LAPORAN UTAMA
LAP POR RAN N H SIL UJIA HAS U AN NAS SIONAL L TA AHU UN 2014
PUSAT PENILAIAN PENDID DIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMB BANGAN KEMENTERIAN N PENDIDIKAN DAN KEBU UDAYAAAN
– ii –
LAPO ORAN UJIAN NASSIONAL 2014
Pengarah: Furqon Penanggungjawab: Nizam Tim Penyusun: Rahmawati Mira Josy Moestadi Benny Widaryanto Th. Nuraeni Ekaningrum Eviana Hikamuddin Haryo Susetiyo Wuri Rohayati Tim Reviewer: Asrijanty Suprananto Mahdiansyah Giri Sarana Hamiseno
Publikasi laporan ini merupakan tanggung jawab dari Pusat Penilaian Pendidikan- Balitbang Kemdikbud Jalan Gunung Sahari Raya no 4 Jakarta Pusat 10710 Laporan ini dapat dipergunakan sebagai rujukan dengan mencantumkan: Pusat Penilaian Pendidikan(2014), Laporan Hasil Ujian Nasional 2014 ISBN 978-602-259-053-8
Foto sampul diunduh dari http://bp0.blogger.com/_1N3blA4dUxs/R5qcYujyxCI/AAAAAAAAAA0/8Qn8joiP02c/s1600-h/LabIPAsma5.JPG _________________________________________________________________________________________
Semua orang diperbolehkan untuk menyalin dan mendistribusikan salinan sama persis dari dokumen ini untuk kepentingan non-komersial. Tidak diperkenankan untuk mengubah dokumen ini. Permohonan ijin menyalin isi dokumen untuk kepentingan komersial dialamatkan kepada Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang, Kemdikbud _______________________________________________________________________________________________________
– i – PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SAMBUTAN Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah dapat melaksanakan Ujian Nasional (UN) tahun 2014 dengan baik. Laporan ini disusun sebagai bagian dari akuntabilitas dan penyajian informasi kepada publik tentang pelaksanaan dan hasil Ujian Nasional. Melalui laporan ini masyarakat dan para pemangku kepentingan Pendidikan mendapatkan gambaran secara makro peta capaian pendidikan dari berbagai dimensi berdasar Ujian Nasional. Saya berharap hasil-hasil UN yang disajikan dalam laporan ini serta dokumen pendampingnya dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk akuntabilitas pembelajaran di sekolah. Melalui UN yang bersifat sensus pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA dan sederajat, kita mendapatkan informasi yang sangat kaya mengenai capaian pembelajaran. UN juga menjadi instrumen untuk mewujudkan integrasi vertikal dari pendidikan dasar ke pendidikan menengah dan ke pendidikan tinggi. Alhamdulillah pada tahun 2014 integrasi vertikal tersebut telah terjadi dengan pemanfaatan hasil UN untuk penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SNMPTN. Untuk mengukur capaian standar nasional pendidikan dibutuhkan alat ukur yang sama supaya kita dapat mengetahui perbedaan dan kesenjangan yang masih ada antar sekolah dan antar daerah. Dengan pemetaan yang baik, diharapkan program-program peningkatan mutu dan pembinaan dapat dilakukan secara lebih tepat sasaran. Kemdikbud berharap hasil UN dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan sebagai salah satu informasi untuk melakuan perbaikan dan peningkatan mutu. Dengan pendidikan yang makin bermutu, maka kita dapat mewariskan generasi emas yang akan membangun Indonesia emas yang kita cita-citakan bersama. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan laporan ini, baik dalam bentuk kontribusi data, kontribusi penulisan laporan, maupun bentuk kontribusi lainnya, saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT meridhoi amal ibadah kita dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Jakarta, September 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Mohammad Nuh
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– ii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Sambutan Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas karuniaNya Ujian Nasional (UN) 2014 telah terlaksana dengan lancar dan laporan ini juga telah selesai disusun. UN merupakan salah satu tugas besar Balitbang yang diselenggarakan setiap tahun sebagai bagian dari siklus penjaminan mutu pendidikan. UN bertujuan mengukur pencapaian Standar Pendidikan Nasional, yaitu Standar Kompetensi Lulusan pada beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sebagai sensus yang mencakup seluruh peserta didik pada jenjang SMP/MTs dan SMA/MA dan sederajat, penyelenggaraan UN merupakan amanah yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Kegiatan UN dimulai dari penyiapan soal-soal yang sesuai dengan kisi-kisi yang ditetapkan oleh BSNP, pengadaan dan pendistribusian logistik yang sangat besar skalanya, pengamanan dan pengawasan, pelaksanaan, hingga pengolahan dan penilaian serta pelaporan hasilnya. Meski demikian, melalui kerja sama dan kerja keras semua pihak, terutama Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh tanah air maka UN 2014 dapat terselenggara dengan baik. Selain untuk pertimbangan kelulusan dan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hasil UN juga ditujukan untuk pemetaan mutu capaian SKL sehingga dapat dipakai dalam perencanaan dan pembinaan serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan. Oleh karena itu saya menyambut baik laporan UN tahun 2014 ini yang disusun oleh Puspendik. Laporan ini tidak hanya menyajikan peta capaian sekolah dan daerah dalam UN tetapi juga memberikan analisis soal UN serta analisis korelasional hasil UN dengan berbagai parameter eksternal. Dalam cakupan UN sebagai alat pengukuran, analisis hasil UN untuk kumpulan soal berdasarkan tingkat kesukaran serta analisis hasil UN untuk setiap butir dengan karakter yang khas disajikan dalam laporan ini. Kami berharap UN sebagai instrumen pengukuran terus ditingkatkan mutunya dari waktu ke waktu. Pada tahun 2014 telah diperkenalkan soal-soal yang membutuhkan penalaran tataran tinggi (higher order thinking). Sejalan dengan berlakunya kurikulum 2013, maka soal-soal ujian yang mengukur penalaran tataran tinggi perlu untuk lebih dikembangkan lagi. Pada tahun ini pula telah diuji coba UN secara online pada Sekolah Indonesia Luar Negeri di Singapura dan Kuala Lumpur. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi telah cukup matang dan memungkinkan diselenggarakannya ujian berbasis komputer (computer based test, CBT). BSNP dan Kemdikbud merencanakan untuk mengimplementasikan perintisan (piloting) CBT di sekolah-sekolah di Indonesia yang sudah siap pada tahun 2015. Selain lebih sesuai dengan dunia anak-anak yang lahir di zaman digital, melalui CBT diharapkan pelaksanaan UN akan semakin bermutu dan efisien. Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dalam perencanaan dan pembinaan pendidikan di pusat maupun di daerah serta bagi masyarakat luas khususnya para pemerhati pendidikan untuk mengetahui lebih jauh tentang UN dan gambaran capaian pendidikan secara nasional. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan meridhoi upaya kita meningkatkan mutu pendidikan. Amin Jakarta, September 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian dan Kebudayaan
Furqon
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– iii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kata Pengantar Syukur alhamdulillah kita panjatkan atas limpahan rahmat dan hidayah Allah SWTsehingga kita dapat melaksanakan Ujian Nasional (UN) 2014 dan menyelesaikan laporan ini. UN tahun ini dilaksanakan di tidak kurang dari 78.000 sekolah menengah pada jenjang pendidikan SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK serta program kesetaraan paket B dan C serta diikuti oleh 3.773.372 siswa SMP/MTs, 1.632.747 siswa SMA/MA, dan 1.171.907 siswa SMK. Pelaksanaan UN mencakup rentang geografis yang jaraknya 5.248 km dari SMP Negeri 1 Sabang di desa Cot Bau, Sabang, hingga ke SMP 2 Merauke di desa Kelapa Lima, Merauke. Seluruh siswa kelas 9 dan 12 harus terlayani dalam melakukan asesmen capaian pembelajaran mereka. UN tidak hanya tentang kelulusan, tetapi banyak informasi yang terdata dari pelaksanaan ujian tersebut. Laporan ini secara ringkas menyajikan berbagai hal tentang pelaksanaan UN tahun 2014. Dalam laporan ini dipaparkan mulai dari persiapan UN hingga pengolahan hasil ujian serta analisanya. Pada bab 1 disampaikan gambaran umum tentang UN serta data dasar. Pada bab berikutnya dipaparkan tentang penyelenggaraan UN mulai dari persiapan hingga pengolahan data dan pelaporan hasil ujian. Selanjutnya dipaparkan hasil-hasil UN 2014 baik pada jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA. Dalam laporan ini disajikan pula rancangan dan parameter soal yang digunakan pada UN 2014 sebagai acuan bagi para pemerhati penilaian pendidikan. Pada tahun 2014 ini mulai disusun leveling capaian pembelajaran yang dinyatakan sebagai deskripsi tingkat kompetensi siswa, ringkasan hasil leveling tersebut untuk setiap provinsi juga disajikan dalam laporan ini. Sementara itu, perubahan capaian dari tahun 2012 hingga tahun 2014 juga disajikan untuk mengetahui perkembangan capaian dari waktu ke waktu hingga ke tingkat sub-kompetensi yang diujikan. Kami juga mencoba untuk melakukan analisa lanjutan dengan melihat berbagai parameter yang berpengaruh pada hasil UN, seperti faktor gender, usia siswa, sertifikasi guru, serta ukuran sekolah. Selain itu, persepsi siswa terhadap UN juga kami laporkan berdasar hasil survei yang dilakukan pada saat UN berlangsung. Analisa tersebut diharapkan akan memberi masukan yang berguna bagi para pengambil kebijakan pendidikan baik di tingkat Pusat maupun Daerah dalam melakukan pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan. Kami juga berharap, melalui laporan ini masyarakat umum khususnya pemerhati pendidikan dan penilaian bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang UN berdasar data dan fakta. Kami menyadari bahwa seringkali ujian akhir menjadi faktor penting yang menentukan orientasi pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai bagian dari pelaksana UN, Puspendik terus berusaha untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan atas mutu dan pelaksanaan penilaian pendidikan. Mulai dari perencanaan hingga pengolahan hasil, analisa dan pelaporan. Laporan UN tahun ini merupakan bagian kecil dari upaya perbaikan tersebut. Kami akan terus berupaya meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan hasil-hasil UN bagi peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas. Upaya peningkatan mutu terutama kami tekankan pada perbaikan soal ujian agar lebih mendorong siswa berpikir kritis pada tataran penalaran yang semakin tinggi. Puspendik telah pula menyiapkan UN berbasis komputer (computerized based testing, CBT) dengan memanfaatkan infrastruktur TIK yang saat ini sudah ada di sekolah-sekolah kita. Diharapkan pada tahun 2015, CBT dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah yang sudah siap menyelenggarakannya.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– iv –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kami menghaturkan terima kasih atas arahan dan bimbingan Prof. Dr. Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Furqon, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Drs. Dadang Sudiyarto, M.Sc, Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, dan para pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu. Laporan ini dapat terwujud berkat kerja keras seluruh staf di Puspendik serta dukungan dari PDSP serta BSNP. Untuk itu kami sampaikan apresiasi dan terima kasih yang mendalam. Kami menyadari, masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan UN. Kami mohon maaf, apabila laporan ini belum memenuhi harapan para pembaca. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu UN sehingga dapat menjadi alat ukur yang ramah siswa, kredibel, bermanfaat dan bermartabat. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan meridhoi upaya kitadalam meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa di tanah air yang kita cintai. Amin
Jakarta, September 2014 Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian dan Kebudayaan
Nizam
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– v –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xiii BAB 1 : GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 1 A.
DATA STATISTIK UJIAN NASIONAL ............................................................................................................ 3
B.
1. UN SMP/MTs.................................................................................................................................................. 3 2. UN SMA/MA................................................................................................................................................... 4 3. UN SMK .......................................................................................................................................................... 6 SISTEMATIKA LAPORAN ........................................................................................................................... 9
BAB 2 : PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL ....................................................................... 11 A.
PERSIAPAN ............................................................................................................................................ 13
B.
1. Pendataan .................................................................................................................................................... 13 2. Sosialisasi Pelaksanaan UN .......................................................................................................................... 13 3. Penyiapan Bahan Ujian Nasional ................................................................................................................. 14 4. Penggandaan dan Pendistribusian Bahan Ujian .......................................................................................... 18 PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL ............................................................................................................ 22
C.
PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN ................................................................................................... 23
1. Alur Pengolahan Hasil Ujian Nasional ......................................................................................................... 23 2. Mekanisme Pengolahan Hasil Ujian Nasional ............................................................................................. 23 D. PERBEDAAN ASPEK PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2014 DENGAN TAHUN 2012 DAN TAHUN 2013 ...... 27
BAB 3 HASIL UJIAN NASIONAL 2014 ........................................................................................ 29 A.
HASIL UN SMP/ MTs 2014 ...................................................................................................................... 30
B.
1. Jumlah Peserta dan Kelulusan ..................................................................................................................... 30 2. Peta Hasil UN SMP/MTs2014....................................................................................................................... 32 3. Perbandingan Nilai UN, Nilai Sekolah, dan Nilai Akhir SMP/ MTs ............................................................... 43 4. Karakteristik Soal Ujian Nasional SMP/MTs 2014 ....................................................................................... 48 5. Peta Kompetensi per Mata Pelajaran .......................................................................................................... 51 HASIL UJIAN NASIONAL SMA/MA 2014 .................................................................................................. 56 1. Jumlah Peserta dan Kelulusan UN SMA/MA ................................................................................................ 56 2. Peta Hasil UN SMA/MA2014 ....................................................................................................................... 59 3. Perbandingan Nilai UN, Nilai Sekolah, dan Nilai Akhir SMA/MA ................................................................. 71 4. Karakteristik Soal Ujian Nasional SMA/MA 2014 ........................................................................................ 80 5. Peta Pencapaian Kompetensi per Mata Pelajaran SMA/MA ....................................................................... 86
BAB 4 LEVEL KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL ........................................................... 95 A.
LEVEL KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL SMP/MTs 2014 .............................................................. 96
B.
1. Bahasa Indonesia ......................................................................................................................................... 96 2. Bahasa Inggris............................................................................................................................................ 102 3. Matematika ............................................................................................................................................... 106 4. IPA .............................................................................................................................................................. 109 CAPAIAN KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL SMA/ MA 2014 ....................................................... 113 1. Bahasa Indonesia ....................................................................................................................................... 114 2. Bahasa Inggris............................................................................................................................................ 119 3. Matematika ............................................................................................................................................... 126 4. Fisika .......................................................................................................................................................... 132
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– vi –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 5 HASIL UJIAN NASIONAL 2014 DIBANDINGKAN DENGAN UJIAN NASIONAL TAHUN SEBELUMNYA ............................................................................................................. 137 A.
KETIDAKLULUSAN SISWA SMP/MTs DAN SMA/MA .............................................................................. 138
B.
PERKEMBANGAN NILAI UN SMP/MTs .................................................................................................. 138
C.
1. Perkembangan Nilai UN Seluruh Provinsi .................................................................................................. 139 2. Hubungan nilai UN antartahun.................................................................................................................. 140 3. Kenaikan/Penurunan Nilai UN Kabupaten/Kota ....................................................................................... 143 PERKEMBANGAN NILAI UN SMA/MA ................................................................................................... 145
1. Perkembangan Nilai UN SMA/MA Seluruh Provinsi ................................................................................. 146 2. Hubungan nilai UN SMA/MA antartahun ................................................................................................. 149 3. Kenaikan/Penurunan Nilai UN SMA/MA Kabupaten/Kota ....................................................................... 150 D. PETA KOMPETENSI (DAYA SERAP) UN SMP/ MTS TAHUN 2014 DIBANDINGKAN DENGAN DUA TAHUN SEBELUMNYA ...................................................................................................................................... 152
E.
1. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs ....................................................................... 152 2. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs ............................................................................ 153 3. Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs ................................................................................ 154 4. Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs .............................................................................................. 155 PETA KOMPETENSI (DAYA SERAP) UN SMA/MA TAHUN 2014 DIBANDINGKAN DENGAN DUA TAHUN SEBELUMNYA ...................................................................................................................................... 156 1. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia IPA ................................................................................... 156 2. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris IPA ....................................................................................... 157 3. Daya Serap Cakupan Materi Matematika IPA ........................................................................................... 158 4. Daya Serap Cakupan Materi Fisika IPA ...................................................................................................... 159 5. Daya Serap Cakupan Materi Kimia IPA ...................................................................................................... 160 6. Daya Serap Cakupan Materi Biologi IPA .................................................................................................... 161 7. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia IPS ................................................................................... 162 8. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris IPS ........................................................................................ 163 9. Daya Serap Cakupan Materi Matematika IPS............................................................................................ 164 10. Daya Serap Cakupan Materi Ekonomi IPS................................................................................................ 165 11. Daya Serap Cakupan Materi Sosiologi IPS ............................................................................................... 166 12. Daya Serap Cakupan Materi Geografi IPS ............................................................................................... 167
BAB 6 BEBERAPA FAKTOR TERKAIT DAN NILAI UN ............................................................... 169 A.
CAPAIAN NILAI UN DAN JENIS KELAMIN ............................................................................................... 170
B.
1. Bidang studi bahasa Indonesia SMP/MTs.................................................................................................. 170 2. Bidang Studi Matematika SMP/MTs.......................................................................................................... 172 3. Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA/MA .................................................................................................. 173 4. Bidang Studi Matematika SMA/MA........................................................................................................... 174 SERTIFIKASI GURU DAN NILAI UN ......................................................................................................... 175
C.
USIA MASUK SEKOLAH DAN NILAI UN .................................................................................................. 176
D. JUMLAH ENROLLMENT SETIAP SEKOLAH DAN NILAI UN ........................................................................ 179 E.
PERSEPSI SISWA TENTANG UJIAN NASIONAL ........................................................................................ 180
F.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN NILAI UN ............................................................................... 181 1. IPM dan Nilai UN SMP/MTs ...................................................................................................................... 182 2. IPM dan Kenaikan Nilai UN SMP/MTs 2012‐2014 ..................................................................................... 183 3. IPM dan Nilai UN SMA/MA ........................................................................................................................ 184 4. IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA ........................................................................................................ 185
BAB 7 PENUTUP .................................................................................................................... 187 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 190
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– vii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Halaman Data jumlah sekolah SMP/MTs pada UN 2012-2014 ................................................................. 3
Gambar 2.
Data JumlahPeserta pada UN SMP/MTs 2012-2014 .................................................................. 3
Gambar 3.
Data jumlah sekolah SMA/MA pada UN 2012-2014 .................................................................. 4
Gambar 4.
Data jumlah peserta pada UN SMA/MA 2012-2014 .................................................................. 4
Gambar 5.
Data jumlah sekolah SMK pada UN 2012-2014 ......................................................................... 6
Gambar 6.
Data jumlah peserta pada UN SMA/MA 2012-2014 .................................................................. 7
Gambar 7.
Sebaran Jumlah Peserta UN SMP/MTs 2014 Berdasarkan Provinsi ........................................... 8
Gambar 8.
Sebaran Jumlah Peserta UN SMA/MA 2014 Berdasarkan Provinsi ............................................ 8
Gambar 9.
Sebaran Jumlah Peserta UN SMK 2014 Berdasarkan Provinsi ................................................... 8
Gambar 10.
Time Line Penyelenggaraan UN ................................................................................................12
Gambar 11.
Alur Penyiapan Naskah ..............................................................................................................14
Gambar 12.
Keterbandingan Tingkat Kesukaran Paket tes Bahasa Indonesia SMP .....................................16
Gambar 13.
Peta distribusi naskah UN SMA/MA 2014 di Provinsi NTT ........................................................21
Gambar 14.
Alur pengolahan hasil UN ..........................................................................................................23
Gambar 15.
Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari UN ...................................................................................30
Gambar 16.
Hasil Akhir UN SMP/ MTs 2014 .................................................................................................31
Gambar 17.
Ketidaklulusan Siswa SMP/ MTs2014 Pada Setiap Provinsi ......................................................31
Gambar 18.
Distribusi Kelulusan SMP/ MTs 2014 .........................................................................................32
Gambar 19.
Tingkat Kelusan UN SMP/Sederajat di Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia .............................33
Gambar 20.
Tingkat Kelulusan di Sumatera, Jawa dan Bali, dan Kalimantan ...............................................34
Gambar 21.
Tingkat Kelulusan di Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua dan Maluku ..........................................35
Gambar 22.
Nilai Rerata UN SMP/MTs .........................................................................................................35
Gambar 23.
Nilai rerata UN di Sumatera, Jawa dan Bali ...............................................................................36
Gambar 24.
Nilai rerata UN di Kalimantan dan Sulawesi ..............................................................................36
Gambar 25.
Nilai Rerata UN di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ............................................................37
Gambar 26.
Kenaikan atau Penuruan Nilai Rerata Setiap Provinsi ...............................................................37
Gambar 27.
Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Sumatera dan Jawa .................................................38
Gambar 28.
Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Kalimantan dan Sulawesi ........................................38
Gambar 29.
Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ........................39
Gambar 30.
Nilai Sekolah di Indonesia ..........................................................................................................39
Gambar 31.
Rerata Nilai Sekolah di Sumatera, Jawa dan Bali ......................................................................40
Gambar 32.
Rerata NS di Kalimantan dan Sulawesi ......................................................................................40
Gambar 33.
Rerata NS di Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku .....................................................................41
Gambar 34.
Nilai Akhir SMP/MTs2014 .........................................................................................................41
Gambar 35.
Nilai Akhir di Sumatera dan Jawa ..............................................................................................42
Gambar 36.
Nilai Akhir di Kalimantan dan Sulawesi .....................................................................................42
Gambar 37.
Nilai Akhir di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ....................................................................43
Gambar 38.
Distribusi Nilai SMP/ MTs Pada UN 2014 ..................................................................................44
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– viii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 39.
Perbandingan Nilai UN dan Tingkat Kelulusan SMP/MTsTahun 2013 dan 2014 ......................44
Gambar 40.
Perbandingan Tingkat Kelulusan (%) SMP/MTs Tahun 2013 dan 2014 ....................................45
Gambar 41. Gambar 42.
Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN SMP ...............................................................................46 Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN untuk Kabupaten/Kota yang Rerata Nilai Sekolah
Gambar 43.
Lebih Tinggi ................................................................................................................................ 47 Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN untuk Kabupaten/Kota yang Rerata Nilai UN Lebih Tinggi ................................................................................................................................47
Gambar 44.
Selisih Nilai UN dan Nilai Sekolah ..............................................................................................48
Gambar 45. Gambar 46.
Distribusi Capaian Matematika Siswa Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran ........48 Persentase Kumulatif Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai Minimal Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran ......................................................................................................49
Gambar 47. Gambar 48.
Distribusi Capaian IPA Siswa Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran ......................50 Persentase Kumulatif Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai MinimalPada Kumpulan Soal IPA Berdasar Tingkat Kesukaran ................................................................................................50
Gambar 49.
Karakteristik Response/ Jawaban Soal PISA ..............................................................................51
Gambar 50.
Peta Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran UN SMP/ MTs 2014 ..........................................52
Gambar 51.
Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .................................................................53
Gambar 52.
Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris ......................................................................54
Gambar 53.
Peta Kompetensi Mata Pelajaran Matematika .........................................................................55
Gambar 54.
Peta Kompetensi Mata Pelajaran IPA ........................................................................................56
Gambar 55.
Proporsi Kelulusan UN Siswa SMA/MA Tahun Pelajaran 2014 ................................................57
Gambar 56.
Jumlah Peserta UN SMA/MA 2014 Setiap Provinsi ...................................................................57
Gambar 57.
Persentase Peserta yang Tidak Lulus UN SMA/MA 2014 ..........................................................58
Gambar 58.
Jumlah Peserta yang Tidak Lulus UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2014 .....................................59
Gambar 59.
Tingkat Kelulusan UN SMA/ MA ................................................................................................60
Gambar 60.
Tingkat Kelulusan UN SMA/MA di Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia ...................................60
Gambar 61.
Tingkat Kelulusan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara ..............................61
Gambar 62.
Tingkat Kelulusan di Maluku dan Papua ...................................................................................62
Gambar 63.
Tingkat Kelulusan di Jawa dan Bali ............................................................................................62
Gambar 64.
Rerata Nilai a) dan Tingkat Kelulusan b) UN SMA/ MA .............................................................63
Gambar 65.
Nilai rerata UN di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ...........................64
Gambar 66.
Nilai rerata UN di Jawa dan Kalimantan ....................................................................................64
Gambar 67.
Kenaikan atau Penuruan Nilai Rerata Setiap Provinsi ...............................................................65
Gambar 68. Gambar 69.
Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Sumatera dan Nusa Tenggara .................................65 Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Jawa, Bali,Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua .........................................................................................................................................66
Gambar 70.
Nilai Sekolah a) dan Nilai UN b) di Setiap Provinsi ....................................................................67
Gambar 71.
Nilai Sekolah di Jawa .................................................................................................................67
Gambar 72.
Nilai Sekolah di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.....................................................68
Gambar 73.
Nilai Sekolah di Sulawesi, Maluku, dan Papua ..........................................................................68
Gambar 74.
Nilai Akhir SMA/MA Tahun Pelajaran 2014 ..............................................................................69
Gambar 75.
Nilai Akhir SMA/MA di Sumatera ..............................................................................................69
Gambar 76.
Nilai Akhir SMA/ MA Di Jawa dan Bali .......................................................................................70
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– ix –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 77.
Nilai Akhir SMA/ MA Di Kalimantan, Sulawesi,Nusa Tenggara, Maluku dan Papua .................70
Gambar 78.
Perbandingan Distribusi Nilai UN SMA vs MA 2014 ..................................................................71
Gambar 79.
Distribusi Nilai SMA/MA Pada UN Tahun 2014 .........................................................................72
Gambar 80.
Distribusi Nilai Ujian Nasional Pada Tingkat Provinsi ................................................................73
Gambar 81.
Distribusi Nilai SMA/MA Tahun 2013 ........................................................................................74
Gambar 82.
Distribusi Kelulusan SMA/MA ...................................................................................................74
Gambar 83.
Perbandingan Nilai UN dan Tingkat Kelulusan UN SMA/MA 2013 dan 2014 ...........................75
Gambar 84.
Persentase tingkat kelulusan UN SMA/MA 2013 ......................................................................75
Gambar 85.
Persentase tingkat kelulusan 2014 ............................................................................................76
Gambar 86.
Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN .......................................................................................77
Gambar 87.
Selisih Nilai Sekolah dan Nilai UN ..............................................................................................78
Gambar 88.
Nilai Akhir UN 2013 vs UN 2014 ................................................................................................79
Gambar 89.
Perbandingan Nilai UN 2013 vs 2014 ........................................................................................79
Gambar 90.
Karakteristik Soal Bahasa Indonesia - IPA Ujian Nasional 2014 ................................................80
Gambar 91.
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa Indonesia-IPA .....................81
Gambar 92.
Karakteristik Soal Biologi - IPA Ujian Nasional 2014 .................................................................81
Gambar 93.
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Biologi IPA ......................................82
Gambar 94.
Karakteristik Soal Bahasa Inggris - IPA Ujian Nasional 2014 .....................................................83
Gambar 95.
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa Inggris IPA ..........................83
Gambar 96.
Karakteristik Soal Kimia - IPA Ujian Nasional 2014 ...................................................................84
Gambar 97.
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Kimia IPA ........................................84
Gambar 98.
Karakteristik Soal Matematika - IPA Ujian Nasional 2014 .........................................................85
Gambar 99.
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Matematika IPA .............................85
Gambar 100. Daya Serap Mata Pelajaran – IPA Ujian Nasional 2014 .............................................................86 Gambar 101. Daya Serap Kompetensi Bahasa Indonesia – IPA ......................................................................87 Gambar 102. Daya Serap Kompetensi Bahasa Inggris – IPA ...........................................................................87 Gambar 103. Daya Serap Kompetensi Matematika – IPA ...............................................................................88 Gambar 104. Daya Serap Kompetensi Fisika – IPA .........................................................................................89 Gambar 105. Daya Serap Kompetensi Kimia – IPA .........................................................................................89 Gambar 106. Daya Serap Kompetensi Biologi – IPA .......................................................................................90 Gambar 107. Daya Serap Mata Pelajaran – IPS Ujian Nasional 2014 .............................................................91 Gambar 108. Daya Serap Kompetensi Ekonomi – IPS .....................................................................................91 Gambar 109. Daya Serap Kompetensi Sosiologi – IPS .....................................................................................92 Gambar 110. Daya Serap Kompetensi Geografi – IPS .....................................................................................92 Gambar 111. Peta capaian kompetensi Bahasa Indonesia siswa SMP/MTs secara nasional .........................99 Gambar 112. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia provinsi Jawa Barat dan provinsi Sumatera Utara siswa SMP/MTs .............................................................................................................101 Gambar 113. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMP/MTs secara nasional ............................105 Gambar 114. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMP/MTs Provinsi DKI dan Provinsi Bengkulu ..................................................................................................................................106 Gambar 115. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMP/MTs secara nasional ................................108 Gambar 116. Peta capaian kompetensi matematika siswa SMP/MTs Provinsi DIY dan Provinsi Bangka Belitung ...................................................................................................................................109 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– x –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 117. Peta capaian kompetensi IPA siswa SMP/MTs secara nasional ..............................................112 Gambar 118. Peta capaian kompetensi IPA provinsi Kalimantan Selatan dan provinsi Banten ...................113 Gambar 119. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA IPA secara nasional ..................117 Gambar 120. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia provinsi Kalimantan Timur dan provinsi Papua siswa SMA/MA program studi IPA ...............................................................................118 Gambar 121. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA IPS secara nasional ..................119 Gambar 122. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMA/MA IPA secara nasional .......................123 Gambar 123. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMA/MA IPS secara nasional .......................124 Gambar 124. Peta capaian kompetensi Bahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Papua siswa SMA/MA program studi IPA ..........................................................................................125 Gambar 125. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMA/MA IPA secara nasional ..........................128 Gambar 126. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMA/MA IPS secara nasional ...........................129 Gambar 127. Peta capaian kompetensi matematika IPA provinsi Jawa Tengah dan provinsi Jawa Barat siswa SMA/MA program studi IPA .................................................................................131 Gambar 128. Peta capaian kompetensi Fisika siswa SMA/MA secara nasional ...........................................135 Gambar 129. Peta capaian kompetensi fisika provinsi Jawa Timur dan provinsi Sulawesi Utara siswa SMA/MA ..................................................................................................................................136 Gambar 130. Persentase Ketidaklulusan Siswa SMP/MTs & SMA/MA 3 Tahun Terakhir ...........................138 Gambar 131. Perkembangan Nilai UN 2012-2014 per region untuk Seluruh Jenis Sekolah Negeri dan Swasta .....................................................................................................................................139 Gambar 132. Rerata Nilai UN SMP/MTs Tiga Tahun Terakhir ......................................................................140 Gambar 133. DistribusiRerata Nilai UN Kabupaten/Kota antar Tahun .........................................................142 Gambar 134. Hubungan Nilai UN 2013 dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013 ..................................................143 Gambar 135. Hubungan Nilai UN 2014 dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014 ..................................................144 Gambar 136. Sebaran Kenaikan Nilai Ujian Nasional 2012-2014 .................................................................145 Gambar 137. Perkembangan Nilai UN SMA/MA 2012-2014 per Region untuk Seluruh Jenis Sekolah Negeri dan Swasta ...................................................................................................................146 Gambar 138. Rerata Nilai UN SMA/MA IPA 3 Tahun Terahir ........................................................................147 Gambar 139. Rerata Nilai UN SMA IPS 3 Tahun Terahir ...............................................................................148 Gambar 140. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2012 dan 2013 ..........................................149 Gambar 141. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2013 dan 2014 ..........................................149 Gambar 142. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2012 dan 2014 ..........................................150 Gambar 143. Hubungan Nilai UN 2013 dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013 ..................................................150 Gambar 144. Hubungan Nilai UN 2014 dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014 ..................................................151 Gambar 145. Sebaran Kenaikan Nilai Ujian Nasional SMA/MA 2012-2014 ..................................................152 Gambar 146. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 ......153 Gambar 147. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...........154 Gambar 148. Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...............155 Gambar 149. Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 .............................156 Gambar 150. Daya Serap Bahasa Indonesia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ............................................157 Gambar 151. Daya Serap Bahasa Inggris IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 .................................................158 Gambar 152. Daya Serap Matematika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 .....................................................159 Gambar 153. Daya Serap Fisika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................................160 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– xi –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 154. Daya Serap Kimia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................................161 Gambar 155. Daya Serap Biologi IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ..............................................................162 Gambar 156. Daya Serap Bahasa Indonesia IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 .............................................163 Gambar 157. Daya Serap Bahasa Inggris IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ..................................................164 Gambar 158. Daya Serap Matematika IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 .....................................................165 Gambar 159. Daya Serap Ekonomi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...........................................................166 Gambar 160. Daya Serap Sosiologi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...........................................................167 Gambar 161. Daya Serap Geografi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...........................................................168 Gambar 162. Hasil UN Bahasa Indonesia SMP/MTs 2012-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin .......................171 Gambar 163. Hasil UN Matematika SMP/MTs 2012-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin ................................172 Gambar 164. Perbandingan Nilai Bahasa Indonesia UN SMA/MA 2014 berdasarkan jenis kelamin ..........173 Gambar 165. Perbandingan Nilai MatematikaUN SMA/MA 2014 Program Berdasarkan Jenis Kelamin .....175 Gambar 166. Jumlah guru yang telah disertifikasi ........................................................................................176 Gambar 167. Hubungan antara sertifikasi guru dan nilai UN SMA 2014 ......................................................176 Gambar 168. Usia masuk sekolah dasar dan nilai UN jenjang SMP/MTs .....................................................177 Gambar 169. Proporsi Jumlah Siswa SMP/MTs pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar. .......................................................................................................................................177 Gambar 170. Usia masuk sekolah dasar dan nilai UN jenjang SMA/MA ......................................................178 Gambar 171. Proporsi Jumlah Siswa SMA/MA program IPA pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar. .............................................................................................................178 Gambar 172. Proporsi Jumlah Siswa SMA/MA program IPS pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar. .............................................................................................................179 Gambar 173. Nilai UN dan Enrollment SMP/MTs. ........................................................................................179 Gambar 174. Nilai UN dan Enrollment SMA/MA ..........................................................................................180 Gambar 175. Tingkat Kecemasan Siswa SMP/MTs dan SMA/MA dalam UN Tahun 2014 ...........................180 Gambar 176. Tingkat Kesiapan Siswa SMP/MTs dan SMA/MA dalam menghadapi UN Tahun 2014 ..........181 Gambar 177. Hubungan antara IPM dan Nilai UN 2012-2014 .....................................................................182 Gambar 178. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013 .....................................................183 Gambar 179. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014 .....................................................184 Gambar 180. Hubungan antara IPM dan Nilai UN SMA/MA 2012-2014 .....................................................184 Gambar 181. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA 2012-2013 ......................................185 Gambar 182. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA 2013-2014 ......................................185
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– xii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMP/MTs............................................................................... 4 Tabel 2. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPA .......................................................... 5 Tabel 3. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPS ........................................................... 5 Tabel 4. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Bahasa .................................................... 5 Tabel 5. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Keagamaan ............................................. 6 Tabel 6. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMK ....................................................................................... 7 Tabel 7. Pembagian Region pada UN 2014 ..................................................................................................... 17 Tabel 8. Jumlah Cetak Naskah UN 2014 .......................................................................................................... 19 Tabel 9. Perbandingan Kebijakan Penyelenggaraan UN 2012-2014 ............................................................... 28 Tabel 10. Klasifikasi Ketidaklulusan SMP/MTs Tahun 2014 ............................................................................ 46 Tabel 11. Klasifikasi Ketidaklulusan UN SMA/MA2014 ................................................................................... 77 Tabel 12. Sekolah dengan Rerata NS Lebih Rendah dari Nilai UN................................................................... 78 Tabel 13. Distribusi Tingkat Kesukaran Soal-soal Ujian Nasional 2014 ........................................................... 79 Tabel 14. Level UN SMP/ MTs 2014 ................................................................................................................ 96 Tabel 15. Level UN SMA/MA 2014 ................................................................................................................ 113 Tabel 16. Persentase Kabupaten/Kota pada Tiap Kuadran ........................................................................... 144 Tabel 17. Persentase Kabupaten/Kota pada Tiap Kuadran Jenjang SMA/MA .............................................. 151 Tabel 18. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 ............. 153 Tabel 19. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 .................. 154 Tabel 20. Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 ..................... 155 Tabel 21. Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014.................................... 156 Tabel 22. Daya Serap Bahasa Indonesia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................... 157 Tabel 23. Daya Serap Bahasa Inggris IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ........................................................ 158 Tabel 24. Daya Serap Matematika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ........................................................... 159 Tabel 25. Daya Serap Fisika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...................................................................... 160 Tabel 26. Daya Serap Kimia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 ...................................................................... 161 Tabel 27. Daya Serap Biologi IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 .................................................................... 162 Tabel 28. Daya Serap Bahasa Indonesia IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................... 163 Tabel 29. Daya Serap Bahasa Inggris IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ........................................................ 164 Tabel 30. Daya Serap Matematika IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ............................................................ 165 Tabel 31. Daya Serap Ekonomi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................................. 166 Tabel 32. Daya Serap Sosiologi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 ................................................................. 167 Tabel 33. Daya Serap Geografi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014.................................................................. 168
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– xiii –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 1 : GAMBARAN UMUM
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–1–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Salah satu kebijakan strategis pemerintah dalam upaya perbaikan mutu pendidikan adalah penyelenggaraan Ujian Nasional (UN). UN mulai dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2004/2005 yakni sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ujian Nasional semula dilaksanakan untuk jenjang SMA/MA, SMALB, SMK, Paket C daan Paket C Kejuruan, serta SMP/MTs, SMPLB, Paket B, SD/MI, SDLB, dan Paket A. Namun pada tahun 2014 UN SD/MI, SDLB, dan Paket A diubah menjadi ujian sekolah/madrasah berdasarkan PermendikbudNomor 102 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Luar Biasa, dan Program Paket A/Ula. Berdasarkan PP No 19 Tahun 2005, UN bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi. Dengan demikian UN dilakukan untuk memperoleh hasil dan kelulusan yang memperoleh pengakuan lebih luas daripada hasil dan kelulusan yang ditetapkan hanya berdasarkan hasil penilaian dan standar sekolah yang sangat heterogen. Dengan penyelenggaraan UN diharapkan semua pihak yang terkait terdorong bekerja keras untuk mencapai hasil UN yang baik. Hal ini secara langsung atau tidak langsung diharapkan akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di seluruh tanah air. Hasil UN selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan, pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penyelenggaraan UN dilakukan oleh lembaga mandiri yang ditugaskan oleh Pemerintah dalam rangka evaluasi eksternal untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, khususnya standar kompetensi lulusan. Dalam hal ini penyelenggara ialah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan pelaksananya adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmelalui Badan Penelitiandan Pengembangan yang dalam hal ini dilaksanakan secara teknis oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Laporan hasil UN ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas publik yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada Direktorat terkait di lingkungan Kemendikbud, Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag di tingkat provinsi/ kota/ kabupaten, satuan pendidikan, serta pemangku kepentingan lainnya tentang hasil capaian pendidikan yang telah dilaksanakan dalam rangka upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran, serta peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Fokus laporan ini adalahhasil UN SMP/MTs dan SMA/MA tahun 2013/2014serta trend hasil UN untuk kedua jenjang tersebut pada 2011/2012 sampai dengan 2013/2014; periode tersebut selanjutnya akan disingkat sebagai 2012-2014. Perbandingan trend dilakukan terhadap hasil UN periode 2012-2014 dikarenakan pada periode tersebut digunakan standard dan kisi-kisi yang sama dari BSNP, sehingga dapat diperbandingkan antartahun. UN sebelum tahun 2012 menggunakan standard dan kisi-kisi yang berbeda dengan periode 2012-2014 sehingga apabila dibandingkan dengan periode 2012-2014 akan akan menghasilkan perbandingan yang tidak valid. Untuk memberi gambaran yang komprehensif, aspek penyelenggaraan UN juga dilaporkan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–2–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
A. DATA STATISTIK UJIAN NASIONAL UN SMP/MTs a. Sekolah
Jumlah Sekolah 40,000 40.000 35,000 35.000 30,000 30.000 25,000 25.000 20,000 20.000 15,000 15.000 10,000 10.000 5,000 5.000 -
34.707
33.713
31.349
15.808
15.252
14.638
2012
2013 SMP
2014
MTs
Gambar 1. Data jumlah sekolah SMP/MTs pada UN 2012-2014
b. Peserta
Jumlah Peserta 3.500 3500
Dalam Ribuan
3000 3.000
2.903,456
2.890,532
2.917,8
2500 2.500 2000 2.000 1500 1.500 1000 1.000
855,572
781,33
756,407
500
500
0
0
2012
2013 SMP
2014
MTs
Gambar 2. Data JumlahPeserta pada UN SMP/MTs 2012-2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–3–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
c. Mata Pelajaran yang diujikan Tabel 1. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMP/MTs
Nama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Matematika Bahasa Inggris IPA
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bentuk Soal
50 soal 40 soal 50 soal 40 soal
120 menit 120 menit 120 menit 120 menit
Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda
UN SMA/MA a. Sekolah
Jumlah Sekolah 14000 14.000 12000 12.000 10000 10.000 8000 8.000 6000 6.000 4000 4.000 2000 2.000 0 0
11.499
11.211
10.985
6.953
6.626
6.284
2012
2013 SMA
2014
MA
Gambar 3. Data jumlah sekolah SMA/MA pada UN 2012-2014
b. Peserta
Jumlah Peserta 1.400.000 1400000 1200000 1.200.000
1.276.209
1.259.732
1.224.582
1000000 1.000.000 800000 800.000 600000 600.000
356.548
327.835
300.122
400000 400.000 200000 200.000 0
0
2012
2013 SMA
2014
MA
Gambar 4. Data jumlah peserta pada UN SMA/MA 2012-2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–4–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
c. Mata Pelajaran yang diujikan SMA/MA IPA Tabel 2. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPA
Nama Mata Pelajaran
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bentuk Soal
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
50 soal 50 soal
120 menit 120 menit
Pilihan Ganda 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda.
Matematika
40 soal
120 menit
Pilihan Ganda
Fisika Kimia Biologi
40 soal 40 soal 40 soal
120 menit 120 menit 120 menit
Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda
SMA/MA IPS Tabel 3. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPS
Nama Mata Pelajaran
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
50 soal 50 soal
120 menit 120 menit
Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi
40 soal 40 soal 50 soal 50 soal
120 menit 120 menit 120 menit 120 menit
Bentuk Soal Pilihan Ganda 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda
SMA/MA BAHASA Tabel 4.Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Bahasa
Nama Mata Pelajaran
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
50 soal 50 soal
120 menit 120 menit
Pilihan Ganda 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda.
