LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANG BOUGENVILLE RSD. dr. HARYOTO LUMAJANG disusun untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Anak
oleh: Kelompok 3 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Fajrin Nurrahmi , S,Kep Dian Wahyu Pribadi, S.Kep Ardini Fitri Diana, S.Kep Mahendra Pandu N, S.Kep Mifta Dwi Imaniah, S. Kep Siwi Lutfia M, S. Kep
NIM (082311101012) NIM (082311101013) NIM (082311101033) NIM (082311101032) NIM (082311101040) NIM (082311101053)
PROGRAM PENDIDIKAN NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga Laporan Pertanggungjawaban kegiatan pendidikan kesehatan tentang pneumonia pada anak di ruang Bougenville RSD. dr. Haryoto Lumajang dapat terselesaikan. Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. dr. Sudjono Kardis, Sp. KJ., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember; 2. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep, M.Kes, selaku PJMA P3N Stase Keperawatan Anak; 3. Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep. dan Iis Rahmawati. S. Kp. M.Kes. selaku dosen pembimbing Keperawatan Anak; 4. Teman-teman P3N angkatan 10, 11, dan 12 yang telah memberikan semangat; 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini di lain waktu, karena laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam mencari ilmu dan informasi.
Lumajang, Juni 2014 Hormat kami,
Penulis
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANG BOUGENVILLE RSD. dr. HARYOTO LUMAJANG A.
LATAR BELAKANG Pneumonia tersebut merupakan infeksi saluran pernafasan akut yang mengenai
parenkim paru yang sering menyerang bayi dan anak-anak. Secara anatomi dapat dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisial dan bronkopnomonia. Pneumonia yang pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus yang disebut Bronkopneumonia. Penyebab pneumonia pada umumnya adalah bakteri Streptococcus pneumonia dan Haemophillus influence. Penyebab pneumonia yang paling serius dan menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas tinggi pada bayi dan balita adalah Staphilococus aureus (Mansjoer et al., 2000; Wong, 2009). Penyakit pneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak usia 1-5 tahun, karena pada usia tersebut memiki sitem kekebalan tubuh yang masih rendah. Selain itu banyak faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia pada balita diantaranya adalah status imunisasi, status gizi, pemberian ASI eksklusif, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau prematuritas, keberadaan anggota keluarga yang merorok, defisiensi vitamin A, polusi udara yang terjadi di rumah (IDAI, 2010;Rachmawati, 2013), Pneumonia merupakan penyebab kematian utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia. Setiap tahun sebanyak 2 juta anak di dunia meninggal akibat pneumonia (Depkes, 2013). Pneumonia di Indonesia dari tahun ke tahun selalu menduduki peringkat atas sebagai penyebab kematian bayi dan balita, menurut laporan UNICEF dan WHO pada tahun 2006 Indonesia merupakan negara dengan kejadian pneumonia ke-6 terbesar di dunia (IDAI, 2013). Data Riskesdas tahun 2007 menunjukan angka prevalensi pneumonia di Indonesia mencapai 25,8% serta menduduki peringkat ke-2 penyebab kematian pada bayi dan balita setelah diare (Departemen Kesehatan RI, 2010). Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus pneumonia di Indonesia mencapai 499.259 dengan prosentase 23% dan angka kematian mencapai 23,60%. Jumlah tersebut menurun di tahun 2011, berdasarkan data profil kesehatan di Indonesia jumlah kasus pneumonia menjadi 480.033 dengan prosentase 20,59%.
Berdasarkan laporan data profil kesehatan Jawa Timur, jumlah kasus pneumonia balita tahun 2010 sebanyak 76.745 kasus atau 78,81% dari total kasus pneumonia di Jawa Timur (Dinas Kesehatan Jatim, 2010). Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 757.21 (Dinas Kesehatan Jatim, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama pada masyarakat yang berkonstribusi terhadap angka kematian balita di Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2010). Menurut Departemen Kesehatan, ISPA yang salah satunya adalah pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan terutama pada bagian perawatan anak yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes, 2013). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2010 pneumonia menduduki peringkat ke-7 penyakit terbanyak di rumah sakit dengan angka kunjungan sebanyak 4,04%. Salah satu cara untuk menurunkan angka kejadian pneumonia pada anak adalah dengan pendidikan kesehatan yang ditunjukkan pada keluarga pasien. Sehingga diharapkan angka kejadian pneumonia pada anak berulang dan tidak terjadi kekambuhan. B.
