Liputan Negara Indonesia
Christian Schindler
Martin Werder
Joachim Maier
Thomas Küttel
ITMF,
Rieter Machine Works Ltd.,
Rieter Machine Works Ltd.,
Rieter Machine Works Ltd.,
Zürich, Swiss
Winterthur, Swiss
Winterthur, Swiss
Winterthur, Swiss
Liputan Negara Indonesia Industri tekstil Indonesia merupakan raksasa yang sedang muncul
2
Rieter . Liputan Negara Indonesia
3
Kata Pengantar
Rieter 4 The Comfort of Competence 5
ITMF International Textile Manufacturers Federation
8
Situasi Ekonomi
11
Industri Tekstil dan Apparel
17
Industri Pemintalan
26
PT. Embee Mendengarkan Pelanggan
30
PT. Indah Jaya Kualitas Tinggi pada Kapas adalah Kuncinya
35
PT. Indorama Teknologi Canggih untuk Kualitas yang Konsisten
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Kata Pengantar
Indonesia, setelah Turki dan Brazil, merupakan publikasi ketiga dalam rangkaian negara dari Rieter yang bekerja sama dengan Internatioal Textile Manufacturers Federation (ITMF). Dalam rangkaiannya, pasar tekstil global yang paling penting di mana kedua organisasi yang aktif, dianalisa. Tujuan dari publikasi ini adalah untuk menginformasikan pembaca mengenai situasi ekonomi terkini dan melanjutkan pandangan masa depan dari negara-negara tersebut. Publikasi ditulis oleh sebuah tim di mana pembaca dapat mengenali perbedaan gaya menulis secara berkala. Pada bagian kedua dari liputan negara, para pelanggan Rieter mengekspresikan pendapat mereka. Buatan Indonesia
Republik Indonesia dengan kurang lebih 17 500 pulau merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Populasi sebesar 251 juta dengan sekitar 360 asal etnis yang berbeda membuat Republik Indonesia negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia. Kepadatan populasi sangatlah berbeda. Kepadatan tertinggi berada di Pulau Jawa di mana ibukota negara terletak. Bersama ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang berperan sebagai pemimpin. Produk ekspor penting selain tekstil adalah logam mulia, mineral, produk agrikultur, kayu dan batu bara. Indonesia juga merupakan pengekspor global terbesar kedua untuk gas cair. Indonesia pulih relatif lebih cepat dan sukses dari krisis keuangan Asia pada tahun 2008. Faktor penggerak untuk iklim investasi yang baik adalah meningkatnya pemintaan lokal yang muncul dari kelas menengah semakin kuat. Untuk meningkatkan dasar iklim investasi yang menarik, bagaimanapun, beragam kendala masih
akan muncul seperti biaya energi yang relatif tinggi, infrastruktur yang tidak terpercaya serta logistik yang mahal. Industri tekstil merupakan salah satu industri tertua di negara ini dan dari aspek strategis, merupakan aspek yang sangat penting. Kontribusinya terhadap perkembangan pertumbuhan negara sangatlah besar. Kurang lebih 1.8 juta penduduk dipekerjakan secara langsung di industri tekstil dan sekitar 3.7 juta selanjutnya dipekerjakan secara tidak langsung. Industri tekstil Indonesia sebagian besar terletak di pulau Jawa, meskipun pusat tekstil dapat ditemukan di area metropolitan seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Solo (Gambar 1). Pengolahan lokal dari kapas telah menurun secara signifikan dan tidak lagi berperan penting. Untuk alasan ini, pabrik pemintalan Indonesia hampir semata-mata tergantung pada kapas yang diimpor. Negara penghasil minyak mineral merupakan rumah bagi produsen serat buatan yang cukup besar dan terkenal. Oleh karena itu, tidak mengejutkan lagi bahwa pengolahan serat buatan telah meningkat dan pengembangan tidak diragukan lagi akan diintensifkan di tahun-tahun mendatang. Terdapat juga tren yang terlihat bahwa perusahaan tekstil cenderung untuk lebih memindahkan aktivitas mereka dari India dan Cina ke Indonesia, dikarenakan biaya tenaga kerja yang sangat menarik. Setelah Cina, Turki dan India, Indonesia merupakan pembeli mesin tekstil keempat terbesar dan dengan demikian sangatlah penting bagi Rieter sebagai supplier mesin.
3
4
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Rieter
The Comfort of Competence
Rieter merupakan supplier instalasi terdepan untuk membuat benang dari serat-serat stapel pendek. Rieter merupakan mitra kompeten, didekasikan untuk membuat kehidupan pelanggan menjadi lebih mudah dengan menawarkan perlindungan dan dukungan dari diskusi awal investasi sampai pengoperasian yang sukses di pabrik pemintalan. Pengetahuan menyeluruh Rieter dari serat kemudian benang sampai produk akhir tekstil menyediakan dasar bagi mesin-me-sin yang inovatif dan kualitas benang yang konsisten. Sistem-sistem yang bernilai
Rieter merupakan satu-satunya pembuat mesin tekstil yang dapat menyediakan seluruh proses pemintalan dan dengan demikian memberikan pelanggan saran yang kompeten dan independen, disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. Rasio harga/performa yang luar biasa, pemanfaatan bahan baku yang tinggi dan masa pakai yang lama dari produk-produknya membuat investasi pada mesin-mesin Rieter sangatlah menarik. Sejak perusahaan ini didirikan di Swiss pada tahun 1795, Rieter telah mengembangkan standar kualitas tinggi. Seluruh fasilitas manufaktur telah disertifikasi ISO-9001.
Teknologi yang meyakinkan
Dengan pengetahuan teknologi menyeluruhnya yang mencakup seluruh empat proses pemintalan sampai produk akhir tekstil, Rieter memberikan saran dan bantuan untuk pelanggan dalam pemilihan proses pemintalan yang tepat. Lima Spinning Center, lima laboratorium tekstil dan sebuah pusat pelatihan modern di Winterthur merupakan hak bagi seluruh pelanggan di seluruh dunia untuk tujuan percobaan pemintalan dan pelatihan. Rekanan yang mendukung
Banyak pusat layanan dan penjualan membantu pelanggan di seluruh dunia. Pelanggan telah dapat memperoleh keuntungan dengan sebuah kontak untuk seluruh operasi pemintalannya selama puluhan tahun. Tempatkan kepercayaan Anda pada kompetensi Rieter dan nikmati kenyamanan dari rekanan!
Rieter . Liputan Negara Indonesia
ITMF
International Textile Manufacturers Federation International Textile Manufacturers Federation (ITMF) merupakan asosiasi internasional dari industri tekstil global. Asosiasi ini telah membuat para anggotanya dari seluruh dunia untuk tetap update secara kontinyu dengan bantuan kuesioner, studi dan publikasi serta konferensi tahunan organisasi. Di atas semua ini, ITMF mencapai tujuannya melalui partisipasinya pada pengembangan lebih lanjut dari rantai industri bernilai tambah dan melalui publikasi dari opini yang dapat dipertimbangkan untuk tren masa depan dan pengembangan internasional. RIWAYAT
TInternational Textile Manufacturers Federation merupakan salah satu organisasi non-pemerintah tertua. Didirikan di Zurich pada tahun 1904 pada permulaan industri pemintalan Inggris. Organisasi yang baru didirikan tersebut mengadopsi nama "International Federation of Master Cotton Spinners' and Manufacturers' Association". Seringkali organisasi ini ditunjuk sebagai "International Cotton Federation". Organisasi ini bermarkas di Manchester, Inggris. Selama bertahun-tahun dan melewati kedua perang dunia, organisasi ini menggambarkan dan mempromosikan ketertarikan dari pemintalan kapas global dan industri produksi kapas. Munculnya serat buatan memperluas dasar bahan baku bagi industri kapas. Secara simultan, struktur industri berubah melalui integrasi vertikal dari perusahaan perusahaan tekstil dan ukurannya dengan demikian diperbesar: sementara itu industri telah menjadi industri multi-fiber dan multi-proses.
Pada tahun 1963, markas besar dipindahkan dari Manchester di Inggris ke Zurich di Switzzerland dengan tujuan untuk memfasilitasi hubungan internasional dan memperbaiki pelayanan administrasi serta komunikasi. Sejak tahun 1960, keanggotaan dari organisasi ini pada hakekatnya telah meningkat dan saat ini berisikan bagian terbaik dari produksi tekstil seluruh dunia. Maka dari itu, organisasi ini juga mencerminkan internasionalisasi proses yang telah berperan dalam bidang pembuatan tekstil sejak akhir Perang Dunia Dua. Jadi tidak hanya lokasi geografis dari kapasitas global industri tekstil yang berubah secara drastis, tetapi juga penyesuaian proses juga telah mempengaruhi struktur asosiasi perdagangan pada industri. Penggalan asli mereka secara berangsur-angsur telah membuat jalan untuk integrasi yang lebih kokoh dan bentuk yang menyeluruh dari perwakilan.
