perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) BERDASARKAN KLAUSUL C.2.c.1 PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SMK3 DI PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG
Eva Noviana Oktavia R.0009040
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
PROGRAM IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) BERDASARKAN KLAUSUL C.2.c.1 PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SMK3 DI PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG Eva Noviana Oktavia*, Sumardiyono*, Henry Sulistyo* Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang penerapan identifikasi bahaya. Pengambilan data mengenai identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) melalui observasi langsung kelapangan, wawancara serta studi kepustakaan. Hasil: Potensi Bahaya di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah tersengat listrik, tergelincir, tertimpa peralatan, tersandung, kesalahan manuver peralatan, kepala terbentur benda, disengat binatang berbisa, motor terbakar, ledakan, kebakaran, kebocoran CO2, tersembur udara panas atau api, kebocoran bahan bakar, sedangkan faktor bahaya yang ada adalah radiasi panas, kebisingan dan vibrasi. Maka dari itu PT. Indonesia Power UBP Semarang melakukan identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Job Safety Analysis (JSA) sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. Saran yang diberikan adalah supaya perusahaan menerapkan metode Job Safety Analysis (JSA) pada seluruh pekerjaan yang ada di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.
Kata Kunci: Job Safety Analysis (JSA), Identifikasi Bahaya, PP NO. 50 Tahun2012
*) Prodi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
HAZARDS IDENTIFICATION PROGRAM WITH JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) METHOD BASED ON CLAUSE C.2.C.1 PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SMK3 AT PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG Eva Noviana Oktavia*), Sumardiyono*), Henry Sulistyo*) Objectives: The purpose of this research is to describe implementation of hazards identification with job safety anlysis method. Methods: This research using descriptive method to show description about implementation hazard identification. To get the data about hazard identification with job safety analysis which obeservation, interview and book literature. Results: The potential hazards at PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang there are electric shock, slipery, falling objects, stumble, manuver equipment erorrs, stung by poisonous animals, burned motor, explosion, fire, co2 leakage, hot air ejected, fuel leakage, while factor hazards there are heat radiation, noise dan vibration. Therefore PT. Indonesia Power UBP Semarang do hazards identification with Job safety analysis(JSA) method. It compliance with Peraturan Pemerintah NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. Conclusion: The result is JSA method has been implemented well accourding PP NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. The suggestion is a company implementation JSA method in all work at PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.
Keywords: Job Safety Analysis (JSA), Hazard Identification, PP No. 50 Tahun 2012
*) Prodi Diploma III Health and Safety Occupational, Medicine Faculty, Sebelas Maret University Surakarta.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “ Program Identifikasi Bahaya Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Berdasarkan Klausul C.2.c.1 PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang”. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kegiatan Magang yang dilakukan oleh Penulis telah banyak memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan industri serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan kepada Penulis melalui kegiatan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus selaku pembimbing I. 3. Bapak Henry Sulistyo, ST selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Lusi Ismayeti, ST., M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan waktunya untuk penulis. 5. Bapak Moelyadi Martoyo, ST selaku Supervisor Senior K3 yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 6. Bapak Ir. Sumarna P, MM, MT selaku General Manager PT. Indonesia Power UBP Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan kegiatan magang di PT. Indonesia Power UBP Semarang. 7. Bapak Aris Pramono, Bapak Bambang Nurahmad, ST, seluruh staf bagian K3 yang telah membimbing penulis dilapangan. 8. Bapak Wujud HC, SE selaku SPS Keamanan & Humas yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan magang di PT. Indonesia Power UBP Semarang 9. Bapak Nurul Falaq, Amd selaku PLT. SPS Operasi dan Niaga A atas bantuan yang diberikan kepada penulis. 10. Bapak, Ibu dan adik ku terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis 11. Alpriza Sakti Kusuma Putra atas dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat commit to user menyelesaikan penyusunan laporan ini.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Ika Mega P selaku kakak penulis atas bantuan, doa dan motivasinya. 13. Mustika MP, Wahyu Lida dan Aditya PWselaku sahabat-sahabat saya. 14. Seluruh keluarga besar penulis atas segala dukungan yang diberikan. 15. Semua teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 16. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu untuk mencapai hasil yang lebih baik penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan demi perbaikan laporan ini.
Surakarta, 06 Juni 2012 Penulis,
Eva Noviana Oktavia
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................... ABSTRAK ................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
i ii iii iv v vi viii ix x xi
BAB 1.
PENDAHULUAN ................................................................... A. Latar Belakang Masalah ..................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................. C. Tujuan Penelitian ................................................................ D. Manfaat Penelitian ..............................................................
1 1 3 4 4
BAB 2.
LANDASAN TEORI .............................................................. A. Tinjauan Pustaka ................................................................ B. Kerangka Pemikiran ...........................................................
6 6 41
BAB 3.
METODE PENELITIAN ...................................................... A. Metode Penelitian ............................................................... B. Lokasi Penelitian ................................................................ C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................. D. Sumber Data ....................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. F. Pelaksanaan ........................................................................ G. Analisis Data ......................................................................
42 42 42 42 43 43 44 44
BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... A. Hasil Penelitian ................................................................... B. Pembahasan ........................................................................
45 45 66
BAB 5.
SIMPULAN DAN SARAN .................................................... A. Simpulan ............................................................................. B. Saran ...................................................................................
78 78 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN commit to user
81
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Start Up .......................................................................................... ......................................................................................................... Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Pengoperasian Turbin ......................................................................
59
60
Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Purging H2 Generator ....................................................................
61
Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Pengoperasian Air Heater Shoot Blower .........................................
62
Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Penyalaan Burner ............................................................................
63
Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Mengoperasikan FO PUMP ............................................................
63
Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Mengoperasikan LO pump ..............................................................
65
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Domino .................................................................................
16
Gambar 2. Teori Gunung Es ............................................................................
21
Gambar 3. Kerangka Pemikiran .......................................................................
41
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Job Safety Analysis Pekerjaan Start Up PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 2. Job Safety Analysis Pekerjaan Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 3. Job Safety Analysis Purging H2 generator PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 4. Job Safety Analysis Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 5. Job Safety Analysis Penyalaan Burner PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 6. Job Safety Analysis Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang Lampiran 7. Job Safety Analysis Mengoperasikan LO Pump PLTU Unit 3 di PT. Indonesia Power UBP Semarang
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakan terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dielakan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri (Tarwaka, 2008). Teori Domino menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera, terdapat lima faktor secara beruntun yang dinamakan sebagai lima domino yang berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (Hazard), kecelakaan serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino di antaranya (Rudi Suardi, 2005). commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman adalah dengan meminimalkan resiko yang pada akhirnya diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Untuk mengendalikan resiko kecelakaan itulah maka perlu dilakukan identifikasi sumber bahaya dari suatu pekerjaan lalu dilakukan langkah-langkah pengendalian terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari pekerjaan tersebut. Salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan banyak digunakan di lingkungan kerja adalah Job Safety Analysis (Soehatman Ramli, 2010). Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu metode yang berguna untuk: 1. Mengidentifikasi bahaya potensial baik dari segi keselamatan ataupun kesehatan 2. Melakukan observasi suatu pekerjaan yang telah direncanakan 3. Membantu mengadakan training 4. Mengurangi insiden 5. Membantu dalam melaksanakan investigasi kecelakaan Setelah diketahui potensi bahaya yang dapat terjadi dari setiap urutan maupun langkah kerja maka proses selanjutnya adalah menentukan resiko bahaya potensial yang mungkin dapat terjadi dan dilakukan teknik pengendalian yang memadai. Sehingga perusahaan dapat lebih meningkatkan kewaspadaanya dengan melakukan beberapa tindakan preventif (Tarwaka, 2008) Menurut Permenaker No. PER.05/MEN/1996 lampiran satu point dua yang menyatakan perihal pentingnya prosedur identifikasi bahaya, penilaian commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengendalian resiko dari seluruh kegiatan produksi serta lampiran dua point satu yang berisi antara lain: 1. Prosedur yang terdokumentasi dengan mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau penanganan ulang 2. Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perencanaan. PT. Indonesia Power UBP Semarang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembangkitan listrik dan dalam proses produksinya terdapat berbagai macam bahaya. Dimana bahaya ini dapat mengakibatkan kecelakaan dan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan. Maka dari itu perlunya melakukan identifikasi bahaya pada setiap pekerjaan. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis mengambil judul “Program Identifikasi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Berdasarkan Klausul C.2.c.1 PP No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang ” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah tahapan program Job Safety Analysis (JSA) untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Dengan adanya permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui program identifikasi bahaya dengan metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah program identifikasi bahaya dengan metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang 3. Untuk mengetahui hasil dari program identifikasi bahaya dengan metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang 4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari program identifikasi bahaya dengan metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh manfaat bagi: 1. Mahasiswa Mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama mengenai cara identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) di tempat kerja dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 2. Perusahaan Diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dan masukan untuk bahan pertimbangan dalam pembuatan Standart Operating Procedures (SOP) yang lebih baik, khususnya di area PLTU Unit 3 serta sebagai masukan dalam usaha peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang teknik identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Definisi tempat kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja untu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2: Termasuk Tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. 2. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya agar diperoleh produktivitas yang optimal (UU Kesehatan No.23 Tahun 1992). Sedangkan menurut Dr.Suma’mur P.K (2009) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum. 3. Keselamatan Kerja Yang dimaksud keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi.Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di perusahaan. Dengan demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada diperusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat dari suatu proses produksi industri. Dengan demikian jelas bahwa, keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara luas.(Tarwaka, 2008) 4. Bahaya Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan tertentu bisa mengakibatkan kerugian pada makhluk hidup (Bird Jr dan Germain, 1990). Pengertian lain dari bahaya adalah suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian, cidera manusia, kerusakan fasilitas dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 2003). Sedangkan sumber bahaya adalah segala sesuatu yang menimbulkan bahaya. Bahaya (Hazard) adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan tempat kerka atau kombinasi dari hal-hal tersebut (Santoso, 2004) Bahaya adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu baik barang atau kondisi (Dzulkifli Djunaedi, 2005). Bahaya sebenarnya tidak dapat menimbulkan dampak/ konsekuensi atau tidak berkembang menjadi accident tanpa adanya kontak/ eksposure dengan struktur baik berupa badan manusia maupun peralatan (Santoso, 2004) Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut: a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan yang kurang, temperatur ekstrim baik panas mapun dingin, vibrasi atau getaran yang berlebihan, radiasi, dan sebagainya. b. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung, kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja. c. Bahaya kimia adalah substansi kimia yang digunakan secara tidak tepat, baik dalam proses pekerjaan, pengelolaan dan penyimpanan. Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak, mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator. d. Bahaya biologi, yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan dan atau mendukung timbulnya penyakit akibat kerja seperti infeksi, alergi, dan berbagai penyakit lainnya. e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan, yang berkaitan dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai. f. Bahaya psikologik yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau menyebabkan timbulnya kondisi psikologik pekerja yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti bekerja dibawah tekanan, hubungan atasan yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya dari kecelakaan di lingkungan kerja berasal dari : a. Manusia/ Pekerja. Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tinbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 1996). Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N. B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius dan tidak disiplin. b. Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu timbulnya bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan. Maka dari itu bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian lebih. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatanya serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
dioperasikan oleh operator yang memenuhi syarat. (Syukri Sahab, 1997) Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti : 1) Kebakaran 2) Sengatan listrik 3) Ledakan 4) Luka-luka / cidera Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa (check-list) pengoperasiannya. (Syukri Sahab, 1997) c. Bahan/ Material Menurut Syukri Sahab (1997) tiap-tiap material mempunyai resiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan, yaitu: 1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi, 4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5) Menyebabkan kanker, commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Mengakibatkan kelainan pada janin, 7) Bersifat racun, 8) Radioaktif. Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya
baru diketahui
setelah
bertahun-tahun (kronis). Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan harus mengetahui sifat bahan yang digunakan sehingga mampu mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan bagi perusahaan (Syukri Sahab, 1997). Menurut Soeripto (2008) tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada: 1) Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung, 2) Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut, 3) Berapa lama seseorang terpapar, 4) Susceptibilitas seseorang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
d. Cara Kerja Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Menurut Syukri Sahab (1997) cara kerja yang demikian antara lain: 1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibat cara mengangkut dan mengangkat. 2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya, 3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaann pekerjaan sehari-hari. e. Proses Bahaya yang ditimbulkan dari proses tergantung dari teknologi yang dipakai. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana, proses yang rumit, proses yang berbahaya dan ada proses yang tidak/ kurang berbahaya. Di dalam suatu proses sering digunakan faktor tambahan yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang timbul debu, asap , panas bising dan bahaya mekanis seperti terjepit terpotong, memar tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Dalam suatu proses, banyak bahan kimia yang dipakai baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong dan terdapat juga bahan kimia yang merupakan hasil sampingan dari proses produksi. Karakteristik bahan kimia sebagian adalah bahan kimia beracun seperti mudah terbakar, iritan, beracun dan sebagainya. f. Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efiensi kerja. Bahaya-bahaya tersebut adalah: 1) Bahaya yang bersifat fisik, seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya, 2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi, 3) Bahaya biologik disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja, 4) Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi, dan lain-lain. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Gangguan yang besifat fatal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja. (Syukri Sahab, 1997). 5. Kecelakaan Kerja Kecelakaan
adalah
kejadian
yang
tidak
terduga
dan
tidak
diharapkan.Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai yang paling berat. (Suma’mur 1996) Pengertian lain dari kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak diinginkan yang mengakibatkan bahay fisik terhadap seseorang atau kerusakan harta benda dan biasanya akibat dari tekanan suatu sumber energi. Misalnya: mekanis, listrik, dan lain-lain (Suma’mur, 1996). Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusaahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi sebab oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Pada dasar nya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari data kecelakaan didapatkan bahwa 85% sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keselamatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja. (Suma’mur, 1996) Kurang kendali dari sistem manjemen menerapkan sebab utama terjadinya kecelakaan (Frank E Bird, Jr. Dan George L.Germain, 1990), dijelaskan dalam teori domino tersaji pada gambar 1.
Gambar 1 : Teori Domino Sumber: Frank E Bird, Jr. George L.Germain, 1990 Untuk lebih detail nya, diagram alir tersebut dapat dijabarkan seperti dibawah ini: a. Kurang nya Sistem Pengendalian (Lack Of Control) Dalam urutan Domino, kurang nya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengoperasian (organizing), kepemimpinan (leading ) dan pengendalian (controlling) commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tanpa manajemen pengendalian yang kuat penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian.Kurang nya pengendalian dapat disebabkan karena faktor: 1) Kekurangan pada program Hal ini dapat disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan. 2) Kekurangan pada Standart Program Faktor yang menyebabkan kurangnya standart yang ditetapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standart yang ditetapkan. 3) Kekurangan pada kepatuhan terhadap standart program Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standart yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut. Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standart yang telah ditentukan (Suardi, 2007). b. Sebab-sebab dasar (Basic Causes) Sebab-sebab dasar dianggap sebagai akar dari masalah, penyebab riil, penyebab tidak langsung, atau penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang standart. Sebab-sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu: commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Faktor manusia (Personal Factor) Faktor manusia meliputi: a) Kurangnya kemampuan fisik dan mental b) Kurangnya ketrampilan c) Kurang nya pengetahuan d) Stres fisik dan mental e) Kurangnya motivasi 2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) Adanya standart kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan yang tidak memadai, standart pembelian yang kurang atau lain-lain (Suardi, 2007) Faktor pekerjaan meliputi: a) Pemimpin dan atau pengawas kurang tepat b) Engineering kurang memadai c) Maintenance kurang memadai d) Alat dan peralatan kurang memadai e) Pembelian barang kurang memadai c. Sebab langsung (Immediate Causes) Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Santoso (2004), menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan oleh tidakan yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2% disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act) Unsafe Act merupakan pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan. Tindakan tidak aman tersebut antara lain: a) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya b) Melepas alat pengaman c) Menggunakan peralatan yang rusak d) Membuat alat pengaman tidak berfungsi e) Menggunakan peralatan secara tidak layak f) Menjalankan mesin/ peralatan/ kendaraan melebihi kecepatan 2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition) Kondisi tidak aman meliputi: a) Alat pelindung diri tidak layak b) Sistem peringatan tidak berfungsi c) Pelindung/ pembatas tidak layak d) Peralatan, mesin atau material rusak e) Kebersihan, tata ruang tempat kerja tidak layak f) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap, atau uap yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) (Suardi, 2007) d. Kecelakaan (Accident) Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampui nilai ambang batas dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
bahan atau stuktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik, dan sebagainya. Accident dapat berupa: 1) Terjepit diantara dua benda 2) Terbentur/tertabrak suatu benda 3) Terjepit diantara benda berputar 4) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah 5) Terbentur/ tertabrak benda/ alat yang bergerak 6) Jatuh pada tingkat yang sama 7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun dan sebagainya. (Suardi, 2007) e. Kerugian (Loss) Pada akhir rangkaian-rangkaian tersebut akan menyebabkan kerugian, baik pada manusia atuupun harta benda yang dapat mempengaruhi kualitas produksi serta keselamatan dan kesehatan kerja. Kerugian dari kecelakaan menurut Suma'mur (1996) berupa : 1) Kerusakan, 2) Kekacauan organisasi, 3) Keluhan dan kesedihan, 4) Kelainan dan cacat, 5) Kematian. Kecelakaan dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi dan non ekonomis. Kerugian non ekonomis dapat berupa kekacauan organisasi, commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aspek kemanusiaan dan turunnya citra perusahaan dimata masyarakat. Kerugian ekonomis dapat digambarkan seperti gunung es, yaitu biaya langsung sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkah biaya tak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada di bawah permukaan laut yang ternyata jauh lebih besar. (Frank E Bird, Jr. George L.Germain, 1990).
