0$-- oC;'8
LAPORll.1\! HASIL PENELITIAN
6}]-:> 1J IJ->
EVAlUASI GENERASI F3 PERSllANGAN I(EDELAI VARIETAS GH 09 X PTR 6
.'
Oieh: DJ.\SUMiJHI, flll.Si
LEMBAGA PENEUTIAN UIN SV,ARIF HIDiAY,t\TUllAH JAI(Jtl\RTP, 2003/2004
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Lembaga Penelitian urN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengesahkan penelitian dengan judul " Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kedelai Varietas GH09 X PTR 6" yang dilaksanakan '
Dasumiati, 5si
Mengesahkan : A/N. Rektor urN S . Hidayatullah Ketua Len ga Penelitian
PROF.DR.RUSMIN TUMANGGOR, MA NIP. 150060949
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI (UIN) SYARlF HIDAYATULLAH JAKARTA 2003
1I
ABSTRAK DASUMIATL Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kede1ai Varietas GH 09 x PTR 6, merupakan peneIitian individu di UIN SyarifHidayatuIlah Jakarta. Kedelai merupakan komoditas pertanian dan komoditas perdagangan yang sangat penting di Indonesia. Kedelai digunakan sebagai bahanmakanan dan bahan baku industri. Produksi kedelai di Indonesia tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh iklim dan tanah di daerah tropik yang tidak menguntungkan bagipertumbuhan kedelai, seperti lahan marginal yang umumnya berpH rendah, suhu, panjang hari dan ketinggian tempat Dibutuhkan varietas kedelai yang unggul dan adaptif. Varietas unggul dapat diperoleh melalui serangkaian persilangan antar varietas dan seleksi dengan memanfaatkan kedelai varietas Slamet dan Nokonsawon yang memiliki beberapa keungglllan. Keunggulan sifat tersebut dapat diakumulasikan dalam satu tanaman yang dapat dikembangkan menjadi galur harapan. Rangkaian persilangan dan seleksi yang dilakukan dalam persilangan GH 09 x PTR 6 ini adalah metode persilangan buatan dengan metode seleksi individu. Oenerasi F2 diseleksi untuk mendapatkan generasi seleksi 1 (F3) yang dihitung nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi. Hasil pengamatan karakter-karakter pada generasi F3 tersebut diperoleh nilai heritabilitas yang tinggi pada karak1er produksi biji tiap tanaman, jumlah polonh dan jumlah biji bernas, serta nilai ragam genotipe dan fenotipe yang yang tinggi pada populasi F3 dibanding kedua tetuanya. Seleksi pada setiap generasi dapat memberikan persentase kemajuan seleksi yang cukup baik untuk karakter produksi biji tiap tanaman (2587°'0) dan ukuran biji (45.68%».
III
KATA PENGA.l'\TAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah atas berkah, rahmat dan hidayah Allah sv.t akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judlll "Evaluasi Generasi F3 Persilangan KedeJai Varietas GH 09 X PTR 6". Penelitian ini merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan kedelai unggul yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan dengan baik, berproduksi tinggi dan berbiji besar. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pimpinan dan Slaf Pusat Penelitian UIN Syarif Hidayalullah Jakarta yang tdah mernberikan kesernpalan kepada saya dalam melakukan penelilian ini, dan Bapak DR. Agus Salim, M. Si sebagai konsultan penelitian. Ucapan terimakasih juga pada Kepala Kebun IPB Pagenlongan yang telah memberikan fasilitas selama penulis melaksanakan tahap evaluasi tanaman di lapang, dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga Allah S\vt. membalas kebaikan semua pihak dengan yang lebih baik. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan llmll Pemllliaan Tanaman khllsllsnya tanaman kedelai.
Jakarta, Oktober 2003
Dasllmiati. ;-.tSi
Nama
• Dasumiali. M 51
NIP.
150293237
Jabatan
Tenaga Pengajar Fakullas Ushuluddin dan Filsafat UIN 5yarifHidayalullah Jakarta
Judul Penelitian . Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kedelai Varietas GH 09 X PTR6
Menyetujui.
,/
/'
, /
/
/
/l
v
DAFTARISI Halaman DAFTAR T ABEL ,
VI
DAFTAR GAMBAR
Vll
PENDAHULUAN Latar Belakang ", ..... Tujuan Penelitian
I I
TINJAUAN P U S T A K A , . , . . " ..""..." " " " " . Asal dan Distribusi Tanaman Kedelai . Botani Tanaman Kedelai.". .." ..... ", "" ""."".,,... Pemuliaan Tanaman Kedelai " """"". L Introduksi .".......""." ".,, .. " """".""""" "."...... 2, Seleksi .... ,,,,,,," ,,.,,,, .. ,,,,.,, ...,,,,,,.,,,. ,,. 3. Hibridisasi "" """ .. " """." " .. """" ,.""",."",."""""" "'." .. " 4. Pengaruh Genetik dan Pengaruh Lingkingan ""." """"" ". """ .. ". 5. Kolerasi Antar Sifat... "" "."."" """ " " ,.."." " ..,." " 6. Heritabilitas dan kemajuan Seleksi." " .. " .. " "",."."." ... ".""" ". Syarat Tumbuh Tamanan Kede1ai" .. " """"" ",.,." """.".. "... Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai"" "".""" """ " " .. ". "
-+ -+ 5 8 9 II 13 14 15 19 19
BAHAN DAN METODE.
21
Bahan dan Alat... " . " " " . " " " ".. " .. " "." " """ " Metode Penelitian """.".... ""."",. .. ",.,..,." ".,... ",.,..,."". L Se1eksi Popu1asi " . " . " ... " .... ".""""" """,."."" ... ". ''',... 2. Penanaman Hasil Seleksi ..,.".""" .. """ .. " .. " ..,.".".,. " ..".,."""".. 3. Pemanenan" .... ""." .. "",,""""""""'"'''''''''''''''''' 4, Pengamatan,. ''''''''."". ".""."". '''''.,. .. ",." "'''." ,. ". " .. """. 5, Pengolahan Data, " " .. "" "" ,."".".".
21 21 21 22 22
HASIL DAN PEMBAHASAN,.", , , ", ".,,,.,, ,.",,., . Sebaran Beberapa Populasi Pada Generasi F3 """""""""""""",,"'" Distribusi Frekuensi Tanaman Pada Populasi F3 ,.,.,.,. "".".,.",.,,, Kore1asi Karaher-Karaher Pada Populasi F3 ..,. ..., .... ,. """."."" .. ". Heritabilitas dan Kemajuan Seleksi Pada Populasi F3 .""""",."." ..
26 26 28
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
41
8
35
VI
DAFTAR TABEL I. Nilai sebaran beberapa karak,er dari tetua dan tanaman F3 2. Nilai kore1asi beberapa karakter pada populasi F3
. .
3. Ragam genetik, fenotipe dan Iingkllngan serta heritabilitas pada populasi F3
Halaman 27 34
35
4. Perbandingan nilai tengah produksi biji liap tanaman dan ukuran biji kedelai GH 09, PTR 6, lanaman CAMPURAN, tanaman F3 dan 5% F3 tanaman 37 terseleksi __ . 5. Nilai tengah poplllasi F3, kemajuan seleksi dan nilai duga kemajuan seleksi untuk generasi F4 .__ __ . __ .... 38
VII
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Dislribusi lanaman populasi F3 untuk karakter ukuran biji
28
,..
2. Distribusi lanaman populasi GH 09 unluk karak1:er ukuran biji
3. Distribusi tanaman populasi PIR 6 untuk karakter ukuran biji
.
.
29
30
4. Distribusi tanaman populasi F3 unluk karak1:er produkasi biji liap tanaman.. 31 5. Distribusi lanaman populasi GH 09 unluk karakler produkasi biji liap lanaman .. 32 6. Distrib~lSi lanaman populasi PTR 6 untuk karakler produkasi biji tiap tanaman... 33
PEl\DAHVU'AN Latar belakang
Kedelai merupakan komoditas pertanian dan perdagangan \ang sangat penting dan mempllD\ai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di Indonesia kedelai digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan tempe, tahu. tauco, kecap dan susu kedelai. juga sebagai bahan makanan ternak dan pupuk hijau. Sebagai bahan makanan. kedelai berperan dalam pemenuhan protein untuk perbalkan gizi, yang kandungan proteinnya lebih kurang 39%. Dalam perdagangan, kedelai ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri dan bahan ekspor. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman kedelai \altu 1.-+ Juta ha sete1ah China (8 juta hal dan Brazil (4,5 juta hal, tetapi dari sudut produksi kedelai masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara Amerika serikat. BraziL Argentina, China dan India. Produksi kedelai Indonesia baru mencapai 1,23 ton per ha hingga tahun 2000, jauh di bawah produkti\itas kedelai China yang mencapai 1,70 ton per ha dan Amerika yang mencapai 2,56 ton per ha (Agroindonesia. 200 It Pada tahun 2002 produksi kedelai mencapai 11,95 kuintal per ha biji kenng, turun sebanyak 1,89% (0,23 kuintal per hal dibanding tahun 2001 yang 12,18 kuintal per ha (Kompas, 2002). Kebutuhan kedelai Indonesia sebanyak 3,267 juta ton dan produksinya 1,306 juta ton, sehingga diperlukan impor sebanyak 1,97 juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri makanan (BPS, 2001). Rendahnya produbi\itas kedelai ini bukan saja karena tingkat teknologi produksi yang kurang maj u, tetapi juga disebabkan oleh iklim dan tanah di daerah
tropik yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan kede]ai, misalnya panjang hari, suhu, lama penyinaran, dan ketinggian tempat dari permukaan laut serta laban marginal yang umumnya berpH rendah (Akma], ]999). Laju peningkatan produksi kedelai melalui usaha perluasan area] belum dapat mengimbangi laju kebutuhan, sehingga impor kedelai masih terus dibutuhkan. Program perluasan areal tidak akan tercapai bila tidak disertai dengan penyediaan varietas unggul yang dapat beradaptasi terhadap cekaman 1ingkungan. misaln\'a tanah masam dan Kadar garam tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut. sekarang sedang diusahakan \ arietas-varietas \ang mempunyai adaptasi baik terhadap lingkungan dan tahan terhadap hama dan penyakit serta memi1iki produksi yang tinggi. Peningkatan
produksi
kedelai
dengan
menggunakan
varietas
unggul
merupakan salah satu usaha intensifikasi. dapat diperoleh melalui usaha pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman kedelai memerlukan popu]asi yang memiliki keragaman genetik. sebagai dasar dalam seleksi tanaman. Keragaman genetik ini dapat ditingkatkan melalui persilangan. baik persilangan a]ami maupun persilangan buatan. Persilangan buatan dilakukan untuk memindahkan atau mengakumulasikan karak"terkarakter vang unggul ke dalam suatu tanaman (We]sh, 199]). Da]am persilangan ini memanfaatkan beberapa \arietas yang telab diketahui keunggulannya. Seleksi merupakan inti pekeIjaan dalam pemu1iaan tanaman. Dimana seleksi mI
adalah proses pemilihan genotipe-genotipe unggul dari suatu populasi untuk
pembentukan populasi generasi berikutnya yang lebm baik. Keberhasilan perbaikan populasi ini sangat bergantung pada keberhasilan memjlih genotipe-genotipe yang
3
baik. Para pemulia akan bekeIja dengan memperhatikan fenotipe tanaman, dan harus dapat menduga genotipe yang akan dipilih. Dalam rangka perbaikan produktivitas kedelai, pada penelitian ini kami berusaha melakukan pembentukan varietas baru yang lebih baik dengan eara menyeleksi tanaman generasi seleksi 1 (F3) hasil persilangan kedelai \arietas GH 09 dengan PTR 6. GH 09 mempunyai ukuran biji yang lebih besar (14,2 g 100 biji) dan agak tahan terhadap bekteri, PTR 6 mempunyai ukuran biji yang lebih keed ( 11-13,8 gdOO biji), tinggi meneapai 93 em dengan umur panen yang lebih lama (90-122 hari) (Balai Penelitian Tanaman Kaeang-kaeangan dan Umbi-umbian, 19991Persilangan yang dilakukan antara varietas GH 09 dengan PTR 6 ini menunjukkan adanya perbaikan karakter yang dapat dilihat dengan meningkatnya produksi dan ukuran biji pada generasi F2 (Paserang, 2002). Jika dilakukan seleksi pada generasi ini dan generasi berikutnya, maka akan memberikan hasil yang lebih baik pada generasi benkutnya terutama untuk karak-ter produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji (bobot 100 biji). Hasi] yang baik ini dapat dilihat dan nilai kemajuan seleksi yanlS, diperoleh pada generasi-generasi tersebut.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemajuan seleksi hasil persilangan varietas GH 09 dengan PTR 6 pada generasi seleksi 1 (F3) dan melihat penurunan karakter-karaktemya, terutama untuk karakter produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji.
