Literasi Informasi Mahasiswa Teknik 1 Ludfi Zahroun Naghfiroh 2 ABSTRAK Teknik merupakan bidang keilmuan yang berkembang cepat akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Pertumbuhan informasi digital yang terus berkembang sehingga menimbulkan ledakan informasi (information exploition) serta permintaan pekerjaan untuk para lulusan teknik menurut survey dari American Society for Mechanical Engineers menunjukkan bahwa banyak permintaan untuk lulusan teknik namun yang mejadi kendala adalah kemampuan para mahasiswa teknik dalam memecahkan masalah dengan tepat. menjadi alasan peneliti mengkaji kemampuan literasi informasi pada mahasiswa teknik. Selain itu jumlah penelitian literasi di Asia dari tahun 2010 hingga 2014 sudah terdapat sekitar 765 penelitian mengenai literasi informasi. Sebelumnya penelitian literasi informasi sudah dikaji oleh Ali Rosmah, dkk pada tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Information literacy Skills of Engineering Students di University of Malaya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik adalah masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan purposive sampling. Sampel diambil dari jumlah populasi mahasiswa teknik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebanyak 100 responden yang mana penentuan responden melalui kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini digunakan konsep dari Association of Colleges and Research Library (ACRL) Information Literacy Competency Standard for Higher Education, dengan menggunakan 5 standar pengukuran yakni : Standar I Menentukan Sifat dan Tingkat Informasi yang Dibutuhkan. Standar II Mengakses Informasi yang dibutuhkan secara Efektif. Standar III Mengevaluasi informasi dan menjadikannya basis pengetahuan. Standar IV Menggunakan Informasi secara Efektif. Standar V Penggunaan Informasi secara Etis dan Legal. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 23. Berdasarkan analisis dari lapangan diketahui kemampuan literasi informasi para mahasiswa teknik di ITS Surabaya. Menurut standar kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik di ITS berada pada kategori sedang. Standar kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik di ITS berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data menggunakan 5 standar menunjukkan bahwa literasi informasi mahasiswa teknik pada standar I menunjukkan skor 5,2 berada dalam kategori tinggi, standar II menunjukkan skor 4,89 berada dalam kategori sedang, standar III menunjukkan skor 5,06 berada dalam kategori sedang, standar IV menunjukkan skor 5,10 berada dalam kategori sedang, standar V menunjukkan skor 5,0 1
Diambil dari judul skripsi yang berjudul “Literasi nformasi Mahasiswa Teknik” Korespodensi : Ludfi Zahroun Naghfiroh, Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, No.Telp. : 085785143113 , Email :
[email protected]
2
berada dalam kategori sedang. Jadi skor keseluruhan adalah 5,05 yang mana literasi informasi mahasiswa masih berada dalam kategori sedang sehingga memerlukan upaya untuk meningkatkannya. Dan untuk meningkatkannya diperlukan sinergitas peran dari pustakawan, perguruan dan para mahasiswa dalam menerapkan kurikulum pendidikan berbasis literasi di institut. Kata kunci : informasi, literasi informasi, mahasiswa teknik, perguruan tinggi ABSTRACT Technique is a scientific department that is growing fast due to advances in technology and science. The growth of digital information continues to grow, causing an explosion of information (information exploition) as well as the demand for jobs for the graduates of engineering , according to a survey from the American Society for Mechanical Engineers shows that a lot of demand for engineering graduates but is becoming a constraint is the ability of engineering students in problem solving. The reason of researcher examined the information literacy skills of engineering students. In addition the number of research literacy in Asia from 2010 to 2014 there were already about 765 research on information literacy. Previous research information literacy has been reviewed by Rosmah Ali, et al in 2010 in a research entitled Information literacy Skills of Engineering Students at the University of Malaya, the results showed that the information literacy skills of engineering students is still low and needs to be increased again. This research uses descriptive quantitative research sampling technique is purposive sampling. Samples were taken from the population of engineering students at the Institute of Technology (ITS) Surabaya 100 respondents which determine the respondents through predefined criteria. This study used the concept of the Association of Colleges and Research Library (ACRL) Information Literacy Competency Standards for Higher Education, using the measurement standard 5: Standard I Determining the nature and level of information required. Standard II Accessing Information needed Effectively. Standard III Evaluating information and making the knowledge base. Standard IV Effective Use of Information. Standard V Use of Information by the Ethical and Legal. Data processing was performed using SPSS 23. Based on the analysis of an unknown field of information literacy skills of engineering students at ITS Surabaya. By the standards of information literacy skills of engineering students at ITS middle category. Standard information literacy skills of engineering students at ITS middle category. Based on the analysis and interpretation of data using a standard 5 shows that engineering students in information literacy standard I showed a score of 5.2 in the high category, standard II shows score is 4.89 in medium category, the standard III showed a score of 5.06 is in the medium category, the standard IV shows score 5.10 in a medium category, the standard V shows 5.0 scores are in the medium category. So overall score is 5.05 which the score of information literacy of students engineerings are still in the medium category that requires effort to improve it. And to increase the ability is
synergy between the role of librarians, academics and students in implementing literacybased education curriculum at the institute. Keywords: information, information literacy, an engineering student, institute Pendahuluan Literasi informasi sudah mulai banyak dikaji pada dewasa ini. Dimana literasi informasi dikaji dengan beberapa seperti literasi dikalangan dosen, siswa sekolah dasar, remaja, pemustaka hingga pustakawan. Dalam penelitian ini akan mengkaji literasi informasi di kalangan mahasiswa teknik. Studi literasi ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan literasi para mahasiswa teknik. Penelitian dari Nazim, Mohammad dan Ahmad Moin dalam penelitiannya yang berjudul Research Trends in Information Literacy : A Bibliometric Study menunjukkan bahwa kajian literasi sudah banyak dilakukan terbukti dengan adanya penelitian di bidang bibliometrik mengenai jumlah penelitian literasi di Asia dari tahun 2010 hingga 2014 sudah terdapat sekitar 765 penelitian mengenai literasi informasi dengan China yang memiliki kontribusi paling besar dalam kajian tersebut. Saat ini penelitian mengenai literasi mahasiswa sudah banyak dilakukan, namun mayoritas peneliti terdahulu mengkaji mengenai literasi informasi di kalangan mahasiswa sosial (lihat Vitahandarini 2012 dan Rachmawati 2009). Dan di Indonesia sendiri masih sedikit dijumpai penelitian literasi informasi di kalangan mahasiswa teknik. Selain sedikitnya kajian mengenai literasi informasi di kalangan mahasiswa teknik, menurut penelitian dari Ali Rosmah dkk dalam penelitiannya