Biaya Langsung
Biaya Tidak Langsung
Gambar 2. Teori gunung es Sumber: Frank E Bird, Jr. George L.Germain, 1990 1) Biaya Langsung Biaya langsung dari kecelekaan meliputi : a) Perawatan dokter, b) Biaya kompensasi. 2) Biaya Tak Langsung Biaya tak langsung akibat dari kecelakaan meliputi : commit to user a) Kerusakan dan kerugian harta benda.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Kerusakan bangunan (2) Kerusakan perkakas (3) Kerusakan hasil produksi dan material (4) Gangguan dan keterlambatan produksi (5) Biaya untuk pemenuhan aturan (6) Biaya peralatan untuk keadaan darurat (7) Biaya sewa peralatan (8) Waktu untuk penyelidikan b) Biaya-biaya lain: (1) Gaji selama tidak bekerja (2) Biaya penggantian dan atau pelatihan (3) Overtime (4) Ekstra waktu untuk supervisor (5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai bekerja (6) Menurunnya business volume (Syukri Sahab, 1997) Jika seluruh urut-urutan terjadi akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta benda yang mempengaruhi kualitas serta produksi sebagaimana pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan dan keamanan Menurut Suma’mur (1996 ) Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan: commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Peraturan Perundangan Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi
kerja
pada
umumnya,
perencanaan,
konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan b. Standarisasi Standarisasi
merupakan
penetapan
standart-standart
resmi,
setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum alat pelindung diri. c. Pengawasan Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuanketentuan perundang-undangan yang diwajibkan. d. Penelitian bersifat teknik Penelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alatalat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, dan desain
paling tepat
untuk
pengangkatan dan peralatn pengangkatan lainya.
commit to user
tambang-tambang
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Riset medis Riset medis meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan, teknologis dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian Psikologis Penelitian
psikologis
yaitu
penyelidikan
tentang
pola-pola
kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. g. Penelitian secara statistik Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya. h. Pendidikan Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan i. Latihan-latihan Latihan-latihan yaitu praktek-praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja. j. Penggairahan Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k. Asuransi Asuransi
yaitu
insentif
untuk
meningkatkan
pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik. l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaan lah kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh pihak yang bersangkutan. Jelaslah bahwa untuk pencegahan kecelkaan akibat kerja diperlukan kerja sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai, pemerintah, dokter, ahli ilmu jawa, ahli statistik, guru-guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh 6. Resiko Menurut Silalahi (1995) istilah resiko dengan kemungkinan kerugian yang disebabkan karena kebetulan mendapatkan musibah, bencana atau peristiwa yang tidak diharapkan sedangkan menurut Australian Standart/ New Zealand Standart (AS/NZS) 1999, resiko adalah kemungkinan atau kesempatan tejadinya sesuatu kejadian yang akan menimbulkan pengaruh terhadap tujuan. Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, sedangkan resiko menurut Aditama, 2002 didefinisikan sebagai kecenderungan (likelihood) akan terjadinya suatu kejadian yang berkaitan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
erat dengan suatu alternative perspektif yaitu menaruh perhatian apa yang akanterjadi pada waktu kedepan dan kemungkinan apa penyebab terjadinya kejadian tersebut. Suatu kejadian dapat mempunyai resiko apabila kejadian atau kegiatan dapat mengakibatkan kerugian atau ketidak pastian, perubahan atau pilihan yang dapat merugikan. Karena itu resiko tidak mungkin tidak berdampak kerugian yang sangat besar dan luas tetapi menimbulkan ketidakpastian (Aditama,2002) Wujud Resiko itu bermacam-macam antara lain: a. Berupa kerugian atas harta milik/kekayaan atau penghasilan. Misalnya diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagai nya. b. Berupa penderitaan seseorang. Misalnya sakit atau cacat karena kecelakaan c. Berupa tanggung jawab hukum. Misalnya resiko dari perbuatan atau peristiwa yang merugikan orang lain d. Berupa kerugian karena perubahan keadaan pasar. Misalnya terjadinya perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya. Jenis resiko pada dasarnya dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu: a. Resiko spekulatif Yaitu resiko yang timbul karena melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
artinya
ada
kemungkinan
penyimpangan
menggantungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. commit to user
yang
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Misalnya memberi lotre, berjudi dan sebagainya. Pada umumnya resiko jenis ini tidak dapat diansurasikan b. Resiko murni Yaitu resiko yang timbul karena kegiatan usaha yang biasa dilakukan
didalam
mempunyai
perusahaan/industri.
kemungkinan
kerugian
Resiko dan
tidak
ini
hanyalah mempunyai
kemungkinan untung. Misalnya resiko terjadinya kebakaran, bencana alam dan sebagainya.
Pada
umumnya
resiko
jenis
inilah
yang
dapat
diansurasikan. Klasifikasi resiko adalah sebagai berikut: a. Resiko dasar yaitu resiko dalam kegiatan yang tidak teranalisa dan tidak terkendali b. Resiko residual (tersisa) yaitu resiko yang tersisa setelah dilaksanakan program pengurangan nya. c. Resiko yang dapat diterima, resiko residual dapat diterima setelah mengadakan estimasi dan ecaluasi dan evaluasi alternatifnya. d. Ketidakpastian yaitu luput dari perhatian, sengaja tidak mendapat perhatian termasuk perhitungan/pengukuran yang salah satu adanya kesalahan. e. Resiko kelompok (Group risk) yaitu menyangkut resiko terhadap sekumpulan atau sekelompok orang. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Metode pengendalian Walaupun bahaya telah dihilangkan, tetapi resiko yang berkaitan dengan bahaya tersebut tidak pernah akan dapat hilang. Perusahan perlu mencanangkan pengaturan dan pengendalian terhadap kegiatan, produk, ataupun jasa yang dapat menimbulkan suatu resiko terhadap karyawan nya. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan, standart untuk tempat kerja, perancangan fasilitas kerja dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengelola dan mengendalikan setiap pekerjaan, produk, dan jasa tersebut. Hirarki Pengendalian Resiko, antara lain: a. Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan bahaya secara keseluruhan (nol), biasanya proses eliminasi ini adalah 100% artinya dapat menghilangkan bahaya pada titik nol. b. Substitusi Substitusi merupakan penggantian material, bahan, proses dengan yang mempunyai resiko lebih kecil. Sebagai contoh penggunaan bahan yang beracun diganti dengan bahan yang kurang beracun. c. Rekayasa Teknik Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik dan lain-lain. d. Isolasi Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang atau pemisah waktu, Perubahan struktural dilakukan terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan penjaga mesin, isolasi atau penutup bahaya, penggunaan ventilasi penghisap dan alat untuk penanganan manual. e. Administratif Pengendalian administratif mengurangi
atau menghilangkan
kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja (job rotation), system ijin kerja, atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya.Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan. f. Alat Pelindung diri Alat pelindung diri digunakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pelindung diri ini dapat mengurangi keparahan resiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam melakukan pengendalian resiko bahaya ini, maka dapat ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan maka pengupayaan melakukan tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian resiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian resiko yang diinginkan. 8. Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Iwan, 2007). Menurut Suma’mur (2009) penyakit akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut: a. Golongan fisik Pada golongan fisik misalnya karena suara tinggi/bising bisa menyebabkan
ketulian,
temperatur/
suhu
yang
tinggi
dapat
menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.Misalnya: heat cream, heat stoke. Hal ini akibat dari keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang banyak dari dalam tubuh tenaga kerja, juga disebabkan oleh radiasi sinar elektromagnetik, misalnya: infra merah yang menyebabkan katarak, ultraviolet yang menyebabkan konjungtivitis (radioaktif, alfa, gama, X) selain itu bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
disebabkan oleh tekanan udara yang menyebabkan reynauld diseases (penyempitan pembuluh darah) b. Golongan Kimia Berbagai jenis industri banyak mempergunakan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memproduksi bahan kimia yang langsung dipakai oleh masyarakat. Penggunaan bahan kimia tersebut mengandung bahaya misalnya kebakaran, peledak, iritasi dan keracunan. Masuknya bahan kimia kedalam tubuh dapat berupa zat padat, cair, gas uap maupun partikel dan dapat secara akurat maupun kronis. Keracunan akut sebagai absorbsi bahan kimia dan jumlah kimia dalam jumlah besar dan waktu yang pendek, dapat berupa keracunan gas, Karbon Monoksida (CO), Asam Cianida sedangkan keracunan kronis sebagai alat absorbsi bahan kimia dalam jumlah sedikit tetapi dalam waktu yang lama, dapat berupa keracunan bejana uap Pb yang dapat berakibat leukimia, keracunan karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker. c. Golongan Biologi Berbagai golongan biologi misalnya virus, bakteri, parasit, cacing, jamur, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kanker. d. Golongan Fisiologi (Ergonomi) Akibat posisi kerja/cara kerja yang salah seperti bekerja dengan membungkuk yang untuk menyebabkan sakit otot, sakit pinggang, cidera punggung dan juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tuhuh. Pada konstruksi mesin yang kurang baik juga akan mengakibatkan penyakit akibat kerja. e. Golongan Mental Psikologis Berbagai keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan kerja yang kurang baik, tempat kerja yang terpencil dapat berpengaruh terhadap pekerja yaitu menimbulkan stress yang manifestasinya antara lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa membuat keputusan, tekana darah meningkat yang kelanjutanya dapat mengakibatkan timbulnya penyakit. Pengurus perusahaan harus tetap mewaspadai adanya ancaman penyakit akibat kerja terhadap pekerjaan nya, kewaspadaaan tersebut dapat berupa: 1) Melakukan pencegahan terhdap timbulnya penyakit 2) Melakukan deteksi dari gangguan kesehatan 3) Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial kerja seperti yang diatur oleh undang-undang RI No. 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Untuk mendiagnosa penyakit akibat kerja perlu dilakukan dua hal sebagai berikut: 1) Monitoring kesehatan tenaga kerja melalui pemeriksaan kesehatan yang teratur, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan 2 kebutuhan, yaitu sebagai berikut: commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Untuk mendiagnosa dan memberikan terapi bagi tenaga kerja yang menderita penyakit umum. Bagi negara-negara yang sudah maju hal ini seperti dilakukan asuransi b) Untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa penyakit akibat kerja serta menentukan derajat kecacatan, hal ini dilakukan oleh dokter perusahaan/ dokter yang mempunyai keahlian dibidang kesehatan/ kedokteran kerja. 2) Memonitoring lingkungan kerja terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya penyakit akibat kerja adalah lingkungan kerja
