LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014
1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS Sedunia bergantian setiap tahunnya dan pada tahun 2104 Kementerian Hukum dan HAM ditunjuk sebagai ketua penyelenggara peringatan Puncak Hari AIDS Sedunia 2014. Dalam susunan kepanitiaan, Menteri Kesehatan sebagai Pengarah, Dirjen P2PL sebagai Wakil Ketua Umum I dan Direktur P2ML sebagai Wakil Ketua I Bidang Acara Puncak. 3. Tema Hari AIDS Sedunia Tahun 2014 adalah “Cegah dan lindungi diri, keluarga dan masyarakat dari HIV dan AIDS dalam rangka perlindungan HAM”, dengan subtema a. Pencegahan penularan baru HIV dan AIDS terhadap diri, keluarga dan masyarakat b. Perlindungan HAM bagi ODHA dari stigma dan diskriminasi melalui lingkungan yang kondusif dengn optimalisasi Komunikasi Informasi Edukasi c. Peningkatan Program Penanggulangan HIV dan AIDS secara Komprehensif dan Berkesinambungan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI 4. Rangkaian Hari AIDS Sedunia di Indonesia diperingati oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat sejak bulan Mei 2014 sampai dengan Desember 2014, di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan. 5. Kementerian Kesehatan memperingati Hari AIDS Sedunia 2014 dengan menyelenggarakan Simposium HIV dan Infeksi Oportunistik dan Peluncuran Buku Pedoman Nasional ARV pada tanggal 1 November 2014 bersama dengan PDPAI (Perhimpunan Dokter Peduli AIDS) yang bertujuan untuk mengupdate tatalaksana tenaga medis dalam pengobatan ARV ODHA dewasa dan anak. 6. Di tingkat nasional acara puncak Hari AIDS Sedunia 2014 dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2014 di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta, yang rencana akan dihadiri oleh Presiden RI.
7. Situasi HIV/AIDS di Indonesia
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIVAIDS tersebar di 386 (78%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.
Jumlah Kasus HIV dan AIDS per tahun sampai dengan September 2014
Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009 (9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037), dan tahun 2014 (22.869). Sampai dengan September 2014, jumlah kumulatif HIV
yang dilaporkan sebanyak 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 orang
Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti Jawa Timur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali (9.637) Jumlah Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut Kelompok Umur Tahun 2010-2014
Faktor resiko penularan HIV terutama adalah melalu jalur seksual (57%), Pengguna Narkoba Suntik (15%) Penularan LSL (4%),penularan dari Ibu ke anak sebesar 3%.
Jumlah Infeksi HIV yang Dilaporkan Provinsi sampai dengan September 2014 Tahun No.
Provinsi
Jumlah
s.d. 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014*
-
-
-
-
2
26
31
26
46
31
162
1
NAD
2
Sumatera Utara
49
566
511
626
677
1,347
1,251
1,337
1,603
1,252
9,219
3
Sumatera Barat
-
-
-
-
224
212
132
133
222
213
1,136
4
Riau
-
-
-
119
112
337
439
314
412
317
2,050
5
Jambi
-
-
-
-
40
86
105
203
208
109
751
6
Sumatera Selatan
52
126
32
149
119
226
265
230
262
191
1,652
7
Bengkulu
-
-
-
-
29
55
33
40
79
72
308
8
Lampung
-
-
-
-
27
93
295
335
189
151
1,090
9
Bangka Belitung
-
-
-
-
12
85
103
132
97
81
510
10
Kep. Riau
-
-
-
456
311
743
674
792
926
653
4,555
11
DKI Jakarta
-
2,393
1,584
3,145
2,679
5,186
4,012
3,926
5,865
3,992
32,782
12
Jawa Barat
69
641
736
605
726
1,535
1,429
1,416
3,041
3,309
13,507
13
Jawa Tengah
47
382
266
343
443
993
1,057
1,110
2,322
2,069
9,032
14
DI Yogyakarta
66
126
121
306
179
310
310
272
489
432
2,611
15
Jawa Timur
88
983
635
1,576
1,222
2,731
2,715
2,912
3,391
2,996
19,249
16
Banten
48
348
572
299
182
400
433
395
502
463
3,642
17
Bali
-
-
-
730
717
1,628
1,557
1,737
1,690
1,578
9,637
18
NTB
12
39
65
48
41
93
132
110
170
102
812
19
NTT
2
32
57
133
144
360
352
242
259
170
1,751
20