mengungkapkan adanya permintaan yang tinggi terhadap pekerjaan profesional maupun non-profesional terhadap sumber daya manusia berlatar belakang teknik. Survei dari American Society for Mechanical Engineers menunjukkan semakin banyaknya permintaan dari dunia internasional terhadap lulusan mahasiswa teknik namun mereka khawatir terhadap kualitas sumber daya dalam menghadapi produk konsumen, dan keputusan para profesional dibidang teknik dalam memberikan solusi atas permasalahan infrastruktur Lebih daripada itu teknik merupakan bidang pengetahuan yang perkembangannya cukup cepat, karena bidang ini tidak bisa terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini dibuktikan dengan kehidupan sehari – hari manusia yang tidak terlepas dari teknologi. Dengan demikin mahasiswa teknik penting untuk dibekali kemampuan literasi informasi untuk memperbaiki basis pengetahuan yang berguna untuk menunjang usaha profesional akademiknya. Perkembangan kemampuan kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik tidak bisa terlepas dari kemampuan membaca, menulis, memahami dan mengungkapkan kembali sebuah informasi dari berbagai media, entah itu cetak maupun elektronik. Namun fenomena yang
terjadi di masyarakat bahkan di lingkungan akademis belum terjadi budaya membaca, masyarakat lebih cenderung menyukai mendengar. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik Jawa Timur pada tahun 2014 bahwa pada tahap membaca, budaya membaca yang masih berada dibawah budaya menonton tv. Budaya membaca surat kabar setiap hari 87,48 % dari total penduduk kemudian budaya menonton televisi 94,80%. Hal ini menunjukkan bahwa budaya dalam masyarakat khususnya di provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh budaya menonton televisi. Masyarakat di Jawa Timur masih menjadikan televisi sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi. Namun fakta terbalik terkait angka melek huruf Jawa Timur pada 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari presentase 87,80 % dari tahun 2009 hingga pada tahun 2013 mencapai 90,49 %. Dalam kegiatan pencarian informasinya mayoritas mahasiswa menggunakan media perpustakaan dan internet. Dan ketika memenuhi kebutuhan informasi di perpustakaan, hal pertama yang dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan pencarian informasi di mesin pencari yang diketikkan adalah judul 63,5% dan pilihan kedua adalah nama pengarang sebanyak 59,5%. 3 Diakui oleh mahasiswa bahwa penelusuran informasi berdasarkan dua titik akses tersebut dirasa paling mudah dan ketepatannya lebih tinggi. Selain menggunakan perpustakaan, mahasiswa juga mengandalkan alternative pencarian dari internet untuk memenuhi tugas – tugasnya didukung dengan karakteristik net gen yang melakukan penelusuran informasi bersifat interaktif, memperoleh sumber informasi dari berbagai media dan memperlihatkan suatu prefensi terhadap informasi yang visual dan grafis 4 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ali, Rosmah.dkk yang berjudul Information Literacy Skills of Engineering Students dengan respondennya adalah mahasiswa teknik tingkat diploma pada tahun 2010 yang menggambarkan kemampuan literasi mahasiswa teknik. 5 Menunjukkan sebagian besar responden (77,6%) dari 95 responden menunjukkan bahwa mereka tidak dapat membedakan antara penulis, judul dan subjek pencarian. Kemudian dalam pencarian di internet hanya 26,5% yang mengetahui adanya fungsi booleon. Kemudian dalam akses jurnal sebanyak 75,5% menggunakan google tanpa tahu bahwa jurnal bisa diakses melalui database perpustakaan. Lalu 85,7% tidak mengetahui format penulisan sitasi. Studi ini mengidentifikasi keterampilan literasi informasi bahwa mahasiswa perlu untuk memperbaiki. Ini termasuk mengidentifikasi strategi pencarian yang paling efisien, mengevaluasi informasi 3
Jonner, Hasugian. 2003. Library Skills and Computer Literacy Mahasiswa Baru Penggunaa Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
4
Dresang, Eliza T., Koh, Kyungwon. 2009. Radical Change Theory, Youth Information Behavior, and School Libraries. Tersedia di https://www.ideals.illinois.edu/handle/2142/15294 . 5 Ali, Rosmah. Op.cit, 2010, hlm 6
internet dan website, serta menggunakan informasi secara etis. Jurnal ilmiah yang bersumber dari internet dalam tugas mereka terbilang sedikit. Pemeriksaan bibliografi menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak menyadari format yang tepat dari kutipan. Penelitian Ali.dkk menunjukkan bahwa kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik masih terbilang rendah dan mereka tetap mengandalkan internet sebagai sumber utama pencarian informasi. Berdasarkan penelitian Ali dkk tersebut tidak heran apabila mahasiswa lebih cenderung menggunaan internet karena penggunaan internet secara produkif di Indonesia ditunjukkan dari survei yang dilakukan World Internet Usage Statistic tahun 2014 menyebutkan Indonesia masuk peringkat 13 dengan sebanyak 42.258.824 dari 252 juta penduduknya. Dengan pertumbuhan 9% dari tahun 2013. 6 Peringkat kelima di Asia setelah India, Rusia, Nigeria, Korea Selatan kemudian Indonesia. Memang Menkominfo sedang mengejar target yang ditetapkan oleh Millenium Goals Development yaitu penggunaan internet pada negara berkembang mampu mencapai 50% dari total penduduknya. 7 Penggunaan internet di kalangan mahasiswa sendiri dapat dilihat dari survey yang dilakukan oleh Markplus & Co dan majalah SWA pada fakta lapangan menemukan bahwa pengakses internet dikalangan mahasiswa / siswa sebesar 33%, lalu didukung pula oleh survei Yahoo! Bahwa di Indonesia kelompok usia remaja 15 – 21 tahun mendominasi penggunaan internet sebanyak 64% dari total keseluruhan pengguna internet di Indonesia. Namun data yang fantastis mengenai penggunaan internet di Indonesia tidak sebanding dengan data yang ditunjukkan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa budaya literasi pada masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terbilang mengecewakan karena Indoensia menduduki urutan nomor dua dari bawah dari 65 negara. Justru Vietnam berada pada urutan 20. Dan pada riset lima tahunan yang diadakan dalam Progress in International Reading Literacy Student (PIRLS) yang melibatkan para siswa di Indonesia juga menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel. Dari data statistik UNESCO pada tahun 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indoensia baru mencapai 0,001 yang artinya dari setiap 1000 penduduk Indonesia hanya satu orang saja yang memiliki minat baca tinggi. Data dari UNDP juga ironis dengan menyebutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5% saja sedangkan Malaysia mencapai 86,4 % Sedangkan diluar negeri, beberapa perguruan tinggi di negara di Eropa, Amerika Utara, Otarlio Kanada dan Australia sudah memahami pentingnya pendidikan literasi bagi mahasiswanya, sehingga pustakawan di negara – negara tersebut ikut berperan membuat standard dan program mengenai literasi informasi bagi mahasiswa. Sedangkan negara – negara di Asia belum ada
7
http://kominfo.go.id/
