REKAYASA
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
IDENTIFIKASI DAGING SEGAR MENGGUNAKAN SENSOR WARNA RGB TCS3200-DB Oleh : Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T. Edhy Sutanta, S.T.M.Kom. Drs. Sidarto, M.Eng. Mujiman, S.T., M.T. Dibiayai oleh Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Hibah Bersaing Nomor : 117/SP2H/PL/Dit.Litabmas/IV/2011, Tanggal 14 April 2014
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND JOGJAKARTA 2013
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian
: Identifikasi Daging Segar Menggunakan Sensor Warna RGB TCS3200-DB
2. KetuaPeneliti a. NamaLengkap b. JenisKelamin c. NIP d. JabatanFungsional e. JabatanStruktural
: : : : :
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T. Laki-Laki 89.0461.394. E Lektor Kepala Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) : TeknikElektro : Teknologi Industri/Teknik Elektro : Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta :
f. BidangKeahlian g. Fakultas/Jurusan h. PerguruanTinggi i. Tim Peneliti No 1
2. 3.
Nama Edhy Sutanta, S.T., M.Kom. Drs. Sidarto, M.Eng. Mujiman, S.T., M.T.
BidangKeahlian Informatika
Jurusan Tek.Informatika
Instansi ISTAKPRIND
Teknik Industri
Teknik Industri
Teknik Elektri
Teknik Elektro
ISTAKPRIND ISTAKPRIND
3. Pendanaan dan Jangka Waktu Penelitian a. Jangka Waktu Penelitian : 7 bulan b. Biaya Total yang diusulkan : Rp 69.290.000,c. Biaya yang disetujui tahun I : Rp 42.500.000,Yogyakarta, Mengetahui Dekan Fakultas Teknologi Industri
Muhamad Soleh, S.T., M.T. NIP.94.1269.498.E
Ketua Peneliti,
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T. NIP. 89.0461.394.E
Mengetahui a.n Ketua LPPM,
Ir. Risma Adelina Simanjutak, M.T. NIP. 88.0161.355.E
RINGKASAN Semakin langka dan mahalnya daging ,maka semakin semarak trik dari pedagang daging nakal yang mencampurkan daging busuk kedalam daging segar. Hal ini telah menimbulkan rasa prihatin dan was-was bagi para konsumen daging. Perhatian terhadap nilai-nilai kehalalan semakin terdegradasi oleh nilai mata uang dan keserakahan. Tentu saja masyarakat sebagai konsumen harus mewaspadainya dengan mengetahui karakteristik daging busuk dan mencermati perbedaannya dengan daging segar, untuk itu peneliti akan merancang alat sensor daging. Tujuan dari perancangan alat deteksi daging ini adalah menciptakan alat bantu bagi konsumen pada umumnya dan petugas instansi yang terkait khususnya dalam membedakan kesegaran daging yang beredar dipasaran apakah daging yang dijual oleh pedagang benar-benar daging segar atau daging busuk. Alat deteksi daging bekerja dengan mengukur komposisi warna daging dengan sistim warna dasar RGB untuk dibandingkan dengan komposisi warna daging yang dijadikan acuan. Untuk proses awal pembuatan alat maka dilakukan pengambilan komposisi warna RGB dari daging sampel atau daging yang akan dijadikan acuan. Komposisi ini kemudian dicatat dan ditentukan dalam listing program utama mikrokontroller. Selanjutnya alat deteksi daging ini akan bekerja dengan membandingkan komposisi warna RGB pada daging yang dibaca dengan komposisi warna RGB sampel, selanjutnya mikrokontroler akan menentukan kekuatan nilai warna daging tersebut. Pemberian informasi mengenai jenis daging akan ditampilkan melalui sebuah layar LCD. Kata Kunci: daging, busuk, sistim warna RGB, mikrokontroler, LCD
KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan lapora penelitian. Terselainya penelitian ini ,tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
masalah pelaksanaan,serta dukungan moral dan spiritual bagipenulis.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional yang membiayai pelaksanaan penelitian ini, yang kedua kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang telah memfalitasi terlaksananya penelitian sehingga berjalan lancar, serta kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan peneliti. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi khalayak masyarakat terutama dalam pendeteksian daging.
Yogyakarta, Ketua Peneliti,
Ir. Prastyono Eko Pambudi, MT.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah 1.2 RumusanMasalah 1.3BatasanMasalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Daging 2.1.1 Cara menentukankualitasdaging 2.1.2 Daging Sapi Gelonggongan 2.2 Cara Menentukan Kualitas Daging 2.3 Perbedaan antara Daging Sapi & Daging Babi 2.4 TeoriWarna 2.4.1 Additive color 2.4.2Sistemruangwarna 2.4.2.1 Sistemruangwarna RGB 2.4.2.2Sensor Warna TCS3200-DB 2.4.2.4Fitur-fitur uC AVR ATMega8535(L)
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. TujuanPenelititn 3.2. ManfaatPenelitian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 IdentifikasiPengukuran 4.2 AnalisaKebutuhanSistem 4.3 PerancanganPerangkatKeras (Hardware) 4.3.1 Rangkaianpengendaliutama (main controller 4.3.2 Rangkaian sensor warna TCS3200-DB 4.3.3 Rangkaian LCD 4.3.4 Catudaya 4.3.5Rangkaian AVR USB flash downloader 4.4 Perancangan Perangkat Lunak 4.5 PerancanganPengujian BAB V HASIL YANG DICAPAI BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging setiap harinya dan tingginya harga daging serta langkanya daging di pasaran menyebabkan banyak para pedagang daging mencoba mengoplos daging segar dengan daging yang sudah rusak untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar walaupun dengan cara yang tidak dibenarkan atau tidak halal, hal ini tentu sangat merugikan konsumen. Perangkat alat bantu baca warna yang akan dirancang pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melihat warna dari daging dengan menggunakan kit sensor warna yaitu TCS3200-DB serta dapat melakukan pemrosesan informatif yang berupa tampilan teks menggunakan LCD. Kelebihan yang dimiliki alat ini selain biaya pembuatannya murah, alat ini juga memiliki inovasi kemampuan untuk membedakan daging yang sudah rusak dengan daging yang masih segar serta dilengkapi kemampuan identifikasi jenis daging yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi apakah daging tersebut daging sapi, daging babi, daging anjing atau daging tikus. Proses pengembangan dimulai dengan merancang rangkaian alat hingga mengukur nilai warna dari beberapa obyek yang berbeda. Data obyek tersebut kemudian dibandingkan dengan pengukuran contoh yang akan diuji. Perangkat alat bantu baca warna yang akan dirancang ini memiliki lensa 5,6 mm dengan jarak obyek yang dapat dibaca 25 mm, sedangkan modul sensor akan melihat area kotak sebesar 3,5 mm didepannya. Variasi warna di dalam area tersebut akan diukur oleh TCS3200-DB. Sensor warna yang beredar dipasaran tidak hanya berupa sensor warna RGB saja tetapi masih banyak sensor warna yang lain seperti: Color mark sensor, photoelectric switch, optical sensor, webcam, kamera video, ray sensor, LED photoelectric switch, LED light switch, photoelectric sensor, photodioda, sensor warna CMUcam 3, I2C compatible color sensor, digital color sensor, color sensor evaluation circuit, CS 3 color sensor, colorPAL, TSL1401 Linescan Imaging Sensor Daughterboard, sensor warna LDR, dll.
Penelitian yang diusulkan, selain penggunaan sensor RGB dirasa lebih mudah proses kalibrasinya sebab telah ada standar nilai warna berdasarkan sistem warna RGB sehingga hasil pembacaan sensor tinggal disesuaikan dengan standar yang telah ada. Perangkat alat bantu baca warna yang akan dirancang ini memiliki lensa 5,6 mm dengan jarak obyek yang dapat dibaca 25 mm, sedangkan modul sensor akan melihat area kotak sebesar 3,5 mm didepannya. Variasi warna di dalam area tersebut akan diukur oleh TCS3200-DB.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan dalam adalah: a. Bagaimana
membuat
rancangan alat pengindentifikasi daging untuk
mengidentifikasi daging segar yang berdasar warna RGB TCS3200-DB sehingga masyarakat mendapatkan ukuran warna untuk daging segar yang laik dikonsumsi. b. Bagaimana unjuk kerja alat pengidentifikasian daging segar berdasarkan warna dapat bekerja dengan baik dan handal.
1.3. Batasan Masalah Pembuatan alat yang dilakukan lebih berfokus pada sistem pembaca warna dengan membatasi sistem sebagai berikut: a.
Informasi yang ditampilkan adalah tulisan teks nilai kekuatan warna daging pada LCD.
b.
Sensor yang digunakan sensor warna RGB TCS3200-DB dari Parallax.Inc.
c.
Daging yang mampu diidentifikasi adalah daging sapi, uC yang digunakan yang berasal dari keluarga AVR dari Atmel, ATMega8535 atau ATMega16.
d.
Alat pendeteksi warna daging ini hanya mampu mengidentifikasi daging segar dan daging busuk.
e.
Daging segar yang mampu diidentifikasi ialah daging segar yang disimpan tidak lebih dari 24 jam tanpa proses pendinginan atau pembekuan.
f.
