Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006
PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo) Lobes Herdiman1, Ade Herman Setiawan2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 Staf dosen Teknik Industri – UNS Surakarta 2 Mahasiswa Non Reguler Teknik Industri – UNS Surakarta
ABSTRAK Kebisingan merupakan permasalahan hampir di semua industri tekstil, sebelum melakukan eliminasi terjadinya kebisingan perlu sekali untuk memahami karakteristik sumber kebisingan, bagaimana kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin tekstil dan langkah yang efektif dan ekonomis untuk meredamnya. Padahal dampak yang ditimbulkan dan kebisingan resikonya tidak hanya berdampak jangka pendek saja, kurangnya prosedur tindakan keselamatan yang standar tidak hanya kerusakan pendengaran tetapi gangguan kesehatan yang lain yang berupa hipertensi, kelelahan, gangguan hati, dan efisiensi motorik. Intensitas kebisingan dan rambat suara yang diukur di lingkungan kerja operator pada area permesinan ring frame dengan standar OSHA29 CFR1910.95. Sekarang ini, sudah selayaknya bahwa pekerja mendapat perlindungan keselamatan kerja yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja bukan hanya sekedar prosedur ketentuan memenuhi persyaratan belaka, akan tetapi sesuai dengan intensitas kejadian dilingkungan kerja dengan peralatan perlindungan yang mampu untuk melindungi pekerja sebagai operator dan mesin yang ditanganinya. Kata kunci: Intensitas kebisingan, rambat suara, tekanan suara.
LATAR BELAKANG Pada industri tekstil banyak menggunakan peralatan yang membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalah yang timbul akibat penggunaan peralatan industri adalah kebisingan di lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja. Frekuensi kebisingan yang terus-menerus dapat mengganggu pendengaran dan keseimbangan tubuh pekerja. Kebisingan yang dihasilkan oleh suara permesinan pada waktu proses dilaksanakan dapat mengganggu kenyamanan kerja atau bahkan dapat membahayakan kesehatan. Kebisingan berdampak terhadap fungsi pendengaran, yaitu dapat menyebabkan kerusakan fisik permanen untuk mendengar dan mungkin dapat menyebabkan hilangnya pendengaran (Harold W.Lord et all, hal. 34). Pemulihan pendengaran menjadi normal memerlukan waktu tergantung dari intensitas dan tekanan kebisingan yang diterima karyawan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan juga dipengaruhi faktor usia lebih dan 40 tahun, masa kerja lebih dan sembilan tahun, jam kerja lebih dan delapan jam per hari, bekas perokok berat, serta kegemukan. Di industri tekstil sudah menjadi keharusan menggunakan peralatan keselamatan kerja yang sesuai dengan lingkungan kerja, misalnya di departemem spinning yaitu proses pemintalan dari kapas menjadi benang. Proses produksi di spinning dimulai dari proses pemisahan kapas hingga proses penggulungan. Suara bising yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan terutama di
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 area permesinan ring frame yang menghasilkan suara sangat keras. Hal ini tidak dapat dihindari oleh pekerja, tetapi untuk mengurangi dampak akibat terjadinya kebisingan diharuskan bagi pekerja untuk mempergunakan minimal tutup kuping. Timbul suatu kendala kembali bahwa peralatan perlindungan keselamatan kerja yang disediakan pabrik sering tidak memenuhi keperluan untuk mengatasi atas kejadian yang ada dilingkungan kerja. PT. Kusumaputra Santosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil untuk pembuatan benang. Dalam produksinya diperlukan pengoperasian berbagai jenis mesin. Mesin-mesin produksi yang dioperasikan terdiri dari mesin blowing, carding, drawing, combing, roving, ring frame, dan winding. Mesin-mesin ini apabila dijalankan akan menimbulkan intensitas kebisingan yang cukup tinggi terutama untuk mesin ring frame. Pada tingkat tekanan suara tertentu dengan waktu paparan yang lama, hal ini dapat membahayakan pekerja, sehingga menimbulkan akibat yang fatal yaitu timbulnya gangguan pendengaran bagi pekerja, baik tuli sementara maupun tuli permanen. Perumusan masalah dalam membahas mengenai kebisingan pada industri tekstil terhadap penggunaan peralatan pelindung telinga bagaimana