LAPORAN PENELITIAN ANALISIS LANJUT RISKESDAS 2013
HUBUNGAN RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC) DAN TINGKAT KONSUMSI Fe (zat besi) DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013)
PENYUSUN :
Peneliti :
MARDIATUN, S.Kep,Ns,M.Kep LALU AHMAD YANI, SKM.MPH DEWI PURNAMAWATI, SKp. M.Kep
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENKES RI TAHUN 2014
i
SUSUNAN PENELITI
1. Identitas Koordinator Peneliti a. Nama
: Mardiatun, S.Kep,Ns.
b. Jabatan
: Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan
c. Alamat Kantor
: Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur Mataram
d. NIP
: 198002052006042001
2. Identitas Peneliti 1 a. Nama
: Lalu Ahmad Yani
b. Jabatan
: Staf Pelayanan Kesehatan Dasar Keperawatan
c. Alamat Kantor
: Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur Mataram
d. NIP
: 196703141996031002
3. Identitas Peneliti 2 a. Nama
: Dewi Purnamawati, S.Kp. M.Kep
b. Jabatan
: Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan
c. Alamat Kantor
: Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan, Jl. Kesehatan V/10 Pajang Timur Mataram
d. NIP
: 197108071998032003
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian yang berjudul ”Hubungan Riwayat Anc dan Tingkat Konsumsi Fe (Zat Besi) Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) di NTB dan DIY” ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram, yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini
2.
Kepala Badan Litbangkes, yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi peserta ANLAN Riskesnas 2014 serta memberi bantuan dana selama pelaksanaan penelitian ini
3.
Kepala LabMandat, yang telah memberikan ijin dalam penggunaan data Riskesdas 2013
4.
Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini
5.
Kepada semua dosen di Jurusan Keperawatan yang telah banyak memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan penelitian ini, semoga laporan ini bermanfaat
Mataram,
Desember 2014
Penulis
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF HUBUNGAN RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC) DAN TINGKAT KONSUMSI Fe (zat besi) DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013) By: Mardiatun, Lalu Ahmad Yani, Dewi Purnamawati
KEK merupakan ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy, KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan rnerupakan masalah gizi di Indonesia Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat meningkatkan risiko terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada trimester III (Latip, 1997) Sejak Tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu secara gratis dengan mendistribusikan tablet tambah darah di posyandu dan di puskesms dan jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90 tablet selama kehamilan. Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia (Medicastore, 2007). Namun Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan . Kejadian anemia tersebut berhubungan dengan faktor yang berpengaruh yaitu konsumsi tablet Fe, umur kehamilan, keteraturan pemeriksaan ANC dan status gizi kurang. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan, juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin
iv
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK ibu hamil di Propinsi NTB dan DIY Rancangan dalam penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional), karena subyek diobservasi satu kali saja melalui data riskesdas 2013dan pengukuran variabelnya dilakukan pada saat yang bersamaan. Penelitian analitik ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotisis. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Samplig dengan criteria inklusi: analisis di lakukan pada ibu hamil dengan anak yang terakhir. Analisis data dilakukan berdasarkan data Riskesdas 2013 di Indonesia. Data diolah dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti menggunakan uji chi-square dengan nilai α = < 0.05 Hasil analisis univariat di dapatkan data sebagian besar di daerah DIY tinggal di perkotaan (74%), di NTB pedesaan (65,1%), di DIY sebagian besar umur tidak beresiko (86,6%) di NTB tidak beresiko (83,1%), tingkat konsumsi Fe di DIY <90 (74,7%), di NTB <90 (85%),Status KEK di DIY non KEK (77,4%) di NTB Non KEK (80,2%) Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di NTB didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 1,793 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di DIY didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 0,442 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di NTB didapatkan nilai p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 0,901 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square di DIY didapatkan harga
p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 23,392 Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kunjungan ibu hamil melalui ANC K4 dan dengan mengkonsumsi
teratur tablet Fe minimal 90 tablet selama
kehamilannya dapat mencegah kejadian resiko kejadian KEK selama hamil. Saran yang
v
di sampaikan adalah optimalisasi kunjungan ANC dengan melihat kualitas dari pada kuantitas dan pemantauan ketat perawatan kehamilan yang di lakukan oleh petugas kesehatan melalui 10 T pada setiap kunjungan ANC
vi
ABSTRAK HUBUNGAN RIWAYAT ANTE NATAL CARE (ANC) DAN TINGKAT KONSUMSI Fe (zat besi) DENGAN KEJADIAN KEK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2013) By: Mardiatun, Lalu Ahmad Yani, Dewi Purnamawati Keadaan gizi kurang (KEK) terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang di konsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Sejak Tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu program penanggulangan pemberian tablet zat besi pada ibu hamil secara gratis, namun dampak yang ditimbulkan karena kekurangan zat besi ini masih menjadi masalah Tujuan penelitian ini adalah Menjelaskan bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK ibu hamildi Propinsi NTB dan DIY Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional), melalui data riskesdas 2013 dan pengukuran variabelnya dilakukan pada saat yang bersamaan dan desain bivariat uji chi square. Hasil yang didapatkan P value 0.000 < 0,005 ada hubungan antara riwayat ANC dengan kejadian KEK di NTB dan DIY . Sedangkan pada tingkat konsumsi Fe didapatkan P value 0.000 < 0,005 ada hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK di NTB dan DIY Simpulan dan saran maka pada ibu-ibu hamil perlu ditekankan pentingnya mengkonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dan melakukan ANC minimal 4 kali selama kehamilan dengan penekanan pada kualitas dari pada kuantitas Kata kunci :Riwayat ANC, konsumsi tablet Fe, KEK
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... SUSUNAN PENELITI .................................................................................... KATA PENGANTAR .............................................................................. RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................... ABSTRAK........................................................................................................ DAFTAR ISI............................ ........................................................................ DAFTAR TABEL............................ ............................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN........ ............................................................................
i ii iii iv vi vii viii ix ix
1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang ……...................................…………….….. 2. RUMUSAN MASALAH………………………………………
1 4
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN a. Tujuan Umum...................................…………………………
4
b. Tujuan Khusus ...............................…………………………
4
c. Manfaat Penelitian ……………………............................….
5
4. TINJAUAN PUSTAKA ....…….......................………………
5
5. KERANGKA KONSEP………………………………………...
21
6. HIPOTESIS................................. …………………..………….
22
7. METODE PENELITIAN............................... …………..…….
23
8. HASIL PENELITIAN a. Analisis Univariat .................................……………….…
26
b. Analisis Bivariat .....................……………………………..
27
PEMBAHASAN ..................................................................
28
10. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................
34
11. UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................
35
12. DAFTAR PUSTAKA ....................... …………………………..
36
13. DAFTAR LAMPIRAN....................... …………………………..
38
9.
viii
DAFTAR TABEL
Nomor tabel
Tabel .1
Judul tabel
Halaman
Tabel distribusi Frekuensi responden berdasarkan tempat tinggal, umur riwayat ANC, tingkat konsumsi Fe, dan kejadian KEK ...........................................................
Tabel .2
Tabel Bivariat Hubungan riwayat ANC dengan kejadian KEK........................................................................
Tabel .3
26
27
Tabel Bivariat Hubungan tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK.........................................................................
ix
27
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Gambar .1
Judul gambar
Halaman
Kerangka Konsep................................................................
x
21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Judul Lampiran
Lampiran .1
Hasil SPSS ..........................................................................
