LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PELATIHAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN ANAK DI RUMAH TANGGA DI DUSUN CEPET PURWOBINANGUN PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh: Azizah Khoiriyati, Ns., M.Kep (173.063) Yanuar Primanda, Ns., MNS
LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN MASYARAKAT (LP3M) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012
1
HALAMAN PENGESAHAN 1.
Judul
2. 3.
Bidang Ketua Tim Pengusul a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIK d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telp/Fax j. Alamat Rumah k. Telp/Fax l. E-Mail Jumlah Anggota Tim Nama Anggota Tim Lokasi Kegiatan
4. 5.
6. 7.
: Pelatihan Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pada Anak di Rumah Tangga di Dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta : Kesehatan : : Azizah Khoiriyati., Ns., M.Kep : Perempuan : 173.063 : Ilmu Keperawatan : Asisiten Ahli / IIIA : Sekprodi Profesi Ners PSIK FKIK UMY : FKIK / Ilmu Keperawatan : Jl. LIngkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul : 0274-387656/0274-387646 : Cepet Purwobinangun Pakem Sleman : 081910366594 :
[email protected] : 1 Orang : Yanuar Primanda., Ns., MNS a. Desa: Cepet, Purwobinangun b. Kecamatan : Pakem c. Kabupaten : Sleman : April 2012 : Rp. 1.500.000
Waktu Program Belanja yang diusulkan Sumber Dana : a. LP3M UMY
: Rp. 1.500.000
Yogyakarta, April 2012 Mengetahui Dekan FKIK UMY
Ketua Tim Pengusul
dr. H. Ardi Pramono, Sp. An
Azizah Khoiriyati, Ns., M.Kep Mengetahui Kepala LP3M UMY
Dr. Mukti Fajar, ND., SH., M.Hum NIP 153019
2
RINGKASAN Banyak orang mengira bahwa rumah merupakan tempat yang paling aman dimana kita bisa melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan di luar. Akan tetapi, banyak yang tidak sadar bahwa sebenarnya banyak terjadi kasus fatal maupun non fatal terjadi juga di rumah. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa kecelakaan di lingkungan rumah banyak terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun. Hasil wawancara penulis dengan ibu-ibu yang memiliki balita menyebutkan bahwa anak balitanya sudah pernah mengalami kecelakaan di rumah seperti terjatuh dari tempat tidur, tersedak, terpeleset maupun tenggelam. Bahkan untuk kasus tenggelam tersebut menyebabkan kematian pada balita pada tahun 2010. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena kelalaian dari orang tua atau pengasuh. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan orang tua (ibu-ibu) yang memiliki anak balita tentang pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga. Selain itu, diharapkan para orang tua mampu mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan anak di rumah tangga.
3
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, hidayah dan nikmat-Nya, sehingga kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga di dusun Cepet, Purwobinangun Pakem Sleman, Yogyakarta” ini dapat terlaksana dengan baik. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada : 1. Dr. Mukti Fajar Nur Dewanta, S.H., M.Hum, selaku kepala LP3 UMY 2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Sri Sumaryani, M.Kep.,Sp.Mat, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan pengabdian masyarakat. 3. Yanuar Primanda., MNS atas bantuannya dalam memberikan terapi pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga 4. Kepala Dusun Beneran dan para ibu-ibu balita di dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta atas kerjasamanya yang sangat baik. 5. Ibu-Ibu kader Posyandu balita di Dusun Cepet, Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta Akhir kata semoga hasil pengabdian masyarakat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu keperawatan. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Yogyakarta, April 2012
Azizah Khoiriyati
4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... RINGKASAN .............................................................................................................. PRAKATA .................................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................
Hal i ii iii iv v vi vii
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi .................................................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan dan Manfaat ...........................................................................
1 3 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Anak Usia Dini (Balita).................................................... B. Kecelakaan......................................................................................... C. Karakteristik kecelakaan pada anak di rumah tangga........................ D. Pertolongan pertama pada kecelakaan pada anak balita.................. BAB III MATERI DAN METODE .................................................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ A. Hasil ………………………………………………………………………………………………….. B. Pembahasan …………………………………………………………………………………….. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... B. Saran ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... LAMPIRAN ................................................................................................................
5
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4.
Surat tugas pengabdian masyarakat Daftar hadir kegiatan pelatihan Ucapan terima kasih Dokumentasi kegiatan
6
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi Banyak orang mengira bahwa rumah merupakan tempat yang paling aman untuk melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan dari luar (Sofyani dalam Tjipta, Ali, Mardina, 2009). Kecelakaan yang terjadi lingkungan rumah tangga, ternyata paling tinggi kejadiannya dibandingkan dengan kecelakaan di tempat lain bahkan di jalan raya. Angka kejadian kecelakaan di rumah tangga di Inggris yaitu 46,2%. Di United Kingdom terdapat sekitar 30 kematian pertahun. Sekitar 12.000 anak-anak dibawa ke RS setiap tahunnya karena menelan racun Kecelakaan di rumah tangga ini terutama dialami oleh anak-anak usia dini. Di Indonesia, kasus-kasus cidera dan kematian anak akibat kecelakaan anak di rumah jarang dilaporkan apalagi sampai di bawa ke meja hijau. Anak usia dini (0 – 6 tahun) merupakan anak-anak yang sangat unik dan memiliki karakteristik yang beragam sehingga diperlukan berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan untuk memahaminya. Karakteristik anak yang beragam ini terkadang membuat orang tua kesulitan dalam menerapkan pola pengasuhan dan pengawasan pada anak, terutama pada keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Beberapa karakteristik anak usia dini yang perlu dipahami oleh orang tua antara lain: (1) Anak memiliki keunikan yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, (2) Anak memiliki kemampuan untuk belajar secara bertahap, (3) Anak bukanlah miniatur orang dewasa yang harus dibentuk dan diatur sesuai dengan keinginan orang dewasa yang ada di sekitarnya, (4) Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat progresif (Puspita, 2010). Keunikan karakteristik anak ini memungkinkan perilaku anak yang beragam. Perilaku anak yang beragam ini dapat memungkinkan timbulnya kecelakaan di rumah tangga apabila anak-anak dibiarkan tanpa pengawasan yang baik, ataupun karena lingkungan di rumah kurang aman atau kurang nyaman. Menurut Jazan (1992) bahwa sebab cidera terbanyak adalah jatuh, sedangkan jenis cidera terbanyak adalah luka. Cidera paling banyak terjadi di halaman rumah dan lebih banyak terjadi pada siang hari. Kejadian kecelakaan pada anak yang terjadi di Dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta pada tahun 2010 terdapat 1 kematian karena tenggelam di kolam yang
7
terdapat lingkungan rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua anak dan masyarakat sekitar kematian terjadi karena kurangnya pemantauan oleh orang tua/orang terdekat dan kurangnya pengetahuan tentang cara pertolongan pertama pada korban tenggelam. Oleh karena itu, orang tua atau orang terdekat anak perlu memahami berbagai jenis kecelakaan yang mungkin terjadi dan pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada anak yang mengalami kecelakaan. Dengan demikian, tidak menimbulkan kondisi yang fatal bagi anak, karena kecelakaan yang kecil pun bisa berakibat fatal.