Alat pendeteksi warna daging dikembangkan sebatas untuk keperluan riset ilmiah saja sehingga masih belum dapat digunakan langsung di masyarakat karena harus melalui kalibrasi dengan alat yang standart.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Daging Daging merupakan salah satu produk pangan asal hewani yang mempunyai gizi tinggi karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Yang dimaksud dengan daging ialah bagian yang diperoleh dari pemotongan ternak baik ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda, dll., maupun ternak kecil seperti kambing, domba maupun ternak unggas, dll. Namun demikian daging yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti keracunan bagi yang mengkonsumsi, untuk itu perlu diketahui jenis dan kriteria daging yang sehat dan segar serta layak dikonsumsi. Secara umum daging yang sehat dan baik adalah daging yang berasal dari ternak yang sehat, disembelih di tempat pemotongan resmi, kemudian diperiksa, diangkut dengan kendaraan khusus dan dijual di pasar maupun di supermarket atau di los daging pasar yang bersih dan higienis.
Penelitian-penelitian dan jurnal tentang sensor warna saat ini memang sudah banyak dilakukan, seperti Sanjay Kr. Singh, (2003) melakukan penelitian tentang perbandingan pendeteksian wajah yang dikendalikan bacground menggunakan ruang warna RGB, YCbCr dan HSI penggunaan sistem warna ini lebih efisien meskipun belum mampu memberikan hasil yang sangat baik. Penelitian yang lain dilakukan oleh Budi Setiawan Santosa, (2007) tentang pembuatan robot mesin sortir dengan embedded system. Hasil yang diperoleh dari pembuatan embedded system ini berupa alat scanning warna dan mekanisme sortir benda setelah di-scan. Robot ini digunakan sebagai alat bantu dalam menyeleksi warna suatu benda. Sehingga warna dari setiap benda yang disensor akan terlihat nilai RGB-nya. Nilai yang didapat akan dicocokkan dengan tabel data yang ada dengan batasan nilai untuk masing-masing nilai R, G, dan B. Dari hasil sensor dapat diketahui nilai warnanya yang kemudian benda hasil sensor akan diletakkan pada tabung yang ditentukan. Tabung-tabung tersebut akan segera menyesuaikan dengan nilai warna dengan bergerak menggunakan motor servo sebagai penggeraknya sesuai dengan posisi yang ditentukan. Penentuan gerak motor servo ini diperoleh dengan mengatur jarak pulsa sesuai dengan tabung yang dibuat. Antara tabung yang satu dengan lainnya akan mempunyai jarak pulsa yang berbeda pula. Penelitisn ysng lsin lagi di tulis oleh Ronald Indrajaya, (2002). Penelitian ini berupa prototipe alat pencampur cat otomatis. Prototipe ini terdiri atas sebuah konveyor untuk menggerakkan kontainer, solenoida untuk membuka dan menutup valve pada tangki, sensor infra-red LED sebagai proximity switch, dan motor DC untuk mengangkat dan menurunkan timbangan A dan timbangan B, menggerakkan lengan Z, dan mengaduk cat. Sistem kerja dari prototipe ini adalah mengisi kontainer dengan cat
yang terdapat pada tangki A dan tangki B. Metode yang dipakai untuk mendapatkan perbandingan warna cat tertentu itu, yaitu dengan menimbang berat masing-masing warna cat dengan suatu transduser LVDT, sesuai dengan setting point yang di-input-kan. Hasil pengujian yang telah dilakukan, sistem dapat mencampurkan dua warna cat sesuai dengan setting point yang di-input-kan meskipun warna cat hasil pencampuran kurang bagus, hal ini disebabkan karena error berat ratarata sebesar 7.42 %.
Sifat-sifat beberapa jenis daging ternak: 2.1.1. Cara menentukan Kualitas Daging a. Warna merah pucat, merah keungu-unguan atau kecoklatan dan akan berubah menjadi warna chery bila daging tersebut kena oksigen. b. Serabut daging halus tapi tidak mudah hancur dan sedikit berlemak. c. Konsistensi liat, jika saat dicubit seratnya terlepas maka daging sudah tidak baik. d. Lemak berwarna kekuning-kuningan. e. Bau dan rasa aromatis. f. Tekstur dagingnya kenyal. g. Biasanya, daging sapi asli dijual dengan cara digantung.
2.1.2. Daging Sapi Gelonggongan a. Dagingnya berwarna pucat. b. Teksturnya lembek dan cepat busuk. c. Kadar airnya sangat banyak. Jika dagingnya ditekan akan mengeluarkan air. d. Biasanya dijual dengan cara diletakkan di atas meja (tidak digantung). e. Jika direbus, daging sapi gelonggongan akan menyusut lebih banyak daripada daging sapi asli.
Gambar 2.1 Daging sapi (Sumber: www.infoternak.com/wp-content/daging-sapi.jpg)
2.1.3. Daging Babi a. Daging berwarna pucat hingga merah muda. b. Otot punggung yang banyak mengandung lemak, biasanya nampak kelabu putih. c. Daging berserat halus, konsistensi padat dan baunya spesifik. d. Pada umur tua, daging babi berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar. e. Lemak jauh lebih lembek dibanding lemak sapi atau kambing. 2.1.4. Daging Celeng atau Babi Hutan a. Dagingnya berwarna lebih pucat. b. Tekstur seratnya lebih halus. c. Lemaknya lebih tebal. d. Dagingnya lebih banyak mengandung air daripada daging sapi. e. Aroma daging celeng lebih amis daripada aroma daging sapi.
2.2. Cara Menentukan Kualitas Daging a. Keempukan atau kelunakan daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal (padat) jika ditekan dengan jari. b. Kandungan lemak atau marbling. Marbling adalah lemak yang terdapat diantara otot (intra muscular), marbling berpengaruh terhadap cita rasa daging. c. Warna daging bervariasi, tergantung dari jenis secara genetik dan usia. d. Rasa dan aroma daging yang berkualitas baik mempunyai rasa yang relatif gurih dan aroma yang sedap.
e. Kelembaban secara normal daging mempunyai permukaan yang relatif kering sehingga dapat menahan pertumbuhan organisme dari luar.
2.3. Perbedaan Antara Daging Sapi & Daging Babi Ada beberapa perbedaan mendasar antara daging babi dan sapi “Joko Hermanto, Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB”, menyatakan bahwa secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan tekstur. Atas dasar itu fokus pengamatan diarahkan pada aspek warna tersebut. Dari segi warna, terlihat daging babi memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi seperti Gambar 2.2, warna daging babi mendekati warna daging ayam. Namun perbedaan ini tak dapat dijadikan nilai, karena warna pada daging babi oplosan biasanya dikamuflase dengan pelumuran darah sapi, walau kamuflase ini dapat dihilangkan dengan perendaman dengan air. Selain itu, ada bagian tertentu dari daging babi yang warnanya mirip sekali dengan daging sapi sehingga sangat sulit membedakannya. Dari segi serat daging, perbedaan terlihat dengan jelas antara kedua daging. Pada sapi, serat-serat daging tampak padat dan garis-garis seratnya terlihat jelas. Sedangkan pada daging babi, serat-seratnya terlihat samar dan sangat renggang. Perbedaan ini semakin jelas ketika kedua daging direnggangkan seperti gambar 2.3
Gambar 2.2 Perbedaan penampakan warna antara daging sapi dan babi (Sumber: http://assyaukani.blogspot.com/ )
Gambar 2.3 Perbedaan penampakan serat antar daging babi dan sapi (Sumber: http://assyaukani.blogspot.com/ ) Dari penampakkan lemak, perbedaan terdapat pada tingkat keelastisannya. Daging babi memiliki tekstur lemak yang lebih elastis sementara lemak sapi lebih kaku dan berbentuk. Selain itu lemak pada babi sangat basah dan sulit dilepas dari dagingnya sementara lemak daging agak kering dan tampak berserat seperti pada Gambar 2.4. Namun harus berhati-hati pula bahwa pada bagian tertentu seperti ginjal, penampakkan lemak babi hampir mirip dengan lemak sapi. Dari segi tekstur, daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan seperti pada Gambar 2.5. Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika dipegang sudah terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena terasa sekali daging babi sangat kenyal, sementara daging sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan.
Gambar 2.4 Perbedaan penampakan lemak daging babi dan sapi
(Sumber: http://assyaukani.blogspot.com/ )
Gambar 2.5 Perbedaan tekstur daging sapi dan babi (Sumber: http://assyaukani.blogspot.com/ )
Dari segi aroma, terdapat sedikit perbedaan antara keduanya. Daging babi memiliki aroma khas tersendiri, sementara aroma daging sapi adalah anyir seperti yang telah diketahui. Segi bau inilah yang menurut “Joko Hermanto” sebenarnya senjata paling ampuh untuk membedakan antar kedua daging. Karena warna telah dikamuflase dan dicampur antar keduanya, namun aroma kedua daging ini tetap dapat dibedakan. Sayangnya kemampuan membedakan melalui aromanya membutuhkan latihan yang berulang-ulang karena memang perbedaannya tidak terlalu signifikan. Secara umum karakteristik daging babi ternak dan babi hutan (celeng) mirip satu sama lain, sementara daging babi memiliki perbedaan yang cukup banyak dengan daging sapi. Namun ketika kedua jenis daging tersebut telah dicampurkan, apalagi setelah dikamuflase dengan darah sapi, keduanya (daging babi dan sapi) menjadi sangat sulit untuk dibedakan. Penjualan daging babi oplosan merupakan kegiatan yang ilegal, sehingga biasanya daging ini tidak di display di meja penjualan. Daging biasanya dikeluarkan ketika ada pembeli yang menanyakan, “apakah ada daging murah pak?” sehingga perlu menaruh curiga bila ada penjual yang menjual daging dengan harga “miring”. Sifat yang lain juga adalah lokasi penjualan yang biasanya di tempat yang gelap dan cukup terpisah dari yang lainnya supaya daging tidak menjadi pusat perhatian orang banyak.
