LAPORAN PENELITIAN ANALISIS LANJUT RISKESDAS 2013
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN KEJADIAN KECELAKAAN DI INDONESIA BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2013
oleh Bambang Sukana Mulyono Notosiswoyo Susy Suswati Sudibyo Supardi Zubaedah
PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2014
IDENTITAS PENGUSUL PENELITIAN
Ketua pelaksana
: Bambang Sukana, SKM, MKes
Peneliti
: Dr. Drs.Mulyono Notosiswoyo, M.Si, : Dr. Sudibyo Supardi, Apt, MKes Dra. Susy Suswati, M.Pd Zubaedah, SKM
Pembantu Administrasi
: Wardana
ABSTRAK
Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang mengalami obesitas sebesar 25,36%. Obesitas dapat menjadi faktor resko beberapa penyakit dan kecelakaan. Tujuan analisis lanjut data Riskesdas 2013 adalah untuk (1) Menilai hubungan antara karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, lokasi tinggal) dan kejadian obesitas di Indonesia, (2) Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskuler, stroke, dan (3) Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan yang dialami setahun terakhir. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil Riskesdas 2013. Sampel penelitian adalah seluruh penduduk penduduk di 33 provinsi indonesia. Pengolahan data terhadap penduduk yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS. Analisis data berupa distribusi frekuensi, uji Chi-Square dan uji regresi logistik multivariat.
1. 2. 3.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik penduduk yang berhubungan bermakna dengan kejadian obesitas adalah umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, lokasi tinggal. Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskuler, stroke Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian kecelakaan
Kata kunci : obesitas, kardiovaskuler, hipertensi, kecelakaan, stroke.
DAFTAR ISI halaman IDENTITAS PENGUSUL PENELITIAN .......................................................
i
RINGKASAN PENELITIAN ………………………………...............……...
ii
DAFTAR ISI …………………….………………….............................…….
iii
DAFTAR TABEL ………………………………….............................…….
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..
vi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..... ………………………......................…… … B. Permasalahan ................................................................................ C. Perumusan Masalah .... . …………………….................……….. D. Tujuan Penelitian ..............………………................………….. E. Manfaat ...................................………………..............………..
1 3 3 3 4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Status Gizi ........... ………………………......................…… … B. Obesitas ....................... …………………….................………... C. Bahaya Obesitas .................………………................………….. D. Penelitian yang terkait dengan obesitas ………………………..
5 7 13 17
METODE PENELITIAN A. Kerangka konsep dan Hipotesis .................................................... B. Desain/ Rancangan Penelitian .......................................………… C. Estimasi besar sampel ................ .................................................. D. Definisi Operasional Variabel …………………….............…….. E. Instrumen dan Cara Pengumpulan data ………………….…….. F. Prosedur kerja ............................................................... .............. G. Pengolahan dan Analisis Data ……........…………......………… H. Keterbatasan penelitian ...............................................................
19 20 20 20 21 21 22 22
BAB III. HASIL ANALISIS A. Karakteristik Reponden Riskesdas………………………………. B. Penyakit Hipertensi, Stroke dan Jantung Responden Riskesdas .................................... C. Hubungan Responden Riskesdas Obesitas dengan Hipertensi, Stroke dan Jantung.................. D. Responden Riskesdas yang mengalami kecelakaan……………... E. Penyebab Kecelakaan……………………………………………. F. Uji Chi-Square Test Responden Riskesdas yang menderita Hipertensi, Stroke dan Jantung dengan kecelakaan G. Uji Log Regresi………………………………………………..
23 29 32 33 33 34 34
BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………….....
36
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ............................................…………………….…………
39 39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN SK Kepala Badan Litbangkes Nomor : HK.02.03/1.2/10406/2014 Tanggal 1 Oktober 2014
40
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan umur Riskesdas 2013. ………………….. 2. Gambar 4.2 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak obesitas berdasarkan jenis kelamin Riskesdas 2013…………… 3. Gambar 4.3 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak obesitas berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013…………… 4. Gambar 4.4 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan pekerjaan Riskesdas 2013. …………… 5. Gambar 4.5 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas Dan tidak obesitas berdasarkan tempat tinggal Riskesdas 2013………... 6. Gambar 4.6 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak obesitas berdasarkan status pernikahan Riskesdas 2013 …….
vi
24 25 26 27 28 29
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (Depkes, 2010) …………………………………………………………… 2. Tabel 2.2 Kategori IMT Berdasarkan Indeks WHO 2007………………... 3. Tabel 2.3 Klasifikasi Aktivitas Fisik menurut Statistik Kesehatan 2004… 4. Tabel 4.1. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan Umur Riskesdas 2013…………………………………………………. 5. Tabel 4.2. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan jenis kelamin Riskesdas 2013………………………….. 6. Tabel 4.3. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013…………………………………………… 7. Tabel 4.4. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013…………………………………………… 8. Tabel 4.5. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan lokasi tempat tinggal Riskesdas 2013 …………………. 9. Tabel 4.6. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas berdasarkan status pernikahan Riskesdas 2013 …………………….. 10. Tabel 4.7. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas mengalami hyertensi Riskesdas 2013………………………………… 11. Tabel 4.8. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas mengalami penyakit jantung Riskesdas 2013………………………… 12. Tabel 4.9. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas mengalami stroke Riskesdas 2013 …………………………………… 13. Tabel 4.10 Proporsi Responden obesitas yang menderita hypertensi, stroke dan jantung tahun 2013. …………………………………………. 14. Tabel 4.11 Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan Riskesdas 2013 ………………………………………… ….. 15. Tabel 4.12 Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan dengan penyebab, Riskesdas 2013…………………… ……. 16. Tabel 4.13. Hasil Uji Chi-Square Test Jantung, hypertensi, stroke dan obesitas dengan Kecelakaan ………………………………. 17. Tabel 4.14 Uji Logres variable kecelakaan dengan variable jantung, hypertensi, stroke th. 2013…………………………………
v
5 6 10 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 33 34 35
v
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Siregar,2012). Obesitas tersebut merupakan resiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang juga merupakan salah satu penyebab utama kematian di berbagai negara. Menurut WHO, obesitas sudah merupakan epidemi global dan menjadi masalah kesehatan yang harus segera diatasi. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Obesitas tersebut dapat mengakibatkan penyakit metabolik dan penyakit degeneratif di kemudian hari. Menurut laporan data Riskesdas 2007 dan 2010, diprediksi akan terjadi kenaikan kasus obesitas sekitar 1-2% pertahunnya, jika hal tersebut tidak ditangani dengan serius oleh pemerintah maka masalah obesitas ini akan memberi dampak negatif yang luar biasa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Dari penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2007 di empat belas kota besar di Indonesia, diperkirakan angka kejadian kegemukan pada anak tergolong relatif tinggi, antara 10-20% dari total populasi anak-anak Indonesia yang berumur 6-12 tahun dengan nilai yang terus bertambah hingga sekarang. Jakarta adalah salah satu kota yang memiliki tingkat kegemukan/ obesitas pada anak yang relatif tinggi, yaitu 9,6%-20%. Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak Jakarta sebesar 25 % (Farmacia, 2007). Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak. Ali Khomsan, 2003 mengatakan bahwa hereditas (keturunan) menjadi salah satu faktor penyebab obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perubahan gaya hidup dan pola makan. 1
Perkembangan fisik atau jasmani anak berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. (Ali Khomsan, 2003:90 dalam Wijayanti, 2007) Obesitas memiliki risiko tinggi terhadap angka kesakitan berbagai macam penyakit sebagaimana terjadi pada orang dewasa. Suatu studi yang pernah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan kadar gula darah puasa, insulin, dan trigliserida serta peningkatan prevalensi gangguan toleransi glukosa dan hypertensi systolik pada anak yang mengalami obesitas (BMI ≥ 95th percentile). (Spear, et al, 2007). Sejumlah studi menyimpulkan, anak-anak yang kelebihan berat badan sejak usia kurang dari 10 tahun akan menghadapi ancaman stroke pada usia 40 bahkan bisa dimulai sejak usia 30. Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam “American Journal of Clinical Nutrition” juga kian menguatkan konsekuensi kesehatan yang bakal dialami terkait obesitas anak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 172 anak tersebut menyimpulkan, anak usia delapan tahun yang kegemukan atau obesitas, menunjukkan sejumlah tanda atau gejala terkait faktor risiko penyakit jantung saat mereka mencapai usia remaja (15 tahun). Risiko tersebut antara lain tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang buruk, peningkatan kadar gula darah dan insulin (hormon pengatur kadar gula darah). ( Spear, et al, 2007). Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, disatu sisi terjadi peningkatan jumlah penyakit tidak menular namun kematian akibat penyakit menular juga masih tinggi. Dalam studi mengenai Beban Penyakit, Trauma dan Faktor Risiko di Indonesia tahun 2010 diketahui ada tiga besar penyakit penyebab kematian di Indonesia. Di urutan pertama adalah stroke, tuberkulosis, dan kecelakaan lalu lintas. Data menunjukkan beban penyakit yang diakibatkan penyakit menular mengalami penurunan dari tahun 1990 sebesar 56% menjadi 43% pada tahun 2000 dan 33% pada tahun 2010, sedangkan beban penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan dari 37% pada tahun 1990 menjadi 49% pada tahun 2000 dan 58% pada tahun 2010. Kondisi tersebut menunjukkan Indonesia sedang menuju pada masa transisi dari negara berkembang ke negara maju dengan pendapatan per kapita lebih tinggi. Pola penyakit negara maju adalah penyakit tidak menular seperti stroke, hipertesi, jantung, 2
kanker, dan sebagainya. Sementara penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare, lebih banyak terjadi di negara miskin. Besarnya masalah kesehatan tidak lepas dari adanya transisi epidemiologis, yaitu menurunnya mortalitas dan morbiditas penyakit menular seperti diare, batuk/pilek (ISPA), diikuti meningkatnya penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. Perubahan transisi epidemiologis ini terjadi mengikuti transisi demografik, yaitu perubahan masyarakat muda menjadi masyarakat yang menua, yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup. Obesitas penduduk sangat berkaitan dengan produktifitas kerja, karena dengan obesitas berdampak pada timbulnya beberapa penyakit tidak menular antara lain, hypertensi, stroke, jantung, yang
memungkinan dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
B. Permasalahan Permasalahan gizi dan kesehatan penduduk Indonesia terjadi pada penduduk umur 15-64 th. 19,74%, status gizi kurus umur 16-18 th laki-laki 13,1%, perempuan 5,7 %, obesitas laki-laki 6,7%, perempuan 32,9%. Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, jantung dan diabetes mellitus sebanyak 25,8%, 1,2%, 0,5% dan 2,4%. Kondisi diatas membawa risiko pada risiko terjadinya kecelakaan. Untuk itu akan dianalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian hypertensi, stroke, jantung dan kecelakaan (di tempat kerja maupun di luar tempat kerja). Analisis akan dilakukan dengan membedakan wilayah perkotaan dan perdesaan.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi obesitas. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan obesitas pada penduduk.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan Indonesia.
3
pada penduduk di
2. Tujuan Khusus: 1. Menilai hubungan antara karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, lokasi tinggal) dan kejadian obesitas serta kecelakaan di Indonesia 2. Menilai
hubungan
antara
obesitas
dan
kejadian
penyakit
hipertensi,
kardiovaskuler, stroke 3. Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan yang dialami setahun terakhir di pedesaaan dan perkotaan.