5
6
Rieter . Liputan Negara Indonesia
JAKARTA
SEMARANG - SURAKARTA
BANDUNG
Gambar 1 Pusat tekstil utama di pulau Jawa
SURABAYA
Rieter . Liputan Negara Indonesia
7
8
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Situasi Ekonomi di Indonesia
Pertumbuhan
Indonesia telah mengalami peningkatan pertumbuhan yang kokoh semenjak krisis tahun 1997/8. Perekonomian Indonesia sudah sangat tahan terhadap krisis 2008 dengan perlambatan hanya 1.7 % dari 2007 sampai 2009 dan dengan cepat pulih menjadi 6.5 % di tahun 2011 menurut IMF (dibanding dengan perlambatan sebesar 6 % di dunia, 6.1 % di Pasar Berkembang dan 4.7 % di Asia Berkembang). Tingkat pertumbuhan tahun lalu sebesar 6.2 % lebih tinggi dibanding Pasar Berkembang dan Ekonomi Berkembang dengan rata-rata sebesar 5.3 %, lebih rendah dari Cina yaitu 7.8 % (Statistik Indonesia, IMF). Faktor kunci bagi pertumbuhan Indonesia adalah populasinya yang mencapai 251 juta yang menyediakan pasar domestik yang besar (laporan konsumsi rumah tangga mewakili 55 % dari pertumbuhan PDB) dan kekuatan tenaga kerja yang sangat besar. Konsumen golongan menengah muda ini memastikan bantalan yang luas bagi ekonomi nasional dari goncangan eksternal. Investasi, baik domestik ataupun asing, juga merupakan faktor kunci dengan nilai sebesar 33 % dari pertumbuhan. Akan tetapi, negara ini masih harus menata infrastruktur, struktur tenaga kerja dan kerangka keuangan yang sah untuk membuatnya semakin di puncak. Jika Indonesia berhasil melakukan perubahan-perubahan ini, Standard Chartered memperkirakan negara ini akan berada di negara 10 ekonomi terbesar dunia di tahun 2020 dan enam besar di tahun 2030. Kestabilan Harga
Sejak tahun 2009, Indonesia telah memiliki nilai inflasi yang relatif stabil dengan nilai ratarata sebesar 5.0 %, nilai tersebut diramalkan oleh IMF akan jatuh secara perlahan. Sejak kri-
sis 1997/8 dan kemudian ditinggalkannya nilai tukar yang mengambang, Bank Indonesia (BI) mengadopsi kerangka target inflasi yang bertujuan memperbaiki pencapaian tujuannya. Dengan kestabilan harga sebagai tujuan paling utama dari kebijakan moneter (termasuk stabilitas nilai tukar sebagai prasyarat), transparansi dan independensi, Bank Indonesia telah mengembangkan alat dan prosedur untuk memastikan stabilitas makroekonomi. Bank sentral memberikan kesempatan bagi agen ekonomi untuk menjangkarkan ekspektasi inflasi mereka pada target yang telah diumumkan. Dengan melakukan hal seperti itu, BI memiliki kendali lebih besar terhadap inflasi ketika mempertahankan sarana tindakan yang kredibel (cadangan devisa cukup). Kebijakan moneter seperti itu, yang telah menunjukkan kesuksesan yang besar di negara Asia lain, mengantarkan pada harga yang relatif stabil di Indonesia sejak implementasinya di tahun 2008. Dengan demikian, ketidaksesuaian terbesar nilai inflasi Indonesia merosot dari 9.3 % antara tahun 2000 dan 2008 ke nilai hanya 1.3 % sejak 2009. Keputusan Pemerintah Indonesia untuk meninggalkan subsidi BBM akan membantu untuk menyebarkan uang bagi infrastruktur, pendidikan dan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan serta bergeser ke arah energi yang lebih bersih. Kenaikan berikutnya pada harga BBM diperkirakan akan meningkatkan inflasi menjadi 7.5 %. Gubernur BI yang baru diangkat bereaksi dengan meningkatkan suku bunga menjadi 6 % dan diperkirakan meningkat lebih lanjut. BI merupakan satu-satunya bank sentral di Asia yang meningkatkan suku bunga-nya sejak 2011 dan merupakan yang pertama mengumumkan cadangan devisa di bawah 100 juta dollar AS, yang menu-
Rieter . Liputan Negara Indonesia
runkan kredibilitasnya. Oleh karena itu, perkembangan inflasi dan nilai tukar di Indonesia harus diikuti dengan lekat. Hutang Publik
Indonesia memiliki hutang publik yang sangat rendah bila dibandingkan negara-negara lain di Asia dan negara maju. Rasio hutang turun secara signifikan dari 95.1 % pada PDB tahun 2000 menjadi 24.4 % di tahun 2012. Infrastruktur
Indonesia telah mengalami pertumbuhan luar biasa selama sepuluh tahun ke belakang; akan tetapi permasalahan infrastruktur harus dihilangkan agar negara dapat melanjutkan perkembangan positif ini. Hal ini telah menjadi perhatian utama Bank Dunia dalam bantuannya ke negara ini. Indonesia berharap proyek infrastruktur dapat dibayar oleh investor lokal maupun asing daripada memakai uang pajak. Contohnya, pembangkit listrik yang menyediakan listrik bagi 8 juta penduduk di Jawa Tengah akan dibangun oleh konsorsium Jepang J-Power. Investasi semacam itu dan tidak adanya lagi subsidi BBM tidak akan menyebabkan pemadaman listrik berulang. Area investasi lain yang penting adalah transportasi. Merupakan sebuah tantangan untuk membangun jalan melintasi nusantara dan mengantarkan barang melewati negara tetap bertahan lama dan mahal. Pemerintah mendanai 30 % proyek untuk menghubungkan pusat pertumbuhan utama dengan jalan dan jembatan tetapi masih tetap membutuhkan investor untuk sisa 70 %-nya. Hal ini seharusnya menjadi lebih mudah setelah negara meng-upgrade nilai lembaga pemerintah berkat perbaikan ekonomi baru-baru ini.
Perbankan
Dengan 80 % aset nasional merupakan aset bank, ekonomi Indonesia sangat tergantung pada bank-nya. Semenjak Agustus 2011, terdapat 120 bank komersial yang beroperasi di Indonesia, negara sebagian memiliki tiga dari empat besar bank. Sistem perbankan tidak mengandung resiko pada bank yang bekerja dengan rasio pinjaman terhadap deposit yang sangat konservatif. Negara Muslim terbesar melihat pangsa Islam pada pasar keuangan yang cepat berkembang. Keuangan Islam tidak melibatkan penggunaan bunga pada investasi, pinjaman, atau tabungan atau juga spekulasi atau resiko berlebih. Perbankan syariah diperkirakan akan terus tumbuh pada nilai 30 sampai 40 % selama bertahun-tahun ke depan. Sampai dengan perubahan terbaru pada regulasinya, Indonesia mengalami arus kas yang besar pada investasi asing di industri perbankan sejak saham bank sampai 99 % dapat dimiliki oleh investor. Pada bulan Juli 2013, BI mengeluarkan batasan nasionalistis; kepemilikan bank lokal tidak boleh mencapai 40 %; investor harus bekerja sama dengan bisnis menengah dan kecil serta berinvestasi pada cabang lokal di luar Jakarta. Regulasi tersebut mungkin menghasilkan peningkatan yang signifikan pada kesepakatan M&A antara bank kecil yang berusaha meningkatkan modal. Hal ini mungkin meningkatkan konsentrasi pasar di negara di mana 70 % dari kredit nasional telah dimiliki oleh sekitar 15 bank.
9
10
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Agrikultur
Di tahun 2012, sekitar 39 % tenaga kerja ditempatkan pada sektor agrikultur yang mewakili sekitar 14 % PDB (World Factbook, CIA). Sektor telah tumbuh pada langkah yang meningkat sejak tahun 2008 dan mencapai pertumbuhan sebesar 4.2 % di tahun 2012. Sektor agrikultur Indonesia mengekspor beragam produk seperti cabai, karet, biji cokelat, kopi, teh, minyak kelapa sawit atau beras. Manufaktur
Manufaktur pada umumnya dan industri tekstil dan pakaian pada khususnya, telah menjadi kekuatan pendorong pada perkembangan Indonesia dan berlanjut untuk memberikan peran signifikan pada ekonomi negara ini; dengan menyumbang 25 % dari PDB (525 milyar USD). Manufaktur telah tumbuh 5.7 % di tahun 2012 menurut Statistik Indonesia. 34.1 % dari ekspor Indonesia berasal dari manufaktur, mewakili sekitar 87 milyar USD di tahun 2011. 14 juta penduduk Indonesia dipekerjakan di sektor ini, yang mewakili sekitar 13 % total tenaga kerja. Perdagangan
Indonesia merupakan negara eksportir dan importir ke-10 terbesar di dunia (tidak termasuk perdagangan EU Intra Trade). Mitra dagang utamanya adalah Jepang, Cina, Singapura dan Uni Eropa. 34.1 % dari ekspor-nya mewakili barang-barang manufaktur (di mana sebesar 18.8 % merupakan tekstil dan pakaian). Nilai
ekspor tekstil meningkat sejak 2009 ke nilai 4.791 juta Dollar AS di tahun 2011 sementara pangsa dari total ekspor menyusut sejak 2005 ke nilai 2.4 % di tahun 2011. Hal ini menunjukkan pertumbuhan Indonesia yang spektakuler dan pencapaian nilai industri dan pelayanan yang lebih tinggi. Di peringkat ke 10 eksportir terbesar di belakang Cina, UE, India dan AS, Indonesia merupakan eksportir tekstil yang besar dan masih tumbuh 16 % tahun demi tahun di tahun 2011. Sementara pangsa Cina dan UE 58.3 % dari ekspor dunia di tekstil, Indonesia masih bernilai sebesar 1.6 % (18 % ekspor EU Intra Trade). Negara ini merupakan eksportir ketiga terbesar ke Jepang dan keempat terbesar ke Turki (sumber:WTO). Pada pandangan yang lebih luas dalam ekspor Indonesia terhadap batu bara, minyak kelapa sawit dan karet telah meningkat secara signifikan dari 5 % di tahun 2000 menjadi sekitar 30 % sampai saat ini menurut Statistik Indonesia, yang lebih meningkatkan ketergantugannya ke Cina. Dengan demikian, Cina menanggung sebesar secara berturut-turut 14 %, 25 % dan 30 % terhadap permintaan global batu bara, minyak kelapa sawit dan karet dengan Indonesia masih merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia. Oleh karena itu, negara ini menjadi sensitif terhadap harga barang komoditas secara umumnya dan pengembangan di Cina pada khususnya.