2.4. Teori Warna 2.4.1 Additive color Additive color model yaitu model warna yang didasarkan dari pencampuran warna berdasarakan emisi cahaya (model ini digunakan oleh media-media elektronik, seperti layar TV, monitor, LCD, dsb). Model ini dikenal dengan istilah RGB (Red Green Blue) Color System. Pada model pencampuran warna Red, Green dan Blue akan menghasilkan warna putih (menjadikan warna putih sebagai warna yang kaya spektrum warna karena merupakan gabungan dari spektrum cahaya, seperti dalam penguraian cahaya matahari dengan prisma warna, cahaya matahari digambarkan sebagai cahaya putih), untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Perbandingan warna RGB dan CMYK (Sumber: Tim e-Technology Center)
2.4.2 Sistem Ruang Warna Citra disusun oleh sejumlah piksel yang membentuk matriks. Dengan demikian piksel merupakan komponen terkecil citra yang mengandung informasi. Setiap piksel citra berwarna mengandung tiga komponen warna dasar yaitu komponen warna merah (red), komponen warna hijau (green), dan komponen warna biru (blue) yang sering disebut dengan komponen RGB. Atas dasar komponen-komponen tersebut citra berwarna disusun oleh tiga buah matriks komponen warna, yaitu matriks komponen warna R, matriks komponen warna G, dan matriks komponen warna B untuk sistem ruang warna RGB. Ada beberapa sistem ruang warna yang diciptakan untuk keperluan tertentu atau diciptakan khusus untuk platform perangkat keras tertentu sebagai berikut:
a. Sistem ruang warna RGB diciptakan untuk menampilkan citra pada layar CRT yang memiliki tiga buah pospor warna yang akan menghasilkan tiga buah warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru. b. Sistem ruang warna CMY (Cyan, Magenta, Yellow) diciptakan untuk keperluan mencetak citra berwarna (color printing). c. Sistem ruang warna luminans-crominans yaitu YIQ dan LUV diciptakan untuk keperluan penyiaran televisi. d. Sistem ruang warna HIS (hue, intensity, and saturation) merupakan sistem ruang warna yang banyak digunakan untuk pengolahan citra seni (artists) 2.4.2.1 Sistem Ruang Warna RGB Sistem ruang warna RGB merupakan sistem ruang warna dasar yang diperkenalkan oleh National Television System Committee (NTSC) dan banyak digunakan untuk menampilkan citra berwarna pada monitor CRT. Sistem ini diilustrasikan menggunakan sistem koordinat tiga dimensi seperti Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7 Sistem ruang warna RGB NTSC Pada Gambar 2.7 tampak bahwa setiap warna akan diwakili oleh tiga buah nilai dalam koordinat tersebut yang menyatakan komponen warna RGB, misalnya warna merah akan diwakili oleh titik (255,0,0). Rentang nilai untuk setiap sumbu berkisar dari 0 sampai 255. Pada Gambar 2.7 tersebut tampak juga bahwa warna cyan, magenta dan yellow merupakan komplemen warna merah, hijau, dan biru. Masing-masing warna RGB menggunakan 8 bit, sehingga rentang nilainya dari 0 – 255, seperti yang nampak pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Variasi warna RGB 24 bit 2.4.2.2. Sensor Warna TCS3200-DB TCS3200-DB adalah IC pengkonversi warna cahaya ke frekuensi, ada dua komponen utama pembentuk IC, yaitu photodiode dan pengkonversi arus ke frekuensi, sebagaimana bisa dilihat pada Gambar 2.9. Dari segi tekstur, daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan seperti pada Gambar 2.5. Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika memegangnya pun sudah terasa perbedaan yang nyata antar keduanya sementara daging sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan. This image cannot currently be display ed.
u
Gambar 2.9 Fungsi masing-masing pin dan cara kerja TCS3200-DB
Setiap warna bisa disusun dari warna dasar, untuk cahaya warna dasar
penyusunnya adalah warna merah, hijau dan biru, atau lebih dikenal dengan istilah RGB. Tabel 2.1 memperlihatkan beberapa sampel warna dan komposisi RGB-nya terskala 6 bit. Photodiode pada IC TCS3200-DB disusun secara array 8x8 dengan konfigurasi: 16 photodiode untuk mem-filter warna merah, 16 photodiode untuk mem-filter warna hijau, 16 photodiode untuk mem-filter warna biru, dan 16 photodiode tanpa filter. Kelompok photodiode mana yang akan dipakai bisa diatur melalui kaki selektor S2 dan S3. Kombinasi fungsi dari S2 dan S3 bisa dilihat pada Tabel 2.2. Dari segi tekstur, daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan seperti pada Gambar 2.5. Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika memegangnya pun sudah terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena terasa sekali daging babi sangat kenyal, sementara daging sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan.
Tabel 2.1 Contoh beberapa sampel warna dan komposisi RGB-nya
(Sumber: daftar warna, Wikipedia Bahasa Indonesia 2010)
Tabel 2.2 Kombinasi fungsi dari S2 dan S3 S2 0 0 1 1
S3 0 1 0 1
Photodiode yang aktif Pem-filter Merah Pem-filter Biru Tanpa Filter Pem-filter Hijau
(Sumber: datasheet TCS3200-DB, TAOS) Photodiode akan mengeluarkan arus yang besarnya sebanding dengan kadar warna dasar cahaya yang menimpanya. Arus ini kemudian dikonversikan menjadi sinyal kotak dengan frekuensi sebanding dengan besarnya arus. Frekuensi Output ini bisa diskala dengan mengatur kaki selektor S0 dan S1. Penskalaan Output bisa dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Penskalaan output S0
S1
Skala frekuensi output
0
0
Power Down
0
1
2%
1
0
20%
1
1
100%
Program yang diperlukan untuk mendapatkan komposisi RGB adalah program penghitung frekuensi. Ada dua cara yang biasa dilakukan untuk menghitung frekuensi, yaitu sebagai berikut: Cara pertama: Membuat sebuah timer berperiode 1 detik, dan selama periode itu dihitung berapa kali terjadi gelombang kotak. Ilustrasinya bisa dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Gelombang pada periode 1 detik
Dalam 1 detik terjadi 1000 gelombang, berarti frekuensinya 1000 Hz atau 1 kHz. Cara kedua: Menghitung berapa periode satu gelombang, kemudian mencari frekuensi dengan menggunakan rumus:
f = ......................( 2.1 ) Ilustrasinya bisa dilihat pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Periode pada 1 gelombang Satu gelombang penuh periodenya 1 mS, berarti frekuensinya
= 1000 Hz atau
1 kHz.
2.4.2.3. Pusat Unit Pengendali uC adalah sebuah piranti elektronika digital yang terintegrasi dalam sebuah IC, uC tersusun dari mikroprosesor dan piranti pendukungnya yang berfungsi sebagai pengontrol dan dapat menyimpan program didalamnya. uC AVR ATMega8535 dirancang sebagai mesin RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang hampir semua instruksinya selesai dikerjakan dalam satu siklus mesin,
dilengkapi dengan 32 register serba guna yang semuanya bisa berfungsi sebagai akumulator (Wardhana, 2006). Notasi ATMega8535 adalah representasi dari sebuah uC yang merupakan salah satu anggota keluarga AVR. Adalah ATMEL, perusahaan yang memproduksinya. Arsitektur 8-Bit RISC yang berdaya rendah (Low-Power), dan fitur-fitur unggulan lainnya, ATMega8535 sangat efisien dan efektif untuk dijadikan pengendali utama dalam suatu sistem kendali pada Gambar 2.12 menjelaskan konfigurasi pinnya. ATMega8535 memiliki kembaran, yaitu ATMega8535L. Perbedaannya hanya terletak dari besar minimal tegangan sumber yang diperlukan untuk berfungsi dan kecepatan maksimal dari tiap IC tersebut.
