KAMPUS, MASYARAKAT DAN PERUBAHAN “Aku” dan Pengalaman Belajar bersama SILE/LLD Project Para Penulis Bagian Kesatu Wahidah Zein Br. Siregar A. Najibul Khoiri Ali Mufrodi Abdul Quddus Salam Endratno P. Swasono Moh. Hanafi M. Ahsan Bagian Ketiga Ahmad Siddiq Samsul Anam Hammis Syafaq Nasruddin Fathan Aniq
Bagian Kedua Wahyu Ilaihi Advan Navis Z. Rizka Safriyani Amal Taufiq Moh. Ansori
Bagian Keempat Ah. Fadjruddin Fatwa Bambang Catur N Fatikul Himami Eni Purwati Ahmad Mansur M. Helmi Umam Nabiela Naily
Catatan Penutup Nadhir Salahuddin Penyunting & Penata Letak Sulanam Desain Cover Abdullah Mahfudz Nazal Cetakan 1, 2015 15x23 cm, xviii + 526 hlm. ISBN: 978-602-71375-4-7
Diterbitkan oleh: SILE/LLD UIN Sunan Ampel Surabaya Wisma Transit Dosen Lantai III, Kampus UIN Sunan Ampel Jl. A. Yani 117 Surabaya, 60237
iv
Kata Pengantar Buku yang sedang anda baca ini merupakan bagian penting dari ikhtiar SILE/LLD project untuk mengabadikan dan menyebarluaskan berbagai hasil-hasil yang telah diperolehnya. Sebagai sebuah project yang tidak membangun fisik, tentu kehadiran semacam buku dan rekaman peristiwa tertulis menjadi sesuatu yang cukup berharga. Mengingat kadar ingatan kita terhadap nonfisik jauh berbeda dengan mengingat sesuatu yang fisik. Apa yang tak tampak secara fisik umumnya mudah terlupakan dan mudah diputarbalikkan. Mungkin disinilah posisi lain dari hadirnya buku ini. Menjadi penanda peristiwa bahwa kita semua pernah belajar dalam bingkai SILE/LLD. Penulisan buku ini dimulai dari kegiatan KM Arisan Tulisan. KM adalah kepanjangan dari knowledge management, merupakan salah satu cross-cutting issues dalam project ini. Arisan tulisan menjadi salah satu kegiatan diseminasi hasil project dengan tujuan membukukan tulisan-tulisan yang berasal dari pengalaman belajar bersama SILE/LLD. Arisan tulisan adalah model kegiatan penulisan yang diikuti sejumlah alumni shortcourse SILE/LLD di Kanada dan Filipina. Mereka berkumpul dan membahas alur, sistematika, isi, dan tenggat waktu penulisan pengalamannya selama masa kursus. Untuk sampai pada hadirnya sebuah buku, kegiatan arisan tulisan dihelat sampai tiga kali. Kegiatan pertama berisi kesepakatankesepakatan bentuk tulisan, kegiatan kedua berisi laporan perkembangan tulisan, dan kegiatan terakhir berisi telaah sejawat.
