ILMU PENDIDIKAN
LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK
TIM PENGUSUL Khusnul Laely, M.Pd
NIDN. 0620078601
Dede Yudi, S.Pd
NIDN. 0620068203
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG OKTOBER 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN Judul penelitian
:
Pengaruh Terhadap
Permainan Peningkatan
Engklek Kecerdasan
Kinestetik Anak. Kode/ Nama Rumpun Ilmu
:
-/Pendidikan Anak Usia Dini
Peneliti a.
Nama lengkap dan gelar
:
Khusnul Laely, M.Pd
b.
NIDN
:
0620078601
c.
Jabatan fungsional
:
Penata Muda
d.
Program Studi
:
PG-PAUD
e.
Nomor HP
:
085643072080
f.
Alamat Surel (e-mail)
:
[email protected]
Anggota Peneliti a.
Nama Lengkap
:
Dede Yudi, S.Pd
b
NIDN
:
0620068203
c.
Perguruan Tinggi
:
Universitas Muhammadiyah Magelang Magelang, 18 Oktober 2016
Mengetahui, Dekan FKIP UMMgl
Ketua Peneliti
Drs. Subiyanto, M.Pd NIP. 19570807 198303 1 002
Khusnul Laely, M.Pd NIDN. 0620078601
Menyetujui, Ketua LP3M UMMagelang
Dr. Suliswiyadi, M.Ag NIDN. 0620106605
ii
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................... v BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 D. Kontribusi Penelitian..................................................................................... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5 A. Peningkatan Kecerdasan Kinestetik .............................................................. 5 B. Permainan Engklek ....................................................................................... 7 C. Pengaruh Permainan Engklek Terhadap Peningkatan Kecerdasan Kinestetik .....................................................................................................................12 D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 13 E. Hipotesis...................................................................................................... 13 BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 14 A. Rancangan Penelitian .................................................................................. 14 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ............. 15 C. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian .............................. 16 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 17 E. Uji Validitas Data ........................................................................................ 18 F.
Teknik Analisis ........................................................................................... 18
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 20 A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 20 1.
Hasil Pelaksanaan Observasi ................................................................... 20
2.
Analisis Deskripsi Data Subyek Penelitian ............................................. 24
3.
Hasil Pengukuran Awal Kecerdasan Kinestetik Pada Anak ................... 25
4.
Hasil Pengukuran Akhir Kecerdasan Kinestetik Pada Anak ................... 26
5.
Uji Hipotesis ............................................................................................ 28
iii
B. Pembahasan ................................................................................................. 32 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 35 A. Kesimpulan ................................................................................................. 35 B. Saran ............................................................................................................ 35 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37
iv
PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK (Penelitian Pada Siswa PAUD ALIF Kec. Mertoyudan Kabupaten Magelang) Khusnul Laely Dede Yudi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan engklek terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan desain penelitian One Group Pre-Postest Design dengan melakukan pengukuran awal dan pengukuran akhir. Variabel dalam penelitian ini adalah kelompok usia 3-4 tahun di PAUD ALIF Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 15 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan unjuk kerja. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan bantuan computer program SPSS for Windows versi 19,00. Hasil penelitian diperoleh kolom asymp.sig. (2-tailed)/asymptotic significance untuk uji dua sisi adalah 0,001. Oleh karena kasus adalah uji satu sisi, maka probabilitas menjadi 0,001 / 2 = 0,0005. Di sini didapat probabilitas bahwa 0,05 (0,0005<0,05). Maka Ho ditolak, atau Ada perbedaan kecerdasan kinestetik anak pada pegukuran awal dan pengukuran akhir setelah diberikan kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek.
Kata kunci : Kecerdasan Kinestetik Anak, Permainan Engklek
v
vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berbagai stimulan dapat diberikan kepada anak sebagai salah satu bentuk pendidikan yang mengarah pada mencerdaskan kehidupan bangsa. Menstimulan kognitif, bahasa, emosi, sosial maupun fisik pada anak harus sesuai dengan perkembangan mereka. Bermain merupakan belajarnya bagi anak, merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia selanjutnya. Akhir-akhir ini kegiatan bermain tradisional berbasis kreatifitas lokal mulai tergerus dengan hadirnya permainan-permainan modern yang siap pakai dan cenderung individualis. Padahal permainan tradisional sangat erat dengan nilai etika, moral, dan budaya masyarakat pendukungnya. Bahkan model permainan semacam ini banyak menstimulasi kecerdasan jamak, merangsang sIstem panca indra anak, menyerap berbagai informasi, melatih kemampuan dan proses berpikir serta memahami berbagai aturan. Belum lagi munculnya kebijakan pemerintah mengenai kabupaten dan kota layak anak yang bertujuan untuk mengintegrasikan sumber daya pembangunan dalam upaya pemenuhan hak-hak anak. Pendidikan untuk semua sebagai salah satu prinsip terselenggaranya kabupaten layak anak dipandang masih perlu ditinjau dan dibenahi yaitu dengan menerapkan permainan egklek untuk mengoptimalkan kecerdasan kinestetik anak yang diharapkan mampu membantu program pemerintah dan mengoptimalkan kecerdasan kinestetik pada berbagai tataran pendidikan.
