LAPORAN MAGANG DI PT. RUMPUN SARI MEDINI KENDAL ( PROSES PRODUKSI TEH HIJAU )
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : CITRA MARIA A H3107045
PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
LAPORAN MAGANG DI PT. RUMPUN SARI MEDINI KENDAL (PROSES PRODUKSI TEH HIJAU)
Yang Disiapkan dan Disusun Oleh : Citra Maria Anggraeni H3107045
Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji Pada tanggal : ……………………….. Dan dinyatakan memenuhi syarat
Mengetahui, Pembimbing/Penguji I
Penguji II
Prof.Dr.Ir. Sri Handayani, MS NIP. 19470729 197612 2 001
Ir. Choirul Anam, MP NIP. 19520615 198303 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003
ii
MOTTO Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan meraih kesuksesan. (Herman Cain, Pengusaha, Penulis, Pembicara Bisnis, AS). Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. – Confusius Hal terindah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan. - Albert Einstein Tuntutlah ilmu akan tetapi jangan lupakan ibadahmu, dan kerjakan ibadahmu namun jangan lupakan ilmu. Janganlah mangkritik perbuatan orang, kecuali anda tahu mengapa dia sampai berbuat begitu. Kemungkinannya adalah bahwa anda sendiri akan berbuat yang sama kalau berada dalam keadaan yang sama (Intisari Kewiraswastaan) Janganlah iri hati diatas keberhasilan orang lain, akan tetapi belajarlah atas usaha-usaha yang dia capai. Niscaya anda akan memperoleh keberhasilan yang lebih dari orang lain.
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN Salam Damai Sejahtera, Sembah sujud dan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat, berkah, karunia yang berupa kesehatan dan perlindungan setiap hari sehingga dapat terlaksana dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar. Dengan diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Orang tuaku ( mami dan papi ) yang selalu memberikan limpahan kasih sayangnya dan terima kasih atas doa, dukungan, kesabarannya serta nasehat-nasehatnya selama ini Kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan, doanya dan keceriaan keponakan pertama yang memberikan semangat...semangat..!! Segenap keluarga besar penulis yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menjadi manusia yang berguna dan bersahaja Untuk yayah tercinta terima kasih atas doa, kesabaran dan dukungannya setiap saat dimanapun dan kapanpun Semua karyawan PT. Rumpun Sari Medini, bimbingan dan bantuannya selama magang
terima kasih atas
Ibu Sri Handayani, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya walaupun banyak salah dan kekurangan saya, semoga dengan nasehatnasehat yang ibu berikan bisa menjadi semangat buat saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik Temen-temenku seperjuangan (cah THP 2007 dan genk h2O : Jinem gaga, kiky kunyil, fyrda, Ria atuk, Nanda, Isty, Widya Imyut) Terima kasih atas dukunganya, moga-moga masa depan cerah mendampingi kita semua Untuk Kru Dotcom Internet ( Mas Umel, Mas Catur, Mikha, Ferry, Anggo, Andry, Pak Dodiet ) terima kasih atas bantuan internetnya Almamaterku...............Aku bangga padamu!!!!!!!!! iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas Anugerah dan rahmat yang selalu di berikan kepada penulis, sehingga Tugas Akhir yang berjudul ”Proses Produksi Teh Hijau” PT. Rumpun Sari Medini Limbangan Kendal ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direksi PT. Rumpun Sari yang telah memberikan izin untuk melaksanakan magang. 3. Bapak Marsono selaku manager PT. Rumpun Sari Medini. 4. Segenap karyawan yang telah membantu dalam menyelesaikan magang di PT. Rumpun Sari Medini. 5. Bapak dan Ibu Dirman sekeluarga yang memberikan penginapan sementara selama penulis melaksanakan magang. 6. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi, selaku Ketua Program D III Teknologi Hasil Pertanian sekaligus pembimbing akademik mahasiswa D III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007. 7. Prof.Dr.Ir.Sri Handayani, MS, selaku dosen pembimbing magang yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir. 8. Ir. Choirul Anam, MP, selaku dosen penguji Tugas Akhir laporan magang. 9. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada kami.
v
10. Bapak dan Ibu serta segenap keluarga yang tercinta yang telah banyak membantu berupa materi dan dukungannya hingga selesainya laporan TA ini. 11. Teman-teman seperjuangan DIII THP 2007 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Tujuan Magang ........................................................................
2
1. Tujuan Umum ..................................................................
2
2. Tujuan Khusus .................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
3
A. Teh ..........................................................................................
3
B. Proses Pengolahan Teh Hijau ..................................................
6
C. Kandungan Teh ........................................................................
10
D. Manfaat Teh .............................................................................
11
BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN .........................................
12
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ..............................................
12
1. Tempat Pelaksanaan Magang.............................................
12
2. Waktu Pelaksanaan Magang ..............................................
12
B. Metode Pelaksanaan .................................................................
12
1. Observasi ............................................................................
12
2. Wawancara .........................................................................
12
3. Terjun Langsung ................................................................
12
4. Studi Pustaka ......................................................................
12
BAB II
vii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
13
A. Keadaan Umum Perusahaan ....................................................
13
1. Sejarah dan Status Perusahaan ...........................................
13
2. Tujuan Pendirian Pabrik.....................................................
15
3. Lokasi dan Areal Perkebunan ...........................................
15
4. Tata Letak ..........................................................................
19
B. Manajemen Perusahaan............................................................
19
1. Struktur dan Sistem Organisasi ..........................................
19
2. Pembagian Tugas dan Wewenang .....................................
20
C. Bahan Baku ..............................................................................
24
1. Perawatan Tanaman Teh ...................................................
25
2. Pemupukan .........................................................................
26
3. Hama dan Penyakit Tanaman Teh ....................................
28
4. Pemilihan Teh yang Potensial sebagai Bahan Baku ..........
30
5. Pengendalian Mutu Bahan Baku ........................................
45
D. Proses Pengolahan....................................................................
47
1. Pemetikan Pucuk Teh.........................................................
49
2. Penghamparan ....................................................................
49
3. Pelayuan .............................................................................
50
4. Penggulungan .....................................................................
53
5. Proses Pengeringan ...........................................................
54
6. Sortasi.................................................................................
58
7. Pengepakan ........................................................................
61
8. Penggudangan ....................................................................
62
E. Mesin dan Peralatan yang Digunakan .....................................
63
1. Mesin yang Digunakan ......................................................
63
2. Peralatan yang digunakan .................................................
75
F. Produk Akhir ............................................................................
78
1. Spesifikasi Produk Akhir ...................................................
78
2. Analisa Mutu Teh Hijau .....................................................
81
3. Penanganan Produk Akhir .................................................
82
viii
BAB V
G. Pemasaran Produk ....................................................................
83
H. Sanitasi .....................................................................................
83
1. Sanitasi Pabrik....................................................................
83
2. Sanitasi Lingkungan ...........................................................
85
3. Penanganan Limbah ...........................................................
85
PENUTUP ......................................................................................
87
A. Kesimpulan ..............................................................................
87
B. Saran.........................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Hal Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Perkebunan PT. Rumpun Sari Medini...............
18
Tabel 4.2 Areal Efektif dan Non Efektif PT. Rumpun Sari Medini. .............
18
Tabel 4.3 Jenis dan Ciri Pupuk yang Digunakan di PT. Rumpun Sari Medini ............................................................................................
27
Tabel 4.4 Spesifikasi, Ciri dan Tingkatan Mutu (grade) Teh Hijau di PT. Rumpun Sari Medini ...............................................................
79
x
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 4.1
Petikan Halus ............................................................................
36
Gambar 4.2
Petikan Medium .......................................................................
36
Gambar 4.3
Petikan Kasar ............................................................................
37
Gambar 4.4
(A) Pemetikan dengan Cara Manual (B) Pemetikan dengan Menggunakan Alat Gunting (C) Pemetikan dengan Menggunakan Alat Pisau..........................................................
39
Gambar 4.5. Penimbangan Pucuk di Lapangan ............................................
41
Gambar 4.6. Diagram Alir Pengolahan Daun Teh .......................................
48
Gambar 4.7
Rawat Pucuk atau Penghamparan ............................................
49
Gambar 4.8
Mesin Rotarry Panner di Perkebunan Rumpun Sari Medini ...
51
Gambar 4.9
Mesin Jackson Roller di Perkebunan Rumpun sari Medini .....
54
Gambar 4.10 Mesin ECP dryer di Perkebunan Rumpun sari Medini ............
55
Gambar 4.11 Mesin Repeat Dryer di Perkebunan Rumpun Sari Medini.......
57
Gambar 4.12 Mesin Ball Tea di Perkebunan Rumpun Sari Medini...............
58
Gambar 4.13 (A) Mesin Layer Dry Leaf Sifter dan (B) Mesin Extraktor di Perkebunan Rumpun Sari Medini ............................................
60
Gambar 4.14 Mesin Winower di Perkebunan Rumpun sari Medini ..............
60
Gambar 4.15 Kegiatan Sortasi Manual di Perkebunan Rumpun Sari Medini
61
Gambar 4.16 Penggudangan dan Penyimpanan Teh Kering di Perkebunan Rumpun Sari medini ...............................................................
62
Gambar 4.17 Rotary Panner ..........................................................................
63
Gambar 4.18 Press Roller ..............................................................................
66
Gambar 4.19 Endless Chain Pressure Dryer .................................................
68
Gambar 4.20 Reapet dryer .............................................................................
70
Gambar 4.21 Ball tea .....................................................................................
72
Gambar 4.22 Layer Dry Leaf Sifter ................................................................
73
Gambar 4.23 Suction Winower.......................................................................
74
Gambar 4.24 Tea cutter ..................................................................................
75
Gambar 4.25 Timbangan bagian pemetikan ..................................................
75
Gambar 4.26 Timbangan bagian penerimaan dipabrik ..................................
76
Gambar 4.27 Timbangan bagian analisa .......................................................
76
Gambar 4.28 Alat pengangkut (Troly) ..........................................................
77
Gambar 4.29. Bak penampung .......................................................................
77
xi
( PROSES PRODUKSI TEH HIJAU ) Di PT. RUMPUN SARI MEDINI KENDAL, JAWA TENGAH Citra Maria Anggraeni 1 Prof.Dr.Ir.Sri Handayani, MS 2 dan Ir. Choirul Anam, MP 3 ABSTRAK Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini. Pelaksanaan magang pada tanggal 5 April-5 Mei 2010 di PT. Rumpun Sari Medini Kendal, Jawa Tengah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah observasi, wawancara, pencatatan, studi pustaka dan terjun langsung ke lapangan dalam kegiatan-kegiatan proses produksi. Pengambilan lokasi praktek magang di PT. Pumpun Sari Medini karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang mengolah hasil pertanian terutama teh. Selain itu, PT. Rumpun Sari Medini merupakan perusahaan swasta yang berdedikasi tinggi. Proses produksi teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut yaitu penghamparan pucuk, pelayuan, penggilingan & pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan pengepakan. Pada proses produksi harus diperhatikan, pengendalian mutu pada tiap tahapnya, agar didapat produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hasil praktek magang menunjukkan bahwa proses produksi teh hijau sangat baik dan untuk pengendalian mutu bahan baku harus lebih diawasi lagi agar tidak banyak pucuk teh yang rusak. Sedangkan untuk pangendalian mutu proses produksi harus diperhatikan pada saat penghamparan pucuk semua karyawan memperhatikan sehingga pucuk teh tidak diinjakinjak sehingga teh tidak terjadi longsong dan setelah penggilingan harus segera dimasukkan ke dalam mecin pengering supaya tidak terjadi fermentasi karena hal ini dapat mempengaruhi kualitas produk teh.
Kata Kunci : Proses Produksi Teh Hijau Keterangan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H3107045 2. Dosen Pembimbing 3. Dosen Penguji
(PRODUCTION PROCESS OF GREEN TEA) RUMPUN SARI MEDINI, Ltd KENDAL, CENTRAL JAVA CITRA MARIA ANGGRAENI1 Prof. Dr. Ir. Sri Handayani, MS2 and Ir. Choirul Anam, MP 3
ABSTRACT
Activity of this apprentice aimed to knew production process of green tea in Rumpun Sari Medini, Ltd. Execution of apprentice was done on April 5th until May 5th 2010 in Rumpun Sari Medini, Ltd Kendal, Central Java. Data collecting method applied in activity of this apprentice was observation, interview, record-keeping, book study and worked directly to the field in production process activities. Retrieval of location practice apprentice in Rumpun Sari Medini, Ltd because the company was a company that processing agricultural produce especially tea. Besides, Rumpun Sari Medini, Ltd was a private company having high dedication height. Production process of green tea in Rumpun Sari Medini, Ltd was extent of sprout, wilting, hulling & initial draining, end draining, grading and packing. At production process must be paid attention, quality control at every phase, to be gotten product that is with quality and safe to be consumed by public. Result of apprentice indicated that the production process of green tea was done very good and raw material quality control had to be more observed again in order not to many damage tea sprouts. While for quality control of production process we must be gave attention when extent of sprout so that tea sprout was not ridden over so that tea was not happened peel and after hulling must soon to be packed into dryer machine so that not happened fermentation because this could influence quality of tea product.
Keyword : Production Process of Green tea Description : 1. Student of D-III Agriculture Result Technology Program, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret Universuty Surakarta with NIM H3107045 2. Counsellor Lecturer 3. Tester Lecturer
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan dunia kerja yang semakin ketat disertai era globalisasi yang menjadikan persaingan dalam segala sektor ini menjadikan tuntutan yang tidak terelakkan lagi. Untuk menghadapi perkembangan ini, perusahaan – perusahaan harus kreatif dan mandiri untuk merespon dengan tepat pada setiap perubahan yang terjadi. Dalam hal ini, salah satunya adalah sektor pertanian, mengingat Indonesia merupakan negara agraris, bidang pertanian sangat berperan dalam menunjang perekonomian negara. Kondisi pertanian di Indonesia mulai bangkit seiring dengan perkembangan industri pengolahan pertanian yang semakin membaik. Sekarang ini, banyak perusahaan yang bersaing ketat baik di pasar lokal maupun internasional, sehingga perusahaan yang berperan sebagai produsen dituntut memiliki daya saing yang kuat dan produk yang dihasilkan atau ditawarkan sesuai dengan keinginan konsumen dalam upaya perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu tanaman pertanian dan perkebunan yang penting adalah tanaman teh, karena selain mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi juga merupakan komoditas ekspor. Dengan adanya perkembangan tersebut PT. Rumpun Sari Medini mampu bersaing dalam perkembangan dunia ini dengan memproduksi hasil olahan teh hijau yang berkualitas. Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan propinsi
1
2
Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih. (Anonima, 2009). Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda. Tanaman teh (Cornelia Sinensis) berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun, tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan dalam pemetikan. Hasil pemetikan sangat berpengaruh terhadap mutu teh setelah pengolahan. Oleh karena itu perolehan bahan baku sangat diperhatikan sebelum proses pengolahan di pabrik. Pengolahan teh hijau di Indonesia dilakukan beberapa tahap yaitu terdiri dari pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi kering dan pengepakan. B. Tujuan Magang Tujuan dari kegiatan magang pada PT. Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapannya di dunia kerja. b. Membekali mahasiswa dengan pengalaman kerja sehingga nantinya dapat terjun langsung ke dunia kerja maupun masyarakat. c. Mengetahui mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh hijau. d. Mengetahui prinsip kerja mesin yang digunakan dalam proses produksi teh hijau. 2. Tujuan Khusus Mengetahui dan memahami bagaimana proses penyediaan bahan baku dan proses produksi pengolahan teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini, Desa Medini, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh Di zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, assamica, irrawadiensis. Sejak tahun 1958 semua teh dikenal sebagai suatu spesies tunggal Camellia sinensis dengan beberapa varietas khusus, yaitu sinensis, assamica dan irrawadiensis. Teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi
: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas
: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas
: Dialypetalae
Ordo (bangsa)
: Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga) : Camellia Spesies (jenis) : Camellia sinensis Varietas
: Assamica (Anonimb, 2010)
Tanaman teh terutama tumbuh di daerah tropis diantara garis balik Cancer dan Capricorn, memerlukan curah hujan hingga 1000-1250 mm per tahun, dengan temperatur ideal antara 10 hingga 30 °C. Tanaman teh tumbuh pada permukaan laut hingga 2400 meter. Kebun teh (perkebunan teh) adalah tempat dimana teh yang mempunyai potensi rasa enak dihasilkan, dengan perawatan serta perhatian untuk memastikan kondisi pertumbuhan terbaik yang mungkin dibuat. Sebagai contoh dengan penanaman pohon untuk menyediakan tempat yang teduh, atau penanaman tanaman penghalang angin, untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh angin kencang, terutama di dataran Assam . Tanaman teh ditumbuhkan secara berbaris dengan jarak satu meter. Pohon teh harus dipangkas setiap empat atau lima tahun dengan tujuan untuk memudakan kembali dan memelihara supaya mempunyai tinggi yang tetap untuk memudahkan para pemetik teh, memetik teh. Pohon teh mampu 3
4
menghasilkan teh yang bagus selama 50 – 70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya menurun. Pada saat tersebut pohon yang sudah tua sudah saatnya digantikan dengan pohon yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan untuk pembiakan tanaman muda. (Anonimc, 2010) Ada beberapa macam teh (Camellia sinensis) yang ada di dunia saat ini. Teh hijau, seperti juga teh hitam, berasal dari tumbuhan yang sama. Teh hijau diproses dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan. Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. (Anonimd, 2008) Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh, baik teh hitam, teh hijau, maupun teh oolong. Sebagai bahan baku, pucuk harus bermutu tinggi agar teh jadi yang dihasilkan bermutu tinggi. Oleh karena itu mutu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap tinggi, sejak dipetik di kebun sampai ke pabrik. Seluruh kegiatan pengelolaan/pemeliharaan tanaman ditujukan untuk membentuk zat penentu kualitas (chatechin dan enzym) yang tinggi dalam pucuk, mengingat senyawa ini mempunyai peranan yang besar terhadap rasa, aroma teh-jadi. (Tim Asosiasi Penelitian Indonesia, 1992) Bahan baku pucuk teh yang baik adalah daun muda yang dipetik sampai daun kedua, yaitu terdiri dari peko (calon pucuk yang masih belum terbuka) ditambah dua daun muda. Makin banyak daun muda dalam bahan baku pucuk, kualitas hasil olahannya juga makin baik. Oleh karena itu diperlukan standar bahan baku yang dianggap akan menghasilkan kualitas produksi yang baik tanpa harus mengorbankan kualitas hasil produksi bahan baku. (Anonime, 1998).
