LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENGEMBANGAN PASRAMAN BURAT WANGI BANJAR OLE, DESA MARGA, TABANAN SEBAGAI PASRAMAN BERBASIS KARAKTER MELALUI PELATIHAN DRAMA MODERN DAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
OLEH KADEK SONIA PISCAYANTI, S.PD.,M.PD. NIDN. 0004038401 NYOMAN PASEK HADISAPUTRA, S.PD.,M.PD. NIDN. 0018097805 NYOMAN KARINA WEDHANTI, S.PD.,M.PD. NIDN. 0021048202 DEWA AYU EKA AGUSTINI, S.PD.,M.S NIDN. 0014088108 DIBIAYAI DARI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DENGAN SPK NOMOR 023.04.2.552581/2013 REVISI 2 TANGGAL 01 MEI 2013
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta waranugraha-Nya kami dapat menyelesaikan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang berjudul “Pengembangan Pasraman Buratwangi Banjar Ole, Desa Marga, Tabanan sebagai Pasraman Berbasis Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan Pembelajaran Bahasa Inggris” dapat terlaksana dengan baik. Pembelajaran karakter kini memiliki peran penting dalam pendidikan awal sebagai penanaman karakter bangsa. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi bagian dari pendidikan formal, namun juga pendidikan informal seperti pasraman. Pasraman adalah salah satu pusat pendidikan informal yang menggali nilai-nilai lokalitas dan karakter. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pasraman sebagai salah satu pengembang pendidikan karakter melalui pelatihan drama modern dan pembelajaran bahasa Inggris. Kegiatan ini dibiayai dari dana Dipa Undiksha. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha yang telah memfasilitasi program ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada masyarakat Banjar Dinas Ole, Desa Marga Dauh Puri Tabanan khususnya kepada pengelola Pasraman Buratwangi dan anak-anak anggota Pasraman Buratwangi yang telah bersedia menjalani berbagai kegiatan yang telah direncanakan dalam program ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam program ini, sehingga saran dan masukan untuk perbaikan sangat kami harapkan untuk perbaikan program di masa-masa mendatang. Akhirnya, kami berharap agar program ini mampu memberikan sumbangsih dan manfaat bagi masyarakat Banjar Dinas Ole desa Marga khususnya dan masyarakat terkait lainnya yang berkenan membaca laporan ini. Singaraja, 6 November 2013 Penyusun ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Pengesahan ……………………………………………………………………… ii Kata Pengantar …………………………………………………………………………… iii Daftar Isi…………………………………………………………………..……………..
iii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………..
iv
Daftar Gambar……………………………………………………………………………
v
BAB I. Pendahuluan ……………………………………………………………………… 1 A. Analisis Situasi ………………………………………………………………... 4 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah…………………………………………. 7 C. Tujuan Kegiatan………………………………………………………………. 7 D. Manfaat Kegiatan …………………………………………………………….. 8 BAB II. Metode Pelaksanaan ……………………………………………………………. 9 BAB III. Hasil dan Pembahasan …………………………………………………………. 16 BAB IV. Penutup …………………………………………………………………. ……. 22 Lampiran-lampiran
iii
DAFTAR GAMBAR Foto 1. Latihan sambil mengenal alam dan lingkungan desa-bernyanyi dan bermain ke sawah ……………………………………………. 23 Foto 2. Latihan olah vocal-bernyanyi di alam terbuka …………………………………… 24 Foto 3. Latihan olah vocal dan gerak ……………………………………………………. 25 Foto 4. Latihan menyanyi bahasa inggris ……………………………………………….
26
Foto 5. Latihan bermain peran di atas panggung ……………………………………….. 27 Foto 6. Latihan menyanyi bahasa inggris ………………………………………………… 28 Foto 7. Pelatihan bercerita dalam bahasa inggris ……………………………………… 29 Foto 8. Belajar komposisi di atas panggung ……………………………………………… 29 Foto 9. Pementasan drama Little Red Riding Hood di atas panggung …………………… 30 Foto 10. Pementasan drama Little Red Riding Hood ……………………………………. 31 Foto 11. Pementasan drama Little Red Riding Hood …………………………………… 31 Foto 12. Kliping berita di Koran Warta Bali (16/09/2013) tentang pentas drama Little Red Riding Hood ………………………………………………….
32
Foto 13. Klipping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di Koran Radar Bali, 15 September 2013 ………………………………………
33
Foto 14. Kliping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di Koran Bali Post, 16 September 2013 ………….……
34
Foto 15. Kliping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di koran Radar Bali, 18 September 2013……………
34
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelatihan ……………………………………………………………………… 11 Tabel 2. Lembar Observasi …………………………………………………………………….. 13 Tabel 3. Panduan Wawancara ………………………………………………………………….. 13 Tabel 4. Rubrik Penilaian …………………………………………………………………….... 14
v
BAB I. PENDAHULUAN Karakter tak dapat dipisahkan dari hakikat manusia. Manusia terlahir dengan karakter bawaan yang dapat berkembang sesuai dengan lingkungan dan masyarakat yang membentuknya. Karakter dapat dibentuk melalui pendidikan sebab tujuan utama pendidikan adalah pembentukan karakter. Pendidikan berbasis karakter kini menjadi isu sentral di dunia pendidikan. Pendidikan karakter dilandaskan pada nilai dan sikap, sehingga tidak semata berbentuk pengajaran namun pembelajaran yang bersifat fungsional. Koesoema (2007) mengatakan pendidikan karakter harus bersifat utuh dan menyeluruh, mengintegrasikan semua pihak dan tidak dilakukan parsial. Dengan demikian, pendidikan karakter harus melibatkan unsur lembaga pendidikan, orangtua dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk membangun karakter dimulai dari pendidikan di sekolah formal hingga nonformal. Kesadaran masyarakat tentang mendesaknya pendidikan karakter adalah karena berbagai persoalan yang menimpa bangsa ini dimulai dari persoalan di bidang hukum, social, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Persoalan demi persoalan seolah berujung pada simpulan betapa lemahnya karakter bangsa kita. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan karakter bukanlah persoalan sepele yang bisa diselesaikan dalam setahun dua tahun, bahkan mungkin puluhan tahun. Jadi pendidikan karakter bukanlah soal pembangunan fisik, namun pembangunan mental dan budaya, yang bagi bangsa Indonesia merupakan persoalan besar. Dunia pendidikan pun disibukkan dengan persoalan menginsersi nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum, silabus, rencana pembelajaran hingga penilaian. Namun hasilnya belum menunjukkan perkembangan signifikan. Meskipun pendidikan karakter bertujuan menciptakan karakter, namun sistem pendidikan di Indonesia seolah memberikan bukti bahwa angka lebih penting, bahwa siswa yang mendapat skor tertinggi akan menjadi juara. Sedangkan yang berkarakter jujur dan disiplin malah diabaikan. Berbagai persoalan seolah menjadi bukti bahwa pendidikan formal bukan solusi pendidikan karakter yang tepat. Maka pendidikan yang lebih mendesak adalah pendidikan di masyarakat. Betapapun manusia tak dapat hidup sendiri, sebab ia akan membutuhkan masyarakat untuk mendukungnya. Pendidikan di masyarakat yang bersifat membangun karakter dan berbentuk pendidikan nonformal khususnya di Bali adalah pasraman. Pasraman adalah lembaga pendidikan khusus bidang agama Hindu (2009). Ia berbentuk pendidikan non-formal berbasis 1
budaya Hindu Bali yang bergerak di bidang tradisional dan adat istiadat . Hampir seluruh desa pakraman di Bali memiliki pasraman. Namun demikian ada juga yang bergerak mandiri dengan swadaya sendiri. Tujuan pasraman adalah untuk membelajarkan anggotanya di bidang seni budaya Bali khususnya dan social budaya pada umumnya. Tabanan adalah salah satu kabupaten dengan akar keunikan budaya yang kuat. Tabanan memiliki potensi seni budaya yang sangat kental dengan keseharian masyarakatnya. Dengan tipe masyarakat agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani, maka kebersamaan menjadi ciri khas utama masyarakat Tabanan. Di Desa Marga Dauh Puri, Banjar Dinas Ole, sebagian besar penduduk adalah petani yang produktif hingga masa tua. Keindahan dan kesuburan alam Ole menjadi kekayaan tersendiri bagi masyarakatnya. Kesenian menjadi bagian dari keseharian mereka bahkan menyatu dengan kehidupan mereka. Pasraman menjadi salah satu pusat pendidikan karakter yang mulai tumbuh di Banjar Dinas Ole, sebab pasraman didirikan berdasarkan visi membangun kebudayaan daerah yang kokoh. Hal ini tidak sulit dilakukan sebab semua potensi kesenian ada di Banjar Dinas Ole. Ada begitu banyak penari, penabuh dan pencipta komposisi music disana. Maka, tak heran, anak-anak berusia SD seolah memainkan music dengan begitu mudahnya seperti melakukan hal remeh temeh. Hampir di setiap keluarga, terdapat alat music bambu sederhana (rindik) yang dengan mudah dimainkan oleh anak-anak. Salah satunya adalah Amrita (9 tahun). Dia bahkan mampu menguasai alat music tradisional hingga model, dari rindik, gangsa, gender, hingga drum dan gitar. Keluarganyalah yang menggerakkan Pasraman Buratwangi di rumahnya sendiri. Pasraman Buratwangi memiliki kegiatan yang tidak rutin, bersifat spontan dan tidak terprogram. Salah satu kegiatannya adalah memainkan music, menari, dan menyanyi. Secara informal, pelatihnya mendidik anak-anak yang datang untuk berkesenian tanpa menggunakan kurikulum yang pasti. Semua berdasarkan pada pengalaman dan intuisi. Meski demikian, anakanak anggota pasraman tak pernah berhenti datang dengan jumlah anggota yang tidak tetap. Usia merekapun beragam. Dari usia TK hingga SMP bahkan SMA dan mahasiswa. Pendidikan informal ini justru menjadi menarik sebab dilaksanakan dengan spontan dan alami. Tidak ada kekakuan aturan, sistem dan atau gaya belajar yang selayaknya dimiliki pendidikan formal. Siapa saja yang mau belajar dengan baik, akan diterima. Bahkan jika mereka 2
sudah berkeluarga, mereka juga bisa menjadi pelatih atau instruktur. Kelenturan ini menyebabkan anak-anak bebas berekspresi dan belajar. Mereka tidak khawatir akan tertinggal, dianggap bodoh atau tidak mampu, malah dengan sistem kekeluargaan, yang merasa memiliki kemampuan lebih baik akan membantu temannya yang berkemampuan rendah. Disini, pendidikan karakter tumbuh dengan alami. Tanpa kekakuan sistem seperti layaknya sekolah formal. Malah, disinilah pendidikan karakter mendapatkan tempatnya yang paling tepat sebab mereka belajar berteman, belajar berkelompok dan dengan sendirinya belajar bermasyarakat. Dengan karakter individu yang kuat, maka karakter kelompok yang kuat akan terbangun dengan sendirinya. Produk pendidikan karakter langsung terlihat dari interaksi antar anggota pasraman. Control masyarakat juga kuat yaitu dengan terlibatnya orang tua mereka dalam mengontrol langsung proses pembelajaran pasraman. Namun bukan berarti pasraman tidak memiliki persoalan. Sebagai sebuah lembaga informal, pasraman juga memiliki banyak kelemahan. Persoalan penting dalam sanggar-sanggar belajar atau pasraman adalah kurangnya pembinaan dari pihak-pihak yang paham dunia pendidikan khususnya pendidikan karakter. Mereka cenderung mengedepankan penampilan seni budaya di pentas-pentas seni saja, namun kurang memperhatikan pembentukan karakter ke dalam diri mereka sendiri. Latihan hanya digelar sesekali hanya untuk kepentingan tertentu saja. Hasilnya mereka cenderung melatih diri ketika hanya akan pentas saja, dan setelah itu mereka kembali dalam karakter masing-masing. Kecenderungan pengembangan seni tradisional yang menuntut penampilan di panggung saja kurang memberikan pengalaman yang kaya ke dalam diri mereka, karena kebutuhan penampilan yang diperlukan lebih cenderung ke fisik daripada mental. Sedangkan kebutuhan mental bisa dipenuhi jika anak-anak tersebut diberi pendidikan karakter yang lebih nyata yaitu dengan berlatih karakter-karakter dalam pementasan drama. Hal lain yang juga perlu dikembangkan selain pendidikan drama yang melatih dan mengembangkan karakter adalah kemampuan berbahasa Inggris sebagai syarat untuk mampu bersaing di dunia internasional. Kuatnya karakter didukung dengan kemampuan berbahasa Inggris yang kuat akan menghasilkan individu yang kokoh dan tanggap terhadap dunia luar. Persoalannya adalah pada komitmen untuk mengembangkan kedua poin tersebut secara seimbang, langsung menyentuh masyarakat dan langsung dapat dirasakan manfaatnya.