1
Studi dan pemikiran tentang kota/ kabupaten layak anak (KLA) sudah banyak dilakukan karena banyak pihak dan kalangan telah memiliki pemahaman tentang pentingnya pemenuhan hak-hak anak, mendorong terbangunnya ruang peran anak di berbagai wilayah, serta membangun partisipasi masyarakat dalam keberpihakan pada hak-hak anak. Pada hal ini, kegiatan bermain yang disesuaikan dengan usia anak serta dilakukan secara konsisten dan bervariasi telah diyakini dapat menstimulasi kecerdasan kinestetik. Dengan demikian, system panca indra anak dirangsang sehingga dapat menyerap berbagai informasi, yang pada akhirnya memacu berbagai aspek kecerdasan atau lebih dikenal dengan kecerdasan kinestetik. Berdasarkan hasil observasi di PAUD ALIF Kec. Mertoyudan Kab. Magelang, kecerdasan kinestetik anak masih rendah. Anak cenderung enggan untuk melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan, enggan melakukan koordinasi gerakan kaki-tangankepala, enggan melakukan permainan fisik dengan aturan; serta enggan menggunakan tangan kanan dan kiri. Disisi lain permainan tradisional di PAUD ALIF Kec. Mertoyudan Kab. Magelang jarang digunakan, diantaranya Permainan Engklek. Padahal permainan tersebut sangat bagus untuk diperkenalkan pada anak usia dini, dan manfaatnya sangat banyak, diantaranya yaitu terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik. Bertitik tolak dari persoalan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Permainan Engklek terhadap
2
Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang”. B. Rumusan Masalah Sejak dicanangkan kebijakan pembangunan Kota/ kabupaten Layak Anak (KLA) tahun 2011 lalu, hak anak di semua wilayah menjadi sangat penting, yang menjadi permasalahan adalah kegiatan bermain yang benar-benar ramah anak dan berbasis pada kecerdasan kinestetik masih kurang memadahi sehingga belum sepenuhnya mampu menjadi pendukung utama program pendidikan untuk semua. Hal ini dikarenakan selama ini kegiatan bermain belum mengoptimalkan kecerdasan kinestetik. Kegiatan bermain dengan memperhatikan kecerdasan kinestetik diharapkan dapat menyatupadukan berbagai upaya pengembanagn sektor pendidikan untuk semua sehingga keberagaman kegiatan bermain dapat lebih tumbuh. Adapun pertanyaan penelitian yang akan dijawab yaitu, apakah permainan tradisional engklek berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional engklek terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak PAUD ALIF kalinegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. D. Kontribusi Penelitian Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peserta didik, pendidik PAUD, lembaga PAUD, dan peneliti lain, diantaranya:
3
1. Peserta didik. Bagi peserta didik, yaitu dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik yang dimiliki oleh anak usia dini. 2. Peneliti lain. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang peningkatankecerdasan kinestetik anak usia dini. 3. Pendidik PAUD. Bagi pendidik PAUD, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan pembentukan kecerdasan kinestetik anak usia dini yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak 4. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini terkait dengan pembelajaran di PAUD, penelitian ini bisa menjadi masukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di PAUD pada umumnya dan pembentukan kecerdasan kinestetik anak usia dini.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Amstrong (2002:3) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik atau kecerdasan fisik adalah kecerdasan di mana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya. Kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan dalam hal melakukan gerakangerakan yang bagus seperti berlari, menari, membuat berbagai karya seni. Banyak orang berbakat secara fisik dan terampil menggunakan tangan tidak menyadari bahwa mereka menunjukkan bentuk kecerdasan yang tinggi. Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan fisik diantaranya pantomime, menari, gerak tubuh (Kemdiknas, 2010: 12). Campbell, Campbell dan Cickinson (2002:77-96) menjelaskan bahwa tujuan materi program dalam kurikulum yang dpaat mengembangkan kecerdasan fisik antara lain : berbagai aktifitas fisik, berbagai jenis olahraga, modeling, dansa, menari, body language. Sujiono dan Sujiono (2004:290-292) menguraikan cara menstimulasi kecerdasan fisik pada anak, antara lain sebagai berikut. a. Menari. Anak-anak pada dasarnya menyukai music dan tari. Untuk mengasah kecerdasan fisik dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menari bersama karena menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuhm kekuatan, dan kelenturan otot,
5