yang buruk. Lingkungan
yang dimaksud meliputi desain maupun tata latak ruang dan barang. Lingkungan kerja fisik, kimia dan biologi. Faktor-faktor tersebut sejak awal harus dilaksanakan untuk menunjukan tingkat kesehatan dan produktivitas pekerja. Lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan persyaratan yang penting utuk tercapainya kondisi kesehatan yang prima bagi pekerja yang ada di dalam nya. 9. Job Safety Analysis (JSA) Job Safety Analysis atau analisa keselamatan pekerjaan yang sering juga disebut Task Risk Assesment (TRA) merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaanya ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja atau analisa keselamatan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pekerjaan merupakan suatu cara/ metode yang digunakan untuk memeriksa
metode
kerja
dan
menemukan
bahaya-bahaya
yang
sebelumnya di abaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/ alat kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja. Pelaksanaan program JSA digunakan untuk mereduksi kondisi bahaya terdapat dalam suatu proses pekerjaan, selain itu JSA dapat dipergunakan sebagai alat kontrol/ pengawasan dari manajemen yang praktis untuk memastikan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang aman (Mualimin, 2003). Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA adalah: a. Sebagai upaya pencegahan b. Mempersiapkan instruksi kerja c. Sebagai bahan 5 minute safety talks d. Mempelajari kemungkinan cara kerja yang lebih aman e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan f. Memberikan pre-job instruction pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak tetap g. Meninjau ulang Standart Operation Prosedur sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi h. Sebagai evaluasi sejauh mana diperlukan perubahan pada mesin atau peralatan yang menjadi objek analisa serta untuk perbaikan desain teknik commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di dalam teknik JSA terdapat lima tahap yang harus dilakukan yaitu: a. Meninjau Daftar Pekerjaan Pekerjaan disini diasumsikan sebagai salah satu bagian yang dilakukan
oleh
pekerjaan.Kegiatan
seseorang ini
dan
dimulai
ada dengan
kaitanya
dengan
membuat
daftar
suatu dari
keseluruhan line (area) atau jabatan, dan dari line tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa pekerjaan/ tugas yang spesifik.Sedangkan sumber informasi yang dapat adalah daftar tugas yang dilakukan dalam setiap line dan office atau tugas-tugas lain disekitar perusahaan. b. Menentukan Jenis pekerjaan yang akan dianalisa Langkah kedua adalah menentukan jenis pekerjaan yang dianalisis atau mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan program ini.Beberapa perusahaan seharusnya melakukan untuk semua tugas yang dilakukan namun kebanyakan perusahaan melakukan JSA pekerjaan yang
hanya pada beberap
dianggap kritis. Hal tersebut didasarkan pada
permasalahan klasik, yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap tugas disuatu perusahaan. Untuk keluar dari perusahaan tersebut diperlukan usaha untuk mengidentifikasi pekerjaan/ tugas kritis dengan cara mengklasifikasikan tugas yang mempunyai sejarah kerugian yang pernah terjadi (berdasarkan statistik kecelakaan), apakah itu cidera manusia, kerusakan harta benda, kerugian kualitas dan kerugian commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung dari tingkat kekritisan individu yang melakukan. Dengan menentukan pekerjaan/ tugas kritis atau tidak didasarkan pada: 1) Tingkat keparahan Adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi jika bahaya tersebut menjadi insiden yang menyebabkan terjadinya cidera, kerusakan atau kerugian. 2) Tingkat kekerapan Adalah seberapa sering sumber bahaya atau kecelakan ditemui sehari-hari secara normal dan seberapa banyak orang yang mungkin berada dalam atau terkena dampak kondisi tersebut. 3) Pekerjaan yang menggunakan peralatan, mesin dan lay out baru Sangat penting untuk membuat program JSA pada pekerjaan yang menggunakan peralatan dan mesin baru terutama pada lay out perusahaan yang mengalami perubahan. Untuk meminimalisasi potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja. c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar Dari setiap tugas/ pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau tahapan yang berurutan yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap tersebut nantinya akan dinilai keefektifan dan potensi kerugian yang mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Tahapan kerja dapat diartikan bagian/ rangkaian dari keseluruhan pekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus menulis/ membuat daftar dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada uraian kerja tersebut. Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi ke lapangan/tempat kerja untuk mengamati secara langsugn bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek-aspek/ langkah-langkah kerja apa saja yang perlu kita cantumkan. Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja, tidak terdapat standart yang pasti, harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis. Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini adalah memasukan tahapan kerja utama yang kritis. Setelah tim melakukan observasi, hasil dari observasi tersebut dicek kembali dan diperlihatkan kepada operator/foreman yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan tentang apa yang telah dilakukan dalam penulisan tahapan kerja tersebut. d. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung akan dapat menganalisa atau mengidentifikasi dampak atau bahaya apa saja yang disebabkan dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses ini diharapkan kondisi resiko dapat dihilangkan atau diminimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransi dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standart atau hukum. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau kondisi yang bisa menyebabkan cedera,
kerusakan atau kerugian
(kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen untuk mengendalikan kerugian dan bersifat pro aktif dalam upaya pengendalian bahaya di lapangan atau tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa besar akibat atau kerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya insiden dengan melakukan upaya-upaya tertentu. Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal seperti dibawah ini: 1) Melakukan pengamatan secara dekat 2) Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang 3) Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang diamati 4) Pengamatan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman dalam pekerjaan yang dimati. e. Mengendalikan bahaya pada masing-masing pekerjaan Setelah semua bahaya teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan cara koreksi (solusi dan control) sebagai upaya untuk menghilangkan resiko yang ada pada tiap langkah pekerjaan.Untuk menentukan solusi, tanyakan pada diri kita (team assement) : “ apa commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang saya lakukan untuk mencegah bahaya ini!, dan tulis jawaban dari pertanyaan tersebut pada kolom koreksi. f. Hubungan Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan dengan teknik JSA dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tempat kerja merupakan suatu ruangan atau lapangan baik yang tertutup atau yang terbuka, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam usaha yang dilakukan oleh manusia atau tenaga kerja untuk melakukan usaha atau adanya proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Secara tidak langsung seluruh kegiatan proses produksi berhubungan dengan beberapa faktor yaitu manusia, peralatan, mesin, lingkungan yang mengandung faktor bahaya dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, untuk meminimalisasikan maka perlu dilakukan identifikasi bahaya keselamatan maupun kesehatan dan penilaiaan resiko berikut dengan cara pengendalianya yaitu Job Safety Analysis yang lebih menekan pada tahap-tahap kerja dari suatu pekerjaan dan dianalisa faktor dan potensi bahaya nya serta mengendalikan bahaya yang ada. Jika pengendalian membuat resiko dapat terkendali maka dapat menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, hal ini akan menguntungkan perusahaan jika rekomendasi pengendalian yang diberikan tidak terkendali akan menyebabkan kerugian bahkan commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerugian kecelakaan maka Job Safety Analysis yang diterapkan akan ditinjau ulang.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Proses Kerja
Urutan Kerja/ Instruksi Kerja
Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Teknik Job Safety Analysis (JSA)
Potensi Bahaya Contoh: Kebakaran, peledakan, terjatuh, tersengat listrik, terpeleset, dan lain-lain.
Faktor Bahaya Contoh: Kebisingan, getaran, debu, penerangan, dan lain-lain.
Pengendalian Resiko
Standart Operating Procedure (SOP)
Evaluasi
Tidak aman
Aman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Di dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu metode penelitian untuk meneliti suatu kondisi atau peristiwa dengan cara memberikan gambaran secara jelas dan terbatas guna mengungkapkan suatu masalah, dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang yang berada di Jl. Ronggowarsito, Semarang.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Yang menjadi objek penelitian adalah tenaga kerja , proses kerja dan bahaya sedangkan ruang lingkup nya adalah Job Safety Analysis pada pekerjaan yang terdapat di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.
commit to user
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Sumber Data Sumber data diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Data ini diperoleh melalui hasil observasi, pengamatan serta wawancara. 2. Data Sekunder Diperoleh dari data-data resmi perusahaan yang berupa dokumen dan catatan tentang objek penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan: 1. Teknik Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, yaitu tenaga kerja, proses, dan bahaya yang ada. 2. Teknik wawancara Yaitu melakukan wawancara dengan pembimbing perusahaan dan tenaga kerja mengenai masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Dokumentasi Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen–dokumen dan catatan– catatan serta literatur–literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan masalah K3
F. Pelaksanaan Magang dilaksanakan di PT. Indonesia Power UBP Semarang selama 1 bulan mulai tanggal 2 April 2012 sampai 1 April 2012.