penerapan pendidikan berbasis literasi bahkan di negara Hongkong. Alasan mengapa program literasi penting bagi mahasiswa salah satunya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan informasi. Sebagai konsekuensinya maka informasipun berkembang sangat cepat sehingga terjadi adanya ledakan pengetahuan yang menimbulkan ledakan informasi (information exploition) 8 Juga karena tersedianya database dengan kapasitas besar dan tak terbatas dalam jaringan internet menyebabkan banyak bermunculan website serta sumber informasi dalam jumlah sangat besar. Kemudian yang terjadi adalah munculnya informasi – informasi baru dalam frekuensi waktu yang relatif cepat dan hal inilah yang mengakibatkan ledakan informasi (information exploition). Akibat adanya information exploitation tersebut mahasiswa harus memiliki kemampuan evaluasi dalam menggunakan sumber informasi melimpah ruah yang bersumber dari internet. Penyebaran informasi melalui internet menimbulkan beberapa dampak di lingkungan mahasiswa salah satunya plagiarisme, seperti riset yang dilakukan oleh Pew Research Center terkait plagiarisme dikalangan mahasiswa menunjukkan sebanyak 89% dari 1550 responden melakukan plagiarisme dengan didominasi internet sebagai medianya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih belum mengerti bahwa sumber informasi dari internet tidak semuanya bisa dijadikan sebagai refrensi untuk pembelajaran. Kemampuan untuk menyaring informasi menjadi penting untuk menghindari hal – hal terkait plagiarisme. Pernyataan dari Ali, Rosmah (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan mengenai teknik adalah bidang yang cepat berkembang sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan informasi digital yang berfokus pada pembelajaran seumur hidup, lalu permintaan pekerjaan yang tinggi akan profesional di bidang teknik sehingga mahasiswa teknik harus memiliki kemampuan akan literasi informasi yang tinggi untuk menghasilkan ketepatan dalam karya rekayasanya serta berguna untuk pembelajaran seumur hidupnya nanti (lifelong learning). Kemampuan literasi informasi bagi mahahsiswa teknik sangat dibutuhkan untuk proses kehidupan yang selanjutnya, terutama dalam dunia akademik untuk menghasilkan karya – karya yang memiliki kebermanfaatan untuk masa mendatang. 9 Untuk itulah peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan literasi informasi dikalangan mahasiswa teknik. Fakta – fakta diatas menunjukkan bahwa pesatnya produksi informasi justru tidak memudahkan mahasiswa mendapatkan informasi secara tepat dan tepat, untuk itu penting itu memiliki kemampuan literasi informasi pada mahasiswa pada masing – masing individu untuk pengerjaan tugas perkuliahan, proses pembelajaran, penelitian . Semuanya memerlukan proses dengan semakin banyaknya informasi yang diproduksi secara aktif. Dengan memiliki 8
Subekti, Priyo dan Yusup Pawit M. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. hlm, 7 9 Ali, Rosmah dkk..op.cit 2010 hlm 3 .
kemampuan literasi informasi, mahasiswa akan memiliki kebiasaan membaca, memperdalam informasi yang dibutuhkan hingga mampu mengkomunikasikan pengetahuannya yang akhirnya bisa membentuknya menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Salah satu ketrampilan penting yang harus dimiliki mahasiswa dalam pendidikan tinggi adalah kemampuan belajar seumur hidup dan literasi informasi informasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Dalam pembelajaran seumur hidup diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan membaca, menulis dan berbicara serta menyadari pentingnya memiliki pengetahuan yang mumpuni dan kemampuan mengaorganisir informasi yang dimilikinya. Karena sebagian besar waktu dari mahasiswa teknik adalah melakukan rekayasa maka mahasiswa teknik harus memiliki kemampuan literasi informasi untuk menunjang keberhasilan pengambilan keputusan dalam praktek rekayasanya. 10 Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati di tahun 2009 dengan judul penelitian “Literasi Informasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya (Studi Deskriptif mengenai Literasi Informasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya” yang mengkaji kemampuan literasi mahasiswa program studi sosial, maka pada penelitian kali ini akan mengkaji sejauhmana kemampuan para mahasiswa teknik. Masih sedikitnya penelitian mengenai literasi informasi yang berfokus pada mahasiswa teknik yang dilakukan didalam negeri juga menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai literasi informasi dikalangan mahasiswa teknik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Metode dan Prosedur Penelitian Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format penelitian deskriptif survei. Pendekatan penelitian ini dipilih karena penelitian kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang menggunakan pengukuran objektif dan analisis data menggunakan analisis statistik dari data – data yang berupa angka dalam memahami suatu fenomena yang terjadi (Donald dkk: dalam buku Introduction research in educaton, 22). Sedangkan penelitian deskriptif karena bertujuan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi atas suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berhubungan dengan masalah dan unit yang akan diteliti. 11 Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini tidak bermaksud mencari hubungan 10
Wertz, Ruth.dkk. 2011. Assessing Engineering Students' Information Literacy Skills: An lpha Version of a Multiplechoice Instrument. Tersedia di :https://scholarship.rice.edu/bitstream/handle/1911/77641/2013_ASEE_Assessin%20Spectrum% 20of%20Global%20Competencies.pdf?sequence=1&isAllowed=y 11 Faisal, Sanapiah. l990.Format-Format Penelitian Sosial : Dasar – dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.hlm,20
antar dua variabel ataupun membangun atau mengemabangkan dari teori yang sudah ada. Namun menjelaskan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan kelompok sosial. Hal serupa juga dinyatakan oleh Morissan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu. 12 Dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi dan bagaimana cara yang telah mereka lakukan dalam mengembangkan kemampuan literasi informasi di kalangan mahasiswa teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Pada penelitian ini, teknik penarikan sampel dilakukan secara nonrandom sampling dengan teknik purposive sampling (sampel terpilih). Pada tipe penarikan sampel ini, resonden atau elemen unit sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dipilih dengan menggunakan tipe penarikan sampel non-probabilitas, dimana unit elemen yang hendak diteliti dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti dan seberapa penting unit elemen tersebut sehingga dapat mewakili keseluruhan populasi (Earl. 1989). Adapun kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang sudah menjalani minimal empat semester perkuliahan yakni mahasiswa pada angkatan 2014, 2013 dan 2012, dengan asumsi bahwa mahasiswa yang telah menjalani perkuliahan dalam kurun waktu tertentu sudah melakukan pencarian tugas dari perpustakaan dan pencarian dari internet. Lalu mahasiswa tersebut memiliki pemahaman mengenai literasi informasi dibandingan mahasiswa baru. Populasi mahasiswa teknik di ITS Surabaya sebanyak 24.600 mahasiswa dengan jumlah jurusan sebanyak 15 jurusan teknik yakni S1 Tekni Mesin, S1 Teknik Elektro, S1 Teknik Fisika, S1 Teknik Kimia, S1Teknik Industri, S1 Teknik Multimedia dan Jaringan, S1 Teknik Sipil, S1 Teknik Lingkungan, S1 Teknik Geodesi, S1 Teknik Geofisika, S1 Teknik Kelautan, S1 Tekik Perkapalan, S1 Teknik Sistem Perkapalan, S1 Teknik Informatika. 13 Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus Yamane. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Yamane maka ditentukan jumlah sampel penelitian sebesar 98 responden. Jadi sampel diambil berdasarkan kriteria yan telah disebutkan sejumlah 98 mahasiswa pada lokasi penelitian yang telah ditentukan. Metode pengumpulan data merupakan bagian instrumen penelitian yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. 14 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpukan data primer, data sekunder dan observasi.