b. Bermain peran/drama. Melalui kegiatan bermain peran, kecerdasan gerakan tubuh anak juga dapat teranggsang. Kegiatan ini menuntut bagiamana anak menggunakan tubuhnya menyesuaikan dengan perannya bagaimana ia harus berekspresi, termasuk juga gerakan tangan. Kemampuan sosialnya pun berkembang karena ia dituntut bekerja sama dengan orang lain, c. Latihan keterampilan fisik. Berbagai latihan fisik dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik anak. Misalnya, aktifitas berjalan di atas papan titian. Aktifitas ini dapat dilakukan saat anak berusia 3-4 tahun. Selain melatih kekuatan otot, aktifitas ini juga melatih untuk belajar keseimbangan, d. Olahraga. Berbagai kegiatan olah raga dapat meningkatkan kesehatan dan juga pertumbuhan. Olahraga harus dilakukan sesuai dengan perkembangan motoric anak, seperti berenang, sepakbola mini, main tenis, bulu tangkis ataupun senam. Seluruh cabang olahraga pada dasarnya merangsang kecerdasan gerakan tubuh, mengingat hampir semuanya menggunakan anggota tubuh. Beberapa indikator tingkat pencapaian perkembangan fisik dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009:10) untuk anak usia 5-6 tahun diantaranya yaitu: a. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan; b. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala c. Melakukan permainan fisik dengan aturan; serta d. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
6
B. Permainan Engklek Permainan Tradisional Engklek sering disebut juga sebagai permainan tradisional Sunda Manda. Engklek atau Sunda Manda ini merupakan sebuah permainan tradisional yang sudah banyak dikenal oleh anak-anak di seluruh Indonesia dan telah banyak dimainkan oleh anak-anak pada masa dahulu, bahkan sekarang ini permainan tradisional engklek juga dimainkan oleh anak- anak muda. Sondah atau engklek adalah permainan tradisional sederhana yang cara memainkannya hanya dibutuhkan sebatang kapur untuk menggambar bentuk persegi sebanyak 8 buah di lantai atau ditanah lapang (Wulandari, 2015:4) Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini diyakini mempunyai nama asli ‘Zondag Maandag’ yang merupakan bahasa Belanda. Jadi berdasar sejarahnya memang permainan tradisional engklek ini masuk ke Indonesia melalui Belanda yang pada masa lalu menjajah Indonesia. Diyakini pada masa penjajahan inilah permainan tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda. Sunda manda atau juga disebut éngklék, téklék, ingkling, sundamanda / sundah-mandah, jlong jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan (Nindi, 2013:1). Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi dengan nama yang berbeda-beda tentunya. Nama-nama untuk permainan Engklek
atau dalam bahasa Inggris
”Hopscotch”, antara lain Engklek (Jawa ), Asinan, Gala Asin (Kalimantan), Intingan (Sampit), Tengge-tengge
(Gorontalo),
7
Cak Lingking (Bangka),
Dengkleng, Teprok
(Bali), Gili-gili (Merauke), Deprok (Betawi),
Gedrik
(Banyuwangi), Bak-baan, engkle (Lamongan), Bendang (Lumajang), Engkleng (Pacitan), Sonda (Mojokerto), Tepok Gunung (Jawa Barat), dan masih banyak lagi nama yang lain. Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarah yang otentik yang dapat menyimpulkan mengenai sejarah permainan tradisional engklek. Namun permainan tradisional engklek
ini sudah sangat populer
di kalangan
anak
perempuan di Eropa pada masa perang dunia. Sedangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek ini. Memang permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun ternyata kemudian anak-anak lelaki pun banyak yang turut bermain permainan tradisional engklek. Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional engklek tetap bertahan di Indonesia dan menjadi semakin dikenal oleh anak-anak kecil di Indonesia. Begitupun dalam hal penyebarannya, semakin lama
permainan
tradisional engklek semakin populer dan menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Hingga akhirnya bisa dibilang tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek. Menurut Dr. Smpuck Hur Gronje, permainan ini berasal dari Hindustan. Lalu engklek ini diperkenalkan ke Indonesia (Aisya, 2011: 1). Oleh karena itu, engklek hampir dikenal di setiap Provinsi di Indonesia walaupun dengan nama yang berbeda.Pendapat lain mengatakan bahwa Permainan Engklek ini menyebar pada zaman kolonial Belanda dengan latar belakang cerita perebutan petak
8
sawah. Yang diduga bahwa nama permainan ini berasal dari "zondag-maandag" yang berasal dari Belanda yang berarti Sunday manday dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara (Nindi, 2013: 1) Permainan Sunda manda biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta. Peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain, setiap anak
harus berbekal gacuk
yang
biasanya berupa
sebentuk pecahan genting, yang juga disebut kreweng, yang dalam permainan, kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada. Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini. Gambar Permainan Tradisional Engklek di halaman lembaga untuk dapat dimainkan anak-anak setiap saat, anak-anak dapat memainkan engklek di halaman PAUD dengan lebih bersemangat. Permainan ini memang sebuah permainan
9
outdoor atau permainan yang harus dilakukan di luar rumah, adapun prosedur dalam permainan ini sebagai berikut: a. Sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak di pelataran tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat. b. Cara bermainnya yaitu dengan cukup melompat menggunakan satu kaki di setiap petak - petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai atau pun batu yang datar. c. Kreweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak – petak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan, jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya. d. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi Sawah atau Rumahnya , artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. e. Peserta yang memiliki sawah atau rumah paling banyak adalah pemenangnya.
