perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT TRANSISI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Ibu-Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah)
Oleh
Livia Ayu Kusuma D0204075
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta,
Juni 2009
Pembimbing,
Pawito, Ph. D NIP 131 478 706
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
: Rabu
Tanggal
: 22 Juli 2009
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Penguji 1
Drs. Nuryanto, M.Si NIP. 19490831 197802 1 001
…………………………..
Dra. Indah Budi Rahayu., SE, M.Hum NIP. 19580317 199010 2 001
…………………………..
Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002
…………………………..
Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Drs. H. Supriyadi, SN., SU NIP. 19530128 198103 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“COGITO ERGO SUM” Aku berpikir, jadi aku ada (Descartes) God answers prayers in three ways : He says “yes” and gives you what you want He says “no” and gives you something better He says “wait” and gives you the best in his own time (Anonim)
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada :
Allah SWT Papa dan Mama Adikku … Ananda Jantayu Obor Semangatku … Nur Seto Raharjo Diriku sendiri Seluruh insan yang senantiasa ikhlas dan bersabar menjalani hidup
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan kebahagiaan yang luar biasa kehadirat Allah SWT, karena dengan segala keridhoan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini. Skripsi dengan judul POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT TRANSISI, disusun untuk menempuh strata satu di Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Komunikasi. Tema yang penulis ambil ini berawal saat penulis menyadari adanya fenomena mengenai masyarakat transisi, yaitu perubahan masyarakat dari tradisional ke masyarakat industri atau yang lebih dikenal dengan masyarakat modern. Masyarakat transisi merupakan masyarakat yang sedang beranjak dari keadaan yang tradisional menuju pada kondisi yang lebih modern. Mungkin fenomena tersebut merupakan hal yang lumrah yang terjadi pada masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena kita juga menjadi bagian serta menjalani kehidupan sebagai masyarakat transisi. Namun sebenarnya fenomena mengenai masyarakat transisi ini sangatlah menarik untuk diteliti, dan juga masih sangat minim penelitian mengenai masyarakat transisi. Memilih lokasi di desa Gawanan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah ini dikarenakan masyarakatnya memiliki ciri masyarakat transisi. Selain itu juga desa Gawanan yang merupakan wilayah Kecamatan Colomadu ini merupakan Kecamatan paling barat yang memiliki letak geografis yang jauh dari kota pemerintahan Kabupaten Karanganyar, karena harus melewati Kotamadya Surakarta terlebih dahulu. Sehingga sebagian besar
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakatnya banyak melakukan aktivitas di Kotamadya Surakarta daripada di Kabupaten Karanganyar. Dengan adanya pembangunan desa, telah memberikan banyak perubahan di desa Gawanan baik secara fisik maupun pola kehidupan masyarakatnya. Seperti misalnya perubahan parsial yang mulai tampak dari pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri, perubahan pola pemukiman dan arsitektur rumah, perubahan sistem mata pencaharian, alat transportasi yang semakin modern, jalanjalan penghubung desa yang telah beraspal dan juga bangunan gedung-gedung serta perumahan modern yang kini telah mengubah wajah desa Gawanan. Meskipun telah banyak pembangunan di desa Gawanan, namun tidak sepenuhnya masyarakat desa Gawanan meninggalkan pola kehidupan tradisional mereka. Karena disebagian besar masyarakatnya masih banyak terdapat bangunanbangunan yang masih tradisional, seperti bangunan rumah yang hanya menggunakan kayu, rumah-rumah tradisional yang masih berlantaikan tanah, rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan, dan juga banyak yang masih setia menggunakan alat transportasi tradisional seperti pedati, gerobak, becak dan sepeda. Demikian halnya dengan masyarakat desa Gawanan yang juga mengalami banyak perubahan terutama para ibu rumah tangganya. Ibu rumah tangga juga telah mengalami transisi dalam perannya sebagai wanita dalam keluarga. Ibu rumah tangga tidak hanya sebagai konco wingking, namun kini wanita terutama ibu rumah tangga menjadi konco samping yang di tandai dengan ibu rumah tangga kini banyak berpendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah. Para ibu
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumah tangga kini lebih terbuka menerima berbagai informasi yang berasal dari luar. Hal ini juga berpengaruh terhadap berbagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam kehidupan mereka. Selama proses pembuatan skripsi ini banyak hal baru yang penulis pelajari bukan hanya sebatas yang tertulis di sini, namun lebih dari itu penulis juga mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan sangat berharga. Pembelajaran tentang keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani sebuah proses. Hingga akhirnya memang selalu terbukti bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada pintu kemudahan yang dibukakan. Akhirnya karya sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan doa dari semua pihak. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. H. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fisip UNS beserta jajarannya, atas segala dedikasi yang tak pernah lelah untuk selalu berjuang dalam rangka memajukan fakultas yang kita cintai ini. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada Drs. Prahastiwi Utari, M. Si, Ph. D selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, atas kerja kerasnya untuk selalu berupaya meningkatkan kualitas akademik di jurusan yang pernah menjadi yang terbaik di tingkat nasional. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya untuk Drs. Pawito, Ph. D yang selama ini telah menjadi guru dan pembimbing bagi penulis dalam menjalani proses pembuatan karya ini serta atas kesabaran dan waktu yang selalu diluangkan untuk memberi masukan dan membesarkan hati penulis dimasa-masa paling sulit.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tak lupa kepada Drs. Nuryanto, M. Si dan Dra. Indah Budi Rahayu, SE, M.Hum terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ini sehingga menjadi sesuatu yang lebih layak untuk dibaca dan sebagai referensi. Tanpa kritik, mungkin penulis merasa skripsi ini telah tuntas. Pembuatan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan kerja sama dari semua masyarakat desa Gawanan. Terima kasih untuk Bapak Lurah Murdiyanto, Ibu Anik Kepala Urusan Keuangan, beserta jajaran perangkat desa Gawanan, Ibu Karsiyem, Ibu Sri Rejeki, Ibu Supartini Sesilia, Ibu Tri Hartini, Ibu Sri Puji, Ibu Yeti Suhesti, Ibu Kadarwati, temanku Ully (setia menemani dan membantuku dalam melakukan penelitian), Fajar, Maryanto, mas Manto dan semua teman-teman Karang Taruna desa Gawanan, terima kasih atas semua bantuan dan kerja samanya selama penulis melaksanakan riset. Yang patut penulis muliakan adalah kedua orang tua tercinta, atas segala dukungan, air mata, senyum, kerja keras, keikhlasan dan doa dengan tanpa syarat, akhirnya penulis berhasil melewati satu jenjang lagi yang mungkin dulu tidak terbayangkan karena penulis sempat mengalami proses yang sangat rumit. Terima kasihku yang sebesar-besarnya untuk Papa, Mama dan untuk Ananda Jantayu adikku, terima kasih untuk nasehat-nasehat kecilnya yang sangat membantu. Kepada keluarga besar eyang Puspo Sudarwo, terima kasih atas doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada yang terkasih mas Nur Seto Raharjo yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang dengan selalu mengucapkan “Jangan menyerah dek!!”.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk para sahabatku, Poundra, Yuka, Adena, Nungky, Atiek dan Atta. Girls, ingat kata-kata ini “Tidak ada kata perceraian dalam persahabatan”. Penulis bersyukur bisa bertemu dan merasakan tangis, tawa, obrolan, inspirasi, semangat dan kegilaan bersama kalian. Juga untuk sahabatku SINCRONE, terima kasih telah menjadikanku bagian dari hidup kalian yang sangat menyenangkan. Terakhir untuk Psikopat, teman-teman yang telah mendahului maupun yang akan menyusul, tetap bersemangat meraih semua mimpimu. Terima kasih untuk semua sahabatku yang telah menemani proses pendewasaanku, tanpa kalian semua akan terasa sulit dan tak berarti. Semoga keberkahan Allah SWT selalu menaungi kita semua.
Surakarta, 24 Juni 2009
Livia Ayu Kusuma
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI ISI
HALAMAN
Persetujuan ..........................................................................................................
i
Pengesahan ..........................................................................................................
ii
Motto ................................................................................................................... iii Persembahan ....................................................................................................... iv Kata Pengantar .................................................................................................... v Daftar Isi ............................................................................................................. x Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii Daftar Gambar .................................................................................................... xiv Daftar Bagan ....................................................................................................... xv Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi Abstract ............................................................................................................. xvii Abstrak ............................................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11 E. Telaah Pustaka .................................................................................. 12 E.1. Pola Komunikasi ....................................................................... 12 E.2. Masyarakat Transisi .................................................................. 20 E.3. Interaksionisme Simbolik .......................................................... 26 E.4. Pengambilan Keputusan ........................................................... 30 F. Metode Penelitian .............................................................................. 33 F.1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 33 F.2. Metode Penelitian ....................................................................... 34
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F.3. Objek Penelitian ......................................................................... 38 F.4. Sumber Data .............................................................................. 39 F.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 42 a. Observasi Partisipan .............................................................. 42 b. Wawancara ............................................................................ 43 c. Dokumentasi .......................................................................... 45 F.6 Teknik Sampling ......................................................................... 45 F.7 Validitas Data ............................................................................. 47 F.8 Model Analisis ............................................................................ 49 F.9. Kerangka Pemikiran .................................................................. 54
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................................. 70 A. Keadaan Umum Desa Gawanan .................................................. 70 B. Kondisi Fisik dan Geografis ........................................................ 72 B.1. Letak Wilayah ...................................................................... 72 B.2. Luas Wilayah ....................................................................... 76 C. Keadaan Penduduk ...................................................................... 77 C.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................... 77 C.2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................... 81 C.3. Penduduk Menurut Matapencaharian .................................. 84 C.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama ................................ 87 C.5. Mutasi Penduduk .................................................................. 87 D. Keadaan Sarana dan Prasarana .................................................... 89 D.1 Sarana Sosial Budaya ............................................................ 91 D.2 Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Perhubungan ........... 93 D.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan .......................................... 95 D.4. Prasarana Perekonomian ...................................................... 96 E. Sistem Peralatan Hidup ................................................................ 97 F. Sistem Teknologi ......................................................................... 102 G. Kondisi Sosial Budaya ................................................................ 103
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. SAJIAN DAN ANALISIS DATA ..................................................... 108 A. Latar Belakang Kehidupan Masyarakat Transisi Desa Gawanan ........................................... 108 A.1. Karakteristik Masyarakat Transisi Desa Gawanan ............. 112 A.2. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan ................................... 120 B. Pola Komunikasi Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan ............................................ 129 B.1. Komunikasi Kelompok Primer ............................................ 131 B.2. Komunikasi Kelompok Sekunder ........................................ 147 C. Komunikasi Massa ....................................................................... 166 D. Pengaruh Pola Komunikasi Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Proses Pengambilan Keputusan ......................................... 172 E. Pelestarian Lingkungan, Kerukunan, dan Gotong Royong .......... 191
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 198 A. Kesimpulan .................................................................................. 198 B. Saran ............................................................................................ 203
Daftar Pustaka
Lampiran
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Penggunaan Lahan di Desa Gawanan Tahun 2008 (ha) .......................................................................
77
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...............................
78
Tabel 2.2.1.
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ..........................................................
Tabel 2.3.
80
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................................................... 82
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Matapencaharian .............................................................. 86
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk Menurut Agama ........................................... 87
Tabel 2.6.
Komposisi Mobilitas Penduduk Di Desa Gawanan tahun 2008 ...................................................
88
Tabel 2.7.
Prasarana Sosial Budaya ........................................................... 91
Tabel 2.8.
Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Perhubungan ....................................................................... 93
Tabel 2.9.
Sarana dan Prasarana Kesehatan ............................................... 95
Tabel 2.10.
Prasarana Perekonomian ...........................................................
commit to user xiii
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Peristiwa Dispersi Cahaya ...................................................... 23
Gambar 1.2.
Pembelokan Cahaya pada Prisma ........................................... 24
Gambar 1.3.
Prisma yang menggambarkan Masyarakat Transisi ................................................................ 25
Gambar 1.4.
Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ..................... 53
Gambar 1.5.
Skema Kerangka Pikir Pola Komunikasi Masyarakat Transisi ................................................................ 55
Gambar 2.1.
Peta Desa Gawanan ................................................................. 75
Gambar 3.1.
Diagram Pengambilan Keputusan dengan 5 Komponen dan 6 Metode ........................................ 180
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gawanan ............................... 90
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Foto-Foto
Lampiran 2
: Perijinan Profil Narasumber, Tempat dan Waktu Wawancara Transkrip Wawancara 1 Transkrip Wawancara 2 Transkrip Wawancara 3 Transkrip Wawancara 4 Transkrip Wawancara 5 Transkrip Wawancara 6 Transkrip Wawancara 7 Transkrip Wawancara 8
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Livia Ayu Kusuma. D 0204075. 2009. Communication Pattern of Transitional Community (A Descriptive Qualitative Study on Communication Pattern of Housewives of Transitional Community of Gawanan Village, Kecamatan Colomadu of Karanganyar Regency, Central Java). Minithesis: Communication Science Program of Social and Politic Sciences Faculty of Sebelas Maret University. As a developing country, Indonesian society is a transitional community in nature, namely, a community that progresses from a traditional condition to a modern one. Similarly, Gawanan village, Kecamatan Colomadu of Karanganyar Regency is a village with a characteristic of transitional community in which the community is experiencing changes in residential, making of a living, education orientation and also other changes occurring within the community. It is the case with housewives of Gawanan village who previously considered konco wingking, namely, their position was only to make their husbands satisfy about meal and sexual activity. However, with the development era, the women are not limited on the tasks, but they become konco samping, namely, to be an equal partner for their own husband and to strive together in order to maintain the survival of their family economy. Therefore, many housewives of Gawanan village are now making a living too in order to maintain economy of their family that has more complex needs. Purpose of the research is to describe a characteristic of communication pattern developing within housewives circle of transitional community of Gawanan village, Kecamatan Colomadu of Karanganyar Regency, Central Java. In addition, the research wants to know effect of the housewives’ communication pattern on their decision making in Gawanan village. The research is descriptive-qualitative one. Data collection method uses participant observation, in-depth interview and document analysis techniques. Informants are selected by using a snowball sampling method. Data is analyzed by using a Mile and Huberman’s data interaction, and data validity is tested by using method and source triangulation. Results of the research indicated that characteristic of housewives’ communication pattern of Gawanan village was an interpersonal communication that informal, unpredicted, unplanned, and spontaneous in natures that was taking place in a primary communication group. While, communication taking place in secondary groups is formal, that was a regular communication and that was planned in nature. The communication pattern was affecting the housewives of Gawanan village in their decision making process on information acquired through the existing communication pattern.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Livia Ayu Kusuma. D 0204075. 2009. Pola Komunikasi Masyarakat Transisi (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Ibu-Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah). Skripsi: Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Sebagai negara berkembang masyarakat Indonesia memiliki ciri masyarakat transisi, yaitu masyarakat yang sedang beranjak dari keadaan yang tradisional menuju pada kondisi yang lebih modern. Demikian halnya dengan desa Gawanan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, merupakan salah satu desa yang memiliki ciri masyarakat transisi, dimana masyarakatnya telah banyak mengalami perubahan dari pola pemukiman, sistem matapencaharian, orientasi pendidikan serta perubahan yang terjadi pada masyarakatnya. Demikian halnya yang terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan yang dulu ibu-ibu rumah tangga hanya dianggap sebagai konco wingking suaminya, yaitu sebagai teman dapur dan kasur. Namun seiring dengan kemajuan jaman, perempuan tidak sebagai konco wingking lagi namun sebagai konco samping yang bersama-sama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga dengan semakin kompleksnya kebutuhan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi desa Gawanan Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh pola komunikasi para ibu rumah tangga terhadap pertimbangan pengambilan keputusan para ibu rumah tangga di desa Gawanan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Informan dipilih dengan menggunakan metode snowball sampling. Analisis data yang diperoleh menggunakan model interaksi Miles dan Huberman, dan keabsahan data diuji menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mengetahui bahwa karakter pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan adalah komunikasi antarpribadi yang bersifat informal lebih bersifat tak terduga, tanpa rencana, dan spontan, yang terjadi pada kelompok komunikasi primer. Sedangkan komunikasi yang terjadi pada kelompok sekunder bersifat formal, regular, dan terencana. Pola Komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan mempengaruhi pertimbangan para ibu rumah tangga dalam proses pengambilan keputusan terhadap informasi yang diperoleh melalui pola komunikasi yang terjadi.
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Desa Gawanan termasuk salah satu wilayah desa yang terletak di Kecamatan paling barat Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Colomadu. Secara geografis letak Kecamatan Colomadu tidak terdapat dalam satu kawasan dengan kota pemerintahannya yaitu Kabupaten Karanganyar. Untuk mencapai desa Gawanan dari kota pemerintahan Karanganyar harus melewati Kotamadya Surakarta terlebih dahulu. Keadaan di sekitar Kecamatan Colomadu cukup ramai dan padat karena berada di kawasan segitiga dan memiliki letak strategis yang berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo serta merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat. Kehidupan masyarakat desa Gawanan seperti halnya masyarakat desa lainnya memiliki hubungannya yang sangat erat antar individu satu dengan individu yang lain. Desa Gawanan memiliki struktur pemerintahan desa seperti desa-desa lainnya yaitu dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui mekanisme pemilihan kepala desa secara langsung. Pada umumnya dari tahun ke tahun keadaan desa Gawanan terus mengalami
perkembangan
yang
cukup
pesat.
Dengan
perkembangan-
perkembangan yang ada pada desa Gawanan tersebut menjadikan terjadinya beberapa perubahan dalam aspek kehidupan bermasyarakat seperti, tingkat
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pendapatan, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, sarana transportasi, kesenian, sistem religi, hingga organisasi sosial masyarakat. Keadaan masyarakat Desa Gawanan kini semakin maju dengan kemudahan menerima masuknya arus informasi dari luar menyebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan berbagai macam informasi. Pengetahuan warga yang semakin meningkat ini menyebabkan seluruh sendi kehidupan mereka pun turut mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Bisa dikatakan bahwa masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa transisi, yaitu masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat industri (modern). Perubahan yang dialami masyarakat desa Gawanan terjadi di berbagai aspek kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi masyarakatnya yang semakin meningkat, faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai tradisional menuju nilai modern adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke industri. Seperti contohnya perubahan dalam masalah pekerjaan, masyarakat yang dulunya masih bersifat homogen (petani dan pedagang) kini mengalami pluralitas, mereka banyak yang berpindah dari sektor pertanian ke pola pekerjaan yang berada diluar pertanian, misalnya dengan menjadi pegawai, buruh, guru maupun pekerjaan-pekerjaan lain yang masih terkait dengan sektor jasa. Masyarakat memiliki alasan bahwa bidang pertanian yang tekuni selama ini belum bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kesejahteraan keluarga. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan pun tidak sebanding dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Sedangkan dari aspek sosial kini peralatan hidup yang dimiliki oleh masyarakat di desa Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil, truk, dan kendaraan bermotor. Dulunya banyak masyarakatnya yang hanya menggunakan alat transportasi tradisional seperti gerobak, pedati, dan becak. Namun sekarang telah banyak warga yang memiliki sepeda motor, selain itu hampir 90% masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi, sehingga arus informasi begitu cepat di terima. Sedangkan perkembangan teknologi komunikasi kini telah memudahkan masyarakat Gawanan untuk berkomunikasi dengan teman atau kerabat yang berada di luar desa Gawanan. Penggunaan handphone kini telah menjadi tren dan kebutuhan dikalangan masyarakatnya, bahkan kini setiap anggota keluarga masing-masing telah memiliki alat komunikasi handphone. Kenyataan seperti ini terjadi karena kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan informasi, kebutuhan transportasi, dan kebutuhan komunikasi masyarakat desa Gawanan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman. Perubahan juga terjadi pada aspek pendidikan masyarakatnya yang semakin meningkat. Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi penerusnya agar dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan, terlihat dari mayoritas penduduknya kini adalah lulusan menengah atas. Perubahan orientasi pendidikan pun kini telah membuka kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Adanya anggapan warga Gawanan, khususnya para orang tua yang menyatakan bahwa pendidikan anak harus lebih dari mereka. Hal ini dikarenakan para orang tua menginginkan anakanak mereka mampu bersaing dan mengikuti perkembangan jaman. Dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya dapat memiliki pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sepuluh tahun terakhir lahan sawah di desa Gawanan mengalami pengalihan fungsi menjadi lahan hunian berupa perumahan. Hamparan sawah yang terbentang hijau, juga penampilan sosok petani yang tiap pagi sering dijumpai sedang menggarap sawah, kini mulai hilang. Berganti dengan kesibukan orang-orang yang pergi bekerja ke kota, anak-anak pergi ke sekolah dan lalu lintas kendaraan bermotor yang semakin padat menambah ramainya suasana desa Gawanan. Banyaknya lahan pertanian yang kini telah beralih fungsi menjadi area pemukiman, menyebabkan banyaknya warga pendatang yang menetap dan berdomisili di desa Gawanan dan sebagian besar para pendatang bertempat tinggal di perumahan. Bahwasannya desa yang mengalami perubahan dari kondisi tradisional ke dalam kondisi masyarakat modern atau yang biasa dikenal dengan masyarakat transisi ini dapat dipahami dengan pengertian bahwa semua karakteristik masyarakat tersebut berada antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Seperti masyarakat di Desa Gawaanan yang pada awalnya merupakan masyarakat tradisional yang masih terikat oleh adat istiadat, masih bergantung pada alam, serta hubungan kekerabatan antar masyarakat masih sangat erat, namun dengan semakin pesatnya pembangunan di desa tersebut, seperti pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi arel perumahan, memungkinkan masyarakat desa Gawanan mengalami proses transisi menuju masyarakat modern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Ciri modernisasi pada masyarakat pedesaan adalah pembangunan jalanjalan penghubung serta adanya alat transportasi yang memudahkan masyarakat pedesaan untuk melakukan pergerakan ke luar daerahnya. Kehadiran peralatan pertanian yang serba mesin, perubahan lahan untuk areal pemukiman baru, industri dan pendirian pabrik, pergeseran kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor yang lain, serta sumbangan sektor non-pertanian yang semakin besar terhadap pertumbuhan ekonomi pedesaan menjadikan desa Gawanan mengalami perubahan dari desa tradisional menuju desa modern. Desa Gawanan sendiri dapat disebut sebagai desa transisi karena baik secara fisik maupun masyarakatnya desa Gawanan sedang menuju arah modern selain itu letaknya juga berdekatan dengan kompleks perumahan yang mayoritas masyarakatnya memiliki pola hidup modern. Dengan adanya pembangunan telah memberikan banyak perubahan di desa Gawanan, baik secara fisik maupun pola kehidupan masyarakatnya. Seperti misalnya perubahan parsial yang mulai tampak dari pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri, kepemilikan kendaraan merupakan representasi kelas sosial dan mobilitas hidup, arsitektur rumah, jalan penghubung telah bersapal yang menghubungkan desa Gawanan dengan perkotaan, selain itu desa ini juga telah memiliki bangunan modern berupa gedung-gedung sekolahan maupun pemerintahan. Meski telah banyak pembangunan di desa Gawanan namun di sebagian masyarakatnya masih banyak terdapat bangunan-bangunan rumah yang masih tradisional, seperti bangunan rumah yang hanya menggunakan kayu, rumahrumah tradisional yang masih berlantaikan tanah, dan juga masih banyak terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan. Keadaan demikianlah yang menjadikan desa Gawanan disebut sebagai desa transisi, dimana masyarakatnya sedang mengalami peralihan yaitu masyarakat yang telah memiliki ciri masyarakat modern namun masih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Perubahan hubungan masyarakat pedesaan dan lingkungan sosial, dimulai ketika proses modernisasi yang dicirikan dengan komersialisasi (yang serba uang) disegala bidang, telah mengubah perilaku masyarakat pedesaan. Perubahan perilaku ini dapat dilihat dalam hal: orientasi pendidikan sebagai jalan untuk memperoleh kedudukan (drajad), diferensiasi pekerjaan sebagai tuntutan kebutuhan materi, serta perkembangan kelembagaan sosial desa sebagai tuntutan kebutuhan dan rasa aman. Perubahan orientasi pendidikan telah membuka kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Dengan menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya menjadi pegawai negeri (PNS). Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi penerusnya agar dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan, terlihat dari mayoritas penduduknya kini adalah lulusan sekolah menengah atas. Begitu pula dengan perilaku kesehatan penduduk, juga telah mengalami pergeseran ke arah yang lebih modern. Mereka mulai meninggalkan cara-cara pengobatan tradisional, seperti dukun, orang pintar dan sebagainya, serta beralih ke pengobatan yang lebih logis seperti ke Puskesmas, dokter praktek atau ke rumah sakit, baik untuk sakit yang ringan (seperti influensa, batuk dan sebagainya) maupun sakit yang agak berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Indikator-indikator tersebut diatas pada umumnya terdapat di desa Gawanan, oleh sebab itu pengaruh dari modernisasi dengan sendirinya tidak dapat dibendung lagi terhadap kehidupan masyarakatnya. Desa Gawanan telah mengalami perubahan-perubahan di berbagai aspek kehidupan, misalnya aspek ekonomi, telah terlihat pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian dan mulai masuk ke sektor industri. Sedangkan dari aspek sosial kini masyarakat di desa Gawanan mulai mempergunakan alat transportasi modern, seperti mobil, truk, dan kendaraan bermotor. Namun demikian nampak di sini bahwa sebagian dari masyarakatnya masih ada yang setia menggunakan alat transportasi tradisional seperti gerobak, pedati, dan becak. Kemajuan teknologi komunikasi dapat membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya terutama pada masyarakat pedesaan yang sedang mengalami proses transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Sedangkan dampak negatifnya adalah dapat menimbulkan masalah baru. Memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai pada masyarakat pedesaan dalam penerima teknologi. Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada masyarakat pedesaan yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perubahan desa Gawanan juga diikuti perubahan masyarakatnya. Salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada para wanita di desa Gawanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
terutama ibu-ibu rumah tangga, yaitu wanita yang telah menikah. Karakteristik wanita pada masyarakat transisi terlihat pada partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan peran transisi yaitu dalam peran tradisi mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis yaitu membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga, di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada jaman dulu ibu-ibu rumah tangga hanya dianggap suaminya sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur. Ibu-ibu hanya mengurus rumah tangga, bekerja di dapur dan mendidik serta merawat anak. Namun seiring dengan kemajuan jaman, dan tingkat pendidikan yang semakin tinggi wanita tidak sebagai konco wingking lagi namun sebagai konco samping yang bersama-sama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja di luar rumah untuk membantu ekonomi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat transisi di desa Gawanan adalah semakin banyaknya ibu rumah tangga yang membantu suami mencari tambahan penghasilan, selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga dapat sebagai wadah mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan ibu rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
tangga untuk berpartisipasi di dunia kerja, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Meskipun desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, namun beberapa bagian dari kondisi sosial budaya masyarakatnya tidak ikut berubah seiring dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya menuju ke arah yang lebih modern. Bertahannya beberapa aspek sosial di Desa Gawanan lebih disebabkan oleh karakteristik Desa Gawanan yang masih memiliki basic pedesaan yang cukup kental dalam kehidupan kesehariannya terutama bagi warga asli desa Gawanan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak terlalu mempengaruhi atau bahkan merubah apa yang menjadi pegangan dari masyarakat Desa Gawanan, seperti misalnya kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan, arisan antar RT, pengurusan pesta perkawinan, ataupun masalah pemakaman dari warganya sendiri. Begitupula berbagai macam kegiatan sosial bagi para ibu rumah tangga baik kegiatan formal maupun kegiatan non formal masih banyak diikuti, bahkan tingkat partisipasi para ibu rumah tangga cukup tinggi, terlihat dari masih berjalannya dengan baik kegiatan-kegiatan seperti PKK, Posyandu, pertemuan RT dan RW, kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga, termasuk juga kegiatan-kegiatan non formal seperti kegiatan rewangan, besukan orang sakit, mengobrol di teras pada sore hari dan juga kegiatan mengobrol saat berbelanja di tukang sayur keliling. Hal ini memperlihatkan intensitas interaksi yang baik para ibu rumah tangganya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Disamping mengalami perubahan-perubahan gaya hidup, masyarakat desa Gawanan sendiri tidak lepas dari perubahan pola komunikasinya sejalan dengan masuknya berbagai informasi dari luar karena pengaruh media massa yang semakin maju dan modern. Hal-hal yang dibicarakan kini tidak hanya melulu permasalahan yang ada di desa mereka, namun kini berbagai isu dan informasi dari luar daerah mereka juga menjadi bahan perbincangan. Pada penelitian ini fokus utama peneliti adalah mengenai karakter pola komunikasi yang terjadi pada masyarakat transisi desa Gawanan, terutama pada ibu-ibu rumah tangga serta pengaruh pola komunikasi tersebut terhadap pertimbangan pengambilan keputusan para ibu rumah tangga dalam berbagai permasalahan hidup.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah : 1. Bagaimanakah karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya yang bermukim di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu? 2. Bagaimana pengaruh pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu terhadap pengambilan keputusan ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya yang bermukim di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu 2. Untuk mengetahui pengaruh pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu terhadap pengambilan keputusan ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu.
D. Manfaat Penelitian 1. Akademis Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan melengkapi kajian mengenai komunikasi terkait dengan nilai-nilai budaya lokal, dan bagaimana suatu masyarakat transisi mampu beradaptasi menuju masyarakat modern tanpa harus meninggalkan budaya tradisional mereka. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan untuk bisa dijadikan masukan bagi berbagai kalangan termasuk pemerintah, aktivis LSM serta masyarakat setempat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi budaya masyarakat transisi di Desa Gawanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
E. Telaah Pustaka E.1.
Pola Komunikasi Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas dari
proses komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, disadari maupun tidak disadari. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Mulai dari asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap individu membutuhkan hubungan sosial, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan, yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpanya akan terjadi isolasi. Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland,1 komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Komunikasi merupakan suatu proses yang terus menerus seperti sebuah
1
commit to user
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, hal. 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
lingkaran. Wiryanto2 mengatakan ”Sebagai suatu proses, komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang berkelanjutan tidak mempunyai titik awal dan titik akhir.” Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi bersifat dinamis dan transaksional, dimana kemudian akan terjadi perubahan dalam setiap diri peserta komunikasi tersebut. Karena dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals)3. Dalam berkomunikasi terdapat hal-hal yang dapat diamati dan terlihat tampak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak terlihat, tapi dapat terasa pengaruhnya, beberapa faktor tersebut adalah4: 1. Meaning (makna) Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menaggapinya. Seperti intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar, dan sebagainya, merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan, dan sebagainya. 2. Learning Mengintepretasikan makna dari suatu simbol muncul berdasarkan polapola komuniaksi yang diperoleh dari pengalaman. Intepretasi muncul dari pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman. Intepretasi muncul 2
Wiryanto, 2002, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT Grasindo, hal. 19 Onong Uchjana Effendy, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 10 4 Website : http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi-kapdan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kap. Diunduh tanggal 11 Juli 2009 jam 11.56 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar. Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil belajar (learning) dari lingkungan. 3. Subjectivity Pengalaman dari setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benarbenar sama. Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama. 4. Negotiation Komunikasi
merupakan
pertukaran
simbol.
Pihak-pihak
yang
berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya ini terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian. 5. Culture Setiap individu merupakan hasil belajar dari dan dengan orang lain. Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
masyarakat. Melalui partisipasinya, individu berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat. Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi. Melalui komunikasi, budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah. Budaya menciptakan cara pandang (point of view) seseorang atau kelompok orang terhadap sesuatu hal. 6. Interacting levels and context Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa. 7. Self reference Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita. 8. Self reflexivity Kesadaran diri (self-cosciousnes) merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi. 9. Inevitability
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.
Dalam proses komunikasi masing-masing individu, masing-masing tempat tidak sama, setiap tempat mempunyai gaya yang berbeda. Karakter tersebut akhirnya memunculkan suatu pola komunikasi yang berbeda antara masyarakat sosial satu dengan masyarakat sosial lainnya. Pola adalah bentuk (struktur) yang tetap; sistem; cara kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi dapat dipandang sebagai bentuk (cara-cara) yang dipakai untuk berkomunikasi. Pola komunikasi yang terjadi pada ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa Gawanan misalnya, dapat diartikan sebagai cara-cara berkomunikasi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Cara-cara tersebut meliputi bagaimana masyarakat berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pola komunikasi yang terbangun dalam satu komunitas masyarakat tertentu. Pemolaan (patterning) terjadi pada semua tingkat komunikasi: masyarakat, kelompok, dan individu.5 Pada tingkat masyarakat, komunikasi biasanya berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran (categories of talk), dan sikap konsepsi tentang bahasa dan penutur. Komunikasi juga berpola menurut peran tertentu dan kelompok tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan,
5
Lihat Abd. Syukur Ibrahim, 1994, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Surabaya: Usaha Nasional, hal. 12-13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
wilayah geografis, dan ciri-ciri organisasi sosial yang lain. Kemudian komunikasi juga berpola pada tingkat individual, pada tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian. Komunikasi yang terjadi pada tingkat kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Komuniaksi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Joseph A. Devito6 dalam bukunya ”The Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989 : 4) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai : ”The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback” (Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).
Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifat dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Sehingga komunikator dapat mengetahui apakah komunikasi yang telah dilakukan itu bersifat positif atau negatif, berhasil atau tidak berhasil. Jika memang komunikasi yang diharapkan tidak tercapai maka ia
6
Onong Uchjana Effendy, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal. 59-60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga karena ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Keefektifan dari komunikasi antarpribadi terjadi apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku komunikan dapat tercapai. Dalam komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh dan mempengaruhi antara kedua belah pihak. Situasi komunikasi antarpribadi bagi komunikator sangatlah penting, karena komunikator dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, dan sebagainya. Yang terpenting adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilakunya, dengan demikian komunikator dapat mengarahkan ke suatu tujuan sebagaimana ia inginkan.
