HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS TAHUN 2013
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh: Kemal Al fajar 1111101000028
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Juni 2015
Kemal Alfajar
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI Skripsi, 24 Juni 2015
Kemal Alfajar, NIM: 1111101000028 Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013 xiii + 65 halaman, 7 tabel, 3 bagan + 2 lampiran ABSTRAK Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan mengalami peningkatan angka kejadian di negara berkembang, seperti di Indonesia. PJK dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus serta gaya hidup tidak sehat. Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah terjadinya PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dan PJK di Indonesia. Studi cross-sectional dengan menganalisis data sekunder dari 722329 sampel Riskesdas 2013 untuk melihat efek proteksi dan perbedaan risiko PJK pada individu yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status dan durasi merokok, obesitas, riwayat penyakit penyerta jantung koroner). Aktivitas fisik sedang (OR 0,38 95% CI 0,32-0,45) dan tinggi (OR 0,40 95% CI 0,36-0,43) memberikan efek protektif terhadap PJK. Risiko PJK dari individu yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi serta berusia lanjut (>50 tahun), pernah merokok, durasi merokok >22 tahun. Sedangkan risiko PJK dari riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik tinggi. Hasil analisis ini menunjukan individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya.
Kata Kunci: Jantung Koroner; Aktivitas Fisik; Risiko Daftar Bacaan: 42 (2005-2015)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH DEPARTMENT EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION Undergraduate Thesis, 24th June 2015
Kemal Alfajar, SIN: 1111101000028 Physical Activity and Coronary Heart Disease in Indonesia: 2013 Riskesdas Data Analysis xiii + 65 pages, 7 tables, 3 figures + 2 attachments
ABSTRACT Coronary heart disease (CHD) is the most common cardiovascular disease which the case has increased in developing countries including Indonesia. CHD caused by several risk factors such as Hypertension, Diabetes Mellitus and also unhealthy lifestyles. Physical activity (PA) is known as a preventive strategy against CHD. This study aims to investigate association between PA and CHD in Indonesia. A cross-sectional study using 722329 samples of 2013 Riskesdas to investigate protective effects of PA against CHD and also the CHD risk based on individual characteristics (sex, age, smoking status and duration, obesity and history of CHD comorbidities) among individual with low, moderate and high PA level. The individual with moderate PA level has CHD risk 62% lower (OR 0.38 95%CI 0.32-0.45) and the individual with high PA level has CHD risk 60% lower (OR 0.40 95% CI 0.36-0.43) than the individual with low PA level. The individual with high PA level has lower CHD risks of age >50 years, former smoker, >22 years smoking duration and history of Hypertension and Diabetes Mellitus than the individual with only low PA level. These findings show that individual with regular PA tends to have lower risk of CHD even if the individual has another risk factor of CHD.
Keywords: Coronary Heart Disease; Physical Activity; Risks Bibliography: 42 (2005-2015)
iv
LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi
Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia: Analisis Data Riskesdas tahun 2013 Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh Kemal Al fajar NIM 1111101000028
Pembimbing I
Pembimbing II
Hoirun Nisa, Ph.D NIP. 197904272005012005
Riastuti Kusumawardani, M.KM NIP. 198005162009012005
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Juli 2015 Mengetahui
Penguji I
Yuli Amran, S.KM, M.KM 198005062008012015 Penguji II
dr. Yuli Prapanca Satar, MARS NIP. 195307301980111001
Penguji III
dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P, MARS 195404061981111001
vi
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama
:
Kemal Al fajar
Tempat Tanggal Lahir
:
Jakarta, 25 Desember 1993
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
No. Telepon
:
0857-1077-1749
Email
:
[email protected]
Alamat
:
Jl. Elpiji Raya L24 No. 3, Komplek Pertamina, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Riwayat Pendidikan Formal
:
Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – 2015) SMAN 4 Kota Tangerang Selatan (2008 – 2011) SMPN 4 Ciputat (2005 – 2008) SDN 4 Ciputat (1999 – 2005)
vii
KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi ini adalah Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia: Analisis Data Riskesdas tahun 2013. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Hoirun Nisa dan Ibu Riastuti Kusumawardani selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian penulisan skripsi ini. Permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih baik lagi. Semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 24 Juni 2015
Penyusun
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Indeed with hardship (will be) ease. For indeed with hardship (will be) ease” (Q.S. 94: 5-6)
“All parts of the body which have a function if used in moderation and exercised in labors in which each is accustomed, become thereby healthy, well developed and age more slowly; but if unused and left idle they become liable to disease, defective in growth and age quickly.” (Hippocrates. 450 B.C.)
This work is dedicated to my mother, my father, and my sister for without their supports and prayers none of this would have done.
ix
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... vii DAFTAR ISI....................................................................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................................................................... xi DAFTAR BAGAN ............................................................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................................ 3 C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................................................... 4 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian ....................................................................................................................................... 5 F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 7 A. Penyakit Jantung Koroner............................................................................................................................ 7 B. Aktivitas Fisik.............................................................................................................................................. 9 C. Karakteristik individu ................................................................................................................................ 11 D. Kerangka Teori .......................................................................................................................................... 19 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................................................. 20 A. Kerangka Konsep....................................................................................................................................... 20 B. Definisi Operasional .................................................................................................................................. 22 BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................................................................... 24 A. Desain Penelitian ....................................................................................................................................... 24 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................................................................... 24 C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................................................. 24 D. Metode Pengumpulan Data........................................................................................................................ 28 E. Pengukuran Variabel Penelitian................................................................................................................. 28 F. Instrumen Pengumpulan Data.................................................................................................................... 32
x G. Manajemen Data ........................................................................................................................................ 32 H. Analisis Data .............................................................................................................................................. 34 BAB V HASIL ................................................................................................................................................... 37 A. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik................................................... 37 B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ....................................... 37 C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.................................................... 40 D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 40 BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 45 A. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................................................. 45 B. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan Aktivitas Fisik ............................................................ 47 C. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ...................................................... 48 D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.................................................... 52 E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 54 BAB VII PENUTUP .......................................................................................................................................... 60 A. Simpulan .................................................................................................................................................... 60 B. Saran .......................................................................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 62 LAMPIRAN....................................................................................................................................................... 66
xi
DAFTAR TABEL 4.1 Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian…………..……………………….
26
4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian……………………………………………………..………..
28
4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik…………………………………..… 29 5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik……………………………………………….……….. 37 5.2 Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu………………………………………………...
38
5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK …………………………………………...…. 41 5.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu.....................
42
xii
DAFTAR BAGAN 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………...…………………………..…
19
3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………..………………..…….
21
4.1 Alur Pemilihan Sampel……………………………………………………………………….…
26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit
Jantung
Koroner
(PJK)
merupakan
salah
satu
penyakit
kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler) dan menyebabkan kematian tertinggi secara global. Angka kematian akibat PJK di dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga pada tahun 2030, diperkirakan angka kematian akibat PJK mencapai 23,3 juta secara global (Mathers & Loncar, 2006). Menurut WHO (2012), kejadian PJK meningkat di negara berkembang dengan pendapatan menengah dan rendah, salah satunya di Indonesia. Pada tahun 2010, PJK merupakan penyebab kematian tertinggi ke-enam dengan proporsi 4% dari seluruh kematian di Indonesia (CDC, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi PJK menurut hasil wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5%, dan berdasarkan diagnosis dokter dan/atau gejala sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2013). Pada umumnya faktor risiko PJK dipengaruhi oleh merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (WHO, 2011). Melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung (Ignarro et al., 2007). Oleh karena itu, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK (Sofi et al., 2007; Sattlemair et al., 2011; Reiner et al., 2013).
1
2
Berdasarkan hasil penelitian oleh Reiner, dkk (2013), aktivitas fisik menunjukan hubungan terbalik terhadap risiko kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian analisis data sekunder di Negara Lithuania, yang menunjukan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas akibat PJK sebesar 25% dan 21% pada laki-laki dan perempuan (Tamosiunas et al., 2014). Penelitian lainnya oleh Li dan Siegrist (2012), juga menunjukan hal serupa, dimana penurunan risiko PK pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan (Li & Siegrist, 2012). Penelitian lainnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan aktivitas fisik dengan kategori tingkat intensitas sedang hingga tinggi dapat menurunkan risiko segala penyakit kardiovaskuler termasuk PJK. Dengan mengontrol variabel indeks masa tubuh, status hipertensi dan diabetes mellitus penurunan risiko sebesar 27% dan 41% (Mora et al., 2007). Selain itu, beraktivitas fisik pada tingkatan sedang juga diketahui sudah dapat menurunkan risiko terhadap PJK. (Sattlemair et al., 2011; Sofi et al., 2007). Meskipun demikian mekanisme penurunan risiko PJK bergantung pada intensitas dari aktivits fisik, seperti kecukupan hari dan jenis aktivitas fisik yang dilakukan (Carnethon, 2009). PJK disebabkan gaya hidup tidak sehat yang merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko seperti perilaku merokok, obesitas, tekanan darah tinggi serta riwayat penyakit penyerta individu seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi sangat berpengaruh dalam perkembangan PJK (Li & Siegrist, 2012; Mora et al., 2007; Reddigan et al., 2011).
3
Indonesia merupakan negara berkembang yang berpotensi mengalami peningkatan kasus penyakit jantung koroner. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, diperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner nasional dengan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,5%. Selain itu diketahui proporsi aktivitas fisik yang mencukupi hanya sebesar 73,9% (Kemenkes RI, 2013). Maka terdapat sekitar 26,1% penduduk yang kurang beraktivitas fisik sehingga berisiko mengalami PJK. Terlebih lagi terdapat 22 provinsi dengan proporsi aktivitas fisik kurang berada di atas rata-rata Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Riskesdas merupakan penelitian survei komunitas dengan skala nasional dengan pengukuran penyakit tidak menular serta perilaku individu yang mempengaruhinya. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk melihat efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis data Riskesdas tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan mengalami peningkatan angka kejadian di negara berkembang, seperti di Indonesia. Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor risiko PJK. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, sebesar 26,1% individu di Indonesia memiliki pola aktivitas fisik yang kurang. Hal ini menunjukan Indonesia berpotensi mengalami peningkatan kejadian PJK. Mekanisme efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK dipengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik dan
4
faktor risiko PJK seperti perilaku merokok, obesitas dan penyakit penyerta jantung koroner. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis data sekunder Riskesdas tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia tahun 2013? 2. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013? 3. Bagaimanakah hubungan tingkat aktivitas fisik dengan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013? 4. Bagaimanakah hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013.
5
2. Tujuan Khusus 1) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia tahun 2013. 2) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013. 3) Diketahuinya hubungan tingkat aktivitas fisik individu dengan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013. 4) Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian a. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi bahan rekomendasi terkait kecukupan tingkat aktivitas fisik yang diperlukan sebagai upaya pengendalian Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. b. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian dan analisis lanjut Riset Kesehatan Dasar terkait Penyakit Jantung Koroner di Indonesia.
6
c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya terkait manfaat aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner, khususnya pada populasi studi di Indonesia.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian epidemiologi analitik dengan desain penelitian cross-sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi riwayat diagnosis jantung koroner, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke. Analisis lanjut univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada bulan April hingga Juni tahun 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Jantung Koroner 1. Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau dikenal juga sebagai Ischaemic Heart Disease merupakan penyakit yang disebabkan penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai aliran darah ke otot jantung. Pada umumnya manifestasi kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal dari PJK disebabkan gangguan pada fungsi jantung (WHO, 2012). PJK ditandai dengan adanya gejala infark miokard dan/atau angina pektoris pada individu. Gejala infark miokard merupakan gejala akut akibat kekurangan oksigen yang menyebabkan nyeri subternal dan dapat menyebabkan kematian secara mendadak, sedangkan angina pektoris merupakan nyeri sesaat akibat aritmia dari peningkatan aliran darah pada otot jantung yang mengalami penyumbatan (Naga, 2012). 2. Patofisiologi Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah dan dapat mulai terjadi saat seseorang masih muda. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebih dan menumpuk
7
8
pada dinding arteri. Kondisi ini berlanjut hingga bertahun-tahun dan menyebabkan plak yang menyumbat arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah sehingga timbul gejala PJK dalam waktu yang cukup lama (WHO, 2011; WHO, 2012). Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012). Berdasarkan perkembangannya, PJK merupakan penyakit kronis yang memerlukan waktu yang cukup lama hingga menimbulkan gejala akibat kerusakan pada pembuluh darah. Patofisiologi PJK pada umumnya disebabkan penumpukan lemak atau LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi ini dipicu dari beberapa gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan tidak sehat dan obesitas (WHO, 2011). Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan PJK dan merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (WHO, 2011). Oleh karena itu, kecukupan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko PJK.
