LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING BOPTN
PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER) TERHADAP KEBERADAAN LAYANAN TERMINAL PENUMPANG BUS UMUM TIPE A, DESA KAPAL, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG Tahun Ke 1 dari Rencana 2 Tahun
TIM PENGUSUL Dr. Piers Andreas Noah, S.H, M.Si (Ketua, NIDN 0017026304) Tedi Erviantono, S.IP, M.Si (Anggota, NIDN 0002057608) Imron Hadi Tamim S.S. MA (Anggota, NIDN 0010108207)
UNIVERSITAS UDAYANA OKTOBER, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK/RINGKASAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN BAB V HASIL YANG DICAPAI BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
PERSEPSI STAKEHOLDERS TERHADAP KEBERADAAN LAYANAN SARANA TERMINAL PENUMPANG BUS UMUM TIPE A, DESA KAPAL, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG
Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi adanya kebijakan pemindahan Terminal Ubung Tipe B Kota Denpasar ke Terminal Kapal Tipe A Kabupaten Badung yang operasionalisasinya telah dimulai 1 Januari 2012. Berdasarkan kondisi itu tentu banyak masukan guna menjawab tantangan-tantangan bagi penyelenggara layanan publik, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Badung sehingga dapat dilakukan pembenahan dan perbaikan dari segi pelayanan bagi konsumen pengguna layanan bersangkutan. Adapun tujuan penelitian ini memahami penilaian stakeholder pengguna layanan, antara lain penumpang, sopir, kondektur dan pengusaha bus umum, pengusaha sopir angkutan antar kota penunjang terminal serta masyarakar sekitar terhadap mutu pelayanan terminal Mengwi. Penilaian ini bisa dijadikan identifikasi ragam faktor permasalahan yang dapat mempengaruhi kualitas layanan sehingga dapat dirumuskan strategi perbaikan, peningkatan mutu pelayanan, serta rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kepada pihak penyedia layanan, yaitu Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung. Metodologi yang digunakan pada pengambilan sampel adalah sample random sampling dengan jumlah sampel yang diperlukan adalah responden yang berasal dari penyebaran kuesioner di lapangan yaitu kalangan stakeholders pengguna layanan terminal Kapal. Analisis dilakukan dengan menggunakan sepuluh faktor terpilih berdasarkan pemetaan Manheim (1979). Faktor pertama, keamanan serta ketersediaan fasilitas dan pelayanan petugas, faktor kedua adalah penanganan parkir penumpang maupun bus serta angkutan umum penunjang, faktor ke tiga adalah pelayanan armada bus, faktor keempat adalah tiketing, faktor kelima adalah kebersihan dan kenyamanan, faktor keenam adalah fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses memasuki terminal, faktor ketujuh adalah aksesibilitas, faktor kedelapan adalah keselamatan, faktor kesembilan adalah pelayanan umum operator dan faktor kesepuluh adalah faktor pendukung. Berdasarkan hasil analisis faktor dapat diusulkan rekomendasi peningkatan atau perbaikan pelayanan kepada stakeholders pengguna layanan terminal bus. Rekomendasi diprioritaskan oleh pihak terkait sehingga untuk pemanfaatannya bisa optimal dan menghindarkan resiko ketidakberfungsian terminal seperti yang sebelumnya terjadi yaitu pada Terminal Tipe C Sentral Parkir Kuta, Badung.
Kata Kunci : Persepsi, Stakeholder, Terminal Bus Umum
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kebijakan publik terkait relokasi terminal bus lama antar provinsi yang
sebelumnya berlokasi di Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar ke terminal baru di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung telah dimulai 1 Januari 2012 setelah sebelumnya tersendat karena beragam alasan. Alasan tersebut meliputi kesiapan infrastruktur terminal baru, kesiapan armada angkutan bus dan angkutan penunjang lainnya hingga ke alasan dampak sosial masyarakat sekitar terminal, baik di terminal lokasi lama maupun baru (Bali Post, 5 Januari 2012). Relokasi terminal ini melibatkan lintas koordinasi mengingat kebijakannya menyertakan pengelolaan aset diantara dua pemerintah daerah yaitu Kabupaten Badung sebagai penyedia layanan publik terminal baru dan Kota Denpasar sebagai penyedia layanan publik terminal yang lama. Kebijakan publik mengenai relokasi terminal ini diatur melalui Keputusan Bupati Badung Nomor 533 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi yang di dalamnya mencakup masterplan Pengembangan Rencana Teknik Ruang Kawasan Terminal Penumpang Mengwi; serta Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 03 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah khususnya dalam Pasal 33 ayat 2 tentang Pengembangan jaringan transportasi terminal tipe A di Mengwi Kabupaten Badung (www.badungkab.go.id). Masa penyesuaian implementasi kebijakan publik relokasi terminal yang berlangsung 1 Januari hingga 1 Maret 2012 ini masih menyertakan ragam persoalan. Harian Bali Post 5 Januari 2012 menuliskan artikelnya bahwa apabila terjadi salah pengelolaan, maka Terminal Mengwi yang sebenarnya sudah dipersiapkan sejak tahun 1990-an, diprediksi bernasib sama dengan terminal tipe C di Sentral Parkir Kuta, yaitu sepi penumpang bahkan hingga saat ini mengalami ketidakberfungsian. Pada pemberitaan tersebut diulas pemilik sarana transportasi umum mengeluh karena mengalami sepi penumpang dan lebih memilih berparkir di terminal bayangan yang terletak di lokasi-lokasi strategis ramai pengunjung. Terminal Tipe C Sentral Parkir
Kuta yang notabene berada di Kabupaten Badung hanya berfungsi padai awal pengoperasiannya saja dan selanjutnya tak termanfaatkan secara optimal. Penyebab sosial ekonomi seperti kehadiran pasar oleh-oleh dimana para penumpang lebih memilih naik ataupun turun di luar area terminal, turut menyebabkan terminal ini tidak berfungsi selain ketiadaan sarana pendukung lainnya. Meski uju kelayakan Terminal Mengwi sedang dilakukan Kementerian Perhubungan, Informasi dan Komunikasi dan sarana maupun prasarananya telah dinyatakan siap 95%, namun masukan dan kajian untuk kepentingan operasionalisasi Terminal Tipe A Mengwi masih sangat dibutuhkan. Kondisi ini dijembatani melalui penelitian persepsi stakeholders pengguna layanan terminal guna menjajagi faktor-faktor pendukung maupun penghambat sehingga dijadikan antispasi sekaligus solusi agar kondisi ketidakberfunsgian Terminal Bus Tipe C di Sentral Parkir Kuta tidak dialami Terminal Bus Tipe A di Kapal, Kecamatan Mengwi. Alasan pemilihan sarana terminal tipe A di Mengwi sebagai obyek penelitian mengingat operasionalisasi sarana transportasi publik ini masih relatif baru, sehingga kedepannya apa yang diperoleh melalui persepsi kalangan stakeholder pengguna penumpang maupun sopir / kondektur bus umum dapat menjadi rekomendasi bagi perbaikan sarana transportasi publik di Bali pada masa mendatang. 1.2.
Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas terdapat pertanyaan yang mendapat
perhatian dalam penelitian ini, yaitu : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian kualitas mutu pelayanan terminal bus Tipe A di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung kepada stakeholders / pengguna layanan? 2. Bagaimana persepsi stakeholders pengguna layanan terminal bus Tipe A di Mengwi Kabupaten Badung terhadap kualitas mutu pelayanan yang diberikan penyedia layanan ?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Pustaka Jumlah penelitian mengenai sarana transportasi publik darat masih relatif
sedikit. Di lingkup Universitas Udayana, penelitian transportasi pernah dilakukan Swari (2011) dari Teknik Arsitektur Unud dalam tesis S2 Pengaruh Perkembangan Sistem Jaringan Infrastruktur Transportasi terhadap Tata Ruang di Kawasan Jalan Teuku Umar Barat dan Jalan Mahendradatta, Denpasar (pps.unud.ac.id). Pada pembahasannya, Swari menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan strategi penelitian correlational research yang menghubungkan fenomena perkembangan sistem transportasi dan perubahan tata ruang kota. Pada penelitian ini disimpulkan perubahan fisik land use berupa jumlah luas lahan tak terbangun dan pola morfologi lahan terbangun akibat adanya penambahan panjang jalan membuktikan teori N.W Marler yang berlaku di Kawasan Jalan Teuku Umar Barat dan Jalan Mahendradata. Penelitian transportasi juga dilakukan Ida Bagus Putu Widiarta, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana (Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010). Penelitiannya berjudul Analisis Pemilihan Moda Transportasi untuk Perjalanan Kerja (Studi Kasus : Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali). Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau mikrolet) sangat diperlukan mengingat sulitnya meningkatkan kapasitas jalan dengan memperlebar jalan dalam upaya mengelola “supply”. Karena itu dibutuhkan alternatif pendekatan mengelola “demand” agar transportasi secara sistem dapat dikendalikan. Salah satu aspek dikaji penelitian ini adalah besarnya biaya perjalanan ke tempat kerja dengan menggunakan angkutan pribadi (sepeda motor) dan angkutan umum (angkot atau mikrolet). Dari hasil analisis diperoleh bahwa jika selisih biaya angkutan umum dengan angkutan pribadi semakin besar, maka peluang menggunakan angkutan pribadi akan meningkat. Walaupun biaya angkutan pribadi dan angkutan umum sama besar, maka tetap saja pekerja memilih menggunakan angkutan pribadi walaupun terdapat selisih biaya. Kesetimbangan antara biaya dan pemakaian angkutan pribadi dengan angkutan umum didapat jika biaya angkutan pribadi lebih besar 1,4 kali dibandingkan biaya angkutan umum.
