ANALISIS KESTABILAN GARIS PANTAI ERETAN INDRAMAYU BERDASARKAN PENGARUH GELOMBANG
WINGKING ERA RINTAKA SIWI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Kestabilan Garis Pantai Eretan Indramayu Berdasarkan Pengaruh Gelombang” adalah karya saya sendiri di bawah bimbingan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan/atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2008
Wingking Era Rintaka Siwi
RINGKASAN Wingking Era Rintaka Siwi. ANALISIS KESTABILAN GARIS PANTAI ERETAN INDRAMAYU BERDASARKAN PENGARUH GELOMBANG Di bawah bimbingan : Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc dan Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh energi gelombang pecah terhadap besar dan arah arus sejajar pantai serta volume transpor sedimen sejajar pantai sehingga dapat ditentukan kestabilan garis pantai berdasarkan nilai budget sedimen di perairan pantai Eretan Indramayu. Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada 12-17 Mei 2006 di perairan pantai Eretan Indramayu dan analisis sampel sedimen di Laboratorium Geologi LP3O LIPI Ancol Jakarta. Data yang diperoleh dari pengukuran lapangan antara lain : arah dan kecepatan angin, arah dan kecepatan arus, tinggi dan periode gelombang, pasang surut, sedimen (MPT, sedimen dasar, laju sedimentasi), debit sungai dan batimetri. Selain data primer juga diperlukan data sekunder antara lain : angin (BMG), peramalan pasut (Dishidros), debit sungai dan curah hujan (PU Pengairan), peta rupa bumi (Bakosurtanal), peta batimetri (Dishidros), Citra (Biotrop). Dalam perhitungan pengaruh gelombang terhadap arus dan transpor sedimen sejajar pantai yang akan mempengaruhi budget sedimen dengan software Matlab. Analisis kestabilan garis pantai dari peta dan citra dengan sofware Arcview 3.3, Surfer 8 dan Er-Mapper. Analisis statik sedimen dan angin masingmasing dengan Win Sieve Analisis dan WR-Plot. Arah datang gelombang sesuai dengan arah datang angin maksimum yaitu : baratlaut, utara, timurlaut dan timur. Karakteristik gelombang pecah, kemiringan pantai, dan porositas sedimen akan mempengaruhi besar dan arah arus serta volume transpor sedimen dimana gelombang yang merambat dari arah timurlaut dan timur menyebabkan arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai bergerak dari timur ke barat sedangkan dari arah baratlaut dan utara berlaku sebaliknya. Volume transpor sedimen dari energi gelombang yang bergerak dari timurlaut dan timur di Pantai Eretan Indramayu sebesar 1001,86 m³ dan 613,36 m³ sedangkan dari arah barat laut dan utara sebesar 1147,9 m³ dan 153,01 m³ selama 16 tahun (Januari 1991-Desember 2006). Keseimbangan garis pantai Eretan Indramayu berdasarkan budget sedimen dari pengaruh gelombang melalui laju dan arah transpor sedimen menyusur pantai berdasarkan prediksi dan pengamatan lapangan dengan metode kerapatan energi (Energi fluks) menunjukkan perubahan kearah erosi/abrasi ditandai dengan nilai budget sedimen negatif. Erosi/ abrasi juga terlihat dari analisis peta dan citra dimana garis pantai maju kearah darat sebesar 92,5 m/16 tahun (5,75 m/tahun). Tingkat erosi/abrasi tertinggi di pantai sisi barat yaitu : 2,5 – 5,79 m/tahun sedangkan pantai sisi tengah dan sisi timur relatif lebih kecil masing-masing (1,25 – 2,5 m/tahun dan 0 – 1,31 m/tahun).
ABSTRACT Wingking Era Rintaka Siwi. STABILITY ANALYSIS OF ERETAN INDRAMAYU COAST - LINE BASED ON WAVE EFFECT Under supervision of I Wayan Nurjaya dan Nyoman Metta N. Natih The aim of this research purposes is to analyzes coast-line stability based on sediments budget, longshore current and littoral transport due to waves. Littoral transport volume in Eretan Indramayu coast was predicted by using Energy Fluks theory. Data used in this study are obtained eithers from field observation (primary data include : direction and speed winds, currents, waves, tides, suspended sediment, bed-load sediment, sedimentation velocity, river debits, batimetri) or secondary data include : direction and winds speed (BMG), tides prediction (Dishidros), river debits and rainfall (PU Pengairan), Topography (Bakosurtanal), Bathimetri (Dishidros), Citra (Biotrop)). Observation, measurements and primary data collection performed on 12-17 May 2006 in Eretan Indramayu coast and sediment samples were analyszed in Geology Laboratory LP3O LIPI Ancol Jakarta. To calculate sediments budget from waves effect arouse longshore current and littoral transport used Matlab software. Stability analysis of Eretan Indramayu coastal line from map and citra used Arcview 3.3, Surfer 8 and Er-Mapper. Analysis sediments statistic and wind each used Win Sive Analisis ang Wr-plot soft ware. The analysis results maksimum waves ditection suitability with maksimum wind direction that was from northwest, north, northeast and east. Characteristic of breaking waves, coast slope and sediment porosity will influence values and direction velocity from longshore current and longshore sediment transport. Waves direction from northeast and east can arouse longshore current and longshore sediment transport move from east to west, while waves direction from west and northwest occur just opposide. Transport sediment volume on wave effect that move from northeast and east in Eretan Indramayu coast were 1001,86 m³ and 613,36 m³ while waves direction from west and northwest were 1147,9 m³ and 153,01 m³ as long as 16 years (January 1991-December 2006). Stability Eretan Indramayu coastline based on sediments budget from waves effect arouse longshore current and littoral transport from prediction result and field observation by using Energy Fluks theory indicate change of coastline head for erotion/abration. It was signed negative sediment budget value from large part coast profile. It has supported map and citra analysis. During the period at 16 years 92,5 m ) or 5,79 m/tahun in Eretan Indramayu. The highest level of erotion/abration is in the west side coast (2,5-5,79 m/years), while in the middle and east side coast relative lower each (1,25-2,5 m/years and 0-1,31 m/years)
@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin Institut Pertanian Bogor 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin Insititut Pertanian Bogor.
ANALISIS KESTABILAN GARIS PANTAI ERETAN INDRAMAYU BERDASARKAN PENGARUH GELOMBANG
WINGKING ERA RINTAKA SIWI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
:
Analisis
Kestabilan
Garis
Pantai
Eretan
Indramayu
Berdasarkan Pengaruh Gelombang Nama
:
Wingking Era Rintaka Siwi
NRP
:
C651050021
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Imu Kelautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian : 6 Februari 2008
Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. John I Pariwono
PRAKATA Puji syukur dari segenap keikhlasan hati kepada Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Besar, yang mengajarkan makhluknya melalui perantara Kalam-Nya, yang tiada hentinya mengurus dan memelihara mahluk-Nya siang dan malam, yang memberikan pelajaran dan petunjuk pada yang dikehendaki-Nya dan membebani mahluknya sesuai kemampuannya, sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini adalah hasil penelitian yang InsyaAllah memberikan pengayaan dan manfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis telah mendapatkan kemudahan dan bantuan dari berbagai pihak, olehnya tidaklah berlebihan untuk menghaturkan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir Nyoman Metta N. Natih, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan masukan; 2. Bapak Drs. Hadikusumah (Lab. Fisika Oseanografi P2O-LIPI) dan Bapak Helfinalis, M.Sc (Lab. Geologi Laut P2O-LIPI) yang telah membantu memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama di lapangan; 3. Bapak Dr. Ir John I Pariwono, selaku dosen penguji tamu pada sidang ujian tesis 4. Ayah, ibu dan kakak untuk semua keikhlasan doa dan dukungannya. Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan koreksi dari pembaca dan penggunanya atas kekurangan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita petunjuk dan karunia serta meridhoi segala aktivitas kita, amin
Bogor, Februari 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, lahir di Klaten pada tanggal 31 Maret 1980. Pendidikan sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas di selesaikan di Klaten. Pada tahun 1998 melanjutkan studi di Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang, dan diselesaikan pada tahun 2003. Pada bulan Mei 2002 menulis melakukan penelitian bekerja sama dengan Pelabuhan Indonesia III Tanjung Emas Semarang mengenai : Perhitungan Laju Sedimentasi Berdasarkan Peta Batimetri di Kolam Dermaga Samudera Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pada bulan Agustus 2002 melakukan penelitian bekerjasama dengan Due-like Universitas Diponegoro yang berjudul : Dinamika Sedimentasi Ditinjau Dari Pengaruh Debit Sungai dan Kondisi Oseanografi Fisika di Perairan Muara Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang Jawa Tengah. Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Pasca Sarjana Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor bidang minat Oseanografi.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... 1 Perumusan Masalahan............................................................................. 2 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 5 TINJAUAN PUSTAKA Gelombang ...................................................................................................... 6 Pembangkit Gelombang .......................................................................... 6 Teori Gelombang Amplitudo Kecil (Small Amplitude Wave Teory)......... 7 Transformasi Gelombang ........................................................................ 8 Arus Dekat Pantai ................................................................................... 9 Karakteristik Sedimen Pantai ........................................................................... 11 Transpor Sedimen Pantai ................................................................................. 13 Imbangan (Budget) Sedimen Pantai ................................................................. 14 Debit Air Sungai.............................................................................................. 16 Pasang Surut .................................................................................................... 17 Kondisi Umum Perairan Pantai Eretan Indramayu ........................................... 18 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................................ 20 Alat dan Bahan ................................................................................................ 20 Pengumpulan Data........................................................................................... 22 Pengukuran Fluktuasi muka laut (Pasut).................................................. 22 Pegukuran Arus....................................................................................... 23 Pengukuran Gelombang .......................................................................... 23 Pengukuran Bathimetri (Kedalaman)....................................................... 23 Data Arah dan Kecepatan Angin ............................................................. 24 Pengambilan Contoh Sedimen Dasar dan Suspensi.................................. 25 Pengukuran Laju Sedimentasi ................................................................. 26 Pengukuran Debit Sungai........................................................................ 26 Analisis Laboratorium ..................................................................................... 26 Analisis Ukuran Butir Sedimen ............................................................... 27 Analisis Muatan Padat Tersuspensi ......................................................... 27 Analisis Laju Sedimentasi ....................................................................... 28 Analisis Data ................................................................................................... 28
Kedalaman .............................................................................................. 28 Peramalan Gelombang ............................................................................ 29 Analisis Parameter Gelombang Pecah ..................................................... 34 Parameter Arus ................................................................................................ 35 Analisis Butir Sedimen .................................................................................... 35 Transpor Sedimen............................................................................................ 36 Analisis Peta dan Citra..................................................................................... 36 Analisis Budget Sedimen dan Kestabilan Garis Pantai ..................................... 38 HASIL DAN PEMBAHASAN Angin dan Panjang Fetch ................................................................................. 39 Arah dan Kecepatan Angin Pengukuran Langsung di Lapangan....................... 41 Pasang Surut .................................................................................................... 42 Gelombang Hasil Pengukuran.......................................................................... 43 Bentuk Profil Pantai......................................................................................... 44 Karakteristik Gelombang ................................................................................. 46 Arus dan Laju Transpor Sedimen Sejajar/Menyusur Pantai .............................. 51 Debit Sungai .................................................................................................... 56 Sebaran Ukuran Butir Sedimen........................................................................ 57 Budget Sedimen............................................................................................... 59 Analisis Kestabilan Pantai dari Peta dan Citra.................................................. 62 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 68 LAMPIRAN ................................................................................................... 72
DAFTAR TABEL Halaman 1
Distribusi kwalitatif sedimen untuk standar deviasi, skwenes dan kurtosis (CHL 2002) ............................................................................... 13
2
Kecepatan dan waktu settling berdasarkan diameter partikel (Allen 1985)
3
Alat dan bahan yang digunakan............................................................... 20
4
Jenis dan sumber data yang diperlukan.................................................... 22
5
Jarak dan waktu pemipetan ..................................................................... 27
6
Persamaan parameter gelombang amplitudo kecil (CHL 2002)................ 33
7
Frekuensi dan persentase angin maksimum selama 1991-2006 ............... 40
8
Panjang fetch efektif di perairan Eretan Indramayu ................................. 41
9
Frekuensi kecepatan angin 12-17 Mei 2006............................................. 41
10
Data kemiringan pantai pada kedalaman referensi 4 m ............................ 46
11
Hasil prediksi karakter gelombang setiap musim selama 1991-2006........ 47
12
Hasil prediksi karakter gelombang berdasarkan arah datang maksimum selama 1991-2006 ................................................................. 48
13
Perbandingan karakter gelombang hasil prediksi dari konversi data angin dan hasil pengukuran gelombang dengan wave record selama 12-17 Mei 2006....................................................................................... 50
14
Nilai kemiringan pantai, parameter gelombang pecah, kecepatan arus menyusur pantai dan laju transpor sedimen menyusur pantai pada profil 1-profil 8 ...................................................................................... 52
15
Laju transpor sedimen dari setiap arah berdasarkan metode fluks energi selama 16 tahun (1991-2006).............................................. ........... 53
16
Rata-rata debit limpasan dan debit sedimen selama 1991-2006................ 56
17
Debit air dan debit sedimen total dari Sungai Eretan yang masuk ke pantai Eretan ........................................................................................... 57
18
Perbandingan budget sedimen berdasarkan pengukuran dan prediksi pengaruh gelombangada tiap sel/segmen pantai....................................... 60
19
Hasil analisis budget sedimen berdasarkan transpor sedimen menyusur pantai selama 1991-2006......................................................... 61
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Bagan alir perumusan masalah dan pencapaian tujuan penelitian............. 4
2
Sketsa definisi gelombang progresif (CHL 2002) .................................... 8
3
Sirkulasi arus perairan pantai (a) Sirkulasi sel (αb ≈ 0) (b) Sirkulasi (αbKecil) (c) Gelombang datang membentuk sudut (αb besar) (Triatmodjo 1999) ................................................................................... 11
4
Peta lokasi penelitian perairan pantai Eretan Indramayu .......................... 21
5
Tide-wave recorder no : 26-30Bagan alir perumusan masalah dan pencapaian tujuan penelitian ................................................................... 22
6
Aandera current meter tipe RCM 8.......................................................... 23
7
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) diletakkan 50 cm dari permukaan dan seperangkat komputer yang dihubungkan dengna GPS Srv II............................................................................................... 24
8
Gambar pola traking batimetri dengan ADCP ......................................... 24
9
Wine-wave anemometer tipe propeler yang dipasang pada ketinggian 10,9 m..................................................................................................... 25
10
Sketsa pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang sungai............. 26
11
Diagram alir koreksi angin ...................................................................... 30
12
Rasio koreksi angin pada ketinggian 10 m............................................... 31
13
Rasio durasi angin (Ut) pada kecepatan 1 jam (U3600) .............................. 31
14
Perbandingan/rasio (RL) kecepatan angin di atas laut (Uw) dengan angin di darat (UL) (CHL 2002)............................................................... 31
15
Gambar sketsa fetch daerah penelitian..................................................... 32
16
Citra komposit warna semu 432 Landsat 5 TM Path/Row 121/064 akuisi 5 Juli 1991 .................................................................................... 37
17
Citra komposit warna semu 432 Landsat 7 ETM Path/Row 121/064 akuisi 19 Oktober 2006 ........................................................................... 37
18
Wind rose daerah Eretan Indramayu selama 1991-2006 berdasarkan pengamatan angin SM Sukapura Cirebon ................................................ 40
19
Wind rose daerah Eretan selama 12-17 Mei 2006 .................................... 42
20
(a) Grafik pasang surut selama pengukuran 12-17 Mei 2006 (b) Grafik pasang surut hasil peramalan Dishidros Mei 2006 ........................ 43
21
Peta batimetri perairan Eretan Indramayu hasil traking Mei 2006............ 45
22
Profil kemiringan pantai perairan Eretan dimana profil pantai semakin kearah barat semakin landai....................................................... 46
23
Hubungan antara arah datang angin dan arah datang gelombang : (a) Wind-rose yang menunjukkan arah dominan dari Timur (b) Waverose dengan arah datang gelombang dari Timur selama 12-17 Mei 2006........................................................................................................ 51
24
Arah arus dan transpor sedimen menyusuri pantai sebagai akibat dari arah datang gelombang............................................................................ 55
25
Budget sedimen berdasarkan hasil pengukuran dan prediksi pengaruh gelombang pada setiap sel/segmen pantai................................................ 60
26
Budget sedimen berdasarkan transpor sedimen menyusur pantai selama 1991-2006 ................................................................................... 62
27
Perubahan garis pantai Eretan Indramayu berdasarkan Analisis Pera 1991 dan hasil traking Mei 2006 ............................................................. 63
28
Perubahan garis pantai Eretan Indramayu berdasarkan Analisis Citra landsat 5 TM Path/Row 121/064 akuisi 5 Juli 1991 dan Landsat 7 ETM Path/Row 121/064 akuisi 19 Oktober 2006 .................................... 64
29
Garis pantai jauh masuk ke darat sampai ke pemukiman penduduk akibat abrasi di pantai Eretan Indramayu ................................................. 65
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Wind rose daerah perairan pantai Eretan bulan Januari 1991 sampai dengan Desember 2006 ........................................................................... 72
2
Analisis transformasi kecepatan angin darat ke laut selama 1991-2006.... 74
3
Hasil perhitungan fetch efektif di perairan pantai Eretan Indramayu........ 77
4
Arah dan kecepatan angin selama 12 - 17 Mei 2006 di pantai Eretan Indramayu............................................................................................... 78
5
Tinggi dan periode gelombang selama 12-17 Mei 2006 di pantai Eretan Indramayu.................................................................................... 79
6
Tahap perhitungan arus sejajar pantai dan transpor sedimen pantai berdasarkan data pengukuran gelombang selama 12-17 Mei 2006 di pantai Eretan ........................................................................................... 80
7
Hasil Peramalan parameter gelombang perbulan selama 1991-2006 berdasarkan metode SMB ....................................................................... 84
8
Grafik peramalan gelombang (CERC 1984) ............................................ 90
9
Prediksi Parameter Gelombang pecah, Kecepatan arus menyusuri pantai berdasarkan CHL (2002), dan laju transpor sedimen total dengan metode fluks energi..................................................................... 91
10
Data curah hujan tahun 1991-2006 .......................................................... 95
11
Debit limpasan & Debit sedimen Sungai Eretan pada tahun 1991-2006.. 97
12
Hasil pengukuran debit sungai 13 Mei 2006 ............................................ 98
13
Contoh hasil analisis tekstur sedimen dasar perairan Pantai Eretan .......... 104
PENDAHULUAN
Latar Belakang Daerah pantai merupakan bagian dari wilayah pesisir yang sangat spesifik, karena di wilayah ini terjadi interaksi antara tiga komponen lingkungan yaitu laut, darat dan udara. Zona pantai senantiasa memiliki proses penyesuaian yang terusmenerus menuju keseimbangan alami terhadap dampak dari pengaruh eksternal dan internal baik yang bersifat alami maupun campur tangan manusia/buatan. Faktor alami diantaranya gelombang, arus, kecepatan dan arah angin, debit sungai, kondisi tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik maupun vulkanik. Sedangkan kegiatan campur tangan manusia/buatan seperti pemanfaatan kawasan pantai sebagai suatu kawasan perikanan, industri, pelabuhan, pariwisata, pertanian, kehutanan, pertambangan dan pemukiman. Bentuk pantai sangat dipengaruhi oleh gelombang, jumlah dan sifat-sifat sedimen, ukuran dan bentuk partikel, dan arus serta batimetri pantai. Morfologi pantai sangat dipengaruhi oleh proses littoral transport (gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh (gelombang dan arus). Littoral transport dapat dibedakan menjadi dua yaitu transpor sepanjang pantai (longshore transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Transpor tegak lurus pantai dipengaruhi oleh kecuraman gelombang (wave steepness), ukuran sedimen, dan kemiringan pantai. Pada umumnya kecuraman gelombang yang tinggi akan membawa material ke lepas pantai (offshore) sedangkan kecuraman gelombang yang rendah dari periode yang panjang akan membawa material ke pantai (onshore) (CERC 1984, Triatmodjo 1999). Pantai Eretan Indramayu merupakan bagian dari perairan pantai utara Jawa Barat merupakan kawasan strategis dalam pengembangan kawasan pesisir. Daerah tersebut dimanfaatkan sebagai areal pelabuhan perikanan, pertambakan garam dan ikan, pemukiman, bahkan penambangan pasir pada masa orde baru. Peningkatan pemanfaatan areal pantai menimbulkan gangguan terhadap ekosistem dan keseimbangan dinamika pantai. Masalah yang timbul di daerah pantai yakni abrasi, sedimentasi, pencemaran dan intrusi air laut. Abrasi di Pantai Eretan Indramayu hampir mencapai badan jalan raya Jakarta-Cirebon (DGTL 1984,
1998, 1999). Tebing yang terjal sepanjang 20 km di Eretan Indramayu merupakan salah satu bukti terjadi erosi. Menurut klasifikasi Valentin (1952), daerah semacam ini termasuk dalam jenis pantai mundur (retrogration coast), sedangkan ditinjau dari tahapan erosinya, daerah ini masuk dalam erosi aktif (Emery dan Kuhn 1982). Suatu pantai mengalami abrasi, sedimentasi atau dalam kondisi stabil tergantung pada sedimen yang masuk dan yang meninggalkan pantai tersebut. Imbangan sedimen pantai
bergantung kepada masukan sedimen dari laut yang
terbawa oleh gelombang, pasang surut dan masukan sedimen dari darat yang terbawa oleh debit sungai. Secara fisik Pantai Eretan Indramayu dipengaruhi oleh dinamika oseanografi (terutama arus dan gelombang) dan aliran sungai, yang berbeda bergantung kepada musim. Dinamika oseanografi dan limpasan sungai tersebut dapat menyebabkan perubahan garis pantai, dimana disuatu sisi terjadi sedimentasi di sisi lain akan terjadi abrasi. Proses sedimentasi dan abrasi pada daerah ini tergantung pada besarnya gaya yang bekerja dari faktor yang mempengaruhinya. Besarnya gaya yang bekerja dipengaruhi oleh musim (musim barat dan musim timur).
Perumusan Masalahan Perambatan gelombang dari laut dalam menuju pantai mengalami deformasi akibat perubahan kedalaman laut dan adanya bangunan (penghalang) di pantai. Gelombang pecah di pantai terjadi saat perambatan gelombang mencapai batas kelancipan maksimum antara gelombang dan dasar perairan. Karakteristik (kecepatan orbital dan arus) gelombang setelah pecah berbeda dengan gelombang sebelum pecah dan menjadi batas perubahan perilaku gelombang serta akan terjadi transpor sedimen pantai. Di laut dalam, gerak partikel air (aliran) karena pengaruh gelombang jarang mencapai ke dasar laut sedangkan di laut dangkal partikel air di dekat dasar bergerak menuju dan mundur secara periodik. Kecepatan aliran di dekat dasar naik dengan bertambahnya tinggi gelombang dan berkurangnya kedalaman. Hal tersebut akan menarik sedimen dasar dan bergerak maju dan mundur sesuai dengan gerak air. Naiknya kecepatan aliran di dekat dasar menyebabkan gerak
partikel sedimen semakin kuat dan menjadi transpor massa sedimen (terangkut) dengan ketebalan tertentu. Material yang terangkut tersebut berbentuk transpor sedimen dasar (bedload transport) dan transpor suspensi (suspendedload transport). Berdasarkan teori penelitian ini mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan berikut : 1. Bagaimana pengaruh gelombang pecah terhadap arus pantai dan transpor sedimen di perairan Pantai Eretan Indramayu ? 2. Berapa besar
volume transpor sedimen dari energi gelombang yang
bekerja di perairan Pantai Eretan Indramayu ? 3. Bagaimana kestabilan pantai di perairan Eretan Indramayu berdasarkan budget sedimen dari pengaruh gelombang melalui volume dan arah transpor sedimen menyusur/sepanjang pantai berdasarkan prediksi dan pengamatan lapangan dengan menggunakan metode kerapatan Energi (Energy fluks) ? Sesuai yang dikembangkan oleh CHL (Coastal Hydraulic Laboratory 2002), dimana dalam metode ini perhitungan berdasarkan pengaruh gelombang pecah dan kemiringan pantai. Konsep coastal cell digunakan untuk mengetahui keseimbangan pantai sebagai akibat transpor sedimen dengan membagi garis pantai menjadi beberapa sel (profil) berdasarkan morfologi dan karakteristik pantai Eretan Indramayu. Sedimen sel (sediment transpor system) adalah suatu konsep dimana interaksi antara energi (terutama gelombang) yang menyebabkan arus menyusuri pantai menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut dan diendapkan pada batasbatas tertentu. Pemahaman sedimen sel merupakan kesatuan dengan sedimen budget yaitu keluar-masuk (output-input) sedimen sehingga dapat diketahui daerah pantai yang mengalami erosi (abrasi), akresi (sedimentasi) atau dalam kondisi seimbang, berdasarkan hasil budget sedimen dari setiap sel (Suhardi 2001).
Secara skematik bagan alir perumusan masalah dan pencapaian tujuan penelitian didiskripsikan pada Gambar 1. SURVEI P E N G A M A T A N
DATA PRIMER
Sedimen
Arus
Pasut
Bathimetri
DATA SEKUNDER
Traking Garis Pantai
Debit sungai
Gelombang & Angin
Peta Bathimetri
Transpor A N A L I S I S I
T U J U A N
Karakteristik Sedimen
Angin
Debit Sungai
Peta Rupa Bumi
Peta bathimetri
Gelombang
Garis Pantai
Transpor Sedimen
Gelombang Pecah
Gelombang Pecah
Arus pantai
Arus pantai
Transpor Sedimen
Transpor Sedimen
Garis Pantai
Sedimen Budget
I
A N A L I S I S II
T U J U A N
Citra
Erosi ?? atau Akresi ??
Analisis Kestabilan Garis Pantai
Kestabilan Garis Pantai
II
Gambar1 Bagan alir perumusan masalah dan pencapaian tujuan penelitian
Garis Pantai
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh gelombang pecah terhadap arus pantai dan transpor sedimen di Pantai Eretan Indramayu 2. Menganalisis volume transpor sedimen dari energi gelombang yang bekerja pada daerah tersebut 3. Menentukan kestabilan pantai di perairan Eretan Indramayu berdasarkan budget sedimen berdasarkan pengaruh gelombang melalui volume dan arah transpor sedimen menyusur/sepanjang pantai berdasarkan prediksi dan pengamatan lapangan dengan menggunakan metode Fluks Energi Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan data dan informasi keseimbangan pantai Eretan Indramayu. Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat dijadikan bahan rujukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijaksanaan untuk pemanfaatan dan pengelolan pada lokasi penelitian
berdasarkan
karakteristik
hidrodinamika
pantai.
Karakteristik
hidrodinamika pantai seperti perencanaan bangunan pengaman pantai (jetty, groin, breakwater dan sebagainya) atau penimbunan pasir ke arah pantai dalam rangka penanggulangan erosi pantai.
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang Pembangkit Gelombang Jenis gelombang yang penting dalam studi teknik pantai adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut (Triatmodjo 1999). Gelombang tersebut menimbulkan energi yang berperan terhadap proses pembentukan pantai, arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan salah satu faktor utama dalam penentuan geometri dan komposisi pantai serta menentukan proses perencanaan dan desain pembangunan pelabuhan, terusan (waterway), struktur pantai, alur pelayaran, proteksi pantai dan kegiatan pantai lainnya (CERC 1984). Gelombang adalah gerakan berombak dari permukaan air yang dihasilkan oleh tiupan angin diatasnya (Bascom 1959 dalam Bird 1984). Menurut Carter (1988), gelombang dapat ditimbulkan oleh angin, tenaga tektonik dan gaya gravitasi. Daerah yang dilintasi oleh gelombang dibagi menjadi offshore zone, breaker zone, surf zone dan swash zone. Gerakan massa air bergerak ke atas akan membawa sedimen dasar dan menyebabkan turbulensi atau pengadukan sedimen, kemudian terbawa arus sepanjang pantai, menimbulkan arus transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sejajar pantai. Gelombang besar yang pecah lebih jauh dari daerah pantai
sehingga surf zone melebar dan mengakibatkan
bertambahnya transpor sedimen di daerah tersebut (Triatmodjo 1999). Menurut Davis (1991), ada tiga faktor penentu karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu : (1) lama angin bertiup atau durasi angin, (2) kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit gelombang atau daerah pembangkitan gelombang). Semakin lama angin bertiup, semakin besar jumlah energi yang dihasilkan dalam pembangkitan gelombang. Demikian halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan energi. Faktor lain yang turut mempengaruhi karakteristik gelombang adalah lebar fetch,
kedalaman air, kekasaran dasar, stabilitas atmosfer dan sebagainya (Yuwono 1984).
Teori Gelombang Amplitudo Kecil (Small-Amplitude Wave Theory) Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat komplek dan sulit digambarkan secara matematis (Triatmodjo 1999, CHL 2002). Kekomplekan tersebut akibat perambatan yang tidak linier, tiga dimensi dan mempunyai bentuk yang acak (suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan periode yang berbeda). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan pendekatan gelombang alam. Ada beberapa teori dengan berbagai derajat kekomplekan dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam, diantaranya adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal dan tunggal. Teori gelombang Airy merupakan gelombang amplitudo kecil, sedangkan teori yang lain adalah teori gelombang terbatas (finite amplitude waves). Teori gelombang amplitudo kecil pertama kali ditemukan oleh Airy (1894) dalam CHL (2002). Teori ini digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang dengan mengasumsikan bahwa : 1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehinggga rapat massa adalah konstan 2. Tegangan permukaan diabaikan 3. Gaya Coriolis diabaikan 4. Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan 5. Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran rotasi 6. Dasar laut adalah horisontal, tetap dan impermeabel sehingga kecepatan vertikal di dasar adalah nol 7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan kedalaman air 8. Gerakan gelombang berbentuk silinder dan tegak lurus arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi. Gambar 2 menunjukkan suatu gelombang yang berada pada sistem koordinat x-y. Gelombang menjalar pada sumbu x (horizontal). Beberapa notasi
yang digunakan adalah d jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut); η (x,t) fluktuasi muka air terhadap muka air diam; H tinggi gelombang = 2a; L panjang gelombang yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan; T periode gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan kedudukan sebelumnya; C kecepatan rambat gelombang = L/T; k bilangan gelombang = 2π/L; σ frekuensi gelombang = 2π/T.