4
TINJATAN PUSTAKA Asal dan Distribusi Tanaman Kedelai Menurut Hymowitz (1979) tanaman kedelai berasal dari daratan China Utara bagian Timur dan pada masa dinasti Chou menyebar ke China bagian Selatan, Korea, Jepang dan Asia Selatan. Di Indonesia, pusat-pusat pertumbuhan tanaman kedelai terdapat di Aceh Sumatera Utara, Lampung, Jawa, NTB, Bali dan Sulawesi Selatan (Machmud, et aL 1001 ) Kedelai (G/ycll1e lIIax (L.) Merr.) terrnasuk dalam famili Leguminosae, subfamili Papilionoideae dan genus G!.vcine. Genus Glycine berdasarkan klasifikasi Verdcourt terdiri dari tiga subgenera, yaitu (1) Glycine Wil/d, (1) Rracleala l'erde, dan (3) Su/a (Moech) FJ. Herrn. Species yang terrnasuk dalam subgenus Glycine merupakan tanaman semusim yang tumbuh di daerah Australia, kepulauan Pasifik Selatan, Philipina dan China Tenggara. Glycine wighlii yang merupakan species dari subgenus Rracleala, merupakan tanaman legum padang rumput untuk daerah tropika agak 1embab di Afrika, Australia. dan beberapa negara Amerika SeJatan. Subgenus Soia merupakan yang terpenting, karena dalam subgenus ini terrnasuk (ilnine sOJa
dan (i!.\·clne lIIax. G!.\cll1e sOla dikenal sebagai kedelai liar yang tumbuh merambat dengan daun bertangkai tiga, kecil dan sempit, berbunga ungu serta berbiji kecil keras, agak bundar dan berwama hitam atau coklat tua. Menurut HadleY dan Hymowits (19731. diperkirakan bahwa Glycine lIIax merupakan hasil domestikasi dari species liar (ilvclI1e sOla. Keduanya merupakan tanaman semusim dan kromosomnya sarna yaitu 2n=--l0 dengan simbol genom GG (Hymowitz, 1979).
5
Botani Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman perdu dengan tinggi antara
30~ 100
em, dapat
bercabang sedikn atau banyak tergantung \arietas dan lingkungan. Menurut Hidajat (1985) faktor lingkungan "ang mempengaruhi percabangan diantaranya adalah panjang hari, jarak tanam dan kesuburan tanah. Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang utarna tergantung pada reaksi genotipe tanaman terhadap panjang hari dan pada tipe pertumbuhannya. Johnson dan Bernard (1967) dan Hidajat (1985) membagi tipe perturnbuhan kedelai rnenjadi detemlinat dan indetemlinat. Sementara itu, menurut Sumamo (1982) dan Suprapto (2001), terdapat tiga tipe pertumbuhan batang kedelai, yaitu detenninat, indetemlinat dan semi detemlinat. Tipe detemlinat (papak) yakni apabila ujung batang berakhir dengan buku yang mengandung buah, sedangkan tipe indetemlinat (berelung) apabila uJung batang tumbuh memanjang seperti slicker (penghisap), dan diantara kedua tipe tersebut ialah tipe semi detemlinat. Batang kedelai berasal dari poros embrio. Bagian terpenting dari poros embrio adalah hipokotil dan bakal akar, sedangkan bagian atasnya berakhir dengan epikotil yang sangat pendek. Hipokotil merupakan bagian batang kecambah mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Surnamo, dkk. (1984) menyatakan bahwa wama hipokotil adalah hijau atau ungu, dan berhubungan dengan wama bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu akan berbunga ungu sedangkan yang berhipokotil hijau akan berbunga putih. Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon, daun primer sederhana (L"llIti'/[I)/OIe\ daun bertiga (Tnfolialate) dan profi] (Prophy/l) (Carlson,
6
1973). Daun primer sederhana berbentuk bulat telur (oval) berupa daun tunggal terletak pada buku pertama di atas kotiledon. Daun bertiga ialah daun-daun berikutnya yang terbentuk pada batang utama dan pada cabang, tetapi adakalanya terdapat daun berempat atau daun berlima. Menurut Hicks (1978), warna daun kedelai adalah hijau karena adanya klorofil yang dikandung pada jaringan mesofil daun. Deskripsi varietas kedelai yang dikeluarkan oleh Balittan Bogor, warna daun dibedakan menjadi warna hijau muda, hijau dan hijau tua. Bunga kedelai terletak pada ruas-ruas batang, dan termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat jantan dan betina. Bunganya berukuran 3 - 7 mm, berbentuk seperti kupu-kupu dengan kelopak berbentuk tabung bergerigi tidak rata, dan berwarna ungu atau putih. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak dengan 5 sepal, mahkota dengan 5 petal, 10 benang sari dan 1 putik. Putik terletak di tengah benang sari, mengandung I bakal buah dengan 1-5 bakal biji (Carlson dan Lersten, 1987) Bunga kedelai membuka pada waktu pagi hari, tetapi dapat tertunda karena cuaca dingin atau lembab. atau sama sekali tidak membuka. Bila bunga masih kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik. Pada saar kepala sari menjelang pecah, tangkai sari memanjang sehingga kepala sari menyentuh kepala putik, yang menyebabkan terjadinya penyerbukan. Penyerbukan ini terjadi pada saat bunga masih kuncup menjelang mekar. Kedelai merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri secara kleistogami, yaitu penyerbukan terjadi pada saat bunga belum mekar. Hal ini menyebabkan kemungkinan penyerbukan silang alami sangat kecil. Pemerbukan
7
silang alami dapat terjadi melalui bantuan lebah. Penyerbukan silang secara alami kurang dari 10'0 dalam baris pertanaman, dan kurang dari 0,5% antara baris pertanaman (Fehr. 1980). Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji, nilai tengah berisi 2 biji. Polong kedelai mempunyai buIll, berwarna kuning kecoklatan dan abu-abu. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah menjadi kehitaman, keputihan, atau kecoklatan. Bila polong te1ab k-uning akan mudah pecab dan bijinya melenting kelllar. Jumlab polong per pobon bervariasi tergantung
varietas, kesuburan tanah dan jarak tanam. Satu batang kedelai yang tumbuh tersendiri pada tanah yang sllbur dapat mengbasilkan 100-125 polong. Apabila ditanam rapat dalam pertanaman. prodllksi polong per pohon tidak akan melebihi 20 polong. Umur sampai dengan polong masak juga bervariasi. tergantung varietas kedelainya (Suprapto. 200 I) Menllrut Sumarno (1982) bahwa bentuk biji kedelai bervariasi tergantung varietasnya. Biji tersebut ada yang berbentuk bulat, bulat telur, atau agak pipih. tetapi umumnya berbentuk bulat telur. Besar biji yang diuk-ur dengan bobot 100 biji kering berkisar antara 6-30 g. Oi Indonesia. biji
k~delai
digolongkan dalam tiga kategori,
yaitu kecil (6-lOgJI00 biji). sedang (l1-12g!100 biji), dan besar (l3g atalllebih/IOO biji). Warna kulit biji llmumnya adalah kuning, dan ada juga yang bemarna hijall. hitam, serta beberapa corak warna coklat. Pada kulit biji terdapat pllsar atau hilum yang ben\arna coklat. hitam atall putih (Suprapto, 2001), dan menurut Johnson dan Bernard (1967) terdapatjuga \Varna hilum kuning dan abu-abll.
8
Pemuliaan Tanaman Kedelai
Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bennanfaat bagi kehidupan manusia, dengan tujuan untuk mendapatkan varietas yang lebih baik. Sebagai tanaman yang menyerbuk sendiri, langkah-Iangkah yang diambil dalam pemuliaan kedelai pada dasamya terdiri dari introduksi dan koleksi plasma nutfah, seleksi, dan hibridisasi (Poehlman, 1979)
1. Introduksi
Langkah awal dari setiap program pemuliaan tanaman adalah koleksi berbagai genotipe yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan genotipe atas dasar tujuan pemuliaan. Koleksi berbagai genotipe atau plasma nutfah itu dapat berupa plasma nutfah lokal maupun yang diintroduksikan dari luar negeri, termasuk strain-strain liar atau exotic. Tanaman introduksi adalah suatu koleksi biji atau tanaman yang telah dipindahkan dari suatu daerah produsen ke daerah lainnya. lnterpretasi yang umum dianut ialah suatu koleksi biji atau varietas atau galur dari suatu jenis tanaman yang diperkenalkan dari suatu negara ke negara lainnya (Poehlman, 1979). Tanaman introduksi dapat dikembangkan menjadi varietas barn dengan beberapa cara, yaitu : (i) menanamnya secara langsung (ii) menyeleksi koleksi tanaman introduksi berdasarkan karakter yang dipertimbangkan (iii) menjadikannya sebagai tetua persilangan.
lntroduksi juga diperlukan sebagai sumber gen-gen bagi ketahanan terhadap penyakiL lingkungan rawan (kekeringan, tanah asam clan sebagainya), dan perbaikan kualitas (Poespodarsono, 1988).
