memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Aptitudes atau
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
183
bakat merupakan faktor bawaan yang dimiliki oleh pegawai ataupun pengaruh dari lingkungan. Maka apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya apabila dibiarkan tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan hilang dan tak berguna. Kedua, kemampuan realitas (actual ability) yaitu kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Pengembangan kemampuan sangatlah diperlukan baik melalui pendidikan ataupun melalui pelatihan-pelatihan. Aspek yang sangat penting dalam kepemimpinan pendidikan di Fakultas adalah bagaimana seorang dekan mampu meningkatkan motivasi kerja pegawainya agar mereka mampu bekerja produktif dengan penuh tanggung jawab. Karena dekan merupakan faktor kunci dalam mewujudkan Fakultas yang bermutu. Dekan harus mampu menggerakkan semua sumber daya yang ada di Fakultas. Selain itu, dekan harus mengetahui dan memahami keinginan stakeholder terkait dengan mutu pendidikan di Fakultas yang dikelolanya. F. Penerapan Budaya Organisasi di Perguruan Tinggi Dengan memahami konsep tentang budaya organisasi sebagaimana telah diutarakan di atas, selanjutnya akan penulis uraikan tentang penerapan budaya organisasi di perguruan tinggi. Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di perguruan tinggi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di perguruan tinggi, nilai-nilai yang dikembangkan di perguruan tinggi, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan perguruan tinggi itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk 184
Manajemen Kepemimpinan Islam
berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilainilai budaya kepada para mahasiswanya. Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di perguruan tinggi tentunya sangat beragam. Jika merujuk pada pemikiran Luthan dan Schein dalam kutipan Robbin, di bawah ini akan diuraikan tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu: “(a) observed behavioral regularities, (b) norms, (c) dominant value, (d) philosophy, (e) rules, dan (f) organization climate”. Uraian lebih lanjut dapat penulis jelaskan sebagai berikut; Pertama. Menetapkan tapal batas (observed behavioral regularities), artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasi satu dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi di perguruan tinggi ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota senat yang dapat diamati. Keberaturan berperilaku ini dapat berbentuk acara-acara ritual tertentu, bahasa umum yang digunakan atau simbol-simbol tertentu, yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh anggota senat perguruan tinggi. Kedua, membawa suatu rasa identitas bagi anggota organisasi (norms), budaya organisasi di perguruan tinggi ditandai pula oleh adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota senat perguruan tinggi, baik bagi mahasiswa maupun dosen. Standar perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern perguruan tinggi itu sendiri maupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Standar perilaku mahasiswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar, yang akan menentukan apakah mahasiswa tertentu dapat dinyatakan lulus/wisuda atau tidak. Standar perilaku mahasiswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian. Jika dikaitkan dengan standar perilaku dosen,
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
185
tentunya erat kaitannya dengan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen, yang akan menopang terhadap kinerjanya. Ketiga, mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual seseorang (dominant values), jika dihubungkan dengan tantangan pendidikan Indonesia dewasa ini yaitu tentang pencapaian mutu pendidikan, maka budaya organisasi di perguruan tinggi seyogyanya diletakkan dalam kerangka pencapaian mutu pendidikan di perguruan tinggi. Nilai dan keyakinan akan pencapaian mutu pendidikan di perguruan tinggi hendaknya menjadi hal yang utama bagi seluruh komunitas pelajar di perguruan tinggi. Adapun tentang makna dari mutu pendidikan itu sendiri, Danim (2012:34) mengartikannya sebagai: “Gambaran keberhasilan pendidikan dalam mengubah tingkah laku anak didik yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan”. Sementara, dari aspek output, mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi perguruan tinggi, khususnya prestasi mahasiswa, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Berbicara tentang upaya menumbuhkembangkan budaya mutu di perguruan tinggi akan mengingatkan kita kepada suatu konsep manajemen dengan apa yang dikenal dengan istilah Total Quality Management (TQM), yang merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan suatu unit usaha untuk mengoptimalkan daya saing organisasi melalui prakarsa perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses kerja, dan lingkungannya. Keempat, meningkatkan kemantapan sistem sosial (philosophy), budaya organisasi ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia, dan sebagainya, yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi. Jika kita mengadopsi filosofi dalam dunia bisnis yang memang telah terbukti memberikan keunggulan pada perusahaan, di mana filosofi ini