5
Pemetikan teh memerlukan ketelitian tinggi karena memiliki rumusan tersendiri. Rumusan tersebut dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:
Petikan halus dengan rumus p+1 atau b+1 m. Artinya pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m).
Petikan medium, dengan rumus p+2, p+3, b+1 m, b+2 m, b+3 m. Rumus ini menandakan bahwa pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, 3 daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda.
Petikan kasar, dengan rumus p+4 atau lebih dan b+(1-4). Ini berarti pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua. Untuk menghasilkan teh berkualitas, rumus pemetikan yang digunakan adalah petikan halus p+1 atau b+1 m. Memang tidak mudah menerapkan rumus tersebut, tapi untuk menghasilkan teh yang terbaik hal tersebut haruslah dilakukan (Anonimf, 2007) Pengangkutan pucuk merupakan kegitan mengangkut pucuk dari
kebun ke pabrik. Sebelum melaksanakan proses pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan baik, artinya keadaannya tidak mengalami perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi pengolahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, proses pengangkutan memilki peranan yang sangat penting (Nazaruddin, 1993). Menurut (Anonimg, 1993), hal yang dilakukan untuk mencegah kerusakan daun untuk antara lain: 1. Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak terperas. 2. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang dari besi atau yang tajam agar daun tidak sobek atau patah. 3. Hindari terjadinya penyinaran terik matahari dalam waktu lama, lebih dari 3 jam. 4. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu yang lama (daun segera dilayukan)
6
B. Proses Pengolahan Teh Hijau 1. Penghamparan Pembeberan pucuk dalam withering trough segera dilakukan setelah pucuk tiba di pabrik agar panas dan air yang terdapat pada permukaan pucuk segera hilang sehingga kerusakan pucuk akibat terperam dapat dihindari. Pembeberan dilaksanakan satu arah dimulai dari ujung trough menuju ke sumber aliran udara (fan), dilakukan oleh dua orang berhadapan dari kedua sisi trough. Pucuk diurai, disebar merata sampai trough penuk dengan ketebalan ±30 cm (30 kg/pucuk/m2). Sementara itu udara segar segera dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan pintu trough dibuka. Setiap selesai membeber pucuk dalam satu trough, pintu trough ditutp dan udara terus dialirkan. Hasil pembeberab harus rata, pucuk satu sama lain tidak saling menempel, agar udara pelayuan mengalir ke setiap bagian permukaan pucuk. (Tim Asosiasi penelitian Indonesia, 1994) 2. Pelayuan Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mudah digulung. Proses pelayuan dilakukan sampai pada tahap layu tertentu, yang sifat pelayuannya berbeda dibanding dengan cara pelayuan teh lokal. Pelayuan dilaksanakan dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas dengan suhu pelayuan 80100oC. Selama proses pelayuan berlangsung dalam rotary panner, terjadi proses penguapan air baik yang terdapat di permukaan maupun yang terdapat didalam daun. Uap air yang terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari ruang roll rotary panner, untuk menghindari terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik.(Anonimh, 2010) Perubahan kimia selama pelayuan di antaranya yaitu kenaikan aktifitas enzim, terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti alanin; leucin; isoleucin; valin, kenaikan kandungan kafein, kenaikan
7
kadar karboidrat yang dapat larut, terbentuknya asam organik dari unsurunsur C; H; dan O, pembongkaran sebagian klorofil menjadi feoforbid. (Tim Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia,1994) 3. Penggulungan Penggulungan pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil, dan terjadi pemotongan. Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar dari mesin rotary panner. Mesin penggulung 26” tipe single action, lama penggulungan berkisar antara 15-17 menit dengan kapasitas 45 kg pucuk layu, sedangkan mesin penggulung 36” tiper double action yang berkapasitas 70 kg pucuk layu. Yang terpenting, harus diatur agar setiap pengisian pada mesin penggulung terjamin terjadinya sirkulasi/pembalikan pucuk secara sempurna agar pucuk mendapat tekanan yang relative sama, sehingga diperoleh hasil penggulungan yang seragam. (Setyamidjaja, 2000) Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang kurang menguntungkan. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung (Setyamidjaja, 2000). 4. Pengeringan Pengeringan pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk yang digulung hingga 3-4%, memekatkan cairan sel yang menempel di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk gulungan teh jadi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan dua tahap pengeringan, masing-masing menggunakan mesin yang berbeda. Mesin pengering pertama disebut ECP (Endless Chain Pressure) Dryer. Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu masuk 130-
8
135oC dan suhu keluar 50-55oC dengan lama pengeringan 25 menit. Pada pengeringan pertama ini, jumlah air yang diuapkan mencapai 50% dari bobot pucuk, sehingga hasilnya baru setengah kering dengan tingkat kekeringan 30-35%. Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin pengering Rotary Dryer tipe Repeat Rool. Maksud pengeringan kedua adalah untuk menurunkan kadar air sampai 3-4% serta memperbaiki bentuk gulung teh keringnya. Pengeringan dalam rotary dryer menggunakan suhu tidak lebih dari 70oC dengan lama pengeringan 80-90 menit, dan putaran rotary dryer 17-19 rpm. Untuk memperoleh hasil pengeringan yang baik selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan oleh kapasitas mesin pengering. Kapasitas per batch mesin pengering ditentukan oleh diameter mesin itu. Rotary dryer yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai kapasitas pengeringan sebesar 40-50 kg teh kering, dan untuk roll yang berdiameter 100 cm kapasitasnya 60-70 kg teh kering (Setyamidjaja, 2000). 5. Sortasi Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen atau masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain itu teh masih mengandung debu, tangkai daun dan kotoran lain yang sangat berpengaruh terhadap mutu teh nantinya. Untuk itu, dibutuhkan proses penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran teh yang saragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin (Nazarudin dan Paimin, 1993). Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk atau mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau. Pada prinsipnya, sortasi kering teh hijau adalah : a. memisahkan keringan teh hijau yang banyak mengandung jenis mutu ekspor,
9
b. memisahkan partikel-partikel yang mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif sama kedalam beberapa kelompok (grade), kemudian memisahkannya dari tulang-tulang daunnya, c. melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian teh yang ukurannya masih lebih besar dari jenis mutu yang dikehendaki, d. setelah hasil sortasi teh hijau terkumpul menjadi beberapa jenis dilakukan polishing dengan menggunakan mesin polisher. Hasil sortasi ini dikelompokkan kedalam jenis-jenis mutu teh hijau sesuai dengan mutu yang ada (Setyamidjaja, 2000). 6. Pengemasan Kemasan adalah suatu barang atau benda yang digunakan untuk menampung dan merapikan produk, sehingga bahan tersebut dapat disimpan dan ditransfer dengan mudah. Penyimpanan dan pengemasan mutlak dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan belum bisa langsung di pasarkan. Selain jumlahnya masih sedikit, teh yang baru disortasi masih perlu didiamkan agar kelembaban teh bisa terkontrol. Proses ini terutama hanya untuk menjaga aroma teh yang harum (Nazaruddin, 1993). 7. Penggudangan Gudang adalah tempat penyimpanan barang sementara. Secara ringkas sistem manajemen gudang mengandung pemahaman : pengelolaan dari aktifitas yang saling terkait dalam aktifitas penyimpanan barang sementara. Saat ini gudang memiliki arti luas dan lebih dari sekedar tempat penyimpanan saja. Gudang itu sendiri tidak menambah nilai barang secara langsung, tidak ada perubahan citarasa, bentuk, kemasan, dll. Intinya tidak ada kegiatan proses operasi pada barang, yang ada adalah aktifitas transportasi barang dari satu tempat ke tempat lainnya, itu secara umum kegiatan di Gudang. Beberapa aktifitas di dalam gudang secara sederhana : 1. Administrasi. 2. Penerimaan barang. 3. Penyimpanan barang.
10
4. Pengepakan barang ke tempat yang dituju. 5. Pengeluaran barang. (Anonimi, 2009) C. Kandungan Teh Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi
empat.
Keempat
golongan
itu
adalah
:
substansi
fenol
(katekin, flanavol), bukan fenol (karbohidrat, pectin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organic), senyawa aromatic, dan enzim. (Nazzarudin dan Paimin, 1993). Subtsansi fenol terdiri dari Tanin merupakan turunan dari asam galat sehingga sifatnya dihubungkan pada warna, rasa, dan aromanya sedangkan katekin yaitu senyawa komplek yang tersusun dari catekin, epicatekin, epicatekin galat, epigalo catekin, epigalo catekin galat, galo catekin. Kandungan catekin 20-30% dari seluruh berat kering daun. Epigalo-catekin dan galat-nya merupakan bahan terbanyak. Flavanol pada teh meliputi kaemferol, quercetin dan miricetin. Substansi bukan fenol terdiri dari karbohidrat 0,75% dari berat kering daun; substansi pektin terdiri atas pektin dan asam pektat 4,9-7,6% berat kering daun atau tangkai; alkaloid utama dalam daun teh adalah kafein, selain theobromin dan theofilin dengan 3-4% berat kering; protein dan asam-asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leucin, dan iso leusin dengan berat kering daun berkisar 1,4-5%; klorofil dan zat warna yang lain mendukung 0,019% dari berat kering. Karotenoid (zat warna jingga) dalam daun teh menetukan aroma teh, karena oksidasinya menghasilkan substansi mudah menguap yang terdiri atas aldehid dan keton tidak jenuh; asam organik
dalam proses metabolisme
terutama respirasi, asam organik berperan penting sebagai pengatur proses oksidasi dan reduksi; substansi resin bau atau aroma teh tergantung pada minyak esensial dan resin. Kandungan resin besarnya 3% dari berat kering; vitamin-vitamin diantaranya vitamin P, C, K, A, B1, B2, asam nikotinat dan asam pantotenat; substansi mineral ini bertanggung jawab atas perubahan koloid dan langsung berperan pada metabolisme sel. Kandungan mineral dalam daun teh kira-kira 4-5% berat kering. Unsur fosfor yang mengatur pH
11
selama oksidasi, magnesium yang merupakan komponen dari klorofil, serta tembaga (Cu) yang merupakan gugusan prostetis dari polifenol oksidasi. Substansi aromatis yang digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu fraksi karboksilat, fraksi fenolat, fraksi karbonil, fraksi netral bebas karbonil. Aroma berasal dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa mudah menguap (aldehid dan keton tidak jenuh). Enzim-enzim yang dikandung dalam daun teh diantaranya adalah invertase, amilase, β gluchosidase, oximetilase, protease, dan peroxidase. (Tim Asosiasi penelitian Indonesia, 1994) D. Manfaat Teh Mungkin hampir semua orang telah tau, bahwa teh hijau bukanlah teh biasa. Teh hijau telah terkenal memiliki ribuan manfaat bagi kesehatan tubuh kita seperti dapat melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari penyebab kanker kulit, dapat Menstabilkan tekanan darah kita. tekanan darah yang sehat adalah
berada
di
angka
120/80.
Kandungan
teh
yang
membantu
menyetabilkan tekanan darah adalah polyphenol. Polyphenol dapat menjaga pembuluh darah agar tidak mengecil dan peningkatan tekanan. Teh hijau dapat menjaga daya ingat dan ternyata bisa menjaga penurunan fungsi otak. Teh hijau ini mengandung antioksidan tinggi yang dapat melawan radikal bebas yang menyerang otak, yang menyebabkan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Teh hijau dapat membuat terlihat muda. Semakin sehat arteri, semakin terlihat muda dan sehat yang dikonsumsi setiap hari, bisa mengabsorbsi arteri dari kelebihan lemak dan kolesterol. Teh hijau dapat mengurangi berat badan. Dengan meminum teh hijau bisa membantu tubuh kita dalam proses pembakaran kalori. (Anonimj, 2009) Dalam ekstra teh (kering atau konsentrat) yang dihasilkan melalui proses tersebut, akan dihasilkan ekstra dengan kandungan komponen bioaktif katekin yang tinggi (katekin bersifat polar, sehingga larut dalam air). Produk ekstra teh kasar ini dapat langsung dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (pangan, kosmetik, dan lain-lain) atau diproses lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa bioaktif murni. ( Arif Hartoyo, 2003).
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat Pelaksanaan Magang Tempat pelaksanaan magang atau praktek kerja lapangan dilaksanakan di PT. Rumpun Sari Medini, Desa Medini, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. 2. Waktu Pelaksanaan Magang Waktu pelaksanaan magang di PT. Rumpun Sari Medini telah dilaksanakan terhitung mulai tanggal 5 April 2010 sampai 5 Mei 2010. B. Metode Pelaksanaan 1. Observasi Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung pada proses produksi teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini yang meliputi aktivitas dan kinerja karyawan dari pengadaan bahan baku, proses produksi, sanitasi pengolahan limbah sampai produk teh dapat dipasarkan sehingga mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang aspek-aspek yang dikaji. 2. Wawancara Melakukan serangkaian wawancara langsung dengan semua pihak yang terlibat langsung dalam proses pengolahan teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini. 3. Terjun Langsung Mengamati secara langsung dan ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung di lokasi baik di pabrik maupun di kebun. 4. Studi Pustaka Melakukan studi pustaka sebagai pembanding dan data pelengkap serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Status Perusahaan Dahulu perkebunan teh Medini merupakan kebun kina dan kopi milik N.V. Cultur My Medini yang dimiliki oleh Firman Francis Perk & Co. Ltd di Jakarta yang berkebangsaan Inggris, firman merupakaan perseroan dagang yang masing-masing anggotanya turut bertanggung jawab. Kurang menguntungkannya perkebunan kopi dan kina maka diganti dengan tanaman teh yang pelaksanaannya jatuh pada tanggal 17 April 1958. Pada waktu jepang berkuasa kebun medini menjadi tidak terawat. Tanaman kina habis ditebang dan batang-batangnya digunakan Jepang dalam pembuatan bangunan gua sebagai pertahanan. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu kebun teh Medini dirintis kembali oleh pemiliknya yang sesuai dengan perjanjian renville. Pada waktu perang kemerdekaan Republik Indonesia yang kedua, tentara Belanda melakukan agresinya masuk ke wilayah Republik Indonesia dan kebun Medina tidak luput dari pergolakan yang menggakibatkan pabrik teh dan kina serta perumahan administratif dihancurkan. Dengan adanya persetujuan konferensi Meja Bundar di Belanda maka semua wilayah Republik Indonesia dikembalikan kepada republik Indonesia. Dan perkebunan Medini dikembalikan kepada pemiliknya semula. Kerusakan akibat perang fisik mulai diperbaiki yaitu dengan membangun kembali pabrik teh dan perumahan administratif, sedangkan pabrik kina tidak dibangun lagi. Kebun teh Medini pada tahun 1951 dijual oleh pemiliknya kepada N V. Kencanawati & Co Ltd dengan alamat Jalan Beringin No. 23 A Semarang yang merupakan gabungan saham dari Aci, Arif dan Tarn Jasen. Sejak saat itu hanya tanaman teh saja yang diusahakan, sedangkan hak
13
14
guna usahanya telah diperpanjang oleh keputusan Menteri Agraria No. 160 KA sampai tanggal 17 April 1983. Meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 membuat kebun teh Medini menjadi rusak. Sehingga oleh pemiliknya diserahkan ke Departemen Perkebunan Jakarta yang pelaksanaannya diserahkan kepada Inspektorat Perkebunan Propinsi Jawa Tengah karena pemimpinnya dan sebagaian besar karyawannya langsung atau tidak langsung terlibat G 30 S / PKI. PT. Rumpun yang terbentuk pada tahun 1967 dengan Akte Notaries No. 9/97 maka semua kebun di wilayah Dati I Jawa Tengah telah di ambil alih oleh Kodam 4 Diponegoro yang pengelolaannya di serahkan kepada PT. Rumpun, termasuk kebun teh medini. PT. Rumpun mengajukan hak guna usahanya dalam mengelola kebun teh Medini kepada Dirjen Agraria pada tahun 1968. Tahun 1973 surat keputusan hak guna usaha keluar dengan nomor 10/HGU/DA/1973 yang berarti kebun teh Medini sepenuhnya dikelola oleh PT. Rumpun dengan luas 450,070 Ha nomor SK 10/HGU/DA 1973 tanggal 31 Desember 1973. PT. Rumpun pada tanggal 2 Maret 1973 membentuk dua PT yaitu PT. Rumpun teh dan PT. Rumpun Aneka Tanaman (ANTAN). Kebunkebun PT. Rumpun teh meliputi kebun teh Medini di kabupaten Kendal, kebun teh Kemuning di Surakarta dan kebun kopi Kaligantung di Tamaggung, sedangkan PT. Rumpun ANTAN meliputi kebun kluwak di Pati, kebun Larui Rejodadi, kebun Samudra Bumi Ayu dan kebun Darma Kradenan Majenang. Berdasarkan surat keputusan direksi PT. Rumpun Teh SK No: Dirkop 04/3/MA/1984 tertanggal 17 Maret 1984 kebun teh Medini menerima penggabungan dengan kebun Kaligantung yang mempunyai area 148.101 ha. Pada tahun 1989 dengan surat keputusan Dir. Kep. 29/teh/12/1989 dengan tertanggal 20 Desember 1989 luas area kebun teh Medini menjadi kebun teh Medini terhitung mulai tanggal 1 Januari 1989.
