LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1 KRAMATWATU SERANG-BANTEN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh TUTI ALIAH NIM 109011000097 \
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRACTION Tuti Aliah (NIM: 109011000097) Lesson Study As Effort of Improvement Profesionalitas Teacher of Islamic Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu SerangBanten This research aim to tknow how process of execution of lesson study as effort of Improvement Profesionalitas learn the Islamic Religion Education, knowing impact of execution of lesson study MGMP conducted by teacher of Islamic Religion Education, and to know the supplementary factor and resistor in execution of lesson study. This research have been conducted at November 2013 in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten. To obtain get the information under consideration this Research, writer use the descriptive research method. As for research type in this writing script is qualitative. Later Then in technique of data collecting of writer conduct three technique of data collecting namely observation, interview and documentation. Later Then data which have been got from third the technique analysed to use the analysis model told by Miles and Huberman namely model the data analysis emit a stream of the (flow model the). Data collecting, reduce the data, presentation of data and conclusion withdrawal. Result of research of pursuant to data from observation, interview and documentation indicate that the process of execution lesson study base on the MGMP Islamic Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten can be executed better and get the good support from all teachers, student and also headmaster. Affect from execution of lesson study which have been conducted by existence of partner which mutual of among teacher of subject Islamic Religion Education with the other partner school teacher, giving understanding to all teacher of about its his important is study study as base of is Improvement of attitude profesionalitas which he own so that four interest: interest pedagogik, social, professional, personality which dimliki teacher can mount and expand. At subject of Islam education Learn the teacher of Islamic Religion Education more inovatif, study method more varying and more relevant to storey; level of student ability. While constraint faced in course of execution start from planning phase (plan), come up with the phase refleksi (See) is problem of time and expense limited for the melaksankan of return the activity of lesson study chronically. Keyword: Lesson Study, Profesionalitas, Teacher of Islamic Religion Education TUTI ALIAH (PAI)
v
ABSTRAK Tuti Aliah (NIM: 109011000097). Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri Kramatwatu Serang-Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan lesson study sebagai upaya peningkkatan profesionalitas guru PAI, mengetahui dampak pelaksanaan lesson study MGMP yang dilakukan guru PAI, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2013 di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten Untuk memperoleh informasi dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Kemudian dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan tiga teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian data-data yang telah didapat dari ketiga teknik tersebut dianalisis menggunakan model analisis yang dikatakan oleh Miles dan Huberman yakni model analisis data mengalir (flow model). Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan lesson study berbasis MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten dapat terlaksana dengan baik dan mendapat dukungan baik dari para guru-guru, siswa serta kepala sekolah. Dampak dari pelaksanaan lesson study yang telah dilakukan terjalinya kemitraan yang mutual antara guru mata pelajaran PAI dengan guru sekolah mitra yang lain, memberikan pemahaman bagi para guru tentang pentingnya pengkajian pembelajaran sebagai dasar peningkatan sikap profesionalitas yang ia miliki sehingga empat kompetensi: kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian yang dimliki guru dapat meningkat dan berkembang. Pada mata pelajaran pendidikan agama Islam Guru PAI lebih inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan mulai dari tahap perencanaan (plan), sampai pada tahap refleksi (see) ialah persoalan waktu dan biaya terbatas untuk melaksankan kembali kegiatan lesson study secara berkesinambungan.
Kata Kunci: Lesson Study, Profesionalitas, Guru PAI
TUTI ALIAH (PAI)
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi yang berjudul Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. Menyadari bahwa dalam menghantarkan penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan bimbingan, dukungan serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang berjasa, yaitu: 1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA., Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 3.
Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Dosen penasihat akademik penulis yang telah banyak memberikan nasihat sekaligus motivasi bagi penulis mulai dari semester pertama hingga semester akhir. vi
5. Yana Suryana, M.Pd., Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 6. Seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Kramatwatu khususnya Detty Herawati, S.Ag guru Pendidikan Agama Islam dan Rodiyah, S.Pd.I pengurus lesson study MGMP PAI yang menjadi responden dalam wawancara tentang masalah penelitian penulis. 7. Kedua orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. 8. Kakakku Herlina, Lukman Hakim, dan Muhammad Sulpan, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini, serta telah memberi keceriaan yang mampu menghilangkan penatku. 9. Sahabat-sahabatku, Uun Choerunnisa, Hilda, Newa, Karmila dan Lina. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah Ahsanal Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Jakarta, 19 April 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..........................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
11
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
12
D. Rumusan Masalah .......................................................................
12
F. Tujuan Penelitian .........................................................................
13
G. Manfaat Penelitian.......................................................................
13
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ...............................................................................
15
1. Classroom Action Research dan Lesson Study .......................
15
a. Sejarah Lesson Study .........................................................
20
b. Pengertian Lesson Study ....................................................
21
c. Konsep Lesson Study .........................................................
23
d. Tahapan Lesson Study ........................................................
26
1) Perencanaan (Plan) ......................................................
26
2) Pelaksanaan (Do) .........................................................
27
3) Refleksi (See) ..............................................................
27
viii
e. Manfaat Lesson Study ....................................................
29
f. Kelebihan Lesson Study .....................................................
30
2. Profesionalisme Guru .............................................................
31
a. Pengertian Profesi .............................................................
31
b. Pengertian Profesionalisme ..............................................
33
c. Pengertian Profesional ......................................................
34
d. Guru Profesional ...............................................................
35
e. Prinsip Profesional ............................................................
36
f. Kompetensi Guru ...............................................................
37
1) Pengertian Kompetensi .................................................
37
2) Macam-macam Kompetensi Guru ................................
40
a) Kompetensi Pedagogik .............................................
40
b) Kompetensi Kepribadian ..........................................
42
c) Kompetensi Sosial ....................................................
43
d) Kompetensi Profesional ...........................................
44
3. Pendidikan Agama Islam .......................................................
45
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................
45
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam .....................................
47
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
48
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................
50
B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................
50
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ..............................
51
1. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
51
2. Teknik Analisis Data ..............................................................
55
3. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................
56
D. Teknik Penulisan .........................................................................
57
ix
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .............................................................................
58
B. Lesson Study sebagai Upaya Penigkatan Profesionalisme Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ...............
61
1. Implementasi Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ....................................................................
61
a. Tahapan Lesson Study .......................................................
62
1) Perencanaan (Plan) .....................................................
62
2) Pelaksanaan (Do) ........................................................
63
3) Refleksi (See) ..............................................................
65
b. Manfaat Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramat watu Serang-Banten ...............................................................
66
2. Dampak Lesson Study terhadap Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ........................................
67
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten .................
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................
73
B. Implikasi .......................................................................................
74
C. Saran .............................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
76
LAMPIRAN ....................................................................................................
81
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Pendekatan Follow-Up IMSTEP .................................................
10
Gambar 2.1 Siklus Pengkajian dalam Lesson Study di Indonesia ....................
29
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Mengalir ...............
55
Gambar 4.1 Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang -Banten .........................................................................................
58
Gambar 4.2 Hasil Observasi (Perencanaan) Plan ...........................................
58
Gambar 4.3 Hasil Observasi (Pelaksanaan) Do ..............................................
59
Gambar 4.4 Hasil Observasi (Refleksi) See ....................................................
59
Gambar 4.5Aktivitas Mengajar Guru ..............................................................
60
Gambar 4.6 Hasil Observasi Guru ..................................................................
60
Gambar 4.7 Hasil Wawancara .........................................................................
60
Gambar 4.8 Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII A .........................................
60
Gambar 4.9 Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A ...........................................
60
Gambar 4.10 Gambaran Umum dan Tujuan Utama Lesson Study serta Hubungannya dengan Kompetensi ..........................................................................................
xi
70
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah ................................
81
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru .................................................................. 89 Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa ................................................................ 91 Lampiran 4 Format Observasi Siswa ................................................................. 93 Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................ 96 Lampiran 6 Laporan Lesson Study MGMP PAI SMP N 1 Kramatwatu ........... 98 Lampiran 7 RPP Pendidikan Agama Islam (Meningkatkan Keimanan kepada Rasul Allah) ..........................................................................................
100
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi ..................................................................
103
Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi ..............................................................
108
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................
109
Lampiran 11 Surat Keterangan Observasi Sekolah ........................................
110
Lampiran 12 Biodata Penulis ..........................................................................
111
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia dianggap masih rendah oleh banyak kalangan. Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem. Subsistem dalam suatu sistem mutu pendidikan adalah guru. Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai IPTEK dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Guru sebagai pendidik mempunyai tuntutan untuk selalu berusaha meingkatkan kualitas kompetensi. Peningkatan kualitas kompetensi ini dapat terwujud pada saat ilmu pengetahuan yang guru miliki bisa berkembang dan meningkat. Dalam hal ini terlihat jelas peran pendidikan sangatlah penting. Dengan adanya pendidikan seseorang bisa meningkatkan keilmuan yang dimlikinya. Pada dasanya manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum mengetahui apa-apa. Hal ini jelas tertulis dalam Firman Allah QS: An-Nahl ayat 78.1 1
Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 276.
1
2
“Dan Allah Mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pandangan, pengelihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur (QS: An-Nahl 16: 78) Dalam firman Allah SWT di atas dijelaskan bahwa, selain dari penciptaan manusia yang dilahirkan dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, namun Allah SWT memberikan panca indra dan hati nurani kepada manusia. Bukti tanda syukur seorang hamba kepada Dzat yang telah menciptakannya adalah senantiasa memanfaatkan sekaligus meningkatkan apa yang sudah diberi oleh-Nya dengan sebaik mungkin dan manusia dapat berusaha untuk mengubah keadaaan yang awalnya tidak mengetahui sesuatu apa pun menjadi makhluk ciptaan Allah yang berilmu. Manusia yang berilmu adalah manusia yang selalu ingin tahu tentang hal apapun dari apa yang dilihat dan dirasa guna menambah dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliknya.2 Salah satu diantara dalil yang menunjukan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu terdapat dalam potongan ayat Al-Qur’an. Firman Allah SWT dalam QS: Az-Zumar ayat 9.3
. . . . . . .
". . . . . . Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran".(QS: Az-Zumar 39: 9) 2
Abu Zakaria, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui, “www.assunnahSurabaya.wordpress.com, 24 April 2014. 3 Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 460.
3
Dalam potongan ayat di atas Allah menyuruh Rasulullah SAW untuk bertanya “Apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?” ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena sudah pasti berbeda antara keduanya. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan ayat di atas di awal bab “Keutamaan Ilmu” dalam “Kitabul Ilmi” beliau. Diantaranya beliau berkata “tidak sama orang yang berilmu dan tidak berilmu sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan yang mati, yang mendengar dengan yang tuli, yang melihat dengan yang buta. Ilmu adalah cahaya yang dengannya manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Dengan ilmu, Allah mengangkat/melebihkan siapa yang dikehendakiNya dari para makhlukNya. Allah SWT menjamin derajat seorang hamba yang beriman dan berilmu. Hal ini disebutkan dalam firman Allah dalam QS: Al-Mujadilah ayat 11.4
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS: AlMujadilah 58: 11) “Manusia yang berilmu akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial maka keberadaan dari hadirnya harus bermanfaat, tidak hanya manfaat untuk dirinya namun untuk orang lain. Sebagaimana petikan hadits Rasullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir sebagai berikut”:5
) خَيْ ُر النّاسِ اَنْ َف ُعهُ ْم لِلنَاسِ (رواه الطبرني و الدارقطني. . . . . . “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (HR: Thabrani dan Daruquthni). Agar manusia dapat bermanfaat bagi sesamanyaa maka manusia harus berilmu pengetaahuan. Ilmu pengetahuan tersebut bisa didapat dari 4
Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 544. Risalah Islam, dan Dasar-dasar Islam, http://www. RisalahIslam.com, 24 April 2014
5
4
pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan.
Hal
ini
berarti
bahwa
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan pembelajaran akan melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.6 Depdiknas mengatakan yang dikutip oleh Ibrohim dalam modulnya yang berjudul Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG /MGMP bahwa sampai saat ini pembangunan Pendidikan Nasional belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan, terutama terkait dengan pemasalahan pemerataan akses dan kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diantaranya ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas dan proses pembelajaran yang belum efesien dan efektif.7 Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pendidikan adalah guru. Sebagai pendidik profesional, guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru diakui sebagai jabatan 6
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 378. 7 Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010), h. 4.
5
profesional hal ini sekaligus mengangkat harkat dan martabat guru yang sungguh luar biasa bila dibandingkan dengan profesi di kalangan pegawai negeri sipil.8 Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing. Di dalam kelas terdiri dari tipe dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu tugas pendidik mengupaya mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya
masing-masing
dari
segi
kognitif,
apektif,
dan
psikomotorik. 9 Guru sebagai profesi, selain memiliki peran dan tugas sebagai pendidik juga memilik tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesionalnya adalah memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Lebih khusus, guru dituntut memberikan layanan profesionalnya kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. 10 Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan (contoh) di tengah memberikan prakarsa di belakang memberikan dorongan atau motivasi. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, para guru harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.11 Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik bukan suatu hal yang mudah. Pekerjaan ini membutukan pengalaman yang 8
Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13, 2007, h. 696. 9 Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 34. 10 Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. I, h. 7. 11 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 15.
6
banyak dan keseriusan, disana-sini masih juga terdapat kejanggalan dan kekurangan, sang guru berupaya mengurangi sedikit mungkin kekurangan dan kesalahan didalam mengembangkan tugas sebagai pendidik, pepatah khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa bagi tubuh” pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun model kurikulum dan paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhinya yang menentukan tercapainya progran tersebut. Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masing-masing guru di kelas, tenaga pengajar yang profesional akan terukur dan sejauh mana dia menguasai kelas yang diasuhnya, hingga mengantarkan peserta didiknya mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pandangan psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh tenaga pengajarnya.12 Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukan guru sebagai tenaga profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugas upaya secara profesioanal, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan harus berupaya agar dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Namun Peran guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional.13 Selama proses pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalahmasalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan kita pun sebagai pengajar tak akan henti-hentinya untuk terus menyelesaikan, membicarakan dan memperdebatkan tentang masalah-masalah kependidikan, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafah sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar permasalahan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya menemukan cara yang terbaik guna mencapai proses pendidikan yang bermutu.14 Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor guru. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu 12
Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 29. 13 Abuddin, Nata, Manajement Pendidikan, (Jakarta: Kencana PMG, 2010), h. 156. 14 Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA Universitas Malang.
