Legenda Bajul Njayan Folklor Lisan Masyarakat Desa Senjayan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk Lintang Wahyusih Nirmala
[email protected] Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Abstract Legend as one type of oral folklore does not only contain stories from a collective but also contains elements of history in it. Legend can reveal a part of cultural reflection of a society. The legend of Bajul Njayan is an oral folklore that belonged to Senjayan villagers which is still believed and functioned until today. This research aims is to reveal the oral folklore as one form of a collective culture; this research also aims to discover the function and structure of the relationship between the legend and the society. The method used in this research is the method of folklore research through observation and interviews conducted in the Senjayan and surrounding villages. The results from this research are about the history of the Senjayan village related to the origin of the legend of Bajul Njayan in the society. This research also discovered the function, structure and mutual relationship between the legend and the society. In each legend or society, they have their own structures that keep the system always balanced to maintain the harmony of the people’s life. The legend of Bajul Njayan has four functions that govern the behavior of Senjayan villagers. Traditions of Nyadran, kenduren and pengajian are routinely performed by Senjayan villagers as a way to overcome their anxiety of the mythical influences that surrounds their lives. The mythical power in legend affects the Senjayan villagers’ behavior, especially in their activities on the the livelihoods and maintaining harmonious relationship with nature and fellow human beings. Keywords: Legend, Structural-fungsionalism, Legend function Abstrak Legenda sebagai salah satu jenis folklor lisan tidak hanya mengandung kisah-kisah dari suatu kolektif tetapi juga mengandung unsur sejarah di dalamnya. Legenda dapat mengungkapkan sebagian cerminan kebudayaan atas suatu masyarakat. Legenda Bajul Njayan adalah folklor lisan milik masyarakat Desa Senjayan yang masih diyakini dan berfungsi dalam masyarakat hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan folklor lisan sebagai salah satu bentuk kebudayaan suatu kolektif, selain itu tujuan lain penelitian ini adalah untuk mengungkapan fungsi dan struktur dalam hubungan antara legenda dan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian folklor melalui observasi dan wawancara yang dilakukan di Desa Senjayan dan sekitarnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tentang sejarah Desa Senjayan yang berkaitan dengan asal-usul Legenda Bajul Njayan dalam masyarakat. Melalui penelitian ini juga ditemukan fungsi, struktur dan hubungan timbal balik antar legenda dan masyarakat. Dalam legenda maupun masyarakat masing-masing memiliki struktur yang menjaga sistem yang selalu seimbang untuk menjaga keselarasan hidup masyarakat. Legenda Bajul Njayan memiliki empat fungsi yang mengatur perilaku dalam kehidupan masyarakat Desa Senjayan. Tradisi Nyadran, kenduren dan pengajian yang rutin dilakukan masyarakat Desa Senjayan berguna untuk mengatasi kecemasan atas kekuatan mitis yang mengelilingi hidup mereka. Kekuatan mistis dalam legenda mempengaruhi perilaku masyarakat Desa Senjayan terutama dalam beraktivitas pada mata pencaharian dan menjaga keselarasan hubungan dengan alam dan sesama manusia. Kata Kunci : Legenda, Fungsionalisme-struktural, Fungsi Legenda
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 299
Pendahuluan Kehidupan manusia tidak dapat
legenda menjadi empat kelompok yaitu
dilepaskan dari hubungan manusia dengan
legenda keagamaan, legenda alam gaib,
sesama manusia, dengan Tuhan dan
legenda
dengan alam semesta. Manusia juga tidak
setempat (Danandjaja, 2007:67).
bisa
dilepaskan
dari
tradisi
yang
perseorangan
dan
legenda
Kajian ini mengambil fokus pada
merupakan bagian dari kebudayaan sebuah
legenda
masyarakat. Folklor merupakan salah satu
penduduk setempat. Tepatnya berasal dari
tradisi
suatu
Desa Senjayan, Kecamatan Gondang,
masyarakat. Folklor menurut Danandjaja
Kabupaten Nganjuk yaitu tentang Legenda
(2007:2) adalah sebagian kebudayaan
Bajul Senjayan atau biasa disebut Bajul
suatu
Njayan dianggap sebagai penjaga aliran
yang
dimiliki
kolektif
yang
oleh
tersebar
dan
lokal
oleh
Kali
atau dalam bentuk sebuah wujud sebagai
Senjayan. Legenda Bajul Njayan di Desa
pengingat. Lore sebagai salah satu tradisi
Senjayan memiliki berbagai varian kisah
dalam masyarakat atau kolektif (folk)
yang beragam serta masih dipercaya oleh
tertentu diwariskan turun-menurun pada
masyarakat Desa Senjayan.