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Industri Tekstil dan Apparel
Gambaran
2 140
1 922
1 908
1 500
1 883
2 123
unit
2 000
2 028
2 500
1 968
2 917
3 000
2 655
3 256
3 500
2 585
2 601
2 355
2 820
2 809
1 934
1 892
0
1 847
1 901
500
1 892
1 000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Statistik Indonesia
Apparel
Tekstil
pegawai dalam 1 000
Gambar 2 Perusahaan Apparel dan Tekstil - Indonesia
600
32 %
550
30 %
500
28 %
450
26 %
400
24 %
350
22 %
300
20 % 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Statistik Indonesia
Tekstil (Ihs)
Apparel (Ihs)
Bagian Tekstil dan Apparel di Manufaktur (rhs) Gambar 3 Tenaga Kerja di Industri Apparel dan Tekstil – Indonesia
Industri apparel telah secara berangsur-angsur didahului oleh industri tekstil setelah puncaknya pada tahun 2006. Penurunannya dimulai dengan diimbangi pertumbuhan tekstil kali pertama di tahun 2008. Menurut Asosisasi Pertekstilan Indonesia (API), industri tekstil tumbuh sebesar 7.5 % di tahun 2011 dan sebesar 4.2 % di tahun 2012. Industri ini digerakkan oleh permintaan pasar dan investasi. Penurunan sekarang pada permintaan global menjelaskan lambatnya pertumbuhan di akhir-akhir ini. Akan tetapi, investasi telah tumbuh secara kokoh dari 173.0 juta dollar AS di tahun 2010 menjadi 827.5 juta dollar AS di tahun 2012, menurut API. Hal yang menarik untuk diperhatikan adalah jumlah perusahaan apparel menurun antara 2006 dan 2010 secara terus menerus dari 3 256 menjadi 1 968 sementara jumlah perusahaan tekstil pertama kali jatuh dari 2 809 unit di 2006 menjadi 2 355 di 2008 tetapi kemudian meningkat lagi mencapai 2 585 unit (lihat Gambar 2). Jumlah tenaga kerja di industri apparel dan tekstil meningkat secara kontinyu sampai tahun 2006 dengan industri apparel dan tekstil secara berturut-turut mempekerjakan 584 000 dan 572 000 orang (lihat Gambar 3). Setelah 2006, ketenagakerjaan di kedua segmen mulai turun dan meningkat kembali di tahun 2008 (tekstil) dan 2009 (apparel). Di tahun 2010, jumlah orang yang dipekerjakan di industri apparel dan tekstil secara berturut-turut mencapai 481 000 dan 525 000. Sejalan dengan jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang turun, pangsa dari industri apparel dan tekstil di manufaktur juga turun dari 24 % menjadi 22 % antara tahun 2006 dan 2010.
11
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Investasi Domestik dan Asing Langsung 1 000 900
827.45
800
Memperhatikan investasi domestik maupun asing langsung di industri tekstil antara 2009 dan 2012, investasi meningkat secara signifikan setelah penurunan di 2009 mengikuti krisis keuangan dan ekonomi global (lihat Gambar 4).
juta dollar AS
700 600 500
Bahan Baku
520.6
466.45
400 300 172.9
200 100 0
2009
2010
2011
2012 Sumber: API
Realisasi Investasi (FDI+DDI) Gambar 4 Nilai Investasi Industri Tekstil
1 000 900 800 dalam 1 000 ton
12
700 600 500 400 300 200 100 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Organon Serat
Selulosa
Serat buatan
Gambar 5 Produksi Serat Buatan (Staple) – Indonesia
Total
Indonesia merupakan produsen serat dan konsumen serat yang penting di Asia. Dengan biaya operasional sebesar 90 % selama tiga tahun ke belakang, negara ini memproduksi 473 000 ton stapel sintetik di tahun 2012 (lihat Gambar 5). Produksi tidak diperkirakan akan turun karena kapasitas Indonesia meningkat selama tiga tahun ke depan. Produksi serat selulosa telah meningkat secara signifikan antara tahun 2000 dan 2012 dari 190 000 ton menjadi 450 000 ton.
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Konsumsi kapas di Indonesia berfluktuasi antara 400 000 ton dan 500 000 ton per tahun sejak tahun 2000 (lihat Gambar 6). Oleh karena itu, Indonesia tidak hanya merupakan konsumen penting serat buatan tetapi juga konsumen kapas yang penting di Asia setelah Cina, India dan Bangladesh.
800 700
dalam 1 000 ton
600 500 400
BENANG FILAMEN DAN SERAT STABIL
300 200 100 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: International Cotton Advisory Committee (ICAC)
Kapas Gambar 6 Konsumsi Kapas – Indonesia
3 000
dalam 1 000 ton
2 500 2 000
1 844
2 015
69 %
1 500
2 070
2 192 2 258 2 277 2 211
62 %
2 353
63 %
2 232
2 286
2 379 2 369 2 438
64 %
67 %
68 %
58 %
1 000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: ICAC
Kapas
Serat kimia
Total
Gambar 7 Produksi Benang (Staple & Filamen) – Indonesia
Seperti yang terlihat di atas pada Gambar 5 dan 6, Indonesia mengkonsumsi rata-rata sekitar dua kali serat kimia dibanding kapas ketika merubah serat menjadi benang sejak tahun 2000 (lihat Gambar 7). Dengan total produksi benang meningkat secara kontinyu dari 1.8 ke 2.4 juta ton antara tahun 2000 dan 2012, Indonesia masih merupakan produsen benang yang penting.
13
Rieter . Country Liputan Negara Report – Indonesia Indonesia
Biaya Produksi
1.6
-2 %
-10 %
-14 %
0%
-4 %
-2 %
12 %
1.13
1.2
0.6
1.00
0.96
0.96
0.92
0.86
0.8
0.83
1.0 0.82
Indonesia
India
Korea
Turki
Mesir
AS
1.01
1.02
0.99
0
0.96
0.84
0.2
1.07
0.4 0.95
dollar AS per meter kain
1.4
Brazil
2010
2012
Gambar 8 Total Biaya Produksi, Kain Tenun (Benang Ring-Ne 30)
1.6
-5 %
-11 %
-7 %
-17 %
-5 %
-1 %
13 %
1.4
0.6
0.99
0.92
0.88
0.86
0.82
0.79
0.8
0.79
1.0
India
Indonesia
Korea
AS
Turki
Brazil
1.02
1.00
0.97
1.06
0.92
0.92
0.83
0.4
0
Ketika membandingkan tahun 2012 dengan 2010, total biaya produksi untuk kain benang ring menurun atau tetap sama di seluruh negara kecuali di dua negara. Di Turki biaya tersebut turun 14 %, di Korea 10 %, di AS 4 % dan di Brazil dan India 2 %. Sedangkan di pihak lain, total biaya produksi meningkat sebesar 12 % di Cina. Karena harga kapas mewakili kurang lebih 25 – 50 % dari total biaya produksi pertenunan, perubahan harga kapas dapat memberikan pengaruh yang signifikan.
1.16
1.2
0.2
Memperhatikan proses hilir (lihat Gambar 8) pada tahapan proses selanjutnya – pertenunan – biaya produksi terendah untuk kain benang ring di tahun 2012 adalah Indonesia (0.82 dollar AS/ meter) diikuti oleh India (0.83 dollar AS/meter), Korea (0.86 dollar AS/meter), Turki (0.92 dollar AS/meter), Mesir (0.96 dollar AS/meter), AS (0.96 dollar AS/meter), Brazil (1.00 dollar AS/ meter) dan Cina (1.13 dollar AS/meter). Yang perlu dicatat di sini adalah asumsi bahwa benang yang dikonsumsi untuk pertenunan diproduksi secara domestik.
Cina Sumber: ITMF
dollar AS per meter kain
14
Mesir
Cina
Sumber: ITMF
2010
2012
Gambar 9 Total Biaya Produksi, Kain Tenun (Benang Rotor-Ne 20)
Ketika memperhatikan total biaya produksi untuk kain tenun benang rotor di tahun 2012 (lihat Gambar 9), India mencatat biaya terendah (0.786 dollar AS/meter) diikuti secara dekat oleh Indonesia (0.789 dollar AS/meter), Korea (0.823 dollar AS/meter), AS (0.855 dollar AS/meter), Turki (0.878 dollar AS/meter), Brazil (0.922 dollar AS/meter) dan Cina (1.158 dollar AS/meter).
Rieter Rieter. Country . LiputanReport Negara – Indonesia
Ketika membandingkan tahun 2012 dengan 2010, total biaya produksi untuk kain tenun benang rotor menurun di semua negara kecuali di satu negara. Di Turki, biaya menurun sebesar 17 %, di Korea sebesar 11 %, dan AS 7 %, di Brazil dan India masing-masing sebesar 5 %, dan di Mesir sebesar 1 %. Hanya di Cina total biaya produksi kain tenun benang rotor meningkat sampai 13 % dikarenakan harga kapas yang lebih tinggi di Cina pada tahun 2012 dibandingkan di tahun 2010.
160 140
dalam 1 000 ton
120 100 80 60 40 20
Perdagangan Tekstil & Apparel
0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: ICAC
Impor
Ekspor
Saldo
Gambar 10 Neraca Perdagangan Benang Kapas Indonesia
Tidak seperti perdagangan benang kapas, neraca perdagangan Indonesia pada kain kapas tidak lagi positif (lihat Gambar 11). Sampai tahun 2007 neraca perdagangan adalah positif dengan rentang kurang lebih 50 000 – 80 000 ton per tahun. Di tahun 2008, surplus ini berubah menjadi defisit kurang lebih 40 000 ton yang semakin memburuk sampai kurang lebih 65 000 ton di tahun 2010.
150
100 dalam 1 000 ton
Gambar 10 merupakan penegasan bahwa Indonesia sangat bersaing pada produksi benang kapas. Sejak tahun 2 000, Indonesia memiliki surplus tahunan pada perdagangan benang kurang lebih 20 000 – 25 000 ton.
50
0
-50
-100 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : ICAC
Impor
Ekspor
Gambar 11 Neraca Perdangan Kain Kapas
Saldo
15
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Disamping perdagangan kain kapas Indonesia berubah negatif di tahun 2008, neraca total perdagangan tekstil Indonesia juga berubah menjadi defisit di tahun 2008. Ketika di tahun 2007 neraca perdagangan tekstil Indonesia berada di sekitar 3.0 milyar dollar AS, di tahun 2008 hal ini turun ke nilai sekitar 500 juta dollar AS dan secepatnya berubah menjadi defisit hampir 1 milyar dollar AS di tahun 2011 (Gambar 12).
6 000 5 000
juta dollar AS
4 000 3 000 2 000 1 000 0 -1 000 -2 000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : World Trade Organization (WTO)
Impor
Ekspor
Saldo
Gambar 12 Neraca Perdagangan Tekstil Indonesia
9 000 8 000 7 000 juta dollar AS
16
6 000 5 000 4 000 3 000 2 000 1 000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: WTO
Impor
Ekspor
Gambar 13 Neraca Perdagangan Pakaian Indonesia
Saldo
Neraca perdagangan Indonesia pada apparel cenderung meningkat sejak tahun 2000 dari kurang lebih 4.5 milyar ke hampir 8 milyar dollar AS di tahun 2011 (Gambar 13).