10
Yang menjadi daya pendorong atau motivasi untuk merebut predikat sebagai pemenang adalah memperoleh rasa kebanggaan, memperoleh kedudukan sebagai anak yang dianggap pandai dalam permainan ini dengan berhasilnya memperoleh sawah di setiap petaknya. Predikat inilah yang sebenarnya yang menjadi dorongan sehingga anak-anak bermain dengan penuh semangat bertanding. Di samping naluri bagi anak-anak untuk berlomba guna menduduki tempat teratas di antara teman-temannya yang lain. Demikianlah dalam permainan ini, bagi mereka yang berhasil memiliki sawah atau rumah paling banyak disebut sebagai pemenang. Permainan tradisional Engklek ini dapat bertujuan untuk anak agar melatih trampil dan disiplin. Untuk saat ini permainan Engklek masih dapat dijumpai di berbagai acara tradisional, upacara hari kemerdekaan, ataupun saat kegiatan berbagai perlombaan. Alat yang digunakan dalam permainan Sondah tidak banyak dan tidak sulit untuk dicari. Alat untuk membuat garisnya sendiri tergantung dari tempat kita bermain. Di Luar rumah : jalan aspal komplek ( kapur) lapangan yang di cor (menggunakan kapur) dan di tanah (garis dengan menggunakan kayu atau apapun yang bisa digunakan sebagai alat pembuat garis ditanah).Sedangkan Di rumah : garasi (gunakan selotip) dan dalam rumah (gunakan karpet Puzzle) (Wulandari, 2015 : 5) Di tengah maraknya permainan-permainan elektronik, menjamurnya berbagai pusat perbelanjaan yang biasanya dilengkapi dengan pusat permainan juga mengakibatkan permainan-permainan tradisional menjadi kian tersingkir. Tidak demikian halnya dengan anak-anak di daerah kabupaten Magelang, mereka masih
11
memainkan permainan ini sebagai salah satu upaya melestarikan budaya dan tidak membiarkan permainan ini termakan zaman begitu saja. C. Pengaruh Permainan Engklek Terhadap Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Penggunaan permainan sangat berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh kreatifitas seorang guru dalam mengemas proses pembelajaran dalam bentuk permainan. Bermain merupakan kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesti, 1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Kenyataan yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa dalam peningkatan kecerdasam khususnya kecerdasan kinestetik, guru hanya mengajak anaknya dengan bermain lempar tangkap bola secara terus menerus sehingga anak merasa bosan. Selain itu pada saat ini minat anak hanya tertuju pada keinginan bermain di depan komputer saja. Melalui permainan engklek, kecerdasan kinestetik anak akan terlatih dan permainan ini mengajak anak untuk bermain di luar ruangan sehingga akan memberikan semangat yang berbeda dari biasanya serta anak akan tertarik dan merasa senang. Adanya ketertarikan dana nak merasa senang dengan permainan engklek ini, kecerdasan kinestetik anak akan terlatih dan meningkat.
12
D. Kerangka Berpikir Peran penting pemilihan dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran menjadi sangan penting. Keberhasilan sebuah pembelajaran terutama keberhasilan penguasaan tentang suatu materi oleh anak akan sangat ditentukan oleh seberapa baik seorang guru dalam merancang proses pembelajaran dan mengemasnya dalam permainan. Untuk itu dalam penelitian ini akan diterapkannya permainan engklek untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Kondisi awal, yaitu dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kinestetik anak masih rendah. Hal ini dikarenakan anak hanya tertarik pada permainan di depan komputer dan guru hanya menonton bermain lempar tangkap bola saja. Hal ini ditindak lanjuti dengan penggunaan permainan engklek dalam pembelajaran, diharapkan dengan permainan ini dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini. Kondisi Akhir
Kondisi awal
Rendahnya Kecerdasan Kinestetik Anak
Permainan Engklek
Kecerdasan Kinestetik Meningkat
E. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang dijelaskan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dirumuskan yaitu permainan engklek berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak.
13
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu optimalisasi kecerdasan kinestetik pada Anak Usia Dini (AUD), penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan desain penelitian One Group Pre-Postest Design. Eksperimen dilakukan pada suatu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Kelompok eksperimen pada penelitian ini diberikan perlakuan selama jangka waktu tertentu dan selanjutnya dilakukan pengukuran kembali untuk melihat hasil penelitian. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut: One Group Pre-Postest Design T1
X
T2
Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen Keterangan: T1 : Pengukuran awal kecerdasan kinestetik sebelum diberi perlakuan permainan engklek X
: Perlakuan/ Treatment, berupa permainan engklek
T2 : Pengukuran akhir kecerdasan kinestetik sebelum diberi perlakuan permainan Engklek
14
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu diantaranya: 1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan engklek 2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kecerdasan kinestetik anak. Definisi Operasional Variabel Penelitian a) Permainan engklek Permainan engklek adalah permainan tradisional sederhana yang cara memainkannya hanya dibutuhkan sebatang kapur untuk menggambar bentuk persegi sebanyak 8 buah di lantai atau ditanah lapang. b) Kecerdasan kinsetetik Kecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh anak meliputi gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan; Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala; Melakukan permainan fisik dengan aturan; Serta terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
15
C. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian a) Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Dengan prioritas anak kelompok usia 3-4 tahun yang berjumlah 15 anak. b) Waktu Penelitian Dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2015/2016 tepatnya di bulan Juni, Juli, dan Agustus. Tabel 3.2 jadwal penelitian
NO
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Eksplorasi dan Identifikasi Penyusunan Instrumen & Preliminary Riset Perumusan dan Analisis Data FGD Penyusunan Strategi Menyusun Link Instansi Pengambilan Data Pengolahan Data Seminar Hasil Penelitian Laporan Penelitian
JUNI MINGGU KE 1 2 3 4
JULI MINGGU KE 1 2 3 4
AGUSTUS MINGGU KE 1 2 3 4
2. Karakteristik Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah individu-individu yang akan menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan hal-hal sebagai berikut:
16
a) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok usia 34 tahun di PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 anak. b) Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok usia 34 tahun di PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 15 anak. c) Teknik Sampling Cara terbaik untuk mengambil sampel yaitu total sampling. Total sampling merupakan pengambilan sampel secara keseluruhan. D. Metode Pengumpulan Data Instrumen penilaian digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) Observasi Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mendapatkan data dan informasi tentang perkembangan anak dalam berbagai situasi dan kegiatan yang dilakukan. 2) Unjuk Kerja Unjuk kerja merupakan penilaian yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati.