3
Sebagai salah satu komunitas belajar di masyarakat, sanggar atau pasraman juga mampu menjadi pusat pembentukan karakter dan pembelajaran bahasa Inggris. Hingga saat ini Pasraman Buratwangi juga masih eksis mempertahankan diri di jalur seni budaya tradisional. Namun kurang seimbangnya seni budaya tradisional dan modern termasuk kurangnya pembelajaran bahasa Inggris di pasraman menyebabkan pengusul memiliki program untuk memberikan pelatihan drama modern dan pelatihan bahasa Inggris di pasraman ini. Arti penting dari pengabdian pada masyarakat ini adalah turut mengembangkan pasraman sebagai lembaga non formal yang membangun dan meningkatkan karakter anggotanya. Manfaat program ini bagi masyarakat setempat diantaranya adalah: meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperan serta mengembangkan karakter yang baik, turut mengembangkan kesadaran berkesenian drama, dan juga mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris. Program pengabdian pada masyarakat ini dirancang melalui kegiatan sebagai berikut. 1. Pelatihan drama modern melalui latihan olah vocal, tubuh dan jiwa, sebagai pembentukan karakter dasar 2. Pelatihan bahasa Inggris untuk memperkuat landasan berbahasa asing 3. Pementasan yang merupakan hasil dari pelatihan drama dan bahasa Inggris sebagai indicator keberhasilan program. A. ANALISIS SITUASI Pasraman Burat Wangi lahir di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga Tabanan. Pasraman Burat Wangi lahir pada bulan September 2005. Pasraman ini ikut mengisi waktu luang anak-anak desa yang sangat jauh dari pergaulan kota. Desa Marga Dauh Puri adalah desa agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua di desa, menyebabkan anak-anak mereka kerap terancam putus sekolah. Rendahnya kemampuan ekonomi penduduk desa ini juga menjadi faktor penentu masa depan generasi muda. Sebagian besar, penduduk yang merupakan petani sayur dan peternak, memprioritaskan anaknya untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Tak dapat dimungkiri, sekolah formal memang masih mahal bagi penduduk desa. Sehingga didirikanlah Pasraman Buratwangi sebagai organisasi non formal untuk mengisi gap antara sekolah formal 4
dan kemampuan ekonomi penduduk desa. Di sisi lain, bidang seni budaya mendapat tempat yang istimewa di hati penduduk. Mereka mendukung jika anak-anak mereka ikut kegiatan seni budaya. Pasraman pun menjadi media bagi latihan seni budaya anak-anak desa. Pasraman adalah organisasi non formal yang bersifat tradisional dan mengedepankan kegiatan di bidang agama, seni dan budaya. Di bidang agama, Pasraman Buratwangi rutin menampilkan tari-tarian berupa Tari Baris Gede dan Rejang Dewa pada acara piodalan di pura-pura di Desa Marga Dauh Puri. Pasraman Buratwangi juga kerap mengisi acara yadnya seperti menampilkan tabuh gender klasik pada saat upacara Manusa Yadnya. Potensi dasar berupa kemampuan peserta pasraman secara individu dalam berkesenian tidak dapat diremehkan. Salah satu pembinanya, Nyoman Budarsana mengatakan potensi seni peserta pasraman sangat tinggi. Yang perlu didukung lagi oleh masyarakat adalah fasilitas dan komitmen untuk turut mengembangkan potensi tersebut. Namun sayang, Nyoman Budarsana menilai masyarakat masih belum sepenuhnya mendukung karena mereka belum memahami efek pendidikan karakter di masa depan. Di bidang akademis, pembelajaran bahasa Inggris juga sempat dilaksanakan di Pasraman Buratwangi dan pembelajaran ini sangat menyenangkan. Namun setelah beberapa kali pertemuan, pembelajaran Bahasa Inggris terhenti karena kurangnya tenaga pengajar. Beberapa kegiatan lain yang juga pernah diikuti oleh Pasraman Buratwangi adalah penampilan di Pesta Kesenian Bali pada tahun 2008 dan tahun 2010 yang menampilkan pentas seni tradisional dan Barong Bangkung. Di bidang kesenian modern, pasraman ini juga sempat menampilkan drama berbahasa Inggris pada perayaan ulang tahun Sekaha Truna Truni Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri. Penampilan drama modern ini juga menjadi sebuah penampilan yang menarik karena memadukan unsur kesenian modern dan tradisional secara seimbang. Keberadaan Pasraman Buratwangi di dalam bidang kesenian dan kebudayaan juga telah mendapat pengakuan dari masyarakat karena keterlibatannya di berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan di masyarakat. Penampilan di berbagai event seni budaya menyebabkan Pasraman Burat Wangi tetap eksis sebagai sebuah komunitas.
Kini Pasraman Burat Wangi memiliki
anggota kurang lebih empat puluh anak usia sekolah (TK, SD hingga SMP). Keberadaan Pasraman Burat Wangi sebagai media pengembangan karakter juga pernah ditulis oleh media Bali Post pada tanggal
3 Maret 2006, dengan judul “Pasraman Anak-anak di Marga:
5
Menciptakan Ruang Pendakian Sang Diri”. Berita ini dapat diunduh secara online di http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/3/3/pd1.htm. Namun
kendala
utama
yang
dihadapi
oleh
Pasraman
Buratwangi
adalah
menyeimbangkan seni budaya tradisional dan modern. Seni tradisional mampu bertahan karena mendapat banyak kesempatan tampil di acara-acara keagamaan dan sosial kemasyarakatan, namun seni modern seperti drama modern dan pembelajaran Bahasa Inggris kurang mendapat kesempatan tampil di masyarakat. Hal ini karena kurangnya pelatih drama modern dan tenaga pengajar Bahasa Inggris yang profesional. Di samping itu ketertarikan terhadap drama modern dan Bahasa Inggris juga masih rendah karena drama modern dan Bahasa Inggris dianggap sebagai sebuah pelajaran yang sulit. Adapun motivasi pemilik pasraman dan pengusul program ini adalah menyeimbangkan seni budaya tradisional dan drama modern serta kemampuan berbahasa Inggris. Motivasi pembelajaran karakter melalui drama modern adalah membentuk karakter yang kuat ke dalam, dan pembelajaran Bahasa Inggris dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan orang asing sebab budaya Bali perlu diperkenalkan ke dunia luar sebagai bagian dari pengembangan seni budaya. Motivasi lain adalah dengan diadakannya pelatihan drama modern dan pelatihan Bahasa Inggris secara kontinyu, anggota pasraman juga mampu berkomunikasi belajar karakter secara langsung dan berkomunikasi dengan turis asing yang menyaksikan penampilan seni budayanya. Dalam program pengabdian pada masyarakat ini, pengusul memberikan alternatif tawaran baru yaitu pengembangan seni drama modern dan pelatihan bahasa Inggris untuk mengembangkan program pasraman. Secara umum, program ini dirancang agar mampu mengakomodasi kebutuhan utama dalam pasraman yaitu untuk mengembangkan karakter melalui seni budaya. Drama juga salah satu bentuk pengembangan seni budaya di bidang sastra yang sangat berpotensi untuk disosialisasikan ke masyarakat. Di samping juga penguasaan dalam bahasa Inggris yang berperan untuk membekali mereka dengan skills berbahasa yang baik. Dengan adanya sinergi antara penguatan karakter dan kemampuan berbahasa asing, semakin lengkaplah nilai plus Pasraman Buratwangi. Ia tidak hanya bergerak di bidang seni tradisi namun juga seni drama modern dan bahasa Inggris.