v
Semua itu bukanlah perkara mudah, karena juga dibutuhkan ketelatenan untuk berkomunikasi dengan penulis; menanyakan perkembangan, menyemangati agar tetap gigih menulis, juga memberikan ruang diskusi yang memadai. Tulisan yang ada di buku ini, akhirnya berhasil dikumpulkan dari dua puluh lima orang dari dua puluh sembilan orang yang ditarget. Jumlah ini sudah sangat luar biasa, mengingat para penulis yang terlibat adalah orang-orang yang super sibuk di kampus ini. Atas keberhasilan terbitnya buku ini, kami mengucapkan terimakasih yang luar biasa kepada para pihak yang telah turut berkontribusi dalam penulisan buku ini. Kepada para penulis yang telah meluangkan waktu dan utamanya mengingat kembali pengalaman yang telah setahun mengendap. Ini bukanlah perkara mudah. Masa yang telah lewat dan diingat kembali juga berarti akan menghilangkan pernik kecil dan peristiwa tertentu. Tentu saja, hasilnya akan berbeda jika ditulis secara langsung selang peristiwa itu terjadi. Akhirnya, semoga sesuatu yang sederhana ini— dengan segala kesederhanaannya—dapat memantik kebaikan. Dapat menjadi alat yang menular ke mereka yang mau mengambil pelajaran berharga yang terserak dalam isi buku ini. Surabaya, Mei 2015 LPIU, SILE/LLD UIN Sunan Ampel Surabaya Ketua,
Nabiela Naily, MA
vi
Catatan Penyunting
“Aku” dan Pengalaman Belajar yang “Ku”tulis Mulanya adalah sebuah perjalanan; membaca pengumuman, memilih materi kursus, mendaftar, mengisi formulir, lalu mengikuti seleksi. Lolos dan berangkat. Semuanya bermula dari sebuah aktifitas yang sederhana. Lalu diberi muatan khusus, maka jadilah perjalanan yang gagah menuntut ilmu, meski singkat. Rata-rata dua minggu sampai dua bulan, kecuali program diploma yang ditempuh minimal enam bulan. Tempatnya pun jauh. Butuh 25 jam dengan pesawat terbang untuk sampai di tempat itu. Kanada. Semua itu terjadi atas dukungan dari SILE/LLD project. Jarak yang amat jauh tersebut, senyatanya juga berdampak pada antar budaya yang berbeda. Kebiasaan, cara bertahan hidup, pola hidup serta pola menjalankan keyakinan juga membutuhkan penyesuaian tersendiri. Beban ini, tampaknya semakin berat karena mereka yang berperjalanan untuk belajar ini juga dituntut serius menyerap aneka ilmu di negeri yang berbeda ini. Saat pulang, mereka juga dituntut untuk menyebarluaskan hasil yang telah dipelajari. Apa mereka menjadi ciut nyali? Tidak. Justru mereka semakin ingar-bingar menularkan berbagai pengalamannya. Apakah itu sejenis euphoria? Entahlah. Karena ilmu yang bermanfaat juga berarti ilmu yang dapat dibagikan dan dipakai. Mulanya adalah menuntut ilmu. Lalu didorong untuk ditulis dengan menggunakan bahasa bertutur dan mengalir. Tulisan itupun lebih banyak bercerita tentang
vii
“aku” dan perjalanan“ku” menuntut ilmu. Pengalamanpengalaman selama melakukan perjalanan itupun disajikan dan ditonjolkan pada sisi yang berharga. Dibidik di bagian khusus yang menarik lalu diceritakan secara panjang dan lebar. Kadang juga dibumbui dengan frase yang sedikit dramatis, agar tampak gilang-gemilang. Namun demikian, menulis sebuah peristiwa juga berarti menghilangkan bagian yang tak perlu ditulis. sebab itu berarti aib atau sesuatu yang kurang menambah kesan heroik. Mungkin juga karena lupa, atau sengaja harus dilupakan. Atau, itu adalah hal buruk yang tak perlu diketahui oleh orang lain. Demikianlah, peristiwa dan atau sejarah juga selalu berhubungan dengan fakta-fakta yang ditulis dan yang akan dipelajari kemudian. Fakta yang tertulis, setidaknya juga memberi pesan pada hari esok, bahwa pernah ada satu perjalanan yang termaktub dan terbukukan secara apik. Pernah berangkat, lebih dari tiga puluhan orang UIN Sunan Ampel Surabaya yang dibiayai oleh pemerintah Kanada, untuk belajar—meski secara singkat—dari kemajuannya dalam mengembangkan kemitraan Kampus dengan Masyarakat dan hal-hal lain yang menjadi ciri masyarakat maju. ***** Buku ini hadir dalam konteks yang demikian. Ia adalah eksemplar dari serpihan peristiwa, perjalanan, dan pengetahuan khusus yang terkemas. Ia juga diharapkan menjadi alat mengabadikan pengetahuan, menyebarluaskan pengetahuan, serta mendayagunakan potensi dan pengetahuan tersebut. Orang-orang maju di sana, memperkenalkan budi ini sebagai knowledge management.