15
PT. Rumpun Sari Medini yang merupakan anak perusahaannya bekerja sama dengan PT. Astra Agroniaga yang merupakaan anak perusahaan PT. Astra Internasional. Kerja sama tersebut dapat teralisasi pada bulan Febuari 1990, maka dengan akte notaris Ny. Liliana Tedjosaputra SH secara asset milik PT. Rumpun dan pengolahan dilakukan oleh PT. Astra Agroniaga. Kepemilikan PT. Rumpun Sari Medini pada tanggal 1 Mei 2004 yang semula di bawah managemen PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jakarta, sekarang dipegang oleh PT. Sumber Abadi Tirta Santosa yang beralamat di Jl. Boulevard Raya Wisma Gading Jakarta utara. 2. Tujuan Pendirian Pabrik Tujuan dari pendirian pabrik PT. Rumpun Sari Medini ini tercantum dalam visi dan misi perusahaan, yaitu : a. Visi Menjadi perusahaan perkebunan medium scale yang efisien, dengan production cost yang rendah, yield optimal, dan ramah lingkungan. b. Misi 1) Memberikan kontribusi yang optimal kepada stake holders 2) Membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar kebun 3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional 4) Menjaga kelestarian lingkungan dengan menjalankan operasional kebun yang ramah lingkungan 3. Lokasi dan Areal Perkebunan a. Lokasi Perusahaan PT. Rumpun Sari Medini mempunyai kantor pusat di Jl. Pemuda 145 Semarang, kantor perwakilannya dua Jl. Ir. H. Juanda 22 Jakarta 10120, dan kebun di kotak pos No. 2 Boja, Kendal, Jawa Tengah. Pabrik pengolahan daun teh menjadi teh hijau berada di lokasi perkebunan Boja, Kendal.
16
Perkebunan teh Medini terletak sebelah barat daya dan berjarak sekitar 40 km dari Semarang serta 11 km dari Boja, Kendal. Adapun tepatnya perkebunan teh PT. Rumpun Sari Medini terletak di desa Ngresep Balong, kecamatan Limbangan, kabupaten Kendal, propinsi Jawa Tengah. Sedang perkebunan ini dibatasi oleh: Utara
: Desa Ngresep Balong - Gonoharjo
Selatan : Lereng Gunung Ungaran Timur
: Kecamatan Limbangan
Barat
: Lereng gunung Nglimut FTP. XVII kebun gabungan. Pada
dasarnya
penentuan
lokasi
perusahaan
harus
memperhatikan beberapa aspek yang dapat mempengaruhi tata letak yang baik. Adapun pertimbangan PT. Rumpun Sari Medini mengambil lokasi di daerah ini: 1) Iklim Iklim ini menduduki peringkat pertama dalam pemilihan lokasi perusahaan karena pengaruh yang sangat besar. Iklim di Indonesia adalah tropik dengan dua musimnya yaitu kemarau dan penghujan, kedua musim itu sangat besar pengaruhnya pada hasil pertahuan. Alasan diambilnya pertimbangan tersebut karena tanaman teh dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan yang ada dan juga penyinaran yang cukup untuk fotosintensis tanaman. 2) Sumber Bahan Mentah Tersedaianya bahan mentah secara berkesinmbungan dan mantap merupakan persyaratan untuk pemilihan daerah karena bahan mentah yang berada dekat lokasi perusahaan dapat mengoptimalkan efisiensi biaya. Bahan mentah yang diperlukan oleh PT. Rumpun Sari Medini diperoleh dengan sangat mudah karena mempunyai kebun teh sendiri dengan luas total 349,15 ha.
17
3) Keberadaan Pasar Pasar merupakan tempat bertransaksi konsumen dan produsen, ini erat hubungannya dengan transportasi hasil produksi. Lokasi pasar yang keberadaannya dekat dengan pabrik dapat mengefisien biaya transportasi. Untuk pembangunan lokasi perusahaan diusahakan untuk dekat dengan sumber bahan mentah dan pasar. Sebagai contoh pangsa pasar perusahaan yang berada dekat dengan lokasi PT. Rumpun Sari Medini yaitu kota Semarang dan Solo. 4) Pajak dan Peraturan Pemerintah Berbagai macam pajak yang harus dibayar oleh pabrik, baik berupa pajak daerah maupun pajak tingkat pusat. Tiap daerah mempunyai peraturan perpajakan yang berbeda-beda, pemilihan lokasi ini diutamakan pada daerah yang mempunyai pajak rendah. 5) Keadaan Tanah Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Medini berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 700 – 1600 m dpi, sehingga daerah ini cocok untuk ditanami teh. 6) Ketersediaan Tenaga Kerja Faktor tenaga kerja merupakan faktor penting bagi perusahaan, karena berhasil atau tidaknya tujuan perusahaan dipengaruhi oleh tenaga kerja. Tenaga kerja dapat diambil dari daerah sekitar perusahaan, baik sebagai karyawan, buruh harian maupun borongan. 7) Ketersediaan Fasilitas dan Pengangkutan Sarana transportasi dan pengangkutan juga merupakan faktor yang penting dan menunjang kelancaran usaha suatu perusahaan. Dengan dekatnya lokasi pabrik dengan kebun dan jalan raya maka akan lebih memudahkan kegiatan transportasi, sehingga dapat menghemat biaya.
18
b. Areal Perkebunan Perkebunan PT. Rumpun Sari Medini memiliki luas areal total 598.23 ha yang terdiri atas tiga afdeling yaitu afdeling A seluas 248.70 ha dengan luas areal efektif 114.17 ha, afdeling B seluas 201.37 ha dengan luas areal efektif 170.54 ha dan afdeling C seluas 148.16 ha dengan luas areal efektif 23.00 ha. Penggunaan tata guna lahan perkebunan PT. Rumpun Sari Medini secara rinci tercantum pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Perkebunan PT. Rumpun Sari Medini Afdeling A Afdeling B Afdeling C Uraian Total (ha) (ha) (ha) Teh (TM) 115.17 170.54 23.00 307.71 Jalan 7.62 7.52 3.52 18.66 Jurang 16.60 0.06 13.04 29.70 Sungai 0.71 3.15 3.06 6.92 Emplacement 7.80 1.34 3.98 13.12 Areal okupasi 63.37 - 63.37 Areal Cadangan 36.82 18.10 - 54.92 Areal Belum Diefektifkan 62.08 45.82 Budidaya Tanaman Lain 39.48 55.74 Areal Sisipan 1.61 0.66 2.27 Total 248.70 201.37 148.16 598.23 Sumber: Arsip kantor PT. Rumpun Sari Medini (2010) Dari tabel 4.1 dapat diketahui luas areal efektif yang merupakan areal tanaman teh yang sudah menghasilkan (TM) dan areal non efektif yang merupakan areal yang tidak dapat ditanami tanaman teh, yang perinciannya seperti tabel 4.1 diatas. Untuk luas areal efektif dan non efektif seperti tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Areal Efektif dan Non Efektif PT. Rumpun Sari Medini. Areal Efektif Areal Non Efektif Total Afdeling (ha) (ha) (ha) A 114.17 134.53 248.70 B 170.54 30.83 201.37 C 23.00 125.16 148.16 Total 307.71 290.52 598.23 Sumber: Arsip kantor PT. Rumpun Sari Medini (2010)
19
4. Tata Letak Tata letak merupakan suatu pengaturan semua fasilitas pabrik yang bertujuan agar penggunaan ruang rasional dan ekonomis. Urutan proses dan jumlah mesin yang digunakan perlu diperhatikan dalam menentukan tata letak peralatan atau mesin di dalam pabrik. a. Mesin dan Peralatan Mesin dan peralatan pengolahan teh hijau PT. Rumpun Sari Medini ini ditempatkan dalam satu ruangan besar berukuran 33 m x 24 m. Mesin dan peralatan ini terdiri dari dua unit rotary panner, dua unit Jackson, dua unit ECP belong, lima unit repeat dryer, dan lima Ball Tea. Pengaturan penempatan alat diurutkan sesuai proses sehingga kerja yang dilakukan bisa efesien. b. Pabrik dan Bangunan Pabrik pengolahan teh hijau PT. Rumpun Sari Medini lokasinya terletak diantara perkebunan teh Medini. Ini memudahkan pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik, sehingga untuk menuju pabrik tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama dan pucuk teh tidak layu. Pabrik pengolahan didirikan jauh dari perkampungan penduduk sehingga segala kegiatan pengolahan tidak menimbulkan gangguan. Untuk bangunan lain seperti kantor didirikan agak jauh dari pabrik, sedangkan gudang diletakkan tepat di depan pabrik. B. Manajemen Perusahaan 1. Struktur dan Sistem Organisasi Kebijaksanaan dan pengaturan sepenuhnya PT. Rumpun Sari Medini barada pada direksi yang berkedudukan di Jalan Kepoh G.2. Semarang, Jawa Tengah, sedangkan untuk menjalankan tugas dan program dari direksi diserahkan kepada bagian organisasi Kebun Medini. Struktur organisasi pelaksanaan PT. Rumpun Sari Medini berbentuk garis lini, sistem lini ini berjalan dua arah artinya atasan dapat memberi perintah kepada bawahan, pihak bawahan mendegalasikan atau memberi perintah sebagian wewenang kebawahannya lagi dan seterusnya
20
tetapi bawahan juga dapat memberi usulan keatasannya lagi sampai ke posisi tertinggi diperusahaan yaitu manajer. Jadi dalam organisasi lini ini atasan tidak dapat memberi perintah langsung tanpa melalui tahapantahapan dibawahnya dan itu berlaku juga untuk bawahan. Sebagai contoh kepala proyek harus melalui kepala kebun dan kepala afdeling jika ingin memberikan usulan ke kepala proyek. Keuntungan organisasi lini antara lain : a. Kesatuan komando terjamin dengan baik, karena pemimpin dipegang oleh satu orang. b. Garis komando berjalan sangat tegas, tidak mungkin
terjadi
kesimpang siuran, karena pimpinan langsung berhubungan dengan karyawan. c. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan tepat karena orang yang diajak konsultasi masih sedikit. d. Rasa solidaritas diantara karyawan umumnya tinggi karena mereka saling mengenal satu dengan yang lainnya. Tetapi organisasi lini juga memiliki kelemahan, yaitu : a. Seluruh organisasi terlalu tergantung pada satu orang, sehingga kalau seorang lini tidak mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran. b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otoriter sangat besar, karena dia sendiri sajalah yang membuat rencana dan melaksanakan pengawasannya. c. Kesempatan karyawan untuk dapat mengembangkan ketrampilan serta pengetahuan sangat terbatas. 2. Pembagian Tugas dan Wewenang Adapun pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap jabatan dari struktur organisasi PT. Rumpun Sari Medini:
21
a. Manager Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Memimpin, mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang tanaman, proses produksi dan administrasi, penguasaan materi atau personil serta penangan wilayah perkebunan termasuk harta dan kekayaan perusahaan. 2) Melaksanakan perencanaan dan kebijakan direksi. 3) Mengumpulkan dan mengajukan usulan maupun pendapat untuk bahan perbaikan. 4) Memberi laporan kepada direksi tentang kegiatan bulanan dan tahunan maupun data keseluruhan tentang perkebunan. 5) Memperhatikan kesejahteraan karyawan. b. Kepala tanaman Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Mengelola dan mengkoordinasi pekerjaan yang ada dibawah pengawasannya baik menyangkut teknik maupun administratif sesuai dengan kebijakan administrator. 2) Melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja yang telah disetujui. 3) Melaksanakan koordinasi dengan karyawan lain dalam segala hal yang berhubungan dengan perusahaan. 4) Membuat laporan bulanan dan tahunan hasil produksi kebun kepada administratur. 5) Membuat laporan pertanggung jawaban pengelolaan kebun. c. Kepala pabrik Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Mengkoordinasi dan mengontrol kegiatan pengelolaan dan produksi teh. 2) Bertanggung jawab atas infrastruktur dan bangunan pabrik. 3) Menjalankan administrasi produk pengolahan.
22
d. Kepala administrasi Mempunyai tugas dan tangung jawab sebagai berikut: 1) Mengadakan sentralisasi administrasi pelaksanaan pengelolaan kebun. 2) Mewakili pimpinan jika ditunjuk ketika pimpinan berhalangan. 3) Mengadakan hubungan kerja dengan karyawan sesuai dengan fungsinya serta memelihara hubungan demi kelancaran tugas operasional. 4) Mengontrol tugas seksi administrasi. 5) Mengatur pembayaran upah sesuai dengan daftar upah yang telah disetujui oleh kepala pabrik dan kebun/tanaman. e. Asisten afdeling Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Menangani dan mengevaluasi pengelolaan tanaman dan pemetikan di kebun pada afdeling yang dikuasai. 2) Bertanggung jawab atas pengelolaan tanaman dan pemetikan di kebun pada afdeling yang dikuasai. f. Mandor 1 afdeling Tugas dan tanggung jawab mandor 1 afdeling adalah mengawasi kegiatan di kebun mulai dari pemetikan dan pemanenan. g. Krani timbang Tugas dan tanggung jawab krani timbang adalah mencatat hasil timbangan setelah dilakukan pemetikan baik yang dilakukan di kebun maupun di pabrik. h. Mandor rawat Tugas mengawasi
dan bagian
tanggung jawab perawatan
kebun
mandor mulai
rawat dari
adalah
pembibitan,
pemupukan, penyemprotan dan pemangkasan. i. Mandor panen Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengawasi pemetik selama pemanenan.