Matematika Sastra Indonesia Antropologi
40 soal 40 soal 50 soal
120 menit 120 menit 120 menit
Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–5–
Bentuk Soal
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nama Mata Pelajaran Bahasa Asing**): Bahasa Arab Bahasa Jepang Bahasa Jerman Bahasa Prancis Bahasa Mandarin
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bentuk Soal
50 soal
120 menit
Pilihan Ganda
SMA/MA KEAGAMAAN Tabel 5.Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Keagamaan
Nama Mata Pelajaran
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
50 soal 50 soal
120 menit 120 menit
Matematika Tafsir Hadis Fikih
40 soal 50 soal 50 soal 50 soal
120 menit 120 menit 120 menit 120 menit
Bentuk Soal Pilihan Ganda 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda Pilihan Ganda
UN SMK a. Sekolah
Jumlah Sekolah 10.500 10500
10.362
10.000 10000
9.583
9500 9.500 8.838
9000 9.000 8500 8.500 8000
8.000
2012
2013
2014
Jumlah Sekolah
Gambar 5. Data jumlah sekolah SMK pada UN 2012-2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–6–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
b. Peserta
Jumlah Peserta 1.200.000 1200000
1.171.907
1.150.000 1150000
1.115.912
1100000 1.100.000 1.039.403
1050000 1.050.000 1000000
1.000.000 950000
950.000
2012
2013
2014
Jumlah Peserta
Gambar 6. Data jumlah peserta pada UN SMA/MA 2012-2014
c. Mata Pelajaran yang Diujikan Tabel 6. Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMK
Nama Mata Pelajaran
Jumlah Soal
Waktu Pengerjaan
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
50 soal 50 soal
120 menit 120 menit
Matematika Dibedakan menjadi: Matematika akuntansi Matematika pariwisata Matematikateknik
40 soal
120 menit
Bentuk Soal Pilihan Ganda 15 soal listening comprehension dan 35 soal pilihan ganda. Pilihan Ganda
Statistik jumlah sekolah serta jumlah peserta ujian nasional dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan. Perbedaan yang signifikan justru terjadi pada jumlah sekolah dan peserta antarprovinsi. Selain distribusi sekolah dan peserta yang tidak merata, jumlah provinsi dan kabupaten juga mengalami perubahan karena pemekaran wilayah. Gambar 7, 8, dan 9 menyajikan detail jumlah sekolah dan peserta di masing-masing provinsi. Data yang diambil adalah data peserta ujian nasional tahun ajaran 2014 yang memberikan gambaran terbaru mengenai kondisi pemekaran wilayah di Indonesia.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–7–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 7. Sebaran Jumlah Peserta UN SMP/MTs 2014 Berdasarkan Provinsi
Gambar 8. Sebaran Jumlah Peserta UN SMA/MA 2014 Berdasarkan Provinsi
Gambar 9. Sebaran Jumlah Peserta UN SMK 2014 Berdasarkan Provinsi
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–8–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
B. SISTEMATIKA LAPORAN Laporan hasil UN ini terdiri dari tujuh (7) bab. Isi pada masing-masing bab sebagai berikut. Bab 1 merupakan uraian yang memberikan gambaran umum tentang ujian nasional. Dalam bab ini dijelaskan pengertian ujian nasional, pentingnya kajian hasil ujian nasional, dan peran Puspendik dan Balitbang Kemendikbud sebagai bagian dari lembaga penyelenggara ujian nasional. Selain itu dalam bab ini diuraikan pula tujuan ujian nasional, tujuan penyusunan laporan ujian nasional, dan sistematika laporan ujian nasional. Bab 2 berisi penjelasan tentang penyelenggaraan dan sistem ujian nasional yang meliputi penyiapan bahan ujian nasional berupa kisi-kisi, paket tes, penggandaan dan distribusi bahan ujian nasional. Dalam Bab 2 juga diuraikan tentang pelaksanaan ujian nasional, pengolahan data hasil ujian nasional, dan pelaporan hasil ujian nasional. Bab 3 berisi paparan tentang hasil ujian nasional SMP/MTs dan SMA/MA 2014. Hasil ujian nasional yang dipaparkan meliputi jumlah peserta dan kelulusan, perbandingan nilai (UN, nilai sekolah, dan nilai akhir), karakteristik soal ujian nasional, dan peta pencapaian kompetensi (daya serap) dalam bentuk jaring laba-laba. Bab 4 menguraikan level kompetensi berdasarkan hasil ujian nasional setiap mata pelajaran untuk jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA. Deskripsi setiap level kompetensi disertai contoh soal agar memudahkan pemahaman tentang beda kompetensi di setiap level. Selain itu dilakukan analisis mengenai capaian level kompetensi setiap provinsi Pada Bab 5 diuraikan mengenai hasil ujian nasional tahun 2014 dibandingkan dengan hasil ujian nasional dua tahun sebelumnya. Selanjutnya pada Bab 6 diuraikan mengenai analisis korelasional hasil ujian nasional dengan aspek lainnya juga persepsi siswa mengenai ujian nasional. Pada setiap awal bab 3, 4, 5, dan 6 disajikan gambaran ringkas isi setiap bab. Penyajian gambaran ringkas tersebut dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh kesimpulan dan gambaran umum mengenai hasil analisis yang disajikan pada bab tersebut. Bab 7 merupakan bab penutup. Rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil analisis ujian nasional disajikan untuk peningkatan mutu pendidikan pada umumnya serta perbaikan ujian nasional pada khususnya.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
–9–
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 10 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 2 : PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 11 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Ujian Nasional (UN) merupakan kegiatan berskala nasional dan melibatkan banyak pihak. Pihak yang terlibat dalam penyelenggaraannya meliputi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang termasuk di dalamnya BSNP, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan Kepolisian. Penyelenggaraan Ujian Nasional dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu: Tahap Persiapan meliputi penetapan dan pendistribusian Kisi-Kisi UN, koordinasi/sosialisasi Permen dan POS, penyiapan master naskah UN, pendataan peserta UN, nilai rapor dan nilai US/M, penggandaan dan pengiriman Bahan Ujian Nasional yang diawali dengan proses lelang dan diakhiri dengan pengiriman Bahan Ujian Nasional sampai ke satuan pendidikan. Tahap Pelaksanaan yaitu pelaksanaan UN Tahap pengolahan dan pelaporan yang meliputi pemrosesan LJU, penilaian, kelulusan, dan pelaporan hasil UN. Keseluruhan tahapan penyelenggaraan UN tergambar dalam time line penyelenggaraan UN pada gambar 10.
Time Line Penyelenggaraan UN
I. PERSIAPAN Pendistribusian Kisi-kisi
NOV
Peserta UN
Koordinasi/ Penyiapan Master Sosialisasi Naskah Permen & POS
DES
Nilai Rapor dan US/M
IV. PELAKSANAAN
JAN
Pencetakan DNT
II. PENDATAAN
FEB
Proses Lelang
MAR
Penggan- Pencetakan daan Master Naskah
Mei
APR
Pengawasan Pengiriman Proses Bahan UN Pencetakan
III. PENCETAKAN DAN PENGIRIMAN NASKAH Pemrosesan LJU
Keterangan: DNT = Daftar Nominal Tetap US/M = Ujian Sekolah/Madrasah
Peni laian
Kelu lusan
Eva luasi
V. PENILAIAN
Gambar 10.Time Line Penyelenggaraan UN
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 12 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
A. PERSIAPAN 1. Pendataan Pendataan dilakukan untuk menjaring informasi mengenai peserta di kelas akhir dan catatan prestasi belajarnya pada masing-masing jenjang pendidikan di setiap sekolah yang akan mengikuti UN. Informasi yang dijaring berupa biodata peserta antara lain nama dan tempat tanggal lahir siswa, nama orang tua, nomer induk siswa, sedangkan untuk presasi belajarnya berupa nilai rapor per semester yang ditetapkan dalam POS untuk setiap mata pelajaran serta nilai ujian sekolah (US). Sistem dan aplikasi yang digunakan dalam pendataan dikembangkan oleh Pusat Penillaian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. Biodata peserta dan data nilai rapor serta nilai US berasal dari sekolah di bawah koordinasi pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota serta pelaksana UN tingkat provinsi di wilayah masing-masing. Pendataan dilakukan dengan menggunakan sistem online dan offline. Sistem offline dapat dipergunakan oleh user sekolah yang memiliki keterbatasan infrastruktur serta untuk user kabupaten/kota dan provinsi digunakan dalam proses pencetakan. Data dalam pendataan tersimpan secara online dengan tujuan mempermudah pengendalian data. Mekanisme pendataan dalam penyelenggaraan UN meliputi: Pendataan Calon Peserta Data yang berasal sekolah dikumpulkan oleh pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota untuk dicetak agar dapat diverifikasi kembali oleh sekolah. Hasil verifikasi selanjutnya diunggah ke dalam sistem online. Selanjutnya Daftar Nominasi Sementara (DNS) dicetak dan diberikan kepada sekolah untuk divalidasi. Hak akses perubahan data untuk user sekolah dan user kabupaten/kota yang DNS nya sudah tervalidasi ditutup dan hanya dibuka untuk user provinsi dalam rangka menetapkan nomer peserta UN, mencetak Daftar Nominasi Tetap (DNT) dan kartu peserta UN. DNT dan kartu peserta UN kemudian didistribusikan ke sekolah melalui pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota. Hak akses penambahan data untuk pelaksana UN tingkat provinsi ditutup setelah proses pencetakan DNT dan kartu peserta selesai. Penambahan data dimungkinkan apabila sudah dilaporkan kepada penyelenggara UN dan pelaksana UN tingkat pusat dan mendapatkan persetujuan. Pendataan Nilai rapor dan nilai US Mekanisme dalam pendataan nilai rapor dan nilai US tidak berbeda jauh dengan pendataan calon peserta UN. Pendataan ini dapat dilakukan setelah biodata peserta tersedia sebagai acuan dalam memasukkan nilai masing-masing siswa oleh setiap sekolah. Nilai rapor yang dimasukkan dalam pendataan nilai adalah nilai semester satu sampai dengan semester lima untuk SMP/MTs/Paket B/SMPLB/SMALB, semester tiga sampai dengan lima untuk SMA/MA/Paket C, semester satu sampai dengan lima untuk SMK/Paket C Kejuruan. Sekolah hanya memasukkan nilai tiap mata pelajaran tiap siswanya, tidak melakukan penghitungan rata-rata dan pembobotan nilai. Penghitungan rata-rata dan pembobotan tersedia dalam sistem aplikasi pendataan nilai.
2.
Sosialisasi Pelaksanaan UN Penyelenggaraan UN diatur dalam peraturan menteri dan POS UN. Mengingat UN diselenggarakan di sekolah-sekolah seluruh wilayah Indonesia dan sekolah Indonesia di luar negeri, maka diperlukan penyebaran informasi mengenai UN melalui sosialisasi. Sosialisasi dilakukan kepada instansi yang terlibat dalam penyelenggaraan UN di pusat dan daerah, pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan di pusat dan daerah, peserta UN, sampai dengan masyarakat umum dengan tujuan memberikan informasi seluas-luasnya mengenai prosedur pelaksanaan UN dan kebijakan-kebijakan UN. Selain itu, sosialisasi juga dimaksudkan untuk menyelaraskan tugas dan fungsi, serta kewenangan
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 13 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
pelaksana UN tingkat pusat sampai dengan tingkat satuan pendidikan, sehingga UN dapat dilaksanakan secara kredibel, objektif, akurat, akuntabel, dan berkeadilan.
3.
Penyiapan Bahan Ujian Nasional Bahan ujian nasional yang berupa naskah soal berasal dari bank soal Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang, Kemendikbud yang memiliki karakteristik pada setiap butir soal. Butir soal tersebut dirakit menjadi naskah soal berdasarkan kisi-kisi UN. Gambar 11 adalah bagan alur penyiapan master naskah soal.
Alur Persiapan Master Naskah Soal PENYUSUNAN PAKET NASIONAL [Puspendik]
PENYUSUNAN KISI-KISI UN [BSNP- Puspendik-PT]
SPESIFIKASI UN [Puspendik-Guru]
FIAT [PUSPENDIK]
SELEKSI BUTIR SESUAI KISI-KISI UN [Puspendik]
PENYUSUNAN PAKET TES [Puspendik-Guru]
PROOF READING [PUSPENDIK]
Validasi [BSNP-Puspendik-PT]
PENGGANDAAN , PENGEPAKAN MASTER [Puspendik]
DISTRIBUSI MASTER KE PERCETAKANREGION [Puspendik]
Gambar 11. Alur Penyiapan Naskah
Kisi-kisi Ujian Nasional Kisi-kisi soal UN disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Kisi-kisi soal UN sebagaimana dimaksud di atas menggunakan kisi-kisi soal UN tahun pelajaran 2013yang ditetapkan dalam Peraturan BSNP Nomor 0019/P/BSNP/XI/2012 tentang Kisi-kisi Ujian Nasional untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2013. Penyusunan Naskah UN 1) Penyusunan Spesifikasi Tes Ujian Nasional. Spesifikasi tes mengacu pada Kisi-Kisi UN yang disusun sesuai dengan hasil pembahasan oleh tim materi dan ahli penilaian pendidikan mengenai materi/pokok bahasan yang akan dipilih. Acuan yang digunakan meliputibuku pedoman teknis berikut format spesifikasi tes dari Pusat Penilaian Pendidikan, kurikulum dan kisi-kisi UN yang berlaku, serta buku penunjang/buku pelengkap yang telah disahkan. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 14 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
2)
Spesifikasi tes kemudian divalidasi dengan cara mencocokkan kembali kesesuaian materimateri yang dituangkan dalam spesifikasi dengan kisi-kisi UN. Penyiapan Bahan Ujian Nasional Bahan Ujian nasional adalah master naskah dan LJUN yang disiapkan oleh Puspendik. Naskah dan LJUN menjadi satu kesatuan set naskah. Bahan ujian nasional tersebut disiapkan melalui proses:
Pemilihan Butir Soal Pemilihan butir soal dari Bank Soal diawali dengan langkah pemilahan butir soal per bidang studi per jenjang pendidikan. Butir soal yang sudah dipilah tersebut, kemudian dipilih yang sesuai dengan spesifikasi serta paralel antarpaket dengan mengacu pada kisi-kisi UN per bidang studi dan per jenjang pendidikan. Setelah itu dilakukan proses validasi hasil pemilihan yaitu dengan cara melihat keakuratan pemilihan, struktur soal, dan keparalelan antarpaket. Bila tidak sesuai dan tidak paralel, maka dicarikan butir soal dalam bank soal yang sesuai. Pada saat bersamaan dilakukan penyetaraan tingkat kesukaran pada masing-masing paket soal. a) Penyusunan Paket Tes Soal-soal yang telah dipilih kemudian didesain menjadi paket-paket tes yang terdiri atas 40 sampai dengan 50 butir soal sesuai dengan spesifikasi. Paket tes yang tersusun dilihatkesempurnaan naskah soal, baik dari segi pengetikan,tata letak, segi isi/materi (paralel), maupun simbol, lambang, gambar dan ilustrasinya hingga naskah siap cetak. b) Validasi Paket Tes Validasi butir soal paket tesdilakukan oleh Tim Perguruan Tinggi di bawah koordinasi BSNP bersama koordinator bidang studi dengan memeriksa kesesuaian paket tes dengan materi dalam Kisi-kisi UN, kebenaran konsep dan kunci jawaban, serta keparalelan antarpaket.Setiap soal yang diperiksa, diparaf pada setiap butir pada lembar paket tes. Validasi keterbandingan tingkat kesukaran antar paket tes tidak hanya dilakukan melalui judgement pakar, tetapi juga secara empirik menggunakan metode concordance. Metode concordance adalah cara membandingkan tingkat kesukaran satu paket tes dengan paket tes lainnya dengan membandingkan peluang menjawab benar setiap paket tes berdasarkan kemampuan peserta. Diharapkan peserta dengan kemampuan yang sama akan memiliki peluang menjawab benar yang sebanding pula tanpa membedakan paket tes yang ditempuh. Gambar 12 merupakan contoh hasil analisis concordance paket tes Bahasa Indonesia SMP. Koordinat absis merupakan kemampuan siswa pada skala logit sedangkan koordinat ordinat adalah peluang menjawab benar butir-butir soal setiap paket tes. Hasil menunjukkan keempat belas paket tes relatif berhimpit, hanya ada 1 paket yaitu paket tes 1 yang cukup bergeser. Berhimpitnya grafik menunjukkan bahwa antara satu paket tes dengan paket tes lain tingkat kesukarannya relatif sama dan terbandingkan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 15 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAHASA INDONESIA SMP 50
T o t a l
paket1
45
P r o b a b i l i t a s
paket2
40
paket3
35
paket4
30
paket5
25
paket6
20
paket7
15
paket8
10
paket9
5
paket10 paket11
0 -6
-4
-2
0
2
4
6
paket12 paket13
Skala Kemampuan Gambar 12.Keterbandingan Tingkat Kesukaran Paket tes Bahasa Indonesia SMP
c)
d)
e)
Proof reading dan Fiat Proof reading dan fiatbertujuan untuk memastikan seluruh paket tes telah divalidasi. Kemudian dilakukanpengecekan kembali paket tesberupa kesalahan ketikan, kelengkapan cover, nomor, kode,jumlah soal dan halamanserta kesesuaian urutan nomor butir soal tiap halamannya. Penyusunan Paket Nasional Penyusunan paket nasional dilakukan dengan langkah pengembangan jumlahpaket tes sesuai dengan desain pemaketan dan jumlah paket yang telah ditentukan. Hasil pengembangan jumlah paket tes diperiksa kembali dengan mengacu pada desain pemaketan hingga final. Paket tes hasil pengembangan yang telah final ditandatanganidan menjadi paket nasional. Pemetaan Region Cetak Pemetaan region cetak dilakukan untuk memetakan paket nasional menjadi master naskah untuk setiap region (wilayah dan zona waktu). Master naskah yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan setiapregion. Sebelum master naskah dikirim dilakukan quality controlmeliputikesesuaian kodefikasi naskah pada footer, header, dan cover naskahserta pada LJUN yang telah ditetapkan, hingga menghasilkan sejumlahmaster naskah UN yang siap kirim untuk digandakan oleh perusahaan percetakan. Master naskah yang lolos quality control tersebut dipak dengan pengamanan ganda. Tabel 7 memberikan informasi mengenai pemetaan region cetak naskah pada UN 2014.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 16 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Tabel 7. Pembagian Region pada UN 2014
REGION
JUMLAH PROVINSI
1
5
2
4
3
9
4
1
5
2
6
4
7
3
8
6
NAMA PROVINSI SUMUT ACEH RIAU KEPRI SUMBAR SUMSEL BABEL LAMPUNG BENGKULU DKI JAKARTA BANTEN KALBAR JAMBI KALTENG PAPUA PABAR MALUT MALUKU JABAR JATENG DIY JATIM KALSEL KALTIM KALTARA BALI NTT NTB SULSEL SULBAR SULTRA SULUT SULTENG GORONTALO
Pengantaran Master Naskah UN Master naskah untuk tiap region di antar ke perusahaan percetakan dan diserahterimakan di percetakan yang disaksikan oleh pihak kepolisian, panitia regional, dan atau perguruan tinggi untuk digandakan menjadi bahan ujian nasional bagi peserta didik. Serah terima master naskah dilampiri berita acara serah terima.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 17 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
4.
Penggandaan dan Pendistribusian Bahan Ujian Dibanding dengan tahun sebelumnya, pelaksanaan penggandaan dan pendistribusian bahan UN tahun 2014 mengalami perubahan dan perbaikan. Pertama, pada tahun pelajaran 2014 Pelaksana UN Tingkat Provinsi diberi kewenangan untuk melakukan penggandaan bahan UN secara regional agar proses penggandaan berjalan efektif dan efisien. Kedua, mekanisme penggandaan bahan Ujian Nasional juga mempertimbangkan pembagian zonasi (wilayah) dan waktu berdasarkan wilayah (Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur), paket soal ujian, dan jumlah peserta ujian, serta kemampuan kapasitas produksi perusahaan percetakan bahan ujian agar mutu hasil cetakan terjaga. Di samping itu, pendistribusian bahan UN juga mengalami penyempurnaan prosedur. Pada tahap awal telah dilakukan terlebih dahulu penentuan daerah remote (daerah yang terpencil) dan sekolah remote (sekolah yang jauh dari titik simpan terakhir). Dengan diketahuinya daerah remote dan sekolah remote, perusahaan percetakan akan mendistribusikan bahan untuk daerah remote dan sekolah remote tersebut lebih awal daripada daerah lain agar tidak ada keterlambatan pendistribusian. Penggandaan Bahan UN Penggandaan dan pendistribusian bahan UN dilaksanakan dengan mengacu pada Prosedur Operasional Standar (POS) Penggandaan dan Pendistribusian bahan UN. Tahap demi tahap langkah penggandaan bahan UN dilakukan dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat. Tahap pertama dilakukan penetapan spesifikasi serta persyaratan teknis perusahaan dalam penggandaan dan distribusi bahan UN, yang meliputi spesifikasi pengamanan, spesifikasi sumber daya manusia, spesifikasi ruangan penggandaan dan distribusi, spesifikasi mesin produksi, metode kerja/alur kerja, spesifikasi administrasi, spesifikasi prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan konsultansi kepada LPSE dan LKPP untuk memperjelas spesifikasi dan persyaratan teknis perusahaan. Tahap kedua adalah penetapan panitia regional untuk pekerjaan pelelangan penggandaan dan pendistribusian bahan UN. Tahap ini dimonitoring/diawasi oleh pihak Inspektorat Jenderal Kemendikbud, serta disupervisi oleh pihak LPSE dan LKPP yang berkaitan dengan pekerjaan lelang. Setelah dibentuk panitia regional, maka diperlukanlah pengarahan teknis prosedur penggandaan dan distribusi bahan kepada panitia regional agar pekerjaan pelelangan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setelah pemenang penggandaan dan pendistribusian bahan UN ditetapkan, maka tahap berikutnya adalah penetapan POS pengawasan perusahaan percetakan, penetapan tim supervisi percetakan; dan penetapan tim pengawasan penggandaan bahan UN dari tiap regional. Untuk menjamin kualitas hasil penggandaan bahan UN, maka tahap-tahap pada kegiatan penggandaan bahan UN dilakukan dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat. Pada SOP telah dicantumkan hal-hal yang berkaitan dengan pengamanan, yaitu, (1) Petugas Pusat, Perusahaan Percetakan, Petugas Perguruan Tinggi, LPMP, Petugas Dinas Pendidikan Provinsi, Panitia Regional dan Pihak Kepolisian tidak dibenarkan membaca soal, menelaah soal, editing soal, pengetikan ulang naskah soal, ataupun mengubah setting layout soal termasuk mengatur tata letak gambar sesuai master soal; (2) peralatan yang berhubungan dengan sistem komputerisasi pada pekerjaan penggandaan Bahan UN tidak boleh terintegrasi dengan internet; (3), setiap ruangan pekerjaan penggandaan Bahan UN mulai dari praproduksi sampai dengan pascaproduksi harus dilengkapi oleh kamera pemantau (CCTV); (4) setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan penggandaan Bahan UN harus dilengkapi Berita Acara Pekerjaan; (5) selama proses pencetakan bahan UN semua karyawan yang terlibat dalam proses pencetakan dikarantina dan pada saat pelaksanaan tugas tidak boleh berhubungan dengan pihak luar termasuk keluarga kecuali sangat penting dengan seizin pihak keamanan; (6) pegawai percetakan harus PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 18 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
memenuhi kualifikasi yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya dan personil yang bertugas tidak berubah selama proses pencetakan serta wajib menjaga kerahasiaan, jika diperlukan personil harus menjaga kerahasiaan pekerjaan di bawah sumpah; (7), setiap pihak yang terlibat dalam proses percetakan wajib mengenakan tanda pengenal; (8) perusahaan percetakan tidak boleh menerima tamu ke ruang pencetakan bahan UN selain petugas yang diberi kewenangan dengan melampirkan surat tugas dari Penyelenggara Tingkat Pusat; (9) setiap pengunjung yang diizinkan memasuki ruang percetakan tidak diperkenankan membawa handphone, flashdisk, kamera atau alat komunikasi lainnya; (10) mematikan fasilitas Wi-fi di lokasi percetakan selama proses pencetakan bahan UN. Pada saat serah terima master soal bahan UN dari Panitia Pusat ke Perusahaan Pemenang, ada saksi dari Panitia Regional dan pengawasan dari pihak kepolisian, serta disertai berita acara serah terima Bahan UN. Bahan UN disimpan di ruangan khusus tertutup, terkunci dan disegel. Kunci tempat penyimpanan Bahan UN di perusahaan percetakan diserahkan kepada Panitia Regional dan petugas kepolisian. Pada tahap penggandaan bahan ujian, beberapa instansi terlibat di dalamnya. Dalam pencetakan bahan UN terlibat ahli pencetakan yaitu Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) untuk menguji kualitas cetakan, memastikan kesesuaian berat kertas dengan spesifikasi yang telah ditentukan, dengan cara menimbang gramatur berat kertas salah satu halaman dari satu paket setiap mata pelajaran, ukuran kertas, dan memprediksi ketepatan target waktu pencetakan. Pihak Panitia Pusat juga melakukan supervisi percetakan dengan mengecek secara sampling set naskah untuk setiap mata pelajaran setiap paketnya. Pengecekan dilakukan untuk memastikan bahwa kodifikasi pada setiap halaman naskah soal sama dengan kodifikasi pada LJUN, memastikan kejelasan gambar dan keterbacaan naskah soal, memastikan LJUN dapat dibaca oleh mesin pemindai. Di samping itu, juga dilakukan pengecekan isi amplop naskah secara sampling. Amplop naskah yang diambil dicek kesesuaiannya antara isi amplop naskah dengan judul yang tertulis di cover amplop. Keterlibatan pakar percetakan dan panitia pusat dalam penggandaan bahan UN tersebut untuk menjamin kesesuaian hasil cetakan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, kesesuaian antara kode paket lembar LJUN dan lembar soal naskah, kesesuaian antara nama mata pelajaran pada amplop naskah dengan naskah yang ada di dalam amplop tersebut. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi bersama-sama dengan Perguruan Tinggi, dan LPMP melakukan pengecekan data peserta UN. Data peserta UN dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi dicocokkan dengan data oplah cetakan bahan UN di perusahaan. Hal ini penting dilakukan agar dapat menjamin tidak terjadinya kekurangan naskah soal.Data jumlah cetak naskah UN 2014 dirinci pada tabel 8. Tabel 8. Jumlah Cetak Naskah UN 2014
REGION 1 2 3 4 5 6 7 8
JUMLAH NAMA PROVINSI PERCETAKAN 5 KARYA KITA 4 TEMPRINA 9 JASUINDO 1 BALEBAT 2 MASSCOM 4 JASUINDO 3 TEMPRINA 6 TEMPRINA TOTAL
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
JUMLAH CETAK NASKAH SMP/MTs SMA/MA SMK 1,041,168 750,690 263,304 520,208 452,928 79,599 564,692 357,552 210,108 2,774,624 1,354,134 704,595 1,937,932 1,042,034 612,128 2,335,264 1,498,254 602,280 256,740 172,068 76,911 621,112 504,054 115,044 10,051,740 6,131,714 2,663,969
– 19 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Pihak Kepolisian juga dilibatkan dalam pengamanan lingkungan lokasi perusahaan percetakan selama 24 jam setiap harinya. Pihak Kepolisian harus melarang setiap orang masuk ke dalam percetakan, kecuali (1) Petugas pencetakan bahan UN dan (2) petugas lain yang memiliki surat tugas atau memperoleh izin dari penyelenggara tingkat pusat. Pihak Kepolisian juga harus menggeledah setiap orang yang masuk dan keluar dari ruang pencetakan bahan UN. Untuk menjamin kualitas, keamanan, kerahasiaan dan kelancaran pelaksanaan penggandaan bahan UN, semua pihak yang terlibat tersebut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pencetakan bahan UN dan selalu melengkapi semua tahap kegiatan penggandaan bahan UN dengan berita acara. Pendistribusian Bahan UN Berdasarkan hasil pemantauan pelaksanaan Ujian Nasional selama ini dan pengalaman pelaksanaan pendistribusian Bahan UN tahun lalu, tampak bahwa diperlukan strategi dan perencanaan pendistribusian bahan UN agar bahan UN tiba di titik simpan akhir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hal yang direncanakan untuk pertama dilakukan adalah menentukan gudang penyimpanan sementara di Provinsi. Dalam hal ini perusahaan percetakan berkoordinasi dengan Perguruan Tinggi, LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Pihak Kepolisian. Selanjutnya, Dinas Pendidikan Provinsi menentukan daerahdaerah yang termasuk daerah remote (daerah yang terpencil), dan sekolah-sekolah yang termasuk sekolah remote (sekolah-sekolah yang jauh dari titik simpan terakhir) yang ada di provinsi yang bersangkutan. Penentuan daerah remote dan sekolah remote sangat penting agar pendistribusian bahan ujian untuk daerah tersebut dilakukan lebih awal daripada daerah yang bukan daerah remote dan menjamin tidak ada keterlambatan bahan ujian sampai di sekolah. Selanjutnya, perusahaan percetakan mendistribusikan bahan UN (termasuk Compact Disc LC) ke gudang penyimpanan sementara di Provinsi. Untuk menjamin ketidakterlambatan pendistribusian bahan UN tersebut sampai di sekolah, Bahan UN harus diserahterimakan di Provinsi oleh percetakan dengan tata waktu sesuai dengan kondisi geografis kabupaten/kota paling cepat 7 (tujuh) hari dan paling lambat 1 (satu) hari kalender menjelang pelaksanaan ujian. Hal lain yang harus dilakukan Panitia UN Tingkat Kabupaten/Kota adalah menentukan titik simpan terakhir di Kabupaten/Kota. Penentuan titik simpan akhir tersebut dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Perguruan Tinggi/LPMP setempat. Selanjutnya, Perguruan Tinggi/LPMP bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Pihak Kepolisian mendistribusikan bahan UN ke titik simpan terakhir di Kabupaten/Kota. Dalam pendistribusian bahan Ujian ke titik simpan akhir tersebut Perguruan Tinggi/LPMP melakukan serah terima dengan Tim Pengawas dan Pengamanan Bahan UN disaksikan Dinas Pendidikan Provinsi dan dikawal Pihak Kepolisian. Petugas dari Perguruan Tinggi/LPMP melakukan pengawasan dan pengamanan bahan UN selama pelaksanaan UN berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Sesuai jadwal pelaksanaan UN, Petugas Pengawasan dan Pengamanan Bahan UN di titik simpan terakhir melakukan serah terima Bahan UN dengan Petugas Pengawas Satuan Pendidikan disaksikan oleh Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah dan Unit Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan. Semua tahap dalam pendistribusian bahan UN tersebut disertai dengan berita acara. Pola distribusi naskah Ujian Nasional bervariasi, tergantung pada kondisi geografis masing-masing wilayah. Gambar 13 adalah contoh skema pendistribusian bahan UN di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 20 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Sumber: Gubernur Provinsi NTT dalam Rapat tentang Pelaksanaan UN Tingkat Provinsi NTT Tahun 2014. Gambar 13. Peta distribusi naskah UN SMA/MA 2014 di Provinsi NTT
Naskah diterima di titik penyimpanan akhir Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kota Kupang pada Selasa, 1 April 2014. Setelah diterima di Kota Kupang, naskah selanjutnya dikirim ke kabupaten lainnya secara bertahap. Pengiriman pertama dilakukan pada Rabu 2 April 2014, yakni pengiriman naskah dari Kota Kupang menuju Lewoleba dengan menggunakan KMP Ferry. Naskah dijadwalkan tiba sehari setelah pengiriman. Pada Kamis 3 April 2014, dilakukan pengiriman naskah dari Kupang dengan menggunakan KMP Ferry menuju 3 titik penyeberangan sekaligus, yakni menuju Larantuka, Aimere, dan Waingapu. Setibanya di titik penyeberangan Larantuka, naskah dikirim melalui jalur darat menuju Flores Timur, Sikka, dan Ende. Dibutuhkan waktu satu hari untuk pengiriman naskah menuju Flores Tmur dan Sikka. Sedangkan pengiriman naskah menuju Ende diperlukan waktu dua hari. Naskah yang tiba di titik penyeberangan Aimere kemudian didistribusikan ke Kabupaten Ngada, Nagekeo, Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat menggunakan jalur darat. Pengiriman ke Kabupaten Ngada dan Nagekeo memerlukan waktu satu hari. Sedangkan pengiriman ke Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat memerlukan waktu dua hari. Naskah yang tiba di titik penyeberangan Waingapu selanjutnya didistribusikan melalui jalur darat menuju Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Pengiriman menuju Sumba Timur memerlukan waktu dua hari, menuju Sumba Tengah memerlukan waktu tiga hari, menuju Sumba Barat memerlukan waktu empat hari, dan menuju Sumba Barat Daya memerlukan waktu lima hari. Pengiriman menggunakan KMP Ferry dilakukan kembali pada Sabtu, 5 April 2014 dari Kupang menuju Alor. Naskah dijadwalkan tiba di Alor pada Minggu, 6 April 2014. Pada Senin, 7 April 2014 naskah dikirim dari Kupang menuju Sabu dengan menggunakan KMP Ferry dan dijadwalkan tiba sehari sesudahnya. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 21 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Selasa, 8 April 2014 dilakukan pengiriman menggunakan KMP Ferry dari Kupang menuju Rote. Naskah diperkirakan tiba di Rote sehari setelah pengiriman. Pengiriman terakhir dilakukan pada Kamis, 10 April 2014. Pengiriman ini dilakukan melalui jalur darat dari Kupang menuju daratan Timor dengan tujuan akhir Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan.
B. PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Pelaksanaan UN mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan BSNP memiliki kewenangan sebagai penyelenggara UN yang memiliki tugas menyusun POS pelaksanaan UN, memberi rekomendasi kepada Menteri tentang pembentukan Pelaksana UN Tingkat Pusat dan melakukan evaluasi dan menyusun rekomendasi perbaikan pelaksanaan UN. Dalam pelaksanaan UN pelaskana UN tingkaat pusat sampai dengan satuan pendidikan memiliki tugas masing-masing: Pelaksana UN tingkat pusat yang mempunyai tugas antara lain memantau pelaksanaan UN di pusat dan daerah, memantau persiapan dan pelaksanaan pemindaian di daerah, melakukan penilaian hasil UN, dan menganalisis hasil UN serta mengevaluasi pelaksanaan UN sebagai laporan pada Menteri. Pelaksana UN mempunyai tugas melaksanakan dan mengawasi UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan Program Paket B/Wustha, melaksanakan UN SMA/MA, SMK/MAK, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan, dan melakukan pemindaian LJUN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan Program Paket B/Wustha. Perguruan tinggi dalam pelaksanaan UN 2014 lebih ditingkatkan perannya yang meliputi menetapkan pengawas satuan pendidikan serta koordinator pengawas ruang jenjang untuk mengawasi pelaksanaan UN SMA/MA, SMK/MAK, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan, serta pengembalian LJUN ke tempat pemindaian dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan melakukan pemindaian LJUN UN SMA/MA, SMK/MAK, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan. Pelaksana UN tingkat Kota dan kabupaten mempunyai tugas tanggung jawab antara lain, menetapkan pengawas ruang UN, dan menetapkan penanggungjawab ruang ujian dari salah seorang pengawas ruang UN. Pelaksana UN tingkat Satuan Pendidikan memiliki tugas mengambil naskah soal di titik simpan terakhir dan menjamin kerahasiaan serta keamanan naskah soal tersebut, menjamin keamanan dan ketertiban pelaksanaan UN. Layanan pengaduan (hotline) pelaksanaan UN dibuka dari H-3 dari pelaksanaan UN SMA sederajat sampai dengan H+3 setelah pelaksanaan UN SMP sederajat. Layanan pengaduan diselenggarakan di tingkat pelaksana UN tingkat pusat dengan tujuan menampung pertanyaan, keluhan dan laporan dari masyarakat mengenai kesalahan prosedur, kecurangan, kunci jawaban palsu, isu kebocoran, pungutan UN, jual beli soal UN, kerusakan soal, perubahan jadwal, variasi paket soal, dan kualitas kertas. Monitoring pelaksanaan UN dilakukan untuk seluruh jenjang pendidikan meliputi monitoring terhadap persiapan UN, pelaksanaan di lapangan, kesesuaian pelaksanaan UN dengan POS, penanganan permasalahan yang muncul di lapangan yang memerlukan tindakan segera, mencari informasi tentang naskah, tanggapan peserta ujian tentang kesiapannya menghadapi UN, menyebarkan kuesioner bagi pelaksana UN provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan peserta ujian. Hasil kuesionermengenai persepsi siswa tentang UN diuraikan pada bab 6.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 22 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
C. PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN 1.
Alur Pengolahan Hasil Ujian Nasional PELAKSANA UN TINGKAT PROVINSI (DINAS PENDIDIKAN & PERGURUAN TINGGI NEGERI)
PEMILAHAN BERKAS (BATCHING)
PENERIMAAN LJK
PEMINDAIAN
VALIDASI PEMINDAIAN
SERAH TERIMA DATA
PELAKSANA UN TINGKAT PUSAT (Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG & BSNP)
PELAPORAN & PENGUMUMAN HASIL
ANALISIS
PENILAIAN
VERIFIKASI & VALIDASI
Gambar 14.Alur pengolahan hasil UN
2.
Mekanisme Pengolahan Hasil Ujian Nasional
a. Proses pemindaian LJUN Pengolahan hasil UN tingkat provinsi diawali dengan proses pemindaian lembar jawaban ujian nasional (LJUN), yang dilaksanakan oleh ptn untuk jenjang SMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket C Kejuruan serta dinas pendidikan provinsi untuk jenjang SMP/MTs, Paket B/wustha, SMPLB, dan SMALB. Sistem dan aplikasi pada proses pemidaian ljun disediakan oleh pelaksaan UN tingkat pusat. Proses ini dilakukan dengan tahapan langkah sebagai berikut: Penerimaan berkas Sebelum penerimaan berkas disiapkan bahan-bahan pendukung untuk merekap berkas yang akan diterima. Pada saat menerima berkas-berkas hasil UN dari petugas kabupaten/kota atau pengawas satuan pendidikan dilakukan mekanisme sebagai berikut : a) Mengidentifikasi satuan pendidikan,LJUN siswa yang ujiannya bergabung, dan siswa INKLUSI dengan memisahkan LJUNnya serta mencatat dalam lembar kerja pemindaian nomor siswa tersebut; b) Menghitung jumlah amplop satuan pendidikan dan amplop ruang LJUN per satuan pendidikan per sekolah sesuai mata pelajaran per program studi serta mencatat hasil penghitungan ke dalam lembar kerja; c) Setelah seluruh sampul satuan pendidikan dalam satu rayon atau satu satuan pendidikan selesai dihitung kemudian dilakukan serah terima dengan petugas Kabupaten/Kota atau Pengawas satuan pendidikan menggunakan berita acara. Pemilahan berkas Sebelum melakukan pemilahan berkas disiapkan bahan-bahan pendukung untuk merekap berkas yang akan dipilah kemudian melakukan mekanisme sebagai berikut. a) Mengurutkan Sampul Ruang dari nomor ruang terkecil ke terbesar per mata pelajaran;
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 23 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
b) c) d) e)
Membuka Sampul Ruang dan memisahkan LJUN dengan berita acara, daftar hadir dari sampul ruang; Menghitung jumlah lembar LJUN per sampul ruang dan peserta yang tidak hadir dari daftar hadir serta mencatat jumlahnya per satuan pendidikan dan per mata uji dalam lembar kerja; Menyusun LJUN per mata uji berdasarkan urutan nomor ruang terkecil ke terbesar dan mengikat serta memberi label LJUN per mata pelajaran, per program studi, dan per satuan pendidikan; Mencatat nomor peserta yang tidak hadir dari daftar hadir ke dalam lembar label LJUN.
Pemindaian LJUN Sebelum melakukan pemindaian mempersiapkan perlengkapannya dan menerima lembar kerja pemindaian serta berkas LJUN dari tim pemilah. Pemindaian dilakukan per mata pelajaran, per program studi, per satuan pendidikan. Langkah-langkah pemindaian dilakukan adalah sebagai berikut. a) Mengentri nomor peserta yang tidak hadir dan melakukan pemindaian LJUN serta memastikan bahwa hasil pemindaian sesuai dengan data isi pada LJUN; b) Memastikan isi/arsiran siswa pada LJUN terbaca dengan benar; c) Melakukan cek peserta yang LJUNnya belum dipindai dan dicocokan dengan nomor peserta yang tidak hadir pada label LJUN/daftar hadir; d) Mengarsipkan LJUN yang sudah dipindai oleh pengelola berkas. Validasi hasil pemindaian Proses validasi dilakukan setelah proses pemindaian selesai dan semua data hasil pemindaian sudah digabung. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses validasi adalah sebagai berikut: a) Merekap dan mencetak laporan data hasil pemindaian; b) Memastikan seluruh LJUN sudah dipindai dan semua siswa yang absen sudah direkam; c) Memastikan LJUN yang tidak atau belum dipindai sudah ada penjelasannya; d) Memastikan keterbacaan hasil pemindaian sesuai dengan data fisik LJUN; e) Melaporkan dan menyerahkan hasil validasi kepada Ketua Pelaksana UN Provinsi untuk di serahkan kepada panitia UN tingkat pusat. Proses Penilaian Pengolahan data hasil ujian nasional pada tingkat pusat dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG yang mengembangan mengembangkan sistem database peserta UN dan sistem database penilaian akhir ujian sekolah, ujian akhir pendidikan kesetaraan, dan ujian nasional serta melakukan proses penilaian atau peskoran hasil UN dengan disupervisi oleh BSNP. Dalam melakukan proses penilaian adapun melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Penerimaan data nilai sekolah (NS), data nilai teori kompetensi dan data hasil pemidaian LJUN Pada penerimaan data ini dilakukan pembentukan struktur file data yang telah ditetapkan agar sesuai dengan dengan alur aplikasi, memindahkan data-data yang diterima dari Pelaksana UN Tingkat Provinsi dan melakukan verifikasi kelengkapan file-file data dengan uraian dibawah ini: a) Data NS yang berupa file database seluruh sekolah yang mengikuti UN berisi nilai rapor per semester yang ditetapkan dan nilai ujian sekolah (US) per mata pelajaran. Database nilai tersebut dikumpulkan dari sekolah di koordinir oleh Pelaksana UN Tingkat Kabupaten/Kota dan Pelaksana UN Tingkat Provinsi. Diserahkan ke Pelaksana UN Tingkat Pusat sebelum pelaksaan UN berlangsung. Data ini saat diterima dari Pelaksana UN Tingkat Provinsi dilakukan verifikasi data terlebih dahulu yaitu kelengkapan data nilai rapor dan nilai UN setiap sekolah. b) Data nilai teori kompetensi merupakan file database hasil penilaian ujian teori kompetensi pada SMK yang pelaksanaan ujian nya terpisah dari UN. Proses pemindaian dan penilaian PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 24 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
dilakukan oleh Pelaksana UN Tingkat Provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi) dengan menggunakan sistim dan aplikasi yang disediakan oleh Pelaksana UN Tingkat Pusat. Verifikasi yang dilakukan saat diterima data yaitu kelengkapan data setiap sekolah. c) Data hasil pemindaian berupa file database yang terencript dan hanya bisa dibaca melalui aplikasi pemindaian. Pada penerimaan data tersebut dilakukan verifikasi kelengkapan data dengan membandingkan data sekolah, data peserta dan hasil pemindaian, 2) Validasi data nilai sekolah, data nilai teori kompetensi, dan data hasil pemindaianPada proses validasi data dilakukan setelah memverifikasi kelengkapan file data yang melalui dua tahapan validasi, dimana masing-masing tahap saling terkait terhadap kevalidan data. a) Validasi konteks pada masing-masing data Data yang akan digunakan pada proses penilaian harus di cek agar tidak terdapat kejanggalankejanggalan. (1) Format pengisian angka rapor dan US (NS) Dalam pengisian nilai oleh pihak sekolah sering terjadi tidak konsisten pada digit angka, selain itu juga nilai kosong atau tidak terisi pada salah satu mata pelajaran pada form rapor maupun US. (2) Kelengkapan dan kesempurnaan pembacaan LJUN File data base hasil pindai ditelusuri kelengkapan record siswa pada masing masing mata pelajaran yang ditempuh dari per kabupaten/kota setiap provinsi hingga ke sekolah, hasil pembacaan LJUN di lihat kesempurnaan dan kesesuaian dengan mata pelajaran maupun program studinya. b) Validasi intergrasi seluruh data. Pada proses ini dilakukan simulasi seluruh data dari data sekolah, biodata, nilai NS, nilai teori kompetensi (SMK) dan data hasil pindai. Hal ini untuk menelusuri kelengkapan seluruhan data setiap siswa yang mengikuti Ujian Nasional pada masing-masing jenjang pendidikan. Jika ditemukan terdapat kejanggalan dari hasil proses validasi di atas maka dikonfirmasikan ke Pelaksana UN Tingkat Provinsi (PTN untuk jenjang SMA sederajat dan Dinas Pendidikan jenjang untuk SMP sederajat) untuk ditelusuri dan ditindaklajuti. 3) Penerimaan peta pemaketan naskah nasional dan butir soal Setelah seluruh data terkumpul dan telah tervalidasi maka peta pemaketan naskah dan kunci jawaban butir soal di’generate’ (dibangkitkan) menjadi kunci jawaban paket soal. Hasil pembangkitan kunci butir soal tersebut digunakan dalam proses penilaian. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum proses pembangkitan kunci butir soal adalah sebagai berikut. a) Verifikasi data kunci jawaban butir soal dan peta pemaketan Verifikasi pada kunci jawaban butir soal yang dilakukan antara lain kelengkapan kunci jawaban setiap mata pelajaran, kecocokan jumlah nomer soal setiap mata pelajaran, dan kode paket soal. Pada peta pemaketan dilakukan verifikasi seluruh kode paket naskah setiap mata pelajaran yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia. b) Proses penyesuaian kunci jawaban dengan peta pemaketan naskah nasional Setelah data-data terverifikasi maka dilanjutkan pembangkitan kunci jawaban sesuai dengan peta pemaketan nasional sehingga terbentuk file kunci jawaban setiap paket naskah soal untuk setiap provinsi. c) Validasi kunci jawaban Kunci jawaban perlu dilakukan validasi dengan melakukan analisis. Pada proses ini untuk memastikan keakuratan kunci sebelum dilakukan proses penilaian. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 25 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
4) Proses penilaian Setelah seluruh data yang akan digunakan sudah terverifikasi dan valid serta biodata peserta, data sekolah, data kota/kabupaten, data provinsi , dan data referensi lainya siap, maka proses penilaian dapat dilakukan. Pada proses ini dilakukan secara tersistim dengan melalui dua tahapan yaitu: a) Penilaian data hasil pemindaian Data hasil pemindaian seluruh siswa di nilai dengan kunci jawaban berdasarkan pada kode paket naskah soal, matapelajaran, program studi/kelompok, untuk masing-masing jenjang pendidikan hingga menghasilkan nilai per mata pelajaran pada setiap siswa. b) Penggabungan nilai ujian nasional dan nilai sekolah Nilai UN masing-masing mata pelajaran setiap siswa digabungkan dengan Nilai Sekolah (gabungan nilai rapor dan nilai ujian ssekolah) dan nilai teori kompetensi (SMK) hingga menghasilkan Nilai Akhir sekaligus menghitung kelulusan dengan batas nilai kelulusan sesuai dengan rumus pembobotan yang ditetapkan dalam POS UN yang ditetapkan oleh NA = 60% nilai UN+40% nilai sekolah. Nilai sekolah = 70% rapor + 30% ujian sekolah. Proses Analisis Proses ini untuk menghitung statistik dari hasil UN berdasarkan nilai ujian nasional, nilai sekolah, dan nilai akhir masing-masing matapelajaran. Data hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk: statistik deskriptif, grafik, peringkat, dan daya serap kemampuan peserta didik pada setiap sekolah, kota/kabupaten, provinsi, dan nasional untuk setiap jenjang pendidikan. Masing-masing bentuk tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Statistik deskriptif Statistik deskriptif untuk setiap mata pelajaran Ujian Nasional pada masing-masing tingkat/jenis satuan pendidikan. Data statistik deskriptif pada tingkat nasional provinsi, kota/kabupaten, dan satuan pendidikan yang berisi informasi klasifikasi nilai, rerata, nilai tertinggi dan terendah, standar deviasi, peringkat sekolah, serta distribusi nilai siswa. antara lain nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi. 2) Daftar atau Peringkat Daftar ini memuat informasi tentang daftar atau peringkat provinsi, kota/kabupaten, dan sekolah pada tingkat nasional, provinsi, dan Kabupaten/Kota yang berisi informasi jumlah peserta, jumlah peserta tidak lulus, nilai rerata per mata ujian, jumlah nilai, dan ranking sekolah per kota/kabupaten. 3) Daya serap Laporan daya serap disusun per wilayah baik secara nasional, provinsi, kota/kabupaten, maupun sekolah. Laporan yang dihasilkan berisi informasi nilai daya serap pada kemampuan atau kompetensi yang diuji hingga butir soal pada masing-masing mata pelajaran. Laporan daya serapdapat digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa di tingkat sekolah, kota/kabupaten, maupun provinsi. Jika ditemukan kompetensi yang masih rendah dapat dilakukan pengayaan untuk siswa sedangkan untuk guru dapat dilakukan peningkatan penguasaan materi dan metode mengajar. 4) Grafik Informasi grafik disusun per wilayah baik secara nasional, provinsi, kota/kabupaten, maupun sekolah. Grafik tersebut menggambarkan perbandingan rata-rata nilai per mata ujian suatu sekolah relatif terhadap rerata tingkat nasional, tingkat provinsi, maupun tingkat kota/kabupaten. Pada grafik ini, terdapat pula histogram distribusi nilai siswa untuk ujian sekolah, ujian nasional, dan nilai akhir. Penampilan data hasil analisis berupa grafik ini dimaksudkan agar sekolah mengetahui posisinya di tingkat kota/kabupaten, provinsi, dan nasional. Demikian juga dengan kota/kabupaten PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 26 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
dapat mengetahui posisinya di tingkat provinsi maupun nasional. Jika diketahui posisi sekolah, kota/kabupaten, maupun provinsi memiliki rata-rata nilai rendah untuk mata uji tertentu, maka dapat dilakukan penelusuran di tingkat sekolah mengenai penyebab rendahnya nilai rata-rata tersebut. b. Pelaporan dan Pengumuman Hasil UN Akhir dari proses pengolahan data hasil UN terdiri dari dua bagian yaitu pelaporan ke pengambil kebijakan dalam pendidikan yang berupa data-data statistik dan hasil pencapaian prestasi siswa dalam UN yang berbentuk Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) dan Ijasah. Data akhir yang diberikan ke Pelaksana UN Tingkat Provinsi berupa data nilai siswa, biodata siswa untuk pengumuman di setiap sekolah dan data statistik yang berisi informasi hasil UN di setiap kabupaten kota hingga sekolah diwilayahnya. Untuk pengambil kebijakan tingkat pusat berfungsi untuk mengukur dan menilai pencapaian kompetensi lulusan dalam mata pelajaran tertentu, pemetaan mutu pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serat pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Informasi tentang peta hasil Ujian Nasional dapat digunakan sebagai umpan balik bagi semua pihak terkait dalam rangka memperbaiki kinerjanya. c. Kelulusan Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelahmenyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, lulus Ujian S/M/PK dan lulus Ujian Nasional (UN). Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK/MAK apabila peserta didik telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai S/M. Nilai S/M sebagaimana dimaksud diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester dengan pembobotan 30% untuk nilai US/M dan 70% untuk nilai rata-rata rapor. Nilai sekolah yang dikirimkan ke Pelaksana UN Tingkat Pusat harus diverifikasi oleh Pelaksana UN Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat Provinsi, dan tidak dapat diubah setelah diterima oleh Pelaksana UN Pusat. Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA. NA sebagaimana dimaksud diperoleh dari gabungan Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dengan Nilai UN, dengan pembobotan 40% untuk Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan 60% untuk Nilai UN. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila memiliki rata-rata Nilai Akhir (NA) dari seluruh mata pelajaran yang diujikan mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima), dan NA setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol).