2.4.2.4. Fitur-Fitur uC AVR ATMega8535(L): a. 130 instruksi dengan mayoritas hanya 1 clock cycle. b. 100,000 kali kemampuan program ulang. c. 32 x 8 bit register (R0 – R31). d. 8 kB Flash ROM. e. 512 Byte EEPROM. f. 512 Byte Internal SRAM. g. x 8 bit Programmable I/O (Port A, Port B, Port C, Port D). h. 8 Kanal ADC 10 bit pada Port A. i. Dua buah 8 bit Timer/Counters dengan Separate Prescalers dan Compare Modes. j. Satu buah 16 bit Timer/Counter dengan Separate Prescalers, Compare Mode, dan Capture Mode. k. Real
Time
Counter
(RTC)
dengan
Osilator
yang
terpisah
4 Kanal PWM. l. Programmable Serial USART. m. Master/Slave SPI Serial Interface. Adapun sumber tegangan yang dibutuhkan dan kemampuan kecepatan maksimal yang dimiliki ialah: a. Tegangan Sumber:
1). 2.7 V – 5.5 V untuk ATmega8535L. 2). 4.5 V – 5.5 V untuk ATmega8535. b. Kecepatan Maksimal: 1). 0 MHz – 8 MHz untuk ATmega8535L. 2). 0 MHz – 16 MHz untuk ATmega8535.
Gambar 2.12 Konfigurasi pin uC ATMega8535 Memori program untuk semua uC ini menggunakan Programmable Flash Program Memory. Tidak ada fasilitas yang menambah memori program diluar AVR. Memori program tersebut dapat diisi dengan rangkaian pengisian memori dengan sistem ISP (In System Programming), yakni pengisian memori program langsung pada rangkaian peralatan, tidak perlu menggunakan alat khusus untuk mengisi memori program. uC ATMega8535 dilengkapi dengan EEPROM. Memori ini paling cocok dipakai untuk menyimpan nilai variabel yang tidak boleh hilang karena catu daya terputus, misalnya menyimpan password sebuah alat (Wardhana, 2006).
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian adalah: a. Menghasilkan rancangan teknologi sederhana dengan menggunakan tingkat perubahan gradasi warna atau nilai RGB (Red, Green, Blue) dari masingmasing warna untuk membantu mendeteksi jenis daging berdasarkan warna daging. b. Hasil perancangan alat pengindentifikasi daging adalah untuk membantu masyarakat luas dalam mengidentifikasi daging segar yang beredar dipasaran yang akan dikonsumsi.
3.2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh adalah: Membantu masyarakat/petugas dari instansi terkait saat melakukan proses indentifikasi daging segar di pasaran agar dapat mengetahui apakah daging dalam keadaan segar/laik dikonsumsi dengan cara melihat ukuran kekuatan nilai warna.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode dan Identifikasi Pengukuran Metode penelitian adalah melalui perancangan peralatan/perangkat keras identifikasi daging agar dapat membantu untuk mengidentifikasi apakah daging laik untuk dikonsumsi, sehingga dibutuhkan identifikasi kebutuhan terhadap alat yang akan dibuat dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Perlunya suatu komponen rangkaian catu daya yang berfungsi untuk memberikan supply tegangan dan arus pada rangkaian. b. Perlunya alat pengindra berupa sensor yang peka untuk mendeteksi warna. c. Perlunya suatu komponen pengendali yang befungsi untuk mengendalikan alat pendeteks secara keseluruhan. d. Perlunya suatu komponen nilai penampil digital pada pendeteksi warna yang sederhana dan informatif. 4.2. Analisa Kebutuhan Sistem Berdasarkan identifikasi kebutuhan peralatan deteksi daging segar, maka diperoleh beberapa analisis kebutuhan terhadap alat deteksi dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Sensor TCS3200-DB sebagai komponen penerima pengindra pendeteksi warna. b. Mikrokontroler ATMega 8535 sebagai komponen kendali utama keseluruhan sistem alat pendeteksi warna. c. LCD sebagai penampil untuk menampilkan hasil pendeteksi warna. 4.3. Perancangan Perangkat Keras (Hardware) Untuk memenuhi spesifikasi alat pendeteksi daging segar diperlukan lima blok rangkaian perangkat keras: a. Rangkaian pengendali utama (Main Controller). b. Rangkaian sensor TCS3200-DB. c. Rangkaian pencacah nilai warna (LCD).
d. Rangkaian catu daya.
4.3.1. Rangkaian Pengendali Utama (main controller) Rangkaian kendali utama terdiri dari sebuah IC uC ATMega 8535 yang didalamnya terdapat instruksi–instruksi yang terangkai untuk melakukan pengendalian terhadap peralatan yang terhubung. Untuk lebih jelasnya rangkaian utama ditunjukkan pada Gambar 3.1. Sistem minimum adalah rangkaian minimal IC uC dapat bekerja, uC ATMega8535 telah dilengapi dengan osilator internal, sehingga tidak diperlukan kristal atau resonator ekternal untuk sumber clock CPU. Kemampuan osilator maksimal 8 MHz jadi disarankan untuk tetap memakai kristal eksternal. Osilator internal oleh pabriknya diseting 1 MHz, untuk merubahnya hanya perlu merubah setingan Fuse bit. Sistem minimum AVR sangat sederhana dengan hanya menghubungkan VCC dan VCC ke +5V dan GND dan AGND ke ground serta pin reset tidak dihubungkan apa-apa (diambangkan). IC akan reset jika tegangan nol atau pin RST dipaksa nol. Untuk yang memakai kristal rangkaian pengendali ditambah kristal pada pin XTAL1 dan XTAL2. Berikut sistem minimum yang memakai kristal (terlampir). Tombol reset yang bersifat aktif high digunakan untuk me-reset pelaksanaan program dalam uC sehingga dimulai dari awal (restart). Resistor R1 yang dipasang pada kaki reset dan terhubung pada ground (0V) digunakan pulldown, yaitu untuk mempertahankan nilai 0 (low) pada kaki reset selama tombol reset tidak ditekan. Semua uC Atmel AVR memiliki osilator on-chip, yang dapat digunakan sebagai sumber detak (clock) ke CPU atau sebagai penghasil detak untuk uC. Untuk menggunakannya, sebuah resonator kristal atau keramik dihubungkan diantara kaki-kaki XTAL1 (port 13) dan XTAL2 (port 12) pada uC dan kapasitornya dihubungkan ke ground.
Gambar 3.1 Rangkaian kendali utama (Main Controller) Untuk rangkaian reset, pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor, dan sebuah resistor dihubungkan ke AREF (pada port 32). a. Pengontrol sistem. b. Sebagai otak dari sistem. c. Sebagai Programmable IC.
4.3.2. Rangkaian Sensor Warna TCS3200-DB TCS3200-DB adalah IC pengkonversi warna cahaya ke frekuensi, ada dua komponen utama pembentuk IC ini, yaitu photodiode dan pengkonversi arus ke frekuensi. sebagaimana bisa dilihat pada Gambar 3.2 rangkaian sensor TCS3200DB yang terhubung dengan rangakaian uC ATMega8535.
Gambar 3.2 Rangkaian sensor warna dengan uC ATMega8535 4.3.3. Rangkaian LCD Seperti terlihat pada Gambar 3.3, interaksi antara uC dengan modul LCD LMB162A menggunakan sistem pengiriman data 4 bit. Pengiriman data terbagi dalam dua tahap, tahap pertama mengirimkan 4 bit data LSB dan tahap kedua mengirimkan 4 bit data MSB. 4 pin bus data LCD yang digunakan yaitu D4 sampai dengan D7. Pin E, RS, dan R/W digunakan untuk mengendalikan operasi LCD. Untuk semua operasi LCD, pin E (enable) harus dalam kondisi 1 (high). RS digunakan untuk menentukan jenis input, yaitu Data input atau Intruction Input. Sedangkan R/W digunakan untuk menentukan jenis operasi yaitu Read atau Write dengan mengeset high atau low. Pin VDD dihubungkan dengan sumber tegangan +5V dan VSS dihubungkan dengan GND. Sedangkan VEE digunakan untuk mengatur kontras LCD. Untuk pengaturan lampu layar diberikan VR sebesar 10k yang dipasang pada pin Anoda.
Gambar 3.3 Rangkaian LCD dengan ATMega8535
4.3.4. Catu Daya Catu tegangan yang dibutuhkan ialah sebesar 5 V. Tegangan berfungsi memberikan catu pada uC, sensor, dan tampilan LCD. Catu daya yang digunakan menggunakan catu daya sebuah baterai Li-Po seperti pada Gambar 3.4,
2 cell 7,4 V yang kemudian diberi regulator tegangan
menggunakan LM7805 agar tegangannya menjadi 5 V. Tegangan nantinya digunakan untuk catu daya uC, sensor dan LCD. Ada tiga kelebihan utama bila menggunakan baterai berjenis Li-Po bila dibandingkan baterai jenis lain seperti NiCad atau NiMH yaitu: a. Baterai Li-Po memiliki bobot yang ringan dan tersedia dalam berbagai macam bentuk dan ukuran. b. Baterai Li-Po memiliki kapasitas penyimpanan energi listrik yang besar. c. Baterai Li-Po memiliki tingkat discharge rate energy yang tinggi. d.