17
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel
Aspek
Indikator
Sumber
Teknik
Kecerdasan Kinestetik
Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan Melakukan kordinasi gerakan kaki-tangankepala
Mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang
Siswa PAUD ALIF Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
Observasi dan unjuk kerja
Melakukan permainan fisik dengan aturan Terampil meggunakan kaki kanan dan kiri E. Uji Validitas Data
Berjumlah 15 siswa Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan Mampu berjalan engklek 5 m tanpa jatuh Mampu berjalan engklek 10 m tanpa jatuh Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak garis di tanah ketika engklek
Uji validitas dalam penelotian ini dilakukan dengan uji ahli Profesional Judgement. Peneliti melakukan Uji Ahli instrument pengumpulan data dengan cara melakukan konsultasi dan diskusi dengan ahli terkait. F. Teknik Analisis Analisis data dalam penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan kegiatan serta kekritisan dari peneliti. Analisis data digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh permainan engklek terhadap
18
kecerdasan kinestetik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data statistik. Analisis data statistik adalah pengolahan data yang dilakukan terhadap data yang berupa angka. Karena data berupa angka maka dapat secara langsung dilakukan penskoran (penilaian). Data statistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data dikumpulkan dari pengukuran awal serta pengukuran akhir kecerdasan kinestetik pada anak menggunakan instrument lembar unjuk kerja (performance). Teknik analisis data yang dipergunakan yaitu teknik analisis uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan bantuan computer program SPSS for Windows versi 19.00, karena subyek mendapat pengukuran-pengukuran yang sama yaitu diukur sebelum dan sesudah permainan tradisional engklek, dengan jumlah data hanya sedikit yang dianggap tidak diketahui distribusi datanya (berdistribusi bebas), sehingga digunakan teknik non parametric dengan dua sampel dependent. Uji peringkat Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil pegamatan yang berpasangan dari dua mata apakah berbeda atau tidak. Analisis data penelitian ini menggunkan teknik analisis Wilcoxon karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya peningkatan kecerdasan kinestetik pada anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa permainan engklek. Bila ternyata hasil uji Wilcoxon ditemukan ada pengaruh yang diberikannya permainan engklek terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik.
19
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengelolaan data dalam penelitian ini menghasilkan deskripsi data subyek penelitian serta melewati dua pengukuran yaitu pengukuran awal sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek dan pengukuran akhir sesudah diberikan tindakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek , yang akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Hasil Pelaksanaan Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kecerdasan kinestetik anak melalui observasi langsung, dengan mengamati satu persatu siswa pada saat perlakuan (kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek) berpedoman pada indikator yang telah di tentukan dalam lembar pedoman observasi. Observasi dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 16, 23, 30 September 2016 terhadap 15 subyek, data yang diperoleh dapat dideskripsikan sebagai berikut, tanda bintang terendah yang diperoleh oleh subyek yaitu tanda bintang 1, sedangkan tanda bintang tertinggi yang diperoleh oleh subyek adalah tanda bintang 2, hasil observasi selengkapnya terlampir. Hasil ini menandakan bahwa pada observasi diketahui kecerdasan kinestetik anak mulai berkembang dengan kegiatan permainan tradisional engklek, melalui hasil observasi ini peneliti menemukan fakta bahwa jumlah
20
tanda bintang yang diperoleh oleh semua subyek masih jauh dari ideal, dimana seharusnya pada tiap-tiap indikator adalah 420 tanda bintang, sementara hasil observasi hanya menunjukkan perolehan 174 tanda bintang. Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Kecerdasan Kinestetik
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Subyek Fp Lm Ma Dy Sd Kl Ml Sa Ns Rm Sby Ys Ts Pus Ila Jumlah
3 1 6 5 1 6 4 5 2 3 36
4 7 7 6 1 2 6 1 7 3 2 7 5 7 4 69
Total Indikator
Keterangan : : 1 = BB ( Belum Berkembang ) : 2 = MB ( Mulai Berkembang ) : 3 = BSH ( Berkembang Sesuai Harapan ) : 4 = BSB ( Berkembang Sangat Baik ) Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari ke lima belas indikator yang diamati, terdapat lima anak yang menunjukkan mulai berkembang dalam 7 indikator kemampuan motorik kasar yang diamati.
