LONGSHORE CURRENT YANG DITIMBULKAN OLEH TRANSFORMASI GELOMBANG DI ERETAN KULON, INDRAMAYU
YENI TRIANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa LONGSHORE CURRENT YANG DITIMBULKAN OLEH TRANSFORMASI GELOMBANG DI ERETAN KULON, INDRAMAYU adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februasri 2008
Yeni Triana NIM C651050091
RINGKASAN YENI TRIANA. Longshore Current yang Ditimbulkan oleh Transformasi Gelombang di Eretan Kulon, Indramayu. Dibimbing I WAYAN NURJAYA dan NYOMAN METTA N. NATIH. Pantai Eretan Kulon merupakan daerah padat dengan berbagai infrastruktur, sehingga mengakibatkan berbagai tekanan terhadap kualitas lingkungan kawasan pantai yang menimbulkan dampak rusaknya lingkungan pantai. Proses erosi pantai timbul secara alami akibat kombinasi pengaruh gelombang dan arus menyusur pantai (longshore current), lebih dipercepat lagi dengan campur tangan manusia. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kondisi gelombang dan arus perairan pantai Eretan Kulon, Indramayu, sehingga memperoleh bentuk dari pola dan kecepatan arus pantai terutama longshore current seiring perubahan musim, yang digunakan untuk memprediksi perubahan yang mungkin terjadi dengan menggunakan model matematik. Penelitian dapat memberikan informasi dasar mengenai kondisi perairan pantai dan dampaknya terhadap pantai, sehingga dapat dipakai sebagai bahan acuan Pemerintah Daerah. Data diambil pada bulan Februari, Mei dan Agustus 2006 di perairan pantai Eretan Kulon, Indramayu dengan menanam dua buah mooring yang pada sisinya dipasang alat yaitu current meter dan tide and wave. Pada penelitian ini dilakukan juga sounding ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler), untuk mengetahui kontur kedalaman (bathimetri). Pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003 dan sofware model RCP Wave. Hasil analisis angin maksimum (1997-2006), menunjukkan nilai kecepatan angin terbesar berasal dari arah Timur (45 %). Berdasarkan skala beaufort kecepatan angin maksimun dominan pada skala 2 atau pada interval 3,6 – 5,7 m/det, rentang skala ini menunjukkan mulai terjadinya gelombang. Gelombang yang terbentuk dari arah barat, dan timur diprediksi lebih kecil dibandingkan dengan arah utara, timur laut dan barat laut karena adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan gelombang seperti kecepatan angin, durasi, arah angin, dan fetch. Karakteristik gelombang maksimum terjadi pada musim barat (Desember – Februari), bulan pertama musim peralihan I (Maret) dan bulan terakhir musim peralihan II (November), sedangkan pada musim timur (Juni – Agustus) dan sebagian musim peralihan I dan II (April – Mei dan September – Oktober) karakteristik gelombangnya lebih kecil. Pantai Eretan Kulon memiliki topografi yang bergelombang yang disebabkan banyak terdapatnya sand bar. Kedalaman perairannya daerah yang diamati berjarak kurang lebih 1.460 m dengan kedalaman antara 0 m hingga 5 m, kedalaman perairan ini memiliki kemiringan sebesar 0,129o, oleh sebab itu maka perairan ini terlihat landai dengan kedalaman berubah secara gradual ke arah laut dari garis pantai. Hasil model transformasi gelombang di pantai Eretan mengalami refraksi dan shoaling karena pengaruh perubahan kedalaman laut, difraksi, dan refleksi. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang dan kecepatan gelombang serta bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat keterjalan
gelombang (wave steepness) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai. Perubahan arah gelombang menghasilkan konvergensi (penguncupan) dan divergensi (penyebaran), dimana daerah yang mengalami konvergensi menyebabkan tinggi gelombang pecah yang lebih besar jika dibandingkan dengan daerah divergensi. Tipe gelombang pecah di pantai Eretan Kulon ini dikategorikan pada tipe spilling, pembagian tipe ini dilihat berdasarkan nilai surf similarity-nya yang lebih besar dari 0,5. Kecepatan arus terbesar berdasarkan besarnya sudut gelombang pecah yang datang berasal dari arah barat laut, sehingga arus yang berasal dari barat laut berpotensi menghasilkan kecepatan longshore current yang besar. Hal ini dapat menyebabkan pengikisan pantai akan semakin besar dengan kecepatan arus terbesar terjadi pada bulan Februari.
ABSTRACT YENI TRIANA. Formation Of Longshore Current Due To Wave Transform In Eretan Kulon Coast Of Indramayu. Supervised by I WAYAN NURJAYA and NYOMAN METTA N. NATIH. Coastal erosion in Indonesia has increase in the latest years, it is caused by several factor either naturally or human activities. One of those is coastal abrasion occurred at Eretan Kulon, Indramayu. The studies were carried out by field observations and mathematical model (RCP Wave). RCP Wave is twodimensional numerical model to simulation wave transform. Wave transform model in Eretan Kulon coastal influenced by wave refraction, shoaling, and diffraction processes. These conditions cause changes of wave characteristic when they move from the deep water to shallow waters or transition waters. The longshore current depends on breaking wave characteristics, the highest breaking wave angle, will form the bigger longshore current. Current velocity in Eretan Kulon coastal dominant come from southwest to east seashore, this current have relative high speed. The coastal area damage frequency of east and west equal with the west season, switchover season in this eretan coast mostly influenced by west season, west season comparing with east season causes more damages. Transformation of deepness and coastline that happened influenced by wave and deepness contour. The bigger wave angle form, the highger longshore current occured. Key word: Wave Transform, and Longshore Current
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
LONGSHORE CURRENT YANG DITIMBULKAN OLEH TRANSFORMASI GELOMBANG DI ERETAN KULON, INDRAMAYU
YENI TRIANA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tesis : Longshore Current yang Ditimbulkan Gelombang di Eretan Kulon, Indramayu Nama
: Yeni Triana
NIM
: C651050091
oleh
Transformasi
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. Ketua
Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian: 6 Februari 2008
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi
Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis dengan judul: Transformasi Gelombang Terhadap Pembentukkan Longshore Current Di Eretan Kulon, Indramayu, dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc dan Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si. sebagai pembimbing Ketua dan Anggota yang telah banyak membantu memberikan masukan saran dan kritik dalam penyusunan tesis ini. 2. Bapak Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kelautan. 3. Bapak Dr. Ir. Putu Purnaba, DEA selaku moderator pada saat seminar. 4. Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku penguji luar komisi pada saat ujian tesis. 5. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 6. Staf pengajar Program Studi Ilmu Kelautan yang telah banyak memberikan bantuan, ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya. 7. Teruntuk yang teristimewa kedua orang tuaku tercinta Drs. H. Wasra A. Sukendar dan Hj. Betty Nurbaeti, serta Kakak-kakak dan keluarga besarku yang telah mendidik, membimbingku, mendoakan, mendukung dengan segala pengorbanan dan kasih sayangnya yang tak terhingga. 8. Hamzah Aji Saputro, atas doa dan dukungannya selama ini. 9. P2O LIPI atas bantuan peralatan dan masukkan saran dalam pengambilan data. 10. Yayasan Van deVenter Maas dan Yayasan Damandiri, atas bantuan dana dalam penyusunan tesis yang telah diberikan. 11. Bang Heron, Bang Bahar, Pak Sakka, dan Bang Nurman atas diskusi dan masukannya dalam penyusunan tesis ini. 12. Rekan-rekanku IKL 2005, IKL 2006, Warga ITK, Warga Tatra Dramaga dan Candy-candy, dan Benzin Crew yang telah membantu dalam pengambilan dan penyusunan data selama penelitian serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan dukungannya selama ini. Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat dan berguna dalam pengembangan ilmu oseanografi khusus aplikasinya terhadap daerah pantai Eretan Kulon dan daerah lainnya. Penulis menyadari masih perlu banyak masukkan guna penyempurnaan hasil yang diperoleh. Olehnya itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2008 Yeni Triana
RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan, di Subang, 23 Maret 1981. Merupakan anak ke tiga dari Bapak Drs. H. Wasra A. Sukendar dan Ibu Hj. Betty Nurbaeti. Pada tahun 1999 diterima sebagai mahasiswa Ilmu Kelautan dan Teknologi Kelautan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan tamat tahun 2004. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (Himiteka) IPB Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2000–2001 dan 2001-2002), dan menjadi pengurus Marine Instrument and Telemetry Club (MIT Club) IPB (2000–2001 dan 2001-2002). Penulis juga pernah mengikuti Pameran IPTEK Universitas dalam rangka Olimpiade Fisika Asia Pertama wakil dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005 penulis melanjutkan studi pascasarjana di Departemen Ilmu Kelautan dan Teknologi Kelautan (Sub Program Studi Oseanografi Fisika) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Sekretaris Umum Watermass (2005–2006), Panitia Pelatihan Ocean Data View (ODV), serta peserta pada seminar-seminar kelautan dan umum.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................
1
Perumusan Masalah ........................................................................
2
Tujuan .............................................................................................
3
Manfaat ...........................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA Gelombang ......................................................................................
5
Transformasi Gelombang ...............................................................
8
a. b. c. d.
Refraksi ................................................................................ Difraksi .................................................................................. Refleksi .................................................................................. Gelombang pecah ..................................................................
9 9 10 11
Longshore Current .........................................................................
15
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...................................................
16
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ..........................................................
23
Perolehan Data ................................................................................
23
Analisis Data ...................................................................................
27
Longshore Current .........................................................................
36
HASIL DAN PEMBAHASAN Angin dan Karakteristik Gelombang ..............................................
37
Bathimetri .......................................................................................
44
xi
Pola Transformasi Gelombang .......................................................
45
Pola Transformasi Gelombang Arah Utara ................................
46
Pola Transformasi Gelombang Arah Barat Laut ........................
53
Pola Transformasi Gelombang Arah Timur Laut ......................
56
Longshore Current .........................................................................
62
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .....................................................................................
75
Saran ...............................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Klasifikasi
Gelombang
Gravitasi Berdasarkan Kedalaman
Perairan............................................................................................
8
2.
Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ................................
25
3.
Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil .......................
32
4.
Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Selama Tahun 19972006 ................................................................................................
38
5.
Panjang Fetch Efektif di Perairan Pantai Eretan ...........................
41
6.
Hasil Prediksi Karakteristik Gelombang Permusim Selama 1997 2006 .................................................................................................
7.
Hasil Prediksi Karakteristik Gelombang Berdasarkan Arah Datang Gelombang .........................................................................
8.
9.
42
43
Hasil Prediksi Karakteristik Gelombang Pecah dan Kecepatan Arus Menyusur Pantai Selama Tahun 1997-2006 ..........................
64
Perbandingan Hasil Persamaan Empirik dan Hasil Mooring .........
73
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran ...........................................................................
3
2. fetch ....................................................................................................
6
3. Refraksi Gelombang ...........................................................................
10
4. Difraksi Gelombang di Belakang Rintangan .....................................
11
5. Ilustrasi Dari Perbedaan 3 (Tiga) Tipe Gelombang Pecah A. Spilling Breakers, B. Plunging Breakers, C. Surging Breakers .......................
13
6. Zone Pantai ........................................................................................
14
7. Lokasi Penelitian Berdasarkan Citra Satelit TerraMetrics 2007 ........
18
8. Lokasi 1 Daerah Kajian ......................................................................
19
9. Lokasi 2 Daerah Kajian ......................................................................
20
10. Lokasi 3 Daerah Kajian.......................................................................
20
11. Lokasi 4 Daerah Kajian ......................................................................
21
12. Lokasi 5 Daerah Kajian ......................................................................
22
13. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................
24
14. Skema Bentuk Mooring .....................................................................
25
15. Diagram Pengambilan Data ...............................................................
26
16. Diagram alir koreksi kecepatan angin.................................................
29
17. Rasio Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m ......................................
30
18. Rasio durasi kecepatan angin (Ut) paada kecepatan 1 jam (U3600) .....
30
19. Perbandingan/rasio (RL) kecepatan angin di atas laut (UW) dengan angin di darat (UL) ..............................................................................
30
20. Definisi Sudut Dalam Model .............................................................
35
21. Wind Rose Daerah Eretan Kulon .......................................................
38
22. Kontur Kedalaman Perairan Eretan Kulon ........................................
45
23. Pola Transformasi Gelombang Rata-rata Arah Utara ........................
46
24. Pola Transformasi Gelombang Minimum Arah Utara .......................
47
25. Pola Transformasi Gelombang Maksimum Arah Utara .....................
47
26. Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Utara .............................
48
27. Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Utara ............................
49
28. Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Utara ..........................
49
xiv
29. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Utara .......
41
30. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Utara .....
52
31. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Utara ...
52
32. Pola Transformasi Gelombang Rata-rata Arah Barat Laut ................
53
33. Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Barat Laut .....................
54
34. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Barat Laut
55
35. Pola Transformasi Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut ...............
56
36. Pola Transformasi Gelombang Minimum Arah Timur Laut .............
57
37. Pola Transformasi Gelombang Maksimum Arah Timur Laut ...........
57
38. Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut ....................
58
39. Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Timur Laut ...................
59
40. Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Timur Laut ................
59
41. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut
60
42. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Timur Laut
61
43. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Timur ..
61
44. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Februari di Mooring 1 ........
66
45. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Mei di Mooring 1 ...............
66
46. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Agustus di Mooring 1 .........
68
47. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan April 2007 di Mooring 1....
68
48. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Februari di Mooring 2.........
70
49. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Mei di Mooring 2................
71
50. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Agustus di Mooring 2 .........
71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian ......................................
81
2.
Output Model RCPWAVE ...............................................................
83
3.
Skala Beoufort ...................................................................................
89
4.
Konversi Kecepatan Angin Permusim ..............................................
90
5.
Tinggi dan Periode gelombang .........................................................
93
6.
Longshore Current ............................................................................
97
PENDAHULUAN
Latar belakang Pemanfaatan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati di perairan pantai cenderung tereksploitasi secara berlebih dibandingkan dengan perairan lepas pantai. Daerah pantai sering juga disebut sebagai wilayah pesisir merupakan daerah yang sangat spesifik, karena merupakan daerah yang berada di perbatasan antara pengaruh daratan dan lautan. Alasan tersebut menjadikan daerah pantai menjadi daerah penghubung antara daratan dan lautan dan merupakan daerah yang strategis (Yuwono, 1992). Daerah pantai berkembang sangat cepat untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai daerah pemukiman, pelabuhan, industri, perikanan dan kawasan wisata. Meningkatnya pengembangan kawasan pantai mengakibatkan berbagai tekanan terhadap kualitas lingkungan kawasan pantai tersebut. Upaya dalam memodifikasi kawasan pantai dalam keperluan tersebut diatas sering tidak diikuti oleh pemahaman yang benar akan perilaku dinamika pantai sehingga menimbulkan dampak yang merusak lingkungan pantai (Hadi et al, 1994). Proses erosi pantai timbul secara alami akibat kombinasi pengaruh gelombang dan arus menyusur pantai (longshore current), lebih dipercepat lagi dengan campur tangan manusia dalam usahanya memanfaatkan lingkungan pantai untuk berbagai kepentingan. Gelombang laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat penting, sering lebih dipertimbangkan daripada Parameter Lingkungan lainnya mempengaruhi bangunan pantai dan laut. Gelombang tersebut telah dijadikan prosedur standar dalam perencanaan bangunan pantai, berbeda dengan prosedur perencanaan untuk bangunan darat (Sulaiman, 1993). Arus pantai dapat menyebabkan erosi pantai dan degradasi pantai. Perubahan musim dapat berpengaruh terhadap nilai dan arah arus pantai. Arus pantai yang kuat dapat mengalihkan endapan sedimen yang dibawa oleh arus sungai, hal ini disebabkan adanya pertemuan antara arus sungai dan arus laut. Eretan Kulon merupakan salah satu daerah pantai di Kabupaten Indramayu memiliki sumber daya perikanan, pesisir, dan laut yang potensial sekaligus
2
menyimpan berbagai permasalahan yang perlu ditangani secara terintegrasi. Proses erosi pantai (abrasi) di daerah Indramayu berlangsung cukup kuat, sehingga garis pantai sekarang berada jauh dari garis pantai lama dan sudah mendekati jalan raya Indramayu - Jakarta, yang pada saat ini tersisa jarak hanya kurang lebih 300 meter dari tepi laut. Kondisi pantai abrasi dan pantai akresi di daerah pesisir Indramayu terbentuk dari endapan alluvium, hal ini disebabkan oleh banyaknya sungai yang bermuara di daerah penelitian. Pada umumnya daerah ini mempunyai daya dukung terhadap energi gelombang sangat kecil. Proses abrasi di daerah penelitian terjadi di sepanjang pantai Eretan Kulon, pada saat ini sudah pada tingkat penanganan yang serius, mengingat daerah pantai Eretan Kulon merupakan daerah padat dengan berbagai infrastruktur. Bangunan penahan abrasi yang ada sekarang sudah mulai bergerak ke arah darat dan telah banyak memakan korban seperti rumah penduduk, lahan pertanian dan pertambakan (Yuwono, 1994)
Perumusan masalah Penelitian ini hanya membahas mengenai arus perairan pantai yang dibangkitkan oleh gelombang dengan bantuan model matematik dan simulasi komputer. Karakteristik dan kelakuan arus menyusur pantai yang ditimbulkan oleh gelombang dikaji berdasarkan topografi dasar perairan, dengan simulasi komputer maka dapat diprediksi perubahan yang mungkin terjadi bila suatu pantai perairan pantai terganggu oleh aktivitas kegiatan manusia, dengan demikian dapat dilakukan pengamanan pantai (Sumartono, 1993), Gambar 1. Sistem arus di Eretan Kulon sangat dipengaruhi oleh sirkulasi arus pantai utara Jawa. Faktor-faktor yang mempengaruhi sirkulasi arus di Pantai Utara Jawa antara lain: kedalaman perairan, musim letak geografis, kondisi meteorologi setempat (lokal), gelombang pasang pasut. Arus yang terjadi merupakan gabungan dari banyak proses yang sangat komplek, sehingga dilakukan penyederhanaan.
3
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis kondisi gelombang dan arus perairan pantai Eretan Kulon, Indramayu 2. Menganalisis bentuk dari pola dan kecepatan arus pantai terutama Longshore Current di perairan pesisir Eretan Kulon seiring perubahan musim. 3. Memprediksi perubahan yang mungkin terjadi dengan menggunakan model matematik.