memiliki fungsi dalam kolektif tersebut. Legenda merupakan salah satu
oleh
dipercayai
diwariskan turun-temurun melalui lisan
generasi penerusnya secara lisan dan
Widas
yang
masyarakat
Desa
Hasil kajian ini yaitu tentang legenda lokal yang berkaitan dengan sejarah, selain itu terdapat fungsi dan nilai
prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi
legenda
pada masa lalu di sebuah daerah manusia
kehidupan penduduk setempat. Dalam
sehingga
bahasan kajian ini menggunakan analisis
tidak
jarang
dipandang
yang
berpengaruh
mengandung nilai sejarah dan asal-usul
teori
suatu
mengetahui fungsi legenda dalam struktur
daerah.
Sifat
legenda
yang
fungsionalisme-struktural
dalam
migratoris yaitu mampu berpindah-pindah
sosial
menyebabkan
hubungan legenda dengan masyarakat
sebuah
legenda
dapat
masyarakat
Senjayan.
dan
untuk
dikenal secara luas hingga didaerah-daerah
Desa
lain yang berbeda. Legenda mungkin
diharapkan
berjumlah lebih banyak dibanding mite
folklor terutama bagi ilmu antropologi dan
atau dongeng karena jumlah tipe dasar
bidang sosial-budaya di Indonesia.
dapat
Sehingga
mengetahui
kajian
menambah
ini
pustaka
yang lebih luas. Brunvand menggolongkan
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 300
dilakukan di beberapa tempat di wilayah
Metode Kajian mengenai folklor Legenda
Desa Senjayan yang dianggap wingit dan
Bajul Njayan ini menggunakan metode
sakral seperti di Punden, Komplek Makam
penelitian folklor melalui proses penelitian
dan Kedung Mbah Mat, selain itu juga
observasi dan wawancara. Danandjaja
mengamati aktivitas masyarakat
(2007:193) membagi
tahap penelitian
dilakukan di daerah aliran sekitar Kali
dalam bidang folklor menjadi tiga tahap
Widas saat kondisi Kali Widas sedang
yaitu (a) tahap pra penelitian di tempat, (b)
pasang maupun surut
tahap penelitian di tempat sesungguhnya
Wawancara
pertama
yang
dilakukan
dan (c) cara pembuatan naskah folklor
kepada warga yang berasal dari luar
bagi
wilayah Desa Senjayan guna mengetahui
pengarsipan.
dilakukan
guna
Proses
observasi
mengetahui
aktivitas
keberadaan
legenda
wilayah
legenda yang berada dikehidupan mereka.
selanjutnya peneliti melakukan wawancara
ditentukan
oleh
penelitian
dengan
lokasi
penelitian
kesesuaian
Tahap
kepada beberapa informan dan informan kunci
yaitu
penjaga
makam
Desa
Senjayan, penjaga pundhen, dan penjaga
folklor. Kekhasan folklor yang dijumpai di
makam Ki Ageng Keniten di Desa
lokasi penelitian adalah alasan utama
Karangsemi.
pemilihan lokasi dalam penelitian ini.
kepada perangkat desa untuk menanyakan
Legenda Bajul Njayan yang berasal dari
sejarah desa. Tahapan terakhir yaitu
Desa Senjayan memiliki kisah yang khas
melakukan wawancara dengan masyarakat
dan
setempat yang terdiri dari penambang
dengan
wilayah
besar.
dari
berbeda
asal
kajian
lebih
lingkup
sehari-hari masyarakat desa terkait dengan
Pemilihan
yang
dalam
wilayah
lain,
Kemudian
meskipun sama-sama dialiri oleh Kali
pasir,
Widas namun tidak memiliki folklor yang
melengkapi sejarah desa dan Legenda
sama dengan Desa Senjayan.
Bajul Njayan secara utuh. Tidak lupa
Teknik pengumpulan data berupa observasi
langsung,
wawancara
dan
pengetikan naskah folklor. Observasi telah dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan saat musim penghujan di bulan Januari-Februari dan tiga minggu saat musim kemarau di bulan SeptemberOktober.
