perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISA IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096 TAHUN 2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Eva Nur Hasanah R.0009041
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Tugas Akhir dengan judul : Analisa Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi
Disusun oleh : Eva Nur Hasanah NIM. R0009041
telah diajukan dan disahkan pada tanggal : Hari : Kamis Tanggal : 30 Januari .Tahun : 2013
Pembimbing Lapangan
Heru Yulistianto, ST, M.Si NIP. 19700712 199803 1 012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISA IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096 TAHUN 2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DI INSTALASI GIZI RSUD DR. MOEWARDI. Eva Nur Hasanah1, Harninto2, Endang G.Sahir3 Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan higiene sanitasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi dan kesesuaiannya dengan PERMENKES No. 1096 Tahun 2011. Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran mengenai pelaksanaan hygiene jasaboga terhadap penjamah makanan di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi kemudian dibandingkan dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1096 tahun 2011 tentang higiene sanitasi jasaboga. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah Sanitasi makanan sangat penting terutama di tempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan orang banyak. Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti kegiatan berupa pelayanan medis yang diselenggarakan melalui pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Untuk menunjang pelayanan medis bagi pasien yang di selenggarakan rumah sakit, perlu adanya pengolahan makanan yang baik dan memenuhi syarat higiene sanitasi makanan. Hasil : Dalam melaksanakan kegiatan higiene sanitasi jasaboga, Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi telah memiliki instruksi kerja Simpulan : Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi berusaha menerapkan aturan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 melalui Instruksi Kerja sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Higiene Jasaboga, namun dalam pelaksanaannya belum secara optimal. Saran yang diberikan adalah supaya pengawas di Instalasi Gizi di RSUD Dr. Moewardi lebih tegas dalam menegur pekerja yang tidak melaksanakan instruksi kerja dan berperilaku tidak hiegene. Kata Kunci
: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011, Higiene Sanitasi, Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi __________________________________________________________________ *) Prodi Diploma III Hiperkes dan KK UNS
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT THE ANALYSIS OF IMPLEMENTATION ON RULE OF HEALTH MINISTRY REPUBLIC INDONESIA NUMBER 1096 YEAR 2011 ON HYGIENE CATERING SANITATION IN PLANT NUTRITION OF HOSPITAL OF DR. MOEWARDI. Eva Nur Hasanah1, Harninto2, Endang G.Sahir3 Objective: This study aims to investigate the implementation of sanitation hygiene in hospitals Installation Nutrition Dr. Moewardi and compliance with Permenkes No. 1096 Year of 2011. Methods: This study was conducted by using descriptive method, i.e. by giving an overview of the implementation of hygiene for catering services in plant nutrition Hospital Dr. Moewardi then compared with the regulation of health minister of the republic of Indonesia number 1096 in 2011 catering sanitation and hygiene. The framework of this research is the importance of food sanitation in public places particularly that are closely related in serving people. The hospital is one of the common places that provide society health services in which the activities are in the form of medical services held through a preventive approach, curative, rehabilitative and promotive approach. Therefore, to support patients’ recovery, good food processing and food sanitation hygiene qualify are needed. Results: In conducting catering sanitation hygiene, the Installation nutrition of Hospital Dr. Moewardi have had work instructions. Conclusion: The Instalation Nutrition of Hospital Dr. Moewardi have been trying to apply the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1096 Year 2011 through Work Instructions as a guide in the implementation of hygiene catering, but the implementation is not optimal. The advice given was that the supervisor of Installation Nutrition at the Hospital Dr. Moewardi be more emphatic in admonishing workers who do not work and behave hygine based on instructions properly. Keywords : The regulation of Health Ministry of the Republic of Indonesia number 1096 year 2011, hygine sanitation, the Installation Nutrition of Hospital Dr. Moewardi __________________________________________________________________ *) Hiperkes and Work Safety Diploma III Study Program, Medical Faculty Sebelas Maret Faculty
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan laporan khusus yang berjudul ” Analisa Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami pelaksanaan higiene sanitasi jasaboga di rumah sakit. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof., Dr., Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Harninto, dr., MS., Sp.Ok, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Endang G. Sahir, Dra, MSc, AAnd, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. 5. Ibu Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak Heru Yulistianto, ST, M.Si, selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. 7. Semua staff yang ada di IPSRS, Instalasi Sanitasi dan Instalasi Gizi yang telah memberikan bantuan. 8. Seluruh keluarga besar Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang telah mendukung saya. 9. Bapak, ibu dan seluruh keluarga di rumah yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilan dalammenyusun laporan ini. 10. Teman-teman Angkatan 2009 Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, yang selalu memberikan semangat untuk menyusun laporan ini. 11. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan higiene sanitasi jasaboga di rumah sakit. Aamiin ya robbal ‘alamin.
Surakarta, 30 Januari 2013 Penulis,
Eva Nur Hasanah commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. BAB I.
i ii iii iv vi viii ix x xi
PENDAHULUAN ........................................................................ A. Latar Belakang Masalah ......................................................... B. Rumusan Masalah................................................................... C. Tujuan Penelitian .................................................................... D. Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 3 4 4
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... A. Tinjauan Pustaka..................................................................... B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
6 6 39
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. A. Metode Penelitian ................................................................... B. Lokasi Penelitian .................................................................... C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... D. Sumber Data ........................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... F. Pelaksanaan ............................................................................ G. Analisa Data ...........................................................................
40 40 40 40 40 41 41 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... A. Hasil Penelitian ....................................................................... B. Pembahasan ............................................................................
43 43 59
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... A. Simpulan ................................................................................. B. Saran .......................................................................................
82 82 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN
85
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bahaya potensial berdasarkan lokasi ............................................
6
Tabel 2. Pengukuran kualitas pencahayaan bulan Februari 2012...............
46
Tabel 3. Pengukuran suhu dan kelembaban bulan Februari 2012 ..............
47
Tabel 4. Pemeriksaan mikrobiologi air bersih bulan Februari 2012 ..........
49
Tabel 5. Pemeriksaan angka kuman E. Coli makanan bulan Februari 2012.. 54 Tabel 6. Pemeriksaan angka kuman alat makan bulan Februari 2012 .......
commit to user ix
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses pewadahan makanan sebelum didistribusikan ke pasien.........43
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Susunan organisasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi
Lampiran 2
Hasil pemantauan sanitasi lingkungan bulan Februari 2012
Lampiran 3
Foto-foto di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Pengolahan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis kesehatan yang ditetapkan terhadap produk jasaboga dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika. Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan
melalui
dari
tahap
persiapan,
pembersihan,
pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian.(PERMENKES, 2011) Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Selain itu makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat, dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri. Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi, rambut, isi staples,dan sebagainya. Cemaran kimia seperti Timah Hitam, Arsenicum, Cadmium, Seng, Tembaga, Pestisida dan sebagainya. Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan sebagainya. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan. Perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengelola makanan merupakan upaya untuk mengendalikan faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bahan additive pada makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit, agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit milik pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang terletak di daerah Tingkat II Kota Madya Surakarta dan merupakan rumah sakit tipe B. Di samping itu RSUD Dr. Moewardi sebagai rumah sakit rujukan wilayahwilayah Eks. Karisidenan Surakarta dan sekitarnya. RSUD Dr. Moewardi memiliki unit Instalasi Gizi yang bertangung jawab untuk menyediakan kebutuhan makanan bagi pasien demi mempercepat proses kesembuhan mereka. Pasien membutuhkan nutrisi yang semestinya dan seimbang untuk dikonsumsi. Untuk itu ahli gizi dan staff instalasi gizi rumah sakit memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan kebutuhan pasien dalam persoalan konsumsi nutrisi harian mereka untuk menunjang perawatan mereka di rumah sakit. Di Indonesia terdapat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Hiegine Sanitasi Makanan sebagai pedoman dalam pengolahan makanan yang higienis, sehat dan aman yang bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri. Di dalam commit2011 to userterdapat penggolongan jasaboga PERMENKES No.1096 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
berdasarkan luas jangkauan yang dilayaninya. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Oleh karena itu Rumah sakit termasuk Jasaboga golongan B yaitu Jasaboga yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit dapat menggunakan PERMENKES No.1096 Tahun 2011 sebagai pedoman dalam pengolahan makanan. agar makanan yang di sajikan kepada pasien adalah makanan yang higienis, sehat dan aman yang bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri. Berdasarkan hal tersebut, penulis memilih judul “Analisa Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi”.
Higiene sanitasi di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi diharapkan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia sehingga makanan yang di sajikan untuk pasien di RSUD Dr. Moewardi adalah makanan yang higienis, sehat dan aman yang bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan higiene sanitasi di Moewardi? commit to user
Instalasi Gizi RSUD Dr.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
2. Apakah pelaksanaan higiene sanitasi yang telah dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUD Dr.Moewardi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096Ttahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pelaksanaan higiene sanitasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. 2. Mengetahui kesesuaian
pelaksanaan higiene
sanitasi
yang telah
dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit a. Sebagai masukan dan pertimbangan terhadap pelaksanaan higiene sanitasi yang selama ini diadakan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. b. Sebagai bahan koreksi terhadap pelaksanaan higiene sanitasi yang selama ini diadakan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
c.
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan pelaksanaan higiene sanitasi yang selama ini diadakan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi.
2. Bagi Penulis a. Menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan dalam kegiatan pelaksanaan higiene sanitasi Jasaboga di rumah sakit. b. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan tentang pelaksanaan higiene sanitasi jasaboga di rumah sakit . 3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan KK a. Sebagai tambahan referensi kepustakaan di Program Diploma III Hiperkes dan KK. b. Sebagai bahan literatur mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang higiene sanitasi jasaboga di rumah sakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Sakit Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (MENKES, 2008). Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi
bahaya yang
sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut (Selbyute dkk, 2012). Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Sedang risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu hazard (bahaya). Segala macam potensi hazard ini harus diidentifikasi.