7
pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai upaya tersebut anatara lain dalam bentuk penataran guru, kulifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum, implementasi model atau metode pembelajaran baru dan penelitian tentang kesulitas dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti tindakan kelas.15 Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Di sisi lain, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya mutu guru adalah karena rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Ada empat kompetensi yang harus dimliki oleh seoarng guru yang profesional meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial. Dalam kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semanagat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah prilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional. Dalam masyarakat berkembang tuntutan terhadap profesionalisme disetiap bidang pekerjaan menjadi keseharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memliki sertifikasi-sertifikasi. Hal yang sama berlaku dibidang pendidikan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.16
15
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011, h. 481. 16 Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 15, tidak dipublikasikan.
8
Sertifikasi profesi mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sesuai dengan Pasal 28 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 10-11 UU No. 14/2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.17 Melihat bahwa guru yang profesional diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik. Guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing senantiasa dituntut untuk secara profesional melaksanakan tugas utamanya sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kualitas guru yang ditunjang oleh kinerja yang profesional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara nasional. Oleh karena itu, kedudukan dan peranan guru sebagai pendidik sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku peserta didik. Guru senantiasa dapat mempertahankan ketauladanan dan profesionalismenya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita,
17
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 26.
9
namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik.
18
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar.19 Seorang guru yang memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa akan berusaha meningkatkan kebutuhan akan kemampuan profesionalnya guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang harus berkembang. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui peningkatan kompetensi guru, pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk pelatihan guru dalam jabatan (in-service teacher training) yang bertujuan
membantu
guru
memperbaiki
kualitas
mengajar
untuk
meningkatkan sikap profesionalnya dengan mendorong mereka secara kolaboratif agar dapat memperbaiki cara mereka. Dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia seperti dikemukakan di atas, adalah merupakan tanggung jawab fungsional Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. Tenaga pendidik sesuai dengan Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dikemukakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131. 19 Ibid., h. 80.
10
berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional, dan internasional.20 Gambar 1.1 Pendekatan Follow-Up IMSTEP Pre-Service
Enhancement of Education Quality
In-Service (KKG)
On-Service (Sekolah)
(Sumber: Sumar Hendayana, 2007)
Berdasarkan gambar di atas, peningkatan mutu pendidikan akan dicapai manakala terjadi kerjasama yang baik antara penyelenggara pendidikan preservice, sekolah on service, dan kelompok kerja guru in service. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan ke sekolah untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. KKG merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi pembelajaran
dan
bersama
LPTK
diharapkan
dapat
meningkatkan
keprofesionalan guru. Kegiatan pembelajaran di sekolah piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase follow-up program IMSTEP melalui kegiatan lesson study. Lesson study yaitu suatu kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah yakni lesson study yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif. 20
Fachruddin Saudagar dan Ali (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 86.
Idrus,
Pengembangan
Profesionlitas
Guru,
11
Kegiatan pelaksanaanya dilakukan oleh guru yang sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkatkan hasil belajar sisiwa. Harapan ideal yang ingin dicapai dalam kegiatan lesson study ini adalah membangun masyarakat belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life long learning). Berdasarkan penjelasan di atas, sangat penting sekali bagi para guru-guru berusaha mengubah cara mengajar mereka yang konservatif menjadi pengajaran yang inovatif dengan cara melaksanakan salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan praktik pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah lesson study. Hasil observasi awal peneliti di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten menunjukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam masih terlihat proses pembelajaran yang konservatif dimana para guru belum mencoba melakukan inovasi dengan cara menggunakan metode yang dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehinga terlihat proses pembelajaran yang monoton dan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru, terlebih khusus para guru PAI. Dari permasalahan tersebut Kepala Sekolah bekerja sama dengan guru-guru untuk melaksanakan model pembelajaran lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Berdasarkan penjelasan penulis di atas, maka penulis mengambil judul “Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa pernyataan yang dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.
12
2. Pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. 3. Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pendidikan adalah guru. 4. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. 5. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. 6. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten masih terlihat proses pembelajaran yang konservatif 7. Sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru, terlebih khusus para guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. 8. Lesson
study
merupakan
salah
satu
alternatif
guna
mengatasi
permasalahan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sesuai dengan maksud penulis yang akan dilakukan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penulis membatasi masalah pada salah satu model pembelajaran yakni lesson study sebagai model pembinaan profesi pendidik. Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka pesoalan/masalah yang akan diungkap oleh penulis yaitu: 1. Bagaimana Implementasi Lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ? 2. Bagaimana dampak Lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 1 Krmatwatu Serang-Banten ?
13
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini ialah : 1. Mengetahui implementasi lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. 2. Mengetahui dampak lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. 3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
E. Manfaat Penelitian Pelaksanaan Penelitian kualitatif ini diharapkan akan memberi manfaat, yaitu: 1. Secara formal untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Adapun tujuan non formal yaitu ingin memberikan sumbangsih untuk merperkaya khazanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai pembinaan salah satu kompetensi yang harus dimliki guru “kompetensi profesional” melalui model pembinaan yang disebut Lesson study. 3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca umumnya mengenai salah satu model pembinaan profesi pendidik (Lesson study). 4. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pendidik maupun calon pendidik yang ingin menjadi guru yang profesional, serta menjadi bahan informasi dan pengetahuan tentang proses pelaksanaan lesson study yang merupakan salah satu model pembelajaran kontemporer. 5. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya wawasan ilmu khususnya dalam bidang pendidikan
14
6. Sebagai sumbangan data ilmiah mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru profesional. 7. Dengan penelitian ini penulis berharap para pendidik dapat memahami lebih jauh tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kompetensi yang ia miliki.
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Classroom Action Research dan Lesson study Classroom action research yang sering disebut dengan penelitian tindakan kelas di Indonesia belum lama dikenal. Baru pada sekitar tahun 80-an pemerintah menggalakannya untuk dilaksanakan oleh guru sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengertian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu untuk memahami pengertian classroom action research ini perlu kita telusuri pengertian action research. Kemmis mengatakan action research adalah “suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.1 Pertama kali Classroom action research diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt. Pada awalnya classroom action research menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, seperti pada bidang pendidikan. Salah ssatu contoh pekerjaan utama pada bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling serta mengelola sekolah. Dengan demikian yang 1
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 23.
15
16
menjadi subjek penelitian adalah situasi kelas, individu siswa
atau di
2
sekolah.
Classroom action research adalah action research yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Classroom Action Research berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Classroom Action Research harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Suharsimi mengatakan Classroom Action Research melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, classroom + action + research sebagai berikut: a. Classsroom adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. b. Action adalah sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. c. Research adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Jadi menurutnya Classroom Action Research adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.3 “Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Terdapat beberapa jenis action research, (individual
dua
diantaranya
action
adalah
research)
dan
penelitian penelitian
tindakan tindakan
perorangan kelompok
(collaborative action research)”.4 2
Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa, 2008), h. 42. 3 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 58. 4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 9.
17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa classroom action research merupakan proses yang mengevaluasi kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara sistematik dan menggunakan teknik-teknik yang relevan. Kegunaan classroom action research adalah untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi, meningkatkan tingkat efektivitas dalam proses pembelajaran, prinsip kemitraan dan meningkatkan profesionalisme guru. Esensi permasalahan guru sebenarnya di kelas, bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang mempunyai daya saing, seringkali proses pembelajaran di kelas tidak diteliti oleh guru sehingga tingkat keefektifan metode pembelajaran, media, keterkaitan RPP sulit diukur. Dengan adanya classroom action research diharapkan
dapat
meningkatkan
segi
koognitif,
afektif
maupun
psikomotorik siswa.5 Ada beberapa ahli yang mengemukakan model action research dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan (See), dan repleksi (reflecting). Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.6 Classroom action research adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui Classroom Action Research guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuanya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial. Tujuan utama Classroom Action Research adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga kadangkadang pelaksanaanya sangat situasional dan kondisional.7 5
Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa, 2008), h. 44. 6 Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Panduan Lengkap PTK, (Yogyakarta:Sabda Media, 2011), h. 41. 7 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 32.
18
Classroom action research bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi sebagai kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok batasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan CAR yakni: a. Classroom
Action
Research
adalah
penelitian
yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. b. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan dalam praktik pembelajaran.8 Sedangkan lesson study telah dilaksanakan dan cukup dikenal di Indonesia sejak tahun 2006 melalui program SISTTEMS (strengthening inservice teacher training of mathematics and science education at secondary level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI dan JICA. Lesson study awalnya dilakukan, terutama di tiga kota, yaitu Sumedang, berkolaborasi dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Bantul berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Pasuruan berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UNM) pelaksanaanya ditekankan pada empat tahap, yaitu plan (merencanakan atau merancang), do (melaksanakan), dan see (mengamati), dan sesudah itu merefleksikan hasil pengamatan. Dalam perkembangan selanjutnya, lesson study di Indonesia didefinisikan sebagai suatu model pembinaan profesi dan pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
8
Komaidi, op. cit.., h. 55.
19
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.9 Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran.10 Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa classroom action research dimodifikasi menjadi lesson study yang dalam pelaksanaan pun melakukan empat tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan (See), dan repleksi (reflecting). Dan keduanya pun mempunyai ciri-ciri pokok yang sama seperti classroom action research dan lesson study bersifat kolaboratif, inovatif dan bersiklus/siklusistis.
9
Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: BayuMedia, 2011),
h. 32.
10
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 28.
20
a. Sejarah Lesson study Membahas tentang sejarah lesson study yang pertama kali dicetuskan di Jepang tidak bisa dilepaskan dari kata kounaikenshu yaitu sebuah
CPD
(continuing
professional
development)
bentuk
pengembangan profesional berkelanjutan. Kounaikenshu yang mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya adalah bentuk pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service training) dimana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop bersama rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional mereka.11 Melalui
kegiatan
tersebut
guru-guru
di
Jepang
mengkaji
pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang Jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berati study atau research pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran.12 Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyoukenkyu sendiri dalah merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang yang disebut sebagai suhu reformasi, yaitu Manabu Sato yang merupakan dosen Universitas Tokyo. Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang tertutup. Perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah dan membuka seluas-luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati. Teknik pembelajaran yang terbuka akan menerima masukan dari yang mengamatinya.13
11
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 1. 12 Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 20. 13 Widhiartha, op. cit., h. 3
21
Di Indonesia sendiri lesson study berkembang melalui proyek IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project), yaitu sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di Indonesia JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia. Proyek yang dimulai pada tahun 1998 ini melibatkan IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (saat ini ketganya telah berubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang). Ketiga perguruan tinggi tersebut bersama JICA dan beberapa sekolah terpilih (piloting) merumuskan serangkaian program untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA dan Matematika di Indonesia. Penerapan lesson study sendiri adalah salah satu program yang termasuk di dalamnya. Walaupun proyek IMSTEP sendiri telah selesai namun saat ini ketiga perguruan tinggi tersebut masih aktif mengembangkan lesson study di berbagai sekolah.14 Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) mengakui keunggulan dari lesson study dalam mengembangkan kompetensi dosen dan guru. Oleh karena itu, berbagai program dirancang dan diupayakan agar lesson study segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air, dosen dan guru. Dengan demikian, yang menjalankannya dapat meningkatkan kompetensinya sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman.15
b. Pengertian Lesson study Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara
14
Ibid., h. 7. Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011), h. 1. 15
22
tersebut, kata istilah itu lebih populer dengan sebutan “jugyokenkyu” lesson study mulai dipelajari di Amerika sejak dilaporkannya hasil Third Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996. Dalam bahasa Indonesia disebut “Kaji Pembelajaran”. Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang.16 Menurut Sumar Hendayana mendefinisikan “Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
brdasarkan
prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar”. 17 Menurut Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang “Lesson Study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara kolaboratif, berkelanjutan membangun masyarakat belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life long learning)”.18 Sedangkan menurut Cerbin dan Kopp yang dikutip oleh Putu Ashintya Widhiartha dalam Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal bahwa Lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru yang berasal dan dikembangkan secara sistematis dalam sisitem pendidikan
di
Jepang
dengan
tujuan
utama
menjadikan
prosesnpembelajaran menjadi lebih baik dan efektif.19 Dengan demikian, lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. 16
Ibid., h. 2. Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007, h. 10. 18 J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011, h. 483. 19 Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 9. 17
23
Dari beberapa pengertian lesson study di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1)
Istilah lesson study merupakan penerjemahan dari istilah jugyou
kenkyuu, sebuah bentuk evolusi dari program pendidikan profesional "kounaikenshu" yang tumbuh dan berkembang di Jepang 2)
Lesson study merupakan model pembinaan dan pendidikan
khusus bagi para pendidik, jadi bukan merupakan metode ataupun strategi pembelajaran 3)
Lesson study merupakan bentuk kolaborasi antarguru dalam
rangka melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran melalui proses-proses merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons) 4)
Prinsip lesson study adalah kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar 5)
Proses lesson study dilakukan secara berkelanjutan
c. Konsep Lesson Study Konsep dan praktik lesson study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang yang dalam bahasa Jepang nya disebut dengan istilah jugyokenkyuu. Makoto Yoshida orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan jugyokenkyuu. di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan lesson study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa Negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai diperaktikan. Meski pada awalnya lesson study dikembangkan
pada
pendidikan
dasar
namun
saat
ini
ada
24
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.20 Lesson study adalah sebuah frasa yang berasal dari kata-kata to study lesson, mempelajari pelajaran. Apa yang menjadi pelajaran dalam hal ini adalah KBM (kegiatan belajar-mengajar). Lesson study pada hakikatnya
merupakan
studi/observasi/refleksi.
kegiatan Studi
atau
perbaikan
KBM
melalui
observasi
adalah
kegiatan
pengumpulan data untuk dapat kita pikirkan dalam rangka menarik suatu penjelasan (eksplanasi). Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang dikembangkan. Berikut tipe lesson study yang telah dilakukan oleh para guru:21 1) Lesson study berbasis sekolah Lesson study dengan tipe ini seperti ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Walaupun lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya. 2) Lesson study berbasis MGMP (bidang studi) Lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan sebelumnya. Perbedaannya hanya anggota komunitas yang
20
Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, (tt.p: t.p., t.t), h. 3. 21 Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h.47.