E. Manfaat Diketahuinya faktor yang berisiko obesitas terhadap hypertensi, stroke, jantung dan akibat kecelakaan akan dapat digunakan untuk perencanaan intervensi dalam pencegahan dan pemeliharaan gizi dan kesehatan penduduk, selain mengurangi risiko produktivitas rendah.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
1.
Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2002). Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh dan bukan lemak tubuh. ( Ari Yuniastuti, 2008). Pengukuran status gizi pada balita dan anak dapat dilakukan menggunakan indeks antropometri berikut : a.
Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
b.
Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/TB)
c.
Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur (TB/U)
d.
Indeks gabungan (BB/U; BB/TB; TB/U)
e.
Indeks lingkar lengan atas (LILA)
f.
Indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U)
g.
Tebal lipatan lemak di bawah kulit (TLBK)
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (Depkes, 2010) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60 Bulan Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur Anak Umur 0-60 bulan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Kategori Status Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk 5
Ambang Batas (Z-Score) < -3SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2SD > 2 SD < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD
Anak Umur 0-60 bulan Indeks Massa Tubuh menurut Sangat Kurus umur (IMT/U) Kurus Anak Umur 0-60 bulan Normal Gemuk Indeks Massa Tubuh menurut Sangat Kurus Umur (IMT/U) Kurus Normal Anak Umur 5 – 18 tahun Gemuk
< -3 SD -3 SD sampai dengan <-2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD > 1 SD sampai dengan 2 SD
h. Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut usia 8 -18 tahun (Depkes, 2008) Tabel 2.2 Kategori IMT Berdasarkan Indeks WHO 2007 Umur
Laki-laki
(tahun) Kurus
Perempuan
Normal
Gemuk
Kurus
Normal
Gemuk
6
≤ 13,0
13,1 - 18,4
≥ 18,5
≤ 12,7
12,8 – 19,1
≥ 19,2
7
≤ 13,2
13,3 - 18,9
≥ 19,0
≤ 12,7
12,8 – 19,7
≥ 19,8
8
≤ 13,3
13,4 - 19,6
≥ 19,7
≤ 12,9
13,0 – 20,7
≥ 20,8
9
≤ 13,5
13,6 - 20,4
≥ 20,5
≤ 13,1
13,2 – 21,4
≥ 21,5
10
≤ 13,7
13,8 - 21,3
≥ 21,4
≤ 13,5
13,6 – 22,5
≥ 22,6
11
≤ 14,1
14,2 - 22,4
≥ 22,5
≤ 13,9
14,0 – 23,6
≥ 23,7
12
≤ 14,5
14,6 – 23,7
≥ 23,8
≤ 14,4
14,5 – 24,8
≥ 24,9
13
≤ 14,9
15,0 – 24,7
≥ 24,8
≤ 14,9
15,0 – 26,1
≥ 26,2
14
≤ 15,5
15,6 – 25,8
≥ 25,9
≤ 15,5
15,6 – 27,2
≥ 27,3
15
≤ 16,0
16,1 – 26,9
≥ 27,0
≤ 15,9
16,0 – 28,1
≥ 28,2
16
≤ 16,5
16,6 – 27,8
≥ 27,9
≤ 16,2
16,3 – 28,8
≥ 28,9
17
≤ 16,9
17,0 – 28,5
≥ 28,6
≤ 16,4
16,5 – 29,2
≥ 29,3
18
≤ 17,3
17,4 29,1
≥ 30,0
≤ 16,4
16,5 – 29,4
≥ 29,5
cara menentukan IMT = Berat badan (Kg) / tinggi badan (cm) 2
2.
Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel 6
(supervicial epithelialtissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2002). Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (I Dewa Nyoman Supariasa dkk,2002).
B. Obesitas Pengertian obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat) (Rachmad & Kunkun, 2009). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas IMT/U > 2 Standar Deviasi (WHO,2005). Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Ade, 2012). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan berdasarkan beberapa penguluran tertentu (Ernia, 2012) Tipe obesitas dibedakan menjadi 2 macam yaitu : kegemukan eksogen dan kegemukan endogen. Kegemukan eksogen biasanya disebabkan karena masuknya makanan sangat berlebihan. Kegemukan jenis ini ditandai dengan adanya timbunana lemak dibagian tubuh mulai dari perut ke atas (tipe alimentari) atau di daerah pinggul luar (tipe sedentari). Lalu untuk kegemukan endogen selain disebabkan maasukan makanan yang berlebihan, terdapat juga faktor-faktor dari dalam tubuh yang ikut berperan seperti sistem hormonal. Untuk itu kegemukan endogen dapat dibedakan menjadi kegemukan lipogenesis dan kegemukan endogen lipolitik. Jenis timbunan lemak yang terjadi pada kegemukan endogen lipogenesis terjadi pada daerah bagian perut (tipe metabolik abdominal), bagian perut depan dan samping (tipe digestif abdominal) dan dibagian perut depan (tipe nerveus abdominal). Sedangkan kegemukan endogen lipolitik, timbunan lemak yang terjadi terdapat hamper seluruh tubuh (tipe sirkulator), pada daerah pinggul (tipe genital) dan di daerah pinggul luar (tipe veneus) (Septiyadi,2004).
7
Penyebab obesitas menurut DM. Roberton dan M. South (2006), antara lain : a.
Genetik
1)
Heritabilitas obesitas
Ada hubungan kekeluargaan yang kuat dengan obesitas, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bagian utama dari hubungan ini adalah melalui kecenderungan genetik bersama. Kembar, keluarga dan studi adopsi menyarankan heritabilitas keseluruhan BMI dan komposisi tubuh dari 25-50%. Obesitas cenderung dipengaruhi oleh turunan dari keluarga. Apabila ada orangtua yang obesitas dalam keluarga, maka kemungkinan anaknya juga akan menderita obesitas (Ernia,2012). 2)
Gen yang terkait dengan obesitas
Studi terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 135 kandidat gen yang berbeda yang berhubungan dengan fenotip terkait obesitas. Tidak mengherankan, berbagai tindakan, atau tindakan dugaan, dari produk gen banyak gen kandidat besaran sangat bervariasi, yang mencerminkan berbagai jalur fisiologis mempengaruhi keseimbangan total energi tubuh dan distribusi lemak. Dengan demikian, gen yang mempengaruhi nafsu makan dan kenyang sinyal, sinyal sel lemak, tindakan adrenal, beristirahat tingkat metaolic, diet-induced thermogenesis, partisi hara, tindakan insulin perifer, timbunan lemak viseral dan komorbiditas terkait obesitas adalah semua subjek penyelidikan aktif. 3)
Bentuk monogenik obesitas
Mutasi pada beberapa gen yang menyandi protein dengan kemungkinan peran dalam peraturan nafsu makan sentral telah dijelaskan. Mutasi gen tunggal dalam setidaknya 10 gen yang berbeda telah dilaporkan, yang melibatkan 173 orang dengan obesitas. Sebagian besar mutasi yang berhubungan dengan obesitas berat dan memiliki bentuk resesif warisan, dengan pengecualian dari mutasi pada gen reseptor melanocortin 4, yang memiliki mode dominan autosomal dari warisan. 4)
Bentuk sindrom obesitas
Banyak sindrom langka yang disebabkan oleh cacat genetik diskrit atau kelainan kromosom memiliki obesitas sebagai salah satu konstelasi kelainan fisik dan pembangunan. paling sering sindrom ini adalah sindrom Prader-Willi, ditandai oleh aktivitas janin berkurang, obesitas, hypotonia otot, keterbelakangan mental, perawakan pendek, hipogonadisme hypogonatropic dan tangan kecil dan kaki, serta sejumlah fitur lainnya. b.
Lingkungan dan perilaku 8
faktor genetik memberikan kontribusi besar terhadap kerentanan individu untuk perkembangan obesitas. Namun, kecuali kondisi lingkungan yang 'benar' ada, predisposisi genetik individu untuk obesitas mungkin tidak anak kuda menyatakan, situasi yang mungkin norma di kebanyakan negara sebelum dekade terakhir abad ke-20. peningkatan prevalensi obesitas dalam beberapa dekade terakhir pada populasi stabel genetik menyoroti peran sentral tren lingkungan yang penting terbaru dalam perkembangan epidemi obesitas. 1)
Menonton televisi
hubungan antara menonton televisi dan obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja telah dibuktikan dalam kedua studi cross-sectional dan longitudinal, meskipun tidak ada data yang jelas yang menghubungkan obesitas dengan tampilan video game interaktif, komputer atau waktu 'layar kecil' lainnya. Beberapa mekanisme posible untuk hubungan antara menonton televisi dan obesitas meliputi: -
Peningkatan paparan pemasaran makanan
-
Meningkatnya ngemil makanan padat energi dan minuman sambil menonton
televisi -
Perpindahan waktu yang dihabiskan dalam kegiatan fisik yang lebih
-
Penguatan perilaku menetap
-
Penurunan tingkat metabolisme basal sambil menonton televisi
-
Menonton televisi adalah proxy untuk gaya hidup umumnya obesogenic,
mencerminkan gaya pengasuhan dan batas-setting sekitar pilihan makanan dan pilihan rekreasi. 2)
Aktivitas fisik dan perilaku menetap
Pola aktivitas fisik yang minim akan meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas pada anak. Pola aktivitas yang minim akan meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas pada anak. Kebiasaan anak zaman sekarang lebih menyukai beraktivitas di dalam rumah seperti menonton daripad bermain di luar rumah seperti bermain bola dengan teman sebayanya yang lebih menguras energi (Ernia, 2012). Dalam studi crosssectional, tingkat aktivitas fisik yang rendah dan perilaku menetap telah menunjukkan hubungan dengan prevalensi yang lebih tinggi dari obesitas pada anak-anak. Studi prospektif di masa kecil menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki efek perlindungan pada pengembangan kenaikan berat badan berlebih pada anak-anak. perubahan besar dalam URBN dan transport perencanaan dan lingkungan yang lebih luas aktivitas fisik 9
mungkin menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan terkait dalam obesitas melalui berikut: -
Hilangnya ruang rekreasi umum
-
Meningkatnya perumahan yang bertingkat tinggi
-
Meningkatnya transportasi bermotor
-
Penurunan akses ke transportasi umum
-
Meningkatnya penggunaan hiburan pasif, misalnya televisi, komputer
-
Persepsi terhadap kurangnya keamanan di lingkungan setempat.
Menurut WHO aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan paling sedikit 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik dibagi atas menjadi tiga tingkatan yakni aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas ringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasannya. Tabel 2.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik menurut Statistik Kesehatan 2004 Klsifikasi Aktivitas Fisik
Pengeluaran Energi
Aktivitas fisik ringan
2,5 – kcal/menit
Aktivitas fisik sedang Aktivitas fisik berat
3)
Aktivitas fisik
4,9 Berjalan kaki, tenis meja, mengetik, golf, membersihkan kamar, berbelanja 5 – 7,4 kcal/menit Bersepeda, ski, menari, tennis, menaiki tangga 7,5 – 12 kcal/menit Basket, berenang, sepak bola, angkat beban.