Langkah
selanjutnya
adalah
menilai
sejauh
mana
pengaruhnya terhadap keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS meliputi: Tabel 1. Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit No Bahaya Potensi Lokasi Pekerja yang paling berisiko 1 IPSRS, laundry, dapur, Karyawan yang FISIK: Bising CSSD, gedung genset, bekerja di lokasi boiler, IPAL tersebut Getaran Ruang mesin-mesin Perawat dan peralatan yang menghasilkan getaran (ruang gigi, dll) Debu Genset, bengkel kerja, Petugas sanitasi, laboratorium gigi, teknisi gigi, gudang rekam medis, petugas IPS dan incenerator rekam medis Panas CSSD, dapur, Pekerja dapur, laundry,incenerator, pekerja laundry, boiler petugas sanitasi dan IPRS Radiasi X-Ray, OK yang Ahli radiologi, menggunakan carm, radioterapis, dan ruang fisioterapi radiographer, ahli fisioterapi dan petugas rontgent gigi Semua area Petugas KIMIA: 2 Disinfektan kebersihan perawat Cytotoxicz Farmasi, tempat Pekerja farmasi, pembuangan sampah, perawat, petugas bangsal pengumpul sampah Ethylene oxide Kamar operasi Dokter perawat Formasicehyde Laboratorium, kamar Petugas kamar mayat, gudang farmasi mayat, petugas laboratorium, farmasi commit to user
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Sambungan
4
Bahaya Potensi
Lokasi
Methyle Methacrylate Hglamalgami
Ruang pemeriksaan gigi
Solvent
Laboratorium, bengkel kerja semua area RS
Gas-gas anestesi
Ruang operasi gigi, Ok, ruang pemulihan
AIDS Hepatitis B dan Non A Non B
IGD, kamar operasi, ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, laundry
ERGONOMIK: Pekerja yang bekerja secara manual Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan Pekerja yang berulang
Area pasien dan tempat penyimpanan barang gudang Semua area Semua area
5
Semua area PSIKOSOSIAL: Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman bahaya Sumber: Kemenkes No 432/Menkes/SK/IV/2007 commit to user
Pekerja yang paling berisiko Petugas dokter gigi, dokter bedah perawat Teknisi petugas laboratorium, petugas kebersihan Dokter gigi, perawat, dokter bedah, dokter perawat anestesi Dokter, dokter gigi, perawat, petugas laboratorium, petugas sanitasi dan laundry Petugas yang menanggani pasien dan barang Semua karyawan Dokter gigi, petugas pembersih fisioterapik sopir, operator komputer yang berhubungan dengan juru tulis Semua karyawan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2. Instalasi Gizi Rumah Sakit Instalasi Gizi Rumah Sakit bertangung jawab untuk menyediakan kebutuhan makanan bagi pasien demi mempercepat proses kesembuhan mereka. Pasien membutuhkan nutrisi yang semestinya dan seimbang untuk dikonsumsi. Untuk itu ahli gizi dan staff instalasi gizi rumah sakit memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan kebutuhan pasien dalam persoalan konsumsi nutrisi harian mereka untuk menunjang perawatan mereka di rumah sakit Salah satu tugas mereka adalah menjamin bahawa makanan yang mereka berikan aman untuk dimakan. Hal ini menuntut langkah-langkah yang ada dalam SOP dijalankan dengan benar dari proses pemilihan bahan makanan, penerimaan, persiapan, pengolahan hingga distribusinya ke semua pasien tanpa adanya resiko terjadinya
kontaminasi
yang
justru
akan
memperlama
proses
penyembuhan pasien (Djarisnmawati dkk, 2004). Kegagalan untuk menjaga instalsi gizi tetap bersih dalam segala aspek (sumber daya manusia, fasilitas, bahan makanan proses pengolahan, dan distribusinya) dapat menjadi penyebab berkembangnya bakteri dan terjadinya kontaminasi pada makanan yang akan disajikan kepada pasien. Seperti halnya kewajiban staf paramedis di rumah sakit, karyawan di instalsi gizi juga wajib mencuci tangan mereka secara teratur sesuai kebutuhan sanitasi yang diharuskan dalam menjaga kebersihan makanan dari proses hingga penyajian. Tangan harus dijaga kebersihannya untuk keamanan persiapan dan penyajian makanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Demikian juga perangkat penyajian makanan seperti piring dan lainnya harus dicuci dengan standar yang benar untuk menghindari timbulnya bakteri. Walaupun higienitas sudah dijalankan dengan benar, makanan masih dapat terjadi tidak aman dikarenakan persiapan/produksi yang tidak sesuai kaidah yang telah ditetapkan standardnya. Daging yang dimasak dalam waktu yang kurang atau melebihi waktunya dan atau di simpan dalam suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan tumbuhnya bakter E. Coli atau salmonella. Hal ini tidak hanya akan menimbulkan penyakit yang lebih parah bagi pasien yang sudah dirawat, tetapi lebih dari itu justru dapat menimbulkan kematian pasien. Sering terjadi kecerobohan ketika makanan disajikan kepada pasien. Perlu ditegaskan kembali bahwa higienitas itu sangat penting. Pramusaji yang menyajikan makanan mungkin secara tidak sengaja terjadi
kontak langsung dengan makanan,
menjadikan makanan
terkontaminasi. Hal berikut ini adalah tanggung jawab pramusaji juga untuk meyakinkan bahwa makanan yang diberikan adalah benar untuk pasien yang benar. Hal ini mungkin tidak menjadi masalah besar bagi seseorang yang mungkin tidak begitu suka dengan makanan mereka, tetapi untuk pasien lain barangkali dapat menyebakan hal yang fatal. Jika pasien memiliki alergi makanan, seperti susu, kacang-kacangan, sea food, daging, gandum, atau telur yang mana mengkonsumsi makanan tersebut justru akan memperparah penyakitnya. Korban dari kecerobohan persiapan bahan makanan yang tidak sesuai standar di rumah sakit dapat mengajukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
tuntutan kompensasi. Kejadian ini dapat digolongkan dalam kategori mal praktek di rumah sakit. 3. Makanan Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Makanan harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan (Djarisnmawati dkk, 2004). Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama ditempattempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak. Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti pelayanan medis. Agar dapat menunjang kegiatan pelayanan medis diperlukan tempat pengolahan makanan yang kegiatannya berada di instalasi gizi rumah sakit. Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu upaya pengendalian faktor yang memungkinkan
terjadinya
kontaminasi
yang
akan
mempengaruhi
pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
yang disajikan di rumah sakit agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan (MENKES, 2011). 4. Penggolongan Jasaboga Berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya resiko yang dilayani, jasaboga dikelompokkan dalam golongan A, golongan B, dan golongan C (MENKES 2011) a) Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, : 1) Golongan A1 dengan kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola olehkeluarga. 2) Golongan A2 dengan kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan memperkerjakan tenaga kerja. 3) Golongan A3 dengan kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, denganpengolahan yang menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja. b) Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan khusus unutuk 1) Asrama penampungan jamaah haji 2) Asrama transito atau asrama lainnya 3) Perusahaan 4) Pengeboran lepas pantai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
5) Angkutan umum dalam negeri 6) Sarana pelayanan kesehatan c) Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkatan umum internasional dan pesawat udara. Berdasarkan penggolongan jasaboga di atas, rumah sakit harus memenuhi persyaratan jasaboga golongan B. 5. Penyelenggaraan Jasaboga Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari pemerintah daerah kabupaten atau kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedang untuk memiliki izin usaha jasaboga harus memiliki sertifikat higiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten atau kota (PERMENKES pasal 3). Tenaga pekerja yang bekerja pada usaha jasa boga harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular, harus melakukan pemeriksaan secara berkala minimal 2 kali dalam satu tahun. Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan yang diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pengusaha atau penganggung jawab jasaboga wajib menyelenggarakan jasaboga yang memenuhi syarat higiene sanitasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 Tahun 2011. Apabila penanggung jawab jasaboga menerima laporan atau mengetahui adanya terjadi keracunan atau kematian yang diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada dinas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
kesehatan kabupaten atau kota setempat guna dilakukan lanngkah-langkah penanggulangan. 6. Persyaratan bangunan 1) Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampag umum, WC umum, Pabrik cat dan sumber pencemaran lainnya. 2) Bangunan dan fasilitas a) Halaman 1) Mempunyai papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Sertifikat Laik Higiene Sanitasi. 2) Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat higiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. 3) Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. 4) Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangangenangan air. b) Kontruksi Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang berlaku. Konstruksi selain kuat juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. c) Lantai Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan. d) Dinding 1) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering /tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. 2) Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi 2 (dua)meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. e) Langit-langit 1) Bidang langit-langit harus menutup atap bangunan. 2) Permukaan langit-langit tempat makanan dibuat, disimpan, diwadahi dan tempat pencucian alat makanan maupun tempat cuci tangan dibuat dari bahan yang permukaannya rata mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. 3) Tinggi langit-langit tidak kurang 2,4 meter di atas lantai. f) Pintu dan jendela 1) Pintu-pintu pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus membuka ke arah luar. 2) Jendela, pintu dan lubang ventilasi di mana makanan diolah dilengkapi kassa yang dapat dibuka dan dipasang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
3) Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain. g) Pencahayaan 1) Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan
dan
pembersihan
serta
melakukan
pekerjaanpekerjaan secara efektif. 2) Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 10 fc (100 lux) pada titik 90 cm dari lantai. 3) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
sedemikian
sehingga
sejauh
mungkin
menghindarkan bayangan. 4) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter) a) Cahaya silau bila mata terasa sakit bila dipakai melihat obyek yang mendapat penyinaran. Perbaikan dilakukan dengan cara menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan. b) Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1 x yaitu pada angka 100, atau pada posisi 10x pada angka 10. Catatan : 1 skala lux = 10., berarti 1 foot candle = 10 lux. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c) Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai berikut : 1 watt menghasilkan 1 candle cahaya sebagai sumber atau 1 watt menghasilkan 1 foot candel pada jarak 1 kaki (30 cm) atau 1 watt menghasilkan ⅓ foot candle pada jarak 1 meter atau 1 watt menghasilkan ⅓ x ½ = 1/6 foot candle pada jarak 2 meter atau 1 watt menghasilkan ⅓ x ⅓ = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter. Maka lampu 40 watt menghasilkan 40/6 = 6,8 foot candle pada jarak 2 meter atau 40/9 = 4,5 foot candle pada jarak 3 meter. h) Ventilasi dan penghawaan 1) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. 2) Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (± 20% dari luas lantai) untuk: a) Mencegah udara dalam ruangan terlalu panas b) Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit. c) Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. i) Ruangan pengolahan makanan 1) Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
menghindari
kemungkinan
kontaminasi
makanan
dan
memudahkan pembersihan. 2) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi untuk setiap orang bekerja. Contoh : Luas ruangan 4 x 5 m2 = 20 m2. Jumlah pekerja di dapur 6 orang Jadi 20/6 = 3,3 m2/orang berarti memenuhi syarat. Luas ruangan 3 x 4 m2 = 12 m2. Jumlah pekerja di dapur 6 orang Jadi 12/6 = 2 m2/orang. Keadaan ini belum memenuhi syarat, karena kalau dihitung dengan peralatan kerja di dapur belum mencukupi. 3) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi. 4) Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus dan hewan lainnya. j) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan 1) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih atau deterjen. 2) Pencucian bahan
makanan
yang tidak dimasak
harus
menggunakan larutan Kalium Permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
3) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya. k) Tempat cuci tangan 1) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. 2) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut : 1 – 10 orang = 1 buah dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. 3) Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja. l) Air bersih 1) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan jasaboga. 2) Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan menteri kesehatan. m) Jamban dan peturasan 1) Jasaboga : harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2) Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah 11 - 25 orang : 2 buah 26 - 50 orang : 3 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang. 3) Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah 31 - 60 orang : 2 buah Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang. n) Kamar mandi 1) Jasaboga harus dilengkapi kamar mandi dengan air kran mengalir dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi pedoman plumbing Indonesia. 2) Jumlah harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1 – 10 orang dengan penambahan 1 (satu) buah setiap 20 orang. o) Tempat sampah Tempat-tempat sampah seperti kantong plastik/kertas, bak sampah tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. Penanggung jawab jasaboga harus memelihara semua bangunan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
fasilitas/alat-alat dengan baik untuk menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap makanan, akumulasi debu atau jasad renik, meningkatnya suhu, akumulasi sampah, berbiaknya serangga, tikus dan genangan-genangan air. 7. Persyaratan Khusus Golongan 1.