2. Seleksi
Seleksi menurut Poehlman (1979) ialah suatu proses dimana individu atau kelompok tanaman dipilih dari populasi campuran. Dengan memilih genotipegenotipe terbaik diharapkan teIjadi pergeseran nilai tengah populasi. Sebelum seleksi dimulai
perlu
diketahui
beberapa
variabilitas
genetik
yang
menpengaruhi
keberhasilan suatu seleksi dalam pemuliaan tanaman. Acla beberapa metode seleksi yang digunakan dalam pemuliaan tanaman, yaitu Pedigree, Bulk, Buck cross dan Single seed descent.
Kedelai termasuk dalam kelompok tanaman menyerbuk sendiri. Allard (1960) menyebutkan bahwa untuk tanaman menyerbuk sendiri, metode pemuliaan yang clapat diterapkan aclalah seleksi galur mumi, seleksi massa, dan metode persilangan. Pada metode persilangan dapat diterapkan metode silsilah (pedigree), metode Bulk, dan metode silang balik (Back cross) untuk menangani lebih lanjut hasil persilangan tersebut. Menurut Sumamo (1982), seleksi pedigree dapat dipakai apabila karakter yang kita seleksi mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Prosedur pedigree dimulai dari persilangan sepasang tetua homozigot yang berbecla clan diperoleh generasi Fl yang seragam. Dengan penyerbukan sendiri diperoleh generasi F2 yang bersegregasi.
10
Mulai pada generasl inilah seleksi di1akukan, kemudian dilanjutkan pada generasi berikutnya. Seleksi massa atau seleksi individu adalah menyeleksi tanaman yang sarna penampilannya (fenotipe), kemudian benihnya digabung. Seleksi massa dari tanaman menyerbuk sendiri dianggap menghasilkan individu-individu yang semuanya lebih kurang sarna genotipenya ('rue breeding). Seleksi individu sangat efektif bagi karak,er-karakter yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, yang bisa diukur atau dikenali dengan mudah (Brewbaker, 1983). Jadi, pada se1eksi massa tanaman dipilih atas dasar fenotipe, kemudian benih dipanen dan digabung menjadi satu tanpa diadakari uji turunan (uji progeny).
Sementara itu, Sumamo (1982) menyatakan
bahwa seleksi massa terhadap populasi berasal dari persilangan dapat diterapkan pada karakter-karakter yang heritabilitasnya tinggi, seperti ketahanan penyakit umur dan tipe tanaman. Seleksi massa dapat dilakukan mulai generasi F2-F5. Tanaman yang terpilih dipanen seeara bulk, untuk diseleksi 1agi pada generasi berikutnya. Dengan seleksi massa populasi diseleksi ke arab karakter tertentu, sehingga berkarakter homogen untuk karakter tersebut pada generasi F6 popu1asi telah homozigot, sehingga dapat dibentuk galur-ga1ur mumi. Metode seleksi ini tidak menjamin bahwa keunggu1an fenotipe terpilih adalah karena genetik atau karena 1ingkungan (Poehlman, 1979), tetapi se1eksi massa ini telab dilakukan oleh Sumamo dkk. (1984) untuk pembentukan \arietas kedelai unggul 'Wilis'. Seleksi galur mumi dilaksanakan untuk memperoleh tanaman homozig()t. Pada se1eksi ini, teturunan yang diperoleh dari hasil penyerbukan sendiri dari satu tanaman homozigot disebut galur mumi. Sebagai bahan seleksi adalah populasi yang
11
memang sudah mempunyai tanaman-tanaman homozigot di dalamnva. Tanaman homozigot ini diseleksi berdasarkan fenotipenya. Keberhasilan seleksi tergantung pada keragaman tanaman homozigot pada suatu populasi bahan seleksi. Semakin beragam tanaman homozigot maka semakin besar kemungkinan untuk memperoleh tanaman yang diharapkan. Hasil seleksi berupa galur mumi (Pcespodarsono, 1988). ,
., Sama halnya dengan seleksi galur mumi, metode seleksi single seed descend (SSD) adalah pembentukan galur mumi dengan cart! penurunan melalui satu biji (SSD) menekankan pada pembentukan galur-galur homozigot secepatnya dengan variasi genetik seluas mungkin, terutama pada tanaman yang menyebuk sendiri (Welsh, 1991). Kelemahan dari metode ini adalah bila sebagian biji yang ditanam mati maka jumlah genotipe atau galur menjadi diwakili oleh satu biji, maka kemungkinan akan terjadi genetic drifJ (kehilangan genotipe) (Sumamo, 1982). Seleksi SSD ini telah banyak dilakukan terhadap kede1ai, diantaranya seleksi varietas kedelai untuk bermacam-macam lingkungan di New Shout Wales Australia oleh Rose dan Desborough (1997).
3. Hibridisasi
Metode hibridisasi juga dilaksanakan pada pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri. Melalui hibridisasi, karak1er-karaher dari varietas induk digabungkan dalam keturunannya, timbul kombinasi-kombinasi baru dan terbentuklah variasi yang luas. Dari variasi yang luas ini dapat diperoleh kombinasi yang diinginkan dari kedua induknya. Jadi hibridisasi memungkinkan untuk menghasilkan varietas baru yang diharapkan dan lebih unggul dari varietas yang ada. Dengan menggunakan metode
12
yang sistematis kemudian dilakukan identifikasi dan seleksi terhadap kombinasi yang diharapkan pada setiap generasi bersegregasi. Metode seleksi yang dapat digunakan untuk menangani keturunan bersegregasi adalah metode pedigree dan bulk popula/ion (Poespodarsono, 1988). Pada kedelai, hibridisasi yang sering dilakukan adalah persilangan buatan. Persilangan ini bertujuan untuk memperoleh rekombinasi gen-gen yang berasal dari induk-induk yang disilangkan. Keturunan dari persilangan merupakan populasi yang mengandung keragaman genetik, sehingga seleksi dapat diterapkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari persilangan buatan adalah mengumpulkan karah.1er yang baik dari berbagai varietas ke dalam satu varietas, meningkatkan variabilitas genetik dengan menghasilkan rekombinasi karakter-karah.1er serta pemanfaatan varietas unggul (Sumamo, 1982). Ada beberapa alasan dilakukannya persilangan antar species, yaitu: (i)
Untuk mentransfer satu atau beberapa gen dari saw species ke species lainnya,
(il)
Memperoleh ekspresi karakter barn yang tidak ditemukan pada kedua tetuanya,
(iii)
Untuk memperoleh species a1oploid, dan
(iv)
Menentukan hubungan antar karakter satu species dengan species lainnya.
Usaha perakitan genetik kedelai PAU Bioteknologi IPB terbagi ke dalam dua program besar, yaitu pertama usaha pembentukan varietas unggul baru, dan yang kedua pemanfaatan tumbuhan liar dari genus Glycine untuk memperbaiki genetika
12
yang sistematis kemudian dilakukan identifikasi dan seleksi terhadap kombinasi yang diharapkan pada setiap generasi bersegregasi. Metode seleksi yang dapat digunakan untuk menangani keturnnan bersegregasi adalah metode pedigree dan bulk populatiol1 (Poespodarsono, 1988). Pada kedelai, hibridisasi yang senng dilakukan adalah persilangan buatan. Persilangan ini bertujuan untuk memperoleh rekombinasi gen-gen yang berasal dan induk-induk yang disilangkan. Keturunan dari persilangan mernpakan populasi yang mengandung keragaman genetik, sehingga seleksi dapat diterapkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari persilangan buatan adalah rnengumpulkan karak1:er yang baik dari berbagai varietas ke dalam satu vanetas, meningkatkan variabilitas genetik dengan menghasilkan rekombinasi karak1er-karak1er serta pemanfaatan varietas unggul (Sumamo, 1982). Ada beberapa alasan dilakukannya persilangan antar species, yaitu: (i)
Untuk mentransfer satu atau beberapa gen dari satu species ke species lainnya,
Iii)
Memperoleh ekspresi karakter barn yang tidak ditemukan pada kedua tetuanya,
(iii)
Untuk memperoleh species aloploid, dan
(iv)
Menentukan hubungan antar karak1er satu species dengan species lainnya.
Usaha perakitan genetik kedelai PAU Bioteknologi IPB terbagi ke dalam dua program besar. yaitu pertama usaha pembentukan varietas unggul barn, dan yang kedua pemanfaatan tumbuhan liar dari genus Glycine untuk memperbaiki genetika
13
kedelai terbudidaya (e;. max). Salah satu cara yang telah dilakukan adalah persilangan antar spesies dan juga antar varietas, seperti G. max dengan G. l!tomenlefla, dan mutan MIl dengan MI3 (Jusuf, el al., 1991).
4. Pengaruh Genetik dan Pengaruh Lingkungan
Keragaman fenotipe pada suatu populasi tanaman dapat berasal dari keragaman genetik antar genotipe penyusun populasi tersebut atau berasal dari pengaruh Iingkungan. Keragaman genetik akan ada apabilasuatu populasi tersusun dari banyak jenis genotipe. Setiap genotipe akan menghasilkan fenotipe tertentu, sehingga adanya keragaman genotipe akan menghasilkan keragaman fenotipe yang dapat diamati. Bila populasi tanaman tersebut mempunyai genotipe yang seragam, hanya mengandung satu genotipe, maka nilai ragam genotipenya akan sama dengan nol (Falconer dan Mackay, 1996). Menurut Welsh (1991), keragaman genotipe ini dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu karakter kualitatif dan Imantitatif, Populasi karakter kualitatif dan kuantitatif ini, tidak mungkin dijumpai dalam keadaan saling tum pang tindih. Karakter kualitatif merupakan karak1er yang mempunyai batas perbedaan yang nyata satu dengan yang lainnya, dengan perubahan secara diskontinu, seperti \Varna bunga (ungu dan putih). Karakter ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen'lokus yang
-
-
terbatas, dan bersef!fesi memrik'Uti kaedah Mendel. Sementara itu karakter kuantitatif merupakan karaher yang berubah secara kontinu,tidak terlihat batas yang nyata antara satu dengan yang lainnya, seperti uk'Ufan tinggi tanaman atau bobot hasil
clalam bij i. Karakter ini dikendalikan oleh banyak genJlokus,. dan sebarannya mengikuti sebaran gaussian (normal). Di lapangan bila menanam suatu galur tanaman yang secara genotipe sarna atau seragam tetapi masih terlihat aclanya keragaman, misalnya keragaman tinggi . tanaman atau keragaman bobot biji hasil panen. Keragaman seperti ini bukan disebabkan oleh pengaruh genetik tetapi oleh pengaruh lingkungan. Hal ini terjadi karena tidak mampu mengontrol atau membuat lahan tempat pertanaman menjadi seragam. Secara alami kesuburan setiap titik pada lahan akan berbeda dan perbedaan ini berpengaruh terhadap fenotipe tanaman (Welsh, 1991). Faktor lingkungan merupakan salah satu masalah yang perlu dihaclapi dalam program pemuliaan tanaman. Pada program pemuliaan yang berhasil, biasanya kondisi lingkungan tersebut relatifseragam atau terkendali (Welsh, 1991). Bedasarkan pengertian diatas maka nilai yang terukur pada suatu fenotipe, seperti tinggi tanaman dan bobot biji clapat diuraikan ke clalam komponen pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara fenotipe dengan komponennya clapat disajikan sebagai berikut : P = G
~
E, dimana P=fenotipe, G=genotipe, clan
E=Jingkungan (Hallauer, 1981).