12
Morissan. 2005.Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Penada Media Group. Hlm, 22 Data dari Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan ITS mengenai Mahasiswa Aktif per Maret 2016. 14 Bungin., op.cit. hlm 133 13
Proses pengolahan data dilaksanakan setelah data terkumpul. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : editing, coding dan tabulating. 15 1. Pemeriksaan Data (Editing) Langkah pertama dalam pengolahan data adalah melakukan pemeriksaan data (editing) untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul tersebut valid. Pemeriksaan data ini bertujuan untuk memperoleh jawaban yang jelas, bisa dibaca, relevan serta tepat sesuai dengan kuesioner yang telah diberikan kepada para responden. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini antara lain kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, konsistensi kesesuaian jawaban antar pertanyaan, relevansi jawaban serta keseragaman kesatuan data. 2. Pembuatan Kode (Coding) Proses selanjutnya setelah pemeriksaan data adalah pembuatan kode (coding). Pembuatan kode dilakukan untuk menyederhanakan data yakni memberi simbol pada tiap jawaban atau mengklasifikasi jawaban dengan responden atas suatu pertanyaan menurut macamnya dengan cara menandai masing – masing jawaban dengan kode tertentu. Jadi coding merupakan suatu proses dimana pertanyaan – pertanyaan dan jawaban – jawaban diubah menjadi angka yang bisa dihitung. Setelah diberikan skor pada tiap – tiap jawaban responden, selanjutnya memberikan kategori terhadap tingkat kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik. Tingkat kemampuan dikategorikan menjadi tiga tingkat yakni tinggi, sedang dan rendah. Dan diberikan perhitungan rumus interval skala likert antar kategori : Berdasarkan perhitungan diatas maka ditetapkan kategori tingkat kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik sebagai berikut : Tabel 1.2 Tabel Kategori Skor Kategori Tinggi Sedang Rendah
Skor 5,2 – 7,2 3,1 – 5,1 1–3
Tinjauan Pustaka Literasi Informasi di Kalangan Mahasiswa Teknik
15
Sutinah, op.cit hlm 93-96
Konsep literasi informasi pertama kali d prakarsai oleh Paul Zurkowski pada tahun 1974 dalam pengajuan proposalnya kepada National Comissions on Libraries and Information Science (NCLIS) yang mendefinisikan literasi informasi sebagai orang yang terlatih dalam penerapan sumber daya informasi untuk pekerjaan mereka bisa disebut kemahiran informasi. Mereka telah belajar teknik dan keterampilan untuk memanfaatkan berbagai alat informasi serta sumber utama dalam cetakan informasi - solusi untuk masalah mereka. 16 Sedangkan menurut Dctionary Library and Infrmation Science adalah kemampuan dalam menentukan informasi yang dibutuhkan termasuk pemahaman bagaimana perpustakaan diatur, mengenali sumber informasi (termasuk format dan alat penelusuran informasi) dan ilmu pengetahuan dan teknik yang dibutuhkan, selain itu juga mencakup kemampuan untu mengevaluasi isi informasi secara kritis dan menggunakannya dengan efektif. 17 Kemudian seiring perkembangan konsep literasi informasi, definisinya pun semakin beragam tergantung pada subjek penelitiannya, Hepworth yang merupakan salah satu anggota Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP) mendefinisikan literasi informasi pada kalangan pendidikan tinggi sebagai kemampuan mahasiswa secara mandiri dalam mencari informasi dan menggunakannya dengan tepat dan sesuai dengan etika informasi akademik. 18 Literasi informasi dikalangan mahasiswa teknik sebelumnya sudah dikaji oleh Wertz, Ruth.dkk. dalam penelitiannya yang berjudul Assessing Engineering Students' Information Literacy Skills: An lpha Version of a Multiplechoice Instrument pada tahun 2011. Dalam penelitian tersebut mengkaji mengenai kemampuan literasi mahasiswa teknik yang dilakukan dengan metode penelitian kualitatif pada mahasiswa tahun angkatan pertama yang menjadi sampel penelitian, metode pengambilan sampel dilakukan dengan wawancara satu persatu mahasiswa . Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa sebesar 92% mahasiswa teknik di angkatan tahun pertama memiliki kemampuan literasi informasi yang lemah hal ini dikarenakan tidak terdapat pendidikan literasi dari sekolahnya terdahulu dan universitas tidak menyediakan pendidikan literasi. Dan pemenuhan kebutuhan informasinya, sebagian besar mahasiswa puas dengan mengandalkan internet 19. Didukung pula penelitian dari Leckie pada tahun 1999 yang menunjukkan kemampuan literasi informai mahasiswa sains
16
Eisenberg,. Op.cit., hlm 6 Dictionary for Library and Information Science. 2004. Ebook., hlm 356 18 Hepworth. 2009. Information Literacy in Higher Education. http://www.informationliteracy.org.uk/sectors/il-higher-education/ 19 Ibid. hlm 3 17
Tersedia
di
:
dan teknik semakin menurun dari tahun ke tahun, sebanyak 80% dari 232 mahasiswa mengaku jarang memanfaatkan perpustakaan 20 Kemudian penelitian mengenai literasi informasi dilakukan oleh Ali, Rosmah dkk. Dalam penelitiannya yang berjudul Information Literacy Skills of Engineering Students pada tahun 2010 dengan sampel seluruh mahasiswa teknik jenjang diploma yang berjumlah 3.000 mahasiswa yang sedang menempuh semester 3. Hasil penelitian yang didapatkan adalah berdasarkan aspek Konsep Identifikasi . Kemudian berdasarkan aspek Strategi Pencarian hanya 16,3% yang mampu menggunakan fungsi boolean logic OR untuk mendapatkan hasil pencarian yang lebih, 26,5% responden yang mengetahui bahwa fungsi Boolean logic AND untuk membatasi jumlah hasil pencarian, 36,9% responden yang mampu menggunakan online public access catalogue (OPAC) perpustakaan, sebanyak 81,8% responden tidak mengetahui bagaimana cara kerja thesaurus kemudian yang terakhir 77,6% responden tidak mengetahui bagaimana indeks pencarian berdasarkan pengarang, judul dan subjek. Aspek penilaian ketiga adalah Jenis Dokumen, hanya 26,5% yang mengetahui kegunaan ensiklopedia, dan 24,5% responden yang mengetahui bahwa jurnal merupakan sumber ilmiah yang valid dan akurat, 30,6% responden tidak mampu mengidentifikasi karakteristik jurnal ilmiah. Aspek keempat adalah perangkat pencarian, hanya 8,2% responden yang mengetahui bahwa database merupakan tempat menemukan jurnal ilmiah yang tepat, sebanyak 75,5% responden memilih menggunakan Google untuk mencari artikel ilmiah padahal hal tersebut bisa menghabiskan banyak waktu, 51% responden tidak bisa menemukan buku di rak melalui mesin pencari OPAC, sebanyak 83,7% responde tidak mengetahui apa itu copernic windows. Aspek yang kelima adalah penggunaan hasil, sebanyak 85,7% reponden tidak mampu menafsirkan kutipan atau mengenali jenis dokumen, sebanyak 81,6% responden tidak mengetahui apa yang dimaksud bibliografi dan selanjutnya tidak akan menggunakan untuk menemukan dokumen yang relevan, hanya 6,1% responden yang mengetahui bagaiamana menilai informasi bersumber dari internet, dan hanya 4,1% responden yang mengetahui kapan harus membuat kutipan pada tulisan. Kemudian untuk aspek Analisis Sitasi diketahui bahwa sebanyak 48% menggunakan sumber ilmia, sisanya tidak. Sebesar 81% sumber ilmiah adalah format cetak dan 77% nonilmiah sumber elektronik. 21 Dalam penelitian Ali dkk diketahui bahwa mayoritas prosentase jawaban yang benar kurang dari 50%. Responden tidak mengetahui bahwa thesaurus bisa digunakan untuk mendapatkan terminologi yang paling tepat dalam database tertentu. Sebagian besar juga tidak mengetahui jurnal ilmiah, mengevaluasi 20