Gambar 2 Sketsa definisi gelombang progresif (CHL 2002)
Transformasi Gelombang Gelombang yang menjalar menuju perairan pantai akan mengalami perubahan ketinggian gelombang sebagai akibat dari proses pendangkalan (wave shoaling), refraksi, difraksi atau proses refleksi/pantulan sebelum akhirnya gelombang tersebut pecah (wave breaking) (Pratikno et al 1997, Triatmodjo 1999). Menurut Carter (1988), jika suatu muka barisan gelombang datang membentuk sudut kemiringan terhadap pantai yang mempunyai kemiringan dasar landai dengan kontur-kontur kedalaman sejajar dengan pantai, maka muka gelombang akan berubah arah dan cenderung menjadi sejajar dengan garis pantai atau mengalami pembiasan (refraksi). Selanjutnya arah perambatan berangsurangsur berubah dengan berkurangnya kedalaman (shoaling), sehingga dapat diamati bahwa muka gelombang cenderung sejajar dengan kedalaman. Hal ini disebabkan oleh perubahan bilangan gelombang yang diakibatkan perubahan
kecepatan fasa gelombang. Bila keadaan pantai landai, ada kemungkinan gelombang tersebut tidak pecah tetapi mengalami pemantulan gelombang (refleksi). Arah dari perambatan dapat juga berubah dan mengalami pelentuan (difraksi), ketika gelombang melewati perairan dengan kedalaman air yang konstan, seperti pada saat gelombang menuju kesuatu pulau atau pemecah gelombang. Refraksi dan pendangkalan gelombang (wave shoaling) dapat menentukan ketinggian gelombang pada kedalaman tertentu serta distribusi energi gelombang sepanjang pantai. Selain itu, perubahan arah gelombang sebagi hasil refraksi akan menghasilkan suatu daerah energi gelombang konvergen (penguncupan) atau divergen (penyebaran) yang berpengaruh pada struktur pantai (CERC 1984). Menurut Sorensen (1991), gelombang pecah pada suatu kemiringan pantai pada umumnya diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : spilling, plunging dan surging. Pluging terjadi karena seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang. Gelombang pecah dalam bentuk pluging tersebut umumnya gelombang-gelombang panjang atau swell. Spilling merupakan bentuk pecah gelombang dengan muka gelombang (front wave) sudah pecah sebelum sampai ke pantai, sedangkan gelombang yang belum pecah dan mendekati garis pantai serta sempat mendaki kaki pantai disebut surging. Sedangkan tipe gelombang pecah antara pluging dengan surfing adalah collapsing. Selain kemiringan pantai dan kecuraman gelombang, gelombang pecah juga dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin lokal. Angin kearah pantai akan menyebabkan gelombang memecah pada kedalaman yang lebih besar dan berbentuk spilling, demikian sebaliknya untuk angin lepas pantai mengakibatkan gelombang pecah pada kedalaman yang lebih kecil dan berbentuk pluging.
Arus di dekat pantai Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa energi dan momentum dalam arah penjalaran gelombang. Transpor massa dan momentum tersebut menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Di beberapa daerah yang dilintasinya, perilaku gelombang dan arus yang ditimbulkannya berbeda. Daerah yang dilintasi gelombang tersebut adalah offshore zone, surf zone dan swash zone. Di antara
ketiga daerah tersebut, karakteristik gelombang di surf zone dan swash zone, adalah yang paling penting di dalam analisis proses pantai. Arus yang terjadi di daerah tersebut sangat tergantung pada arah datang gelombang (CERC 1984). Salah satu aspek penting gelombang di dekat pantai adalah terbentuknya arus menyusuri pantai (longshore current) dan arus tegak lurus pantai (rip current) yang akan mempengaruhi pergerakan material sepanjang pantai sebagai bagian dari penyebab erosi ataupun sedimentasi di pantai. Menurut King (1963), refraksi gelombang merupakan salah satu penyebab timbulnya arus di perairan pantai. Hal itu dapat ditunjukkan bahwa zona bergelombang tinggi akan bergantian dengan zona bergelombang rendah, tetutama pada relief lepas pantai yang lebih komplek dan garis pantai berlekuk serta gelombang datang memiliki puncak yang panjang. Sorensen (1991) menambahkan bahwa berbagai arus di perairan pantai dapat disebabkan oleh angin, aliran sungai atau pasang surut, tetapi kebanyakan arus perairan pantai merupakan aliran menyusur pantai. Menurut Triatmodjo (1999), apabila garis puncak gelombang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi arus dominan di pantai berupa sirkulasi sel dengan rip current yang menuju ke laut seperti pada Gambar 3 (a). Kejadian ekstrim lainnya terjadi apabila gelombang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai (αb > 5º), yang akan menimbulkan arus sejajar pantai di sepanjang pantai, Gambar 3 (c). Sedangkan yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari kedua kondisi tersebut, Gambar 3 (b).
Gambar 3 Sirkulasi Arus Perairan Pantai (a) Sirkulasi Sel (αb ≈ 0) (b) Sirkulasi (αbKecil) (c) Gelombang Datang Membentuk Sudut (αb besar) (Triatmodjo 1999) Karakteristik Sedimen Daerah Pantai Berdasarkan sumbernya Barnes (1969) membagi jenis sedimen, yakni sedimen yang bersumber dari limpasan sungai yang jenisnya banyak mempengaruhi pembentukan morfologi pantai di sekitar muara sungai (disebut sedimen of inlets) dan sedimen yang bersumber dari darat yang terangkut ke laut oleh angin dan drainase atau penguraian sisa-sisa organisme (disebut pyroclastic sediment). Sedimen berdasarkan ukuran butirnya dapat diklasifikasikan yakni lempung, lanau, pasir, kerikil, koral (pebble), cobble, dan batu (boulder). Klasifikasi ini didasarkan pada Skala Wentworth (CERC 1984; Dyer 1986; Davis 1993; CHL 2002). Krumbeim (1934) dalam Dyer (1986) mengembangkan skala Wentworth dengan
menggunakan
unit
phi
( φ ).
Hal
ini
untuk
mempermudah
pengklasifikasian jika suatu sampel sedimen mengandung partikel yang berukuran kecil dalam jumlah besar. Skala phi didasarkan pada logaritma negatif berbasis dua dengan bentuk konversi seperti ditunjukkan pada persamaan berikut :
φ = − log 2 d
Simbul d merupakan diameter partikel dalam unit mm dan tanda negatif digunakan agar partikel dengan diameter <1 mm memiliki nilai phi yang positif. Untuk mengkonversi unit phi menjadi milimeter (mm) digunakan persamaan berikut (CHL 2002) :
D = 2 −φ Ukuran partikel mencerminkan (1) keberadaan partikel dari jenis yang berbeda, (2) daya tahan (resistensi) partikel terhadap proses pelapukan (weathering) erosi atau abrasi dan (3) proses pengangkutan dan pengendapan material, misalnya kemampuan angin atau air untuk memindahkan partikel (Friedman and Sanders 1978). Selanjutnya Gross (1993) menjelaskan bahwa ukuran partikel sangat penting dalam menentukan tingkat pengangkutan sedimen dari ukuran tertentu dan tempat sedimen tersebut terakumulasi di laut. Parameter statistik ukuran butir rata-rata (mean grain size), standar deviasi, keruncingan (skewness) dan kurtosis sering digunakan di dalam menentukan lingkungan sedimentasi dan arah transpor sedimen, (Folk 1974, Dyer 1986). Besar butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen dan nilai terbesar butir dimana 50% halus dan sebaliknya kasar. Standar deviasi adalah metode pemilahan keseragaman distribusi ukuran butir, tipe pengendapan, karakteristik arus pengendapan, serta lamanya waktu pengendapan dari suatu populasi sedimen. Skewness mencirikan ke arah mana dominan ukuran butir dari suatu populasi tersebut, mungkin simetri, condong ke arah sedimen berbutir kasar atau condong ke arah berbutir halus. Sehingga Skewness dapat digunakan untuk mengetahui dinamika sedimentasi (Folk 1974). Nilai Skewness positif menunjukkan suatu populasi sedimen condong berbutir halus. Sebaliknya Skewness negatif menunjukkan populasi sedimen condong berbutir kasar. Tabel 1 menunjukkan distribusi kwantitatif dari stansar deviasi, skewness dan kurtosis.
Tabel 1 Distribusi kwalitatif sedimen untuk standar deviasi, skewness, dan kurtosis (CHL 2002) Standar Deviasi Very well sorted Well sorted Moderately well sorted Moderately sorted Poorly sorted Very poorly sorted Extremely poorty sorted
Skewness
<0.35
Very coarseskewed Coarse-skewed Near-symmetrical Fine-skewed Very fine-skewed
0.35-0.50 0.50-0.71 0.71-1.00
Kurtosis <0.3 -0.3-0.1 -0.1-0.3 +0.1-0.3 >0.3
1.00-2.00 2.00-4.00 >4.00
Very platykurtic (flat) Platykurtic Mesokurtic (normal peakedness) Leptokurtic (peaked) Very leptokurtic Extremely leptokurtic
<0.65 0.65-0.90 0.90-1.11 1.11-1.50 1.50-3.00 >3.00
Dyer (1986), menyatakan bahwa sedimen dengan ukuran yang lebih halus lebih mudah berpindah dan cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar. Fraksi halus terangkut dalam bentuk suspensi sedangkan fraksi kasar terangkut pada atau dekat dasar laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat dari pada yang berukuan kecil. Waktu settling (laju patikel keluar dari suspesi menuju dasar perairan) partikel disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kecepatan dan waktu settling berdasarkan diameter partikel (Allen 1985) Diameter partikel
Kecepatan settling
Waktu settling
Pergerakan secara horisontal
(µm)
(m/s)
sejauh 4 km (hari)
Lempung
9.79 x 10-7
47300
pada arus 0.1 m/s (km) 40900
Lanau
9.79 x 10-5
473
409
Pasir
9.79 x 10-3
4.73
4.09
Transpor Sedimen Pantai Menurut Sorensen (1978), transpor sedimen yang terjadi di pantai disebabkan oleh gelombang dan arus, pasang surut, sedangkan suhu dan salinitas lebih berpengaruh pada kecepatan endap kohesive. Jika sedimen berasal dari dasar yang mudah bergerak maka arus dan gelombang akan menggerus sedimen dan membawanya searah dengan arus. Sedimen yang terbawa arus tersebut akan mempunyai tipe bedload (menggelinding, menggeser di laut). Untuk tipe lempung dan lumpur merupakan tipe suspendedload, bercampur membentuk suspensi
karena ukuran partikel yang sangat kecil (Triatmodjo, 1999). Transpor sedimen di perairan pantai dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu transpor menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport), yang mempunyai arah rata-rata tegak lurus garis pantai dan transpor sepanjang pantai (longshore transpor), yang mempunyai arah rata-rata sejajar pantai (CHL 2002). Transpor sedimen sejajar garis pantai, mempunyai dua kemungkinan arah pergerakannya yaitu : ke kanan (Qrt ) atau kekiri (Qlt ) relatif terhadap pengamat yang berdiri kearah laut. Untuk penyajian laju transpor sedimen menyusuri pantai, perlu membedakan antara net transport rate, Qn (Qrt − Qlt ) dengan gross transport rate Q g (Qrt + Qlt ) pada lokasi pantai tertentu. Arah distribusi tahunan energi gelombang dapat menyebabkan laju angkutan dominan bergerak dalam satu arah sehingga Qg lebih besar dari Qn . Pada sisi lain, energi gelombang tahunan terdistribusi dalam segala arah sehingga diperkirakan sedimen yang terangkut setiap arah dengan volume yang sama. Nilai Qn dapat digunakan untuk memprediksikan erosi pantai, Qg untuk memprediksikan laju pendangkalan dalam inlet terkontrol, sedangkan nilai (Qrt ) dan (Qlt ) dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam mendesain jetty (Sorensen 1991; CHL 2002). Sedangkan angkutan sedimen di pantai terjadi dalam dua bentuk yaitu Pertama, angkutan dasar (bedload) yang merupakan pergerakan butiran dilakukan oleh arus setelah butiran tersebut terangkat dari dasar oleh proses turbulen. Kedua, bentuk angkutan sedimen diatas biasanya terjadi pada waktu yang bersamaan tetapi sulit ditentukan tempat berakhirnya angkutan dasar dan permulaan dari angkutan suspensi (Van Rijn 1993).
Imbangan (Budget) Sedimen Pantai Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen yang masuk dan yang keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis imbangan sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa sedimen. Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi). Konsep sederhana dari konservasi massa yang diaplikasikan untuk proses transpor sedimen pantai,
secara umum melalui tiga tahapan yaitu : (1) teraduknya material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material non kohesif dari dasar laut. (2) perpindahan material secara horisontal dan (3) pengendapan kembali partikel atau material sedimen tersebut. Ketiga tahapan tersebut tergantung pada gerakan fluida dan karakteristik sedimen yang terangkut. Proses perubahan sedimen yang terjadi pada suatu daerah dapat terjadi oleh karena berbagai sebab seperti angin, aliran sungai, erosi pantai berbatu. Apabila jumlah inflow < outflow pantai akan mengalami erosi dan sebaliknya jika inflow > outflow maka pantai akan mengalami akresi (Horikawa 1988). Dalam konsep satuan (sel) sedimen perlu pemahaman terhadap sumber sedimen (sediment source), akumulasi sedimen sementara (sediment storage), hilangnya sedimen (sediment sink), pergerakan sedimen (sediment transport), batas pergerakan sedimen (sediment boundary) serta proses-proses energi terutama gelombang. Sel dan sub sel dapat didefinisikan secara konsisten dengan mengidentifiksikan ketidak-kontinyuan di dalam laju atau arah angkutan sedimen sejajar pantai. Identifikasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan batas-batas angkutan sedimen. Batas sel dibagi menjadi batas-batas tetap dan batas-batas sementara (dinamik). Batas tetap yakni berdasarkan catatan historis kestabilan pantai dalam kurun waktu 20 tahun sampai 100 tahun terakhir. Batas ini masih bertahan selama kurun waktu tersebut, sedangkan batas sementara (dinamik) secara umum memiliki karakter yang luas dan stabilitas yang terbatas. Batas-batas ini berupa konvergensi litoral drift, yang terbagi atau ditandai oleh adanya struktur bangunan atau kenampakan morfologi (Dirjen P3K DKP 2004). Menurut Triatmodjo (1999), transpor sedimen sepanjang pantai merupakan penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai, hal ini disebabkan pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut jauh. Gelombang badai dapat terjadi dalam waktu singkat dan menyebabkan erosi pantai, selanjutnya gelombang biasa yang terjadi sehari-hari akan membentuk kembali pantai yang sebelumnya tererosi (pantai kembali stabil), sebaliknya akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai jauh dan menyebabkan perubahan garis pantai.
Debit Air Sungai Debit Sungai adalah volume air yang mengalir pada suatu penampang melintang pada titik tertentu persatuan waktu umumnya dinyatakan dalam meter kubik per detik (Sosrodarsono dan Takeda, 1987). Debit air sungai dipengaruhi oleh sifat curah hujan meliputi intensitas curah hujan, lama kejadian, frekuensi kejadian dan tinggi hujan. Distribusi curah hujan meliputi distribusi wilayah dan distribusi waktu. Distribusi wilayah menunjukkan curah hujan terhadap daerahnya. Curah hujan yang terdistribusi merata pada suatu daerah aliran, akan menimbulkan suatu limpasan yang relatif kecil dibandingkan curah hujan dari jumlah uap yang sama namun di daerah tertentu saja di daerah aliran sungai tersebut. Sedangkan distribusi waktu menunjukkan penyebaran curah hujan terhadap waktu. Intensitas curah hujan dalam jangka waktu yang panjang berbeda-beda sesuai dengan lama kejadiannya yaitu curah hujan bulanan, curah hujan harian, curah hujan per jam dan sebagainya. Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1987) ada 4 cara memperkirakan debit banjir yang berdasarkan curah hujan meliputi : 1. Rumus Empiris, cara perhitungan dengan rumus ini sebagai alat terakhir bila tidak terdapat data yang cukup atau digunakan untuk memeriksa hasil yang di dapat dari rumus lain. 2. Rumus Rasional, rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan draenasi daerah pengaliran yang sempit. 3. Statistik, cara ini sangat teoritis dan mempunyai satu keuntungan yang besar sebagai cara peramalan data yang lalu. 4. Hidrograf satuan, cara ini diakui seluruh dunia sebagai cara yang paling terpercaya dan berguna dalam teknik peramalan debit banjir. Pengukura debit sungai selama satu tahun ditentukan berdasarkan debit limpasan, luas DAS dengan metode rasionil. Menurut Direktorat Jenderal Pengairan dalam Widada (1985) besarnya debit limpasan dihitung dengan persamaan : Rumus : Q =
iCA 3,6
Dalam hal ini : Q = debit limpasan (m³/detik) i = intensitas curah hujan (mm/jam) C = Koefisien limpasan (%) A = Luas daerah aliran sungai (km²)
Pasang Surut Pasang surut adalah proses naik turunnya paras laut (sea level) secara berkala yang timbul oleh adanya gaya tarik benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari matahari, tetapi karena jarak bulan ke bumi lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Hal ini memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan, sehingga menyebabkan kondisi fisik perairan yang berbeda-beda (Ali et al, 1994 dan Triatmodjo 1999) Secara umum pasang surut di berbagai daerah di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu : 1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasut jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman. 2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasut ini terdapat di perairan Selat Karimata. 3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tetapi periodenya berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan Indonesia bagian Timur. 4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan periode yang sangat berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan utara Dangkalan Sunda (Pariwono, 1989 dalam Ongkosongo dan Suyarso 1989, Triatmodjo 1999)
Kondisi Umum Perairan Pantai Eretan Indramayu Perairan Eretan Indramayu terletak diantara Tanjung Sentigi di sebelah timur dan Tanjung Bobos di sebelah barat. Secara geografis, perairan Eretan terletak pada posisi 06º10’00” – 06º21’00”LS dan 107º50’00” – 108º15’00” BT dengan panjang garis pantai Eretan ± 46,25 km. Diperkirakan pada jarak rata-rata 4 km (2,3 mil laut) dari garis pantai kedalaman mencapai 5 m, kemudian pada jarak rata-rata 13 km (7 mil laut) kedalaman mencapai 10 m dan pada jarak 21 km (13 mil laut) kedalaman mencapai 20 m. Kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai (Dishidros – AL 2000) Berdasarkan hasil studi di wilayah Indramayu oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu (1996) menunjukkan bahwa selama 14 tahun (1980 - 1993) angin umumnya berasal dari baratlaut (29,35%), timurlaut (22,01%) dan utara (18,32%). Kecepatan angin umumnya (41,35%) bertiup dengan kisaran antara 3 - 5 m/det, sedangkan (0,62%) kecepatan angin sangat lemah yaitu <1 m/det yang dapat diklasifikasikan pada kondisi teduh. Selanjutnya atas dasar kajian terhadap wilayah tersebut, musim barat terjadi pada bulan Desember sampai Februari, dimana angin umumnya (30 - 40%) bertiup dari arah baratlaut dengan kecepatan 4 - 6 m/det. Hanya sebagian kecil (10%) angin bertiup dari arah baratdaya dengan. Selanjutnya pada bulan Maret sampai bulan Mei merupakan musim peralihan antara musim barat ke musim timur. Kondisi angin sangat berubah-ubah, walaupun masih didominasi (30 - 50%) dari arah timurlaut dengan kecepatan angin 2 - 4 m/det. Pada musim tersebut juga didominasi adanya angin dari arah utara (20%) dengan kecepatan 3 m/det sedangkan dari arah baratlaut (20%) juga dengan kecepatan 3 m/det. Bulan Juni sampai Agustus merupakan puncak musim timur dimana angin umumnya (30 - 40%) bertiup dari arah timurlaut dengan
kecepatan 3 - 6 m/det. Disamping itu juga terdapat angin berasal dari utara dan baratlaut masing-masing 20% dengan kecepatan 2 m/det. Sebelum kembali ke musim barat terjadi musim peralihan dari timur ke barat yang terjadi antara bulan September-November dengan kecepatan 4 - 6 m/det, dan hanya sebagian yang berasal dari timurlaut (18%) dengan kecepatan 1 - 3 m/det. Pergantian musim juga ikut memberikan pengaruh terhadap pergerakan masa air seperti arus. Pada musim barat pergerakan arus umumnya menuju kearah timur atau arus timur dengan kecepatan antara 3 - 14 mil per hari (0,064 - 0,300 m/det). Sedangkan pada musim timur arus bergerak sebaliknya yaitu menuju arah barat atau arus barat dengan kecepatan berkisar antara 1 - 13 mil per hari (0,024 – 0,279 m/det). Musim peralihan I (bulan Maret sampai Mei) dan Peralihan II (bulan September sampai November) kecepatan arus laut masing-masing 1 mil per hari (0,021 m/det) dan 6 mil per hari (0,129 m/det). Di wilayah pantai arus umumnya merupakan arus gabungan yang ditimbulkan oleh arus regional dan arus pasut. Kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu (1996) dengan metode SMB (Sverdrup Munk Bretchneider) menunjukkan bahwa umumnya gelombang sesuai dengan arah angin yaitu arah baratlaut, utara dan timurlaut masing-masing sebanyak 22,25%, 10,88%, 20,10%. Secara keseluruhan yaitu sebanyak 28,40% tinggi gelombang mencapai antara 0,5 - 0,8 m, sedangkan gelombang teduh dengan ketinggian <0,3 m sebanyak 28,40%. Pada musim barat gelombang dari arah barat dengan ketinggian >1,7 m (45%), sedangkan gelombang teduh antara 30-50%. Musim peralihan I gelombang tetap dari barat namun ketinggian dan frekuensinya semakin kecil. Gelombang dari timur dominan (40%). Musim timur gelombang dari timur (40%). Musim peralihan II walaupun masih terdapat gelombang dari arah timur, namun masih didominasi oleh gelombang dari arah barat. Berdasarkan data prakiraan dari stasiun Cirebon tipe pasut di wilayah pantai Eretan Indramayu termasuk kategori campuran mengarah ke semidiurnal. Kisaran maksimum tinggi pasang dan surut terbesar adalah 1 meter dan kisaran tinggi pasang dan surut kedua adalah 0,5 - 0,7 meter (Dishidros - AL 2000).
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di perairan Pantai Eretan Indramayu Jawa Barat. Secara geografis perairan Eretan Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 06º18’50” – 06º19’50”LS dan 108º04’15” – 108º05’20” BT (Gambar 4). Pengambilan data di lapangan dilakukan 12-17 Mei 2006. Analisis sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Geologi LP3O LIPI Ancol Jakarta.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditabulasikan pada Tabel 3. Tabel 3 Alat dan bahan yang digunakan Nama Alat dan Bahan Peralatan Survey Lapangan 1. Perahu 2. Acustic Doppler Current Profiler (ADCP) 3. GPS Garmin 4. GPS Garmin Map 5. Grab Sampler 6. Nansen Bottle 7. Sedimen Trap 8. Current Meter 9. Wind Wave Anemometer 10. SBE Tide Wave Recorder 11. Tripod / mooring
Type
Kegunaan
SN : 60513 003 SRV II 276 C Botton R 018 Propeller Type, SN : 542395 Model 26 - 03 SN : 542395 -
Memfasilitasi pengambilan data Survei batimetri dan pengukuran arus Menentukan posisi Menentukan arah traking Pengambilan sedimen dasar Pengambilan sampel suspended load Pengukuran laju sedimentasi Pengukuran kecepatan dan arah arus Pengukuran kecepatan dan arah angin Pengukuran pasut dan gelombang Pemasangan Current Meter dan Tide Wave Record
Bahan 1. Aquades 2. Kertas Saring Wathman Ashees No. 42 3. Kertas alumunium foil
-
Pemipetan sampel sedimen Penyaringan sampel sedimen Tempat sedimen saat pengovenan
Peralatan Analisis sampel dan Data 1. Sieve Net 2. Timbangan digital
-
Pengukuran ukuran butir sedimen Pengukuran berat sedimen
-
Analisis pengujian data
3. Hardware dan Software Komputer (MS. Exel, Matlab, Surfer, Arc View, Er-Mapper,Wr-plot, Win Sieve Analysis)
Gambar 4 Peta lokasi penelitian perairan pantai Eretan Indramayu
Perolehan dan jenis data dalam studi ini dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer meliputi : pasang surut, arah dan kecepatan arus, gelombang, arah dan kecepatan angin, batimetri, debit sungai, sedimen dasar dan suspensi. Data sekunder meliputi : pasang surut, arah dan kecepatan angin, batimetri, debit sungai, peta rupa bumi dan citra seperti ditabulasi dalam Tabel 4 berdasarkan jenis, sumber dan satuan dari data. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang diperlukan: No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Data Pasang surut Arus dan Gelombang Arah dan Kec. Angin Batimetri Debit Sungai Sedimen Dasar Sedimen Suspensi Peta Rupa Bumi Citra
Sifat Data P S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber Lapangan/Dishidros Lapangan Lapangan/BMG Lapangan/Dishidros Lapangan/PU Pengairan Lapangan Lapangan Bakosurtanal Biotrop
Satuan m m/s dan m (°) dan m/s m m³/s mm atau φ mg/l -
Keterangan : P:Primer ; S : Sekunder
Pengumpulan Data
Pengukuran Fluktuasi muka laut (pasut) Pengukuran fluktuasi muka laut (pasut) dengan menggunakan alat SBE Tide gauge recorder (Gambar 5) dilakukan pada 12-17 Mei 2006. SBE Tide gauge recorder dipasang di mooring pada posisi 108° 04’ 48’’ BT dan 06° 18’ 55,8’’ LS pada kedalaman 2 m dan berjarak ± 500 m dari garis pantai. Pencatatan dilakukan dengan interval waktu 1 menit selama 6 hari pengamatan.
Gambar 5 Tide-wave recorder no: 26-30
Pengukuran Arus Pengukuran arus dengan Aandera current meter tipe RCM 8 dilakukan pada 12-17 Mei 2006 (Gambar 6). Aandera current meter mooring pada kedalaman 2 m dan berjarak ± 500 m dari garis pantai dengan posisi 108° 04’ 48’’ BT dan 06° 18’ 55,8’’ LS pada daerah gelombang pecah, dengan terlebih dahulu menentukan arah arus dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal drouge drifter ketika dilepas sampai jarak terakhirnya.
Gambar 6 Aandera current meter tipe RCM 8 Pengukuran Gelombang Pengukuran gelombang dengan menggunakan alat SBE wave gauge recorder ( Gambar 5) yang dipasang di mooring pada di kedalaman 2 m dan berjarak ± 500 m dari garis pantai dengan posisi 108° 04’ 48’’ BT dan 06° 18’ 55,8’’ LS. Pencatatan dilakukan dengan interval waktu 60 menit selama 6 hari pengamatan. Pengukuran dengan wave recorder mendapatkan parameter tinggi (H) dan periode (T), yang kemudian tinggi gelombang signifikan dapat ditentukan.