G. Analisis Data Hasil penelitian identifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya dengan metode Job Safety Analysis di analisa dan dievaluasi kembali, kemudian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3, serta memberikan rekomendasi atau saran kepada perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Indonesia Power UBP Semarang didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Program Job Safety Analysis (JSA) a. Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan Dalam ikut serta menjaga lingkungan serta K3 terhadap dampak negatif dari aktivitas produksinya, maka pihak manajemen menetapkan suatu kebijakan. Dimana kebijakan ini tertuang dalam kebijakan mutu, lingkungan, K3 dan pengamanan. Adanya kebijakan tersebut guna meningkatkan
kesadaran
karyawan
terhadap
lingkungan
serta
keselamatan dan kesehatan kerja. Isi dari kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan adalah sebagai berikut: PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang mempunyai komitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan secara berkesinambungan di dalam membangun dan menerapkan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Sistem Manajemen K3 dan Sistem Manajemen Pengamanan. Perusahaan mewujudkan komitmen tersebut dengan : 1) Memberikan produk yang sesuai dengan persyaratan pelanggan. commit to user
45
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengidentifikasi sekaligus mengendalikan risiko dan dampak yang ditimbulkan terkait mutu produk, aspek lingkungan, K3, dan pengamanan. 3) Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memantau program-program mutu, lingkungan, K3 dan pengamanan guna mencapai produk ramah lingkungan. 4) Mengupayakan tempat kerja yang selalu aman, bersih dan sehat guna mencapai nihil kecelakaan dan nihil penyakit akibat kerja. 5) Menciptakan sistem pengamanan terpadu terhadap seluruh aset perusahaan. 6) Melatih dan membina pegawai terkait bidang kerjanya masingmasing dengan menekankan pada tanggung jawab individu untuk mengelola pencapaian mutu, lingkungan, K3 dan pengamanan. 7) Secara terus-menerus dan berkesinambungan mengembangkan mutu, lingkungan, K3, dan pengamanan untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan stakeholder. Kebijakan
tersebut
telah
dokumentasikan,
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan
direview
dan
untuk dimengerti dan
dilaksanakan serta dapat ditinjau kembali sesuai kebutuhan. Tetapi kebijakan tersebut tidak dikomunikasikan secara langsung kepada tenaga kerja proyek atau pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Didalam kebijakan tersebut dinyatakan komitmen perusahaan tentang K3 dan Lingkungan. Dimana komitmen tersebut secara khusus diwujudkan dengan adanya point 2, ponit 3, point 4, point 6 dan point 7. Dan sebagai penanggung jawab dari pelaksanaanya adalah Bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) . Dalam point 2 dinyatakan bahwa “Mengidentifikasi sekaligus mengendalikan risiko dan dampak yang ditimbulkan terkait mutu produk, aspek lingkungan, K3, dan pengamanan” didalam kebijakan tersebut perusahaan berkomitmen untuk melakukan identifikasi, pengendalian resiko serta dampak yang ditimbulkan dalam aspek K3 dan Lingkungan. Salah satu metode untuk mewujudkan komitmen tersebut adalah dengan teknik Job Safety Analysis (JSA). Teknik
Job
Safety
Analysis
(JSA)
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin ada dalam setiap pekerjaan. JSA dibuat berdasarkan adanya pemikiran bahwa: 1) Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya 2) Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam satu urutan tahapan pekerjaan yang sederhana. 3) Setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat dikenali bahayanya 4) Setiap bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat diatasi agar tidak menyebabkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
b. Tujuan pembuatan dan penerapan teknik JSA Pembuatan Job Safety Analysis secara umum ditujukan untuk mengetahui potensi-potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan (tugas), sehingga diharapkan tenaga kerja mampu mengatasi potensi-potensi bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Sedangkan tujuan untuk diterapkan atau dilaksanakannya teknik JSA (Job Safety Analysis) di PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah agar setiap langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan dapat dianalisi potensi kecelakaan bahayanya, cara menanggulanginya, sehingga kecelakaan yang mingkin timbul dapat dihindari. c. Tim Pelaksana Pelaksana JSA adalah kerjasama antara berbagai pihak yang saling berkaitan. Dan penanggung jawab pelaksanaan adalah Bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Team assessment terdiri dari Bagian K3, Supervisor dan operator dari setiap seksi yang bersangkutan Diikutkan operator didasarkan pada pemikiran: 1. Operator dianggap sebagai personil yang paling mengerti tentang cara pengoperasian mesin 2. Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang dianalisa. 3. Operator adalah orang yang paling mengerti potensi bahaya dan faktor bahaya yang terdapat ditempat kerja karena operator berhubungan langsung dengan pekerjaan. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kerja tentang resiko dari setiap aktifitas yang biasa mereka lakukan. 2. Tahapan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) a. Meninjau Daftar Pekerjaan Hal yang pertama dilakukan yaitu dimulai dengan membuat daftar dari keseluruhan area, dan dari area tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa pekerjaan/tugas yang spesifik. Sedangkan sumber informasi yang dapat dipakai adalah daftar tugas yang dilakukan dalam setiap pekerjaan. b. Menentukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa merupakan langkah awal untuk membuat program JSA yang dilakukan di PT. Indonesia Power UBP Semarang. Pada tahap ini team assesment beserta operator menganalisa jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat resiko yang tinggi atau pekerjaan yang mempunyai catatan kecelakaan yang diperoleh dari proses investigasi. Untuk menganalisa keselamatan dan kesehatan pekerjaan, maka team assesment mengacu faktor-faktor sebagai berikut: 1) Frekuensi kecelakaan Suatu pekerjaan yang mengakibatkan kejadian kecelakaan yang berulang-ulang merupakan calon pekerjaan yang harus dianalisa keselamatan pekerjaan (JSA). Jumlah kecelakaan yang semakin commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar dan terkait dengan pekerjaan tersebut merupakan prioritas yang lebih besar pula. 2) Tingkat Kecelakaan Setiap kecelakan yang mengakibatkan kecacatan dilakukan analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya dengan teknik JSA, karena kecacatan itu membuktikan bahwa tindakan pencegahan yang telah dilakukan sebelumnya belum sepenuhnya berhasil 3) Potensi kecelakaan Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai laporan catatan mengenai suatu kejadian kecelakan tetapi kemungkinan kecelakaan potensial dapat mengakibatkan cidera serius /parah. 4) Pekerjaan Baru Sebuah analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya dengan teknik JSA untuk setiap jenis pekerjaan baru dan perubahan pada peralatan baru sesegera mungkin dan sebaiknya tidak ditunda sampai adanya kecelakaan atau nearmiss dahulu. 5) Kejadian Hampir Celaka Pekerjaan
yang sering terjadi kejadian hampir celaka
seharusnya juga diperlukan analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya dengan teknik JSA.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menguraikan Pekerjaan Menjadi Langkah-Langkah Dasar Setelah mendapatkan semua pekerjaan maka kemudian diadakan observasi kesetiap pekerjaan tersebut khususnya di area PLTU Unit 3 sehingga dapat melihat proses pekerjaan secara langsung untuk menjalin komunikasi dengan operator untuk melakukan diskusi mengenai pekerjaan yang dilakukan untuk memudahkan proses pembuatan JSA, karena informasi dari operator tersebut sangat membantu untuk mnetahui hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan. Dengan mengadakan observasi diharapkan dapat mempunyai gambaran mengenai tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan
operator
dalam
melaksanakan
pekerjaan,
kondisi
lingkunngan (meliputi: penerangan, iklim kerja, kondisi lantai, kebisingan dan lain lain) serta bahaya yang mungkin timbul. d. Mengidentifikasi Bahaya Pada Masing-Masing Pekerjaan. Proses pembuatan teknik JSA yang selanjutnya adalah proses identifikasi terhadap potensi-potensi bahaya untuk menentukan keterpaparan dari kerugian yang ada disetiap tahapan pekerjaan. Dalam pengisian potensi-potensi bahaya ada beberapa faktor yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu: 1) Faktor Manusia Yang perlu diamati dari segi ini adalah: a) Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang baru atau tidak berpengalaman. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Apakah operator dapat bekerjama dengan baik. c) Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang yang tidak diserai tanggung jawab d) Apakah orang yang mengerjakan tugas tersebut cukup. 2) Faktor Peralatan a) Jenis
peralatan
apa
yang
digunakan/dibutuhkan
untuk
melakukan pekerjaan (berat/ringan) b) Apakah peralatan tersebut bekerja secara otomatis atau manual. c) Apa saja kondisi tidak aman yang mungkin timbul d) Alat pengaman apa saja yang sudah ada tau belum ada. e) Apakah area kerja sudah cukup nyaman. 3) Faktor Material a) Material berbahaya apa saja yang dicapai dalam proses tersebut b) Bagaimana cara menangani material tersebut. c) Kemungkinan apa saja yang bisa membuat material tersebut menyebabkan kerugian, gangguan keselamatan, kualitas dan produktivitas. 4) Faktor Lingkungan a) Potensi-potensi apa saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap proses (kebisingan, penerangan, panas, dll) b) Bagaimana kondisi tempat kerja
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Mengendalikan Bahaya Rekomendasi
usaha
pengendalian
ini
bertujuan
untuk
