1
LATAR BELAKANG MASALAH DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
Oleh: Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd Email:
[email protected]
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan “Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan melalui Penelitian Ilmiah” di Kabupaten Tanah Laut Kal-Sel, 3 Juli 2010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2010
LATAR BELAKANG MASALAH DALAM PENELITIAN
2
TINDAKAN KELAS DAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd 1 PENDAHULUAN Kehidupan masyarakat ilmiah tidak dapat dilepaskan dari kegiatan penulisan karya ilmiah. Karena itu, dalam kehidupannya, anggota masyarakat ilmiah (guru, kepala sekolah, maupun pengawas) seyogyanya terlibat langsung dalam kegiatan penulisan karya ilmiah (Panitia Seminar, 2010). Pada kenyataannya, tidak semua anggota masyarakat ilmiah menekuni bidang ini, bahkan sebagian tidak pernah sama sekali. Melaksanakan penelitian di bidang pendidikan merupakan hal baru bagi para guru, kepala sekolah, maupun pengawas. Sekalipun demikian para guru, maupun guru yang dipromosikan menjadi kepala sekolah atau pengawas dan telah menyelesaikan pendidikan S1 PGSD sudah pernah melakukannya. Tugas perbaikan pembelajaran melalui matakuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) di UT merupakan karya ilmiah berupa penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan mereka yang menyelesaikan kuliah S1 kependidikan di perguruan tinggi selain UT membuat karya ilmiah PTK. Di dalam perkembangannya, ada pemilahan karya ilmiah buatan guru dengan buatan kepala sekolah maupun pengawas. Kepala sekolah dan pengawas diproyeksikan melaksanakan penelitian tindakan sekolah (PTS), di mana subyek penelitian adalah para guru. Karena PTS merupakan hal baru, dan belum banyak referensi yang dapat dijadikan sebagai pendukung. Oleh karena itu
melalui
pertemuan ilmiah saat ini kiranya dapat memberikan wawasan untuk menekuni penyusunan
karya
ilmiah.
Sekurang-kurang
tergugah
untuk
melaksanakan
kepembimbingan penulisan karya ilmiah. Membuat karya ilmiah, selanjutnya dipersempit menjadi membuat PTK maupun PTS seyogyanya terlebih dahulu membuat usulan atau proposal, karena membuat proposal yang baik (operasional) sudah lebih dari 70% telah menyusun laporan akhir. Proposal berisi tentang komponen dan langkah-langkah yang dilakukan 1
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam dan Ketua Program Magister Pendidikan Biologi PPs Unlam. email:
[email protected]
3
dalam melaksanakan PTK. Menurut Aqib dkk. (2008:10) proposal berguna sebagai kerangka acuan untuk melaksanakan penelitian dan sebagai bahan pengajuan kepada penyandang dana apabila penelitian tersebut memerlukan dana. Meskipun membuat proposal hanya berupa panduan awal dan bisa berubah namun dalam kenyataannya bukan hal yang mudah. Proposal penelitian meliputi 3 hal utama, yakni 1) latar belakang masalah, 2) kajian pustaka, dan 3) metode. Di dalam naskah utama ketiga bagian ini menjadi cikal bakal judul bab yakni 1) latar belakang masalah menjadi BAB I (PENDAHULUAN), 2) kajian pustaka menjadi BAB II (KAJIAN PUSTAKA), dan 3) metode menjadi BAB III (METODE PENELITIAN). Jadi bilamana proposal dibuat sebaik mungkin, maka 3 bab dari laporan akhir sudah selesai, jika dibuat persentasi berkisar 70-80%. Dua bab terakhir akan diselesaikan setelah melaksanakan penelitian yakni BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN) dan BAB V (PENUTUP ). Urutan-urutan bab semacam ini menganut pola laporan penelitian secara akademik (Wiriatatmadja, 2006:198). Berdasarkan pengalaman penulis, baik sewaktu menyelesaikan disertasi, sebagai dosen pengasuh mata kuliah Metode Penelitian, dan pengasuh mata sajian PTK dalam PLPG bagi guru yang tidak lulus sertifikasi guru, maupun sebagai pembimbing skripsi dan tesis, membuat latar belakang masalah dirasakan terlalu berat, terlalu susah, buntu, dan berbagai permasalahan lainnya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menulis seseorang. Menurut Kunandar (2008:1) menulis bagi guru, merupakan masalah yang cukup dilematik, antara esensi kemampuan diri yang tidak bias dipaksakan dengan syarat, tugas , dan tuntutan keilmuan (profesionalisme). Sekalipun ada rambu-rambu bahwa permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati guru dalam praktik pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang disarankan oleh dosen LPTK sebagai mitranya (Zaini dan Naparin, 2009:20). Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru, dosen dan mahasiswa (Sukarno, 2009:9).