23
j. Keamanan Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Menjaga keamanan perusahaan. 2) Membuat laporan tentang situasi keamanan perusahaan. 3) Membuat arsip dan mengkoordinasi buku tamu apabila ada tamu ataupun karyawan yang keluar masuk area perusahaan. k. Krani P/U Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Melaksanakan tugas dalam hal peraturan cuti dan pengeluaran barang. 2) Mengurus rumah tangga kantor, mengatur tata tertib kantor dan menyelenggarakan rapat pertemuan. 3) Menyelenggarakan urusan umum, surat-menyurat dan tugas kesekretariatan kebun. 4) Menertibkan dan mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, agama dan olah raga. 5) Membuat rencana, mengkoordinir dan mengawasi tugas keamanan, pembinaan wilayah dan dibantu oleh petugas harian tersendiri. 6) Menyusun bahan laporan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. l. Krani gudang Tugas dan tanggung jawab krani gudang adalah mencatat dan memberikan laporan mengenai data di gudang secara keseluruhan kepada administratur. m. Krani keuangan Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) Mencatat pemasukan dan pengeluaran perusahaan untuk keperluan pembiayaan produksi dan gaji. 2) Membuat neraca laba rugi pada tiap bulan dan akhir tahun. 3) Membuat
laporan
pengeluaran kas.
kas
mingguan,
bukti
penerimaan
dan
24
n. Mandor 1 teknik Tugas dan tanggung jawab mandor 1 teknik adalah mengawasi kondisi mesin dan peralatan yang ada serta bertanggung jawab atas perbaikkannya. o. Mandor 1 pabrik Tugas dan tanggung jawab mandor 1 pabrik adalah mengawasi kegiatan di pabrik baik proses maupun sortasi. p. Mandor proses Tugas dan tanggung jawab mandor proses adalah mengawasi atas segala pelaksanaan pengolahan pucuk hingga menjadi produk teh hijau. q. Mandor sortasi Tugas dan tanggung jawab mandor sortasi adalah mengawasi proses sortasi produk kering teh hijau menurut jenis kualitasnya. C. Bahan Baku Pucuk teh segar merupakan bahan dasar yang digunakan untuk mengolah teh hijau. Bahan dasar tersebut diperoleh PT. Rumpun Sari Medini dan kebun teh Medini yang terletak di sekitar pabrik. Varietas tanaman teh yang diusahakan di kebun Medini ini meliputi TRI 2024, TRI 2025, CHIN 143 dan Gambung 45. Adapun spesifikasinya sebagai berikut: 1. TRI (Tea Research Institut) 2024, 2025 yang bercirikan : a. Klon yang daya produksinya besar. b. Dapat tumbuh baik hampir disemua tempat. c. Mempunyai kualitas petikan teh dari medium sampai halus. d. Mudah distek. e. Tahan terhadap penyakit cacar. 2. CHIN 143 yang bercirikan : a. Klon yang mempunyai daya produksi sedang sampai besar. b. Dapat tumbuh baik dibeberapa tempat. c. Mempunyai kualitas petikan teh dari medium sampai halus. d. Ketahanan terhadap penyakit cacar daun teh sedang sampai tahan.
25
3. GAMBUNG 45 yang termasuk varietas assamica dengan ciri: a. Daya produksinya lebih besar dari CHIN dan TRI. b. Tahan terhadap penyakit. c. Kualitas daun baik dan hasilnya banyak. Kualitas bahan baku sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas mutu dari teh hijau yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan pucuk daun teh yang potensial sebagai bahan baku teh hijau baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas daun teh tersebut. Proses pengolahan teh hijau dimulai dari daun yang masih segar sampai menjadi teh kering, terdiri atas macam-macam tingkatan pekerjaan. Tiap-tiap tingkatan pekerjaan itu ikut menentukan tentang kualitas dari hasil terakhir yaitu teh kering. Sebenarnya kualitas dari teh kering itu, terutama ditentukan oleh kandungan senyawa polifenol dari daun itu sendiri, yaitu sifatsifat dan kandungan zat-zat tertentu dalam daun yang masih segar. Keadaan daun segar pada waktu diterimanya di pabrik akan ikut menentukan apakah pengolahan nanti dapat berlangsung baik atau tidak. Keadaan daun pada waktu diterimanya di pabrik harus masih segar betul dan tidak ada yang rusak atau putus-putus. Mengangkutnya dari kebun ke pabrik harus berhati-hati betul, memasukkan ke dalam keranjang-keranjang, pengumpulan daun juga tidak boleh dipadatkan, sebab daunnya dapat patah atau rusak yang dapat menimbulkan proses pemeraman. Oleh karena itu kualitas bahan baku (daun teh) sangat menentukan kualitas teh kering sehingga perlu adanya pemilihan daun teh yang potensial sebagai bahan baku teh hijau. Adapun hal-hal yang mempengaruhi mutu dari bahan baku teh adalah: 1. Perawatan Tanaman Teh Perawatan tanaman teh yang dilaksanakan di PT. Rumpun Sari Medini meliputi: a. Pengendalian Gulma Adalah menekan kerugian yang ditimbulkan akibat gulma hingga serendah mungkin untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman teh yang baik dan produksi pucuk yang maksimal.
26
b. Pemberantasan Lalang Adalah kegiatan pemberantasan setiap lalang yang tumbuh di areal tanaman dan disekitarnya termasuk jalan, parit, dan sebagainya. c. Pemangkasan Adalah kegiatan untuk mengurangi cabang atau ranting daripada pohon teh yang bertujuan untuk mencapai produktivitas tinggi dan keseragaman tanaman sehingga memberikan kemudahan dalam perawatan tanaman dan panen. d. Penyisipan Adalah mengganti tanaman yang mati di lapangan segera setelah diketahui yang mana penyisipan ini maksimal 10% dari populasi tanaman yang ada. e. Centring dan Decentring Adalah pembentukan bidang petik yang dilakukan pada saat tanaman teh masih TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) agar diperoleh bidang petik yang luas dan dapat menghasilkan sebanyakbanyaknya pucuk teh dalam waktu secepatnya. f. Soil Conservation Adalah usaha untuk melindungi atau mempertahankan lapisan dan kesuburan tanah serta mengatur dan mengurangi hilangnya sumber daya air akibat faktor alam (hujan, angin dan panas) 2. Pemupukan a. Pengenalan Pupuk Pemupukan adalah penyediaan hara yang sangat mudah di serap oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, khusus untuk tanaman teh maka pertumbuhan vegetatif lebih diutamakan. b. Tujuan Dari Pemupukan 1) Pelaksanaan
pemupukan
yang
tepat
diharapkan produktivitas tinggi dapat dicapai.
dosis
dan
waktu
27
2) Selain itu biaya pemupukan yang tinggi diharapkan dapat kembali dalam jumlah produksi yang besar. c. Jenis dan Ciri Pupuk Spesifikasi pupuk yang digunakan di PT. Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut ini: Tabel 4.3 Jenis dan Ciri Pupuk yang Digunakan di PT. Rumpun Sari Medini Unsur yang No Jenis Ciri-ciri Dikandung 1. Urea Nitrogen - Warna putih - Bentuk butiran - Higroskopis (menyerap air) - Larut dalam air 2. ZA Nitrogen (N) dan - Warna putih Belerang (S) - Bentuk butiran 3. Rock Phospor (P) - Warna putih kecoklatan Phosphate - Bentuk tepung halus - Tidak larut dalam air 4. TSP Phosphor (P) - Warna abu-abu - Bentuk butiran kasar - Larut dalam air 5. Moriate OF Kalium (K) - Warna putih/merah - Bentuk abu kasar - Tidak larut dalam air 6. Abu Janjang Kalium (K) - Warna keabu-abuan (Bunc Ash) - Bentuk abu kasar - Tidak larut dalam air 7. Kieserite Magnesium (Mg) - Warna putih dan Belerang (S) - Bentuk butiran halus 8. Pupuk NPK N,P,K - Warna merah /putih /orange 12-12-17 dan /kuning 15-15-16-4 - Bentuk butiran Kasar 9. Dolomete Magnesium (Mg) - Warna putih - Bentuk tepung - Tidak larut dalam air 10. HGF Bor Art Boron (B) - Warna putih - Bentuk butir halus - Larut dalam air Sumber : Buku Brefeat Tanaman dan Perawatan PT. Rumpun Sari Medini.
28
3. Hama dan Penyakit Tanaman Teh a. Hama Hama adalah pengganggu pada tanaman teh yang disebabkan oleh serangga dan atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Hama yang umum menyerang teh dari kelompok serangga penggerek batang dan cabang, serangga penggerak dan pengisap daun dan serangga penggerek buah. Dan dari kelompok mamalia terdiri dari tikus, hewan ternak dan sebagainya. Jenis, hama penyerang : 1) Helopeptis sp. Beberapa spesies Helopeltis yang berbahaya antara lain helpeltis antonii, Helopeltis theivora. Hama ini menyerang daun muda dan daun muda yang mengakibatkan daun-daun melengkung, tumbuh kecil dan warna kehitaman. 2) Ulat Jengkal (Hiprosida talaca) Pada umumnya yang menyerang tanaman teh adalah Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra dan Biston suppressaria. Ulat ini menetas dengan bantuan angin atau merayap menuju perdu teh sebagai tempat tinggal baru. Ulat jenis ini menyerang daun muda, pucuk dan daun tua yang mengakibatkan tanda berlubanglubang pada daun, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada pohon. 3) Ulat Penggulung Daun Beberapa jenis yang dikenal sebagai ulat penggulung daun adalah Homona coffearia, Enamornia leucostoma, Caloptilia theivora. Ulat ini mempunyai daur hidup periode telur 6-11 hari, periode ulat 5-6 minggu, periode pupa 7-10 hari. Ulat ini menyerang menggunakan benang-benang sutra yang dapat menyebabkan perdu teh tidak berdaun sama sekali.
29
4) Ulat Penggulung Pucuk Salah satu jenis ulat penggulung pucuk adalah ulat api yang sering ditemui pada perkebunan teh adalah jenis Darna trima, daur hidup ulat ini pada ketinggian 1450 m dpi adalah periode telur 8-10 hari, periode ulat 30 hari dan periode kepompong 19 hari. Hama ini menyerang pada pucuk daun teh yang akan menyebabkan pucuk daun teh akan menggulung dan akan memperlambat pertumbuhan. b. Penyakit Tanaman Teh Adalah faktor pengganggu tanaman teh yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Penyakit yang sering dijumpai pada tanamam teh adalah penyakit cacar teh, busuk daun, mati ujung bidang petik dan lain-lain. 1) Penyakit Cacar Teh Adalah penyakit pada tanaman teh yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massat. Penyakit ini disebabkan oleh spora yang diterbangkan oleh angin, terbawa serangga atau manusia. Pada umumnya mengakibatkan terjadinya infeksi pada peko. 2) Penyakit Busuk Daun Adalah penyakit tanaman teh yang disebabkan oleh jamur Cylindrocladium
scoparium
Glomerella
cingulata.
Biasa
menyerang stek teh yang baru tumbuh di persemaian dan berdampak pembusukan pada daun dan kematian pada stek. 3) Penyakit Akar Ada banyak jenis penyakit akar pada tanaman teh, antara lain sebagai berikut: 4) Penyakit Akar Merah Adalah jenis penyakit pada tanaman teh yang paling berbahaya, terutama pada perkebunan pada ketinggian sedang dan rendah.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
jamur
Ganoderma
30
pseudoferum yang mengakibatkan menguningnya daun dan rontok dan bisa mengakibatkan kematian. 5) Penyakit Merah Bata Adalah penyakit pada tanaman teh yang disebabkan oleh jamur Phoria hypolateritia, yang dampak penyerangannya terjadi penguningan daun, kerontokan dan dapat mengakibatkan kematian. 6) Penyakit Akar Hitam Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rosseliania arcuata dan Rosseliania burodes. Menyebabkan menguningnya pada daun dan dapat menyebabkan kematian. 4. Pemilihan Teh yang Potensial sebagai Bahan Baku Bahan baku untuk pembuatan berbagai macam jenis teh adalah pucuk teh segar yang penyediannya secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan produksi atau pengolahan sesuai dengan kapasitas pabrik. Yang membedakan jenis-jenis teh adalah pada proses pengolahannya, sehingga menentukan hasil akhir produk teh itu sendiri, yaitu teh hitam, teh hijau, maupun teh oolong. Di PT. Rumpun Sari Medini pucuk daun teh akan diolah menjadi teh hijau. Daun teh tersebut didapatkan dari panen kebun teh yang dimiliki oleh PT. Rumpun Sari Medini yang dipetik setiap hari mulai pagi hingga siang. Dalam kenyataannya pucuk daun teh yang diterima di pabrik terdiri dari bermacam-macam petikan dari peko+ 1 daun muda, peko+ 2 daun muda, peko+ 3 daun muda, peko+ 4 daun, 2 daun peko (biasa disebut Pucuk Burung) dan Daun Teh kasar berwarna hijau tua. Di PT. Rumpun Sari Medini standar yang dipakai adalah bahan baku harus mengandung pucuk halus dan medium sebanyak 60%nya dari keseluruhan bahan baku pucuk yang diolah. (Brevet Dasar-1 Pabrik, 1998) Potensi
produksi
pucuk
teh
tergantung
pada
kecepatan
pertumbuhan tunas baru, sedangkan kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut sebagai daun pemeliharaan. Panen merupakan kegiatan inti pada
31
perkebunan teh, oleh karena itu panen harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya agar pucuk teh yang dipanen dapat memenuhi target yang diinginkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perangkat-perangkat pendukung dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan panen, yaitu: a. Jenis pemetikan, yaitu pemetikan yang dilakukan selama masa satu daur pangkas, yang dapat dibedakan menjadi pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. b. Jenis dan rumus petik, yaitu petikan imperial, petikan emas, petikan halus, petikan medium, petikan kasar, petikan kasar sekali, dan petikan lempar. c. Daur petik, yaitu jangka waktu antara satu pemetikan ke pemetikan berikutnya, yang dinyatakan dalam hitungan hari. d. Kebutuhan tenaga pemetik, yaitu rata-rata jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memetik pucuk teh yang dihitung per satuan luas (Ha) per tahun. e. Hanca petik, yaitu luas areal petikan yang harus dipetik setiap harinya. f. Analisa petikan, yaitu uraian tentang hasil pucuk dari suatu blok pada suatu hari yang menunjukkan perbandingan antara pucuk yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat untuk jenis pengolahan tertentu, yang dinyatakan dalam persen (%). g. Alat dan sarana pemetikan, yaitu peralatan yang digunakan oleh pemetik dalam melaksanakan pekerjaan petik. Peralatan berupa waring (fishing net), gunting pemotong, etem (pisau), keranjang gendong (junak), ani-ani, dan perlengkapan pribadi (sarung tangan, caping, sepatu bots). h. Sarana transportasi, yaitu kendaraan berupa truk untuk mengangkut pucuk dari kebun dibawa ke pabrik pengolahan pucuk. Pelaksanaan panen berkaitan dengan pemeliharaan daun teh yang potensial sebagai bahan baku teh hijau. Untuk beberapa hal yang harus diketahui berkaitan dengan pelaksanaan panen, antara lain yaitu:
32
a. Jenis Pemetikan Jenis Daun teh yang digunakan sebagai bahan dasar teh hijau adalah bagian pucuk daun, akan tetapi dalam hal ini pucuk daun yang dipetik menurut rumus petikan yang telah baku. Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk kering. Pemetikan daun teh bertujuan untuk memungut hasil tanaman teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan dan juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Untuk mendapatkan kualitas pucuk daun teh dengan kualitas tinggi secara kontinyu, perlu diperhatikan jenis pemetikan. Jenis pemetikan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan petikan berdasarkan daun yang dipetik dan yang ditinggalkan setelah dilakukan pemetikan. 1) Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang rata dengan cabangcabang yang tumbuh melebar dengan tunas yang banyak sehingga tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilaksanakan dengan menggunakan mal (ukuran) yaitu apabila sebagian areal telah menunjukkan pertumbuhan tunas melebihi 1520 cm dari luka pangkas (melebihi 15-20 cm dari 60 cm). Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan umumnya 2-3 bulan setelah pemangkasan dengan 6-10 kali daur petik dimana satu daur petik = 12-15 hari. Pemetikan hanya dilakukan pada tunas yang tumbuh ke atas (pancer), sementara tunas yang tumbuh ke samping (slewer) dibiarkan karena slewer ini berfungsi menutupi tanah dari sinar matahari yang dapat menyebabkan tumbuhnya benalu atau rumput
33
yang dapat mengganggu pertumbuhan teh. Untuk membentuk bidang petik yang rata pada ketinggian yang sama digunakan alat bantu salip. Alat yang digunakan untuk pemetikan jendangan adalah jidar salib, waring dan pisau. Ukuran jidar salib yang digunakan adalah tinggi 80 cm dan lebar 100 cm yang bertujuan untuk menjaga kerataan tinggi perdu. Pemetikan jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Medini melibatkan tenaga kerja seperti pada pemetikan produksi. 2) Pemetikan Produksi Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah lepas pemetikan jendangan sampai menjelang pemetikan gendesan dengan memperhatikan kesehatan tanaman. Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk teh yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi tanaman secara maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya. Pemetikan produksi yang dilakukan Kebun Medini adalah petik sedang (medium plucking) dengan rumus p+2 (peko dengan dua daun), p+3 (peko dengan 3 daun), b+1m (burung dengan satu daun muda) dan b+2m (burung dengan dua daun muda). Pemetikan di Kebun Medini dilakukan dengan dua system manual dan menggunakan etem (pisau). Petikan dengan cara manual dilakukan dengan cara ibu jari dan telunjuk tanpa menggunakan sarung tangan tujuannya adalah agar pemetik juga dapat mengetahui mana pucuk yang layak dipetik dan mana pucuk yang tidak layak untuk dipetik. Pemetikan dengan cara dirampas tidak dibenarkan, petik sedang merupakan pemetikan yang tidak menyisakan daun diatas kepel pada bagian tengah perdu (k+0), tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun diatas kepel (k+1). Petikan produksi dilakukan 2-2.5 bulan setelah jendang yang ditandai dengan tumbuhnya tunas tersier dan bentuk perdu yang rata.