Jasa boga golongan A1 a) Kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. b) Persyaratan 1) Memenuhi persyaratan umum 2) Memenuhu persyratan khusus sebagai berikut: a) Pengaturan ruang: Ruang pengolahan makanan tidak boleh dipake sebagai ruang tidur. b) Ventilasi atau penghawaan 1) Bila bangunan tidak mempunyai ventilasi alam yang cukup
harus
menyediakan
ventilasi
yang
dapat
memasukkan udara segar. 2) Pembuangan udara kotor atau asap harus tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. c) Tempat cuci tangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Tersedia tempat cuci tangan yang permukaannya halus dan mudah dibersihkan. d) Penyimpanan makanan Untuk penyimpanan makanan yang cepat busuk harus tersedia sedikitnya 1 (satu) buah lemari es (kulkas). 2. Jasaboga golongan A2 a) Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan memperkerjakan tenaga kerja. b) Persyaratan 1) Memenuhi persyaratan jasaboga golongan A1 2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut: a) Pengaturan ruang Ruang pengolahan makanan harus dipisahkan dengan dinding pemisah yang memisahkan tempat pengolahan makanan dengan ruang lain. b) Ventilasi atau penghawaan Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan alat pembuangan asap yang membantu pengeluaran asap dapur sehingga tidak mengotori ruangan. c) Penyimpanan makanan Untuk penyimpanan makanan yang cepat busuk harus tersedia sedikitnya 1 (satu) buah lemari penyimpanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
dingin yang khusus dipergunakan untuk keperluan tersebut. d) Fasilitas ganti pakaian 1) Bangunan
harus
dilengkapi
dengan
tempat
penyimpanan dan ganti pakaian yang cukup. 2) Fasilitas
ganti
pakaian
tersebut
ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mencegah kontaminasi terhadap makanan. 3. Jasaboga golongan 3 a) Kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan
yang
menggunakan
dapur
khusus
dan
memperkerjakan tenaga kerja. b) Persyaratan 1) Memenuhi persyaratan jasabiga golongan A2 2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut: a) Pengaturan ruang Ruang pengolahan makanan harus terpisah dari bangunan untuk tempat tinggal. b) Ventilasi atau penghawaan Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan alat pembuangan asap dan cerobong asap. c) Ruang pengolahan makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
1) Tempat memasak makanan harus terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang. 2) Harus tersedia lemari penyimpanan dingin yang dapat mencapai suhu –5oC dengan kapasitas yang cukup untuk melayani kegiatan sesuai dengan jenis makanan/bahan makanan yang digunakan. d) Alat angkut dan wadah makanan 1) Tersedia kendaraan pengangkut makanan yang khusus dengan konstruksi tertutup dan hanya dipergunakan untuk mengangkut makanan jadi. 2) Alat/tempat
angkut
makanan
harus
tertutup
sempurna, dibuat dari bahan kedap air, permukaan halus dan mudah dibersihkan. 3) Pada setiap kotak yang dipergunakan sekali pakai untuk mewadahi makanan harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Laik Hygiene Sanitasi. 4) Jasaboga yang menyajikan makanan tidak dengan kotak, harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor izin usaha serta Laik hygiene sanitasi di tempat penyajian yang mudah diketahui umum. 4. Jasaboga golongan B a) Kriteria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk asrama penampungan jemaah haji, asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam negeri dengan pengolahan
yang
menggunakan
dapur
khusus
dan
memperkerjakan tenaga kerja. b) Persyaratan 1) Memenuhi persyaratan jasaboga golongan A3 2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut: a) Halaman Pembuangan air kotor harus dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak) sebelum dialirkan ke septic tank atau tempat pembuangan lainnya. b) Lantai Pertemuan antara lantai dan dinding tidak terdapat sudut mati agar mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat berkumpulnya kotoran. c) Pengaturan ruang Memiliki ruang kantor dan ruang untuk belajar/khusus yang terpisah dari ruang pengolahan makanan. d) Ventilasi atau penghawaan Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan penangkap asap (hood), alat pembuang asap dan cerobong asap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
e) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan 1) Fasilitas
pencucian
dari
bahan
yang
kuat,
permukaan halus dan mudah dibersihkan. 2) Setiap peralatan dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau air panas 80oC selama 2 menit. f) Tempat cuci tangan Setiap ruangan pengolahan makanan dilengkapi 1 (satu) buah tempat cuci tangan yang diletakkan dekat pintu. g) Ruang pengolahan makanan 1) Tersedia ruangan tempat pengolahan makanan yang terpisah dari ruangan tempat penyimpanan bahan makanan mentah. 2) Tersedia lemari penyimpanan dingin yang dapat mencapai
suhu
–10oC
sampai
–5oC
dengan
kapasitas yang cukup memadai sesuai dengan jenis makanan yang digunakan. 5. Jasaboga golongan C a) Kriteria Jasaboga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat udara dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b) Persyaratan 1) Memenuhi persyaratan jasaboga golongan B 2) Memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Ventilasi atau penghawaan 1) Pembuangan asap dilengkapi dengan penangkap asap (hood), alat pembuang asap, cerobong asap, saringan lemak yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan secara berkala. 2) Ventilasi ruangan dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruangan yang dapat menjaga kenyamanan ruangan. b) Fasilitas pencucian alat dan bahan 1) Terbuat dari bahan logam tahan karat dan tidak larut dalam makanan seperti stainless steel. 2) Air untuk keperluan pencucian peralatan dan cuci tangan
harus
mempunyai
kekuatan
tekanan
sedikitnya 15 psi (1,2 kg/cm2) c) Fasilitas pengolahan makanan 1) Tersedia
lemari
penyimpanan
dingin
untuk
makanan secara terpisah sesuai dengan jenis makanan/bahan makanan yang digunakan seperti daging, telur, unggas, ikan, sayuran dan buah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dengan suhu yang dapat mencapai kebutuhan yang disyaratkan. 2) Tersedia gudang tempat penyimpanan makanan untuk bahan makanan kering, makanan terolah dan bahan yang tidak mudah membusuk. 3) Rak-rak penyimpanan makanan harus mudah dipindahpindah dengan menggunakan roda-roda penggerak sehingga ruangan mudah dibersihkan. 8. Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan 1) Bahan makanan a) Bahan yang akan diolah terutama daging, susu, telor, ikan/udang dan sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. b) Bahan terolah yang dikemas, bahan tambahan dan bahan penolong memenuhi persyaratan keputusan Menteri Kesehatan yang berlaku. 2) Makanan terolah a) Makanan yang dikemas: 1) Mempunyai label dan merk 2) Terdaftar dan mempunyai nomor daftar 3) Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung 4) Belum kadaluwarsa 5) Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan b) Makanan yang tidak dikemas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
1) Baru dan segar 2) Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur 3) Tidak mengandung bahan yang dilarang 3) Makanan jadi a) Makanan Makanan tidak rusak, busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya pengotoran lain. b) Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku. c) Angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan. d) Angka kuman E. Coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman. e) Jumlah kandungan logam berat residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. 9.
Persyaratan Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan 1) Tenaga atau karyawan pengaloh makan a)
Memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan.
b) Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. c)
Tidak mengidap penyakit menular seperti typhus, kolera, TBC dan lain-lain atau pembawa kuman (carrier).
d) Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku. 2) Peralatan yang kontak dengan makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
a) Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan. b) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garamgaram yang lazim dijumpai dalam makanan. c) Bila kontak dengan makanan, tidak mengeluarkan logam berat beracun yang membahayakan yaitu : 1) Timah hitam (Pb) 2) Arsenikum (As) 3) Tembaga (Cu) 4) Seng (Zn) 5) Cadmium (Cd) 6) Antimon (Stibium) d) Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang menutup sempurna. e) Kebersihannya ditentukan dengan angka kuman sebanyakbanyaknya 100/cm3 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli. 3) Cara pengolahan a) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. b) Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan: 1) Sarung tangan 2) penjepit makanan 3) sendok garpu c) untuk melindungi pencemaran terhadap makanan digunakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
1) celemek atau apron 2) tutup rambut 3) sepatu dapur d) perilaku tenaga atau karyawan selama bekerja 1) tidak merokok 2) tidak makan atau mengunyah 3) tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos). 4) Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya. 5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil 6) Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar 7) Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat jasaboga. 10. Persyaratan Hygiene Sanitasi Penyimpanan Makanan a) Penyimpanan bahan mentah 1) Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut
Jenis bahan makanan
a.Daging,ikan,udang,dan olahannya
Digunakan untuk 3 hari atau kurang 5os/d 0oC
commit to user
1 minggu atau kurang 10o s/d – 5oC
1 minggu atau lebih > -10oC
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32 Sambungan susu
dan
5o s/d 7oC
-5o s/d 0oC
> -5oC
c.Sayur, buah minuman d.tepung dan biji
dan
10oC
10oC
10oC
25oC atau suhu ruang
25oC atau suhu ruang
25oC atau ruang
b.Telur, olahannya
suhu
2) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm 3) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan: 80-90% a) Penyimpanan makanan terolah Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu +10oC b) Penyimpanan makanan jadi 1) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan. 2) Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4oC atau kurang. 3) Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu –5oC sampai –1oC. c) Cara penyimpanan makanan 1) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak makanan dengan lantai : 15 cm Jarak makanan dengan dinding : 5 cm Jarak makanan dengan langit-langit : 60 cm 2) Tidak tercampur antara makanan yang siap untuk dimakan dengan bahan makanan mentah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
11. Uraian Detail Tiap Obyek Pengawasan a) Sumber makanan merupakan tempat yang telah diawasi atau terdaftar. Keutuhannya baik, layak, tidak rusak, busuk atau jelas merupakan makanan manusia. b) Wadah orisinil, kemasan ahli, mempunyai label dan telah terdaftar. c) Suhu penyimpanan sesuai dengan persyaratan untuk setiap tahap dan jenis makanan daging –5oC, ikan 0oC, sayuran 10oC buah dan minumam 10oC - 15oC. d) Tersedia AC yang berfungsi, kipas angin, jendela yang terbuka atau exhauster. e) Tersedia
termometer
yang
dapat
memantau
suhu
ruangan
penyimpanan atau alat penyimpanan. f) Suhu pencairan makanan secara perlahan pada suhu 10oC sampai kekenyalan makanan jadi menjadi normal kembali (thawing). g) Makanan terhindar atau ditutup dari cemaran debu, kotoran serangga atau hewan lain. Makanan yang sudah sisa tidak disimpan untuk disajikan ulang, tetapi dipisah dan tidak untuk disajikan. h) Makanan diperlakukan secara hati-hati dalam mengolah, membawa, menyimpan dan mengangkut makanan, seperti memindah makanan, membagi, mewadahi dalam dos, hidangan dan lain-lain. i) Menangani makanan matang dan es dengan alat pengaman seperti sarung tangan khusus/plastik yang bersih atau alat lainnya. Makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
mentah yang masih akan dimasak/ dipanaskan secara terbatas dapat dipegang dengan tangan. j) Sekop es cream, senduk, pisau pemotong disimpan dengan baik dan terlindung kebersihannya. k) Karyawan tidak berpenyakit seperti kulit, infeksi nafas, bisul, koreng, batuk-batuk atau kalau luka terbuka harus segera ditutup dengan plester tahan air. l) Tangan dicuci bersih, perilaku yang sehat seperti tidak memegang rambut, hidung, kuping, gigi/mulut atau bagian tubuh lainnya. Kuku pendek, bersih, terhindar dari bersin dan sebagainya. m) Pakaian sebaiknya seragam, bersih, rambut dipotong pendek atau tertutup topi. n) Kebersihan peralatan, konstruksi, pemeliharaan dan perletakannya bebas dari noda, karat, sisa makanan, kerusakan/penyok dan aman digunakan, serta tidak menyebabkan bahaya atau kecelakaan selama pemakaian. o) Kebersihan, konstruksi, pemeliharaan dan perletakannya. Terbatas dari kerusakan/penyok
dan
aman
digunakan
tidak
menimbulkan
bahaya/kecelakaan. p) Dibuat dengan konstruksi yang baik, kuat, aman dan bersih serta dipelihara dan digunakan secara baik. q) Untuk desinfeksi dengan air panas : alat pengukur suhu sampai 100oC. Untuk desinfeksi dengan chlor : alat pengukur sisa chlor s/d 0,02 ppm. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Untuk desinfeksi dengan tekanan : alat pengukur tekanan s/d 15 psi. r) Penyediaan, penyimpangan yang terlindung dari cemaran/debu dan berada dalam keadaan terkemas serta cara pembagiannya langsung untuk pemakai. s) Tidak pernah menggunakan alat yang sekali pakai untuk dipergunakan ulang walaupun telah dicuci kembali. t) Tersedia bak pencuci awal tersendiri, dilaksanakan proses pemisahan sampah sebelum pencucian, dilakukan perendaman/pengguyuran serta penggosokan detergent/bahan pembersih lain. u) Keadaan air bersih secara fisik, dialirkan melalui saluran dan suhu normal. v) Tersedia bak/tempat desinfeksi tersendiri dan dijaga kebersihannya. Desinfeksi air panas dengan suhu minimal 80-100oC, atau chlor aktif dengan kadar 50-100 ppm. w) Tempat penirisan, lap pengering dan dijaga kebersihannya, bahan lap tidak menimbulkan noda/sisa benang, tempat penirisan bebas kumulasi debu/endapan. x) Konstruksi, keutuhan bentuk dan kebersihannya yang bebas dari sisasisa makanan/lemak dan bahan pencuci. y) Kebersihannya secara umum dan bebas dari sisa-sisa bahan pencucian. z) Cara penyimpanan terlindung dari pencemaran, ruangan penyimpanan yang tidak mudah berdebu, rak-rak atau tempat penyimpanan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
bersih dan ditata teratur sehingga terlihat apik. Ruangan bebas dari lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. aa) Sumber air panas dialirkan melalui saluran/kran, demikian pula sumber air dingin. bb) Saluran tertutup, pengalirannya lancar, tidak menimbulkan rembesan di permukaan tanah/genangan atau lembab. Air kotor dibuang ke sarana sendiri atau ke riol/got kota. cc) Sambungan yang baik tidak bocor, bebas hubungan dengan pipa air kotor atau sumber pengotoran lainnya. dd) Pipa air bersih terlindung dari kebocoran, hubungan langsung dengan pipa air kotor, air bak yang membalik atau terkontaminasi air kotor lainnya. ee) Tempat cuci tangan bersih, berfungsi, dilengkapi sabun dan pengering tangan dan disediakan tempat sampah yang tertutup dan dipelihara kebersihannya. ff) Kamar toilet dilengkapi dengan pintu yang dapat menutup sempurna, dinding rapat air, diperlihara secara fisik dan kebersihannya, serta tidak pernah ada kotoran di lubang WC. Dilengkapi tempat cuci tangan dan bak sampah tertutup. gg) Bak sampah tersedia cukup memadai dan diberi tutup, dipelihara kebersihannya, tidak dapat dijamah lalat, tikus atau hewan lainnya. Dibersihkan sesering mungkin dan setiap hari dikosongkan dari sampah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
hh) Halaman bersih, tidak ada tumpukan sampah, puing atau barangbarang tidak terpakai lainnya. Permukaannya kering dan bebas genangan atau comberan. ii) Semua konstruksi bangunan dirancang anti lalat, kecoa dan tikus maupun hewan lain seperti burung atau hewan pengerat, seperti bahan yang tidak berlubang, celah sempit atau dinding rangkap atau ventilasi yang terbuka tanpa sreen ataupun lubang-lubang pembuang air limbah. jj) Lantai dibuat dengan konsruksi yang kuat, aman dengan bahan tegel, porselen
atau
keramik/bahan
kedap
air.
Pemeliharaan
fisik
diselenggarakan secara teratur dan terus menerus, seperti perbaikan yang rusak, pecah dan sebagainya. Kebersihannya dijaga setiap saat dan selalu kering dan tidak licin. kk) Dinding dan langit-langit dibuat dengan konstruksi dan design yang aman, kuat dan tidak lembab dan tidak menyerap debu. Bagian dinding yang kena percikan air dilapisi tegel, porselen atau keramik/bahan kedap air lain setinggi percikan (lk. 2 meter). Pemeliharaan fisik di selenggarakan dengan baik dan terus menerus, seperti perbaikan kerusakan, pecah, lepas dan sebagainya. Kebersihan dijaga setiap saat dan selalu dalam keadaan kering. Penghawaan alam melalui jendela terbuka atau lubang angin dan cukup memberikan sirkulasi udara dengan baik. ll) Cahaya alam melalui jendela/genteng kaca yang meneruskan sinar cukup menerangi ruangan kerja. Cahaya buatan cukup terang tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
tidak menimbulkan panas yang mengganggu. Kuat penerangan cahaya buatan dengan lampu yang dipasang parallel (bukan tunggal) sedikitnya 40-60 watt, dan jumlah berdasarkan luas ruangan. mm)
Ruangan ganti pakaian tersedia dengan kotak penyimpanan
pakaian (locker). Kebersihan dan kerapihannya dipelihara rutin, demikian pula pencahayaan, penghawaan dan suhu ruangan. nn) Racun, pestisida dan bahan kimia lainnya yang berbahaya disimpan tersendiri terlindung dengan aman dan penyimpanannya memakai tanda. Bahan yang disimpan khusus untuk keperluan pemberantasan hama yang diperlukan di tempat usaha, dan tidak menyimpan bahan lain yang tidak ada hubungannya dengan keperluan di tempat usaha atau diperdagangkan. oo) Bangunan secara keseluruhan terpelihara, bebas dari puing-puing atau bahan yang tidak dipakai. Semua bahan yang tidak dipakai disimpan di gudang. pp) tersedia petugas yang khusus bagian tehnik pemeliharaan/perbaikan dan pembersihan yang bukan penjamah makanan. Dapur tidak dijadikan tempat untuk tidur, tempat cuci pakaian, jemur pakaian, gantungan pakaian. qq) Barang-barang yang tidak digunakan baik makanan atau bahan lain disimpan di tempat penyimpanannya masing-masing Khusus bahan makanan disimpan dalam wadah-wadah yang bersih, teratur dan tidak langsung menyentuh lantai atau meja kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
B. Kerangka pemikiran Rumah sakit
Pasien
Konsumsi makanan
Instalasi Gizi
PERMENKES NO. 1096 Tahun 2011
sesuai
Tidak sesuai
Makanan bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri
Makanan tercemar secara fisik, kimia dan bakteri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subjek yang diteliti (Dharminto, 2007). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kolonel Sutarto No. 132 Surakarta. C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan higiene sanitasi jasaboga di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. D. Sumber Data Sumber data yang diperoleh berasal dari: 1. Sumber data primer a. Observasi Observasi dilakukan secara langsung terhadap objek yang akan dijadikan bahan penulisan. b. Wawancara commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Wawancara dilakukan terhadap pihak yang berkaitan dengan cara dialog atau tanya jawab yaitu kepada pihak pekerja di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, data-data yang dimiliki RSUD Dr. Moewardi Surakarta serta literatur-literatur yang berkaitan tentang higiene sanitasi jasaboga. E.
Teknik Pengumpulan Data Data penelitian diperoleh dengan cara, antara lain: 1. Observasi Observasi
dilakukan
dengan
pengumpulan
data-data
serta
dokumen di dalam arsip Instalasi Gizi di RSUD Dr. Moewardi. 2. Wawancara Yaitu metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada pekerja di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi selaku objek penelitian. F.
Pelaksanaan Pelaksanaan magang ini dimulai tanggal 14 Februari 2012 sampai 31 Maret 2012.
G.
Analisa Data Data dianalisa dengan cara
membandingkan hasil pengamatan
lapangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian disimpulkan. Adapun peraturan perundangan tersebut adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan LingkunganRrumah Sakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi bertangung jawab untuk menyediakan kebutuhan makanan bagi pasien demi mempercepat proses kesembuhan mereka. Pasien membutuhkan nutrisi yang semestinya dan seimbang untuk dikonsumsi. Untuk itu ahli gizi dan staff instalasi gizi rumah sakit memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan kebutuhan pasien dalam persoalan konsumsi nutrisi harian mereka untuk menunjang perawatan mereka di rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan maka dari itu rumah sakit termasuk Jasaboga golongan B (PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011)
Gambar 1. proses pewadahan makanan sebelum didistribusikan ke pasien commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
2. Organisasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dipimpin oleh seorang kepala instalasi gizi yang berada di bawah komando direktur dan wakil direktur RSUD Dr. Moewardi dan berkoordinasi dengan unit lain yang terkait dengan sanitasi instalasi gizi. Kepala instalasi membawahi 5 sub instalasi gizi yaitu : a. Sub instalasi administrasi dan logistik yang terdiri dari 6 orang pekerja. b. Sub instalasi pengolahan dan distribusi makanan yang terdiri dari: 1) Pengawas: 2 orang pekerja 2) Pramu boga: 36 orang pekerja 3) Pramu saji: 36 orang pekerja 4) Pramu saji minum kantor: 1 orang pekerja c. Sub instalasi penyuluhan atau konsultasi dan rujukan gizi rawat jalan terdiri dari 2 orang pekerja. d. Sub instalasi ruang rawat inap terdiri dari 10 orang pekerja. e. Sub instalasi penelitian dan pengembangan gizi terapan terdiri dari 1 orang pekerja. 3. Penyelenggaraan Berdasarkan wawancara dengan pihak kepala bagian instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi tidak memiliki sertifikat laik higiene sanitasi jasaboga. Para penjamah makanan atau pramusaji tidak memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan. Selama ini mereka hanya mendapat pelatihan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
dari pihak diklat RSUD Dr. Moewardi. Secara fisik pekerja di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi terlihat sehat. Namun untuk pemeriksaan berkala pekerja terkesan enggan dan dari data yang penulis dapatkan pada proposal permintaan pemeriksaan berkala tahun 2006 dari 68 orang pekerja hanya 12 saja yang datang ke medical check up
RSUD Dr.