9
B. Aktivitas Fisik Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap PJK, sebaliknya beraktivitas fisik cukup secara teratur dapat menurunkan risiko PJK. Secara substansial, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK dengan cara meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah (Reddigan et al., 2011; Ignarro et al., 2007). Aktivitas fisik diketahui dapat mempengaruhi mekanisme metabolisme tubuh serta meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL) dan dapat menurunkan kadar LDL (low-density lipoprotein) dalam tubuh, meningkatkan metabolisme glukosa dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin serta menurunkan kadar lemak berlebih dan tekanan darah tinggi (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Meskipun begitu, manfaat dari aktivitas fisik dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi dari aktivitas fisik itu sendiri (Carnethon, 2009). Berdasarkan hasil penelitian prospektif oleh Mora, dkk (2007), aktivitas fisik dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 41% (HR 0.59 95% CI 0.49–0.71). Aktivitas fisik menunjukan signifikansi dalam menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Ptrend=0.05) (Mora et al., 2007). Penelitian oleh Sofi, dkk (2007) menunjukan penurunan risiko PJK pada individu yang beraktivias fisik pada tingkat intensitas tinggi dan sedang sebesar 27% (0.73, 95% CI 0.66–0.80) dan 12% (0.88, 95% CI 0.83–0.93). Hasil penelitian ini menunjukan dosis respon kategori intensitas aktivitas fisik dengan risiko PJK dan tidak terpengaruh dengan aktivitas sendetari individu. Selain itu hasil
10
penelitian lainnya juga menunukan perbedaan penurunan risiko pada laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian oleh Li dan Siegrist (2007), menunjukan aktivitas fisik menurun risiko penyakit kardiovaskuler sebesar 24% (RR=0.76, 95% CI 0.70–0.82, p < 0.001) pada laki-laki dan pada perempuan sebesar 27% (RR=0.73, 95% CI 0.68–0.78, p < 0.001). Selain itu, penurunan risiko juga diperkuat oleh hasil review dari 23 penelitian observasional (20 diantara penelitian prospektif) yang menunjukan penurunan risiko aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. Tetapi hanya 15 diantaranya menunjukan hubungan dosis respon (Carnethon, 2009). Temuan ini menunjukan efek dari mekanisme kardioprotektif aktivitas fisik dengan intensitas sedang menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab utama dari kejadian penyakit jantung koroner. Berdasarkan jenisnya, aktivitas fisik dibedakan menjadi: 1. Aktivitas Fisik Berat Jenis aktivitas fisik berat adalah jenis kegiatan yang secara terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll). Skor MET aktivitas fisik berat dikalikan bobot (MET value) sebesar 8 kalori (Kemenkes RI, 2013).
11
2. Aktivitas Fisik Sedang Jenis Aktivitas fisik sedang merupakan jenis kegiatan aktivitas fisik dengan peningkatan denyut nadi dan napas yang lebih rendah dari aktivitas fisik berat, jenis aktivitas fisik sedang seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki, dll (Kemenkes RI, 2013). Skor total MET aktivitas fisik sedang dikalikan bobot (MET value) sebesar 4 kalori (IPAQ, 2005). 3. Aktivitas Fisik Ringan Aktivitas fisik ringan merupakan jenis aktivitas fisik yang tidak termasuk jenis aktivitas fisik sedang dan/atau maupun aktivitas fisik berat. (Kemenkes RI, 2013). Jenis aktivitas fisik atau kegiatan yang dilakukan akan menentukan kecukupan tingkat aktivitas fisik individu, sehingga berpengaruh terhadap efek proteksi atau penurunan risiko terhadap PJK. Namun mekanisme penurunan risiko ini juga dipengaruhi faktor risiko lainnya seperti umur jenis, kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, serta riwayat penyakit penyerta jantung koroner pada individu (Sofi et al., 2007; Li & Siegrist, 2012).
C. Karakteristik individu Variabel yang termasuk dalam karakteristik individu merupakan variabel yang dapat mempengaruhi mekanisme terjadinya PJK dan efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK.
12
1. Jenis Kelamin Jenis kelamin seseorang akan berpengaruh pada kejadian PJK, baik dari efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK maupun faktor risiko PJK lainnya. Perbedaan pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian PJK dipengaruhi kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan. Penelitian oleh Mora (2012), menunjukan bahwa penurunan risiko PJK dengan beraktivitas fisik pada perempuan dan laki-laki sebesar 10 hingga 20 persen dan 20 hingga 30 persen. Hasil ini menunjukan penurunan risiko PJK dengan beraktivitas fisik lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan (Mora et al., 2007). Berdasarkan faktor risiko lainnya, terdapat perbedaan risiko PJK pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih berisiko terkena PJK karena usia lanjut dan penyakit penyerta (Huxley et al., 2006). Sedangkan perempuan lebih berisiko terkena PJK akibat faktor gaya hidup seperti perilaku merokok (Huxley & Woodward, 2011). 2. Usia Usia merupakan faktor risiko penting pada kejadian PJK. Hal ini disebabkan perkembangan PJK dapat dimulai saat individu masih muda dan memerlukan waktu hingga puluhan tahun sebelum munculnya gejala akut PJK (WHO, 2012). Berdasarkan data CDC pada tahun 2010 rate kejadian dan kematian akibat PJK di Indonesia mulai meningkat pada kelompok individu
13
berusia 15 – 20 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 80 tahun (CDC, 2013). Usia munculnya gejala PJK bergantung pada faktor risiko yang dimiliki pada individu dan pada umumnya gejala PJK dialami oleh individu berusia lanjut. Hasil penelitian oleh Jones (2006) menunjukan bahwa usia lanjut atau berusia >50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki-laki sebesar 51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% 41,4%). Individu yang tidak memiliki faktor risiko terhadap PJK selama 50 tahun pada masa hidupnya memiliki risiko yang sangat rendah terkena PJK (Lloyd-Jones et al., 2006). 3. Merokok Perilaku merokok merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian PJK. Merokok merupakan penyebab dari 10% kasus PJK (WHO, 2011). Dampak merokok terhadap penderita PJK salah satunya penurunan angka harapan hidup dibandingkan individu yang tidak merokok (Huxley & Woodward, 2011). Individu yang merokok berisiko terkena PJK 25% lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok sama sekali (RR 1,25% 95% CI 1,12 – 1,39, p<0001) (Huxley & Woodward, 2011). Pada penelitian lainnya menunjukan peningkatan risiko lebih besar terhadap kejadian PJK. Penelitian oleh Glynn (2005), individu yang merokok memiliki risiko 84% lebih tinggi
14
terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 – 2,17) dan individu yang sudah berhenti merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95% CI 1,001,27) dibandingkan yang tidak pernah merokok sama sekali. Meskipun demikian peneliti juga menyatakan bahwa lama merokok juga mempengaruhi risiko PJK akibat merokok (Glynn & Rosner, 2005). 4. Indeks Masa Tubuh (IMT) Indeks masa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana perbandingan berat dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasi berat badan kurang, lebih dan obesitas pada individu (WHO, 2006). Nilai IMT besifat independen terhadap jenis kelamin dan usia. Namun, skala IMT dapat berbeda pada beberapa populasi. IMT pada populasi di Indonesia dimodifikasi untuk penyesuaian, sehingga nilai IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013): a. b. c. d.
Berat Badan Kurang Normal Berat Badan Lebih Obesitas
: IMT <18,5 : IMT 18,5 – 25,0 : IMT 25,1 – 27,0 : IMT >27,0
IMT merupakan salah satu karakteristik individu yang penting dalam kejadian PJK. Berdasarkan penelitian sebelumnya, risiko PJK ditemukan lebih besar pada individu dengan IMT kurang dan lebih atau gemuk serta pada individu yang mengalami obesitas. Penelitian oleh Suastika, dkk (2011) menunjukan bahwa individu dengan IMT kurang berisiko 3,59 kali terkena PJK (OR 3.59 95%CI 1.48-8.68) (Suastika, et al., 2011).
15
Selain itu, risiko PJK juga ditemukan pada setiap pertambahan IMT. Berdasarkan hasil penelitian oleh Labounty, dkk (2013) menunjukan kenaikan IMT sebesar 5 kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK sebesar 1,25 kali (OR 1.25 95%CI 1.20-1.30). Hasil ini menunjukan bahwa pertambahan berat badan akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian akibat PJK karena terjadi peningkatan keparahan PJK sesuai dengan pertambahan IMT (Labounty, et al., 2013). Selain IMT kurang dan lebih, obesitas merupakan faktor penting dalam kesakitan ataupun kematian akibat PJK. Obesitas mempengaruhi perkembangan PJK secara langsung maupun tidak langsung. Obesitas berdampak pada faktor metabolism tubuh seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar kolesterol dan resistensi insulin yang merupakan faktor risiko dari PJK (WHO, 2011; Villareal et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian, obesitas memiliki hubungan positif terhadap peningkatan risiko PJK pada individu yang mengalami Obesitas (RR 3,44 95% CI 2,81-4,21) (Li et al., 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Jones, (2006) yang menemukan bahwa Obesitas meningkatkan risiko PJK pada laki-laki dan perempuan sebesar 41% dan 21%. Peningkatan risiko PJK akibat Obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (Lloyd-Jones et al., 2006).
16
5. Riwayat Penyakit Penyerta Jantung Koroner Penyakit penyerta jantung koroner merupakan penyakit yang terdapat pada individu yang menderita PJK dan dapat mempengaruhi patofisiologi PJK pada individu. Penyakit penyerta dapat berupa tekanan darah tinggi (Hipertensi), Diabetes Mellitus dan penyakit Stroke. a. Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan faktor risiko PJK. Hipertensi juga dapat dipicu oleh faktor risiko PJK lainnya sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian PJK. Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko PJK yang dapat memicu atau mempercepat perkembangan PJK pada individu (WHO, 2011). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, hipertensi berpengaruh positif terhadap kejadian PJK (OR 7,8 95% CI 7,5 – 8,1). Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terkena PJK hingga 81% (RR 1,81 95% CI 1,65 – 1,97) dibandingkan individu yang tidak memiliki tekanan darah tinggi (Huxley et al., 2006) (Glynn & Rosner, 2005). b. Diabetes Mellitus (DM) Diabetes Mellitus adalah kondisi sindrom metabolik yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (>7 mmol/l atau 126 mg/dl). DM disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan gula darah atau kondisi hiperglikemia secara substansial diketahui meningkatkan risiko PJK sebanyak dua
17
hingga tiga kali lipat dibandingkan individu yang tidak menderita DM (WHO, 2011). Hasil penelitian oleh Glynn (2005) menunjukan penyakit DM secara signifikan meningkatkan risiko PJK sebanyak 1,4 kali (RR 2,44 95% CI 2,07 – 2,88) (Glynn & Rosner, 2005). Penelitian lainnya juga menunjukan peningkatan risiko PJK pada penderita DM sebesar 2,5 kali (OR 3,5 95% CI 2,7 – 4,53) (Huxley et al., 2006). Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian oleh Capewell (2010) yang juga menunjukan
peningkatan risiko PJK pada penderita DM dengan usia >55 tahun sebesar 1,6 kali (OR 2,66 99% CI 2,04 – 3,46) (Capewell et al., 2010). c. Penyakit Stroke Stroke merupakan penyakit penyerta dari PJK yang disebabkan oleh aterosklerosis yang dipicu faktor risiko saat individu masih muda dan berlanjut dalam waktu yang lama. Penyakit stroke ditandai dengan adanya perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan darah tinggi dan aterosklerosis. Pada umumnya faktor risiko Stroke dan PJK disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama, diantaranya kurang beraktivitas fisik, obesitas, merokok dan tekanan darah tinggi (WHO, 2011) (Liu, et al, 2007). Penelitian oleh Raso, dkk (2006) menunjukan individu yang mengalami aterosklerosis memiliki risiko mengalami PJK dan Stroke. Kondisi aterosklerosis berisiko menyebabkan Stroke 22% lebih tinggi
18
dibandingkan individu yang sehat atau tidak mengalami ateroskelrosis (HR 1.22 95% CI 0.55-2.70). Sedangkan kondisi aterosklerosis meningkatkan risiko PJK 72% lebih tinggi dibandingkan individu yang sehat (HR 1.72 95% CI 0.91-3.24) (Mattace-Raso et al., 2006). Faktor risiko stroke berkontribusi dalam meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol sehingga menyebabkan aterosklerosis. Proses penyumbatan pembuluh darah dimulai dengan peningkatan tekanan darah akibat tingginya kolesterol dalam darah sehingga kecepatan aliran darah meningkat, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis dapat menyebabkan thrombus di bagian dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah (Naga, 2012; Liu, et al, 2007). Apabila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah koroner atau otak dapat menyebabkan munculnya gejala PJK atau Stroke (WHO, 2011).