Lampiran .2
Surat Keputusan Penelitian.................................................
xi
1. LATAR BELAKANG Kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan rnerupakan masalah gizi di Indonesia Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat meningkatkan risiko terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada trimester III kehamilan sehingga dapat mengakibatkan kelahiran BBLR (Latip, 1997) Sejak Tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu secara gratis dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya sampai 40 hari setelah melahirkan. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90 tablet selama kehamilan. (Manuaba, I.B.G, 2001). Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia. Namun Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%, terutama di negara berkembang dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Secara keseluruhan anemia terjadi 45 % wanita di negara berkembang dan 13 % di negara maju, (FKM UI, 2007. Menurut model Mc Carthy dan Maine status kesehatan
merupakan faktor
penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, maka upaya perbaikan status gizi masyarakat menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan (Bappenas, 2008) Upaya ini dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan yaitu bayi, balita, remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui. Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun bayi yang 1
dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur, hal ini dilakukan guna menghindar gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan bayi yang di kandung. Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti pengukuran tinggi/berat badan, dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus, imunisasi tetanus toxoid (TT), serta pemberian tablet besi (Depkes RI, 2002) Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara 48,2%. Sementara data dari Health Nutrition and Population Statistics diperoleh prevalensi anemia ibu hamil tahun 2005 di Asia masih cukup tinggi,yaitu berkisar 20% di Indonesia sampai 56,4% di Laos. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan mayoritas penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah ibu hamil kurang energi kronis (KEK) 37% dan anemia 40%. Kejadian anemia tersebut berhubungan dengan faktor yang berpengaruh yaitu konsumsi tablet Fe, umur kehamilan, keteraturan pemeriksaan ANC dan status gizi kurang. Di Indonesia
berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2001, prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 11,9% , sedangkan di provinsi NTB yaitu 11,2%. Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena menyebabkan resiko kematian ibu hamil saat melahirkan (Riskesdas, 2010). Penyebab utama anemia pada wanita adalah kekurangan zat besi. Maka untuk mengatasinya pemerintah melalui Depkes sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu program pemberian tablet besi, yang mana setiap ibu hamil dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama masa kehamilan. Namun masih terdapat kasus-kasus yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan (Manuaba, 2001, Doloksaribu, 2006) Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan (Cunningham, 2001) 2
Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi (43,1%) (Sukrat B, 2006) Disamping itu, studi di Malawi ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat 32% mengalami defisiensi zat besi dan satu atau lebih mikronutrient (Broek et al,2000)
Demikian pula dengan studi di
Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi (p = 0,03), vitamin A (p =0,004) dan status gizi (LILA) (p = 0,003) (Hinderakel et al 2001). Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia (Ahmed et al, 2001 dan Depkes, 2001) Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. (Supariasa, 2001). Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun). Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas 3
spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Huliana, 2001). Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi, dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (WHO, 2008). Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia. Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan bukan hanya berakibat pada ibu bayi yang dilahirkannya, tetapi juga faktor resiko kematian ibu (Almatsier, 2004).
2.
RUMUSAN MASALAH
“ Bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK pada ibu hamil?
3. TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN Tujuan Umum Penelitian : Tujuan Umum Menjelaskan bagaimana hubungan riwayat ante natal care (ANC) dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK ibu hamildi Propinsi NTB dan DIY? Tujuan Khusus Penelitian : 1. Untuk mengidentifikasi riwayat ANC ibu hamil di Propinsi NTB dan DIY 2. Untuk mengidentifikasi tingkat konsumsi Fe / zat besi di Propinsi NTB dan DIY 3. Mengidentifikasi resiko kejadian KEK pada ibu hamil di Propinsi NTB dan DIY 4. Menganalisis hubungan riwayat ante natal care (ANC) dengan kejadian KEK di Propinsi NTB dan di Propinsi DIY? 5. Menganalisis hubungan tingkat konsumsi Fe / zat besi dengan kejadian resiko KEK di Propinsi NTB dan di Propinsi DIY? 4
Mamfaat Penelitian 1. Penentu kebijakan Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan tentang gambaran pemberian Fe (zat besi) pada ibu hamil dan efektifitasnya di indonesia pada umumnya dan di DIY dan NTB khususnya, sehingga dalam pemberiannya perlu di evaluasi dan di tindak lanjut 2. Iptek Penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan masukan tentang factor-faktor penyebab KEK yang selama ini belum di teliti 3. Masyarakat 1) Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambararan bahwasanya peran Ante Natal Care (ANC) sangat vital dalam mendeteksi masalah dan penanganannya 2) Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran
tentang bahaya
penyakit kurang gizi khususnnya Fe (zat besi) pada ibu hamil sehingga perlu pencegahan
yang
di
mulai
dari
komitmen
diri
yang kuat dalam
mengkonsumsinya
4.
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Ante Natal Care Pengertian Ante Natal Care (ANC) Pemeriksaan
Antenatal
Care
(ANC)
adalah
pemeriksaan
kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 2005). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin
semenjak
ia
merasa
dirinya
hamil
untuk
mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
5
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002). Tujuan Antenatal Care (ANC) Tujuan Umum 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi. 3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar bu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Tujuan Khusus 1.
Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.
2.
Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3.
Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. Menurut
Wiknjosastro
(2005)
tujuan Antenatal
Care
(ANC)
adalah
menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Pelayanan Antenatal Menurut Departem Kesehatan RI (2010), pemeriksaan antenatal dilakukan
6
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan : a.
Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b.
Pemeriksaan umum :
meliputi
pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus
kebidanan. c.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d.
Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e.
Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku seharihari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
Kunjungan Ibu Hamil Menurut Departemen Kesehatan RI (2010), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti : a.
Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1) Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b.
Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut : a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu 7
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu. Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC (Riskesdas, 2013).
Jadwal pemeriksaan Menurut Departemen Kesehatan RI (2010), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas : a. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi. b. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan,
(3)
Pemeriksaan
psikologis,
(4)
Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Pelaksana Pelayanan Antenatal Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2010).
B. Tinjauan Umum Tentang Zat Besi (Ferum) Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang essensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan
dalam
hemopobesis
(pemindahan
darah)
yaitu
dalam
sintesa
haemoglobin. Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan zat besi sebagai faktor penggiat. Tablet zat besi adalah sebuah tablet yang mengandung ferri karbonat sebagai konstituen pokok. Preparat zat besi jenis lain yang sering digunakan adalah ferro fumarat, glukonat dan sulfat. Zat besi ( Ferum ) merupakan salah satu zat yang sangat dibutuhkan tubuh, baik pada masa kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan, maupun pada masa tua, begitu banyak manfaat zat besi bagi tubuh manusia. Zat besi merupakan microelement yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama dibutuhkan dalam hemopobesis ( pembentukan 8
darah ) yaitu dalam sintesa hemoglobin. Manfaat zat besi adalah untuk sintesis haemoglobin dalam darah, memproduksi panas untuk adenotrifosfat dalam respirasi sel. Zat besi disimpan dalam hepar, limpa dan sumsum tulang. Komposisi zat besi dalam tubuh adalah 70% dalam haemoglobin darah dan 30% dalam mioglobin. Haemoglobin (Hb) darah berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan mioglobin berfungsi sebagai simpanan oksigen dalam intramuskuler. Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang. Satu tablet sehari selama minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg ) dan asam folat 500 mg. Tablet zat besi dapat diminum separuh pada pagi hari dan separuh lagi pada malam hari ( Paath, 2006 ). Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun singkong, kangkung dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat ferum dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari,dan jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi tersebut jika kebutuhan ferum tidak terpenuhi dalam makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi folat dan sirup guna mencegah dan menanggulangi anemia menjadi sangat efektif dan efisien (Depkes, 2010). Efek samping tablet ferum berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare (terkadang juga konstipasi). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung. Jika situasi seperti ini berkembang, dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu lenyap. Sementara itu, pasien hendaknya diberi pengertian, bahwa “pengaruh yang tidak menyenangkan” itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan besarnya manfaat besi (Arisman, 2004). Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sekitar 30 sampai 40 mg. Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas, hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu cepat lelah atau kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang, sehingga metabolisme otot terganggu, nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi akibat otak kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin berkurang, terkadang sesak nafas karena tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat, 9
palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi dan tanda lainnya adalah pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa dan konjungtiva. Tanda khas anemia defisiensi besi adalah adanya kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok. Di Indonesia ada program pencegahan anemia pada ibu hamil, dengan memberikan suplemen zat besi sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Namun banyak ibu hamil yang menolak atau tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Kepatuhan minum tablet Fe apabila ≥ 90 % dari tablet besi yang seharusnya diminum. Kepatuhan ibu hamil minum pil besi merupakan faktor penting dalam menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi oleh tubuh: 1. Bentuk Besi Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi heme, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi non heme. Kurang lebih 40 % dari besi di dalam daging, ayam dan ikan adalah sebagai besi heme dan selebihnya sebagai non heme. Besi non heme juga terdapat di dalam telur, serealia, kacangkacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. 2. Asam organik Asam organik seperti Vitamin C sangat membantu penyerapan besi non heme dengan merubah bentuk ferri menjadi bentuk ferro. Seperti telah dijelaskan, bentuk ferro lebih mudah diserap. Disamping itu Vitamin C membentuk gugus besi akorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu, sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C setiap kali makan. 3. Asam Fitat Asam fitat dan faktor lain pada serealia serta asam oksalat di dalam sayuran dapat menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorbsi besi karena nilai fitatnya yang tinggi. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktorfaktor yang menghambat penyerapan besi ini. 4. Tanin Tanin merupakan polifenol yang terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran serta buah, juga dapat menghambat absorbsi besi dengan cara mengikat besi. 10
Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi pada waktu makan. 5. Tingkat Keasaman Lambung Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida (HCL) di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid dapat menghalangi absorbsi besi. Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida (HCL) di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid dapat mengahalangi absorbsi besi. 6. Faktor Intrinsik Faktor Intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12. 7. Kebutuhan Tubuh Kebutuhan tubuh akan zat besi berpengaruh besar terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorbsi besi non heme dapat meningkat sampai sepuluh kali sedangkan besi heme dua kali.