4
Manfaat Hasil Penelitian diharapkan: 1. Dapat memberikan informasi dasar mengenai kondisi perairan pantai dan perubahan bentuk kedalaman dan garis pantai. 2. Sebagai bahan acuan Pemerintah Daerah pada saat membuat upaya penanganan perairan pantai yang berguna bagi masyarakat Eretan Kulon dan sekitarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang Gelombang merupakan salah satu fenomena laut yang paling nyata karena langsung bisa dilihat dan dirasakan. Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi serta waktu (momentum) dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai ragam bentuk materi. Gelombang terjadi akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut seperti tekanan atau tegangan atmosfir (khususnya melalui angin), gempa bumi, gaya gravitasi bumi dan benda-benda angkasa (bulan dan matahari), gaya coriolis (akibat rotasi bumi), dan tegangan permukaan (Sorensen, 1991; Komar, 1998). Gelombang yang paling banyak dikaji dalam bidang teknik pantai adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut (Triatmojo, 1999). Gelombang akan mentransfer energi melalui partikel-partikel air sesuai dengan arah hembusan angin (Longuet and Higgins, 1969a - 1969b in Komar, 1976). Gelombang laut dapat ditinjau sebagai deretan pulsa-pulsa yang berurutan yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan laut, yaitu dari suatu elevasi maksimum (puncak) ke elevasi minimum (lembah). Gelombang laut memiliki pengaruh yang cukup besar pada perubahan pantai. Gelombang merupakan faktor utama dalam menentukan geometri dan komposisi pantai, proses perencanaan dan desain pelabuhan, waterway, struktur pantai, proteksi pantai dan kegiatan pantai lainnya (CERC, 1984). Gelombang permukaan umumnya memperoleh energi dari angin, energi yang dihasilkan akan dilepaskan / dihamburkan ke daerah pantai dan yang lebih dangkal. Mekanisme transfer energi terdiri dari dua bentuk. Bentuk pertama adalah akibat variasi tekanan angin pada permukaan laut yang di ikuti oleh pergerakkan gelombang, sedang bentuk kedua adalah transfer energi dan momentum gelombang yang memiliki frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi rendah (periode tinggi dan panjang gelombang besar). Gelombang frekuensi tinggi dapat ditimbulkan oleh angin yang berhembus secara kontinyu, viskositas air laut dapat mempengaruhi efek langsung dari tekanan angin, sehingga kecepatan angin
6
permukaan menghilang makin ke dalam dan pada suatu kedalaman tertentu menjadi nol (Hadi, 1994). Davis (1991) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu: 1. Lama angin bertiup atau durasi angin 2. Kecepatan angin 3. Fetch (Jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang atau daerah pembangkit gelombang). Fetch atau sering disebut dengan panjang fetch adalah suatu istilah untuk panjang jangkauan air yang dipengaruhi oleh hembusan angin dan pada umumnya dihubungkan dengan erosi pantai, sehingga fetch berperan cukup besar dalam pembentukkan longshore current juga (Wikipedia, 2007). Panjang fetch yang dipengaruhi kecepatan angin menentukan besarnya gelombang yang terbentuk. Besarnya gelombang meningkat seiring kenaikan kecepatan angin, lamanya angin bertiup dan fetch, fetch yang panjang dan kecepatan angin yang besar, menghasilkan gelombang yang besar dan cepat (Garrison, 2005). Panjang fetch menentukan energi gelombang. Jika fetch sangat besar, maka gelombang akan sangat besar. Jika fetch sangat kecil, maka gelombang akan kecil. Fetch berhubungan dengan orbit gelombang, Gambar 2.
Gambar 2. Fecth (Garison, 2005) Semakin lama angin bertiup, maka semakin besar jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam pembangkitan gelombang. Kondisi diatas berlaku untuk fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya
7
dengan memperoleh sedikit tambahan energi. Faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah lebar fetch, kedalaman air, kekasaran dasar, kondisi kestabilan atmosfir dan sebagainya (Yuwono, 1992). Pertumbuhan gelombang laut mengenal beberapa istilah , seperti (CERC, 1984): 1. Fully Developed Seas Kondisi dimana tinggi gelombang mencapai nilai maksimum (terjadi jika fetch cukup panjang) 2. Fully Limited-Condition Pertumbuhan gelombang dibatasi oleh fetch, dalam hal ini panjang fetch (panjang daerah pembangkit angin) dapat dibatasi oleh garis pantai atau dimensi ruang dari medan angin. 3. Duration Limited-Condition Pertumbuhan gelombang dibatasi oleh lamanya waktu dari tiupan angin 4. Sea Waves Gelombang yang tumbuh di daerah medan angin. Kondisi gelombang disini curam, panjang gelombang berkisar antara 10 sampai 20 kali dari tinggi gelombang. 5. Swell Waves (Swell) Gelombang yang tumbuh (menjalar) di luar medan angin. Kondisi gelombang disini adalah landai yaitu panjang gelombang berkisar antara 30 sampai 500 kali tinggi gelombang Gelombang permukaan di lautan menempati kisaran panjang gelombang dan periode yang besar. Periode yang pendek ditandai dengan dominasi gelombang kapiler pada spektrum gelombang sebagai akibat dari tegangan permukaan (surface tention). Berdasarkan pada pita periode (band) 1-30 detik, gelombang gravitasi permukaan umumnya disebabkan oleh angin, sedangkan untuk periode yang lebih panjang (10 menit) gelombang gravitasi dapat terjadi sebagai hsil asosiasi dengan gempa bumi atau sistem meteorologi dalam skala besar seperti angin topan (CERC, 1984).
8
Gelombang gravitasi timbul karena adanya restoring force dari gaya gravitasi pada partikel yang dipindahkan dari tingkat keseimbangan. Jika tingkat keseimbangan merupakan permukaan yang bebas (perbatasan antara udara dan air), maka gelombang gravitasi permukaan akan terbentuk. Gelombang serupa dapat terjadi pada perbatasan lapisan air yang memiliki densitas berbeda dalam kolom air laut yang disebut internal wave (Pond and Pickard, 1983). Gelombang gravitasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian (CERC, 1984), yaitu: 1. Sea Jika gelombang bergerak di bawah pengaruh angin di daerah pembangkitan gelombang 2. Swell atau Alun Jika gelombang bergerak ke luar dari daerah pembangkitan gelombang dan tidak lagi berada di bawah pengaruh angin. Silvester (1974) menyatakan bahwa gelombang sea biasanya ditimbulkan oleh badai (strom wave). Gelombang badai dicirikan dengan spektrum panjang gelombang yang besar, bentuk gelombang yang lebih curam dengan periode dan panjang gelombang yang lebih pendek. Gelombang gravitasi dapat pula diklasifikasikan berdasarkan kedalaman perairan dimana gelombang tersebut merambat seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Gelombang Gravitasi Berdasarkan Kedalaman Perairan (CERC, 1984) Klasifikasi
d/L
2πd/L
tanh (2πd/L)
Perairan dalam
>½
>π
≈1
½ - /25
π-¼
tanh (2πd/L)
1
<¼
≈ 2πd/L
Transisi
1
Perairan dangkal < /25 Keterangan : d = Kedalaman Perairan L = Panjang Gelombang
Transformasi Gelombang Selama gelombang menjalar dari perairan dalam ke perairan menengah dan selanjutnya ke perairan dangkal akan mengalami transformasi gelombang seperti proses refraksi, shoaling, refleksi maupun difraksi. Tinggi ombak mula-mula menurun di perairan menengah dan dangkal namun tiba-tiba pada perairan yang sangat dangkal tinggi gelombang membesar sampai terjadi pecah.
9
Apabila sederetan gelombang merambat bergerak menuju ke pantai, gelombang akan mengalami beberapa proses yang merubah sifat gelombang. Perubahan atau deformasi gelombang tersebut meliputi refraksi, difraksi, refleksi dan pecah gelombang.
Refraksi Fenomena terjadinya pembelokan arah gelombang yang memasuki perairan pantai (dangkal) yang disebabkan karena sebagian gelombang masih merambat dengan kecepatan gelombang laut dalam pada waktu masuk ke laut dangkal. Selain mempengaruhi arah gelombang, refraksi juga berpengaruh terhadap tinggi gelombang dan distribusi energi gelombang di sepanjang pantai. Refraksi gelombang terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang merambat tanpa dipengaruhi dasar laut. Selanjutnya ketika gelombang masuk ke laut transisi dan dangkal, faktor kedalaman laut menjadi semakin berperan dalam perambatannya. Bahkan di laut dangkal kecepatan perambatan gelombang hanya bergantung kepada kedalaman laut. Di laut transisi dan dangkal, garis puncak gelombang yang berada di laut yang lebih dangkal akan bergerak lebih lambat dibanding di laut yang lebih dalam, akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Garis orthogonal gelombang, yaitu garis tegak lurus dengan garis puncak gelombang yang menunjukkan arah gelombang, akan membelok dan berusaha untuk tegak lurus dengan garis kontur dasar laut, Gambar 3.
Difraksi Proses difraksi terjadi apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya, seperti terlihat pada Gambar 4. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Apabila tidak terjadi difraksi
10
gelombang, maka daerah di belakang rintangan akan tenang. Oleh karena adanya proses difraksi maka daerah di belakang rintangan akan terpengaruh oleh gelombang datang. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah terlindung. Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan mempunyai bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintangan, dengan asumsi kedalaman air tidak berubah.
Gambar 3. Refraksi Gelombang (Garrison, 2005) Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang disuatu tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap ujung rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut dengan ujung rintangan β, dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan θ. Perbandingan antara tinggi gelombang yang terletak di daerah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi k’.
H A = k' H P Dimana: k ' = f (θ , β , r / L) = Koefisien difraksi HA = Tinggi gelombang datang (m) HP = Tinggi gelombang pecah (m)
11
Nilai k’ untuk θ, β dan r/l tertentu dapat dilihat pada tabel yang diberikan oleh Panny and Price (1952) dalam Sorensen (1991), yang didasarkan pada penyelesaian matematis untuk difraksi cahaya. Puncak gelombang Arah gelombang Kedalaman konstan
A θ
L
r β
K' Titik yang ditinjau
P Rintangan
Gambar 4. Difraksi Gelombang di Belakang Rintangan (Sorensen, 1991)
Refleksi Gelombang datang yang membentur suatu rintangan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi gelombang penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Karena refleksi gelombang akan menyebabkan suasana yang tidak tenang dalam areal tersebut. Sehingga untuk mencegah hal tersebut perlu suatu bangunan yang dapat menyerap/menghancurkan gelombang.
Gelombang pecah Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak gelombang makin tajam dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah.
12
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Untuk perairan dangkal, formulanya dapat ditulis (CHL, 2002):
⎛H⎞ ⎜ ⎟ = 0,9 ⎝ d ⎠ max Dimana : H = Tinggi Gelombang (m) d = Kedalaman Perairan (m) Jadi, diperairan dangkal atau di pantai, umumnya gelombang akan pecah bila tinggi gelombang mendekati nilai 9/10 dari kedalaman perairannya. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi ketidak-stabilan dan gelombang menjadi pecah Latief (1994) mengatakan bahwa selama gelombang menjalar dari perairan dalam ke perairan menengah dan selanjutnya ke perairan dangkal akan mengalami transformasi daripada sifat-sifat dan parameter-parameter gelombang seperti proses refraksi, shoaling, refleksi maupun difraksi. Selama penjalaran tersebut, periode dianggap konstan. Tinggi ombak mula-mula menurun di perairan menengah dan dangkal namun tiba-tiba pada perairan yang sangat dangkal tinggi gelombang membesar sampai terjadi pecah. Arus yang terbentuk di dekat pantai biasanya dibentuk sebagai akibat adanya gelombang yang merambat keperairan pantai yang akhirnya pecah. Proses pecahnya gelombang tersebut akan menimbulkan berbagai proses seperti nearshore current (arus dekat pantai) dan proses abrasi (pengikisan) maupun sedimentasi (pengendapan). Proses ini saling terkait satu sama lain yang sangat mempengaruhi dinamika di perairan pantai selain pengaruh dari pasang surut (alami)
dan
berbagai
aktivitas
manusia
(adanya
bangunan
pantai,
penambangangan pasir pantai dan sebagainya). Gelombang menjadi tidak stabil (pecah) jika terlampau curam atau tinggi gelombangnya mencapai batas tertentu. Tipe-tipe gelombang pecah dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu (CERC,1984; Rijn, 1990) :
13
1. Spilling terjadi pada pantai yang datar (kemiringan kecil) dimana gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur artinya muka gelombang sudah pecah sebelum tiba di pantai. Buih terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang. Dan banyaknya buih putih ini jauh dari pantai, Gambar 5a. 2. Plunging terjadi apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan, seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang sehingga puncak gelombang “terjungkal ke depan”. Bentuk gelombang pecah ini terjadi pada pantai yang lebih curam. Tipe gelombang ini merupakan yang paling indah dilihat, dimana pada saat itu gelombang bergulung-gulung di pantai, Gambar 5b. 3. Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti pada pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energi dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang belum pecah ketika mendekati pantai dan sempat mendaki kaki pantai, sebelum akhirnya kandas dipantai. Tipe gelombang pecah ini tidak banyak menimbulkan hempasan di pantai, Gambar 5c.
Gambar 5. Ilustrasi dari Perbedaan 3 (Tiga) Tipe Gelombang Pecah (a). Spilling Breakers, (b). Plunging Breakers, (c). Surging Breakers
14
Gambar 6. Zone Pantai (Department of The Army, 2003) Gelombang yang terdapat dipermukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin kepermukaan laut, atau pada saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Zone pantai memiliki batasan-batasan yang bervariasi dan berubah secara gradual. Zone pantai digambarkan sebagai zone transisi antara daratan dan perairan, daerah yang secara langsung dipengaruhi oleh air laut atau lacustrine
15
hydrodynamic processes. Zone ini dari daerah lepas pantai hingga batas landas kontinen, sedangkan kearah pantai mencakup daerah yang mengalami perubahan topografi dan berada pada jangkauan ombak. Faktor sungai ditiadakan tetapi masih meliputi muara sungai dan delta, dimana masih terdapat pengaruh dari air laut yang dinamis dan riverine forces (Gambar 6).
Longshore Current Arus merupakan faktor penting dalam menentukan sirkulasi, aspek dari gerakannya bisa berskala kecil maupun besar. Arus laut umumnya merupakan modifikasi atau gabungan dan interaksi dari arus akibat gaya-gaya yang bekerja di laut, seperti: perbedaan massa air (suhu, salintas dan densitas), gravitasi, tekanan udara, topografi, gaya coriolis dan tiupan angin (Sidjabat, 1973), sedangkan di daerah pantai arus lebih dipengaruhi oleh perubahan tekanan densitas dan gesekaan muka air laut dengan gerak angin. Arus dalam sirkulasinya berfluktuasi secara tidak teratur sehingga sistem gerakan air menjadi kompleks, hal ini menyebabkan sirkulasi arus yang terjadi di laut mempunyai karakteristik yang berbeda dalam ruang maupun waktu. Dalam skala yang lebih besar sistem arus mempunyai karakteristik perubahan yang bersifat harian, musim, maupun tahun (Pratikto, 1993). Arus permukaan di perairan Indonesia umumnya di pengaruhi oleh musim (Wyrtki, 1961). Kondisi ini menyebabkan arus permukaan berbalik arah setiap periode waktu tertentu. Aliran arus yang kuat disebabkan korelasi antara gerakannya dan angin. Lamanya musim berlangsung diatas perairan Indonesia menyebabkan variasi tahunan yang sama kuatnya dengan kedua musim (Fieux, 1996). Arus merupakan gerakkan mengalir yang mengakibatkan perpindahan secara horizontal atau vertikal massa air sebagai akibat dari penyinaran matahari yang tidak merata di permukaan bumi (CERC, 1984). Pemanasaan yang berbeda dimuka bumi akan mengakibatkan tekanan udara di muka bumi berbeda antara satu tempat dengan yang lain, sehingga terjadi pergerakkan udara dari yang bertekanan tinggi ke yang bertekanan rendah. Perbedaan suhu ini menyebabkan suhu menjadi berbeda, oleh sebab itu arus laut terjadi karena perbedaan densitas.
16
Salah satu aspek penting gelombang dekat pantai adalah terbentuknya arus menyusur pantai (longshore current) dan rip current yang mempengaruhi pergerakkan material sepanjang pantai. King (1963), menyatakan bahwa refaksi gelombang merupakan salah satu penyebab timbulnya arus di sekitar pantai. Gelombang pecah membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai (α), maka membentuk arus yang mengalir searah dengan garis pantai (longshore current) (Inman,1971; Sorensen, 1990). Gelombang pecah yang membentuk sudut lebih besar dari 5 – 10o maka akan menghasilkan arus menyusur pantai yang kontinu di sepanjang garis pantai. Gelombang lebih besar akan menciptakan longshore current lebih cepat. Sudut gelombang yang dekat dengan daerah pecah gelombang juga mempengaruhi kecepatan arus. Puncak arus terjadi ketika gelombang mendekati dari 45 derajat, apabila sudutnya lebih kecil maka menghasilkan arus yang lebih lambat dan bila lebih besar tidak dapat menghasilkan arus. Gelombang yang pecah secara paralel dengan garis pantai tidak akan membentuk longshore arus yang dihasilkan oleh sudut gelombang (Bruce, 1986). Kecepatan arus menyusur pantai dapat berkisar 0,30 m/det sampai dengan 1,00 m/det (Brown et al., 1989). Kecepatan terbesar arus menyusur pantai berada pada daerah pertengahan (midway) antara zona gelombang pecah (breaker zone) dengan garis pantai (shore), Sorensen, 1990. Beberapa arus menyusur pantai yang bergerak berlawanan arah kemudian bertemu dan menghasilkan aliran ke arah laut yang terkonsentrasi membentuk rip current, pergerakkan ini merupakan hasil dari longshore feeder. Arah dan kecepatan arus menyusur pantai tergantung pada periode, tinggi dan arah gelombang laut yang mendekati pantai. Gelombang yang datang dengan panjang gelombang yang panjang dapat berpengaruh walaupun dalam skala yang kecil, merupakan gelombang yang termodifkasi oleh refraksi.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kondisi pantai Eretan Kulon yang berada di daerah pantai utara Kabupaten Indramayu memiliki kondisi yang serupa dengan kondisi pantai utara Jawa Barat pada umumnya, yaitu berupa pantai yang landai dengan kemiringan antara 0,06% hingga 0,40% dengan kedalaman berkisar dari 5 - 20 m. Diperkirakan bahwa pada
17
jarak rata-rata 4 km dari garis pantai kedalaman mencapai 5 meter, kemudian pada jarak rata-rata 13 km kedalaman menjadi 10 meter, dan pada jarak 21 km kedalaman mencapai 20 meter. Kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai. Pergantian musim memberikan pengaruh terhadap pergerakkan massa air. Pada musim barat pergerakkan arus umumnya menuju ke arah timur atau arus timur dengan kecepatan berkisar antara 0,13 - 0,63 m/det. Pada musim timur arus bergerak ke arah sebaliknya sebaliknya yaitu menuju arah barat dengan kecepatan berkisar antara 0,04 - 0,58 m/det. Berdasarkan Ditjen. Perairan (1990) bahwa daerah Eretan merupakan salah satu lokasi yang mengalami kerusakan pantai dengan prioritas penanganan pada prioritas 1. Pada tahun 1992/1993 daerah ini mendapatkan pengamanan pantai berupa tembok laut sepanjang 500 m. Kondisi sekarang di lapangan adalah dengan adanya pembangunan tembok laut itu maka terjadi pengikisan pantai di belakang tembok laut tersebut, sehingga pembangunan tembok laut itu dirasa kurang efektif. Eretan Kulon seperti terlihat pada Gambar 7 merupakan daerah yang mengalami abrasi yang besar pada setiap tahunnya. Hingga awal 2007 daerah ini telah mengalami pergeseran bibir pantai ke arah darat dengan kondisi yang cukup berbahaya bagi masyarakat. Pada akhir 2007 Pemerintah Daerah berencana untuk membangun suatu dinding pantai di pantai sebelah timur Eretan Kulon, dikarenakan pantai bagian pantai ini telah mengalami penggerusan yang sangat besar sehingga merusak bangunan jeti pengaman jalan masuk ke sungai. Bagian jeti tersebut telah mengalami kebocoran, sehingga terdapatnya aliran air yang masuk ke sungai melalui bagian belakang jeti. Kondisi yang demikian hanya sebagian dari kerusakan infrastruktur di Eretan Kulon. Berdasarkan data-data yang ada maka lokasi daerah Eretan Kulon dibagi menjadi 5 bagian. Setiap bagian gambar yang akan memperlihatkan seberapa rusaknya pantai di daerah Eretan Kulon. Dengan adanya kajian ini maka dapat menjadi acuan penanggulangan yang baik untuk daerah Eretan Kulon.