Leckie, Gloria. J dan Fulleron, Anne. 1999. Information Literacy in Science and Engineering Undergraduate Education : Faculty Attitudes and Pedagogical Practices. Canada : University of Western Ontario 21 Ali, Rosmah, 2010, op.cit., hlm 8 -9
kualitas website, tidak mengetahui kapan harus menyertakan refrensi untuk menghindari dari dugaan plagiarisme. Mayoritas responden lebih familiar dengan mesin pencari google yang mampu menjawab kebutuhan informasi apapun dalam waktu cepat. Dari dua penelitian tersebut diketahui bahwa kemampuan mahasiswa teknik masih perlu ditingkatkan lagi. Dan berdasarkan penelitian diatas mayoritas mahasiswa teknik menjadikan google sebagai pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Karena memang mahasiswa saat ini akrab dengan teknologi namun mereka belum memiliki keterampilan dalam pencarian ilmiah serta memiliki masalah serius terhadap etika penggunaan informasi. Termasuk harus mengidentifikasi strategi pencarian paling efektif dan efisien. Konsep ACRL – Information Literacy Competency Standard of Higher Education Association of College and Research Libraries (ACRL) merupakan sebuah asosiasi yang memiliki kepedulian terhadap penelitian di bidang perpustakaan yang berdiri pada tahun 1940. 22 ACRL telah membuat beberapa konsep dan standar untuk penelitian dibidang perpustakaan. Selain itu ACRL juga membuat standar mengenai kompetensi literasi infomasi mahasiswa di perguruan tinggi seperti : Standar Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Psikologi dan Information Literacy Competency Standard of Higher Education. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Information Literacy Competency Standard of Higher Education dimana konsep ini dibuat pada tahun 2000, yang mana digunakan untuk mengukur kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik berdasarkan 5 standar yang telah ditetapkan. Pada penelitian sebelumnya Ali Rosmah dkk dalam penelitiannya yang berjudul Information Literacy Skills of Engineering Students, juga menggunakan konsep yang sama untuk mengukur kemampuan mahasiswa teknik di University of Malaya. Information Literacy Competency Standard of Higher Education dikembangkan oleh ACRL pada tahun 2000 yang mana ada 5 standar yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi informasi mahasiswa di perguruan tinggi, diantaranya 23 : Standar I Menentukan Jenis dan Batas Informasi yang Dibutuhkan Dalam mengukur literasi informasi mahasiswa teknik pada standar pertama yaitu Menentukan Sifat dan Tingkat Informasi. Dalam standar ini mengukur literasi informasi mahasiswa dengan melihat kemampuan dalam merumuskan kebutuhan informasinya dengan tepat, mengeksplorasi beberapa sumber untuk meningkatkan hasil pencarian. Mengetahui bagaimana informasi diproduksi, dihasilkan dan disebarluaskan. Kemampuan menentukan sumber 22
http://www.ala.org/acrl/standards/informationliteracycompetency Einsberg, Michael B. Lowe, Carrie A., Spitzer, Kathleen L.2004.Information Literacy : Essential Skills For the Information Age. USA : Libraries Unlimited, hlm 279 23
informasi yang potensial diartikan bahwa mahasiswa teknik mampu mengidentifikasi nilai dan perbedaan sumber daya potensial dalam berbagai format, misalnya : mahasiswa mampu memilih format sumber informasi manakah yang paling potensial hasilnya antara sumber yang berformat website, cetak, database, multimedia, audio visual dan kumpula data. Kemampuan mempertimbangkan ketersediaan nformasi merupakan kemampuan mahasiswa mempertimbangkan efektifitas waktu, biaya dan manfaat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Hal ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan literature yang dibutuhkan di perpustakaan atau ketersediaan pada pusat informasi lainnya yang menawarkan literatur tersebut sehingga bisa melakukan antar pinjaman. Kemampuan menggunakan literature berbahasa asing untuk meningkatkan kosa kata adalah ketika mahasiswa menemukan koleksi yang dibutuhkannya menggunakan bahasa asing kemudian tetap dipertahankan. Karena dengan menggunakan literatur bahasa sing akan meningkatkan kemampuan bahasa baru. Terakhir kemampuan untuk memperjelas kebutuhan informasinya merupakan kemampuan mahasiswa teknik meninjau ulang informasi yang benar - benar dibutuhkannya. Pada penelitian yang dilakukan Agustina pada tahun 2014 mengenai kemampuan mahasiswa Biologi menentukan jenis dan batas informasi dari dengan 78 sampel yang diambil secara acak menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mampu menentukan jenis dan batas informasi yang dibutuhkan dengan hasil penelitian sebesar 94,9% mahasiswa mampu menentukan kebutuhan informasinya, mahasiswa mampu memilih jenis sumber informasi cetak sebesar 39,7% digital 17,9% an keduanya 42,3%. Kemudian mahasiswa mampu menentukan batasan informasi sebesar 84,6% dan 58,6% mampu mengevaluasi kebutuhan informasinya. Standar II Mengakses Informasi yang dibutuhkan secara Efektif Dalam standar kedua yaitu Menentukan Sifat dan Tingkat Informasi. Dalam standar ini mengukur literasi informasi mahasiswa dengan mengukur kemampuan dalam menentukan kecanggihan perangkat untuk menghasilkan pencarian yang berkualitas. Kemudian dengan memanfaatkan fungsi boolean logic AND untuk mempersempit hasil pencarian, dan memanfaatkan fungsi boolean logic OR untuk memperluas hasil pencarian. Kemampuan penggunaan fasilitas user interface pada perangkat elektronik bertujuan untuk memudahkan pengguna mengoperasikan perangkat. Lalu Online Public Access Catalogue (OPAC), kemampuan menggunakan sumber resmi di internet. Seperti: google scholar, opendoar dll. Kemampuan menggunakan jurnal elektronik yang disediakan oleh perpustakaan. Seperti : science direct, ProQuest, Sagepub dll. Kemampuan menelusur melalui thesaurus. Kemampuan menilai keberhasilan strategi pencarian. Kemampuan membuat sitasi dan kutipan. Kemampuan membuat bibliografi. Serta kemampuan memanfaatkan teknologi untuk mengorganisir dan mengelola informasi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Driani pada tahun 2010 mengenai penelusuran informasi melalui internet. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari beberapa pilihan pencarian seperti : simple search, Boolean operator serta advanced search. Fasilitas penelusuran informasi yang mayoritas digunakan adalah simple search. Selanjutnya pada standar kemampuan mahasiswa dalam memanfaatkan penelusuran informasi melalui OPAC, salah satu penelitian yang menyebutkan kemampuan OPAC di kalangan mahasiswa adalah yang dilakukan oleh Chall pada tahun 1977 menyebutkan bahwa sebanyak 86% mahasiswa dari total responden yang berjumlah 2.058 mahasiswa menjawab tidak tahu bagaimana menggunakan katalog online perpustakaan. Kemudian pada penelitian Novianto pada tahun 2011 mengenai penggunaan internet pada mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa juga menggunakan internet untuk keperluan pencarian informasi ilmiah terkait kepentingan akademik berupa tugas perkuliahan, hasil penelitian, jurnal maupun artikel ilmiah. Standar III Mengevaluasi Informasi dan Menjadikannya Basis Pengetahuan Dalam standar ketiga yaitu mengevaluasi informasi dan menjadikannya basis pengetahuan. Dalam standar ini mengukur literasi informasi mahasiswa dengan mengukur kemampuan dalam membaca bacaan secara kontinuitas untuk mendapatkan ide utama. Kemampuan menyatakan kembali konsep utama dalam bacaan. Kemampuan melihat akurasi, validitas dan keterbaruan