Melalui forum ini penulis mengajak berbagi
pengalaman dalam menyusun proposal penelitian, khususnya membuat latar belakang masalah pada PTK maupun PTS. APA SAJA YANG DISIAPKAN SEBELUM MENULIS LATAR BELAKANG MASALAH?
4
Pertanyaan semacam ini sering muncul ketika akan memulai menulis proposal, sekalipun demikian sah-sah saja dalam menyusun proposal mendahulukan penetapan subyek penelitian, waktu, tempat, bahan ajar, atau jenis penelitian. Akan tetapi hal-hal yang disebutkan ini bukan merupakan permasalahan yang mendasar. Jadi menulis latar belakang masalah tetap menjadi permasalahan utama. Latar belakang masalah merupakan bagian penting dalam menyusun laporan PTK maupun PTS. Bahkan latar belakang masalah menyiratkan hal-hal yang akan ditulis dalam kajian pustaka. Bukan hanya itu, ketika menulis dan merancang jumlah siklus juga tergambar dalam latar belakang masalah. Dengan kata lain hal-hal apa saja yang dijumpai dalam suatu laporan PTK maupun PTS sudah tergambar dalam latar belakang masalah. Secara garis besar, di dalam latar belakang masalah dijumpai hal-hal sebagai berikut 1) masalah aktual yang akan dipecahkan melalui penelitian, 2) upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah, akan tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal, 3) inovasi yang akan ditawarkan untuk memecahkan masalah, 4) teori belajar yang melandasi inovasi tersebut, dan 5) hasil-hasil penelitian yang telah mendahuluinya. Mulyasa (2009:61) mengemukakan 7 hal yang ada dalam latar belakang masalah yakni 1) mengapa masalah tersebut perlu diteliti, 2) pentingnya masalah yang mendesak untuk dipecahkan, 3) kesenjangan antara fakta yang terjadi dalam pembelajaran dan harapan, 4) realitas pembelajaran didukung data factual, 5) keresahan dan kegelisahan peneliti serta permasalahan yang muncul jika masalah tidak diteliti, 6) tindakan yang akan dikenakan pada subyek, dan 7) teori yang melandasinya tindakan. Manakah di antara 5 hal praktikal yang belum termuat dalam 7 hal secara teoritis dalam latar belakang masalah? Di dalam menyusun latar belakang masalah hendaknya dimulai dari penghayatan permasalahan yang bersifat umum, dilanjutkan dengan permasalahan yang agak khusus, baru menukik pada permasalahan khusus (Basrowi dan Suwandi, 2008:166). Jadi Bilamana digambarkan dalam bentuk bangun ruang, maka akan membentuk kerucut terbalik. Seorang peneliti, baik guru maupun mahasiswa biasanya terkendala pada 5 hal di atas dalam menulis latar belakang. Kendala ini akan semakin berat bilamana seorang peneliti berada jauh dari sumber yang akan digunakan dalam menulis latar belakang masalah.