Moewardi (terlampir) dan baru akan diselenggarakan pemeriksaan lagi pada bulan April 2012. Dengan kata lain selama 2006-2012 hanya di lakukan 1 kali pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja instalasi gizi. 4. Persyaratan Bangunan a) Lokasi Lokasi instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum. b) Bangunan dan fasilitas 1) Halaman Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi. Halaman bersih dan tersedia tempat sampah yang tertutup dan tidak terdapat tumpukan barang-barang yang menjadi sarang tikus. Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air. 2) Konstruksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Konstruksi bangunan bertembok, bersih dan bebas dari barangbarang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. 3) lantai Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan. 4) Dinding Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering /tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Bagian permukaan dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air (keramik berwarna putih) 5) Langit-langit Langit-langit di instalasi gizi berupa internit yang menutup atap bangunan yang berwarna putih dan jarak dari lantai 3,5 m 6) Pintu dan jendela Pintu instalasi gizi RDUS Dr. Moewardi membuka ke arah luar dan manual ( dibuka dan ditutup oleh manusia) serta jendela tidak dilapisi kassa. 7) Pencahayaan Berdasarkan laporan pemeriksaan instalasi sanitasi bulan maret dengan menggunakan sound light level meter Tabel 2. Pemeriksaan kualitas pencahayaan bulan Februari Tanggal 8-2-2012 (11:45)
pencahayaan Hasil
(lux) Std
keterangan (lux)
201 min 200 commit to user
1 petugas, lampu nyala, proses masak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
8) Ventilasi dan penghawaan Untuk mencegah udara dalam ruangan agar tidak terlalu panas dan mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit serta membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Maka, Selain jendela penghawaan di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dibantu dengan kipas angin dan exhauxer. Pembuangan asap dari dapur dilengkapi dengan alat pembuangan asap dan cerobong asap. berikut adalah hasil pengukuran suhu dan kelembaban di instalasi gizi: Tabel 3. pengukuran suhu dan kelembaban bulan Februari Tanggal
Suhu
Kelembaban
8-2-2012
Hasil (0C)
Std (0C)
Hasil (0C)
(0C)
28,8
22-30
70,7
35-60
9) Ruangan pengolahan makanan Luas untuk tempat pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi cukup untuk bekerja pada pekerjaannya dengan
mudah
kemungkinan
dan
efisien,
kontaminasi
sehingga makanan
dapat dan
menghindari memudahkan
pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak berhubungan langsung dengan toilet dan kamar mandi karena terletak di ruang yang terpisah dari ruangan pengolahan makanan. terdapat meja kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan jadi sebelum di distribusikan ke pasien. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
10) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan Makanan Perabot pencucian peralatan dan makanan terbuat dari bahan logam alumunium yang tahan karat. Bahan makanan dicuci dengan menggunakan air kran yang mengalir. pencucian alat makan dan alat memasak di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi hanya dengan menggunakan sabun cuci cair dengan merk yang biasa
dijumpai
di
pasaran,
pencucian
dilakukan
dengan
menggosok-gosok memakai spons yang bersih dan dibilas dengan air kran yang mengalir kemudian ditiriskan sampai kering di rak penirisan dan tidak boleh dilap dengan tissue atau kain lap. Sedangkan untuk pencucian alat makan infeksius, alat makan direndam dengan larutan chlorine terlebih dahulu selama 15 menit setelah itu di cuci dengan sabun dan ditiriskan di rak penirisan.Dan pencucian peralatan makan di lakukan di pantry masing-masing bangsal oleh pekerja yang memdistribusikan makanan. 11) Tempat cuci tangan Terdapat 2 washtafel di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi di dekat pintu keluar namun para pekerja tetap mencuci tangan mereka di tempat cuci peralatan masak dan bahan makanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
12) Air Bersih Air bersih yang digunakan di instalasi gizi berasal dari Ground I, untuk memastikan kualitas air tersebut maka di adakan pemeriksaan sebulan sekali oleh instalasi sanitasi. Tabel 4. Pemeriksaan Mikrobiologi air bersih bulan Februari Tanggal/jam
PH
Suhu
pengambilan
Hasil
Batas
syarat
(Jk/100ml)
(Jk/100ml)
0
10/100 ml
Tanggal/jam pemeriksaan 20-2-12/09.00
7,32
26,6
20-2-12/09.51 13) kamar mandi,jamban dan peturasan (urinior) Kamar mandi, jamban dan peturasan berada dalam satu ruang serta terletak di luar ruang proses pengolahan makanan dan jumlahnya sebanyak 2 buah sedangkan pekerja tiap shift kurang lebih 20 orang pekerja. 14) Tempat sampah Tempat sampah yang digunakan sebenarnya sudah tertutup akan tetapi dalam kegiatan tutup akan tetapi tidak dipisah antara tempat sampah untuk sampah basah (organik) dengan sampah kering (an organik). 5. Persyaratan Khusus Golongan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Dalam penggolongannya, Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tergolong dalam jasaboga golongan B yaitu sarana pelayanan kesehatan. a. Pengaturan ruang Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak dipakai untuk bermalam, mempunyai dinding pemisah yang memisahkan tempat pengolahan makanan dengan tempat lainnya seperti kamar mandi, loker pekerja. selain itu juga memiliki ruang kantor yang terpisah dari tempat pengolahan makanan. b. Ventilasi dan penghawaan Untuk membantu mengeluarkan asap dari dapur Instalasi Gizi memasang penangkap asap (hood) yang diletakkan di atas kompor. selain itu juga terdapat cerobong asap yang terletak di belakang bangunan dapur. c. Fasilitas ganti pakaian Tersedia Loker yang terpisah dari ruang pengolahan makanan sebagai tempat meyimpan sendal, pakaian dan tas pekerja dan untuk tempat ganti pakaian. d. Alat angkut dan wadah makanan Dalam pendistribusian makananan ke pasien digunakan kereta dorong yang sudah tertutup konstruksinya tetapi juga masih ada beberapa yang terbuka. Makanan berupa sayur, lauk, snack dan buah di letakkan di sebuah piring dan di cling yaitu melapisi makanan dengan plastik.untuk makanan cair (sonde) masing-masing telah di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
bungkus plastik dengan takaran yang sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan diet pasien.sedangkan untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular seperti TBC, Flu burung alat makan
yang
digunakan adalah sekali pakai yaitu dengan kardus dan air minum yang berlabel RSUD Dr. Moewardi. 6. Higiene Sanitasi Makanan a. Bahan makanan Bahan makanan yang diolah berasal dari pihak ke tiga yang telah bekerja sama dengan instalasi gizi dan diawasi. bahan makanan yang tahan lama diantar ke gudang instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi tiap waktu yang telah ditentukan seperti telur, bawang, kecap dan sebagainya sedang untuk sayur mayur di antar setiap hari. b. Makanan olahan pabrik Makanan olahan pabrik di Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi antara lain susu sebagai bahan pembuatan makanan cair (sonde) yang terkemas dalam kemasan yang berlabel dan bermerk, terdaftar dan memiliki nomor daftar. 7. Pengolahan Makanan a. Tenaga Kerja Pengolah Makanan Pekerja di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi secara fisik terlihat sehat dan tidak memiliki penyakit yang menular. Pekerja tidak memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan. b. Peralatan yang kontak dengan makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Peralatan yang digunakan permukaanya untuk memasak terbuat dari kayu, alumunium, kaca, plastik yang aman dan tidak berbahaya serta tidak mengeluarkan logam berat beracun yang membahayakan seperti: Timah, Arsenikum, Tembaga, Seng, Cadmium,Antimon. Sebagian piring pasien terbuat dari logam dan memilki tutup, sedangkan piring atau gelas yang tidak memiliki tutup dalam penyajian makanan ditutup dengan plastik khusus (cling) sehingga tidak tercemar bakteri udara. c. Cara pengolahan 1) Perlindungan kontak langsung dengan makanan Para penjamah makanan di RSUD Dr. Moewardi masih banyak yang tidak memakai sarung tangan plastik sekali pakai dengan alasan repot dan mengganggu kelancaran kerja misal dalam proses pewadahan sayur dan nasi. Namun penjamah makanan menggunakan penjepit makanan untuk mengambil dan membagikan makanan berupa lauk pauk ke piring-piring pasien. 2) Perlindungan pencemaran terhadap makanan Agar makanan tidak tercemar dalam proses persiapan dan pengolahan Instalasi gizi RSUD Dr Moewardi memiliki Instruksi kerja yang berisi petugas pengolah makanan memakai celemek dan tutup kepala (kerpose) selama persiapan dan pengolahan dan memakai masker untuk pekerja yang mendistribusikan makanan. Namun, dalam pelaksanaanya kebanyakan pekerja tidak memakai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
tutup rambut, dan masker. penggunaan sepatu dapur juga belum optimal, pekerja merasa tidak nyaman memakai sepatu dapur yang telah disediakan sehingga sebagian mereka membawa dari rumah dan ada sebagian yang tetap memakai sandal yang sama untuk kegiatan diluar ruang pengolahan. 3) Perilaku Pekerja selama bekerja Pekerja tidak merokok di dalam ruangan pengolahan makanan,namun tetap masih ada pekerja yang merokok. pekerja tidak
memakai
cincin
dalam
mengolah
makanan.