Penelitian Unud lainnya dilakukan Nyoman Budiartha R.M dalam riset berjudul Peranan Transportasi dalam Pariwisata Studi Kasus Pemilihan Daerah Tujuan Wisata (DTW/Destinasi) oleh Wisatawan di Bali (Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011). Budiartha menegaskan pesatnya pertumbuhan pariwisata telah menarik perhatian sejumlah besar Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten di Indonesia mencoba menangkap porsi lebih besar dari kegiatan ekonomi ini, termasuk membangun infrastruktur transportasi seperti pelabuhan pariwisata, bandara, terminal, jalan raya serta fasilitas pendukung lainnya dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah wisatawan. Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan destinasi oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Bali termasuk preferensi terhadap kemudahan akses bertransportasi. Khusus mengenai penelitian terminal penumpang umum, masih terdapat penelitian dari Gde Kartika dan Saputra dari Jurusan Teknik Sipil FTSP Institut Teknologi Surabaya yang berjudul Analisa Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa terhadap Kinerja Pelayanan Terminal Makassar Metro Kota Makassar. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa stakeholder (pengguna layanan) dari terminal Makassar masuk kriteria cukup puas atas kinerja pelayanan di terminal. Atribut pelayanan yang paling berpengaruh di Terminal Makassar Metro yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya antara lain waktu menunggu kedatangan dan keberangkatan angkutan umum, sistem informasi pelayanan, penertiban buruh bagasi dan calo, kondisi jalan, ruang tunggu, bengkel, ruang istirahat kru angkutan umum, tempat cuci angkutan umum, toilet dan penerangan dimalam hari. Karakteristik penumpang di dalam terminal, penumpang di luar terminal dan kru angkutan umum di terminal memiliki hubungan dalam penilaian/persepsi terhadap atribut-atribut pelayanan yang dirasakan di Terminal Makassar. Penelitian berbeda dalam obyek penelitian internal dilakukan oleh Soedjono dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya (Stiesia), Surabaya yang melakukan penelitian Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Pada penelitian yang mensurvey karyawan di kantor pusat terminal Purabaya, Tambak Oso Wilangun, Joyoboyo
dan Bratang ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, ada pengaruh signifikan dari kinerja organisasi terhadap karyawan, ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap kepuasan pelanggan, tidak ada pengaruh langsung dari budaya organisasai yang diarahkan pada kinerja organisasi terhadap kepuasan karyawan. Dari kajian pustaka di atas maka penelitian tentang persepsi stakeholders terhadap keberadaan layanan sarana terminal penumpang bus umum tipe A, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung masih pertama kali dilakukan. Mengingat tujuan luhur Universitas Udayana menjadi world class university dengan melakukan kajian/riset mendalam terkait peningkatan kualitas pelayanan publik ; serta masih masa uji coba kelayakan terminal Mengwi (Januari-Maret 2012) maka penelitian ini berupaya memberikan sumbangsih berupa solusi serta masukkan bagi terwujudnya optimalisasi pelayanan publik khususnya sektor layanan transportasi publik.
2.2.
Kerangka Konsep
2.2.1
Layanan Publik Terminal Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
ditegaskan bahwa : “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”. (2009 : 2). Sedangkan menurut Sianipar (1999) dalam Manajemen Pelayanan Masyarakat , pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan instansi pemerintah di Pusat, Daerah, dan Lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Derajat kualitas pelayanan yang dirasakan pelanggan adalah tingkat penilaian terhadap pelayanan yang dialami pelanggan (Supranto, 2006). Persepsi dalam pelayanan publik terkait tingkat
kepuasan yaitu perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi / kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk/jasa dan harapan-harapannya (Kotler, 2002). Semakin tinggi kualitas layanan yang dirasakan akan semakin tinggi tingkat kepuasan pengguna/pelanggan, selanjutnya semakin berdampak positif perilaku niat seseorang dalam menyikapi layanan tersebut. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen/pengguna jasa yaitu faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan keluarga. Faktor yang lain adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap (Umar, 2003). Pada penelitian ini, pelayanan publik yang dijadikan obyek adalah terminal bus umum. Terminal bus umum merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal penumpang dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal yang dikategorikan ke dalam tiga tipe, antara lain (Kartika, 2011 : 14) : 1. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan; 2. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau dengan angkutan pedesaan; 3. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan/antar wilayah dalam kota. Fasilitas terminal dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Beberapa fasilitas utama terminal meliputi (Kartika , 2011 : 18) ; jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur kedatangan kendaraan umum, tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum, bangunan kantor terminal, tempat tunggu penumpang dan/atau
pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan, serta pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sedangkan untuk fasilitas penunjang antara lain meliputi ; kamar kecil/toilet, tempat ibadah, kios/kantin, ruang pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, wartel, tempat penitipan barang, serta taman. 2.2.2. Optimalisasi Pelayanan Publik Optimalisasi pelayanan publik yang dijadikan sandaran dalam penelitian ini diarahkan pada teori New Public Service (NPS). Menurut Thoha (2008 : 24), penyelenggaraan pelayanan publik dalam ranah keilmuan administrasi negara telah mengalami pergeseran dari old public administration ke arah paradigma new public service yang menyertakan perubahan pada tataran formulasi, impelementasi dan evaluasi kebijakan publik. Pada arah ini pelibatan komponen warga negara, institusi publik, perusahaan swasta dan Non Governmental Organization (NGO) merujuk pada proses governance sekaligus sebagai bentuk keterlibatan total otoritas publik. Otoritas publik dilibatkan secara optimal, baik dalam bentuk pemberian ruang akses pendapat / suara bagi warga negara serta akomodasi persepsi stakeholders atas isu-isu yang menjadi konsentrasi publik di tingkatan fase formulasi maupun implementasi kebijakan yang dihasilkan. Perspektif new public service yang dilontarkan Denhardt & Denhardt (dalam Puspitosari, 2010 : 60) memiliki beberapa prinsip penting. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Serve citizens and customers. Prinsip ini menganggap apa yang menjadi kepentingan publik merupakan hasil dialog, bukan sekedar agregasi kepentingan individual. Pejabat publik tidak hanya merespon kebutuhan publik sebagai pelanggan, melainkan fokus untuk membangun relasi kepercayaan dan kolaborasi dengan warga, termasuk penjaringan persepsi para pemakai layanan. Masyarakat adalah warga negara sekaligus pelanggan yang harus diporsikan baik pada proses pemerintahan dan bernegara. Pada dasarnya masyarakat adalah pemilik sah dari negara itu sendiri. 2. Seek public
interest,
administrator
publik
harus
memberikan
kontribusi
dalam
mengembangkan gagasan tentang kepentingan publik. Tujuannya bukan sekedar
menemukan solusi cepat berdasarkan pilihan individual, tetapi lebih pada penciptaan kepentingan sekaligus tanggungjawab bersama yang mengutamakan kepentingan publik bukan privat. 3. Citizenship over entrepreneurship, prinsip ini mengutamakan lebih menghargai warga negara daripada kewirausahaan. Kepentingan publik lebih baik apabila ditunjukkan dengan komitmen pejabat publik dalam membuat kontribusi bermakna ketimbang kepiawaian pejabat dalam mengembangkan diri sendiri. 4. Think strategically, act democratically. Kebijakan publik dan program merupakan upaya pemenuhan kebutuhan publik dan dicapai efektif melalui usaha kolaboratif. 5. Recognize that accountability not simple, dalam perspektif ini abdi masyarakat harus mematuhi peraturan perundang-undangan, nilai-nilai kemasyarakatan, norma politik, standar profesional, dan kepentingan warga negara. 6. Serve rather than steer, pejabat publik membantu masyarakat mengartikulasikan apa yang menjadi kepentingan bersama daripada mengendalikan atau mengarahkan publik. 7. Value people, not just productivity, organisasi publik akan berhasil secara jangka panjang bila bekerja secara kolaboratif dan berdasarkan kepemimpinan kolektif dengan menghargai semua masyarakat. Pada paradigma new public service ini komponen terpenting yang harus diperhatikan adalah adanya standarisasi. Standarisasi kelembagaan yang terkelola secara kolaboratif dengan masyarakat dan tentunya tetap menempatkan masyarakat sebagai warga negara (Thoha, 2008: 32). Terkait layanan sarana transportasi publik terminal bus umum, program dan standarisasi ini lebih merujuk pada konsepsi Manheim. Ditegaskan Manheim pelayanan sarana transportasi publik terminal bus umum merupakan bagian sistem transportasi yang menyangkut kepuasan konsumen, seperti kapan, dimana, untuk apa, dengan moda apa, dengan rute yang mana, melakukan pergerakan atau perjalanan (Manheim, 1979). Stakeholders akan mempertimbangkan atribut pelayanan yang berbeda satu sama lain dan dipengaruhi oleh ragam atribut pelayanan jasa di bidang transportasi antara lain yang dipetakan Manheim adanya sepuluh faktor. Faktor pertama, keamanan serta ketersediaan fasilitas dan pelayanan petugas, faktor kedua adalah penanganan parkir penumpang maupun bus serta angkutan umum penunjang, faktor ke tiga adalah pelayanan
armada bus, faktor keempat adalah tiketing, faktor kelima adalah kebersihan dan kenyamanan, faktor keenam adalah fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses memasuki terminal, faktor ketujuh adalah aksesibilitas, faktor kedelapan adalah keselamatan, faktor kesembilan adalah pelayanan umum operator dan faktor kesepuluh adalah faktor pendukung lainnya.
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasikan faktor-faktor permasalahan yang mempengaruhi penilaian stakeholders terhadap pelayanan terminal bus Tipe A Kecamatan Mengwi sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan mutu pelayanannya; 2. Menganalisis tingkat pelayanan yang diberikan pihak penyedia, dalam hal ini UPTD Terminal Mengwi, Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung; 3. Merumuskan rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kepada pihak penyedia, dalam hal ini UPTD Terminal Mengwi Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung dalam rangka optimalisasi pelayanan kepada para stakeholders pengguna layanan. 3.2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :
1.
Dapat melihat persepsi stakeholders pengguna layanan yakni penumpang, sopir, kondektur dan pengusaha bus umum, pengusaha sopir angkutan antar kota penunjang terminal terhadap mutu pelayanan terminal bus umum Tipe A, Mengwi, yang diberikan oleh pihak penyedia layanan;
2.
Dapat dipergunakan sebagai rekomendasi pengambilan keputusan Pemerintah Kabupaten Badung dalam peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat stakeholders / pengguna layanan terminal Tipe A Mengwi, Kabupaten Badung.
3.3. Urgensi Penelitian Bali merupakan destinasi utama pariwisata nasional maupun internasional. Salah satu pendukung kesuksesan Bali sebagai tujuan pariwisata utama adalah ketersediaan sarana transportasi. Meski di dominasi wisatawan asing dan domestik yang menggunakan jasa transportasi udara, namun sarana transportasi darat melalui bus umum antar provinsi juga menunjukkan trend menaik setiap tahun.
