LAPORAN PENELITIAN
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN PESAWAT C-212-200 DI SKUADRON UDARA 4
Disusun Oleh: BURHAN FAZZRY, ST., M.T.
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2009
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1.
Judul Penelitian
2.
Bidang Ilmu
: Implementasi Manajemen Pemeliharaan Untuk Meningkatkan Kesiapan Pesawat C-212-200 Di Skuadron Udara 4 : Manajemen Industri dan Manajemen Pemelihraan
3.
Peneliti
:
a. Nama
: Burhan Fazzry, S.T., M.T.
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki
c. Golongan/Pangkat
: -
d. Jabatan Fungsional
: -
e. Fakultas/Program Studi
: Teknik/Teknik Mesin
4.
Jumlah Tim Peneliti
: 1 (satu)
5.
Lokasi/Daerah Penelitian
: Malang
6.
Jangka Waktu Penelitian
: 5 (lima) Bulan
7.
Biaya Penelitian
: Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah)
Malang,
September 2009
Ketua Peneliti,
Burhan Fazzry, S.T., M.T.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
2
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................
2
1.5 Asumsi-asumsi .....................................................................................
2
1.6 Manfaat Penelitian ...............................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen ..........................................................................................
4
2.2 Fungsi Manajemen................................................................................
4
2.3 Definisi Perawatan ...............................................................................
6
2.4 Tujuan Perawatan .................................................................................
7
2.5 Jenis Perawatan ....................................................................................
8
2.6 Tugas dan Kegiatan Perawatan .............................................................
9
2.7 Prosedur Perawatan .............................................................................
10
2.8 Elemen Waktu Perawatan .....................................................................
11
2.9 Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Perawatan ....................................
11
2.10 Penjadwalan ........................................................................................
12
2.11 Prosedur Perencanaan Pemeliharaan ..................................................
13
2.12 Produktivitas Dan Efisiensi Pemeliharaan .........................................
15
2.13 Skadron Udara 4 ................................................................................
16
BAB III METODOLOGI PENELITI 3.1 Study Literatur .....................................................................................
33
3.2 Survey Pendahuluan ............................................................................
33
3.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah ....................................................
34
3.4 Metode Penelitian Operasional .............................................................
34
3.5 Pengumpulan data .................................................................................
35
3.6 Metode Pengolahan Data ......................................................................
36
3.7 Diagram Alir Penelitian .......................................................................
37
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data ...............................................................................
38
4.2 Prosedur Perawatan ..............................................................................
38
4.3 Data Pelaksanaan Perawatan ................................................................
40
4.4 Pengolahan dan Analisa Data ..............................................................
49
4.5 Diagram Sebab Akibat .........................................................................
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
64
4.2 Saran-saran ...........................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
BAB I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan Perawatan alutsista yang terencana diperlukan menjaga
tingkat kesiapan operasional. Untuk memenuhi kesiapan ini menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan cara meningkatkan kemampuan menyediakan dan menghasilkannya. Peningkatan kemampuan penyediaan alutsista ini merupakan usaha yang harus dilakukan oleh TNI Angkatan Udara pada umumnya dan khususnya Skadron Udara 4 untuk dapat memenuhi kebutuhan secara efektif dan efisien. Usaha ini dilakukan guna mencapai tingkat kesiapan alutsista sesuai dengan yang diharapkan demi terwujudnya The First Class Air Force. Alutsista yang ditangani oleh Skadron Udara 4 adalah pesawat terbang jenis C-212-200 Cassa, kondisi pesawat yang baik atau mampu beroperasi secara optimal akan memberi kelancaran dalam pelaksanaan tugas TNI Angkatan Udara baik dalam peningkatan profesionalisme awak pesawat maupun dalam penyelesaian misi. Skadron Udara 4 merupakan satuan di bawah jajaran Wing 2 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan mengupayakan kesiapan unsur operasi udara dengan tugas utama melaksanakan angkutan udara dan tugas khusus mendukung operasi udara serta tugas tambahan (pemotretan udara, pemetaan, hujan buatan, SAR, ambulance udara dan flying classroom). Jenis pesawat terbang yang berada di Skadron Udara 4 adalah C-212-200 Cassa, seperti yang telah diuraikan diatas pesawat ini mempunyai fungsi yang sangat bervariasi yang dapat digunakan pada operasi militer perang maupun operasi militer selain perang. Pesawat ini memiliki batas jam operasional terbang sehingga perlu diadakan inspeksi secara periode guna peremajaan dan penambahan usia pesawat terbang. Hal ini menyebabkan terjadinya pengurangan kesiapan operasional pesawat dan harus segera dapat diselesaikan inspeksi tersebut agar dapat mendukung tugas TNI Angkatan Udara. Permasalahan yang timbul di Skadron Udara 4 adalah sering terjadi keterlambatan kesiapan pesawat setelah melaksanakan inspeksi (Periodic 1
2
Inspection/PI) tersebut, sehingga akan mempengaruhi kesiapan jumlah pesawat tiap bulannya. Hal ini tentunya akan sangat menghambat kinerja dari Skadron Udara 4 khususnya dan TNI Angkatan Udara pada umumnya. Disamping itu pula target yang telah direncanakan akan tidak terpenuhi sehingga mempengaruhi profesionalisme.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Hal-hal apa saja yang menjadi faktor penyebab keterlambatan dalam penyiapan pesawat terbang di Skadron Udara 4. 2. Upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk menurunkan tingkat keterlambatan dalam penyiapan pesawat terbang di Skadron Udara 4.
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat ditentukan tujuan penelitian ini
adalah : 1. Menganalisa faktor penyebab keterlambatan kesiapan pesawat di Skadron Udara 4. 2. Memberikan solusi dalam mengatasi keterlambatan penyiapan pesawat di Skadron Udara 4.
1.4.
Batasan Masalah Batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini meliputi :
1.
Pengambilan data hanya dilakukan dalam lingkup Skadron Udara 4 sebagai satuan yang menangani Perawatan tingkat ringan.
2.
Penelitian tidak membahas masalah tekhnis pengoperasian atau pengerjaan, perbaikan pesawat terbang.
1.5.
Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3
1.
Dalam program kerja Skadron Udara 4 direncanakan kesiapan terdapat 4 pesawat terbang.
2.
Pemeriksaan dan penelitian dilakukan dengan mengikuti prosedur yang benar dan menyesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh satuan.
3.
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan periodic inspection tingkat ringan.
1.6.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin di capai dalam penelitian di Skadron
Udara 4 antara lain : 1. Bagi Satuan. Memberi informasi dan masukan yang bersifat keilmuan kepada Skadron Udara 4 tentang penerapan manajemen Perawatan dalam pelaksanaan Perawatan dan penyiapan pesawat terbang. 2. Bagi Peneliti. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman ilmiah tentang manajemen Perawatan.
BAB II LANDASAAN TEORI
2.1.
MANAJEMEN Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataan tidak ada definisi
yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini beberapa definisi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli dalam Handoko (1989) maupun dari sumber lain : 1. Maria Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. 2. Stoner menyatakan definisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 3. Luther Gillick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (sciene) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi
pengorganisasian
dengan
(organizing),
pelaksanaan penyusunan
fungsi
perencanaan
personalia/kepegawaian
(planning), (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling) (Handoko 1989).
2.2.
Fungsi Manajemen Menurut Manullang
(2002), fungsi manajemen dapat didefinisikan sebagai
aktifitas-aktifitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila dilihat dari sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka fungsi manajemen tersebut dibedakan menjadi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan.
5
1. Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan fungsi penyusunan serangkaian tindakan yang ditentukan sebelumnya agar mencapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat diperkecil. 2. Organisasi (organizing) Definisi organisasi dapat dibedakan jadi dua tergantung dari sudut pandangnya. Orgamisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama ungtuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu, sementara itu dalam arti bagan atau struktur , organisasi merupakan gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam usaha mencapai suatu tujuan. 3. Penyusunan (staffing) Fungsi penyusunan (Stafing) disebut juga dengan fungsi personalia, meliputi
tugas-tugas
memperoleh
pegawai,
memajukan
pegawai,
dan
memanfaatkan pegawai. Fungsi ini adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan dengan para pegawai di lingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan tujuan perusahaan atau tujuan aktivitas yag dipimpinnya. 4. Pengarahan (directing) Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi telah ditetapkan dan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut telah diisi maka kegiatan yang harus dilakukan pimpinan adalah menggerakkan bawahan, mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat diwujudkan. Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan mengarahkan (directing) bawahan. 5. Pengawasan (controlling) Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekrjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksananaan sesuai dengan rencana semula.