6
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Pasraman Burat Wangi adalah lembaga non formal yang bergerak di bidang seni tradisional, sementara untuk mengembangkan karakter secara lebih nyata dengan pengalaman langsung, drama modern dianggap lebih efektif karena langsung belajar memainkan karakter. Pembelajaran drama modern dan bahasa Inggris yang dipadukan dengan seni tradisi akan menjadi kolaborasi yang menarik. Namun ada beberapa indikasi persoalan yang muncul sebagai berikut. 1. pasraman belum memiliki pengalaman di bidang seni drama modern 2. pasraman belum memiliki pengalaman belajar bahasa Inggris dengan metode pembelajaran berbasis sastra. Namun demikian dengan komitmen yang luar biasa, baik dari motivasi pengusul maupun dari motivasi penyelenggara, program ini berjalan baik. Adapun perumusan masalah dalam P2M ini adalah 1. bagaimanakah pelatihan drama modern diselenggarakan di Pasraman Buratwangi? 2. bagaimanakah pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra diselenggarakan di Pasraman Buratwangi? C. TUJUAN KEGIATAN Tujuan umum diselenggarakannya P2M ini adalah : 1. untuk mengetahui bagaimana pelatihan drama modern berlangsung di Pasraman Burat Wangi 2. untuk mengetahui bagaimana pelatihan bahasa Inggris berbasis sastra di Pasraman Buratwangi
7
Tujuan khusus diselenggarakannya P2M ini adalah 1. mengembangkan model-model pelatihan drama modern dengan berbasis karakter di pasraman 2. mengembangkan model-model pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra di pasraman D. MANFAAT KEGIATAN Manfaat diselenggarakannya P2M ini adalah : 1. Anggota pasraman memiliki pengalaman bermain drama dan pengalaman belajar karakter dengan baik 2. Anggota pasraman memiliki pengalaman berbahasa Inggris berbasis sastra dan karakter dengan baik 3. Dirintisnya upaya membangkitkan kembali kekuatan komunitas pasraman sebagai salah satu pusat pengembangan karakter. Dengan tujuan dan manfaat di atas, dapat dipahami bahwa program ini memiliki dampak positif dalam pembangunan karakter. Tidak hanya pembangunan karakter individual, namun juga pembangunan karakter secara berkelompok dalam sebuah komunitas. Dengan keberhasilan program ini diharapkan juga agar pemerintah dan masyarakat setempat terus melakukan program lanjutan di masa-masa mendatang.
8
BAB II. METODE PELAKSANAAN Program ini berbentuk pelatihan drama modern dan pelatihan pembelajaran bahasa Inggris berbasis karakter. Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode kooperatif (berpusat pada siswa dan berbentuk kerja sama) dan metode belajar berbasis sastra dan karakter. Dalam ilmu pembelajaran, metode pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis sastra telah mendapat pembuktian yang valid dari berbagai hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis sastra untuk membentuk karakter. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang diperkenalkan oleh Dr. Slavin, 1983, dikenal memiliki karakteristik yang sangat mendukung pembentukan karakter sebab pembelajaran kooperatif menekankan pada kemampuan bekerjasama dengan target mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan adalah milik semua dan diusahakan bersama-sama. Pembelajaran kooperatif memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dengan cara membuka diri terhadap teman lain dan belajar dari kelebihan atau kelemahan teman. Pembelajaran kooperatif juga berpusat pada siswa bukan pada guru atau pelatih sehingga kemampuan siswalah yang menonjol dan berkembang. Pembelajaran kooperatif juga mendorong kreativitas dan inovasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan pembelajaran. Piscayanti (2006) menggunakan teknik pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari pembelajaran berbasis sastra dalam meningkatkan kemapuan membaca siswa. Pembelajaran berbasis sastra (literature-based instruction) juga dikenal memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri di antaranya sebagai berikut. Pertama, memberikan pengetahuan karakter melalui naskah sastra. Sastra seperti diketahui memiliki unsur-unsur pembangunan karakter di dalamnya. Sastra juga menumbuhkan imajinasi dan kekuatan berpikir. Imajinasi diperlukan untuk memahami sebuah cerita sebab sastra lahir dari imajinasi pengarangnya terhadap kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis sastra menumbuhkan minat siswa terhadap karakter dimana sastra digerakkan oleh karakter atau tokoh cerita. Dengan pemahaman terhadap karakter, maka sesungguhnya siswa telah memiliki dasar pembentukan karakter dalam dirinya. Piscayanti (2010) melalui penelitiannya menemukan bahwa
9
pembelajaran berbasis sastra meningkatkan motivasi berprestasi di bidang membaca dan menulis. Adapun tahapan yang dilalui dengan penggunaan metode tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, pelatihan drama modern. Pelatihan ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu pelatihan teknik olah vocal, pelatihan teknik olah tubuh dan teknik olah rasa sebagai bentuk penghayatan karakter. Pelatihan ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif dimana siswa melakukan pelatihan ini secara berkelompok. Dengan metode kooperatif, siswa lebih percaya diri di dalam melakukan latihan. Secara bersama mereka saling belajar, saling melihat dari kekurangan dan kelebihan teman lain. Pelatih memberikan pelatihan dengan bertahap yaitu dengan memberikan latihan ringan pernafasan, olah vocal sederhana, hingga ke tahap olah tubuh dan gerak. Setelah peserta menguasai, barulah diberikan pelatihan penghayatan karakter. Pelatihan ini berlangsung sejak bulan Mei hingga Juli 2013. Kedua, pelatihan bahasa Inggris. Pelatihan ini diajarkan dengan pembelajaran berbasis sastra. Dikatakan sebagai pembelajaran berbasis sastra sebab pelatihan bahasa Inggris ini menggunakan media sastra untuk menggerakkan pelatihan. Sastra yang dimaksud adalah naskah drama. Namun peserta tidak langsung diberi naskah untuk dibaca, melainkan naskah dikenalkan secara bertahap. Pelatihan ini diawali dengan aktivitas sederhana seperti menyanyi, menari dan bermain karakter. Naskah sederhana menjadi dasar bagi pengembangan karakter. Dalam pelatihan ini naskah yang digunakan adalah naskah Little Red Riding Hood dengan adaptasi yang ditulis oleh Kadek Sonia Piscayanti. Pelatihan berlangsung dengan bertahap dimana peserta diajak berbahasa Inggris sederhana melalui nyanyian, tarian dan cerita. Bahasa Inggris diajarkan secara menyenangkan dan memotivasi mereka terus belajar. Level ditingkatkan perlahan dari level termudah hingga level pementasan. Namun bahasa Inggris yang digunakan lebih sederhana dan dengan plot yang lebih sederhana. Pelatihan berlangsung sejak bulan Agustus hingga September 2013. Adapun jadwal pelatihan drama modern dan bahasa Inggris adalah sebagai berikut.