25
datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencangkup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten atau lebih luas lagi. Kegiatan awal lesson study dimulai dari tipe Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang kemudian oleh masing-masing guru MGMP dikembangkan di sekolahnya masing-masing untuk semua guru mata pelajaran sehingga menjadi lesson study berbasis sekolah. Selanjutnya diharapkan lesson study yang dikembangkan adalah lesson study berbasis sekolah (LSBS), karena dapat diikuti oleh semua guru di sekolah bersama kepala sekolah. Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe leson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok orang
yang melakukan
perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu menciptakanterobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif. Dengan langkah, cara serta roses seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian
untuk
berkembang
bersama-sama
dengan
anggota
komunitas belajar lainya.22 Lesson study berbasis MGMP memiliki dua tujuan. Tujuan yang pertama adalah agar para guru bisa saling belajar dari realita-realita pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata, mengapa mereka bisa atau tidak bisa belajar dengan baik dalam situasi-situasi tertentu pada pembelajaran yang diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru menanggapi situasi semacam itu. Kedua, oleh karena MGMP adalah perkumpulan guru-guru bidang studi yang sama, tujuan penting lainya adalah memperkuat latar belakang mereka tentang materi pelajaran. 22
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 401.
26
Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah mampu mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan.23 Sedangkan lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan, pertama adalah pertama, agar semua guru dapat diobservasi dan refleksi setidaknya satu kali dalam satu tahun. Kedua, agar guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekanrekannya sesame guru. Ketiga, agar guru dapat membentuk kolegalitas dengan cara berkolaborasi bersama sehingga terciptannya masyarakat belajar, sesuai dengan prinsif sepanjang hayat (life long learning).24 d. Tahapan lesson Study 1) Perencanaan (Plan) Beberapa hal sebagai tahapan pertama dari lesson study apa yang direncanakan, bagaimana merencanakan, siapa yang merencanakan, pemilihan guru model buku kelas, persiapan untuk open lesson dan dan kebutuhan akan dukungan teknis. Kegiatan perencanaan ini dilakukan sebanyak dua kali. Pertemuan pertama membahas tentang permasalahan dalam pembelajaran siswa di kelas seperti, kesulitan belajar siswa, cara pembelajaran materi yang sulit diajarkan dan penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan diskusi tersebut maka diidentifikasi materi pelajaran yang akan dijadikan model RPP sekaligus dikembangkan drafnya.25 Tahap perencanaan (Plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif
dan
membangkitkan
pembelajaran.
Sehingga
partisipasi
tercipta
peserta
suasana
didik
pembelajaran
dalam yang
menyenangkan, aktif dan kreatif. Perencanaan yang baik tidak dilakukan 23
sendirian
tetapi
dilakukan
bersama
(kolaboratif).
Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.6. 24 Ibid., h. 68. 25 Ibid., h. 3.
27
Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam satu kelompok lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif.26 2) Pelaksanaan (Do) Tahap kedua adalah open class atau tahap pelaksanaan yaitu menerapkan RPP yang sudah dirancang dan didiskusikan pada tahapan sebelumnya. Pada pelaksanaanya seorang guru disebut guru model membuka kelas (Open Class) untuk menerapkan RPP yang telah dirancang bersama, semetara guru lainya disebut observer mengamati dan mencatat proses pembelajaran yang terjadi. Pada proses pelaksanaan lesson study hal penting bagi para pengamat harus berdiri di posisi-posisi dimana mereka bisa melihat wajah para siswa. Karena tujuan lesson study adalah untuk belajar dari realita siswa (belajar dari pembelajaran).27 Tahap pelaksanaan (Do), dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model. Sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati. 3) Refleksi (See) Tahap ketiga adalah refleksi. Setelah selesai pembelajaran dilakukan diskusi antara guru model dan para pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah. Diskusi diawali oleh guru model dengan menyampaikan kesan-kesan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Selanjutnya
pengamat
diminta
menyampaikan
hasil
pengamatannya berupa komentar-komentar dan lesson learn dari proses
26
Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemitraan dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 11, 2009, h.55. 27 Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.3.
28
pembelajaran yang baru saja dilakukan oleh guru model. Tahap refleksi merupakan bagian terpenting dalam lesson study meski banyak orang yang menganggapnya tidak begitu penting. Refleksi harus dimulai dengan mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang ditemukan oleh pengamat dalam pengamatan.28 Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada guru yang bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar juga mengemukakan apa lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru berlangsung.29Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang digunakan.30 Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson study juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See).
28
Ibid., h. 3. Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011), h h. 34. 30 Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 56. 29
29
Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran berorientasi praktik. Kegiatan tersebut digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study di Indonesia
PLAN Secara kolaboratif guru merencanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berbasis permasalahan di kelas
DO Seorang guru melaksanakan pembelajaran yang berpusat peserta didik. Sementara itu guru lain mengobservasi kegiatan peserta didik.
SEE Secara kolaboratif guru merefleksikan keefektifan pembelajaran dan saling belajar dengan prinsip kolegalitas (Sumber: Jurnal Pendidikan Dasar oleh Effendi Zulkily, dkk., 2009)
e. Manfaat Lesson Study Sumar Hendayana menyebutkan dalam “Profesionalisme Pendidik dan Lesson Study” yang dikutip oleh Yudhi Fachrudin dalam skripsinya lesson study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan:31 1) Mendukung implementasi UU No. 14/2005 tentang guru dan dosen untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. 2) Mendukung implementasi PP 19/2005 SNP Pasal 19 proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, 31
Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010, h. 30, Tidak dipublikasikan.
30
memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. 3) Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan selalu ada celah untuk melakukan perbaikan dan inovasi. Lesson study membuat guru menjadi terbuka menerima saran guna perbaikan pembelajaran. 4) Memungkinkan menghasilkan karya ilmiah berbasis penelitian kelas. Selain dari beberapa alasan yang disebutkan di atas lesson study pun memberikan asumsi positif akan manfaat model pembelajaran ini jika dilakukan secara kolaboraif dan berkesinambungan. Berikut manfaat lesson study :32 1) Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri 2) Lesson study melatih pendidik “melihat” peserta didik. 3) Lesson
study
menjadikan
penelitian
sebagai
bagian
integral
pendidikan. 4) Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru. 5) Lesson study menepatkan para pendidik pada posisi terhormat Lesson study bukan hanya memberi manfaat seperti yang telah disebutkan di atas, lesson study juga memberikan keuntungan sekaligus pembelajaran bagi para pendidik seperti: 1) Menumbuhkan sikap bekerjasama (kolaboratif) 2) Membiasakan melakukan refleksi pasca mengajar 3) Menciptakan RPP yang benar-benar tepat untuk peserta didik 4) Menumbuhkan kebiasaan melakukannpenelitian bagi pendidik 5) Mengembangkan budaya saling berbagi dan peduli (sharing and caring) 6) Menciptakan pembelajaran yang berkualitas 7) Menemukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
32
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 19.
31
Lesson study sangat bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran di kelas, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kompetensinya. Dalam kegiatan lesson study guru dituntut untuk dapat melakukan perencanaan f. Kelebihan Lesson Study Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidkan pada umumnya telah banyak dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan penataran baik bersifat regional maupun nasional. Akan tetapi hasil-hasil penataran tersebut seringkali tidak bisa secara langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan antar lain tidak tersedianya
infrastruktur
pendukung
yang
memungkinkan
hasil
penataran tersebut bisa diimplementasikan. Lesson study sebagai strategi peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke berbagai Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini terjadi terutama sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999 yang memuat uraian tentang gambaran proses pembelajaran di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat, buku tersebut mengulas tentang tradisi guru-guru di Jepang untuk belajar dari proses pembelajaran aktual yang kemudian dikenal dengan sebutan Lesson Study. Strategi lesson study memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model inservice training guru lainya.33 Lesson study telah menjadi salah satu alternatif yang dipilih guru-guru di Jepang dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang nantinya akan dapat mengatasi rendahnya mutu pembelajaran di Indonesia.
2. Profsionalisme Guru a. Pengertian Profesi Sebutan “guru profesioanl” juga dapat mengacu pada pengakuan terhadap kompetensi penampilan untuk kerja seseorang guru dalam melakasanakan tugasnya sebagai guru. Dengan demikian sebutan 33
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 36.
32
profsioanal didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan untuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa “profesioanal adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.34 Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada
pekerjaan
mental,
yaitu
adanya
persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuaan, keahlian, dan persiapan akademik.35 Secara sederhana profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan keahliannya (expertise). Ini berarti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan harus dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, suatu profesi erat kaitannya dengan pekerjaan yang spesifik terstandar mutunya dan dapat menjadi
sumber
keprofesionalannya.
penghasilan
sesuai
dengan
penghargaan
36
Kunandar mendefinisikan “Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang 34
Muhammad Surya, Landasan Pendidiakan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia,2010), cet. 1, h. 76. 35 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 16. 36 Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007, h. 698
33
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, propesi adalah suatu jabatan yang menuntut keahlian tetentu”. Artinya suatu jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secra khusus.37 Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.
b. Pengertian Profesionalisme Profesionalisme berasal dari profession yang berarti pekerjaan. Arifin mengatakan yang dikutip oleh Rusman dalam bukunya “Modelmodel Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Sedangkan menurut Kunandar pun mengatakan dikutip oleh Rusman dalam bukunya “Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.38 Profesionalisme adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada keahlian tertentu. Seorang profesional memahami apa, mengapa, dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Mengetahui upaya dan langkah
37
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), h. 45. 38 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 18.
34
strategis serta memahami akibat dan resiko dari suatu pekerjaan yang diembannya. Oleh sebab itu, seorang profesional bukan hanya dibekali keahlian tertentu tapi juga ditopang oleh mental dan kepribadian yang mendukung bidang keahlian dan pekerjaannya.39 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan
profesionalnya
dan
terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembanya. Profesionalisme guru merupkan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas, suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
c. Pengertian Profesional Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian (seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya). Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan.40 H.A.R Tilaar mengatakan yang dikutip oleh Usman Uzer dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” bahwa seorang yang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang
profesional
menjalankan
kegiatannya
berdasarkan
profesionalisme dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan
39
Dedy, Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 49. 40 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: DIVA Press, 2010, h. 20.
35
terus- menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar melalui pendidikan dan pelatihan.41
d. Guru Profesional Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.42 Mendidik atau mengajar merupakan tugas mulia. Orang yang bertugas untuk mendidik, kita menyebutnya sebagai guru. Dalam UU guru dan dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi”.43 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidkan formal, pendidikan dasar. Guru adalah orang yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik bagi siswa. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar
kompetensi
sebagai
wewenang
dalam
menjalankan
tugasnya.44 41
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2011), h. 15 42 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2006), h. 35. 43 Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15. 44 J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, 4, 2011, h. 481.
36
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik, dan terlatih
dengan
dibidangnya. Guru
baik
serta
memiliki
pengalaman
yang
kaya
45
profesional
selalu
mengembangkan
dirinya
terhadap
pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur sebagai sumber pengetahuan, bukubuku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Maka dapat disimpulkan bahwa guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Sedangkan Profesionalitas guru merupakan sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesiai bidangnya. 46
e. Prinsip Profesionalitas Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:47 1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
45
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2011), h. 15. 46 Rusman, Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Bandung: Rajawali Pers, 2011), h. 8. 47 Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: elSAS Jakarta, 2006), h. 161.
37
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 4) Memliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5) Memiliki
tanggung
jawab
atas
pelaksanaan
tugas
keprofesionalan. 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. 8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
f. Kompetensi Guru 1) Pengertian Kompetensi Usman mengatakan yang dikutip oleh Kunandar dalam guru profesional Implementasi Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru bahwa Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif” pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks
yakni pertama
sebagai indikator kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan yang diamati, kedua sebagai konsep yang mencangkup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanannya secara utuh. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
38
dari dirinya sehingga ia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.48 “Charles E. Johnson menagatakan yang dikutip oleh Wina Sanjaya dalam
Pembelajaran
dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi bahwa kompetensi merupakan prilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.” 49 Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat berarti. Kompetensi merupakan prilaku rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan dan ini memungkinkan seorang guru berada pada wilayah dan keadaan berwewenang atau memenuhi syarat sebagai seorang profesional.50 Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa inggris,
competence
yang
berarti
kecakapan
dan
kemampuan.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, prilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Mulyasa mengatakan, “Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang
48
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 51. 49 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 145. 50 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Banguntapan Jogyakarta: DIVA Press, 2010), h. 19.
39
secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman, terhadap peserta didik, pembelajaran
yang
mendidik,
pengembangan
pribadi
dan
profesionalitas”.51 Dalam pasal 2 PP No. 74 tahun 2008, komptensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktulisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi social, kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.52 “Adapun kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi spiritual”. Standar kompetensi meliputi empat komponen, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap kpribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari tujuh
kompetensi,
yaitu
penyusunan
rencana
pembelajaran,
pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaa tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik (Direktorat tenaga Kependidikan Depdiknas, 2003). 53 “Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk
51
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27. 52 Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 50. 53 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.55.