Menurut data Radar Bali (4 September 2011), sekitar 26% wisatawan domestik maupun asing masuk ke Bali melalui jasa angkutan bus umum, sedangkan sisanya didominasi wisatawan yang menggunakan jasa angkutan pesawat udara. Data UPTD Terminal Ubung, Kota Denpasar (Pratama, 2011), kenaikan jumlah penumpang bus umum setiap tahun naik sebesar 16%, baik masa liburan maupun libur hari raya. Bahkan daya tampung jumlah penumpang dan armada bus umum yang tersedia di terminal Ubung, rasio-nya timpang dan disangga bus-bus antar kota jurusan DenpasarGilimanuk. Begitu pula sarana terminal Ubung yang sebenarnya ber tipe B dinyatakan overload, tidak sanggup menampung luapan kendaraan pribadi akibat keterbatasan lahan parkir serta jumlah angkutan umum yang melayani naik turunnya penumpang di terminal ini (Pratama, 2011). Melihat kondisi tersebut serta menilik perkembangan Bali yang makin pesat di indutsri pariwisata, tentunya memutlakkan perluasan sarana terminal yang layak bagi pelayanan penumpang baik yang datang dan pergi dari wilayah Bali. Keberdaan terminal Ubung sudah tidak mencukupi lagi sebagai terminal penyangga tranportasi bus antar provinsi apalagi kondisi ini dihadapkan pula dengan keterbatasan areal / lahan di Kota Denpasar yang banyak termanfaatkan oleh kawasan huni/tempat tinggal. Pengembangan terminal tipe A yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Provinsi Bali diproyeksikan di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pembangunan sarana baik infrastruktur jalan sebagai penjang terminal kelas A ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1990 dan awal tahun 2012 dinyatakan sebagai awal uji coba oeprasionalisasinya (Bali Post, 5 Januari 2012). Banyak kalangan (termasuk pers) menilai keberadaan terminal tipe A di Mengwi akan bernasih sama dengan terminal tipe C yang ada di Sentral Parkir Kuta yaitu mengalami ketidakberfungsian karena kecenderungan para stakeholders memilih akses yang lebih mudah serta keengganan sopir/kondektur bus menaikkan penumpang di tempat yang dianggap sepi, termasuk sarana terminal penumpang yang sudah disediakan pemerintah setempat. Kondisi diatas tentunya terkait erat dengan image dimana hal ini menjadi faktor penentu pengembangan terminal tipe A yang sudah dibangun Pemerintah Kabupaten
Badung dan Pemerintah Provinsi Bali. Dengan citra atau image yang baik maka otomatis keberadaan terminal tersebut akan memiliki reputasi sekaligus penerimaan yang baik di masyarakat pengguna, baik para penumpang maupun kalangan pengusaha transportasi umum. Mengingat pentingnya persepsi dari masyarakat pengguna, maka perlu adanya penelitian awal mengenai persepsi stakeholders akan keberadaan terminal tipe A di Mengwi, Badung yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Badung. Penelitian ini mendesak dialkukan guna mengetahui persepsi kalangan pengguna layanan dalam hal ini para penumpang, sopir, kondektur maupun para pengusaha transportasi bus umum. Apabila dari hasil penelitian diketahui persepsinya negatif maka Pemerintah Kabupaten Badung melalui unit pelaksanananya yaitu Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi akan memiliki bekal analisa dan waktu berbenah diri. Penelitian ini merupakan langkah antisipasi guna menghadapi operasionalisasi terminal yang sudah dijalankan awal Januari 2012. Penelitian inipun akan menghasilkan analisa yang diharapkan mampu menjadi masukan dan bahan pertimbangan mengenai strategi maupun solusi agar terminal tipe A di Mengwi bisa berjalan baik dan bisa diterima di kalangan stakeholders pengguna layanan. Peningkatan penyediaan pelayanan yang efektif tentunya akan otomatis meningkatkan mutu dari keberlangsung pemerintahan daerah setempat khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Aritonang, 2005:17).
BAB IV METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dimana mencoba menjelaskan gejala sosial
yang dinyatakan dalam variabel-variabel. Metode
pengumpulan data akan menggunakan metode penelitian survey, dimana menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data responden. 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah lingkungan internal dan eksternal stakeholders, pengguna layanan terminal penumpang tipe A di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Lingkungan internal yang dimaksud adalah pengguna layanan, penumpang bus umum serta pengusaha transportasi bus umum, termasuk sopir dan kondektur; serta lingkungan penyedia layanan yaitu Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Terminal Mengwi. Lingkungan eksternal yang dimaksudkan adalah lingkungan di luar internal terminal, yakni lingkungan sekitar terminal, seperti masyarakat yang ada di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karenanya sampel harus dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri (Bailey, 1994:83). Sampel memiliki beberapa ide dasar yakni mencari informasi atau pengetahuan tentang keseluruhan obyek atau gejala yang diteliti (populasi), mengamati sebagian dari obyek/gejala yang diteliti (sampel) dan menarik kesimpulan tentang keseluruhan obyek/gejala yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pihak yang berkepentingan dengan layanan terminal Mengwi atau para stakeholders. Pihak yang berkepentingan yakni penumpang
bis umum, pengusaha transportasi bus umum, termasuk sopir dan kondektur, dan pihak penyedia layanan yaitu Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Terminal Mengwi. Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan sistem stratifikasi nonproporsional atau Non-proportionate Stratified Random Sampling. Tehnik stratifikasi non-proporsional ini digunakan untuk menarik sampel pada tingkat mahasiswa, alumni dan orangtua mahasiswa. Tehnik ini untuk menghindari bias yang muncul akibat adanya perbedaan jumlah anggota strata yang terlalu jauh antara masing-masing strata. Hal ini dikarenakan jumlah penumpang di masing-masing bus bisa tidak sama. Oleh karena itu jumlah sampel di setiap bus akan berbeda sesuai dengan proporsi jumlah penumpang bus yang bersangkutan. Adapun penarikan elemen populasi menjadi anggota sampel tetap dilakukan secara acak sederhana dan sistematis. Jumlah sampel penumpang dan sopir yang akan diambil dengan asumsi tingkat kesalahan 5 (lima) persen dengan jumlah populasi mencapai 20.000 penumpang yakni 342 penumpang yang tersebar di 52 jenis bus yang masing-masing ada terminal Mengwi maupun yang akan beroperasi di Mengwi namun masih membatasi operasionalnya di Terminal Ubung. Jumlah sampel sopir maupun kondektur juga akan diambil dengan asumsi tingkat kesalahan 5 (lima) persen. 3.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Secara sederhana