melakukan pengukuran intensitas tingkat kebisingan yang terjadi pada industri berdasarkan standar OSHA29 (Occupational Safety & Health Administration) CFR1910.95 di lingkungan kerja operator. Tujuan mengenai pengukuran intensitas kebisingan yang terjadi pada industri tekstil yaitu mengukur intensitas tingkat kebisingan dan rambat suara yang terjadi di lingkungan kerja operator pada area permesinan ring frame dengan standar OSHA29 CFR1910.95, dan memilih peralatan perlindungan keselamatan kerja bagi perlindungan telinga untuk mengeliminasi ambang kelebihan kebisingan dilingkungan kerja operator. Manfaat mengenai pengukuran intensitas kebisingan yang terjadi pada industri tekstil terhadap penggunaan peralatan pelindung telinga yaitu memperkecil dampak kebisingan bagi operator yang bekerja pada area permesinan ring frame dengan cara memilih peralatan keselamatan kerja yang sesuai, dan membiasakan pemakaian alat perlindungan keselamatan kerja bagi operator di lingkungan kerja. TINJAUAN KEBISINGAN Pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Menurut Pulat (1992), pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat me-ngurangi kebisingan sedikit lebih besar 40-50 dB. Area permesinan ring frame PT. Kusumaputra Santosa Solo dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Area Permesinan Ring Frame
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 Melindungi Pendengaran Dari Kebisingan Manusia mengalami kehilangan atau penurunan sensitivitas pendengaran akibat dan kebisingan, jenis kehilangan pendengaran yang dapat terjadi yaitu: 1. Acoustic trauma, menunjukkan kerusakan organik pada pendengaran, merupakan kerusakan yang permanen, yang dapat disebabkan oleh tingkat bunyi yang sangat tinggi (umumnya di atas 40 dBA). 2. Noise induced temporary threshold shift (NITTS), kehilangan sensitivitas pendengaran, tetapi sensitivitas pendengran ini dapat diperoleh kembali. 3. Noise induced permanent threshold shift (NIPTS), kehilangan sensivitas pendengaran yang tidak dapat kembali (permanen). OSHA membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lamanya kebisingan diterima seperti terlihat pada Tabel 1 dan fraksi dosis kebisingan yang diperkenankan per hari tidak boleh lebih dan 90 dB. Tabel 1. Pembatasan Waktu dan Tingkat Kebisingan yang Diterima*)
8
Tingkat kebisingan (dBA) 90
1.5
Tingkat kebisingan (dBA) 102
6
92
10
105
4
95
0.5
110
3
97
<0.25
115
2
100
Waktu (Jam/hari)
Waktu (Jam/hari)
Sumber: *) “Permissible Noise Presure” menurut OSHA 29 CFR 1910.95 (Occupational Safety and Healt Administration), US Dept.of Labour
Fraksi Dosis Kebisingan (D) Tingkat resiko kebisingan ditentukan oleh dua faktor, yaitu intensitas suara, yang dinyatakan dalam dB dan durasi pemaparan kebisingan, dinyatakan dalam jam atau menit. Semakin besar tingkat tekanan suara, maka resiko semakin tinggi. Batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time) per hari digunakan untuk menghitung fraksi dosis kebisingan (noise dose). Permissible time kerja pada titik-titik sampel dihitung menggunakan persamaan 1dibawah ini. 8 T ( L 90 ) / 3 ………………………………………………..…(pers. 1) 2 dengan: T : batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time) L : intensitas tingkat kebisingan Fraksi dosis kebisingan diperhitungkan apabila kebisingan yang diterima berfluktuasi, harga fraksi dosis kebisingan (D) dihitung menurut persamaan 2.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 D = C1/T1 + C2/T2 + .............. Cn/Tn.............................................(pers. 2) dengan:
D : fraksi dosis kebisingan yang diperkenankan perhari tidak boleh lebih dari 100% atau 1,0. C : waktu (lamanya) yang diterima tingkat kebisingan tertentu (jam) T : waktu pada tingkat kebisingan yang diperkenankan menurut OSHA Beberapa ketentuan lain yang diberikan OSHA yaitu lamanya waktu yang diterima pada tingkat kebisingan 90 dBA tidak boleh lebih dan 8 jam/hari. Tidak diperkenankan bekerja pada tingkat kebisingan yang konstan 115 dBA. Apabila kebisingan berfluktuasi, sound pressure level tertinggi tidak lebih dari 140 dBA. Pembahasan pengukuran intensitas kebisingan pada industri tekstil berdasarkan standar OSHA29 CFR1910.95, metodologi pembahasan dijelaskan pada Gambar 2 ini.
