lau bukan musuh tentu teman, sebelum kau jelaskan lebih dahulu, jangan harap bisa tinggalkan tempat ini dengan mudah !". Selesai bicara, tidak menanti Liem Kian Hoo buka suara, badannya langsung menubruk kedepan sambil melancarkan empat lima buah serangan berantai, tiap serangan baik yang nyata maupun tipuan memiliki perubahan yang ampuh dan sakti. Namun serangan-serangan hebat itu tidak sampai merepotkan sianak muda itu, dengan enteng ia berkelebat kesana dan berkelit kemari, dalam sekejap mata seluruh ancamam berhasil ia hindari dengan gampang. Kejadian ini segera mencengangkan Tonghong lt Lip sampai ia dibikin termangu-mangu, meski demikian serangannya sama sekali tidak mengendor. Mong-Yong Wan yang saksikan jalannya pertarungan dari sisi kalangan jadi terperanjat segera teriaknya: "Bocah keparat, sebenarnya kau berasal dari mana ? begitu ruwet ilmu silatmu..." " Oleh sebab itulah aku menasehati kalian berdua tak usah buang tenaga dengan percuma, kalian tidak bakal berhasil menebak asal usulku lewat ilmu silat yang kumiliki..." "Keparat cilik, meski dalam jurus silatmu mencakup kepandaian musuh maupun temanku, aku masih tidak puas. Sekarang, hadapi dahulu tiga jurus serangan gabungan dari kami suami istri berdua, apabila kau bisa menandingi kami maka kami akan biarkan kalian berlalu dari tempat ini!" Ditinjau dari air muka Tonghong It Lip yang amat serius dalam mengucapkan kata-kata tersebut, Liem Kian Hoo sadar tiga jurus yang hendak dilancarkan pasti paling lihay sekali, tetapi kejadian sudah berubah seratus delapan puluh derajat, tidak menyanggupi pun tidak mungkin kecuali membongkar rahasia asal-usul sendiri, dan inipun tidak ingin ia lakukan, maka terpaksa dengan wajah ringan ia menyahut: "Bailiesenklah, akan cayhe coba menerima tiga jurus serangan gabungan dari kalian berdua !". Tonghong It Lip dan Mong-Yong Wan saling bertukar pandangan sekejap, lalu diikuti lelaki berdandan wanita itu bergerak lebih duluan, ujung bajunya dikebaskan kedepan menyambar bahu lawan, Liem Kian Hoo tetap berdiri tak berkutik menanti ujung baju lawan hampir menggulung tubuhnya ia baru miringkan badan kesamping. Mong-Yong Wan tak mau berpeluk tangan belaka, laksana kilat ia turun tangan mengirim sebuah hajaran menyambut datangnya sang tubuh yang mundur kebelakang. Brraaaak ! ditengah bentrokan nyaring, sepasang suami istri itu mundur selangkah kebelakang, air muka mereka sama-sama berubah hebat. Ternyata ilmu gabungan yang dipelajari mereka berdua telah diselami selama dua puluh tahun lamanya, meski sewaktu turun tangan ada yang lebih dahulu dan ada yang belakangan namun dalam kenyataan serangan mereka tiba hampir bersamaan waktunya, bahkan posisi yang mereka ambil pun amat strategis, meski musuh lebih lihaypun sulit untuk lolos dengan gampang. Siapa sangka, kali ini mereka telah menjumpai peristiwa yang sama sekali berada diluar dugaan, ketika jurus serangan mereka dilancarkan kedepan, tiba-tiba bayangan tubuh Kian Hoo lenyap tak berbekas, dan bentrokan nyaring yang meledak diangkasa tadipun hasil dari bentrokan telapak tangan mereka sendiri. Dalam pada itu dengan wajah penuh senyuman, Liem Kian Hoo berdiri setengah depa disisi kalangan, Tonghong It Lip segera menjerit kaget.
"Kau... kau adalah...". "Siapa aku ? " Hardik Liem Kian Hoo sam bil melototkan matanya. Diatas wajah Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan terlintas rasa kaget dan takut yang tak terhingga, mereka tergagap dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, Liem Kian Hoo tersenyum, suaranya berubah jadi amat lunak dan halus, katanya lirih: "Sejak tadi Cahye sudah nasehati kalian berdua tak usah buang tenaga dengan percuma, kalian sih tak mau dengarkan nasehat nah ! coba lihat bagaimana sekarang ? bukankah siasia belaka usaha kalian ? terhadap kalian Cap Sah Yu tiga belas sahabat orang itu menaruh perhatian khusus, maka dari itu ia mintabdab agar setiap kali aku berjumpa dengan kalian untuk sampaikan maksud hatinya, ia minta kalian bisa jaga diri, kalau tidak maka ia tidak akan lepaskan kalian !". " Dia .... dia masih hidup dikolong langit ?" tanya Tonghong It Lip tergagap. "Tentu saja !" sianak muda itu tersenyum, "Belum pernah ia kendorkan perhatiannya terhadap kalian, meski kalian tidak menjumpai dirinya dan diapun tak dapat bertemu dengan kalian namun asal kalian tunjukkan sedikit gerakan, maka ia segera akan munculkan diri untuk merobohkan kamu semua." "Aaaaai...! kalau begitu kami tiga belas orang tak mungkin bisa berkumpul kembali " bisik Mong Yong Wan sambil menghela napas panjang, " Sejak pertemuan dihutan bambu, hanya disebabkan satu persoalan semua orang cekcok dan ribut dengan lihaynya sehingga hampir saja kami jadi saling bermusuhan, sejak itu kami sembunyi disini, sebagian besarpun dikarenakan ingin menghindari kejaran musuh." "Haaaa... haaaa... haaaa... tentang persoalan ini, ia mengetahui jauh lebih jelas dari dirimu, terus terang kuberitahukan kepadamu, peristiwa inipun merupakan suatu kesengajaan baginya untuk mengatur hal tersebut, seandainya kalian tidak cepat dibubarkan, cepat atau lambat kalian pasti akan terbitkan keonaran." "Apa ? jadi kitab tersebut palsu ?" jerit Tonghong lt Lip lagi dengan nada kaget. "Kitabnya sih asli, tetapi ia terlalu memahami sifat-sifat kalian tiga belas orang dan tahu bahwa kalian tidak mungkin bisa bersatu padu untuk untuk mewujudkan satu kesatuan, maka sejilid kitab yang asli sengaja ia bagi jadi empat bagian, tiap bagian ada seperempat adalah asli sedang tiga perempat lainnya adalah palsu, setelah itu ia tinggalkan jejak diempat penjuru agar kalian melakukan pencarian sendiri, dan kemudian agar kalian anggap kitab yang didapatkan adalah kitab yang asli." Air muka Mong Yong Wan berubah sangat hebat dengan hati mangkel teriaknya: "Kurangajar, kalau begitu dia adalah seorang penipu ulung, kami sudah membuang waktu dua puluh tahun dengan sia sia belaka..." Tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya, Liem Kian Hoo berkata lebih lanjut: "Ia sama sekali tidak membohonrtqrgi diri kalian, bukankah tempo dulu iapun sudah tinggalkan pesan kepada kaiian agar setelah kitab tersebut didapatkan maka kalian harus mengeluarkan di hadapan rekan-rekan lainnya untuk dipelajari bersama, seandainya kalian mendengarkan nasehatnya dan masing-masing ambil keluar kitab yang ditemukan maka kalau digabungkan jadi saja, kalian bakal mendapatkan satu jilid kitab yang lengkap, siapa suruh kalian rakus, ingin cari keuntungan sendiri dan mengangkangi kitab tersebut buat diri pribadi ? sekalipun begitu, perserikatan tiga belas sahabat telah dihancurkan olehnya !"
