ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN KONVENSIONAL DI INDONESIA (Studi Pada Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di BEI Periode 2005 – 2009) Leni Nur Pratiwi H. Muhamad Syaichu.,Se., Msi Universitas Diponegoro ABSTRACT Banking is a very important part in the economy, and governance systems are very complicated. the Asian crisis and several related cases of poor corporate governance that need more attention from the government. This study aims to investigate the effect of corporate governance on the performance of general banking in Indonesia. Independent variables used in this research is corporate governance which uses four proxies is an Independent Commissioner, Board of Commissioners, Board of Directors and Institutional Ownership, while the dependent variable is firm performance as measured by using proxy ROA. The sample used in this research is the general banking companies in Indonesia. The research data is derived from the annual report in the periode 2005-2009 by using purposive sampling method obtained from the website of the Indonesia Stock Exchange (IDX) and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression in accordance with the purpose of research which analyzes the influence of independent variables on the dependent variable. Purposive sampling method used to determine the sample selection and obtained 18 samples of commercial banks. Results of analysis of this study indicate that only the number of member of board of director is significantly positive effect on firm performance (ROA), while the other variable is the percentage of independent commissioner, the number of members of the Board of Commissioners, and percentage Of Institutional Ownership does not have a significant impact on firm performance (ROA). Keyword: Percentage Of The Independent Commissioner, The Number Of Members Of The Board Of Commissioners And The Number Of Members Of The Board Of Directors, Percentage Of Institutional Ownership, Return On Asset (ROA)
PENDAHULIAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang terjadi ASEAN berdampak cukup besar di Indonesia. Pengaruh dari krisis ini pertama kali dirasakan pada sektor keuangan, jasa, dan sektor riil. Perusahaan manufaktur yang go public di pasar modal merupakan pihak yang pertama kali merasakan dampak krisis moneter. Pada pertengahan tahun 2008, krisis perekonomian dunia yang terjadi di Amerika berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini terjadi diperkirakan karena beberapa negara yang dilanda krisis ini memiliki kinerja yang buruk dan rendahnya daya saing perusahaan – perusahaan di negara tersebut serta lemahnya regulasi dan sistem operasi pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar modal. Hal tersebut terjadi dikarenakan lemahnya penerapan corporate governance di Indonesia. Dalam menanggapi kondisi tersebut, Bank Indonesia memberi perhatian lebih dalam tata kelola perbankan di Indonesia. Hal ini terlihat dari pembenahan fundamental dalam Perbankan Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada tahun 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia atau API merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Arsitektur Perbankan Indonesia memiliki 6 (enam) pilar salah satunya adalah menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional yang terletak pada pilar ke IV. Selain itu juga, pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang berhubungan dengan corporate governance pada Bank Umum yaitu PBI No 8/4/2006 yang kemudian direvisi menjadi PBI No 8/14/2006. Beberapa kasus yang disebabkan governance system yang buruk di Indonesia yaitu PT Bank Lippo Tbk, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk,
dan PT. Kimia Farma Tbk. Kasus pertama, Pada bank Lippo terjadi kesalahan penulisan akibat kekurang hati-hatian direksi dalam mencantumkan kata “diaudit” dan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan pada tahun 2002. Selain itu juga, terjadi kelalaian yang dilakukan oleh KAP, yaitu keterlambatan dalam menyampaikan penurunan nilai agunan yang diambil alih (AYDA) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) kepada BAPEPAM. Kasus yang kedua, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk (DSFI) melakukan manipulasi pasar dimana tidak ada perubahan pada kepemilikan atas transaksi saham dan penyalahgunaan dana serta efek saham. Kasus yang ketiga, PT. Kimia Farma Tbk melakukan penggelembungan dana pada laporan keuangan semester 1 tahun 2002 yang dilakukan oleh direksi. Perusahaan ini membuat double daftar nilai persediaan yang berbeda pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, serta penempatan ganda pada unit PBF dan bahan baku yang tidak disampling oleh akuntan. Penelitian Corporate governance mulai dilakukan untuk memaparkan konsekuensi negatif dari sistem tata kelola (governance system), sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan implementasi corporate governance. Corporate governance merupakan solusi yang ditawarkan oleh agency theory untuk membantu hubungan pemilik dan manajer, dan diharapkan dengan penerapannya dapat memberikan kepercayaan terhadap agent (manajemen) dalam mengelola kekayaan principal (investor), dan principal menjadi lebih yakin bahwa agent tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agent. Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme untuk membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yaitu mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar. Mekanisme corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan antara manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau keinginan yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan). Pada penelitian ini, mekanisme corporate governance yang akan dikaji terdiri dari komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan
kepemilikan institusional. Peneliti memilih komponen ini karena memiliki pengaruh langsung terhadap pelaksanaan corporate governance dimana keempat komponen tersebut memiliki tugas mengawasi dan mengontrol perusahaan secara langsung sehingga dapat meminimalisir agency cost yang mungkin akan terjadi akibat perbedaan kepentingan. Beberapa penelitian yang menganalisis hubungan keempat komponen corporate governance tersebut terhadap return on assets diantaranya adalah Tristianto (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara proporsi komisaris independen terhadap tingkat penilaian kinerja keuangan perusahaan, sedangkan Irmala Sari (2010) menunjukkan bahwa secara statistik komisaris independen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA. Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Bhagat dan Bolton (2007), yang menyatakan bahwa komisaris independen memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROA. Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Jaafar dan El-Shawa (2009) menemukan bahwa ukuran dewan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q, sebaliknya peneltian yang dilakukan Chaing dan Chia (2005) yang mengatakan bahwa ukuran dewan komsiaris berpengaruh negatif terhadap ROA, ROE, dan EPS. Bennedsen, Kongsted dan Nielsen (2004), dalam penelitiannya mengatakan bahwa ukuran dewan tidak berpengaruh pada kinerja pada ukuran dewan di bawah enam anggota tetapi menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kedua ketika ukuran dewan meningkat menjadi tujuh anggota atau lebih. Eisenberg et al (1998) juga berpendapat sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan negatif antara ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian Sam’ani (2008) yang menyatakan ukuran dewan direksi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja.
Pound (1988) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan saham institusional dan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROA. Penelitian tersebut tidak didukung oleh Bhattacharya dan Graham yang menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.
2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian yaitu terjadi research gap (kesenjangan penelitian) dalam penelitian-penelitian sebelumnya yaitu komisaris independen, dewan komisaris, dewan direksi, dan kepemilikan institusional sebagai variabel pengukur corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut ini: 1.
Bagaimana pengaruh persentase jumlah anggota komisaris independen terhadap Return On Asset ?
2.
Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On Asset ?
3.
Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On Asset?
4.
Bagaimana pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return On Asset?
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengetahui hubungan mekanisme corporate governance terhadap kinerja perbankan yang diukur dengan mengggunakan Return On Asset yang terbagi atasempat (4) variabel, yaitu sebagai berikut: 1.
Menganalisis pengaruh jumlah anggota komisaris independen terhadap Return On Asset.
2.
Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On Asset.
3.
Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On Asset.
4.
Menganalisis pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return On Asset? Penelitian diharapkan dapar memberikan kontribusi pemikrian kepada:
1.
Bagi penulis: dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan (Return On Asset).
2.
Bagi ilmu pengetahuan: dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
3.
Bagi perusahaan: dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya good corporate governance bagi perusahaan.
TELAAH PUSTAKA 1. Corporate Governance dan penelitian terdahulu Solomon
(2007:12)
pada
bukunya
corporate
governance
and
accountability, mendefinisikan corporate governance sebagai sistem checks and balances, baik perusahaan internal dan eksternal, yang memastikan bahwa perusahaan memenuhi kewajiban mereka untuk melaporkan kepada seluruh stakeholder dan bertindak bertanggung jawab secara sosial di semua bidang bisnis mereka. Mekanisme corporate governance merupakan
suatu
aturan
main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut. Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme untuk membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yaitu mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar. Mekanisme corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan antara
manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau keinginan yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan). Basel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve, menyatakan bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada Prinsip-prinsip OECD (Brigham dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola perusahaan meliputi: a) Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai standar dan sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan mereka. b) Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara dewan direksi, manajemen senior, dan para auditor. c) Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi audit internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis, dan check and balance lainnya. Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2001) mengatakan bahwa dalam penerapan GCG, perusahaan akan mendapatkan empat manfaat besar yaitu (1) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value, (2) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, (3) mengembalikan kepercayaan investor untuk menanmkan modalnya di Indonesia, dan (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’ value dan dividen. Penerapan GCG itu sendiri pada intinya harus mampu mendorong pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik serta diharapkan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Pada penelitian ini, indikator corporate governance yang digunakan adalah persentase jumlah anggota komisaris independen, jumlah anggota dewan komisaris, dan jumlah anggota dewan direksi sebagai mekanisme internal, serta persentase kepemilikan institusional sebagai mekanisme eksternal.