6
Menurut Rekso Hadiprodjo dan Gito sodarmo (1992), fungsi pengawasan kegiatan produksi dapat dibagi dalam : a. Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. b. Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang dikehendaki. c. Koreksi,
berusaha
untuk
menghilangkan
kesulitan-kesulitan
atau
penyimpangan-penyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu berlebihan. 2.2.1 Pengertian Manajemen Pemeliharaan Secara
garis
besar
pengertian
manajemen
pemeliharaan
yaitu
pengorganisasian operasi pemeliharaan untuk memberikan performansi mengenai peralatan produksi dan fasilitas industri. Dasar pemikiran yang logis adalah suatu persyaratan terbaik dalam mengorgnisasikan pemeliharaan. Pengorganisasian ini mencakup penerapan dari metode manajemen dan memerlukan metode yang sistematis. Hal ini merupakan pekerjaan yang harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam mengatur perlengkapan. Dimana perlengkapan itu merupakan peralatan, material, tenaga kerja, biaya, teknik atau tata cara yang diterapkan serta waktu pelaksanaannya. Dengan mengetahui tujuan dan sistem manajemen yang diterapkan, maka akan dapat mengatasi masalah, mengambil tindakan serta mengerti dengan jelas permasalahan yang sedang dihadapi. Hampir semuanya dalam industri permesinan, penanaman modal dalam pembelian mesin-mesin merupakan anggaran terbesar oleh karenanya pertanggungan jawab untuk memelihara modal yang tertanam ini harus ditempatkan pada manajemen yang tinggi. 2.3.
Definisi Perawatan Perawatan merupakan suatu fungsi yang penting dalam suatu satuan operasional.
Sebagai suatu usaha menggunakan fasilitas/peralatan agar kontinuitas operasional dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi yang memuaskan dan sesuai dengan rencana. Selain itu peralatan tersebut tidak mengalami kerusakan selama digunakan sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
7
Perawatan (maintenance), menurut The American Management Association,Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien. Hal ini berbeda dengan perbaikan, pemeliharan juga didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bias diterima (British Standart 3811, 1974). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan Perawatan ini melibatkan berbagai bidang / disiplin ilmu yang menyebabkan bidang ini berkembang dengan pesat dan mencapai puncaknya dengan ditetapkannya istilah baru untuk manajemen Perawatan ini dengan nama Terroteknologi. Kata terro berasal dari Yunani “Terein” yang artinya menjaga dan memelihara. Jadi Terrotekhnologi berarti tekhnik menjaga dan memelihara. Dan Terrotekhnologi ini kemudian memiliki definisi yang lebih luas dari British Standart BS3881 : 1974 tentang Perawatan yaitu : “Kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan, dan kegiatan lain yang diterapkan bagi aset fisik, untuk mendapat biaya siklus hidup ekonomis hal ini berhubungan
dengan
spesifikasi
dan
rancangan
untuk
keandalan
serta
kemampupeliharaan pabrik, mesin-mesin, peralatan, bangunan dan struktur dengan instalasinya, pengetesan, Perawatan, modifikasi, penggantian, dan dengan umpan balik informasi untuk rancangan, unjuk kerja dan biaya.”
2.4.
Tujuan Perawatan Menurut Corder (1992), tujuan Perawatan yang utama dapat didiefinisikan dengan
jelas sebagai berikut : 1.
Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan, dan isinya).
2.
Menjamin ketersediaan optimum perlatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang mungkin.
3.
Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.
8
4.
Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
5.
Perawatan berusaha mengurangi kerusakan yang tidak wajar dan menjaga agar modal yang ditanam dalam perusahaan dalam waktu yang telah ditentukan dapat sesuai dengan kebijakan perusahaan dibidang penanaman modal.
6.
Departemen Perawatan harus dapat melaksanakan semua hal tersebut diatas dengan biaya yang serendah mungkin dan harus dapat bekerja sama dengan departemen lainnya. Menurut Ir. Yuriadi Kusuma MSc. Maksud utama dari suatu kegiatan perawatan
adalah untuk memelihara keadaan suatu peralatan tersebut pada awal peralatan digunakan. Tugas dari bagian perawatan adalah merencanakan dan menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan untuk menginspirasi tingkata kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi sedemikian rupa hingga hal tersebut dapat menghemat biaya operasi. Pekerjaan yang ditugaskan pada bagian perawatan biasanya adalah penggantian dan pemasangan komponen serta melakukan perencanaan dan penjadwalan atas kegiatan tersebut. 2.5.
Jenis Perawatan Corder (1992) membagi kegiatan Perawatan ke dalam dua bentuk, yaitu
Perawatan terencana (planned maintenance) dan Perawatan tak terencana (unplanned maintenance), dalam bentuk Perawatan darurat (breakdown maintenance) merupakan kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu. Perawatan terencana ini terdiri dari Perawatan pencegahan (preventive maintenance) dan Perawatan korektif (corrective maintenance). 2.5.1. Perawatan Pencegahan (preventive maintenance) Perawatan pencegahan adalah Perawatan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan. Perawatan pencegahan ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi fasilitas operasional yang termasuk dalam “critical unit” . Sebuah fasilitas atau peralatan termasuk dalam “critical unit” apabila kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan
9
membahayakan keselamatan pra pekerja, menyebabkan kemacetan operasional (Assauri, 2004). Dalam prakteknya, Perawatan pencegahan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance. Routine maintenance adalah kegiatan Perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali, setiap bulan sekali, ataupun setiap tahun sekali. Selain itu kegiatan periodic maintenance juga dapat dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus jam sekali, dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari routine maintenance (Assauri, 2004).
2.5.2. Perawatan Korektif (corrective maintenance) Menurut Prawirosentono (2000) Perawatan korektif adalah Perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitas tersebut dapat digunakan lagi dalam operasi, sehingga proses operasi dapat berjalan lancar kembali. Sedikit berbeda dengan pendapat sebelumnya, selain preventive maintenance dan corrective maintenance, Patton (1983) menambahkan satu jenis Perawatan lagi, yaitu ‘Perawatan kemajuan’ (improvement maintenance), yang berfungsi untuk memodifikasi, mendesain ulang, dan merubah mesin atau pesanan. Disamping Perawatan terencana (planned maintenance) yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat pula Perawatan tidak terencana (unplanned maintenance). Perawatan tidak terencana didefinisikan sebagai Perawatan yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa adanya tahap kegiatan proses produksi yang tibatiba memberikan hasil yang tidak layak. Pelaksanaan Perawatan yang tidak terencana ini dapat pula berupa Perawatan darurat (emergency maintenance) yaitu kegiatan perawatan mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah (Prawirosentono, 2000). 2.6.
Tugas dan Kegiatan Perawatan Menurut Assauri (2004), semua tugas dan kegiatan Perawatan dapat digolongkan
ke dalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu inspeksi (inspection), kegiatan tekhnik (engineering), kegiatan produksi (production), kegiatan administrasi (clerical work), dan Perawatan bangunan (house keeping).
10
2.7.
Prosedur Perawatan Sebelum melakukan Perawatan terhadap aset atau fasilitas yang digunakan dalam
produksi, sebaiknya terlabih dahulu telah disusun rencana akan hal-hal atau kegiatan apa saja yang akan dilakukan terhadap mesin tertentu. Corder (1992) memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan kegiatan Perawatan, antara lain : 1.
Menentukan apa yang akan dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana, penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan aset fisik yang memerlukan Perawatan dan merupakan satusatunya alas an yang bias dipertanggung jawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2.
Menentukan bagaimana aset atau saran tersebut dipelihara. Membuat jadwal Perawatan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan. System ini dapat dimulai dengan melakukan Perawatan terencana bagi beberapa mesin ‘kunci’ dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai tingkat Perawatan ekonomis yang optimum.
3.
Setelah mempersiapkan jadwal Perawatan, selanjutnya adalah menyusun spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal Perawatan. Spesifikasi ini dipersiapkan
terpisah
untuk
masing-masing
kegiatan
dan
frekuensi
pemeriksaan. 4.
Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama dengan bagian produksi, biasanya dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi. Pengaturan pemberhentian operasional untuk pemeriksaan Perawatan pencegahan terencan dan reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5.
Membuat dan mengisi blangko laporan pemeriksaan yang diikutkan bersama spesifikasi pekerjaan Perawatan. Setelah Perawatan selesai, blangko ini dikembalikan ke atasan Perawatan untuk diperiksa dan ditandatangani sebelum akhirnya dikembalikan ke kantor perencana pemeriksa. Untuk
memudahkan
pelaksanaan
maintenance,
maka
kegiatan
maintenance yang dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan (Maintenance Work Order atau Work Order System), Sistem Daftar Pengecekan (Check List System), dan rencana triwulan. Work order system yaitu kegiatan
11
maintenance yang dilaksanankan berdasarkan pesanan dari bagian produksi maupun bagian-bagian lain. Check List System merupakan dasar atau schedule yang telah dibuat untuk melakukan kegiatan
maintenance dengan cara
pemeriksaan terhadap mesin secara berkala. Rencana kerja kegiatan maintenance per triwulan dilaksanakan berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatancatatan sejarah mesin, yaitu kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki (Prawirosentono, 2000). 2.8.