Gambar 7. Lokasi Penelitian Berdasarkan Citra Satelit TerraMetrics 2007
19
Lokasi 1 merupakan pantai paling timur dari pantai Eretan Kulon. Daerah ini dibatasi oleh jeti yang melindungi jalan masuk kapal menuju sungai dengan panjang 500 m dan telah mengalami pengerukkan untuk penambahan kedalaman sungai. Garis pantai lokasi 1 ini telah banyak berkurang dikarenakan terkikis oleh gelombang, terdapat gangguan aliran air (intrusi) yang masuk ke dalam sungai melalui bagian belakang jeti (Gambar 8). Pada lokasi ini banyak terdapat lahan tambak masyarakat, saat air pasang pada musim barat banyak lahan tambak yang terendam air laut, sehingga sangat merugikan masyarakat.
Ujung Timur Lokasi
Garis Pantai Lokasi
Intrusi Air Laut ke Sungai
Daerah Setelah Lokasi 1
Gambar 8. Lokasi 1 Daerah Kajian
Lokasi 2 merupakan daerah terjadinya rip current, daerah ini oleh masyarakat di pasangi gorong-gorong beton (groin) agar mengurangi besarnya gelombang dan arus yang mencapai pantai tersebut (Gambar 9). Solusi yang dibuat masyarakat tidak dapat bertahan lama, hal ini dikarenakan besarnya arus dan gelombang yang datang.
20
Lokasi 3 berjarak tidak begitu jauh dengan lokasi 2, hanya berkisar 150 m dari lokasi 2. Lokasi 3 telah mengalami kerusakan yang besar seperti terlihat pada Gambar 10, arus yag bergerak pada lokasi telah merusakkan bagunan rumah masyarakat. Pada pertengahan tahun 2006 bangunan ini masih berjarak 10 m dari bibir pantai, akan tetapi pada pertengahan 2007 kondisi lokasi tersebut telah seperti yang tergambar diatas. Bila ini terus berlanjut dikhawatirkan perumahan penduduk lainnya akan menjadi korban selanjutnya.
Sebelum Lokasi 2
Lokasi 2
Gambar 9. Lokasi 2 Daerah Kajian
Sebelum Lokasi 3
Lokasi 3
Setelah Lokasi 3
Gambar 10. Lokasi 3 Daerah Kajian
21
Lokasi 4 kondisinya tidak berbeda jauh dengan lokasi 3, lokasi ini dapat dikatakan telah mengalami kerusakan yang paling parah dan hal ini terjadi jauh sebelum terjadinya kerusakan di lokasi 3. Bangunan yang telah hancur oleh terjangan ombak dan besarnya arus yang bergerak di daerah tersebut terlihat pada Gambar 11. Bangunan ini telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, dikarenakan bangunan ini telah mulai dirusak oleh ombak. Pada awal tahun 2006 bangunan ini masih dapat berdiri dengan tegak, garis pantai telah mencapai setengah dari bangunan ini. Tetapi pada pertengahan 2007 bangunan ini telah hampir hancur dan garis pantai telah melebihi dari badan rumah.
Sebelum Lokasi 4
Lokasi 4
Setelah Lokasi 4
Gambar 11. Lokasi 4 Daerah Kajian
Lokasi terakhir dari daerah penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 12. Ujung lokasi ini merupakan daerah yang lebih menjorok ke arah laut, di bagian terluar terlihat dinding pantai yang telah di bangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Prov. Jawa barat. Pembangunan dinding pantai ini terjadi untuk melindungi pantai dikarenakan garis pantai yang semakin mundur, sehingga jarak antara bibir pantai
22
dan jalan utama jalur Pantai Utara hanya tinggal 300 m. Bangunan dinding pantai ini tidak memberikan solusi yag baik, dikarenakan arus yang bergerak menjadi memutar dan menggerus bagian belakang dinding pantai. Terlihat pada bagian setelah lokasi 5, dinding pantai tidak dapat melindungi bagian belakangnya. Kondisi-kondisi yang telah dijelaskan memperlihatkan betapa pentingnya penelitian dan kajian mengenai daerah ini. Dengan adanya data-data yang lengkap akan mempermudah untuk membuat penanggulangan kerusakan di daerah ini dengan lebih efektif.
Sebelum Lokasi 5
Lokasi 5
Setelah Lokasi 5
Gambar 12. Lokasi 5 Daerah Kajian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan dengan menganalisis data hasil sounding ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler), Current Meter, konversi angin dan Tide and Wave Gauge. Kegiatan penelitan ini merupakan salah satu program penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI untuk mengatasi dampak abrasi yang sedemikian besar di daerah Eretan Kulon, Indramayu. Pengambilan data lapangan dilakukan pada 3 periode yaitu pada Bulan Februari 2006, Mei 2006, dan Agustus 2006, periode ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk setiap perubahan musim. Perubahan yang disebabkan pergantian musim diharapkan dapat menjelaskan mengenai transformasi gelombang dan pola arus menyusur pantai selama satu tahun. Penelitian dilakukan di pesisir Eretan yang secara geografis berada pada posisi 6o18’40”-6o20’00” lintang selatan dan 108o04’00”-108o05’45” bujur timur, berada di Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu kabupaten di daerah pantai utara Jawa Barat, Gambar 13.
Perolehan Data Data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan bersama-sama dengan Kelompok Peneliti Fisika - Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, Jakarta. Alat pengukur arus dan gelombang ditempatkan pada dua buah mooring / tripod (Gambar 14), yang ditenggelamkan selama satu minggu dalam setiap periode pengambilan data (Gambar 15), alat digantungkan pada kaki-kaki mooring. Mooring I di tempatkan pada jarak 500 m dari pantai, sedangkan moooring II ditempatkan pada jarak 1000 m dari pantai. Kedua mooring membentuk garis tegak lurus terhadap pantai. Alat-alat ini (Lampiran 1) merekam data selama satu minggu dengan interval 10 menit, sehingga akan mendapatkan data secara periodik selama satu minggu.
Gambar 13. Peta Lokasi Penelitian
25
Current Meter
Tide and Wave Gauge
3m
8m
3,5 m
Gambar 14. Skema Bentuk Mooring Peralatan yang di pergunakan dalam penelitian secara detail ditabulasikan pada Tabel 2: Tabel 2. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Alat dan Bahan
Tipe
Perolehan Data
Alat : Bathimetri Arus Kecepatan Arah Arus
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)
ADCP Furuno Model Cl-35h
Current Meter
RCM 108
GPS
Garmin SRV II Garmin Map 276 c
Posisi
Tide and Wave Gauge
Model 20-03
Arus Pasang Surut Gelombang
Bahan : Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Hardware dan Software Komputer (MS. Excel, Surfer, RCPWave, WRPLOT view, Map Info dan Arc View )
Peta dasar
Analisis Data
Gambar 15. Diagram Alur Pengukuran Parameter Oseanografi di Eretan Kulon, Indramayu
27
Pengukuran Kedalaman Perairan dan Batimetri Kedalaman perairan dan batimetri didapat dengan menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Proppeler) yang menyapu lokasi penelitian. Daerah tersebut diplotkan dalam peta digital guna mendapatkan gambaran kedalaman laut. Penyapuan dilakukan sepanjang garis pantai eretan kulon (sekitar 2 km) dan ke arah laut lepas sekitar 1,5 km dari pantai.
Data Arah dan Kecepatan Angin Data arah dan kecepatan angin diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jatiwangi (SM Jatiwangi). Data angin diperlukan untuk memprediksi gelombang laut dalam berdasarkan data angin maksimum bulanan selama 10 tahun. Data tersebut cukup representatif
untuk
memprediksi
gelombang
dan
pengaruhnya
terhadap
pembangkitan arus dan transpor sedimen menyusur pantai
Pengukuran Gelombang Pengukuran gelombang dengan menggunakan instrumen Tide and Wave yang dipasang pada Mooring selama 7 hari. Hasil pengukuran dikoreksi dengan menggunakan gelombang hasil dari penurunan angin.
Pengukuran Arus Kecepatan arus dengan menggunakan instrumen Current Meter yang dipasang pada Mooring selama 7 hari. Hasil pengukuran dikoreksi dengan menggunakan nilai kecepatan arus hasil dari perhitungan Gelombang.
Analisis data Analisis data dilakukan mencakup transformasi gelombang di perairan dangkal, dan distribusi tegak lurus pantai untuk arus menyusur pantai (longshore current).
28
Kedalaman Kedalaman yang diperoleh di lapangan diplotkan ke dalam peta digital berdasarkan posisi GPS untuk membuat peta kontur kedalaman. Kedalaman yang diplotkan terlebih dahulu dikoreksi terhadap MSL (mean sea level) sebagai titik referensi dengan menggunakan persamaan berikut: Δd = dt – ( ht – MSL) dimana:
Δd
(1)
= Kedalaman suatu titik pada dasar perairan;
MSL = Permukaaan air laut rata-rata; dt
= Kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t;
ht
= Ketinggian permukaan air pasut pada pukul t.
Peta kedalaman yang diperoleh, dianalisis untuk mengetahui kemiringan pantai pada tiap profil yang ditentukan dan membandingkannya dengan peta kontur kedalaman dari Dishidros (1991). Data kemiringan pantai dari Dishidros digunakan sebagai data awal untuk menganalisis perilaku gelombang dan pengaruhnya terhadap pembangkitan arus menyusur pantai.
Parameter Gelombang Peramalan Gelombang Sebelum perhitungan prediksi (peramalan) gelombang, terlebih dahulu dilakukan analisis perhitungan panjang fetch efektif (Feff) dan data angin yang diperoleh dari SM Jatiwangi, Indramayu Perhitungan panjang fetch efektif menggunakan Peta RBI dan Peta Alur Pelayaran dengan persamaan: Feff =
∑ Xi cosα ∑ cos α
(2)
dimana: Xi = Panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang sampai memotong garis pantai. α
= Deviasi pada kedua sisi (kanan dan kiri) arah angin dengan menggunakan pertambahan 5o sampai sudut 45o.
Metode ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut : a. Angin berhembus melalui permukaan air melalui lintasan yang berupa garis lurus.
29
b. Angin berhembus dengan mentransfer energinya dalam arah gerakan angin menyebar dalam radius 45o pada sisi kanan dan kiri dari arah anginnya. c. Angin mentransfer satu unit energi pada air dalam arah dan pergerakan angin dan ditambah satu satuan energi yang ditentukan oleh harga kosinus sudut antara jari-jari terhadap arah angin. d. Gelombang diabsorpsi secara sempurna di pantai. Berdasarkan data angin maksimum yang diperoleh dari SM Jatiwangi yang diukur di darat, maka perlu dikoreksi menjadi data angin di laut untuk dapat digunakan dalam peramalan gelombang. Urutan analisis koreksi data kecepatan angin berdasarkan petunjuk dari CHL (2002) sebagaimana disajikan pada Gambar 16 - 19. Dalam memudahkan pembacaan data arah dan kecepatan angin, maka divisualisasikan dalam bentuk tabel dan diagram mawar angin (wind rose) setiap bulan selama periode peramalan dengan menggunakan software WRPLOT view versi 5.3.0.
Gambar 16. Diagram alir koreksi kecepatan angin (simbol lihat dalam teks). Keterangan: UL = kecepatan angin di darat; UW = kecepatan angin di laut; RT = kondisi atmosfer; UA = faktor tegangan angin
30
Gambar 17. Rasio Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m.
Gambar 18. Rasio durasi kecepatan angin (Ut) pada kecepatan 1 jam (U3600).
Gambar 19. Perbandingan/rasio (RL) kecepatan angin di atas laut (UW) dengan angin di darat (UL) (CHL, 2002).
Keterangan : Pemakaian RL, normalnya jika jarak alat pencatat angin 16 km dari laut
31
Peramalan
gelombang
dimaksudkan
untuk
mengalihragamkan
(transformasi) data angin menjadi data gelombang. Di dalam perencanaan bangunan pantai diperlukan data gelombang yang mencakup seluruh musim, terutama pada musim dimana gelombang-gelombang besar terjadi. Salah satu metode peramalan gelombang adalah metode yang dikenalkan oleh Sverdrup dan Munk (1947) dan dilanjutkan oleh Bretschneider (1958), metode tersebut di kenal dengan metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) (CERC 1984), yang dibangun berdasarkan pertumbuhan energi gelombang. Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin maksimum yang dapat membangkitkan gelombang, yakni kecepatan ≥10 knot dari arah utara, barat laut, barat, timur dan timur laut, sedangkan arah lain tidak dihitung karena berasal dari darat. Parameter gelombang perairan dalam dari metode SMB adalah: Tinggi gelombang signifikan:
U A2 g 2 U dan H s = 0.243 A ; untuk F* > 2 x 104 (fully developed waves) g Periode puncak signifikan gelombang: H s = 1, 6 x10−3 F*0,5
Ts = 0, 2857 F∗1/ 3
UA g
(1) (2)
(3)
UA ; untuk F* > 2 x 104 m (fully developed waves) (4) g Durasi pertumbuhan gelombang: dan Ts = 8.13
t = 68,8 F∗2 / 3
UA g
(5)
UA ; untuk F* > 2 x 104 m (fully developed waves) (6) g g F e ff = fetch tak berdimensi; UA = faktor tegangan angin; Dalam hal ini, F ∗ = U A2
dan t = 7,15 x10 4
t = durasi pertumbuhan gelombang (detik); Feff = panjang fetch efektif (m); g = percepatan gravitasi (m/det2). Analisis parameter gelombang diselesaikan dengan menggunakan teori gelombang amplitudo kecil (small- amplitude wave theory). Berdasarkan teori ini,
32
untuk penyederhanaan rumus-rumus gelombang maka dilakukan klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman, sebagaimana dalam Tabel 3 (CHL, 2002) Tabel 3. Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil (CHL, 2002) Perairan Dangkal
Kedalaman Relatif
Perairan Transisi 1 d 1 < < 25 L 2
d 1 < L 20
Kecepatan gelombang
C=
L = gd T
C=
L = T gd = CT
Panjang gelombang
C g = C = gd
Kecepatan grup
L gT ⎛ 2πd ⎞ tanh⎜ = ⎟ T 2π ⎝ L ⎠
L=
gT 2 ⎛ 2πd ⎞ tanh ⎜ ⎟ 2π ⎝ L ⎠
4πd L ⎤ 1⎡ Cg = nC = ⎢1 + C 2 ⎣ sinh(4πd L)⎥⎦
E=
Energi gelombang
Perairan Dalam d 1 < L 2
C = Co = L = Lo =
Cg =
L gT = T 2π
gT 2 = CoT 2π
1 gT C= 2 4π
gH 2 L 8
Dimana : d = Kedalaman Perairan L = Panjang Gelombang (m) T = Periode Gelombang (detik) C = Kecepatan Gelombang (m/detik) g = Gravitasi (m/detik2)
Analisis Parameter Gelombang Pecah Perhitungan
parameter
gelombang
pecah
perlu
diketahui
keadaan
kemiringan pantai pada segmen yang ditinjau sehingga indeks gelombang (γb) pecah yang akan digunakan dalam perhitungan dapat ditentukan. Arah gelombang datang tidak selalu tegak lurus dengan garis pantai, sehingga perlu memperhitungkan pengaruh transformasi gelombang utama yakni pengaruh refraksi dan shoaling (perubahan kedalaman). Penentuan besar sudut datang gelombang di perairan dalam disesuaikan dengan sudut datang angin. Analisis transformasi gelombang, dapat dilakukan dengan menentukan gelombang dalam ekivalen ( H o' ) dengan menggunakan persamaan (CHL, 2002):
H o' = H o K s K r
(1)
dimana Ks dan Kr adalah koefisien shoaling dan refraksi yang dihitung dengan persamaan: Ks =
C go Cg
(2)
33
cos θ o cos θ
Kr =
(3)
Indeks gelombang pecah dihitung dengan persamaan (Weggel 1972 dalam CHL, 2002):
γb = b − a
Hb gT 2
(4)
dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai tan β dan diberikan oleh persamaan:
a = 43,75 (1 − e −19 tan β )
(5)
a = 43,75 (1 − e −19 tan β )
(6)
Komar dan Gaughan (1973) dalam CHL (2002) memperoleh hubungan semi empiris indeks gelombang pecah (Ωb) untuk teori gelombang linear dengan persamaan: ⎛ H' ⎞ Ωb = 0.56 ⎜ o ⎟ ⎝ Lo ⎠
−1/ 5
(7)
Sehingga parameter gelombang pecahnya dapat dihitung: Gelombang pecah: H b = H o/ Ω b
(8)
Kedalaman gelombang pada saat pecah: d b=
Hb
(9)
γb
Lebar daerah hempasan gelombang pecah: Xb =
Hb γ b tan β
(10)
Kecepatan grup gelombang pecah:
Cb = C gb = gd b
(11)
Tipe gelombang pecah: ⎛H ξ o = tan β ⎜⎜ o ⎝ Lo
⎞ ⎟⎟ ⎠
−0.5
(12)
34
dimana ξo = surf similarity; tan β = kemiringan pantai; Ho dan Lo = tinggi dan panjang gelombang di perairan dalam. Selanjutnya tipe pecah dapat diduga berdasarkan surf similarity dengan kriteria sebagai berikut: Surging/Collapsing
ξo > 3,3
Plunging
0.5 < ξo < 3,3
Spilling
ξo < 0,5
Subskrib (o) menunjukkan sudut dan kecepatan gelombang sebelum pecah. Perhitungan sudut datang gelombang pecah diperoleh dari hasil analisis dengan menggunakan program RCPWave yang diinterpertasikan melalui hasil peta transformasi gelombang pada setiap arah dan profil pantai yang ditinjau.
