LAPORAN PENELITIAN PUBLIKASI NASIONAL
ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL ATAS PENERIMAAN PARA TENAGA PERPUSTAKAAN MADRASAH TERHADAP OTOMASI PERPUSTAKAAN
Oleh: Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. Nip: 19710103 200003 1 002
Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 0
Lembar Pengesahan
Bersama ini saya menyatakan bahwa: Nama
: Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum.
NIP
: 19710103 200003 1 002
Jabatan
: Dosen Tetap (Lektor) Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pangkat/Gol.
: Pembina/ IVa
telah menyelesaikan penulisan dan tahapan pendampingan dalam penelitian Publikasi Nasional dengan judul “ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL ATAS PENERIMAAN PARA TENAGA PERPUSTAKAAN MADRASAH TERHADAP OTOMASI PERPUSTAKAAN”
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 4 Desember 2014. Dosen Pendamping,
DR. Muhammad Zuhdi, Ph.D NIP. 19720704 199703 1 001
i
Abstrak
Ade Abdul Hak. 2014. Analisis Technology Acceptance Model (TAM) atas Penerimaan Para Tenaga Perpustakaan Madrasah terhadap Otomasi Perpustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sekaligus menganalisa hubungan dan pengaruh antara pengetahuan & keterampilan (SK), kemudahan penggunaan persepsian (PEU), kegunaan persepsian (PU), sikap ke arah penggunaan (AB), niat untuk menggunakan (BI), dan penggunaan nyata (AU) sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” oleh para pengelola perpustakaan madrasah. Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan SPSS 21 untuk menguji metode TAM terhadap jawaban 89 responden yang mewakili 3 wilayah sebaran anggota sampel (DKI Jakarta dan Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan). Sampel dipilih dari 750 peserta pelatihan “Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah” di 3 wilayah tersebut. Hasil peneletian menunjukan bahwa gambaran variabel untuk masing-masing konstruk dalam penelitian ini menunjukan hasil yang tinggi, kecuali untuk konstruk penggunaan nyata (AU) yang masih rendah. Ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antar konstruk yang ditandai dengan angka sig. (2-tailed) dibawah 0,05, sehingga cukup signifikan untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0. Hasil analisis ujiT juga menunjukan adanya pengaruh yang cukup signifikan untuk masing-masing konstruk, kecuali untuk kontruk PU terhadap BA. Adapun pengaruh yang paling besar terjadi pada konstruk PEU terhadap BA dengan nilai pengaruh sebesar 64,3%.
ii
PENGANTAR
Bissmillahirrahmaannirraahiim. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan alam semesta ini. Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak terkait yang dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidatullah Jakarta yang telah memberikan kepercayaan bahwa proposal penelitian yang telah penulis ajukan telah memenuhi syarat kepatutan dalam kategori pembiayaan publikasi nasional terakreditasi. Selain itu penulis juga menghaturkan banyak terimakasih kepada Dr. Muhammad Zuhdi yang telah mendampingi penulisan penelitian ini sehingga dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Dalam kesempatan ini penulis juga tak lupa menghaturkan terimakasih kepada ibu Siti Ansyoriah, M.Ag., bapak Hamdi, S.E., dan sdr. Muhammad Yukha yang telah mendedikasikan diri untuk membantu penulis dalam survey responden dalam memenuhi data yang ada di beberapa wilayah. Terakhir penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini karena keterbatasan penulis. Besar harapan penulis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peleksanaan pelatihan bidang otomasi perpustakaan di lingkungan madrasah yang ada di Indonesia tercinta ini.
Alhamdulillah.
Jakarta, 3 Desember 2014. Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan___ i Abstrak ___ ii Kata Pengantar ___ iii Daftar Isi ___ iv Daftar Tabel ___ vi Daftar Gambar ___ vii Daftar Lampiran ___ viii Bab 1 Pendahuluan ___ 1 1.1 Latar Belakang Masalah ___ 1 1.2 Batasan Masalah ___ 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ___ 6 Bab 2 Kerangka Teori ___ 8 2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 8 2.1.1 Hakikat Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 8 2.1.2 Cakupan Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 11 2.1.3 Manfaat dan Kekurangan Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 13 2.1.4 Platform Sistem Otomasi Perpustakaan Senayan (SLiMS) ___ 15
2.2 Model Penerimaan Teknologi (TAM) ___ 17 2.2.1 Konsep TAM ___ 17 2.2.2 TAM pada Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 20
2.3 Hipotesis Penelitian ___ 28 Bab 3 Metodologi Penelitian ___ 31 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ___ 31 3.2 Metode Penentuan Sampel ___ 31 3.3 Metode Pengumpulan Data ___ 33 3.4 Metode Pengujian Instrumen ___ 35 3.5 Metode Analisis ___ 37 Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan ___ 41 4.1 Analisis Deskriptif ___ 41 4.1.1 Karakteristik Responden ___ 41 4.1.2 Karakteristik Pengetahuan dan Keterampilan ___ 43 4.1.3 Karakteristik Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 44 4.1.4 Karakteristik Kegunaan Persepsian ___ 45 4.1.5 Karakteristik Sikap Ke Arah Penggunaan ___ 46 4.1.6 Karakteristik Niat untuk Menggunakan ___ 47 4.1.7 Karakteristik Perilaku Nyata untuk Menggunakan ___ 48 4.2 Uji Asumsi Klasik ___ 49 4.2.1 Uji Normalitas ___ 49 4.2.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ___ 51
iv
4.3 Uji Hipotesis ___ 51 4.3.1 Analisis Korelasi ___ 52 4.3.1.1 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kegunaan Persepsian ___ 52 4.3.1.2 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 53 4.3.1.3 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Sikap Kearah Penggunaan ___ 53 4.3.1.14 Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 54 4.3.1.5 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Penggunaan Nyata ___ 54 4.3.1.6 Kegunaan Persepsian dan Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 54 4.3.1.7 Kegunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan ___ 55 4.3.1.8 Kegunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan ___ 55 4.3.1.9 Kegunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata ___ 55 4.3.1.10 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan ___ 56 4.3.1.11 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan ___ 56 4.3.1.12 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata ___ 56 4.3.1.13 Sikap Kearah Penggunaan dan Niat Untuk Penggunaan ___ 57 4.3.1.14 Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 57 4.3.1.15 Niat Untuk Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 57 4.3.2 Analisis Jalur Substruktural 1 ___ 58 4.3.2.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 58 4.3.2.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 59
4.3.3 Analisis Jalur Substruktural 2 ___ 60 4.3.3.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kegunaan Persepsian ___ 62 4.3.3.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kegunaan Persepsian ___ 62 4.3.4 Analisis Jalur Substruktural 3 ___ 63 4.3.4.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan ___ 64 4.3.4.2 Pengaruh Parsial Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan ___ 65 4.3.5 Analisis Jalur Substruktural 4 ___ 67 4.3.5.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Niat Untuk Penggunaan ___ 67 4.3.5.2 Pengaruh Parsial Terhadap Niat Untuk Penggunaan ___ 69 4.3.6 Analisis Jalur Substruktural 5 ___ 71 4.3.6.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Penggunaan Nyata ___ 71 4.3.6.2 Pengaruh Parsial Terhadap Penggunaan Nyata ___ 73 4.4 Pembahasan ___ 83 Bab 5 Kesimpulan dan Saran ___ 87 5.1 Kesimpulan ___ 87 5.2 Saran ___ 89 Daftar Pustaka ___ 90
v
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Case Processing Summary ___ 35 Tabel 3.2 Reliability Statistics ___ 35 Tabel 3.3 Item-Total Statistics ___ 35 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Wilayah ___ 42 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Madrasah ___ 42 Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Pengetahuan dan Keterampilan Pengguna ___ 43 Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 44 Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Kegunaan Persepsian ___ 45 Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Sikap Ke Arah Penggunaan ___ 46 Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Niat untuk Menggunakan ___ 48 Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Perilaku Nyata Penggunaan ___ 49 Tabel 4.9 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov ___ 51 Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi ___ 52 Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kemudahan Penggunaan (Model Summary) ___ 58 Tabel 4.12 Hasil Uji F Kemudahan Penggunaan Persepsian (ANOVAa) ___ 59 Tabel 4.13 Hasil Uji T Kemudahan Penggunaan Persepsian (Coefficientsa) ___ 60 Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kegunaan Persepsian (Model Summary) ___ 61 Tabel 4.15 Hasil Uji F Kegunaan Persepsian (ANOVAa) ___ 61 Tabel 4.16 Hasil Uji T Kegunaan Persepsian (Coefficientsa) ___ 62 Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sikap ke Arah Penggunaan (Model Summary) ___ 64 Tabel 4.18 Hasil Uji F Sikap ke Arah Penggunaan (ANOVAa) ___ 64 Tabel 4.19 Hasil Uji T Sikap ke Arah Penggunaan (Coefficientsa) ___ 65 Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi Niat untuk Penggunaan (Model Summary) ___ 67 Tabel 4.21 Hasil Uji F Niat untuk Penggunaan (ANOVAa) ___ 68 Tabel 4.22 Hasil Uji T Niat untuk Penggunaan (Coefficientsa) ___ 69 Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi Terhadap Penggunaan Nyata (Model Summary) ___ 71 Tabel 4.24 Hasil Uji F Terhadap Penggunaan Nyata (ANOVAa) ___ 72 Tabel 4.25 Hasil Uji T Terhadap Penggunaan Nyata (Coefficientsa) ___ 74 Tabel 4.26 Hasil Uji Hipotesis ___ 83 Tabel 4.27 Nilai Rata-Rata Perolehan Konstruk ___ 83
vi
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3
Technology Acceptance Model ___ 19 TAM dalam perpustakaan Digital (J.Y.L. Thong, 2002) ___ 22 Model Penelitian ___ 23 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ___ 50 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ___ 50 Diagram Jalur Model Penelitian ___ 82
vii
Daftar Lampiran
Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Kuesioner Lampiran 2: Hasil Data Kuesioner Konstruk Pengetahuan & Keterampilan Lampiran 3: Hasil Data Kuesioner Konstruk Kemudahan Penggunaan Persepsian Lampiran 4: Hasil Data Kuesioner Konstruk Kegunaan Persepsian Lampiran 5 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Sikap Ke Arah Penggunaan Lampiran 6 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Niat Untuk Menggunakan Lampiran 7 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Penggunaan Nyata
viii
ix
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah membawa perubahan di hampir semua bidang di mana berbagai masalah kehidupan dapat dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Selain bermanfaat bagi manusia, hal ini juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai anak bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pengembangan agar tidak kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara. Atas dasar alasan inilah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia mutlak membutuhkan pendidikan. Pendidikan berperan membantu manusia memahami makna di balik perubahan serta membantu manusia mengerti makna yang terkandung dalam nilai-nilai baru serta mampu merespon perubahan sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Dengan demikian,
1|
masyarakat pendidikan menganggap bahwa tidak ada kehidupan tanpa pendidikan. Perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang strategis yang akan ikut menentukan mutu hasil pendidikan. Perpustakaan merupakan pusat sumber belajar sebagai
prasyarat dari proses pembelajaran di madrasah yang harus
mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, terutamanya dalam bidang teknologi dan informasi di era global ini. Selain itu, penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengandaikan penggunaan perpustakaan secara intensif untuk mendukung pengalaman belajar dan pembelajaran mandiri. Dengan melihat kenyataan tersebut, maka sudah seyogyanya perpustakaan madrasah untuk dapat menyesuaikan diri dengan semua perubahan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 43 tahun 2007, pasal 19 ayat 1 dan 2 bahwa pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang harus dilakukan berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan perpustakaan di madrasah oleh siswa dan guru di samping sebagai prasyarat proses pembelajaran, juga diharapkan dapat memberikan bekal pendidikan berkelanjutan dan pendidikan seumur hidup. Hal ini telah dijelaskan pada mukadimah undang-undang tersebut, bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan
asas
pembelajaran
sepanjang
hayat,
demokrasi,
keadilan,
keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan (UU No. 43 Th. 2007: 1). Sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan madrasah sebagaimana disebutkan di atas, tentu harus ada kerjasama dan sinergi, termasuk apresiasi terhadap perpustakaan di antara pemerintah, komite madrasah, kepala madrasah, guru, dan pustakawan atau para pengelola perpustakaan. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam pengembangan perpustakaan madrasah ini, saat ini telah terbit Standar Nasional Perpustakaan (SNP 007: 2011) tentang standar perpustakaan sekolah/madrasah mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai Aliyah yang meliputi standar koleksi, sarana prasarana, layanan, tenaga,
2|
penyelenggaraan, pengelolaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, anggaran, perawatan, kerjasama dan integrasi dengan kurikulum. Standar ini berlaku pada perpustakaan sekolah/madrasah baik negeri maupun swasta (Perpusnas RI, 2011: 1). Dengan penjelasan tersebut jelas bahwa secara normatif dan kenyataan perpustakaan mempunyai peranan penting dalam menunjang mutu pendidikan. Perpustakaan sebagai jantung suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuatan dan kemampuan yang langsung mempengaruhi hasil pendidikan dan menentukan masa depan pendidikan itu sendiri. Namun pada kenyataannya, masih banyak lembaga pendidikan terutama satuan pendidikan madrasah yang belum memiliki perpustakaan sekaligus sumber daya manusia perpustakaannya yang ideal baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Padahal dalam Permendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah telah dinyatakan bahwa setiap jenjang sekolah/madrasah harus dikelola oleh tenaga yang telah memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang telah ditetapkan oleh pemerintah selambat-lambatnya pada tahun 2013 (Kemendiknas, 2008: 1). Seiring
dengan
pentingnya
keberadaan
perpustakaan
sebagai
pusat
pembelajaran bagi para siswa dan guru di sebuah lembaga pendidikan, maka dipandang perlu
sebuah
lembaga
untuk
melaksanakan
koordinasi
dan
bertanggungjawab atas pengembangan kompetensi tenaga perpustakaan madrasah. Dalam hal ini Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama RI bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan yang berada di UIN Jakarta, Yogyakarta, dan Makasar telah menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah untuk wilayah proprinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Implementasi program sistem otomasi perpustakaan yang dikenal dengan program “Senayan” atau SLIM merupakan salah satu materi yang menjadi harapan bagi para tenaga perpustakaan madrasah dalam mengantisipasi efesiensi dan efektivitas pengelolaan fungsi-fungsi perpustakaan. Selain itu, dengan adanya program ini, dapat juga dijadikan sebagai sarana pengelolaan perpustakaan digital,
3|
terutama dalam mengatasi keterbatasan ruang dan koleksi perpustakaan di lingkungan madrasah. Pilihan program “senayan” sebagai salah satu materi otomasi pada Program Peningkatan Tenaga Perpustakaan Madrasah ini karena bersifat open source dan gratis. Perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan ini dibangun dengan sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Nasional. Seiring perkembangan waktu, aplikasi ini kemudian dikembangkan oleh komunitas pengguna dan penggiat SLiMS. Beberapa aplikasi yang digunakan dalam membangun program ini menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, SLiMS mendapat penghargaan tingkat pertama dalam ajang INAICTA 2009 untuk kategori open source (Rasyid, 2009). Namun, hasil pengamatan sementara menunjukan bahwa tidak lebih dari 25% tenaga perpustakaan madrasah yang mengikuti program peningkatan tersebut dapat menggunakan program sistem otomasi berbasis “Senayan” ini. Sehingga kesimpulan sementara dapat dikatakan bahwa program peningkatan dalam hal otomasi perpustakaan ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh atas penerimaan para tenaga perpustakaan madrasah terhadap program sistem otomasi perpustakaan. Salah satu model penerimaan terhadap teknologi yang paling sesuai sampai sekarang adalah model
Technology
Acceptance Model (TAM). TAM adalah teori sistem informasi yang membuat model tentang bagaimana seseorang menerima dan menggunakan teknologi komputer. Model penerimaan teknologi ini memperkenalkan dua variabel kunci yaitu, kegunaan persepsian (perceived usefullnes) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksi penerimaan tenaga perpustakaan madrasah (Acceptance of IT) terhadap teknologi komputer (Davis, 1989). Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali dikemukakan oleh Davis pada tahun 1989 yang diadaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang terlebih dahulu dikembangkan oleh Feishben dan Ajzen pada tahun 1980 (Taylor,
4|
1995). Vaidyanathan sebagaimana dikutip oleh Imam (2009) menjelaskan beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa kebenaran TAM atas berbagai macam sistem penggunaan teknologi informasi pada berbagai jenis instansi dan perusahaan telah diakui oleh para peneliti di dunia. Beberapa analisis TAM dalam penggunaan teknologi di lingkungan perpustakaan telah dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi perpustakaan (Farhansyah, 2012); sistem otomasi perpustakaan (Vita, 2013); dan perpustakaan digital (Imam, 2009). Selanjutnya dalam penelitian ini akan memfokuskan pada pemanfaatan TAM sebagai kerangka teoritis untuk menyelidiki pengaruh faktor eksternal atas penerimaan tenaga perpustakaan madrasah terhadap program sistem otomasi perpustakaan. Faktor tersebut terutama adalah faktor eksternal yang akan berpengaruh terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” menuju ke arah penggunaan nyata otomasi perpustakaan madrasah. TAM menganggap bahwa tingkat penggunaan nyata atau penerimaan tenaga perpustakaan madrasah atas suatu teknologi dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor eksternal, kegunaan persepsian, kemudahan penggunaan persepsian, sikap maupun niat untuk menggunakannya. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan tenaga perpustakaan madrasah bahwa dengan menggunakan sistem, maka akan dapat meningkatkan kinerja tenaga perpustakaan madrasah tersebut. Sedangkan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan tenaga perpustakaan bahwa sistem dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri. 1.2 Batasan Masalah Sebagaimana digambarkan di atas, permasalahan utama dalam penelitan ini adalah “Apa yang menjadikan masalah belum berhasilnya diterapkan secara nyata otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga perpustakaan madrasah yang telah mengikuti program peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan di wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah dan Sulawesi
5|
Selatan?” Untuk itu dalam kesempatan penelitian ini penulis mencoba membatasi pada faktor pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” sebagai salah satu materi pokok dalam program peningkatan tersebut. Beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” setelah pelaksanaan pelatihan? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” setelah pelaksanaan pelatihan? 3. Seberapa besar pengaruh antara pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, dan niat terhadap perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” baik secara sendiri (parsial) ataupun secara gabungan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran tentang pengetahuan & keterampilan para tenaga perpustakaan madrasah, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata untuk menerapkan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah? 2. Mengetahui hubungan antar pengetahuan & keterampilan para tenaga perpustakaan madrasah, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata untuk menerapkan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan”.
