LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA DESA SALIKI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh Ellysa Febrianti NIM. 090 500 062
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
i
KATA PENGANTAR ..........................................................................
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
iv
I.
PENDAHULUAN …………………………………………….
1
A.
Latar Belakang ………………………………………..
1
B.
Tujuan ………………………………………………….
2
C.
Hasil yang Diharapkan ……………………………….
2
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ……………………….
3
A.
Tinjauan Umum Perusahaan …………………………
3
B.
Manajemen Perusahaan ………………………………
3
C.
Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL …………………….
4
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ………………………
5
A.
Survey Areal dan Pembukaan Lahan ……………….
5
B.
Pembibitan …………………………………………….
6
C.
Penanaman ……………………………………………
16
D.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ……………..
20
E.
Panen dan Pengangkutan ……………………………
28
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
33
A.
Kesimpulan …………………………………………….
33
B.
Saran …………………………………………………..
33
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
34
LAMPIRAN
35
II.
III.
IV.
…………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Peta PT. Tritunggal Sentra Buana ………………………
36
2.
Struktur Organisasi PT. Tritunggal Sentra Buana ……..
37
3.
Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang …………
38
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Komoditas kelapa sawit di Indonesia menunjukan perannya yang baik bagi perekonomian Indonesia. Tanaman
kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara beberapa tanaman penghasil minyak. Indonesia memiliki peluang besar dalam mengembangkan tanaman kelapa sawit karena Indonesia merupakan Negara tropis sehingga sangat cocok untuk membuka perkebunan kelapa sawit. Pembukaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia memberikan peluang dalam menerima tenaga kerja yang terampil dan handal serta memiliki disiplin yang tinggi dalam melakukan pekerjaan di bidang perkebunan. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang baik apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan benar, tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan pada kawasan
hutan gundul atau
lahan yang sudah tidak produktif lagi sehingga nantinya tanaman kelapa sawit dapat menyelamatkan
ekosistem disekitarnya.
Sehingga pemerintah memberikan izin dalam melakukan pendirian perusahaan perkebunan.
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan
khususnya Program
telah
memiliki
program
kegiatan Praktek Kerja Lapang bagi mahasiswa ke perkebunan – perkebunan yang dikelola oleh lembaga pemerintah
agar
swasta, rakyat maupun
para mahasiswa memiliki keterampilan dalam
mengembangkan pengetahuannya di bidang tanaman perkebunan.
B.
Tujuan 1.
Mahasiswa dapat memahami kegiatan serta prinsip kerja dalam membudidayakan tanaman kelapa sawit serta tata
cara
penggunaan alat, bahan dan sarana yang ada di lapangan. 2.
Mahasiswa
dapat
memahami
penerapan
teori dengan
kegiatan di lapang secara langsung dengan adanya kegiatan praktek kerja lapang.
C.
Hasil yang diharapkan Kegiatan menambah
praktek
wawasan
kerja dan
lapang
keterampilan
ini diharapkan dapat mahasiswa
dibidang
budidaya tanaman perkebunan sebagai bekal dalam memasuki lapangan kerja.
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan PT.
Tritunggal
Sentra
Buana
(TSB)
adalah perusahaan
kelapa sawit yang terletak di Desa Saliki Kecamatan Muara Badak. PT. TSB
merupakan
bagian dari perusahaan Wilmar Group
Plantation. PT. TSB memiliki pabrik kelapa sawit yaitu PT. Tritunggal Sentra Buana Pulm Oil Mill. B. Manajemen Perusahaan 1. General Estatet Manager (GEM) GEM merupakan pemegang
jabatan tertinggi di PT.
Tritunggal yang saat ini di jabat oleh Bapak John Martin yang membawahi seluruh organisasi lainnya yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di lapangan. 2. Departement. Legal Officer (Dept. LO) Dept. LO merupakan pusat dari PT. TSB yang berada Jln. DI. Panjaitan. Dept Lo. Ini bergerak di bidang pencari tenaga kerja dan mengatasi masalah di kebun. Dept. LO memiliki Staff LO yang bergerak dalam mengatasi masalah yang ada di kebun.
3. Bina Mitra (BM) BM merupakan bagian dari Wilmar Group Plantation yang mengurus kebun plasma ke masyarakat sekitar Desa Saliki Kecamatan Muara Badak. 4. Estate Manager Estate Manager merupakan jabatan tertinggi kedua di PT. Tritunggal Sentra Buana yang saat ini di jabat oleh Bapak Ibnu Trisamsi
yang
bertanggung
jawab
dalam
kegiatan
kemasyarakatan yang ada di sekitar kebun Desa Saliki. 5. Divisi Manager (DM) DM adalah pengamat di lapangan yang bertugas untuk menenukan dan mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada di kebun seperti kesalahan dalam melakukan panen. DM saat ini di jabat oleh Bapak Wiyono. C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Tritunggal Sentra Buana terletak di Desa Saliki Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. PKL ini dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari tanggal 2 Maret – 2 Mei 2012.