1.
Persentase Jumlah Anggota Komisaris Indenpenden Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan akan menjadi pihak yang tidak memiliki hubungan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri. Dalam PBI 8/4/2006 menyatakan bahwa proporsi komisaris independen minimal 50% dari total anggota dewan komisaris perusahaan.
2.
Jumlah Anggota Dewan Komisaris Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Secara
hukum
dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi. Dalam melakukan pemantauan terhadap direksi,
dewan
komisaris
memastikan
bahwa
direksi
telah
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern Bank (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Dewan Komisaris dalam melaksanakan
tugasnya
harus
mampu
mengawasi
dipenuhinya
kepentingan semua stakeholders berdasarkan azas kesetaraan, serta mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank. Ukuran
dewan
komisaris
menentukan
tingkat
keefektifan pemantauan kinerja bank. 3.
Jumlah Anggota Dewan Direksi Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal bank, direksi mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan, strategi serta prosedur pengendalian intern; melaksanakan kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh dewan komisaris; memelihara suatu struktur organisasi; memastikan bahwa pendelegasian wewenang berjalan secara efektif yang didukung penerapan akuntabilitas yang konsisten dan memantau kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern. Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja bank karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan
pihak
luar
perusahaan
dan
ketersediaan sumber daya (Pfefer, 1973; Pearce & Zahra, 1992 dalam Faisal, 2005). 4. Persentase Kepemilikan Intitusional Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga, dapat mengurangi adanya manipulasi laba. Tingginya kepemilikan saham oleh institusi dapat memberikan pengaruh terhadap proses penyusunan laporan keuangan yang pada akhirnya diharapkan laporan laba yang dihasilkan juga baik. Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan hubungan corporate governance terhadap ROA. Fama dan Jensen (1993) menyatakan bahwa non executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan antara manajer internal dan mengawasi kebijaksanaan direksi serta memberikan nasihat kepada direksi. Charlie et al (2000) berpendapat bahwa teori agensi menyatakan bahwa direktur non-eksekutif merupakan cara yang efektif untuk pemantauan para direktur eksekutif dan bahwa mereka mampu mengubah perilaku direktur eksekutif sehingga kepentingan pemegang saham yang diupayakan. Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Hal ini didukung oleh Jaafar dan El-Shawa (2009) yang menemukan bahwa ukuran
dewan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q. Hermalin dan Weisbach (2003) mengatakan bahwa jumlah anggota dewan direktur umumnya berhubungan dengan implikasi dari kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direktur. Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan signifikan positif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan.
Kepemilikan saham oleh institusi atau disebut
juga kepemilikan
institusional. Konsentrasi kepemilikan institusional meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan yang berupa meningkatnya volume perdagangan saham dan kenaikan harga saham merupakan cerminan meningkatnya kepercayaan publik terhadap perusahaan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya. Pound (1988) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan saham institusional dan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROA.
2. Kerangka Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut adalah kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
Komisaris Independen H1(+)
Dewan Komisaris Komisaris Independen
H2 (+) H3 (+) H4 (+)
Kepemilikan Institusional
Return On Asset
3.
Hipotesis H1 : Persentase Jumlah Anggota Komisaris Independen Berpengaruh Secara Positif Return On Asset H2 : Jumlah Anggota Dewan Komisaris Berpengaruh Secara Positif Terhadap Return On Asset H3 : Jumlah Anggota Dewan Direksi Berpengaruh Secara Positif Terhadap Return On Asset H4 : Persentase Kepemilikan Institusional Berpengaruh Secara Positif Return On Asset
METODE PENELITIAN 1. Variabel Penelitian Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari empat variabel bebas (independen), satu variabel terikat (dependen) dan satu variabel kontrol. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi persentase jumlah anggota Komisaris Independen, jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Dewan Direksi dan persentase Kepemilikan Institusional. Variabel dependennya adalah kinerja perusahaan perbankan yang diukur oleh ROA.
2. Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu, obyek psikologis merupakan obyek yang bisa diraba maupun obyek abstrak. Maka populasi penelitian ini adalah Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Pengambilan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti, kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Maka kriteria sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009.
2) Masih beroperasi hingga tahun 2009. 3) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31 Desember 2005-2009 di dalam website Bursa Efek Indonesia. 4) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31 Desember 2005-2009 di dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD). 5) Perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai corporate governance, dan rasio keuangan dalam laporan tahunannya. 6) Pemilihan rentang waktu bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada rentang waktu tersebut sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Berdasarkan data dari BEI pada tahun 2005-2009 populasi perusahaan perbankan konvensional sebanyak 28 perusahaan. Berdasarkan kriteria sampel diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak 18 bank umum konvensional di Indonesia.
3. Jenis Dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan perbankan (annual report) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2005-2009, dapat dilihat pada situs resminya yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2005-2009.
4. Metode Analisis Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda (Uji hipotesis). Dalam penelitian ini, akan dilakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari atas empat uji pelanggaran yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang terdiri dari tiga tahap yaitu uji F, uji R, dan uji t. Model penelitian adalah : CPi.t = α + β1 KINDi.t + β2 DKOMi.t + β3 DDRi.t + β4 KIi.t + εi. Keterangan :
CP
: Corporate performance by ROA
DKIND
: Percentace Board of Independent
DKOM
: Jumlah Anggota Board of Commisers
DDR
: Jumlah Anggota Board of Directors
KI
: Persentase Institutional Ownership
α
: Intersep
β
: Slope
i
: Individu ke-i
t
: Periode waktu ke-t
ε
: Error /simpangan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringaksan data-data penelitian
seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll (Priyatno, 2008:50). Hasil Statistik Deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
86
.0003
.0313 .011257
.0071188
KIND
86
.2500
1.0000 .510736
.1364425
DKOM
86
2
11
5.76
2.201
DDIR
86
2
15
6.99
2.476
KI
86
.0559
.9912 .674152
.2304506
Valid N (listwise)
86
Sumber: data diolah
Variabel Komisaris Independen (KIND) merupakan persentase jumlah anggota komisaris independen terhadap dewan komisaris. Variabel mempunyai
rentang antara 0,2500 sampai 1,000 dengan rata-rata sebesar 0,510374. Variabel Dewan Komisaris (DKOM) merupakan jumlah dewan komisaris yang berada pada perusahaan bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 11 dengan rata-rata sebesar 5,76. Variabel Dewan Direksi (DDIR) merupakan jumlah dewan direksi pada bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 15 dengan ratarata sebesar 6,99. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) merupakan persentase saham yang dimiliki institusional dalam bank di akhir tahun. Variabel ini mempunyai rentang antara 0,0559 sampai 0,9912 dengan rata-rata sebesar 0,674152. Variabel ROA merupakan rasio laba sebelum pajak yang disetahunkan dibagi dengan total aktiva yang disetahunkan. Variabel ini mempunyai rentang antara 0,0003 sampai 0,0313 dengan rata-rata sebesar 0,011257.
2.
