LIMFOSIT PLASMA BIRU NILAI DIAGNOSTIK PADA INFEKSI DENGUE
TESIS Oleh
NANY 057027008
SEKOLAH PASCA SARJANA MAGISTER ILMU KEDOKTERAN TROPIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
LIMFOSIT PLASMA BIRU NILAI DIAGNOSTIK PADA INFEKSI DENGUE
TESIS
Oleh
NANY 057027008
SEKOLAH PASCA SARJANA MAGISTER ILMU KEDOKTERAN TROPIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
:
LIMFOSIT PLASMA BIRU NILAI DIAGNOSTIK PADA INFEKSI DENGUE
Nama
:
NANY
Nomor Pokok
:
057207008
Program Studi
:
Magister Ilmu Kedokteran Tropis
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Herman Hariman, PhD, SpPK(K) KH Ketua
Dr.Yosia Ginting, SpPD-KPTI MSc,PhD Anggota
Ketua Program Studi,
Prof.DR.dr.Syahril Pasaribu,DTM&H,MSc(CTM),SpAK) (Prof.DR.Ir.Chairunnisah,MSc)
Tanggal Lulus :
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Drs. Saib Suwilo, Anggota
Direktur,
Telah diuji pada Tanggal :
PANITIA PENGUJI TESIS KETUA ANGGOTA
:
Prof. Dr. Herman Hariman, PhD, SpPK(K) KH :
1. Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI 2. Drs. Saib Suwilo, MSc.,PhD 3. DR. Dr. Rosihan Anwar, DMM, MS, Sp.MK, M.Pd 4. Dr. Mardianto SpPD
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
RINGKASAN Demam Berdarah Degue (DBD) adalah Arthropod Viral Disease yang paling penting yang menginfeksi manusia, diperkirakan WHO terjadi peningkatan 30 kali lipat peningkatan sejak 50 tahaun terakhir. Dengue endemis di Sumatera kecuali daerah Nias yang bebas DBD. Dengan penemuan diagnosis yang cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan,
dan penyebaran penyakit dan kematian Biorad
mengeluarkan alat diagnostik dengan nama Platellia Dengue Kit, yang dapat mendeteksi protein non structural NS1 dari virus dengue dan dimiliki oleh 4 serotipe, dapat mendeteksi virus lebih awal, mulai hari pertama deman, NS1 merupakan glikoprotein essential bagi virus dengue yang diproduksi membrane virus dengue, sehingga dijumpai konsentrasi yang tinggi pada fase awal. MAC ELLISA tidak dapat digunakan pada awal karena IgM dapat terdeteksi selama 5 – 10 hari pada infeksi primer ( Dussart P,2006). LPB dapat membantu diagnosa dini sehingga kami ingin meneliti. Tes diagnostik lainnya seperti isolsi virus, RT-PCR, memerlukan teknik yang rumit dan mahal, sehingga NS1Ag tes menjadi dasar penelitian sebagai gold standart. Dari 63 subjek yang diperiksa NS1Ag, jumlah yang positip NS1Ag sejumlah 38 subjek(60,33%) dan jumlah yang negatip tes NS1Ag sejumlah 25 subjek (39,68%). Selama masa perawatan dari kelompok subjek ynag memiliki tes negatip NS1Ag 1 subjek dijumpai infeksi Malaria falcifarum sehingga dikeluarkan dari subjek penelitian dan satu subjek lainnya dijumpai Appendicitis juga dikeluarkan. Masing-masing kelompok NS1Ag positip dan NS1Ag negatip diperiksa seara seri LPB, lekosit, hemoglobin, hematokrit, limfosit, monosit. LPB menunjukkan hasil yang bermakna p< 0,05 mulai hari ke 4, secara signifikan dapat dibedakan LPB dari kelompok non dengue. LPB dapat dijumpai tertinggi pada hari
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
ke 7. Titik potong (cut of point) persentase LPB yang paling baik yaitu LPB yang > 4%. Sensitivitas pada hari ke 4, 5, 6. yaitu 50%, 63,33%, 86,96%. Spesitifitas 90%, 85,71%,81,82%. Jumlah lekosit terendah dijumpai pada hari ke 4 dengan titik potong lekosit < 5000 memberi nilai sensitivitas tertinggi 94,44%, rentang hematokrit pada penelitian ini 36-48%, tidak dijumpai hemokonsentrasi. Jumlah trombosit terendah dijumpai pada hari ke 6, titik potong trombosit < 150.000 pada hari ke 4, sensitivitas tertinggi 94,44%. Tes diagnostik yang baik sebagai tes penapisan. Pada penelitian perbandingan 6 kriteria alternative, dianalisa secara tes diagnostik paling prsktis yaitu kriteria I. LPB mempuyai sensitivitas tertinggi. Sensitivitas 86,96% spesitifitas 81,82%, Index Youden 0,69. Diikuti kriteria alternatif ke III dengan sensitivitas 68,75%, sesitifitas 100%, Index Youden 0,69. Dapat diambil kesimpulan: LPB dapat digunakan sebagai salah satu kriteria diagnostik infeksi dengue yang hanya membutuhkan cara pemeriksaan sederhana dan sarana laboratorium sederhana sehingga sangat bermanfaat untuk daerah atau puskesmas dengan sarana laboratorium sederhana.
Kata kunci: LPB infeksi dengue
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Summary DBD is an arthopod Viral diseas, the most important infected human according to world health organisation (WHO) estimates, its incidence has increased by a factor of 30 over the last 50 years. Dengue epidemic ini North Sumatera except Nias . Early diagnostic can decrease incidence rate, case fatality rate, mortality rate and spread out dengue. Biorad Laboratory produce one step sandwich microplate enzyme immunoassay for detecting dengue virus NS1 Ag in human serum by us. Platellia dengue NS1 Ag kits, its can detec all of degue vrrus serotypes, can detecs from the first day after the oncet of fever. NS1 Ag is highly conserved glycoprotein that seems to be essential for virus viability. NS1 Ag is produced in membrane virus with high consertration during early clinical phase of the disease. MAC ELLISA kit are available but they cannot be used for early diagnosis, because IgM does not detectable until 5-10 days after the onset (Dussart). Limfosit Plasma Biru (LPB) can used in early diagnostic so we want to do the research. Another diagnostic tool like virus isolation, reserve transcription. PCR (RT PCR) needed complicated and expensive technichque, so NS1 Ag test we choice to be the basic for the research in golden standard. We tested 63 sera for NS1 Ag with the platellia Dengue NS1 Ag kit. The sera from 63 subject tested by NS1 Ag test, the number of NS1 Ag positip including 38 subject (60,3%) and arthers 25 subject (39,6%) are the rest of them are NS1 Ag test negatip. During treatmen period subject NS1 Ag test negatip among this negatip subject. We find 2 of them have infected the former Malaria falciparum, and the later have appenddicitis. So we exclus from the research. Each group of NS1 Ag positip and NS1 Ag negatip are tested by using LPB, lekosit, hemoglobin, hematokrit, limfosit, monosit daily. LPB indicates good result. Where p<0,05 since the 4th day, significan can differenciated LPB from dengue and
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
not dengue. The highest LPB Is found on 7th day. The best persentase at cut pont LPB is >4% Sensitivity on 4th, 5th, 6th, 7th day are namely 50%, 63,33%, 86,96%, spesitifity 90%, 85,71%, 81,82%. The lowest lekosit is fount on 4th day, the cut off point lekosit <5000 show sensitivity 94,44%. Hematokrit
range from 36% - 48%, can not be found
hemokonsentration. The lowest trombosit is found on 6 day the cut off point trombosit < 150.000 on 4th day is the highest sensitivity, sensitivity is 94,44% its good diagnostic test for first selection. Comperable reaserch there are 6 alternative criteria, The first criteria is the best diagnostic. LPB has the higest sensitivity, sensitivity 86,96%, spesitifity 81,82%, Index youden 0,69. followed by critera III has sensitivity 68,75%, spesitifity 100%, Index Youden 0,69 Inconclution the LPB can be useed one of diagnostic criteria that only need simple facility laboratory, so LPB is very useful in rural area.
Key word ; LPB infeksi dengue.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR Pertama dan yang utama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkah, rahmat dan karuniaNya yang maha besar sehingga tesis yang berjudul “ Limfosit Plasma Biru Nilai Diangnosis Pada Infeksi Dengue “ dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan tugas akhir penulis pada program studi Penyakit Tropis PPs, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari proses penelitian ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan arahan dan bantuan yang sangat besar dari dosen pembimbing, dosen pembanding dimulai dari penyusunan proposal, pengumpulan sample, sampai selesai penyusunan tesis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Prof. Dr.Herman Hariman, PhD, SPK(K)KH selaku ketua komisi pembimbing, profil seorang guru yang sangat saya hormati dan kagumi, wawasannya, disiplinnya, bimbingannya, kebaikannya, kesabarannya memberi bantuan, motivasi yang begitu besar dan tulus dari hal ini penulis banyak belajar. Dr Yosia Ginting, SpPD-KPTI selaku pembimbing, terima kasih yang sebesarbesarnya atas waktu nya, walau betapa sibuk tetap memberi perhatian, bantuan, bimbingan sehingga penulis menyelesaikan tesis ini Drs Saib Suwilo, MSc, PhD selaku pembimbing dan konsultan statistic tempat penulis berdiskusi masalah statistic. Walaupun dalam kondisi sakit tetap seyum dan membimbing. Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.AK selaku rector Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ir. Chairunnisah, MSc selaku direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Kedokteran Tropis Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
program Magister Ilmu
Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu,DTM&H,MSc(CTM),SpAK selaku ketua Program Studi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan yang memberi nasehat, inspirasi yang mendorong semangat. Dr. Lia Kusuma Iswara selaku sekertaris Program Sekolah Pasca Sarjana dan dosen yang tiada bosan-bosannya memberi bimbingan, diskusi dengan sabar dan memberikan ilmu dengan tulus. Dr.dr. Rosihan Anwar, DMM, MS, Sp.MK, M.Pd selaku dosen pembanding dan penguji tesis ini sangat banyak memberi masukan baik dalam cara penulisan, tata bahasa, kepustakaan dengan sabar, tulus, profil guru yang sebenarnya, kebaikan yang luar biasa. Dr.Mardianto, SpPD selaku dosen pembanding dan penguji tesis juga sebagai teman penulis banyak memberi pandangan, bimbingan, wawasan dan inspirasi. Keluarga besar Quality Laboratorium, Bu Lanty, Dr Baby, Pak Mundo, Bu Sorta dan semua teman- teman laboratorium yang tidak dapat disebut namanya satu persatu terima kasih yang sebesar- besarya atas segala bantuan baik siang maupun malam. Saudara Fitra Adi Utoma selaku staf administrasi Program Studi Kedokteran Tropis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara telah memberi yang terbaik dalam hal urusan administrasinyang penulis perlukan. Saudara Siswanto Syah Putra yang telah melaksanakan tugasnya dengan sabar, tekun, disiplin dalam membantu perkuliahan terlaksana. Rekan seperjuangan sekolah Pascasarjana Kedokteran Tropis Universitas Sumatera Utara angkatan II yang telah bersama selama 2 tahun membagi informasi, berbagi suka dan duka dalam kebersamaan dalam persahabatan. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih dan sayang dari lubuk hati yang dalam kepada kedua orang tua papa almarhum Taminsono dan mama Roswaty, papa mertua almarhum Lisannuddin Harahap gelar Bagindo Bandaharo Harahap dan mama mertua Mindamora yang penuh kasih dan doa untuk penulis, suami tercinta Ir Erwin dan ananda tersayang Metta Erni, Enri Richard, Metta Winna, Metta Winni yang penuh kesabaran dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan studi.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Medan, Desember 2007
Penulis
Daftar Riwayat Hidup Nany, dilahirkan di Medan pada 2 Desember 1960 dan merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari ayah alm Taminsono dan ibu alm Roswaty. Menamatkan pendidikan SD pada tahun 1973 di sekolah Abadi jaya, SMP pada tahun 1976 disekolah Budi Utomo, SMA pada tahun 1980 di sekolah Budi Murni. Pada tahun 1980 kuliah di fakultas kedokteran Universitas Methodist Indonesia selama 1 tahun dan pada tahun 1981 kuliah di Fakultas Keddokteran Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar kesarjanaan pada tahun 1987. Pada tahun 1989 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di puskesmas Kabupaten Langkat sampai saat ini. Pada tahun 1990 menikah dan telah dikaruniai 4 orang anak, satu orang putra dan 3 orang putri. Pada tahun 2006 mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Tropis pada PPs Universitas Sumatera Utara.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Ringkasan...................................................................................................................i-iv Kata Pengantar……………………………………………………………………..v-vi Riwayat Hidup.............................................................................................................vii Daftar Isi................................................................................................................viii-ix Daftar Gambar...............................................................................................................x Daftar Tabel..................................................................................................................xi Daftar Singkatan...................................................................................................xii-xiii BABI Pendahuluan...................................................................................................................1 1.1. Latar Belakang..................................................................................................1-3 1.2. Perumusan Masalah..............................................................................................3 1.3. Hipotesa................................................................................................................4 1.4. Tujuan Penelitian..................................................................................................4 1.4.1. Tujuan Umum........................................................................................4 1.4.2. Tujuan Khusus.......................................................................................4 1.5. Manfaat Penelitian................................................................................................4 1.6. Kerangka Konsep................................................................................................5 BABII Tinjauan Pustaka................................................................................................6 2.1. Epidemiologi.....................................................................................................6-9 2.2. Patogenesis...........................................................................................................9 2.2.1. Virus dengue..........................................................................................9 2.2.2. Imunopatogenesis DBD dan SSD..................................................11-15 2.3. Asal Limfosit Plasma Biru............................................................................15-16 2.4. Huungan LPB degan sistim Immune.................................................................16 2.4.1. Makrofag komponen dari sistim Immune......................................16-17 2.4.2. Limfosit Komponen dari sistem Immune....................................... 18 2.4.3. Atipical Limposit dan Limfosit Plasma Biru.......................................20 2.5. Diagnosa DD/DBD/SSD....................................................................................27 BABIII Metode Penelitian...........................................................................................29 3.1. Desain Penelitian................................................................................................29 3.2. Waktu dan tempat penelitian..............................................................................29 3.3. Populasi penelitian.............................................................................................29 3.4. Kriteria Inklusi...................................................................................................29 3.5. Kriteria exklusi...................................................................................................29 3.6. Besar sampel......................................................................................................30 3.7. Variabel yang diamati........................................................................................30
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.8. Defenisi operasional...........................................................................................31 3.9. Kerangka kerja...................................................................................................33 3.10. Bahan peralatan dan cara kerja..........................................................................33 3.10.1 Pemeriksaan NS1 Ag test................................................................................34 3.10.2 Proses pemeriksaan hapusan darah............................................................38-39 3.10.3 Proses hitung jenis lekosit...............................................................................40 3.10.4 Morfologi LPB.................................................................................................40 3.10.5 Nilai diagnostik..........................................................................................40-41 3.10.6 Analisa data................................................................................................41-42 BABIV Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................................................43 4.1. Jumlah kasus menurut hari demam....................................................................44 4.2. Nilai diagnostik LPB..........................................................................................44 4.3. Perbandingan rata-rata persentase LPB..............................................................45 4.4. Jumlah LPB........................................................................................................46 4.5. Sensitifitas,spesifitas,nilai ramal positip.Nilai ramal negatip,index youden LPB ............................................................................................................................47 4.6. Jumlah absolut LPB...........................................................................................49 4.7. Jumlah lekosit.....................................................................................................50 4.8. Sensitifitas, spesitifitas, Nilai ramal positip, nilai ramal Index youden.............51 4.9. Hematokrit..........................................................................................................53 4.10. Trombosit...........................................................................................................53 4.11. Sensitifitas spesifitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip, angka trombosit <75.000, <100.000, <150.000............................................................................55 4.12. Penelitian perbandingan beberapa kriteria.........................................................56 BABV Kesimpulan dan Saran................................................................................62-64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Halaman Kerangka Konsep...................................................................................5 Peta Dengue Di Indonesia.....................................................................8 Peta Distribusi Dengue di Dunia...........................................................9
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25.