19
D. Kerangka Teori Manfaat aktivitas fisik dalam menurunkan risiko Penyakit Jantung Koroner berdasarkan hasil penelitian oleh Reddigan, dkk (2011)1, Ignarro, dkk (2007) 2, Sofi, dkk (2007) 3, Li dan Siegrist (2012) 4 serta Mora, dkk (2007) 5.
Aktivitas Fisik
Mendorong metabolisme tubuh; meningkatkan sirkulasi darah & oksigen dalam tubuh.1,2
Mendorong penurunan massa tubuh5
Menurunkan Risiko Obesitas5
Meningkatkan Sensitivitas Insulin1
Menurunkan kadar gula darah dan risiko Diabetes1
Menurunkan Oksidasi kolesterol Low Density Lipoprotein 1
Menurunkan Tekanan Darah5
Menurunkan Risiko penumpukan kolesterol di pembuluh darah dan aterosklerosis 1
Menurunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi5
Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koroner Bagan 2.1 Kerangka Teori
Mekanisme efek proteksi aktivias fisik terhadap PJK juga dipengaruhi faktor risiko PJK, yaitu usia, jenis kelamin, perilaku merokok 3,4,5
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Manfaat aktivitas fisik terhadap penurunan risiko PJK dipengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu. Intensitas aktivitas fisik dalam penelitian ini diukur berdasarkan standar IPAQ (2005) dengan melihat kecukupan skor MET dan hari beraktivitas fisik dalam satu minggu. Hasil pengukuran aktivitas fisik dikategorikan kedalam kategori tingkat aktivitas rendah, sedang dan tinggi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko dari karakteristik individu terhadap kejadian PJK pada individu yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, perilaku merokok dan indeks masa tubuh, serta riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus dan stroke. Penyakit penyerta diteliti karena mempengaruhi patofisiologi PJK. Kerangka konsep penelitian berdasarkan variabel dari beberapa penelitian sebelumnya oleh Mora, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Li & Siergist (2011) dan Reddigan, dkk (2011).
20
21
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen: Aktivitas Fisik: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Variabel Karakteristik Individu: 1. Jenis Kelamin
Variabel Dependen: Penyakit Jantung Koroner: 1. Non-PJK 2. PJK
2. Usia 3. Status Merokok 4. Durasi Merokok 5. Indeks Masa Tubuh 6. Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 7. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) 8. Riwayat Stroke
Keterangan: Analisis Variabel Utama untuk melihat hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. Analisis stratifikasi aktivitas fisik pada tingkat rendah, sedang dan tinggi terhadap PJK menurut karakteristik individu (Jenis Kelamin, Usia, Status Merokok, Durasi Merokok, Indeks Masa Tubuh Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Stroke).
B. Definisi Operasional No
1
2
3
4
5
Variabel Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Aktivitas Fisik
Definisi Operasional
Alat Ukur
Status diagnosis Penyakit Jantung Koroner individu oleh dokter atau tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.
Kuesioner Individu Riskesdas (B21)
Kategori aktivitas Fisik yang dibagi menjadi tiga tingkat intesitas aktivitas fisik berdasarkan standar IPAQ (2005):
Kuesioner Individu Riskesdas dengan bantuan kartu peraga
Tingkat Aktivitas Fisik Tinggi: skor total MET individu sebesar >3000 MET dan >7 hari/minggu beraktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Sedang: skor total MET individu >600 MET menit/minggu dan >5 hari/minggu beraktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Rendah apabila tidak melakukan aktivitas fisik atau tidak memenuhi kriteria Tingkat Aktivitas Fisik Sedang maupun Tinggi.
(B16 – B21)
Hasil Ukur
Skala Ukur
Status Penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK): 1. Non-PJK 2. PJK
Nominal
Tingkat Aktivitas Fisik: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Ordinal
Jenis Kelamin
Jenis kelamin individu berdasarkan kartu keluarga dan pengamatan ciri-ciri fisik individu.
Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV)
Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
Ordinal
Usia
Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai usia ulang tahun terakhir pada saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013.
Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV)
Usia individu dalam satuan Tahun
Rasio
Status merokok individu selama satu bulan terakhir. Merokok apabila merokok setiap hari atau kadangkadang. Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok apabila responden tidak pernah merokok.
Kuesioner Individu Riskesdas (G05)
Status Merokok: 1. Tidak Merokok 2. Pernah Merokok 3. Merokok
Ordinal
Status Merokok
22
No
6
Variabel
Durasi Merokok
Definisi Operasional
Lama kebiasaan merokok ditentukan berdasarkan umur responden merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun.
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner Individu Riskesdas (G06 & G07)
Durasi merokok responden dalam satuan tahun
Ordinal
Rasio
7
Indeks Masa Tubuh
Hasil perhitungan berat badan dibagi dengan pangkat dua tinggi badan (Kg/m2) yang dibagi menjadi empat kategori; kurang, normal, lebih dan obesitas menurut standar Kementerian Kesehatan RI.
Kuesioner Individu (K01 & K02)
Indeks Masa Tubuh (Kemenkes RI, 2013): 1. Kurang (Indeks Masa Tubuh <18,5 kg/m2) 2. Normal (Indeks Masa Tubuh 18,5-25,0 kg/m2) 3. Lebih (Indeks Masa Tubuh 25,1-27,0 kg/m2) 4. Obesitas (Indeks Masa Tubuh >27,0 kg/m2)
8
Riwayat Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Status diagnosis riwayat tekanan darah tinggi pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013
Kuesioner Individu (B18)
Riwayat Penyakit Hipertensi: 1. Tidak Hipertensi 2. Hipertensi
Ordinal
9
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus
Status diagnosis riwayat Diabetes Mellitus pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013
Kuesioner Individu (B12)
Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus: 1. Tidak Diabetes Mellitus 2. Diabetes Mellitus
Ordinal
10
Riwayat Penyakit Stroke
Status diagnosis riwayat Penyakit Stroke pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.
Kuesioner Individu (B31)
Riwayat Penyakit Stroke: 1. Tidak Stroke 2. Stroke
Ordinal
23
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross-sectional untuk melihat hubungan aktivitas fisik dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Desain cross-sectional dipilih karena pengukuran variabel aktivitas fisik, variabel PJK dan variabel karakteristik individu diukur dalam satu waktu. Data setiap variabel dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari hasil pengukuran saat Riskesdas tahun 2013. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder skala nasional yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia yang dikumpulkan saat Penelitian Riskesdas pada tanggal 1 Mei – 30 Juni 2013. Analisis lanjut dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2015. C. Populasi dan Sampel Penelitian Sampel dalam Riskesdas 2013 dipilih secara bertahap dengan desain sampel yang dibedakan menurut domain estimasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Kerangka sampel Riskesdas 2013 terdiri dari dua jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua (Kemenkes RI, 2013). a. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar primary sampling unit (PSU) dalam master sampel. Jumlah PSU dalam master sampel adalah 30.000 yang dipilih secara probability proportional to size (PPS) dengan jumlah rumah tangga hasil sensus penduduk (SP) 2010 (Kemenkes RI, 2013). 24
25
b. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah seluruh bangunan sensus yang didalamnya terdapat rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dsb) hasil pencacahan lengkap. (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah Anggota Rumah Tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar 93.0% (Kemenkes RI, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang berusia >15 tahun dan menjadi responden Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013. Individu dengan usia >15 tahun dipilih karena memiliki risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner. Maka sampel atau data individu yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, maka terdapat sebanyak 1.027.763 individu yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. b. Kriteria Eksklusi Individu yang berusia <15 tahun saat menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Sebanyak 305.434 individu merupakan responden Riskesdas yang berusia <15 tahun, sehingga tereksklusi dalam penelitian ini.
26
Bagan 4.1. Alur Pemilihan Sampel Responden Riskesdas tahun 2013 n = 1.027.763
Memenuhi Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian (Responden berusia >15 tahun) n = 722.329
Responden berusia <15 tahun n =305.434
Penelitian ini menggunakan keseluruhan responden Riskesdas tahun 2013 yang berusia >15 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 722329 individu. Setelah dilakukan cleaning data terdapat sampel dengan pengukuran variabel yang tidak lengkap. Sampel tersebut akan tetap dianalisis untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK. Distribusi sampel setiap variabel diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian No
Variabel
2 3 4 5
Penyakit Jantung Koroner (PJK) Aktivitas Fisik Jenis Kelamin Usia Status Merokok
6
Durasi Merokok
7
Indeks Masa Tubuh
1
8 9 10
Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi) Riwayat penyakit Diabetes Mellitus Riwayat Penyakit Stroke
Total Sampel
Jumlah Sampel yang dapat dianalisis
Jumah Sampel yang tidak dapat dianalisis
722.329
722.329
0
Semua dapat dianalisis
722.329 722.329 722.329 722.329
722.329 722.329 722.329 722.329
0 0 0 0
258.031 (perokok)
223.657
34.374
722.329
712.580
9.749
Semua dapat dianalisis Semua dapat dianalisis Semua dapat dianalisis Semua dapat dianalisis Terdapat individu yang merokok tanpa diketahui umur pertama merokok dan/atau umur saat berhenti merokok Terdapat sampel tanpa pengukuran tinggi dan/atau berat badan
722.329
722.329
0
Semua dapat dianalisis
722.329
722.329
0
Semua dapat dianalisis
722.329
722.329
0
Semua dapat dianalisis
Keterangan
27
Berdasarkan jumlah sampel yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung kekuatan uji (1-β) pada setiap variabel. Perhitungan kekuatan uji berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai berikut:
Keterangan:
𝑛=
2
�𝑍1−𝛼 �2𝑃�(1 − 𝑃� ) + 𝑍1−𝛽 �𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 � 2
(𝑃1 − 𝑃2 )2
Z1-α/2
: Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96)
Z1-β
: Nilai Z dari kekuatan uji
P1
: Proporsi individu yang terekspos faktor risiko PJK pada penderita PJK
P2
: Proporsi individu yang tidak terekspos faktor risiko PJK pada penderita PJK
𝑃
:
𝑃1+𝑃2 2
Perhitungan kekuatan uji (1-β) setiap variabel penelitian menggunakan aplikasi Sampel Size 2.0 pada sistem operasi Windows. Kekuatan uji dari setiap variabel penelitian diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian Peneliti Besar Sebelumnya Variabel P1 P2 Sampel
No
1
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
722.329
2
Aktivitas Fisik
722.329
3
Jenis Kelamin
722.329
4
Usia
722.329
5
Status Merokok
722.329
Kementerian 0,05 0,95 Kesehatan RI, (2013) Mora, dkk 0,27 0,73 (2007) Kementerian 0,51 0,49 Kesehatan RI, (2013) Llyod-Jones, dkk 0,51 0,49 (2006) Glynn & Rosner 0,409 0,591 (2005)
Kekuatan Uji (1-β) 99% 99% 99% 99% 99%
28
No
Variabel
Besar Sampel
6
Durasi Merokok
223.657
7
Indeks Masa Tubuh
712.580
8
9 10
Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi) Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM) Riwayat Penyakit Stroke
P1
P2
Peneliti Sebelumnya
Glynn & Rosner (2005) Llyod-Jones, dkk 0,418 0,582 (2006) 0,409 0,591
Kekuatan Uji (1-β) 99% 99%
722.329
0,47
0,53
Xu, dkk (2006)
99%
722.329
0,70
0,30
Xu, dkk (2006)
99%
722.329
0,06
0,994 Raso, dkk (2006)
99%
D. Metode Pengumpulan Data Saat pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, data dikumpulkan melalui wawancara dan pengukuran oleh enumerator Riskesdas. Entri data dilakukan di lokasi pengumpulan setelah data dikumpulkan agar masalah data dapat segera dituntaskan sebelum dikirimkan ke penanggung jawab Riskesdas pada tingkat Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2013). Selanjutnya dalam penelitian ini data dari beberapa variabel penelitian diberikan kode yang baru pada setiap kategori pada variabel untuk analisis penelitian. E. Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran variabel dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran responden oleh enumerator saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Beberapa diberikan kode ulang untuk keperluan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Berikut merupakan uraian pengukuran variabel penelitian.