5. Korelasi Autar Karakter
Hubungan antar karakter satu dengan yang lainnya mempunyai arti penting dalam pekerjaan seleksi. Untuk meramalkan karakter tertentu dapat digunakan penduga suatu karakter tertentu yang mudah diamati dan dibandingkan, serta mudah menunjukkan kemampuan genetik. Peramalan ini sering ditunjukkan untuk karak1er
15
kuantitatif yang suli! memberi gambaran kemampuan genetik. karena adanya pengaruh lingkungan. Bila ada hubungan yang erat antara karak1er yang diduga dengan karakter yang dituju pada seleksi maka pekeIjaan seleksi akan lebih efekiif. Pengaruh ini biasanya merupakan karak1er morfologi (Poespodarsono, 1988\. Korelasi antar karaher perlu diketahui karena perubahan karakter yang terjadi akibat scleksi terhadap suatu karakter dapat seeara simultan berpengaruh terhadap karakter-karakter lain yang berkoreJasi (Falconer dan Mackay, 1996). lnformasi tentang korelasi antar karaher dapat dijadikan petunjuk bagi karakter yang mungkin digunakan sebagai indikator bagi karak1er-karak1er yang dikehendaki. Korelasi antar dua karak1er dapat berupa koreJasi fenotipe dan koreJasi genotipe. Pengal11atan biasanya dilakukan pada fenotipe, sehingga korelasi yang langsung dapat dianahsis berasaJ dari ragam fenotipe kedua karakter. KoreJasi fenotipe
dapat dipisah l11enjadi
korelasi genotipe dan korelasi
lingkungan
(Poespodarsono, 19881. Paserang (2002) melaporkan, pada generasi F2 hasil persilangan varietas Slal11et dengan Nokonsawon karakter yang berkorelasi kuat terhadap produksi biji tiap tanaman adalah jUl111ah biji tiap tanarnan dan jurnlah polong. Sementara itu ukuran biji (bobot 100 biji) rnernpunyai nilai korelasi sangat rendah terhadap produksi biji tiap tanaman.
6. Heritabilitas dan Kernajnan Seleksi Heritabilitas sangat penting dalarn pernuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Efektif atan tidaknya se\eksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari sekelornpok
16
populasi tergantung pada dua hal, yaitu seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh faktor genetik yang nantinya diwariskan pada turunannya, dan seberapa jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tempat tumbuh tanaman. Heritabilitas dapat didefinisikan sebagai bagian keragaman genetik dan keragaman total (keragaman fenotipe). Allard (1960) menyebutkan heritabilitas sebagai nisbah ragam genotipe terhadap ragam fenotipe, definisi ini dikenal sebagai haritabilitas dalam arti luas. Heritabilitas Jainnya adalah heritabilitas dalam arti sempit yang memperhatikan keterlibatan gen-gen tertentu. Besamya heritabilitas suatu karak'ter kuantitatif dapat diduga melalui suatu disain persilangan dua galur murni. Nilai heritabilitas ini dapat dihitung dengan rumus:
niJai ini dapat berkisar antara 0-1. Bila h'=O berarti tidak ada keragaman genetik atau crg'=O. dan bila h'= I keragaman genetik sangat besar. Seleksi akan dilakukan bila he masih bemilai besar Dimana h'=heritabilitas. ,
crg-=ragam genotlpe, crP'=ragam fenotipe. crE-=ragam lingkungan (Allard, 1960 : Hallauer, 1981). Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas, vaitu metode pendugaan berdasarkan komponen ragam, metode pendugaan berdasarkan respon seleksi, dan metode tetua - zuriat (Falconer dan Mackay, 1996).
17
Metode yang dipakai dalam
peneEti~n
ini adalah metode pendugaan berdasarkan
komponen ragam, dan heritabilitas yang dihitung dalam arti luas dengan menggunakan rumus : h: = :crg:(oi-crE\: x 100%. Menurut Poespodarsono (1988) metode pendugaan berdasarkan komponen ragam dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan genotipe keturunan hasil persilangan antara dua tetua tanaman menyerbuk sendiri. Misalnya pada metode pedigree. metode ini dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan di antara famiE yang dianggap homozigot. Heritabilitas digunakan sebagai tongkat pengukur dalam seleksi yang berdasarkan fenotipe. karena heritabilitas adalah salah satu parameter yang digunakan dalam menduga bagaimana kemajuan genetik atau kemajuan seleksi yang dapat dicapai dalam suatu bentuk rencana seleksi, dapat pula dipakai sebagai suatu petunjuk dalam menentukan metode dan arah seleksi (Falconer dan Mackay, 1996). Basil yang dilaporkan Paserang (2002) pada generasi F2 hasil persilangan Slamet dengan Nokonsawon ini diperoleh nilai heritahilitas yang cukup tinggi untuk semua karakter yang diamati. Nilai heritabilitas karakier produksi biji liap tanaman pada generasi F2 ini adalah 0,95, sedangkan karakter ukuran biji (bobot 100 biji) adalah 0.89. Besamya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi dalam suatu program pemuliaan. Kemajuan seleksi ini sangat bergantung pada keragaman genetik. Sebagai konsekuensi dari proses seleksi, ragam genetik akan
18
menurun dengan bertambahnya generasi seleksi. Kemajuan seleksi pun akan menurun. karena nilainya tergantung pada ragam genetik. Kemajuan akan mencapai puncak ketika ragam genetik sudah menjadi nol, jadi pada saat itu sudah diperoleh tanaman dengan potensi genetik tertinggi, dan sudah stabil. Tanaman ini siap untuk dilepaskan menjadi van etas bam. Kcmajuan genetik merupakan kemajuan yang diperoleh melalui seleksi. Dengan selcksi ini diharapkan adanya perubahan frekuensi gen yang dlkehendaki dan tidak menciptakan gen-gen barn. Perubahan susunan genotipe dapat dilihat dari pergeseran nilai tengah populasi, vaitu dari populasi dasar ke arah populasi tanaman terseleksi. Nilai kemajuan seleksi dapat dihitung dengan rumus : R
=
).12 - .ld atau R = i uP h=
Dimana R = Kemajuan seleksi atau kemajuan genetik p = Nilai tengah i c= lntensitas seleksi uP
=
Standar deviasi ragam
h=
co
Heritabilitas (Allard, 1960: Falconer dan Mackay, 1996;
Paserang (2002) juga melaporkan nilai duga kemajuan seleksi untuk generasi seleksi I (1'3) hasil seleksi 15% terbaik dari tanaman generasi f2 adalah 84%, untuk karakter produksi biji tiap tanaman dan 19% untuk karaJ.-:ter ukuran biji (bobot ]00 biji). Nilai duga ini akan dibuktikan pada generasi seleksi ] (F3).
19
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman yang memiliki resiko tinggi, karena dalam pertumbuhannya membutuhkan persyaratan-persyaratan yang khusus baik untuk kondisi tempat pertumbuhan maupun gangguan hama dan penyakit. Pada hakekatnya kedelai tumbuh baik pada \\ilayah-\yilayah yang tanahnya gembur dan subur serta memerlukan penyinaran matahari yang pendek dengan suhu optimal 30°C dan ketinggian 0-1500 m dpl. serta curah hujan antara 100-400 mm per bulan (Bastari, 1991). Tingkat keasaman tanah (pH) 5,8-7,0 merupakan keadaan optimal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri rhizobium pada bintil akar (Suprapto. 200 1). Selanjutnya Bastari (1991) menyatakan dengan adanya karal,,1er-karak1er tertentu terhadap kondisi tempat tumbuh kedelai, dan kepekaan terhadap jasad penggangu serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung dalam pertumbuhan, maka
dalam
pengembangan
produksi
kedelai
dijumpai
permasalahan yang
dikelompokkan dalam tujuh aspek, yaitu aspek iklim, aspek \\ilayah alau lahan, aspek teknis atau budaya. aspek pasca panen, aspek sosial ekonomi, aspek agrobisnis, dan aspek operasiof'al.
llama dan Penyakit Tanaman Kedelai Dengan penyebaran pertanaman kedelai secara luas di dunia. persoalan hama dan penyakit selalu bertambah banyak baik dalam jumlah maupun jenisnya. Hama dan penyakit ini merusak tanaman, menurunkan produksi dan nilai ekonomis. bahkan sampai menggagalkan panen. Penyakit penting yang banyak dijumpai pada kedelai di Indonesia adalah penyakit karat (cendawan Phakopspora pachyrhd). penyakit
20
bercak daun (bakteri Xull/homol1us phaseo/i), penyakit busuk batang (cendawan Phylium sp.), dan penyakit mozaik (virus). Sedangkan hamanya adalah kumbang
daun kedelai (PhuedolllU ll1c!lIsu), lalat bibit (Agromi.:a phaseo/i), kepik polong (Rlplorllls Ill1eansj, kepik hijau (Ne::ara vlridllla), penggerek polong kedelai (Eliel/a ::lIlckellela). dan ulat prodenia (Prodellla /ilura) (Suprapto, 200]).