Gambar 3.4 Baterai Li-Po 4.3.5. Rangkaian AVR USB flash downloader Salah satu rangkaian yang tidak kalah penting adalah rangkaian AVR USB flash downloader atau USBasp merupakan in-circuit programmer untuk uC Atmel AVR. Rangkaiannya menggunakan ATMega48 atau ATMega8 dan beberapa komponen pasif lainnya. Programmer atau downloader ini menggunakan sebuah penggerak USB hanya-firmware (firmware-only USB driver), tidak memerlukan pengontrol USB khusus. Rangkaian ini digunakan untuk men-download file hexa yang telah di-compile sebelumnya kedalam uC AVR. Sesuai dengan namanya downloader hanya cocok digunakan pada uC keluarga AVR seperti ATMega8535, ATMega16, ATMega32 dan lain-lain. rangkaian digunakan bila file hexa didownload menggunakan port USB pada komputer. Bila menggunakan PC atau tidak ingin menggunakan port USB maka rangkaian ini dapat diganti menggunakan kabel ISP downloader yang dihubungkan dengan port pararel pada PC akan tetapi program yang digunakan untuk men-download-pun menggunakan PonyProg2000, adapun cara pembuatan kabel ISP downloader ini banyak tersedia di internet atau buku-buku yang membahas uC. Penulis disini menggunakan laptop yang tidak tersedia port pararel sehingga penulis harus menggunakan rangkaian AVR USB flash downloader. Adapun gambar skematik rangkaian tersebut seperti pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rangkaian skematik AVR USB flash downloader
4.4. Perancangan Perangkat Lunak Saat pertama kali sistem dinyalakan, uC akan menjalankan program dari awal, yaitu dari inisialisasi hingga proses aritmatik dilakukan. Pada proses tersebut dilakukan seluruh inisialisasi, pendeteksian warna oleh sensor TCS3200-DB. Namun apabila pada saat pertama kali dinyalakan belum terdapat pendeteksian, maka tidak ada langkah perhitungan yang dilakukan. Pada saat awal program diseting untuk menampilkan frame utama dan sensor start stand by menunggu adanya benda yang akan di deteksi berapa besarnya kandungan RGB dalam warna tersebut. Apabila kertas yang akan di deteksi warnanya diletakan di bawah sensor maka secara otomatis sensor akan membaca atau mendeteksi warna dari kertas tersebut. Setiap warna yang terdeteksi akan berbeda–beda tergantung dari jumlah kandungan RGB nya. Pada dasarnya semua warna tersusun dari percampuran warna RGB ( Red Green Blue). Pada warna yang terlihat oleh mata manusia seperti sama tetapi sebenarnya dalam pendeteksian akan ada perbedaan yang terdeksi oleh sensor, hal ini disebabkan karena faktor dari pencahayaan yang dipantulkan oleh benda tersebut. 4.5 Perancangan Pengujian Rencana pengujian yang dilakukan meliputi pengujian pendeteksian warna
berdasarkan warna RGB yang dilakukan untuk perbagian alat sesuai blok diagram dan pengujian kinerja dari keseluruhan dari alat pendeksi warna berdasarkan warna dasar RGB menggunakan sensor TCS3200-DB. Sedangkan pengambilan data hasil pengujian digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai data dengan hasil secara teori. Secara umum perancangan pengujian dapat digambarkan dalam flowchart seperti pada Gambar 3.6. Sebelum program utama tersebut dibuat, terlebih dahulu dibuat program untuk mencacah sinyal kotak yang dihasilkan oleh output sensor. Hasil cacahan ini nantinya digunakan dalam program utama sebagai referensi. Adapun cuplikan dari program tersebut ialah: $regfile = "m8535.dat " $crystal = 12000000 Bagian ini mendeklarasikan jenis uC dan kristal eksternal yang digunakan. Dari listing program diketahui bahwa uC yang digunakan ialah ATMega8535 dengan kristal eksternal sebesar 12 MHz.
Start
Deklarasikan variabel dan inisialisasi sensor warna
Baca sensor warna
Ambil data warna
N Nilai RGB = nilai RGB daging Sapi segar?
Y
Nilai RGB = nilai RGB daging Babi segar?
N
Y
Keluarkan data jenis daging
Tunda
Y
Ulangi ?
N Selesai
Gambar 4.6 Flowchart program utama
Daging telah busuk
'-----------inisialisasi port----------------------------DDRB = &B11111101 PORTB = &B11111111 DDRC = &B11111111 PORTC = &B11111111 S2 Alias PORTB.3 S3 Alias PORTB.0 Led Alias PORTB.2 Keluaran Alias PORTB.1 S1 Alias PORTC.0 S0 Alias PORTB.4 5V Alias PORTC.1
Bagian ini merupakan pendeklarasian pin uC yang digunakan. DDRB merupakan memori yang menentukan port B uC digunakan sebagai input atau output. Pin port B yang bernilai 1 berarti pin tersebut digunakan sebagai output dan pin yang bernilai 0 berarti pin tersebut digunakan sebagai input. Seperti pada listing program DDRB=&B11111101 berarti pin B.1 yang bernilai 0 digunakan sebagai input sedangkan pin B yang lain digunakan sebagai output. PORTB menentukan data yang dikeluarkan oleh port B. Pada listing program PORTB = &B11111111 ini berarti port B mengeluarkan output yang bernilai 1 sedangkan untuk input-nya menggunakan input pull-up. Demikian pula untuk port C. Penggunaan alias dalam listing program diatas dimaksudkan untuk keperluan kemudahan pemrograman sehingga nama register dalam uC dibuatkan nama yang identik dengan hardware yang dibuat. '---------------inisialisasi variabel---------------------Dim I As Byte Dim Red As Single Dim Blue As Single Dim Green As Single Dim Bening As Single Program diatas dimaksudkan sebagai variabel yang digunakan beserta tipe data yang digunakan oleh variabel tersebut. Tipe data byte memiliki ukuran 1 byte dengan jangkauan 0-255, tipe data single memiliki ukuran 4 byte dengan jangkauan 1,5x10-45–3,4x1038. Perlu diperhatikan dalam pemilihan tipe data yang ingin digunakan sebab hal ini nantinya akan berdampak pada efisiensi penggunaan memori uC.
'--------------------inisialisasi LCD-------------------Config Lcdpin = Pin , Rs = PORTA.5 , E = PORTA.4 , Db4 = PORTA.3 Config Lcdpin = Pin , Db5 = PORTA.2 , Db6 = PORTA.1 , Db7 = PORTA.0 Config Lcd = 16 * 2 Cursor Off
Program diatas digunakan untuk mendeklarasikan pin uC yang digunakan untuk LCD beserta fungsi dari masing-masing pin tersebut. Sebagai contoh Rs = PORTA.5 ini berarti bahwa pin Rs pada LCD dihubungkan dengan pin A.5 pada uC
demikian pula untuk pin-pin yang lain. Config LCD = 16 * 2
berarti LCD yang
digunakan disini ialah LCD yang berukuran 16x2.
'--------------------------aktifkan timer 1------------------Config Timer1 = Counter , Edge = Falling DDRB.1 = 0 PORTB.1 = 1 DDRD.7 = 0 PORTD.7 = 1 Start Timer1
Program ini digunakan untuk menentukan fungsi timer 1 sebagai counter dengan acuan penghitungan dilakukan saat sinyal kotak dalam kondisi Low. setelah fungsi ditentukan selanjutnya inisialisasi pin uC yang digunakan sebagai counter tadi dan menentukan apakah ingin menggunakan input pull up atau tidak. setelah inisialisasi pin selesai dilakukan selanjutnya tinggal mengaktifkan timer 1 melalui perintah Start Timer1 pada program. '----------red-------------------------------------------S2 = 0 : S3 = 0 Wait 1 Red = Timer1 Locate 1 , 1 Lcd "red=" ; Red ; " " Timer1 = 0
Program digunakan untuk menentukan filter mana yang ingin digunakan. Dari datasheet TCS3200-DB diketahui bila S2 dan S3 jika diberi kondisi 0 maka filter merah akan aktif. Hasil pencacahan filter merah oleh timer 1 akan dimasukkan kedalam variabel yang bernama Red. Locate 1 , 1 berarti hasil pencacahan ini akan ditampilkan pada LCD pada lokasi 1,1 atau pojok kiri atas. Lcd "red=" ; Red ; "
" berarti pada lokasi tersebut akan ditampilkan tulisan “red” yang menampilkan
hasil pencacahan timer 1 tadi. Timer1 = 0 berarti bila timer 1 telah selesai melakukan pencacahan maka timer 1 akan di-reset kembali sehingga timer 1 bernilai 0. Jika program untuk mencacah output sensor dari masing-masing filter telah dibuat, lalu di-compile dan di-download kedalam alat untuk dilakukan pencacahan output masing-masing filter pada obyek berwarna putih. Selanjutnya hasil dari pencacahan tersebut dicatat untuk digunakan dalam program utama. Adapun cuplikan dari program utama adalah sebagai berikut: Timer1 = 0 S2 = 0 : S3 = 0 Wait 1 Red = Timer1 / 20790 _red = Red * 255 Locate 1 , 3 Lcd "red=" ; _red ; " Locate 2 , 12 Lcd " " Timer1 = 0