Analisis Transformasi Gelombang Menggunakan Model RCPWave Selain hasil analisis dengan menggunakan persamaan empiris di atas, penelitian ini juga menggunakan model RCPWave sebagai solusi numerik dalam penyelesaian proses transformasi gelombang yakni untuk proses refraksi dan difraksi (Bruce et al. 1986). Model ini berisi suatu algoritma yang dapat memperkirakan kondisi gelombang dalam surf zone, sehingga model gelombang pecah dapat dibuat pada dua dimensi horizontal. Berdasarkan bentuk pantai Eretan Kulon yakni pantai yang menghadap arah utara, sehingga input data kedalaman pada program disesuaikan dengan hal tersebut. Arah gelombang dari utara, barat laut dan timur laut dalam program besar sudutnya masing-masing 0o, 45o dan -45o. Program ini dengan input data gelombang maksimum, rata-rata dan minimum, sedangkan untuk yang hanya satu karakteristik gelombang digunakan yang memiliki periode diatas 3 detik, dikarenakan pada program ini hanya dapat mensimulasikan periode minimal 3 detik. Jumlah grid yang digunakan sebanyak [50,50], karena semakin banyak grid yang dibuat maka akan semakin besar tingkat ketelitiannya. Output dari model ini terdiri dari dua bagian (Lampiran 2), bagian pertama yaitu FNPRNT yang berupa data hasil gelombang secara keseluruhan, terdiri dari data kedalaman, sudut gelombang, tinggi gelombang, bilangan gelombang, dan indeks pecah
35
gelombang pada setiap grid, dan bagian kedua adalah savespec yang berupa data muka gelombang dalam satu baris tertentu. Aplikasi program ini dengan memasukkan model input data berupa tinggi, periode, dan arah gelombang laut dalam (Ho, To, dan θo). Model input juga memasukkan spesifikasi kontur kedalaman dasar pada grid (matriks). Variabel sudut gelombang lokal, sudut gelombang air dalam dan sudut kontur kedalaman dalam model ini didefinisikan pada Gambar 20.
Gambar 20. Definisi Sudut Dalam Model. Keterangan : θo = Sudut gelombang laut dalam; θ = sudut gelombang lokal; θc = sudut kontur daerah off-shore; di = kontur kedalaman ke-i, i = 1,2,3,... dst
Hasil tinggi gelombang pecah (Hb) yang diperoleh setiap grid dari model akan dilihat dan ditest berdasarkan hasil perhitungan kedalaman gelombang pecah (db) dari persamaan empirik Weggel (1976) dalam Bruce et al. (1986) dengan syarat db ≥ d, yakni:
Hb =
bdb ba 1+ gT 2
dimana a dan b dihitung berdasarkan persamaan (5) dan (6).
(13)
36
Hasil analisis dari RCPWave ini akan divisualisasikan melalui program Surver dan ArcView untuk memudahkan dalam analisis deskriptif.
Longshore Current
Kecepatan arus menyusur pantai atau Longshore Current (v) akibat pengaruh gelombang pecah dihitung dengan 3 persamaan empirik berikut, yakni: 1. Longshore current biasanya terjadi didaerah mid-surf dan bila berdasarkan Longuet-Higgins (1970), maka didapat perbandingan antara longshore current dan lebar surf-zone yang sangat kasar. Dengan menggabungkan data lapangan di California oleh Putnam, Munk dan Traylor (1949); Saville (1950); dan Brebner dan Kamphuis (1963) serta memperhitungkan teori gelombang linear (Komar, 1979) maka didapat : v = 1,17 gH b sin α b cos α b
(Komar dan Inman 1970 dalam Komar 1998)
2. Dilatar belakangi prediksi dari Longuet-Higgins (1970) yang diadaptasi dari Bruun (1963) dan Galvin (1963) dengan menggunakan dua set data dari data lapangan di California oleh Putnam, Munk dan Traylor (1949) dan data laboratorium oleh Galvin dan Eagleson (1965) maka didapat modifikasi persamaan empirik v = 20,7 gH b tan β sin 2θ b
(CERC 1984).
3. Berdasarkan pembentukkan longshore current yang dibangkitkan oleh gelombang (Longuet-Higgins (1970)) ditambah dengan asumsi bahwa bathimetri dan tinggi gelombang homogen, memperhitungkan adanya gelombang linear, sudut gelombang pecah yang kecil, kemiringan pantai yang tidak sama, tidak adanya lateral mixing, dan gelombang pecah berada di surfzone. Faktor-faktor diatas menghasilkan persamaan empirik baru yaitu :
v=
5π tan β ∗ γ b gd b sin α b cos α b (CHL, 2002) 16 C f
tan β* = kemiringan pantai untuk wave setup =
tan β ⎛ ⎛ 3γ b2 ⎞ ⎞ ⎜1 + ⎜ 8 ⎟⎠ ⎟⎠ ⎝ ⎝
37
⎛ ⎛ Hb ⎞ ⎞ Cf adalah koefisien gesekan dasar = ⎜ 1, 742 + 2 Log10 ⎜ ⎟⎟ ⎝ 0, 001 ⎠ ⎠ ⎝
−2
dimana: Hb = tinggi gelombang pecah; db = kedalaman gelombang pada saat pecah αb = sudut gelombang pada saat pecah; tan β = m = kemiringan pantai; γb = indeks gelombang pecah; g = percepatan gravitasi (m/det2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angin dan Karakteristik Gelombang Pesisir Eretan Kulon memiliki karakteristik yang sama seperti daerah-daerah di pantai utara lainnya yaitu sangat dipengaruhi oleh angin muson dan angin umumnya berasal dari barat laut, timur laut dan utara. Kecepatan angin umumnya bertitup dengan kisaran antara 3,00 – 5,00 m/det, sedangkan kecepatan angin < 1 m/det diklasifikasikan pada kondisi teduh (Anonim, 2003). Frekuensi dan presentase kecepatan angin hasil analisis kecepatan angin maksimum selama 10 tahun (1997-2006) tersaji pada Tabel 4, dan gambaran arah datang angin disajikan dalam bentuk diagram Wind Rose (Gambar 21). Data angin yang digunakan merupakan data yang di dapat dari Stasiun Pengamatan Meteorologi Jatiwangi dengan elevasi 50 m. Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Kecepatan Angin Maksimum Selama Tahun 1997 – 2006 Arah Angin
0,5 - 3,6
3,6 - 5,7
5,7 - 8,8
≥ 8,8
m/det
m/det
m/det
m/det
Total
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Utara Timur Laut Timur
5,00
4,20
11,00
9,20
6,00
5,00
2,00
1,70
24,00
20,00
0,00
0,00
2,00
1,70
0,00
0,00
0,00
0,00
2,00
1,70
6,00
5,00
35,00
29,20
10,00
8,30
3,00
2,50
54,00
45,00
Tenggara
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Selatan 0,00 0,00 7,00 5,80 16,00 13,30 3,00 2,50 26,00 Barat 0,00 0,00 1,00 0,80 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 Daya Barat 0,00 0,00 2,00 1,70 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 Barat 1,00 0,80 8,00 6,70 2,00 1,70 0,00 0,00 11,00 Laut Jumlah 12,00 10,00 66,00 55,00 34,00 28,30 8,00 6,70 120,00 Sumber : Hasil analisis data angin berdasarkan data dari SM Jatiwangi (1997 – 2006).
21,70 0,80 1,70 9,20 100, 00
Berdasarkan hasil analisis angin maksimum selama tahun 1997 – 2006 di daerah Eretan Kulon menunjukkan frekuensi dan kecepatan angin terbesar berasal dari arah timur (45,00 %). Kondisi ini menggambarkan bahwa angin pada daerah ini di dominasi oleh angin dari arah timur, sehingga nilai frekuensi dan kecepatan
39
angin dari arah lain dianggap kurang, meskipun angin dari arah selatan (21,70 %) dan utara (20,00 %) menduduki tempat terbesar setelah angin arah timur. Bila dilihat secara keseluruhan untuk frekuensi kecepatan angin maksimun, sebagian besar arah angin berkisar pada skala kedua atau pada interval 3,60 – 5,70 m/det, pembagian ini berdasarkan skala Beaufort (Lampiran 3). Kondisi ini menunjukkan bahwa anginnya bertiup secara perlahan-lahan, sehingga menurut Beaufort kondisi ini akan membangkitkan gelombang yang kecil. Gelombang yang terbentuk memiliki puncak yang halus seperti kaca dan tidak pecah. Angin dari arah timur hampir mendominasi pada seluruh skala Beaufort, sehingga kondisi angin pada arah ini sangat bervariasi. Skala terbesar adalah skala keempat dengan nilai ≥ 8,80 m/det, kondisi ini mencirikan pembangkitan gelombang yang cukup besar dimana diduga puncak gelombang mulai pecah dan terbentuk buih di permukaannya. Daerah Eretan Kulon sangat dipengaruhi oleh angin muson, sehingga bila berdasarkan musim maka angin yang bertiup pada bulan Desember – Februari mencirikan musim barat, angin ini bertiup berkisar dari arah utara, barat dan barat laut. Bila terjadi pada bulan Juni – Agustus akan mencirikan musim timur, angin dominan dari arah utara, timur dan timur laut. Musim peralihan merupakan musim diantara musim timur dan barat ataupun sebaliknya, musim ini memiliki arah yang sama dengan musim sebelumnya dengan frekuensi yang lebih kecil sehingga kondisinya relatif lebih tenang. Hasil konversi kecepatan angin permusim menunjukkan bahwa pada musim barat kecepatan angin datang terbesar berasal dari arah utara (7,00 m/det), sedangkan arah lain yang cukup mempengaruhi adalah arah barat laut (6,00 m/det). Kedua arah diatas cukup mempengaruhi akan kondisi angin di pantai Eretan Kulon, sehingga setelah digabungkan dengan nilai fetch menghasilkan faktor tegangan angin yang cukup besar. Sama halnya dengan musim barat, pada musim peralihan I angin dari utara merupakan kecepatan angin terbesar (7,50 m/det). Berbeda bila dibandingkan dengan kedua musim sebelumnya, pada musim timur kecepatan terbesar dari arah selatan (15,00 m/det) sedangkan musim peralihan II kecepatan terbesar dari arah timur dan selatan dengan nilai yang sama 8,00 m/det, Lampiran 4. Berdasarkan durasi angin maka akan di konversi menjadi
40
kecepatan angin di darat (< 10 mil/16,09 km) dan kecepatan angin di laut (> 10 mil/16,09 km), sehingga untuk selanjutnya yang dipakai adalah kecepatan angin dari laut.
Gambar 21. Wind Rose Daerah Eretan Kulon Berdasarkan gambar diatas bahwa angin yang berasal dari timur sangat mendominasi daerah Eretan Kulon dengan beberapa kecepatan yang berbeda. Diagram wind rose diatas menunjukkan bahwa persentase saat kondisi calm adalah 0,00% yang diartikan bahwa angin berhembus sangat pelan atau bahkan hampir tidak ada, pengaruhnya terhadap kondisi di laut adalah menjadikan permukaan laut seperti kaca atau laut tidak mengalami pergerakkan yang disebabkan oleh hembusan angin. Terlihat ada beberapa bagian yang termasuk pada skala kecepatan yang rendah (0,50 – 3,60 m/det), dimana pada kondisi ini angin berhembus cukup pelan dan diduga di daerah laut yang terbentuk hanyalah riak gelombang yang sangat kecil, hal ini diartikan bahwa telah terjadi gesekkan antara permukaan air dengan hembusan angin hanya saja masih sangat kecil.
41
Kecepatan angin terbesar (≥ 8,80 m/det) berasal dari arah selatan, dengan demikian dapat diartikan bahwa angin yang berhembus cukup kencang maka gesekan yang terjadi dengan permukaan air laut pun akan semakin besar, sehingga diduga terjadi pembentukkan gelombang yang lebih besar dan mulai terjadinya pecah gelombang pada daerah puncak gelombang. Dugaan diatas dapat terjadi pada daerah yang berada cukup jauh dari pantai, sedangkan untuk daerah yang lebih dekat dengan pantai pembentukkan gelombang dipengaruhi juga oleh nilai fetch didaerah tersebut, dimana nilai fetch memperhitungkan jarak antara titik yang masih mendapat angin maksimal dengan pantai dengan demikian akan didapat nilai fetch efektif. Untuk peramalan gelombang di dapatkan dengan cara mengkonversi angin dari data angin di SM Jatiwangi menjadi kecepatan angin diatas permukaan laut, konversi ini berdasarkan CHL (2002). Data angin yang digunakan adalah data angin diatas permukaan laut, yang akan berfungsi sebagai faktor tegangan angin (wind stress) sehingga dapat membangkitkan gelombang. Analisis panjang fetch dilakukan untuk mereduksi hasil prediksi gelombang yang terlalu besar. Panjang fetch efektif berasal dari nilai fetch yang dapat membangkitkan gelombang, seperti disajikan pada Tabel 5. Panjang fetch efektif pada arah utara, barat laut dan timur laut lebih besar dibanding arah lain, karena daerah ini lebih terbuka (laut bebas), sedangkan arah lain termasuk daerah semi terbuka (timur dan barat) nilai fetch efektif tidak terlalu besar. Angin yang bertiup dari arah selatan, tenggara dan barat daya tidak memiliki fetch, karena daerahnya yang lebih dekat dengan pantai maka dianggap anginnya berasal dari darat (diasumsikan tidak ada gelombang yang terbentuk). Tabel 5. Panjang Fetch Efektif di Perairan Pantai Eretan Kulon Arah Feff (m)
Utara 150.000
Timur Laut 119.855
Timur 45.664
Barat 30.481
Barat Laut 132.843
Berdasarkan hasil perhitungan angin yang membangkitkan gelombang maka didapat hasil prediksi gelombang selama tahun 1997 – 2006 (Tabel 6 dan 7), dimana gelombang yang terbentuk dari arah barat, dan timur lebih kecil dibandingkan dengan arah utara, timur laut dan barat laut. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan
42
gelombang seperti kecepatan angin, durasi, arah angin, dan fetch. Faktor-faktor diatas dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan gelombang yang dikonversi dari angin, dikarenakan prediksi gelombang dengan cara ini sangat tergantung pada data angin dan fetch. Tabel 6. Hasil Prediksi Karakteristik Gelombang Permusim Selama 1997 - 2006 Musim
αo
Uz (m/det)
Hmo (m)
T (det)
Barat 4,0 - 4,5 0,5 2,7 Barat Laut 6,0 1,4 4,8 Barat Utara 3,0 - 7,0 0,9 - 1,7 4,2 - 5,2 Timur 3,0 - 4,5 0,5 - 0,7 2,8 - 3,1 Timur 1,5 - 4,0 0,3 - 0,6 2,4 - 3,1 PI Utara 4,0 - 7,5 1,1 - 1,8 4,5 - 5,3 Timur Laut 3,5 - 4,5 0,9 - 1,1 4,1 - 4,3 Timur Timur 3,0 - 7,5 0,5 - 1,2 2,8 - 3,8 Timur 3,0 - 8,0 0,5 - 1,0 2,8 - 3,6 P II Utara 3,0 0,9 4,2 Sumber : Hasil Analisis Prediksi Gelombang 1997 – 2006
Lo (m) 11,1 - 14,5 36,3 27,9 - 42,5 3,1 - 15,4 9,0 - 14,5 25,5 - 44,0 25,9 - 29,3 12,6 - 23,0 12,6 - 20,6 27,9
Karakteristik gelombang bila dilihat secara permusim seperti pada Tabel 6, terlihat pada musim barat mendapat pengaruh dari beberapa arah mata angin yang berbeda-beda. Gelombang musim barat berasal dari arah barat, barat laut, utara dan timur, dengan kecepatan faktor tegangan angin yang besar pada arah utara menghasilkan gelombang datang yang cukup besar (1,70 m) dan periode 5,20 det dengan panjang gelombang 42,50 m. Gelombang yang berasal dari arah barat laut tidak memiliki kisaran gelombang seperti pada arah yang lain, hal ini disebabkan besarnya kecepatan faktor tegangan angin yang homogen sehingga gelombang arah barat laut pada musim barat yang terbentuk hanya memiliki satu nilai karakteristik. Musim barat sering digambarkan sebagai musim yang bergejolak, hal tersebut terlihat pada daerah Eretan Kulon dimana gelombang di musim barat di pengaruhi oleh empat arah gelombang dengan nilai karakteristik gelombang yang cukup besar, sehingga bila diakumulasikan akan menghasilkan nilai karakteristik gelombang lebih besar. Kondisi musim barat berbeda sekali dengan kondisi pada musim timur, gelombang pada musim timur hanya dari arah timur dengan ketinggian 0,50 - 1,20 m dan periodenya 2,80 – 3,80 det; sehingga menghasilkan panjang gelombang 12,60 - 23,00 m. Berdasarkan karakteristik
43
gelombang tersebut maka pada musim timur gelombang hanya bergerak kesatu arah, dengan tidak adanya akumulasi dari arah lainnya menjadikan gelombang lebih teratur, sehingga kondisi perairan menjadi lebih tenang. Musim peralihan merupakan musim yang terjadi antara musim barat dan timur. Pada kedua musim peralihan terlihat bahwa pengaruh dari musim yang mengapitnya sangat berpengaruh besar. Peralihan I merupakan peralihan dari musim barat ke timur, sehingga pengaruh musim barat masih kuat, terlihat dari arah gelombang yang terjadi hampir sama dengan nilai terbesar pada arah timur, hal ini terjadi karena pada musim timur lebih kuat gelombang dari arah timur. Peralihan II merupakan peralihan dari musim timur ke musim barat, karakteristiknya merupakan perpaduan kedua musim. Karakteristik kedua musim peralihan termasuk ke karakteristik perairan yang cukup tenang. Karakteristik gelombang (tinggi, periode, durasi, kecepatan, dan panjang gelombang) maksimum terjadi pada musim barat (Desember – Februari), bulan pertama musim peralihan I (Maret) dan bulan terakhir musim peralihan II (November), sedangkan pada musim timur (Juni – Agustus) dan sebagian musim peralihan I dan II (April – Mei dan September – Oktober) karakteristik gelombangnya lebih kecil. Hasil analisis prediksi parameter gelombang permusim selama tahun 1997 – 2006 disajikan pada Lampiran 5. Tabel 7.