Asupan makanan
peningkatan prevalensi obesitas dalam beberapa dekade terakhir telah menghasilkan, sebagian, dari perubahan dalam asupan makanan. Faktor-faktor yang mungkin telah memberi kontribusi pada ini antara: -
Makanan cepat saji
Makanan cepat saji (nugget, pizza, spaghetti, burger, kentang goreng,sosis) merupakan makanan yang mengandung kalori tinggi dari kandungan lemaknya (Darmoutomo, 10
2008). Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian Padmiari dan Hadi (2001) terhadap 154 anak SD di kota Denpasar membuktikan bahwa makanan cepat saji berhubungan erat dengan obesitas pada anak sekolah dasar. -
Minuman ringan
Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan dan siap dikonsumsi.(Cahyadi, 2005) Minuman ringan terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sngat menggemari minuman ini. -
Peningkatan konsumsi padat energi, makanan yang mikronutrien yang miskin.
-
Gaya makan lebih awal: batasan makan orangtua berhubungan dengan
peningkatan makan anak dan status berat badan.
4)
Kondisi sosial ekonomi
Prevalensi kelebihan berat badan tinggi di kalangan anak-anak miskin di negara maju dan anak-anak kaya di negara berkembang. kontributor potensial untuk obesitas di negara berkembang perkotaan meliputi peningkatan tersedianya makanan padat energi murah serta akses yang luas ke televisi yang menguntungkan yang lebih menetap, gaya hidup yang dalam ruangan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996), sedangkan pengertian ekonomi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan 11
pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. a)
Pendidikan
Pada faktor keluarga, pendidikan orangtua ikut mempengaruhi. Pendidikan biasanya mengacu kepada tingkat pendidikan formal yang telah dilalui seseorang, pendidikan memberikan pengetahuan tentang makan, gizi, aktivitas, kesehatan dan berat badan yang dapat digunakan untuk menilai pilihan makanan dan aktivias fisik dalam mengelola berat badan. Pendidikan juga memberi sosialisasi tentang norma-norma dominan di masyarakat tentang obesitas sehingga memberi mereka motivasi juga keterampilan untuk memenuhi harapan kultural tentang berat badan. Di Negara berkembang, pria dan wanita berpendidikan tinggi umumnya lebih gemuk dibandingakan kelompoknya, sedangkan dimasyarakat maju, seseorang dengan pendidikan tinggi yang lebih mungkin untuk tidak menjadi gemuk. (Mokdad AH et al,1999) Pada masyarakat maju, seseorang dengan berpendidikan yang lebih rendah memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi, aktivitas dan berat badan, sehingga lebih mungkin menjadi obes. Selain itu orang yang obes lebih mungkin mengalami diskriminasi dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi karena tidak memperoleh kesempatan berpendidikan. (Sobal J, 1999 dalam Per Bjo’’rntrop, 2001)
b)
Pendapatan
Ada beberapa definisi pengertian pendapatan dari para ahli antara lain Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982), pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Dengan dinilai sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat itu. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto (1999), pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa 12
pendapatan adalah uang atau barang yang diterima subjek ekonomi sebagai balas jasa dari pemberian faktor-faktor produksi. Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang - orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan. Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup namun sebagian anaknya berstatus kurang gizi. (Sajogyo, 1994). Pada umumnya tingkat pendapatan naik, jumlah, dan jenis makanan cenderung untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Suharjo dkk, 1986). Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi keadaan gizi. (Suhardjo, 2003). Menurut Ade, 2012 anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar untuk megalami obesitas. Karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak, yang terpenting bagi keluarga yang kurang mampu, mereka bisa makan. Dalam penelitian ini maka peneliti menggolongkan kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981).
C. Bahaya Obesitas Obesitas dapat terjadi akibat ketidakseimbangan energi yang masuk dan energi yang digunakan. Peningkatan angka obesitas secara global di dunia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan konsumsi makanan padat energi, tinggi lemak dan gula namun rendah kandungan vitamin, mineral dan zat gizi mikro lainnya. Selain itu adanya suatu tren penurunan aktivitas fisik yang disebabkan oleh gaya hidup yang santai dan bermalas-malasan (sedentary), pekerjaan yang padat, perubahan model transportasi dan peningkatan urbanisasi.Obesitas yang tidak ditangani dapat berdampak serius terhadap kesehatan. Bebagai hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dengan faktor resiko penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, jantung bahkan kanker. Obesitas menjadi faktor resiko berbagai penyakit 13
1.
Obesitas dan Hipertensi
Hipertensi dan obesitas merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi kedua keadaan ini adalah cukup tinggi dan makin meningkat dari tahun ke tahun. Swedish Obese Study melaporkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sekitar 13,6 % dan Framingham study mendapatkan peningkatan insidens hipertensi, diabetes mellitus dan angina pektoris pada organ dengan obesitas dan resiko ini akan lebih tinggi lagi pada obesitas tipe sentral. Obesitas terutama tipe sentral/abdominal sering dihubungkan dengan beberapa keadaan seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas.Swedish Obese Study (1999) mendapatkan kejadian hipertensi pada 13,6% populasi obesitas sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan antara peningkatan indeks massa dengan peningkatan tekanan darah baik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan risiko ini juga seiring dengan peningkatan waist -hip- ratio (WHR) dan waist circumferencedimana dikatakan risiko tinggi bila memiliki WHR > 0,95 untuk laki-laki dan > 0,85 untuk wanita, serta waist circumference > 102 cm untuk laki-laki dan > 88 cm untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibanding wanita, karena obesitas tipe sentral ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Hal ini disebabkan adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral.
2.
Obesitas dan Penyakit Jantung/Kardiovaskular
Obesitas merupakan faktor resiko bebas bagi penyakit kardiovaskular. Kelebihan berat badan mempengaruhi faktor resiko penyakit kardiovaskular seperti peningkatan level kolesterol LDL, trigliserida, tekanan darah, level gula darah dan menurunkan level kolesterol HDL serta meningkatkan resiko perkembangan penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan aritmia jantung. Mencapai dan menjaga berat badan yang sehat selama hidup merupakan salah satu faktor utama untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
3.
Obesitas dan Osteoarthritis 14
Osteoarthritis (OA) adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang mempunyai etiologi dan patogenesis yang belum jelas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko penyakit osteoarthritis. Faktor resiko lain adalah usia, jenis kelamin, hormonal, genietik serta aktivitas fisik tertentu.10 Obesitas meningkatkan beban biomekanik pada sendi lutut dan panggul selama aktivitas. Tekanan pada lutut dan panggul selama aktivitas, 2-4 kali lebih besar dari berat badan normal, sehingga efek berat badan yang berlebih akan meningkatkan tekanan pada lutut dan panggul. Obesitas juga meningkatkan risiko OA melalui peningkatan kadar hormon, faktor pertumbuhan dan faktor intermediate yang berperan pada patogenesis OA. Hasil penelitian dengan menggunakan desain cross sectional menggunakan sampel pasien RSUP Dr Sardjito mulai bulan Januari sampai bulan Maret tahun 2009 menyimpulkan terdapat hubungan antara osteoarthritis lutut dan obersitas secara radiografik.9
4.
Obesitas dan Diabetes Mellitus
Diabetes, terutama Diabetes Mellitus Tipe II sangat erat hubungannya dengan obesitas. Hasil prediksi statistik menunjukkan bahwa tahun 2008 terdapat 110 juta penderita diabetes tipe II, yang diprediksi akan bertambah menjadi 180 juta pada tahun 2010, dan akan melonjak sampai 330 juta pada tahun 2025, dimana 80-90 persen diantaranya mengalami obesitas. Berdasarkan laporan International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2004 menunjukkan bahwa 80% dari penderita diabetes mempunyai berat badan berlebih. Pada orang yang mengalami obesitas, terdapat kelebihan kalori akibat makan yang berlebih menimbulkan penimbunan lemak di jaringan kulit. Resistensi insulin akan timbul pada daerah yang mengalami penimbunan lemak sehingga akan menghambat kerja insulin di jaringan tubuh dan otot yang menyebabkan glukosa tidak dapat diangkat ke dalam sel dan menimbun di dalam pembuluh darah. Penumpukan glukosa ini akan meningkatkan glukosa dalam darah.
5.
Obesitas dan Kanker
Obesitas berasosiasi dengan peningkatan resiko beberapa jenis kanker antara lain: •
Kanker Esofagus
•
Kanker Pankreas
•
Kanker Kolon dan Rektum
•
Kanker Payudara (setelah menopause) 15
•
Kanker Endometrium
•
Kanker Kidney Ginjal
•
Kanker Thyroid
•
Kanker Kandung Kemih
Sebuah penelitian menggunakan data National Cancer Institute Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER), memperkirakan bahwa pada tahun 2007 di Amerika Serikat, sekitar 34.000 kasus baru kanker pada laki-laki dan 50.500 pada wanita (7%) disebabkan oleh obesitas. Persentase kasus kanker yang disebabkan oleh obesitas tersebut bervariasi secara luas, tetapi 40% tertinggi adalah kanker endometrium dan esophageal adenocarcinoma. Proyeksi kedepan untuk permasalahan obesitas pada tahun 2030 diperkirakan akan terjadi keberlanjutan tren yang ada yang akan menyebabkan sekitar 500.000 tambahan kakus kanker di Amerika Serikat pada tahun 2030. Analisis ini juga menemukan bahwa jika setiap dewasa mengurangi IMT nya 1 poin, yang artinya ekuivalen dengan 1 kg bagi dewasa dengan berat rata-rata, akan dapat mencegah peningkatan jumlah kasus kanker dan hasil akhirnya menghindari sekitar 100.000 kasus kanker baru.5 Beberapa kemungkinan mekanisme dapat menjelaskan asosiasi obesitas dengan peningkatan resiko beberapa kanker sebagai berikut: •
Jaringan lemak memproduksi sejumlah estrogen berlebih, pada level tinggi estrogen berlebih berhubungan dengan resiko kanker payudara, endometrium, dan beberapa jenis kanker lainnya.
•
Orang obese sering mengalami peningkatan level insulin dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dalam darah (kondisi ini dikenal dengan hyperinsulinemia atau resistensi insulin), yang dapat menyebabkan perkembangan beberapa tumor.
•
Sel-sel lemak memproduksi hormon yang disebut sebagai adipokines, yang dapat menstimulasi atau menghambat pertumbuhan sel. Misalnya leptin, yang banyak terdapat pada orang obese dapat menyebabkan proliferasi sel, sedangkan adiponectin yang jumlahnya lebih sedikit pada orang obese dapat menyebabkan efek antiproliferasi.
•
Sel-sel lemak juga dapat mempunyai efek langsung maupun tidak langsung pada pengatur/regulator pertumbuhan sel tumor lainnya.
•
Orang obese sering mempunyai level kronis yang rendah, atau peradangan sub akut, yang berasosiasi dengan peningkatan resiko kanker. 16
•
Kemungkinan mekanisme lainnya termasuk pengaruh respon imunitas, efek faktor nuklir dan stres oksidatif.