5
Sebelum menulis latar belakang masalah, seorang guru dapat menyiapkan rekaman hasil-hasil belajar siswanya pada tahun-tahun sebelumnya Ini dimaksudkan untuk memperoleh data kuantitatif hasil belajar yang menjadi sorotan untuk diperbaiki. Bagi seorang kepala sekolah tentu saja membuka kembali lembaranlembaran kinerja guru yang menjadi binaannya. Sedangkan pengawas dapat memanfaatkan hasil kunjungan ke sekolah untuk menilai kinerja kepala sekolah, bahkan kinerja guru ketika ia melakukan supervisi kelas. Apa yang disiapkan seorang peneliti untuk menulis “upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah”, akan tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal? Tentu saja seorang peneliti sudah berbuat apa saja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bagi seorang guru, biasanya dipaparkan aktivitas peningkatan profesi guru yang dijalaninya, seperti aktif dalam KKG, mengikuti berbagai pelatihan dan sebagainya. Seorang kepala sekolah maupun pengawas menuliskan apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan profesi mereka,dan apa yang dilakukan terhadap subyeknya. Menggali masalah dan upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah lebih menekan pada pengalaman pribadi sepanjang pengalaman tersebut dituangkan secara jujur. Hasil pengalaman ditulis dengan kaidah penulisan kalimat yang baik. Seorang peneliti juga memikirkan kata kunci yang digunakan untuk menulis dan mengembangkan pada alinea berikutnya. Ini dimaksudkan agar jangan terjadi loncatan antar alinea. Inovasi yang akan ditawarkan untuk memecahkan masalah diperoleh peneliti dari membaca buku-buku referensi. Buku-buku ini harus berkaitan langsung dengan inovasi yang ditawarkan. Di dalam menulis latar belakang masalah sekurangkurangnya tersedia sebuah buku, meskipun diperlukan lebih dari itu, akan tetapi ditulis pada kajian pustaka. Setiap inovasi pembelajaran senantiasa dilandasi oleh teori belajar. Jadi peneliti juga menyiapkan buku-buku tentang teori belajar, sekalipun hanya sebuah buku yang memuat teori belajar yang relevan.
Salah satu ciri seorang ilmuan adalah rendah hati, jadi peneliti juga menyiapkan hasil-hasil penelitian orang lain yang berkaitan dengan masalah
6
penelitiannya. Hasil penelitian ini baik diperoleh dari laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, maupun artikel hasil seminar. Bilamana hasil penelitian yang dia lakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya, seorang peneliti hendaknya mengakui bahwa kepunyaan dia yang lemah. Sebaliknya bilamana sejalan dengan penelitian sebelumnya, maka dia katakan bahwa penelitian ini mendukung temuantemuan pada penelitian sebelumnya. Jadi pada hakikatnya tidak ada penelitian yang gagal, baik telah menjawab tujuan penelitian maupun tidak terjawab. Masalah yang Diangkat dalam PTK Maupun PTS Latar belakang masalah dalam PTK maupun PTS didahului oleh permasalahan yang aktual, baik yang terjadi pada diri seorang guru, kepala sekolah, maupun pengawas, atau yang telah dialami oleh rekan sekerjanya. Oleh karena itu seorang peneliti harus menyiapkan deskripsi kerja dirinya dalam kurun waktu tertentu, atau bilamana sumber masalah diperoleh dari rekan sekerjanya, maka ia harus melaksanakan wawancara untuk menggali pengalaman mereka. Di sini muncul tuntutan kepada peneliti. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya (Wardani, 2007:2.6). Susilo dkk. (2008:116) menganjurkan agar dalam menyusun latar belakang masalah disajkan bukti pendukung berupa contoh kejadian di kelas atau data kuantitatif siswa yang mengalami masalah. Di sini akan memunculkan latar belakang masalah yang didukung dengan data penunjang dan tanpa penunjang. Mengingat PTK mapun PTK dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi dalam tugas-tugas sehari-hari, maka sudah seharusnya dikemukakan data pendukung baik kualitatif maupun kuantitatif. Simak penggalan dari latar belakang sebuah sripsi S1 Pendidikan Biologi di bawah ini. Berdasarkan survei ke SLTP Negeri 6 Banjarmasin, guru biologi kelas II mengatakan bahwa selama ini prestasi belajar pada konsep hormon masih belum memuaskan, hal ini disebabkan rumitnya pembahasan hormon dan banyaknya istilah-istilah asing yang membuat siswa sulit untuk memahami
7