29
1. Variabel Penyakit Jantung Koroner Variabel Penyakit Jantung Koroner (PJK) diukur berdasarkan hasil wawancara terkait riwayat Diagnosis PJK individu saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013. 2. Variabel Aktivitas Fisik Variabel aktivitas fisik diperoleh dengan wawancara untuk mengukur skor MET (metabolic equivalent) dari jenis aktivitas fisik berat dan sedang yang dilakukan oleh individu. Berdasarkan standar International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) tahun 2005 nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas fisik berat dan sedang adalah 8 dan 4. Total MET diperoleh dengan mengalikan antara jumlah menit beraktivitas dalam seminggu, dengan jumlah hari beraktivitas, dan nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas. Dalam penelitian ini perhitungan skor berdasarkan jenis aktivitas fisik berat dan sedang diukur berdasarkan tabel berikut: Tabel 4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik Jenis Aktvitas Fisik Berat Sedang Ringan
Perhitungan Aktivitas Fisik Jumlah Hari x Beraktivitas dalam x Seminggu Tidak termasuk jenis aktivitas fisik berat maupun sedang Durasi beraktivitas (menit/hari)
MET value 8 4
Skor total aktivitas fisik diperoleh dari akumulasi skor akhir MET jenis akitivitas fisik berat dan aktivitas sedang.
30
Skor total hasil perhitungan dikategorikan kedalam tiga kategori tingkat aktivitas fisik: a. Tinggi, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >3000 dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >7 hari/minggu b. Sedang, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >600 dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >5 hari/minggu c. Rendah, apabila aktivitas fisik oleh individu tidak memenuhi kriteria tingkat aktivitas fisik tinggi dan/atau tingkat aktivitas fisik rendah (IPAQ, 2005) 3. Variabel Jenis Kelamin Pengukuran variabel jenis kelamin berdasarkan hasil wawancara saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013 yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan validasi dengan kartu identitas responden. 4. Variabel Usia Variabel usia diukur berdasarkan hasil wawancara responden saat pelaksanaan riskesdas tahun 2013. Kemudian data usia dikategorikan menjadi dua kategori umur berisiko PJK berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu <50 tahun dan > 50 tahun. 5. Variabel Status Merokok Status merokok individu diukur berdasarkn hasil wawancara saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Pengukuran status merokok dalam penelitian ini berdasarkan kategori status merokok yang diukur saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Selanjutnya dikategorikan menjadi kategori merokok (apabila individu merokok saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013), pernah
31
merokok (apabila responden sudah tidak merokok, tetapi pernah merokok sebelumnya, dan tidak merokok (apabila responden mengaku belum pernah merokok sebelumnya). 6. Variabel Durasi Merokok Durasi merokok merupakan waktu lama merokok individu dalam satuan tahun yang diukur berdasarkan selisih usia berhenti merokok atau usia saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013 dan masih merokok dikurangi dengan usia mulai merokok. Individu yang merokok tetapi tidak dapat mengingat kapan mulai dan berhenti merokok tidak dihitung durasi merokoknya. 7. Variabel Indeks Masa Tubuh Variabel indeks masa tubuh diukur berdasarkan hasil pengukuran berat dan tinggi badan saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Pengukuran menggunakan timbangan berat badan CAMRY dan pengukur tinggi badan (Kemenkes RI, 2013). Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) dengan membagi berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Kg/m2). Hasil dari pengukuran ini berupa kategori IMT; kurang apabila IMT<18,5, normal apabila IMT 18,5-25,0, gemuk apabila 25,1-27,0 dan obesitas apabila IMT >27,0 (Kemenkes RI, 2013). 8. Variabel Penyakit Penyerta Terdapat tiga variabel penyakit penyerta yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Diabetes Mellitus dan Stroke. Pengukuran variabel berdasarkan hasil wawancara responden terkait riwayat diagnosis
32
masing-masing penyakit penyerta yang dilakukan saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. F. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan Kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Kuesioner Riskesdas tahun 2013 memiliki beberapa variabel yang akan dianalisis lanjut, yaitu status diagnosa PJK, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, status merokok, usia saat mulai dan berhenti merokok, pengukuran tinggi dan berat badan, riwayat hipertensi serta riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan Stroke. G. Manajemen Data Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan pengelolaan data dan pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes Kementerian Kesehatan RI terlebih dahulu. Alur manajemen data pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: 1. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Litbangkes Kemenkes RI Kegiatan manajemen data dilakukan melalui dua tahap, yaitu (Kemenkes RI, 2013): Tahap 1 dilaksanakan di kabupaten/kota, meliputi kegiatan: 1) Pengumpulan Data 2) Receiving (penerimaan) dan batching (pembukuan) 3) Kontrol kualitas data 4) Entry Data 5) Pengiriman Data Elektronik Tahap 2 dilakukan di Satuan Kerja Badan Litbangkes: 1) Penerimaan dan penggabungan data Kab/Kota 2) Cleaning data Kab/Kota
33
3) Penggabungan data Provinsi 4) Cleaning data Provinsi 5) Penggabungan data nasional 6) Cleaning Data Nasional 7) Imputasi 8) Pembobotan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 9) Penyimpanan data Elektronik 2. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Peneliti Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan setelah menerima dataset Riskesdas tahun 2013 sebelum melakukan analisis data lebih lanjut: 1) Pemeriksaan data Riskesdas tahun 2013. 2) Pengkodean data (coding) dilakukan pada setiap variabel dalam dataset untuk keperluan analisis data dengan menyesuaikan kategori atau kode awal yang dikumpulkan saat pelaksanan Riskesdas tahun 2013. Sedangkan pada hasil pengukuran yang tidak dapat dianalisis karena responden tidak dapat memberikan informasi, seperti pada pengukuran antropometri untuk variabel Obesitas dan umur pertama kali dan/atau terakhir merokok untuk durasi merokok, maka variabel tersebut diberikan kode/kategori “tidak berlaku”. 3) Pengkodean data khususnya dilakukan pada variabel aktivitas fisik yang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: i.
menentukan kategori aktivitas fisik berat, sedang dan ringan
ii.
perhitungan MET pada jenis aktivitas berat dan sedang
iii.
perhitungan total hari dalam seminggu melakukan aktivitas fisik
iv.
menentukan kategori aktivitas fisik rendah, sedang atau tinggi pada individu berdasarkan standar IPAQ (2005)
34
4) Mempersiapkan dataset untuk dianalisis menggunakan software pengolah data dan pengolah angka. H. Analisis Data Pada umumnya analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan tabulasi silang (crosstab) variabel karakteristik individu dan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. Berikut merupakan uraian analisis data dalam penelitian ini: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan pada semua variabel penelitian untuk melihat frekuensi (jumlah dan proporsi) dari setiap variabel penelitian terhadap variabel PJK. Hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam tabel silang (2x2) dengan total pada masing-masing kolom. Hal ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi variabel aktivitas fisik dan karakteristik individu pada kelompok PJK dan Non-PJK. 2. Uji Bivariat Terdapat 2 (dua) uji bivariat yang digunakan, yaitu: a. Uji Mann-Whitney Uji Mann-Whitney merupakan uji non-parametrik terhadap dua kelompok independen dan terdapat variabel dengan data numerik yang tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data numerik, variabel umur dan durasi merokok tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji Mann-Whitney bertujuan untuk melihat hubungan dari variabel numerik seperti pada variabel umur dan durasi merokok terhadap kejadian PJK dengan melihat p-value.
35
b. Uji Chi-Square Uji Chi-square merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk melihat hubungan data kategorik pada variabel aktivitas fisik dan variabel karakteristik individu dengan variabel PJK. Hasil analisis berupa p-value masing-masing variabel kategorik terhadap kejadian PJK. 3. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI) Dalam penelitian ini, OR dan 95% CI dihasilkan dengan perhitungan tabel silang (2x2) untuk melihat risiko antara variabel aktivitas fisik dan karakteristik individu terhadap kejadian PJK. Berikut merupakan contoh skema analisis untuk mengetahui OR dan 95% CI antara variabel aktivitas fisik dan PJK: Analisis Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK Status PJK Tingkat Aktivitas Fisik OR (95% CI) Non-PJK PJK 1. Rendah A B 1.00 (Referent) 2. Sedang C D OR1 3. Tinggi
E
F
OR2
Kategori pertama (aktivitas fisik rendah) merupakan pembanding (referent) dalam analisis ini, sehingga hasil analisis berupa OR dan 95% CI dari setiap kategori kedua (aktivitas fisik sedang) dan kategori ketiga (aktivitas fisik tinggi) dari variabel aktivitas fisik dan terhadap variabel PJK. Analisis ini juga berlaku pada variabel karakteristik individu dengan >2 kategori untuk melihat OR dan 95% CI terhadap PJK.
36
4. Analisis Stratifikasi Analisis stratifikasi merupakan metode analisis untuk mengendalikan variabel confounding pada hubungan antara dua variabel. Analisis stratifikasi dilakukan dengan cara mengkelompokan analisis antar variabel ke dalam stratum kategori dari variabel confounding. Dalam penelitian ini, analisis stratifikasi bertujuan untuk melihat perbedaan risiko terhadap PJK dari variabel karakteristik individu pada masing-masing tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Analisis Stratifikasi pada Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Karakteristik Individu
Aktivitas Fisik Rendah
Variabel Karakteristik Individu Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3
Aktivitas Fisik Sedang
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3
G I K
H J L
1.00 (Ref.) OR3 OR4
Aktivitas Fisik Tinggi
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3
M O Q
N P R
1.00 (Ref.) OR5 OR6
Non-PJK
PJK
OR (95% CI)
A C E
B D F
1.00 (Ref.) OR1 OR2
Risiko PJK dari analisis stratifikasi dinyatakan dalam odds ratio (OR) dari hubungan variabel karakteristik individu dengan kejadian PJK pada masingmasing tingkat aktivitas fisik. Kategori variabel karakteristik individu yang pertama atau kategori yang dianggap tidak berisiko terhadap PJK digunakan sebagai pembanding (referent) dalam menghasilkan OR. Berdasarkan hasil analisis stratifikasi dapat ditarik kesimpulan apakah kelompok individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi memiliki risiko PJK yang disebabkan faktor risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok individu dengan tingkat aktivitas fisik rendah.
BAB V HASIL
A. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik Berikut merupakan tabel 5.1 yang menunjukan masing-masing frekuensi aktivitas fisik pada kelompok Non-PJK dan PJK. Terdapat perbedaan signifkan proporsi aktivitas fisik pada kelompok PJK dan Non-PJK (p=0.000). Tabel 5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik Non-PJK PJK Tingkat Aktivitas Fisik: p value n % n % 1. Rendah 459956 64.04 3336 82.03 2. Sedang 49129 6.84 134 3.29 0.000 3. Tinggi 209177 29.12 597 14.68 718262 100.00 4067 100.00 Total
Aktivitas fisik rendah memiliki proporsi terbesar pada kelompok PJK dan Non-PJK. Meskipun demikian, proporsi aktivitas fisik rendah pada kelompok PJK (82,03%) lebih besar dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (64,04%). Proporsi aktivitas fisik sedang dan tinggi pada kelompok PJK (3,29% dan 14,68%) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (6,84% dan 29,12%). B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu Tabel 5.2 menunjukan perbedaan proporsi variabel karakteristik individu pada kelompok PJK dan Non-PJK yang signifikan (p=0,000). Proporsi perempuan lebih besar pada kelompok PJK (56,48%) dibandingkan pada kelompok Non-PJK (51,82%). Proporsi lakilaki lebih besar pada kelompok Non-PJK (48,18%) dibandingkan pada kelompok PJK (43,52%). 37
38
Tabel 5.2 Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu Non-PJK PJK p value Variabel Karakteristik Individu n % n % Jenis Kelamin 1. Laki-laki 346053 48.18 1770 43.52 0.000 2. Perempuan 372209 51.82 2297 56.48 718262 100.00 4067 100.00 Total x� SD x� SD Usia Individu (tahun) 39,8 +16,1 55,2 +13,6 0.000 718262 100.00 4067 100.00 Total Kategori Usia Individu 1. 15 – 26 tahun 173975 24.22 98 2.43 0.000 2. 27 – 38 tahun 181732 25.30 355 8.75 3. 39 – 50 tahun 179392 24.97 978 24.00 4. >50 tahun 183163 25.51 2636 64.82 718262 100.0 4067 100.0 Total Status Merokok 1. Tidak Merokok 461460 64.26 2658 65.36 2. Pernah Merokok 31998 4.46 767 18.86 0.000 3. Merokok 224624 31.28 642 15.79 718082 100.00 4067 100.00 Total x� SD x� SD Durasi Merokok (tahun) 22,3 +14,4 31.3 +15,2 0.000 222417 100.00 1240 100.00 Total (perokok) Kategori Durasi Merokok 1. 0 tahun (tidak merokok) 461460 64.26 2658 65.36 2. 1 – 21 tahun merokok 115080 16.03 343 8.43 0.000 3. >22 tahun merokok 107337 14.95 897 22.06 4. Tidak Berlaku 34205 4.76 169 4.16 718082 100.00 4067 100.00 Total Indeks Masa Tubuh 1. Kurang (IMT <18,5) 90410 12.58 415 10.20 2. Normal (IMT 18,5-25,0) 440720 61.36 1920 47.21 3. Lebih (IMT 25,1-27,0) 77490 10.79 535 13.15 0.000 4. Obesitas (IMT >27,0) 100030 13.92 1060 26.06 5. Tidak Berlaku 9612 1.35 137 3.37 718262 100.00 4067 100.00 Total Riwayat Hipertensi 1. Tidak Hipertensi 650037 90.50 1933 47.53 0.000 2. Hipertensi 68225 9.50 2134 52.47 718262 100.00 4067 100.00 Total Riwayat Diabetes Mellitus (DM) 1. Tidak Diabetes Mellitus 706083 98.30 3529 86.77 0.000 2. Diabetes Mellitus 12179 1.70 538 13.23 718262 100.00 4067 100.00 Total Riwayat Stroke 1. Tidak Stroke 712669 99.22 3773 92.77 0.000 2. Stroke 5593 0.78 294 7.23 718262 100.00 4067 100.00 Total
39
Kelompok PJK memiliki rata-rata umur yang lebih tua (55,2 tahun) dibandingkan kelompok Non-PJK (39,8 tahun). Sebagian besar penderita PJK berusia >50 tahun (64,84%). Proporsi usia 15-26 tahun, 27-38 tahun dan 39-50 tahun cenderung lebih besar pada kelompok Non-PJK, hanya proporsi usia >50 tahun yang lebih besar pada kelompok PJK. Proporsi individu yang pernah merokok lebih tinggi pada kelompok PJK (18,86%) dibandingkan Non-PJK (4,46%). Rata-rata durasi merokok kelompok PJK (31,3 tahun) lebih lama dibandingkan kelompok Non-PJK (22,3 tahun). Proporsi individu yang merokok >22 tahun pada kelompok PJK (23%) lebih besar dibandingkan kelompok Non-PJK (15,7%). Berdasarkan indeks masa tubuh (IMT), proporsi IMT kurus dan normal paling besar pada kelompok Non-PJK (12,58% dan 61,36%) dibandingkan kelompok PJK (10,20% dan 47,21%). Sebaliknya, proporsi IMT lebih dan obesitas lebih besar pada kelompok PJK (13,15% dan 26,06%) dibandingkan dengan pada kelompok Non-PJK (10,79% dan 13,92%). Proporsi individu dengan Hipertensi pada kelompok PJK (52,47%) lebih besar dibandingkan pada kelompok Non-PJK (9,50%). Begitu juga dengan proporsi penderita Diabetes Mellitus dan Stroke pada kelompok PJK (13,23% dan 7,23%) yang lebih besar dibandingkan pada kelompok Non-PJK (1,70% dan 0,78%).