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah, yaitu teori, generalis empiris (Wallace, 1973). Kedua, mengandalkan adanya populasi dan tehnik penarikan sampel. Ketiga, menggunakan pedoman untuk pengumpulan data. Keempat, mengemukakan variabel dalam penelitiannya. Kelima, berupaya menarik kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi dan atau sampel yang diteliti. 3.4. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Sedangkan responden adalah sampel penelitian
atau orang melalui mana peneliti memperoleh data. Kuesioner yang digunakan akan berbeda sesuai dengan spesifikasi sampel. Untuk memperoleh informasi dari stakeholders pengguna jasa digunakan kuesioner yang disusun sesuai dengan informasi yang dibutuhkan, sehingga didapat informasi yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian dengan tingkat validitas yang tinggi. Pilihan jawaban yang digunakan pada kuesioner telah disediakan dan ditentukan terlebih dahulu (wawancara tertutup), sehingga tidak memungkinkan diperoleh jawaban lain dan skala yang digunakan adalah skala likert dari 1 sampai dengan 5. 3.4.1. Teknik Sampling Sampling adalah teknik pengambilan data, dimana data-data yang diambil untuk diselidiki merupakan sebagian kecil (sample atau sampel) dari keseluruhan obyek yang diselidiki (universe atau populasi). Jarang sekali suatu penelitian dilakukan dengan cara memeriksa semua obyek yang diteliti (sensus), tetapi sering digunakan sampling (Singarimbun dan Effendi, 1985), alasannya adalah : 1. Ukuran populasi seringkali terlalu banyak, sehingga diperlukan terlalu banyak biaya, waktu dan tenaga untuk menyelidiki melalui sensus; 2. Populasi yang berukuran besar selain sulit untuk dikumpulkan, dicatat dan dianalisis, juga biasanya akan menghasilkan yang kurang teliti. Dengan cara sampling jumlah obyek yang harus diteliti menjadi lebih kecil, sehingga lebih terpusat perhatiannya; 3. Percobaan – percobaan yang berbahaya atau bersifat merusak hanya cocok dilakukan dengan sampling. Keuntungan dengan menggunkan teknik sampling antara lain adalah mengurangi ongkos, mempercepat waktu penelitian dan dapat memperbesar ruang lingkup penelitian. Metode
pengambilan sampling yang ideal memiliki sifat-sifat
(Singarimbun dan Effendi, 1985) sebagai berikut : 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti; 2. Dapat menetukan ketepatan hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh;
3. Sederhana dan mudah diperoleh; 4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin. Dalam menetukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, ada empat faktor (Singarimbun dan Effendi, 1985) yang harus dipertimbangkan yaitu : 1. Derajat keseragaman populasi. 2. Ketepatan yang dikehendaki dari penelitian. 3. Rencana analisis. 4. Tenaga, biaya dan waktu 3.4.2. Metode Pengambilan Sampel Pada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel secara acak (Probabilty Sampling) dan secara tidak acak (non Probabilty Sampling) (Singarimbun dan Effendi, 1985). Pengambilan sampel secara acak (Probabilty Sampling), terdiri dari (Singarimbun dan Effendi, 1985) : 1. Simple Random Sampling, pengambilan random sederhana yaitu prosedur seleksi unit populasi dimana setiap satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Terpilihnya responden secara kebetulan (acak); 2. Sequential Sampling, Pengambilan random sistematis metode ini mengambil elemen pertama dalam sampel secara random, random berikutnya ditentukan secara sistematis dengan menggunakan interval sebesar k yang ditentukan dari total populasi dibagi isi sampel;. 3. Proportionate Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional; 4. Disproportionate Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang atau tidak proporsional; 5. Cluster Sampling, area sampel teknik ini digunakan untuk menentukan data bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas sehingga perlu dilakukan pengelompokan unit populasi berdasarkan karakteristik tertentu dan kemudian sampel diambil secara acak dari sub populasi.
6. Pengambilan random gugus bertahap, metode ini menggolongkan populasi dalam gugus bertingkat; 7. Pengambilan random wilayah, metode ini membagi wilayah atas segmen-segmen penelitian. Pengambilan sampel dengan cara tidak acak (non probability sampling) (Singarimbun dan Effendi, 1985) meliputi : 1. Sampling Sistematis, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang diberi nomor urut; 2. Quota sampling, sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri - ciri tertentu sampai dengan jumlah yang diinginkan; 3. Sampling Aksidental adalah teknik pengambilan sampling secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data; 4. Purposive sampling, pengambilan elemen – elemen sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga sengaja dimasukkan oleh peneliti, apabila dianggap cukup representative; 5. Sampling Jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Ini terjadi bila populasi relatif kecil. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus. 6. Snowball Sampling, adalah teknik penentuan sampling yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini memilih teman lagi untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian ini digunakan sampel random sampling dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Terpilihnya sampel juga dilakukan secara acak dan kebetulan. 3.4.3. Penyusunan Kuesioner Penyusunan kuesioner didasarkan atas wawancara terstruktur/baku yaitu, susunan pertanyaan sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah tersedia (Mulyana, 2001). Wawancara tak terstruktur berupa wawancara intensif, kualitatif,dan terbuka tidak digunakan dalam penelitian ini, kuesioner dibagi atas : -
Bagian I : Informasi karakteristik sosial ekonomi responden.