perlu
pendisiplinan pemakaian baju kerja khusus di Instalasi gizi, karena terdapat sebagian pekerja yang tetap memakai baju yang dipakai dari rumah dengan alasan sudah memakai celemek. 8. Higiene Sanitasi Penyimpanan Makanan a. Penyimpanan bahan mentah Untuk menyimpan bahan makanan mentah seperti daging, telur dan buah-buahan disimpan dalam coldroom sedangkan sayuran setiap hari dikirim oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh rumah sakit. b. Penyimpanan makanan terolah Makanan terolah disimpan dimeja saji kemudian langsung ditata di piring-piring pasien untuk segera didistribusikan. penyimpanan makanan sementara tersebut tidak menempel di lantai dan tidak tercampur dengan bahan mentah. 9. Penyajian Makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
a. Pemeriksaan makanan sebelum didistribusikan kepada pasien Sebelum makanan didistribusikan kepada pasien, makanan terlebih dahulu diuji atau dicicipi oleh pengawas pekerja di Intalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. Setiap satu bulan satu kali makanan juga diuji laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kuman E. coli makanan oleh petugas Instalasi Sanitasi RSUD Dr. Moewardi. berikut adalah hasil pemeriksaan angka kuman E. Coli makanan pada bulan Februari 2012 Tabel 5. hasil pemeriksaan angka kuman E.Coli makanan pada bulan Februari 2012 No
1
Tanggal, Jam pengamb ilan 27-22012 10.26
Jenis makanan
Hasil
Standart
keterangan
Nasi Sayur Tempe Buah Melon
0 0 0 0
0/gram 0/gram 0/gram 0/gram
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat
b. Cara penyajian Makanan didistribusikan ke pasien dengan menggunakan piring dan gelas terbuat dari bahan kaca ,Sebagian piring pasien terbuat dari logam dan memiliki tutup, sedangkan piring kaca atau gelas yang tidak memiliki tutup dalam penyajian makanan ditutup dengan plastik khusus (cling) sehingga makanan tidak tercemar bakteri udara. Untuk menjamin alat makan bebas dari kuman, setiap satu bulan satu kali commit to user diadakan pemeriksaan angka kuman alat makan dan minum oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
petugas dari Instalasi Sanitasi RSUD Dr. Moewardi. Berikut adalah hasil pemeriksaan angka kuman alat makan dan minum pada bulan Februari 2012. Tabel 6. Pemeriksaan Angka Kuman alat makan bulan Februari 2012 No
Tanggal, Jam Lokasi pengambilan
Jenis usap alat makan Cendana Piring 3(VIP) makan Piring lauk Piring snack Piring bubur Mangkok sayur Sendok
1
28-2-2012 10.28
Piring snack
Jumlah Batas keterangan 2 koloni/Cm syarat koloni/Cm2 18 100 Memenuhi syarat 19 100 Memenuhi syarat 0 100 Memenuhi syarat 14 100 Memenuhi syarat 28 100 Memenuhi syarat 20 100 Memenuhi syarat 0 100 Memenuhi syarat 2 100 Memenuhi syarat
gelas
32
100
plato
3
100
Plato
6
100
Piring snack Gelas
0
100
22
100
Gelas 2
3
28-2-2012 10.32
28-2-2012 10.32
Mawar 3
Melati 3
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat
Sedangkan untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular seperti flu burung, makanan tidak dikemas di piring dan gelas akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
tetapi menggunakan kotak atau kardus makan dan gelas plastik bermerk RSUD Dr. Moewardi sekali pakai. 10. Intruksi kerja Sebagai dasar dalam melaksanakan pekerjaan instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi memiliki instruksi kerja sebagai berikut: a) Pemesanan bahan makanan basah b) Pemesanan bahan makanan kering c) Penyimpanan bahan makanan di coldroom A d) Penyimpanan bahan makanan di coldroom B e) Penyimpanan bahan makanan di coldroom C f) Pembersihan coldroom A/B/C g) Pencatatan suhu di almari pendingin h) Pencatatan suhu di coldroom A/B/C i) Penataan bahan makanan kering di gudang gizi j) Penataan bahan makanan di coldroom k) Penerimaan bahan makanan di instalasi gizi l) Pembersihan gudang makanan kering m) Monitoring bahan makanan di gudang n) Permintaan dan penerimaan bahan makanan basah o) Permintaan dan penerimaan bahan makanan kering p) Mencuci tangan q) Persiapan buah r) Persiapan bumbu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
s) Persiapan lauk t) Persiapan sayur u) Pengolahan makanan pokok (nasi) v) Pengolahan makanan tim w) Pengolahan bubur x) Pengolahan bubur saring y) Pembuatan makanan lewat pipa z) Pembuatan formula WHO aa) Pengolahan makanan ekstra kacang hijau bb) Pengolahan makanan snack dan persiapan buah cc) Pengolahan lauk hewani dan nabati dd) Pengolahan sayur ee) Pembuatan jus buah ff) Pembatan minuman teh gg) Menggoreng lauk hh) Pencucian peralatan masak ii) Pembersihan tempat pemasakan air minum jj) Penggunaan celemek dan tutup kepala kk) Distribusi makanan di dapur instalasi gizi ll) Distribusi makanan biasa mm)
Distribusi nakanan diit
nn) Distribusi makanan pasien infeksius oo) Distribusi makanan biasa VIP commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
pp) Pembersihan lantai qq) Pembersihan dinding rr) Pembersihan kaca jendela ss) Pembersihan langit-langit tt) Penanganan keluhan pelanggan uu) Pemusnahan bahan makanan kadaluwarsa vv) Pembersihan trolly ruang rawat inap ww)
Distribusi makanan pasien di ruang rawat inap
xx) Pengambilan alat makan pasien di ruang rawat inap yy) Pencucian alat makan infeksius zz) Pencucian alat makan non- infeksius aaa)
Perhitungan zat gizi pasien dewasa
bbb)
Perhitungan zat gizi pasien anak
ccc)
Pemasakan dengan alat oven
ddd)
Penyediaan air siap minum
eee)
Pemasakan alat denagn alat presto
fff) Penyimpanan masakan matang (showcase) ggg)
Evaluasi dan perubahan menu makanan di instalasi gizi
hhh)
Pembuangan sampah di instalasi gizi
iii) Pengawasan dan perhitungan ketepatan diit pasien di sub pengolahan dan distribusi jjj) Pengawasan dan perhitungan ketepatan diit pasien di sub rawat inap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
kkk)
Monitoring dan ketepatan waktu pelayanan makan pada pasien
rawat inap lll) Tindak lanjut penanganan ketidaksesuaian diit pasien mmm) Pemakaian alat mixer nnn)
Sisa pengolahan lauk
ooo)
Pengenceran tablet presept
ppp)
Tehnik pengambilan sampel kepuasan pelanggan kelas 1,2,3
qqq)
Tehnik pengambilan sampel kepuasan pelanggan pavilium
rrr) Pengolahan data kepuasan pelanggan sss)
Tehnik penimbangan nasi pasiens
B. PEMBAHASAN 1. Penyelenggaraan Berdasarkan wawancara dengan pihak kepala bagian, Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi jasaboga. Hal ini tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 pasal 3 bahwa “Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.” Para penjamah makanan atau pramusaji juga tidak memiliki sertifikat kursus penjamah makanan. Hal ini tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 pasal 6 ayat 1 yang menyatakan “Setiap tenaga penjamah makanan yang bekerja pada jasaboga harus memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan, berbadan sehat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dan tidak menderita penyakit menular.” Selama ini mereka hanya mendapat pelatihan dari pihak diklat RSUD Dr. Moewardi. secara fisik pekerja di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi terlihat sehat. Namun untuk pemeriksaan berkala pekerja terkesan enggan dan dari data yang penulis dapatkan pada proposal permintaan pemeriksaan berkala tahun 2006 dari 68 orang pekerja hanya 12 saja yang datang ke medical check up RSUD Dr. Moewardi (terlampir) dan baru akan diselenggarakan pemeriksaan lagi pada bulan April 2012. Dengan kata lain selama 2006-2012 hanya di lakukan 1 kali pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja instalasi gizi. Hal tersebut tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 pasal 6 ayat 2 “Tenaga penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun bekerja.” 2. Persyaratan Bangunan a) Lokasi Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, Pabrik cat dan sumber pencemaran lainnya. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No.1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab IIA.1 b) Bangunan dan fasilitas 1) Halaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Di halaman Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak terpampang papan nama perusahaan dan nomor izin usaha serta nomor sertifikat laik higiene sanitasi karena Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak memiliki sertifikat laik higiene sanitasi. Hal ini tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011
bab
IIA.1
bahwa
“(1)
Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta nomor Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.” Halaman bersih dan tersedia tempat sampah yang tertutup dan tidak terdapat tumpukan
barang-barang
yang
menjadi
sarang
tikus.
Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab IIA.1 “2)Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat hygiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. 3) Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. 4) Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
2) kontruksi .
Konstruksi bangunan bertembok, bersih dan bebas
dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab IIA.1 “ Konstruksi Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus kokoh dan aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan.” 3) Lantai Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab IIA.1 “ lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan atau kelandaian cukup dan mudah dibersihkan”. RSUD
Dr.
Moewardi
juga
memiliki
instruksi
kerja
pembersihan lantai IK-Giz-42. 4) Dinding Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering /tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Bagian permukaan dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air (keramik
berwarna
PERMENKES
putih).
Hal
ini
sesuai
No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 commit to user
dengan lampiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
IIA.1 “Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering /tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi 2 (dua)meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu dan berwarna terang”. RSUD Dr. Moewardi juga memiliki instruksi kerja pembersihan dinding IK-Giz-43. 5) langit-langit Langit-langit di instalasi gizi berupa internit yang menutup atap bangunan yang berwarna putih dan jarak dari lantai 3,5 m. Hal
ini
sesuai
dengan
PERMENKES
No.
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran IIA.2 “a. Bidang langitlangit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. b. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di atas lantai.” 6) Pintu dan jendela Pintu instalasi gizi RDUS Dr. Moewardi membuka ke arah luar dan manual ( dibuka dan ditutup oleh manusia) serta jendela tanpa dilapisi kassa. Hal ini belum sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran IIA.1 yang menyatakan bahwa “a. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
menutup sendiri (self closing), dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain. b. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.” 7) Pencahayaan Berdasarkan laporan pemeriksaan instalasi sanitasi bulan maret 2012 dengan menggunakan sound light level meter Tanggal 8-2-2012 (11:45)
Hasil
pencahayaan
keterangan
(lux) Std
(lux) 1 petugas, lampu
201
min 200
nyala,ada kegiatan masak
berdasarkan KEPMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 sudah memenuhi syarat karena penerangan untuk dapur adalah 200-500 Lux. 8) Ventilasi dan penghawaan Untuk mencegah udara dalam ruangan agar tidak terlalu panas dan mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit serta membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Maka, Selain jendela penghawaan di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dibantu dengan kipas angin dan exhauxer. Pembuangan asap dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
dapur dilengkapi dengan alat pembuangan asap dan cerobong asap. berikut adalah hasil pengukuran suhu dan kelembaban di instalasi gizi: Tanggal Suhu
Kelembaban
8-2-
Hasil (0C)
Std (0C)
Hasil (0C)
(0C)
2012
28,8
22-30
70,7
35-60
Berdasarkan KEPMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tidak memenuhi syarat karena suhu dan kelembaban untuk dapur adalah 22-300C dan 35-600C. Hal ini bisa di atasi dengan pemeliharaan sistem sirkulasi udara sehingga sirkulasi udara berimbang antara yang masuk dan keluar. 9) Ruangan pengolahan makanan Luas untuk tempat pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi cukup untuk bekerja pada pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar menghindari kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak berhubungan langsung dengan toilet dan kamar mandi karena terletak di ruang yang terpisah dari ruangan pengolahan makanan. terdapat meja kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan jadi sebelum di distribusikan ke pasien. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No.