konsep tersebut ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian tentang konsep hormon pada siswa angkatan 2001/2002 adalah 59,21 ……….. Pada contoh latar belakang di atas, kiranya sudah cukup baik, karena telah memperlihatkan data pendukung. Masalah data tersebut benar atau salah tergantung kejujuran guru biologi. Perhatikan pula penggalan dari latar belakang sebuah skripsi S1 STKIP Banjarmasin di bawah ini. Berdasarkan penuturan guru IPA di SMP Negeri 5 Kota Banjarbaru, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan sudah sering dilakukan. Akan tetapi setelah dikaitkan dengan konsep pendekatan lingkungan yang sebenarnya, pengakuan guru IPA di atas tidak sepenuhnya benar. Selama ini pembelajaran biologi di SMP, dalam penyampaian konsep biologi, cenderung hanya menyampaikan konsep yang masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku saja, sedangkan usaha mengaitkan dengan lingkungan belajar siswa masih kurang, hal ini terutama berkaitan dengan konsep-konsep yang bernuansa lingkungan. Jadi jelas perbedaan antara latar belakang masalah yang didukung data penunjang dengan tanpa data penunjang. Bilamana seorang peneliti telah menuliskan permasalahan faktual dan merangkai dengan kalimat penunjang, serta diakhiri dengan kalimat penyimpul, maka ia telah menyelesaikan satu alinea. Perhatikan alinea yang dikutip dari laporan skripsi S1 Pendidikan Biologi di bawah ini. Sekolah telah menetapkan ketuntasan individual dengan skor sebesar 50, konsekuensinya adalah 100% siswa telah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Masalahnya adalah batas ketuntasan ini lebih rendah dibandingkan dengan ketuntasan yang ditetapkan oleh Depdiknas dengan skor sebesar 65. Jadi seyogyanya penetapan ketuntasan individual tetap berada di atas batas kelulusan, yaitu skor > 60 agar sesuai dengan kondisi sekolah
8
tersebut berada. Ada 3 buah kalimat pada alinea di atas yang terdiri atas kalimat pokok, kalimat penunjang dan kalimat penyimpul. Simak lagi alinea dalam skripsi S1 Pendidikan Biologi berikut. Dengan kurikulum yang demikian dapat memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada 4 pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui, belajar
melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar
hidup dalam kebersamaan. Berapa jumlah kalimat dalam satu alinea?
Kesalahan lain terletak pada subyek
kalimat. Berapa pula jumlah kalimat dalam 1 alinea di bawah ini? Bagaimana cara menulis kata “disamping” yang benar? Tentu kedua alinea ini belum sempurna. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Biologi juga merupakan wadah untuk membangun
warga
negara
yang
memperhatikan
lingkungan
serta
bertanggung jawab kepada masyarakat, bangsa dan negara disamping beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang peneliti juga harus memperhatikan keterakaitan antara 2 buah alinea yang berturut-turut, ini penting supaya jangan terjadi loncatan. Simak 2 buah alinea yang dikutip dari skripsi S1 Pendidikan Biologi di bawah ini. Prestasi siswa pada mata pelajaran sains belum memuaskan, hal ini menunjukkan bahwa cara pembelajaran di sekolah belum mengarah pada pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sains. Meskipun secara tegas dinyatakan dalam KTSP agar pembelajaran sains lebih banyak menggunakan metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses kepada siswa, tetapi kenyataan di lapangan sering berbeda (Rustaman
9
dan Widodo, 1996). Hal lain yang menyebabkan rendahnya prestasi mata pelajaran sains adalah karena para guru beranggapan bahwa pengetahuan itu dapat ditransfer langsung dari pikiran guru ke pikiran siswa. Padahal siswa datang ke sekolah sudah membawa berbagai pengetahuan awal yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Apabila seorang guru mengajar di sekolah tidak mengindahkan pengetahuan awal siswa, maka akan membuat kesulitan siswa semakin kompleks (Ausubel dalam Dahar, 1989). Umumnya guru yang mengajar dengan cara seperti ini cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton, yaitu metode ceramah dan tanya jawab serta pembelajarannya akan didominasi oleh guru, sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, karena guru memegang peranan utama. Bila ini terjadi maka siswa akan menjadi pasif. Selain itu, pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa (Tek, 1998). Keterkaitan 2 buah alinea di atas terletak pada pengetahuan awal Bagaimana pula contoh 2 buah alinea yang mengalami loncatan. Simak 2 buah alinea yang termuat dalam laporan PKP di bawah ini. Guru sebagai orang yang
bertugas memberikan bimbingan kepada
