37
3
METODOLOGI UMUM
Penjelasan dalam metodologi umum, menggambarkan secara umum tentang waktu, tempat penelitian, metode yang digunakan. Secara spesifik sesuai dengan masing-masing kriteria yang akan diteliti dan diuji diuraikan secara mendalam pada masing-masing bab terkait. 3.1
Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan selama 12 (dua belas) bulan, dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Februari 2012 yang meliputi; penyusunan rencana penelitian, survei lapangan, pengambilan dan pengumpulan data lapangan, pengolahan data, analisis data, dan penulisan disertasi. 3.1.2 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Selat Bali, yaitu di Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dan di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi, karena pusat pendaratan ikan terbesar berada pada dua tempat tersebut. Pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru sangat intensif dilakukan oleh nelayan setempat baik tradisional maupun moderen (Gambar 10).
Muncar
Gambar 10
Lokasi Penelitian
PPN Pangambengan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)
38
3.2
Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei melalui
pengamatan dan pengukuran langsung di lokasi penelitian, sesuai dengan keperluan data yang dibutuhkan. 3.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data, dilakukan dengan teknik wawancara secara
langsung dan mendalam (deep interview) terhadap responden terpilih dengan alat bantu kuisioner yang bersifat semi terbuka. Pemilihan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan ilmiah dan atas dasar kemampuan responden dalam memhami tentang permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru dengan pendekatan ekosistem.
Responden yang diwawancarai adalah dari
kalangan birokrat, ilmuan, pelaku usaha, nelayan dan stakeholders lainnya. Jenis data yang dibutuhkan adalah: 1.
Data primer, diperoleh dari wawancara langsung secara terarah dengan responden, pengamatan dan pengukuran langsung terhadap kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru dan parameter lingkungan perairan Selat Bali selama penelitian dilakukan,
2.
Data sekunder, yaitu mencakup; (1) Data hasil tangkapan ikan lemuru di lokasi penelitian selama kurun waktu 6 (enam) tahun, mulai tahun 20052010.
Data hasil tangkapan ini diperlukan untuk mengetahui tingkat
pengusahaan penangkapan ikan lemuru di Selat Bali, (2) Data jenis alat tangkap yang digunakan, untuk mengetahui jumlah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan target, (3) Teknologi penangkapan, (4) Jumlah nelayan dan tenaga kerja (ABK) selama kurun waktu 6 (enam) tahun, (5) Data oseanografi (sebaran klorophil-a, suhu permukaan laut) dan klimatologi (hujan, angin dan arus) untuk mengetahui rentang waktu keberadaan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di kawasan Selat Bali, dan pengaruhnya terhadap hasil tangkapan (6) Kondisi sosial ekonomi. Masing-masing data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berkompeten baik ditingkat pusat yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan, daerah dan di lokasi penelitian. Disamping itu juga perlu diketahui peran serta
39
lembaga yang ada, dalam menunjang pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru, dan data tentang peraturan perundang-undangan yang ada dalam mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali. 3.4
Metode Analisis Data
3.4.1
Analisis faktor oseanografi dan klimatologi Faktor oseanografi dan klimatologi yang terjadi di lingkungan perairan,
sangat berperan dalam menunjang keberlangsungan hidup sumberdaya ikan target penangkapan dan biota lainnya. 1)
Analisis faktor oseanografi dan klimatologi Faktor-faktor oseanografi yang akan dianalisis, adalah yang berpengaruh
terhadap keberadaan sumberdaya lemuru. Faktor oseanografi tersebut mencakup analisis sebaran klorofil-a, analisis sebaran suhu permukaan laut, dan arus. Data klimatologi yaitu berkaitan dengan hujan dan angin. Analisis faktor klimatologi dilakukan secara deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh selama kurun waktu lima (5) tahun yaitu dari 2005 – 2010.
Data tersebut adalah data angin,
curah hujan, dan arus. Data time series curah hujan, diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Banyuwangi, karena cakupannya lebih luas bila dibandingkan dengan Jembrana. Sedangkan untuk data kondisi angin dan arus di wilayah Selat Bali diperoleh dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMK) Maritim Surabaya. Secara spasial, kondisi faktor oseanografi dan klimatologi ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. 2)
Analisis kualitas perairan Pengambilan sampel air laut untuk mengetahui unsur-unsur kimia air yang
dapat mempengaruhi kualitas perairan Selat Bali. Unsur-unsur kimia air tersebut adalah kandungan nitrit, posfat. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap kelimpahan dan sebaran klorofil-a. Pengambilan sampel air laut dilakukan pada titik lokasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, selanjutnya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) ditentukan pada koordinat berapa jaring diturunkan.