10
Tabel 1. Jadwal Pelatihan No
Jadwal
Kegiatan
1
18 Mei 2013
Pengenalan program P2M
2
8 Juni 2013
Pelatihan drama modern (olah vokal, tubuh, penghayatan)
3
22 Juni
Pelatihan drama modern (olah vokal, tubuh, pengahayatan)
4
6 Juli
Pelatihan drama berbahasa Inggris (perkenalan naskah sederhana dengan menyanyi, menari, kolaborasi musik dan tari)
5
20 Juli
Pelatihan drama berbahasa Inggris (perkenalan naskah sederhana dengan menyanyi, menari, kolaborasi musik dan tari)
6
23 Juli
Pelatihan kolaboratif drama dan pelatihan bahasa Inggris (perkenalan naskah sederhana dengan menyanyi, menari, kolaborasi musik dan tari)
7
3 Agustus
Pelatihan kolaboratif drama dan pelatihan bahasa Inggris (memerankan karakter di panggung)
8
10 Agustus
Pelatihan kolaboratif drama dan pelatihan bahasa Inggris (memerankan karakter di panggung)
9
17 Agustus 2013
Pelatihan kolaboratif drama dan pelatihan bahasa Inggris (mempersiapkan pementasan)
10
31 Agustus 2013
Pelatihan kolaboratif drama dan pelatihan bahasa Inggris (memantapkan persiapan pementasan)
11
14 September 2013
Pementasan drama
11
Ketiga, pementasan. Sesungguhnya pementasan ini adalah sebuah proses pendewasaan peserta untuk mengetahui bahwa proses pelatihan bisa dipertunjukkan di depan public yang lebih luas. Pementasan ini ditonton oleh masyarakat terutama orang tua peserta sebagai salah satu bentuk keberhasilan program. Pementasan juga media pembelajaran yang penting untuk penanaman karakter seperti kebersamaan, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Kebersamaan muncul ketika semua pemain harus bersama-sama menyukseskan pementasan. Kedisiplinan tumbuh ketika pemain tahu peran masing-masing dan tahu memainkan perannya sebaik mungkin. Tanggung jawab muncul ketika semua pemain berusaha menampilkan yang terbaik di atas panggung. Tanpa tahap pementasan, pelatihan akan menjadi sekedar saja dan peserta tak memiliki pengalaman nyata berinteraksi dengan penonton. Bahkan pementasan ini adalah puncak dari proses pelatihan yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan program. Proses pelatihan dipantau dengan menggunakan lembar observasi yang juga berguna sebagai catatan harian pengusul program. Adapun lembar observasi menggunakan kisi-kisi sebagai berikut. Data dituliskan secara deskriptif kualitatif untuk merekam proses pelatihan. Temuan juga dituliskan sesuai dengan kondisi di lapangan, demikian juga perkembangan dan kendala yang dihadapi. Lembar observasi ini berguna untuk mengukur kemajuan program dan efektifitas program.
Tabel 2. Lembar Observasi No
Jenis kegiatan
Waktu pelaksanaan
Rincian kegiatan
Nilai karakter
Temuan/kendala/ masukan
12
Selain lembar observasi sebagai pemantau perkembangan, alat evaluasi lain adalah wawancara dan rubric penilaian individu. Wawancara secara
informal dengan panduan
wawancara sederhana diberikan kepada pengelola dan pembina pasraman, peserta pasraman dan orangtua peserta. Tujuannya adalah untuk mengukur efektifitas program dan keberhasilan program. Adapun panduan wawancara yang digunakan memiliki kisi-kisi sebagai berikut. Tabel 3. Panduan Wawancara No
Dimensi
1
Urgensi
2
Butir-butir pertanyaan pelaksanaan
program Apakah program pengabdian ini urgen
pengabdian kepada masyarakat
dilaksanakan? Manfaat apa yang didapatkan?
Materi pelatihan
Apakah materi pelatihan relevan dengan peserta? Apakah
level materi pelatihan sesuai
dengan kemampuan peserta? 3
Keefektifan
program
drama modern
pelatihan Apakah program bersifat efektif dari segi metode, teknik dan waktu pelaksanaan? Kendala apa yang ditemui?
4
Keefektifan
program
bahasa Inggris
pelatihan Apakah program pelatihan bahasa Inggris efektif ditinjau dari materi, metode, dan waktu pelaksanaan? Apakah program ini bermanfaat?
5
Dampak program
Dampak-dampak apa saja yang muncul dari pelatihan ini?
6
Karakter
Nilai-nilai karakter apa saja yang tumbuh dalam proses pelatihan? Karakter apa yang paling menonjol dan terbangun kuat? 13
7
Saran dan masukan
Saran dan masukan untuk perbaikan ke depan
Sementara itu untuk mengukur kemampuan individual dalam menjalani pelatihan digunakan rubric sebagai berikut. Tabel 4. Rubrik Penilaian No
Nama Peserta
Vocal
Ekspresi
Penampilan
Kemampuan Temuan bahasa
karakter
Inggris
Adapun data yang digunakan adalah data deskriptif sebab penilaian dilakukan berdasarkan observasi langsung di lapangan. Peserta tidak dites dengan kuantitatif seperti layaknya pendidikan formal dengan menggunakan skor angka, namun diberikan penilaian secara kualitatif sebab program ini berbasis pelatihan dan pengembangan karakter, bukan berbasis pencapaian nilai akdemik. Karakter tidak bisa diukur dengan angka, namun bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain.