siswa merupakan orang yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas perkembangan generasi muda, karena terletak pada merekalah maju mundurnya sistem pendidikan di Indonesia. Berdasarkan pengalaman mengajar IPS selama ini konsep pembelajaran bukan hal yang sulit bagi guru akan tetapi ketika menyajikan dalam pembelajaran, hasilnya belum memuaskan. Ketika melakukan evaluasi tentang konsep tokoh pahlawan Nasional, hanya 15 siswa saja yang mencapai batas ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah.Ketidak tuntasan hasil belajar pada dasarnya terjadi pada semua topik pokok bahasan. Jika masalah ini tidak secepatnya diatasi maka akan berdampak negatif pada materi-materi
10
berikutnya. Sebagai guru yang senantisa memangku dikelas tinggi tidak merasakan adanya kesulitan dalam memhami konsep-konsep IPS, jadi diduga ada kelemahan-kalemahan didalam proses pembelajaran tersebut. Seorang peneliti tentu harus menyiapkan buku kaidah Bahasa Indonesia terutama berkaitan dengan penyusunan alinea. Bukubuku ini hendaknya menjadi referensi bagi seorang peneliti. Ini penting karena berdasarkan pengalaman masih dijumpai peneliti membuat alinea hanya terdiri dari satu kalimat saja. Berbagai Upaya yang Telah Dilakukan untuk Memecahkan Masalah Seorang peneliti PTK maupun PTK bukan bukan figur yang statis. Ketika seorang guru, kepala sekolah, maupun pengawas berminat melakukan penelitian tentu dalam dirinya sudah ada sejumlah pengetahuan yang siap untuk dikembangkan. Pengetahuan-pengetahuan awal maupun potensi di sekolah yang dimiliki ditulis dalam satu atau lebih alinea. Perlu pula ditulis akibat yang muncul bilamana masalah tidak diselesaikan melalui penelitian. Simak alinea yang dikutip dari laporan PKP di bawah ini. Berbagai macam usaha telah dilaksanakan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran baik dari segi proses belajar maupun hasil belajar
siswa.
Menggunakan
beragam
alat/media
pembelajaran,
mengadakan remedial, dan melengkapi bahan pembelajaran sudah pernah dilakukan, akan tetapi hasil pembelajaran IPA belum memuaskan, dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah. Perlu pula dimuat dalam latar belakang masalah, bahwa jika hal ini dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi proses pembelajaran di sekolah, seperti tertuang pada alinea di bawah ini, sekalipun bukan merupakan sebuah alinea yang sempurna. Kondisi hasil dan proses pembelajaran seperti diutarakan di atas merupakan cermin kegiatan pembelajaran di SD Negeri Sungai Tiung 3. Jika masalah seperti ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada kualitas hasil pembelajaran pada SD tersebut.
11
Contoh lain dapat disimak pada alinea yang dikutip dari laporan PKP di bawah ini. Berdasarkan informasi dari Guru IPA kelas V SDN Banjarbaru Utara 4 bahwa dia sering mengikuti KKG IPA atau pelatihan-pelatihan lainnya yang meliputi cara pengajaran/penyampaian materi, cara menggunakan alat peraga serta penyampaian metode pembelajaran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh guru tentang peningkatan pemahaman siswa dengan pendekatan kooperatif tipe penyelidikan kelompok sudah diketahui bahwa pemahaman siswa meningkat dan memberikan
respon yang baik terhadap
pembelajaran serta penggunaan LKS merupakan hal yang menyenangkan (Nurhilaliyah, 2006). Beberapa kendala yang dihadapi pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe penyelidikan kelompok diantaranya adalah siswa masih belum terbiasa berdiskusi dan melakukan tanya jawab, serta guru masih mendominasi dalam pembelajaran dan cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Inovasi yang Ditawarkan untuk Memecahkan Masalah, Melaksanakan penelitian bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian. Masalah penelitian dapat terjawab atau tidak perkara lain, asal secara ilmiah sudah dilaksanakan. Oleh karena itu di dalam menulis latar belakang masalah perlu dimasukkan gagasan apa yang ditawarkan untuk memecahkan masalah penelitian. Gagasan yang ditawarkan untuk memecahkan masalah boleh jadi berkenaan dengan strategi, metode, kondisi belajar, lingkungan belajar dan sebagainya. Boleh jadi pula apa yang ditawarkan sudah sering dilaksanakan orang, kemudian seorang peneliti melakukan kombinasi 2 buah pendekatan, kombinasi pendekatan dan metode, melaksanakan sebuah pendekatan pembelajaran dengan lingkungan yang baru dan sebagainya. Keadaan ini biasanya tersurat dalam judul penelitian S1 PGSD Unlam Pengakuan menawarkan inovasi dapat dilihat pada alinea di bawah ini. .