"Disinilah letak kebesaran jiwanya, apabila ia biarkan kalian tiga belas orang bergabung dan melakukan kejahatan, berapa banyak malapetaka dan bencana yang bakal terjadi dalam dunia persilatan ? tidak sulit bagi dirinya pada waktu itu untuk lenyapkan kamu semua, tapi ia berbaik hati dan berbelas kasihan, maka nyawa kalian tidak dicabut sebaliknya memberikan jalan hidup yang benar kepada kalian untuk bertobat dan menyesal. Hmm ! berani benar kau menuduh yang bukan-bukan terhadap dirinya." Tonghong It lip dan Mong Yong Wan bungkam dalam seribu bahasa, Watinah bingung dan tidak habis mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, hanya Loo Sian Khek yang tahu dan kontan merasakan jantungnya berdebar keras. Dua puluh tahun berselang ketika ia masih belajar silat di gunung Thay Heng-san, pernah didengarnya tentang tiga belas Sahabat yang sangat menggemparkan dunia persilatan. Perserikatan tersebut merupakan kerja sama tiga belas orang manusia berkepandaian lihay untuk melakukan kejahaian didunia, tetapi jejak mereka amat rahasia dan jarang yang temui wajah asli mereka. Kemudian tersiar berita bahwa mereka siap mendirikan sebuah partai dalam dunia kangovv, kabar ini seketika menimbulkan pergolakan hebat dalam Bu-lim, banyak jagojago dari kalangan lurus menggabungkan diri untuk menghalangi niat mereka ini. Tetapi aneh sckali, entah apa sebabnya tiba tiba ketiga belas sahabat itu lenyap dari peredaran Bu lim dan sejak itu jejak mereka tidak ketahuan ujung mulanya lagi. Dan sekarang, Loo Sian Khek baru tahu, kiranya tiga belas sahabat terdesak dan terpaksa mengasingkan diri karena dikalahkan oleii seorang tokoh sakti dunia persilatan, dan tokoh silat itu ada hubungan yang sangat erat dengan Liem Kian Hoo, ia jadi menduga-duga siapakah jago itu ? dan sejak kapan sianak itu mengikat tali hubungan dengan dirinya ? Berbagai pertanyaan yang membingungkan hatinya, namun ada satu hal yang pasti, yakni sepasang suami istri yang berada dihadapannya saat ini adalah dua orang diantaranya tiga belas sahabat yang pernah menggetarkan sungai telaga dua puluh tahun berselang, tanpa terasa hatinya jadi bergidik. Dalam pada itu setelah termenung sejenak Tonghong It Lip menegur kembali: "Apa hubunganmu dengan dirinya". "Hubungan apapun tidak ada, tidak lama berselang secara kebetulan cayhe telah berjumpa dengan dirinya dan mendapat pula beberapa petunjuk didalam kepandaian silat, disamping itu ia pun titip pesan kepadaku agar menyelidiki jejak kalian semua, dan sekarang kalian dua orang suami istri adalah orang keempat dan orang kelima yang pernah kujumpai !" "Siapakah tiga orang lainnya ? bagaimana keadaan mereka saat ini ?". "Maaf, nama mereka tak mungkin dapat kusebutkan." sahut Liem Kian Hoo seraya menggeleng. "Mereka termasuk rombongan yang rada sial, kitab mustika yang berisi seperempat kepandaian sakti itupun tidak berhasil mereka temukan, dan sekarang mereka benar-benar sudah bertobat, mengasingkan diri dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, kehidupan mereka tidak memperoleh petunjuk yang seksama mungkin tidak akan kenali mereka lagi, maka dari itu lebih baik kalian tak usah bertanya lebih lanjut !". "Dapatkah kau beritahu kepada kami sebenarnya dia adalah manusia macam apa ?" kembali Tonghong It Lip bertanya. "Dua puluh tahun berselang ia muncul dengan wajah berkerudung, setelah mengancurkan perserikaliesentan kami tiga belas orang, pernah kami lakukan penyelidikan yang
seksama atas asal-usulnya, namun hasilnya tetap nihil !" "Tentang soal itu maafkan pula diriku karena tak dapat memberi jawaban..." Kembali sianak muda itu menggeleng. "sepanjang hidupnya ia tak pernah munculkan diri dalam dunia persilatan akupun tidak tahu nama aslinya, meski kukatakan bagaimanakah bentuknya, belum tentu kalian bisa kenali dirinya meski telah saling berhadapan muka.". "Tapi paling sedikit kau dapat mengatakan bukan, dia adalah seorang pria atau wanita ?" buru-buru Mong Yong Wan mendesak. "Apa bedanya antara pria dan wanita ? seandainya dia memiliki sifat macam kalian berdua, bukankah aku sendiripun tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan ini !". Air muka Tonghon It Lip serta Mong Yong Wan kontan berubah hebat ketika mendengar sindiran dari sianak muda itu, terdengar siorang lelaki yang berdandan sebagai wanita itu membentak dengan nada gusar: "Keparat cilik, sekalipun kau telah mewarisi ilmu silatnya kami tidak akan ambil gubris, sepanjang beberapa tahun kami selalu menyelidiki dan mempelajari ilmu silat untuk menghadapi dirinya, tiada halangan kami hendak gunakan kau sebagai kelinci percobaan...!" "Oooouw ! kalian hendak andalkan catatan sebanyak seperempat itu hendak menciptakan kepandaian untuk menghadapi dirinya ?". Tonghong It Lip tertawa dingin, mendadak telapak tangannya berkelebat kedepan sambil melancarkan sebuah serangan, telapak tanganya berwarna merah dan memancarkan kabut bercahaya kilat. Liem Kian Hoo gerakan sepasang bahunya dan menghindar dengan kecepatan bagaikan kilat. Watinah serta Lo Siau Khek yang menghindar kurang cepat segera tersambar oleh kabut bercahaya itu. Watinah tetap tidak geming seolah-olah tidak merasakan sesuatu. lain halnya dengan Loo Sian Khek, ia mundur sempoyongan kemudian perlahan-lahan roboh keatas tanah. Menyaksikan kejadian ini Liem Kiau Hoo jadi teramat gusar, segera bentaknya. "ilmu beracun apa yang telah kau gunakan ?" "Koan lang, mereka telah menghisap sari racun yang terkandung dalam kabut beracun, kau harus waspada dan berhati-hatibdab." jerit Watinah. "Mengapa kau sendiri tidak keracunan ?" "Aku pernah menelan pil mustajab bikinan suhuku, maka badanku sama sekali tidak terpengaruh...". "Kalau begitu carikan akal untuk menolong dirinya !" teriak sianak muda itu lebih jauh seraya menuding kearah Loo Sian Khek. "Tidak bisa, aku tidak punya obat penawar cuma suhu seorang yang dapat menyelamatkan jiwanya !". "Haaaaa... haaaaa... haaaa... bocah perempuan, kau jangan bermimpi disiang hari bolong" jengek Tonghong lt Iip sambil tertawa terbahak-bahak..." ilmu telapak ini sengaja kuciptakan untuk menghadapi Toan Kiem Hoa Hmmm ! dengan andalkan sedikit kepandaiannya jangan harap ia bisa selamatkan jiwanya!" ucapannya tersebut jelas menghina dan memandang rendah Ku Sin Poo. sebagai muridnya Watinah langsung naik pitam teriaknya: "Kentutmu ! akupun tidak berhasil kau lukai. Hmmm ! masih ingin menghadapi suhuku ? " Mong Yong Wan tertawa dingin. "Bocah perempuan, kau jangan mengira dirimu tetap sehat walafiat, nantikan saja sebentar lagi kau bakal tahu kelihaiannya!".
Watinah tidak percaya, telapaknya digetarkan langsung menyapu kearah tubuh perempuan berdandan pria itu, tetapi baru saja telapaknya digerakkan sampai separuh jalan dengan otamatis ditarik kembali, rasa sakit yang amat menderita terlintas di atas wajahnya. "Eeeei... kenapa kau? " sahut Liem Kian Hoo menegur. "Aku sendiripun tidak tahut sedikit kukerahkan tenaga murniku, dada segera terasa jadi sumpek, sesak dan muak sekali, agaknya seperti mau muntah..." Belum habis bicara, mendadak mulutnya terbentang lebar dan muntahkan air liur bercampur riak berwarna merah darah, wajahnya langsung berubah pucat pias bagaikan mayat, dengan amat lemas tubuhnya duduk mendeprok diatas tanah, tangannya dirogohkan kedalam tenggorokan dan mengorek tiada hentinya, seolah-olah ia belum puas muntah dan ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya. Air muka Liem Kian Hoo berubahrtqr hebat, jari tangannya bergerak cepat secara beruntun menotok empat buah jalan darah ditubuh Watinah untuk menghalangi gerakan selanjutnya, setelah itu sambil berpaling kearah Tonghong It Lip bentaknya: "Cepat serahkan obat penawarnya kepadaku!" "Bocah muda, hitung-hitung kau masih punyai sedikit pengetahuan." seru Tonghong It Lip sambil tertawa dingin. "Dan untung kau cepat bertindak sehingga tidak membiarkan air darah yang lumer dari jantungnya muntah semua keluar. untuk sementara jiwanya memang berhasil kau seIamatkan, tapi... heee... heeee... cepat atau lambat akhirnya ia bakal modar juga..." "Aku perintahkan kau untuk segera serahkan obat penawar kepadaku!" kembali sianak muda itu membentak dengan wajah keren. "Ooouw... hooo... hooo... enak benar kalau bicara, dengan andalkan apa sih aku harus menolong jiwanya ?" "Demi selamatkan jiwamu sendiri, sebenarnya aku bertugas untuk mengawasi tingkah lakumu, kalau kalian masih juga berbuat kejahatan maka aku segera akan mewakili orang itu untuk memberi peringatan kepada kalian ..!" "Haaaa... haaaa.... haaaa... sekalipun orang itu datang sendiripun belum tentu ia bisa permainan kami seperti sedia kala, apalagi manusia macam kau ?". Napsu membunuh mulai terlintas diatas wajah si-anak muda itu, dengan wajah membesi teriaknya: "Terhadap kalian tiga belas orang sahabat itu sengaja memberi petunjuk kepadamu dimana letak titik kelemahan untuk mencabut jiwa kalian, dan kalian suami istri berduapun termasuk diantaranya, sebenarnya aku ada maksud melepaskan sebuah jalan hidup buat kalian setelah mengetahui bahwa kalian mengasingkan diri kedalam gunung dan tidak bikin keonaran lagi tapi ditinjau dari tingkah laku serta perbuatan kalian saat ini, Hmm ! harap kalian jangan salahkan kalau aku hendak bertindak tegas kepada kalian demi tertegaknya keadilan serta keamanan !" Tonghong It Lip dibikin bergidik juga oleh keseraman serta keseriusan sianak muda itu. Mong Yong Wan yang menyaksikan suaminya mulai terpengaruh oleh gertakan mana, buru-buru berteriak memberi peringatan: "Eeeeei tua bangka, kau jangan sampai tertipu oleh siasat licik keparat cilik ini, kita jangan menyia-nyiakan penderitaan kita selama dua puluh tahun ditengah pegunungan yang terpencil ini, apakah kau jadi ketakutan hanya digertak oleh beberapa patah kata keparat tersebut ?" Tonghong It Lip tertegun dan segera berhasil menguasahi diri kembali, ia lantas mendongak tertawa terbahak-bahak.