40
C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukan individu yang beraktivitas fisik dengan intensitas sedang maupun tinggi memiliki risiko terhadap PJK yang lebih rendah dibandingkan individu hanya beraktivitas fisik dengan intensitas rendah. Tabel 5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK
Tingkat Aktivitas Fisik 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
OR 1.00 0.38 0.40
Kejadian PJK 95% CI (Referent) (0.32-0.45) (0.36-0.43)
Individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah untuk terkena PJK, sedangkan individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki risiko 60% lebih rendah untuk terkena PJK. Efek proteksi terhadap PJK lebih besar pada tingkat aktivitas fisik sedang dibandingkan tingkat aktivitas fisik tinggi. D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu Tidak ada perbedaan risiko PJK yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang. Meskipun demikian, perempuan lebih berisiko mengalami PJK 1,60 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perempuan lebih berisiko terkena PJK dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan, individu yang berusia >26 tahun lebih berisiko terhadap PJK dibandingkan individu berusia <26 tahun, sehingga semakin tua usia individu maka semakin besar risiko terhadap PJK. Namun, risiko PJK lebih rendah pada individu berusia 39-50 tahun dan >50 tahun yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi dibandingkan dengan individu yang hanya beraktivitas fisik rendah.
41
Tabel 5.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Jenis Kelamin Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Laki-laki 174955 1360 1.00 (Referent) Rendah Perempuan 285001 1976 0.91 (0.80-0.96) Laki-laki 34529 89 1.00 (Referent) Sedang Perempuan 14600 33 0.89 (0.57-1.29) Laki-laki 136569 321 1.00 (Referent) Tinggi Perempuan 72608 276 1.60 (1.42-1.91) Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Usia Individu Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) 15 – 26 tahun 129800 76 1.00 (Referent) 27 – 38 tahun 108402 252 3.97 (3.07-5.13) Rendah 12.30 (9.71-15.58) 39 – 50 tahun 101235 729 >50 tahun 120519 2279 32.30 (25.69-40.59) 15 – 26 tahun 10547 4 1.00 (Referent) 27 – 38 tahun 13391 22 4.33 (1.49-12.57) Sedang 39 – 50 tahun 13652 49 9.46 (3.41-26.23) >50 tahun 10939 59 14.22 (5.16-39.16) 15 – 26 tahun 33628 18 1.00 (Referent) 27 – 38 tahun 59339 81 2.55 (1.53-4.25) Tinggi 39 – 50 tahun 64505 200 5.79 (3.58-9.38) >50 tahun 51705 298 10.77 (6.69-17.33) Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Status Merokok Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Tidak Merokok 341128 2273 1.00 (Referent) Rendah Pernah Merokok 19848 650 4.89 (4.50-5.37) Merokok 98980 413 0.61 (0.53-0.69) Tidak Merokok 22369 60 1.00 (Referent) Sedang Pernah Merokok 2301 25 4.10 (2.54-6.47) Merokok 24459 49 0.71 (0.51-1.09) Tidak Merokok 98143 325 1.00 (Referent) Tinggi Pernah Merokok 9849 92 2.81 (2.24-3.56) Merokok 101185 180 0.52 (0.43-0.71) Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Durasi Merokok Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) 0 tahun / tidak merokok 341128 2273 1.00 (Referent) Rendah 1-21 tahun merokok 54778 247 0.72 (0.56-0.79) >22 tahun merokok 48009 684 2.12 (2.01-2.34) 0 tahun / tidak merokok 22369 60 1.00 (Referent) Sedang 1-21 tahun merokok 12384 19 0.60 (0.40-0.90) >22 tahun merokok 10760 44 1.53 (1.11-2.23) 0 tahun / tidak merokok 98143 325 1.00 (Referent) Tinggi 1-21 tahun merokok 47918 77 0.51 (0.40-0.59) >22 tahun merokok 48568 169 1.12 (0.82-1.31)
Total 176315 286977 34618 14633 136890 72884
% 38.12 61.88 70.29 29.71 65.31 34.69
Total 129876 108654 101964 122798 10551 13413 13701 10998 33646 59420 64705 52003
% 28.03 23.45 22.01 26.51 21.68 27.56 28.15 22.60 16.04 28.33 30.85 24.79
Total 343401 20498 99393 22429 2326 24508 98468 9941 101365
% 74.0 4.40 21.60 45.59 4.71 49.70 46.91 4.69 48.30
Total 343401 55025 48693 22429 12403 10804 98468 47995 48737
% 76.80 12.29 10.91 49.07 27.10 23.73 50.40 24.57 25.03
42
Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Indeks Masa Tubuh Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Kurang (IMT <18,5) 62028 335 0.95 (0.84-1.07) Normal (IMT 18,5-25,0) 266610 1519 1.00 (Referent) Rendah Lebih (IMT 25,1-27,0) 51269 457 1.56 (1.41-1.74) Obesitas (IMT >27,0) 72151 894 2.17 (2.00-2.36) Kurang (IMT <18,5) 5488 13 1.06 (0.59-1.92) Normal (IMT 18,5-25,0) 33254 74 1.00 (Referent) Sedang Lebih (IMT 25,1-27,0) 4842 12 1.11 (0.60-2.05) Obesitas (IMT >27,0) 5120 35 3.07 (2.05-4.60) Kurang (IMT <18,5) 22894 67 1.26 (0.97-1.64) Normal (IMT 18,5-25,0) 140856 327 1.00 (Referent) Tinggi Lebih (IMT 25,1-27,0) 21379 66 1.33 (1.02-1.73) Obesitas (IMT >27,0) 22759 131 2.48 (2.02-3.04) Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Hipertensi Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Tidak Hipertensi 410796 1530 1.00 (Referent) Rendah Hipertensi 49160 1860 10.16 (9.49-10.88) Tidak Hipertensi 45904 76 1.00 (Referent) Sedang Hipertensi 3225 58 10.86 (7.70-15.32) Tidak Hipertensi 193337 327 1.00 (Referent) Tinggi Hipertensi 15840 270 10.08 (8.57-11.85) Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Diabetes Mellitus (DM) Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Tidak Diabetes Mellitus 450253 2846 1.00 (Referent) Rendah Diabetes Mellitus 9703 490 7.99 (7.24-8.81) Tidak Diabetes Mellitus 48675 123 1.00 (Referent) Sedang Diabetes Mellitus 454 11 9.59 (5.14-17.89) Tidak Diabetes Mellitus 207155 560 1.00 (Referent) Tinggi Diabetes Mellitus 2022 37 6.77 (4.84-9.47) Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Penyakit Stroke Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Tidak Stroke 454978 3070 1.00 (Referent) Rendah Stroke 4978 266 7.89 (7.10-8.89) Tidak Stroke 49014 131 1.00 (Referent) Sedang Stroke 115 3 9.81 (3.10-31.11) Tidak Stroke 208677 572 1.00 (Referent) Tinggi Stroke 500 25 18.21 (12.12-27.51)
Total 62363 268129 51726 73045 5501 33328 4854 5155 22961 141183 21445 22890
13.70 58.90 11.36 16.04 11.26 68.24 9.94 10.56 11.01 67.72 10.29 10.98
%
Total 412326 51020 45980 3283 193664 16110
% 89.0 11.0 93.34 6.66 92.32 7.68
Total 453099 10193 48798 465 207715 2059
% 97.80 2.20 99.06 0.94 99.02 0.98
Total 458048 5244 49145 118 209249 525
% 98.89 1.01 99.80 0.20 99.65 0.35
Menurut status merokok, tingkat aktivitas fisik rendah, individu yang pernah merokok berisiko 4,89 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu yang pernah merokok berisiko 4,10 kali dan 2,81 kali untuk terkena PJK. Hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik, semakin rendah risiko terhadap PJK pada individu yang pernah merokok.