Virus Dengue.......................................................................................10 Teori Infeksi Sekunder dan Ade..........................................................12 Patogenesis DBD Penyebab Syok Pada Dengue.................................13 Antibody Depent Cell Cytotoxity........................................................20 Atipical Limfosit..................................................................................22 Sistim Immune.....................................................................................26 Kerangka kerja.....................................................................................33 Kit Platellia NS1 Ag (Biorad)..............................................................36 Inkubator..............................................................................................36 Washer.................................................................................................37 Mikro Ellisa Reader.............................................................................37 Printer..................................................................................................38 Alur Pemeriksaan.................................................................................43 Rata-rata % LPB..................................................................................45 ROC titik potong LPB 4% dan 5%......................................................48 Rata-rata Absolut LPB.........................................................................50 Rata-rata Lekosit..................................................................................51 Rata-rata Trombosit ............................................................................54 Kriteria I LPB......................................................................................58 Kriteria III LPB + trombosit <100.000................................................58 Kriteria VI LPB + lekopenia................................................................59 Membandingkan Kriteria I, III, VI......................................................59
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah Kasus Menurut hari demam.........................................................44 Tabel 2. Rata-rata % LPB........................................................................................45 Tabel 3. Sensitifitas, spesifitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip index youden..........................................................................................................................47 Tabel 4. Rata-rata % absolut LPB...........................................................................49 Tabel 5. Rata-rata lekosit.........................................................................................50 Tabel 6. Sens, Sp. Nilai ramal positip, nilai ramal negatip, lekosit>3000, >4000, >5000 pada dengue....................................................................................52 Tabel 7. Hematokrit.................................................................................................53 Tabel 8. Rata-rata Trombosit...................................................................................54
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 9.
Seni Sp. NRP. NRN, angka trombosit <75.000, <100.000, <125.000, dan <150.000....................................................................................................55 Perbandingan beberapa kriteria.................................................................57
Tabel 9. Lampiran
1. Platellia Dengue NS Ag...................................................................................65 2. Atlas LPB ..................................................................................................66
DAFTAR SINGKATAN ADE
Antibody Depend Enhacemen
ADCC
Anitbody Depend Cell medited Cytotoxity
APCs
Antigen Presenting Cell
C
Core
CFR
Case Fatality Rate
E
Envelope
DEN
Dengue
DD
Demam Dengue
DBD
Demam Berdarah Dengue
Fc
Frakmen ,Fc dari gamma globulin G
G-CSF
Gronulocyte- Colony Stimulating Faktor
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
GM-CSF
Makrofage Colony Stimulating
Hb
Hemoglobin
Ht
Hematokrit
IL
Interliukin
IgG
Immunoglobulin G
IgM
Immunoglobulin M
ISPA
Infeksi Saluran pernafasan Atas
KID
Kuagulasi Intravaskuler Diseminata
INF
Interferon
LPB
Limfosit Plasma Biru
M
Membran
MHC
Mayor Histocompactibiliy
PAF
Platelet Activating Factor
ROC
Receiver Operating Curve
SSD
Sindroma Syok Dengue
SSTL
Sumsum tulang
SGOT
Serum Glutamic Oxalo Transaminase
SGPT
Serum Glutamic Piruvat Transaminase
TNF
Tumor Nekrotic Fektor
WHO
World Health Organization
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Angka kejadian infeksi virus dengue sangat tinggi di masyarakat terutama pada anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Infeksi dengue dijumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Syndrom Syok Dengue (SSD). Virus penyebabnya golongan
Arbovirus, genus
Flavivirus, famili Flaviviridea, terdiri atas RNA beruntai tunggal dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempat serotipe ini ditemukan di Indonesia, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Aedes albopictus, atau Aedes polynesiensis. Infeksi memerlukan waktu 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit (Soegijanto, 2004). Survei serologi di Indonesia tahun 1980-an, menunjukan bahwa serotipe 1 dan 2 merupakan serotipe yang sering ditemukan, namun saat ini serotipe DEN-3 menjadi serotipe yang dominan dengan karakteristik lebih virulen.( Malavige, 2004).
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Partikel virus dengue
terdiri atas RNA beruntai tunggal dikelilingi oleh
kapsul ekosehedral, dibungkus dengan lemak setebal 10 nm, tiga struktur protein Core (C), Membran (M), Envelop (E) dan tujuh protein nonstruktural NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b dan NS5 ( Soegijanto, 2004) Manifestasi klinis infeksi virus dengue bervariasi mulai dari asimtomatis hingga syok. Demam berlangsung 2- 7 hari yang tidak spesifik. Demam dengue dengan gejala prodomal yang tidak khas seperti nyeri kepala, sakit tulang belakang, perasaan lelah, nyeri otot, serta sendi, anokreksia, konstipasi, diare, nyeri perut, kolik, muka merah, bibir merah, sering disertai dengan lekopeni, trombositopeni yang bervariasi, hematom pada kulit sering dijumpai. Sebagian dengan manifestasi klinis DBD ataupun SSD yaitu dengue dengan renjatan. Keadaan tersebut berakibat pada resiko kematian yang tinggi. Setiap orang pada daerah endemis mempunyai kesempatan untuk mendapat infeksi semua serotipe. Kekebalan hanya diperoleh pada salah satu serotipe yang terinfeksi (Soegijanto, 2004; Melavige, 2004; Paravakas, 2002) Pada awal sakit penderita tidak mudah dikenali, apakah terjangkit infeksi dengue sebab tidak menunjukkan gejala klinis yang khas sehingga sulit dibedakan dengan infeksi lain. Untuk itu pemeriksaan laboratorium sederhana dapat berperan dalam pengenalan
infeksi dengue. Pemeriksaan labolatorium tersebut adalah
pemeriksaan LPB yang bermanfaat dalam diagnostik dengue. Limfosit plasma Biru adalah reaktif limfosit dari limfoid sebagai respon immune yang dapat diamati pada hapusan darah tepi.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Penelitian di Yogyakarta oleh Sutaryo, dkk. (1978) mendapatkan perubahan sel limfosit pada sediaan hapus darah tepi. Sitopalasma sel sangat biru dan mudah dibedakan dari limfosit yang normal dan limfosit atipik yang lain, sehingga limfosit itu disebut Limfosit Plasma Biru. (LPB). Limfosit Plasma Biru dengan persentase 4% di darah tepi terdapat pada 98% kasus DBD/SSD Pada studi serologi terhadap pasien infeksi dengue, oleh Thisyakorn, dkk.,(1984) menginformasikan bahwa LPB memberi nilai dalam diagnostik infeksi dengue. Pemeriksaan LPB merupakan cara yang sederhana, murah dapat dilakukan di Puskesmas. Pemeriksaan tersebut dapat membantu menegakkan diagnosis terutama di daerah dengan fasilitas laboratorium yang sederhana (Sutaryo.1991) Laboratorium dengan fasilitas modren dapat memeriksa NS1-Ag, yang diminati karena dapat mendeteksi antigen lebih awal dan dapat mendeteksi 4 serotipe virus penyebab dengue (Biorad.). Dapat melakukan isolai virus, pemeriksaan PCR, pemeriksaan serologi, namum seluruhnya memerlukan teknik yang rumit dan mahal. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengangkat kembali nilai klasik ini yang sederhana ditengah modernisasi dengan meneliti LPB untuk diagnostik infeksi dengue.
1.2. Perumusan masalah
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka LPB dapat digunakan di laboratorium dengan fasilitas yang sederhana.Untuk itu diturunkan identifikasi masalah sebagai berikut: Apakah
Limfosit Plasma Biru dapat di pergunakan
sebagai salah satu
kriteria alternatif diagnosis infeksi dengue.
1.3. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang maka diturunkan hipotesis, sebagai berikut; Limfosit Plasma Biru dapat dipergunakan sebagai salah saatu kriteria alternatif diagnosis pada infeksi dengue.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 .Tujuan umum Mengetahui
hubungan
infeksi
dengue
dengan
munculnya
Limfosit
Plasma Biru dalam menegakkan diagnosis 1.4.2 Tujuan khusus Menjadikan LPB sebagai salah satu kriteria alternatif diagnosis infeksi dengue yang dapat digunakan pada laboratorium dengan fasilitas sederhana.
1.5. Manfaat penelitian 1. LPB dapat digunakan sebagai salah satu kriteria diagnosis infeksi dengue dengan bantuan pemeriksaan laboratorium sederhana. 2. Untuk dapat menangani lebih dini penderita infeksi dengue.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Dengan pemeriksaan LPB diharapkan penaganan dan penanggulangan kasus infeksi dengue dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian serta menghambat penyebaran infesi.
1.6. Kerangka konsep
Infeksi Dengue
Klinis
• • • •
Demam Petekie Nyeri otot Sakit kepala
Laboratorium
Laboratorium fasilitas lengkap
• • • •
Darah rutin IgG, Ig M Isolasi virus PCR
Laboratorium fasilitas sederhana
Hapusan darah tepi
Limfosit Plasma Biru
Gambar 1 Kerangka konsep
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Virus dengue merupakan virus penyebab penyakit yang ditularkan nyamuk, yang terpenting di dunia saat ini endemis pada 112 negara di dunia dan sampai saat ini belum ada vaksin untuk pencegahan. Penemuan dini dan penanganan yang tepat, cepat dan cermat akan menurunkan angka kesakitan, kematian dan penyebaran penyakit dengue. Selama abad ke 19 infeksi dengue bersifat sporadis, menyebabkan epidemi, sekitar tahun 1950 inciden meningkat pada 5 – 6 wilayah kerja WHO dan pada tahun 1970 inciden meningkat pada 9 wilayah kerja WHO. Saat ini endemis pada 112 negara di dunia. 2,5 -3 miliar penduduk yang tingal di daerah urban negara tropis dan subtropis diperkirakan mempunyai resiko terkena infeksi dengue, diperkirakan 100 juta dengan infeksi dengue setengahnya DBD, case fatality rate di Negara Asean 0,5% -3,5%, 90% pada anak dibawah umur 15 tahun (Malavige, 2004) Demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1954, epidemi pertama di Manila yang menyebar dengan cepat ke negara sekitarnya. Epidemi besar terjadi sekitar tahun 1980 – 1990 yang disebabkan 4 serotipe, dalam hal ini serotipe DEN-2 lebih dominan. Saat ini serotipe yang dominan yaitu DEN-3 (Malavige, 2004) Sekalipun demam dengue sudah dikenal lebih dari 200 tahun, penyebab epidemi global tidak jelas. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, urbanisasi
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
yang tidak terkendali, populasi nyamuk sebagai vector penyebaran virus diduga sebagai penyebab penyebaran genotipe virus yang lebih virulen menggantikan genotipe yang kurang virulen (Malavige, 2004) Epidemiologi di Asia Tenggara dimulai dengan epidemi pertama tahun 1954 di Manila. Insidensnya meningkat 5 kali selama hampir 30 tahun sejak pertama dilaporkan. Tahun 1960 di Singapura ditemukan DBD tipe 1dan 2, tahun 1961 di Kamboja ditemukan tipe 1 dan 4. Di Penang, Malaysia Barat, DBD pertama kali di laporkan pada tahun 1962 . Epidemi di Srilangka 1989, menunjukkan jumlah kasus bertambah setiap tahun sampai saat ini dengan tipe DEN-3 dan DEN-2. Di India tahun 1991 pertama kali dilaporkan pola sama dengan Asia Tenggara . Epidemi di Afrika tidak terjadi walaupun ke empat serotipe virus dengue ada di wilayah Afrika, kemungkinan individu African telah resisten terhadap dengue . Inciden dengue di berbagai negara di dunia meningkat karena peningkatan pola hidup memakai bahan yang tidak hancur yang menjadi tempat perindukan nyamuk, mobilisasi penduduk yang tinggi, dan berhubungan dengan jalur wisata. (WHO, 2005) Walaupun survei serologi di Indonesia menunjukkan serotpe 1 dan 2 yang lebih banyak ditemukan sampai tahun 1980-an, namun saat ini serotipe DEN-3 menjadi serotipe yang lebih dominan dengan karakteristik lebih virulen. (Malavige, 2004)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Epidemi di Indonesia, tahun 1968 setelah 14 tahun kejadian luar biasa di Manila, DBD pertama dilaporkan di Indonesia, yaitu kejadian luar biasa penyakit DBD di Jakarta dan Surabaya, mencatat 58 kasus DBD dengan angka kematian 24 kasus CFR 41,5% . Pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar setiap tahun Jumlah kasus BDD di Indonesia sejak Januari sampai Agustus 2004 mencapai 69017, inciden rate 29,7 per 100.000 penduduk dan dengan kematian CFR 1,12% (WHO, 2005) Jumlah kasus DBD pada tahun 2006 di Sumatera Utara tercatat 29100 dengan CFR 1,53% kasus terbanyak di kota Medan, yaitu 1378 kasus. Kasus DBD endemis di Medan, Deli serdang, Langkat, Binjai, Asahan, Tanjung Balai, Tebing Tinggi. sporadik di Sibolga, Pematang Siantar, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba dan Samosir, Karo, Dairi, Tapanuli Tengah, Madailing Natal, Padang Sidempuan, Labuhan Batu. Daerah yang bebas DBD adalah Nias
Gambar 2. Peta Dengue di Indonesia
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah endemis dengue
Gambar 3. Peta Distribusi Dengue Di Dunia
2.2. Patogenesis 2.2.1. Virus Dengue Virus dengue terdiri atas RNA beruntai tunggal dari Flaviviridea memiliki 4 serotipe (DEN-1 –DEN-4). Klasifikasi berdasarkan biologi dan imunologi. Partikel virus dengue terdiri dari satu pita genom RNA dikelilingi Ikosahedral, genom virus dengan panjang 11 kb. Virus matang terdiri dari kapsul dibungkus dengan lemak 10 nm dengan diameter 50 nm. Tiga struktur protein Core (C), Membrane (M) Envelope(E) dan tujuh non stuktural protein NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b dan NS5. Protein amplop berfungsi untuk kebutuhan biologis untuk mengikat reseptor
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
penjamu, menyebabkan virus terbawa ke dalam sel. Amplop berhubungan dengan haemaglutinasi dan
induksi antibodi dan immune respon non struktural protein
((NS1- NS5)
Gambar 4. Virus Dengue
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes agypti atau Aedes albocpictus. Organ sasaran hepar, nodus limfatikus, sumsum tulang dan paru. Monosit dan makrofak mempunyai peranan besar dalam peredaran darah. Virus akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus dalam hepar melibatkan sel sasaran yaitu sel hepatosit , sel kupfer menyebabkan gangguan fungsi yang dapat dimonitor lewat peninggian enzim Serum glutamic Oxalo Transaminase (SGOT), Serum glutamic Piruvat Transaminase (SGPT), peninggian biasanya > 40 -60 unit (WHO, 2005) Peningian kadar enzim hati sejak hari ke 3 demam sampai hari ke 7-8 dan mulai menurun pada hari ke 8, kembali normal pada minggu ke 3. Peninggian enzim pada SSD lebih dari DHF, dan lebih dari DD (Levinston, 2000)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
2.2.2
Imuno patogenesis DBD dan SSD Masih merupakan masalah kontroversial. Dua teori menjelaskan perubahan
patogenesis DBD dan SSD. Teori Secundary Heterologus Infection (teori hipotesis infeksi sekunder )dan Antibodi Dependent Enhancement (ADE). Teori Infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapat infeksi primer dengan satu jenis virus akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama, dengan arti lain seseorang yang telah mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibodi yang dapat menetralisir DEN yang sama (homolog). Jika kemudian mendapat infeksi sekunder dengan serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Hal ini diakibatkan oleh antibodi heterolog yang terbentuk pada infeksi primer yang akan membentuk kompleks dengan virus dengue baru dari serotipe berbeda, yaitu kompleks virus antibodi. Ikatan ini berikatan pada reseptor Fc gama pada sel (Soegijanto, 2003; Nimmannitya, 1999; Depkes RI, 2006) Melalui bagian Fc dari IgG menyebabkan peningkatan infeksi virus DEN kompeks virus antibodi meliputi makrofak yang beredar dan bersifat opsonisasi, internalisasi sehingga makrofak mudah terinfeksi dan teraktivasi memproduksi IL-1, IL-6, TNF alfa, dan juga Pletelet Activating Factor (PAF). Dimana bahan mediator ini akan mempengaruhi sel-sel endotel pembuluh darah dan sistim hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan perdarahan. (Soegujanto, 2003; Nimmannitya, 1999; Depkes RI, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 5. Teori Infeksi Sekunder dan ADE Karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dapat dinetralisir tetapi bebas bereplikasi didalam makrofag. TNF alpa baik yang terangsang INF gama maupun dari makrofak teraktifasi antigen antibodi kompleks akan mengaktifkan sistim komplemen yang menghasilkan anafilaktosin C3A, C5A, yang selanjutnya menyebabkan kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan kerusakan endotel pembuluh darah yang mekanismenya belum jelas dan akan menyebabkan syok (Soegijanto,2004; Nimmannitya, 1999; Depkes RI, 2006 )
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 6. Patogenese DBD Penyebab Syok Pada Dengue
Perdarahan bervariasi mulai dari petekia, torniket positip, hingga perdarahan saluran pecernaan. Virus antibodi komplek yang terbentuk akan merangsang komplemen yang farmakologis cepat dan pendek, bahan ini bersifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga menimbulkan kebocoran plasma (syok hipovolemia ) dan perdarahan. Teori ADE (Antibodi Depent Enhacement ) menyebutkan tiga hal yaitu , Antibodi-depent enhacement, T cel enhacement Infection serta Limfosit T dan Monosit akan melepaskan sitokin yang yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD dan SSD. Jika terbentuk antibodi yang spesifik maka akan mencegah penyakit, jika terbentuk antibodi tidak spesifik tidak dapat menetrallisasi virus, justru dapat menimbulkan penyakit berat. ADE, aktifasi komplemen, aktivasi limfosit dan sel T
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
menginduksi sitokin dan mediator seperti TNF alpa, IL-6, Interferon gama, PAF, C3A, C5A, histamine, menyebabkan ganguan fungsi endotel sel pembuluh darah, dengan manifestasi perdarahan. Perdarahan pada 0tak, jantung, hati pernah dilaporkan (Nimmannitya, 1999) Gambaran darah tepi sering dijumpai lekopeni, walaupun kadang kadang lekosit meninggi, dengan Neutrofpil yang menonjol, relative limfositosis dengan munculnya gambaran Atipical Limphosit. Jumlah Atipical Lymphosit lebih banyak pada DBD dibandingkan dengan DD. Sel ini merupakan transformasi dari aktivasi Lymphosit B dan T . Penurunan trombosit selalu diikuti oleh penurunan jumlah lekosit. Trombosit raksasa dijumpai pada hapusan darah tepi sebagai cerminan peninggian produksi. Perubahan pada sumsum tulang saat panas terjadi
dengan
gangguan pematangan elemen, megakarosit, yang menyebabkan trombositopeni, gangguanan granulopoisis. Inhibisi myeloid dan gangguan pematang sel, mekanisme supresi sumsum tulang tidak jelas, mungkin efek virus secara langsung ataupun melalui sistem imunologi secara indirek. Trombositopenia yang terjadi karena peningkatan kebutuhan dan peningkatan penghancuran. Kerusakan trombosit akibat reaksi silang otoantibodi-trombosit, karena berlebihnya produks IL-6 yang berperan dalam proses terbentuknya otoantibodi-antitrombosit dan anti endotel serta defisiensi koagulasi. Menurunnya kadar fibrinogen, faktor VIII, meningkatnya kadar degradasi sehingga menghasilkan D dimer. Secara umum dijumpai penurunan faktor II, faktor V, faktor VII, faktor VIII, faktor IX, faktor X faktor XII .Berkurangnya plasma
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
koagulan bisa disebabkan kebutuhan intravaskuler yang meningkat dan gangguan produksi hati (Nimmannitya, 1999; Doveren, 2000)
2.3. Asal Limfosit Pasma Biru Proses pembentukan darah dan perkembangan darah disebut hematopoisis lebih 100 miliar sel dihasilkan setiap hari sehingga sumsum tulang salah satu sari organ yang aktif adalah vertebra sternum, iga, dan pada anak pada tulang panjang Proses diferensiasi dari stem cel menjadi sel darah yang masak, eritrosit, gronulosit, monosit, limfosit dan trombosit, melibatkan sitokain. Untuk eritrosit dirangsang hormon erytropoitin yang diproduksi ginjal dan mengatur sel darah merah dengan sistim umpan balik (Jeffry, 2006) Untuk lekosit, granulosit pembentukannya dipengaruhi oleh sitokin dan pada stadium berbeda interliukin-3 (IL-3) Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCSF), Granulocyte Macrofage Colony Stimulating Factor (GM- CSF ) G-CSF dan GM-CSF untuk pematangan sel- sel darah putih. jalur monosit magkrofak sel ini bagian dari sistim immune ( fogositosis ) terdapat di kulit dan jaringan lain tidak hanya di darah, fungsinya bersama-sama Limfosit B & T.
(Jeffry, 2006)
Trombosit merupakan bagian dari sel multinukleat di sumsum tulang disebut megakariosit trombosit, trombosit dihasilkan oleh rangsangan berbagai sitokin, yaitu IL-3, IL-6, IL11, dan Trombopoitin yang dihasilkan hati. Jumlah trombosit yang rendah merangsang Trombopoisis sebagian besar dalam sirkulasi sebagian kecil ada di limpa. (Jeffry, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Monosit dan lymfosit dihasilkan oleh Stem cell, monosit berusia panjang sering berbulan-bulan tapi bila dalam sirkulasi masa hidup 3 hari, kebanyakan tinggal di jaringan sebagai sel immmun yang memfogosit kuman dan mampu menghadirkan komponen kuman sebagai sinyal ke limfosit unuk memperkuat dan merangsang immune respon, prekusor limfosit meninggalkan sumsum tulang dan memerlukan ekstramedulari di luar sumsum tulang untuk pematangan sehingga berfungsi sebagai sel imune pada darah dan sistim limfatik (Jeffry, 2006 )
2.4. Hubungan LPB dengan Sistim Imun 2.4.1. Makrofak komponen dari sistim immun Makrofak berasal dari Monosit, dalam respon terhadap antigen, makrofak memfagosit dan membentuk mengirim signal ke limfosit T. Selain itu aktivasi makrofak menghasilkan enzym proteolitik
activ metabolic oxygen seperti anion
superoxide dan oksigen radikal bebas arachnoid acid, C
AMP (Cyclic Adenosin
Mono phosphate ) dan sitokain seperti IL-1 ,IL-6, IL-8 dan Tumor Necrotic Factor (TNF) .(Levinston,2000, Baratawijaya, 2006) Makrofak adalah salah satu sel target, pambiakan virus terjadi didalam sel ini, semakin banyak makrofak yang diinfeksi virus semakin berat penyakit yang timbul. Diduga selama infeksi sekunder antibodi nonnetralisasi kadar rendah bersama dengan virus membentuk kompleks immun, kompleks immun ini akan melekat pada reseptor Fc pada fagosit mononuklear terutama makrofak, yang akan menyebabkan
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
kemudahan virus masuk sel dan bermultiplikasi yang dikemukakan oleh Morier, 1987. Makrofak mempunyai fungsi utama dalam fagositosis, sebagai penyaji antigen, dan memproduksi sitokin. Sebagai fogositosis, menelan mikroba dan benda asing, yang memiliki reseptor permukaan Fc reseptor berinteraksi dengan Fc imunoglobulin, yang akan meningkatkan pengambilan dan opsonisasi organisme. Sebagai penyaji antigen, bahan asing yang ditelan kemudian didegradasi menjadi frakmen yang disajikan ke permukaan ke permukaan yang akan bergabung dengan MHC kelas II. Sebagai produsen sitokin, makrofak menghasikan IL-1 berfungsi mengaktifkan sel T helper yang akan mengaktifkan sel B menjadi plasma sel dengan bantuan IL-2, IL-4, IL-5, IL-6, dan menghasilkan IgG, IgM, IgD, IgE, IgA .berperan sebagai imunitas humoral. TNF sebagai media inflamasi. Magkrofak bermigrasi ke tempat inflamasi karena mediator, terutama C5a anafilatoksin dari kaskade sistim komplemen
(Baratawijaya, 2006)
Sel epitel dendrit seperti Langerhans cell adalah Monosit dan berfungsi untuk proses dan transpor antigen dari kulit, saluran pernafasan, permukaan saluran pencernaan ke jaringan limfoid (Doveren, 2006) Monosit memiliki masa hidup lebih panjang bisa berbulan-bulan dalam sirkulasi masa hidup 3 hari dalam hapusan darah tepi terlihat mempunyai ukuran irregular dan tidak multilobus, sitoplasma biru dan sering mempnyai vakoula (Levinston, 2000; Doveren, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
2.4.2. Limfosit komponen dari sistim imun Diproduksi oleh organ limfoid primer yaitu , timus dan sumsum tulang dalam jumlah yang sangat besar( 109) per hari. Sebagian dari sel mengadakan migrasi lewat sirkulasi masuk ke jaringan limfoid sekunder . Limfosit ini bertanggung jawab pada antigen spesifik dan immune memori dan immum adaptive, berdasarkan fungsi dan bentuknya dibagi menjadi Bursa Derived B Lymphosit dan Tymus Derived T lymphosit, sedangkan secara morfologi tidak dapat dibedakan, hanya dapat dibedakan secara cytrometri dan immun phenotype dengan menentukan pertanda permukaan sel dan Closter of Differntiation (CD maker).T lymphosit 75%, B Lymphosit 10-15%, cel NK 5-10%, dalam sirkulasi darah. Limfosit T Respon imune seluler, dikenal sebagai sel T sitotoksis, sel T helper, sel T supressor. Limfosit T berhubungan degan MHC, satu molekul pada membran dari sel yang menyajikan antigen, dalam hal ini dua golangan MHC ikut pada penyajian antigen, yaitu MHC kelas I dan MHC kelas II, aktivasi limfosit-T diperlukan untuk mengoptimalkan respon imun terhadap bermacam antigen. Limfosit-B Kemampuan untuk memproduksi immunoglobulin, atau B sel adalah APC antigen, melekat pada permukaan IgM atau IgD, diproses dan bergabung dengan MHC kelas II, yang memberi tanda kepada T helper sel, dan memproduksi IL-2, IL-4, IL-5, yang merangsang perkembangan sel B untuk berdiferensiasi. Produksi antibodi memerlukan interaksi. Aktivasi sel B oleh T-helper melalui kontak sel T- sel B
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
interaksi CD40 pada sel B dan CD40 ligan pada sel T dan CD80 pada sel B dan CD28 pada sel T. Interaksi CD80 pada sel B dan CD28 pada sel T mengaktifkan sel T
produksi IL-2, interaksi CD40 – CD40L dibutuhkan untuk beralih dari IgM
menjadi IgG dan imunoglobulin lain. Plasma sel akan menghasikan imunoglobulin spesifik yang banyak perdetik sampai beberapa hari dan kemudian mati. Sel B membentuk memori sel, memori sel T menghasilkan interleukin yang meyebabkan peningkatan antibodi, dan produksi sel memori ini, juga bisa menerangkan alasan cepatnya antibodi terbentuk pada infeksi sekunder. Sel NK Sel NK (Nul sel) adalah sejumlah limfosit yang beredar ( 5-10% ) yang tidak memiliki pertanda pada permukaan sel baik untuk T lymphosit atau B lymphosit. Sel ini diterima sebagai salah satu subpopulasi dari limfosit, berbeda dengan limfosit karena lebih besar, inti bentuk ginjal, dengan granul yang besar. NK cel mengikat IgG karena memeliki receptor pada membrane, yaitu molekul IgG (Fcy R). NK sel dapat menghancurkan virus atau sel tumor tanpa keterlibatan antibodi dapat mengenal antigen tanpa
Mayor Histocompactibility ( MHC) tanpa memori imunitas dan
aktivitas ini diregulasi oleh sitokin dan arachnoid acid metabolis. Antibody Dependent Cell Mediated Cytototoxiy (ADDC) terjadi bila organisme atau sel ditelan oleh antibodi. Limphosit precusor keluar dari sumsum tulang memerlukan extramedulary untuk membentuk pematangan, IL-12 dan IF gama sebagai aktifator NK cel, berfungsi sebagai sel imun pada darah dan limfatik sistim. Bentuk kecil lebih besar sedikit dari eritrosit, granul ada atau tidak ada . NK sel penting dalam sistim
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
immunitas dengan kemampuannya membunuh sel terinfeks virus dengan sekresi sitotoksin porfirin dan granzym, dikatakan pembunuh alamiah karena diaktifasi tanpa kontak dengan virus, tidak bersifat spesifik, dapat membunuh tanpa antibodi, tapi antibodi dapat meningkatkan efektifitasnya,yang disebut ADCC, tidak memiliki memori .(Simon, 2003; Nimmannitya dkk, 1999; Paravakas, 2002; Doveren, 2006)
Gambar 7. Antibody Depent Cell Cytotoxity
2.4.3. Atypical lymphosit dan Limfosit Plasma Biru Limfosit Plasma Biru adalah reaktif limfosit dari limfoid muncul sebagai respon imun yang nonspesifik, sebagai respon terhadap berbagai rangsangan antigen, infeksi, toksin, sitokain. Pada studi radioautografi dengan tritiated thymidine dan
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
pembentukan bentuk roset menunjukkan Atypical Lymphosit bersifat heterogen baik tipe sel T dan sel B. Rangsangan antigen menyebabkan respon proliferasi limfoid poliklonal munculnya Limfosit Plasma Biru sebagai informasi yang bermanfaat dalam diagnostik disebut juga Turk Cell pada tahun 1907. Saat ini disebut Atypical Lymphosit atau Limfosit Plasma Biru, Menurut Sutaryo (1991) sebagai pertanda sakit bila diamati pada hapusan darah tepi Bertumpuk pada tempat infeksi lokal, berperan seperti limfosit pada lokal infeksi berperan dalam respons immune pada primary cellular immune atau Helper T cell Respons dan cell mediated immunity penting pada pertahanan melawan infeksi vrus. Untuk menghindari salah pengertian mengenai limfosit atipik pada dengue, diperlukan pengertian yang seragam. Salah satu tanda khas dari limfosit atipik pada infeksi dengue adalah Limphosit Plasma Biru. LPB berbentuk bulat tetapi adakalanya berbentuk amuboid. Sitoplasma tampak biru tua sampai gelap dengan vakuolisasi. Vakuolisasi dapat halus sampai sangat nyata, hampir seperti sel lemak, inti pada umumnya bulat, oval atau berbentuk ginjal dengan kromattin renggang, kadang-kadang tampak ada nukleoli, sering ada daerah perinuklear yang jernih, kadang-kadang terdapat gambar berbagai tingkat mitosis (Sutaryo, 1978.)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 9
Gambar 8. Atipical Limfosit
Atipical limfosit atau reaktif limfosit bisa menjadi besar, kadang kala >30µm Litwins dan Leibowitz (1951) membuktikan bahwa limfosit tersebut tidak patognomonik untuk infeksi mononukleus dan sel itu dapat juga diamati pada penyakit virus yang lain, misalnya pada, hepatitis, herpes, sifilis, sitomegalo virus, toksoplasmosis, Epstein bar virus, vaksinasi, beta streptokokus, akibat obat-obatan (Sotaryo,1991) Penelitian limfosit atipik paling banyak dilakukan pada infeksi mononukleus, virus Epstein-barr. Pada infeksi mononukleus terbukti haya mengenai limfosit B. Limfosit T lebih berperan untuk mengkontrol infeksi intra selluler. Virus dengue kemungkinan sekali berkembang biak di dalam sel mononuclear. Limfosit T helper
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
mengenal antigen sel pada permukaan yang berhubungan dengan molekul- molekul dari klas II MHC, dan melepaskan gama interferon untuk mengaktifkan makrofag. Limfosit T sitotoksis mengenal klas I MHC pada permukaan sel yang terinfeksi virus dan dapat membunuh virus yang menginfeksi sel tersebut sebelum berkembang biak (Davies, 1989) Pada
infeksi mononukleus,
limfosit
atipik
mempunyai
bentuk
inti
semberangan, kebanyakan sitoplasma tidak biru tua, tepi sel berlekuk terutama yang dekat dengan eritroit, dan pada bagian yang melekuk terlihat lapisan biru, kadangkadang ada granul azurofilik. Pada LPB, bentuk inti teratur, sitoplasma biru tua bervakuola halus, tepi sitoplasma rata, tidak melekuk walau dekat dengan eritrosit, tidak ada granula azurofilik(Sutaryo, 1991, Gatot Djajadiman,2004) Limfosit pada infeksi, pada penelitian di Yogyakarta oleh Sutaryo dkk.1978 mendapatkan perubahan morfologi sel limfosit pada sediaan apus darah tepi. Sitoplasma sel tersebut sangat biru dan mudah dibedakan dari limfosit yang normal dan limfosit atipik yang lain, sehingga limfosit itu disebut Limfosit Plasma Biru (LPB) dengan persentase lebih dari 4% di darah tepi terdapat pada 98% kasus DDB/SSD. Soedarmo (1983) mendapatkan LPB pada infeksi sekunder, yaitu sel mononukleus yang besar dengan kromatin nucleus yang homogen halus dengan sitoplasma yang berwarna gelap dan biru. Pegecetan yang digunakan pada apus darah tepi dan buffy cout adalah metode Giemsa. Sensitivitas dan spesifitas adanya sel ini pada apus darah tepi adalah sebesar 78,3% dan 98,3%.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
2.4.4 Sistim Immun Sistim immune terbagi sistim immun alamiah dan sistim immun didapat, immunitas alami didapat saat lahir bergerak cepat dan bersifat tidak spesifik, termasuk lini pertama pertahanan kulit, enzyme, alternatif complemen pathway , akut fase protein, NK cell dan cytokain .Immunitas yang didapat bersifat spesifik dan menimbulkan immunologik memori, merupakan sistim pemicu yang komplek yaitu aktifasi limfosit, produksi antibodi, mempengaruhi sel dan eliminasi organisme (Roitt, 2002; Jeffery, 2006) Kishiyama mengemukakan sistim imun yang dapat merespon 107- 109 antigen yang berbeda,
respon imun tergantung rute masuk antigen yang melalui darah
dikeluarkan oleh limpa, organ limfoid. Limpa merespon antigen melalui sirkulasi limfosit dan antigen presenting cell (APCs ). Pada respon imun eliminasi antigen dengan bunuh langsung melalui T limfosit disebut cytotoxic T lymphocyte merupakan respon cellular dan eliminasi melalui antibodi mediated dari T dan B limfosit merupakan respon humoral (Levinsto, 2000; Roitt, 2002: Jeffery, 2006) Kebanyakan antigen dan imunogen dengan bentuk asli tidak dikenal sistem imun. Jadi memerlukan APCs yang mengekspresikan ke MHC. MHC adalah suatu pertanda pada permukaan sel yang menginformasikan T limfosit bahwa dia sedang kontak dengan sel lainnya. Sel –sel istimewa seperti makrofak, sel dendrit jaringan limfoid, sel langerhans pada kulit, sel kupfer pada hati, sel mikrogial pada sistim
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
saraf, sel dendrit pada splen bisa menjadi APCs primer selama respon imun primer. APCs memberi sinyal ke MHC kelas II, antigen MHC kelas II kompleks membentuk bentuk yang dikenal oleh Helper T cell reseptor pada permukaan molekul CD 4 dan mengeluarkan IL-1, IL-2, IFN gama, Cytotoxic T lymphosit mengenal molekul permukaan CD8 melalui antigen MHC kelas I kompeks, dua mekanisme untuk membunuh target sel yaitu pertama dengan mekanisme sekresi porfirin, granzyms menyebabkan osmotik lisis. Mekanisma ke dua melalui pemaparan Cytotoxic T limphosit
yang berikatan dengan Fas ligan pada permukaan target organ
menyababkan optosis, CD8 Tsel dapat menghasilkan sejumlah sitokain, IFNα, TNFα, TNFβ, lymphotoxin.(Roitt, 2002; Jeffery, 2006; Doveren, 2006, Baratawija,2006) Aktifasi sistim humoral melepaskan sitokin, IL-2, IL-4, IL-5 ,IL-6 oleh Helper T Lymphosit menyebabkan pemicu proliferasi dan diferensiasi B sel menjadi penghasil antibodi yang tinggi proses yang disebut plasma sel, penghasil antigen – antibodi yang spesifik. Sel T mengatur kekebalan humoral melalui aktifasi CD40 ligan protein, CD40 ligan bergabung dengan CD40 reseptor pada permukaan sel B menginduksi
kematian
sel
atau
aktivasi
pembentukan
immunoglobulin.
Immunoglobulin terdiri dari 4 rantai polipeptida, 2 rantai berat dan 2 rantai ringan, dengan 5 kelas immunoglobulin adalah IgG, IgA, IgM, IgD, IgE .(Roitt, 2002; Jeffery, 2006; Doveren, 2006; Baratawijaya,2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 9 Sistim Immun
Mekanisme humoral dalam eliminasi antigen Beberapa kelas antibodi dalam eliminasi antigen kompleks dan mengaktifkan sistem komplemen dari kaskade komplemen,
penghancuran sel target,
mayor kelas
antibodi, IgG dapat bergabung dengan NK cells membentuk kompleks dengan target dan mengeluarkan sitotokin dalam ADCC, setelah sukses mengeliminasi antigen imun sistim kembali ke homeostasis
asal. IgG dapat mengembalikan dengan
mengeliminasi transmisi (Levinston, 2000; Roitt, 2002; Jeffery, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
2.5. Diagnosis DD /DBD /SSD •
Berdasarkan kriteria WHO 1997 Infeksi dengue yaitu demam akut 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut
•
•
Sakit kepala
•
Nyeri retro orbital
•
Myalgia/artralgia
•
Ruam kulit
•
Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung )
•
Lekopeni
DBD bila semua hal di bawah dipenuhi •
Demam atau riwayat demam akut , antara 2 – 7 hari , biasanya bifasik
•
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : 1. uji bendung atau tourniquet(+) 2. petekie , ekimosis atau purpura 3. perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi atau perdarahan tempat lain ) tourniquet (+) bila terdapat lebih dari 10 petekia pada area 1 inci persegi (2,5 cm × 2,5 cm) dilengan bawah bagian depan ,termasuk pada lipatan siku (fosa cubiti)
• Pembesaran hati • Trobositopeni (jumlah trombosit < 100.000/ml.)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Terdapat minimal satu tanda – tanda plasma lekage ( kebocoran plasma ) sebagai berikut ; 1. peninggian hematokrit 20% atau > 20% 2. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan sebelumnya . 3. Tanda
kebocoran
plasma
seperti
efusi
plural,
asites,
hipoproteinnemia atau hiponatremia • Syndrom Shok Syndrome Seluruh kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirculasi dengan manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun < 20 atau =20mmhg Hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab, akral dingin serta gelisah (Depkes RI, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian dirancang dengan studi prospektif pada pasien dengue yang dirawat di RS (Sudigdo)
3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di 5 RS di kota Medan, mulai bulan April – Juli 2007
3.3. POPULASI PENELITIAN Populasi penelitian adalah seluruh penderita panas ≥ 2 hari yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sedangkan subjek penelitian adalah penderita infeksi dengue
3.4. Kriteria Inklusi •
Pasien demam usia > 15 tahun.
•
Pasien demam yang memenuhi krtteria WHO untuk DD, DBD. SSD.
3.5. Kriteria exklusi •
Pasien demam > 7 hari
•
Pasien demam yang diketahui penyebab lain selain infeksi dengue.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.6. Besar Sampel Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kelompok NS-1Ag test (+) dan kelompok NS-1Ag test (-). Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus uji hipotesis Estimasi Perbedaan Dua Sampel(Sudigdo) n1=n2=
zα 2 [P1Q1 + P2 Q2 ] d2
n1=n2 = besar sampel α = tingkat kemaknaan = 0,05 Zα= nilai baku normal dari tabel Z =1,645 p1= proposi standart = 4%= 0,04 p2= proposi yang diharapkan=4%= 0,04 Qi = 1- Pi = 1- 0,04 = 0,96 Q2 = 1- P2= 1- 0,04 = 0,96 d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki ditetapkan 10% =0,1 Dari perhitungan di atas diperoleh besarnya sample pada masing- masing kelompok yaitu sebesar 13 orang. Karena jumlah kit bisa untuk 30 sample maka dambil jumlah sample 30 orang untuk tiap kelompok.
3.7. Variable yang diamati 3.6.1 Variable bebas: NS-1Ag test 3.6.2 Variable tergantung: Limfosit Plasma Biru
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.8. Definisi operasional 1. NS1-Ag test adalah test untuk deteksi protein non struktur NS-1 Ag yang ada dalam sirkulasi.dapat mendeteksi ke empat serotipe. Dapat mendeteksi virus lebih awal, mulai hari 1 demam sampai demam hari ke 9 dan mempunyai sensitiviti DEN-1: 88,9% ,DEN-2: 87,1% ,DEN-3: 100%, DEN-4: 93,35%.(Dussart) 2. Hapusan darah tepi adalah hapusan darah dari ujung jari, yang difiksasi dengan metil alkohol 5-7 menit, dan dengan pewarnaan reagens Giemsa selama 20 menit. 3. LPB adalah: limfosit dengan sitoplasma biru tua, pada umumnya lebih besar atau sama dengan limfosit, sangat nyata, dan ada daerah perinuklear yang jernih.inti terletak pada salah satu tepi sel, berbentuk oval kadang didalam inti terdapat nukleoli. Pada sitoplasma tidak ada granul azurofilik. Daerah yang berdekatan dengan eritrosit tidak melekuk dan tidak bertambah biru. 4. Sensitivitas: adalah proporsi subjek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positip, dibandingkan dengan seluruh subjek yang sakit.Artinya akan positive sakit bila hasil uji diagnostik positip. 5. Spesifisitas: adalah proporsi subjek sehat yang memberi hasil uji diagnostik negatip, dibandingkan dengan seluruh subjek yang sakit. Artinya tidak sakit bila uji diagnostik negatip
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
6. Nilai duga positip adalah probabiliti seseorang sakit bila test diagnostik positip 7. Nilai duga negatip adalah probabiliti seseorang tidak sakit bila test diagnostik negatip 8. Trombositopenia :bila limfosit < 100.000. 9. lekopeni : bila < 5000. 10. Hepatomegali: pembesaran hati yang hanya bisa teraba saja atau dapat teraba 2-4 cm bawah iga kanan. 11. Tourniquet: untuk melihat perdarahan bawah kulit, dengan memakai tensimeter lakukan tekanan antara systole dengan diastole, ditahan selama 5 menit, bila terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam diameter (2,5cm×2,5cm) dilengan bawah bagian depan(volar), dikatakan torniquet(+) 12. Hipotensi: bila tekanan diastole 80 mmhg atau < 80mmhg. 13. Tekanan nadi: selisih tekanan darah sistole dengan darah diastole. 14. Syok : tekanan nadi < 20, nadi cepat, tidak teraba, akral dingin. .
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.9. Kerangka kerja Pasien inklusi demam 2 atau >2 hari
NS1 AG test
(-)ve
(+)ve
Darah rutin
Darah rutin
• Trombosit • Lekosit Gambar 10 • Monosit
LPB
• Trombosit • Lekosit • Monosit
LPB
Gambar 10. Kerangka Kerja
3.10. Bahan, Peralatan dan Cara Kerja Dilakukan pemeriksaan laboratorium 1. NS-1 Ag test 2. Darah rutin 3. Sediaan hapus darah untuk melihat keberadaan LPB
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.10.1. Dilakukan pemeriksaan NS-1Ag test Seluruh pasien degan panas 2 hari atau lebih yang memenuhi kriteria inklusi Dilakukan pemeriksaan NS1-Ag test, dibagi 2 kelompok NS1-Ag (+) dan NS1-Ag(-) Kit NS1-Ag dengan nama dagang Platelia Dengue NS1Ag yang menditeksi antigen virus dengue pada serum darah manusia. Dalam satu kit terdiri dari 10 kemasan (R1R10). RI terdiri dari mikroplate yang berisi murine monoklonial antibodi (MAb), R2 adalah larutan pencuci R3 negatip kontrol, R4 cut-off kontrol, R5 positip kontrol,R6 larutan konjugasi, R7 sebagai pelarut, R8 sebagai pelarut zat pewarna, R9 sebagai zat pewarna, R10 sebagai penghenti reaksi. Prinsip kerja adalah reaksi antibodi-antigen. Kit menggunakan murine monoklonial antibodi (MAb), bila sampel mengandung NS1Ag akan berikatan dengan MAb membentuk immun komplek MAb-NS1Ag-MAb, dengan reaksi pewarnaan khromogenik, dibaca menggunakan metode Mikroelisa (EIA), yang dibaca pada gelombang 450/620nm dengan alat Microelisa reader membandingkan optikal density sampel dengan optical densiti kontrol. Bila rasio <0,5 diinterprestasi sebagai negative, bila rasio > atau sama dengan 0,5 atau <1,0 diinterprestasikan ragu- ragu, bila rasio > atau sama dengan 1,0 maka diinterprestasikan positive. Prosedur kerja: 1. Menyiapkan larutan pencuci yaitu mencampur R2 30ml dalam air 270ml air destilasi (1:10) 2. Mempersiapkan larutan konjugasi R6 250ml dalam R7 12,25ml (1:50) 3. Isi R7 ke mikroplate 50µl
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Masukkan larutan R3, R4, R5 dan sample kemikroplate 50µl 5. Masukkan larutan knjugasi 100µl ke mikroplate, terjadi perubahan warna dari warna orange menjadi hijau 6. Inkubasi dalam inkubator dengan temperatur 37 derajat celsius selama 90 menit 7. Siapkan kromogen yaitu larutan R9+R8 1:11, sebelum selesai inkubasi 8.
Isap dan cuci 6 kali dengan larutan R2 memakai alat washer
9. Masuk 160µl larutan kromogen ke mikroplate 10. Inkubasi selama 30 menit pada temperatur ruangan 18-30 derajat celsius dan pada tempat gelap 11. Masukkan larutan R10 ke mikroplate100µl untuk menghentikan reaksi 12. Baca dengan alat Mikro Ellisa Reader dengan gelombang 450/620nm
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Peralatan Dibawah ini ditampilkan peralatan yang dipergunakan 1
Kit dan alat inkubator
Gambar11. Kit Platellia NS1 Ag (Biorad)
Gambar12. Inkubator
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
2 Washer dan Mikro Ellisa Reader
Gambar 13. Washer
Gambar14. Mikro Ellisa Reader
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar15. Printer
Masing-masing kelompok dilakukan pemeriksaan darah rutin ,melihat trombosit, lekosit, monosit dan sedian hapus darah untuk melihat LPB. 3.10.2. Dilakukan pemeriksaan hapusan darah Alat yang diperlukan : Objek gelas, kaca penggeser ( objek gelas/ dek gelas dan hemolet) dan regensia : Larutan Giemsa. Cara membuat: 1. Diambil objek gelas yang bersih, kering dan bebas debu dan bebas lemak. Dan juga kaca penggeser (objek gelas) yang mempunyai sisi pendek yang rata sedangkan salah satu sudutnya dipotong sedikit. 2. Ujung jari pasien dibersihkan dengan alkohol, biarkan kering, kemudian tusuk dengan hemolet yang mana arah tusukan membuat siku/tegak lurus dengan garis-garis jari.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Pegang dengan tangan kanan sebuah kaca objek dan sentuhankan setetes darah kecil padanya tanpa menyentuh kulit jari pasien. Letakkan kaca tersebut diatas meja dengan tetesan darah di sebelah kanan. 4. Pegang dengan tangan kanan sebuah kaca objek penggeser dan letakkan sisi pendeknya disebelah kiri tetesan darah. Kemudian gerakkan kearah tetesan darah sehingga menyentuhnya. 5. Darah yang telah menyebar kesisi pendek kaca objek segera dihapuskan kea rah kiri sambil memegang dengan posisi miring (30-45 derajat) 6. Biarkan hapusan kering, setelah itu beri tanda/kode. 7. Letakkan sediaan diatas rak, kemudian sedian difiksasi dengan methanol (metal alkohol.) selama 5-7 menit. Bila menggunakan alkohol absolute fiksasi harus 15-20 menit. 8. Setelah alkohol dibung bubuhi sediaan dengan larutan kerja Giemsa selama 20 menit. 9. Buang zat warna dan bilas dengan air kran, keringkan sedian tegak lurus di atas kertas saring Pembacaan hapusan darah tepi dilakukan oleh petugas yang berbeda dengan petugas laboran yang memeriksa NS-1Ag test dan peneliti akan memeriksa ulang.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
3.10.3. Dilakukan hitung jenis lekosit Cara kerja 1. Periksa hapusan darah yang telah diwarnai dan dikeringkan dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 ×, cari dimana eritrosit tersebar merata. Biasanya terdapat dibagian tipis sediaan. 2. Lensa objektif diganti dengan pembesaran 40×, kemudian 100×, dan sediaan diberi minyak imersi. 3. Golongkan dan catat tiap sel berinti pada daerah yang dilalui sampai genap 100 sel. Kemudian masing-masing dibuat persentasenya 3.10.4. Morfologi LPB Lebih besar dari ukuran limfosit, dengan pewarnaan Giemsa , sitoplasma basofilik, biru gelap, pada bagian pinggir nukleous lobulated. Inti bulat atau oval , bentuk ginjal terbagi atau letak eksentrik, sedikit kromatin dibandingkan limfosit. 3.10.5 . Nilai diagnostik Dilakukan pemeriksaan LPB serial setiap hari. LPB akan memperlihatkan, LPB pada dengue mencapai puncak pada hari ke sekian. Dan menunjukkan rata-rata persentasi LPB, diperoleh nilai cut off atau titik batas sensitivitas dan spesifisitas. Membandingkan angka rata-rata % LPB pada orang dengue dan tidak dengue secara serial. Perhitungan student t test terhadap angka rata- rata % LPB pada kelompok dengue dan tidak dengue. Pemeriksaan hematologi terdiri dari, jumlah lekosit, jumlah trombosit, % LPB. Dilakukan penilaian statistik tunggal, sensitiviti, spesitiviti, predictive value LPB terhadap
NS1-Ag. Dilakukan penilaian statistik berganda
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
sensitiviti, spesitiviit, LPB dengan trmbosit, Dilakukan penilaian statistik berganda sensitiviti LPB dengan lekosit.. Dilakukan penilaian statistik LBP dengan monosit .Dilakukan penilaian statistik LBP dengan lekosit dan monosit Dalam hitung jenis lekosit, LPB termasuk kedalam kelompok limfosit. Contoh angka lekosit : 15000. Batang
: 2%
Segmaen
: 45%
Eosinofil
: 0%
Limfosit
: 50% (LPB 10%)
Monosit
: 3%
Basofil
:0%
-----------------------------------------jumlah
: 100%
LPB 10% dari total sel lekosit , dari 50% limfosit terdapat 10% LPB Jumlah absulut LPB dengan mengalikan % LPB dengan lekosit. Jumlah absulut LPB :10% × 1500 3.10.6. Analisa data Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program SPSS. Pengujian statistik yang dilakukan dengan tes diagnosik, menghitung sensitivitas, spesitifitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip, Index Yauden dan Reciever Opreting Charasteristi(ROC).Untuk membandingkan nilai rata-rata dua kelompok dilakukan uji-t.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
• Dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip.dengan rumus BAKU EMAS
HASIL UJI
Ya
TIDAK
JUMLAH
YA
A
B
A+B
TIDAK
C
D
C+D
A+C
B+D
A+B+C+D
A= positip benar (true positip) B= positip semu (false positip) C= negatip semu (false negatip) D= negatip benar (true negatip) Sensitifitas =
A/(A+C)= positip benar/ positip benar+ negatip semu
Spesitifias =
D/(B+D)= negatip benar/ negatip benar+positp semu
Nilai ramal positip = A/(A+B)= positip benar+positip semu Nilai ramal negatip = D/(B+D)= negatip benar+negatip semu • Mencari nilai cut off atau titik batas sensitivitas dan spesitivitas • Uji t test : membandingkan LPB pada kelompok dengue dan tidak dengue 1.