Beberapa faktor konsumsi tablet Fe pada ibu hamil antara lain (Erpandi, 2010): 1. Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperolah baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik. Apabila pengetahuan ibu hamil baik tentang dampak anemia pada kehamilan, resiko atau komplikasi jika seseorang mengalami anemia, serta manfaat tablet atau suplemen zat besi, maka ibu hamil tersebut akan mau dan berusaha untuk menghindari timbulnya anemia, dengan cara mengkonsumis tablet Fe secara teratur dan
didukung
dengan
mengkonsumsi
makanan
bergizi.
Sebaliknya,
jika
pengetahuannya rendah, maka kemungkinan akan menolak minum tablet Fe secara teratur, apalagi jika dirasa ada efek samping yang mengganggu.
11
2. Sikap Suatu contoh sikap adalah sering ibu yang dalam masa kehamilannya mendengarkan bahwa akibat anemia atau kurang darah selama kehamilan adalah keguguran, kematian bayi, berat badan lahir rendah dan bahkan kematian ibu.pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya dia tidak menderita anemia selama kehamilan. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat untuk mengkonsumsi tablet zat besi selama masa kehamilan agar tidak menderita anemia. Akhirnya dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap terhadap objek yang berupa anemia. 3. Pendidikan Pendidikan disini erat kaitannya dengan pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mencerna informasi tentang manfaat tablet Fe dan bahaya jika terjadi anemia selama kehamilan. 4. Pekerjaan Pekerjaan mengindikasikan status sosial ekonomi seseorang, dalam artian akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan penghasilannya, ibu yang bekerja akan berusaha menghindari efek samping mualmuntah dengan membeli vitamin C agar zat besi tersebut cepat diserap tubuh sehingga tidak menimbulkan mual-muntah, atau dengan mengkonsumsi makanan ringan atau vitamin B6 agar gejala mual-mual dapat dikurangi. 5. Pengalaman Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu. Secara umum, pengalaman menunjuk kepada mengetahui bagaimana atau pengetahuan prosedural, daripada pengetahuan proposisional. Patokan kebenaran proporsi atau pernyataan itu dilandaskan pada pengalaman. Artinya, suatu proposisi itu benar bila pengalaman membuktikan kebenarannya. Proposisi itu keliru apabila bertentangan dengan realitas yang diucapkannya, bertentangan dengan pengalaman realitas. Kebenaran atau fakta merupakan suatu 12
postulat, yaitu semua hal yang disatu pihak bisa ditentukan dan ditemukan berdasarkan pengalaman, dan kebenaran itu merupakan kesimpulan yang telah digeneralisasikan dari pernyataan fakta (Abdullah, 2004). Dalam
kaitannya
dengan
manfaat
mengkonsumsi
tablet
Fe,
bahwa
mengkonsumsi suplemen tersebut dapat mencegah resiko atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa kehamilan dan persalinan. Zat besi tersebut penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembagan janin yang adekuat. Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan, sering dengan pertumbuhan janin. Konsep ini adalah teori yang diketahui kebenarannya, namun tidak serta merta membuat ibu hamil mau mengkonsumsi tablet Fe tersebut. Adanya satu faktor kurangnya pengalaman atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan individu dapat mengakibatkan individu cenderung menghindari suatu fakta atau kebenaran. Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadangkadang terjadi diare dan sulit buang air besar, pusing dan bau logam. Selain itu setelah mengkonsumsi tablet zat besi kotoran (tinja) akan menjadi hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk cmpurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar. Orang yang pernah mengkonsumsi tablet Fe pada kehamilan sebelumnya, kemudian mengalami efek samping yang dirasa mengganggu atau menyebabkan rasa tidak enak/kurang menyenangkan dikhawatirkan akan enggan untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur. Namun, jika orang tersebut menyadari pentingnya mengkonsumsi tablet Fe maka ia tetap akan mengkonsumsinya dengan berbagai cara agar tidak terjadi efek samping, menanyakan kepada petugas untuk mengurangi efek samping. 6. Motivasi Motivasi adalah satu variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan,
mengelolah,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku
menuju satu sarana. Motivasi mempengaruhi
dari
petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat
kepatuhan.
Motivasi
mereka
terutama
berguna
saat
pasien
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu 13
juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beroreintasi dengan program pengobatannya. Jika petugas kesehatan memberikan motivasi untuk mengkonsumsi tablet zat besi pada ibu hamil maka konsumsi tablet zat besi akan lebih mudah tercapai. Namun jika petugas kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali bisa mengakibatkan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet zat besi. Hal ini disebabkan karena dukungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap praktek/tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang berada dalam mengkonsumsi zat besi.
Teori Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Menurut
Notoatmodjo
(2010),
Berbagai
teori
yang
sudah
dicoba
untuk
mengungkapkan faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori, Laurence Green (1980), Snehandhu Kar (1993) dan WHO (1994). Teori Lawrence Green Green (1991) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni faktor perilaku (behaviour factor) dan faktor non perilaku (non behavoiral factor). Selanjutnya Green menganalisis, bahwa Perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu : a.
Faktor dasar / predisposisi (predisposing factor) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
b.
Faktor pemungkin (enabling factor) yaitu faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. meliputi sarana prasarana atau fasilitas, misalnya Puskesmas, obat-obatan, Posyandu, adanya makanan bergizi dan sebagainya
c.
Faktor penguat (reinforcing factor) adalah
faktor-faktor yang mendorong
terjadinya perilaku meliputi sikap dan perilaku dari orang lain misalnya adanya dukungan keluarga dan tokoh masyarakat atau petugas kesehatan
14
C. KONSEP KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL 1. Pengertian Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. 2. Etiologi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK 1
Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari: a. Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya b.
Pendidikan Ibu
15
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. c.
Faktor Pola Konsumsi Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
d.
Faktor Perilaku Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
e. Faktor Biologis Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari : 1
Usia Ibu Hamil Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik. 2
Jarak Kehamilan Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. 16
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3). 3
Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2.
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
3.
Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang
dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). 4
Berat Badan Selama Hamil . Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata
untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ). Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin (Bobak, 2001)
17
3.
Tanda dan gejala 1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm 2. Kurang cekatan dalam bekerja. 3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai. 4.
Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.
4
Dampak yang ditimbulkan a. Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu. b.
Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat.
c.
Janin Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003).
5
Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan 1) KIE
mengenai
KEK
dan
faktor
yang mempengaruhinya
serta
bagaimana
menanggulanginya. 2) PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin 3) Konsumsi tablet Fe selama hamil Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi 18
proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi. 7
Pencegahan 1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama dalam mencukupi kebutuhan akan makanan bergizi. 2) Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi yang menuntut memiliki tubuh kurus tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika mereka menguruskan badan dengan cara tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia
8
Cara Mengatasi Resiko KEK Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan
Pengukuran Lila : a.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko KEK.
b.
Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) •
Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA.
•
Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.
19
•
Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja (Supariasa, 2001)
20
5.
KERANGKA KONSEP Fc predisposisi -
Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengetahuan
Fc pemungkin -
Faktor yang memperkuat
Faktor jarak Sarana penunjang
Riwayat ANC
-
Sikap dan perilaku petugas kesehatan
Tingkat konsumsi Fe (zat besi) Ibu hamil
1. K1 ideal 2.
ANC K4
3. ANC 4x+
Mempengaruhi ikatan oksigen dengan hemoglobin
Asupan Fe menurun
Ikatan oksigen menurun dan ATP yang di hasilkan sedikit
Ibu hamil memperoleh perawatan kehamilan melalui 10 T (menemukan masalah dan tindak lanjut)
Ibu hamil dan bayi membutuhkan ATP yang
Berlansung lama
Penggunaan cadangan makanan melalui proses katabolisme
LLA ≤ 23,5 KEK LLA ≥23,5 Non KEK Modifikasi teori Lauren Green dalam Notoatmodjo (2010) Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Ante Natal Care (ANC) dan kepatuhan Konsumsi Fe (Zat Besi)
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti 21
Ante Natal Care dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) sebagai salah satu upaya pencegahan dari faktor resiko kehamilan yang berupa Kurang Energi Kronis (KEK), dalam pelaksanaannya di pengaruhi oleh : Faktor dasar / predisposisi (predisposing factor) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan tingkat pengetahuan.