Pengamatan
lebih
dalam
peziarah,
pentingnya kejadian
untuk dan
dan
dilanjutkan
warga
guna
mendokumentasikan
tempat
penting
yang
berkaitan dengan Legenda Bajul Njayan. Hasil dan Pembahasan Legenda Bajul Njayan Legenda Buaya di Desa Senjayan atau lebih sering disebut sebagai Bajul AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 301
Njayan atau Bajul Senjayan dikenal
Kekalahan diterima Mbah Sulaiman yang
sebagai cerita kondang di masyarakat
berubah menjadi Bajul saat terjatuh di
sekitar Desa Senjayan. Legenda Bajul
pinggir Kali Widas.
Senjayan dan varian ceritanya tidak hanya
Lurah
Desa
Senjayan
sebagai
mengisahkan tokoh Bajul Senjayan saja,
pemenang
tetapi juga bagaimana kisah tersebut
memperbolehkan Bajul tetap tinggal di
diyakini nyata atas pengalaman manusia.
Senjayan namun hanya sebatas di Kali
Bajul
Senjayan
tersebut
sebagai
Widas. Bajul yang mengalami kekalahan
tokoh yang suka memberi barang-barang
boleh tinggal dan memiliki keturunan di
kepada manusia seperti material bangunan,
bantaran Kali Widas namun tidak boleh
makanan, mebel, dan hasil panen. Barang-
mengganggu
barang
tersebut
keselamatan masyarakat Desa Senjayan.
kemudian dikirimkan ke manusia. Tidak
Hingga saat ini perjanjian itu masih
sedikit barang yang ditolak dikirimkan ke
diyakini
Desa Senjayan, namun ketika dicari nama
beraktivitas di bantaran Kali Widas. Sosok
pembeli tidak ada meskipun beralamat di
dari
wilayah Desa Senjayan. Hingga akhirnya
masyarakat adalah laki-laki setengah baya,
masyarakat Desa Senjayan menyadari
namun
bahwa ini adalah ulah dari Bajul Njayan
berwujud
yang kerap memborong dan mengirim
sebagai keturunan dari Bajul Njayan ini.
barang ke manusia.
Masyarakat Desa Senjayan juga sering
yang
telah
dikenal
pertarungan
dibayar
dan
harus
masyarakat
Bajul
yang
Njayan
ada
juga
yang
yang
perempuan
menjamin
tetap
dikenal
mengatakan
yang
diyakini
Terdapat dua versi tentang asal mula
menyebutnya dengan nama Mbah Bajul,
legenda ini ada, yaitu versi pertama
Mbah Hendro, Mbah Joko Slamet dan
tentang kekalahan Lurah Desa Senjayan
terkadang Mbah Sulaiman.
yang melakukan adu kasekten dengan
Versi kedua dari legenda ini yaitu
pemilik pondok pesantren yaitu Mbah
adanya
Sulaiman. Adu Kasekten ini dipicu atas
berbeda, rupawan dan nyeleneh datang dan
tuduhan Lurah Senjayan kepada Mbah
ikut menari di acara Langen Bekso Tayub
Sulaiman yang telah mencuri sesuatu milik
di Desa Senjayan yang hilang ketika
Lurah Senjayan. Mbah Sulaiman yang
diikuti oleh warga di pinggir Kali Widas.
merasa tidak mencuri, tidak terima atas
Penayub
tuduhan
terjadi
penampilan yang berbeda, menggunakan
pertarungan antara kedua orang yang
bawahan berupa kain jarik yang dibebet
sama-sama memiliki kesaktian terjadi.
hingga nglengsreh. Ciri lainnya yaitu
tersebut.
Hingga
laki-laki
baru
yang
berpenampilan
tersebut
memiliki
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 302
bagian hidung dari orang baru tersebut
beraktivitas dan menghindari kejadian
tidak ada memiliki geler (garis tengah
yang tidak diinginkan.
