LAPORAN
PENELITIAN ~.'
KONSEPSIKETUBANAN MENURUT FILSAFAT ALFARABI DAN MANFAATNYA BAGI PEMABAMAN KETUBANAN YANG MAHA ESA DALAM PANCASILA
Nomor 6
OLEH :
ASLAM HADY
DILAKSANAKAN ATAS
BIAYA 1
Dana Peouojana Pendidilun Uoiveuitaa Gadjab Mada Deocan 5urat Perjanjiao Pelaklanaan Penelitian : No. UGM / 401 /M/08/04 Taoacal 11 Januari 1988
FAKUL TAS UNIVERSITAS DEPART EMEN
FILSAFA T GADJAH
MADA
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1 9 8 8
BIDANG IIMU
BIDANG ILMU
FILSAFAT / FILSAFAT ISLAM
JUOUL PENELITIAN
KONSEPSI KETUHANAN MENURUT FILSFAT AL FARABI DAN MANFAATNYA BAG! PEMA HAMAN KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM PANCASILA
NAMA PENELITI
ASLAM HAOY
FAKULTAS
FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MAOA .
..
•
i
PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat dan karuniaNya , maka litian yang berjudu l
11
Konsepsi Ketuhanan Menurut
pen~
Fils~
fat Al Farabi Dan Manfaatnya Bagi Pemahaman
Ketuhanan
Yang Maha Esa Dalam Pancasila 11 dapat selesai
sebagaim~
na diharapkan. Penelitian ini di l aksanakan atas biaya dari Dana Penun jang Pendidikan (DPP) Universitas Gadjah Mada
dengan
surat per janjian pelaksanaan penelitian Nomor
UGMAOl
M/08/04 tanggal 11 Januari 1988 . Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap piki£ an-pikiran AL Farabi, khususnya tentang pikiran hanannya yang pada akhirnya merupakan suatu
Ketu-
konsepsi
Ketuhanan, dan sejauh mana konsepsi tersebut bermanfaat dalam rangka pemahaman konsep Ketuhanan Yang
Maha
Esa da l am Pancasila. Atas terlaksananya penelitian ini sehingga sele sai dengan baik, tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasi-h kepada semua pihak yang telah membantu kami khususnya kepada : 1. Rektor Universitas Gadjah Mada 2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada 3. Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada 4. Ketua Tim Penelitian Fakultas Fi ls afat UGM. Sadar sepenuhnya akan kekurangsempurnaan peneliti an ini, maka penulis harapkan kritik dan saran
untuk
perbaikan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya. Yogyakarta, 30 - Juni - 1988
~~~li tian
~=-
ii
DAFTAR lSI
HALAMAN JUDUL . BIDANG ILMU
i
PRAKATA
ii
DAFTAR IS!
iii
INTI SARI B A B
I
B A B
II
B A B
B A B
B A B
III
IV
v
PENGANTAR
iv 1
TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Tinjauan Pustaka • . . . .
3
B. Hypotesis
5
........•.
C. Rencana Pene1itian .
6
CARA PENELITIAN
8
A. Bahan atau Materi Pene1itian
8
B. Ja1an Pene1itian .
8
C. Cara Ana1isis
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
11
A. Hasi1 Pene1itian .
11
B. Pembahasan
22
P E N U T U P
K e s i
D A F T A R
... ..... . . . . .. . . . . .
•
m p u 1 a n
P U S T A K A
32 32 36
iii
INTI SARI Dalam rangka pengamalan Pancasila yang telah disepakati bersama oleh segenap bangsa Indonesia sebagai sar negara, pandangan hidup bangsa telah ditetapkan tu pedoman untuk penghayatan dan pengamalannya
d~ su~
dalam
TAP MPR nomor II/MPR/1978 yang disebut Eka Prasetia Pan cakarsa, maka pemaharnan atas sila - sila Pancasila
yang
terkandung di dalarnnya, merupakan satu cara yang baik dan tepat, sehingga didapatkan kekayaan khasanah dapat rnembantu terlaksananya Pancasila tersebut
yang dengan
baik . Salah satu sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang ha Esa, adalah merupakan sila yang utama dan
M~
prinsip,
karena di dalamnya terkandung nilai-nilai rohaniah yang mendasar yang apabila diberikan pemahaman secara
tepat
dan benar akan memberikan pedoman untuk pelaksanaannyasecara sernpurna , dan pada akhirnya akan memberikan manfaat ganda pada segenap warga negara Indonesia yang ber Pancasila. Satu pemahaman baku yang telah dipero l eh dan diterapkan dalam rangka memberikan pedoman bagi pengamalanPancasila , khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa
ada-
lah sebagaimana yang ditetapkan dalam 4 butir pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai berikut : Pernahaman ini menitik beratkan upaya untuk pelaksanaan. 1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menu rut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk
agarna dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
iv
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. Lebih jauh dari hal tersebut di atas, di dalam untuk memberikan pengertian atas makna dan hakekat "Tu han", yang dari padanya terkandung dan tercakup
pula
inti pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa, maka Al Farabi sebagai seorang muslim yang banyak mencurahkan
pi-
kiran dan tenaganya untuk memahami hakekat Tuhan
dan
dari padanya diperoleh suatu konsepsi yang jelas
ten-
tang Tuhan, yang dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar warga negara Indonesia yang mengamalkan Panca sila, yaitu ummat Islam Indonesia. Adapun ajaran Ketuhanan yang diperoleh dari pemikiran AL Farabi, yang
s~
ngat bermanfaat dalam rangka memahami sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut : l. Pembenaran tentang adanya Dzat Tuhan, dengan sebutan - sebutan yang bermacam-macam sesuai konteks
dan
kepentingannya, dengan satu esensi yang sama, yaitu Ujud yang Tunggal dan Gaib; 2. Tentang terdapatnya macam-macam sifat Kemahasempurnaan Tuhan, yang secara logis (tidak boleh tidak) harus melekat dan ada pada Dzat Tuhan; 3. Terjadinya alam semesta yang bersumber dari Tuhan. Tuhan sebagai : Akal Murni, Yang Esa, adalah Causa Prima, asal dan Sumber segala sesuatu. Segala
sesu~
.
tu yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, bukan terjadi dengan sendirinya. Tiga hal di atas merupakan suatu inti ajaran yang
dit~
mukan dalam penelitian ini dari fikiran AL Farabi, dan ketiganya sangat bermanfaat dalam rangka memahami
aja~
an Ketuhanan Yang . Maha Esa, karena menjadikan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila sebagai Konsep Ketuhanan yang lengkap, "hidup" dan dinarnis.
v
B A B
I
P E N G A N T A R Latar Belakang Permasalahan : Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila,
mer~
pakan salah satu si l a yang utama dan menempati kedudukan pa l ing penting dalam kehidupan bangsa Indonesia . Hal ini disebabkan karena disamping b ahwa pada dasarnya dan pada umumnya bangsa Indonesia ini percaya dan yakin ten tang adanya Tuhan , maka sebagai manusia - manusia Indonesia yang beragama , maka salah satu keyakinan yang dimilikinya , ialah tentang adanya Tuhan . Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama ,
mer~
pakan konsep Ketu hanan yang bersumber dar i pemikiran dan perenungan bangsa Indonesia me ngenai asas pertama , sebab pertama dan sumber segala sesuatu, yang pada
da-
sarnya menurut ajaran Islam , yang tiada lain adalah Al lah subhana hu wata ' ala. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai konsep manusiawi , dalam arti hasi l renungan terdalam dan pemikiran
manu-
sia, pada hakekatnya bukanlah suatu konsep yang sempurna , tetapi masih jauh dari kesempurnaan dan lengkap, hingga dengan demikian setiap pemikiran positip mendukung dan melengkapi konsep tersebut pada dan seharusnya dapat diterima sebagai sumbangan
s~
yang dasarnya pemiki~
an ke arah kesempurnaan konsep tersebut. Al Farabi sebagai seorang pemikir muslim , khusus nya pemikir Ketuhanan , mempunyai konsepsi yang jelas
m~
ngenai masalah Ketuhanan yaitu tentang hakekat Tuhan , s! fat Tuhan serta hubungan Tuhan dengan ciptaanNya .
Ten -
tang hubungan Tuhan dengan ciptaanNya , pikiran AL Farabi menghasilkan konsep emanasi , yang secara jelas meng gambarkan t e rjadinya wujud, alam semesta ini , dari satu wujud Allah yang memiliki sifat mutlak kemaha sempurna-
an. 1
2
Menurut teori emanasi Al Farabi, Allah adalah
Akal
Murni dan dengan ini memberi petunjuk kepada kita, bahwa dengan teori emanasi tersebut memperlengkapi pensifatankepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat kesempurnaanNya, yaitu sifat "Maha Pandai", "Maha Mengetahui" ataupun
"M~
ha Kuasa" sebagai manifestasi dari pengertian Tuhan seba gai Akal Murni. Dengan demikian , meskipun tidak semua hasil
pemiki~
anAl Farabi sesuai dengan konsep Ketuhanan Yang MahaEsa dalam
Pancasila , ada hal-hal prinsip yangdapat diterima .