pengembangan tindakan perbaikan guna pencegahan bahaya sedini mungkin, dan memastikan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang aman dan efisien. Pengendalian yang dilakukan meliputi tindakan perbaikan yang ditujukan pada faktor manusia, peralatan, bahan dan lingkungan. Tindakan pengendalian yang dilakukan di PLTU Unit 3 PT Indonesia Power UBP Semarang adalah dengan metode rekayasa teknik yaitu dengan memberi peredam kebisingan di dalam control room, isolasi contohnya dengan adanya control room , administratif contohnya dengan memastikan operator mengikuti SOP yang ada,dan Alat Pelindung Diri. f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis) Selanjutnya SPS bagian K3 dan manajemen yang terkait yang akan meninjau ulang atau mengevaluasi analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya dengan teknik JSA yang telah dibuat tersebut. Setelah itu jika telah disetujui akan disahkan dan dibuat dokumentasi. g. Melaksanakan atau menerapkan teknik JSA (Job Safetys Analysis) Dalam melaksanakan atau menerapkan teknik JSA (Job Safety Analysis) tersebut dilakukan dengan memberikan latihan atau memberikan penjelasan metode analisa keselamatan ataupun kesehatan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pekerjaan dengan teknik JSA yang sudah disetujui tersebut kepada tenaga kerja yang terkait. Dilakukan pengamatan terencana secara langsung dilapangan, sehingga dapat melakukan peninjauan ulang bila terjadi kecelakaan atau terjadi perubahan proses kegiatan atau pekerjaan. Dan diinformasikan kepada semua karyawan dan tenaga kerja, sehingga dapat diperoleh atau dibaca di tempat kerja serta dirangkum dengan baik pada sebuah file atau dokumen. h. Dokumentasi dan Review Teknik JSA Hasil dari teknik JSA (Job Safety Analysis) akan didokumentasikan oleh departemen terkait untuk dilakukan perbaikan atau sebagai masukan pada perancangan pengaman/modifikasi desain mesin baru. 3. Hasil Job Safety Analysis (JSA) Dari Hasil pengamatan di area PLTU Unit 3 terdapat tujuh pekerjaan yang dilakukan identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan teknik Job Safety Analysis (JSA), diantaranya adalah: a. Start Up PLTU Unit 3 Langkah-langkah kerja dari Start Up PLTU Unit 3 adalah: 1) Persiapan Start Up a) Line Up peralatan utama dan peralatan bantu. b) Line Up Auxiliary Power Sistem c) Line Up Service Water Sistem commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Pemeriksaan semua main power sistem dalam kondisi energized 2) Pengoperasian Sistem Air Pendingin a) Pengoperasian travelling water screen b) Pengoperasian Screen wash pump c) Pengoperasian condensor dan heat exchanger d) Pengoperasian CWP e) Pengoperasian vacuum primming system f) Pengoperasian Sistem Air pendingin Bantu (Pengoperasian ACW Pump) 3) Pengoperasian Sistem Udara Control dan Service a) Line up peralatan (status peralatan, valve, breaker, pemipaan, pengecekan pelumasan) b) Pengoperasian(contol panel dan lapangan) c) Monitoring (control panel dan lapangan) 4) Persiapan Pengoperasian Boiler a) Line Up Boiler b) Pengisian Boiler Drum (mengoperasikan valve) c) Pengisian Hotwell Condensor (Mengoperasikan valve) d) Pengisian Deaerator (Start Condensate System) e) Pengoperasian Boiler Feed Water System 5) Persiapan Penyalaan Boiler a) Pengoperasian Air Heater system commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
b) Pengoperasian FD Fan System c) Pengoperasian GR Fan d) Pengoperasian APC System e) Pengoperasian Sealing Air Booster Pump b. Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3 Uraian kerja nya adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Start Turbin a) Periksa main power system ter-energize b) Yakinkan Throtle valve dan governor valve posisi minimum c) Yakinkan load limit controller pada posisi maximum d) Yakinkan TGOP dan vapour Extractor Blower Operasi e) Yakinkan Turbin diputar oleh turning gear 2) Tarik Vacuum Condensor a) Start Gland Exhauster b) Start Turbin steam seal c) Start Priming Ejector d) Tutup Vacuum Breaker e) Start Auxiliary Oil Pump f) Start Exhaust hood spray g) Start Main Ejector h) Stop Primong Ejector 3) Start Turbin a) Periksa rotor eccentricity, diff expantion, dan kondisi uap commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Reset turbin c) Atur pemasukan uap menggunakan throtle valve d) Naikkan putaran turbin sampai putaran 3000 RPM c. Purging H2 Generator PLTU Unit 3. Uraian langkah kerjanya adalah sebagai berikut: 1) Persiapan a) Line Up peralatan (pengecekan valve, pemipaan, pengecekan botol CO2, regulator) 2) Pemasangan botol CO2 pada line CO2 system yang ada 3) Pengisian CO2 dan pembuangan H2 d.
Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU 3 Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut: 1) Line Up peralatan (memastikan status peralatan dalam kondisi siap dioperasikan dan tidak dalam perbaikan) a) Pengecekan valve suction dan discharge b) Pengecekan kebocoran pada saluran Uap Auxiliary 2) Penyalaan Air Heater Shoot Blower 3) Monitoring
e. Penyalaan Burner PLTU 3 Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut: 1) Line Up peralatan (Memastikan status peralatan dalam kondisi siap dioperasikan dan tidak dalam perbaikan) a) Pengecekan valve suction dan discharge commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pengecekan kebocoran pada saluran bahan bakar 2) Purging sistem Burner dilakukan oleh operator control panel dan dipantau oleh operator lapangan 3) Penyalaan Burner 4) Monitoring f. Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3 Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut: 1) Persiapan a) Line Up peralatan b) Pengecekan valve, pemipaan, level tanki, dan menentukan FO tank yang akan digunakan untuk operasional 2) Pengoperasian FO Pump (control panel dan lapangan) 3) Monitoring (Control panel dan lapangan) g. Mengoperasikan LO pump PLTU Unit 3 1) Persiapan a) Line Up peralatan b) Pengecekan valve, pemipaan, level tanki, dan menentukan LO tank yang akan digunakan untuk operasional 2) Pengoperasian LO Pump (control panel dan lapangan) 3) Monitoring (Control panel dan lapangan) Dari uraian langkah kerja tersebut terdapat bahaya dan cara pengendaliannya diantaranya adalah sebagai berikut: commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Start Up PLTU Unit 3 Pekerjaan start up adalah penyalaan awal peralatan/system setelah mengalami shut down. Tabel.1.Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Start Up No. Bahaya 1. Tersengat listrik
Pengendalian Pastikan sumber power maupun pengkabelan dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi dan grounding bagus)
2.
Tergelincir
Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat lantai licin
3.
Tertimpa peralatan
Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan dalam kondisi aman
4.
Tersandung
Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun barang yang dapat menyebabkan tersandung
5.
Kesalahan Manuver peralatan
Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan
6.
Kepala terbentur benda
Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan kerjarambu rambu peralatan yang dapat membahayakan
7.
Disengat binatang berbisa
Pastikan area travelling dalam kondisi bersih dari sampah sehingga keberadaan binatang berbisa dapat terdeteksi
8.
Radiasi panas yang dapat mengakibatkan luka bakar
Pastikan pipa/saluran panas terisolasi dengan baik dan pastikan tidak ada kebocoran panas pada saluran pemipaan ataupun valve
9.
Motor Terbakar
Pastikan sistem pendinginannya normal
10.
Ledakan Receiver tank karena over Pressure
Pastikan Relieve valve dapat bekerja sesuai dengantosetingan commit user parameter yang rekomendasikan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Job Safety Analysis Start Up PLTU Unit 3 b. Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3 Pengoperasian turbin adalah pekerjaan menghidupkan turbin dengan memanfaatkan uap dari boiler untuk memutar poros turbin dan generator untuk menghasilkan listrik. Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Pengoperasian Turbin No Bahaya 1. Tersengat listrik
Pengendalian Pastikan instalasi elektrik baik, dikerjakan 2 orang, dan gunakan APD
2.
Jatuh tersandung
Memberi penerangan, gunakan senter, APD
3.
Tergelincir
Memberi penerangan, gunakan senter, APD
4.
Kepala terbentur
Memberi penerangan, gunakan senter, APD
5.
Kejatuhan benda
Memberi penerangan, gunakan senter, APD
6.
Kebisingan
Gunakan APD
7.
Kesalahan manuver
Pastikan line up peralatan sesuai SOP
8.
Terpapar panas
Gunakan APD
9.
Kebocoran minyak pelumas di setip bearing
Monitoring kebocoran minyak
10. Kebakaran
Sediakan APAR
11. Vibrasi
Mengoperasikan kenaikan putaran turbin sesuai parameter memantau critical speed Sumber: Job Safety Analysis Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Purging H2 Generator PLTU Unit 3. Purging H2 Generator adalah pekerjaan menghidupkan generator H2. Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Purging H2 Generator No. Bahaya 1. Tergelincir
Pengendalian Pastikan area kondisi bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai licin
2.
Tertimpa peralatan
Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan dalam kondisi aman
3.
Tersandung
Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun barang yang dapat menyebabkan tersandung dan selalu berhati-hati dalam bekerja.
4.
Kesalahan peralatan
manuver Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan, pastikan personil operator/pekerja 2 orang untuk menghindari kesalahan dalam manuver, pastikan personil operator lapangan selalu berkoordinasi dengan operator control panel
5.
Kepala benda
terbentur
6. Kebocoran CO2 7. Kebakaran 8. Ledakan
Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan kerjarambu rambu peralatan yang dapat membahayakan Pada pemasangan CO2 botol ke line harus tepat dan rapat. Pastikan petugas mengerti peringatan dan lokasi APAR.
rambu-rambu
Selalu koordinasi dengan pihak laborat untuk pengecekan commit to userkadar CO2 dan Kadar H2 di dalam generator .
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Job Safety Analysis Purging H2 Generator PLTU Unit 3. d. Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU 3 Pengoperasian Air Heater Shoot Blower untuk membantu memanaskan udara sebelum masuk boiler dan sisanya dikeluarkan lewat stack. Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Pengoperasian Air Heater Shoot Blower No. Bahaya 1. Tergelincir
Pengendalian Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai licin
2.
Tersandung
Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan kerja ataupun barang yang bukan pada tempatnya dan dapat menyebabkan tersandung dan selalu berhati hati dalam bekerja
3.
Tersembur udara Pastikan saluran ignitor tip tidak buntu dan panas atau api pastikan operator dilengkapi dengan pelindung muka Kebakaran Pastikan di area kerja dilengkapi dengan APAR
4.
Sumber: Job Safety Analysis Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU 3
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Penyalaan Burner PLTU 3 Penyalaan burner bertujuan untuk memanaskan air di dalam boiler. Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Penyalaan Burner No. Bahaya 1. Tergelincir
Pengendalian Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai licin Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan kerja ataupun barang yang bukan pada tempatnya dan dapat menyebabkan tersandung dan selalu berhati hati dalam bekerja
2.
Tersandung
3.