6|
3. Mengetahui faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya penggunaan nyata dan penerimaan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah.
Adapun manfaat penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan masukan kepada pihak penyelenggara pelatihan, dalam hal ini Jurusan Ilmu Perpustakaan, dalam meningkatkan efektivitas
dan kualitas
pelatihan tenaga perpustakaan madrasah khususnya dalam bidang penerapan teknologi informasi (program Senayan). 2. Memberikan rekomendasi bagi pihak terkait, Kemenag RI, dalam memfasilitasi kerja sama peningkatan tenaga perpustakaan di lingkungan madrasah. 3. Memberikan wawasan keilmuan bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan, terutama dalam pengembangan mata kuliah penerapan teknologi informasi, khususnya dalam peningkatan kompetensi TI bagi para lulusannya.
7|
Bab 2 Kerangka Teori
2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan 2.1.1 Hakikat Sistem Otomasi Perpustakaan Sebelum memahami pengertian sistem otomasi perpustakaan secara utuh, ada baiknya kita memahami masing-masing istilah dari pengertian tersebut. Istilah sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan elemen, komponen, atau subsistem yang saling berintegrasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu (Aji, 2005:238). Sedangkan istilah otomasi berimplikasi pada tingkat tingginya mekanisasi pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi yang sifatnya pengulangan dan rutinitas yang dilakukan dengan mesin dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan manusia. Lebih sedikit campur tangan manusia dalam kegiatan tersebut, maka lebih banyak tingkat otomasinya. Namun hal ini, bukan berarti otomasi sama sekali tidak melibatkan campur tangan manusia (Mishra, 2008:36). Dalam kaitannya dengan otomasi perpustakaan, sistem terotomasi dapat digambarkan melalui pendekatan fungsi, antarmuka, dan platform. Istilah sistem terotomasi melalui pendekatan fungsi dapat berupa sistem yang berdiri sendiri (stand-alone system) atau sistem terintegrasi (integrated system). Kemudian istilah sistem dengan pendekatan antarmuka dapat berupa sistem berbasis karakter, Windows, dan Web. Sedangkan istilah sistem terotomasi dengan pendekatan platform, sistem dapat mendukung perangkat PC dan/atau Macintosh. Sebuah sistem yang berdiri sendiri atau terintegrasi dapat berbasis Windows dan/atau Web dan kemungkinan dapat beroperasi pada sebuah PC dan/atau Macintosh (Bilal, 2001:3). Selanjutnya Bilal (2001) menjelaskan bahwa sistem yang berdiri sendiri biasanya terdiri dari satu atau beberapa modul untuk melakukan kegiatan fungsi perpustakaan (seperti: sirkulasi, pengatalogan, dan OPAC), namun tidak menggunakan basis data tunggal. Sedangkan, sebuah sistem terintegrasi terdiri
8|
dari beberapa modul yang saling berhubungan (seperti: sirkulasi, pengatalogan, OPAC, pengadaan, dan kontrol serial) dengan menggunakan basis data tunggal. Masing-masing modul dalam sistem terintegrasi ini merupakan bagian dan bekerja secara berbarengan dengan modul lainnya yang tersedia dalam sistem terotomasi. Schultz-Jones (2006) menjelaskan bahwa istilah sistem otomasi merujuk pada berbagai perangkat lunak dan teknologi perangkat keras yang tersedia untuk mendukung dan memberikan spektrum layanan sumber daya informasi kepada pihak pengguna dan pengelola perpustakaan. Secara sederhana otomasi perpustakaan dapat didefinisikan sebagai penerapan komputer untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan yang sebelumnya dilakukan secara tradisional, kegiatan tersebut meliputi pengadaan, sirkulasi, pengatalogan, referensi dan kontrol serial (Faisal, 2014). Dalam hal ini Neelakandan dkk. (2010) mempertegas pernyataan di atas bahwa: “library automation refers to mechanization of library housekeeping operations predominantly by computerization. The most commonly known housekeeping operations are acquisition control, serials control, cataloguing, and classification and circulation control”.
Istilah otomasi perpustakaan ini pada awalnya secara umum digunakan untuk kerumahtanggaan perpustakaan seperti digambarkan dalam pernyataan di atas. Namun, pada masa sekarang cakupan istilah tersebut menjadi lebih luas lagi yaitu mencakup semua teknologi yang digunakan perpustakaan dan pusat informasi untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali, penyebaran, dan penyaluran semua jenis informasi secara lokal, regional, nasional, dan internasional (Dhanavandan, 2012:667). Dengan demikian fokus dalam otomasi perpustakaan dewasa ini adalah sistem, sumber informasi, dan pengguna yang terkoneksi dengan memanfaatkan hasil pengembangan komputer dan internet. Sistem manajemen perpustakaan dilakukan secara terintegrasi dengan menerapkan modul-modul standar seperti pengadaan, pengkatalogan, sirkulasi, akses katalog online dan jaringan kerjasama melalui fasilitas internet. Hal ini menunjukan bahwa sistem yang berkembang saat ini adalah bagaimana perpustakaan dapat mengatur sumber dayanya agar dapat diakses dalam jangkauan yang lebih luas lagi. Sistem perpustakaan
9|
terintegrasi mempengaruhi setiap aspek kegiatan sehari-hari perpustakaan, mulai dari sirkulasi dan pengatalogan sampai kepada kemampuan perpustakaan memberikan sumber dan layanannya melalui situs WEB dan katalog online (Webber, 2010:xi). Sistem perpustakaan terintegrasi ini menjadi sistem kritis yang mendukung banyak operasi perpustakaan (Vaughan, 2011:62). Sistem terpadu yang dapat mengkombinasikan semua kegiatan perpustakaan dan mendukung kinerja perpustakaan. Sistem manajemen perpustakaan atau sistem perpustakaan terintegrasi telah dikembangkan sebagai ungkapan dalam kemajuan kegiatan teknis perpustakaan dan kebutuhan pengguna, terutama dalam mengembangkan antarmuka elektronik, standar dalam penyaringan informasi dan akses protokol data, pembelian dan proses akuisisi serta sistem katalogisasi (Adamson, 2008:7). Istilah “otomasi perpustakaan” dan “sistem perpustakaan terintegrasi” ini mempunyai arti yang sama dan dapat digunakan untuk menggambarkan perangkat lunak yang mengoperasikan sirkulasi, pengatalogan, katalog online, dan modulmodul lainnya yang mengoperasikan fungsi kegiatan perpustakaan. Sehubungan dengan penggunaan istilah ini Schultz-Jones (2006:19) menjelaskan bahwa: “An alternate term sometimes used is integrated library system (ILS). The concept behind the term ILS is that a set of functional components integrated in a system software package provides the delivery of services. As technology has advanced our capability to support the delivery of library functions, the concept of integrated systems remains as a primary option for automating library functions...” Dalam hal ini, Kochtanek (2002:3) menjelaskan bahwa pada awalnya memang istilah otomasi perpustakaan yang digunakan oleh para profesional untuk mewadahi kegiatan-kegiatan internal perpustakaan yang sifatnya prosedural. Namun pada perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1980an istilah tersebut telah bergeser menjadi sistem perpustakaan terintegrasi. Istilah ini meliputi fungsifungsi otomasi perpustakaan sebagai pendukung pengadaan, pengatalogan, kontrol sirkulasi, pemesanan bahan, kontrol serial, dan katalog online yang selanjutnya istilah tersebut sepertinya tidak dapat dipisahkan lagi atau menjadi satu kesatuan dengan akses basis data terpasang.
10 |
Lebih jauh lagi dalam hal ini Cohn (2001:xv) menjelaskan bahwa perkembangan istilah tersebut berlangsung sampai akhir tahun 1990an. Selama periode tersebut, dengan adanya perkembangan bidang teknologi informasi, para pengguna perpustakaan telah memasuki dunia cyber dengan tuntutan bahwa perpustakaan atau lembaga penyedia informasi diharapkan dapat menyediakan akses yang lebih luas terhadap berbagai macam format informasi. Sumber-sumber tersebut dapat berupa akses yang dilakukan melalui fasilitas perpustakaan dan jaringan perpustakaan terhadap sistem vendors, far-flung networks, full-content database, dan internet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem otomasi perpustakaan merupakan serangkaian kegiatan perpustakaan yang saling terintegrasi satu sama lainnya melalui jaringan komputer dengan menggunakan perangkat lunak tertentu untuk membantu pustakawan dalam melakukan tugasnya dan juga membantu pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.
2.1.2 Cakupan Sistem Otomasi Perpustakaan Pada dasarnya cakupan sistem otomasi perpustakaan terdiri dari tiga modul, yaitu: katalog online (OPAC), pengatalogan, dan sirkulasi. OPAC merupakan fasilitas temu kembali informasi yang dapat digunakan melalui pendekatan pengarang, judul, subyek, dan kata kunci dengan menggunakan operator BOOLEAN (AND, OR, NOT); penelusuran hyperlink (untuk menemukan cantuman dengan kata atau subyek yang muncul pada cantuman tersebut); penelusuran karakter bebas (seperti word truncation); dan pilihan kombinasi strategi penelususran (seperti pengarang-judul; pengarang-subyek). Modul pengatalogan merupakan fasilitas yang mempunyai beberapa tugas, seperti pengatalogan
menggunakan
protokol
MARC,
pengeditan,
penyalinan,
perekaman, dan temu kambali cantuman katalog sebelumnya. Kemudian, modul sirkulasi adalah modul untuk melakukan fungsi sirkulasi, seperti peminjaman, pengembalian, inventarisasi, peringatan keterlambatan, data koleksi yang masih tersedia dan masih dipinjam, denda, dan laporan statistik. Dan, untuk selanjutnya cakupan sistem ini dapat ditambah dengan beberapa modul lainnya, seperti modul pengadaan, serial, dan peminjaman antar perpustakaan (Bilal, 2001:2).
11 |
Dalam hal ini Mishra (2008:36) menjelaskan bahwa perangkat lunak manajemen perpustakaan pada dasarnya dirancang untuk memenuhi beberapa pekerjaan perpustakaan yang meliputi: 1. Pemesanan dan Pengadaan – untuk mengontrol pemesanan dan pengadaan persediaan barang baru. 2. Pengatalogan – untuk menjaga basis data katalog. 3. Kontrol Sirkulasi – untuk mengontrol sirkulasi, seperti persediaan koleksi yang ada, koleksi yang sedang dipinjam, pengembalian, catatan peminjam, pemesanan dan denda. 4. Katalog Terpasang (OPAC) – menyediakan antar muka ke basis data katalog sehingga pengguna dapat menelusur basis data tersebut. 5. Kontrol Serial – untuk mengontrol semua proses yang berhubungan dengan serial seperti pemesanan, pengadaan, pengatalogan, penjilidan dan sirkulasi. 6. Modul-modul tambahan – sarana tambahan untuk mendukung pinjam antar perpustakaan, informasi pihak manajemen dan masyarakat. Namun, pada perkembangan selanjutnya Grant (2012:5) menjelaskan bahwa saat ini telah banyak perpustakaan yang memulai memikirkan kembali efektivitas perangkat otomasi untuk memberikan layanan perpustakaan baik dari dalam maupun luar gedung dengan sebuah sistem yang diberi istilah “library services platforms”. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan beberapa alasan karena produk sistem perpustakaan terintegrasi sebelumnya belum dapat dikonfigurasi ulang dengan baik dan efesien dalam menangani integritas alur kerja yang berbeda untuk koleksi tercetak dan digitalnya. Kemudian sistem yang lama juga belum dapat mengambil beberapa kelebihan yang ditawarkan dari hasil perkembangan teknologi bidang komputer, khususnya dalam masalah cloud computing. Untuk itu dalam kesempatan ini Grant (2012:13) memberikan gambaran bahwa cakupan sistem otomasi perpustakaan ke depan meliputi: 1. Ciri-ciri: multi-tenancy, mendukung SaaS/Cloud, kemungkinan installasi secara lokal, bersertifikat SAS 70 atau ISO 27001, mendukung DaaS (shared data service);
12 |
2. Target jenis pelanggan: perpustakaan umum, akademik, khusus, nasional, dan konsorsium; 3. Fungsi:
seleksi/pengadaan,
sirkulasi,
pengatalogan,
temukembali,
Environmental Resources Management (ERM), ILL, pendaftaran, analitis, pelaporan, interface tunggal, knowledgebase, dukungan data terkoneksi, Open APIs dan/atau SOA, manajemen kegiatan, mobile support, dukungan video, multi-lingual subject heading, dukungan Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR), dukungan Resource Description and Access (RDA), kemampuan pemeliharaan, dukungan buku elektronik.
2.1.3 Manfaat dan Kekurangan Sistem Otomasi Perpustakaan Beberapa manfaat penerapan sistem otomasi perpustakaan yang sudah terbukti selama ini antara lain dapat mengembangkan layanan perpustakaan dan meningkatkan produktivitas, efesiensi, dan akurasi dalam melaksanakan berbagai macam operasional perpustakaan. Selain itu sistem terotomasi juga dapat memberikan manfaat lainnya, yaitu: a. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan strategi pencarian yang lebih bervariasi dari pada mereka yang menggunakan katalog kartu. b. OPAC berbasis Windows memungkinkan untuk hyperlink pencarian, yaitu fitur baru yang tidak mungkin dilakukan pada sistem berbasis karakter (seperti, DOS). c. Memungkinkan pengguna untuk menelusur koleksi perpustakaan dari tanpa harus datang ke perpustakaan secara fisik. d. Menyediakan pengguna dengan akses yang tepat terhadap bahan pustaka. e. Mendukung sarana baru pencarian informasi dengan memperkenalkan pengguna untuk informasi global. f. Mengurangi tugas-tugas rutin atau mengerjakan tugaas tersebut lebih efisien. g. Mempercepat dan menyederhanakan proses inventarisasi bahan pustaka. h. Mendorong kerjasama pengembangan koleksi dan berbagi sumber daya (misalnya, pinjaman antar perpustakaan).
13 |
i. Memungkinkan pusat-pusat media dan perpustakaan untuk mengimpor dan mengekspor cantuman MARC. j. Memotivasi
pengguna,
dengan
cara
melengkapi
mereka
dengan
keterampilan pemecahan masalah dan penelusuran informasi, dan menyediakan mereka dengan pengalaman belajar seumur hidup. k. Memungkinkan untuk katalogisasi sumber daya Internet dan untuk mengimpornya ke dalam sistem lokal. l. Dapat digunakan dalam pemetaan koleksi (Bilal, 2001:4). Dalam hal ini Bilal (2001:6) juga menjelaskan bahwa selain beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan sistem terotomasi ini, ternyata ada beberapa kekurangan yang biasa muncul, di antaranya: a. Pelaksanaan sistem terotomasi perpustakaan memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Perencanaan,
pemilihan,
dan
penerapan
sistem
otomasi
membutuhkan komitmen jangka panjang yang signifikan dari pengelola. Setelah dipilih dan dilaksanakan, sistem otomasi harus dipelihara secara teratur. Dengan memiliki sistem otomasi yang tergabung dalam jaringan menambahkan tuntutan lebih lanjut tentang waktu untuk ahli media atau profesional informasi. b. Penerapan sistem terotomasi memerlukan dana yang cukup banyak. Biaya permulaan, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, kabel, dan perangkat lunak; furniture; beban keberlangsungan seperti persediaan untuk printer dan label barcode; pemeliharaan tahunan dan dukungan teknis; dan konversi dari daftar kalalog manual perpustakaan menjadi sebuah format terbacakan mesin (seperti MARC) mungkin lebih banyak dibandingkan dengan pusatpusat media dan perpustakaan kecil. c. Tuntutan sistem terotomasi mungkin tidak memberikan waktu yang memadai bagi staf untuk memberikan layanan baru atau untuk bekerja dengan siswa, guru, dan klien lain. Pada satu sisi otomasi mengurangi beberapa tugas, tetapi pada sisi lain menghasilkan tugas yang baru. Pelatihan bagi pengguna akhir, keberlangsungan pemecahan masalah hardware dan software, dan pemeliharaan database menempatkan tuntutan bagi ahli media atau profesional informasi.
14 |
d. Akses ke sistem terotomasi tidak tersedia ketika sistem bermasalah. Hal ini akan menghambat akses pengguna ke koleksi, terutama jika katalog kartu atau shelflist tidak lagi ada di pusat media atau perpustakaan.
2.1.4 Platform Sistem Otomasi Perpustakaan Senayan (SLiMS) Salah satu langkah yang sangat penting dalam perencanaan sistem otomasi perpustakaan adalah menentukan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan fungsi kegiatan perpustakaan.
Dari beberapa platform perangkat lunak yang
sudah dikenal di kalangan pustakakwan atau perpustakaan di Indonesia di antaranya: SIP-ISIS, Athenium, Ibra, dan Senayan. “Senayan” (atau dikenal juga dengan sebutan SLiMS) merupakan salah satu perangkat lunak yang disediakan oleh Kemendiknas RI yang dapat diunduh secara gratis di situs http://slims.web.id/web/ karena software ini bersifat freeware. Selain itu perangkat lunak ini adalah sebuah open source software yang tentunya bisa dikembangkan dan didalami oleh si pemakai, tetapi tetap dengan harus memperhatikan kaidah dalam memakai karya orang lain dengan tidak mengubah developer ataupun tidak merubah nama yang sudah menjadi hak cipta dari si pemilik software itu sendiri. SLiMS
merupakan perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan
berbasis web untuk memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan untuk skala kecil hingga skala besar. Perangkat lunak ini cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan, sehingga sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun internet. Keunggulan SLiMS lainnya adalah multi-platform, yang artinya bisa berjalan secara native hampir di semua sistem operasi yang bisa menjalankan bahasa pemograman PHP dan RDBMS MySQL (Ridha, 2014). Dalam dokumen SLIM
(2014) dijelaskan
bahwa SLiMS
sendiri
dikembangkan di atas platform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix BSD dan Windows. SLiMS merupakan aplikasi berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Sepenuhnya dikembangkan menggunakan software open source
yaitu: PHP Web Scripting Language,
15 |
(www.php.net)
dan
MySQL
Database
Server
(www.mysql.com). Untuk
meningkatkan interaktifitas agar bisa tampil seperti aplikasi desktop, juga digunakan teknologi AJAX (Asynchronous Java Script And XML). SLiMS juga menggunakan
open source software untuk menambah fitur seperti
PhpThumb dan Simbio (development platform yang dikembangkan dari proyek Igloo). Untuk itu Senayan dilisensikan dibawah GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan, memodifikasi dan mendistribusikan kembali (rights to use, study, copy, modify, and redistribute computer programs). Beberapa fitur yang terdapat dalam SLiMS antara lain: 1. Online Public Access Catalog (OPAC) dengan pembuatan thumbnail yang digenerate on-the-fly. Thumbnail berguna untuk menampilkan sampul buku. Mode penelusuran tersedia untuk yang sederhana (Simple Search) dan tingkat lanjut (Advanced Search). Mendukung Boolean Logic, pencarian menggunakan suara dan keyword suggestions. 2. Detail record juga tersedia format XML (Extensible Markup Language) standar MODS untuk kebutuhan web service. 3. Fitur OAI-PMH sebagai pertukaran data standar. 4. Realy Simple Syndication 5. Fitur Z39.50, p2p service dan SRU untuk copy cataloging dari berbagai Perpustakaan 6. Manajemen data bibliografi yang efisien meminimalisasi pengulangan data. 7. Manajemen master file untuk data referensial seperti GMD (General Material Designation), 8. Tipe Koleksi, Penerbit, Pengarang, Lokasi, Supplier, dan lain-lain. 9. Sirkulasi dengan fitur: a. Transaksi peminjaman dan pengembalian; b. Reservasi koleksi; c. Aturan peminjaman yang fleksibel; d. Informasi keterlambatan dan denda. 10. Manajemen keanggotaan, termasuk capture foto anggota langsung di sistem. 11. Inventarisasi koleksi (stocktaking)
16 |
12. Laporan dan Statistik 13. Pengelolaan terbitan berkala 14. Dukungan pengelolaan dokumen multimedia (.flv, .mp3) dan dokumen digital. Khusus untuk pdf dalam bentuk streaming. 15. SLiMS mendukung beragam format bahasa termasuk bahasa yang tidak menggunakan penulisan selain latin. 16. Menyediakan berbagai bahasa pengantar (Indonesia, Inggris, Spanyol, Arab, Jerman, Bengali, Thailand dan lainnya). Pengguna dapat secara mandiri mengembangkan bahasa pengantar yang diinginkan. 17. Dukungan untuk membentuk katalog induk dan federated search dengan aplikasi UCS dan Nayanes. 18. Counter pengunjung perpustakaan 19. Member Area untuk menuliskan komentar pada koleksi, melihat dan mengunduh koleksi sedang dan pernah dipinjam. 20. Notifikasi keterlambatan dan pemesanan anggota 21. LDAP server 22. Modul sistem dengan fitur: a. Konfigurasi sistem global; b. Manajemen modul; c. Manajemen User (Staf Perpustakaan) dan grup; d. Pengaturan hari libur; e. Pembuatan barcode otomatis; f. Utilitas untuk backup.
2.2 Model Penerimaan Teknologi (TAM) 2.2.1 Konsep TAM Konsep TAM pertama kali dikembangkan oleh Davis pada tahun 1986 dengan menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan sistem informasi (Davis, 1986:7; Davis, Bagozzi dan Washaw, 1989). Konsep ini merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi sebagai model penerimaan teknologi (Lambertus, 2012:763). Davis dkk. (1989:320) menjelaskan bahwa alasan pertama seseorang berkeinginan untuk mengunakan sebuah teknologi informasi karena dia percaya
17 |
bahwa perangkat tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, yang selanjutnya disebut variabel kegunaan persepsian (perceived usefulness). Alasan yang kedua bahwa selain berguna perangkat tersebut juga harus mudah digunakan. Karena belum tentu orang tersebut mau menggunakan perangkat tersebut dengan alasan tidak
mudah
menggunakannya.
Dengan
demikian
varibel
kedua
yang
mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap penggunaan sebuah teknologi dipengaruhi juga oleh penerimaan kemudahan penggunaannya (perceived ease of use). Model TAM sebenarnya diadopsi dari Theory of Reasonable Actions (TRA) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi. Sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku manusia tersebut sebagai tolak ukur dalam penerimaan sebuah teknologi (Imam, 2009). Dalam hal ini Davis dkk. (1989:985) menjelaskan bahwa TAM merupakan sebuah model yang diadaptasi dari TRA yang dikhususkan untuk model penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan
sebuah
pijakan
untuk
menyelidiki
pengaruh
faktor-faktor
kepercayaan internal, sikap dan minat. TAM diformulasikan untuk tujuan tersebut dengan cara mengidentifikasi sejumlah variabel penting yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap terhadap penerimaan komputer, dan dengan menggunakan TRA sebagai teori dasarnya untuk menggambarkan hubungan antar variabel tersebut. Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA seperti digambarkan di bawah ini. Dua
18 |
konstruk utama ini adalah kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM berargumen bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut (Jogiyanto, 2007:111).
Gambar 2.1. Technology Acceptance Model (Davis, Bagozzi dan Warshaw,1989:985)
Selanjutnya penjelasan kelima konstruk yang sudah terbentuk tersebut dapat digambarkan dalam penjelasan berikut ini (Davis dkk., 1989; Yogianto,2007:114117): 1. Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness) Konstruk yang pertama ini didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya (“as the extent to which a person believes that using a technology will enhance her or his performance.”) Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna dia tidak akan menggunakannya. Dengan kata lain konstruk ini merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. 2. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) Konstruk yang kedua dari TAM adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha (“is the extent to which a person beleives that using a technology will be free efort”). Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa bahwa sistem informasi
19 |
mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. 3. Sikap terhadap Perilaku Sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang ditentukan (“an individual’s positive or negative feelings about performing the target behavior.”) 4. Minat Perilaku (Behavioral Intention) Minat perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. 5. Perilaku (Behavior) Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks
penggunaan
sistem
teknologi
informasi,
perilaku
adalah
penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi.
2.2.2 TAM pada Sistem Otomasi Perpustakaan Selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 banyak penelitian yang mencoba menguji konsistensi, validitas dan reliabilitas pengukuran instrumen-instrumen TAM. Semua peneliti sependapat bahwa tidak ada pengukuran yang secara absolut benar untuk membentuk suatu konstruk. Demikian juga tidak ada pengukuran yang absolut benar untuk konstruk perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU) yang berbeda waktu, kondisi dan teknologi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum, hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa pengukuran instrumen-instrumen TAM cukup kuat, konsisten, valid, dan reliabel (Jogiyanto, 2007:123). Lebih jauh lagi Jogianto (2007) menjelaskan bahwa beberapa penelitian tentang TAM mencoba mengembangkan model yang sudah ada dengan menambahkan beberapa variabel eksternal yang menerangkan lebih lanjut atau menjadi penyebab (antecedent) dari kegunaan persepsian (perceived usefulness)
20 |
atau PU dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atau PEOU di TAM. Beberapa studi yang lebih jauh untuk memperluas TAM dengan menambahkan berbagai macam variabel eksternal, seperti perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy) dan pelatihan yang dapat mempengaruhi faktorfaktor kepercayaan kegunaan persepsian dan kemudahan kegunaan persepsian masih terus dibutuhkan (Davis, Bagozzi dan Warshaw, 1989;
Smarkola,
2011:11). Smarkola (2011) menggambarkan bahwa pengembangan model TAM dengan menambahkan variabel eksternal dapat dikategorikan sebagai variabel individual, organisasi, kultur, dan karakteristik-karakteristik tugas. Beberapa penelitian berkenaan dengan variabel individual, khususnya dalam pengembangan kemampuan penggunaan teknologi informasi, telah dilakukan oleh Agarwal dan Prasad tahun 1999, Gefen dan Straub tahun 1997, dan Karahhanna dkk. tahun 1999. Pada penelitian-penelitian tersebut mengembangkan model TAM dengan menambahkan lima macam variabel individual sebagai variabel-variabel eksternal yang lebih menjelaskan konstruk PU dan PEOU. Hasilnya menemukan bahwa pelatihan (training) berhubungan positif dengan konstruk PU dan pengalaman masa lalu (prior experience), peran pemakai sehubungan dengan teknologi (role with regard to technology), masa kerja (tenure in workplace), tingkat pendidikan (level of education) berhubungan dengan PEOU. Perkembangan selanjutnya beberapa penelitian tentang pengembangan TAM diimplementasikan pada perpustakaan digital menghasilkan model pengembangan TAM yang salah satu di antaranya dilakukan oleh J.Y.L. Thong pada tahun 2002, di mana faktor eksternal berupa karakteristik antarmuka, konteks organisasi dan perbedaan individu mampu mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan atas perpustakaan digital. Kemudian Taha pada tahun 2005 mengusulkan bahwa TAM dari Davis dan Tong, dimodifikasi sehingga menghasilkan model sebagai berikut (Imam, 2009:4).
21 |
Gambar 2.2. TAM dalam perpustakaan Digital (J.Y.L. Thong, 2002)
Selanjutnya J.Y.L. Thong dan Taha seperti yang dikutip Imam (2007), menjelaskan ke tiga konstruk yang menjadi variabel tambahan sebagai pengembangan TAM sebagai berikut ini: 1. Desain Portal Perpustakaan (Library Portal Design) Penelitian sebelumnya atas perpustakaan digital telah mengidentifikasi dua aspek yang berbeda atas nilai guna perpustakaan digital yaitu interface usability dan organizational usability (Kling & Elliott 1994). Kualitas antarmuka sistem memberikan suatu kontribusi penting pada nilai guna perpustakaan digital dan sering dikutip oleh para peneliti dalam kerangka teorinya. Sebagai media antara sistem dan pemakai, antarmuka bertindak sebagai platform untuk tindakan pemakai. Suatu antarmuka dirancang dengan baik supaya dapat membantu para pemakai dalam menggunakan sistem secara mudah dengan mengurangi usaha dalam mengidentifikasi obyek tertentu
pada layar atau penyediaan
navigasi yang jelas antara layer satu dengan yang lainnya. Pentingnya sistem antarmuka dalam pencapaian pemakai atas sistem temu kembali informasi telah ditulis oleh para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi (Dellon & Song., 1995: 490). a. Terminologi (terminology) Terminologi mengacu pada kata, kalimat dan singkatan yang digunakan oleh suatu sistem (Lindgaard, 1994). Variabel istilah dapat dikatakan sebagai bahasa. Karena suatu variabel tertentu, seorang pemakai perlu untuk memahami bahasa tertentu dalam rangka menerima dan
menggunakan
teknologi
tersebut.
Keberhasilan suatu perpustakaan digital pada generasi sistem temu kembali
22 |
informasi yang baru tergantung pada banyaknya para pemakai yang saling berhubungan dengan sistem melalui query terstruktur yang pada gilirannya tergantung pada pemahaman pemakai atas istilah yang digunakan oleh perpustakaan digital. Sebagai contoh, suatu masalah utama perpustakaan digital adalah tidak sesuainya penggunaan jargon (Talja et al. 1998). b. Desain Antarmuka (screen design) Desain antarmuka adalah suatu cara dimana informasi dipresentasikan pada suatu layar (Lindgaard, 1994). Penelitian terdahulu telah menemukan isi yang sama, suatu cara atas informasi yang ditunjukkan pada layar mampu mempengaruhi
strategi
pencarian
informasi
pemakai
sebagaimana
kemampuannya. Dalam konteks perpustakaan digital, tidak hanya “what”
yang
berhubungan dengan antarmuka tetapi juga “how”. Sebagai contoh, grafik antarmuka telah ditemukan interaksi yang lebih banyak dengan para pemakai dalam sistem temu kembali informasi dan perpustakaan digital (Liu et al., 2000). Suatu metode bahwa informasi
diatur
pada
layar
dapat
mempengaruhi
interaksi pemakai tersebut dengan perpustakaan digital di luar efek isi informasi. Demikian pula, banyaknya poin-poin tertentu akan membuat sulit untuk dibaca, sepanjang tombol yang digambarkan dengan gambar tertentu dapat menciptakan kebingungan dan kesalahpahaman. Secara jelas, antarmuka yang terorganisir dengan baik dan secara hati-hati dirancang dapat membantu para pemakai dalam meneliti antarmuka dan mengidentifikasi informasi yang relevan secara mudah. c. Navigasi (navigation) Navigasi adalah kemudahan dimana pemakai dapat berpindah-pindah pada seputar sistem (Lindgaard, 1994). Suatu masalah seringkali didapatkan oleh para pemakai ketika mereka mencoba untuk menempatkan informasi digital pada orientasi yang salah (Dillon, 2000). Sejumlah informasi meningkat dengan cepat, struktur untuk menyimpan informasi menjadi lebih kompleks. Para pemakai seringkali mudah kehilangan sistem informasi yang intensif sepanjang perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya.
23 |
2. Organisasi E-resources (E-resources Organization) Organisasi e-resources mengacu pada tata cara sistem komputer sehingga dapat secara efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi tertentu. Perpustakaan digital mungkin lebih dapat digunakan dalam beberapa organisasi dibandingkan dengan yang lainya. Beberapa karakteristik yang sesuai dengan perpustakaan digital dan organisasinya sulit untuk dipakai dalam
mendukung
pemakaian
fasilitasnya.
Empat dimensi usabilitas
organisatoris perpustakaan digital meliputi: o Accessibility –
Kemudahan
seseorang
dalam
menempatkan
sistem
komputer secara spesifik, keuntungan dalam mengakses secara fisik dan akses elektronik
terhadap jumlah koleksi ektroniknya.