RUMUSAN MASALAH Bagaimana bahaya pneumonia pada anak serta bagaimana cara pencegahannya?
C.
TUJUAN Adapun tujuan diadakannya pendidikan kesehatan tentang penyakit diare dapat
dikelompokkan seperti di bawah ini: 1. Tujuan Intruksional Umum: Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit pneumonia pada anak selama 1 x tatap muka diharapkan tidak terjadi pneumonia berulang. 2. Tujuan Intruksional Khusus:
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan tindakan untuk menangani diare selama 1 x 45 menit, keluarga mampu : a. Menjelaskan pengertian penyakit pneumonia b. Menjelaskan penyebab penyakit pneumonia c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit pneumonia d. Menjelaskan proses perjalanan penyakit pneumonia e. Menjelaskan komplikasi penyakit pneumonia f. Menjelaskan pencegahan penyakit pneumonia.
g. Menjelaskan penanganan ketika di rumah D.
MATERI Hari/Tanggal Pukul Tempat Peserta Metode Media
E.
: Jumat, 6 Juni 2014 : 08.00 – 08.45 WIB : Ruang Bougenville : - orang : Ceramah, diskusi. : LCD dan leaflet
EVALUASI
1. Faktor Penghambat Beberapa peserta pendidikan kesehatan ada yang berbicara sendiri saat kegiatan berlangsung sehingga sedikit mengganggu jalannya proses kegiatan. Lalu lalang penjenguk pasien saat kegiatan berlangsung mengganggu jalannya kegiatan. 2. Faktor Pendukung a. Media yang digunakan seperti leaflet dan powerpoint dapat memperjelas penyampaian materi saat kegiatan berlangsung. b. Cara penyampaian yang interaktif dan menarik membuat peserta antusias dan tertarik dalam mengikuti kegiatan. c. Tempat tunggu yang nyaman dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penanganan diare. d. Peserta pendidikan kesehatan antusias dalam mengikuti kegiatan. Beberapa peserta mengajukan beberapa pertanyaan tentang pencegahan dan penanganan pneumonia.
F.
SUSUNAN ACARA Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Juni 2014 Pukul
: 08.00 – 08.45 WIB
Tempat Proses kegaiatan Pendahuluan
: Ruang Bougenville Tindakan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1. Memberi salam, Memperhatikan dan 5 Menit memperkenalkan diri, dan
menjawab salam
membuka penyuluhan 2. Menjelaskan tentang materi
Memperhatikan
secara umum 3. Menjelaskan tentang TIU dan Memperhatikan Penyajian
TIK 1. Menanyakan kepada keluarga Memberikan pasien tentang materi yang diberikan
apakah
sumbang
25 Menit
saran
pernah
diperoleh sebelumnya 2. Menerima
jawaban
dan Memperhatikan
memberi komentar terhadap jawaban
kepada
keluarga
pasien 3. Menjelaskan tentang bahaya
Memperhatikan
pneumonia secara umum: 1) Pengertian pneumonia. 2) Penyebab pneumonia. 3) Tanda gejala pneumonia 4) Proses
perjalanan
penyakit pneumonia 5) Komplikasi 6) Pencegahan pneumonia. 7) Penanganan
yang
bisa Merespon jawaban
dilakukan di rumah 4. Menanyakan kepada keluarga pasien mengenai materi yang
Memperhatikan
baru disampaikan.
memberi tanggapan
5. Mendiskusikan Penutup
bersama
jawaban yang diberikan. 1. Menutup pertemuan dengan dengan mengundang
dan
Memperhatikan dan memberikan pertanyaan
15 Menit
pertanyaan atau komentar dari
atau komentar
keluarga pasien 2. Menampung jawaban dan memberi komentar tentang
Memperhatikan dan mencatat
pendapat keluarga pasien 3. Menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama dengan
Memperhatikan dan mencatat
keluarga pasien 4. Membagikan Leaflet
Memperhatikan dan
5. Menutup pertemuan dan
menjawab salam
memberi salam
G.
PENGORGANISASIAN 1. Penanggung Jawab : 2. Pemateri
: Dian Wahyu Pribadi, S. Kep Ardini Fitri Diana, S. Kep
H.