Faktor
pemungkin
(enabling
factor)
yaitu
faktor-faktor
yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. meliputi faktor jarak dan sarana penunjang fasilitas
misalnya Puskesmas, obat-obatan, Posyandu, adanya makanan bergizi dan
sebagainya. Faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor-faktor yang mendorong terjadinya perilaku meliputi sikap dan perilaku dari orang lain misalnya adanya dukungan keluarga dan tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Kekurangan Energi Kronis merupakan suatu keadaan di mana status gizi ibu hamil yang buruk
yang
disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi dimana anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi yang merupakan mikroelemen esensial bagi tubuh dalam mensintesa hemoglobin yang di dikonsumsi satu tablet sehari selama minimal 90 hari selama hamil, karena apabila asupan Fe menurun akan meyebabkan hemoglobin juga akan menurun sehingga ikatan oksigen akan menurun dan ATP yang dihasilkan lebih sedikit, Ibu hamil dan bayi membutuhkan ATP atau energy yang tinggi untuk proses metabolisme maupun untuk pertumbuhan. dan apabila berlansung lama dan tidak tersedia maka tubuh akan menggunakan cadangan makanan melalui proses katabolisme dan apabila berlansung lama akan menyebabkan KEK Deteksi dini KEK ibu hamil melalui ANC dapat mencegah kejadian KEK tersebut karna klasifkasi tingkat konsumsi besi di sebut baik bila mengkonsumsi ≥100% AKG (90 hari/ lebih) yang di berikan secara bertahap mulai dari kunjungan pertama sampai ke empat (K1 s/d K4). dimana harapannya melalui kunjungan ibu hamil yang ke 4 resiko untuk kejadian KEK sudah di tangani pada kunjungan sebelumnya.
6.
HIPOTESA PENELITIAN “ Ada hubungan riwayat ANC dan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan kejadian KEK di wilayah provinsi NTB dan DIY”
22
7.
METODE PENELITIAN 1.
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional), karena subyek diobservasi satu kali saja melalui data riskesdas 2013dan pengukuran variabelnya dilakukan pada saat yang bersamaan. Penelitian analitik ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotisis (Sastroasmoro dan Ismail, 2002),
2.
Subyek Penelitian Unit analisis pada analisis lanjut ini adalah ibu hamil, dengan populasinya adalah semua ibu hamil di Provinsi NTB dan din DIY yang menjadi sasaran pengumpulan data Riset Kesehatan Dasar 2013, sedangkan yang menjadi sampel adalah total populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Data diperoleh dari hasil pengumpulan data Riskesdas 2013
3.
Populasi dan Sampel Unit analisis pada analisis lanjut ini adalah ibu hamil, dengan populasinya adalah semua ibu hamil di Propinsi NTB dan di provinsi DIY / daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi sasaran pengumpulan data Riset Kesehatan Dasar 2013, sedangkan yang menjadi sampel adalah total populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu analisis dilakukan pada anak terakhir. Data diperoleh dari hasil pengumpulan data Riskesdas 2013.
4.
Variabel Penelitian 1) Variabel independen Variabel Independen adalah faktor yang di duga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel indevendent (Nursalam & Pariani, 2001). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Riwayat Ante Natal Care (ANC) dan Kepatuha konsumsi Fe (zat besi) 2) Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat dari pengaruh variabel independent. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah KEK
23
5. DEFINISI OPERASIONAL Definisi Operasional Variabel yang telah didefinisikan perlu didefinisikan secara operasional sebab istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan, definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan refleksi. Variabel
Definisi Opersional
Riwayat
Riwayat
Ante
Natal jumlah
Care (ANC).
Alat ukur
ANC
adalah Komposit
kunjungan
hamil
Skala
Hasil ukur
Nominal
1=
apabila
ibu dari lc 03
melakukan
berdasarkan 1c 11
kunjungan K4
cakupan kunjungan yg ada terutama
cakupan
0=
Tidak
ANC
melakukan
K4
kunjungan K4
Tingkat
Jumlah tablet zat besi yang Komposit
konsumsi Fe
di konsumsi selama hamil
Nominal
Jumlah
hari
dari 1c 14
konsumsi
dan 1c 15
Patuh : Apabila mengkonsumsi 90 hari atau lebih Tidak Patuh : Apabila mengkonsumsi kurang dari 90 hari
KEK
pada KEK
ibu hamil
pada
ibu
hamil Komposit
Nominal
1= KEK
adalah apabila dari hasil K 03
apabila LLA ≤ 23,5
pengukuran
0= Non KEK
Lingkar
Lengan Atas ibu hamil
apabila
didapatkan ≤23,5cm
23,5
24
LLA
≥
6.
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengusulkan data-data yang terdapat dalam data RISKESDAS 2013 yang dibutuhkan (dalam rangka análisis) sesuai dengan proposal yang diajukan ke Badan Litbangkes Kemenkes 2. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan mengusulkan data-data / variabel yang dibutuhkan dalam rangka analisa sesuai dengan proposal untuk diajukan ke badan Litbangkes.
3.
Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan data Riskesdas 2013 di indonesia dilakukan dengan desain Bivariat uji Chi- Square dengan tingkat kemaknaan (α) 5%
4. Insrumen Penelitian Data yang diperoleh dari hasil RISKESDAS 2013
7.
Lokasi dan Waktu Lokasi :
Propinsi NTB dan di provinsi DIY / daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi sasaran pengumpulan data Riset Kesehatan Dasar 2013
Waktu :
Oktober - Desember 2014
25
HASIL
26
2. BIVARIAT 1)
HUBUNGAN RIWAYAT ANC DENGAN KEJADIAN KEK DI NTB DAN DIY Tabel 2 Hubungan riwayat ANC dengan kejadian KEK di NTB dan DIY berdasarkan hasil riskesdas 2013
STATUS KEK Kunjungan ANC di NTB
Kunjungan ANC di DIY
Tidak K4
K4
Total
Tidak K4
K4
Total
KEK
43.0%
57.0%
100.0%
8.2%
91.8%
100.0%
NON KEK
29.6%
70.4%
100.0%
16.8%
83.2%
100.0%
Total
32.3%
67.7%
100.0%
14.9%
85.1%
100.0%
Nilai P: 0,000
Nilai P : 0,000
OR : 1.793 (1.708-1.881)
0.442 (0.397-0.492)
Hasil uji statistik Chi Square di NTB didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 1,793 Hasil uji statistik Chi Square DIY didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 0,442
2)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI Fe DENGAN KEJADIAN KEK DI NTB DAN DIY Tabel 3
Tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK di NTB dan DIY berdasarkan hasil riskesdas 2013
STATUS KEK Konsumsi tablet Fe di NTB
Konsumsi Tablet Fe di DIY
<90
>90
Total
<90
>90
Total
KEK
83.9%
16.1%
100.0%
98.0%
2.0%
100.0%
NON KEK
85.3%
14.7%
100.0%
67.9%
32.1%
100.0%
Total
85.0%
15.0%
100.0%
74.7%
25.3%
100.0%
Nilai P: 0,002
Nilai P : 0,000
OR : 0,901 (0,845-0,961)
23.392 (19.180 - 28.530)
27
Hasil uji statistik Chi Square di NTB didapatkan nilai p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 0,901 Hasil uji statistik Chi Square DIY didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 23,392
6.