40
kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.54 “Kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewwajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya”.55 Dengan demikian, kompetensi yang dimliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
2) Macam-macam Kompetensi Guru Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut.
(a) Kompetensi Pedagogik Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Prof. Dr. J. Hoogeveld mengatakan, pedagogik 54
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27. 55 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2010), h. 20.
41
adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih menekankan kepada
praktek,
yang
menyangkut
kegiatan
mendidik,
membimbing anak. Berdasarkan pengertian yang disebutkan di atas maka yang dimaksud pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang diberkaitan dengan ilmu dan seni mengajar.56 Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengeolaan peserta didik yang meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.57 Guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan terutama terhadap
56
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 32. 57 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30-31.
42
kebutuhan dan perkembangan pserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna. (b) Kompetensi Kepribadian Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciriciri pribadi yang mereka miliki. Cirri-ciri inilah yang membedakan
seorang
guru
dengan
guru
yang
lainya.
Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah abstrak, hanya dapat
dilihat
berpakaian,
dari dan
penampilan, dalam
tindakan,
menghadapi
ucapan,
setiap
cara
persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis
dan
fisik.
Kompetensi
kepribadian
guru
mencangkup sikap (attitude), nilai-nilai (value), kepribadian (personality) sebagai
elemen perilaku
(behavior) dalam
kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan
kemampuan
dan
pelatihan,
serta
legalitas
kewenangan mengajar.58 Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Kompetensi
yang
berhubungan
dengan
pengembangan
kepribadian diantaranya: Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai
58
Saudagar, op. cit., h. 40.
yang berlaku di
masyarakat,
43
mengembangkan sifat-sifat terpuji misalnya: sopan santun dan tata karma.59 (c) Kompetensi Sosial Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat, berkomunikasi, berinteraksi, secara efektif dengan para siswa, para guru lain, orangtua dan wali siswa serta masyarakat. Kompetensi ini diantaranya meliputi: Bersikap inklusif, bertindak obyektif, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.60 Kompetensi sosial Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan,
orangtua/wali
peserta
didik
dan
masyarakat sekitar. Fachrudin mengutip perkataan Mukhlas Samani yang mengatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan
individu
sebagai
bagian
masyarakat
yang
mencangkup kemampuan untuk berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif, bergaul secara santun dengan
masyarakat
sekitar,
menerapkan
prinsip-prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.61
59
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2008), h. 277. 60 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 247. 61 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 75.
44
Bedasarkan pengertian yang disebutkan di atas inti dari kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi, kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. (d) Kompetensi Profesional Kompetensi berhubungan Kompetensi
profesional
dengan ini
adalah
penyelesaian
merupakan
kemampuan
tugas-tugas
kompetensi
ini
yang
keguruan. merupakan
kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Kompetensi ini diantaranya: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidika, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai bidang studi yang diajarkannya, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber ajar.62 Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.63 Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi:
62
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 18. 63 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 48.
45
Pengenalan peserta didik secara mendalam, penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content), penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan dan pengembangan kpribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.64 Sedangkan Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas menyebutkan Standar Kompetensi Guru sebagai berikut:65 (1) Pengelolaan pembelajaran; (2) Pengembangan potensi; (3) Penguasaan akademik; (4) Sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari tujuh komptensi, yaitu: (1) Penyusunan rencana pembelajaran; (2) Pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) Penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik; (5) Pengembangan profesi; (6) Pemahaman wawasan pendidikan; (7) Penguasaan bahan kajian akademik.
3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu dijelaskan tentang pendidikan secara umum. Dalam 64
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, 4, 2011), h. 482. 65 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.56.
46
bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang yang mendapat awalan pe-an yang meiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.66 Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang akar kata nya adalah gam yang diberi awalan dan akhiran a sehungga menjadi asal kata agam-a. gam berarti pergi. Namun setelah mendapat awalan dan akhiran a Pengertiannya berubah menjadi jalan.67 “Menurut ilmu bahasa (etimologi), islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata, salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa”.68 Menurut Moh Daud Ali Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasaldari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam mim, kata dasar nya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak bercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri). Dari Uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa arti yang terkandung dalam Islam adalah: Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan.69 Selanjutnya mengenai definisi pendidikan agama islam, Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan definisi pendidikan Agama Islam, yaitu sebagai berikut : 1) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat
memahami
dan
mengamalkan
ajaran
islam
serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup. 66
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet I, h. 204. 67 Moh Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 35. 68 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006) h. 91. 69 Ibid., h. 49.
47
2) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. 3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah
selesai
pendidikan
ia
dapat
memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam itu sebagai suatu pandangan hidup di dunia dan di akhirat.70 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran islam dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai
pedoman
hidupnya,
untuk
meraih
keselamatan
dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai, sedangkan tujuan pendidikan adalah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat pengertian tujuan pendidikan islam ialah membentuk kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al-Qur’an disebut “Muttaqin” Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa.71 Mengutip pendapat Imam Al- Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman dalam bukunya menjelaskan tentang tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Agama Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan di dunia dan di akhirat. Manusia dapat mencapai 70
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara 1992), cet. II, h.86. 71 Zakiyah Daradjat. dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) h. 72.
48
kesempurnaan melalui pencaharian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Keutamaan itu akan memberi kebahagiaan di dunia serta dapat mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga ia akan mencapai kebahagiaan pula di akhirat.72 Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta, berakhlak mulia dalam kahidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Penelitian yang Relevan Dalam penelitaian relevan yang telah dilakukan oleh Yudhi Fachrudin dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2010. Memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lesson study di SMA Laboratorium UPI Bandung merupakan sekolah mitra dari Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang telah bekerjasama dengan JICA dalam mengembangkan lesson study di sekolah-sekolah yang ada di Bandung. 2. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see memuat kompetensi-kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian yang dapat dikembangkannya. 3. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see sebagai jalan yang dapat menjadi model pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian. 4. Faktor pendukung pengembangan lesson study di SMA Laboratorium UPI, selain karena di bawah koordinasi FMIPA UPI, lebih karena adanya partisipasi dari guru-gurunya sendiri yang berani mengembangkan lesson dalam pembelajarannya serta adanya dukungan kepala sekolah yang mendorong warga sekolah untuk terus belajar dan berprestasi. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kompetensi, keterbatasan sarana dan prasarana, dan
72
Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran Al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan Ilmu, (Bandung: CV. Diponegoro, 1986), h.66.
49
kurangnya pemahaman tentang lesson study pembinaan sehingga guru masih belum bisa mengaplikasikan hasilnya di sekolah.73 Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Astri Fitriani dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2012. Memberikan kesimpulan sebagai berikut: Pembinaan kompetensi pedagogik guru melalui model lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung telah berjalan dengan baik, dan juga mendapat dukungan yang baik dari masyarakat sekolah (kepala sekolah, guru, siswa). Sedangkan kendala yang dihadapi ialah persoalan waktu dan biaya terbatas dalam pengembangan lesson study sebagai sebuah model pembinaan guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.74 Penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai teori, konsep lesson study secara utuh dan keseluruhan, serta belum ada penelitian yang membahas lesson study dengan menggunakan penelitian kualitatif yakni melihat kualitas adanya teori lesson study yang telah diterapkan oleh para guru Indonesia.
73
Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010, Tidak dipublikasikan. 74 Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012, tidak dipublikasikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul “Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten”. Penelitian skripsi ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2013 sampai bulan Desember 2013 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari buku-buku yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan salah satu model pembelajaran “Lesson Study dan Profesionalitas Guru”. Adapun tempat penelitian ini dilakukan di sekolah yakni SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang yang telah
melaksanakan open class dengan tipe lesson study berbasis
MGMP. B. Metode dan Desain Penelitian Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku mengenai model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalitas guru, buku-buku pendidikan, skripsi, jurnal dan lain sebagainya yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif.
50
51
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang ecara individual maupun kelompok. Beberapa deskriptif digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Penelitian lain memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.1
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1.Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik pengumpulan data dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Setting penelitian ini dilakukan di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:2 a. Data Primer Data primer merupakan literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitin ini, yaitu 1) Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah karya: JICA, IDCJ, Kemendiknas, Kemenag, UPI, UNY, dan UNM 2) Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik karya Sumar Hendayana. dkk 3) Lesson
Study
Sebuah
Upaya
Peningkatan
Mutu
Pendidik
Pendidikan Nonformal, karya Putu Ashintya Widhiartha. Dkk 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 60. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 308.
52
4) Lesson Study Berbasis Sekolah karya Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dkk b. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber penunujang yang dijadikan alat untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumbersumber dari penulis lain yang berbicara tentang pendidikan berupa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain (skripsi), jurnal dan lain sebagainya yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Sumber primer yang dijadikan oleh peneliti berupa buku-buku yang membahas masalah penelitian yang diteliti oleh penulis sebagai berikut: 1) Model-model
Pembelajaran
Mengembangkan
Profesionalisme
Guru karya Dr. Rusman, M.Pd 2) Pokoknya Action Research karya A Chaedar Alwasilah 3) Pengembangan Profesionalitas Guru karya Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd. 4) Membangun Profesionalitas Guru karya Asrorun Ni’am Sholeh Selanjutnya bila dilihat dari segi cara, penelitian kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Obeservasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Penelitian Ini menggunakan dua macam observasi. 1) Observasi partisipatif dan non partisipatif Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung. Sedangkan dalam observasi non partisipatif (non partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung.3 3
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 220.
53
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.4 Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan (Non Partisipan Obseration), yakni peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.5 b.
Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.6 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada
yang
diwawancarai.7
Wawancara
juga
teknik
pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden. Wawancara menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab melalui proses wawancara.8 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.9 Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, pandangan, 4
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 3. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 145. 6 Deddy Maulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, h. 180. 7 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192. 8 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group, 2013), h. 20. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 138.
54
perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.10 c. Dokumentasi Cara pengumpulan data dengan dokumentasi ini merupakan sumber non manusia. Teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.11 No
Jenis Dokumen
1
Profil Lembaga/Sekolah
Rincian Dokumen a. Identitas SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten b. Visi, misi, dan tujuan c. Sarana dan Prasarana d. Jumlah Siswa SMP N 1 Kramatwatu Serang Banten Tahun Pelajaran 2012/2013 e. Data pendidik dan tenaga kependidikan
2
Laporan Kegiatan Proses pelaksanaan
Deskripsi Data Hasil
Lesson study MGMP
Intervensi Tindakan
PAI
10
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h. 72. 11 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 221-222.
55
2. Teknik Analisis Data Maksud utama analisis data adalah untuk membuat data itu dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa didokumentasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dilakukan pada saat peneliti masih di lapangan, dan setelah data terkumpul. Dalam penelitian kualitatif, jenis data yang dihasilkan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Agar data yang telah dikumpulkan sesuai dan fokus pada masalah penelitian maka analisis data yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah model analisis data mengalir (flow model). Miles dan Huberman mengatakan ada tiga langkah utama dalam menganalisis data.12 Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data model mengalir (Miles dan Huberman)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
(Sumber: Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN, 2013) Berdasarkan gambar di atas berikut penjelasan singkat mengenai komponen analisis data:13 a. Pengumpulan Data
12
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2010), h. 147 13 Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, 2013), h. 70.
56
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian. b. Reduksi Data Reduksi
data
adalah
proses
memilih,
menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi, dan mengubah data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. c. Penyajian Data Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan tindakan yang diusulkan. d. Penarikan Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisiproposisi yang terkait dengannya.14 3.Pemeriksaan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: a. Kredibilitas dan Transferabilitas Data Kredibilitas dan
Transferabilitas
Data
menunjukan tingkat
kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian kualitatif menunjukan sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-komsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara partisipan dengan peneliti. Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Strateginya meliputi 14
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2010), h.147.
57
perpanjangan
pengamatan,
ketekunan
penelitian,
triangulasi
(mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber dari luar data sebagi bahan perbandingan), diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheking. b. Reliabilitas Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas ditunjukan sejauhmana kualitas proses dalam mengkonseptualisasikan penelitian, nilai, dan pengumpulan data, interpretasi temuan dan pelaporan yang dimintakan pihak-pihak atau orang-orang yang telah pakar atau ahli dalam penelitian kualitatif. Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mempertajam uraian deskriptif kongkrit, yaitu pengungkapan data wawancara dan dokumen dengan konfimasi berulang-ulang terhadap responden.15
D. Teknik Penulisan Secara teknis, skripsi ini mengacu pada Teknik Penulisan Makalah dan Skripsi , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullaah Jakarta 2013.
15
Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, 2013), h. 72-75.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian, Dalam bab IV ini akan dikemukakan deskripsi data hasil penelitian. Sesuai dengan data yang diperoleh penulis, maka disajikan data sebagai berikut:
A. Deskripsi Data (Gambar 4.2)
(Gambar 4.1)
Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
58
HASIL OBSERVASI (Perencanaan) PLAN Hasil observasi yang didapat penulis terdapat 3 tahap kegiatan dalam pelaksanaan lesson study yakni perencanaan (plan), Pelaksanaan (do), Refleksi (see). Berdasarkan hasil dari tahap perencanaan yang telah dilakukan pada tanggal 8 November 2013 oleh guru PAI secara berkelompok telah dihasilkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tersusunnya rencana waktu, tempat open class beserta guru model 2. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran 3. Adanya lembar kerja siswa dan soal-soal tes untuk mengukur keberhasilan 4. Format lembar observasi persiapan pelaksanaan
59
HASIL OBSERVASI (Pelaksanaan) DO (Gambar 4.3) Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati guru model dan siswa selama proses pembelajaran. Maka kegiatan lesson study dilaksanakan pada hari Kamis di kelas 8a Semester 1 tahun 2013/2014 pada SMP Negeri 1 Kramatwatu Kabupaten Serang. lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan.