34
Pucuk yang dipanen adalah semua pucuk peko yang telah siap dipetik dan pucuk burung yang berada di atas bidang petik (cakar ayam). Pucuk yang baru muncul jika diperkirakan pada gilir berikutnya
sudah
terlalu
tua
harus
dipetik,
hal
tersebut
dimaksudkan agar peko yang dihasilkan lebih banyak. Pemetikan produksi di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan secara manual oleh tenaga kerja manusia dengan alat ani-ani untuk memotong pucuk daun teh dan salip untuk mengukur bidang petik supaya rata. Para pekerja atau pemetik selain menggunakan ani-ani dan salip, juga menggunakan perlengkapan lain saat memetik yaitu sepatu bots, keranjang untuk menampung pucuk daun teh hasil pemetikan, waring untuk tempat pucuk daun teh hasil pemetikan setelah keranjangnya penuh, pakaian yang dibalut dengan plastik dengan tujuan supaya pakaian yang digunakan tidak basah atau bisa juga untuk pengganti waring jika waring telah penuh dengan pucuk daun teh, dan caping. 3) Pemetikan Gendesan Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan pucuk yang ditinggalkan pada perdu teh. Pemetikan gendesan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakasanakan secara manual dan melibatkan tenaga kerja seperti pada pemetikan produksi. b. Jenis Petikan atau Rumus Petik Jenis petikan yang dipakai di Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu petikan sedang atau petikan medium, yaitu pucuk daun teh dengan rumus petik p+2 atau p+3m atau b+1. P+2 maksudnya daun yang dipetik adalah kuncup peko dengan 2 helai daun biasa, sedang daun yang ditinggalkan daun kepel dan 1 helai daun biasa di atasnya. p+3 muda, daun yang dipetik adalah kuncup peko dengan 3 daun biasa namun dengan syarat daun ketiga tersebut masih muda, sedang daun
35
yang ditinggalkan daun kepel dan 1 helai daun biasa di atasnya. Sedangkan yang dimaksud b+1 yaitu daun yang dipetik adalah kuncup burung dengan 1 helai daun biasa, dan yang ditinggalkan daun kepel serta 1 helai daun biasa di atasnya. Jenis petikan medium atau sedang ini digunakan karena pucuk yang diambil mempunyai kualitas yang masih bagus sebagai bahan baku teh yaitu kuncup daun dan daun yang masih muda, selain itu dikarenakan faktor ekonomi yaitu jumlah pucuk teh yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Apabila hanya kuncup peko saja yang diambil maka hasil pemetikan daun teh kuantitasnya atau jumlahnya sedikit sehingga akan memakan biaya yang tinggi. Pucuk daun teh muda digunakan karena mempunyai kualitas yang lebih bagus dari daun tua, baik dari segi warna, aroma, dan lain-lain. Bila ditinjau dari segi biokimiawinya, pucuk daun teh (peko) lebih banyak mengandung senyawa-senyawa terutama katekin yang lebih banyak daripada daun di bawahnya. Jenis dan rumus petikan yang umum dipakai PT. Rumpun Sari Medini adalah: 1) Petikan Halus Rumus petiknya : p+2m/k+l, p+2/k+l, b+lm/k+1. Rumus p+2m/k+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya, terdiri dari kuncup peko dan dua helai daun dengan satu daun termuda masih menggulung dan meninggalkan kepel dengan satu helai daun tua di ranting (k+1). Rumus p+2/k+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya, yang terdiri atas kuncup peko dipetik pucuknya, terdiri dari kuncup burung dan satu helai daun muda. Rumus b+lmk+1 artinya pucuk yang dipetik ujungnya terdiri dari kuncup burung dan satu helai daun di atasnya.
36
Gambar 4.1 Petikan Halus 2) Petikan Medium Rumus petiknya p+l/k+1 dan p+3m/k+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dan satu helai daun tua. Rumus p+3m/k+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dan tiga helai daun dengan satu helai daun termuda masing-masing menggulung.
Gambar 4.2 Petikan Medium 3) Petikan Kasar Rumus petiknya p+3/k+1 dan p+4m/k+l. Rum us p+3/k+l artinya satu ranting dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dengan tiga helai daun. Rumus p+4m/k+l artinya satu ranting dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dan empat helai daun dengan satu daun termuda masih menggulung.
37
Gambar 4.3 Petikan Kasar Keterangan rumus : petikan halus (p+2m/k+l, p+2/k+l dan b+lm/k+1), petikan medium (p+l/k+1 dan p+3m/k+l) dan petikan kasar (p+3/k+l dan p+4m/k+l) adalah sebagai berikut: p
= peko
m = daun muda k
= kepel
b
= kuncup burung
c. Daur Petik Daur petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok kebun yang sama, dihitung dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik tergantung pada pertumbuhan pucuk, jenis, dan cara pemetikan yang dilaksanakan. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Umur pangkasan Semakin tua umur pangkasan, maka semakin lambat pertumbuhan dan daur petik semakin panjang 2) Elevasi Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, maka semakin lambat pertumbuhan sehingga daur petik menjadi lebih lama atau panjang
38
3) Iklim Pada
musim
kemarau
pertumbuhan
tunas
semakin
lambat sehingga daur petik menjadi lebih lama dibandingkan pada musim hujan 4) Kesehatan tanaman Semakin
sehat tanaman
maka pertumbuhan
pucuk
semakin cepat sehingga daur petik menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak sehat 5) Kesuburan tanah Semakin tinggi tingkat kesuburan tanah, maka semakin cepat pertumbuhan pucuk, sehingga pada tanah yang subur daur petik menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Perkebunan Rumpun Sari Medini menetapkan daur petik 10-12 hari pada musim hujan dan 12-15 hari pada musim kemarau. d. Pelaksanaan Pemetikan Pelaksanaan pemetikan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan berdasarkan banyaknya pucuk, jika pucuk yang akan dipetik atau pucuk yang siap petik banyak maka pemetikan dilakukan 2 kali dalam sehari namun jika pucuk yang akan dipetik sedikit maka pemetikan dilaksanakan satu kali dalam sehari. Pemetikan pertama dilakukan pada pukul 06.30 WIB dan berakhir pada pukul 09.30 WIB untuk dilakukan penimbangan I dan pemetikan kedua dimulai pada pukul 10.30 WIB dan berakhir pada pukul 13.30 WIB untuk dilakukan penimbangan II. Pemetikan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan dua cara yaitu dengan cara manual dan menggunakan alat. Untuk perkebunan medini menggunakan alat etem dan gunting. Penggunaan etem merupakan trik mandor karena tidak semua pemetik terampil menggunakannya . Keutamaan menggunakan etem yaitu untuk menghindari pemetikan dari penyerambutan sehingga tidak terjadi kangker batang, ranting dan menghindari karusakan daun
39
penyangga dan pucuk yang dipanen. Pemetikan yang menggunakan gunting berfungsi untuk pemerataan bidang petik akan tetapi produksi yang dihasilkan kasar, sehingga penggunaan gunting di Kebun Rumpun Sari Medini tidak diperbolehkan penggunaannya. Pemetikan pucuk produksi yang menggunakan alat dapat dilihat pada Gambar 4.4
(A)
(B)
(C)
Gambar 4.4 (A) Pemetikan dengan Cara Manual (B) Pemetikan dengan Menggunakan Alat Gunting (C) Pemetikan dengan Menggunakan Alat Pisau Perlengkapan pemetik adalah jidar, waring yang terbuat dari jala dengan kapasitas 20-35 kg dan celemek plastik. Para mandor menerapkan prinsip 3M dalam pemetikan yaitu mana yang dipetik, mana yang ditinggal dan mana yang dipelihara. Jumlah pucuk dalam genggaman dianjurkan tidak terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. . Pucuk yang telah dipetik tidak boleh terlalu lama dan terlalu banyak dipegang dalam kepalan tetapi harus segera dimasukkan ke dalam junak, yaitu keranjang bambu yang digendong oleh pemetik agar tidak rusak dan tidak terjadi fermentasi. Pemetik kadang-kadang menganggap remeh aturan-aturan yang ditetapkan karena mereka berorientasi untuk mendapatkan hasil yang setinggi tingginya tanpa menghiraukan aturan-aturan yang berlaku sehingga sering terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain pucuk burung tidak bersih dipetik sehingga gilir petik berikutnya pucuk tersebut sudah tua, pucuk tanggung ikut terpetik, cara memetik yang dijambret dan jidar yang dibawa tidak digunakan.
40
e. Perawatan, Penyimpanan dan Penimbangan Pucuk Pucuk daun teh yang telah dipetik, dimasukkan dalam junak. Setelah junak penuh kemudian pucuk daun teh tersebut diletakkan ke dalam waring maksimal 25 kg dan sebaiknya tidak boleh melebihi batas karena dikhawatirkan akan terjadi pemadatan yang menyebabkan pucuk teh rusak dan terjadi fermentasi. Setelah itu waring diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung yang menyebabkan pucuk akan menjadi coklat, pucuk yang demikian akan menghasilkan teh hijau berkualitas rendah. Penimbangan pucuk daun teh dilakukan dua kali yaitu penimbangan di kebun dan akan diulang di pabrik. Penimbangan pucuk di kebun dilakukan pada pukul 10.00 WIB jika pemetikan hanya sekali dalam sehari namun jika pemetikan dilakukan dua kali dalam sehari maka penimbangan pucuk di kebun dilakukan pada pukul 09.30 WIB dan pukul 14.00 WIB. Penimbangan di kebun menggunakan timbangan gantung 50 kg. Penimbangan di kebun ini dilakukan oleh seorang juru timbang dan juru angkut. Hasil penimbangan dicatat oleh juru timbang dan mandor panen. Timbangan gantung tersebut dipikul oleh dua orang pemetik, yang nantinya hasil penimbangan pucuk daun teh yang telah dipetik oleh pemetik tersebut ditambahkan 3 kilogram sebagai upah pikul timbangan. Untuk
penimbangan
ulangan
di
pabrik
menggunakan
timbangan beras/timbangan duduk 50 kg. Penimbangan di pabrik ini dilakukan oleh juru timbang dan juru angkut yang diketahui oleh mandor pengolahan. Gambar Timbangan Gantung dapat dilihat pada Gambar 4.5
41
Gambar 4.5. Penimbangan Pucuk di Lapangan Pengangkutan pucuk dari tempat pemetikan ke pabrik pengolahan merupakan kegiatan yang memegang peranan penting untuk menjaga kesegaran pucuk teh. Kualitas teh kering hasil olahan pabrik sangat dipengaruhi oleh jumlah daun basah dan mutu hasil petikan di kebun. Oleh karena itu mutu pucuk harus dipertahankan sejak dipetik dari kebun, selama proses penyimpanan dalam waring dan dalam pengangkutan hingga sampai di pabrik. Pengaturan daun teh dalam truk atau mobil juga harus diperhatikan untuk menjaga daun teh agar tetap utuh, karena kerusakan fisik seperti terlipat, sobek dan melangas
akan
menyebabkan
terjadinya
perubahan
komposisi
(susunan) kimia zat penentu kualitas dalam pucuk teh sebelum waktunya. Di PT. Rumpun Sari Medini, pucuk diangkut dengan menggunakan 3 unit angkutan pucuk yaitu 2 truk dan 1 mobil pick up. Karena terbatasnya mobil pengangkut pucuk, kapasitas muatan sering melebihi dari kapasitas kendaraan dan pengaturan penempatan waring yang berisi pucuk daun teh pun tidak teratur bahkan diinjak-injak. Pengangkutan yang melebihi batas tersebut sering menyebabkan pucuk ditumpuk terlalu padat, sehinga secara tidak langsung akan menyebabkan kerusakan dari daun teh tersebut Selain itu mobil angkutan pucuk belum dilengkapi dengan penutup bak yang dapat melindungi kondisi pucuk dari sinar matahari dan panas sehingga dapat memicu terjadinya fermentasi pada daun teh tersebut dan
42
mengurangi kualitasnya sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh hijau ataupun kemungkinan bila terlalu rusak daun teh tersebut tidak akan diolah menjadi teh hijau (dibuang). f. Gilir Petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam satu hari. Lama gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi dan kesehatan tanaman. Gilir petik di Kebun Medini 9-12 hari karena berada pada dataran tinggi. g. System Upah Pemetikan di Kebun Medini menggunakan system borongan dengan system hanca giring. System ini dipilih karena memudahkan mandor untuk mengawasi jika terjadi kesalahan dalam teknik pemetikan. Setiap pemetik mendapatkan upah sesuai dengan pucuk yang telah dipetiknya selama periode 2 minggu dengan harga untuk 1 kg pucuk adalah Rp 350,-/kg. h. Analisa Pucuk Untuk memproduksi pucuk dalam jumlah besar tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman perlu adanya sistem penilaian yang dapat menggambarkan keadaan pucuk di lapangan dan sistem pengupahan sesuai dengan kondisi tanaman. Analisa pucuk merupakan suatu usaha pihak perkebunan untuk melihat kondisi pucuk tanaman dan menentukan kualitas teh yang akan dihasilkan melalui hasil pemetikan yang terjadi setiap hari. Dalam analisa pucuk dilakukan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen, serta berdasarkan pada kerusakan pucuk dalam persen. Tujuan dari analisa pucuk ini antara lain yaitu menilai kondisi pucuk yang akan diolah, dasar menentukan harga pucuk, dan memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan.
43
Prosedur analisa pucuk yaitu : 1) Pucuk daun teh pada tiap mandor diambil sebanyak satu keranjang plastik (keranjang sampah ukuran kecil) secara acak. 2) Pucuk dipisahkan satu persatu dibagi menjadi beberapa criteria yaitu peko (p+1, p+2, p+3, p+4, dan p+5), burung muda (BM+1, BM+2, BM+3, BM+4), burung tua (BT+1, BT+2, BT+3, BT+4), pucuk rusak (terlipat dan robek), pucuk tua (lembaran daun yang tua), dan muda (lembaran daun yang masih muda). 3) Untuk bagian muda dinamakan petikan halus sedangkan untuk yang tua termasuk dalam petikan kasar 4) Pisahkan antara petikan halus, petikan kasar dan petikan yang telah rusak. 5) Petikan halus, petikan kasar dan petikan rusak masing-masing ditimbang dan dinyatakan dalam persen (%) Dari hasil analisa pucuk tersebut diketahui persentase mutu teh hijau yang akan dihasilkan. Apabila persentase pucuk halus yang terdiri dari pucuk peko, daun muda, dan daun burung muda lebih banyak maka teh kering (teh hijau) yang dihasilkan lebih banyak berupa Peko (Grade I). Untuk pucuk kasar, akan dihasilkan teh kering (teh hijau) berupa Jikeng (Grade II) dan untuk pucuk rusak akan dihasilkan teh hijau (teh kering) berupa bubuk Masing-masing kriteria tersebut ditimbang dan dihitung persentasenya. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui analisa halus, kasar dan persentase rusak. Persentase analisa halus dilakukan dengan mencampur kriteri lembaran daun muda, burung muda, peko dan pucuk muda yang dipotong dari burung tua yang telah ditimbang. Kemudian dilakukan dengan perbandingan dengan total bobot yang dianalisis. Pucuk yang digolongkan memenuhi syarat jika memenuhi analisa pucuk minimal 30 % dan tidak memenuhi syarat maksimal 5 %.
.
Dari persentase analisa pucuk di PT. Rumpun Sari Medini menunjukkan bahwa hasil dari petikan di PT. Rumpun Sari Medini
44
lebih banyak berupa pucuk kasar. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dalam penanganan bahan baku (pucuk daun teh) setelah pemetikan hingga proses pengolahan. Oleh karena itu perlu adanya pencerahan dalam pemetikan dan penanganan bahan baku (pucuk daun teh). Misalnya pemetikan harus benar-benar menggunakan rumus petik yang telah ditentukan di PT. Rumpun Sari Medini yaitu petikan medium, dan harus berhati-hati dalam melakukan penanganan terhadap pucuk daun teh yang telah dipetik supaya tidak terjadi fermentasi. Pucuk daun teh yang telah dipetik jangan sampai terkena sinar matahari langsung dan tidak boleh ditumpuk terlalu banyak bahkan diinjak-injak. i. Kontinyuitas Bahan Baku Kontinyuitas bahan baku sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Apabila bahan baku tidak tersedia dan tidak berkelanjutan, maka kelancaran proses produksi akan terhambat. Oleh karena
itu
diperlukan
suatu
usaha
penyediaan
bahan
baku
berkelanjutan. Bahan baku PT. Rumpun Sari Medini yang berupa pucuk daun teh diambil dari kebun sendiri yang letaknya tidak jauh dari lokasi pabrik. Kontinyuitas bahan baku berhubungan dengan kuantitas bahan baku itu sendiri. Selain harus kontinyu, kuantitas dari bahan baku itu sendiri juga perlu ditingkatkan. Usaha-usaha yang dilakukan PT. Rumpun Sari Medini dalam menjaga kontinyuitas, kuantitas, serta kualitas pucuk teh yaitu dengan : 1) Melakukan Regenerasi Tanaman Adanya
regenerasi
tanaman
merupakan
suatu
cara
perkebunan untuk mendapatkan pucuk teh secara terus-menerus (rotasi pemetikan dan tanam). Jarak tanam belum menghasilkan (TBM) yang satu dengan yang lain adalah 4 tahun, begitu pula untuk tanaman menghasilkan (TM).