D. PERBEDAAN ASPEK PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2014 DENGAN TAHUN 2012 DAN TAHUN 2013 Pada setiap tahun penyelenggaran UN terdapat beberapa aspek penyelenggaraan yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaannya, namun terdapat pula beberapa aspek yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan UN yang disesuaikan dengan kondisi serta perkembangan pendidikan pada saat itu. Adanya perbedaan kebijakan dalam setiap kali penyelenggaraan UN tersebut, menimbulkan dampak tertentu terhadap penyelenggaraan UN pada saat tertentu. Ditinjau dari aspek-aspek penyelenggaraan UN tahun 2012 sampai dengan 2014, terdapat beberapa ciri khas yang membedakan pelaksanaan UN setiap tahunnya. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, pada tabel 8 disajikan perbandingan kebijakan penyelenggaraan UN selama 3 tahun terakhir. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 27 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Tabel 9. Perbandingan Kebijakan Penyelenggaraan UN 2012-2014 Aspek
2012
2013
2014
Kriteria Kelulusan
Formula Gabungan antara nilai UN (60%) dan Nilai Sekolah/Madrasah (40%). Kriteria kelulusan UN dengan rata-rata ≥ 5,50 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0.
Formula Gabungan antara nilai UN (60%) dan Nilai Sekolah/Madrasah (40%). Kriteria kelulusan UN dengan rata-rata ≥ 5,50 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0.
Formula Gabungan antara nilai UN (60%) dan Nilai Sekolah/Madrasah (40%). Kriteria kelulusan UN dengan rata-rata ≥ 5,50 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0.
Kisi-kisi UN
Mengacu ke SK-KD (Standar Isi)
Mengacu ke SK-KD (Standar Isi)
Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan BSNP Nomor 009/P/BSNP/XI/2012
Jadwal UN
Dilaksanakan dalam 4 (empat) hari dengan jumlah mata pelajaran 1-2-1-2 setiap hari
Dilaksanakan dalam 4 (empat) hari dengan jumlah mata pelajaran 1-2-1-2 setiap hari
Dilaksanakan dalam 3 (tiga) hari dengan dua mata pelajaran setiap hari.
Penggandaan Naskah UN
Dilaksanakan dengan sistem terpusat
Dilaksanakan dengan sistem terpusat
Dilaksanakan dengan sistem regional
Naskah Soal dan LJUN
Jumlah paket 5 Naskah dan LJUN terpisah
Setiap peserta menerima paket soal yang berbeda Naskah dan LJUN menyatu Jumlah paket 20
Setiap peserta menerima paket soal yang berbeda Naskah dan LJUN menyatu Jumlah paket 20
Komposisi nilai sekolah
Komposisi nilai sekolah terdiri atas 40% nilai rata-rata rapor, dan 60% nilai ujian sekolah.
Komposisi nilai sekolah terdiri atas 40% nilai rata-rata rapor, dan 60% nilai ujian sekolah.
Komposisi nilai sekolah terdiri atas 70% nilai rata-rata rapor dan 30% nilai ujian sekolah.
Pengawas Ruang UN
Guru pada sekolah A mengawas peserta UN di sekolah B pada jenjang yang sama
Guru pada sekolah A mengawas peserta UN di sekolah B pada jenjang yang sama
Guru pada sekolah A mengawas peserta UN di sekolah B pada jenjang yang sama
Prosedur tindak lanjut pengaduan dugaan pelanggaran
Belum dibuat dalam POS UN
Dibuat dalam POS UN yang mencakup: bentuk laporan, jenis pelanggaran, investigasi, rekomendasi dan pelaksanaan keputusan (sanksi)
Dibuat dalam POS UN yang mencakup: bentuk laporan, jenis pelanggaran, investigasi, rekomendasi dan pelaksanaan keputusan (sanksi)
Pengiriman LJUN dari sekolah ke PTN
Satuan Pendidikan mengirimkan ke Dinas Pendidikan Kab/Kota kemudian diteruskan ke tempat pemindaian di PTN (khusus untuk SMA/MA dan SMK)
Wakil PTN (tim pengawas satuan pendidikan) yang mengawas di satuan pendidikan membawa langsung ke tempat pemindaian di PTN (khusus untuk SMA/MA, SMK, Paket C dan Paket C Kejuruan)
Wakil PTN (tim pengawas satuan pendidikan) yang mengawas di satuan pendidikan membawa langsung ke tempat pemindaian di PTN (khusus untuk SMA/MA, SMK, Paket C dan Paket C Kejuruan)
Pemindaian LJUN oleh PTN
LJUNSMA/MA dan SMK
LJUNSMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket C Kejuruan
LJUNSMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket C Kejuruan
Distribusi soal daerah terpencil
Waktu distribusi lebih awal
Waktu distribusi lebih awal dan jenis soalnya berbeda untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran
Waktu distribusi lebih awal dan jenis soalnya berbeda untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran
Pengawalan/ pengawasan naskah UN
Sampai di Dinas Pendidikan
Sampai titik akhir distribusi
Sampai titik akhir distribusi
Peran Perguruan Tinggi
Pelaksanaan & Pengawasan UN khusus untuk SMA/MA, dan SMK
Berperan dalam pelaksanaan & Pengawasan UN khusus untuk SMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket C Kejuruan
Tidak berperan dalam pelaksanaan UN, tetapi berperan dalam Pengawasan UN SMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket CKejuruan ditingkatkan
Sanksi Pelanggaran
Hanya untuk peserta ujian
Untuk peserta ujian dan pengawas ruang ujian
Untuk peserta ujian dan pengawas ruang ujian
Pemanfaatan hasil UN
Belum sepenuhnya dijadikan pertimbangan masuk PTN
Belum sepenuhnya dijadikan pertimbangan masuk PTN
Dijadikan pertimbangan masuk PTN
UN SD/MI
Dilaksanakan oleh BSNP
Dilaksanakan oleh BSNP
Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk Ujian Sekolah/Madrasah
Pengawas Satuan Pendidikan
Satu orang pengawas setiap satuan pendidikan
Satu orang pengawas setiap satuan pendidikan
Jumlah pengawas satuan pendidikan dari peguruan tinggi atau LPMP diatur sebagai berikut: Jumlah ruang UN: 1 s.d 4 ruang sebanyak satu orang Jumlah ruang UN: 5 s.d 10 ruang sebanyak 2 orang Jumlah ruang UN: > 10 ruang, sebanyak 3 orang.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 28 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 3 HASIL UJIAN NASIONAL 2014
Secara umum hasil UN 2014 menunjukkan kelulusan siswa SMP/MTs mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012/2013. Pada tahun 2013 tingkat kelulusan siswa SMP/MTs sebesar 95,56%,sedangkan pada tahun 2014 tingkat kelulusannya mencapai 99,94%. Rata-rata nilai UN (NUN) atau disebut juga nilai UN 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2013 rata-rata nilai UN adalah sebesar 6,10, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 6,52. Jumlah peserta UN di SMA/MA tahun 2014 adalah 1.632.757 yang berasal dari 18.452 SMA/MA di 34 provinsi. Tingkat kelulusan mencapai 99,52% dan sebanyak 0,48% (7.811 siswa) dinyatakan tidak lulus UN. Jika dibandingkan antara nilai UN SMA dan MA, rata-rata nilai UN SMA lebih tinggi (5,84) dibandingkan dengan rata-rata nilai UN MA (5,73). Nilai rata-rata SMA IPA mencapai 6,39 dan SMA IPS sebesar 5,80, sedangkan nilai rata-rata MA IPA sebesar 6,06 dan MA IPS sebesar 5,75. Rata-rata nilai UN SMA/MA mengalami penurunan dari 6,35 (2013) menjadi 6,12 (2014).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 29 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mekanisme penyelenggaran UN 2012-2014. Pada bab ini dilaporkan hasil UN SMP/MTs dan UN SMA/MA tahun 2014 khususnya dan perbandingan hasil UN pada periode tahun 2012 sampai dengan 2014 untuk kedua jenjang tersebut. Hasil UN yang dilaporkan tidak hanya dalam bentuk nilai tetapi juga capaian kompetensi pada tiap mata pelajaran yang diujikan. Selain itu juga dilaporkan hubungan antara nilai UN dan beberapa faktor yang potensial mempengaruhi nilai UN.
A. HASIL UN SMP/ MTs 2014 Jumlah Peserta dan Kelulusan Peserta UN tahun 2014 untuk SMP/ MTs merupakan peserta yang telah ditetapkan dalam Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan UN Tahun Pelajaran 2014 yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP telah mengatur persyaratan peserta UN ini sesuai empat kelompok peserta, yaitu peserta UN yang berasal dari pendidikan formal, peserta UN yang berasal dari pendidikan nonformal, peserta UN yang pindah jalur dari pendidikan formal ke pendidikan nonformal serta peserta UN di luar negeri. Namun demikian untuk kepentingan pembuatan profil hasil UN SMP/MTs ini, maka secara statistik peserta dari keempat kategori ini diakumulasikan menjadi dua jenis saja yakni peserta yang terdiri dari peserta dari SMP dan peserta dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang berada dibawah naungan Kementerian Agama. Berdasarkan kriteria kelulusan yang ditetapkan di dalam Prosedur Operasi Standar UN tahun pelajaran 2014, kriteria kelulusan UN tahun 2014 masih sama dengan kriteria kelulusan UN tahun 2013 yakni bahwa kelulusan siswa SMP ditetapkan berdasarkan perolehan Nilai Akhir (NA). NA diperoleh dari gabungan dari 60% Nilai Ujian Nasional (UN) dan 40% Nilai Sekolah/Madrasah (S/M) dari mata pelajaran yang diujian secara nasional. Siswa SMP dinyatakan lulus UN jika nilai rata-rata NA paling rendah adalah 5,5 dan nilai tiap pelajaran paling rendah 4,0. Namun terdapat perbedaan proporsi pada perhitungan NS. NS pada tahun 2014 diperoleh dari gabungan 70% rata-rata nilai rapor dan 30% nilai ujian sekolah/madrasah. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013, NS dihitung dari gabungan 40% ratarata nilai rapor dan 60% nilai ujian sekolah/madrasah.
Kelulusan peserta didik SMP ditetapkan berdasarkan perolehan Nilai Akhir (NA). Nilai Akhir (NA): NA = 60% Nilai Ujian Nasional + 40% Nilai Sekolah/Madrasah Peserta didik SMP diyatakan lulus Ujian Nasional JIka: Nilai rata-rata NA paling rendah 5,5 dan nilai tiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Gambar 15. Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari UN
UN SMP/MTs pada tahun pelajaran 2014 ini diikuti oleh sebanyak 3.773.372 peserta dari 34 provinsi. Tingkat kelulusan peserta mencapai 99.94% yakni sebanyak 3.771.037 siswa, sedangkan tingkat ketidaklulusan peserta mencapai 0.06% atau sebanyak 2.335 siswa.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 30 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 16. Hasil Akhir UN SMP/ MTs 2014
Jumlah peserta terbesar terkonsentrasi pada 3 provinsi yaitu provinsi Jawa Barat (673.801), provinsi Jawa Timur (537.772) dan provinsi Jawa Tengah (501.295). Sedangkan jumlah peserta terendah ada pada empat provinsi yaitu provinsi Kalimantan Utara (8.574), provinsi Papua Barat (12.811), Provinsi Gorontalo (17.038), dan Provinsi Bangka Belitung (17.082).
Gambar 17. Ketidaklulusan Siswa SMP/ MTs2014 Pada Setiap Provinsi PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 31 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Berdasarkan jumlah peserta dari masing-masing provinsi, maka jumlah siswa yang tidak lulus pada masing-masing provinsi juga beragam meskipun memiliki persentase tingkat ketidaklulusan yang sama. Tingkat ketidaklulusan peserta yang paling rendah adalah sebesar 0,1%, yaitu ada pada provinsi DKI Jakarta (13 siswa) dan Provinsi Jawa Barat (90 siswa). Tingkat ketidaklulusan pada urutan kedua yaitu sebesar 0,2%, yaitu ada pada provinsi Maluku Utara (4 siswa), Bali (12 siswa), Kalimantan Timur (9 siswa), Sumatera Selatan (27 siswa), Jawa Timur (94 siswa), DI Yogyakarta (11 siswa), dan Jawa Tengah (98 siswa). Sedangkan urutan tingkat ketidaklulusan ketiga adalah sebesar 0,4% yang ada pada provinsi Gorontalo (7 siswa), Bangka Belitung (6 siswa), Maluku Utara (12 siswa), Lampung (48 siswa) dan Riau (38 siswa). Tingkat ketidaklulusan tertinggi terkonsentrasi pada tiga provinsi, yaitu provinsi Aceh dengan tingkat ketidaklulusan sebesar 0,37% (313 siswa), Sulawesi Barat dengan tingkat ketidak lulusan sebesar 0,33% (71 siswa), dan provinsi Kalimantan Utara dengan tingkat ketidaklulusan sebesar 0,31% (72 siswa). Secara garis besar terdapat dua kategori sekolah terkait dengan tingkat kelulusan siswa SMP/ MTS tahun pelajaran 2014 ini, yaitu sekolah tingkat kelulusan siswanya mencapai 100% dan sekolah yang tingkat kelulusan siswanya dibawah 100%.
Gambar 18. Distribusi Kelulusan SMP/ MTs 2014
Sekolah yang tingkat kelulusan siswanya mencapai 100% adalah sebanyak 49.249 sekolah atau sebesar 97,49% dari jumlah sekolah yang ada dalam 34 provinsi. Masuk dalam kategori ini adalah sebanyak 3.651.789 siswa atau sebesar 96,78% dari jumlah peserta yang ada. Sedangkan sekolah yang tingkat kelulusan siswanya kurang dari 100% adalah sebanyak 1.266 sekolah atau sebesar 2,51% dari jumlah sekolah yang ada dalam 34 provinsi. Masuk dalam kategori ini adalah sebanyak 121.263 siswa atau sebesar 3,22% dari jumlah siswa yang ada. Distribusi dari sekolah yang tingkat kelulusan dibawah 100% ini adalah: 1) sekolah yang tingkat kelulusan siswanya antara 75% hingga kurang dari 100% yaitu sebanyak 1.243 sekolah; 2) sekolah yang tingkat kelulusan siswanya antara 50% hingga kurang dari 75% yaitu sebanyak 18 sekolah; dan 3) sekolah yang tingkat kelulusan siswanya antara 25% hingga kurang dari 50% yaitu sebanyak 5 sekolah.
Peta Hasil UN SMP/MTs2014 Tingkat Kelulusan UN Ujian Nasional (UN) SMP/MTs sebagai salah satu instrumen penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan diyakini telah menjadi pemicu sekaligus pemacu bagi peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Indikasi sederhana dari
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 32 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
peningkatan mutu pembelajaran dapat dilihat dari semakin tingginya tingkat kelulusan UN SMP/ MTs di setiap provinsi di seluruh Indonesia. Gambar 19 memberikan informasi tentang tingkat kelulusan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sebagian besar kabupaten/kota, persentase tingkat kelulusan berada pada kisaran 99,90-100%. Meskipun rata-rata tingkat kelusan kabupaten/kota relatif tinggi, namun di Jawa dan Papua masih terdapat satu kabupaten/kota dengan tingkat kelulusan 99,50-99,60%. Di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara masih terdapat kabupaten/kota dengan tingkat kelulusan di bawah 96,00%. Persentase kelulusan tingkat kabupaten/kota di Maluku lebih baik dari daerah lain di Indonesia.
Keterangan Pemekaran < 96.00
96.00 - 98.00 98.00 - 99.00
99.00 - 99.50 99.50 - 99.60
99.60 - 99.70 99.70 - 99.80
99.80 - 99.90 99.90 - 100.00
Gambar 19.Tingkat Kelusan UN SMP/Sederajat di Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia
Di Sumatera, tingkat kelulusan paling rendah berada pada kisaran 95,92-96,00%. Di Jawa, tingkat kelulusan paling rendah berada pada kisaran 99,30-99,60%. Di Kalimantan, masih terdapat daerah dengan tingkat kelulusan 98,36-99,00%. Potret tingkat kelulusan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dapat dilihat pada gambar 20.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 33 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 20.Tingkat Kelulusan di Sumatera, Jawa dan Bali, dan Kalimantan
Tingkat kelulusan di Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua dapat dicermati pada Gambar 21. Tingkat kelulusan paling rendah di Nusa Tenggara berada pada rentang 98,73-99,00% terjadi di salah satu kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Di Sulawesi, tingkat kelulusan terendah terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara yakni pada kisaran 99,40-99,60%. Di Maluku dan Papua, tinkat kelulusan paling rendah berada pada kisaran 99,04-99,60%, terjadi di lima kabupaten/kota di Papua dan dua kabupaten/kota di Papua Barat. Di Maluku, tingkat kelulusan terendah berada pada rentang 99,80-99,90% terjadi di kabupaten/kota di Maluku Utara.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 34 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 21. Tingkat Kelulusan di Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua dan Maluku
Nilai Rerata UN Nilai rerata UN SMP/MTs2014 secara nasional berada pada kisaran 4,00 – 9,00. Sebagian besar kabupaten/kota, nilai rerata UN-nya berada pada rentang 6,00-7,00. Jawa menjadi provinsi dengan jumlah kabupaten/kota paling banyak mendapatkan nilai rerata pada kisaran 5,00-6,00. Potret nilai rerata UN SMP/MTs dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Nilai Rerata UN SMP/MTs
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 35 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai rerata UN di Sumatera, Jawa dan Bali dapat dilihat pada Gambar 23. Rentang nilai rerata UN di Sumatera lebih lebar dibandingkan dengan Jawa. Rentang nilai rerata UN Sumatera berada pada kisaran 4,39-8,54, sedangkan di Jawa berada pada rentang 4,70-8,36. Sebagian besar nilai rerata UN kabupaten/kota di Sumatera berada pada rentang 7,00-8,00. Sebagain besar daerah di Sumatera Utara, nilai rerata UNnya berada pada kisaran 8,00-8,64, namun di Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, hampir seluruh kabupaten kota memperoleh nila rerata UN pada rentang 5,00-6,00. Di Jawa, sebagian besar nilai rerata berada pada kisaran 5,00-6,00 dan 6,00-7,00. Di Jawa Barat, seluruh kabupaten/kota berada pada rentang 5,00-7,00, di Jawa Tengah berada pada kisaran 6,00-7,00. Di Banten, masih terdapat kabupaten/kota dengan nilai rerata di bawah 5,00 yakni pada kisaran 4,705,00. Sebagian besar, daerah di Bali, memperoleh nilai rerata UN 7,00-8,00. Jawa Timur menjadi satusatunya provinsi di Jawa yang capaian nilai rerata UN di tingkat kabupaten/kota pada kisaran 8,00-8,36 yakni di beberapa daerah di Madura.
Gambar 23. Nilai rerata UN di Sumatera, Jawa dan Bali
Di Kalimantan dan Sulawesi seperti tampak pada Gambar 24, rentang nilai rerata UN di Sulawesi lebih lebar dibandingkan dengan Kalimantan. Di Sulawesi berada pada rentang 5,02-8,49 sedangkan di Kalimantan pada kisaran 5,35-7,50. Di Kalimantan, sebagaian besar kabupaten/kota berada pada rentang nilai rerata 6,50-7,00 dan 7,00-7,50 sedangkan di Sulawesi berada pada rentang 6,00-7,00 dan 7,00-8,00. Hanya ada satu daerah di Sulawesi Selatan yang berada pada rentang nilai rerata 8,00-8,49.
Gambar 24. Nilai rerata UN di Kalimantan dan Sulawesi PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 36 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai rerata UN di Nusatenggara, Maluku, dan Papua dapat dicermati pada Gambar 25. Rentang nilai Maluku dan Papua lebih lebar dibandingkan Nusa Tenggara, rentang nilai Pupua dan Maluku berada pada kisaran 4,72-8,38 sedangkan Nusa Tenggara berada pada rentang 4,76-7,25. Di Nusa Tenggara, sebagian besar daerah berada pada kisaran rerata nilai 5,00-7,26. Di Papua dan Maluku, sebagian besar daerah berada pada kisaran nilai rerata 7,00-8,00.
Gambar 25.Nilai Rerata UN di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Nilai rerata UN tahun 2014 jika dibandingkan dengan nilai rerata UN tahun 2013 di setiap provinsi cenderung mengalami kenaikan dengan nilai yang bervariasi. Bahkan di Sumatera dan Papua terdapat daerah dengan keniakan dilai rerata lebih besar 2,00. Meskipun demikian, di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara masih ditemukan daerah yang mengalami penurunan rerata nilai lebih dari 1,00. Gambar 26 memperlihatkan kenaikan atau penurunan nilai rerata di setiap provinsi.
Gambar 26.Kenaikan atau Penuruan Nilai Rerata Setiap Provinsi
Potret kenaikan atau penurunan nilai rerata di Sumatera dan Jawa dapat dicermati pada Gambar 27. Di Sumatera, sebagian besar daerah mengalami kenaikan nilai rerata tidak melebihi 1,00. Di Jawa dan Bali, sebagian besar daerah mengalami kenaikan nilai rerata tidak melebihi 0,50, dan di Bali terdapat daerah dengan kenaikan nilai rerata antara 1,50-1,69. Namun di Jawa Barat dan Banten, cukup banyak daerah mengalami penurunan nilai rerata sampai 1,56.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 37 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 27.Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Sumatera dan Jawa
Di Kalimantan, sebagian besar kabupaten/kota mengalami kenaikan nilai rerata UN sampai dengan 0,99 dan di Sulawesi kenaikan nilai rerata sampai dengan 1,59 seperti diinformasikan pada Gambar 28.
Gambar 28.Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Kalimantan dan Sulawesi
Sebagian besar daerah di Nusa Tenggara mengalami kenaikan nilai rerata sampai dengan 0,90 dan sebagian kecil daerah ada yang mencapai kenaikan nilai rerata antara 0,90-1,55. Meskipun demikian, masih ditemukan daerah di Nusa Tenggara yang mengalami penurunan nilai rerata sampai dengan 1,79. Di Maluku dan Papua, sebagian besar daerah mengalami kenaikan nilai rerata sampai dengan 1,50 dan hanya sebagian kecil deaerah yang mengalami kenaikan nilai rerata sampai dengan 2,30 yakni daerah di Papua. Namun, masih ditemukan daerah di Papua Barat yang mengalami penurunan nilai rerata mencapai 0,38 seperti tampak pada Gambar 29.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 38 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 29.Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Nilai Sekolah Rerata nilai sekolah berada pada rentang 6,00-10,00. Nilai sekolah di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi sebagian besara berada pada rentang 8,00-9,00, di Kalimantan pada rentang 7,00-8,00, dan di Papua berimbang antara rentang 7,00-8,00 dan 8,00-9,00. Rerata NS dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Nilai Sekolah di Indonesia
Rerata NS di Sumatera berada pada kisaran 7,29-9,06 seperti tampak pada Gambar 31, sebagian besar daerah di Sumatera memperoleh rerata NS pada rentang 7,29-8,60. Seluruh daerah di Kepulauan Riau rerata NS berada antara 7,29 sampai dengan 8,00.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 39 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 31. Rerata Nilai Sekolah di Sumatera, Jawa dan Bali
Gambar 31 juga memberikan informasi rerata NS di Jawa dan Bali, NS di Jawa dan Bali paling rendah yakni 7,53 berada di sebagian besar daerah di Jawa Barat dan Bali. NS paling tinggi 9,04 diperoleh oleh sebagian kecil daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten. Hampir seluruh daerah di Jawa Barat, Bali, dan DKI, NS berada pada rentang 7,53-8,30, sebagian besar daerah di Jawa Tengah pada rentang 8,00-8,30, di Jawa Timur dan Banten pada rentang 8,30-8,60. Informasi rerata NS di Kalimantan dan Sulawesi disajikan pada Gambar 32.
Gambar 32.Rerata NS di Kalimantan dan Sulawesi
Rerata NS di Kalimantan berada pada rentang 7,31-8,63, sebagian besar daerah berada pada kisaran 7,50-8,00. Sebagian kecil daerah yakni di Kalimantan Timur ada pada rentang nilai 8,50-8,63. Rerata NS di Sulawesi paling rendah 7,69 dan paling tinggi 8,98. Sebagian besar daerah di Sulawesi memperoleh rerata NS 7,69-8,60 dan hanya sedikit daerah di Sulawesi bagian Utara memperoleh NS 8,60-8,98. Capaian rerata NS di Papua dan Maluku lebih lebar dibandingkan Nusa Tenggara (Gambar 33). Rerata NS di Nusa Tenggara paling rendah 7,87 dan paling tinggi 8,54. Sebagian besar rerata NS di Nusa Tenggara berada pada rentang 8,00-8,54.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 40 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 33.Rerata NS di Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku
Di Papua dan Maluku, NS paling rendah 6,93-7,00 diperoleh oleh satu daerah di Papua, NS paling tinggi antara 8,50 sampai dengan 9,0 diperoleh oleh sebagian besar daerah di Maluku Utara. Di Papua, sebagian besar daerah memperoleh NS 7,00-8,00 dan hanya ada satu daerah memperoleh NS 8,509,04. Di Maluku Utara, seluruh daerah memperoleh NS 8,00-9,04. Di Maluku, NS berada pada rentang 7,00-8,50. Nilai Akhir Peroleh nilai akhir UN SMP/MTs dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34. Nilai Akhir SMP/MTs2014
Sebagian besar daerah di Indonesia memperoleh nilai akhir 7,00-8,00. NA paling rendah berada pada rentang 5,00-6,00 yakni terdapat di sebagian kecil daerah di Sumatera. NA paling tinggi berada pada rentang 8,00-9.00 terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 41 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai Akhir di Sumatera berada pada rentang 5,85-8,53 dan di Jawa berada pada kisaran 6,13-8,31 seperti dapat dicermati pada Gambar 35.
Gambar 35. Nilai Akhir di Sumatera dan Jawa
Sebagian besara daerah di Sumatera memperoleh NA pada kisaran 7,00-8,00 dan cukup banyak dearah yang memperoleh NA 8,00-8,53. Di Jawa, capaian NA cukup bervariasi, di Jawa Barat dan Banten sebagian besar daerah memperoleh NA pada rentang 6,50-7,00, di Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI, dan Bali pada rentang 7,00-8,00. Gambar 36 memberikan informasi NA di Kalimantan dan Sulawesi, di Kalimantan NA berada pada rentang 6,44 sampai dengan 7,64. Sebagian besar daerah memperoleh NA 7,00-7,50. Sebagian kecil daeah memperoleh NA 6,44-6,50 dan 7,50-7,64. Di Sulawesi, NA berada pada rentang 6,30 sampai dengan 8,38. Sebagian besar daerah memperoleh NA 7,00-8,00. Sebagian kecil daerah memperoleh NA 6,30-6,50 dan 8,00-8,38.
Gambar 36. Nilai Akhir di Kalimantan dan Sulawesi
Di Nusa Tenggara, NA paling rendah berada pada rentang 6,05-6,50 dan paling tinggi pada rentang 7,50-7,72. Cukup banyak daerah di Nusa Tenggara Barat memperoleh NA 7,50-7,72 dan hanya sebagian kecil daerah di Nusa Tenggara Timur memperoleh NA 7,50-7,72 seperti dapat dilihat pada Gambar 37.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 42 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 37.Nilai Akhir di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Gambar 37 juga menyajikan informasi tentang NA di Maluku dan Papua, NA di Papua dan Maluku berada pada rentang 6,19-8,41. Sebagian besar daerah di Papua mendapatkan NA pada rentang 7,007,50 dan cukup banyak daerah dengan NA 6,19-7,00. Di Maluku Utara, tidak ada satupun daerah yang berada pada kisaran NA 8,00-8,41, dan sebaliknya di Maluku, tidak ada daerah dengan NA pada rentang 6,19-7,00.
Perbandingan Nilai UN, Nilai Sekolah, dan Nilai Akhir SMP/ MTs Jika dilihat dari nilai yang menjadi kriteria kelulusan, maka terdapat karakteristik rata-rata, standar deviasi dan sebaran yang berbeda antara Nilai Akhir, Nilai Ujian Nasional, dan Nilai Sekolah/Madrasah. Jika dibandingkan antara Nilai Ujian Nasional dengan Nilai Sekolah/Madrasah, maka sebaran nilai ujian nasional lebih melebar daripada sebaran nilai yang ada pada Nilai Sekolah/Madrasah yang memang cenderung memiliki sebaran yang sempit sehingga membentuk kurva yang mengerucut. Hal ini mengakibatkan standar deviasi nilai Ujian Nasional lebih tinggi daripada standar deviasi Nilai Sekolah/Madrasah, yaitu 1,41 untuk standar deviasi Nilai Ujian Nasional dan 0,51 untuk standar deviasi Nilai Sekolah/Madrasah. Rata-rata Nilai Ujian Nasional adalah 6,52 dengan nilai tertinggi 9,94 dan terendah 0,45. Rata rata Nilai Ujian Sekolah/Madrasah adalah sebesar 8,17 dengan nilai maksimum 9,99 dan nilai minimum 1,73. Penggabungan Nilai Ujian Nasional denganNilai Sekolah/Madrasah menghasilkan rata-rata Nilai akhir SMP/MTs secara nasional yaitu 7,19. Sedangkan standar deviasi dari Nilai Akhir adalah 0,89 dengan nilai maksimum 9,89 dan nilai minimum 1,15.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 43 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 38.Distribusi Nilai SMP/ MTs Pada UN 2014
Perbandingan antara nilai rerata UN murni dengan tingkat kelulusan SMP/MTs tahun 2013 dan tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan.
100
7
99.8 99.6
6
99.4 99.2
5
99
UN 2013
UN 2013
UN 2014
UN 2014
Gambar 39. Perbandingan Nilai UN dan Tingkat Kelulusan SMP/MTsTahun 2013 dan 2014
Nilai rerata UN tahun 2013 sebesar 6,10, sedangkan nilai rerata UN tahun 2014 sebesar 6,52. Ini berarti terjadi peningkatan rerata nilai UN sebesar 0,42%. Peningkatan persentase juga terjadi pada tingkat kelulusan siswa yang mana pada tahun 2013 tingkat kelulusan siswa SMP/MTs sebesar 95,56%, sedangkan pada tahun 2014 tingkat kelulusannya mencapai 99,94%. Ini berarti bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2013, maka tingkat kelulusan siswa SMP/MTs pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,38%.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 44 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Secara nasional memang terjadi kenaikan tingkat kelulusan sebesar 0,38% dari tahun 2013 sebesar 99,56% menjadi 99,94% di tahun 2014. Namun demikian kenaikan ini tidak terjadi pada seluruh provinsi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 40.
Gambar 40.Perbandingan Tingkat Kelulusan (%) SMP/MTs Tahun 2013 dan 2014
Beberapa provinsi yang tercatat mencapai kenaikan kelulusan 100% pada tahun 2013 mengalami penurunan persentase tingkat kelulusan siswanya pada tahun 2014. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Kalimantan Utara dengan tingkat kelulusan sebesar 99,69%, Banten (99,90%), dan DKI Jakarta (99,99%). Provinsi Maluku Utara juga mengalami penurunan tingkat kelulusan siswa namun sangat tipis sekali, yaitu dari 99,99% menjadi 99,98%. Sementara itu Bengkulu sebagai provinsi dengan persentase kelulusan terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar 97,48% mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi 99,77%. Posisi tingkat kelulusan terendah pada tahun 2014 ada pada provinsi Aceh yaitu sebesar 99,26%. Secara keseluruhan, tingkat kelulusan siswa SMP/MTs tahun 2014 pada semua provinsi adalah di atas 99,50%. Hanya provinsi Aceh yang memiliki tingkat kelulusan dibawah 99.50%, yaitu 99,26%. Hal ini berbeda dari tingkat kelulusan siswa SMP/ MTs pada tahun 2013 yang mana terdapat 12 provinsi yang tingkat kelulusannya dibawah 99%. Provinsi-provinsi tersebut adalah Sulawesi Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Jambi, dan provinsi Aceh.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 45 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa kriteria kelulusan UN jika rata-rata NA ≥ 5,5 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Antara NA dan nilai setiap mata pelajaran bukanlah bersifat saling menggantikan. Artinya jika ketetapan rata-rata NA ≥ 5,5 tidak terpenuhi maka bukan berarti dapat disokong oleh nilai mata pelajaran minimal 4,0. Nilai mata pelajaran minimal 4,0 menjadi syarat utama bagi siswa untuk menyandang predikat lulus. Untuk itu, meskipun nilai rata-rata NA ≥ 5,5 akan tetapi ada satu mata pelajaran yang nilainya kurang dari 4,0 maka seorang siswa tidak akan menyandang predikat lulus. Tabel 10.Klasifikasi Ketidaklulusan SMP/MTs Tahun 2014
Berdasarkan rata-rata NA ini maka kelulusan SMP/ MTs diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kelompok siswa yang nilai rata-rata NA < 5,5 dan kelompok siswa yang nilai rata-rata NA ≥5,5. Dari 2.335 siswa yang tidak lulus, 96,66% diantaranya atau sebanyak 2.257 siswa berasal dari kelompok yang memperoleh nilai rata-rata NA < 5,5. Sedangkan 3,34% diantaranya atau sebanyak 78 siswa berasal dari kelompok siswa dengan rata-rata NA ≥ 5,5. Sebagai suatu kriteria kelulusan maka terdapat hubungan yang sangat erat antara nilai sekolah/madrasahdengan nilai UN. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 41. yang menunjukkan bahwa dari sebaran nilai UN dan nilai sekolah/madrasah menghasilan bentuk kurva yang berbeda.
Gambar 41.Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN SMP
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 46 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kurva nilai UN cenderung lebih melebar dengan rentang nilai 4,61. Rentang ini dihasilkan dari selisih antara nilai tertinggi 8,64 dan nilai terendah 4,03. Dengan grafik kurva yang melebar dapat diartikan bahwa sebaran kemampuan siswa heterogen. Berbeda dengan nilai sekolah/madrasah yang sebarannya cenderung mengerucut dan mengumpul dengan rentang nilai 2,13 yang dihasilkan dari nilai tertinggi 9,06 dan skor terendah 6,93. Dengan rentang nilai tersebut maka nilai rata-rata siswa relatif tinggi sehingga karakteristik kemampuan siswa nampak homogen tinggi. Jika Nilai Sekolah/Madrasah tinggi, meskipun nilai UN rendah maka rata-rata Nilai Akhir (NA) juga akan tinggi. Secara umum dapat dilihat bahwa nilai sekolah/madrasah cenderung tinggi. Namun demikian terdapat juga sekolah yang nilai UN lebih tinggi daripada nilai sekolah/madrasah.
Perbandingan Nilai UN lebih kecil dari NS pada Kota/Kabupaten Ujian Nasional SMP/MTs
10.0 9.5 9.0 Nilai NS
8.5 8.0 7.5
R= -0,18
7.0 6.5 6.0 4.0
5.0
6.0
Nilai UN
7.0
8.0
9.0
Gambar 42. Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN untuk Kabupaten/Kota yang Rerata Nilai Sekolah Lebih Tinggi
Perbandingan Nilai UN lebih besar dari NS pada Kota/Kabupaten Ujian Nasional SMP/MTs
9.0 8.5
Nilai NS
8.0 7.5
R= 0.82
7.0 6.5 6.0 7.0
7.5
8.0 Nilai UN
8.5
9.0
Gambar 43. Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN untuk Kabupaten/Kota yang Rerata Nilai UN Lebih Tinggi
Gambar 42 dan gambar 43 merupakan hubungan antara nilai UN dan nilai sekolah dengan unit analisis kabupaten/kota. Gambar 42 terdiri dari kabupaten/kota yang rerata nilai sekolahnya lebih tinggi dari nilai UN, sedangkan gambar 43 terdiri dari kabupaten/kota yang rerata nilai sekolahnya lebih rendah dari nilai UN. Terlihat pada kabupaten/kota dengan nilai sekolah lebih tinggi tidak ada hubungan antara capaian ujian tingkat sekolah dengan ujian tingkat nasional. Pola yang terbentuk acak sehingga
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 47 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
nilai sekolah tidak dapat digunakan sebagai prediksi nilai UN yang baik. Sebaliknya pada kondisi nilai UN lebih tinggi dibandingkan nilai sekolah, terdapat hubungan yang baik dan positif, sehingga nilai sekolah merupakan prediktor yang baik dari nilai UN. Idealnya selama mengukur kompetensi yang sama, apapun alat ukur yang digunakan oleh responden yang sama, akan menghasilkan nilai yang berkorelasi tinggi dan positif .
Gambar 44. Selisih Nilai UN dan Nilai Sekolah
Pada satuan analisis sekolah, terlihat pada gambar44 di atas bahwa terdapat 5.568 sekolah yang memiliki nilai UN lebih tinggi dari pada nilai sekolah/madrasah.
Karakteristik Soal Ujian Nasional SMP/MTs 2014 Karakteristik Soal Matematika Gambar 45 menyajikan perbandingan distribusi siswa berdasarkan jumlah soal yang dijawab benar pada kumpulan soal mudah, sedang, dan sukar. Masyarakat berargumen bahwa soal-soal UN 2014 sangat sulit sehingga nilai siswa menjadi rendah. Pada analisis ini disajikan distribusi nilai siswa apabila soal UN dikelompokkan menjadi 3 set tes: tes yang hanya terdiri dari soal-soal UN kategori mudah, tes berisi soal-soal UN kategori sedang, dan tes berisi soal-soal UN kategori sulit.
0-1
1-2
2-3
4-5
5-6
6-7
20.20%
18.37%
7-8
8-9
0.00% 0.00%
3.71%
6.04%
3-4
sukar
11.71%
15.77% 11.23%
11.00% 10.28%
4.11%
0.00%
0%
1.12%
5%
5.63%
10%
17.46%
19.60% 9.11%
15%
13.73% 11.25% 14.74%
15.64%
15.18% 15.99%
20%
sedang
0.00% 2.27%
mudah
21.54% 21.74%
25%
0.13% 2.44%
Persentase Siswa dengan Nilai
Distribusi Soal Matematika Yang Dijawab Benar Siswa Pada Kumpulan Soal Kriteria Mudah, Sedang, dan Sulit
9-10
Nilai Siswa Pada Kumpulan Soal dengan Kriteria Gambar 45.Distribusi Capaian Matematika Siswa Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 48 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Hasil analisis menunjukkan perbedaan bentuk distribusi nilai. Nilai siswa pada butir-butir soal yang sedang dan sukar terdistribusi skew negatif, sedangkan pada soal kategori mudah terdistribusi skew positif. Gambaran kumulatif jumlah siswa dapat dilihat pada gambar 46. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan soal-soal sukar saja adalah 40%. Namun jika digunakan soal-soal mudah saja maka jumlah siswa yag mendapat nilai lebih dari 4 mencapai 85%. Hal ini mengindikasikan bahwa soal-soal UN matematika terdiri dari soal-soal yang mudah, sedang, maupun sukar . Setiap karakter soal akan menghasilkan distribusi nilai yang berbeda.