186
Manajemen Kepemimpinan Islam
diletakkan pada upaya memberikan kepuasan kepada para pelanggan, maka perguruan tinggi pun seyogyanya memiliki keyakinan akan pentingnya upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kelima, perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan dosen (rules), budaya organisasi ditandai dengan adanya ketentuan dan aturan main yang mengikat seluruh anggota organisasi. Setiap perguruan tinggi memiliki ketentuan dan aturan main tertentu, baik yang bersumber dari kebijakan rektorat, maupun dari pemerintah, yang mengikat seluruh civitas akademika dalam berperilaku dan bertindak dalam organisasi. Aturan umum di perguruan tinggi ini dikemas dalam bentuk statuta perguruan tinggi, di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh civitas akademika, sekaligus dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi, jika melakukan pelanggaran. Keenam, mekanisme pembuat makna dan kendali yang membentuk sikap serta perilaku dosen (organization climate), budaya organisasi ditandai dengan adanya iklim organisasi. Di perguruan tinggi terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam hal ini, perguruan tinggi harus dapat menciptakan suasana lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap civitas akademik.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
187
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim. Al Asqalani, Ibnu, Hajar. (2009). Kitab Al-Ahkam. Jakarta: Pustaka Azam. Al Asqalani. (2009). Manajemen Kepemimpinan, Jakarta: Pustaka Azam. Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. (2008). The World Idol Muhammad Rasulullah, Jakarta: Amzah. Boediono. (1993). Pendidikan dan Latihan dalam Periode Tinggal Landas, Dalam Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No. 1 Tahun XIII. Bandung: University Press IKIP Bandung. Bruner, J. (1960). The Process Of Education, Cambridge: Harvard University Press. Burhanudin. (1994). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Castetter, Wiliam B. (1986). The Personnel Function in Educational Administration, Printed in the United States of America. Cuandi,
Ade. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Suara Daerah.
Danim, Sudarwan dan Khairil. (2012). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Dharma, Agus. (1992). Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Erlangga. Engkoswara dan Aan Komariah. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
188
Manajemen Kepemimpinan Islam
Irham, Fahmi. (2011). Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, Bandung: Alfabeta. Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Fida, Al Imam Abul. (2004). Tafsir Ibnu Katsir, Bandung. Sinar Baru Algensindo. Hakim, Abdul. (2007). Kepemimpinan Islami. Semarang: Unissula Press. Handoko, Hani. (2001). Manajemen dan Gaya Kepemimpinan Tranformasional. Yogyakarta: BPEE. Handoko, Tun Hani. (2009) Manajemen. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Hidayat, Ara dan Machali, Imam. (2010). Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: Pustaka Eduka. Ivancevich, John M. (1990). Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Karjadi. (1987). Kepemimpinan (Leadership). Bogor: Gajah Mada. Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kusmiharjo dan Burhanudin. (1997). Dasar-dasar Manajemen Pendidikan II (Kepemimpinan). Jakarta: Dikmenum. Lako, Andreas. (2010). Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi: Isu Teori dan Solusi, Yogyakarta: Amara Books. Madhi, Jama. (2002). Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh: Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan, Bandung: Syamil Cipta Media. Malayu S.P Hasibuan. (2001). Manajemen Dasar-dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
189
Maisah. (2013). Manajemen Pendidikan. Ciputat: Gaung Persada Press Group. Mangkunegara, Anwar Prabu. (2011). Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: Rafika Aditama. Mohyi, Ach. (2009). Teori dan Perilaku Organisasi, Malang: UMM Press. Mulyasa, E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesionalisme, Bandung: PT Remaja Rodyakarya. Muslich, Masnur. (2008). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. (1981). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Nurhayati, Djamas. (2000) Pedoman Pelaksanaan Supervisi (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam) Online, (Tersedia di: https://saripedia.wordpress.com/tag/tugaspemimpin, diakses Tanggal 20 September 2015). Pidarta, Made. (1992). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, M. Ngalim. (1991). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Erlangga. Ramayulis. (2012). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. (2012) Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers. Rivai, Veithzal. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. _____________. (2004). Kepemimpinan dan Gaya Transformasional. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Robbins, Stephen P. (1996). Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan. Jakarta: Prenhalindo.