12
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sekolah dasar, khususnya untuk siswa kelas IV semester 2 dituntut untuk dapat menyusun karangan dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyusun karangan dengan memperhatikan penggunaan ejaan perlu adanya suatu pembelajaran yang inovatif agar siswa benar-benar memahami tentang penggunaan ejaan yang tepat. Sayangnya alinea di atas tidak disebutkan inovasinya. Bilamana disebutkan pada alinea berikutnya, bisa dipastikan terjadi loncatan antar alinea. Perhatikan alinea yang ditulis dalam laporan skripsi S1 PGSD di bawah ini. Lingkungan belajar yang cukup bervariasi memungkinkan guru membelajarkan materi “Perubahan Permukaan Bumi” dengan mengajak siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungan alami. Pembelajaran semacam ini diharapkan siswa bukan hanya memperoleh konsep belaka, akan tetapi mereka memperoleh proses pembelajaran yang lebih baik. Jika pembelajaran materi “Perubahan Permukaan Bumi” dikemas dengan mengutamakan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan alami, maka akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Lingkungan alami dalam proses pembelajaran boleh jadi dipekarangan sekolah, taman, hutan dan lain-lain. Pendekatan pembelajaran yang mungkin untuk
melaksanakan
pembelajaran
semacam
ini
adalah
pendekatan
lingkungan. Sekalipun pendekatan ini dianggap sebagai inovasi dalam proses pembelajaran, namun akan lebih bermakna jika digunakan pedekatan lain yang diarahkan untuk mengorganisasikan siswa dalam proses belajar. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan siswa ketika belajar di lingkungan alami adalah pendekatan kooperatif tipe belajar
13
bersama. Atas pertimbangan ini maka dilaksanakan penelitian tentang penggunaan pendekatan lingkungan dengan setting kooperatif untuk meningkatan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA di sekolah dasar. Dua buah alinea di atas memperlihatkan inovasi yang ditawarkan dan menyebutkan jenis inovasinya. Peneliti sadar bahwa dia bukan orang pertama yang mengangkat topik dengan inovasi pilihannya. Makin jarang ditulis orang suatu inovasi dalam tulisan ilmiah, tentu makin susah mencari referensi penunjang buat laporan penelitian seorang peneliti. Teori Belajar yang Melandasi Inovasi Ketika menawarkan inovasi bagi sebuah penelitian ilmiah kepada seorang pembimbing, beliau selalu menanyakan tentang teori yang melandasai sebuah inovasi. Kini baru sadar bahwa teori merupakan “payung hukum” bagi sebuah inovasi. Oleh karena itu penulis mencoba urutan-urutan dalam inovasi pembelajaran yakni taktik – metode – pendekatan – model – teori. Misalnya pendekatan inkuiri dalam pembelajaran, tentu akan dicari pendekatan ini termasuk model pembelajaran apa, dan teori apa yang melandasinya. Boleh jadi ada pendapat lain dari urutan-urutan tersebut. Bagaimana cara mengutarakan teori belajar yang melandasi suatu inovasi pada sebuah penelitian? Simak alinea yang dikutip dari laporan skripsi S1 PGSD. Penelitian-penelitian tentang pendekatan lingkungan dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, artinya para siswa belajar atas pengetahuan yang telah ada. Menurut
Bruner dalam Kearsley (1999) prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivisme adalah 1) pembelajaran harus berdasarkan dengan pengalaman dalam konteks yang pernah dipelajari siswa, 2) pembelajaran harus terstruktur, sehingga hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran, dan 3) pembelajaran harus direncanakan terlebih dulu agar lebih mudah dalam membelajarkannya di luar dan atau selama pembelajaran berlangsung diberikan dapat menghilangkan adanya jurang
14
pemisah antara apa yang ada di benak siswa dengan informasi yang diterima. Alinea di atas mengemukakan sebuah landasan teori yang memayungi pendekatan lingkungan. Penjabaran dari teori konstruktivisme akan dikemukakan pada kajian pustaka. Tentu saja memuat pendapat dari tokoh-tokoh ilmuan tentang paham konstruktivistik.