viii
Saking prestisiusnya harapan itu, penyusunan buku ini juga dilalui dengan tiga tahapan; mula-mula dilakukan penyelarasan maksud, tujuan serta sistematika; dilanjutkan dengan presentasi perkembangan tulisan; kemudian dipungkasi dengan review sejawat, dan pengelompokan tulisan serumpun. Sebagai bagian dari knowledge management, tentu saja buku ini berisi pengalaman yang dilakoni akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya dan mitra program dalam kerangka SILE/LLD project. Sebagai sebuah buku yang ditulis oleh dua puluh lima tangan, dengan gaya dan proses yang berbeda, tampaknya juga butuh sentuhan yang njlimet dan telaten, agar “enak dibaca” demikian tutur Jarot Wahyudi, Adviser SILE/LLD Project di berbagai kesempatan penulisan buku ini. Enak dibaca—yang digunakan oleh Majalah Tempo—dibayangkan sebagai buku yang ditulis secara ringan, dengan menggunakan bahasa yang aku atau saya. Model penulisan yang demikian adalah yang direkomendasi dan disepakati bersama antar penulis. Pakemnya harus bercerita. Dimulai dari perjalanan, serta ilmu yang diperoleh. Lalu menceritakan hal-hal yang sudah dilakukan dalam mendiseminasi ilmu, serta dipungkasi dengan memaparkan berbagai kasus praktis yang telah dilakukan oleh masing-masing penulis dalam mengamalkan ilmunya. Berbeda dengan model diatas, tampaknya beberapa artikel tidak sebatas memenuhi pakem standar tersebut. Ada beberapa artikel yang meskipun ditulis dengan gaya aku dan bertutur, tetapi justru berhasil mengelaborasi pengetahuan yang telah diperoleh selama belajar dengan mendudukkan konteksnya di kampus atau lingkungan sekitarnya. Artikel-artikel ini berusaha ditulis secara akademis dengan melibatkan berbagai referensi dan
ix
angan-angan yang kritis. Tentu, upaya yang dilakukan para penulis ini juga perlu diapresiasi. Karenanya, model yang demikian juga tak diubah dengan gaya yang santai— sebagaimana pakem standar dalam buku ini. Tetap dibiarkan, sebagai ragam kekayaan dalam keseluruhan isi buku. Selain model penulisan, beberapa artikel dalam buku ini, ada juga yang ditulis bukan berdasarkan pengalaman belajar di Kanada. Namun berdasarkan pengalaman mengikuti dan atau menjadi bagian penting dari perjalanan kegiatan SILE/LLD project di UIN Sunan Ampel Surabaya. Artikel tersebut sengaja ditampilkan dalam buku ini guna melengkapi proses belajar di Kanada; bahwa selain mereka yang belajar, ada pula proses berkegiatan—yang diinisiasi SILE/LLD—yang layak untuk diteladani. Ketiga perbedaan tersebut merupakan keragaman yang tersaji dalam buku ini. Ketiganya tak harus dimaknai sebagai hal yang bertentangan, karena justru kehadirannya dalam sejilid buku ini memberi kekayaan. Disisi lain, harus pula dipahami bahwa sejatinya variasi tersebut juga bermakna proses kreatif masing-masing penulis berbeda. Dari yang demikian ini, dapat pula diketahui kaliber dan posisi akademis para penulis. Hasilnya, buku ini tersaji kedalam empat bagian. Bagian pertama dikelompokkan dalam judul “mengelola pengetahuan untuk menguatkan tata kelola”. Bagian ini berisi tentang pentingnya organisasi belajar dan pengelolaan pengetahuan. Bagian ini juga dilengkapi dengan tema good governance. Sederhanya, jika organisasi adalah juga tempat belajar dan individu didalamnya adalah pebelajar, maka sedikit demi sedikit perubahan ke arah tata kelola yang baik akan dapat diwujudkan. Itu semua, perlu dimodelkan dan dibuat pola baru sebagai
x