III.
A.
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
Survey Areal dan Pembukaan Lahan 1. Membuat batas areal a. Tujuan 1) Menentukan titik batas kebun sesuai dengan izin lokasi dan Hak Guna Usaha. 2) Membuat batas lokasi kebun sehingga
membentuk
polygon. 3) Membuat batas inclave terhadap lahan masyarakat, lahan yang tidak diusahakan dan lahan konservasi. b. Dasar Teori Pemerintah
memberikan
kepastian
formal
tentang
perizinan penyelenggaraan perkebunan kelapa sawit. Untuk usaha perkebunan, diberikan HGU dengan jangka waktu selama-lamanya 35 tahun dan perpanjangan 25 tahun (Pahan, 2008). Survei lapangan merupakan gambaran detail lokasi yang
akan
memudahkan
dijadikan
kebun
pekerjaan
kelapa
sawit,
pembukaan
sehingga
lahan
dan
pengendaliannya (Sunarko, 2009.) Global Positioning System (GPS) merupakan sistem penentu posisi yang akurat dengan ketelitian submeter, yang didasarkan
atas
suatu
sistem
satelit
navigasi yang
dibangun
dan dikelola oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan kompas, Global Positioning System (GPS), parang, meteran, sedangkan bahan adalah patok kayu, cat warna merah, peta dasar, alat tulis menulis. d. Prosedur Kerja 1) Menentukan titik batas kebun sesuai izin lokasi dengan melihat peta dasar terlebih dahulu 2) Menentukan
titik
kordinat menggunakan GPS dan
kompas dari titik yang sudah ditentukan sesuai peta dasar. 3) Setelah itu dilakukan perintisan dengan menggunakan parang. 4) Tarik meteran sepanjang rintisan dan patok dengan menggunakan anak kayu dan diberi cat warna merah. e. Hasil yang dicapai Dalam pembukaan lahan 1 hari kerja (8 jam) menurut ketentuan kerja PT. Tritunggal Sentra Buana diperoleh 16002000 m2/HK. f.
Pembahasan
:
-
B.
Pembibitan 1. Pre – Nursery a.
Penyiraman 1)
Tujuan Agar
kebutuhan
tanaman
terhadap
air
dapat
terpenuhi. 2)
Dasar teori Penyiraman
dilakukan
dua kali
sehari secara
teratur. Jika curah hujan lebih dari 8 mm/hari maka penyiraman penyiraman tidak perlu dilakukan setiap hari Marsa et al. (2009). Sumisamsui sistem irigasi adalah irigasi Sumisamsui
kabut
sistem
untuk
pembibitan.
ialah selang yang terbuat dari bahan
polietilen khusus kelas hitam. Pola lubang irigasi dirancang
oleh
komputer
untuk
menghasilkan
semprotan yang seragam dan sangat halus (Pahan, 2006). Pada
pembibitan
awal
(pre-nursery)
kebutuhan tiap bibit adalah sekitar 0,1 liter, 0,2 liter dan 0,3 liter/hari berturut-turut untuk bibit umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
3)
Alat yang digunakan sumisamsui, mesin air.
4)
Prosedur kerja a)
Keran dibuka terlebih dahulu pada tiap-tiap saluran agar sumisamsui
tidak meledak saat
dialirkan air. b) 5)
Mesin air dihidupkan oleh operator.
Hasil yang dicapai Untuk penyiraman menggunakan sumisamsui, hasil yang dicapai sumisamsui mampu menyiram secara keseluruhan
selama
25
menit
dengan
rotasi
penyiraman 2 kali sehari/HK. 6)
Pembahasan Penyiraman
di PT. Tritunggal Sentra Buana telah
sesuai, yaitu penyiraman dilakukan dua kali sehari dan jika curah hujan 8 mm/hari maka tidak perlu dilakukan penyiraman setiap hari.
2.
Main nursery a.
Menyusun polybag (spacing) 1)
Tujuan Agar
tanaman lebih
rapi
dan
tidak
saling
menutupi saat dalam penerimaan sinar matahari.
2)
Dasar teori Polibag disusun di areal pembibitan yang telah bersih dengan jarak
tanam
berbentuk
sama sisi diukur dari pusat
segi tiga
90 x 90 x 90 cm
polibag (Pahan, 2008). 3)
Alat yang digunakan adalah tali rapia, sedangkan bahan
yang
digunakan
adalah
polybag
yang
sudah diisi media tanam. 4)
Prosedur kerja a)
Penyusunan polybag menggunakan tali rapia.
b)
Polybag yang sudah diisi dengan media tanam disusun dengan jarak antar tanaman 75 cm x 75 cm x 75 cm.
5)
Hasil yang dicapai Rata-rata penyusunan polybag/jam sebanyak 20 polybag sedangkan bagi tenaga kerja 150 polybag/HK.