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Industri Pemintalan
700
9 500
9 235 8 820
600
9 000
8 600
dalam 1 000 unit
500
8 500 8 000
400
8 000
8 035 7 800
300
7 803
7 500
200
7 000
100
6 500
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
6 000
Sumber: ITMF
Terpasang (rhs)
Dikirim (lhs)
Gambar 14 Spindel Serat Pendek – Indonesia
14 000
140 000 116 000 110 000
12 000 10 000
120 000
117 256
100 000
90 000
8 000 unit
117 256
7 348
8 112
80 000 5 960 6 136
6 000
60 000
4 900
56 000
4 000
40 000
3 560 2 200 2 040
2 000
20 000 400
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
0
Sumber: ITMF
Dikirim (lhs)
Terpasang (rhs)
Gambar 15 Open-End Rotor – Indonesia
MESIN TEKSTIL
Sejak tahun 2009, jumlah mesin pemintalan baru yang terpasang di Indonesia telah meningkat secara signifikan (lihat Gambar 14). Setelah perlambatan yang singkat hanya 57 000 spindel stapel pendek yang dikirim di tahun 2009, pengiriman spindel stapel pendek ke Indonesia pulih dengan cepat di tahun 2010 ke 464 000 dan terus meningkat di tahun 2011 (517 000) dan 2012 (594 000). Sebagai konsekuensinya, jumlah spindel stapel pendek yang terpasang juga meningkat dari 8.04 juta di tahun 2009 menjadi 9.24 juta di tahun 2012. Permintaan untuk rotor open-end baru di Indonesia (lihat Gambar 15) melambat sejak puncaknya di tahun 2007 (8 112) dan mengalami penurunan drastis tahun lalu ketika hanya 400 rotor baru yang dikirim (dibandingkan dengan 4 900 di tahun 2011). Akan tetapi, teknologi pemintalan ini tetap relatif kuat dengan kapasitas rotor terpasang sebesar 117 256 di akhir tahun 2011.
17
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Biaya Produksi
3.00
Berdasarkan “Perbandingan Biaya Produksi Internasional” ITMF (edisi 2012), Indonesia memiliki struktur biaya yang sangat bersaing pada produksi benang kapas. Ketika memperhatikan biaya manufaktur (tidak termasuk biaya bahan baku) Indonesia memiliki biaya manufaktur terendah pada ring-spinning (1.248 dollar AS/ kg benang ring) di depan Mesir di tempat kedua (1.323 dollar AS/kg benang ring), Korea di tempat ketiga (1.395 dollar AS/kg benang ring) dan India di tempat keempat (1.422 dollar AS/kg benang ring) (Gambar 16).
2.70 2.40
USD / kg
2.10 1.80 1.50 1.20 0.90 0.60 0.30 0.00 Brazil
Cina
Mesir
India
Indonesia
Korea
Turki
AS Sumber: ITMF
Bunga
Depresiasi
Bahan pembantu
Tenaga kerja
Limbah
Listrik
Gambar 16 Biaya Manufaktur 2012, Ring Spinning (Ne 30)
3
3%
-5 %
6%
-3 %
6%
3%
5%
2.5
1.55
1.42
1.40
1
1.32
1.25
1.80
1.73
1.5
1.62
2 USD/kg
Korea
India
Cina
SA
1.72
Turki
1.68
1.53
Mesir
1.60
Indonesia
1.34
0
1.47
0.5 1.29
18
Brazil Sumber: ITMF
2010
2012
Gambar 17 Biaya Manufaktur 2012 vs. 2010, Ring Spinning (Ne 30)
Sejak Indonesia dimasukkan pertama kali dalam “Perbandingan Biaya Produksi Internasional” ITMF di tahun 2012, perbandingan untuk edisi sebelumnya tidak dimungkinkan. Akan tetapi, hal menarik yang dapat dilihat untuk biaya manufaktur negara lain telah berkembang sejak tahun 2010 dalam ulasan tersebut. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini, biaya manufaktur meningkat di semua negara kecuali di dua negara (Korea dan Turki). Biaya tersebut meningkat di Cina dan India sebesar 6 %, di Brazil sebesar 5 % dan di Mesir dan AS sebesar 3 %. Di sisi lain, biaya manufaktur menurun di Korea sebesar 5 % dan di Turki sebesar 3 %.
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Ketika memperhatikan open-end rotor – teknologi pemintalan utama lainnya – Indonesia sekali lagi memiliki biaya manufaktur terendah (Gambar 18). Sementara biaya manufaktur di Indonesia merupakan yang terendah pada 0.550 dollar AS/ kg benang pintal rotor, Korea berada pada tempat kedua (0.582 dollar AS/kg benang pintal rotor) di depan Mesir di tempat ketiga (0.588 dollar AS/kg benang pintal rotor) dan India di tempat keempat (0.623 dollar AS/kg benang pintal rotor).
1.20 1.05
dollar AS/kg
0.90 0.75 0.60 0.45 0.30 0.15 0.00 Brazil
Cina
Mesir
India
Indonesia
Korea
Turki
SA Sumber: ITMF
Bunga
Depresiasi
Bahan pembantu
Tenaga kerja
Limbah
Listrik
Gambar 18 Biaya Manufaktur 2012, Rotor Spinning (Ne 20)
1.2
-2 %
2%
5%
-4 %
1%
5%
2%
1.0
0.4
0.75
0.72
0.66
0.65
0.62
0.59
0.58
0.6 0.55
dollar AS/kg
0.8
Korea
Turki
AS
Cina
0.74
India
0.68
Mesir
0.65
0.67
Indonesia
0.59
0
0.58
0.59
0.2
Brazil Sumber: ITMF
2010
2012
Gambar 19 Biaya Manufaktur 2010 vs. 2012, Rotor Spinning (Ne 20)
Seperti halnya di ring spinning, di rotor spinning biaya manufaktur juga meningkat antara tahun 2010 dan 2012 di seluruh negara kecuali di Korea dan Turki di mana biaya secara berturut-turut menurun sebesar 2 % dan 4 % (lihat Gambar 19). India dan Cina memiliki peningkatan tertinggi sebesar 5 %. Biaya manufaktur di Mesir dan Brazil meningkat masing-masing sebesar 2 % dan 1 % di AS. Memperhatikan total biaya produksi dengan termasuk biaya bahan baku, peringkat berubah pada tingkat tertentu (lihat Gambar 20). Pada ring spinning, India merupakan negara dengan total biaya terendah (3.06 dollar AS/kg benang pintal ring) diikuti dengan dekat oleh Indonesia (3.11 dollar AS/kg benang pintal ring), Korea (3.23 dollar AS/kg benang pintal ring), AS (3.28 dollar AS/kg benang pintal ring), Brazil (3.58 dollar AS/kg benang pintal ring), Mesir (4.01 dollar AS/kg benang pintal ring) dan Cina (4.65 dollar AS/kg benang pintal ring). Sangatlah jelas perubahan peringkat merupakan akibat dari perbedaan harga kapas. Karena harga kapas mewakili kurang lebih 50 – 80 % dari total biaya pada pemintalan kapas, perbedaan harga kapas dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Sementara harga satu kilogram kapas
19
-1 %
-9 %
-16 %
3.26
5
3.23
Rieter . Liputan Negara Indonesia
-5 %
-2 %
1%
12 % 4.65
4.5
3.28
3.11
3.06
USD/kg
3 2.5
3.58
4.01
4 3.5
2 1.5
Korea
Turki
4.16
3.45
AS
3.96
Indonesia
3.66
India
3.88
0
3.56
0.5
3.08
1
Brazil
Mesir
Cina Sumber: ITMF
2012
2010
Gambar 20 Total Biaya Produksi (Termasuk Bahan Baku), Ring Spinning (Ne 30)
4
-9 %
-4 %
-21 %
-10 %
-6 %
1%
14 % 3.70
3.5 3.22
3
2.47
2.32
2.32
2.21
2.12
2
2.30
2.5 USD/kg
1.5
Indonesia
Korea
Brazil
Mesir
3.24
Turki
3.19
India
2.63
AS
2.59
0
2.92
0.5
2.30
1 2.34
20
Cina Sumber: ITMF
2010
2012
Gambar 21 Total Biaya Produksi (Termasuk Bahan Baku), Rotor Spinning (Ne 20)
di India pada tahun 2012 adalah 1.64 dollar AS, harga kapas di Indonesia lebih tinggi pada 1.86 dollar AS. Di lain pihak rentang harga kapas di Mesir dan Cina secara signifikan lebih tinggi pada 2.69 dollar AS/kg dan 3.03 dollar AS/kg. Ketika membandingkan total biaya produksi dari waktu ke waktu (2012 vs. 2010), mengalami penurunan di kebanyakan negara (lihat Gambar 20). Di Turki biaya menurun sebesar 16 %, di Korea sebesar 9 %, di AS sebesar 5 % di Brazil 2 % dan di India sebesar 1 %. Di Mesir total biaya produksi meningkat kecil sebesar 1 % tetapi melonjak di Cina sebesar 12 %. Sementara sebagian besar negara mendapat keuntungan dari turunnya harga bahan baku, pemintal di Mesir dan Cina tidak mengalami hal yang sama. Menurut harga kapas yang digunakan dalam Perbandingan Biaya Produksi Internasional ITMF 2010 dan 2012, harga kapas menurun di Brazil dari 1.94 dollar AS/kg di tahun 2010 menjadi 1.77 dollar AS/kg di tahun 2012. Di India menurun dari 1.74 dollar AS/kg menjadi 1.64 dollar AS/kg, di Korea dari 2.09 dollar AS/kg menjadi 1.83 dollar AS/kg, di Turki dari 2.28 dollar AS/kg menjadi 1.70 dollar AS/kg dan di AS dari 1.77 dollar AS/kg menjadi 1.55 dollar AS/kg. Di sisi lain harga kapas di Mesir meningkat sedikit dari 2.67 dollar AS/kg menjadi 2.69 dollar AS/ kg tetapi melambung tinggi di Cina dari 2.60 dollar AS/kg menjadi 3.03 dollar AS/kg. Lonjakan dari harga kapas di Cina ini merupakan akibat dari kebijakan kapas yang menjaga harga kapas domestik tetap tinggi dengan tujuan mendukung petani kapas dikarenakan harga kapas internasional telah mulai jatuh.