1. Tentang pengakuan atas adanya Prinsip pertama , sebagai Akal Murni, Yang Esa sebagai sesuatu
yang bersifat
g~
ib. Pengakuan adanya Prinsip pertama ini, dalam rangka pemahaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila merupakan dukungan yang sangat kuat. Tidak semua
piki~
an mengarah kepada dukungan ini, tetapi ada pula pemikiran yang akhirnya menolak eksistensi adanya Tuhan. Maka untuk itu, pemikiran Al Farabi amat bermanfaat. 2 . Tentang pengakuan sifat-sifat Kemaha Sempurnaan Tuhan . Pengakuan ini memberikan penegasan kepada setiap pemikir , bahwa seharusnyalah Tuhan sebagai azas
Pertama,m~
miliki sifat- sifat Kemaha Sempurnaan; sehingga apabila ini dikaitkan dengan kepercayaan bangsa Indonesia tentang adanya Tuhan, menjadikan kepercayaan Ketuhanan ter sebut "hidup" dan sempurna . 3 . Tentang terjadinya Ciptaan yang bersumber dari Tuhan. Bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berawal
dan
bersumber dari Yang Satu, memberikan manfaat dalamrang ka pemahaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa; ini dapat dianalogikan , apabila dalam kepercayaan bangsa Indonesia diakui adanya Tuhan, maka Dia
seharusnya dan
mestinya adalah pencipta alam semesta ini .
se-
B A B TINJAUAN
II PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka Dalam buku Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila,
dij~
laskan : Pemikiran manusia hingga saat ini telah berkem bang berlipat ganda, dan telah menjadi semakin
kompleks.
Pemikiran-pemikiran mengenai idiologi, dasar 11egara
dan
sumber hukum merupakan bagian dari perkembangan itu (Pranarka , 1985). Selanjutnya, tentang fungsi study tentang Pancasila, dijelaskan pula sebagai berikut : "Sebagai Studi Ilmiah , pe~ikiran
mengenai Pancasila itu tidak dimaksudkan
fungsi polemologis atau doxologis"
untuk
(Pranarka, 1985).
Tentang kedudukan Pancasila, dalam buku tersebut dijelaskan : Pancasila adalah hal yang fundamental bangsa Indonesia semakin hari semakin nyata bahwa
bagi tidak
ada soal-soal idiologi, kenegaraan, hukum dan kemasyara katan di Indonesia yang tidak terjalin dengan Pancasila . (Pranarka, 1985) • Tentang penjabaran dan penafsiran Pancasila dibeda kan dua cara : disebutkan dalam buku Pendapat Presiden Su harto tentang Pancasila, sebagai berikut : "Penjabaran atau Penafsiran tentang Pancasila"dibedakan dua hal : a. Penjabaran penafsiran Yuridis konstitusional b. Penjabaran/penafsiran lainnya tentang Pancasila terdapat dalarn pandangan, pemikiran atau tulisan tokoh- tokoh, para cerdik cendikiawan (Soeharto, 1976). Dalam buku Pendapat Presiden Soe harto tentang Pancasila dinyatakan, bahwa pandangan dan pemikiran yang
me-
lengkapi pemahaman Pancasila akan memperkaya khasanah peg jabaran Pancasila , yang sangat berharga bagi k e hidupan bangsa, sejauh hal itu sesuai dengan Pancasila itu sendiri sebagai keseluruhan (Soeharto, 1976). " 3
4
Pemahaman untuk memperoleh kesesuaian atau kesamaan pada umumnya adalah ditemukan dalam inti mutlak atau hakekat segala sesuatu. Adapun inti isi mutlak atau
hake-
kat s il a Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan sebagai suatu metafisis ialah : "Kesesuaian sifat-sifat dan keadaan keadaan dari pada Tuhan, sebab pertama dari pada
segala
sesuatu atau Causa Prima yang selama-lamanya ada atauaba di, yang hanya ada satu yang merupakan asal mula dan tujuan segala sesuatu, dari padanya tergantung segala suatu, jadi sempurna dan kuasa , tidak berubah. Zat
seyang
mut lak, ada yang mutlak yang adanya ialah harus dalam a.E, ti mutlak, tidak dapat tidak serta pula pengatur tata te.E, tib alam, maka wajib ditaklimi dan ditaati" .
(Notonagoro
1967). Salah satu pemikir Islam yang memikirkan masalah
K~
tuhanan adalah Al Farabi, yang mengatakan Ketuhanan adalah Allah, Yang Esa, The One , yang menjadi sumber, kejadian segala yang ada di dalam
semesta ini.
asal
(Ahmad -
Daudy, 1983). Menurut AL Farabi, bahwa dari Yang Esa Allah
a tau
Tuhan , dengan cara memancar (emanasi) maka terjadi segala sesuatu, dan semua itu terjadi berkat kebaikan dan ngetahuan sendirinya .
p~
(Ahmad Daudy, 1983) .
Sesungguhnya tentang konsep Tuhan atau Yang lah berisi satu pikiran saja , yakni
Esa,ad~
memikirkan dengan -
sendiri. Jadi Tuhan adalah Akal yang Aqil (Berfikir)
~
(Hasbullah Bakry , 1971) . Al Farabi membedakan dua macam ujud (ada), yangmung kin dan yang wajib (Gazalba, 1977). Ujud yang wajib adalah sebab pertama bagi semua ujud dan inilah yang dinamakan Tuhan (Gazalba, 1977) . Tentang kekuasaan kemampuan Tuhan sebagai Yangsatu Yang Esa, Al Farabi berpendapat bahwa Tuhan ada dengan sendiriNya , karena itu tidak memerlukan yang lain bagi adaNya, atau keperluanNya. Ia mampu mengetahui diriNya -
5
sendiri. Ia mengerti dan dapat dimengerti. Ia sangat unik karena sifatnya yang demikian. Tak ada yang sama dengan Nya. Ia tak memiliki perlawanan dan persamaan.
(Al Farabi
1984). Selanjutnya, AL Farabi berpendapat pula, bahwa
ilmu ·
Ketuhanan ini ada tiga bagian Pertama : Membahas semua ujud dan hal-hal yang terjadi
p~
daNya sebagai ujud. Kedua
: Membahas tentang prinsip-prinsip burhan
demon-
trasi dalam teori-teori juziyyat (the particulair)
yaitu
ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang
w~
jud t er tentu, sejauh ilmu logika (mantik), ilmu dalam matematika dan seterusnya. Ketiga
: Ilmu Ketuhanan yang membahas semua wujud
yang
tidak berupa benda-benda ataupun berada dalam benda-benda itu. Selanjutnya, Al Farabi berkata : "Adanya semua wujud yang lain datang kemudian dari Yang Maha Esa itu. Dan bah wa ada Wujud pertama yang menyebabkan terwujudnya sesuatu yang lain, dan bahwa Dia adalah yang
benar
setiap (Al
Haq), yang menyebabkan adanya kebenaran pada sesuatu yang lainnya, yang mengandung betapapun caranya; dan itu caranya mutlak tidak mungkin mengandung keanekaan dalam
ben-
tuk apapun. Me lainkan dia yang paling berhak atas sebutan Yang Maha Esa •.• " (Al Farabi, 1968). Akhirnya dapat diungkapkan di sini bahwa semua pensifatan mengenai sifat Kemaha Esaan Tuhan dapat ditunjukkan
mela-
lui kesatuan sifat dan substansifnya; kemudian mengenai kemaha sempurnaan Tuhan dijelaskan melalui kesatuan
anta
ra SubstansiNya sebagai Akal dan Ilmu Tuhan sendiri
(Han~
fi, 1976). B. Hipotesis Ada dua variabel yang terkandung dalam penelitianini ialah Konsep Ketuhanan menurut Filsafat AL Farabi
yang
6
rnenyangkut tentang adanya Tuhan Yang Satu, Esa sifat-sifat Kernaha Sernpurnaan Tuhan, dan tentang proses terjadinya Alarn sernesta yang bersurnber dari Yang Esa dan Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila, khususnya
yang
tercerrnin dalarn Ekaprasetia Pancakarsa butir-butir
Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari dua variabel ini, yaitu Konsepsi Ketuhanan
dalarn
Filsafat Al Farabi dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila dicoba dicar i adalah relevansi/kesesuaiannya atau tidak. Apa hila hal itu ada, unsur-unsur mana saja yang sesuai. Kesesuaian itu pada dasarnya rnernberi kan rnanfaat. Maka hipotesis yang diajukan adalah : "Apabila diternukan sifat-sifat Tuhan dalam konsepsi
Ke-
tuhanan, AL Farabi bersesuaian dengan konsepsi Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila, rnaka Konsepsi Ketuhanan rnenurut filsafat Al Farabi berrnanfaat bagi pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila". C. Rencana Penelitian Penelitian tentang : Konsepsi Ketuhanan menurut Fi! safat Al Farabi manfaatnya bagi pernahaman Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila", adalah rnerupakan penelitianKepustakaan; penelitian ini dilaksanakan dengan perencanaan sebagai berikut 1. Merurnuskan secara jelas tentang perrnasalahan yang akan diteliti. Dari penelitian ini ingin diketahui seberapa jauh kernanfaatan konsep/pernikiran Al Farabi
rnenge
nai rnasalah Ketuhanan dalarn rangka pernahaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. 2. Melakukan pembacaan literatur {study pustaka) tentang buku-buku/karya yang ada kaitannya dengan penelitian. Dalam hal ini buku-buku yang dimaksud adalah buku-buku yang memuat , membahas tentang Konsepsi Ketuhanan menurut Al Farabi dan juga yang membahas tentang konsepsi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila.
7
3. Pengumpulan data diperoleh dari studi pustaka
dengan
jalan pengumpulan bahan yang sesuai dengan judul penelitian. 4 . Penguji hipotesis sebagai kesimpulan sementara
yang
nantinya akan dibuktikan. 5. Mengadakan klasifikasi (pemi l ahan dan pengelompokan)da ta yang telah terkumpul. 6. Menganalisis data yang telah terkumpul dan dalam kegi a t an ini termasuk pula pengujian dan pembuktian
hipot~
sis yang telah diajukan sebelumnya. 7 . Penarikan kesimpulan dari data yang telah dianalisa . 8 . Penulisan laporan kegiatan ini meliputi penulisan , penggandaan dan penyerahan laporan penelitian.