(Gambar 4.1)
Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
HASIL OBSERVASI (Refleksi) SEE
(Gambar 4.4)
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti setelah mengamati guru model dan siswa selama proses pembelajaran. Maka kegiatan refleksinya guru model terlebih dahulu menyampaikan kesan yang ia dapat selama proses pembelajaran berlangsung sebelum para observer/pengamat menyampaikan saran dan kritik mereka. lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan.
60 HASIL OBSERVASI Hasil observasi yang dilakukan peneliti sebagai berikut: Secara keseluruhan bahwa hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana dan boleh dianggap berhasil dengan baik. Hal ini tampak ketika dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti skenario pembelajaran yang telah dilakukan. lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan. (Gambar 4.6)
AKTIVITAS MENGAJAR GURU MODEL (Gambar 4.5)
.
(Gambar 4.7)
HASIL WAWANCARA Hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama penelitian oleh guru PAI yang menjadi guru model Detty Herawati, S.Ag pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013 di ruang guru SMP N 1 Kramatwatu adalah setelah proses pelaksanaan lesson study selesai guru bisa mengevaluasi cara mengajarnya sehingga cara mengajar yang awalnya terkesan konservatif bisa lebih terlihat inovatif. Dengan pelaksanaan lesson study maka kompetensi yang dimiliki guru dapat meningkat sehingga para guru PAI bisa menjadi guru yang profesional. lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan.
(Gambar 4.8)
AKTIVITAS BELAJAR SISWA Kelas VIII A
(Gambar 4.9)
HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VIII A Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada proses pembelajaran siswa. Dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Terciptanya proses pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Siswa tidak mudah jenuh dengan pembelajaran sehingga selalu bersemangat
61
B. Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten 1. Implementasi Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu SerangBanten Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang dikembangkan. Lesson study yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kramatwatu
adalah lesson study berbasis musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP). Pada kegiatan open class ini dilakukan pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam, jadi sekelompok guru pendidikan agama Islam di wilayah Banten berkumpul untuk bermusyawarah dengan tujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana praktik lesson study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten, maka peneliti mengunjungi langsung ke SMP Negeri 1 Kramatwatu dengan izin dari Kepala SMP Negeri tersebut. Setelah mendapat izin peneliti ikut secara langsung dalam kegiatan lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten mulai dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (See). Dalam mengikuti kegiatan ini peneliti melakukan observasi dan wawancara terkait dengan lesson study yang telah dilaksanakan. Untuk memperjelas gambaran pelaksanaan lesson study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru PAI, di bawah diuraikan secara lebih rinci mengenai tahapan-tahapan kegiatannya mulai dari perencanaan, sampai refleksi yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten pada tanggal 18 November 2013 Tahun Ajaran 2013-2014. Berikut hasil pengamatan peneliti terkait kegiatan tahapan-tahapan yang ada dalam lesson study.
62
a. Tahapan Lesson Study 1) Perencanaan (Plan) Tahap awal persiapan dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan menjadi guru model. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan di SMP Negeri 1 Kramatwatu. Hal yang dilakukan dalam tahap ini antara lain meliputi identifikasi masalah pembelajaran, serta alternative solusi yang mungkin dipilih. Menurut para guru PAI, materi yang harus diajarkan pada semester yang sedang berlangsung adalah tentang meningkatkan
keimanan
kepada
Rasul
Allah.
Berdasarkan
pengalaman, konsep tentang materi ini dipandang kurang menarik bagi siswa karena mereka dituntut menghafal nama-nama Rasul, sifat-sifat Rasul beserta arti sifat tersebut. Maka perlu dicari cara pembelajaran yang dapat
mengubah pandangan tersebut. Pada materi ini
direncanakan siswa melakukan proses diskusi yang terlebih dahulu dibentuk kelompok tiap kelompok mendapat 5 nama rasul dan diskusikan tentang sifat-sifatnya. Hasil diskusi tersebut disampaikan dengan cara perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan siswa kelompok lain. Kegiatan belajar tersebut diharapkan dapat mengubah pandangan siswa yakni siswa bukan hanya dituntut untuk hafal nama-nama Rasul dan sifatnya namun siswa bisa lebih menghayati, memahami serta meneladani tentang sifat Rasul yang nantinya bisa mereka terapkan dikehidupan sahari-hari. Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan di kelas VIII dirancang
dalam
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP).
Bersamaan dengan perancangan RPP, dibuat juga lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Pada LKS berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, para
63
guru pun mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang untuk menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam pelaksanaan
lesson
study
tidak
tertutup
kemungkinan
untuk
mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat yang
berkepentingan,
atau
masyarakat
pemerhati
pendidikan.
Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting karena informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas dan refleksi pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi peningkatan kualitas sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer yang hadir dalam kegiatan lesson study sangat menguntungkan karena latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda dapat menghasilkan pandangan beragam sehingga bisa memperkaya pengetahuan para guru.1 Pada tahap perencanaan (plan) dalam praktik lesson study yang telah dilaksanakan diketahui bahwa dalam model lesson study setiap guru dituntut untuk mampu membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan para siswa. Hal ini berarti guru secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran dengan cara memahami karakteristik siswa yang ada. Menurut penulis pada tahapan ini sudah menyentuh salah satu aspek kompetensi yang harus dimliki guru yakni kompetensi pedagogik, karena guru sudah berusaha
mengelola
pembelajaran
dengan
membuat
rencana
pembelajaran dan dalam tahapan ini guru berusaha mengubah pandangan siswa terhadap materi pembelajaran yang dianggap sulit. 2) Pelasanakaan (Do) Tahapan ini dilakukan setelah semua perangkat pembelajaran siap digunakan. Kegiatan pelaksanaan (do) dilaksanakan pada tanggal 18 November 2013 di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten mulai 1
Dokumentasi Hasil Observasi Pada tanggal 8 November 2013.
64
dari jam 08:45 sampai jam 10:10 WIB. Pembelajaran dilakukan oleh Detty Herawati, S.Ag di kelas 8a dengan mengambil materi tentang meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah SWT. Banyaknya siswa dalam kelas ada 28 siswa dan proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok, semuanya ada lima kelompok yang masing-masing kelompok ada enam siswa. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas VIII. Sebelum melaksanakan proses open class perlu dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study yang akan dilakukan, selanjutnya sebelum guru model memulai pembelajaran, guru model diberi kesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya sebelum para observer dan Kepala Sekolah masuk ke kelas 8a, Kepala Sekolah mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.2 Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatannya masing-masing. Selanjutnya guru model melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana. Awal pembelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan singkat tentang materi Meningkatkan Keimanan pada Rasul Allah SWT guru model menggunakan media pembelajaran visual yakni materi ditampilkan dalam tampilan Mc Power Point menggunakan proyektor karena guru menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI). Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan 2
Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 18 November 2013.
65
semua alat indra yang dimiliki siswa. Setelah guru selesai menjelaskan siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Kemudian diberi tugas untuk mendiskusikan beberapa nama-nama Rasul dan sifat-sifatnya. Pada saat diskusi selesai, guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi yang telah ia lakukan kepada siswa kelompok lain. guru member apresiasi bagi perwakilan kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya serta memberi pembenaran. Pada akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi dengan cara memberikan LKS kepada tiap siswa. Kemudian memberikan penilaian. Kegiatan lesson study pada tahap implementasi ini dihadiri oleh delapan orang observer dan tiga orang dari pengurus MGMP. Posisi para observer di dalam kelas tersebar di pinggir kelas, serta di depan dan di belakang. Observer melakukan pengamatan di kelas berdasarkan pada lembar observasi kegiatan lesson study. Observasi terutama ditujukan pada interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa dalam kelompok, interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas, interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam belajar, kapan siswa mulai belajar, kapan siswa mulai terlihat bosan belajar, dan kapan siswa selesai belajar. Para observer tidak diperkenankan untuk melakukan intervensi pada kegiatan yang dilakukan siswa, maupun yang dilakukan oleh guru. Dengan cara seperti itu, siswa tidak terganggu dengan kehadiran para observer yang jumlahnya melebihi jumlah siswa di dalam kelas 3) Refleksi (See) Setelah selesai proses pembelajaran, selanjutnya dilakukan kegiatan refleksi Pada awal kegiatan refleksi, guru model diberi kesempatan menyampaikan kesan-kesan tentang aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Dalam kasus kegiatan lesson study yang disajikan ini, guru menyampaikan bahwa pada awalnya dia merasa gugup (nervous) ketika melakukan pembelajaran dikarenakan banyaknya
66
jumlah observer yang mengamati ketika dia mengajar. Setelah guru menyampaikan kesan-kesannya, para observer secara bergantian menyampaikan tanggapan dan kesan-kesannya terhadap pembelajaran yang telah mereka saksikan. Dari kegiatan refleksi terungkap beberapa tanggapan dari para observer bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru tersebut sudah sangat baik mulai persiapan sampai implementasinya. Guru sudah membimbing siswa dengan baik dalam upaya memahami konsep yang dipelajari yaitu meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah SWT.3 Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan adalah dalam hal pengelompokan masih ada terlihat beberapa siswa yang kurang merespon kegiatan yang ada di dalam pembelajaran sehingga siswa tersebut terlihat tidak aktif dan guru model harus tetap melihat waktu yang telah direncanakan yakni 2 x 40 menit. Sehingga jangan sampai terulang waktu habis sebelum proses pembelajaran selesai. b. Manfaat Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. Untuk mengetahui manfaat bagi guru yang telah melaksanaan lesson study. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan salah satu guru menyatakan bahwa setelah mengikuti pelaksanaan lesson study:4 1) Guru mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih secara efektif dan efisien. 2) Guru mampu memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kolegalitas. 3) Guru melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Guru mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki. 3
Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013. 4 Hasil Wawancara dengan guru model Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
67
5) Guru bisa lebih mengenal pribadi siswa, potensi bakat yang ia miliki. 6) Guru bisa mengevaluasi cara mengajar yang telah dilakukan agar cara mengajar bisa lebih baik Selain itu guru juga mampu bersikap terbuka dalam menerima kritik terhadap kekurangan dalam proses pembelajaran yang ia lakukan. Guru bisa lebih mengevalusi dirinya secara objektif menurut peneliti secara tidak langsung hal ini dapat dijadikan sebagai pelatihan guru agar lebih profesional terhadap profesi yang ia miliki. Menurut para guru pada awalnya terasa berat dan sulit untuk dapat menerima kritikan yang diberikan oleh para observer/pengamat saat lesson study, tapi sejalan dengan terus berkembangnya peserta didik yang makin beragam maka guru harus mampu mengendalikan peserta didik. Dengan adanya lesson study di sekolah maslah terkait cara melakukan pembelajaran yang efektif untuk peserta didik dapat terselesaikan. Menerima keritikan yang positif beserta saran dari para observer saat proses lesson study maka guru akan memperoleh cara atau inovasi pembelajaran yang mampu mengendalikan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien.
2. Dampak Lesson Study terhadap Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Upaya peningkatan guru bukan
hanya
berkelanjutan,
kegiatan yang
sesaat,
tatapi
dilaksanakan
lebih sesuai
merupakan
kegiatan
dengan
konsep
continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang sangat tepat untuk dimaksudkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tidak lain dan tidak bukan adalah lesson study. Mengapa? Karena dengan lesson study para guru akan
68
melakukan proses pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensinya. Sehingga sikap profesionalitas yang dimiliki guru dapat meningkat. Berdasarkan wawancara dengan guru koordinator lesson study MGMP PAI yang telah melaksanakan lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang. Ada beberapa hal penting yang dapat diperoleh melalui kegiatan lesson study.5 a. Terjalinya kemitraan yang mutual antara guru mata pelajaran dengan sekolah mitra b. Melalui kegiatan lesson study dapat dikembangkan pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui hands on dan mind on activity life, dan local materials c. Lesson study memberikan pemahaman bagi guru tentang pentingnya pengkajian pembelajaran sebagai dasar peningkatan profesional masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan Dampak yang terjadi pada guru setelah melaksanakan lesson study adalah adanya peningkatan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Guru PAI lebih inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa, guru tidak segan saling berbagi pengalaman dan ide, saling memotivasi dan mendapatkan umpan balik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, adanya kepuasan dan keikhlasan dalam bekerja. Dengan dilaksanakannya lesson study dapat meningkatnya kualitas serta kuantitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi siswa adanya program lesson study menyebabkan terjadinya peningkatan pemahaman terhadap materi pelajaran, peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran, peningkatan motivasi belajar, peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Tidak ada rasa cemas, siswa 5
Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013
69
gembira, dan siswa percaya diri, tidak takut bertanya, peningkatan efektivitas hasil belajar, serta adanya kepuasaan dalam belajar. Guru yang bermutu dan profesional adalah guru-guru yang memiliki kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang-undang. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini. Muncul paradigm baru untuk profil guru Indonesia yang profesional yaitu memiliki kepribadian matang dan berkembang, penguasaan ilmu yang kuat, keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi, dan perkembangan profesi secara berkesinambungan.6 Tim Dosen UPI melukiskan gambaran umum tujuan utama lesson study, dan hubungan dengan empat kompetensi guru yang diharapkan UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
6
Muhammad Surya, Landasan Pendidiakan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia,2010), cet. 1, h. 9.
70
Gambar 4.10 Gambaran Umum dan Tujuan Utama Lesson Study serta Hubungannya dengan Kompetensi7 Gambaran
Tujuan Utama Lesson Study
Umum
Lesson study Merencanakan pembelajaran
berdasarkan
Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar
tujauan dan perkembangan Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran
siswa Mengobservasi pembelajaran
untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas belajar siswa Menggunakan
data
refleksi pembelajaran secara mendalam dan luas Jika perlu melakukan replanning dengan topic sama untuk pembelajaran pada kelas lain
Kompetensi Pedagogik
Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
hasil
observasi untuk melakukan
Kompetensi Profesional
Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang Meningkatnya
Perbaikan Mutu pembelajaran terus menerus
kualitas rencana pembelajaran
Kompetensi Sosial
Semakin kuatnya hubungan kolegalitas Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang
Kompetensi Kepribadian
(Sumber Tim Dosen UPI) Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwasannya pelaksanaan lesson study mempunyai hubungan yang dapat meningkatkan empat
7
Indonesia Center of Lesson Study, Kiat-kiat Lesson http://www.icls.upi.edu. h. 3. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2014.