Hasil Prediksi Karakteristik Gelombang Berdasarkan Arah Datang Gelombang αο
Feff
Uz (m/det)
Hmo (m)
T (det)
Lo (m)
Barat
30.481
4,00 - 4,50
0,50
2,70
11,10 - 14,50
Barat Laut
132.843
6,00
1,40
4,80
36,30
Utara
150.000
4,00 – 7,50
1,10 - 1,80
4,50 - 5,30
27,90 - 44,00
Timur
45.664
1,50 – 8,00
0,50 - 1,20
2,80 - 3,30
12,60 - 23,00
Timur Laut 119.855 3,50 – 4,50 0,90 - 1,10 4,10 - 4,30 Sumber : Hasil Analisis Prediksi Gelombang 1997 – 2006
25,90 - 29,30
Karakteristik gelombang berdasarkan arah datang gelombang disajikan pada Tabel 7, pengelompokkan ini akan digunakan untuk memodelkan pola transformasi gelombang. Tabel di atas juga memperlihatkan dengan jelas hubungan antara faktor tegangan angin dengan fetch efektif yang menghasilkan
44
karakteristik gelombang. Perbandingan antara nilai maksimum pada arah utara dan timur memperlihatkan pengaruh nilai fetch. Karakteristik gelombang maksimum arah utara lebih besar walaupun tegangan angin maksimum arah timur lebih besar (8,00 m/det), hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai fetch, dimana nilai fetch pada arah utara jauh lebih besar dibandingkan arah timur. Perbedaan faktor tegangan angin (UZ) dan panjang fetch (Feff) mempengaruhi tinggi dan periode gelombang secara signifikan (Hs dan Ts), perbedaan panjang fetch-nya menjadi sangat berpengaruh dikarenakan arah utara, barat laut dan timur laut berhadapan langsung dengan laut bebas lebih besar dibandingkan dengan arah barat dan timur, sehingga tinggi dan periode gelombang signifikan untuk arah utara, barat laut dan timur laut lebih besar dibandingkan dengan arah barat dan timur. Kondisi yang sama terjadi pula pada durasi pertumbuhan gelombang (t), disebabkan panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan untuk terbentuknya gelombang akibat energi yang ditransfer oleh angin, sehingga fetch berpengaruh terhadap karakteristik gelombang. Bathimetri Peta bathimetri laut didapatkan berdasarkan nilai dari hasil sounding ADCP, yang menunjukkan bahwa pantai Eretan Kulon memiliki topografi yang bergelombang, hal ini disebabkan banyak terdapatnya sand bar. Garis pantai barat terlihat lebih kompleks dikarenakan adanya pengikisan pantai yang cukup besar, hal ini akibat pengaruh alami maupun non alami seperti adanya abrasi pantai. Hasil pengukuran kedalaman telah dikoreksi terhadap data pasang surut dengan mengacu pada MSL sebagai dasar dalam pembuatan peta kontur kedalaman sebagaimana disajikan pada Gambar 22. Kedalaman perairan daerah yang diamati berjarak kurang lebih 1.460 m dengan kedalaman antara 0 m hingga 5 m, kedalaman perairan ini memiliki elevasi sebesar 0,129o, oleh sebab itu maka perairan ini terlihat landai dengan kedalaman berubah secara gradual kearah laut dari garis pantai. Pembentukkan sand bar banyak dipengaruhi oleh elevasi kedalaman perairan dan arus yang bekerja di perairan tersebut. Pada perairan yang bergejolak pembentukkannya terjadi karena turbulensi yang diakibatkan pergerakkan arus
45
permukaan hasil gesekkan angin dengan permukaan air yang meningkat seiring perubahan kedalaman. Sedangkan pada perairan yang tenang terjadi karena adanya arus bawah yang berbalik sehingga bergesekkan dengan dasar perairan yang akan membentuk aliran-aliran arus yang akhirnya membentuk sand bar.
Gambar 22. Kontur Kedalaman Perairan Eretan Kulon Pola Transformasi Gelombang Gelombang yang merambat dari laut dalam (deep water) menuju pantai mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses transformasi seperti refraksi dan shoaling karena pengaruh perubahan kedalaman laut, difraksi, dan refleksi. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang dan kecepatan gelombang serta bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat keterjalan gelombang (steepnes) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai. Berdasarkan bentuk pantai dan arah angin yang dapat membangkitkan gelombang pada lokasi penelitian, maka pola transformasi disesuaikan dengan kondisi tersebut. Pola transformasi ini dihasilkan dari model program RCPWave (Lampiran 5), kemudian divisualisasikan melalui gambar (peta) .
46
Pola Transformasi Gelombang dari Arah Utara Transformasi gelombang dari arah utara membentuk sudut 0o dengan garis pantai. Hasil pola transformasi gelombang memperlihatkan bentuk-bentuk seperti refraksi, shoaling, dan difraksi. Arah pergerakkan rata-rata gelombang yang datang dari utara dimana ketika semakin mendekati pantai terjadi perubahan garis ortogonal gelombang, maka gelombang tegak lurus semakin mendekati pantai dibelokkan perlahan-lahan mengikuti kontur kedalaman perairan (Gambar 23). Kondisi ini disebabkan adanya perubahan cepat rambat gelombang yang semakin melambat ketika menuju perairan pantai dengan kontur yang bergelombang. Sand bar yang terdapat di perairan pantai Eretan Kulon merupakan salah satu yang menyebabkan terhambatnya laju cepat rambat gelombang, sehingga arah perambatannya dibelokkan menyesuaikan dengan kedalaman perairan.
Gambar 23. Pola Transformasi Gelombang Rata-rata Arah Utara
47
Gambar 24. Pola Transformasi Gelombang Minimum Arah Utara
Gambar 25. Pola Transformasi Gelombang Maksimum Arah Utara
48
Hasil transformasi gelombang minimum dari arah utara menunjukkan bahwa pola pembelokkan arah gelombang yang terjadi tidak terlalu besar, Gambar 24. Dengan demikian konvergensi gelombang (penguncupan gelombang) menjadi tidak terlalu besar, hal ini akan mempengaruhi terhadap energi yang ditransfer dengan periode selama 4,20 det. Kecilnya energi yang ditransfer menyebabkan tinggi gelombang pecahnya (0,99 m/det) menjadi hampir menyamai tinggi gelombang datang (0,90 m/det). Pembelokkan arah gelombang yang terjadi pada saat transformasi gelombang maksimum terlihat lebih jelas (Gambar 25), vektor-vektor gelombang yang bergerak dari laut lepas memiliki kecepatan yang lebih besar (1,80 m/det), sehingga konvergensi gelombang dengan kondisi dasar perairan yang sama menjadi lebih besar (Hb = 1,88 m/det). Dengan demikian maka transfer energi yang terjadi menjadi lebih besar (t = 5,30 det) dibandingkan pada saat gelombang minimum dan rata-rata.
Gambar 26. Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Utara
49
Gambar 27. Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Utara
Gambar 28. Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Utara
50
Pada kontur puncak gelombang rata-rata dari arah utara bila dibandingkan dengan kontur puncak gelombang minimum dan maksimumnya, maka pada kondisi ini perubahan bentuk dari puncak gelombang semakin terlihat. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap tinggi gelombang, dengan asumsi bahwa periode konstan, tinggi gelombang mula-mula rendah di perairan transisi namun pada saat mencapai perairan yang lebih dangkal tinggi gelombang membesar hingga pecah. Proses ini terlihat dengan jelas pada ketiga gambar diatas, bentuk seperti ini dikenal sebagai shoaling yakni proses pembesaran tinggi gelombang yang disebabkan pendangkalan kedalaman perairan. Tinggi gelombang maksimum terjadi di daerah-daerah yang kontur kedalaman perairannya tidak terlalu bergelombang, dikarenakan dengan semakin banyaknya sand bar di suatu perairan, maka perairan tersebut relatif akan semakin dangkal. Dengan demikian menyebabkan pembesaran gelombang menjdi tidak merata sehingga gelombang pecah menjadi lebih cepat terjadi dan tinggi gelombang yang dicapai tidak maksimum. Pada kontur puncak rata-rata gelombang arah utara terlihat jelas bahwa gradien perubahan tinggi gelombangnya lebih seragam dan puncak gelombangnya lebih mendekati pantai. Kontur puncak gelombang minimum terlihat bahwa gelombang telah pecah sebelum mencapai tinggi maksimum yang diakibatkan oleh sedikitnya energi yang ditransfer. Kondisi ini bila dibandingkna dengan kontur puncak maksimum terlihat sekali bedanya, dimana kontur pada pucak gelombang maksimum terlihat merambat dengan dengan cepat dan mencapai ketinggian yang maksimum sebelum pecah. Perbandingan di atas menyebabkan ketinggian gelombang yang terjadi pada kondisi maksimum memiliki kisaran tinggi gelombang pecah maksimum yang lebih besar. Garis puncak gelombang tegak lurus dengan garis kontur kedalaman dan tinggi gelombang juga semakin besar. Terlihat cukup jelas pada gambar diatas bahwa tinggi gelombang pecah maksimum yang terjadi pada model sebesar 1,88 m untuk input tinggi gelombang datang maksimum sebesar 1,80 m pada periode 5,30 det.
51
Tiga dimensi dari ketiga kontur puncak gelombang ini menunjukkan bahwa tinggi gelombang yang terjadi tidak merata pada seluruh bagian perairan, hal ini disebabkan oleh perubahan dasar perairan, dimana terdapat bagian-bagian yang tidak berlekuk sehingga dasar perairannya lebih halus (Gambar 29 - 31). Pada daerah ini gelombang yang datang dapat mencapai bagian garis pantai. Bila kondisi yang demikian terus berlanjut maka akan menyebabkan terkikisnya daerah pantai yang akan menyebabkan abrasi.
Gambar 29. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Utara
52
Gambar 30. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Utara
Gambar 31. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Utara
53
Pola Transformasi Gelombang dari Arah Barat Laut Pola transformasi ini memiliki sudut - 45o (arah barat laut) dari garis tegak lurus garis pantai, dimana garis tegak lurus pantai ke arah laut lepas merupakan sudut 0o. Hasil pola transformasi gelombang menunjukkan adanya pola refraksi yang diakibatkan oleh perubahan kedalaman pada laut transisi dan dangkal, dimana kontur kedalaman sangat mempengaruhi karakteristik gelombang (Gambar 32).
Gambar 32. Pola Transformasi Gelombang Arah Barat Laut Hasil pola transformasi gelombang menunjukkan pembelokkan vektor gelombang yang semakin tegak lurus pantai, dimana begitu semakin mendekati pantai maka vektor gelombang akan semakin kecil (Gambar 32). Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan kecepatan arah perambatan gelombang yang membentuk sudut terhadap kontur sehingga arah perambatan gelombang berbelok dan akan berusaha untuk selalu tegak lurus dengan garis kontur kedalaman.
54
Gambar 33. Kontur Puncak Gelombang Arah Barat Laut Terlihat pada diatas puncak gelombangnya juga megalami perubahan garis orthogonal, sehingga gelombang datang yang tegak lurus akan berusaha sejajar dengan kontur kedalaman perairan. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan cepat rambat gelombnag, dimana perubahannya terjadi di sepanjang garis puncak gelomban yang bergerak dengan membentuk sudut terhadap kontur kedalaman perairan. Hal ini dikarenakan bagian gelombang yang berasal dari laut dalam bergerak lebih cepat bila dibandingkan dengan yang bergerak di bagian laut yang lebih dangkal. Perubahan tersebut menyebabkan pembelokkan puncak gelombang dan mensejajarkan diri dengan garis kontur kedalaman perairan. Penurunan transfer energi gelombang ditunjukkan pada Gambar 33, terlihat pada tinggi gelombang yang semakin ketimur maka ketinggiannya semakin berkurang. Pergerakkan gelombang ini terjadi pada musim barat dengan ketinggian 1,40 m dengan periode 4,80 m/det, dengan input itu akan menghasilkan tinggi gelombang pecah sebesar 1,50 m. Dengan nilai yang sedemikian besar, maka gelombang yang berasal dari arah barat laut cukup berbahaya bagi kestabilan pantai, dikarenakan arus yang bergerak karena adanya dorongan gelombang akan semakin besar. Sehingga pantai akan mudah tergerus, kondisi ini akan mengakibatkan perubahan kondisi pantai yang sangat nyata. Pada
55
daerah kajian ini terlihat bahwa terdapat beberapa bagian dari pantai yang telah mengalami pengikisan, sehingga mencapai ke area pemukiman penduduk. Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka akan mengakibatkan kerusakan insfrastruktur yang sangat besar. Sedangkan pada musim lainnya, gelombang pada arah ini memiliki periode dibawah 3,00 m/det, sehingga tidak dibuat pola transformasinya karena diasumsikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pola gelombang.
Gambar 34. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Arah Barat Laut Gelombang datang yang menuju pantai maka kecepatannya akan semakin menurun, ketika bergerak menuju daerah yang lebih dangkal maka terjadi pembesaran gelombang. Pembesaran ini terjadi terus hingga ke daerah pantai, dimana ketika mendekati pantai pembesaran gelombang ini akan berubah menjadi gelombang pecah. Terlihat jelas pada gambar 34 bahwa transformsi gelombang pada arah barat laut ini beberapa puncak gelombang maksimum dan pergerakkan gelombangnya cukup solid sehingga gelombangnya begerak dengan teratur. Kondisi diatas disebabkan oleh bentuk sudut arah datang gelombang dan kekasaran kontur dasar perairan, pada daerah ini kekasaran perairan tergantung pada banyak dan teraturnya sand bar di dasarnya.
56
Pola Transformasi Gelombang dari Arah Timur Laut Data input pada arah timur laut serupa dengan kedua arah sebelumnya, input sudut gelombang datang untuk timur laut sebesar 45o. Pola refraksi terjadi karena adanya perubahan kedalaman, pada laut dalam gelombang tidak mengalami perubahan di perlihatkan oleh bentuk panah yang merupakan garis ortogonal gelombang, akan tetapi di laut transisi dan dangkal, kontur kedalaman sangat mempengaruhi karakteristik gelombang. Pada pola transformasi gelombang rata-rata dari arah terlihat dengan jelas pembelokkan arah gelombangnya (Gambar 35). Kondisi ini disebabkan gelombang datang yang membentuk sudut 45o bergesekkan dengan dasar perairan, dengan mengikuti atas azas ekman transport dimana terjadinya pembelokkan arah tranport maka kondisi ini pun gelombangnya mengalami pembelokkan pola pergerakkan gelombang. Sehingga semakin mendekati pantai, dimana perairannya semakin dangkal maka gelombangnya terjadi pembelokkan arah. Pembelokkan arah yang terjadi menjadikan gelombang hampir selalu sejajar dengan kontur kedalaman perairan
Gambar 35. Pola Transformasi Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut .
57
Gambar 36. Pola Transformasi Gelombang Minimum Arah Timur Laut
Gambar 37. Pola Transformasi Gelombang Maksimum Arah Timur Laut
58
Bila dibandingkan antara pola transformasi gelombang minimum (Gambar 36) dan maksimum (Gambar 37) terlihat adanya perbedaan sudut arah pembelokkan dan besaran gelombang (terlihat pada panjang vektor). Pada keadaan maksimum sudut pembelokkan dan besarannya lebih besar, sehingga gelombang datang lebih cepat menuju pantai dengan gradien perubahan arahnya yang terlihat lebih nyata bila dibandingkan saat gelombang minimum. Kondisi yang demikian diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu kontur kedalaman dan sudut datang gelombang yang perubahannya selalu berusaha mensejajarkan dengan kontur kedalaman.
Gambar 38. Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut Gradien pergerakkan gelombang yang terjadi dimulai dengan pembentukkan puncak gelombang dari gelombang datang hingga terjadinya pecah gelombang sangat
terlihat
pada
kontur
puncak
gelombang
rata-ratanya,
sehingga
pembentukkan konvergensi gelombang sangat terlihat sekali (Gambar 38). Pergerakkan gelombang datang menuju perairan yang lebih dangkal menyebabkan terjadinya transfer energi, sehingga gelombang yang semakin menuju pantai akan mengalami kenaikan puncak gelombang yang pada akhirnya pecah. Pucak
59
gelombang datang rata-rata memiliki ketinggian 1 m dengan periode 4,20 m/det yang menghasilkan gelombnag pecah dengan ketinggian 1,04 m.
Gambar 39. Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Timur Laut
Gambar 40. Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Timur Laut
60
Pada gelombang minimum (Gambar 39) perubahan kondisi gelombang terjadi dengan relatif lebih lambat dibandingkan dengan yang maksimum. Pada saat maksimum (Gambar 40) perubahan puncak gelombangnya lebih halus, dikarenakan tinggi gelombang datang dan periodenya besar yaitu 1,80 m dan 4,30 sehingga transfer energi cukup cepat dan perubahan terhadap kontur kedalaman lebih stabil. Sedangkan pada saat minimum ketinggian gelombang 1,10 m dengan periode 4,10 m/det, oleh sebab itu perubahannya tidak stabil dengan tranfer energi yang relatif lambat.
Gambar 41. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Rata-rata Arah Timur Laut Hasil kontur puncak gelombang rata-rata dari gelombang minimum dan gelombang maksimum pada arah timur laut terlihat pada Gambar 41. Pembentukkan puncak gelombang hingga terjadinya pecah gelombang sangat terlihat dengan jelas pergerakannya. Berdasarkan kontur-kontur diatas perubahan dari bentuk puncak gelombang menuju gelombang sesudah pecah terlihat dengan jelas. Setelah terjadi pecah gelombang maka energi gelombang akan berkurang dengan banyak, sehingga ketika mencapai bibir pantai hanya terlihat sebagai buih.
61
Gambar 42. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Minimum Arah Timur Laut
Gambar 43. Tiga Dimensi Kontur Puncak Gelombang Maksimum Arah Timur Laut
62
Kontur pucak gelombang tiga dimensi yang direpresentrasikan oleh Gambar 41 - 43 menunjukkan perubahan bentuk konturnya. Perubahan kontur puncak gelombang rata-rata menunjukkan pembesaran tinggi gelombang yang pada gambar-gambar awal tidak terlalu terlihat, disebabkan gelombang yang datangnya relatif seragam dan tidak terlalu tinggi. Dengan kondisi kontur perairan yang bila dilihat dari arah timur laut terlihat lebih rata maka pembesaran nilai kecepatan gelombang relatif kecil sehingga puncak gelombang dan gelombnag pecahnya pun menjadi kecil. Terlihat bahwa semakin tinggi gelombang pecah maka kedalaman gelombang pada saat pecah juga besar, oleh karena adanya hubungan antara tinggi dan kedalaman gelombang pada saat pecah dengan kemiringan pantai yang dinyatakan dengan nilai indeks gelombang pecah (γb).