Pengukuran Batimetri (Kedalaman) Pengukuran batimetri dilakukan tracking dengan ADCP (Gambar 7) yang hubungkan dengan komputer yang kemudian komputer dihubungkan dengan GPS Garmin SVR II. Panjang track tegak lurus garis pantai ±1,5 km dan panjang track sejajar garis pantai ± 2 km (Gambar 8)
Gambar 7 Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) diletakkan sekitar 50 cm dari permukaan dan seperangkat komputer yang dihubungkan dengan GPS Srv II -4.8 -4.9 -4.7 -4.9 -4.8 -4.7 -4.7 -4.8 -4.8 -4.7 -4.9 -4.8 -4.8 -4.7 -4.7 -4.6 -4.7 -4.6 -4.7 -4.6 - 4.7 - 4.8 - 4.8 -4.6 -4.7 -4.5 - 4.7 -4.7 -4.8 -4.8 -4.8 -4.7 -4.7 -4.6 -4.7 -4.6 -4.6 -4.7 -4.5 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.7 -4.8 -4.7 -4.6 -4.6 -4.7 -4.6 -4.7 -4.8 -4 .6 -4.8 -4.5 -4.5 -4.6 -4.5 -4.5 -4.6 -4.6 -4.6 -4.5 -4.5 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.7 -4.3 -4.3 -4.4 -4.4 - 4.4 - 4.4 -4.4 - 4.4 -4.5 -4.5 -4.5 -4.4 -4.5 -4.5 -4.5 -4.7 -4.7 -4.5 -4.8 -4.5 - 4.8 -4.5 -4.8 - 4.-4. 5 -64.5 -4 .7 - 4 .5 - 4.6 - 4.5 -4.5 -4.7 -4.8 -4.6 -4.8 -4.6 -4.8 -4.8 -4.2 -4.3 - 4.4 - 4.4 -4 .4 - 4.4 -4 .4 - 4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.5 -4.4 -4.5 -4.7 -4.6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.4 -4.5 -4.5 -4.5 -4.6 -4.5 -4.5 -4.5 -4.5 - 4.6 - 4.6 -4.7 -4.8 -4.5 -4.6 -4.8 -4.6 -4.7 -4.6 -4.6 -4.6 -4.1 -4.1 -4.1 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.4 -4.3 - 4.4 - 4.4 -4.4 -4.5 -4.6 -4.6 -4.5 -4.7 -4.5 -4.5 -4.5 -4.2 -4.1 -4.1 -4.2 -4.2 -4.3 -4.3 -4.3 -4.2 -4.3 -4.3 -4.3 - 4.3 -4.3 -4 .4 -4.4 -4.5 -4.5 -4.6 -4.6 -4.5 -4 .6 - 4.6 - 4.6 -4.7 -4.6 -4.6 -4.3 -4.4 -4.4 -4.7 -4.5 -4.5 -4.7 -4.7 - 4.5 -4.6 -4.5 -4.5 -4.2 -4.2 -4.2 -4 .3 -4.3 -4.4 -4.4 -4.5 -4.6 -4 .6 -4.6 -4.6 -4.6 -4.1 -4.2 -4 .2 -4.3 -4.5 -4.4 -4.7 -4.6 -4.4 -4.1 -4.2 - 4.2 -4.3 -4.2 -4.3 -4.5 -4 .5 - 4.5 -4.6 -4.5 -4.1 -4.0 -4 .2 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.6 - 4.4 -4.6 -4.6 -3.9 -3.9 -3.8 -4.1 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.4 -4.6 -4.5 -4.6 -4.4 -4.5 -3.9 -4.0 -4.0 - 4.2 -4.2 -4.3 -4.4 -4.4 -4 .4 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -4.2 -4.2 -4.4 -4.3 -4.3 -4.2 -4.4 -4.4 .3 -4.3 -4.3 -4.4 -4.3 -4.3 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 - 4.3 -4.-44.4 -4 .3 - 4.3 - 4.4 - 4.4 -4.6 -4.5 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -4.0 -4.0 -3.9 -4.0 - 4.0 -4.0 - 4.2 -4.0 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.2 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 - 4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.4 -4.5 -4.4 -4.5 -3.9 -3.9 -3.9 -4.0 -4.0 - 4.0 - 4.0 - 4.0 -4.0 -4.1 -4.2 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.2 -4.3 -4.2 -4.4 -4.3 - 4.4 -4.6 -4.5 -4.4 -3.8 -3.8 -4.0 - 4.1 -4.2 -4.1 -4.2 -4.1 -4.2 -4.3 -4.3 -4 .3 -4.4 -4.4 -3.7 -3.8 -3.8 -3.9 - 4.1 -4.0 -4.1 -4.2 -4.3 -4.2 - 4.4 -4.5 -4.4 -4.4 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 -4.0 -4.2 -4.3 -4.4 -4.3 -4.4 -3.8 - 4.1 -4.2 -4.2 -4.2 -4 .2 -4.4 -4.4 -4.4 -3.7 -3.6 -3.7 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 - 3.9 -3.9 -3 4.9 .0 -4.0 -3.9 -4.0 -4.2 -4.2 -4.2 -4.2 -4.3 - 4.2 - 4.3 -4.4 -4.3 -3.6 -3.6 -3.7 -3.6 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.6 -3.7 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 -3.8 - 3.9 -3 .9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -3.9 -4.0 -4.0 -3.9 -3.9 -4.0 -4.0 -4.0 -4.1 -4.1 -4.1 -4.0 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.2 -4.2 -4.1 -4.1 -4.1 -4.2 -4.1 -4.1 -4.1 -4.2 -4 .2 - 4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.3 -4.4 -4.4 -4.3 -4.4 -4.4 -4.4 -4.3 -4.4 -4.4 -3.6 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.8 -3 .9 -3.9 -3.9 -4.0 -3.9 -4.0 -4.0 -4.2 -4.0 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 -4.1 - 4.1 -4.2 - 4.2 - 4.3 - 4.3 - 4.2 .1 -4.3 -4.3 -4.4 -4.3 -4.4 -4.3 -4.4 .3 -3.9 -3.9 -4.0 -4.1 -4.1 -4 .2 -4.3 -4.4 -3.6 -3.5 -3.5 -3.7 -3.7 -3.7 -3.8 - 3.8 -3.8 -4.0 -4.0 -3.4 -3.7 -3.7 -3.7 - 3.7 -3.9 -3.9 -4.1 -3.9 -4.2 -4.1 - 4.1 - 4.1 -4.2 -4.4 -4.3 -4.4 -3.3 -3.4 -3.4 -3.7 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -4.0 -4.1 -4.1 -4.4 -3.4 -3.6 -3.7 -3.6 -3.7 - 3.7 -3.8 -4.0 - 4.1 - 4.0 -4.2 -4.2 -4.3 -3.3 -3.4 -3.8 -3.7 -3.9 -3.9 -4.0 -4.0 -4.0 - 4.0 -4.3 -3.3 -3.3 -3.6 - 3.7 -3.7 -3.9 -3.8 - 4.1 -4.1 -4.1 -4.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.6 -3.6 -3.5 - 3.7 -3.7 -3.7 -3.8 -3.9 -3.9 -4.3 -4.0 -4.0 -4.0 -4.0 -4.0 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.6 -3.5 -3.5 -3.4 -3.7 -3.8 -3.5 -3.5 -3.5 -3.5 -3.5 -3.5 -3.9 -4.0 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 - 3.8 .9 - 3.8 -3 .8 - 3.9 - 3.8 - 4.0 -3.8 -3.8 -3.9 -4.0 --4.1 3.9 -3.9 -3.9 -4.0 -4.3 -4.0 -4.2 -4.0 -3.3 -3.3 -3.3 -3.6 -3.4 - 3.3 - 3.4 -3 .4 - 3.4 -3.4 -3.4 -3.4 -3.4 -3.4 -3.4 -3.5 -3.6 -3.5 -3.4 -3.5 -3.5 -3.5 -3.7 -3.5 -3.5 -3.8 -3.6 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 -3.8 -3.8 -3.7 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 - 3.8 -3.8 - 3.8 -3.8 -4.1 -4.0 -4.1 -3.3 -3.3 -3.5 -3.6 -3.4 -3.4 - 3.6 -3.7 -3.7 - 3.9 -4.2 -4.1 -4.1 -4.2 -3.3 -3.2 -3.2 -3.4 -3.3 - 3.6 -3.6 -3.7 -3.8 -3.7 -3.9 -3.7 -3.9 - 3.8 -4.1 -4.0 -4.1 -3.5 -3.2 -3.2 -3.4 -3.4 - 3.3 -3.7 -3.8 -4.1 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 - 3.6 -3.6 -3.4 -3.6 -3.7 -3.7 -3.8 -3.7 - 3.9 -4.0 -4.1 -4.0 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -3.2 -3.3 -3.2 -3.3 - 3.4 -3.6 -3.4 -3.5 -3.5 -3.5 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.7 -3.8 -3.8 - 3.8 -4.0 -3.9 -4.0 -2.9 -3.2 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.2 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.2 -3.2 -3.2 -3.2 - 3.3 - 3.5 -3.6 -3.4 -3.4 -3.5 -3.5 -3.7 -3.5 -3.8 -3.7 -3.8 -3.7 - 3.-3. 8 -73.8 .7 -3 .7 - 3.8 -3 .8 - 3.8 - 3.8 - 3.8 .9 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.8 -3.9 -3.9 -3.9 -3.8 -4.9 -3 .0 -3.8 -3.8 -3.9 -3.8 -3.8 3.9 -3.8 -3.8 -3.8 -2.8 -3.2 -3.3 -3.1 3.3 -3.2 - 3.3 -3.3 -3.3 -3.3 .5 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.5 -3.3 -3.3 -3.4 -3.4 -3.4 -3.4 .6 -3.6 -3.5 -3.8 -3.8 -3.9 -3.9 -3.1 -3.2 -3.1 -3.1 -3.1 -3.2 - 3.2 - 3.2 .5 -3 .3 - 3.3 -3.4 -3.3 -3.7 -3.5 -3.7 -3.7 -3.7 - 3.8 -3.9 -3.8 -2.8 -3.1 -3.2 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.2 -3.1 -3.2 - 3.2 -3.3 - 3.2 - 3.2 - 3.2 - 3.3 -3.5 -3.5 -3.6 -3.8 - 3.7 -3.8 -3.9 -3.1 -3.2 -3.3 -3.3 -3.4 -3.7 -3.4 -3.5 -3.7 -3.8 -2.8 -2.9 -3.2 - 3.3 - 3.3 -3.4 -3.5 -3.6 -3.5 -3.5 -3.7 -3.6 - 3.7 - 3.8 -3.8 -3.7 -2.9 -2.9 -3.2 -3.1 -3.3 -3.2 -3.6 -3.7 -3.6 - 3.8 -3.7 -3.8 -2.7 -2.7 -2.7 -2.9 -3.1 -2.9 - 3.2 - 3.0 -2.9 - 3.2 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.2 -3.5 -3.4 -3.4 -3.5 -3.5 -3.4 - 3.6 -3.7 -3.8 -3.7 -2.7 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -3.1 -2.8 -2.8 -2.8 -2.9 -3.1 -2.9 -2.9 -2 -3.9 .0 -2.9 -3.0 -2.9 - 2.9 - 3.-03.0 -3 .0 - 3 .1 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 -3.2 -3.2 -3.3 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 -3.3 -3.2 -3.4 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.4 -3.7 -3.6 -3.4 - 3.4 -3.4 -3.3 - 3.-43.4 - 3 .5 - 3.5 - 3.5 - 3.5 -3.5 -3.5 -3.4 -3.5 -3.5 -3.6 -3.7 -3.6 -3.7 -3.6 -3.8 -2.8 -2.8 -3.1 - 3.1 - 3.2 -3.3 -3.3 -3.4 -3.3 -3.6 -3.3 --3 3.3 .4 -3.3 -3.7 -3.5 -3.3 - 3.6 -3.7 -3.6 -3.7 -3.6 -3.6 -3.7 -3.6 -2.8 -3.0 - 3.2 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.4 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.6 -3.8 -3.6 -3.6 -2.8 -3.0 -2.9 - 3.0 -3.3 -3.3 -3.4 -3.5 -3.6 - 3.6 -3.6 -3.0 -2.9 -2.9 - 3.2 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.2 - 3.6 -3.7 -3.5 -2.8 -2.8 -2.8 -2.9 - 3.1 -3.3 -3.5 -3.6 -3.6 -3.6 -2.8 -2.8 -2.9 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 -3.5 -3.5 - 3.4 -3.5 -3.7 -3.6 -3.3 -3.6 -2.7 -2.8 -2.8 -2.9 - 2.8 - 2 3.8 .1 - 2.8 -3.9 -2 .1 -2.9 -2.9 -3.1 -3.2 -3.1 -3.4 -3.5 -3.6 -3.3 -3.6 -3.5 -2.7 -2.8 -2.8 -2.8 -2.7 - 2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -3.1 -2.9 -3.0 -3.1 -3.3 -3.3 -3.5 - 3.3 - 3.4 -3.5 -3.6 -2.5 -2.5 -2.7 -2.5 -2.5 -2.5 -2.5 -2.5 2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 -2.8 - 3.0 -3.1 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -3.0 -2.9 -2.9 -3.0 -3.0 -3.1 -3.0 -3.1 -3.2 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -3.3 -3.2 -3.2 -3.4 -3.3 -3.2 - 3.3 - 3.3 - 3.3 - 3.3 - 3.3 - 3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 -3.3 .4 -3.3 -3.3 -3.2 -3.3 -3.4 -2.4 -2.7 -2.8 -2.8 -3.0 -3.1 -3.2 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 -3.2 -3.3 - 3.3 - 3.4 -3.2 -3.3 -2.3 -2.7 -2.8 - 3.0 -3.1 -3.0 -3.1 -3.1 -3.2 -3.4 -3.3 -2.6 -2.5 -2.7 -2.7 -2.9 -2.9 -3.1 -3.3 -3.2 -3.2 -3.3 -3.3 -3.4 -2.5 -2.6 -2.7 -2.8 - 2.9 -3.0 -3.0 -3.1 -3.0 -3.1 -3.1 3.2 -3.2 - 3.2 - 3.3 -3.3 -3.3 -2.3 -2.7 -2.7 -2.8 -2.9 -3.1 -3.3 -3.1 - 3.2 -3.2 -3.2 -3.4 -2.2 -2.4 -2.4 -2.6 -2.7 - 2.8 -2.8 -2.9 -3.0 -3.1 -3.0 -3.1 -3.3 - 3.2 -3.3 -2.4 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 - 2.7 -2.6 - 2.6 - 2.6 -2 .7 - 2.7 - 2.7 - 2.7 -2.6 -2.8 -2.8 -2.8 -2.9 -2.8 -2.8 -2.8 -3.0 -2.9 -2.9 -3.0 -3.1 -2.2 -2.2 -2.2 -2.4 -2.4 -2.4 -2.6 -2.5 -2.5 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.7 -2.7 2.8 -2.7 -2.7 -2.7 -2.8 -2.8 -2.8 -3.0 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -2.9 -3.1 3.2 -3.1 -3.2 -3.1 -3.1 -3.1 -3.-23.2 -3 .1 - 3 .1 - 3.1 - 3.0 -3.1 -2.9 -2.8 -2.9 -2.9 -2.9 -3.2 -2.9 -3.1 -3.1 -3.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.4 -2.6 - 2.7 -2.8 -2.9 -3.1 -3.1 - 3.1 -3.1 -3.1 -3.1 -2.9 -3.1 -2.3 -2.3 -2.5 -2.6 - 2.6 - 2.7 -2.7 -2.8 -2.8 -2.8 -3.0 -3.2 - 3.1 -3.2 -3.1 -3.2 -3.3 -2.3 -2.5 -2.4 - 2.5 -2.7 -2.7 -2.9 -2.8 -2.9 -3.2 - 2.9 -3.0 -3.1 -2.5 -2.7 -2.8 -2.7 -3.0 -3.1 -3.1 -3.2 -2.3 -2.2 -2.5 -2.4 -2.4 -2.5 - 2.6 -2.7 -2.8 -2.7 -2.8 -2.9 -3.0 -3.1 - 2.9 - 2.9 -2.9 -3.0 -2.3 -2.3 - 2.6 -2.7 -2.8 -2.7 -2.8 -3.1 - 2.9 -3.0 -3.1 -2.2 -2.3 -2.4 -2.7 -3.0 -2.8 -2.9 -2.8 - 2.8 -2 .7 - 2 .7 - 2.7 -2.7 -2.7 -3.0 -2.7 -2.7 -2.8 -2.9 -2.9 -3.1 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 2.2 -2.1 -2.1 -2.1 -2.3 -2.1 -2.1 -2.1 -2.1 -2.1 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 - 2.2 - 2.2 - 2.2 -2.3 - 2 .3 - 2.6 -2 .3 - 2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.4 -2.6 -2.5 -2.5 -2.5 -2.7 -2.5 -2.6 -2.5 -2.5 -2.6 .7 -2.6 -2.5 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 -2.9 -2.7 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.8 -2.7 -2.7 -2.7 -2.9 -2.7 -2.9 -2.9 -2.0 -2.1 -2.3 -2.3 -2.6 -2.5 -2.7 -2.6 -2.8 -2.6 -2.9 -2.9 -2.7 - 2.9 -2.7 -3.0 -2.3 - 2.4 - 2.5 -2.6 -2.6 -2.8 -2.8 -2.7 -2.8 -2.7 -2.7 -2.7 -2.8 -2.8 -1.9 -2.1 -2.2 -2.3 -2.2 - 2.4 -2.5 -2.5 -2.6 -2.7 -2.8 -2.9 -2.7 - 2.8 -2.9 -2.2 -2.2 -2.2 -2.3 -2.6 -2.5 -2.7 -2.8 -2.7 -2.8 -2.7 -1.8 -2.1 -2.2 -2.3 - 2.3 -2.5 -2.6 -2.8 -2.7 -2.7 -2.2 -2.2 -2.2 -2.4 -2.4 -2.5 -2.7 -2.7 -2.8 - 2.7 -2.6 -2.7 -2.9 -1.7 -2.0 -1.7 -1.7 -1.8 -1.8 -2.2 -1.8 -1.8 -1.9 -2.1 -1.9 -1.9 -2.0 -2.0 -2.0 - 2.1 - 2.1 .3 -2.4 -2.6 -2.6 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 -1.7 -1.8 -1.9 -2.2 -2.0 -2.0 .1 -2.0 -2.0 -2.3 - 2.0 -2.1 -2.1 - 2.1 -2.2 -2.2 -2.3 -2.2 -2.2 -2.2 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.3 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.4 -2.5 -2.6 -2.6 -2.6 .7 -2.6 -2.7 -2.6 -2.7 -2.8 -2.7 - 2.7 - 2.7 -2.6 -2.6 -2.8 -2.1 -2.1 - 2.2 - 2.2 -2.3 -2.4 -2.5 -2.5 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 -2.7 - 2.7 -2.7 -2.7 - 2 .7 - 2.7 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 .7 -2.6 -2.6 -2.6 -2.6 -1.9 -2.1 -2.1 -2.3 -2.4 -2.6 -2.6 -2.8 -2.6 -2.6 -2.5 -2.6 -2.0 -2.0 -2.2 - 2.2 -2.4 -2.6 - 2.6 -2.6 -2.5 -2.6 -1.9 -2.1 -2.0 - 2.2 -2.3 -2.3 -2.4 -2.4 -2.4 -2.8 -2.6 -2.6 -2.6 -1.9 -2.0 -2.0 -2.2 -2.2 -2.3 -2.4 -2.3 -2.5 -2.5 -2.5 -2.5 -2.5 -2.5 -1.8 -2.0 -1.9 -2.1 - 2.1 -2.2 -2.3 -2.5 -2.7 -2.6 - 2.5 -2.5 -1.7 -1.8 -2.2 -2.2 -2.3 -2.3 -2.3 -2.6 -2.7 - 2.5 -2.5 -2.4 -2.4 -2.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.6 -1.6 -1.6 -1.6 -1.6 -1.7 -2.0 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 -1.9 - 2.1 -1.9 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.1 -2.1 -2.1 -2.2 -2.1 -2.1 -2.3 -2.2 -2.2 -2.4 -2.4 -2.5 -2.5 -2.5 -2.6 -2.5 -2.4 - 2.4 -2.3 -2.5 -2.4 -1.5 -1.7 -2.0 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 - 1.7 -2.0 -1.8 -1.8 -1.8 - 1 .9 - 1 .9 -1.9 -2.2 -2.0 -2.0 -2.0 -2.2 -2.2 -2.2 -2.3 -2.2 -2.3 -2.3 -2.2 -2.4 -2.3 -2.3 -2.4 -2.7 - 2.3 - 2.3 - 2.3 - 2.3 .4 -2.3 -2.3 -2.2 -2.2 -2.5 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 .4 -2.2 -2.2 -2.2 -2.3 -1.6 -1.7 -1.7 -1.8 -1.9 -1.9 -1.8 - 2.0 -2.1 -2.2 -2.2 -2.3 -2.4 -2.7 -2.3 -2.4 -2.4 -1.5 -1.7 -1.8 -1.8 - 1.9 -2.1 -2.2 -2.2 -2.3 -2.4 -2.2 -2.4 -1.5 -1.8 -1.8 - 1.9 - 2.0 -2.1 -2.1 -2.3 -2.3 -2.3 -2.6 - 2.4 -2.3 -1.7 -1.7 - 2.0 -2.1 -2.3 -2.5 -2.3 -2.4 -2.2 -1.5 -1.7 -1.8 -2.1 -2.2 -2.2 -2.3 -2.2 - 2.4 -2.2 -2.4 -1.4 -1.7 -1.7 -1.7 - 1.9 - 1.9 -1.9 -2.0 -2.1 -2.3 -2.2 -2.4 -2.3 -2.3 -2.2 -1.6 -1.7 -1.8 -2.0 -2.1 -2.3 -2.2 -2.2 -2.2 -2.3 -1.4 -1.3 -1.4 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.6 -1.7 -1.6 -1.6 -1.6 -1.7 -1.6 -1.7 - 1.6 -1.7 -1.7 -1.8 - 1.7 .9 - 1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -2.0 -2.0 -2.0 -1.9 -2.0 -2.0 -2.1 -2.0 -2.1 -2.1 -2.2 -2.2 -2.1 -2.1 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.4 -2.2 - 2.2 - 2.--2. 22.2 - 2.2 - 2.2 - 2.2 .3 -2.1 -2.2 -2.2 -2.1 -1.6 -1.6 -1.6 -1.7 - 1.8 -2.0 -2.1 -2.2 -2.2 - 2.3 -2.1 -2.1 -2.1 -2.0 -2.0 -2.0 -2.0 -2.2 -2.0 -2.0 -2.1 -2.1 2.2 -2.1 -2.3 -1.6 -1.7 -1.8 -1.9 -1.8 -1.9 -2.1 -2.1 -2.3 -2.2 -2.2 -2.1 -1.6 -1.6 - 1.7 -1.7 -2.1 -2.2 -2.2 -2.2 -2.2 -2.1 -1.5 -1.6 -1.8 -1.8 -1.9 -2.0 - 2.1 - 2.2 -2.1 -2.2 -1.5 -1.6 -1.6 -1.6 -1.6 .5 -1.6 -1.6 -1.5 --1.5 1.6 -1.6 - 1.6 -1.8 -2.1 -2.0 -2.1 -2.1 -2.1 -2.1 -2.0 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.7 -1.7 -2.1 -2.2 - 2.0 -2.1 -2.2 - 1.6 -1.8 -1.9 -2.0 -2.0 -1.8 -1.9 - 1.9 - 2.2 -2.0 -2.0 -2.0 - 1.4 1.7 -1.4 - 1.4 -1 .5 - 1 .6 - 1.6 -1.6 -1.6 -1.5 -1.5 -1.5 -1.6 -1.6 -1.7 -1.7 -1.7 -1.8 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 -1.8 -1.7 -1.7 -1.7 -1.8 -1.7 -1.8 -1.8 -1.7 -1.7 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -1.8 -2.1 -1.8 - 1.7 - 1.-1. 8 8 -1 .9 - 1.9 - 1 2.9 .1 -2.0 -2.0 -2.1 -1.7 -1.8 -1.9 -1.8 -1.8 -1.9 -1.9 -2.1 -2.1 -1.3 -1.3 -1.2 -1.3 -1.4 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.4 -1.5 -1.7 -1.8 -1.9 -2.0 -2.8 -1 .0 -1.7 - 1.8 - 2.0 -1.9 -2.0 -1.9 -1.8 -2.0 -2.0 -1.9 -2.0 -2.0 -1.3 - 1.4 - 1.6 -1.7 -1.8 -1.9 - 1.7 -1.7 - 2.0 -2.0 -1.9 -2.1 -1.9 -1.3 -1.2 - 1.4 - 1.6 -1.6 -1.7 -1.7 -1.6 -1.8 -1.6 -2.0 -2.0 -2.0 -2.2 -1.9 -2.0 -1.2 -1.2 -1.3 -1.6 -1.6 -1.6 -1.7 -1.7 -1.6 -1.7 -1.6 -2.1 .0 -2.1 -1.8 -1.9 -1.9 -1.4 -1.4 - 1.5 -1.5 -1.6 -1.6 -1.6 -1.5 -1.6 -1.5 -1.6 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -2.0 -1.7 -1.9 -1.8 -2.0 -2.0 -1.3 -1.2 -1.2 -1.2 -1.4 - 1.5 - 1.4 -1.3 -1.3 -1.3 -1.3 .5 -1.5 -1.5 -1.6 -1.5 -1.5 -1.5 -1.6 -1.6 -1.6 -1.5 -1.6 -1.5 -1.5 -1.4 -1.6 -1.9 -1.8 -1.8 -1.9 -2.0 -1.4 - 1.4 -1.4 -1 .4 -1.3 -1.6 -1.4 -1.5 -1.6 -1.4 -1.5 -1.5 -1.3 .5 -1.2 -1.8 -1.6 -1.8 -1.7 -1.7 -1.7 -1.7 -1.9 -2.0 - 1.3 -1.3 - 1.-1. 23 -1 .3 - 1 .3 -1.3 -1.3 -1.2 -1.3 -1.4 -1.4 -1.5 -1.4 -1.4 -1.2 -1.5 -0.9 -1.7 -1.8 -1.9 - 1.2 3 - 1.2 -1.3 -1.3 -1.3 -1.4 -1.0 -1.4 -1.2 -1.2 -1.4 -1.3 -1.4 -1.4 -1.4 -1.4 -1.4 -1.4 -1.4 -1.3 -1.2 - 1.1 - 1.1 -1.1 -1.3 -1.4 -1.2 -1.4 -1.4 -1.2 -1.1 -1.3 -1.2 -1.1 -1.1 -1.2 -1.3 -1.3 .4 -1.2 1.3 -1.3 -1.4 -0.9 -1.2 -0.9 -1.0 -1.3 -1.1 -1.0 -1.1 -1.3 -1.3 -1.3 -1.3 -1.3 -1.2 -1.2 -1.2 -1.2 -1.2 - 0.8 -1.4 -1.1 -1.1 -1.1 -1.1 -1.3 -1.3 -1.2 -1.2 -1.2 -1.1 -0.8 -0.8 -0.8 -1.3 -1.2 -1.1 -1.0 -1.0 -1.0 -1.0 -1.0 -1.0 -1.1 -0.9 -0.8 -0.8 -0.8 -1.0 -1.1 -1.0 -1.0 -0.9 -1.0 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -0.9 -1.2 -0.9 -0.9 -1.1 -0.8 -0.9 - 0.4 - 0.5 -0.9 -0.8 - 0.4 -0.7 - 0.3 0.2 - 0.3 - 0.3 -0.4 -0 .7 - 0.4 - 0.4 -0 .9 - 1.4 - 0.4 - 1.4 - 0.2 -1 0.2 .3 .7 -4.2 -4.3 -4.2 -4.3 -4.2 -4.3 -4.3 -4.3
-6.308
-4.3 -4.0 -4.0 -4.0 -4.2 -4.0 -4.1 -4.2 -4.2 -3.9 -3.9 -4.0 -4.2 -4.0 -4.2 -4.1 -4.1 -4.0 -4.1 -4.1 -4.1 -3.9 -4.0 -4.0 -4.0 -3.9 -4.0 -3.9 -3.9 -4.0 -3.9 -3.8 -3.9 -3.8 -3.8 -3.9 -3.9 -3.8 -3.7 -3.7 -3.6 -3.6 -3.5
-6.31
-3.4 -3.4 -3.3 -3.2 -3.3 -3.2 -3.2 -3.1 -3.1
-6.312
-3.0 -3.0 -2.8 -2.8
Latitude, S
-2.7 -2.7 -2.6 -2.6 -2.6 -2.7 -2.6 -2.5
-6.314
-2.4 -2.3 -2.3
-2.2 -2.2 -2.1 -2.1 -2.0 -2.0 -1.9
-6.316
-1.8 -1.8 -1.7
-1.6 -1.6 -1.6
-6.318
-6.32
Grid batimetri
108.074
108.076
108.078
108.08
108.082
108.084
108.086
108.088
108.09
Longitude, E
Gambar 8 Pola tracking batimetri dengan ADCP
108.092
Data Arah dan Kecepatan angin Data arah dan kecepatan angin berupa data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jakarta untuk daerah pengukuran Stasiun Meteorologi Sukapura Cirebon. Data angin diperlukan untuk memprediksikan gelombang laut dalam berdasar dari data angin maksimum bulanan selama 16 tahun dari tahun 1991- 2006. Data tersebut cukup representatif untuk memprediksikan gelombang
dan pengaruhnya terhadap pembangkitan arus dan
transpor sedimen menyusur pantai, yang nantinya digunakan untuk memprediksikan budget sedimen serta keterkaitannya dengan kestabilan pantai Eretan. Selain itu digunakan data primer dari arah dan kecepatan angin yang diukur langsung dengan menggunakan anemometer yang dipasang pada posisi 108° 05’ 00’’ BT dan 06° 19’ 15’’ LS ketinggian 10,9 m diatas permukaan laut (10 m tinggi tiang pancang dan 0,9 m tinggi anemometer) (Gambar 9) selama 6 hari pada 12-17 Mei 2006. Data hasil pengukuran angin tersebut digunakan sebagai pembanding data sekunder dari BMG terutama pada bulan yang sama. Selain itu data pengukuran angin tersebut akan dikonversikan menjadi data angin diatas permukaan laut yang dapat membangkitkan gelombang. Gelombang hasil prediksi dari pengukuran data angin tersebut kemudian dibandingkan dengan gelombang hasil pengukuran dengan wave recorder.
Gambar 9 Wind wave anemometer tipe propeller yang dipasang pada ketinggian 10,9 m Pengambilan Contoh Sedimen Dasar dan Sedimen Tersuspensi Pengambilan contoh permukaan sedimen dasar menggunakan Bottom grab Sampler dan sedimen tersuspensi dengan Water Sampler di 1 stasiun sungai (stasiun pengukuran debit), 1 stasiun muara dan 7 stasin laut (Gambar 4). Sampel sedimen
yang diperoleh selanjutnya dianalisis (laboratorium) untuk menentukan ukuran butiran menggunakan sieve net dan metode pipet serta beberapa analisis sedimen (D50 dan D90). Pengukuran Laju Sedimentasi Pengukuran laju sedimentasi dengan menggunakan sediment trap yang diletakkan pada dua titik masing-masing diposisi 108° 05’ 05’’ BT 06° 19’ 10’’ LS dan 108° 04’ 55’’ BT 06° 19’ 10’’. Pemasangan alat dilakukan selama 6 hari yaitu pada 12-17 Mei 2006.
Pengukuran Debit Sungai Pengukuran debit sungai selama 24 jam dan dilakukan pencatatan tiap 3 jam pada 12-17 Mei 2006. Pengukuran dilakukan di daerah aliran yang tidak mendapat pengaruh pasang air laut. Penampang sungai dibagi menjadi empat bagian, dan pengukuran kecepatan aliran dari permukaan sampai dasar tiap interval kedalaman 0,5 m dengan menggunakan alat current meter. Sketsa pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang sungai dilakukan digambarkan pada Gambar 10. Pengukuran luas penampang sungai yaitu dihitung dari perkalian antara lebar sungai (L) dengan kedalaman sungai (h1 - h4). Lebar Sungai (L) A
B 0,5
0,5
1,5
h2
1,5
D 0,5
1.0
1.0 h1
C
0,5
1.0 h3
1,5
2,0
2,0
2,0
2,5
2,5
2,5
1,0 h4
1,5 2,0
Gambar 10 Sketsa pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang sungai
Analisis Laboratorium Analisis sedimen di laboratorium meliputi analisis ukuran butir dan analisis muatan padatan tersuspensi (MPT). Analisis Ukuran Butiran Sedimen Sampel sedimen dianalisis menggunakan metode Buchanan (1984) dalam Holme and Mc Imtyre (1984) sebagai berikut : 1) Sampel ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian disaring dengan saringan ukuran 0,063 mm dan diayak dalam baskom yang diisi 1 liter aquades hingga terbagi menjadi dua bagian, yaitu sampel yang mengendap dan sampel yang lolos saringan. 2) Sampel yang tidak lolos saringan dimasukkan dalam oven pada temperatur 100° C hingga kering. 3) Sampel disaring dengan saringan bertingkat (0,500 mm, 0,250 mm, 0,125 mm, 0,063 mm) dan kemudian hasil ayakan masing-masing ditimbang. 4) Sampel yang lolos saringan paling bawah ditimbang dan dicampur dengan sampel yang lolos pada saringan pertama, kemudian dipindahkan dalam gelas ukur volume 1 liter, dikocok hingga homogen untuk dilakukan pemipetan. Jarak dan waktu pemipetan seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Jarak dan waktu pemipetan Diameter (mm) 0,0625 0,0312 0,0156 0,0070 0,0039
Jarak Tenggelam (cm) 20 10 10 10 10
Waktu Jam
2
Menit
Detik
1 7 31 3
58 56 44 0 0
5) Masing-masing hasil pemipetan diletakkan pada cawan yang sebelumnya ditimbang dan dimasukkan pada oven pada temperatur 100° C hingga kering. Sampel diambil dan dimasukkan dalam desikator selama 10 menit. Kemudian ditimbang untuk mendapatkan presentase masing-masing fraksi.
Analisis Muatan Padat Tersuspensi (MPT) Analisis MPT menurut metode APHA (1976) dalam Supriharyono (1988) adalah sebagai berikut : 1) Sampel air disaring menggunakan kertas saring milipore 0,42 µm dengan bantuan pompa hisap, bersama dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya, dan residu hasil penyaringan ditimbang 2) Kertas saring dikeringkan dengan oven pada suhu 105º C selama 2 jam. 3) Sampel yang sudah kering dimasukkan dalam desikator, kemudian ditimbang. 4) Nilai MPT diperoleh melalui perhitungan : MPT =
a−b mg / l V
Keterangan : a : berat kertas saring dan residu sebelum pemanasan (mg) b : berat kertas saring setelah pemanasan (mg) V : volume air sampel yang tersaring (l)
Analisis Laju Sedimentasi Sampel sedimen diambil dari sedimen trap dan ditampung dalam kantong plastik lalu diendapkan selama satu malam. Kemudian dibungkus alumunium foil (yang telah dilakukan pengovenan pada suhu 100º C disimpan dalam desikator) dan dioven pada suhu 105º C selama 5 jam sampai beratnya konstan. Setelah ditimbang untuk menghitung laju sedimentasi dengan rumus APHA (1976) dalam Supriharyono (1988) sebagai berikut : Laju Sedimentasi =
(a − b) gr / cm 2 / minggu 2 π ( d / 2)
Keterangan : a : berat akhir alumunium foil dan sedimen (gram) b : berat awal alumunium foil (gram) d : diameter sedimen trap (cm)
Analisis Data Kedalaman Kedalaman yang diperoleh dari pengukuran di lapangan diplotkan ke dalam peta digital berdasarkan posisi GPS untuk membuat peta kontur batimetri. Kedalaman
yang diplotkan terlebih dahulu dikoreksi terhadap MSL (Mean Sea Level) sebagai titik referensi dengan menggunakan persamaan berikut :
∆d = d t − (ht − MSL) dimana : ∆d : kedalaman riil atau sesungguhnya, MSL : permukaan air laut rata-rata, dt : kedalaman laut di suatu titik pada pukul t, ht : ketinggian permukaan air pasang
surut pada pukul t. Peta kedalaman yang diperoleh dari sounding dianalisis, untuk mengetahui kemiringan pantai yang selanjutnya digunakan untuk analisis perilaku gelombang dan pengaruhnya terhadap pembentukan arus pantai dan transpor sedimen pantai sampai analisis budget sedimen.