Dimensi ini
mengacu pada pendekatan secara fisik dan pembatasan adminitratif atas penggunaan sistem tertentu. o Compatibility -Tingkat kecocokan perpindahan file dari sistem ke sistem. o Integrability into work practices
- Bagaimana sistem berhubungan
dengan seseorang atau kelompok kerja dengan baik. o Social-organizational expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan (help) atas permasalahan dalam penggunaan sistem (Kling, 1994). Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard (1994), serta oleh Davies (1997),
diusulkan oleh JYL Thong
(2002) agar memasukkan tiga variable dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem visibilitas. a. Relevansi (relevance) Salah satu dari dimensi organizational usability yang diusulkan oleh Kling dan Elliott (1994) adalah integrability dari sistem ke dalam pekerjaan secara praktis dimana sistem sesuai secara praktis baik untuk perorangan maupun kelompok. Variabel yang sama diusulkan oleh Lindgaard (1994) sesuai dengan tugas-tugas pemakai, dimana tingkatan sistem sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan pada lingkungan. Kedua variabel menekankan kesesuaian
antara
sistem
dan
kemampuan
tugas-tugas
pemakai.
Bila
24 |
diimplementasikan pada konteks perpustakaan digital, kesesuaian antara isi sistem
dan kebutuhan informasi pemakai secara individu. Literatur ilmu
perpustakaan dan informasi menunjukkan bahwa relevansi adalah istilah yang tepat untuk mewakili konsep tersebut. Bahkan, evaluasi sistem temu kembali informasi telah bergulir di sekitar ide tentang relevansi (Park, 1994). Konsep relevansi yang melekat pada pemakai
dari
hasil
evaluasi kinerja dalam sistem informasi (Schamber,
Eisenberg& Nilan, 1990). Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan dokumen yang relevan kepada pemakai. Gluck (1996) menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari dokumen yang berguna agar relevan. Karena itu, diusulkan oleh JYL Thong dkk (2002) bahwa relevansi dari sebuah perpustakaan digital untuk pengguna informasi akan meningkatkan kebutuhan pengguna persepsi dari kegunaan. b. Aksesibilitas Sistem (system accessibility). Accessibility didefinisikan sebagai kemudahan dimana seseorang dapat mencari atau mendapatkan secara spesifik pada suatu sistem komputer (Kling & Elliott, 1994). Secara tradisional aksesibilitas dari data dan informasi (bukan sistem
komputer)
aksesibilitas
dapat
telah
menjadi fokus
ditemukan
menjadi
dari salah
penelitian satu
IS.
Persepsi
yang penting dalam
menentukan frekuensi penggunaan sumber informasi dan pemilihan saluran informasi. Aksesibilitas yang rendah dapat berpengaruh secara negatif terhadap penggunaan sumberdaya elektronik, khususnya sumber daya on-line yang disediakan oleh perpustakaan digital (Zhang & Estabrook, 1998). Secara khusus, Kraemer dkk. (1993) menemukan bahwa akses yang lebih besar dari informasi berbasis komputer memiliki kontribusi informasi yang besar atas manfaatnya pada manajer. c. Visibilitas Sistem (system visibility) Visibilitas merupakan
sistem
salah
berasal
satu kunci
dari
konsep
karakteristik
dari
sistem
observability yang
inovasi
teknologi
yang
diidentifikasi oleh Rogers (1995). Observability didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil dari suatu inovasi terlihat dan dapat dikomunikasikan dengan yang
25 |
lainnya (Rogers, 1995). Hampir sama dengan situasi dengan inovasi teknologi lainnya, manfaat menggunakan perpustakaan digital dan bahkan keberadaan sistem itu sendiri tidak dapat diketahui untuk pemakai potensial. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital. Menurut Moore dan Benbasat (1991, hal 203), ‘‘it appears that the more a potential adopter can see an innovation, the more likely he is to adopt it’’. Dasar secara psikologis, fenomena ini disebut seabagai efek eksposur yang berarti independen dari pertimbangan dasar, eksposur tersebut
pada
obyek
yang
mampu mengubah secara positif atas sikap individu terhadap objek yang dimaksud. Walaupun sistem visibilitas tidak akan menambah nilai yang sebenarnya dari fungsi perpustakaan digital dengan pengguna tetapi dapat membantu pemakai dalam mengetahui fungsi-fungsinya lebih bermanfaat kemudian meningkatkan niat untuk menggunakan sistem. 3. Kemampuan dan Keahlian Pengguna (User Abilities & Skills) Hubungan antara kemampuan pengguna dan keberhasilan sistem informasi dideskripsikan dalam kerangka teori yang diusulkan oleh Zmud (1979). Suksesnya
inovasi
teknologi informasi tergantung sebanyak atas individu
terhadap teknologinya. Pare dan Elam (1995) menemukan
bahwa
ketika
perilaku adopsi adalah sukarela, pengaruh faktor pribadi atas pemakaian komputer bisa jadi lebih kuat dari faktor sosial atau faktor lingkungan. Perbedaan individu terutama dalam kemampuan dan keahliannya juga berperan penting dalam menentukan pencapaian pemakaian atas sistem temu kembali informasi (Borgman, 1997). Penelitian sebelumnya menguji pengaruh faktor individu atas perilaku adopsi sistem informasi (Agarwal& Prasad, 1999). Bagaimanapun juga, kemajuan dalam lingkungan virtual, terutama melalu teknologi yang berjangkau luas seperti World Wide Web, pengaruh dari perbedaan individu atas penggunaan teknologi yang lebih baru tidak mungkin secara keseluruhan diterangkan oleh teori dan metode yang dikembangkan untuk generasi sistem informasi yang lebih awal (Chen et al., 2000). Oleh karena itu, suatu kebutuhan penelitian empiris untuk menguji pengaruh perbedaan individu dalam lingkungan teknologi baru.
26 |
a. Perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy) Berdasarkan teori kognitif sosial (Bandura, 1977), bahwa computer selfefficacy dapat mempengaruhi penggunaan sistem melalui niat untuk memiliki. Hal
tersebut
telah didokumentasikan dalam berbagai studi. Computer self-
efficacy didefinisikan sebagai suatu keputusan individu atas
kemampuannya
untuk menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995, hal 192). Penelitian sebelum telah menemukan bahwa computer self-efficacy memiliki pengaruh positif
pada
kemauan
untuk
menggunakan
komputer
secara
umum.
(Venkatesh & Davis, 2003). Mekanisme melalui computer self-efficacy yang akan mempengaruhi perilaku penggunaan melalui TAM dapat lebih dipahami dengan argument. Dia mencatat bahwa ada dua jenis kontrol faktor-faktor yang diusulkan oleh Ajzen (1985) dalam model intention-behaviour. Salah satunya adalah faktor internal yang meliputi keterampilan (skill) dan kontrol diri (will power) . Hal lainnya adalah faktor kontrol eksternal (external control factors), yang meliputi waktu, kesempatan, dan kerjasama dengan yang lain. Sedangkan
faktor
kontrol
eksternal
tidak
dipertimbangkan
secara
eksplisit dalam TAM, akibat faktor internal, seperti keterampilan computer didapatkan dari variabel persepsi kemudahan penggunaan. Diharapkan computer self-efficacy akan mempengaruhi niat melalui persepsi kemudahan penggunaan. Para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi juga mengakui kemungkinan pengaruh
kemampuan
komputer
(computer
literacy) pada peningkatan
penggunaan sistem temu kembali informasi (Davies, 1997), tetapi dalam penelitian empiris yang terbatas. b. Pengalaman atas penggunaan komputer (Computer experience) Pengalaman
atas
penggunaan
komputer
secara
umum
dapat
mempengaruhi keberhasilan interaksi dengan personal computers, World Wide Web dan sistem temu kembali informasi (Igbaria dkk., 1995). Berbagai kriteria telah diadopsi dalam berbagai kajian sebagai indikator atas pengalaman atas komputer. Thompson et al. (1994) berpendapat bahwa dalam kontek teknologi informasi, keterampilan komputer dan lamanya penggunaan harus dihitung karena mereka mewakili dimensi berbeda dari pengalaman umum atas komputer.
27 |
Sebagai refleksi bahwa
self-reported computer skill dan
computer self-
efficacy mengukur tingkat keyakinan bahwa bila seorang pengguna telah bekerja dengan paket perangkat lunak baru. Di sisi lain, banyaknya pengalaman atas komputer adalah ukuran yang objektif atas pengalaman pengguna komputer. Semakin banyak pengalaman komputernya berarti lebih besar eksposur ke berbagai jenis aplikasi dan tingginya tingkat keakraban dengan berbagai paket perangkat lunak. Meskipun pengalaman ini mungkin tidak terhubung langsung dengan perpustakaan digital, mereka dapat membantu pengguna dalam mempelajari cara baru untuk menggunakan sistem dengan lebih mudah. c. Domain knowledge Pengetahuan pemakai atas domain subyek adalah faktor kontrol internal yang dapat mempengaruhi kinerja pencarian informasi pada perpustakaan digital. Dalam penelitian perilaku pencarian informasi di lingkungan hypertext, domain ahli melakukan lebih cepat dan lebih fokus melakukan pencarian dari pada yang bukan ahlinya (novice) (Marchionini, Lin & Dwiggins, 1998). Kemungkinan alasannya mencakup (1) domain pengetahuan dapat membantu pengguna untuk terpisah dari informasi yang relevan dan tidak relevan sehingga tanggapan efektif mampu meningkatkan pencarian (Meadow et al., 1995); (2) pengetahuan isi informasi sebelumnya dapat memfasilitasi pembelajaran atas prinsip pencarian (Linde & Bergstrom, 1988); dan (3) domain ahli dapat menggunakan istilah-istilah teknis untuk merumuskan permintaan, membuatnya relatif cepat atas keputusan apakah ada relevansinya atau tidak dan ada yang lebih tinggi tingkat kepercayaan mereka atas keputusannya (Marchionini dkk.,1998).
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian sesuai dengan model penelitian dalam gambar 2.4. sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Artinya, suatu pernyataan yang bersifat hipotesis belum tentu benar. Oleh sebab itu, pernyataan tersebut harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian sampai benar-benar terbukti secara sah dan meyakinkan (Sugiyono, 2007: 64).
28 |
Gambar 2.3. Model Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah sebelumnya, maka dalam model penelitian ini penulis menentukan hipotesis sebagai berikut ini: H1: Pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap kemudahan penggunaan persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H2: Pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap kegunaan persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H3: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh terhadap kegunaan persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H4: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh terhadap sikap ke arah penggunaan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H5: Kegunaan persepsian berpengaruh terhadap sikap ke arah penggunaan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H6: Kegunaan persepsian berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah.
29 |
H7: Sikap ke arah penggunaan berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah. H8: Niat untuk menggunakan berpengaruh terhadap penggunaan nyata dan penerimaan
program
sistem otomasi
perpustakaan
“Senayan” di
perpustakaan madrasah?
30 |
Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian empiris yang menguji hipotesis dengan menggunakan metode kausalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel pengaruh atau variabel dependen (pengetahuan dan keterampilan pengguna setelah pelatihan) terhadap variabel independen kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan penggunaan nyata untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan”. Objek analisis untuk penelitian ini adalah penerimaan para pengelola perpustakaan terhadap program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” pada perpustakaan madrasah di wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM). Berdasarkan definisi tersebut, maka ditetapkan populasi dari penelitian ini adalah para tenaga perpustakaan madrasah yang telah mengikuti materi otomasi perpustakaan pada “Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah” sebanyak 750 orang yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia tahun 2013 bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan UIN Sultan Alauddin Makasar.
3.2 Metode Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011:63). Metode yang digunakan adalah Cluster Sampling yaitu
31 |
teknik sampling dimana sampel-sampel dikelompokan menurut petak-petak daerah (Area 1: DKI Jakarta dan Banten, Area 2: Yogyakarta, dan Area 3: Makasar). Pada penelitian ini digunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel minimal (Husein, 2003:64). Rumus Slovin : n
=
N 1 + N(d2) Keterangan: n = sampel N = populasi d = standar error (10%) n
= 750 1 + 750 (10%)2
n
= 750 1 + 750 (0,01) = 88,2
n
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka setelah dibulatkan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 89 orang tenaga perpustakaan di lingkungan madrasah yang telah menjadi peserta aktif dalam peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan di Williayah 1 (31 orang), Wilayah 2 (29 orang), dan Wiliyah 3 (29 orang). Pada proses pengambilan data sampling dengan teknik Cluster Sampling seperti dijelaskan di atas, peneliti juga tetap mempertimbangan teknik lainnya sebagai antisipasi keterbatasan data penunjang (seperti ketidaktersediaan no. hp dan e-mail peserta ), lokasi dan dana yang tersedia, yaitu dengan mengkombinasikan dengan teknik convenience sampling. Convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.
32 |
3.3 Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini terdiri data primer dan sekunder. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dengan menggunakan instrumen kuesioner dengan pola penilaian skala likert. Kuesioner ini terbagi menjadi 6 bagian yang berisi sejumlah pernyataan mengenai faktor (1) pengetahuan dan keterampilan penggunaan setelah pelatihan; (2) kemudahan penggunaan persepsian; (3) kegunaan persepsian; (4) sikap; (5) niat; dan (6) kondisi nyata untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di madrasah. Sebagai
informasi
tambahan
dalam
kuesioner
tersebut,
peneliti
mencantumkan kolom isian pesan dan kesan perserta dalam mengikuti pelatihan yang telah dilaksanakan dari ketiga wilayah tersebut. Selanjuatnya untuk kategori pengukuran ke enam faktor di atas, peneliti menggunakan skala likert dari 1= sangat tidak setuju, hingga 4=sangat setuju, dengan rincian sebagai berikut: SS S TS STS
= Sangat Setuju, diberi skor 4; = Setuju, diberi skor 3; = Tidak Setuju, diberi skor 2; dan = Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1. Dajan sebagaimana dikutip Tony (2012:228) menjelaskan penggunaan skala
likert ini kemudian menilai individu yang bersangkutan dengan
menambahkan
bobot dari jawaban yang dipilih. Nilai rata masing-masing responden dapat dikelompokkan ke dalam kelas interval, karena data ini merupakan data ordinal sehingga skala data harus interval. Interval merupakan kisaran jawaban responden yang diperoleh melalui selisih nilai maksimal dengan minimum dibandingkan jumlah kelas yaitu: Interval : Nilai maksimal – nilai minimum Jumlah kelas Interval : 4 – 1 = 0,75 4 Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat ditentukan skala distribusi pendapat responden sebagai berikut:
33 |
a. b. c. d.
Nilai sebesar 1,00 - 1,74 = sangat rendah Nilai sebesar 1,75 - 2,49 = rendah Nilai sebesar 2,50 - 3,24 = tinggi Nilai sebesar 3,25 - 4,00 = sangat tinggi
Selanjutnya teknik yang digunakan dalam penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung langsung ke madrasah-madrasah tempat responden bertugas khususnya untuk yang berada di wilayah 1 (Jakarta dan Banten). Untuk wilayah 3 (Makasar) beberapa di antaranya dilakukan dengan cara pengiriman e-mail, dan untuk responden yang tidak memiliki e-mail (tetapi ada data nomor hp atau telepon) dilakukan dengan cara tanya jawab menggunakan pesawat telepon untuk pengisian kuesionernya. Sedangkan untuk wilayah 2 (Yogjakarta), sebenarnya telah ditempuh dengan ketiga cara di atas. Namun karena ada permasalahan kurang lengkapnya data email dan nomor hp dari beberapa responden di wilayah tersebut, maka 12 responden (sampel) untuk wilayah tersebut dialihkan sebagian ke Wilayah 1 (7 responden) dan Wiliayah 3 (5 responden). Kemudian untuk pengambilan data sekunder dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik dokumentasi terhadap hasil laporan pelaksanaan peningkatan tenaga perpustakaan madrasah yang ada di Kementrian Agama RI, terutama datadata yang berhubungan dengan peserta pelatihan.
3.4 Metode Pengujian Instrumen a.
Uji Validitas
Untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen dilakukan uji validitas dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Suatu skala disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya diukur (Tony, 2012: 229). Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas konstruk dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir dengan skor total dengan bantuan program SPSS versi 22. Masing-masing item dikatakan valid bila nilai Output Corrected Item Total Correlation (r-hitung) > r-tabel.