B A B III CARA PENE.L ITIAN A. Bahan atau Materi Penelitian Bahan atau rnateri pene l itian ini, bercorak kefilsafatan rnenyangkut konsep Ketuhanan, rnenurut Filsafat Farabi dan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Al
Pancasi
la. Secara rinci bahan atau materi penelitian ini adalah: 1 . Konsep tentang adanya Tuhan rnenurut Al Farabi. Al Farabi rnernbenarkan tentang adanya Tuhan. Sebutan-sebutan Tuhan rnenurut Filsafat Al Farabi adalah Allah,Yang Esa , Yang ada dengan sendiriNya, Surnber dan asal
kej~
dian segala sesuatu. Allah Yang Esa merupakan Ada Wajib, yang adaNya tidak rnernerlukan sesuatu yang lain. 2. Konsep tentang sifat- sifat Tuhan. Menurut Al Farabi , Allah, Tuhan Yang Esa rnerniliki sifat Kernaha Sernpurnaan, berbeda dengan rnakhluk . 3. Proses Penciptaan. Dari Yang Esa, Tuhan, Allah kepada sernua maujud di alarn sernesta . Proses itu terkenal dengan sebutan emanasi . 4. Ajaran-ajaran Ketuhanan dalarn Pancasila khususnya Ket uhanan Yang Maha Esa, pengertian Tuhan , arti Esa,seE ta bagairnana penjabaran sila Ketuhanan Yang Maha
Esa
da l am Ekaprasetia Pancakarsa sebagai penjabaran yang ditetapkan Tap . no.II/MPR/1978 sebagai petunjuk dan pedornan bagi bangsa Indonesia dalam bernegara dan beE bangsa. Pernikiran para tokoh Pancasila yang rnenyang kut Sila I. B . Ja l an Pene li tian Jalan pene l itian direncanakan dalarn urutan kegiatan sebagai berikut : 1 . Perurnusan rnasalah tentang konsepsi
Ketuhanan rnenurut
8
9
Filsafat Al Farabi dalam kaitannya dengan kernanfaatannya dalam pemaharnan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila. 2. Mengadakan studi pustaka atau penelaahan literatur yang rnernbahas ajaran Ketuhanan rnenurut Al Farabi, ajaran ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila.
.
3. Pengurnpulan dan pencatatan data, yang diperoleh dari penelaahan pustaka - pustaka. 4. Mengadakan klasifikasi data. Data yang rnernpunyai kesa rnaan dikelornpokkan dalarn satu kelornpok. 5. Mengadakan analisis atas data yang telah terkurnpul. 6. Penarikan kesirnpulan dari analisis yang Qilakukan sebe lurnnya. C. Cara Analisis Analisis dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Analisis, dalarn arti rnernbahas, rnenelaah secara kritis. Istilah pengertian-pengertian yang dipergunakan atau tercanturn dalarn karya-karya kefilsafatan Al Farabi di sarnping itu juga yang terdapat dalarn buku- buku Pancas! la yang berkaitan dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Sintesis, dalarn arti rnengetahui dan rnenernukan kesatuan kesarnaan fikiran yang terdapat dalarn Konsepsi Al Farabi rnengenai rnasalah Ketuhanan, dengan fikiran-fikiranKetuhanan, rnengenai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalarn Pancasila. 3 . . Komparasi, dalarn arti rnernperbandingkan dua konsepsi K~ tuhanan dalarn pernikiran Al Farabi dengan konsepsi Ketuhanan dalarn sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Panca sila sehingga rnernperoleh kesirnpulan unsur-unsur kesarna an inilah pada hakekatnya rnerupakan unsur yang berrnanfaat.
10
Hasil penelitian dari dua ajaran tersebut digabungkan, dan dengan demikian diperoleh kesamaan terhadap kesamaan ini menunjukkan unsur kemanfaatan.
B A B
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
· A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dari penelaahan be£ bagai literatur yang membahas konsepsi Ketuhanan menurut Filsafat Al Farabi, dan yang terdapat dalam Pancasila d! sajikan dalam bentuk data, yang nantinya akan dianalisis , disintesa, dikomparasikan dan disimpulkan. Secara
rinci
hasil tersebut adalah sebagai berikut : 1. Konsepsi Ketuhanan menurut Filsafat A1 Farabi a. Tentang ada/wujud, dzat, sebutan Tuhan 1)
. Da1am
buku "Ihsha a1-'u1um" yang dikutip o1eh Nur
chalish Madjid, Al Farabi menjelaskan bahwa adanya '
Tuhan dapat diperoleh dengan cara abstraksi
semua
sejauh dengan yang sederhana, dari yang beraneka ragam menyangkut dari yang rendah dan yang palingsempurna dari padaNya, dan yang secara mutlak
ti-
dak mungkin ada yang menandingi dan menyaingi.
(Al
Farabi, 1984). Pada puncak abstraksi pemikiran tersebut, A1 Farabi menyimpulkan adaNya Yang Pertama, yang tidak mungkin sebelum-Nya ada yang pertama, serta kepada yang terdahu lu, yang tidak mungkin ada sesuatuyang 1ebih terdahu1u dari pada-Nya dan kepada wujudyang tidak mungkin secara mut1ak adanya ini disebabkano1eh sesuatu yang lain, dan disimpulkan bahwa Yang Maha Esa itu ia1ah Yang Pertama dan Yang Terdahu1u (Al Qadim) secara mutlak , tanpa ada yang menandi ngi (Nurcha1ish Madjid, 1984). 2) Sejenis dengan itu, da1am buku "Sejarah Filsafat Islam", A1 Farabi menyebut .adanya Tuhan adalah sebagai Wajibu1 Wujud dengan segala keterangan
tak 11
12
dapat tidak hanya satu, Tunggal dan tidak ada yang sama dengan Wajibul wujud yang mempunyai puncak sempurnaan dalam segala-ga1anya tidak boleh
k~
tidak
melainkan satu jua. Wajibul wujud yang pertama, yang satu tungga1, yang benar dan menentukan segala sesuatu kita namakan Allah (Abubakar Aceh,1968) 3) Senada dengan pengakuannya tentang ujud/Ada
Tuhan
itu, dalam buku : "Disekitar Filsafat Skolastik Is lam", Al Farabi mengkaitkan hakekat Tuhan proses emanasi dan ajaran Aristotelesme,
dengan menyebut
Tuhan dengan Akal yang Berfikir, Akal Murni (Has bu1lah Bakry, 1978). Dari Akal Murni ini bersumber dan berasal
proses
emanasi. 4) Selanjutnya dalam konteks yang sama yaitu
mengena~
pengakuan adanya Tuhan, hubungan sebagai yang Tung gal, dengan yang a1am sebagai yang plural
(Jarnak)
dalam mengikuti aliran Neo Platonis, Al Farabi memnyebut Tuhan sebagai "Yang Esa", "The One". (Ahmad Daudy, 1986). 5) Akhirnya, dijelaskan pula, bahwa sesuai dengan pemikiran Al Farabi, maka kedudukan Tuhan,
meskipun
dalam bermacam sebutan yang berbeda adalah sebagai "Wajibul-Wujud", pengertian Wajibul Wujud di
sini
adalah suatu Ada/Wujud, yang adanya karena diriNya karena sesuatu sebab di luar diriNya.
(Aharnd Daudy
1986). 6) Tuhan, atau Yang Esa adalah berisi Satu Fikiran
s~
ja, rnemberikan dengan sendirinya (HAsbullah Bakry, 1971). 7) Tuhan adalah ujud yang wajib, adalah sebab pertarna bagi sernua ujud (Gazalba, 1977).
13
b. Tentang Sifat Tuhan 1) Dalam buku "Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam", diuraikan tentang sifat-sifat Tuhan menurut ajaran Al Farabi sebagai berikut : "Tuhan bersifat Satu, tidak berubah, jauh dari rna teri, jauh dari arti banyak, Maha Sempurna dan tT dak berhajat pada apapun" (Harun Nasution, 1983)~ 2) Ahmad Daudy , dalam bukunya :"Kuliah Filsafat
Is-
lam", mengutip tentang sifat Tuhan menurut fikiran Al Farabi sebagai berikut "Allah adalah wujud yang paling sempurna WujudNya tanpa sesuatu sebab karena ia suci dari segala se suatu kekurangan. WujudNya paling mulia dan Kadim dan karena itu Ia adalah azali . Dzat-Nya sendirisudah cukup menjadi sebab bagi keabadian wujud Nya" . (Daudy, 1986). 3. Dinyatakan oleh Al Farabi dalam Ihsha ' al-Ulumyang dikutip oleh Nurchalish Madjid dalam "Khasanah Ig telektual Islam", tentang sifat- sifat Tuhan sebagai berikut : "Dan bahwa Dia adalah Wujud Pertama yang menyebab kan terwujudnya setiap sesuatu yang lai n, dan bag wa Dia adalah Yang benar (Al - Haqq) yang menyebabkan adanya kebenaran pada sesuatu lainnya yang m~ ngandung kebenaran, betatapun caranya Dia menye babkan itu . Dan bahwa Dia itu secara mutlak tidak mungkin mengandung keanekaan dalam bentuk apapun. Melainkan Dia ada lah yang paling berhak atas sebutan Yang Maha Esa , serta maknanya, atau sebutan Wujud serta maknanya dan atas sekutu yang Maha B~ nar, Yang Maha Tingg i dan Maha Agung, serta Yang Maha Suci nama-namaNya ...••.. • " (Nurchalish Madjid, 1984 ). 4) Sehubungan dengan kesempurnaan, ketak terbatasan . sifatNya Tuhan , Al Farabi menggambarkan sifat Tuhan sebagai
ber~kut
:
"Kare na Tuhan itu Esa, tak mungkin dirumuskan sama seka l i batasan atau takrifnya , Batasan berart i suatu penyusunan dengan memakai golongan dan pembedaan, atau memakai zat atau bentuk seperti def! nisi yang kita rumuskan tentang benda" . (Gazalba , 1977) .