Element Waktu Perawatan Dalam kegiatan perawatan terdapat beberapa pengertian mengenai waktu : 1. Waktu operasi, yaitu waktu yang dipergunakan untuk sistem dalam melakukan kegiatan 2. Waktu delay, yaitu waktu dimana sistem dalam keadaan menganggur, tetapi sistem bukan dalam keadaan rusak, sebagai contoh waktu delay terjadi bila mesin menuggu datangnya order, bahan baku dsb. 3. Downtime, yaitu total waktu dimana sistem tidak mungkin dioperasikan. Downtime dapat terjadi bila sistem mengalami kerusakan dalam keadaan perbaikan atau dalam keadaan perawatan lainnya. Downtime dapat berupa waktu memeriksa kerusakan (inspection), waktu menunggu perbaikan, waktu perbaikan, waktu menunggu datangnya spare parts dan waktu pemasangan spare parts.
2.9.
Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Perawatan Beberapa faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan
antara lain : 1. Adanya penjadwalan untuk aktifitas perawatan. 2. Komponen yang dibutuhkan. Persediaan komponen diperlukan baik untuk perawatan pencegahan maupun adanya ketersediaan kompenen pengganti pada saat melakukan perawatan. 3. Tersedianya biaya perawatan yang sesuai dengan kondisi yang ada. 4. Adanya tenaga manusia / mechanic pelaksanaan perbaikan yang mempunyai ketrampilan yang mempunyai syarat yang dibutuhkan. 5. Tersedianya prasarana fasilitas perawatan yang memadai.
12
2.10.
Penjadwalan Jhon. M. Gross menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Fundamentals of
Preventife Management” bahwa Manajemen perawatan harus melihat penjadwalan sebagai suatu landasan operasi guna mencapai kegiatan perawatan yang sukses. Penjadwalan melibatkan perencanaan aktivitas dari para personil pemeliharaan. Dengan kata lain perencanaan berarti menugaskan para pekerja oleh shift, perharian, dengan kepentingan tugas, olah ketersediaan tenaga kerja, dan dengan downtime produksi. Total Productive Work (TPW) berarti penjadwalan para personel untuk mengatasi masalah kerusakan harian, dimana juga memaksimalkan jumlah penyelesaian perintah pengerjaan (work order) yang harus diselesaikan. Di dalam memulai membuat penjadwalan pekerjaan hal pertama yang harus diperhatikan adalah mengenai ada tidaknya work order dalam sistem pekerjaan kita, apabila belum ada maka harus dibuat terlebih dahulu. Langkah pertama dalam membuat jadwal adalah membuat dokumen yang memungkinkan anda untuk mengatur perintah kerja pada setiap giliran kerja. Langkah-langkah panduan dalam membuat jadwal pekerjaan antara lain dalah sebagai berikut : 1. Membuat dokumen giliran kerja (shift). 2. Menghitung jam penjadwalan yang tersedia. 3. Urutkan perintah kerja sesuai dengan prioritas. 4. Mengembangkan jadwal per hari dan per shift. 5. Konsisten pada penjadwalan yang telah tersusun. Didalam melaksanakan penjadwalan kerja kita dapat mengetahui berapa banyak jam kerja yang tersedia pada setiap giliran kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jml jam kerja yang tersedia = (Jml teknisi X Jml jam/shift) - Waktu istirahat dan makan siang
Selanjutnya kita dapat menghitung waktu dari tekhnisi kita dalam melakukan pekerjaannya dan menemukan total jam yang tersedia untuk jadwal perawatan preventife dengan menggunakan rumus : Total waktu penjadwalan = Jml jam yg tersedia – waktu untuk pengerjaan kerusakan
13
Manfaat dari melakukan perhitungan ini adalah kita akan mengetahui berapa waktu yang benar-benar harus dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 2.11.
Prosedur Perencanaan Pemeliharaan Kebanyakan manager dalam industri sekarang ini telah mendengar mengenai
pemeliharaan terencana dan mengetahui serba sedikit keuntungan yang didapat dari penyusunan dan pelaksanaan suatu rancangan pemeliharaan terencana. Pada perkembangannya sistem pemeliharaan yang terencana telah dapat dibuktikan keuntungannya terutama oleh teknisi-teknisi maintenance yang terjun langsung
dalam
pelaksanaan
sistem
pemeliharaan
terencana.
Langkah pertama menentukan terlebih dahulu apa yang akan dipelihara. Hal ini amat tergantung persiapan segala fasilitas. Jadwal pemeliharaan harus disiapkan untuk setiap bagian pabrik atau peralatan produksi yang akan dipelihara. Mencakup pula keteranganketerangan bagaimana pemeliharan dilakukan. Sesudah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya menyusun spesifikasi pekerjaan (instruksi kerja) yang pada dasarnya merupakan alat komunikasi dengan pelaksana untuk mengarahkan dalam menjalankan kegiatan pemeliharaan pada peralatan produksi tertentu. Beberapa manfaat dari spesifikasi pekerjaan atau lebih sering disebut dengan instruksi kerja antara lain : 1. Merupakan instruksi dasar tindakan yang harus dilakukan Menunjukkan metode kerja, alat-alat apa yang dibutuhkan atau alat uji apa yang harus digunakan. 2. Dapat dianggap sebagai standar kerja, sehingga siapapun yang melakukan mempunyai cara yang sama, sekaligus mempengaruhi keselamatan kerja. Bagian pemeliharaan sebaiknya merencanakan program pemeliharaan berkala untuk selama jangka waktu tertentu. Secara ideal memang dijabarkan dalam jangka waktu satu tahun, tetapi biasanya perusahaan-perusahaan sulit melakukannya karena banyak faktor yang akan mempengaruhi produksi dan kebutuhan perusahaan secara keseluruhan. Sebagian menjabarkan dalam periode bulanan, tetapi ada juga dalam mingguan. Kegiatan ini memerlukan hubungan yang erat dengan bagian produksi untuk saling mengumpulkan informasi. Hasilnya sudah barang tentu harus diketahui oleh kedua belah pihak Tanggung jawab untuk menentukan siapa yang akan mengerjakan tergantung
14
dari foreman atau supervisor yang bersangkutan, yang tentu sangat mengetahui siapa yang sepantasnya melakukan pekerjaan tersebut. Walaupun sudah mempercayai kemampuan dari mekanik, tetap laporan hasil inspeksi diperlukan sebagai usaha untuk menyimpan data kondisi perlatan produksi paling dini atau lebih dikenal dengan history record. Perencanaan penjadwalan disusun dengan bertitik tolak dari perancangan operasi perusahaan secara keseluruhan, sebelum menetapkan rencana harus dilakukan analisa terlebih dahulu untuk menetapkan sampai sejauh mana posisi kita berada sekarang. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan untuk menetapkan jadwal pemeliharaan adalah sebagai berikut : a.
tingkat kerumitan pemeliharaan
b.
jadwal perkiraan waktu produksi
c.
tingkat pemeliharaan yang harus dilakukan
d.
kartu riwayat peralatan produksi (history card)
e.
kemampuan personil pelaksana pemeliharaan Mesin-mesin yang mempunyai tingkat kerumitan yang sama, harus dibagi merata
selama setahun, untuk menghindari beban kerja yang tidak merata dalam setahun. Jadwal pemeliharaan peralatan produksi terbagi menjadi beberapa jenis antara lain : 1.
Jadwal pemeliharaan jangka pendek, adalah jadwal pemeliharaan
peralatan produksi harian yang berupa pelumasan pada waktu peralatan akan dipakai atau setelah digunakan produksi. Pemeliharaan ini dapat dilakukan oleh operator dari peralatan produksi tersebut dengan memberikan petunjuk-petunjuk pemeliharaan terlebih dahulu kepada para operator tersebut. 2.
Jadwal pemeliharaan jangka sedang, adalah pemeliharaan peralatan
produksi bulanan yang disusun dari jadwal pemeliharaan tahunan yang dalam penyusunannya harus disesuaikan dengan jadwal produksi pada bulan yang bersangkutan sehingga tidak terjadi bentrokan. 3.