Peramalan Gelombang
Sebelum perhitungan peramalan gelombang, terlebih dahulu dilakukan analisis data angin yang diperoleh dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) wilayah Cirebon, yang dikelompokkan dalam tabel setiap arah pada setiap bulan untuk menentukan presentase arah dan kecepatan angin selama periode pengamatan. Perhitungan durasi angin diperkirakan melalui presentase kejadian pada setiap arah pada selang kecepatan tertentu. Perkiraan durasi ini menggunakan persamaan berikut : t atau dh= e x 24 jam
(3.1)
dimana : e adalah presentase kejadian perbulan dan t atau dh adalah durasi angin. Data arah dan kecepatan angin divisualisasikan dalam bentuk diagram mawar angin (wind rose). Peramalan gelombang untuk mentransformasi data angin menjadi data
gelombang. Dalam perencanaan bangunan pantai diperlukan data gelombang yang mencakup seluruh musim, terutama pada musim dimana gelombang-gelombang besar terjadi. Salah satu metode peramalan gelombang adalah yang dikenalkan oleh Sverdrup dan Munk (1947) dan selanjutnya oleh Bretscheneider (1958), yang dikenal sebagai metode SMB (CERC 1984). Langkah-langkah perhitungan dalam memprediksikan gelombang dengan metode ini adalah sebagai berikut :
1.
Pemisahan angin-angin kuat yang mampu membangkitkan gelombang setiap bulan dan menentukan arah angin yang dapat membangkitkan gelombang, dalam hal ini angin yang berasal dari laut. Berdasarkan metode SMB (Sverdrup, Munk, Bretschneider), nilai kecepatan angin yang mampu membangkitkan gelombang dengan kecepatan ≥ 10 knot.
2.
Berdasarkan data angin maksimum yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi yang diukur di darat, maka perlu dikoreksi menjadi data angin laut untuk dapat digunakan untuk peramalan gelombang. Urutan analisis koreksi data kecepatan angin berdasarkan dari CHL (2002) sebagaimana disajikan dalam Gambar 11. Data Angin Stasiun Meteorologi
Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m Gambar 12
Koreksi untuk Durasi Angin Gambar 13 > 10 mil/16,09 km
< 10 mil/16,09 km Panjang Fetch
Koreksi Darat ke Laut U W = RLU L Gambar 14
Koreksi Angin Darat ke Laut UW = 1,2U L
Koreksi untuk Durasi Angin
Koreksi untuk Tegangan Angin U A = 0,71UW
U C = RT U W
1, 23
Gambar 13 Koreksi untuk Durasi Angin 1, 23 U A = 0,71U C Gambar 13
Peramalan Gelombang SMB
Keterangan : UL = Kecepatan angin di darat , Uw = Kecepatan angin di laut, RT = Kondisi atmosfer, UA = Faktor Tegangan angin
Gambar 11 Diagram alir koreksi kecepatan angin (CHL 2002) Berdasarkan diagram alir koreksi kecepatan angin pada Gambar 11 dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a) Dari data angin Stasiun Meteorologi kemudian dilakukan koreksi angin pada ketinggian 10 m dengan menggunakan grafik pada Gambar 12.
Gambar 12 Rasio koreksi angin pada ketinggian 10 m (CHL 2002) b) Kemudian dilakukan koreksi untuk durasi angin dengan menggunakan grafik pada Gambar 13
Gambar 13 Rasio durasi angin (Ut) pada kecepatan 1 jam (U3600) (CHL 2002) c) Dari nilai durasi angin dan panjang fetch, kemudian dilakukan koreksi angin darat ke laut dengan menggunakan grafik pada Gambar 14
Gambar 14 Perbandingan/rasio (RL) kecepatan angin di atas laut (Uw) dengan angin di darat (UL) (CHL 2002)
3.
Menghitung panjang fetch efektif dari data fetch dari pengukuran secara grafis (lapangan), dengan Peta RBI dengan persamaan dari Shore Protection Manual (CERC 1984) :
Feff =
∑ Xi cos α ∑ cos α
(3.2)
dimana Feff adalah fetch efektif (fetch grafis), Xi adalah panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang sampai memotong garis pantai, α adalah deviasi pada dua sisi dari arah angin dengan menggunakan 5° sampai 45° pada sisi kanan dan sisi kiri arah angin (Gambar 15).
Gambar 15 Sketsa fetch daerah penelitian (Sumber : Hasil analisis 2007) Metode ini berdasarkan asumsi sebagai berikut : a.
Angin berhembus dari permukaan air melalui lintasan yang berupa garis lurus
b.
Angin berhembus dengan mentrasfer energinya dalam arah dan pergerakan angin menyebar dalam radius 45° terhadap sisi kanan dan kiri dari arah anginnya
c.
Angin mentransfer satu unit energi pada air dalam arah dan pergerakan angin dan ditambah satu satuan energi yang ditentukan oleh harga cosinus sudut antara jari-jari terhadap arah angin.
d. 4.
Gelombang diabsorbsi secara sempurna di pantai.
Menghitung tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts) pada persamaan (3.3) dan (3.4) Tinggi gelombang signifikan :
gF gH s = 1,6 x10 −3 2 2 UA U A
gF gTs Periode gelombang signifikan : = 2,857 x10 −1 2 UA U A
(3.3) 1/ 3
(3.4)
dimana t = durasi pertumbuhan gelombang (detik), F = fetch efektif minimum (m), dan g = percepatan gravitasi (m/s2), UA = Faktor tegangan angin. 5.
Analisis parameter gelombang diselesaikan dengan menggunakan teori gelombang amplitudo kecil (small-amplitude wave theory). Berdasarkan teori ini, untuk penyederhanaan rumus-rumus gelombang maka dilakukan klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman, sebagaimana disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Persamaan parameter gelombang amplitudo kecil (CHL, 2002) Kedalaman Relatif Profil muka air Kecepatan gelombang Panjang gelombang
Kecepatan Grup
Perairan Dangkal d 1 〈 L 25 > Sama dengan
C=
L = gd T
L = T gd = CT
C g = C = gd
Perairan Transisi 1 d 1 〈 〈 25 L 2 η=
H 2πx 2πt H cos − = cosθ 2 T 2 L
Perairan Dalam d 1 〉 L 2 < Sama dengan
C=
L gT 2πd = tanh T 2π L
C = C0 =
L gT = T 2π
L=
gT 2 2πd tanh 2π L
L = L0 =
gT 2 C 0T 2π
C g = nC =
1 4πd / L 1 + C 2 sinh (4πd / L )
Cg =
1 gt C= 2 4π
Keterangan : d : kedalaman perairan ; L : panjang gelombang ; H : tinggi gelombang ; T : periode gelombang ; C : Co : kecepatan rambat gelombang ; Cg : kecepatan group gelombang ; g : kecepatan grafitasi
Analisis Parameter Gelombang Pecah Parameter yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sudut datang gelombang (α0), tinggi gelombang saat pecah (H1), Kecepatan gelombang (C0), kecepatan grup gelombang (Cg), periode gelombang (T), dan kedalaman perairan (d). Untuk menghitung parameter gelombang pecah perlu juga diketahui keadaan kemiringan pantai pada segmen yang ditinjau sehingga indek gelombang (γb) pecah yang akan digunakan dalam perhitungan dapat ditentukan. Arah gelombang datang tidak selalu tegak lurus dengan garis pantai, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh transformasi gelombang utama yaitu pengaruh refraksi dan shoaling (perubahan kedalaman). Pembuatan diagram refraksi menggunakan Metode puncak gelombang (Triatmodjo 1999). Penentuan besar sudut datang gelombang di perairan dalam disesuaikan dengan sudut datang angin permukaan. Analisis transformasi gelombang, dapat dilakukan dengan menentukan gelombang dalam ekivalen dengan menentukan kedalaman acuan (referensi). Tinggi gelombang ini dihitung dengan menggunakan persamaan : (3.6)
H1 = H0 Ks Kr
dimana Ks dan Kr adalah koefisien shoaling dan refraksi yang dihitung dengan persamaan :
Ks =
Kr =
C go
(3.7)
C gi
cos θ 0 cos θ1
(3.8)
Analisis gelombang pecah berdasarkan petunjuk McCowan (1891) dalam CHL (2002) bahwa gelombang mulai pecah bila tinggi gelombang mencapai 0,78 kali kedalaman perairan atau : (3.9)
Hb= γb db
Selanjutnya Hubert et al. (1993) dalam CHL (2002) yang mempertimbangkan pengaruh transformasi gelombang
(shoaling dan refraksi) sehingga parameter
gelombang pecahnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 4 5 1
Gelombang pecah H b = H (C g1 cos α 1 )
2 5
g H 1 g 2 sin 2 (a1 ) − γ b2 C12 γ b
1/ 5
(3.10)
Lebar daerah hempasan gelombang pecah X b =
Hb γ bm
(3.11)
Kecepatan grup gelombang pecah C b = C gb = gd b Sudut datang gelombang pecah sin α b = g
(3.12)
H b sin α 1 γ b C1
(3.13)
Parameter Arus Kecepatan arus menyusuri pantai (v) akibat pengaruh gelombang pecah dihitung dengan persamaan empiris (3.15) dalam (CHL 2002). Alasan penggunaan rumus tersebut karena kecepatan arus menyusuri pantai selain dipengaruhi oleh pengaruh gelombang pecah, juga dipengaruhi koefisien gesekan dasar ( C f ). Perhitungan kemiringan pantai tidak hanya karena pengaruh kedalaman (batimetri) saja tetapi juga karena pengaruh karakteristik gelombang pecah (perbandingan tinggi dan
kedalaman
gelombang
pecah)
yaitu
dalam
komponen
persamaan
:
2
tan β ∗ = tan β /(1 + (3γ b / 8)) . v=
5π tan β * γ b gdb sinα b cosα b 16 C f
dimana : v
(3.15)
: Kecepatan arus menyusuri pantai
tan β ∗ : Kemiringan pantai yang mengubah susunan gelombang Cf
: Koefisien gesekan dasar
Analisis Butir Sedimen Analisis butir sedimen sesuai ayakan ASTM (American Society for Testing and Material) menggunakan metode sieve net untuk ukuran sedimen pasir dan metode pemipetan untuk ukuran sedimen lempung dan lanau (Faturahman dan Wahyu 1992). Selanjutnya pengelompokan klasifikasi menurut skala Wenworth. Prosedur analisis fisik sedimen diatas dianalisis dengan menggunakan software Grain Size Analyss (Fay 1988) dengan keluaran berupa parameter statistik sedimen (Gaussian distribution) meliputi ukuran partikel sedimen tersuspensi (D50, D90), dan untuk menghitung konsentrasi sedimen tersuspensi menggunakan metode gravimetri.
Transpor Sedimen Perhitungan volume transpor sedimen total menggunakan Metode Fluks Energi. Metode fluks energi pertama kali dikembangkan oleh CERC (1984), metode ini hanya bergantung kepada komponen besarnya fluk energi (power) arus menyusuri pantai. Metode CERC kemudian dimodifikasi oleh CHL (2002) dengan memasukkan komponen empirik (K=0,6), densitas air dan sedimen (ρ =1025 kg/m³ dan ρs =2650 kg/m³ serta porositas sedimen (n = 0,4) seperti dalam persamaan (3.16). Alasan penggunaan rumus ini di lokasi penelitian pantai Eretan Indramayu adalah : 1) diameter pasir butir pasir < 1000 µm 2) bukan merupakan tanah tuangan (shoal) dan 3) gaya yang bekerja hanya karena pengaruh gelombang. ρ g H Qtot = K 16κ 1 2 (ρ − ρ )(1 − n ) b s
dimana :
5
2
sin (2α b )
(3.16)
Qtot : Volume total angkutan sedimen menyusuri pantai K
: Parameter empirik (K = 0,6)
κ
: laju dissipasi fluks energi (κ = 0,15)
ρs
: densitas sedimen fraksi pasir (ρs = tergantung daerah penelitian)
ρ
: densitas air (ρs = tergantung daerah penelitian)
n
: porositas sedimen
Analisis Peta dan Citra Analisis peta dilakukan terhadap peta rupa bumi (Bakosurtanal lembar 1309 – 413 tahun 1999 skala 1 : 25.000) dan peta batimetri (Dishidros tahun 1991). Peta rupa bumi yang telah dikoreksi terhadap peta batimetri sebagai kondisi awal garis pantai, kemudian dibandingkan dengan hasil tracking garis pantai pada bulan Mei 2006 yang telah dikoreksi terhadap tinggi pasang surut sebagai kondisi akhir garis pantai. Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 5 TM Path/Row 121/064 akuisi 5 Juli 1991 sebagai kondisi awal pantai dan citra Landsat 7 ETM
Path/Row 121/064 akuisi 19 Oktober 2006 sebagai kondisi akhir pantai.
Analisis citra yang dilakukan yaitu analisis digitasi garis pantai. Digitasi garis pantai dilakukan secara manual pada layer monitor komputer yang lazim disebut on screen
digitizing, tampilan yang di gunakan adalah komposit warna semu 432 (Gambar 16 dan Gambar 17).
Gambar 16 Citra komposit warna semu 432 Landsat 5 TM Path/Row 121/064 akuisi 5 Juli 1991
Gambar 17 Citra Komposit warna semu 432 Landsat 7 ETM Path/Row 121/064 akuisi 19 Oktober 2006 Analisis Budget Sedimen dan Analisis Kestabilan Garis Pantai Analisis budget sedimen digunakan untuk mengevaluasi besarnya transpor sedimen dari enegi yang bekerja pada areal tertentu (secara spasial) dari tepi pantai kearah laut (profil). Jumlah profil tersebut representatif terhadap luas areal penelitian. Analisis budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas (kekekalan massa
sedimen) sehingga diketahui daerah pantai yang mengalami abrasi atau akresi (sedimentasi) dari aktifitas energi yang bekerja. Analisis kestabilan garis pantai dapat dilihat dengan 3 cara : 1. Besarnya budget sedimen bulanan dan pengukuran lapangan dapat ditentukan dari perhitungan besarnya laju transpor dari masing-masing profil berdasarkan volume dan arah prediksi netto sedimen transpor bulanan dan pengukuran lapangan yang diperoleh dari perhitungan diatas. Budget sedimen adalah selisih antara sedimen yang masuk dan yang keluar pada suatu profil pantai. Apabila nilai budget sedimen 0 maka pantai dalam kondisi stabil, jika nilainya positip pantai mengalami akresi dan sebaliknya untuk nilai negatip pantai mengalami erosi. 2. Analisis kestabilan garis pantai dengan memplotkan peta dasar bakosurtanal 1999 dengan peta batimetri 1991 sebagai garis pantai awal, dan kemudian dibandingkan dengan garis pantai hasil traking saat survei tahun 2006 yang telah dikoreksi terhadap data pasang surut. 3. Analisis kestabilan garis pantai juga dilihat dari data citra Landsat 5 hasil pemotretan 5 Juli 1999 sebagai kondisi pantai awal dan citra landsat 7 hasil pemotretan 19 Oktober 2006.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angin dan Panjang Fetch Hasil analisis data angin maksimum perbulan di daerah Eretan menunjukkan kecepatan angin terbesar terjadi bulan Desember - Februari saat musim barat yang umumnya berasal dari arah baratlaut dan sebagian arah utara (30 - 40%) dengan kecepatan 3 - 6 m/det. Bulan Maret - Mei kecepatan angin mulai melemah memasuki musim peralihan antara musim barat ke musim timur (Musim Peralihan I) kondisi angin berubah - ubah, meskipun masih didominasi dari arah timurlaut (30 – 50%) dengan kecepatan 2 - 4 m/det. Kemudian semakin melemah pada bulan Juni Agustus yang merupakan puncak musim timur dimana angin umumnya bertiup dari arah timurlaut dan timur (30 - 40%) dengan kecepatan 2 - 3 m/det. Bulan September November mulai memasuki musim peralian antara musim timur ke musim barat (Musim Peralihan II ) hanya sebagian yang berasal dari arah timurlaut (10 - 20%) dengan kecepatan 1 - 3 m/det. Hasil selengkapnya untuk analisis frekuensi dan prosentase kecepatan dan arah angin maksimum untuk setiap bulannya selama 16 tahun (1991 – 2006) disajikan dalam bentuk mawar angin (wind rose) perbulan pada Lampiran 1. Frekuensi dan persentase kecepatan dan arah angin maksimum selama periode 16 tahun (1991 – 2006) mempunyai nilai prosentase yang hampir sama untuk tiap arahnya (Tabel 7) dan dalam bentuk Wind rose terlihat pada Gambar 18. Arah angin maksimum dominan dari arah baratlaut (24,73%), utara (24,19%), timurlaut (23,12%) dan timur (17,74%). Berdasarkan skala Beaufort, kecepatan dan arah angin maksimum sebagian besar berkisar pada skala 3 dan 4 atau pada interval 5,5 – 8,0 m/det (61, 82%) dan ≥ 8,0 m/det (19,90%), sedangkan kecepatan angin lemah atau pada skala 1 dan 2 atau pada interval 0,5 – 3,3 m/det hanya berkisar (3,77%) dan interval 3,3 – 5,5 m/det (14,51%).
Tabel 7 Frekuensi dan persentase angin maksimum selama tahun 1991-2006 0,5 - 3,3
3,3 - 5,5
5,5 – 8,0
≥ 8,0
Total
m/det
m/det
m/det
m/det
m/det
Arah Angin
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Utara
2
1,08
8
4,30
27
14,51
8
4,30
45
24,19
Timurlaut
5
2,69
6
3,22
28
15,05
4
2,16
43
23,12 17,74
Timur
-
-
10
5,37
20
10,76
3
1,61
33
Tenggara
-
-
-
-
2
1,08
3
1,61
5
2,69
Selatan
-
-
1
0,54
6
3,22
2
1,08
9
4,84
Baratdaya
-
-
-
-
3
1,61
-
-
3
1,61
Barat
-
-
1
0,54
1
0,54
-
-
2
1,08
Baratlaut
-
-
1
0,54
28
15,05
17
9,14
46
24,73
Jumlah
7
3,77
27
14,51
115
61,82
37
19,90
186
100
Sumber : Hasil Analisis data angin berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Sukapura Cirebon
Gambar 18 Wind rose daerah Eretan Indramayu tahun 1991-2006 berdasarkan pengamatan angin SM Sukapura Cirebon Hasil peramalan gelombang diperoleh dari kecepatan angin pengukuran di Stasiun Meteorologi Sukapura Cirebon yang dikonversikan menjadi kecepatan angin di atas permukaan laut dan kemudian diperoleh faktor tegangan angin yang dapat membangkitkan gelombang. Dalam konversi kecepatan angin mengikuti petunjuk dari CHL (2002) dan hasilnya disajikan dalam Lampiran 2. Analisis panjang fetch (Lampiran 3) dilakukan untuk mereduksi hasil prediksi gelombang yang terlalu besar
(Saville et al, 1962 dalam CERC, 1984). Panjang fetch efektif diperoleh dari nilai fetch yang dapat membangkitkan gelombang, seperti tersaji dalam Tabel 8. Tabel 8 Panjang fetch efektif di perairan Eretan Indramayu Arah
Utara
Timurlaut
Feff (km)
439,67
Timur
561,76
Tenggara
345,712
Baratdaya
Baratlaut
2,761
316,43
2,924
Sumber : Hasil Analisis data angin berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Sukapura Cirebon
Arah dan Kecepatan Angin Pengukuran Langsung di Lapangan Selain data sekunder, arah dan kecepatan angin dalam periode tahun 1991 2006 juga dilakukan pengukuran langsung dengan anemometer yang dipasang ± 100 m dari garis pantai pada ketinggian 10,9 m dari permukaan laut. Pengukuran angin selama 5 hari yaitu 12 - 17 Mei 2006 bersamaan dengan pengukuran gelombang. Hasil pengukuran angin tersebut digunakan sebagai pembanding data sekunder BMG terutama pada bulan yang sama. Selain itu data tersebut akan dikonversikan menjadi data angin di atas permukaan laut yang dapat membangkitkan gelombang, data selengkapnya di Lampiran 4. Frekuensi dan persentase arah dan kecepatan angin maksimum pada 12 - 17 Mei 2006 disajikan Tabel 10 dan Wind rose Gambar 19. Tabel 9 Frekuensi kecepatan angin 12 - 17 Mei 2006 0,0 - 0,2
0,3 - 1,5
1,6 - 3,3
≥ 32,7
Total
m/det
m/det
m/det
m/det
m/det
Arah Angin
Utara
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
Jum
%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
28,81
Timurlaut
23
19,49
11
9,32
-
-
-
-
34
Timur
34
28,82
17
14,40
-
-
-
-
51
43,22
Tenggara
14
11,86
12
10,17
-
-
-
-
26
22,03
Selatan
-
-
4
3,40
-
-
-
-
4
3,40
Baratdaya
-
-
2
1,70
-
-
-
-
2
1,70
Barat
-
-
1
0,84
-
-
-
-
1
0,84
Baratlaut
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
71
60,17
47
39,83
-
-
-
-
118
100
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis data angin berdasarkan data pengukuran pada tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan Indramayu
Gambar 19 Wind rose daerah Eretan selama 12 - 17 Mei 2006 Angin yang bertiup di daerah Eretan selama bulan Mei yang mewakili musim peralihan, menunjukkan kecepatan angin berkisar antara 0 m/s - 0,75 m/s. Arah angin berubah-ubah meskipun masih didominasi
dari arah timur (43,22%), kemudian
timurlaut (28,81%) dan tenggara (22,03%). Sesuai dengan skala Beaufort angin semacam itu sebagai angin calm hingga light air. Kecepatan angin calm berkisar antara 0 m/s - 2 m/s (60,17%) dan kecepatan angin light air berkisar antara 0,3 m/s 1,5 m/s (39,83%). Dari Wind rose arah dan kecepatan angin maksimum pada 12 - 17 Mei 2006 (Gambar 19) memiliki pola yang sama dengan Wind rose bulan Mei 1991 2006 yaitu dominan dari arah timur (56,25%) dan timurlaut (31,25%) seperti terdapat dalam Lampiran 1.
Pasang Surut Berdasarkan nilai konstanta harmonik pasang surut yang didapatkan dari data prakiraan pasut stasiun Cirebon diperoleh bilangan Formzahl (F) sebesar 0,73 maka berdasarkan kriteria courtier range nilai tersebut termasuk tipe pasut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 20 menunjukkan dalam satu hari pengamatan terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Grafik pola pasut hasil pengukuran bulan Mei 2006 dengan SBE Tide gauge recorder dan hasil peramalan oleh Dishidros Mei 2006 di wilayah Eretan memiliki pola yang sama. Dari Gambar 20 (a) menunjukkan pola pasut hasil pengukuran bulan Mei 2006 dan (b) menunjukkan pola pasut hasil peramalan oleh Dishidros bulan Mei
2006. Grafik pola pasut tersebut sesui dengan yang digambarkan oleh Wyrki (1961): Pariwono (1989) dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989) tentang tipe pasut
di
perairan Indonesia. (a) 1. 4 1. 2 1 0. 8
0. 6 0. 4 0. 2 0
Wa k t u ( j a m )
(b) PASUT PERAMALAN MEI 2006 1.2
Tinggi (m)
1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
26 51 76 101 126 151 176 201 226 251 276 301 326 351 376 401 426 451 476 501 526 551 576 601 626 651 676 701 726 Waktu
Gambar 20 (a) Grafik pasang surut hasil pengukuran 12-17 Mei 2006 (b) Grafik pasang surut hasil peramalan Dishidros bulan Mei 2006
Gelombang Hasil Pengukuran Tinggi gelombang hasil pengukuran dengan SBE Wave gauge recorder pada tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan berkisar antara 0 - 1,00 m dengan periode antara 0 - 5,25 detik. Arah datang gelombang dominan dari arah timur, data selengkapnya di Lampiran 5. Kondisi gelombang di perairan pantai sangat dipengaruhi oleh kondisi angin. Fluktuasi kecepatan angin selama pengukuran memiliki pola yang sama dengan fluktuasi tinggi gelombang. Dari wind rose Gambar 19 menunjukkan arah angin dominan dari timur, menyebabkan gelombang menuju pantai berasal dari arah timur. Data gelombang hasil pengukuran akan digunakan sebagai pembanding data gelombang hasil prediksi dari data angin tahun 1991 - 2006. Dari data pengukuran gelombang tanggal 12 - 17 Mei 2006 dapat ditentukan : tinggi gelombang signifikan (Hs = 0,29 - 0,48 m), periode signifikan (Ts = 3,53 - 4,58
detik), panjang gelombang di laut dalam (Lo = 19,36 - 34,79 m), cepat rambat gelombang di laut dalam (Co = 5,5 - 7,37 m/detik). Arah datang gelombang (α), koefisien refraksi (Kr), koefisien pendangkalan (Ks), tinggi gelombang masingmasing kedalaman (H), tinggi gelombang pecah (Hb), kedalaman gelombang pecah (db), kecepatan arus menyusuri pantai (V) dan jumlah traspor sedimen di setiap kedalaman pada Lampiran 6. Dari hasil data tersebut kemudian dibandingkan dengan data hasil analisis perhitungan data angin 1991 - 2006.
Bentuk Profil Pantai Peta kedalaman/batimetri laut berdasarkan titik referensi Mean Sea Level (MSL) pada kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai. Hasil pengukuran kedalaman/batimetri bulan Mei 2006 yang dikoreksi terhadap data pasang surut dengan mengacu pada MSL sebagai dasar pembuatan peta kontur kedalaman sebagai disajikan pada Gambar 21, dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara profil pantai sisi barat, tengah dan timur. Pada profil pantai sisi timur terlihat lebih curam dibandingkan profil pantai sisi barat (semakin kearah barat profil pantai terlihat semakin landai). Pada Gambar 21 terlihat profil pantai sisi timur lebih curam dibandingkan profil pantai sisi barat dan tengah. Hal ini disebabkan pada profil timur merupakan daerah alur pelayaran kapal-kapal nelayan yang
sering dilakukan pengerukan (dreging). Sedangkan profil pantai
sebelah barat dan tengah terlihat lebih landai dan kedalaman berubah secara gradual kearah laut, daerah ini merupakan daerah alur pelayaran kapal-kapal nelayan yang sering dilakukan pengerukan (dreging). Sedangkan profil pantai sebelah barat dan tengah terlihat lebih landai dan kedalaman berubah secara gradual kearah laut, daerah ini merupakan daerah dekat pertambakan yang mengalami erosi yang paling besar. Profil kemiringan pantai Eretan dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 21 Peta batimetri perairan pantai Eretan Indramayu
0 -0.5 -1 -1.5 -2 -2.5 -3 -3.5 -4 -4.5 -5 (meter)
Gambar 22 Profil Kemiringan Pantai Eretan, profil pantai semakin kearah barat semakin landai Untuk memudahkan hasil analisis terhadap sedimen budget maka dibuat 8 profil pantai awal berdasarkan interpolasi kontur kedalaman dari peta Dishidros (1991) sebagai input dalam penentuan kemiringan pantai (kedalaman referensi), yakni pada kedalaman 4 meter, sebagaimana disajikan dalam Tabel 10. Profil pantai dibuat dari barat ke timur profil 1 sampai profil 8 dengan panjang 1,28 km dan jarak tiap profil 160,0 m. Tabel 10 Data Kemiringan pantai pada kedalaman referensi 4 m Profi Pantai Kemiringan Pantai (tan β)
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
0,124
0,126
0,096
0,099
0,163
0,174
0,172
0,174
Sumber : Hasil Analisis 2007 berdasarkan peta batimetri Dishidros 1991
Karakteristik Gelombang Prediksi gelombang dilakukan dengan metode SMB (Sverdrup Munk Bretch Neider) menunjukkan bahwa umumnya gelombang sesuai dengan arah angin yaitu dari arah baratlaut (31,38%), utara (27,89%), timurlaut (22,54%) dan timur (18,91%). Hasil analisis prediksi parameter gelombang setiap bulan selama tahun 1991 – 2006 (Lampiran 7). Karakteristik gelombang (tinggi, periode, durasi, kecepatan, dan
panjang gelombang) maksimum terjadi pada musim barat (Desember - Februari), bulan pertama musim peralihan I (Maret), bulan terakhir musim peralihan II (November). Pada musim timur (Juni - Agustus) dan sebagian musim peralihan I dan II (April - Mei dan September - Oktober) karakteristik gelombang lebih kecil (Tabel 11). Tabel 11 Hasil prediksi karakter gelombang setiap musim selama 1991 – 2006 Bulan
Hs
Ts
t
Co
Lo
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
M. Barat (Des - Feb)
1,94 - 6,54
8,49 - 11,73
10,75 - 28,85
12,57 - 18,94
106,77 - 219,03
M. Peralihan I (Mar - Mei)
1,62 – 4,75
8,01 - 11,28
11,92 – 25,65
11,72 - 17,84
121,49 – 203,91
M. Timur (Juni - Agt)
0,53 - 4,42
2,40 - 11,28
0,47 - 26,67
3,62 - 17,15
110,64 - 203,91
M. Peralihan II (Sept - Nov)
0,25 - 4,72
1,86 - 11,16
0,7 - 27,08
1,83 - 18,04
88,02 - 208,54
Keterangan : Hs= Tinggi gelombang, t = Durasi pertumbuhan gelombang C0 = Kec. gelombang laut dalam, L0 = Panjang gelombang laut dalam. Sumber : Hasil analisis data angin berdasarkan data BMG 1991-2006
Hasil prediksi selama tahun 1991 - 2006 dari arah angin yang membangkitkan gelombang disajikan pada Tabel 12 dimana dari arah baratlaut dan utara parameter gelombang yang terbentuk lebih besar dibanding dengan arah timurlaut dan timur. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan gelombang seperti kecepatan angin, durasi, arah angin dan fetch (CHL, 2002). Angin yang berhembus di atas permukaan laut menimbulkan tegangan pada permukaan laut, dimana semakin lama angin bertiup, semakin besar pula energi yang dapat membangkitkan gelombang (Davis 1991: Triatmodjo 1999). Perbedaan faktor tegangan angin (UA) dan panjang fetch (Feff) berpengaruh pada tinggi dan periode gelombang signifikan (Hs, Ts). Meskipun faktor tegangan angin yang diperoleh dari kecepatan angin darat menjadi angin laut dari keempat arah angin tersebut (baratlaut, utara, timurlaut, timur) perbedaannya relatif kecil (Tabel 12), akan tetapi perbedaan panjang fetch sangat berpengaruh, dimana yang berhadapan dengan laut bebas (baratlaut, utara) lebih besar bila dibandingkan yang berhadapan dengan daratan (timur) dan Tanjung Sentigi (timurlaut) Tinggi dan periode gelombang signifikan untuk arah baratlaut dan utara lebih besar dibandingkan dengan arah timurlaut dan timur. Hal yang sama juga terjadi pada durasi pertumbuhan
gelombang (t), karena panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk akibat energi yang ditransfer angin juga terpengaruh sehingga selain faktor tegangan angin, fetch juga berpengaruh terhadap tinggi, periode dan durasi pertumbuhan gelombang. Tabel 12 Hasil prediksi karakter gelombang selama 1991 – 2006 αo
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Jam
(°)
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(%)
BL
7,37 - 17,43
316,43
2,21 - 5,60
9,70 - 11,86
18,44 - 34,56
18,51 - 14,34
131,78 - 219,53
31,38
U
6,34 - 14,01
439,672
1,94 - 5,14
8,49 - 11,43
15,33 - 28,85
13,25 - 17,84
112,49 - 203,91
27,89
TL
5,90 - 12,22
561,765
1,62 - 4,75
8,01 - 11,28
11,92 - 25,65
11,72 - 33,97
88,02 - 418,51
22,54
T
5,69 - 11,34
345,712
1,51 - 4,68
7,51 - 10,21
11,17 - 18,98
12,91 - 29,98
106,77 - 273,18
18,91
Keterangan : BL = Baratlaut, U = Utara, TL = Timurlaut, T = Timur UA= Faktor tegangan angin, Feff = Panjang fetch effektif, Jam = % kejadian tiap jamnya. Sumber : Hasil Analisis data angin berdasarkan data BMG 1991-2006
Hasil peramalan gelombang dengan metode SMB ini menunjukkan kecocokan yang cukup baik dengan interpretasi pada grafik yang dibuat oleh CERC (1984), dimana grafik tersebut merupakan hubungan antara faktor tegangan angin dan panjang fetch yang disajikan pada Lampiran 8. Kecepatan dan panjang gelombang (Co dan Lo) di laut dalam hanya dipengaruhi oleh periode gelombang. Dimana semakin tinggi periode gelombang maka kecepatan dan panjang gelombang semakin besar. Sebagaimana terlihat pada Tabel 12 oleh karena periode gelombang dari arah baratlaut dan utara lebih besar dari pada timurlaut dan timur sehingga kecepatan dan panjang gelombang juga lebih besar bila dibandingkan dengan arah timurlaut dan timur. Hasil pengukuran gelombang di lapangan dan prediksi dari metode SMB berdasarkan konversi data angin pada jam yang sama selama 12 - 17 Mei 2006, sebagaimana disajikan dalam Tabel 13 menunjukkan hasil ketelitian yang cukup baik dan mempunyai nilai yang relatif sama, hanya perbedaan pada arah datangnya gelombang yaitu antara 2 - 15º. Hal ini disebabkan pengukuran angin dilakukan pada ketinggian 10,9 m di atas permukaan laut dan berjarak ± 100 m dari garis pantai sehingga arah angin yang berhembus di atas permukaan laut dapat berbeda dengan arah gelombang yang dibangkikannya. Menurut CHL (2002), karena adanya gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperatur antara air dan udara, sehingga
kecepatan dan arah angin berubah sesuai dengan perbedaan elevasi antara keduanya (angin/udara dan permukaan laut). Perbedaan elevasi tersebut terdiri dari tiga daerah distibusi angin, yakni daerah geostropik yang berada di atas 1000 m dengan kecepatan konstan, daerah Ekman yang berada pada elevasi 100 - 1000 m dan daerah pada tegangan konstan yang berada pada elevasi 10 - 100 m. Parameter gelombang hasil prediksi dari metode SMB berdasarkan konversi data angin BMG (1991 - 2006) (Tabel 12) jauh lebih besar dari pada hasil pengukuran gelombang di lapangan maupun dari hasil prediksi dari metode SMB berdasarkan konversi data angin selama 12 - 17 Mei 2006 (Tabel 13). Hal ini disebabkan hasil pengukuran kecepatan angin (U) oleh BMG mempunyai nilai besar berkisar antara 3 - 12,5 m/s sehingga nilai faktor tegangan angin (UA) yang dihasilkan juga besar. Menurut Triatmodjo (1999) dan CHL (2002), tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh angin yang meliputi : kecepatan angin (U), lama hembusan angin, arah angin dan fetch. Gelombang yang terbentuk oleh angin sangat dipengaruhi oleh kondisi dan bentuk perairan pantai, sebagaimana terlihat pada Tabel 13 pada tanggal 12 Mei tinggi dan periode gelombang lebih besar dibandingkan tanggal 13, 14, 15, 17 Mei. Hal ini disebabkan karena pada tanggal 12 Mei angin dominan bertiup dari arah timurlaut yang lebih menghadap ke laut lepas, sedangkan tanggal 13,14, 15, 17 angin dominan bertiup dari arah timur yang lebih tertutup (darat), sehingga fetch akan mempengaruhi terbentuknya gelombang. Selain panjang
fetch, lebar fetch juga
membatasi terbentuknya gelombang (Yuwono, 1982). Pada pengukuran 16 Mei tinggi dan periode gelombang terlihat paling besar, hal ini disebabkan karena 16 Mei kecepatan angin paling besar dibandingkan dengan pengukuran 12,13, 14, 15, 17 Mei sehingga akan mempengaruhi energi yang akan membangkitkan gelombang. Tinggi dan periode gelombang diperairan dipengaruhi oleh angin yang meliputi kecepatan angin, lama hembusan angin, arah angin dan fetch. Dengan mengasumsikan bahwa bertiupnya angin di atas perairan menyebabkan gelombang, kecepatan angin yang relatif lemah menyebabkan karakter gelombang di perairan itu juga ikut melemah (Triatmodjo 1999).