Hasil-hasil Penelitian Bagian ini merukan aliena akhir dari latar belakang masalah, sebelum ditutup dengan alinea tentang rencana penelitian yang mengacu pada judul. Simak alinea di bawah ini yang dikutip dari sebuah skripsi S1 Pendidikan Biologi. Penelitian tentang materi difusi dan osmosis dengan menggunakan pembelajaran kooperatif maupun pendekatan inkuiri sudah pernah dilaporkan. Menurut Efendi (2004) dengan menggunakan pembelajaran melingkar (learning cycle) yang merupakan salah satu tipe pendekatan kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan dapat mendorong terjadinya perubahan pemahaman konsep siswa. Limba (2004) melaporkan ada peningkatan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep setelah siswa terlibat dalam pembelajaran konsep perpindahan kalor dengan menggunakan model latihan inkuiri. Wijaya (2006) juga melaporkan dengan penggunaan pendekatan discoveri terpimpin pada konsep difusi dan osmosis dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi yang diiringi dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan kutipan di atas berarti seorang peneliti dalam menyusun proposalnya sudah menyiapkan 3 buah sumber bacaan dari hasil-hasil penelitian orang lain. Simak pula penggalan dari latar belakang masalah sebuah skripsi S1 Pendidikan Biologi. Hasil-hasil penelitian tentang metode simulasi sudah pernah dilakukan di
15
antaranya menurut Rusmiati (2009) yang memperoleh hasil bahwa penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar sebelum penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS memperoleh nilai rata-rata 50,00 sedangkan setelah penerapan metode simulasi pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 76,67. Selain itu, penelitian Mulyadi (2009) menunjukkan bahwa penerapan metode simulasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pakong. Aktivitas siswa khususnya Visual and Listening Activities pada siklus 1 mencapai 95% dan 100% pada siklus 2. Aktivitas yang berupa Oral Activities (bertanya, menjawab dan berpendapat) pada siklus 1 78% dan 83% pada siklus 2. Sementara aktivitas siswa yang berupa Motor Activities adalah 100% pada siklus 1 dan siklus 2. Mencari sumber hasil penelitian orang lain kadang kala menjadi sulit, karena tidak sesuai dengan penrancang. Mengatasi masalah semacam ini paling tidak dicari tulisan yang memiliki banyak kemiripan dengan tulisan kita. Biasanya dicari yang lebih global. Jadi bukan berarti tidak ada sama sekali. APA SEBABNYA LATAR BELAKANG MASALAH BEGITU PENTING DALAM MENYUSUN PROPOSAL? Latar belakang masalah menyiratkan hal-hal yang akan ditulis dalam kajian pustaka, seperti dijelaskan pada bagian awal makalah ini. Pokok-pokok pikiran pada latar belakang mengantarkan peneliti untuk mengembangkan sub bab pada kajian pustaka, salah satu di antaranya adalah penyajian teori. Menurut Arikunto, dkk.(2008:35-36) peneliti boleh menyinggung teori yang melandasi diajukannya idea tau gagasan untuk mengatasi masalah. Sekalipun hanya sebagian kecil dari sub bab dari kajian pustaka. Ketika menulis latar belakang masalah, seorang peneliti sudah mengerti apa
16
saja bahan-bahan yang harus ada agar proposalnya dapat diselesaikan. Dikatakan pula seorang peneliti saat ini bertindak lokal akan tetapi berwawasan global, jika tidak maka proposal akan terhenti di tengah jalan. Berdasarkan pengalaman membimbing skripsi mahasiswa, mereka tidak menempuh cara seperti ini, akan tetapi mengumpulkan skripsi yang sejenis dan mengolah latar belakang masalah yang baru. Padahal mengutip skripsi dan karya ilmiah lain hanya dimaksudkan untuk mengutip hasil penelitian dan menelaah sarasaran yang dikemukakan peneliti. Di sini ada kesan mahasiswa malas membaca bukubuku, akhirnya sumber kutipan beranak dan bercucu. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi; Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainal; Jaiyaroh, Siti; Diniati, Eko; Khotimal, Khusnul. 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widya. Basrowi, H. M. dan Suwandi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: RajaGrafindo Perkasa. Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susilo, Herawati; Chotimah, Husnuh; Sari, Yuyun Dwita. 2008. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Saran Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia publishing. Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Prinsip-prinsip Dasar, Konsep dan Implementasinya. Surakarta: Media Perkasa. Wiriatmadja, Rokhiati. 2006 Metode Penelitian Tindakan Kelas, untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan P.T. Remaja Rosdakarya. Wardani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaini, Muhammad, H. dan Naparin, Akhmad. 2009. Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru Penelitian Tindakan Kelas Bidang Biologi. Banjarmasin: C.V Rahayu.
17