45
2) Mengatur Hanca Petikan Hanca petikan adalah luas areal petikan yang harus dipetik dalam satu hari. Hanca petik pada kebun teh Medini seluas 22-24 ha/hari.
Hanca
petikan
diatur
oleh
mandor
petik
atas
sepengetahuan kepala afdelingnya. Tiap mandor diberi kekuasaan atas luas kebun tertentu, kemudian dari luasan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap harinya ada areal yang dipetik. Adapun rumus hanca petikan dapat dilihat sebagai berikut:
Luas areal kebun yang dipetik ( Daur petikan yang ditentukan 1) hari
3) Melakukan Pemeliharaan Kebun Pemeliharaan kebun teh yang dilakukan adalah dengan melakukan pemupukan
hama dan penyakit, pemangkasan,
penyiangan. Diharapkan dengan pemeliharaan kebun hasil produksi dapat meningkat. 4) Mengatur Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga pemetik terkadang tidak tentu jumlahnya, hal ini dikarenakan mereka merupakan pekerja borongan. Sehingga pada saat-saat tertentu jumlahnya tidak mencukupi untuk melakukan pemetikan padahal tanaman teh yang akan dipetik jumlahnya banyak. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kauntitas petikan pucuk daun teh. 5. Pengendalian Mutu Bahan Baku Untuk memperoleh produk akhir dengan kualitas yang baik serta memenuhi syarat-syarat yang menjadi standar, diperlukan beberapa perlakuan dalam pengendalian mutu secara bertahap. Pengendalian mutu bahan baku yang dimaksud adalah usaha pengawasan yang dilakukan terhadap bahan baku (pucuk daun teh) agar didapat produk kering (teh) yang bermutu baik.
46
Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan PT. Rumpun Sari Medini adalah pengendalian terhadap pucuk daun selama pucuk daun itu belum diproses. Pucuk daun teh dan kondisi pemetikan yang baik merupakan persyaratan untuk menghasilkan teh yang berkualitas tinggi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian mutu bahan baku adalah: a. Pemetikan Lahan yang telah tiba gilir petiknya harus segera dipetik dan jangan ditunda-tunda atau diajukan gilir petiknya, karena akan berpengaruh pada pucuk yang dihasilkan. b. Rumus Pemetikan Diusahakan rumus petikan yang dianjurkan kepada pemetik adalah petikan halus atau medium (p+2 atau p+3m atau b+1), karena semakin muda pucuk yang diolah maka kualitas hasil juga semakin baik. c. Penampung pucuk (waring) Pengisian pucuk daun teh ke dalam waring jangan terlalu penuh karena dapat menyebabkan pucuk menjadi panas dan rusak. Berat pucuk maksimal 25 kg/waring, d. Transportasi Dalam pengangkutan, tumpukan pucuk harus disesuaikan dengan kapasitas mobil pengangkut dan pucuk harus mendapatkan aerasi yang cukup. Benturan mekanis selama
pengangkutan
diusahakan sekecil mungkin. e. Penghamparan Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang dan selanjutnya dihamparkan dengan ketebalan 40 cm dan diusahakan jangan sampai terinjak-injak kaki karyawan. Setiap 2 jam sekali pucuk daun teh tersebut harus dibalik (diwiwir) untuk menjamin adanya sirkulasi udara.
47
D. Proses Pengolahan Dalam proses pembuatan teh hijau tidak diinginkan terjadinya fermentasi pada pucuk daun teh, karena akan berpengaruh pada hasil akhir olahan baik dari segi rasa maupun warna teh hijau. Adanya proses fermentasi menyebabkan warna teh hijau menjadi coklat atau coklat kehitaman, sedangkan warna tersebut justru dihindari dalam teh hijau. Proses pengolahan teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu penghamparan, pelayuan, penggulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, pengemasan dan yang terakhir adalah penyimpanan. Jika pucuk daun teh yang hendak dilayukan melebihi kapasitas mesin pelayuan maka pucuk daun teh tersebut perlu dilakukan perawatan agar tidak rusak dan terjadi fermentasi. Perawatan tersebut dilakukan dengan cara pucuk daun teh tersebut dibeberkan atau dihamparkan di lantai dengan ketebalan 40 cm dan dibolak-balik (diwiwir) setiap 2 jam sekali. Proses produksi yang dilakukan di PT. Rumpun Sari Medini adalah kontinyu dan tidak ada perubahan tahapan proses yang dilakukan. Diagram alir Proses Pengolahan Teh hijau dapat dilihat pada gambar 4.6 pada halaman 48.
48
Diagram Alir Proses Pengolahan Teh Hijau Pucuk Daun Teh Pucuk Daun Teh
Penghamparan T = 25° C, t = 2 jam
Pelayuan T = 90° - 120° C, t = 4 - 6 menit
Penggulungan 15 - 17 menit
Pengeringan Awal T = 90° - 120° C, t = 25 menit
Pengeringan Akhir T = 80° C, t = (rotary dryer = 1,5 jam, ball tea = 12 jam)
Sortasi
Pengemasan /Pengepakan
Penyimpanan /Penggudangan
Teh Hijau
Gambar 4.6. Diagram Alir Pengolahan Daun Teh Sumber: Bagian Pengolahan PT. RSM (2010)
49
1. Pemetikan Pucuk Teh Pemetikan upaya memungut atau mengumpulkan pucuk yang ada pada perdu teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan. Maksud dan tujuan pengolahan teh adalah memungut semua pucuk tertentu agar dapat dicapai hasilnya yang maksimal serta tanaman tetap berproduksi tinggi dalam jangka waktu tertentu. 2. Penghamparan Tujuan penghamparan dalam pengolahan teh hijau adalah untuk menguapkan kadar air daun teh mejadi 65% sampai 70%. Proses ini dilakukan dengan cara menghamparkan daun teh dalam ruangan yaitu dengan diletakkan pada lantai dengan ketinggian maksimal 40cm, dibalik dan diwiwir setiap 2 jam dengan suhu kurang lebih 26°C, hal ini dilakukan untuk menghindarkan pucuk teh terjadi longsong. Penghamparan biasa disebut juga proses pelayuan pendahuluan. Prinsip penghamparan daun teh adalah penguapan kadar air daun teh mula-mula 74-84% diturunkan menjadi 65-70% dengan membiarkan daun teh dengan mengalami proses metabolisme yang akan menghasilkan uap air dengan bantuan suhu dan aliran udara didalam ruangan, sehingga setiap kali harus dilakukan pembalikan agar uap air daun hilang dan siap untuk dilakukan pelayuan atau proses selanjutnya. Hal ini dapat menjadikan daun teh tidak rusak terkena panas karena mengalami penyesuaian dengan cara penghamparan. Penghamparan daun teh dapat dilihat pada Gambar 4.7
Gambar 4.7 Rawat Pucuk atau Penghamparan
50
3. Pelayuan Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk hingga menjadi lentur dan mudah tergulung. Mesin yang digunakan adalah rotary paner. Pada proses pelayuan ini mula-mula pucuk daun dimasukkan dalam hong yang berputar. Putaran hong sebanyak 19 rpm dengan waktu pelayuan 4-6 menit. Pemanasan pelayuan berlangsung melalui dinding hong dan udara yang panas, sehingga pelayuan dapat merata pada semua pucuk, kemudian pucuk layu keluar. Suhu optimal pada proses pelayuan di PT. Rumpun Sari Medini adalah 90°C-120°C, selama kurang lebih 5 menit. Pengaruh hasil pelayuan terhadap proses pelayuan adalah bila terlalu lama layu maka akan mempersulit penggulungan dan penggilingan. Pada proses pelayuan akan terjadi perubahan fisik dan kimia pada pucuk teh. Perubahan fisik dapat dilihat pada warna daun dan perubahan kimia ditandai dengan meningkatnya aktifitas enzim, terurainya protein menjadi asam amino bebas dan meningkatnya kandungan kafein sehingga menimbulkan aroma yang harum. Mesin pelayuan yang dipakai Kebun Medini adalah Rotary Panner (RP) type double cylinder roll yang berjumlah dua unit dengan kapasitas 600-800 kg berbentuk tabung silinder yang berputar dipanasi dengan suhu 900C – 1200C yang digerakan oleh electromotor, 1-6 burner (kompor minyak) yang digunakan nozzle, conveyor yang dilengkapi dengan alat perata dan blower. Mesin Rotarry Panner berfungsi untuk melayukan pucuk segar melalui induksi panas sehingga pucuk lemas dan juga untuk menonaktifkan enzim polifenol oksidasi sehingga tidak terjadi proses fermentasi. Sebelum pucuk dimasukan, mesin trsebut dipanasi terlebih dahulu kurang lebih 15 menit dengan suhu 1000C. pucuk yang akan dilayukan dimasukan dalam konveyor dengan feed hopper (tempat pengisian) dan diratakan dengan alat perata yang berputar (leaf spreader) dengan tujuan pucuk tidak menggumpal. Diatas konveyor blower yang berfungsi untuk membuang
51
udara jenuh (uap air). Suhu lebih dari 100 0C tidak dianjurkan karena merusak klorofil. Pucuk dilayukan kurang lebih 5 menit. Setelah keluar dari mesin pelayuan, pucuk yang tadinya hijau berubah jadi hijau zaitun dengan kadar air 65-70%. Selain itu, hasil pelayuan yang baik juga dapat diketahui jika pucuk layu tersebut digenggam dan diperas, airnya tidak mengucur tetapi terasa lengket di tangan dan tidak terdengar bunyi patah jika diperas. Proses pelayuan di Kebun Medini dilakukan dengan 2 shif kerja yaitu pukul 11.00-18.00 dan 18.00-02.00 WIB (sampai selesai) dengan waktu istirahat dilakukan bergantian antar pekerja (diusahakan mesin tidak ditinggal). Tenaga kerja yang diperlukan untuk proses ini adalah 4 pekerja (BHL/LPT). Proses dengan digunakan Mesin Rotarry panner dapat dilihat pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Mesin Rotarry Panner di Perkebunan Rumpun Sari Medini Inaktivasi enzim terjadi karena unsur penyusun enzim adalah protein yang ada pada suhu tinggi akan terdenaturasi. Lapisan molekul yang bersifat hidrofobik akan keluar sedang yang bersifat hidrofil terlipat kedalam, akhirnya protein akan menggumpal dan mengendap. Proses pelayuan dikatakan baik apabila pucuk layu berwarna hijau, lentur atau lemas, timbul bau harum dan kalau diremas tidak ada air yang menempel di telapak tangan, ada beberapa hal yang perlu diketahui selama proses pelayuan dalam hong yaitu :
52
a. Inaktifnya Enzim Polifenol Oksidase Suhu yang paling baik di dalam pelayuan berkisar 80°C100°C, karena pada suhu ini enzim polifenol oksidase aktivitasnya terhenti. Pada suhu ini pula enzim akan inaktif selama 2-3 menit. b. Penguapan Air dan Pelemasan Daun Hilangnya sebagian air yang terdapat di dalam pucuk akan mengakibatkan lemasnya daun. Pengujian lemasnya daun selama pelayuan biasanya daun diremas apabila pucuk patah-patah berarti pelayuan belum baik, tetapi bila pucuk terasa lekat maka pucuk layu sudah dianggap baik. Berkurangnya kadar air ini akan menyebabkan pemekatan cairan sel, sehingga daun mudah tergulung dengan baik pada tahap penggulungan. c. Kemasakan Daun Pelayuan teh hijau dapat menghasilkan hasil layuan yang masak dan harum. Tingkat kemasakan biasanya diketahui dengan daun tersebut, daun yang masak bila digenggam sifatnya lekat. Untuk mengetahui hasil pelayuan yang diperoleh dapat diketahui dengan tanda-tanda antara lain : warna daun kekuningkuningan, keluar aroma khas teh, apabila diremas pucuk tidak pecah. Pelayuan ini dipengaruhi oleh suhu yang digunakan, apabila suhu yang digunakan dibawah 90°C maka daun yang dihasilkan kurang lemas, akibatnya daun akan mudah pecah dan dapat terjadi fermentasi. Sedangkan apabila suhu di atas 100°C akan terjadi case hardening. Kapasitas alat pelayuan ini rata-rata sebesar 600 kg/jam. d. Perubahan Klorofil Selama
pelayuan
pucuk
yang
berwarna
hijau
karena
mengandung klorofil akan berubah warnanya menjadi hijau zaitun karena adanya pemanasan. Pemanasan yang berlebihan, dalam hal ini melebihi 100°C akan menyebabkan perubahan warna hijau pada daun teh menjadi coklat karena klorofil kehilangan unsur Mg dan berubah feofitin yang berwarna hitam.
53
e. Pelayuan Pada Teh Hijau Pelayuan pada teh hijau diharapkan dapat menghasilkan hasil layuan yang masak dan harum. Diperkirakan dalam pemanasan ini terjadi penjendalan pectin, sehingga daun yang sudah tergulung tidak akan terurai lagi. 4. Penggulungan PT. Rumpun Sari Medini menggunakan mesin penggulung 36” tipe Jackson Roller double action yaitu meja dan silinder berputar berlawanan arah. Pucuk hasil pelayuan yang telah dibeber dimasukkan dalam silinder Jackson Roller dengan kapasitas 150 kg. Pemutaran diproses penggilingan dibagi dalam tiga tahap yaitu penggilingan pertama dilakukan 10 menit tanpa penekanan, penggilingan kedua dilakukan 3 menit dengan penutup, press, dan penggilingan. Ketiga dilakukan 2 menit tanpa penutup dan tanpa penekanan. Lama penggilingan kurang lebih 25 menit tergantung kualitas bahan baku, semakin halus pucuk yang diolah maka penggilingan semakin singkat. Jackson Roller juga dilengkapi alat press untuk membentuk gulungan dengan kenampakan yang baik. Bentuk gulungan dipengaruhi kualitas bahan baku pucuk, derajat layu, bentuk meja dan tekanan dari tutup silinder tersebut. Setelah pucuk digiling, didapat sel-sel daun yang telah pecah dan bercampur dengan oksigen sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya fermentasi sehingga perlu sesegera mungkin dimasukkan dalam mesin pengeringan awal. Proses penggilingan dengan menggunakan Jackson Roller dapat dilihat pada Gambar 4.9 pada halaman 50.
54
Gambar 4.9 Mesin Jackson Roller di Perkebunan Rumpun Sari Medini. Dalam proses penggulungan mesin yang digunakan adalah jackson yang berkerja secara roller single action atau roller double action. Lama proses penggulungan dilakukan sekitar 15-30 menit dengan kecepatan 45 rpm, makin kasar pucuk maka waktu yang diperlukan semakin lama. Pucuk layu yang sudah tergulung harus segera dikeringkan dalam mesin pengering untuk menghindarkan terjadinya reaksi dengan oksigen. Kriteria daun teh yang diharapkan PT. Rumpun Sari Medini yang setelah mengalami proses penggulungan antara lain : a. Daun teh menggulung dengan baik. b. Bila dijatuhkan atau dilempar gulungan tetap utuh. c. Warnanya hijau tua agak kekuningan dan basah karena cairan dalam daun sudah keluar. d. Setelah dilakukan penggulungan timbul bau khas. 5. Proses Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai tinggal 2-3 % sehingga daya simpan teh keringnya meningkat dan membantu meningkatkan bentuk menggulung teh. Pengeringan dibagi menjadi dua macam yaitu pengeringan awal dan pengeringan akhir.