6)
Pembahasan Jarak bibit di lapangan tidak sesuai dengan yang ada di teori yaitu 90 cm x 90 cm x 90 cm, sedangkan jarak tanam di lapangan yaitu 75 cm x 75 cm x 75 cm dengan alasan untuk menghemat lahan.
b.
Penyiraman 1) Tujuan Agar
kebutuhan
tanaman
terhadap
air
dapat
terpenuhi sehingga tidak mengakibatkan kematian pada tanaman. 2) Dasar teori Penyiraman dilakukan dua kali sehari secara teratur dengan
jumlah
cukup kecuali jika
turun
hujan penyiraman cukup sekali saja. Jika kemarau maka penyiraman harus dilakukan dua kali sekali sehari minimal 2 liter/polybag (Sunarko, 2009). Penyiraman
yang
kurang
sempurna
akan
mengakibatkan kematian. Air yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan air di pembibitan setara dengan
curah
hujan
3,4
mm/hari
atau
2,25
liter/polybag (Pahan, 2008). Sumisamsui sistem irigasi adalah irigasi kabut sistem untuk pembibitan. Sumisamsui ialah selang yang terbuat dari bahan
polietilen
khusus
kelas
hitam. Pola lubang irigasi dirancang oleh computer untuk menghasilkan semprotan yang seragam dan sangat halus (Pahan, 2006). 3)
Alat yang digunakan sumisamsui, mesin air.
4)
Prosedur kerja a)
Keran dibuka
terlebih dahulu pada
tiap-tiap
saluran agar sumisamsui tidak meledak saat dialirkan air. b) 5)
Mesin air dihidupkan oleh operator.
Hasil yang dicapai Untuk penyiraman menggunakan sumisamsui, hasil yang dicapai sumisamsui mampu menyiram secara keseluruhan selama ketentuan
2 liter/polybag
60 menit
dengan
yang dilakukan 2 kali
sehari/HK. 6)
Pembahasan Penyiraman yang dilakukan oleh PT. Tritunggal Sentra Buana sesuai dengan pendapat Sunarko (2009),
yang
menjelaskan
bahwa
penyiraman
dilakukan dua kali sehari dan minimal 2 liter/polybag.
c.
Penyiangan gulma 1)
Tujuan Agar tidak terjadi perebutan unsur tanaman pokok dengan sekitar
bibit
menjadi
gulma. bersih
hara antara
Sehingga gulma di dan
menghindari
terbentuknya lapisan kedap air di permukaan tanah.
2)
Dasar teori Penyiangan dilakukan secara manual, yakni dengan mencabut
gulma
menggunakan
tangan.
Tujuan
penyiangan di antaranya membersihkan pembibitan dari vegetasi selain bibit dan menghindari terbentuknya lapisan kedap air di permukaan tanah Marsa et al, (2009). Gulma di kelapa sawit harus dikendalikan karena gulma
akan menghambat
jalan bagi
para pekerja,
gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap gulma penyakit
unsur
hara dan air
menjadi
tanaman
yang
menyerang
inang
serta
kemungkinan
bagi hama
tanaman
kelapa
atau sawit.
Rumput-rumput yang tumbuh diluar polibag dibersihkan dua bulan sekali dengan dicangkul atau herbisida (Selardi, 2003). 2)
Alat yang digunakan hand sprayer, sedangkan bahan yang digunakan
herbisida yaitu Gramoxone dan Fasta,
air. 3)
Prosedur kerja a)
Untuk
gulma
di
dalam
polybag
dicabut
menggunakan tangan. b)
Untuk gulma di luar polybag dilakukan pengendalian secara kimiawi, disemprot menggunakan herbisida,
yaitu Gramoxone dan Fasta dengan konsentrasi 50 ml/15 ltr air.
2)
Hasil yang dicapai Untuk tenaga kerja pengendalian dilakukan secara
manual
sedangkan
oleh 20 orang tenaga/hari kerja,
secara
kimia
dilakukan setiap dua
minggu sekali. 3)
Pembahasan Pengendalian gulma di PT. Tritunggal Sentra Buana belum sesuai dengan yang ada di teori, karena menurut teori pengendalian secara kimia harus menggunakan herbisida dan pengendalian pun dilakukan dua bulan sekali namun pengendalian gulma di lapangan dilakukan 2 minggu sekali. Bahan yang digunakan dibuat oleh pihak perusahaan yang tidak di jual belikan.
d.
Pemupukan 1)
Tujuan Untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada proses pertumbuhan fase generatif maupun fase vegetatif.