"Haaaa... haaaa... haaaa... bocah muda, pandai benar kau berlagak sok lihay, hampir-hampir saja loohu pun berhasil kau kelabui dengan gertak sambalmu itu, sekalipun orang itu telah mewariskan seluruh kepandaian silatnya kepadamu, aku percaya kepandaianmu masih belum dapat menandingi hasil gemblengan kami selama dua puluh tahun lamanya". "Aaaaai...! siapa yang menimbulkan keonaran ia tidak boleh dibiarkan hidup, untung aku sudah ucapkan kata kata ini sejak semula, bagaimanapun juga tindakanku untuk lenyapkan kalian bukan suatu tindakan yang salah..." Sikap serta tingkah laku sianak muda itu segera memancing sifat ganas Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan, satu dari kiri yang lain dari kanan segera menyerang datang bersamaan angin pukulan sang wanita berdandan pria itu berwarna hijau. Liem Kiau Hoo segera enjotkan badannya menghindar kesamping dikala dua gulung angin pukulan lawan belum tiba. "Bocah muda, jangan harap kau bisa main setan lagi difaad&psn kami..!" teriak Tonghong It Lip. Ditengah bentakan keras ia bersama Mong Yong Wan mendorong telapaknya keluar, dengan gerakan setengah lingkaran, seketika itu juga angin pukulannya yang berwarna merah darah bagaikan sebuah angin melesat puluhan tombak kearah depan, kemudian lambat-lambat turun ketengah kalangan dan mengurung seluruh pemuda itu. Mong Yong Wan pun getarkan telapaknya, segulung cahaya asap warna hijau melesat menggulung tiada hentinya disekeliling tubuh si-anak muda itu, makin menyebar makin besar dan makin luas, Liem Kian Hoo berdiri tegak bagaikan sebuah bukit karang. air mukanya tetap tenang, sementara dalam hati sangat terperanjat, ia sadar perkataan yang diutarakan bahwa mungkin terlalu tajam hingga memaksa sepasang suami istri ini mengeluarkan ilmu silatnya yang paling berharga. Meskipun sianak muda ini telah peroleh petunjuk untuk menghadapi ilmu telapak angin berputar yang dihasilkan oleh serangan gabungan ini, namun ia tidak menyangka tenaga lwekang mereka telah mendapat kemajuan yang begitu pesat,bahkan dapat pula berdiam dalam kabut beracun, Liem Kian Hoo mulai sadar bahwa pertarungan yang terjadi ini hari tak mungkin bisa diselesaikan dengan gampang..." Tampaklah segulung hawa pukulan berwana merah dan segulung hawa pukulan berwarna hijau menyusup datang dari dua arah yang berlawanan, ketika saling bertemu, bukan bentrokan yang terjadi sebaliknya dua gulung tenaga tersebut bergabung kemudian bcrsama-sama mendesak dan mengurung kedepan semakin rapat. Keadaan amat kritis sekali, kecuali adu tenaga dengan kekerasan tak ada cara lain lagi yang dapat digunakan sianak muda itu. Liem Kian Hoo berdiri tenang, dari matanya memancar keluar cahaya tajam. mendadak sepasang lengannya dipentangkan segulung hawa merah secara lapat-lapat muncul dari ubun-ubunnya, lalu diikuti bentakan nyaring bajunya bagaikan sebuah bola karet segera memancar keempat penjuru dengan dahsyat. Bluummm..." Ditengah ledakan yang maha hebat, dua gulung cahaya kabut berwarna hijau dan merah itu laksana terhembus oleh angin puyuh segera menyebar dan lenyap tertiup angin, Air muka Tonghong It Lip beruban hebat, teriaknya tertahan: "Keparat cilik, hebat juga ilmu silatmu ternyata ilmu CiKhie-Ceng Kie pun berhasil kau pelajari !". Ditengah teriakan tersebut sepasang telapaknya diulapkan berulang kali, hawa pukulan berwarna merah yang telah
tersebar itu segera bergabung kembali menjadi satu dan sekali lagi kearahnya. Mong Yong Wan tidak berani berayal, telapak tangannya segera bergerak menggabungkan diri dengan serangan suaminya, kabut hijau perlahan-lahan berkumpul kembali jadi satu garis lurus lalu melanjutkan kurungannya kearah depan. Kali ini suami istri berdua telah kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, keringat mulai mengucur keluar dengan derasnya, Menggunakan kekuatan daya getar tadi Liem Kian Hoo menghadang serangan gabungan mereka yang pertama dan kini setelah menyaksikan kerja sama kedua orang itu tak berhasil dihancurkan diam-diam ia mengeluh, pikirnya: "Habislah sudah...! kau telah serahkan tugas berat itu kepadaku namun tidak memberi waktu yang cukup bagiku untuk mempelajari dan mendalami ilmu silat itu, meskipun sinkang tiada tandingan telah kau wariskan kepadaku, mana mungkin dalam waktu dua puluh hari yang singkat aku berhasil jadi sakti ? lagipula kau terlalu pandang tinggi diri sendiri dan memandang enteng orang lain.". Pakaiannya tetap mengembung bagaikan sebuah bola karet, hawa merah yang lembut dan memancar keluar dari lubang pori-pori bajunya tak sanggup lagi memaksa buyar tenaga gabungan lawan, Air muka Tonghong It Lip berubah amat buas, ia menyeringai dan tertawa seram. "Binatang cilik, serahkan jiwamu !" teriaknya. "Terhadap kejadian ini, kau harus salahkan orang itu punya sepasang mata yang buta, tugas seberat ini telah ia serahkan kepada kau sibocah yang masih bau tetek untuk selesaikan, dalam ilmu silat keberhasilan bukan terletak pada bakat namun lebih mengutamakan soal kematangan.." "Tutup mulut !" bentak Liem Kian Hoo ditengah desakan hebat "Kau jangan keburu berbangga hati, walaupun kitab yang kalian dapatkan adalah bagian yang terakhir namun dibagian atas masih ada satu kepandaian yang bisa mencabut jiwa kalian berdua, sekalipun harus adu jiwa, akupun tidak ambil gubris.". "Dengan tenaga dalammu, kau ingin menggunakan jurus tersebut ?" tanya Tonghong It Lip tertegun. Liem Kian Hoo tertawa nyaring, dengan wajah keren dan sedikitpun tidak jeri ia berseru berat: Giok Sak Ci Hun! ". sepasang telapak seger digabungkan jadi satu, senar mata dicurahkan kearah pihak lawan dan terpancarkan wajah yang agung dan penuh wibawa membuat orang merasa bergidik. Tonghong lt Lip serta Mong Yong Wan sama-sama terkesip, mereka sudah hapal sekali dengan-posisi jurus itu terutama sekali sikap Kian Hoo dewasa ini, membuat mereka makin tercengang dan tidak percaya. Terhadap jurus ampuh ini hampir boleh dikata mereka sudah buang tenaga selama sepuluh tahun lamanya, namun belum berhasil juga ditemukan titik pemecahan, setiap kali mereka selalu jumpai kegagalan total sehingga hal ini membuat mereka mengira bahwa jurus itu merupakan sebuah jurus tipuan yang mungkin digunakan untuk membohongi orang belaka... suasana ditengah bukit itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, tiga orang berdiri saling, berhadapan dengan mulut bungkam. "Benar benarkah kalian hendak cari kematian ? " akhirnya Liem Kian Hoo menegur dengan alis berkerut. Tonghong It Lip mendehem. "Pengaruh yang terpancar keluar lewat jurus Giolc-Sak-CiHun tersebut memang luar biasa, namun kami selalu merasa bahwa jurus itu hanya suatu jurus tipuan belaka, lihay hanya diatas kertas Sebelum dicoba kami merasa tidak percaya !" "Aku beri peringatan kalian, lebih baik jangan, bertindak
gegabah, sebab sampai saatnya, kalian akan menyesal dan tak mungkin bisa menolong diri kembali". Tonghong lt Lip melirik sekejap kearah Mong Yong Wan, menyaksikan istrinya tidak menunjukkan pendapat, ia lantas tertawa ringan. "Dalam hati kami dewasa ini hanya ada seorang rausuh, apabila kau memang wakil dari orang itu maka sekalipun harus aku jiwa kami tidak akan mnndur dari hadapanmu ! " katanya. Liem Kian Hoo berdiri tenang, beberapa saat kemudian ia lantang, diikuti lengannya dikebas kedepan, segulung hawa pukulan yang luar biasa seketika memancar keluar dari tubuhnya, begitu hebat angin pukulan tersebut membuat bumi bergoncang batu berguguran dan pasir debu berterbangan.... Menyaksikan perisriwa itu air muka Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan berubah hebat, sambil gertak gigi mereka menahan diri, sungguh dahsyat angin pukulan yang menyambar datang, baju mereka terkoyak-koyak oleh sambaran tersebut, bahkan batu kerikil yang tajam berhamburan melukai tubuh mereka. Dari perubahan air muka kedua orang itu, Liem Kian Hoo tahu bahwa mereka mulai jeri dan ketakutan, mereka sudah dibuat bergidik oleh keampuhan jurus serangan tersebut dan sadar pula bahwa kedua orang itu tak akan bertahan lama, angin pukulan yang tajam dan tiada ujung pangkal nya ini bakal merobek dan menghancur lumatkan tubuh mereka. Sekarang, Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan baru percaya akan kelihayan jurus tersebut, namun sayang sudah terlambat... terlambat untuk selamatkan jiwanya. Dalam keadaan seperti ini ketiga orang itu sama sama menyadari bahwa nasib mereka berada diujung tanduk, setiap saat mungkin saja ajal akan menjelang tiba. Disaat yang amat kritis itulah, mendadak - - dari balik hembusan angin taupan tadi muncul sesosok bayangan manusia, dan orang itu adalah seorang wanita. Gerakan tubuhnya amal gesit dan lincah, meskipun ditengah deruan angin pukulan yang tajam gerakan tubuhnya sama sekali tidak terhadang, mula mula ia bergerak kehadapan Kian Hoo lebih dahulu, telapak tangannya yang putih dan halus laksana kilat bergerak menotok dua buah jalan darah penting ditubuhnya. Liem Kian Hoo segera merasakan segulung tenaga yang halus dan lunak menyusup kedalam tubuhnya, begitu tiba didalam tubuh tenaga tadi segera menghadang dan menyumbat hawa murninya yang sedang mengalir keluar dengan hebatnya itu. Kemudian ia putar badan dan dengan suatu gerakan yang indah pula mendorong tubuh Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan sehingga mundur kebelakang dengan sempoyongan. Menanti ketiga orang itu sadar dan mendusin kembali dari kecapaian serta keletihan, tampaklah perempuan itu sedang bekerja keras menyembuhkan Watinah serta Loo Sian Khek. Pertama-tama Tonghong lt Lip menghela napas panjang lebih dahulu, ia saling bertukar pandangan sekejap dengan Mong-Yong Wan, wajahnya pucat pias bagaikan mayat, mulutnya terkunci rapat. "Sii.... siapa kau ?" tegur Liem Kian Hoo dengan nada terperanjat. Perempuan itu berpaling dan tersenyum, ketika itulah Kian Hoo baru melihat jelas bahwa perempuan itu berwajah amat cantik, usianya kurang lebih tiga puluh tahunan dan memakai baju warna putih bersih. Mula mula Sianak muda itu di kliesenejutkan oleh kecatikan