190
Manajemen Kepemimpinan Islam
Sanusi, Ahmad. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, Bandung: IKIP Bandung. Sergiovani, Thomas. (1987). Educational Governance Administration. New Jersey: Prentice Hall Inc.
and
Siswanto, Bedjo. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Soekarto, Indra Fachru, dkk. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing. Sudirman. (2005). Peran Kepala Sekolah dalam Konsep MBS. Bandung: Suara Daerah. Suharsimi Arikunto & Yuliana. (2013). Manajemen Pendidikan. Aditya Media, Yogyakarta. Suhardiman, Budi. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta. Suhertian, Piet A. (2000). Konsep dasar dan Teknik supervisi pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Sule, Ernie Tisnawati. (2005). Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana. Sunindhia, YW. (1993). Sejarah Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta. Syafaruddin. (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Syamsi, Ibnu. (1994). Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta. Taylor, Federick, W. (2003). Sejarah Kepemimpinan, Bandung: Nuansa Aulia.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
191
Terry, George R. (2003). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Gramedia Pustaka. Thoha, Miftah. (2010). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tika.
(2009). Budaya Organisasi dan Peningkatan Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kinerja
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tim Dosen UPI. (2009) Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Uno, Hamzah B dan Lamatenggo, Nina. (2012).Teori Kinerja dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Nasir. (2012) Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru: Konsep, Teori, dan Model, Bandung: Citapustaka Media Perintis. Vroom, VH dan Yetton, PW. (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Pittsburg: University of Pittsburg. Veithzal Rivai dkk. (2013). Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Grafindo Persada. Wahjosumidjo. (1983). Kepemimpinan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai. Wahyudi. (2009). Kepemimpinan kepala sekolah, Bandung: Alfabeta Wahjosumidjo.(2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada. ___________. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. ___________. (1994). Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Harapan Masa PGRI. ___________. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
192
Manajemen Kepemimpinan Islam
Winardi. (2008). Prinsip-Prinsip Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta. Wirawan, MSL. (2013). Kepemimpinan, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers. Yulistina, Tina. (2007). Kepemimpinan Model Nabi. Malang: Qalam Grup. Yusuf, Muri. (1982). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Zainun, Bukhari Haji. (1990). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Haji Masagung. Zunlinadia. (2003). Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.
Aplikasinya dalam Organisasi Pendidikan
193
194
Manajemen Kepemimpinan Islam
LEMBAR HASIL PEI\TI,AIAN SEJAWAT SEBIDA}IG ATAU PEER REWEW KARYA ILMIAH : BUKU
Manaj eme n Kepemimpinan Pendidikan
Judul Buku
Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd a. ISBN
Penulis Buku Identitas Buku
b. Edisi c. Tahun Terbit d. Penerbit e.
Katagori Publikasi Buku ( beri
{
Is
pada katagori yang tePat)
Hasil Penilaian Peer Review
lam. Aplikas inya dalam Or gani s asi
978-602-289-202-r Pertama Desember 2015
Alfabeta Bandung (Anggota IKAPD T94Halaman
Jumlah Halaman
, E Buku Referensi Monograf E "r*
:
Nilai Maksimal Buku
Nilai Akhir
40
yang
Komponen Yang dinilai
diperoleh
80%
32
a. b.
Kelengkapan unsur isi buku (20%) Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan
15
6
25
l0
25
10
l5
6
80
32
(30o/o)
c. Kecukupan d.
dan kemutakhirandata
I
informasi dan Metodologi (30%) Kelengkapan Unsur dan kualitas penerbit (20%)
Totat = (100 %)
Argumen Kualitatif Reviewer
1:
Bandar Lampung, 1 Februari 2016 Reviewer 1,
Prof. Dr. H. Diam'an Satori. MA : Guru Besar Jabatan : ManajemenPendidikan Bidang Asal Instansi : UPI Bandung
lmu
LEMBAR HASIL PEI\IILAIAN SEJAWAT SEBIDA}IG ATAU PEER REWEW KARYA ILMIAH : BUKU
Manaj emen Kep emimpinan Isl am. Aplikas inya dal am Or ganis Pendidikan
Judul Buku
Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd ISBN
Penulis Buku Identitas Buku
a. b.
c.
d.