Komunikasi antarpribadi juga terjadi pada komunikasi
kelompok,
karena kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Menurut Charles Horton Cooley, yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat7, “By primary group I mean those characterized by intimate face-to-face association and cooperation.” (Kelompok primer yang aku maksudkan adalah yang memiliki kharakteristik seperti hubungan secara langsung.). Karakteristik dari komunikasi kelompok primer dapat terlihat dari : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian yang paling tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage (perilaku
7
commit to user
Jalaluddin Rakhmat, 1996, Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
yang hanya ditampakkan pada suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam kelompok primer, yang penting adalah siapa dia, bukan apakah dia. Hubungan dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan tidak daapt dipindahkan (nontransferable). 3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, demi memelihara hubungan baik. 4. Pesan yang disampaikan bersifat ekspresif dan informal. 8
Masyarakat desa Gawanan memiliki ciri-ciri masyarakat transisi, yaitu masyarakat yang sistem hidupnya beralih dari tradisional menuju masyarakat modern. Masyarakat Gawanan yang masih memegang adat budaya warisan nenek moyang, namun tidak menutup diri untuk menerima segala bentuk kemajuan. Masyarakat desa Gawanan berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok (group communication) , berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang
8
Dikutip dari tulisan Charles Horton Cooley dalam bukunya yang klasik Social Organization, yang dicuplik oleh Djalaludin Rakhmat (2001) pada buku Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal 142. Charles Cooley membagi kelompok komunikasi menjadi dua, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok komunikasi yang berlangsung secara intim, seperti komunikasi keluarga (orangtua-anak), komunikasi dengan tetangga dekat, atau komunikasi dengan teman dekat. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok komunikasi yang sifatnya dangkal, tidak ada keterkaitan hubungan yang intim, seperti komunikasi yang terjadi pada kumpulan ibu-ibu arisan PKK, pengajian, atau posyandu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.9 Pola komunikasi masyarakat desa Gawanan terutama ibu-ibu rumah tangganya adalah pola komunikasi yang berlangsung antarpribadi yang terjadi di dalam kelompok komunikasi, yaitu komunikasi kelompok primer dan komunikasi kelompok sekunder. Pola komunikasi kelompok primer berkaitan dengan komunikasi dalam hubungan yang lebih akrab, dan lebih terikat secara personal, yaitu interaksi yang terjadi dalam keluarga, teman sepermainan, dan tetangga akrab. Sedangkan pola komunikasi kelompok sekunder terjadi dalam kelompok yang memiliki hubungan tidak terlalu akrab dan tidak personal, yaitu interaksi yang terjadi dalam kelompok arisan ibu-ibu PKK, kelompok pengajian dan kelompok Posyandu. Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana ibu-ibu rumah tangga masyarakat desa transisi untuk berinteraksi; bertukar informasi, pikiran, dan pengetahuan.
E.2.
Masyarakat Transisi Salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah masyarakat transisi yang
sedang beranjak dari keadaan yang tradisional menuju pada kondisi yang lebih modern. J. Useem dan R.H Useem (1968:144) mengistilahkan masyarakat transisi dengan modernizing society. Masyarakat seperti ini berbeda dari tradition oriented society (masyarakat tradisional) dan modern society (masyarakat modern). Dijelaskan bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat yang
9
Onong Uchjana Effendy, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal. 75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
mencoba mengekalkan nilai-nilai tradisi dari nenek moyang dengan cara mempraktikkan terus adat istiadat, upacara-upacara dan kebiasaan-kebiasaan yang telah berlaku sejak zaman dulu. Bahkan sesuatu yang belum terjadi coba diramalkan, diatur dan dikendalikan dengan menggunakan tradisi lama.10 Seperti misalnya saat musim kemarau panjang masyarakat tradisional mencoba mendatangkan hujan dengan bantuan jampi-jampi dari dukun agar hujan segera turun. Selain itu ada juga tradisi menjodohkan anak dengan bantuan primbonprimbon kelahiran agar kedua mempelai berbahagia selamanya. Masyarakat transisi, menurut J. Useem dan R.H Useem adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru atau hal-hal baru. Masa transisi di Eropa misalnya, ditandai dengan mulai dikenalnya teknologi mesin uap, alat fotografi dan listrik, yang bersamaan dengan terjadinya pergantian sistem monarki menjadi sistem demokrasi. Dalam masyarakat Indonesia, teknologi juga merupakan hal yang baru, yang mulai dikenal oleh masyarakat walaupun bukan langsung merupakan hasil ciptaan sendiri. Teknologi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan teknologi manusia dibantu mencapai tujuan-tujuan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Oleh karena itu untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik, penguasaan dan penggunaan teknologi yang lebih maju adalah suatu keharusan. Semakin tinggi tingkat kemakmuran suatu masyarakat, semakin tinggi dan
10
commit to user
Sarwono Sarlito, 1989, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 103-104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
beraneka ragam pula teknologi yang harus dikuasai dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Fred
W.
Riggs11
menggambarkan
masyarakat
transisi
sebagai
masyarakat model prismatik. Masyarakat model prismatik adalah masyarakat peralihan (transisi), dari masyarakat tradisional ke masyarakat industri. Teori masyarakat model prismatik dikembangkan oleh Fred W. Riggs dalam bukunya yang berjudul ‘Administration in Developing Countries, The Prismatic Society’, tahun 1964, dengan landasan teorinya adalah positivisme, organisme, dan fenomenologis. Masyarakat prismatik dapat dikatakan sebagai masyarakat campuran antara nilai tradisional dan proses modernisasi, dimana terjadi tumpang tindih (overlaping) di antara kedua nilai tersebut. Paradigma masyarakat prismatik diilhami oleh teori optik tentang defraksi (pembelokan cahaya). Teorinya demikian : dalam setiap masyarakat, proses diferensiasi tidak secara tiba-tiba dan pada tingkat kecepatan yang sama. Riggs mengumpamakan masyarakat dengan menggunakan teori optik defraksi gelombang cahaya. Landasan dari teori optik tersebut adalah : apabila seberkas cahaya putih datang pada permukaan sebuah prisma, maka arah jalar cahaya akan di belokkan dengan sudut yang berlainan (mengalami deviasi). Besar pembelokan (deviasi) ini tergantung pada sudut puncak prisma dan indeks bias prisma. Hal ini terjadi karena kecepatan jalar gelombang cahaya dalam kaca berbeda dengan kecepatan jalar cahaya di udara. Demikian pula dengan harga indeks bias kaca bergantung pada warna, jadi juga 11
commit to user
M. Munandar Soelaiman, 1998, Dinamika Masyarakat Transisi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
bergantung pada panjang gelombang datang miring pada permukaan prisma, maka tiap warna akan dibelokkan dengan sudut yang berlainan, peristiwa ini disebut dispersi (penyebaran). Dispersi cahaya putih menjadi cahaya dengan berbagai warna yang mempunyai harga panjang gelombang
Gambar 1.1. Peristiwa Dispersi Cahaya Dijelaskan bahwa suatu gabungan sinar putih yang menembus prisma, akan menghasilkan cahaya bias (terurai) pada sebuah layar, merupakan sebuah spektrum pelangi dengan warna yang berbeda-beda. Riggs membayangkan yang terjadi di dalam prisma, dimana proses pembiasan dimulai, sebenarnya di dalam prisma itu sudah tercermin bayangan pelangi tersebut sejenak, tapi tidak lengkap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Berkas cahaya yang datang pada prisma akan mengalami pembelokan atau deviasi ke bawah
Gambar 1.2. Pembelokan Cahaya pada Prisma
Pada saat cahaya di dalam prisma itulah, dikiaskan sebagai masyarakat prismatik. Masyarakat prismatik yang di maksud oleh Riggs adalah masyarakat di negara-negara dunia ketiga (negara-negara berkembang) termasuk Indonesia. Cahaya memusat dikiaskan sebagai masyarakat tradisional, dan cahaya memencar dikiaskan untuk masyarakat modern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Prisma yang menggambarkan masyarakat transisi
Memusat
Prismatik
Memencar
Gambar 1.3. Prisma yang menggambarkan masyarakat transisi Sinar yang memusat terdiri dari semua frekuensi yang terdapat dalam sinar berwarna putih, sedangkan sinar yang membias memisahkan komponen frekuensi, seperti dalam spektrum. Oleh Riggs keadaan teori optik ini dikiaskan pada masyarakat. Dalam teori-teori ilmu sosial, konsep masyarakat sering dibedakan antara masyarakat tradisi atau masyarakat agraria, dan masyarakat modern atau masyarakat industri. Konsep masyarakat yang ada si antara dua konsep masyarakat tersebut disebut masyarakat transisi. Perubahan pola kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat dilihat sebagai akibat dari pertemuan pola kebudayaan yang berbeda yaitu pola kebudayaan masyarakat agraris dan pola perangkat industri. Pertemuan dari dua pola kebudayaan tersebut melahirkan suatu proses perubahan, baik dilihat dari segi masyarakat agraris maupun dari perangkat industri yang menuju kepada terbentuknya masyarakat industri dengan masyarakat majemuk yang beraneka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
ragam suku bangsa, kebudayaan, agama, keahlian dan pendidikan. Perubahan kehidupan itu dapat mempengaruhi struktur sosial
masyarakat, proses
pengambilan keputusan, maupun pola komunikasi masyarakat setempat. E.3.
Interaksionisme Simbolik Teori Interaksionisme simbolik adalah salah satu teori yang termasuk di
dalam paradigma definisi sosial (social definition paradigm). Definisi sosial didasarkan pada proses pendefinisian realitas sosial, bagaimana orang mendefinisikan situasi, serta asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif. Dalam bukunya “Symbolic Interactionism ; Perspektive and Metode”, Herbert Blumer menegaskan, bahwa ada tiga asumsi yang mendasari tindakan manusia. Tiga asumsi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Human being act toward things on the basic of the meaning that the things have for them. 2. The meanings of things arises laut of the social interaction one has with one’s fellows. 3. The meanings of things are handled in and modified through an interpretative process used bu the person in dealing with the things he ecounters.12 (Premis pertama, “manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka”. Premis kedua, yang mendasari interaksionisme simbolik adalah bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain”. Premis ketiga, adalah “makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses
12
(Wallace, 1986; 204-206) dikutip oleh Drs. Sutaryo. M.Si, 2001, Sosiologi Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, hal. 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi.”) Manusia itu bertindak terhadap sesuatu, baik itu benda, kejadian, atau fenomena didasarkan atas makna yang dimiliki benda, kejadian atau fenomena itu bagi mereka. Dapat dijelaskan bahwa makna suatu benda, suatu kejadian, atau suatu fenomena, tidaklah terletak pada benda, kejadian, atau fenomena tersebut, melainkan tergantung pada bagaimana seseorang ataupun masyarakat memberi makna terhadap benda, kejadian ataupun fenomena tersebut. Makna yang diperoleh merupakan produk dari interaksi sosial para anggota masyarakat. Makna itu merupakan penafsiran dari anggota masyarakat dalam menanggapi kejadiankejadian atau fenomena-fenomena di dalam masyarakat. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. 13 Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk atau menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia.
13
Max Weber (1971:128) sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 6), hal. 60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Selain itu juga menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Sedangkan George Ritzer meringkaskan teori ini ke dalam prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Manusia, tidak seperti hewan, dianugerahi kemampuan untuk berpikir. 2. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi sosial. 3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. 4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia. 5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. 6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain meeka mampu berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya. 7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat.14 Menurut Ritzer, kesimpulan utama yang perlu diambil dari substansi teori interaksionisme simbolik adalah sebagai berikut: Kehidupan masyarakat itu terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antarindividual dan antarkelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar.15 Teori Interaksionisme simbolik ini sangat menekankan arti pentingnya proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak. Tindakan itu berupa Stimulus – Proses berpikir – Respons. Manusia itu bertindak dengan melalui proses berpikir lebih dahulu. Tidak seperti binatang bertindak tanpa melalui proses berpikir lebih dahulu. Menurut perspektif Interaksionisme simbolik, media massa dengan informasi yang dibawanya dapat mengilhami pikiran anggota masyarakat untuk bersikap dan bertindak tertentu terhadap kejadian atau fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan perspektif ini berpendapat bahwa manusia itu merupakan makhluk yang kreatif dan dapat menerjemahkan simbol-simbol yang diterimanya sesuai dengan penafsirannya.
14 15
Deddy Mulyana, Ibid, hal. 73 Drs. Sutaryo M,Si, 2001, Sosiologi Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, hal. 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
E.4. Pengambilan Keputusan Hampir setiap hari, bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat misalnya di rumah tangga, di kantor, dalam organisasi atau di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu (perseorangan) ataupun kelompok dengan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan, setiap harinya selalu ada keputusan yang diambil, baik untuk kepentingan keluarga, maupun kepentingan diri sendiri. Keputusan yang diambil pasti
memiliki
tujuan
yang
jelas,
seperti
misalnya
keputusan
untuk
menyekolahkan anak mereka di Solo, tujuannya adalah agar anak lebih maju, karena fasilitas sekolah di Solo dirasa lebih memadai dan lebih lengkap untuk menunjang belajar anak. Ibnu Syamsi16 menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pembatasan dan perumusan masalah, membuat beberapa alternatif pemecahan beserta konsekuensinya masing-masing alternatif, kemudian memilih satu alternatif pemecahan terbaik untuk selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut. Dengan demikian, maka pemecahan masalah yang timbul akan dibuatkan beberapa alternatif, sebab apabila alternatif yang telah dipilih ternyata tidak cocok, maka tinggal menggunakan alternatif yang lainnya. Sehingga dapat segera diambil keputusan dalam proses pemecahan masalah. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving), karena dalam setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang akan dicapai. Pengambilan keputusan sebagai
16
commit to user
Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah mempunyai fungsi antara lain : (1) pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional, (2) sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.17 Pembuat keputusan akan mengidentifikasi masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur-unsur dari pengambilan keputusan, antara lain: 1. Tujuan dari pengambilan keputusan 2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah 3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau diluar jangkauan manusia 4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan18 Dalam pengambilan keputusan dipilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Oleh karena itu memerlukan beberapa langkah dalam mengambil keputusan agar keputusan yang diambil
17
Nugroho J. Setiadi, 2008, Business Economics and Managerial Decision Making, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal.18 18 Nugroho J. Setiadi, Ibid, hal.19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan menurut Nugroho19 adalah sebagai berikut: Tahap 1 : pemahaman dan perumusan masalah melalui identifikasi dan diagnosis masalah. Tahap 2 : pengumpulan dan analisis data yang relevan Tahap 3 : pengembangan alternatif-alternatif. Herbert Simon mengemukakan konsep pemuasan (satisfying), yang berarti bahwa pembuat keputusan memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan yang sempurna atau ideal. Tahap 4 : evaluasi alternatif-alternatif melalui penilaian berbagai alternatif penyelesaian Tahap 5 : pemilihan alternatif terbaik Tahap 6 : implementasi keputusan. Setelah alternatif terbaik terpilih, dibuat rencana-rencana tindakan untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan. Tahap 7 : evaluasi hasil-hasil keputusan Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan tersebut biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan yang sifatnya insidental atau keputusan yang diambil apabila ada masalah yang muncul dan perlu dipecahkan. Masyarakat desa Gawanan yang merupakan masyarakat transisi, keadaan dimana masyarakatnya sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan masyarakat
19
Nugroho J. Setiadi, Ibid, hal. 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
menjadi meningkat dan semakin kompleks. Kini kebutuhan pokok masyarakat tidak hanya seputar sandang, pangan, dan papan. Namun juga kebutuhan akan informasi, transportasi dan komunikasi. Semakin kompleksnya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat desa Gawanan membuat masyarakat harus pandai-pandai memilih serta memutuskan kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Disinilah peran seorang ibu sebagai pengatur rumah tangga dalam mengatur pemasukan untuk lebih selektif dalam memenuhi segala kebutuhan keluarga. Para ibu-ibu rumah tangga setiap saat harus mampu mengambil keputusan dalam berbagai hal baik menyangkut kepentingan keluarga maupun kepentingan diri sendiri.
F. Metodologi Penelitian F.1. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif
yang
mana
mempunyai ciri di antaranya mempunyai latar alamiah, instrumennya adalah manusia (peneliti atau orang lain yang membantu), menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar, deskriptif dan desain bersifat sementara.20 Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak 20
Lexy J. Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 4 -7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif.21 Seperti yang diungkapkan Pawito22 bahwa penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberi penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksiprediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksud untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. F.2. Metode Penelitian Penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan,
menguji
hipotesis,
membuat
prediksi,
maupun
mempelajari
implikasi.23 Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi24. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang. Seperti penelitian sejarah tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang telah
21 22
Azwar Safrudin, MA, 2003, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 5 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
35 23
Pawito, Ibid, hal. 7 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: UNS Press, hal. 35 24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
terjadi, demikian pula penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang sementara terjadi, dan hanya dapat mengukur apa yang ada (exist).25 Bentuk penelitian ini bersifat etnografi, yaitu usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Pada perkembangannya sekarang dalam konteks penelitian komunikasi, etnografi sering kali dipahami serta diaplikasikan secara bervariasi pula, meliputi antara lain: a. Mendeskripsikan pendapat serta perasaan-perasaan khalayak, misalnya mengenai materi siaran televisi dalam variasi gender, kelas ekonomi, golongan sosial. Yang menjadi fokus ini adalah penilaian-penilaian dan persepsi-persepsi khalayak dengan latar belakang sosial atau budaya yang berbeda-beda. b. Mendeskripsikan kecenderungan perilaku audien sebagai subyek (discursive subjects), misalnya bagaimana pola-pola penggunaan media, pola interaksi dan pengaruhnya terhadap fungsi-fungsi media atau fungsi-fungsi pesan. c. Mendokumentasikan pola aktivitas khalayak dalam kerangka konstruksi sosial (social constructed), wilayah budaya (culturally located), dan pengaruh politik (politically potent) dan pola komunikasi.26
25
Sevilla, Consuelo G, 1993, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Indonesia, hal.
71 26
153
Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
etnografi
untuk
mendokumentasikan pola komunikasi masyarakat transisi di Desa Gawanan dengan subyek utama ibu-ibu rumah tangga. Pendekatan etnografis secara umum adalah pengamatan-berperan serta sebagai bagian dari penelitian lapangan27. Syarat utama dalam studi etnografi adalah peneliti itu sendiri harus hidup di antara obyek dan subyek yang ditelitinya untuk waktu yang relatif cukup bagi si peneliti untuk dapat hidup terintegrasi dengan masyarakat yang ditelitinya. Keberadaan peneliti dibutuhkan agar dapat mengembangkan kepekaannya dalam berpikir, merasakan dan mengintepretasikan hasil-hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep-konsep yang ada dalam pemikiran, perasaan-perasaan dan nilai-nilai dari yang diteliti28. Di kutip oleh Pawito29 menurut Maanen istilah etnografi dalam arti metode adalah : Fieldwork (alternatively, participant-observation) conducted by a single investigator who ’lives with and lives like’ those who are studied, usually for a year or more. (Penelitian lapangan, kata lain dari metode observasi-terlibat, yang dilakukan oleh seorang peneliti yang untuk itu ia tinggal bersama dan hidup sebagaimana layaknya orang-orang yang diteliti, untuk waktu satu tahun atau lebih). Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini hanya bersifat etnografi tetapi tidak menggunakannya sebagai suatu metode penelitian. Karena penelitian ini hanya berlangsung beberapa bulan tidak mencapai waktu satu tahun atau lebih sebagaimana mestinya penelitian dengan menggunakan metode
27
Lexy J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 26 28 Lihat Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, hal. 151 29 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal. 150
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
etnografi. Dengan demikian metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bersifat etnografi dengan menggunakan metode pengamatan berperan serta (observasi partisipasi). Diungkapkan oleh Agus Salim kegiatan penelitian dengan menggunakan metode pengamatan terlibat, si peneliti bukan hanya mengamati gejala-gejala yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang ditelitinya tetapi juga melakukan wawancara, mendengarkan, merasakan dan dalam batas-batas tertentu mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang ditelitinya30. Menurut Pawito, dalam praktik penggunaannya, metode observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan tingkat keterlibatan peneliti dalam atau terhadap aktivitas serta proses-proses yang ada pada masyarakat yang diteliti. Metode pengamatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (a) observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunitas yang diteliti (participant observation) dan (b) observasi tidak terlibat (nonparticipant observation). Metode pengamatan ikut terlibat (participant observation) sering dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tingkat keterlibatan (tingkat partisipasi), yakni berpartisipasi secara aktif dan penuh (total participant observation), serta berpartisipasi aktif (active participant observation) 31. Pada jenis
pertama berpartisipasi secara aktif dan penuh (total
participant observation), peneliti melibatkan diri secara total dalam setiap proses dan aktivitas masyarakat yang diteliti dan bukan hanya sekedar tinggal bersama 30
Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, hal. 161 31 Pawito, Op.Cit, hal. 114-115
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dan melakukan pengamatan. Peneliti
pada dasarnya mengambil bagian dan
mengambil peran-peran tertentu dalam aktivitas serta proses-proses yang ada. Penggunaan metode observasi aktif dan penuh ini berlangsung relatif lama. Untuk mengamati gejala yang kompleks dan rumit terkait dengan kebudayaan maka metode demikian pada dasarnya adalah metode etnografi. Jenis yang kedua berpartisipasi aktif (active participant observation), peneliti ikut ambil bagian sampai tingkat tertentu dalam kegiatan atau prosesproses penting di dalam masyarakat yang diteliti, disamping tinggal bersama dan melakukan penelitian. Peneliti dalam hubungan ini tidak menjadi bagian dari masyarakat yang diteliti. Berdasarkan pada pendapat-pendapat tersebut di atas, penelitian ini menggunakan metode active participant, tetapi hanya pada tingkat aktif tidak sampai pada tingkatan total. Pemilihan metode tersebut berdasarkan alasan yaitu karena penelitian ini mengenai pola komunikasi masyarakat transisi, dimana pengumpulan data tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan studi dokumen dan wawancara saja, tapi memerlukan metode observasi active participant untuk mengamati kehidupan sehari-hari mereka. F.3. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya yang bermukim di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu. Lokasi desa Gawanan Kecamatan Colomadu ini merupakan kawasan segitiga yang memiliki letak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
strategis dan berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo dan merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat. F.4. Sumber Data Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti, karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data, observasi maupun lewat data dokumentasi. Data yang dikumpulkan mungkin berupa data primer, data sekunder, atau keduanya. Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang diperoleh langsung dari lapangan, melalui interview (wawancara), arsip lembaga, dokumentasi, observasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan yang akan diperoleh. Sumber utama dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan dan aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Ibu-ibu rumah tangga yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki beberapa kualifikasi, antara lain adalah para ibu rumah tangga yang telah memiliki keturunan. Hal ini kaitannya dengan pertimbangan para informan dalam mengambil keputusan mengenai sekolah yang tepat bagi anak-anak mereka. Selain itu penelitian ini juga memperhatikan kriteria yang menyangkut profesi maupun aktivitas ibu-ibu rumah tangga dalam perkumpulan dan kegiatan yang ada di lingkungan Desa Gawanan, seperti kegiatan arisan PKK, Posyandu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
pengajian, rewangan, besukan, berbelanja, dan sebagainya. Kecenderungan yang ada, di lihat dari tingkat keaktifan yang berbeda-beda bisa saja ditemui, misalnya tingkat keaktifan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah dan ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Di samping itu, tingkat keaktifan ini juga bisa dilihat dari aktivitas ibu-ibu rumah tangga dalam kegiatan di lingkungan desa. Dalam penelitian ini ibu-ibu rumah tangga yang dipilih sebagai informan adalah berasal dari berbagai variasi profesi. Sedangkan dilihat dari tingkat keaktifan dalam kegiatan perkumpulan, informan dalam penelitian ini adalah mereka yang aktif dan ikut dalam kegiatan tersebut serta mereka yang pasif dalam berbagai kegiatan perkumpulan di lingkungan mereka. Hal tersebut penting untuk diketahui, karena berkaitan erat dengan pola komunikasi para ibu rumah tangga yang terjadi di Desa Gawanan. Aktivitas maupun profesi sedikit banyak akan mempengaruhi unsur-unsur dalam pola komunikasi yang terjadi. Misalnya intensitas komunikasi, tema komunikasi, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan. Selain kulifikasi yang telah disebutkan di atas, penelitian ini juga memperhatikan variasi informan yang didasarkan pada asal-usul informan, yakni warga asli Desa Gawanan ataukah warga pendatang. Ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga asli biasanya terkonsentrasi di daerah yang masih bersifat pedesaan, sedangkan ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga pendatang banyak terkonsentrasi di daerah perumahan. Kaitannya dengan pola komunikasi, ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga asli, diasumsikan masih banyak memegang pola-pola yang bersifat tradisional. Di sisi lain, ibu-ibu rumah tangga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
yang merupakan warga pendatang diasumsikan membawa kebudayaan, maupun nilai dan norma yang bersifat modern. Para informan ini diwawancarai secara mendalam selama jangka waktu penelitian, yakni dari bulan Februari - Juni 2009. Dalam penelitian ini terdapat informan kunci yang sarat akan informasi yang dibutuhkan peneliti. Klasifikasi yang dibutuhkan dalam penentuan informan kunci ini antara lain: x
Ibu rumah tangga yang mengetahui seluk beluk Desa Gawanan dan aktivitas para ibu rumah tangga baik yang sifatnya formal maupun non formal
x
Ibu rumah tangga yang dapat memberikan kemudahan dan akses bagi peneliti untuk dapat mengamati berlangsungnya berbagai kegiatan tersebut.
Informan kunci terpilih itu adalah ibu Anik Widartiningsih, seorang perangkat desa yang menjabat sebagai Kaur Keuangan dan mengurusi kegiatan PKK ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan. Ibu Anik adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai perangkat desa dan merupakan pengurus dari berbagai kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan. Ia memiliki banyak informasi mengenai kegiatan-kegiatan para ibu rumah tangga di desa Gawanan, seperti: arisan PKK tingkat RT, RW, maupun Kelurahan, kegiatan posyandu balita dan lansia, kegiatan pengajian, dan sebagainya, serta berbagai informasi yang berhubungan dengan ibu rumah tangga di desa Gawanan. Dari ibu Anik, peneliti mendapatkan informasi dan ijin untuk mengikuti berbagai kegiatan para ibu rumah tangga di desa Gawanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yaitu berupa data tertulis yang biasanya diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa maupun arsip-arsip resmi.
F.5. Teknik Pengumpulan Data Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat dikelmpokkan menjadi tiga jenis: (a) data yang diperoleh dari interview (b) data yang diperoleh dari observasi, dan (c) data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi).32 Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik antara lain observasi partisipant, wawancara mendalam, dan dokumentasi. a. Observasi Partisipant Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung –tanpa mediator- sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut.33 Kegiatan observasi merupakan salah satu kegiatan yang digunakan untuk memahami lingkungan. Pada penelitian kualitatif observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena riset yang mencakup interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi diantara subyek yang diteliti. Metode Observasi Partisipatoris lebih memungkinkan peneliti mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, di mana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis, seperti riset eksperimental, 32
Pawito, Op.Cit, hal. 96 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 106 33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
misalnya.34 Peneliti yang menggunakan metode ini mengumpulkan data dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok atau organisasi yang diteliti. Objek penelitian diamati untuk mengetahui situasi-situasi yang sering muncul serta perilaku yang ada. Dari sana peneliti dapat memahami dan menganalisa pola-pola dan interaksi yang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti yang berdomisili dekat dengan Desa Gawanan ini berada di lokasi dan berbaur dengan masyarakat yang diteliti serta mengikuti beberapa kegiatan yang lakukan ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan seperti arisan PKK, Posyandu dan berbelanja. b. Wawancara Wawancara merupakan sebuah kegiatan komunikasi verbal antara peneliti dengan narasumber yang dinilai kompeten, melalui percakapan dengan tatap muka langsung, guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Wawancara yang dilakukan bukanlah wawancara formal, yang biasanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner, tetapi sebuah wawancara yang terwujud secara dialog yang spontan berkenaan dengan suatu masalah atau topik yang kebetulan sedang dihadapi oleh pelaku. Justru yang spontan inilah yang objektif dan sahih karena tidak direkayasa terlebih dahulu oleh para pelaku.35 Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara atau sering disebut dengan 34
Rachmat Kriyantono, Ibid, hal. 108 Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, hal. 161-162 35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
wawancara mendalam (in-depth interview). Di sebutkan oleh Mulyana bahwa wawancara mendalam ini sama atau serupa dengan wawancara tak terstruktur, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, dan wawancara etnografis.36 Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal, dengan demikian wawancara dilakukan secara longgar dalam suasana yang akrab dengan pertanyaan terbuka. Peneliti hanya membuat kerangka serta garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin diperoleh dari informan, selebihnya berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Penciptaan suasana yang akrab bertujuan memberikan keluasaan pada informasi sehingga informan lebih jujur dan terbuka dalam memberikan informasi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Frey37 berpendapat, teknik wawancara mendalam adakalanya digunakan periset untuk mengganti observasi partisipant, bila metode terakhir ini dianggap terlalu menyita waktu atau tidak mungkin diamati karena terlalu pribadi. Contoh, riset tentang pola kehidupan keluarga. Periset tidak mungkin mengamati pasangan suami istri dengan menghabiskan puluhan tahun. Informan-informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di desa Gawanan.
36
Deddy Mulyana, 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Rosda Karya, hal. 80 37 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
c. Dokumentasi Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasaran dan kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi dimasa lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti.38 Teknik dokumentasi disini adalah peneliti mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang mendukung penelitian seperti arsip, laporan atau literatur lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Mencatat dokumen oleh Yin (1987)39 disebut sebagai content analysis dan yang dimaksud bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Dokumen yang membantu dalam penelitian ini adalah arsip yang di miliki Kelurahan desa Gawanan, seperti monografi desa, laporan, peta desa, serta beberapa literatur yang mendukung. F.6. Teknik Sampling Maksud sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber, dan bukan dimaksudkan untuk mencapai generalisasi. Karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak mengenal konsep sampel acak (random sampling), dalam penelitian komunikasi kualitatif 38
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 69 39 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 69-70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
prinsip keterwakilan dengan mendasarkan diri pada random dan probabilitas tidak dibutuhkan karena dinilai tidak efisien dan justru dapat menimbulkan kesesatan. Berbeda dengan pendekatan kuantitatif, prinsip keterwakilan (representatif) dalam penelitian komunikasi kualitatif adalah representativitas informasi atau data. Lindolf sebagaimana dikutip oleh Pawito40 menyarankan beberapa teknik pengambilan sample penelitian, meliputi: (a) maximum variation sampling, (b) snowball sampling, (c) theoretical construct sampling, (d) typical case sampling, (e) critical case sampling dan (f) convenience sampling. Pada awal penelitian, peneliti menerapkan strategi snowball sampling untuk mendapatkan informasi awal tentang siapa saja personel yang sekiranya kompeten untuk dijadikan informan, sebelum menentukan siapa saja informan yang akan dijadikan sebagai sampel. Sesuai dengan namanya snowball sampling bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya.41 Peneliti berangkat dari seorang informan untuk mengawali pengumpulan data. Kepada informan ini peneliti menanyakan siapa lagi berikutnya (atau siapa saja) orang yang selayaknya diwawancarai, kemudian peneliti beralih menemui informan berikutnya sesuai disarankan oleh informan pertama, dan begini seterusnya hingga peneliti merasa yakin bahwa data yang dibutuhkan sudah didapatkan secara memadai.42 Informan dalam penelitian ini adalah para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dalam
40
Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.90 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 156-157 42 Pawito, Op.Cit, hal. 92 41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
arti mereka adalah orang yang diwawancarai secara mendalam oleh peneliti berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Informan kunci dalam penelitian ini adalah ibu Anik Widartiningsih, hal ini dikarenakan ibu Anik memiliki kualifikasi sebagai informan kunci. Selain mendapatkan informasi mengenai seluk beluk dan berbagai aktivitas para ibu rumah tangga di desa Gawanan baik formal maupun non formal, peneliti juga mendapat kemudahan dan akses untuk mengamati berlangsungnya berbagai kegiatan para ibu rumah tangga tersebut. F.7. Validitas Data Dalam suatu penelitian data yang berhasil dikumpulkan hendaknya bersifat valid dan reliable. Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Kemudian reliabilitas berkenaan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan data. Pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan maka dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi juga diperlukan pada tahap analisis data, terutama ketika peneliti bermaksud hendak mengemukakan konsep (construct) atau proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang mengarah pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
kesimpulan. Dikutip oleh Sutopo43, Patton menyatakan ada empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data
(2) triangulasi peneliti (3) triangulasi
metodologis (4) triangulasi teoritis. Triangulasi didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data (triangulasi sumber) dan triangulasi metodologis. Triangulasi data menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. Hal ini peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber untuk dibandingkan dengan sumber lain. Dari sini peneliti akan sampai pada salah satu kemungkinan data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan.44 Peneliti memperoleh informasi dari informan yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (wawancara). Menurut Patton, triangulasi sumber dapat dicapai dengan jalan : 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
43
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 78 44 Pawito, Op.Cit, hal. 99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.45 Sedangkan
triangulasi
metode
menunjuk
pada
upaya
peneliti
membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu, (misalnya catatan lapangan yang dibuat selama melakukan observasi) dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain (misalnya transkrip dari in-depth interview) mengenai suatu persoalan dan dari sumber yang sama.46 Peneliti sebenarnya berusaha menguji seberapa tingkat validitas dan reliabilitas data dengan menggunakan metode yang berbeda. Proses triangulasi tersebut di atas dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaanperbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan47 F.8. Model Analisis Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulankesimpulan. Menurut Maleong48 mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja 45 Lexy J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 331 46 Pawito, Op. Cit, hal. 99 47 Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 192 48 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 163
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
seperti yang disarankan oleh data. Hal senada diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen49 bahwa analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberi makna (making sense of) terhadap
data,
menafsirkan
(interpreting),
atau
mentransformasikan
(transforming) data kedalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final.50 Teknik analisis data dalam penelitian ini akan berlangsung seperti lingkaran dan bersifat tunggal. Karena, mulai dari pengumpulan data sampai dengan memilah data yang akan digunakan terus berlangsung selama proses penelitian ini. Selama penelitian masih berlangsung dan belum ada hasil jadinya maka kemungkinan-kemungkinan seperti perubahan fokus penelitian bisa saja terjadi. Hal demikian karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memiliki sifat fleksibel.