14
c. Tentang Proses Penciptaan (Terciptanya alam yang bersumber dari Tuhan) . 1)
"Tuhan sebagai Akal , berfikir tentang DiriNya dan dari pemikiran ini timbul sesuatu maujud
lain .
Tuhan me r upakan wujud pertama (al wujudul awwal) dan den gan pemikiran itu timbu l wu jud · kedua (alwujuduts tsani), yang juga mempunyai substansi • Ia disebut Akal Pert ama (al'aqlul awwal); FirstInte l ligence yang tak bersifa t materi (jauhar ghairo mutajassimu) . Wujud kedua ini berfikir
te~
tang wu j ud Pertama dan dari pemikiran ini timbu! lah wujud ketiga (wujudus tsalits) disebut · akal kedua (al ' aqlutsani) , second inte ll igence ( Harun Nasution, 1983) . 2) Menurut Al Farabi, adanya semua wujud yang
lain
di luar Allah datang kemudian dari yang Maha ' Esa (Allah) dan bahwa Dia (Allah), ada l ah Wujud Pertama yang menyebabkan terwujudnya setiap sesuatu yang lain . Secara l ebih rinci Al Farabi menguraikan tentang sesuatu kejadian yang ada; sebagaimana
ditulis
dalam kutipan berikut "Bahwa seluruh yang ada (maujud) t i dak terlepas daripada keadaan , yaitu wajibul wujud dan mumki nul wujud . Tidak ada 'lain di luar dua perkara ini Yang mumkinul wujud lahir dengan sebab" . (Abuba· kar Aceh , 1982). 3) Dalam kitabnya "As-Siyasati Madaniyah" sebagaima na yang dikutip oleh Abubakar Aceh di bawah ini, Al Farabi menjelaskan tentang proses kejadian
s~
cara bertingkat- tingkat : "Pengetahuan kita terha dap segala sesuatu yang maujud dalam segala alam ini lebih meyakinkan , bahwa semua itu datang dari pada Allah, dari pada IlmuNya , daripada ira dah dan kodratNya. Gambaran segala sesuatu kejadian sudah ada pada Allah dalam
azaliNya~emudian
15
melimpahkan kepada wujud kedua akal pertama, yang
-
menggerakkan segala kosmos yang besar ini
dengan
segala isinya, yang rnerupakan malaikat, yang
mer~
pakan roh suci , yang merupakan jiwa, yang merupakan pribadi manusia dan akal perbuatannya, yang lain- lainnya .
serta
(Abubakar Aceh, 1982) .
Secara lebih kongkret, proses terjadinya ciptaan dari Tu han , diuraikan sebagai berikut : "Tuhan berfikir tentang diri - Nya: pemikiran merupakan daya pernikiran Tuhan Mahakuasa yang besar dan hebat itu rnenciptakan Akal Pertama. Akal Pertama berfikir pula te~ tang Tu han dan tentang dirinya sendiri: daya ini menghasilkan Akal Kedua dan Langit Pertama. Akal Kedua berfikir pula tentang Tuhan dan tentang dirinya sendiri dan rneng hasilkan Aka l Ketiga dan bintang- bintang . Demikianlah se terusnya tiap Aka l berfikir tentang Tuhan dan dirinya sen diri dan menghasi l kan Akal dan P l anet . Pemikiran Akal Ketiga mengh asilkan Aka l Keernpat dan Saturnus . Akal Keem= pat me nghasilkan Akal Kelima dan Yupiter . Akal Kelima menghasilkan Aka l Keenam dan Mars . Akal Keenam rnenghasil kan Akal Ketujuh dan Matahari . Akal Ketujuh menghasilkan Akal Kedelapan dan Venus. Akal Kedelapan menghasilkan Akal Kesembilan dan Merkuri. Akal Kesembilan rnenghasil kan Akal Kesepuluh dan Bulan . Daya pemikiran Akal Kesepu luh sudah l emah untuk dapat menghasilkan akal sejenisnya dan hanya sanggup rnenghasilkan Burni .. . " (Harun Nasution , 1980) . Dari uraian di atas dapat dipahami bagairnana Al Farabi menggambarkan tentang teori ernanasi, sehingga dapat secara je l as terlukis tentang terjadinya Bumi kita ini da l am suatu proses yang berurutan dan bersumber dari Al lah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Suci . 2 . · Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila Bagian Utama daripada Pancasila yang kini disepaka ti bersama oleh bangsa Indonesia sebagai dasar Negara
i~
lah adanya kepercayaan atas adanya Tuhan , yang sudah res mi Pancasila itu ditetapkan sebagai dasar negara, Keper cayaan Ketuhanan tersebut dirumuskan sebagai sila hanan Yang Maha Esa .
--
Ketu-
16
a. Adanya Kepercayaan Ketuhanan pada bangsa Indonesia l) Memang sejak dahulu bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, mengakui adanya Tuhan.
Dalam
hal
ini ada dua teori ajaran, sebagaimana dikutip oleh Al Haj dalam buku "Pendidikan Pancasila". Mengenai Sila I, jawabannya harus dikembalikan kepada teori terjadinya agama dan pelaksanaan agama oleh
manu -
sia . Ada dua ajaran (leer) tentang ini yaitu ajar an religius dan ajaran antropologis. a. Ajaran Religius mengatakan bahwa agama diturun kan oleh Tuhan, agama yang diturunkanNya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid, monoteisme) . b. Ajaran Antropologi , yang bermula dari pikiran pikiran manusia tentang adanya dzat Gai b yang me ngatur, menguasai manusia dalam hidupnya . (Pangeran Al Haj, 1984) . 2) Sejalan dengan itu, sanusi Pane dalam bukunya "Se jarah Indonesia", menerangkan tentang kepercayaan Ketuhanan bangsa Indonesia masa dahulu kala
seba-
gai berikut : "Adakah mereka ini percaya k e pada Yang Maha Tinggi", ialah soal yang ada hubungannya dengan makna perkataan itu. Agaknya dapat dikata kan, bahwa bagaimanapun juga ada perbedaan isi kepercayaan orang terhadap dalam hal "Ketuhanan" , ngan mereka itu sebagai anggapan umum antara
d~
diri
kita barangkali dikemukakan, bahwa mereka itu (te lah) percaya kepada "Yang Tunggal" , akan t e tapi lum (tidak) sebegitu kentara".
b~
(Sanusi Pane, 1965)
3) Notonagoro dalam bukunya : "Pancasila Setj a ra Ilm!_ ah Popu l er " menjelaskan tentang unsur-unsur Pancasila sebagai berikut : "Sungguh ketika b e lum berne gara Republik Indonesia yang diproklamasikan, sa kita sudah ber'Pancasila'" .
ban~
17
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pancasila
sudah
terdapat sebagai asas-asas dalam adat istiadat kita, kebudayaan kita , sudah terdapat sebagai asas - asas dalam agama-agama kita .••.. ". goro , 1968).
(Noton~
Selanjutnya tentang Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dijelaskan sebagai berikut : "Adanya Tuhan,
man~
sia, satu, rakyat dan adil itu dalam kenyataan yang sesungguhnya , bagi bangsa Indonesia l agi menjadi persoalan".
tidak
(Notonagoro , 1968) .
4) Dalam Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 , tentang kon sep Dasar Negara pada sidang BPU PKI , tentang Sila Ketuhanan dije l askan sebagai berikut : "Prinsip Indonesia me r deka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa . Prinsip Ketuhanan, bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan , tetapi rnasing masing orang Indonesia hendaknya berTuhan; Tuhan nya se n diri .•. " (Soekarno, 1945). 5) Perlu diungkapkan pula di sini, ialah tatkala Si la Ketuhanan Yang Maha Esa telah syah dan
r esmi
menjadi sila pertama dalam Pancasila dan ditetaE kan sebagai dasar Negara Republik Indonesia, maka a. Rumusan tentang sila tersebut adalah: "Ketu hanan Yang Maha Esa " ; b. Penjabaran lebih lanjut dalarn pasal-pasal Undang - Undang Dasar 1945, antara lain pada
pa-
sal 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara rnenjamin kemerdekaan tiap-tiap pendu duk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya .
(UUD 1945) .
6) Dalam "Eka Prasetia Pancakarsa" , TAP MPR No. II/ MPR/1978 , Ketetapan t entang Pedornan Penghayatandan Pengarnalan Pancasi l a bagi penuntun perilaku-
18
bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara, sebagai bentuk penjabaran Pancasila yang
pa-
ling mutakhir, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dijabarkan dalam butir-butir : a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan berad ab. b. Hormat - menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaanyang berbeda-beda , sehingga terbina kerukunanhidup. c. Saling menghormati kebebasan menjalani
ibadat
sesuai dengan agama dan kepercayaannya. d . Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada o rang lain.