Rieter . Liputan Negara Indonesia
3.5 4%
1%
10 %
-9 %
-3 %
7%
-9 %
2.72
3
2.45
2.41
2.19
2.16
1.99
1.5
2.09
2 1.93
USD/kg
2.5
Pada rotor spinning, gambar hampir identik (lihat Gambar 21). Sementara total biaya produksi Cina melambung sebesar 14 % dan Mesir meningkat sebesar 1 %, seluruh negara lain mencatat total biaya produksi yang lebih rendah sebagai akibat dari harga bahan baku yang lebih rendah. Di Turki penurunan sebesar 21 %, di Korea sebesar 10 %, di AS sebesar 9 %, di Brazil sebesar 6 % dan di India sebesar 4 %.
1
India
Cina
Mesir
Indonesia
Korea
Brazil
Turki
2.99
2.29
2.48
1.99
2.29
1.97
0
1.86
0.5
AS Sumber: ITMF
2010
2012
Gambar 22 Total Biaya Produksi, Benang Tekstur
Dalam konteks ini hal yang menarik untuk dilihat adalah di mana total biaya produksi untuk benang tekstur di tahun 2012 merupakan harga terendah dan berkembang sejak tahun 2010. Menurut “Perbandingan Biaya Produksi Internasional” ITMF (lihat Gambar 22) 2012, India memiliki harga terendah dengan 1.93 dollar AS/kg diikuti oleh Cina (1.99 dollar AS/kg), Mesir (2.09 dollar AS/kg), Indonesia (2.16 dollar AS/kg), Korea (2.19 dollar AS/kg), Brazil (2.41 dollar AS/kg), Turki (2.45 dollar AS/kg) dan AS (2.72 dollar AS/kg). Dibandingkan tahun 2010, total biaya produksi meningkat pada tahun 2012 di beberapa negara yang ditinjau. Di Korea meningkat sebesar 10 %, di Turki sebesar 7 %, di India sebesar 4 % dan di Cina sebesar 1 %, tetapi turun di AS, Mesir dan Brazil berturut-turut sebesar 9 %, 9 % dan 3 %.
21
22
Rieter . Country Liputan Negara Report – Indonesia Indonesia
PERBANDINGAN DENGAN NEGARA TEKSTIL MENENGAH LAINNYA Dalam hal populasi, Indonesia merupakan negara yang paling penting dari negara tekstil menengah di Asia. Juga dengan pendapatan per kapita tahunan diseimbangkan dengan paritas daya beli, Indonesia berada pada posisi puncak dibandingkan negara Asia lain dalam hal industri tekstil menengah (Tabel 1). Perbandingan seberapa modern pabrik pemintalan – Indonesia dengan persyaratan upgrade?
menurut spindel ring dan rotor. Perbandingan dilakukan dengan pertimbangan persentase investasi pada kapasitas pemintalan selama lebih dari 10 tahun ke belakang (Tabel 2). Indonesia memiliki 9 juta spindel ring yang terpasang baik; hanya Pakistan yang memiliki kapasitas lebih besar dengan hampir 12 juta. Sifat dari negara pemintalan menengah relatif rendah pada proporsi mesin rotor spinning ketika dibandingkan dengan negara yang memiliki biaya tenaga kerja lebih tinggi seperti Turki atau Amerika Serikat.
Pada bab ini, mesin yang terpasang ditunjukkan Populasi dan Produk Nasional Bruto Populasi dalam Juta
Pendapatan per kapita dalam USD disesuaikan dengan paritas daya beli
GNP dalam trilliun USD disesuaikan dengan paritas daya beli
Indonesia
251
5 100
1 237
Bangladesh
164
2 100
311
Brazil
201
12 100
2 394
Pakistan
193
2 900
524
81
15 200
1 142
317
50 700
15 940
92
3 600
326
Turki AS Vietnam
Sumber: CIA Factbook
Tabel 1 Perbandingan Negara untuk Mesin Pemintalan Terpasang dan yang Diinvestasi Negara
Kapasitas Terpasang Pemintalan 2011 Spindel Ring stapel pendek
Rotor OE
Kumulatif Pengiriman 2003 – 2012 Spindel Ring stapel pendek
Spindel Ring stapel panjang
Rotor OE
Pengiriman 2012 Spindel Ring stapel pendek
Indonesia
9 234 681
117 256
2 795 596
Bangladesh
8 700 000
230 000
4 206 624
Brazil
5 033 530
364 320
519 106
11 762 390
196 214
4 719 200
6 500 000
600 000
3 530 430
670 000
303 000
27 440
5 560
103 776
10 752
4 095 567
116 826
2 444 280
1 680
35 196
186 360
Pakistan Turki AS Vietnam
40 656
594 288
Spindel Ring stapel panjang
Rotor OE
400
76 932
230 784
6 208
165 764
47 568
11 064
448
8 896
150 288
281 044
330 692
441 328
23 032
960 60 332
17 516 3 000 400 Sumber: ITMF
Tabel 2
Rieter Rieter. Country . LiputanReport Negara – Indonesia
Dalam 3 tahun terakhir 2010 - 2012, Indonesia telah menginvestasikan rata-rata lebih dari 500 000 spindel mesin ring spining baru per tahun. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat modernisasi yang meningkat. Kumulatif pengiriman ring dan rotor untuk tahun 2003 – 2012 dibandingkan dengan kapasitas terpasang memberikan standar yang baik dalam menentukan perbandingan seberapa modern pabrik pemintalan di negara tersebut. Tingkat modernisasi ditunjukkan pada Tabel 3. Pabrik pemintalan dengan pemasangan mesin terbaru di seluruh dunia adalah di Vietnam. Hal ini tidak mengejutkan mengingat mayoritas pabrik pemintalan dimulai setelah tahun 2004 dan 2005 dan khususnya investasi besar dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 setelah Vietnam dan Amerika Serikat menyetujui kesepakatan dagang bilateral di tahun 2006 dan Vietnam menjadi anggota dari WTO di tahun 2007.
Industri pemintalan Turki tidak jauh berbeda dengan Vietnam dalam hal modernisasi. Tingkat perubahan yang tinggi juga ditemukan di Pakistan dan Bangladesh, kedua pasar untuk produksi benang tersebut menunjukkan pertumbuhan di atas rata-rata. Kedua negara memiliki industri pemintalan dengan proporsi mesin ring spinning yang tinggi.Tingkat pembaharuan terendah ditemukan di Brazil di mana terdapat banyak sekali mesin ring spinning yang berusia lebih dari 10 tahun. Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012 menunjukkan tingkat investasi baru yang tinggi dan sekarang pada pertengahan bila dibandingkan dengan tingkat modernisasi (Tabel 3).
Perbandingan Negara untuk Tingkat Modernisasi Tingkat Modernisasi
Tingkat Modernisasi 2012 Spindel Ring stapel pendek
Rotor OE
Setara Spindel
Indonesia
30 %
35 %
31 %
Bangladesh
48 %
33 %
47 %
Brazil
10 %
45 %
20 %
Pakistan
40 %
5%
37 %
Turki
54 %
55 %
55 %
4%
34 %
25 %
60 %
30 %
56 %
AS Vietnam
Sumber: Pemasaran Rieter
Tabel 3
23
24
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Sebanyak 75 % mesin ring spinning baru dipasang di Vietnam diantara tahun 2003 dan 2012 tidak dilengkapi dengan autodoffer. Itu berarti, cop yang penuh diambil dari mesin-mesin secara manual. Hanya 25 % mesin ring spinning modern yang dilengkapi autodoffer dan sambungan ke penggulung silang full otomatis. Pada periode yang sama, 2013 – 2012, pabrik pemintalan Turki telah menginvestasikan 97 % mesin ring spinning modern dengan autodoffer.
Tingkat Otomasi untuk Mesin Ring Spinning baru Kumulatif Investasi 2003 – 2012
Mesin Ring Spinning dengan autodoffer
tanpa autodoffer
Indonesia
37 %
63 %
Bangladesh
14 %
86 %
Brazil
98 %
2%
Pakistan
28 %
72 %
Turki
97 %
3%
AS
94 %
6%
Vietnam
25 %
75 % Sumber: Pemasaran Rieter
Tabel 4
Indonesia mencapai tingkat investasi sebesar 37 % pada mesin ring spinning dengan autodoffer selama periode yang sama. Ketika investasi Indonesia yang khususnya tinggi dari 2010 – 2012 diukur, proporsi mesin ring spinning dengan autodoffer meningkat menjadi 39 % (Tabel 4). Dalam perbandingan negara-negara tekstil menengah, Turki telah memasang mesin rotor spinning terbanyak selama 10 tahun terakhir. Tabel 5 menunjukkan komposisi pada investasi baru tahun 2003 sampai 2012 menurut kategori mesin rotor spinning otomatis, semi-otomatis dan manual. Di Indonesia, seperti halnya di negara-negara berkembang Asia menengah lainnya, mesin rotor spinning jarang terbagi-bagi. Pada waktu bersamaan, mesin rotor spinning semi-otomatis mendominasi investasi selama 10 tahun terakhir. Selama waktu ini, Indonesia telah menginvestasikan sebesar 70 % pada mesin rotor spinning semi-otomatis di mana di Bangladesh rasionya mencapai 66 %. Hanya Vietnam dengan nilai 81 % memiliki rasio yang lebih besar untuk mesin rotor spinning semi-otomatis.
Tingkat Otomasi pada Mesin Rotor Spinning Baru Mesin Rotor Spinning
Kumulatif Investasi 2003 – 2012
otomatis
semi-otomatis
manual
Indonesia
16 %
70 %
14 %
Bangladesh
28 %
66 %
7%
Brazil
87 %
13 %
1%
Pakistan
89 %
11 %
0%
Turki
83 %
14 %
3%
AS Vietnam
100 %
0%
0%
15 %
81 %
4% Sumber: Pemasaran Rieter
Tabel 5
Rieter . Liputan Negara Indonesia
Sebaliknya, negara-negara dengan pendapatan per kapita yang lebih tinggi yang dengan demikian upah tenaga kerja yang lebih besar menunjukkan perilaku investasi yang benar-benar berbeda. Turki, Brazil, dan AS, tiga negara dengan tingkat modernisasi tertinggi untuk OE rotor, menginvestasikan hampir semata-mata untuk mesin rotor spinning full otomatis (Tabel 5). Dengan investasi pada mesin air-jet spinning, Indonesia menduduki tempat kedua untuk negara-negara tekstil menengah, mengikuti di belakang Turki yang memimpin (Tabel 6). Investasi untuk Mesin Air-Jet Spinning Kumulatif Investasi 2003 – 2012
Jumlah mata pintal
Indonesia
8 016
Bangladesh
1 776
Brazil
3 756
Pakistan
784
Turki
9 892
AS
4 764
Vietnam
4 416 Sumber: Pemasaran Rieter
Tabel 6
Industri Pemintalan Indonesia – Otomasi dan Modernisasi Reguler sebagai Tantangan
Mesin ring spinning tanpa doffer berlanjut untuk menjadi teknologi dominan di industri pemintalan Indonesia. Di satu sisi, Indonesia memegang posisi puncak di mesin modern air-jet spinning otomatis. Mesin rotor spinning tidaklah begitu penting. Tingkat modernisasi di pabrik pemintalan Indonesia pada perbandingan negara lebih cenderung ditemukan pada bagian menengah. Akan tetapi, transisi menjadi industri tekstil modern, berorientasi pada daya saing internasional sedang melangkah maju dengan mantap. Mesin ring spinning, mesin air-jet spinning dan mesin rotor spinning otomatis selanjutnya akan meningkat jauh lebih penting untuk menghadapi upah tenaga kerja yang meningkat. Hal yang khususnya menarik pada konteks ini adalah wawancara dengan wakil-wakil terkemuka dari industri pemintalan Indonesia.