Jadwal pemeliharaan jangka panjang, adalah pemeliharaan yang
mencakup pemeliharaan total atau sering dikenal dengan Overhaul. Pemeliharaan jangkan panjang ini memerlukan persiapan yang matang dalam satu tahun ke depan
15
dengan melihat riwayat mesin pada tiap bulannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu pelaksanaan overhaul tersebut karena tentunya peralatan produksi tidak dapat berproduksi sama sekali pada saat itu sehingga diperlukan kecepatan, ketepatan dalam pelaksanaan Overhaul. Waktu yang dipergunakan untuk pemeliharaan harus dibatasi sesedikit mungkin karena dalam Maintenance dikenal : Availability, adalah kemampuan unjuk kerja peralatan produksi secara optimal tanpa terjadinya gangguan apapun yang akan mengakibatkan Secara
terganggunya
matematis
Availability
=
akan
((waktu
dapat operasi
proses dijabarkan /
produksi
sebagai
(waktu
berikut
operasi+down
(efisiensi). dibawah time))
x
ini
:
100%
Atau, Efisiensi = ((waktu pemakaian / (waktu pemakaian+down time)) x 100% Dalam hal ini kebijakan dari besarnya nilai prosentasenya yang ditentukan oleh pihak perusahaan dimana diharapkan nilai prosentase yang ditetapkan adalah ideal dan menyesuaikan dengan karakteristik serta jenis perusahaan yang menerapkan. 2.11.
Produktivitas Dan Efisiensi Pemeliharaan Encyclopedia Of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)
menyebutkan bahwa produktifitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Produktifitas dapat dijabarkan sebagai hasil penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakn ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarakan bagaimana sumber-sumber daya dikelola secara tepat dan benar. Efektifitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktifitas yang tinggi (Atmosuptrapto 2000). Dalam mencapai efektifitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi secara optimum, maka Prawirosentono (2000) membagi kegiatan maintenance menjadi lima kegiatan pokok, yaitu : 1)
Pemeliharaan mesin (mechanical maintenance)
2)
Pemeliharaan jaringan listrik (electrical maintenance)
16
3)
Pemeliharaan instrumen (instrument maintenance)
4)
Perawatan pembangkit listrik (electric power maintenance)
5)
Bengkel pemeliharaan (workshop)
Siagian (2004) menyatakan bahwa prinsip efisiensi secara sederhana berarti menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efisiensi mesin merupakan rasio antara keluaran aktual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaran maksimum yang dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain dipengaruhi oleh penjadwalan produksi, perawatan mesin, faktor kualitas, dan waktu istirahat operator. Keluaran aktual adalah laju keluaran yang benar-benar dicapai. Laju keluaraan ini dipengaruhi oleh kerusakan mesin, adanya produk cacat dan kekurangan bahan baku. Masalah efisiensi dalam menejemen pemeliharaan lebih ditekankan pada aspek ekonomi dengan memperhatikan dengan besarnya biaya yang terjadi, dan alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisa perbandingan biaya antara masing-masing alternatif tindakan yang dapat diambil (Assauri, 2004). 2.12.
Skadron Udara 4 Skadron Udara 4 merupakan salah satu satuan udara di bawah Lanud
Abdulrachman saleh dengan tugas pokok melaksanakan pembinaan dan penyiapan awak pesawat C-212-200, melaksanakan operasi udara sesuai dengan kemampuannya dan pemeliharaan pesawat tingkat ringan. Skadron Udara 4 mengoperasikan jenis pesawat C-212-200 Casa dimana Pesawat C-212-200 Casa ini adalah buatan pabrik pesawat terbang PT. NURTANIO tahun 1985 disiapkan sebagai pesawat angkut ringan serba guna dengan berkemampuan STOL (short take off and landing), serta dapat dioperasikan pada landasan yang tidak dipersiapkan secara khusus (Air Strip). Berdasarkan SKEP KSAU No. KEP/02/I/1997 tanggal 17 Januari 1985 tentang pengaktifan kembali Skadron Udara 4 Angkut Ringan, maka TNI AU mendapat tambahan sistem baru berupa pesawat C-212-200 Casa. Pesawat-pesawat ini menjadi kekuatan dari Skadron Udara 4 Angkut Ringan dalam Jajaran Lanud Abd Saleh, Komando Operasi Angkatan Udara II yang berkedudukan di Malang.
17
2.12.1. Performa Pesawat C-212-200 Casa Batasan kemampuan pengoperasian pesawat diatur sebagai berikut: a.
Kapasitas Personel 1)
b.
c.
d.
Pasukan Darat :
17 orang
2) Pasukan Para
:
16 orang
3) Pasien Tidur
:
6 orang
4) Pasien Duduk
:
16 orang
5) Penumpang
:
19 orang
6) VIP/VVIP
:
14 orang
Batasan Berat dan Kapasitas Angkut Pesawat 1)
Basic Weight
:
4380 Kg
2)
Maximum Taxy Weight
:
7500 Kg
3)
Maximum Take Off Weight
:
7450 Kg
4)
Maximum Landing Weight
:
7350 Kg
5)
Maximum Payload
:
1200 Kg
6)
Maximum Zero Fuel
:
7050 Kg
Kecepatan Jelajah dan Jangkauan 1)
Rate of Climb
: 750 – 1100 fpm
2)
Top Ceiling & Time
: 10.000 feet dalam 12 – 18 Menit
3)
Crusing Level & TAS
: 10.000 feet / 187 Kts
4)
Endurance & Range
: 04:30 / 675 NM
Flight Condition 1)
Visual Flight Rule (VFR) dan Instrument Flight Rule (IFR)
2)
Day Operation and Limited for Night Operation
3)
Wind Component : a)
Max Cross Wind = 20 Kts
b)
Max Head Wind = 35 Kts
c)
Max Tail Wind
= 10 Kts
Runway Condition Requirement 1)
Surface :
Asphalt, Corral, Bauxit, Grass, Gravel, dan Soil.
18
2)
Strnght :
12000 lbs, UCL tidak dibawah 12, dan LCN tidak
boleh dibawah 5
e.
f.
g.
3)
Clear area dengan lebar 50 feet dari center line
4)
Turning area: 62 Feet 4 Inches
5)
Panjang Minimum Runway 700 m untuk sea level
6)
Maksimum elevasi 8000 feet
7)
Maksimum slope +3%
Pemakaian Bahan Bakar, Oil dan Hydraulic 1)
Kapasitas
=
2040 liter
2)
Jenis bahan bakar Avtur JP-4 atau Avtur JP-5
3)
Fuel Consumption 500 liter/ jam
4)
Kapasitas oli = 6,25 quart
5)
Jenis engine oil
7)
Jenis Hidraulic Fluid : Mil – H – 5606
: MIL- L -23699
Perlengkapan Komunikasi dan Navigasi 1)
VHF Communication
: 2 Ea
2)
HF Communication
: 1 Ea
3)
Inter Communicatio
4)
Public Adress
5)
Radar
6)
ILS ( Instrument Landing System)
7)
VOR
8)
ADF 2 Ea
9)
Radio Altimeter
10)
DME dan Transponder
11)
Flight Director
Untuk point (a) dibatasi oleh ketentuan yang ada pada point (b), yaitu tidak boleh melebihi ketentuan atau batasan yang ada.
19
Gambar 1.1 : Pesawat C-212-200 Casa
3.
Diagram sebab-Akibat (Cause-effect Diagram) Diagram ini digunkan untuk mengorganisasi informasi hasil brainstorming sebab-
sebab suatu masalah.
Diagram ini disebut juga dengan diagram fishbone karena
bentuknya yang mirip dengan tulang ikan, dimana
menunjukkan kumpulan dari
kelompok sebab-sebab yang disebut sebagai faktor, serta akibat yang timbul karenanya yang disebut sebagai karakteristik mutu. Kegunaan diagram sebab-akibat adalah untuk menemukan faktor-faktor yang merupakan sabab pada suatu masalah.
Prinsip yang
dipakai untuk membuat diagram sebab-akibat ini adalah sumbang saran (brainstorming). Untuk mempermudah menemukan faktor penyebab, pada umumnya faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam 5 faktor utama yaitu Man, Material, Methode, Machine dan Environment. a.
Manfaat diagram sebab-akibat tersebut antara lain :
Dapat menggunakan kondisi yang sebenarnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya.
b.
20
Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan.
c.
Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.
d.
Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Gambar 3. Diagram Sebab Akibat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang akan digunakan merupakan sebuah kerangka pemikiran dari sebuah langkah-langkah penelitian dalam menghadapi suatu pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan tujuan dari penelitian. Dalam memecahkan masalah yang dihadapi digunakan metode-metode yang sesuai dengan masalah yang sedang dibahas agar bisa diaplikasikan padakondisi yang sebenarnya. 3.1.
Study literatur Study literatur digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teoritis yang berkaitan
dengan masalah manajemen perawatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 3.2.
Survey Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan untuk memperoleh beberapa data awal antara lain: 1.
Kondisi nyata objek penelitian
2.
Sistem pemeliharaan yang digunakan
3.
Peralatan serta alutsista yang digunakan
Beberapa data tersebut kemudian dirangkum dalam satu persepsi yang timbul dari berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen perawatan sehingga permasalahan yang timbul dapat segera diidentifikasi. 3.3.
Identifikasi dan Perumusan Masalah. Seperti yang telah diungkapkan dalam bab I, telah didapatkan beberapa informasi
sebagai survey awal yang berkenaan dengan literatur yang telah ditetapkan untuk mencari penyelesaian dalam pemecahan suatu permasalan
25
26
3.4.