"
Timer1=0, ini berarti sebelum dilakukan pencacahan timer 1 di-reset
terlebih dahulu untuk menghapus sisa dari pencacahan sebelumnya. S2 = 0 : S3 = 0, ini berarti tipe filter yang ingin digunakan dalam hal ini filter merah. Red = Timer1 / 20790 , ini berarti hasil cacahan timer 1 dimasukkan kedalam variabel
bernama Red, hasil cacahan tersebut kemudian dibagi dengan referensi 20790 yang merupakan hasil pencacahan output filter merah pada obyek berwarna putih tadi. _red = Red * 255, ini berarti hasil pembagian tadi selanjutnya dikali dengan 255
yang merupakan rentang nilai standar dari sistem warna RGB. Hasil dari aritmatika ini akan dimasukkan kedalam variabel bernama _red. Hasilnya akan ditampilkan pada LCD berupa tulisan “red” yang berisi hasil operasi aritmatika tadi. Setelah selesai melakukan pencacahan timer 1 di-reset menjadi 0 kembali. Incr J Red_r = Red_r + _red
Loop Until J = 3 J=0 Red_r = Red_r / 3
Maksud dari program ini ialah proses tadi akan diulang sebanyak tiga kali pencacahan lalu hasil tiap pencacahan dijumlah dan dibagi dengan 3 untuk dicari hasil rata-rata pencacahan tersebut. Gosub Pilih_warna Gosub Segar Program ini merupakan program subrutin Pilih_warna, yaitu jika program ini dieksekusi maka program yang ada didalamnya yang akan dieksekusi. Pilih_warna: If Pind.6 = 0 Then '----------daging sapi baru---------------------------If Red_r >= 12 And Red_r <= 43 Then M_spi = 1 End If If Green_r >= 8 And Green_r <= 16 Then H_spi = 1 End If If Blue_r >= 4 And Blue_r <= 15 Then B_spi = 1 End If If Clear_r >= 4 And Clear_r <= 20 Then C_spi = 1 End If End If Return If Pind.6 = 0 Then berarti jika saklar yang terletak pada pin D.6 bersifat On
maka kondisi dibawahnya akan dieksekusi teapi jika saklar bersifat Off maka kondisi dibawahnya tidak dieksekusi, sebagai contoh jika saklar On maka variabel Red_r atau nilai rata-rata red tadi akan dicek nilainya. Jika variabel tersebut
memiliki kisaran nilai dari 12 hingga 43 maka varibel M_spi akan bernilai 1 jika tidak maka akan bernilai 0. Demikian pula untuk filter-filter Green_r, Blue_r dan Clear_r. Return berarti jika program telah selesai dieksekusi semua maka program
akan kembali ke awal program subrutin Pilih_warna. Segar: If M_spi = 1 And H_spi = 1 And B_spi = 1 And C_spi = 1 Then Locate 2 , 1 Lcd "segar" ; " " Elseif M_bbi = 2 And H_bbi = 2 And H_bbi = 2 And C_bbi = 2 Then Locate 2 , 1 Lcd "segar" ; " " Else Locate 2 , 1 Lcd "busuk " ; " " End If Red_r = 0 : Green_r = 0 : Blue_r = 0 : Clear_r = 0 M_spi = 0 : H_spi = 0 : B_spi = 0 : C_spi = 0 M_bbi = 0 : H_bbi = 0 : B_bbi = 0 : C_bbi = 0 Return
Program diatas merupakan isi dari subrutin Segar, sebagai contoh jika M_spi = 1 , H_spi = 1 , B_spi = 1, C_spi = 1 maka pada LCD akan muncul tulisan
“segar” tetapi jika ada salah satu atau semua variabel bernilai 0 maka akan muncul tulisan “busuk” demikian pula untuk variabel M_bbi, H_bbi, B_bbi dan C_bbi. Red_r = 0 : Green_r = 0 : Blue_r = 0 : Clear_r = 0, kondisi ini berarti jika
program telah selesai dieksekusi maka nilai variabel-variabel tersebut akan di-reset kembali menjadi 0 untuk menghapus sisa hasil perhitungan tadi.
BAB V HASIL YANG DICAPAI 5.1. Cara Kerja Alat Cara kerja alat berawal pada saat sensor mendapat pantulan cahaya dari obyek benda berwarna kemudian sensor akan mendeteksi benda berwarna tersebut. IC TCS3200-DB disusun secara array 8x8 dengan konfigurasi: 16 photodiode untuk mem-filter warna merah, 16 photodiode untuk mem-filter warna hijau, 16 photodiode untuk mem-filter warna biru, dan 16 photodiode tanpa filter. Photodiode akan mengeluarkan arus yang besarnya sebanding dengan kadar warna dasar cahaya yang menimpanya. Arus ini kemudian dikonversikan menjadi sinyal kotak dengan frekuensi sebanding dengan besarnya arus untuk dikirim ke uC sebagai data input. Dalam uC sinyal kotak tersebut akan dicacah sesuai dengan jumlah sinyal kotak yang dihasilkan dari pembacaan warna menggunakan fitur counter yang terdapat dalam uC, selanjutnya hasil pencacahan dikonversikan menjadi bilangan desimal untuk ditampilkan pada penampil LCD. Untuk lebih jelas cara kerja alat, diperlihatkanpada blok diagram pada Gambar 5.1.
Catu daya
Sensor pendeteksi warna
Mikrokontroler AVR
Display
Gambar 5.1 Blok diagram rangkaian 5.2. Metode Pengujian Metode pengujian dilakukan dengan meletakkan sensor diatas kertas putih, lalu set filter merah dan catat berapa jumlah counter yang dihasilkan. Hal ini dilakukan juga untuk filter warna biru, hijau. Hal ini dilakukan untuk mencari nilai 255 dari setiap filter. Bila nilai RGB 255 semua, maka hasilnya warna putih atau
dengan kata lain bila dicampurkan warna merah,biru dan hijau dengan konsentrasi yang sama, maka akan dihasilkan warna putih. Jumlah counter inilah yang nantinya digunakan untuk referensi. Alat deteksi daging selanjutnya diuji dengan mengukur nilai RGB pada warna putih, hitam, merah, hijau dan biru. Bila pembacaan alat dan nilai referensinya tepat, maka pada pembacaan warna putih akan didapat nilai RGB yang mendekati 255 demikian pula untuk warna hitam akan diperoleh nilai mendekati 0. Untuk pembacaan warna merah akan diperoleh nilai R yang lebih besar dibanding nilai G dan B nya, demikian pula sebaliknya untuk warna biru dan hijau. Untuk warna hijau nilai G lebih besar dibanding nilai R dan B sedangkan untuk warna biru nilai B lebih besar dibanding nilai R dan G. Bila alat telah benar maka alat telah siap untuk mengukur nilai RGB pada daging. Pengujian dilakukan langsung mengukur pada daging uji, pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu mencatat counter output sensor saat pembacaan warna putih, hitam, merah, hijau dan biru. Mencatat nilai RGB yang dihasilkan dari masing-masing daging sampel untuk mengetahui kandungan warna RGB pada daging sampel yang menjadi obyek percobaan. Adapun pengujian dilakukani, sebagai berikut: a. Menghitung jumlah counter output sensor. b. Pengamatan pada daging sapi non SNI segar & daging sapi non SNI busuk. c. Pengamatan pada daging sapi SNI segar & daging sapi SNI busuk.
5.2.1 Menghitung Jumlah counter Output Sensor Hasil pengamatan jumlah output sensor diperoleh data seperti pada tabel 5.1 dan diilustrasikan dalam Gambar 5.2. Nilai yang telah diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam rumus agar mendapatkan nilai sesuai standar sistem warna RGB yaitu 0-255, akan tetapi nilai yang digunakan berasal dari nilai saat pengukuran warna putih, sebab warna putih dianggap sebagai warna kalibras Tabel 5.1. Hasil pencacahan sinyal kotak output sensor Warna Merah
Filter Red
Green
Blue
Clear
11246
3830
5278
19332
Hijau
5050
10274
9310
24244
Biru
4575
7211
11777
23218
Putih
20790
22115
23307
64942
Hitam
1581
1616
1670
4743
Untuk menambah ketelitian maka dilakukan beberapa kali pengambilan nilai RGB lalu dicari nilai RGB rata-rata, dilakukan 3 kali pengambilan nilai RGB sehingga rumus untuk mencari nilai RGB akhir menjadi:
Nilai RGB akhir=
........................................(5.1)
Hasil pencacahan output sensor 70000 60000
Nilai RGB
50000 40000
Red
30000
Green
20000
Blue
10000
Clear
0 Merah
Hijau
Biru
Putih
Hitam
Warna Gambar 5.2 Grafik pencacahan output sensor 5.2.2 Pengamatan Pada Daging Sapi Non SNI Segar & Daging Sapi Non SNI Busuk Pada pengamatan ini dilakukan pendeteksian RGB pada daging sapi baik kondisi segar maupun kondisi busuk yaitu daging yang telah disimpan pada kondisi ruang selama 2 hari tanpa melalui proses pembekuan atau pendinginan. Untuk mengetahui besar nilai RGB yang terkandung dalam warna daging sapi sampel yang akan diukur. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan grafik perbandingan nilai RGB diperlihatkan pada gambar 5.3. Tabel 5.2 Pengamatan pada daging sapi non SNI segar
No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
33
14
14
18
2.
24
13
12
15
3.
35
15
17
22
4.
16
4
5
7
5.