34 |
Besarnya nilai r-tabel dengan uji sampel N=93 dan tingkat signifikansi 5%, maka ditemukan besarnya r-tabel yaitu 0,207. Hasil uji validitas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Case Processing Summary
N
% Cases Valid 89 100.0 a Excluded 0 .0 Total 89 100.0 Listwise deletion based on all variables in the procedure. (Sumber: Data Primer, 2014) Pada tabel 3.1 di atas menerangkan bahwa 89 kasus telah diproses atau 100% sudah valid. Selanjutnya pada tabel 3.2 menerangkan besarnya nilai Cronbach Alpha, yaitu 0,932. Sedangkan pada tabel 3.3 menunjukan hasil penghitungan validitas dan reliabilitas yang akan dianalisis untuk ketigapuluh (30) butir pertanyaan. Tabel 3.2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items .932 .937
N of Items 30
(Sumber: Data Primer, 2014)
Tabel 3.3 Item-Total Statistics
SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 PU1
Scale Scale Squared Cronbach's Mean if Variance if Corrected Multiple Alpha if Item Item Item-Total Correlatio Item Deleted Deleted Correlation n Deleted 87.08 87.232 .394 . .931 87.17 86.528 .487 . .931 87.07 85.745 .596 . .930 87.31 85.241 .524 . .930 87.28 86.409 .429 . .931 87.25 85.938 .411 . .932
35 |
PU2 PU3 PU4 PU5 PEU1 PEU2 PEU3 PEU4 PEU5 AB1 AB2 AB3 AB4 AB5 BU1 BU2 BU3 BU4 BU5 AU1 AU2 AU3 AU4 AU5
87.19 87.11 87.09 87.03 86.90 86.89 86.94 86.97 86.93 86.93 87.01 87.08 86.98 87.17 87.17 87.10 87.16 87.12 87.13 87.92 87.75 88.00 87.69 87.76
85.565 87.419 88.242 85.737 84.842 85.601 86.417 85.828 85.427 84.336 83.489 85.619 84.204 87.392 84.164 84.637 84.952 83.655 84.345 82.232 81.825 84.273 81.900 82.364
.540 .469 .356 .688 .668 .571 .505 .560 .585 .678 .702 .556 .728 .382 .667 .602 .488 .602 .528 .496 .603 .548 .639 .575
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.930 .931 .932 .929 .929 .930 .930 .930 .930 .928 .928 .930 .928 .932 .928 .929 .931 .929 .930 .932 .929 .930 .929 .930
(Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Product Moment Pearson, diketahui bahwa semua butir pertanyaan (lihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation) mempunyai nilai lebih besar dari 0,207. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel pertanyaan yang terdapat dalam instrumen penelitian ini sudah valid. b.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan pendekatan internal consistency reliability yang menggunakan Cronbach Alpha untuk mengidentifikasikan seberapa baik item-item dalam kuesioner berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Segaimana dijelaskan oleh Tony (2012: 232) bahwa sebuah faktor dinyatakan reliabel/andal jika koefisien Alpha lebih besar dari 0,6. Hasil uji reliabilitas untuk penelitian ini disajikan dalam tabel 3.3 pada kolom Cronbach's Alpha if Item Deleted. Pada kolom tersebut tersebut semua
36 |
item yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian adalah reliabel/andal karena nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6.
3.5 Metode Analisis Hasil temuan data diuji dan dianalisa dengan menggunakan Statistical Package for Social Sceince (SPSS) versi 22. Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik responden yang terdiri dari kategori wilayah dan jenjang lembaga pendidikan serta gambaran dari masing – masing variabel penelitian berdasarkan model TAM. 2.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu uji normalitas dan multikolinieritas. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Sedangkan uji multikolinieritas merupakan uji yang ditinjukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolenieritas (Tony, 2012: 125 & 132). 3.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), yaitu suatu teknik analisis statistika yang dikembangkan dari analisis regresi berganda. Metode ini digunakan untuk menguji kuat tidaknya korelasi dua atau lebih variabel terikat terhadap variabel bebas dengan nilai signifikannya sebesar 0,05. Dalam penelitian ini dibuat 5 persamaan substruktural berikut ini: Persamaan Substruktural 1: X2 = px2x1 + px2 4
Keterangan: X2
= Kemudahan Penggunaan Persepsian
37 |
X1 P
= Pengetahuan dan Keterampilan = Koefisien Jalur (Path Coefficient) = Error
Persamaan Substruktural 2: X3 = px3x1 + px3x2 + px3 5 Keterangan: X3 X1 X2 P
= Kegunaan Persepsian = Pengetahuan dan Keterampilan = Kemudahan Penggunaan Persepsian = Koefisien Jalur (Path Coefficient) = Error
Persamaan Substruktural 3: Y1 = py1x1 + py1x2 + py1x3 + py1 1 Keterangan: Y1 X1 X2 X3 P
= Sikap kearah Penggunaan = Pengetahuan dan Keterampilan = Kegunaan Persepsian = Kemudahan Penggunaan Persepsian = Koefisien Jalur (Path Coefficient) = Error
Persamaan Substruktural 4: Y2 = py2x1 + py2x2 + py2x3 + py2y1 + py2 2 Keterangan:
Y2 Y1 X1 X2 X3 P
= Niat untuk Penggunaan = Sikap terhadap Perilaku = Pengetahuan dan Keterampilan = Kegunaan Persepsian = Kemudahan Penggunaan Persepsian = Koefisien Jalur (Path Coefficient) = Error
Persamaan Substruktural 5: Y3 = py3x1 + py3x2 + py3x3 + py3y1 + py3y2 + py3 3 Keterangan:
Y3 Y2 Y1 X1 X2
= Perilaku Penggunaan = Niat untuk Penggunaan = Sikap terhadap Perilaku = Pengetahuan dan Keterampilan = Kegunaan Persepsian
38 |
X3 P
= Kemudahan Penggunaan Persepsian = Koefisien Jalur (Path Coefficient) = Error
a. Analsisi Koefisien Determinan Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. Menurut Jonathan (2006) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebegai berikut: 0,00 – 0,25 > 0,25 – 0,5 > 0,5 – 0,75 > 0,75 – 1
= korelasi sangat lemah = korelasi cukup = korelasi kuat = korelasi sangat kuat
b. Uji F Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel eksogennya secara bersama-sama terhadap variabel endogennya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksi/ peramalan, sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, jika Fhitung > dari Ftabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka model signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova. Model signifikan selama kolom signifikansi (%) < Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1, pada penelitian ini tingkat
39 |
signifikanny 5%). Dan sebaliknya jika Fhitung <
Ftabel, maka model tidak
signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha. c. Uji T Uji T dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel eksogennya secara sendiri-sendiri terhadap variabel endogennya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan thitung atau tpenelitian dengan ttabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing thitung, proses uji T identik dengan Uji F.
40 |
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif pada penelitian ini menggambarkan karakteristik responden berdasarkan wilayah dan jenjang madrasah tempat mereka bertugas. Selain itu, analisis ini juga menggambarkan karakteristik responden sesuai dengan beberapa variabel pernyataan pada kuesioner, yaitu: gambaran pengetahuan dan keterampilan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, sikap untuk menggunakan, niat untuk menggunakan, dan perilaku nyata para staf perpustakaan madrasah dalam menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” setelah mendapatkan pelatihan yang dilaksanakan oleh Kemenag RI kerjasama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan UIN Sultan Maulana Makasar pada akhir tahun 2013.
4.1.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan wilayah dan jenjang madrasah. Gambaran responden berdasarkan wilayah dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah. Dalam tabel tersebut digambarkan bahwa dari total 89 responden dalam penelitian ini, jumlah responden yang berasal dari Jakarta dan Banten adalah 38 responden atau 42,7%, Yogyakarta 17 responden atau 19,1%, dan Makasar 34 responden atau 38,2%. Komposisi tersebut menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh wilayah 1, yaitu Jakarta dan Banten, walaupun jumlah tersebut tidak terlalu jauh berbeda jika dibandingkan dengan jumlah responden dari wilayah lainnya. Jumlah responden yang mayoritas Jakarta dan Banten menunjukan sebagian besar responden bertugas di madrasah
41 |
yang bedomisili di daerah kota besar yang dekat dengan pusat perdagangan barang elektronik , seperti komputer atau yang lainnya.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Wilayah
Frequency Vali Jakarta d danBanten Yogyakarta Makasar Total
Percent
38
42.7
17 34 89
19.1 38.2 100.0
(Sumber: Data Primer, 2014)
Adapun komposisi responden berdasarkan jenjang madrasah secara rinci dapat diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Madrasah
Frequency Percent Valid MI 32 36.0 MTS 37 41.6 MA 20 22.5 Total 89 100.0 (Sumber: Data Primer, 2014)
Dari tabel di atas dapat diidentifikasi bahwa komposisi jenjang madrasah responden dalam penelitian ini, yaitu responden yang bertugas di madrasah Tsanawiyah berjumlah 37 orang (41%), disusul oleh responden yang bertugas di madrasah Ibtidaiyah berjumlah 32 orang (36%), sedangkan
responden yang
bertugas di madrasah Aliyah berjumlah 20 orang (22%). Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini adalah jenjang madrasah Tsanawiyah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar tenaga perpustakaan madrasah yang dijadikan responden dalam penelitian ini bertugas pada jenjang sekolah (tingkat) menengah.
42 |
4.1.2 Karakteristik Pengetahuan dan Keterampilan Analisis
karakteristik
pengetahuan
dan
keterampilan
para
tenaga
perpustakaan madrasah ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, sebagai berikut: 1. Mengetahui cara installasi Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (SK1). 2. Mengetahuai cara-cara penggunaan menu-menu dalam Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (SK2). 3. Tahu bahwa Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat digunakan untuk otomasi fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan dan/atau perpustakaan digital (SK3) 4. Dapat melakukan installasi Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” pada komputer (laptop/desktop (SK4). 5. Dapat menggunakan menu-menu dalam Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (SK5) Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini.
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Pengetahuan dan Keterampilan Pengguna
SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 Valid N (listwise)
Std. N Minimum Maximum Mean Deviation 89 2 4 3.13 .457 89 2 4 3.04 .450 89 2 4 3.15 .441 89 2 4 2.90 .544 89 2 4 2.93 .518 89 (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil adalah sebesar 2,90, sedangkan nilai rata-rata yang
43 |
paling besar adalah 3,15. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 2,50 – 3,24, yang berarti pengetahuan dan keterampilan dipersepsikan responden termasuk tinggi. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan tentang otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” adalah tinggi.
4.1.3 Karakteristik Kemudahan Penggunaan Persepsian Analisis karakteristik kemudahan penggunaan persepsian ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, berikut ini: 1. Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mudah dipasang (install) pada komputer pribadi (PC) (PEU1). 2. Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mudah untuk digunakan dalam system operasi apa saja (seperti windows, linuk, dll) (PEU2). 3. Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mudah disesuaikan dengan kebutuhan (pengaturan template/ interface, dll) (PEU3). 4. Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mudah dipelajari dalam penggunaan perintah-perintahnya (menu) (PEU4). 5. Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mudah digunakan untuk manangani pengelolaan fungsi kegiatan perpustakaan (PEU5).
Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini.
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Kemudahan Penggunaan Persepsian
PEU1 PEU2 PEU3 PEU4 PEU5 Valid N (listwise)
N 89 89 89 89 89
Std. Minimum Maximum Mean Deviation 1 4 2.97 .593 2 4 3.02 .499 2 4 3.10 .371 2 4 3.12 .364 3 4 3.18 .386
89
44 |
(Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil adalah sebesar 2,97, sedangkan nilai rata-rata yang paling besar adalah 3,18. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 2,50 – 3,24, yang berarti kemudahan penggunaan persepsian dipersepsikan responden termasuk tinggi. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan adalah tinggi.
4.1.4 Karakteristik Kegunaan Persepsian Analisis karakteristik kegunaan persepsian ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, berikut ini: 1. Dengan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat meningkatkan kualitas kerja (PU1). 2. Dengan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat meningkatkan efesiensi kerja (PU2). 3. Dengan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat meningkatkan produktivitas kerja (PU3). 4. Dengan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat menyimpan data dengan jumlah besar (PU4). 5. Dengan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat melakukan temukembali secara cepat dan tepat (PU5).
Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini. Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Kegunaan Persepsian
PU1 PU2 PU3 PU4 PU5
Std. N Minimum Maximum Mean Deviation 89 3 4 3.31 .467 89 3 4 3.33 .471 89 3 4 3.27 .446 89 2 4 3.25 .459 89 2 4 3.28 .476
45 |
Valid N (listwise)
89 (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil adalah sebesar 3,25, sedangkan nilai rata-rata yang paling besar adalah 3,33. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 2,50 – 3,24, yang berarti kegunaan persepsian dipersepsikan responden termasuk tinggi. Nilai ratarata ini menunjukan bahwa persepsi kegunaan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan adalah tinggi.
4.1.5 Karakteristik Sikap Ke Arah Penggunaan Analisis karakteristik sikap ke arah penggunaan ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, berikut ini: 1. Menurut saya Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” mempercepat layanan informasi yang diberikan (AB1). 2. Menurut saya Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” meringankan bebas tugas pustakawan/ staf perpustakaan terhadap pekerjaan yang sifatnya pengulangan /rutin (AB2). 3. Menurut saya Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dapat meningkatkan kerjasama antar layanan ataupun antar perpustakaan (AB3). 4. Menurut saya Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” membantu perpustakaan memperluas jasa perpustakaan (AB4). 5. Menurut saya Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” merupakan
sebuah
software
yang
paling
mudah
di
digunakan
dibandingkan software gratis lainnya (seperti:Green Stone, GDL, Imelda, dll.) (AB5). Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini.
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Sikap Ke Arah Penggunaan
46 |
AB1 AB2 AB3 AB4 AB5 Valid N (listwise)
N Minimum 89 2 89 2 89 2 89 2 89 2
Maximu Std. m Mean Deviation 4 3.28 .500 4 3.20 .547 4 3.13 .481 4 3.24 .477 4 3.04 .450
89 (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil adalah sebesar 3,04, sedangkan nilai rata-rata yang paling besar adalah 3,28. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 2,50 – 3,24, yang berarti sikap ke arah penggunaan dipersepsikan responden termasuk tinggi. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa sikap ke arah penggunaan program sistem otomasi
perpustakaan
berbasis
“Senayan”
oleh
para
tenaga
pengelola
perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan adalah tinggi.
4.1.6 Karakteristik Niat untuk Menggunakan Analisis karakteristik niat untuk menggunakan ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, berikut ini: 1. Saya telah belajar untuk menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (BU1). 2. Walaupun saya belum bias menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan”, saya berencana untuk menggunakan software ini dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (BU2). 3. Walaupun di perpustakaan belum ada fasilitas komputer, saya berusaha untuk dapat menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (BU3). 4. Saya
akan/pernah
menyarankan
kepada
pihak
madrasah
untuk
menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (BU4).
47 |
5. Saya akan/ pernah mengajukan pengadaan komputer kepada pihak madrasah untuk penggunaan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (BU5).
Analisi deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini.
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Niat untuk Menggunakan
BU1 BU2 BU3 BU4 BU5 Valid N (listwise)
N Minimum 89 2 89 2 89 1 89 1 89 1
Maximu m Mean 4 3.04 4 3.11 4 3.06 4 3.09 4 3.08
Std. Deviation .520 .532 .610 .615 .626
89 (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil, adalah sebesar 3,04, sedangkan nilai rata-rata yang paling besar adalah 3,11. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 2,50 – 3,24, yang berarti niat untuk menggunakan dipersepsikan responden termasuk tinggi. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa niat untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan adalah tinggi.
4.1.7 Karakteristik Perilaku Nyata untuk Menggunakan Analisis karakteristik perilaku nyata untuk menggunakan ini berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan kepada responden, berikut ini: 1. Saya telah menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (AU1).
48 |
2. Saya
merasakan
kemudahan
dalam
pelaksanaan
tugas-tugas
di
perpustakaan setelah menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (AU2). 3. Menu-menu dalam Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” sudah semua saya gunakan dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan (AU3). 4. Saya tidak pernah merasa bosan dengan tampilan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” (AU4). 5. Saya akan selalu menggunakan Program Sistem Otomasi Perpustakaan “Senayan” pada perpustakaan yang saya kelola, walaupun masih ada program lain yang Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata (means) digambarkan dalam uraian berikut ini.
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Perilaku Nyata Penggunaan
AU1 AU2 AU3 AU4 AU5 Valid N (listwise)
N Minimum 89 1 89 1 89 1 89 1 89 1
Maximu m 4 4 4 4 4
Mean 2.29 2.46 2.21 2.53 2.45
Std. Deviation .869 .770 .612 .724 .754
89 (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan nilai rata-rata (means) diketahui nilai rata-rata dari semua variabel pernyataan di atas paling kecil adalah sebesar 2,21, sedangkan nilai rata-rata yang paling besar adalah 2,53. Nilai-nilai tersebut berada pada skala 1,75 – 2,49, yang berarti perilaku nyata untuk menggunakan dipersepsikan responden termasuk rendah. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa perilaku nyata untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan adalah rendah.
49 |
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribbusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdisribusi normal (Tony, 2012:132). Hasil analisis normalitas pada penelitian ini diuraikan pada gambar grafik Histogram dan grafik P-Plot berikut ini.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
(Sumber: Data Primer, 2014)
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
(Sumber: Data Primer, 2014)
50 |
Output grafik histogram pada gambar 4.1 di atas menunjukan pola distribusi normal. Demikian juga dengan gambar 4.2 menunjukan adanya penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji normalitas menyatakan bahwa jika penyebaran data mengikuti atau mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan model regresi dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas.
4.2.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Uji Kolmogorov Smirnov dalam penelitian ini dilakukan untuk melengkapi hasil pengujian normalitas sebelumnya.
Hal ini dilakukan, terutama setelah
adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.