PEMBAHASAN 1. UNIVARIAT 1) DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL Dari tabel
1 di dapatkan data di daerah NTB dan DIY sebagai berikut :
Sebagian besar ibu hamil yang berasal dari DIY tinggal di perkotaan (74%) dan di NTB pedesaan (65,1%). 2) DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN UMUR Dari tabel 1 di dapatkan data di daerah NTB dan DIY sebagai berikut : di DIY sebagian besar ibu hamil umur tidak beresiko (86,6%) di NTB ibu hamil tidak beresiko (83,1%) Adanya pemeriksaan kehamilan / program ANC dari pemerintah akan mempermudah akses informasi mengenai kesehatan informasi kehamilan kepada WUS sehingga hal tersebut akan mempengaruhi WUS dalam mengambil keputusan untuk menghindari hamil di waktu yang tertalu muda atau terlalu tua atau beresiko. Ini terbukti di daerah NTB maupun DIY umur pertama kali hamilnya di atas 20 tahun dan atau di bawah 35 tahun 3) DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN RIWAYAT ANC Dari tabel
1 di dapatkan data di daerah NTB dan DIY sebagai berikut :
sebagian besar ibu hamil yang berasal DIY yang melakukun kunjungan K4 berjumlah 85.1% dan di NTB yang melakukan kunjungan K4 berjumlah 67.7% Di NTB ada kecenderungan makin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga dan makin tinggi status sosial ekonomi keluarga, makin tinggi persentase cakupan periksa hamil. Cakupan ANC secara nasional menurut karakteristik menunjukkan bahwa semakin muda umur, semakin tinggi pendidikan ibu, maka ibu cenderung untuk melakukan ANC (Riskesdas 2013). DIY termasuk kota 28
pendidikan sehingga hal tersebut mempengaruhi penduduknya
mengakses
informasi maupun penerimaan atau penyebaran informasi itu mudah di terima oleh ibu hamil Berdasarkan hasil riskesdas 2013 NTB memiliki persentase sebaran kuintil teratas sebesar 7,2% sementara di DIY 24,7% artinya Status ekonomi berdasarkan indeks kepemilikan memberi gambaran bahwa semakin tinggi kuintil RT,
semakin banyak barang tahan lama yang dimiliki status social
ekonomi semakin mendukung sehingga hal tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC yang rendah di NTB di banding DIY 4) DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN TINGKAT KONSUMSI Fe Dari tabel 1 di dapatkan data di daerah NTB dan DIY sebagai berikut : sebagian besar tingkat konsumsi Fe ibu hamil di DIY <90 (74,7%) dan di NTB <90 (85%) Pemeriksaan yang paling jarang dilakukan pada ibu hamil NTB adalah pemeriksaan kadar hemoglobin (42,7%), tertinggi pada pemberian tablet Fe (95,4%) (Riskesdas 2013). Pemberian tablet Fe akan menunjang ketersediaan yang dimiliki oleh ibu hamil. Tetapi dari hasil analisis data riskesdas 2013 ini terdapat suatu perbedaan yaitu terdapat data tertinggi pada pemberian Fe pada ibu hamil di NTB akan tetapi di temukan tingkat konsumsi Fe >90 yang rendah yaitu berkisar 15% ibu hamil di NTB dan DIY tingkat konsumsi Fe >90 (25,3%). 5) DISTRIBUSI IBU HAMIL BERDASARKAN KEJADIAN KEK Dari tabel
1 di dapatkan data di daerah NTB dan DIY sebagai berikut :
sebagian besar Status KEK ibu hamil di DIY adalah non KEK (77,4%) di NTB ibu hamil Non KEK (80,2%) Kekurangan Energi Kronis merupakan akibat interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang, baik kualitas maupun kuantitas dan adanya penyakit yang sering di derita (Beck, 1995) Secara umum mata pencaharian penduduk DIY sebagian besar mengandalkan sektor pertanian, perdagangan, kerajinan dan wisata (Ramdani, 2012) dan mata pencaharian penduduk NTB sebagian besar mengandalkan sektor pertanian, kemudian sektor perdagangan dan jasa serta industri rumah 29
tangga. Letak dan geografis penduduk sangat mempengaruhi penyediaan makanan sehingga secara tidak lansung akan mempengaruhi tingkat konsumsi energi pada ibu hamil di daerah DIY dan NTB (Dikbud, 2014). Sehingga terlihat berdasarkan hasil penelitian ini kejadian KEK di NTB berjumlah 19,8% dan DIY 22,6%. Namun hal tersebut tetap harus menjadi perhatian pemerintah karna masih terdapatnya ibu hamil yang beresiko di NTB maupun DIY. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan pada ibu maupun pada bayi yang jika tidak di imbangi akan terjadi defisit kebutuhan dan persediaan karbohidrat, protein maupun lemak akan digunakan dan apabila berlansung lama hal tersebut akan menyebabkan KEK 2. BIVARIAT 1)
HUBUNGAN RIWAYAT ANC DENGAN KEJADIAN KEK DI NTB DAN DIY Hasil uji statistik Chi Square di NTB didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 1,793 Hasil uji statistik Chi Square DIY didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ANC dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 0,442 Kunjungan ANC adalah: kunjungan ibu hamil ke petugas kesehatan sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan /asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005). Dengan melakukan ANC, dapat mendeteksi secara dini kelainan yang terdapat pada ibu dan janin dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian gizi yang baik dan pemberian vitamin dan mineral dan pemberian preparat zat besi/ Fe melalui 10 T pemeriksaan ANC / kehamilan yang terdiri dari : 1.Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, 2. Ukur tekanan darah, 3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), 4. Ukur tinggi fundus uteri, 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test 30
laboratorium (rutin dan khusus). 9. Tatalaksana kasus. 10. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan (Depkes, 2010) Hasil penelitian Surasih (2005), seperti yang dikutip Rahmaniar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Dengan demikian, ANC yang dilakukan oleh ibu hamil dengan penekanan yang di dapatkan pada saat pemeriksaan kehamilan (10T) berdasarkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang kuat dalam mencegah KEK pada ibu hamil. Di NTB ibu hamil yang tidak melalakukan ANC berpeluang 1,858 kali untuk menderita KEK dan di DIY 0,593 kali berpeluang untuk menderita KEK apabila tidak melakukan kunjungan ANC. Angka yang berbeda ini memberikan makna bahwasanya ibu hamil yang tinggal di perkotaan memiliki akses informasi yang berbeda dengan yang tinggal di pedesaan.
2)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI Fe DENGAN KEJADIAN KEK DI NTB DAN DIY Hasil uji statistik Chi Square di NTB didapatkan nilai p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di NTB dengan nilai OR 0,901 Hasil uji statistik Chi Square DIY didapatkan harga p (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di DIY dengan nilai OR 23,392 Keadaan gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan salah satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi tersebut antara lain, jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Selain itu zat gizi yang di butuhkan juga mungkin gagal untuk di serap dan di gunakan tubuh (Jellife, 1994). Tingkat asupan makan akan mempengaruhi keadaan gizi dan kebutuhan gizi tiap individu berbeda- beda. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat Besi. Seorang ibu hamil
31
yang menderita kekurangan gizi, secara umum asupan makro dan mikro nutriennya juga berkurang. Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi
kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga
membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi (Supariasa, 2001 & Bobak, 2004). Suplemen zat besi sangat penting sekali, bahkan pada wanita yang status gizinya sudah baik. Penambahan besi terbukti dapat mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Tanpa suplementasi cadangan besi dalam tubuh wanita akan habis pada akhir kehamilan (Taylor dkk, 1982 dalam Arisman, 2004). Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani, defisiensi vitamin c dan meningkatnya konsumsi minuman teh dan kopi / minuman berkafein merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penyerapan zat besi di dalam tubuh walaupun ibu hamil mengkonsumsi Fe dalam jumlah yang memadai. Sehingga, kejadian KEK tersebut tidak hanya tergantung dari tingkat konsumsi Fe ibu hamil karena sangat di pengaruhi oleh factor penyerapannya di dalam tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan di NTB terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK, hasil pengumpulan data sekunder di dapatkan tingkat konsumsi Fe > 90 berjumlah hanya 15% akan tetapi ibu hamil di NTB yang mengalami KEK berjumlah 80,2% sedikit lebih tinggi dari pada di DIY yang berjumlah 77,4%. Dalam hal ini kejadian KEK pada ibu hamil tidak saja di pengaruhi oleh tingkat konsumsi Fe saja melainkan juga riwayat status gizi sebelum hamil, adanya riwayat penyakit kronis dll karna biasanya pada ibu hamil terjadi peningkatan nafsu makan sehingga dapat mencegah terjadinya KEK tapi tidak menjamin bisa mencegah terjadinya anemia walaupun mengkonsumsi Fe kecuali ibu hamil tersebut tingkat konsumsi protein hewani maupun vitamin C nya memadai sehingga dapat membantu penyerapan Fe di dalam tubuh. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi juga sangat menentukan ketersediaan Fe / zat besi di dalam
32
tubuh dengan tetap memperhatikan factor yang membantu penyerapan maupun factor yang menghambat penyerapannya. Hasil penelitian di DIY menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan kejadian KEK, dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi Fe berpeluang 23 kali untuk menderita KEK. Fungsi
zat
besi
di
dalam tubuh terutama
berkaitan dengan
pembentukan hemoglobin. Sebagian zat besi terdapat di hati dan di sum sum tulang. Pembawa elektron yang mengandung besi terdapat dalam mitokondria semua sel tubuh dan penting pada sebagian besar oksidasi yang terjadi dalam sel. Oleh sebab itu, besi mutlak penting baik untuk transport oksigen ke jaringan maupun untuk mempertahankan sistem oksidatif di dalam sel jaringan, tanpa besi, kehidupan akan berhenti dalam beberapa detik (Guyton, 2002) Proses Fe untuk menjadi hemoglobin adalah melalui perubahan Ferro menjadi Ferry. Hb mengikat oksigen menjadi oksihemoglobin, perpaduan oksigen dan glukosa akan menghasilkan ATP (Adenosin Trifosfat) sebagai energy yang beredar. Apabila asupan Fe menurun akan meyebabkan hemoglobin juga akan menurun sehingga ikatan oksigen akan menurun dan ATP yang dihasilkan lebih sedikit, Ibu hamil dan bayi membutuhkan ATP atau energy yang tinggi untuk proses metabolisme maupun untuk pertumbuhan, apabila tidak tersedia maka tubuh akan menggunakan cadangan makanan melalui proses katabolisme dan apabila berlansung lama akan menyebabkan KEK (Guyton, 2002). Jadi, Asupan gizi yang kurang di tambah kondisi kehamilan akan meningkatkan metabolisme dan kebutuhan nutrisi pada ibu dan bayi apabila tidak terpenuhi akan meningkatkan resiko kejadian KEK Di Indonesia, sekitar 70% wanita hamil menderita anemia. Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun singkong, kangkung dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat ferum dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari,dan jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi tersebut jika kebutuhan ferum tidak terpenuhi dalam makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi folat dan sirup sangat efektif dan efisien (Depkes, 2010).