Edisi Tahun Terbit Penerbit
e.
Jumlah Halaman
'E
Katagori Publikasi Buku ( beri
!
pada katagori yang tepat)
Hasil Penilaian Peer Review
i
918-602-289-202-1 Pertama
Desember 2015 Alfabeta Bandung (Anggota
rKAPi) I94Halarnan
Buku Referensi
num Monograf
I
:
Komponen Yang dinilai 83"h
a. b.
as
Nilai Maksimal Buku
Nilai Akhir
40
yang
Referensi
tr
Kelengkapan unsur isi buku (20%) Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan
diperoleh 33,2
15
6
26
r0.4
27
10,8
15
6
83
33,,2
(30%)
c. Kecukupan d.
dan kemutakhirxtdata
I
informasi dan Metodologi (30%) Kelengkapan Unsur dan kualitas penerbit (20%)
Totat = (100 %)
Bandar Lampung, 1 Februari 2016 Reviewer 2,
Prof. Dr. H. Buiane Rahman. Nl.Si : Guru Besar Jabatan Bidang Ilmu : Manajemen Pendidikan Asal Instansi : Universitas Lampung
KEMENTERIAN AGAMA PROGRAM PASCASARJANA (PPS)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(sTArN) JtiRAI SI$rO METRO JL, Ki. Hajar Dewantara Kampus 15 A lring Mulyo Kota Metro Lampung34l'I1 Telp. (0725) 41,507, Fax. lol25) 41296 Email :
[email protected], Webslte: www stain-metro ac id
SURAT KETERANGAN N
Bismi lla hi rra
h
mo
n
i
omor: Sti. 13/PPs/PP.00.9/10
4
I 201,6
rro hi m
Yang bertanda tangan di bawah ini Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) .lurai Siwo Metro Kota Metro, menerangkan dengan sesungguhynya bahwa Buku tersebut
di bawah ini benar telah dijadikan ret'erence untuk menambah
wawasan
keilmuan bagr dosen dan mahasiswa, khususnya pada program studi Pendidikan Agama lslam, buku yang dimadkan sebagai reference tersebut adalah sebagai:
1
Manajemen Stres Perspektif Pendidikan lslam, ber ISBN: 978-602-289-2L2'0; Penulis: Dr. Hj. Siti Fatimah, M.Pd. Penerbit: ALFABETA BANDUNG, Februari 201.6
2
Manajemen Pendidikan lslam, ber ISBN'. 978-602-289-202't', Penulis:
Dr
Hj. Siti
Fatimah, M.Pd. Penerblt: ALFABETA BANDUNG, Desember 2015
Demikian surat keterangan
ini dibuat, bagi yang berkepentrngan untuk
dapat
ini kami berharap
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya, dan bagi penulis buku
memperluas lebih mendalam tinjauan dari aspek ke lslamannya. Semoga bermanfaat bagi kita pembaca pada umumnya.
tro, 3 Maret 201
. lda Umami, M.Pd., Kons. N
r
P. 19740607 1997 032002
KEMENTERIAN AGAMA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR.RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH Telepon/Fax (065 I )
75
52922
REKOMENDASI No: un, O8/FT[(HM. 00n
U
12016
Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan
ini menyampaikan dukungan dan rekomendasi kepada
saudara:
Dr. Hj. Siti Patimah,
M.Pd yang telah menerbitkan buku: Manajemen Kepemimpinan Islam, Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan. Penerbit: Alfabeta, Bandung. Nomor ISBN: 978-602-289202-1, tahun 2015.
Buku tersebut ditinjau dari aspek akademik dan subtansi keilmuan memiliki kualitas yang
baik. dan menjadi rujukan bagi mahasiswa kami terutama pada Prodi Manajemen Pendidikan islam (MPi) dan Prodi Birnbingan dan Konseling (BK).
Demikian dukungan dan rekomendasi ini disampaikan untuk dapat dipergunakan seperlunya.
hman, M. Ag 109082001 121001