Uji Asumsi Klasik\ a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal, karena pada uji F dan t mengasumsukan nilai residual mengikuti distribusi normal. Hasil uji ini dapat dilihat dari diagram histogram, grafik normal probability plot dan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Apabila ploting data membentuk satu garis lurus diagonal maka distribusi data adalah normal. Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan diagram dan grafik.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Diagram
Sumber : data sekunder diolah
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber : data sekunder diolah
Hasil Uji normalitas dengan menggunakan analisis statistik salah satunya adalah uji Kolmogorov Smirnov. Dalam pendeteksian Normalitas dengan menggunakan uji non-parametrik sampel K-S. Pada Tabel 4.2, Signifikansi K-S lebih dari 0,876 maka nilai residual dengan signifikansi 0,427 (>0,05) yang berarti nilai residual terdistribusi normal. Berikut hasilnya analisis statistik Uji Normalitas Kolmofgrov Smirnov. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
86 .0000000 .00671022 .094 .094 -.060 .876 .427
Sumber : data sekunder yang diolah
b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji kolinearitas model regresi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolenrance dan variance inflation factor (VIF). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai tolenrance diatas signifikan 0,10 yaitu berkisar 0, 558 sampai dengan 0.943 dan variance inflation factor (VIF) memiliki nilai dibawah 10, yaitu berkisar 1.060 sampai dengan 1.793. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
KIND
.839
1.192
DKOM
.558
1.793
DDIR
.625
1.599
KI
.943
1.060
a. Dependent Variable: ROA Sumber : data diolah
c. Uji Autokorelasi Hasil Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah, dimana nilai DW yang dihasilkan adalah 2,435, sedangkan dari DW tabel dengan 0,05 dan jumlah data 86, seta K = 4 (empat) variabel independen diperoleh nilai dl sebesar 1,5536 dan du sebesar 1,7478 sehingga didapat 4 – du sebesar 2,2522. Maka nilai DW statistik berada di antara 4 – du
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokolinearitas Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.334a .112 .068 .0068739 1 a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah
DurbinWatson 2.435
d. Uji Heterokedastisitas Hasil uji Heterokedastisitas disajikan pada Gambar 4.3 yaitu metode grafik scaterplot, terlihat titik – titik hasil observasi yang tidak menyebar di daerah titik nol pada sumbu Y yang berarti terdapat heterokastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas
Sumber: data diolah
Berdasarkan uji heterokedastisitas diaras terlihat titik-titik observasi menyebar keatas daerah titik nol pada sumbu Y dan ke daerah titik nol pada sumbu X. Hal ini berarti tidak ada heterokedastisitas pada model regresi.
3.
Uji Regresi Linear Berganda a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Dalam mengukur kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel
dependen adalah koefisien
determinasi (R2). Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel – variabel independenn dalam menjelaskan variabel depende
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.5 berikut ini menyajikan nilai koefisien determinasi dari model penelitian. Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Change Statistics Model
R
R Adjusted Std. Error of R Square F Sig. F Square R Square the Estimate Change Change df1 df2 Change
1 .334a .112 .068 .0068739 a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM b. Dependent Variable: ROA
.112
2.541
4 81
Sumber : Data sekunder yang diolah
Pada Tabel 4.5 nilai R2 pada model regresi ini sebesar 0,112 yang berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 11,2%, sedangkan sisanya 88,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Uji statistik F digunakan untuk melihat pengaruh secara simultan atau bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesisi nol adalah joint hipotesis atau sering disebut juga pengujian signifikansi keseluruhan (overall significance) terhadap regresi yang ingin menguji hubunganb variabel dependen secara linear dengan variabel independen. Join hpotesiis ini dapat diuji dengan teknik analisis variance (ANOVA). Hasil uji signifikansi simultan (uji F) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
.046
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
.000
4
.000
Residual
.004
81
.000
F 2.541
Sig. .046a
Total .004 85 a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Sekunder yang diolah
Pada Tabel 4.6 diatas, nilai F hitung sebesar 2,541 terhadap signifikansi 0,046 (<0.05) menunjukkan bahwa koefisien regresi komisaris independen, dewan direksi, dewan komisaris dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap ROA.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) Uji signifikansi parameter individual atau uji t digunakan untuk mengukur pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada Tabel 4.7 output persamaan regresi menunjukkan bahwa hanya variabel jumlah anggota dewan direksi yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ROA, sedangkan variabel independen lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang dimiliki masing-masing variabel, dewan direksi memiliki nilai probabilitas dibawah 0,05 yaitu 0,009 yang berarti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Nilai probabilias pada variabel komisaris independen, dewan komisaris, dan kepemilikan independen jauh diatas 0,05, yaitu 0.278, 0.447, 0.009, dan 0,217, yang berarti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat koefisien untuk persamaan regresi dari penelitian ini, yang dapat disusun dalampersamaan matematis sebagai berikut : ROAit = 0,002 + 0,007 KINDit + 0,000 DKOMit + 0,001 DDIRit + 0,002 KIit Tabel 4.7 Output Persamaan Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.002
.005
KIND
.007
.006
DKOM
.000
DDIR KI
Beta
t
Sig. .307
.760
.125
1.092
.278
.000
-.107
-.765
.447
.001
.000
.353
2.667
.009
.002
.003
.064
.590
.557
a. Dependent Variable: ROA Sumber : data sekunder yang diolah
4.