Tabel 13 Perbandingan karateristik gelombang hasil prediksi dari konversi data angin 12 - 17 Mei 2006 dan hasil pengukuran dengan wave record 12 - 17 Mei 2006 Tanggal
αo (º) Lap
UA
Pred
(m/s)
Feff (km) Lap
Pred
Hs (m)
Ts (s)
Lap
Pred
Lap
Co (m/s)
Pred
Lap
Lo (m)
Pred
Lap
Pred
Cgo (m/s) Lap
Pred
12/5/2006
71
56
1
345,71
561,76
0,39
0,38
4,68
5,15
7,31
8,04
34,21
41,41
3,66
4,02
13/5/2006
90
85
1
345,71
345,71
0,29
0,.3
4
4,38
6,25
6,84
25
29,96
3,13
3,42
14/5/2006
98
107
1
345,71
345,71
0,29
0,3
4,25
4,38
6,64
6,84
28,22
29,96
3,32
3,42
15/5/2006
118
121
1
345,71
345,71
0,33
0,3
3,52
4,38
5,5
6,84
19,36
29,96
2,75
3,42
16/5/2006
105
97
1,66
345,71
345,71
0,48
0,49
4,72
5,18
7,37
8,09
34,79
41,91
3,69
4,05
17/5/2006
107
112
1
345,71
4
4,38
6,25
6,84
25
29,96
3,13
3,42
345,71 0,3 0,.3 αo = Sudut datang gelombang, Cg0 = Kec.grup
Keterangan : gelombang laut dalam Sumber : Hasil peramalan gelombang metode SMB dan hasil pengukuran wave record tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan
Dari diagram mawar angin pengukuran 12 - 17 Mei 2006 menunjukkan arah angin dominan dari arah timur dan akan membangkitkan gelombang yang dominan dari arah timur (Gambar 23). Karena bulan Mei termasuk musim peralian maka angin bertiup selain dari arah timur juga dari arah timurlaut dan tenggara dengan frekuensi yang lebih kecil sehingga arah datang gelombang yang berasal dari timurlaut dan tenggara mempunyai frekuensi yang lebih kecil pula. (a)
(b)
Gambar 23 Hubungan antara arah datang angin dan arah datang gelombang pengukuran 12 - 17 Mei 2006 (a) Wind-rose yang menunjukkan arah angin dominan dari timur (b) Wave-rose dengan arah datang gelombang dari timur.
Arus dan Laju transpor Sedimen Sejajar/Menyusur Pantai Gelombang pecah di pantai menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen. Besar dan arah arus yang ditimbulkan tergantung pada ketinggian dan sudut datang gelombang. Arus yang terbentuk dapat berupa arus menyusuri pantai (longshore current) dan arus meninggalkan pantai (rip current). Demikian juga dengan transpor sedimen berupa transpor menyusur pantai (longshore transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Dalam kajian penelitian ini hanya difokuskan pada arah arus dan traspor sedimen menyusur pantai sebagai pengaruh gelombang. Sebab khusus untuk transpor sedimen menyusur pantai dapat menyebabkan permasalahan pada daerah pantai sehingga pemahaman akan hal tersebut sangalah penting diketahui sehingga dapat bermanfaat untuk mengurangi dampak dalam pemanfaatan pantai. Seringkali dalam pemanfaatan pantai tidak memperhatikan dampak yang ditimbulkannya karena kurangnya studi yang memadai sehingga dapat menimbulkan permasalahan baru sebagai akibat tanggapan dinamis alami pantai seperti pola hidroninamika. Misalnya pembangunan jetty dan break water yang dibangun tegak lurus pantai untuk mencegah erosi, disatu sisi pantai akan tererosi tapi di sisi lain akan terakresi (sedimentasi) yang tidak diharapkan. Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini untuk menganalisis kecepatan arus menyusuri pantai yaitu dengan metode yang dikembangkan oleh CHL (2002) dan metode untuk menganalisis transpor sedimen total dengan. Metode Fluks Energi yang berdasarkan komponen fluks energi gelombang yang terjadi di sepanjang pantai tanpa memperhitungkan sifat-sifat sedimen dasar, seperti disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14 Nilai kemiringan pantai, parameter gelombang pecah, kecepatan arus menyusur pantai dan laju transpor sedimen menyusur pantai pada profil 1 - profil 8 Profil
Arah (º)
Kemiringan Pantai
1
T
0,134
TL 2 3 4 5 6 7 8
T TL T TL T TL T TL T TL T TL T TL
0,126 0,096 0,099 0,163 0,174 0,172 0,174
Hb (m)
db (m)
Xb
αb
v (CHL)
Laju Transpor Sedimen Menyusuri Pantai
(m)
o
()
(m/s)
(m3/s)
0,41
0,38
2,75
16,85
-1,61
-0,016
0,23
0,21
1,56
8,44
-0,61
-0,002
0,41
0,38
3,25
16,33
-1,47
-0,015
0,23
0,21
1,66
8,12
-0,55
-0,002
0,38
0,46
4,79
15,78
-1,04
-0,013
0,57
0,68
7,08
7,67
-0,63
-0,018
0,38
0,46
4,65
15,81
-1,08
-0,012
0,57
0,68
6,87
7,45
-0,63
-0,017
0,43
0,41
2,52
17,16
-2,04
-0,019
0,26
0,24
1,47
9,04
-0,85
-0,003
0,43
0,41
2,36
17,34
-2,20
-0,019
0,26
0,24
1,38
9,22
-0,92
-0,003
0,43
0,41
2,38
17,04
-2,14
-0,018
0,26
0,24
1,39
8,98
-0,89
-0,003
0,43
0,41
2,36
17,34
-2,20
-0,019
0,26
0,24
1,38
9,22
-0,92
-0,003
Ketengan : Tanda negatif (-) Arah arus dan transport sediment bergerak dari kanan ke kiri Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan
Dalam Tabel 14 disajikan arah gelombang dominan sesuai arah dominan angin saat pengukuran (12 - 17 Mei 2006) yaitu dari arah Timur dan Timurlaut. Arah transpor sedimen akan searah dengan arus menyusur pantai, dari hasil analisis arah kecepatan arus dan arah transpor sedimen bergerak dari kanan ke kiri (pengamat berdiri di pantai menghadap ke arah laut). Nilai kecepatan arus dan laju transpor menyusur pantai terbesar pada profil 8 masing-masing kecepatan arus 2,20 m/s dan laju transpor sedimen menyusuri pantai 0,019 m3/s.
Pada profil 8 laju transpor
sedimen menyusur pantai selain dari pengaruh gelombang yang akan membangkitkan arus menyusuri pantai juga dipengaruhi oleh debit sedimen dari sungai meskipun nilainya relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,0032 m3/s. Laju transpor sedimen setiap profil pantai selama kurang lebih 16 tahun (Januari 1991 - Desember 2006) menunjukkan hasil yang berbeda tergantung faktor yang mempengaruhinya. Akibat frekuensi dan karakteristik gelombang pecah, kemiringan pantai, dan porositas sedimen maka laju transpor setiap profil akan berbeda, sebagaimana disajikan pada Tabel 15 dan distribusi budget sedimen setiap
bulan selama tahun 1991 - 2006 untuk setiap sel pantai berdasarkan Metode Fluks Energi pada Lampiran 9. Tabel 15 Laju transpor sedimen dari setiap arah berdasarkan metode fluks energi selama 16 tahun (1991-2006) Qtot (m³) selama 16 tahun pengamatan dengan metode Fluks Energi pada profil pantai
Arah P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BL
148,81
148,81
121,44
128,60
158,73
154,80
129,83
156,88
U
20,27
20,27
15,98
15,98
20,70
20,85
20,85
16,15
TL
-143,53
-138,26
-86,90
-86,93
-141,05
-131,80
-136,27
-137,12
T
-66,64
-69,01
-56,92
-56,99
-77,74
-73,22
-76,87
-78,05
Ketengan : Tanda negatif (-) Arah arus dan transport sediment bergerak dari kanan ke kiri (timur ke barat) Sumber : Hasil analisis 2007 berdasarkan data angin BMG (1991-2006)
Gelombang yang merambat dari arah timurlaut dan timur menyebabkan arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai bergerak dari kanan ke kiri (dengan laju transpor 1001,86 m³/16 tahun) sedangkan gelombang yang merambat dari arah baratlaut dan utara menyebabkan arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai bergerak dari kiri ke kanan (dengan laju transport 1147,9 m³/16 tahun) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 24. Jadi laju transport sedimen yang bergerak dari arah kiri ke kanan (barat ke timur) lebih besar dari pada dari arah kanan ke kiri selama 16 tahun pengamatan. Dari keempat arah gelombang yang membangkitkan arus dan transpor sedimen terjadi pada semua profil pantai (1 - 8). Arah datang gelombang dari baratlaut menghasilkan transpor sedimen terbesar dibandingkan ketiga arah yang lainnya (121,44 - 158,73 m3/16 tahun), kecuali pada profil 7 transpor sedimen terbesar dari arah timurlaut (136,27 m3/16 tahun). Hasil transpor di atas murni karena pengaruh gelombang yang membangkitkan arus menyusuri dan diikuti dengan transport sedimen pantai tanpa memperhatikan pengaruh dari debit sungai (kecuali pada Profil 8) dan pengaruh dari pasang surut. Transpor sedimen terbesar pada profil 5 dan 8 masing-masing 158,73 m3/16 tahun dan 156,88 m3/16 tahun, disebabkan karena pada profil ini diameter butir sedimennya lebih halus (lumpur/silt) dimana pada profil 8 terdapat input sedimen dari sungai yang mempunyai ukuran butir sedimen yang lebih kecil sehingga akan
mempengaruhi besarnya porositas sedimen, selain karakteristik gelombang dan arusnya juga besar, sedangkan profil lainnya diameter sedimennya lebih besar umumnya pasir sedang sampai kasar sehingga nilai porositasnya juga lebih besar. Dari profil 1 - 8 mempunyai nilai transpor sedimen yang cukup besar dari setiap arah (TL, BL). Menurut Sorensen (1978) transpor sedimen tergantung pada jenis sedimen dasar, besarnya komponen gelombang, arus dan pasang-surut. Sebagaimana juga dijelaskan dalam Komar (1998) gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar. Selanjutnya van Rijn (1987) menyebutkan bahwa volume sedimen bergerak oleh arus tergantung pada sifat sedimen berupa diameter butir, bentuk dan rapat masa sedimen, dimana untuk diameter sedimen yang lebih kecil akan menghasilkan laju transpor yang lebih besar, dibandingkan dengan diameter sedimen yang lebih besar. Horikawa (1988) jika sedimen dasar berasal dari sedimen yang mudah bergerak maka arus dan gelombang akan mengerosi sedimen dan akan membawanya searah dengan arus. Sedimen yang ditraspor tersebut akan mempunyai tipe bed load seperti pasir dan coral, sedangkan tipe lempung dan lumpur merupakan tipe suspended load yang akan bercampur membentuk suspensi karena ukuran butirnya sangat kecil.
Gambar 24 Arah arus dan transpor sedimen sebagai akibat arah datang gelombang
Debit Sungai Debit Sungai Eretan yang akan berperan penting dalam input sedimen di pantai Eretan sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan. Horikawa (1988) proses perubahan sedimen pada suatu daerah dapat terjadi oleh karena beberapa sebab salah satunya adalah angkutan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Selama pengukuran tanggal 13 Mei 2006 debit air berkisar antara 2,18 – 24,94 m3/s dan debit sedimen yang masuk ke Pantai Eretan melalui Sungai Eretan berkisar antara 6,57 75,78 kg/s. Pengukuran 15 Agustus 2006 debit air relatif lebih kecil yaitu berkisar 08,96 m3/s dan debit sedimen berkisar 0 – 27,10 kg/s, hal ini diebabkan pada bulan Agustus curah hujan relatif lebih kecil dibandingkan bulan Mei seperti dalam Lampiran 10. Selain dilakukan pengukuran langsung di lapangan, juga dihitung debit limpasan tahun 1991 - 2006 berdasarkan data curah hujan tahun 1991 - 2006. Data curah hujan tahun 1991 - 2006 dari SM Cirebon pada Lampiran 11. Dari nilai debit limpasan tersebut dapat ditentukan nilai debit sedimen yang masuk pantai Eretan melalui sungai Eretan selama perode 1991-2006. Rata-rata debit limpasan dan debit sedimen 1991-2006 seperti terdapat dalam Tabel 16 dan data hasil perhitungan debit limpasan dan debit sedimen yang masuk melalui Sungai Eretan pada Lampiran 12. Tabel 16 Rata-rata debit limpasan dan debit sedimen 1991 - 2006 Q (m³/s) Qt (kg/s)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
40,03
42,41
36,63
36,45
22,97
16,76
5,89
9,92
15,15
18,42
34,09
38,35
124,72
128,15
110,82
110,15
33,78
50,65
27,84
29,89
45,77
55,67
102,84
115,90
Keterangan : Q = Debit air, Qt : Debit Sedimen Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan data curah hujan 1991 - 2006
Debit sedimen yang masuk melalui Sungai Eretan maksimum pada bulan Desember - Februari berkisar antara 115,90 - 128,15 kg/s. Hal ini disebabkan pada bulan Desember - Februari curah hujan maksimum (368,39 – 504,39 mm) yang akan meningkatkan besarnya debit limpasan, sedangkan pada bulan Juli - September debit sedimen relatif sangat kecil (27,84 - 54,77 kg/s) karena curah hujan yang minimum(15,31 - 73,09 mm).
Pengukuran debit pada 13 Mei dan 15 Agustus 2006 digunakan sebagai pembanding debit limpasan selama periode 1991 - 2006 terutama pada bulan yang sama (Mei dan Agustus) seperti terdapat dalam Tabel 17. Dari nilai debit air dan debit sedimen yang masuk ke pantai Eretan melalui Sungai Eretan dari hasil pengukuran Mei, Agustus 2006 dan perhitungan berdasarkan data curah hujan 1991 - 2006 menunjukkan nilai kisaran yang mendekati sama. Nilai debit air maupun debit sedimen hasil perhitungan relatif sedikit lebih besar dari pada dari nilai debit maupun debit sedimen hasil pengukuran(QMei = 1,175 m3/s, QAgt = 0,549 m3/s dan Qt Mei = 3,555 kg/s, Qt
Agt
= 1,66 kg/s), hal ini disebabkan nilai hasil perhitungan
mempertimbangkan besar curah hujan sedangkan pada hasil pengukuran tidak mempengarui secara langsung. Selain itu pengukuran hanya dilakukan sehari (24 jam) kemudian dihitung rata-rata tiap bulannya. Tabel 17 Debit air dan debit sedimen total dari Sungai Eretan yang masuk ke pantai Eretan Agustus
Mei
Hasil Q (m³/s)
Qt (kg/s)
Qt (m³/s)
Q (m³/s)
Qt (kg/s)
Qt (m³/s)
Pengukuran tahun 2006
14,355
43,385
0,016
2,561
7,740
0,009
Perhitungan tahun 2005, 2006
15,530
46,940
0,018
3,110
9,400
0,003
Keterangan : Q = Debit air, Qt : Debit Sedimen Sumber : Hasil Pengukuran Mei dan Agustus 2006 dan Perhitungan berdasarkan data curah hujan bulan Mei dan Agustus tahun 2005, 2006
Sebaran Ukuran Butir Sedimen Tekstur sedimen di dalam sedimentologi umumnya digunakan untuk mengetahui ukuran dan persentase butir, proses sedimentasi serta arah transpor sedimen (Allen 1985). Tekstur sedimen dapat diketahui dengan menganalisis besar ukuran butir dengan menggunakan metode ayakan (sieve net) untuk ukuran >0,0625 mm, sedangkan yang lebih kecil dari ukuran tersebut menggunaka pipet. Hasil analisis tekstur sedimen disajikan pada Lampiran 13. Pantai bagian barat (profil 1 - 5) umumnya berfariasi dari sedimen yang berfraksi pasir (>0,0625 mm) yang berasal dari pecahan cangkang dan karang sampai pada lumpur halus (<0,0625mm) yang berasal dari erosi daratan. Sel A (antara profil
1 dan 2) sedimen umumnya berukuran pasir sedang sampai halus akan tetapi warna sedimennya lebih terang dibandingkan sel B. Pada sel B (antara profil 2 dan 3) terjadi hal yang sama, tetapi sebaran sedimennya kasar sampai halus yang berwarna kehitaman. Pada sel C (antara profil 3 dan 4) umumnya terdiri dari pasir sedang sampai lumpur halus yang berasal dari erosi daratan, sebab di daerah ini mengalami erosi yang cukup tinggi ditandai oleh wilayah laut masuk jauh ke daratan (hampir terendamnya perumahan dan tumbuhan darat), begitu juga dengan sel D (antara profil 4 dan 5) sedimen pasir sedang sampai lumpur halus. Pantai bagian timur (profil 7 - 8), sebaran ukuran butirnya lebih seragam yaitu pasir sedang hingga halus dibandingkan bagian barat. Hasil analisis tekstur sedimen sel G (profil 7 dan 8), sedimen lumpur yang berasal dari Sungai Eretan disamping itu merupakan daerah pelabuhan perikanan. Sedimen ini umumnya berwarna hitam kecoklatan yang berasal dari darat yang terangkut oleh aliran sungai Eretan akan tetapi radiusnya tidak terlalu jauh, sebab pengaruh debit sungai lebih kecil dibandingkan debit air laut yang masuk (gelombang dan pasang surut). Seperti dalam Triatmodjo (1999) faktor gelombang, pasang surut dan debit sungai berpengaruh terhadap transpor sedimen suspensi di daerah muara sungai. Sedangkan pada sel E (profil 5 dan 6) dan F (profil 6 dan 7), sebaran ukuran butirnya mirip dengan sel G tetapi lebih agak berfariasi dan pasir berwarna kehitaman. Analisis budget sedimen pada pantai digunakan untuk mengevaluasi volume/jumlah sedimen yang masuk dan keluar dari suatu sel pantai yang ditinjau berdasarkan pengaruh gelombang yang membangkitkan arus menyusuri pantai, sehingga menyebabkan transpor sedimen menyusur pantai tanpa mencakup pengaruh transpor sedimen dalam arah tegak lurus pantai (onshore transpor), transpor dari sungai, erosi tebing dan faktor-faktor lainnya, meskipun dilakukan perhitungan debit air dan debit sedimen dari sungai hanya sebagai masukan diskripsi bahwa daerah tersebut juga dipengaruhi oleh masukan dari Sungai Eretan. Meskipun tidak semua faktor yang mempengaruhi transpor sedimen di pantai dikaji, namun demikian analisis transpor sedimen menyusur pantai yang dominan terjadi di surf zone cukup memadai untuk menjelaskan keseimbangan pantai, apakah pantai mengalami erosi, sedimentasi (akresi) atau seimbang. Sebagaimana dijelaskan dalam Komar (1998) dan Triatmodjo (1999), bahwa transpor sedimen menyusur pantai merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai. Penentuan budged sedimen berdasarkan hasil selisih netto sedimen transpor setiap profil pantai dari metode transpor sedimen yakni Fluks Energi. Jumlah sel pantai pada lokasi penelitian sebanyak 7 (tujuh) sel pantai, yakni pertama, pantai bagian barat/pantai bagian kiri pemasangan mooring meliputi meliputi sel A (antara profil 1 dan 2), sel B (antara profil 2 dan 3), sel C (antara profil 3 dan 4), dan sel D (antara profil 4 dan 5) serta sel E (antara profil 5 dan 6) merupakan daerah peralihan pantai bagian barat dan timur. Kedua, pantai bagian timur / pantai bagian kanan pemasangan mooring meliputi sel F (antara profil 6 dan 7) dan sel G (antara profil 7 dan 8). Pembagian ini berdasarkan atas perbedaan bentuk, karakteristik sedimen setiap sel pantai dan morfologi pantai secara diskriptif pada saat survey pendahuluan.
Budget Sedimen Penentuan budged sedimen dengan metode Fluks Energi dilakukan dengan 3 cara yaitu: pertama, penentuan budged sedimen berdasarkan pengukuran dengan sedimen trap (QPT), kedua, penentuan budged sedimen berdasarkan prediksi pengukuran gelombang (QPG), dan yang ketiga penentuan budged sedimen berdasarkan pengukuran angin yang dikonversi menjadi gelombang (QPA) sebagaimana disajikan dalam Tabel 18 dan Gambar 25. Tingkat erosi atau sedimentasi pada garis pantai sangat tergantung pada sumber sedimen dan transpor sedimen yang disebabkan oleh pola hidrodinamika pantai. Dimana pola hidrodinamika pantai dipengaruhi oleh bentuk pantai. Hampir semua sel mengalami erosi (Budget sedimen negatif). Pada sel B dan D menunjukkan erosi yang tinggi dibandingkan sel yang lain, baik berdasarkan pengukuran maupun prediksi budget sedimen. Untuk sel F relatif sabil atau bahkan terjadi sedimentasi sebab adanya jety tegak lurus pantai pada sel G dimana akan menjebak sedimen tepat pada sel F meskipun sedimentasi relatif kecil.
Tabel 18 Perbandingan budget sedimen berdasarkan pengukuran dan prediksi berdasarkan pengaruh gelombang pada tiap sel / segmen pantai Budget (m3/hari)
A
B
C
QPT
D
E
-0,0043
QPG
-0,0010
QPA
-0,0012
-0,0030 -0,0029
F
G
-0,0067
-0,0010
-0,0040
-0,0020
0,0040
-0,0040
-0,0012
-0,0037
-0,0026
0,0036
-0,0038
Budget sedimen (m3/hari)
Keterangan : QPT = Budget sedimen hasil pengukuran dengan sedimen trap QPG = Budget sedimen hasil prediksi berdasarkan data pengukuran gelombang QPA = Budget sedimen hasil prediksi berdasarkan data pengukuran angin A-G : Sel/Segmen Pantai Sumber : Hasil analisis 2007
0.006 0.004 0.002
QPT
0 -0.002
A
B
C
D
E
F
G
QPG QPA
-0.004 -0.006 -0.008 Sel pantai
Gambar 25 Budget sedimen berdasarkan hasil pengukuran dan prediksi pengaruh gelombang pada tiap sel / segmen pantai Selain dari hasil pengukuran dan prediksi juga bisa kita lihat dari hasil prediksi dari tahun 1991-2006, pada sel D mengalami erosi paling tinggi ditunjukkan budget sedimen negatif (Tabel 18 dan Tabel 19) serta dalam bentuk Gambar 25 dan Gambar 26. Berdasarkan hasil perbandingan budget sedimen setiap tahun (19912006) dengan metode Fluks Energi pada Tabel 20 dan Gambar 26 terlihat adanya pola erosi dan sedimentasi yang berbeda tiap sel selama kurun waktu tersebut, tergantung arah dan frekuensi kejadian gelombang yang terjadi. Sedimentasi ditunjukkan dengan nilai budget positif, sedangkan erosi/abrasi ditunjukkan dengan nilai budget sedimen negatif. Pada sel A dan sel C kondisi pantai relatif stabil sepanjang tahun 1991-2005 dan mulai tererosi/abrasi tahun 2006. Pada sel B dan D tererosi/abrasi sepanjang tahun 1991- 2006, kecuali tahun 1996 dan 2005 pantai relatif stabil. Pada kedua sel tersebut (B dan D) merupakan sel yang mengalami
erosi/abrasi tertinggi sepanjang tahun dibandingkan sel yang lainnya. Dari arah timur menyebabkan erosi/abrasi di sel G, adanya sedimentasi di sel G tersebut, disebabkan karena budget sedimen yang lebih besar dari arah baratlaut. Adanya sedimentasi di sel E merupakan input budget sedimen dari arah barat. Budget sedimen dari arah barat dan baratlaut umumnya lebih besar dibanding dari arah timur dan timurlaut. Tabel 19 Hasil analisis budget sedimen berdasarkan transpor sedimen menyusur pantai selama tahun 1991-2006 Budged Sedimen pada Sel (m³/tahun) Tahun A
B
C
D
E
F
G -1,44
1991
0
-7,141
0
-18,307
0,92
0
1992
0
-18,81
0
-19,23
0,13
0
2,60
1993
0
-13,34
0
-15,59
6,31
0
-0,577
1994
0
-4,33
0
-5,23
0,06
0
-0,05
1995
0
-4,744
0
-3,75
0,02
0
-2,1
1996
0
0
0
0
0
0
0 -0,161
1997
0
-2,347
0
-2,663
0,068
0
1998
0
-8,14
0
-8,56
-0,55
0
6,10
1999
0
-6,27
0
-8,23
1,08
0
-1,62
2000
0
-3,25
0
-5,12
3,22
0
-1,31
2001
0
-4,664
0
-4,793
0,125
0
0,723
2002
0
-15,216
0
-9,006
0
0
0,486
2003
0
-9,329
0
-7,696
-1,822
0
-2,43
2004
0
-1,206
0
-1,773
0,091
0
- 0,116
2005
0
0
0
0
0
0
0
2006
- 3,39
-0,94
- 0,07
- 7,18
- 0,47
0,06
- 0,06
Keterangan : Nilai negatif (-) menunjukkan pantai terabrasi, sedangkan positif menunjukkan pantai tersedimentasi Sumber : Hasil analisis 2007
10.000
A 20 06
20 05
20 04
20 03
20 02
20 01
20 00
19 99
19 98
19 97
19 96
19 95
19 94
19 93
-5.000
19 92
0.000 19 91
3
Budged Sedimen (m /tahun)
5.000
B C D E
-10.000
F G
-15.000
-20.000
-25.000
Tahun
Gambar 26 Hasil analisis budget sedimen berdasarkan transpor sedimen menyusur pantai selama tahun 1991-2006
Abrasi di pantai Eretan dalam penelitian-penelitian sebelumnya oleh DGTL (1984, 1998, 1999) pada daerah penelitian yang lebih luas kemungkinan disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam tersebut adalah pengaruh perputaran arus yang bergerak dari barat yang menyebabkan adanya pertumbuhan Delta Cipunegara (Pamanukan). Arus barat tersebut bergerak relatif kuat menyusuri Pantai Utara Jawa sesampainya di Delta Cipunegara akan berputar membalik ke arah barat lagi dan mengikis tepat di Pantai Eretan. Abrasi/erosi di pantai ini merupakan kejadian alam sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan. Sedangkan faktor manusia adalah kegitan pemanfatan lahan untuk pertambakan dengan membabatan hutan mangrove untuk lahan pertambakan dan penggalian pasir laut, yang akan memacu adanya abrasi/erosi pantai.
Analisis Kestabilan Pantai dari Peta dan Citra Berdasarka hasil perbandingan peta Dishidros (1991), Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal 1999), traking di lapangan (2006) terjadi perubahan yang cukup besar pada bentuk pantai terutama disepanjang garis pantai (Gambar 27). Dari hasil analisis citra Lansat 5 TM (Path/Row 121/064 akuisi 5 Juli 1991) sebagai kondisi awal pantai dan citra Lansat 7 ETM (Path/Row 121/064 akuisi 19 Oktober 2006), juga terjadi perubahan garis pantai kearah darat dari tahun 1991 – 2006 (Gambar 28).