14
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Program ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sejak MeiSeptember 2013. Panjangnya waktu pelatihan memang telah diprogram untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari hasil observasi didapatkan hasil-hasil program pelatihan ini sebagai berikut. Pertama, peserta mampu melakukan teknik olah vocal, teknik olah tubuh, dan teknik olah rasa penghayatan karakter. Mereka mampu melakukannya sebab pada dasarnya semua manusia memiliki dasar teater. Manusia adalah makhluk teater (Dahana, 2001). Itu sebabnya tak begitu sulit untuk melatih anak-anak bermain teater sepanjang tekniknya dilakukan dengan benar. Jika tekniknya menyenangkan, maka anak-anak akan bertahan hingga akhir. Jumlah peserta pasraman adalah 44 orang dengan beragam usia. Jumlah ini termasuk sangat besar mengingat pelatihan seharusnya dilakukan dalam skala yang lebih kecil. Namun hasil observasi dari awal pelatihan hingga akhir pelatihan menunjukkan grafik peningkatan penampilan yang dapat disimpulkan bahwa peserta memiliki kemampuan yang cukup potensial di bidang olah vocal, tubuh dan rasa. Meskipun mereka berjumlah banyak dan dengan kemampuan beragam, mereka mampu mengikuti pelatihan dengan baik. Mereka memiliki kemauan belajar yang tinggi dan kedisiplinan yang baik ketika mengikuti pelatihan. Tidak ada 15
kendala berarti dalam pelaksanaan program pelatihan ini. Tolok ukur keberhasilan ditunjukkan dengan penampilan mereka di atas panggung saat pementasan dimana peserta mampu menggunakan teknik olah vocal, tubuh dan penghayatan yang baik. Tanpa pelatihan ini, peserta tak akan mampu melakukan pementasan dengan maksimal. Proses latihan yang panjang juga menciptakan kedekatan antar peserta yang menimbulkan kepercayaan diri untuk tampil bersama. Beberapa proses latihan dapat dilihat dari lampiran foto-foto yang dilampirkan tersendiri. Kedua, peserta mampu melakukan komunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif baik melalui percakapan, nyanyian, hingga pementasan naskah. Percakapan bahasa Inggris dilakukan melalui naskah yang bercerita tentang karakter Little Red Riding Hood. Percakapan sederhana dengan tata bahasa Inggris yang benar misalnya terdapat dalam adegan Little Red dan binatang yang menyapanya di hutan sebagai berikut. Animals : “Where are you going Little Red?” Little Red : “I am going to go to my grandmother’s house.” Animals : “Where is your gradmother’s house?” Little Red : “It is so far away. Look. There! (pointing a direction)” Animals : “Can I go there?” Little Red : “No.” (run). Dalam pembelajaran berbasis sastra, karakter menjadi penting untuk menggali penghayatan peserta. Karakter diciptakan untuk mengambil konteks terhadap sebuah percakapan, siapa berbicara kepada siapa, dimana dan dalam kondisi apa. Percakapan ini menyerupai percakapan sehari-hari yang juga selalu berkaitan dengan konteks siapa yang diajak bicara, dimana dan dalam kondisi apa. Hal ini menyebabkan peserta memiliki pengalaman langsung berinteraksi sesuai dengan konteks. Bahasa sebagai alat komunikasi memang sangat berkaitan erat dengan konteks sebuah peristiwa. Dengan kata lain, konteks melekat pada penggunaan bahasa. Contoh lain adalah percakapan Little Red Riding Hood dengan pemotong kayu yang menolongnya dari serbuan serigala. Little Red : “Help! Help!” (shouted) 16
Woodcutter : “What happened?” Little Red : “My grandmother is attacked by the wolf.” (trembling) Woodcutter : “Where is she now?” Little Red : “She is there, sleeping. Please help.” (almost crying) Woodcutter : ”Okay, I will help. Wait.” Melalui percakapan di atas, kita mengetahui konteks keadaan dimana percakapan itu terjadi. Di dalamnya juga terdapat penghayatan karakter. Dimana karakter Little Red pencemas dan karakter Woodcutter yang tenang dan sabar. Ketiga, nilai-nilai karakter tumbuh dengan alami seperti karakter berikut ini. Beberapa karakter menonjol yang tumbuh adalah sebagai berikut. 1. Kejujuran. Nilai kejujuran tumbuh dengan proses latihan yang panjang, pengenalan terhadap peserta lain dan pengenalan terhadap persoalan di dalam kelompok. Kejujuran tumbuh dimana peserta yang rajin latihan akan tetap bertahan hingga akhir pelatihan, sementara peserta yang jarang latihan tak bertahan hingga akhir, bahkan tak bisa mengikuti pementasan. Peserta memiliki filter di dalam diri untuk tampil dengan kemampuan mereka sendiri. 2. Keberanian. Peserta memiliki keberanian melakukan pementasan karena mereka telah menjalani proses dengan baik. 3. Kedisiplinan. Peserta memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi. Sebab tanpa kedisiplinan yang tinggi, peserta tidak mampu melakukan pementasan dengan baik. 4. Tanggung jawab. Nilai tanggung jawab tumbuh ketika peserta memiliki perasaan untuk menyelesaikan pelatihan hingga akhir pementasan. Tanpa nilai tanggung jawab maka peserta tidak akan menyelesaikan pelatihan hingga tahap akhir. 5. Toleransi. Nilai ini tumbuh seiring dengan kebersamaan dalam pelatihan drama dan bahasa Inggris. Toleransi muncul dengan sikap saling menghargai perbedaan dan saling memaafkan jika terjadi kesalahan. 6. Kebersamaan. Hampir sama dengan nilai toleransi, nilai kebersamaan muncul dengan kedekatan selama pelatihan dan terjadinya keterikatan batin yang kuat antar teman. 17
Kehadiran peserta akan memotivasi peserta lain dan sebaliknya ketidakhadiran peserta akan menyebabkan ketidaknyamanan peserta lain. 7. Kreatif, inovatif. Karakter ini tumbuh sebab dalam pembelajaran sastra, dua karakter inilah yang menjadi pokok dalam membangun kreativitas.
Sementara itu berdasarkan pusat kurikulum, ada delapan belas (18) karakter nilai karakter dan pendidikan budaya bangsa (Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, 2009) yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran: 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa ingin tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta tanah air 12. Menghargai prestasi 13. Bersahabat/komunikatif 14. Cinta damai 15. Gemar membaca 16. Peduli lingkungan 17. Peduli sosial 18. Tanggung jawab
Sesungguhnya seluruh nilai tersebut telah tercermin dalam temuan karakter peserta pelatihan, hanya saja yang paling menonjol hanya beberapa saja. Karakter juga tak bisa dinilai secara terpisah-pisah. Dia harus dinilai secara menyeluruh dan utuh. Dengan demikian 18
beberapa karakter dapat terinsersi dalam karakter yang lain sejalan dengan proses pelatihan berlangsung.