Obesitas dan Kanker Payudara Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa overweight dan obesitas mempunyai asosiasi dengan peningkatan resiko kanker payudara setelah menopause. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang tidak pernah menggunakan hormon terapi menopause. Hubungan antara obesitas dan kanker payudara dapat dipengaruhi oleh tahapan kehidupan dimana seorang wanita cenderung mengalami pertambahan berat badan dan menjadi obesitas. Peningkatan berat badan selama hidup sering terjadi dari usia 18 sampai 50an, dan hal ini secara konsisten berasosiasi dengan resiko kanker payudara setelah menopause. Peningkatan resiko kanker payudara postmenopause disebabkan oleh peningkatan level estrogen pada wanita obese. Setelah menopause, sel telur berhenti memproduksi hormon, jaringan lemak menjadi sumber yang penting dari estrogen. Karena wanita yang obesitas mempunyai jaringan lemak lebih banyak, level esterogen mereka lebih tinggi, yang berpotensi mengarah ke pertumbuhan tumor payudara.
6.
Obesitas dan kecelakaan Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan yang terjadi di jalan raya dengan melibatkan kendaraan bermotor.
D. Penelitian yang terkait dengan obesitas Irwan Haryanto (2012) dalam penelitian “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas (Z-Score > 2 IMT Menurut Umur) Pada Anak Usia Sekolah Dasar (712 Tahun) Di Jawa Tahun 2011 (Analisa Data Riskesdas 2010)”, mendapatkan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) di Pulau Jawa sebesar 10,9%. Analisis bivariate menunjukkan ada perbedaan rata-rata asupan protein dan asupan lemak antara anak yang obes dan tidak obes; antara status gizi ayah dan ibu; antara proporsi obesitas pada kelompok anak usia 7-9 tahun dan usia 10-12 tahun, 17
antara perempuan dan anak laki-laki, antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja serta antara yang tinggal di perkotaan dan dipedesaan. Ratu Ayu Dewi Sartika (2011) dalam penelitian “Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007)” menyatakan. Prevalensi obesitas (persentil > 95) pada anak rentang usia 5-15 tahun sebesar 8,3%. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan obesitas pada anak usia 5-15 tahun adalah tingkat pendidikan anak setelah dikontrol oleh variable jenis kelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan olah rga dan merokok serta asupan protein. Marwiyati (2009), dalam penelitian “Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Dengan Perilaku Pencegahan Obesitas Pasa Siswa Usia 6-7 Tahun Di Sekolah Dasar Strada Budi Luhur I Bekasi”, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara usia orangtua dengan perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun (p=0,257), tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan orangtua dengan perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun (p=0,512), ada hubungan bermakna antara tingkat ekonomi orangtua dengan perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun (p=0,021), dan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua dengan perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun (p=260). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun di Sekolah Dasar Strada Budi Luhur I Bekasi adalah tingkat penghasilan orangtua, sedangkan faktor usia tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan orangtua mempunyai pengaruh terhadap perilaku pencegahan obesitas pada anak usia 6-7 tahun.
18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep dan Hipotesis Berdasarkan teori pada bab II, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas, namun dalam penelitian ini hanya diambil beberapa faktor saja sesuai dengan data yang tersedia pada Riskesdas 2013, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan lokasi tinggal. Dampak obesitas adalah resiko kejadian hipertensi, kardiovaskuler, dan stroke Berdasarkan kedua teori tersebut, disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut.
OBESITAS
KECELAKAAN
Hypertensi, jantung, stroke
-Umur -Jenis Kelamin -Status perkawinan -pendidikan -Pekerjaan -Tempat tinggal
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut. 1.
Secara bersama ada hubungan antara karakteristik penduduk (Umur, Jenis kelamin, Status pernikahan, Pendidikan, Pekerjaan, Lokasi tinggal dan kejadian obesitas
2.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian hipertensi
3.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian kardiovaskuler
4.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian stroke
5.
Ada hubungan antara obesitas dan kecelakaan
19
B.
Desain/ Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan analisis data sekunder hasil Riskesdas 2013
yang berupa hasil isian kuesioner individu. Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional dengan melihat data secara retrospektif kurun waktu sebulan sebelum survai dan setahun sebelum survey untuk data kecelakaan.
C. Estimasi besar sampel Sampel penelitian mencakup individu di 33 provinsi Indonesia. Kriteria inklusi adalah penduduk dewasa, yaitu yang telah berumur 15 tahun. Pengolahan data terhadap penduduk yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS.
C. Definisi operasional Variabel
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
SUMBER SKALA DATA
1. UMUR
Umur, dihitung dalam tahun dengan RKD13.RT pembulatan ke bawah atau umur pada BLOK IV.7 waktu ulang tahun yang terakhir, didasarkan pada kalender masehi. Umur dibuat kelompok : 15-39 th (dewasa muda), 40-59 tahun (dewasa tua), >60 tahun (lansila).
Ordinal
2. JENIS KELAMIN
Jenis kelamin penduduk dibuat kategori; laki-laki dan perempuan.
Nominal
3. STATUS PERKAWINAN
Satus perkawinan dibuat kategori: menikah, cerai, dan belum menikah.
4. PENDIDIKAN
Pendidikan penduduk dinilai berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki, dibuat penggolongan; SD, SLTP, SLTA, PT Pekerjaan penduduk adalah kegiatan rutin setiap hari untuk mendapatkan uang, dibuat penggolongan: bekerja, tidak bekerja, masih sekolah/ kuliah. Lokasi tinggal penduduk dibuat kategori; perkotaan dan pedesaan
RKD13.RT BLOK IV.4 RKD13,RT BLOK IV.5 RKD13.RT BLOK IV.8 RKD13.RT BLOK IV.9
Nominal
RKD13.RT BLOK I.5 RKD13.IND K01,02,03,0 4
Nominal
RKD13.IND B18,19,20
Nominal
5. PEKERJAAN
6. LOKASI TINGGAL 7. OBESITAS
Obesitas adalah perbandingan antara tinggi badan dan berat, apabila melebihi 25% dianggap obesitas.
8. HIPERTENSI
Keluhan sakit penduduk dalam sebulan terakhir yang berkaitan penyakit hypertensi berdasarkan hasil diagnose tenaga kesehatan
20
Nominal Ordinal
Nominal
9. KARDIOVASKUL Keluhan sakit penduduk dalam sebulan terakhir ER yang berkaitan penyakit kardiovaskuler berdasarkan hasil diagnose tenaga kesehatan 10. STROKE Keluhan sakit penduduk dalam sebulan terakhir yang berkaitan stroke berdasarkan hasil diagnose tenaga kesehatan 11. KECELAKAAN Kejadian kecelakaan yang dialami respoden dalam 1 tahun terakhir baik didalam rumah maupun diluar rumah.
RKD13.IND B21,22,23
Nominal
RKD13.IND B31,32,33
Nominal
RKD13.IND. Nominal C01,C04,C05, C06
F. Instrumen dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan berasal dari Riskesdas 2013 kuesioner individu. Pemilihan data yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer.
G. Prosedur kerja Pemilihan sampel dilakukan dengan skreening adanya keluhan sakit sebulan terakhir dan sebagai berikut.
Data penduduk Indonesia menurut Riskesdas 2013
Penduduk berumur 15 tahun ke atas
Karakteristik penduduk - Umur - Jenis kelamin - Status perkawinan - Pendidikan - Pekerjaan - Lokasi tinggal
Kejadian obesitas
Kejadian hipertensi Kejadian jantung koroner 21 Kejadian stroke
G. Pengolahan dan analisis data Pengolahan data menggunakan program SPSS pada komputer. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi, analisis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi-square, dan analisis multivariat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas menggunakan uji regresi logistik multivariat H. Keterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian mencakup a) keterbatasan rancangan penelitian dalam bentuk survei potong lintang terhadap variabel independen dan dependen, sehingga analisis data bukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat, b) keterbatasan data Riskesdas 2013, sehingga secara teoritis beberapa variabel yang mungkin berhubungan dengan kejadian obesitas, seperti pola hidup dan pola makan tidak ada datanya, c) kemungkinan ada recall bias, yaitu sebulan terakhir dipengaruhi oleh daya ingatnya.
22
BAB IV HASIL ANALISIS
A. Karakteristik Responden Riskesdas Karakteristik respoden meliputi karakteristik penduduk yang mengalami obesitas dan tidak obesitas, terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lokasi tempat tinggal (kota/desa) dan status pernikahan. Jumlah respoden yang mengalami obesitas sebanyak 179.280 orang (25,36%), yang tidak obesitas 527.593 orang (74,66%), ditinjau dari umur, mereka yang tidak obesitas tersebar pada umur 15-39 tahun (54,89%), sedangkan mereka obesitas yang terbanyak pada sebaran usia 40 – 59 tahun (48,20%) dan pada usia 15-39 tahun (42,52%),
hasil uji Uji Chi-Square Test
menujukkan perbedaan antara mereka yang berumur 15 – 39 tahun dan 40 – 59 tahun dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1. dan gambar 4.1.
Tabel 4.1. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan umur Riskesdas 2013 No.
Umur
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
15-39 tahun
289.614
54,89
76.229
42,52
2.
40-59 tahun
168.186
31,88
86.423
48,20
3.
60 tahun atau lebih
69.793
13,23
16.628
9,27
527.593
100
179.280
100
Total
23
Gambar 4.1 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan umur Riskesdas 2013.
ditinjau dari jenis kelamin mereka yang tidak obesitas terbanyak pada laki-laki (52,24%) dan mereka yang
obesitas terbanyak pada perempuan (63.88%),
hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dengan pvalue 0,00(<0,05) dan nilai OR = 1,934, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2. dan gambar 4.2. Tabel 4.2. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan jenis kelamin Riskesdas 2013 No.
Jenis kelamin
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
Laki-laki
275.599
52,24
64.759
36,12
2.
Perempuan
251.994
47,76
114.521
63,88
Jumlah
527593
100
179280
100
24
Gambar 4.2 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan Tidak obesitas berdasarkan jenis kelamin Riskesdas 2013.
ditinjau dari pendidikan
mereka yang tidak obesitas dan yang obesitas
terbanyak pada mereka yang berpendidikan Tamat/tidak tamat SD (49,41% dan 43,92%), hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang Tamat/tidak tamat SD dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan gambar 4 3. Tabel 4.3. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013 No.
Pendidikan
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
Tamat/tidak tamat SD
260.713
49,41
78.743
43,92
2.
Tamat SLTP
112.624
21,35
32.596
18,18
3.
Tamat SLTA
123.665
23,44
48.879
27,26
4.
Tamat PT
30.591
5,80
19.062
10,63
Jumlah
527.593
100
179.280
100
25
Gambar 4.3 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013.
ditinjau dari pekerjaan mereka yang tidak obesitas pada mereka yang bekerja (59,92%), demikian pula mereka yang
obesitas terbanyak pada yang bekerja
(59,79%) hasil uji Uji Chi-Square Test tidak menujukkan perbedaan antara mereka yang bekerja dan tidak bekerja dengan pvalue 0,342 (>0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. dan gambar 4.4.
Tabel 4.4. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan pekerjaan Riskesdas 2013 No.
Pekerjaan
Tidak obesitas N
Obesitas
%
N
%
1.
Tidak bekerja
211.472
40,08
72.088
40,21
2.