49
Lexy J. Moleong, 2007, Metdologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 248 50 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal. 101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Miles dan Huberman (1994)51 menawarkan suatu teknik analisis yang lazim disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Punch, 1998: 202-204). Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.52 Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis. Reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga saat menentukan cara pengumpulan data yang digunakan. Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceriterakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.53 Dalam penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasi data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar
51
Pawito, Ibid, hal. 104 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 92 53 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 92 52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis.54 Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Penarikan simpulan dan verifikasi, pada proses ini peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.55 Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya. Tahapan proses analisis data di atas merupakan model interaksi. Tiga tahapan proses analisis ini merupakan proses siklus dan interaktif yang tidak berhenti di satu titik selama penelitian berlangsung, tetapi terus berputar sebagaimana yang dapat digambarkan dalam skema tahapan analisis data menurut Miles dan Huberman berikut ini:
54
Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
106 55
Pawito, Ibid, hal. 106
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi
Gambar 1.4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman56
Tiga tahapan analisis tersebut aktivitasnya dilakukan dengan cara berinteraksi, baik antarkomponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya.57
56
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 96 57 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 95
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Dari skema tahapan analisis data menurut Miles dan Huberman di atas dapat dilihat bahwa terjadi perputaran yang tidak mengarah pada satu titik. Misalnya dari pengumpulan data dapat melalui reduksi data terlebih dahulu sebelum disajikan, atau langsung disajikan begitu saja, kemudian langsung ditarik kesimpulan, dan dapat dilanjutkan dengan pengumpulan data lain ataupun data yang serupa. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam proses analisis data berdasarkan model tersebut. Karena model ini adalah model interaktif, maka di dalam siklus terdapat panah-panah yang saling berhubungan (timbal balik). F.9. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa Gawanan Colomadu. Oleh karenanya diperlukan kerangka pikir yang akan memberikan suatu gambaran pola komunikasi yang terbentuk serta akan membawa pada simpulan. Berikut ini adalah skema dari kerangka pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Simbol-simbol/ lambang
Latar Belakang Budaya Masyarakat
Norma dan Nilai
Pranata-pranata/ Lembaga sosial
Terekspresikan dalam Komunikasi Antarpribadi
Pola Komunikasi
Komunikasi Kelompok (Primer dan Sekunder)
Gambar 1.5. Skema Kerangka Pikir Pola Komunikasi Masyarakat Transisi
a) Latar Belakang Budaya Masyarakat Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.58 Budaya juga dapat didefinisikan sebagai gaya hidup unik suatu kelompok masyarakat tertentu.59 Terbentuk dari banyak unsur rumit seperti sistem agama, politik, adat istiadat, dan lain-lain, budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat. Misalnya saja, bahasa yang digunakan, cara berpakaian, ritual perkawinan, dan sebagainya. Adapun dalam bertindak, masyarakat memiliki seperangkat aturan yang dipakai sebagai pegangan untuk mengintepretasikan gejala yang ada di dalam
58
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, 2001, Human Communicatin Konteks-Konteks Komunikasi, terjemahan: Dedy Mulyana, Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan ke-2, hal. 237 59 Haris & Moran, dalam Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat, 1990, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
lingkungannya.60 Ciri-ciri dari aturan tersebut menurut L. Dyson (1989) antara lain: 1. Instruksi-instruksi untuk bertingkah laku atau berkelakuan tertentu, merupakan pegangan bagi pelakunya untuk berkelakuan tertentu pada situasi tertentu. 2. Karena berpusat di pemikiran sebagai elemen pengetahuan manusia, maka letak aturan ini pada individu yang selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Dipelajari melalui komunikasi simbolik dengan menyimpulkan dari tindakan. 4. Dipelajari dari tingkat-tingkat yang berbeda, yang menentukan pengaruh-pengaruh atau akibat-akibat yang berbeda pada kelakuan. Misalnya tingkat yang berbeda pada tataran etos atau pandangan hidup, falsafah, dan aturan yang berada pada tataran pragmatis. 5. Disimpulkan dari tindakan seorang pelaku oleh seorang pengamat tidak bebas atau berdiri sendiri terlepas dari yang disimpulkan oleh pelaku, yaitu yang berupa interpretasi yang sifatnya independen. 6. Merupakan instruksi-instruksi untuk mengkonstruksikan, mengombinasikan, menginterpretasikan berbagai hal yang berkaitan dengan simbol-simbol. 7. Dipakai oleh individu yang hanya berfungsi dalam kaitannya dengan gejala-gejala yang ada. 8. Mempunyai sifat yang menyebabkan individu dapat mengerti atau menginterpretasikan kegiatan maupun tindakan kebudayaan yang tidak terbatas dan mewujudkan tindakan yang tidak terbatas pula.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan jika aturan-aturan atau norma yang muncul dalam masyarakat desa Gawanan sangat penting artinya terhadap bentuk pola komunikasi mereka yang diwujudkan lewat sikap dan pandangan hidup orang banyak, maupun cara-cara yang digunakan dalam berinteraksi.
60
L. Dyson, ”Kebudayaan dalam Kajian Tingkah Laku”, dalam Masyarakat dan Kebudayaan Politik, 1986, Surabaya: Laboratorium Antropologi FISIP Universitas Airlangga, Nomor 4/Tahun III/Semester Genap, hal. 71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Menurut C. Kluckhohn dalam karangannya yang berjudul Universal Categories of Culture (1953), merumuskan sebanyak 7 unsur kebudayaan yang universal61, yakni: 1. Sistem teknologi 2. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi 3. Sistem kemasyarakatan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan 7. Sistem kepercayaan / religi
Ketujuh unsur tersebut bersama-sama menyusun suatu pola interaksi sosial dalam masyarakat. Dimana dalam masyarakat transisi unsur-unsur kebudayaan tersebut telah banyak mengalami perubahan menuju ke arah yang lebih modern. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa masyarakat Gawanan termasuk masyarakat Transisi, yaitu masyarakat yang mengalami perubahan dari tradisional menuju modern. Seperti yang diungkapkan oleh J. Useem dan R.H Useem62 bahwa masyarakat transisi adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru atau halhal baru.
61
Burhan Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan ke-3, hal. 53 62 Sarwono, Sarlito, 1989, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Sebagai masyarakat transisi desa Gawanan telah banyak mengalami perubahan dari segala aspek kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi masyarakatnya yang semakin meningkat dengan ditandai pergeseran sistem mata pencaharian dari bidang pertanian ke industri. Sedangkan dari aspek sosial, kini peralatan hidup dan alat transportasi yang dimiliki oleh masyarakat di desa Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil, truk, dan kendaraan bermotor. Dari segi perubahan orientasi pendidikan yang semakin meningkat, kini telah membuka kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi serta kehidupan yang lebih baik. b) Norma dan Nilai Menurut W.J.S. Poerwadarminta63 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa nilai diartikan sebagai: 1.
Harga (dalam arti taksiran harga)
2.
Harga sesuatu (uang misalnya), jika diukur atau ditukarkan dengan yang lain
3.
Angka kepandaian; ponten
4.
Kadar; mutu; banyak sedikitnya isi
5.
Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Seseorang dalam melakukan sesuatu terlebih dahulu mempertimbangkan nilai. Dengan kata lain, mempertimbangakan untuk melakukan penilaian tentang nilai baik dan buruk adalah suatu keharusan. Tolak ukur nilai sosial ditentukan dari kemanfaatan nilai itu bagi masyarakat. Bila masyarakat masih menganggap nilai itu baik, maka nilai itu akan tetap dipertahankan. Sebagai contoh saat ini
63
commit to user
Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
perempuan di desa Gawanan yang bekerja diluar rumah kini sudah semakin banyak, hal ini dinilai sudah tidak diaggap sebagai sesuatu yang jelek dan menyalahi kodrat. Salah satu alasannya karena desakan ekonomi keluarga, sehingga banyak perempuan bekerja di luar rumah. Menurut Huky64, ada beberapa fungsi umum dari nilai-nilai sosial, yaitu sebagai berikut: 1. Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk menetapkan harga sosial dari pribadi dan grup. Nilai-nilai memungkinkan sistem stratifikasi secara menyeluruh yang ada pada setiap masyarakat. Mereka membantu orang perorang untuk mengetahui di mana ia berdiri di depan sesamanya dalam lingkup tertentu. 2. Cara berpikir dan bertingkah laku secara ideal dalam sejumlah masyarakat diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai. Hal ini terjadi karena anggota masyarakat selalu dapat melihat cara bertindak dan bertingkah laku yang terbaik, dan ini sangat mempengaruhi dirinya sendiri. 3. Nilai-nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosialnya. Mereka menciptakan minat dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan apa yang diminta dan diharapkan oleh peranan-peranannya menuju tercapainya sasaran-sasaran masyarakat. 4. Nilai-nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu. Mereka mendorong, menuntun dan kadang-kadang menekan manusia untuk berbuat yang baik. Nilainilai menimbulkan perasaan bersalah yang cukup menyiksa bagi orang-orang yang melanggarnya, yang dipandang baik dan berguna oleh masyarakat. 5. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok dan masyarakat.
Nilai-nilai
seseorang
atau
kelompok
secara
langsung
dapat
mempengaruhi segala aktivitasnya, terutama dalam rangka menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat sekelilingnya. Nilai dan norma
64
Basrowi, ibid, hal 83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
tidak dapat dipisahkan, karena nilai dan norma saling berkaitan satu sama lainnya. Secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial65, yaitu: a.
Cara berbuat (usage) Norma yang disebut ‘cara’ hanya dapat mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah dibanding norma yang lainnya. Jika terjadi pelanggaran terhadapnya (norma) seseorang hanya mendapat sanksisanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu lain yang dihubunginya. Seperti misalnya makan berdecak, makan sambil berdiri, merupakan perbuatan yang melanggar norma dan dianggap tidak sopan.
b.
Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (folkways) Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara. Kebiasaan merupakan indikator. Kalau orang-orang lain setuju atau menyukai perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang, maka bisa menjadi ukuran, misalnya bertutur sapa lembut (sopan santun) terhadap orang yang lebih tua, mengucapkan salam tiap bertemu dengan orang lain, dan sebagainya.
c.
Tata kelakukan (mores) Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku.Tata kelakuan mempunyai kekuatan pemaksa untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu; jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi,
65
Basrowi, ibid, hal 89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diridengan tata kelakuan umum sebagaimana yang telah ada. Bentuk hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan. d.
Adat istiadat (costum) Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat saksi hukum, baik formal maupun informal.
Didalam masyarakat , norma sosial tidak tertulis dan hanya di ingat serta diresapi dengan ikut serta dalam interksi yang terjadi antara anggota kelompok masyarakat itu sendiri. Sebagai peraturan sosial yang berfungsi untuk mengarahkan perilaku anggota masyarakat , norma sosial dibuat dan disepakati bersama oleh seluruh warga masyarakat. Seperti misalnya kebiasaan sejak kecil kita diajarkan untuk berpamitan pada kedua orang tua kita akan pergi keluar rumah , hal ini merupakan salah satu kebiasaan , kebiasaan berpamitan ini mencerminkan rasa hormat kita pada orang tua. c) Simbol-simbol Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan Susanne K. Langer66, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Pengertian dari lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama,
66
Dikutip oleh Deddy Mulyana, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.83.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan terhadap negara. Lambang komunikasi kita artikan sebagai kode atau simbol, atau tanda yang digunakan komunikator untuk mengubah pesan yang absatrak menjadi kongkrit. Salah satu lambang komuniksai : mimik, gerak-gerik, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Makna pesan muncul ketika sebuah lambang komuniksi yang mengacu sebuah obyek dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Saat itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam akal budi para pemakainya. Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang komuniaksi (simbol), akal budi manusia penggunanya (pikiran pemakainya), dan apa yang dilambangkan (obyek). Seperti misalnya gambaran umum desa Gawanan yang kini telah banyak dipadati oleh alat transportasi modern seperti mobil, sepeda motor, truk, dan sebagainya memberikan makna bahwa peralatan hidup dan alat transportasi yang digunakan di desa Gawanan kini mulai beranjak modern, kepemilikan kendaraan merupakan representasi kelas sosial dan mobilitas hidup, dan juga perubahan pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri. Dari segi arsitektur rumah juga mulai berubah, kini telah banyak rumah-rumah di desa Gawanan yang memiliki konsep dalam pembangunan rumahnya, ini menyimbolkan bahwa masyarakat kini telah terbuka dan menjadikan rumah sesuai dengan fungsinya, karena rumah-rumah tradisional yang masih dapat juga dijumpai di desa Gawanan ini memiliki ciri bangunan rumah dan kandang hewan masih dalam satu atap,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
selain itu juga halaman rumah dijadikan sebagai media untuk bekerja, seperti menjemur batu bata, menjemur gabah, dan sebagainya. d) Pranata-pranata / lembaga sosial Menurut Koentjaraningrat67, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata Sosial adalah wadah yang memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi menurut pola perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku. Horton dan Hunt68 mengartikan pranata sosial sebagai suatu hubungan sosial yang terorganisir yang memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur yang sama dan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu dalam masyarakat. Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhankebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu69: 1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhankebutuhan. 2. Menjaga keutuhan masyarakat 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. 67
Dikutip oleh Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal. 197 68 http://massofa.wordpress.com/2007/12/14/pert-9/. Diunduh tanggal 14 Juli 2009 jam 20.16 WIB 69 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 199
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Keberadaan lembaga sosial selalu melekat pada setiap masyarakat. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan maka akan terbentuk menjadi lembaga sosial. e) Komunikasi Antarpribadi Komunikasi
anatarpribadi
(interpersonal
communication)
adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal70. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Seperti komunikasi yang terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan dalam mengumpulkan berbagai informasi, akan terasa lebih akrab apabila dilakukan dengan komunikasi antarpribadi. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dalam pelaksanaannya kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan. Keefektifan dari komunikasi antarpribadi terjadi apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku komunikan dapat tercapai. Dalam komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh dan mempengaruhi antara kedua belah pihak. Situasi komunikasi antarpribadi bagi komunikator sangatlah penting,
70
Deddy Mulyana, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.73.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
karena komunikator dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, dan sebagainya. Sebagai
komuniksi
yang
paling
lengkap
dan
paling
sempurna,komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi dengan model tata muka ini membuat manusia terasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi melalui media massa seperti surat kabar dan televisi yang penyampaian pesannya dilakukan melalui media terlebih dahulu, dan feedback yang terjadi tidak secara langsung. f ) Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut71. Komunikasi kelompok telah digunakan masyarakat desa Gawanan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku serta meningkatkan kesadaran para pelakunya. Komunikasi kelompok yang berlangsung dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk kelompok yang terdapat pada masyarakat desa Gawanan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
71
Deddy Mulyana, ibid, hal. 74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Menurut Charles Horton Cooley (1930)72, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri, kenal-mengenal antara anggotaanggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Karakteristik dari komunikasi kelompok primer dapat terlihat dari : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian yang paling tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage (perilaku yang hanya ditampakkan pada suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam kelompok primer, yang penting adalah siapa dia, bukan apakah dia. Hubungan dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan tidak daapt dipindahkan (nontransferable). 3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, demi memelihara hubungan baik. 4. Pesan yang disampaikan bersifat ekspresif dan informal. 73 72
Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 52 Dikutip dari tulisan Charles Horton Cooley dalam bukunya yang klasik Social Organization, yang dicuplik oleh Djalaludin Rakhmat (2001) pada buku Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal 142. Charles Cooley membagi kelompok komunikasi menjadi dua, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok komunikasi yang berlangsung secara intim, seperti komunikasi keluarga (orangtua-anak), komunikasi dengan tetangga dekat, atau komunikasi dengan teman dekat. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok komunikasi yang sifatnya dangkal, tidak ada keterkaitan hubungan yang intim, seperti komunikasi yang terjadi pada kumpulan ibu-ibu arisan PKK, pengajian, atau posyandu. 73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Salah satu sifat utama hubungan-hubungan primer adalah kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung didalamnya. Hubungan itu bukan merupakan alat untuk mencapai tujuan, tetapi bahkan merupakan salah satu tujuan utama. Hal ini berarti bahwa hubungan tersebut terlepas dari unsur-unsur kontrak, ekonomi, politik maupun hubungan kerja. Hubungan tersebut bersifat pribadi, spontan, sentimental dan inklusif. Kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok primer yaitu lebih bersifat formal, regular, dan terencana. Hubungan yang terjalin pada kelompok sekunder tidak begitu akrab, tidak personal, dan tidak terikat secara emosional. Komunikasi kelompok sekunder dapat diamati dalam perkumpulanperkumpulan dalam masyarakat seperti arisan, Karang Taruna, Pengajian, dan Posyandu. g) Pola Komunikasi Berdasarkan pengamatan para pakar komunikasi, Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa ”manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berprilaku seperti yang kita inginkan.”74 Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland,75 komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk 74
Thomas M.Scheidel. 1976, Speech Communication and Human Interaction. Edisi ke 2. Glenville, III: Scott, Foresman & Co, hal. 27 75 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, hal. 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
mengubah perilaku orang lain (komunikan). Jika antara komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap, dan bahasa, komunikasi antara mereka akan lebih efektif. Kesamaan antara komunikator dan komunikan itu menimbulkan kemungkinan bagi mereka untuk berkomunikasi. Lebih sering berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi secara efektif. Pengertian pola adalah model, sistem, cara kerja. Bila dikaitkan dengan komunikasi maka pengertiannya merupakan penyampaian informasi yang dilakukan oleh seseorang dengan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang bewujud pembicaraan, gerak badaniyah atau sikap), perasaan-perasaan tentang apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Pola komunikasi yang terjadi pada ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa Gawanan ini dapat diartikan sebagai cara-cara berkomunikasi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok ibu-ibu rumah tangga. Cara-cara tersebut meliputi bagaimana masyarakat berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pola komunikasi yang terbangun dalam satu komunitas masyarakat tertentu. Masyarakat desa Gawanan disebut sebagai masyarakat transisi karena latar belakang budaya mereka yang berawal dari sistem tradisional menuju pada arah yang lebih maju dan modern. Selain itu juga terdapat simbol-simbol yang didalamnya dapat dimaknai dalam bentuk-bentuk bahasa verbal maupun nonverbal yang ditandai dengan adanya komunikasi antarpribadi yang terekspresikan dalam bahasa maupun gerak tubuh dalam berkomunikasi oleh para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
ibu rumah tangga masyarakat transisi yang memiliki karakter komunikasi bersifat personal dan terbuka terhadap berbagai informasi. Selain itu, nilai dan norma yang mereka anut melahirkan pranata-pranata sosial yang mengatur kehidupan mereka dalam bermasyarakat yang tercermin dalam komunikasi kelompok yang terjadi dalam masyarakat. Komunikasi kelompok baik primer maupun sekunder yang terjadi pada masyarakat desa Gawanan memberikan pengaruh terhadap pola perilaku maupun pola pengambilan keputusan yang ada dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Gawanan Secara administratif desa Gawanan merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Desa Gawanan memiliki struktur pemerintahan desa seperti desadesa lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala desa dan dipilih melalui mekanisme pemilihan kepala desa secara langsung. Pada umumnya dari tahun ke tahun keadaan desa Gawanan terus mengalami perkembangan yang cukup pesat, maka apabila ditinjau dari beberapa aspek kehidupan masyarakatnya, hingga kini desa Gawanan telah banyak mengalami perubahan. Misalnya perubahan dalam masalah pekerjaan, masyarakat yang dulunya masih bersifat homogen (petani dan pedagang) kini mengalami pluralitas, mereka banyak yang berpindah dari sektor pertanian ke pola pekerjaan yang berada diluar pertanian, misalnya dengan menjadi pegawai, buruh, guru maupun pekerjaan-pekerjaan lain yang masih terkait dengan sektor jasa. Fenomena tersebut juga didukung letak desa yang strategis untuk pengembangan lahan-lahan perumahan, sarana transportasi serta pembangunan lahan untuk usaha industri. Dengan letak yang berada di pusat perhubungan antar kota dan kabupaten di sekitarnya sehingga menjadikan desa Gawanan sebagai salah satu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi yang diakibatkan karena jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
peningkatan yaitu sekitar 0,5%-1% tiap tahunnya, ditambah lagi Kecamatan Colomadu yang letaknya berada di kawasan segitiga, yaitu berbatasan dengan Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang terus meningkat mau tidak mau Desa Gawanan harus menyediakan lahan pemukiman yang cukup luas, diantaranya dengan cara mengalih fungsikan lahan-lahan pertanian (lahan kritis76) menjadi lokasi pemukiman. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat desa Gawanan masih memiliki pegangan yang cukup kuat terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, seperti misalnya kehadiran para pendatang yang menetap di desa Gawanan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka (pendatang) hanya membawa budayabudaya lokal atau pendatang tersebut hanya datang dari daerah di sekitar desa Gawanan dengan keadaan budaya yang tidak jauh berbeda dari budaya yang ada pada masyarakat desa Gawanan. Pada akhirnya dengan perkembanganperkembangan yang ada pada desa Gawanan menjadikan terjadinya beberapa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat seperti, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, sarana transportasi, kesenian, sistem religi, hingga organisasi sosial masyarakat.
76
Lahan Kritis merupakan lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Demikian halnya lahan-lahan pertanian di desa Gawanan yang sudah tidak produktif untuk ditanami kemudian dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
B. Kondisi Fisik dan Geografis B.1. Letak Wilayah Desa
Gawanan
terletak
di
Kecamatan
Colomadu,
Kabupaten
Karanganyar, dan Propinsi Jawa Tengah. Wilayah desa Gawanan seluas 131, 3330 Ha. Dilewati oleh jalan utama Adi Sumarmo yang menghubungkan antara Kabupaten Boyolali dan Kotamadya Surakarta, sehingga membagi desa menjadi dua wilayah yaitu sebelah selatan jalan Adi Sumarmo dan sebelah barat jalan Adi Sumarmo. Jalan Adi Sumarmo merupakan jalur alternatif yang dilewati truk-truk pengangkut barang yang kerap kali melintas di malam hari. Wilayah desa Gawanan di sebelah utara jalan Adi Sumarmo masih memiliki banyak lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian dan tegalan. Tanah di bagian utara ini rata-rata lebih subur dan lebih cocok untuk pengairan karena dilewati Kali Pepe yang melintasi desa Gawanan dari timur ke barat dan merupakan batas antara desa Gawanan dengan Kabupaten Boyolali. Wilayah di sebelah selatan jalan Adi Sumarmo merupakan daerah pemukiman baru berupa komplek perumahan. Tanah persawahan maupun tegalan di wilayah desa Gawanan selatan kini sudah mulai jarang ditemui karena sebagian besar lahan persawahan dan tegalan telah berubah menjadi komplek pemukiman warga pendatang berupa bangunan model perumahan yang teratur dan tertata rapi. Telah banyak komplek perumahan yang dibangun sejak tahun 1990 hingga sekarang, seperti misalnya Perumahan Madu Asri, Perumahan Gawanan Indah, Perumahan Puri Angkasa (1, 2, dan 3), Perumahan Harapan Indah, Habitat estate, dan beberapa perumahan yang masih dalam tahap pembangunan. Tiap tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
selalu ada pembebasan lahan pertanian dan beralih fungsi menjadi komplek perumahan, hal ini dikarenakan lokasi desa Gawanan yang terletak di Kecamatan Colomadu yang merupakan kawasan segitiga ini memiliki letak strategis dan berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo dan merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat. Selain itu keunggulan wilayah desa Gawanan dalam pembangunan komplek perumahan sebagai tempat untuk bermukim adalah Desa Gawanan letaknya di pinggir kota, sehingga memiliki suasana yang tenang, tidak bising, karena jauh dari pusat industri dan pabrik-pabrik sehingga bebas dari polusi dan limbah pabrik, serta memiliki kualitas air bersih yang baik, air bersih yang berasal dari sumber mata air Cakratulung yang terletak di Kabupaten Boyolali. Adanya lokasi yang strategis dan jalur transportasi yang baik membuat kawasan ini digemari para investor untuk membangun kawasan pemukiman seperti perumahan. Desa Gawanan yang di lintasi jalan Adi Sumarmo, menghubungkan transportasi dari arah Barat ke Timur dan Selatan, ataupun sebaliknya dari arah Timur ke Barat dan Utara. Desa Gawanan di lewati oleh aliran Kali Pepe dengan ketinggian tanah di Desa Gawanan yaitu 144 meter dari permukaan laut, dan tipe topografinya berupa dataran rendah. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah sebesar
24º- 32ºC. Karena berfungsi sebagai jalur transportasi, desa Gawanan juga sebagai
daerah transit bagi masyarakat yang mau berpergian ke arah Selatan (Kartasura, Klaten, Yogyakarta), arah Barat (Bandara Adi Sumarmo, Boyolali, Semarang), arah Timur (Solo, Karanganyar, Tawangmangu). Sementara Solo dan Boyolali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
merupakan lokasi yang paling dekat dengan desa Gawanan dibandingkan dengan Karanganyar yang dalam hal ini merupakan pusat pemerintahan desa Gawanan. Keadaan di sekitar Kecamatan Colomadu cukup ramai dan padat karena berada di kawasan segitiga, yaitu dekat dengan pusat pemerintahan kota Solo, dekat dengan Bandara Adi Sumarmo yang letaknya di Kabupaten Boyolali serta dekat dengan terminal Gunung Pare yang berada di Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila transportasi merupakan salah satu bagian yang tidak terlepaskan dari desa Gawanan. Dengan tersedianya transportasi yang memadai maka akses untuk mobilitas masyarakat Gawanan ke luar desa akan lebih lancar. Dengan adanya transportasi yang lancar maka jarak antara desa Gawanan dengan daerah lainnya lebih mudah ditempuh seperti misalnya : 1. Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu 1 kilometer ke arah Barat. 2. Jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar 25 kilometer ke arah Timur. 3. Jarak dengan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Tengah 95 kilometer ke arah Barat Daya. Desa Gawanan dapat ditempuh dengan melalui dua jalur, yaitu melalui jalan Adi Sumarmo dan jalan raya Adi Sucipto. Transportasi umum yang bisa dipergunakan adalah bis kota dan angkuta berwarna kuning jalur I. Transportasi umum yang menuju ke arah timur yaitu ke Kotamadya Surakarta dan Kabupaten Karanganyar terdapat bis kota, seperti Surya Kencana jalur B, Nusa jalur B dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Karunia Mulya. Sedangkan bila hendak menuju arah Kabupaten Sukoharjo terdapat bis kota Budhi Utomo. Secara administratif
batas wilayah Kalurahan Gawanan adalah di
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali yang dipisahkan dengan aliran Kali Pepe, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tohudan Kecamatan Colomadu, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Paulan Kecamatan Colomadu, dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Malangjiwan Kecamatan Colomadu.
Gambar 2.1. Peta Desa Gawanan (Lihat Lampiran)
Pola perkampungan Desa Gawanan terdiri atas 4 dusun yang letaknya saling berdekatan, yaitu 1. Dusun Gawanan Barat Terdiri dari 3 RW yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
x
RW I, terdapat 5 RT
x
RW II, terdapat 5 RT
x
RW IX, terdapat 4 RT
2. Dusun Ngerangan Terdiri dari 3 RW yaitu: x
RW III, terdapat 4 RT
x
RW IV, terdapat 3 RT
x
RW IX, terdapat 5 RT
3. Dusun Dalatan Terdiri dari 1 RW yaitu: x
RW X, terdapat 5 RT
4. Dusun Gawanan Timur Terdiri dari 3 RW yaitu: x
RW VI, terdapat 2 RT
x
RW VII, terdapat 4 RT
x
RW VIII, terdapat 3 RT
B.2. Luas Wilayah Bila melihat dari luas keseluruhan Desa Gawanan adalah 135.9683 ha, sebagian dari luas lahan pertanian telah dipakai untuk pembangunan fisik (gedung sekolah, perkantoran, perumahan) dengan menghabiskan lahan sekitar 56.6895 ha. Diantaranya lahan tersebut dipergunakan juga untuk pembangunan sarana perdagangan, perumahan, serta pembangunan keperluan fasilitas umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Tabel 2.1. Penggunaan Lahan di Desa Gawanan Tahun 2008 (ha) Jenis Tanah
Luas Tanah (ha)
Tanah Sawah
38.0260
Tanah Kering (bangunan)
56.6895
Tegalan
35.7205
Sungai, jalan, kuburan
3.3973
Fasilitas Umum
2135
Jumlah
135.9683
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per Desember Tahun 2008
Dilihat dari tabel penggunaan lahan di desa Gawanan, yang paling luas adalah untuk tanah kering (bangunan) yang berupa areal pemukiman warga asli dan pendatang yang berupa perumahan yaitu sekitar 40% dari jumlah keseluruhan lahan di desa Gawanan. Sedangkan untuk lahan pertanian kini hanya tinggal 38.0260 Ha atau sekitar 28% dan sekitar 35.7205 Ha atau 26% berupa tegalan dan sisanya merupakan jalan, sungai, kuburan dan fasilitas umum sarana dan prasarana penunjang kebutuhan masyarakat.
C. Keadaan Penduduk C.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dengan kondisi lingkungan yang tenang dan tidak bising karena letaknya jauh dari pusat industri dan pabrik-pabrik sehingga bebas dari polusi dan limbah pabrik membuat keberadaan desa Gawanan menjadi salah satu lokasi yang dipilih oleh masyarakat untuk dijadikan tempat berdomisili. Banyak alasan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
dapat dikemukakan untuk memilih desa Gawanan sebagai tempat tinggal, seperti misalnya : letak yang strategis, kualitas air bersih yang baik, pembangunan komplek perumahan yang semakin banyak sehingga memungkinkan semakin banyak rumah yang siap untuk ditempati. Hal tersebut menyebabkan pertambahan penduduk serta kepadatan tidak dapat dihindari. Perkembangan yang terus-menerus terjadi di Desa Gawanan menjadikan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun juga terus meningkat, terlihat dari jumlah penduduk pada tahun 2008 sekitar 4.911 jiwa. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya jumlah penduduk masih berkisar 4.097 jiwa, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(%)
(jiwa)
(%)
(jiwa)
(%)
2004
2055
50,16
2042
49,84
4097
100
2005
2116
50,04
2113
49,96
4229
100
2006
2157
50,07
2151
49,93
4308
100
2007
2181
50,04
2177
49,96
4358
100
2008
2463
50,16
2448
49,84
4911
100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 - 2008 Dari tabel di atas terlihat persentase jumlah penduduk yang selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2007 hingga tahun 2008 terlihat peningkatan jumlah penduduk yang cukup drastis sekitar 12,6% dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
jumlah penduduk desa Gawanan secara keseluruhan. Pada tahun tersebut merupakan tahun dimana beberapa komplek perumahan baru yang telah dibangun mulai dipasarkan, seperti : Habitat estate, Puri Angkasa (2 dan 3) dan perumahan Harapan Indah. Jadi naiknya jumlah penduduk lebih disebabkan oleh datangnya para penduduk dari luar desa Gawanan yang berdiam dan berdomisili di desa tersebut. Makin pesatnya pertumbuhan penduduk desa Gawanan selain karena letaknya yang strategis juga disebabkan karena beralih fungsinya lahan-lahan pertanian menjadi perumahan. Dengan tersedianya sarana transportasi yang memadai serta lahan pemukiman seperti komplek perumahan, maka dengan sendirinya dapat menarik penduduk di luar desa untuk tinggal dan menetap di desa Gawanan. Pada saat itu penduduk asli desa Gawanan mulai berkurang dimana jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pendatang. Komposisi penduduk menurut umur dan dan jenis kelamin di desa Gawanan pada tahun 2008. Pada tahun ini terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi, komposisinya dapat dilihat dari tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Tabel 2.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 No.
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Prosentase
(th)
(jiwa)
(jiwa)
(jiwa)
(%)
1.
00 – 04
480
448
928
18,9
2.
05 – 09
314
311
625
12,7
3.
10 – 14
228
217
445
9,1
4.
15 – 19
267
268
535
10,9
5.
20 – 24
203
198
401
8,2
6.
25 – 29
224
198
422
8,6
7.
30 – 34
186
180
366
7,4
8.
35 – 39
150
219
369
7,5
9.
40 – 44
134
127
261
5,3
10.
45 – 49
86
91
177
3,6
11.
50 – 54
62
68
130
2,6
12.
55 – 59
72
68
140
2,9
13.
60 – 64
47
36
83
1,7
14.
65 keatas
10
19
29
0,6
Jumlah
2463
2448
4911
100,0
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 – 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Dari tabel diatas, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu : 1. Usia belum produktif yaitu usia 0 – 14 tahun 2. Usia kerja produktif yaitu usia 15 – 59 tahun 3. Usia tidak produktif yaitu usia 60 tahun – keatas Untuk usia belum produktif yaitu usia 0 – 14 tahun sebesar 1.998 jiwa atau 40,7%. Untuk usia kerja produktif yaitu usia 15 – 59 tahun sebesar 2.801 jiwa atau 57%. Dan untuk usia produktif yaitu usia 60 tahun keatas sebesar 112 jiwa atau 2,3%. Apabila rentang usia 15 – 59 tahun disebut usia produktif, jumlah penduduk produktif di Desa Gawanan adalah 2.801 jiwa, atau sekitar 57%. Sementara itu penduduk tidak produktif (usia 0- 14 tahun dan 57 tahun ke atas) adalah sebanyak 2.110 jiwa atau 43%. Berdasarkan data tersebut, maka angka ketergantungan hidup antara usia produktif dan usia tidak produktif adalah sekitar 1 : 1, artinya seorang penduduk berusia produktif menanggung seorang penduduk yang tidak produktif. Informasi yang bersifat perbandingan usia kerja adalah bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Desa Gawanan cukup baik, karena jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding yang tidak produktif. C.2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Dari jumlah penduduk yang semakin meningkat dan padat tersebut, desa Gawanan juga harus di dukung dengan sumber daya manusianya yang berkualitas. Ini terlihat dengan jumlah lulusan sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
hingga menengah umun dan perguruan tinggi dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
SD
SLTP
SLTA
Akademi
PT
(D1–D3)
(S1-S2)
Jumlah
Jumlah Penduduk
2004
616
671
1313
132
257
2989
4097
2005
628
682
1333
139
369
3151
4229
2006
631
690
1327
151
382
3181
4308
2007
604
681
1326
153
387
3151
4358
2008
601
694
1404
186
439
3324
4911
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 – 2008 Selain pendidikan formal, beberapa penduduk telah menamatkan pendidikan khusus. Diantaranya adalah lulusan Pondok Pesantren sebanyak 2 orang, lulusan Pendidikan Keagamaan sebanyak 4 orang, tamatan Sekolah Dasar Luar
Biasa
sebanyak
2
orang,
dan
masyarakat
yang
mengambil
Kursus/keterampilan sebanyak 12 orang. Tingkat pendidikan terbagi dalam tiga kategori, yaitu : 1. Tingkat pendidikan rendah yaitu tidak sekolah sampai tamat SLTP 2. Tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SLTA 3. Tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat Akademik atau Perguruan Tinggi. Dari data yang ditunjukkan diatas tampak jelas persentase penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik yaitu sekitar 72% dari keseluruhan penduduk telah memiliki pendidikan. Tampak bahwa masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
desa Gawanan memiliki kesadaran yang cukup akan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk sangat memenuhi standar pendidikan yang dicanangkan pemerintah yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Dari tahun ke tahun perkembangan tingkat pendidikan masyarakat desa Gawanan menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, dimana dengan jumlah penduduk sekitar 4.911 orang, 3.324 diantaranya telah mengenyam pendidikan maka bila diamati kembali telah terjadi peningkatan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Semua ini tidaklah lepas dari pengembanganpengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di desa Gawanan yaitu dengan didirikannya gedung-gedung sekolahan. Desa Gawanan telah memiliki sarana dan prasarana penunjang pendidikan yaitu: x
2 buah Taman Kanak-kanak berstatus swasta (TK Darma Wanita dan TK Bakti)
x
2 buah Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri Gawanan 01 dan SD Negeri Gawanan 02)
x
Sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP Negeri 1 Colomadu)
x
2 buah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Adi Sumarmo dan SMK Penerbangan)
Sebagian dari masyarakat desa Gawanan menyekolahkan anak-anak mereka di sekolahan yang terdapat di daerah mereka, karena jarak yang cukup dekat dengan rumah mereka. Selain itu juga kualitas pendidikan sekolahan di desa Gawanan tidak kalah jika dibandingkan dengan sekolahan yang berada di kota,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
dan juga biaya sekolah yang relatif lebih murah menjadikan sekolahan di desa Gawanan diminati banyak orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di desa Gawanan. Meningkatnya jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan tidak terlepas dari kehadiran pendatang yang membawa orientasi baru dalam masalah pendidikan serta didukung pula oleh beberapa faktor pendorong lainnya seperti pengaruh informasi dari media massa, orbitasi77, dan juga kondisi ekonomi masyarakat yang semakin membaik dari waktu sebelumnya yang lebih memungkinkan untuk mengakses masalah pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakatnya, desa Gawanan akan lebih mudah menerima pembaharuan-pembaharuan termasuk usaha-usaha pembangunan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tampak kecenderungan untuk meningkatkan taraf kehidupan untuk mencari pekerjaan lain di luar bidang usaha pertanian. C.3. Penduduk Menurut Matapencaharian Matapencaharian penduduk desa Gawanan cukup bervariasi. Walaupun demikian kondisi lingkungan alam dan posisi wilayah desa, tampaknya, mewarnai jenis kegiatan dan mata pencaharian penduduk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pekerjaan sebagai petani sudah mulai sedikit, berbeda dengan keadaan desa Gawanan 20 tahun sebelumnya yang mayoritas penduduknya adalah
77
Orbitasi adalah jarak pusat pemerintahan desa / kelurahan. Desa Gawanan sendiri memiliki jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu 1 kilometer ke arah Barat, dari Kabupaten Karanganyar 25 kilometer ke arah Timurdan dari Propinsi Jawa Tengah 95 kilometer ke arah Barat Daya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
sebagai petani dan pedagang. Kondisi seperti itu dikarenakan telah berkurangnya lahan-lahan pertanian yang menjadi lahan matapencaharian masyarakat desa Gawanan berubah menjadi lahan-lahan pemukiman baru. Hal ini hanya merupakan bagian-bagian terkecil dari pergeseran kebudayaan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, atau yang lebih dikenal dengan masyarakat transisi. Bila dilihat secara umum penduduk desa Gawanan sebagian besar mempunyai mata pencaharian dalam sektor swasta, yaitu sebagai karyawan di suatu perusahaan. Sebagian dari mereka bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik yang berada di sekitar Kecamatan Colomadu dan juga industri yang berada di Kotamadya Surakarta, seperti pabrik kayu Indo Jati, pabrik buku Kiky, pabrik textile Triangga Dewi, pabrik rokok Djie Toe dan Menara dan pabrik-pabrik berskala kecil seperti pabrik kerupuk, karak, dan roti. Adapun komposisi penduduk menurut matapencaharian dalam data monografi desa adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Matapencaharian No.