40
Tabel 3
Klasifikasi baku mutu air sesuai peruntukannya sesuai SK Menteri Lingkungan Hidup no. 115 tahun 2003
Kelas Mutu Skor A Baik sekali 0 B Baik 1 s/d -10 C Sedang -11 s/d -30 D Buruk ≥ -30 Sumber: Kementerian lingkungan hidup (2003)
Penjelasan Memenuhi baku mutu Cemar ringan Cemar sedang Cemar berat
3.4.2 Analisis sumberdaya lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) Analisis dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi tekanan terhadap penangkapan ikan lemuru. Untuk mengetahui produktifitas penangkapan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali, dilakukan analisis Catch Per Unit Effort (CPUE). Analisis ini dilakukan untuk melihat trend terhadap effort yang dilakukan oleh nelayan selama kurun waktu 6 (enam) tahun. Data yang digunakan adalah data time series dari statistik perikanan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Berdasarkan trend tersebut akan terlihat apakah pemanfaaan sumberdaya ikan lemuru mendekati atau sudah over fishing atau masih berada pada pemanfaatan optimum. Trend CPUE ini adalah sebagai indikator untuk melakukan pengendalian upaya tangkap yang dilakukan oleh nelayan dan pelaku usaha, agar pengaturan jumlah alat tangkap dapat dilakukan. 3.4.3 Analisis seleksi jenis alat tangkap dan teknologi yang tepat Menentukan teknologi penangkapan ikan yang tepat guna, perlu dilakukan seleksi yang didasarkan kepada aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi, serta ekosistem sehingga penggunaan alat tangkap tersebut sesuai dengan kondisi perairan dan ikan target penangkapan yaitu lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853). Berdasarkan data yang tercantum dalam buku laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi bahwa, alat tangkap yang dominan dipakai oleh nelayan adalah purse seine. Disamping itu masih ada alat tangkap lainnya seperti gillnet, payang, pukat pantai, dan bagan. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan analisis terhadap teknologi yang mereka gunakan, dan
41
ukuran mata jaring. Apakah teknologi dan ukuran mata jaring yang digunakan selama ini memberikan dampak negatif terhadap kondisi perairan sebagai habitat ikan target penangkapan. Analisis dilakukan dengan metode skoring. 3.4.4
Analisis kondisi sosial ekonomi nelayan dan peran kelembagaan Analisis kondisi sosial nelayan perikanan lemuru yang ada di Provinsi
Jawa Timur dan di Provinsi Bali, dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan melihat apakah ada perbedaan tingkat sosial. Disamping itu juga dilihat bagaimana sistem bagi hasil antara ABK dan pemilik kapal, tingkat kekerabatan, penanganan konflik serta melihat kelembagaan atau organisasi nelayan yang ada di dua Provinsi. Secara ekonomi, dilihat kebutuhan biaya untuk melaut, harga ikan hasil tangkapan serta keuntungan yang diperoleh. Hasil analisis, ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. 3.4.5
Analisis dinamik keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali Metode yang digunakan adalah analisis faktor dinamik, yaitu melihat
interaksi secara biologi, ekologi, dan ekonomi, dimana effort sebagai faktor input. Keterkaitan faktor-faktor tersebut merupakan sebuah causal loop yang menggambarkan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha perikanan lemuru di Selat Bali. Rancangan causal loop dibuat untuk melihat sejauh mana faktor-faktor tersebut saling berpengaruh. Parameter yang dimasukkan ke dalam analisis dinamik merupakan bagian dari keempat analisis sebelumnya. Parameter yang dimasukkan adalah parameter yang dapat dikendalikan oleh manusia, sementara parameter yang tidak dapat dikendalikan dan sifatnya merupakan proses alam tidak dimasukkan ke dalam sistem analisis, karena bersifat black box (kotak gelap). Hasil analisis secara dinamik digunakan untuk menyusun model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru yang mengarah kepada kelestarian sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem perairan Selat Bali. Model ini dapat dijadikan sebagai usulan kebijakan yang akan dibuat oleh pihak yang berkompeten, dalam hal ini adalah Kementerian Kalautan dan Perikanan dan
42
instansi terkait lainnya, serta pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali.