PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN-PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2009 Lilik Mardiana1, Fauzia2 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
[email protected] Abstract Companies that continuously innovate and take appropriate action is a company effectively use the resources of knowledge or intellectual capital. Intellectual capital has been recognized as a major corporate asset that can improve competitive advantage (competitive advantages) sustainable and improve financial performance. This study aims to determine the effect of intellectual capital as measured by Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) and Structural Capital Efficiency (SCE) to the company's financial performance (Return on Assets) simultaneously or partially bail. Tests carried out on an industrial manufacturing company with the type of food and beverages that are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2007-2009. The test results showed that intellectual capital as measured by Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) and Structural Capital Efficiency (SCE) simultaneously affect the company's financial performance (Return on Assets). Partially Capital Employed Efficiency (CEE) and Structural Capital Efficiency (SCE) has significant influence on the Return on Assets (ROA). While Human Capital Efficiency (HCE) seacara has no significant influence on the Return on Assets (ROA). Keyword: Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) and Structural Capital Efficiency (SCE) PENDAHULUAN Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), agar dapat terus bertahan, perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang
didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business), dengan Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 1
karakteristik utama ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Choo (1998) dalam sangkala (2006), perusahaan yang benarbenar mampu bertahan lama, terus berkembang, bukan karena ukuran dan keberuntungan, tetapi karena perusahaan tersebut mampu menunjukkan kapasitasnya untuk beradaptasi lebih cepat dengan tuntutan zaman. Perusahaan tersebut secara terus menerus melakukan inovasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menggerakkan perusahaan ke arah tujuan yang diinginkan. Kemampuan tersebut hanya mungkin terwujud jika perusahaan secara efektif menggunakan sumber daya pengetahuan atau intellectual capital (Ross, 1997). Demikian juga dengan Nahapiet dan Ghoshal (2001) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki intellectual capital akan lebih adaptif, inovatif, dan responsif terhadap perubahan permintaan lingkungan. Menurut Andriessen (2004), perubahan ke arah sumber daya berbasis pengetahuan (intangible asset) telah menyebabkan timbulnya suatu proses transformasi di dalam masyarakat, yaitu penyusunan kembali (rearrangement) mengenai cara pandang masyarakat, dan
pengakuan akan nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat tersebut. Proses transformasi ini telah menciptakan suatu masyarakat dimana sumber daya utamanya adalah pengetahuan (knowledge), atau disebut masa postcapitalist atau knowledge society. Pada masyarakat ini, nilai diciptakan bukan hasil dari alokasi modal atau tenaga kerja, tetapi dengan produktifitas dan inovasi. Sebenarnya menurut Are de Geus (1997) dalam sangkala (2006), sejak 50 tahun yang lalu, dunia bisnis telah bergeser dari dominasi capital (modal yang bersifat fisik) ke arah pengetahuan. Pernyataan ini lebih jauh dipertegas dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Pada tahun 1978 didapatkan bahwa 80% nilai perusahaan terkait dengan tangible asset dan sisanya adalah intangible asset. Sementara pada tahun 1998, hanya 30% dari nilai perusahaan yang bersumber dari tangible asset, sementara 70% terkait dengan intangible asset. Bahkan estimasi terbaru menyatakan bahwa 50-90% nilai yang diciptakan perusahaan tidak berasal dari manajemen aktiva fisik, tetapi dari manajemen intellectual capital (Hope dan Hope, 1998 dalam Martin, 2004).
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 2
Nilai intellectual capital dapat berasal dari kemampuan berproduksi sutu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih yang dihasilkan oleh intellectual capital dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Intellectual capital telah diakui sebagai aset utama perusahaan yang mampu meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantages) yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja keuangan. Salah satu metode pengukuran intellectual capital adalah Value Added Intellectual Coefficien (VAIC). VAIC merupakan prosedur analitis yang dirancang untuk manajemen, pemegang saham, dan stakeholder yang relevan agar dapat melakukan pengawasan dan evaluasi secara efektif terhadap efesiensi nilai tambah perusahaan dari sumber daya keseluruhan yang dimiliki perusahaan dan masing-masing komponen utama sumber daya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072009?” Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah “Mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.” TINJAUAN PUSTAKA Definisi intellectual capital Menurut Stewart (1997), intellectual capital adalah materi intelektual pengetahuan , informasi, hak cipta intelektual, pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Berbeda halnya dengan Heng (2001), yang menyatakan bahwa intellectual capital sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan keunggulan perusahaan. Edvinson dan Malone (1997) dalam Agustina (2007) berpendapat bahwa intellectual capital adalah kepemilikan pengetahuan, penerapan pengalaman, teknologi organisasi, Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 3
hubungan pelanggan dan keterampilan profesional yang menyediakan skandia dengan suatu daya saing di dalam pasar. Intellectual capital adalah kombinasi manusia, sumber daya perusahaan, dan relasi dari suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa nilai diciptakan di dalam keterkaitan antara tiga kategori, yaitu modal manusia, struktural, dan relasi-relasi perusahaan (Meritum, 2003). Cevendisk (1999) dalam Agustina (2007) mengatakan bahwa intellectual capital adalah kombinasi modal finansial, struktural, manusia, dan relasi. Klien dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopulerkan oleh Stewart. Menurut Klien dan Prusak “ ... we can define intellectual capital operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and leveraged to produce higher valued asset” Stewart (1994) dalam Sawarjuwono (2003). Menurut penulis intellectual capital adalah sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam
proses penciptaan perusahaan.
nilai
bagi
Karakteristik intellectual capital Menurut Sangkala (2006) intellectual capital pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Non Rivalrous, artinya sumber daya tersebut dapat digunakan secara berkelanjutan oleh berbagai macam pemakai, di dalam lokasi yang berbeda pada saat yang bersamaan. 2. Increasing Return, artinya mampu menghasilkan peningkatan keuntungan marjin per inkremental unit dari setiap investasi yang dilakukan. 3. Non Additive, artinya nilai yang tercipta bias terus menerus meningkat, tanpa mengurangi unsur pokok dari sumber daya tersebut, karena sumber daya ini adalah co-dependent dalam penciptaan nilai. Komponen Intellectual Capital Capital Employed (modal kinerja) Menurut Ulum (2008) capital employed merupakan tipe asset tangible yang digunakan untuk operasional perusahaan, seperti bangunan, tanah, peralatan, dan teknologi yang dengan mudah dibeli dan dijual. Asset yang dimiliki oleh perusahaan harus digunakan oleh Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 4
perusahaan untuk kebutuhan operasionalnya secara efisien untuk mancapai tujuan perusahaan. Human Capital (Modal Manusia) Menurut Azua dan Azua (1998) dalam Sangkala (2006) menyatakan bahwa modal manusia merupakan refleksi dari pendidikan, pengalaman, pengetahuan, intuisi, dan keahlian. Menurut Sawarjuwono (2003) Human capital (modal manusia) mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki orang-orang dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya Structural Capital (Modal Struktural) Structural capital (Modal Sruktural) dapat diartikan sebagai apa yang tertinggal ketika para karyawan pulang ke rumah pada malam hari dan merupakan ”hard asset” perusahaan atau hardware, software, database, struktur organisasi, patent, trademark dan segala kemampuan yang dimiliki suatu organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan (Bontis, 2000). Seperti juga modal manusia, modal struktural hanya ada dalam
konteks sudut pandang, strategi, tujuan dan maksud. Konsep dari adanya modal struktural memungkinkan terciptanya modal intelektual, jika tidak maka yang ada hanya modal manusia. Jadi modal struktural merupakan penghubung atau pemroses modal manusia menjadi modal intelektual. Penyebaran pengetahuan memerlukan structural capital seperti sistem informasi, database, jaringan komputer dan manajemen yang baik, laboratorium, intelijen pasar dan pesaing, saluran pemasaran, fokus manajemen, dimana pengetahuan karyawan diubah menjadi aset perusahaan (stewart, 1997). Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensial yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tujuan utama peranan yang diberikan oleh modal struktural meliputi menyusun body of knowledge yang dapat ditransfer, dipelihara dan dapat mempertahankan pedoman yang mungkin bisa hilang serta menghubungkan orang-orang
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 5
dengan data, para ahli dan keahlian lain pada saat yang tepat.
Tujuan Pengukuran Intellectual Capital Pendapat yang dikeluarkan Brennan & Connel (2000) bahwa pengelolaan atas intellectual capital mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesuksesan untuk jangka panjang bagi sebuah perusahaan. Maka dari itu, perusahaan mempunyai beberapa tujuan, yang mungkin sedikit berbeda satu dengan yang lain, untuk mengukur nilai IC, yaitu: 1. Secara strategis membuat sumber-sumber dari IC agar searah dan sesuai dengan visi perusahaan, dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi melalui sumber daya manusia yang berkualitas, yang dimiliki perusahaan. 2. Memberikan dukungan serta memelihara keunggulan bersaing perusahaan. 3. Menghubungkan keadaan perusahaan di masa yang lalu dengan kondisi perusahaan saat ini (untuk menstimulasi pemenuhan kebutuhan perusahaan dalam keadaan yang selalu mengalami perubahan).
4.
5.
6.
7.
Memberikan pengaruh terhadap harga saham akibat adanya keunggulan nilai perusahaan yang ditunjukkan kepada pelanggan yang berpotensi. Meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan dengan memvisualisasikan pengetahuan karyawan perusahaan ke kalangan masyarakat. Memberikan penilaian atas efektivitas pemanfaatan IC yang ada dalam perusahaan dengan alokasi sumber daya yang ada di tiap unit bisnis. Penentuan struktur yang paling efektif dalam pemberian insentif manajemen.
Pengukuran Intellectual capital Terdapat berbagai macam pendekatan dalam mengukur intellectual capital. Pada umumnya diklasifikasikan pada tiga kelompok besar. Tiga kelompok besar tersebut menurut Bhartesh K.R dan A.K Bandopadhyay (2005) sebagai berikut: 1. Indirect Methods a. The Rate of Return Method (ROA) Metode ini berfokus pada laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Metode ini menghitung kelebihan (excess) return Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 6
2.
dari tangible assets perusahaan, dan diasumsikan bahwa axcess return ini berhubungan dengan intangible assets perusahaan, atau dimaksudkan sebagai cara untuk mengkuantifikasi (quantifying) nilai dari intellectual capital (Bartesh K.R, 2005) b. The Market Capitalization Method Metode ini menghitung kelebihan (excess) dari nilai pasar perusahaan, yang diproyeksikan dengan harga pasar sahamnya, terhadap ekuitas pemegang sahamnya. Salah satu metode yang digunakan dalam kategori ini adalah Tobin’s “Q”, yang mengukur intellectual capital dengan melakukan perhitungan dengan cara menghitung perbedaan antara nilai pasar perusahaan dari replacement value aset fisiknya (Bartesh K.R, 2005). Direct intellectual Capital Method Metode ini melakukan penilaian secara langsung dari masing-masing komponen intellectual capital. Pada umumnya variabel-variabel
3.
pengukuran diidentifikasi terlebih dahulu untuk masingmasing komponen dari intellectual capital, untuk kemudian diukur secara terpisah pada masing-masing komponennya, dan pada akhirnya dikombinasikan atau dikumpulkan guna mendapat ukuran intellectual capital secara menyeluruh. Proses kuantifikasi intellectual capital dengan metode ini membutuhkan beberapa macam satuan ukuran (scales) seperti penjumlahan angka, nilai moneter, atau anka rasio mengenai koefisien sesuatu. Penggunaan satuan ukuran yang berbeda-beda dengan metode ini membuatnya sulit dikembangkan menjadi suatu pengukuran menyeluruh atas intellectual capital (Bartesh K.R, 2005). Scorecard Method Pada metode ini beberapa komponen dari intangible asset atau intellectual capital didefinisikan dan indikatorindikator yang ada dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard ini sama dengan metode pengukuran direct intellectual capital, namun tidak ada Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 7
estimasi secara unit moneter yang digunakan untuk mengukur intangible asset, sehingga mengakibatkan pembuatan indeks gabungan (composite index) tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode ini (Bartesh K.R, 2005). Menurut Luthy (1998) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003), terdapat dua kelompok metode pengukuran terhadap intellectual capital: 1. Pengukuran komponen demi komponen (component by component evaluation). Terdapat dua cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan komponenkomponen modal intelektual, yaitu metode Edvinson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan Skandia Navigator. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket” dan pendekatan target diiliustrasikan sebagai bagian dari audit modal intelektual. 2. Pengukuran yang dilakukan dengan mengukur nilai
intellectual capital asset dalam istilah keuangan pada tingkatan organisasi tanpa mengacu pada komponen-komponen individu modal intelektual. Nilai pemegang saham menjadi indikator utama dalam ekonomi saat ini yang menunjukkan seberapa efektif manajemen mampu mengelola asset intelektual dan asset-asset lainnya. Yang termasuk dalam metode ini adalah: Market-toBook, Tobin’s Q Ratio, dan Calculated Intangible Value. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) Pulic (1998) mengusulkan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) untuk memberikan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai suatu aktiva berwujud dan tidak berwujud di dalam suatu perusahaan. VAIC adalah suatu prosedur analitis yang didesain untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk secara efektif mengawasi dan mengevaluasi suatu nilai tambah/ Value Added (VA) dengan sumberdaya-sumberdaya keseluruhan perusahaan dan setiap komponen sumberdaya utama. Value Added (VA) merupakan perbedaan antara Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 8
penjualan (OUT) dengan input (IN) dan dapat dirumuskan OUT - IN = VA. Output (OUT) merupakan pendapatan total dari semua produk dan jasa yang terjual di pasar. Inputs (IN) terdiri dari semua biaya yang masuk ke dalam perusahaan. Biayabiaya tenaga kerja tidak dihitung ke dalam input yang dibebankan pada rangkaian aktivitas dalam proses penciptaan nilai, potensi intelektual, yang diwakili oleh biaya tenaga kerja. Nilai tambah adalah indikator objektif keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dimana membutuhkan hal-hal yang melingkupinya yaitu investasi dalam sumber daya meliputi gaji dan beban bunga untuk aktiva keuangan, deviden untuk para investor, beban pajak dan investasi untuk perkembangan masa depan. Setelah nilai tambah dihitung, persamaan efisiensi sumberdayasumberdaya (intellectual capital dan financial capital) adalah persamaan sederhana untuk menghitung nilai Intellectual Capital. Sebagai pengganti dalam menilai modal intelektual perusahaan, metode VAIC pada intinya mengukur efisiensi tiga macam input perusahaan, yaitu modal manusia (human capital),
modal srtuktural (structural capital), dan modal fisik dan finansial (physical and financial capital) yang disebut Human Capital Efficiency (HCE) – indikator dari efisiensi nilai tambah (Value Added) terhadap modal manusia, Structural Capital Efficiency (SCE) – indikator dari efisiensi nilai tambah (Value Added) terhadap modal sruktural, Capital Employed Efficiency (CEE) – indikator dari efisiensi nilai tambah (Value Added) terhadap modal usaha. Jumlah dari ketiga indikator ini merupakan nilai dari VAIC. Semakin tinggi nilai VAIC maka semakin baik potensi penciptaan nilai suatu perusahaan. Human Capital Efficiency (HCE) Intellectual Capital mempunyai dua komponen, yaitu human capital dan sructural capital. HCE adalah koefisien efisiensi modal manusia yang merupakan hasil bagi VA dengan HC, dimana VA adalah nilai tambah, HC adalah total gaji dan upah suatu perusahaan. VAIC tidak mempertimbangkan pengeluaran untuk karyawan sebagai bagian dari input. Artinya beban yang berhubungan dengan karyawan tidak diperlakukan sebagai biaya tetap di perlakukan sebagai investasi. Semua pengeluaran untuk Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 9
karyawan dimasukkan dalam human capital. Structural Capital Efficiency (SCE) SCE adalah koefisien efisiensi modal struktural perusahaan. SCE merupakan hasil bagi antara SC dengan VA, dimana SC adalah modal struktural dan VA adalah nilai tambah. SC merupakan selisih antara nilai tambah dengan modal manusia (human capital). ICE (intellectual caoital efficiency) dihitung dengan menjumlahkan bagian koefisien human dan struktural capital, ICE = HCE + SCE
1.
2.
3. Capital Employed Efficiency (CEE) Capital Employed Efficiency (CEE) merupakan koefisien efisiensi nilai modal fisik dan finansial. CEE merupakan hasil bagi antara VA dengan CE, dimana VA adalah nilai tambah dan CE adalah nilai buku dari aktiva bersih suatu perusahaan. Selain mencakup konsep value added dan memungkinkan untuk menguraikan efisiensi nilai tambah dari masingmasing sumber daya kunci perusahaan, ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan metode VAIC yaitu:
VAIC memberikan dasar pengukuran yang standar dan konsisten. Dengan demikian, metode ini lebih efektif dalam mendukung analisis komparasi pada sampel yang berukuran besar dan meliputi berbagai macam sektor industri sekalipun. Seluruh data yang digunakan didasarkan pada informasi yang telah diaudit. Oleh karena itu, perhitungan dapat dikatakan obyektif dan verifikatif. Pengukuran intellectual capital yang lain dikritik akibat subyektivitas dari indikator yang mendasarinya. VAIC adalah suatu teknik yang mampu mempertinggi pemahaman kognitif dan mempermudah perhitungan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) baik internal maupun eksternal.
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan pada umumnya menggunakan pengukuran rasio yang sering digunakan oleh analis pasar modal yaitu: ROA dan ROE, serta ditambah dengan rasio growth in revenue guna mengukur tingkat perubahan pendapatan dengan adanya intellectual capital yang
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 10
dimiliki perusahaan (Chen dkk, 2005). ROA (Return on Assets) “Return on assets measures the firm ability to utilize its assets to create profits by comparing profits
Return Assets
on =
with the assets that generate the profits”. (Gibson, 2004: 254).Perhitungan ROA menurut Gibson (2004) sebagai berikut:
Net income before Minority Share of Earnings and Nonrecurring Items Average Total Assets
ROE (Return on Equity) “This ratio measures the return to the common stockholder, the residual owner”. (Gibson, 2004:
259). Perhitungan ROE menurut Gibson (2004) sebagai berikut:
Net income before Nonrecurring Items Return Equity
on = Average Total Equity
Growth in Revenue (GR) Selain menggunakan ROA dan ROE, pengukuran kinerja keuangan juga menggunakan rasio Growth in Revenues serta Employee Productivity. Pada analisis rasio Growth in Revenues bertujuan untuk mengukur perubahan pendapatan sebagai hasil dari intellectual
capital yang dikuasai perusahaan serta menunjukkan adanya kesempatan perusahaan untuk berkembang dimasa yang akan datang (Chen dkk, 2005). Perhitungan rasio GR menurut Chen dkk (2005) sebagai berikut:
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 11
Hipotesa dan Model Analisis Hipotesis H1 : Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE), dan Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA) perusahaan-perusahaan food and beverages yaang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan.” H2 : “ Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE), dan Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA) perusahaan-perusahaan food and beverages yaang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial.” Model Analisis Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat intellectual capital yang dimiliki perusahaan selama tahun 2007-2009 terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan food and beverages yang tercermin dalam ROA. Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing komponen VAIC dengan ROA dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda karena variabel independen terdiri dari tiga yaitu CEE, HCE, dan SCE
dan variabel dependen hanya terdiri dari satu saja, yaitu ROA. Model analisis dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam persamaan regresi berikut ini: Y = a1 + b1X1 +b2X2 + b3X3 + e dimana: Y = Return On Assets (ROA) X1= Capital Employee Efficiency (CEE) X2= Human capital efficiency (HCE) X3= Structural capital efficiency (SCE) a1 = Konstanta untuk perusahaan Y b1, b2, b3 = koefisien, e = standard error METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel dan Pengukuran Variabel Adapun variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel independen yang menyebabkan timbulnya perubahan pada variabel dependen terdiri dari tiga komponen Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yaitu: X1 = Capital Employee Efficiency (CEE) adalah rasio untuk menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari dana yang tersedia (Ekuitas, dan laba Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 12
bersih) terhadap value added organisasi. X2 = Human Capital Efficiency (HCE) adalah rasio untuk menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam beban karyawan terhadap value added organisasi. X3 = Structural Capital Efficiency (SCE)rasio untuk mengukur jumlah dari value added dikurangi beban karyawan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan StructuralCapital dalam penciptaan nilai. 2.
Variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen adalah : Y1 = Return On Assets (ROA) merupakan suatu pengukuran kinerja perusahaan dengan rasio profabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Setelah biaya-biay:a modal (biaya yang digunakan
mendanai aktiva) dari analisis.
dikeluarkan
Pengukuran Variabel a. Capital Employee Efficiency (CEE) yang membandingkanvalue added dengan capital employed (CE). Dimana value added (VA) diperoleh dari selisih antara total penjual dan pendapatan lain (OUT) dengan beban dan biayabiaya selain beban karyawan (IN). Sedangkan capital employed (CE) diperoleh dari dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih). Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen. CEE = VA CE b. Human Capital Efficiency (HCE) yang membandingkan value added dengan human capital (HC). Dimana value added (VA) diperoleh dari selisih antara total penjualan dan pendapatan lain (OUT) dengan beban dan biayabiaya selain beban karyawan (IN). Sedangkan human capital (HC) diambil dari beban karyawan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen. HCE = VA HC Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 13
c. Structural Capital Efficiency (SCE) yang membandingkan structural capital (SC) terhadap value added (VA). Dimana value added diperoleh dari selisih antara total penjualan dan pendapatan lain (OUT) dengan beban dan biaya-biaya selain beban karyawan (IN). Sedangkan structural capital (SC ) diambil dari selisih value added (VA) dengan beban karyawan (HC). Skala yang digunakan adalah
rasio dengan menggunakan satuan persen. SCE = SC VA d. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba
Definisi Operasional Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)
VAICTM i= VA intellectual capital coefficient untuk perusahaan i CEE i = capital employed coefficient untuk perusahaan i HCE i = human capital coefficient untuk perusahaan i SCE i = structural capital coefficient untuk perusahaan i Pulic (1998) menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien VAIC, maka semakin baik pula efisiensi nilai tambah dari total sumber daya perusahaan yang bersangkutan. Langkah pertama dalam menentukan komponen VAIC (CEE, HCE, dan SCE) adalah menentukan total value added (VA)
VAIC adalah suatu metode pengukuran kemampuan intelektual suatu perusahaan (Pulic, 2000) yang memberikan kemudahan dalam menghitung, terstandardisasi, dan dasar konsistensi, pengukuran ini memungkinkan melakukan analisis pembandingan yang efektif dengan perusahaan lain, data yang digunaka dalam perhitungan VAIC diperoleh dari laporan keuangan. Prosedur perhitungan VAIC dapat dilakukan sebagai berikut: VAIC i = CEE i + HCE i + SCE i dimana:
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 14
perusahaan. VA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: VA i = Ii + Dpi + Ti + Mi + Ri + Wsi dimana: VAi = Value added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Ii = Interest expense, merupakan penjumlahan dari seluruh beban bunga perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Dpi = Depreciation expense, merupakan beban penyusutan untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Di = Deviden atas saham biasa untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Ti
Mi
Ri
= Corporate taxes, merupakan beban pajak penghasilan untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan = Equity of Minority shareholders in net income of subsidiaries, merupakan hak minoritas atas laba/rugi bersih anak perusahaan yang telah dikomsolidasi perusahaan i pada tahun yang bersangkutan = Profit Retained, merupakan saldo laba perusahaan i,
pada tahun yang bersangkutan WSi = Wages and Salaries, merupakan beban gaji dan upah perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Pulic (1998) menyatakan bahwa CEE adalah rasio antara total value added dibagi dengan jumlah total dari capital employed, yang didefinisikan sebagai nilai buku dari asset bersih perusahaan. CEE dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CEE i = VA i CE i Dimana: CEEi = Capital Employed Efficiency coefficient untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan VAi = Value Added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan CEi = Book value of the net assets, nilai buku bersih atas aktiva perusahaan untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Pulic (1998) menyatakan bahwa total biaya gaji dan upah adalah indikator bagi human capital perusahaanl. Oleh karena itu, human capital efficiency coefficient dihitung sebagai rasio antara total VA dibagi dengan total biaya upah Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 15
dan gaji yang digunakan perusahaan bagi karyawannya. HCE dapat dihitung dengan rumus seperti dibawah ini: HCE i = VA i HC i dimana: HCEi = Human capital efficiency coefficient untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan VAi = Value Added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan HCi = Total Salary and wage costs, merupakan biaya gaji dan upah perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Pulic (1998) berpendapat bahwa structural capital merupakan pengurangan dari value added dengan human capital. Structural capital dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: SCi = VAi – Hci dimana: SCi = Structural capital untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan VAi = Value Added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan HCi = Total salary and wage costs untuk perusahaan i
pada tahun bersangkutan
yang
Pulic (1998) menyatakan bahwa rumus untuk menghitung SCE berbeda dengan perhitungan CEE dan HCE, karena antara SC dan HC berbanding berbalik. Secara spesifik SCE dinyatakan sebagai rasio antara modal struktural perusahaan dibagi dengan total value added. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut: SCEi = SCi VAi dimana: SCEi = Structural capital efficiency coefficient untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan SCi = Structural capital untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan VAi = Value Added untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Return On Assets (ROA) “Return on assets measures the firms ability to utilize its assets to create profits by comparing profits with the assets that generate the profits.” (Gibson, 2004:254).
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 16
Perhitungan ROA menurut
Return On Assets =
Gibson
(2004) sebagai
berikut:
Net income before Minority Share of Earnings and Nonrecurring Items Average Total Assets
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang berupa: 1. Data laporan keuangan kategori perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Data diperoleh dari situs www.idx.co.id , laporan keuangan, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2. Data indeks harga saham individu atau perusahaan sampel pada periode penelitian (2007-2009). Data diperoleh dari situs www.idx.co.id, profil emitmen dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Metode Penentuan Sampel Populasi sasaran penelitian ini adalah seluruh perusahaan dalam industri manufaktur dengan jenis perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Pada penelitian ini, telah dipilih duapuluh
(20) perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. dari keduapuluh perusahaan tersebut dipilih tujuh belas perusahaan (17) secara purposive sampling sebagai populasi sasaran penelitian. Data populasi yang dibutuhkan adalah data pada periode tahun 2007 sampai dengan 2009. Adapaun dasar pertimbangan pemilihan periode 3 tahun tersebut adalah kondisi perekonomian Indonesia berada kondisi normal dan penyesuaian dengan perhitungan metode VAIC. Pengujian Asumsi Klasik Regresi 1. Uji Normalitas Data Uji Normalitas adalah suatau pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah metode regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi yang normal atau mendekati normal. Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 17
2. Uji Multikolinearitas Data Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. 3. Uji Autokorelasi Data Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat hubungan antara residual atau residual yang bersifat tidak saling independen. Sebuah model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi (residual saling independen). Pengujian Hipotesis Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: 1. Uji F (Simultan) Uji ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamasama. Uji F ini juga dikenal sebagai overall test yang digunakan untuk menguji secara serentak keberartian parameter regresi. 2. Uji t (parsial) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen
3.
Menghitung Koefisien 2 Determinasi (R ) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, atau mengukur ketelitian dari model regresi, yaitu merupakan presentase kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen memberikan hampir smua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan regresi linier berganda yang telah didapatkan dari analisis data menggunakan spss 16.0 adalah: ROA = 0,200 + 0,038CEE + 0,001HCE – 0,259SCE +e Dari hasil perhitungan regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel independen Capital Employed Efficiency (CEE) dan Human Capital Efficiency (HCE) memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA). Sedangkan Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki hubungan negatif terhadap Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 18
Return On Assets (ROA). Sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji penyimpangan klasik, agar metode regresi yang
digunakan lulus uji normalitas data dan terbebas dari gangguangangguan multikolinearitas dan autokorelasi.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) .200 .052 3.850 CEE .038 .011 .397 3.406 HCE .001 .001 .160 1.324 SCE -.259 .067 -.464 -3.850
Correlations Collinearity Statistics Sig. Zero-orderPartial Part Tolerance VIF .000 .001 .408 .445 .395 .993 1.007 .192 .067 .190 .154 .920 1.087 .000 -.419 -.490 -.447 .926 1.080
a.Dependent Variable: ROA
Hasil Uji F Tabel 2. Uji Simultan (F) ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .426 .736 1.162
df 3 47 50
Mean Square .142 .016
F 9.080
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), SCE, CEE, HCE b. Dependent Variable: ROA
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,367 atau 36,7% menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu CEE,HCE, dan SCE dapat menjelaskan perubahan pada variabel dependen yaitu ROA sebesar 36,7%. Sedangkan sisanya 63,3% dijelaskan oleh faktorfaktor lain diluar model regresi.
PEMBAHASAN Hipotesis I yaitu: “Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Assets (ROA) perusahaan food and beverages.” Hasil regresi uji F tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Intellectual Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 19
Capital dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan food and beverages. Dengan demikian hipotesis I terbukti. Hipotesis II yaitu: “Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE), dan Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA) perusahaan-perusahaan food and beverages yaang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial.” Dari anslisis regresi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Variabel independen CEE dan SCE memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan food and beverages. Hal ini ditunjuk dengan nilai signifikan CEE 0,001, dan SCE 0,000 terhadap ROA lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis IIterbukti. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Intellectual Capital yang diukur dengan metode VAIC yang telihat dari hasil pengujian analisis regresi berganda menunjukkan bahwa secara statistik terdiri variabel independen Capital Employed Efficiency (CEE) dan Human Capital Efficiency (HCE) memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA). Sedangkan Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki hubungan negatif terhadap Return On Assets (ROA) b) Secara parsial variabel independen Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) secara signifikan memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA). Sedangkan Human Capital Efficiency (HCE) seacara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA). c) Secara simultan independen CEE, HCE dan SCE atau Intellectual Capital dengan menggunakan VAIC memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA sebagai kinerja keuangan perusahaan. d) Intellectual Capital menjadi faktor yang diperhatikan oleh perusahaan food and beverages Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 20
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Saran Beberapa saran yang bisa disampaikan peneliti antara lain: a) Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan periode penelitian sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan akurat. b) Menggunakan populasi dan sampel penelitian yang lebih luas seperti industri manufaktur atau industri
perbankan dan sampel penelitian lebih baik menggunakan perusahaanperusahaan besar karena ada kecenderungan perusahaanperusahaan besar sudah mulai berorientasi pada intellectual capital c) Menggunakan variabel lain dalam kinerja keuangan seperti Market to Book Ratio, Return On Invesment, Return On Equity, Assets Turn Over, dan lain-lain atau menggunakan ukuran kinerja lainnya selain kinerja keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Wulan. 2007. Analisis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Andriessen, Daniel. 2004. Making Sense of Intellectual Capital : Designing a Method for the Valuation of Intangibles. Oxoford: Elsevier Butterworth-Heinemann. Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Bahan Ajar. Surabaya: Universitas Airlangga.
Appuhami, B.A Ranjith. 2007. The Impact of Intellectual Capital On Investors Capital Gaint On Shares. An Empirical Investigation in Thai Banking, Finance & Insurance Sector. Journal of Internet Banking and Commerce. April 2007, Vol. 12, No.1. http://www.arraydev.com/com merce/jibe/ Bartesh, K. R. 2005. Intellectual Capital: Concept and it’s Measurement. Delhi: Finance
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 21
India.Avaiableon line:http//proquest.umi.com Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital: An Expalanatory Study that Develops Measuring and Models. Management Decision, Vol.36, No.2: 63-76 Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edisi Pertama, Jakarta: Prenada Media. Chen, Ming-Chin, Shu-Ju Cheng, and Yuchang Hwang. 2005. An Empirical Investigation of The Realationship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, Vol.6, No.2, p: 159-176 Gibson, Charles H. 2004. Financial Reporting and Analysis. Ninth Edition. Mason. Ohio: Thomson South Western Hansen, Don R., Maryanne Moven. 2005. Management Accounting. Edisi 7. Terjemahan.Jakarta: Salemba Empat.
Penerbit
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting, Twelfth Edition.
New Jersey : John Wiley and Sons, Inc. Lev, Baruch. 1974. Financial Statement Analysis. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Maheran, Nick. 2008. Intellectual Capital Efficiency Level of Malaysian Financial Sector. Kelantan: Universiti Teknology Mara Nazari, Jamal A., and Irene M. Herremans. 2007. Extended VAIC model: measuring intellectual capital components. Journal of Intellectual Capital, Vol. 8 No.4, p: 595-609 Pulic, Ante. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Capital in Knowledge Economy. http:www.measuringip.at/English/frame.hmtl Sangkala. 2007. Knowledge Management.
Jakarta:
PT.
Raja Grafindo Persada Sawarjono, T. dan Agustine p. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol 5 no 1, Mei 2003, P: 35-57. Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 22
http://puslit.petra.ac.id/journal s/accounting Wasistryo, J.A.W. 2009. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan-Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu http//www.vaicon.net/download/VAICcalculation.pdf
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 23