Metode Penelitian Operasional Metode penelitian secara operasional yang dilakukan oleh penyusun di Skadron
Udara 4 mempunyai langkah – langkah sebagai berikut : a. Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif karena penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dan penelitian yang diteliti adalah di bagian pemeliharaan b. Kehadiran peneliti Dalam hal ini bertindak sebagai pengumpul data yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dan mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan. Sehingga kehadiran peneliti adalah sebagai subyek. c. Lokasi penelitian Berlokasi di daerah Malang – Jawa Timur. Sumber data :
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber untuk kemudian diamati dan dicatat.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi berupa data – data yang sudah jadi dan sudah disediakan satuan.
d. Analisa data, mengunakan penjadwalan pemeliharaan sebelum perbaikan dan simulasi setelah perbaikan. e. Tahapan penelitian Dimulai dari pendekatan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data. 3.5.
Pengumpulan data Tahap selanjutnya adalah survey lanjutan untuk pengumpulan data yang lebih
lengkap sesuai kebutuhan model alternatifpenyelesaian yang telah ditetapkan secara teoritis. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan antara lain sebagai berikut :
27
1. Wawancara Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak pihak yang bersangkutan 2. Observasi Tehknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap keadaan sebenarnya terjadi yang berhubungan erat dengan permasalahan yang sedang diteliti. 3.
Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang berupa pengumpulan arsip – arsip atau catatan – catatan yang telah ada guna mendukung penelitian.
3.6. Metode Pengolahan Data Langkah – langkah sistematis yang harus dilakukan dalam pengolahan dan penganalisaan data adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jadwal jam kerja yang tersedia 2. Menganalisa hasil penghitungan data – data untuk diambil akar penyebab masalah dan membuat solusi masalah. 3. Analisa dilakukan dengan menggunakan preventive maintenance 4. Kesimpulan merupakan masukan dari hasil analisa dan pengolahan data.
28
3.7.
Diagram Alir Penelitian Start
Survey Lapangan Study Literatur Perumusan Masalah & Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Kesiapan Pesawat dan Personel
Data Pelaksanaan Perawatan
Analisa dan Olah Data
Perhitungan Penjadwalan Perawatan
Penentuan Model Persediaan
Peningkatan Manajemen Perawatan Guna Memaksimalkan Kesiapan Pesawat
Kesimpulan dan Saran
Stop
Data Suku Cadang
BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1.
Pengumpulan Data Data yang di kumpulkan berupa data yang digunakan dalam rangka
penyelesaian permasalahan dalam penelitian ini secara sistematis, terarah, dan terencana, sehingga didapat parameter-parameter manajemen perawatan. Dalam penelitian ini membahas sistem dan prosedur perawatan pesawat C212-200 Casa untuk mendukung kegiatan perawatan pesawat di Skadron Udara 4 bagian pemeliharaan. 4.2.
Prosedur Perawatan Sesuai dengan BP3A mengenai batas kewenangan pelaksanaan pemeliharaan
pesawat C-212-200 Casa, pelaksanaan PI ganjil dilakukan di Skadron Udara 4. Dalam pelaksanaannya, PI dipimpin oleh seorang Perwira sebagai perwira proyek (payek) dan beranggotakan Inspektor Kelaikan Udara, Inspektor Powerplant, Inspektor Airframe, Inspektor Lisment, Inspektor hydraulic dan Inspektor Avionic dengan batas minimum keseluruhan pelaksana PI adalah sebanyak 34 orang. PI dapat dilaksanakan berdasarkan SPKU (surat perintah kerja utama) dari Kadislog Lanud Abd Saleh, dan kemudian dengan dasar tersebut dibuatkan SPK (surat perintah kerja) dari Kepala Dinas Pemeliharaan (Protap SkadUd 4,2008). Adapun macam pengerjaan yang dilaksanakan meliputi : a.
Pre dock.
Dalam tahap ini dilaksanakan Ground Run untuk
mengetahui performance awal pesawat yang digunakan sebagai pedoman akhir dalam menentukan performance akhir saat postdock dan pencucian pesawat dilaksanakan guna membersihkan pesawat dari kotoran, minyak dan pelumas.
Gambar 4.1 : Pelaksanaan Pre dock 29
30
b.
In dock.
Dalam tahap ini dilaksanakan inspeksi yang meliputi
Exterior Inspection, interior inspection, engine & accesories inspection, hydraulic inspection, Navigation & communication inspection, leakage inspection, penggantian oil & fuel filter, lubricating dan regreasing serta melaksanakan penindakan trouble apabila saat pre dock ditemukan trouble.
Powerplant
Listment
Avionic
Hydroulic
Gambar 4.2 : Kegiatan perawatan tiap seksi dalam Periodic Inspection.
c.
Post Dock.
Dalam tahap ini dilaksanakan pengecekan dan
pemutaran engine untuk mengetahui performance akhir setelah melewati tahap indock. Apabila diketemukan trouble atau kekurangan dalam performance, langsung dilaksanakan perbaikan dan penindakan. d.
Final Check.
Dalam tahap ini dilaksanakan pengecekan akhir semua
sistem dan Ground Run untuk memastikan hasil akhir performance pesawat sesuai dengan yang diharapkan kemudian apabila performance sudah memenuhi syarat maka
31
akan dilaksanakan uji terbang untuk memastikan pesawat layak digunakan yang kemudian dikeluarkan surat kelaikan terbang Dalam setiap kegiatan Inspection, setiap bagian seksi pemeliharaan pada saat melaksanakan Indock memiliki checklist tersendiri.
Gambar 4.3 : Kegiatan Post Dock / Final Check 4.3. Data Pelaksanaan Perawatan Di dalam melaksanakan perawatan perlu dicari berapa lama waktu efektif kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan, hal tersebut sangat penting karena akan digunakan dalam penyusunan staggering, data yang didapat akan digunakan untuk menentukan jadwal pemeliharaan sehingga diharapkan pengerjaan perawatan dapat selesai tepat waktu. Selain dibutuhkan data mengenai waktu kerja personel Skadron Udara 4 juga diperlukan data personel pelaksana perawatan untuk mengetahui alokasi yang dibutuhkan.
Gambar 4.4. : Kegiatan Perawatan Periodic Inspection pesawat C-212-200
32
Tabel 4.1. Data personel perawatan No
Qualifikasi
Jumlah personel
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perwira proyek 1 Manager Inspektor Laikud 1 Supervisor Power Plant 8 1 Inspektor + 7 anggota Airframe 8 1 Inspektor + 7 anggota Listrik & Instrument 4 1 Inspektor + 3 anggota Hydroulic 5 1 Inspektor + 4 anggota Avionic 4 1 Inspektor + 3 anggota Titik Bekal 2 Penyedia spare parts Toolkit 1 Penyedia Peralatan kerja Ground Support 10 Equipment 2 Penyedia ground power 11 TUT 1 Bagian administrasi Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4 Tabel diatas menunjukkan jumlah personel standar yang telah disesuaikan dalam pelaksanaan periodic inspection di Skadron Udara 4 dan dari setiap masingmasing qualifikasi telah memiliki tugas dan tanggung jawab sendiri. Dalam pengerjaan periodic inspection terbagi dalam tahap-tahap seperti yang ada pada tabel berikut :
33
Tabel 4.2 : Tabel kerja Periodic Inspection pesawat C-212-200 MACAM TANGGAL DAN JAM KERJA M/H JML NO PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I PRE DOCK a. Pemutaran R P b. Pencucian R P II IN DOCK a. Air Frame R P b. Lisment R P c. Power Plant R P d. Hydraulic R P e. Avionic R P III POST DOCK R P IV FINAL CHECK R P MAINTENANCE R V FLIGHT P Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4 Ket : R P M/H
: Rencana : Pelaksanaan : Man/hour
KET
34
Di dalam pelaksanaan Periodic Inspection terdapat suku cadang yang memiliki batas jam terbang atau masa pakai sehingga harus diperhatikan masalah persediaannya sehingga dapat diantisipasi masalah kekurangan stock. Berikut adalah data suku cadang pesawat yang mengalami pergantian setiap Periodic Inspection.