Selanjutnya Suprapto (2001) memberikan pertimbangan usaha pencegahan dan pemberantasan harna dan penyakit, yaitu pernakaian bahan kimia sebagai "seed treatment", waktu tanam yang serentak, penggunaan benih yang sehat pemusnahan tanaman yang terinfeksi. penggunaan bahan kirnia insek-tisida yang bergantian jenisnya untuk mengurangi resistensi hama dan penyakit terhadap satu macam ohat, dan cara. dosis serta waktu menyernprot yang tepat
21
BAHAN DAN METODA Bahan dan Alat
Bahan tanarnan yang digunakan adalah Kedelai varietas GH 09, PTR 6 dan biji kedelai F2 hasil persilangan GH 09 dengan PTR 6 yang diperoleh dari penelitian Paserang (2002). Bahan kirnia yang digunakan antara lain adalah pestisida (Thiodan), Urea, TSP dan KCL. Alat-alat yang digunakan antara lain rneteran atau alat pengukur, label, amplop, tirnbangan, alat-alat tulis, alat sernprot dan alat-alat penanarnan, penyiangan serta pernanenan.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun IPB Pagentongan, Sindang Barang, Bogor dan Rumah Kaca PAU Bioteknologi lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian ini melalui beberapa tahap, \aitu seleksi populasi, penanaman hasil seleksi, pengamatan dan pernanenan serra pengolahan data.
1. Seleksi Populasi
Metode seleksi yang dipakai pada penelitian persilangan kedelai \arietas GH 09 dengan PTR 6 ini adalah rnetode seleksi rnassa (Allard, 1960 : Sumamo, 1982) yang juga dikenal dengan seleksi individu. Seleksi individu tanaman ini mulai dilakukan pada generasi F2 karena pada generasi ini segregasl maksimurn, dan
!!
dilanjutkan pada generasi F3 dan F4 (Falconer dan Mackay, 1996). Seleksi massa juga telah dilakukan Sumamo dkk. (1984) dalarn pembentukan vareitas kede1ai unggul 'Wi lis' . Pada seleksi massa, tanaman dipi1ih berdasarkan fenotipe yang dipertimbangkan (Poehlman, 1979). Seleksi dilakukan ber'dasarkan karak1er produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji. Seleksi populasi dilakukan terhadap populasi F2 (15%) untuk mendapatkan populasi seleksi 1 (F3). Seleksi ini dilakukan oleh peneliti sebelumnya IPaserang, 2002).
2. Penanaman Hasil Seleksi Penanaman hasil seJeksi dari populasi F2 adalah
50~;'
bijinya untuk populasi
seleksi (G) untuk campuran dan 40% disimpan untuk ditanam bersama populasi seleksi berikutnya. Populasi campuran adalah earnpuran 10% biji dari tiap tanaman. Disamping biji tanaman seleksi dan campuran juga ditanam biji kedua tetua. Pola tanam dan bij i tersebut dengan jarak 20 em x 40 em. Perawatan tanaman dilakukan penyiraman setiap han. pel11upukan dengan Urea, TSP, dan KCL sedangkan pengendalian hal11a dilakukan dengan pel11benan furadan, penyel11protan pestisida (thiodan) dan penviangan.
3. Pemanenan Pel11anenan dilakukan setelah polong l11atang dengan ein polong berwama kuning atau coklat. Setiap batang tanaman hasil panen disimpan di dalam kantong
kertas, dengan tujuan tidak tercampur disaat pengamatan. Hasil panen tersebut illkeringkan di rumah kaca, sehingga biji mudah terlepas dari polong.
4.Pengamlltan Pengamatan dilakukan terhadap karakter-karll.kteryartg berhubungan dertgan produksi, yaitu : - Umur panen yang ditandai dengan warna polong kuning atau coklat dan daoo bewarna kuning atau gugur. - Tinggi tanaman adalah mulai dari batang ill permukaan tanah sampai ujung batang utama yang diukur setelah panen. - Jumlah polong adalah semua polong yang terdapat pada setiap tanaman. - Jumlah polong hampa pada setiap tanaman. - Jumlah biji bemas pada setiap tanaman. - Jumlah biji kisut pada setiap Ianaman. - Ukuran biji (bobot 100 bijil yang diukur pada setiap tanaman. - Produksi biji tiap tanaman, yaitu berat total semua biji pada setiap tanaman. Pengamatan dimulai pada saat tanaman akan berbooga sarnpai panen dan didapatkan hasil panen.
5. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai program SPS$ (Statistical Product Sef\ice Solution). Hasil yang ingin dicapai dati pengolahan data ini adalah kemajuan scleksi. nilai kemajuan seleksi ini ditentukan oleh nilai ragarn,
24
nilai tengah dan nilai heritabilitas (Allard, 1960 ; Hallauer, 1981 : Falconer dan Mackay, 1996). Nilai-nilai diatas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : a. Nilai tengah f-1 = LXI N
dihitung dari populasi seleksi 1 dan 2 serta tetua 1 dan 2
b. Ragam fenotipc u' f'
X Diamana u:p = ragam fenotipe. XI
=
nilai ke i.
.u
=
nilai tengah.
.v = jumlah contoh. c. Ragam Iingkungan dihitung dari fanotipe tetua 1 dan tetua 2, dengan asumsi bahwa tetua 1 dan tetua 2 merupakan populasi yang seragam maka ragam genetik dianggap nol dan ragam fenotipe dianggap merupakan akibat pengaruh keragaman
lingkungan.
die =
dFI ~ 112dr'
111
11] - 112
Dimana
G pI
=
ragaIn fenotipe tetua I
dr2 = ragaIn fenotipe tetua 2 111 =
j uInlah tetua I
/12
jumlah tetua 2.
=
d. RagaIn genetik dihitung dari ragaIn fenotipe dan ragam Iingk:ungan ,
,
(fP=CfeJ-uE
e. HeritabiIitas H =cir;
ell
26
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Beberapa Populasi Padli Generasi F3 Nilai tengah dan ragam setiap karak'ter yang dianiati dari populasi F3, tetua GH 09 dan PTR 6 dapat dilihat pada Tabel l. Tetua PTR 6 memiliki nilai tengah lebih besar dibandingkan GH 09, kecuali untuk karakter tingl,
27
Tabel I. Nilai sebaran beberapa karak1er dari tetua dan tanaman F3. Gil 119
Karaklcr
.u Vmor Palk.'TI
Ting.gi
mill.
maks.
.u
dp
mID.
maks.
.u
dp
mill.
maks.
95.99
13.26
93
102
%94
13.75
90
102
97.76
1715
79
102
-l.9.7R
9550
::.5
73
·[;79
5-t-.86
27
86
49.93
161.37
17
103
13.57
93.96
g
51
36.1)5
300.27
5
98
38.62
41)1,5
.'
IH
1,79
19.'1
"
16
356
10,15
0
31
-1-3:;:
::36:
"
·1"
3(137
19115
"
7')
51,::8
659.13
10
139
54.0J
10..j-4,'.I7
-PC.
1355
"
15
813
171-98
0
ItO
12.56
115X3
n
78
]:.92-
1.17
il
(~
Cd
3.87
n
0.95
11.5
11.%
-t, ~7
·u~
25
3.89
3.6
t\ -:
10
5.31
7.83
l.l
17
6.86
147]
uS
27.5
tanama:n
Jumhh r~)l()ng
dp
Tanaman f3
PTR6
Jumlall [Xlhmg. Iumpa Jumlah biji bernas
Jllmlah blJi kisul
Bolx){ 100
biji Prod$i biji tiap tanaman
230
Ragam fenotipe terlihat sangat bervariasi untuk semua karak1er yang diamati, baik pada populasi tetua maupun tanaman F3. Populasi tanaman F3 mempunyai nilai ragam fenotipe 1ebih besar dibandingkan nilai ragam pada populasi kedua tetua. Umur panen minimum pada tanaman F3 berada diantara kedua tetua, sedangkan umur panen maksimum mengikuti tetua PTR 6. Tinggi tanaman F3 sangat bervariasi dibanding kedua tetuanya. Tinggi minimum lebih rendah dari tetua dan tinggi maksimum lebih tingf,>i dari tetua, demikian juga dengan karakter jumlah polong bernas, polong hampa, jumlah biji bernas dan biji kisut. Kara1.1:er hobot 100 biji pada populasi F3 yang berkisar antara 4.8-25 gllOO biji, lebih tinggi dari kedua tetua. Karakter produksi biji tiap tanaman berkisar antara 0.5-27.5 g, juga lebih besar dari
28
kedua tetuanya. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi yang dilakukan pada generasi F2 berhasil dengan baik.
Distribusi Frekuensi Tanaman Pada Populasi F3 Distribusi frek..u ensi tanaman F3 yang akan dibahas hanya karak-ter yang digunkan untuk seleksi, yaitu uiarran biji (bobot 100 bij.i) dan produksi biji tiap tanaman. Dimana jumlah individu pada populasi F3 adalah sebanyak 1288 tanaman, tanaman ini berasal dari 25 tanaman Fl.
4oo..-------------------,
300
200
100 Std. Dev ~'Ean
=12.0
........._ _-~_...JN=1288.00
0J,.,.J1Ii11l111l1. 5.0
=2.07
9.0 7.0
13.0 11,0
17.0 15.0
21.0 19.0
25.0 23.0
ukuran biji Gambar I. Distribusi tanaman populasi F3 untuk karakter ukuran biji.
Distribusi tanaman untuk karakter ukuran biji pada populasi F3 mengikuti sebaran normal (Gambar 1). J umlah tanaman yang memiliki ukuran keeil dari rata-
rata hampir sarna dengan jumlah tanaman yang memiliki ukuran biji di alas rata-rata. Sebagian besar tanaman pada populasi F3 memiliki ukuran biji berkisar antara 10 15 g/ 100 biji. Jika dicoba membahasnya kearah segregasi gen, maka dapat dikatakan segregasi gen untuk karakter ul<Jran biji pada populasi F3 adalah penuh. 20.,.-----------------'----,
10
Std. Dev = 1.51
tlean =2.92
o
N= 100.00
.50
1.50 1.00
2.50 2.00
3.50 3.00
4.50 4.00
5.50 5.00
6.50 6.00
ukuran biji Gambar 2. Distribusi tanaman populasi GH 09 unluk karakter ukuran biji.
Pada populasi tetua GH 09 yang berjumlah 100 tanaman, distribusi tanamannya tidak lersebar normal seperti pada populasi F3 (Gambar 2).
Jumlah
tanaman dengan ukuran biji di bawah rata-rata tidak sarna dengan jumlah tanaman dengan ukuran biji di atas rata-rata. Sebagian besar tanaman memiliki ulman biji berkisar antara 2.5 - 3.5 g 100 biji.
30
o
40..--------------------,
30
Std. Dev = 2.17
Moan
o
=3.87
N= 100.00 7
"aV vaV 6'aV 6'n_ >a '?aV aV '
.9n..
-v
'0.q,
77
·00
ukuran biji Gambar 3. Distribusi tanaman populasi PTR 6 untuk karakter ukuran biji.