Gambar 2. Metodologi Pembahasan
PEMBAHASAN Pengambilan ukuran area permesinan departemen spinning dimensi ukuran dilakukan untuk mengetahui layout dan karakteristik dari ruangan dan penyebaran rambat suara yang akan dijadikan perhitungan tingkat kekuatan suara. Pada ukuran area permesinan spinning dapat dilihat pada Tabel 2.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 Tabel 2. Ukuran Area Permesinan Departemen Spinning No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Mesin Blowing Carding Drowing Roving Combing Ring frame Winding
Ukuran (m) panjang lebar tinggi 29.6 35.6 4 15.6 47.6 4 19.2 29.2 4 32.8 47 4 19.2 40 4 64 47.6 4 26.4 47 4
Intensitas kebisingan area permesinan spinning dibuat rata-rata dari tiap interval waktu yang dapat dilihat pada Tabel 3 yang menggambarkan perbedaan seberapa besar intensitas yang terjadi pada area permesinan ring frame pada titik-titik pengukuran yang telah ditentukan. Intensitas kebisingan tersebut juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alat perlindungan perdengaran (earmuffs dan earplugs) untuk operator yang bekerja dilingkungan tersebut. Tabel 3. Rata-rata Intensitas Kebisingan Area Permesinan Ring Frame No Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jarak Pengukuran 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
m m m m m m m m m m m
Hasil Pengukuran (dB) Interval Waktu 08.00-10.00 10.00-12.00 12.00-14.00 90.85 91.20 90.90 90.05 89.95 90.05 90.05 89.90 89.85 89.70 89.80 89.75 89.80 89.85 89.60 89.65 89.50 89.70 89.50 89.55 89.05 89.45 89.30 89.10 89.30 89.30 89.10 88.80 89.30 89.05 88.50 88.35 88.70
Rata-rata 14.00-16.00 90.75 89.95 89.75 89.85 89.85 89.55 89.50 89.30 89.05 88.95 88.80
90.93 90.00 89.89 89.78 89.78 89.60 89.40 89.29 89.19 89.03 88.59
Sedangkan grafik rata-rata intensitas dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Rata-rata Tingkat Intensitas Kebisingan
Pada Gambar 3 di atas rata-rata intensitas tingkat kebisingan di area permesinan ring frame dengan pengambilan pengukuran pada jarak 0 m sampai 5 m sebanyak 4 kali pengambilan setiap interval waktu 2 jam dalam jangka waktu 8 jam.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 Analisis Intensitas Kebisingan Pengukuran kebisingan untuk mengetahui yang terjadi pada area permesinan ring frame, pemetaan rambat suara, dan pemilihan peralatan perlindungan keselamatan kerja (earmuffs dan earplugs) bagi operator, diuraikan sebagai berikut: a. Pemetaan rambat suara Analisis pada pemetaan rambat suara menggambarkan rambat suara yang terjadi pada area permesinan ring frame departemen spinning. Hasil pemetaan rambat suara area permesinan ring frame departemen spinning dapat dilihat pada Gambar 4 ini.