Jenis Matapencaharian
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
1.
Pegawai Negeri Sipil
217
9,57
2.
TNI / POLRI
67
2,95
3.
Swasta (karyawan)
793
34,96
4.
Wiraswasta / pedagang
183
8,07
5.
Tani
140
6,17
6.
Pertukangan
381
16,8
7.
Buruh Tani
373
16,45
8.
Pensiunkan
63
2,78
9.
Angkutan
41
1,81
10.
Jasa
4
0,18
11.
Lainnya
6
0,26
Jumlah
2268
100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
C.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Agama No.
Agama
Jumlah (jiwa)
Prosentase(%)
1.
Islam
4367
88,9
2.
Kristen
425
8,68
3.
Katolik
113
2,3
4.
Hindu
1
0,02
5.
Budha
5
0,1
Jumlah
4911
100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2008 Penduduk desa Gawanan menganut lima agama yang tercantum dalam tabel diatas. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yaitu sebesar 4367 orang atau 88,9%. Penduduk yang menganut agama lain adalah agama Kristen sebanyak 425 orang atau 8,68%, agama Katolik sebanyak 113 orang atau 2,3%, dan jumlah dari penganut agama Hindu Budha adalah sebanyak 6orang atau 0,12%. C.5. Mutasi penduduk Pada kurun waktu setahun terakhir ini, mutasi penduduk antara yang lahir dan yang mati serta yang datang dan pindah memperlihatkan pertambahan penduduk yang meningkat. Data mutasi penduduk desa Gawanan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 2.6. Komposisi Mobilitas Penduduk di Desa Gawanan Tahun 2008 No.
Mutasi
Jumlah (jiwa)
Prosentase (%)
1.
Lahir
35
6,6
2.
Mati
14
2,6
3.
Datang
446
82,9
4.
Pindah
43
7,9
Jumlah
538
100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2008 Data di kantor Kelurahan desa Gawanan mengungkapkan bahwa tingkat mobilitas penduduknya sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kedatangan penduduk yaitu sebesar 446 orang (230 laki-laki dan 216 perempuan) atau 82,9%. Sedangkan angka penduduk yang pindah menduduki peringkat kedua yaitu sebanyak 43 orang (21 laki-laki dan 22 perempuan) atau 7,9%. Selanjutnya terdapatnya 35 orang (18 laki-laki dan 17 perempuan) atau 6,6% yang lahir, sedang penduduk yang meninggal sebanyak 14 orang (9 laki-laki dan 5 perempuan) atau 2,6%. Penduduk yang datang, mau tidak mau harus melakukan interaksi dengan penduduk asli. Interaksi ini diperlukan agar para pendatang dapat mengetahui bagaimana nilai-nilai sosial budaya masyarakat desa Gawanan. Dan bila pendatang telah mengetahui nilai-nilai sosial budaya di desa Gawanan diharapkan dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial budaya tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
D. Keadaan Sarana dan Prasarana Pemerintah desa merupakan unsur pemerintah yang paling rendah dibawah camat selaku pimpinan kecamatan. Pemerintah desa Gawanan dipimpin oleh Bapak Murdiyanto, SH selaku kepala desa atau Kades yang lazim disebut dengan Lurah dan dibantu oleh satu orang sekretaris desa (Sekdes)/ sekretaris lurah (Seklur) yang sering disebut carik, dua orang kepala urusan (Kaur) tiga orang kepala seksi, serta empat orang kepala dusun (kadus). Dan terdapat sepuluh orang ketua Rukun Warga (RW) dan 39 orang ketua Rukun Tetangga (RT). Dengan demikian terlaksananya pemerintah desa dan instruksi atasan merupakan tanggung jawab Lurah dan perangkat desa lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Bagan Organisasi Pemerintah Desa Gawanan BPD
KEPALA DESA
SEKDES
KAUR UMUM
KASI PEMERINTAHAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
KASI PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN
KAUR KEUANGAN
KASI KESEJAHTERAAN
KEPALA DUSUN GAWANAN BARAT
KEPALA DUSUN NGERANGAN
KEPALA DUSUN DALATAN
KEPALA DUSUN GAWANAN TIMUR
Bagan 2.1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gawanan Keterangan : : Koordinasi : Komando
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
D.1. Sarana Sosial Budaya Data tentang sarana sosial budaya di desa Gawanan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.7. PRASARANA SOSIAL BUDAYA No. 1.
2.
3.
Jenis Prasarana
Jumlah (buah)
Keagamaan a. Masjid
8
b. Mushola
7
c. Gereja
2
Pendidikan a. Taman Kanak-kanak (TK)
2
b. Sekolah Dasar (SD)
2
c. SLTP
1
d. SLTA/SMK
2
Olahraga a. Lapangan Sepak Bola
1
b. Lapangan Basket
1
c. Lapangan Volly
5
d. Lapangan Bulu Tangkis
4
e. Lapangan Tenis
1
Jumlah
36
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Dari tabel di atas, tampak bahwa sarana keagamaan sudah cukup untuk menampung penduduk desa Gawanan untuk menjalankan ibadahnya. Karena sebagian besar penduduk desa Gawanan memeluk agama Islam dan sara prasarana ibadah seperti Masjid dan Mushola dapat dimanfaatkan untuk menjalankan ibadah dan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti TPA, pengajian, diskusi, dan lain-lain. Selain itu terdapat dua buah Gereja yang cukup untuk melaksanakan ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik di desa Gawanan. Namun, bagi umat Hindu dan Budha untuk sarana dan prasarana ibadahnya seperti wihara dan pura tidak tersedia di desa Gawanan. Sarana pendidikan yang ada di desa Gawanan dikategorikan masih kurang untuk memenuhi jumlah anak-anak usia sekolah. Untuk mendapatkan pendidikan yang lebih memadai biasanya para siswa SD, SMP, maupun SMA mencari sekolah di Kecamatan Colomadu dan Kotamadya Surakarta yang jaraknya relatif dekat dengan desa Gawanan. Untuk ketersediaan sarana pendidikan hanya meliputi TK sampai SMA. Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sederajatnya belum tersedia di desa Gawanan. Sedangkan sarana Olahraga yang ada di desa Gawanan ini dapat dikatakan telah memadai untuk memenuhi kebutuhan
berolahraga bagi
masyarakatnya. Hal ini tampak pada adanya fasilitas keolahragaan yang disediakan seperti lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan basket, lapangan bulu tangkis dan lapangan tenis yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat desa Gawanan untuk berolahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Sarana-saran sosial budaya yang ada di desa Gawanan ini juga merupakan sarana untuk berinteraksi bagi masyarakat desa tersebut. Demikian halnya dengan sarana keagamaan seperti masjid dan gereja, sarana pendidikan, maupun sarana olahraga juga dapat sebagai sarana untuk melakukan interaksi maupun kontak sosial bagi masyarakat desa Gawanan. D.2. Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Perhubungan Tabel 2.8. SARANA DAN PRASARANA KOMUNIKASI DAN PERHUBUNGAN No. 1.
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
Sarana Perhubungan 23,4 Km
a. Jalan Dusun
2.
b. Jalan Desa
2 Km
c. Jembatan
2 buah
Sarana Transportasi a. Mobil pribadi
97 buah
b. Sepeda motor
873 buah
c. Taksi
1 buah
d. Becak
26 buah 2750 buah
e. Sepeda
9 buah
f. Gerobak 3.
Sarana Komunikasi 1343 buah
a. Televisi b. Pemancar Telepon Seluler / Tower
2 buah
c. Wartel
7 buah
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa sarana perhubungan dan komunikasi dapat dipergunakan oleh penduduk untuk kelancaran kegiatannya. Hal ini nampak pada jalan-jalan yang merupakan sarana perhubungan bagi penduduk desa Gawanan dengan desa-desa tetangga. Jalan-jalan tersebut mayoritas sudah diaspal guna kenyamanan masyarakat dalam pemanfaatannya. Sarana transportasi yang dimiliki masyarakat Gawanan telah bervariasi baik yang masih bersifat tradisional maupun modern yang digunakan masyarakat Gawanan untuk memudahkan pekerjaan mereka. Selain itu Desa Gawanan telah memiliki pemancar telepon seluler sebanyak dua buah, ini menandakan bahwa mayoritas masyarakat Gawanan telah mengenal dan memiliki alat komunikasi berupa telepon genggam atau handphone yang akan memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Mayoritas masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi sebagai sumber informasi dari luar. Selain itu ketersediaan media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid juga menambah referensi masyarakat Gawanan untuk mencari berbagai macam informasi. Masyarakat desa Gawanan sebagian besar juga telah mengenal internet. Biasanya para remaja yang lebih terbuka dengan kemajuan teknologi, mereka memanfaatkan media cyber untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka seperti chating, friendster dan facebook.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
D.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan Tabel 2.9. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN No.
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Puskesmas Pembantu
1
2.
Posyandu
9
3.
Rumah Bersalin
3
4.
Dokter Praktek
3
5.
Bidan Desa
3
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008 Sarana dan prasarana kesehatan di Desa Gawanan cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduknya. Untuk memantau kesehatan balita telah disediakan Posyandu di tiap-tiap RW untuk memberikan pelayanan gizi dan penyuluhan kesehatan kepada para ibu. Untuk peningkatan kualitas hidup ibu hamil dan bayinya, tersedia rumah bersalin dan bidan yang siap membantu melayani ibu hamil dan calon bayinya. Selain itu untuk masyarakat yang sakit dan hendak berobat terdapat tiga orang dokter praktek yang buka setiap hari di rumah mereka masing-masing, sehingga hal ini memudahkan masyarakat yang sakit untuk segera mendapatkan pertolongan dan penaganan atas penyakitnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
D.4. Prasarana Perekonomian Tabel 2.10. PRASARANA PEREKONOMIAN No.
Jenis Prasarana Perekonomian
Jumlah (buah)
Koperasi Simpan Pinjam
2
Pasar Desa
1
Toko
11
Kios
53
Warung
59
Kaki Lima
19
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008 Wilayah Gawanan yang tadinya sepi kini berubah menjadi lebih ramai dan padat setelah masuknya para pendatang yang bermukim di sini. Banyaknya pendatang yang berdomisili di Gawanan menyebabkan sistem perekonomian di Gawanan pun meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang kian beragam, banyak pihak yang melihatnya sebagai peluang usaha, maka kini banyak bermunculan usaha-usaha kecil warga masyarakat dalam bidang perdagangan, seperti warung makan, toko kelontong, salon, mini market, bengkel, toko besi, tambal ban, las karbit, fotokopian, counter heandphone, wartel, dan beberapa pedagang kaki lima yang biasanya dapat ditemui pada malam hari yang mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan. Terlihat bahwa sarana dan prasarana perekonomian di Desa Gawanan telah cukup memadai guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
E. Sistem peralatan hidup Sebelum adanya pembangunan, tanah milik masyarakat yang berupa sawah masih cukup luas, namun seiring berjalannya waktu lahan pertanian makin berkurang karena dijual untuk areal perumahan. Oleh karena itu sawah yang dapat diusahakan masyarakat makin menyempit. Keadaan sarana transportasi di desa Gawanan pada umumnya sudah cukup baik, jalan-jalan banyak yang sudah beraspal, walaupun belum sempurna. Telah terdapat jalur penghubung antar desa berupa jalan setapak dan jembatan. Alat-alat transportasi yang digunakan hingga sekarang telah mulai berkembang seiring dengan semakin banyak tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Dulu masyarakat masih menggunakan alat transportasi tidak bermotor dan memanfaatkan tenaga hewan untuk menariknya, seperti pedati, andong, becak, dan sepeda. Alat-alat transportasi tradisional tersebut sempat menjadi alat transportasi utama sebagai kendaraan untuk mobilitas masyarakat. Namun sekarang semakin tinggi mobilitas masyarakat desa Gawanan, alat-alat transportasi yang digunakan semakin maju dan bervariasi seperti mobil, sepeda motor, truk, angkuta, dan bis kota. Walaupun sekarang alat transportasi tradisional telah bergeser dengan alat transportasi yang lebih modern, namun dibeberapa daerah di desa Gawanan masih ada masyarakat yang menggunakan alat transportasi tradisional untuk membantu pekerjaan mereka. Pada waktu belum banyak dibangun areal perumahan dan industri perdagangan, keadaan jalan-jalan di desa Gawanan masih berbatu-batu dan juga masih ada yang berupa jalan setapak. Namun sekarang setelah banyak dibangun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
areal perumahan dan industri maka lahan-lahan mulai diperbaiki, diperlebar dan diaspal. Demikian juga jembatan-jembatan yang dahulunya hanya merupakan jembatan yang dibuat dari kayu dan ukurannya sempit , karena hanya dapat dilalui sepeda dan pejalan kaki. Sekarang telah dibuat jembatan yang terbuat dari beton yang menghubungkan desa Gawanan dengan Kabupaten Boyolali yang dibatasi dengan Kali Pepe. Jembatan dibangun lebih lebar sehingga dapat dilalui mobil atau truk yang hendak melintas. Jalanan yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai, selain berfungsi sebagai jalan umum juga berfungsi sebagai jalan industri dan jalan ekonomi. Apalagi desa Gawanan merupakan desa utama sebagai kompleks pemukiman baru. Hal ini disebabkan karena desa Gawanan letaknya strategis sebagai daerah transit penghubung antar kota Solo dan Kabupaten Boyolali. Keadaan flora di desa Gawanan tidaklah berbeda dengan flora yang tumbuh di kawasan desa-desa di Jawa Tengah pada umumnya. Di Gawanan banyak terdapat aneka ragam tanaman bambu juga tanaman perdu dan tanaman basah. Jenis tanaman yang diusahakan dan dikonsumsi masyarakat seperti sayuran, kacang-kacangan, ubi jalar, tebu dan buah-buahan masih banyak ditemui di Desa Gawanan. Masih terdapat juga tegalan yang ditanami berbagai macam tanaman seperti singkong, kacang tanah serta terdapat beberapa tanaman palawija.78 Desa Gawanan sebelah barat yang berbatasan dengan desa Malangjiwan merupakan sentra tanaman tebu.
78
Tanaman palawija adalah hasil panen kedua di samping padi. Dalam pengertian sekarang, palawija berarti semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Usaha penduduk di desa Gawanan salah satunya adalah berternak. Ternak yang dipelihara adalah kuda, kerbau, sapi, kambing, bebek, ayam ras, ayam kampung dan kelinci. Binatang buas atau liar di desa Gawanan sudah tidak ada, yang masih dapat dijumpai hanya musang dan binatang melata seperti kadal dan ular. Untuk jenis burung yang masih ada adalah sejenis burung kecil seperti burung Pipit yang banyak bersarang dipohon-pohon, burung Gereja yang sering dijumpai di sawah-sawah, dan beberapa burung puyuh yang biasanya terlihat di antara semak-semak. Jalan Adi Sumarmo yang melintasi desa Gawanan ini merupakan jalur alternatif yang padat dari arah barat yaitu Bandara Adi Sumarmo yang berada di Kabupaten Boyolali dan dari arah timur adalah Banyuanyar, Kotamadya Surakarta. Jalur
ini menyebabkan pola pemukiman penduduknya tersebar
sepanjang jalan utama dan mengalami pemekaran keluar. Desa Gawanan memiliki bentuk desa Dataran Rendah, seperti yang dijelaskan oleh Drs. N. Daldjoeni79 yaitu: Bentuk desa Linier di dataran rendah pada umumnya pemukiman penduduk memanjang sejajar dengan rentangan jalan raya yang menembus desa yang bersangkutan.Jika kemudian secara wajar artinya tanpa direncanakan desa mekar, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi pemukiman baru. Memang ada kalanya juga pemekaran ke arah pedalaman sebelah menyebelah jalan raya. Maka kemudian harus dibuatkan jalan baru mengelilingi desa, jadi semacam ringroad dengan maksud agar kawasan pemukiman baru tak terpencil.
79
commit to user
Daldjoeni, 1998, Geografi Kota Dan Desa, Bandung: Alumni, hal. 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Bentuk rumah di Desa Gawanan kini telah bervariasi, terdapat bentuk bangunan rumah yang masih tradisional dan masih mempertahankan bentuk bangunan asli rumah jaman dahulu, yaitu rumah dengan model limasan yang masih sederhana dan disamping rumah masih terdapat kandang hewan ternak biasanya berupa sapi, kambing, ayam dan bebek. Dan masih terdapat pekarangan yang luas dibelakang rumah yang biasanya ditumbuhi tanaman bambu serta pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai peneduh. Biasanya warga asli Desa Gawanan yang masih memiliki rumah model seperti ini karena merupakan warisan dari leluhur mereka. Namun terdapat juga rumah-rumah yang bergaya modern dan teratur dan biasanya rumah-rumah tersebut dimiliki oleh warga pendatang yang bermukim di Desa Gawanan. Rumah-rumah yang berada di pinggir jalan Adi Sumarmo biasanya dimanfaatkan untuk membuka usaha perdagangan seperti toko kelontong, foto kopian, salon, las karbit, bengkel, toko besi, tambal ban, tempat kursus, warung makan, dan beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan. Keadaan ini menyebabkan bentuk rumah-rumah dan karakteristik penduduk yang bermukim di tepian jalan terlihat lebih maju dan memiliki mobilitas yang tinggi dibandingkan dengan keadaan penduduk yang berada di sekitar areal pertanian. Pola perkampungan yang letaknya di tepi jalan dan sekitar fasilitas umum lebih padat dan teratur daripada perkampungan di sekitar lahan pertanian. Keadaan dan bentuk rumahnya sudah lebih modern dan bervariasi. Sebagian besar rumahnya telah berlantai keramik. Dindingnya terbuat dari batu bata. Mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
telah memiliki tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) yang layak. Untuk memperoleh air bersih, sebagian besar telah menggunakan sumur bor atau sumur pompa, walaupun masih ada beberapa penduduk yang memiliki sumur sebagai tempat penampungan air. Beberapa
buah
rumah
sudah
dilengkapi
dengan
garasi
yang
dipergunakan untuk tempat parkir mobil atau sepeda motor yang biasanya berjumlah lebih dari satu buah. Pekarangan rumah ditata dan ditanami tanaman hias dan pohon buah-buahan seperti pohon mangga, belimbing, rambutan, pepaya dan terdapat tanaman sayur, serta beberapa rumah memiliki kolam ikan sebagai pemanis taman. Kemudian antara rumah yang satu dengan yang lainnya diberi pembatas berupa pagar tembok atau pagar besi. Fasilitas yang dimiliki oleh desa Gawanan adalah terdapatnya sarana ibadah, seperti Masjid dan Mushola bagi umat Islam, dan Gereja bagi umat Kristen. Di tiap-tiap Rukun Warga (RW) telah memiliki Masjid atau Mushola sebagai sarana ibadah umat Islam karena hampir 89% penduduk desa Gawanan memeluk agama Islam. Kelengkapan lain dari desa Gawanan adalah lahan pekuburan yang terdapat ditiap-tiap dusun. Kuburan merupakan tempat peristirahatan terakhir
bagi perjalanan hidup
manusia, sebagian orang
menganggap kuburan sebagai tempat yang keramat. Kuburan di desa Gawanan terawat dengan baik, ditumbuhi pohon-pohon yang rindang seperti pohon Beringin yang menjulang tinggi dan pohon Kamboja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
F. Sistem Teknologi Teknologi merupakan bagian dari kebudayaan manusia, yang pada dasarnya untuk meringankan kerja manusia, misalnya cara berproduksi dan cara mengatur masyarakat. Teknologi yang sederhana mencerminkan kebudayaan yang masih sederhana. Sistem teknologi yang terdapat di desa Gawanan berada dalam keadaan transisi dari sistem teknologi tradisional menuju teknologi modern. Sistem teknologi tradisional diwarnai oleh latar belakang kehidupan masyarakat petani, seperti digunakannya peralatan kerja berupa cangkul, bajak, sabit, golok, parang, lesung, dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang pembuatan batu bata dan genting masih menggunakan gerobak atau pedati yang ditarik dengan tenaga sapi untuk mengangkut pasir dan tanah liat. Bahan-bahan pembuatan peralatan tersebut biasanya terbuat dari kayu atau bambu, dan ada bagian-bagian yang terbuat dari besi. Walaupun demikian cara pembuatan serta bentuk dari peralatan tersebut tampak masih sederhana. Cara pengolahan tanah masih mempergunakan tenaga manusia dan binatang terutama kerbau dan sapi. Teknik penggunaan bajak dengan cara ditarik oleh seekor atau dua ekor kerbau atau menggunakan cangkul, sehingga cangkul masih dipandang sebagai alat pertanian yang utama dalam mengolah tanah pertanian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
G. Kondisi Sosial Budaya Kehadiran pemukiman baru seperti perumahan di desa Gawanan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan pada masyarakatnya, termasuk sistem budayanya. Berubahnya sendi-sendi kehidupan masyarakat lebih disebabkan oleh interaksi yang terjadi antara masyarakat desa Gawanan dengan para pendatang yang juga membawa budaya dari tempat dimana mereka berasal. Pada umumnya desa Gawanan terus mengalami kemajuan serta pertumbuhan dalam berbagai bidang menjadikan setiap aspek yang ada di dalam masyarakat ikut berkembang seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat di Desa Gawanan. Beberapa bagian dari kondisi sosial budaya masyarakat Desa Gawanan memang tidak ikut berubah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh penduduk di sekitarnya. Bertahannya beberapa aspek sosial di Desa Gawanan lebih disebabkan oleh karakteristik Desa Gawanan yang masih memiliki basic pedesaan yang cukup kental dalam kehidupan kesehariannya terutama bagi warga asli desa Gawanan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak terlalu mempengaruhi atau bahkan merubah apa yang menjadi pegangan dari masyarakat Desa Gawanan, seperti misalnya kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan, arisan antar RT, pengurusan pesta perkawinan, ataupun masalah pemakaman dari warganya sendiri. Disamping itu pula kita tidak dapat menutup mata bahwa di Desa Gawanan-pun telah tumbuh banyak budaya-budaya baru seperti misalnya kegiatan-kegiatan ritual dalam perkawinan yang mulai berkurang intensitasnya, seperti yang diungkapkan Bapak Lurah Desa Gawanan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
“ .....pernikahan sekarang itu lebih praktis lebih simpel, kalau pernikahan dulu banyak tata cara Jawa-ne tu kan masih kuat sekali pake acara setelah temu, terus kirab dan pake manggoloyudha kalau sekarang kan enggak. Kalau dulu disini nikah laki dan perempuan kan beda maksudnya kalau diperempuan acaranya lebih padat.kalau misalkan warga gawanan yang perempuan ini acaranya lebih padat Kalau dipihak laki-laki kan biasanya ngunduh manten hanya sekali itu ya udah, namun kalau sekarang itu antara laki-laki dan perempuan kayaknya hampir sama jadi pengantin masuk yang putri trus ada acara patah, trus dipertemukan duduk udah selesai, masih ada acara sungkeman dan yang lainnya namun ini tidak mengurangi acara yang lain karena kalau tamu mau keluar hidangan dan lain sebaginya kan tidak mempengaruhi acara ritualnya sendiri jadi hanya untuk pribadi...”80 Belum lagi berubahnya pola pikir masyarakat terhadap waktu serta hiburan. Di Desa Gawanan sekarang sudah mulai jarang ditemui warga yang duduk-duduk di depan rumah sambil mengobrol dengan tetangga (nonggo). Meskipun masih ada juga beberapa warga yang melakukannya. Tetapi, kebiasaan yang dilakukan warga Gawanan adalah menggunakan warung makan, warung belanja, dan kegiatan-kegiatan organisasi, seperti arisan, pengajian, atau kegiatan olahraga sebagai tempat untuk mengobrol dan bertukar informasi. Untuk bahasa sehari-hari yang digunakan dalam berinteraksi adalah bahasa Jawa namun ada juga beberapa warga yang menggunakan bahasa Indonesia hal ini dapat ditemui pada warga pendatang yang bermukim di perumahan. Terdapat beberapa organisasi sosial di desa Gawanan, baik formal atau mon formal. Namun tidak semua warga memiliki kesadaran untuk mengikuti atau berpartisipasi dalam kegiatan organisasi yang ada. Organisasi yang termasuk formal adalah PKK, Posyandu, Karang Taruna. Sedangkan yang non formal
80
commit to user
Lurah Murdiyanto, wawancara 26 Februari 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
adalah IRM (Ikatan Remaja Masjid), Majelis Taklim, Perkumpulan Umat Kristiani, dan Arisan. Kegiatan formal merupakan kegiatan yang dikoordinir oleh pemerintah, sedangkan kegiatan yang bersifat non formal adalah berdasar pada kesepakatan warga tentang pengadaannya. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), umumnya beranggotakan ibu rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali, biasanya dilaksanakan pada Minggu pertama, dengan tempat kegiatan bergilir di tiap-tiap rumah para anggotanya. Jenis kegiatan yang diadakan oleh PKK adalah arisan, dan posyandu. Kegiatan Posyandu merupakan program dari PKK yang dibantu Polindes. Kegiatan Posyandu diadakan ditiap-tiap RW dan diselenggarakan sebulan sekali dengan jenis kegiatan pemberian gizi pada balita dan penimbangan berat badan. Selain itu Posyandu juga membantu Polindes dalam memberikan penyuluhan, misalnya tentang imunisasi atau penyakit-penyakit menular yang mewabah. Petugas-petugas posyandu juga melakukan kunjungan di rumah-rumah penduduk untuk melihat kebersihan tempat tinggal, terutama kamar mandi (jamban) dan kebersihan air, bahkan sekarang sudah dibentuk petugas yang khusus memantau kondisi jamban dari perkembangan nyamuk demam berdarah di tiap-tiap RW.Selain posyandu untuk balita juga terdapat posyandu lansia yang biasanya diadakan di Polindes setiap sebulan sekali pada hari Jumat Minggu ketiga. Posyandu khusus untuk orang tua lanjut usia ini tugasnya adalah memantau kesehatan serta memberikan pengobatan gratis pada warga lanjut usia. Untuk karang taruna di Desa Gawanan bisa dikatakan cukup aktif. Biasanya karang taruna diadakan di tiap-tiap RW namun terdapat juga karang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
taruna Desa yang cakupannya lebih luas. Keaktifan karang taruna ini dapat teramati dari kegiatan rutin tiap bulan yaitu pertemuan rutin untuk membahas suatu kegiatan yang akan atau telah dilaksanakan dan juga sebagai ajang silaturahmi dan saling mengenal. Karang Taruna biasanya beranggotakan para remaja yang berusia mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi, namun ada juga anggota yang telah bekerja dan belum menikah masih menjadi anggota karang taruna, dan biasanya mereka hanya sebagai pembina atau orang yang dituakan. Kegiatan karang taruna sangatlah beragam, mulai dari olahraga, seperti pertandingan bola voli, sepeda santai, futsal, tenis meja dan bulutangkis, hingga kegiatan sosial seperti basar, bakti sosial, sinoman, menjenguk warga yang sakit dan juga membantu warga yang sedang mengalami musibah. Untuk kegiatan non formal seperti Remaja Masjid di Desa Gawanan untuk saat ini keaktifannya mulai berkurang jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan keanggotaan dan antusias para remaja untuk mengikuti kegiatan keagamaan mulai berkurang. Namun bila mendekati hari raya kegiatan Remaja Masjid ini mulai bergeliat, seperti membantu mengasuh TPA yang dilakukan pada saat bulan suci Romadhon yang dilakukan pada sore hari menjelang berbuka puasa. Sedangkan untuk Majelis Taklim diselenggarakan di tiap-tiap masjid yang terdapat di Desa Gawanan. Kegiatan yang diselenggarakan adalah pengajian, baik yang rutin atau bersifat insidental atau memperingati hari besar Islam. Untuk pengajian rutin yang berjalan dengan baik adalah khusus ibuibu setiap seminggu sekali dan dilaksanakan setelah ba’da Isya’. Tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
penyelenggaraan pengajian tidak terpatok di masjid saja, terkadang menggunakan rumah peserta pengajian secara bergilir. Penduduk Desa Gawanan dapat dikatakan berada dalam kondisi ruang sosial yang cukup baik, dengan berbagai fasilitas yang disediakan, sarana komunikasi, transportasi juga kesehatan. Tingkat kesejahteraan di Gawanan telah mulai meningkat, karena tingkat pendidikan warga yang cukup tinggi dengan adanya kesadaran warga akan pentingnya pendidikan. Selain itu, sebagian warga telah memiliki mata pencaharian yang layak untuk hidup mereka. Rumah-rumah yang ada di Desa Gawanan hampir semua merupakan bangunan yang permanen dengan kondisi yang baik. Meskipun desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, namun kegiatan-kegiatan sosial yang ada masih banyak diikuti oleh warga, bahkan tingkat partisipasi warga cukup tinggi, terlihat dari masih berjalannya dengan baik kegiatan-kegiatan seperti PKK, Posyandu, pertemuan RT dan RW, termasuk juga kegiatan-kegiatan non formal yang merupakan kesepakatan tiap warga dalam pelaksanaannya. Hal ini memperlihatkan intensitas interaksi antar warga yang baik. Hal ini yang membuktikan adalah masih banyak ditemui warga yang bergaul dan saling bertukar informasi di depan teras rumah atau di ruang publik lainnya. Tradisi jagongan juga masih terlihat dalam interaksi sosial masyarakat Gawanan. Beberapa hal yang diungkapkan diatas merupakan suatu gejala dimana Desa Gawanan walaupun sampai kini masih memegang identitas pedesaannya yang masih tradisional namun tanpa disadari mereka pula sedang mengalami proses transisi untuk menuju menjadi masyarakat modern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Latar Belakang Kehidupan Masyarakat Transisi Desa Gawanan Masyarakat desa Gawanan seperti halnya masyarakat desa lainnya memiliki kehidupan antar warga yang sangat erat hubungannya antar individu satu dengan individu yang lain. Hal ini sudah terjadi sejak masa lampau dimana hubungan sosial antar warga adalah yang paling utama dan tidak bisa dihindari. Hal ini bisa diketahui dari penuturan warga asli desa Gawanan yang bernama Ibu Sri Rejeki yang sekarang menjabat sebagai ibu Bayan di Gawanan Timur .”...Ya rukun dari sejak saya kecil sudah tinggal disini orangorangnya uwis koyo sedulur dewe [sudah seperti saudara sendiri]. Dulu masyarakatnya masih sedikit, sekarang kan sudah banyak, tapi ya warganya rukun-rukun saja ndak ada kerusuhan, wong lingkungan disini tu baek kog mbak [karena lingkungan disini itu baik-baik], sini kan lingkungan masjid...” 81
Prinsip rukun dan hormat menjadi sikap moral yang diwariskan oleh para leluhur mereka yang mayoritas penduduknya memiliki latar belakang budaya Jawa yang memandang nilai hormat dan rukun memiliki makna amat penting dan berharga dalam hubungan interaksi dengan sesamanya. Nilai-nilai budaya yang masih dipegang oleh masyarakat desa Gawanan dari dulu sampai sekarang adalah kerukunan dan gotong royong. Nilai kerukunan diwujudkan dalam sikap hormat dan rukun sesama warganya. Sikap hormat adalah suatu tuntutan agar setiap orang dalam cara bicara 81
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
dan membawa diri selalu harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat kedudukannya. Sedangkan rukun adalah tuntutan untuk mencegah segala kelakuan yang bisa menimbulkan konflik terbuka. Suasana damai, saling membantu dan bekerjasama yang diciptakan dan diharapkan dapat dipertahankan dalam semua hubungan sosial seperti dalam keluarga, kelompok, komunitas, dan desa. Tujuannya ialah keserasian hidup. Sedangkan perwujudan dari nilai keserasian hidup dapat dilihat dalam praktek kerja bersama yang disebut sebagai gotong royong. Sebagaimana diungkapkan oleh Anik yang merupakan warga asli desa Gawanan dan sekarang menjadi perangkat desa sebagai Kaur Keuangan, sebagai berikut : “Kalo masyarakat Gawanan menurut saya njih [ya], itu masih rukun sayuk dan gotong royongnya itu masih kental sekali njih, kepedulian antar sesama itu masih terjaga dan terpelihara dengan baik, dan rasa saling tolong menolong itu masih terjaga dengan baik, nek [kalau]di kota kan udah acuh tak acuh, nek disini kan semuanya saling mempedulikan, saling gotong royong, mau menolong, istilahnya masih mau membantu dan memberi dengan tetangga khususnya, terutama dengan masyarakat desa Gawanan.”82
Dengan adanya nilai kerukunan dan gotong royong dalam masyarakat desa Gawanan dapat menciptakan suasana desa yang nyaman, damai dan tenang. Hubungan antar warga juga terjalin dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan warganya merasa betah untuk tinggal di desa Gawanan, seperti yang diungkapkan oleh Tri Hartini warga pendatang yang bertempat tinggal di perumahan : “Lingkungannya enak kog mbak, orangnya ramah-ramah, seperti di kampung. Biasane kan kalo perumahan-perumahan kan nggak
82
Anik, wawancara 31 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
seperti sini, kalo disini tu perumahannya seperti kampung, sayuk, gotong royongnya juga bagus.”83 Gotong royong merupakan rangkaian hidup tolong-menolong sesama warga atau keluarga. Hal ini merupakan ciri kepribadian orang Jawa yang merupakan latar belakang budaya warga asli desa Gawanan. Sifat hidup gotong royong merupakan penerus dari hidup kekeluargaan dan biasanya secara naluriah warisan nilai itu diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Semangat gotong-royong merupakan adat tradisional dalam masyarakat desa dan dipupuk terus menerus secara dinamis. Nilai kerukunan dan semangat gotong royong yang terus di pertahankan hingga saat ini dengan berbagai macam cara salah satunya adalah dengan melibatkan para generasi muda dalam setiap kegiatan gotong royong, seperti misalnya kegiatan gotong royong membersihkan saluran air, kegiatan gotong royong yang dilakukan saat ada salah satu warganya mengalami musibah, kematian atau kecelakaan, dan juga gotong royong saat ada warganya yang sedang menyelenggarakan pesta, perkawinan, atau kelahiran anak. Para pemuda juga diberi peranan dalam kegiatan-kegitan tersebut agar tercipta suasana kebersamaan dan kerukunan. Hal ini dilakukan agar generasi berikutnya tetap memegang nilai kerukunan dan gotong royong guna untuk menghadapi segala tantangan dan perubahan jaman. Walaupun perkembangan jaman serta arus informasi semakin pesat namun diharapkan para generasi muda tidak lupa akan asal budaya mereka dengan tetap memegang nilai-nilai budaya yang telah ditanamkan.