Hampir sama halnya dengan populasi tetua GH 09, tetua PTR 6 yang populasinya berjumlah 100 tanaman tersebar tidak nonnal (Gambar 3). Jumlah tanaman yang memiliki ukuran biji 2.5 gllOO biji lebih besar dari yang Jainnya, tidak jauh dari nilai tengah (3.87 gllOO biji). Jika dibandingkan distribusi !anaman antara popuJasi F3 dengan kedua tetuanya, terJihat sangat jauh pergeseran uk-uran biji popuJasi F3 dari kedua tetuanya. Pergeseran ini menunjukan kemajuan ukuran biji, ukuran biji PopuJasi F3 jauh lebih besar dari kedua tetuanya.
31
140
120
100
80
60 40
Std. Dev = 3.E4
20
Mean =6.9
1II!IIiI1IfIlIIi.....,..,--.-....,.J N= 1288.00
o
produksi biji tiap tanaman Gambar 4. Distribusi tanaman populasi F3 untuk karakter produksi biji tiap tanaman.
Distribusi tanaman untuk karal.:ter produksi biji liap tanaman pada populasi F3 tersebar secara normal (Gambar 4). Jumlah tanaman sebagian besar memiliki produksi biji liap tanaman berkisar antara 2 -9 g. Terlihat ada pencilan produksi biji tiap tanaman yaitu produksi biji yang terbesar.
Jika dilakukan seleksi 5% terbaik terhadap populasi F3 ini. maka tanaman yang terseleksi adalah tanaman yang memiliki produksi biji tiap tanaman besar dari 11 g. Tanaman ini berada jauh dari nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada populasi F3.
14
.,..----------------------,
12 10
8
6
4
Std. Dev = 1.90
2
!'lean =3.89
o
N=100.00
.50 1.50 2.50 3.50 4.50 5.50 6.50 7.50 8.50 9.50 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
produksi biji tiap tanaman
Gambar 5. Distribusi tanaman populasi GH 09 untuk karakter produksi biji tiap tanaman.
Distribusi tanaman untuk karakter produksi biji tiap tanaman pada populasi tetua GH 09 dan PTR 6 juga sarna dengan poplasi F3 (Gambar 5 dan 6). yaitu tersebar secara normal dan masih terlihat ada pencilan ke arah produksi biji tiap tanaman yang lebih tingg-i. Jika dibandingkan distribusi tanaman antara populasi F3 dengan kedua tetuanya. terlihat sangat jauh pergeseran produksi biji tiap tanaman pada populasi F3 dari kedua tetuanya. Pergeseran ini juga menunjukan kemajuan produksi biji tiap tanaman. produksi biji tiap tanaman populasi F3 jauh lebih besar dari kedua tetuanya.
o
33
30.,..,------------------..,
I
20
10
IS'.d. Dev = 2.80 I Mean = 5.3
o
N= 100.00 1.0
3.0 2.0
5.0 4.0
7.0 6.0
9.0 8.0
11.0 13.0 15.0 17.0 10.0 12.0 14.0 16.0
produksi biji tiap tanaman Gambar 6. Distribusi tanaman populasi PTR 6 untuk karakter produksi biji tiap tanaman.
Korelasi Karakter-Karakter Pada Populasi F3
Korelasi antara karak1er yang diarnati dapat dilihat pada Tabel 2. Karak1er produksi biji tiap tanaman rnenunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan jurnlah polong dan jumlah biji bernas. dan berkore]asi ]ernah terhadap tinggi tanaman. jumlah polong hampa, jurnlah biji bsut dan bobot ]00 biji. Terhadap urnur panen, produksi biji tiap tanaman memiliki nilai korelasi negatif yang lernah. Selain itu Juga ditemukan korelasi yang kuat antarajurnlah polong denganjurnlah biji bernas.
34
Tabell. Nilai korelasi beberapa karakter pada populasi F3. : No. - - -
Karalner
2
1
3
1
4
! 5
6
7
8
'Lmur Panen
1.000 i
::
Tinggi tanaman
0.950 ' 1.000
!
3
~umlah
polong
-0.255 i 0.353
11.0001
4
~umlah
polong hampa
5
~umlah
biji bernas
0.058 0.1851047711.0001 . , i I . -0.396' 0.233 0.847,0.140,1.000,
6
Jumlah biji kjsut
0.176' 0.336 10.5291048210 14911000
7
Bobot 100 biji
0155
S
Produksi biji tiap Ianaman
-0.291 0.305,090610.25210927103810108 1.000
0.141
i0052!0.134~014810278 1000 , i i !
Hasil yang hampir samajuga ditemukan oleh Musa (1978) dan Pongoh (1987) dalam penelitiannya, vaitu antara jumlah polong, jumlah biji dan bobot biji berkorelasi positif, tetapi berkorelasi negatif dengan bobot 100 biji. Yang dan Wang (1000) juga melaporkan bahwa pada persilangan kedelai liar dengan kedelai budidaya terdapat koreJasi dengan arah yang berlawanan atau negatif antara bobot 100 biji dengan jumlah biji dan jumJah polong tiap tanaman. Dengan adanya nilai korelasi yang kuat antara jumlah polong dan jumlah biji bemas terhadap produksi biji tiap tanaman, serta antarajumlah polong denganjumlah biji bemas dapat memberikan petunjuk bahwa dalarn upaya perbaikan karak1er, semua karakter yang berkoreJasi kuat perlu dilanjutkan dalarn pengamatan seleksi selanjutnya dan dapat dijadikan karak1er seleksi. Nilai korelasi yang kuat dan berkarakter positif mengindikasikan bahwa hubungan antara karak.1er-karak1er tersebut dapat saling menunjang dalarn perbaikan karak1er.
Heritabilitas dan Kemajuan Seleksi Pada GenerasiF3 Tabel 3. Ragam genotipe. fenotipe dan lingkungan serta heritabilitas pada populasi n. Ragam
Karakter
genotipe
! Ragam fenotipe
! Ragam
.
. Jingkungan
i
1
! Heritabilitas
Umur Panen
3.74
17.25
13.51
0.22
Tinggi tanaman
87.19
162.37
75.18
0.45
Jumlah polong
205.38
402.50
197.12
0.51
3.88
23.62
19.74
0.16
Jumlah biji bernas
568.43
1044.07
475.64
054
Jumlah biji kisut
30.56
125.83
95.27
024
Bobot 100 biji
078
4.27
JA9
0.16
Produksi biji liap tanaman
8.99
1471
5.72
0.61
Jumlah polong harnpa
Nilai ragam genotipe, ragam fenotipe, ragam Iingklmgan dan heritabilitas dapat dilihat pada Tabel 3. Ragam genotipe dan fenotipe yang tinggi ditemukan pada karakter jumlah biji bernas, jumlah polong, tinggi tanaman dan jumlah biji kisut, sedangkan nilai heritabilitas yang tinggi ditemukan pada karakter produksi biji tiap tanaman, jumlah biji bernas dan jumlah polong. Hal ini menunjukkan bahwa brakter-karakter ini memiliki variabilitas genetik yang luas, sehingga seleksi yang dilakukan terhadap genotipe kedelai dengan memakai karakier-karakler tersebut akan efektif Selain itu seleksi terhadap karak.er tersebut akan lebih efisien apabila mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi, terutama untuk menunjukkan apakah program pemuliaan untuk perbaikan karakter tersebut akan memperoleh kemajuan genetik besar atau kecil. Pinaria dkk. (1995) melaporkan bahwa variabilitas genetik yang mempunyai kisaran luas diantaranya adalah indeks panen, leaf weighl ratio (LWR), seed weight
36
partlliol1ll1g index (SWPI), jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan
bobot kering totaL Selain itu Lamadji (1982) juga melaporkan nilai heritabilitas pada F3 hasil persilangan kedelai Pagak I-I x Nganjuk II, Nganjuk II xEpyek II dan Papak
x Pagak I-I adalah rendah, yaitu karak"ter ringgi tanaman (0,036, 0,278, 0,178), jumlah polong berisi (0,144,0,146,0,322) dan produksi biji (0,067, 0,202, 0,55), Welsh (1981) menyatakan bahwa nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari nol sampai 1 (satu), Nilai nol adalah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh fak"tor lingkungan, sedangkan nilai satu adalah bila seluruh variasi disebabkan oleh fabor genetik. Berarti pada keriga karak-ter produksi biji tiap tanaman, jumlah biji bemas dan j umlah polong diatas yang lebih berpengaruh pada fenotipenya adalah faktor genotipe, sedangkan untuk karaber yang lain lebih berpengaruh fak-tor lingkungan. Welsh (1991) menyatakan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi ini lebih mudah dipakai untuk seleksi. Stanslleld (1969) membedakan heritabilitas dalam riga klasillkasi. yaitu heritabilitas tinggi (> 0.5), sedang (0,2-0,5) dan rendah « 0,2). Tinggima nilai heritabilitas disebabkan oleh tingkat segregasi yang maksimum pada populasi tersebut (Allard, 1960) Nilai heritabilitas tinggi yang dimiliki oleh jumlah polong, jumlah biji bemas dan produksi biji riap tanaman pada populasi F3 ini akan menghasilkan suatu kemajuan genetik pada generasi beribltnya. Kojima dan Kelleher (1963) mengemukan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi untuk suatu karakter menunjukkan perbaikan karak-ter tersebut melalui seleksi massa akan lebih ellsien. Seleksi massa atau individu ini sangat jarang bisa berhasil
37
dengan sukses bila yang ditangani adalah karakter-karakter dengan heritabilitas atau variasi fenotipe yang rendah (Brewbaker, 1983). Nilai heritabilitas ini akan lebih bennakna jika dikaitkan dengan kemajuan seleksi yang bisa tercapai bila dipadukan dengan nilai tengah hasil dari karakter yang diamati. Kemajuan seleksi disini merupakan kemajuan dari nilai tengah campuran terhadap nilai tengah populasi seleksi (Tabel 4), sehingga akan diperoleh persentase kemajuan seleksi (Tabel 5). Tabel 4. Perbandingan nilai tengah produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji kedelai GH 09, PTR 6, tanaman campuran, tanaman F3 dan 5% tanaman F3 terseleksi. Produksi biji tiap
Llmran biji
tanaman (gitanaman)
(gilOO biji)
3.89", 190
2.92= 1.51
5.31::.: 2.80
3.87=2.17
5.45::: 3.10
8.21 = 2.90
Tanaman F3
686 = 3.84
1196=207
Tanaman F3 terseleksi (:'° 0 )
16.54 = 2.56
1236= 1.47
Varietas
i Slamet Nokonsawon , T anaman campuran
Pada Tabel 4 disajikan nilai tengah karak"ter produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji dari tetua dan populasi campuran sebagai kontrol untuk populasi F3, dan nilai tengah populasi 5 % terseleksi dari populasi F3. Produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji pada populasi F3 lebih tinggi dari kedua tetua dan campuran. Populasi campuran juga memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari kedua tetua. Sedangkan populasi 5%. terseleksi memiliki nilai tengah yanglebih tinggi dibanding semua populasi yang ada. Dengan demikian, tanaman yang terseleksi ini berpeluang besar memberi konstribusi perbaikan karakter pada generasi berikutnya.