2)
Dasar teori Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Cara penebaran distribusi
unsur
pupuk hara
dapat
dapat
menyebabkan
merata
sehingga
perkembangan akar pun lebih seimbang. Fase generatif
terjadi
pada
pembentukan
dan
perkembangan kuncup – kuncup bunga, buah dan biji, namun dapat juga terjadi pada pembesaran dan pendewasaan akar dan batang tanaman, sedangkan fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru dalam
fase ini terjadi 3 proses
yakni
dan
pembelahan
sel,
perpanjangan
sel
(Novizan, 2002). Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting
untuk
meningkatkan
produksi,
Hasil
penelitian menunjukan bahwa pemupukan mutlak dilakukan
karena
produksi dan tetap
secara menjaga
nyata
meningkatkan
stabilitas
tanaman
(Selardi, 2003). Jenis pupuk yang digunakan
di
pembibitan dapat berupa pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Di Malaysia dianjurkan pemakaian pupuk
majemuk 15.15.6.4 sampai bibit berumur 4 bulan sebanyak 5 g/bibit
sedangkan pupuk majemuk
12.12.17.2 digunakan pada bulan ke-5 dengan dosis 30 g/bibit dan seterusnya (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005). 3)
Alat yang digunakan adalah tas karung, sendok makan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pupuk NPK 12-12-17-2+TE
4)
Prosedur kerja Pupuk NPK 12-12-17-2+TE diberi dengan cara ditabur dengan dosis 7,5 g pada saat berumur 3 minggu, apabila bibit telah berumur 3 bulan maka diberi pupuk dengan dosis 15 g dan 3 bulan berikutnya diberi lagi pupuk dengan dosis 35 g hingga bibit berumur 8 – 12 bulan. Namun apabila bibit telah berumur 8 – 12 belum juga dipindah ke lapangan maka bibit tersebut tetap diberi pupuk dengan dosis 35 g setiap 3 bulan.
5)
Hasil yang dicapai Pemupukan
dilakukan
dengan
sistem
borongan, hasil pekerjaan pemupukan adalah adalah 25 polybag/jam sedangkan bagi tenaga kerja 1
orang dapat memupuk 200 polybag/karung dan diupah 2.500 perkarung. 6)
Pembahasan Pemupukan yang dilakukan dalam praktek belum sesuai dengan yang ada pada teori, bahwa cara pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan dan dengan dosis yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Pupuk yang digunakan ialah pupuk yang dibuat oleh perusahaan yang tidak dijual belikan dan merupakan rahasia perusahaan.
e.
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) 1)
Tujuan Pengendalian HPT dilakukan agar tanaman dapat terhindar dari hama dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2)
Dasar teori Hama umumnya merupakan jasad mikro yang kasat mata, hama Aspidiotus ialah hama yang menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan
timbul
pengendalian
bercak hama
–
bercak
Aspidiotus
bulat.
Untuk
menggunakan
pestisida dengan bahan aktif Aldircab dengan dosis 4 g/bibit (Pahan, 2008). Hama dilakukan
saat
di
dengan
pembibitan
main
menyemprotkan
nursery pestisida
sedangkan untuk penyakit menggunakan fungisida dengan rotasi penyemprotan dua minggu sekali (Masra et al. 2009). 3)
Alat yang digunakan adalah hand sprayer solo 425, sedangkan bahan yang digunakan adalah insektisida yaitu cozeb dan chlormite.
4)
Prosedur kerja a. Hand sprayer diisi air sebanyak 15 ltr. b. chlormite dengan dosis 20 ml, dan cozeb dengan dosis 20 gr. c. Penyemprotan dilakukan pada sore hari.
5)
Hasil yang dicapai Pengendalian hama penyakit tanaman untuk tenaga kerja dilakukan 2 minggu sekali tergantung dari serangan hama.
6)
Pembahasan Untuk pengendalian hama penyakit tanaman di lapangan telah sesuai dengan yang ada di teori,
yaitu dengan rotasi penyemprotan 2 minggu sekali. Untuk dosis merupakan rahasia perusahaan yang tidak diberi tahukan karena pestisida yang digunakan merupakan buatan perusahaan.
C.
Penanaman 1.
Pembuatan lubang tanam a.
Tujuan 1)
Untuk mematikan mikroorganisme tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
2)
Mengurangi kemasaman tanah.
3)
Untuk
menggemburkan
tanah
sehingga
memudahkan penyerapan unsur hara bagi tanaman. b.
Dasar teori Ajir
ialah
pancang
yang
menentukan lubang tanam atau titik akan
ditanam
nantinya.
digunakan
untuk
dimana tanaman
Pemancangan
dilakukan setelah pekerjaan perun, rumpuk
sebaiknya dan bakar
selesai dilakukan pada seluruh areal. Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam 1 bulan sebelum tanam, hal ini bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang tanam yang dibuat, untuk
menggemburkan
struktur
tanah
sehingga
penyerapan unsure hara yang diberikan (pupuk) menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman (Pahan, 2008). Lubang tanam dibuat tepat di lokasi yang sudah dipasang ajir. Pembuatan lubang dilakukan dua atau tiga bulan sebelum kelapa sawit ditanam dan tanah top soil dengan sub soil harus dipisahkan. Tujuan dibuatnya lubang tanam agar semua gas beracun hasil metabolisme mikroba menguap atau terbawa angin (Selardi, 2003). c.