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Siswa SMP/MTs dengan Nilai Minimal Berdasarkan Kumpulan Soal Matematika Berbeda Tingkat Kesukaran 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
mudah sedang sukar
0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5 >5-6 >6-7 >7-8 >8-9 >9-10 Persentase Jumlah Soal Dijawab Benar Berdasar Tingkat Kesukaran (dalam Puluhan)
Gambar 46. Persentase Kumulatif Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai Minimal Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran
Karakteristik Soal Ilmu Pengetahuan Alam Sebagaimana soal matematika, soal UN SMP/MTs mata pelajaran IPA juga memiliki komponen kesulitan yang beragam, yaitu soal kategori sulit, sedang, dan mudah. Gambar 47 menyajikan gambaran tentang persentase siswa pada rentang nilai kumpulan soal berdasarkan tingkat kesukaran. Nilai yang dimaksud adalah persentase soal yang dijawab benar dari sekumpulan soal dengan kategori tingkat kesukaran yang sama dalam skala 0-10. Misal terdapat 10 butir soal kategori sulit. Siswa yang mampu menjawab 2 butir soal dengan benar artinya benar 20% dan dalam skala 0-10 nilai siswa tersebut adalah 2. Siswa dengan kemampuan yang sama secara hipotetik akan memiliki nilai yang lebih tinggi jika set soal yang digunakan adalah kumpulan soal mudah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 49 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
sedang
sukar
38.85%
mudah
40%
0-1
25.58% 0.00% 2.13%
18.20% 6.73% 4.50%
15.80% 9.01%
9.47%
18.63% 8.33%
22.48%
22.85% 12.06%
0.00%
0%
4.71%
5%
5.30%
10%
0.21% 2.64%
15%
12.54%
17.98%
20%
0.75%
25%
2.19%
30%
20.68% 18.20%
35%
1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 Nilai Siswa Pada Kumpulan Soal dengan Kriteria
0.00% 0.00%
45%
0.04% 0.13%
Persentase Siswa dengan Nilai
Distribusi Soal IPA Yang Dijawab Benar Siswa Pada Kumpulan Soal Kriteria Mudah, Sedang, dan Sulit
9-10
Gambar 47.Distribusi Capaian IPA Siswa Pada Kumpulan Soal Berdasar Tingkat Kesukaran
Hasil analisis pada gambar 47 dan 48 menunjukkan bahwa hipotesa tersebut terbukti. Jika kumpulan soal yang digunakan kategori mudah, terdapat 18,2% siswa memperoleh nilai 7-8. Jumlah ini menurun menjadi 4,5% jika kategori soal yang digunakan adalah soal sulit. Secara kumulatif terdapat 80% siswa nilainya lebih dari 7 jika digunakan soal mudah. Namun jika soal yang digunakan adalah kategori soal sukar, hanya ada 8% siswa yang nilainya lebih dari 7. Perbedaan sangat jelas terlihat pada jumlah kumulatif siswa yang memperoleh nilai minimal 4. Menggunakan kumpulan soal mudah, 97% siswa nilainya lebih dari 4, menggunakan soal sedang persentase turun menjadi 62%, dan hanya 35% siswa mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan kumpulan soal sulit.
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Siswa SMP/MTs dengan Nilai Minimal Berdasarkan Kumpulan Soal IPA Berbeda Tingkat Kesukaran mudah sedang sukar
100% 80% 60% 40% 20% 0%
0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5 >5-6 >6-7 >7-8 >8-9 >9-10 Persentase Soal Dijawab Benar Berdasar Tingkat Kesukaran (dalam Puluhan)
Gambar 48. Persentase Kumulatif Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai MinimalPada Kumpulan Soal IPA Berdasar Tingkat Kesukaran
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 50 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Karakteristik Soal PISA
% siswa benar menjawab
Pelaksanaan UN SMP/MTs 2014 ini telah mengadopsi beberapa soal berstandar internasional dari Programme for International Student Assessment (PISA). Adopsi soal PISA ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas soal, juga untuk membiasakan siswa berpikir pada level tinggi. Meskipun sebagian soal UN tahun 2014 menggunakan standar internasional, soal-soal yang disajikan tetap harus sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan kisi-kisi UN yang sudah dipublikasikan. Penggunaan soal berstandar PISA ini menjadi salah satu upaya pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain sesuai dengan pemeringkatan PISA. Soal PISA yang diujikan dalam UN SMP/MTs tahun 2014 mencakup materi tentang teorema pyhtagoras dan rata-rata baru. Indikator soal UN yang terkait materi pythagoras adalah siswa mampu menyelesaikan masalah menggunakan teorema pythagoras. Secara nasional, persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar soal-soal UN dengan materi pythagoras ini adalah rata-rata sebanyak 77,84% siswa. Persentase tertinggi dalam menjawab dengan benar soal-soal PISA mencapai 99,74% siswa, sedangkan persentase terendahnya adalah sebanyak 55,17% siswa.
Gambar 49.Karakteristik Response/ Jawaban Soal PISA
Indikator soal UN SMP/MTs terkait materi rata-rata baru adalah siswa mampu menentukan ukuran pemusatan atau menggunakannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Secara nasional, persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar soal-soal UN dengan materi ini adalah sebanyak 48,78% siswa. Persentase terendah dalam menjawab dengan benar soal PISA adalah dijawab oleh 38,57%, sedangkan persentase tertinggi dalam menjawab dengan benar soal PISA adalah dijawab oleh 59,38%.
Peta Kompetensi per Mata Pelajaran Tujuan dari UN adalah menilai pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Dengan tujuan tersebut maka sangat penting melakukan pemetaan kompetensi siswa secara nasional pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Pemetaan ini diperlukan agar dapat diketahui pula peta mutu program dan satuan pendidikan. Mengetahui peta pencapaian kompetensi ini akan menuntun penentu kebijakan untuk memberikan pembinaan dan bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peta pencapaian
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 51 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
kompetensi untuk semua mata pelajaran yang diujikan pada UNSMP/MTs 2014 dapat dilihat pada gambar 50.
Gambar 50. Peta Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran UN SMP/ MTs 2014
Gambar 50 menampilkan perbandingan antara rerata pencapaian kompetensi secara nasional dibandingkan dengan provinsi yang memiliki rerata tertinggi (Sumatera Utara) dan provinsi yang memiliki rerata terendah (Bengkulu) untuk empat pelajaran UN SMP/MTs 2014. Nampak bahwa pencapaian kompetensi yang diperoleh Sumatera Utara untuk keempat mata pelajaran yang diujikan dalam UN SMP/MTs adalah selalu lebih tinggi dari rerata nasional dan rerata pencapaian kompetensi untuk provinsi Bengkulu. Perbandingan pencapaian kompetensi dari keempat mata pelajaran UN SMP/MTs 2014 memberikan gambaran bahwa pencapaian kompetensi tertinggi di provinsi Sumatera Utara ada pada mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu dengan daya serap sebesar 80,02%. Nilai ini mampu melebihi daya serap nasional sebesar 65,04% dan daya serap terendah dari provinsi Bengkulu sebesar 48,69%. Urutan pencapaian kompetensi setelah Bahasa Inggris adalah mata pelajaran IPA yang mana Sumatera Utara mampu mencapai daya serap sebesar 78,32%. Nilai ini ternyata juga mampu melebihi daya serap nasional (64,94%) dan daya serap terendah yang berasal dari provinsi Bengkulu (47,95%). Matematika menjadi mata pelajaran urutan ketiga yang dicapai Sumatera Utara, yaitu dengan daya serap materi sebesar 77,15%. Sementara daya serap nasional untuk mata pelajaran ini adalah 60,90%, sedangkan daya serap terendah ada pada provinsi Bengkulu yaitu sebesar 39,69%. Selain lebih rendah dari pencapaian yang diperoleh Sumatera Utara dan juga rerata nasional, nilai rerata UN Matematika di Bengkulu ini ternyata juga lebih rendah dari standar minimal nilai UN untuk masing-masing mata pelajaran yaitu 4,0. Adapun pencapaian kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sumatera Utara adalah sebesar 74,33%, dengan daya serap nasional sebesar 69,67% dan daya serap terendah ada pada provinsi Bengkulu sebesar 64,67%. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya pencapaian kompetensi. Bisa jadi rendahnya pencapaian kompetensi tersebut disebabkan oleh kinerja guru yang kurang maksimal, proses pembelajaran yang kurang baik, sarana dan prasarana yang kurang memadai, dukungan orang tua dan masyarakat yang kurang baik, peran kepala sekolah yang tidak maksimal, serta masih banyak lagi faktor-faktor penyebab lainnya. Namun demikian, mengetahui faktor-faktor apa lagi yang
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 52 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
memberikan pengaruh serta faktor apa saja yang paling berpengaruh pada rendahnya pencapaian kompetensi harus dibuktikan dengan penelitian yang relevan. Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Secara nasional, rerata nilai UN SMP/ MTs 2014 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia memang naik sebesar 0,04, wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pencapaian kompetensi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia menurun 0.4 meskipun tetap lebih baik daripada capaian nasional. Untuk itu menarik untuk melihat peta pencapaian kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia provinsi NAD dibandingkan dengan capaian nasional agar diketahui pada materi manakah harus diberikan penguatan. Peta pencapaian kompetensi tersebut digambarkan pada gambar 51. Meskipun provinsi NAD mengalami penurunan nilai UN Bahasa Indonesia dan juga penurunan nilai rerata UN jika dibandingkan tahun 2014, namun ternyata daya serap materi Bahasa Indonesia yang diujikan pada UN 2014 ini melebihi rerata nasional. Daya serap tertinggi ada pada materi tentang pemahaman berbagai teks nonsastra dan terendah pada materi menyunting teks nonsastra.
SMP/MTs Bahasa Indonesia ACEH
Membaca data/nonteks
UJIAN NASIONAL 2014
Membaca pemahaman berbagai karya sastra
Menyunting teks nonststra
Nasional Membaca pemahaman berbagai teks nonsastra
Menulis berbagai teks sastra
Aceh
Menulis berbagai teks Gambar 51. Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Secara nasional, rerata nilai UN SMP/ MTs 2014 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dibanding tahun 2013 mengalami kenaikan 0,82. Tidak ada satupun provinsi yang mengalami penurunan nilai UN untuk mata pelajaran Bahasa Inggris ini. Untuk mengetahui gambaran kenaikan nilai UN Bahasa Inggris ini dapat dilihat dari gambar 52 mengenai peta kompetensi mata pelajaran Bahasa Inggris untuk provinsi Jawa Timur.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 53 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 52.Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Berdasarkan gambar 52, nampak bahwa daya serap masing masing materi untuk mata pelajaran Bahasa Inggris melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama. Daya serap tertinggi sebesar 70,83% ada pada materi memahami wacana yang melebihi daya serap nasionalnya sebesar 65,61%. Materi memahami teks fungsional mampu diserap sebanyak 70,11% dan melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama sebesar 66,79%. Materi melengkapi teks rumpang mampu diserap sebanyak 69,53% yang melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama yaitu sebesar 61,81%. Sedangkan daya serap terendah ada pada materi menyusun kalimat sebesar 65,33%, akan tetapi tetap melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama.
Peta Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Secara nasional, nilai UN Matematika tahun 2014 naik 0,33 dibandingkan tahun 2013. Gambaran tentang peta kompetensi mata pelajaran Matematika dalam UN SMP/ MTs 2014 dapat dilihat pada daya serap masing-masing materinya, sebagaimana data peta kompetensi Matematika di provinsi DKI Jakarta pada gambar 53.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 54 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMP/MTs Matematika DKI JAKARTA
g
, tika sosial, barisan/d eret
UJIAN NASIONAL 2014
Unsurunsur/sifat-sifat bangun datar (dimensi dua)
Konsep teori peluang
Nasional DKI Jakarta Statistik: penyajian data dan ukuran pemusatan
Unsurunsur/sifat-sifat bangun datar (dimensi tiga)
Gambar 53. Peta Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Terdapat lima materi mata pelajaran Matematika yang diujikan dalam Ujian Nasional SMP/MTs. Kelima materi tersebut adalah menggunakan operasi bilangan dan aljabar, memahami konsep bangun datar,memahami konsep ruang, memahami konsep peluang dan memahami konsep stastistik. Daya serap tertinggi ada pada materi konsep teori peluang yaitu sebesar 77,08% sedangkan daya serap nasional untuk materi yang sama adalah sebesar 60,44%. Materi memahami konsep bangun datar mampu diserap sebanyak 68,97% dengan daya serap nasional sebesar 62,42%. Berdasarkan daya serap untuk masing-masing materi diatas, nampak bahwa daya serap masing-masing materi ternyata masih lebih tinggi dibandingkan dengan daya serap nasional untuk materi yang sama. Peta Kompetensi Mata Pelajaran IPA Secara nasional, nilai IPA pada UN SMP/MTs 2014 naik 0.52 dibandingkan UN tahun 2013. Namun demikian beberapa materi soal nampak tidak terserap dengan baik terbukti daya serap untuk beberapa materi tersebut dibawah daya serap nasional untuk materi yang sama. Terdapat 12 materi mata pelajaran IPA yang diujikan dalam UN SMP/ MTs2014, yaitu: pengukuran, ekosistem, bahan kimia, zat dan kalor, mekanika, zat dan perubahannya, organ manusia, atom, molekul dan produk kimia, kelistrikan dan kemagnetan, keragaman makhluk hidup, tumbuh kembang dan tata surya. Daya serap masing-masing materi dapat dilihat pada gambar 54.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 55 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMP/MTs IPA JAWA BARAT
UJIAN NASIONAL 2014 FISIKA: Alat ukur BIOLOGI: Sistem organ manusia
FISIKA: Zat dan kalor
BIOLOGI: Keseimbangan ekosistem
FISIKA: Dasar-dasar mekanika
BIOLOGI: Keanekaragaman mahluk hidup
FISIKA: Bunyi dan cahaya
FISIKA: Mengenal listrik
KIMIA: Bahan Kimia
Nasional KIMIA: Klasifikasi zat dan perubahannya
FISIKA: Tata Surya KIMIA: Konsep atom, ion, dan molekul
Jawa Barat
Gambar 54. Peta Kompetensi Mata Pelajaran IPA
Daya serap tertinggi terdapat pada materi pengukuran, yaitu mampu diserap sebanyak 78,85% sedangkan daya serap nasionalnya sebesar 77,18%. Materi ekosistem mampu diserap sebanyak 72,35% sedangkan daya serap nasional untuk materi yang sama adalah sebesar 74,31%. Daya serap materi bahan kimia provinsi Jawa Barat lebih rendah dibandingkan nasional: masing-masing konsep atom sebesar 53,32% sedangkan daya serap nasionalnya sebesar 61,56%. Materi zat dan perubahannya diserap sebanyak 57,49% sedangkan daya serap nasional terhadap materi yang sama adalah sebesar 61,84%.
B. HASIL UJIAN NASIONAL SMA/MA 2014 Jumlah Peserta dan Kelulusan UN SMA/MA Sekolah Menangah Atas (SMA) merupakan sekolah umum dengan kurikulum nasional (2006), sedangkan Madrasah Aliyah (MA) merupakan sekolah keagamaan di lingkungan Kementerian Agama dengan kurikulum nasional (2006) dan ditambah dengan mata pelajaran pendidikan keagamaan Islam. Untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran di kedua jenis sekolah tersebut dilakukan ujian nasional dengan materi ujian nasional yang sama di kedua jenis sekolah. Pada tahun 2014iniujian nasional tingkat SMA/MAdiikuti 1.632.757 peserta dari 18.452 SMA/MA di 34 provinsi, dengan tingkat kelulusan mencapai 99,52%. Artinya, sebanyak 7.811 (0,48%) dinyatakan tidak lulus UN disebabkan berbagai faktor (Gambar 55).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 56 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Total = 1.632.757 Total =
Gambar 55. Proporsi Kelulusan UN Siswa SMA/MA Tahun Pelajaran 2014
Gambar 56. Jumlah Peserta UN SMA/MA 2014 Setiap Provinsi Jika dilihat proporsi siswa peserta UN 2014 per provinsi, terlihat bahwa jumlah peserta terbanyak berasal dari provinsi Jawa Timur sebanyak 229.164 siswa, sedangkan provinsi Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan jumlah peserta paling sedikit yakni 4.469 siswa. Tiga provinsi dengan jumlah peserta UN terbanyak berada di pulau Jawa terutama di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jumlah peserta UN di tiga provinsi ini masih jauh lebih besar dibanding jumlahan peserta UN di provinsi-provinsi wilayah Indonesia Timur, mulai dari Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, hingga provinsi di Kalimantan. Peserta ujian terkonsentrasi di tiga provinsi sebagaimana halnya kondisi sebaran penduduk di Indonesia (Gambar 56).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 57 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN TENGAH SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA PAPUA PAPUA BARAT MALUKU ACEH BENGKULU MALUKU UTARA KALIMANTAN SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT JAMBI SULAWESI BARAT KALIMANTAN BARAT KEPULAUAN RIAU BANGKA BELITUNG KALIMANTAN TIMUR SUMATERA SELATAN SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA SULAWESI UTARA RIAU LAMPUNG BALI BANTEN DKI JAKARTA GORONTALO JAWA TIMUR JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA BARAT
2.06 1.99 1.88 1.84 1.69 1.41 1.38 1.37 1.29 1.05 1.00 0.99 0.85 0.84 0.79 0.77 0.67 0.66 0.56 0.52 0.46 0.43 0.38 0.33 0.32 0.30 0.19 0.19 0.12 0.09 0.08 0.04 0.03 -
1.00
2.00
2.51
3.00
Gambar 57.Persentase Peserta yang Tidak Lulus UN SMA/MA 2014
Secara nasional, persentase ketidaklulusan siswa SMA/MA pada UN 2014 sebanyak 0,48%. Jawa Barat menjadi provinsi dengan tingkat persentase ketidaklulusan terendah yaitu 0.03%, sedang Kalimantan Utara dengan tingkat persentase ketidaklulusan tertinggi yaitu 2.51% (Gambar 57). Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa semua provinsi tingkat kelulusannya berada di atas 97%.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 58 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
112 114 74 85 118 10 47 157 208 284
KALIMANTAN UTARA PAPUA BARAT SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU BANTEN GORONTALO BANGKA BELITUNG MALUKU UTARA BENGKULU PAPUA NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT BALI MALUKU SULAWESI TENGGARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN BARAT LAMPUNG SUMATERA SELATAN JAMBI RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA ACEH JAWA TIMUR DI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA BARAT DKI JAKARTA
78
448 460
299
490 394 433
59 127
258 342 264 175 384 239 169 228
8
-
514
196
785
131 62 102 200
400
600
800 1,000
Gambar 58. Jumlah Peserta yang Tidak Lulus UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2014
Jika pada gambar 57 dibahas mengenai persentase peserta yang tidak lulus UN SMA/MA Tahun pelajaran 2014, maka pada gambar 58 membahas jumlah Peserta yang Tidak Lulus. Provinsi Aceh memiliki jumlah tertinggi yaitu 785 siswa dan D.I Yogyakarta dengan jumlah paling rendah yaitu 8 siswa.
Peta Hasil UN SMA/MA2014 Tingkat Kelulusan UN Ujian Nasional (UN) SMA/ MA sebagai salah satu instrumen penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan diyakini telah menjadi pemicu sekaligus pemacu bagi peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Indikasi sederhana dari peningkatan mutu pembelajaran dapat dilihat dari semakin tingginya tingkat kelulusan UN SMA/MA di setiap provinsi di seluruh Indonesia. Gambar 59 memperlihatkan gambaran tingkat kelulusan di setiap provinsi. Di Pulau Sumatera, Lampung dan Riau menjadi provinsi dengan tingkat kelulusan tertinggi yakni 99,7% sedangkan Aceh dan Bengkulu merupakan provinsi dengan tingkat kelulusan paling rendah (98,6%). Di Pulau Jawa dan PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 59 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bali, tingkat kelulusan UN di Yogyakarta dan Jawa Barat menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa dan Bali dan di Indonesia yakni 100%, sedangkan Bali merupakan provinsi dengan tingkat kelulusan terendah yaitu 99,7%. Tingkat kelulusan di Pulau Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku relatif homogen pada kisaran 98,2% (Papua dan Papua Barat) s.d. sekitar 99% (NTB dan NTT). Di Pulau Sulawesi, Gorontalo yang merupakan provinsi muda memperoleh tingkat kelulusan tertinggi yaitu 99,9%. Sedangkan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara menjadi provinsi dengan tingkat kelulusan paling rendah yakni 98% dan 98,1%.
Gambar 59.Tingkat Kelulusan UN SMA/ MA
Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan tingkat kelulusan paling rendah di Kalimantan dan Indonesia dengan tingkat kelulusan 97,9% sedangkan Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan tingkat kelulusan tertinggi di Kalimantan yakni 99,4%. Gambar 60 memberikan informasi yang lebih rinci tentang tingkat kelulusan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, persentase tingkat kelulusan di sebagian besar Kabupaten/Kota berada pada kisaran 99,81-100,00%. Sedangkan di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua lebih bervariasi meskipun sebagian besar berada pada kisaran 99,01 – 100,00%.
Gambar 60.Tingkat Kelulusan UN SMA/MA di Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia
Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, tingkat kelusan kabupaten/kota berada pada kisaran 92,47 s.d. 100% seperti tampak pada gambar 61. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 60 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Di Sumatera, sebagian besar tingkat kelulusan kabupaten/kota berada pada kisaran 99,51-100%. Di Kalimantan dan Sulawesi sebagian besar kabupaten/kota memiliki tingkat kelulusan pada kisaran 99,01 – 100%. Sedangkan di Nusa Tenggara berada pada kisaran 96,01-100%. Tingkat kelulusan paling rendah terjadi di Nusa Tenggara yakni sekitar 92,47%. Gambar 62 menyajikan informasi tentang tingkat kelulusan di Maluku dan Papua. Sebagian besar daerah di Pulau tersebut memiliki tingkat kelulusan pada kisaran 80,51-100%. Di Maluku dan Maluku Utara, hanya terdapat satu deaerah di bagian selatan Maluku yang tingkat kelulusan berada pada rentang 90,01-93,00%. Sedangkan daerah lainnya berada pada kisaran 96,01-100%. Meski sebagian besar daerah di Papua memiliki tingkat kelulusan pada kisaran 99,01-100%, namun dua daerah di Papua Barat masih memiliki tingkat kelulusan di bawah 90,00 % yakni pada kisaran 80,51%. Daerah dengan tingat kelulusan pada kisaran tersebut merupakan kabupaten/kota yang tingkat kelulusannya paling rendah di Indonesia.
Gambar 61.Tingkat Kelulusan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara
Tingkat kelulusan di Jawa merupakan tingkat kelulusan yang paling tinggi di Indonesia yakni berada pada kisaran 98,79-100%. Sebagian besar daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah memiliki tingkat kelulusan 99,91-100%. Di Bali, masih terdapat daerah yang memiliki kisaran tingkat kelulusan 98,7999,30%, kisaran tingkat kelulusan ini merupakan kisaran yang paling rendah di Jawa dan Bali.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 61 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 62.Tingkat Kelulusan di Maluku dan Papua
Gambar 63.Tingkat Kelulusan di Jawa dan Bali
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 62 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai Rerata UN Nilai rerata UN SMA/MA2014 secara nasional berada pada kisaran 4,47 – 7,48. Nilai rerata UN di Maluku Utara merupakan nilai rerata paling rendah (4,47) sedangkan Bali menjadi provinsi dengan nilai rerata UN paling tinggi yakni 7,48. Gambar 64 memperlihatkan nilai rerata UN di setiap provinsi. Bengkulu, Bangka Belitung, NTT, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara memperoleh rerata nilai lebih rendah 5,00. Sedangkan Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Bali nilai reratanya lebih tinggi dari 7,00.
Gambar 64. Rerata Nilai a) dan Tingkat Kelulusan b) UN SMA/ MA
Gambar 64 juga memberikan informasi bahwa provinsi yang memiliki tingkat kelulusan tinggi juga belum tentu memperoleh nilai rerata UN yang tinggi, misalnya Tingkat kelulusan UN di Jawa Barat merupakan tingkat kelulusan tertinggi di Jawa dan Indonesia yakni 100%, tetapi nilai rerata UN di Jawa Barat paling rendah di Jawa dan Bali. Hal ini sangat berbeda dengan Bali, tingkat kelulusan di Bali paling rendah jika dibandingkan dengan tingkat kelulusan provinsi di Jawa, namun nilai rerata UN Bali paling tinggi di Indonesia. Nilai rerata UN di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua dapat dilihat pada gambar 64. Di lima kepulauan tersebut masih terdapat daerah dengan nilai rerata UN lebih rendah dari 4. Di Sumatera, rerata nilai paling tinggi berada pada kisaran 8,01-9,00 sedangkan di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua berada pada rentang 7,01-8,00.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 63 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 65. Nilai rerata UN di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Nilai rerata UN paling tinggi di Jawa berada pada rentang 8,01-9,00 sedangkan di Kalimantan berada pada kisaran 7,01-8,00. Rerata nilai UN di Banten dan Jawa Barat berada kategori merah (4,01-5,00) dan kuning (5,01-6,00). Potret ini menunjukkan, baik Jawa Barat maupun Banten masih berada di bawah provinsi lainnya di Jawa dan Bali. Di Jawa dan Kalimantan seperti tampak pada gambar 66 nilai rerata UN paling rendah pada kisaran 4,01-5,00.
Gambar 66.Nilai rerata UN di Jawa dan Kalimantan
Nilai rerata UN tahun 2014 jika dibandingkan dengan nilai rerata UN tahun 2013 di setiap provinsi cenderung mengalami penurunan dengan nilai yang bervariasi. Bahkan seluruh provinsi di Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua mengalami penurunan nilai rerata UN. Jawa Barat
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 64 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
menjadi provinsi dengan penurunan nilai rerata paling tinggi yakni -1,57 sedangkan Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan kenaikan nilai rerata paling tinggi yaitu +1,12. Gambar 67 memperlihatkan kenaikan atau penurunan nilai rerata di setiap provinsi.
Gambar 67.Kenaikan atau Penuruan Nilai Rerata Setiap Provinsi
Potret kenaikan atau penurunan nilai rerata di Sumatera dan Nusa Tenggara memiliki dua kategori yakni kategori lebih rendah sama dengan nol dan rentang 0,01-3,00 sebagaimana dapat dicermati pada Gambar 68.
Gambar 68.Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Sumatera dan Nusa Tenggara
Di Sumatera, jumlah daerah yang mengalami penuruanan nilai rerata dan jumlah daerah yang mengalami kenaikan nilai rerata hampir sama. Sedangkan di Nusa Tenggara, mayoritas daerah mengalami penurunan rerata nilai. Di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua terdapat tiga kategori rerata nilai yakni daerah yang mengalami penurunan atau tetap, kenaikan sekitar 0,01-3,00, dan kenaikan pada rentang 3,016,00 seperti diinformasikan pada gambar 69. Sebagian besar daerah di Jawa dan Kalimantan mengalami penurunan atau memiliki nilai rerata yang sama jika dibandingkan tahun 2013. Uniknya, meski di Jawa dan Kalimantan hanya sebagian kecil daerah yang mengalami kenaikan nilai rerata pada kisaran 0,01-3,00, namun satu daerah di Jawa Barat dan satu daerah di Kalimantan Timur mengalami kenaikan nilai rerata pada rentang yang cukup tinggi PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 65 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
yakni 3,01-6,00. Sedangkan di Sulawesi, Maluku, dan Papua cukup banyak daerah yang mengalami kenaikan nilai rerata. Bahkan seluruh daerah di Bali mengalami kenaikan nilai rerata antara 0,01-3,00.
Gambar 69. Kenaikan atau Penurunan Nilai Rerata di Jawa, Bali,Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 66 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai Sekolah Berbeda dengan capaian nilai UN yang lebih bervariasi, nilai sekolah di setiap provinsi cenderung homogen pada rentang 8,14-8,85. Nilai sekolah paling rendah terjadi di Kepulauan Riau (8,14) dan paling tinggi terjadi di Maluku Utara (8,85). Meskipun Maluku Utara memiliki nilai sekolah tertinggi di Indonesia, namun jika dibandingkan dengan nilai UN (Gambar 70), ternyata nilai UN Maluku Utara (4,47) merupakan nilai UN paling rendah di Indonesia.
Gambar 70. Nilai Sekolah a) dan Nilai UN b) di Setiap Provinsi
Gambar 70 juga mengingatkan kepada kita bahwa tidak satupun provinsi yang capaian nilai UNnya lebih rendah daripada nilai sekolah. Bali menjadi provinsi yang memiliki selisih cukup kecil antara nilai sekolah dan nilai UN. Nilai sekolah di Seluruh daerah di Jawa dan Bali berada pada kisaran yang sama yakni 8,01-9,00 seperti tampak pada Gambar 71.
Gambar 71. Nilai Sekolah di Jawa PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 67 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Berbeda dengan Jawa, nilai sekolah di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara lebih bervariasi yakni pada kisaran 7,01-8,00 dan 8,01-9,00.
Gambar 72. Nilai Sekolah di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
Di Nusa Tenggara, hanya ada satu daerah yang nilai sekolahnya pada rentang 7,01-8,00 yakni daerah di bagian selatan Nusa Tenggara Timur.Gambar 73 memperlihatkan nilai sekolah di Sulawesi, Maluku, dan Papua. Di tiga wilayah tersebut, nilai sekolah berada pada tiga kategori yakni 7,01-8,00; 8,01-9,00; dan 9,01-10,00.
Gambar 73.Nilai Sekolah di Sulawesi, Maluku, dan Papua
Beberapa daerah di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat memberikan nilai sekolah yang sangat tinggi yakni 9,01-10,00 bagi peserta didiknya dan nilai sekolah tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia. Meskipun nilai sekolahnya sangat tinggi, namun di daerah-daerah tersebut nilai UNnya rendah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 68 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai Akhir Kelulusan peserta UN ditentukan oleh nilai akhir. Nilai akhir merupakan gabungan nilai UN dengan nilai sekolah dengan bobot 60% nilai UN dan 40% nilai sekolah. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai akhir setiap matapelajaran yang diujikan dalam UN paling rendah 4,0 dan rata-rata nilai akhir untuk semua mata pelajaran paling rendah 5,5. Nilai akhir UN SMA/MA 2014 secara nasional berada pada rentang 6,15-7,91. Sulawesi Tengah menjadi provinsi dengan nilai akhir paling rendah di Indonesia sedangkan Bali merupakan provinsi dengan nilai akhir paling tinggi di Indonesia.
Gambar 74. Nilai Akhir SMA/MA Tahun Pelajaran 2014
Di Sumatera (Gambar 75), nilai akhir setiap daerah berada pada kisaran 5,01-9,00. Di Aceh dan Bengkulu masih ada daerah yang nilai akhirnya antara 5,01-6,00. Bahkan di Bengkulu, semua daerah tidak ada yang mencapai nilai akhir lebih tinggi dari 7,00. Capaian ini menempatkan Bengkulu sebagai provinsi yang memiliki nilai akhir paling rendah di Sumatera. Sumatera Utara tampil menjadi provinsi dengan nilai akhir paling tinggi di Sumatera. Di provinsi ini, nilai akhir setiap daerah berada pada kisaran 6,01-9,00 dan sebagian besar daerah berada pada kisaran nilai akhir 7,01-8,00.
Gambar 75.Nilai Akhir SMA/MA di Sumatera
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 69 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kategori nilai akhir di Jawa dan Bali (Gambar 76) berbeda dengan di Sumatera, di Jawa rentang nilai akhir berada pada kisaran 6,01- 9,00. Di Jawa Barat dan Banten, nilai akhir sebagian besar daerah berada pada kisaran 6,01-7,00. Jawa Barat juga menjadi provinsi dengan nilai akhir paling rendah di Jawa dan Bali. Semua daerah di Jawa Timur, capaian nilai akhir homogen berada pada rentang 8,019,01. Menariknya, selain keseragaman nilai akhir, keseragaman nilai sekolah juga terjadi di Jawa Timur yakni pada rentang yang sama dengan rentang nilai akhir. Provinsi yang memiliki kesamaan rentang nilai akhir dengan nilai sekolah ini menjadi provinsi yang mencapai nilai akhir tertinggi di Jawa dengan nilai akhir 7,91.
Gambar 76.Nilai Akhir SMA/ MA Di Jawa dan Bali
Capaian nilai akhir di Bali berada pada kisaran 7,01-9,00, capaian ini merupakan yang terbaik di Indonesia. Data menunjukkan, hanya ada dua provinsi di Indonesia yang capaian nilai akhir di tingkat daerah berada pada kisaran 8,01-9,00 yakni Bali dan Sumatera Utara. Kisaran nilai akhir di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua berada pada rentang 5,01-8,00 seperti tampak pada Gambar 77.
Gambar 77.Nilai Akhir SMA/ MA Di Kalimantan, Sulawesi,Nusa Tenggara, Maluku dan Papua PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 70 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Nilai akhir seluruh daerah di Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku berada pada kisaran 6,01-7,00 dan 7,01-8,00. Sedangkan Nusa Tenggara Timur menjadi satu-satunya provinsi dimana tidak ada satupun daerah di provinsi tersebut yang mencapai nilai akhir pada rentang 7,018,00.
Perbandingan Nilai UN, Nilai Sekolah, dan Nilai Akhir SMA/MA Karakteristik kurva hasil UN SMA/MA 2014cukup melebar distribusinya dan landai. Jika dibandingkan antara distribusi nilai UN SMA dan MA (gambar 78), terlihat bahwa rerata nilai UN SMA lebih tinggi (5,84) dibandingkan dengan rerata nilai UN MA (5,73). Nilai rerata SMA IPA mencapai 6,39 dan untuk SMA IPS mencapai 5,80. Sedangkan nilai rerata MA IPA sebesar 6,06 dan MA IPS sebesar 5,75. Demikian pula dengan standar deviasi, standar deviasi nilai UN SMA (1,26) sedikit lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi nilai UN MA (1,21). Standar deviasi yang besar, menunjukkan sebaran nilai yang lebar.
Gambar 78. Perbandingan Distribusi Nilai UN SMA vs MA 2014
Rerata nilai UN mengalami penurunan dari 6,35 (gambar 81)di tahun 2013 menjadi 6,12 (gambar 79) di tahun ajaran 2014. Rerata nilai UN di tahun 2014 tertinggi adalah 9,7 dan yang terendah adalah 1,08 (gambar 79). Berbeda dengan nilai rerata UN yang mengalami penurunan, sebaran nilai UN tahun ini menjadi lebih lebar (SD = 1,39) dibandingkan tahun sebelumnya (SD = 1,24).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 71 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 79.Distribusi Nilai SMA/MA Pada UN Tahun 2014
Distribusi nilai ujian nasional pada tingkat provinsi sangat beragam. Gambar 69 menyajikan contoh distribusi nilai UN 4 provinsi: DIY, Bangka Belitung, Bali, serta NAD. DIY memiliki distribusi nilai UN berbentuk normal. Bangka Belitung nilai UN nya terdistribusi skew positif, sedangkan Bali bersifat skew negatif. NAD bentuk distribusinya unik, karena bimodal dengan modus nilai 4 dan nilai 7. Variasi distribusi UN lintas provinsi mengindikasikan permasalahan yang dihadapi setiap provinsi berbedabeda. Program peningkatan mutu yang dilakukan di provinsi Bali akan berbeda dengan provinsi Bangka Belitung. Provinsi NAD akan memerlukan kombinasi antara program peningkatan mutu Provinsi Bali dan provinsi Bangka Belitung, karena wilayahnya merupakan perpaduan dari 2 kategori distribusi.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 72 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Provinsi DI Yogyakarta
Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Bali
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gambar 80. Distribusi Nilai Ujian Nasional Pada Tingkat Provinsi
Rerata nilai sekolah (NS) SMA/MA tahun 2014 yang mencapai 8,39 (gambar 79) mengalami penurunan tipis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 8,40 (gambar 81). Grafik nilai rata-rata US tahun 2014 mengerucut pada titik tertentumenunjukkan sebaran yang sempit (0,42) dibandingkan dengan distribusi sebaran nilai US tahun sebelumnya (0,45). Artinya, terdapat banyak siswa di nilai tertentu yang jumlahnya sangat besar. Ketika nilai UN dan NS digabung diperoleh nilai akhir (NA) rata-rata siswa sebesar 7,02 pada tahun 2014, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni 7,17. Penggabungan nilai UN dan NS mengakibatkan kurva NS yang mengerucut bisa terurai.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 73 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 81. Distribusi Nilai SMA/MA Tahun 2013
Gambar 82 menyajikan grafik distribusi Kelulusan SMA/MA. Terlihat bahwa sebanyak 16.497 SMA/MA (89,40%) dengan jumlah siswa 1.430.834 orang yang tingkat kelulusannya 100%. Pada UN tahun 2014 ini tidak terdapat sekolah dengan tingkat kelulusan 0%. Jumlah sekolah dengan tingkat kelulusan kurang dari 100% adalah sebanyak 1.955 sekolah (10,50%) dengan jumlah siswa sebanyak 201.923 orang. Total sekolah SMA/MA yang mengikuti UN 2014 berjumlah 18.452 sekolah, bertambah 660 sekolah jika dibandingkan dengan UN tahun sebelumnya yakni 17.792 sekolah.
Gambar 82. Distribusi Kelulusan SMA/MA
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai rata-rata ujian nasional tingkat SMA/MA mengalami penurunan dari 6,35 pada tahun 2013, menjadi 6,12 pada tahun 2014. Selisih antara nilai rerata UN saat ini dan tahun lalu adalah sebesar 0,23 poin. Begitupun dengan persentase kelulusan. Jika pada tahun 2013 tingkat kelulusan mencapai 99,53%, maka pada tahun 2014 mengalami penurunan 0,01% menjadi 99,52% (gambar 70).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 74 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Tahun 2014 tingkat kelulusan SMA/MA mengalami penurunan, salah satu faktornya karena tingkat kesukaran soal. Untuk soal kategori sukar dinaikkan menjadi 20 persen, yang sebelumnya 10 persen. Soal UN tahun pelajaran 2014 disusun dengan komposisi 10% mudah, 70% sedang, 20% sukar. Sedangkan komposisi soal UN tahun sebelumnya adalah 10% mudah, 80% sedang, 10% sukar.
99.6
6.5 6.25 6
99.55
5.75 5.5 5.25 5
99.5 2013
2013
2014
2014
Gambar 83. Perbandingan Nilai UN dan Tingkat Kelulusan UN SMA/MA 2013 dan 2014 KALIMANTAN UTARA PAPUA BARAT SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU BANTEN GORONTALO BANGKA BELITUNG MALUKU UTARA BENGKULU PAPUA NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT BALI MALUKU SULAWESI TENGGARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN BARAT LAMPUNG SUMATERA SELATAN JAMBI RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA ACEH JAWA TIMUR DI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA BARAT DKI JAKARTA
95.00
98.63 98.34
97.10
100.00
99.51 99.64 99.39 99.93 99.43 99.25
98.47
99.83 99.97
98.10 98.29 99.08 97.64 99.81 99.34 99.04 99.09 99.56 99.93 99.81 Nasional = 99.53% 98.48 99.59 99.66 99.82 97.35 99.97 99.96 99.94 100.00 99.85 97.00
99.00
Gambar 84.Persentase tingkat kelulusan UN SMA/MA 2013
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 75 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 85 merupakan grafik persentase kelulusan setiap provinsi berdasarkan nilai akhir UN pada tahun 2013. Dari 33 provinsi terdapat 25 provinsi yang tingkat kelulusannya di atas 99%. Aceh, Jambi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, NTT, Papua, dan Papua Barat adalah provinsi-provinsi yang tingkat kelulusannya di bawah 98%. KALIMANTAN UTARA PAPUA BARAT SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU BANTEN GORONTALO BANGKA BELITUNG MALUKU UTARA BENGKULU PAPUA NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT BALI MALUKU SULAWESI TENGGARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN BARAT LAMPUNG SUMATERA SELATAN JAMBI RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA ACEH JAWA TIMUR DI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA BARAT DKI JAKARTA 95.00
97.49 98.31
Nasional = 99.52%
99.14 99.23 99.81 99.88 99.33 98.72 98.63 98.16 99.00 99.01 99.70 98.59 98.11 99.48 98.01 99.73 99.35 98.95 97.94 99.21 99.68 99.44 99.15 99.66 99.54 99.57 98.62 99.91 99.96 99.92 99.99 99.82
TURUN 0,01%
97.00
99.00
Gambar 85.Persentase tingkat kelulusan 2014
Secara nasional, persentase kelulusan siswa SMA/MA pada UN 2014 mengalami penurunan sebanyak 0,01% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada gambar 85grafik persentase kelulusan setiap provinsi berdasarkan nilai akhir UN tahun 2014 menunjukkan terdapat 23 provinsi yang memiliki tingkat kelulusan di atas 99%. Provinsi Sulawesi Tengah (98,01%), Kalimantan Tengah (97,94%), dan Kalimantan Utara (97,49%) merupakan tiga provinsi dengan persentase tingkat kelulusan terendah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 76 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Tabel 11.Klasifikasi Ketidaklulusan UN SMA/MA2014 Klasifikasi Tidak Lulus
NA < 5,5
Jumlah
7,774
NA >= 5,5
Klasifikasi
99.53%
37
Total
Keterangan
%
%
Semua Mapel >= 4
7,636
98.22%
Satu Mapel < 4
22
0.28%
Dua Mapel < 4
57
0.73%
Tiga Mapel < 4
10
0.13%
Empat Mapel < 4
44
0.57% 0.06%
Lima Mapel <4
5
Enam Mapel < 4
0
0%
Jumlah
7,774
100.00
Semua Mapel >= 4
18
48.65%
Satu Mapel < 4
18
48.65%
Dua Mapel < 4
1
2.70%
0.47%
7,811
Jumlah Siswa
Tiga Mapel < 4
0
0.00
Jumlah
37
100.00
100.00%
Klasifikasi atas ketidaklulusan siswa SMA/MA tahun 2014 adalah peserta UN yang memiliki nilai di bawah standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Nilai akhir paling rendah adalah 5,5 dan setiap mata pelajaran paling rendah mendapat nilai 4,0. Dengan kata lain, peserta didik tingkat SMA/MA dinyatakan lulus ujian nasional jika rerata nilai akhir paling rendah 5,5 dan nilai tiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Sehingga, walaupun seorang siswa peserta UN nilai reratanya 8, namun ada satu mata pelajaran kurang dari 4, maka siswa tersebut juga tidak akan lulus. Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat dipastikan 7.811 siswa SMA/MA tidak lulus ujian nasional tahun pelajaran 2014. Data selengkapnya disajikan pada tabel 11. 10 9
9,17
Nilai Sekolah
8
1,9
7 6
7,2
4,72
5
Rentang Nilai UN
3,4
4
Rentang
8,17
3 2 1 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai UN Gambar 86. Hubungan Nilai Sekolah dan Nilai UN
Gambar 86 menunjukkan rentang nilai UN dan NS SMA/MA tahun 2014. Nilai terendah pada UN 2014 adalah 3,45 dan nilai tertinggi adalah 8,17. Terlihat adanya rentang nilai UN yang lebar karena selisih antara keduanya adalah sebesar 4,72.Sebaran nilai yang lebar menunjukkan perbedaan pencapaian yang besar di antara siswa. Berbeda dengan nilai UN, NS memiliki deviasi kecil, yakni sebaran nilai lebih sempit. Nilai sekolah terendah adalah 7,21 dan yang tertinggi adalah 9,17, sehingga rentang antara kedua nilai tersebut adalah 1,96. Dengan demikian rata-rata NS siswa relatif tinggi, dibandingkan nilai
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 77 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
UN. Oleh karena nilai akhir merupakan gabungan nilai UN dan nilai sekolah maka dengan tingginya nilai sekolah maka nilai akhir yang diperoleh juga menjadi tinggi. Secara nasional, hanya terdapat 78 sekolah dari 18.452 SMA/MA yang memiliki nilai sekolah lebih tinggi dari standar nasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 87. 3000
2601 2389 2265 2219 2013 1844 1412 1385 1025
2500 2000 1500
78 Sekolah NS < NUN
1000 500 0
531
484 0
3
75
-1
-0.5
0
0.5
Nilai UN
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
167 32
5.5
6
6.5
7
0
7
7.5
Gambar 87.Selisih Nilai Sekolah dan Nilai UN
Umumnya nilai UN lebih rendah dibanding NS.Gambar 87 menyajikan grafik yang menunjukkan adanya 78 sekolah yang siswanya memperoleh nilai UN jauh lebih tinggi dibanding nilai US. Tabel 12menyajikan lima sekolah pada tiga provinsi dengan rerata nilai UN lebih tinggi dibanding NS. Tabel 12. Sekolah dengan Rerata NS Lebih Rendah dari Nilai UN PROVINSI
SEKOLAH
PESERTA
NILAI UN
NILAI US
SELISIH
DKI
SMA KRISTEN IPEKA SUNTER
117
8.12
7.92
-0.2
BANTEN
MA NEGERI INSAN CENDEKIA SERPONG
118
8.69
8.49
-0.2
DKI
SMA KRISTEN 1 BPK PENABUR
294
8.6
8.24
-0.36
SUMUT
SMA SWASTA SUTOMO 2 MEDAN
269
8.26
7.9
-0.36
DKI
SMA KRISTEN 3 BPK PENABUR
213
8.36
7.94
-0.42
Kelulusan peserta didik SMA/MA ditetapkan berdasarkan perolehan nilai akhir (NA). Nilai akhir merupakan gabungan dari 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai US. Peserta didik SMA/MA dinyatakan lulus UN apabila rerata NA paling rendah 5,5. Terjadi penurunan rerata NA dari tahun 2013 yaitu sebesar 7,17 pada UN tahun 2013 menjadi 7,02 pada tahun 2014. Jika gambar 88 diamati, rentang rerata NA pada UN tahun 2013-2014 adalah dari 7,40 hingga 9,27. Umumnya nilai akhir menumpuk pada rentang nilai 8,00 hingga 9,00. Berdasarkan grafik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rerata nilai UN akan selalu berada di bawah rerata NA
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 78 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
10.00
9.27
2014
9.00 8.00
7.40
7.00
2013
6.00 5.00 5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Gambar 88.Nilai Akhir UN 2013 vs UN 2014
Selisih Rerata UN 2014 terhadap 2013
3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 -3.0 -3.5
3
4
5
6
7
8
9
Rerata Nilai UN 2014 Gambar 89.Perbandingan Nilai UN 2013 vs 2014
Analisis hasil UN baik terkait sebagai alat pemetaan dan penentuan kelulusan, maka hal yang tidak boleh diabaikan adalah pemanfaatan hasil UN sebagai dasar pembinaan bagi tiap satuan pendidikan (intervensi positif). Gambar 89 dari hasil analisis UN menunjukkan perbandingan nilai UN 2013 dan UN 2014 untuk menentukan intervensi positif. Dari hasil analisis itu, setidaknya terdapat sejumlah kabupaten kota yang telah mengalami peningkatan, dan juga ada 18 kabupaten/kota yang perlu mendapatkan perhatian/pembinaan. Tabel 13.Distribusi Tingkat Kesukaran Soal-soal Ujian Nasional 2014
No
Kategori
Tingkat Kesukaran (Measure)
Persentase
1
Mudah
-3,00 s.d. -2,00
10%
2
Sedang
>-2,00 s.d. +2,00
70%
3
Sukar
>+2,00 s.d. +3,00
20%
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 79 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Untuk meningkatkan mutu lulusan, tingkat kesulitan soal UN ditingkatkan secara bertahap. Pada UN tahun 2014 soal UN menerapkan formula 10-70-20. Artinya, soal UN itu terdiri atas 10 persen soal dengan kategori tingkat kesulitan mudah, 70 persen sedang, dan 20 persen berkategori sulit. Formula ini berbeda dengan UN tahun sebelumnya yang menerapkan formula 10-80-10 atau 10 persen soal dengan tingkat kesulitan mudah, 80 persen sedang dan 10 persen sulit. Meningkatnya butir soal berkategori sulit hingga 10 persen merupakan wujud komitmen dari pemerintah pusat untuk meningkatkan kualitas lulusan. Meskipun nilai rata-rata minimal kelulusan dirancang tetap 5,5, tetapi perjuangan yang harus dilakukan peserta UN untuk meraih nilai rata-rata minimal kelulusan itu makin berat karena jumlah soal dengan kategori sulit menjadi 20 persen. Analisis soal menggunakan pendekatanItem Response Theory (IRT), khusunya model Rasch yang juga digunakan dan dikembangkan di negara-negara maju maupun negara-negara yang tergabung dalam OECD,misalnya padaProgramme for International Student Assessment (PISA). Adapun tingkat kesukaran soal (measure) diestimasi menggunakan prosedur maximum likelihood pada skala logit. Tingkat kesukaran soal ini (measure) memiliki nilai dari -3.00 (mudah) sampai dengan +3.00 (sukar).