33
Efek samping tablet ferum berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare (terkadang juga konstipasi) merupakan alasan-alasan yang membuat konsumsi Fe menurun. Sedangkan wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sekitar 30 sampai 40 mg. (Arisman, 2004). Berdasarkan hasil riskesdas 2013, di NTB dan DIY
termasuk 16
provinsi yang memiliki WUS dengan riwayat KEK tertinggi nasional yaitu 24,2 dan pada sebagian wanita terdapat trend menjaga berat badan yang di kenal dengan istilah “DIET”. Dimana pada yang orang yang diet apalagi vegetarian biasanya akan kekurangan Fe atau zat besi dalam tubuhnya karna kurangnya asupan protein hewani yang merupakan sumber zat besi terbanyak di bandingkan yang berasal dari protein nabati. Sehingga hal tersebut membuat peluang
untuk peningkatan kebutuhan akan zat besi pada wanita yang
cenderung menjaga berat badannya dan hal tersebut membuat Fe atau asupan zat besi di butuhkan Responden dalam penelitian ini baik di NTB maupun DIY rata-rata umur ibu hamilnya lebih banyak yang berada di umur tidak beresiko yaitu antara umur 20 sampai dengan 35tahun. Dimana
Keadaan tersebut memang
sedang membutukan asupan gizi maupun suplemen Fe yang tinggi karna Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung dan peran Fe dalam mencegah KEK sangatlah vital. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001) dan asupan oksigen sangat tergantung dari jumlah hemoglobin dan mempegaruhi energy yang di bentuk dari proses oksidasi sel. 7.
KESIMPULAN 1.
Jumlah ibu hamil yang melakukan ANC K4 di NTB adalah 67,7% di DIY 85,1%
2.
Tingkat konsumsi Fe > 90 ibu hamil di NTB adalah 15% di DIY 25,3%
3.
Ibu hamil dengan KEK di NTB berjumlah 19,8% dan di DIY 22,6%
4.
Terdapat hubungan antara riwayat ANC dengan kejadian KEK di NTB dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi Fe di bawah <90 berpeluang 1,858 kali untuk 34
menderita KEK dan Terdapat hubungan antara riwayat ANC dengan kejadian KEK di DIY dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi Fe di bawah <90 berpeluang 0,593 kali untuk menderita KEK 5.
Tidak Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di NTB dan Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe dengan resiko kejadian KEK di DIY dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi Fe di bawah <90 berpeluang 22,582 kali untuk mendapat KEK
8.
SARAN 1. Perlunya sosialisasi pentingnya mengonsumsi tablet Fe sehingga bisa memperkecil akibat yang di timbulkan, karena dengan dilihatnya hasil penelitian ini masih ada ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe > 90 tapi masih menderita KEK, sehingga penelitian ini bisa dilanjutkan mungkin dilihat dari faktor yang mempengaruhi penyerapan, riwayat gizi sebelum hamil, adanya riwayat penyakit kronis atau varibel yang lainnya. 2. Kepada pihak Puskesmas yang menangani masalah kesehatan ibu dan anak agar lebih mengusahakan peningkatan pelayanan konseling dengan memberikan penjelasan yang sesering mungkin mengenai nutrisi dan pola makan yang sehat selama hamil dan perlunya melakukan ANC lengkap (K4) selama kehamilannya dengan menekankan kualitas dari pada kuantitas sehingga masalah yang ditemukan bisa segera di tindak lanjuti 3. Pemberian Fe tidak hanya di fokuskan dari jumlah yang di konsumsi akan tetapi perlu di evaluasi dalam pemberiannya dan perlu di tingkatkan sosialisasi pada masyarakat tentang factor yang menghambat dan meningkatkan penyerapannya di dalam tubuh melalui konseling di setiap kunjungan ANC
35
9. DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Arikunto, S, 2006 2. Ahmed F, Khan MR, Jackson AA ,2001. Concomitant Supplemental Vitamin A Enhances the Response to Weekly Supplemental Iron and Folic Acid in Anemic Teenagers In Urban Bangladesh. Am. J. Clin. Nutr.; 74(1):108-115 3. Arisman, MB. 2004: Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta : EGC. I: 2-13, 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2010), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2013), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 6. Bappenas. Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia
2008;
Jakarta.
http://www.undp.or.id/pubs/docs/UNDP%20-
%20%20MDGR%202007%20(bahasa).pdf 7. Baliwati,Y. F, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya 8. Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta: EGC. 9. Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001. 10.
Departemen
Kesehatan
R.I.
Program
Penanggulangan
Anemia
Gizi
pada
Wanita Usia Subur (WUS); (Safe Motherhood Project: A Partnership and Family Approach). Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, 2001 11. Depkes RI. 2002. Penilaian K1 dan K4, Jakarta 12. Depkes RI, 2010. Panduan Pelayanan Antenatal, Jakarta 13. Erfandi,
2010
Kepatuhan
mengkonsumsi
tablet
Fe.
http://puskesmas-
oke.blogspot.com/2010/06/kepatuhan-mengkonsumsi-tablet-fe.html 14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2013 15. Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 10 Agustus 2014 16. FKM UI. Gizi dan kesehatan masyarakat. PT Raja Grafindo persada jakarta; 2007 36
17. Hall & Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC 18. Henderson. 2001. Buku Ajar Konsep kebidanan. Jakarta: EGC 19. Hinderaker SG, Olsen BE, Lie RT, (2002). Anemia in pregnancy in rural Tanzania: associations
with
micronutrients
status
and
infections.
Eur.
J.
Clin.