Study,
dari
71
kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik agar dapat menjadi guru yang profesional. Karena pada prinsip guru profesionalitas guru harus Memliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas maka guru tersebut telah memiliki hak profesional.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Lesson
Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. Dalam praktik lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu terdapat beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan lesson study ini sebagai pengupayaan peningkatan profesionalitas guru yaitu: Adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah pelaksanaan lesson study sebagai salah satu upaya peningkatan
profesionalitas
guru
sekaligus
peningkatan
mutu
pembelajaran di kelas. Selain itu sikap antusias dari para guru-guru SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-banten yang tinggi untuk mengikuti dan melaksanakan praktik lesson study. Sejaran dengan pelaksanaan lesson study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru pendidikan agama Islam terungkap beberapa faktor penghambat atau kendala yang dialami pada saat proses yang dilaksanakanm. Kendala yang paling sering dihadapi ialah keterbatasan waktu dalam melakukan lesson study dan biaya yang terbatas yang ada di sekolah. Terkadang juga ditemukan kendala yang datang dari guru itu sendiri, contohnya masih ada guru yang kurang rajin dan tidak ingin untuk dievaluasi pembelajarannya dalam tahapan lesson study. Kendala yang lainnya pun seperti adanya kesulitan dalam mengatur jadwal untuk mengundang guru agar menjadi observer dikarenakan jadwal guru yang penuh.8 8
Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
72
Terlepas dari faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang. Para guru sepakat bahwasanya pelaksanaan lesson study sebagai pengupayaan peningkatan profesionlitas guru pendidikan agama Islam berlangsung dengan baik dan perlu
dikembangkan
secara
berkelanjutan
guna
meningkatkan
profesionalitas keguruan yang dimliki guru. Untuk mendapat informasi yang lebih mendalam terkait pengupayaan lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru pendidikan agama Islam, peneliti melakukan wawancara dengan guru model yang sudah menerapkan lesson study. Berdasarkan hasil wawancara tersebut lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang mendapat banyak dukungan dari banyak kalangan seperti seluruh civitas sekolah, para pegawas, kepala sekolah, guru-guru yang menjadi pengurus lesson study MGMP dalam rangka pengupayaan peningkatan profesionalitas guru sehingga saat ini guru tiap mata pelajaran sudah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dalam pembelajaran.9
9
Hasil Wawancara dengan guru model Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Implementasi Lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten Sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan yang
idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Lesson study yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pada kegiatan open class ini dilakukan pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Proses pelaksanaannya pun berlangsung dengan baik, banyak yang mendukung pelakasanaan kegiatan lesson study ini. Mulai dari kepala sekolah dan para guru-guru serta para pengawas kegiatan lesson study. Setiap tahapan lesson study mulai dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do) sampai tahap refleksi (see) mampu memberikan makna yang dapat meningkatkan sikap profesionalitas guru pendidikan agama Islam (PAI) 2. Dampak Lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten Setelah proses kegiatan lesson study ini dilakukan maka dampak yang dirasakan guru PAI adalah meningkatnya kemampuan kompetensi pedagogic, komptensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam guru lebih
73
74
inovatif dengan metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa. Serta meningkatnya kualitas dan kuantitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 1 Krmatwatu Serang-Banten Peneliti menemukan beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan lesson study MGMP PAI
ini yakni adanya dukungan penuh dari
kepala sekolah, ketua koordinator pelaksanaan lesson study MGMP PAI serta adanya sikap antusias para guru-guru untuk ikut melaksanakan lesson study ini. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan lesson study MGMP PAI persoalan waktu dan biaya yang terbatas untuk melaksankan kembali kegiatan lesson study secara berkesinambungan dan adanya guru yang masih mempunyai sikap tidak ingin dievaluasi cara pengajarannya.
B. Implikasi Sebagaimana kesimpulan di atas, maka dalam penelitian kualitatif ini implikasinya adalah program lesson study dapat dilaksanakan karena adanya dukungan kerjasama guru yang dilibatkan dalam program pelaksanaan kegiatan ini. Adanya koordinator yang berperan sebagai fasilitator dengan menyusun jadwal adanya dana pendukung bagi penyelenggaranya, serta dukungan kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten. Selain itu program ini sangat tepat dilakukan dalam kegiatan MGMP sehingga guru dapat saling kerjasama, berbagi pengalaman dalam pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan kompetensinya. C. Saran Dari hasil temuan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan lesson study dalam upayanya meningkatkan profesionalitas guru PAI sebagai berikut: 1. SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten pernah
mempraktikan
lesson
study
sebagai sekolah yang
MGMP
dapat
membagi
75
pengalamannya kepada sekolah lain yang belum mengenal dan mempraktikan lesson study agar dapat mempraktikannya di sekolah lain. 2. Dalam pelaksanaan lesson study sebaiknya mengambil jam terakhir agar tidak terlalu mengganggu pada mata pelajaran yang lain dalam pelaksanaan lesson study pun lebih memiliki waktu yanglebih leluasa. 3.
Bagi kepala sekolah dapat terus memberikan dukungan, mendorong
dan memberikan penghargaan bagi para guru yang mempunyai keinginan untuk meningkatkan profesionalitas yang ia miliki dengan melaksanakan lesson study. 4. Perlu adanya sikap antusias dan keinginan yang kuat dari para guru untuk berkeinginan dalam melaksanakan kegiatan lesson study. 5. Hendaknya kegiatan lesson study ini dilakukan dengan cara berkelanjutan/berkesinambungan agar mendapat hasil yang maksimal. Sehingga perbaikan cara mengajar dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2010. Arikunto, Suharsimi., dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Action Research, Bandung: PT.Kiblat Buku Utama, 2011. Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemitraan dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, nomor 11, 2009. Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010. “tidak dipublikasikan”. Fakhruddin, Asef Umar. Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: DIVA Press, 2010. Fitriani, Astri, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012. “tidak dipublikasikan”. Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009 Hamdani, Nizar Alam., dan Hermana, Dody. Classroom Action Research, Jakarta: Rahayasa, 2009. Hendayana, Sumar., dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, Bandung: UPI Press, 2007.
76
77
Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, Malang:
t.p.,
2010. J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011. Komaidi,
Didik.,
dan
Wijayanti,
Wahyu.
Panduan
Lengkap
PTK,
Yogyakarta:Sabda Media, 2011. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010. _ _ _ _ _, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007. Kusumah, Wijaya., dan Dwitagama, Dedi. Mengenal PenelitianTindakan Kelas, Jakarta: PT. Indeks, 2009. Maulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA Universitas Malang. Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Presss Group, 2013. Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011. Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
78
Nata, Abuddin. Manajement Pendidikan, Jakarta: Kencana PMG, 2010. Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, tt.p: t.p., t.t. Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara. Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004. Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP, Jakarta: Prenanda Media Group, 2008a. _ _ _ _ _, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008b. _ _ _ _ _, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2011. _ _ _ _ _, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010. Saudagar, Fachruddin., dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada, 2011. Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: elSAS Jakarta, 2006. Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
79
Surya, Muhammad., dkk.,
Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik,
Bandung: Ghalia Indonesia, 2010. Susilo, Herawati., dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, Malang: Bayumedia Publishing, 2011. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2011. Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Ciputat: Gaung Persada Press, 2006. _ _ _ _ _, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP Press, 2010. Widhiartha, Putu Ashintya., dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, Bandung: Guna Widya, 2009. Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002) Buku Panduan Implementasi Lesson Study, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010. Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah, tt.p. : JICA, 2011. Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri, 2013. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005. Abu Zakaria, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui, “www.assunnahSurabaya.wordpress.com, diunduh pada tanggal 24 April 2014.
80
Mengapa Lesson Study, http://p4tkpknips.org/2012-04/meningkatkan-kompetensiguru-melalui-lesson-study.htm diunduh pada tanggal 14 Desember 2013. Risalah Islam, dan Dasar-dasar Islam, http://www. RisalahIslam.com, diunduh pada tanggal 24 April 2014 Herawati, Detty, wawancara, Serang, 19 November 2013.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN | 1
LEMBAR OBSERVASI PROFIL LEMBAGA SEKOLAH
1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Kramatwatu SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah lembaga pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama yang berwawasan global dengan ciri khas keislaman. SMP Negeri 1 Kramatwatu mengacu pada kebutuhan nasional yang unggul dalam prestasi dengan wawasan Islami dan berbasis ICT menuju sekolah rintisan berstandar internasional. SMP Negeri 1 Kramatwatu beralamat di Jalan Raya Cilegon Km.08 Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi Banten. Lokasi SMP Negeri 1 Kramatwatu cukup strategis karena dekat dengan jalan raya sehingga mudah ditempuh, baik dengan kendaraan roda empat maupun roda dua, suasananya tenang cocok untuk mengadakan proses kegiatan belajar mengajar dan aktivitas lainnya, sehingga kegiatan sekolah berjalan dengan baik dan nyaman. SMP Negeri 1 Kramatwatu mulai menerima siswa baru pada tahun pelajaran 1982/1983. Pada tahun pelajaran 1982/1983 SMP Negeri 1 Kramatwatu masih dikelola oleh SMP Negeri 3 Serang. Mulai tahun pelajaran 1983/1984 SMP Negeri 1 Kramatwatu ini mendapat keputusan pendirian di Kramatwatu Kota Serang Provinsi Banten. Luas areal tanah SMP Negeri 1 Kramatwatu ±21.395 m², saat ini SMP Negeri 1 Kramatwatu telah membangun seluas ±5535,5 m², dan tanah siap bangun 15859,5 m². Dalam bidang akademik adanya penyempurnaan dan pembinaan proses belajar mengajar. Dengan pendekatan cara belajar aktif, LKS, dan lain-lain. Selain itu kualitas guru-gurunya pun ditingkatkan, misalnya dengan mengikut sertakan guru mata pelajaran pada kegiatan MGMP, CTL, PTK,
81
LAMPIRAN | 1 Lesson Study maupun penetaran-penataran lainnya dan memberi kesempatan seluas-luasnya pada guru-guru untuk menambah ilmu melalui pelatihanpelatihan workshop dan lain sebagainya.
Perlu diketahui, SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah sekolah bertaraf/berstandar nasional dan sekolah ini memiliki sarana pengembangan bakat dan minat yang baik, dan fasilitas olahraga yang cukup lengkap. Semua usaha tersebut terlihat hasilnya manakala melihat prestasi siswa yang sangat memuaskan, dan dari tahun ketahun prestasi yang diperoleh terus meningkat sesuai dengan meningkatnya aktivitas siswa di sekolah dan di lingkungan masing-masing, terutama dalam bidang olahraga dan upacara bendera.
2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kramatwatu a) Visi SMPN 1 Kramatwatu Terselenggaranya Pendidikan Berstandar Nasional yang Unggul dalam Prestasi dengan Wawasan Islami dan Berbasis ICT menuju Sekolah Rintisan Berstandar Internasional.
b) Misi SMPN 1 Kramatwatu 1) Mewujudkan keadaan sekolah yang aman, nyaman untuk pelaksanaan PBM. 2) Mewujudkan keadaan yang asri, bersih, dan indah, serta sehat. 3) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan dan mutahir serta berbasis ICT. 4) Mewujudkan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten dan trampil mengoprasikan komputer/notebook. 5) Mewujudkan adanya kurikulum sekolah berbasis KTSP.
82
LAMPIRAN | 1 6) Terwujudnya prestasi siswa baik akademik maupun non akademik. 7) Terwujudnya prestasi guru disekolah dan guru berprestasi di kabupaten atau Propinsi. 8) Terwujudnya budaya disiplin untuk menunjang proses pendidikan di sekolah. 9) Terwujudnya kegiatan-kegiatan keagamaan pada masyarakat sekolah. 10)
Terwujudnya prestasi-prestasi siswa dalam lomba: LPIR,
Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Volly ball, Footsal, paduan suara, vocal group. 11)
Terwujudnya siswa teladan tingkat kabupaten dan provinsi.
12)
Terwujudnya PBM dengan berbasis ICT.