1096/MENKES/SK/VI/2011
lampiran
II.A.1
yaitu
“c)Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi. d)Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus dan hewan lainnya” 10) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan Perabot pencucian peralatan dan makanan terbuat dari bahan logam steinless steel yang tahan karat. Bahan makanan dicuci dengan menggunakan air kran yang mengalir. pencucian alat makan dan alat memasak di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi hanya dengan menggunakan sabun cuci cair dengan merk yang biasa di jumpai di pasaran, pencucian dilakukan dengan menggosok-gosok memakai sabut yang bersih dan di bilas dengan air kran yang mengalir kemudian ditiriskan sampai kering di rak penirisan dan tidak boleh di lap dengan tissue atau kain lap. Sedangkan untuk pencucian alat makan infeksius,alat makan direndam dengan larutan chlorine terlebih dahulu selama 15 menit setelah itu di cuci dengan sabun dan ditiriskan di rak penirisan. Dan pencucian peralatan makan di lakukan di pantry masing-masing bangsal oleh pekerja yang memdistribusikan makanan. Hal ini dengan
PERMENKES
No.
sesuai
1096/MENKES/SK/VI/2011
lampiran IIC yaitu “ a) tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat pencucian bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
pangan. b) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih atau deterjen. c) Pencucian bahan makanan yang tidak
dimasak
harus
menggunakan
larutan
Kalium
Permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik. (d) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya”. 11) Tempat cuci tangan Terdapat 2 washtafel di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi di dekat pintu keluar namun para pekerja tetap mencuci tangan mereka di tempat cuci peralatan masak dan bahan makanan. karena tiap shift kerja kurang lebih terdiri dari 20 orang pekerja. Hal ini
sesuai dengan PERMENKES No.
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran IIB.1 “(a) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. (b) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut : 1 – 10 orang = 1 buah dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. (c) Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Perlu adanya penertiban agar pekerja mencuci tangan di washtafel yang telah ditentukan. 12) Air Bersih Air bersih yang digunakan di instalasi gizi berasal dari Ground I, untuk memastikan kualitas air tersebut maka di adakan pemeriksaan sebulan sekali oleh instalasi sanitasi. Ambil/20-2- PH
Suhu
12/09.00 Periksa/20-
Hasil
Batas
(Jk/100ml)
(Jk/100ml) 10/100 ml
7,32
26,6
0
telah
sesuai
dengan
syarat
2-12/09.51 Hal
tersebut
PERMENKES
NO
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. 13) Kamar mandi, Jamban dan peturasan (urinoir) Kamar mandi, Jamban dan peturasan berada dalam satu ruang, terletak di luar ruang proses pengolahan makanan dan sebanyak 2 buah sedangkan pekerja tiap shift kurang lebih 20 orang pekerja. Hal ini
sesuai dengan PERMENKES No.
1096/MENKES/SK/VI/2011
lampiran
IIB.3
yaitu
“(a)
Jasaboga : harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. (b) Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah 11 - 25 orang : 2 buah 26 - 50 orang : 3 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang. (c) Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah 31 - 60 orang : 2 buah Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang”. 14) Tempat sampah Tempat sampah yang digunakan di Instalasi gizi RSUD DR. Moewardi adalah tempat sampah yang mempunyai tutup, namun tidak di bedakan antara tempat sampah unutuk sampah basah dan sampah kering. Hal ini tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran IIB.5 yaitu “(a) Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (an organik). (b)Tempat sampah harus tertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
3. Persyaratan Khusus Golongan Dalam penggolongannya, Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tergolong dalam jasaboga golongan B yakni sarana pelayanan kesehatan. a) Pengaturan ruang Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak dipakai untuk bermalam
sesuai
dengan
1096/MENKES/SK/VI/2011
lampiran
PERMENKES bab
IA.1
No. “1)Ruang
pengolahan makanan tidak boleh dipake sebagai ruang tidur”. Terdapat dinding pemisah yang memisahkan tempat pengolahan makanan dengan tempat lainnya seperti kamar mandi, loker pekerja. Selain itu Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi juga memiliki ruang kantor yang terpisah dari tempat pengolahan makanan. Hal Tersebut sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011
lampiran
bab
IA.2
“a)Ruang
pengolahan makanan harus dipisahkan dengan dinding pemisah yang memisahkan tempat pengolahan makanan dengan ruang lain”. b) Ventilasi dan penghawaan Untuk membantu mengeluarkan asap dari dapur Instalasi Gizi memasang penangkap asap (hood) yang diletakkan di atas kompor. selain itu juga terdapat cerobong asap yang terletak di belakang bangunan dapur. Hal ini sesuai dengan PERMENKES commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
No.
1096/MENKES/SK/V!/2011
lampiran
bab
IA.2.
“b)
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan alat pembuangan asap dan cerobong asap”. c) Fasilitas ganti pakaian Tersedia Loker yang terpisah dari ruang pengolahan makanan sebagai tempat meyimpan
sendal, pakaian dan tas
pekerja dan untuk tempat ganti pakaian. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab IA.2 “1) Bangunan harus dilengkapi dengan tempat penyimpanan dan ganti pakaian yang cukup. 2)Fasilitas ganti pakaian tersebut ditempatkan sedemikian rupa sehingga mencegah kontaminasi terhadap makanan”. d) Alat angkut dan wadah makanan Dalam pendistribusian makananan ke pasien digunakan kereta dorong yang sudah tertutup konstruksinya tetapi juga masih ada beberapa yang terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran IA.3 “ 1) Tersedia kendaraan pengangkut makanan yang khusus dengan konstruksi tertutup dan hanya dipergunakan untuk mengangkut makanan siap saji. 2) Alat/tempat angkut makanan harus tertutup sempurna, dibuat dari bahan kedap air, permukaan halus dan mudah dibersihkan”. Makanan berupa sayur, lauk, snack dan buah di letakkan di sebuah piring dan ditutup dengan plastik khusus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
(plastik cling). Makanan cair (sonde) masing-masing telah di bungkus plastik dengan takaran yang sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan diet pasien. Sedangkan untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular seperti TBC, Flu burung alat makan yang digunakan adalah sekali pakai yaitu dengan kardus dan air minum yang berlabel RSUD Dr. Moewardi. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab Ia.3 “ (3) Pada setiap kotak yang dipergunakan sekali pakai untuk mewadahi makanan harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Laik Hygiene Sanitasi. 4) Jasaboga yang menyajikan makanan tidak dengan kotak, harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor izin usaha serta Laik hygiene sanitasi di tempat penyajian yang mudah diketahui umum”. 4. Higiene Sanitasi Makanan a) Bahan makanan Bahan makanan yang diolah berasal dari pihak ke tiga yang telah bekerja sama dengan instalasi gizi dan diawasi. Bahan makanan yang tahan lama diantar ke gudang instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi setiap waktu yang telah ditentukan seperti telur, bawang, kecap dan sebagainya sedang untuk sayur mayur diantar setiap hari. Dalam hal ini Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi memiliki Instruksi kerja yaitu pemesanan bahan makanan basah (IK-GIZ-01) dan pemesanan bahan makanan kering (IK-GIZ-02). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Hal
tersebut
sesuai
dengan
PERMENKES
No.
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.1 “1) Daging, susu, telor, ikan/udang dan sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi”. b) Makanan olahan pabrik Makanan olahan pabrik di Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi antara lain susu sebagai bahan pembuatan makanan cair (sonde) yang terkemas dalam kemasan yang berlabel dan bermerk, terdaftar dan memiliki nomor daftar. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.1 “1)Makanan yang dikemas: a) Mempunyai label dan merk. b) Terdaftar dan mempunyai nomor daftar. c) Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung. d) Belum kadaluwarsa. e) Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan.” Untuk makanan yang tidak dikemas seperti buah-buahan masih dalam keadaan segar dan tidak busuk. Hal tersebut sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.1 “2) Makanan tidak dikemas: a) Baru dan segar. b) Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur. c) Tidak mengandung bahan berbahaya ”. 5. Pengolahan Makanan a) Tenaga Kerja Pengolah Makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Pekerja di instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi secara fisik terlihat sehat dan tidak memiliki penyakit yang menular. Pekerja tidak memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan. Hal tersebut tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 pasal 6 ayat 1 “Setiap tenaga penjamah makanan yang bekerja pada jasaboga harus memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan, berbadan sehat, dan tidak menderita penyakit menular.” b) Peralatan yang kontak dengan makanan Peralatan yang digunakan untuk memasak terbuat dari kayu, alumunium, kaca, plastik yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan PERMENKES No. 1096MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.3 “a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. b) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan. c) Bila kontak dengan makanan, tidak mengeluarkan logam berat beracun yang membahayakan yaitu : 1) Timah hitam (Pb), 2) Arsenikum (As), 3) Tembaga Cu), 4)Seng Zn), 5) Cadmium (Cd), dan 6) Antimon (Stibium).” 6. Cara Pengolahan a)
Perlindungan kontak langsung dengan makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Para penjamah makanan di RSUD Dr. Moewardi masih banyak yang tidak memakai sarung tangan plastik sekali pakai dengan alasan repot dan mengganggu kelancaran kerja misal dalam proses pewadahan sayur dan nasi. Namun penjamah makanan meggunakan penjepit makanan untuk mengambil dan membagikan makanan berupa lauk pauk ke piring-piring pasien. Hal tersebut tidak sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.D
“5)Semua
kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. 6) Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan: a) Sarung tangan plastik sekali pakai/disposal b) penjepit makanan, c) sendok garpu. b) untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan: a) celemek atau apron, b) tutup rambu, c) sepatu kedap air.” Dalam hal ini sebenarnya Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi sudah memiliki Instruksi kerja yaitu Penggunaan celemek dan tutup kepala (IK-GIZ-36), namun perlu adanya pendisplinan pemakaian APD dan memberikan sanksi kepada pelanggar jika diperlukan. b) Perlindungan pencemaran terhadap makanan Agar makanan tidak tercemar dalam proses persiapan dan pengolahan Instalasi gizi RSUD Dr Moewardi memiliki Instruksi kerja yang berisi petugas pengolah makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
memakai celemek dan tutup kepala (kerpose) selama persiapan dan pengolahan dan memakai masker untuk pekerja yang mendistribusikan makanan. Namun, dalam pelaksanaanya kebanyakan pekerja tidak memakai tutup rambut, dan masker. penggunaan sepatu dapur juga belum optimal, pekerja merasa tidak nyaman memakai sepatu dapur yang telah disediakan sehingga sebagian mereka membawa sandal lain dari rumah dan ada sebagian yang tetap memakai sandal atau sepatu yang sama untuk kegiatan diluar ruang pengolahan. Hal tersebut tidak sesuai PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.D “5)Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. 6) Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan: a) Sarung tangan plastik sekali pakai/disposal b) penjepit makanan, c) sendok garpu. b) untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan: a) celemek atau apron, b) tutup rambu, c) sepatu kedap air.” Dalam hal ini perlu adanya pendisplinan pemakaian APD dan memberikan sanksi kepada pelanggar jika diperlukan. c) Perilaku Pekerja selama bekerja Pekerja tidak merokok di dalam ruangan pengolahan makanan. Pekerja tidak memakai cincin dalam mengolah makanan. Hal tersebut sesuai dengan PERMENKES No. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab II.8
“ perilaku
selama bekerja/mengelola makanan: a) tidak merokok, b) tidak makan atau mengunyah, c) tidak memakai perhiasan kecuali cincin
kawin
yang
tidak
berhias
(polos),
d)
Tidak
menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya, e) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil,” Namun masih ditemukan beberapa pekerja Instalasi gizi yang masih memakai pakaian yang sama yang dipakai dari rumah dengan alasan sudah memakai celemek. Hal ini tidak sesuai
dengan
PERMENKES
No.