Nutr.; 56(3):192-199. 20. Kelana Kusuma Darma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info Media. Jakarta 21. Latief, Dini. Penanggulangan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil dengan Pemberian Makanan Tambahan. Majalah Gizi Indonesia. 1997. Vol XIXI. 22. Manuaba I.B.G, 2008 . Penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta:EGC 1998 23. Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologis. Edisi 2.Jakarta : EGC. 24. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta 25. Notoatmodjo S, Prof. Dr. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. 26. Paath, E.F, et al. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.jakarta EGC 27. Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 28. Sastroasmoro
S;
Ismael
S
(2002):
Dasar-dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto. 5: 75; 19: 318-319. 29. Sukrat B. and Sirichotiyakul S (2000). The prevalence and causes of anemia during pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J. Med. Assoc. Thai 2006; 89(Suppl 4):S142-146 6. Broek van den NR, Letsky EA. Etiology of anemia in pregnancy in south Malawi. Am. J. Clin. Nutr.; 72(1):247S-256S. 30. Supariasa, I Dewa Nyoman.2002 Penilaian status gizi Jakarta : EGC 31. Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 32. Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang Dilahirkan. e-mail :
[email protected]. Diakses 10 Oktober 2014
37
1
Crosstabs Notes Output Created
10-Dec-2014 20:26:04
Comments Input
Data
G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\New folder\MARDIATUN_16102014_Cl ean Compleks.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
fwt
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
234 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table. CROSSTABS /TABLES=propinsi BY B1R5 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.021
Dimensions Requested Cells Available
2 174762
[DataSet1] G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\New folder\MARDIATUN_16102014_Clean C ompleks.sav
2
Case Processing Summary Cases Valid N propinsi * Klasifikasi Desa/Kelurahan
6.697E4a
Missing
Percent
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
N 6.697E4
Percent 100.0%
a. Number of valid cases is different from the total count in the crosstabulation table because the cell counts have been rounded.
propinsi * Klasifikasi Desa/Kelurahan Crosstabulation Klasifikasi Desa/Kelurahan Perkotaan propinsi
Yogyakarta
NTB Total
Perdesaan
Total
Count
17032
5816
22848
% within propinsi
74.5%
25.5%
100.0%
Count
15402
28718
44120
% within propinsi
34.9%
65.1%
100.0%
Count
32434
34534
66968
% within propinsi
48.4%
51.6%
100.0%
CROSSTABS /TABLES=propinsi BY kel_umur st_kek anc Fe /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.
3
Crosstabs Notes Output Created
10-Dec-2014 20:23:35
Comments Input
Data
G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\New folder\MARDIATUN_16102014_Cl ean Compleks.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
Fwt
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
234 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table. CROSSTABS /TABLES=propinsi BY kel_umur st_kek anc Fe /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.
Processor Time
00:00:00.016
Elapsed Time
00:00:00.015
Dimensions Requested Cells Available
2 174762
[DataSet1] G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\New folder\MARDIATUN_16102014_Clean C ompleks.sav
4
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
propinsi * Kelompok Umur
6.697E4a
100.0%
0
.0%
6.697E4
100.0%
propinsi * Status KEK
6.697E4a
100.0%
0
.0%
6.697E4
100.0%
propinsi * Kunjungan ANC
6.697E4a
100.0%
0
.0%
6.697E4
100.0%
propinsi * Konsumsi Tablet Fe
6.697E4a
100.0%
0
.0%
6.697E4
100.0%
a. Number of valid cases is different from the total count in the crosstabulation table because the cell counts have been rounded. propinsi * Kelompok Umur Crosstabulation Kelompok Umur Resiko propinsi
Yogyakarta
Count
19780
22848
13.4%
86.6%
100.0%
8224
35896
44120
% within propinsi
18.6%
81.4%
100.0%
Count
11292
55676
66968
% within propinsi
16.9%
83.1%
100.0%
Count
Total
Total
3068
% within propinsi NTB
Tidak Resiko
propinsi * Status KEK Crosstabulation Status KEK KEK propinsi
Yogyakarta
Count
Total
Total
5158
17691
22849
22.6%
77.4%
100.0%
8745
35375
44120
% within propinsi
19.8%
80.2%
100.0%
Count
13903
53066
66969
% within propinsi
20.8%
79.2%
100.0%
% within propinsi NTB
Non KEK
Count
5
propinsi * Kunjungan ANC Crosstabulation Kunjungan ANC Tidak K4 propinsi
Yogyakarta
NTB Total
Count
K4
Total
3403
19445
22848
% within propinsi
14.9%
85.1%
100.0%
Count
14241
29879
44120
% within propinsi
32.3%
67.7%
100.0%
Count
17644
49324
66968
% within propinsi
26.3%
73.7%
100.0%
propinsi * Konsumsi Tablet Fe Crosstabulation Konsumsi Tablet Fe Tidak Sesuai propinsi
Yogyakarta
NTB
Total
Sesuai
Total
Count
17075
5774
22849
% within propinsi
74.7%
25.3%
100.0%
Count
37500
6620
44120
% within propinsi
85.0%
15.0%
100.0%
Count
54575
12394
66969
% within propinsi
81.5%
18.5%
100.0%
CROSSTABS /TABLES=st_kek BY anc Fe kel_umur /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL. Crosstabs Notes Output Created
10-Dec-2014 16:41:45
Comments Input
Data
G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\MARDIATUN_16102014 _Clean Compleks_split.sav
6
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
Fwt
Split File
Propinsi
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing Cases Used
User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
Resources
234
CROSSTABS /TABLES=st_kek BY anc Fe kel_umur /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL. Processor Time
00:00:00.093
Elapsed Time
00:00:00.703
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\MARDIATUN_16102014_Clean Compleks_sp lit.sav propinsi = NTB Case Processing Summary b Cases Valid N Status KEK * Kunjungan ANC
4.412E4a
Missing
Percent 100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N 4.412E4
Percent 100.0%
7
Status KEK * Konsumsi Tablet Fe
4.412E4a
100.0%
0
.0%
4.412E4
100.0%
Status KEK * Kelompok Umur
4.412E4a
100.0%
0
.0%
4.412E4
100.0%
a. Number of valid cases is different from the total count in the crosstabulation table because the cell counts have been rounded. b. propinsi = NTB
Status KEK * Kelompok Umur Crosstaba Kelompok Umur Resiko Status KEK KEK
Count % within Status KEK
Non KEK Count % within Status KEK Total
Count % within Status KEK
Tidak Resiko
Total
2191
6555
8746
25.1%
74.9%
100.0%
6033
29342
35375
17.1%
82.9%
100.0%
8224
35897
44121
18.6%
81.4%
100.0%
a. propinsi = NTB Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
Df
2.957E2a
1
.000
Continuity Correctionb
295.184
1
.000
Likelihood Ratio
279.308
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.000 295.705
1
.000
44121
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1630,22. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = NTB
.000
8
Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
1.626
1.538
1.719
For cohort Kelompok Umur = Resiko
1.469
1.407
1.533
For cohort Kelompok Umur = Tidak Resiko
.904
.892
.915
N of Valid Cases
44121
a. propinsi = NTB Status KEK * Konsumsi Tablet Fe Crosstaba Konsumsi Tablet Fe Tidak Sesuai Status KEK KEK
Count
Total
7338
1407
8745
83.9%
16.1%
100.0%
30161
5213
35374
% within Status KEK
85.3%
14.7%
100.0%
Count
37499
6620
44119
% within Status KEK
85.0%
15.0%
100.0%
% within Status KEK Non KEK Count
Total
Sesuai
a. propinsi = NTB
Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
10.055a
1
.002
Continuity Correctionb
9.949
1
.002
Likelihood Ratio
9.911
1
.002
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.002
Linear-by-Linear Association
10.055
N of Valid Casesb
44119
1
.002
Exact Sig. (1sided)
.001
9
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1312,18. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = NTB Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
.901
.845
.961
For cohort Konsumsi Tablet Fe = Tidak Sesuai
.984
.974
.994
For cohort Konsumsi Tablet Fe = Sesuai
1.092
1.034
1.152
N of Valid Cases
44119
a. propinsi = NTB
Status KEK * Kunjungan ANC Crosstaba Kunjungan ANC Tidak K4 Status KEK KEK
Count
Total
3761
4984
8745
43.0%
57.0%
100.0%
10480
24895
35375
% within Status KEK
29.6%
70.4%
100.0%
Count
14241
29879
44120
% within Status KEK
32.3%
67.7%
100.0%
% within Status KEK Non KEK Count
Total
K4
a. propinsi = NTB
Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
5.744E2a
1
.000
Continuity Correction
573.804
1
.000
Likelihood Ratio
554.932
1
.000
Pearson Chi-Square b
Exact Sig. (1sided)
10
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.000 574.403
1
.000
.000