83
commit to user
Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Perkembangan
jaman
menyebabkan
kemudahan
masuknya
arus
informasi di desa Gawanan. Hal ini juga tidak lepas dari letak wilayah desa Gawanan yang dianggap cukup strategis, yaitu secara administratif berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, tetapi secara geografis dilingkupi oleh kota Solo, Kabupaten Sukoharjo dan Boyolali. Posisi strategis ini yang memberikan kemudahan bagi warga desa Gawanan untuk mengakses informasi dari kota. Kemajuan teknologi yang begitu pesat juga menyebabkan masyarakat desa Gawanan menjadi lebih terbuka akan perkembangan informasi. Kemajuan teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya terutama pada masyarakat pedesaan yang sedang mengalami proses transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Dampak negatif dari kemajuan teknologi, dapat menimbulkan masalah baru. Memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai pada masyarakat pedesaan dalam penerima teknologi. Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada masyarakat pedesaan yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Disamping mengalami perubahan-perubahan gaya hidup, desa Gawanan sendiri tidak lepas dari perubahan pola komunikasi masyarakatnya sejalan dengan masuknya berbagai informasi dari luar karena pengaruh media massa yang semakin maju dan modern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
A.1. Karakteristik Masyarakat Transisi Desa Gawanan Keadaan masyarakat Desa Gawanan kini semakin maju dengan kemudahan menerima masuknya arus informasi dari luar menyebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan berbagai macam informasi. Pengetahuan warga yang semakin meningkat ini menyebabkan seluruh sendi kehidupan mereka pun turut mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Bisa dikatakan bahwa masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa transisi, yaitu masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat industri (modern). Masyarakat desa Gawanan telah mengalami perubahan di berbagai aspek kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi masyarakatnya yang semakin meningkat, faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai tradisional menuju nilai modern adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke industri. Masyarakat memiliki alasan bahwa bidang pertanian yang tekuni selama ini belum bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kesejahteraan keluarga. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki: “Kalo sekarang sawahnya bapak itu dijual sebagian, lha kalo gak bisa garap sendiri tu rugi, garap sendiri tu biayanya udah banyak, nanam kacang aja biayanya banyak, rabuk [pupuk] juga ada, trus matun [menanam padi] itu aja biayanya banyak.”84
84
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Jarak masa tanam dengan masa panen juga relatif lama, selain itu petani juga menggantungkan pengairan sawahnya pada air hujan, sedangkan biaya hidup harus terus berjalan. “Masih ditanami, ya setahun itu hanya sekali ditanami padi, nanti kalo habis sekali itu ya ditanami kacang lagi, apa jagung, apa singkong, nanti padinya kalo banyak air hujan itu, kalo enggak hujan ya berubah jadi tegalan lagi.”85 Semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi area perumahan, dikarenakan banyak pemilik tanah pertanian yang menjual lahan mereka untuk dijadikan area perumahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Anik Widartiningsih mengenai berkurangnya lahan pertanian sebagai lahan mata pencaharian : “Berkurangnya lahan pertanian di desa Gawanan itu sendiri, karena ya sudah beralih, karena butuh atau apa nggih, dijual untuk perumahan, padahal kan sayang sekali, karena kebanyakan disini kan dulu mayoritas penduduknya adalah petani, kalo sekarang memang ada petani tapi tidak terlalu banyak, itu yang petani sekarang malah yang menggarap tanah seseorang bukan tanahnya sendiri, kalo yang tanahnya sendiri juga ada namun tidak terlalu banyak.”86
Melihat kondisi seperti ini maka sebagian masyarakat desa Gawanan berusaha mencari mata pencaharian lain selain bidang pertanian sehingga mereka sekarang banyak yang bekerja di sektor industri dan jasa, seperti misalnya buruh pabrik, pegawai negeri, pegawai swasta, guru atau berwiraswasta. Hal ini yang menyebabkan terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai yang telah ada sebelumnya yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat agararis dimana
85 86
Sri Rejeki, Ibid Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
nilai-nilai yang berlaku bersifat tradisional. Nilai-nilai ini bergeser kearah modern sebagai tanda suatu masyarakat industri yang berkiblat pada negara maju atau negara modern. Sedangkan dari aspek sosial kini peralatan hidup yang dimiliki oleh masyarakat di desa Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil, truk, dan kendaraan bermotor. Dulunya banyak warga yang hanya menggunakan alat transportasi tradisional seperti gerobak, pedati, dan becak. Namun sekarang telah banyak warga yang memiliki sepeda motor, selain itu hampir 90% warga Gawanan telah memiliki televisi, sehingga arus informasi begitu cepat di terima oleh masyarakatnya. Sedangkan perkembangan teknologi komunikasi kini telah memudahkan masyarakat Gawanan untuk berkomunikasi dengan teman atau kerabat yang berada di luar desa Gawanan. Penggunaan handphone kini telah menjadi tren dan kebutuhan dikalangan masyarakatnya, bahkan kini setiap anggota keluarga masing-masing telah memiliki alat komunikasi handphone.. Kenyataan seperti ini terjadi karena kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan informasi, kebutuhan transportasi, dan kebutuhan komunikasi warga Gawanan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman. Perubahan orientasi pendidikan pun kini telah membuka kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Dengan menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya dapat memiliki pekerjaan yang layak. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki yang menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang perguruan tinggi : “Ya kalo orang tua tu cita-cita tu gimana ya, ya ibunya biar guru SD atau gak kerja, umpamanya anaknya itu kerja kan lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
meningkat selangkah lebih maju kan senang, itu ya nanti Alloh sendiri yang menentukan. Disini berusaha, coro carane ngarit itu sudah punya gaman-ne[seperti halnya orang menyabit rumput itu sudah ada peralatannya ]”87
Seperti halnya orang tua lainnya yang selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Para orang tua di Gawanan juga menginginkan agar kelak anak-anak mereka dapat berjuang hidup ditengah perkembangan teknologi yang semakin maju. Bagi para orang tua di desa Gaawanan pendidikan bagi anakanaknya merupakan bekal untuk menghadapi perkembangan jaman dan juga untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kehidupan mereka kelak. Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi penerusnya agar dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan, terlihat dari mayoritas penduduknya adalah lulusan menengah atas. Adanya anggapan warga Gawanan, khususnya para orang tua yang menyatakan bahwa pendidikan anak harus lebih dari mereka. Hal ini dikarenakan para orang tua menginginkan anakanak mereka mampu bersaing dan mengikuti perkembangan jaman. Banyaknya lahan pertanian yang kini telah beralih fungsi menjadi area pemukiman, menyebabkan banyaknya warga pendatang yang menetap dan berdomisili di desa Gawanan dan sebagian besar para pendatang bertempat tinggal di perumahan. Banyak para pendatang yang memilih lokasi di desa Gawanan sebagai tempat tinggaldan merasa betah tinggal di Gawanan, seperti yang diungkapkan oleh Yeti Suhesti warga pendatang dari Bandung yang merantau ke
87
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
kota Solo untuk mengikuti kerja suaminya dan memilih lokasi Gawanan sebagai tempat tinggal: “Awalnya saya di bandung yah, saya mah asli Bandung gitu, yah karena mengikuti kerja bapak dan pindah di Solo. Pertimbangan memilih pindah di lingkungan sini, pertama itu kita lihat lingkungan karena saya punya anak yang masih kecil mau remaja gitu si Rendi itu ya saya lihat lingkungan sini itu bagus. Terus yang kedua karena saya di sini nggak banyak sodara yah, terus ada salah satu sodara tinggal di sini ya biar deket sama sodara yang lebih tua. Selain itu kita juga lihat air, karena bagi saya air itu lebih penting, dulu waktu di Bandung sudah pernah merasakan susah mencari air gitu, kalau di Bandung itu air dari PDAM di bagi-bagi ya mungkin karena padatnya penduduk dan perumnas-perumnas yang dibangun, jadi air saja di bagi-bagi, di sana juga kalau air pompa itu menggalinya harus lebih dalam soalnya jelek airnya, mengandung zat besi. Sebelumnya kan saya tanya-tanya dulu, gimana airnya, yah Alhamdullilah airnya lancar bisa dimasak, diminum. Selain itu masalah harga juga yah, kebetulan di sini itu lebih murah dibandingkan dengan yang di kota. Juga lingkungannya masih bersih polusinya, gak banyak pabrik. Dulu mah saya sama bapak itu seperti pisah ranjang karena pekerjaan, jadi lebih baik ikut suami, karena saya itu mau kalau kita samasama mendidik anak, jadi biar bapaknya tahu bagaimana karakter si anak gitu”88 Pertimbangan para pendatang untuk memilih desa Gawanan sebagai lokasi tempat tinggal di karenakah keunggulan yang dimiliki oleh desa Gawanan, antara lain: wilayahnya yang di pinggir kota, sehingga memiliki suasana lingkungan yang tenang dan tidak bising, karena jauh dari pusat industri dan pabrik-pabrik serta bebas dari polusi dan limbah pabrik. Selain itu pertimbangan air bersih di wilayah Gawanan ini juga merupakan suatu daya tarik para pendatang untuk bertempat tinggal di sini. Munculnya perumahan menyebabkan daerah Gawanan menjadi semakin ramai dan padat. Jalanan yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai, selain 88
commit to user
Yeti Suhesti, wawancara 26 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
berfungsi sebagai jalan umum juga berfungsi sebagai jalan industri dan jalan ekonomi. Rumah-rumah yang berada di pinggir jalan Adi Sumarmo kini banyak dimanfaatkan untuk membuka usaha perdagangan seperti warung makan, toko kelontong, salon, mini market, bengkel, toko besi, tambal ban, las karbit, fotokopian, counter heandphone, wartel, dan beberapa pedagang kaki lima yang biasanya dapat ditemui pada malam hari yang mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan. Hal ini terlihat bahwa sarana dan prasarana perekonomian di Desa Gawanan telah cukup memadai guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Anik Widartiningsih perihal dampak munculnya pemukiman baru yang menggantikan lahan pertanian : “...dulu memang disana itu sawah-sawah dengan penuh kehijauan, dengan pemandangan dan udara segar sebelum itu dibanguni perumahan. Ya memang setelah ada perumahan jadi ramai, fasilitas-fasilitas juga jadi lebih memadai, paling tidak kan transportasi juga jadi lebih banyak, ya ada perumahan ya istilahnya ada untungnya, masyarakat jadi tambah banyak juga fasilitas tambah memadai, tapi juga berkurangnya lahan pertanian di desa Gawanan itu sendiri karena ya sudah beralih...”89 Selain itu manfaat lain yang dirasakan setelah dibangunnya perumahan adalah membuka lapangan kerja baru bagi para ibu-ibu di desa Gawanan untuk membantu suaminya mencari nafkah tambahan. Hal ini diakui oleh warga asli desa Gawanan ibu Sri Rejeki: “Ya ada mbak, bagi ibu-ibu yang kurang kerjaan, ini kan banyak yang PHK.nan pabrik rambak. Sekarang kan produksinya pake mesin, tapi dulu kan karyawannya putri-putri di daerah sini kan banyak yang masuk situ, lha sekarang sudah di PHK semua. Dengan adanya perumahan itu ya ada untungnya ibu-ibu ada yang kerja disitu, di perumahan ya ada yang membutuhkan tenaganya ibu-ibu, untuk momong [menjaga anak], untuk nyuci, banyak lho 89
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
itu yang di Tegalan itu banyak yang nyuci di Madu Asri C, ya sebulan itu ada yang dapet 250 ribu, kalo momong tok sama apa di rumah mau ngapain, wong anake pagi juga udah sekolah semua, sekarang nek njagakke bapake tok ya nggak nyukupi [kalau hanya menggantungkan pada suami saja ya tidak bisa mencukupi]. Itu tujune gak malu kerja nyuci, nggosok [untung saja tidak malu bekerja sebagai tukang cuci baju dan menyeterika pakaian]”.90 Dengan munculnya perumahan sebagai area pemukiman baru bagi para pendatang memberi dampak positif bagi penduduk desa Gawanan. Selain menjadikan desa Gawanan semakin ramai dengan pembangunan fasilitas umum yang memadai juga dengan berdirinya perumahan dapat membuka lapangan kerja baru bagi para warga Gawanan dan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kemudahan transportasi juga dirasakan di desa Gawanan sekarang, dengan semakin padatnya penduduk, banyak fasilitas-fasilitas umum yang mulai diperbaiki seperti pengaspalan jalan raya, tersedianya angkutan umum serta adanya penerangan jalan guna menunjang kemudahan warga Gawanan untuk melakukan aktivitas di luar desa. Sebagian besar penduduk Desa Gawanan setiap harinya pergi menuju arah timur yaitu kota Solo untuk melakukan berbagai macam kepentingan, seperti sekolah, bekerja, berbelanja, atau refreshing. Pergerakan penduduk ke arah timur setiap harinya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama adalah faktor ekonomis, alasan bepergian keluar karena untuk bekerja, sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, dagang, menjadi buruh atau kuli. Faktor lainnya adalah yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan pendidikan, yaitu untuk bersekolah. Selain itu banyak ibu-ibu 90
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
rumah tangga yang berbelanja ke kota Solo, untuk berbelanja keperluan bulanan, seperti sabun cuci, sabun mandi dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya. Memilih belanja di kota Solo dikarenakan banyaknya pilihan barang yang hendak dibeli serta sekaligus merupakan sarana untuk refreshing bersama keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu-ibu rumah tangga memilih Solo sebagai tempat tujuan belanja : “Kalo bulanan ya paling di Solo, di Sami Luwes, ya biar jauh tar sama refresing lah, kalo didaerah sini sebenere ya lengkap, tapi kog kayaknya belanja kog cedak [sepertinya belanja hanya di dekatdekat saja], ya enaknya kan yang agak jauh sekalian refreshing.”91 Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu dan ibu yang memilih berbelanja di Solo untuk kebutuhan bulanan rumah tangganya “Kalo belanja bulanan ya ke Sami Luwes di Solo pada awal-awal bulan itu. Ya pertimbangan saya berbelanja ke Solo itu pertama lebih komplit, harga juga lebih murah, kalo soal jaraknya ya hitung-itung sambil refreshing aja, pulangnya nanti bisa mampir makan bareng sama anak-anak...”92
“Ya biar bisa liat-liat lainya gitu mbak, sekalian cuci mata, trus nanti kalo ada diskon-diskonan kan lebih murah mbak, kalo di pasar kan ndadak anyang-anyang [harus tawar-menawar]itu saya nggak bisa.”93
Memilih kota Solo sebagai alternatif tempat belanja bagi para ibu rumah tangga adalah dikarenakan tempat belanja di Solo, seperti supermarket dan Mall menyediakan segala macam kebutuhan rumah tangga yang lebih lengkap dan merupakan tempat untuk refreshing bagi para ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berada di rumah dan jarang keluar. Karena Solo merupakan 91 92 93
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
kota yang memiliki banyak pilihan serta tempat-tempat tujuan yang menunjang untuk pemenuhan berbagai kebutuhan. A.2. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan Perubahan desa Gawanan juga diikuti perubahan masyarakatnya. Salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada para wanita di desa Gawanan terutama ibu-ibu rumah tangga. Pada jaman dulu ibu-ibu rumah tangga hanya dianggap suaminya sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur. Ibu-ibu hanya mengurus rumah tangga, bekerja di dapur dan mendidik serta merawat anak. Namun seiring dengan kemajuan jaman, dan tingkat pendidikan yang semakin tinggi perempuan tidak sebagai konco wingking
lagi namun
sebagai konco samping yang bersama-sama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Demikian halnya dengan karakteristik wanita pada masyarakat transisi, seperti yang diungkapkan oleh Ria Puspa Yusuf (Sukesi, 1991)94, bahwa partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat transisi adalah semakin banyaknya ibu rumah tangga membantu suami mencari tambahan penghasilan, 94
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/mjlhsrikandiria.pdf. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2009 pukul 07.55 WIB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan ibu rumah tangga untuk berpartisipasi di pasar kerja, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga dikarena semakin kompleks dan meningkatnya kebutuhan hidup. Para ibu yang bekerja kini memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga, sekaligus mencari nafkah untuk menambah pemasukan bagi keluarganya. Namun itensitas para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah lebih sedikit dibandingkan dengan para suami. Kebanyakan ibu rumah tangga di desa Gawanan yang bekerja memilih pekerjaan yang membutuhkan waktu untuk meninggalkan rumah sekitar 6-8 jam per hari atau setengah hari, mayoritas para ibu di Gawanan bekerja sebagai pegawai negeri, perawat, dan guru. Sehingga waktu mereka untuk mengurus rumah tangga masih bisa dilakukan setelah pulang dari bekerja. Ibu yang tidak bekerja di luar rumah dapat dikatakan sebagai ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah. Para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang bekerja di luar rumah umumnya hanya bekerja paruh waktu saja sehingga para ibu masih dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya setelah pulang bekerja. Hal ini karena mengingat perannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
sebagai seorang ibu dan istri yang harus mengasuh, merawat serta menjaga keutuhan rumah tangganya. Berikut profil informan dalam penelitian ini beserta tempat dan waktu wawancara : • Informan 1 Nama
: Karsiyem Spd
Tempat wawancara : Kediaman
Karsiyem,
Perumahan
Madu
Asri,
Gawanan Colomadu Waktu
: 19 Maret 2009 (18.30-20.00 WIB)
Pekerjaan
: Guru SLTP
Pendidikan
: Sarjana Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ibu Karsiyem merupakan seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai seorang guru bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Colomadu. Selain itu Ibu Karsiyem juga merupakan ibu ketua dari RW 9. Sebagai ketua RW ibu Karsiyem aktif dalam berbagai kegiatan kumpulan yang ada di lingkunganya, seperti arisan PKK baik di tingkat RT, RW dan Kelurahan, karena ibu Karsiyem bertanggung jawab atas informasi dari atas (pemerintah) yang ditujukan kepada para warga. Selain itu ibu Karsiyem juga aktif sebagai anggota dalam kegiatan pengajian. Peneliti mendapatkan banyak informasi mengenai berbagai kegiatan para ibu rumah tangga yang diadakan di desa Gawanan. • Informan 2 Nama
: Sri Rejeki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Tempat wawancara : Kediaman Sri Rejeki, desa Gawanan Timur Waktu
: 20 Maret 2009 (16.00-17.30 WIB)
Pekerjaan
: Guru SD
Pendidikan
: D2 PGSD
Sebagai seorang istri dari Kepala Kadus (Bayan) di Gawanan Timur, ibu Sri Rejeki juga berprofesi sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri Tohudan. Sebagai seorang yang dituakan oleh warga di sekitarnya, ibu Sri Rejeki selalu aktif dalam kegiatan PKK, baik di tingkat RT, RW, maupun Kelurahan. Selain itu beliau juga aktif dalam kumpulan yang ada di lingkungannya seperti pengajian, posyandu yang kegiatannya di tempatkan di rumah beliau, serta aktif dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan dil lingkungannya seperti rewangan, besukan orang sakit atau apabila ada seorang warga yang mengalami musibah. Ibu Sri Rejeki selalu hadir dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan ibu rumah tangga, hal ini di karenakan peran ibu Sri Rejeki sebagai seorang ibu Bayan dan pembina dalam kegiatan-kegiatan tersebut. • Informan 3 Nama
: Supartini Sesilia
Tempat Wawancara : Kediaman Supartini, Perumahan Madu Asri, Gawanan Colomadu Waktu
: 24 Maret 2009 (10.00-11.00 WIB)
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Ibu Supartini merupakan warga pendatang yang kemudian bertempat tinggal di salah satu perumahan di desa Gawanan. Sebagai warga pendatang ibu Supartini aktif sebagai anggota dalam berbagai kegiatan organisasi di lingkungannya, seperti: arisan PKK RT, pengajian dan berbagai kegiatan kumpulan seperti rewangan dan besukan orang sakit. • Informan 4 Nama
: Tri Hartini
Tempat Wawancara : Kediaman Tri Hartini, Madu Asri, Gawanan Colomadu Waktu
: 23 Maret 2009 (09.00-10.30 WIB)
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Ibu Hartini merupakan seorang ibu rumah tangga yang aktif sebagai bendahara dalam kegiatan arisan PKK tingkat RW dan sebagai pengurus arisan tingkat RT. Selain itu juga ibu Hartini merupakan ketua pengajian di lingkungannya. Sebagai seorang ibu rumah tangga berbagai kegiatan yang diikutinya dapat menambah wawasannya tentang berbagai macam hal dan informasi dari dunia luar. • Informan 5 Nama
: Sri Puji Mulyan
Tempat Wawancara : Kediaman Sri Puji, Madu Asri, Gawanan Colomadu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Waktu
: 25 Maret 2009 (10.00-1130 WIB)
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Sebagai ibu rumah tangga ibu Sri Puji menghabiskan banyak waktunya di rumah. Kegiatan sehari-hari ibu Sri Puji adalah mengurus rumah tangga, berbelanja dan aktif sebagai anggota dalam berbagai kegiatan di lingkungannya, seperti : arisan PKK RT, pengajian dan Posyandu, karena ibu Sri Puji masih memiliki seorang putri dengan usia balita. Dengan mengikuti berbagai kegiatan kumpulan ibu-ibu di lingkungannya membuat ibu Sri Puji mendapat berbagai macam informasi baik mengenai lingkungannya maupun di luar lingkungannya. • Informan 6 Nama
: Yeti Suhesti
Tempat Wawancara : Perumahan Madu Asri, Gawanan colomadu Waktu
: 26 Maret 2009 (09.30-11.30 WIB)
Pekerjaan
: Guru TK
Pendidikan
: KPG (Kursus Pendidikan Guru)
Ibu Yeti merupakan seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai seorang guru TK. Ibu Yeti merupakan warga pendatang yang berasal dari Bandung. Sebagai seorang warga pendatang ibu Yeti dapat dengan mudah beradaptasi di lingkungannya. Ibu Yeti juga aktif sebagai pengurus kegiatan arisan PKK RT di lingkungannya dan aktif sebagai anggota dalam kegiatan pengajian dan ikut serta sebagai tenaga pengajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
TPA baca tulis Al-Qur’an di lingkungannya serta selalu mengikuti berbagai kegiatan di lingkungannya, seperti : rewangan, besukan dan melayat warga yang meninggal dunia. • Informan 7 Nama
: Kadarwati Nurianingsih
Tempat Wawancara : Kediaman
Kadarwati,
Madu
Asri
Gawanan
Colomadu Waktu
: 29 Maret 2009 (10.00-11.00 WIB)
Pekerjaan
: PNS (Pegawai Negeri)
Pendidikan
: SMA
Ibu Kadarwati merupakan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai negeri di kota Solo. Kegiatan ibu Kadarwati dari pagi hingga siang adalah bekerja, setelah itu baru mengurusi rumah tangga. Namun disela kesibukannya, ibu Kadarwati juga aktif sebagai anggota dalam kegiatan arisan PKK RT serta kegiatan pengajian di lingkungannya. • Informan 8 Nama
: Anik Widartiningsih
Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan desa Gawanan Waktu
: 31 Maret 2009 (10.30-12.00 WIB)
Pekerjaan
: Perangkat Desa (Kaur Keuangan)
Pendidikan
: SMA
Ibu Anik merupakan seorang ibu rumah tangga yang bekerja menjadi salah satu perangkat desa dan menjabat sebagai Kepala Urusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
(Kaur) Keuangan. Selain itu ibu Anik yang mengurusi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan ibu rumah tangga di Kalurahan, seperti Polindes, Kegiatan PKK, Posyandu Balita dan Lansia. Selain itu ibu Anik aktif mengikuti kegiatan PKK tingkat Kecamatan dan Kelurahan karena perannya sebagai penyampai pesan dari tingkat atas (pemerintah Kabupaten).
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini lebih terbuka terhadap masuknya berbagai informasi yang berasal dari luar daerah mereka. Sikap keterbukaan itu juga ditunjukkan saat penulis melakukan wawancara terhadap mereka. Mereka mengungkapkan hal-hal yang mereka ketahui secara lengkap, namun apabila mereka tidak mengetahui hal-hal yang dipertanyakan biasanya mereka akan menjawab pertanyaan dengan singkat. Seperti saat penulis menanyakan mengenai permasalahan politik, banyak dari mereka yang kurang tertarik dengan masalah politik, sehingga mereka menjawab hanya dengan singkat saja, seperti kutipan wawancara berikut ini : (T) :
“Apakah ibu mengetahui informasi pelaksanaan pemilu tahap pertama?”
(J)
:
“Ya, tanggal 9 April”.
(T) :
“Darimana ibu mendapatkan informasinya?”
(J)
“Ya dari tivi”.
:
(T) :
“Apakah ibu sudah mengetahui mengenai cara memilih yang baru?”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
(J)
:
(T) :
“Ya, di contreng kan, tahunya ya dari tivi mbak”
“Menurut ibu apakah informasi dari televisi itu sudah cukup jelas?”
(J)
:
“Ya tahulah sedikit-sedikit, tapi nanti di RT kan mau ada sosialisasi”.
(T) :
“Bagaimana menurut ibu mengenai acara debat politik di tivi?”
(J)
“Ya saya suka, ya nonton sekedar isi waktu luang, tapi kan tahu
:
kadang kan orang ngomongnya gini, tapi nanti kenyataan lain”.
(T) :
“Acara seperti itu apa mempengaruhi ibu dalam menentukan pilihan?”
(J)
:
(T) :
“Oh enggak”
“Kalo untuk mengenal sosok caleg biasanya mendapatkan informasi darimana?”
(J)
:
“Ya ditivi, trus kan suka pas ada acara apa kadang ngobrolngobrol ini mau nyaleg, trus dikasi selebaran itu kayak stiker.”
Para ibu rumah tangga di desa Gawanan umumnya kurang tertarik dengan permasalahan politik. Mereka lebih menyukai mengenai berita-berita, sinetron dan infotainment. Informasi dari media massa memberikan mereka banyak pengaruh dalam berbagai hal. Secara parsial terlihat dari cara mereka berpakaian yang pada umumnya kini lebih mengikuti tren mode di televisi, selain itu juga kini alat komunikasi seperti handphone telah menjadi kebutuhan para ibu rumah tangga di desa Gawanan. Seperti yang diungkapkan oleh para informan berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
“Iya sekarang ngabari apa-apa pake telepon, kalo dulu tu saya dari rumah ke rumah, ngabari [memberi kabar] ada pasien gitu”95
“Disini masing-masing sudah mempunyai handphone, ya itu lebih memudahkan kita memantau anak sewaktu-waktu dan untuk berhubungan dengan teman-teman”.96 Meskipun para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini lebih modern yang di tandai dengan banyaknya para ibu yang berpendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah, namun mereka tidak meninggalkan perannya sebagai ibu dan istri dalam rumah tangga. Masuknya berbagai macam informasi yang mereka peroleh dari beragam media massa maupun dari lingkungan mereka tidak menjadikan mereka meninggalkan sikap kerukunan dan gotong royong sesama warga dengan masih berlakunya kebiasaan rewangan dan besukan di desa Gawanan.
B. Pola Komunikasi Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan Sebagaimana telah dikemukakan di bagian awal, fokus dari penelitian ini adalah mengenai karakter pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga pada masyarakat transisi di desa Gawanan. Komunikasi di masyarakat desa Gawanan dapat diamati berupa komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal dalam masyarakat desa Gawanan nampak dalam percakapan sehari-hari dalam berbagai kesempatan, bahasa tubuh maupun tulisan-tulisan dalam berbagai kepentingan serta dokumen. Sedangkan komunikasi non verbal dapat diamati dalam berbagai ekspresi simbolik
yang terdapat dalam adat istiadat, peralatan hidup, kebiasaan dan
budaya masyarakat desa Gawanan. 95 96
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Peneliti mendapati kenyataan bahwa pada dasarnya karakter pola komunikasi yang terdapat pada masyarakat transisi desa Gawanan adalah komunikasi yang bersifat langsung dan terbuka, yaitu pola komunikasi antarpribadi yang terjadi secara langsung dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi anatarpribadi para ibu rumah tangga ini terjadi dalam kelompok komunikasi, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.97 Dalam kelompok, komunikasi berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Biasanya komunikasi di dalam kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi di dalam kelompok. Komunikasi kelompok telah digunakan masyarakat desa Gawanan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku serta meningkatkan kesadaran para pelakunya. Komunikasi kelompok yang berlangsung dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk kelompok yang terdapat pada masyarakat desa Gawanan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Komunikasi kelompok primer biasanya memiliki hubungan yang lebih akrab, lebih personal dan lebih menyentuh hati, seperti hubungan yang terjalin dalam keluarga, kawan-kawan sepermainan, atau tetangga-tetangga yang dekat.
97
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Kelompok komunikasi seperti ini disebut oleh Charles Horton Cooley (1909) sebagai kelompok primer. By primary group i mean those characterized by intimate face to face association and cooperation 98 Cooley mengatakan bahwa kelompok primer memiliki karakteristik hubungan yang mendalam. Dalam kelompok primer anggotanya saling terikat secara emosional. Komuniaksi ibu rumah tangga yang berlangsung pada kelompok primer bersifat informal lebih tak terduga, tanpa rencana, dan spontan, seperti yang terjadi pada saat ibu-ibu berbelanja pada tukang sayur keliling, pada saat mengobrol di sore hari atau pada saat ada kegiatan di lingkungan mereka, seperti rewangan dan besukan orang sakit. Sedangkan kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok primer yaitu lebih bersifat formal, regular, dan terencana. Hubungan yang terjalin pada kelompok sekunder tidak begitu akrab, tidak personal, dan tidak terikat secara emosional. Komunikasi kelompok sekunder dapat diamati dalam perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat seperti arisan, Karang Taruna, Pengajian, dan Posyandu. B.1. Komunikasi kelompok Primer Salah seorang sosiolog Amerika terkemuka adalah Richard Horton Cooley (1864-1924)99 menyatakan bahwa individu dan masyarakat saling melengkapi, di mana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat. Di dalam karyanya yang berjudul Social Organization, Cooley 98 99
40
Jalaluddin Rakhmat, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 142 Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
mengembangkan konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai dengan hubungan antar pribadi yang dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok tadi perasaan manusia akan dapat berkembang dengan leluasa. Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk di desa Gawanan adalah Bahasa Jawa. Bahasa ini digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi diantara mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat desa Gawanan mencerminkan adat budaya Jawa yang menjadi latar belakang budaya mereka. Adat budaya Jawa yang sangat memperhatikan pengucapan bahasanya yang disesuaikan dengan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan berdasarkan usia maupun status sosialnya. Seperti yang diungkapkan Koetjaraningrat100 pada prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Jawa Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajat atau status sosialnya. Sebaliknya, bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk bicara dengan yang lebih dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur dan derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta status sosialnya. Pada masyarakat desa Gawanan yang sedang mengalami masa transisi telah banyak terjadi pergeseran budaya termasuk dalam hal bahasa.