A.
SOLUSI YANG DITAWARKAN Anak bukanlah orang dewasa mini dengan keunikan karakteristik yang dimiliki oleh anak memungkinkan perilaku yang beragam yang sangat memungkinkan munculnya aktivitas yang berisiko pada anak. Lingkungan rumah belum tentu aman dan nyaman bagi anak. Dengan demikian, orang tua harus mengetahui dan mampu mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang ada di lingkungan rumah. Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada anak di rumah tangga adalah salah satu hal yang harus diketahui oleh orang tua. Orang tua yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga maka akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan ketika anak mengalami kecelakaan yaitu dengan cara menyelamatkan jiwa anak sebelum mendapatkan pertolongan dari tim medis (Wijaya, 2002). pertolongan Upaya pencegahan melalui pelatihan merupakan salah satu langkah yang penting dalam menurunkan angka kejadian kecelakaan di rumah tangga.
B.
TUJUAN KEGIATAN Tujuan kegiatan ini adalah:
8
A.
Tujuan Umum Memberikan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga di dusun Cepet, Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta tentang pertolongan pertama kecelakaan pada anak dalam lingkup rumah tangga
B.Tujuan Khusus 1. Orang tua mampu mengidentifikasi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan anak di rumah tangga 2. Orang tua mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga
C.
MANFAAT KEGIATAN Manfaat adanya kegiatan ini adalah: 1.Bagi Anak Menurunkan kejadian kecelakaan pada anak di rumah tangga 2.Bagi Orang tua (Ibu) Meningkatkan kemampuan orang tua (ibu) untuk memberikan lingkungan yang aman bagi anak serta mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan di rumah tangga
D.
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berbentuk pelatihan tentang pertolongan pertama pada kecelekaan pada anak di rumah tangga.
9
E.
JADWAL KEGIATAN NO
Uraian kegiatan
Bulan ke I II
1
Konsolodasi tim
2
Konsolidasi dengan masyarakat
3
Pelatihan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga
4
Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga
5
Evaluasi kegiatan
6
Pelaporan
F. Anggaran No Uraian Biaya I Honorarium Pelaksana Ketua Pelaksana 1 orang Anggota Pelaksana 1 orang Asisten lapangan 2 orang II Alat dan Bahan penerapan ipteks 1 Booklet 2 Set alat (nursing kit) 3 Konsumsi III Perjalanan (BBM) IV Dokumentasi VII ATK (copy dan jilid laporan)
Satuan
Volume
Jumlah
Rp Rp Rp
50,000 25,000 25,000
2 2 1
Rp Rp Rp
100,000 50,000 25,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5,000 275,000 10,000 75,000 100,000 50,000
40 1 40 2 1 4
Rp 200,000 Rp 275,000 Rp 400,000 Rp 150,000 Rp 100,000 Rp 200,000 Rp 1,500,000
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KARAKTERISTIK ANAK USIA BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga usia di bawah satu tahun juga termasuk Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009), anak di bawah usia lima tahun ini sering mengalami kecelakaan di lingkungan rumah karena: a) Keseimbangan tubuhnya masih belum sempurna sehingga anak mudah terjatuh. b) Anak belum mampu membedakan tempat tinggi maupun rendah, misalnya tangga, kursi, tempat tidur, dan lain-lain. c) Ukuran kepala anak usia balita relatif lebih besar sehingga bila jatuh, kepalanya sering mengalami benturan. d) Kebiasaan anak usia balita memasukkan benda ke dalam mulut, hidung, maupun telinganya. e) Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga barang-barang yang berada disekitarnya, apalagi mudah terjangkau, akan diambilnya. Sementara itu, anak masih belum mampu membedakan benda tadi, apakah berbahaya bagi dirinya atau tidak. f) Kebiasaan anak-anak yang banyak bergerak, berlari, maupun melompat-lompat sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan di lingkungan rumah, seperti terjatuh, berbenturan, dan sebagainya. B. KECELAKAAN Kecelakaan adalah kejadian atau peristiwa yang membuat orang celaka (Kamus besar bahasa Indonesia, 2002). Faktor-Faktor penyebab kecelakaan antara lain: a. Internal 1). Usia dan tingkat perkembangan anak Seiring dengan pertumbuhan anak akan banyak keahlian baru yang dimilikinya. Kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling, merangkak dan lain-lain sesuai dengan tingkat perkembangannya.