antara bawah hidung dan atas mulut) dan tidak terlihat kencetnya (keting) meskipun saat melangkah. Keanehan penayub baru ini tidak terlepas dari pandangan pemilik Langen Bekso
Tayub
yang
akhirnya
memerintahkan warga Desa Senjayan untuk mengikuti kepergian penayub baru ini ketika Tayuban selesai. Penayub itu bergerak menjauhi para penayub yang berada di atas dan semakin mendekati bibir Kali Widas. Warga kemudian melihat penayub tersebut telah menghilang dan diyakini berubah menjadi seekor buaya. Hilangnya
penayub baru di tepian Kali
Widas membuat warga Desa Senjayan heran tentang perginya sang penayub baru di sekitar pohon bambu yang lebat. Akhirnya warga meyakini bahwa penayub tersebut berubah menjadi buaya dan kumpulan pohon bambu adalah rumahnya yang bersifat angker. Masyarakat
Desa
Senjayan
meyakini sosok tersebut sebagai salah satu penjaga Desa yang disebut bahurekso karena menempati sebuah tempat tertentu yakni
tikungan
Kali
Widas
(Koenjtaraningrat, 1984:338). Masyarakat percaya bahwa kejadian aneh yang terjadi disitu adalah ulah dari Bajul Njayan, sehingga melarang warga desa lain untuk
Nyadran
sebagai
Adat-Istiadat
Masyarakat Desa Senjayan Kehidupan Senjayan
yang
kebudayaan
masyarakat tradisional
yang
Desa memiliki
homogen
dan
mengutamakan keselarasan hidup. Untuk menjaga
keselarasan
masyarakat
tersebut
kehidupan
diperlukan
adat-
istiadat, norma serta aturan yang dipatuhi oleh masyarakat Desa Senjayan. Salah satu adat-istiadat yang masih ada hingga saat ini yaitu Upacara Bersih Desa yang biasa disebut Nyadran. Kegiatan Nyadran termasuk dalam ritus selametan penting bagi masyarakat Desa Senjayan yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali di hari Jumat Pahing pada Bulan Besar atau Dzulhijjah. Tempat yang digunakan dalam ritual Nyadran biasanya
adalah
tempat-tempat
yang
diyakini masih berhubungan dengan para pelindung desa yang dapat menyatukan seluruh masyarakat dan terbagi menjadi beberapa tempat seperti di Makam, Balai desa, Masjid dan Pundhen. Nyadran dilakukan sejak pagi hari, masyarakat berbondong-bondong datang ke makam sambil membawa bunga dan berkat. Berkat adalah makanan yang berisi nasi,
lauk
pauk
dan
sayuran
yang
kemudian dimakan bersama-sama setelah AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 303
di doakan bersamaan dengan prosesi
dipimpin oleh Juru Kunci Makam. Surat-
Nyadran selesai. Inti dari prosesi Nyadran
surat yang dibaca meliputi surat Al-
adalah ziarah dan doa bersama memohon
Fathikah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
keselamatan dan keberkahan kehidupan
Setelah itu, Juru Kunci membaca doa-doa
bagi masyarakat Desa Senjayan
yang diucapkan dengan bahasa jawa
Perbedaan kegiatan Nyadran di
dengan maksud memohon keselamatan,
Desa Senjayan dengan desa-desa lain di
kesehatan, panjang umur, keberkahan dan
wilayah Nganjuk adalah tidak adanya
kelancaran
hiburan apapun bagi masyarakat pada
membacakan doa, bunga
malam hari. Masyarakat Desa Senjayan
dibawa ditaburkan ke atas makam seperti
setelah melakukan Nyadran dipagi hari
ziarah pada umumnya.
tidak pernah menyelenggarakan kesenian tayub ataupun wayang di malam hari. Hal tersebut karena setiap pergelaran tayub akan
dimulai
selalu
ada
hambatan
sehingga tayub batal diselenggarakan. Masyarakat Desa Senjayan meyakini para dhanyang tidak suka diadakan tayub sehingga pergelaran tayub tidak pernah sukses diadakan. Dalam Nyadran
serangkaian
masyarakat
Desa
prosesi Senjayan
terdapat Kenduren yang dilakukan di Makam
satu
hari
sebelum
Nyadran
berlangsung. Kegiatan ini juga dilakukan ketika berada dalam musim-musim panen atau musim tanam akan berlangsung. Kenduren biasanya dilakukan dari pagi hingga sore hari di Makam sesepuh atau makam keluarga masing-masing. Prosesi Kenduren diawali dengan
dalam
bekerja.
Seusai
yang telah
Fungsi Legenda dalam Kebudayaan Masyarakat Folklor yang dimiliki oleh suatu kolektif dalam masyarakat tidak hanya dapat dipandang sebagai sebuah warisan kisah saja, tetapi sebenarnya memiliki fungsi. Legenda Bajul Njayan memiliki fungsi-fungsi yang mengatur kehidupan masyarakat
Desa
Senjayan.