Kalimantan Barat
227
547
387
463
379
643
499
465
525
439
4,574
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
21
68
46
57
61
253
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
21
83
88
174
160
526
23
Kalimantan Timur
13
133
81
112
180
392
429
392
467
342
2,541
24
Sulawesi Utara
18
423
469
155
94
186
222
212
264
269
2,312
25
Sulawesi Tengah
-
-
-
-
-
38
37
86
147
96
404
26
Sulawesi Selatan
65
89
132
484
375
692
611
524
792
550
4,314
27
Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
-
6
49
71
100
104
330
28
Gorontalo
-
-
-
-
-
6
11
8
26
17
68
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
21
5
7
-
6
39
30
Maluku
-
-
-
-
-
216
440
295
236
269
1,456
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
14
46
92
54
41
247
32
Papua Barat
86
100
77
160
192
390
356
535
448
370
2,714
33
Papua
17
256
323
453
687
2,499
2,850
3,028
3,974
1,964
16,051
Tahun No.
Provinsi Nasional
Jumlah
s.d. 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014*
859
7,195
6,048
10,362
9,793
21,591
21,031
21,511
29,037
22,869
Estimasi Orang dengan HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2012 adalah sebanyak 591.823 sedangkan saat ini ODHA yang sudah kita ketahui baru berjumlah 150.296. Yang ini berarti dalam membongkar fenomone gunung es baru sekitar 30% ODHA yang telah terdeteksi, sehingga saat ini kita masih harus mengintensifikasikan penemuan ODHA sehingga setidaknya cakupan sasaran kita mencapai 80%. Dari data jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pengidap HIV sedangkan jumlah penderita AIDS semakin menurun. Ini bisa disimpulkan bahwa semakin banyak orang yang diketahui status HIV nya masih belum masuk kedalam stadium AIDS, jika dibandingkan dengan sekitar 10 tahun yang lalu, dimana jumlah kasus AIDS lebih banyak dilaporkan dibandingkan kasus HIV. Deteksi dini ini semakin baik seiring dengan makin banyaknya jumlah fasyankes yang dapat memberikan layanan bagi ODHA baik tes HIV, pengobatan IMS, dan pengobatan ARV sehingga semakin banyak orang yangmengetahui status HIV nya lebih dini sebelum muncul gejala-gejala AIDS. Saat ini Kementerian Kesehatan sedang berupaya untuk meningkatkan cakupan tes HIV, cakupan terapi ARV dan retensi ARV. Inisiatif ini sebagai tindak lanjut dari Kajian Cepat dan Konsultasi Nasional, pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan dan dikenal dengan Strategic Use of ARV (SUFA). Dalam inisiatif ini, untuk meningkatkan cakupan tes HIV, dilakukan penawaran rutin tes HIV kepada pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), ibu hamil, pasien TB, pasien hepatitis, pasangan ODHA, warga Binaan masyarakat (WBP) dan populasi kunci ( Pekerja seks, Penasun, Waria, Transgender dan Lelaki seks dengan lelaki). Untuk meningkatkan cakupan terapi ARV, maka ARV dapat segera diberikan tanpa melihat jumlah CD4, pada ibu hamil dengan HIV, pasien ko-infeksi TB-HIV, pasien ko-infeksi hepatitis-HIV, ODHA yang pasangannya HIV negatif dan populasi kunci (WPS, LSL, penasun dan waria/transgender). Sementara, untuk meningkatkan retensi pengobatan ARV, Kementerian Kesehatan telah menyediakan obat ARV triple fixed dose combination (triple FDC), yaitu satu tablet obat yang berisi 3 rejimen ARV. Obat ini mempunyai toksisitas dan efek samping yang lebih rendah dan jadual minum obat lebih mudah. Selain itu, pelibatan ODHA, keluarganya serta komunitas dalam pengobatan ART juga dapat membantu meningkatkan retensi pengobatan ARV. Selain itu dalam upaya promotif Kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT), yang bertujuan agar setidaknya kaum muda dapat mengenal bagaimana mencegah HIV dan AIDS serta informasi lainnya terkait mitos dan fakta tentang HIV dan AIDS. Kampanye ini mengangkat slogan “Jiwa yang tegar NO Narkoba, Hati yang murni NO Seks Bebas”. Sampai dengan tahun 2014, 33 Provinsi sudah melakukan orientasi fasilitator Kampanye ABAT di 210 kab/kota.