100
Koentjaraningrat, 1979, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia cetakan ke 4, Jakarta: Djambatan, hal. 322-323
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Bahasa Jawa yang digunakan di desa ini ada tiga macam yaitu Bahasa Jawa Ngoko, Krama Alus (bahasa halus) dan Krama Inggil (bahasa sangat halus). Ketiga jenis bahasa ini mempunyai kedudukan dan kegunaan yang berbeda-beda didasarkan pada tempat, usia dan strata sosial. Dalam berinteraksi diantara sesama penduduk yang mempunyai usia lebih tua dan mempunyai strata sosial yang lebih tinggi digunakan bahasa krama alus. Hal ini menunjukkan adanya sikap menghormati dan menghargai diantara sesama warga. Bahasa krama inggil digunakan hanya pada acara-acara tertentu saja misalnya dalam acara arisan PKK di desa, pengajian, upacara perkawinan dan lain-lain. Sedangkan untuk percakapan diantara warga yang usianya sama dan memiliki strata sosial yang sama pula biasanya digunakan bahasa Jawa ngoko untuk lebih menciptakan suasana yang lebih akrab. Dalam pemakainnya, bahasa ngoko inilah yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena generasi muda pada umumnya kurang bisa menggunakan bahasa Jawa krama. Ini disebabkan generasi muda telah menerima unsur-unsur atau nilai-nilai baru seperti nilai-nilai kebebasan, persamaan derajat dan modernisasi. Jadi, penggunaan bahasa Jawa ngoko menunjukkan adanya perubahan tata hubungan sosial masyarakat. Bahasa yang semula berfungsi sebagai bentuk penghormatan kemudian hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa Indonesia lebih banyak ditemukan pada masyarakat pendatang di perumahan, bahasa Indonesia digunakan oleh orang-orang yang berusia muda kepada orang yang berusia lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
tua, sebagai simbol penghormatan. Namun demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini biasanya dilakukan untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sebenarnya. Komunikasi kelompok primer terjadi pada hubungan kekerabatan dalam keluarga, sifat komunikasi kelompok primer yang lebih informal pada ibu rumah tangga dapat ditemui pada komunikasi keluarga. Pada suatu masyarakat keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan organisasi sosial paling penting dalam kelompok sosial masyarakat. Komunikasi dalam sebuah keluarga dinamakan komunikasi keluarga, dimana komunikasi antarpribadi menjadi salah satu cara berkomunikasi antara sesama anggota keluarga. Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk komunikasi antar persona (face to face communication) yang pada intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masingmasing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat desa Gawanan yang kini tengah mengalami masa transisi dalam berbagai sendi kehidupannya juga mengalami transisi pada pola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
komunikasi dalam keluarganya. Berbeda dengan masyarakat Gawanan dulu yang masih tradisional yang masih kental dengan budaya Jawa. Masyarakat tradisional dengan budaya Jawa masih memegang sistem patrilineal, yaitu adanya hak istimewa bagi para laki-laki. Peran seorang ayah dalam keluarga sangatlah dominan, segala sesuatu ayahlah yang memutuskan. Berbeda dengan perempuan dulu yang hanya dianggap sebagai konco wingking saja, yaitu sebagai teman di dapur, kasur dan sumur. Namun seiring dengan kemajuan jaman, perempuan tidak hanya sebagai konco wingking lagi namun sebagai konco samping yang bersamasama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Sekarang ini masyarakat desa Gawanan telah banyak menerima informasi dari luar, sehingga menyebabkan pola komunikasi dalam keluarga kini lebih terbuka. Masyarakat desa Gawanan telah menerapkan sistem demokrasi dan keterbukaan komunikasi dalam keluarga. Dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan para anggota keluarga akan melibatkan seluruh anggota keluarga untuk mendiskusikannya serta mencari solusi untuk mengambil keputusan yang tepat. Mengeluarkan pendapat tidak hanya didominasi orang tua saja namun sekarang suara anak juga menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan, seperti misalnya keputusan untuk memilih sekolah bagi anak. Orang tua mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi dalam membentuk generasi yang berpotensi, berkepribadian dan memiliki rasa yang bertanggung jawab terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
masa depan bangsa dan negaranya. Salah satunya adalah kewajiban mendidik anak dengan cara yang tepat dengan memilihkan sekolahan yang tepat bagi anak. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan mengenai pendidikan anak mereka : “Keputusan bersama, karena memang kami, untuk anak itu kami tanya, tapi sebelum kami tanyakan orang tua ya menyarankan, memberi pandangan...”101 “Kalau sebagai orang tua itu menyarankan yang terbaik untuk anak. Kalau anak maunya sekolah apa, ya kita mengarahkannya yang terbaik”.102 “...ya saya dorong, anaknya iya, ya saya juga mendorong, jadi ya dorongan dari ibu keputusan dari anak...”103 “Pertama ya anaknya juga pengen tapi orang tua yang mengarahkan kalau itu baik ya silahkan kalau enggak ya kita arahkan...”104
Dalam menentukan pilihan mengenai sekolahan yang tepat bagi anak, tidak hanya orang tua saja yang secara sepihak memutuskan, namun juga mempertimbangkan pendapat anak, karena dalam hal ini anaklah yang akan menjalani keputusan tersebut. Seperti ibu Sri Rejeki yang akan menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi, walau di Desa Gawanan anak yang meneruskan sekolah ke Perguruan Tinggi masih relatif belum banyak, namun Ibu Sri Rejeki sebagai orang tua memberi dorongan kepada anak agar melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi agar kelak anak dapat lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Dalam hal ini orang tua hanya memberi dorongan karena keputusan
101 102 103 104
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
untuk melanjutkan sekolah adalah keputusan anak, karena anak sudah dianggap mampu mengambil keputusan yang terbaik bagi kelanjutan pendidikannya. Sedangkan untuk anak yang hendak melanjutkan sekolah ke tingkat SMP atau SMA, orang tua akan menyarankan sekolahan yang terbaik bagi anak serta memberi masukan apabila anak memilih sekolah yang dianggap orang tua kurang tepat bagi perkembangan anak. Keputusan selain memilih sekolah bagi anak, keputusan yang sering diambil dalam keluarga adalah keputusan menentukan menu hidangan untuk makan sehari-hari. Ibu yang biasanya memasak untuk keperluan makan anggota keluarga dalam menentukan pilihan menu masakan disesuaikan dengan selera para anggota keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan mengenai menu makanan dalam keluarga : “Ya saya sendiri yang putuskan, tapi juga melihat kesukaannya anak dan suami itu apa, ya disesuaikan, nanti kalau mau beli itu dilihat dulu kira-kira kesukaan anak itu apa ya beli”.105 “Ya saya sendiri mbak yang memutuskan mau masak apa, kadang kok saya lihat nasinya nggak habis itu baru saya tawari, nanti masak apa ya biar nasinya habis, kalau bapaknya biasanya nggak mau saya tawari, yang penting anak-anak gitu”.106 “Saya kadang memutuskan sendiri yah, tapi saya juga memikirkan apa yang biasanya dimakan, ya kira-kira apa kesenangan mereka. Seperti bapaknya kan harus ada sayur, dan saya juga memikirkan apa kesenangan anak saya, jadi ya biar di makan. Kalau saya sih makan apa saja mah bisa, hahaha..(tertawa).”107
Ibu adalah yang memutuskan akan memasak apa hari ini, namun dengan mempertimbangkan kepentingan-kepentingan para anggota keluarga lainnya 105 106 107
Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009 Yeti Suhesti, wawancara 26 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
terutama anak, agar masakan yang dihidangkan juga dapat dinikmati seluruh anggota keluarga. Biasanya Ayah akan mengikuti kemauan anak dalam hal hidangan makanan. Untuk mendiskusikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan seluruh anggota keluarga biasanya dilakukan pada malam hari saat waktu makan malam, karena pada saat itu biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul semua setelah seharian melakukan tugas dan aktivitas masing-masing. Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Kadarwati mengenai kebiasaan berkumpul dengan keluarganya di malam hari sambil melihat acara televisi: “Ya paling pengalaman sekolah anak, atau tentang anak-anak, itu biasanya kalau sore habis Maghrib sekalian lihat tivi atau sambil makan ya ngobrol sama satu keluarga menceritakan apa saja yang sudah dilakukan hari ini”.108
Waktu yang paling efektif dalam komunikasi keluarga selain dilakukan pada saat waktu setelah makan malam, biasanya juga sangat efektif bila para anggota keluarga sedang berkumpul pada saat hari Minggu dan hari libur. Hal-hal yang biasanya di bicarakan adalah seputar kegiatan para anggota keluarga, seperti misalnya kegiatan anak selama di sekolah, atau mengevaluasi hasil belajar anak dengan prestasi anak di sekolah. Selain itu juga membahas permasalahpermasalah yang menyangkut kepentingan para anggota keluarga untuk di cari jalan penyelesaiannya bersama. Mengobrol dengan sesama anggota keluarga setiap harinya biasa dilakukan pada saat makan malam atau pada saat berkumpul bersama sambil menonton siaran televisi.
108
commit to user
Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Kehidupan manusia cenderung saling membutuhkan inilah yang disebut dengan manusia sebagai makhluk sosial. Ada berbagai upaya mewujudkan kerukunan dengan adanya komunikasi antar tetangga yang efektif, seperti misalnya dengan kegiatan-kegiatan berkumpul bersama di waktu senggang untuk saling mengenal dan saling bertukar informasi dengan tetangga. Tetangga merupakan orang terdekat setelah keluarga. Untuk menjaga kerukunan antar tetangga biasanya ibu-ibu saling berinteraksi di berbagai kesempatan untuk saling berbagi informasi. Seperti misalnya berkumpul pada saat berbelanja, saat sore di depan teras rumah, pada saat membantu tetangga yang punya hajat dengan mengikuti rewangan, atau pada saat acara besukan orang sakit. Kebiasaan berbelanja pada pedagang keliling kini mulai digemari oleh ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan, karena sekarang pedagang keliling telah banyak dan bervariasi macam dagangannya, yaitu : pedagang sayur, buah, lauk pauk mentah, roti, jajanan anak-anak, makanan kecil, dan berbagai perabot dengan harga sepuluh ribu tiga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Supartini Sesilia mengenai kegiatan berbelanja pada pedagang keliling : “Kalo belanja ya di yune [sebutan untuk pedagang wanita] sayur, kalo ke pasar ya jarang-jarang kog mbak, paling kalo pas pingin masak apa, di yune sayur dah lengkap, pesen juga bisa kan nanti dibawain apa gitu. Tukang sayurnya banyak gak cuma satu, ini kan tadi pagi jam setengah sembilan, nanti jam satu-nan yune yang satunya itu dateng, itu kan komplit, kalo pagi cuma sayur, tapi yang siang itu biasanya beli buah, pokoke belanja dua kali, kalo yang pagi itu sayurnya kan masih seger-seger, tapi kalo yang siang kan sayurnya udah pada layu, jadi paling cuma beli buah.”109
109
commit to user
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Aktivitas berbelanja terutama belanja sayur biasanya dilakukan ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja pada setiap harinya. Namun bagi para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah biasanya akan membeli masakan matang untuk makan siang dan makan malam keluarganya, sedangkan untuk makan pagi para ibu yang bekerja telah mempersiapkannya sebelum berangkat bekerja. Sehingga baik sebagai ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja di luar rumah, untuk hidangan makanan di rumah tetap merupakan tanggung jawab seorang ibu. Kebiasaan berbelanja ini dilakukan pada waktu menjelang siang, yaitu pukul 09.00-11.00 WIB, setelah kegiatan rumah tangga sudah selesai dikerjakan. Pedagang keliling tersebut berhenti di rumah salah satu warga atau berhenti di pos ronda pada jam-jam tertentu. Selanjutnya pedagang tersebut berteriak menjajakan dagangannya atau hanya sekedar memberi tahu bahwa ia telah datang, dan setelah itu ibu-ibu mulai berdatangan dan aktivitas berbelanja mulai berlangsung. Berbelanja pada tukang sayur keliling memang dirasa sangat efektif, selain tidak perlu pergi jauh-jauh ke pasar, pedagang sayur keliling juga menyediakan seluruh kebutuhan dapur dan sayuran segar. Hal ini juga di ungkapkan oleh ibu Sri Rejeki yang memilih berbelanja di tukang sayur daripada di pasar : “...kalo yang teles-teles [basah-basah] kayak wortel, loncang, gitu pesen dari orang pasar Legi yang bronjongan [pedagang sayur yang membawa keranjang besar] itu, kalo gak punya uang ya suruh nyukupi dulu ya mau, ning [tapi] harganya ya lebih mahal tow, tapi ya nggak terlalu, kan gak repot bawa-bawa dari sana ke sana, ning seger. Orang punya kerja aja yang teles-teles itu beli di bronjongan kalo males ke pasar sendiri tu, ada kapri, ada macem-macem, itu sudah pepak [lengkap].”110
110
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Ibu-ibu lebih memilih belanja pada pedagang keliling karena lebih praktis, simpel karena lebih dekat dengan rumah, tidak repot tawar menawar, walaupun harga di pedagang keliling sedikit lebih mahal dibanding dengan harga di pasar, namun ibu-ibu bisa memesan barang dagangan apapun pada penjual, bahkan ibu-ibu bisa ngebon pada penjual, serta aktivitas berbelanja merupakan ajang ibu-ibu untuk saling berinteraksi dengan tetangga untuk saling berbagi informasi mengenai bermacam-macam hal dalam rumah tangga, seperti : resep masakan, perkembangan pendidikan anak, kesehatan (obat-obat tradisional), kosmetik dan perkembangan model pakaian. Selain aktivitas berbelanja, kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan apabila pekerjaan rumah sudah selesai dan memiliki waktu senggang biasanya memanfaatkan waktu sore untuk saling mengobrol. Menghabiskan waktu sore dengan duduk-duduk di teras rumah atau di kebun masih sering terlihat di desa Gawanan. Bila pekerjaan rumah tangga telah selesai biasanya ibuibu rumah tangga yang tidak bekerja atau yang bekerja di luar rumah yang memiliki waktu luang menyempatkan saling mengobrol dan bertukar informasi di teras rumah. Karena biasanya para ibu yang bekerja di luar rumah pada saat sore hari telah pulang bekerja, sehingga para ibu yang bekerja juga dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitarnya. Namun hal ini tidak dilakukan pada tiap hari hanya pada kesempatan-kesempatan tertentu saja, misalnya bila ada seorang ibu yang sedang membersihkan halaman, lalu ada ibu-ibu yang sedang melintas biasanya berhenti untuk saling menyapa dan berlanjut menjadi obrolan, dan biasanya akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
diikuti ibu-ibu lainnya yang berada di sekitarnya untuk ikut bergabung. Seperti yang dikatakan oleh ibu Supartini Sesilia: “...pas sore-sore itu lagi nyapu [menyapu] trus ada yang manggil ayo sini, ya trus gabung, ning ya nggak tiap hari, nek lagi longgar [kalau lagi senggang] ato apa.”111
Obrolan yang biasa di bicarakan pada sore hari biasanya adalah seputar kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, kejadian-kejadian yang mereka alami selama sehari tadi atau seputar masalah rumah tangga, yaitu mengenai masalah pendidikan anak, kesehatan, serta info kecantikan. Selama peneliti mengamati obrolan mereka jarang sekali membicarakan kejelekan atau aib tetangga (gosip), karena apabila ada yang memulai untuk membicarakan kejelekan orang lain biasanya ada yang mengingatkan untuk tidak bergosip. Jarang sekali mereka membicarakan hal-hal yang berat-berat, mengingat waktu untuk mengobrol yang sangat singkat karena dibatasi waktu adzan Magrib. Dan bila telah terdengar Adzan Magrib secara otomatis ibu-ibu pulang ke rumah masing-masing. Kegiatan di sore hari ini dapat menambah keakraban para ibu rumah tangga terutama ibu-ibu yang bekerja untuk saling bertukar kabar dan informasi dengan tetangga sekitarnya. Suasana keakraban yang diciptakan oleh ibu-ibu rumah tangga juga masih terasa saat salah satu warga sedang mengadakan pesta, seperti pesta pernikahan atau pesta kelahiran. Budaya rewang yang merupakan manifestasi dari nilai gotong royong masih dapat ditemukan di desa Gawanan karena hal ini merupakan budaya asli masyarakat Gawanan. Hal ini juga dikatakan oleh ibu Sri 111
commit to user
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Rejeki bahwa budaya rewang di desa Gawanan masih ada dari jaman dulu sampai sekarang. Istilahnya rewangan berasal dari kata rewang/ngrewangi yang berarti membantu, nilai gotong royong, kebersamaan, dan saling bantu masih kental dalam suasana seperti ini Secara umum, budaya rewangan memang sudah lumrah terjadi sejak dahulu kala pada masyarakat di desa Gawanan. Setiap ada salah satu anggota masyarakat yang punya hajatan, maka tanpa dikomando akan terbentuk dengan sendirinya semacam panitia yang terdiri dari para tetangga dan sanak saudara. Tugas yang dilaksanakan pun biasanya sudah jelas, misalnya dalam lingkungan tersebut siapa orang yang dikenal piawai memasak maka dia yang akan mengerjakan tugas masak-memasak. Pesta pernikahan di desa Gawanan biasanya diselenggarakan di rumah dan jarang sekali di gedung, serta hidangan makanannya tidak menggunakan jasa catering namun meminta bantuan warga sekitar untuk membantu memasak. Dan dalam rewangan tersebut, ada satu koki yang dimintai tolong oleh tuan rumah untuk bertanggungjawab terhadap kuantitas dan kualitas suguhan. Seperti yang di ungkapkan bu Sri Rejeki : “Kalo pesta ya di rumah, gak pernah di gedung, makanannya nggak ada yang catering, itu loh masak mbak yu Wiji, itu lho manggil tukang masak, ya biasane 4 hari lah, itu yo dah buat jadah, buat jenang...”.112
Kegiatan rewangan ini merupakan salah satu sarana interaksi antar warga. Dengan adanya acara rewangan ini ibu-ibu yang bertempat tinggal di sekitar yang mempunyai hajat meluangkan waktu untuk datang rewangan tanpa
112
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
disuruh, karena ini merupakan budaya dari warga asli desa Gawanan sejak jaman dulu. Pada saat rewangan inilah biasanya ibu-ibu bertukar informasi atau sekedar mengobrol mengenai berbagai macam hal. “...ya kalo ngobrol itu ya pas rewangan itu, nek pas ada rewangan kan kepethuk [ketemu]. Kalo gak ada rewangan ya gak kepethuk”.113
Budaya rewangan ini sekarang hanya dapat ditemui di desa Gawanan, sedangkan untuk warga pendatang yang bertempat tinggal di perumahan sudah jarang sekali ditemui acara rewangan, karena bila ada yang punya hajat warga perumahan biasanya bertempat di Gedung dengan menyewa jasa katering. Sehingga untuk acara di rumah semua hidangan telah disediakan jasa katering. Untuk keikutsertaan tetangga adalah dengan membantu sebagai panitia acara pesta, seperti among tamu, tunggu kado atau sebagai pengiring pengantin. Sehingga terlihatlah berbeda budaya warga asli Gawanan dengan warga Perumahan yang merupakan warga pendatang. Warga Gawanan dengan warga perumahan dalam kehidupan keseharian mereka memang jarang berinteraksi secara langsung, karena faktor jarak antara perumahan dan desa Gawanan yang dipisahkan oleh jalan Adi Sumarmo. Aktivitas rewangan biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga yang rumahnya berada di sekitar rumah si empunya hajat. Bila ada yang mau mantu, rewangan bisa dilakukan selama 4 hari, untuk membuat jenang, jadah, dan masakan untuk keperluan menyuguh pada tamu. Di desa Gawanan sendiri bila ada yang punya hajat dilakukan di rumah dan makanan yang di sajikan adalah 113
Sri Rejeki, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
masakan dari ibu-ibu yang ikut rewang. Selain untuk membantu tetangga yang sedang punya hajat kebiasaan rewang juga menjadi ajang ibu-ibu untuk saling bertemu dan berinteraksi dengan tetangga. Suasana rewangan terasa begitu akrab sehingga obrolan yang dihasilkan juga mengalir dengan sendirinya. Kegiatan rewangan juga dijadikan sebagai ajang saling bertukar kabar atau bertukar informasi mengenai kehidupan sehari-hari, kesehatan, kabar tetangga, atau mengenai acara yang sedang mereka siapkan Kebiasaan dalam bergotong royong juga tercermin pada masyarakat desa Gawanan disaat ada salah satu warganya yang sedang mengalami musibah, seperti bila ada salah satu warga yang sakit. Menjenguk orang sakit adalah kewajiban setiap umat, dalam ajaran Islam, menjenguk orang sakit adalah di antara amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kebiasaan yang telah ada dari sejak dahulu ini kini menjadi budaya bagi warga Gawanan. Setiap ada warganya yang sakit biasanya para tetangga akan saling memberi kabar untuk berkumpul dan berangkat bersama menjenguk tetangga yang sakit. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sri Rejeki mengenai budaya besukan di Gawanan : “...kalo dulu tu saya dari rumah ke rumah, ngabari [memberi kabar] ada pasien gitu. Kalo belum tilik kog hati ini rasanya belum penak gitu lho[kalau belum menengok yang sakit hati ini rasanya belum tenang begitu]. Kalo udah tilik kan tau keadaannya, rasanya juga penak. Kalo tilik ya rombongan, kadang pake mobil sapa, tapi kalo nggak ada mobil ya nyewa trans, itu lho angkuta itu, kan kadang di Gawanan Barat biasanya nggak ada mobil.”114
114
Sri Rejeki, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
Biasanya sebelum menjenguk akan dikumpulkan uang iuran dari para tetangga untuk dibelikan sesuatu pada yang sakit atau diserahkan berupa uang. Besukan dilakukan bersama-sama dengan tetangga terdekat. Setelah salah seorang warga menyebarkan kabar berita bahwa ada salah satu warganya yang sakit, lalu berkoordinasi dengan tetangga yang lain untuk menentukan waktu yang tepat untuk berkunjung. Bila warga yang sakit dirawat di rumah sakit, biasanya besukan dilakukan setelah Magrib atau jam 19.00 WIB, karena pada jam tersebut merupakan jam berkunjung di rumah sakit. Seperti yang dikatakan bu Sri Rejeki : “Sibuk-sibuk ko kalo sini tu ada orang sakit, kencan-kencan gitu langsung jadi kog, iya di luangkan waktu, ada mobil, trus diumumi, ada pasien gitu biasanya ngebel [menelepon], bu ada pasien gitu, kapan?ya sak selone panjenengan [ya kapan waktu senggang anda], gitu..kalo misalnya dah pulang ya maen ke rumahe.”115
Walaupun sedang sibuk, namun para warga mengusahakan untuk meluangkan waktu ikut menjenguk tetangga yang sakit. Hal ini karena sudah merupakan tradisi dan kebiasaan warga Gawanan untuk tetap peduli dengan sesamanya. Kegiatan besukan ini juga dimanfaatkan oleh ibu-ibu sebagai sarana untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi. Hal ini juga diungkapkan ibu Karsiyem: “pas acara besukan [sebutan untuk menjenguk orang sakit]itu bisa ngobrol (...) biasanya yang diobroli tentang resep masakan, trus berbagi informasi tempat belanjaan yang murah-murah yang ada diskon besar-besaran.” 116
115 116
Sri Rejeki, Ibid Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
Kegiatan ini merupakan ajang berkumpulnya para tetangga sehingga dapat dimanfaatkan untuk saling mengobrol dan bertukar informasi pada saat perjalanan menuju rumah sakit atau pada saat pulang di dalam mobil atau kendaraan yang dipergunakan untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Kegiatan besukan biasanya dilakukan pada malam hari karena pada malam hari para ibu rumah tangga dapat berkumpul dan meluangkan waktu sejenak untuk menjenguk salah satu warga yang sakit, apalagi bagi para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, waktu yang tersedia adalah saat malam hari setelah pulang kerja atau setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangganya. Bagi para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah sebagian waktunya dihabiskan untuk bekerja dan bersosialisasi dengan teman kerja. Oleh karena itu banyak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah saling berbagi informasi dengan teman di tempat bekerja sewaktu jam istirahat atau disela-sela kegiatan kerja. mayoritas para ibu di Gawanan bekerja sebagai pegawai negeri, perawat, dan guru, mereka memilih pekerjaan yang membutuhkan waktu untuk meninggalkan rumah sekitar 6-8 jam per hari atau setengah hari. Sehingga waktu mereka untuk mengurus rumah tangga masih bisa dilakukan setelah pulang dari bekerja.
Para ibu rumah tangga yang bekerja akan saling berbagi informasi
(tentang kesehatan, perkembangan anak, pendidikan anak, kosmetik, model pakaian, politik) dengan teman kerja di waktu senggang. B.2. Komunikasi Kelompok Sekunder Organisasi sosial masyarakat yang ada di desa Gawanan sedikit banyak juga turut menjadi media interaksi yang utama bagi para warga desa. Melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
Karang Taruna maupun kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) warga desa Gawanan dapat melakukan interaksi meskipun waktunya tidak setiap hari. Organisasi sosial masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi sosial masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. Komunikasi yang terjadi pada organisasi sosial merupakan komunikasi kelompok sekunder yang bersifat formal, reguler dan terencana. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada organisasi sosial masyarakat yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yaitu kelompok PKK. Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang terdapat di desa Gawanan terbagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan tingkatan organisasi formal buatan pemerintah, yaitu kelompok PKK tingkat Kelurahan (desa), kelompok PKK tingkat RW dan kelompok PKK tingkat RT. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik yang merupakan perangkat desa di Kelurahan Gawanan yang mengurusi masalah kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan : “Di sini itu ada PKK RT, kemudian kalo ada PKK RW atau kelompok PKK dusun, kemudian baru tingkat desa, karena disini kan masyarakatnya banyak tidak akan mungkin kita tiap bulan mengundang seluruh warga masyarakat, apalagi disini kita akan kesulitan untuk menyampaikan informasi ke bawah....”117
Pembagian kelompok-kelompok PKK ini juga didasarkan pada jumlah penduduk di desa Gawanan yang semakin banyak, sehingga tidak memungkinkan 117
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
apabila mengumpulkan warga satu desa untuk berkumpul mengikuti pertemuan PKK, oleh karena itu untuk memudahkan dalam penyampaian informasi dari tingkat atas kepada warga, maka dibentuklah tingkatan-tingkatan kelompok PKK. Menurut ibu Anik, pembentukan tingkatan PKK ini juga merupakan peraturan dari pemerintah : “...ini juga sudah petunjuk dari tingkat provinsi, memang sudah ada tingkatannya, kalo di desa itu adalah tim penggerak PKK di tingkat desa, tapi kalo di RT dan di dusun itu kelompok PKK. Jadi kalo penggerak itu hanya tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi itu namanya tim penggerak, kalo dibawahnya adalah suatu kelompok...”118
Manfaat yang dirasakan oleh ibu Anik selaku kader PKK tingkat desa mengenai pembagian kelompok PKK ini adalah disaat penyampaian informasi yang berasal dari tingkat atas yaitu tingkat kabupaten kepada seluruh warga desa Gawanan. Adanya pembagian tingkatan dalam kelompok PKK dirasa sangat efektif saat menyampaikan informasi yang harus diterima oleh seluruh warga desa Gawanan. Ibu Anik pun merasa bahwa dengan adanya pembagian tingkatan kelompok PKK akan lebih memudahkan menyampaikan pesan dari tingkat atas (kabupaten) untuk disamapaikan pada masyarakat, seperti yang diungkapkannya berikut ini: “Dengan adanya pembagian seperti itu dirasakan lebih mudah untuk merekrut data, memberikan informasi. Dan semua ibu kader khususnya ibu RT, ibu Kadus akan bisa menyalurkan semua informasi ke bawah, akan sampai dan tidak akan putus di tingkat desa saja, karena semua informasi itu kan harus sampai ditingkat bawah, kalo sampai putus di tingkat desa saja mungkin masyarakat tidak akan tahu apa-apa, informasi tingkat kabupaten khususnya, kalo tidak disampaikan masyarakat tidak akan tahu , misalnya 118
Anik Widartiningsih, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
untuk masalah, Jamkesmas, raskin, atau apalah, kalo kita tidak informasikan ke bawah mereka tidak akan tahu.”119
Meskipun kelompok PKK terbagi menjadi beberapa kelompok tingkatan namun keseluruhan tingkatan tersebut saling berhubungan. Hal ini disebabkan oleh anggota dari kelompok PKK tingkat Kelurahan adalah beberapa perwakilan ibu-ibu PKK tingkat RW / Dusun yang biasanya diwakilkan oleh ibu-ibu yang bertugas sebagai pengurus kelompok PKK, seperti ketua, sekretaris, dan bendahara. Begitu pula untuk anggota PKK tingkat RW/dusun adalah beberapa perwakilan dari ibu-ibu PKK tingkat RT. Kegiatan kelompok PKK dilakukan setiap sebulan sekali, biasanya dilaksanakan pada Minggu pertama. Untuk kelompok PKK tingkat Kelurahan dilaksanakan setiap tanggal 3. Sedangkan untuk kelompok PKK tingkat RW/dusun dilaksanakan tiap tanggal 4 dan selanjutnya untuk kelompok PKK tingkat RT dilaksanakan setelah pertemuan kelompok PKK tingkat RW/dusun. Biasanya untuk tanggal pertemuan menurut kebijakan masing-masing RT, namun masih dalam Minggu pertama. Pembagian waktu pertemuan kelompok PKK ini untuk memudahkan penyampaian informasi yang berasal dari kabupaten sehingga informasi tersebut dapat sampai pada tingkat keluarga. Arus informasi yang berasal dari pemerintah biasanya disampaikan pada tingkat kabupaten lalu turun ke bawah pada tingkat Kecamatan, setelah itu informasi akan di sampaikan pada tingkat Kelurahan yaitu pada rapat rutin tanggal 3. Masing-masing anggota yang merupakan perwakilan
119
Anik Widartiningsih, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
dari tiap-tiap RW/dusun yang menjadi anggota PKK tingkat Kelurahan akan meneruskan informasi tersebut pada tingkat RW/dusun dan selanjutnya akan diteruskan kembali pada tingkat RT. Kelompok PKK yang menampung ibu-ibu dapat melakukan kontak sosial diantara mereka. Ajang pertemuan seperti ini dirasakan sangat bermanfaat bagi para anggotanya, seperti yang disampaikan oleh beberapa informan yang merupakan ibu-ibu rumah tangga anggota PKK. “Ya itu kan bisa ketemu yang jauh-jauh, bisa berkomunikasi dengan orang-orang RT lain, biasanya kan cuma tahu tetangga yang dekat-dekat saja. Ya jelas ada manfaatnya, kalo misalnya kita jarang silaturahmi kan yang tahu kan hanya tetangga dekat, paling gak kan yo satu perumahan kita kenal, masak satu perumahan gak kenal kan ya gimana, ya salah satu caranya dengan ikut arisan PKK”.120
“...ya ketemu temen-temen, crita-crita opo kan nanti jadi tahu kabare opo gitu.”121
Seperti yang diungkapkan beberapa informan di atas bahwa dengan mengikuti kegiatan kelompok PKK dapat bersilaturahmi dengan tetangga yang letak rumahnya jauh dari tempat tinggal mereka, namun masih satu RW/dusun. Dapat saling mengenal dan berbagi informasi tentang kabar atau tentang apapun. Selain sebagai ajang saling kenal dengan tetangga kelompok PKK juga merupakan sumber informasi bagi para ibu rumah tangga tentang berbagai hal, karena dalam pertemuan PKK biasanya ada informasi-informasi dari tingkat atas
120 121
Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
(pemerintah) yang berguna bagi kehidupan para ibu rumah tangga. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Karsiyem 48 tahun yang merupakan ibu ketua RW 9 : “Pertama informasinya yang jelas dari kelurahan itu diinformasikan dari tingkat RT RW dan warga, bisa kesehatan himbauan atau apapun informasi dari Kabupaten, tentang PKK mungkin. Trus juga nanti ada pengisian berupa kesehatan, pengetahuan atau tips-tips rumah tangga. Disampaing itu juga kita bisa sharing “.122
Jenis kegiatan yang diadakan oleh PKK adalah arisan dan posyandu. Arisan yang berjalan berbentuk arisan uang. Arisan ibu-ibu PKK tingkat RT biasanya dilaksanakan pada waktu setelah ba’da Magrib, atau jam 18.30 WIB. Namun untuk arisan tingkat RW dan Kelurahan diadakan pada sore hari yaitu pukul 16.00 WIB di balai Desa, hal ini di karenakan pertemuan tingkat Kelurahan anggota yang hadir merupakan perwakilan dari tiap-tiap RW yang letak rumahnya berjauhan. Untuk arisan PKK tingkat RT dilaksanakan bergilir di tiap-tiap rumah anggotanya. Seperti misalnya pada saat peneliti mengamati secara langsung arisan ibu-ibu RT 2 Dusun Gawanan Timur yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 5 Maret 2009 yang bertempat di rumah salah satu anggota arisan. Arisan di laksanakan pada pukul 19.00 WIB, para anggota peserta arisan memiliki seragam yang khusus dipakai pada saat menghadiri arisan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesenjangan dalam berpakaian pada ibu-ibu yang menjadi anggota arisan, mengingat desa Gawanan memiliki struktur masyarakat dengan berbagai macam kelas ekonomi sosial.