Tabel 4.4 : Daftar kebutuhan Bit and Pieces pemeliharaan pesawat casa NO
NAMA BARANG
PN
RATA2 PERMINTAAN
SAT
2
Ea
165341
1
Ea
HYDRAULIC FILTER
AN6235-1A
2
Ea
4
PIN COTTER
LN94-3X22
4
Ea
5
PIN COTTER
LN94-3X25
3
Ea
6
SCREW
M4X12CAN41047
40
Ea
7
SCREW
M5X16LN9438
11
Ea
8
SCREW
M5X28LN9438
2
Ea
9
PIN COTTER
MS 24665-521
1
Ea
10
PIN COTTER
MS 24665-362
1
Ea
11
WASHER
5TAN 14527
1
Ea
12
UPPER TORQUE ARM
212-42101-3
1
Ea
13
LOWER TORQUE ARM
212-42102-1
1
Ea
14
BRUSH GENERATOR
30300-1284
4
Ea
15
CONNECTOR
LN 9264-1.5X125
1
Ea
1
FILTER
2
FUEL FILTER
3
AN6235-2A
35
Selain kebutuhan suku cadang terdapat pula beberapa peralatan yang digunakan dalam perawatan dan masih harus dipenuhi kebutuhannya, data peralatan tersebut diantaranya adalah :
Tabel 4.5 : Daftar kebutuhan toolkit pesawat C-212-200 Casa
No
Nama Barang
Jumlah
Satuan
I
GENERAL TOOL PESAWAT
1
Torque Meter
5
Ea
2
Metric Building Set Type 9200GMBO
1
Set
3
Ellen Key
5
Set
4
Grease Gun
5
Ea
5
Electro Set
3
Set
6
Avometer
5
Set
7
General Service Set
7
Set
8
Impact Wrench Power
5
Ea
9
Solder
5
Ea
10
Pressure Gauge
5
Set
II
SPECIAL TOOL PESAWAT
1
Spectrometric Oil Analyzer
1
Unit
2
Pressure Equalizer
1
Unit
3
Shock Absorber Tester
1
Unit
4
Charger Analyzer
1
Unit
5
Aircraft Control Cable
1
Unit
6
Tensiometer Type C-9
1
Unit
Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4, (RKKAKL 2011).
Tabel 4.6 : Ren/lak Pemeliharaan Pesawat A-2103 PI 2700/II MACAM
TANGGAL DAN JAM KERJA
NO PEKERJAAN
I
10
12
1314
15
16
17
18
19
2021
22
23
24
PRE DOCK a. Pemutaran
R P
b. Pencucian
10/1*
10/1
10/1*
10/1
R P
a. Air Frame
R P
b. Lisment
3/3
5/3
5/7
2/3
4/3
4/2
3/5*
5/3
3/3
8/2
5/4
5/7*
5/23
4/13
R P
d. Hydraulic
5/3
R P
c. Power Plant
LIBUR
IN DOCK
LIBUR
II
11
M/H KET
8/4*
R
29
8/16
30
P e. Avionic
POST DOCK
5/5
3/5
3/3*
3/16
2/3
2/3
2/3
2/3*
2/12
R P
III
4/3
R P
IV
FINAL CHECK
MAINTENANCE FLIGHT
10/8
R P
V
10/3 10/3 10/2*
10/1*
10/1
R P
Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4, 2011 (Diolah).
5/1*
5/1
Tabel 4.7 : Ren/lak Pemeliharaan Pesawat A-2103 PI 3300/II MACAM NO
PEKERJAA
5
N
I
7
8
9
10
11
12
13
14
15
M/ H
R P
b. Pencucian
9/1*
9/1
8/1*
8/1
R P
IN DOCK a. Air Frame
R P
b. Lisment
c. Power Plant
DOCK
9/17
3/6
5/8
5/6
5/8
5/8*
5/36
8/6
9/8
9/8
9/8
9/8*
8/38
4/6
7/8
7/8
7/5*
6/27
R P
POST
9/5*
R P
e. Avionic
9/6
R P
d. Hydraulic
6/6
R P
III
6
L
PRE DOCK a. Pemutaran
II
JM
TANGGAL DAN JAM KERJA
3/6
3/6
3/12
*
R P
8/8 29
8/8
7/8*
8/24
KET
IV
30
FINAL
R
CHECK
P V
TEST
7/3*
7/3
R
FLIGHT
P
6/1
6/2
Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4, 2011 (Diolah).
Tabel 4.3 : Tabel kesiapan pesawat C-212-200 Tahun No
Bulan 2007
2008
2009
2010
1
Januari
4
4
2
3
2
Februari
4
2
2
3
3
Maret
5
2
2
3
4
April
5
2
2
3
5
Mei
5
3
3
3
6
Juni
5
4
3
3
7
Juli
5
3
2
3
8
Agustus
5
3
3
4
9
September
5
3
2
4
10
Oktober
5
3
3
4
11
November
5
3
3
4
12
Desember
5
4
3
4
Rata-rata
5
3
3
3
Sumber : Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 4, 2011.
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa kemampuan mencapai kesiapan empat pesawat belum terpenuhi dengan maksimal, dari data yang didapat bahwa perencanaan atau manajemen waktu untuk pelaksanaan perawatan
bagian indock
31
belum dapat terpenuhi pada tiap-tiap seksi. Untuk mendapatkan data waku yang diperlukan dalam setiap seksi dapat digunakan perhitungan sebagai berikut :
a.
Perhitungan jam kerja.
Ttl wkt penjadwalan = Jml jam yg tersedia – waktu untuk pengerjaan kerusakan Jumlah Jam kerja tersedia = ttl jam kerja – wkt istirahat mkn siang Total jam kerja = Jml Teknisi x Jml Jam kerja Wkt istirahat mkn siang = Jml teknisi x jam istirahat + (jml teknisi x jam mkn siang)
Waktu pengerjaan kerusakan = jml teknisi x perkiraan waktu pengerjaan
4.4.
Pengolahan dan Analisa Data Dari data-data yang telah didapat maka akan dilaksanakan pengolahan dan
analisa
data
untuk
mengetahui
parameter-parameter
yang
mengakibatkan
keterlambatan kesiapan pesawat serta penanggulangannya. 4.5.
Diagram sebab akibat Untuk mendapatkan analisa masalah keterlambatan kesiapan pesawat dapat
kita telusuri menggunakan diagram sebab akibat dibawah ini : MATERIAL
MANUSIA Kurangnya personel
Keterbatasan suku cadang
Prosedur kerja yang monoton dan selalu lembur
METODE
Penyebab keterlambatan kesiapan pesawat
Peralatan belum modern
MESIN
Hubungan antar atasan dan bawahan
LINGKUNGAN
Gambar 4.5. Diagram Sebab-Akibat
32
Dari Diagram sebab-akibat terlihat bahwa penyebab terjadinya keterlambatan pada proses perawatan pesawat C-212-200 Casa di Skadron Udara 4 disebabkan oleh beberapa faktor yang disebut diatas. Dengan menggunakan diagram sebab akibat diharapkan dapat ditelusuri dan diketahui apa saja penyebab keterlambatan penyiapan pesawat dalam bidang pemeliharaannya serta dapat diadakan evaluasi dan mencari penyebab jenis cacat yang paling sering terjadi ini dan mencari solusi dari masalah tersebut.
Penyebab
Penanganan • Material
• Material -
-
Keterbatasan suku
• Manusia • Manusia
Personel di Skadron
-
Penambahan dalam
memenuhi kuota. • Metode
personel pengerjaan
perawatan • Metode
Prosedur kerja
• Mesin -
cadang
diadakan usul pesanan
Skadron Udara 4 belum
-
suku
yang sering dipakai untuk
Cadang.
-
Merekap
Diharapkan
dengan
adanya perhitungan waktu Peralatan
belum
kerja
yang
tidak
ada
lagi
overtime.
dipakai belum modern • Mesin -
Pengadaan alat yang lebih canggih
• Lingkungan -
mempercepat
proses
perawatan.
Hubungan antar atasan dan bawahan
agar
•
Lingkungan -
Lebih memperhatikan kebutuhan anggota.
33
4.5.1 Material Faktor material dalam hal ini adalah masalah penyiapan dan ketersediaan suku cadang yang ada di gudang Skadron Udara 4 maupun gudang persediaan pangkalan Abdulrachman Saleh yang apabila terjadi kehabisan stock dari salah satu suku cadang pesawat maka akan menghambat pengerjaan pesawat tersebut dan dikenal dengan istilah Aircraft Waiting Parts (AWP). Dalam pemecahan masalah di penelitian ini sistem model persediaan yang akan digunakan dengan merekapitulasi komponen yang sering digunakan pada setiap pelaksanaan perawatan pesawat terbang, sehingga persediaan komponen dilaksanakan berdasarkan pada laju persediaan kebutuhan komponen yang tetap, pada penelitian ini digunakan model tersebut karena : 1.
Akan
memperkecil
terjadinya
kekurangan
persediaan
di
gudang
penyimpanan. 2.