Longshore Current Longshore currents merupakan arus aliran paralel air ke daerah pantai. Longshore currents terbentuk oleh gelombang uang datang ke pantai membentuk suatu sudut miring. Arus ini biasanya berada pada daerah surf zone dan bergerak secara paralel menuju pantai. Arus ini merupakan hasil dari sudut gelombang pecah terhadap pantai dan dapat disebut sebagai arus litoral. Arus yang ditampilkan pada pembahsan ini adalah arus yang berasal dari hasil pengukuran dengan menggunakan RCM yang ditempatkan pada mooring, Selain data tersebut akan ditampilkan data yang berasal dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil model RCP Wave. Data RCM dari mooring diambil pada empat periode yaitu Februari 2006, Mei 2006, Agustus 2006, dan April 2007. Hasil dari model RCP Wave merupakan data turunan dari data angin yang berasal dari SM Jatiwangi selama 10 tahun (1997 – 2006). Tipe gelombang pecah di pantai Eretan Kulon ini dikategorikan pada tipe spilling, pembagian tipe ini dilihat berdasarkan nilai surf similarity-nya yang lebih besar dari 0,50 yaitu 0,64 - 0,74. Tipe ini memiliki keterjalan yang rendah, akan tetapi memiliki daya jangkau ke pantainya paling lebar, hal ini didukung oleh hempasan gelombang pecahnya juga besar. Hempasan gelombang pecah terbesar pada arah utara (12,11 m) dengan kedalaman gelombang pecah 1,56 m, sedangkan yang terkecil pada arah timur laut (7,61 m) dengan kedalaman gelombang pecah
63
0,98 m; Lampiran 6. Kedua nilai diatas dipengaruhi oleh ketinggian gelombang pecah, kemiringan pantai dan indeks gelombang pecah, namun nilai kemiringan pantai dan indeks pecah gelombang konstan menyebabkan kedua indeks diatas berbanding lurus dengan ketinggian gelombang pecah. Longshore current dihasilkan dari sudut pecah gelombang dengan pantai, semakin besar sudut yang dihasilkan maka akan semakin besar arus yang dihasilkan. Arus terbesar menurut ke tiga persamaan empirik berasal dari arah barat laut yaitu 2,27 m/det (CERC); 2,63 m/det (CHL); dan 0,50 m/det (Komar), sedangkan nilai terendah ketiganya menunjukkan pada arah timur laut kecepatan arusnya merupak kecepatan terendah 0,93 m/det (CHL); ,35 m/det (CERC) dan 0,30 m/det (Komar); Tabel 8. Persamaan empirik menurut Komar memiliki nilai yang jauh lebih rendah, hal ini dikarenakan koefiesien pengalinya jauh lebih rendah
dibanding
dengan
persamaan
empirik
lainnya.
Komar
(1998)
memperhitungkan adanya teori gelombang linear dan kekasaran serta lebar dari surf zone. Longshore current yang dihasilkan bila dilihat berdasarkan besarnya sudut gelombang pecah dengan pantai maka kecepatan arus yang terbentuk lebih besar yang datang dari utara dan barat laut, αb dari utara sangat besar yaitu 5,80o dan dari barat laut sebesar 5,2o sedangkan yang terkecil dari timur laut
(4,30o).
Berdasarkan kondisi diatas maka arus yang berasal dari barat laut dan utara berpotensi menghasilkan kecepatan longshore current yang besar, dengan demikian pengkikisan bibir pantai akan semakin besar sehingga abrasi yang terjadi akan semakin besar. Berdasarkan hasil perekaman RCM, terbagi atas dua kondisi yaitu pada mooring I dan mooring II. Mooring digunakan sebagai tempat untuk menempelkan alat perekam. RCM ditanam di mooring yang ditenggelamkan dalam jangka waktu tujuh hari, time step yang digunakan adalah 10 menit sehingga RCM akan merekam data arus persepuluh menit.
64
65
Pada mooring I, bulan Februari dapat dikatakan sebagai akhir dari musim barat. Pergerakkan kecepatan arus mayoritas bergerak ke arah timur dengan nilai terbesar 0,11 cm/ det mendekati arah tenggara. Gelombang yang bergerak pada bulan merupakan gelombang dari sekitar arah barat dan utara, menyebabkan arus yang bergerak merupakan lanjutan dari arah gelombang dikarenakan arus ini merupakan dihasilkan dari perubahan sudut saat pecah gelombang. Terdapat beberapa arus yang mengarah ke utara dan barat laut, hal ini dapat terjadi dikarenakan arus yang dekat dengan dasar perairan mengalami gesekan dengan kontur kedalaman perairan yang bergelombang sehingga menyebabkan adanya arus yang mengarah kearah sebaliknya (Gambar 44). Bulan Februari yang diasumsikan merupakan akhir dari musim barat tentunya nilai arusnya pun lebih kecil dibandingkan dengan bulan-bulan puncak musim barat, dengan asumsi tersebut maka pada bulan-bulan puncak musim barat daerah pantai timur Eretan Kulon beresiko sangat besar dalam terjadinya abrasi. Bagian timur pantai Eretan Kulon terdapat dua buah jeti yang melindungi jalan masuk ke sungai, pada saat perekaman arus ini di prediksi telah terjadi kebocoran pada pangkal jeti sehingga terdapat arus yang bergerak menuju sungai melalui bagian belakang dari jeti tersebut. Bulan Mei termasuk musim peralihan I dimana kondisi laut lebih tenang dibandingkan pada saat musim barat, Gambar 45. Kondisi laut yang tenang juga berpengaruh terhadap pembentukkan arus di daerah tersebut. Kondisi laut yang tenang didukung oleh faktor angin yang memiliki kecepatan tidak terlalu besar, angin akan membangkitkan gelombang sehingga bergerak ke arah pantai. Gelombang yang pecah ketika mendekati perairan dangkal maka perubahan sudutnya akan membangkitkan longshore current, arus ini merupakan arus litoral.
66
N 12
10 NE 8
NW
6
4
2
W
E
0
Vel
SE SW
S
Gambar 44. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Februari di Mooring 1 N 4 4 NE
3 NW
3 2 2 1 1
W
E
0
Vel
SE SW
S
Gambar 45. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Mei di Mooring 1
67
Kondisi perairan yang tenang meyebabkan transfer energi menjadi lebih sedikit, sehingga arus yang terbentuk arahnya lebih menyebar dan tidak terdapatnya arah yang dominan. Kondisi diatas menggambarkan kondisi rekaman RCM pada mooring 1 pada bulan Mei, nilai terbesarnya 0,08 m/det pada arah 297,8o dengan nilai rata-rata kecepatan terbesar 0,04 m/det ke arah barat laut dan terkecil 0,01 m/det pada arah 298,5o dengan rata-rata kecepatan terkecil 0,01 m/det mendekati arah timur laut. Berdasarkan gambar diatas diduga bahwa gelombang yang datang berasal dari arah utara – timur laut, dengan kecepatan yang relatif lambat. Kondisi ini menyebabkan arus yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh gesekkan dasar, gesekan angin dianggap kecil dikarenakan berbanding lurus dengan transfer energi. Kontur kedalaman yang bergelombang dapat menyebabkan arah arus tidak terfokus pada satu arah, sehingga arahnya menyebar ke daerah sekitar dengan rentang yang tidak berbeda jauh. Bulan Agustus dapat merepresentasikan akhir musim timur, dimana musim ini memiliki kondisi yang lebih tenang dari pada musim barat. Musim timur lebih dipengaruhi oleh angin darat dikarena angin lebih banyak bergerak dari timur dan selatan, sehingga angin yang dapat membangkitkan gelombangnya lebih sedikit, dengan demikian sudut pecah gelombangnya lebih kecil. Sudut pecah gelombang yang kecil akan membangkitkan longshore current yang kecil pula, dan berlaku sebaliknya. Arus bergerak mayoritas menuju antara barat dan utara dengan nilai ratarata terbesar 0,06 m/det ke arah utara, sedangkan nilai terbesar pada mooring 1 di bulan agustus ini adalah 0,10 m/det dengan arah 293,95o, Gambar 46. Nilai terkecil yang terjadi adalah 0,14 m/det pada arah 306,20o dengan nilai rata-rata terkecil 0,23 m/det di sekitar arah selatan. Berdasarkan nilai-nilai diatas terlihat bahwa pembangkitan arus karena pecah gelombang relatif kecil, kondisi ini terjadi karena energi yang ada semakin berkurang seiring berakhirnya musim timur. Longshore current di bulan Agustus masih miliki karakteristik musim timur yang tidak terlalu bergejolak dan cenderung tenang, terlihat juga bahwa arah pergerakkan arusnya lebih terarah. Arus yang bergerak tidak seperti pada musim peralihan yang cenderung tidak terarah, dikarenakan angin yang berhembus masih menyesuaikan dengan musim sebelum dan sesudahnya.
68
N 6
5 NE 4
NW
3
2
1
W
E
0
Vel
SE SW
S
Gambar 46. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Agustus di Mooring 1
N 9 8 NE
7 6
NW
5 4 3 2 1 W
E
0
Vel
SE SW
S
Gambar 47. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan April 2007 di Mooring 1
69
Pada tahun 2007 di ambil data kembali sebagai pelengkap yaitu di bulan April 2007, alat yang ditaman hanya pada lokasi mooring 1. Perekaman pada mooring 1 di lakukan karena pada daerah ini merupakan daerah terjadinya pecah gelombang, sehingga perlu di ambil data pendukung lainnya. Pemilihan bulan April dikarenakan bulan ini merupakan puncak dari musim peralihan 1, musim ini berada diantara musim barat dan timur sehingga pada puncak musim ditentukan musim yang lebih dominan pengaruhnya. Arus dari hasil mooring bulan April 2007 yang bergerak menuju ke segala arah dengan nilai rata-rata terbesar 0,09 m/det ke utara, sedangkan menurut pegukuran yang terbesar 0,59 m/det ke arah 323,35o (arah barat laut), Gambar 47. Kondisi pada bulan ini walaupun nilai terbesar ke arah utara, akan tetapi bila berdasarkan frekuensi lebih besar ke arah tenggara dan barat daya. Dengan demikian frekuensi rusaknya daerah pantai timur dan barat sama besarnya dengan musim barat. Berdasarkan data-data tersebut diatas maka musim peralihan di pantai Eretan Kulon ini banyak dipengaruhi oleh musim barat. Musim barat yang lebih bergejolak di banding musim timur lebih banyak menimbulkan kerusakan. Pada mooring 2 di bulan februari terlihat pergerakannya lebih mengarah ke tenggara dengan nilai terbesar 0,16 m/det (Gambar 48). Gelombang yang datang lebih banyak berasal dari arah barat laut dan utara, pecah gelombang yang terjadi di sekitar mooring 2 memiliki energi yang kecil dan merupakan daerah yang lebih dangkal sehingga arus yang rekam telah mengalami gesekkan yang sangat besar baik dari dasar perairan maupun gesekan dengan angin. Kondisi yang demikian menyebabkan arah arus yang terbentuk terlihat lebih menyebar dengan arah utama menuju ke tenggara. Arah tenggara pada daerah ini adalah pantai Eretan Kulon sebelah timur, dengan arus yang mayoritas mengarah ke bagian pantai ini maka pantai Eretan Kulon sebelah timur pada bulan ini kerentanan yang sangat tinggi dalam mempertahankan kestabilan pantainya. Mooring 2 memiliki nilai terbesar 1,19 m/det pada arah 339,8o, arah ini mendekati arah barat laut yang memiliki nilai rata-rata 0,26 m/det, Gambar 49. Nilai terkecil dan nilai rata-rata terkecil adalah 0,01 m/det, nilai terkecil diatas menunjuk arah utara dan timur laut. Nilai-nilai tersebut menunjukkan rata-rata pergerakkan arus di sekitar mooring 2 di bulan Mei. Pergerakkan arus yang
70
menuju arah barat laut dengan nilai yang begitu besar dimungkinkan dapat membawa serta substrat dasar perairan. Arus yang bergerak di sekitar mooring ini merupakan arus yang berada di perairan yang lebih dangkal sehingga dengan besarnya nilai arus maka turbulensi yang terjadi semakin besar, menyebabkan subtrat dasar yang terbawa pun akan semakin banyak. Besarnya nilai ini dapat disebabkan oleh besarnya gesekkan dengan dasar perairan, sedangkan nilai yang kecil terjadi pada saat gesekkan pada dasar telah sedikit berkurang dan gesekkan angin yang tidak terlalu besar dikarenakan kondisi angin yang relatif lebih tenang. N 16 14 NE
12 NW
10 8 6 4 2 0
W
E
Vel
SE SW
S
Gambar 48. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Februari di Mooring 2
71
N
30
25 NE
20
NW
15
10
5
0
W
E
Vel
SE SW
S
Gambar 49. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Mei di Mooring 2 N 8 7 NE
6 NW
5 4 3 2 1
W
E
0
Vel
SE SW
S
Gambar 50. Grafik Arah dan Kecepatan Arus Bulan Agustus di Mooring 2
72
Bulan Mei merupakan akhir dari musim peralihan I. Ketenangan kondisi laut masih dapat dipertahankan pada bagian atas perairan, akan tetapi pada bagian kolom air kadang-kadang telah terjadi pergolakkan arus. Arus yang memiliki nilai terbesar hanya terjadi sekali dalam rentang waktu penanaman mooring (6 hari) dan perbedaan antar nilainya sangat besar dengan nilai sebelum dan sesudahnya. Dengan kondisi demikian arus ini dapat dikatakan sebagai arus sesaat yang terjadi karena adanya pergerakkan arus dari laut transisi lebih besar, sehingga ketika mencapai daerah laut yang lebih dangkal arus ini kembali mengalami gesekkan dasar yang besar. Hal ini menyebabkan terjadinya pembesaran arus ke arah timur laut, akan tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama dikarenakan frekuensinya lebih kecil. Grafik kecepatan arus bulan Agustus di mooring 2, diperlihatkan pada Gambar 50, pergerakkan kecepatan arus rata-rata antara barat daya dan utara dengan nilai terbesar 0,07 m/det. Nilai rata-rata terkecil 0,14 m/det ke arah tenggara, nilai ini tidak dominan dan dapat dikatakan sebagai penyimpangan dari arah arus di mooring 2 ini. Arus yang bergerak menuju utara akan membawa substrat dasar perairan hasil turbulensi dengan kontur dasar perairan, sedangkan arus yang bergerak ke barat daya akan membentur pantai sebelah barat dari pantai Eretan Kulon. Pertemuan arus dengan pantai akan mengakibatkan pengiskisan bibir pantai, dimana arus yang ke daerah barat dan barat daya cukup banyak maka pegikisan pun semakin besar. Pengikisan terbesar pada pantai barat Eretan Kulon terlihat adanya rumah yang telah hancur karena besarnya arus yang bergerak mengikis pantai barat. Nilai yang kecil juga dapat berbahaya bila dalam jumlah yang banyak, dimana arus ini begerak ke timur dan perlahan-lahan akan mengikis pantai sebelah timur. Walaupun tidak sebesar arus yang ke pantai barat, akan tetapi arus yang ke timur ini harus di waspadai dikarenakan pada ujung timur akan membentur jeti sehingga akan terjadi perputaran arus yang membuat nilainya menjadi lebih besar dan akan merusak pantai sekitarnya dan jeti yang telah ada. Berdasarkan hasil keseluruhan RCM bahwa daerah ini memiliki besaran arus rata-rata yang realif kecil, akan tetapi topografi perairan atau bathimetrinya yang berlekuk-lekuk yang disebabkan terdapat banyaknya sand bar maka daerah ini berpotensi untuk terjadinya pengikisan garis pantai. Kondisi ini didukung
73
dengan bentuk dari pantai Eretan Kulon yang merupakan suatu ceruk besar, besar arus yang relatif kecil akan semakin menguat begitu mencapai perairan yang relatif cukup dangkal dan berbenturan dengan topografi dasar perairan. Dengan demikian walaupun arus secara keseluruhan kecil akan tetapi cukup kuat untuk mengkikis bibir pantai. Tabel 9. Perbandingan Hasil Persamaan Empirik dan Hasil Mooring Hasil Persamaan Empirik
Hasil Mooring
αo
v m/det (CERC)
v m/det CHL)
v m/det (Komar)
Bulan
Mooring
v m/det
Utara
1,57 - 2,27
0,98 - 2,63
0,34 - 0,50
Agustus
II
0,07
Mei
I
0,04
Agustus
I
0,06
Mei
II
0,26
Februari
I
0,11
Februari
II
0,16
Timur Laut
Barat Laut
1,35
1,84
0,93
1,35
0,30
0,40
Hasil yang didapat dari hasil model dengan RCP Wave yang kemudian dihitung dengan persamaan empirik lalu dibandingkan dengan prediksi lapangan yang merupakan hasil rekam RCM menunjukkan bahwa keduanya memiliki hasil yang hampir mendekati (Tabel 9). Tabel diatas dibagi berdasarkan arah datang gelombang yang kemudian menjadi arus, dimana arah arus adalah perpanjangan dari arah gelombang pecah. Hasil rekam RCM pada bulan Agustus merupakan nilai terkecil (0,07 m/det) dari keseluruhan hasil mooring, nilainya lebih mendekati hasil persamaan empirik dari Komar yaitu 0,34 m/det dengan arah utara. Hasil rekam RCM terbesar terjadi pada bulan Mei di mooring 2 sebesar 0,26 m/det yang mendekati hasil persamaan empirik dari Komar sebesar 0,3 m/det. Keseluruhan hasil mooring menunjukkan kedekatannya dengan nilai persamaan empirik dari Komar, hal ini disebabkan pada persamaan yang dihasilkan
Komar
lebih
melihat
kepada
pengaruh
dari
pantai
dan
memperhitungkan kondisi fisik dari pantai, dikarenakan pada saat pengujian Komar seluruhnya menggunakan data lapangan di California tanpa menggunakan simulasi laboratorium. Kedua metode menunjukkan bahwa gelombang dan arus yang berasal dari arah utara, timur laut dan barat laut banyak menimbulkan
74
kerusakkan pada daerah pantai, walaupun memiliki nilai yang kecil tetapi bila frekuensi arus yang terjadi besar maka tetap akan menimbulkan pengikisan pantai. Kondisi ini bila berlanjut akan menimbulkan dampak abrasi pantai yang besar. Arah arus lainnya pada hasil perhitungan dianggap tidak ada karena diasumsikan tidak adanya gelombang yang terbentuk, sedangkan pada hasil RCM arus yang bergerak dari arah barat, barat daya, selatan, tenggara dan timur merupakan arus terjadi dengan frekuensi yang rendah sehingga dianggap tidak berdampak besar terhadap abrasi pantai. Kedua metode tersebut menunjukkan bahwa arus yang bergerak menuju ke arah pantai barat dan timur Eretan Kulon, sehingga daerah ini yang mendapatkan kerusakan pantai paling besar. Dengan demikian maka hasil perhitungan model dan data lapangan dari RCM memiliki hasil yang relatif sama, sehingga model ini bisa digunakan dalam penentuan longshore current dari transformasi gelombang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi gelombang di Pantai Eretan Kulon sangat dipengaruhi oleh proses refraksi, shoaling dan difraksi, dengan ditandai adanya konvergensi dan divergensi pada daerah pantai barat dan timur di Eretan Kulon berdasarkan arah datang gelombang yang berbeda. Kondisi yang disebabkan perubahan karakteristik dan sifat-sifat gelombang sampai terjadi pecah menjadikan daerah tersebut menjadi rentan akan terjadinya abrasi. Daerah pantai timur dan barat memiliki potensi cukup besar untuk terjadi kerusakan pada setiap musim, akan tetapi pada musim barat daerah ini mendapat dampak yang lebih besar dan lebih banyak menimbulkan kerusakan. Musim peralihan di pantai eretan ini lebih dipengaruhi oleh musim barat, sehingga pada musim peralihanpun daerah ini memiliki gelombang dan longshore current yang cukup berbahaya. Arus yang bergerak di perairan pantai Eretan Kulon dominan berasal dari arah barat daya menuju ke pantai timur Eretan, dengan kecepatan yang relatif besar. Besarnya sudut gelombang pecah yang terbentuk, menyebabkan semakin besar pula arus menyusur pantai terbentuk di daerah ini. Berdasarkan hasil model dan data lapangan menunjukkan bahwa nilai keduanya hampir samaHasil rekam RCM pada bulan Agustus merupakan nilai terkecil (0,07 m/det) dari keseluruhan hasil mooring, nilainya lebih mendekati hasil persamaan empirik dari Komar yaitu 0,34 m/det dengan arah utara. Hasil rekam RCM terbesar terjadi pada bulan Mei di mooring 2 sebesar 0,26 m/det yang mendekati hasil persamaan empirik dari Komar sebesar 0,3 m/det. Kedua analisa itu menunjukkan bahwa arah pergerakkannya menuju pantai barat dan timur sehingga kedua daerah ini yang lebih banyak mendapat tekanan lingkungan, dengan demikian pada daerah itu kondisi pantai lebih tidak stabil dan banyak terjadi kerusakan. Keduanya menunjukkan bahwa gelombang lebih banyak bergerak dari arah barat laut, utara dan timur laut, sehingga arus menyusur pantai bergerak ke arah pantai barat dan timur di Eretan Kulon.