122
commit to user
Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
Suasana sebelum arisan dimulai sangatlah ramai dan akrab, beberapa anggota ibu-ibu membawa serta anak-anak mereka yang masih berusia balita. Menyebabkan suasana tambah ramai dengan adanya anak-anak tersebut. Tepat pukul tujuh acara dimulai dengan pembacaan tata urutan acara yang dibacakan oleh pembawa acara (MC), adapun susunan acaranya adalah : 1. Pra acara : a. Menyanyikan mars PKK “Marilah hai semua rakyat Indonesia membangun segra Membangun keluarga yang sejahtera dengan PKK Hayatilah dan amalkan Pancasila...Untuk negara Hidup gotong royong makmur sandang dan pangan Rumah sehat sentosa... Tata laksana di dalam rumah tangga..Rapi dan indah Didiklah putra berpribadi bangsa...Trampil dan sehat Kembangkan koperasi Jagalah lingkungan dan sekitarnya Aman dan bahagia keluarga berencana Hidup jaya PKK” b. Pembacaan Doa c. Pembacaan UUD’45 d. Pembacaan teks Pancasila e. Pembacaan 10 program PKK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
10 Program Pokok PKK tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Penghayatan dan pengamalan Pancasila 2. Gotong Royong 3. Pangan 4. Sandang 5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga 6. Pendidikan Keterampilan 7. Kesehatan 8. Mengembangkan kehidupan berkoperasi 9. Kelestarian lingkungan hidup 10. Perencanaan sehat 2. Pembukaan oleh ibu ketua RT 3. Pembinaan oleh ibu Lurah 4. Arisan 5. Laporan 6. Lain-lain 7. Penutup Mars PKK dan 10 Program Pokok PKK dalam setiap kegiatan selalu di perdengarkan pada seluruh anggota arisan. Mars dan program pokok tersebut merupakan lambang yang dapat dimaknai bahwa setidaknya para anggota yang mengikuti arisan dapat menerapkan apa yang selalu di dengarnya setiap kegiatan arisan. Seperti yang diungkapkan ibu Anik selaku kader PKK : “Kalo memang seharusnya semua yang sudah kita baca, sudah kita tahu ya hendaknya dilaksanakan, tapi untuk mengubah itu semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
kan harus sedikit-sedikit, contohnya di PKK aja, kan ada 10 program pokok PKK, itu kalo kita sehari-hari untuk masalah pangan, papan, sandang, contohnya juga perumahan, tata laksana, kesehatan, perencanaan sehat itu memang adalah lingkungan kita sehari-hari. Misalnya pangan, kita memang makan sehari-hari dengan seimbang, harusnya kan seperti itu, tapi kan kita tidak bisa menengok dan mengetahui satu persatu, kemudian harus kudu ngene [harus begini], namun kita seharusnya seperti itu, pembinaan kan kudu ngene. Tapi InsyaAlloh dengan kesadaran masyarakat kan memang musti berjalan mengikuti apa yang setiap bulan sudah dibaca dan mudah-mudahan dilaksanakan dengan baik”123
Seperti halnya dalam berkomunikasi pada saat pesan disampaikan secara berulang-ulang akan tertanam di dalam benak komunikan dan diharapkan akan dilaksanakan oleh komunikan dalam suattu tindakan sesuai pesan yang disampaikan. Seperti halnya tujuan dari komunikasi adalah perubahan sikap, perubahan opini, serta perubahan perilaku manusia baik secara diri sendiri dalam bentuk kelompok atau dalam bentuk masyarakat. Dalam suatu pertemuan biasanya membahas persoalan-persoalan atau informasi yang berasal dari tingkat yang lebih atas (pemerintah) yang biasanya disampaikan oleh perwakilan RT yang mengikuti pertemuan arisan tingkat RW/dusun. Namun karena ibu Lurah Gawanan bertempat tinggal di RT 02, RW 6 maka informasi yang disampaikan langsung dari bu Lurah yang pada saat pertemuan arisan berperan sebagai pembina arisan. Pada kesempatan pertemuan kali ini ibu Lurah selaku pembina arisan menyampaikan beberapa informasi mengenai belum terbentuknya petugas pemantau jentik nyamuk Demam Berdarah, karena beberapa bulan terakhir desa Gawanan sempat menjadi endemi penyakit demam berdarah, sehingga pemerintah 123
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
segera membentuk petugas untuk memantau pertumbuhan jentik-jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampuangan air di dalam rumah. Selain itu bu Lurah juga menyampaikan mengenai adanya pengobatan gratis dari UNS dalam rangka acara bakti sosial ulang tahun (dies natalis ) UNS. Yang akan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2009. informasi lainnya adalah tentang pelaksanaan pemilu dan disampaikan informasi mengenai tanggal dan waktu dilaksanakannya pemilu legislatif serta menambahkan informasi mengenai pemilih yang golput bahwa pemerintah melarang adanya pemilih yang golput, sehingga disarankan agar warga menggunakan hak pilihnya untuk memberikan suara. Informasi dari bu Lurah tersebut disampaikan dengan menggunakan pengeras suara agar dapat terdengar oleh ibu-ibu yang duduknya di luar. Beberapa ibu-ibu sengaja duduk di luar karena mereka menyadari membawa anak usia balita yang mungkin tidak dapat di tinggal di rumah sehingga harus di bawa saat pertemuan arisan. Hal ini disadari bila mengajak anaknya untuk duduk di dalam akan mengganggu jalannya acara arisan, karena mungkin anak-anak akan merasa bosan atau kepanasan sehingga menjadi rewel. Informasi yang disampaikan dengan menggunakan pengeras suara dapat dengan jelas didengarkan oleh seluruh anggota arisan. Terlihat antusias dan perhatian para anggota atas informasi yang di sampaikan. Namun pada saat pengeras suara mati kontan saja menimbulkan kegaduhan ibu-ibu arisan yang tengah memperhatikan informasi yang disampaikan. Dan setelah informasi tersebut disampaikan kembali tanpa pengeras suara nampak terlihat beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
anggota arisan mulai tidak memperhatikan informasi tersebut karena tidak terdengar sampai di luar. Selanjutnya pembawa acara (MC) mengulangi kembali informasi yang di sampaikan ibu Lurah karena posisi duduk pembawa acara berada tepat ditengah-tengah anggota arisan. Pada saat pembawa acara menyampaikan kembali informasi dari bu Lurah, peneliti mengamati bahwa perhatian anggota rapat tertuju pada pembawa acara, bahkan anggota yang berada di dalam pun kembali memperhatikan pembaca acara menyampaikan informasi. Hal ini di karenakan pembawa acara adalah orang yang dituakan dalam masyarakat dan di anggap orang yang berpendidikan. Sehingga pada saat itu tidak saja menyampaikan informasi saja namun juga pembawa acara segera membentuk petugas pemantau nyamuk Demam Berdarah. Pembentukan petugas langsung ditunjuk mengenai siapa saja yang menjadi petugas pemantau, dan keputusan segera di tawarkan pada forum. Setelah forum setuju maka keputusan segera di ambil. Komunikasi kelompok yang berlangsung pada saat acara arisan tersebut dimana saat ibu Lurah berperan sebagai komunikator kurang efektif apabila pesan yang disampaikan tidak menggunakan pengeras suara, hal ini dikarenakan ada beberapa faktor, seperti keadaan lingkungan yang sekarang lebih ramai, walaupun di malam hari, desa Gawanan pun masih terasa ramai dengan banyaknya para pengguna jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor yang melintasi jalan. Selain itu juga semakin bertambahnya masyarakat desa Gawanan menyebabkan anggota arisan PKK pun bertambah banyak. Berbeda dengan keadaan Gawanan pada jaman dulu yang masih terasa sepi, dan masyarakatnya khususnya anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
arisan PKK masih sangat sedikit. Sehingga informasi dapat disampaikan secara langsung dan jelas dan tidak memerlukan pengeras suara. Dalam arisan PKK tingkat RT di RT 02 Dusun Gawanan Timur ini peneliti mengamati bahwa sebenarnya bisa saja informasi langsung disampaikan oleh pembawa acara kepada para anggota. Namun untuk menghormati kedudukan Lurah maka informasi disampaikan oleh bu Lurah terlebih dahulu. Latar belakang dari bu Lurah dan pembawa acara yang menurut pengamat menyebabkan kurang mendapatkan perhatian saat ibu Lurah berbicara. Karena bu Lurah yang menjabat saat ini usianya masih muda, baru 22 tahun, dan dulunya adalah murid dari ibu yang membawakan acara. Latar belakang budaya Jawa tentang rasa ngajeni terhadap orang yang lebih tua masih sangat berlaku di sini. Sehingga saat ibu pembawa acara mengulangi kembali informasi yang disampaikan ibu Lurah, seluruh anggota arisan memperhatikan kembali. Selain sebagai wadah untuk menyalurkan informasi dari tingkat atas, kegiatan arisan ini juga dimanfaatkan oleh beberapa produsen penjual peralatan rumah tangga seperti kompor gas, blender, tikar, dan peralatan rumah tangga lainnya untuk mempromosikan barang dagangan mereka. Seperti yang diungkapkan ibu Supartini Sesilia : “Setiap arisan pasti ada promosi, ya itu kosmetik ya pernah, dulu itu peralatan seperti kompor ya pernah, kesehatan juga ada.”124
Kegiatan arisan ibu-ibu PKK ini dapat memberikan manfaat yang sangat banyak bagi para ibu rumah tangga. Ajang untuk saling bertemu, berkenalan dan
124
commit to user
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
bertukan pikiran dan informasi ini merupakan cara pembelajaran yang baik bagi para ibu rumah tangga untuk saling menjaga kerukunan antar tetangga. Selain kegiatan arisan ibu-ibu, warga masyarakat desa Gawanan khususnya yang beragama Islam, senantiasa menyelenggarakan satu aktivitas keagamaan yang bersifat rutin, yakni pengajian. Kegiatan pengajian biasanya dibagi dalam beberapa kelompok pengajian yang terdapat di setiap Rukun Warga (RW). Kegiatan yang diadakan ini selain memiliki tujuan religius, yakni untuk meningkatkan kualitas keimanan warganya, ternyata ada juga manfaat lain yang dirasakan bila terlibat langsung didalamnya. Mempererat tali silaturahmi diantara sesama umat Islam, hal ini dirasakan juga oleh ibu-ibu kelompok pengajian yang berada di desa Gawanan. Pengajian biasanya di selenggarakan setiap seminggu sekali pada malam jumat atau kamis malam di Masjid yang berada di wilayah masing-masing RW. Dengan adanya pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga terutama di bidang ilmu agama dalam pengaplikasiannya pada kehidupan sehari-hari. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Sri Puji berikut: “Di pengajian juga ada informasi seperti itu, terkadang dokter Maryati atau dokter Soleh itu diberi waktu untuk melakukan penyuluhan. Jadi di pengajian itu enggak cuma ngaji aja, ya ada penyuluhan kesehatan juga, pengajian itui lebih komplit, bisa saling silaturahmi, mendapatkan informasi, dan tambah ilmu, enggak cuma ilmu agama saja, juga mendapatkan ilmu-ilmu yang lain”.125
Pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga, selain sebagai wadah silaturahmi antar warga juga merupakan wadah untuk 125
commit to user
Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
menambah ilmu yang tidak hanya ilmu agama namun juga berbagai ilmu dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sri Puji bahwa dalam pengajian juga mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan oleh salah satu warga yang berprofesi sebagai dokter. Selain itu dalam pengajian juga diberikan informasi-informasi politik, terutama saat pemilu legislatif dengan cara pemilihan yang baru yaitu dengan dicontreng. Seperti yang diungkapkan kembali oleh ibu Sri Puji: “Informasi politik itu saya dapatkan dari pengajian. Ya di pengajian itu misalnya ini waktunya pemilu ya di sosialisasikan, caranya gini, jangan jadi golput, kalau golput nanti yang seneng malah yang kurang berkualitas itu. Di beri tahu juga kita pinterpinter milih pemimpin, pokoknya dipesan jangan golput (...) iya, kita dikasi sampelnya lembaran besar itu, dikasi tahunya juga di pengajian”.126 Informasi mengenai cara pemilihan yang baru yaitu dengan cara dicontreng pada pemilu tahun ini juga diinformasikan dalam pengajian. Tidak hanya diberitahu caranya saja namun juga diberikan contoh langsung dengan mempraktekkannya pada lembaran kertas pemilu. Selain itu dalam pengajian juga memberikan informasi kepada para ibu-ibu untuk tidak golput dalam pemilu. Dalam pengajian juga diberikan ilmu-ilmu agama terutama agama Islam. Setelah mengetahui beberapa informasi dan ilmu agama, terdapat beberapa adat/kebiasaan warga yang kini mulai ditinggalkan, seperti yang diungkapkan oleh beberapa ibu rumah tangga di bawah ini: “Untuk kebiasaan-kebiasaan adat spt bila ada keluarga yang meninggal biasanya ada acara 7 hari atau gimana, itu juga tergantung dari kebiasaan–kebiasaan masing-masing pribadinya ya, karena sekarang itu sudah banyak yang ditinggalkan karena dalam 126
Sri Puji Mulyan, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
pengajian2 itu juga disampaikan bahwa hal-hal spt itu tidak ada tuntunannya, jadi mulai banyak yang ditinggalkan”.127 “Kalo emang yang lainnya sudah agak luntur njih, khususnya kaya dulu sama sekarang seperti bancakkan [syukuran], kondangan, atau apa gitu. Itu dulu masih kental sekali, contohnya seperti orang tua saya, itu mesti ada kondangan atau apa, nah tapi sekarang dengan pengetahuan masalah agama, kan dulu itu orang tua karena adat, dan mungkin karena pengetahuan agamanya belum terlalu tahu, atau belum mendalam sekali, itu ya sudah biasa, itu tradisi, tapi setelah lama-kelamaan banyak sekali ulama-ulama yang datang, memberi penjelasan bahwa itu memang tidak ada dalam pedoman Al Qur’an, lama-lama khususnya di RT 4 saya itu, untuk masalah kondangan atau apa itu memang sudah tidak ada lagi (...) Misalnya untuk nyambut [menyambut] tahun gitu, biasanya kalo puasa mau lebaran, terus kupatan, kan itu ada kondangan, itu istilahnya itu kayak kenduri, slametan, pake macem-mecem gitu (...) Memang ada yang masih seperti itu tapi kalo ditempat saya khususnya memang sudah tidak ada lagi yang seperti itu, karena memang yo itu tadi, sudah masuk ilmu-ilmu agama, kalo dulu kan itu tradisi orang tua, apalagi sekarang kan banyak ibu-ibu muda yang duduk disitu, kan sudah lain lho nggih, orang tua kan sudah meninggal, mungkin anak-anaknya yang menggantikan posisi di rumah tangganya, jadi adat memang sudah mengalami perkembangan”.128
Setelah mendapatkan penjelasan ilmu agama yang diperoleh dalam pengajian, kini banyak kebiasaan yang mulai ditinggalkan oleh warga masyarakat, seperti: adat pitung dina (syukuran tujuh hari setelah hari kematian), kondangan seperti
kendurian
atau
bancakan
(syukuran yang
dilaksanakan
setelah
memperingati hari besar atau setelah berpuasa pada bulan Ramadhan). Hal itu merupakan adat kebiasaan dari para leluhur sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas anugerah yang telah diberikan. Kebiasan seperti itu mulai ditinggalkan oleh para ibu rumah tangga yang mengikuti pengajian karena hal tersebut tidak
127 128
Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
diajarkan dalam ajaran agama dan juga hal tersebut merupakan tindakan yang dianggap mubadzir. Kegiatan pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga, selain merupakan ajang saling bertemu dengan para tetangga, dalam pengajian juga diberikan berbagai macam informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari para ibu rumah tangga. Hal inilah yang menjadikan para ibu rumah tangga meluangkan waktu untuk mengikuti pengajian yang rutin dilaksanakan setiap satu Minggu sekali. Hal lain yang dapat diperoleh para ibu rumah tangga adalah dalam pengajian biasanya para ibu juga saling mengabarkan tentang keadaan mereka, serta saling berbagi informasi mengenai berbagai macam hal. Kegiatan seperti ini dirasa sangat bermanfaat sehingga kegiatan ini terus dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Perkumpulan selain pengajian dan arisan dalam kegiatan PKK juga diadakan kegiatan posyandu. Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah akronim yang sudah sangat familiar, adalah sebuah organisasi pelayanan pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi kalangan isteri berusia subur dan balita. Posyandu di desa Gawanan lahir dan dikembangkan atas kesadaran dan upaya masyarakat sendiri, dan partisipasi sosial dari kelurahan. Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana. 129 Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan ibu-ibu PKK di desa Gawanan. Posyandu di desa Gawanan diselenggarakan oleh tiap-tiap dusun. Kegiatan Posyandu di desa Gawanan dulu belum berjalan seperti sekarang ini. Dulu kegiatan Posyandu hanya terpusat di tingkat Kelurahan / Desa saja. Awalnya tujuan dari diadakannya kegiatan Posyandu di desa Gawanan ini adalah untuk memberi kesadaran bagi para ibu rumah tangga mengenai kesehatan dan perkembangan anak usia balita dan kesehatan para ibu hamil. Namun dulu karena belum adanya kesadaran dari para ibu-ibu rumah tangga mengenai pentingnya pendidikan kesehatan anak, kegiatan posyandu pun belum berjalan secara maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik berikut ini: “...seperti posyandu, itu dulu belum berjalan seperti ini, harus di panggili ke rumah, didatangi, harus diajak, kemudian PMT [Pemberian Makanan Tambahan] itu juga harus dibuat sendiri dulu, belum ada kog dulu itu PMT itu urunan. Jadi memang tokohtokoh masyarakat disini itu sangat berkorban sekali untuk kemajuan dalam melaksanakan program-program dari pemerintah.”130
Peran serta tokoh masyarakat untuk menjalankan program dari pemerintah memberi andil yang cukup besar bagi kelangsungan kegiatan Posyandu. Seperti pemberian makanan tambahan (PMT) yang dulunya hanya diusahakan oleh beberapa orang saja yang menjadi kader Posyandu dengan biaya
129
Website: http://iinaza.wordpress.com/2008/04/19/serba-serbi-posyandu/. Diunduh tanggal 6 April 2009 jam 06.45 wib
130
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
sendiri. Namun sekarang kesadaran akan pentingnya pendidikan kesehatan pada anak usia balita dan ibu hamil mulai meningkat sejalan dengan masuknya berbagai macam informasi mengenai kesehatan anak. Hal ini memberi dampak positif bagi para warga Gawanan terutama para ibu rumah tangga untuk ikut andil menyukseskan kegiatan Posyandu, yang sebenarnya secara teoritis bertujuan : 1. Mempercapat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR 3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera. 4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat. 5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografi. 6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.131 Apabila kegiatan posyandu dapat dilaksanakan secara maksimal maka angka kematian bayi pun akan menurun serta terkontrolnya perkembangan kesehatan dan gizi anak-anak balita di desa Gawanan. Kegiatan Posyandu di desa Gawanan meliputi: kegiatan penimbangan bayi dan pengisian KMS serta pemberian makanan tambahan serta pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.
131
commit to user
Website: http://one.indoskripsi.com. Diunduh tanggal 6 April 2009 jam 06.55 wib
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
Desa Gawanan kini telah memiliki beberapa Posyandu yang terbentuk di tiap RW/Dusun. Kegiatan Posyandu biasanya dilaksanakan tiap bulan pada minggu kedua. Posyandu di laksanakan di rumah salah satu warga yang merupakan kader Posyandu, kegiatan Posyandu biasanya diadakan pada waktu sore hari, disaat para ibu rumah tangga telah menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Kegiatan Posyandu diawali dengan mendaftar dan menyerahkan Kartu Menuju Sehat (KMS) kepada petugas Posyandu, lalu di lanjutkan penimbangan berat badan anak, untuk anak usia 1-11 bulan menggunakan timbangan gantung yang kaitkan dengan keranjang untuk tempat duduk anak, sedangkan anak usia 14 tahun menggunakan timbangan injak. Selanjutnya adalah penyerahan KMS yang telah diisi oleh petugas dan konsultasi kesehatan anak dan ibu hamil kepada petugas perwakilan dari Puskesmas. Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu suatu alat untuk mencatat berat badan anak dibawah 5 tahun (balita) setiap kali ditimbang setiap bulan secara teratur. Berat badan ini dibubuhkan pada KMS dlm bentuk titik (.) yang disebut titik berat badan. Pengisian KMS bertujuan : (1) sebagai alat pengontrol pertumbuhan berat badan anak, (2) sebagai alat untuk mengetahui keadaan kesehatan anak, (3) sebagai alat untuk mengetahui keadaan gizi anak. Anak balita perlu ditimbang badannya setiap bulan agar pertumbuhan dapat diikuti secara seksama melalui grafik berat badan yang merupakan rangkaian titik-titik berat badan dari bulan ke bulan. Tahap terakhir adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT), merupakan salah satu program dari kegiatan Posyandu yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak yang masih kurang serta untuk memberi contoh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
pada ibu-ibu dalam memberikan makanan bergizi bagi balitanya, seperti : bubur sum-sum, kacang ijo, setup makaroni, sup dan makanan-makanan yang bergizi bagi Balita. Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan di tiap dusun ini memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga mengenai informasi kesehatan anak dan ibu hamil. Selain itu kegiatan Posyandu juga merupakan wadah bagi para ibuibu untuk saling bertemu dan bertukar informasi mengenai berbagai hal, terutama mengenai perkembangan anak-anak mereka yang sedang tumbuh. Biasanya setelah menimbang anak mereka dan mendapatkan makanan tambahan dari Posyandu, para ibu-ibu berkumpul dan mengobrol sambil menyuapi anak dengan makanan tambahan yang diberikan.
C. Komunikasi Massa Masyarakat desa Gawanan telah mengenal berbagai macam media massa. Mereka tidak buta akan informasi yang berasal dari luar daerah. Mayoritas masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi sebagai sumber informasi dari luar. Media televisi adalah media massa utama yang dimanfaatkan oleh ibu-ibu rumah tangga sebagai sarana informasi, edukasi dan hiburan Seperti yang disampaikan oleh ibu Sri Rejeki mengenai manfaat melihat tayangan televisi baginya : “ Televisi ya bermanfaat ya tau pengalaman dimana-mana, kalo ada apa, ada apa kan tahunya dari tivi, sing penting saya itu hiburan.”132
132
commit to user
Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Tri Hartini : “Ya biar tahu aja, kan kalo ibu rumah tangga itu di rumah terus tow mbak, ya biar tahu dunia luar tu kayak apa.”133
Aktivitas menonton televisi terutama ibu-ibu rumah tangga dilakukan pada siang hari apabila pekerjaan rumah telah selesai, sambil menunggu anakanak pulang sekolah. Namun bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja biasanya meluangkan waktu melihat televisi pada malam hari. Acara favorit para ibu rumah tangga adalah acara berita, mereka mengaku dengan melihat berita di televisi dapat menambah wawasan akan dunia luar. Selain berita mereka juga melihat tayangan sinetron serta berita infotainment sebagai hiburan. Karena bagi ibu-ibu rumah tangga, berita merupakan hal utama mereka menonton televisi. Televisi sudah menjadi gaya hidup masyarakat desa Gawanan. Karena dulunya kepemilikan televisi di Gawanan masih sangat jarang di temui. Namun sekarang dengan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat akan informasi, pesawat televisi pun kini telah banyak di temukan hampir di setiap rumah di Gawanan. Televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat Gawanan sebagai sumber informasi yang utama mengenai dunia luar. Adanya stasiun televisi lokal seperti TATV yang menayangkan berita terkini seputar wilayah Solo dan sekitarnya juga menjadi masukan bagi ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk mengetahui perkembangan serta informasi berbagai macam peristiwa yang terjadi di daerah mereka.
133
commit to user
Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
Isu-isu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat umumnya didapat dari media televisi, lalu kemudian dari media cetak, seperti koran, majalah, atau tabloid. Informasi yang ditayangkan lewat televisi cakupannya begitu luas, seperti isu yang sedang berkembang di masyarakat mengenai isu politik dimana pada tahun 2009 ini akan dilaksanakan pesta demokrasi pemilihan umum secara langsung untuk menentukan calon Presiden baru untuk masa jabatan 2009-2014. Stasiun-stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan informasi pemilu mengenai sosok calon presiden atau jumlah peserta pemilu yang semakin banyak serta iklan-iklan kampanye politik setiap harinya. Isu politik yang menjadi agenda di setiap stasiun televisi ini juga mempengaruhi pemirsa televisi di desa Gawanan untuk mengikuti perkembangan berita politik di Indonesia. Namun antusias warga desa Gawanan terutama ibu-ibu rumah tangganya terhadap isu-isu pemilu yang ditayangkan di televisi kurang begitu terasa. Mereka melihat tayangan politik di televisi untuk sekedar tahu saja siapa-siapa calon presiden yang dijagokan oleh partai-partai politik. Jika peneliti amati ibu-ibu rumah tangga dalam setiap kesempatan berkumpul dengan keluarga atau dengan tetangga jarang dan hampir tidak pernah membicarakan isu-isu politik. Hal ini menandakan bahwa ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan kurang tertarik dengan dunia politik. Bagi para ibu rumah tangga televisi memberikan informasi politik mengenai jumlah partai politik, profil calon-calon presiden serta cara pemilihan yang baru, yaitu dengan cara mencontreng, namun untuk keputusan memilih mereka tidak terpengaruh oleh tayangan di televisi. Justru dengan melihat tayangan di televisi mengenai berbagai macam partai politik serta calon-calon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
baru presiden membuat ibu-ibu di desa Gawanan menjadi bingung dan kurang tertarik.seperti yang diungkapkan Karsiyem (48 tahun) : “Saya itu malah jadi bingung dengan banyak iklan di TV karena dalam iklan itu bukan hanya wilayah kita Karanganyar. Ya bedabeda dan lebih luas, karena kan tiap-tiap wilayah kan berbedabeda. kita informasi dari kabupaten lewat desa baru kebawah ke RW, RT lalu warga, kalo lewat tivi itu malah mungkin bingung, ya karena itu tadi kalo lewat tivi kan skupnya lebih luas satu Indonesia”134
Diakui oleh seorang ibu bernama Kadarwati (46tahun) bahwa televisi tidak mempengaruhinya dalam memilih calon presiden atau calon legislatif. Karena baginya pilihan yang sejak dulu jadi keyakinannya tidak mudah terpengaruh oleh tayangan iklan di televisi. “Enggak tuh, kalau saya itu dari dulu sudah mantebnya ini ya ini gitu, saya nggak terpengaruh iklan kampanye di televisi. Ya acara di tivi itu cuma untuk tambahan informasi saja”.135
Iklan-iklan kampanye di televisi yang kian marak menjelang pemilu calon presiden tidak terlalu diminati oleh para ibu rumah tangga dalam menikmati acara di televisi. Bahkan iklan-iklan kampanye politik tersebut tidak mampu mempengaruhi keputusan memilih para ibu dalam menentukan suaranya untuk pemilu yang akan datang. Tayangan mengenai dunia politik bagi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan kurang diminati. Biasanya ibu-ibu menonton televisi pada siang hari setelah menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Tayangan televisi di siang hari lebih banyak seputar informasi untuk ibu-ibu rumah tangga, seperti talk show, 134 135
Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
acara kuliner, atau berita infotainment. Sedangkan untuk tayangan politik di televisi yang biasanya di tayangankah pada jam-jam prime time , ibu-ibu di Gawanan lebih memilih menonton sinetron atau bila sedang melihat acara politik biasanya karena mengikuti suami atau keluarga yang sedang menyaksikan berita politik. Media massa yang juga sering dimanfaatkan untuk memperoleh informasi dari dunia luar oleh para ibu rumah tangga selain televisi adalah radio. Radio merupakan media massa alternatif pilihan kedua setelah televisi. Walaupun perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat lajunya, namun peranan radio sebagai media informasi dan hiburan masih banyak dimanfaatkan oleh ibuibu rumah tangga di desa Gawanan. Dalam penggunaan radio pun kini telah mengalami perubahan yang semakin canggih, yaitu mendengarkan siaran radio dengan menggunakan handphone. Radio masih dimanfaatkan karena memiliki keunggulan diatas media informasi lainnya dalam hal : biaya murah; daya jangkau layanan yang luas; fleksibel, yaitu mampu dinikmati dimana saja karena sifatnya yang auditif (didengarkan), radio tidak membutuhkan kemampuan (membaca pada surat kabar dan melihat pada televisi) dan konsentrasi khusus bahkan radio bisa dinikmati sambil melakukan aktivitas lainnya; radio mampu menyampaikan informasi secara cepat karena prosesnya yang sangat sederhana; serta pesawat radio praktis, kecil, fleksibel dan mudah dibawa kemana-mana. Ibu-ibu rumah tangga mendengarkan radio setiap hari , biasanya mereka mendengarkan siraman rohani di pagi hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
Dulu masyarakat Gawanan dapat mendengarkan ceramah kuliah subuh saat selesai sholat Subuh di Masjid, namun sekarang dengan kesibukan para warganya kebiasaan tersebut sudah tidak ada lagi, hanya terkadang masih sering terdengar ceramah di hari-hari tertentu saja, misalnya saat bulan Ramadhan, atau saat hari besar umat Islam. Dengan memanfaatkan radio di pagi hari dengan mendengarkan siaran siraman rohani dirasa bermanfaat bagi ibu-ibu dan keluarganya. Kesibukan ibu dipagi hari seperti menyiapkan sekolah bagi anak, dan juga menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga sangatlah menyita waktu, namun dengan mendengarkan radio, selain mendapatkan ilmu juga rutinitas para ibu di pagi hari tidaklah terganggu. Selain dimanfaatkan sebagai media informasi, radio juga dimanfaatkan sebagai sarana hiburan. Para ibu memanfaatkan radio sebagai pengantar tidur di malam hari. Biasanya sebelum berangkat tidur ibu-ibu mendengarkan siaran radio yang memutar lagu-lagu tempo dulu yang masih terasa enak didengarkan sampai sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Supartini : “...radio ya masih, saya paling seneng tu, paling seneng radio, kalo mau tidur tu mbak jam sebelasan ke atas tu mesti sama radio, nyetel lagu-lagu lama itu lho...”.136
“kalau saya ya paling tivi dan radio kalau pas mau tidur itu, kalau bapaknya seneng dengerin wayang kulit itu, kan dari wayangan itu ada pesan yang diselip-selipkan, itu juga merupakan kebudayaan kita. Kalau saya suka mengikuti lagu-lagu lama, lagu-lagu jamanjaman dulu. Itu radionya sekarang pakai hape, ya radio yang kotak gede itu masih punya tapi sekarang sudah enggak dipakai, pakai hape lebih mudah, simpel, tinggal dikelonin aja, hahaha...”137
136 137
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
Acara-acara di radio yang masih sangat digemari oleh para ibu rumah tangga adalah acara musik yang menyajikan musik-musik tempo dulu sebagai pengantar tidur. Hal ini pun di akui oleh beberapa informan bahwa mereka mempunyai kebiasaan mendengarkan radio sebelum tidur. Karena radio dianggap sebagai media hiburan yang praktis dan simpel sehingga dapat dibawa kemanamana bahkan dibawa tidur. Masyarakat desa Gawanan terutama para ibu rumah tangga juga tidak ketinggalan pula mengonsumsi media massa cetak. Karena itu ketersediaan media cetak seperti koran, majalah dan tabloid juga menambah referensi masyarakat Gawanan untuk mencari berbagai macam informasi. Para ibu rumah tangga di desa Gawanan jarang mengkonsumsi surat kabar. Berita yang disajikan dalam surat kabar harian biasanya berupa politik dan berita-berita berat (hardnews). Hal ini dikarenakan ibu-ibu rumah tangga jarang mengonsumsi koran atau majalah, biasanya mereka membeli tabloid (tentang wanita) untuk memperoleh berbagai informasi: kesehatan, perkembangan mode pakaian, kecantikan, obat-obat tradisional, resep masakan. Membeli tabloid dirasakan lebih banyak informasi yang didapat apabila dibandingkan dengan mengonsumsi koran yang beritanya lebih berat seputar dunia politik. Serta tabloid dianggap lebih terjangkau bila harganya dibandingkan dengan majalah wanita.