wajahnya, diikuti iapun tertegun karena ia berhasil memunahkan jurus "Giok-Sak-Ci-Hun" nya yang ampuh, untuk sesaat ia berdiri termangu-mangu dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Watinah pun perlahan-lahan sadar dari pingsannya, ia buka mata siap mengucapkan sesuatu namun perempuan itu menggeleng dan memberi tanda agar ia tutup mulut. Watinah mengangguk dan membungkam, dengan sinar mata kagum dan terima kasih ia menatap wajah perempuan tersebut. Dari sinar mata yang terpancar keluar dari balik mata Watinah, sianak muda itu merasa bahwa gadis itu kenal dengan perempuan tadi. Dari air muka Tonghong It Lip berdua pun, ia membuktikan bahwa mereka kenal dengan perempuan tersebut. Liem Kian Hoo termangu-mangu, otaknya berputar dan sebentar kemudian ia sadar siapakah perempuan tersebut, dengan sinar mata sangsi dan kurang percaya iapun ikut menatap perempuan tadi. "Aaaaah...! sungguh tak nyana Ku Sin Poo yang dihormati orang-orang suku Biauw sebagai Dewi adalah seorang perempuan muda ... . ia luar biasa, jurus ampuh Giok-Sak-CiHun kupun berhasil ia punahkan." pikir Kian Hoo dalam hati. Dalam pada itu perempuan tadi telah meletakkan tubuh Watinah keatas tanah dan bangun berdiri, sinar matanya menyapu sekejap kearah tiga orang itu kemudian sambil tertawa dingin jengeknya: "Hmm ! ilmu telapak Ching-In-Ciang tidak bakal bisa membendung diriku, sedang jurus ampuh yang dikatakan tiada tandingan dikolong langit pun tidak lebih silat kasar untuk mengadu jiwa, ditinjau dari sikap kalian yang tak berguna tadi, sebenarnya aku ogah campur tangan, apabila aku tidak takut muridku pun terluka, akan kubiarkan kalian bertiga saling adu jiwa sampai modar semua !". Merah padam selembar wajah Liem Kian Hoo, sepasang matanya menatap tubuh perempuan itu tajam-tajam. "Bocah muda, mengapa sih kau menatap diriku terus menerus ?" kembali perempuan itu menegur sambil tertawa ringan. "Ditinjau dari ucapan cianpweebdab, seharusnya anda adalah Toan Cianpwee yang telah menggetarkan wilayah Biauw, tetapi..." "Tetapi usiaku terlalu muda, bukankah begitu bocah muda?" sela perempuan tadi sambil tertawa bangga. "Kau sudah tertipu oleh kata Nenek atau " Poo" yang ada didepan namaku, dalam wilayah Biauw tulisan "Poo" atau nenek menandakan suatu penghormatan, dan sama sekali bukan mengartikan tingkat usiaku, namun kaupun jangan terlalu percaya dengan sepasang mata sendiri, wajah serta potongan muda seseorang belum tentu bisa menunjukkan usia yang tepat, coba tebaklah, menurut perkiraanmu aku telah berusia berapa?" "Agaknya Cianpwee baru berusia tiga puluh tahun...." "Tiga puluh tahun?" Ku-Sin-Poo segera mendongak dan tertawa terkekeh-kekeh. "Pandai benar kau berbicara, ketika aku berusia tiga puluh tahun, mungkin kau masih belum dilahirkan dalam kolong langit !". Liem Kian Hoo tertegun, wajahnya jelas menunjukkan hatinya sangsi dan tidak percaya. "Kau tentu tidak percaya bukan ? Nah, tiada halangan tanyakan saja persoalan ini kepadanya !" kata Toan Kiem Hoa lebih jauh seraya menuding kearah Mong Yong Wan. Air muka perempuan berdandan pria ini berubah hebat, dengan suara serak serunya:
"Toan Kim Hoa, wajahmu awet muda karena kau andalkan tomat yang banyak tumbuh disekitar wilayah ini, apanya yang luar biasa ?". "Memang... memang tidak hebat ! tetapi aku pingin tanya, selama sepuluh tahun kalian suami istri hidup sengsara ditempat ini dan tidak ingin pergi tinggalkan daerah sekitar sini. bukankah dikarenakan tomat mustajap itu pula? sayang pohon tomat itu cuma ada sebatang dan justru pohon tadi berada didalam genggamanku. janji sepuluh tahun sudah hampir tiba, buah tomat yang tumbuh diatas pohon itupun sudah amat banyak, selama ini aku selalu menepati janji dan tidak memetiknya barang sebiji pun, persoalan terletak pada bagaimana caranya kalian hendak menangkan pertaruhan ini ?" Mong Yong Wan mendengus gusar, ia tidak menjawab, dari sepasang matanya terpancar keluar cahaya penuh kebencian. Kembali Toan Kiem Hoa tertawa bangga, serunya: "sepuluh tahun berselang, kalian sudah kalah sekali. sepuluh tahun kemudianrtqr kalian masih belum berhasil juga rebut kemenangan, Bagaimana? apakah perlu aku undurkan sepuluh tahun lagi agar kalian bisa dapatkan seorang wakil untuk mengalahkan diriku ?". "Tidak usah, kami mengaku kalah !" sahut Tong It Lip sambil menghela napas. "Kalau sejak dahulu tahu begini, sepuluh tahun terakhir pun tidak akan kami buang dengan sia-sia !". "Kalau begitu kau masih terhitung cerdik, sepuluh tahun berselang aku hanya mengajak kalian bergurau belaka, maka sengaja aku pura-pura menang dengan ngotot. sebab aku merasa kalian berdua terhitung tidak jelek dan ada maksud membangkitkan semangat kalian. siapa sangka kalian berhati tinggi dan berani bicara sesumbar kalian mengira asal mendidik seorang ahli waris maka aku bakal dikalahkan, sekarang kalian tentu sudah paham bukan? meskipun kalian turun tangan sendiri, akupun dapat gebah kalian pergi cukup dengan tangan sebelah belaka.". Ucapan ini amat menyinggung perasaan Tonghong It Lip, ia naik pitam dan segera teriaknya keras-keras: "Toan Kiem Hoa ! kau tak usah sombong dan pentang bacot, soal tomat tak perlu kita bicarakan lagi, kau telah mempermainkan kami selama sepuluh tahun, hutang ini cepat atau lambat pasti akan kami tuntut, apabila ada kesempatan sepuluh tahun lagi, kami pasti akan berhasil mendapatkan seorang ahli waris untuk menginjak-injak dirimu.". "Benarkah kau punya keyakinan tersebut ?" "Tentu saja ! bahkan belum tentu sepuluh tahun,mungkin didalam satu dua tahun..." "Tentang hal tersebut aku boleh percayaku tahu dalam dua tiga tahun belakangan kalian banyak temukan rahasia intisari ilmu silat tetapi kalian harus tahu bahwa bakat kalian sendiri terbatas, jangan harap dalam kehidupan kalian ini bisa mencapai taraf tersebut seandainya kalian berhasil mendapatkan sebuah kumala yang belum di-asah, aku percaya mungkin kalian dapat menciptakan seorang jago yang maha sakti.." " Dari... dari mana kau bisa tahu ?" jerit Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan dengan air muka berubah hebat. "Jangan lupa daerah ini termasuk daerah kekuasaanku, selama kalian berada dalam wiiayah Biauw jangan harap bisa lolos dari pengawasanku, selama sepuluh tahun belakangan tak sebuah gerak gerik serta tingkah laku kalian yang lolos dari pengawasanku, cuma saja kalian tidak tahu akan hal ini ! ". Seakan-akan dikalahkan secara mutlak, dengan wajah
pucat pias Tonghong It Lip menghela napas panjang. Mong Yong Wan pun kelihatan lemas dan putus asa, mereka bungkam. Toan Kiem Hoa tertawa, katanya kembali: "Apabila harus bertindak menurut watakku, maka saat ini juga aku hendak hukum mati kalian berdua agar tidak meninggalkan bibit bencana di kemudian hari...". "Tak usah kau teruskan, kami mengaku kalah !" tukas Tonghong It Lip cepat. "Jangan terburu napsu, perkataanku belum selesai ku utarakan keluar, selama banyak tahun belum pernah kujumpai orang yang bisa menandingi diriku, aku benar-benar menganggur sekali, maka aku suka mengubah keputusanku dengan memberi kesempatan kepada kalian! Mulai ini hari. setiap saat dan dimanapun aku selalu menantikan kedatangan ahli warismu untuk mengalahkan diriku, dan akupun akan selalu tinggalkan sepuluh biji tomat diatas pohonnya, akan kulihat apakah kalian punya rejeki atau tidak untuk peroleh mustika tersebut !". "Sungguhkah ucapan ini ?" seru Tongho ng U Lip sangsi, hampir hampir ia tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Haaaa... haaaa... haaaa.... dengan andalkan kedudukanku sebagai Ku Sin Poo diwilayah Biauw, belum pernah kuingkari janji sendiri!". Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan saling bertukar pandangan sekejap, dalam hati mereka merasa amat girang sekali. Toan Kiem Hoa tertawa panjang, tiba-tiba ia berkata lagi: "Namun sebelum itu aku hendak peringatkan lebih dahulu kepada kalian, usia manusia ada batasnya, pohon tomat pun tak mungkin selalu tumbuh dengan segar, aku tak dapat menanti kedatangan kalian sepanjang hidup...!" "Apa maksudmu ?" "Sejak kuno oliesenrang berkata mencari bak bagaikan mencari kecantikan hal itu hanya bisa jumpai dan tak mungkin dimohon." apabila kalian hendak mencari seorang ahli waris yang benar2 bebakat bagus, aku rasa usaha kalian akan menemui kesulitan bagaikan mencari jarum didasar samudra, sebenarnya bocah muda ini memang sasaran yang paling tepat, sayang sudah didahului orang lain, di tinjau dari keadaan kalian yang barusan bertarung, mungkin ia tidak bakal sudi kalian gunakan lagi dunia amat luas... aku nasehati kalian lebih baik matikan saja cita-cita kalian itu !". "ltu urusan pribadi kami, tak usah kau campuri !" teriak Mong Yong Wan gusar. "Satu hari kami masih hidup dikolong langit, satu hari pula akan kucari ahli waris ku yang sesuai !". Dengan wajah hambar Tonghon It Lip serta Mong Yong Wan putar badan siap meninggalkan tempat itu, mendadak Liem Kian Hoo rentangkan tangannya dan laksana kilat menghadang di hadapan mereka berdua, teriaknya: "Tunggu sebentar, bukankah diantara kita masih belum diselesaikan, mengapa buru-buru mau pergi ?" "Bajingan cilik, kau anggap kami bener2 jeri kepadamu ? " teriak Mong Yong Wan sambil mencak mencak kegusaran. "Soal ini bukan soal takut dan tidak, kalian harus berjanji dahulu untuk tidak berbuat kejahatan lagi, kalau tidak, untuk menunaikan kewajiban yang dibebankan di atas pundakku, maka dengan pertaruhan jiwa akan kularang kalian munculkan diri kembali kedaratan Tionggoan." "Bajingan cilik, jurus Giok Sak Ci Hun cuma dapat digunakan satu kali, sekarang, kau hendak bicara dan menghalangi perjalanan kami dengan andalkan apa ?" jengek Tonghong It Lip sambil tertawa dingin. "Hanya andalkan sehembusan napas dalam dadaku, selama