22
9
8
10
Daging sapi non SNI segar
40 35 30 Nilai RGB
25 Red 20 Green 15 Blue 10 Clear
5 0 I
II
III
IV
V
Percobaan Gambar 5.3 Grafik perbandingan nilai RGB pada daging sapi non SNI segar Pada daging yang busuk, tidak terjadi perubahan warna daging yang signifikan sehingga daging masih memiliki warna yang mirip dengan daging segar yang membedakannya hanya dari segi bau yang khas daging busuk, sehingga memiliki komposisi warna RGB daging busuk mendekati komposisi warna RGB daging segar, seperti pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.5.
Tabel 5.3 Pengamatan pada daging sapi non SNI busuk No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
17
5
5
7
2.
21
8
7
11
3.
17
6
6
8
4.
12
3
3
5
5.
12
3
3
5
Daging sapi non SNI busuk 25
Nilai RGB
20
15
Red Green
10
Blue 5
Clear
0 I
II
III
IV
V
Percobaan Gambar 5.4 Grafik perbandingan nilai RGB pada daging sapi non SNI busuk 5.2.3. Pengamatan Pada Daging Sapi SNI Segar & Daging Sapi SNI Busuk Pada pengamatan ini dilakukan pendeteksian RGB pada daging babi baik kondisi segar maupun kondisi beku . Untuk mengetahui besar nilai RGB yang terkandung dalam warna daging sampel yang akan diukur. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Pengamatan pada daging sapi SNI segar No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
38
19
16
23
2.
38
15
16
23
3.
45
20
20
26
4.
17
7
6
9
5.
22
10
8
12
Daging sapi SNI segar 50 45 40
Nilai RGB
35 30
Red
25
Green
20
Blue
15 Clear
10 5 0 I
II
III
IV
V
Percobaan Gambar 5.5 Grafik perbandingan nilai RGB pada daging sapi SNI segar Pada daging sapi SNI segar perbandingan nilai filter merah dengan filter lain sangat signifikan sebab warna dagingnya yang berwarna merah darah sehingga menyebabkan nilai filter merahnya sangat tinggi.
Tabel 5.5. Pengamatan pada daging sapi SNI busuk No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
15
5
5
7
2.
48
26
23
30
3.
36
17
14
19
4.
50
31
25
34
5.
36
18
16
21
Pada daging sapi yang ber-SNI warna yang dimiliki sama dengan warna daging ketika masih segar sehingga jika mengidentifikasi berdasarkan warna maka ketelitian yang diperoleh masih rendah, seperti pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.6
Daging sapi SNI busuk
60 50
Nilai RGB
40 Red 30 Green 20
Blue Clear
10 0 I
II
III
IV
V
Percobaan Gambar 5.6 Grafik perbandingan nilai RGB pada daging sapi SNI busuk
5.3. Pembahasan Nilai yang terukur dari program untuk tiap warna RGB berkisar dari 0-255, Warna hitam nilai RGB semuanya mendekati 0, sedangkan warna mendekati putih nilai RGB nya semakin membesar mendekati 255. Kekurangan dari kit ini ialah jarak pengukuran efektifnya tidak lebih dari 2 cm (sampel harus diletakkan tepat di titik fokus dari sensor tersebut). Perubahan jarak akan menyebabkan pembacaan berubah dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan.
Tabel 5.6 Hasil percobaan untuk daging sapi SNI segar No. Jenis daging yang diuji Tampilan LCD
Filter Eror
1.
Daging sapi SNI segar
segar
-
2.
Daging sapi SNI segar
segar
-
3.
Daging sapi SNI segar
segar
-
4.
Daging sapi SNI segar
segar
-
5.
Daging sapi SNI segar
segar
-
Tabel 5.7 Hasil percobaan untuk daging sapi non SNI segar No.
Jenis daging yang diuji
Tampilan LCD
Filter Eror
1.
Daging sapi non SNI segar
segar
-
2.
Daging sapi non SNI segar
segar
-
3.
Daging sapi non SNI segar
segar
-
4.
Daging sapi non SNI segar
segar
-
5.
Daging sapi non SNI segar
segar
-
Dari hasil proses identifikasi daging yang segar, alat telah mampu mengidentifikasi dengan baik, sehingga rentang nilai yang digunakan untuk acuan identifikasi telah sesuai yaitu pada daging sapi 17-45 untuk nilai R, 5-21 untuk nilai G, 5-20 untuk nilai B dan 7-27 untuk nilai Clear. pada daging babi 14-39 untuk nilai R, 4-25 untuk nilai G, 4-19 untuk nilai B dan 8-22 untuk nilai Clear. sehingga dari tabel diketahui nilai yang diperoleh dari identifikasi sesuai dengan rentang nilai yang ditentukan.
Tabel 5.8 Hasil percobaan untuk daging sapi SNI busuk No.
Jenis daging yang diuji
Tampilan LCD
Filter Eror
1. 2. 3. 4. 5.
Daging sapi SNI busuk Daging sapi SNI busuk Daging sapi SNI busuk Daging sapi SNI busuk Daging sapi SNI busuk
busuk busuk busuk busuk busuk
-
Tabel 5.9 Hasil percobaan untuk daging sapi non SNI busuk No.
Jenis daging yang diuji
Tampilan LCD
Filter Eror
1.
Daging sapi non SNI busuk
busuk
-
2.
Daging sapi non SNI busuk
busuk
-
3.
Daging sapi non SNI busuk
busuk
-
4.
Daging sapi non SNI busuk
busuk
-
5.
Daging sapi non SNI busuk
busuk
-
Dari tabel 5.6 hingga tabel 5.7 diketahui bahwa, pada proses identifikasi tidak diperoleh rentang nilai RGB warna daging segar yang telah ditentukan sehingga sistem secara otomatis menganggapnya daging busuk, akan tetapi warna daging busuk sangat mirip dengan warna daging segar sehingga diperlukan ketelitian dan penempatan sensor warna diperoleh hasil yang diinginkan.
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Pada bab ini menjelaskan bahwa tahapan tahapan penelitian harus melalui perancangan sehingga dibutuhkan perancangan komponen peralatan yang terintegrasi menjadi alat identifikasi daging segar yang kemudian dapat digunakan khalayak umum untuk mengidentifikasi daging, pada penelitian ini dilakukan beberapa kali pengukuran yang dilakukan pada daging sapi segar dan daging sapi busuk, rangkaian alat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rangkaian Pengendali Utama (main controller) Rangkaian kendali utama terdiri dari sebuah IC uC ATMega 8535 yang didalamnya terdapat instruksi–instruksi yang terangkai untuk melakukan pengendalian terhadap peralatan yang terhubung. Sistem minimum adalah rangkaian minimal IC uC dapat bekerja, uC ATMega8535 telah dilengapi dengan osilator internal, sehingga tidak diperlukan kristal atau resonator ekternal untuk sumber clock CPU. Kemampuan osilator maksimal 8 MHz jadi disarankan untuk tetap memakai kristal eksternal. Osilator internal oleh pabriknya diseting 1 MHz, untuk merubahnya hanya perlu merubah setingan Fuse bit.Sistem minimum AVR sangat sederhana dengan hanya menghubungkan VCC dan VCC ke +5V dan GND dan AGND ke ground serta pin reset tidak dihubungkan apa-apa (diambangkan). IC akan reset jika tegangan nol atau pin RST dipaksa nol. Untuk yang memakai kristal rangkaian pengendali ditambah kristal pada pin XTAL1 dan XTAL2. Berikut sistem minimum yang memakai kristal (terlampir). Tombol reset yang bersifat aktif high digunakan untuk me-reset pelaksanaan program dalam uC sehingga dimulai dari awal (restart). Resistor R1 yang dipasang pada kaki reset dan terhubung pada ground (0V) digunakan pull-down, yaitu untuk mempertahankan nilai 0 (low) pada kaki reset selama tombol reset tidak ditekan.Semua uC Atmel AVR memiliki osilator on-chip, yang dapat digunakan sebagai sumber detak (clock) ke CPU atau sebagai penghasil detak untuk uC. Untuk menggunakannya, sebuah resonator kristal atau keramik dihubungkan diantara kaki-kaki XTAL1 (port 13) dan XTAL2 (port 12) pada uC
2. Rangkaian Sensor Warna TCS3200-DB TCS3200-DB adalah IC pengkonversi warna cahaya ke frekuensi, ada dua komponen utama pembentuk IC ini, yaitu photodiode dan pengkonversi arus ke frekuensi rangkaian sensor TCS3200-DB yang terhubung dengan rangakaian uC ATMega8535.
3. Rangkaian LCD Seperti terlihat pada Gambar 3.3, interaksi antara uC dengan modul LCD LMB162A menggunakan sistem pengiriman data 4 bit. Pengiriman data terbagi dalam dua tahap, tahap pertama mengirimkan 4 bit data LSB dan tahap kedua mengirimkan 4 bit data MSB. 4 pin bus data LCD yang digunakan yaitu D4 sampai dengan D7.Pin E, RS, dan R/W digunakan untuk mengendalikan operasi LCD. Untuk semua operasi LCD, pin E (enable) harus dalam kondisi 1 (high). RS digunakan untuk menentukan jenis input, yaitu Data input atau Intruction Input. Sedangkan R/W digunakan untuk menentukan jenis operasi yaitu Read atau Write dengan mengeset high atau low.