11
Menurut Jazan (1992) umur anak merupakan salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada kejadian kecelakaan rumah tangga pada anak balita. 2). Jenis kelamin Kematian lebih banyak terjadi pada awal-awal kehidupan dan lebih banyak pada anak laki-laki di semua umur , yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak usia sekolah (Meadow & Newel, 2005). Anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil risiko. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian menurut Jazan (1992). 3). Keadaan psikologis anak Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaaan stress (Espeland, 2005). b. Eksternal 1). Lingkungan Lingkungan merupakan factor penyebab kecelakaan tersering. Cidera pada anak di mana saja dan kapan saja. Sampai umur 4 tahun anak belum mampu mendeteksi adanya bahaya. 2). Keadaan psikologis orang yang mengasuh Riset telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi, atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga, seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan berisiko tinggi (Espeland, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian Jazan () bahwa pengasuh anak merupakan faktor risiko yang berpengaruh pada kejadian cidera karena kecelakaan rumah tangga pada balita. 3). Keadaan sosial Risiko kecelakaan dapat pula dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagian besar waktunya dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang lebih besar, berada dalam bahaya besar (Meadow & Newel, 2005).
12
C. KARAKTERISTIK KECELAKAAN PADA ANAK DI RUMAH TANGGA Banyak hal yang bisa terjadi di rumah tangga yang memiliki anak-anak berusia dini, mengingat karakteristik anak yang dilayani sangat bervariasi. Berbagai pertengkaran atau perkelahian kecil dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan yang berupa cedera, baik cedera ringan maupun cedera berat. Berbagai jenis kecelakaan yang mungkin terjadi antara lain : (a) tertelan benda asing; (b) tersedak; (c) terjatuh sehingga timbul luka atau memar; (d) teriris; (e) terbakar; (e) terkilir; (f) mimisan; (g) tiba-tiba pingsan; (h) keracunan, dan sebagainya Kecelakaan sebagaimana disebutkan di atas dapat terjadi karena kelalaian orang dewasa, misalnya : meletakkan benda-benda secara tidak aman, kurang mengawasi anak ketika sedang bermain, alat-alat permainan anak tidak atau kurang aman, pengaturan lokasi bermain anak tidak aman, yang dalam hal ini bisa berkaitan dengan desaian atau tata ruang yang tidak aman untuk anak, misalnya terdapat tangga tanpa pengaman, lantai yang basah/licin, ketinggian lantai tidak sama sehingga menyebabkan anak mudah tersandung, peralatan rumah tangga yang kurang/tidak aman, misalnya adanya alat pemanas air yang mudah dijangkau anak, obat-obatan yang berserakan, dan sebagainya. Akan tetapi, kejadian kecelakaan tersebut juga dapat timbul karena sifat ingin tahu anak, sehingga melakukan eksplorasi, misalnya dengan memasukkan benda apa saja ke dalam mulutnya, terutama pada anak-anak usia 0 – 2 tahun. Oleh karena banyaknya kemungkinan tersebut, setiap orang dewasa yang berdekatan dengan anak dianjurkan agar dapat mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan (hazard) beserta upaya pertolongan pertama. Hal ini menjadi hal yang sangat penting, karena bukan tidak mungkin kalau tempat tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan terdekat
D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN ANAK DI RUMAH TANGGA Pada dasarnya, beberapa hal yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan pada anak antara lain : (1) berikan oksigen atau udara bersih; (2) kalau ada pendarahan, tekan bagian yang luka dan sekitarnya dengan benda bersih, bersihkan dengan alkohol atau antiseptik dan balutlah; (3) kalau terkena benda panas, siramkan bagian tersebut
13
dan sekitarnya dengan air dingin dan jangan mengoles luka/lepuh - bakar dengan minyak atau pasta gigi. Selanjutnya, berikut ini disajikan pertolongan pertama pada anak-anak apabila terjadi kecelakaan sebagai berikut: a.
Tertelan benda asing Adalah hal yang sangat mungkin pada bayi atau anak-anak tertelan benda asing yang kecil-kecil, mulai dari koin, rokok, silica gel, tanaman hias, kapur barus, ataupun benda-benda kecil yang ada di sekitar kita. Untuk itulah maka disarankan agar benda-benda kecil dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Akan tetapi, apabila hal ini tanpa sengaja terjadi, orang dewasa di sekitar anak harus bisa segera mengambil tindakan yang penting. Ketika tiba-tiba tertelan sesuatu, maka yang pertama kali harus diketahui adalah jenis benda yang sudah tertelan, waktu tertelan, jumlah yang sudah tertelan dan memastikan apakah wajah anak pucat serta marah-marah (berteriak). Karena cara memberikan pertolongan pertama di dalam hal ini berbeda-beda menurut benda asing yang tertelan, periksalah selalu sampai ke dalam mulut. Jepitlah kedua belah pipi anak dengan jari dan bukalah mulutnya. Periksalah dengan tenang “Apakah benda asing itu, dan ada di mana?”. Dalam hal benda asing yang tertelan itu masih tersisa di dalam mulut, keluarkanlah perlahan-lahan dengan memasukan jari anda. Karena ada kemungkinan benda yang tersisa terdorong sampai ke mulut bagian dalam, maka sangatlah berbahaya apabila anda berusaha dengan paksa mengorek-ngorek benda asing yang ada di mulut bagian dalam. Apabila baik untuk dimuntahkan, bukalah mulut anak lebarlebar, tekanlah lidah yang terdapat dibagian paling dalam, dan setelah itu berusahalah membantu anak untuk memuntahkan benda tersebut. Ketika hal itu menimbulkan gejala shock dan kejang-kejang, maka segeralah bawa anak ke rumah sakit tanpa menyuruhnya memuntahkan benda yang tertelan itu. Apabila benda asing tersebut menyumbat tenggorokan maka bukalah mulut anak dengan menggunakan jari tengah anda dan telungkupkanlah, di antara tulang belikat, lalu dengan menggunakan telapak tangan tepuk-tepuklah dengan keras sebanyak 5 kali, usahakanlah agar tepukan mendorong ke arah atas. Dalam hal berat badan anak terasa berat, dan apabila ketika ditelungkupkan pada lengan anda merasa sakit, tidak ada salahnya apabila ditelungkupkan di atas paha. Ketika
14
anak berwajah pucat dan ada kemungkinan kerongkongan terluka, maka segera bawa ke rumah sakit. Apabila anda mengalami kesulitan di dalam memberikan pertolongan pertama, segeralah bawa anak ke rumah sakit. b.