Bekerja
316.121
59,92
107.192
59,79
Jumlah
527.593
100
179.280
100
26
Gambar 4.4 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan pekerjaan Riskesdas 2013.
ditinjau dari lokasi/tempat tinggal mereka yang tidak obesitas terbanyak di desa (56,86%), sedangkan mereka obesitas terbanyak di kota (55,25%) hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang bertempat tinggal di perkotaan dan pedesaan dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.5. dan gambar 4.5. Tabel 4.5. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan lokasi tempat tinggal Riskesdas 2013 No.
Lokasi tempat
Tidak obesitas
Obesitas
tinggal
N
%
N
%
1.
Kota
227.593
43,14
99.058
55,25
2.
Desa
300.000
56,86
80.222
44.75
Jumlah
527.593
100
179.280
100
27
Gambar 4.5 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan Tidak obesitas berdasarkan tempat tinggal Riskesdas 2013.
ditinjau dari status pernikahan
mereka yang tidak obesitas yang terbanyak
mereka yang menikah (64,55%) demikian pula mereka obesitas yang terbanyak yang menikah (84,37), hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang menikah dan tidak menikah dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.6. Tabel 4.6. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan status pernikahan Riskesdas 2013 No.
Status
Tidak obesitas
Obesitas
pernikahan
N
%
N
%
1.
Belum menikah
148.123
28,07
15.518
8,65
2.
Menikah
340.586
64,55
151.275
84,37
3.
Cerai
38.884
7,37
12.487
6,96
Jumlah
527.593
100
179.280
100
28
Gambar 4.6 Gambar proporsi penduduk Indonesia yang obesitas dan tidak Obesitas berdasarkan status pernikahan Riskesdas 2013
B. Penyakit hypertensi, stroke dan jantung Respoden Riskesdas Responden yang mengalami penyakit hypertensi pada mereka yang tidak obesitas sebanyak 7,41%, dan mereka obesitas lebih banyak sebanyak 15,99%, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7. dan gambar 4.7.
Tabel 4.7. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami hyertensi Riskesdas 2013 No.
Penyakit
Tidak obesitas
Obesitas
Hypertensi
N
%
N
%
1.
Ya
39.092
7,41
28.673
15,99
2.
Tidak
488.501
92,59
150.607
84,01
Jumlah
527.593
100
179.280
100
29
Gambar 4.7 Responden Riskesdas yang obesitas dan tidak obesitas mengalami penyakit hypertensi Riskesdas 2013
Responden riskesdas yang mengalami penyakit jantung yang tidak obesitas sebanyak 0,44% dan mereka yang
obesitas lebih banyak sebanyak 0,89%.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8. dan gambar 4.8.
Tabel 4.8. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami penyakit jantung Riskesdas 2013 No.
Penyakit
Tidak obesitas
Obesitas
Jantung
N
%
1.
Ya
2306
0,44
2.
Tidak
525287
99,56
177684
99,11
Jumlah
527.593
100
179.280
100
N 1596
30
% 0,89
Gambar 4.8 Responden Riskesdas yang yang obesitas dan tidak obesitas mengalami penyakit jantung, Riskesdas 2013
Responden Riskesdas yang mengalami stroke yang tidak obesitas sebesar 0,57% dan mereka yang obesitas sebanyak 0,89% untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.9 Tabel 4.9. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami stroke Riskesdas 2013 No.
Mengalami
Tidak obesitas
Obesitas
stroke
N
%
1.
Ya
3028
0,57
2.
Tidak
524565
99,43
177689
99,11
Jumlah
527.593
100
179.280
100
N 1591
31
% 0,89
Gambar 4.9 Responden Riskesdas yang obesitas dan tidak obesitas mengalami stroke Riskesdas 2013
C. Hubungan Responden Riskesdas obesitas dengan hypertensi, stroke dan jantung Dari Tabel 4.10
menunjukkan bahwa responden
obesitas yang
hypertensi sebanyak 15,99%, yang tidak menderita sebesar
menderita
84,01%, dan yang
mengalami penyakit jantung sama dengan stroke yang sebesar 0,89%. Dengan Uji ChiSquare Test menunjukkan obesitas ada hubungan dengan hypertensi, stroke dan jantung dengan Pvalue 0,000, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.10 Proporsi Responden obesitas yang menderita hypertensi, stroke Dan jantung tahun 2013. No. 1. 2. 1. 2.
1. 2.
Jenis Penyakit Hypertensi Ya Tidak Stroke Ya Tidak Total Jantung Ya Tidak Total
Jumlah
%
28.673 150.607
15,99 84,01
1.591 177.689 179.280
0,89 99,11 100
1.596 177.684 179.280
0,89 99,11 100
32
Pvalue 0,000
0,000
0,000
D. Responden Riskesdas yang mengalami kecelakaan Dari tabel 4.11. menunjukkan proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan sebesar 7,50%, yang tidak mengalami kecelakaan 92,50%. Angka ini menunjukkan cukup tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit menular.
Tabel 4.11 Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan Riskesdas 2013 No. 1. 2.
Menderita kecelakaan Ya Tidak Total
Jumlah
%
54.153 668.176 722.329
7,50 92,50 100
E. Penyebab kecelakaan Dari tabel 4.12. menunjukkan penyebab kecelakaan yang dialami penduduk Indonesia yang terbanyak 3,76% , jatuh 2,37% dan yang terkecil kejatuhan/lemparan sebesar 0,20%. Dari data tersebut menunjukan bahwa jenis penyebab kecelakaan yang dialami penduduk Indonesia adalah kecelakaan transpotasi Sepeda motor.. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa perkembangan transpotasi sepeda motor di Indonesia sangat cepat yang membawa kosekuensi makin banyaknya jenis kecelakaan transpotasi sepeda motor.
Tabel 4.12 Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan dengan Penyebab, Riskesdas 2013. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Penyebab kecelakaan Transportasi sepeda motor Transportasi darat lain Jatuh Benda tajam/mesin Terbakar/kimia Tergigit hewani Kejatuhan/lemparan Keracunan Lainnya Total
33
Jumlah 27.174 2.438 17.135 5.029 311 295 1.459 18 294 54.153
% 3,76 0,34 2,37 0,70 0,04 0,04 0,20 0,00 0,04 7,50
F. Uji Chi-Square Test Responden Riskesdas yang menderita Jantung, hypertensi, stroke dengan Kecelakaan -
kecelakaan dengan penyakit
jantung menunjukkan ada hubungan antara
penyakit jantung dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00 (<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai
penyakit jantung beresiko 1,251 kali mengalami
kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit jantung. -
Kecelakaan dengan hypertensi menunjukkan ada hubungan antara penyakit hypertensi dengan kecelakaan dengan pvalue
0,00(<0,05), dengan resiko
mereka yang mempunyai penyakit hypertensi beresiko 1,155 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit hypertensi. -
kecelakaan dengan stroke menunjukkan ada hubungan antara stroke dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00(<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai stroke beresiko 1,704 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita stroke.
-
kecelakaan dengan obesitas menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00(<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai obesitas beresiko 1,250 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak obesitas. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah.
Tabel 4.13. Hasil Uji Chi-Square Test Jantung, hypertensi, stroke dan obesitas dengan Kecelakaan No.
Jenis penyakit
Kecelakaan Ya
Tidak
OR
Pvalue
1.
Penyakit jantung
374
3693
1,251
0,000
2.
Hypertensi
5942
64417
1,155
0,000
3.
Stroke
834
6078
1,704
0,000
4.
Obesitas
11.421
167.859
1,250
0,000
G. Uji Log regresi Dari uji Chi-Square Tests dari beberapa variabel independ (jantung, hypertensi dan stroke) dengan variabell depend (kecelakaan) menunjukkan bahwa ketiga variabel independ tersebut mempunyai hubungan dengan kecelakaan. Dari ketiga variabel independ lalu dilakukan uji loreg terhadap variabel depend, dimana hasil uji 34
menunjukkan bahwa ternyata variabel independ (hypertensi) yang paling kuat hubungannya dengan kecelakaan dengan pvalue 0,000, stroke dengan pvalue 0,001 dan jantung pvalue 0,004. untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.14 Uji Logres variable kecelakaan dengan variable jantung Hypertensi, stroke th. 2013 No.
Penyakit
B
SE
Sig
Exp. (B)
1.
Jantung
0,156
0,55
0,004
1,169
2.
Hypertensi
0,130
0,15
0,000
1,139
3.
Stroke
0,159
0,046
0,001
1,173
35
BAB V PEMBAHASAN
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2. Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, “Namun, 90% obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat,” kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Bebagai hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dengan faktor resiko penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, jantung bahkan kanker. Obesitas menjadi faktor resiko berbagai penyakit. Hasil analisa yang didapat secara karakteristik responden Riskesdas mereka yang obesitas maupun tidak obesitas ditinjau dari umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal (kota/desa), umur berdasarkan hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan dengan pvalue
0,00(<0,05), demikian pula responden Riskesdas yang
mengalami obesitas (25,4%), secara karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan lokasi tempat tinggal) berdasarkan hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan dengan pvalue 0,00(<0,05). Responden Riskesdas yang fisiknya mengalami obesitas sebanyak 25,4%, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Dr. Damayanti tahun 2007 yang menunjukan prevalensi obesitas di Jakarta sebesar 25%. dan diperkuat lagi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsigosa Constantine et al. (April 2008) menunjukkan
semula
kegemukan
dianggap
sebagai
masalah
negara-negara
berpenghasilan tinggi, namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia maju maupun dunia berkembang. 36
Penduduk yang mengalami obesitas yang terbanyak
tinggal
perkotaan
dibandingkan di pedesaan, hal ini terjadi kemungkinan ditinjau dari segi ekonomi diperkotaan lebih baik dibandingkan dengan penduduk di pedesaan, sehingga cenderung pola makan masyarakat diperkotaan lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat pedesaan sehingga kecenderungan terjadi obesitas lebih tinggi diperkotaan dibandingkan pedesaan memungkinkan. hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Ade (2012) yang menyatakan anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami obesitas, karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak. Ditinjau dari jenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Mokdad AH et al, 1999 yang menunjukkan di Negara berkembang pria dan wanita berpendidikan tinggi umumnya lebih gemuk dibandingkan dengan kelompoknya dan hasil penelitian yang dilakukan Prof Mokdad (2014)
menunjukkan
tingkat obesitas lebih tinggi bagi perempuan di negara
berkembang karena mereka harus melakukan tugas rangkap, mengurus keluarga dan bekerja, sehingga tidak ada waktu untuk mengendalikan berat badan, hal ini sejalan dengan hasil pengamatan B. Sukana (2003) di Kota Medinah, wanita yang sudah menikah cenderung menjadi obesitas. Ditinjau dari pekerjaan mereka yang bekerja sebanyak 59.79% dan yang terkecil adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan 0,91%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan Haryanto (2012), yang menyatakan bahwa ada beda antara mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja. Mereka yang obesitas kebanyakan mereka yang berpendidikan rendah, dengan pendidikan rendah cenderung asupan makanan yang dilakukan tidak terpola sehingga mereka cenderung menjadi obesitas, hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Sobal J (1999) yang menunjukkan
pada masyarakat maju, seseorang dengan
berpendidikan yang lebih rendah memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi, aktivitas dan berat badan, sehingga lebih mungkin menjadi obes. Dari hasil uji menunjukkan bahwa mereka obesitas terkena hypertensi, stroke dan jantung . hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Spear, et al, 2007, Tromo study yang menunjukkan risiko obesitas terhadap tekanan darah tinggi dan jantung baik pada laki-laki dan wanita. Pada mereka yang obesitas, hypertensi, stroke 37
dan jantung cenderung mudah terjadi kecelakaan, hal ini sesuai uji Chi-Square Tests. Namun study literature yang mengarah kejadian kecelakaan pada mereka yang terkena obesitas, hypertensi, stroke dan jantung belum ditemukan.
