Layanan Bimbingan Belajar A. Pendahuluan Dalam kehidupan ini menunjukkan suatu masa transisi hampir dalam segala bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, maupun dalam bidang pendidikan sekolah bahkan dalam pola pemikiran – pemikiran manusia, lebih- lebih di negara – negara yang sedang berkembang untuk membangun membutuhkan orang – orang yang berjiwa membangun. Mengalami masa transisi menimbulkan segala macam tantangan dan kesukaran, baik bagi mereka yang berumur sudah tua maupun bagi mereka yang masih berumur muda, malah sangat berat, sesuai dengan penelitian seorang terhadap hal yang dihadapinya.
Masalah yang ringan biasanya dapat diselesaikan sendiri, tetapi penyelesaian masalah yang kompleks dan sukar barangkali sangat mungkin seseorang membutuhkan bantuan orang lain, ada orang yang berkeinginan kuat dan juga mampu menyelesaikan masalahnya sendiri saat ini atau yang akan mereka alami. Kelak, dengan membuat pilihan yang tegas diantara berbagai kemungkinan atau dengan mengadakan penyelesaian diri dalam situasi dimana tidak mungkin untuk memilih antara berbagai kemungkinan.
Ada pula orang yang tidak sebegitu mampu untuk mencari penyelesaian sendiri, sekurang – kurangnya pada saat- saat tertentu atau mereka yang masih dalam tahap perkembangan menuju kedewasaan. Mereka inilah yang dapat mengambil manfaat dari bantuan orang lain yang ditawarkan kepada mereka, mereka inilah yang dapat mengambil manfaat dari bimbingan dalam motivasi belajar di sekolah kaitannya dengan tingkat kemandirian dan kreativitas belajar yang tepat dan memang sesuai dengan keinginan siswa.
Bimbingan dan konseling di sekolah, yang diberikan dengan bimbingan dan layanan informasi yang penting atau orientasi lainnya memang menjadi instrumen yang penting dan kebutuhan siswa dalam tingkat kemandirian dan kreativitas belajar, pengalaman di lapangan memperlihatkan masih banyak para siswa yang bingung dalam menguraikan beberapa penjelasan dari seorang guru sehingga seorang anak akan malas dalam belajar terutama pada siswa tingkat menengah dan tingkat atas. Hal ini erat kaitannya dengan prestasi dan kreativitasnya dalam belajar, para guru disibukkan dengan banyaknya siswa.
Bahkan orang tua yang berkonsultasi, untuk meminta pendapat terhadap pihak sekolah tentang bagaimana mencari metode yang paling cocok untuk putra – putrinya. Kesibukan para guru terutama sehubungan dengan minimnya tata yang tersedia, saat inilah diperlukan bimbingan dan penyuluhan, maka dengan adanya bimbingan dan motivasi di sekolah diharapkan dapat menjadi media pelengkap
dari pertimbangan di atas, dengan data atau informasi yang kemungkinan pertimbangan, pemilihan, serta keputusan mendekati sebenarnya, dan penjelasan ini lebih banyak dari pihak sekolah ( guru study/ pembimbing/ wali kelas/ kepala sekolah) terhadap siswa menjadi suatu supporting/ motivasi dalam mengukir prestasi dan oleh orang itu dapat diterima.
Bila pendidikan di sekolah ditinjau dari segi murid mengalami suatu perkembangan di dalamnya dirinya selama dia bersekolah, perkembangan ini mengandung pola beberapa komponen atau aspek, antara lain perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan motivasi, dan perkembangan sosial. Secara tradisional perkembangan intelektual mendapat perhatian utama di sekolah, hal ini berlaku pula dewasa ini tetapi perkembangan murid dalam aspek – aspek yang lain semakin perlu juga diperhatikan disekolah, mengingat tujuan pendidikan nasional jauh lebih dari pada pemahaman dan pengetahuan ( prestasi intelektual). Hasil perkembangan yang bulat menyangkut perkembangan dari semua komponen atau aspek yang harus dikaitkan antara satu dengan yang lain.