(TAP MPR NO. II/MPR/1978).
b . Dalam Konsepsi Pancasila 1) Mengenai dzat Tuhan , yang menjadi akar dan sumber konsep Ketuhanan Yang Maha Esa da l am konsep Panca sila memang tidak begitu jelas
disebut. Hal
ini
mungkin berkaitan dengan kondisi masyarakat Indo nesia yang sejak dahulu adalah heterogen, baik
d~
lam adat , budaya· maupun agama-agama yang ada. Dengan
dem~kian ,
konsep kepercayaan (khususnya
ke-
percayaan Ketuhanannya) pun tidak jelas , terutama tentang dzat Tuhan . Tetapi secara global dan menyeluruh, di dalam kepercayaan masyarakat yang berupa adat , budaya dan agama - agarna yang bhineka, dijelaskan bahwa
sejak
dahulu , pada bangsa kita telah terdapat kepercaya an Ketuhanan, sebagairnana dinyatakan dalarn kutipan berikut: "Demikianlah uraian ringkas ini sebagai suatu tinjauan historis , bahwa manusia
I ndo -
nesia sejak semula dari zaman prasejarah
te l ah
19
memiliki satu keyakinan terhadap adanya satu Roh Abadi, Dzat
yang mutlak gaib sebagai Causa pri - ·
rna segala yang ada yang disebut Hyang Tunggal, Sang Hiang, Sang Hyang Wenang, Hiang Widhi Wasa, Gusti Allah, Pangeran Ingkang murbeng dumadi,
T~
han seru sekalian Alam, Allah Rabbul Alamien ialah Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana sekarang men jadi istilah sila pertama dari pada Panasila Dasar Filsafat kita".
(Ismaun, 1975).
2) Mengenai Sifat Tuhan a. Dalarn Pancasila, khususnya Sila Ketuhanan
Yang
Maha Esa, tidak terdapat secara jelas uraian rnengenai sifat-sifat yang terkandung dalarnsila itu Akan tetapi, apabila diperhatikan secara cerrnat, pensifatan tersebut secara irnplisit telah terca kup dalam konteks rurnusan sila itu sendiri.
Me-
ngutip uraian dalarn "Pancasila suatu Orientasi Singkat", sila ketuhanan Yang Maha Esa diuraikan sebagai berikut : "Sila Pertarna Ke-Tuhanan Yang Maha Esa". Ketuha.!}_ an berasal dari kata Tuhan, ialah Allah Pencipta segala yang ada dan sernua makhluk. Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu : esa da lam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya, Esa dalam perbuatan-Nya, artinya : bahwa Zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sesernpurna-sempurnanya, bahwa perbuatan Tuhan tiada disamai oleh siapa pun.
~
(Darj i Darmodiharjo, 19 80) .
b. Senada dengan pensifatan di atas, Notonagoro
me~
berikan uraian tentang sifat-sifat Tuhan sebagai berikut " ... Tuhan sebagai sebab yang pertama dari pada segala sesuatu atau causa prima, yang selama-lamanya ada atau abadi, adanya ialah harus, dalam
20
arti mutlak, tidak dapat tidak jadi ada yang mutlak, yang hanya ada satu , yang merupakan asal mula segala sesuatu, daripadanya tergantung segala sesuatu, jadi sempurna dan kuasa, tidak berubah , tidak terbatas serta pula pengatur tata tertib da ri alam •.. " (Notonagoro, 1968). c. Akhirnya dalam kaitan pensifatan Tuhan, semua urnmat Islam di Indonesia yang berfalsafah Pancasila ini tidak menolak pensifatan Tuhan yang tercantum dalam ajaran Islam sebagai berikut : "Berdasarkan Hukum Budi yang singkat itu, dibukti k an secara ra sional bahwa sifat wajib pada Tuhan itu adalah (1) Ujud (ada), yang tidak dapat dipisahkan
dari
atribut hakekat Tuhan. (2) Qidam , tak ada permulaan bagi Ujud-Nya,
ada-
Nya Tuhan dahulu dari segala awal. (3) Baqa; Dia kekal selama-lamanya, tak ada akhir bagi ujud - Nya Tuhan. (4) Wahdaniyah , tak terbagi dan tak ada sekutu yang mengimbangi - Nya, baik tentang Substansi, ataupun tentang sifat dan perbuatan-Nya . (5) Mukhalafatu lil hawadisi; Dia lain dari
pada
segala yang baru, yakni makhluk. (6) Qiyamu binafsihi; Dia berdiri dengan sendiri Nya, tidak memerlukan yang lain.
(Gazalba, ' 77)
c . Tentang Penciptaan (terjadinya alam semesta
dari
Tuhan) . 1) Pancasila tidak memberikan konsep yang jelas atas
hubungan Tuhan dengan ciptaan, dalam arti terjadi nya semesta alam ini dari Tuhan . Tapi dalam berba gai ajaran Ketuhanan , baik dalam adat budaya agama-agama yang ada di tanah air, fungsi sebagai "pencipta" ini jelas sekali adanya .
dan Tuhan · Ini
suatu petunjuk, bahwa sila Ketuhanan Yang MahaEsa sebagai kristalisasi nilai-nilai Ketuhanan
yang
21
ada dan hidup dalam mas yarakat secara induktif ti dak menolak fungsi "Pencipta" Tuhan. a) Dicontohkan hal tersebut oleh Harun Hadiwijono: "Dalam Kepustakaan Agama Siwa , Siwa dipandang sebagai pencipta dunia Ia menjadikan dunia dalam Brahma. Terjadinya alam semesta dengan segala i sinya, atau lebih tepat dikatakan "pengaliran ke luc1'r" a lam semesta dengan segala is,i nya dari diri Syiwa".
(Harun Hadiwijono, 1983)
b) Di dalam pemikiran Islam di Indonesia, terjadi nya ciptaan digambarkan oleh pemikir - pemikir Islam. Salah satu pemikir tersebut Hamzah Fans yuri (
.±
abad
17
"Allah . Yang pada diri - Nya tidak dapat dikata kan bagaimana, yang tanpa bagian dan tidak ter bagi - bagi ini, oleh Hamzah disebut dalam kead~ an "tanpa pandangan" . (Harun Hadiwijono, 1983)
•
c) Beberapa ungkapan dapat dikenal : "Sing gawe urip" -------- Pencipta hidup "Sangkan paraning dumadi" asa l dan tujuan hidup "Al Khalik" ---------- Pencipta dan sebagainya. 2) Dalam filsafat, da l am arti pemik i ran tentang sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai fungsi pencipta, tertulis dalam "Pancasila dan Reli -
gi": "Tuhan adalah Realita Yang Pertama"
akan
tetapi dalam kesadaran kita yang terang (expl,i sit) tidak kita mengerti yang pertama.
Dalam
kesadaran dan pengertian kita yang kita sentuh ialah barang - barang dari alam jasmani. Dalam persentuhan itu kita · mengakui sendiri
sebagai .
serba berhubung dalam alam jasmani. Dan dalampengertian kita yang demikian itu mengerti ,baQ wa diri kita sendiri dan juga barang-barang nia itu terbatas, relatif, tergantung". yarkara, tt.)
d~
(Dri -
22
3) Dalam buku "Pancasila secara Ilmiah Populer", Notonagoro menjelaskan fungsi "pencipta" Tu han sebagai berikut : "Istilah Tuhan itu , jika dirumuskan dalam sudut hubungannya dengan hal di luar dirinya adalah 'yang diperTuhan ', dan ini berarti bah wa segala sesuatu di luar dirinya beradadalam lingkungannya , yang tergantung dari padaNya". (Notonagoro, 1968) . d) Akhirnya , sebagai keyakinan umum mayoritas mat Islam Indonesia pendukung Pancasila
u~
ini
mengakui fungsi Tuhan sebagai "Pencipta", misalnya dalam pernyataan berikut : "Tuhan ialah sebab awal, yang ujudNya bukan karena sebab lain . Dia ialah substansi yang menciptakan, tapi bukan diciptakan .. . " (Ga zalba, 1977). B. Pembahasan Terhadap hasil - hasil penelitian yang telah diperoleh diadakan pembahasan untuk menemukan alasan pembenaran 1) Tentang . Ada/Wujud Dzat Tuhan, sebutan Tuhan : a) Berdasar atas hasi l pene l itian yang dapat dikumpul kan dari uraian-uraian yang membahas masalah ke-Tuhanan menurut pikiran Al Farabi, maka dapat
diutar~
kan di sini, bahwa Al Farabi sebagai seorang
pemi -
kir yang berlatar be l akang Islam, seperti halnya
d~
lam ajaran agamanya , mengakui tentang adanya Tuhan . Tuhan ada l ah Allah yang Maha Kuasa . Sebutan-sebutan Dzat Tuhan oleh Al Farabi , dikaitkan dengan teori nya tentang terjadinya ciptaan (emanasi), maka
ada
bermacam- macam sebutan seperti
~kal
Murni, Akal Yang Berpikir, Yang Esa , -
Yang Pertama, yang semua itu menunju kepada pengertian substansial "Wajibul Wujud" , suatu
satu ada
wajib , yang adanya bukan berasal dari suatu sebab di luar dirinya .
(Abubakar Aceh, 1968) .
23
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bah wa AL Farabi sebagai pemikir Ke - Tuhanan, tidak lepas dari jiwa Islam, sebagaimana ajaran agama yang dianut; tentang pembenaran Al Farabi kepada sebutan-sebutan yang mirip dengan apa yang diajarkan
d~
lam teori/ajaran Plato maupun Aristoteles, ada sementara pendapat yang menyatakan bahwa pikiran
Al
Farabi bersumber dari Plato/Aristoteles. Tetapi se benarnya berbeda dengan itu ternyata dari
pernyat~
an Muzaffaruddin Nadvi, sebagai berikut : Farabi tidak mempercayai keabadian alam semesta yang diyakini Aristoteles, menurut Al Farabi dunia ini mempunyai permulaan dan akhir; kemudian Al Farabi mempercayai akan hidup setelah mati dan rneny~ takan bahwa pada hari . pembalasan orang- orang akandiberi pahala atau hukuman rnenurut amal perbuatan mereka di dunia, apakah baik atau buruk 11 • (Muzaff~ ruddin Nadvi, 1984). 11
Jelas sekali bahwa konsep Al Farabi lebih bercorak Islami dari pada ajaran Plato dan Aristoteles. Dengan dernikian tidak ragu lagi bahwa keyakinan bi itu diilharni oleh Al-Qur•an dan hadits.