membandingkan LPB dengan NS1- Ag
2. membandingkan LPB + trombosit 3. membandingkan LPB + lekosit 4. membandingkan LPB + monosit
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Rumah Sakit di Kota Medan. Subjek penelitian terdiri dari 63 subjek yang dirawat di RS. Semua subjek yang dirawat yang telah panas 2 hari diperiksa NSIAg, Sejumlah
63 subjek. Sejumlah 38 orang (60,32%) yang
diperiksa dijumpai NSIAg tes positip, sejumlah 25 orang (39,68%) subjek dijumpai NS1Ag tes negatip. Dua subjek dari kelompok subjek NS1Ag negatip selama masa perawatan satu subjek dijumpai Malaria falciparum sehingga dikeluarkan dari subjek penelitian. Satu subjek yang lainnya selama masa rawatan dijumpai Appendicitis sehingga dikeluarkan dari subjek penelitian, sehingga subjek penelitian akhir 61 subjek. Kelompok subjek yang positip NS1Ag tes dan kelompok subjek dengan negatip NS1Ag tes dilakukan pemeriksaan secara seri setiap hari LPB, hemoglobin, hematokrit, limfosit, monosit, seperti alur di bawah ini Pasien demam ≥2 hari
,
NSIAg
NS1Ag(-)
NS1Ag(+)
LPB, Hb,HT, Trombosit,limfosit Monosit
LPB,Hb,Ht Trombosit,Limfo sit,Mononosit
Gambar 16. Alur Pemeriksaan
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
4.1 Jumlah Kasus Menurut Hari Demam Jumlah kasus menurut hari demam mulai hari ke 2 sampai hari ke 8 dapat dilihat dalam tabel Tabel 1: Jumlah Kasus Menurut Hari Demam
Hari 2 3 4 5 6 7 8
Semua kasus (N=61) 3 7 28 44 34 21 7
Dengue 1 5 18 30 23 18 5
Non Dengue 2 2 10 14 11 3 2
Tabel ini menampilkan jumlah pasien menurut hari demam untuk kelompok dengue dan kelompok non dengue, jumlah kasus hari ke 5 demam yang terbanyak baik kelompok dengue maupun non dengue, hal ini menunjukkan bahwa pasien yang dirawat atau masuk RS yang terbanyak pada hari ke 5 demam.
4.2 Nilai Diagnostik LPB Nilai diagnostik LPB bertujuan untuk melihat persentase LPB, apakah dapat membedakan antara infeksi dengue dengan infeksi non dengue. Untuk memperoleh nilai diagnostik ini peneliti melakukan pemeriksaan serial persentase LPB setiap hari, LPB pada dengue mulai meningkat pada hari ke 4 demam mencapai puncak pada hari ke 7 demam, seiring dengan peningkatan respon immune yang dimulai hari ke 5 demam, hal ini memberi dugaan LPB muncul sebagai respon immune.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Rata-rata % LPB dari Hari ke-1 sampai 8 9
Rata-rata % LPB
8 7 6 5
Dengue
4
Non Dengue
3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Hari ke-
Gambar 17. Rata-rata % LPB Gambar ini menunjukkan harga rata-rata persentase LPB menurut hari sakit. Rata-rata % LPB mulai meningkat pada hari ke 3 demam mencapai puncak pada hari ke 7 demam. Tampak perbedaan grafik LPB pada dengue dan non dengue.
4.3 Perbandingan Rata-rata Persentase LPB Perbandingan angka rata-rata persentase LPB pada dengue dan non dengue pada hari ke 2 sampai hari ke 8 dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 2: Rata-rata % LPB Hari 2 3 4 5 6 7 8
Angka rata-rata % LPB Non Dengue Dengue NS1Ag(+) N NS1Ag(-) 2 ± 0 1 0,5 ± 0,707 2,40 ± 2,702 5 2,00 ± 2,828 4,06 ± 3,621 18 1,70 ± 1,252 5,07 ± 3,732 30 2,79 ± 3,309 6,07 ± 3,747 23 3,09 ± 3,300 8,44 ± 3,776 18 5,67 ± 4,619 6,80 ± 3,767 5 2,50 ± 0,707
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
n 2 2 10 14 11 3 2
P P>0,05 P>0,05 P<0,05 P<0,05 P<0,05 P<0,05 P>0,05
4.4 Jumlah LPB Sejumlah subjek yang diperiksa NS1Ag sebagai baku emas, yang memiliki NS1Ag (+) sejumlah 38 orang, yang memiliki jumlah LPB ≥4% sejumlah 30 orang yaitu 78,88%, sejumlah 8 orang dari subjek kelompok NS1Ag (+) kekurangan jumlah hari untuk pemeriksaan secara seri LPB. Sejumlah 21 subjek kelompok NS1Ag (-) yang memiliki jumlah LPB ≥4% sejumlah 5 orang (23,84%) Perhitungan student t- test terhadap angka rata-rata persentase LPB pada kelompok dengue dan non dengue tampak pada tabel ini. Pada hari ke dua dan hari ke tiga perbedaan tidak bermakna P>0,05 tetapi mulai hari ke empat sampai hari ke tujuh perbedaan bermakna P<0,05. Berdasarkan hasil ini, bahwa persentase LPB dapat membedakan infeksi dengue dan non dengue sejak hari ke 4 demam sampai hari ke 7 demam, sehingga persentase LPB pada penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan klinis membantu diagnosis infeksi dengue. Perhitungan dilanjutkan untuk mencari titik potong persentase LPB yang menghasilkan test diagnostik yang baik. Pengolahan data dilakukan dengan mengambil titik potong LPB sejak dari 2% sampai 17%. Mencari sensitifvitas, spesifisitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip, Index Youden.
4.4 Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai ramal positip dan Nilai ramal negatip, Index Youden Dari sekian hasil persentase LPB, LPB >3% mulai menunjukkan sensitivitas yang lebih baik dari LPB 2% dan LPB 6% sensitivitas mulai menurun, sehingga peneliti mengambil rata-rata % LPB mulai 3%, 4%, 5%. Hasil tersebut akan terlihat lebih jelas pada tabel dan kurve ROC. ROC merupakan suatu cara untuk menentukan titik potong dalam uji diagnostik. ROC merupakan grafik yang menggambarkan tawar menawar antara sensitivitas dengan spesifisitas. Sensitivitas digambarkan pada ordinat Y, sedangkan 1- spesifisitas digambarkan pada absis X. Penilaian kebaikan suatu hasil adalah bila semakin dekat kurve ROC ke garis diagonal semakin buruk
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
hasinya. Titik potong yang terbaik adalah titik terjauh di sebelah kiri dan atas garis diagonal. Index Yauden adalah salah satu tes diagnostik untuk melihat kebaikan suatu hasil tes diagnostik, dengan rumus sensitivitas + spesitifitas – 1. Index yauden mempunyai nilai 0-1. Semakin baik suatu tes diagnostik semakin mendekati angka 1 Tabel 3: Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai ramal positip, Nilai ramal negatip, Index Yauden Hari 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8
Titik Potong LPB
≥3%
≥ 4%
≥ 5%
Sen 0 20 55,56 66,67 86,96 100 100
Sp 100 50 80 64,28 73,37 0 50
Pv (+) 0 50 83,33 80 86,96 85,71 83,33
0 20 50 63,33 86,96 94,4 60
100 50 90 85,71 81,82 66,67 100
0 50 90 90 90,91 94,4 100
0 20 44,4 50 86,96 88,89 60
100 100 100 92,77 81,82 66,7 100
100 100 93,75 90,91 94,12 100
Pv(-) 66,67 20 50 47,37 72,73 0 100 66,67 20 50 50 75 66,67 50
Y 0 -,03 0,4 0,3 0,59 0 0,5
66,7 33,33 50 46,42 75 50 50
0 0,2 0,40 0,42 0,69 0,50 0,6
-0,3 -0,3 0,4 0,49 0,69 0,61 0,6
Titik potong LPB ≥3%, ≥4%, ≥5% pada hari 4, 5, 6 bila dibandingkan memberi sensitivitas, spesitifitas yang hampir sama. Pada penelitian ini LPB ≥4% pada hari ke 4 demam sensitifvitas 50%, spesifisitas 90%, nilai ramal positip 90%, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,4. LPB ≥4% pada demam hari ke 5 dengan sensitivitas
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
63,33%, spesitifitas 85,71%, nilai ramal positip 90%, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,49. LPB >4% pada demam hari ke 6 dengan sensitivitas 86,96%, spesitifitas 81,82%, nilai ramal positip 90,91%, nilai ramal negatip 75%, Index Youden 0,69%. Sedangkan pada LPB ≥5% demam hari ke 4 sensitivitas 44,4%, spesitifitas 100%, nilai ramal positip 100%, nilai ramal negatip 50%, Index youden 0,4. LPB >5% demam hari ke 5 sensitivitas 50%, spesitifitas 92,77%, nilai ramal positip 93,75%, nilai ramal negatip 46,44%, Inden Youden 0,42. LPB ≥5% demam hari ke 6 sensitivitas 86,96%, spesitifitas 81,82%, nilai ramal positip 90,91%, nilai ramal negatip 75%, Index Youden 0,69%. Bila dibandingkan Index Youden titik potong LPB ≥3%, ≥4%, ≥5% pada hari ke 5 demam yaitu masing-masing 0,3, 0,49, 0,42, yang tertinggi adalah pada titik potong LPB ≥4% yaitu 0,49 merupakan titik potong terbaik. Sehingga cut off point yang diambil adalah titik potong LPB ≥4%. Cara lain untuk melihat kebaikan tes diagnostic dengan menggambar kurve ROC. ROC Saat Titik Potong 4% dan 5% 100 90 80
Sensitifitas
70 60 50
4%
40
5%
30 20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1-Spesifisitas
Gambar 18. ROC Titik Potong LPB 4% dan 5%
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Pada grafik ini titik potong LPB 4% dan LPB 5% menjauhi garis horizontal, artinya hasil uji semakin baik, menurut Sudigdo titik potong terbaik adalah titik terjauh dan disebelah kiri atas garis diagonal, sehngga cut off point yang terbaik adalah LPB ≥4%
4.5 Jumlah Absolut LPB Jumlah absulut LPB yaitu jumlah LPB dibandingkan dengan jumlah keseluruhan lekosit, dalam hal ini ingin melihat hubungan LPB dengan lekosit Angka rata-rata % absolute LPB menurut demam hari ke 2 sampai hari ke 8 tampak pada tabel V jumlah absolute LPB tertinggi pada hari ke 7 demam. Pada penelitian ini jumlah absolute LPB dihitung dengan mengalikan persentase LPB dengan jumlah lekosit. Tabel 4: Rata-rata % absolute LPB Hari 2 3 4 5 6 7 8
Rata-rata % absolute LPB Dengue Non Dengue 28 ± 39,598 112 ± 0 108 ± 152.73506 112,2 ± 110.689 66,1 ± 67.34728 140,9444 ± 145.22092 120,5 ± 1 49.09664 175,3333 ± 154.82790 113,1818 ± 100.25050 336,8696 ± 367.15631 199,3333 ± 162.80152 432,6667 ± 338.59832 400,6 ± 208.30098 92 ± 31.11270
Tampak pada tabel ini jumlah absulut LPB tertinggi pada hari ke 7 demam pada penelitian ini jumlah absulut LPB dihitung dengan mengalikan persentase LPB dengan jumlah lekosit.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Rata-rata Absolut LPb dari hari ke-2 sampai 8 500 450
Rata-rata Absolut LPb
400 350 300 250
Dengue
200
Non Dengue
150 100 50 0 2
3
4
5 Hari ke
6
7
8
Gambar 19. Rata-rata Absulut LPB Pada gambar terlihat LPB absulut meningkat pada hari ke 4 demam sampai demam hari ke 7 demam, mulai turun di hari ke 8 demam, sedangkan jumlah lekosit hari ke 3 demam mulai turun terendah pada hari ke 5 demam, akan naik setelah hari ke 7 demam, hal ini tidak sesuai antara peningkatan LPB dengan menurunnya jumlah lekosit secara keseluruhan, seandainya LPB berasal langsung dari sumsum tulang semestinya pada fase awal akan ikut turun tetapi justru meningkat, hal ini membuat dugaan LPB bukan berasal dari sumsum tulang tetapi di luar sumsum tulang. 4.6 Jumlah Lekosit Tabel 5. Rata-rata lekosit Hari 2 3 4 5 6 7 8
Rata-rata lekosit Dengue Non Dengue 5600 ± 0 4050 ± 2192.031 3920 ± 1463.557 4900 ± 707.107 3394,44 ± 1218.230 3670 ± 1292.758 3450 ± 1804.926 4421,43 ± 1941.125 3686.96 ± 2061.399 4318,18 ± 1702.245 4861,11 ± 2405.665 3533,33 ± 850.490 5980 ± 1042.593 3650 ± 212.132