21
Berikut apabila hasil pelaksanaan observasi dibuat tabel distribusi frekuensi. Tabel 4 Distribusi Hasil Observasi Kemampuan Kecerdasan Kinestetik Anak ASPEK
INDIKATOR
BB F
Melakukan gerkan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan Melakukan kordinasi gerakan kakitangan-kepala Melakukan permainan fisik dengan aturan
Terampil meggunakan tangan kanan dan kiri
Mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan Mampu berjalan engklek 10 m tanpa jatuh Mampu berjalan engklek 20 m tanpa jatuh Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek
Keterangan : BB
: Belum Berkembang
MB
: Mulai Berkembang
f
: Frekuensi Subjek
%
: Persentase f/n x100%
22
MB % 100
JML F % 15 100
%
-
-
F 15
10
66,7
5
33,3
15
100
12
80
3
20
15
100
9
60
6
40
15
100
7
44,7
8
53,3
15
100
7
44,7
8
53,3
15
100
9
60
6
40
15
100
n
: Jumlah keseluruhan subjek / sampel Tabel data diatas masih memiliki nilai Belum Berkembang (BB) dalam
beberapa indikator yang diamati, nilai terbanyak pada indikator Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri yaitu sebanyak 12 siswa atau 80%, indikator Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang yaitu sebanyak 10 siswa atau 66,7%, terdapat kesamaan antara indikator Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan dan indikator Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek masing-masing sebanyak 9 siswa atau 60%, selain itu masih terdapat kesamaan juga antara indikator mampu berjalan engklek 10 m dengan egrang tanpa jatuh dan indikator mampu berjalan engklek 20 m dengan egrang tanpa jatuh yaitu sebanyak 7 siswa atau 44,7%. Untuk nilai yang menunjukan subjek Mulai Berkembang (MB) nilai terbanyak pada indikator Mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang yaitu sebanyak 15 siswa atau 100%, indikator Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang yaitu sebanyak 5 siswa atau 33,3% , indikator Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri Yaitu sebanyak 3 siswa atau 20%, terdapat kesamaan antara indikator Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan dan indikator Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek yaitu 6 siswa atau 40%, terdapat kesamaan pula antara indikator Mampu berjalan engklek 10 m tanpa jatuh dan indikator Mampu berjalan engklek 20 m tanpa jatuh yaitu masing-masing 8 orang atau 53,3%.
23
2.
Analisis Deskripsi Data Subyek Penelitian Pengelolaan data hasil subyek penelitian diolah dengan menggunakan bantuan SPSS For Windows versi 16. Pengolahan tersebut menghasilkan deskripsi data subyek penelitian sebagai berikut: Tabel 5 Deskripsi Data subyek Penelitian Sumber
N
Mean
Maksimal
Minimal
Pengukuran Awal
15
11,6
14
8
Pengukuran Akhir
15
23
27
8
Hal ini untuk mengetahui sejauh mana signifikansi perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir sebelum dan sesudah diberikan tindakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa ke 15 subyek pada pengukuran awal kemam puan berhitung mean mencapai 11,6, nilai minimal mencapai 8 dan nilai maksimal hanya mencapai 14, selanjutnya setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek pada pengukuran akhir maka mean mencapai 23, nilai minimal sebesar 8, serta nilai maksimal mencapai 27. Dengan demikian kecerdasan kinestetik
pada anak
meningkat. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan radisional engklek telah mampu meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.
24
3.
Hasil Pengukuran Awal Kecerdasan Kinestetik Pada Anak Pengukuran awal kecerdasan kinestetik pada anak telah dilkukan pada tanggal 13, 20, 27 Juni 2016 di PAUD Alif Dusun Glagah Kalinegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 anak dengan durasi waktu 60 menit. Pengukuran awal terhadap kecerdasan kinestetik pada anak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kecerdasan kinestetik anak sebelum adanya tindakan pembelajaran permainan tradisional engklek. Dalam pengukuran awal ini yang diukur adalah kecerdasan kinestetik anak meliputi Mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang, Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang, Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri, Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan, Mampu berjalan engklek 5 m tanpa jatuh, Mampu berjalan engklek 10 m
tanpa jatuh,
Mampu berjalan engklek 15 m tanpa jatuh, Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek. Hasil pengukuran awal dapat dilihat pada table 3 dan hasil selengkapnya tentang pengukuran awal kecerdasan kinestetik pada seluruh subyek (N=15) terlampir. Berikut data hasil pengukuran awal : Tabel 6 Deskripsi Hasil Pengukuran Awal Kemampuan Berhitung Pada Anak N
Minimal
Maksimal
Mean
15
8
14
11,6
25
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ke 15 subyek penelitian memang masih memiliki kecerdasan kinestetik yang rendah. Dari hasil pengukuran awal dapat dilihat bahwa nilai minimal hanya mencapai 8 , nilai maksimal 14, dengan mean 11,6. 4.