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut 1.
Karakteristik penduduk yang berhubungan bermakna dengan kejadian obesitas adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tempat tinggal.
2.
Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskluer dan stroke
3.
Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian kecelakaan.
4.
Hypertensi merupakan penyakit yang paling kuat hubungannya dengan obesitas.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan sebagai berikut. 1.
Perlunya dilakukan sosialisasi pola makan yang benar terhadap anak-anak sekolah tingkat sekolah dasar, ibu-ibu yang telah berumah tangga. sehingga diharapkan pola makan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah gizi yang benar.
2.
Terhadap mereka yang sudah memperlihatkan obesitas, agar dilakukan secara rutin kondisi kesehatannya terutama dengan hypertensi dan jantung.
3.
Terhadap mereka yang sudah obesitas agar tidak mengendarai sepeda motor, karena dalam analisa ternyata ada hubungan bermakna antara obesitas dan kecelakaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2239-gizi-seimbang-atasimasalah-gizi-ganda.html) diunggah 17 maret 2013. _______. (2011). Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan Kegemukan Dan Obesitas Pada Anak Sekolah. Depkes: Jakarta Ari Yuniastuti.2008.Gizi dan Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu Badan Litbangkes Kemkes, 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. Badan Litbangkes Kemkes, 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Budiwiarti, Y. Endang Budiwiarti, 2013. Gizi Pada Anak Obesitas. Sumber : Halo Cipto Juni 2012 (IPKRS) diunggah pada tanggal 14 april 2013 Darmoutomo, Endang. 2008. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan Dengan Nutrisi. http:www.obesitas.web.id. Forum Diagnostikum no.5 (2004).Obesitas dan sidroma Metabolik. Bandung: Laboratorium Klinik Prodia http://health.kompas.com/read/2012/04/07/0359146/Anak-anak.di.Dunia.Kian.Gemuk diunggah pada tanggal 14 april 2013 http://news.detik.com/read/2012/12/03/153152/2107959/471/penetapan-umr-dkijakarta-sudah-sesuaikah diunggah pada tanggal 14 Juli 2013 http://old.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdfdiunggahtanggal 6 Juni 2013 Insiden Obesitas Anak, http://id.prmob.net/kegemukan/kesehatan/obesitas-930941.html, maret 17,2013 Irwan Haryanto, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas (Z-Score > 2 IMT Menurut Umur) Pada Anak Usia Sekolah Dasar (7-12 Tahun) Di Jawa Tahun 2011 (Analisa Data Riskesdas 2010), Tesis FKM-UI, Depok. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor tahun 2011 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Marbun, RM. 2002. Hubungan Konsumsi Makanan, Kebiasaan Jajan dan Pola Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa (Suatu Studi di Sekolah Dasar Santa Maria Fatima Jakarta Timur)Tahun 2001. Tesis. Program PascaSarjana. Depok Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Marwiyati. 2009. Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Dengan Perilaku Pencegahan Obesitas Pada Siswa Usia 6-7 Tahun Di Sekolah Dasar Strada Budi Luhur I Bekasi. FKM-UI Depok. 40
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer Olson CM. 1999. Nutrition And Health Outcomes Associated With Food Insecurity And Hunger. J Nutrition; 129 512S-524S. Ratu Ayu Dewi Sartika, 2011. “Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007)” ,Jurnal. Roberton, DM. 2006. Practical Paediatrics Edition 7th. Philipine: Elsevier Rowen James, Susan. 2012. Nursing Care Of Children Principles & Practice. Philipine: Elsevier Saiful Jazan, 2000. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Cedera Karena Kecelakaan Rumah Tangga Pada Balita Di Wilayah Bojonagara Dan Tegalega Kotamadya Bandung. http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=81826&lokasi=lokal. Septiyadi, Egy. 2004. Teori Obesitas dengan Diet. Jakarta: Restu Agung Silalahi, BNB dan Silalahi, RB 1991. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta. Sinaga, M. Makmur, 2000. Ergonomi Rumah Tangga, Info Kesehatan, Majalah FKMUSU, nomor 7 September, Medan. Siregar, Ade Rahmawati. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Dari: http: www.library.usu.ac.id (10 juni 2008) Sobal J (1999).Sociological analysis of the stigmatization of obesity.Germov J, Williams L (eds) A Sociology of Food and Nutrition: Introducing the Social Appetite. Melborne: Oxford University Press, 1999: 187-204 dalam( Chapter 21 : Social and Cultural Influences on Obesity). International textbook of obesity / edited byBjo’’rntorp, 2001 John Wiley&Sons Ltd SoekidjoNotoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta Supriasa, I DewaNyoman.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC WHO Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed.6, Vol 1. Jakarta : EGC. “Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007)” Tsigosa Constantine; Hainer, Vojtech; Basdevant, Arnaud; Finer, Nick; Fried, Martin; Mathus-Vliegen, Elisabeth; Micic, Dragan; Maislos, Maximo et al. (April 2008). "Management of Obesity in Adults: European Clinical Practice Guidelines". The European Journal of Obesity 1 (2): 106–16. doi:10.1159/000126822. PMID 20054170 41
ANALISA LANJUT HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN KEJADIAN KECELAKAAN DI INDONESIA BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2013
Bambang Sukana1), Mulyono Notosiswoyo1), Sudibyo Supardi1), Susy Suswati2), Zubaedah1) Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang mengalami obesitas sebesar 25,36%. Obesitas dapat menjadi faktor resiko beberapa penyakit dan kecelakaan. Tujuan analisis lanjut data Riskesdas 2013 adalah untuk (1) Menilai hubungan antara karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, lokasi tinggal) dan kejadian obesitas di Indonesia, (2) Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskuler, stroke, dan (3) Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan yang dialami setahun terakhir. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil Riskesdas 2013. Sampel penelitian adalah seluruh penduduk penduduk di 33 provinsi indonesia. Pengolahan data terhadap penduduk yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS. Analisis data berupa distribusi frekuensi, uji Chi-Square dan uji regresi logistik multivariat.Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penduduk yang berhubungan bermakna dengan kejadian obesitas adalah umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, lokasi tinggal, Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskuler, stroke, Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian kecelakaan. Kata kunci : obesitas, kardiovaskuler, hipertensi, kecelakaan, stroke. PENDAHULUAN Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Siregar,2012). Obesitas tersebut merupakan resiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang juga merupakan salah satu penyebab utama kematian di berbagai negara. Menurut WHO, obesitas sudah merupakan epidemi global dan menjadi masalah kesehatan yang harus segera diatasi. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Obesitas tersebut dapat mengakibatkan penyakit metabolik dan penyakit degeneratif di kemudian hari. --------------------------------------1).
Peneliti Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes
2).
Pengajar Poltekes Jakarta II Badan PPSDM
1
Menurut laporan data Riskesdas 2007 dan 2010, diprediksi akan terjadi kenaikan kasus obesitas sekitar 1-2% pertahunnya, jika hal tersebut tidak ditangani dengan serius oleh pemerintah maka masalah obesitas ini akan memberi dampak negatif yang luar biasa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas pada penduduk berusia ≥15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO yang menyatakan bahwa obesitas sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Dari penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2007 di empat belas kota besar di Indonesia, diperkirakan angka kejadian kegemukan pada anak tergolong relatif tinggi, antara 10-20% dari total populasi anak-anak Indonesia, yang berumur 6-12 tahun dengan nilai yang terus bertambah hingga sekarang. Jakarta adalah salah satu kota yang memiliki tingkat kegemukan/ obesitas pada anak yang relatif tinggi, yaitu 9,6%-20%. Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak Jakarta sebesar 25 % (Farmacia, 2007). Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak. Ali Khomsan, 2003 mengatakan bahwa hereditas (keturunan) menjadi salah satu faktor penyebab obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perubahan gaya hidup dan pola makan. Perkembangan fisik atau jasmani anak berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. (Ali Khomsan, 2003:90 dalam Wijayanti, 2007) Obesitas memiliki risiko tinggi terhadap angka kesakitan berbagai macam penyakit sebagaimana terjadi pada orang dewasa. Suatu studi yang pernah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan kadar gula darah puasa, insulin, dan trigliserida serta peningkatan prevalensi gangguan toleransi glukosa dan hypertensi systolik pada anak yang mengalami obesitas (BMI ≥ 95th percentile). (Spear, et al, 2007). Sejumlah studi menyimpulkan, anak-anak yang kelebihan berat badan sejak usia kurang dari 10 tahun akan menghadapi ancaman stroke pada usia 40 bahkan bisa dimulai sejak usia 30. Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam “American Journal 2
of Clinical Nutrition” juga kian menguatkan konsekuensi kesehatan yang bakal dialami terkait obesitas anak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 172 anak tersebut menyimpulkan, anak usia delapan tahun yang kegemukan atau obesitas, menunjukkan sejumlah tanda atau gejala terkait faktor risiko penyakit jantung saat mereka mencapai usia remaja (15 tahun). Risiko tersebut antara lain tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang buruk, peningkatan kadar gula darah dan insulin (hormon pengatur kadar gula darah). ( Spear, et al, 2007). Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, disatu sisi terjadi peningkatan jumlah penyakit tidak menular namun kematian akibat penyakit menular juga masih tinggi. Dalam studi mengenai Beban Penyakit, Trauma dan Faktor Risiko di Indonesia tahun 2010 diketahui ada tiga besar penyakit penyebab kematian di Indonesia. Di urutan pertama adalah stroke, tuberkulosis, dan kecelakaan lalu lintas. Data menunjukkan beban penyakit yang diakibatkan penyakit menular mengalami penurunan dari tahun 1990 sebesar 56% menjadi 43% pada tahun 2000 dan 33% pada tahun 2010, sedangkan beban penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan dari 37% pada tahun 1990 menjadi 49% pada tahun 2000 dan 58% pada tahun 2010. Kondisi tersebut menunjukkan Indonesia sedang menuju pada masa transisi dari negara berkembang ke negara maju dengan pendapatan per kapita lebih tinggi. Pola penyakit negara maju adalah penyakit tidak menular seperti stroke, hipertesi, jantung, kanker, dan sebagainya. Sementara penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare, lebih banyak terjadi di negara miskin. Besarnya masalah kesehatan tidak lepas dari adanya transisi epidemiologis, yaitu menurunnya mortalitas dan morbiditas penyakit menular seperti diare, batuk/pilek (ISPA), diikuti meningkatnya penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. Perubahan transisi epidemiologis ini terjadi mengikuti transisi demografik, yaitu perubahan masyarakat muda menjadi masyarakat yang menua, yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup. Obesitas penduduk sangat berkaitan dengan produktifitas kerja, karena dengan obesitas berdampak pada timbulnya beberapa penyakit tidak menular antara lain, hypertensi, stroke, jantung, yang kecelakaan.
memungkinan dapat menyebabkan terjadinya
Untuk itu akan dianalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian
hypertensi, stroke, jantung dan
kecelakaan (di tempat kerja maupun di luar tempat
kerja). Analisis akan dilakukan dengan membedakan wilayah perkotaan dan perdesaan. 3
Tujuan analisis Umum: Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan
pada penduduk di
Indonesia. Khusus: 1. Menilai hubungan antara karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, lokasi tinggal) dan kejadian obesitas serta kecelakaan di Indonesia 2. Menilai
hubungan
antara
obesitas
dan
kejadian
penyakit
hipertensi,
kardiovaskuler, stroke 3. Menilai hubungan antara obesitas dan kejadian kecelakaan yang dialami setahun terakhir di pedesaaan dan perkotaan.