Terdapat
empat fungsi folkor menurut Bascom dalam masyarakat yaitu (a) sebagai sistem proyeksi
kolektif,
pengesahan
pranata
(b)
sebagai dan
alat
lembaga
kebudayaan, (c) sebagai alat pengawas dan pemaksa norma-norma masyarakat, dan (d)
sebagai
alat
pendidikan
anak
(Danandjaja, 2007:19). Berikut ini adalah penjabaran dari keempat fungsi legenda tersebut dalam masyarakat :
membaca doa-doa dalam agama Islam dengan menggunakan bahasa Jawa di makam
leluhur
atau
keluarga
yang AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 304
Desa Senjayan terdapat pranata-pranata
a) Legenda sebagai Sistem
kebudayaan yang terwujud atas adanya
Proyeksi Kolektif Folklor dapat menjadi alat proyeksi
Legenda Bajul Njayan. Pranata-pranata
cita-cita atas suatu kolektif. Melalui
tersebut terwujud dalam bentuk ritual
folklor
cerminan
selametan bersih desa yaitu Nyadran dan
kehidupan atas suatu masyarakat. Legenda
Kenduren yang rutin dilakukan satu tahun
yang berfungsi sebagai sistem proyeksi
sekali
kolektif dapat mencerminkan kehidupan
mengalami masa krisis.
dapat
diketahui
masyarakat yakni cita-cita dan kenyataan. Sebagai
cita-cita,
masyarakat
atau
pada
saat
masyarakat
Dalam ritual Nyadran terdapat
Desa
aturan-aturan yang disepakati bersama
Senjayan ingin dikenal sebagai masyarakat
guna mengintegrasikan masyarakat pada
yang hidup dalam kejayaan dan kekayaan,
sebuah tujuan bersama. Aturan-aturan
namun tetap ingin berbagi dengan sesama.
tersebut seperti harus mendatangi wilayah-
Pengharapan tersebut juga tertuang
wilayah leluhur seperti
atau
dalam nama desa dan cerita-cerita desa
pundhen,
yang diwariskan. Tokoh Bajul Njayan
membawa berkat atau makanan untuk
yang telah diyakini masyarakat nyata
dimakan bersama-sama dengan warga lain.
adanya membawa peran sebagai wujud
Selain nyadran dan kenduren, masyarakat
atas cita-cita masyarakat Desa Senjayan.
Desa
Legenda
dapat
menunjukkan
cerminan kehidupan sebuah masyarakat. Cerminan kehidupan yang ditunjukkan biasanya adalah kebalikan atas realitas cerita tersebut. Kekayaan dan kejayaan yang ditunjukkan melalui kisah-kisah pada nyatanya
berbeda
dengan
kehidupan
sebenarnya.
memohon
makam
Senjayan
pengajian
keselamatan,
mengadakan
untuk
semua
kegiatan
warga
yang
beragama Islam. c) Legenda sebagai Pengawas Norma Suatu Kolektif Nilai-nilai yang terdapat dalam Legenda Bajul Njayan yang diyakini masyarakat Desa Senjayan telah menjadi aturan-aturan yang disepakati bersama.
b) Legenda Mengesahkan Pranata
Kejadian-kejadian dalam
Kebudayaan
kehidupan
nyata
yang
terjadi
masyarakat
Desa
Legenda sebagai salah satu folklor
Senjayan
berfungsi
mengesahkan
tidak tertulis namun telah disepakati
pranata dan lembaga kebudayaan sebuah
bersama untuk dipatuhi. Norma-norma ini
lisan
untuk
memunculkan
aturan-aturan
kolektif. Dalam kehidupan masyarakat AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 305
berkaitan dengan
aktivitas
sehari-hari
masyarakat Desa Senjayan.
tersebut akan mengalami kejadian buruk.
Tempat-tempat wingit di wilayah para dhanyang menjadi tempat yang dinilai sebagai tempat yang bukan milik warga.