Karakteristik Soal Ujian Nasional SMA/MA 2014 Gambar 90 menyajikan karakteristik soal Bahasa Indonesia - IPA pada 2014. Masyarakat berargumen bahwa soal-soal UN 2014 sangat sulit sehingga nilai siswa menjadi rendah. Pada analisis ini disajikan distribusi nilai siswa apabila soal UN dikelompokkan menjadi 2 set tes: tes yang terdiri dari soal-soal UN kategori sedang, dan tes berisi soal-soal UN kategori sulit. 39.09%
45.00%
0.00%
19.50%
24.76%
0.58%
11.35% 17.60%
9.52% 3.41%
1.03%
0.26%
5.00%
0.00% 1.05%
10.00%
0.07%
15.00%
7.67%
20.00%
3.94%
14.25%
25.00%
0.00% 3.10%
Persentase Siswa
30.00%
20.22%
SOAL SEDANG SOAL SULIT
35.00%
22.60%
40.00%
PersentaseKumpulan Soal yang Dijawab Benar Gambar 90.Karakteristik Soal Bahasa Indonesia - IPA Ujian Nasional 2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 80 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa Indonesia IPA Sedang dan Sulit
100%
sedang
80%
sulit
60% 40% 20% 0% >1-2
>2-3
>3-4
>4-5
>5-6
>6-7
>7-8
>8-9
>9-10
Persentase Soal Dijawab Benar Berdasar Tingkat Kesukaran Gambar 91. Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa Indonesia-IPA
24.71%
0.00% 0-12,5%
0.00%
0.38%
0.29%
5.00%
3.12%
10.00%
5.28%
15.00%
13.42%
20.00%
16.19%
19.93%
25.00%
8.43%
Persentase Siswa
30.00%
SOAL SULIT 22.41%
SOAL SEDANG 26.03%
35.00%
11.43% 10.69%
40.00%
1.92%
35.76%
Hasil analisis menunjukkan perbedaan bentuk distribusi nilai. Nilai Siswa pada butir-butir soal yang sedang terdistribusi skew positif, sedangkan pada soal kategori sulit terdistribusi skew negatif. Gambaran kumulatif jumlah siswa dapat dilihat pada gambar91. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan soal-soal sukar adalah 73,93%. Namun jika digunakan soal-soal mudah maka jumlah siswa yag mendapat nilai lebih dari 4 mencapai 99,67%. Hal ini mengindikasikan bahwa soal-soal UN Bahasa Indonesia terdiri dari soal-soal yang sedang, maupun sukar. Setiap karakter soal akan menghasilkan distribusi nilai yang berbeda.
12,5-25% 25-37,5% 37,5-50% 50-62,5% 62,5-75% 75-87,5% 87,5-100% PersentaseKumpulan Soal yang Dijawab Benar
Gambar 92.Karakteristik Soal Biologi - IPA Ujian Nasional 2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 81 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Biologi IPA Sedang dan Sulit
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
sedang sulit
0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5 >5-6 >6-7 >7-8 >8-9 >9-10 Persentase Soal Dijawab Benar Berdasarkan Tingkat Kesukaran (dalam Puluhan)
Gambar 93. Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Biologi IPA
Sebagaimana soal Bahasa Indonesia soal UN SMA/MA mata pelajaran Biologi memiliki dua komponen kesulitan, yaitu soal kategori sulit dan sedang. Gambar 92 menyajikan gambaran tentang pengaruh karakteristik soal Biologi terhadap kumulatif nilai. Nilai yang dimaksud adalah persentase soal yang dijawab benar dari sekumpulan soal dengan kategori tingkat kesukaran yang sama dalam skala 0-10. Misal terdapat 10 butir soal kategori sulit. Siswa yang mampu menjawab 2 butir soal dengan benar artinya benar 20% dan dalam skala 0-10 nilai siswa tersebut adalah 2. Siswa dengan kemampuan yang sama secara hipotetik akan memiliki nilai yang lebih tinggi jika set soal yang digunakan adalah kumpulan soal mudah. Hasil analisis pada gambar 92 dan 93menunjukkan bahwa hipotesa tersebut terbukti. Jika kumpulan soal yang digunakan kategori sedang, terdapat 47,1% siswa memperoleh nilai 7-8. Jumlah ini menurun menjadi 7,5% jika kategori soal yang digunakan adalah soal sulit. Perbedaan sangat jelas terlihat pada jumlah kumulatif siswa yang memperoleh nilai minimal 4. Menggunakan kumpulan soal sedang88,1% siswa nilainya lebih dari 4, dan hanya 38,2% siswa mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan kumpulan soal sulit.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 82 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SOAL SEDANG
50.13%
60.00% 50.00%
SOAL SULIT
29.37%
0.05%
7.10%
16.80% 0.91%
13.33% 1.98%
10.92% 3.18%
12.57%
9.73% 5.07%
0.24%
0.00%
7.81% 8.84%
10.00%
1.15%
20.00%
3.63%
17.04%
30.00%
0.17%
Persentase Siswa
40.00%
PersentaseKumpulan Soal yang Dijawab Benar
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Gambar 94. Karakteristik Soal Bahasa Inggris - IPA Ujian Nasional 2014
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa inggris IPA Sedang dan Sulit
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
sedang sulit
>1-2
>2-3
>3-4
>4-5
>5-6
>6-7
>7-8
>8-9
>9-10
Persentase Soal Dijawab Benar Berdasarkan Tingkat Kesukaran (dalam Puluhan) Gambar 95. Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Bahasa Inggris IPA
Terlihat perbedaan yang mencolok pada karakteristik soal Bahasa Inggris kelompok mata pelajaran IPA UN 2014 (gambar 94). Hasil analisis menunjukkan jika kumpulan soal yang digunakan kategori sedang, terdapat 53,2% siswa memperoleh nilai 7-8. Jumlah ini menurun menjadi 1,2% jika kategori soal yang digunakan adalah soal sulit. Perbedaan sangat jelas terlihat pada jumlah kumulatif siswa yang memperoleh nilai minimal 4. Menggunakan kumpulan soal sedang95% siswa nilainya lebih dari 4, dan hanya 20,3% siswa mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan kumpulan soal sulit.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 83 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SOAL SEDANG
SOAL SULIT
35.00%
33.38%
40.00%
19.08%
14.49%
15.53%
16.22%
12.00%
1.71%
0.92%
1.49%
6.16%
10.00% 5.00%
12.86%
6.16%
15.00%
11.21%
20.00%
13.49%
16.02%
25.00%
19.26%
30.00%
0.00% 0-12,5%
12,5-25% 25-37,5% 37,5-50% 50-62,5% 62,5-75% 75-87,5% 87,5-100% Persentase Kumpulan Soal yang Dijawab Benar
Gambar 96. Karakteristik Soal Kimia - IPA Ujian Nasional 2014
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal kimia IPA Sedang dan Sulit 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
sedang sulit
>1-2
>2-3
>3-4
>4-5
>5-6
>6-7
>7-8
>8-9
>9-10
Persentase Soal Dijawab Benar Berdasarkan Tingkat Kesukaran (dalam puluhan) Gambar 97. Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Kimia IPA
Gambar 96 menyajikan karakteristik soal Kimia – IPA pada UN2014. Pada analisis ini disajikan distribusi nilai siswa pada soal UN yang dikelompokkan menjadi 2 set tes: tes terdiri dari soal-soal UN kategori sedang, dan tes berisi soal-soal UN kategori sulit. Hasil analisis menunjukkan menggunakan kumpulan soal sedang70,6% siswa nilainya lebih dari 4, dan hanya 28,5% siswa mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan kumpulan soal sulit.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 84 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
45.00%
40.01%
40.00%
SOAL SEDANG
35.00%
SOAL SULIT
30.00% 25.00% 20.00%
16.02%
15.00% 10.00% 5.00%
16.22%
13.49% 12.62% 12.86% 8.91% 8.50%
19.26% 14.49% 7.92%
8.09%
11.89% 6.16%
2.07%
1.49%
0.00%
Persentase Kumpulan Soal yang Dijawab Benar
Gambar 98. Karakteristik Soal Matematika - IPA Ujian Nasional 2014
Persentase Kumulatif Siswa Menjawab Benar
Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal matematika IPA Sedang dan Sulit 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
sedang sulit
1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10 Persentase Soal Dijawab Benar Berdasarkan Tingkat Kesukaran (dalam Puluhan)
Gambar 99. Persentase Kumulatif Siswa Berdasarkan Kumpulan Soal Matematika IPA
Gambar 99 menunjukkan presentase kumulatif siswa berdasarkan kumpulan soal Matematika kategori sedang dan sulit. Jika kumpulan soal yang digunakan kategori sedang, terdapat 51,9% siswa memperoleh nilai 7-8. Tetapi jumlah ini menurun menjadi 7,65% jika kategori soal yang digunakan adalah soal sulit. Perbedaan jumlah kumulatif siswa yang memperoleh nilai minimal 4 antara set soal sedang dan set soal sukar tidak sebesar mata pelajaran lainnya. Menggunakan kumpulan soal sedang80,6% siswa nilainya lebih dari 4, dan hanya 57,4% siswa mendapat nilai lebih dari 4 jika digunakan kumpulan soal sulit.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 85 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Peta Pencapaian Kompetensi per Mata Pelajaran SMA/MA Fungsi UN tidak hanya fokus pada capaian nilai peserta didik (tingkat kelulusan), tapi juga indeks kompetensi tiap mata pelajaran, baik di tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Dengan mengetahui indeks kompetensi ini, maka akan diperoleh peta yang sesungguhnya. Sehingga, upaya untuk memanfaatkan hasil UN bagi kepentingan intervensi kebijakan misalnya berkait dengan kebutuhan pelatihan guru, dapat lebih tepat sasaran. Daya Serap Mata Pelajaran Kelompok – IPA UN SMA/MA 2014
Gambar 100. Daya Serap Mata Pelajaran – IPA Ujian Nasional 2014
Gambar 100 menunjukkan daya serap kelompok IPA dari enam mata pelajaran yang diujikan (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, fisika, kimia, dan biologi). Dari hasil pemetaan kemampuan daya serap siswa kelompok IPA, memberikan informasi bahwa semua mata pelajaran siswa SMA/MA tidak memenuhi standar KKM 70%, kecuali Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Walaupun Mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih baik dibandingkan Mata pelajaran lainnya yaitu sebesar 71.20%, namun daya serapnya pun masih di tingkat menengah. Disusul Mata pelajaran Fisika dengan daya serap 64.51%, Bahasa Inggrisdengan daya serap 64.33%, Biologi 61.02%, Matematika 60.12% dan daya serap terendah pada Mata pelajaran Kimia yaitu 59.82%. Hal ini bisa disebabkan karena Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai sehari-hari sehingga memudahkan siswa lebih mudah menyerap Mata pelajaran ini, sedangkan pada Mata pelajaran Kimia yang memiliki daya serap terendah bisa disebabkan karena siswa lebih cenderung meminati mata pelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri, maka untuk mata pelajaran yang kurang diminati akan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran tersebut. Diharapkan dari hasil analisis dapat diberikan bantuan kepada satuan pendidikan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang belum memenuhi KKM 70% dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 86 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMA/MA IPA Bahasa Indonesia SUMATERA UTARA
UJIAN NASIONAL 2014 Membaca Data
Menulis Struktur Nonfiksi
Membaca Kritis Fiksi
Menulis Struktur Fiksi
Membaca Kritis Nonfiksi
Nasional Sumut Menulis Gagasan Nonfiksi
Membaca Pemahaman Fiksi
Membaca Pemahaman Nonfiksi
Menulis Gagasan Fiksi
Gambar 101. Daya Serap Kompetensi Bahasa Indonesia – IPA
Berdasarkan gambar 101, nampak bahwa daya serap masing masing materi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesiaprogram IPA di Sumatera Utara melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama. Daya serap tertinggi sebesar 88,16% ada pada materi membaca data yang melebihi daya serap nasionalnya sebesar 82,80%. Materi menulis struktur fiksi mampu diserap sebanyak 85,92% dan melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama sebesar 72,86%. Materi membaca pemahaman fiksi mampu diserap sebanyak 69,46% yang melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama yaitu sebesar 65,64%. Sedangkan daya serap terendah ada pada materi membaca kritis fiksi sebesar 63,95%, akan tetapi tetap melebihi daya serap nasional (63,65%) untuk materi yang sama.
SMA/MA IPA Bahasa Inggris BALI
UJIAN NASIONAL 2014
Memahami informasi dari monolog lisan Menyusun kalimat menjadi paragraf…
Memahami informasi dari percakapan lisan
Melengkapi teks rumpang (teks yang…
Menentukan gambar dari monolog lisan
Nasional Bali
Memahami informasi dari teks tulis/wacana Memahami informasi dari teks fungsional
Menentukan gambar dari percakapan lisan Merespon percakapan lisan yang belum…
Gambar 102. Daya Serap Kompetensi Bahasa Inggris – IPA
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 87 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Dari hasil analisis Kompetensi Bahasa Inggris terlihat pencapaian siswa program IPA di Provinsi Bali dalam materi menentukan gambar dari monolog lisan memiliki daya serap hampir sempurna 99,51%, berbeda jauh dengan presentase daya serap nasional untuk materi yang sama, sebesar 57,05%. Begitupun dengan materi yang merespon percakapan lisan yang belum lengkap, memiliki daya serap sebesar 98,75% jauh diatas persentase daya serap nasional yakni 56,87%. Dari pemetaan diatas juga dapat disimpulkan, menurut siswa kelompok IPA terhadap kompetensi Bahasa Inggris materi yang paling mudah adalah menentukan gambar baik dari monolog lisan maupun dari percakapan lisan dengan daya serap 99,51 %, sedangkan materi memahami informasi dari teks fungsional adalah materi yang paling sukar dengan daya serap 71,13%.
SMA/MA IPA Matematika KALIMANTAN BARAT
UJIAN NASIONAL 2014 Logika matematika Eksponen, Barisan, dan Deret Fungsi
Statistika dan Peluang
Lingkaran, Suku Banyak, dan Komposisi Fungsi
Kalkulus
Matriks, Vektor, dan Transformasi
Trigonometri
Persamaan dan Pertidaksamaan
Geometri
Nasional KalBar
Gambar 103. Daya Serap Kompetensi Matematika – IPA
Pencapaian siswa untuk kompetensi Matematika di Kalimantan Barat secara umum cukup memuaskan dengan daya serap yang melebihi daya serap nasional, kecuali pada materi logika matematika sebesar 63,86% yang berada dibawah daya serap nasional 66,80%. Presentase daya serap tertinggi pada materi eksponen, barisan dan deret fungsi sebesar 85,19% berada diatas daya serap nasional 71,15% untuk materi yang sama. Materi persamaan dan pertidaksamaan dengan daya serap sebesar 76,55% merupakan materi yang dikuasai dengan baik oleh siswa, demikian pula dengan materi statistika dan peluang serta materi trigonometri dapat dikuasai secara baik, terbukti dengan presentase yang dicapai untuk kedua materi tersebut berada pada posisi 70,68%.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 88 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMA/MA IPA Fisika BANGKA BELITUNG
UJIAN NASIONAL 2014
Besaran, satuan, d an vektor
Dinamika dan perubahan energi
Fisika modern
Listrik statik dan listrik dinamik
Fluida statik dan fluida dinamik
Nasional BaBel Kemagnetan dan elektromagnetik
Kinematika
Gelombang, bunyi, dan cahaya
Suhu, kalor, dan hukum termodinamika
Gambar 104. Daya Serap Kompetensi Fisika – IPA
Daya serap Kompetensi Fisika siswa program IPA di Provinsi Bangka Belitung terlihat kurang memuaskan, terbukti dari daya serap siswa terhadap semua materi tidak memenuhi KKM 70% dan berada dibawah daya serap nasional. Materi listrik statik dan listrik dinamik memiliki daya serap paling rendah yaitu 34,76%. Demikian pula materi kemagnetan dan elektromagnetik, fluida statik dan fluida dinamik, suhu kalor dan hukum termodinamika serta materi dinamika dan perubahan energi, memiliki daya serap dibawah 50%. Sementara materi kinematika memiliki daya serap 51,53% dan fisika modern memiliki daya serap 51,89%. Presentase daya serap siswa kelompok IPA dalam Kompetensi Fisika tertinggi terdapat pada materi besaran, satuan dan vektor yaitu 58,86%.
SMA/MA IPA Kimia JAWA TENGAH
UJIAN NASIONAL 2014 Struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia Kimia Unsur
Stoikiometri
Larutan Asam Basa dan Kesetimbangan Larutan
Redoks dan Elektrokimia
Kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia
Sifat Koligatif Larutan dan Koloid
Nasional Termokimia
Kimia Karbon
JaTeng
Gambar 105. Daya Serap Kompetensi Kimia – IPA
Berdasarkan gambar 105, nampak bahwa daya serap beberapa materi untuk mata pelajaran Kimia di Provinsi Jawa Tengah melebihi daya serap nasional. Daya serap tertinggi sebesar 81,44% ada pada materi sifat koligatif larutan dan koloid, demikian pula materi kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia yang melebihi daya serap nasionalnya sebesar 67,80%. Materi stoikiometri mampu diserap sebanyak 75,51% dan melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama sebesar 66,08%. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 89 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Sementara itu ada pula materi yang memiliki daya serap dibawah daya serap nasional, yaitu materi larutan asam basa dan kesetimbangan larutan, kimia karbon dan materi termokimia, yang juga merupakan materi dengan daya serap paling rendah yaitu 36,04% berada dibawah daya serap nasional yang berada pada 41,86%.
SMA/MA IPA Biologi NUSA TENGGARA TIMUR
UJIAN NASIONAL 2014
Permasalahan biologi Bioteknologi
Klasifikasi Pelestarian Sumber Daya Alam
Evolusi
Hereditas
Peran makhluk hidup
Metabolisme
Ekosistem Peran manusia terhadap lingkungan
Sistem organ Sel dan jaringan
Nasional NTT
Gambar 106. Daya Serap Kompetensi Biologi – IPA
Pencapaian siswa untuk Kompetensi Biologi di Nusa Tenggara Timur secara umum cukup baik dengan daya serap pada beberapa materi melebihi daya serap nasional, kecuali pada materi peran mahluk hidup dan peran manusia terhadap lingkungan. Presentase daya serap materi peran manusia terhadap lingkungan juga merupakan materi dengan daya serap terendah yaitu 54,77%. Presentase daya serap tertinggi terdapat pada materi pelestarian sumberr daya alam sebesar 91,47% jauh melebihi daya serap nasional yang memiliki presentase sebesar 61,44%. Pada materi evolusi, capaian daya serap provinsi sebesar 79,82% juga jauh melebihi presentase daya serap nasional, 39,13% untuk materi yang sama. Materi sel dan jaringan dengan daya serap sebesar 86,38% merupakan materi yang dikuasai dengan baik oleh siswa, demikian pula dengan materi permasalahan biologi dapat dikuasai secara baik, terbukti dengan presentase yang dicapai materi tersebut berada pada posisi 80,42%.
Daya Serap Mata Pelajaran Kelompok – IPS UN SMA/MA 2014 Dari analisis kemampuan daya serap siswa kelompok IPS, terlihat tidak jauh berbeda dengan daya serap siswa kelompok IPA. Untuk Mapel Bahasa Indonesia lebih baik dibandingkan Mapel lainnya yaitu sebesar 63.76%, disusul Mapel Geografi sebesar 56.62%, Bahasa Inggris sebesar 57.48%, Biologi 61.02%, Matematika 53.51%, Mapel Sosiologi yaitu 60.17% dan daya serap terendah pada Mapel Ekonomi yaitu 56.81%. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan siswa memiliki titik kelemahan di beberapa mapel. Untuk lebih detail dapat dilihat pada grafik-garik dibawah ini yang menjelaskan pada materi-materi mana saja pada setiap kompetensi mata pelajaran yang perlu diberi perhatian lebih.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 90 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 107. Daya Serap Mata Pelajaran – IPS Ujian Nasional 2014
SMA/MA IPS Ekonomi SUMATERA SELATAN
UJIAN NASIONAL 2014 Konsep Ekonomi
Manajemen Badan Usaha, Koperasi, Kewir ausahaan
Permasalahan Ekonomi
Akuntansi Perusahaan Dagang
Kebijakan Ekonomi
Akuntansi Perusahaan Jasa Pasar Modal dan Perdagangan Internasional
Pendapatan Nasional
Nasional Ekonomi Pembangunan
SumSel
Gambar 108. Daya Serap Kompetensi Ekonomi – IPS
Daya serap Kompetensi Ekonomi siswa program IPS di Provinsi Sumatera Selatan terlihat kurang memuaskan, terbukti hampir semua materi tidak memenuhi KKM 70% dan berada dibawah daya serap nasional kecuali materi ekonomi pembangunan dan manajemen badan usaha, koperasi dan kewirausahaan. Materi kebijakan ekonomi memiliki daya serap paling rendah yaitu 19,74%. Demikian pula materi konsep ekonomi memiliki daya serap dibawah 50%. Sementara materi pasar modal dan perdagangan internasional juga memiliki daya serap yang rendah yaitu 50,27% dan materi pendapatan nasional hanya memiliki daya serap 50,08%. Presentase daya serap siswa Kelompok IPS dalam Kompetensi Ekonomi tertinggi terdapat pada materi akuntansi perusahaan jasa besaran, satuan dan vektor yaitu 59,61% walaupun masih berada dibawah daya serap nasional pada materi yang sama.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 91 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMA/MA IPS Sosiologi DI YOGYAKARTA
UJIAN NASIONAL 2014 Fungsi sosiologi Nilai, norma, dan sosialisasi
Penelitian sosial
Interaksi sosial dan konflik
Lembaga sosial
Nasional Penyimpangan dan pengendalian sosial
Perubahan sosial Kelompok sosial dan masyarakat multikultural
Yogya
Struktur dan mobilitas sosial
Gambar 109. Daya Serap Kompetensi Sosiologi – IPS
Dari hasil analisis Kompetensi Sosiologi pada kelompok siswa IPS di Provinsi DI Yogyakarta terlihat pencapaian siswa yang cukup memuaskan karena semua materi memiliki daya serap diatas daya serap nasional. Dalam materi interaksi sosial dan konflik, memiliki daya serap 76,75% yang juga merupakan presentase tertinggi untuk semua materi. Materi penyimpangan dan pengendalian sosial juga memiliki daya serap yang baik, yaitu 74,65%. Sepertinya materi lainnya termasuk sukar menurut siswa terbukti dari daya serap yang tidak mencapai KKM 70%. Materi perubahan sosial sedikit memprihatinkan karena daya serapnya hanya mencapai 50,09%. Dari pemetaan diatas juga dapat disimpulkan, bahwa capaian kompetensi sosiologi siswa kelompok IPS di Provinsi DI Yogyakarta termasuk dalam kategori baik dengan rerata presentase daya serap sebesar 64,92%. SMA/MA IPS Geografi JAWA TIMUR
UJIAN NASIONAL 2014 Konsep Geografi Wilayah dan Perwilayahan (Konsep…
Bumi, Tata Surya, dan Jagadraya
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi…
Fenomena Geosfer
Nasional Jatim
Sumber Daya Manusia
Perpetaan Lingkungan Hidup
Sumber Daya Alam
Gambar 110. Daya Serap Kompetensi Geografi – IPS
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 92 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Berdasarkan gambar 110, nampak bahwa daya serap semua materi untuk mata pelajaran Geografi di Provinsi Jawa Timur melebihi daya serap nasional. Daya serap tertinggi sebesar 79,57% ada pada materi sumber daya alam. Demikian pula materi sumber daya manusia dan fenomena geosfer adalah juga materi-materi yang presentase dayaserapnyamencapai KKM 70%. Materi perpetaan mampu diserap sebanyak 69,54% dan melebihi daya serap nasional untuk materi yang sama sebesar 51,04%. Sementara itu materi lainnya yang memiliki daya serap dibawah KKM 70% yaitu materi lingkungan hidup, bumi tata surya dan jagadraya, juga materi konsep geografi, wilayah dan perwilayahan. Sedangkan materi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi adalah materi dengan daya serap paling rendah yaitu 59,87%.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 93 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 94 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 4 LEVEL KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL
Kompetensi peserta ujian nasional dikategorisasi menjadi 4 level berdasarkan nilai UN yang diperoleh. Keempat level tersebut adalah sangat baik untuk nilai > 8-10; baik untuk nilai >6 -8; cukup untuk nilai >4-6, dan kurang untuk siswa dengan nilai kurang dari 4. Analisis butir di setiap level kompetensi dilakukan untuk memperoleh deskriptor kompetensi siswa. Deskripsi kompetensi setiap level tersebut dilakukan pada masing-masing mata pelajaran baik pada jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Contoh butir soal yang mewakili level kompetensi disajikan untuk memberikan gambaran perbedaan kemampuan siswa pada setiap level kompetensi. Hasil analisis sebaran capaian level kompetensi setiap provinsi disajikan sebagai feedback perbaikan pembelajaran yang harus dilakukan di setiap wilayah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 95 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Studi–studi internasional seperti TIMSS, PIRLS, dan PISA membuat benchmark atau deskriptor capaian kompetensi peserta ujian. Hasil Ujian Nasional 2014 dianalisis dengan metode yang serupa dan disebut sebagai level. Proses level capaian kompetensi sebenarnya adalah proses kategorisasi peserta ujian berdasarkan nilai yang diperolehnya, kemudian mencari butir-butir soal yang mewakili kategori setiap peserta. Proses level capaian kompetensi sebagai berikut: menentukan range nilai yang mewakili level yang diinginkan; pada analisis ini diperoleh rentang>810, >6-8, >4-6, dan 0-4. mengelompokkan siswa-siswa yang merupakan borderline examinee setiap level, yaitu siswa-siswa yang mendapat nilai UN sebagai nilai cut-off ±0,5. menganalisis proportion correct setiap butir soal untuk setiap kelompok level. menentukan soal-soal yang mewakili level sebagai soal yang mampu dijawab benar sekitar 60% oleh siswa di kelompok level tersebut dan berjarak minimal 20% dengan siswa di kelompok antaranya. Level kompetensi ini juga dilakukan pada hasil studi nasional Indonesia National Assessment Program (INAP) tahun 2012 dan 2013. INAP membidik siswa sampel di jenjang sekolah dasar, sedangkan analisis level UN dilakukan di jenjang SMP/MTsdan SMA/MA. Peta level kompetensi pada INAP disebut sebagai benchmark, dan jika dikaitkan dengan hasil UN akan memberikan data berkesinambungan antara capaian kompetensi di level SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Hasil studi INAP disajikan secara detail di bagian lampiran.
A. LEVEL KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL SMP/MTs 2014 Data respon siswa pada UN SMP/MTs 2014 dianalisis dengan proses leveling untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh siswa pada rentang nilai tertentu dan dibandingkan dengan siswa pada rentang nilai lainnya. Capaian siswa dalam UN tidak hanya dilaporkan dalam nilai tetapi juga dilaporkan dalam kategori level atau tingkat capaian. Level rendah menunjukkan kompetensi yang rendah. Kompetensi siswa dikategorikan dalam empat level sesuai dengan batasan nilai UN. Rentang nilai UN pada setiap level seperti disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Level UN SMP/ MTs 2014
Level
Rentang Nilai
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
>8 s.d. 10 >6 s.d. 8 >4 s.d. 6 0 s.d. 4
Deskripsi kompetensi di masing-masing level ditentukan oleh butir-butir yang mewakili kelompok siswa dengan skor UN sesuai batasan nilai setiap level. Analisis level dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, dan IPA. Deskripsi kompetensi setiap level, contoh soal yang mewakili level, serta hasil capaian kompetensi antar provinsi secara nasional disajikan per mata pelajaran.
Bahasa Indonesia Level Sangat Baik
Deskripsi Kompetensi Pada kompetensi membaca, peserta didik mampu menafsirkan informasi tersirat pada bacaan sastra/nonsastra, sedangkan pada kompetensi menulis, peserta didik mampu menyusun berbagai bentuk paragraf dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 96 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Level
Deskripsi Kompetensi
Baik
Pada kompetensi membaca, peserta didik mampu menafsirkan informasi tersurat pada teks sastra/ nonsastra, sedangkan pada kompetensi menulis, peserta didik mampu menggunakan kalimat sesuai ilustrasi dengan memperhatikan penggunaan EYD
Cukup
Pada kompetensi membaca, peserta didik mampu mengidentifikasi informasi tersurat pada bacaan/iklan/denah, sedangkan pada kompetensi menulis, peserta didik mampu menggunakan kata/kalimat pada teks sastra/nonsastra.
Kurang
Siswa mampu mengidentifikasi informasi yang sangat sederhana dan tersurat dari sebuah wacana non teks sederhana. Siswa memiliki keterbatasan dalam menggunakan kata/frasa pada teks sastra/nonsastra.
Berikut adalah contoh soal bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs yang merupakan wakil dari setiap level. Contoh Butir Level Cukup (rentang nilai >4 – 6) Pada contoh soal terliat bahwa kompetensi yang diukur adalah memaknai sebuah kalimat sederhana dengan kata/frasa yang juga sederhana. Kompetensi yang dimiliki lebih baik dibandingkan mengerti kalimat sederhana. Siswa pada soal ini diminta untuk mampu menjelaskan atau membuat interpretasi lain dari arti suatu kalimat sederhana.
Contoh Butir Level Baik (rentang nilai >6 – 8)
Kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam menjawab soal ini tidak hanya sekedar memaknai kalimat sederhana. Siswa harus memahami konsep majas dan mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung majas. Kompetensi ini lebih tinggi karena siswa harus mengaitkan pemahaman akan arti kalimat dengan konsep majas yang dimilikinya. Meskipun kata/frasa yang digunakan sederhana, namun makna kata/frasa yang ada pada soal tersebut bukanlah makna tersurat. Terdapat makna implisit yang harus mampu dipahami oleh siswa. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 97 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Butir Level Sangat Baik (rentang nilai >8-10)
Kompetensi yang diukur pada soal ini adalah kemampuan menghubungkan informasi dari satu kalimat dengan kalimat lain dan merangkum hubungan-hubungan tersebut. Kata/frasa yang digunakan pada wacana juga memuat kata/frasa yang tidak sederhana dan menggunakan pula kata/frasa yang tidak familiar untuk siswa. Kemampuan siswa yang mampu menjawab soal ini lebih tinggi karena tidak hanya mampu memahami makna kalimat, namun juga menghubungkan informasi-informasi dalam kalimat yang disertai dengan pemahaman kata/frasa tidak familiar. Gambar 111 merupakan peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMP/MTs di setiap provinsi secara nasional. DKI jakarta dan DI Yogyakarta adalah dua provinsi yang tidak memiliki siswa dalam level capaian kompetensi kurang.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 98 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Siswa Dalam Capaian Kompetensi Bahasa Indonesia SUMUT DIY RIAU BALI KEPRI SUMBAR PABAR DKI NTT MALUKU JATENG PAPUA MALUT KALTIM KALSEL SUMSEL KALBAR KALTARA SULBAR SULUT JAMBI SULSEL KALTENG ACH JATIM BABEL BANTEN SULTRA SULTENG NTB LAMPUNG BENGKULU GORONTALO JABAR
Grafik ini menunjukkan bahwa persentase siswa di Pabar dengan capaian kompetensi sangatbaik sebesar 28%
Grafik ini menunjukkan bahwa persentase siswa di NTT dengan capaian kompetensi cukup adalah 23%(berasal dari nilai batas kanan dikurangi nilai batas kiri; 95%-72%)
Grafik ini menunjukkan bahwa persentase siswa di Bengkulu dengan capaian kompetensi kurang adalah 4%(berasal dari nilai batas kanan dikurangi nilai batas kiri; 100%-96%)
0%
20% 8-10
40% 6-8
60% 4-6
80%
100%
0-4
Gambar 111. Peta capaian kompetensi Bahasa Indonesia siswa SMP/MTs secara nasional
Provinsi Jawa Barat dan provinsi Sumatera Utara adalah dua provinsi yang menunjukkan pola capaian kompetensi yang berbeda pada tingkat kabupaten. Capaian kompetensi di tingkat kabupaten/kota pada Provinsi Jawa Barat relatif merata. Sebagian besar siswa di kabupaten/kota Jawa Barat berada pada capaian kompetensi baik. Perbedaan satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya terletak pada jumlah siswa dengan capaian kompetensi sangat baik serta cukup. Artinya untuk provinsi Jawa Barat, program peningkatan capaian kompetensi dapat menggunakan satu model yang sama untuk seluruh kabupaten di provinsi Jawa Barat. Berbeda dengan provinsi Sumatera Utara, capaian kompetensi antar kabupaten/kota sangat beragam dan heterogen. Kabupaten Padanglawas, 85% siswanya berada pada capaian kompetensi sangat baik. Begitu PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 99 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
pula dengan Kabupaten Nias Barat, 83% siswa memiliki capaian kompetensi sangat baik. Namun Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo hanya sekitar 12% siswa yang berada pada capaian kompetensi sangat baik. Disparitas capaian kompetensi ini menunjukkan bahwa pemangku kepentingan pendidikan di Sumatera Utara perlu menggunakan strategi yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan di Kabupaten Karo dengan permasalahan di Kabupaten Nias Barat. Secara keseluruhan terlihat pula bahwa di Provinsi Jawa Barat persentase siswa dengan capaian kompetensi cukup dan kurang lebih besar dibandingkan siswa di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa formula perbaikan yang diterapkan di Jawa Barat tidak bisa sama dengan formula di Sumatera Utara. Sumatera Utara relatif telah selesai dengan urusan perbaikan siswa kompetensi kurang karena mayoritas siswa-siswanya telah berada di capaian kompetensi sangat baik.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 100 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Capaian Kompetensi Bahasa Indonesia Jawa Barat
Capaian Kompetensi Bahasa Indonesia Sumatera Utara KABUPATEN PADANGLAWAS…
KOTA BANDUNG
KABUPATEN NIAS BARAT
KOTA BOGOR
KABUPATEN LANGKAT
KOTA CIMAHI
KABUPATEN SAMOSIR
KOTA BEKASI
KABUPATEN TAPANULI…
KOTA DEPOK
KABUPATEN NIAS UTARA
KOTA CIREBON
KABUPATEN PAKPAK BHARAT KOTA SIBOLGA
KOTA SUKABUMI
KOTA PADANGSIDIMPUAN
KOTA TASIKMALAYA
KOTA BINJAI
KABUPATEN SUMEDANG
KABUPATEN LABUHANBATU
KABUPATEN KUNINGAN
KOTA PEMATANGSIANTAR KABUPATEN ASAHAN
KABUPATEN CIAMIS
KABUPATEN NIAS
KOTA BANJAR
KOTA TEBING TINGGI
KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN TOBA SAMOSIR
KABUPATEN BEKASI
KABUPATEN SERDANG…
KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN HUMBANG… KABUPATEN TAPANULI UTARA
KABUPATEN TASIKMALAYA
KOTA MEDAN
KABUPATEN SUBANG
KABUPATEN TAPANULI…
KABUPATEN PURWAKARTA
KABUPATEN SIMALUNGUN
KABUPATEN MAJALENGKA
KABUPATEN LABUHANBATU… KABUPATEN NIAS SELATAN
KABUPATEN CIANJUR
KABUPATEN MANDAILING…
KABUPATEN BANDUNG…
KABUPATEN LABUHANBATU…
KABUPATEN PANGANDARAN
KOTA TANJUNG BALAI
KABUPATEN SUKABUMI
KABUPATEN PADANGLAWAS
KABUPATEN KARAWANG
KABUPATEN BATUBARA KOTA GUNUNGSITOLI
KABUPATEN INDRAMAYU
KABUPATEN DELISERDANG
KABUPATEN GARUT
KABUPATEN KARO
KABUPATEN CIREBON
KABUPATEN DAIRI
0% 20% 40% 60% 80%100% 8-10
6-8
4-6
0% 20% 40% 60% 80%100%
0-4
8-10
6-8
4-6
0-4
Gambar 112. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia provinsi Jawa Barat dan provinsi Sumatera Utara siswa SMP/MTs
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 101 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Siswa mampu Mencari, menemukan, mengumpulkan, memilah, mengolah informasi panjang yang dibutuhkan dari beberapa data yang nyaris mirip atau serupa yang disajikan secara eksplisit maupun implisit dalam sebuah wacana yang struktur dan bentuknya sangat berbeda dan menggunakan banyak kata/ frasa asing yang belum pernah mereka temui sebelumnya.Peserta dianggap telah mampu membuat simpulan yang lebih rumit berdasarkan informasi yang mereka temukan dalam sebuah wacana. Dapat membuat kesimpulan makna kata yang baru ditemui berdasarkan konteksnya di dalam sebuah wacana dan melengkapi sebuah wacana dengan kata yang paling tepat diantara pilihan yang hampir serupa maknanya
Baik
Siswa mampu mencari, menemukan, mengumpulkan, memilah, mengolah informasi yang dibutuhkan dari beberapa data yang nyaris mirip atau serupa yang disajikan secara eksplisitmaupun implisit dalam sebuah wacana yang struktur dan bentuknya berbeda dan menggunakan beberapa kata/ frasa baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya.Peserta dianggap telah mampu membuat simpulan sederhana berdasarkan informasi yang mereka temukan dalam sebuah wacana, seperti tema keseluruhan wacana
Cukup
Siswa mampu mencari, menemukan dan mengumpulkan informasi singkat berupa kata/frasa yang di sajikan secara eksplisit dalam wacana singkat yang menggunakan bahasa sederhana yang sudah sering dan lazim mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mampu membuat simpulan sederhana setelah membaca wacana singkat sederhana. Pada tingkatan ini peserta dianggap mampu menyatakan makna sebuah kata/frasa yang sering digunakan hingga menyusun kata-kata dan frasa tersebut menjadi kalimat sederhana
Kurang
Siswa mampu mengidentifikasi informasi sederhana yang disajikan secara eksplisit dalam wacana singkat. Siswa belum mampu mengumpulkan informasi-informasi yang terdapat dalam wacana serta menemukan hubungan di antara informasi tersebut. Siswa memiliki kemampuan terbatas untuk menyusun kalimat sederhana.
Contoh Soal Level Cukup Bahasa Inggris (rentang nilai >4 – 6)
Kompetensi yang diukur pada soal tersebut adalah menemukan informasi tersurat dari suatu wacana pendek sederhana. Namun siswa-siswa dengan capaian kompetensi kurang belum mampu menjawab soal ini karena keterbatasan vocabulary untuk memahami isi wacana.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 102 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh soal level baik bahasa Inggris (range nilai >6 – 8) Pada contoh soal ini kompetensi yang diperlukan tidak sekedar mengidentifkasi informasi tersurat dari suatu wacana. Siswa dituntut mampu mengaitkan informasi-informasi tersurat yang ada dalam wacana tersebut kemudian menginterpretasi kaitan informasi-informasi yang ada.