3. Moderator
: Mifta Dwi Imaniah, S. Kep
4. Fasilitator
: Siwi Lutfia Mustikasari, S. Kep
5. Dokumentasi
: Fajrin Nurrahmi, S. Kep
6. Observer
: Mahendra pandu negara, S. Kep
KESIMPULAN Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pneumonia pada anak, peserta pendidikan kesehatan mengetahui pengertian pneumonia, penyebab pneumonia, tanda, gejala pneumonia, proses perjalanan penyakit pneumonia, komplikasi, pencegahan pneumonia
pada anak serta penanganan yang bisa dilakukan di rumah . Peserta pendidikan kesehatan antusias dalam mengikuti kegiatan dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang pencegahan dan penanganan diare. Peserta pendidikan kesehatan juga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri mengenai pneumonia pada anak. Faktor penghambat saat proses jalannya kegiatan yaitu lalu lalang penjenguk pasien sehingga mengganggu kegiatan penyuluhan. I.
PENUTUP
Demikian laporan pertanggung jawaban kegiatan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penanganan diare pada anak kami susun untuk dijadikan sebagai gambaran pelaksanaan kegiatan. J.
REFERENSI
Departemen kesehatan. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia. Jakarta: [serial online]http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN %20PNEUMONIA.pdf [diakses tanggal 27 Mei 2013] Departemen kesehatan. 2013..pneumonia, penyebab utama kematian balita .Jakarta: [serial online]. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html [diakses tanggal 26 Mei 2013] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2010. Surabaya. [serial online]. http://dinkes.jatimprov.go.id /userfile/dokumen/1321926974_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf [diakses tanggal 24 Maret 2013]. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011. [serial online]. http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/ dokumen/1321926974_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2011.pdf [diakses tanggal 24 Maret 2013]. Hartati, Susi. 2011. Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Depok: Universitas Indonesia. [Tesis] Huriah, T. Dan Lestari, R., 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang infeksi saluran pernafasan atas ( ISPA ) terhadap kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita di dusun lemahdadi kasihan bantul yokyakarta: Lecturer at community nursing, schoolbof nursing muhammadiyah universitas of yokyakarta . [skripsi] [serialonline]https://www.google.com/#q=+Pengaruh+Pendidikan+Kesehatan+tentan g+infeksi+saluran+pernafasan+atas+%28+ISPA+ %29+terhadap+kemampuan+ibu+dalam+perawatan+ISPA+pada+balita+2008 [diakses tanggal 20 November 2013]. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Upaya percepatan penanggulangan penumonia pada anak di Indonesia. [Serial Online]. http://idai.or.id/. [diakses tanggal 10 Maret 2013] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. [serial online].http://www.depkes.go.id /downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [diakses tanggal 10 April 2013]
K.
LAMPIRAN 1. Daftar Hadir 2. Berita Acara
3. Materi 4. Leaflet 5. Dokumentasi Kegiatan
3. Lampiran Materi Konsep Pneumonia a)
Pengertian Pneumonia. Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru yang sering menyerang bayi dan anak-anak. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Penyakit pneumonia tersebut dapat terjadi secara primer maupun akibat dari penyakit yang lain (Mansjoer et al., 2000; Wong, 2009). Pneumonia mengalami suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli paru-paru oleh eksudat (Somantri, 2008). b) Penyebab Pneumonia a. Bakteri Jenis bakteri yang sering menginfeksi adalah streptococcus pneumonia, haemopilus influenzae, pseudomonas aeregunesa, pneumokokus, Streptococcus group B serta kuman atipik Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae staphylococcus aureus (penyebab peneumonia yang paling berat, serius dan progresif dengan mortalitas tinggi). b. Virus Jenis virus yang biasanya menginfeksi diantaranya adenovirus, sitomegalovirus, virus influenze. c. Jamur Jenis jamur yang
sering
menginfeksi
adalah
aspergilus,
histoplasma,
koksidioidomikosis. d. Aspirasi Penyebab aspirasi seperti cairan amnion (biasanya terjadi ketika persalinan), benda c)
asing, cairan lambung, makanan (Mansjoer et al., 2000). Klasifikasi Pneumonia Menurut Mansjoer et al., (2000) dan Somantri (2008) membagi pneumonia menurut