napas masih berjalan dan sukma masih dihayat badan, aku pasti akan tunaikan tugasku sampai selesai !". Tonghong It Lip tertawa seram, telapaknya bergerak siap melancarkan serangan. Pada saat itulah Toan Kiem Hoa meloncat kedepan dan menghadang diantara kedua belah pihak, tegurnya dengan nada gusar: "Bocah muda, akulah yang melepbdabaskan mereka dari sini !". "Itu urusan cianpwee pribadi, dan sama sekali tiada bersangkut paut dengan urusan boanpwee." "Kurang ajar ! berada dalam wilayah Biauw kau berani mencampuri dan menghalangi perbuatan aku Ku Sin Poo ?" teriak Toan Kiem Hoa dengan nada dingin. "Bocah muda, agaknya kau sudah bosan hidup ?". "Aku bukan rakyat suku Biauw, mengapa harus tunduk dan turuti perintah cianpwee ?". Meskipun Liem Kian Hoo sadar bahwa tenaga lweekang yang dimiliki Toan Kiem Hoa sangat lihay, terbukti dari kemampuannya untuk memunahkan jurus Giok-Sak-Ci-Hun yang ampuh tadi namun ia tidak jeri, dengan wataknya yang keras-ia tak sudi tunduk dan takut kepada orang lain, apalagi mendengarkan perintahnya. Sementara itu Watinah sudah mendusin, dengan suara yang lemah ia memohon: "Koan-lang, janganlah musuhi guruku... turutilah permintaannya". "Sekalipun dia adalah gurumu, aku tak dapat melepaskan tanggung jawab serta tugas yang dibebankan padaku, gampang sekali kalau inginkan aku lepaskan mereka pergi. Pertama, mereka berdua harus berjanji dahulu kepadamu bahwa kepergiannya saat ini tidak akan melakukan perbuatan jahat lagi...". "Kedua, kecuali melangkahi dahulu mayatku !" Sembari berkata ia melirik sekejap kearah Toan Kiem Hoa, sebab dewasa ini cuma dia seorang yang mampu mencabut jiwanya, Toan Kiem Hba tertawa dingin, telapaknya segera diangkat ketengah udara. "Kau anggap aku tidak berani membinasakan dirimu ?" teriaknya. "Tentu saja cianpwee mampu untuk melakukannya, tapi boanpwee pun bukan seorang manusia rendah yang takut mati !" Air muka Toan Kiem Hoa berubah hebat, badan-maju kedepan, telapak tangannya diayun kedepan. "Suhu, ampuni jiwanya !" terdengar Watinah berteriak dengan hati cemas. Gerakan tubuh Toan Kiem Hoa amat cepat dan lincah, baru saja Kian Hoo angkat tangannya siap menangkis, mendadak gerakan serangannya sudah berubah, dengan suatu gerakan yang enteng, ringan dan lincah ia sudah mengubah arah dan... Plaaak ! dengan telapak tadi mampir diatas pipi sianak muda itu. Liem Kian Hoortqr tertegun, sebab dalam serangannya barusan seolah-olah Toan Kiem Hoa sama merangsek kedepan sehingga selisih jaraknya amat dekat, ikat pinggangnya rada terangkat sehingga memancarlah sebutir mutiara yang sangat menyilaukan mata. Diam-diam Watinah bersorak setelah menjumpai Toan Kiem Hoa tidak melukai sianak muda itu, tapi iapun tahu bagaimanakah watak Liem Kian Hao, ia takut dia semakin gusar setelah mendapat penghinaan tersebut. -oo0dw0ooJilid 4 DI LUAR dugaan, setelah ditampar Liem Kian Hoo sama
sekali tidak memberikan reaksi, ia malah berdiri termangumangu ditempat semula. "Kau berani kurangajar lagi dengan diriku ?" Tegur Toan Kiem Hoa dengan nada dingin, serentetan cahaya aneh berkelebat diatas mata Kian Hoo. "Cianpwee, kau..." serunya. "Tidak usah banyak bicara lagi, aku sedang menanyakan bagaimana sikapmu ?". "Siap mendengarkan titah dari cianpwee." Liem Kian Hoo menyahut dengan sikap hormat. Peristiwa ini tentu saja mencengangkan hati Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan, mereka tidak tahu apa sebabnya sikap sianak muda itu bisa berubah demikian cepat, walaupun Liem Kian Hoo sudah kena ditampar, namun mereka tahu perubahan sikap si bocah muda itu pasti bukan disebabkan alasan tersebut. Toan Kiem Hoa sama sekali tidak memberi kesempatan bagi mereka berdua banyak berpikir serunya dingin: "Kenapa kalian belum juga berlalu ? apakah menunggu pesta perpisahan lebih dulu ?". Tonghong It Lip serta Mong Yong Wan saling bertukar pandangan sekejap, kemudian putar badan dan berlalu. Menanti bayangan kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan, Toan Kiem Hoa baru berpaling kearah Watinah sembari memerintah: "Gotong orang yang terluka itu kedalam rumahku, perjalanan harus dilakukan rada cepat, kalau tidak ia tidak akan tertolong lagi". Yang di maksudkan adalah Loo Sian Khek, maka tanpa banyak bicara lagi Kian Hoo segera menggotong tubuhnya dan siap melanjutkan perjalanan. Dalam pada itu laksana seekor burung putih Toan Kiem Hoa sudah enjotkan badannya dan lenyap dibalik sebuah tikungan. Menantikan bayangan tubuh perempuan inipun lenyap dari pandangan, dengan rasa-tercengang Watinah baru berkata: "Koan lang, sikap suhu aneh sekali, belum pernah ia bersikap murah hati kepada siapapun!" Liem Kian Hoo tidak kasi komentar, ia cuma berseru: "Dimanakah suhumu berdiam ? mari kita segera kesana, jangan sampai terlambat sehingga mengakibatkan kematian Loo heng." "Aku telah melanggar peraturannya perguruan, suhu pasti akan menghukum diriku, entah bagaimana nasibku selanjutnya...?" ujar Watinah pula dengan hati sedih. "Kau boleh berlega hati, aku tanggung suhumu pasti akan mengampuni jiwamu.". Ucapan tersebut begitu yakin dan mantap memaksa Watinah tanpa sadar berpaling kearahnya, Liem Kian Hoo tersenyum, ujarnya kembali: "Tak usah kau tanyakan apa alasannya, yang penting aku tidak membohongi dirimu !". Habis bicara tanpa menanti jawaban lagi ia bergerak mengejar kearah mana Toan Kiem Hoa lenyapkan diri tadi, Watinah tertegun sesaat akhirnya iapun ikut mengejar dengan kencangnya. -o0oBukit terjal berdiri menjulang ke angkasa, kabut tebal menyelubungi sekeliling puncak tersebut Pohon bambu nan hijau, selokan dengan air yang jernih serta bunga bunga gunung yang indah semerbak membuat bukit tersebut indah dan mempersonakan hati siapapun juga. Liem Kian Hoo benar-benar terpesona oleh pemandangan yang berada dihadapannya, ia tarik napas panjang-panjang dan ujarnya kepada Watinah yang ada disisinya: "Tidak aneh kalau suku Biauw menganggap suhumu
sebagai malaikat, cukup ditinjau tempat tinggalnya sudah mencerminkan liesensuatu tempat yang indah bagaikan nirwana. Aaaaai... begitu indah menawan pemandangan ditempat ini, membuat pikiran serta perasaanpun ikut terbuai kealam impian." Watinah tidak ingin menghilangkan kegembiraan orang, ia menghela napas dan menyahut: "Koan-lang sudah lama hidup ditanah Tiong-goan yang penuh dengan pemandangan indah, apakah kau tertarik oleh kejelekan tanah Biauw kami yang gersang dan tidak menarik ini ?". "Haaaa... haaaa... haaaa... dimanapun manusia berada tentu akan menjumpai bukit-bukit yang indah mempersonakan, kalau diingat dengan kata-kata orang kuno yang menyatakan gunung itu jelek dan mengerikan, maka aku rasa pujangga tersebut harus digablok mulutnya agar tahu rasa..." Watinah tidak paham mengapa sikap sianak muda mendadak bisa berubah begitu riang dan gembira, sejak digablok oleh Toan Kiem Hoa, seolah-olah Liem Kian Hoo telah berubah jadi manusia lain, kegembiraannya bukan saja lenyap bahkan terlipat ganda, hal ini membuat ia tidak habis mengerti dan tidak menjawab. Agaknya Liem Kian Hoo dapat merasakan kemurungan gadis itu, sambil tersenyum ia menegur: "Watinah mengapa kau selalu tidak senang hati ? apakah kau kuatir suhumu tidak akan melepaskan dirimu ?". Dengan sedih Watinah mengangguk, beberapa saat ia termenung lalu sambil menghela napas katanya: "sewaktu pertama kali ku temui diri Koan lang, aku telah sadar bahwa Koan lang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, kemudian akupun kagum oleh tingkah laku serta watak Koanlang, maka dari itu dengan tidak tahu malu aku menyatakan perasaan hatiku kepadamu, bahkan aku sudah melupakan peraturan perguruan yang ketat. Sebetulnya aku masih mengharapkan dengan kepandaian yang Koan lang miliki bisa kalahkan suhu, meski akhirnya namaku rusak, namun bisa mengiringi Koan lang tidak sia sia pula hidupku. siapa sangka apabila Koan lang dibandingkan dengan suhu, maka kau masih selisih amat jauh maka aku tidak berani bayangkan bagaimana keaadaann kita selanjutnya". "Tentang soal ini tak usah kau pikirkan lebih jauh, aku mengakui suhumu memang sangat lihay, jangan dikata aku bukan tandinganya, meskipun umat dunia yang ada dewasa inipun jarang sekali ada yang bisa menandingbdabi beliau, tetapi aku tak usah kuatirkan soal itu, aku percaya suhumu tidak akan menyusahkan diriku dan kaupun boleh berlega hati." "Apakah Koan lang kenal dengan guruku ?" tanya Watinah dengan nada curiga. Liem Kian Hoo segera menggeleng. "Boleh dikata kenal, boleh dikata pula tidak kenal, sebab aku belum pernah berjumpa dengan dirinya, tentu saja tak boleh dikatakan kenal, tetapi antara aku dengan dirinya pernah terkait selapis hubungan. dan hubungan ini tak berani kuberitahukan kepadamu, tunggu saja setelah aku selesai berunding dengan suhumu baru ambil keputusan bagaimanapun juga ia tidak akau menganggap aku sebagai musuh lagi." Karena menjumpai sianak muda itu sangat merahasiakan persoalan tersebut, terpaksa Watinah memendam pertanyaannya kedalam hati. Dalam pada itu mereka berdua semakin mendekati puncak, kabut-pun semakin tebal menyelimuti jagat ditengah lapisan kabut yang tebal secara lapat-lapat tampak beberapa buah bangunan berdiri dengan