Timbul memar pada anak-anak Memar pada anak-anak seringkali terjadi, dan ini biasanya timbul karena trauma/benturan benda keras, misalnya jatuh ke lantai atau terbentur meja/tembok. Tanda yang terlihat adanya benjolan pada bagian yang terantuk, kadang disertai wama kebiruan (dapat muncul sehari setelah kejadian). Benjol dan kebiruan disebabkan oleh pembuluh darah pada bagian yang terkena benturan pecah dan darah masuk ke dalam jaringan sekitarnya. Cara mengatasinya jika tidak ada luka langsung dikompres dingin pada bagian yang terbentur. Hal ini untuk mencegah bertambah banyak darah yang merembes ke jaringan. Pengompresan juga akan mengurangi odema (pembengkakan). Pada hari berikutnya dilihat kondisi pembengkakan, berkurang atau tidak. Pada periode ini penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan
pembengkakan.
Cara
yang
digunakan
adalah
dengan
memberikan kompres panas selama 3-5 menit, untuk melebarkan pembutuh darah setempat, setelah itu dikompres dingin selama 1-2 menit. Hal ini dilakukan 4 - 5 kali sehari sampai bengkak menghilang. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan kompres panas yakni suhu panas jangan sampai menimbulkan luka bakar. Kompres panas dapat menggunakan air panas dalam kantong atau dengan obat pemanas kulit (salep/krim/balsam). Penggunaan obat yang ditempatkan pada kulit perlu diperhatikan efeknya. Memar dapat terjadi di semua bagian tubuh. Untuk memar yang terjadi di sekitar mata, misalnya terkena tinju, cara penatalaksanaan sama yakni dalam 24 jam pertama diberikan kompres dingin, selanjutnya kompres panas dingin berganti-ganti. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dan kondisi memar mata yang dapat menimbulkan penyulit, misalnya tulang dasar kepala retak atau tulang sekitar bola mata retak/patah. Untuk memastikan biasanya diawali dengan melihat ukuran trauma, ada tidaknya gangguan penglihatan. Jika diduga terjadi keadaan semacam ini maka harus segera dirujuk ke rumah sakit.
15
c. Timbul laserasi atau luka parut Anak-anak wajar terjadi luka parut. Luka parut biasanya disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh pada saat berlari. Permukaan kulit yang rusak mengakibatkan terjadi perdarahan. Banyaknya perdarahan tergantung dari lokasi luka, dalam dan luas luka. Luka parut di kepala (misalnya terantuk) umumnya minimbulkan perdarahan lebih banyak dibanding di tempat lain. Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih, kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing (kerikil, kayu, atau benda lain) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi. d. Terpotong atau teriris Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong. Pencegahan: 1) Simpanlah pisau pada tempat yang aman, sebaiknya setelah dicuci segera dikeringkan dan langsung dimasukkan ke dalam lemari penyimpan yang terkunci. Jangan diletakkan begitu saja di rak piring atau tempat sendokgarpu yang terbuka dan mudah terjangkau oleh anak-anak. 2) Beritahukanlah pada anak-anak tentang bahaya bermain-main dengan benda tajam tanpa menakut-nakutinya. 3) Pisau silet yang sudah tidak terpakai sebaiknya dibungkus sebelum dibuang ke tempat sampah.
Pertolongan Pertama jika teriris benda tajam: 1)
Cara menangani pertama, perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih.
16
2)
Jika luka iris dangkal dan pendek, maka dapat diatasi dengan menggunakan plester yang sudah mengandung obat (misal Handyplast, dll). Namun sebelumnya, bersihkan dulu dengan air dan obat antiseptik.
3)
Jika luka dalam dan panjang yang membutuhkan jahitan, maka bersihkan dengan cairan antiseptik kemudian tutup dengan kasa steril atau sofratulle dan segera kirim ke petugas kesehatan.
Stop Kontak dan Steker Pencegahan: a.
Stop kontak dalam rumah terkadang dipasang rendah sehingga mengundang keingintahuan anak-anak untuk memegang atau mencukil-cukilnya. Untuk menghindari bahaya, sebaiknya stop kontak yang tidak terpakai lagi ditutup dengan steker kosong. Atau pergunakanlah stop kontak yang mempunyai tutup berpegas.
b.
Satu stop kontak jangan dipakai untuk bermacam-macam alat listrik sekaligus, karena akan mempercepat pemanasan kabel sehingga merusak selubung isolasinya.
c.
Ketika hendak melepas steker sebaiknya dalam kondisi tangan tidak basah dan jangan menarik kabelnya, tapi peganglah stekernya. Memberikan contoh yang baik pada anak akan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Pertolongan pertama pada kesetrum: a.
Penolong harus melindungi dirinya juga, misalnya dengan memakai alas kaki (sandal) karet.
b.
Segera lepaskan penderita dari kabel atau sumber arus yang mengenainya.
c.
Matikan sumber arus dan usahakan agar kabel terlepas dari korban.
d.
Setelah itu berikan nafas buatan atau pijat jantung (jika penolong mampu melakukannya)
e.
Bila sudah sadar kembali, bawa ke tempat pelayanan kesehatan untuk menghindari timbulnya perdarahan atau akibat lain di jantung yang biasanya timbul kemudian.
Setrika Listrik
17
Pencegahan: 1) Apabila setrika listrik hendak ditinggal pergi meskipun hanya sebentar (beberapa
menit), usahakan untuk tetap mematikan hubungan arus listriknya. 2) Sebaiknya jangan menyetrika di dekat tempat anak-anak bermain karena lengah
sedikit saja, anak-anak dapat menyentuhnya. 3) Kabel listrik yang sudah tua sebaiknya diganti dengan yang baru dan sesuai.
Pertolongan Pertama pada luka bakar <20% (tidak luas): 1) Rendamlah bagian yang terkena luka bakar dengan air dingin atau air mengalir.
Tindakan ini dilakukan sampai bagian yang terbakar ketika diangkat dari sudah tidak terasa sakit lagi. Disamping mengurangi rasa sakit juga memperkecil akibat lanjutan dari luka bakar. 2) Jangan mengelupas bagian yang melepuh. Biarkan saja demikian sampai sembuh
sendiri. e. Luka bakar Anak-anak seringkali suka bermain api karena sifat ingin tahunya. Kesukaan anak ini dapat berujung pada timbulnya kecelakaan berupa luka bakar. Luka bakar sering terjadi di rumah tangga di antaranya terkena api, tersiram air panas, minyak panas, sampai kuah masakan yang panas. Berat ringan luka bakar sangat tergantung pada luas dan dalam luka bakar tersebut. Luka bakar dibedakan atas luka bakar kering, umumnya karena api, sengatan listrik, logam panas; luka bakar karena cairan panas, air mendidih, uap panas, minyak panas, dan lain-lain; luka bakar karena zat kimia, asam pekat, alkali pekat, dan lain-lain. Tanda-tanda luka bakar sesuai tingkat keparahannya, yakni luka bakar ringan rasa panas dan nyeri, kemerah-merahan pada bagian yang terkena panas, kadang-kadang ada pembengkakan. Luka bakar sedang cirinya bagian yang terkena lebih dalam dari permukaan kulit, rasa panas dan nyeri lebih hebat, selain kemerahan juga timbul gelembung yang berisi cairan. Luka bakar berat cirinya jaringan yang terkena lebih dalam sampai jaringan di bawah kulit, tampak ada jaringan yang mati (kehitaman). Hal yang perlu diperhatikan selain kedalaman luka bakar juga luas permukaan kulit yang terkena trauma panas. Semakin luas permukaan kulit yang terkena semakin membahayakan jiwa korban.
18
Penatalaksanaan luka bakar tergantung pada tingkat keparahannya. 1) Luka bakar ringan Derajat ringan jika luas kurang dari 50% atau derajat sedang dengan dengan luas kurang dari 15 % atau derajat berat kurang dari 2%. Bagian yang terkena panas dikompres dengan air dingin atau dialiri air dingin. Bila terlalu luas segera rujuk ke rumah sakit. Bagian yang melepuh jangan dipecah, tetapi ditutupi. Tidak dianjurkan mengolesi luka bakar dengan odol/kamfer, karena keadaan ini justru akan memperberat kondisi luka bakar dan akan menambah penderitaan, sebab saat membersihkan akan terasa sakit. 2)
Luka bakar sedang Derajat ringan dengan luas lebih dari 50%, derajat sedang dengan luas sekitar 15-30%, atau derajat berat dengan luas lebih dari 2% perlu segera dirujuk ke rumah sakit dengan menutupi bagian yang terkena panas.
3) Luka bakar berat Lebih parah dan lebih luas dari kondisi luka bakar sedang, segera rujuk ke rumah sakit yang lengkap. Obat-obatan yang diperlukan pada luka bakar, terutama bila permukaan kulit terbuka, adalah anti infeksi yang diberikan secara oles/topikal untuk mencegah kemungkinan terinfeksi. Hal lain yang perlu diperhatikan karena dapat mengancam korban luka bakar adalah kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), karena permukaan kulit yang rusak, infeksi, cacat tubuh karena adanya jaringan parut akibat luka bakar (kontraktur). Untuk luka bakar karena zat kimia perlu penatalaksanaan khusus, secara umum luka bakar dialiri air dingin lebih lama ( 20 - 30 menit ), tutup dengan kain halus, dan rujuk ke rumah sakit. Tersedak Apabila tiba-tiba anak tersedak, baringkan anak dalam posisi telungkup, lalu tepuk-tepuk
punggungnya
beberapa
kali.
Segera
setelah
itu
balikkan
tubuhnya sehingga terlentang kembali di atas pangkuan Anda. Aturlah agar posisi kepalanya lebih rendah dari tubuhnya. Kalau memungkinkan keluarkan benda asing tersebut, tapi jika tidak segera bawalah anak ke rumah sakit. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam mulutnya, dengan maksud mengeluarkan benda asing
19
tersebut. karena dapat menyebabkan benda asing tersebut makin terdorong masuk ke dalam.
f.
Tercekik Apabila timbul kejadian ini, segera lepaskan benda yang mencekik leher anak. Jika leher terikat, lepaskan dengan gunting, tapi tetap sanggah tubuhnya sementara Anda melepaskan ikatan. Jangan menunggu terlalu lama melepaskan ikatan, karena kecelakaan tercekik sangat cepat dapat menghambat jalan napas
g. Terkilir atau lepas sendi Keadaan ini sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Cara mengatasi terkilir, pertama dilakukan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan sendi, kemudian dilakukan pembalutan ketat dua lapis untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Istirahatkan sampai bengkaknya hilang. Apabila kondisi nyeri tidak berkurang, segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat.
h.