150,296
Selain itu untuk menjangkau anak muda sebagai sasaran kampanye, juga dilaksanakan kampanye melalui sosial media diantaranya melalui facebook (Aku Bangga Aku Tahu) dan twitter (@BanggaAkuTahu). Bahkan untuk meningkatkan partisipasi anak muda, juga dibuat kuis online ‘ten teen quiz’ (www.10teenquiz.com) tentang pengetahuan seputar HIV dan AIDS dan video instruksional tentang HIV dan AIDS. Kementerian Kesehatan juga aktif untuk menggalang kerjasama lintas sektoral melalui Pokja HIV dan AIDS. Sebagai tindak lanjut ditandatanganinya Kesepakatan Bersama 5 Kementerian (Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, serta Kementerian Agama) untuk peningkatan pengetahuan benar dan komprehensif pada muda tentang HIV dan AIDS, yang memperkuat komitmen nasional dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS di kalangan orang muda. Perkembangan dari kesepakatan ini sebagai berikut: Kemendikbud mewajibkan pada setiap orientasi mahasiswa baru dilakukan sosialisasi mengenai HIV/AIDS dan peserta diminta mengisi kuesioner. Selain itu telah dilakukan pula sosialisasi mengenai HIV/AIDS ke anak SD dan SMP. Kementerian Agama mengupayakan sosialisasi tentang HIV/AIDS pada pasangan usia subur di propinsi DI Yogyakarta Kemendagri telah melakukan sosialisasi dan penerbitan peraturan terkait kepada seluruh kepala daerah sehingga para kepala daerah tersebut memerintahkan jajaran di bawahnya untuk melaksanakan program tersebut. Kemensos menyiapkan modal usaha untuk ODHA dan keluarganya setelah sebelumnya diberi pelatihan. Pesan dan Harapan : Sesuai dengan tema HAS 2014 : Cegah dan Lindungi Diri , Keluarga dan Masyarakat maka untuk mengendalikan epidemi HIV kita harus melakukan memperkuat upaya promotif dan preventif untuk mencegah perilaku beresiko. Remaja dan usia produktif adalah salah satu kelompok yang paling berisiko untuk terinfeksi HIV. Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual yang berisiko dan penggunaan napza sehingga menjadi kelompok yang berisiko. Kemudahan akses kepada layanan kesehatan yang peduli remaja secara komprehensif. Layanan yang peduli remaja ini tidak saja berbasis layanan kesehatan, namun bisa dimulai semenjak layanan di sekolah. Optimalisasi peran intitusi pendidikan adalah salah satu peluang yang sangat menarik untuk dapat turut serta menurunkan epidemi HIV. Kedua mengetahui status HIV perlu agar kita dapat segera melakukan upaya pencegahan termasuk melakukan perubahan perilaku sehingga tidak menularkan kepada pasangan ataupun keluarga sekitar kita.