megahnya disitu. Watinah segera menuding kedepah dan teriaknya: "Guruku berdiam disana, beberapa deret bangunan yang paling depan adalah tempat kami berlatih ilmu silat, kemudian di belakangnya merupakan tempat dimana beliau bersemedi, sekalipun kami adalah anak muridnya namun di larang mengunjungi tempat itu." " Kalau begitu mari kita menunggu ditempat ini saja !" kata sianak muda itu sambil berhenti. Belum lama mereka menanti, dari balik kabut yang tebal muncul dua orang manusia, yang satu adalah Luga yang pernah ditemui sewaktu berada dalam pesta bulan purnama. dan yang lain adalah seorang gadis suku Biauw yang berusia dua pulu tahunan, namun wajahnya amat jelek sekali. "Toa suci !" buru-buru Watinah menyapa seraya menjura. "Siauw Moay mendapat perintah da..." "Suhu telah berpesan. beliau memerintah kau membawa Liem Kongcu menuju kebelakang dan serahkan orang yang terluka itu kepada Luga" tukas gadis jelek itu dengan dingin, selintas perasaan girang berkelebat diatas wajah Watinah, sementara Luga dengan wajah hambar maju menerima tubuh Loo Sian Khek dari tangan Liem Kian Hoo, secara lapat lapat sinar matanya masih mengandnng rasa benci dartqrn dendam. Dengan rasa tidak tenteram Liem Kian Hoo awasi bayangan tubuh Luga sambil mengempit Loo Sian Khek masuk kedalam sebuah bangunan rumah agaknya gadis jelek tadi dapat meraba isi hatinya, dengan nada dingin lagi hambar serunya: "Harap kongcu berlega hati, suhu telah memerintahkan Luga untuk merawat dan mengobati luka sahabatmu itu, aku rasa tak bakal ada persoalan yang terjadi." Merah jengah selembar wajah Liem Kian Hoo. "Cahye sama sekali tidak bermaksud demikian, harap enci jangan banyak menaruh curiga " katanya. "Hmmm ! harap kongcu jangan panggil aku sebagai enci, aku tidak punya rejeki sebaik itu ". sebenarnya Liem Kian Hoo bermaksud baik, ia tidak mengira bisa ketanggor batunya, wajahnya berubah semakin merah hingga mirip babi panggang. Dengan sikap serta pandangan dingin gadis itu putar badan lalu berialu dari sana. Watinah yang ada di sisinya takut Liem Kian Hoo jadi riku, buru-buru ia maju dan berbisik lirih: "Harap Koan-lang jangan tersinggung, selamanya toa suci ku memang berwatak demikian!" "Eeehmm... watak toa sucimu ini memang hebat sekali." sambung sianak muda itu tertawa jengah. "Aaaaai...! terhadap setiap orang Toa suci tidak selalu bersikap dingin dan hambar, terutama sekali terhadap diriku, ia sangat baik bagaikan terhadap saudara kandung sendiri, tapi ini hari... berhubung ada Koan-lang..". Liem Kian Hoo melengak. "Bukankah aku tidak menyalahi dirinya ? aku panggil dia enci berhubung usianya lebih tua daripada diriku ". "Aaaai..! Toa suci paling dia benci dengan orang laki, terutama laki-laki bangsa Han. Dahulu dia adalah gadis cantik kenamaan dalam wilayah Biauw, entah bagaimana kemudian ia jatuh cinta dengan seorang lelaki bangsa Han, lelaki itu adalah seorang jual obat yang merantau kesana kemari, dengan rayuan yang manis serta janji yang muluk-muluk akhirnya lelaki itu berhasil mendapatkan hati Toa-ci, ternyata lelaki itu hanya mengincar harta serta kepandaian silatnya belaka. Toa suci adalah murid kesayangan suhu dan merupakan kepala suku dari kelompok suku Huang-Kiem atau emas murni. Dalam wilayah sukunya banyak terdapat tambang
emas yang ternilai harganya. Setelah lelaki itu kawin dengan Toa suci dan berhasil mempelajari seluruh kepandaian silat yang dimiliki, diam-diam ia turun tangan keji hendak membunuh Toa suci dengan racun, kemudian membawa pasir emas yang dihasilkan dalam daerah tersebut melarikan diri balik kedaratan Tionggoan. Untung Toa suci berhasil diselamatkan jiwanya oleh suhu, tetapi wajahnya pun jadi rusak dan jelek macam begini...". "Aaaah, tidak aneh kalau ia bersikap demikian Lelaki macam itu memang patut dibunuh, apakah Toa sucimu lepaskan dirinya begitu saja ?". "Tentang soal ini akupun kurang jelas, sejak terjadi peristiwa tragis itu Toa suci selalu mendampingi suhu, bahkan jabatan kepala sukupun diserahkan kepada orang lain, bukan begitu saja nama lelaki itupun tak pernah diungkap olehnya, kejadian ini sudah berlangsung puluhan tahun berselang waktu itu aku masih kecil dan tidak begitu jelas terhadap semua kejadian." "Sewaktu aku masih belajar silat digunung, ia selalu berpesan kepadaku agar jangan sekali-kali kawin dengan bangsa Han, ia menganggap setiap lelaki tak boleh dipercaya terutama lelaki bangsa Han, sikapnya kurang hormat terhadap dirimu, aku rasa hal ini tentu disebabkan laporan dari Luga.." "Aaaaah, tidak boleh jadi, pendapatnya benar benar Bo cengli." seru Kian Hoo seraya menggeleng. "Mana boleh ia anggap seluruh bangsa Han adalah bajingan berhubung ia telah bertemu dengan seorang bajingan? kalau ada kesempatan aku pasti menjelaskan hal ini kepadanya.". "Koan-lang, lebih baik jangan cari penyakit buat diri sendiri, watak toa suci kaku dan keras, tidak gampang ia suka mendengarkan nasehat orang bahkan suhupun tidak mengurusi dirinya, buat apa Koan-lang banyak urusan ?. ini hari, seandainya bukan ia ketahui bahwa kau punya hubungan dengan suhu, mungkin seketika itu juga ia akan bikin keonaran terhadap dirimu, ilmu silatnya terpaut tidak seberapa jauh dari Suhu, dus berarti ia sangat berbahaya bagimu. Asal di-kemudian hari Koan-lang bisa membuktikan bahwa kau bukanlah manusia seperti apa yang dibayangkan, dengan sendirinyaliesen kesalahan paham ini bisa hapus dengan sendirinya." "Bicara setengah harian, kiranya kau tidak percaya terhadap diriku?" seru sianak muda itu tersenyum. "Pikiranku tidak secupat toa suci, setelah kuserahkan seluruh jiwa ragaku kepada Koan-lang berarti pula aku sudah siap menerima segala yang bakal terjadi, sekalipun Koan-lang adalah lelaki macam seperti aku tidak menggubris, bila kemudian hari Koan-lang merasa bosan terhadap diriku tak usah kau gunakan pelbagai cara untuk mencelakai diriku, katakan saja kepadaku maka seketika itu juga aku bisa membereskan nyawaku sendiri." Liem Kian Hoo merasa amat terharu oleh ucapan-nya, segera ia berseru: "Watinah, percayalah kepadaku, aku bukan manusia macam itu.". "Hmmm ! terhadap lelaki yang pandai merayu lebih-lebih harus waspada dan hati-hati, sebab lelaki macam begini paling tak boleh dipercaya." mendadak dari sisi mereka berkumandang suara yang amat dingin, Dengan kaget Liem Kian Hoo angkat kepala, kiranya perempuan jelek tadi telah muncul kembali disitu dan berdiri tidak jauh dari mereka. Diam-diam ia dibikin kaget oleh kesempurnaan ilmu ginkang nya, disamping itu hatinya pun merasa panas oleh perkataan tersebut Dengan wajah membesi serunya:
"Aku sedang menyampaikan isi hatiku kepada Watinah, apa sangkut pautnya dengan dirimu ? kau tidak puas terhadap bangsa Han itu urusanmu sendiri, kau tidak berhak untuk menilai dan bandingkan tingkah laku-ku, lebih-lebih kau curi dengar pembicaraan kami". Diam-diam Watinah kuatir sekali, ia takut kekasihnya bentrok dengan perempuan jelek itu. Siapa sangka Toa suci dari Watinah itu tergerak hatinya, ia cuma berkata kembali dengan nada dingin: "Aku tidak punya waktu sesenggang ituuntuk curi dengar rayuanmu itu, apa yang kau ucapkan sesuai dengan apa yang kau pikirkan !" "Aku bertindak menurut isi hatiku, tak usah kau peringatkan diriku ! " teriak sianak muda itu marah-marah. Dari sikapnya yang gagah dan sama sekali tidak menunjukkan perasaan takut ini. Gadis jelek itu malah tertawa, nada suarapun sbdabemakin lembut ujarnya ringan: "Lebih bagus kalau kau bertindak demikian hitung-hitung aku sudah menguatirkan siauw sumoay ku dengan sia-sia belaka. Suhu telah menantikan kedatangan kalian, pembicaraan semacam ini lebih baik kita lanjutkan saja dikemudian hari". Liem Kian- Hoo jadi agak sungkan setelah mendengar suara gadis jelek itu makin lunak, dengan wajah kalem iapun mengangguk. "Harap cici-suka membuka jalan !". gadis jelek itu putar badan dan berlalu, terhadap sebutan cici itupun tidak menunjukkan reaksi lagi. Liem Kian Hoo serta Watinah segera menyusul diri belakang, melewati sederetan bangunan dan melewati sebuan jalan kecil yang penuh dengan rumput hijau. Selama ini gadis jelek itu berjalan dengan mulut membungkam, bayangan punggungnya kelihatan molek dan menarik hati, Liem Kian Hoo menduga usianya baru dua puluh tahunan, tapi setelah mendengar cerita dan Watinah ia baru tahu bahwa usianya hampir mendekati empat puluh tahunan, terutama sekali teringat peristiwa tragis yang menimpa dirinya, sianak muda ini merasa simpatik dan lupakan segala tingkah lakunya yang kurang sopan. Bahkan dalam hati ia berjanji setibanya didaratan Tionggoan akan dicarinya lelaki tidak setia itu untuk dikasi pelajaran. Gadis jelek yang berjalan dengan didepan mendadak berpaling sambil berkata. "Kau tak usah mencampuri urusan orang lain, persoalanku tidak ingin dicampuri orang lain !" Liem Kian Hoo terperanjat tanpa sadar ia berseru "Cici, darimana kau bisa tahu apa yang sedang kupikirkan didalam hati..?". Gadis jelek itu berpaling dan bungkam dalam seribu bahasa. Liem Kian Hoo ingin bertanya lebih jauh, tapi ketika itulah mereka sudah tibadidepan sebuah bangunan bambu dan berhenti. Dari balik ruangan berkumandanglah suara dari Toan Kiem Hoa: "Sani dan Watinah tunggu diluar, biarkan bocah muda itu masuk kedalam seorang diri !". Sekarang Liem Kian Hoo baru tahu bahwa, gadis jelek itu bernama Sani, ketika merasa mendengar pesan dari Toan Kiem Hoa kelihatan air mukanya menunjukkan rasa tercengang. Sianak muda itu tersenyum, mendorong pintu dan masuk ke-dalam, perabot yang ada didalam ruangan itu sederhana sekali drtqran cuma sebuah tikar belaka, ketika itu Toaa Kiem Hoa sedang duduk bersila diatas tikar tadi sambil menatap mutiara diatas ujung ikat pinggangnya dengan mata mendeIong.