43
Sedangkan menurut durasi merokok, risiko PJK baru terlihat pada individu yang merokok selama >22 tahun. Pada kelompok dengan aktivitas fisik rendah, merokok selama >22 tahun berisiko 2,12 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan aktivitas fisik sedang dan tinggi, merokok selama >22 tahun, risiko PJK terlihat lebih rendah atau hanya sebesar 1,53 kali dan 1,12 kali berisiko untuk terkena PJK. Hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah risiko PJK pada individu dengan durasi merokok >22 tahun. Menurut indeks masa tubuh (IMT), risiko PJK lebih terlihat pada individu yang mengalami obesitas pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 2,17 kali, aktivitas fisik sedang sebesar 3,07 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 2,48 kali. Sedangkan pada individu dengan IMT kurang lebih berisiko pada tingkat aktivitas fisik sedang sebesar 1.06 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 1.26 kali dibandingkan tingkat aktivitas fisik rendah. Meskipun demikian, IMT kurang tidak menunjukan risiko PJK yang signifikan pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Individu dengan IMT lebih secara signifikan lebih berisiko PJK pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 1,56 kali, tetapi lebih berisiko secara signifikan pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa individu dengan IMT kurang berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu dengan IMT lebih berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedangkan Individu dengan obesitas lebih berisiko PJK pada setiap tingkat aktivitas fisik. Penyakit penyerta jantung koroner seperti hipertensi, DM dan stroke secara konsisten meningkatkan risiko PJK pada kelompok dengan tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Individu yang mengalami hipertensi dan beraktivitas fisik
44
rendah, sedang dan tinggi berisiko sebesar 10,16 kali, 10,86 kali dan 10,08 kali terkena PJK dibandingkan individu yang tidak mengalami hipertensi. Individu dengan penyakit DM berisiko terkena PJK sebesar 7,99 kali pada dengan aktivitas fisik rendah. Sedangkan dengan aktivitas fisik sedang dan tinggi penyakit DM berisiko 9,59 kali dan 6,77 kali menyebabkan PJK. Individu yang menderita stroke dengan aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi berisiko 7,89 kali, 9,81 kali dan 18,21 kali terkena PJK. Hasil analisis ini menunjukan bahwa individu yang memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan DM tetapi beraktivitas fisik tinggi cenderung memiliki risiko PJK yang lebih rendah, tetapi hal ini tidak terjadi pada penderita Stroke.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran variabel aktivitas fisik dan PJK dilakukan dalam satu waktu. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui secara pasti apakah perilaku aktivitas fisik yang diukur mendahului kejadian PJK, sehingga penelitian ini tidak dapat menjelaskan hubungan kausalitas menurut urutan waktu terjadinya PJK. Namun hasil penelitian ini dapat menunjukan efek proteksi aktivitas fisik terhadap kejadian PJK, dimana individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap PJK dibandingkan individu yang kurang beraktivitas fisik. Pengukuran variabel aktivitas fisik dilakukan dengan metode wawancara saat pengumpulan data Riskesdas tahun 2013, oleh karena itu bias informasi mungkin terjadi dalam penelitian ini. Hal ini merupakan kelemahan akurasi pengukuran aktivitas fisik dengan kuesioner pada umumnya (Li & Siegrist, 2012; Sofi et al., 2007). Meskipun demikian, pengukuran aktivitas fisik dalam penelitian dibantu dengan kartu peraga untuk membedakan jenis aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2013). Dengan demikian, bias dalam penentuan jenis aktivitas fisik dapat diminimalisir dan bias informasi mungkin hanya disebabkan karena responden harus mengingat frekuensi dan durasi beraktivitas fisik. 45
46
Selain aktivitas fisik, analisis juga dilakukan pada variabel karakteristik individu yang merupakan faktor risiko PJK menurut penelitian sebelumnya oleh Reddigan, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Mora, dkk (2007), Ignarro, dkk (2011) serta Li dan Siegrist (2012). Penelitian ini tidak menganalisis variabel pola konsumsi individu dari Riskesdas tahun 2013, karena berkaitan dengan validitas data yang berpotensi bias pada hasil penelitian, sehingga hanya variabel yang berpengaruh terhadap kejadian PJK secara langsung seperti usia lanjut, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, status penyakit penyerta (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Namun pengukuran variabel penyakit seperti PJK, hipertensi, DM dan stroke. Hal ini dapat disebabkan karena pengukuran penyakit berdasarkan hasil wawancara riwayat penyakit tanpa validasi pencatatan diagnosis penyakit tersebut. Sedangkan pada variabel status merokok, kategori merokok menunjukan individu yang masih merokok pada saat diwawancara tanpa dibedakan berdasarkan durasi merokok. Sehingga tidak dapat dibedakan individu yang baru mulai merokok dan individu yang sudah merokok dalam jangka waktu yang lama dalam kategori status merokok. Meskipun demikian, penelitian ini juga meneliti durasi merokok individu untuk mengetahui lama waktu merokok yang berisiko terhadap PJK. Analisis pada variabel indeks masa tubuh dan durasi merokok tidak dilakukan pada setiap sampel penelitian. Hal ini dikarenakan pada saat pengumpulan data, terdapat individu yang tidak dilakukan pengukuran antropometri dan individu yang merokok tetapi tidak dapat menyebutkan
47
kapan mulai dan berhenti merokok, sehingga tanpa mengeluarkan sampel yang tidak memiliki pengukuran variabel yang lengkap, analisis indeks masa tubuh dilakukan pada 712580 individu dan analisis durasi merokok berasal dari 223657 individu yang merokok. B. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan Aktivitas Fisik Sebagian besar individu hanya beraktivitas fisik rendah, baik pada kelompok PJK maupun Non-PJK. Aktivitas fisik rendah diukur berdasarkan skor Metabolic Equivalent (MET) yang kurang dari 600 atau tidak memenuhi standar skor kecukupan minimal aktivitas fisik sedang dan/atau aktivitas fisik tinggi menurut standar International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) tahun 2005. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan proporsi aktivitas fisik rendah merupakan proporsi yang paling besar atau sekitar 50% dari sampel penelitian hanya beraktivitas fisik rendah. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik sedang dan tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang hanya dapat dicapai oleh individu yang rutin beraktivitas fisik selama seminggu (Mora et al., 2007). Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar individu tidak beraktivitas fisik secara rutin dan memiliki skor MET dibawah kecukupan (<600 MET). Kelompok PJK dan Non-PJK memiliki perbedaan proporsi aktivitas fisik yang signifikan. Proporsi aktivitas fisik rendah paling besar terdapat pada kelompok PJK (82,03%). Sedangkan kelompok Non-PJK memiliki proporsi aktivitas fisik sedang dan tinggi (6,84% dan 29,12%) yang lebih besar
48
dibandingkan kelompok PJK (3,3% dan 14,7%). Aktivitas fisik sedang dan tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan sudah memenuhi atau melebihi skor minimal 600 MET (Sofi et al., 2007). Aktivitas fisik sedang dan tinggi cenderung memberikan efek proteksi terhadap PJK dibandingkan pada individu yang tidak beraktivitas fisik atau beraktivtas fisik dibawah kecukupan (<600 MET) (Li & Siegrist, 2012; Sofi et al., 2007; Mora et al., 2007)
Oleh karena itu, proporsi individu
beraktivitas fisik sedang dan tinggi cenderung terlihat pada kelompok NonPJK, sedangkan proporsi individu dengan aktivitas fisik rendah lebih besar besar pada kelompok PJK. C. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu 1. Jenis Kelamin Tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi penderita PJK paling besar adalah perempuan. Selain itu, proporsi Laki-laki pada kelompok NonPJK lebih besar dibandingkan proporsi laki-laki pada kelompok PJK. Berdasarkan penelitian sebelumnya, perempuan lebih berisiko terkena PJK yang disebabkan gaya hidup yang tidak sehat seperti perilaku merokok dan obesitas, selain itu beraktivitas fisik lebih menunjukan manfaat pencegahan terhadap PJK pada laki-laki dibandingkan perempuan (Li & Siegrist, 2012). Hal inilah yang menyebabkan, PJK cenderung lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan lakilaki (Huxley & Woodward, 2011; Lloyd-Jones et al., 2006).
49
2. Usia Berdasarkan karakteristik usia, kelompok PJK memiliki rata-rata usia yang lebih tua (55 tahun) dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (39,8 tahun). Penderita PJK cenderung berusia >50 tahun, namun proporsi penderita PJK juga terdapat pada kelompok usia 15-26 tahun dan terus meningkat hingga usia >50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan pertambahan usia dan berusia lanjut merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh dalam terjadinya PJK, sehingga sebagian besar penderita PJK merupakan individu yang berusia lanjut atau berusia >50 tahun (Lloyd-Jones et al., 2006). Secara substansial, jantung koroner merupakan penyakit kronis sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menimbulkan gejala yang diakibatkan kerusakan pada pembuluh darah. Namun, patofisiologi PJK dapat mulai saat individu masih muda dan muncul saat individu berusia lanjut (Naga, 2012). Sedangkan hasil analisis juga menunjukan penderita PJK yang terdapat pada kelompok usia <50 tahun. Hal ini dapat disebabkan akibat kerusakan pada pembuluh darah atau arterosklerosis terjadi pada usia muda . Individu yang mengalami PJK pada usia muda (15-26 tahun) cenderung mengalami kadar kolesterol darah yang abnormal, resistensi insulin dan obesitas. Meskipun demikian, penyakit jantung bawaan (kongenital) juga dapat menyebabkan terjadinya PJK pada individu yang berusia muda (Erged et al., 2005).
50
3. Status dan Durasi Merokok Status merokok pada penelitian ini berdasarkan perilaku merokok individu saat wawancara yang dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu merokok, pernah merokok dan tidak merokok. Proporsi kategori merokok yang lebih besar pada kelompok Non-PJK dibandingkan pada kelompok PJK. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar individu yang termasuk dalam kategori merokok, baru merokok selama satu tahun dan masih berusia <50 tahun sehingga belum berisiko terhadap PJK. Menurut penelitian sebelumnya individu yang berusia <50 tahun memiliki risiko PJK yang lebih kecil sehingga tidak memiliki riwayat PJK (Glynn & Rosner, 2005). Meskipun demikian proporsi individu dengan status pernah merokok lebih besar pada kelompok PJK dibandingkan pada kelompok Non-PJK. Hal ini menunjukan bahwa individu yang sudah berhenti merokok lebih banyak ditemukan pada kelompok penderita PJK dibandingkan pada kelompok penderita Non-PJK. Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata durasi merokok pada kelompok PJK dan Non-PJK, penderita PJK merokok lebih lama dibandingkan kelompok Non-PJK. Hal ini dikarenakan patofisiologi PJK yang merupakan penyakit kronis memerlukan waktu dan paparan faktor risiko dari merokok yang lama untuk menimbulkan gejala. Oleh karena itu, PJK pada umumnya terjadi pada individu yang sudah merokok dalam
51
waktu yang cukup lama serta sudah berusia lanjut (Glynn & Rosner, 2005; Naga, 2012). 4. Indeks Masa Tubuh Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukan penderita PJK lebih cenderung memiliki indeks masa tubuh (IMT) lebih dan obesitas dibandingkan dengan kelompok Non-PJK. Proporsi IMT lebih dan obesitas pada kelompok PJK hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pada kelompok Non-PJK. Obesitas merupakan faktor risiko yang meningkatkan risiko PJK secara signifikan (Li et al., 2006; Lloyd-Jones et al., 2006). Hal ini disebabkan karena obesitas pada individu memicu mekanisme peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol serta resistensi insulin yang meningkatkan risiko terhadap PJK (WHO, 2011; Villareal et al., 2006). 5. Riwayat Penyakit Penyerta Jantung Koroner Sedangkan menurut variabel penyakit penyerta jantung koroner, individu yang mengalami Hipertensi, Diabetes Mellitus (DM) dan Stroke lebih banyak ditemukan pada kelompok PJK dibandingkan pada kelompok Non-PJK.
Kondisi tekanan darah tinggi atau hipertensi
menyebabkan aliran darah lebih cepat sehingga dapat merusak dinding pembuluh darah dan menghasilkan penumpukan klot pembuluh darah. Pada akhirnya kondisi ini dapat menimbulkan penyumbatan aliran darah ke jantung sehingga menyebabkan gejala iskemik pada PJK. (Naga, 2012; WHO, 2011).
52
Penyakit DM merupakan sindrom metabolik yang disebabkan peningkatan gula darah (hiperglikemia) yang dapat meningkatkan risiko PJK secara signifikan. Kondisi hiperglikemia meningkatkan risiko PJK melalui beberapa mekanisme, diantaranya peningkatan tekanan oksidatif, aktivasi protein kinase yang menyebabkan inflamasi dan thrombosis dalam pembuluh darah. Kondisi inflamasi dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penumpukan klot darah yang akhirnya menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung dan infark miokard (Glynn & Rosner, 2005; Huxley et al., 2006; Davidson & Parkin, 2009; Naga, 2012). Pada penderita Stroke terdapat kondisi patofisiologis seperti aterosklerosis dan tingginya kolesterol dalam darah yang juga dapat menyebabkan terjadinya PJK. Tingginya kolesterol dalam darah berisiko menyumbat aliran darah dan mengakibatkan arterosklerosis, sehingga dapat menyebabkan kejadian PJK (Mattace-Raso et al., 2006; WHO, 2011). D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Hasil analisis menunjukan efek proteksi (OR<1) tingkat aktivitas fisik sedang (OR 0.376, 95% CI 0.316-0.447) dan tinggi (OR 0.394, 95% CI 0.361-0.429) terhadap kejadian PJK. Aktivitas fisik secara substansial dapat menurunkan risiko PJK karena dengan beraktivitas fisik secara rutin dapat membantu dalam mengendalikan risiko PJK yang disebabkan hipertensi, tingginya kadar gula darah dan kolesterol serta Obesitas (Sofi et al., 2007).