anantomi menjadi 3 yaitu : a. pneumonia lobaris merupakan pneumonia yang menunujukan infeksi yang terjadi pada satu atau lebih lobus; b. pneumona interstisial yaitu pneumonia yang menunjukkan inflamasi di daerah interstitium yang manan\ terbentuk dari dinding alveoli, kantung dan saluran alveolar serta bronchioles. Pneumonia interstisial mempunyai karakteristik terjadi infeksi virus akut tetapi mungkin juga terjadi proses kronis (Behrman, 2011); c. pneumonia loburalis atau bronkopneumonia merupakan pneumonia yang menunujukan penyebaran daerah infeksi yang ditandai dengan bercak berdiameter 3-
4 cm yang mengelilingi dan mengenai bronchus serta mengaraah pada produksi eksudat yang mukopurulen yang menyumbat jalan nafas dan membentuk bercakbercak konsolidasi di lobulus yang berdekatan. (Behrman, 2011). Jenis pneumonia ini adalah merupakan penyakit terbanyak yang diderita oleh balita. Program penanggulangan penyakit ISPA membagi pneumonia menjadi pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit. Dalam MTBS/IMCI, anak dengan batuk diklasifikasikan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat inap, pneumonia yang berobat jalan dan batuk atau bukan pneumonia cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Table 2.1 Hubungan diagnosis klinis dan klasifikasi pneumonia menurut MTBS Diagnosis klinis Pneumonia berat (rawat inap): a. tanpa gejala hipoksemia b. dengan gejala hipoksemia c. dengan komplikasi Pneumonia ringan (rawat jalan) Infeksi respiratorik akut atas
Klasifikasi MTBS Penyakit sangat berat (Pneumonia berat)
Pneumonia Batuk :bukan pneumonia
d) Tanda dan Gejala Menurut Green et al., (2005) tanda gejala klasik pada anak dengan pneumonia adalah demam, takipnea, batuk. Menurut Mansjoer et al, 2000 manifestasi klinis dapat dibagi menjadi : a. manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan berkurang, keluhan gastrointestinal; b. gejala umum saluran pernafasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak nafas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekut karena nyeri dada; c. tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah kedalam saat bernafas diikuti dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak, fremitus melemah, suaraa nafas melemah dan ronki. Menurut Buku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit yang disusun oleh WHO (2010) pneumonia dapat diagnosis berdasarkan klasifikasi pneumonia.
a. Pneumonia ringan Diagnosis: 1) selain batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja; 2) Napas cepat; 3) pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit; 4) pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit; 5) Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat. b. Pneumonia berat Diagnosis: Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini: 1) kepala terangguk-angguk; 2) pernapasan cuping hidung; 3) tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam; 4) foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll). Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini: 1) Napas cepat: a) Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit b) Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit c) Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit d) Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit 2) Suara merintih (grunting) pada bayi muda 3) Pada auskultasi terdengar: a) crackles (ronki); b) suara pernapasan menurun; c) suara pernapasan bronchial. Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai: 1) tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya; 2) kejang, letargis atau tidak sadar; 3) sianosis; 4) distres pernapasan berat. Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya: pemberian oksigen, jenis antibiotik). e)
Cara Penularan
Penyakit pneumonia pada anak dapat menular kepada anak lain yang rentan terhadap penyakit ini. Kuman menyebar melalui percikan ludah (udara) pada saat bersin, batuk, maupun berbicara (Kementerian Kesehatan RI, 2010). kuman pneumonia tersebut masih dapat menular kepada orang lain dalam radius 200 meter (Abu Bakar, 2011). Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol pernapasan yang infeksius dengan berbagai ukuran dan dalam jarak dekat juga bisa menjadi cara penularan untuk sebagian pathogen (WHO, 2007). f)
Komplikasi