Contoh Soal Level Sangat Baik (rentang nilai > 8-10) Wacana yang disajikan sebagai stimulus pada soal ini menggunakan vocabulary yang lebih rumit dibandingkan dua contoh soal bahasa Inggris sebelumnya. Jenis wacana juga berupa wacana fiksi yang membutuhkan kemampuan interpretasi makna implisit. Kompetensi yang dibutuhkan lebih tinggi karena meskipun sama dalam mengaitkan informasi, namun informasi yang dikaitkan adalah informasi tersirat dengan penggunaan kata/frasa yang bermakna implisit.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 103 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Hasil capaian kompetensi siswa setiap provinsi disajikan pada gambar 113. Sebaran capaian kompetensi di Sumatera Utara termasuk ekstrim dibandingkan provinsi lainnya. Sumatera Utara adalah satu-satunya provinsi dengan persentase siswa dengan capaian kompetensi sangat baik pada bahasa Inggris berjumlah lebih dari 40%, yaitu 59%. Sementara pada sebagian besar provinsi (20 dari 34 provinsi) persentase siswa dengan kompetensi sangat baik kurang dari 20%. DKI Jakarta juga merupakan provinsi yang berbeda secara nasional karena satu-satunya provinsi tanpa seorang siswapun pada capaian kompetensi bahasa Inggris kurang. Hal ini kontras dengan provinsi Bengkulu yang 30% siswanya masih berada pada capaian kompetensi kurang. Papua Barat dan Sumatera Selatan juga merupakan provinsi yang unik karena persentase siswa pada capaian cukup dan kurang terendah secara nasional.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 104 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Siswa Dalam Capaian Kompetensi Bahasa Inggris SUMUT ACH RIAU MALUKU SUMSEL JATIM MALUT JAMBI SULUT PABAR DKI BALI PAPUA DIY SULSEL SUMBAR KEPRI LAMPUNG NTB SULBAR SULTRA KALSEL KALTENG JATENG BANTEN KALBAR SULTENG GORONTALO KALTIM KALTARA JABAR BABEL NTT BENGKULU 0%
20%
40%
8-10
6-8
60% 4-6
80%
100%
0-4
Gambar 113. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMP/MTs secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 105 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Capaian Kompetensi Bahasa Inggris DKI
Capaian Kompetensi Bahasa Inggris Bengkulu KABUPATEN BENGKULU TENGAH
KOTA JAKARTA SELATAN
KOTA BENGKULU KABUPATEN REJANG LEBONG
KOTA JAKARTA TIMUR
KABUPATEN KEPAHIANG KOTA JAKARTA PUSAT
KABUPATEN MUKOMUKO KABUPATEN BENGKULU UTARA
KOTA JAKARTA BARAT
KABUPATEN LEBONG KABUPATEN KAUR
KOTA JAKARTA UTARA
KABUPATEN BENGKULU SELATAN KAB. ADM. KEP. SERIBU
KABUPATEN SELUMA
0% 20% 40% 60% 80%100%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 8-10
6-8
4-6
8-10
0-4
6-8
4-6
0-4
Gambar 114. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMP/MTs Provinsi DKI dan Provinsi Bengkulu
Matematika Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
peserta didik dapat mengembangkan dan bekerja dengan formula untuk permasalahan komplek yang dapat dimodelkan (bangun datar, himpunan bagian), memilih konsep yang tepat dari beberapa konsep rumus dan menerapkannya dalam meyelesaikan masalah (kesebangunan pada segitiga, unsur-unsur pada gabungan bangun ruang)
Baik
peserta didik dapat mengerjakan secara efektif permasalahan yang disajikan secara ekplisit, menerapkan stategi pemecahan masalah ( materi perbandingan berbalik nilai, konsep dasar himpunan, dan materi deret bilangan), menggunakan beberapa konsep serta menerapkan rumus untuk menyelesaikan masalah serta menghitung ukuran ukuran pada bangun ruang
Cukup
peserta didik dapat menggunakan secara langsung algoritma dasar, formula, prosedur, untuk menyelesaikan operasi dasar bilangan, operasi pangkat dan akar bilangan, mengidentifikasi unsur-unsur pada segitiga, serta memahami konsep peluang sederhana
Kurang
Peserta belum mampu menyelesaikan operasi dasar bilangan sederhana serta memahami konsep matematika sederhana
Contoh soal matematika level cukup (rentang nilai >4-6) 2
Hasil dari 125 3 adalah .... A. 5 B. 15 C. 25 D. 50
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 106 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Soal matematika ini mengukur kemampuan recalling. Mengingat kembali konsep bilangan pangkat dan akar dan digunakan untuk menghitung hasil. Meskipun sederhana, siswa dengan capaian kompetensi matematika kurang tidak mampu menyelesaikannya karena konsep bilangan pangkat dan akar yang dimiliki tidak memadai untuk mampu menjawab soal dengan benar. Contoh Soal Level Baik (rentang nilai >6-8) Ada 40 peserta yang ikut lomba. Lomba baca puisi dikuti oleh 23 orang. Lomba baca puisi dan menulis cerpen diikuti 12 orang. Banyak peserta yang mengikuti lomba menulis cerpen adalah .... A. 12 orang B. 28 orang C. 29 orang D. 35 orang Kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal ini adalah menggunakan konsep yang dimiliki mengenai himpunan dan irisan untuk memecahkan permasalahan sehari-hari. Jika pada soal sebelumnya siswa diminta me-recall konsep, maka pada soal ini siswa using konsep untuk pemecahan masalah. Hanya mengetahui tanpa tahu bagaimana cara menggunakannya akan membuat siswa gagal menyelesaikan soal ini. Contoh soal level sangat baik (rentang nilai >8-10) Titik R (–3, k) terletak pada garis yang melalui titik S (4, 7) dan T (2, 1). Nilai k adalah .... A. –21 B. –19 C. –18 D. 3 Pada soal ini siswa diminta untuk berimajinasi mengenai konsep garis dan koordinat cartesius kemudian memodelkannya berdasarkan imaginasi tersebut. Kompetensi yang dimiliki tidak hanya mengingat dan menggunakan konsep namun bernalar untuk menggambarkan permasalahan yang disajikan. Kesalahan dalam memodelkan permasalahan ke dalam diagram cartesius akan menyebabkan siswa gagal menjawab benar soal tersebut. Gambar 115 adalah capaian kompetensi matematika secara nasional. Terlihat Sumatera Utara menunjukkan capaian luar biasa menonjolpada capaian kompetensinya dibandingkan provinsi lain. Secara nasional terlihat juga bahwa hasil capaian kompetensi matematika lebih rendah dibandingkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris namun hal ini tidak berlaku untuk Sumatera Utara.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 107 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Siswa Pada Capaian Kompetensi Matematika SUMUT SUMSEL JAMBI JATIM NTB SULUT RIAU ACH MALUT MALUKU DIY BALI SULSEL SULBAR KALSEL KALBAR PABAR DKI SULTENG SULTRA PAPUA SUMBAR BANTEN JATENG LAMPUNG GORONTALO KALTENG KEPRI KALTARA NTT KALTIM JABAR BABEL BENGKULU 0%
20% >8-10
40% >6-8
60% >4-6
80%
100%
0-4
Gambar 115. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMP/MTs secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 108 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Capaian Kompetensi Matematika DIY
Capaian Kompetensi Matematika Babel KABUPATEN BELITUNG TIMUR
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
KABUPATEN BELITUNG KABUPATEN SLEMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN
KABUPATEN BANGKA TENGAH
KABUPATEN KULON PROGO
KABUPATEN BANGKA BARAT KABUPATEN BANTUL KABUPATEN BANGKA KOTA YOGYAKARTA
KOTA PANGKALPINANG
0% 20% 40% 60% 80%100%
0% 20% 40% 60% 80%100% 8-10
6-8
4-6
8-10
0-4
6-8
4-6
0-4
Gambar 116. Peta capaian kompetensi matematika siswa SMP/MTs Provinsi DIY dan Provinsi Bangka Belitung
Distribusi capaian kompetensi matematika DIY dan Bangka Belitung adalah contoh homogenitas capaian kompetensi antar kabupaten/kota di wilayahnya. Meskipun secara umum capaian kompetensi di DIY lebih baik dibandingkan Bangka Belitung, namun kedua provinsi tersebut dapat memiliki satu model perbaikan yang diberlakukan untuk semua kabupaten/kota di wilayahnya.
IPA Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Peserta didik mampu memecahkan masalah dalam penerapan IPA yang kompleks dan kemampuan bernalar tinggi seperti menentukan kekuatan lensa suatu alat optik dan menjelaskan proses hidup pada manusia.
Baik
Peserta didik mampu memecahkan masalah dan menggunakan rumus IPA tertentu dalam penerapan sehari-hari, seperti menentukan: besaran yang terkait dengan kalor, hukum Newton, getaran, atom, ion, atau molekul zat, dan genotip/fenotip dari hasil persilangan.
Cukup
Peserta didik mampu menggunakan secara langsung rumus/formulasi fisika yang sederhana dan menggunakan alat pengukuran pada peristiwa sehari-hari , seperti pada pengukuran massa dan menentukan energi listrik.
Kurang
Peserta didik belum mampu menggunakan rumus/formulasi fisika yang sederhana dalam peristiwa sehari-hari.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 109 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Soal IPA Level Cukup (rentang nilai >4-6)
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan formula fisika secara langsung. Hal ini setara dengan kemampuan me-recall konsep. Formula fisika yang digunakan juga formula yang sederhana. Contoh Soal IPA Level Baik (rentang nilai > 6-8)
Pada soal tersebut sebelum mendapatkan hasil akhir, siswa harus menyelesaikan perhitungan besaran fisika dengan menggunakan rumus Matematika dalam beberapa langkah, tidak dapat diselesaikan secara langsung.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 110 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh soal IPA level sangat baik (rentang nilai >8-10)
Gambar 117 merupakan capaian kompetensi IPA secara nasional. Provinsi Sumatera Utara menunjukkan capaian tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain. Pada level kompetensi sangat baik, Sumatera Utara merupakan satu-satunya provinsi yang memiliki lebih dari 50% siswa yang berhasil mencapai level kompetensi sangat baik. Sebanyak 52% siswa di Provinsi Sumatera Utara berada pada level kompetensi sangat baik. Gambar 118 menunjukkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Banten adalah dua provinsi dengan pola capaian kompetensi mata pelajaran IPA yang berbeda pada tingkat kabupaten/kota. Hal ini mengindikasikan bahwa formula perbaikan yang diterapkan di Kalimantan Selatan tidak dapat dilakukan dengan pola yang sama dengan formula perbaikan yang dilakukan di Banten.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 111 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Persentase Siswa Dalam Capaian Kompetensi IPA SUMUT BALI SUMSEL JAMBI JATIM RIAU ACH NTB PABAR SULUT DIY SULSEL SULBAR LAMPUNG PAPUA BANTEN KALSEL DKI MALUT SUMBAR SULTRA MALUKU KALTENG JATENG KALBAR GORONTALO SULTENG KEPRI KALTARA KALTIM JABAR NTT BABEL BENGKULU 0%
20% 8-10
40% 6-8
60% 4-6
80%
100%
0-4
Gambar 117. Peta capaian kompetensi IPA siswa SMP/MTs secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 112 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Capaian Kompetensi IPA Banten
Capaian Kompetensi IPA Kalsel KABUPATEN TANAH BUMBU
KABUPATEN TANGERANG
KABUPATEN BALANGAN KABUPATEN LEBAK
KABUPATEN TANAH LAUT KABUPATEN TABALONG
KABUPATEN PANDEGLANG
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
KABUPATEN SERANG
KOTA TANGERANG SELATAN
KABUPATEN TAPIN KABUPATEN BARITO KUALA
KOTA CILEGON
KABUPATEN BANJAR KABUPATEN KOTABARU
KOTA TANGERANG
KOTA BANJARBARU KOTA SERANG
KOTA BANJARMASIN
0% 20%40%60%80%100%
0% 20% 40% 60% 80%100% 8-10
6-8
4-6
8-10
0-4
6-8
4-6
0-4
Gambar 118. Peta capaian kompetensi IPA provinsi Kalimantan Selatan dan provinsi Banten
B. CAPAIAN KOMPETENSI PESERTA UJIAN NASIONAL SMA/ MA 2014 Seperti halnya pada jenjang SMP/MTs, hasil UN SMA/MA juga dilaporkan dalam empat level dengan mengacu pada rentang nilai yang sama. Empat level yang didefinisikan dalam UN 2014 secara rinci dalam tabel 15. Tabel 15. Level UN SMA/MA 2014 Level
Rentang Nilai
Sangat Baik
>8 s.d. 10
Baik
>6 s.d. 8
Cukup
>4 s.d. 6
Kurang
0 s.d. 4
Analisis level dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika baik program studi IPA maupun IPS dan mata pelajaran Fisika. Deskripsi kompetensi setiap level level, contoh soal yang mewakili level, serta hasil capaian kompetensi antarprovinsi secara nasional disajikan per mata pelajaran .
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 113 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Indonesia Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Siswa mampu menafsirkan informasi tersirat pada bacaan sastra/nonsastra, sedangkan pada kompetensi menulis, siswa mampu mengungkapkan gagasan dari hasil penafsiran terhadap ilustrasi, data, kasus, yang disajikan.
Baik
Siswa mampu menafsirkan informasi tersurat pada bacaan berupa teks nonsastra/ sastra/ data, sedangkan pada kompetensi menulis, siswa mampu menggunakan kalimat secara koheren dalam bacaan dengan mempertimbangkan penggunaan EYD
Cukup
Siswa mampu mengidentifikasi informasi tersurat pada bacaan/tabel/grafik, data, sedangkan pada kompetensi menulis, siswa mampu menggunakan kata/frasa pada paragraf secara koheren.
Kurang
Siswa mampu mengidentifikasi informasi yang sangat sederhana dan tersirat dari sebuah wacana sederhana. Siswa memiliki keterbatasan dalam menggunakan kata/frasa pada paragraf. Siswa belum mampu mengidentifikasi informasi tersurat pada berbagai bentuk wacana.
Berikut adalah contoh soal bahasa Indonesia tingkat SMA/MA yang merupakan wakil dari setiap level. Contoh Butir Level Cukup (rentang nilai >4 – 6)
Butir tersebut merupakan butir yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan kompetensi cukup. Paragraf singkat dengan kalimat disajikan, kemudian siswa diminta menentukan kalimat utama paragraf tersebut. Soal ini menuntut siswa mengetahui unsur-unsur suatu paragraf, memahami makna kalimat, dan menentukan kalimat yang menjadi ide dari paragraf serta kalimat yang menjabarkan ide tersebut. Siswa dengan kompetensi kurang adalah siswa yang belum mampu menjawab contoh soal level cukup tersebut. Siswa di level kurang diasumsikan belum memiliki kemampuan untuk menjabarkan manakah kalimat pendukung serta kalimat utama. Siswa memahami makna kalimat per kalimat, tetapi belum mampu menentukan hubungan antar kalimat dalam satu paragraf tersebut.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 114 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Butir Level Baik (rentang nilai >6 – 8)
Kemampuan yang diperlukan oleh siswa untuk dapat menjawab soal tersebut adalah membuat simpulan dalam suatu kalimat atas data yang berupa tabel. Kemampuan ini lebih tinggi dibandingkan menentukan kalimat utama sebuah paragraf karena stimulus yang diberikan adalah angka dan frasa. Angka yang disajikan juga berupa serangkaian data, sehingga siswa diminta untuk menggeneralisir makna dari serangkaian data tersebut. Berdasarkan soal tersebut terlihat bahwa siswa dengan kompetensi baik mampu membahasakan sendiri makna dari serangkaian data. Tidak sekedar memaknai kalimat dan melihat hubungan antar kalimat, tetapi mampu membahasakan makna stimulus non wacana ke dalam suatu kalimat. Jika soal ini diubah ke dalam bentuk soal non objektif seperti soal isian atau uraian, maka soal ini juga mengukur kemampuan siswa menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Pada pembelajaran di kelas, bentuk soal seperti ini bisa dituangkan dalam wujud diskusi isi tabel , sehingga kemampuan berbahasa lisan dapat diukur pula.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 115 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Butir Level Sangat Baik (rentang nilai >8-10)
Soal di atas adalah soal yang mewakili kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA yang capaian kompetensinya sangat baik. Pada soal tersebut siswa harus memiliki kemampuan menafsirkan informasi yang tersirat. Pilihan jawaban B dan C sama-sama berarti rumah. Namun jawaban yang paling benar adalah C, karena ada makna tersirat dari kandang yang terkait dengan kata nakal dan piara. Bahwa sifat nakal dan aktivitas piara tersebut berkaitan dengan aturan. Sehingga kandang yang dimaksud tidak saja rumah dalam arti harfiah sebagai bangunan fisik, namun juga rumah dengan fungsi memelihara yang terdapat aturan untuk penghuninya. Siswa yang belum memiliki kemampuan menafsirkan informasi tersirat, akan kesulitan untuk memilih antara rumah dengan perabotnya ataukah rumah dengan aturannya. Siswa tersebut tidak juga mengambil kesimpulan antara isi puisi dengan keterangan judul untuk memaknai hal tersirat dari puisi tersebut. Gambar 119 merupakan peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA program studi IPA di setiap provinsi secara nasional. Hasil menunjukkan bahwa terdapat jarak yang sangat jauh antara provinsi bali dengan provinsi maluku utara. Provinsi Bali menunjukkan 71% siswa tela berada pada capaian kompetensi yang sangat baik, sedangkan provinsi Maluku Utara hanya memiliki 4% siswa pada level kompetensi ini. Meskipun provinsi DIY jumlah siswa dengan capaian kompetensi sangat baik lebih rendah dibandingkan dengan Bali, namun PR pemangku kepentingan pendidikan di Bali lebih banyak karena masih ada 1% siswa di Bali yang masuk ke dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan terdapat siswa yang tertinggal atau tidak tersentuh sistem pendidikan di Bali. Gambar 119juga menunjukkan bahwa pekerjaan rumah pemerintah dan sebagian besar stake holder pendidikan di tingkat provinsi adalah meningkatkan kompetensi siswa dari kriteria baik menjadi sangat baik. Jika kriteria baik adalah mampu menafsirkan informasi tersurat namun belum mampu menafsirkan informasi yang tersirat, maka stimulus pembelajaran yang memuat informasi tersurat perlu diperbanyak PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 116 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
dan dipaparkan kepada siswa. Jenis wacana yang diberikan tidak lagi wacana utuh, namun dapat dilatihkan wacana-wacana rumpang yang hanya berisi bagian awal atau bagian akhir dari suatu kisah. Stimulus berupa wacana rumpang ini diharapkan mampu membiasakan siswa untuk memprediksi cerita utuh dari wacana dan menggali informasi yang tersirat dari wacana tersebut. Peta capaian kompetensi ini juga dapat dibuat pada level provinsi dengan membandingkan kabupaten/kota dalam provinsi tersebut. Gambar 120 adalah capaian kompetensi bahasa Indonesia provinsi Kalimantan Timur dan provinsi Papua. Kalimantan Timur adalah contoh provinsi yang disparitas capaian kompetensi setiap kabupaten/kota tidak besar. Setiap kabupaten/kota di Kalimantan Timur terbagi ke dalam level sangat baik, baik, dan cukup dengan proporsi yang berimbang. Provinsi Papua adalah provinsi yang disparitasnya sangat bervariasi antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Persentase siswa sangat baik pada tingkat provinsi hanya 10%, namun kabupaten Yahukimo memiliki 54% siswa dengan kompetensi sangat baik. Sebaliknya kabupaten Lanny jaya tidak memiliki siswa dengan kompetensi sangat baik dan baik. Siswa Lanny jaya tersebar hanya pada kompetensi cukup dan kurang.
Bahasa Indonesia IPA BALI DIY SUMUT DKI JATENG NTB SUMBAR KEPRI RIAU PABAR KALTIM SULSEL SUMSEL BABEL KALSEL JATIM BANTEN KALBAR LAMPUNG JAMBI SULTRA JABAR GORON… KALTENG BENGKU… KALTARA SULUT sulbar NTT SULTENG PAPUA MALUKU ACH MALUT
0
20 %>8
40 %>6-8
60 %>4-6
80
100
%<=4
Gambar 119. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA IPA secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 117 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Indonesia IPA KALTIM
Bahasa Indonesia IPA PAPUA KABUPATEN YAHUKIMO
KOTA BANJARBARU
KABUPATEN MAMBERAMO… KABUPATEN PEGUNUNGAN…
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
KABUPATEN MIMIKA KABUPATEN JAYAWIJAYA
KABUPATEN TABALONG
KOTA JAYAPURA KABUPATEN TOLIKARA
KABUPATEN BANJAR
KABUPATEN NABIRE KABUPATEN MERAUKE
KABUPATEN TANAH LAUT
KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN KABUPATEN PUNCAK JAYA
KABUPATEN KOTABARU
KABUPATEN MAPPI KABUPATEN ASMAT
KOTA BANJARMASIN
KABUPATEN KEEROM KABUPATEN JAYAPURA
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
KABUPATEN BIAK NUMFOR
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
KABUPATEN PANIAI
KABUPATEN SARMI
KABUPATEN DEIYAI
KABUPATEN BARITO KUALA
KABUPATEN YALIMO KABUPATEN DOGIYAI
KABUPATEN TANAH BUMBU
KABUPATEN LANNY JAYA KABUPATEN MAMBERAMO RAYA
KABUPATEN TAPIN
KABUPATEN BOVEN DIGOEL KABUPATEN WAROPEN
KABUPATEN BALANGAN
KABUPATEN SUPIORI
0 %>8
%>6-8
0
20 40 60 80 100 %>4-6
%>8
%<=4
%>6-8
20
40
%>4-6
60
80 100
%<=4
Gambar 120. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia provinsi Kalimantan Timur dan provinsi Papua siswa SMA/MA program studi IPA
Hasil capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa IPS berbeda dengan siswa IPA. Persentase siswa capaian kompetensi sangat baik untuk IPS lebih rendah dibandingkan IPA pada seluruh provinsi, dan perbedaan terbesar terjadi di provinsi Bali. Jika pada program IPA 71% siswa kompetensinya sangat baik, program IPS hanya 38%. Secara nasional, persentase siswa IPA dengan kompetensi sangat baik sebesar 24% dan siswa IPS sebesar 11%. Artinya di provinsi Bali delta proporsi siswa yang sangat baik kompetensi bahasa Indonesia antara IPA dan IPS 3 kali lipat delta nasional. Provinsi Bali menunjukkan bahwa meskipun menempati peringkat pertama pada program studi IPA ataupun IPS, tetapi kesenjangan yang terjadi antara capaian kompetensi IPA dan IPS sangat besar, sehingga terdapat PR peningkatan capaian kompetensi siswa IPS di Bali agar sebaik capaian kompetensi siswa IPA.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 118 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Indonesia IPS BALI SUMUT DIY NTB DKI JATENG RIAU PABAR SUMSEL JATIM SUMBAR KEPRI SULSEL LAMPUNG BABEL SULTRA KALTIM JAMBI BANTEN KALSEL KALBAR MALUKU SULUT KALTENG JABAR KALTARA GORONTALO PAPUA SULBAR BENGKULU NTT SULTENG MALUT ACH
0%
20% %>8
40% %>6-8
60% %>4-6
80%
100%
%<=4
Gambar 121. Peta capaian kompetensi bahasa Indonesia siswa SMA/MA IPS secara nasional
Bahasa Inggris Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Siswa mampu mencari, menemukan, mengadaptasi dan mengkompilasi informasi-informasi yang disajikan secara tersirat. Siswa mampu menerjemahkan nuansa bahasa yang digunakan pada sebagian atau keseluruhan wacana. Siswa mampu memahami, membandingan isi wacana yang panjang, rumit, tidak familiar baik dari segi isi serta bentuknya. Siswa mampu membuat simpulan yang rumit dari wacana seperti menyimpulkan tema isi wacana yang telah mereka baca atau memahami alasan penulisan wacana tersebut.
Baik
Siswa dapat mencari, menemukan dan menyimpulkan satu atau lebih potongan-potongan informasi yang lebih panjang, kurang dikenal dalam keseharian mereka yang dinyatakan secara eksplisit dan/atau tersirat dalam wacana berbentuk lebih formal dan bersifat akademis, seperti wacana news item, exposition, explanation dan review. Siswa mampu membuat simpulan tingkat rendah berupa menafsirkan makna sebuah kata atau frasa berdasarkan konteks penyajian kata tersebut dalam wacana.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 119 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Level
Deskripsi Kompetensi
Cukup
Siswa dapat memilih gambar, melengkapi kalimat dengan jenis kata yang tepat dan merangkai katakata menjadi kalimat sederhana hingga kalimat kompleks yang lebih sulit. Siswa dapat mencari menemukan informasi singkat yang terdiri dari kata atau frasa yang dinyatakan secara eksplisit dalam wacana sederhana berbentuk prosedur, naratif, recount dan report dan teks-teks fungsional pendek sederhana yang lazim mereka gunakan sehari-hari, seperti :pengumuman, iklan dan surat/email pribadi. Siswa dapat memberikan respon jawaban dalam bentuk kalimat sederhana ketika diperdengarkan atau disajikan wacana-wacana atau monolog yang lazim mereka baca atau dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Kurang
Siswa dapat memilih gambar, melengkapi kalimat dengan jenis kata yang sederhana dan merangkai kata-kata menjadi kalimat sederhana. Siswa dapat mencari menemukan informasi singkat yang tersirat dalam wacana sederhana. Siswa memiliki keterbatasan kemampuan dalam memberikan respon jawaban ketika diperdengarkan atau disajikan wacana-wacana yang lazim mereka baca atau dengar.
Contoh Soal Level Cukup Bahasa Inggris (rentang nilai >4 – 6)
50
Soal di atas adalah contoh level level cukup pada kompetensi bahasa Inggris. Kompetensi yang perlu dikuasai siswa untuk dapat menjawab soal tersebut dengan benar adalah melengkapi kalimat dengan kata/frasa yang tepat. Tentunya siswa harus memahami isi kalimat dan memiliki daftar vocabulary yang memadai untuk dapat menjawab soal. Kompetensi seperti menyimpulkan, mengaitkan informasi satu kalimat dengan kalimat lainnya tidak diperlukan dalam menjawab soal ini.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 120 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh soal level baik bahasa Inggris (rentang nilai >6 – 8)
Soal pada level baik menuntut siswa untuk dapat mengaitkan informasi yang ada antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, satu paragraf dengan paragraf lainnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan, menentukan tema, mengidentifikasi pokok pikiran suatu wacana. Tidak hanya pemahaman dalam satu kalimat dengan penguasaan vocabulary yang cukup kaya, tetapi sudah mampu menemukan inti sari dari wacana. Kompetensi ini lebih tinggi dibandingkan siswa pada capaian kompetensi cukup. Stimulus wacana yang diujikan juga lebih panjang dan untuk dapat menjawab soal tersebut siswa perlu membaca utuh wacana. Sedangkan pada contoh soal level cukup, soal dapat dijawab cukup dengan memahami satu kalimat saja. Contoh Soal Level Sangat Baik (rentang nilai > 8-10) Soal level sangat baik ini tidak hanya menuntut siswa dapat menyimpulkan isi wacana berdasarkan pernyataan yang eksplisit, namun mampu mengompilasikan informasi tersirat dengan informasi tersurat untuk menarik kesimpulan. Jika siswa hanya terpaku pada informasi yang tersurat, maka keyword pada kunci jawaban tidak akan ditemukan pada wacana. Kata ‘dedicated’ merupakan simpulan dari informasi PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 121 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
tersirat yang ada dalam wacana, seperti informasi bahwa Alex adalah bintang pop tahun 1980, tetap bekerja di sirkus, dan tantangan untuk menulis lagu dalam hitungan hari. Kompetensi yang diuji berbeda dengan soal level baik, karena simpulan yang dituangkan adalah simpulan dari informasi-informasi yang tersirat.
Gambar 122 dan gambar 123 adalah capaian kompetensi bahasa Inggris untuk siswa SMA/MA program studi IPA dan IPS. Secara umum proporsi siswa dengan kompetensi sangat baik lebih besar di prodi IPA dibandingkan IPS. Begitu pula dengan proporsi siswa kompetensi baik, prodi IPA persentase siswa kompetensi baik sebesar 43.7 sedangkan prodi IPS sebesar 32.7%. selisih proporsi siswa kompetensi sangat baik dan baik bergeser menjadi proporsi yang besar pada kompetensi cukup dan kurang. Berbeda dengan hasil mata pelajaran bahasa Indonesia, provinsi Sumatera Utara menempati urutan teratas provinsi dengan persentase siswa kompetensi sangat baik tertinggi. Sumatera Utara juga menunjukkan hasil yang konsisten antara prodi IPA dengan prodi IPS.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 122 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris IPA SUMUT BALI SULSEL DKI JATIM KEPRI LAMPUNG NTB SULUT PABAR ACH DIY PAPUA MALUKU SUMSEL JAMBI BANTEN KALTIM KALBAR NTT SULTRA KALSEL RIAU JABAR JATENG SULBAR GORONTALO BABEL BENGKULU SULTENG KALTENG SUMBAR KALTARA MALUT
0
20
40 %>8
60
%>6-8
%>4-6
80
100
120
%<=4
Gambar 122. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMA/MA IPA secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 123 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris IPS SUMUT BALI SULSEL JATIM DKI LAMPUNG KEPRI MALUKU SULUT ACH PABAR PAPUA JAMBI SULTRA SUMSEL RIAU DIY GORONTALO NTT NTB KALTIM BANTEN KALSEL JABAR MALUT BENGKULU SULTENG KALTENG KALBAR SUMBAR SULBAR JATENG KALTARA BABEL
0
20 %>8
40 %>6-8
60
80
%>4-6
%<=4
100
120
Gambar 123. Peta capaian kompetensi bahasa Inggris siswa SMA/MA IPS secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 124 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris IPS SUMUT
Bahasa Inggris IPS PAPUA KABUPATEN LANNY JAYA
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KABUPATEN LANGKAT
KABUPATEN JAYAWIJAYA
KABUPATEN SIMALUNGUN
KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
KABUPATEN MAMBERAMO…
KOTA PEMATANGSIANTAR
KABUPATEN MIMIKA
KOTA TEBING TINGGI
KOTA JAYAPURA
KABUPATEN TAPANULI UTARA KOTA BINJAI
KABUPATEN NABIRE
KABUPATEN DELISERDANG
KABUPATEN DOGIYAI
KOTA PADANGSIDIMPUAN KOTA MEDAN
KABUPATEN KEEROM
KABUPATEN SAMOSIR
KABUPATEN BIAK NUMFOR
KOTA GUNUNGSITOLI
KABUPATEN JAYAPURA
KABUPATEN LABUHANBATU…
KABUPATEN TOLIKARA
KABUPATEN LABUHANBATU
KABUPATEN MAPPI
KABUPATEN TAPANULI TENGAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR
KABUPATEN DEIYAI
KABUPATEN BATUBARA
KABUPATEN YALIMO
KABUPATEN HUMBANG… KABUPATEN KARO
KABUPATEN MAMBERAMO…
KOTA TANJUNG BALAI
KABUPATEN PEGUNUNGAN…
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
KABUPATEN YAHUKIMO
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
KABUPATEN ASMAT
KABUPATEN ASAHAN KABUPATEN DAIRI
KABUPATEN BOVEN DIGOEL
KABUPATEN NIAS UTARA
KABUPATEN WAROPEN
KABUPATEN PADANGLAWAS…
KABUPATEN SUPIORI
KABUPATEN NIAS BARAT
KABUPATEN SARMI
KOTA SIBOLGA
KABUPATEN PUNCAK JAYA
KABUPATEN PADANGLAWAS KABUPATEN NIAS SELATAN
KABUPATEN PANIAI
KABUPATEN MANDAILING NATAL
KABUPATEN MERAUKE
KABUPATEN NIAS
0% 20% 40% 60% 80%100% %>8
%>6-8
%>4-6
0% 20% 40% 60% 80%100%
%<=4
%>8
%>6-8
%>4-6
%<=4
Gambar 124. Peta capaian kompetensi Bahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Papua siswa SMA/MA program studi IPA
Hasil anomali terlihat saat melihat peta capaian kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk provinsi Papua. Kabupaten Lanny jaya pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak memiliki siswa dengan kompetensi sangat baik dan terendah di provinsi Papua. Namun untuk mata pelajaran bahasa Inggris, kabupaten Lanny jaya berbalik menjadi kabupaten dengan persentase siswa kompetensi sangat baik tertinggi, bahkan tidak ada siswa yang capaian kompetensi bahasa Inggrisnya kurang. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan persentase siswa kompetensi sangat baik tertinggi. Gambar 124 menunjukkan bahwa siswa kompetensi sangat baik tersebut mengumpul hanya di kabupaten tertentu saja. Empat kabupaten di provinsi Sumatera Utara tidak memiliki satu siswapun yang capaian kompetensi bahasa Inggrisnya sangat baik, bahkan kabupaten Nias tidak mencapai kompetensi baik. Siswa nias hanya tersebar di capaian kompetensi kurang dan cukup.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 125 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Matematika Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Siswa mampu mengembangkan dan bekerja dengan model untuk permasalahan komplek dan abstrak, memilih konsep yang tepat dari beberapa konsep rumus dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah.
Baik
Siswa mampu mengerjakan secara efektif permasalahan yang disajikan secara ekplisit, menerapkan stategi pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa konsep yang berbeda .
Cukup
Siswa mampu menggunakan algoritma dasar, formula, prosedur, atau konversi untuk memecahkan masalah yang sederhana. Siswa belum mampu untuk menggunakan beberapa konsep secara bersamaan untuk strategi pemecahan masalah.
Kurang
Siswa mampu menggunakan algoritma dasar, formula, prosedur, serta konversi untuk mengetahui hasil komputasi sederhana. Siswa belum mampu menyusun strategi pemecahan masalah meskipun pada permasalahan yang sederhana
Contoh soal matematika level cukup (rentang nilai >4-6)
Soal tersebut mengujikan kompetensi menyelesaikan persamaan matematika secara langsung. Penyederhanaan persamaan matematika tersebut tidak membutuhkan siswa membuat persamaan matematika lainnya.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 126 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Soal Level Baik (rentang nilai >6-8)
Soal tersebut membutuhkan siswa membuat persamaan matematika sendiri sehingga jawaban soal dapat ditemukan. Soal tidak dapat diselesaikan secara langsung. Penyelesaian masalah memerlukan langkah lain yaitu membuat persamaan matematis untuk menemukan akar-akar persamaan kuadrat dan pengkondisian simbol bahwa akar satu dan akar kedua nilainya sama. Contoh soal level sangat baik (rentang nilai >8-10)
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 127 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Matematika IPA JATIM RIAU BALI SUMUT DKI JATENG PABAR SUMBAR NTT SULBAR SULSEL DIY LAMPUNG KEPRI SUMSEL ACH NTB SULTRA JABAR SULUT BANTEN MALUT MALUKU KALBAR PAPUA JAMBI BABEL KALTIM KALTENG GORONTALO BENGKULU SULTENG KALSEL KALTARA 0
20 %>8
40 %>6-8
60 %>4-6
80
100
%<=4
Gambar 125. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMA/MA IPA secara nasional
Soal matematika yang ditempuh oleh siswa program studi IPA berbeda dengan siswa program studi IPS. Perbandingan gambar 124 dan gambar 125 menunjukkan meskipun soal yang ditempuh berbeda, namun profil capaian kompetensi matematika antara siswa IPA dan IPS menunjukkan pola yang sama. Sejumlah 24 dari 34 provinsi persentase siswa berkompetensi sangat baik kurang dari 10%. Di antara 24 provinsi tersebut, terdapat 7 provinsi yang jumlah siswa berkompetensi sangat baik mendekati 0%.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 128 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Matematika IPS JATIM SULSEL DKI SUMUT PABAR BALI SULTRA SUMSEL DIY JATENG RIAU KEPRI MALUT LAMPUNG NTB SULUT SUMBAR PAPUA MALUKU BENGKULU BANTEN NTT KALTIM KALSEL ACH JABAR GORONTALO BABEL SULTENG KALTENG KALBAR JAMBI KALTARA 0%
20% %>8
40% %>6-8
60% %>4-6
80%
100%
%<=4
Gambar 126. Peta capaian kompetensi Matematika siswa SMA/MA IPS secara nasional
Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan peta yang menarik. Relatif terhadap provinsi lain, Sulawesi Selatan memiliki proporsi siswa kompetensi sangat baik yang jumlahnya tinggi yaitu 24%, tetapi proporsi siswa berkompetensi matematika kurang lebih dari 44% Hal ini berkebalikan dengan provinsi Jawa Barat. Siswa berkompetensi sangat baik di Jawa Barat sedikit dengan persentase hanya 2%, namun jumlah siswa yang kompetensi kurang jumlahnya hanya 38%, lebih sedikit dibandingkan provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan peta capaian kompetensi matematika tersebut, kebijakan yang diambil oleh provinsi Sulawesi Selatan berbeda dengan Jawa Barat. Jawa Barat perlu melatih siswa untuk terbiasa bernalar dengan PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 129 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
matematika saat menghadapi permasalahan dalam dunia nyata. Integrasi permasalahan dalam mata pelajaran lain yang diselesaikan dengan konsep matematika perlu digiatkan. Siswa di Jawa Barat perlu berlatih memodelkan matematika sehingga semakin banyak siswa yang mencapai level kompetensi sangat baik dan baik. Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan lebih menekankan kebijakan masalah remedial. Siswasiswa yang kompetensi kurang digiatkan memperoleh pelajaran tambahan atau pendalaman materi pada topik-topik yang belum dikuasai. Pembelajaran yang fokus pada penalaran matematika dapat dipertahankan polanya. Kebijakan yang diambil oleh pemangku kepentingan pendidikan di tingkat Provinsi dapat bercermin pada peta capaian kompetensi kabupaten/kota dalam suatu wilayah provinsi. Gambar 127 menyajikan peta capaian kompetensi kabupaten/kota di Jawa Tengah dan di Jawa Barat. Kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat secara homogen mayoritas memiliki proporsi siswa terbesar pada level kompetensi kurang dan cukup. Kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pola sebarannya lebih variatif. Kabupaten Kendal, Demak, Kudus, Grobogan , dan Batang mayoritas siswanya berada di level kompetensi baik dan sangat baik. Kabupaten Sragen, Rembang, Purbalingga, Wonosobo, dan Wonogiri 60% siswanya berkompetensi cukup dan kurang. Jika dicermati lebih seksama, capaian kompetensi kabupaten/kota yang unggul di provinsi Jawa Barat ternyata mirip dengan capaian kompetensi kabupaten/kota yang lemah di Jawa Tengah. Hal ini mengindikasikan pada tingkat nasional, pemangku kepentingan pendidikan perlu meramu tiga model peningkatan kompetensi siswa. Model pertama adalah menuntaskan masalah siswa-siswa yang kompetensinya kurang sehingga menjadi cukup berkompeten. Pendalaman konsep-konsep dasar matematika perlu lebih ditingkatkan. Siswa lebih terekspose dengan contoh-contoh permasalahan sederhana yang sudah membutuhkan kombinasi beberapa konsep matematika untuk menyelesaikan permasalahannya. Model kedua adalah memacu siswa yang sudah cukup mempunyai bekal konsep matematika agar mampu memadukan konsep-konsep yang dikuasai dalam menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Misalnya permasalahan tentang alternatif pembelian barang. Siswa didorong untuk memadukan konsep aljabar, fungsi, serta peluang mendapatkan efisiensi yang terbesar. Model ketiga adalah model yang mendorong siswa-siswa yang sudah baik kompetensi menjadi sangat baik. Model pembelajaran ini sudah dapat mengintegrasikan permasalahan pada berbagai disiplin ilmu untuk diselesaikan dengan malar matematika. Misal permasalahan mengenai kebakaran hutan dan peluang berhasilnya hujan buatan. Model pembelajaran ketiga ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk bernalar, mensintesa, serta menganalisis.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 130 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Matematika IPA JATENG
Matematika IPS Jabar KOTA BOGOR
KABUPATEN KENDAL KABUPATEN DEMAK
KOTA DEPOK
KABUPATEN KUDUS
KOTA BEKASI
KABUPATEN GROBOGAN KABUPATEN BATANG
KOTA BANDUNG
KABUPATEN JEPARA
KABUPATEN BOGOR
KOTA SURAKARTA
KABUPATEN KUNINGAN
KOTA PEKALONGAN KOTA SEMARANG
KABUPATEN INDRAMAYU
KOTA MAGELANG
KABUPATEN BEKASI
KABUPATEN BANJARNEGARA
KOTA CIREBON
KOTA SALATIGA
KOTA CIMAHI
KOTA TEGAL
KABUPATEN PANGANDARAN
KABUPATEN BREBES KABUPATEN BLORA
KABUPATEN TASIKMALAYA
KABUPATEN BOYOLALI
KABUPATEN SUMEDANG
KABUPATEN PURWOREJO KABUPATEN TEGAL
KABUPATEN SUKABUMI
KABUPATEN MAGELANG
KABUPATEN SUBANG
KABUPATEN PEMALANG
KABUPATEN PURWAKARTA
KABUPATEN SEMARANG KABUPATEN PATI
KABUPATEN MAJALENGKA
KABUPATEN KLATEN
KABUPATEN KARAWANG
KABUPATEN PEKALONGAN
KABUPATEN GARUT
KABUPATEN KARANGANYAR
KABUPATEN CIREBON
KABUPATEN BANYUMAS KABUPATEN KEBUMEN
KABUPATEN CIANJUR
KABUPATEN CILACAP
KABUPATEN CIAMIS
KABUPATEN SUKOHARJO
KABUPATEN BANDUNG BARAT
KABUPATEN TEMANGGUNG KABUPATEN WONOGIRI
KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN WONOSOBO
KOTA TASIKMALAYA
KABUPATEN PURBALINGGA
KOTA SUKABUMI
KABUPATEN REMBANG
KOTA BANJAR
KABUPATEN SRAGEN
0 %>8
20
%>6-8
40
%>4-6
60
0% 20% 40% 60% 80%100%
80 100 %>8
%<=4
%>6-8
%>4-6
%<=4
Gambar 127. Peta capaian kompetensi matematika IPA provinsi Jawa Tengah dan provinsi Jawa Barat siswa SMA/MA program studi IPA
Soal level kompetensi sangat baik memerlukan langkah berimajinasi untuk dapat menjawab soal. Siswa harus menggambarkan stimulus berupa pernyataan ke dalam model bentuk bangun geometris. Selanjutnya berdasarkan proses pemodelan tersebut, siswa harus menghitung jarak titik ke garis yang merupakan bangun tiga dimensi dengan konsep geometri dan pengetahuan mengenai komputasi angka yang dimilikinya. Berbeda dengan soal level baik yang mensyaratkan langkah lain dalam penyelesaian berupa “recalling formula”, soal level sangat baik mensyaratkan langkah lain berupa “applying concept” mengenai bangun ruang. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 131 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Capaian kompetensi matematika siswa SMA/MA program studi IPA dan IPS disajikan pada gambar 125 dan gambar 126. Capaian kompetensi pada mata pelajaran matematika IPA masih rendah. Terdapat 21 provinsi yang persentase siswa berkompetensi matematika sangat baik di bawah 10%. Provinsi Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi tengah, Bengkulu dan Gorontalo adalah 5 provinsi dengan proporsi siswa berkompetensi sangat baik mendekati 0%. Pada 5 provinsi ini jugalah proporsi siswa yang kompetensinya kurang berkisar mendekati atau lebih dari 60%. Artinya pada 5 provinsi ini pengetahuan matematika yang dimiliki siswa belum memadai untuk membekali 60% siswanya dalam menghadapi permasalahan seharihari, baik itu masalah sederhana maupun masalah kompleks. Proporsi siswa yang besar ini tidak mengaitkan kemampuan komputasi yang dimiliki dengan kemampuan memecahkan masalah, meskipun pada permasalahan yang sederhana.