53
Individu yang beraktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah terkena PJK sedangkan pada individu yang beraktivitas fisik tinggi memiliki risiko 60% lebih rendah terkena PJK. Maka hasil analisis ini menunjukan risiko PJK lebih rendah pada tingkat aktivitas fisik sedang dibandingkan tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan penurunan risiko PJK paling rendah pada individu dengan aktivitas fisik sedang serta ditemukan peningkatan angka kejadian PJK yang lebih banyak pada kelompok individu yang beraktivitas fisik rendah dan tinggi (Reddigan et al., 2011; Carnethon, 2009). Secara substansial aktivitas fisik sedang menunjukan penurunan risiko yang lebih kuat. Hal ini disebabkan aktivitas fisik yang dilakukan terlalu sering dapat menyebabkan inflamasi dalam pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan risiko thrombosis dan iskemik akut yang merupakan pemicu patofisiologis dari PJK. Selain itu, studi klinis menunjukan aktivitas fisik yang berlebihan memicu tubuh menghasilkan radikal bebas lebih banyak dibandingkan aktivitas fisik sedang, sehingga aktivitas fisik sedang lebih baik dalam meningkatkan fungsi pembuluh darah dalam pencegahan PJK Selain itu, aktivitas fisik sedang cenderung memberikan manfaat pada individu meskipun individu tersebut memiliki faktor risiko terhadap PJK (Sofi et al., 2007; Ignarro et al., 2007). Aktivitas fisik sedang didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan energi dalam menggerakan tubuh dengan otot rangka. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang dapat dicapai dengan skor MET kecukupan aktivitas fisik
54
minimum (600 MET) dengan jumlah aktif beraktivitas fisik selama lima >5 hari/minggu (WHO, 2011). Kecukupan aktivitas fisik sedang yang dapat memberikan manfaat dalam pencegahan PJK dapat dicapai dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya; berjalan, jogging, menggunakan tangga, bersepeda, berenang, berkebun ataupun mengerjakan pekerjaan rumah (Ignarro et al., 2007; CDC, 2015; WHO, 2011). Menurut intensitasnya, kegiatan tersebut memiliki skor 3-6 MET atau setara dengan 3,5-7 kcal/min. Maka diperlukan waktu sekitar 150 menit/minggu atau setara dengan jumlah hari 5-7 hari/minggu dengan lama waktu 20-30 menit/hari untuk mencapai tingkat aktivitas fisik sedang (WHO, 2011; CDC, 2015). E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu 1. Jenis Kelamin Menurut jenis kelamin, laki-laki dan perempuan dengan tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang, tidak memiliki perbedaan risiko yang besar terhadap PJK. Namun, perempuan masih lebih berisiko PJK pada tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan jenis pola aktivitas pada laki-laki dan perempuan. selain itu laki-laki yang beraktivitas fisik sedang memiliki risiko PJK yang lebih rendah dibandingkan perempuan (Li & Siegrist, 2012). Risiko PJK akibat gaya hidup yang tidak sehat khususnya kurang beraktivitas fisik pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki (Huxley & Woodward, 2011; Lloyd-Jones et al., 2006). Selain itu, perempuan pada
55
usia lanjut yang mengalami menopause juga akan lebih berisiko terhadap PJK. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon estrogen pada perempuan yang mengalami menopause akan mengalami perkembangan arterosklerosis yang lebih cepat dibandingkan pada laki-laki dan perempuan sebelum menopause (Saltiki & Alevizaki, 2007). Maka dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih berisiko PJK karena perempuan memiliki faktor risiko terhadap PJK yang lebih banyak dibandingkan pada laki-laki, selain itu perempuan dan laki-laki memiliki pola aktivitas fisik yang berbeda (Li & Siegrist, 2012). Aktivitas fisik sedang dapat memberikan efek proteksi yang lebih baik pada perempuan. 2. Usia Meskipun pertambahan usia secara konsisten menunjukan risiko terhadap PJK, individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap PJK pada setiap tingkatan usia. Hal ini disebabkan manfaat dari beraktivitas fisik rutin yang dapat menjaga kesehatan pembuluh darah seiring dengan pertambahan usia, sehingga pada usia yang semakin tua individu yang beraktivitas fisik cenderung memiliki faktor risiko PJK yang lebih sedikit dibandingkan individu yang tidak rutin beraktivitas fisik (Ignarro et al., 2007; Lloyd-Jones et al., 2006). Risiko PJK yang lebih rendah pada tingkat aktivitas fisik yang semakin tinggi terlihat pada kelompok yang berusia >50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian kohort sebelumnya oleh Mora, dkk (2007) pada
56
individu yang berusia lanjut yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko terhadap PJK yang lebih rendah. Kurang beraktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh PJK pada individu berusia >50 tahun. (Lloyd-Jones et al., 2006). Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik sedang maupun tinggi dapat menurunkan risiko PJK pada setiap kelompok usia. 3. Status dan Durasi Merokok Perilaku merokok merupakan salah faktor risiko terhadap kejadian PJK yang meningkatkan risiko PJK terhadap individu sebesar 10% hingga 25% (Huxley & Woodward, 2011; WHO, 2011). Hasil analisis menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik semakin rendah risiko PJK pada individu yang pernah merokok. Namun, risiko PJK tidak terlihat pada individu dengan status merokok, hal ini dapat disebabkan kurangnya spesifitas waktu dan dosis pada kategori merokok. Individu yang termasuk dalam kategori merokok dalam penelitian ini termasuk individu yang baru pertama kali merokok dan masih muda atau berusia <50 tahun, sehingga belum memiliki risiko terhadap PJK. Sedangkan penyakit PJK akan menimbulkan gejala pada waktu yang lama dan risiko PJK akan lebih terlihat pada individu yang sudah lama merokok dan berusia lanjut (WHO, 2012; Lloyd-Jones et al., 2006). Risiko PJK hanya terlihat pada durasi merokok >22 tahun. Individu yang sudah merokok selama >22 tahun dengan tingkat aktivitas
57
fisik rendah berisiko 2,3 kali terkena PJK. Namun risiko PJK dari durasi merokok >22 tahun lebih kecil pada individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi. Beraktivitas fisik dapat menurunkan risiko PJK dengan meningkatkan metabolisme tubuh dan suplai oksigen serta menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah sehingga dapat mengurangi dampak dari merokok (Ignarro et al., 2007). Mekanisme ini juga terjadi pada individu yang merokok selama >22 tahun, sehingga risiko PJK dari merokok lebih kecil pada individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi. 4. Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada individu dengan IMT kurang risiko PJK lebih terlihat tingkat aktivitas sedang dan tinggi, sedangkan pada individu dengan IMT lebih, risiko PJK lebih terlihat pada tingkat aktivitas fisik rendah. Tingginya risiko pada individu yang rutin beraktivitas fisik dengan IMT kurang dapat disebabkan faktor usia dan kecukupan gizi individu tersebut. Berdasarkan penelitian oleh Suastika, dkk (2011) risiko PJK pada usia lanjut dan mengalami berat badan rendah secara signifikan meningkatkan risiko terhadap PJK (Suastika, et al., 2011). Namun, pada individu yang memiliki IMT lebih tingkat aktivitas fisik rendah akan memicu obesitas yang dapat berdampak peningkatan kadar lemak, gula darah dan tekanan darah sehingga memicu PJK (Reddigan et al., 2011; Ignarro et al., 2007).
58
Namun, hal ini berbeda pada tingkat obesitas yang secara konsisten meningkatkan risiko PJK pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Li, dkk (2006) dan Lloyd-Jones, dkk (2006) yang menunjukan obesitas meningkatkan risiko PJK dua kali lipat. Obesitas berdampak pada peningkatan
tekanan
darah,
peningkatan
kadar
kolesterol
dan
menyebabkan resistensi insulin yang merupakan faktor risiko independen dari PJK (WHO, 2011). Hasil analisis dalam penelitian ini tidak menunjukan perbedaan risiko PJK dari obesitas yang konsisten pada setiap tingkat aktivitas fisik. Menurut penelitian sebelumnya, aktivitas fisik dapat menurunkan kadar lemak berlebih dalam tubuh yang merupakan penyebab dari Obesitas dan PJK. Namun, obesitas tetap memberikan risiko terhadap PJK (Reddigan et al., 2011; Li et al., 2006). Dalam terjadinya PJK, distribusi lemak tubuh dan riwayat obesitas pada saat anak-anak juga berpengaruh sebagai faktor risiko terhadap PJK (Poirer et al., 2006; Baker et al., 2007). Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik rendah hingga sedang atau beraktivitas fisik dengan skor <600 MET lebih baik dilakukan pada individu dengan IMT kurang, namun tingkat aktivitas fisik sedang hingga tinggi atau setara >600 MET diperlukan untuk memberikan efek proteksi pada individu dengan IMT lebih dan obesitas.
59
5. Riwayat Penyakit Penyerta Jantung Koroner Riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus (DM) dan stroke secara signifikan meningkatkan risiko PJK pada setiap tingkatan aktivitas fisik. Namun, risiko PJK dari hipertensi dan DM terlihat lebih rendah pada individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi. Kondisi hipertensi dan DM dapat menyebabkan kerusakan dalam pembuluh darah dan berakibat menurunnya suplai oksigen ke Jantung. Beraktivitas fisik rutin diketahui dapat menurunkan risiko hipertensi dan DM serta meningkatkan sirkulasi oksigen ke jantung, sehingga dapat menurunkan risiko PJK pada penderita hipertensi dan DM (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007; Davidson & Parkin, 2009). Tidak terdapat risiko PJK yang lebih rendah pada penderita Stroke yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi. Hal ini menunjukan Penyakit Stroke tetap dapat meningkatkan risiko terhadap PJK secara signifikan meskipun individu rutin beraktivtas fisik. Patofisiologi penyakit stroke yang ditandai dengan adanya aterosklerosis dapat meningkatkan risiko PJK akibat adanya penyumbatan pembuluh darah yang dapat berakibat pada peningkatan tekanan darah (Mattace-Raso et al., 2006; Naga, 2012), sehingga berlebihan beraktivitas fisik dapat berisiko menimbulkan trombosis dan berakibat kerusakan pada pembuluh darah. Maka dapat disimpulkan beraktivitas fisik pada tingkat tinggi dapat menurunkan risiko PJK pada penderita DM dan hipertensi, tetapi tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah diperlukan pada penderita stroke.
BAB VII PENUTUP A. Simpulan 1. Kelompok PJK cenderung beraktivitas fisik rendah dibandingkan dengan kelompok Non-PJK, sedangkan kecenderungan beraktivitas fisik sedang dan tinggi lebih tinggi pada kelompok Non-PJK dibandingkan pada kelompok PJK. 2. Proporsi penderita PJK meningkat pada setiap kelompok usia. Proporsi individu yang pernah merokok lebih besar pada kelompok PJK. Penderita PJK memiliki rata-rata durasi merokok yang lebih lama. Proporsi individu yang mengalami IMT lebih dan obesitas, hipertensi, DM dan stroke lebih besar pada kelompok PJK. 3. Risiko PJK lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik sedang dan tinggi dibandingkan dengan individu dengan aktivitas fisik rendah. Aktivitas fisik sedang memberikan efek proteksi terhadap PJK lebih besar dibandingkan aktivitas fisik tinggi. 4. Risiko PJK pada individu yang berusia lanjut (>50 tahun), pernah merokok, sudah merokok selama >22 tahun dan memiliki riwayat hipertensi serta diabetes mellitus, lebih rendah pada individu yang beraktivitas fisik tinggi dibandingkan dengan individu yang beraktivitas fisik rendah.
60
61
B. Saran 1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Sebaiknya Kementerian Kesehatan menerapkan standar rekomendasi aktivitas fisik di Indonesia dengan durasi, frekuensi dan intensitas yang sesuai dengan karakteristik individu seperti usia, status gizi penyakit penyerta.
2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Diperlukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular terutama pengukuran pola konsumsi individu yang lebih baik lagi dalam pengumpulan data Riskesdas, sehingga memiliki kualitas data yang lebih baik dan dapat digunakan dalam penelitian analisis lanjut data Riskesdas berikutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terkait pengaruh manfaat aktivitas fisik dalam pencegahan terhadap PJK pada individu dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang, serta manfaat aktivitas fisik pada penderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, khususnya pada populasi studi di Indonesia.
62
DAFTAR PUSTAKA Baker, J., Olsen, L. & Sorensen, T., 2007. Childhood Body-Mass Index and the Risk of Coronary Heart Disease in Adulthood. The new england journal of medicine, 357(23), pp.2329-. Capewell, S. et al., 2010. Cardiovascular risk factor trends and potential for reducing coronary heart disease mortality in the United States of America. Bull 121 WHO, 88(10), pp.:120–130. Carnethon, M., 2009. Physical Activity and Cardiovascular Disease: How Much is Enough? Am J Lifestyle Med., 3(1), pp.44-49. CDC, 2013. Global Burden Compare: Indonesia ischemic heart disease 2010. [Online] Global Burden Compare Available at: http://vizhub.healthdata.org/gbd-compare/ [Accessed March 2015]. CDC, 2013. Top 10 Causes of Death in Indonesia. [Online] CDC; GBD Compare Available at: http://www.cdc.gov/globalhealth/countries/indonesia/pdf/indonesia.pdf [Accessed february 2015]. CDC, 2015. General Physical Activities Defined by Level of Intensity. [Online] Available at: http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/physical/pdf/PA_Intensity_table_2_1.pdf [Accessed June 2015]. Davidson, J.A. & Parkin, C.G., 2009. Is Hyperglycemia a Causal Factor in Cardiovascular Disease? Diabetes and Cardiovascular Disease, 32(2), p.s331. Erged, M., Viswanathan, G. & Davis K, G., 2005. Myocardial infarction in young adults. Post Grad Med Journal, 81, pp.741-45. Glynn, R. & Rosner, B., 2005. Comparison of Risk Factors for the Competing Risks of Coronary Heart Disease, Stroke, and Venous Thromboembolism. American Journal Epidemiology, 162(10), pp.:975–982. Huxley, R., Barzi, F. & Woodward, M., 2006. Excess risk of fatal coronary heart disease associated with diabetes in men and women: meta-analysis of 37 prospective cohort studies. BMJ, 113(10.), p.38678.