Alat yang digunakan adalah tombak dan cangkul.
d.
Prosedur kerja 1)
Lahan yang telah diajir dicangkul sedalam 70 cm.
2)
Lalu diukur panjang 30 cm dan lebar 30 cm menggunakan tombak.
3)
Tanah
yang
akan
dicangkul
tidak dipisahkan
antara tanah top soil dengan tanah sub soil. e.
Hasil yang dicapai Setelah pembuatan
lubang tanam
harus
segera
dilakukan penanaman agar lubang tidak tertutup kembali. Pembuatan lubang tanam yang dikerjakan 4 lubang/jam sedangkan bagi tenaga kerja 1 orang yang dilakukan dengan sistem borongan mampu membuat 30 lubang/HK.
f.
Pembahasan Dari
yang
dilakukan
dilapangan
dengan yang ada di teori, karena
tidak
yang
sesuai
seharusnya
lubang tanam dibuat 2 – 3 bulan sebelum tanam tetapi malah baru dibuat saat akan dilakukan penanaman.
2.
Penanam bibit a.
Tujuan Untuk
menentukan
produksi dan kelangsungan hidup
tanaman kelapa sawit. b.
Dasar teori Penanaman
kelapa
penting, karena akan
sawit
di lapangan
menentukan
produksi
kelangsungan hidup tanaman. Penanaman
sangat dan
dilakukan
pada bulan Oktober dan sudah harus selesai pada akhir bulan Februari. Pada bulan Oktober hujan sudah mulai turun sehingga tanaman tidak akan kekurangan air. Penanaman di lapangan dilakukan setelah bibit berumur 12
bulan. Pemupukan dasar mutlak dilakukan pada
kebun – kebun yang akan ditanami kelapa sawit (Selardi, 2003). Penanaman kelapa sawit harus diawali dengan pemupukan lubang menggunakan pupuk rock phosphate
sebanyak
0,5
kg/lubang
(Mangoensokarjo,
2005;
Haryono, 2005). c.
Alat
yang
digunakan adalah cangkul dan
parang,
sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit umur 3 tahun. d.
Prosedur kerja 1)
Lubang tanam yang akan ditanami dibersihkan kembali menggunakan cangkul dan parang.
2)
Buka
bagian
samping
polybag
menggunakan
parang. 3)
Masukan bibit ke dalam lubang lalu menimbunnya dengan tanah.
e.
Hasil yang dicapai Penanaman
kelapa sawit menggunakan sistem
borongan. Penanaman bagi mahasiswa yang melakukan praktek memperoleh tenaga kerja
3 polybag/jam
sedangkan bagi
dengan jumlah 10 orang
dengan hasil
pengerjaan 1 orang memperoleh 30 bibit/HK. f.
Pembahasan Dari pengerjaan yang ada di lapangan tidak sesuai dengan yang ada diteori, karena bibit yang digunakan adalah bibit yang sudah berumur 3 tahun dan tanpa adanya pupuk dasar sedangkan menurut teori harus bibit
yang berumur 12 bulan dan harus diberi pupuk dasar. Bibit yang berumur 3 tahun ini disebabkan karena kondisi lahan yang belum siap dan tidak adanya penggunaan
pupuk dasar pada saat penanaman
disebabkan karena kurangnya stok dari perusahaan.
D.
Perawatan Tanaman Menghasilkan Menurut Risza (1995), yang dimaksud pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah umur 3 – 25 tahun (sampai diremajakan). Dimana kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan meliputi rawat piringan, pasar pikul, pruning, pemupukan, rawat jalan, panen dan pengangkutan. 1.
Pengendalian gulma a.
Tujuan Agar tidak terjadi persaingan unsur hara antara gulma dengan tanaman pokok kelapa sawit.
b.
Dasar teori Pemeliharaan
tanaman
menghasilkan
dilakukan
pada umur 3 – 25 tahun (Risza, 1995). Pengendalian gulma atau penyiangan merupakan kegiatan untuk
menekan
pertumbuhan
gulma
agar
tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dan secara
kimiawi (Sunarko, 2009). Gulma di kelapa sawit harus dikendalikan karena gulma akan menghambat jalan bagi para pekerja, gulma menjadi pesaing
tanaman
kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau
penyakit
yang menyerang tanaman kelapa sawit
(Selardi, 2003). Pemberantasan gulma dilakukan secara manual dan
kimiawi.
Pemberantasan
menggunakan herbisida,
biasanya
secara dibutuhkan
kimiawi 2
kali
aplikasi herbisida untuk membuat lahan tanam cukup bersih
dari
alang – alang
(Mangoensokarjo, 2005;
Haryono, 2005). Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput – rumputan serta tanaman yang lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi di gawangan. Tanaman tersebut masih dapat ditoleransi. Tanah yang gundul tidak diijinkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan (Pahan, 2008). c.