Dengan amat hormat Liem Kian Hoo menjura, lalu sapanya: "Cianpwee !". "Kau cuma bisa panggil aku sebagai cianpwee belaka ?" tanya Toan Kiem Hoa sambil angkat kepala. "Boanpwee tidak tahu bagaimana harus memanggil diri cianpwee, sebab boanpwee hanya mendapat pesan untuk menyampaikan sepatah kata kepada orang yang membawa mutiara itu.". "Apa yang hendak disampaikan ? dan urusan apa ?". "Ia berharap mutiara tersebut bisa disatu padukan, disamping itu menyampaikan pula dua patah syair yang berbunyi: "Hubungan kasih hanya sebagai kenangan indah. peristiwa laksana impian indah yang lenyap setelah mendusin...". "Cuma dua patah kata ini belaka ?" tanya Toan Kiem Hoa dengan wajah sedih. "Benar, Cuma dua patah kata ini !" "Aaaaaai ! sedikitpun tidak salah, dua patah kata ini telah mencakup seluruhnya, pemuda tampan gadis cantik air mata bercucuran kecewa dan menyesal mengapa tidak berjumpa sebelum nikah, memang tidak pantas kami saling berjumpa, menghadiahkan mutiara tanpa cinta yang mendalam, mengapa aku harus menghambat pengembalian benda itu ? apakah mutiara ini harus di serahkan kepadamu ?". "Benar, boanpwe membutuhkan mutiara itu, sebab dengan andalkan benda tersebut harus pergi melakukan pekerjaan ! ". Tiba tiba air muka Toan Kiem Hoa berubah jadi lunak, ia tatap sianak muda itu tajam tajam, dibalik sinar matanya penuh mengandung rasa sayang yang tak terhingga, setengah harian lamanya ia bungkam kemudian baru menghela napas panjang. Cukup meninjau dari wajahmu, sudah sepantasnya aku tahu siapakah kau, darimana kau bisa tahu akan diriku?" "Boanpwee sendiripun tidak tahu, sewaktu mendapat perintahnya ia sama sekali tidak tahu pula kalau cianpwee ada diwilayah Biauw, dan akhirnya aku berhasil temukan cianpwee sedemikian cepat, hal ini boleh dikata merupakan takdir ". "Takdir... takdir..." Toan Kiem Hoa ulangi kata-kata tersebut sampai beberapa kali, ia baru menghela napas. "Mungkin perkataanmu benar, inilah kehendak takdir. Takdir memang ampuh dan tak bisa dihindari ! ia tidak tahu siapakah aku dan akupun tidak tahu siapakah dia, berkumpul sedetik untuk kemudian berpisah kembali, meski demikian... cinta kami bersemi diatas mutiara tersebut, dua puluh tahun sudah lewat, mutiara ini memang sudah sepantasnya dikembalikan kepadamu. Tahukah kau cara penggunakannya ?". "Tahu. sewaktu hendak berangkat boanpwee pun membawa serta hioloo Ci-Liong Teng itu " Toan Kiem Hoa termangu-mangu, beberapa kali bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun dibatalkan, sedangkan Liem Kian Hoo pun sedang memikirkan banyak persoalan, ia ingin bicara namun takut untuk mengutarakannya keluar. Ketika masing-masing pihak menemukan keadaan yang serba rikuh ini, akhirnya Toan Kiem Hoa buka suara lebih dahulu, ia bertanya. "Apa yang hendak kau ucapkan ?" "Mungkin tidak pantas bagi boanpwee untuk mengajukan pertanyaan ini, tempo dulu cianpwee dengan...". "Apakah ia tidak menceritakan hal itu kepadamu ?". "Tidak, boanpwee sedang berada dibalik kabut kemisteriusan, sedikit ilmu silat yang kumiliki pun berkat ajaran dari suhuku si Nabi seruling Liuw Boe Hwie, hingga musim semi tahun ini menjelang tiba, boanpwe baru
mengetahui sedikit duduknya perkara dan belajar ilmu silat selama sepuluh hari untuk kemudian diutus keluar.". "Oooouw...! kiranya begitu, tidak aneh kalau jurus Giok Sak Ci Hun tersebut baru mencapai dua bagian kesempurnaan, kalau tidak niscaya aku masih tidak mengerti. Ditinjau dari keadaan ini, kau memang masih butuhkan latihan yang-rajin dan giat, ambillah mutiara ini. Tempatku ini, sangat hening dan tenang, gunakanlah tempat ini untuk perdalam ilmu silatmu..." Ditengah sentilan jarinya yang enteng, mutiara tadi dengan menciptakan serentetan cahaya putih segera meluncur kehadapan Liem Kian Hoo. Dengan cepat sianak muda itu menerimanya, sebelum ia bertindak sesuatu, Toan Kiam Hoa telah bangun berdiri sambil berdiri sambil berpesan: "Dalam berlatih silat pikiran tak boleh bercabang, kaupun tak usah bertemu dengan Watinah lagi, aku akan lindungi keselamatanmu dari luar. Satu bulan kemudian kau boleh berlalu bersama-sama dirinya ! hitung-hitung rejeki bocah perempuan itu baik sekali, kalau tidak memandang diatas wajahmu, terhadap perbuatannya yang menghianati perguruan, aku pasti akan menghukum berat dirinya !". Mendengar ucapan itu Kian Hoo jadi kegirangan setengah mati. "Terima kasih cianpwee ! tempo dulu cianpwee..." Tidak menanti ia selesaikan ucapannya Toan Kaem Hoa sudah mengerti apa yang sedang dipikirkan sianak muda itu, ia goyang tangan dan berseru: "Apalagi ia tidak ceritakan kejadian masa silam kepadamu, akupun tidak ingin bongkar rahasia ini, berlatihlah disini dengan hati tenteram, jangan pikirkan hal hal yang tak berguna". "Baik, boanpwee akan turut perintah !". Toan Kiem Hoa tersenyum, ia segera berjalan keluar dari ruangan itu, baru berjalan beberapa langkah mendadak ia berhenti dan bertanya dengan wajah serta sikap yang aneh. "Apakah selama ini ia baik-baik saja? apakah masih seperti keadaan tempo dulu?". "Ia sudah lebih tua dari keadaan semula, tidak seperti cianpwee tetap awet muda, hanya kesehatanmu tetap terjamin dan selalu dalam keadaan sehat walafiat." "Aaaaai, dalam kenyataan akupun sudah tua, tua dalam pikiran dan perasaan, wajah serta lahiriah yang tetap muda tak bisa digunakan sebagai patokan. Manusia lambat laun akan semakin tua, kalau dipikir justru wajahku yang tetap awet muda ini malah menambah kelucuan pada diriku". Ditengah helaan napas panjang, ia bergerak keluar dan lenyap dibalik pintu. Dengan termangu-mangu Liem Kian Hoo duduk mendeprok dalam ruangan tersebut, pelbagai masalah berkecamuk dalam benaknya, lama.. lama sekali, tiba tiba korden tersingkap dan sigadis jelek Sani pun muncul sambil membawa sekeranjang buah-buahan. Ketika menyaksikan sianak muda itu duduk termangu-mangu, dengan suara keras ia segera menegur: "Bukankah suhu perintahkan kau pusatkan pikiran dan jangan berpikir yang bukan-bukan ? ayoh, jangan buang waktu dengan percuma lagi, cepatlah, mulai dengan usahamu, kalau lapar makan buahan tersebut, selama sebulan ia tidak bakal datang kemari lagi, kalau ada urusan sampaikan saja kepadaku !". Liem Kian Hoo terperanjat, buru-buru ia pusatkan pikiran dan menyahut. "Baiklah, terima kasih cici !". Sani mendengus dingin, ia putar badan dan berlalu.