D. Pengaruh Pola Komunikasi ibu-ibu rumah tangga dalam Proses Pengambilan Keputusan Dalam setiap hari yang dijalani, manusia tidak terhindar dari kebutuhan untuk menarik keputusan. Seperti halnya ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
yang setiap saat harus mampu mengambil keputusan dalam berbagai hal baik menyangkut kepentingan keluarga maupun kepentingan diri sendiri. Semakin maju keadaan suatu desa, semakin kompleks pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih selektif. Oleh karena itu untuk mengambil keputusan diperlukan banyak informasi dari berbagai sumber sebagai bahan referensi agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masyarakat desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, keadaan dimana masyarakatnya sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan masyarakat menjadi meningkat dan semakin kompleks. Kini kebutuhan pokok masyarakat tidak hanya seputar sandang, pangan, dan papan. Namun juga kebutuhan akan informasi, transportasi dan komunikasi. Semakin kompleksnya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat desa Gawanan membuat masyarakat harus pandai-pandai memilih serta memutuskan kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Disinilah peran seorang ibu sebagai pengatur rumah tangga dalam mengatur pemasukan untuk lebih selektif dalam memenuhi segala kebutuhan keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga inilah seorang ibu harus pandaipandai memutuskan kebutuhan mana yang harus didahulukan untuk dipenuhi. Sebelum membuat keputusan para ibu rumah tangga akan mencari berbagai macam informasi mengenai hal-hal yang menyangkut dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Seperti misalnya untuk memilih tempat belanja pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
pedagang sayur keliling. para ibu akan mencari informasi tentang harga, kualitas, kelengkapan dan waktu para pedagang sayur keliling tiba. Biasanya para ibu akan bertukar informasi disaat-saat waktu senggang atau disaat ada acara kumpulan. Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.138 Dengan demikian pemecahan masalah perlu dibuatkan beberapa alternatif, sebab apabila alternatif yang telah dipilih ternyata tidak cocok, dapat menggunakan alternatif lainnya. Menurut Simon,139 ada dua macam keputusan, yaitu: (1) keputusan yang terprogram (Programmed Decisions) dan, (2) keputusan tidak terprogram (NonProgrammed Decisions). Keputusan yang terprogram yaitu keputusan yang dilakukan secara rutin dan selalu berulang. Keputusan yang diambil untuk mengatasi masalah sehari-hari, seperti: menentukan hidangan untuk makan seharihari, memutuskan tempat berbelanja, membeli kosmetik, memberi uang jajan anak, dan berbagai keputusan yang dilakukan secara rutin. Sebagai seorang ibu rumah tangga, menyediakan hidangan untuk keperluan makan keluarga sehari-hari adalah merupakan suatu kewajiban. Menentukan menu apa yang akan di sajikan untuk hari ini merupakan keputusan dari seorang ibu yang dilakukan setiap hari secara rutin. Menu yang akan di hidangkan adalah keputusan dari ibu, namun keputusan yang di ambil tidak semata-mata sepenuhnya keinginan dari ibu, namun ibu juga mempertimbangkan kepentingan-kepentingan seluruh anggota
138
Nugroho J. Setiadi, 2008, Business Economics and Managerial Decision Making, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 17 139 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 129130.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
keluarga, terutama anak dalam memilih menu yang akan di sajikan agar menu hidangannya dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Keputusan tidak terprogram (Non-Programmed Decisions), yaitu keputusan insidental yang diambil apabila ada masalah yang muncul yang perlu dipecahkan. Jadi keputusan ini tidak bersifat rutin dan tidak selalu berulang. Seperti misalnya keputusan untuk memilih sekolahan yang tepat untuk anak, keputusan berpolitik dalam menentukan suara, keputusan untuk membeli perabot rumah tangga, serta berbagai macam keputusan yang diambil di saat-saat tertentu saja. Dalam kehidupan berumah tangga membeli perabot untuk keperluan rumah tangga merupakan keputusan bersama para anggota keluarga terutama orang tua yaitu Ayah dan Ibu. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan perihal kebiasaan mendiskusikan masalah bersama dengan para anggota keluarga sebelum mengambil keputusan : “Dan keputusan membeli perabot rumah tangga itu nanti tetap kami putuskan berdua dengan suami. Untuk merek, warna atau apapun masalah peralatan rumah tangga itu kami putuskan berdua”.140
“Ya saya biasanya taren [saling berdiskusi] sama bapaknya, kadang anak-anak juga, tapi kalo untuk peralatan dapur biasanya saya beli sendiri”.141
“Ya sama bapaknya, kalau anak itu jarang, kecuali kalau yang bersangkutan dengan anak baru melibatkan anak”.142
140 141 142
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
Masyarakat desa Gawanan telah menerapkan sistem demokrasi dan keterbukaan dalam keluarganya bila di hadapkan pada suatu masalah dan harus mengambil suatu keputusan. Dalam pengambilan keputusan lebih banyak diambil dari kesepakatan bersama antara ayah dan ibu, namun jika permasalahan menyangkut masalah anak, maka anak pun akan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Permasalahan dalam keluarga yang sering muncul adalah keputusan untuk membeli perabot rumah tangga, seperti misalnya membeli televisi, biasanya ibu akan mendiskusikannya dengan ayah mengenai merek, harga serta kualitas televisi yang akan di beli. Sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk tertentu. Para ibu rumah tangga akan mencari informasi mengenai produk yang akan di beli dari berbagai macam sumber referensi, seperti media massa, tetangga atau langsung melihat di toko yang menjual produk tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik dimana mendapatkan informasi tentang perabot rumah tangga: “Di toko langsung, atau dikasi tahu tentang toko yang menjual peralatan rumah tangga itu dari tetangga atau temen yang lebih tau lah...”143
Para ibu rumah tangga di desa Gawanan saling berbagi informasi di berbagai kesempatan seperti pada saat arisan, saat berbelanja bersama atau pada saat acara-acara tertentu. Biasanya mereka akan saling berbagi informasi mengenai kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah informasi mengenai perabot rumah tangga baik dari harga dan kualitas hingga tempat toko yang menjual 143
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
perabot rumah tangga. Selain mendapatkan informasi dari teman, informasi juga bisa didapatkan dengan datang langsung ke toko yang menjual perabot rumah tangga tersebut. Karena dengan melihat langsung barang yang akan dibeli dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Kadarwati dan ibu Karsiyem: “Kalau saya itu sesuai kebutuhan, jadi kalau misalnya saya sedang butuh ini, ya saya sama suami langsung ke toko langsung milih, tidak pernah lihat-lihat dari mana, tapi ya langsung ke tokonya kalau kebetulan itu cocok ya sudah saya ambil.”144
“Ya kita ke toko mbak, masuk dari toko kan kita bisa melihat barangnya lha berarti dengan melihat itu kan kita bisa memilih”.145
Cara yang paling efektif menurut para ibu rumah tangga untuk memutuskan membeli perabot rumah tangga adalah dengan langsung melihat ke toko yang menjual produk televisi tersebut, dikarenakan dengan mendatangi langsung toko tersebut maka para ibu dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan sales atau pedagangnya serta bisa mengetahui secara langsung produk, kualitas, harga serta merk dari televisi yang hendak dibeli dan juga dapat menyesuaikan budget yang dimiliki dengan kebutuhan yang akan dibeli. Media massa juga merupakan sumber informasi bagi para ibu rumah tangga, namun media massa hanya menjadi tambahan referensi untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai perkembangan produk-produk baru. Iklan-iklan yang sering muncul di media massa hanya sebatas memberi informasi tentang berbagai produk baru yang dijual di pasaran, namun informasi yang 144 145
Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
berasal dari media massa tersebut tidak sampai mempengaruhi para ibu rumah tangga dalam mengambil keputusan untuk membeli produk yang ditawarkan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik mengenai informasi yang diperolehnya dari media massa terutama televisi: “Iklan di tivi ya itu sebagai tambahan informasi saja, ya seperti di koran itu, kami melihat iklannya untuk menambah referensi saja, tapi nanti kalau sudah di toko kan kadang berbeda dengan di iklan, jadi untuk ini itu nanti langsung kami tanyakan di tokonya”146
Saat berangkat dari rumah memang sudah menentukan satu produk yang akan dibeli, namun biasanya setelah melihat langsung ke toko yang menjual produk tersebut dan dihadapkan pada banyaknya pilihan dan setelah disesuaikan dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki biasanya keputusan dapat berubah, karena belum tentu toko yang menjual produk tersebut menyediakan produk yang diinginkan. Sehingga keputusan final untuk membeli adalah saat sudah berada di toko tersebut. Menurut pendapat William N. Dunn147 pengambilan keputusan meliputi 5 komponen dan 6 metode (cara). Kelima komponen tersebut adalah : 1. permasalahan yang jelas 2. alternatif-alternatif pemecahannya 3. tindakan pelaksanaan keputusan 4. hasil keputusan 5. pola keputusan
146 147
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 131
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Sedangkan metode yang digunakan untuk menghasilkan komponen tersebut adalah : (a) perumusan masalah, sehingga akan menghasilkan masalah yang jelas batas-batasnya, (b) mengadakan prakirakan (forecasting) sehingga menghasilkan alternatif-alternatif pemecahan masalah, (c) rekomendasi atau memberikan saran untuk memilih alternatif terbaik. Kalau saran itu diterima, maka ditetapkan sebagai keputusan kemudian dilaksanakannya, sehingga menghasilkan pelaksanaan keputusan, (d) pemantauan (monitoring) sehingga samapai diketahui hasil pelaksanaan keputusan, (e) evaluasi terhadap hasil pelaksanaan, sehingga mendapatkan apakah sukses atau gagal. Kalau gagal ya pilih alternatif lainnya: sedangkan kalau sukses ya mengarah pada pola keputusan, (f) kesimpulan praktis digunakan kalau menghadapi masalah yang sama sedangkan situasi dan kondisinya tidak jauh berbeda, alternatif semacam itu dapat diterapkan kembali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
Diagram pengambilan keputusan dengan 5 komponen dan 6 metode
masalah
perumusan
kesimpulan
Pola pelaksanaan
hasil
monitoring
evaluasi
prakiraan
Alternatifalternatif
saran
pelaksanaan
Keterangan :
= Komponen
= metode
Gambar 3.1. Diagram pengambilan keputusan dengan 5 komponen dan 6 metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan tersebut biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan yang sifatnya insidental atau keputusan yang diambil apabila ada masalah yang muncul dan perlu dipecahkan, seperti misalnya memilih sekolahan yang tepat untuk anak. Orang tua mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi dalam membentuk generasi yang berpotensi, berkepribadian, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negaranya, salah satunya adalah kewajiban mendidik anak dengan cara yang tepat, yaitu dengan memilihkan sekolahan yang tepat bagi anak. Sebelum menentukan pilihan yang tepat dimana anak akan bersekolah, orang tua akan mengumpulkan berbagai macam informasi untuk mendukung keputusan yang akan diambil. Seperti yang dilakukan oleh salah seorang warga desa Gawanan yaitu ibu Hartini yang akan menyekolahkan anak keduanya di perguruan tinggi. Sebelum mengambil keputusan untuk menyekolahkan anaknya yang bernama Nita ke perguruan tinggi, ibu Hartini mengalami proses sebelum pengambilan keputusan. Tahap pertama yaitu perumusan masalah, ibu Hartini berniat menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi setelah lulus SMA, namun si anak merasa tidak mampu secara akademik untuk bersekolah lagi ke jenjang yang lebih tinggi. “Awalnya itu memang karena anaknya merasa enggak mampu, tapi saya kasi tahu kalu enggak kuliah nanti mau nyari kerja apa, lalu saya sarankan untuk masuk akper, dia kan suka gambargambar...”148
148
commit to user
Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
Ibu Hartini merasa khawatir apabila anaknya hanya bersekolah sampai tingkat SMA saja nantinya akan kesulitan untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu ibu Hartini tetap akan menyekolahkan anaknya namun disesuaikan dengan kemampuan sang anak. Ibu Hartini mengamati kemampuan dan bakat anak, bahwa sang anak memiliki sifat feminin, ringan tangan dan peduli dengan orang lain, sehingga disarankan oleh ibu Hartini untuk bersekolah di jurusan keperawatan saja. “Seperti anak saya Nita setelah lulus SMA awalnya kan nggak mau kuliah gitu, karena kalau kuliah kan harus belajar terus, kan dia nggak bisa, jadi saya sarankan masuk ke kuliah kejuruan, ke Akper (...) saya sesuaikan dengan anak, kira-kira anak itu mampu apa enggak”.149
Dengan melihat kemampuan anaknya
serta sifat-sifat yang dimiliki
anaknya ibu Hartini memberikan masukan kepada Nita untuk melanjutkan sekolah ke Akademik Keperawatan. Karena menurut ibu Hartini bersekolah di Akper lebih banyak praktek daripada teori, karena menurutnya sang anak sudah merasa tidak mampu untuk melanjutkan sekolah yang berbasis akademisi. Tahap selanjutnya bu Hartini mencari informasi mengenai berbagai macam perguruan tinggi yang ada di Solo, karena ibu Hartini ingin agar anaknya bersekolah di Solo saja, agar ibu Hartini selalu dekat dengan anaknya dan agar bisa menjaga dan mengawasi pergaulan anaknya. Ibu Hartini memperoleh informasi mengenai sekolah keperawatan yang berada di Solo dari media massa, dari tetangga saat saling mengobrol sewaktu berbelanja, juga dari saudaranya. Pada tahap proses pengambilan keputusan selanjutnya adalah pemberian saran 149
Tri Hartini, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
untuk memilih alternatif terbaik. Ibu Hartini memberikan pandangan-pandangan kepada sang anak tentang sekolah keperawatan, selain bisa mendapatkan ilmu untuk masa depan, menjadi perawat juga dirasa dapat menjadikan anak menjadi lebih peduli dengan sesama, dan juga bisa menambah teman. Pada tahapan ini sang anak menerima saran dari ibunya dan memutuskan
untuk melanjutkan
sekolah di jurusan keperawatan. Tahap selanjutnya adalah pemantauan dari hasil keputusan tersebut. Ibu Hartini melihat bahwa sang anak ternyata sangat tertarik dengan dunia keperawatan setelah menjalani satu semester bersekolah di bidang keperawatan. Bakat menggambar sang anak juga tersalurkan, karena memang selalu ada tugas menggambar organ-organ tubuh manusia. Selain itu setelah mengalami praktek di Rumah Sakit sang anak merasa lebih tertantang dan lebih tertarik dengan dunia keperawatan dan juga sang anak kini memiliki lebih banyak teman untuk bersosialisasi. “Trus kok ya mau gitu dan sekarang dia malah suka, seneng, karena kumpul sama temen-temen, praktek di Rumah sakit gitu malah seneng. Jadi waktu itu saya sekolahkan anak ini di sekolahan ini cocok gitu”.150
Setelah beberapa semester sang anak bersekolah di Akper, ibu Hartini mengamati bahwa Nita sangatlah menikmati pendidikannya di jurusan keperawatan itu, sehingga ibu Hartini merasa bahwa saran yang dia berikan untuk anaknya agar melanjutkan sekolah di kejuruan itu sudah tepat. Dengan melihat perkembangan anak, ibu Hartini merasa yakin bahwa pola pengambilan keputusan
150
Tri Hartini, Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
yang dilakukan secara demokrasi dan terbuka akan membawa dampak yang lebih baik bagi yang menjalaninya yaitu sang anak. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan ibu Hartini selanjutnya akan menjadi pola pengambilan keputusan dalam keluarganya, dimana setiap ada permasalahan yang insidental dan harus dipecahkan, maka akan dilakukan pengambilan keputusan dengan proses yang sama. Pola komunikasi Ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa Gawanan memberi pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam berbagai macam permasalahan dalam kehidupan. Pola komunikasi tersebut berpengaruh terhadap bagaimana para ibu rumah tangga mendapatkan informasi tentang berbagai macam hal untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi baik permasalahan keluarga maupun permasalahan pribadi. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi yang didapatkan baik melalui media massa maupun melalui komunikasi antarpribadi, misalnya berkomunikasi dengan keluarga, tetangga, teman, atau dengan orang lain. Di desa Gawanan sendiri pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga yang terbentuk adalah pola komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok komunikasi, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Komunikasi antarpribadi berfungsi untuk memberikan banyak informasi tentang berbagai macam hal dan persoalan, baik persoalan keluarga maupun persoalan pribadi para ibu rumah tangga seperti misalnya tentang kesehatan keluarga, perkembangan anak, pendidikan anak, serta urusan pribadi, seperti kosmetik, pakaian, tata rias,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
dan berbagai macam persoalan yang menyangkut permasalahan wanita. Pola komunikasi yang terjadi pada ibu rumah tangga di masyarakat transisi di desa Gawanan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penyelesaian suatu masalah. Komunikasi antarpribadi yang terjadi pada ibu rumah tangga adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai macam masalah yang tengah dihadapi seperti misalnya permasalahan yang sering dialami oleh para wanita yaitu masalah kecantikan, yaitu permasalahan seputar kulit seperti: keriput karena usia, jerawat, atau flek hitam. Kecantikan merupakan kebutuhan pokok bagi seorang wanita. Karena wanita selalu ingin tampil cantik di segala situasi. Demikian halnya dengan ibuibu rumah tangga, informasi mengenai produk kecantikan, seperti kosmetik dan perkembangan dunia fashion merupakan topik yang sangat digemari dalam setiap pembicaraan antar wanita. Untuk mendapatkan informasi mengenai produk kecantikan
yang
tepat
dan
sesuai
dengan
kebutuhan,
mereka
dapat
memperolehnya dari berbagai macam cara, yaitu dari media massa atau informasi yang diperoleh dari kelompok referensi151. Sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk biasanya para ibu rumah tangga akan mencari berbagai informasi mengenai produk tersebut baik mengenai kualitas, harga serta merek dari suatu produk kosmetik. Terdapat lima tahapan pengambilan keputusan dalam membeli, seperti yang diungkapkan oleh Bilson Simamora152, yaitu (1) pengenalan masalah, (2)
151
Kelompok referensi adalah kelompok yang dianggap sebagai kerangka acuan bagi para individu dalam pengambilan keputusan. 152 Bilson Simamora, 2001, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 94-98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
pencarian informasi,
(3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli, dan (5)
perilaku sesudah membeli. Seperti misalnya dalam pembelian produk kosmetik, para wanita terutama ibu-ibu merupakan konsumen utama dalam penjualan produk kosmetik. Banyak permasalahan seputar kulit yang mengganggu wanita dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi wanita yang sudah menikah, seperti jerawat, keriput atau flek hitam. Para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini telah banyak mendapatkan informasi mengenai berbagai macam produk kosmetik baik dari media massa atau dari teman. Semakin banyak produk kecantikan yang ditawarkan semakin kompleks pula kebutuhan kosmetik para ibu rumah tangga. Yang dulunya mereka hanya menggunakan satu produk kecantikan dan digunakan untuk berbagai macam permasalahan kulit, kini kebanyakan para ibu rumah tangga menggunakan minimal dua macam produk kecantikan untuk mengatasi permasalahan kulit mereka. Sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu produk kecantikan para ibu rumah tangga melalui lima tahapan seperti yang di ungkapkan oleh Bilson Simamora. Tahap pertama adalah pengenalan masalah, yaitu bahwa konsumen dalam hal ini adalah para ibu rumah tangga menyadari adanya permasalahan serta kebutuhan seputar kulit mereka. Kebutuhan tersebut disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Rangsangan internal berasal dari dalam diri sendiri yang merasa bahwa usia mereka sudah lebih tua sehingga banyak masalah kulit baru yang muncul seperti keriput atau flek hitam yang sering muncul pada wanita dengan usia diatas 30 tahun. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Supartini Sesilia mengenai permasalah kulit yang dihadapinya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
“...saya kan ini ada item-itemnya diwajah saya, seperti flek hitam...”153
Sedangkan rangsangan eksternal yang muncul adalah berasal dari lingkungan sekitar serta dari media massa yang sering kali mencitrakan wanita cantik dengan kehalusan dan kecerahan kulit. Hal inilah yang menyebabkan para ibu rumah tangga menginginkan kulit yang halus, cerah dan sehat. Selanjutnya adalah tahapan pencarian informasi, dimana para ibu rumah tangga yang terdorong oleh kebutuhannya akan mencari berbagai macam informasi lebih lanjut. Pencarian informasi secara aktif dilakukan dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber, baik dari tetangga, teman, atau dari media massa. Sama halnya yang diungkapkan oleh ibu Sri Puji berikut: ”Kalau saya ya dapat informasi dari televisi lalu dibuktikan ke counternya kira-kira cocok enggak, kalau memang cocok ya kita coba. Ya dipikir-pikir, saya enggak mau coba-coba. Saya itu kalau ada iklan enggak begitu tergiur, soalnya kalau eksperimen kosmetik kan yang resiko kita juga, udah capek bereksperimen soal kosmetik, biayanya juga gak sedikit dan belum tentu kulitnya cocok, nanti malah rusak”.154
Informasi mengenai perkembangan kosmetik biasanya didapatkan dari media massa seperti televisi. Setelah mendapatkan informasi dari televisi biasanya para ibu akan mencari informasi lebih lengkap dengan mendatangi counter kosmetik yang ada di supermarket atau bertanya kepada tetangga yang pernah memakai produk kosmetik yang dimaksud. Karena dengan bertanya langsung para
153 154
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
ibu rumah tangga dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan mereka. Tahapan ketiga adalah evaluasi alternatif dari beragam informasi yang diperoleh. Para ibu rumah tangga yang bertugas mengatur keuangan keluarga harus lebih selektif dalam membelanjakan keuangan mereka agar segala kebutuhan keluarga dapat dipenuhi. Oleh karena itu dalam keputusan membeli produk kosmetik banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli, seperti : fungsi, merek, kualitas, dan harga. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Kadarwati mengenai pertimbangannya dalam membeli kosmetik: “Ya yang pertama itu cocok dulu, trus yang kedua harganya ya yang tidak terlalu mahal, ya yang menengahlah”.155
Setelah mempertimbangkan berbagai macam informasi mengenai suatu produk tahapan selanjutnya adalah keputusan untuk membeli. Pada tahapan ini para konsumen akan mengumpulkan merek-merek produk kecantikan serta akan membentuk niat untuk membeli. Untuk memutuskan membeli satu produk kecantikan banyak faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan sekitar, serta faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Lingkungan menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Faktor dari lingkungan sekitar seperti misalnya pengaruh dari teman yang telah memakai
155
commit to user
Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
suatu produk baru dan hasilnya memuaskan, hal ini akan sangat mempengaruhi para ibu rumah tangga dalam memutuskan membeli suatu produk. Biasanya para ibu rumah tangga akan terpengaruh oleh informasi yang diberikan teman dan secara langsung dapat melihat hasil dari pemakaian produk tersebut. “Iya mbak paling itu liat dulu dia pake itu bagus nggak, saya kan ini ada item-itemnya diwajah saya, seperti flek, nanti kalo dia pake tak liat dulu perkembanganya, kalo ada perubahan aku yo radarada pengen, nek enggak yo enggak, alami aja”.156
Para ibu rumah tangga biasanya akan lebih percaya dengan apa yang di promosikan teman atau tetangga, seperti ibu Supartini yang awalnya hanya mengamati tetangganya menggunakan suatu produk kosmetik keluaran terbaru, setelah beberapa Minggu, ibu Supartini mengamati apakah ada perubahan setelah tetangganya menggunakan produk kosmetik tersebut. Apabila memang ada perubahan maka ibu Supartini akan mengikuti menggunakan produk kosmetik yang sama. Lain halnya dengan informasi yang diperoleh dari media massa, karena para ibu rumah tangga meyakini bahwa iklan di media massa hanya memberikan informasi mengenai hal-hal yang diunggulkan dari suatu produk, namun belum tentu cocok bagi kulit mereka. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa ibu rumah tangga berikut ini mengenai iklan kosmetik di televisi: “Kalau menurut saya kita harus pintar memilih-milih jangan mudah tergiur dengan iklan karena belum tentu juga seperti yang ditawarkan pada iklan itu”.157
156 157
Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
“Iklan kosmetik di TV nggak begitu terpengaruh, soalnya kan kulit saya itu termasuk kulit sensitif ya, jadi kalau sudah cocok ini ya ini, kalau ganti-ganti tar takut nggak cocok, jadi mau iklan banyak di televisi saya tidak terpengaruh, pokoknya saya itu kalau sudah cocok satu ini ya sudah terus. Kecuali ada yang lebih baik saya coba sekali kalau cocok ya saya teruskan kalau enggak ya kembali ke yang lama dulu”.158 Banyak ibu rumah tangga yang tidak langsung percaya dengan iklan di televisi hal ini dikarenakan iklan melalui media massa memiliki sifat terbuka dan umpan baliknya berlangsung satu arah. Media massa bersifat terbuka untuk semua publik, sehingga seluruh isi pesan yang disampaikan terbuka untuk semua orang. Sehingga untuk iklan kosmetik yang sifatnya di tunjukkan untuk semua orang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Dan juga media massa umpan baliknya berlangsung satu arah, sehingga hanya pesan yang dapat disampaikan kepada khalayak namun tidak ada feedback dari khalayak. Hal inilah yang menyebabkan para ibu rumah tangga tidak mudah terpengaruh oleh iklan kosmetik di televisi karena jika ada banyak pertanyaan yang ingin di tanyakan tidak dapat diungkapkan secara langsung. Faktor lain adalah keadaan yang tidak terduga pengeluaran yang dipergunakan untuk membeli produk kosmetik lebih dibutuhkan untuk keperluan yang tidak terduga, seperti misalnya salah satu anggota keluarga yang sakit dan memerlukan banyak biaya untuk berobat, atau untuk keperluan sekolah anak. Demikian halnya yang di ungkapkan oleh ibu Anik : “...yang jelas ya hitungan lah kalau membeli yang mahal-mahal. Kami juga pernah pakai dari satu produk tapi malah selanjutnya kami putuskan, lha itu dari enam puluh lima samapai sekarang seratus berapa itu kan lama-lama kami tidak bisa menjangkau, ya 158
commit to user
Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
kami lama-lama harus bisa memilah lah mana yang musti dipikirkan mana yang musti dijalankan. Kalau kami mengambil sedikit sisa uang belanja ya tidak apa-apa tapi kalau mengambil berlebih ya kami pikir-pikir dulu. Apalagi untuk anak kan sekarang mau masuk itu kan ya butuh biaya banyak”.159
Mengingat ada kebutuhan lain yang lebih mendesak, maka ibu Anik memutuskan untuk menghentikan pemakaian sauatu produk kosmetik, karena juga produk tersebut harganya semakin lama semakin meningkat, sehingga di rasa oleh ibu Anik sudah tidak dapat di jangkau lagi dan lebih memilih mengganti produk kosmetik daripada melanjutkan namun kebutuhan lainnya tidak dapat dipenuhi. Sehingga apabila keadaan tidak terduga ini terjadi maka keputusan membeli akan dibatalkan dan digantikan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Tahapan terakhir adalah perilaku sesudah membeli, yaitu para konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu produk. Para konsumen seperti ibu rumah tangga mendasarkan harapannya pada informasi yang mereka terima mengenai produk tersebut. Jika kenyataan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas. Namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan, maka mereka akan merasa puas dan akan membeli produk yang sama kembali. E. Pelestarian Lingkungan, Kerukunan, dan Gotong Royong Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. terdapat aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur 159
commit to user
Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
seluruh perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga masyarakat. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma masyarakat. Mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama kelamaan norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Gawanan adalah kebiasaan. Bentuk kebiasaan yang ada di desa Gawanan ini adalah nilai yang diwariskan oleh leluhur mereka sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat. Mayoritas masyarakat desa Gawanan memiliki latar belakang budaya Jawa yang merupakan budaya warisan dari leluhur mereka. Sikap-sikap yang banyak dimiliki oleh masyarakat Jawa dalam berhubungan dengan sesamanya adalah didasarkan oleh prinsip hubungan vertikal yaitu hubungan dengan sang Pencipta. Hidup rukun dan gotong royong antar sesama merupakan prinsip masyarakat Jawa dalam berinteraksi dengan sesama. Demikian halnya dengan masyarakat desa Gawanan yang senantiasa masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada mereka. Hidup rukun berarti terjadi bilamana semua pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana dan sepakat. Rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
hubungan sosial. Kerukunan dalam hidup bermasyarakat hendaklah selalu dijaga, karena kerukunan merupakan kunci untuk menuju masyarakat yang damai. Pada umumnya masyarakat Jawa juga mempunyai sifat tolong menolong antar sesama. Cara untuk mempererat hubungan kekerabatan antar anggota masyarakat dalam komunitas pedesaan adalah sistem bantu-membantu atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan istilah “gotong-royong”. Aktivitas gotongroyong masih bisa ditemui pada masyarakat di desa Gawanan dalam kehidupan sosial mereka, seperti misalnya: (1) bila terjadi suatu musibah, seperti kematian, sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga yang menderita musibah tersebut mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga-tetangga di sekitarnya dan dari orang-orang lain yang masih satu desa. (2) dalam hal pestapesta, misalnya pada waktu mengawinkan anaknya, bantuan tidak hanya dapat diminta dari para kerabatnya, tetapi juga dari tetangga-tetangganya untuk mempersiapkan penyelenggaraan pesta pesta tersebut. (3) sedangkan dalam pengerjaan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan bersama dalam masyarakat desa, seperti perbaikan jalan, membangun pos Ronda, membersihkan lingkungan desa, memperbaiki saluran air dan sebagainya, para warga desa bergotong-royong mengerjakannya bersama-sama. Dalam kaitan ini, gotong royong dapat digolongkan dalam nilai budaya mengenai masalah yang menyangkut hakekat hubungan manusia dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
sesamanya. Nilai gotong royong dalam sistem nilai budaya Indonesia menurut Koentjaraningrat160 mengandung empat konsep yaitu : 1. Manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini tetapi dilingkupi oleh komunitasnya, masyarakat dan alam semesta sekitarnya. 2. Manusia pada hakekatnya tergantung pada segala aspek kehidupan kepada sesamanya 3. Manusia harus selalu berusaha untuk memelihara hubungan baik dengan sesamanya, terdorong oleh jiwa sama rasa sama rata. 4. Manusia harus sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dan bersama dengan sesamanya di dalam komuniti, terdorong oleh jiwa Masyarakat pada umumnya mempunyai kearifan lokal yang layak dicontoh oleh masyarakat umum lainnya, misalnya dalam hal pelestarian lingkungan. Setiap masyarakat adat mempunyai nilai-nilai yang mereka junjung tinggi tidak hanya kaitannya dengan pelestarian lingkungan, namun juga dalam hal hubungan sesama manusia. Nilai yang dimiliki masyarakat desa Gawanan yang masih tetap terjaga sampai sekarang adalah kerukunan dan gotong royong. Dengan adanya kerukunan masyarakat terhindar dari konflik antar warga, walaupun telah banyak warga pendatang yang bermukim di Gawanan, namun mereka juga berusaha beradaptasi dengan lingkungan di desa Gawanan, sehingga kehadiran mereka juga dapat diterima baik oleh masyarakat desa Gawanan.
160
64
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, hal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
Sikap kebersamaan dan saling tolong menolong yang terkandung dalam nilai gotong royong terlihat sangat jelas dalam berbagai kegiatan adat yang masih dilaksanakan sampai sekarang, seperti rewangan dan besukan orang sakit. Sebagai masyarakat yang dikatakan sedang mengalami masa transisi, yaitu peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, masyarakat desa Gawanan sangatlah terbuka dengan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Misalnya di bidang transportasi, kini masyarakat Gawanan telah memanfaatkan transportasi modern, seperti sepeda motor dan mobil sebagai alat transportasi sehari-hari, meskipun masih juga terdapat alat transportasi tradisional yang dimanfaatkan masyarakat Gawanan, seperti becak, andong dan gerobak. Selain itu keterbukaan masyarakat Gawanan akan kebutuhan informasi dari dunia luar kini dapat terpenuhi dengan hadirnya media informasi yang mudah didapatkan, seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet. Derasnya
arus
nilai-nilai
budaya
melalui
media
massa
dapat
menimbulkan perubahan berbagai sikap pada masyarakat di Gawanan yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Disamping mengalami perubahan-perubahan gaya hidup, desa Gawanan sendiri tidak lepas dari perubahan pola komunikasi masyarakatnya terutama perubahan dalam hal bahasa. Masyarakat desa Gawanan yang berlatar belakang adat budaya Jawa dimana sangat memperhatikan pengucapan bahasanya yang disesuaikan dengan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan berdasarkan usia maupun status sosialnya. Namun kini para generasi muda telah banyak yang meninggalkan penggunaan bahasa Jawa terutama praktik penggunaan bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
Jawa krama halus, bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang sama sekali tidak dapat menggunakan bahasa Jawan krama halus. Hal ini sangatlah memprihatinkan, oleh karena itu melestarikan budaya bahas Jawa krama halus, pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar mengadakan Rabu Jawa, yaitu praktik penggunaan bahasa Jawa krama halus setiap hari rabu. Para guru dan siswa mulai dari tingkat TK hingga SLTA, serta segenap karyawan instansi pemerintah, setiap hari Rabu diharuskan menggunakan bahasa Jawa krama halus. Penggunaan bahasa Jawa krama halus ini kami laksanakan tanpa pandang bulu. Sehingga apabila pada hari Rabu Pemerintah Kabupaten kedatangan tamu dari luar daerah atau malah luar negeri, pelayanannya dengan menggunakan bahasa Jawa.161 Hal ini telah di terapkan oleh Bupati Karanganyar sejak tahun 2005. Meskipun kini masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa transisi dan menuju masyarakat modern, banyak sekali nilai-nilai tradisional yang mulai luntur dan tergantikan dengan budaya modern. Namun masyarakat desa Gawanan terutama warga asli Gawanan masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang menjadi identitas mereka yaitu nilai kerukunan dan gotong royong, yang hingga saat ini masih tercermin dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong dalam berbagai aktivitas, misalnya : membersihkan lingkungan, rewangan dan besukan orang sakit. Secara umum masyarakat desa Gawanan terbuka terhadap kemajuan di segala bidang kehidupan, namun masyarakat desa Gawanan masih tetap memegang nilai-nilai adat dan mereka meyakini bahwa dalam kehidupan
161
Website: http://njowo.multiply.com/reviews/item/10 Diunduh tanggal 7 April 2009 jam 09.25
wib
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 197
bermasyarakat adat budaya dan nilai-nilai yang diwariskan para leluhur berfungsi sebagai tata kelakuan untuk mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat dan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dengan tujuan agar masyarakat bertindak secara tertib.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari penelitian ini secara menyeluruh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab terdahulu. Berdasarkan hal tersebut ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini. Pertama, nampak kecenderungan bahwa karakter pola komunikasi yang terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan memiliki ciri komunikasi antarpribadi yang bersifat informal yaitu lebih tak terduga, tanpa rencana, dan spontan yang terjadi pada kelompok komunikasi primer. Sedangkan komunikasi yang terjadi pada kelompok sekunder bersifat formal, regular, dan terencana. Kedua, pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan pada kelompok komunikasi primer cenderung lebih mempengaruhi pertimbangan para ibu rumah tangga dalam proses pengambilan keputusan, seperti keputusan membeli perabot rumah tangga, memilih sekolah yang tepat bagi anak, menggunakan produk kosmetik, dan sebagainya. Ketiga, media massa dan budaya masyarakat pendatang adalah salah satu faktor yang mendorong masyarakat desa Gawanan mengalami masa transisi dari tradisional menuju modern. Sebagai
negara
berkembang,
masyarakat
Indonesia
memiliki
kecenderungan bersifat transisi, yaitu keadaan masyarakat tradisional yang sedang beranjak menuju pada kondisi yang lebih modern. Begitu pula yang sedang
commit to user 198
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
dialami oleh masyarakat desa Gawanan, keadaan di mana desa mengalami masa transisi dari tradisional menuju modern. Masa transisi ini ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang tampak seperti perubahan pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri, perubahan pola pemukiman dan arsitektur rumah, perubahan sistem mata pencaharian, alat transportasi yang semakin modern, jalanjalan penghubung desa yang telah beraspal dan juga bangunan gedung-gedung serta perumahan modern. Namun tidak sepenuhnya masyarakat desa Gawanan meninggalkan pola kehidupan tradisional mereka. Karena disebagian besar masyarakatnya masih banyak menggunakan sistem tradisional dalam kelangsungan hidup mereka. Masih terdapat bangunan-bangunan yang tradisional, seperti bangunan rumah yang hanya menggunakan kayu, rumah-rumah tradisional yang masih berlantaikan tanah, rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan, dan juga banyak yang masih setia menggunakan alat transportasi tradisional seperti pedati, gerobak, becak dan sepeda. Demikian halnya dengan perubahan masyarakatnya terutama para ibu rumah tangga di desa Gawanan juga nampak mengalami transisi dalam perannya sebagai wanita dalam keluarga, yaitu peran tradisi atau domestik mencakup peran mereka sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian mereka sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada masyarakat transisi ibu rumah tangga tidak hanya sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur, namun wanita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
terutama ibu rumah tangga telah menjadi konco samping yang di tandai dengan ibu rumah tangga kini banyak berpendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah. Para ibu rumah tangga di desa Gawanan terbiasa berkumpul dalam berbagai kesempatan untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai berbagai macam hal dalam kehidupan. Karakter pola komunikasi yang terdapat pada masyarakat transisi desa Gawanan adalah komunikasi yang bersifat langsung dan terbuka, yaitu pola komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok komunikasi, yaitu kelompok primer yang bersifat informal lebih tak terduga, tanpa rencana, dan spontan serta kelompok sekunder yang lebih bersifat formal, reguler, dan terencana. Komunikasi yang terjadi pada kelompok komunikasi primer yang terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan terkesan sifatnya lebih informal, lebih tak terduga, tanpa rencana, dan spontan seperti misalnya komunikasi yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga pada saat berbelanja sayuran, saat berkumpul pada sore hari di teras rumah, atau pada saat sedang ada kegiatan gotong royong seperti rewangan dan besukan orang sakit. Pada kesempatan tersebut para ibu rumah tangga akan saling berbagi informasi tentang banyak hal, baik yang menyangkut kehidupan mereka, maupun informasi yang mereka dapatkan dari media massa. Sedangkan komunikasi yang terjadi pada kelompok sekunder cenderung lebih bersifat formal, regular, dan terencana, seperti pada saat kegiatan arisan, pengajian, atau posyandu. Hal-hal yang dibicarakan lebih pada hal-hal yang bersifat teratur, serta apa yang disampaikan telah direncanakan terlebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
dahulu
sebagai
informasi
yang
diperuntukan
kepada
seluruh
anggota
perkumpulan. Dalam hal pengambilan keputusan terdapat kesan bahwa pola komunikasi yang berlangsung dalam kelompok primer lebih mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan para ibu rumah tangga dalam mengambil suatu keputusan dibandingkan dengan pola komunikasi yang berlangsung dalam kelompok sekunder. Komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok primer lebih memberi pengaruh pada pengambilan keputusan oleh para ibu rumah tangga dalam menghadapi berbagai macam masalah, baik masalah keluarga ataupun masalah pribadi. Masalah yang sering dihadapi para ibu rumah tangga adalah masalah kecantikan, seperti misalnya membeli obat jerawat, awalnya para ibu rumah tangga mendapatkan informasi dari media massa mengenai produk tersebut. Namun informasi yang didapatkan dari media massa ini cenderung tidak langsung mempengaruhi para ibu untuk membeli produk tersebut. Akan tetapi setelah para ibu mendapatkan informasi tambahan mengenai keunggulan produk tersebut dari para tetangga atau teman serta menyaksikan sendiri hasil yang ditawarkan dari produk tersebut apabila ada yang memakainya, maka para ibu akan lebih percaya untuk memakai dan membeli produk tersebut. Untuk mengambil keputusan membeli dan menggunakan produk kosmetik tersebut para ibu rumah tangga cenderung lebih mempercayai informasi yang di berikan oleh teman atau tetangga pada saat berbagi informasi secara personal, daripada informasi yang diperoleh dari media massa. Hal ini di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
karenakan komunikasi antarpribadi lebih efektif untuk mempengaruhi dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan komunikasi melalui media massa. Komunikasi antarpribadi bersifat langsung tanpa media, ditujukan pada orang-orang tertentu dan terjadi interaksi dua arah antara komunikan dan komunikator sehingga akan ada feedback secara langsung untuk menanggapi pesan yang disampaikan. Sedangkan komunikasi melalui media massa, bersifat tidak langsung karena harus melewati media terlebih dahulu, pesan yang disampaikan bersifat terbuka kepada publik yang tidak terbatas, serta umpan balik berlangsung satu arah dan tidak ada interaksi antara peserta komunikasi, kalaupun ada sifatnya tidak langsung. Masyarakat desa Gawanan merupakan masyarakat transisi yaitu masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari tradisional menuju modern. Hal ini dikarenakan masuknya budaya baru yang di bawa para pendatang, serta adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi melalui berbagai macam media massa. Terdapat kesan yang kuat bahwa media massa menjadi sumber utama dari perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan mengalami proses transisi terlebih dahulu. Kini masyarakat desa Gawanan lebih terbuka terhadap berbagai perubahan, serta menerima segala informasi sebagai pengetahuan yang dapat menunjang kelangsungan hidup mereka. Dari media massa segala informasi bisa didapatkan sehingga sekarang ini media massa merupakan sumber utama para masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang dunia luar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
Menjadi lebih maju dalam berbagai sendi kehidupan tidak menjadikan masyarakat desa Gawanan meninggalkan nilai-nilai yang di wariskan para leluhur mereka. Meskipun masyarakat desa Gawanan sedang mengalami masa transisi namun masyarakat desa Gawanan masih memegang nilai gotong royong dan kerukunan. Hal ini masih tercermin dengan adanya rewangan atau besukan orang sakit. Dengan adanya nilai gotong royong dan kerukunan dapat menciptakan suasana desa yang nyaman, damai dan tenang, serta terjalinnya hubungan yang baik antar warga. B. Saran Temuan pada penelitian ini adalah bahwa pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi, yaitu masyarakat yang pola kehidupannya mengalami peralihan dari tradisional menuju modern, sangat dipengaruhi oleh komunikasi antarpribadi yang terjadi pada kelompok komunikasi baik kelompok primer maupun kelompok sekunder. Penelitian ini tentunya jauh dari sempurna, banyak keterbatasan didalamnya, banyak hal yang harus dilihat dan dikaji didalam penelitian tentang suatu masyarakat salah satunya adalah luasnya kajian dalam pola komunikasi suatu masyarakat sedangkan peneliti sendirian terbatas pada pengalaman, jumlah personil dan lama waktu penelitian. Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi partisipan lebih baik dilakukan oleh sekelompok orang atau sebuah tim daripada hanya dilakukan oleh perorangan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya hal yang perlu dilihat (diobservasi). Penelitian yang dilakukan lebih dari satu orang bisa saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
melengkapi baik dalam bentuk data gambar maupun informasi. Mungkin akan lebih tepat penelitian ini dikaji dengan menggunakan metode etnografi. Untuk penelitian di masa yang akan datang, khususnya yang ingin mengembangkan penelitian yang peneliti lakukan ini, maka perlu diadakan penelitian dengan menggunakan variabel yang berbeda, mengingat ada faktor lain yang masih sangat kuat, seperti misalnya dalam hal bahasa atau penggunaan media massa oleh masyarakat transisi di desa Gawanan.
commit to user