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab II.8 “f) Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar, g) Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat jasaboga.” sehingga Perlu adanya pendisiplinan pemakaian baju kerja khusus di Instalasi gizi, agar tidak terjadi pencemaran makanan dari bakteri yang mungkin terdapat dalam baju pekerja yang juga dipakai di perjalanan dari rumah ke rumah sakit. 7. Higiene Sanitasi Penyimpanan Makanan a) Penyimpanan bahan mentah Untuk menyimpan bahan makanan mentah seperti daging, telur dan buah-buahan disimpan dalam coldroom commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
sedangkan sayuran setiap hari dikirim oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh rumah sakit. Dalam hal ini instalasi mempunyai Instruksi kerja yaitu Peyimpanan bahan makanan di coldroom A (IK-GIZ-03, Peyimpanan bahan makanan di coldroom B (IK-GIZ-04, Peyimpanan bahan makanan di coldroom C (IKGIZ-05),
Pembersihan
Coldroom
A/B/C
(Ik-GIZ-06),
pencatatan suhu di pendingin (IK-GIZ-07), pencatatan suhu di Coldroom A/B/C (IK-GIZ-08), Penataan bahan makanan di coldroom
(IK-GIZ-09).
Hal
tersebut
sesuai
dengan
PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.2 Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut Jenis bahan makanan
Digunakan untuk 3 hari 1 minggu 1 minggu atau atau atau lebih kurang kurang a.Daging,ikan,udang,dan 5os/d 0oC -10o s/d - > -10oC olahannya 5oC b.Telur, susu olahannya
dan 5o s/d 7oC -5o 0oC
c.Sayur, buah minuman d.tepung dan biji
dan 10oC
s/d > -5oC
10oC
10oC
25oC atau 25oC atau 25oC atau suhu suhu suhu ruang ruang ruang b) Penyimpanan makanan terolah Makanan terolah disimpan dimeja saji setinggi kurang lebih 90 cm, kemudian langsung ditata di piring-piring pasien untuk segera
commit to user didistribusikan. Penyimpanan
makanan
sementara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
tersebut tidak menempel di lantai dan tidak tercampur dengan bahan mentah. Hal tersebut sesuai dengan PERMENKES No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab III.2 “h) Cara penyimpanan makanan tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Jarak makanan dengan lantai : 15 cm, 2)Jarak makanan dengan dinding : 5 cm, 3) Jarak makanan dengan langit-langit : 60 cm.” 8. Penyajian Makanan a. Pemeriksaan makanan sebelum didistribusikan kepada pasien Sebelum makanan didistribusikan kepada pasien, makanan terlebih dahulu diuji atau dicicipi oleh pengawas pekerja di Intalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. Setiap satu bulan satu kali makanan juga diuji laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kuman E. coli makanan oleh petugas Instalasi Sanitasi RSUD Dr. Moewardi. berikut adalah hasil pemeriksaan angka kuman E. Coli makanan pada bulan Februari 2012 No
1
Tanggal, Jam pengamb ilan 27-22012 10.26
Jenis makanan
Hasil
Standart
keterangan
Nasi 0 0/gram Sayur 0 0/gram Tempe 0 0/gram Buah 0 0/gram Melon Dari hasil pemeriksaan tersebut tidak
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat terdapat kuman E.
Coli dalam makanan yang diolah oleh Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi
hal
commit to user ini sesuai dengan
PERMENKES
No
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab II.E “3. Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan sebagainya melalui pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan menunjukkan angka kuman E.coli 0 (nol)” b. Makanan didistribusikan ke pasien dengan menggunakan piring dan gelas terbuat dari bahan kaca ,Sebagian piring pasien terbuat dari logam dan memiliki tutup, sedangkan piring kaca atau gelas yang tidak memiliki tutup dalam penyajian makanan ditutup dengan plastik khusus (cling) sehingga makanan tidak tercemar bakteri udara. Untuk menjamin alat makan bebas dari kuman, setiap satu bulan satu kali diadakan pemeriksaan angka kuman alat makan dan minum oleh petugas dari Instalasi Sanitasi RSUD Dr. Moewardi. Berikut adalah hasil pemeriksaan angka kuman alat makan dan minum pada bulan Februari 2012. No
1
Tanggal, Lokasi Jam pengambilan 28-2-2012 Cendana 10.28 3(VIP)
Jenis usap alat makan Piring makan Piring lauk Piring snack Piring bubur Mangkok sayur Sendok Gelas
commit to user
Jumlah Batas keterangan 2 koloni/Cm syarat koloni/Cm2 18 100 Memenuhi syarat 19 100 Memenuhi syarat 0 100 Memenuhi syarat 14 100 Memenuhi syarat 28 100 Memenuhi syarat 20 100 Memenuhi syarat 0 100 Memenuhi syarat Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Sambungan
2
3
28-2-2012 10.32
28-2-2012 10.35
Mawar 3
Melati 3
Piring snack
2
100
Memenuhi syarat
gelas
32
100
plato
3
100
plato
3
100
Piring snack Gelas
0
100
22
100
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat pada setiap
Hasil di atas menyatakan bahwa koloni kuman
alat makan tidak melebihi batas koloni kuman yang diperbolehkan PERMENKES
No
1096/MENKES/SK/VI/2011
yaitu
100
koloni/Cm2. Sedangkan untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular seperti flu burung, TBC makanan tidak dikemas di piring dan gelas akan tetapi menggunakan kotak atau kardus makan dan air mineral dalam gelas plastik bermerk RSUD Dr. Moewardi sekali pakai. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No. 1096/MENKES/SK/VI/2011 lampiran bab Ia.3 “ (3) Pada setiap kotak yang dipergunakan sekali pakai untuk mewadahi makanan harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Laik Hygiene Sanitasi. 4) Jasaboga yang menyajikan makanan tidak dengan kotak, harus mencantumkan nama perusahaan dan nomor izin usaha serta Laik hygiene sanitasi di tempat penyajian yang mudah diketahui umum”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi,
mengenai
implementasi
PERMENKES
No
1096/MENKES/SK/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi belum memiliki sertifikat laik higiene sanitasi jasaboga. Demikian pula para penjamah makanan tidak memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan. 2. Pemeriksaan berkala pada pekerja instalasi gizi belum terlaksanakan dengan baik, selama 2006-2012 hanya di lakukan 1 kali pemeriksaan kesehatan. 3. Halaman, konstruksi, lantai, dinding, langit-langit, pencahayaan, ruangan pengolahan makanan, fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan, tempat cuci tangan, air bersih, jamban dan kamar mandi telah sesuai PERMENKES No 1096/MENKES/SK/VI/2011. 4. Pintu Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi membuka ke arah luar dan manual (dibuka dan ditutup oleh manusia) sedangkan menurut PERMENKES No 1096/MENKES/SK/VI/2011 pintu harusnya menutup secara otomatis. commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83 84
5. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban didapatkan hasil suhu 28,8 0C dan kelembaban 70,7 0C sedangkan syarat KEPMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 suhu dan kelembaban untuk dapur adalah 22-300C dan 35-600C sehingga ventilasi dan penghawaan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi tidak memenuhi syarat. 6. Tersedia Loker yang terpisah dari ruang pengolahan makanan sebagai tempat menyimpan
sandal/sepat, pakaian dan tas pekerja dan untuk
tempat ganti pakaian pekerja Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. 7. Dalam pendistribusian makananan ke pasien digunakan kereta dorong yang sudah tertutup konstruksinya tetapi juga masih ada beberapa yang terbuka. 8. Bahan makanan, makanan olahan pabrik, telah sesuai dengan PERMENKES No 1096/MENKES/SK/VI/2011. 9. Peralatan yang kontak dengan makanan permukaanya utuh. Piring dan gelas terbuat dari bahan kaca , Sebagian piring pasien terbuat dari logam dan memiliki tutup, sedangkan piring atau gelas yang tidak memiliki tutup dalam penyajian makanan ditutup dengan plastik khusus (cling) sehingga makanan dan minuman tidak tercemar bakteri udara. 10. Para penjamah makanan di RSUD Dr. Moewardi masih banyak yang tidak memakai sarung tangan plastik sekali pakai dengan alasan repot dan mengganggu kelancaran kerja. 11. Pekerja tidak merokok di dalam ruangan pengolahan makanan. Pekerja tidak memakai cincin dalam mengolah makanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
12. Penyimpanan makanan di Instalasi RSUD Dr. Moewardi sudah sesuai dengan PERMENKES No 1096/MENKES/SK/VI/2011. 13. Makanan hasil olahan Instalasi RSUD Dr. Moewardi tidak mengandung kuman E.Coli dan alat makan sudah sesuai dengan PERMENKES No 1096/MENKES/SK/VI/2011.
B. Saran 1. Perlu adanya pelengkapan administratif seperti Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga dan Sertifikat Kursus Higiene Sanitasi Makanan untuk para penjamah makanan Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. 2. Perlu adanya penertiban dalam pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi. 3. Perlu peneguran secara tegas kepada pekerja yang melanggar Instruksi Kerja (tidak memakai APD) dan berperilaku tidak higiene. 4. Perlu adanya perawatan sistem ventilasi agar suhu dan kelembaban di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi sesuai dengan syarat KEPMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004.
commit to user