Gambar 27 Perubahan garis pantai Eretan Indramayu berdasarkan analisis peta dishidros 1991 dan hasil traking 2006
Gambar 28 Perubahan garis pantai Eretan Indramayu berdasarkan analisis Citra Landsat 5 TM (1991) dan Citra Landsat 7 ETM (2006)
Berdasarkan hasil pengukuran, garis pantai mengalami kemunduran kearah darat terbesar yaitu 92,5 m dalam kurun waktu 1991 - 2006. Garis pantai mengalami kemunduran ± 5,79 m/tahun kearah darat. Pada profil pantai sisi barat abrasi terjadi : 2,5 - 5,79 m/tahun, profil pantai sisi tengah : 1,25 – 2,5 m/tahun dan profil pantai sisi timur : 0 - 1,31 m/tahun Perubahan terbesar pada profil pantai sisi barat dan tengah, semakin ke arah timur perubahan semakin kecil. Profil pantai sisi timur khususnya muara perubahannya lebih kecil sebab terdapat jety (pemecah gelombang) yang tentu saja energi gelombang yang akan menghantam pantai berkurang/mengecil meskipun erosi tetap terjadi. Pada sisi barat terjadi perubahan garis yang cukup signifikan sebab daerah ini merupakan areal bekas tebangan hutan mangrove yang digunakan untuk areal pertambakan dan pemukiman. Dari hasil survey di lapangan sangat jelas terlihat di sisi barat dan tengah garis pantai telah masuk jauh ke darat bahkan sampai menghancurkan perumahan penduduk yang sebagian telah ditinggalkan penghuninya karena ganasnya abrasi pantai (Gambar 29).
Garis pantai jauh masuk ke darat
Areal pertambakan & pemukinan
Gambar 29 Garis pantai jauh masuk ke darat sampai ke pemukiman penduduk akibat Abrasi di pantai Eretan Indramayu Tingginya perubahan garis pantai tersebut disebabkan oleh pengaruh faktor alami dan non alami. Faktor alami tersebut salah satunya disebabkan pengaruh perputaran arus yang bergerak dari arah barat ke timur (arus timur) yang disebabkan pertumbuhan delta Cipunegara (Pamanukan). Arus dari barat ke timur (arus timur) tersebut relatif kuat menyusuri Pantai Utara Jawa di delta Cipunegara akan berputar
membalik kearah barat lagi dan mengikis tepat di Pantai Eretan termasuk daerah wilayah studi ini. Pergerakan arus ini terjadi sepanjang tahun dan akan berganti arah tiap pergantian musim, tetapi pengaruh arus dari barat ke timur (arus timur) pada musim barat lebih dominan dibandingkan arus dari timur ke barat (arus barat) pada musim timur, sehingga erosi lebih besar terjadi di pantai sebelah barat dibandingkan pantai sebelah timurnya. Faktor non alami seperti pemanfaatan lahan untuk pertambakan dan pemukiman dengan melakukan penebangan hutan mangrove dan penambangan pasir laut secara besar-besaran untuk reklamasi Bandara Soekarno Hatta (DGTL 1984, 1995, 1999)
KESIMPULAN
Simpulan 1. Tinggi gelombang yang dibangkitkan angin di perairan pantai Eretan Indramayu hasil prediksi dengan metode SMB umumnya arah datang gelombang sesuai dengan arah datang angin yaitu dari arah baratlaut, utara, timurlaut dan timur, masing-masing (2,21 - 5,60 m ; 1,94 – 5,14 m ; 1,62 – 4,75 m 1,51 – 4,68 m). Karakteristik gelombang pecah, kemiringan pantai dan porositas sedimen akan mempengaruhi besar dan arah arus serta volume transpor sedimen dimana gelombang yang merambat dari arah timurlaut dan timur menyebabkan arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai bergerak dari timur ke barat sedangkan dari arah baratlaut dan utara berlaku sebaliknya selama 16 tahun (Januari 1991-Desember 2006). 2. Volume transpor sedimen dari energi gelombang yang bergerak dari arah timurlaut dan timur di Pantai Eretan Indramayu sebesar 1001,86 m³ dan 613,36 m³ sedangkan dari arah barat laut dan utara sebesar 1147,9 m³ dan 153,01 m³ selama 16 tahun (Januari 1991-Desember 2006). 3. Kestabilan Pantai Eretan Indramayu berdasarkan budget sedimen dari pengaruh gelombang melalui laju dan arah transpor sedimen menyusur pantai berdasarkan prediksi dan pengamatan lapangan dengan metode kerapatan energi (Energi fluks) menunjukkan perubahan kearah erosi/ abrasi ditandai dengan nilai budget sedimen negatif. Erosi/ abrasi juga terlihat dari analisis peta dan citra dimana garis pantai maju ke arah darat sebesar 92,5 m/16 tahun (5,75 m/tahun).
Saran Untuk mengetahui keseimbangan Pantai Eretan Indramayu berdasarkan budget sedimen dari pengaruh gelombang perlu dicoba metode lain seperti perhitungan model dan perlu dilakukan pengukuran lapangan yang mewakili tiga musim yang berbeda (musim barat, peralihan, dan timur) sehingga dapat diketahui pola transpor sedimen tiap musimnya. Untuk mencegah erosi/abrasi yang cukup besar di Pantai Eretan Indramayu khususnya, dan Pantai Utara Jawa barat umumnya perlu penanganan dan pengelolan dari semua pihak yang terkait secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA Ali M, Mihardja DK, dan Hadi S. 1994. Pasang Surut Laut. Bandung: Institut Teknologi Bandung Allen JRL. 1985. Principles of Physical Sedimentology. Department of Geology, University of Reading London: George Allen and Unwin Baharuddin. 2006. Model Pengaruh Gelombang Terhadap Pantai Bau-Bau Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 1991-2005 (Tesis). Program studi Ilmu Kelautan IPB Barnes H. 1969. Oceanography and Marine Biology. Volume 6. London: George Allen and Unwin Ltd Bird, F. C. E. 1984. Coast : An Introduction to Coastal Gemorfology, third edition. Basil Blackwell Inc. New York. 320 pp B. Ward, D.A ; Trimble WS 2004. Inviromental Hydrologi. CRC Press LLT US Carter, R.W. C. 1993. Coastal Environment, An Introduction to the physical, Ecological and Cultural System of Coasts Lines. London: Academic Press 610 pp [CERC] Coastal Enginering Research Center 1984. Shore Protection Manual Volume I, Fourth Edition. Washington: U.S. Army Coastal Engineering Research Center [CHL] Coastal Hydralic Laboratory 2002. Coastal Enginering Manual, Part I-VI. Washington DC: Department of Army. U.S. Army Corp of Engineers Davis, R. A. Jr. 1993. An Introduction to Sedimentology and Stratigraphy Depositional System. New York: Precite Hall-Englewood Cliff [Dirjen P3K] Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 2004. Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Garis Pantai. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan Dishidros-AL, 2000. Oseanografi Perairan Pesisir Jawa Barat Bagian Utara. Jakarta [DGTL] Direktorat Geologi Tata Lingkungan Laut 1984, 1995, 1999. Geomorfologi Lingkungan Pesisir Jawa Barat Bagian Utara. Bandung : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Dyer KR. 1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamic. New York: John Wiley dan Sons Ltd
Emery dan Kuhn 1982. Many Coastal Bluffs in California are Composed of More Than Type of Material : www.coastal.ca.gov/publiced/waves/coastalerotion.pdf Faturahman A, dan Wahyu M. 1992 Prosedur Pengerjaan Preparasi Contoh Untuk Berbagai Analisis. Bandung : Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Folk RL 1974. Petrology of Sedimentary Rocks. Austin Texas: Hemphill Publishing Co Friedman GM, dan JE Sanders 1978. Principle of Sedimentology. New York: John Wyley & Sons Ltd Gross, M. G. 1973. Oceanography. Prentice Hall. New Jersey. 446 pp Handriani, M. 2006. Aplikasi Citra Ikonos untuk Kajian Perubahan Pantai di Wilayah Ulee Lheue dan Lhok Nga, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Pra dan Pasca Tsunami Tahun 2004 (Skripsi), Program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB Holme, N. A. And A.D. Mc Intyre. 1984. Methods for The Study of Marine Benthose 2nd edition. Blackwell Scientific Publication, Oxford 387 pp Horikawa, K. 1988. Nearshore Dynamics and Coastal Processes, University of Tokyo Press, 522 hal King CM. 1976. Introduction to Marine Geology and Geomorphology. Arnold, London Komar, P. D. 1976. Beach Processes and Sedimentation, New Jersey: Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs Komar, P. D. 1983. Nearshore Current and Sand Transport on Beaches in Johns Ed., Physical Oceanografi of Coastal and Shefl Seas. Elsevier Oceanography Series, 35. New York, p. 67 – 105 Larson, M. 1991. Equilibrium Profile of A Beach With Varying Grain Size. Proceeding of Coastal Sediment ’91. American Society of Coastal Engineer. Florida. P905-919 Linsey, K R, Franzin, B J. 1979 Water Resources Engineering Stanford University/ Inc. Mc Graw-Hill Alih Bahasa Sosongko, D. 1985 Tehnik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga Ongkongo OSR., dan Suyarso 1989. Pasang Surut. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Pengembangan Oseanologi
Phillips, O. M. 1966. The Dynamics of the Upper Ocean University of Cambridge Press, 336 hal Pratikno, W. A., Haryo D. A., dan Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut, LPTP, Yogyakarta. 28 hlm Pettijohn, F. J. 1975. Sedimentary rock, Halper and R Brother, New York, Evanso, San Francisco and London. 345 hal Pipkin, B.W. 1977. Laboratory Exercises in Oceanography. W. H. Freeman and Company. New York. 257 pp Siwi WER. 2002. Dinamika Sedimentasi Ditinjau dari Pengaruh Debit Sungai dan Kondisi Oseanografi Fisika di Perairan Muara Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang Jawa Tengah (Skripsi). Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP Soewarno, 1991. Hidrologi ; Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai Penerbit Nova, Bandung. 824 hal Sorensen, R. M., 1991. Basic Coastal Enginering, John Wiley & Son, Inc., New York, 226 hal Sorensen, R. M., 1993. Basic Wave Mechanics, John wiley & Son, Inc., New York, 284 hal Suhardi I. 2001. Pengkajian dan Penerapan Sedimen Sel di Indonesia Serta Aplikasinya Dalam Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir. Prosiding Forum Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir, graham Sucofindo, Jakarta 12 September 2001. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Sugeng Widada, 1985. Studi Air Limpasan Berdasarkan Interpretasi Foto Udara. Seminar Teknik Geologi, FT UGM (tidak dipublikasikan) Supriharyono, M.R. Muskananfolo, Suminto, Sardiyatmo, Pinandoyo. 1988. Penelitian Tentang Tingkat Sedimentasi di Muara Sungai Tuntang. Moro Demak, Kabupaten Demak. Lembaga Penelitian Undip Semarang 47 hal Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 1993. Hidrologi untuk Pengairan PT. Pradnya Paramita Jakarta, 226 pp Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta. 397 pp Van Rijn, 1993. Prinsiple of Fluid Flow and Survace Waves In Rivers, Estuaries, Seas, and Ocean, University of Utrecht Departement of Physical Geography. Netherland: aqua Publicaton
Ward D.A; Trible WS, 2004. Enviromental Hydrology CRC Press LLT US White, J., 1990. The Use Sediment Traps in Hight Energi Enviroment in Hailwood and Kidd Ed, Marine Geologycal Surveying and Sampling Kluwer Academic Publisher, London, p.145-152 Wijaya, A., 2006 Aplikasi Data Landsat TM Terhadap Perubahan Garis Pantai Dan Penutupan Lahan Pantai Di Kabupaten Rembang Bagian Timur (Skripsi). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB Yang, C. T., 1996 Sediment Transport, Theory and Praktice. Megraw Hill Book Co., 396 pp Yuwono N. 1982. Teknik Pantai, volume 1. Yogyakarta: Biro Penerbit, Keluarga Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada
Lampiran 1 Wind rose bulan Januari-Desember 1991-2006
Sumber : Hasil Analisis data angin berdasarkan data dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 1 (Lanjutan)
Sumber : Hasil analisis data angin berdasarkan data dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 2 Analisis transformasi kecepatan angin darat ke angina laut selama 1991-2006 Tahun
Januari Arah
Februari
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
Arah
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
1991
N
439.67
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
NW
316.43
12,5
3,51
15,75
13,43
14,77
19,48
1992
N
439.67
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
NW
316.43
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
1993
N
439.67
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
NW
316.43
9
7,90
11,34
9,23
10,15
12,28
1994
NW
316.43
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
N
439.672
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
1995
NE
561.76
6
5,26
7,56
7,81
8,91
10,46
E
345.712
6,5
5,70
8,19
8,52
9,37
11,13
1996
N
439.67
4
3,51
5,04
6,04
6,64
7,29
N
439.672
5,5
4,83
4,95
8,57
9,43
11,22
1997
N
439.67
5,6
4
7,06
7,7
8,47
9,83
N
439.672
7,2
5,14
9,07
9,07
9,98
12,03
1998
N
439.67
5,2
3,71
6,55
7,18
7,9
9,02
N
439.672
3,2
2,81
4,03
4,96
5,46
5,73
1999
NW
316.43
6,7
4,79
8,44
8,98
9,88
11,88
NW
316.43
7,2
6,32
9,07
9,07
9,98
12,03
2000
NW
316.43
8,3
5,93
7,47
10,23
11,25
13,94
NW
316.43
9,1
7,98
11,47
10,56
11,62
14,5
2001
N
439.67
5,5
3,93
4,95
8,57
9,36
11,11
N
439.672
8,7
7,63
10,96
10,27
11,3
14,01
2002
N
439.67
4,7
3,36
5,92
7
7,7
8,74
N
439.672
5,7
5
7,18
7,78
8,85
10,38
2003
N
439.67
5,3
3,79
6,68
7,37
8,11
9,32
N
439.672
7,7
6,75
9,7
9,51
10,46
12,74
2004
-
-
-
-
-
-
-
-
N
439.672
5,2
4,56
6,55
7,12
7,83
8,92
2005
N
439.67
4,9
3,5
6,17
7,2
7,92
9,05
E
345.712
8,6
7,54
10,84
10,23
11,25
13,94
2006
-
-
-
-
-
-
-
-
N
439.672
7,9
6,93
9,95
9,63
10,59
12,94
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon Tahun
Maret Arah
April
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
Arah
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
1991
NW
316.43
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
NW
316.43
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1992
N
439.67
5,5
4,83
4,95
7,57
8,33
9,63
NE
561.765
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1993
NE
561.76
5,5
4,83
4,95
7,57
8,33
9,63
NE
561.765
5,5
4,83
4,95
7,57
8,26
9,53
1994
NW
316.43
7
6,14
8,82
8,96
9,87
11,87
E
345.712
5,5
4,83
4,95
7,57
8,26
9,53
1995
E
345.71
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
E
345.712
5,5
4,83
4,95
7,57
8,26
9,53
1996
N
439.67
5,6
4,91
7,06
7,7
8,47
9,83
E
345.712
6
5,26
7,56
7,81
8,59
10,00
1997
NE
561.76
3,2
2,29
4,03
4,96
5,43
5,69
NE
561.765
3,3
2,89
3,78
5,12
5,63
5,95
1998
NE
561.76
4
3,51
5,04
6,04
6,64
7,29
NE
561.765
3,1
2,72
3,9
5,08
5,59
5,9
1999
E
345.71
5,6
4,91
7,06
7,7
8,47
9,83
E
345.712
5,5
4,82
6,93
6,09
6,7
7,37
2000
NW
316.43
6,2
5,44
7,81
8,18
9
10,59
N
439.672
6
5,26
7,56
7,31
8,04
9,22
2001
N
439.67
5,7
5
7,18
7,78
8,56
9,96
NE
561.765
5,5
4,82
4,95
7,48
8,23
9,49
2002
NE
561.76
6,3
5,53
7,94
8,4
9,24
10,94
NE
561.765
3,7
3,24
4,66
7,1
7,81
8,9
2003
NE
561.76
5,8
5,09
7,3
7,91
8,7
10,16
NE
561.765
3,9
3,42
4,91
5,77
6,35
6,9
2004
N
439.67
7,5
6
9,45
9,19
10,11
12,22
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
S
-
7,1
6,23
8,95
-
-
-
N
439.672
5,4
4,74
6,80
7,2
7,92
9,05
2006
N
439.67
7,3
6,4
9,20
9,13
10,04
12,12
E
345.712
7
6,14
8,82
7,18
7,9
9,02
Lampiran 2 (Lanjutan) Tahun
Mei Arah
Juni
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
Arah
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
1991
E
345.71
5,5
4,83
6,93
7,57
8,33
9,63
E
345.712
6
5,26
7,56
7,81
8,59
10,00
1992
NE
561.76
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
N
439.672
8,5
7,46
10,71
9,98
10,98
13,53
1993
E
345.71
5
4,39
6,30
7
7,7
8,74
E
345.712
5
4,39
6,3
7
7,7
8,74
1994
S
-
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
S
-
12,5
3,51
15,75
13,43
14,77
19,48
1995
E
345.71
5,5
4,83
6,93
7,57
8,33
9,63
NE
561.765
5
4,39
6,3
7
7,7
8,74
1996
E
345.71
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
-
-
-
-
-
-
-
-
1997
E
345.71
3,4
2,98
4,28
5,17
5,69
6,03
E
345.712
5,7
3,96
7,18
7,78
8,56
9,96
1998
E
345.71
3,3
2,89
4,16
5,08
5,59
5,9
E
345.712
3
2,63
3,78
4,47
4,92
5,04
1999
E
345.71
4,2
3,68
5,29
6,09
6,7
7,37
E
345.712
5,9
5,17
7,43
8,05
8,86
10,39
2000
E
345.71
5,3
4,65
6,68
7,31
8,04
9,22
E
345.712
5,3
4,65
6,68
7,37
8,11
9,32
2001
E
345.71
5,5
4,82
6,93
7,57
8,23
9,49
E
345.712
5,6
4,91
7,06
7,7
8,47
9,83
2002
E
345.71
4,8
4,21
6,05
7,1
7,81
8,9
E
345.712
5,6
4,91
7,06
7,7
8,47
9,83
2003
E
345.71
4
3,5
5,04
6,08
6,69
7,35
E
345.712
6,3
5,53
7,94
8,38
9,22
10,91
2004
E
345.71
4,6
4,04
5,80
6,67
7,34
8,24
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
E
345.71
4,9
4,03
6,17
7,2
7,92
9,05
E
345.712
6,2
5,44
7,81
8,31
9,14
10,79
2006
E
345.71
5,2
4,56
6,55
7,18
7,9
9,02
S
-
8,1
7,16
10,21
-
-
-
Tahun
Juli Arah
Agustus
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
Arah
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
1991
E
345.71
10,5
9,21
12,6
12,07
13,28
17,09
S
-
10,5
9,21
13,23
12,07
13,28
17,09
1992
E
345.71
8
7,02
1,26
9,68
10,65
13,02
E
345.712
9,5
8,34
11,97
11,30
12,43
15,76
1993
NE
561.76
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
E
345.712
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1994
SE
2.9244
11,5
10,09
14,49
12,42
13,66
17,69
SE
2.9244
12,5
3,51
15,75
13,43
14,77
19,48
1995
E
345.71
6
5,27
7,56
7,81
8,59
10,00
S
-
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1996
E
345.71
5,5
4,82
6,93
7,57
8,33
9,63
-
-
-
-
-
-
-
-
1997
S
-
5,4
4,73
6,80
-
-
-
E
345.712
6,2
5,44
7,81
8,18
9
10,59
1998
E
345.71
3,8
3,33
4,79
5,66
6,23
6,74
E
345.712
6,2
5,44
7,81
8,18
9
10,59
1999
E
345.71
6,1
5,35
7,69
8,11
8,92
10,48
E
345.712
7,7
6,75
9,70
9,51
10,46
12,74
2000
E
345.71
9,3
8,16
11,72
10,37
11,41
14,18
S
-
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
2001
E
345.71
6,8
5,97
8,57
9,04
9,94
11,97
NE
561.765
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
2002
E
345.71
6
5,26
7,56
8,04
8,84
10,36
S
-
7
6,14
8,82
-
-
-
2003
S
-
7,9
6,93
9,95
-
-
-
S
-
10
8,77
12,6
-
-
-
2004
E
345.71
8
7,01
10,08
9,68
10,65
13,03
E
345.712
14
12,28
17,64
14,7
16,17
21,77
2005
NE
561.76
5,7
5
7,18
7,78
8,56
9,96
S
-
13
11,4
16,38
-
-
-
2006
E
345.71
10
8,77
12,6
11,55
12,71
16,19
S
-
12
10,53
15,12
-
-
-
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 2 (Lanjutan) Tahun
September Arah
Oktober
Feff
UL
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
-
14,5
12,72
18,27
14,96
16,45
22,24
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
Arah
Feff
UL
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
-
14,5
12,72
18,27
14,96
16,46
22,26
Ut
Uw
UC
UA
1991
S
1992
S
-
7
6,14
8,82
8,96
9,85
11,84
E
345.712
5,5
4,83
6,93
7,57
8,33
9,63
1993
E
345.7
7
6,14
8,82
8,96
9,85
11,85
E
345.712
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
1994
S
-
9,5
8,34
11,97
11,30
12,43
15,76
E
345.712
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1995
S
-
5,5
4,83
6,93
7,48
8,23
9,49
E
345.712
3
2,63
3,78
4,47
4,92
5,04
1996
E
345.7
6
5,27
7,56
7,81
8,59
10,00
E
345.712
5
4,39
6,3
7
7,7
8,74
1997
S
-
4,2
3,68
5,29
-
-
-
E
345.712
3,9
3,42
4,91
5,93
6,52
7,12
1998
NE
561.8
6,7
5,87
8,44
8,64
9,5
11,32
E
345.712
5,8
5,08
7,31
7,91
8,7
10,16
1999
S
-
7,8
6,84
9,83
-
-
-
E
345.712
7,3
6,4
9,20
9,12
10,03
12,1
2000
S
-
7,4
6,49
9,32
-
-
-
S
-
8
7,02
10,08
-
-
-
2001
E
345.7
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
E
345.712
5,7
5
7,18
7,78
8,56
9,96
2002
SE
2.924
6,5
5,7
8,19
8,52
9,37
11,13
SE
2.9244
5,8
5,09
7,31
7,91
8,7
10,16
2003
SW
2.761
10
8,77
12,6
11,55
12,71
16,19
SW
2.7611
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
2004
S
-
14
12,28
17,64
-
-
-
S
-
5,6
4,91
7,06
-
-
-
2005
S
-
6,9
6,05
8,69
-
-
-
S
-
7,4
6,49
9,32
-
-
-
2006
S
-
9,6
8,42
12,10
-
-
-
SE
2.9244
7,8
6,84
9,83
9,29
10,22
12,38
Tahun
S
U(10)
November Arah
Desember
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
Arah
Feff
UL
U(10)
Ut
Uw
UC
UA
(km)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
1991
NW
316.4
6,5
5,70
8,19
8,52
9,37
11,28
NW
316.43
11
9,65
13,86
12,26
13,49
17,43
1992
N
439.7
7
6,14
8,82
8,96
9,86
11,85
NW
316.43
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1993
S
-
6
5,26
7,56
7,81
8,59
10,00
N
439.672
6,5
5,70
8,19
7,81
8,59
10,00
1994
E
345.7
5,5
4,83
6,93
7,57
8,33
9,63
S
-
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
1995
N
439.7
3,5
3,07
4,41
5,39
5,93
6,34
NE
561.765
4
3,51
5,04
6,04
6,64
7,29
1996
S
-
5,5
4,83
6,93
7,57
8,33
9,63
S
-
6,5
5,70
8,19
7,81
8,59
10,00
1997
E
345.7
3,3
2,89
4,16
5,08
5,59
5,9
E
345.712
3,5
3,07
4,41
5,32
5,85
6,24
1998
NW
316.4
5,5
4,82
6,93
7,57
8,33
9,63
NW
316.43
4,2
3,68
5,29
6,09
6,7
7,37
1999
NW
316.4
6
5,26
7,56
7,81
8,91
10,46
NW
316.43
6,7
5,88
8,44
8,84
9,72
11,64
2000
N
439.7
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
NW
316.43
6
5,26
7,56
7,81
8,91
10,46
2001
N
439.7
5,9
5,17
7,43
8,04
8,84
10,36
E
345.712
6,9
6,05
8,69
8,97
9,87
11,87
2002
E
345.7
5,6
4,91
7,06
7,7
8,47
9,83
E
345.712
6
5,26
7,56
7,81
8,84
10,36
2003
SW
2.761
5,8
5,09
7,31
7,91
8,7
10,16
NW
316.43
6
5,26
7,56
7,81
8,84
10,36
2004
E
345.7
7,5
6,58
9,45
9,19
10,11
12,22
NW
316.43
5,5
4,82
6,93
8,36
9,12
10,77
2005
SE
2.924
6,8
5,96
8,57
8,84
9,72
9,04
E
345.712
7,5
5,21
9,45
9,19
10,11
12,22
E
345.7
8,7
7,63
10,96
10,27
11,3
14,01
N
439.672
8
7,02
10,08
9,68
10,65
13,03
2006
Keterangan : Feff = Panjang fetch efektif UL = Kecepatan angin di darat (m/det) U(10) = Koreksi kecepatan angin pada elevasi 10 m (m/det) Ut = Koreksi durasi terhadap kec.angin (m/det) Uw = Kecepatan angina diatas permukaan laut (m/det) UC = Koreksi kec.angin terhadap kondisi atmosfer (m/det) UA = Faktor tegangan angina (m/det) Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 3 Hasil perhitungan fetch effektif di perairan pantai Eretan Indramayu U
TL
α
F
F*Cos α
F
45
348
246.0732
40
360
276
35
408
334
516
30
564
488.4383
576
T
TG
S
BD
BL
F*Cos α
F
F*Cos α
F
F*Cos α
F
F*Cos α
F
F*Cos α
F
F*Cos α
150
106.066
552
390.3192
-
-
-
-
66
46.669
66
46.6686
324
248.1984
546
418.236
-
-
-
-
-
-
60
45.96
422.6825
618
506.2038
-
-
-
-
-
-
12
9.8292
498.8306
696
604.468
-
-
-
-
-
-
36
31.176
-
-
-
-
-
25
396
358.8979
588
532.909
774
701.4762
-
72
65.2536
20
390
366.4801
540
507.434
792
744.2424
-
-
-
-
-
-
222
208.6134
15
462
446.2577
480
463.6444
930
898.287
-
-
-
-
-
-
294
283.9746
10
312
307.26
438
431.3458
882
868.5936
-
-
-
-
-
-
306
301.3488
5
336
334.7214
474
472.1963
630
627.606
-
-
-
-
-
-
318
316.7916
0
336
336
498
498
48
48
-
-
-
-
-
-
366
366
5
348
346.6758
522
520.0136
36
35.8632
-
-
-
-
-
-
408
406.4496
10
516
508.1608
558
549.5227
-
-
-
-
-
-
-
-
438
431.3424
15
564
544.7822
612
591.1466
-
-
-
-
-
-
-
-
402
377.7594
20
600
563.8158
714
670.9405
-
-
-
-
-
-
-
-
438
411.5886
25
540
489.4062
762
690.6065
-
-
-
-
-
-
-
-
390
353.457
30
480
415.6922
918
795.0113
-
-
-
-
-
-
-
-
1065
922.29
35
432
353.8737
258
211.3412
-
-
12
9.8298
-
-
-
-
330
270.303
40
468
358.5088
498
381.4901
-
-
24
18.3851
-
-
-
-
342
261.972
45
504
356.3818
1278
903.6825
-
-
30
21.2132
-
-
-
-
336
237.5856
5843.2954
66
49.4281
-
66
46.669
Jumlah Feff (km)
7431.416 439.67
9495.062 561.76
345.712
2.9244
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
2.7611
5348.3634 316.43