Pembahasan Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut: 1.
Variabel Komisaris Independen (KIND) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,007 menunjukan bahwa Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,7%. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,278 lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap Komisaris Independen (KIND).
2.
Variabel Dewan Komisaris (DKOM) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,000 menunjukan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel Dewan Komisaris (DKOM) naik satu persen, dengan asumsi variabel lain
tetap maka tidak ada peningkatan ataupun penurunan pada kinerja bank (ROA). Nilai signifikansi sebesar 0,447 yang lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap Dewan Komisaris (DKOM). 3.
Variabel Dewan Direksi (DDIR) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,001 menunjukan bahwa Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel Dewan Direksi naik satu persen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,1%. Jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap Dewan Komisaris (DKOM).
4.
Variabel Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,002 menunjukan bahwa Kepemilikan Institusional (KI) berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,2%. Jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,557 lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap Kepemilikan Institusional (KI).
PENUTUP 1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel,
persentase anggota komisaris independen (KIND), jumlah anggota dewan komisaris (DKOM), jumlah anggota dewan direksi (DDIR) dan kepemilikan institusional (KI) terhadap kinerja perusahaan perbankan yang diproksikan melalui ROA, maka peneliti dapat merangkum hasil penelitian ini sebagai berikut: 1.
Pada hasil pengujian statistik hipotesis pertama (H 1) menunjukkan bahwa persentase jumlah anggota Komisaris Independen tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap ROA. Hal ini dibuktikan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,092 dimana t hitung 1,771 (t tabel < t hitung). yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Komisaris Independen (KIND) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal tersebut dapat pula dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,278 (>0,05), sedangkan koefisien regresi bernilai postif sebesar 0,007. Maka Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa persentase anggota komisaris independen (KIND) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak. 2.
Hasil pengujian statistik hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan komisaris (DKOM) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar -0,765 (t hitung
0,05), dan koefisien regresi DKOM terhadap ROA
bernilai positif sebesar 0,000.
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa jumlah anggota dewan komisaris (DKOM) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak. 3.
Hasil pengujian statistik hipotesis ketiga (H3) menunjukkan pada jumlah anggota Dewan Direksi (DDIR) dengan rentang antara 2 sampai dengan 15 memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2,667 (t hitung
4.
Hipotesis keempat
(H4) menyatakan bahwa persentase kepemilikan
institusional (KI) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA), dimana diperoleh nilai t hitung sebesar 0,590 (t hitung 0,05), dan koefisien regresi kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan (ROA) bernilai positif sebesar 0,002. Maka berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa persentase kepemilikan institusional (Ln_KI) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA) adalah ditolak.
2.
Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. 1.
Adanya ketidaksesuaian antara data yang didapat dari sumber ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dengan annual report perusahaan yang dipublikasikan di BEI (Bursa Efek Indonesia). Ketidaksesuaian data tersebut terletak dari jumlah anggota dewan komisaris, dewan direksi dan Return On Assets (ROA). Selain itu juga, tidak tercantumnya anggota Komisaris Independen. Dalam hal ini, penulis menggunakan data sebagian data dari sumber ICMD
yaitu jumlah dewan komisaris, dewan direksi,
kepemilikan institusional dan Return On Asset (ROA), sedangkan untuk komisaris independen bersumber dari annual report perusahaan yang dipublikasikan di BEI. 2.
Nilai adjusted R2 sebesar 11,2 persen mengindikasikan variabel kinerja perusahaan yang diproksikan oleh ROA hanya dapat dijelaskan oleh variabel KIND, DKOM, DDIR, dan KI, sedangkan selebihnya yaitu 88,8 persen dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.
3.