Hasil Pengukuran Akhir Kecerdasan Kinestetik Pada Anak Pengukuran akhir terhadap kecerdasan kinestetik pada anak telah dilakukan pada tanggal, 15 dan 22 Agustus 2016 di PAUD Alif Dusun Glagah Kalinegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 anak dengan durasi waktu 60 menit. Pengukuran akhir terhadap
kecerdasan kinestetik pada anak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari suatu tindakan setelah diberikan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Dalam pengukuran akhir ini hal yang diukur mencakup kecerdasan kinestetik anak Mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang, Mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang, Mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri, Mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan, Mampu berjalan engklek 5 m tanpa jatuh, Mampu berjalan engklek 10 m tanpa jatuh, Mampu berjalan engklek 15 m tanpa jatuh, Kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek. Hasil pengukuran akhir dapat dilihat dalam tabel 5 dan hasil pengukuran akhir kemampuan berhitung selengkapnya pada seluruh subyek (N=15) terlampir. Tabel 5 dimaksud sebagai berikut :
26
Tabel 7 Deskripsi Hasil Pengukuran Akhir Kecerdasan Kinestetik Anak N
Minimal
Maksimal
Mean
15
8
27
23
Hasil pengukuran akhir yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa ke 15 subyek setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek, kecerdasan kinestetik subyek menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai minimal 8, nilai maksimal sebesar 27, serta mean mencapai 23. Tabel 8 Deskripsi Hasil Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kecerdasan Kinestetik Anak Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
SEBELUM
11.6000
15
2.32379
.60000
SESUDAH
23.0000
15
4.84031
1.24976
Tabel 6 menjelaskan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran awal dengan hasil pengukuran akhir kecerdasan kinestetik. Begitu pula dengan mean masing-masing hasil pengukuran, yaitu 11,6 pada pengukuran awal serta 23 pada hasil pengukuran akhir kecerdasan kinestetik pada anak.
27
5.
Uji Hipotesis Pengolahan data hasil pengukuran kecerdasan kinestetik pada anak diolah menggunakan teknik analisis Uji Paired Sample T Test dengan bantuan computer program SPSS for windows versi 16, karena subyek mendapat pengukuran-pengukuran yang sama yaitu diukur sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek, dengan jumlah data hanya sedikit yang dianggap tidak diketahui distribusi datanya (berdistribusi bebas) sehingga digunakan teknik non parametric dengan dua sampel dependen (Santoso, 2007). Uji hipotesis penelitian statistik non parametrik uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan N = 15. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasilhasil pengamatan berpasangan dari dua data apakah ada perbedaan atau tidak. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis Wilcoxon karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan kecerdasan kinestetik pada anak sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan dengan permainan tradisional engklek. Bila ternyata hasil Uji Wilcoxon ditemukan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan, itu berarti ada peningkatan kecerdasan kinestetik setelah diberi perlakuan dengan permainan tradisional engklek. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa permainan tradisional engklek berpengaruh terhadap kecerdasan kinestetik anak.
Uji Wilxocon dengan bantuan Komputer Program SPSS For
Windows Versi 16 dapat dilihat dalam Tabel 7 sebagai berikut:
28
Tabel 9 Uji Wilcoxon Berdasarkan Statistik Hitung N
Mean Rank
Sum of Ranks
SESUDAH –
Negative Ranks
0a
.00
.00
SEBELUM
Positive Ranks
14b
7.50
105.00
Ties
1c
Total
15
a. SESUDAH < SEBELUM b. SESUDAH > SEBELUM c. SESUDAH = SEBELUM Analisis data penelitian kecerdasan kinestetik pada anak menggunakan Uji Peringkat Bertanda Wilxocon. a. Hipotesis N = Negatif rank = 0 berarti tidak ada kecerdasan kinestetik anak pada pengukuran akhir yang lebih kecil dari pada hasil pengukuran awal. N = Positif rank = 14 berarti kecerdasan kinestetik anak meningkat dari pengukuran awal (tidak ada yang nilainya menurun setelah dilakukan pengukuran akhir). N = Ties = 1 berarti kecerdasan kinestetik anak sama antara pengukuran awal dan pengukuran akhir.
29
Oleh karena jumlah rangking negatif lebih kecil dibanding rangking positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif. Selanjutnya dilakukan Uji Hipotesis : Ho : Tidak ada perbedaan kecerdasan kinestetik anak pada pengukuran akhir setelah diberikan kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Hi :
Ada perbedaan kecerdasan kinestetik anak pada pegukuran awal dan pengukuran akhir setelah diberikan kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Tingkat signifikan =0,05
b. Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan untuk Uji Data Dua Sampel Berhubungan (Dipendent) dengan menggunakan Uji Peringkat Bertanda Wilxocon. Dalam hal ini peneliti menggunakan satu cara yaitu dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel. Jika Statistik Hitung < Statistik Tabel, maka Ho ditolak. Jika Statistik Hitung > Statistik Tabel, maka Ho diterima. 1) Statistik Hitung Menghitung T (statistic uji) dari Wilxocon. Dari output terlihat bahwa dari 15 data, 0 data mempunyai bedabeda negatif, 14 bertanda positif dan 1 bertanda sama (ties). Dalam uji Wilxocon, yang dipakai adalah jumlah beda-beda yang paling
30
kecil, karena itu dalam penelitian ini diambil beda-beda yang negatif, yaitu 0 (lihat output pada kolom “sum of ranks”. Dari angka ini didapat statistik Uji Wilxocon (T) adalah 0. 2) Statistik Tabel Dengan melihat tabel Wilxocon, untuk n (jumlah data) = 15, Uji satu sisi dan tingkat signifikansi () = 0,5, maka didapat statistik tabel Wilxocon = 30. Uji Statistik Tabel 10 Test Statisticsb SESUDAH – SEBELUM -3.309a .001
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Keterangan : ● Z
: Nilai Uji Wilcoxon
● Asymp Sig (2-tailed)
: ,001
Jika nilai Asymp Sig< 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Nilai Asymp Sig> 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak Catatan : H0 = Tidak ada perbedaan antara penelitian sebelum dan sesudah HI = Ada perbedaan antara penelitian sebelum dan sesudah
31
Keputusan: Terlihat bahwa pada kolom asymp.sig. (2-tailed)/asymptotic significance untuk uji dua sisi adalah 0,001. Oleh karena kasus adalah uji satu sisi, maka probabilitas menjadi 0,001 / 2 = 0,0005. Di sini didapat probabilitas bahwa 0,05 (0,0005<0,05). Maka Ho ditolak, atau Ada perbedaan kecerdasan kinestetik anak pada pegukuran awal dan pengukuran akhir setelah diberikan kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Berdasarkan serangkaian pengujian tersebut, maka hipotesis penelitian yang bebunyi
“Permainan
Tradisional
Engklek
berpengaruh
terhadap
peningkatan kemampuan berhitung anak” terbukti kebenarannya.