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Angka rata-rata lekosit dari hari ke 2 sampai hari ke 8 dapat dilihat pada tabel, lekopeni pada penelitian ini adalah kurang dari 5000/ul. Lekopeni mulai hari ke 3 demam terendah pada hari ke 5 dan kembali ke normal pada hari ke 7 secara progresif Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Rata-Rata Leukosit dari Hari ke-2 sampai 8 7000
Rata-Rata Leukosit
6000 5000 Dengue
4000
Non Dengue 3000 2000 1000 0 2
3
4
5
6
7
8
Hari ke-
Gambar 20. Rata-rata lekosit
4.7 Sensitivitas, Spesitifitas, Nilai ramal positip, Nilai ramal negatip Sensitivitas, spesitifitas, nilai ramal positif, dan nilai ramal negatip. Lekosit < 3000, < 4000 dan < 5000 untuk dengue dan non dengue dari hari ke dua sampai hari ke delapan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 6: Sensitivitas, Spesitifitas, Nilai ramal positip, Nilai ramal negatip lekosit >3000, >4000, >5000 pada dengue Hari 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8
Titik Potong lekosit
< 3000
< 4000
< 5000
Sen
Sp
Pv (+)
Pv(-)
N
0 20 27,78 53,33 43,48 22,22 0 0 40 72,22 66,67 65,22 38,89 0 0 60 94,44 76,67 78,26 50 0
50 100 70 78,57 81,82 66,67 100 50 100 30 57,14 63,64 33,333 0 50 50 20 35,71 27,27 0 0
0 100 62,5 84,21 83,33 80 0 0 100 65 76,92 83,33 77,78 0 0 75 68 71,88 72 75 0
50 33,33 35 44 40,91 12,5 28,57 50 40 37,5 44,44 43,75 8,33 0 50 33,33 66,67 41,67 33,33 0 0
3 7 28 44 34 21 7 3 7 28 44 34 21 7 3 7 28 44 34 21 7
Titik potong leukosit <3000, <4000, <5000 yang memberi sensitivitas tinggi yaitu pada titik potong lekosit <5000 dengan sensitivitas 94,44 % pada hari ke empat. Hal ini sesuai dengan batasan lekopeni WHO yaitu <5000. Seiring semakin rendah jumlah lekosit, dijumpai semakin tinggi spesitifitas dan nilai ramal positip, Penyebab lekopeni terutama dijumpai depresi sumsum tulang, sumsum tulang pada hari ke 4 mengalami hiposellular dengan tidak ada granulopoisis, setelah demam selesai sumsum tulang kembali normosellular. (Isnar, 2006)
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
4.8 Hematokrit Rentang hemotokrit pada penelitian ini adalah 36 - 48 %. Pada penelitian ini tidak dijumpai hemokonsentrasi yaitu peninggian Ht > 20%. Ataupun perbandingan hematokrit dengan hemoglobin > 3,3. (Espinosa) Tabel 7. Hematokrit
Rata-rata Hematokrit
Hari Dengue
Non Dengue
2
48 ± 0
43 ± 0
3
40 ± 5,099
37 ± 7.071
4
40,806 ± 2,8756
39,810 ± 4,5613
5
41,017 ± 5,0900
39,786 ± 4,3884
6
38,96 ± 4,039
36.91 ± 6,410
7
39,89 ± 4,714
39,00 ± 5.00
8
40,00 ± 1,871
40,00 ± 5,657
4.9 Trombosit Jumlah trombosit pada pemeriksaan seri setiap hari selama masa perawatan Angka rata- rata jumlah trombosit yang diperoleh dari hari ke 2 sampai hari ke 8 Dapat dilihat di tabel, Jumlah trombosit mulai turun pada demam hari ke 4, pada demam hari ke 6 angka rata-rata trombosit terendah, pada demam hari ke 7 akan naik secara progresif. Penurunan jumlah trombosit disebabkan banyak faktor dan banyak teori yaitu perubahan pada sumsum tulang terjadi gangguan pematangan elemen pada fase demam, terjadi peningkatan kebutuhan dan peningkatan penghancuran akibat reaksi silang auto antibodi-trombosit yang dipicu produksi
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
IL-6, adanya kompleks immun pada permukaan trombosit dan pemusnahan retikulaendotel. (Nimmannitya,1999, Soegijanto2003) Tabel 8: Rata-rata Trombosit Hari 2 3 4 5 6 7 8
Rata-rata trombosit Dengue Non Dengue 162.000 ± 0 44800 ± 526008.704 129600 ± 97710.286 123500 ± 9192,380 98255,56 ± 43450.800 113400 ± 40000.556 71303.33 ± 35218.358 80500,00 ± 42529,176 54952.17 ± 39768.693 75000,00 ± 49996.000 78500 ± 58155.218 60666.67 ± 11060.440 63120 ± 52225.205 89500,00 ± 10606.606
Trombosit mulai turun pada demam hari ke 4, terendah pada demam hari ke 6, naik kembali pada demam hari ke 7 Rata-rata Trombosit pada hari ke-2 sampai 8
180000
Rata-rata Trombosit
160000 140000 120000 Dengue
100000
Non Dengue
80000 60000 40000 20000 0 2
3
4
5
6
7
8
Hari ke-
Gambar 21. Rata-rata Trombosit. Trombositopeni mulai hari ke 4 terendah pada hari ke 6 demam, naik kembali secara progresif pada hari ke 7 demam.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
4.10 Sensitivitas, spesifisitas, Nilai normal positif, dan Nilai normal negative, angka trombosit < 75.000, < 100.000, < 125.000 dan Tabel 10 Hari 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8 2 3 4 5 6 7 8
Trombosit
Sen
Spes
Pv (+)
Pv(-)
< 7500
0 40 27,77 60 73,913 50 80
50 100 80 50 36,3636 0 100
0 100 71,4286 72 70,8333 75 100
50 40 38,0952 36,8421 40 0 66,67
0 40 50 80 86,9565 66,6667 80 0 40 61,1111 93,3333 91,3043 83,3333 80 0 40 94,4444 100 95.6522 83,3333 100
0 100 70 28,57143 18,1818 0 0 0 50 50 21,42857 9,09091 0 0 0 0 20 7,142857 9,09091 0 0
0 100 75 70,5882 68,9655 80 66,6667 0 66,6667 68,75 71,7949 67,7419 83,3333 66,6667 0 50 68 69,7674 68,75 83,3333 71,4286
0 40 43,75 40 40 0 0 0 25 41,6667 60 33,3333 0 0 0 0 66,6667 100 50 0 0
< 100.000
< 125.000
< 150.000
γ -0,5 0,4 0,07 0,1 0,1028 -0,5 0 0,8 -1 0,4 0,2 0,08577 0,0514 -0,3333 -0,2 -1 -0,1 0,1 0,14762 0,004 -0,667 -0,2 -1 -0,6 0,1444 0,07143 0,0474 -0,1667 0
Bila diamati titik potong trombosit pada tabel ini titik potong trombosit < 150.000 pada hari demam ke 4 mempunyai sensitivitas tertinggi yaitu 94,44% dibandingkan titik potong trombosit <100.000 dan titik potong trombosit <75000 pada hari yang sama. Nilai ini penting untuk penapisan diagnosis. Kriteria trombositopenia WHO
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
yaitu jumlah trombosit <100.000 pada penelitian ini memperlihatkan sensitivitas pada hari demam ke 4 yaitu 50%.
4.11 Penelitian Perbandingan Beberapa Kriteria Pada penelitian ini peneliti menyusun 6 kriteria batasan untuk LPB positif dalam persentase ≥ 4%, batasan untuk lekopeni < 5000. batasan untuk monositosis >8. Untuk trombosit dengan trombosit < 150.000 dan trombosit < 100.000. Kriteria: I. LPB II LPB + Trombositopeni < 150.000 III LPB + Trombositopeni < 100.000 IV LPB + Lekopeni V LPB + Monositosis VI LPB + trombositopeni + Lekopeni
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 11 Perbandingan Beberapa Kriteria Hari ke-
2
3
4
5
6
7
8
Alternatif I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI
Sen 0 0 0 0 0 0 20 0 25 25 100 25 50 33.33 40 32 53.85 37.5 63.33 44.12 46.51 37.5 60 45.45 86.96 65.52 68.75 65.38 71.43 68.75 94.44 86.67 83.33 83.33 86.67 83.33 60 50 42.86 0 25 42.86
Sp 100 100 100 100 100 100 50 60 66.67 66.67 40 75 90 62.5 100 33.33 80 68 85,71 50 100 33.33 66.67 64.52 81.82 40 100 37.5 46.15 34.62 66.67 16.67 0 11.11 16.67 16.67 100 100 0 40 33.33 100
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Pv (+) 0 0 0 0 0 0 50 0 50 50 40 50 90 40 100 80 70 52.94 90 75 100 60 60 64.52 90.91 86.36 100 77.27 68.18 56.41 94.44 72.22 83.33 55.56 72.22 60 100 100 100 0 33.33 100
Pv(-) 66.67 33.33 33.33 66.67 66.67 33.33 20 60 40 40 100 50 50 55.56 16.67 5.56 66.67 53.125 50 20.83 4.17 16.67 66.67 45.45 75 16.67 16.67 25 50 47.37 66.67 33.33 0 33.33 33.33 40 50 25 0 50 25 33.33
γ 0 0 0 0 0 0 -0.3 -0.4 -0.08 -0.08 0.4 0 0.4 -0.04 0.4 -0.35 0.34 0.06 0.49 -0.06 0.47 -0.29 0.27 0.099 0.69 0.06 0.69 0.03 0.18 0.03 0.61 0.03 -0.17 -0.06 0.03 0 0.6 0.5 -0.57 -0.6 -0.42 0.43
ROC Alternatif I pada hari ke-2 sampai 7 100 90
sensitifitas
80 70 60
Alternatif I
50 40 30 20 10 0 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1-spesifisitas
Gambar 22. Kriteria I LPB Titik potong terjauh dan teratas dari garis diagonal ROC Alternatif III pada hari ke-2 sampai 7 100 90
sensitifitas
80 70 60
Alternatif III
50 40 30 20 10 0 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1-spesifisitas
Gambar 23. Kriteria III LPB + Trombosit < 100.000. Titik potong jauh dan diatas garis diagonal
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
ROC Alternatif VI pada hari ke-2 sampai 7 100 90
sensitifitas
80 70 60
Alternatif VI
50 40 30 20 10 0 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1-spesifisitas
Gambar 24. Kriteria VI LPB + Trombositopenia + Lekopeni Titik potong di atas dan sepanjang garis diagonal
ROC Alternatif I, III dan VI pada hari ke-2 sampai 7 100 90
sensitifitas
80 70 60
Alternatif I
50
Alternatif III
40
Alternatif VI
30 20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100
1-spesifisitas
Gambar 26. Membandingkan Kriteria I, III, VI
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Bila dibandingkan ke 3 kriteria alternatif, kriteria I, II, III, kreteria I titik yang terjauh dan teratas dari garis diagonal. Proses mendapatkan tes diagnostik beberapa kriteria, dengan mencari sensitivitas, spesitifitas, nilai ramal positip, nilai ramal negatip, dimulai pada demam hari ke 2 sampai demam hari ke 8 untuk setiap kriteria. Hasil yang diperoleh adalah untuk kriteria I hari demam ke 2 dan hari demam ke 3 tidak memberi nilai diagnostik, memiliki sensitivitas yang rendah, mulai hari demam ke 4 memberi nilai diagnostik dengan sensitivitas 50%, spesitifitas 90%, nilai ramal positip 90%, Index youden 0,4. Mulai hari demam ke 5 sensitivitas meningkat yaitu 73,33%, spesitifitas 85,71%, nilai ramal positip 90%, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,49. Pada demam hari ke 6 sensitivitas sudah mencapai 86,96, spesitifitas 81,82%, nilai ramal positip 90,91%, nilai ramal negatip 75%, Index Youden 0,69 nilai diagnostik yang terbaik, walaupun pada hari demam ke 7 sensitivitas semakin tinggi 94,44%, spesitifitas 66,67%, nilai ramal positip 94,44%, nilai ramal negatip 6667%, Index Youden 0,61 Pada hari demam ke 8 sensitivitas 60%, spesifitas 100%, nilai ramal positip 100%, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,6 untuk kriteria II hari demam ke 2 sampai hari demam ke 5 tidak memberi nilai diagnostik, mulai hari demam ke 6 memberi nilai sensitivitas 65,52%, spesitifitas 40%, nilai ramal positip 86,36%, nilai ramal negatip 16,67%, Index Youden 0,06. hari demam ke 7 memberi nilai sensitivitas 86,67%, spesitifitas16,67%, nilai ramal positip 72,22%, nilai ramal negatip 33,33 %, Index Youden 0,03 nilai yang tidak baik Pada hari demam ke 8 yang terbaik dari hari sebelumnya dengan nilai sensitivitas 60%, Spesitifitas100%, nilai ramal positip 100%, nilai ramal negatip 50%. Index Youden 0,6 Untuk kriteria III hari demam ke 2 dan ke 3 tidak memberi nilai diagnostik, mulai demam hari ke 4 memberi nilai diagnostik dengan sensitivitas 40%, spesitifitas 100%, nilai ramal positip100%, nilai ramal negatip 16,67%, Index Youden 0,4. Pada demam hari ke 5 lebih baik dari hari sebelumnya dengan