Tabel 4.9 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N 89 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 2.70532803 Most Extreme Differences Absolute .087 Positive .061 Negative -.087 Test Statistic .087 Asymp. Sig. (2-tailed) .095c (Sumber: Data Primer, 2014)
Berdasarkan table hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,095 > dari 0,05. Dengan demikian data penelitian yang dilakukan berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini yakni: jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka
data
tersebut
berdistribusi
normal.
Sebaliknya,
jika
nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
51 |
4.3 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) sebagai pengembangan dari analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi α = 0,05 yang terdiri dari: pengujian korelasi, koefisien determinasi, uji F, dan uji t. 4.3.1 Analisis Korelasi Korelasi antar variabel pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah perilaku, niat untuk menggunakan, dan perilaku nyata dalam menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi
(Sumber: Data Primer, 2014)
4.3.1.1 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kegunaan Persepsian. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antar Pengetahuan & Keterampilan dan Kegunaan Persepsian sebesar 0,541. Untuk menafsir angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0,00 – 0,25
= korelasi sangat lemah
> 0,25 – 0,5
= korelasi cukup
> 0,5 – 0,75
= korelasi kuat
52 |
> 0,75 – 1
= korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho; p= 0
: tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Ha; p≠ 0
: ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Pengujian berdasarkan signifikan: Jika angka signifikannya > 0,05 maka Ho diterima Jika angka signifikannya < 0,05 maka Ho ditolak Korelasi sebesar 0,541 mempunyai maksud hubungan antara variabel Pengetahuan & Keterampilan dan Kegunaan Persepsian adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Pengetahuan & Keterampilan, maka Kegunaan Persepsian juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.2 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kemudahan Penggunaan Persepsian. Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Pengetahuan & Keterampilan dan Kemudahan Penggunaan Persepsian sebesar 0,326. Korelasi sebesar 0,326 mempunyai arti hubungan antara variabel Pengetahuan & Keterampilan dan Kemudahan Penggunaan Persepsian adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Pengetahuan & Keterampilan, maka Kemudahan Penggunaan Persepsian juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,02 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.3 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Sikap Kearah Penggunaan. Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Pengetahuan & Keterampilan dan Sikap Kearah Penggunaan sebesar 0,392. Korelasi sebesar 0,392 mempunyai arti hubungan antara variabel Pengetahuan &
53 |
Keterampilan dan Sikap Kearah Penggunaan adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Pengetahuan & Keterampilan, maka Sikap Kearah Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.4 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Niat Untuk Penggunaan. Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Pengetahuan & Keterampilan dan Niat Untuk Penggunaan sebesar 0,477. Korelasi sebesar 0,477 mempunyai arti hubungan antara variabel Pengetahuan & Keterampilan dan Niat Untuk Penggunaan adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Pengetahuan & Keterampilan, maka Niat Untuk Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.5 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Penggunaan Nyata. Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Pengetahuan & Keterampilan dan Penggunaan Nyata sebesar 0,418. Korelasi sebesar 0,418 mempunyai arti hubungan antara variabel Pengetahuan & Keterampilan dan Penggunaan Nyata adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Pengetahuan & Keterampilan, maka Penggunaan Nyata juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.6 Kegunaan Persepsian dan Kemudahan Penggunaan Persepsian . Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Kegunaan Persepsian dan Kemudahan Penggunaan Persepsian sebesar 0,500. Korelasi sebesar 0,500 mempunyai arti hubungan antara variabel Kegunaan Persepsian dan
54 |
Kemudahan Penggunaan Persepsian adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kegunaan Persepsian, maka Kemudahan Penggunaan Persepsian juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.7 Kegunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Kegunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan sebesar 0,504. Korelasi sebesar 0,504 mempunyai arti hubungan antara variabel Kegunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kegunaan Persepsian, maka Sikap Kearah Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.8 Kegunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Kegunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan sebesar 0,512. Korelasi sebesar 0,512 mempunyai arti hubungan antara variabel Kegunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kegunaan Persepsian, maka Niat Untuk Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.9 Kegunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Kegunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata sebesar 0,266. Korelasi sebesar 0,266 mempunyai arti hubungan antara variabel Kegunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kegunaan Persepsian, maka Penggunaan Nyata juga akan mengalami kenaikan, begitu juga
55 |
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,012 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.10 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan sebesar 0,741. Korelasi sebesar 0,741 mempunyai arti hubungan antara variabel Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kemudahan Penggunaan Persepsian, maka Sikap Kearah Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.11 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan sebesar 0,391. Korelasi sebesar 0,391 mempunyai arti hubungan antara variabel Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kemudahan Penggunaan Persepsian, maka Niat Untuk Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.12 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata Berdasarkan
perhitungan,
diperoleh
angka
korelasi
antar
variabel
Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata sebesar 0,334. Korelasi sebesar 0,334 mempunyai arti hubungan antara variabel Kemudahan
56 |
Penggunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Kemudahan Penggunaan Persepsian, maka Penggunaan Nyata juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,001 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan. 4.3.1.13 Sikap Kearah Penggunaan dan Niat Untuk Penggunaan Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Sikap Kearah Penggunaan dan Niat Untuk Penggunaan sebesar 0,605. Korelasi sebesar 0,605 mempunyai arti hubungan antara variabel Sikap Kearah Penggunaan dan Niat Untuk Penggunaan adalah kuat dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Sikap Kearah Penggunaan, maka Niat Untuk Penggunaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.14 Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata sebesar 0,333. Korelasi sebesar 0,333 mempunyai arti hubungan antara variabel Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Sikap Kearah Penggunaan, maka Penggunaan Nyata juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,001 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.1.15 Niat Untuk Penggunaan dan Penggunaan Nyata Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel Niat Untuk Penggunaan dan Penggunaan Nyata sebesar 0,469. Korelasi sebesar 0,469 mempunyai arti hubungan antara variabel Niat Untuk Penggunaan dan Penggunaan Nyata adalah cukup dan searah, artinya apabila terjadi kenaikan Niat Untuk Penggunaan, maka Penggunaan Nyata juga akan mengalami kenaikan,
57 |
begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai angka signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0 sehingga korelasi signifikan.
4.3.2 Analisis Jalur Substruktural 1 Analisis jalur substruktural 1 adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap kemudahan penggunaan persepsian baik secara simultan (gabungan) maupun secara parsial (terpisah).
4.3.2.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat perhitungan model summary, khususnya angka R square pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kemudahan Penggunaan (Model Summary)
Model
R
1
,326a
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
,106
,096
1,869
a. Predictors: (Constant), Pengetahuan dan Keterampilan (Sumber: Data Primer, 2014)
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,106. Angka tersebut menunjukan pengaruh pengetahuan dan keterampilan secara simultan terhadap kemudahan penggunaan persepsian dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus: KD = r2 x 100% KD = 0,106 x 100% KD = 10,6%
58 |
Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh pengetahuan dan keterampilan secara gabungan terhadap kemudahan penggunaan persepsian adalah 10,6%. Adapun sisanya 80,4% (100% - 10,6%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kemudahan penggunaan persepsian sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah adalah 10,6%; sedangkan pengaruh lainnya sebesar 80,4% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau tidak, diperlukan uji hipotesis menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.12 Hasil Uji F Kemudahan Penggunaan Persepsian (ANOVAa)
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 36,015 303,895 339,910
df 1 87 88
Mean Square F 36,015 10,311 3,493
Sig. ,002b
a. Dependent Variable: Kemudahan Penggunaan Persepsian b. Predictors: (Constant), Pengetahuan dan Keterampilan
(Sumber: Data Primer, 2014) Hipotesis: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan dan keterampilan dengan kemudahan penggunaan persepsian. H1: Ada hubungan linier antara pengetahuan dan keterampilan
dengan
kemudahan penggunaan persepsian.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12 menunjukan bahwa dari uji Ftest nilai Fhitung sebesar 10,311 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai probalitas (p-value) 0,05 (0,002 < 0,05). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 89, didapat nilai Ftabel = 3,948. Karena nilai Fhitung (10,301) > nilai Ftabel (3,948), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linear antara pengetahuan & keterampilan
59 |
dengan kemudahan penggunaan persepsian. Dengan demikian model regresi di atas sudah layak dan benar.
4.3.2.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap
kemudahan penggunaan persepsian secara parsial
digunakan uji T, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.13 Hasil Uji T Kemudahan Penggunaan Persepsian (Coefficientsa)
(Sumber: Data Primer, 2014)
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kemudahan penggunaan Persepsian. H1:Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kemudahan penggunaan persepsian.
Kriteria uji hipotesisnya adalah: Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 3,211 > t tabelnya
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kemudahan penggunaan persepsian. Pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap kemudahan penggunaan persepsian sebesar 0,326 atau sebesar 32,6%.
60 |
4.3.3 Analisis Jalur Substruktural 2 Analisis jalur substruktural 2 adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian terhadap kegunaan persepsian baik secara simultan (gabungan) maupun secara parsial (terpisah).
4.3.3.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kegunaan Persepsian Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat perhitungan model summary, khususnya angka R square pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kegunaan Persepsian (Model Summary)
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate ,396 1,292
Model R R Square a 1 ,640 ,409 a. Predictors: (Constant), Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan
(Sumber: Data Primer, 2014) Besarnya angka R square (r2) adalah 0,409. Angka tersebut menunjukan pengaruh pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunan persepsian secara simultan terhadap kegunaan persepsian sebesar 40,9% Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian secara gabungan terhadap kegunaan persepsian adalah 40,9%. Adapun sisanya 50,1% (100% - 40,9%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kegunaan persepsian sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah adalah 40,9%; sedangkan pengaruh lainnya sebesar 50,1% disebabkan oleh variabelvariabel lain di luar model ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau tidak, diperlukan uji hipotesis menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
61 |
Tabel 4.15 Hasil Uji F Kegunaan Persepsian (ANOVAa)
Sum of Squares 99,569 143,667 243,236
Model 1 Regression Residual Total
df 2 86 88
Mean Square F 49,785 29,802 1,671
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: Kegunaan Persepsian b. Predictors: (Constant), Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan
(Sumber: Data Primer, 2014)
Hipotesis: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan dan keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian. H1: Ada hubungan linier antara pengetahuan dan keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.15 menunjukan bahwa dari uji F
test
nilai F
hitung
sebesar 29,802 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai probalitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 89, didapat nilai Ftabel = 3,948. Karena nilai Fhitung (29,802) > nilai Ftabel (3,948), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linear antara pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian. Dengan demikian model regresi di atas sudah layak dan benar.
4.3.3.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kegunaan Persepsian Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan dan kemudahan penggunaan persepsian terhadap kegunaan persepsian secara parsial digunakan uji T, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini.
Tabel 4.16 Hasil Uji T Kegunaan Persepsian (Coefficientsa)
62 |
(Sumber: Data Primer, 2014)
a. Hubungan antara pengetahuan & keterampilan dan kegunaan persepsian Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan kegunaan persepsian, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kegunaan persepsian. H1:Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kegunaan persepsian. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 4,822 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara pengetahuan & keterampilan dengan kegunaan persepsian. Pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap kegunaan persepsian sebesar 0,423 atau sebesar 42,3%.
b. Hubungan antara kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian Selanjutnya, untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian. H1:Ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 4,131 > t tabelnya
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan kegunaan persepsian.
63 |
Pengaruh kemudahan penggunaan persepsian terhadap kegunaan persepsian sebesar 0,362 atau sebesar 36,2%.
4.3.4 Analisis Jalur Substruktural 3 Analisis jalur substruktural 3 adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan baik secara simultan (gabungan) maupun secara parsial (terpisah).
4.3.4.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat perhitungan model summary, khususnya angka R square pada tabel berikut ini: Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sikap ke Arah Penggunaan (Model Summary)
Model 1
R
R Square ,583
,763a
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
,568
1,346
a. Predictors: (Constant), Kegunaan Persepsian, Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan
(Sumber: Data Primer, 2014)
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,583. Angka tersebut menunjukan pengaruh pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan sebesar 58,3% Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian secara gabungan terhadap sikap ke arah penggunaan adalah 58,3%. Adapun sisanya 41,7% (100% - 58,3%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas sikap ke arah penggunaan sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah adalah 58,3%; sedangkan pengaruh lainnya sebesar 41,7% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
64 |
Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau tidak, diperlukan uji hipotesis menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini: Tabel 4.18 Hasil Uji F Sikap ke Arah Penggunaan (ANOVAa)
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 215,257 154,024 369,281
df 3 85 88
Mean Square 71,752 1,812
F Sig. 39,597 ,000b
a. Dependent Variable: Sikap Kearah Penggunaan b. Predictors: (Constant), Kegunaan Persepsian, Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan
(Sumber: Data Primer, 2014)
Hipotesis: H0: Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian dengan sikap ke arah penggunaan. H1:
Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan,
kemudahan
penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian dengan sikap ke arah penggunaan. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.18 menunjukan bahwa dari uji F
test
nilai F
hitung
sebesar 39,597 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai probalitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 89, didapat nilai Ftabel = 3,948. Karena nilai Fhitung (10,301) > nilai Ftabel (3,948), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian secara simultan dengan sikap ke arah penggunaan. Dengan demikian model regresi di atas sudah layak dan benar.
4.3.4.2 Pengaruh Parsial Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan. Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, dan kegunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan secara parsial digunakan uji T, sedangkan
65 |
untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.19 Hasil Uji T Sikap ke Arah Penggunaan (Coefficientsa)
(Sumber: Data Primer, 2014)
a. Hubungan antara pengetahuan & keterampilan dan sikap ke arah penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan sikap ke arah penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan sikap ke arah penggunaan. H1:Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan sikap ke arah penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 1,424 < t
yaitu 1,663 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dengan sikap ke arah penggunaan. Pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap sikap kearah penggunaan sebesar 0,119 atau sebesar 11,9% dianggap tidak signifikan.
b. Hubungan antara kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut:
66 |
H0:Tidak ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan. H1:Ada hubungan antara kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 7,926 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan sikap ke arah penggunaan. Pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan sebesar 0,642 atau sebesar 64,2%.
c. Hubungan antara kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan. H1:Ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan sikap kearah penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 1,304 < t
yaitu 1,663 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara kegunaan persepsian dengan sikap ke arah penggunaan. Pengaruh kegunaan persepsian terhadap sikap kearah penggunaan sebesar 0,119 atau sebesar 11,9% dianggap tidak signifikan.
4.3.5 Analisis Jalur Substruktural 4 Analisis jalur substruktural 4 adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan & keterampilan,
kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan
persepsian, dan sikap ke arah penggunaan terhadap niat untuk penggunaan baik secara simultan (gabungan) maupun secara parsial (terpisah).
4.3.5.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Niat Untuk Penggunaan.
67 |
Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat perhitungan model summary, khususnya angka R square pada tabel berikut ini:
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi Niat untuk Penggunaan (Model Summary)
Std. Error of Model
R
1
,687a
R Square
Adjusted R Square
,472
the Estimate
,447
1,684
a. Predictors: (Constant), Sikap Kearah Penggunaan, Pengetahuan dan Keterampilan, Kegunaan Persepsian, Kemudahan Penggunaan Persepsian
(Sumber: Data Primer, 2014)
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,472. Angka tersebut menunjukan pengaruh pengetahuan & keterampilan,
kemudahan penggunaan persepsian,
kegunaan persepsian, dan sikap ke arah penggunaan terhadap niat untuk penggunaan secara simultan sebesar 47,2% Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh pengetahuan & keterampilan,
kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan
sikap kearah penggunaan terhadap secara gabungan terhadap niat untuk penggunaan adalah 47,2%. Adapun sisanya 52,8% (100% - 47,2%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas niat untuk menggunakan sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah adalah 47,2%; sedangkan pengaruh lainnya sebesar 52,8% disebabkan oleh variabelvariabel lain di luar model ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau tidak, diperlukan uji hipotesis menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.21 Hasil Uji F Niat untuk Penggunaan (ANOVAa)
Sum of Model Squares 1 Regression 212,899 Residual 238,113
df 4 84
Mean Square F 53,225 18,776 2,835
Sig. ,000b
68 |
Total
451,011
88
a. Dependent Variable: Niat Untuk Penggunaan b. Predictors: (Constant), Sikap Kearah Penggunaan, Pengetahuan dan Keterampilan, Kegunaan Persepsian, Kemudahan Penggunaan Persepsian
(Sumber: Data Primer, 2014)
Hipotesis: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap kearah penggunaan dengan niat untuk penggunaan. H1: Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan,
kemudahan
penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap kearah penggunaan dengan niat untuk penggunaan. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.21 menunjukan bahwa dari uji F
test
nilai F
hitung
sebesar 18,766 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai probalitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 89, didapat nilai Ftabel = 3,948. Karena nilai Fhitung (18,766) > nilai Ftabel (3,948), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap kearah penggunaan dengan niat untuk penggunaan. Dengan demikian model regresi di atas sudah layak dan benar.