Fisika Level
Deskripsi Kompetensi
Sangat Baik
Siswa mampu memecahkan masalah dalam penerapan fisika yang kompleks dan kemampuan bernalar tinggi seperti menghitung dan menentukan arah besaran fisika yang terkait dengan resultan vektor, kuat medan listrik, gaya listrik Coulomb, ataupun induksi magnetik
Baik
Siswa mampu memecahkan masalah dan menyimpulkan rumus fisika dalam penerapan fisika sehari-hari seperti menentukan besaran yang terkait dengan koordinat titik berat, azas Black, ataupun termodinamika
Cukup
Siswa mampu menggunakan rumus fisika untuk penerapan fisika sederhana yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti menentukan besaran berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik dan peristiwa interferensi dan difraksi
Kurang
Siswa belum mampu menggunakan rumus fisika sederhana untuk melakukan penerapan fisika sederhana yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Soal Fisika Level Cukup (rentang nilai >4-6)
Soal tersebut mengujikan kompetensi menyelesaikan permasalahan fisika sehari-hari dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik. Formulasi (rumus) hukum kekekalan enegi mekanik berupa persamaan matematika sudah tertentu dan siswa tidak membutuhkan membuat persamaan matematika lainnya, hanya memasukkan nilai besaran yang diketahui pada soal dan langsung mendapatkan nilai besaran yang ditanyakan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 132 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Contoh Soal Fisika Level Baik (rentang nilai > 6-8)
Pada soal tersebut sebelum mendapatkan hasil akhir, siswa harus menyelesaikan perhitungan besaran fisika dengan menggunakan rumus matematika dalam beberapa langkah, yaitu menentukan potongan bidang, menentukan koordinat masing-masing bidang, mencari luas masing-masing bidang, kemudian baru memasukkan hasil-hasil tersebut ke dalam formulasi /rumus titik berat. Contoh soal fisika level sangat baik (rentang nilai >8-10)
Soal tersebut mengujikan kompetensi menyelesaikan permasalahan fisika listrik statis yang abstrak / tidak terlihat kasat mata dan kompleks, sehingga untuk mendapatkan hasil akhir siswa harus mempunyai kemampuan menganalisis permasalahan dalam soal, mampu bernalar dalam menentukan arah gaya listrik, mampu mengubah konversi satuan, dan mampu menyelesaikan perhitungan matematika yang cukup rumit
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 133 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 128adalah peta capaian kompetensi fisika secara nasional. Terlihat provinsi Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Sumatera Utara termasuk pencilan dari segi proporsi siswa yang level kompetensinya sangat baik dan baik. Provinsi Bali menunjukkan tidak ada siswa yang kompetensinya kurang. Siswa Bali sebesar 98% termasuk kompetensi sangat baik dan baik. Jawa Timur dan Sumatera Utara, sekitar 85% siswanya termasuk kompetensi sangat baik dan baik. Hal ini berkebalikan dengan Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Maluku Utara yang 80% siswanya justru berada di level kompetensi kurang dan cukup. Hasil analisis capaian kompetensi di tingkat kabupaten kota (gambar 129) menunjukkan hasil yang berlawanan antara provinsi Sulawesi Utara dan Jawa Timur. Provinsi Sulawesi Utara proporsi terbesar siswa kompetensi sangat baik berada di wilayah kota yaitu Kota Kotamobagu dan Kota Manado. Kota Malang, kota Batu, kota Blitar adalah wilayah di Jawa Timur yang persentase siswa kompetensi sangat baiknya terendah dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa Timur. Perbedaan pola seperti inilah yang perlu didalami latar belakang permasalahan yang menimbulkan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 134 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Fisika Nasional BALI SULSEL JATIM SUMUT DKI ACH NTB SULUT SULTRA SUMBAR SULBAR SUMSEL PABAR KEPRI BANTEN RIAU JATENG SULTENG KALBAR DIY BENGKULU LAMPUNG MALUT KALTIM PAPUA KALSEL JABAR NTT JAMBI GORONTALO BABEL MALUKU KALTARA KALTENG
0
20 %>8
40 %>6-8
60 %>4-6
80
100
%<=4
Gambar 128. Peta capaian kompetensi Fisika siswa SMA/MA secara nasional
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 135 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
FISIKA JATIM
FISIKA SULUT
KABUPATEN PAMEKASAN
KOTA KOTAMOBAGU
KABUPATEN BONDOWOSO KABUPATEN JOMBANG KABUPATEN BANYUWANGI
KOTA MANADO
KABUPATEN PROBOLINGGO KABUPATEN MOJOKERTO
KABUPATEN MINAHASA
KABUPATEN SUMENEP KABUPATEN JEMBER
KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
KABUPATEN LAMONGAN KABUPATEN SITUBONDO KABUPATEN BOJONEGORO
KOTA TOMOHON
KABUPATEN SIDOARJO KABUPATEN TRENGGALEK
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
KOTA SURABAYA KABUPATEN TULUNGAGUNG KABUPATEN TUBAN
KABUPATEN MINAHASA UTARA
KABUPATEN MAGETAN KABUPATEN GRESIK KOTA MOJOKERTO
KOTA BITUNG
KABUPATEN LUMAJANG KABUPATEN SAMPANG
KABUPATEN MINAHASA SELATAN
KOTA PROBOLINGGO KABUPATEN MADIUN
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
KABUPATEN KEDIRI KABUPATEN NGAWI KOTA KEDIRI
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
KOTA PASURUAN KABUPATEN PASURUAN
KABUPATEN BOLMONG SELATAN
KABUPATEN PONOROGO KABUPATEN NGANJUK KOTA MADIUN
KABUPATEN BOLMONG TIMUR
KABUPATEN MALANG KABUPATEN BLITAR
KABUPATEN BOLMONG UTARA
KABUPATEN PACITAN KOTA BLITAR KABUPATEN BANGKALAN
KABUPATEN KEP. SITARO
KOTA MALANG KOTA BATU
0% 20% 40% 60% 80%100% %>8
%>6-8
%>4-6
0
%<=4
%>8
%>6-8
20
40
%>4-6
60
80
100
%<=4
Gambar 129. Peta capaian kompetensi fisika provinsi Jawa Timur dan provinsi Sulawesi Utara siswa SMA/MA
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 136 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 5 HASIL UJIAN NASIONAL 2014 DIBANDINGKAN DENGAN UJIAN NASIONAL TAHUN SEBELUMNYA
Data ujian nasional dianalisis mulai penyelengaraan tahun 2012 sampai 2014. Hasil menunjukkan bahwa rerata nilai UN SMP/MTs di tahun 2013 lebih rendah daripada tahun 2012 dan 2014, namun persentase ketidaklulusan pada tahun tersebut tidak mengalami penurunan. Persentase ketidaklulusan pada tahun 2014 justru mengalami penurunan yang tajam. Rerata nilai UN SMA/MTs di tahun 2013 dan 2014 lebih rendah daripada di 2012 namun tidak ada perubahan persentase ketidaklulusan pada tiga tahun tersebut. Lima provinsi yang secara konsisten, tiga tahun berturut-turut, mencapai rerata nilai UN SMP/MTs > 6,5 : DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Papua Barat dan Kalimantan Tengah Enam provinsi yang secara konsisten masuk mencapai rerata nilai UN SMA/MA IPA >6.50): Jawa Timur , DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah Sumatera Utara, dan Riau. Tiga provinsi yang konsisten mencapai rerata UN SMA/MA IPS >6.5 : Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 137 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
A. KETIDAKLULUSAN SISWA SMP/MTs DAN SMA/MA Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi lulusan adalah tingkat kelulusan atau sebaliknya ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional. Persentase siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang tidak lulus dari tahun 2012-2014 disajikan pada Gambar 130 . Gambar 130 menunjukkan pada tiga tahun terakhir presentase siswa SMA/MA yang tidak lulus relatif konstan dan rendah yaitu dibawah 0.5 persen. Sementara pada jenjang SMP/MTs ditemukan pola yang berbeda. Pada periode 2012-2013, presentase yang tidak lulus relatif konstan dan rendah yaitu dibawah 0.5 persen, namun pada tahun 2014 menurun drastis hingga mejadi 0.06 persen, suatu hal yang menggembirakan. 0.6
0.5
0.47
0.5 0.4
0.43
0.44
TH. 2012
TH. 2013
0.48
0.3 0.2 0.1 0
%SISWA SMA TDK LULUS
0.06 TH. 2014 %SISWA SMP TDK LULUS
Gambar 130. Persentase Ketidaklulusan Siswa SMP/MTs & SMA/MA 3 Tahun Terakhir
Sumber: Data Hasil Ujian Nasional Puspendik 2012-2014
B. PERKEMBANGAN NILAI UN SMP/MTs Perkembangan nilai UN 2012-2014 baik secara nasional maupun tiap region/wilayah menunjukkan pola yang sama, yaitu penurunan pada tahun 2013 dan kenaikan pada tahun 2014. Pengecualian adalah pada SMP Terbuka Swasta yang terdapat di Nusa Tenggara yang menunjukkan penurunan secara konsisten pada tiga tahun terakhir. Penurunan yang tajam di tahun 2013 terutama terjadi di SMP dan MTs di Sulawesi dan Sumatera. Tahun 2013 merupakan tahun pertama digunakannya 20 paket soal, hal ini mungkin berkontribusi terhadap penurunan nilai yang terjadi tahun 2013. Pola pada setiap region untuk semua jenis sekolah negeri swasta dapat dilihat pada Gambar 131.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 138 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 131. Perkembangan Nilai UN 2012-2014 per region untuk Seluruh Jenis Sekolah Negeri dan Swasta
Perkembangan Nilai UN Seluruh Provinsi Perkembangan nilai UN SMP/MTs tiga tahun terakhir pada 33 provinsi disajikan pada Gambar 132. Gambar tersebut memuat distrubusi rerata nilai UN yang dicapai setiap provinsi pada tahun 2012, 2013, dan 2014. Nilai UN tersebut dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu kelompok 1 dengan rerata <5, 50 (batas kelulusan), ditandai dengan warna merah; kelompok 2 dengan rerata antara 5.50 – 6.50, ditandai dengan warna kuning; dan kelompok 3 dengan rerata >6,50 ditandai dengan warna hijau. Gambar 132 menunjukkan pada tahun 2013 rerata nilai UN yang dicapai lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan sesudahnya. Tampak lebih banyak provinsi yang masuk dalam kelompok 1 (nilai UN <5,5) di tahun tersebut, dibandingkan tahun sebelumnya dan sesudahnya. Gambar tersebut juga menunjukkan lima provinsi yang secara konsisten masuk dalam kelompok 3 (rerata nilai >6.50) yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Selatan (Sumsel), Papua Barat (Pabar), dan Kalimantan Tengah (Kalteng). Sementara provinsi yang konsisten berada pada urutan bawah selama tiga tahun ialah provinsi NTT dan Babel. Provinsi lain seperti Gorontalo, Bengkulu, dan Banten, Sulawesi Tengah juga berada pada urutan bawah namun tidak konsisten pada tiga tahun berturut-turut.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 139 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMP 2013
SMP 2014 SUMUT
7.55
DKI
SUMSEL
7.44
SUMUT
BALI
7.36
SUMSEL
DKI
7.36
RIAU
7.34
PAPUA BRT
7.20
SMP 2012 7.56 7.06
SULSEL
8.25
SUMUT
8.18
6.71
BALI
PAPUA BRT
6.65
SULTRA
7.96
KALTENG
6.53
ACEH
7.96
DIY
7.93
8.06
6.50
NTB
JAMBI
7.03
JATIM
6.50
RIAU
7.91
SULUT
6.95
KALSEL
6.48
SUMSEL
7.90
KALSEL
6.91
NTB
6.46
JATIM
MALUKU
7.89
6.84
DIY
BALI
JAMBI
6.82
6.46
7.85
KALTENG
6.81
MALUKU
6.31
LAMPUNG
7.80
JAMBI
6.28
BENGKULU
7.78
RIAU
6.17
SULTRA
7.68
SULUT
6.14
KALSEL
7.66
MALUT
6.78
JATIM
6.76
PAPUA
6.75
SULBAR
6.66
SULTRA
6.59
KALBAR
6.53
NTB
6.52
KALSEL
6.50
ACEH
6.42
SUMBAR
6.35
LAMPUNG
6.32
JATENG
6.29
KEPRI
6.28
SULTENG
6.14
GORONTALO
6.05
KALTARA
6.04
KALTIM
5.98
JABAR
KALBAR
6.13
DKI
7.65
PAPUA
6.03
MALUKU
7.65
ACEH
7.54
6.00
MALUT
SULBAR
5.94
SULBAR
LAMPUNG
5.90
BANTEN
SULTRA
5.87
JABAR
7.28
JATENG
5.86
GORONTALO
7.28
MALUT
5.85
SULTENG
KEPRI
5.79
PAPUA BRT
SUMBAR
5.78
SUMBAR
7.09
KALTIM
5.78
PAPUA
7.00
7.27 7.09
SULSEL
5.63
KEPRI
7.00
BANTEN
5.62
KALTENG
6.95
JABAR
5.54
SULTENG
5.96
7.48 7.29
5.30
DIY
6.85
JATENG
6.79
NTT
5.81
NTT
5.28
KALTIM
6.70
BANTEN
5.78
BENGKULU
5.25
KALBAR
6.68
BABEL
5.24
NTT
5.22
BABEL
BABEL
5.58
BENGKULU
GORONTALO
5.12 5
6
7
8
9
5
6
7
8
6.29 5.98 5
9
6
7
8
9
Gambar 132. Rerata Nilai UN SMP/MTs Tiga Tahun Terakhir
Hubungan nilai UN antartahun Seperti telah dikemukakan sebelumnya nilai UN tahun 2013 secara keseluruhan lebih rendah daripada nilai UN tahun 2012 dan 2014. Rata-rata nilai UN 2013 ialah 5,96, sedangkan nilai tahun 2012 dan 2014 berturut-turut 7,32 dan 6, 45. Korelasi nilai UN antara tahun 2012-2013, ialah 0,505, sedangkan antara 2012 dan 2014 sebesar 0,515, dan antara 2013-2014 sebesar 0,747. Hal ini menunjukkan hasil ujian yang menggunakan sistem yang sama, dalam hal ini jumlah paket ujian, cenderung berkorelasi cukup tinggi. Seperti telah diketahui pada tahun 2012 sistem ujian menggunakan 5 paket sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 sistem ujian menggunakan 20 paket. Scatterplot yang menggambarkan hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 133.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 140 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 141 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 133. DistribusiRerata Nilai UN Kabupaten/Kota antar Tahun
Sebaran nilai rerata ujian nasional antara 2 tahun dapat membedakan kabupaten/kota ke dalam 4 kriteria: • Kriteria 1: kabupaten/kota yang rerata UN tahun sebelumnya dan tahun ini lebih baik dari rerata UN nasional. • Kriteria 2: kabupaten/kota yang rerata UN tahun sebelumnya lebih rendah dari rerata nasional namun tahun ini lebih dari rerata nasional. • Kriteria 3: kabupaten/kota yang rerata UN tahun sebelumnya dan tahun ini lebih rendah dari rerata nasional. • Kriteria 4: kabupaten/kota yang rerata UN tahun sebelumya lebih tinggi dari rerata nasional namun tahun ini lebih rendah dari rerata nasional. Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 33,2% yang nilai rerata UN tahun 2012 dan 2013 lebih tinggi dari rerata nasional. 16,1% kabupaten/kota rerata tahun 2012 lebih rendah dari rerata nasional namun lebih tinggi dari rerata nasional pada tahun 2013. 31,2% kabupaten/kota nilai tahun 2012 dan 2013 lebih rendah dibandingkan rerata nasional, sedangkan sisanya 19,5% kabupaten/kota rerata UN 2012 lebih tinggi dari rerata nasional namun di tahun 2013 turun di bawah rerata nasional. Berdasarkan hasil ujian nasional tahun 2013 dan 2014 terdapat 44,9% kabupaten/kota konsisten lebih tinggi dari rerata nasional. Artinya lebih banyak kabupaten/kota berhasil mempertahankan nilai ujian nasionalnya pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Sejumlah 10,1% kabupaten/kota berhasil meningkatkan rerata nilai UN tahun 2014 lebih tinggi dari rerata nasional. 40,6% kabupaten/kota selalu berada di bawah rerata nasional baik tahun 2013 maupun 2014. Jumlah ini lebih besar dibandingkan trend tahun 2012 ke 2013. Sejumlah 22 kabupaten/kota atau 4,4% mengalami penurunan, tahun 2013 lebih tinggi dari rerata nasional namun tahun 2014 lebih rendah dari rerata nasional.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 142 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kenaikan/Penurunan Nilai UN Kabupaten/Kota Meskipun secara umum nilai UN SMP/MTs pada tahun 2013 lebih rendah daripada tahun 2012 dan 2014 namun tidak semua kabupaten/kota menunjukkan pola yang demikian. Untuk mengetahui jumlah atau persentase kabupaten/kota yang mengalami kenaikan atau penurunan nilai disajikan sebaran nilai kabupaten/kota, seperti dapat dilihat pada Gambar 134 dan Gambar135. Gambar 134menunjukkan hubungan nilai UN 2013 dan kenaikan nilai UN 2012-2013. Gambar135menunjukkan hubungan nilai UN 2014 dan kenaikan nilai UN 2013-2014. Pada kedua gambar tersebut, kabupaten/kota dengan sebaran nilai terbagi dalam empat kuadran. Kuadran tersebut terbentuk dari 2 sumbu,: sumbu horizontal yang memotong pada titik 0,00 menunjukkan batas kenaikan nilai UN 2012-203 (untuk Gambar 134) atau nilai UN 2013-2014 (untuk Gambar 135) serta sumbu vertikal yang memotong pada 6,10, yaitu rerata nasional UN 2013 (Gambar 134) dan 6,52, yaitu rerata nasional UN 2014 (Gambar135). Dengan demikian kabupaten/kota tersebut dapat dikategorikan dalam empat kelompok. a. b. c. d.
Kelompok I adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN diatas rerata nasional dan mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. Kelompok II adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN dibawah rerata nasional akan tetapi mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. Kelompok III adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN dibawah rerata nasional dan mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Kelompok IV adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN diatas rerata nasional akan tetapi mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
Gambar 134. Hubungan Nilai UN 2013 dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 143 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 135. Hubungan Nilai UN 2014 dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014
Membandingkan kedua gambar tersebut tampak jelas adanya pola yang berbeda di tahun 2013 dan di tahun 2014. Pada tahun 2013 sebagian besar kabupaten/kota memperoleh nilai UN yang lebih rendah dari tahun sebelumnya (2012), sementara di tahun 2014, sebagian besar kabuupaten/kota memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya (2013). Secara detil persentase kabupaten/kota pada tiap kuadran untuk kedua gambar dirangkum dan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Persentase Kabupaten/Kota pada Tiap Kuadran
Kriteria UN 2013 ≥ rerata nasional DAN UN 2013 ≥ UN 2012 UN 2013 < rerata nasional DAN UN 2013 ≥ UN 2012 UN 2013 < rerata nasional DAN UN 2013 < UN 2012 UN 2013 ≥ rerata nasional DAN UN 2013 < UN 2012
Jumlah 12 Kabupaten (2,4%) 1 kabupaten (0,2%) 251 kabupaten (50,5%) 233 kabupaten (46,9%)
Kriteria UN 2014 ≥ rerata nasional DAN UN 2014 ≥ UN 2013 UN 2014 < rerata nasional DAN UN 2014 ≥ UN 2013 UN 2014 < rerata nasional DAN UN 2014 < UN 2013 UN 2014 ≥ rerata nasional DAN UN 2014 < UN 2013
Jumlah 261 kabupaten (52,5%) 193 kabupaten (38,8%) 31 kabupaten (6,2%) 12 kabupaten (2,4%)
Trend 3 tahun berturut-turut memberikan gambaran kabupaten/kota yang konsisten naik rerata UN ataupun konsisten turun. Gambar 136 menggambarkan distribusi kabupaten/kota berdasarkan kenaikan tahun 2013 dan kenaikan tahun 2014. Hasil menunjukkan hanya ada 9 kabupaten atau 1.8% kabupaten/kota yang konsisten naik rerata nilai UN-nya pada kurun waktu 2012-2014 dan 39 kabupaten/kota atau 7.8% konsisten turun. Sebagian besar kabupaten/kota (89,5%) mengalami penurunan di tahun 2013 namun meningkat di tahun 2014. Kabupaten/kota yang mengalami penurunan secara
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 144 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
konsisten(kuadran 3) dan penurunan di tahun 2014 (kuadran 4) hendaknya diberikan treatment agar mampu meningkatkan nilai Ujian Nasional-nya secara berkualitas.
Gambar 136. Sebaran Kenaikan Nilai Ujian Nasional 2012-2014
C. PERKEMBANGAN NILAI UN SMA/MA Perkembangan nilai UN 2012-2014 secara nasional dan pada beberapa region menunjukkan pola yang sama, yaitu penurunan pada tahun 2013 dan 2014, namun penurunan yang terjadi di tahun 2014 jauh lebih kecil daripada penurunan di tahun 2013. Khususnya Sulawesi dan Sumatera, hampir tidak terjadi perubahan di tahun 2014. Penurunan nilai yang terjadi di tahun 2013 juga terjadi pada jenjang SMP. Digunakannya 20 paket untuk pertama kali pada tahun 2013 mungkin berkontribusi terhadap penurunan nilai. Namun berbeda dengan jenjang SMP yang mengalami kenaikan nilai pada tahun 2014, pada jenjang SMA, yang terjadi adalah kecenderungan penurunan nilai di tahun 2014 pada beberapa region dan nilai cenderung tetap di Sulawesi dan Sumatera. Pola pada setiap region untuk semua jenis sekolah negeri swasta dapat dilihat pada Gambar 137.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 145 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 137. Perkembangan Nilai UN SMA/MA 2012-2014 per Region untuk Seluruh Jenis Sekolah Negeri dan Swasta
Perkembangan Nilai UN SMA/MA Seluruh Provinsi SMA/MA IPA Seperti halnya pada jenjang SMP/MTs perkembangan nilai UN SMA/MA tiga tahun terakhir pada 33 provinsi juga dilaporkan dengan menggunakan distrubusi rerata nilai UN provinsi. Nilai UN juga dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu kelompok 1 dengan rerata <5,50 (batas kelulusan), ditandai dengan warna merah; kelompok 2 dengan rerata antara 5.50 – 6.50, ditandai dengan warna kuning; dan kelompok 3 dengan rerata >6,50 ditandai dengan warna hijau. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, nilai UN SMA/MA IPA 2013 dan 2014 lebih rendah daripada nilai UN 2012. Hal ini juga tampak pada Gambar 138 Pada tahun 2014 lebih banyak provinsi yang masuk dalam kelompok 1 (rerata nilai UN <5,5), yaitu 12 provinsi, sementara pada tahun 2013 hanya dua provinsi yang masuk kelompok 1; bahkan pada tahun 2012 tidak ada satupun provinsi yang masuk dalam kelompok 1. Gambar138 juga menunjukkan enam provinsi yang secara konsisten masuk dalam kelompok 3 (rerata nilai >6.50) yaitu Jawa Timur (Jatim), DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah (Jateng), Sumatera Utara (Sumut), dan Riau. Sementara provinsi yang konsisten berada pada urutan bawah selama tiga tahun ialah provinsi NTT dan Gorontalo. Provinsi lain seperti Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah juga berada pada urutan bawah namun tidak konsisten pada tiga tahun berturutturut.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 146 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMA IPA 2014
SMA IPA 2013
8.04 7.38 7.37 6.93 6.82 6.71 6.63 6.62 6.45 6.33 6.32 6.28 6.25 6.23 6.22 6.05 5.91 5.90 5.89 5.87 5.79 5.68 5.42 5.39 5.39 5.36 5.35 5.29 5.23 4.93 4.85 4.65 4.60 4.57
BALI SUMUT JATIM RIAU DKI JATENG SULSEL SUMSEL SUMBAR DIY LAMPUNG NTB PAPUA BRT JAMBI KALBAR KEPRI SULBAR BANTEN ACEH SULUT JABAR SULTRA BENGKULU KALTENG PAPUA MALUKU KALSEL KALTIM BABEL NTT SULTENG MALUT GORONTALO KALTARA
0
5
10
SMA IPA 2012
8.01 7.34 7.33 7.16 7.02 6.88 6.53 6.52 6.48 6.47 6.45 6.43 6.36 6.28 6.24 6.20 6.16 6.15 6.08 6.05 5.99 5.91 5.89 5.84 5.82 5.82 5.74 5.65 5.59 5.58 5.35 5.35 4.91
JATIM DKI BALI JATENG SUMUT DIY JABAR RIAU KALBAR ACEH PAPUA BRT JAMBI SUMSEL KEPRI SUMBAR KALTIM NTB BANTEN KALTENG LAMPUNG SULTRA KALSEL MALUKU BABEL SULBAR SULUT PAPUA SULSEL NTT BENGKULU GORONTALO SULTENG MALUT
0
2
4
6
8
8.53 8.53 8.27 8.17 8.12 8.08 8.08 8.08 8.00 7.96 7.90 7.86 7.82 7.81 7.75 7.71 7.66 7.60 7.58 7.55 7.55 7.46 7.43 7.39 7.28 7.27 7.27 7.21 7.21 7.18 6.96 6.50 6.48
BALI JATIM BENGKULU SUMUT JABAR SULTRA SUMSEL ACEH JATENG LAMPUNG JAMBI SULTRA DKI SULSEL RIAU BANTEN MALUKU SULBAR KALSEL MALUT NTB PAPUA BRT SULTENG KEPRI KALTIM BABEL PAPUA KALBAR SUMBAR DIY KALTENG NTT GORONTALO
10
0
2
4
6
8
10
Gambar 138. Rerata Nilai UN SMA/MA IPA 3 Tahun Terahir
SMA/MA IPS Hasil UN SMA/MA IPS pada tiga tahun terakhir menunjukkan pola serupa dengan hasil UN UN SMA/MA IPA, yaitu nilai UN 2013 dan 2014 lebih rendah daripada nilai UN 2012. Pada tahun 2014 juga lebih banyak provinsi yang masuk dalam kelompok 1 (rerata nilai UN <5,5), yaitu 16 provinsi, sementara pada tahun 2013 hanya 11 provinsi yang masuk kelompok 1; dan pada tahun 2012 tidak ada satupun provinsi yang masuk dalam kelompok 1 (Gambar 139). Jumlah provinsi dengan capaian UN yang rendah pada SMA/MA IPS ini lebih banyak dibandingkan pada SMA/MA IPA. Terdapat tiga provinsi yang konsisten masuk dalam kelompok 3 (rerata UN >6.5)3 tiga selama tiga tahun terakhir yaitu Jawa Timur (Jatim), Sumatera Utara (Sumut), dan Jawa Tengah (Jateng).Provinsi yang konsisten berada pada urutan bawah selama 3 tahun terakhir. Provinsi-provinsi tersebut adalah NTT, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 147 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
SMA IPS 2014
SMA IPS 2013
6.94 6.94 6.73 6.55 6.33 6.32 6.15 6.07 5.9 5.85 5.75 5.71 5.68 5.65 5.63 5.61 5.57 5.52 5.42 5.27 5.22 5.18 5.16 5.15 5.14 5.02 5.02 4.92 4.64 4.63 4.53 4.46 4.43 4.4
JATIM SUMUT BALI JATENG RIAU DKI DIY SUMSEL JAMBI LAMPUNG KALBAR PAPUA BRT SUMBAR NTB KEPRI SULSEL SULBAR BANTEN SULTRA JABAR KALSEL ACEH KALTIM SULUT KALTENG MALUKU PAPUA BABEL BENGKULU KALTARA SULTENG NTT GORONTALO MALUT
0
5
7.38 6.76 6.72 6.72 6.42 6.22 6.12 6.07 5.93 5.87 5.82 5.80 5.77 5.76 5.74 5.65 5.65 5.61 5.56 5.56 5.55 5.50 5.43 5.42 5.39 5.22 5.18 5.10 5.03 4.96 4.92 4.80 4.57
JATIM DKI JATENG SUMUT DIY JABAR BALI KALBAR NTB JAMBI SUMSEL RIAU SUMBAR PAPUA BRT KEPRI BANTEN LAMPUNG KALTENG KALTIM SULBAR MALUKU ACEH SULTRA BABEL KALSEL PAPUA SULUT BENGKULU SULSEL NTT SULTENG GORONTALO MALUT
10
SMA IPS 2012
0
2
4
6
8
8.12 8.01 7.72 7.60 7.59 7.55 7.53 7.50 7.49 7.48 7.45 7.42 7.36 7.31 7.28 7.24 7.18 7.06 7.01 7.00 6.96 6.77 6.72 6.71 6.63 6.62 6.57 6.51 6.51 6.49 6.48 5.83 5.64
JATIM BENGKULU SUMUT KALSEL SULUT BALI JABAR SUMSEL RIAU ACEH JATENG LAMPUNG MALUKU JAMBI SULSEL DKI BANTEN SULTRA SULBAR NTB MALUT KEPRI DIY PAPUA BRT KALBAR KALTIM BABEL SULTENG SUMBAR PAPUA KALTENG NTT GORONTALO
10
0
5
10
Gambar 139. Rerata Nilai UN SMA IPS 3 Tahun Terahir
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 148 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Hubungan nilai UN SMA/MA antartahun
Gambar 140. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2012 dan 2013
Seperti telah dikemukakan sebelumnya nilai UN 2013 secara keseluruhan lebih rendah daripada nilai UN 2012 dan sedikit lebih tinggi daripada nilai UN 2014. Rata-rata nilai UN 2013 ialah 5,99, sedangkan nilai UN 2012 dan 2014 berturut-turut 7,30 dan 5, 76. Korelasi nilai UN 2012 dan nilai UN 2013 dan UN 2014 menunjukkan indeks yang sama yaitu 0,535, sementara korelasi UN 2013 dan UN 2014 sebesar 0,793. Tingginya korelasi hasil UN 2013-2014 hampir sama dengan yang ditemukan pada jenjang SMP.
Gambar 141. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2013 dan 2014 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 149 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 142. Sebaran Nilai Rerata UN Kabupaten/Kota Tahun 2012 dan 2014
Hal ini juga menunjukkan hasil ujian yang menggunakan sistem yang sama, dalam hal ini jumlah paket ujian, cenderung berkorelasicukup tinggi. Sama seperti pada jenjang SMP, pada jenjang SMA, pada tahun 2012 sistem ujian menggunakan 5 paket sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 sistem ujian menggunakan 20 paket. Scatterplot yang menggambarkan hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 140 sampai 142.
Kenaikan/Penurunan Nilai UN SMA/MA Kabupaten/Kota Seperti halnya pada jenjang SMP/MTs,sebaran nilai UN SMA/MA kabupataen/kota disajikan untuk menggambarkan kenaikan/penurunan nilai kabupaten/kota. Gambar 143 menunjukkan hubungan nilai UN SMA/MA 2013 dan kenaikan nilai UN2012-2013., sedangkan Gambar 144 menunjukkan nilai UN SMA/MA 2014 dan kenaikan nilai UN2013-2014.
Gambar 143. Hubungan Nilai UN 2013 dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 150 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Mengacu pada pola sebelumnya, sebaran tersebut terbagi dalam empat kuadran, yaitu a. Kelompok I adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN diatas rerata nasional dan mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. b. Kelompok II adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN dibawah rerata nasional akan tetapi mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. c. Kelompok III adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN dibawah rerata nasional dan mengalami penurunan dibanding tahun lalu. d. Kelompok IV adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai rerata UN diatas rerata nasional akan tetapi mengalami penurunan dibanding tahun lalu
Gambar 144. Hubungan Nilai UN 2014 dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014
Membandingkan kedua gambar tersebut tampak jelas adanya pola yang berbeda di tahun 2013 dan di tahun 2014. Sama seperti pada jenjang SMP/MTs, pada tahun 2013 sebagian besar kabupaten/kota memperoleh nilai UN SMA/MA yang lebih rendah dari tahun sebelumnya (2012), sementara di tahun 2014, sebagian besar kabupaten/kota memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya (2013). Secara detil persentase kabupaten/kota pada tiap kuadran untuk kedua gambar dirangkum dan disajikan pada tabel 17. Tabel 17. Persentase Kabupaten/Kota pada Tiap Kuadran Jenjang SMA/MA Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
UN 2013 ≥ rerata nasional DAN UN 2013 ≥ UN 2012
5 kabupaten (1%)
UN 2014 ≥ rerata nasional DAN UN 2014 ≥ UN 2013
101 kabupaten (20,4%)
UN 2013 < rerata nasional DAN UN 2013 ≥ UN 2012
7 kabupaten (1,4%)
UN 2014 < rerata nasional DAN UN 2014 ≥ UN 2013
45 kabupaten (9,1%)
UN 2013 < rerata nasional DAN UN 2013 < UN 2012
314 kabupaten (63,4%)
UN 2014 < rerata nasional DAN
244 kabupaten (49,3%)
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 151 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kriteria
Jumlah
Kriteria
UN 2013 ≥ rerata nasional DAN UN 2013 < UN 2012
169 kabupaten (34,1%)
UN 2014 ≥ rerata nasional DAN UN 2014 < UN 2013
Jumlah
UN 2014 < UN 2013 105 kabupaten (21,2%)
Trend 3 tahun berturut-turut memberikan gambaran kabupaten/kota yang konsisten naik rerata UN ataupun konsisten turun. Gambar 145 menggambarkan distribusi kabupaten/kota berdasarkan kenaikan tahun 2013 dan kenaikan tahun 2014. Hasil menunjukkan hanya ada 1 kabupaten atau 0,2% kabupaten/kota yang konsisten naik rerata nilai UN-nya pada kurun waktu 2012-2014 dan sebagian besar kabupaten kota (338 kabupaten/kota atau 68,3%) konsisten turun. 145 kabupaten/kota (29,3%) mengalami penurunan di tahun 2013 namun meningkat di tahun 2014. Kabupaten/kota yang mengalami penurunan secara konsisten(kuadran 3) dan penurunan di tahun 2014 (kuadran 4) berjumlah lebih dari 70%, hendaknya diberikan treatment agar mampu meningkatkan nilai UN secara berkualitas.
Gambar 145. Sebaran Kenaikan Nilai Ujian Nasional SMA/MA 2012-2014
D. PETA KOMPETENSI (DAYA SERAP) UN SMP/ MTS TAHUN 2014 DIBANDINGKAN DENGAN DUA TAHUN SEBELUMNYA
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Indonesia berikut terlihat adanya 6 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 6 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 2 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Menulis berbagai teks nonsastra dan Menulis berbagai teks sastra. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 17.69 (dari 89.04% ke 77.69%), yaitu kompetensi Membaca data/nonteks. Informasi rinci mengenai capaian kompetesi dari tahun ke tahun (trend) dapat dilihat pada gambar 146.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 152 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAHASA INDONESIA NASIONAL
UJIAN NASIONAL SMP TAHUN 2012 - 2014
Membaca data/nonteks
Menyunting teks nonststra
Membaca pemahaman berbagai karya sastra
Menulis berbagai teks sastra
Membaca pemahaman berbagai teks nonsastra
2012 2013
Menulis berbagai teks nonsastra
2014
Gambar 146. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 18. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Kd. Materi
Cakupan Materi
2012
2013
2014
1
Membaca data/nonteks
89.04
71.50
77.69
2
Membaca pemahaman berbagai karya sastra
77.07
71.32
72.15
3
Membaca pemahaman berbagai teks nonsastra
79.66
66.16
67.32
4
Menulis berbagai teks nonsastra
74.44
70.06
68.36
5
Menulis berbagai teks sastra
76.69
75.74
69.31
6
Menyunting teks nonststra
60.74
55.92
63.85
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Inggris berikut terlihat adanya 4 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 4 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi menyusun kata dan kalimat acak. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup tinggi dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 12.34 (dari 62.79% ke 50.45%), yaitu kompetensi melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap. Informasi rinci mengenai capaian kompetesi dari tahun ke tahun (trend) dapat dilihat pada gambar 147.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 153 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris NASIONAL
UJIAN NASIONAL SMP
Memahami informasi dari teks fungsional
Memahami informasi dari teks tulis/wacana
Menyusun kata dan kalimat acak
2012 2013 2014 Melengkapi teks rumpang (teks yang Gambar 147. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 19. Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Kd. Materi
Cakupan Materi
2012
2013
2014
1
Memahami informasi dari teks fungsional
63.95
61.96
66.33
2
Memahami informasi dari teks tulis/wacana
67.93
55.70
66.07
3
Melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap)
62.79
50.45
61.72
4
Menyusun kata dan kalimat acak
63.91
62.54
61.97
Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs Dari gambar daya serap cakupan materi Matematika berikut terlihat adanya 5 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 5 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Statistik: penyajian data dan ukuran pemusatan. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 21.98 (dari 72.90% ke 50.92%), yaitu kompetensi Unsurunsur/sifat-sifat bangun datar (dimensi tiga). Informasi rinci mengenai capaian kompetesi dari tahun ke tahun (trend) dapat dilihat pada gambar 148.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 154 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
MATEMATIKA NASIONAL
UJIAN NASIONAL SMP
Operasi bilangan, aritmatika sosial, barisan/deret
Unsur-unsur/sifatsifat bangun datar (dimensi dua)
Konsep teori peluang
2012 Statistik: penyajian data dan ukuran pemusatan
2013
Unsur-unsur/sifatsifat bangun datar (dimensi tiga)
2014
Gambar 148. Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 20. Daya Serap Cakupan Materi Matematika SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Kd. Materi
Cakupan Materi
2012
2013
2014
1
Operasi bilangan, aritmatika sosial, barisan/deret
75.99
61.11
61.32
2
Unsur-unsur/sifat-sifat bangun datar (dimensi dua)
66.92
54.95
62.42
3
Unsur-unsur/sifat-sifat bangun datar (dimensi tiga)
72.90
50.92
60.58
4
Statistik: penyajian data dan ukuran pemusatan
77.91
66.71
58.01
5
Konsep teori peluang
69.20
53.09
60.44
Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs Dari gambar daya serap cakupan materi IPA berikut terlihat adanya 12 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dua belas (12) kompetensi tersebut terdiri atas 6 kompetensi Fisika, 3 kompetensi Kimia, dan 3 kompetensi Biologi. Dari 6 kompetensi Fisika, umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Tata Surya. Ada juga satu kompetensi yang capaian kompetensinya mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 20.62 (dari 83.17% ke 62.55%), yaitu kompetensi Alat ukur. Dari 3 kompetensi Kimia, umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Konsep atom, ion, dan molekul. Ada juga satu kompetensi yang capaian kompetensinya mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 21.86 (dari 72.94% ke 51.08%), yaitu kompetensi Klasifikasi zat dan perubahannya. Dari 3 kompetensi Biologi, umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Keanekaragaman mahluk hidup. Ada juga satu kompetensi yang capaian kompetensinya mengalami penurunan yang cukup tinggi dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 12.36 (dari 70.02% ke 57.66%), yaitu kompetensi Sistem organ manusia. Informasi rinci mengenai capaian kompetesi dari tahun ke tahun (trend) dapat dilihat pada gambar 149.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 155 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
IPA NASIONAL
UJIAN NASIONAL SMP TAHUN 2012 - 2014
FISIKA: Alat ukur BIOLOGI: Sistem organ manusia
FISIKA: Zat dan kalor
BIOLOGI: Keseimbangan ekosistem
FISIKA: Dasar-dasar mekanika
BIOLOGI: Keanekaragaman mahluk hidup
FISIKA: Bunyi dan cahaya
FISIKA: Mengenal listrik
KIMIA: Bahan Kimia KIMIA: Klasifikasi zat dan perubahannya
2012 2013 2014
FISIKA: Tata Surya KIMIA: Konsep atom, ion, dan molekul
Gambar 149. Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 21. Daya Serap Cakupan Materi IPA SMP/ MTs Tahun 2012, 2013, dan 2014 Kd. Materi
Cakupan Materi
2012
2013
2014
1
FISIKA: Alat ukur
83.17
62.55
77.18
2
FISIKA: Zat dan kalor
72.47
62.97
67.41
3
FISIKA: Dasar-dasar mekanika
70.54
55.42
67.76
4
FISIKA: Bunyi dan cahaya
68.83
59.37
61.26
5
FISIKA: Mengenal listrik
71.54
57.65
62.41
6
FISIKA: Tata Surya
64.78
61.51
55.29
7
KIMIA: Konsep atom, ion, dan molekul
75.55
64.63
61.56
8
KIMIA: Klasifikasi zat dan perubahannya
72.94
51.08
61.84
9
KIMIA: Bahan Kimia
74.37
56.14
76.64
10
BIOLOGI: Keanekaragaman mahluk hidup
79.98
76.88
62.47
11
BIOLOGI: Keseimbangan ekosistem
75.95
77.71
74.31
12
BIOLOGI: Sistem organ manusia
70.02
57.66
63.24
E. PETA KOMPETENSI (DAYA SERAP) UN SMA/MA TAHUN 2014 DIBANDINGKAN DENGAN DUA TAHUN SEBELUMNYA
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia IPA Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Indonesia berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 3 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Menulis Gagasan Fiksi, Membaca Pemahaman Nonfiksi, dan Menulis Gagasan Nonfiksi.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 156 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 22.09 (dari 81.42% ke 59.33%), yaitu kompetensi Menulis Struktur Fiksi. Informasi rinci mengenai trend dapat dilihat pada gambar 150.
Bahasa Indonesia IPA 2012
2013
2014
Membaca Data 100
Menulis Struktur Nonfiksi
Membaca Kritis Fiksi
75 50
Menulis Struktur Fiksi
25
Membaca Kritis Nonfiksi
0
Membaca Pemahaman Fiksi
Menulis Gagasan Nonfiksi
Membaca Pemahaman Nonfiksi
Menulis Gagasan Fiksi
Gambar 150. Daya Serap Bahasa Indonesia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 22. Daya Serap Bahasa Indonesia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
Kompetensi Membaca Data Membaca Kritis Fiksi Membaca Kritis Nonfiksi Membaca Pemahaman Fiksi Membaca Pemahaman Nonfiksi Menulis Gagasan Fiksi Menulis Gagasan Nonfiksi Menulis Struktur Fiksi Menulis Struktur Nonfiksi
2012 83.75 75.86 75.29 68.21 74.83 70.20 79.66 81.42 77.57
2013 85.37 78.84 67.94 63.42 67.60 69.51 69.28 59.33 75.14
2014 82.80 63.65 72.66 65.64 66.93 66.53 62.42 72.86 75.21
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris IPA Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Inggris berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 2 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi menentukan gambar dari monolog lisan, dan kompetensi memahami informasi dari teks fungsional. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2013 ke tahun 2014, sebesar 26.92 (dari 83.79% ke 56.87%), yaitu kompetensi merespon percakapan lisan yang belum lengkap. Sebaliknya, ada capaian kompetensi yang mengalami kenaikan cukup tinggi dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 14.32 (dari 78.54% ke 92.86%), yaitu kompetensi PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 157 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
menentukan gambar dari percakapan lisan. Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi bahasa Inggris dapat dilihat pada gambar 151.
Bahasa Inggris IPA
2012
2013
2014
Memahami informasi dari monolog lisan Menyusun kalimat menjadi paragraf yang benar
100
Memahami informasi dari percakapan lisan
75 50
Melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap)
Menentukan gambar dari monolog lisan
25 0
Memahami informasi dari teks tulis/wacana
Menentukan gambar dari percakapan lisan
Memahami informasi dari teks fungsional
Merespon percakapan lisan yang belum lengkap
Gambar 151. Daya Serap Bahasa Inggris IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 23. Daya Serap Bahasa Inggris IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Memahami informasi dari monolog lisan Memahami informasi dari percakapan lisan Menentukan gambar dari monolog lisan Menentukan gambar dari percakapan lisan Merespon percakapan lisan yang belum lengkap Memahami informasi dari teks fungsional Memahami informasi dari teks tulis/wacana Melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap) Menyusun kalimat menjadi paragraf yang benar
2012 75.35 76.25 80.49 78.54 80.27 70.12 65.15 75.43 85.79
2013 82.38 81.66 69.05 92.86 83.79 69.37 67.01 64.74 62.86
2014 70.37 66.29 57.05 89.43 56.87 65.28 57.97 72.91 68.49
Daya Serap Cakupan Materi Matematika IPA Dari gambar daya serap cakupan materi Matematika berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 4 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Lingkaran, Suku Banyak, dan Komposisi Fungsi, kompetensi Matriks, Vektor, dan Transformasi, kompetensi Persamaan dan Pertidaksamaan, dan kompetensi Kalkulus. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 27.55 (dari 78.63% ke 51.08%), yaitu kompetensi trigonometri. Hal yang sama terjadi pula pada kompetensi Statistika dan Peluang, mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 25.95 (dari 78.50% ke 52.55%), dan kompetensi
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 158 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Kalkulus sebesar 21.21 (dari 77.63% ke 56.42%), Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Matematika dapat dilihat pada gambar 152.