Dengan demikian murid yang sedang berkembang perlu dibantu dalam semua aspek perkembangannya. Justru jenjang pendidikan sekolah menengah kejuruan dapat sangat berpengaruh terhadap perkembangan murid – murid remaja, yang kerap kali kurang mendapat bantuan dari keluarganya dalam menghadapi tuntutan- tuntutan pada kehidupan zaman modern. Maka sekolah dewasa ini mendapat tugas untuk lebih membulatkan pendidikan generasi muda kiranya usaha- usaha lewat bimbingan pengajaran saja tidak cukup lagi untuk menunaikan tugas ini; dibutuhkan bidang baru dalam keseluruhan pendidikan disekolah yang khusus memperhatikan pembulatan perkembangan pribadi murid masing- masing.
Pendidikan di sekolah yang bertujuan menghasilkan perubahan- perubahan yang positif ( tingkah laku ) yang sedang terjadi dalam diri murid menuju kedewasaanya adalah bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan yang ( dapat) timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam ini sangat tepat dilakukan, di sekolah supaya murid tersebut akan berkembang sesuai dengan apa yang menjadi harapan serta keinginannya dalam menggapai cita- cita yang diharapkannya. Dengan demikian bimbingan akan menjadi bidang pelayanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah.
Semua manusia semasa hidupnya terpaksa menghadapi masalah yang mau tidak mau harus dicari penyelesaiannya, baik dia sudah dewasa maupun belum. Tenaga ahli dalam bidang sekolah ( tenaga konselor sekolah), diharapkan dapat membantu mereka dalam membuat pilihan- pilihan secara bertanggung jawab. Dalam kegiatan pendidikan di sekolah peranan tenaga konselor sekolah akan sangat penting dalam merangsang dan membimbing secara memberi fasilitas- fasilitas yang menunjang dalam belajar dan memberikan layanan orientasi dan informasi akan dapat membentuk suatu keadaan yang
kondusif bagi perkembangan siswa. Sehingga mereka akan mendapatkan gambaran serta ancangancang masa depan.
Tujuan pendidikan Nasional yang tertuang dalam GBHN tahun 2007 disebutkan bahwa : Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. (Utami,1999:7)
Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut diatas maka perlu dikembangkan iklim belajar dan mengajar sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia- manusia pembangunan yang berkualitas, untuk melaksanakan pembangunan pendidikan baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif.
Untuk itu siswa di sekolah perlu diberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai perlu adanya kesadaran akan arti pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri mereka harus dibangkitkan dan dikembangakan atau diterpakan, hal ini dilakukan karena dalam proses pembelajaran itu terdapat motivasi dan sikap kemandirian siswa yang akan menuju kearah kreativitas. Kreativitas itu sendiri tidak adanya motivasi dan sikap kemandirian. Jadi jelaslah bahwa keberhasilan prestasi belajar tergantung dari beberapa aspek yang telah penulis ungkapkan di atas serta ditunjang dari semua siswa sebagai objek pengajaran. A. Pengertian Bimbingan Belajar Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya. Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya. Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian. (Sukardi, 2008: 62)
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan belajar adalah layanan yang diberikan oleh BK (bimbingan dan konseling) atau guru agar siswa dapat mengembangkan dan menyelesaikan masalah dirinya berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar. B. Tujuan Bimbingan Belajar Bimbingan belajar merupakan suatu proses yang bertujuan sebagai berikut : a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya. b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri. c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.
Menurut Skinner, bimbingan bertujuan untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan menentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya. (Oemar Hamalik, 2010: 195).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan bimbingan belajar untuk mengarahkan siswa agar memiliki sikap tanggungjawab, dan mampu menggunakan potensi didalam dirinya secara maksimal. C. Fungsi Bimbingan Belajar Fungsi bimbingan belajar adalah sebagai berikut : a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. b. Membantu individu siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan. c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemungkinankemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk mendapatkan kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya. Menurut Romine, fungsi bimbingan belajar adalah sebagai berikut :
a. Mengorientasikan para siswa kepada sekolah. b. Membantu siswa untuk merencanakan pendidikannya di sekolah menengah. c. Membantu para siswa untuk mengenal minat dan kemampuan masing-masing. d. Mengorintasikan para siswa kearah dunia kerja. e. Membantu siswa untuk memecahkan masalah hubungan antara siswa perempuan dan laki-laki. f. Membantu siswa berlatih menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan. (Oemar Hamalik, 2010: 196) D. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain : a) Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa b) Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa. c) Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai. d) Memberikan program belajar yang sesuai. e) Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. f) Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya. g) Melakukan remedial teaching. E. Materi kegiatan layanan bimbingan belajar Materi-materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi : a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekeuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita/ perencanaan masa depan. b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas. c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien. d. Tehnik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.