4.3.5.2 Pengaruh Parsial Terhadap Niat Untuk Penggunaan. Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap
kemudahan penggunaan persepsian secara parsial
digunakan uji T, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini.
Tabel 4.22 Hasil Uji T Niat untuk Penggunaan (Coefficientsa)
69 |
(Sumber: Data Primer, 2014)
a. Hubungan antara pengetahuan & keterampilan dan niat untuk penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan niat untuk penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan niat untuk penggunaan. H1: Ada hubungan linier pengetahuan & keterampilan dan piat untuk penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 2,122 < t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara pengetahuan & keterampilan dengan niat untuk penggunaan. Pengaruh pengetahuan & keterampilan terhadap niat kearah penggunaan sebesar 0,203 atau sebesar 20,3%.
b. Hubungan antara kegunaan persepsian dan niat untuk penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan sikap kearah penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan niat untuk penggunaan. H1: Ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan niat untuk penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 2,099 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara kegunaan persepsian dengan niat untuk penggunaan. Pengaruh
70 |
kegunaan persepsian terhadap niat kearah penggunaan sebesar 0,219 atau sebesar 21,9%.
c. Hubungan antara kemudahan penggunaan persepsian dan niat untuk penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan sikap kearah penggunaan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan niat untuk penggunaan. H1: Ada hubungan linier kemudahan penggunaan persepsian dan niat untuk penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar -1,687 < t
yaitu 1,663 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan niat untuk penggunaan. Pengaruh kemudahan penggunaan persepsian terhadap niat kearah penggunaan sebesar -0,204 atau sebesar -20,4% dianggap tidak signifikan. d. Hubungan antara sikap ke arah penggunaan dan niat untuk penggunaan Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara sikap kearah penggunaan dan niat untuk menggunakan, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara sikap ke arah penggunaan dan niat untuk penggunaan. H1: Ada hubungan linier sikap ke arah penggunaan dan niat untuk penggunaan. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 4,617 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara sikap ke arah penggunaan dengan niat untuk penggunaan. Pengaruh sikap ke arah penggunaan terhadap niat kearah penggunaan sebesar 0,567 atau sebesar 56,7%.
4.3.6 Analisis Jalur Substruktural 5 Analisis jalur substruktural 5 adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan & keterampilan,
kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan
71 |
persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan terhadap penggunaan nyata baik secara simultan (gabungan) maupun secara parsial (terpisah).
4.3.6.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Penggunaan Nyata Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat perhitungan model summary, khususnya angka R square pada tabel berikut ini: Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi Terhadap Penggunaan Nyata (Model Summary)
Std. Error of Model
R
1
,551a
R Square
Adjusted R Square
,304
the Estimate
,262
2,786
a. Predictors: (Constant), Niat Untuk Penggunaan, Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan, Kegunaan Persepsian, Sikap Kearah Penggunaan
(Sumber: Data Primer, 2014)
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,304. Angka tersebut menunjukan pengaruh pengetahuan & keterampilan,
kemudahan penggunaan persepsian,
kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan terhadap penggunaan nyata sebesar 30,4% Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan secara gabungan terhadap penggunaan nyata adalah 30,4%. Adapun sisanya 69,6% (100% - 30,4%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas penggunaan nyata sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah adalah 30,4%; sedangkan pengaruh lainnya sebesar 69,6% disebabkan oleh variabelvariabel lain di luar model ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau tidak, diperlukan uji hipotesis menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.24 Hasil Uji F Terhadap Penggunaan Nyata (ANOVAa)
72 |
Model 1 Regressio n Residual Total
Sum of Squares
Mean Square
df
280,665
5
56,133
644,054 924,719
83 88
7,760
F 7,234
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: Penggunaan Nyata b. Predictors: (Constant), Niat Untuk Penggunaan, Kemudahan Penggunaan Persepsian, Pengetahuan dan Keterampilan, Kegunaan Persepsian, Sikap Kearah Penggunaan (Sumber: Data Primer, 2014)
Hipotesis: H0: Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan dengan penggunaan nyata. H1:
Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan,
kemudahan
penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan dengan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.24 menunjukan bahwa dari uji F
test
nilai F
hitung
sebesar 7,234 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai probalitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 89, didapat nilai Ftabel = 3,948. Karena nilai Fhitung (7,234) > nilai Ftabel (3,948), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linear antara pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan secara gabungan terhadap penggunaan nyata. Dengan demikian model regresi di atas sudah layak dan benar.
4.3.6.2 Pengaruh Parsial Terhadap Penggunaan Nyata Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap kearah penggunaan, dan niat untuk penggunaan secara parsial terhadap penggunaan nyata digunakan uji T, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.25
73 |
Hasil Uji T Terhadap Penggunaan Nyata (Coefficientsa)
(Sumber: Data Primer, 2014)
a. Hubungan antara pengetahuan & keterampilan dan penggunaan nyata. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan penggunaan nyata, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan penggunaan nyata. H1:Ada hubungan linier antara pengetahuan & keterampilan dan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 2,460 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara pengetahuan & keterampilan dengan penggunaan nyata. Pengaruh pengetahuan & keterampilan dengan penggunaan nyata sebesar 0,279 atau sebesar 27,9%.
b. Hubungan antara kegunaan persepsian dan penggunaan nyata. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan penggunaan nyata, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan penggunaan nyata. H1:Ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar -1,212 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara kegunaan persepsian dengan penggunaan nyata. Pengaruh
74 |
kegunaan persepsian dengan penggunaan nyata sebesar -0,150 atau sebesar 15,0% dianggap tidak signifikan.
c. Hubungan antara kemudahan penggunaan persepsian dan penggunaan nyata. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan penggunaan nyata, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan penggunaan nyata. H1:Ada hubungan linier antara kemudahan penggunaan persepsian dan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 1,852 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara kemudahan penggunaan persepsian dengan penggunaan nyata. Pengaruh kemudahan penggunaan persepsian dengan penggunaan nyata sebesar 0,263 atau sebesar 26,3%.
d. Hubungan antara sikap ke arah penggunaan dan penggunaan nyata. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kegunaan persepsian dan penggunaan nyata, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: H0:Tidak ada hubungan linier antara sikap kerah penggunaan dan penggunaan nyata. H1:Ada hubungan linier antara sikap ke arah penggunaan dan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,831 > t tabelnya yaitu 1,663 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara sikap ke arah penggunaan dengan penggunaan nyata. Pengaruh sikap ke arah penggunaan dengan penggunaan nyata sebesar -0,132 atau sebesar -13,2% dianggap tidak signifikan.
e. Hubungan antara niat untuk penggunaan dan penggunaan nyata. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara niat untuk penggunaan dan penggunaan nyata, maka ditentukan hipotesis sebagai berikut:
75 |
H0:Tidak ada hubungan linier antara niat untuk penggunaan dan penggunaan nyata. H1:Ada hubungan linier antara niat untuk penggunaan dan penggunaan nyata. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t tabelnya
penelitian
sebesar 3,090 > t
yaitu 1,663 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara niat untuk penggunaan dengan penggunaan nyata. Pengaruh niat untuk penggunaan dengan penggunaan nyata sebesar 0,390 atau sebesar 39,0%.
Dari persamaan jalur setiap variable, pengaruh langsung dan tidak langsung melalui variable lain dan besaran pengaruh total setiap variable dapat dilihat pada table berikut:
Pengaruh Langsung (Direct Efect) Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kemudahan penggunaan persepsian DE 1.1: X1 X2
= 0,326
Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kegunaan persepsian DE 1.2: X1 X3
= 0,423
Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap kegunaan persepsian DE 1.3: X2 X3
= 0,326
Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan DE 1.4: X2 Y1
= 0,643
Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan DE 1.5: X3 Y1
= 0,119
Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap niat untuk menggunakan
76 |
DE 1.6: X1 Y2
= 0,219
Pengaruh variabel sikap ke arah penggunaan terhadap niat untuk menggunakan DE 1.7: Y1 Y2
= 0,567
Pengaruh variabel niat untuk menggunakan terhadap penggunaan nyata DE 1.8: Y2 Y3
= 0,390
Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Efect) Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kegunaan persepsian melalui kemudahan penggunaan persepsian IE 1.1: X1 X2 X3 = (0,326 x 0,326) = 0,106 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian IE 1.2: X1 X2 X3 Y1 = (0,326 x 0,326 x 0,119) = 0,013 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap ke arah penggunaan IE 1.3: X1 X2 X3 Y1 Y2 = (0,326 x 0,326 x 0,119 x 0,567) = 0,007 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan IE 1.4: X1 X2 X3 Y1 Y2 Y3 = (0,326 x 0,326 x 0,119 x 0,567 x 0,390) = 0,002 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kegunaan persepsian IE 1.5: X2 X3 Y1 = (0,326 x 0,119) = 0,039 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap niat untuk penggunaan melalui kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan
77 |
IE 1.6: X2 X3 Y1 Y2 = (0,326 x 0,119 x 0,567) = 0,022 Pengaruh
variabel
kemudahan
penggunaan
persepsian
terhadap
penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, sikap ke
arah
penggunaan, dan niat untuk penggunaan IE 1.7: X2 X3 Y1 Y2 Y3= (0,326 x 0,119 x 0,567 x 0,390) = 0,009 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap niat untuk penggunaan melalui dan sikap ke arah penggunaan IE 1.8: X3 Y1 Y2 = (0,119 x 0,567 x ) = 0,067 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap penggunaan nyata melalui sikap ke arah penggunaan IE 1.9: X3 Y1 Y2 Y3 = (0,119 x 0,567 x 0,390) = 0,026 Pengaruh variabel sikap ke arah penggunaan terhadap penggunaan nyata melalui niat untuk penggunaan IE 1.10: Y1 Y2 Y3 = (0,567 x 0,390) = 0,221 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian IE 1.11: X1 X2 Y1 = (0,326 x 0,643) = 0,210 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan IE 1.12: X1 X2 Y1 Y2 = (0,326 x 0,643 x 0,567) = 0,119 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kemudahan penggunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan IE 1.13: X1 X2 Y1 Y2 Y3 = (0,326 x 0,643 x 0,567 x 0,390) = 0,046 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap penggunaan nyata melalui niat untuk penggunaan IE 1.14: X3 Y2 Y3 = (0,219 x 0,390) = 0,085 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kegunaan persepsian
78 |
IE 1.15: X1 X3 Y1 = (0,423 x 0,119) = 0,050 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan IE 1.16: X1 X3 Y1 Y2 = (0,423 x 0,119 x 0,567) = 0,029 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan IE 1.17: X1 X3 Y1 Y2 Y3 = (0,423 x 0,119 x 0,567x 0,390) = 0,011 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, dan niat untuk penggunaan IE 1.18: X1 X3 Y1 Y2 Y3 = (0,423 x 0,567x 0,390) = 0,094
Pengaruh Total (Total Effect) Untuk menghitung pengaruh total atau TE digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kemudahan penggunaan persepsian TE 1.1: DE.1.1 = 0,326 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kegunaan persepsian TE 1.2: DE.1.2 = 0,423 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap kegunaan persepsian TE 1.3: DE.1.3 = 0,326 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan TE 1.4: DE.1.4 = 0,643 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan TE 1.5: DE.1.5 = 0,119 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap niat untuk menggunakan
79 |
TE 1.6: DE.1.6 = 0,219 Pengaruh variabel sikap ke arah penggunaan terhadap niat untuk menggunakan TE 1.7: DE.1.7 = 0,567 Pengaruh variabel niat untuk menggunakan terhadap penggunaan nyata TE 1.8: DE.1.8 = 0,390 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap kegunaan persepsian melalui kemudahan penggunaan persepsian TE 2.1: DE.1.1 + IE.1.1 = 0,326 + 0,106 = 0,432 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian TE 2.2: DE.1.1 + IE.1.2 = 0,326 + 0,013 = 0,339 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap ke arah penggunaan TE 2.3: DE.1.1 + IE.1.3 = 0,326 + 0,007 = 0,333 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan TE 2.4: DE.1.1 + IE.1.4 = 0,326 + 0,002 = 0,328 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kegunaan persepsian TE 2.5: DE.1.3 + IE.1.5 = 0,423 + 0,039 = 0,462 Pengaruh variabel kemudahan penggunaan persepsian terhadap niat untuk penggunaan melalui kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan TE 2.6: DE.1.3 + IE.1.6 = 0,423 + 0,022 = 0,445 Pengaruh
variabel
kemudahan
penggunaan
persepsian
penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, sikap ke
terhadap arah
penggunaan, dan niat untuk penggunaan TE 2.7: DE.1.6 + IE.1.7 = 0,423 + 0,009 = 0,412
80 |
Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap niat untuk penggunaan melalui dan sikap ke arah penggunaan TE 2.8: DE.1.5 + IE.1.8 = 0,119 + 0,067 = 0,186 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap penggunaan nyata melalui sikap ke arah penggunaan TE 2.9: DE.1.5 + IE.1.9 = 0,119 + 0,026 = 0,145 Pengaruh variabel sikap ke arah penggunaan terhadap penggunaan nyata melalui niat untuk penggunaan TE 2.10: DE.1.7 + IE.1.10 = 0,567 + 0,221 = 0,788 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian TE 1.11: DE.1.1 + IE.1.11 = 0,326 + 0,210 = 0,536 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kemudahan penggunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan TE 1.12: DE.1.1 + IE.1.12 = 0,326 + 0,119 = 0,445 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kemudahan penggunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan TE 1.13: DE.1.1 + IE.1.13 = 0,326 + 0,046 = 0,372 Pengaruh variabel kegunaan persepsian terhadap penggunaan nyata melalui niat untuk penggunaan TE 1.14: DE.1.6 + IE.1.14 = 0,219 + 0,085 = 0,304 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap sikap ke arah penggunaan melalui kegunaan persepsian TE 1.15: DE.1.2 + IE.1.15 = 0,423 + 0,050 = 0,473 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap niat untuk penggunaan melalui kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan IE 1.16: DE.1.2 + IE.116 = 0,423 + 0,029 = 0,452 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, dan niat untuk penggunaan
81 |
IE 1.17: DE.1.2 + IE.1.17 = 0,423 + 0,011 = 0,434 Pengaruh variabel pengetahuan & keterampilan terhadap penggunaan nyata melalui kegunaan persepsian, dan niat untuk penggunaan IE 1.18: DE.1.2 + IE.18 = 0,423 + 0,094 = 0,517 Secara keseluruhan pengaruh langsung masing – masing variabel dapat dilihat dari diagram jalur sebagai berikut:
Gambar 4.3 Diagram Jalur Model Penelitian
Persamaan Substruktural 1: X2 = px2x1 + px2 4 X2 = 0,326 + 0,804 Persamaan Substruktural 2: X3 = px3x1 + px3x2 + px3 5 X3 = 0,423 + 0,326 + 0,501 Persamaan Substruktural 3: Y1 = py1x1 + py1x2 + py1x3 + py1 1 Y1 = 0,013 + 0,643 + 0,119 + 0,417 Persamaan Substruktural 4: Y2 = py2x1 + py2x2 + py2x3 + py2y1 + py2 2 Y2 = 0,007 + 0,022 + 0,067 + 0,567 + 0,528 Persamaan Substruktural 5: Y3 = py3x1 + py3x2 + py3x3 + py3y1 + py3y2 + py3 3 Y3 = 0,002 + 0,009 + 0,026 + 0,221 + 0,390 + 0,696
82 |
4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian terhadap beberapa konstruk dalam model penelitian ini, dapat digambarkan beberapa jawaban hipotesis yang telah dirumuskan berikut ini: Tabel 4.26 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis
Hubungan
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8
SK PEOU SK PU PEU PU PEU AB PU AB PU BI AB BI BI AU
Hasil UjiT 3,211 > 1,663 4,822 > 1,663 4,131 > 1,663 7,926 > 1,663 1,304 < 1,663 2,099 > 1,663 4,617 > 1,663 3,090 > 1,663
Nilai Pengaruh 0,326 0,423 0,326 0,643 0,119 0,219 0,567 0,390
Keterangan Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima
Sumber: Hasil Olah Data, 2014.
Hasil ujiT pada hipotesis 1 dan 2 pada tabel di atas menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan & keterampilan (SK) dengan kemudahan penggunaan persepsian (PEU) dan kegunaan persepsian (PU), dimana pada kedua nilai t penelitian lebih besar dari t tabel. Penelitian ini menunjukan bahwa konstruk eksternal pengetahuan dan keterampilan hasil pelatihan terhadap staf pengelola perpustakaan madrasah berhubungan dengan persepsi kemudahan dan kegunaan terhadap program otomasi perpustakaan berbasis “Senayan”. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata pengetahuan dan keterampilan para staf pengelola perpustakaan madrasah sebesar 3,03 pada rentang nilai 0-4 (lihat tabel . Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan tenaga
83 |
pengelola perpustakaan madrasah yang telah mengikuti pelatihan tentang otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” adalah tinggi. Tabel 4.27 Nilai Rata-Rata Perolehan Konstruk
Konstruk Pengetahuan & Keterampilan (SK) Kemudahan Penggunaan Persepsian (PEU) Penggunan Persepsian (PU) Sikap Ke Arah Penggunaan (AB) Niat Untuk Menggunakan (BI) Penggunaan Nyata (AU)
Rata-rata 3,03 3,09 3,30 3,18 3,08 2,39
Keterangan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Sumber: Hasil Olah Data, 2014.