Mimisan atau pendarahan hidung Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak, baik karena memang pembuluh darah anak rentan (mudah pecah), dikorek-korek atau karena hal lain misalnya anak sedang demam. Cara mengatasi yang paling mudah dengan mendudukkan anak agak menunduk, cuping hidung kanan kiri dipencet bersamaan, dan bernapas melalui mulut. Tunggu sampai 10 menit. Bila darah masih keluar, segera rujuk ke rumah sakit. Penggunaan cara tradisional dengan daun sirih, dapat membantu menghentikan perdarahan.
i.
Pingsan Pingsan adalah suatu keadaan seseorang kehilangan kesadarannya. Hal ini sering terjadi karena kondisi fisik ataupun mental tidak baik. Cara mengatasi keadaan ini, sebelum melakukan tindakan perhatikan pernapasannya. Bila masih bernapas segera baringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari dada dan kaki, pakaian yang kencang dilonggarkan. Badan dihangatkan. Pingsan karena kejiwaan agak sulit ditangani sebab biasanya disertai kejang (misalnya dalam keadaan histeris). Bila tidak bernapas, raba
20
nadinya, bila tidak teraba, lakukan resusitasi jantung paru. Bila tidak dapat diatasi, segera rujuk ke rumah sakit
j.
Benda asing dalam tubuh Benda asing adalah benda yang tidak biasa di dalam tubuh, seperti duri menusuk dan tertinggal dalam kulit, biji-bijian yang dimasukkan ke dalam hidung telinga, telinga kemasukan serangga, dan saluran napas tersumbat makanan. Kejadian yang sering dijumpai adalah anak-anak yang memasukkan benda asing ke lubang hidung. Cara mengatasinya, bila benda asing tidak terlalu besar, diusahakan untuk bersin. Caranya dengan mencium bubuk merica. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil segera dirujuk ke rumah sakit. Jangan mengkorek atau menyemprot dengan air karena hal ini dapat memperparah keadaan atau benda asing semakin dalam. Jika ditemukan benda asing di telinga, misalnya serangga harus dikeluarkan dengan meneteskan minyak mineral (gliserin/parafin cair) atau obat tetes telinga, kemudian miringkan dan amati benda asing tersebut keluar atau tidak. Bila tidak keluar, jangan melakukan tindakan apapun sebab dapat merusak saluran atau selaput kendang telinga. Benda asing di mata, prinsip jangan menggosok-gosok kelopak mata. Bila ada darah segera rujuk ke rumah sakit. Bila debu yang halus, dapat dilakukan dengan membalik kelopak mata, dengan ujung kapas atau saputangan yang dibasahi ambil debu yang ada di mata. Dapat juga dilakukan dengan gelas pencuci mata, atau dengan mengaliri air bersih. Bila benda asing menancap pada selaput lendir bola mata, segera rujuk ke rumah sakit. Benda asing di kulit, misalnya duri, bila ujung duri masih teraba cabut dengan alat penjepit yang telah dibersihkan/disucihamakan. Bila halus, duri bambu/kaktus/ulat bulu, dapat dengan cara menempelkan plester pada kulit yang tercancap duri halus, kemudian plester dicabut dengan cepat. Lakukan berulang-ulang sampai duri/bulu halus tercabut semua. Bila benda asing masuk ke dalam tenggorokan, sehingga menyumbat saluran nafas, perlu dilakukan tindakan yang cepat dan segera. Pada bayi dilakukan dengan cara mengangkat kedua kaki dan tepuk punggungnya. Pada anak-anak, dengan cara tengkurapkan pada lutut, atau kursi yang dibalik tepuk punggungnya. Duri ikan yang tercancap ditenggorokan dapat diatasi dengan menelan bakpao, atau nasi/ketan yang dikepal kemudian ditelan. Bila tidak berhasil rujuk ke rumah sakit.
k. Gigitan hewan, sengatan serangga dan racun dari tumbuh-tumbuhan
21
Kejadian gigitan/sengatan dari hewan maupun tumbuhan dapat terjadi pada rumah tangga. Mulai dari hewan kecil, seperti tungau, pinjal, lebah, nyamuk, kaki seribu, kelabang, sampai ular, anjing. Akibat yang nyata terlihat adanya perlukaan pada kulit dan adanya tanda peradangan (merah bengkak, sakit/nyeri). Pada kondisi yang lebih buruk dapat terjadi kekakuan atau kelumpuhan bagian yang terluka. Khusus pada gigitan ular yang beracun ada dua lubang bekas masuknya taring ular berbisa. Cara mengatasi gigitan hewan (anjing, kucing, kera) korban ditenangkan luka dicuci dengan air bersih dan sabun, beri antiseptik balut, dan rujuk ke rumah sakit. Bila terjadi perdarahan hentikan dengan cara seperti luka potong atau luka sayat. Jika luka karena sengatan serangga, segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan menggunakan minyak pelumas, atau terpentin atau minyak cat kuku. Setelah terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi calamine atau krim antihistamin. Bila tersengat lebah, ambil sengatnya dengan jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang tersengat. Bila menunjukkan adanya tanda-tanda membahayakan, seperti kepala berputar-putar, mual-muntah, pucat apalagi sampai sesak napas, segera rujuk ke rumah sakit. Sementara, penanganan gigitan ular beracun dengan melakukan torniquet antara bekas gigitan dengan jantung, istirahatkan bagian yang tergigit, seperti kita menangani patah tulang. Rujuk ke rumah sakit. Jangan melakukan sayatan silang dan menghisap darah dari luka sayatan tersebut, sebab selain membahayakan diri bagi yang menghisap darah, juga akan menimbulkan luka infeksi pada korban (http://www.tempointeraktif.com).