Tersembur udara Pastikan saluran ignitor tip tidak buntu dan pastikan operator dilengkapi dengan pelindung muka panas atau api
4.
Kebakaran
Pastikan di area kerja dilengkapi dengan APAR
Sumber: Job Safety Analysis Penyalaan Burner PLTU 3
f. Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3 Mengoperasikan FO PUMP bertujuan untuk menyedot bahan bakar bahan bakar dari kapal menuju ke tank bahan bakar. Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Mengoperasikan FO PUMP No. Bahaya 1. Tergelincir
2.
Tersengat listrik
Pengendalian Pastikan area jalan kondisi bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai licin Pastikan sumber power maupun pengkabelan dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi dan grounding bagus) commit to user Bersambung...
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sambungan... 3.
Tertimpa peralatan
Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan dalam kondisi aman
4.
Tersandung
Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun barang yang dapat menyebabkan tersandung dan selalu berhati-hati dalam bekerja.
5.
Kesalahan manuver Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan peralatan,Pastikan personil operator/pekerja 2 orang untuk menghindari kesalahan dalam manuver , pastikan personil operator lapangan selalu berkoordinasi dengan operator control panel
6.
Kepala benda
7.
Di sengat binatang Berhati - hati dan waspada dan pastikan linkungan dalam kondisi bersih dari sampah berbisa sehingga keberadaan binatang berbisa dapat terdeteksi
8.
Kebocoran Fuel Oil
9.
Kebakaran
terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan kerjarambu rambu peralatan yang dapat membahayakan
Pastikan seal di duplek strainer Suction FO Pump dan packing di FO heater terpasang dengan baik.
Pastikan tidak ada kebocoran minyak FO, dan mengetahui lokasi APAR Sumber: Job Safety Analysis mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3 g. Mengoperasikan LO pump PLTU Unit 3 Mengoperasikan LO pump adalah pekerjaan menghidupkan LO pump. Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Mengoperasikan LO pump commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No. Bahaya 1. Tergelincir
2.
Pengendalian Pastikan area jalan kondisi bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai licin
Tersengat listrik Pastikan sumber power maupun pengkabelan dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi dan grounding bagus)
3.
Tertimpa peralatan
Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan dalam keadaan aman bagi pekerja.
4.
Tersandung
Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun barang yang dapat menyebabkan tersandung dan selalu berhati-hati dalam bekerja.
5.
6.
7.
Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan Kesalahan manuver SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan, peralatan pastikan personil operator/pekerja 2 orang untuk menghindari kesalahan dalam manuver , pastikan personil operator lapangan selalu berkoordinasi dengan operator control panel Kepala benda
terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan kerjarambu rambu peralatan yang dapat membahayakan
Berhati - hati dan waspada dan pastikan Di sengat binatang linkungan dalam kondisi bersih dari sampah berbisa sehingga keberadaan binatang berbisa dapat terdeteksi
8.
Kebocoran HSD
minyak Pastikan seal di duplek strainer Suction LO Pump terpasang dengan baik.
9.
Kebakaran
Pastikan tidak ada kebocoran minyak HSD, pastikan petugas mengerti rambu-rambu peringatan dan lokasi APAR
Sumber: Job Safety Analysis LO pump PLTU Unit 3 commitmengoperasikan to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Hambatan-hambatan dalam program identifikasi bahaya dengan teknik JSA Didalam pelaksanaan JSA di PT. Indonesia Power UBP Semarang terdapat berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi. Adapun kendala yang dihadapi, diantaranya adalah: a. Kurangnya kesadaran dari tenaga kerja tentang arti Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Sulitnya informasi yang didapatkan mengenai potensi bahaya dan faktor bahaya dari tenaga kerja, karena tenaga kerja kurang memperhatikan
terhadap
kemungkinan
bahaya
yang timbul
disekitarnya. B. Pembahasan 1. Program Job Safety Analysis (JSA) a. Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan Dari Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan PT. Indonesia Power UBP Semarang, dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen mempunyai tekad/komitmen untuk menciptakan kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi orang lain yang memasuki area tempat kerja. Kebijakan tersebut juga sudah di komunikasikan secara langsung kepada seluruh tenaga kerja, tetapi belum kepada tenaga kerja proyek yang bekerja di dalam PT. Indonesia Power UBP Semarang. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aplikasi di lapangan dari komitmen tersebut adalah dibuatnya prosedur kerja pada setiap aktivitas pekerjaan untuk memastikan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan benar, dimana prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan revisi apabila terdapat kondisi yang mengharuskan adanya perubahan prosedur kerja tersebut. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya aktifitas identifikasi bahaya yang terdapat ditempat kerja yang menghasilkan masukan-masukan untuk perbaikan/ revisi prosedur kerja yang ada. Untuk itu diperlukan suatu metode yang efisien dan dapat dianalisa dengan lebih cepat dan analisa tersebut digunakan metode Job Safety Analysis. PT. Indonesia Power UBP Semarang telah membuat serta menerapkan Job Safety Analysis dan hal tersebut telah tertuang dalam kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan point 2. Program pembuatan JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran 1 point C.2.c.1) yang menyatakan bahwa perlunya prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tujuan dan Sasaran Job Safety Analysis Tujuan PT. Indonesia Power UBP Semarang menerapkan Job Safety Analysis adalah agar setiap langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan dapat dianalisi potensi kecelakaan bahayanya, cara menanggulanginya, sehingga kecelakaan yang mungkin timbul dapat dihindari. Tujuan dan sasaran pembuatan JSA tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 point dua tentang perencanaan K3 yang memuat tujuan dan sasaran serta indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana. c. Penerapan teknik JSA Didalam penerapan atau pelaksanaan di PT. Indonesia Power UBP Semarang yang menjadi tim pelaksana adalah team assessment yang terdiri dari Bagian K3, Supervisor dan operator dari setiap seksi yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan masukan dari pihak yang dianggap lebih tahu dengan kondisi lapangan/ tempat kerja dan berpengalaman dalam melakukan pekerjaan, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan serta cara penanggulangan kondisi bahaya untuk memperbaiki prosedur kerja atau tindakan perbaikan yang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada pada E. Bird Jr (1990), dimana program analisa melibatkan pekerja yang merupakan orang pertama yang terpapar bahaya dan supervisor yang merupakan manajer serta pengawas dari pekerja. Proses analisa akan efektif apabila langsung bertanya kepada pekerja yang sehari-hari bekerja dilapangan dan berpengalaman dalam bidang tersebut. Keberadaaan Bagian K3 disini bertugas sebagai petugas khusus yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang penerapan SMK3 Lampiran 1 point C.2.c.1) yang menyatakan bahwa perlunya prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten. 2. Tahapan Pembuatan Job Safety Analysis a. Meninjau Daftar Pekerjaan Proses inventaris pekerjaan di PT. Indonesia Power UBP Semarang telah dilaksanakan secara menyeluruh oleh team. Proses tersebut telah memperhitungkan jenis alat/ mesin yang dipakai tetapi belum mencakup seluruh pekerjaan yang dilaksanakan secara tetap. b. Menetukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa Identifikasi yang telah dilaksanakan di PT. Indonesia Power UBP Semarang didasarkan atas kecelakan kerja, penyebabnya kejadian kecelakaan dan akibat kecelakaan tersebut, hal tersebut telah sesuai dengan Teknik Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
pelaksanaan JSA diprioritaskan pada pekerjaan yang histories/catatan kecelakaan yang berulang-ulang, mempunyai kemungkinan cacat, serta pekerjaan baru yang timbul dari perubahan proses, bahan maupun metode produksi pekerjaan yang telah dianalisa. PT. Indonesia Power UBP Semarang telah melakukan Analisa Keselamatan maupun kesehatan dengan teknik JSA namun belum dilaksanakan pada setiap daerah kerja dan mencakup pekerjaan/tugas yang telah diidentifikasi mempunyai histories kecelakaan yang tinggi. c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar Pekerjaan yang dianalisa diuraikan menjadi langkah-langkah dasar yang terdiri dari beberapa tahap sesuai dengan aktivitas pekerjaan tersebut. Dimana didalam menguraikan tahap-tahap pekerjaan ini dilakukan dengan ringkas dan jelas. Penguraian tahap-tahap ini tidak terlalu detail, mudah diingat dan mudah dikenali. Didalam setiap langkah kerja yang dikemukakan merupakan pedoman yang benar dengan memberikan instruksi yang jelas, mencakup langkah atau tahap utama dari pekerjaan dan juga memperhitungkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta menekankan penggunaan teknik pengaman. d. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan cara melakukan observasi ke lapangan, untuk mengamati secara langsung bagaimana tahapan-tahapan pekerjaan tersebut dilakukan dan kondisi bahaya apa commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saja yang mungkin timbul. Dari pengamatan yang dilakukan team diharapkan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Apakah aktifitas yang dilakukan tenaga kerja dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang berada disekitar pekerja yang melakukan tugas atau pekerjaanya. 2) Apakah peralatan yang dipakai dalam keadaan/kondisi yang aman. 3) Bagaimana kondisi lingkungan disekitar tempat tenaga kerja melakukan aktifitas kerja. 4) Apakah tenaga kerja menggunakan material yang berbahaya/ berpengaruh terhadap keselamatan diri operator atau setiap orang lain disekitar tempat kerjanya. Dari pertanyaan tersebut dapat diketaui bahwa proses identifikasi bahaya telah memperhitungkan aspek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, yaitu manusia, peralatan, material dan lingkungan. e. Mengendalikan Bahaya Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan cara menyesuaikan antara kegiatan produksi dengan kesesuaian pekerjaan yang dilakukan sehingga meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang terjadi di lingkungan pekerjaan. Cara yang paling aman untuk mengendalikan bahaya yang dilihat dari keselamatan maupun kesehatan yaitu dengan melibatkan tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan yang mereka lakukan atau kerjakan. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pengendalian yang dipakai adalah metode rekayasa teknik, isolasi, administratif dan APD. Dimana dari pengendalian resiko yang dilakukan belum mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian. f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis) Bagian K3 akan melakukan peninjauan ulang dan mengevaluasi Job Safety Analysis (JSA) tersebut. Setelah dilakukan peninjauan ulang dan disetujui maka akan diterima. g. Melaksanakan atau menerapkan JSA Dalam tahap ini bagian K3 akan memberikan latihan atau penjelasan JSA yang telah disetujui dan dibuat oleh team assesment kepada karyawan dan tenaga kerja yang terkait. Dilakukan pengamatan terencana dilapangan yang dilakukan oleh team assessment kepada tenaga-tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Setelah melakukan pengamatan dan peninjauan ulang akan dirangkum dan dibuat file serta diinformasikan kepada tenaga kerja. h. Pendokumentasian dan Revisi JSA Pendokumentasian terhadap JSA di PT. Indonesia Power UBP Semarang belum sesuai dengan Frank E.Bird Jr (1990) yang menyatakan bahwa JSA harus diperbaharui untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur kerja dan teknologi dan proses produksi yang dipakai diperusahaan ini, karena belum adanya prosedur untuk merevisi JSA yang telah ada jika terjadi perubahan proses produksi, commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lay out, teknologi/mesin atau jika terjadi suatu kecelakaan kerja pada mesin atau pekerjaan tertentu. 3. Hasil Pembuatan JSA Di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang proses penganalisaan
dengan
menggunakan
JSA
sudah
diterapkan
dan
diusahakan tetapi belum mencakup semua aktivitas pekerjaan/ tugas yang memiliki resiko kecelakaan, sehingga perlu dilakukan pembuatan JSA disegala aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki potensi bahaya, agar dapat menghilangkan atau meminimalisir resiko kecelakaan. Adapun dari hasil pembuatan JSA pada pekerjaan Start Up, Pengoperasian Turbin, Purging H2 Generator, pengoperasian Air Heater Shoot Blower, penyalaan Burner , mengoperasikan FO PUMP , mengoperasikan LO pump di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang telah ditemukan berbagai bahaya dan pengendaliannya diantaranya adalah a. Potensi Bahaya 1) Tersengat listrik Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan sumber power maupun pengkabelan dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi dan grounding bagus). Selain itu juga dapat di berikan APD berupa safety shoes dan sarung tangan tahan listrik. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tergelincir Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat lantai licin.