3. Sarana dan Prasarana Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Negeri 1 Kramatwatu memiliki sarana dan prasarana:
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Kramatwatu
a. Data ruang belajar/kelas Jumlah dan ukuran
Kondis i
Jumlah
Jumlah
Ukura
Ukura
Ukura
Jumla
ruangan
ruangan
n
n
n
h
lainnya
yang
7x9 m²
>63 m²
<63 m²
yang
digunaka
digunaka
n untuk
n untuk
kelas
kelas Baik Rusak
-
18
9
27
-
22
-
-
-
-
-
ringan
83
LAMPIRAN | 1 Rusak
-
-
-
-
-
-
berat
b. Data ruang belajar lainnya Jenis ruangan
Ukuran (p x
Kebutuhan
Tersedia
Perpustakaan
1
1
15 x 9 m
Baik
Lab. IPA
2
1
10 x 8 m
Baik
Keterampilan
1
1
9x7m
Baik
Multimedia
4
3
8x7m
Baik
Kesenian
1
1
9x8m
Baik
Lab.Bahasa
2
1
9x8m
Baik
Lab. Komputer
2
2
6x4m
Baik
PTD
1
1
Serbaguna
1
l)
Kondisi
Baik Baik
c. Data ruangan kantor Jenis ruangan
Jumlah
Ukuran
Kondisi
1
5x4m
Baik
Guru
1
10 x 8 m
Baik
Tata usaha
1
9x4m
Baik
Kepala sekolah Wakil kepala sekolah
Ruang tamu
84
LAMPIRAN | 1
d. Data ruang penunjang Jenis
Jumlah Ukuran Kondisi
ruangan Gudang
Jenis
Jumlah
Ukuran
Kondisi
1
4x2m
Rusak
Osis
1
8x3
Rusak
Koperasi
1
8x4m
Baik
Rumah
1
8x5m
Baik
ruangan 1
9x8m
Rusak
PMR Pramuka
KM/WC
2
4x2m
Baik
6
3x2m
Rusak
guru KM/WC siswa BK
ringan 1
8x3
Baik
penjaga
e. Lapangan olahraga dan upacara Jenis ruangan
Jumlah
Ukuran
Kondisi
Keterangan
Lapangan volley
1
9 x 18 m
Baik
Permanen
Lapangan bulu tangkis
1
15 x 9 m
Baik
Permanen
Lapangan futsal
1
20 x 11 m
Sedang
Semi Permanen
Lapangan sepak
1
15 x 8 m
Baik
takraw Lapangan sepak bola
Semi Permanen
1
40 x 70 m
Sedang
Semi Permanen
Lapangan basket
1
20 x 10 m
Sedang
Permanen
Lapangan upacara
1
50 x 40 m
Baik
Permanen
85
LAMPIRAN | 1
4. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kramatwatu Tahun Pelajaran 2012/2013 Untuk mengetahui jumlah siswa dan siswi SMP Negeri 1 Kramatwatu Tahun Pelajaran 2012/2013 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kramatwatu Tahun Pelajaran 2012/2013
No
Kelas
L
P
Jumlah
1
Kelas VII
102
186
288
2
Kelas VIII
112
171
283
3
Kelas IX
120
152
272
Jumlah
843
5. Data Guru SMP Negeri 1 Kramatwatu Untuk mengetahui data tenaga pengajar disajikan sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Jenjang Pendidikan dan Status Guru SMP Negeri 1 Kramatwatu No.
1 2 3 4
Tingkat Pendidikan S3/S2 S1 D-4 D3/Sarmud
Jumlah dan status guru GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L P 1 2 6 22 3 3 1 1 5
86
Jumlah
3 34 6
LAMPIRAN | 1 5 6 7
D2 D1 SMA Jumlah
8
29
3
4
43
Tabel 4.4 Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan (Keahlian) No
Guru
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar DI/ D2
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pend. Agama Islam IPS Penjaskes Seni Budaya PKN TIK BK Lainnya Jumlah
D3/ Sarmud 1 1
S1/ D4 4 5 5
2
S2/ S3
Jumlah guru dengan Jumlah latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan tugas mengajar D1/ D3/ S1/ S2/ D2 sarmud D4 S3 1 6
1
7
3
2
5
2
2
4
1 1
5 3 2
3 2
1 1
1
1 1 2
1 1
3 2 2 6
2
1
1
2
7
29
1
3
87
6
47
LAMPIRAN | 1 B. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi awal di SMPN 1 Kramatwatu. Kegiatan ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi sekolah, guru yang mengajar di sekolah tersebut dan lingkungan sekolah agar peneliti tidak merasa asing ketika melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, melakukan observasi dan mendiskusikan model pembelajaran lesson study yang akan dilaksanakan oleh guru model mata pelajaran pendidikan agama Islam. Berdasarkan
pengamatan
dan
wawancara
tersebut,
diperoleh
informasi bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI pada saat mengajar adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Guru menganggap jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas membuat guru sukar untuk mencoba metode lain. Selain itu diperoleh informasi juga keaktifan siswa dalam belajar PAI khususnya materi Akidah Akhlaq masih rendah, siswa cenderung merasa bosan dan hanya menghafal materi yang telah disampaikan guru. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ditentukan siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang – Banten Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 orang, terdiri dari 14 siswa putra dan 14 siswa putri sebagai kelas yang cocok untuk penelitian, terkait dengan keaktifan dan hasill belajar PAI siswa yang dianggap masih rendah. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar di kelas VIII A.
88
L A M P I R A N |2
LEMBAR OBSERVASI GURU Guru Model Hari/tanggal Mata Pelajaran Kelas Tujuan
NO
: Detty Herawati., S.Ag : Senin, 18 November 2013 : Pendidikan Agama Islam : VIIIa : Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru
Deskriptif
Aspek yang diamati Menyampaikan inti konsep materi
1
2
3
4
Guru menyampaikan materi tentang nama-nama malaikat beserta tugasnya dengan baik, dan jelas. Membentuk kelompok yang heterogen Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi. Guru melakuakan pembentukan kelompok secara heterogen dengan cukup baik. Membimbing siswa dalam diskusi kerjasama dalam Pada saat diskusi kelompok berlangsung di tiap kelompok, guru mengontrol satu persatu kelompok yang sedang berdiskusi dan memberikan bimbingan pada siswa secara baik Mengatur penyampaian hasil kerja kelompok Pada saat diskusi selesai dilakukan siswa, kemudiam guru member kesempatan bagi tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka. Guru mengatur perwakilan tiap 89
L A M P I R A N |2
5
6 7
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya secara tertib. Perwakilan tiap kelompok sebanyak 2 orang dan diberiwaktu 5 menit. Membahas hasil kerja kelompok dan memberi Setelah perwakilan tiap penghargaan kepada kelompok terbaik kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, guru membahas Memberikan dan mengarahkan kepada siswa untuk bertanya terkait materi Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi dan guru menyempurnakan
18 November 2013 Observer
Tuti Aliah
90
L A M P I R A N |3
LEMBAR OBSERVASI SISWA Guru Model I Hari/tanggal Mata Pelajaran Kelas Tujuan
: Detty Herawati., S.Ag : Senin, 18 November 2013 : Pendidikan Agama Islam : VIII : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
1. Kapan siswa mulai belajar ? Pada saat guru memulai apersepsi dan memberi penjelasaan mengenai materi yang diajarkan pada hari tersebut. Pada saat guru membuat siswa menjadi beberapa kelompok diskusi, pada saat siswa menyimak hasil diskusi teman kelompok lainnya.
2. Kapan siswa bosen belajar ? Ada beberapa Siswa terlihat bosan pada saat penjelasaan materi sudah hampir selesai (bisa dilihat pada lembar observasi siswa)
3. Apa yang biasa anda pelajari dari proses pembelajaran tersebut ? Saya sebagai guru model, merasa banyak pembelajaran yang saya dapatkan diantaranya
saya bisa lebih mengerti kebiasaan siswa dan cara bagaimana siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara baik dan kreatif.
91
L A M P I R A N |3
LEMBAR OBSERVASI SISWA Guru Model I Hari/tanggal Mata Pelajaran Kelas Tujuan Pengantar
: Detty Herawati., S.Ag : Senin, 18 November 2013 : Pendidikan Agama Islam : VIII : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa : 1. Perlu diingat bahwa yang menjadi fokus observasi adalah proses belajar siswa. 2. Fokus pengamatan yang ditawarkan pada lembar observasi ini hanya bersifat alternative. Para observer bisa menambah atau menguranginya sesuai keperluan masing-masing dengan tetap fokus pada kegiatan belajar siswa.
Aspek yang diobservasi 1. Bagaimana interaksi yang terjadi antar siswa? Interaksi antar siswa terlihat baik, siswa dilatih untuk berpikir kreatif pada saat apersepsi disampaikan guru, siswa pun dilatih bekerja sama dengan siswa lainnya pada saat diskusi berlangsung. 2. Bagaimana interaksi yang terjadi antar siswa dengan guru? Interaksi siswa dan guru terlihat sangat harmonis, guru terlihat sangat bersahabat dengan para siswanya. Adanya pembelajaran yang terlihat sangat menyenangkan (masih ada beberapa siswa yang terlihat bosan, siswa seperti ini butuh penanganan khusus) 3. Bagaimana proses eksplorasi pemahaman materi ajar oleh siswa?
92
L A M P I R A N |3
Siswa sangat terlihat antusias, kreatif, semangat pada saat proses pembelajaran berlangsung hingga pada saat guru dan siswa member kesimpulan materi yang telah dipelajari.
93
LAMPIRAN |4
FORMAT OBSERVASI SISWA Guru model Mata pelajaran Kelas Materi Waktu
: Detty Herawati., S.Ag : Pendidikan Agama Islam : VIIIa : Meningkatkan Keimanan Pada Rasul Allah SWT : 2 x 40 menit
Bagaimana proses belajar siswa (berinteraksi, memahami) Keterangan: tanda √ = Baik, tanda X = kurang baik Pada saat apa ? Bagaimana situasinya ? Waktu Interaksi (menit ke Aktifitas Nama Siswa Ekspresi Pemahaman belajar ) Apersepsi Aprsepsi √ √ √ ADIK NUR LUTHIYA (10 menit) Guru memotivasi AFRIVAL RIZQY NAROMI √ √ √ siswa mengenai AHWANUR ROSA'IL √ √ √ nama-nama rasul AISYATUL MARDHIAH √ √ √ Allah, memahami ANJELINA SON TA √ √ √ sifat-sifatnya, ANTYO TEGAR PRASOJO √ X √ memahami rasul ARIF MULIAWAN ulul azmi beserta √ √ √ DICKY YENDRI NOVALDI sifat rasul ulul √ √ √ DINDA DEWISYAH Y. T azmi. √ √ √ JEREMIA RUMUALDO W.. N √ X X JOSEF RHEIN HARD PASARIBO √ √ √ MAULANA SUYUTI
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
SILMI RIZKI UTAMI
√
√
√
SUCI FATIKA ANANDHA
√ √
√ √
√ √
√ √ √
X √ √
X √ √
MIRA APRILIA MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH MUH. DANI WARDANA . K NADIA ANNISA KAIRIYAH S. PUTRI LISTIANTI RADITA AZ-AZHARA RAFLY FERNANDA SHANIA FLOURENZA ROMADHON SHEILA NAFIRA
TIFANY AGUSTINA VIRADITYA NADINE A.F WILLIE ADRIAN YUSIE AGUSTINA PRATIWIE DINI FATIHATI
93
LAMPIRAN |4
Kegiatan inti (55 menit)
Guru memberikan penjelasan mengenai nama-nama rasul Allah, sifat-sifatnya, rasul ulul azmi beserta sifat rasul ulul azmi. Siswa menyimak, bertanya, serta menyimpulkannya.
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa Guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok kecil (small group). Guru memberikan Lembar Kerja sebagai evaluasi kepada Sisiwa secaraKelompok
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan ) Guru memberikan Tes tulis kepada siswa untuk di kerjakan secara Individu
Penutup (15
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan
ADIK NUR LUTHIYA
AHWANUR ROSA'IL
√ √ √
√ √ √
√ √ √
AISYATUL MARDHIAH
√
√
√
ANJELINA SON TA
√
√
√
ANTYO TEGAR PRASOJO
√
X
X
ARIF MULIAWAN
√
√
√
DICKY YENDRI NOVALDI
√
X
√
DINDA DEWISYAH Y. T
√
√
√
√
√
√
X
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
NADIA ANNISA KAIRIYAH S.
√
√
√
PUTRI LISTIANTI
√
√
√
RADITA AZ-AZHARA
X
X
X
√
√
√
√
√
√
SHEILA NAFIRA
√
√
√
SILMI RIZKI UTAMI
√
√
√
SUCI FATIKA ANANDHA
√
√
√
√
√
√
VIRADITYA NADINE A.F
√
√
X
WILLIE ADRIAN
√
√
√
YUSIE AGUSTINA PRATIWIE
√
√
√
DINI FATIHATI
√
X
√
√
√
√
AFRIVAL RIZQY NAROMI
√ √
√ √
√ √
AHWANUR ROSA'IL
√
√
√
AFRIVAL RIZQY NAROMI
JEREMIA RUMUALDO W.. N JOSEF RHEIN HARD PASARIBO MAULANA SUYUTI MIRA APRILIA MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH MUH. DANI WARDANA . K
RAFLY FERNANDA SHANIA FLOURENZA ROMADHON
TIFANY AGUSTINA
ADIK NUR LUTHIYA
94
LAMPIRAN |4
menit)
belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
AISYATUL MARDHIAH
√
√
√
ANJELINA SON TA
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
JEREMIA RUMUALDO W.. N JOSEF RHEIN HARD PASARIBO
√ √
√ √
√ √
MAULANA SUYUTI MIRA APRILIA MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH
√ √ √
√ √ √
√ √ √
MUH. DANI WARDANA . K
√
√
√
NADIA ANNISA KAIRIYAH S.
√
√
√
PUTRI LISTIANTI
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
SHEILA NAFIRA
√
√
√
SILMI RIZKI UTAMI
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
ANTYO TEGAR PRASOJO ARIF MULIAWAN DICKY YENDRI NOVALDI DINDA DEWISYAH Y. T
RADITA AZ-AZHARA RAFLY FERNANDA SHANIA FLOURENZA ROMADHON
SUCI FATIKA ANANDHA TIFANY AGUSTINA VIRADITYA NADINE A.F WILLIE ADRIAN YUSIE AGUSTINA PRATIWIE DINI FATIHATI
18 November 2013
Observer
Tuti Aliah
95
LAMPIRAN |5
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU
Nama Responden
: Detty Herawati, S.Ag
Tempat/Tanggal lahir
: Serang, 30 Januari 1975
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal
: Selasa, 19 November 2013
Tempat
: Ruang SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang
Tujuan
: Untuk mengetahui pendapat guru model tentang kegiatan lesson study yang telah dilakukan dan hasil dari pelaksanaan lesson study tersebut.