55
a. Pengeringan Awal Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai tinggal 30-35 %. Mesin yang digunakan pada pengeringan awal di Kebun Medini adalah ECP drier (Endless Chain Pressuer) kapasitas 300-400 kg/jam/unit, kecepatan 18 rpm dengan rantai tidak terputus berukuran 4-6 feet dan terdiri dari 4-5 stage dimana kecepatan jalannya diatur dengan gear box yang menggunakan variable speed. Proses pengeringan dimulai dengan memanaskan ECP drier 15 menit sebelum pucuk hasil gilingan masuk. Setelah suhu 1000C, pucuk hasil gilingan dimasukkan dalam bak ECP drier. Stage dipasang rantai yang tidak terputus, pen membawa tray dan membawa bubuk teh yang akan dikeringkan, diujung tray pucuk jatuh dan ditampung tray dibawahnya. Suhu yang digunakan dalam ECP drier adalah 90-1200C dan ditiup dengan menggunakan blower/fan untuk menghasilkan udara panas sampai 1450C digunakan dapur api/Heat Exchanger (HE) dimana digunakan burner dengan BBM solar/minyak tanah. Angin panas yang masuk ke ruangan ECP drier adalah panas induksi sehingga api tidak boleh masuk ruang pengering karena asapnya dapat mempengaruhi hasil pengeringan. Pembagian angin rata di setiap stage sehingga diperoleh teh dengan derajat kekeringan sama. Mesin ECP drier dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Mesin ECP drier di Perkebunan Rumpun sari Medini
56
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil keringan yang diharapkan pada proses pengeringan awal yaitu : 1) Waktu pengeringan 2) Suhu pengeringan 3) Kondisi alat yang digunakan 4) Kapasitas alat yang digunakan b. Pengeringan Akhir Pengeringan akhir adalah merupakan proses pengolahan teh hijau yang sangat menentukan hasil akhir dan membentuk mutu teh, karena selain mengeringkan juga menggulung kembali daun pucuk, mengecilkan dan meratakan penggulungan sampai kadar air pucuk daun sekitar 2-3% sehingga akan menghasilkan mutu (rasa, aroma, dan bentuk) yang baik. Dalam pengeringan akhir ini digunakan 2 tipe mesin yaitu Rotary drier/Repeat Roll dan pengering Ball Tea yang berbentuk silinder berputar yang digerakkan oleh electrometer dengan kecepatan putar 15-45 rpm. Rotary Drier/Repeat Roll merupakan mesin perantara sebelum teh hasil keringan awal masuk ke ball tea dengan kapasitas 120 kg/unit dan kecepatan putar 19 rpm. Mesin RD digunakan untuk menghemat sistem burner pengapian dengan suhu 80-1000C. Pucuk dikeringkan dalam mesin RD 45 menit. Untuk 20 menit pertama meratakan pengeringan dengan api dan mesin berputar, sedangkan 25 menit kedua untuk pemolesan (mesin berputar tanpa pemanasan api). Mesin Repeat Dryer yang terdapat di Perkebunan Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Gambar 4.11 pada halaman 57.
57
Gambar 4.11 Mesin Repeat Dryer di Perkebunan Rumpun Sari Medini Ball Tea berfungsi untuk pengeringan akhir yang akan menyempurnakan mutu dengan membentuk gulungan teh. Kapasitas Ball Tea 750-900 kg teh kering hasil keringan awal dengan kecepatan 17 rpm. Teh kering dikeringkan dalam Ball Tea dengan suhu 70-1500C dan waktu 6-12 jam. Pengeringan Ball Tea dilakukan dalam 4 tahap. Tahap pertama dilakukan selama 90 menit dengan suhu 1750C, tahap kedua tanpa pemanasan selama 60 menit, tahap ketiga dengan suhu 1500C sampai poles dan tahap empat pengeringan tanpa pemanasan (poles) selama 90 menit. Setelah pengeringan di Ball Tea, teh kering dikeluarkan dan dibeber
sampai
dingin
kemudian
dimasukkan
karung.
Hasil
pengolahan teh kering diambil sampel untuk uji analisa teh kering yang berfungsi untuk mengetahui seduhan, rasa, aroma, dan ampas serta untuk mengklasifikasikan kedalam kategori peko, tulang, jikeng dan bubuk. Teh hasil Ball Tea yang telah dibeber, ditimbang dan dimasukkan dalam karung plastik untuk disimpan dalam tempat yang kering dengan alas kayu/papan agar tidak jamuran. Dapat dilihat pada halaman 58.
58
Gambar 4.12 Mesin Ball Tea di Perkebunan Rumpun Sari Medini Alat yang digunakan pada PT. Rumpun Sari Medini dalam pengeringan akhir ada 2 type, yaitu rotary dryer (repeat dryer) dan Ball tea yang kedua-duanya berbentuk silinder dan suhu yang digunakan 80°C. Lama pengeringan dengan menggunakan rotary dryer antara 1-1,5 jam. Sedang menggunakan ball tea membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam. 6. Sortasi a. Sortasi Mesin Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan, dan membentuk, atau mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau. Mesin sortasi yang digunakan adalah Layer Dry Leaf Sifter, Sunction Winnower dan Cutter. 1) Layer Dry Leaf Sifter Pada mesin sortasi Layer Dry Leaf Sifter terdiri dari 2 mesin layer, yaitu: a) Layer 3/ Extractor Mesin layer 3 menggunakan ukuran mesh 13mm, 6mm, 8mm, 4mm, dan 10mm.
b) Layer 4 Mesin layer 4 menggunakan ukuran mesh 10mm, 8mm, 6mm, dan 4mm.
59
2) Sunction Winnower Mesin ini digunakan untuk memisahkan mutu teh hijau berdasarkan berat jenisnya. 3) Cutter Mesin ini merupakan lanjutan dari mesin layer 4 yang berfungsi untuk memperkecil ukuran peko yang berukuran besar dan memanjang. Sortasi merupakan kegiatan pengelompokan teh jadi kedalam jenis-jenis mutu dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau dan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu agar teh hijau dapat diterima di pasaran. Sortasi di Kebun Medini dilakukan dengan 2 cara yaitu sortasi mesin dan sortasi manual. Sortasi mesin digunakan untuk pemisahan teh berdasarkan berat jenisnya dengan penggunaan 4 tahapan mesin yaitu mesin Layer Dry Leaf Sifter, Extractor, Winower dan Cutter. Land shifter biasa disebut layer 4 yang berfungsi untuk memisahkan grade, terdiri dari 4 susunan ayakan. Namun, Kebun Medini memodifikasikan menjadi 6 susunan ayakan agar lebih efektif. Susunan ayakan tersebut adalah 10, 8, 6, 4, 3 dan 2 mm. Mesin ini menghasilkan 5 kelas mutu yaitu lokal, peko super besar (PSB), peko super kecil (PSK), chun mee (CM), tulang dan dust. Extractor atau layer 3 digunakan untuk pemisahan tulang dari layer 4 dengan kapasitas 140 kg/jam. Extractor sering disebut layer 3 dengan struktur ayakan yang timbul berfungsi untuk jalur tulang agar tidak lolos dari lubang ayakan. Hasil sortasi dari layer 4 masuk dalam layer 3. Pengklasifikasian hasil dari layer 4 masuk dalam ukuran ayakan masing-masing. Untuk PSB menggunakan ayakan 13, 10, 8, 6 mm dan dihasilkan kelas mutu tulang, lokal, PSK, PSB. Bahan PSK dan CM menggunakan ayakan 13, 10, 8, 6, 4 mm dan dihasilkan
60
tulang, lokal, PSK dan CM. Gambar Layer Dry Leaf Sifter dan Stalk Separator dapat dilihat pada Gambar 4.13
(A) (B) Gambar 4.13 (A) Mesin Layer Dry Leaf Sifter dan (B) Mesin Stalk Separator di Perkebunan Rumpun Sari Medini Stalk Separator berbentuk stage bersusun 4 yang berfungsi untuk memisahkan tulang kecil dan akan dihasilkan tulang. Winower merupakan mesin pemisah teh kering berdasarkan berat jenisnya yang bekerja dengan 4 kipas yang bersusun. 3 kipas sebagai penghembus dan kipas 1 penyedot debu. Ketiga kipas tersebut tidak berjalan bersamaan tetapi bergantian tergantung kebutuhan kelas mutu yang diinginkan, kelas mutu yang dihasilkan dari mesin winower ini adalah PSK, PSB, CM, kempring dan dust. Mesin Winower dapat dilihat pada Gambar 4.14
Gambar 4.14 Mesin Winower di Perkebunan Rumpun sari Medini Proses sortasi dilakukan dalam 3 shift yaitu shift 1 pukul 06.3014.00, shift 2 pukul 14.30-22.00 dan shift 3 pukul 22.00-15.30 dan membutuhkan 4 pekerja (BHL/PHT). Sortasi manual dilakukan untuk
61
mengecek hasil yang didapat dari sortasi mesin dengan memisahkan tulang dan jikeng ditandai dengan warna agak kekuningan. Kegiatan sortasi manual dilakukan secara borongan sebanyak 5 orang dengan waktu kerja pukul 06.30-14.30 WIB. b. Sortasi Manual Merupakan sortasi yang dilakukan setelah teh disortasi mesin, sortasi manual ini menggunakan tenaga manusia. Sortasi manual dapat dilihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Kegiatan Sortasi Manual di Perkebunan Rumpun Sari Medini 7. Pengepakan Pengepakan dilakukan menggunakan karung plastik yang kuat, agak tembus cahaya dan mempunyai ketahanan terhadap uap air sehingga cocok untuk pengepakan teh kering yang bersifat higrokopis atau selalu menyesuaikan diri dengan kelembaban udara disekitarnya. Ukuran dan kantong plastik yang digunakan sekitar 20-25 kg. Fungsi pengepakan utama adalah sebagai pelindung untuk produk terutama kerusakan fisik selama didistribusikan ke konsumen. Pengepakan bertujuan untuk mencegah teh hijau hasil proses pengolahan yang telah dipoles dari kerusakan dan memudahkan dalam penyimpanannya. Bahan yang digunakan untuk pengepakan adalah paper sack dan karung plastik. Pengepakan teh hijau dilakukan jika teh hijau mencukupi untuk satu chop. Jumlah pada satu chop pada umumnya 44 karung dengan berat bersih 2000 kg untuk lokal, dan 2200 kg untuk
62
ekspor. Tenaga kerja yang digunakan adalah 3 orang, waktu packing dimulai pukul 06.30-14.30 WIB. 8. Penggudangan Teh hijau yang dihasilkan PT. Rumpun Sari Medini merupakan bahan setengah jadi atau bahan baku yang digunakan untuk pengolahan teh wangi. Oleh karena itu sebelum didistribusikan ke pihak konsumen dibutuhkan tempat untuk penyimpanan atau penggudangan. Tujuan diadakannya penyimpanan adalah untuk melindungi teh dari kerusakan, mempertahankan kondisi teh agar tetap kering, serta menjaga kualitas dan kuantitas teh. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan tempat penyimpanan yang baik. Syarat-syarat penyimpanan yang baik adalah seperti dinding terbuat dari tembok, lantai terbuat dari semen, produk diusahakan tidak kontak langsung dengan lantai, dan dengan ventilasi yang cukup, juga diusahakan agar tempat penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan kering (tidak basah dan lembab). Batas maksimal untuk waktu penyimpanan teh kering yang masih layak dikonsumsi kurang lebih selama 4-6 bulan. Penggudangan dan penyimpanan teh kering dapat dilihat pada halaman 59.
Gambar 4.16 Penggudangan dan Penyimpanan Teh Kering di Perkebunan Rumpun Sari medini Pemasaran teh hijau yang dihasilkan Kebun Medini dipasarkan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan pelaksanaan pemasaran teh hijau di Kebun Medini dilakukan dengan memberikan sampel hasil teh kering kepada calon konsumen sehingga konsumen dapat mengetahui sifat dan kenampakan teh tersebut. Setelah tercapai kesepakatan antara kedua
63
belah pihak, direksi membuat laporan Delivery Order (DO) dan pihak kebun akan mengirim bahan sesuai dengan DO tersebut. Untuk tujuan pasar dalam negeri (lokal), teh hijau Kebun Medini dipasarkan ke PT Sosro (Tegal), PT Gunung Subur (Solo), PT Kereta Kencana dan PT Tri Bintang Inter Global (Sukabumi), PT Gunung Manik (Bandung), PT Agro Pangan Putra Mandiri (Bogor), PT Indotirta Jaya Abadi (Semarang), PT Sepeda Balap (Pekalongan), sedangkan untuk tujuan ekspor teh hijau Kebun Medini dipasarkan ke negara Afganistan. E. Mesin dan Peralatan yang Digunakan 1. Mesin yang Digunakan Mesin
yang
digunakan
dalam
kegaiatan
proses
dalam
pembuatan teh hijau di PT. Rumpun Sari Medini antar lain : a. Rotary Panner Prinsip kerja mesin ini melayukan daun teh dengan menggunakan sumber panas dari api kompor yang dipancarkan pada bagian dinding luar silinder sehingga silinder akan menjadi panas. Apabila daun teh basah dimasukkan kedalam bong panas yang berputar, maka daun teh akan menjadi layu.
Gambar 4.17 Rotary Fanner Sumber : PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Lubang pemasukan 2. Hong
64
3. Pengaduk 4. Kompor 5. Cerobong 6. Lubang pengeluaran 7. Motor penggerak 8. Belt conveyor
Spesifikasi mesin: Nama
: Rotary panner
Ukuran
: 200 cm x 600 cm
Type
: Double action (buatan Sukabumi)
Kapasitas
: 300-400 kg/jam
Putaran
: 19rpm
Suhu panas
: 50°C
Prisip kerja: 1) Elektromotor dihidupkan melalui alat kontrol kemudian silinder dan kompor dihidupkan juga melalui alat kontrol. 2) Sebelum dimasukkan hoong pelayuan dipanaskan terlebih dahulu kurang lebih 30 menit untuk meratakan panas, kemudian pucuk dimasukkan dari arah depan berputar sampai belakang. Pemasukan pucuk harus berkesinambungan dan terus menerus karena kalau tidak demikian akan terjadi ruang hampa, sehingga terjadi kekeringan dan warna daun layu tidak rata. Pengaturan kecepatan putaran mesin dihubungkan dengan puly. 3) Gigi hong bersentuhan dengan gigi dan berputar searah jarum jam. 4) Pucuk yang dimasukkan menjadi layu akibat panas yang ditimbulkan oleh burner. Alat ini dilengakapi dengan 3 elektromotor dan 1 kompor yang
meliputi:
65
1) Motor 1 Type
: FBFC
Daya
: 3 HP 2,2 kw
Putaran
: 1485 rpm
Kuat arus
: 8,5 A
Voltage
: 220-380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
Fungsi
: Untuk meratakan pucuk yang masuk
2) Motor 2 Tipe
: FBFC
Daya
: 1HP 0,75 kw
Putaran
: 1400 rpm
Kuat arus
: 3,3 A/1,9 A
Voltage
: 220-380 v
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
Fungsi
: Untuk menggetarkan konveyor
3) Motor 3 Tipe
: FBFC
Daya
: 1 HP 0,75 kw
Putaran
: 1400 rpm
Kuat arus
: 3,3 A/1,9 A
Voltage
: 220-380 v
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
Fungsi
: Untuk menggerakkan konveyor
4) Kompor Kode
: 4L 898
Type
: LT 30HW
Daya
: 150 W
Voltage
: 220V
Buatan
: Kogya Co. Ltd (Taiwan)
66
Fungsi
: Untuk menimbulkan panas dengan sumber energi solar.
b. Mesin Penggulung Fungsi mesin ini adalah untuk mememarkan dan menggulung pucuk hasil pelayuan dan memeras cairan sel agar menempel di permukaan daun tanpa mengakibatkan kehancuran.
Gambar 4.18 Press Roller Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: a. Tutup pengatur b. Tutup c. hopper d. Landasan (meja) e. Tempat bahan f. Tempat bahan keluar
Spesifikasi Mesin: Nama
: Press roller
Ukuran
: 36 dan 26 inchi
Type
: Single Action dan Double Action
Buatan
: Sukabumi
Kapasitas
: 200 kg /jam /unit dan 150 kg /jam /unit
Putaran
: 45 rpm
67
Prinsip kerja: a) Elektrometer dihidupkan melalui alat kontrol. b) Dengan bantuan ban play yang mennghubungkan dengan pulli dengan elektromotor dan pully menggerakan Jackson Roller, maka as Jackson Roler baergerak c) Gardan memutar as pinton, memutar as penggerak secara horisontal, sehinga Jackson Roler dapat berputar untuk menggulunng dan memeras pucuk d) Daun layu selama penggulungan dipres 2 kali yaitu 2 menit etelah daun masuk dan 2 menit sebelum dikeluarkan. Pengaturan poros /ulir penggerak pres naik turun yaitru untuk meratakan cairan dipermukaan daun. e) Penggulungan dihentikamn dengan cara mengunci pully penggerak sehinga ban play pindah ke pully sampingnya yang tidak bisa menggerakan as penggerak. f) Daun yang telah tergulung dikeluarkan melalui lubang pengeluaran. Alat ini masing-masing trays dilengkapi elektromotor yang
meliputi: a. Motor (single acktiori) Type
: FBFC
Daya
: 7,5 HP 5,5 kw
Putaran
: 1440 rpm
Kuat arus
: 12,2 A
Voltage
: 380/660 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
b. Motor (double action) Type
: FBFC
Daya
: 7,5 HP 5,5 kw
Putaran
: 1435 rpm
Kuat arus
: 11,7/6,8 A
68
Voltage
: 380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
c. Mesin Pengering Awal (Endless Chain Pressure Dryer/ECP Belong) Hasil pucuk layu yang telah digiling dimasukkan ke Belong melalui trays-trays yang dijalankan bersusun/bertingkat. Pengeringan ini terjadi penguapan air yang disebabkan karena adanya kontak antara trays yang panas dengan pucuk dan juga dapat terjadi karena kontak pucuk dengan udara panas dan dalam belong. Adanya sisir perata dapat meratakan pucuk dengan ketebalan kurang lebih 4 cm untuk dimasukkan ke belong sehingga pengeringan dapat merata ke seluruh permukaan pucuk.