76
Saran Eretan Kulon merupakan daerah yang berpotensi yang cukup besar untuk abrasi, oleh sebab itu diperlukan penanganan lebih lanjut. Pada daerah pantai barat dan pantai timur di Eretan Kulon perlu dibangun bangunan pantai berupa jetijeti/groin yang akan menahan besarnya gelombang dan arus, akan tetapi jeti groin ini terdiri dari beberapa buah yang pajangnya berkurang secara gradual sehingga gelombang dan arusnya juga berkurang secara gradual, sehingga diantara jeti/groin dapat menjadi tempat untuk menangkap sedimen. Di daerah ini tidak disarankan untuk membangun dinding pantai, dikarenakan akan terjadi perputaran arus yang akan lebih mengkikis bibir pantai
Lampiran 1. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian No.
Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) diletakkan sekitar 50 cm dari permukaan
1.
Seperangkat komputer yang dihubungkan dengan GPS Srv II
2.
GPS Garmin Map 276 C digunakan untuk menentukan arah track
3.
No.
Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Current meter tipe RCM 108
4.
Tide and wave recorder no: 26-30
5.
Lampiran 2 Contoh hasil keluaran program RCPWave Untuk Bentuk O File SHORELINE MODELING SYSTEM (SMS): PC RCPWAVE, VERSION 1. ---WORKBOOK NSTRAN EXAMPLE ---***** FILES CARD: SPECIFICATION OF PERMANENT FILE NAMES FOR DATA STORAGE AND RETRIEVAL VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: -------- ----------------------------------------FNPRNT FILE FOR PRINTED OUTPUT UT2.O FOUT SAVESPEC FILE FOR OUTPUT UT2.NS ***** GENSPECS CARD: SPECIFICATION OF TITLE AND GENERAL SYSTEM OF UNITS VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: NOTES: -------- ---------------------------------- -------- -----SUNITS UNITS SYSTEM USED IN COMPUTATIONS METRIC ***** GRIDSPEC CARD: SPECIFICATION OF THE TYPE OF FINITE-DIFFERENCE GRID USED VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: NOTES: -------- ---------------------------------- -------- -----GRTYPE TYPE OF FINITE-DIFFERENCE GRID RECTANG GUNITS SYSTEM OF UNITS USED FOR THE GRID METRIC XCELL NUMBER OF GRID CELLS, X DIRECTION 50 YCELL NUMBER OF GRID CELLS, Y DIRECTION 50 DX SPATIAL STEPSIZE IN X DIRECTION 42.00 DY SPATIAL STEPSIZE IN Y DIRECTION 35.60 ***** PRINTING OF FIELD ARRAY VARIABLES: 1 AREAS AREA * STARTING ENDING STARTING ENDING * VARIABLE FIELD NUMBER * X CELL X CELL Y CELL Y CELL NOTES: * ARRAYS TO PRINT: NOTES: ------ * -------- ------------- ------ ------ * ---------------- -----1 * X= 1 X= 50 Y= 1 Y= 50 * DAHKB ***** WAVCOND CARD: NUMBER OF WAVE CONDITIONS: 1 WAVE CONDITION NUMBER: 1 VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: NOTES: -------- ---------------------------------- -------- -----TDEEP WAVE PERIOD 1.80 HDEEP DEEPWATER WAVE HEIGHT 0.90 ZDEEP DEEPWATER WAVE ANGLE 0.00 CNTRANG OFFSHORE CONTOUR ANGLE 0.00 DIFFR DIFFRACTION SIMULATED NO ***** WAVMOD CARD: NUMBER OF WAVE CONDITIONS: WAVE CONDITION NUMBER: 1 VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: NOTES: -------- ---------------------------------- -------- -----HUTIL1 OFFSHORE BOUNDARY HEIGHT AT J=YCELLS 0.90 HUTIL2 OFFSHORE BOUNDARY HEIGHT AT J=1 0.90 ZUTIL1 OFFSHORE BOUNDARY ANGLE AT J=1 0.00 ZUTIL2 OFFSHORE BOUNDARY ANGLE AT J=YCELLS 0.00 SHORELINE MODELING SYSTEM (SMS): PC RCPWAVE, VERSION 1. ***** BATHSPEC CARD: SPECIFICATION OF BATHYMETRY/TOPOGRAPHY VARIABLE DESCRIPTION OF USAGE: VALUE: NOTES: -------- ---------------------------------- -------- -----BUNITS SYSTEM OF UNITS FOR DEPTH DATA METERS BSEQ READ SEQUENCE FOR DEPTH DECK YX WDATUM DATUM FOR WATER DEPTHS 0.000 LDATUM DATUM FOR LAND ELEVATIONS 0.000 DLIMIT MAXIMUM DEPTH ALLOWED 0.0 BFORM FORMAT OF DEPTH DATA (10F7.1) NUMBER OF ELEVATION CHANGES = 0 ****************************************** * INPUT PROCESSING COMPLETED: * * FATAL ERRORS= 0 WARNINGS = 0 * ******************************************
1
W A V E C O N D I T I O N 1 THE DEEP WATER WAVE PARAMETERS FOR CASE 1 ARE: HEIGHT = 0.900 PERIOD = 1.800 ANGLE = 0.000 1 WATER DEPTHS (MULTIPLIED BY 10.) I/J: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ---------------------------------------------------------------------1: 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2: 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3: 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4: 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5: 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6: 7 7 6 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7: 9 9 8 7 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8: 12 12 10 9 8 6 4 3 3 3 3 3 3 3 3 9: 14 14 13 12 10 8 5 3 3 3 3 3 3 3 3 10: 16 16 16 15 13 10 7 3 3 3 3 3 3 3 4 11: 19 19 18 17 15 13 10 5 3 3 3 3 4 7 9 12: 21 21 20 20 18 17 15 10 3 3 3 4 8 11 13 13: 23 23 22 22 21 20 20 19 11 3 6 9 12 15 18 14: 24 24 24 23 22 22 22 23 21 17 15 15 17 18 20 15: 24 24 25 24 24 23 24 25 26 26 23 21 21 21 23 16: 25 25 25 25 25 24 24 25 26 27 26 24 24 24 25 17: 26 26 26 25 25 25 25 25 26 27 26 25 25 26 26 18: 26 26 26 26 26 26 26 26 27 27 27 26 26 27 27 19: 27 27 26 26 26 26 26 28 28 28 28 27 27 28 29 20: 28 28 27 26 27 27 27 28 28 28 28 28 28 29 30 21: 28 28 28 28 28 28 28 29 29 29 29 29 29 30 31 22: 29 29 29 29 29 30 29 30 30 30 30 30 30 31 31 23: 31 31 30 30 30 30 30 30 30 30 31 30 30 31 32 24: 31 31 31 31 31 31 31 30 31 31 31 31 31 32 32 25: 32 32 31 32 32 32 32 31 31 32 32 31 31 32 33 26: 34 34 33 33 33 33 33 33 33 32 33 32 32 33 33 27: 35 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 34 34 34 35 28: 36 36 35 35 35 36 35 34 34 34 34 35 35 35 36 29: 36 36 36 36 36 36 36 35 35 36 36 36 36 36 36 30: 37 37 37 37 37 37 37 38 37 37 37 37 37 37 37 31: 39 39 39 39 39 39 39 39 38 38 38 37 37 38 38 32: 40 40 40 39 40 41 40 40 39 39 39 39 38 39 39 33: 41 41 41 40 41 41 41 40 40 41 40 40 40 40 40 34: 42 42 41 41 41 42 42 41 41 42 41 41 40 40 41 35: 43 43 42 42 42 43 42 42 42 42 42 41 41 41 41 36: 44 44 43 43 43 43 43 43 43 43 42 42 41 42 42 37: 45 45 45 45 44 44 44 45 44 43 43 42 42 42 42 38: 45 45 45 45 45 46 46 45 44 44 43 43 43 43 43 39: 47 47 46 46 46 47 46 45 45 44 44 44 44 44 44 40: 48 48 47 46 47 47 47 46 45 45 45 45 45 45 44 41: 48 48 47 47 47 48 48 47 46 46 45 45 45 45 45 42: 48 48 48 47 48 48 48 48 48 47 47 46 46 46 47 43: 48 48 48 48 48 48 48 49 49 48 47 47 47 47 47 44: 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 48 47 48 48 48 45: 49 49 50 50 50 50 50 50 50 49 49 49 49 50 50 46: 50 50 50 51 51 50 50 50 50 50 49 50 50 51 51 47: 50 50 51 52 52 52 51 51 51 50 50 50 51 52 51 48: 50 50 51 51 52 52 52 52 51 51 51 50 51 52 51 49: 50 50 51 51 52 52 52 52 52 52 52 51 51 52 52 50: 51 51 51 51 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 1 WAVE ANGLES (MULTIPLIED BY 1.) I/J: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ---------------------------------------------------------------------1: -8 -8 -10 -12 -14 -16 -19 -21 -24 -25 -14 4 10 8 5 2: -8 -8 -10 -12 -14 -16 -19 -21 -24 -25 -14 4 10 8 5
3: -7 -7 -10 -13 -15 -17 -20 -22 -25 -26 -12 6 11 8 6 4: -7 -7 -11 -14 -15 -18 -21 -24 -27 -26 -9 9 12 9 6 5: -8 -8 -14 -14 -16 -19 -22 -25 -29 -26 -5 11 12 9 6 6: -5 -5 -9 -13 -19 -21 -24 -27 -31 -24 -2 14 13 10 7 7: -4 -4 -6 -10 -14 -20 -26 -29 -32 -22 2 15 14 11 7 8: -2 -2 -4 -6 -10 -18 -29 -33 -32 -19 5 16 15 12 8 9: -1 -1 -2 -4 -7 -13 -28 -32 -29 -15 8 18 15 13 9 10: 0 0 -1 -2 -4 -7 -23 -28 -28 -13 10 18 16 13 11 11: 0 0 -1 -1 -2 -3 -10 -26 -29 -10 11 19 21 14 6 12: 0 0 0 0 -1 -1 -1 -21 -24 -7 12 17 15 6 3 13: 0 0 0 0 0 0 0 0 -23 -6 14 6 4 2 1 14: 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 1 1 1 15: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 43: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 47: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 49: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 WAVE HEIGHTS (MULTIPLIED BY 10.) I/J: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ---------------------------------------------------------------------1: 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2: 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3: 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4: 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5: 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6: 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7: 4 4 4 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8: 8 8 4 4 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9: 8 8 8 8 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 10: 9 9 8 8 8 4 3 2 1 1 1 1 1 1 2 11: 9 9 9 9 8 8 4 2 1 1 1 1 2 3 4 12: 9 9 9 9 9 9 8 4 1 1 1 2 4 4 8
13: 9 9 9 9 9 9 9 8 5 1 2 4 5 9 9 14: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 15: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 17: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 18: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 19: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 20: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 21: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 22: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 23: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 24: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 25: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 26: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 27: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 28: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 29: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 30: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 31: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 32: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 33: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 34: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 35: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 36: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 37: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 38: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 39: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 40: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 41: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 42: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 43: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 44: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 45: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 46: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 47: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 48: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 49: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 50: 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 1 WAVE NUMBERS (MULTIPLIED BY 1000.) I/J: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ---------------------------------------------------------------------1: 215521552155215521552155215521552155215521552155215521552155 2: 215521552155215521552155215521552155215521552155215521552155 3: 215521552155215521552155215521552155215521552155215521552155 4: 215521552155215521552155215521552155215521552155215521552155 5: 175917591922215521552155215521552155215521552155215521552155 6: 155915591644175919222155215521552155215521552155215521552155 7: 144314431494155917591922215521552155215521552155215521552155 8: 134513451403144314941644192221552155215521552155215521552155 9: 130713071324134514031494175921552155215521552155215521552155 10: 128312831283129413241403155921552155215521552155215521551922 11: 126312631268127512941324140317592155215521552155192215591443 12: 125612561259125912681275129414032155215521551922149413711324 13: 125112511253125312561259125912631371215516441443134512941268 14: 125012501250125112531253125312511256127512941294127512681259 15: 125012501248125012501251125012481247124712511256125612561251 16: 124812481248124812481250125012481247124612471250125012501248 17: 124712471247124812481248124812481247124612471248124812471247 18: 124712471247124712471247124712471246124612461247124712461246 19: 124612461247124712471247124712461246124612461246124612461245 20: 124612461246124712461246124612461246124612461246124612451245 21: 124612461246124612461246124612451245124512451245124512451244 22: 124512451245124512451245124512451245124512451245124512441244
23: 124412441245124512451245124512451245124512441245124512441244 24: 124412441244124412441244124412451244124412441244124412441244 25: 124412441244124412441244124412441244124412441244124412441244 26: 124412441244124412441244124412441244124412441244124412441244 27: 124412441244124412441244124412441244124412441244124412441244 28: 124312431244124412441243124412441244124412441244124412441243 29: 124312431243124312431243124312441244124312431243124312431243 30: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 31: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 32: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 33: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 34: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 35: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 36: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 37: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 38: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 39: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 40: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 41: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 42: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 43: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 44: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 45: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 46: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 47: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 48: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 49: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 50: 124312431243124312431243124312431243124312431243124312431243 1 BREAKING INDEX (CHARACTER INFORMATION; NO MULTIPLIER NEEDED) I/J: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ---------------------------------------------------------------------1: . . . . . . . . . . B B . . . 2: . . . . . . . . . . B B . . . 3: . B . . . . . . . . B B . . . 4: . B B B . . . . . . B B . . . 5: . B B B B B . . . B B B . . . 6: . B B B B B B . B B B B . . . 7: . B B B B B B B B B B B . . . 8: . . B B B B B B B B B B . . . 9: . . . . B B B B B B B B B B B 10: . . . . . B B B B B B B B B B 11: . . . . . . B B B B B B B B B 12: . . . . . . . B B B B B B B . 13: . . . . . . . . B B B B B . . 14: . . . . . . . . . . B . . . . 15: . . . . . . . . . . . . . . . 16: . . . . . . . . . . . . . . . 17: . . . . . . . . . . . . . . . 18: . . . . . . . . . . . . . . . 19: . . . . . . . . . . . . . . . 20: . . . . . . . . . . . . . . . 21: . . . . . . . . . . . . . . . 22: . . . . . . . . . . . . . . . 23: . . . . . . . . . . . . . . . 24: . . . . . . . . . . . . . . . 25: . . . . . . . . . . . . . . . 26: . . . . . . . . . . . . . . . 27: . . . . . . . . . . . . . . . 28: . . . . . . . . . . . . . . . 29: . . . . . . . . . . . . . . . 30: . . . . . . . . . . . . . . . 31: . . . . . . . . . . . . . . . 32: . . . . . . . . . . . . . . .
33: 34: 35: 36: 37: 38: 39: 40: 41: 42: 43: 44: 45: 46: 47: 48: 49: 50:
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
Untuk Bentuk NSR File WAVE CONDITION NUMBER 1: HEIGHT= 0.900 1 13 0.8862 -0.0694 2.30 2 13 0.8862 -0.0694 2.30 3 13 0.8832 -0.1323 2.20 4 13 0.8840 -0.2060 2.20 5 13 0.8834 -0.2573 2.10 6 13 0.8813 -0.0733 2.00 7 13 0.8782 0.0223 2.00 8 13 0.8255 -0.1993 1.90 9 13 0.5454 -22.7779 1.10 10 13 0.1220 -5.7250 0.30 11 13 0.2402 14.1988 0.60 12 12 0.2107 17.4897 0.40 13 12 0.3722 14.6115 0.80 14 11 0.3334 14.0113 0.70 15 11 0.3603 6.3270 0.90 16 10 0.2503 4.3843 0.50 17 9 0.1220 -0.1300 0.30 18 9 0.1220 -2.4839 0.30 19 9 0.1220 -1.7652 0.30 20 9 0.1220 2.6909 0.30 21 9 0.1220 4.6760 0.30 22 8 0.1220 2.1057 0.30 23 8 0.1220 -0.8697 0.30 24 7 0.1197 -3.1260 0.30 25 7 0.1211 -4.6048 0.30 26 7 0.1220 -4.5365 0.30 27 7 0.1220 -3.6233 0.30 28 8 0.1219 -3.2245 0.30 29 8 0.1209 -3.8758 0.30 30 8 0.1204 -5.3164 0.30 31 9 0.1220 -7.0916 0.30 32 9 0.1222 -5.6029 0.30 33 9 0.1221 -2.9544 0.30 34 10 0.1220 -1.8495 0.30 35 10 0.1220 -2.8197 0.30 36 11 0.1536 -6.2958 0.30 37 11 0.1220 -8.1815 0.30 38 12 0.1601 -9.9000 0.40 39 12 0.1571 -12.7741 0.30 40 13 0.1601 -13.7066 0.40 41 14 0.3786 -4.2271 0.80 42 15 0.5203 -0.4630 1.30 43 15 0.5203 -0.5569 1.30 44 16 0.9144 -0.3044 1.80 45 16 0.8716 -1.7018 1.70 46 17 0.8704 -1.4519 1.70 47 17 0.8545 -1.8386 1.50 48 18 0.8630 -0.5470 1.60 49 18 0.8554 -0.2639 1.50 50 18 0.8554 -0.2639 1.50
PERIOD=
1.800
ANGLE=
0.000
Lampiran 3. Skala Angin Beaufort Nomor Beaufort
Kecepatan Angin (km/det)
Deskripsi
Pengaruh ke Kondisi Laut
0
< 0,5
Calm
Permukaan seperti kaca
1
0,5 – 3,6
Light Air
Terbentuk riak tanpa adanya puncak gelombang
Light Breeze
Gelombang kecil, mulai terbentuk puncak gelombang, tidak ada gelombang pecah
2
3,6 – 5,7
3
5,7 – 8,8
Gentle Breeze
Gelombang kecil, mulai terjadi gelombang pecah, adanya penyebaran buih.