Alat yang digunakan adalah parang dan hand sprayer merek solo 425, sedangkan bahan yang digunakan adalah herbisida yaitu Inteam dan Winson, air.
d.
Prosedur kerja 1)
Untuk
pengendalian
secara
manual
dilakukan
dengan menggunakan parang. 2)
Untuk pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida yaitu inteam 100 cc, winson 100 cc dan air 15 ltr. Ketiga bahan ini dicampur jadi satu.
3)
Penyemprotan
dilakukan
menggunakan
hand
sprayer. 4) e.
Penyemprotan tidak dilakukan pada saat hujan.
Hasil yang dicapai Pengendalian dilakukan oleh 20 orang dengan penyelesaian
pekerjaan 1,5 ha/HK.
Pengendalian
dilakukan 3 – 4 bulan sekali. f.
Pembahasan Pengendalian gulma di lapangan telah sesuai dengan
pengendalian
gulma
di
dalam
teori,
yaitu
pengendalian dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan kimia. Untuk racun
gulma
merupakan
perusahaan yang dirahasia dan tidak dijual belikan.
2.
Prunning (menunas) a.
Tujuan 1)
Memudahkan saat melakukan panen
buatan
2)
Menghindari tersangkutnya berondolan pada ketiak pelepah
3)
Meningkatkan bobot buah dengan mengurangi pelepah yang sudah tidak produktif lagi.
b.
Dasar teori Ancak ialah areal tertentu yang dikerjakan oleh seorang atau sekelompok pekerja di kebun kelapa sawit. Sistem ancak
tetap ialah suatu
sistem yang mana
memberikan tanggung jawab kepada karyawan terhadap ancak. Dengan sistem ancak tetap maka kondisi areal relative bagus karena kesalahan dapat di deteksi dengan mudah. Untuk mencapai produksi yang maksimum maka harus dihindari pelepah
terjadinya
produktif
secara
pembuangan berlebihan
sejumlah yang
akan
mengakibatkan penurunan produksi (Pahan, 2008). Pada saat tanaman mulai di panen dan seterusnya, dalam prakteknya daun – daun kelapa sawit selalu dipangkas dampai dengan daun yang terletak di bawah tandan buah yang akan di panen. Dengan cara ini maka pekerjaan panen dipermudah. Siregar dan Hutaruuk mengemukakan
beberapa
tujuan
lainnya
dari
pemangkasan daun yaitu meningkatkan sanitasi kebun untuk
mencegah
serangan
jamur
dan
tikus,
memperlancar
penyerbukan
alami, mempermudah
panen, mencegah sangkutnya berondolan, mempermudah pengamatan buah matang (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005). c.
Alat yang digunakan ialah dodos, batu asah dan parang, sedangkan bahan yang digunakan
adalah tanaman
yang lebih dari songgo dua d.
Prosedur kerja 1)
Pelepah tanaman yang melebihi songgo 2 dilakukan prunning dengan menggunakan dodos.
2)
Pada saat melakukan pruning harus dekat dengan batang
agar berondolan
tidak
sangkut
pada
tanaman kelapa sawit. 3)
Pelepah yang telah di prunning langsung dibuang pada gawangan mati.
e.
Hasil yang dicapai Prunning
dilakukan
setiap
melakukan
panen.
Prunning menggunakan sistem ancak tetap yang mana prunning hanya dilakukan oleh satu orang saja dan di lokasi yang telah ditetapkan. f.
Pembahasan Tujuan penunasan yang diinginkan oleh perusahaan telah sesuai dengan teori yaitu membuang pelepah yang
dianggap
sudah
tidak
produktif
lagi
sehingga
meningkatkan bobot buah dan mempermudah saat melakukan panen.
3.
Pembersihan piringan a.
Tujuan 1)
Untuk memudahkan panen
2)
Untuk
memudahkan
dalam
mengumpulkan
brondolan yang jatuh. 3) b.
Memudahkan dalam pemupukan
Dasar teori Pemeliharaan piringan merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Selain itu piringan juga merupakan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan (Pahan, 2008). Bagian yang perlu diperhatikan adalah piringan sekeliling kelapa sawit, yang secara sengaja dibersihkan dari semua gulma. Di samping untuk mencegah
persaingan dengan gulma,
pembuatan piringan juga untuk mempermudah pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah dan brondolan, pruning, pemupukan,
aplikasi
pestisida dan sebagainya (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
Menurut Risza (1994), piringan di sekitar pokok harus tetap dalam keadaan bersih. Oleh karena itu, tanah di sekitar pokok dengan jari – jari 1 – 2 meter dari tanaman pokok harus selalu bersih dari gulma yang tumbuh harus selalu dibabat,
disemprot
dengan
herbisida agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. c.
Alat yang digunakan adalah garukan, cangkul, hand sprayer solo 425,
parang,
sedangkan
bahan yang
digunakan adalah herbisida. d.