B. Pembahasan Banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan kinestetik anak, pembelajaran di sekolah dengan peran serta dari guru menjadi salah satu faktor berkembangnya kecerdasan kinestetik anak, salah satu pembelajaran yang terbukti dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak adalah pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan kinestetik anak setelah diberikan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Dimulai dari kondisi awal dimana semua subyek penelitian mempunyai kecerdasan kinestetik rendah kemudian diberikan perlakuan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek, selanjutnya dilakukan pengukuran akhir, untuk membandingkan dengan kondisi awal. Berikut akan dijelaskan
32
perbandingan kondisi awal dan akhir setelah diberi pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. Pada kondisi awal subyek memiliki kecerdasan kinestetik dengan nilai tertinggi hanya mencapai 14. Hal ini menunjukkan kecerdasan kinestetik subyek rendah, akan tetapi setelah dilakukan perlakuan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek telah terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran akhir subyek dengan niliai tertinggi sebesar 27. Hasil penelitian menggunakan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek benar-benar dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Karena dalam pembelajaran dengan permainan tradisional engklek dengan prosedur subyek diminta langsung untuk mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang, mampu berjalan di atas papan titian dengan seimbang, mampu melakukan koordinasi kaki kanan dan kaki kiri, mampu melakukan koordinasi tangan kiri dan tangan kanan, mampu berjalan engklek 10 m tanpa jatuh, mampu berjalan engklek 20 m tanpa jatuh, mampu berjalan engklek 20 m tanpa jatuh, kaki kanan dan kaki kiri tidak menginjak tanah ketika engklek. Hasil penelitian diatas meyakini bahwasanya permainan tradisional engklek mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Campbell, Campbell dan Dickinson (2002 : 77-96) bahwa tujuan materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan fisik antara lain : berbagai aktifitas fisik, berbagai
33
jenis olahraga, modeling, dansa, menari, body language. Dan dalam tataran operasionalnya permainan engklek ini menstimulan berbagai aktifitas fisik. Sementara itu, sebagaimana diutarakan oleh Sujiono dan Sujiono (2004 : 290-292) terdapat berbagai cara dan upaya dalam meningkatkan kecerdasan fisik pada anak, diantaranya melalui menari, bermain peran, latihan keterampilan fisik dan olahraga. Permainan tradisional engklek ini masuk pada latihan keterampilan fisik.
34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Permainan tradisional berperan penting dalam pendidikan terutama dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak didik. Salah satu permainan tradisional yang disajikan dalam penelitian ini yaitu engklek, terbukti dapat membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Perlakuan terhadap anak didik PAUD Alif Dusun Glagah Kalinegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten terbukti menunjukkan data yang signifikan terhadap kecerdasan kinestetik anak setelah dilakukan pembelajaran dengan permainan tradisional engklek. B. Saran Ada beberapa saran dari peneliti yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak, antara lain: 1. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diharapkan dapat memfasilitasi berbagai macam permainan tradisional untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik, salah satu diantaranya bermain engklek dalam pembelajaran untuk menunjang kecerdasan kinestetik anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. 2. Bagi Pendidik Anak Usia Dini Sebaiknya pendidik lebih kreatif untuk menghidupkan kembali berbagai berbagai permainan tradisional yang bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Sebab diyakini berbagai permainan radisional
35
sangat diminati anak Dengan demikian diharapkan perkembangan anak akan lebih optimal. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Apabila hendak melakukan penelitian kecerdasan kinestetik pada anak usia dini agar menggunakan pembelajaran dengan berbagai permainan tradisional lain yang diyakini masih banyak akan tetapi makin jarang digunakan karena tergerus oleh permainan berbasis teknologi (games electronic) agar di peroleh hasil penelitian yang lebih beragam dan berkualitas di kemudian hari.
36
DAFTAR PUSTAKA Bee, Helen. 1999. The Growing Child An Applied Approach. New York: Longman Gestwicki, Carol. 2007. Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Development In Early Education. Thomson Delmar Learning. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media. Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
37
DOKUMENTASI PENELITIAN
38
39
40
41