informasi dan mengintegrasi informasi untuk data pendukung suatu topik. Memanfaatan fasilitas teknologi (spreadsheet, audio visual dan multimedia) untuk mempelajari ide dan fenomena baru dalam keilmuan teknik. Kemudian kemampuan menilai suatu informasi terdahulu apakah bisa menunjang dan menjadi refrensi bagi penelitian di masa mendatang. Di lingkungan mahasiswa pasti tidak terlepas dengan sebuah penelitian tak terkecuali mahasiswa teknik, untuk itu kemampuan menentukan teknik penelitian untuk menguji teori penting untuk dipahami. Kemudian untuk menguji kualitas pengetahuan, terlibat dalam diskusi forum atau chatroom perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pengetahuan yang dimiliki. Pada penelitian yang dilakukan Nasution mengenai kemampuan literasi informasi mahasiswa pada tahun 2009 dengan mengambil 30 sampel mahasiswa menyebutkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi informasi dengan melakukan aktifitas diantaranya : mengevaluasi pengetahuan pribadinya sebesar 40,3%, sebanyak 73,3% mahasiswa mampu menilai informasi terdahulu menunjang penelitian yang akan datang. Dan sebanyak 63% mahasiswa mampu mengenali keakurasian sebuah informasi. Standar IV Mengkomunikasikan Informasi secara Efektif Dalam standar mengkomunikasikan informasi secara efektif pada kalangan mahasiswa teknik perlu diukur dengan melalui beberapa indikator diantaranya : mengatur format konten dalam sebuah karya, hal ini untuk mengukur kemampuan mahasiswa teknik seberapa jauh menguasai mengatur
format seperti garis, draft dan storyboard. Kemudian seberapa besar kemampuan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa untuk membuat sebuah penelitian / projek tertentu. Terakhir Copernic Windows merupakan fasilitas pencarian metadata yang mana copernic mampu mencari file atau kata dalam file dari computer yang mampu mengenali dokumen dalam berbagai format seperti .doc, .xls, .pdf, .text, .zip, .waf, .jpeg dan lain sebagainya, copernic windows juga mampu mengenali riwayat pencarian dan mampu mengenali dokumen dalam email yang telah terintegrasi dalam suatu komputer. 24 Pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution mengenai kemampuan literasi informasi mahasiswa pada tahun 2009 dengan mengambil 30 sampel mahasiswa menyebutkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengkomunikasikan informasi berada dalam kategori baik hal ini terlihat dari sebanyak 63,3% mahasiswa menggunakan kembali informasi untuk membuat karya baru. Sebanyak 50% mahasiswa mampu memilih media komunikasi yang tepat untuk mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan 90% menggunakan media internet. Standar V Penggunaan Informasi secara Etis dan Legal Merupakan standar yang digunakan untuk mengukur etika mahasiswa teknik terhadap penggunaan suatu informasi secara bijaksanA dengan cara mengukur sejauh mana kemampuan memahami privasi dan keamanan informasi yang memiliki hak cipta, seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi meningkat pula kebutuhan informasi yang kemudian memicu pihak – pihak tertetu yang berusaha mengakses informasi secara illegal diantaranya melalui cara hacking, pembajakan dan penyebaran virus pada computer. 25 kemampuan memahami Undang – Undang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan ketika mengakses internet selalu memperhati “netiquette”. Serta kemampuan membedakan sebuah karya yang mengandung plagiarisme dan yang bukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo,dkk pada tahun 2012 mengenai identifikasi bentuk plagiat pada skipsi mahasiswa menunjukkan 3 dari 5 mahasiswa mengakui tidak mengetahui pengetahuan mengenai plagiat dan jenis penulisan yang mengandung plagiat, ketika dalam perkuliahan dosen sudah memberikan pengetahuan mengenai plagiat namun mahasiswa mengabaikannya. Mahasiswa juga tidak membaca pengetahuan mengenai plagiat dari segi definisi, jenis dan bentuknya serta peraturan yang mengatur tentang plagiat. Mahasiswa mengakui mendapatkan pengetahuan mengenai plagiat ketika dalam seminar metodologi penelitian, dar teman kuliah dan ketika bimbingan penulisan 24
Hibah Penulisan Tenaga Akademik. 2012. Pengantar Komputer. Buku Ajar. Universitas Hasanuddin, hlm 72 25 Asian and Pasific Training Centre For Information And Communication Technology For Development. Modul Keamanan dan Keamanan Privasi Informasi: Modul 6. Korea Information Security Agency. Tersedia di https://academia.edu/7675518/Keamanan_Jaringan_dan_Keamanan_Informasi_dan_Privasi, hlm, 18
skripsi, mahasiswa menganggap bahwa mengetahui cara penulisan yang benar hanya digunakan untuk penulisan skripsi semata. 1. Literasi Informasi Mahasiswa Teknik merupakan beberapa kompetensi yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan literasi informasi di kalangan perguruan tinggi. Perguruan tinggi disini dimaksudkan adalah para siswa yang telah memasuki jenjang pendidikan diatas sekolah menengah atas yakni mahasiswa. Dalam hal ini adalah di kalangan mahasiswa teknik, secara umum mahasiswa dengan konsentrasi apapun memiliki karakteristik yang sama. Hanya berbeda dari originalitas dan skala. Dimana mahasiswa dituntut untuk mampu dan mandiri terhadap informasi yang menunjang untuk perkuliahannya. 2. Menentukan Jenis dan Batas Informasi yang Dibutuhkan merupakan kompetensi untuk mengukur kemampuan mahasiswa termasuk didalamnya yaitu kemampuan mengenali kebutuhan informasinya dengan tepat serta hal – hal yang perlu dilakukan dan dipertimbangkan sebelum melakukan pencarian kebutuhan informasinya dari sumber cetak maupun elektronik. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan misalnya mengenali sumber – sumber informasi yang potensial bagi dirinya sendiri serta mampu merumuskan dengan tepat informasi yang dibutuhkannya. 3. Mengakses Informasi yang dibutuhkan secara Efektif merupakan kemampuan mahasiswa dalam menentukan metode pancarian dan pendekatan yang paling efektif serta efisien untuk mengakses informasi. Karena informasi tidak hanya berbasis cetak saja maka mahasiswa perlu diukur kemampuannya dalam mengenali kecanggihan perangkat yang digunakannya dalam mengakses informasi karena hal tersebut mempengaruhi kualitas hasil pencarian informasi, misalnya mengakses informasi dengan computer yang berbeda kekuatan processornya akan mempengaruhi seberapa dalam hasil informasi yang ditampilkan. Kemampuan menggunakan jurnal elektronik dari perpustakaan, dan menggunakan sumber resmi ilmiah. 4. Mengevaluasi Informasi dan menjadikannya Basis Pengetahuan merupakan standar untuk mengukur kemampuan mahasiswa teknik dalam memahami ide utama yang diangkat dari bacaan yang dibaca, termasuk bacaan cetak maupun elektronik. Selain itu kemampuan untuk menilai akurasi, validitas dan keterbaruan suatu karya dan menilai apakah sebuah informasi bertentangan dengan informasi lainnya yang memiliki fokus serupa. Dan mampu menentukan teknik penelitian yang tepat dalam penelitian atau projek rekayasanya, serta mampu mebgukur pengetahun pribadinya dengan cara terlibat dalam diskusi forum atau chatroom. 5. Mengkomunikasikan Informasi secara Efektif merupakan kemampuan mengatur format dalam konten suatu informasi yang berupa garis, draft atau storyboard. Dan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimilikinya mahasiswa teknik mampu membuat sebuah karya atau projek rekayasa sesuai bidang keilmuannya serta mampu menentukan media komunikasi yang tepat untuk mengkomunikasikan karyanya.