BAHAN DAN CARA 1. Kerangka Konsep dan Hipotesis Berdasarkan teori terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas, namun dalam analisis ini hanya diambil beberapa faktor saja sesuai dengan data yang tersedia pada Riskesdas 2013, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan lokasi tinggal. Dampak obesitas adalah resiko kejadian hipertensi, kardiovaskuler, dan stroke. Berdasarkan kedua teori tersebut, disusun kerangka konsep analisis sebagai berikut.
OBESITAS
KECELAKAAN
Hypertensi, jantung, stroke
-Umur -Jenis Kelamin -Status perkawinan -pendidikan -Pekerjaan -Tempat tinggal
4
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut. 1.
Secara bersama ada hubungan antara karakteristik penduduk (Umur, Jenis kelamin, Status pernikahan, Pendidikan, Pekerjaan, Lokasi tinggal dan kejadian obesitas
2.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian hipertensi
3.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian kardiovaskuler
4.
Ada hubungan antara obesitas dan kejadian stroke
5.
Ada hubungan antara obesitas dan kecelakaan 2. Desain/ Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan analisis data sekunder hasil Riskesdas 2013
yang berupa hasil isian kuesioner individu. Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional dengan melihat data secara retrospektif kurun waktu sebulan sebelum survai dan setahun sebelum survey untuk data kecelakaan. 3. Estimasi besar sampel Sampel penelitian mencakup individu di 33 provinsi Indonesia. Kriteria inklusi adalah penduduk dewasa, yaitu yang telah berumur 15 tahun. Pengolahan data terhadap penduduk yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS. 4. Instrumen dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan berasal dari Riskesdas 2013 kuesioner individu. Pemilihan data yang masuk kriteria inklusi dilakukan dengan menggunakan komputer. 5. Pengolahan dan analisis data Pengolahan data menggunakan program SPSS pada komputer. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi, analisis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi-square, dan analisis multivariat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas menggunakan uji regresi logistik multivariat 6. Keterbatasan analisis Keterbatasan penelitian mencakup a) keterbatasan rancangan penelitian dalam bentuk survei potong lintang terhadap variabel independen dan dependen, sehingga 5
analisis data bukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat, b) keterbatasan data Riskesdas 2013, sehingga secara teoritis beberapa variabel yang mungkin berhubungan dengan kejadian obesitas, seperti pola hidup dan pola makan tidak ada datanya, c) kemungkinan ada recall bias, yaitu sebulan terakhir dipengaruhi oleh daya ingatnya. HASIL ANALISIS 1. Karakteristik Responden Riskesdas Karakteristik respoden meliputi karakteristik penduduk yang mengalami obesitas dan tidak obesitas, terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lokasi tempat tinggal (kota/desa) dan status pernikahan. Jumlah respoden yang mengalami obesitas sebanyak 179.280 orang (25,36%), yang tidak obesitas 527.593 orang (74,66%), ditinjau dari umur, mereka yang tidak obesitas tersebar pada umur 15-39 tahun (54,89%), sedangkan mereka obesitas yang terbanyak pada sebaran usia 40 – 59 tahun (48,20%) dan pada usia 15-39 tahun (42,52%),
hasil uji Uji Chi-Square Test
menujukkan perbedaan antara mereka yang berumur 15 – 39 tahun dan 40 – 59 tahun dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
No.
Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan umur Riskesdas 2013
Umur
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
15-39 tahun
289.614
54,89
76.229
42,52
2.
40-59 tahun
168.186
31,88
86.423
48,20
3.
60 tahun atau lebih
69.793
13,23
16.628
9,27
527.593
100
179.280
100
Total
ditinjau dari jenis kelamin mereka yang tidak obesitas terbanyak pada laki-laki (52,24%) dan mereka yang
obesitas terbanyak pada perempuan (63.88%),
hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dengan pvalue 0,00(<0,05) dan nilai OR = 1,934, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. 6
Tabel 2.
No.
Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan jenis kelamin Riskesdas 2013
Jenis kelamin
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
Laki-laki
275.599
52,24
64.759
36,12
2.
Perempuan
251.994
47,76
114.521
63,88
Jumlah
527593
100
179280
100
ditinjau dari pendidikan
mereka yang tidak obesitas dan yang obesitas
terbanyak pada mereka yang berpendidikan Tamat/tidak tamat SD (49,41% dan 43,92%), hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang Tamat/tidak tamat SD dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan pendidikan Riskesdas 2013 No.
Pendidikan
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
Tamat/tidak tamat SD
260.713
49,41
78.743
43,92
2.
Tamat SLTP
112.624
21,35
32.596
18,18
3.
Tamat SLTA
123.665
23,44
48.879
27,26
4.
Tamat PT
30.591
5,80
19.062
10,63
Jumlah
527.593
100
179.280
100
ditinjau dari pekerjaan mereka yang tidak obesitas pada mereka yang bekerja (59,92%), demikian pula mereka yang
obesitas terbanyak pada yang bekerja
(59,79%) hasil uji Uji Chi-Square Test tidak menujukkan perbedaan antara mereka yang bekerja dan tidak bekerja dengan pvalue 0,342 (>0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. 7
Tabel 4.
No.
Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan pekerjaan Riskesdas 2013
Pekerjaan
Tidak obesitas N
Obesitas
%
N
%
1.
Tidak bekerja
211.472 40,08
72.088
40,21
2.
Bekerja
316.121 59,92
107.192
59,79
Jumlah
527.593
100
179.280
100
ditinjau dari lokasi/tempat tinggal mereka yang tidak obesitas terbanyak di desa (56,86%), sedangkan mereka obesitas terbanyak di kota (55,25%) hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang bertempat tinggal di perkotaan dan pedesaan dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel 5. Tabel 5.
No.
Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan lokasi tempat tinggal Riskesdas 2013
Lokasi tempat
Tidak obesitas
Obesitas
tinggal
N
%
N
%
1.
Kota
227.593
43,14
99.058
55,25
2.
Desa
300.000
56,86
80.222
44.75
Jumlah
527.593
100
179.280
100
ditinjau dari status pernikahan
mereka yang tidak obesitas yang terbanyak
mereka yang menikah (64,55%) demikian pula mereka obesitas yang terbanyak yang menikah (84,37), hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan antara mereka yang menikah dan tidak menikah dengan pvalue 0,00(<0,05), untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
8
Tabel 6. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Berdasarkan status pernikahan Riskesdas 2013 No.
Status pernikahan
Tidak obesitas
Obesitas
N
%
N
%
1.
Belum menikah
148.123
28,07
15.518
8,65
2.
Menikah
340.586
64,55
151.275
84,37
3.
Cerai
38.884
7,37
12.487
6,96
Jumlah
527.593
100
179.280
100
2. Penyakit hypertensi, stroke dan jantung Respoden Riskesdas Responden yang mengalami penyakit hypertensi pada mereka yang tidak obesitas sebanyak 7,41%, dan mereka obesitas lebih banyak sebanyak 15,99%, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 7. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami hyertensi Riskesdas 2013 No.
Penyakit
Tidak obesitas
Obesitas
Hypertensi
N
%
N
%
1.
Ya
39.092
7,41
28.673
15,99
2.
Tidak
488.501
92,59
150.607
84,01
Jumlah
527.593
100
179.280
100
Responden riskesdas yang mengalami penyakit jantung yang tidak obesitas sebanyak 0,44% dan mereka yang
obesitas lebih banyak sebanyak 0,89%.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
9
Tabel 8. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami penyakit jantung Riskesdas 2013 No.
Penyakit Jantung
Tidak obesitas N
%
Obesitas N
%
1.
Ya
2306
0,44
1596
0,89
2.
Tidak
525287
99,56
177684
99,11
Jumlah
527.593
100
179.280
100
Responden Riskesdas yang mengalami stroke yang tidak obesitas sebesar 0,57% dan mereka yang obesitas sebanyak 0,89% untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Responden Riskesdas obesitas dan tidak obesitas Mengalami stroke Riskesdas 2013 No.
Mengalami stroke
Tidak obesitas N
%
Obesitas N
%
1.
Ya
3028
0,57
2.
Tidak
524565
99,43
177689
99,11
Jumlah
527.593
100
179.280
100
1591
0,89
3. Hubungan Responden Riskesdas obesitas dengan hypertensi, stroke dan jantung Dari Tabel 10
menunjukkan bahwa responden
obesitas yang
hypertensi sebanyak 15,99%, yang tidak menderita sebesar
menderita
84,01%, dan yang
mengalami penyakit jantung sama dengan stroke yang sebesar 0,89%. Dengan Uji ChiSquare Test menunjukkan obesitas ada hubungan dengan hypertensi, stroke dan jantung dengan Pvalue 0,000, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.
10
Tabel 10 Proporsi Responden obesitas yang menderita hypertensi, stroke Dan jantung tahun 2013. No. 1. 2. 1. 2.
1. 2.
Jenis Penyakit Hypertensi Ya Tidak Stroke Ya Tidak Total Jantung Ya Tidak Total
Jumlah
%
28.673 150.607
15,99 84,01
1.591 177.689 179.280
0,89 99,11 100
1.596 177.684 179.280
0,89 99,11 100
Pvalue 0,000
0,000
0,000
4. Responden Riskesdas yang mengalami kecelakaan Dari tabel 11 menunjukkan proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan sebesar 7,50%, yang tidak mengalami kecelakaan 92,50%. Angka ini menunjukkan cukup tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit menular.
Tabel 11 Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan Riskesdas 2013 No. 1. 2.
Menderita kecelakaan Ya Tidak Total
Jumlah 54.153 668.176 722.329
% 7,50 92,50 100
5. Penyebab kecelakaan Dari tabel 12.
menunjukkan penyebab kecelakaan
yang dialami penduduk
Indonesia yang terbanyak 3,76% , jatuh 2,37% dan yang terkecil kejatuhan/lemparan sebesar 0,20%. Dari data tersebut menunjukan bahwa jenis penyebab kecelakaan yang dialami penduduk Indonesia adalah kecelakaan transpotasi Sepeda motor.. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa perkembangan transpotasi sepeda motor di Indonesia sangat cepat yang membawa kosekuensi makin banyaknya jenis kecelakaan transpotasi sepeda motor. 11
Tabel 12
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Proporsi penduduk Indonesia yang mengalami kecelakaan dengan Penyebab, Riskesdas 2013. Penyebab kecelakaan Transportasi sepeda motor Transportasi darat lain Jatuh Benda tajam/mesin Terbakar/kimia Tergigit hewani Kejatuhan/lemparan Keracunan Lainnya Total
Jumlah 27.174 2.438 17.135 5.029 311 295 1.459 18 294 54.153
% 3,76 0,34 2,37 0,70 0,04 0,04 0,20 0,00 0,04 7,50
6. Uji Chi-Square Test Responden Riskesdas yang menderita Jantung, hypertensi, stroke dengan Kecelakaan -
kecelakaan dengan penyakit
jantung menunjukkan ada hubungan antara
penyakit jantung dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00 (<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai
penyakit jantung beresiko 1,251 kali mengalami
kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit jantung. -
Kecelakaan dengan hypertensi menunjukkan ada hubungan antara penyakit hypertensi dengan kecelakaan dengan pvalue
0,00(<0,05), dengan resiko
mereka yang mempunyai penyakit hypertensi beresiko 1,155 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit hypertensi. -
kecelakaan dengan stroke menunjukkan ada hubungan antara stroke dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00(<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai stroke beresiko 1,704 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak menderita stroke.