Masyarakat
Desa
Senjayan
menghindari tempat-tempat tersebut untuk beraktivitas,
sehingga
apabila
ingin
mengambil sesuatu dari tempat tersebut harus ijin terlebih dahulu. Ijin dilakukan secara lisan dengan mengucap “amit” atau permisi, permohonan maaf jika salah mengambil sesuatu dan memohon agar tidak terkena tulah. Masyarakat mereka
untuk
menjaga
menjaga
perilaku
hidup
yang
keselarasan serta menghindari timbulnya konflik dalam kehidupan mereka. Dalam bidang mata pencaharian, legenda ini berpengaruh masyarakat Desa Senjayan untuk tidak terlalu mengeksploitasi alam. Wilayah Desa Senjayan yang rawan akan bencana
banjir
Senjayan. Mereka takut apabila orang luar
sehingga
perlu
meminimalisir terjadinya bencana. Resiko ini telah mempengaruhi masyarakat Desa Senjayan yang bekerja sebagai penambang pasir dalam menentukan cara kerja mereka yang tradisional dan batas waktu kerja yang disepakati bersama yaitu sebelum senja. Masyarakat juga melarang warga lain yang bukan dari Desa Senjayan untuk tidak beraktivitas disekitar aliran Kali Widas tanpa didampingi oleh warga Desa
d) Legenda sebagai Alat Pendidikan Anak Fungsi
legenda
tidak
hanya
mempengaruhi kehidupan orang dewasa saja,
tetapi
juga
kepada
anak-anak.
Melalui sosialisasi dalam keluarga maupun masyarakat, anak-anak secara tidak sadar dikenalkan
terhadap
lingkungannya.
Lingkungan yang dikenalkan tidak hanya lingkungan yang nyata, tetapi juga akan hal-hal yang bersifat kepercayaan dalam batin
mereka.
Legenda
sebagai
alat
pendidikan anak penuh dengan nilai-nilai yang dapat diteladani atau dapat dijadikan pelajaran bagi anak. Anak-anak dididik untuk tidak bermain diarea aliran Kali Widas dengan cara menyebutnya sebagai tempat yang angker. Larangan ini mendidik anak untuk belajar membedakan aman dengan yang berbahaya, sehingga anak lebih waspada terhadap
lingkungan
mereka.
Nilai
pelajaran lain dari Legenda Bajul Njayan yang dapat diajarkan pada anak yaitu mengenai
sikap
pantang
menyerah,
dermawan dan tepat janji. Pantang menyerah yang dimaksud yaitu mempertahankan diri atas kebenaran yang
diyakininya
hingga
titik
darah
penghabisan. Sikap dermawan diceritakan melalui tokoh Bajul Njayan yang dianggap AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 306
sebagai Mbah atau sesepuh diceritakan
tetap lestari. Sebuah sistem akan terus
sebagai sosok yang suka memberi kepada
berusaha menjaga keseimbanganya dengan
orang lain. Anak-anak juga dilibatkan
struktur
untuk
rutin
mengalami isi dari struktur dapat berganti.
dilakukan oleh masyarakat Desa Senjayan,
Legenda Bajul Njayan akan tetap memiliki
mereka dikenalkan tentang bagaimana cara
susunan struktur penyusunnya, akan tetapi
menghormati leluhur. Mereka diajak oleh
cerita
orang tua untuk mengikuti tradisi luhur
berubah-ubah
mereka, yaitu mendoakan keluarga mereka
masyarakat.
mengikuti
ritual
yang
yang telah meninggal. Anak-anak
yang relatif
akan
tetap meskipun
legenda
tersebut
mengikuti
dapat
perubahan
Dalam sistem hubungan antara belajar
legenda dengan masyarakat Desa Senjayan
bersosialisasi dengan orang lain dan
akan tetap saling mempengaruhi satu sama
belajar akan arti berbagi. Mereka diajarkan
lain. Varian cerita dari Legenda Bajul
untuk berinteraksi dengan orang lain
Njayan diproduksi masyarakat sebagai
dengan cara membagi berkat sebagai apa
sarana
yang mereka bawa dan yang mereka
masyarakat dengan seperangkat aturan-
miliki.
untuk
aturan yang didalamnya. Aturan-aturan
menawarkan berkat dan memakannya
tersebut adalah produk ciptaan kognisi
bersama-sama dengan warga lain. Melalui
masyarakat
legenda ini diharapkan anak-anak mengerti
mengontrol perilaku masyarakat agar terus
dan meniru perbuatan baik leluhur mereka
selaras dengan alam. Hal tersebut terlihat
untuk menolong sesama manusia.