Prosedur kerja 1)
Pembersihan
piringan
menggunakan parang
dilakukan
dengan
dengan
tujuan
agar
meringankan saat dilakukan penyemprotan. 2)
Penyemprotan menggunakan hand sprayer solo 425 dengan
menggunakan
herbisida yaitu glisat
dengan dosis 100 ml dan winson dengan dosis 100 ml dan dicampur dengan 15 ltr air. 3)
Pembersihan
dibersihkan
dengan
membentuk
lingkaran dengan jari – jari 2 m menggunakan cangkul dan garukan. 4)
Untuk gulma yang terdapat pada batang tanaman dibersihkan menggunakan parang.
e.
Hasil yang dicapai Pembersihan piri ngan ini dilakukan 3 bulan sekali tergantung kondisi gulma.
f.
Pembahasan Pembersihan piringan telah sesuai dengan teori yaitu pembersihan secara manual dengan jari – jari 2 m serta penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Namun untuk dosis yang digunakan dalam pembersihan piringan menggunakan pestisida yang dibuat oleh perusahaan dan dirahasiakan tidak dapat dikatakan sesuai dengan yang ada di teori.
4.
Pemupukan Tanaman Menghasilkan a.
Tujuan Untuk
menambah
unsur hara
di dalam
tanah
menjaga
dan
sehingga meningkatkan produksi buah. b.
Dasar teori Tujuan
pemupukan
adalah
meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun (Novizan, 2002). Unsur – unsur
hara yang
dibutuhkan
tanaman
biasanya dibagi atas 2 kelompok, yaitu unsur makro dan
unsur mikro. Alasan pembagian ini, yaitu unsur makro adalah
unsur yang
dibutuhkan
dalam
jumlah
besar
seperti N, P, K, Mg, Ca, S, Na, dan CI, sedangkan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti Mn, Fe, Zn, Cu, Mo, dan B (Mangoensoekarjo, 2005;Haryono, 2005). c.
Alat yang digunakan tas karung dan mangkok takar. Bahan yang digunakan pupuk NPK Granular 13 – 6 – 27 – 4 + 0,65B
d.
Prosedur kerja 1) Pupuk NPK Granular 13 – 6 – 27 – 4 + 0,65B dibagi menjadi 2 dan dimasukan ke dalam tas karung. 2) Pupuk ditabur disekitar tanaman dengan dosis 4 kg per pokok tanaman dengan umur tanaman 5 tahun.
e.
Hasil yang dicapai Pemupukan tidak dilakukan pada saat cuaca hujan karena pupuk dapat larut terbawa air. Pada saat ingin melakukan pemupukan
harus
mengetahui
umur
tanaman terlebih dahulu agar pada saat melakukan tidak memberikan dosis yang banyak
ataupun
sedikit
pada tanaman. Pemupukan dikerjakan oleh 23 tenaga kerja dengan pengerjaan setengah 1 blok/HK.
f.
Pembahasan Pemupukan
yang
dilakukan
dilapangan telah
sesuai dengan yang ada di teori, yaitu dilakukannya analisis terlebih dahulu pada tanaman. Analisis ini dilakukan
6 bulan sekali. penggunaan bahan seperti
pupuk sebagai sarana awal penanaman kelapa sawit di lapangan,
karena
penggunahan
pupuk
di
awal
penanaman kelapa sawit sangat membantu proses tumbuhnya tanaman dengan baik.
E.
Panen dan Pengangkutan 1.
Panen a.
Tujuan Mengambil buah yang telah mencapai kriteria matang panen.
b.
Dasar teori Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit, yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman (Pahan, 2008). Dalam hal buah kelapa sawit, kriteria yang dapat dipakai adalah warna buah. Dalam proses pematangan buah, warna kulit buah secara bertahap berubah dari
kehitam – kehitaman menjadi jingga kemerahan. kriteria lain adalah bahwa setelah mencapai tahap matang penuh, buah akan mudah terlepas dari tandan. Rata – rata berat tandan dipengaruhi oleh umur tanaman, yaitu sekitar 5 – 7 kg pada umur 3 – 4 tahun dan meningkat menjadi sekitar 20 kg pada umur 15 tahun. Ciri fraksi yaitu seperti pada Tabel 1. (Mangoensoekarjo, 2005;Haryono, 2005). Table 1. Fraksi, jumlah buah lepas dan derajat kematangan buah Fraksi 00 0 1 2 3 4 5 c.
Jumlah buah lepas (% dari buah luar Tidak ada, buah masih mentah 1 buah s/d 1,25 12,5 – 25 25 – 50 50 – 75 75 – 100 Buah dalam ikut membrondol
Derajat kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang 1 Matang 2 Lewat matang 1 Lewat matang 2
Alat yang digunakan : dodos, batu asah, parang, gerobak merek arco, tombak dan kapak.
d.