Dari beberapa jawaban yang diberikan oleh para staf perpustakaan madrasah menunjukan bahwa pengetahuan mereka tentang program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” dapat digunakan untuk otomasi fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan dan/atau perpustakaan digital menduduki peringkat paling tinggi dengan nilai rata-rata 3.13. Begitu juga dengan keterampilan mereka dalam melakukan installasi program tersebut termasuk tinggi walaupun berada dalam peringkat paling rendah (2,90) dibandingkan dengan rata-rata variabel lain dalam konstruk pengetahuan dan keterampilan ini. Pengetahuan dan keterampilan para staf perpustakaan madrasah yang didapatkan dari hasil pelatihan, ternyata telah membangun persepsi mereka tentang adanya kemudahan dan kegunaan program “Senayan” dalam pelaksanaan pengelolaan perpustakaan berbasis komputer. Berdasarkan teori kognitif sosial dijelaskan bahwa variabel pengetahuan dan keterampilan sebagai perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy) dapat mempengaruhi penggunaan sistem (Bandura, 1977). Beberapa penelitian (Agarwal dan Parsad, 1999; Gefen dan Straub, 1997; Karahanna dkk., 1999; Igbaria, 1995) telah membuktikan bahwa pelatihan (training) berhubungan positip dengan konstruk PU dan PEU. Dari hasil gambaran kuesioner yang telah diisi oleh para responden menunjukan bahwa nilai rata-rata konstruk PU sebesar 3,30 dan PEU sebesar 3,09. Gambaran ini menunjukan bahwa persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan para staf perpustakaan madrasah terhadap sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” termasuk tinggi juga.
84 |
Dapat diketahui gambaran konstruk kemudahan penggunaan persepsian ini yang paling tertinggi dengan nilai rata-rata 3,18 adalah pada variabel kemudahan “senayan”
untuk
menangani
pengelolaan
fungsi
kegiatan
perpustakaan.
Sedangkan, variabel tentang kemudahan pemasangan (installasi) “senayan” pada komputer pribadi menduduki peringkat terakhir dengan nilai rata-rata 2,97 (termasuk tinggi juga). Artinya, jika dihubungkan dengan konstruk pengetahuan dan keterampilan di atas, masalah installasi software “senayan’ ini masih menduduki peringkat terendah. Dari beberapa saran dan kritik para responden ternyata ada beberapa diantaranya yang mengusulkan agar proses installasi ini diberikan waktu yang lebih. Beberapa kendala yang ditemui oleh para responden ketika melakukan proses installasi ini adalah terkendala dengan pemasangan program pendukung lainnya (program web server) yang terdiri dari paket bahasa pemograman, basis data, dan browser. Dalam hal ini Ridha dkk. (2014) menjelaskan bahwa “senayan” merupakan aplikasi berbasis web dan dikembangkan di atas multi-platform yang artinya bisa berjalan secara native hampir disemua operasi yang bisa menjalankan bahasa pemograman PHP dan RDBMS MySQL. Selanjutnya hasil uji hipotesis 3 dan 4 menunjukan bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian (PEU) mempunyai hubungan yang signifikan dengan konstruk kegunaan persepsian (PU) dan sikap ke arah penggunaan (AB). Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Jogianto (2007) bahwa konstruk kemudahan persepsian mempengaruhi kegunaan dan sikap ke arah penggunaan. Konstruk ini juga merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakaannya. Perolehan gambaran tentang tingginya persepsi kemudahan penggunaan program sistem informasi perpustakaan berbasis “Senayan” memberikan keputusan kepada para staf perpustakaan madrasah dalam memahami kegunaan sistem tersebut yang ditunjukan dengan tingginya nilai rata-rata dalam kegunaan persepsian dan sikap ke arah penggunaan sistem tersebut. Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, pada hipotesis 5, hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan linier antara kegunaan
85 |
persepsian (PU) dan sikap ke arah penggunaan (AB). Padahal, sebagaimana digambarkan hipotesis 6 di atas kegunaan persepsian ini menunjukan ada hubungan linier terhadap niat untuk menggunakan (BI). Beberapa penelitian (misalnya Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria dkk., 1997; Sun, 2003) telah membuktikan bahwa kegunaan persepsian merupakan konstruk yang paling signifikan dan penting dalam mempengaruhi sikap di dalam menggunakan teknologi dibandingkan konstruk yang lainnya. Perolehan gambaran pada konstruk AB dengan rata-rata 3,18 menunjukan bahwa sikap ke arah penggunaan sistem otomasi “senayan” oleh para staf perpustakaan madrasah termasuk tinggi. Sama halnya juga dengan karakteristik niat untuk menggunakan dengan perolehan angka rata-rata sebesar 3,08. Penolakan terhadap adanya hubungan linier antara kegunaan persepsian dengan sikap ke arah pengggunaan telah ditunjukan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Farhansyah dkk. (2012) di mana PU yang dihasilkan oleh sistem informasi perpustakaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan penggunanya. Sama halnya dalam kasus penerimaan para staf terhadap sistem otomasi perpustakaan berbasis senayan ini bahwa mereka cenderung memilih program tersebut
karena
adanya
faktor
kemudahan
dari
pada
kegunaan
atau
kebermanfaatannya. Nilai kegunaan dalam otomasi perpustakaan ini berhubungan dengan kebermanfaatan
fungsi-fungsi
dasar
yang
digunakan
dalam
sistem
kerumahtanggaan perpustakaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Dhanavandan (2012: 667) bahwa fungsi sistem otomasi perpustakaan ini mencakup semua teknologi
yang
digunakan
perpustakaan
untuk
pengadaan,
pengolahan,
penyimpanan, temu kembali, penyebaran, dan penyaluran semua jenis informasi secara lokal, regional, nasional, dan internasional. Selanjutnya, pada hipotesis 7 diketahui ada pengaruh yang signifikan antara sikap ke arah penggunaan (AB) dengan niat untuk menggunakan (BI). Untuk variable konstruk AB rata-rata yang paling tinggi ada pada pernyataan para staf perpustakaan madrasah dengan menyikapi bahwa program sistem otomasi perpustakaan “senayan” mempercepat layanan informasi. Sedangkan variable yang paling terendah ada pada pernyataan tentang “senayan” sebagai sebuah
86 |
software yang paling mudah dibandingkan software gratis lainnya (sperti: Green stone; GDL, Imelda, dll.). Hal ini menunjukan bahwa para staf perpustakaan madrasah ini masih menyikapi kemungkinan-kemungkinan adanya software lain yang lebih mudah digunakan walaupun mereka sudah merasakan tentang cepatnya pelayanan informasi dengan menggunakan software “senayan” ini. Pada konstruk niat untuk menggunakan angka rata-rata tertinggi ada pada pernyataan
tentang
niat
untuk
menggunakan
program
sistem
otomasi
perpustakaan dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan walaupun belum bisa menggunakannya. Sedangkan angka rata-rata terendah ada pada pernyataan niat untuk menggunakan program tersebut setelah belajar dalam pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan. Kenyataan ini menunjukan bahwa para staf perpustakaan madrasah belum menerapkan program senayan di tempat tugasnya.
Terlihat dari gambaran
konstruk terakhir, yaitu pada perilaku nyata (AU) penggunaan sistem otomasi perpustakaan “senayan” di tempat tugas dengan nilai rata-rata 2,4 (rendah). Namun, kalau dilihat dari segi pengaruh antara BI dan AU terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara niat untuk menggunakan dengan perilaku nyata penggunaan sistem otomasi “senayan”. Beberapa kendala yang melatarbelakangi rendahnya diskripsi perilaku nyata penggunaan sistem otomasi perpustakaan senayan oleh para staf perpustakaan madrasah ini dapat dilihat dari beberapa saran yang masuk pada lembar kuesioner yang di antaranya disebabkan oleh masih belum tersedianya sarana komputer di masing-masing madrasah, bahkan masih banyak madrasah yang sama sekali belum memiliki ruang perpustakaan.
87 |
Bab 5 Kesimpulan dan Saran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi dan mengalisis hubungan dan pengaruh konstruk pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para pengelola perpustakaan madrasah. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan 1. Gambaran dari masing-masing konstruk penerimaan terhadap penggunaan sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” menunjukan rata-rata di atas 3,00 (tinggi), hanya satu konstruk yang masih rendah yaitu pada penggunaan nyata dengan angka rata-rata 2,39 (rendah). 2. Hubungan antar konstruk sesuai dengan model TAM yang telah dibangun dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Di mana angka sig. (2-tailed) masing-masing konstruk yang ada memiliki nilai kurang dari 0,05 , sehingga cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0. 3. Pengaruh antara satu konstruk dengan konstruk lainnya hampir semuanya menunjukan angka yang signifikan, di mana nilai t
penelitian
masing-masing
konstruk terhadap konstruk lainnya menunjukan lebih besar dari t
tabel.
Hanya konstruk penggunuaan persepsian (PU) terhadap sikap ke arah penggunaan (BA) yang tidak menunjukan pengaruh yang signifikan dengan nilai t
penelitian
(1,304) lebih kecil dari t
tabel
(1,663). Sebaliknya,
pengaruh yang paling besar terjadi pada antara konstruk kemudahan
88 |
penggunaan persepsian (PEU) dan sikap ke arah penggunaan (BA) dengan nilai t penelitian sebesar 7,929 dan nilai pengaruh sebesar 64,3%.
1.2 Saran 1. Pelaksanaan pelatihan otomasi perpustakaan berbasis “senayan” bagi staf pengelola perpustakaan madrasah perlu lebih memperhatikan aspek persepsi kemudahan penggunaan dari pada kegunaan atau kebermanfaatan fungsi-fungsi menu yang tersedia dari perangkat lunak tersebut. Persepsi kemudahan ini dapat dibangun dengan memberikan materi dan metode pelatihan yang dapat menggambarkan kesederhanaan kegunaan atau kebermanfaatan dari penggunaan sistem yang telah dibangun tersebut. Sehingga secara tidak langsung penerapan materi dan metode tersebut akan membangun persepsi kemudahan dan kegunaan dari program “senayan” ini. Dengan demikian, sikap ke arah penggunaan dan niat untuk menggunakan secara otomatis akan terbangun dan mempengaruhi penggunaan nyata penerapan program otomasi perpustakaan berbasis “senayan” ini. 2. Penggunaan nyata sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” di lingkungan madrasah perlu memperhatikan kesiapan sarana komputer dan perangkat teknologi informasi pendukung lainnya, sehingga hasil pelatihan yang telah dilakukan dapat betul-betul dimanfaatkan segera mungkin. Semakin baik dukungan terhadap penyediaan sarana tekologi untuk kebutuhan otomasi perpustakaan di lingkungan madarasah ini, maka akan semakin tinggi penerimaan terhadap penggunaan nyata penerapan program otomasi perpustakaan berbasis “senayan” ini.
89 |
Daftar Pustaka Adamson, Veronica, dkk. 2008. “An Evaluation and horizon scan of the current library management systems and related systems landscape for UK higher education,” Laporan JISC & SCONUL LMS Study, London. Aji Supriyanto. 2005. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek. Bilal, Dania. 2001. Automating media centers and small libraries: a microcomputer-based approach. Englewood: Libraries Unlimited. Cohn, John M. dkk. 2001. Planning for Integrated Systems and Technologies: a how-to-do-it manual for librarians. New York: Neal-Schuman Publishers, Inc. Devi, Ni Luh Nyoman Sherina dan I Wayan Suartana. 2014. “Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Pengguna Sistem Informasi di Nusa Dua Beach Hotel dan Spa”. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 6, No.1 (Bali: Unud, 2014). Hal. 169. Dhanavandan, S. dan M. Tamizhchelvan. 2012. “An Evaluative of Automation Software Application and Database Management Systems in Academic Libraries”. Journal of Emerging Trends in Computing and Information Sciences. Vol. 3, No.5, May 2012. Hal. 677 Faisal, S.L. dan B. Surendran. Report on Automation of Library at Kendriya Vidyalaya Patton Thiruvananthapuram. Artikel diakses tanggal 21 April 2014 dari http://id.scribd.com/doc /192266006/Library-Automation. Farhansyah, Widya Cholil dan Hutrianto. 2012. Analisis Sistem Informasi Perpustakaan pada Badan Perpustakaan Daerah Palembang dengan Menggunakan Metode Technology Acceptance Models (TAM). (Palembang: Universitas Bina Dharma, 2012) Diakses di http://digilib.binadarma.ac.id/gdl.php?mod =browse&op=read&id=123-123farhansyah-4723 Fred D. Davis. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology”. MIS Quarterly, Vol. 13, No. 3 (Sep., 1989), hal. 319-340. Diakses di http://www.jstor.org/stable/249008 tanggal 13/2/2014. Grant, Carl. 2012. “The Future of Library System: Library Service Flatforms”. Information Standards Quarterly. Vol. 24 (Fall 2012), hal. 5 Husein Umar. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003). Hal. 64. Imam Yuadi. 2009. Analisis Technology Acceptance Model terhadap Perpustakaan Digital dengan Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Diakses di http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf/imam.pdf tanggal 27/02/2014. Hal. 3 Indonesia. Kemendiknas RI. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. (Jakarta: Kemendiknas RI, 2008). Hal.1
90 |
Indonesia. Perpusnas RI. Standar Nasional Perpustakaan. (Jakarta: Perpusnas RI, 2011). Hal. 1 Indonesia. Presiden RI. Undang-undang No. 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2005). Hal. 2 Indonesia. Presiden RI. Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2007). Hal. 12 Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), hal. 111-112. Kochtanek, Thomas R. dan Joseph R. Matthews. 2002. Library Information System: from library automation to distributed information access solutions. Westport, Connecticut: Libraries Unlimited, Lakshmikan Mishra. 2008. Automating and Networking of Libraries. Delhi: New Age International. Lambertus P. Wairisal dan Nur Khusniyah I. “Analisis Perilaku Penggunaan Teknologi Informasi (Studi pada Dosen Universitas Pattimura Ambon)”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 10, No. 4 (Ambon: universitas Pattimura Ambon, 2012). Hal. 763. Neelakandan. 2010. “Implementation of Automated Library Management System in the School of Chemistry Bharathidasan University using Koha Open Source Software”, International Journal of Applied Engineering Research, Dindigu, Dapat diakses di Vol. 1, No. 1, , 2010 Hal. 149. http://www.ipublishing.co.in/jarvol1no12010/EIJAER1014.pdf. Rasyid Ridho, M. 2009. Panduan Penggunaan Aplikasi Software Senayan. Hal. 5. Dokumen dapat diakses tanggal 28/02/2012 di http://perpustakaan.kemdiknas.go.id/rido_files/ penggunaan_slims_perpus.pdf Schultz-Jones, Barbara. 2006. An automation primer for school library media centers and small libraries. Worthington, OH: Linworth Books. SLiMS, “Dokumentasi SLiMS Berdasar SLiMS-7 (CENDANA) v.1.7” diakses pada 29 Juli 2014 dari http://slims.web.id/web/ documentation. Smarkola, Claudia. A Mixed-methodological technology adoption study. Dalam Timothy Teo. Technology Acceptance in Education: Research and Issues. (Rotterdam: Sense Publishers, 2011). Hal. 11. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfa Bank, 2007). Hal. 64 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2011). Hal. 63 Davis, F.D. "A Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-User Information Systems: Theory and Results," doctoral dissertation, MIT Sloan School of Management, Cambridge, MA, 1986. http://dspace.mit.edu/handle/1721.1/15192 Taylor, Shirley dan Peter A. Todd. 1995. “Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing ModelsAuthor(s)”. Information Systems Research, Vol. 6, No. 2 (JUNE 1995), hal. 144-176. Diakses di http://www.jstor.org /stable/23011007 tanggal 20/02/2014. Tiwari. 2002. Evaluation of Electronic Libraries. New Delhi: Efficient Offset Printers.
91 |
Tony Wijaya. 2012. Praktis dan Simpel Cepat Menguasai SPSS 20 untuk Olah dan Interpretasi Data. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. Vaughan, Jason dan Kristen Costello. 2011, “Management and Support of Shared Intergrated Library Systems,” Vol. 30 , no 2 (Juni 2011) : Hal. 62 Vita Risma Yunita. 2013. Analisis Tingkat Kepuasan Pemustaka Terhadap Sistem Otomasi Perpustakaan dengan Pendekatan Technology Acceptance Model di Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UKDWY. Webber, Desiree dan Andrew Peters. 2010. Integrated library systems : planning, selecting, and implementing. Kalifornia: ABC-CLIO, LLC.
92 |