pada perilaku mereka akibat atas susunan
Mereka
juga
harus
dapat
berani
memandang
fungsionalisme-struktural kebudayaan
yang
dan
pengingat
digunakan
untuk
kepercayaan, aturan, nilai dan norma
Fungsionalisme-Struktural Dalam
pengontrol
manusia
mencakup kesatuan dari unsur-unsur yang
dalam kognisi bersama. Sehingga varian cerita legenda berfungsi dalam membentuk kebudayaan dalam masyarakat.
berhubungan secara fungsional (Ahimsa-
Struktur
Putra, 2011:20). Kebudayaan adalah milik
Masyarakat Desa Senjayan
bersama yang memiliki nilai dan norma.
dalam
Legenda
dan
Pembahasan sebuah struktur dalam
Radcliffe Brown (Haviland, 1985:332)
sebuah
mengungkapkan bahwa setiap kebiasaan
dilepaskan dari analisa fungsionalisme-
dan
struktural. Struktur yang dimaksud dalam
kepercayaan
dalam
masyarakat
memiliki fungsi tertentu agar masyarakat
model
paradigma
budaya
tidak
dapat
fungsionalisme-struktural
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 307
adalah pola-pola nyata hubungan antar
varian cerita dan motif cerita. Selain hal
berbagai komponen masyarakat, biasanya
tersebut, legenda juga dipengaruhi oleh
terjadi relatif lama karena kurang lebih
adanya sejarah legenda dalam masyarakat.
terorganisasi (Saifuddin, 2006:156). Setiap
Tokoh legenda Bajul Njayan dari Desa
struktur terdiri dari beberapa sub-struktur
Senjayan ada dua tokoh yaitu laki-laki dan
lain. Mulai dari struktur yang paling
perempuan. Varian cerita dari legenda ini
umum, kemudian ke bagian yang lebih
bermacam-macam
khusus dengan tugas yang lebih spesifik
mengenai kisah pembelian barang yang
lagi hingga ke tingkat mendasar yaitu
berupa perabotan meja dan kursi; bahan
pelaku sosial individu.
bangunan seperti semen, pasir dan batu
kisahnya
terutama
Setiap komponen dalam struktur
bata; hasil panen bawang; hingga tempe
menyandang adanya status dan peranan
yang diborong untuk keperluan maulid
yang berfungsi dalam sebuah interaksi.
Nabi
Interaksi terjadi pada dua struktur yaitu
legenda ini menunjukkan sebuah kejayaan
antara Legenda Bajul Njayan dengan
perekonomian, sifat dermawan, keamanan
masyarakat Desa Senjayan. Kedua struktur
dan kehadiran dari tokoh legenda dalam
ini saling mempengaruhi satu sama lain
masyarakat Desa Senjayan.
Muhammad
SAW.
Motif
dari
untuk menjaga kehidupan yang selaras.
Nilai dan norma dari Legenda
Masyarakat Desa Senjayan membutuhkan
Bajul Njayan adalah mengenai bagaimana
legenda
sarana
hidup manusia untuk saling berbagi dan
sedangkan
tetap menjaga alam agar tidak rusak
legenda membutuhkan masyarakat sebagai
karena eksploitasi berlebihan. Tempat-
pembangun atas legenda itu sendiri. Tanpa
tempat yang wingit di wilayah Desa
adanya
Senjayan pada nyatanya dihindari sebagai
sebagai
pengintegrasi
sebuah
masyarakat,
legenda
dalam
kehidupan
masyarakat Desa Senjayan berarti turut
tempat
menghilangkan
pengatur
beraktivitas sehari-hari sehingga, secara
perilaku masyarakat. Hal tersebut dapat
tidak langsung tempat-tempat tersebut
mengakibatkan adanya kekacauan atau
bebas dari sikap serakah manusia.
salah
satu
chaos dalam masyarakat Desa Senjayan yang
dapat
berpengaruh
yang dapat
digunakan untuk
Struktur yang terbentuk dalam
terhadap
masyarakat disusun atas individu-individu
kehidupan mereka di masa yang akan
yang memiliki status dan peranan. Setiap
mendatang.