6. Penggunaan Informasi secara Etis dan Legal merupakan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan hasil informasi yang telah didapatkan serta etika mahasiswa dalam menggunakan informasi. Ketika melakukan pencarian di internet harus memperhatikan “netiquette” yaitu etika yang harus diaati pengguna dalam memanfaatkan fasilitas di internet seperti menyaring setiap informasi apakah mengandung plagiat atau tidak. 7. Mahasiswa Teknik Teknik merupakan bidang pengetahuan yang perkembangannya cukup cepat, karena bidang ini tidak bisa terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikin mahasiswa teknik penting untuk dibekali kemampuan literasi informasi untuk memperbaiki basis pengetahuan yang berguna untuk menunjang usaha profesional akademiknya. Mahasiswa yang memiliki keterampilan literasi informasi harus mampu mengenali kebutuhan informasinya, mampu mengakses, mengambil, menyimpan, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, membuat dan mengkomunikasikan informasi secara efektif. 26 Serta menggunakan informasi secara beretika dan sesuai dengan prosedur hukum informasi. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi saat ini juga menjadi aspek penting dalam literasi informasi. Mengingat dalam literasi informasi harus mencakup keterampilan ICT karena dampak dari perluasan teknologi informasi itu sendiri. 27 Untuk karakteristik pencarian informasi nya mahasiswa teknik memiliki karakteristik tertentu. Dalam pemenuhan kebutuhan informasinya memiliki karakteristik diantaranya mahaiswa teknik menghabiskan waktu di perpustakaan selama kurang dari 5 jam setiap minggunya dan mereka merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan perpustakaan. Diantara semua bacaan cetak mahasiswa teknik akan lebih memilih bacaan Koran atau majalah. Dalam mengumpulakan informasi pribadinya mahasiswa teknik menghabiskan waktu selama 3 – 5 jam setiap minggunya, dan mayoritas mereka mencari informasi untuk bahan ujian atau praktikum. 28 diantara literatur yang disediakan oleh perpustakaan universitasnya, mahasiswa teknik akan memilih literatur berbasis buku dan jurnal mereka tidak terbiasa menggunakan literatur prosiding. Dan mahasiswa teknik menyukai informasi yang berformat cetak maupun online, dan hampir semua kegiatan sehari – harinya dipengaruhi oleh teknologi. Hasil Penelitian 26
American Library Association, 1989. Presidential Committee on Information Literacy. Final Report. Chicago : American Library Association 27 UNESCO, 2008. Towards Information literacy indicator, Paris:UNESCO 28 Joshi, Pradip A dan Nicose, S.M. Information seeking Behaviours of Users: A Case Study of Private Higher Technical Education Libraries in Chandrapur District. Nagpur :Deptt.of Library&Information Science R.T.M.Nagpur University, hlm 2-7
Dari hasil pengumpulan data berupa data primer, data sekunder dan observasi tentang literasi informasi di kalangan mahasiswa teknik dengan menggunakan 5 standar ACRL - Information Literacy Competency Standard of Higher Education ditemukan hasil temuan data diantaranya : 1.