sensitivitas 46,51%,
spesitifitas 100%, nilai ramal positip 100%, nilai ramal negatip 4,17%, Index Youden
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
0,47. Pada demam hari ke 6 memberi nilai diagnostik terbaik dibandingkan hari sebelumnya, dengan sensitivitas 68,75%, spesitifitas 100%, nilai ramal positip 100%, nilai ramal negatip 16,67%, Index Youden 0,69 Untuk kriteria IV, demam hari ke 2 sampai hari demam ke 5 tidak memberi nilai diagnostik, pada hari demam ke 6 dengan sensitivitas 37,5%, spesitifitas 33,33%, nilai ramal positip 60%, nilai ramal negatip16,675%, Index Youden 0,03 juga tidak memberi nilai diagnostik yang baik. Untuk kriteria V, demam hari ke 3 dengan sensitivitas 100%, spesitifitas 40%, nilai ramal positip 40%, nilai ramal negatip 100%, Index Youden 0,4, lebih baik dari nilai yang diperoleh pada demam hari-hari selanjutnya. Demam hari ke 4 mempunyai sensitivitas 53,85%, spesitifitas 80%, nilai ramal positip 70%, nilai ramal negatip 66,67%. Index Youden 0,34. Demam hari ke 5 mempunyai sensitivitas 60%, spesitifitas 66,67%, nilai ramal positip 60%, nilai ramal negatip 66,67%, Index Youden 0,27. Demam hari ke 6 sensitivitas 71,43%, spesitifitas 46,15%, nilai ramal positip68,18, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,18. Demam hari ke 7 dengan snsitivitas 86,67%, spesitifitas 16,67%, nilai ramal positip 72,22%, nilai ramal negatip 33,33%, Index Youden 0,03. Untuk demam hari ke 8 sensitivitas turun menjadi 25% dan Index Youden nilai minus, tidak memiliki nilai diagnostik yang baik. Untuk kriteria VI, Demam hari ke 2 dan ke 3 tidak ada nilai diagnostik, demam hari ke 4 dan 5 sensitivitas rendah, demam hari ke 6 sensitivitas 68,75%, spesitifitas 34,62%, nilai ramal positip 56,41%, nilai ramal negatip 47,37%, Index Youden 0,03, hari demam ke 7 sensitivitas meningkat 83.33%. Bila dibandingkan masing masing kriteria dalam kurve ROC nilai diagnostik yang baik adalah kriteria I, III, diikuti kriteria VI, Kriteria terbaik adalah kriteria I dan kriteria III .
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pasien terbanyak yang masuk rumah sakit yaitu pada demam hari ke 5 hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memahami bahwa hari ke 5 demam memasuki masa yang perlu diawasi, hal ini juga salah satu penyebab menurunnya kasus dengue dengan syok 2. Nilai diagnostik LPB untuk melihat persentase LPB pada infeksi dengue dan non dengue, pada grafik kelihatan LPB pada infeksi dengue lebih tinggi dari persentase non dengue pada hari ke 3 mulai meningkat dan mencapai 4% pada hari ke 4 sehingga pemeriksaan darah tepi baik dilakukan mulai hari ke 3 demam diikuti secara seri. 3. Persentase LPB pada penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan diagnostik, membantu menegakkan diagnosis infeksi dengue karena dapat membedakan infeksi dengue dengan non dengue. Mulai hari ke 4 demam sampai hari ke 7 demam terdapat perbedaan yang bermakna nilai p>0,05 4. Proses mencari persentase LPB yang paling diagnostik, dengan mencari sensitivitas dan spesitifitas , nilai ramal positip, nilai ramal negatip, Index Youden. Hasil yang diperoleh bahwa titik potong LPB ≥4% yang terbaik Hasil ini akan lebih jelas pada
kurve Reciever Operating Characteristic
(ROC) titik LPB ≥4 sebagai cut of point yang terbaik. 5. Jumlah absolute LPB meninggi mulai hari ke 3 demam sampai hari ke 7 demam, setelah itu menurun kembali, hal ini merupakan kebalikan dari
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
jumlah lekosit yang jumlah nya mulai turun pada hari ke 3 demam, hal dimana terjadi depresi sumsum tulang oleh invasi virus dengue hal ini memberi dugaan bahwa LPB bukan berasal dari sumsum tulang. 6. Angka rata-rata lekosit mulai turun pada hari ke 3 demam, terendah pada hari ke 5 demam, menunjukkan bahwa fase ini terjadi depresi sumsum tulang, terjadi hipocellular, pada hari ke 7 demam terjadi normocellular dan nilai ratarata lekosit kembali naik. 7. Titik potong lekosit ≤ 5000 memberi sensitivitas tinggi yaitu 94,44% pada hari ke 4 demam sesuai dengan batasan lekopeni WHO yaitu ≤ 5000 8. Rentang
hematokrit
pada
penelitian
ini
36%-48%,
tidak
dijumpai
hemokonsentrasi, hal ini diduga ada hubungannya dengan jumlah kasus yang dirawat di rumah sakit yang terbanyak pada hari ke 5 demam, sehingga belum terjadi hemokonsentrasi dan syok. 9. Trombositopenia terjadi pada hari ke 4 demam, terendah pada hari ke 6 demam, naik kembali secara progresif pada hari 7 demam 10. Trombosit ≤ 150.000 pada hari ke 4 mepunyai sensitivitas 94,44% nilai yang baik untuk penapisan, namun trombosit ≤ 100.000 walau sensitivitas 50% namun mempunyai Index Youden yang lebih baik, mungkin penilaian ini yang menjadi kriteria trombositopeni WHO 11. Pada perbandingan beberapa kriteria, kriteria I LPB ≥4% pada hari ke 4 demam mempunyai sensitivitas 50%, spesitifitas 90%, nilai ramal positip 90%, nilai ramal negatip 50%, Index Youden 0,4 seiring pertambahan hari nilai sensitivitas bertambah, sensitivitas hari ke 5, 6, 7 berturut-turut adalah 63,3,3%, 86,96%, 94,44% dengan Index Yauden berturut-turut sebagai berikut adalah 0,49, 0,69, 0,61, merupakan kriteria yang paling baik dan sederhana, diikuti kriteria ke III, yaitu LPB + trombositopenia < 100.000 pada hari ke 4, 5, 6, 7 sensitivitas berturut-turut adalah 40%, 46,51%, 68,75% dengan Index Youden 0,4, 0,47, 0,69, diikuti kriteria VI yaitu LPB +
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
trombositopeni + lekopeni pada hari ke 4, 5, 6, 7 sensitivitas berturut-turut adalah 37,50%, 45,45%, 68,75%, dengan Index Youden 0,06, 0,09, 0,03.
SARAN 1. LPB dapat membedakan demam yang disebabkan dengue dengan yang bukan dengue pada hari ke 4 demam, maka disarankan pemeriksaan darah tepi dilakukan mulai pada hari ke 4 demam untuk membantu pemantauan 2. Pada perbandingan beberapa kriteria, LPB ≥4% yang terbaik, dan paling sederhana, sangat bemanfaat dilakukan pemeriksaan darah tepi secara rutin dengan menambah kolom dalam pemeriksaan darah rutin, sehingga bukan hanya
dapat memantau LPB, juga dapat memantau jumlah
trombosit dan lekosit 3. Disarankan kepada pihak yang berkompeten dalam laboratorium lebih memperhatikan kemampuan untuk dapat berperan dalam pemeriksaan LPB,
karena
dalam
pemantauan
peneliti
pemeriksaan
LPB
dilaboratorium masih asing bagi petugas maupun dokter ahlinya, baik dalam keseragaman bentuk maupun pelaporan tidak dalam bentuk jumlah (persentase) 4. Semoga LPB dapat lebih luas disosialisasikan oleh bantuan sejawat sehingga memberi azas manfaat. 5. Perlunya pelatihan teknisi laboratorim di daerah mengenal LPB.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Jadwal pelaksanaan No Kegiatan
Bulan April
1
Persiapan
2
Pelaksanaan penelitian
3
Analisa data
4
Penulisan laporan
5
Penyajian hasil penelitian
Xx
gambar 11
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Mei
Juni
Juli
Agustus
Xx Xx
xx xx Xx Xx
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Avirutman P, et all,2006. Vascular leakage in severe dengue virus infection; A potential role for the for the non structural viral protein NS1 and complement. Pubmed, J infect Dis, 193(8): 1078-88 Bratawijaya, KG, 2006. Imunologi Dasar, FKUI, Jakarta, Ed-7, : 6- 135 Dussart.P, 2006. Evaluation Of An Enzyme Immonoassay For Detection Of Dengue Virus NS1 Antigen In Human Serum, Clinical and Vaccine Immunologi, 1185-89 Doveren, BJ. 2006. Blood Disorder. In : Pathophysiologi Of Disease. Lange Medical Book, North Amerika, ed -15th.:115-149 Depkes RI, 2005. Pedoman Penatalaksanaan klinis Infeksi Dengue Disarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Espinosa.J.N.,et all,2005. Clinical Profile Of Dengue Hemorragic Fever in mexico, Seilo Public Health . vol 47 Gatot Djadiman, 2004. Perubahan Hematologi Pada Infeksi Dengue, Demam Berdarah Dengue, FKUI, Jakarta, Ed-4, : 44-45 Isnar.H, 2006. Dengue, Article, Emedicine Jeffery, LK, 2006. Disorder Of Immun System, in :pathophysiologi Of Deasease. Lange Medical Book, north America, ed-15th.:32-58
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Kumarasamy,V, et all, 2006. Evaluation of A Comercial Dengue NS1antigen Capture Ellisa For Laboratory Diagnosis Of Acute Dengue virus Infektion, Journal Of Virologi Methode Kalayanarooj. S, Nimannnitya, 2000. Clinical and laborotory Presentation Of Dengue Patients With Different Serotypes, Dengue Buletin, 24 Roitt I, 2002. Dasar- Dasar Imunologi, edisi-8.: 15-77 LevinstonW, Jawet E,. Medical Microbiology. Lange Medical Book, Singopore, ed-6th.:336-63. Malavage,GN, Fernando, S, Fernando, D J, Soneviratne,SL., 2004. Dengue Viral Infektion, Post grad med j. 80;588-601 Nimmannitya S, 1999. Dengue Hemorrhagic Fever.Disorder Of Haemostasis. Paravakas, F., 2002. T Lymphocyte in: mekanisme In haematology, Canada. Ed 3rd: 217-42 Roitt I, 2002. Dasar- Dasar Imunologi, edisi-8.: 15-77 Riadi W, Erwin.S, 2000. pemeriksaan Laboratorim Hematologi Sederhana, FKUI, Jakarta. Ed-2: 31-45 Soegijanto.S, 2004. Demam Berdarah Dengue dalam; Tinjauan Dan Temuan Baru di era 2003, Airlangga University Press, Surabaya. Simon .M.W.,2003. The Atyphcal Lymphocyte, Review Artical, Internal Pediatric, ed 18th . :20-22 Sutaryo, 1991. Lmfosit Plasma Biru, Disertasi, 160 hlm Jokyakarta.
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008
Sutaryo,2004. Atlas Limfosit Plasma Biru, Demam Berdarah Dengue, FKUI, Jakarta. Ed-4; 188-90 WHO, 2005. DF, DHF, DSS in Indonesia. W.S.J.L, 2000. Human Skin Langerhans Cell are target of Dengue Virus infection, nat med, 6816 Wuryadi.S, 1993. Uji Coba Tes Limfosit Plasma Biru Untuk Diagnosia Cepat Penyakit Demam berdarah Dengue, Center For Reserch And Development of Disease Control, Badan Litbang . Jakarta Yueden.W.J., 1949. index For Rating Dignostic tes. NatinalBureau Of Standard, Washington .D. C
Nany: Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnostik Pada Infeksi Dengue, 2007. USU e-Repository © 2008