status memiliki peranan tersendiri yang
Struktur legenda terdiri dari unsurunsur pembentuknya yaitu adanya tokoh,
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Dalam
tingkat
masyarakat
nilai-nilai,
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 308
norma
dan
kepercayaan
mengatur
keseluruhan perilaku masyarakat dalam setiap aktivitas seperti menghormati para dhanyang dengan nyadran. Dalam tingkat kelompok yang difokuskan berdasarkan mata pencaharian sebagai petani dan penambang pasir, memiliki aturan dalam membatasi waktu bekerja dan cara bekerja. Penambang pasir dan petani yang masih menjaga hidup selaras dengan alam tetap melakukan ritual selametan pada waktu tertentu sebagai bentuk syukur terhadap alam. Dalam tingkat individu dengan statusnya masing-masing perilaku yang ditunjukkan bersifat lebih tidak mengikat meskipun masih dalam aturan yang sama. Perilaku yang nampak tersebut seperti melakukan kenduren di makam keluarga, mengucapkan
permisi
ketika
mengucapkan nama dhanyang atau ketika berada di wilayah wingit. Lore dalam kehidupan masyarakat Desa Senjayan yakni berupa legenda memiliki
peranan
menjaga
perilaku
masyarakat. Untuk menjaga keteraturan perilaku kehidupan masyarakat, munculah varian
cerita
dari
berkembang Realisasinya perilaku
legenda
dalam terlihat
yang
yang
masyarakat. pada
dilakukan
perilakuoleh
tiap
individu-individu atau dalam masyarakat Desa Senjayan yang berusaha berperilaku hati-hati, mawas dan berlaku baik sesama
manusia ataupun kepada alam lingkungan sekitar. Simpulan Legenda
Bajul
Njayan
adalah
folklor lisan yang berasal dari Desa Senjayan,
Kecamatan
Gondang,
Kabupaten Nganjuk. Legenda itu memiliki empat fungsi dalam masyarakat yaitu (a) sebagai sistem proyeksi kolektif, (b) sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pengawas dan pemaksa norma-norma masyarakat, (d) sebagai alat pendidikan anak. Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan cerminan kehidupan masyarakat Desa Senjayan dan menjaga masyarakat Desa Senjayan agar tetap berperilaku baik dan selaras terhadap sesama manusia maupun dengan lingkungan alam. Struktur dari legenda dan masyarakat saling terikat dan menunjukkan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Legenda
mengatur
kehidupan
masyarakat dan masyarakat menciptakan kembali
variasi
legenda
agar
dapat
mengatur kehidupan mereka seterusnya. Legenda berperan menjaga keteraturan kehidupan masyarakat Desa Senjayan baik secara kolektif maupun individu melalui aturan-aturan
tersembunyi
yang
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Masyarakat Desa Senjayan perlu meredam kecemasan
atas
hidup
mereka
yang
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 309
dikelilingi oleh kekuatan mistis dalam legenda.
Harmadi dan Warsito SW (2006) Misteri Mukso Mahapatih Gajah
Ritual Bersih Desa yaitu Nyadran
Mada. Nganjuk: SIC
dan Kenduren yang diadakan masyarakat Desa Senjayan sebagai wujud untuk
Haviland, William A (1985)
menjawab kecemasan tersebut sekaligus
Antropologi Jilid 2 (Edisi Keempat).
untuk
Jakarta: Erlangga
menjaga
keselamatan
seluruh
penduduk. Nyadran juga salah satu bentuk penghormatan masyarakat Desa terhadap
Koentjaraningrat (1984)
leluhurnya yang selama ini telah menjaga
Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai
Desa Senjayan. Melalui Nyadran dapat
Pustaka
mengintegrasikan
masyarakat
tujuan
dan
bersama
kerukunan
dalam
meningkatkan
masyarakat,
karena
dalam
Marzali, Amri (1997) “Struktural Fungsionalisme”.
nyadran tidak hanya kegiatan berdoa
Antropologi Indonesia. Vol. XXI,
bersama tetapi juga
makan bersama
No.52, 1997. Halaman. 33–43.
berkah
didoakan
yang
telah
secara
bersama-sama sebagai wujud bersyukur.
Saifudin, Achmad Ferdyani (2006) Antropologi Kontemporer : Suatu
DAFTAR PUSTAKA
Pengantar
Ahimsa-Putra, Heddy Shri (2011) “Paradigma, Etnografi
Epistemologi
dalam
Kritis
Mengenai
Paradigma (Edisi Pertama). Jakarta: dan
Kencana.
Antropologi”.
Dalam: Perkembangan Teori dan Metode Antropologi, 6-7 Mei 2011, Surabaya.
Danandjaja, James (2007) Folklor
Indonesia,
Ilmu
gosip,
dongeng dan lain-lain. Jakarta: Balai Pustaka
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 310