Dinilai dari Standar Menentukan Jenis dan Batas Informasi yang Dibutuhkan, literasi informasi mahasiswa teknik dikategorikan tinggi. Dalam standar ini adalah proses yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi. Dari indikator yang telah diukur dalam standar pertama menunjukkan bahwa literasi informasi berdasarkan standar menentukan jenis dan batas informasi menghasilkan skor literasi informasi sebesar 5,20 yang berarti dalam kategori tinggi. 2. Dinilai dari Standar Mengakses Informasi yang dibutuhkan secara Efektif, literasi informasi mahasiswa teknik dikategorikan sedang. Dari indikator yang telah diukur dalam standar kedua menunjukkan bahwa literasi informasi berdasarkan standar mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif menghasilkan skor literasi informasi sebesar 4,89 yang berarti dalam kategori sedang. 3. Dinilai dari Standar Mengevaluasi Informasi dan Menjadikannya Basis Pengetahuan literasi informasi mahasiswa teknik dikategorikan sedang. Dari indikator yang telah diukur dalam standar ketiga menunjukkan bahwa literasi informasi berdasarkan standar mengevaluasi informasi dan menjadikannya basis pengetahuan menghasilkan skor literasi informasi sebesar 5,06 yang berarti dalam kategori sedang. 4. Dinilai dari Standar Mengkomunikasikan Informasi secara Efektif literasi informasi mahasiswa teknik dikategorikan sedang. Dari indikator yang telah diukur dalam standar ketiga menunjukkan bahwa literasi informasi berdasarkan standar kemampuan mengkomunikasikan informasi secara efektif menghasilkan skor literasi informasi sebesar 5,10 yang berarti dalam kategori sedang. 5. Dinilai dari Standar Penggunaan Informasi secara Etis dan Legal literasi informasi mahasiswa teknik dikategorikan sedang. Dari indikator yang telah diukur dalam standar ketiga menunjukkan bahwa literasi informasi berdasarkan standar menggunakan informasi secara etis dan legal menghasilkan skor literasi informasi sebesar 5,0 yang berarti dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh sebagaimana ditunjukkan diatas dapat diketahui bahwa kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik di ITS Surabaya diukur menggunakan 5 standar. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa teknik di ITS Surabaya memiliki kemampuan literasi informasi kategori sedang, karena 4 dari 5 standar pengukuran menghasilkan kategori yang didominasi oleh kategori sedang. Diantaranya pada standar Standar Mengakses Informasi yang dibutuhkan secara Efektif, Standar Mengevaluasi Informasi dan menjadikannya Basis Pengetahuan, Standar menggunakan Informasi secara
Efektif, Standar Penggunaan Informasi secara Etis dan Legal. Hanya satu standar yang memiliki kategori tinggi yaitu Standar Kemampuan Menentukan Sifat dan Tingkat Informasi yang Dibutuhkan. Pada 4 standar yang lainnya masih berada dalam kategori literasi informasi sedang. Hasil ini hampir sama seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Ali,dkk pada tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Information Literacy Skill of Engineering Student di University of Malaya. Pada penelitian tersebut mengukur kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik dengan diidentifikasi melalui 5 aspek yaitu : concept identification, search strategy, document types, search tools dan use of result. Pada penelitian Ali dkk menunjukkan bahwa rata – rata dalam 5 aspek tersebut hasil data menunjukkan kemampuan literasi informasi mahasiswa teknik di University of Malaya masih rendah. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa teknik berdasarkan aspek concept identification yang keberhasilannya mencapai 36,7%. search strategy keberhasilannya mencapai 36,9%. Document types keberhasilannya mencapai 24,5%. Search tools 75,5%. Use of result keberhasilannya mencapai 49%. Terkait konsep literasi informasi secara luas, banyak pendapat dari para ahli yang mendefisikan arti dari kemampuan literasi informasi, diantaranya sebagai tokoh pemula literasi informasi yakni Paul Zurkowski pada tahun 1974 menyatakan kemampuan literasi informasi merupakan orang yang terlatih dalam penerapan sumber daya informasi untuk pekerjaan mereka. Dan pada perkembangannya definisi literasi informasi semakin beragam sesuai dengan konteks yang dikaji. Tak terkecuali literasi informasi di perguruan tinggi, salah satu yang mengembangkan konsep literasi informasi di perguruan tinggi adalah Hepworth merupakan salah satu anggota CILIP yang mendefinisikan literasi informasi di kalangan perguruan tinggi adalah keterampilan dalam menggunakan informasi, alat yang digunakan, sikap dan cara berpikir. Membekali kemampuan literasi informasi pada mahasiswa bukan tanpa maksud, ketika mahasiswa memiliki kemampuan literasi informasi dalam perguruan tinggi mendapatkan manfaat diantaranya: 29 a. Menyediakan metode yang telah teruji yang dapat memandu mahasiswa kearah sumber informasi yang terus berkembang, dewasa ini sumber informasi tersedia sangat berlimpah sehingga perlu menentukan sumber informasi yang berkualitas seperti perpustakaan, organisasi khusus dan sumber – sumber komunitas b. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan lingkungan akademik yang proaktif dan dengan membekali 29
Hasugian. 2008.Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara. Pustaka : Jurnal Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi , vol. 4 no. 2 hlm 33 – 34.
literasi informasi kepada mahasiswa maka mahasiswa akan dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya c. Dengan berbekal kemampuan literasi mahasiswa mampu menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat refrensi perkuliahan Meningkatkan pembelajaran seumur hidup adalah misi utama institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berfikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimiliki maka mahasiswa mampu melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri. Daftar Pustaka Ali, Rosmah dkk. 2010. Information Literacy Skills of Engineering Students. Universiti Teknologi Malaysia International Campus : Kuala Lumpur, Malaysia. Bungin, Burhan. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu – ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenadamedia Grup. Einsberg, Michael B. Lowe, Carrie A., Spitzer, Kathleen L.2004.Information Literacy : Essential Skills For the Information Age. USA : Libraries Unlimited. Faisal, Sanapiah. l990.Format-Format Penelitian Sosial : Dasar – dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hasugian, Jonner. 2003. Library Skills and Computer Literacy Mahasiswa Baru Penggunaa Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara. Pustaka : Jurnal Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi , vol. 4 no. 2, Desember 2003. Hasugian, Jonner. 2008.Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara. Pustaka : Jurnal Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi , vol. 4 no. 2 Joshi, Pradip A dan Nicose, S.M. Information seeking Behaviours of Users: A Case Study of Private Higher Technical Education Libraries in Chandrapur District. Nagpur :Deptt.of Library&Information Science R.T.M.Nagpur University. Leckie, Gloria. J dan Fulleron, Anne. 1999. Information Literacy in Science and Engineering Undergraduate Education : Faculty Attitudes and Pedagogical Practices. Canada : University of Western Ontario. Rachmawati, Aulia. 2009. Skripsi. Literasi Informasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya (Studi Deskriptif mengenai
Literasi Informasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya). Subekti, Priyo dan Yusup Pawit M. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Grup Sumber Elektronik http://ala.org/acrl/standards/informationliteracycompetency http://jatim.bps.go.id/ http://kominfo.go.id http://.ala.org/acrl/sites/ala.org.acrl/files/content/issues/infolit/Framework_ILHE.pdf Asian and Pasific Training Centre For Information And Communication Technology For Development. Modul Keamanan dan Keamanan Privasi Informasi: Modul 6. Korea Information Security Agency. Tersedia di https://www.academia.edu/7675518/Keamanan_Jaringan_dan_Keamanan_Inform asi_dan_Privasi diakses pada 03 Mei 2016. Dresang, Eliza T.; Koh, Kyungwon. 2009. Radical Change Theory, Youth Information Behavior, and School Libraries. Tersedia di https://www.ideals.illinois.edu/handle/2142/15294 . Diakses pada 22 Mei 2016 Joshi , Pradip A dan S.M.Nikose. (s.a). Information seeking Behaviours of Users: A Case Study of Private Higher Technical Education Libraries in Chandrapur District. Tersedia di : http://eprints.rclis.org/3794/1/Information_seeking_Behaviours_of_Users_in_Inf ormation_Age.pdf diakses pada 23 Oktober 2015 Hepworth, Mark. 2009. Information Literacy in Higher Education. Tersedia di : http://www.informationliteracy.org.uk/sectors/il-higher-education/ Diakses pada 11 Mei 2016 Nasution, Listika F.R,. 2009. Skripsi. Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13518/1/10E00255.pdf diakses pada 20 April 2016 UNESCO (2013). Global Media and Assasment Framework : Country Readiness and Competencies. Paris : United National Educational https://books.google.co.id/books. Diakses pada tanggal 12 September 2015. Wertz, Ruth.dkk. 2011. Assessing Engineering Students' Information Literacy Skills: An lpha Version of a Multiplechoice Instrument. Tersedia di
:https://scholarship.rice.edu/bitstream/handle/1911/77641/2013_ASEE_Assessin% 20Spectrum%20of%20Global%20Competencies.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses pada tanggal 02 Juni 2016.