25
26
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
PT. Embee
Mendengarkan Pelanggan
Pendekatan berorientasi pelanggan dari PT. Embee Plumbon Textile dan peningkatan teknologi yang kontinyu telah menciptakan standar baru pada produk dan perkembangan proses. PT. Embee mengekspor 80 % hasil produksinya ke 45 negara di seluruh dunia. Sekarang PT. Embee memiliki 620 spindel Rieter Com4®jet memproduksi benang 100 % viskosa dan campuran polyester/kapas dalam rentang nomor Ne 20 sampai Ne 40. Kebanyakan benang ditujukan untuk aplikasi perajutan. PT. Embee Plumbon Textiles mulai beroperasi pada tahun 1999 dengan kapasitas per tahun sebesar 50 000 ton benang dan 12 juta meter kain di pabrik mereka di Cirebon, Jawa Barat. Dilengkapi dengan teknologi modern untuk memastikan pengoperasian yang lancar, pabrik memenuhi permintaaan tekstil modern di pasar global. Saat ini, PT. Embee Plumbon Textiles memiliki 1 600 pekerja. Pabrik dibangun dengan perspektif ramah lingkungan dan kontribusi sosial, dengan fokus khusus pada pengurangan limbah dan konservasi energi melalui penggunaan teknologi bersih. Produksi dengan kemungkinan bahan baku dan sumber daya terbaik di Indonesia mencapai kualitas produk optimal untuk bersaing di pasar luar negeri. PT. Embee merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang meraih
Gambar 23 PT. Embee V. K. Agarwal
akreditasi Usterized untuk bahan baku, kualitas dan konsistensi proses. MENYENANGKAN PELANGGAN
Tuan Vijay K. Agarwal, Presiden Direktur dari PT. Embee Plumbon Textiles, menjelaskan “Perusahaan kami menempa sukses dengan menjaga pelanggan tetap puas”. Mendorong jalur bawah pada bisnis mengkombinasikan banyak hal, tetapi sebuah hal yang tetap sangat penting adalah loyalitas pelanggan. Dengan permintaan pelanggan serta kesadaran pelayanan professional yang terus meningkat, membutuhkan pendekatan yang fokus dan pandai untuk meraih tujuan ini. Orientasi ekspor PT. Embee Plumbon Textiles mempertahankan loyalitas pelanggan berkat fokusnya pada aspek yang berarti: kualitas produk yang superior dan layanan purna jual. Produsen benang dan kain telah menempa sebuah strategi pemasaran ekspor berdasarkan kesenangan pelanggan pada produk dan layanannya. Kualitas produk dan pemahaman pasar merupakan kunci bagi simpanan jangka panjang pelanggan dan memberikan perusahaan sebuah dasar yang kokoh untuk diferensiasi pada pasar komoditas industri yang ramai. TARGET
Fokus kontinyu pada penelitan & pengembangan (Litbang) telah menghasilkan perkembangan produk baru untuk memenuhi permintaan mendatang dari para pelanggannya. Terdapat peningkatan kontinyu pada pabrik dan fasilitas untuk mempertahankan keunggulan dalam kualitas, sebagai tambahan Litbang dan inovasi yang terus menerus. Fleksibilitas dalam menentukan bauran produk ini berlaku sangat baik di skenario pasar yang berubah dengan cepat. Kemampuan perusahaan memperluas jangkauannya kepada pelanggan telah membantu melewati masa ekonomi yang sulit. PT. Embee mengikatkan di-
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
rinya kepada kebutuhan pelanggan untuk mengukir identitas terpisah di pasar internasional. Untuk alasan ini, perusahaan memproduksi lebih banyak bagi segmen industri yang memiliki pola permintaan yang stabil bila dibandingkan dengan segmen pakaian/garmen. Usaha ini telah membuat pabrik untuk beroperasi pada kapasitas penuh, bahkan selama waktu paceklik seperti di awal tahun 2009. PT. Embee merupakan organisasi yang digerakkan pasar. Perusahaan mendengarkan pelanggan dengan seksama dan bereaksi terhadap umpan baliknya. Pada waktu bersamaan, perusahaan ini menstrategikan tren pasar yang muncul dan bergerak secara cepat untuk mengganti bauran produk terhadap perubahan permintaan pasar. PEMBERIAN MERK PRODUK SEBAGAI FAKTOR PERTUMBUHAN
Tuan V. K. Agarwal berkata “usaha kontinyu kami meraih pertumbuhan yang konsisten pada ekspor diakui oleh Presiden Indonesia dengan Penghargaan Primaniyarta (Penghargaan Eksportir Terbaik) untuk kinerja ekspor yang sangat baik di tahun 2011”. Usaha proaktif secara kontinyu dilakukan dalam rangka memahami perubahan pasar; kunjungan pelanggan dan partisipasi di pameran dagang dan pekan dagang memastikan perubahan dapat diantisipasi dan dipenuhi. Perusahaan menekankan interaksi dengan mitra dagang, supplier bahan baku juga menjadi pembeli produk akhir untuk memenuhi permintaan yang khas. Contohnya, Toray dari Jepang membeli produk perusahaan untuk dijual di pasar Jepang dengan merek TORAY GLOBE. Hal yang sama pada kolaborasi supplier permesinan Rieter dan supplier serat South Pacific Viscose (Lenzing) telah membawa pada penciptaan produk baru untuk memenuhi permintaan di industri garmen.
INVESTASI PADA TEKNOLOGI BARU
“Syarat utama kami dalam mengadopsi teknologi pemintalan baru adalah pembaruan ditambah daya saing harga. Kami menekankan pada fleksibilitas dan peningkatan kualitas ketika memilih teknologi baru dan mengeksplorasi daya jual produk baru sebelum memutuskan berinvestasi. Misalnya, kami baru-baru ini berinvestasi pada mesin air-jet spinning Rieter setelah menganalisa potensi pasar produk ini. Meskipun ini sangat beresiko dengan pertimbangan bahwa kebanyakan pelanggan kami belum pernah mendengar teknologi ini sebelumnya, kami merupakan pabrik pemintalan pertama yang memasang teknologi air-jet spinning Rieter di Indonesia. Kami harus memberikan edukasi bagi pelanggan mengenai teknologi ini serta harus membuat banyak sampel. Sekarang, kami puas dengan hasilnya dan selanjutnya lebih memperluas kapasitas dengan teknologi air-jet spinning Rieter.” MASA DEPAN
Retailer seperti ZARA mendefinisikan dinamika pasar dengan waktu pengiriman yang singkat dan perputaran cepat dan hal ini memberikan beban berat pada rantai pasokan. PT. Embee mempersiapkan diri untuk model bisnis seperti ini. Sekarang, PT. Embee semakin menggunakan bahan baku serat baru seperti Tencel®, Modal, Micro modal dll. pada sistem pemintalan baru seperti Com4®jet Rieter dalam pengembangan produk yang unik untuk menanggulangi ketergantungan terhadap komoditas. Dengan cara ini, perusahaan tetap berada di depan para pesaing dan pada waktu yang sama secara efektif melayani permintaan baru pelanggan.