Prosedur kerja 1)
Menentukan lokasi panen
2)
Mencari buah yang siap dipanen
3)
Memotong pelepah yang menyangga buah dan memotongnya gawangan mati.
menjadi
dua
dan
dibuang
di
4)
Memotong tandan buah, dan memotong tankai buah membentuk huruf V hingga panjang tangkai buah 2 cm.
5)
Memunggut berondolan yang telah jatuh.
6)
Pengangkutan buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan menyusunnya di TPH.
e.
Hasil yang dicapai Panen menggunakan sistem borongan, dalam 1 HK diperoleh buah 30 – 40 tandan buah segar dengan berat jenjang rata-rata 5 – 7 kg. Rotasi panen dilakukan 10 hari sekali. Pemunggutan berondolan dilakukan oleh pemanen.
f.
Pembahasan Panen yang dilakukan di lapangan dengan yang ada
di teori yaitu masih
belum
sesuai
adanya panen
buah mentah yang menyebabkan terjadinya perubahan rotasi panen buah.
2.
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) a.
Tujuan Untuk mengangkut TBS segera mungkin beserta berondolan untuk diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
b.
Dasar teori Dalam hal transport, sarana
penggunaan
jalan
transpornya
dapat
sebagai sarana menggunakan
traktor dengan trailer atau truk. Traktor dengan trailer memiliki keunggulan, yakni kapasitas angkutan tinggi, mampu
melewati
jalan
licin, basah
dan berlumpur
namun memiliki kelemahan seperti kecepatan yang relatif rendah. Sedangkan truk umumnya berkapasitas angkut relatif rendah, kurang mampu melewati jalan berlumpur, tetapi
dapat
berjalan dengan kecepatan tinggi.
Penumpukan buah di TPH dan transpor berkaitan dengan waktu, karena tandan tidak boleh menunggu terlalu lama agar kandungan asam lemak bebas (ALB) tidak terlalu tinggi
dan tandan harus
sudah
pengangkut menjelang hari gelap
naik
ke kendaraan
(Mangoensoekarjo,
2005;Haryono, 2005). c.
Alat yang digunakan tombak, truk, traktor dengan trailer merek kubota M4900.
d.
Prosedur kerja 1)
Pengangkutan telah ditentukan sesuai blok yang telah dilaksanakan panen.
2)
Pengangkutan menggunakan truk dengan tenaga kerja 3 orang.
3)
TBS dimasukan ke dalam
truk
menggunakan
tombak dan brondolan dimasukan menggunakan karung, brondolan di TPH harus bersih. 4)
Setelah truk penuh dengan TBS maka truk ke PKS.
e.
Hasil yang dicapai Untuk satu truk dapat mengangkut hingga ± 6 ton TBS dan traktor dengan trailer dapat mengangkut ± 8 ton TBS . TBS hanya boleh berdiam selama 24 jam di TPH karena bisa berpengaruh pada kandungan ALB
f.
Pembahasan Untuk pengangkutan TBS di lapangan telah sesuai dengan yang ada di teori, yaitu pengangkutan buah tidak boleh lebih dari 1 hari karena berpengaruh pada ALB.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Secara keseluruhan penggunaan alat dan bahan di PT. Tritunggal
Sentra
Buana
belum
sesuai
dengan
teknis
penggunaan alat dan bahan secara umum. 2. Rangkaian kegiatan praktek kerja lapang budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit di PT. Tritunggal Sentra Buana adalah Pembukaan Areal, Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan, Panen, dan pengolahan kelapa sawit.
B. Saran 1. Perlu diperhatikannya sarana kendaraan bagi karyawan agar memudahkan dalam melakukan pekerjaan. 2. Perlu adanya
jalinan kerja sama antara perusahaan dengan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda agar mahasiswa dapat melakukan praktek kerja lapang dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Masra Chairani D, Alfred Sipayung dan Hendra H. Sipayung, 2009. Meraup Untung Dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa Sawit. Agro Media. Jakarta. Mangoensoekarjo. S dan Haryono S, 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Pahan, I. 2006. Jakarta.
Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Risza S. 1995. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta Selardi, S. 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Peta Tanam PT. Tritunggal Sentra Buana
Gambar 1. Peta Tanam PT. Tritunggal Sentra Buana
Lampiran 2. Struktur Organisai PT. Tritunggal Sentra Buana GEM John Martin Head of BM & Legal
Purchasing DEPT. LO
SR. ESTATE MANAGER
STAFF LO
CLINIK
SDC
DM
NURSE
STAFF
FC
Keterangan
:
…………..
Garis Kordinasi
KTU
FAA
PURHACE
STOR
HRD
Garis Instruksi Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Tritunggal Sentra Buana
MI
SD
Payrol
STAFF
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Gambar 1. Proses penyiraman di main nursery
Gambar 2. Proses pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT)
Gambar 3. Proses pemupukan di main nursery
Gambar 4. Penanaman bibit di lapangan
Gambar 5. Perawatan Tanaman Menghasilkan
Gambar 6. Proses pengangkutan buah ke traktor Kubota M4900