Lampiran 4 Arah dan kecepatan angin selama 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan Indramayu 12 Mei
Pukul
Kec (m/s)
13 Mei Arah (°)
14 Mei
15 Mei
16 Mei
17 Mei
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
1
0
180
0
169
0
180
0,25
137
0,5
147
2
0
192
0
172
0
169
0,25
168
0,5
154
3
0
203
0
178
0
180
0,25
168
0,5
149
4
0
192
0
172
0
203
0,25
157
0,5
135
5
0
192
0
178
0
220
0,25
168
0,5
135
6
0
12
0
180
0
203
0,25
181
0,5
147
7
0
180
0
203
0
180
0,25
180
0,5
135
8
0
180
0
225
0
169
0,25
166
0,5
96
9
0
180
0
203
0
158
0,25
135
10
0
180
0
185
0
180
0,25
135
11
0,25
68
0
135
0
113
0,25
130
0,25
115
12
0,25
56
0,25
90
0,25
68
0,25
57
0,25
68
13
0,5
34
0,5
260
0,5
57
0,25
45
0,25
68
14
0,5
51
0,5
84
0,5
68
0,25
334
0,25
90
15
0,5
57
0,5
45
0,5
65
0,25
35
0,5
90
16
0,5
57
0,5
57
0,5
68
0,5
48
0,5
90
17
0,5
57
0,5
68
0,5
79
0,5
50
0,75
80
18
0,5
68
0,5
75
0,5
79
0,5
57
0,75
80
19
0,5
225
0,5
70
0,5
80
0,5
68
0,75
113
20
0,5
237
0,5
92
0,25
135
0,25
113
0,75
130
21
0,25
228
0,25
135
0
158
0,25
147
0,75
158
22
0
225
0,25
158
0
168
0,25
135
0,5
168
23
0
203
0,25
169
0
176
0,25
169
0,5
160
24
0
213
0,25
169
0
192
0,25
159
0,5
140
Sunber : Hasil pengukuran dengan anemometer pada tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan
Lampiran 5 Tinggi dan pereode gelombang 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan 12 Mei
Pukul H (m)
13 Mei T (s)
H (m)
14 Mei T (s)
H (m)
15 Mei
16 Mei
T (s)
H (m)
T (s)
H (m)
17 Mei T (s)
H (m)
T (s)
1
0,13
4
0,04
2
0,12
2,25
0,09
2,5
0,18
3
2
0,09
3,75
0,14
3,5
0,15
0
0,1
1,75
0,28
2,5
3
0,07
2
0,09
4,75
0,08
0
0,09
3,5
0,16
2,75
4
0,08
1,25
0,05
3,75
0,08
3,5
0,11
2,75
0,2
0
5
0,04
3,5
0,12
5
0,1
3,75
0,13
4,5
0,19
3,75
6
0,04
5,25
0,09
4,5
0,07
3,5
0,12
3,25
0,22
4,25
7
0,08
1,25
0,08
0
0,1
0
0,14
3
0,5
1,42
8
0,1
0
0,04
3
0,11
0
0,12
4
0
0,75
9
0,07
5
0,07
0
0,05
2,88
0,07
2
10
0,05
1,88
0,09
2,38
0,03
2
0,08
4,5
3,5
0,06
1,88
11
1
0,25
0,04
2,75
0,05
2,13
0,06
12
0,03
2,5
0,04
0
0,08
4,75
0,06
2
0,12
3
13
0,03
3
0,06
4
0,06
4,25
0,05
2,13
0,09
2
14
0,04
2
0,05
3,75
0,05
3,5
0,06
2,13
0,11
3,5
15
0,34
1,63
0,21
1,63
0,2
1,5
0,05
5
0,38
1,75 1,75
16
0,35
1,88
0,13
1,63
0,18
1,38
0,07
1,5
0,46
17
0,32
1,63
0,49
1,63
0,14
2,13
0,24
1,75
0,7
1,75
18
0,53
1,88
0,19
1,75
0,48
1,63
0,52
1,75
0,36
1,75
19
0,30
2
0,23
2,25
0,14
2,38
0,32
2
0,33
2,5
20
0,18
2,25
0,43
1,75
0,28
2
0,09
2
0,38
1,5
21
0,14
2
0,38
2
0,2
3,25
0,15
1,75
0,36
2,25
22
0,06
2
0,21
2,38
0,21
3,5
0,23
1,63
0,17
3
23
0,11
2,5
0,15
1,88
0,11
1,75
0,07
3,75
0,25
2,75
24
0,13
2
0,11
2,25
0,13
2,5
0,11
2,25
0,1
1,75
Sunber : Hasil pengukuran denga SBE wave gauge recorder pada tanggal 12 - 17 Mei 2006 di Pantai Eretan
Lampiran 6 Tahap perhitungan arus sejajar pantai dan transpor sedimen pantai berdasarkan data pengukuran gelombang 12-17 Mei 2006 a. Penentuan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan pereode gelombang signifikan (Ts) Dari data pengukuran gelombang 12-17 Mei 2006 (Lampiran 6) yang telah diurutkan, tinggi dan pereode gelombang maksimum masing-masing 1 m dan 5,25 detik. Kemudian dihitung tinggi gelombang signifikan (Hs) atau gelombang 33,3% (H33) dan pereode signifikan (Ts) adalah : n = 33,3% x118 = 39,3 = 39 39
H 33,3 =
∑H 1
39
= 0,33m
39
T33,3 =
∑T 1
39
= 2,03 det ik
b. Menentukan panjang gelombang (Lo) dan cepat rambat gelombang (Co) di laut dalam : Lo = 1,56T 2 = 1,56 x ( 2,03) 2 = 6,43m Co =
Lo 6,43 = = 3,17 m / det ik T 2,03
c. Menentukan panjang gelombang (L) dan cepat rambat gelombang (C) di tiap kedalaman. Interpolasi panjang gelombang menggunakan Tabel c.2 Fungsi d/L. Tabel c.1 Panjang gelombang tiap kedalaman d (m)
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
d/Lo
0,62
0,55
0,47
0,39
0,31
0,23
0,16
0,08
0
d/L
0,62
0,54
0,47
0,39
0,32
0,25
0,19
0,12
0
L (m)
6,43
6,42
6,40
6,35
6,21
5,93
5,35
4,17
0
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
Tabel c.2 Cepat rambat gelombang tiap kedalaman d (m)
4
3,5
3
2,5
2
Laut dalam C = L/T d/L
1,5
1
0,5
0
Laut Transisi
3,16
3,16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,15
3,12
3,06
2,92
2,63
2,04
0
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
d. Menentukan arah datang gelombang (α) di tiap kedalaman. Arah datang gelombang di laut dalam (αo= 90º dan 45°) sesuai arah dominan angin saat pengukuran (12-17 Mei 2006) yaitu dari arah Timur dan Timur Laut, sedangkan arah datang gelombang di kedalaman berikutnya menggunakan hukum Snellius. Tabel d.1 Arah datang gelombang di tiap kedalaman C sin α = sin α o Co
Rumus Snellius : 4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
45
45
45
45
43,78
41,3
36,44
27,45
87,44
86,72
83,72
80,06
74,58
66,92
55,89
40,02
d (m) αo= 90º
αo
αo= 45º
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang pada 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
e. Menentukan koefisien refraksi (Kr) di tiap kedalaman Tabel e.1 Kr = d (m) αo= 90º
αo
αo= 45º
cos α 0 cos α
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,99
0,99
1
1
0,98
0,98
0,96
0,96
0
0,84
0,76
0,79
0,81
0,82
0,84
0,86
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
f. Menentukan koefisien pendangkalan (Ks) di tiap kedalaman Tabel f.1 Ks =
n0 L0 nL
d (m)
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
Ks
0,99
1
1
1
1
0,93
0,97
1,52
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
g. Menentukan tinggi gelombang di tiap kedalaman
Tabel g.1
H = KsKr H0 d (m) αo= 90º
αo
αo= 45º
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,32
0,32
0,32
0,32
0,32
0,29
0,27
0,39
0,99
0,83
0,63
0,5
0,41
0,31
0,25
0,33
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data pengukuran gelombang tanggal 12-17 Mei 2006 di Pantai Eretan
h. Menentukan tinggi gelombang pecah (Hb) dan kedalaman gelombang pecah (db) dengan menggunakan grafik penentuan tinggi gelombang pecah dan kedalaman gelombang pecah (Gambar h.1 dan h.2) '
H 0 = K r xH 0 = 0,99 x0,33 = 0,327 '
H0 0,327 = = 0,008 ' gT 9,81x 2,03 2 Dari grafik penentuan tinggi gelombang pecah diperoleh :
Hb H0
'
= 1,25
H b = 1,25 x0,327 = 0,41m Hb 0,41 = = 0,01 2 gT 9,81x 2,03 2 Dari grafik penentuan kedalaman gelombang pecah diperoleh : db = 0,92 Hb d b = 0,92 x0,41 = 0,38m i. Kemiringan pantai a θ
c
b a-b : Kedalaman daerah pengukuran : 4,0 m a-c : Jarak dari pantai ke kedalaman daerah pengukuran : 1800 m sin θ = 0,0022 θ = 0,127 m = 0,12
j. Penentuan arus sejajar pantai (V) dengan αb= 16,85 dan m = 0,12, berdasarkan rumus (CHL 2002) : v=
5π tan β * γ b gdb sin α b cos α b 16 C f
tan β * =
tan β 0,12 = = 0,084 2 (1 + (3γ b / 8) (1 + ((3 x1,082 ) / 8)
5 x3,14 0,084 x x1,08 x 9,8 x0,38 x sin 16,85 x cos16,85 16 0,01 v = 4,76m / s
v=
k. Penentuan jumlah transpor sedimen : ρ g H Qtot = K 1 b 2 16κ (ρ s − ρ )(1 − n )
5
2
sin (2α b )
1025 x 9,8 0,415 / 2 sin (2 x16,85) Qtot = 0,6 16 x0,15 0,5 (2650 − 1625) 3 Qtot = 0,0163m
Lampiran 7 Hasil Peramalan parameter gelombang perbulan selama 1991-2006 berdasarkan metode SMB Januari Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
Ks
Kr
1991
N
0
11,85
439.672
4,02
10,81
15,83
16,87
182,36
8,46
1,307
1
1992
N
0
12,22
439.672
4,14
10,92
15,67
17,04
186,08
8,52
1,312
1
1993
N
0
11,85
439.672
4,02
10,81
15,83
16,87
182,36
8,44
1,306
1
1994
NW
11,60
13,03
316.43
3,75
11,16
12,31
17,41
194,30
8,71
1,326
0,85
1995
NE
11,48
10,46
561.7649
4,01
11,26
19,42
17,57
197,84
8,79
1,333
0,85
1996
N
0
7,29
439.672
2,47
9,20
18,60
14,36
132,11
7,18
1,204
1
1997
N
0
9,83
439.672
3,33
10,16
24,1
15,85
161,04
7,93
1,266
1
1998
N
0
9,02
439.672
3,06
9,87
24,8
15,41
152,1
7,71
1,248
1
1999
NW
13,37
11,88
316.43
3,42
9,7
18,17
15,14
146,86
7,57
1,237
0,86
2000
NW
12,67
13,94
316.43
4,01
10,23
17,23
15,96
163,27
7,98
1,27
0,86
2001
N
0
11,11
439.672
3,76
10,58
23,14
16,51
174,68
8,26
1,292
1
2002
N
0
8,74
439.672
2,96
9,77
25,07
15,25
148,99
7,66
1,244
1
2003
N
0
9,32
439.672
3,16
9,98
24,54
15,57
155,39
7,79
1,254
1
2004
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
N
0
9,05
439.672
3,07
9,88
24,78
15,47
152,64
7,73
1,25
1
2006
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ks
Kr
Februari Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
1991
NW
11,30
19,48
316.43
5,60
11,43
10,75
17,84
203,91
8,92
1,342
0,85
1992
NW
13,39
11,85
316.43
3,41
9,69
12,71
15,12
146,52
7,56
1,236
0,85
1993
NW
13,24
12,28
316.43
3,53
9,80
12,56
15,29
149,84
7,65
1,243
0,85
1994
N
0
13,03
439.672
4,41
11,16
15,33
17,42
194,41
8,71
1,326
1
1995
E
15,15
11,13
345.7121
3,34
9,77
13,76
18,94
148,99
7,63
1,242
0
1996
N
0
11,22
439.672
3,80
10,62
16,11
16,57
175,97
8,29
1,294
1
1997
N
0
12.03
439.672
4.08
10.87
22.53
16.96
184.36
8.48
1.309
1
1998
N
0
5.73
439.672
1.94
8.49
28.85
13.25
112.49
6.63
1.157
1
1999
NW
13,31
12.03
316.43
3.46
9.74
18.1
15.2
148.05
7.6
1.239
0,86
2000
NW
12,47
14.5
316.43
4.17
10.37
17
16.18
167.79
8.9
1.341
0,86
2001
N
0
14.01
439.672
4.75
11.43
21.42
17.84
203.91
8.92
1.342
1
2002
N
0
10.38
439.672
3.52
10.35
23.67
16.15
167.15
8.08
1.278
1
2003
N
0
12.74
439.672
4.32
11.09
22.12
17.31
191.97
8.66
1.323
1
2004
N
0
8.92
439.672
3.02
9.84
24.9
15.36
151.14
7.68
1.246
1
2005
E
17,51
13.94
345.7121
4.19
10.54
18.74
16.45
173.38
8.23
1.289
0
2006
N
0
12.94
439.672
4.38
11.14
22
17.38
193.61
8.69
1.235
1
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 7 (Lanjutan) Maret Tahun 1991
α0
NW
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
13,41
11,85
316.43
3,41
9,69
12,71
15,12
146,51
7,56
Ks
Kr
1,236
0,85
1992
N
0
9,63
439.672
3,26
10,09
16,95
15,75
158,92
7,88
1,262
1
1993
NE
11,82
9,63
561.7649
3,69
10,95
19,96
17,09
187,14
8,54
1,313
0,85
1994
NW
13,37
11,87
316.43
3,41
9,70
12,70
15,14
146,86
7,57
1,237
0,85
1995
E
18,34
12,22
345.7121
3,67
10,08
13,34
15,73
158,56
7,87
1,261
0
1996
N
0
9,83
439.672
3,33
10,16
16,84
15,85
161,04
7,93
1,266
1
1997
NE
14,12
5,69
561.7649
2,09
9,19
34,06
14,34
131,78
7,17
1,203
0,86
1998
NE
12,99
7,29
561.7649
2,79
9,98
31,36
15,57
155,39
7,79
1,254
0,86
1999
E
19,76
9,83
345.7121
2,95
9,38
20,53
14,64
137,32
7,32
1,216
0
2000
NW
13,90
10,59
316.43
3,04
9,33
18,88
14,56
136,59
7,28
1,213
0,87
2001
N
0
9,96
439.672
3,37
10,21
24
15,93
162,65
7,97
1,269
1
2002
NE
11,31
10,94
561.7649
4,19
11,43
27,39
17,84
203,91
8,92
1,342
0,86
2003
NE
11,60
10,16
561.7649
3,89
11,15
28,07
17,4
194,01
8,7
1,326
0,86
2004
N
0
12,22
439.672
4,14
10,93
22,42
17,06
186,47
8,53
1,313
1
2005
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2006
N
0
12,12
439.672
4,11
10,9
22,49
17
185,3
8,5
1,31
1
Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
t
Co
Lo
Cgo
Ks
Kr
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
1991
NW
13,29
12,22
316.43
3,67
9,79
12,58
15,23
149,10
7,62
1,241
0,85
1992
NE
10,90
12,22
561.7649
3,67
11,86
13,34
18,51
219,53
9,26
1,368
0,85
1993
NE
11,86
9,53
561.7649
2,84
10,91
14,49
17,03
185,80
8,52
1,312
0,85
1994
E
20,00
9,53
345.7121
2,84
9,28
14,49
14,48
134,37
7,24
1,209
0
1995
E
20,00
9,53
345.7121
2,84
9,28
14,49
14,48
134,37
7,24
1,209
0
1996
E
19,63
10,00
345.7121
4,18
9,43
14,26
14,72
136,55
7,36
1,219
0
1997
NE
13,92
5.95
561.7649
2.28
9.33
21.13
14.55
135.75
7.28
1.213
0,87
1998
NE
13,95
5.9
561.7649
2.26
9,3
21.13
14.51
134.94
7.26
1.211
0,87
1999
E
21,85
7.37
345.7121
2.21
8.52
22.6
13.3
113.32
6.65
1.59
0
April Ts
2000
N
0
9.22
439.672
3.12
9.95
24.62
15.53
154.52
7.77
1.253
1
2001
NE
11,87
9.49
561.7649
3.63
10.9
28.72
17.01
185.41
8.51
1.311
0,86
2002
NE
12,13
8.9
561.7649
3.41
10.67
29.34
16.65
177.66
8.33
1.297
0,86
2003
NE
13,23
6.9
561.7649
2.64
9.8
31.93
15.29
149.84
7.65
1.243
0,86
2004
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
N
0
9.05
439.672
3.07
9.88
24.78
15.42
152.35
7.71
1,248
1
2006
E
20,37
9.02
345.7121
2.71
9.11
21.13
14.22
129.54
7.11
1.198
0
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 7 (Lanjutan) Mei Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
Ks
Kr
1991
E
19,92
9,63
345.7121
2,89
9,31
14,44
14,53
135,27
7,27
1,212
0
1992
NE
11,03
11,85
561.7649
4,54
11,73
18,63
18,30
214,66
9,15
1,360
0,85
1993
E
20,60
8,74
345.7121
2,63
9,02
14,92
14,07
126,91
7,04
1,193
0
1994
S
-
12,22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1995
E
19,92
9,63
345.7121
2,89
9,31
14,44
14,53
135,27
7,23
1,209
0
1996
E
19,92
12,22
345.7121
3,67
10,08
13,34
14,53
146,46
7,23
1,209
0
1997
NE
14,13
5,69
561.7649
2,18
9,19
34,06
14,34
131,78
7,17
1,204
0,87
1998
NE
12,99
7,29
561.7649
2,79
9,98
31,36
15,57
155,39
7,79
1,254
0,85
1999
E
19,76
9,83
345.7121
2,95
9,38
20,53
14,64
137,32
7,32
1,216
0
2000
NW
6,86
10,59
316.43
3,04
9,33
18,88
29,28
273,18
14,64
1,72
0,85
2001
N
0
9,96
439.672
3,37
10,21
24
15,93
162,65
7,97
1,269
1
2002
NE
11,31
10,94
561.7649
4,19
11,43
27,39
17,84
203,91
8,92
1,342
0,85
2003
NE
11,60
10,16
561.7649
3,89
11,15
34,56
17,4
194,01
8,7
1,326
0,86
2004
N
0
12,22
439.672
4,14
10,93
22,48
17,06
186,47
8,53
1,313
1
2005
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2006
N
0
12,12
439.672
4,14
10,93
22,48
17,06
186,47
8,53
1,313
1
Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
t
Co
Lo
Cgo
Ks
Kr
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
1991
E
19,66
10,00
345.7121
3,00
9,43
20,41
14,71
138,72
7,36
1,216
0
1992
N
0
13,53
439.672
4,58
11,30
21,67
17,63
199,22
8,82
1,335
1
1993
E
20,60
8,74
345.7121
2,63
9,02
14,92
14,07
126,91
7,04
1,193
0
1994
S
-
19,48
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1995
NE
12,22
8,74
561.7649
3,35
10,60
20,62
16,54
175,32
8,27
1,293
0,24
1996
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1997
E
19,69
9.96
345.7121
3
9.42
20.44
14.7
138.47
7.35
1,219
0
1998
E
24,98
5.04
345.7121
1.51
7.51
25.65
11.72
88.02
5.86
1,088
0
1999
E
19,40
10.39
345.7121
3.12
9.55
20.16
14.9
142.3
7.45
1,227
0
2000
E
20,12
9.32
345.7121
2.8
9.21
20.9
14.37
132.35
7.19
1,205
0
2001
E
19,76
9.83
345.7121
2.95
9.38
20.53
14.64
137.32
7.32
1,216
0
2002
E
19,76
9.83
345.7121
2.95
9.38
20.53
14.64
137.32
7.32
1,216
0
2003
E
19,07
10.91
345.7121
3.28
9.71
19.83
15.15
147.11
7.58
1,237
0
2004
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
E
19,15
10.79
345.7121
3.24
9.67
19.91
15.09
145.92
7.55
1,235
0
2006
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Juni Ts
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 7 (Lanjutan) Juli Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
Ks
Kr
1991
E
15,43
17,09
345.7121
5,14
11,28
11,92
18,60
209,81
9,30
1,371
0
1992
E
17,94
13,02
345.7121
3,91
10,30
13,06
16,07
165,52
8,04
1,274
0
1993
NE
10,89
12,22
561.7649
4,68
11,86
18,44
18,51
219,53
9,26
1,368
0,85
1994
SE
-
17,69
2.9244
0,49
2,32
0,49
3,62
8,40
1,81
0,605
-
1995
E
19,63
10,00
345.7121
3
9,43
14,26
14,72
138,81
7,36
1,219
0
1996
E
19,93
9,63
345.7121
2,89
9,31
14,44
14,53
135,27
7,27
1,212
0
1997
N
0
9,83
439.672
3,33
10,16
24,1
15,85
161,04
7,93
1,266
1
1998
N
0
9,02
439.672
3,06
9,87
24,8
15,41
152,1
7,71
1,248
1
1999
NW
13,37
11,88
316.43
3,42
9,7
18,17
15,14
146,86
7,57
1,237
0,86
2000
NW
12,67
13,94
316.43
4,01
10,23
17,23
15,96
163,27
7,98
1,27
0,86
2001
N
0
11,11
439.672
3,76
10,58
23,14
16,51
174,68
8,26
1,292
1
2002
N
0
8,74
439.672
2,96
9,77
25,07
15,25
148,99
7,66
1,244
1
2003
N
0
9,32
439.672
3,16
9,98
24,54
15,57
155,39
7,79
1,254
1
2004
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2005
N
0
9,05
439.672
3,07
9,88
24,78
15,47
152,64
7,73
1,25
1
2006
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
Ks
Kr
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
Agustus
1991
S
-
17,09
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1992
E
16,80
15,76
345.7121
4,74
10,98
12,26
17,13
188,09
8,57
1,316
0
1993
E
18,35
12,22
345.7121
3,67
10,08
13,34
15,72
158,46
7,86
1,261
0
1994
SE
-
19,48
2.9244
0,53
2,40
0,47
3,75
9,00
1,88
0,616
-
1995
S
-
12,22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1996
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1997
E
19,27
10,59
345.7121
3,18
9,61
20,03
15
144,15
7,5
1,231
0
1998
E
19,27
10,59
345.7121
3,18
9,61
20,03
15
144,15
7,5
1,231
0
1999
E
18,07
12,74
345.7121
3,83
10,23
18,83
15,96
163,27
7,98
1,27
0
2000
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2001
NE
11,03
11,85
561.7649
4,54
11,73
26,67
18,3
214,66
9,15
1,36
0,87
2002
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2003
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2004
E
8,38
21,77
345.7121
6,54
12,32
15,75
33,97
418,51
16,99
1,853
0
2005
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2006
S
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
-
Lampiran 7 (Lanjutan) September Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
-
22,24
-
-
-
-
-
-
-
-
Ks
Kr
-
-
1991
S
1992
S
-
11,84
-
1993
E
18,54
11,85
345.7121
1994
S
-
15,76
-
1995
S
-
9,49
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1996
E
20,30
10,00
345.7121
3,00
9,43
14,26
14,72
138,81
7,36
1,219
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9,98
13,48
15,57
155,39
7,79
1,254
0
-
-
-
-
-
-
-
1997
S
-
-
1998
NE
11,88
11,32
1999
S
-
-
2000
S
-
-
2001
E
22,35
13,03
2002
SE
-
11,13
2.9244
2003
SW
-
16,19
2.7611
2004
S
-
-
-
2005
S
-
-
2006
S
-
-
Tahun
α0
α
1991
S
-
1992
E
19,91
1993
E
17,94
1994
E
18,34
1995
E
1996
E
1997
E
22,15
7,12
345.7121
2,14
1998
E
19,55
10,16
345.7121
3,06
1999
E
18,40
12,1
345.7121
3,64
10,05
2000
S
-
-
-
-
-
-
2001
E
19,68
9,96
345.7121
2,3
9,42
2002
SE
-
10,16
2.9244
0,29
2003
SW
-
11,85
2.7611
0,27
2004
S
-
-
-
-
2005
S
-
-
-
-
-
-
2006
SE
-
12,38
2.9244
0,34
2,06
0,79
561.7649 -
-
-
-
-
-
-
-
-
4,34
11,56
27,08
18,04
208,54
9,02
1,35
0,86
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,92
10,3
18,69
16,07
165,52
8,04
1,274
0
0,31
1,99
0,82
3,11
618,9
1,56
0,977
-
0,43
2,21
0,7
3,45
7,62
1,73
0,991
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
Ks
Kr
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
22,26
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9,63
345.7121
2,89
9,31
14,44
14,53
135,27
7,27
1,212
0
13,03
345.7121
3,92
10,30
14,25
16,07
165,52
8,04
1,274
0
12,22
345.7121
3,67
10,08
13,34
15,73
158,56
7,87
1,261
0
24,83
5,04
345.7121
1,51
7,51
17,92
11,72
88,02
5,86
1,088
0
19,39
8,74
345.7121
2,63
9,02
14,92
14,08
127,00
7,04
1,193
0
8,42
22,86
13,14
110,64
6,57
1,152
0
9,48
20,31
14,79
140,21
7,4
1,223
0
19,16
15,68
157,58
7,84
1,259
0
-
-
-
-
20,44
14,7
138,47
7,35
1,219
0
1,93
0,84
3,01
5,81
1,51
0,982
-
1,2
0,77
1,87
2,24
0,94
0,999
-
-
-
-
-
-
-
345.7121
Oktober
Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
3,21
-
-
-
-
6,61
1,61
0,971
-
Lampiran 7 (Lanjutan) November Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
Ts
t
Co
Lo
Cgo
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
Ks
Kr
1991
NW
13,59
11,28
316.43
3,24
9,53
12,92
14,87
141,71
7,43
1,225
0,87
1992
N
0
11,85
439.672
4,02
10,81
18,82
16,87
182,36
8,44
1,306
1
1993
S
-
10,00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1994
E
19,94
9,63
345.7121
2,89
9,31
14,44
14,53
135,27
7,27
1,212
0
1995
N
0
6,34
439.672
2,15
8,78
19,49
13,70
120,29
6,85
1,178
1
1996
S
-
9,63
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1997
E
23,65
5,9
345.7121
1,77
7,91
24,34
12,34
97,61
6,17
1,12
0
1998
NW
13,94
9,63
316.43
2,78
9,31
22,95
14,52
135,18
7,26
1,211
0,87
1999
NW
13,95
10,46
316.43
3,01
9,3
18,96
14,51
134,94
7,26
1,211
0,87
2000
N
0
13,03
439.672
4,42
11,16
21,94
17,42
194,41
8,71
1,326
1
2001
N
0
10,36
439.672
3,51
10,34
23,69
16,14
166,89
8,7
1,326
1
2002
E
19,76
9,83
345.7121
2,95
9,38
20,53
14,64
137,32
7,32
1,216
0
2003
SW
-
10,16
2.7611
0,27
1,9
0,81
2,96
5,62
1,48
0,984
-
1,261
0
2004
E
18,36
12,22
345.7121
3,67
10,08
19,1
15,73
158,46
7,87
2005
SE
-
9,04
2.9244
0,25
1,86
0,88
2,9
5,39
1,45
0,984
-
2006
E
17,50
14,01
345.7121
4,21
10,55
18,25
16,46
173,65
8,23
1,289
0
Tahun
α0
α
UA
Feff
Hs
t
Co
Lo
Cgo
Ks
Kr
(m/s)
(km)
(m)
(s)
(jam)
(m/s)
(m)
(m/s)
1991
NW
11,74
17,43
316.43
5,01
11,02
11,17
17,20
189,54
8,60
1,318
0,86
1992
NW
13,24
12,22
316.43
3,51
9,79
12,58
15,28
149,59
7,64
1,242
0,86
1993
N
0
10,00
439.672
3,39
10,22
16,74
15,95
163,00
7,98
1,270
1
1994
S
-
12,22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1995
NE
18,46
7,29
2,79
9,98
21,90
15,57
155,39
7,79
1,254
0,89
1996
S
-
10,00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Desember
561.7649
Ts
1997
E
23,19
6,24
345.7121
1,87
8,06
23,89
12,57
110,31
6,29
1,127
0
1998
NW
15,73
7,37
316.43
2,12
8,27
21,31
12,91
106,77
6,46
1,142
0,87
1999
NW
13,47
11,64
316.43
3,35
9,63
18,39
15,03
144,74
7,52
1,233
0,86
2000
NW
13,96
10,46
316.43
3
9,3
18,96
14,51
134,94
7,26
1,211
0,87
2001
E
18,51
11,87
345.7121
3,57
9,99
19,28
15,59
155,74
7,8
1,255
0
2002
E
19,43
10,36
345.7121
3,11
9,54
20,18
14,88
141,95
7,44
1,226
0
2003
NW
14,00
10,36
316.43
2,98
9,27
19,02
14,46
134,04
7,23
1,209
0,87
2004
NW
13,83
10,77
316.43
3,1
9,39
18,77
14,65
137,56
7,33
1,217
0,87
2005
E
16,62
12,22
345.7121
3,67
10,08
19,1
15,73
158,56
7,87
1,261
0
2006
N
0
13,03
439.672
4,42
11,16
21,94
17,42
194,41
8,71
1,326
1
Keterangan : UA = Faktor tegangan angin (m/det) L0 = Panjang gelombang laut dalam (m) Feff = Panjang fetch effektif (m) Cg0 = Kec.grup gelombang laut dalam (m/det) Hs = Tinggi gelombang (m) Ks = Koefisien shoaling Ts = Pereode gelombang (detik) Kr = Koefisien refraksi t = Durasi pertumbuhan gelombang (jam) C0 = Kec.gelombang laut dalam (m/det) Sumber : Hasil Analisis data angin tahun 1991-2006 dari SM Sukapura Cirebon
Lampiran 8 Grafik Peramalan Gelombang (CERC 1984)
Lampiran 9 Distribusi budget sedimen setiap bulan selama 1991-2006 untuk setiap sel pantai berdasarkan Metode Fluks Energi Budged Sedimen pada Sel Tahun
Budged Sedimen pada Sel
Arah
Tahun A
B
C
D
E
F
Arah
G
A
B
C
D
E
F
G
Jan-91
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-92
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-91
NW
0
3,478
0
-6,610
0,43
0
- 0,18
Feb-92
NW
0
1,18
0
- 1,80
0,1
0
0,33
Mar-91
NW
0
1,956
0
-2,087
- 0,29
0
- 0,97
Mar-92
N
0
0
0
0
0
0
0
Apr-91
NW
0
1,710
0
-2,490
0,16
0
- 0,07
Apr-92
NE
0
6,07
0
- 5,71
0,25
0
1,45
Mei-91
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-92
NE
0
9,88
0
- 9,38
- 0,33
0
0,88
Jun-91
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-92
N
0
0
0
0
0
0
0
Jul-91
E
0
0
0
0
0
0
0
Juli-92
E
0
0
0
0
0
0
0
Agt-91
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-92
E
0
0
0
0
0
0
0
Sep-91
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-92
S
-
-
-
-
-
-
-
Okt-91
S
-
-
-
-
-
-
-
Okto-92
S
-
-
-
-
-
-
-
Nov-91
NW
0
0
0
- 1,96
0,11
0
- 0,06
Nov-92
N
0
0
0
0
0
0
0
Des-91
NW
0
0
0
- 5,16
0,51
0
- 0,16
Des-92
NW
0
1,68
0
- 2,34
0,11
0
- 0,06
Tahun
Arah
Tahun
Arah F
G - 0,18
Budged Sedimen pada Sel A
B
C
D
E
Budged Sedimen pada Sel F
G
A
B
C
D
E
Jan-93
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-94
NW
0
2,33
0
- 2,35