Berikut daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara:
1. Pertanyaan: Bagaimana awal mula Ibu mengenal dan menerapkan Lesson Study ? 2. Pertanyaan : Sudah berapa kali Ibu mempraktikan Lesson study dalam pembelajaran ? 3. Pertanyaan : Selama mempraktikan lesson study pengalaman berharga yang
dapat
dibagikan
kepada
guru-guru
lain
yang
berminat
mengembangkan Lesson study dalam praktik mengajarnya seperti apa? 4. Mengapa tertarik dan minat mengembangkan lesson study ? 5. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap lesson study pelatihan apa saja yang pernah diikuti ? 6. Menurut Ibu, Lesson study itu seperti apa ? 7. Menurut Ibu Apakah Lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru ? 8. Apakah Lesson study dapat disebut sebagai sebuah model pembinaan guru?
96
LAMPIRAN |5
9. Jika dibandingkan dengan model –model pembinaan bagi guru seperti penataran dan pelatihan-pelatihan lainya, apa keunggulan /keistimewaan lesson study menurut Ibu? 10. Lesson study ada 4 tahapan, langkah-langkah seperti apa yang perlu dilakukan dalam memperaktikan lesson study pada tahapan perencanaan (Plan)? 11. Dalam setiap tahapan lesson study pembinaan kompetensi-kompetensi seperti apa yang didapatkan? 12. Menurut Ibu, bagi guru yang ingin mengembangkan lesson study di sekolahnya, langkah-langkah apa yang perlu dijalankan? 13. Peranan atau manfaat apa yang didapat darpenerapan lesson study dalam pembelajaran ? 14. Dalam memperaktikan lesson study pihak mana saja yang ikut terlibat? 15. Kendala dan hambatan dalam penerapan lesson study bagi seorang guru? 16. Apa saran Ibu bagi guru-guru yang berminat mengembangkan lesson study dalam pengajarannya?
Keterangan: Jawaban Responden direkam dengan Perekam Suara
97
LAMPIRAN |6 LAPORAN LESSON STUDY (OPEN CLASS) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 1 KRAMAT WATU SERANG
A. Perencanaan (Plan) Kegiatan Lesson Study akan dilaksanakan di kelas 8a Semester 1 SMP Negeri 1 Kramat Watu Kab. Serang tahun pelajaran 2013/2014. Lesson Study akan dilaksanakan pada kelas 8a jam pelajaran ke- 3,4 hari Senin, tanggal 18 November 2013. Dalam kegiatan Lesson Study tersebut direncanakan untuk mengundang teman-teman sebagai observer, dan pengurus MGMP PAI sebagai fasilitator dan pemantau pelaksanaan kegiatan oleh guru model dan kegiatan observasi observer. Berdasarkan hasil pelaksanaan perencanaan Lesson Study telah dihasilkan beberapa hal, antara lain, 1. Tersusunnya rencana waktu, tempat open class beserta guru model 2. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran 3. Adanya lembar kerja siswa dan soal-soal tes untuk mengukur keberhasilan 4. Format lembar observasi persiapan pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses kegiatan 5. Format data-data untuk hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran B. DO 1. Sesuai dengan rencana atau persiapan, maka kegiatan Lesson Study dilaksanakan pada hari Kamis di kelas 8a Semester 1 tahun 2013/2014 pada SMP Negeri 1 Kramatwatu Kabupaten Serang. 2. Secara
rinci
pelaksanaan
kegiatan
Guru Model a. Guru Model
: Detty Herawaty, S.Ag.
b. Hari
: Senin
c. Tanggal
: 18 November 2013
98
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
LAMPIRAN |6 d. Waktu
: 8.45– 10. 10
e. Jam Ke- : 3-4 3. Ketika kegiatan Lesson Study dilaksanakan di kelas 8a sesuai rencana yang menjadi guru model adalah Detty Herawaty, S.Ag. Hadir pula observer dari guru PAI yaitu Dra. Saprah, Eli Murtopo, Uswatun Hasanah, Siti Nurlela, Asep Rihbi, Aminah, S.Ag., Nursa’adah, Drs. Syarifudin. Adapun dari pengurus MGMP hadir diantaranya Rodiyah, S.Pd.I., Sahruli, M.S.I., dan Bahaudin, M.Ag. 4. Setelah proses pembelajaran dan observasi proses pembelajaran dilakukan, hasilnya dibahas dalam diskusi refleksi. Dengan menggunakan perangkat yang telah disiapkan, maka diadakan kegiatan diskusi refleksi dengan hasil sebagai berikut.
C. SEE (refleksi) Guru Model a.
Detty Herawaty, S.Ag (Tanggapan Guru Model) Saya sangat berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengemukakan refleksi terhadap apa yang telah saya kerjakan bersama siswa pada saat pembelajaran IMAN KEPADA RASUL. Saya berharap masukan dari teman-teman, Tentu setiap kita manusia punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan. Mohon jangan sungkan memberikan komentar karena kita sama-sama ingin mengadakan perubahan ke arah perbaikan di masa yang akan datang. Di sini saya ingin mengemukakan perasaan saya. Pada mulanya ketika saya belum menggunakan SAVI yaitu model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa, yakni mendengar, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan lain-lain. Pembelajaran ini juga menekankan pada pemberian suri tauladan dan diskusi, sebelumnya terasa bahwa siswa tampak ragu dan pembelajaran kurang menarik. Setelah penerapan model pembelajaran SAVI ternyata siswa lebih mudah dan saya merasa siswa sangat proaktif dan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Demikian, kesan saya dan akhirnya kritik dan saran sangat saya harapkan dari Bapak/Ibu sekalin.
b.
Asep Rihbi (Observer)
c.
Secara keseluruhan bahwa hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana dan boleh dianggap berhasil dengan baik. Hal ini tampak ketika dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti skenario pem-belajaran yang telah dilakukan. Namun demikian masih dapat ditemukan beberapa siswa yang tidak respon terhadap pembelajaran. Aminah, S.Ag. (Observer)
99
LAMPIRAN |6
d.
Saya hanya ingin menambahkan apa yang telah disampaikan oleh pak Asep Rihbi, bahwa secara umum siswa sangat antusias ditambah dalam penyampaian materi sangat menarik, yakni menggunakan lagu sehingga anak tidak merasa bosan. Namun, saya melihat pada kelompok I, terdapat siswa yang kurang respon. Nursa’adah (Observer) Secara umum proses pembelajaran telah berjalan dengan baik, terlebih media penunjang telah dipersiapkan menggunakan berbasis ICT. Namun demikian, dalam membaca dalil berkenaan dengan iman kepada Rasul, siswa pada dasarnya sangat baik dalam membaca fasih, namun di sisi pemahaman ayat masih kurang.
e.
Tanggapan Guru Pemandu (Sahruli, M.S.I) Saya berharap masukan dari teman-teman, menjadi masukan yang berharga untuk ibu Detty Herawaty, S.Ag sebagai guru model. Tentu setiap kita manusia punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan. Jangan sungkan memberikan komentar karena kita sama-sama ingin mengadakan perubahan ke arah perbaikan di masa yang akan datang. Saya juga bangga dan menghargai kreativitas Bapak/Ibu dalam mengolah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode, teknik, dan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Secara umum, saya sebagai pemantau melihat pembelajaran telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasis siswa dalam berdiskusi dan melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Sehingga ketika sesi presentasi semua kelompok tanpa ragu sangat antusias memaparkan di depan kelas. Namun khusus Ibu Detty, guru model harus tetap melihat waktu yang telah direncanakan yakni 2 x 40 menit. Sehingga jangan sampai terulang waktu habis sebelum proses pembelajaran selesai. Akhirnya, mari kita selalu belajar untuk memberikan PBM yang berkualitas dengan selalu memberi masukan dan sharing dengan teman-teman kita seprofesi, khususnya guru PAI.
Serang,18 November 2013 Pengurus MGMP PAI Fasilitator 1. Sahruli, M.S.I. 2. Rodhiyah, S.Pd.I
100
LAMPIRAN |7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Negeri 1 KRAMATWATU Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas/Semester : VIII/2 Standar Kompetensi : 11. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah Kompetensi Dasar : 11.2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan) Tujuan Pembelajaran Siswa dapat dipercaya menyebutkan nama-nama rasul Allah, dengan Rasa hormat dan perhatian memahami sifat-sifatnya, memahami dengan Tekun rasul ulul azmi beserta sifat rasul ulul azmi. Materi Pembelajaran Nama-nama rasul Allah SWT Sifat-sifat rasul Arti sifat-sifat rasul Rasul ulul azmi Nama-nama rasul ulul azmi Sifat rasul ulul azmi Metode Pembelajaran Metode Suri Tauladan Diskusi Medel Pembelajaran SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Aprsepsi Guru memotivasi siswa mengenai nama-nama rasul Allah, memahami sifat-sifatnya, memahami rasul ulul azmi beserta sifat rasul ulul azmi. Kegiatan Inti Guru menggunakan Metode Suri Tauladan mengajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan, perbuatan, atau tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi anak didik untuk meniru atau mengikutinya. Guru menggunakan Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
100
LAMPIRAN |7
LAMPIRAN |8
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Tuti Aliah
NIM
: 109011000097
Judul
: Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalias Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
BAB I
BAB BAB
No
Referensi
1.
Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP
BAB III IV II Nomor Footnote
dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA,
4, 5, 14
2011). 2.
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu
1110,
2, 6, 8,
Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan
112
11, 12,
Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007).
17, 26, 17
3.
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study
11
10, 20,
Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik
13
23
Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya,
14
2009). 4.
30, 32
19
Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis
9,
13, 16,
Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011).
15
21
, 16 5.
Rusman,
Model-model
Mengembangkan
Pembelajaran
Profesionalisme
Guru,
1,6
21 ,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
3, 7, 22, 35
24 , 32
6.
A.
Chaedar
Alwasilah,
Pokoknya
Action
Research, (Bandung: PT.Kiblat Buku Utama, 102
18
Paraf Dosen Pembimbin
LAMPIRAN |8
2011). 7.
Asrorun
Ni’am
Sholeh,
Membangun
33
Profesionalitas Guru, (Jakarta: elSAS Jakarta, 2006). 8.
Fachruddin
Saudagar
Pengembangan
dan
Ali
Profesionalitas
Idrus,
42
Guru,
,
(Jakarta:Gaung Persada, 2011).
44, 47 49
9.
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru,
4,12
(Jakarta: GP Press, 2010). 10.
Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan
5
20
Menjadi Guru yang Baik, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2010). 11.
Abuddin,
Nata,
Manajement
Pendidikan,
8
(Jakarta: Kencana PMG, 2010). 12.
13.
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas,
1,
(Jakarta: Kencana, 2011).
7
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan
3
Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007). 14.
Wijaya
Kusumah
dan
Dedi
Dwitagama,
4
Mengenal PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009). 15.
16.
Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Panduan
6,
Lengkap PTK, (Yogyakarta:Sabda Media, 2011).
8
Kunandar,
34
Guru
Profesional
Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
,
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT
51
RajaGrafindo, 2007). 17.
Dedy, Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya
Saing,
(Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya, 2011).
25 , 38
103
34
LAMPIRAN |8
18.
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: DIVA Press, 2010).
26 , 36 , 41
19.
Usman,
Uzer,
Menjadi
Guru
Profesional,
(Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2011).
15 , 31 , 27
20.
Hamzah
B,
Uno,
Profesi
Kependidikan
29
Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 21.
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui
Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
37 ,
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011).
40 , 43
22.
Wina
Sanjaya,
Pembelajaran
dalam
35
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008). 23.
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori
dan
Praktik
Pengembangan
45
KTSP,
(Jakarta: Prenanda Media Group, 2008). 24.
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,
46
(Bandung: CV Wacana Prima, 2009). 25.
Wina
Sanjaya,
Berorientasi
Strategi
Standar
Pembelajaran
Proses
Pendidikan,
Penelitian
Kuantitatif,
48
(Jakarta: Kencana, 2010). 26.
27.
Sugiyono,
Metode
2,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010).
4,5
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset
7, 9
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 104
LAMPIRAN |8
2010). 28.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
1,6
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). 29.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan
23
Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010). 30.
Nizar Alam
Hamdani dan Dody Hermana,
2,
Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa,
5
2009). 31.
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di
35
Indonesia, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2006). 32.
Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan
7
(Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005). 33.
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru
10
Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten
18 ,
Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
30
Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas,
,
4, 2011. 34.
50
Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang
3
22
menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007. 35.
Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk
Meningkatkan
Kemitraan
15
dan
Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, nomor 11, 2009. 36.
Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui
Model
Laboratorium
Lesson
Percontohan
study UPI
di
SMA
Bandung”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010.
105
52
9
LAMPIRAN |8
37.
Astri
Fitriani,
“Pembinaan
Kompetensi
11
53
Pedagogik Guru Melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012. 38.
Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di
2
KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010). 39.
40
41
Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA Universitas Malang. Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, (tt.p: t.p., t.t). Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: FITK, 2013).
9
1
3, 8, 10
42
43 44
Buku Panduan Implementasi Lesson Study (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010) Detty Herawati, wawancara, Serang, 19 November 2013. Saltiyah, wawancara, Serang, 19 November 2013
25
28, 33 27, 29, 31
45
Mengapa Lesson Study, http://p4tkpknips.org/2012-04/meningkatkankompetensi-guru-melalui-lesson-study.htm diunduh pada tanggal 14 Desember 2013.
19, 24
Jakarta, 5 April 2014
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag NIP: 19710709 199803 1 001 106
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 KRAMATWATU Jl.Raya Cilegon KM.8 Serang (0254) 230 395
SURAT KETERANGAN Nomor: 422/129/SMPN1. KrWatu/2014 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Yana Suryana, S.Pd, M.Pd NIP : 19610613 198303 1 008 Jabatan : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu Dengan ini menerangkan bahwa: Nama : Tuti Aliah NIM : 109011000097 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Semester : (Sembilan) Fakultas : Imu Tarbiyah dan Keguruan Tahun Akademik : 2013/2014 Telah mengadakan riset/penelitian di SMP Negeri 1 Kramatwatu pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013 Surat keterangan ini dibuat dalam rangka penyusunan skripsi yang merjudul: ”Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru ”. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
L A M P I R A N | 12