44120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2822,70. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = NTB Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
1.793
1.708
1.881
For cohort Kunjungan ANC = Tidak K4
1.452
1.410
1.494
.810
.794
.826
For cohort Kunjungan ANC = K4 N of Valid Cases
44120
a. propinsi = NTB
propinsi = Yogyakarta Case Processing Summary b Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Status KEK * Kunjungan ANC
2.285E4a
100.0%
0
.0%
2.285E4
100.0%
Status KEK * Konsumsi Tablet Fe
2.285E4a
100.0%
0
.0%
2.285E4
100.0%
Status KEK * Kelompok Umur
2.285E4a
100.0%
0
.0%
2.285E4
100.0%
a. Number of valid cases is different from the total count in the crosstabulation table because the cell counts have been rounded. b. propinsi = Yogyakarta
11
Status KEK * Kelompok Umur Crosstaba Kelompok Umur Resiko Status KEK KEK
Count % within Status KEK
Non KEK Count % within Status KEK Total
Count % within Status KEK
Tidak Resiko
Total
490
4667
5157
9.5%
90.5%
100.0%
2578
15113
17691
14.6%
85.4%
100.0%
3068
19780
22848
13.4%
86.6%
100.0%
a. propinsi = Yogyakarta Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
88.320a
1
.000
Continuity Correction
87.884
1
.000
Likelihood Ratio
94.524
1
.000
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.000
Linear-by-Linear Association
88.316
N of Valid Casesb
22848
1
.000
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 692,48. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = Yogyakarta Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
.615
.556
.682
For cohort Kelompok Umur = Resiko
.652
.595
.714
For cohort Kelompok Umur = Tidak Resiko
1.059
1.048
1.071
N of Valid Cases
22848
a. propinsi = Yogyakarta Status KEK * Konsumsi Tablet Fe
.000
12
Crosstaba Konsumsi Tablet Fe Tidak Sesuai Status KEK KEK
Count
Total
5056
102
5158
98.0%
2.0%
100.0%
12019
5672
17691
% within Status KEK
67.9%
32.1%
100.0%
Count
17075
5774
22849
% within Status KEK
74.7%
25.3%
100.0%
% within Status KEK Non KEK Count Total
Sesuai
a. propinsi = Yogyakarta Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
1.914E3a
1
.000
Continuity Correction
1.912E3
1
.000
Likelihood Ratio
2.634E3
1
.000
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.000
Linear-by-Linear Association
1.914E3
N of Valid Casesb
1
.000
22849
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1303,44. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = Yogyakarta Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
23.392
19.180
28.530
For cohort Konsumsi Tablet Fe = Tidak Sesuai
1.443
1.427
1.459
.062
.051
.075
For cohort Konsumsi Tablet Fe = Sesuai N of Valid Cases a. propinsi = Yogyakarta
22849
.000
13
Status KEK * Kunjungan ANC Crosstaba Kunjungan ANC Tidak K4 Status KEK KEK
Count % within Status KEK
Non KEK Count % within Status KEK Total
Count % within Status KEK
K4
Total
424
4734
5158
8.2%
91.8%
100.0%
2980
14711
17691
16.8%
83.2%
100.0%
3404
19445
22849
14.9%
85.1%
100.0%
a. propinsi = Yogyakarta Chi-Square Testsc Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
2.343E2a
1
.000
Continuity Correction
233.619
1
.000
Likelihood Ratio
262.080
1
.000
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.000 234.288
1
.000
22849
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 768,43. b. Computed only for a 2x2 table c. propinsi = Yogyakarta Risk Estimate a 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Status KEK (KEK / Non KEK)
.442
.397
.492
For cohort Kunjungan ANC = Tidak K4
.488
.443
.538
For cohort Kunjungan ANC = K4
1.104
1.092
1.115
N of Valid Cases
22849
a. propinsi = Yogyakarta
.000
14
Logistic Regression Notes Output Created
10-Dec-2014 16:47:53
Comments Input
Data
G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\MARDIATUN_16102014 _Clean Compleks_split.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
fwt
Split File
propinsi
N of Rows in Working Data File
234
Missing Value Handling Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing
Syntax
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES st_kek /METHOD=BSTEP(LR) anc Fe kel_umur /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5).
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.062
[DataSet1] G:\ASLI ANLAN\SPSS ANLAN\MARDIATUN_16102014_Clean Compleks_sp lit.sav propinsi = NTB Case Processing Summary b Unweighted Casesa Selected Cases
Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
N
Percent 174
100.0
0
.0
174
100.0
0
.0
174
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
15
Case Processing Summary b Unweighted Casesa Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
174
100.0
0
.0
174
100.0
0
.0
174
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. b. propinsi = NTB Dependent Variable Encodinga Original Value
Internal Value
KEK
0
Non KEK
1
a. propinsi = NTB
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Omnibus Tests of Model Coefficientsa Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
895.074
3
.000
Block
895.074
3
.000
Model
895.074
3
.000
a. propinsi = NTB Model Summary b Step 1
-2 Log likelihood 43041.422a
Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square .020
.032
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. b. propinsi = NTB
Classification Table a,b
16
Predicted Status KEK Observed Step 1
KEK
Status KEK KEK Non KEK
Non KEK
Percentage Correct
0
8745
.0
0
35375
100.0
Overall Percentage
80.2
a. propinsi = NTB b. The cut value is ,500 Variables in the Equationb B Step 1a
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
anc
.619
.025
625.668
1
.000
1.858
Fe
-.067
.034
4.023
1
.045
.935
kel_umur
.532
.029
334.934
1
.000
1.702
Constant
-.493
.082
36.498
1
.000
.611
a. Variable(s) entered on step 1: anc, Fe, kel_umur. b. propinsi = NTB Model if Term Removeda Model Log Likelihood
Variable Step 1
Change in -2 Log Likelihood
Sig. of the Change
Df
anc
-21827.964
614.506
1
.000
Fe
-21522.706
3.990
1
.046
kel_umur
-21681.014
320.606
1
.000
a. propinsi = NTB Block 0: Beginning Block Classification Table a,b,c Predicted Status KEK Observed Step 0
KEK
Status KEK KEK Non KEK Overall Percentage
a. propinsi = NTB b. Constant is included in the model. c. The cut value is ,500
Non KEK
Percentage Correct
0
8745
.0
0
35375
100.0 80.2
17
Variables in the Equationb B Step 0a
Constant
S.E.
1.397
Wald
.012
df
1.369E4
Sig. 1
.000
a. Variable(s) entered on step 1: anc, Fe, kel_umur. b. propinsi = NTB Variables not in the Equationa Score Step 0
Variables
df
Sig.
anc
574.264
1
.000
Fe
10.027
1
.002
295.642
1
.000
926.854
3
.000
kel_umur Overall Statistics a. propinsi = NTB
propinsi = Yogyakarta Case Processing Summary b Unweighted Casesa Selected Cases
N
Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 60
100.0
0
.0
60
100.0
0
.0
60
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. b. propinsi = Yogyakarta Dependent Variable Encodinga Original Value
Internal Value
KEK
0
Non KEK
1
a. propinsi = Yogyakarta
Exp(B) 4.045
18
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Omnibus Tests of Model Coefficientsa Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
2861.402
3
.000
Block
2861.402
3
.000
Model
2861.402
3
.000
a. propinsi = Yogyakarta Model Summary b Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square
21544.056a
1
.118
.179
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. b. propinsi = Yogyakarta Classification Table a,b Predicted Status KEK Observed Step 1
KEK
Status KEK KEK Non KEK
Non KEK
Percentage Correct
0
5158
.0
0
17691
100.0
Overall Percentage
77.4
a. propinsi = Yogyakarta b. The cut value is ,500 Variables in the Equationb B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
anc
-.522
.057
83.389
1
.000
.593
Fe
3.117
.101
943.149
1
.000
22.582
kel_umur
-.586
.053
119.848
1
.000
.557
Constant
-.163
.183
.797
1
.372
.849
a. Variable(s) entered on step 1: anc, Fe, kel_umur. b. propinsi = Yogyakarta
19
Model if Term Removeda Model Log Likelihood
Variable Step 1
Change in -2 Log Likelihood
Sig. of the Change
df
anc
-10817.124
90.192
1
.000
Fe
-12019.235
2494.414
1
.000
kel_umur
-10837.322
130.589
1
.000
a. propinsi = Yogyakarta
Block 0: Beginning Block Classification Table a,b,c Predicted Status KEK Observed Step 0
KEK
Status KEK KEK Non KEK
Percentage Correct
Non KEK 0
5158
.0
0
17691
100.0
Overall Percentage
77.4
a. propinsi = Yogyakarta b. Constant is included in the model. c. The cut value is ,500 Variables in the Equationa B Step 0
Constant
1.233
S.E.
Wald
.016
df
6.067E3
Sig. 1
.000
a. propinsi = Yogyakarta Variables not in the Equationa Score Step 0
Variables
df
Sig.
anc
234.325
1
.000
Fe
1.914E3
1
.000
88.180
1
.000
2.113E3
3
.000
kel_umur Overall Statistics a. propinsi = Yogyakarta
Exp(B) 3.430