Sementara itu hasil wawancara menunjukkan hasil sebagai berikut. Pertama dari pengelola pasraman. Pengelola pasraman I Nyoman Budarsana, S,Sn. mengatakan bahwa program pelatihan drama modern dan pelatihan bahasa Inggris sangat pentig dalam meningkatkan pengalaman anggota pasraman yang selama ini identik dengan seni tradisi. Materi yang diberikan juga sesuai dengan kemampuan anggota pasraman yang sangat heterogen, sehingga dengan pendekata kooperatif dan pembelajaran berbasis sastra, materi tidak terasa mudah. Melalui kegiatan menyanyi, bercerita, menari, peserta mampu menikmati proses pelatihan dengan baik. Bahasa Inggris mereka pun lahir tanpa hafalan yang sulit sebab disampaikan melalui lagu dan gerak. Dampak yang muncul adalah dampak positif dimana anak-anak pasraman menjadi terbiasa menyanyi lagu-lagu berbahasa Inggris dalam keseharian mereka sehingga bisa mempercepat kelancaran berbahasa. Mereka juga bercakap-cakap sederhana dalam bahasa Inggris yang didapatkan dalam pelatihan. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan mereka. Karakter yang tumbuh juga sangat positif misalnya tanggung jawab dan kedisiplinan berlatih. Sedangkan saran dan masukan yang diberikan adalah tentang keberlanjutan program, dimana program ini diharapkan terus berlanjut di masamasa yang akan datang. Sementara itu hasil wawancara dari salah satu orangtua peserta pasraman didapatkan dari Tamy Sunarya, ibu dari salah satu anggota pasraman bernama Kara (5 tahun). Kara adalah salah satu peserta pasraman termuda yang awalnya memiliki sifat pemalu. Namun dengan mengikuti pelatihan ini Kara menjadi pemberani dan percaya diri. Hal ini disebabkan karena Kara merasa dengan teman-temannya ia memiliki kebersamaan dan tidak khawatir melakukan kesalahan. Meskipun Kara mendapat peran kecil (menjadi bunga) namun ia tampil percaya diri dan tanpa beban saat pementasan. Secara umum, Tamy Sunarya juga menanggapi positif program ini dan berharap agar program serupa dilakukan lagi. Sementara itu peserta pasraman Amrita (9 tahun) mengaku sangat senang dengan program pelatihan ini. Dia selama ini bergerak sebagai anggota pemusik tradisional yaitu penabuh gong dan gender, rindik, sampai gupek. Namun dengan pelatihan ini, ia mulai mengenal kesenian modern khususnya drama modern. Amrita berperan menjadi serigala yang 19
jahat dan karakter ini mampu dimainkan dengan baik. Ia juga mendapat peran sebagai pemimpin binatang di hutan. Dengan pelatihan ini, Amrita mendapatkan pengalaman baru sebagai pemain dan sekaligus mendapatkan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris. Karakter yang dia rasakan tumbuh adalah kesabaran dan kedisiplinan juga tanggung jawab untuk menghasilkan pementasan yang baik. Secara umum, hasil wawancara menunjukkan hasil bahwa pelatihan memiliki dampak positif yang sangat banyak dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini adalah sebuah indicator bahwa program telah berhasil dilakukan dengan baik. Penilaian lain adalah dengan scoring rubric yang memiliki kriteria vocal, ekpresi, penampilan, kemampuan bahasa Inggri dan temuan karakter. Penilaian ini dilakukan secara individual berdasarkan hasil observasi dan penampilan mereka selama pelatihan. Tolok ukur lain adalah keberhasilan pementasan, dimana mereka bukan lagi tampil sebagai individu namun sebagai sebuah kelompok. Secara umum, individu yang tampil dalam sebuah kelompok menunjukkan kemampuan yang melebihi kemampuan individualnya sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri peserta. Namun jika dilihat sebagai sebuah kelompok, dengan mengamati hasil pementasan, terbukti bahwa peserta mampu menampilkan kemampuan terbaik mereka.
20
BAB IV. PENUTUP
a. Simpulan Simpulan dalam program ini adalah -
Pelatihan drama modern dengan metode kooperatif sangat efektif digunakan dalam proses latihan vocal, tubuh, dan penghayatan karakter. Pelatihan drama juga mengembangkan kemampuan dan karakter positif seperti disiplin, tanggung jawab, kejujuran dan kebersamaan.
-
Pelatihan bahasa Inggris dengan metode pembelajaran berbasis sastra terbukti efektif dalam memperlancar kemampuan bahasa Inggris peserta pasraman dan dibuktikan dengan pementasan yang sukses menghibur penonton tanpa ada halangan yang berarti. Karakter disiplin dan bertanggung jawab juga terlihat melalui pementasan.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
sastra merupakan salah satu metode efektif dalam pengembangan karakter positif. b. Saran -
Disarankan agar program serupa bisa dilanjutkan di masa mendatang.
-
Disarankan agar waktu pelaksanaan diperpanjang.
-
Disarankan agar ada metode-metode lain yang variatif dan positif untuk mengembangkan karakter.
21
LAMPIRAN ABSENSI PESERTA KEGIATAN
22
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
Foto 1. Latihan sambil mengenal alam dan lingkungan desa-bernyanyi dan bermain ke sawah
23
Foto 2. Latihan olah vocal-bernyanyi di alam terbuka
24
Foto 3. Latihan olah vocal dan gerak
25
Foto 4. Latihan menyanyi bahasa Inggris
26
Foto 5. Latihan bermain peran di atas panggung
27
Foto 6. Latihan menyanyi bahasa Inggris
28
Foto 7. Pelatihan bercerita dalam bahasa Inggris
Foto 8. Belajar komposisi di atas panggung 29
Foto 9. Pementasan drama Little Red Riding Hood di atas panggung
30
Foto 10. Pementasan drama Little Red Riding Hood
Foto 11. Pementasan drama Little Red Riding Hood
31
Foto 12. Kliping berita di koran Warta Bali (16/9/2013) tentang pentas drama Little Red Riding Hood
32
Foto 13. Kliping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di koran Radar Bali, 15 September 2013
33
Foto 14. Kliping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di koran Bali Post, 16 September 2013
Foto 15. Kliping berita pementasan drama Little Red Riding Hood di koran Radar Bali, 18 September 2013 Sementara itu video pementasan dapat didownload pada link berikut ini https://www.dropbox.com/s/au5tc35tc4m3jb0/20130914_184529.mp4
34
LAMPIRAN PETA LOKASI LOKASI ADALAH DESA MARGA DAUH PURI TABANAN
35
LAMPIRAN LEMBAR ABSENSI PESERTA
36
LAMPIRAN LEMBAR MONITORING
37
LAMPIRAN LOG BOOK KEGIATAN Tanggal
Jadwal kegiatan
kegiatan 18 Mei 2013
8 Juni 2013
Nama pengusul yang Tujuan Melakukan Perjalanan
Pengenalan
program Kadek
Sonia Melakukan pengenalan program
P2M
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
Pelatihan drama
Kadek Sonia Piscayanti, Melakukan S.Pd.,M.Pd.
pelatihan
drama
(olah vocal, olah tubuh dan penghayatan)
22 Juni 2013
Pelatihan drama
Kadek
Sonia Melakukan
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
pelatihan
drama(olah vocal, olah tubuh dan penghayatan)
6 Juli 2013
Pelatihan
drama Kadek
berbahasa Inggris 20 Juli 2013
Pelatihan
Sonia Melakukan pengenalan drama
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd. drama Kadek
berbahasa Inggris
sederhana berbahasa Inggris
Sonia Melakukan pelatihan drama dan
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
menghafal
naskah
dan
memerankan naskah 23 Juli 2013
Pelatihan drama
kolaboratif Kadek
dan
Sonia Membedah naskah, mengenal
pelatihan PiscayantiS.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
blocking
dan
mengenal
panggung Dewa
Ayu
Eka Memberi pelatihan pengucapan
Agustini, S.Pd.,M.S. I
Nyoman
bahasa Inggris
Pasek Memberi pelatihan gerak di
Hadisaputra,
panggung
S.Pd.,M.Pd. Nyoman
Karina Memberi pelatihan penghayatan
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. 3 2013
Agustus Pelatihan drama
kolaboratif Kadek Sonia Piscayanti, Melatih memerankan karakter
dan
pelatihan S.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
dengan
naskah
berbahasa
Inggris I
Nyoman
Pasek Melatih memerankan karakter 38
Hadisaputra,
dengan
S.Pd.,M.Pd.