27
28
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
Gambar 24 Kualitas benang dan produktivitas yang unik dengan mesin air-jet spinning
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
29
30
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
PT. Indah Jaya
Kualitas Tinggi pada Kapas adalah Kuncinya PT. Indah Jaya, terletak di Banten, Indonesia, merupakan sebuah perusahaan dengan sejarah hampir 50 tahun. Bisnis inti dari perusahaan ini adalah pembuatan handuk di mana mereka merupakan produsen terbesar di Indonesia tetapi akhir-akhir ini produksi benang spun kapas telah menyusul bahkan produk handuk. Integrasi vertikal lengkap dengan produk garmen miliknya sendiri merupakan tujuan akhir dari PT. Indah Jaya dikombinasikan dengan peningkatan otomatisasi. SEJARAH PERUSAHAAN
PT. Indah Jaya sebagian besar aktif di pembuatan handuk sepuluh tahun lalu. Perusahaan lalu menambah pabrik pintal dengan mesin bekas untuk dukungan paralel bagi bisnis pertenunan dan penjualan benang rajut di tahun 2002. Pada tahun 2008, langkah selanjutnya merupakan ekspansi lebih jauh ke dalam benang open-end sebagai respon terhadap kebutuhan benang lokal untuk denim. 13 mesin kemudian ditambah untuk meningkatkan produksi sampai 35 – 40 ton benang per hari. Delapan tahun lalu, perusahaan ini memulai produksi benang sebanyak 20 sampai 24 ton benang per hari dan sekarang telah mencapai 240 ton per hari dengan konsumsi sendiri benang per
hari adalah 30 – 40 ton. Sebuah divisi garmen kecil juga melayani pasar Eropa. Tuan T. Vijaya Kumar, Manager Pabrik di Indah Jaya, menginformasikan bahwa benang yang diproses adalah kapas dan beberapa serat buatan seperti kapas/PVA untuk membuat benang bagi handuk yang lebih lembut. Handuk terry kualitas tinggi yang diproduksi di Indonesia ditujukan untuk kebutuhan lokal dan pasar ekspor, khususnya untuk pasar Jepang dan Eropa. Perbandingan ekspor bervariasi dari 40 – 60 % tergantung harga yang sedang berlaku dan permintaannya. Terjun ke dalam pasar Cina merupakan sebuah tantangan. Pasar tingkat tinggi ini khususnya kompetitif dan di sini handuk diproduksi dari kapas Mesir Giza yang sangat lembut dan sesuai. STRATEGI PERUSAHAAN
Pabrik pemintalan PT. Indah Jaya di Banten dan PT. Spinmill Indah merupakan bagian dari Indah Jaya Textile Industry (Holding). Kesuksesan grup ini di pasar dapat secara langsung dihubungkan dengan konsep manajemen yang jelas di mana kualitas dari produk akhir merupakan kuncinya. Setiap hal yang berkontribusi terhadap kualitas diberikan prioritas utama dan teknik benang berada pada garis terdepan dari strategi perusahaan. Fleksibilitas terhadap reaksi apa yang diinginkan oleh pelanggan sangatlah penting, prinsipnya adalah “apa yang dibutuhkan, akan kami sediakan”. Standar Uster juga sejalan dengan persyaratan spesifik pelanggan dan benang yang diproduksi menunjukkan kualitas yang benar-benar tak menyimpang. Strategi selanjutnya adalah memilih bahan baku yang tepat melalui pencarian bahan baku yang paling ekonomis dan cocok untuk memproduksi
Gambar 25 PT. Indah Jaya, T. Vijaya Kumar
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
kualitas benang yang diinginkan. Hal ini memberikan Indah Jaya keunggulan kompetitif untuk dapat sukses di pasaran. SITUASI PASAR
Indah Jaya merupakan pemain kuat dalam pasar domestik, khususnya benang carded yang cocok untuk rajutan kualitas tinggi dikarenakan benang ini memiliki permintaan yang baik di Indonesia. Keahlian ini menjamin pengembalian finansial yang baik. Akan tetapi, kebanyakan benang ini diekspor ke Cina yang memiliki pasar yang sangat besar untuk nomor kasar dengan permintaan tinggi pada kualitas benang. Lokalisasi dari produksi di Cina memastikan Indah Jaya untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa masalah. Pelanggan Cina tertarik dengan susunan bisnis jangka panjang dan karena volume yang mereka butuhkan kadang-kadang sangat tinggi, negosiasi biasanya penting untuk menemukan kesepakatan bersama. TEMPAT MESIN TERPASANG
Bahan baku utama yang diproses adalah 100 % kapas dan dijual semata-mata untuk aplikasi perajutan dengan rentang dari kaus kaki sampai pakaian. Persentase kecil dari benang campuran rayon/kapas juga diproduksi untuk penggunaan denim. Rasio dari benang carded dan combed kurang lebih 50/50 dan sejumlah kecil dari kapas Mesir diproduksi untuk persyaratan khusus bagi handuk premium. Perusahaan menggunakan tiga mesin air-jet untuk memproduksi benang viskosa. Untuk 8 tahun ini, perusahaan telah memproses kapas untuk handuk bagi pasar Jepang tetapi kemudian diganti ke viskosa. Sekarang, perusahaan memproduksi benang rajut viskosa.
Instalasi pemintalan Indah Jaya beroperasi dengan 81 400 spindel: 13 480 spindel Cina dengan doffing otomatis, 56 400 spindel India dengan Suessen dan 11 520 dengan spindle G 35 dengan Suessen. Spinmill Indah dimulai pada tahun 2010 dengan 32 000 spindel dari mesin spinning K 45 Rieter ditambah 98 000 spindel G 35 Rieter dan 50 000 spindel ring dari perusahaan berbasis India. Sekarang, campuran compact kebanyakan dengan Suessen EliTe®. Sisanya adalah bukan compact. Konversi dari mesin G 35 Rieter menjadi compact akan segera dilakukan dan cepat atau lambat, pabrik akan menjadi 100 % compact dengan Suessen EliTe® dan mesin compact spinning K 45 Rieter. Hanya 18 000 spindel dari mesin Cina tidak akan dirubah. HUBUNGAN PELANGGAN
Tuan Kumar menjelaskan, “Kebanyakan fokus kami adalah satu kepada satu, pemilik kepada pemilik. Hal ini menghasilkan pengertian yang sangat baik dan kuat. Pengaruh agen dan pedagang sangat minim disini. Kami memiliki agen dan pedagang tetapi hubungan antara manajemen dan pelanggan cukup kuat. Ini sangat terpercaya. Kami memiliki pelanggan yang relatif sedikit tetapi dengan volume benang yang besar. Kami tidak pernah kehilangan pelanggan, yang dapat saya sampaikan, dalam 8 tahun terakhir.” Hal ini memastikan kepercayaan dalam pembelian kapas mentah dan dengan dasar mereka sebagai pedagang benang, mereka tidak terpengaruh oleh spekulasi.
31
32
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
SITUASI SAMA-SAMA UNTUNG
TETAP BERSAMA DENGAN RIETER?
Dengan sistem compactnya, Indah Jaya memproduksi benang carded dalam jangkauan nomor Ne 7 – 30. Hal ini tidak secara luas tersedia di pasaran dan konsekuensinya, benang ini telah menjadi ideal untuk beberapa pelanggannya. Mereka senang dengan benang ini dan Indah Jaya senang dengan harga benang yang memiliki keuntungan lebih lanjut dikarenakan tidak perlu untuk mempromosikan benang ini melalui aktivitas pemasaran.
Tuan Kumar menegaskan bahwa tidak boleh ada kompromi terhadap kualitas produksi. Meskipun perusahaan senang terhadap produk-produk Rieter, perusahaan mengambil sikap ke arah mencoba produk baru dari pesaing, sejalan dengan kebijakannya untuk tidak menerima kompromi. Merupakan hal biasa untuk membeli mesin Rieter tetapi tidak berarti dukungan buta dari Rieter jika sesuatu terbukti lebih baik. Akan tetapi, perusahaan ini puas dengan dukungan dan layanan pelanggan Rieter dan juga respon yang diberikan oleh Rieter. Komunikasi yang hidup antara Indah Jaya dan Rieter telah berkembang dan Rieter mengambil ekspressi perhatian dengan sangat serius. Poin kedua adalah nilai untuk uang. Investasi untuk mesin yang mahal seperti mesin compact spinnnng K 45 hanya bermanfaat ketika terdapat keuntungan-keuntungan spesifik dikarenakan depresiasi dari bunga mencapai 10 % merupakan faktor biaya yang besar bagi negaranegara Asia.
Sistem compact memungkinkan derajat hairiness pada benang untuk ditentukan pada level yang dikehendaki. Indah Jaya menggunakan sistem compat untuk tujuan berbeda dan kelembutan dari benang compact yang diproduksi diapresiasi oleh pelanggan-pelanggannya dikarenakan memberikan keuntungan dalam proses perajutan seperti halnya penyusutan saringan yang lebih sedikit pada proses pencelupan berkat jumlah serat terbang yang lebih sedikit. Maka jika pelanggan secara spesifik menginginkan benang compact, hal ini dapat disuplai.
Gambar 26 Kualitas sliver sempurna pada produktivitas tertinggi
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
“Di Asia, biaya finansial masih jauh lebih tinggi dibanding biaya energi atau tenaga kerja. Suku bunga untuk pinjaman adalah 11 % yang menggambarkan beban berat bagi keuntungan.” jelas Tuan Kumar. APAKAH OTOMASI MERUPAKAN TOPIK?
Otomasi merupakan langkah selanjutnya, tetapi pada harga yang masuk akal dan hanya pada apa yang dipertimbangkan dapat diterima. Jadi hampir 95 % dari mesin otomatis winding merupakan link-coners – hubungan langsung dengan mesin ring spinning. Hanya beberapa mesin Cina doffing otomatis tanpa link-coners dan sisanya dilengkapi dengan link-coners. Juga terdapat kesempatan untuk mengurangi tenaga manusia sehingga instalasi roving otomatis doffing dengan pengangkut roving otomatis merupakan pilihan bijak bagi proyek masa mendatang. Biaya tenaga kerja meningkat pada nilai 10 – 80 % per tahun di negara Asia sehingga langkah pertama mereka adalah memasang mesin pembungkus semi-otomatis yang menghasilkan pengurangan sebesar 50 % tenaga manusia.
GAMBARAN MASA DEPAN
Peningkatan produksi benang kapas sangatlah mungkin. Disini secara teknologi perusahaan cukup kuat dan memberikan nilai fleksibilitas harga kapas melalui campuran dengan bahan baku lain. Jangkauan luas kapas tersedia tetapi spesialisasi tergantung parameter grup benang dan pasar yang sedang disuplai. Pasar besar kapas menyediakan gambaran peningkatan produksi dan selalu saja terdapat permintaan kapas. Manajemen ingin pencapaian paduan vertikal untuk mengurangi fluktuasi tajam dari pasar dan meraih keunggulan kompetitif jangka panjang. Ekspansi produksi handuk, pemintalan dan tentunya garmen serta perajutan merupakan target penting perusahaan. Setelah investasi besar di tahun 2010, perusahaan berharap situasi finansialnya stabil sebelum melakukan proyek berikutnya. Berlawanan dengan negara Eropa, perencanaan jangka panjang hanya ditetapkan kira-kira dan investasi didasarkan kondisi pasar jangka pendek. Meraih keuntungan jangka pendek mengurangi tekanan finansial masa datang. “Dalam 10 tahun, manajemen Indah Jaya akan memiliki apa yang mereka inginkan,” komentar Tuan Kumar.
Gambar 27 Combing memenuhi standar tertinggi dalam hal produksi, kualitas dan ekonomi
33
34
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
Gambar 28 Untuk benang full terkompaksi dengan konsumsi energi terendah
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
PT. Indorama
Teknologi Canggih untuk Kualitas yang Konsisten Sejak menghilangkan batasan terhadap investasi asing di tahun 1974, Indonesia telah mengalami pertumbuhan besar dalam industri tekstil. Dari unit pemintalan sederhana dengan 25 000 spindel, PT. Indorama telah berkembang menjadi supplier benang mayor dengan tanpa kompromi bertujuan untuk pencapaian kualitas konsisten melalui investasi dengan teknologi yang canggih. Hubungan yang dekat antara PT. Indorama dan Rieter telah memainkan peran utama dalam kesuksesan perusahaan ini. Grup Indorama memulai operasi di tahun 1976 dengan unit pemintalan relatif sedikit sebanyak 25 000 spindel yang dipasang di Purwakarta oleh pendirinya, Tuan M. L Lohia. Sejak saat itu, aktivitas komersialnya telah diperluas mencakup konstruksi, produk kesehatan dan benang spun di berbagai negara di seluruh dunia. Pimpinan saat ini adalah Tuan S.P. Lohia, anak dari sang pendiri. Saat ini, perusahaan merupakan salah satu pengekspor benang kapas dan buatan terbesar seperti serat polyester dan filamen di Indonesia, serta memenuhi permintaan domestik. Investasi kontinyu terhadap teknologi mutakhir merupakan kunci untuk mencapai kualitas superior dan dari sudut kepentingan yang sama dengan filosofi bahwa pelanggan adalah mitra jangka panjang.