Saran Penelitian ini menghasilkan nilai R2 11,4% sehingga dapat diartikan bahwa
hubungan antar variabel sangat kecil. Penulis menyarankan untuk penelitian berikutnya menambahkan variabel yang lebih mempengaruhi ROA. Selain
itu
juga,
diharapkan
bagi
perusahaan
untuk
tidak
hanya
memperhatikan ukuran seberapa banyak kuantitas komisaris independen, dewan komisaris,
dewan
direksi,
dan
kepemilikan
institusional,
tetapi
juga
memperhatikan kualitas kompetensi yang dimiliki yang berhubungan dengan profesionalitas personal dalam bidangnya
DAFTAR PUSTAKA Agoraki, Maria-Eleni, Delis, Manthos D And Staikouras, Panagiotis. 2009.”The Effect Of Board Size And Composition Bank Efficiency”. Munich Personal Repec Archive 08. October 2009 Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 1996. “Firm Performance And Mechanisms To Control Agency Problems Between Managers And Shareholders”. Journal Of Financial And Quantitative Analysis 31, pp. 377397. Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 2001. “Do Some Outside Directors Play A Political Role?”. Journal Of Law And Economics 44, pp. 179-198. Bank indonesia www.bi.go.id Beiner S., Drobets,W., Schmid, F., dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An Independent
Corporate
Governance
Mechanisme?”
http://www.wwz.unisbas.ch/cofi/publications/papaers/2003/06.03.pdf Bhagat, Sanjai, and Bernard S. Black. 2005. “The Non-Correlation Between Board Independence And Long-Term Firm Performance”. Journal Of Corporation Law 27, pp. 232-273. Bhagat, Sanjai., and Bolton, Brian. 2007. “Corporate Governance And Firm Performance”. Bino, Adel dan Tomar, Shorouq. “Corporate Governance And Bank Performance: Evidance
From
Jordanian
Banking
Industry”.
http://www.ju.edu.jo/resources/economicobservatory/lists/conferences/attac hments/6/1corporate%20governance%20and%20bank%20performance.pdf
diakses
26 Mei 2011 Black, B.S., Jang, H. Dan Kim, W. 2005. “Does Corporate Governace Predict Firm’s Market Values? Evidence From Korea”. www.ssrn.com diakses 27 Juli 2011 Brigham, E.F. & M.C. Ehrhardt. 2005.
“Financial Management Theory and
Practice”. Edition 11th, Ohio: South Western.
Brown, Lawrence D, dan Marcus L. Caylor. 2004. “Corporate Governance And Firm Performance”. Working Paper. Georgia State University. Collier, Paul., and Gregory, Alan. 1999. Audit committee activity and agency costs. Journal of Accounting and Public Policy 18, pp311-332 Cornet, Marcia millon, et al. 2006. “Earning Management, Corporate Governance And Bank Performance : Evidance From Jordanian Banking Industry”. Darmawati, Deni. 2004. “Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Des 2004 Darwis, Herman. 2009. “Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 13 (3), September 2009. Hal 418-430 Dendawijaya, Lukman. 2000.Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M. 1998. “Larger Board Size And Decreasing Firm Value In Small Firms”, Journal of Financial Economics, Vol. 48, 1998, pp 35-54. Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). “Agency Theory: An Assesment And Review”. Academy Of Management Review, 14, Hal 57-74 Faisal. 2005. “ Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 8, pp. 175 – 190. Fama and Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law and Economics, Vol. 26. Hal. 301-325 Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Corporate Governance : Tata Kelola Perusahaan”. FCGI, Jilid I, Edisi Ke-3. Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. FCGI, Jilid II, Edisi Ke-2. Ghozali. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gompers, Paul A., Joy L., dan Metrick, Ishii Andrew. 2003. “Corporate Governance and Equity”. The Wharton Financial Institutions Center Prices. http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/02/0232.pdf
Hanafi, Mamduh. 2004. Manajemen keuangan, edisi 2004/2005. BPFEYogyakarta. Hastuti, Theresia Dewi. 2005. “Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.“ Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15- 16 September 2005. Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan (Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Erlangga, Edisi 8: Jakarta. Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 1991. “The Effects Of Board Composition And Direct Incentives On Firm Performance”. Financial Management 20(4), 101-112. Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 2003. “Boards of directors as an endogenously determined institution:
A survey of the economic
literature”. Economic Policy Review April, 7-26. Indonesia Capital Market Directory Jaafar, Aziz., and El-Shawa, Mahmoud. “Ownership Concentration, Board Characteristics
And
Performance:
Evidence
From
Jordan”.