- 0,11
0
Feb-93
NW
0
2,60
0
- 2,3
0,13
0
- 0,047
Feb-94
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-93
NE
0
3,48
0
- 5,29
2,32
0
- 0,16
Mar-94
W
0
2
0
- 2,88
0,17
0
0,13
Apr-93
NE
0
2,47
0
- 4,85
3,43
0
- 0,05
Apr-94
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-93
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-94
S
0
-
-
-
-
-
-
Jun-93
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-94
S
0
-
-
-
-
-
-
Juli-93
NE
0
4,79
0
- 3,15
0,43
0
- 0,32
Juli-94
SE
-
-
-
-
-
-
-
Agt-93
NE
-
0
-
0
0
0
0
Agt-94
SE
-
-
-
-
-
-
-
Sep-93
E
-
0
-
0
0
0
0
Sep-94
S
-
-
-
-
-
-
Okto-93
E
-
0
-
0
0
0
0
Okto-94
E
-
0
0
0
0
0
0
Nov-93
S
0
-
0
-
-
-
-
Nov-94
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-93
N
0
0
0
0
0
0
0
Des-94
S
0
-
-
-
-
-
-
Sumber : Hasil analisis 2007
Lampiran 9 (Lanjutan) Budged Sedimen pada Sel Tahun Jan-95
Budged Sedimen pada Sel
Arah NE
Tahun A
B
C
D
E
F
G
0
3,17
0
-3,347
0,016
0
-1,284
Jan-96
Arah -
A
B
C
D
E
F
G
-
-
-
-
-
-
-
Feb-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Feb-96
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Mar-96
N
0
0
0
0
0
0
0
Apr-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Apr-96
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-96
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-95
NE
0
0,356
0
- 0,007
0,025
0
- 0,025
Jun-96
S
-
-
-
-
-
-
-
Juli-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Juli-96
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-95
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-96
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-95
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-96
S
-
-
-
-
-
-
-
Okto-95
E
0
0
0
0
0
0
0
Okto-96
SE
-
-
-
-
-
-
-
Nov-95
N
0
0
0
0
0
0
0
Nov-96
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-95
NE
0
1,218
0
- 0,396
- 0,021
0
- 0,791
Des-96
N
0
0
0
0
0
0
0
Tahun
Arah
Tahun
Arah F
G
Budged Sedimen pada Sel A
B
C
Budged Sedimen pada Sel
D
E
F
G
A
B
C
D
E
Jan-97
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-98
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-97
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-98
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-97
NE
0
0,505
0
- 0,714
- 0,069
0
0,191
Mar-98
N
0
1,270
0
- 1,27
- 0,09
0
0,47
Apr-97
NE
0
0,627
0
- 0,916
0,777
0
- 0,647
Apr-98
NE
0
0,770
0
- 0,78
- 0,11
0
0,36
Mei-97
E
0
1,215
0
-1,033
- 0,640
0
0,295
Mei-98
NE
0
0,91
0
- 1,28
- 0,06
0
0,45
Jun-97
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-98
E
0
0
0
0
0
0
0
Juli-97
S
0
0
0
0
0
0
0
Juli-98
E
0
0
0
0
0
0
0
Agt-97
E
0
0
0
0
0
0
0
Agt-98
E
0
0
0
0
0
0
0 2,88
Sep-97
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-98
NE
0
3,06
0
- 3,09
- 0,24
0
Okt-97
SE
0
0
0
0
0
0
0
Okt-98
E
0
0
0
0
0
0
0
Nov-97
E
0
0
0
0
0
0
0
Nov-98
NW
0
1,40
0
- 1,41
- 0,03
0
1,79
Des-97
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-98
NW
0
0,73
0
- 0,73
- 0,02
0
0,15
Sumber : Hasil analisis 2007
Lampiran 9 (Lanjutan) Budged Sedimen pada Sel Tahun
Budged Sedimen pada Sel
Arah
Tahun A
B
C
D
E
F
G
0
0
0
0
0
0
0
Jan-00
Arah NW
A
B
C
D
E
F
G
0
0,55
0
- 0,54
0,38
0
- 0,24
Jan-99
NW
Feb-99
NW
0
0
0
0
0
0
0
Feb-00
NW
0
0,15
0
- 0,13
0,96
0
- 0,83
Mar-99
E
0
0
0
0
0
0
0
Mar-00
NW
0
0,39
0
- 0,26
0
0
0,1
Apr-99
E
0
0,84
0
- 0,90
- 0,04
0
- 0,2
Apr-00
N
0
0
0
0
0
0
0
Mei-99
E
0
1,34
0
- 1,42
- 0,05
0
- 0,3
Mei-00
NE
0
1,94
0
- 1,87
- 0,04
0
0,1
Jun-99
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-00
E
0
0
0
0
0
0
0
Jul-99
E
0
1,52
0
- 2,18
0,12
0
- 0,07
Juli-00
E
0
0,35
0
- 2,05
1,91
0
- 0,33
Agt-99
E
0
0
0
0
0
0
0
Agt-00
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-99
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-00
S
-
-
-
-
-
-
-
Okt-99
E
0
0
0
0
0
0
0
Okt-00
S
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
0
- 0,13
0
- 0,27
0,01
0
0,09
Nov-99
NW
0
1,16
0
- 1,67
0,08
0
- 0,10
Nov-00
N
0
Des-99
NW
0
1,41
0
- 2,06
0,97
0
- 0,95
Des-00
N
0
Budged Sedimen pada Sel Tahun
Budged Sedimen pada Sel
Arah
Tahun A
B
C
D
E
F
G
Arah A
B
C
D
E
F
G
Jan-01
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-02
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-01
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-02
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-01
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-02
NE
0
4,807
0
-3,867
0
- 0,217
0
0,650
0
0,053
Apr-01
NE
0
0
0
0
0
0
0
Apr-02
NE
0
6,667
0
-2,362
0,337 0,379
Mei-01
NE
0
0
0
0
0
0
0
Mei-02
E
0
3,742
0
-2,777
0,042
Jun-01
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-02
E
0
0
0
0
0
0
0
Juli-01
E
0
0
0
0
0
0
0
Juli-02
E
0
0
0
0
0
0
0
Agt-01
NE
0
4,664
0
-4,793
0,125
0
0,723
Agt-02
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-01
E
0
0
0
0
0
0
0
Sep-02
SE
-
-
-
-
-
-
-
Okt-01
E
0
0
0
0
0
0
0
Okt-02
SE
0
0
0
0
0
0
0
Nov-01
N
0
0
0
0
0
0
0
Nov-02
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-01
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-02
E
0
0
0
0
0
0
0
Sumber : Hasil analisis 2007
Lampiran 9 (Lanjutan) Budged Sedimen pada Sel Tahun
Budged Sedimen pada Sel
Arah
Tahun A
B
C
D
E
F
G
Arah A
B
C
D
E
F
G
Jan-03
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-04
-
-
-
-
-
-
-
-
Feb-03
N
0
0
0
0
0
0
0
Feb-04
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-03
N
0
3,15
0
- 3,18
- 0,073
0
-1,384
Mar-04
N
0
0
0
0
0
0
0
Apr-03
NE
0
1,248
0
0,316
-1,688
0
- 0,005
Apr-04
-
-
-
-
-
-
-
-
Mei-03
E
0
3,16
0
-3,205
- 0,058
0
- 0,57
Mei-04
S
-
-
-
-
-
-
-
Jun-03
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-04
-
-
-
-
-
-
-
-
Juli-03
S
0
0
0
0
0
0
0
Juli-04
E
-
-
-
-
-
-
-
Agt-03
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-04
E
0
0
0
0
0
0
0
Sep-03
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-04
E
-
-
-
-
-
-
-
Okt-03
SW
-
-
-
-
-
-
-
Okt-04
S
-
-
-
-
-
-
-
Nov-03
SW
-
-
-
-
-
-
-
Nov-04
E
0
0
0
0
0
0
Des-03
NW
0
1,771
0
-1,627
- 0,003
0
- 0,471
Des-04
NW
0
1,206
0
-1,773
0,091
0
0 0,116
F
G
Budged Sedimen pada Sel Tahun
Budged Sedimen pada Sel
Arah
Tahun A
B
C
D
E
F
G
Arah A
B
C
D
E
Jan-05
N
0
0
0
0
0
0
0
Jan-06
-
-
-
-
-
-
-
-
Feb-05
E
0
0
0
0
0
0
0
Feb-06
N
0
0
0
0
0
0
0
Mar-05
S
-
-
-
-
-
-
-
6-Mar
N
0
0
0
0
0
0
0
Apr-05
N
0
0
0
0
0
0
0
Apr-06
E
0
0
0
0
0
0
0
Mei-05
NE
-
-
-
-
-
-
-
Mei-06
E
- 3,39
0,94
- 0,07
- 7,18
- 0,47
0,06
- 0,06
Jun-05
E
0
0
0
0
0
0
0
Jun-06
S
-
-
-
-
-
-
-
Juli-05
S
0
0
0
0
0
0
0
Juli-06
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-05
S
-
-
-
-
-
-
-
Agt-06
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-05
S
-
-
-
-
-
-
-
Sep-06
S
-
-
-
-
-
-
-
Okt-05
S
-
-
-
-
-
-
-
Okt-06
SE
-
-
-
-
-
-
-
Nov-05
SE
-
-
-
-
-
-
-
Nov-06
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-05
E
0
0
0
0
0
0
0
Des-06
N
0
0
0
0
0
0
0
Sumber : Hasil analisis 2007
Lampiran 10 Data curah hujan tahun 1991-2006 1991 No
Bulan
1992
1993
1994
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
1
Jan
517,2
29
0,74
181,3
26
0,29
610,5
28
0,91
662,3
29
0,95
2
Feb
231,7
26
0,37
658,2
27
1,02
489,3
27
0,76
482,2
27
0,74
3
Mar
438,4
22
0,83
350,4
23
0,63
352,6
25
0,59
578,4
29
0,08
4
Apr
540,2
24
0,94
423,5
23
0,77
414,7
25
0,69
310,4
23
0,56
5
Mei
35,8
5
0,30
198,2
16
0,52
158,1
17
0,39
13,4
5
0,11
6
Jun
3,9
2
0,10
83,1
10
0,35
201,9
11
0,76
3
2
0,06
7
Jul
-
-
-
2
8
0,01
TTU
3
0
-
-
-
8
Agust
-
-
-
107,9
7
0,64
41,1
5
0,35
-
-
-
9
Sept
TTU
1
0
117,5
11
0,44
11,9
3
0,17
-
-
-
10
Okt
24,8
5
0,21
88,8
20
0,19
62,9
7
0,37
11,8
2
0,25
11
Nov
526,2
23
0,95
316,5
23
0,57
229,8
19
0,50
56,2
9
0,26
12
Des
390,7
24
0,68
619,8
23
1,12
494,8
28
0,74
320
16
0,83
1995 No
Bulan
1996
1997
1998
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
1
Jan
556,5
25
0,93
398,5
22
0,75
920,5
31
1,24
312
23
0,57
2
Feb
463,1
23
0,84
545,2
21
1.08
214,7
20
0,45
490,1
24
0,85
3
Mar
741,6
24
1,29
343,6
15
0,95
207,3
26
0,33
480,4
22
0,91
4
Apr
230,9
13
0,74
280,8
13
0,9
245,2
16
0,65
224,7
24
0,39
5
Mei
130,7
11
0,50
73,6
5
0,61
87,7
13
0,28
206,6
19
0,45
6
Jun
192
12
0,67
14,6
6
0,10
21,8
4
0,23
149,9
17
0,37
7
Jul
41,1
3
0,57
24,9
3
0,35
0,6
4
0,006
149,5
18
0,35
8
Agust
TTU
1
0
29
2
0,60
0,3
2
0,006
46,8
11
0,18 0,19
9
Sept
109,2
4
1,14
53,5
5
0,45
-
-
-
41,2
9
10
Okt
120,7
10
0,50
251,3
14
0,75
28,8
2
0,6
311,1
24
0,54
11
Nov
490,2
23
0,89
411,1
20
0,85
24,8
8
0,13
730,8
26
1,17
12
Des
449
22
0,85
275,7
19
0,60
579,2
18
1,34
344,1
24
0,60
Sumber : SM Sukapura Cirebon
Lampiran 10 (Lanjutan) 1999 No
Bulan
2000
2001
2002
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
1
Jan
508,6
28
0,76
359,4
26
0,60
371,7
27
0,57
553,3
26
0,89
2
Feb
319,1
23
0,58
210,7
15
0,59
356,2
26
0,57
257,8
22
0,49
3
Mar
529,3
26
0,85
310,2
22
0,59
438,2
27
0,68
202,7
21
0,40
4
Apr
408,7
21
0,82
359,8
25
0,60
375,2
21
0,74
275
18
0,64
5
Mei
110,1
10
0,46
179,8
8
0,93
138,2
12
0,48
60,6
8
0,32
6
Jun
25,4
6
0,18
90,8
11
0,34
146,1
14
0,43
48,9
4
0,51
7
Jul
74,2
4
0,77
9,3
3
0,13
4,8
3
0,07
23,3
6
0,16
8
Agust
2,2
5
0,02
1,5
3
0,02
1,4
1
0,06
0,1
2
0,002
9
Sept
-
-
-
9,9
4
0,10
66,1
8
0,34
-
-
-
10
Okt
170,4
16
0,44
285
20
0,59
243,2
19
0,53
-
-
-
11
Nov
624,6
26
1,00
328,6
26
0,53
758
28
1,13
225
14
0,67
12
Des
335,8
26
0,54
354,7
21
0,70
289,1
22
0,55
197,9
19
0,43
2003 No
Bulan
2004
2005
2006
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
CH
Jlh Hari
Intensitas CH
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam)
(mm)
Hujan
(mm/jam) 0,89
1
Jan
404,8
29
0,58
692,6
27
1,07
530,7
27
0,82
490,3
23
2
Feb
399
20
0,83
451
25
0,75
371,3
23
0,67
659,9
25
1,10
3
Mar
294,5
20
0,61
525,8
26
0,84
459,6
28
0,68
344,8
18
0,80
4
Apr
90,2
14
0,27
102,4
11
0,39
260,2
21
0,52
318,7
23
0,58
5
Mei
211,7
9
0,98
138,9
17
0,34
101,3
10
0,42
215,3
15
0,60
6
Jun
15,2
6
0,11
33,4
7
0,20
117,7
13
0,38
22,2
5
0,19
7
Jul
-
-
-
19,5
7
0,12
83,6
8
0,44
6,6
1
0,28
8
Agust
-
-
-
-
-
-
14,6
5
0,12
-
-
-
9
Sept
13,2
3
0,18
10
1
0,42
32
7
0,19
-
-
-
10
Okt
128,6
14
0,38
5
2
0,10
88,8
17
0,22
-
-
-
11
Nov
138,9
18
0,32
172,3
14
0,51
157,8
10
0,66
52,4
6
0,36
12
Des
296,8
24
0,52
264,9
25
0,44
300,5
29
0,43
381,3
23
0,69
Sumber : SM Sukapura Cirebon
Lampiran 11 Debit limpasan & Debit sedimen Sungai Eretan pada tahun 1991-2006
1991 No
Bulan
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s) 104,83
1
Jan
68,97
208,45
27,03
81,69
84,82
256,35
88,54
267,59
86,68
261,97
69,90
211,26
32,10
97,02
14,76
2
Feb
90,41
273,25
85,07
257,12
70,84
214,10
68,97
208,45
78,29
236,34
100,66
304,04
11,65
35,21
22,01
66,52
3
Mar
77,36
233,80
58,72
177,47
54,99
166,20
7,46
22,55
120,23
365,28
88,54
267,59
8,54
25,81
23,56
71,20
4
Apr
87,61
264,78
71,77
216,91
64,31
194,36
52,19
157,73
68,97
208,44
89,38
270,13
16,83
50,86
10,10
30,53
5
Mei
27,97
84,55
48,47
134,40
36,35
109,86
10,25
30,98
46,60
141,05
56,85
17,68
7,25
21,91
11,65
35,21
6
Jun
9,32
28,17
32,62
98,59
70,83
214,07
5,59
16,89
62,46
188,77
9,32
28,18
5,95
17,98
9,58
28,95
7
Jul
-
-
0,93
2,81
0
0
-
-
53,13
160,57
32,62
98,59
0,16
0,48
9,06
27,38
8
Agust
-
-
59,65
180,28
32,62
98,59
-
-
0
0
55,92
169,01
0,16
0,48
4,66
14,08
9
Sept
0
0
41,01
123,94
15,84
47,87
-
-
106,25
320,97
41,94
126,76
-
-
4,92
14,87
10
Okt
19,57
59,15
17,71
53,52
34,49
104,24
23,30
70,42
40,60
122,70
69,90
211,26
15,53
46,93
13,98
42,25
11
Nov
88,54
267,59
53,13
160,57
46,60
140,84
24,23
73,30
82,95
250,70
79,22
239,43
3,37
10,18
30,29
91,55
12
Des
63,40
191,61
104,39
315,53
68,97
208,44
77,36
233,81
79,22
239,47
55,92
169,01
34,69
104,84
15,53
46,93
1999 No
Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
Q
Qt
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s)
(m³/s)
(kg/s) 69,63
1
Jan
19,68
59,48
15,53
46,93
14,76
44,61
25,71
77,70
16,76
50,38
30,91
93,42
21,23
64,16
23,04
2
Feb
15,02
45,39
15,28
46,18
14,76
44,62
14,15
42,77
23,98
72,47
21,67
65,49
17,35
52,44
28,48
86,07
3
Mar
22,01
66,52
15,28
46,19
17,61
53,22
11,56
34,94
17,62
53,26
24,27
73,35
17,60
53,19
20,71
62,59
4
Apr
21,23
64,16
15,53
46,94
19,16
57,91
18,49
55,88
7,80
23,57
11,27
34,06
13,46
40,68
15,02
45,39
5
Mei
11,91
36,00
24,08
72,78
12,43
37,57
9,25
27,96
28,31
85,51
9,8
29,62
10,87
32,85
15,53
46,94
6
Jun
4,66
14,08
8,80
26,60
11,13
33,64
14,73
44,52
3,18
9,61
5,18
15,66
9,84
29,74
4,92
14,96
7
Jul
19,94
60,26
3,37
10,18
1,81
5,47
4,62
13,96
-
-
3,11
9,40
11,39
34,43
7,25
21,91
8
Agust
0,52
1,57
0,52
1,57
1,55
4,68
0,058
0,18
-
-
-
-
3,11
9,40
-
-
9
Sept
-
-
2,59
7,83
8,80
26,60
-
-
5,20
15,71
10,87
32,85
4,92
14,87
-
-
10
Okt
11,39
34,42
15,28
46,18
13,72
41,47
-
-
10,98
33,18
2,59
7,83
5,70
17,23
-
-
11
Nov
25,89
78,25
13,72
41,46
29,26
88,43
19,36
58,51
9,24
27,93
13,20
36,87
17,09
51,65
9,32
28,17
12
Des
13,98
42,25
18,12
54,76
14,24
43,04
12,42
37,22
15,02
45,39
11,39
34,42
11,13
33,64
17,86
53,98
Sumber : Hasil analisis berdasarkan data curah hujan 1991-2006
Lampiran 12 Hasil pengukuran debit sungai pada 13 Mei 2006
Pukul Kedalaman (m)
18 Kec (m/s)
Arah (°)
21 Kec (m/s)
Arah (°)
4,0
0,204
56
0,335
56
2,5
-
-
-
-
2,0
0,419
73
0,154
87
Titik
A
3,5 3,0
1,5 1,0 0,5 0,0 B
-
-
0,227 59 Vm = 0,317
2,5
-
-
2,0
0,252
1,5
-
75
1,0
0,076
92
4,0 3,5 3,0
0,5 0,0
-
-
0,03 92 Vm = 0,108
-
-
0,538 81 Vm = 0,295 0,251
-
0,215
-
104
-
84
-
0,3011 45 Vm = 0,245
24 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
0,116
98
-
-
0,356
-
81
-
0,237 81 Vm = 0,275
3 Kec (m/s)
Arah (°)
6 Kec (m/s)
Arah (°)
0,112
281
0,005
236
-
-
-
0,050
90
0,098
-
-
0,320 84 Vm = 0,133
-
9 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
0,285
123
-
239
0,611
-
0,117 104 Vm = 0,080
-
12 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
73
0,295 0,864
-
0,720 73 Vm = 0,557
-
-
-
-
-
-
-
-
0,116
98
0,005
160
0,005
213
0,146
78
0,425
-
-
0,237 81 Vm = 0,266
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 23 Mei 2006
-
0,111
-
-
75
-
0,323 75 Vm = 0,137
-
0,186
-
-
253
-
0,006 109 Vm = 0,096
-
-
15 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
0,263
-
70 81
-
0,376 36 Vm = 0,510
18 Kec (m/s)
Arah (°)
0
185
-
-
47
0
149
-
-
-
0,312
59
0
28
0,292
75
0
137
0,614 47 Vm = 0,348
0
137 Vm = 0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
67
0,065
78
0,156
84
-
-
0
73
0,284
59
0,136
104
0,039
219
-
0,572 64 Vm = 0,392
-
-
0,408 50 Vm = 0,261
-
-
0,292 59 Vm = 0,180
-
-
0 73 Vm = 0,019
Lampiran 12 (Lanjutan)
Pukul 18
Kedalaman Titik (m) C
4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5
D
21
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,009
180
0,004
264
0,311
47
0,378
70
-
-
-
0,362
61
0,413
61
0,450
84
0,399
2
0
270
0,005
33
0,107
289
-
-
59
0,380
64
0,079
28
0,0
0,406 87 Vm = 0,338
1,0 0,5 0,0
18
Arah (°)
87
1,5
15
Kec (m/s)
87
2,0
12
Arah (°)
0,274
2,5
9
Kec (m/s)
0,336
3,0
6
Arah (°)
1,0
3,5
3
Kec (m/s)
0,5
4,0
24
-
Vm = 0
-
0,475
-
-
61
-
0,487 67 Vm = 0,450
-
0,597
-
-
64
-
0,515 67 Vm = 0,530
-
-
-
-
0,037
168
0,121
67
0,270
112
0,168
67
0,271 109 Vm = 0,212
0,234 50 Vm = 0,173
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 23 Mei 2006
-
-
0,321 33 Vm = 0,085
-
-
0,097 39 Vm = 0,079
-
-
-
-
0,006
22
0,003
174
0,005
28
0,004
199
-
-
-
-
0,005 28 Vm = 0,065
-
-
-
-
0,003 84 Vm = 0,035
-
-
-
-
0,239 87 Vm = 0,363
-
-
0,231 56 Vm = 0,058
-
0,573
-
-
0,150 78 Vm = 0,419
-
-
0,183 92 Vm = 0,046
-
-
-
-
0,337 54 Vm = 0.359
-
-
0,143
67
-
-
0,00 247 Vm = 0,036
-
-
-
-
0,150 56 Vm = 0,077
-
-
0,052 47 Vm = 0,013
Lampiran 12 (Lanjutan)
Pukul
18
21
23
3
6
9
12
15
18
A=4
A=4
A = 1,5
A=4
A=4
A=3
A=2
A=3
A=4
B=2
B=4
B=3
B=3
B=3
B=3
B=2
B=2
B = 1,5
C=1
C=2
C=2
C=3
C=3
C=3
C=3
C=2
C=2
D=0
D=1
D=1
D=2
D=2
D=0
D=0
D=0
D=0
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
c=3
c=4
c = 2,25
c = 3,5
c = 3,5
c=3
c=2
c = 2,5
c = 2,75
d = 1,5
d=3
d=3
d=3
d=3
d=3
d = 2,5
d=2
d = 1,75
e = 0,5
e = 1,5
e = 1,5
e = 2,5
e = 2,5
e = 1,5
e = 1,5
e=1
e=1
Kec. aliran rata2 pada garis pengukuran m/s)
Vd = 0,223
Vd = 0,347
Vd = 0,398
Vd = 0,111
Vd = 0,088
Vd = 0,378
Vd = 0,34
Vd = 0,270
Vd = 0,048
Luas penampang melintang (m²)
Fd = 40,625
Fd = 71,875
Fd = 60,937
Fd = 75
Fd = 75
Fd = 65,625
Fd = 53,125
Fd = 40,625
Fd = 45,313
Debit Pengukuran (m³/s)
Qd = 9,060
Qd = 24,941
Qd = 24,253
Qd = 8,325
Qd = 6,6
Qd = 24,806
Qd = 18,063
Qd = 10,969
Qd = 2,175
Kedalaman penampang (m)
1/2 lebar Sungai Eretan (m) Kedalaman rata2 antar penampang (m)
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 23 Mei 2006
Lampiran 12 Hasil pengukuran debit sungai 15 Agustus 2006
Pukul
Kedalaman 17 Kec (m/s)
Arah (°)
2,5
-
-
2,0
0
323
Titik (m) A
4,0 3,5 3,0
1,5
-
1,0 0,5 0,0
Arah (°)
23 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
-
0
2 Kec (m/s)
Arah (°)
5 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
8 Kec (m/s)
Arah (°)
11 Kec (m/s)
Arah (°)
14 Kec (m/s)
Arah (°)
17 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
-
-
-
-
-
0,021
174
0,036
298
0,036
22
0,043
75
270
0
101
-
0,033
295
0,041
250
0,050
70
0
59
270
0
92
0
154
0
22
0,01
53
0,071
250
0,021
84
0,015
64
0
98
0
182
0,48
70
0,072
253
0,123
56
0,035
61
-
0,047
261
0
56
0
270
0
242
0
56
0
98
0
19
0,71
73
0,074
253
0,120
84
0,072
56
0
270
0
244
0
33
0,05
98
0
222
0,02
87
0,063
300
0,145
81
0,122
56
-
-
Vm = 0 B
20 Kec (m/s)
-
-
-
Vm = 0,024
-
-
Vm = 0
-
-
Vm = 0
-
Vm = 0
0
160
0,043
0,115
2,5
-
160
0,203
267
0
306
0
109
2,0
0,056
0,229
267
0
323
0
106
0
1,5
-
123
0,252
267
0
0
0
106
0
292
0,012
101
0,093
233
0,099
1,0
0
109
0,167
267
0
331
0,161
92
0
258
0,004
47
0,096
250
0,036
0,5
0
105
0,097
247
0
295
0,157
87
0
191
0,004
2
0,114
247
0,01
0,0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Vm = 0,025
-
267
0
303
0
5
-
Vm = 0,193
Vm = 0
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 15 Agustus 2006
Vm = 0
Vm = 0
-
Vm = 0,080
3,0
-
-
-
3,5
160
-
-
Vm = 0,063
-
0
-
-
-
4,0
-
-
Vm = 0,220
-
-
-
-
-
-
-
14
0,035
101
0,049
244
0,092
146
Vm = 0,012
Vm = 0,090
-
-
Vm = 0,042
-
-
0,054
208
0,1
222
0,1
210
132
0,037
123
255
0,071
81
140
0,051
72
-
-
-
Vm = 0,062
Vm = 0,065
Lampiran 12 (Lanjutan)
Pukul
Kedalaman 17 Kec (m/s)
Arah (°)
20 Kec (m/s)
Arah (°)
23 Kec (m/s)
Arah (°)
2 Kec (m/s)
Arah (°)
5 Kec (m/s)
Arah (°)
8 Kec (m/s)
Arah (°)
2,0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,5
0
337
244
0
33
0
84
0,044
2
1,0
0
104
0,175
239
0
14
0,085
81
0
98
0,01
0,5
0
75
0,179
225
0
84
0,166
61
0
115
0,01
Titik (m) C
4,0 3,5 3,0 2,5
0,0
-
-
Vm = 0 D
4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5
-
-
-
-
-
-
1,0
0
337
0
303
0,5
0
295
0,075
295
0,0
-
-
Vm = 0
-
Vm = 0,177
-
-
Vm = 0,040
-
Vm = 0
-
-
-
0,065
0,075
208
0,097
-
-
Vm = 0,084
-
Vm = 0,075
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 15 Agustus 2006
-
-
-
-
Vm = 0,011
-
-
87
0
146
101
0,106
95
-
Vm = 0,081
-
-
Vm = 0,053
-
11 Kec (m/s)
Arah (°)
14 Kec (m/s)
Arah (°)
-
-
-
-
0,05
267
0,077
270
0,067
109
0,109
267
0,027
0
0,082
104
100
0,029
264
0,046
343
0,058
151
-
Vm = 0,01
-
Vm = -
-
-
Vm = 0,039
-
351
-
Vm = 0,042
Arah (°)
-
-
0,054
208
0,099
78
0,085
78
-
-
Vm = 0,078
-
-
-
0,098
331
0,087
70
0,050
78
0,037
334
0,057
191
0,033
109
-
-
Vm = 0,068
-
-
17 Kec (m/s)
-
Vm = 0,072
-
-
Vm = 0,042
Lampiran 12 (Lanjutan) Pukul
Kedalaman penampang (m)
1/2 lebar Sungai Eretan (m) Kedalaman rata2 antar penampang (m)
17
20
23
2
5
8
11
14
17
A=2
A = 2,5
A = 2,5
A=2
A=3
A=3
A=3
A=3
A=3
B=4
B=3
B=3
B=3
B=2
B=2
B=2
B=2
B=3
C = 1,5
C=1
C=1
C = 1,5
C = 1,5
C=1
C=2
C = 1,5
C = 2,5
D=1
D=1
D = 0,5
D=1
D=1
D=0
D=1
D=1
D=1
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
b = 12,5
c=3
c = 2,75
c = 2,75
c = 2,5
c = 2,5
c = 2,5
c = 2,5
c = 2,5
c=3
d = 2,75
d=2
d=2
d = 2,25
d = 1,75
d = 1,5
d=2
d = 1,75
d = 2,75
e = 1,25
e=1
e = 0,75
e = 1,25
e = 1,25
e = 0,5
e = 1,5
e = 1,25
d = 2,75
Kec. aliran rata2 pada garis pengukuran m/s)
Vd = 0,013
Vd = 0,185
Vd = 0
Vd = 0,042
Vd = 0,006
Vd = 0,011
Vd = 0,065
Vd = 0.052
Vd = 0,07
Luas penampang melintang (m²)
Fd = 60,938
Fd = 48,438
Fd = 46,875
Fd = 51,563
Fd = 45,313
Fd = 45
Fd = 50
Fd = 45,312
Fd = 64,063
Debit Pengukuran (m³/s)
Qd = 0,792
Qd = 8,961
Qd = 0
Qd = 2,166
Qd = 0,272
Qd = 0,495
Qd = 3,250
Qd = 2,356
Qd = 4,484
Sumber : Hasil pengukuran debit Sungai Eretan pada 15 Agustus 2006
Lampiran 13 Contoh hasil analisis tekstur sedimen dasar perairan Pantai Eretan Posisi
D50
D90
Parameter Statistik Ukuran Butir
Stasiun
Folk & Ward Lintang
1
2
3
4
Deskripsi
6°19’35’’
6°19’10’’
6°19’00’’
6°19’05’’
Bujur
108°05’00’’
108°05’20’’
108°05’20’’
108°05’10’’
Sumber : Hasil analisis 2007
(µm)
18,98
21,6
500,2
339,0
(Φ)
5,9
5,7
1,0
1,7
(µm)
29,1
30,0
2376,3
2411,4
Geo(µm)
(Φ)
7,6
7,2
2,7
3,3
Tipe Sedimen
Nama Sedimen
Tekstur
Log (Φ)
Distribusi Ukuran Butir (%) Gravel
Pasir
Lumpur
Trimodal
X
14,1
6,2
Mediun Silt
σ
1,1
Moderately Sorted
Sk
2,1 0,5
0,5
Very Fine Skewed
K
0,6
0,6
Very Platykurtic
X
21,2
5,6
Coarse Silt
σ
0,8
Moderately Sorted
Sk
1,8 0,5
0,1
Symmetrical
K
2,6
2,5
Very Leptokurtic
X
550
0,9
Coarse Sand
σ
2,9
1,7
Poorly Sorted
Moderately
Coarse Silt
Silt
0,0
3,68
96,32
Coarse Silt
Silt
0,0
5,7
94,3
Gravelly
21,1
79,1
0,2
22,3
77,2
0,5
Sorted
Trimodal
Sk
0,13
- 0,13
Coarse Skewed
K
0,79
0,79
Platykurtic
X σ
470
1,2
Medium Sand
3,5
1,9
Poorly Sorted
Sk
0,4
- 0,3
Coarse Skewed
K
0,7
0,7
Platykurtic
Moderately Sorted
Polymodal
Very Fine
Poorly
Gravelly Medium Sand
Sorted
Polymodal
Very Fine
Poorly
Gravelly Medium Sand
Sorted
Sand
Gravelly Sand
Lampiran 13 Contoh hasil analisis tekstur sedimen dasar perairan Pantai Eretan Posisi
D50
D90
Parameter Statistik Ukuran Butir
Stasiun
Folk & Ward Lintang
Bujur
(µm)
(Φ)
(µm)
Geo(µm)
(Φ)
X 5
6°19’00’’
108°05’00’’
310
1,6
10222
2,8
σ
7
8
9
6°19’05’’
6°19'10’’
6°19’00’’
6°19’05’’
108°04’55’’
108°04’50’’
108°04’45’’
108°04’40’’
Sumber : Hasil analisis 2007
510
300
304
499
1
1,8
1,7
1
1150
1013
634,2
1110
2,8
532
0,8
Coarse Sand
3
1,6
Poorly Sorted
0,029
- 0,029
Symmetrical
K
0,8
0,8
Platykurtic
993
0,0
Coarse Sand
2,6
1,3
σ
2,8
Nama Sedimen
Tekstur
Polymodal
Very Fine
Poorly
Gravelly Medium Sand
Sorted
Gravelly
Polymodal
Sandy
Poorly Sorted
Poorly
Very Fine
Gravelly
Very Fine Skewed
Sorted
Gravelly
Sand
- 0,4
0,4
K
0,7
0,8
Platykurtic
X
340
1,5
Medium Sand
Trimodal
Slightly Very
Slightly
Moderately
Fine Gravelly Medium Sand
Gravelly
σ
1,8
0,7
Sk
0,4
- 0,4
K
3,8
3,8
Moderately Sorted Very Coarse Skewed Extremely Leptokurtic
X
321
1,7
Medium Sand
Trimodal
Slightly Very
Slightly
Moderately
Fine Gravelly Medium Sand
Gravelly
σ
2,0
1,0
Moderately Sorted
Sk
0,21
- 0,21
Coarse Skewed
K
1,3
1,3
Leptokurtic
X
989
0,0
Coarse Sand
σ
2,5
1,3
Sorted
Sorted
Sand
Sand
Polymodal
Sandy
Poorly Sorted
Poorly
Very Fine
Gravelly
Sorted
Gravelly
Sand
Sk
- 0,3
0,3
Very Fine Skewed
K
0,7
0,7
Platykurtic
Distribusi Ukuran Butir (%) Gravel
Pasir
Lumpur
17,7
82,3
0,0
48
52
0,0
4,1
95,9
0,0
4,0
96
0,0
53,5
46,5
0,0
Sand
Sk
2,6
2,7
Tipe Sedimen
Log (Φ)
Sk
X 6
Deskripsi