e. Membantu memantapkan pilihan karir yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karir, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan. f. Orientasi belajar di perguruan tinggi dan g. Orientasi hidup berkeluarga. (Sukardi, 2008: 63) F. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar Di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti nilai rapot rendah, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dipandang sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas : 1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkanya secara optimal. 2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi. 3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus. 4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar. 5. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas dan sebagainya. 6. Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap, dan kebiasaan belajar. (Prayitno dan Amti, 2004: 279-280)
b. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar Siswa yang mengalami masalah belajar seperti diutarakan didepan perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
1). Pengajaran perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau kelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. 2). Kegiatan pengayaan Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah, memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. 3). Peningkatan motivasi belajar Di sekolah sebagaian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar, tetapi sebagian lagi mungkin belum. Di sisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat, tetapi menjadi pudar. Dalam hal ini guru, konselor, dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. 4). Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Sebagian siswa memerlukan bantuan untuk mampu melihat secara keritis sikap-sikap dan kebiasaankebiasaan belajar yang mereka miliki. Dalam layanan bimbingan belajar peranan guru dan koselor adalah saling membantu, mengisi, dan menu
Prosedur Layanan Konseling Posted on 31 Mei 2008 by AKHMAD SUDRAJAT — 11 Comments ↓
S ebagai sebuah layanan profesional, konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B) Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut.
A. Identifikasi kasus
Identifikasi kasusmerupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni : Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik. Melakukan analisis sosiometris,dengancaraini dapatditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
B. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; (8) hubungan muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.
C. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
D. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani kasus – kasus yang dihadapi.
E. Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jikajenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, maka pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang bersifat direktif, non direktif maupun eklektik yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing/konselor sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau alih tangan kasus).
F. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteriakriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu: Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas; Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria yaitu kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
Kriteria keberhasilan tampak segera, diantaranya apabila: Peserta didik (klien) telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi. Peserta didik (klien) telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance). Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release). Peserta didik (klien) telah menurun penentangan terhadap lingkungannya Peserta didik (klien) telah melai menunjukkan sikap keterbukaannya serta mau memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara obyektif. Peserta didik (klien) mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya. Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang, diantaranya apabila: Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupannya yang dihasilkan oleh tindakan dan usaha-usahanya. Peserta didik (klien) telah mampu menghindari secara preventif kemungkinan-kemungkinan faktor yang dapat membawanya ke dalam kesulitan. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
========== http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/31/prosedur-umum-pelayananbimbingan-dan-konseling/
Pengertian Bimbingan Pengertian-pengertian mengenai bimbingan dan konseling telah dirumuskan beberapa ahli, pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut berbeda antara satu dengan yang lain, secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada orang lain yang bermasalah, dengan harapan orang tersebut dapat menerima keadaannya sehingga dapat mengatasi masalahnya dan mengadakan penyesuaian terhadap diri pribadi, lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, untuk lebih jelasnya perhatikan uraian mengenai bimbingan dari beberapa ahli yang lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah. ”Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat pemehaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat”. ”Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. Dari kedua definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan mengenai pengertian bimbingan sebagai berikut :
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yang membutuhkannya, bantuan yang diberikan tidak adanya unsur paksaan serta diberikan secara berencana dan sistematis.
Bimbingan diberikan kepada individu dengan maksud agar ia dapat memahami dirinya, kemudian mengarahkan dirinya sehingga tercapai kebahagiaan hidup pribadi.