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010) penyakit pneumonia dapat menimbulkan beberapa komplikasi dan bisa sampai meninngal. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain: a. efusi pleura atau pneumotoraks; yaitu adanya cairan atau udara di ruang selaput paru. Hal ini biasanya terjadi bila kuman penyebabnya adalah Stafilokokus. Biasanya ditandai dengan adanya bintil-bintil isi nanah di kulit; b. empiema; yaitu adanya nanah di ruang selaput paru. Hal ini dicurigai bila anak mengalami demam berkepanjangan, dan pada foto rontgen tampak cairan pada rongga dada; c. gangguan bernapas hingga gagal napas. Hal ini terjadi karena pada pneumonia terjadi gangguan pertukaran oksigen akibat peradangan di paru. Akibatnya, jaringan tubuh akan kekurangan oksigen, anak akan sesak, dan apabila berlangsung lama dan berat akan timbul gangguan pada berbagai organ hingga menyebabkan kematian. Anak harus dirawat di perawatan intensif dan diberikan bantuan napas. Komplikassi lain yang dapat terjadi pada pneumonia menurut mansjoer (2000) adalah abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epligotis kadang ditemukan pada infeksi H.influanzae tipe B. g) Faktor resiko pneumonia Sebagian besar kematian dan kesakitan akibat pneumonia berkaitan dengan kemiskinan, kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat seperti kurang gizi, hygiene buruk, lingkungan padat dan kumuh, dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan. Anak dengan sistem pertahanan tubuh lemah seperti anak gizi buruk terutama karena tidak mendapat ASI eksklusif dan kekurangan vitamin A atau terkena campak memiliki risiko pneumonia tinggi (IDAI, 2010). a. Status imunisasi Menurut kementerian Kesehatan RI (2011) status imunisasi pada balita merupakan salah satu faktor resiko penyebab pneumonia pada balita. Balita yang status imunisasi tidak lengkap mempunyai risiko 7,6 kali untuk terkena penyakit Pneumonia dibandingkan Balita yang status imunisasinya lengkap. Pemberian imunisasi dapat menurunkan risiko untuk terkena pneumonia.(Departemen Kesehatan, 2010; Fanada, 2012). Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumonia antara lain imunisasi DPT, campak, pneumokokus, dan Hib. Imunisasi DPT dan campak merupakan imunisasi wajib yang harus diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan imunisasi anjuran yang dapat
diberikan pada anak karena memberikan kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia (Departemen Kesehatan, 2010; IDAI, 2010). b. Status gizi Menurut penelitian Fanada (2012) balita yang status gizinya rendah akan lebih mudah terserang penyakit Pneumonia karena kekurangan asupan gizi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh Balita, oleh karena itu Balita yang status gizinya rendah mempunyai resiko untuk terkena penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita yang status gizinya tinggi. c. Pemberian ASI Eksklusif Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 5,2 kali untuk terkena penyakit Pneumonia dibandingan dengan Balita yang diberikan ASI eksklusif (Fanada, 2012). Pemberian ASI terbukti efektif dalam mencegah infeksi pada pernapasan dan pencernaan (Abbas et al., 2011). Menurut Abdullah (2003) dalam Abbas et al., (2011) menyatakan bahwa pemberian ASI cukup memberikan efek protektif 39,8% terhadap ISPA pada anak usia 0-4 bulan. d. BBLR/Prematuritas Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mempunyai risiko resiko untuk terkena penyakit ISPA; pneumonia (Kartasamita dalam Departemen Kesehatan, 2010). Bayi berat lahir rendah atau prematur mempunyai sistem pertahanan tubuh maupun sistem pernapasannya belum berkembang sebaik bayi berat lahir cukup dan cukup umur. Apabila anak tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, maka anak tidak memiliki kekebalan terhadap kuman-kuman penyebab pneumonia yang banyak sekali jenisnya (IDAI, 2010). e. Defisiensi vitamin A Penelitian di beberapa negara Asia Selatan menunjukkan bahwa suplementasi Zinc pada diet sedikitnya 3 bulan dapat mencegah infeksi saluran pernapasan bawah. Vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan melindungi saluran pernapasan dari infeksi kuman. Hasil penelitian Sutrisna di Indramayu (1993) menunjukkan peningkatan risiko kematian pneumonia pada anak yang tidak mendapatkan vitamin A. Namun, penelitian Kartasasmita (1993) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna insidens dan beratnya pneumonia antara balita yang mendapatkan vitamin A dan yang tidak, hanya waktu untuk sakit lebih lama pada yang tidak mendapatkan vitamin A (Kartasamita dalam Departemen Kesehatan, 2010). f. Pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita
Pengetahuan ibu yang kurang merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada balita. Aspek pengetahuan yang dipahami rendah oleh mereka adalah batasan tentang penyakit pneumonia, pemahaman cara pencegahan, tanda dan gejala penyakit pneumonia, cara penularan pneumonia (Rachmawati, 2013). g. Keberadaan anggota keluarga yang merokok Penelitian Rachmawati (2013) menyatakan bahwa asap samping rokok mempunyai efek toksik lebih buruk daripada asap utama terutama dalammenimbulkan iritasi mukosa saluran napas danmeningkatkan kecenderungan untuk mendapatkan ISPA. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa adanya keberadaan keluarga yang merokok di dalam rumah sebagian besar yaitu kepala keluarga atau ayah balita. Terjadinya pneumonia pada balita apabila ayah atau anggota keluarga lain menggendong balitanya sambil merokok. Asap rokok yang ditimbulkan akan terhirup oleh balita secara langsung, dan hal ini apabila terjadi berulang dalam waktu yang lama. Paparan asap rokok tersebut akan mengganggu sistem pernafasan pada balita dan dapat menjadi infeksi pernafasan atau pneumonia. h. Polusi udara yang terjadi di rumah balita (terutama asap dapur) Polusi udara tidak akan berdampak pada balita bila tidak terjadi paparan. Paparan ini bisa terjadi bila saat ibu memasak, balita berada di dapur. Penggunaan kayu maupun minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak mengakibatkan timbulnya asap di dalam dapur. Keberadaan asap di dapur ini menjadi polutan yang dapat memepengarui timbulnya penyakit pneumonia pada balita bila terjadi paparan dalam kurun waktu yang lama (Nurjazuli, 2008). Hal hal yang dapt dilakukan ibu : a) Pemberian Cairan 1. Berilah minuman lebih banyak pada anak. 2. Anak dengan infeksi saluran pernapasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya terutama demam. Anjurkan ibunya untuk memberi cairan tambahan: lebih banyak memberi ASI, susu buatan, air putih, sari buah dan sebagainya. 3. Pemberian ASI. 4. Bila anak belum menerima makanan tambahan apapun, anjurkan ibunya untuk memberikan ASI lebih sering daripada biasanya. ASI adalah bahan penyembuh terbaik bagi bayi yang mendapat ASI Eksklusif. b) Pengaturan makanan anak 1. Pemberian makan dan jenis cairan yang tepat, sesuai dengan kelompok umur
anak. Anjuran pemberian makan terbagi untuk kelompok umur: 0-6 bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-3 tahun dan 3-5 tahun.
praktek pemberian MP ASI untuk
anak usia 6 bulan keatas dengan makanan yang kaya nutrisi dan energi. Pemberian makanan selingan bergizi untuk yang berumur ≥ 1 tahun. 2. Bersihkan hidung agar tak mengganggu pe 3. berian makanan. 4. Bersihkanlah lubang hidung dari ingus atau 5. lendir yang telah mengering dengan kain bersih yang dibasahi air supaya hidung tidak tersumbat. 6. Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik. Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak mengisap ASI dengan baik, sehingga perlu mengajarkan pada ibu untuk memeras ASI ke dalam mangkuk, atau menyiapkan susu buatan yang baik, kemudian memberikan kepada anaknya dengan sendok. 7. Pemberian makanan pada anak yang muntah. 8. Anak yang sering muntah bisa mengalami malnutrisi, ibu harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda. Pemberian makanan diusahakan sesering mungkin selama sakit dan sesudah sembuh. 9. Pemberian makanan selama anak sakit. 10. Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, anak bisa diberikan makanan dengan nilai gizi dan kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran tepung dengan kacang-kacangan, atau tepung dengan daging atau ikan. Selain itu juga bisa ditambahkan makanan dari susu dan telur. Bila umur anak kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan tambahan, ibu dianjurkan untuk lebih sering memberikan ASI. 2.
Pencegahan yang dapat dilakukan 1. Jauhkan balita anda dari penderita batuk 2. Lakukan imunisasi lengkap di 3. posyandu ataupun di Puskesmas 4. Berikan ASI pada bayi/ anak usia 0-2 tahun 5. Bersihkan lingkungan rumah terutama ruangan tempat tinggal balita anda, serta usahakan ruangan memiliki udara bersih dan ventilasi cukup
6. Jauhkan bayi dari asap, debu, serta bahan- bahan lain yang mudah terhirup oleh balita Anda seperti asap rokok, asap dari tungku, asap dari obat nyamuk bakar, asap dari kendaraan bermotor ataupun pencemaran lingkungan udara lainnya.
5. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 1. Kegiatan Pendidikan kesehatan pneumonia pada anak pada Hari Jumat, 6 Juni 2014 di Ruang Bougenvil RSD. Dr. Haryoto Lumajang oleh Kelompok 1 Mahasiswa PPPN PSIK Universitas Jember
Gambar 1. Kegiatan Pendidikan kesehatan pneumonia pada anak pada Hari Jumat, 6 Juni 2014 di Ruang Bougenvil RSD. Dr. Haryoto Lumajang oleh Kelompok 1 Mahasiswa PPPN PSIK Universitas Jember