PERKEMBANGAN PERUSAHAAN
Bangunan awal untuk pemintalan ring kapas dioperasikan tanpa pengaturan suhu, dikarenakan pemilihan lokasi di mana iklim yang sangat kondusif bagi pemintalan. Pada saat itu, Indonesia tidak memiliki bangunan untuk memproduksi serat polyester atau viskosa. Indorama mulai melakukan ekspor pada pertengahan tahun delapan puluhan dan kemudian disadari bahwa teknologinya tidak memenuhi harapan dari pelanggan global. Oleh karena itu, perusahan melakukan ekspansi dan mendirikan bangunan lebih lanjut dengan teknologi mutakhir. Pabrik selanjutnya dibangun tahun ’90an dan pada tahun 1997 pabrik pemintalan dengan peralatan otomatis untuk 100 % kapas didirikan. Hal ini menandai pergerakan dari tenaga kerja manual yang rendah yang kemudian membuat investasi pada otomasi tidak menarik. Saat ini, PT. Indorama memiliki fasilitas produksi di Indonesia, Asia Tengah, Turki, Sri Lanka dan India. STRATEGI PERUSAHAAN
Hal yang pertama dan paling berperan adalah investasi terhadap teknologi yang canggih. Tuan Anupam Agrawal, CEO yang bertanggung jawab untuk pemintalan di Indorama menjelaskan, “Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa kami menjadi salah satu pilihan utama supplier bagi kebanyakan pelanggan kami karena kami tetap menjaga dalam hal teknologi, kualitas dan yang terpenting, konsisten dalam hal kualitas.” Kunci lebih lanjut untuk sukses adalah hubungan pelanggan yang baik. PT. Indorama menghormati pelanggan sebagai mitra jangka panjang dan pertumbuhan bagi kedua mitra saling terkait bagaimana pelanggan dilayani. “Kami percaya bahwa pelanggan memiliki banyak pilihan dan kami perlu melakukan hal lebih untuk tetap bera-
Gambar 29 PT. Indorama, Anupam Agrawal
35
36
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
da di pilihan yang lebih disenanginya. Maka kami tidak percaya terhadap pemotongan tiap sudut di mana akan menciptakan citra bahwa kami tidak melakukan hal sesuai cara kami yang terkenal. Itu sangatlah penting bagi kami.” Ucap Tuan Anupam Agrawal. Aspek unik dari Indorama adalah organisasi pemasaran yang terpusat dengan sebuah tim yang bekerja di Jakarta. Tim yang dilokasikan terpusat ini mencari kebutuhan dari seluruh pelanggan dengan pengecualian Turki di mana tenaga khusus pemasaran mengatur pasar Turki. SITUASI PASAR
Segmentasi pasar saat ini mengungkap bahwa pemintal memproduksi sekitar 80 % benang rajut dan 20 % benang tenun. Pasar untuk benang rajut masih tetap tumbuh. Salah satu alasan yang mungkin adalah biaya pendirian yang tinggi untuk perusahaan pertenunan, pencelupan dan penyempurnaan. Juga, rajutan telah menemukan tempatnya di dalam fashion, khususnya pada segmen pakaian olahraga di mana T-shirt di keseluruhan variasi mendominasi. Keseimbangan antara penjualan ekspor dan domestik berfluktuasi menurut tingkat pengembaliannya. Pembagian filosofis adalah 40 %, 40 %, 20 % dengan 20 % menjadi ayunan yang mungkin pada kedua pihak. Pengambilan dari pasar domestik atau yang tidak lagi melayani pelanggan dengan hubungan yang bertahan lama, hanya karena margin keuntungan yang lebih baik, bukan merupakan pilihan bagi perusahaan karena perusahaan sadar bahwa profitabilitas juga dapat berubah dengan sangat cepat.
TEMPAT MESIN TERPASANG
Memulai dengan 25 000 spindel, PT. Indorama sekarang memiliki 430 000 spindel dengan 255 000 spindel di Indonesia. Dari menjadi pemintal ring murni, PT. Indorama sekarang mengoperasikan mesin air-jet dan compact serta memproduksi benang dari beragam bahan baku dan campurannya. Usaha terakhirnya di Asia Tengah di mana pabrik pemintalan compact full-otomatis pertama dipersiapkan pada tahun 2011 dengan 31 000 spindel dengan mesin blowing, carding, drawing dan ring spinning Rieter diikuti oleh pabrik identik kedua dengan 40 000 spindel memproses 100 % kapas. Dengan investasi terakhir pada pabrik lengkap dengan mesin rotor spinning full-otomatis, PT. Indorama sekarang mencakup seluruh empat sistem pemintalan dari Rieter. Perusahaan telah memproduksi serat stapel sejak 1992 seperti halnya filamen dan kemungkinan merupakan produsen terbesar serat polyester. Beberapa pabriknya dilengkapi dengan 100 % permesinan Rieter dan sisanya dilengkapi sebagian. “Logo Rieter hadir dimana-mana hampir di setiap area dari aktivitas kami, sehingga kami dapat katakan bahwa Rieter merupakan bagian yang sangat, sangat penting dari perusahaan kami dan kami menghargai hubungan ini.” Komentar Tuan Anupam Agrawal.
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
Persyaratan dari Indorama untuk investasi mesin baru antara lain sebagai berikut: • Teknologi berdasarkan kemampuannya untuk mengantarkan kualitas yang konsisten. • Daur hidup kurang lebih 20 – 25 tahun. • Perawatan yang minimal. • Dukungan yang sangat baik dari supplier. Filosofi perusahaan tidak diperuntukkan bagi supplier murah yang mesinnya tidak memenuhi persyaratan tersebut. Disini, sekali lagi hubungan jangka panjang merupakan hal yang terpenting. Dukungan, pelayanan dan biaya pelayanan harus pada tingkat yang sama yang membuat hal ini secara ekonomis bergairah. Pilihan ditentukan oleh pengetahuan yang didapatkan lebih dari 35 tahun untuk teknologi mana yang paling cocok untuk serat tertentu. Setelah pemilihan dipersempit ke dalam dua pilihan terbaik, hubungan dan biaya pelayanan untuk hubungan tersebut sangatlah menentukan. RIETER SEBAGAI SUPPLIER ISTIMEWA
Tuan Anupam Agrawal percaya, “bahwa dengan Rieter kami memiliki hubungan jangka panjang yang dalam”. Menurutnya, Rieter memiliki kemampuan untuk mencapai hal-hal yang luar biasa – seperti air-jet spinning. Dia pertama kali melihat mesin air-jet spinning J 20 di Winterthur pada tahun 2010 dan sekali lagi di ITMA Barcelona. Ketika Rieter mendekati perusahaan dengan proposal untuk memasang mesin air-jet spinning J 20, Rieter membuktikan langkah pertama kepada perusahaan untuk membeli 12 J 20 hanya 18 bulan kemudian untuk dua pabriknya.
Mesin compact spinning pertama dilihat pada ITMA tahun 1999 dan 2006 Indorama mendirikan pabrik dengan mesin compact Rieter dengan 26 000 spindel. Pengalaman membuktikan sa-ngat baik bahwa selain mengetes peralatan compacting lain, hanya compact Rieter yang merupakan sebuah pilihan bagi pabrik pemintalan kapas. Tingkat konsistensi dan nilai kesalahan compacting yang sangat rendah dengan sistem compact Rieter meyakinkan perusahaan secara penuh. Tidak ada complain yang timbul selama lima tahun terakhir mengenai cacat permukaan yang timbul dari hairiness. “Akhirnya saat ini setiap orang membuat compact tetapi terdapat hal yang jelas-jelas berbeda terkait compact Rieter. Kami benar-benar mengaguminya,” kata Tuan Anupam Agrawal. GAMBARAN MASA DEPAN
PT. Indorama bertujuan untuk tumbuh secara seimbang di mana perusahaan ini tumbuh secara eksponensial di setiap segmen serat yang tersedia. Otomasi merupakan hal terpenting dan sangatlah penting untuk menciptakan kemampuan dengan kemungkinan perubahan biaya terkecil di negara di mana perusahaan beroperasi. Mempertahankan kebersihan dan tata tertib yang mutlak di pabrik juga merupakan sumber kebanggaan bagi PT. Indorama. “Rumah tangga kami adalah tingkat di mana Anda dapat makan dari lantai.”
37
38
Rieter . Liputan Negara Indonesia
PT. Embee • PT. Indah Jaya • PT. Indorama
Gambar 30 Teknologi terdepan untuk rotor spinning otomatis dan semi-otomatisam
Rieter . Liputan Negara Indonesia
39
Rieter Machine Works Ltd. Klosterstrasse 20 CH-8406 Winterthur T +41 52 208 7171 F +41 52 208 8320
[email protected] [email protected]
www.rieter.com
Rieter India Private Ltd. Gat No 134/1, Off Pune Nagar Road Koregaon Bhima Taluka Shirur, District Pune IN-Maharashtra 412216 T +91 2137 308 500 F +91 2137 308 426
Rieter (China) Textile Instruments Co., Ltd. Shanghai Branch Unit B-1, 6F, Building A, Synnex International Park 1068 West Tianshan Road CN-Shanghai 200335 T +86 21 6037 3333 F +86 21 6037 3399
Data dan ilustrasi pada brosur ini dan pada operator data yang sesuai mengacu pada tanggal pencetakan. Rieter berhak membuat perubahan-perubahan yang perlu kapan saja tanpa pemberitahuan khusus. Sistem Rieter dan inovasi Rieter dilindungi oleh hak paten. 2515-v1 id 1401