4. Catu Daya Catu tegangan yang dibutuhkan ialah sebesar 5 V. Tegangan berfungsi memberikan catu pada uC, sensor, dan tampilan LCD. Catu daya yang digunakan menggunakan catu daya sebuah baterai Li-Po seperti pada Gambar 3.4,
2 cell 7,4 V yang kemudian diberi regulator tegangan
menggunakan LM7805 agar tegangannya menjadi 5 V. Tegangan nantinya digunakan untuk catu daya uC, sensor dan LCD. Ada tiga kelebihan utama bila menggunakan baterai berjenis Li-Po bila dibandingkan baterai jenis lain seperti NiCad atau NiMH yaitu: e. Baterai Li-Po memiliki bobot yang ringan dan tersedia dalam berbagai macam bentuk dan ukuran. f. Baterai Li-Po memiliki kapasitas penyimpanan energi listrik yang besar. g. Baterai Li-Po memiliki tingkat discharge rate energy yang tinggi, hal ini sangat berguna sekali dalam bidang RC.
5. Rangkaian AVR USB flash downloader Salah satu rangkaian yang tidak kalah penting adalah rangkaian AVR USB flash downloader atau USBasp merupakan in-circuit programmer untuk uC Atmel AVR. Rangkaiannya menggunakan ATMega48 atau ATMega8 dan beberapa komponen pasif lainnya. Programmer atau downloader ini menggunakan sebuah penggerak USB hanya-firmware (firmware-only USB driver), tidak memerlukan pengontrol USB khusus. Rangkaian ini digunakan untuk men-download file hexa yang telah di-compile sebelumnya kedalam uC AVR. Sesuai dengan namanya downloader hanya cocok digunakan pada uC keluarga AVR seperti ATMega8535, ATMega16, ATMega32 dan lain-lain. rangkaian digunakan bila file hexa didownload menggunakan port USB pada komputer. Bila menggunakan PC atau tidak ingin menggunakan port USB maka rangkaian ini dapat diganti menggunakan kabel ISP downloader yang dihubungkan dengan port pararel pada PC akan tetapi program yang digunakan untuk men-download-pun menggunakan PonyProg2000, adapun cara pembuatan kabel ISP downloader ini banyak tersedia di internet atau buku-buku yang membahas uC. Penulis disini menggunakan laptop yang tidak tersedia port pararel sehingga penulis harus menggunakan rangkaian AVR USB flash downloader.
6.2 Hasil-hasil pengukuran Tabel 5.2 Pengamatan pada daging sapi non SNI segar No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
33
14
14
18
2.
24
13
12
15
3.
35
15
17
22
4.
16
4
5
7
5.
22
9
8
10
Tabel 5.3 Pengamatan pada daging sapi non SNI busuk No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
17
5
5
7
2.
21
8
7
11
3.
17
6
6
8
4.
12
3
3
5
5.
12
3
3
5
Tabel 5.4 Pengamatan pada daging sapi SNI segar No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
38
19
16
23
2.
38
15
16
23
3.
45
20
20
26
4.
17
7
6
9
5.
22
10
8
12
Tabel 5.5. Pengamatan pada daging sapi SNI busuk No.
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
1.
15
5
5
7
2.
48
26
23
30
3.
36
17
14
19
4.
50
31
25
34
5.
36
18
16
21
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian identifikasi daging segar menggunakan sensor warna RGB TCS3200-DB dengan melakukan pengujian dan analisa data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Cahaya luar dapat mempengaruhi kondisi keakuratan pembacaan sensor sehingga diperlukan penutup warna hitam untuk menghalangi cahaya luar. b. Dalam satu potong daging tidak memiliki nilai RGB yang sama, nilai RGB nya dapat bervariasi. c. Tingkat keakuratan pembacaan warna ditentukan oleh faktor teknis yaitu posisi peletakan sensor harus menutupi seluruh permukaan daging yang ingin dibaca sehingga tidak ada cahaya yang keluar atau masuk. d. Hasil yang diperoleh melalui perubahan bilangan biner menjadi bilangan desimal pada levelling uC diperoleh hasil daging sapi segar memiliki nilai G dan B yang saling mendekati yaitu masing-masing 3-38 dan 3-29 untuk G dan 4-27 dan 4-25 untuk B yang membedakan hanya nilai R, yaitu nilai R terbesar dimiliki oleh daging sapi yaitu 58. e. Bila hasil levelling uC suatu daging sapi memiliki nilai RGB masing-masing lebih besar dari 58 untuk R, lebih besar dari 38 untuk G dan lebih besar dari 29 untuk B maka kemungkinan besar daging tersebut telah busuk atau tidak layak dikonsumsi.
7.2 Saran Setelah alat identifikasi dirakit dan dilakukan pengujian ternyata diketahui bahwai masih memiliki kelemahan yaitu identifikasi daging hanya dengan berdasarkan sensor warna saja masih memiliki tingkat akurasi identifikasi yang masih rendah sehingga diperlukan penambahan sensor lain yang berguna sebagai pembanding atau pelengkap. Sensor yang dapat digunakan antara lain sensor gas, sensor pH, atau sensor untuk mengukur serat daging sehingga diperoleh alat identifikasi daging yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.
Untuk meningkatkan jumlah daging yang mampu diidentifikasi disarankan untuk menggunakan uC yang memori flash-nya lebih besar seperti ATMega16, ATMega32, ATMega64 dan seterusnya sebab uC ini memiliki konfigurasi pin kaki yang sama hanya besar memori flash saja yang berbeda. .
DAFTAR PUSTAKA
Deurenberg P., C.Hoelen, J. van Meurs, and J. Ansems. "Achieving Color Point Stability in RGB Multi-Chip LED Modules Using Various Color Control Loops." Fifth International Conference on Solid State Lightning, 2005: Proc. of SPIE Vol. 5941 59410c-1. Iswanto. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMega8535 dengan Bahasa Basic. Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2008. Nugroho, Wahyu. Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan Warna Dasar Penyusun “RGB” Menggunakan Sensor TCS230. Yogyakarta: IST AKPRIND, 2008. Raja, A.Sivanantha, and K.Sankaranarayanan. "RGB Color Sensor in Colorimeter for Better Clinical Blood Glucose." BIME Journal, Dec. 2006: Volume 06 Issue 1. Santosa, Budi Setiawan. Scanning Warna Dengan TCS230 Color Sensor Pada Mesin Sortir. Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2007. Wardhana. Belajar Sendiri Mikrokontroler Atmel AVR Seri ATMega8535 Simulasi Hardware dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006. —. "datasheet TCS230 programmable color light-to-frequency converter." TAOS. Januari 15, 2003. www.taosinc.com (accessed Agustus 28, 2010). —. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010). —. Modul Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega8535 dengan Bascom AVR. Yogyakarta: Inkubator Teknologi MITI, 2010.
—. "Penerapan Sensor Warna dan Module Emic Text To Speech Pada Meat Identifier." Elkom, Maret-April 04, 2008: 19-21. —. Wikipedia Bahasa Indonesia. Juni 16, 2010. www.id.wikipedia.org (accessed Agustus 28, 2010).
LAPORAN PENGGUNAAN DANA TAHAP I (70 %) PENELITIAN HIBAH BERSAING I. Anggaran Penelitian 1.1. JUSTIFIKASI ANGGARAN TAHUN I 1
2
3
Honor Peneliti a). Peneliti utama: 12 j/mgg x 4 mgg/bl x 4 bl x Rp. 10.000/j b). Peneliti anggota I : 12 j/mgg x 4 mgg/bl x 4 bl x Rp. 7.000/j c). Peneliti anggota II : 12 j/mgg x 4 mgg/bl x 4 bl x Rp. 7.000/j d). Peneliti anggota III : 12 j/mgg x 4 mgg/bl x 4 bl x Rp. 7.000/j e). Staf administrasi 12 j/mgg x 4 mgg/bl x 4 bl x Rp. 5.000/j
Rp
1.920.000
Rp
1.440.000
Rp
1.440.000
Rp
1.440.000
Total Honor Peneliti
Rp Rp
960.000 7.200.000
Total Biaya Peralatan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
6.750..000 1.750.000 1.625.000 1.500.000 250.000 1.250.000 500.000 13.625..000
Rp Rp Rp
735.000 1.230.000 1.499.700
Rp
3.464.700
Rp
2.000.000
Rp Rp
2.000.000
Rp Rp
3.110.300 3.110.300
Rp
29.400.000
Peralatan a). 5 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.350.000 b). 5 Unit Modul ATMEGA @ Rp 350.000 c). 5 Unit Data Recorder @ Rp. 325.000 d). 5 Unit Base Board @ Rp.300.000 e). 5 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ Rp 50.000 f). 5 Mini Solar Cell 0.45W @ 250.000 g). 5 Casing Metal @ 100.000 Bahan Habis Pakai a). 1-Set Kabel b). Rangka Alumunium c). Material komponen elektronik Total Biaya Bahan Habis Pakai
4
5
Perjalanan a). Perjalanan untuk pembelian material penelitian (transport amudasi) b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional sebanyak 2 kali (transport + lumsum) Total Biaya Perjalanan Lain-lain a) Pembayaran Pajak b) Lain-lain Total Biaya Lain-lain
TOTAL BIAYA KESELURUHAN TAHUN I
II. LAMPIRAN:
2