-
kecelakaan dengan obesitas menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan kecelakaan dengan pvalue 0,00(<0,05), dengan resiko mereka yang mempunyai obesitas beresiko 1,250 kali mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang tidak obesitas. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 di bawah.
12
Tabel 13. Hasil Uji Chi-Square Test Jantung, hypertensi, stroke dan obesitas dengan kecelakaan No.
Jenis penyakit
Kecelakaan Ya
Tidak
OR
Pvalue
1.
Penyakit jantung
374
3693
1,251
0,000
2.
Hypertensi
5942
64417
1,155
0,000
3.
Stroke
834
6078
1,704
0,000
4.
Obesitas
11.421
167.859
1,250
0,000
7. Uji Log regresi Dari uji Chi-Square Tests dari beberapa variabel independ (jantung, hypertensi dan stroke) dengan variabell depend (kecelakaan) menunjukkan bahwa ketiga variabel independ tersebut mempunyai hubungan dengan kecelakaan. Dari ketiga variabel independ lalu dilakukan uji loreg terhadap variabel depend, dimana hasil uji menunjukkan bahwa ternyata variabel independ (hypertensi) yang paling kuat hubungannya dengan kecelakaan dengan pvalue 0,000, stroke dengan pvalue 0,001 dan jantung pvalue 0,004. untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 14 Uji Logres variable kecelakaan dengan variable jantung Hypertensi, stroke th. 2013 No.
Penyakit
B
SE
Sig
Exp. (B)
1.
Jantung
0,156
0,55
0,004
1,169
2.
Hypertensi
0,130
0,15
0,000
1,139
3.
Stroke
0,159
0,046
0,001
1,173
PEMBAHASAN Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks 13
massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2. Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, “Namun, 90% obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat,” kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Bebagai hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dengan faktor resiko penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, jantung bahkan kanker. Obesitas menjadi faktor resiko berbagai penyakit. Hasil analisa yang didapat secara karakteristik responden Riskesdas mereka yang obesitas maupun tidak obesitas ditinjau dari umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal (kota/desa), umur berdasarkan hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan dengan pvalue
0,00(<0,05), demikian pula responden Riskesdas yang
mengalami obesitas (25,4%), secara karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan lokasi tempat tinggal) berdasarkan hasil uji Uji Chi-Square Test menujukkan perbedaan dengan pvalue 0,00(<0,05). Responden Riskesdas yang fisiknya mengalami obesitas sebanyak 25,4%, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Dr. Damayanti tahun 2007 yang menunjukan prevalensi obesitas di Jakarta sebesar 25%. dan diperkuat lagi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsigosa Constantine et al. (April 2008) menunjukkan
semula
kegemukan
dianggap
sebagai
masalah
negara-negara
berpenghasilan tinggi, namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia maju maupun dunia berkembang. Penduduk yang mengalami obesitas yang terbanyak
tinggal
perkotaan
dibandingkan di pedesaan, hal ini terjadi kemungkinan ditinjau dari segi ekonomi diperkotaan lebih baik dibandingkan dengan penduduk di pedesaan, sehingga cenderung pola makan masyarakat diperkotaan lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat pedesaan sehingga kecenderungan terjadi obesitas lebih tinggi diperkotaan dibandingkan pedesaan memungkinkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Ade (2012) yang menyatakan anak yang berasal dari latar belakang keluarga 14
berpendapatan ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami obesitas, karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak. Ditinjau dari jenis kelamin, perempuan lebih banyak dari laki-laki, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Mokdad AH et al, tahun 1999 yang menunjukkan di negara berkembang pria dan wanita berpendidikan tinggi umumnya lebih gemuk dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dan hasil penelitian yang dilakukan
Prof Mokdad (2014)
menunjukkan
tingkat obesitas lebih tinggi bagi
perempuan di negara berkembang karena mereka harus melakukan tugas rangkap, mengurus keluarga dan bekerja, sehingga tidak ada waktu untuk mengendalikan berat badan. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan B. Sukana (2003) di Kota Medinah, wanita yang sudah menikah cenderung menjadi obesitas. Ditinjau dari pekerjaan mereka yang bekerja sebanyak 59.79% dan yang terkecil adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan 0,91%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan Haryanto (2012), yang menyatakan bahwa ada beda antara mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja. Mereka yang obesitas kebanyakan mereka yang berpendidikan rendah, karena dengan pendidikan rendah cenderung asupan makanan yang dilakukan tidak terpola sehingga mereka cenderung menjadi obesitas. Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Sobal J (1999) yang menunjukkan pada masyarakat maju, seseorang dengan berpendidikan yang lebih rendah memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi, aktivitas dan berat badan, sehingga lebih mungkin menjadi obes. Dari hasil uji menunjukkan bahwa mereka obesitas terkena hypertensi, stroke dan jantung . hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Spear, et al, 2007, Tromo study yang menunjukkan risiko obesitas terhadap tekanan darah tinggi dan jantung baik pada laki-laki dan wanita. Pada mereka yang obesitas, hypertensi, stroke dan jantung cenderung mudah terjadi kecelakaan, hal ini sesuai uji Chi-Square Tests. Namun study literature yang mengarah kejadian kecelakaan pada mereka yang terkena obesitas, hypertensi, stroke dan jantung belum ditemukan.
15
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut 1.
Karakteristik penduduk yang berhubungan bermakna dengan kejadian obesitas adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tempat tinggal.
2.
Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian penyakit hipertensi, kardiovaskluer dan stroke
3.
Ada hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian kecelakaan.
4.
Hypertensi merupakan penyakit yang paling kuat hubungannya dengan obesitas.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan sebagai berikut. 1.
Perlunya dilakukan sosialisasi pola makan yang benar terhadap anak-anak sekolah tingkat sekolah dasar, ibu-ibu yang telah berumah tangga. sehingga diharapkan pola makan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah gizi yang benar.
2.
Terhadap mereka yang sudah memperlihatkan obesitas, agar dilakukan secara rutin kondisi kesehatannya terutama dengan hypertensi dan jantung.
3.
Terhadap mereka yang sudah obesitas agar tidak mengendarai sepeda motor, karena dalam analisa ternyata ada hubungan bermakna antara obesitas dan kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2239-gizi-seimbang-atasimasalah-gizi-ganda.html) diunggah 17 maret 2013. _______. (2011). Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan Kegemukan Dan Obesitas Pada Anak Sekolah. Depkes: Jakarta Ari Yuniastuti.2008.Gizi dan Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu Badan Litbangkes Kemkes, 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. Badan Litbangkes Kemkes, 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Budiwiarti, Y. Endang Budiwiarti, 2013. Gizi Pada Anak Obesitas. Sumber : Halo Cipto Juni 2012 (IPKRS) diunggah pada tanggal 14 april 2013 16
Darmoutomo, Endang. 2008. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan Dengan Nutrisi. http:www.obesitas.web.id. Forum Diagnostikum no.5 (2004).Obesitas dan sidroma Metabolik. Bandung: Laboratorium Klinik Prodia http://health.kompas.com/read/2012/04/07/0359146/Anak-anak.di.Dunia.Kian.Gemuk diunggah pada tanggal 14 april 2013 http://news.detik.com/read/2012/12/03/153152/2107959/471/penetapan-umr-dkijakarta-sudah-sesuaikah diunggah pada tanggal 14 Juli 2013 http://old.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdfdiunggahtanggal 6 Juni 2013 Insiden Obesitas Anak, http://id.prmob.net/kegemukan/kesehatan/obesitas-930941.html, maret 17,2013 Irwan Haryanto, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas (Z-Score > 2 IMT Menurut Umur) Pada Anak Usia Sekolah Dasar (7-12 Tahun) Di Jawa Tahun 2011 (Analisa Data Riskesdas 2010), Tesis FKM-UI, Depok. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor tahun 2011 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Marbun, RM. 2002. Hubungan Konsumsi Makanan, Kebiasaan Jajan dan Pola Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa (Suatu Studi di Sekolah Dasar Santa Maria Fatima Jakarta Timur)Tahun 2001. Tesis. Program PascaSarjana. Depok Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Marwiyati. 2009. Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Dengan Perilaku Pencegahan Obesitas Pada Siswa Usia 6-7 Tahun Di Sekolah Dasar Strada Budi Luhur I Bekasi. FKM-UI Depok. Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer Olson CM. 1999. Nutrition And Health Outcomes Associated With Food Insecurity And Hunger. J Nutrition; 129 512S-524S. Ratu Ayu Dewi Sartika, 2011. “Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007)” ,Jurnal. Roberton, DM. 2006. Practical Paediatrics Edition 7th. Philipine: Elsevier Rowen James, Susan. 2012. Nursing Care Of Children Principles & Practice. Philipine: Elsevier Saiful Jazan, 2000. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Cedera Karena Kecelakaan Rumah Tangga Pada Balita Di Wilayah Bojonagara Dan Tegalega Kotamadya Bandung. http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=81826&lokasi=lokal. Septiyadi, Egy. 2004. Teori Obesitas dengan Diet. Jakarta: Restu Agung 17
Silalahi, BNB dan Silalahi, RB 1991. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta. Sinaga, M. Makmur, 2000. Ergonomi Rumah Tangga, Info Kesehatan, Majalah FKMUSU, nomor 7 September, Medan. Siregar, Ade Rahmawati. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Dari: http: www.library.usu.ac.id (10 juni 2008) Sobal J (1999).Sociological analysis of the stigmatization of obesity.Germov J, Williams L (eds) A Sociology of Food and Nutrition: Introducing the Social Appetite. Melborne: Oxford University Press, 1999: 187-204 dalam( Chapter 21 : Social and Cultural Influences on Obesity). International textbook of obesity / edited byBjo’’rntorp, 2001 John Wiley&Sons Ltd SoekidjoNotoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta Supriasa, I DewaNyoman.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC WHO Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed.6, Vol 1. Jakarta : EGC. “Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007)” Tsigosa Constantine; Hainer, Vojtech; Basdevant, Arnaud; Finer, Nick; Fried, Martin; Mathus-Vliegen, Elisabeth; Micic, Dragan; Maislos, Maximo et al. (April 2008). "Management of Obesity in Adults: European Clinical Practice Guidelines". The European Journal of Obesity 1 (2): 106–16. doi:10.1159/000126822. PMID 20054170
18