Gambar 4. Rambat Suara pada Departemen Spinning
Area mesin ring frame yang terdiri dari 69 mesin ring frame, dimensi ruangan dengan panjang 64 m lebar 47.6 m dan tinggi 4 meter, mempunyai intensitas kebisingan rata-rata sebesar 90 dBA untuk semua area mesin ring frame. Daerah antara area permesinan ring frame dengan roving (3 m) mempunyai intensitas tingkat kebisingan sebesar rata-rata 88 dBA. Sedangkan daerah antara area permesinan ring frame dengan winding (3 m) mempunyai intensitas tingkat kebisingan sebesar rata-rata 91 dBA. b. Batas waktu kebisingan Analisis batas waktu pemaparan kebisingan untuk mengetahui berapa waktu pemaparan yang diperbolehkan sesuai dengan standar OSHA pada area permesinan ring frame. Pada Tabel 4 merupakan batas waktu pemaparan kebisingan yang diterima operator untuk waktu 8 jam kerja per hari berdasarkan ketetapan OSHA. Tabel 4. Batas Waktu Pemaparan Kebisingan yang Diijinkan
Gambar 5. Waktu Pemaparan Kebisingan
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 Pada Gambar 5 di atas menggambarkan grafik batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time). Pemaparan waktu minimal 8 jam untuk tingkat kebisingan di atas 90 dB. Besarnya batas pemaparan kebisingan tergantung pada besarnya intensitas tingkat kebisingan yang terjadi. Semakin besar intensitas tingkat kebisingan yang terjadi, maka semakin sedikit batas waktu pemaparannya. Hal ini dapat dimaksudkan untuk menjaga keselamatan kerja terhadap alat pendengaran sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk 8 jam kerja bagi operator. Pada batas waktu pemaparan terdapat 7 titik yang melebihi ambang batas yaitu tingkat kebisingan yang terjadi pada pengukuran jarak 0 m dengan waktu pemaparan 6.57 jam, 6.06 jam, 6.50 jam, dan 6.73 jam. Pengukuran jarak 0.5 m pada interval waktu 08.00-10.00 dan interval waktu 12.00-14.00 dengan waktu pemaparan sebesar 7.91 jam. Pengukuran jarak 1 m pada interval waktu 08.00-10.00 diperoleh waktu pemaparan sebesar 7.91 pada area permesinan ring frame. Hal itu disebabkan karena pada titik tersebut mempunyai kebisingan di atas 90 dBA; sehingga batas waktu pemaparannya harus lebih rendah dari yang ditetapkan OSHA, dimana untuk kebisingan sampai dengan 90 dB batas waktu pemaparannya maksimal adalah 8 jam kerja. c. Fraksi dosis kebisingan Fraksi dosis kebisingan menggabungkan antara tingkat tekanan suara dan durasi pemaparannya. Jika D < 1, maka pekerja dianggap aman bila melakukan aktivitas di tempat tersebut 8 jam kerja. Sedangkan jika D > 1, tingkat kebisingan yang ada di tempat tersebut memberikan dampak buruk bagi pekerja. Pada Tabel 5 hasil perhitungan fraksi dosis kebisingan (noise dose) yang diterima operator selama kerja 8 jam per hari. Tabel 5. Fraksi Dosis Kebisingan (Noise Dose)
Gambar 6. Noise Dose
Analisis fraksi dosis kebisingan (noise dose) dapat dilihat pada Gambar 6 yang dihitung rata-rata tiap jarak pengukurannya, sehingga diperoleh 11 fraksi dosis kebisingan (noise dose), dimana untuk jarak pengukuran 0 m, 0.5 m dan jarak 1 m dari area permesinan ring frame dengan hasil perhitungan noise dose menunjukkan angka 1.33, 1.17 dan 1.08. Hal ini berarti area permesinan spinning pada jarak 0 m, 0.5 m dan 1 m beresiko terhadap keselamatan pendengaran operator, dikarena melebihi batas aman yaitu 1.0. untuk jarak 0.5 m dan 1 m lebih dari 1.0. Hal tersebut disebabkan karena pada titik-titik pengukuran tersebut nilai intensitas tingkat kebisingan melebihi ambang batas ketetapan 90 dBA. Jarak 1.5 m sampai 5 m mempunyai nilai perhitungan noise dose sebesar 1.0 berarti tidak beresiko karena tidak melebihi ambang batas ketetapan.