38
Tabel 5. Nilai tengah populasi F3, kemajuan seleksi dan nilai dmm kemajuan seleksi untuk generasi F4. Karakter se1eksi
Nilai tengah
. Bobot 100 biji (g) Produksi biji tiap tanarnan (g)
~-~
Kemajuan seleksi
1196
45.68
6.86
25.87
I 'Dugaan I Kernajuan I I seleksi i I I
0,52
I
I
3.3
Dugaan 0'-0 Kernajuan seleksi 4.35 4810
Persentase kemaj uan seleksi yang diperoleh pada generasi F3 yang merupakan hasil seleksi dari generasi F2 dari persilangan GH 09 dengan PTR 6 ini adalah 25.87% untuk produksi biji tiap tanaman dan 45.68% untuk ukuran biji. Hal ini dapat dibul1ikan bahwa seleksi yang dilakukan berhasil dengan baik. Dari nilai tengah dan heritabilitas yang diperoleh pada generasi seleksi 1 dapat diduga nilai kemajuan seleksi dan persentase kemajuan seleksi untuk generasi seleksi berikutnya (Tabel 5). Nilai kemajuan seleksi ini menggambarkan besar kemajuan perbaikan karak1er tersebut yang dapat dicapai bila dilakukan seleksi. Persentase duga kemajuan seleksi bobot 100 biji (4.35%) untuk generasi F4 menurun dan meningkat untuk karakter produksi biji tiap tanaman (48.1%). lni juga menandakan bahwa seleksi yang dilakukan cukup berhasil. Seleksi yang dilakukan terhadap generasi F3 adalah 5% terbaik berdasarkan karak1er produksi biji tiap tanaman dan ukuran bijl (hobot 100 biji). Seleksi ini menghasilkan 65 tanaman terseleksi dari 1288 tanaman F3. Dugaan kemajuan seleksi yang dihitung ini akan bisa dibuktikan jika 65 tanaman yang terseleksi ditanam sebagai generasi seleksi :2 (F4).
39
Menurut Falconer dan Mackay (1996), karakter yangmemiliki kemajuan genetik tinggi yang diikuti oleh heritabilitas dalam arti luas yang tinggi, berpotensi dapat diperbaiki dengan seleksi pada generasi awal. Tingginya nilai kemajuan genetik dan heritabilitas menunjukkan adanya keragaman gel1etik yang besar dalam populasi dan
dominannya
pengaruh
faktor
dibandingkan dengan faktor lingkungan.
genetik
dalampengekspresian
fenotipe
40
KESIMPu"LAN Hasil penelitian evaluasi generasi F3 hasil persilangan kedelai varietas GH 09 dengan PTR 6 dapat disimpulkan bahwa : I. Nilai tengah dan ragam semua karak1:et yang diamatipada populasi F3 lebih tinggi dibanding populasi kedua tetua. 2. Karal..1:er yang berkorelasi kuat dengan produksi biji tiap tartaman adalah jumlah polong dan jumlah biji bernas. 3. Nilai heritabilitas yang tinggi pada populasi F3 adalah karal..1:er jumlah polong, jumlah biji bernas dan produksi biji tiap tanaman. 4. Seleksi yang dilakukan pada generasi F2 menunjukkan kemajuan genetik atau kemajuan seleksi pada generasi F3 dengan meningkatnya produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji.
41
DAFTAR PUSTAKA Agroindonesia. 2001. Produksi Tanaman Kedelai http://www.agroindonesia.com!newslind!2001/mei/03-05-01.htm.
Indonesia.
Akmai. 1999. Pengaruh Perbedaan ketinggian TeJUpafdanPanjang Hari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Kedelai. Tesis Program PascasaQana. fPB. Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. Willey, New York. Anand, S.C, J.H.Torrie. 1963. Heritability of yield and onther traits and interrelationships among traits in the F3 and F4 generation of three soybean crosses. Crop Sci. 3 : 508-510. Balai penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 1999. Deskripsi Kedelai Malang. BPS. 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. BPS. Jakarta. Bastari, T 1991. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengembangan Produksi Menuju Swasembada Kedelai. Prosiding Seminar dan Workshop Penelitian Serta Usaha Pengembangan Produksi Kedelai. Bogor, 22-23 Januari 1991 Brewbaker, J.L. 1983. Genetika Pertanian. Terjemahan Iman Santoso. Seri Lembaga Genetika Modem. Gede jaya. Carlson, lB. 1973. Morphology. In B. E. Caldwell ed. Soybean: Improvement, Production and Used. USA. Carlson, IB, N.R. Lersten, 1987. Vegetative Morphology, p 49 ~ 91, 111: J.R. Wilcox (ed.). Soybeans: Improvement, Production, and UseS. ASA Inc. Pub. Madison. Falconer, D.S and Mackay, TF.C. 1996. Introduction to Quantitative Genetics Fourth Edition. Longman Group Ltd. England. Fehr, W.R. 1980. Breeding Methods for CuItivar Development, p249 293. Ill: Soybeans: Improvement, Production, and Uses. ASA Inc. Pub. Madison. Hadley, Hymo\\itz, T 1973. Speciation and Cytogenetik. P 97 - 116. 111: Cadwell (ed.). Soybeans. Pub. Madison.
42
Hallauer, A.R. 1981. Selection and Breeding Methods. In. Kenneth S.F. Plant Breeding II. The Iowa State University Press, Ames, Hicks, D.R. 1978. Gro\\1h and Development. In: A.G. Norman (ed). Soybean Physology, Agronomy, and Utilization. Academic Press. New York. Hidajat, 0.0. 1985. Morfologi tanaman kede]ai. Da]am Somaatmadja;S., M. Ismunadji., Sumarno, Mahyudi11, S., S.O. Manurung, Yuswadi. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hymowitz. T, 1979. Soybeans. In : Evolution of Crop Plants. N.W. Simmonds (ed). Longman ]nc., New York. Johnson, H. W, R.L. Bernard. 1967. Soybean genetiks and breeding. In Norman., A.G. The Soybean:Genetiks, Breeding, Physiology, Nutrition, Management. Academic Press. London. Jusuf, M, E. Guhardja, E.DJ. Supena, U. Widyastuti. ]991. Studi Sumberdaya dan Perbaikan Genetik Dalam Rangka Peningka.tan Produksi Kedelai. Prosiding Seminar dan WorkshopPenelitian Serta Usaha Pengembangan Produksi Kedelai. Bogor, 22-23 Januari ]99] Kojima, Ken-lchi, T.KelIeher. 1963. Selection studies of quantitative traits with laboratory animals. P.395-422. In. Statistical Genetic and Plant breeding. W.D.Hanson and H.F.Robinson. (eds.). NAS. Washington. Kompas. 2002. Produksi Padi dan Jagung Tabun 2002 Merungkat, Kedelai Turon. http;!\v\\w.kompas.com/kompas.cetakJ0302/18/ekonomi!]35] ]O.htm. Lamadji,S. 1982. Pendugaan heritahilitas generasi F3 dan F4 dalam peningkatan kuantitas dan kualitas hasil kede]ai (Glycine max (1.) Merr.). derigan pemuliaan tanaman. Laporan Penelitian Tabunke II. Universitas Je111ber. Jember. Machmud, M, Jumanto, Sudjadi. 2001. Current Progress of Research on Soybean Diseases in Indonesia. Proceedings of Workshop on Soybean Biotechnology for Aluminium Tolerance on Acid Soil and Desease Resistance. Bogor, ]4-15 Sepetember ]999. Martin, S.K.St, X. Futi. 2000. Genetic Gain in Early Stages of a Soybean Breeding Program. Crop Sci. 40:1559-1564. Montgomery, D.C. 2001. Design and Analysis of Experiments. Fisth Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Yang, Q. and J. Wang. 2000. Agronomic Traits Correlative Analysis Between Interspecific and IntTaspesific Soybean Crosses. Soybean Genetics Newsletter 27 [Online Journal] URL http://www.soVll:enetics.org:!articlesis!!T12000003.htm (posted 10 April 2000).
KEPUTUSAN REKTOR UTN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOMOR
: 077 TAHUN 2003 TENTANG
PENETAPAN jUDUL - jDDUL PENEUTfAN ElAYA DIP UE-J SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN ANGGAR/\N 20m REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2..
bZlIYWR ul1tuk n1er~alisasikap kegiatan penelitinll y,mg dibi:lyai dengan
chna pre,'ckj pcmbanguan aIP UIN Syarif Hidayatullah jakarta tahun
anggarzl1l. 20G3, ctipandnng perln nienetapkan judul-judul penclitinn se:--uai . . :,2:1gar: suraL Kepala Lenl~lag~\ Penelitian NOlrlO! : EPT/TL.U4! 19jVI/2.003 tJnggal 14 Juni ~003; sl2ba~:airnana Lercanlunl pad:1 lanlpiran keputusan ini dipandang memenuhi krite,.ia akademis lbn pemasafahan yang diajukan dianggap Iayak untuk ditindakbnjuti dnlam bentllk penelitian.
b. bahwa jUl1ul-judul penclitian
ngingat
1. Undang-und<mg Nomar : 2 Tahun 1989 t('ntang Sistem Pendidikan 1\3$10na1; 2. Peraturan Pemerintah Namor: 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi; 3. Keputusan Presiden Nomar: 18 Tahun 2000 tentang Pedaman Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Instansi Pemerintah; 4. Keputusan Menter! Agama RI Nomor: 12 Tahun 1985 tentang Pembakuan Penerbitan di lingkungan Departemen Agama; 5. Keputusan Pre'siden Nomor : 31 Tahun 2003 tentang PelUbahan Institut Agama Islam Nege"i mel1iadi Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah jakarta. 6. Daftar Isian Prayek Namar :C27jX)...'V..lOlj1j-j2003, tanggall Januari
7. Keputusan Menterj Agam
KEPUTUSAN REKTOR UJN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TENTANG PENETAPAN JUDUL-JUDUL PENELITIAN BIAYA DIP UTN SYARIF HIDAYATULLAHjAKARTA TAHUN2003.
l:.Rekor Judul Pelldirian com tv
i
a
Menetapkan judul-judul pwelitian berikut nama-nama peneliti sebagaimana terdapat pada lampiran keputusan ini untuk diajukan sebagai penelitian yang dibiayai dengan dana DIP UIN SyarJ Hidayatullah Jakarta Tahun 2003. ludul-judul Penelitian dimaksvd diktum pertama dilakubn oieh tenaga peneliti yang teiah lulus selebi oleh Tim penilai dan pelaKsanaannya di bawah kordinasi Lembaga Penelitian UlNSyarif Hidayatullah Jakarta; Pengaturan Teknls pernbiayaan kegiatan penelitian din1dksud diall.lf Surar perjanjian/Kontrak Kelja antara PernlHlpin Proyek dengan
1~1elalui
Kepala Lembaga Penelitian, dan pembiayaan dibebankan kepada anggaran Proyek pembangunanjDIP No. 027jX>..'VjOljlj--j2003 UlN Syarif Hidayatullah Jaka1·ta Tahun 2003. Keputusan in1 berlaku scjak tanggal ditetapkan san1p.}i dcngtlI1 akhir kegiatan, dun segala sesuarunya akan diubah drtn diperbaiki sebagaul1ana Dlcstinya apc.bila di ken1ud:an hari tl?rnyata tcrdapat kcb:iiruan dahlJ11 penetapan if':.