Matematika IPA
2012
2013
2014
Logika matematika 100
Statistika dan Peluang
Eksponen, Barisan, dan Deret Fungsi
75 50
Lingkaran, Suku Banyak, dan Komposisi Fungsi
25
Kalkulus
0
Matriks, Vektor, da n Transformasi
Trigonometri
Persamaan dan Pertidaksamaan
Geometri
Gambar 152. Daya Serap Matematika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 24. Daya Serap Matematika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Logika matematika Eksponen, Barisan, dan Deret Fungsi Lingkaran, Suku Banyak, dan Komposisi Fungsi Matriks, Vektor, dan Transformasi Persamaan dan Pertidaksamaan Geometri Trigonometri Kalkulus Statistika dan Peluang
2012 84.93 86.25 83.71 83.77 78.77 63.77 78.63 77.63 78.50
2013 66.07 66.83 68.06 65.74 64.31 52.82 51.08 56.42 52.55
2014 66.80 71.15 55.29 57.51 56.11 54.61 58.41 51.88 60.02
Daya Serap Cakupan Materi Fisika IPA Dari gambar daya serap cakupan materi Fisika berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 4 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu Kompetensi Kemagnetan dan elektromagnetik, kompetensi Listrik statik dan listrik dinamik, kompetensi Fluida statik dan fluida dinamik, dan kompetensi Fisika modern. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 27.10 (dari 92.68% ke 65.58%), yaitu kompetensi fluida statik dan fluida dinamik. Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Fisika dapat dilihat pada gambar 153.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 159 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Fisika
2012 2013 2014 Besaran, satuan, dan vektor 100
Fisika modern
75
Dinamika dan perubahan energi
50
Listrik statik dan listrik dinamik
Fluida statik dan fluida dinamik
25 0
Kemagnetan dan elektromagnetik
Kinematika Suhu, kalor, dan hukum termodinamika
Gelombang, bunyi, d an cahaya
Gambar 153. Daya Serap Fisika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 25. Daya Serap Fisika IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Besaran, satuan, dan vektor Dinamika dan perubahan energi Fluida statik dan fluida dinamik Kinematika Suhu, kalor, dan hukum termodinamika Gelombang, bunyi, dan cahaya Kemagnetan dan elektromagnetik Listrik statik dan listrik dinamik Fisika modern
2012 88.58 76.39 92.68 78.55 78.06 78.21 72.35 66.48 65.20
2013 69.48 61.41 65.58 61.35 60.80 62.69 55.48 56.29 64.58
2014 72.63 64.13 61.68 66.54 68.76 70.81 53.76 54.80 62.81
Daya Serap Cakupan Materi Kimia IPA Dari gambar daya serap cakupan materi Kimia berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut, 8 kompetensi menunjukkan capaian kompetensi yang selalu menurun. Hanya ada satu kompetensi yang turun naik, yaitu kompetensi sifat Koligatif Larutan dan Koloid. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 19.70 (dari 83.70% ke 64.00%) yaitu kompetensi Kimia Unsur. Demikian pula dengan kompetensi struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia, mengalami penurunan sebesar 19.70 (dari 90.65% ke 70.95%), kompetensi kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia (dari 87.04% ke 67.96%), dan kompetensi termokimia. Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Kimia dapat dilihat pada gambar 154.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 160 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
2012
Kimia 2013
2014
Struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia 100 Kimia Unsur
75
Stoikiometri
50 25
Redoks dan Elektrokimia
Larutan Asam Basa dan Kesetimbangan Larutan
0
Kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia
Sifat Koligatif Larutan dan Koloid
Termokimia
Kimia Karbon
Gambar 154. Daya Serap Kimia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 26. Daya Serap Kimia IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia Stoikiometri Larutan Asam Basa dan Kesetimbangan Larutan Sifat Koligatif Larutan dan Koloid Kimia Karbon Termokimia Kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia Redoks dan Elektrokimia Kimia Unsur
2012 90.65 76.26 86.20 83.02 73.24 86.29 87.04 80.84 83.70
2013 70.95 67.08 72.92 70.16 67.76 67.76 67.96 65.00 64.00
2014 68.15 66.08 53.58 71.31 54.82 41.86 67.80 45.01 63.93
Daya Serap Cakupan Materi Biologi IPA Dari gambar daya serap cakupan materi Biologi berikut terlihat adanya 12 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 12 kompetensi tersebut, 9 kompetensi menunjukkan capaian kompetensi yang selalu menurun, sedangkan 3 kompetensi lainnya mengalami flutuaksi, yaitu kompetensi evolusi, kompetensi peran manusia terhadap lingkungan, dan kompetensi peran makhluk hidup. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2013 ke tahun 2014, sebesar 35.83 (dari 74.96% ke 39.13%) yaitu kompetensi evolusi. Demikian pula dengan kompetensi peran manusia terhadap lingkungan mengalami penurunan sebesar 20.57 (dari 85.93% ke 65.36%), dan kompetensi peran makhluk hidup (dari 91.26% ke 73.19%). Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Biologi dapat dilihat pada gambar 155.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 161 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
2012
Biologi
2013 2014 Permasalahan biologi 100
Bioteknologi
Klasifikasi
75
Evolusi
50
Pelestarian Sumber Daya Alam
25
Hereditas
Peran makhluk hidup
0
Metabolisme
Ekosistem
Sistem organ Sel dan jaringan
Peran manusia terhadap lingkungan
Gambar 155. Daya Serap Biologi IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 27. Daya Serap Biologi IPA Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI
2012
2013
2014
Permasalahan biologi
82.89
70.24
54.77
Klasifikasi Pelestarian Sumber Daya Alam Peran makhluk hidup Ekosistem Peran manusia terhadap lingkungan Sel dan jaringan Sistem organ Metabolisme Hereditas Evolusi Bioteknologi
87.77 81.93 91.26 80.86 85.93 79.13 78.28 72.56 75.83 71.22 69.05
72.57 67.80 73.19 70.12 65.36 63.09 60.70 60.09 66.79 74.96 63.04
61.05 61.44 70.91 64.71 70.47 62.19 51.36 61.51 58.52 39.13 74.06
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Indonesia IPS Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Indonesia berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 3 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Membaca Pemahaman Nonfiksi, Menulis Gagasan Fiksi, dan Menulis Gagasan Nonfiksi. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 25.00 (dari 76.06% ke 51.06%), yaitu kompetensi Menulis Struktur Fiksi. Informasi rinci mengenai trend dapat dilihat pada gambar 156.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 162 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Indonesia IPS 2012
2013
2014
Membaca Data Menulis Struktur Nonfiksi
100 75
Membaca Kritis Fiksi
50
Menulis Struktur Fiksi
Membaca Kritis Nonfiksi
25 0
Menulis Gagasan Nonfiksi
Membaca Pemahaman Fiksi
Menulis Gagasan Fiksi
Membaca Pemahaman Nonfiksi
Gambar 156. Daya Serap Bahasa Indonesia IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 28. Daya Serap Bahasa Indonesia IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Membaca Data Membaca Kritis Fiksi Membaca Kritis Nonfiksi Membaca Pemahaman Fiksi Membaca Pemahaman Nonfiksi Menulis Gagasan Fiksi Menulis Gagasan Nonfiksi Menulis Struktur Fiksi Menulis Struktur Nonfiksi
2012 77.01 70.05 70.04 63.43 69.99 64.82 72.84 76.06 71.54
2013 77.76 72.29 62.17 59.57 60.80 62.58 60.68 51.06 66.97
2014 75.15 58.03 65.98 60.26 59.89 59.09 55.17 64.00 67.35
Daya Serap Cakupan Materi Bahasa Inggris IPS Dari gambar daya serap cakupan materi bahasa Inggris berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 2 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi menentukan gambar dari monolog lisan, dan kompetensi memahami informasi dari teks fungsional. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2013 ke tahun 2014, sebesar 27.85 (dari 80.54% ke 52.69%), yaitu kompetensi merespon percakapan lisan yang belum lengkap. Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi bahasa Inggris dapat dilihat pada gambar 157.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 163 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bahasa Inggris IPS
2012
2013
2014
Memahami informasi dari monolog lisan 100 Menyusun kalimat menjadi paragraf yang benar
75
Memahami informasi dari percakapan lisan
50 Melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap)
25
Menentukan gambar dari monolog lisan
0
Memahami informasi dari teks tulis/wacana
Menentukan gambar dari percakapan lisan
Memahami informasi dari teks fungsional
Merespon percakapan lisan yang belum lengkap
Gambar 157. Daya Serap Bahasa Inggris IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 29. Daya Serap Bahasa Inggris IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Memahami informasi dari monolog lisan Memahami informasi dari percakapan lisan Menentukan gambar dari monolog lisan Menentukan gambar dari percakapan lisan Merespon percakapan lisan yang belum lengkap Memahami informasi dari teks fungsional Memahami informasi dari teks tulis/wacana Melengkapi teks rumpang (teks yang tidak lengkap) Menyusun kalimat menjadi paragraf yang benar
2012 68.11 68.40 74.73 72.22 73.66 66.49 61.07 70.18 77.80
2013 79.01 76.79 63.87 88.89 80.54 61.96 61.71 58.36 56.03
2014 65.53 60.65 53.24 85.27 52.69 58.84 51.55 65.44 58.64
Daya Serap Cakupan Materi Matematika IPS Dari gambar daya serap cakupan materi Matematika berikut terlihat adanya 7 kompetensi yang diujikan dalam UN. Semua kompetensi tersebut memperlihatkan capaian kompetensi yang selalu menurun. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup tinggi dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 23.61 (dari 83.38% ke 59.87%), yaitu kompetensi barisan dan deret. Hal yang sama terjadi pula pada kompetensi Fungsi Persamaan dan Pertidaksamaan, mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013, sebesar 20.97 (dari 81.86% ke 60.89%). Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Matematika dapat dilihat pada gambar 158.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 164 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Matematika IPS
2012
2013
2014
Logika Matematika 100
Statistika dan Peluang
75
Barisan dan Deret
50 25 0
Eksponen, Barisan, da n Deret
Kalkulus
Fungsi Persamaan dan Pertidaksamaan
Matriks
Gambar 158. Daya Serap Matematika IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
Tabel 30. Daya Serap Matematika IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 KOMPETENSI 2012 2013 2014 Logika Matematika 81.61 64.78 54.16 Barisan dan Deret 83.48 59.87 56.42 Eksponen, Barisan, dan Deret 84.24 65.38 62.08 Fungsi Persamaan dan Pertidaksamaan 81.86 60.89 55.20 Matriks 81.30 65.85 59.14 Kalkulus 71.58 59.72 59.50 Statistika dan Peluang 72.11 52.84 43.38
Daya Serap Cakupan Materi Ekonomi IPS Dari gambar daya serap cakupan materi Ekonomi berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 3 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Konsep Ekonomi, kompetensi Kebijakan Ekonomi, dan kompetensi Ekonomi Pembangunan, serta 1 kompetensi yang memiliki kecenderungan naik, yaitu kompetensi Pasar Modal dan Perdagangan Internasional. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, yaitu kompetensi Konsep Ekonomi sebesar 20.98 (dari 77.13% ke 56.15%), kompetensi Akuntansi Perusahaan Jasa sebesar 20.48 (dari 79.20% ke 58.72%), kompetensi Manajemen Badan Usaha, Koperasi, Kewirausahaan sebesar 19.84 (dari 71.27% ke 51.43%), dan kompetensi Kebijakan Ekonomi sebesar 19.79 (dari 67.51% ke 47.72%). Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Ekonomi dapat dilihat pada gambar 159.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 165 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
2012
Ekonomi 2013
2014
Konsep Ekonomi Manajemen Badan Usaha, Koperasi, Kewir…
100
Permasalahan Ekonomi
75 50
Akuntansi Perusahaan Dagang
25
Kebijakan Ekonomi
0
Akuntansi Perusahaan Jasa
Pendapatan Nasional
Pasar Modal dan Perdagangan…
Ekonomi Pembangunan
Gambar 159. Daya Serap Ekonomi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 31. Daya Serap Ekonomi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Konsep Ekonomi
2012 77.13
2013 56.15
2014 49.55
Permasalahan Ekonomi
67.32
70.76
59.91
Kebijakan Ekonomi
67.51
47.72
49.00
Pendapatan Nasional
66.97
53.67
54.95
Ekonomi Pembangunan
75.05
58.51
55.34
Pasar Modal dan Perdagangan Internasional
46.24
51.18
52.68
Akuntansi Perusahaan Jasa
79.20
58.72
60.94
Akuntansi Perusahaan Dagang
70.15
54.65
59.41
Manajemen Badan Usaha, Koperasi, Kewirausahaan
71.27
51.43
52.78
Daya Serap Cakupan Materi Sosiologi IPS Dari gambar daya serap cakupan materi Sosiologi berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi fluktuasi capaian kompetensi, namun terdapat 5 kompetensi yang memiliki kecenderungan selalu menurun, yaitu kompetensi Fungsi sosiologi, Nilai, norma, dan sosialisasi, Struktur dan mobilitas sosial, Perubahan sosial, dan Penelitian sosial. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, yaitu kompetensi Interaksi sosial dan konflik sebesar 27.38 (dari 89.83% ke 62.45%), kompetensi Perubahan sosial sebesar 20.30 (dari 80.15% ke 59.85%), dan kompetensi Penyimpangan dan pengendalian sosial sebesar 19.02 (dari 79.50% ke 60.48%). Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Sosiologi dapat dilihat pada gambar 160.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 166 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Sosiologi
2012
2013
2014
Fungsi sosiologi 100
Penelitian sosial
75
Nilai, norma, d an sosialisasi
50
Interaksi sosial dan konflik
25
Lembaga sosial
0
Penyimpangan dan pengendalian…
Perubahan sosial Kelompok sosial dan masyarakat…
Struktur dan mobilitas sosial
Gambar 160. Daya Serap Sosiologi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 32. Daya Serap Sosiologi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Fungsi sosiologi
2012 79.61
2013 67.84
2014 50.25
Nilai, norma, dan sosialisasi
77.78
69.57
61.51
Penyimpangan dan pengendalian sosial
79.5
60.48
65.92
Penyimpangan dan pengendalian sosial
79.5
60.48
65.92
Struktur dan mobilitas sosial
77.37
63.05
60.44
Kelompok sosial dan masyarakat multikultural
67.31
67.52
59.1
Perubahan sosial
80.15
59.85
47.8
Lembaga sosial
74.7
56.7
61.23
Penelitian sosial
65.8
58.35
53.65
Daya Serap Cakupan Materi Geografi IPS Dari gambar daya serap cakupan materi Geografi berikut terlihat adanya 9 kompetensi yang diujikan dalam UN. Dari 9 kompetensi tersebut umumnya terjadi penurunan capaian kompetensi, namun terdapat 2 kompetensi yang memiliki kecenderungan turun-naik, yaitu kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam. Hal yang menarik lainnya adalah adanya capaian kompetensi yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013, yaitu kompetensi Lingkungan Hidup sebesar 25.81 (dari 82.87% ke 57.06%), kompetensi Fenomena Geosfer sebesar 19.21 (dari 77.43% ke 58.22%), dan kompetensi Sumber Daya Manusia sebesar 22.09 (dari 82.45% ke 60.36%). Informasi rinci mengenai trend capaian kompetensi Geografi dapat dilihat pada gambar 161.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 167 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Geografi
Geografi 2014 2012Konsep2013 Wilayah dan Perwilayahan…
100 75
Bumi, Tata Surya, dan…
50
Penginderaan Jauh dan Sistem…
25
Fenomena Geosfer
0
Sumber Daya Manusia
Perpetaan Lingkungan Hidup
Sumber Daya Alam
Gambar 161. Daya Serap Geografi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014 Tabel 33. Daya Serap Geografi IPS Tahun 2012, 2013, dan 2014
KOMPETENSI Konsep Geografi
2012 68.68
2013 55.82
2014 51.63
Bumi, Tata Surya, dan Jagadraya
68.36
51.4
51.29
Fenomena Geosfer
77.43
58.22
56.56
Sumber Daya Manusia
82.45
60.36
62.28
Sumber Daya Alam
75.81
67.94
71.01
Lingkungan Hidup
82.87
57.06
52.36
Perpetaan
72.25
61.76
51.04
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
73.88
58.12
52.96
Wilayah dan Perwilayahan (Konsep Regionalisasi)
74.3
56.13
54.9
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 168 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 6 BEBERAPA FAKTOR TERKAIT DAN NILAI UN
Beberapa faktor internal dan eksternal dikaitkan dengan hasil ujian nasional. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator kualitas hidup dikaitkan dengan nilai UN. Hasil menunjukkan terdapat korelasi yang positif antara nilai UN 2012 dan IPM, namun indeks korelasi tersebut sangat rendah meskipun secara statistik signifikan. Di sisi lain, tidak ada korelasi antara IPM dan nilai UN 2013 dan dengan nilai UN 2014. IPM juga tidak berhubungan dengan kenaikan nilai UN. Rendahnya atau tidak berkorelasinya IPM dengai nilai UN dapat menunjukkan ada faktor-faktor lain yang lebih berperan atau mempengaruhi prestasi siswa SMP. Faktor lain yang dihubungkan dengan nilai UN adalah jumlah guru tersertifikasi, usia masuk persekolahan, jenis kelamin, serta jumlah siswa dalam satu sekolah. Selain itu hasil angket yang menjaring informasi persepsi siswa mengenai ujian nasional juga disajikan, meskipun tidak dikaitkan dengan pencapaian nilai ujian nasional.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 169 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Prestasi peserta didik pada UN, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) seperti kesungguhan belajar, motivasi, inteligensi maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal) seperti kondisi sekolah dan kondisi kabupaten/kota tempat tinggal secara umum. Dengan pertimbangan ketersediaan data dan keterbatasan waktu, maka tidak semua faktor yang mungkin mempengaruhi prestasi pada UN dianalisis, dan tidak semua analisis dilakukan dengan menggunakan data keseluruhan. Faktor-faktor yang dikaji hubungannya dengan nilai UN ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah guru yang telah disertifikasi, usia peserta didik masuk sekolah, dan jumlah siswa yang diterima pada tahun ajaran baru pada setiap sekolah (enrollment). Analisis untuk melihat hubungan IPM dan nilai UN dilakukan pada tingkat kabupaten/kota untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA; analisis untuk melihat hubungan jumlah guru yang disertifikasi dan nilai UN dilakukan hanya dengan menggunakan data SMA pada Provinsi DIY; analisis untuk melihat hubungan usia masuk sekolah menggunakan semua data dan untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA; hubungan enrollment dan nilai UN menggunakan data dari beberapa provinsi, yaitu Jabar, Jateng, DIY, Bangka Belitung, dan Bengkulu untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA.
A. CAPAIAN NILAI UN DAN JENIS KELAMIN Potensi akademik siswa dipercaya berbeda antara laki-laki dan perempuan pada bidang studi tertentu. Terdapat kecenderungan bahwa siswa perempuan lebih unggul pada pemahaman bahasa, sedangkan siswa laki-laki unggul pada bidang yang melibatkan logika dan penalaran seperti matematika dan eksakta. Survei internasional Programme for International Student Assessment (PISA) melaporkan bahwa pada tes bahasa Indonesia, semua negara peserta menunjukkan kemampuan membaca siswa perempuan lebih baik dibandingkan siswa laki-laki baik untuk wacana teks maupun wacana non teks. Beberapa negara bahkan memiliki perbedaan nilai membaca antara perempuan dan laki-laki melebihi setengah simpangan baku (OECD, 2009). Sebaliknya pada hasil tes matematika, 85% negara peserta PISA rerata nilai matematika siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Analisa serupa dilakukan pada data UN tahun 2012-2014 dan hasilnya disajikan sebagai berikut.
Bidang studi bahasa Indonesia SMP/MTs Hasil ujian nasional 2012 sampai 2014 menunjukkan secara konsisten di seluruh provinsi rerata perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil ini senada dengan hasil PISA tahun 2009. Provinsi DIY, Jawa Tengah, serta Jawa Barat sejak tahun 2012 sampai tahun 2014 merupakan provinsi dengan perbedaan yang besar secara nasional antara nilai laki-laki dengan perempuan. Provinsi Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat merupakan provinsi dengan perbedaan yang kecil secara nasional. Secara umum, pada tahun 2013 perbedaan nilai laki-laki dan perempuan lebih besar dibandingkan tahun 2012 dan 2014. % provinsi pada tahun 2014 memiliki perbedaan lebih dari 0,5 poin antara perempuan dan laki-laki.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 170 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 162. Hasil UN Bahasa Indonesia SMP/MTs 2012-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 171 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bidang Studi Matematika SMP/MTs
Gambar 163. Hasil UN Matematika SMP/MTs 2012-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil analisis matematika menunjukkan bahwa karakter perbedaan siswa laki-laki dan perempuan bervariasi antar provinsi. DIY termasuk provinsi yang sangat berbeda dari provinsi lainnya. Siswa perempuan di DIY rerata UN matematikanya lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan provinsi lainnya. Sebagian besar provinsi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara capaian matematika siswa laki-laki dengan siswa perempuan selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 172 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA/MA
Gambar 164. Perbandingan Nilai Bahasa Indonesia UN SMA/MA 2014 berdasarkan jenis kelamin
Hasil analisis rerata nilai Bahasa Indonesia UN SMA/MA berdasarkan jenis kelamin menunjukkan karakter yang berbeda antara program studi IPA dengan program studi IPS. Meskipun seluruh provinsi menunjukkan nilai rerata perempuan lebih tinggi, namun perbedaan antara rerata laki-laki dan perempuan lebih besar pada program studi IPS. Provinsi Banten, Bengkulu, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur adalah provinsi-provinsi yang selisih rerata nilai siswa perempuan terhadap siswa laki-lakinya konsisten besar, baik pada program studi IPA maupun IPS. Provinsi menunjukkan hasil yang kontras antara program studi IPA dengan IPS. Jika pada program IPA selisih rerata terbesar diantara provinsi lainnya, maka sebaliknya selisih rerata program IPS relatif kecil terhadap provinsi lainnya.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 173 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Bidang Studi Matematika SMA/MA Hasil analisis perbandingan rerata nilai bidang studi matematika SMA/MA berdasarkan jenis kelamin menunjukkan kekhasan pada provinsi DIY. Umumnya, provinsi DIY menunjukkan beda rerata antara perempuan dengan laki-laki sangat mencolok relatif terhadap provinsi lainnya. Pada analisis matematika SMA/MA terlihat bahwa hal tersebut tidak terjadi untuk program studi IPA. Pada program studi IPA, siswa laki-laki rerata nilainya lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Namun pada program studi IPA, siswa perempuan lebih tinggi dengan perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan perbedaan secara nasional. Pola berbeda yang diperoleh dari analisis ini adalah lebih dari 90% provinsi rerata nilai matematika siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan pada program studi IPA, namun hal ini tidak terjadi pada program studi IPS. Pada program studi IPS, sebaran perbedaan rerata berimbang antara laki-laki lebih tinggi dengan perempuan lebih tinggi. Hal ini memperkuat hasil studi komparasi gender sebelumnya, bahwa laki-laki lebih unggul dalam bidang eksakta dan matematika, terutama pada usia yang menginjak remaja. Rerata lelaki lebih tinggi tampak dominan pada program studi eksakta, mata pelajaran matematika dan jenjang SMA/MA, bukan jenjang SMP/MTs.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 174 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 165. Perbandingan Nilai MatematikaUN SMA/MA 2014 Program Berdasarkan Jenis Kelamin
B. SERTIFIKASI GURU DAN NILAI UN Seperti telah dikemukakan sebelumnya analisis untuk melihat pengaruh sertifikasi terhadap nilai UN siswa tidak dilakukan dengan menggunakan seluruh data, tetapi hanya menggunakan data SMA di provinsi DIY sebagai sampel. Data sertifikasi guru tersebut adalah data guru yang lulus sertifikasi sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidik BPSDM Kemdikbud. Data UN yang digunakan adalah nilai rata-rata total dari enam mata pelajaran sesuai jurusan pada tahun 2014. Pada provinsi DIY dari 161 SMA hanya 157 SMA yang dapat dianalisis, pada empat (4) SMA tidak diperoleh data mengenai jumlah guru pada sekolah tersebut. Persentase guru yang telah disertifikasi pada setiap sekolah berkisar antara 0% sampai dengan 90%. Data ekstrim rendah yaitu 0% atau tidak ada guru yang disertifikasi ada pada enam (6) SMA; untuk data ekstrim dengan persentase paling tinggi, 90%, ditemukan pada satu (1) SMA. Sementara rata-rata total nilai UN berkisar antara 3,52PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 175 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
8,00. Jumlah guru yang telah disertifikasi pada setiap sekolah dikelompokkan dalam lima kategori yaitu <20% (kelompok 1), 20-40% (kelompok 2), 41-60% (kelompok 3), 61-80% (kelompok 4), dan > 80% (kelompok 5). Jumlah sekolah pada setiap kelompok dapat dilihat di Gambar 166.
Gambar 166. Jumlah guru yang telah disertifikasi
Hubungan antara guru yang tersertifikasi dan nilai UN 2014 dapat dilihat pada Gambar 167. Secara umum ada kecenderungan hubungan yang positif antara persentase guru yang tersertifikasi dan nilai UN, yaitu semakin banyak jumlah guru yang tersertifikasi semakin tinggi nilai UN, khususnya bila melihat nilai minimum yang dicapai. Seperti ditunjukkan Gambar 167 nilai minimum kelompok 1 paling rendah dibanding kelompok lain dan nilai minimum pada kelompok 5 paling tinggi, yaitu 5,38, sementara pada kelompok lain berkisar 3,52 sampai dengan 4,34. Ditinjau dari nilai rata-rata dan nilai maksimum tidak selalu kelompok dengan persentase guru tersertifikasi menunjukkan nilai maksimum dan rata-rata lebih tinggi, namun terdapat kecenderungan hubungan yang sejalan antara nilai UN dan jumlah guru yang tersertifikasi. 10
Nilai UN 2014
8
Minimum
6 5.07
4.78
4
6.36
5.61
6.18
Maksimum Mean
2 0 <20 %
21-40 %
41-60 %
61-80 %
>80 %
Persentase Guru Tersertifikasi Gambar 167. Hubungan antara sertifikasi guru dan nilai UN SMA 2014
C. USIA MASUK SEKOLAH DAN NILAI UN Sejumlah penelitian menjadikan usia masuk sekolah sebagai variabel bebas terhadap capaian siswa. Storm (2004) mengaitkan tahun kelahiran dengan skor PISA siswa Norwegia dalam bidang membaca. Analisis yang sama dilakukan untuk dataset ujian nasional baik SMP/MTs ataupun SMA/MA program studi IPA dan IPS. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 176 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Database biodata siswa peserta UN mensyaratkan tanggal lahir siswa. Berdasarkan tahun kelahiran dan asumsi durasi bersekolah yang sama lintas semua peserta, diperoleh estimasi usia memasuki sekolah dasar setiap peserta. Pada analisis ini dikelompokkan usia masuk sekolah mulai dari 6 tahun sampai 12 tahun. Rerata nilai UN murni dianalisis untuk setiap kelompok umur, hasilnya disajikan pada gambar 168 dan gambar 170. 10.00
Usia 9 Tahun lalu dan Nilai UN SMP/MTs 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
Gambar 168. Usia masuk sekolah dasar dan nilai UN jenjang SMP/MTs
Hasil analisis pada data SMP/MTs menunjukkan bahwa siswa pada kelompok umur memasuki sekolah dasar usia 6 tahun rerata nilai UN-nya paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya. Secara jumlah, proporsi siswa kelompok usia 6 tahun memasuki SD/MI merupakan yang terbesar yaitu 56%. Hal ini menunjukkan mereka yang memasuki persekolahan lebih muda memiliki capaian prestasi lebih baik . Hasil analisis di jenjang SMA/MA juga menunjukkan hal yang sama. Kelompok siswa yang berusia 6 tahun saat memasuki sekolah dasar memiliki capaian akademik yang baik dibandingkan siswa dengan usia lebih tua. Kemungkinan penjelasan hal ini ialah mereka yang memasuki SD pada usia lebih muda ialah mereka yang lebih siap dan berasal dari kondisi sosial ekonomi lebih tinggi daripada mereka yang memasuki SD/MI pada usia yang lebih tua.
Jumlah Siswa SMP/MTS berdasarkan Kelompok Usia 9 tahun lalu 0% 0% 1% 2% 8%
12 tahun 11 tahun 33%
56%
10 tahun 9 tahun 8 tahun 7 tahun 6 tahun
Gambar 169. Proporsi Jumlah Siswa SMP/MTs pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 177 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
10
Usia 12 tahun lalu dan nilai UN SMA/MA 8 6 4 2 0 5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Gambar 170. Usia masuk sekolah dasar dan nilai UN jenjang SMA/MA
.
Jumlah siswa SMA/MA jurusan IPA berdasarkan kelompok umur 12 tahun lalu 0% 1% 0% 0% 3%
12 tahun 11 tahun
10%
23%
10 tahun 9 tahun 8 tahun 7 tahun
63%
6 tahun 5 tahun
Gambar 171. Proporsi Jumlah Siswa SMA/MA program IPA pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 178 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Jumlah siswa SMA/MA jurusan IPS berdasarkan kelompok umur 12 tahun lalu 0% 1% 12 tahun
0% 2% 6%
11 tahun
9%
10 tahun 9 tahun
31%
8 tahun
51%
7 tahun 6 tahun 5 tahun Gambar 172. Proporsi Jumlah Siswa SMA/MA program IPS pada setiap kelompok umur memulai jenjang sekolah dasar.
D. JUMLAH ENROLLMENT SETIAP SEKOLAH DAN NILAI UN Jumlah siswa pada setiap sekolah mempengaruhi banyak hal. Managemen sekolah dengan jumlah enrollment yang besar tentunya berbeda dengan sekolah enrollment kecil. Sumber daya yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi siswa dengan jumlah besar tentunya akan berbeda pula. Analisis lain yang dilakukan pada laporan ini adalah melihat rerata nilai UN sekolahsekolah berdasarkan jumlah enrollment yang berbeda. Terdapat 6 kategori enrollment siswa: kurang dari 20 orang (hanya memiliki 1 rombongan belajar), antara 20-70 orang (maksimal hanya 2 rombongan belajar), antara 70-120 orang (maksimal 4 rombongan belajar), antara 120-200 (maksimal 6 rombongan belajar), antara 200-300 (maksimal 10 rombongan belajar), dan lebih dari 300 siswa (lebih dari 10 rombongan belajar). 10.00 8.00 6.00
5.31
5.16
5.58
6.37
6.19
5.74
4.00 2.00 0.00 <20
21-70
71-120
121-200
201-300
>301
Gambar 173. Nilai UN dan Enrollment SMP/MTs.
Hasil analisis jenjang SMP/MTS serta SMA/MA menunjukkan bahwa secara umum, kelompok sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 120 orang lebih baik dibandingkan sekolah dengan jumlah kurang dari 120 orang. Mengaitkan jumlah siswa di suatu sekolah dengan capaian akademik memang bukan sekedar korelasi sederhana. Seringkali orangtua termotivasi menyekolahkan anaknya ke sekolah yang prestasinya baik.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 179 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Besarnya minat orangtua untuk mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah, menyebabkan sekolah meningkatkan daya tampung sehingga enrollmentnya tinggi. 10.00 8.00 6.00
5.25
5.05
5.43
6.13
5.61
6.10
4.00 2.00 0.00 <20
21-70
71-120
121-200
201-300
>301
Gambar 174. Nilai UN dan Enrollment SMA/MA
Jika asumsi ini yang terjadi maka hasil analisis nilai UN dan enrollment sekolah konsisten dengan asumsi ini. Baik di jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA, nilai UN lebih tinggi pada sekolah-sekolah dengan enrollment yang besar.
E.
PERSEPSI SISWA TENTANG UJIAN NASIONAL Keberhasilan siswa dalam menempuh ujian nasional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari siswa, faktor guru, dan faktor sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari siswa adalah kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan fisik, kesiapan mental, serta upaya yang dilakukan dalam mempersiapkan diri menghadapi UN. Faktor kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional dapat diukur melalui tingkat persepsi siswa terhadap ujian nasional, diantaranya kecemasan siswa dan kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap siswa peserta ujian nasional SMP/MTs Tahun 2014 sebanyak 2154 responden di 31 provinsi dan peserta ujian nasional SMA/MA Tahun 2014 sebanyak 147 responden di 9 provinsi, diperoleh data tentang tingkat kecemasan siswa dan kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional sebagaimana digambarkan dalam grafik-grafik pada gambar 175. SMP/MTs SMA/MA
Gambar 175. Tingkat Kecemasan Siswa SMP/MTs dan SMA/MA dalam UN Tahun 2014
Sumber: Hasil Pemantauan UN Balitbang Kemendikbud, 2014 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 180 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tingkat kecemasan peserta ujian nasional SMP/MTs Tahun 2014 umumnya dalam kategori biasa saja (49.77 persen), demikian pula tingkat kecemasan siswa SMA/MA umumnya dalam kategori biasa saja (54.34 persen). Hal ini berarti sebagian besar peserta ujian nasional SMP/MTs dan SMA/MA Tahun 2014 tidak terlalu mengkhawatirkan akan pelaksanaan ujian nasional. Hasil survei ini dapat dijadikan informasi penting untuk menjelaskan kepada beberapa pihak yang mengklaim bahwa ujian nasional menjadikan siswa stress. Berdasarkan hasil survei tersebut ternyata faktor kecemasan memang ada pada siswa tetapi masih dalam batas yang wajar yaitu 41.55 persen untuk SMP/MTs dan 45.66 persen untuk SMA/MA. Lebih jauh dapat dilihat hanya kecil sekali siswa SMP/MTs yang tingkat kecemasannya sangat cemas yaitu 7.38 persen, bahkan berdasarkan survei tidak ditemukan siswa SMA/MA yang sangat cemas dalam menghadapi ujian nasional (0 persen). Selain faktor kecemasan sebagaimana dijelaskan di atas, persepsi siswa terhadap ujian nasional dapat diukur berdasarkan faktor kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Berdasarkan hasil survei terhadap peserta ujian nasional tahun 2014 sebagian besar siswa SMP/MTs sangat siap dalam menghadapi ujian nasional (61.23 persen), begitu pula sebagian besar siswa SMA/MA sangat siap dalam menghadapi ujian nasional (79.95 persen). Bentuk-bentuk persiapan yang dilakukan siswa dalam menghadapi ujian nasional tersebut diantaranya: hadir dalam pelajaran di kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengerjakan tugas dari guru, berusaha menjawab soal-soal, berlatih soal-soal ujian nasional, mengulangi pelajaran, aktif belajar di kelas, dan mengikuti tryout ujian nasional. Untuk lebih memperjelas gambaran tentang faktor kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional tahun 2014, gambar 176 menyajikan grafik tentang tingkat kesiapan siswa SMP/MTs dan SMA/MA dalam menghadapi ujian nasional tahun 2014. SMP/MTs SMA/MA
Gambar 176. Tingkat Kesiapan Siswa SMP/MTs dan SMA/MA dalam menghadapi UN Tahun 2014
Sumber: Hasil Pemantauan UN Balitbang Kemendikbud, 2014
F.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN NILAI UN Indeks Pembanguan Manusia (IPM) merupakan ukuran kualitas hidup yang didasarkan pada tiga dimensi yaitu berumur panjang dan sehat, berilmu pengetahuan, dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (BPS, 2014). Indikator dimensi pertama, berumur panjang dan sehat, ialah angka harapan hidup; indikator dimensi kedua, berilmu pengetahuan, melek huruf dan rata-rata lamanya pendidikan; dan indikator dimensi ketiga, mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak, ialah kemampuan daya beli masyarakat. PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 181 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Oleh karena data yang dianalisis ialah data UN mulai tahun 2012 maka IPM yang dijadikan rujukan ialah IPM Kabupaten/Kota pada tahun 2011**. Rentang IPM kabupaten/kota tahun 2011 ialah 48,43 – 79,89, dengan rerata (mean) dan nilai tengah (median) masing-masing 71,66 dan 71,81 dan deviasi standar 4,33.
IPM dan Nilai UN SMP/MTs
Gambar 177. Hubungan antara IPM dan Nilai UN 2012-2014
**BPS (2014) Indeks Pembangunan Manusia.
http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=26, diunduh 9 Agustus 2014).
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 182 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Hubungan antara IPM kabupaten/kota (IPM) dan nilai UN ditampilkan pada Gambar 177. Nilai UN yang digunakan adalah rata-rata total dari empat mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, dan Matematika. Seperti dapat dilihat pada Gambar 177 tidak ada pola yang konsisten antara IPM dan nilai UN baik pada tahun 2012, 2013, maupun 2014. Beberapa kabupaten/kota di Papua dengan IPM yang rendah mencapai nilai UN yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari kabupaten/kota dengan IPM yang lebih tinggi. Sementara beberapa kabupaten/kota di Jawa-Bali dengan IPM cukup tinggi memperoleh nilai UN yang rendah. Gambar tersebut juga menunjukkan sebagian besar kabupaten/kota mencapai rata-rata nilai UN di atas 5,00 terutama di tahun 2012 hanya beberapa kabupaten/kota dengan nilai UN di bawah 5,00.
IPM dan Kenaikan Nilai UN SMP/MTs 2012-2014 Secara umum nilai UN 2013 lebih rendah daripada nilai UN 2012, oleh karena itu pola yang tampak antara tahun 2012-2013 ialah penurunan. Penurunan nilai terjadi pada hampir semua kabupaten/kota dengan IPM tinggi maupun IPM rendah. Dengan kata lain tidak ada hubungan antara penurunan dan IPM. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gambar 178. Sementara antara 2013-2014, pada sebagian kabupaten/kota nilai UN 2014 lebih tinggi daripada nilai UN 2013. Dengan kata lain terjadi kenaikan nilai UN pada sebagian kabupaten/kota. Namum seperti halnya penurunan yang terjadi antara tahun 2012-2013 yang tidak berhubungan dengan IPM, demikian pula kenaikan nilai yang terjadi tahun 2013-2014. Kenaikan terjadi baik pada kabupaten/kota dengan IPM rendah maupun tinggi seperti tampak pada Gambar 179.
Gambar 178. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN 2012-2013
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 183 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Gambar 179. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN 2013-2014
IPM dan Nilai UN SMA/MA
Gambar 180. Hubungan antara IPM dan Nilai UN SMA/MA 2012-2014
Hubungan antara IPM kabupaten/kota (IPM) dan nilai UN SMA/MA ditampilkan pada Gambar 180. Data UN yang digunakan adalah rata-rata total dari enam mata pelajaran sesuai jurusan. Berbeda PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 184 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
dengan jenjang SMP/MTs, pada jenjang SMA/MA terdapat korelasi positif antara IPM dan nilai UN pada setiap tahun. Korelasi antara IPM dan hasil UN 2012, UN 2013, dan UN 2014 berturut-turut adalah 0,383, 0,308, dan 0,249. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa tingkat kualitas hidup yang tinggi pada kabupaten/kota mempunyai kontribusi terhadap tingginya prestasi siswa SMA/MA dalam UN. Seperti dapat dilihat pada Gambar 180, sebagian kabupaten/kota dengan IPM tinggi mencapai nilai UN yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota dengan nilai IPM yang lebih rendah. Terdapatnya pola hubungan yang berbeda antara IPM dengan nilai UN pada SMP/MTs dan SMA/MTs mungkin dapat dijelaskan dengan lebih berpengaruhnya faktor lingkungan terhadap prestasi peserta didik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA/MA) daripada pada jenjang yang lebih rendah (SMP/MTs).
IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA
Gambar 181. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA 2012-2013
Gambar 182. Hubungan antara IPM dan Kenaikan Nilai UN SMA/MA 2013-2014
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 185 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Meskipun ada korelasi antara IPM dan UN SMA/MA namun IPM tidak berkaitan dengan kenaikan nilai UN antartahun. Seperti ditunjukkan Gambar 181, antara tahun 2012-2013 hampir semua kabupaten/kota, baik dengan IPM tinggi maupun rendah, menunjukkan pola yang sama, yaitu penurunan nilai UN. Sementara antara tahun 2013-2014 (Gambar 182), pola yang terjadi adalah sebagian kabupaten/kota, baik dengan IPM tinggi maupun rendah, menunjukkan kenaikan dan sebagian menunjukkan penurunan. Dengan kata lain kenaikan nilai atau penurunan nilai antartahun dapat terjadi pada kabupaten/kota dengan IPM tinggi dan rendah.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 186 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
BAB 7 PENUTUP
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 187 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
Berdasarkan berbagai analisis yang dilakukan terhadap data hasil ujian nasional tahun 2012-2014 terdapat beberapa hal yang direkomendasikan untuk peningkatan mutu ujian nasional itu sendiri maupun secara luas untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Pemetaan mutu pendidikan mutlak diperlukan untuk mengetahui capaian, kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh sistem pendidikan. Pemetaan tersebut meliputi peta input, proses, serta output. Ujian nasional adalah salah satu alat pemetaan output dari sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Ujian nasional memiliki kelebihan sebagai alat pemetaan karena sifatnya yang sensus sehingga seluruh populasi siswa dan satuan pendidikan terpetakan. Oleh karena itu sangat penting upaya peningkatan metodologi pengumpulan data melalui ujian nasional. Mengingat kualitas output merupakan cerminan dari kualitas input dan proses, direkomendasikan pada penyelenggaraan UN mendatang dikumpulkan pula informasi mengenai variabel input dan proses dalam bentuk survei pendamping. Informasi tersebut digali dari siswa, kepala sekolah, guru, dinas, maupun orangtua. Hal ini penting untuk menjaring informasi yang komprehensif sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat berdasarkan formulasi input, proses, serta output. Alat ukur yang baik selalu memiliki 2 karakter: valid dan reliable. Masih banyak ulasan dari media ataupun organisasi guru yang mengkritisi kualitas soal UN. Salah satunya sangat bersifat hafalan atau “recalling”. Soal-soal matematika juga dikritisi sangat ekstensif dalam komputasi sehingga menyita waktu pengerjaan. Pada kenyataannya, soal-soal higher order thinking telah ada dalam paket tes UN, namun proporsinya masih sedikit. Oleh karena itu direkomendasikan agar diversifikasi soal-soal UN semakin ditingkatkan. Jumlah soal-soal yang menguji level kognitif applying serta reasoning diperbanyak. Jenis-jenis soal yang mengedepankan logika berfikir serta cara kerja memecahkan masalah ditingkatkan porsinya dibandingkan soal-soal yang mengukur hafalan dan keterampilan berhitung. Sebagai pemetaan mutu secara sensus dengan jumlah peserta 3,3 juta siswa di tingkat SMP/MTs, 1,6 juta siswa di tingkat SMA/MA, serta 1,1 juta siswa di tingkat SMK yang tersebar di berbagai wilayah dengan beragam kondisi geografis, penyelenggaraan UN membutuhkan aspek perencanaan, pengadaan, implementasi yang kokoh dan terkendali. Prosedur operasional untuk ketiga aspek tersebut harus mampu menjabarkan dengan detail mengenai jenis pekerjaan, volume pekerjaan, pihak yang bertanggung jawab, batas waktu, tempat pelaksanaan, hingga kriteria output yang diharapkan. Tentunya setiap aspek juga harus didukung oleh anggaran yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jumlah. Perbaikan dalam POS yang perlu dilakukan antara lain: pengelompokan provinsi dalam regionalisasi pengadaan barang sebaiknya memperhatikan sebaran provinsi dalam region agar lebih efektif; cara pengiriman bahan cetakan UN hendaknya memperhatikan jarak dan tingkat kesulitan, untuk waktu tempuh yang lebih dari 1 hari dengan angkutan darat/air hendaknya menggunakan angkutan udara demi keamanan; perlu dipikirkan pengiriman bahan ujian melalui PT Pos atau perusahaan pengiriman lainnya; POS yang juga perlu dikaji lebih lanjut adalah dalam hal pengawasan pelaksanaan UN, terkait dengan peran Perguruan Tinggi dan LPMP, peran dan tanggung jawab pengawas tersebut perlu dipertegas dan dirincikan. Selanjutnya jika perencaan, pengadaan, dan implementasi telah terselenggara dengan baik dan memperhatikan metodologi yang baik pula, diharapkan diperoleh data yang berkualias. Namun data yang valid dan reliable tidak akan bermanfaat jika tidak dilakukan analisis serta pelaporan dari hasil analisis tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan peningkatan kualitas analisis data ujian nasional serta pelaporan hasil. Analisis nilai dapat menggunakan skala yang lebih baik seperti skala berdasarkan Item Response Theory yang lebih independent terhadap karakter paket tes maupun karakter peserta tes. Penggunaan skala yang baru juga mengubah paradigma publik bahwa nilai adalah proporsi menjawab benar soal yang mengabaikan tingkat keparalelan paket tes. Pelaporan hasil hendaknya memperhatikan target penerima laporan. Berbagai versi laporan disiapkan untuk membedakan cara penyampaian kepada siswa, orangtua, sekolah, dinas, atau pemangku kebijakan di tingkat pusat. Konten pelaporan dapat disusun lebih komperehnsif dengan tidak hanya PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 188 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
menyajikan angka-angka, namun juga deskripsi kemampuan siswa untuk setiap mata pelajaran sebagaimana yang dijabarkan pada bab level kompetensi siswa. Pelaporan hasil ujian juga dapar disertai kalimat-kalimat pendek berupa saran yang dapat dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini sangat mungkin jika deskriptor kemampuan terdefinisi dan diartikulasikan dengan jelas. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada wilayah dengan nilai UN lebih tinggi dibandingkan nilai sekolah, terdapat korelasi yang baik antara nilai UN dan nilai sekolah. Artinya pada sekolah yang sangat menekankan mutu dan berhati-hati dalam memberikan penilaian siswanya, nilai sekolah sejalan dan dapat memprediksi capaian UN. Hasil ini mengindikasikan bahwa penguatan kemampuan di satuan pendidikan sangat penting untuk meningkatkan hasil UN. Lingkungan sekolah yang terbiasa menerapkan standar yang sama atau lebih tinggi dibandingkan standar UN dalam sistem penilaian di kelas akan mengantarkan siswasiswanya siap menghadapi UN dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu direkomendasikan penguatan aspek guru serta sekolah dalam melakukan penilaian di tingkat kelas. Kemampuan guru membuat soal-soal ulangan harian, memetakan kemampuan siswanya, serta menindaklanjuti hasil penilaian sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian standar nasional. Mengingat logistik pengadaan,pendistribusian,dan pengamanan bahan UN sangat rumit, beresiko tinggi, dan memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar, saat ini dikaji model penyelenggaraan terkomputerisasi (UN online). Kajian yang komprehensif dan berkesinambungan dilakukan untuk melihat visibilitas memindahkan model penyelenggaraan ujian dari paper based test menjadi computerized based test tanpa merugikan peserta ujian. Aspek keterbandingan hasil, kemudahan dan kelancaran akses, keamanan, serta efisiensi dikaji secara mendalam. Diharapkan ke depan penyelanggaraan UN berbasis teknologi informasi dapat mengefisiensikan waktu, biaya, dan tenaga yg dibutuhkan untuk penyelenggaraan UN. UN online juga memungkinkan pengembangan soal-soal yg lebih berkualitas tidak sebatas pilihan ganda. Teknologi informasi memungkinkan otomatisasi penskoran soal-soal constructed response serta pelaporan hasil yang cepat dan obyektif. Pada abad 21 ini, digital dan information literacy menjadi kebutuhan dasar manusia untuk dapat bersaing dalam kehidupan modern. Melalui UN online diharapkan penggunaan teknologi informasi lebih dimaksimalkan, mulai dari pembelajaran, manajemen sekolah, sampai sistem penilaian, sehingga membangun kompetensi dan daya saing siswa. Ujian Nasional adalah cerminan hasil pendidikan; baik sistem pendidikan secara nasional, regional, di satuan pendidikan, hingga dukungan keluarga terhadap pendidikan. Sebagaimana halnya orang yang bercermin untuk merapihkan diri dan memperbaiki penampilan dari bayangan yang terpantul di cermin, maka hasil UN hendaknya dijadikan pula sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan mutu. Semakin akurat hasil cerminan tersebut, semakin banyak aspek yang dapat diperbaiki. Kredibilitas dan mutu asesmen pendidikan nasional melalui UN harus terus ditingkatkan dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 189 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0011/P/BSNP/XII/2011tentang Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2011/2012 Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0020/P/BSNP/I/2013 tentang Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan, serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/ULA, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013 Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 0022/P/BSNP/XI/2013 tentang Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun pelajaran 2013/2014 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2011 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 102 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Luar Biasa, dan Program Paket A/Ula. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN
– 190 –
LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014