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 Analisis Alat Perlindungan Pendengaran Analisis pemilihan jenis alat pelindung telinga (earmuffs dan earplugs) sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alat pelindung telinga bagi operator. Selain pemilihan alat yang tepat, perlu diingat juga bahwa untuk mengurangi kebisingan secara efektif harus mengacu pada pemaparan waktu kebisingan yang telah distandarkan. Hasil perhitungan pemilihan alat (earmuffs dan earplugs) dapat dilihat pada Table 6 ini. Tabel 6. Perhitungan Pemilihan Earmuffs dan Earplugs Rata-rata
Batas kebisingan (dBA)
Reduksi kebisingan (dBA)
Level
90.93 90.00
90 90
0.93 0.00
1 1
0
89.89
90
-0.11
1
0.5 1.0 1.5
No Jarak intensitas Pengukuran Pengukuran kebisingan(dBA) 1
0
2
0.5 m 1 m 1.5 m 2 m 2.5 m 3 m 3.5 m 4 m 4.5 m 5 m
3
4 5
6 7
8 9
10 11
m
Jarak pengukuran (m)
Rata-rata intensitas kebisingan (dBA)
90.93 90.00 89.89 89.78
89.78
90
-0.22
1
89.78
90
-0.22
1
89.60
90
-0.40
1
89.40
90
-0.60
1
89.29
90
-0.71
1
3.0 3.5
89.19
90
-0.81
1
4.0
89.19
89.03
90
-0.97
1
4.5
88.59
90
-1.41
1
5.0
89.03 88.59
2.0 2.5
89.78 89.60 89.40 89.29
Gambar 7. Intensitas Kebisingan terhadap Jarak Pengukuran
Hasil perhitungan tersebut merupakan besarnya reduksi yang diperlukan untuk tiap-tiap titik pengukuran pada area permesinan ring frame yang diterima operator untuk waktu kerja 8 jam perhari berdasarkan ketetapan OSHA. Pada Gambar 7 bahwa semua titik-titik pengukuran berada pada level 1, jarak pengukuran 0.5 m tidak membutuhkan reduksi intensitas tingkat kebisingan (0.00 dB) karena titik tersebut 90 dB. Titik pengukuran jarak 1 m sampai dengan 5 m dari area permesinan ring frame juga tidak memerlikan reduksi, tetapi ke-sepuluh titik pengukuran di atas berada pada daerah yang sangat dekat (limit) dari ambang batas ketetapan sehingga resiko untuk terkena dampak dari pemaparan kebisingan selama kerja tetap ada. KESIMPULAN Pengukuran tingkat kebisingan di area permesinan ring frame, pengukuran awal pada titik 0 m atau area operasi mesin ring frame sebesar 99.93 dBA, intensitas tingkat kebisingan rata-rata berkurang sekitar 0.2 dBA setiap jarak 0.5 m dari area permesinan ring frame. Pemilihan alat perlindungan telinga bagi operator yang bekerja pada lingkungan area permesinan ring frame yang dimulai pada titik pengukuran 0 m sampai 5 m, dapat dipilih earmuffs dan earplugs pada level 1 antara lain EP-EAR 600, EMM 71, EAR 4001,2,3 &4, EMLU 60, 3305027, dan 3050281. Dalam upaya memperkecil dampak kebisingan bagi operator yang bekerja pada area permesinan ring frame dapat dilakukan manajemen sikap kerja yaitu 5 S dengan melakukan pembiasaan (shitsuke) terhadap pemakaian alat pelindung telinga.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 DAFTAR PUSTAKA Bell, Lewis H, 1994, Industrial Noise Control: fundamental and applications, Marcel Dekker, New York. Doelle, Leslie L, 1990, Akustik Lingkungan, diterjemahkan oleh Lea Prasetio cetakan ke-3, Erlangga, Jakarta. Evensen, Harold A.,Gatley, William S., and Lord, Harold W, 1980, Noise Control For Engineers, McGraw-Hill Book Company, New York. Austical Solution, OSHA Hearing Regulation, 2000, web page: www.Austical solution.com, IT publication.
ISBN : 979-99735-1-1 A-3-9