DJTETAP;<;\:\ Df : j;\KARTA 2003
o jVJi;(J\~yumardi
0221183.A ~:
Direktur Jenderal Binbaga Islam Dep. Agama RI di Jakarta; Direktur Ditbinperta Islam Dep.Agama RI di Jakarta Pemimpin Proyek P2TA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Yang bersangl'utan untuk diketahui dan dilaksanakan.
tel.tor Judul Pellelitiali com iv
2
Azra,evlA
: KEPUTUSA..N REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA N! i; TENTANG PENETAPAN JUDUL-JUDUl PENELITIAN BlAYA DIP DIN SYARlFHIDAYATULLAHJAKARTA TAHUN ANGGARAN2003.
},1PIRAN I
)LEKTIF NA~!A PENEL,Tl
JUDU!. PENELITIAN ,, I
1.
2.
.
Pragmatik Dalam Pengajaran Bahasa 'I Akhmad Saehudin, Arab (Surve! Terhadap Proses Belajar , M.Ag, DKK Mengajar Bahasa Arab di U:N Syarif i Hidayatullilh Jakarta). I Evaluasi PC!11belajaran IPA - Fisika ( r Ir.i\1.lvlaralua Survei ,jj :\ladrasah Aliy.tll. Se-DKI i Sireguf,?\,LSi ,DKI::
Jakarta)
i
,
Pengelolaan ZakJt di DK! Jakarta dan
j
bagaan dan Pendayaguna3nnya).
I
fAKULTAS
Jaena1 .-\rifin, M.Ag, Jawa BaIat (Studi Tentang Kde!1l- i DKK
"_dab dan Huma_ niora
i
I
,I, FJTK i
II S)'Mi'"h chn HlIi
klll11
I
i
)4.
Perspcktif Drop Ont dcngan Kebi-I' Drs.Ali Nurdin, !.l.Pd, jakan PPs DIN Jakarta (Studi tentang DKK Mhs.52 dan S3 UIN Jakarta. !
)5.
Respon Organisasi Masa Islam I Ellis Amalia,M.Ag. OKK Syarl' ah dan BnTerhadap Perkembangan Wacana E- i kurn I konomi Islam di Indonesia ( Studi di DK! Jakarta). I Keberagamaan (Religiusitas ) Remaja j)rs.Masri MansoeI, Ushuluddin dan dan Faktor yang mempengaruhinya M.Ag, DKK Filsafat (Studi Kasus Siswa SMU dan SKM di , Ciputat) j
I I
I
16.
}7. ! Hubung::;n Sik3F
Dirasah lslamiyah
Ke~"\2ragaE!8an Tcr- ! Rusm!l1 TU111£1nr;gC'c,
flTK
hadap Hasil Berajar Mata Kuliah'! DKK Bidang Agama (Studi terhadap Mhs. Keguruan Fak. Il.i1.1U Tarbiyah dan DIN Jakarta).
i
l8.
)9.
Peranan Penerbit Dalam Transformasi Halid, M.Ag, GKK Intelektualisme Islam ( Survei terhadap Beberapa Penerbit Bukubuku Islam di Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
I
Hubungan Kemampuan dengan Drs.Hamid ShoIihin, Keria (Studi Kinerja Para DKK .
I Motivasi
..tRek/or Judul PClIelirian com iv
Adab dan Humaniora
Kepega\vaian
Pegawai di Ull'\! Syarif Hidayatullah Jakarta). I.
Universitas Islam Negeri (UIN) Drs.Zainul Aruin Yusuf, Dalam Persepsi Masyarakat ( P",np- M.Pd, DKK lusuran Idea Kalangan Akademis, Agamawan dan Pengguna Dalam l\lerambah Kebijakan).
I.
Profil Aktifitas Anak Jalanan Mempertahankan Kehidupan di Ibulkota Jakarta (Studi Kasus di Stasiun Kareta .;.).~pi Tanjung Priok Jakarta Utara).
Drs.Faridal Arkam, M.Pd, DKK
Gc~1d2r d<:Ul Ora. Eri Rosatria.; !\A.Ag. Pe . c~Y
Sikap Tcrhad4'p Rdasi Hubungannya
i
(Studi Aktivitas Jakarta. Pcran
4.
I 5.
I
PS\\'
'!
Pen1clnan Gel'£! ktll1 Ken1ahasis\\'aan I Abd. Rozak, dkk
,).
PSKLH
d~ngoil
a
,
Lemlit
Mahasiswa UIN
Lembaga
Keag8111aan
I I
, I Drs. Sunandar dkL
Menciptakan Kerukunan Hidup Umat I Beragama di Propinsi DKI Jakarta! (Suatu Analisis lsi Pwgram Keagamaan) ,
J
Dak\'!ah Dan Komunikasi
i
Kontribusi Badan Amil i Lili Bariadi, dkk. ZakatjLembaga Amil Zakc.t DaJam I Pemberdqaan Pengusaha Kecil dan I Menengah (Studi Kasus di DKI I Jakarta). I
~kReklO; Judu! Pelle!ilian COil:
IeeE
l"
4
Dakwah Dan Kor-lunikasi
Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kedelai Varietas GH09 X PTR 6
Ushuludd:n dan Filsafat
Dasumiati, Ssi.
Or.Agus Salim, MSi
II
,. Hubungar, Antara Sikap terhad~p Dra. Afidah Mas'ud,M.t°d DoseI'. dengan Prestosi Belajar ( Studi pada Mhs.Fak.Tarbiyah dan TImu Kcr,uruan UIN SyarlT Hilb)'3tuilah J"blli1). Drs. lvlasrC1l1,
Sarana Tempat Sha1at di Perguruan Tinggi Negeri di DKI Jakarta (Studi Ke1embagaan dan
Ivl.Ag.
\ FlTK I
'D:· ...:..i)w..idiil
!I
,~.
,
(
."
i,dW, :\'1.-\.
I I Dakv;ah
Aktivitasnya).
I Proi.DrSu\\'ito,
I :-h I
.
I
Zubair, ,[vL-\g.
Konh"ibusi Abu Ubaid .'::'.1 Qosin1
" " 11~ !, Adab. dan Hu- I'p ret.' 0r.n.;\IU
! n1anlora
Bin Sallan1 Dalan: Pengen:.bangal1
Ekonomi Syariah (Telaah .'.tas
,
Kilab AI-An1\val Karangi;ll1 Ab:.:
I
i
I
Ubaid. ) Raganllv1cdid Cetak Isiarn di Jakarta (Studi Jenis dan Aktivitasnya)
Drs. Junw.mi, MSi.
Persepsi Ivlhs. Tcntang Kinerja Pelugas Akademik, Umum dan
Drs. Ahn,ad Sofyan, 1'. LPd.
I j
I
!,
Dakv.'ah dan Komunikasi
II
FITK
!
II Pre!', DLH5yan1 I sir S"lam, .\IS I Prd. Dr. I-lSa1ma
I
Ken1ahasls\vaan ( Studi Kasus
111111Zld ..1.nlin
Sur-:l<1,.\ L~J..
I'. Hamn, ?\.A
pada Jurusan IPA FlTK UIN Syarif HidayatulIah Jakarta).
i
Elastisitas Mubah Menurut Syatibi dan implikasinya pada Ketetapan Hukum.
Thalhah, MA.
Ada1::> dan Huma-niora
Prof. Dr. Huzaim ah Tohido, MA
Respoll 1\'1h5. Fak. Oakwah dan Komunikasi terhadap l'.Jata Kuliah lImn Retorika.
Drs. Wahidin Saputra, M,A.
Dakwahdan Komunikasi
ProLOr.H.lvLYu nan Yusuf, MA
Konsep Alam d2.1~ 1\'bn"5ia Dalam AI-Qur' an (Kajian tentang Hakikat dan Peranannya).
DrsSuhilman
i Kepegawaian
Dakwah Sebagai clisiplin Ilmu : Suatu Pendekatan Epistimologi llmu.
Makmun Suryana
Penerapan Manajemen Berbasis SekoIah di SLIP Negeri Pamulang. Rek:or Judu! Pend/timl com i"¥'
1 Drs. Nurochim
I 6
Dr.Amsal Bachtiar, ?\IA
ProLDr.l"LYuna n Yusuf, MA
FITK
ProLOr. Abuddin Nata,MA
20
I Pa'1dangan Civitas Akademika '}"erhadap Penerapan Kode Etik !I Mahasiswa UIN Syarif • Hid~yatullah Jakarta.
21
22
I I Kepedulian Tcrhadap
I Pengembangan Dakwah (Studi I Aktivitas K.H. Hamam la'far
I pada Panpes Pabelan I I Konflik dan Integrasi Pada Tiga I Faham Keagamaan (Studi Kasus
I di Masyarakat Sawangan Bogar). !
T i Stres yang Dihadapi Mhs. FTIK -'
I UINSyahid i
I
I
I
I Umi MusyaI rofal.,S.Ar '
I
I I Dra. UI:'ah I Fajarini, MSi.
i Kepenlinlpinan ketua Jurusan
I Dalam Perspektif Dosen terhadap Aklivitasnya.
i Aktualisasi NiJai-Nilai Islam Dalilm "Gurindam Dua Belas " Karya Raja Ali Haji (Tdaah Tcks Sastra Melayu Abad XIX) .
~k Rdto, Jud:tf Pellclifiall
COil! Iv
ProLDr.i-LChali bul Umam
Dakwah dan Korrnnikasi
FlTK
I I Prof. Dr.Rusmin I Tumanggor, ~vfA
II Heny I Narendrany
I
FI"l'K
I
i
25
I
I
II
Dr. Dede RosY8d8,MA
PUSKUlv;HA. M
I
I
24
Dedi !"ursyamsi, I M .HUM .
I Drs.H.Ali I Hamzlh
I Prof. Dr.Rusrpjn Tunlanggor. I MA
FITK
Dr.Dede Rosyada, !vfA
I
I
I
I Prof.Dr.H.Ach
I mad Bachmid, Lc I
7
I
Adab dan
I Tanp"
Humanior~ Konsultan