Persediaan keamanan tidak terlalu besar karena hanya untuk menghadapi
perawatan yang akan datang dan adanya perubahan kebutuhan. Dalam pelaksanaan perawatan pesawat terbang terdapat beberapa suku cadang yang memiliki masa pakai dan harus dilaksanakan penggantian setiap sekali Periodic Inspection atau setiap 100 jam. 4.5.2 Pengendalian Persediaan Suku Cadang Pengawasan dan pemeliharaan persediaan suku cadang adalah masalah yang juga harus diperhatikan dalam pelaksanaan perawatan dikarenakan untuk menghindari terjadinya Aircraft Waiting Parts (AWP) atau pesawat yang tidak bisa dilanjutkan pengerjaan perawatan atau perbaikannya dikarenakan persediaan suku cadangnya habis atau tidak tersedia di gudang penyimpanan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dalam setiap pelaksanaan perawatan ditemukan adanya penggunaan suku cadang dengan masa pakai maka perlu diadakan pengendalian persediaan yang dalam hal ini dapat menggunakan system persediaan dinamis yangmemiliki dua model system persediaan, yaitu model persediaan deterministik dan probabilistik. 1.
Pada model persediaan deterministik terdapat dua sistem pemesanan yang
dapat dilakukan yaitu : a.
Sistem Pemesanan dengan ukuran order tetap (Q system)
Merupakan pemesanan yang dilakukan setelah persediaan suku cadang mencapai suatu titik tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (titik pemesanan kembali). Dalam hal ini waktu pesan antara satu pesanan dengan pesanan satu dengan
34
pesanan yang lain tidak sama tergantung pada tingkat kebutuhan selama waktu yang telah diperkirakan sebelumnya. b.
Sistem pemesanan dengan selang waktu tetap (P system)
Pemesanan akan dilakukan pada setiap selang waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya hal ini merupakan suatu kebijaksanaan dalam penggunaan system ini, dikarenakan selang pemesanan tetap sedang tingkat permintaan naik turun maka jumlah atau ukuran pemesanan akan bervariasi. Jumlah pemesanan ditetapkan dengan jumlah persediaan yang ada ditangan. Persediaan ditangan digunakan untuk meredam naik turunnya permintaan selama selang pemesanan. 2.
Model persediaan probabilistik, pada model pemesanan ini akan diasumsikan
bahwa tingkat kebutuhan suatu suku cadang dimasa datang tidak diketahui secara pasti,
tetapi
dapat
diketahui
melalui
distribusi
data
masa
lalu
dengan
memperhitungkan resiko ketidakpastian didalam perumusannya. Adapun dalam mencari ekspektasi total biaya persediaan selama periode perencanaan adalah sebagai berikut : TC = PC + OC + SC + HC Dimana : PC = biaya pembelian suku cadang OC = biaya pemesanan SC = biaya akibat kekurangan bahan HC = biaya penyimpanan Analisa persediaan dapat dilakukan berdasarkan pada biaya penyimpanan akibat adanya persediaan . Keuntungan dari penggunaan model ini adalah : a.
Pengendalian persediaan probabilistik suku cadang akan lebih menguntungkan
dikarenakan pada kenyataannya permintaan suatu produk berfluktuasi. b. c.
Dapat dipakai untuk proses produksi dengan lead time yang tidak konstan. Kehabisan persediaan diperbolehkan karena adanya persediaan pengaman. Sistem ini memiliki suatu kelemahan yaitu lebih rumit bila dibandingkan
dengan model deterministik.
35
4.5.3 Manusia Jumlah personel yang ada di Skadron Udara 4 yang belum memenuhi kuota sangat berpengaruh dalam jalannya pelaksanaan perawatan. Para teknisi yang seharusnya bekerja melaksanaakan perawatan sering kali harus meninggalkan pekerjaan pesawatnya dan melakukan pekerjaan lain sesuai dengan perintah yang diberikan, ini mengakibatkan mundurnya jadwal waktu selesai perawatan pesawat. Untuk itu perlu ditetapkan jumlah personil yang harus ada dalam pengerjaan pesawat sehingga akan didapat perhitungan alokasi waktu pengerjaan yang pasti dan diharapkan kegiatan perawatan dapat selesai tepat waktu. Berikut adalah pembahasan mengenai penetapan penjadwalan kegiatan perawatan yang dapat diterapkan. waktu kerja digunakan untuk mendapatkan waktu perkiraan penyelesaian pekerjaan, sehingga dapat membantu dalam pembuatan rencana pemeliharaan / staggering pemeliharaan sehingga akan didapat ketepatan waktu kesiapan pesawat. Tabel 4.8 : Data waktu kerja personel Skadron Udara 4 Airframe
Wkt No
Bagian
Jml Teknisi
Waktu persiapan
Jml jam
Wkt
kerja
istirahat
Waktu
pengerjaan
Mkn siang
kerusakan
1
Airframe
8 Orang
90 menit
8 Jam
60 menit
30 Menit
5 Jam/orang
2
Listment
6 Orang
90 menit
8 Jam
60 menit
30 Menit
5 Jam/orang
3
Powerplant
8 Orang
90 menit
8 Jam
60 menit
30 Menit
5 Jam/orang
4
Hydroulic
5 Orang
90 menit
8 Jam
60 menit
30 Menit
5 Jam/orang
5
Avionic
4 Orang
90 menit
8 Jam
60 menit
30 Menit
5 Jam/orang
Total jam kerja = 8 orang x 8 jam = 64 jam Waktu istirahat mkn siang = ( 8 orang x 60 menit ) + ( 8 orang x 30 menit ) = 480 + 240 = 720 menit/shift = 720/60 menit/jam = 12 jam/shift Total jam tersedia = 64 jam – 12 jam = 52 jam Jml waktu tersedia utk penjadwalan = jumlah jam tersedia – waktu pengerjaan
36
Waktu pengerjaan = 8 orang x 5 jam/shift = 40 jam/shift Jml wkt tersedia utk penjadwalan = 52 jam/shift – 40 jam/shift = 12 jam/shift Listment Total jam kerja = 6 orang x 8 jam = 48 jam Waktu istirahat mkn siang = ( 6 orang x 60 menit ) + ( 6 orang x 30 menit ) = 360 + 180 = 540 menit/shift = 540/60 menit/jam = 9 jam/shift Total jam tersedia = 48 jam – 9 jam = 39 jam Jml waktu tersedia utk penjadwalan = jumlah jam tersedia – waktu pengerjaan Waktu pengerjaan = 6 orang x 5 jam/shift = 30 jam/shift Jml wkt tersedia utk penjadwalan = 39 jam/shift – 30 jam/shift = 9 jam/shift Power plant Total jam kerja = 8 orang x 8 jam = 64 jam Waktu istirahat mkn siang = ( 8 orang x 60 menit ) + ( 8 orang x 30 menit ) = 480 + 240 = 720 menit/shift = 720/60 menit/jam = 12 jam/shift Total jam tersedia = 64 jam – 12 jam = 52 jam Jml waktu tersedia utk penjadwalan = jumlah jam tersedia – waktu pengerjaan Waktu pengerjaan = 8 orang x 5 jam/shift = 40 jam/shift Jml wkt tersedia utk penjadwalan = 52 jam/shift – 40 jam/shift = 12 jam/shift
Hydroulic Total jam kerja = 5 orang x 8 jam = 40 jam Waktu istirahat mkn siang = (5 orang x 60 menit ) + ( 5 orang x 30 menit ) = 300 + 150 = 450 menit/shift = 450/60 menit/jam = 7.5 jam/shift
37
Total jam tersedia = 40 jam – 7.5 jam = 32.5 jam Jml waktu tersedia utk penjadwalan = jumlah jam tersedia – waktu pengerjaan Waktu pengerjaan = 5 orang x 5 jam/shift = 25 jam/shift Jml wkt tersedia utk penjadwalan = 32.5 jam/shift – 25 jam/shift = 7.5 jam/shift Avionic Total jam kerja = 4 orang x 8 jam = 32 jam Waktu istirahat mkn siang = ( 4 orang x 60 menit ) + ( 4 orang x 30 menit ) = 240 + 120 = 360 menit/shift = 360/60 menit/jam = 6 jam/shift Total jam tersedia = 32 jam – 6 jam = 26 jam Jml waktu tersedia utk penjadwalan = jumlah jam tersedia – waktu pengerjaan Waktu pengerjaan = 4 orang x 5 jam/shift = 20 jam/shift Jml wkt tersedia utk penjadwalan = 26 jam/shift – 20 jam/shift = 6 jam/shift
Berdasarkan hasil perhitungan data yang didapat mengenai jumlah personel dalam pengerjaan, waktu pelaksanaan tindakan, dan waktu istirahat pada setiap seksi dengan menggunakan rumus penjadwalan maka didapat :
Tabel 4.9 : Tabel alokasi jam kerja ideal
No
Nama Seksi
Jumlah Personel
Jam pengerjaan
1.
Airframe
8 Orang
12 jam
2.
Listment
6 Orang
9 jam
3.
Power Plant
8 Orang
12 jam
4.
Hydroulic
5 Orang
7,5 jam
5.