Tujuan Bimbingan Belajar Kegiatan bimbingan di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program kegiatan sekolah, terutama pada bimbingan belajar sehingga dapat diartikan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah merupakan tujuan yang ingin dicapai bimbingan. Yang membedakan diantara keduanya ialah jenis kegiatannya, pendidikan terletak pada proses belajar mengajar yang penekanannya pada usaha-usaha kognitif,afektif dan psikomorik, sedangkan bimbingan terletak pada membina siswa dalam perkembangan pribadi, sosial psikologi, yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga memerlukan bantuan tenaga profesional kependidikan dalam hal ini adalah guru pembimbing. Proses belajar dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Program-progran pendidikan di sekolah termasuk program layanan bimbingan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran sehingga proses pendidikan di sekolah akan lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat serta pembangunan. Dengan perkataan lain, melalui kegiatan bimbingan di sekolah siswa mampu mengembangkan potensi dalam dirinya. Potensi lingkungannya, sehingga ia merencanakan masa depannya serta melanjutkan pendidikan kepada jenjang yang lebih tinngi. Dalam rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek, tenaga-tenaga profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang terbaik pula bagi perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu : ”Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Fungsi Bimbingan Belajar Belajar adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil latihan belajar tersebut. Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa mempunyai tujuan yang jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam aktivitas belajar sebagai seorang siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya menyangkut penguasaan bidang pengetahuan pembinaan sikap dan pengembangan keterampilan yang merupakan cita-cita sekolah yang diselenggarakan lewat pendidikan dan pengajaran.
Menurut Dewa Ketut Sukardi ada dua faktor yang timbul dalam kesulitan belajar, yaitu :
Faktor endogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri, hal ini dapat bersifat :
Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian.
Fisikologis, ialah hambatan yang bersifat kejiwaan.
Faktor eksogen, ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri anak, faktor ini meliputi :
Faktor lingkungan keluarga.
Faktor lingkungan sekolah.
Faktor lingkungan masyarakat. Kehadiran bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan, secara keseluruhan dapat berfungsi membantu dan menunjang usaha-usaha kearah kemajuan, kesejahteraan dan tercapainya tujuan pendidikan bagi sekolah maupun bagi anak didik terutama dalam proses belajar mengajar didalam pendidikan dan pengajaran yang dijalankan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan yang pengembangan yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Menurut Prayetno dalam bukunya ”Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah” mengemukakan ada lima fungsi pokok pelayanan bimbingan yaitu :
Pengenalan diri Upaya utama didalam bimbingan dalam rangka menemukan dan memberikan pemahaman terhadap potensi dan kemampuan bakat dan minat, kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat kepribadian, permasalahan
dan kesulitan-kesulitan para siswa sesuai dengan fakta, data dan impormasi dirinya sehingga ia dapat menggali dirinya secara utuh dan menyeluruh agar dapat disalurkan dengan sewajarnya.
Pencegahan masalah Di dalam bimbingan terhadap upaya provinsip (pencegahan) dan kuratip (penyuluhan) terhadap segala permasalahan, baik yang belum terjadi maupun yang sedang mengalami kesulitan didalam memecahkannya, kemudian berupaya meluruskan agar para siswa dapat berbuat dan bertindak tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain.
Kesejahteraan sekolah Bimbingan dapat mengefektifkan segala tujuan yang ingin dicapai di sekolah, disamping membantu petugas-petugas sekolah terutama Kepala Sekolah dan guru-guru di dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi atau iklim sekolah yang harmonis, sehat dan dinamis bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Prosedur Bimbingan belajar Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Identifikasi Kasus Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak
hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.
2. Identifikasi Masalah Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
Diagnosis Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisikondisi psikis lainnya; (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
Prognosis Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus). Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
Evaluasi dan Follow Up Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance)
Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya
-------------------------------------------Daftar Pustaka : Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV. Ilmu Bandung. 1975
Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Prof. Dr. Prayetno, M.sc. Ed, dkk. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, _________, 1997 Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta : IPBI Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia
http://sitinurchasanah34.blogspot.com/