Inggris
Nyoman
naskah
berbahasa
Karina Melatih memerankan karakter
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd.
dengan
naskah
berbahasa
Inggris Dewa
Ayu
Eka Melatih memerankan karakter
Agustini, S.Pd.,M.S.
dengan
naskah
berbahasa
Inggris 10 2013
Agustus Pelatihan drama
kolaboratif Kadek Sonia Piscayanti, Melatih memerankan karakter
dan
pelatihan S.Pd.,M.Pd.
dengan
bahasa Inggris
naskah
berbahasa
Inggris I
Nyoman
Pasek Melatih memerankan karakter
Hadisaputra,
dengan
S.Pd.,M.Pd.
Inggris
Nyoman
naskah
berbahasa
Karina Melatih memerankan karakter
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd.
dengan
naskah
berbahasa
Inggris Dewa
Ayu
Eka Melatih memerankan karakter
Agustini, S.Pd.,M.S.
dengan
naskah
berbahasa
Inggris 17 2013
Agustus Pelatihan drama
kolaboratif Kadek Sonia Piscayanti, Memantapkan
dan
pelatihan S.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
Nyoman
kesiapan
pementasan Pasek Memantapkan
Hadisaputra,
kesiapan
pementasan
S.Pd.,M.Pd. Nyoman
Karina Memantapkan
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. Dewa
Ayu
Agustini, S.Pd.,M.S 31
Agustus Pelatihan
kesiapan
pementasan
Eka Memantapkan
kesiapan
pementasan
kolaboratif Kadek Sonia Piscayanti, Melatih
naskah
secara
39
2013
drama
dan
pelatihan S.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
Nyoman
keseluruhan Pasek Melatih
Hadisaputra,
naskah
secara
naskah
secara
naskah
secara
keseluruhan
S.Pd.,M.Pd. Nyoman
Karina Melatih
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. Dewa
Ayu
Eka Melatih
Agustini, S.Pd.,M.S 14 september
Pementasan teater
keseluruhan
keseluruhan
Kadek Sonia Piscayanti, Mendampingi dan menyiapkan S.Pd.,M.Pd. Nyoman
pementasan Pasek Mendampingi dan menyiapkan
Hadisaputra,
pementasan
S.Pd.,M.Pd. Nyoman
Karina Mendampingi dan menyiapkan
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. Dewa
Ayu
Agustini, S.Pd.,M.S
pementasan
Eka Mendampingi dan menyiapkan pementasan.
40
LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN Tanggal
Jadwal
Nomor
kegiatan
kegiatan
Perjalanan Dinas
Surat Nama pengusul yang Jumlah Melakukan Perjalanan
uang yang diterima (Rp)
18 2013 8 2013
Mei Pengenalan
003/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek
program P2M Juni Pelatihan
Sonia 300.000,-
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd. 008/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek Sonia Piscayanti, 300.000,-
drama
(olah
vocal,
olah
tubuh
dan
S.Pd.,M.Pd.
penghayatan) 22 2013
Juni Pelatihan
025/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek
drama
(olah
vocal,
olah
Sonia 300.000,-
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
41
tubuh
dan
penghayatan) 6
Juli Pelatihan
2013
109/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek
drama
Sonia 300.000,-
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
berbahasa Inggris 20
Juli Pelatihan
2013
379/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek
drama
Sonia 300.000,-
Piscayanti,S.Pd.,M.Pd.
berbahasa Inggris 23
Juli Pelatihan
2013
433/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek
kolaboratif drama
Sonia 300.000,-
PiscayantiS.Pd.,M.Pd. dan 436/UN48.5.1/LPM/2013 Dewa Ayu Eka Agustini, 300.000,-
pelatihan
S.Pd.,M.S.
bahasa Inggris
434/UN48.5.1/LPM/2013 I
Nyoman
Pasek 300.000,-
Hadisaputra, S.Pd.,M.Pd. 435/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
Karina 300.000,-
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. 3
Pelatihan
Agustus
kolaboratif
2013
drama
652/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek Sonia Piscayanti, 300.000,S.Pd.,M.Pd. dan 653/UN48.5.1/LPM/2013 I
pelatihan bahasa Inggris
Nyoman
Pasek 300.000,-
Hadisaputra, S.Pd.,M.Pd. 654/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
Karina 300.000,-
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. 655/UN48.5.1/LPM/2013 Dewa Ayu Eka Agustini, 300.000,S.Pd.,M.S. 10
Pelatihan
Agustus
kolaboratif
656/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek Sonia Piscayanti, 300.000,S.Pd.,M.Pd.
42
2013
drama
dan 657/UN48.5.1/LPM/2013 I
pelatihan
Nyoman
Pasek 300.000,-
Hadisaputra, S.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
658/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
Karina 300.000,-
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd.
17
Pelatihan
Agustus
kolaboratif
2013
drama
781/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek Sonia Piscayanti, 300.000,S.Pd.,M.Pd. dan 782/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
pelatihan
Pasek 300.000,-
Hadisaputra, S.Pd.,M.Pd.
bahasa Inggris
783/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
Karina 300.000,-
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. 784/UN48.5.1/LPM/2013 Dewa Ayu Eka Agustini, 300.000,S.Pd.,M.S 31
Pelatihan
Agustus
kolaboratif
2013
drama
799/UN48.5.1/LPM/2013 Kadek Sonia Piscayanti, 300.000,S.Pd.,M.Pd. dan 800/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
pelatihan bahasa Inggris
Pasek 300.000,-
Hadisaputra, S.Pd.,M.Pd. 801/UN48.5.1/LPM/2013 Nyoman
Karina 300.000,-
Wedhanti, S.Pd.,M.Pd. 802/UN48.5.1/LPM/2013 Dewa Ayu Eka Agustini, 300.000,S.Pd.,M.S Total
7.500.000,-
Terbilang : tujuh juta lima ratus ribu rupiah
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Arjana, IBM. 2009. Menggagas eksistensi pasraman sebagai model pendidikan alternatif dalam masyarakat hindu indonesia yang majemuk. Diunduh pada tanggal 30 Agustus 2012 di http://arjana-stahn.blogspot.com/2009/11/menggagas-eksisitensi-pasraman-sebagai.html Dahana, Radar P. 2001. Homo Theatricus. Yogyakarta : Indonesia Tera. Doni, Koesoema, A. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta : Grasindo Ole, Adnyana. 2006. “Pasraman Anak-anak di Marga: Menciptakan Ruang Pendakian Sang Diri”. Berita ini dapat diunduh secara online di http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/3/3/pd1.htm. Piscayanti, K.S. 2006. An Experimental Study on the Effect of Literature-based Instruction upon Students’ Reading Achievement of the Second Semester Students of English Education Department of IKIP Negeri Singaraja in the Academic Year 2005/2006. Skripsi (Belum dipublikasikan). IKIP Negeri Singaraja. Piscayanti, K.S. 2010. The Effect of Literature Based Instruction on Student’s English Achievement with Differing Achievement Motivation : An Experimental Study on the Eighth Grade Students of SMPN 1 Singaraja in Academic Year 2009-2010. Thesis (belum dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009
45