hasil pengetahuan. Semuanya harus berjalan secara konstan, karena perubahan ke arah tata kelola yang baik hanya dapat dicapai jika organisasi dipandang sebagai tempat belajar. Bagian kedua dibingkai dengan judul “pendekatan aset untuk pengembangan”. Artikel-artikel dalam bagian ini banyak mengupas tentang pendekatan aset bagi pengembangan masyarakat. Pendekatan aset atau lebih populer disebut dengan asset based community development (ABCD) merupakan primadona dalam program SILE/LLD project. Pendekatan ini juga diujicobakan dalam pembangunan komunitas oleh project. Bagian ketiga dikelompokkan dengan judul “konflik sosial dan pembangunan perdamaian”. Bagian ini sebagian besar berasal dari artikel-artikel yang ditulis oleh mereka yang mengikuti program di Mindanao Peace Institute, Filipina serta dilengkapi dengan artikel dari penulis alumni kursus di Kanada. Beberapa kasus yang dikemukakan dalam bagian ini banyak mengetengahkan konflik Syiah Sampang, karena para alumni ini juga didaulat untuk membantu proses resolusi konflik Syiah Sampang dalam payung Center for Peace Building (CPB). Pusat studi ini juga bagian dari inisiasi SILE/LLD project dalam melembagakan hasil-hasilnya di UIN Sunan Ampel Surabaya. Bagian keempat dipayungi dengan judul “menggugah kesadaran dan partisipasi komunitas”. Payung ini digunakan untuk tema-tema yang terkait advokasi, fasilitasi serta model penyelenggaraan kegiatan yang menginspirasi perubahan dan penguatan kesadaran. Pada bagian ini juga ditampilkan inisiasi penguatan wawasan kebangsaan melalui pendirian National Center for Civic Education (NCCE). Lembaga ini lahir sebagai
xi
pusat penguatan wawasan kebangsaan dan kewarganegaraan yang diinisasi oleh SILE/LLD project. Bagian penutup diberi judul “menguatkan universitycommunity engagement (UCE) dalam rencana strategis perguruan tinggi”. Bagian penutup hanya berisi satu artikel yang ditulis oleh Nadhir Salahuddin, local technical assistant (LTA) dalam kegiatan penyusunan rencana strategis UCE UIN Sunan Ampel Surabaya. Pemilihan artikel yang ditulis oleh Nadhir—begitu ia disapa—untuk ditempatkan di bagian akhir bukan tanpa alasan. Artikel ini diposisikan di bagian penutup sematamata ingin menunjukkan bahwa posisi pengabdian masyarakat sebagai bagian tri dharma perguruan tinggi adalah satu diantara tiga dharma yang juga perlu dikuatkan. Ini menjadi concern SILE/LLD project yang sedapat mungkin, setelah beranjaknya project ini, dapat tetap lestari dan memiliki posisi yang setara di perguruan tinggi. Begitu juga pemilihan artikel Wahidah Zein Br. Siregar pada posisi pertama, adalah untuk memberikan konteks bahwa learning organization dan knowledge management merupakan hal dasar yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi dalam memperbaiki dan mengembangkan dirinya ke arah yang lebih mapan. Selain itu, cara memulai paparan dalam artikelnya juga adalah menjadi pengantar mengenai pentingnya menuliskan apapun yang telah dialami oleh penulis-penulis yang lain. Layaknya buku-buku yang lain, proses penyuntingan terhadap dua puluh lima buah tangan ini juga dilakukan dengan cara meramu dan meracik kedalam bagian-bagian tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan penyelarasan judul dan sub judul. Setelah ditemukan
xii
bentuk dan polanya, lalu dilanjutkan penyuntingan pada paragraf untuk ditemukan koherensinya. Dari proses-proses tersebut, buku ini sendiri kemudian mengambil judul “Kampus, Masyarakat dan Perubahan; “Aku” dan pengalaman belajar bersama SILE/LLD Project”. Harapannya, pengalaman adalah guru terbaik. Kampus dan masyarakat adalah entitas yang sama. Keduanya bersinergi untuk membangun negeri. Antara kampus dan masyarakat tak ada yang tersubordinasi, keduanya adalah setara. Sama-sama subyek dalam perubahan. Itulah pesan besar yang ingin ditampilkan oleh SILE/LLD project. Itu pula yang terjadi di Kanada sebagaimana rekaman kegiatan CommunityUniversity (CU) Expo yang diikuti oleh tiga delegasi dari UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2013. Mulanya adalah perjalanan menuntut ilmu, “Aku” berusaha menjelma menjadi diri“ku” yang menularkan ilmu demi kebaikan. “Aku” dipilih karena “kata ini tegas” tutur A. Mahfudz Nazal yang sehari-hari bekerja di Journal of Indonesian Islam. Kata ini akhirnya dipilih sebagai judul karena ketegasannya. Ketegasan ini juga bermakna bahwa “Aku” adalah tempat bermula dari sebuah perubahan. Karenanya, “Aku” juga menjadi bagian penting pendorong perubahan. {Sulanam}
xiii