l. Zat-zat Beracun a). Keracunan Bahan-bahan Kimia Zat-zat kimia yang banyak dipergunakan dalam rumah tangga dan cukup berbahaya, antara lain cairan pembunuh serangga (obat nyamuk cair), minyak cat, cairan pembersih lantai, deterjen, minyak tanah, oli, dan lain-lain. Pencegahan: 1) Zat-zat tersebut sebaiknya disimpan dalam tempat yang terkunci atau diletakkan
di tempat yang sulit dijangkau oleh anak-anak. 2) Dianjurkan untuk tidak menggantinya pada wadah lain sehingga dapat terjadi
kekeliruan. Misalnya memasukkan cairan pembersih lantai pada botol air mineral
22
tanpa diberi label yang jelas. Hal ini akan mengundang keingintahuan anak-anak karena melihat cairan yang berwarna-warni.
b) Keracunan Pupuk Buatan Pupuk urea yang berupa kristal putih sangat mudah terkelirukan dengan gula pasir. Pencegahan: 1) Jangan menempatkan pupuk buatan di tempat yang dekat dengan tempat
menyimpan makanan, supaya tidak tercampur atau terkelirukan dengan gula atau garam atau bahan makanan lainnya. 2) Hindarkan dari jangkauan anak-anak, terutama jika masih bayi, karena mereka
cenderung suka memasukkan apapun ke dalam mulut. c) Keracunan Obat-obatan Setiap rumah biasanya mempunyai persediaan obat atau mungkin masih menyimpan obat yang belum habis. Sering terjadi kesalahan pemakaian obat atau termakannya butiran tablet obat oleh anak-anak. Pencegahan: 1) Perhatikan selalu warna label pada botol atau tempat obat yang kita peroleh dari
apotik. Warna lingkaran putih yang terdapat pada kemasan menandakan itu adalah obat dalam (dimakan/diminum). Warna lingkaran biru berarti obat luar (dioles, ditaburkan, dll) sehingga tidah boleh dimakan/diminum. Dengan memperhatikan label obat saja kita dapat menghindari kekeliruan. 2) Lebih baik lagi jika kita memisahkan tempat obat luar dan obat dalam. Obat-obat
yang sudah lama atau tidak dikenali lagi identitasnya (tidak diketahui tanggal kadaluwarsanya) sebaiknya dibuang saja. 3) Tempatkan almari obat pada tempat yang cukup tinggi (digantung) supaya tidak
terjangkau anak-anak.
Petunjuk Umum Pertolongan Pertama pada Keracunan : a.
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Pertolongan yang keliru atau berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Ada beberapa tindakan pokok yang penting dalam memberikan pertolongan pertama pada keracunan:
23
b.
Cari racun yang mengenainya, misalnya dari botol bekasnya atau sisa yang masih ada. Pertolongan selanjutnya akan tergantung pada jenis racun yang mengenai.
c.
Bersihkan saluran nafas penderita dari kotoran, lendir atau muntahan.
d.
Jangan memberikan pernafasan buatan dengan cara mulut ke mulut. Apabila pernafasan buatan diperlukan, berikan dengan cara lainnya.
e.
Apabila racun tidak dapat dikenali, sementara berikan norit (larutan arang batok kelapa di dalam air), putih telur-susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk melunakkan racun.
f.
Beberapa racun dapat merangsang muntah. Apabila tidak disertai muntah maka usahakan agar dimuntahkan, bisa dengan memberi minum segelas air yang dicampur 1-2 sendok makan garam dapur atau 1-2 sendok makan mustard. Bisa juga dengan menekan tenggorokan penderita dengan jari. Pada anak-anak, muntah dapat dirangsang hanya dengan memberinya minum air sebanyak mungkin. Catatan: muntah tidak boleh dirangsang pada keracunan bensin, basa keras, asam keras, serta jika korban tidak sadar.
a). Obat-obat pelunak racun antara lain: norit, putih telur 60-100 cc, susu, larutan tepung kanji/beras, mentega, minyak tumbuh-tumbuhan. Catatan: mentega dan minyak tidak boleh digunakan untuk keracunan obat pembasmi serangga b). Obat pelawan keracunan asam keras: 1) Larutan encer soda kue dalam air 2) 100 gram kapur tulis dalam air 3) Pecahan tembok dilarutkan dalam air 4) Larutan sabun dalam air c). Obat pelawan keracunan basa keras: 1) Cuka dapur sebanyak 100-200 cc 2) Air jeruk 100-200 cc Setelah memberikan pertolongan pertama, segera bawa korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk memastikan kondisi korban
BAB III MATERI DAN METODE
24
A. Metode Penerapan Ipteks Ipteks yang diterapkan pada pengabdian masyarakat ini adalah pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga di dusun Cepet Purwobinangun Paekm Sleman Yogyakarta. Kegiatan terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Penentuan lokasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu adanya balita dengan kasus kecelakaan anak di rumah tangga dan mengurus perizinan. 2. Wawancara kejadian kecelakaan anak di rumah tangga 3. Melakukan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga
B. Materi 1. Bahan pengabdian masyarakat Booklet yang berisi panduan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga yang disusun oleh tim. 2. Alat-alat Alat-alat yang digunakan adalah nursing kit (Tensimeter, stetoskop, spatel lidah, thermometer).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
25
A. Hasil Pada saat pelaksanaan, sebelumnya para ibu-ibu dengan anak balita diberikan penjelasan tentang identifikasi bahaya kecelakaan yang ada di rumah tangga. Setelah itu, para ibu/pengasuh dengan balita diberikan penjelasan tentang cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga maupun di lingkungan rumah. Pelatihan pertolongan pertama diberikan dengan bantuan booklet tentang langkahlangkah pertolongan pertama pada anak apabila terjadi kecelakaan anak di rumah. Penulis mengumpulkan semua ibu-ibu atau pengasuh balita di dusun Cepet, Purwobinangun Pakem Sleman di rumah salah satu ibu balita.