4
≥ 8,8
Moderate Breeze
Gelombang yang mulai membesar, buih semakin banyak.
Lampiran 4. Konversi Kecepatan Angin Permusim Musim Barat Bulan
αo
Uz (m/det)
U10 (m/det)
Ut=3600 (m/det)
F (m)
Uw (m/det)
Uc (m/det)
U* (m/det)
Jan-01
Utara
3
2,92
2,77
150000,00
4,47
4,91
0,18
Jan-02
Utara
4
3,90
3,64
150000,00
5,45
6,00
0,22
Jan-03
Utara
6
5,85
5,33
150000,00
7,20
7,91
0,29
Jan-04
Barat
4
3,90
3,64
30481,16
5,45
6,00
0,22
Jan-05
Utara
4,5
4,38
4,07
150000,00
5,91
6,50
0,24
Jan-06
4,5
4,38
4,07
30481,16
5,91
6,50
0,24
Feb-01
Barat Utara
6
5,85
5,33
150000,00
7,20
7,91
0,29
Feb-02
Utara
4
3,90
3,64
150000,00
5,45
6,00
0,22
Feb-03
Utara
4
3,90
3,64
150000,00
5,45
6,00
0,22
Feb-04
Utara
3
2,92
2,77
150000,00
4,47
4,91
0,18
Feb-05
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Feb-06
4
3,90
3,64
150000,00
5,45
6,00
0,22
Des-01
Utara Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Des-02
Timur
3
2,92
2,77
45664,36
4,47
4,91
0,18
Des-03
Barat Laut
6
5,85
5,33
132842,67
7,20
7,91
0,29
Des-04
Barat Laut
6
5,85
5,33
132842,67
7,20
7,91
0,29
Des-05
Timur
4,5
4,38
4,07
45664,36
5,91
6,50
0,24
Des-06
Utara
7
6,82
6,15
150000,00
7,99
8,79
0,33
Musim Peralihan I Bulan
αo
Uz (m/det)
U10 (m/det)
Ut=3600 (m/det)
F (m)
Uw (m/det)
Uc (m/det)
U* (m/det)
Mar-01
Utara
7,5
7,31
6,56
150000,00
8,37
9,21
0,35
Mar-02
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Mar-03
Timur Utara
2,5
2,44
2,33
150000,00
3,93
4,33
0,15
Mar-04
Utara
3,5
3,41
3,21
150000,00
4,97
5,47
0,20
Mar-05
Selatan
5
4,87
4,49
0
6,35
6,99
0,26
Mar-06
4
3,90
3,64
150000,00
5,45
6,00
0,22
Apr-01
Utara Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Apr-02
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Apr-03
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Apr-04
Timur Laut
3,5
3,41
3,21
119855,31
4,97
5,47
0,20
Apr-05
5
4,87
4,49
150000,00
6,35
6,99
0,26
Apr-06
Utara Timur
1,5
1,46
1,42
45664,36
2,75
3,02
0,10
Mei-01
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Mei-02
Timur
3,5
3,41
3,21
45664,36
4,97
5,47
0,20
Mei-03
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Mei-04
Selatan
5
4,87
4,49
0
6,35
6,99
0,26
Mei-05
Timur Laut
4,5
4,38
4,07
119855,31
5,91
6,50
0,24
Mei-06
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Musim Timur Bulan
αo
Uz (m/det)
U10 (m/det)
Ut=3600 (m/det)
F (m)
Uw (m/det)
Uc (m/det)
U* (m/det)
Jun-01
Timur
7,5
7,31
6,56
45664,36
8,37
9,21
0,35
Jun-02
Timur
5
4,87
4,49
45664,36
6,35
6,99
0,26
Jun-03
Timur
3
2,92
2,77
45664,36
4,47
4,91
0,18
Jun-04
Selatan
4
3,90
3,64
0
5,45
6,00
0,22
Jun-05
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Jun-06
Selatan
7
6,82
6,15
0
7,99
8,79
0,33
Jul-01
Timur
7,5
7,31
6,56
45664,36
8,37
9,21
0,35
Jul-02
Timur
4
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Jul-03
Selatan
3,5
3,41
3,21
0
4,97
5,47
0,20
Jul-04
Timur
6,5
6,33
5,74
45664,36
7,60
8,36
0,31
Jul-05
Selatan
7,5
7,31
6,56
0
8,37
9,21
0,35
Jul-06
Selatan
8
7,79
6,96
0
8,75
9,62
0,36
Agust-01
Timur
10
9,74
8,56
45664,36
10,16
11,18
0,43
Agust-02
Selatan
7,5
7,31
6,56
0
8,37
9,21
0,35
Agust-03
Selatan
7
6,82
6,15
0
7,99
8,79
0,33
Agust-04
Timur
6,5
6,33
5,74
45664,36
7,60
8,36
0,31
Agust-05
Selatan
15
14,61
12,41
0
13,33
14,66
0,59
Agust-06
Selatan
13
12,67
10,89
0
12,12
13,33
0,53
Musim Peralihan II Bulan
αo
Uz (m/det)
U10 (m/det)
Ut=3600 (m/det)
F (m)
Uw (m/det)
Uc (m/det)
U* (m/det)
Sep-01
Timur
4,00
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Sep-02
Selatan
7,50
7,31
6,56
0
8,37
9,21
0,35
Sep-03
Selatan
7,50
7,31
6,56
0
8,37
9,21
0,35
Sep-04
Timur
5,00
4,87
4,49
45664,36
6,35
6,99
0,26
Sep-05
Selatan
6,00
5,85
5,33
0
7,20
7,91
0,29
Sep-06
Selatan
7,00
6,82
6,15
0
7,99
8,79
0,33
Okt-01
Timur
3,00
2,92
2,77
45664,36
4,47
4,91
0,18
Okt-02
Timur
5,00
4,87
4,49
45664,36
6,35
6,99
0,26
Okt-03
Selatan
4,00
3,90
3,64
0
5,45
6,00
0,22
Okt-04
Selatan
6,00
5,85
5,33
0
7,20
7,91
0,29
Okt-05
Selatan
5,00
4,87
4,49
0
6,35
6,99
0,26
Okt-06
Selatan
8,00
7,79
6,96
0
8,75
9,62
0,36
Nov-01
Utara
3,00
2,92
2,77
150000,00
4,47
4,91
0,18
Nov-02
Timur
4,00
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Nov-03
Tenggara
4,00
3,90
3,64
0
5,45
6,00
0,22
Nov-04
Timur
4,00
3,90
3,64
45664,36
5,45
6,00
0,22
Nov-05
Selatan
5,00
4,87
4,49
0
6,35
6,99
0,26
Nov-06
Timur
8,00
7,79
6,96
45664,36
8,75
9,62
0,36
Lampiran 5. Prediksi Parameter Gelombang Permusim Musim Barat Bulan
αo
Hmo (m)
T (s)
Kr
Ho' (m)
Lo (m)
Ω
Hb (m)
γb
db (m)
Jan-01
Utara
0,90
4,23
1,00
0,90
27,87
1,11
1,00
1,22
0,82
Jan-02
Utara
1,11
4,54
1,00
1,11
32,14
1,10
1,22
1,20
1,01
Jan-03
Utara
1,50
5,02
1,00
1,50
39,32
1,08
1,61
1,18
1,37
Jan-04
Barat
0,50
2,67
1,00
0,50
11,11
1,04
0,52
1,14
0,45
Jan-05
Utara
1,21
4,67
1,00
1,21
34,07
1,09
1,32
1,20
1,10
Jan-06
Barat
0,55
2,75
1,00
0,55
11,78
1,04
0,56
1,14
0,50
Feb-01
Utara
1,50
5,02
1,00
1,50
39,32
1,08
1,61
1,18
1,37
Feb-02
Utara
1,11
4,54
1,00
1,11
32,14
1,10
1,22
1,20
1,01
Feb-03
Utara
1,11
4,54
1,00
1,11
32,14
1,10
1,22
1,20
1,01
Feb-04
Utara
0,90
4,23
1,00
0,90
27,87
1,11
1,00
1,22
0,82
Feb-05
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
1,16
0,56
Feb-06
Utara
1,11
4,54
1,00
1,11
32,14
1,10
1,22
1,20
1,01
Des-01
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
1,16
0,56
Des-02
Timur
0,49
2,84
1,00
0,49
12,61
1,07
0,53
1,18
0,45
Des-03
Barat Laut
1,41
4,82
1,00
1,41
36,26
1,07
1,51
1,18
1,29
Des-04
Barat Laut
1,41
4,82
1,00
1,41
36,26
1,07
1,51
1,18
1,29
Des-05
Timur
0,67
3,14
1,00
0,67
15,42
1,05
0,70
1,15
0,61
Des-06
Utara
1,68
5,22
1,00
1,68
42,48
1,07
1,80
1,17
1,53
Musim Peralihan I Bulan
αo
Hmo (m)
T (s)
Kr
Ho' (m)
Lo (m)
Ω
Hb (m)
αb
γb
db (m)
Mar-01
Utara
1,77
5,31
1,00
1,77
43,97
1,06
1,89
7,80
1,17
1,17
Mar-02
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Mar-03
Utara
0,78
4,04
1,00
0,78
25,47
1,12
0,88
4,40
1,22
1,22
Mar-04
Utara
1,00
4,39
1,00
1,00
30,08
1,11
1,11
4,40
1,21
1,20
Mar-05
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Mar-06
Utara
1,11
4,54
1,00
1,11
32,14
1,10
1,22
4,40
1,20
1,20
Apr-01
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Apr-02
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Apr-03
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Apr-04
Timur Laut
0,90
4,07
1,00
0,90
25,90
1,10
0,98
5,30
1,20
1,20
Apr-05
Utara
1,31
4,80
1,00
1,31
35,91
1,09
1,42
4,40
1,19
1,19
Apr-06
Timur
0,30
2,40
1,00
0,30
8,96
1,11
0,33
-
1,21
1,20
Mei-01
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Mei-02
Timur
0,55
2,95
1,00
0,55
13,61
1,06
0,59
-
1,17
1,16
Mei-03
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
1,15
Mei-04
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Mei-05
Timur Laut
1,08
4,34
1,00
1,08
29,34
1,08
1,17
7,60
1,19
1,18
Mei-06
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
0,00
1,16
1,15
Musim Timur Bulan
αo
Hmo (m)
T (s)
Kr
Ho' (m)
Lo (m)
Ω
Hb (m)
αb
γb
db (m)
Jun-01
Timur
0,83
3,38
1,00
0,83
17,80
1,03
0,86
-
1,14
0,75
Jun-02
Timur
0,72
3,23
1,00
0,72
16,25
1,04
0,75
-
1,15
0,66
Jun-03
Timur
0,49
2,84
1,00
0,49
12,61
1,07
0,53
-
1,18
0,45
Jun-04
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Jun-05
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
0,56
Jun-06
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Jul-01
Timur
0,98
3,57
1,00
0,98
19,90
1,02
1,00
-
1,12
0,89
Jul-02
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
0,56
Jul-03
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Jul-04
Timur
0,88
3,45
1,00
0,88
18,52
1,03
0,91
-
1,13
0,80
Jul-05
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Jul-06
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Agust-01
Timur
1,22
3,84
1,00
1,22
23,01
1,01
1,23
-
1,10
1,11
Agust-02
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Agust-03
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Agust-04
Timur
0,88
3,45
1,00
0,88
18,52
1,03
0,91
-
1,13
0,80
Agust-05
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Agust-06
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Musim Peralihan II Bulan
αo
Hmo (m)
T (s)
Kr
Ho' (m)
Lo (m)
Ω
Hb (m)
αb
γb
db (m)
Sep-01
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
0,56
Sep-02
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Sep-03
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Sep-04
Timur
0,72
3,23
1,00
0,72
16,25
1,04
0,75
-
1,15
0,66
Sep-05
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Sep-06
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Okt-01
Timur
0,49
2,84
1,00
0,49
12,61
1,07
0,53
-
1,18
0,45
Okt-02
Timur
0,72
3,23
1,00
0,72
16,25
1,04
0,75
-
1,15
0,66
Okt-03
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Okt-04
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Okt-05
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Okt-06
Selatan
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Nop-01
Utara
0,90
4,23
1,00
0,90
27,87
1,11
1,00
-
1,22
0,82
Nop-02
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
0,56
Nop-03
Barat Daya
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Nop-04
Timur
0,61
3,05
1,00
0,61
14,54
1,06
0,65
-
1,16
0,56
Nop-05
180
-
-
1,00
-
-
-
-
-
-
-
Nop-06
90
1,03
3,63
1,00
1,03
20,56
1,02
1,05
-
1,12
0,94
Lampiran 6. Longshore Current Permusim Musim Barat Bulan
αo
Hb
m
γb
db
αb
ξb
m*
Cf
v m/det (CERC)
v m/det (CHL)
v m/det (Komar)
Jan-01
Utara
0,99
0,13
1,21
0,82
5,80
0,72
0,08
0,02
1,67
1,68
0,37
Jan-02
Utara
1,20
0,13
1,20
1,00
5,80
0,69
0,08
0,02
1,84
1,26
0,40
Jan-03
Utara
1,58
0,13
1,18
1,34
5,80
0,66
0,08
0,02
2,11
1,56
0,46
Jan-04
Barat
0,52
0,13
1,14
0,46
-
0,61
0,09
0,02
-
-
-
Jan-05
Utara
1,30
0,13
1,19
1,09
5,80
0,68
0,08
0,02
1,92
1,34
0,42
Jan-06
Barat
0,56
0,13
1,13
0,50
-
0,60
0,09
0,02
-
-
-
Feb-01
Utara
1,58
0,13
1,18
1,34
5,80
0,66
0,08
0,02
2,11
2,37
0,46
Feb-02
Utara
1,20
0,13
1,20
1,00
5,80
0,69
0,08
0,02
1,84
1,26
0,40
Feb-03
Utara
1,20
0,13
1,20
1,00
5,80
0,69
0,08
0,02
1,84
1,26
0,40
Feb-04
Utara
0,99
0,13
1,21
0,82
5,80
0,72
0,08
0,02
1,67
1,09
0,37
Feb-05
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Feb-06
Utara
1,20
0,13
1,20
1,00
5,80
0,69
0,08
0,02
1,84
1,26
0,40
Des-01
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Des-02
Timur
0,53
0,13
1,17
0,45
-
0,65
0,09
0,02
-
-
-
Des-03
Barat Laut
1,49
0,13
1,18
1,26
5,20
0,65
0,08
0,02
1,84
1,35
0,40
Des-04
Barat Laut
1,49
0,13
1,18
1,26
5,20
0,65
0,08
0,02
1,84
1,35
0,40
Des-05
Timur
0,70
0,13
1,15
0,61
-
0,62
0,09
0,02
-
-
-
Des-06
Utara
1,75
0,13
1,17
1,49
5,80
0,65
0,09
0,01
2,22
1,69
0,49
Musim Peralihan I Bulan
αo
Hb
m
γb
db
αb
ξb
m*
Cf
v m/det (CERC)
v m/det (CHL)
v m/det (Komar)
Mar-01
Utara
1,83
0,13
1,17
1,56
5,80
0,64
0,09
0,01
2,27
2,63
0,50
Mar-02
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Mar-03
Utara
0,87
0,13
1,22
0,72
5,80
0,74
0,08
0,02
1,57
0,98
0,34
Mar-04
Utara
1,10
0,13
1,20
0,91
5,80
0,71
0,08
0,02
1,76
1,18
0,39
Mar-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mar-06
Utara
1,20
0,13
1,20
1,00
5,80
0,69
0,08
0,02
1,84
1,26
0,40
Apr-01
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Apr-02
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Apr-03
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Apr-04
Timur Laut
0,98
0,13
1,20
0,82
5,60
0,69
0,08
0,02
1,61
1,06
0,35
Apr-05
Utara
1,40
0,13
1,19
1,18
5,80
0,68
0,08
0,02
1,99
1,42
0,44
Apr-06
Timur
0,33
0,13
1,20
0,27
-
0,71
0,08
0,02
-
-
-
Mei-01
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Mei-02
Timur
0,59
0,13
1,16
0,51
-
0,64
0,09
0,02
-
-
-
Mei-03
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Mei-04
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mei-05
Timur Laut
1,16
0,13
1,18
0,98
4,30
0,67
0,08
0,02
-
-
-
Mei-06
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Musim Timur Bulan
αo
Hb
m
γb
db
αb
ξb
m*
Cf
v m/det (CERC)
v m/det (CHL)
v m/det (Komar)
Jun-01
Timur
0,86
0,13
1,13
0,76
-
0,60
0,09
0,02
-
-
-
Jun-02
Timur
0,75
0,13
1,14
0,66
-
0,61
0,09
0,02
-
-
-
Jun-03
Timur
0,53
0,13
1,17
0,45
-
0,65
0,09
0,02
-
-
-
Jun-04
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jun-05
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Jun-06
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jul-01
Timur
1,00
0,13
1,12
0,90
-
0,58
0,09
0,02
-
-
-
Jul-02
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Jul-03
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jul-04
Timur
0,90
0,13
1,13
0,80
-
0,59
0,09
0,02
-
-
-
Jul-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jul-06
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Agust-01
Timur
1,22
0,13
1,10
1,11
-
0,56
0,09
0,02
-
-
-
Agust-02
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Agust-03
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Agust-04
Timur
0,90
0,13
1,13
0,80
-
0,59
0,09
0,02
-
-
-
Agust-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Agust-06
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Musim Peralihan II Bulan
αo
Hb
m
γb
db
αb
ξb
m*
Cf
v m/det (CERC)
v m/det (CHL)
v m/det (Komar)
Sep-01
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Sep-02
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sep-03
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sep-04
Timur
0,75
0,13
1,14
0,66
-
0,61
0,09
0,02
-
-
-
Sep-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sep-06
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Okt-01
Timur
0,53
0,13
1,17
0,45
-
0,65
0,09
0,02
-
-
-
Okt-02
Timur
0,75
0,13
1,14
0,66
-
0,61
0,09
0,02
-
-
-
Okt-03
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Okt-04
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Okt-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Okt-06
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nov-01
Utara
0,99
0,13
1,21
0,82
-
0,72
0,08
0,02
-
-
-
Nov-02
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Nov-03
Barat Daya
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nov-04
Timur
0,65
0,13
1,15
0,56
-
0,63
0,09
0,02
-
-
-
Nov-05
Selatan
-
0,13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nov-06
Timur
1,05
0,13
1,11
0,94
-
0,58
0,09
0,02
-
-
-