Far~
(Muzaf-
faruddin Nadvi, 1984). b) Tentang adanya Tuhan dalam ajaran Pancasila dikata kan , bahwa bangsa Indonesia sejak dahulu percaya tentang adanya Tuhan, sebagairnana diungkapkan oleh Notonagoro : Adanya Tuhan , rnanusia satu, rakyat dan adil itu dalarn kenyataan yang sesungguhnya bagi bangsa Indo nesia tidak lagi menjadi peroslan 11 • (Notonagoro, 11
1968).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran Pancasila, masalah ada/tidaknya Tuhan tidak dipersoalkan lagi. Artinya : atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia, atas dasar ajaran agama-agama yang ada di Indonesia , Tuhan dipastikan adanya .Ini merupakan dasar keyakinan yang penting bagi bangsa kita, karena dengan keyakinan itu hal - hal
berikut
24
merupakan akibat dari keyakinan ini. Maka dengan membandingkan dua ajaran : yaitu ajaran Al Farabi dengan ajaran Pancasila, sama-sama d! temukan kesamaan tentang keyakinan adanya Tuhan. "Adanya Dzat Tuhan diakui kebenarannya, baik dalam Filsafat Al Farabi maupun dalam Pancasila". Sebutan-sebutan tentang Dzat Tuhan, memang terda pat ketidak samaan. Hal ini bukan merupakan suatuyang prinsipiil atau mendasar. Dalam pikiran Al Fa rabi, sebutan-sebutan seperti : Akal Murni,
Akal
yang berfikir, Yang Esa, Yang Pertama, The One, se mua menunjuk satu kesamaan essensial, khususnya da lam ajaran tentang emanasinya, yaitu merupakan
· su~
ber setiap segala sesuatu (yang plural), dan menun juk suatu substansi, yaitu wajibul wujud dan kalau bahasa agama, sebutan "Allah" mencakup semua
nama
itu. Dalam ajaran Pancasila, yang bersumber dari
adat,
budaya dan agama-agama yang ada di Indonesia sejak dahulu sampai dewasa ini sebutan-sebutan : "Sing Gawe Urip", Hyang Widi Wasesa, Al Khalik, Allah yang semuanya menunjuk satu prinsip kausa prima, pencipta, yang dalam bahasa agamanya "Allah", adalah Rabbul Alamin, tidak berlawanan dengan apayang diungkapkan oleh Al Farabi. 2) Tentang Sifat-sifat Tuhan a). Dalam filsafat Al Farabi, sifat-sifat Tuhan disebul kan antara lain : "Maha Satu (Esa) , tidak berubah , bukan materi (Abstrak), sempurna, tidak berhajad da apapun".
p~
(Harun Nasution, 1983); Juga "Paling Ma
ha, Qadim, Azali, Abadi"
(Ahmad Daudy, 1986).
Dan
juga "Awal, Maha Benar, Maha Agung, Maha Suci
II
Nurchalish Madjid, 1984).
25
Singkatnya : "Bahwa Tuhan menurut konsep Al Farabi memiliki sifat- sifat Kemaha Sempurnaan". b). Dalam ajaran Pancasila, sifat-sifat Tuhan digamba£ kan antara lain : "Maha Esa atau Maha Tungga l , tidak sekutu, Esa dalam DzatNya , Esa dalam sifatNya, Esa da l am perbua! anNya ... " (Darji Darmohardjo, 1980). Juga: ."Selama-lamanya ada (abadi), mutlak Esa, se!!! purna dan kuasa , tidak berubah, tidak terbatas, Ma ha Pengatur .•••. " (Notonagoro, 1968) . Singkatnya : "Tuhan adalah memiliki sifat-sifat ke maha se.mpurnaan dan merupakan sifat-sifat wajib". Maka kesimpu l an yang dapat diambil dari perbanding an dua pensifatan itu ialah bahwa baik konsep
Al
Farabi maupun konsep Pancasila mengakui, membenarkan sifat-sifat Kemaha Sempurnaan Tuhan. "Tuhan memiliki sifat-sifat wajib, artinya sifat sifat yang mau tidak mau pasti ada bagi Dzat Tuhan" 3) Tentang Penciptaan (Terjadinya alam semesta dari Tuhan) a}. Dalam ajaran filsafat Al Farabi secara jelas disebutkan terjadinya alam semesta dari Tuhan (dengansebutan : "Yang satu, The One, Akal Murni" dan sebagainya), dengan suatu proses yang disebut Emanasi atau "Pelimpahan". Dalam proses emanasi ini Tu. han, yang dianalogikan sebagai ujud sempurna, adalah selaku substansi yang tetap, tidak berubah, abstrak : "Allah Yang Maha Kuasa sesuai dengan Dzat-Nya adalah Maha Kuasa dan Maha Tahu, kita tidak dapat memahami Allah tanpa pemahaman secara se rempak tentang keseluruhan kekuasaan dan
pengetah~
an yang menjadi sifat-Nya. Kedua sifat Allah inilah ang membentuk teori kejadian. Allah mengetahui semuanya dan karena itu Allah pula yang menciptakansemuanya. Dia mengetahui diri sendiri dan ilmu-Nya membawa kepada penciptaan alam semesta ... " ffaruddin Nadvi, 1984).
(Muzz~
26
Secara detail teori emanasi Al Farabi digambarkan Akal Murni
~
Akal Pertama (Al -aqlul-awwal)
t
Akal Kedua (Al - aqlustani) ________ 7 Timbulnya langit paling luar dan jiwanya (al-falakul aqsha)
l
Akal Ketiga _ _ _ _ __ _ _ _ Timbulnya bintang-bintang tetap (Al - aqlust- tzalis) ~dan jiwanya (kuratul kawabits tzabitah)
J
Akal Keempat _______ (Al-aqlur-rabi')
~
~
Timbulnya planet Saturnus dan j.!_ wanya (zuhal)
Akal Kelima Timbulnya planet Yupiter dan ji(Al - aqlul-khomis)- - - - "7 wanya (Al-mustari)
~
Akal Keenam ____ __ _ -'> Timbulnya planet Mars dan jiwa (Al - aqlus-sadis) nya (mirrih)
J
Akal Ketujuh _______ 1' TimbulnyaPlanet Matahari dan ji(A l-aqlus-sabi') · wanya (as-syams)
·t
Akal Kedelapan _ ____ (Al-aqluts-tsamin)
-~
Timbulnya Planet Venus dan jiwa nya (az-zuhrah)
~
Akal Kesembilan _ ____ -t Timbulnya planet Mercurius (Al-aqlut tasi ' ) jiwanya (utharid)
t
Akal Kesepuluh _ ____ (Al - aqlul-asyir)
dan
-~ Timbulnya
planet Bulan dan jiwanya (qomar)
Secara l ebih rinci lagi, dalam buku "Akal dan Wahyu DalamIslam", Harun Nasut ion menyebutkan : "Bahwa Akal Murni
ad~
lah Allah, sedang Akal Pertama sampai dengan Akal Kesepu luh adalah Alam immateri (a lam gaib) , sedang sesudah
Alam
kesepuluh dikembangkan lagi kepada Alam Materi dalam bentuk bumi beserta isinya {alam semesta) .
27
b). Di dalam konsep Pancasila, terjadinya alam semesta dari Tuhan, tidak digambarkan secara jelas. Ini bu kan berarti bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila tidak memberikan cerminan kuasa dan
ke-
sempurnaan. Hanya saja, dalam konsep-konsep Ketu hanan Yang mendukung konsep Ketuhanan Yang MahaEsa selalu menunjuk esensi kuasa dan kesempurnaan
si-
fat itu, misalnya : "Sing Gawe Urip", yang mencip takan hidup. "Sing Murbeng Dumadi", yang memeliha k~
ra hidup. "Sangkan Paraning Dumadi, Asal tujuan
jadian. "Allah Rabbul ' Alamin ; Allah Penguasa Alam Semua pengertian memberi petunjuk sifat kuasa
dan
sempurna Tuhan. Namun di sini ajaran Pancasila tidak memberikan rincian dalam bentuk proses, dari yang awal
(Tuhan) kepada kejadian lA lam semesta) .