Tabel 1. Karakteristik balita di dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman No 1.
Karakteristik Responden
Jumlah
Persen (%)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
13 11
54 46
Jumlah
24
100
Berdasarkan tabel 1, Jenis kelamin sebagian besar balita di dusun cepet adalah laki-laki (54%) dan jenis kelamin perempuan adalah 46%. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para ibu/pengasuh balita di dusun Cepet, menyatakan bahwa hampir semua balita pernah mengalami kejadian kecelakaan di rumah maupun di lingkungan sekitar rumah baik yang tingkat ringan maupun sedang. Jenis kecelakaan yang terjadi sebagian besar adalah terjatuh, teriris benda tajam, maupun luka lecet. Kejadian kejang karena demam juga pernah terjadi pada 2 anak balita di dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta. Kejadian tenggelam di kolam sekitar rumah juga terjadi pada 2 anak balita, satu balita tertolong dan satu balita meninggal. Berdasarkan wawancara dengan para ibu-ibu balita juga menyebutkan bahwa mereka tidak mengira bahwa bahaya kecelakaan pada anak juga dapat terjadi di dalam rumah. Padahal selama ini mereka menganggap bahwa rumah merupakan tempat yang
26
paling aman. Selain itu, mereke juga menganggap bahwa kecelakaan pada anak adalah hal yang wajar karena kejadian kecelakaan sering terjadi pada balita mereka.
B.
Pembahasan Pelaksanaan pengabdian masyarakat berfokus pada balita dengan sasaran adalah para ibu atau para pengasuh balita. Ibu-ibu balita atau pengasuh balita sebagai sasaran dalam pelatihan ini karena sebagian besar waktunya bersama dengan balita di rumah. Dengan demikian, apabila terjadi kecelakaan dalam rumah tangga orang pertama yang mengetahui dan memberikan pertolongan adalah ibu atau pengasuh. Anak balita adalah masa rentan untuk mengalami kecelakaan atau cidera dalam lingkungan rumah atau lingkungan sekitar rumah. Hal ini disebabkan karena Bahkan, kecelakaan pada balita dianggap oleh masyarakat seperti hal yang wajar terjadi. Sebagian ibu-ibu juga menganggap bahwa lingkungan rumah adalah lingkungan yang paling aman untuk tumbuh kembang anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) menyebutkan bahwa kecelakaan pada balita di rumah merupakan kecelakaan yang sering terjadi. Hal ini disebabkan karena Keseimbangan tubuhnya masih belum sempurna sehingga anak mudah terjatuh, anak juga belum mampu membedakan tempat tinggi maupun rendah, misalnya tangga, kursi, tempat tidur, dan lain-lain. Selain itu, ukuran kepala anak usia balita relatif lebih besar sehingga bila jatuh, kepalanya sering mengalami benturan dan adanya kebiasaan anak usia balita memasukkan benda ke dalam mulut, hidung, maupun telinganya. Hal lain yang menyebabkan sering terjadinya kecelakaan pada anak balita karena anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga barang-barang yang berada disekitarnya, apalagi mudah terjangkau, akan diambilnya. Sementara itu, anak masih belum mampu membedakan benda tadi, apakah berbahaya bagi dirinya atau tidak. Kebiasaan anakanak yang banyak bergerak, berlari, maupun melompat-lompat sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan di lingkungan rumah, seperti terjatuh, berbenturan, dan sebagainya. Kecelakaan yang terjadi akan berkembang sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan karakteristik balita yang ada di Dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman,
sebagian
besar
balita
adalah
laki-laki.
Menurut
Meadow
& Newel (2005), kematian lebih banyak terjadi pada awal-awal kehidupan dan lebih
27
banyak pada anak laki-laki di semua umur , yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak usia sekolah. Anak laki-laki cenderung lebih berani, bergerak aktif dan berani mengambil risiko walaupun tidak sesuai dengan kemampuan fisik yang dimilikinya. Hal ini yang menyebabkan kecelakaan pada anak balita laki-laki lebih tinggi daripada balita perempuan.
28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengabdian masyarakat yaitu tentang pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah tangga, sebagian besar anak balita di dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman adalah anak laki-laki. Dengan demikian, risiko terjadi kecelakaan anak di rumah akan lebih tinggi.
B. Saran Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan, maka penyusun memberikan beberapa saran, antara lain : 1. Ilmu keperawatan Perlu dikembangakan lebih lanjut lagi tentang pelatihan pertolongan pertama pada berbagai macam kecelakaan pada anak di rumah tangga yang merupakan langkah preventif untuk meminimalkan kecelakaan anak di rumah 2. Orang tua Orang tua/pengasuh perlu melakukan identifikasi bahaya-bahaya yang berisiko memunculkan kecelakaan pada anak baik di dalam rumah maupun di lingkungan sekitar rumah. Selain itu, perlu ditingkatkan pemantauan dan pengawasan pada anak di rumah untuk meminimalkan kecelakaan pada anak balita.
29
Referensi
Espeland, N. (2005). Panduan keselamatan Anak. Jakarta: Prestasi Pustakakarya. Puspita, W.A (2010). Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3 K) untuk anak usia dini di rumah tangga. Diunduh dari http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/di-rumah.html
IDAI. (2009). Kecelakaan rumah tangga. Diunduh dari http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1974415142532
Jazan A (1992). Faktor-faktor yang berpengaruh pada cidera karena kecelakaan rumah tangga pada balita di wilayah Bojonagara dan Tegalega Kotamadaya Bandung. Universitas Indonesia
Purwoko, S. (2006). Pertolongan Pertama dan RJP. Edisi IV. Jakarta: Arcan Meadow & Newel. (2005). Lecture Notes. Pediatrika. Edisi VII. Jakarta: Erlangga. Wong, Donna L (2008).Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi 6.Jakarta: EGC
30