-
Bagian II : Informasi untuk mengetahui penilaian responden atas pelayanan yang diberikan kepada stakeholders oleh penyedia layanan terminal Bus Umum Tipe A Mengwi Pada skala Likert digunakan pembobotan skala 1 sampai dengan 5, angka 1
berarti nilai pelayanan sangat buruk, sangat tidak setuju, kinerja sangat rendah, sampai dengan angka 5 yang berarti nilai pelayanan sangat baik, sangat setuju, kinerja sangat tinggi. 3.5. Teknik Pengolahan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk memahami perilaku pengguna jasa yaitu penumpang bus terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh penyedia / pengelola sarana layanan transportasi umum terminal Bus Tipe A Mengwi, Badung, digunakan metode analisis terhadap factor-faktor yang dikarakteristikan oleh Manheim (1979). Analisis faktor dilakukan atas masing- masing fasilitas yang dirasakan oleh para stakeholder pengguna layanan. 2. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi variable-variabel penelitian menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kualitas pelayanan kepada penumpang bus. 3.6. Analisis dan Interpretasi Pada bab analisis dan interpretasi disajikan hasil pengolahan data sesuai dari data yang didapat dari responden dan menginterpretasikan atas hasil analisis yang ada. Pada pengolahan data analisis faktor dilakukan dengan program statistik SPSS 12.0 for Windows. 3.7. Kesimpulan dan Saran Tahap ini merupakan tahap akhir dimana hasil pengolahan data dapat dilakukan analisis akhir sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran yang dipergunakan untuk rekomendasi perbaikan kepada pengelola / penyedia sarana layanan transportasi umum terminal Bus Tipe A Mengwi, Kabupaten Badung.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV Hasil dan Pembahasan Di dalam penelitian ini, yangdimaksud dengan stakeholders penelitian yaitu sopir (armada bus) dan penumpang. 4.2. Profil Responden 4.2.1. Profil Armada Bus Profil responden penelitian mencakup aspek armada bus. Berdasarkan data penelitian, jumlah responden armada bus AKAP (antar kota antar provinsi) sebesar 42% dari 92 responden dan 58% responden dari bus AKDP (antar kota dalam provinsi). Gambar 1 Profil Distribusi Responden Armada Bus
4.3. Persepsi Armada Awak BusTentang Layanan Terminal Mengwi 4.3.1. Keberadaan Terminal Mengwi
Menurut responden dalam penelitian ini, sebanyak 100%
responden menjawab
bahwa keberadaan terminal Mengwi sangat membantu terhadap mobilitas dan aktifitas para armada bus dalam sehari hari.
4.3.2. Persepsi tentang Kenyamanan Berdasarkan hasil survey penelitian ini, responden menilai bahwa aspek kenyamanan
layanan terminal mengwi mempunyai nilai rata-rata 4,13 yang berarti bahwa responden menilai aspek kenyamanan baik. Adapun rincian detail mengenai persepsi kenyamanan bisa dilihat pada grafik diatas (gambar 8), 22,83% atau sebanyak 21 responden menilai kenyamanan trans sarbagita berada pada level sangat baik, baik menurut 62 responden atau 67,39% sedangkan 9 responden (9,78%) menilai kenyamanannya biasa saja. 4.3.3. Persepsi tentang Keamanan Dari data penelitian terhadap 92 responden (lihat gambar 9), sebanyak 19 responden (20,65%) menilai aspek keamanan terminal mengwi sangat baik, 72 responden
(78,26%) menilai baik aspek keamanan yang disediakan pihak terminal dan hanya 1 responden yang menilai aspek keamanan terminal mengwi dengan nilai kurang baik. Demikian juga dengan nilai rata-rata penilaian responden tentang aspek keamanan adalah 4,20 (lihat tabel 14). Nilai rata-rata ini juga menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh trans sarbagita terutama aspek keamanan mendapatkan penilaian baik.
4.3.4. Persepsi tentang Kebersihan Dari sisi kebersihan, nilai rata-rata penilaian tentang aspek kebersihan adalah 4,16 (lihat tabel 14 pada lampiran). Angka 4 menunjukkan bahwa aspek kebersihan layanan terminal Mengwi dalam pandangan responden baik. Seperti terlihat pada gambar 10 di bawah, sebanyak 6,52% (6 responden) memberi nilai biasa, 70,65% (65 responden) memberikan nilai baik dan 22,83% memberi nilai sangat baik terhadap aspek kebersihan dari layanan terminal mengwi.
4.3.5. Persepsi tentang Keramahan Petugas Persepsi pengguna terhadap keramahan petugas (terutama dishub), menurut pandangan 92 responden, sebanyak 29 responden (31,52%) memberikan pendapat bahwa keramahan petugas sangat baik, 54 responden (58,70%) menilai baik, 8 responden (8,70%) memberikan nilai biasa dan 1 responden menilai keramahan petugas dalam memberikan pelayanan dinilai buruk. Adapun penilaian rata-rata berdasarkan tabel 14 adalah 4,21. Dengan nilai rata-rata ini, menunjukkan bahwa responden menilai keramahan petugas baik.