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian ini adalah : "Bahwa Ajaran Emanasi Al Farabi l ebih memberikan rincian proses terjadinya ciptaan, dari sumbernya, yaitu Tuhan Yang Esa. Ajaran Ketuhanan dalam Pancasila secara global tidak menolak terjadinya ciptaan". Tetapi bagaimanapun juga
Ajaran filsafat Al
F~ra
bi maupun ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pa~
casi la tidak menolak konsep "Tuhan sebagai Pencipta", sehingga ini memberi petunjuk tentang sifat kesempurnaan Tuhan. Sifat Tuhan sebagai Maha Benar (Al Haq), maka da l am konsep Ketuhanan Yang MahaEsa dalam Pancasila ditemukan sifat : "Sumber segala sesuatu" . Ini bukan perbedaan persepsi dan
abstra~
si, tetapi keluasan abstraksi. Keduanya menunjuk logika yang benar. c). Tentang Penciptaan (Terjadinya alam semesta dari Tuhan) . Kedua ajaran baik ajaran Al Farabi, juga ajaran
28
Pancasila, tidak menolak terjadinya ciptaan (alam semesta) dari Tuhan, sebaga i manifestasi/perwujud an " kuasa" Tuhan. Dalam konseps i Al Farabi terja dinya ciptaan ini digambarkan dalam proses yang lebih rinci yaitu dalam te ori emanasi/limpahan (dari ujud yang paling sempurna, mutlak dan gaib) yaitu Allah , kepada ujud yang sangat plural yaitu semesta alam. Ajaran Pancasila tidak memberikan rincian
proses
penciptaan, hal itu mungRin disebabkan konsep KeTuhanan Yang Maha Esa itu sendiri bersumber
pada
ajaran adat - budaya, agama-agama yang begitu heterogen. Namun apabila dilacak lebih jauh lagi,ml salnya terhadap ajaran budaya-budaya pendukungnya adat-adat serta agama-agama pendukungnya, maka ajaran proses kejadian itu kiranya ada. Dengan demikian,
kesimpulan~ya
: Keduanya tidakme ngingkari
ajaran/konsep penciptaan dari tiada menjadi
ada-
nya alam semesta ini . 4) Persamaan/persesuaian konsepsi Ketuhanan menurut Filsafat Al Farabi dengan Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam
Pancasila. Dengan memperhatikan perbandingan dua ajaran yang telah disebut di atas, serta memperhatikan pula kesimpul an -kesimpulan yang diambil dari masing-masing perban dingannya , beberapa persamaan-persesuaian dapat dite mukan : a) . Tentang ada/wujud, dzat dan sebutan Tuhan Baik dalam konsepsi Al Farabi maupun dalam ajaran Pancasila, sama-sama membenarkan adanya/wujud Tuhan, dzat Yang Maha Esa dan Maha Sempurna. Sebutan-sebutan yang mengungkapkan ujud dzat Tuhan , rna sing - masing ajaran tidak semuanya sama.
29
Hal ini dapat dimaklumi, karena adanya perbedaan budaya, istilah bahasa. Tetapi esensi yang ditunjuk adalah satu, yaitu "substansi yang menunjuk maha sempurnaan dan kemaha kuasaan".
k~
Sebutan-sebu~
an: Yang Esa, Aka! Murni, Yang Satu adalah identik dengan "Sing Gawe Urip", Tuhan seru sekalian Alam, Allah Rabbul 'Alamin sebagai satu Substansi "Wajibul wujud". b) . Tentang Sifat-sifat Tuhan Di dalam konsepsi filsafat Al Farabi, maupun di
d~
lam ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila sama-sama membenarkan Kemaha Sempurnaan Tuhan. Sebutan macam-macam nama sifat Tuhan tidak selalu sa rna dan antara kedua ajaran justru saling melengkapi dan memperbanyak. Ini bukanlah hal yang menghe rankan, karena abstraksi logika manusia tentang
k~
sempurnaan satu dzat yang Maha Sempurna, mungkin saja menemukan banyak sifat kesempurnaan. c). Tentang Penciptaan (Terjadinya alam semesta dari Tuhan: Yang Esa, Allah, Aka! Murni). Kedua konsepsi, yaitu konsepsi filsafat Al Farabimaupun dalam Pancasila tidak menolak ajaran menge nai terjadinya ciptaan, yang bersumber dari Tuhan. Dalam konsepsi Al Farabi, terjadinya ciptaan ini digambarkan dalam proses emanasi, limpahan, dari ujud yang paling sempurna Gaib, Yang Tunggal, yaitu Allah melimpah ke ujud yang paling plural, bhin neka dan materiil, secara bertahap dan bertingkat, akhirnya tercipta sesmesta alam. Ajaran Pancasilatidak memberikan rincian terjadinya alam dari han Yang Maha Esa ke
Tu-
alam semesta yang plural ini.
Tetapi apabila dilacak lebih jauh lagi kepada
aja~
an-ajaran Ketuhanan dalam adat, budaya, dan agamaagama pendukungnya, maka ajaran proses kejadian da ri alam ini jelas ada.
30
Maka kesirnpulan induktifnya tentu, bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa tidak rnenolak ajaran proses pen ciptaan. 5). Manfaat Konsepsi -- .. - Ketuhanan. . Al Farabi baqi pernahaman. ~et~hanan Yapg Maha E2a d~larn Pancasiln. Setelah rnernperhatikan kesarnaan-kesarnaan/kesesuaian kesesuaian antara konsep-konsep Al Farabi dan konsep Pancasila rnengenai rnasalah Ketuhanannya, dengan da sar-dasar bahwa kesarnaan/kesesuaian antara dua ajaran itu pada dasarnya akan rnernberikan rnanfaat,
rnaka
ajaran/konsepsi Ketuhanan rnenurut Fi l safat Al Farabi rnemberi manfaat dalarn pemahamannya Ketuhanan Yang
M~
ha Esa, khususnya tentang pembenaran ujud/adaNyaDzat Tuhan, macam-macam sifat Tuhan serta adanya proses Penciptaan dari Tuhan kepada adanya alam semesta. Secara lebih rinci, manfaat-manfaat tersebut adalah · a) Tentanq Pembenaran Ujud/Adanva ·-- __. Tuhan Konsepsi Al Farabi, dengan latar belakang logika yang kuat serta corak pemikiran muslim membenar kan adanya Tuhan Yang Esa, kesesuaian dengan aja£ an Al Quran dan Hadist sebagai s umber ajaran . Sebutan Tuhan sebagai "Akal Murni" , tidak terdapat dalam ajaran Pancasila . Dalam hal ini, yang biasa nya diketahui dalam ajaran Pancasila adalah Akal. Padahal dalam pengertian Islam: "Akal tidak lah azali, tetapi adalah daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia; daya, yang sebagai digambar kan da lam Al Quran, memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya . Akal dalam pengertian ini membawa pengetahuan dari luar diri manusia yaitu dari Tuhan (Akal Murni) ". tion, 1982).
(Harun Nasu-
31
b)
~~nta~g _ Sifat-sifat
Tuhan
Konsepsi Al Farabi tentang pensifatan Tuhan mempeE kaya dan memperluas pensifatan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila; paling tidak lebih merinci si fat-sifat Tuhan yang selama ini ada dalam
konsep
Pancasila. Apabila selama ini dalam ajaran Pancasi la hanya disebut sifat "Kemahasempurnaan" saja bagi Ketuhanan Yang Maha Esa maka dari konsep Ketu hanan Filsafat Al Farabi yang bercorak Islam
dike
nal sifat antara lain : "Ujud (ada) , qidam (tak bepermulaan), baqa (kekal) wahdaniyah (tak terbagi dan tak ada sekutu), mukhalafatu lil hawadis (lain dari pada segala yang baru) , qiyami binafsihi (beE diri dengan sendiri-Nya) c) Tentan_q P!='oses
. ..... " (Gazalba, 1975)
Pe~cipt_a~n.
Konsepsi Ketuhanan menurut Filsafat Al Farabi seca ra rinci menggambarkan terjadinya (proses) terciptanya alam semesta , yang bersumber dari Tuhan. Dengan penggambaran tersebut, sebenarnya konsepsi tuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila menjadi
K~
le-
bih "hidup", dalam arti ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila itu mempunyai essensi ujud Tuhan yang memiliki sifat kemaha sempurnaan,
salah
satunya ialah sifat Pencipta . Dengan sifat itu alam semesta t e rjadi, dan kekuasaan Tuhan nyata. Mesk ipun demikian tidaklah bisa diingkar i
lagi,
karena
ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila beE sumber dari ajaran adat, budaya dan agama-agama yang heterogen , sehingga Ketuhanan Yang Maha dalam Pancasila meliputi semuanya.
Esa
B A B V P E N U T U P
Ke sirnp ul an Berdasarkan atas hasil penelitian tentang "Konsepsi Ketuhanan rnenurut Filsafat Al Farabi dan rnanfaatnya bag i Pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasi l a", rnaka dap at disirnpu l kan hal-hal sebagai berikut 1 . Konsepsi Ketuhanan rnenur u t Fi l safat Al Farabi berisi pikiran- pikiran Ketuhanan yang berc orak kefilsafatan , menyangkut 3 (tiga) hal : a . Pernbenaran tentang adanya Tuhan, dengan sebutandan batasan yang berbeda d i bandingkan dengan konsep
K~
tuhanan Yang Maha Esa da l arn Pancasila . Hal demiki an dapat dirnaklurni, karena latar belakang pemikir an dan pengaruh - pe ngaruh corak Is l am ini
sangatna~
pak . b . Konsep tentang sifat- sifat Tuhan . Al Fara b i membenarkan adanya sifat- sifat Tuhan . Si fat utarna satu- satunya bagi Allah adalah sifat Esa, dalam pengertian satu - satunya Ada . Allah adalah wu jud yang paling sernpurna , suci dari segala kekura ngan. Ia paling rnulia dan qadirn, azali dan abadi. Adapun sifat- sifat Tuhan ,
~enurut
Al Farabi bahwa
sifat-sifat itu tidak berbeda dengan dzatNya,
kar~
na Tuhan adalah Esa lagi Tungga l. Allah s e bagai Aka l Aktif, tidak memerlukan kepada benda
karena
benda itu me nghalang i sesuatu untuk menjadi aka! dan berfikir dari kedudukan yang demikian, maka da pat dijabarkan sifat-sifat Tuhan : 1) Berfikir dan yang dipikirkan (Aql,
' Aqil dan
Ma • qul) ; 2) Me ngetahui dan dike tahui {'Urn,
'Alim dan Ma ' lurn ) 32
33
3) Maha bijaksana (Hakim), dalam pengertian menge tahui dzatNya sendiri. Da l am kaitannya dengan konsep Ketuhanan Yang
Maha
Esa dalam Pancasila, maka pensifatan yang diberi kan oleh Al Farabi , akan memberi corak konsep Ketu h anan yang l ebih "hidup" , dan dinamis . c . Tentang hubungan Tuhan dengan CiptaanNya . Konsep Al Farabi memberika n gambaran yang jelas teg tang terjadinya alam semesta, dari suatu ujud
ke-
sempurnaan Allah yang abstrak,tunggal, ke dunia alita, semesta alam yang sangat "pluralis"
r~
dalam
suatu proses emanasi . Dalam hal ini Al Farabi seba gai pernikir muslim mengemukakan suatu dalil ontolo gi , yakni dalil yang berpijak pada konsep wajibdan mungkin . Semua yang ada, menurut Al Farabi dapat dibedakan sebagai - Mumkin Wujud - Wajib wujud Yang dimaksud dengan rnumkin wujud ialah jika ditilik dari dzatNya , ia tidak wajib adanya, sedangkan yang dimaksud dengan wajib wujud ialah jika
diti-
lik dari dzatNya, ia wajib adanya, yakni adanya
k~
rena dirinya bukan karena sebab yang lain.