63
Huxley, R. & Woodward, M., 2011. Cigarette smoking as a risk factor for coronary heart disease in women compared with men: a systematic review and meta-analysis of prospective cohort studies Rachel R Huxley, Mark Woodward Summary Background. Lancet Journal, 1016(11), pp.6736-45. Ignarro, L., Balestrieri, L. & Napoli, C., 2007. Nutrition, physical activity, and cardiovascular disease: An update. Elsevier, 73(10), pp.326–40. IPAQ, 2005. IPAQ. [Online] International Physical Activity Questionnaire Available at: https://docs.google.com/viewer?a=v&pid=sites&srcid=ZGVmYXVsdGRvb WFpbnx0aGVpcGFxfGd4OjE0NDgxMDk3NDU1YWRlZTM [Accessed February 2015]. Kemenkes RI, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes RI. Kemenkes RI, 2013. Pedoman Manajemen Data Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes RI. Kemenkes RI, 2013. Pedoman Praktis Status Gizi. [Online] Kementerian Kesehatan RI Available at: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-gizi-dewasa.doc [Accessed July 2015]. Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar: PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Labounty, et al., 2013. Body mass index and the prevalence, severity, and risk of coronary artery disease: an international multicentre study of 13 874 patient. European Heart Journal – Cardiovascular, 14, pp.456-63. Li, T. et al., 2006. Obesity as Compared With Physical Activity in Predicting Risk of Coronary Heart Disease in Women. American Heart Association, Inc., 113, pp.499-506. Li, J. & Siegrist, J., 2012. Physical Activity and Risk of Cardiovascular Disease—A Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies. Int. J. Environ. Res. Public Health, 3390(9), pp.391-407. Liu, et al, 2007. Pulse Wave Velocity as a Marker of Arteriosclerosis and Its Comorbidities in Chinese Patients. Hypertens Res, 30(3).
64
Lloyd-Jones, D. et al., 2006. Prediction of Lifetime Risk for Cardiovascular Disease by Risk Factor Burden at 50 Years of Age. Circulation, 113, pp.79198. Mathers, C. & Loncar, D., 2006. Projections of Global Mortality and Burden of Disease from 2002 to 2030. PLoS MEDICINE, 3(11), pp.2011-31. Mattace-Raso, F. et al., 2006. Arterial Stiffness and Risk of Coronary Heart Disease and Stroke The Rotterdam Study. Circulation, 113, pp.657-65. Mora, S., Cook, N., Buring, J. & Ridker, P.L.I.-m., 2007. Physical Activity and Reduced Risk of Cardiovascular Events: Potential Mediating Mechanisms. NIH, 116(19), pp.2110–18. Naga, S., 2012. Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam. Jakarta: Diva Press hal:143. Poirer, P. et al., 2006. Obesity and Cardiovascular Disease: Pathophysiology, Evaluation, and Effect of Weight Loss. Circulation AHA Journal, 106, pp.899-. Reddigan, J., Ardern, C., Riddell, M. & Kuk, J., 2011. Relation of Physical Activity to Cardiovascular Disease Mortality and the Influence of Cardiometabolic Risk Factors. Elsevier, 07(005), pp.1010-16. Reiner, M., Nierman, C., Jekauc, D. & Woll, A., 2013. Long-term health benefits of physical activity – a systematic review of longitudinal studies. Biomed Central, 813(13). Saltiki, K. & Alevizaki, M., 2007. Coronary heart disease in postmenopausal women; the role of endogenous estrogens and their receptors. Hormones, 6(1), pp.9-24. Sattlemair, J. et al., 2011. Dose Response Between Physical Activity and Risk of Coronary Heart Disease A Meta-Analysis. Circulation, 124, pp.789-95. Sofi, F. et al., 2007. Physical activity during leisure time and primary prevention of coronary heart disease: an updated meta-analysis of cohort studies. European Society Cardiology, 15(3), pp.247-58. Suastika, et al., 2011. Underweight is an important risk factor for coronary heart disease in the population of Ceningan Island, Bali. Sage, 9(1), pp.75-77.
65
Tamosiunas, A. et al., 2014. Health Factors and Risk of All-Cause, Cardiovascular, and Coronary Heart Disease Mortality: Findings from the MONICA and HAPIEE Studies in Lithuania. Plos One, 1371(10), pp.1-15. Villareal, D. et al., 2006. Effect of lifestyle intervention on metabolic coronary heart disease risk factors in obese older adults. American Journal Clinical Nutrition, 84, pp.1317-23. WHO, 2006. BMI classification. [Online] Available at: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html [Accessed July 2015]. WHO, 2011. Global Recommendations on Physical Activity for Health. [Online] Available at: http://www.who.int/dietphysicalactivity/leaflet-physicalactivity-recommendations.pdf [Accessed June 2015]. WHO, 2011. The underlying pathology of ischaemic heart attacks and strokes. In WHO Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control. Geneva: WHO. WHO, 2012. World Health Organization Statistical Information System. [Online] Available at: http://samples.jbpub.com/9781449653286/Chapter2.pdf [Accessed February 2015].
LAMPIRAN Univariat Aktivitas Fisik 1 * PJK Crosstabulation Jenis Kelamin * PJK Crosstabulation
Count
Count
PJK
PJK Tidak
ya
Total
Aktivitas Fisik 1 rendah
459956 3336
463292
sedang
49129 134
49263
209177 597 718262 4067
209774 722329
tinggi Total
tidak Jenis Kelamin Laki-laki Total
ya
Total
346053 1770
347823
Perempuan 372209 2297 718262 4067
374506 722329
Group Statistics Group Statistics PJK PJK
N
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Umur tidak 718262 39.83 ya
4067 55.25
16.168
.019
13.645
.214
durasi merokok * PJK Crosstabulation
durasi merokok
N
Mean
Std. Deviation
tidak 222417 22.34
14.385
.031
ya
15.228
.432
1240 31.38
status merokok * PJK Crosstabulation
Count
Count PJK tidak
PJK ya
Total
tidak
durasi merokok tidak merokok 461640 2658 464298 1-21 tahun
115080 343 115423
>=22 tahun
107337 897 108234 684057 3898 687955
Total
status merokok tidak merokok
Usia * PJK
Tidak u2 15-26 tahun Count
Ya
Total
173975
98 174073
% within Diagnosis PJK 24.2%
2.4% 24.1%
27-38 tahun Count
181732
355 182087
% within Diagnosis PJK 25.3%
8.7% 25.2%
39-50 tahun Count
179392
merokok Total
IMT1 1
183163
Count
718262
Diagnosis PJK
4
Ya
Total
415 90825
Count
440720
1920 442640
Count
77490
535 78025
Count
100030
1060 101090
% within Diagnosis PJK 13.9% 26.1% 14.0%
2636 185799 4067 722329
90410
% within Diagnosis PJK 10.8% 13.2% 10.8%
978 180370
% within Diagnosis PJK 100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within Diagnosis PJK 61.4% 47.2% 61.3% 3
999 Count
% within Diagnosis PJK 25.5% 64.8% 25.7% Total
224624 642 225266 718262 4067 722329
% within Diagnosis PJK 12.6% 10.2% 12.6% 2
% within Diagnosis PJK 25.0% 24.0% 25.0% Count
Total
461640 2658 464298
Tidak
Diagnosis PJK
ya
pernah merokok 31998 767 32765
IMT*PJK
>50 tahun
Std. Error Mean
% within Diagnosis PJK Total
Count
9612
137
9749
1.3%
3.4%
1.3%
718262
4067 722329
% within Diagnosis PJK 100.0% 100.0% 100.0%
hipertensi * PJK Crosstabulation
Diabetes Mellitus * PJK Crosstabulation
Count
Stroke * PJK Crosstabulation Count
Count
PJK
PJK PJK
tidak
ya
Total
tidak tidak
hipertensi tidak 650037 1933 651970 ya Total
Diabetes Mellitus
68225 2134 70359 718262 4067 722329
ya
Total
Total
Total
Stroke tidak 712669 3773 716442
tidak 706083 3529 709612 ya
ya
ya
12179 538 12717 718262 4067 722329
Total
5593 294 5887 718262 4067 722329
Bivariat Aktivitas Fisik * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
5.691E2 634.816 526.056
Usia * PJK
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2 2 1
.000 .000 .000
722329
Durasi Merokok * PJK
a
Test Statistics
a
Test Statistics Umur
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
durasi merokok
6.777E8 2.586E11 -59.047 .000
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Diagnosis PJK
9.030E7 2.483E10 -20.997 .000
a. Grouping Variable: Diagnosis PJK
Jenis Kelamin * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
35.149 b
Likelihood Ratio
df a
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
1
.000
34.962 1
.000
35.280 1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (1-sided)
.000 35.149 1 722329
.000
.000
Kategori Usia * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
3.248E3 b
Likelihood Ratio
a
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
1
.000
3.246E3 1
.000
2.804E3 1
.000
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.000
Linear-by-Linear Association
3.248E3 1
b
N of Valid Cases
.000
.000
722329
Status Merokok * PJK Chi-Square Tests Value
df
Durasi merokok * PJK Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided)
a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2.162E3 2 1.412E3 2
.000 .000
131.402 1
.000
Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
722329
df a
Asymp. Sig. (2sided)
2.810E2 2 295.858 2
.000 .000
30.074 1
.000
687955
Hipertensi * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) 1
.000
8.489E3
1
.000
4.756E3
1
.000
8.494E3 b
df a
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
8.494E3
1
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
722329
Diabetes Mellitus * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) 1
.000
3.103E3
1
.000
1.312E3
1
.000
3.110E3 b
df a
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.000 3.110E3 722329
1
.000
Exact Sig. (1-sided)
.000
Stroke * PJK Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
.000
2.073E3
1
.000
790.833
1
.000
2.081E3 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
2.081E3
b
N of Valid Cases
1
.000
.000
722329
Aktivitas Fisik Sedang * PJK Risk Estimate
Aktivitas Fisik TInggi * PJK Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for Aktivitas Fisik 1 (rendah / sedang) For cohort PJK = tidak For cohort PJK = ya N of Valid Cases
Exact Sig. (1-sided)
Lower
Upper
.376
.316
.447
.996 2.647
.995 2.228
.996 3.145
512555
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for aktivitas fisik 2 (rendah / tinggi) For cohort PJK = tidak For cohort PJK = ya N of Valid Cases
Lower
Upper
.394
.361
.429
.996 2.530
.995 2.319
.996 2.760
673066
Kuesioner Penelitian Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
A. Identitas Responden ID Responden Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Lengkap
1. Laki-laki
B. Aktivitas Fisik Responden (Gunakan kartu peraga) Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik berat yang dilakukan secara terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya Biasanya berapa hari dalam seminggu melakukan aktivitas fisik berat tersebut? Biasanya dalam sehari, berapa lama anda melakukan aktivitas fisik berat tersebut? Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang yang dilakukan secara terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya Biasanya berapa hari dalam seminggu melakukan aktivitas fisik sedang tersebut? Biasanya dalam sehari, berapa lama anda melakukan aktivitas fisik sedang tersebut?
C. Pengukuran Antropometri 1. Berat Badan Responden 2. Tinggi Badan Responden
2. Perempuan ______tahun
1. Ya 2. Tidak (lanjut nomor 4) ………..hari ………..jam
……….menit
1. Ya 2. Tidak (lanjut Bagian C) ………..hari ………..jam
……….menit
_______kilogram ______centimeter
D. Perilaku Merokok 1.
Apakah anda merokok selama 1 bulan terakhir? 1) Ya, setiap hari (lanjut nomor 2) 2) Ya, kadang-kadang (lanjut nomor 3) 3) Tidak, tapi sebelumnya merokok setiap hari (lanjut nomor 2) 4) Tidak, tapi sebelumnya merokok kadang-kadang 5) Tidak pernah sama sekali (lanjut pertanyaan blok G)
2 3
Berapa umur anda saat mulai merokok setiap hari? (Isikan dengan ”98” jika responden menjawab tidak ingat)
Berapa umur [NAMA] ketika pertama kali merokok? (Isikan dengan ”98” jika responden menjawab tidak ingat)
…………….
.……..Tahun .……..Tahun
E. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) Apakah anda pernah didiagnosis menderita DM oleh dokter?
1. Ya 2. Tidak
F. Penyakit Stroke Apakah anda pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?
1. Ya 2. Tidak
G. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Apakah anda pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter)?
1. Ya 2. Tidak
H. Penyakit Jantung Koroner (PJK) Apakah anda pernah didiagnosis menderita PJK (angina perktoris dan/atau infark miokard) oleh dokter?
1. Ya 2. Tidak
Kuesioner diadaptasi dari kuesioner Riset Kesehatan Dasar tahun 2013