Gambaran utuh persepsi masyarakat tentang keempat aspek layanan; aspek kenyamanan, keamanan dan kebersihan dan keramahan petugas dapat dilihat pada tabel berikut ini;
4.3.6. Saran dari Responden Ada beberapa hal yang menurut responden perlu untuk diperbaiki; 4.3.8.1 Terkait dengan perpindahan jalur terminal keberangkatan dan kedatangan terutama, perlu adanya transportasi penghubung dari / ke terminal mengwi. sehingga penumpang tidak perlu khawatir atau terlantar jika datang di terminal pada tengah malam. 4.3.8.2 Perlu penambahan bus penghubungan dari / ke terminal mengwi
Persepsi Penumpang (masih dlam proses entry data dan analisa data)
BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
6.1. Road Map Penelitian Proposal penelitian ini mengacu road map penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, khususnya riset rintisan laboratorium Program Studi Administrasi Negara yang terintegrasikan dalam pengembangan riset bertemakan layanan transportasi publik di Provinsi Bali. Adapun pemetaan road map penelitian ini sejalan dengan berdirinya Program Studi Administrasi Negara di tahun 2010, adalah sebagai berikut :
Road Map Penelitian Program Studi Administrasi Negara Tahun 2010
Tahun 2011-2012
Tahun 2013
Judul Riset : HAM dan Judul Riset : Aksesibilitas Judul Pelayanan
Riset
:
Persepsi
Publik Penyandang Cacat pada Stakeholders
terhadap
(Aksesibilitas Penyandang Sarana Transportasi Bus Keberadaan Terminal Bus Cacat
pada
Transportasi
Sarana Umum
Sarbagita,
Publik Nusa Dua-Batu Bulan
Terminal Bus Umum Tipe Pembiayaan B Ubung, Kota Denpasar) Pembiayaan
:
:
Tipe
Kapal,
Program Mengwi,
Studi (Rp. 4.750.000,-)
A
Desa
Kecamatan Kabupaten
Badung
Fakultas Sumber Daya Pelaksana : Pembiayaan : Dikti (Rp.
(Rp. 3.500.000, -)
Dosen Program Studi AN 50.000.000,-
Sumber Daya Pelaksana : dan Dosen Program Studi AN
Mahasiswa dampingan
(Digunakan
Kreatifitas
dan dari
sebagai fakultas
Periode : Juli – Oktober pengayaan 2010
Rute Umum
Proposal laboratorium
dana (rintisan
Prodi
AN
Mahasiswa- Rp. 2.000.000,-)
Gagasan Tertulis (PKM- Sumber Daya Pelaksana : GT) tahun 2012
Dosen Program Studi AN
Periode : November – dan
Kolaborasi
dengan
Desember 2011 Kerjasama Penderita
: Anak
Prodi Ilmu Komunikasi Yayasan dan Sosiologi Cacat Periode : 2 tahun (2012-
(YPAC) Provinsi Bali
2013)
6.2. .Indikator Capaian Tahunan Penelitian ini diharapkan akan bisa mencatat perkembangan setiap tahun dengan system pelaporan yang dibuat sesuai indikator capaian tahunan sebagai berikut : Tahun 2013 Pembuatan proposal penelitian Penggandaan dan pengiriman proposal
Tahun 2014 : Focus Group Discussion (FGD) antara stakeholders pengguna layanan (YLKI, Asosiasi Pengusaha Angkutan Umum Darat) dengan penyedia layanan (Dinas Perhubungan Pemkab Badung) Penelitian Lapangan : survey dengan Seminar hasil penelitian pembagian kuesioner dan collecting data sekunder dari Dinas terkait penyedia layanan (Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kabupaten Badung) terkait seputar pelayanan terminal tipe A Mengwi, Badung. Pembuatan laporan penelitian : Publikasi melalui Jurnal Nasional Pengolahan data lapangan dan pelaporan. Terakreditasi dan Publikasi Media Cetak (surat kabar) atau elektronik (televisi lokal)
Daftar Pustaka Aritonang, R. L.(2005), Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan, Bayumedia Publishing, Malang. Kartika, Anak Agung Gde dan M. Taufiq Yuda Saputra, 2011, Analisa Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa terhadap Kinerja Pelayanan Terminal Makassar Metro Kota Makassar, Jurusan Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 FTSP Institut Teknologi Surabaya : Surabaya Kotler, P. 2002, Manajemen Pemasaran, PT. Prenhalindo. Jakarta Manheim, L., M., Fundamental Transportation Systems Analysis, Volume I, Basic Concept, The MIT Press, Cambridge, 1979. Mulyana, D, 2011, ”Metodologi Penelitian Kualitatif”, Remaja Rosdakarya : Indonesia.
Pratama, I Made, 2011. Terminal Ubung : Penjembatan Masyarakat Pendatang dan Asli Bali, dalam Radar Bali, 12 Juni 2011 Puspitosari, Heni, 2010, Filsafat Pelayanan Publik, Averoes Press : Malang Radar Bali 4 September 2011 Sianipar, JPG. 1999, Manajemen Pelayanan Masyarakat, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta Singarimbun, M., dan Effendi, S., 1985, Metode Penelitian Survai”, Edisi Kedua, LP3ES : Jakarta
Soedjono, 2010, Pengaruh Budayan Organisasi terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya (Stiesia) : Surabaya. Supranto, J. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Alfabeta. Bandung Swari, Ni Luh Gede Niti, 2011, Pengaruh Perkembangan Sistem Jaringan Infrastruktur Transportasi terhadap Tata Ruang di Kawasan Jalan Teuku Umar Barat dan Jalan Mahendradatta, Tesis S2 Teknik Arsitektur Unud : Denpasar Thoha, Miftah, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana Media : Jakarta; Wallace, W. 1973. The Logic of Science in Sociology. Aldine. Chicago
Umar, H.(2005), Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama dengan Jakarta Business Research Center, Jakarta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, 2010, Armico : Bandung