http://ssrn.com/abstract=1392727 Jensen, M.C. Dan W.H Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost And Ownership Structure”. Journal Of Financial Economics. Vol 13.Pp 305-360” Kajola Sunday O . 2008. “Corporate Governance and Firm Performance: The Case of Nigerian Listed Firms”. European Journal of Economics, Finance and
Administrative
Sciences
ISSN
1450-2275
Issue
14.
http://www.eurojournals.com diakses 13 Oktober 2011 Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta Keasey, K. And Wright, M. 1993. “Issues In Corporate Accountability And Governance”. Accounting And Business Research, 91a, 291-303. Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. “Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets”. World Bank Working Paper. Koch, Timothy W And Macdonald, S.Scott. 2000. Bank Management. Orlando, Harcourt College Publishers, Edisi 4
Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance”. Jakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta. Mulyani, Yuliana Hernis Tri. 2008. “Dampak Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan, Volume Perdagngan Saham dan Abnormal Return”. Tesis Tidak Dipublikasikan Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme CG Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntasi XI. Pavithra Siriwardhane. Broadening the Boardroom: Corporate Governance and Company Performance in Sri Lanka. http://www.wbiconpro.com/353A--Siriwardhane,P.pdf diakses 8 Oktober 2011 Pribadi, Dewi Widiana (2008). “Pengaruh Corpotate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan. Tesis Tidak Dipublikasikan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. Prowse, S. 1998. Corporate Governance In East Asia: A Frame Work For Analysis, Working paper, Federal Reserve Bank Of Dallas, Dallas Texas. http://www.unescap.org/drpad/publication/dp20_1973/dp_20_iv.PDF diakses 10 Oktober 2011 Rifa’i, Achamd. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sabrina, Anindhita Ira. 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi”. Program Studi Sarjana Strata Satu Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004 – 2007”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Sari, Irmala. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional”. Skripsi. Skripsi Fakultas ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Shleifer, Andrei dan Vishny, Robert W. 1996. “A Survey Of Corporate Govenance”. National Bureu Of Economic Research Working Paper 5554, april 1996. Cambridge. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter Dan Perbankan”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Edisi Kelima. Solomon, Jill. 2007. “Corporate Governance And Accountability Second Edition”. John Willey And Sons. England Subanidja, Steph. 2006. “Struktur Pasar, Karakteristik Dan Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Akuntablitias, Vol 6. No 1. September. hlm 14-21. Syakhroza, Akhmad. 2002. “Mekanisme Pengendalian Internal dalam Melakukan Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance”. Usahawan No. 8, Vol. XXXI, Agustus 2002, pp. 41 - 52 Tristianto, Arvian. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perushaan”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007.
“Mekanisme
Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli Usman, Bahtiar. 2003. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Bank-Bank di Indonesia”. Media Riset Bisnis & Manajemen (MRBM): Vol.3 (1), April 2003, P.59-74, Usman, Hardius dan Nachrowi, Nachrowi Djalal. 2002. Penggunaan teknik ekonometri. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Veronica, Sylvia dan Utama, Siddharta. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan
dan
Praktek
Corporate
Governace
Terhadap
Pengelolaan Laba (Earning Management)”. Simposiun Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-1 September 2005. Hal 475-490.
Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2005. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus. Walsh and Seward. 1990. ”On The Efficiency Of Internal And External Corporate Control Mechanism“. Academy Of Management Review. 15, Pp. 421-458. Wardhani, R. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan yang Mengalami
Permasalahan
Keuangan
(Financial
Distress
Firms)”.
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Weir, Charlie., Muravyev, Alexander., and Talavera, Oleksandr. 2000 Performance effects of appointing other firms' executive directors to corporate
boards.
http://www.talavera.rv.ua/dur/pdfs/WP2011-12.pdf
diakses 8 Oktober 2011 Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. “Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia”. Tesis Program Magister Universitas Diponegoro. Semarang. Zheka, V. 2002. “Does Corporate Governance Predict Firm Performance?The Case Of Ukraine”. www.ssrn.Com