Avionic
4 Orang
6 jam
Data diatas dapat digunakan untuk membuat jadwal perencanaan perawatan sehingga diharapkan pelaksanaan perawatan dapat berlangsung sesuai dengan yang
38
direncanakan. Data diatas menunjukkan jumlah waktu yang dibutuhkan setiap seksi dalam pengerjaan perawatan pesawat, waktu terlama dapat digunakan sebagai acuan jangka waktu pengerjaan. Sesuai dengan data bahwa seksi airframe dan powerplant memiliki jangka waktu pengerjaan terlama dengan jumlah personel dan waktu yang tersedia sesuai dengan standar. 1.
Seksi airframe Pada bagian airframe untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan
jumlah personel 8 orang yang akan menghasilkan jam pengerjaan 12 jam kerja. Pada seksi ini diperlukan personil yang cukup banyak dikerenakan sistem kerjanya memerlukan ketelitian yang tinggi berkaitan dengan frame pesawat. 2.
Seksi Listment Jumlah personel yang diperlukan pada seksi ini yang harus dipenuhi adalah
sebanyak 6 personil untuk setiap kali pelaksanaan Periodic Inspection, dengan jumlah 6 personil waktu penyelesaian pelaksanaan pemeliharaan diharapkan mampu mencapai 9 jam kerja, kebanyakan yang pada bagian ini hanya melaksanakan inspeksi tanpa harus melaksanakan penggantian komponen. 4.
Seksi Powerplant Seksi ini merupakan bagian kedua yang memerlukan personel yang cukup
banyak karena berkaitan dengan mesin pesawat yang berjumlah 2 buah, sehingga apabila dikerjakan secara bersama dengan personel yang cukup akan mempercepat proses perawatan. Jumlah personel standar adalah 8 orang dengan waktu penyelesaian selama 12 jam. 5.
Seksi Hydroulic. Servicing pada bagian ini sering dilaksanakan dengan jumlah personel lima
orang diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan selama 7,5 jam. 6.
Seksi Avionic Dengan jumlah personel yang terbatas diharapkan 4 orang mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal yaitu dengan 6 jam kerja dikarenakan personel dengan kualifikasi ini sangat sulit didapat. Setelah didapatkan hasil perhitungan jam kerja, maka hasil tersebut dapat diterapkan ke dalam rencana kegiatan Periodic Inspection seperti yang tertera dibawah ini :
39
MACAM NO
I
TANGGAL DAN JAM KERJA
PEKERJAAN
1
b. Pencucian
5
6
7
8
9
10
10/1
10/1
10/1
10/1
R P
IN DOCK a. Air Frame
R P
b. Lisment
c. Power Plant
6/5
6/4
8/5
8/5
5/5
5/2,5
5/7,5
4/5
4/1
4/6
6/9
8/2
8/12
R P
FINAL CHECK
8/12
R P
POST DOCK
8/2
R P
e. Avionic
8/5
R P
d. Hydraulic
8/5
R P
IV
4
R P
III
3
PRE DOCK a. Pemutaran
II
2
M/H JML KET
10/5 10/2
10/7
R P
10/3 10/3
10/6
10/2
10/2
MAINTENANCE V
FLIGHT
R P
40
4.5.4 Metode Akibat belum adanya kegiatan perawatan yang terjadwal sering kali pekerjaan harus diselesaikan dengan lembur sehingga akan terjadi kebosanan pada personel. Dikarenakan belum terdapatnya metode penjadwalan pekerjaan sering kali para teknisi bekerja tanpa memperhitungkan waktu sehingga atasan sering kali pula memberi perintah untuk mengadakan lembur. Dengan adanya pola penjadwalan seperti yang telah dibahas sebelumya diharapkan efektifitas waktu dapat terwujud. 4.5.5 Mesin Kurangnya peralatan yang ada dan masih belum adanya peralatan yang modern menyebabkan pengerjaan kerusakan / perawatan pesawat menjadi membutuhkan tambahan waktu, dikarenakan tekhnologi pesawat Casa belum computerized seperti pesawat abad ini di dalam pengerjannya pesawat tersebut harus menggunakan peralatan yang konvensional dan dalam penindakan trouble belum bisa dibantu komputer. Selain peralatan yang belum modern, masih diketemukan beberapa peralatan yang jumlahnya masih terbatas seperti pada data yang telah diperoleh diatas sehingga dalam penggunaannya masih harus bergantian satu sama lain yang akan mengakibatkan adanya penambahan waktu, terlebih lagi apabila ada pesawat yang sedang terbang keluar membawa peralatan yang dipakai dalam perawatan tersebut maka para teknisi harus benar-benar mamanfaatkan alat yang masih ada. Berdasarkan adanya uraian diatas dan data yang didapat diharapkan Skadron Udara 4 mampu mengadakan tambahan peralatan baru yang lebih modern untuk mempercepat pengerjaan dan juga diadakan pengadaan peralatan yang jumlahnya masih sedikit tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan pada Bab IV maka untuk kesimpulan akhir yang diperoleh serta saran-saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut di bawah ini. 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Skadron Udara 4, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan pengumpulan dan analisis data didapatkan hasil bahwa terdapat lima seksi dibagian indock yang sering mengalami keterlambatan dalam pelaksaan Periodic Inspection yaitu Airframe, Listment, Powerplant, Hydroulic, Avionic dikarenakan belum tercapainya jumlah personel yang memadai serta waktu penjadwalan pelaksanaan pengerjaan tiap-tiap seksi. Setelah diadakan perhitungan maka didapat hasil bahwa pada seksi Airframe untuk efektivitas waktu memerlukan personel sebanyak 8 orang dengan waktu pengerjaan selama 12 jam kerja atau 3 hari, untuk bagian listrik dan instrument (Listment) memerlukan 6 orang untuk menyelesaikan pengerjaan selama 9 jam kerja atau dua hari. Sedangkan seksi Power Plant memerlukan 8 orang dan 12 jam untuk mengerjakan kedua engine pesawat Cassa. Di dalam rangkaian pengerjaan bagian Hydroulic pesawat dibutuhkan personel sebanyak 5 orang dengan alokasi waktu 7,5 jam. Avionic memerlukan 4 orang untuk menyelesaikan pekerjaan dan diharapkan dengan alokasi waktu 6 jam pekerjaan dapat diselesaikan.
2.
Berdasarkan diagram sebab akibat, disamping permasalahan di bagian indock dalam pengerjaan Periodic Inspection juga terdapat beberapa permasalahan yang harus diwaspadai agar tidak terjadi keterlambatan kesiapan pesawat yaitu bidang material, manusia, metode, mesin serta lingkungan yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
3.
Dengan adanya pemakaian suku cadang yang memiliki batas waktu pemakaian (lifetime) atau rutin diadakan penggantian setiap pelaksanaan perawatan maka perlu diadakan system pengendalian persediaan agar tidak terjadi out of stock atau aircraft waiting parts.
49
50
5.2. Saran-Saran 1.
Perlu diadakan penambahan personel khususnya di tiap-tiap seksi dalam pelaksanaan perawatan dan Skadron Udara 4 pada umumnya sehingga dapat terpenuhi jadwal pengerjaan perawatan.
2.
Diadakan pembenahan di bidang material, manusia, metode agar kesediaan mesin dapat sesuai yang diharapkan dan faktor lain penyebab keterlambatan kesiapan pesawat dapat terhindari. Serta diadakannya sistem pengendalian persediaan yang lebih baik.
3.
Upaya peningkatan manajemen perawatan di Skadron Udara 4 ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya keterlambatan kesiapan pesawat dalam proses perawatan pesawat, kemudian setelah mengetahui penyebab keterlambatan diharapkan Skadron Udara 4 ini dapat melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan.
4.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih tajam lagi mengenai pengendalian persediaan suku cadang terhadap kesiapan pesawat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. (2004). Menejement Prodoksi dan Operasi. Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Baroto, Teguh (2002), Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Corder, A. (1992). Tekhnik Manejemen Pemeliharaan, Penerbit Erlangga. Handoko ( 1989). Management. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Ir. Yuriadi Kusuma. Msc, (2004). Effective Maintenance Management. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB. Jhon M Gross. (2002) . Fundamentals Of Preventive Maintenanace. Penerbit Amacom. Mannulang, M. (2002). Dasar-dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Prawirosentono, S. (2000). Menejemen Operasi; Analisis dan Studi kasus edisi kedua. Penerbit : Bumi Aksara Jakarta.
Patton J. D, (1983), Preventive Maintenance. Instrument Sociaty Of America. Publisher Creative Services Inc. New York.
Ramakumar, R. (1993), Enggineering Reability : Fundamentals and Applications. Prentice-Hall International Inc. R. Keith Mobley (2004). Maintenance Fundamentals 2nd Editions. Penerbit : Elsevier.
Reksohadiprodjo, S. Dan I. Gitosudarmo. (1992), Menejemen Produksi. BPFEYogyakarta. Yogyakarta. Sihar Skadud 4 (2010). Program Kerja Skadron Udara 4 TA. 2011, Skadron Udara 4. The American Managemet Association, Inc (1971). Management. Bombay.
51
Modern Maintenance