Pengendalian
lainnya
yang dapat
dilakukan
adalah
memberikan APD berupa safety shoes. 3) Tertimpa peralatan Pengendaliannya dengan memastikan area aman dari kondisi peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan dalam kondisi aman Selain itu perlunya penyediaan safety helm sebagai Alat Pelindung Diri. 4) Tersandung Pengendaliannya dengan memastikan di area kerja terutama akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun barang
yang
dapat
menyebabkan
tersandung.
Langkah
pengendalian tersebut sudah tepat untuk mengendalikan potensi bahaya tersandung. 5) Kesalahan Manuver peralatan Pengendaliannya dengan memastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan SOP dan dilengkapi dengan cheklist peralatan. Selain itu juga perlu peningkatan pengawasan supervisor terhadap operator. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Kepala terbentur benda Pengendaliannya dengan memastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan kerja rambu rambu peralatan yang dapat membahayakan. Selain itu mungkin dapat menyediakan akses jalan lain yang tidak membahayakan pekerja dan penyediaan safety helm. 7) Disengat binatang berbisa Pengendalian yang dilakukan dengan memastikan area travelling dalam kondisi bersih dari sampah sehingga keberadaan binatang berbisa dapat terdeteksi. Pengendalian lain perlunya diberikan pagar pengaman sehingga binatang berbisa tidak dapat masuk ke area kerja. 8) Motor Terbakar Pengendalian dengan memastikan sistem pendinginannya normal, selain itu perlu dilakukan pengecekan motor apabila sudah terlihat aus segera dilakukan penggantian. 9) Ledakan Pada pekerjaan Start Up pengendalian yang dilakukan dengan memastikan Relieve valve dapat bekerja sesuai dengan setingan parameter yang rekomendasikan
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada pekerjaan Purging H2 Generator pengendalian yang dilakukan adalah dengan koordinasi dengan pihak laborat untuk pengecekan kadar CO2 dan Kadar H2 di dalam generator . 10) Kebakaran Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan petugas mengerti rambu-rambu peringatan dan lokasi APAR. Alat pemadam kebakaran tidak hanya berupa APAR, tetapi juga ada hidrant dan sprinkler. Selain itu juga perlunya dilakukan latihan pemadam kebakaran. 11) Kebocoran CO2 Pengendalian dengan memastikan pemasangan CO2 botol ke line harus tepat dan rapat. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mengerjakan. 12) Tersembur udara panas atau api Pengendalian dengan memastikan saluran ignitor tip tidak buntu dan pastikan operator dilengkapi dengan pelindung muka. Selain itu juga wearpack serta safety shoes. 13) Kebocoran bahan bakar Pengendalian dengan memastikan seal terpasang dengan baik. Selain itu juga pastikan seal dalam keadaan baik.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Faktor Bahaya 1) Radiasi panas Pengendalian yang dilakukan memastikan pipa/saluran panas terisolasi dengan baik dan pastikan tidak ada kebocoran panas pada saluran pemipaan ataupun valve. Selain itu perlu dilakukan pengukuran terhadap radiasi panas tersebut lalu dilakukan pengendalian dengan melakukan rotasi kerja untuk mengurangi paparan panasnya dan juga perlu disediakan pakaian tahan panas bagi tenaga kerja. 2) Kebisingan Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan APD, seharusnya dijelaskan juga APD yang dipakai berupa ear plug dan ear muff. 3) Vibrasi Pengendalian
yang
dilakukan
dengan
mengoperasikan
kenaikan putaran turbin sesuai parameter memantau critical speed. Selain itu juga perlu dilakukan peredaman terhadap mesin yang menimbulkan vibrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis data yang dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai program penerapan JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang, yaitu: 1. PT. Indonesia Power UBP Semarang telah membuat suatu kebijakan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, salah satu penerapan yang dilakukan dengan melakukan identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan metode Job Safety Analysis. Dimana kebijakan tersebut belum dikomunikasikan kepada tenaga kerja proyek. 2. Langkah-langkah pelaksanaan Job Safety Analysis adalah sebagai berikut: a. Meninjau Daftar Pekerjaan Dalam meninjau daftar pekerjaan belum mencakup seluruh pekerjaan yang dilaksanakan secara tetap. b. Menetukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa Identifikasi didasarkan atas kecelakaan kerja, penyebabnya kejadian kecelakaan dan akibat kecelakaan tersebut, hal tersebut telah sesuai dengan Teknik Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar Tahapan pekerjaan diuraikan secara ringkas dan jelas. commit to user
78
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan Dilakukan
observasi
sacara
langsung
ke
lapangan
untuk
mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dari tahapan pekerjaan. e. Mengendalikan Bahaya Metode pengendalian yang dipakai adalah
metode rekayasa
teknik, isolasi, administrasi dan APD. Pengendalian yang dilakukan belum mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian. f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis) Sudah dilakukan peninjauan ulang dan evaluasi Job Safety Analysis g. Melaksanakan atau menerapkan JSA Bagian K3 akan memberikan latihan atau penjelasan tentang JSA yang telah dibuat. h. Pendokumentasian dan Revisi JSA Belum adanya prosedur untuk merevisi JSA. 3. Penerapan dan
pelaksanaan pembuatan JSA di PLTU Unit 3 PT.
Indonesia Power UBP Semarang sudah sesuai dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman SMK3. 4. Pelaksana JSA merupakan kerjasama antara berbagai pihak yang saling berkaitan. Team assessment terdiri dari Bagian K3, Supervisor dan operator dari setiap seksi yang bersangkutan. Dan penanggung jawab pelaksanaan adalah Bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 5. Potensi Bahaya di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah tersengat listrik, tergelincir, tertimpa peralatan, tersandung, commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesalahan manuver peralatan, kepala terbentur benda, disengat binatang berbisa, motor terbakar, ledakan, kebakaran, kebocoran CO2, tersembur udara panas atau api, kebocoran bahan bakar. 6. Faktor Bahaya yang terdapat di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah radiasi panas, kebisingan dan vibrasi. 7. Hambatan dari program identifikasi bahaya dengan metode JSA adalah: a. Kurang kesadaran tentang K3 b. Sulitnya informasi dari tenaga kerja sebagai orang yang terpapar secara langsung terhadap bahaya. B. Saran Berdasarkan kesimpulan
yang telah penulis sampaikan, maka penulis
dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlunya dikomunikasikan secara langsung kebijakan tentang K3 kepada semua tenaga kerja dan tenaga proyek yang bekerja di lingkungan PT. Indonesia Power UBP Semarang. 2. Perlu dibuat Job Safety Analysis di semua jenis aktivitas pekerjaan di PT. Indonesia Power UBP Semarang. 3. Pengendalian terhadap sumber bahaya perlu dilakukan dengan pendekatan hirarki pengendalian. 4. Perlunya dibuat Standart Operation Prosedur untuk merevi Job Safety Analysis. 5. Perlunya dibuat poster-poster K3 untuk meningkatan kesadaran tenaga kerja akan bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari pekerjaannya. commit to user