Beberapa saat Liem Kian Hoo duduk tenang, akhirnya ia ambil keluar hioloo Ci-Liong-Teng itu dari saku dan diletakan diatas tikar, kemudian meletakan pula mutiara tadi keatas tutup hioloo dimana semula mutiara tersebut terletak. Kejadian aneh segera berlangsung didepan mata, mutiara tadi dengan cepat memancarkan cahaya keperak-perakan yang tipis membuat warna tembaga diatas hioloo itu jadi terang dan bening sekali, ditengah keheningan itulah secara lapat-lapat muncul pelbagai gambaran serta tulisan yang aneh di-atas dinding hioloo tersebut. Beberapa saat lamanya Liem Kiem Hoo periksa tulisan tadi, mendadak sekilas cahaya kegirangan berkelebat lewat diatas wajahnya, diikuti tidak lama kemudian seluruh pikirannya telah terbenam dan tercurahkan diatas tulisan-tulisan itu... Setelah melewati masa satu bulan yang panjang dan lama, akhirnya Liem Kian Hoo sadar dari keadaan yang kosong, suasana dalam ruangan sama sekali tidak berubah, kecuali tempat dimana selama ini ia duduk bersila muncul sebuah bekas lekukan yang dalam dan nyata. Dibawah tikar sebetulnya beralasan batu hijau yang keras lagi kuat, ketika sianak muda itu bangun berdiri dan menyaksikan lekukan diatas batu tersebut sepasang alisnya kontan berkerut, diikuti ujung bajunya dikebas kedepan, bekas lekukan tadi seketika lenyap tak berbekas, permukaan batu jadi halus dan licin bagaikan sebuah permukaan cermin. Liem Kian Hoo tersenyum, ia tahu usahanya selama ini telah berhasil, ia lantas menyingkap korden dan berjalan keluar, dimana terlihat Toan Kiem Hoa serta gadis jelek Sani berdiri menanti sambil tersenyum. Belum sempat sianak muda itu buka suara, Toan Kiem Hoa telah lari mendekat sambil mencekal tangannya erat-erat ia berseru dengan hati penuh kegirangan: "Bocah, akhirnya kau berhasil juga..." serentetan suara sesenggukan memecahkan kesunyian, titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya. Liem Kian Hoo sendiri dibikin kelabakan dan berdiri melongo-longo oleh tindakan perempuan itu, ia tak tahu apa sebabnya Toan Kiem Hoa bisa begitu terharu. Agaknya Toan Kiem Hoa pun mendusin akan perbuatannya yang keterlaluan, buru-buru ia lepas tangan dan berkata dengan nada kikuk: "setelah menyaksikan kau berhasil dengan latihanmu, dan mengetahui pula keturunan sahabat karibku berhasil memiliki ilmu silat yang lihay, hatiku jadi kegirangan setengah mati, hampir saja melupakan segala hal...". "Cianpwee, banyak terima kasih ! selama sebulan ini sudah terlalu banyak aku merepotkan diri cianpwee..." kata sianak muda itu pula dengan hati terharu. Toan Kiem Hoa tersenyum lega dan membungkam dalam seribu bahasa, menanti beberapa saat tiada ucapan lain, Kian Hoo tak dapat menahan diri lagi, segera tanyanya : "Dimanakah Watinah ? ". Hilang lenyap senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Toan Kiem Hoa. ia tidak menjawab. Menyaksikan air muka perempuan itu menunjukan perubahan aneh, Liem Kian Hoo menyangka Watinah telah dijatuhi hukuman olehnya, ia jadi sangat gelisah. "Cianpwee, bukankah kau sudah setuju untuk mengampuni segala kesalahannya ?" ia menegur. Toan Kiem Hoa tetap membungkam dalam seribu bahasa. "Benarkah kau sangat memperhatikan keadaan Watinah ? " Sela Sani dengan suara hambar. "Tentu saja, kalian telah apakan dirinya ?" "Aaaaai...! nasibnya benar benar beruntung dan berhasil
menjumpai manusia macam kau, tapi . . . kenapa Thian begitu keji dan kejam terhadap diriku ?" Begitu sedih hatinya mengenang nasib buruk yang menimpa dirinya, Sani menangis tersedu sedu. Liem Kian Hoo jadi semakin cemas bercampur gelisah, teriaknya keras-keras: "Sebenarnya bagaimana dengan diri Watinah ?" "Ia diculik dan dibawa lari oleh Luga " kata Toan Kiem Hoa tiba tiba dengan nada benci. "Binatang ini betul-betul terkutuk, seandainya aku berhasil menemukan dirinya, pasti akan kuhancur lumatkan tubuhnya, agar ia merasakan penderitaan dan siksaan bagaimana digigit dan digerumuti selaksa ulat ulat racun". "Aaaaah ! sudah terjadi peristiwa semacam ini ?" Teriak sianak muda itu terperanjat. Saking mendongkol dan marahnya, air muka Toan Kiem Hoa berubah pucat kehijau-hijauan, ia bungkam. Sani yang ada disisinya segera mewakili gurunya untuk menjawab: "Watinah telah diculik dan dilarikan oleh Luga serta sahabatmu she Loo itu, selama ini bajingan tengik itu mengejar diri Watinah terus menerus, justru Watinah tidak tertarik kepadanya sungguh tak nyana kali ini ia berani melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perguruan..." "Lalu... ba... bbagaimana... bagdaimana jadinya a? Cianpwee ! subdahkah kau selidiki dan mengejar jejak mereka ?". "Karena harus melindungi dirimu yang sedang melakukan latihan, maka suhu tak sanggup untuk pisahkan diri melakukan pengejaran." sahut Sani agak gusar, "sewaktu aku mengejar kearah tempat tinggal Luga, maka kutemui ia beserta orang she-Loo itu diikuti beberapa orang bangsa Han, dengan membawa Watinah melarikan diri tempat itu !" "Aaaah, mereka pastilah Ceng-Tiong-Su-Hauw empat manusia gagah dari Ceng-Tiong, tapi Loo Toako, mengapa ia bisa~ berbuat demikian.". "Otak Luga sangat sederhana sekali, lagipula iapun tidak akan mempunyai nyali sebesar ini, aku rasa kejadian ini sebagian besar pasti muncul dari benak manusia she~Loo itu. Hmmm ! bukankah sejak semula aku sudah bilang, bangsa Han tak ada yang baik, mereka semuanya adalah manusia manusia jahanam, manusia manusia laknat !". Liem Kian Hoo amat tersinggung, hawa gusar menyelimuti seluruh wajahnya. Menyaksikan kegusaran orang, buru buru Sani berkata kembali: "Tentu saja terkecuali dirimu ! ". Dalam keadaan serta situasi macam begini, Liem kian Hoo tidak ingin beradu mulut dengan perempuan jelek ini, buru buru ia berkata kembali: "Ilmu silat Loo Sian Khek ada batasnya, sedangkan kepandaian silat yang dimiliki Luga pun tidak akan lebih lihay dari Watinah, secara bagai mana mereka dapat membekuk dan menculik Watinah ?". "Watinah diculik dan dilarikan oleh mereka setelah dibius oleh obat pemabok " kata Toan Kiem Hoa dengan wajah membesi. "Obat pemabok seperti itu cuma ada didaratan Tionggoan. oleh sebab itu kejadian ini pasti dipimpin oleh manusia she Loo itu, dia pastilah otak dari pada komplotan tersebut Hmm ! orang itu memang berwajah jujur dan gagah, sebenarnya ia licik, keji dan rendah martabatnya, seandainya ia tak ada hubungan dengan dirimu, aku pasti tak akan sudi menyelamatkan jiwanya ! dan seandainya aku bukan sedang melindungi dirimu, sejak tadi sudah ku kejar diri mereka." Liem Kian Hoo termenung dan bebrpikir beberapad saat lamanya, aia merasa gelisbahpun percuma, maka hatinya
segera ditenangkan kembali. "Benarkah mereka bisa bersembunyi sehingga bayangan dan jejaknya sama sekali lenyap tak berbekas ?" tanyanya. "Seandainya aku tahu jejak serta tempat persembunyian mereka, buat apa menanti sampai detik ini...". "Cianpwee, dapatkah kau wariskan kepandaian untuk menggerakkan ulat racun kepadaku ?" tanya LiemKian Hoo kembali setelah termenung beberapa saat, pertanyaan ini mencengangkan hati Toan Kiem Hoa. "Kau bukan orang suku Biauw, mengapa hendak mempelajari kepandaian tersebut ? tanyanya. "Watinah pernah menanamkan separuh dari Thian Hiang si nya kedalam tubuhku, aku dengar racun tersebut merupakan racun sakti pengganti sukma, meskipun berada beberapa ribu pal dari sini kedua belah pihak tentu akan merasakan reaksinya asal aku menggerakkan racun keji yang tertanam dalam tubuhku, bukankah dengan gampang aku berhasil temukan jejak mereka ?". Toan Kiem Hoa tertawa dingin. "Aku bergelar Ku Sin Poo, seandainya cara ini dapat di gunakan. kenapa aku harus menan ti sampai saat ini ?". "Apakah sudah cianpwee jajal ?". "Sejak semula aku telah melepaskan Ching Ku yang tertanam dalam tubuhku untuk melakukan pencarian, namun hasilnya nihil dan jejak mereka tak berhasil ditemukan, aku rasa agaknya mereka telah mendapatkan bantuan seorang ampuh untuk mensukseskan usahanya dan orang pasti mengerti sedalam-dalamnya kepandaian racun. maka dari itu ia berhasil memotong dan menghalangi perasaan halusku untuk mencari jejak mereka !" "Mungkinkah dikolong langit dewasa ini benar-benar ada orang yang memiliki ilmu racun, jauh lebih ampuh dari Cianpwee?" air muka Kian-Hoo berubah hebat. Air muka Toan Kiem Hoa berubah hebat, ia kelihatan amat gusar sekali. "Justru aku tidak percaya akan kejadian ini, tetapi peristiwa tersebut terang-terangan terjadi di hadapan ku, oleh karena itu aku bersumpah hendak selidiki peristiwa ini sampai jelas dan menemukan orangr yang secara ditam-diam melinduqngi serta membarntu mereka". "Cianpwee, apakah kau punya keyakinan dapat menemukan mereka ?" Tanya sianak muda itu setelah tertegun beberapa saat lamanya. Kontan sepasang mata Toan Kiem Hoa melotot bulat-bulat. "Kalau tidak berhasil temukan mereka, selama hidup aku malu berjumpa dengan manusia lagi ! " teriaknya. Habis berseru, badannya laksana sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur kedepan dan lenyap dari hadapan mereka berdua. "Cianpwee ! jangan pergi dahulu, tunggu aku sebentar !" buru-buru Kian Hoo berteriak. Tetapi suaranya hanya mengalun kosong di-angkasa, bayangan tubuh Toan Kiem Hoa tidak muncul kembali dihadapannya, Dengan mendongkol Sani lantas menegur: "Eeee...! kenapa sih kau bersikap demikian kurangajar terhadap suhu ? kenapa kau ucapkan kata kata semacam itu ? kau tahu, disebabkan peristiwa ini hatinya tertekan, dua jam setelah Luga menghianati perguruan, suhu telah mengetahui kejadian itu, seandainya ketika itu ia hendak cari mereka maka orang orang itu dengan gampang akan berhasil ditemukan, tetapi disebabkan dirimu, terpaksa ia harus tahan marah dan kegusaran yang meluap-luap untuk melindungi keselamatanmu..."
"Tapi, aku kan tidak membutuhkan perlindungannya ?". "Kau benar benar tidak tahu diri " seru Sani sambil tertawa dingin. "pada waktu itu merupakan saat yang paling kritis bagimu dalam berlatih ilmu pernapasan, seandainya kau tak sanggup menguasahi diri maka kau bakal tertawa dan menangis sendiri seandainya bukan suhu salurkan hawa murninya lewat udara untuk bantu menenangkan hatimu, mungkin kau sudah habis sejak dulu. Selama hidup Su-hu berwatak keras hati, dalam wilayah Biauw pun-kcdudukannya sangai tinggi bagaikan malaikat, setelah terjadi peristiwa itu, nama besarnya mendapat pukulan hebat, tetapi demi dirimu ia tidak ambil perduli, aku benar benar tidak mengerti apa sebabnya ia bersikap begitu baik kepadamu, sudah banyak tahun aku mendampingi suhu, belum pernah kujumpai ia menaruh perhatian besar terhadap seseorang.". Liem Kian Hoo yang mendengar perkataan tersebut jadi termangu-mangu dibuatnya, ditengah kebingungan ia mulai teringat, setiap kali ia berlatih hingga mencapai kekritisan selalu berhasil dihindari dengan lancarnya, ia tidak menyangka selama ini Toan Kiem Hoa membantu secara diam-diam. Tapi, apa sebabnya Toan Kiem Hoa membantu dirinya ? apakah berdasarkan sedikit hubungannya dengan orang it