Dari
batasan ini l ah maka Al Farabi membenarkan
konsep
Tu han wajibu l wujud sebagai Allah, Yang Esa . Seba gai wujud Pertama, Akal Murni . Pengertian Murni di sini adalah perwujudan abstraksi yang palingtinggi dan jauh dari pikiran dan garnbaran makh luk . Dalam kaitan dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila Konsep Al Farabi tentang
hubungan
Tuhan dan CiptaanNya mernberikan petunjuk tentang sifat Kemaha Kuasaan Tuhan . Hal ini sangat bermanfaat bagi aqidah Ketuhanan , lebih-lebih apabila di kaitkan dengan konsep Islam · sebagai media keperca yaan masyarakat mayoritas bangsa kita, bahwa Allah
34
adalah Al Khalik (Pencipta) . 2. Pancasila rnerupakan dasar Falsafah Negara. Pengertian Sila Pertarna Ketuhanan Yang Maha Esa, pada Pancasila adalah : a. Sejak dahulu kala, bangsa Indonesia adalah
bangsa
yang berTuhan (Religius). Keyakinan tentang adanya kepercayaan Ketuhanan bagi bangsa Indonesia ini ku at sekali; Bangsa Indonesia berTuhan dalam agarna , adat, rnaupun budaya yang ada. Dengan demikian, dalarn Pancasila rnasalah Ketuhanan diakui kebenaran nya sebagai suatu nilai; khususnya nilai keutarnaan yang diagungkan. b. Selarna rnasa penjajahan dan masa-rnasa perjuangan me lawan penjajah, nilai-nilai Ketuhanan tetap
ada.
Penjajah berusaha untuk menghapuskan nilai - nilai tersebut tetapi karena sifat keuniversalan
nilai
tersebut, rnaka hal itu tidak rnungkin terjadi. Jus tru nilai - nilai Ketuhanan rnerupakan sumbersemangat Ketuhanan tersebut perjuangan rnencapai sukses
dan
berja lan terus. c. Pada periode persiapan kemerdekaan , bangsa
kita
menyiapkan suatu dasar negara bagi negarayang akan lahir, maka nilai-nilai Ketuhanan diusahakan untuk diterapkan sebagai salah satu dasar bagi kehidupan bernegara, sampai pada akhirnya terealisir sebagai Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dengan satu pengerti an, bahwa nilai-nilai Ketuhanan diterapkan sebagai dasar untuk rnengatur ke hidupan bernegara bagi
ban~
sa kita. d. Sejak masa Orde Baru, khususnya dengan adanya
TAP
MPR No. II/MPR/1978, maka rakyat telah sepakat bah wa Pancasila, khususnya Ketuhanan Yang Maha telah disepakati dalam Eka Prasetia Pancakarsa b aga i pedoman, penuntun dan pegangan hidup
Esa, s~
bagi
35
sikap dan tingkah l aku setiap manusia Indonesia, da l am kehidupan berrnasyarakat dan kehidupan ber n egara . Pedornan Penghayatan dan Pengamalan
bagi
Si l a Ketuhanan Yang Maha Esa ini, pengamalannyada l arn bentuk butir-butir l) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya rnasing masing menurut dasar kemanusiaan yang adildan be r adab. 2) Hormat rnenghormati dan bekerja sama antara
p~
meluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda - beda, sehingga terbina kerukunan hidup . 3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya . 4) Tidak rnemaksakan suatu agarna dan kepercayaan nya kepada orang lain . Dengan demikian , dalam kehidupan bangsa Indone sia , kepercayaan sudah ada sejak dahulu kala,
m~
nyangkut adanya, sifatnya , sebutan, kemaha kuasa an-Nya , juga bentuk hubungan manusia - Tuhan dalam ujud ibadah dan perilaku rnanusia. 3. Meskipun tidak semua berrnanfaat , pikiran- pikiran
Al
Farabi sangat rnernbantu dalam r angka konsepsi Ketuhan an Yang Maha Esa dalam Pancasila; khususnya da l amhal : a. Pembenaran tentang adanya Dzat Tuhan dan sebutan-se butan- Nya; b. Pembenaran tentang adanya sifat-sifat kesempurnaan Tuhan; c. Terjadinya penciptaan yang bersumber dari Tuhan .
DAFTAR PUSTAKA 1. Abubakar Aceh, 1968, Sejarah Filsafat I slam,
(cet.2),
hlm. 55, Ramadhani, Sala. 2. Ahmad Daudy, 1983, Allah dan Manusia Dalam Konsep Syaeikh Nurruddin ar Raniry, pertama), cet. pertama,
(terbitan
hala~an
12 1 ,
C.V. Rajawa li, Jakarta. 3.
1986, Kuliah Filsafat Islam, cet. pertama, hlm. 26, 42, Bulan Bintang, Jakar ta.
4. Al Farabi, 19 86, IHSHO 'UL ULUM,
(editor Usman Amin) ,
hlm. 120-122, Mihtabah al Anglo al mishriyyah, Cairo. 5.
1984, Risalah fi Ara'ahlal Madinat
al
Fadhilah, hlm. 5-10, Leiden (dicetak di Kairo dengan judul Al Madinatul Fadhilah Maktabah Tijariyah, 1948). 6. Aslam Hady, 1977, Pengantar Filsafat Ketuhanan,
(sten-
silan), hlm. 8, Fak. Filsafat Yogyakarta. 7. Darji Darmodihardjo, 1980, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, cet. XII, hlm. 46, LPUB Malang 8. Departemen Penerangan, 1945, Pidato Lahirnya Pancasi l a, Dep. Penerangan, Jakarta. 9. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Sejarah Filsafat Barat , (cet.3), hlm. 41 Kanisius,Yogyakarta. 10. ----------------' 1983, Konsepsi Tentang Manusia Dalam Ke batinan Jawa, hlm. 33, 59 -60, Sinar Harapan, Jakarta. 11. Harun Nasution, 1973, Falsafat dan Mistisi sme
Dalam
Islam, hlm. 26-30,Bu l an Bintang,Jakarta. 36
37
12. --------------' 1982, Akal dan Wahyu Dalam Islam, (Cet. 1), hlm. 11-12, UI-Press, Jakarta. 13. Hasbullah Bakry, 1971, Sistematika Filsafat,
(terbit-
an ke 2), hlm. 59, Penerbit Widjaja , Djakarta. 14 · - - - - - - - - , 1978, Di Sekitar Filsafat Skolastik Islam, hlm. 33-35, Tinta Mas, Jakarta. 15. Hanafi, 1976, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang Jakarta. 16. Ibrahim Lubis, 1982, Kuliah Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, hlm. 204-205, Ghalia Indonesia, Jakarta. 17. Ismaun, 1975, Problematika Pancasila Sebaqai Kepriba dian Bangsa Indonesia,
(cet . 4), hlm .
30, Carya Remadja, Bandung. 18. Muzaffaruddin Nadvi, 1984, Pemikiran Muslim dan Sumbernya, hlm. 120, Penerbit Pustaka, Bandung. 19. Notonagoro, 1967, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pan casila,
(cet. keempat), hlm. 42, Pan-
curan Tujuh, Jakarta. 20.
, 1968, Pantjasi la Setjara Ilmiah Populer (stensil), hlm. 6, 47, 63, 69, 75 , 79, Yayasan Fak. Filsafat Jogjakarta
21. Pangeran Al - Haj, 1984, · Pendidikan Pancas ila,
(cet.
Pertama), hlm . 2-6, Dep. P dan K, Jakarta. 22. Panitia Lokakarya, Pengamalan Pancasila, 1976, Bebera pa Pemikiran Sekitar Pengamalan Pancasila, hlm. 139, UGM, Yogyakarta. 23. Pranarka, 1985, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, (terbitan pertama) , cet.pertama, hlm. 3-4, CSIS, Jakarta.
38
24. Sanusi Pane, 1965, Sejarah Indonesia,
(jilid 1), cet.
6, hlm. 11, PN Balai Pustaka, Djakarta. 25. Soeharto, 1976, Pandangan Presiden Soeharto Tentang Pancasila,
(cet. pertama), edisi kedua,
hlm. 3-5, CSIS, Jakarta .