Gambar 4.19 Endless Chain Pressure Dryer Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Pemasukan bahan 2. Sisir perata 3. Trays 4. body 5. Pengatur kecepatan 6. Main Fan 7. Heat exchanger 8. Bunner 9. Cerobong asap 10. Pengeluaran bahan
69
Spesifikasi mesin: Ukuran
: 203 cm x 590 cm
Type
: memakai trays
Buatan
: Sukabumi
Kapasitas
: 250-300 kg/jam
Putaran
: 18 rpm
Suhu panas
: 90-120° C
Alat ini dilengkapi dengan elektromotor dan 1 kompor yang meliputi: 1) Motor 1 Type
: FBFC
Daya
: 10 HP 7,5 kw
Putaran
: 1440 rpm
Voltage
: 220/380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
Fungsi
: untuk meratakan bahan yang masuk
2) Motor 2 Type
: FBFC
Daya
: 1 HP 0,75 kw
Putaran
: 1380 rpm
Voltage
: 220/380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
Fungsi
: sebagai penggerak trays
3) Motor 3 Type
: FBFC
Daya
: 1 HP 0,75 kw
Putaran
: 1400 rpm
Kuat arus
: 3,3 /1,9 A
Voltage
: 220/380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taiwan)
70
4) Kompor Code
: 4 N 30
Type
: LT 30 HW
Daya
: 150 W
Voltage
: 220 V
Buatan
: Kogya Co. Ltd (Jepang)
d. Reapet dryer Prinsip kerjanya mengurangi kadar air bahan dengan cara menguapkan air sehingga mencapai kadar air 3-4%. Daun yang telah mengalami pengeringan awal dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam hoong panas yang berbutar sehingga penguapan terjadi baik disebabkan oleh kontak langsung dengan udara panas dalam hoong. Proses dihentikan bila batang teh dapat dipatahkan atau terdengar suara alat yang menandakan teh telah kering.
Gambar 4.20 Reapet dryer Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Lubang pemasukan 2. Lubang pengeluaran 3. Pengatur suhu 4. Hong 5. Kipas 6. Poros pengatur 7. Motor
71
Spesifikasi mesin: Ukuran
: 130 cm x 236 cm
Type
: Single action
Buatan
: Sukabumi
Kapasitas
: 50 kg /jam /unit
Putaran
: 17 rpm
Suhu panas
: 80° C
Jumlah
: 5 unit
Alat-alat ini dilengkapi dengan elektromotor dan kompor yang meliputi: a) Motor Type
: FBFC
Daya
: 2 HP 1,5 kw
Putaran
: 1410 rpm
Kuat arus
: 6,05/3,5 A
Voltage
: 220/380 V
Buatan
: Tatung Co. Ltd (Taywan)
b) Kompor Code
: 5 A 100
Type
: LT3
Daya
: 150 W
Voltage
: 220V
Buatan
: Kogya Co. Ltd (Jepang)
e. Ball tea Prinsip kerjanya sama dengan repeat dryer, waktu pengeringan lebih lama dan dihasilkan teh hijau yang terpilin bulat (Gun powder).
72
Gambar 4.21 Ball tea Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Tempat pemasukan dan pengeluaran bahan 2. Silinder roll (hong) 3. Blower 4. Cerobong udara panas 5. Motor 6. Cerobong pengeluaran asap 7. Heat exchanger 8. Cerobong penghisap udara luar
Spesifikasi mesin: Panjang
: 3400 mm
Lebar
: 1500mm
Tinggi
: 2000 mm
Kapsitas
: 37,5 kg/jam
Temeratur
: 220-225° C
Elektromotor
: 3 HP 1400 rpm
f. Layer Dry Leaf Sifter Prinsip kerjanya teh kering dimasukkan melalui belt (konveyor) menuju ke alat sortasi (ayakan). Ayakan bergarak maju mundur untuk meratakan distribusi teh kering. Teh kering lolos lubang-lubang pada ayakan berdasarkan ukuran besar kecilnya teh kering. Ayakan ini mempunyai diameter lubang besar untuk ayakan paling atas dan
73
berturut-turut sampai yang terkeciluntuk ayakan di bawahnya. Teh hasil ayakan keluar melalui lubang pengeluaran masing-masing ayakan dengan mutu teh yang berbeda-beda (bervariasi).
Gambar 4.22 Layer Dry Leaf Sifter Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Motor 2. Puly 3. Conveyor 4. Ayakan
Spesifikasi mesin: Merk
: PT IDE, Tegal
Type
: FBFC
Kapasitas
: 250 kg/jam
Ukuran Lebar
: 1260mm
Tinggi
: 1900mm
Prinsip kerja: 1) Elektro motor dihidupkan melalui alat kontrol. 2) Ayakan yang dipasang secara bersusun akan bergetar dan teh kering akan bergerak dari tempat penampungan. 3) Teh yang sesuai ukuran lubang akan keluar lewat corong dan yang tidak sesuai akan jatuh ke saringan bawahnya. 4) Untuk dipisahkan lagi sesuai ukuran lubang dan keluar melalui corong yang lain.
74
g. Suction Winower Prinsip kerja mesin ini teh kering dimasukkan dalam ruang penghembus melalui konveyor. Udara dihembuskan oleh exchaust fan. Teh yang masuk dalam ruang penghembus akan terbawa oleh hembusan udara. Teh yang mempunyai berat jenis paling besar akan jatuh pada lubang pengeluaran pertama dan teh semakin kecil berat jenisnya berturut-turut pada lubang pengeluaran selanjutnya.
Gambar 4.23 Suction Winower Sumber : PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: a. Motor 2. Conveyor 3. Penyangga 4. Puly 5. Lubang pemasukan teh 6. Kipas 7. Corong pengeluaran
Spesifikasi mesin : Merk
: PT IDE, Tegal
Type
: FBFC
Kapasitas
: 300 kg/jam
Ukuran Panjang
: 12600 m
Lebar
: 800 mm
Tinggi
: 2700 mm
75
h. Tea cutter Prinsip kerja alat ini adalah teh kering yang berukuran besar masuk ke dalam ruang pemotong melalui hopper kemudian teh di dalam mesin akan diperkecil ukurannya dengan menggunakan roll-roll berputar.
Gambar 4.24 Tea cutter Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Hopper 2. Cutter pemotong 3. Outlet 4. Elektromotor 2. Peralatan yang digunakan a. Timbangan Gambar alat
Gambar 4.25 Timbangan bagian pemetikan Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010)
76
Keterangan: 1. angka penunjuk berat 2. panah penunjuk berat 3. penggantung timbangan 4. penggantung bahan b. Timbangan Gambar alat
Gambar 4.26 Timbangan bagian penerimaan dipabrik Sumber : PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Tempat bahan 2. Tempat anak timbangan 3. Angka penunjuk berat 4. Roda c. Timbangan Gambar alat
Gambar 4.27 Timbangan bagian analisa Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010)
77
Keterangan: 1. Tempat bahan 2. Penunjuk berat 3. Angka penunjuk berat 4. Kerangka timbangan d. Alat pengangkut (troly) Gambar alat
Gambar 4.28 Alat pengangkut (Troly) Sumber : PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan : 1. Pegangan/dorongan 2. Tempat bahan 3. Roda e. Bak penampung Gambar alat
Gambar 4.29. Bak penampung Sumber: PT. Rumpun Sari Medini (2010) Keterangan: 1. Binding bak penampung 2. Tempat bahan
78
F. Produk Akhir 1. Spesifikasi Produk Akhir Jenis teh yang diproduksi di PT. Rumpun Sari Medini terdiri dari beberapa jenis teh, yang dispesifikasikan dalam beberapa tingkatan mutu (grade). Mutu atau grade yang ada di PT. Rumpun Sari Medini meliputi dua grade yakni grade lokal dan grade ekspor. Pasaran lokal Indonesia hampir dapat dijangkau oleh PT. Rumpun Sari Medini, meskipun demikian pihak produsen belum puas jika komoditi yang dihasilkan tidak dapat menjangkau pasaran Internasional. Berikut ini adalah tabel spesifikasi mutu teh hijau lokal dan ekspor yang saat ini masih diproduksi di PT. Rumpun Sari Medini. Dapat dilihat pada halaman 75.
79
Tabel 4.4 Spesifikasi, Ciri dan Tingkatan Mutu (grade) Teh Hijau di PT. Rumpun Sari Medini Spesifikasi No Ciri Grade mutu 1. Peko Super Teh hijau yang partikelnya tergulung I (ekspor) Kecil padat, terpilin, berwarna hijau sampai kehitaman, lolos ayakan lubang 6 mm dan tertahan ayakan lubang 4 mm 2. Peko Super Teh hijau yang partikelnya berwarna hijau I (ekspor) Besar kehitaman, berukuran lebih panjang daripada Peko Super Kecil, lolos lubang ayakan 8 mm dan tertahan lubang 6mm 3. Chun Mee
Teh hijau yang partikelnya tergulung padat I (ekspor) memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam
4. Jikeng
Teh hijau yang partikelnya tergulung II (lokal) longgar dan kurang terpilin berwarna hijau kehitaman, sampai kuning kecoklatan, lolos lubang ayakan 10 mm dan tertahan ayakan lubang 1 mm
5. Dust
Teh hijau yang partikel tergulung longgar II (lokal) berupa potongan pipih berwarna kehitaman sampai kuning kecoklatan, lolos ayakan lubang 2 mm dan tertahan ayakan lubang 1 mm
6. Pecco Fanning
Teh hijau yang partikelnya panjang pipih berwarna kehitaman, lolos ayakan lubang 2 mm dan tertahan ayakan lubang 1 mm
7. Tulang
Teh hijau yang partikelnya berupa gagang II (lokal) berwarna kuning kecoklatan
8. Gun Powder Teh hijau yang partikel tergulung padat memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam 9. Sun Mee
II (lokal)
II (lokal)
Teh hijau yang partikelnya berupa II (lokal) potongan pipih, berwarna hitam kehijauan sampai kecoklatan Sumber: Bagian Produksi PT. Rumpun Sari Medini 2010
80
Standar mutu teh hijau No. SP-60-1997, teh hijau dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis mutu yang sifat-sifatnya adalah sebagai berikut: a. Mutu Peko Bentuk daun tergulung kecil, warna hijau sampai hijau kehitaman, aroma wangi teh hijau, tidak apek, benda-benda asing tidak terdeteksi, gagang maksimum 5%, kadar air maksimum 1%. b. Mutu II (Jikeng) Bentuk
daun
kurang
tergulung
melebar,
warna
hijau
kekuningan sampai warna hijau kehitaman, aroma wangi, tidak apek, benda-benda asing tidak terdeteksi, gagang maksimum 7%, kadar air maksimum 10%. c. Mutu III (Bubuk) Bentuk daun bubuk, potongan-potongan datar, warna hijau kehitaman, tidak apek, benda-benda asing tidak terdeteksi, tidak ada gagang, kadar air 10%. d. Mutu IV (Tulang) Sebagian besar berupa tulang daun berwarna hijau kehitaman, aroma kurang wangi tapi tidak apek, benda-benda asing tidak terdeteksi, kadar air maksimum 10%. Selain konsep pengelompokan di atas, pengelompokan jenis mutu yang lain yang merupakan penyempurnaan konsep di atas adalah : a. Mutu I peko, yaitu jenis mutu teh hijau berasal dari daun muda serta tergulung dengan baik b. Mutu II jikeng, yaitu jenis mutu teh yang berasal dari daun tua atau dari daun muda yang kurang tergulung dengan baik c. Mutu III bubuk, yaitu jenis mutu teh yang berasal dari daun muda atau daun tua yang hancur akibat dari bentuk pengolahan yang pipih d. Mutu IV tulang, yaitu jenis mutu teh yang berasal dari tulang-tulang daun.
81
Teh hijau yang baik adalah yang memiliki sifat-sifat kering, berwarna hijau kehitaman dan cerah, mempunyai aroma yang wangi dan tidak tercemar, bentuknya tergulung dengan baik, mempunyai rasa sepet yang kuat dan warna seduhan air kuning cerah. 2. Analisa Mutu Teh Hijau Pengujian mutu terhadap teh kering meliputi: a. Analisa Kering Analisa kering dilakukan untuk mengetahui prosentase fraksifraksi yang dihasilkan pada hari itu. Fraksi-fraksi pada teh hijau adalah peko, jikeng, bubuk dan tulang. Tujuan analisa kering adalah untuk mencocokkan produk yang dihasilkan sudah baik atau tidak, sehingga dapat diketahui kesalahan pada prosesnya. Adapun cara analisa kering, yaitu : 1) Diambil 100 gr teh kering dan ditimbang. 2) Diambil teh tersebut sesuai dengan fraksi-fraksinya. 3) Ditimbang lagi masing-masing fraksi tersebut. Teh hijau yang berkualitas baik prosentase fraksi peko harus 70% dan fraksi bubuk 30%. Peko dapat dibedakan dari jikeng karena menggulung lebih baik, lebih berat dan lebih hitam. b. Pengujian Organoleptik Pengujian organoleptik untuk mengetahui kualitas air seduhan dan ampas seduhan. Prosedur pengujian organoleptik adalah sebagai berikut: 1) Ditimbang 5gr teh kering. 2) Dimasukkan dalam cangkir percobaan. 3) Didihkan air murni. 4) Dituangkan dalam cangkir percobaan yang telah diisi dengan sampel teh. 5) Ditutup selama 10 menit. 6) Dituangkan seduhan teh kedalam mangkok percobaan dan usahakan ampas seduhan tidak terikut.
82
7) Dilakukan pengujian secara organoleptik. Adapun penilaian organoleptik terhadap air seduhan meliputi: 1) Warna, yaitu kekuningan dan jernih 2) Penilaian rasa yang mencakup kesegaran dan kekuatan (rasa sepet yang kuat) 3) Penilaian bau yang meliputi aroma khas teh hijau 3. Penanganan Produk Akhir Penanganan produk akhir dari teh hijau yaitu berupa pengemasan atau pengepakan dan penyimpanan. a. Pengemasan atau Pengepakan Kemasan barang adalah suatu barang atau benda yang digunakan untuk menampung dan merapikan produk sehingga bahan tesebut dapat disimpan dan ditransfer dengan mudah. Teh kering yang dihasilkan di
PT. Rumpun
Sari Medini
sebelum
dilakukan
pengepakan, terlebih dahulu dihamparkan di atas lantai yang telah dibersihkan
untuk
didinginkan,
kemudian
dilakukan
dengan
penimbangan untuk mengetahui hasil akhir teh kering dalam sehari. Pengemasan di PT. Rumpun Sari Medini dilakukan 2 kali yaitu pengemasan
sementara
dan
pengemasan
untuk
pemasaran.
Pengemasan sementara teh kering dikemas dengan karung dan diikat dengan tali rafia. Sedangkan kemasan untuk kemasan pemasaran adalah plastik dan karung yang ditutup dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit karung. b. Penyimpanan Di PT. Rumpun Sari Medini teh yang telah dikemas baik dalam kemasan sementara maupun kemasan pemasaran disimpan dalam gudang. PT. Rumpun Sari Medini memiliki 2 gudang. Gudang I untuk teh dengan kemasan sementara dan gudang II untuk teh dengan kemasan pemasaran dan teh kualitas ekspor. Dinding gudang terbuat dari tembok, lantai semen, atap dari seng dan mempunyai ventilasi yang cukup.
83
G. Pemasaran Produk Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Sistem pemasaran di PT. Rumpun Sari Medini adalah sistem DO (Order Pengiriman Barang) yaitu pertama-tama pihak PT. Rumpun Sari Medini memberikan sampel hasil produksi teh hijau tersebut kepada konsumen. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan transaksi jual beli barang sepenuhnya diatur oleh direksi pusat PT. Rumpun Sari Medini sedangkan untuk pengeluaran barang dilakukan sendiri oleh pihak perkebunan atau pabrik. Pengiriman barang dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Pengambilan barang dilakukan sendiri oleh pihak pembeli sehingga semua resiko menjadi tanggung jawab pembeli (perangko gudang penjual). 2. Pihak perkebunan atau pabrik yang melakukan pengiriman barang ke gudang pembeli sehingga semua resiko menjadi tanggung jawab pihak pabrik dengan biaya pengiriman telah disesuaikan dalam harga penjualan (perangko gudang pembeli). H. Sanitasi Sanitasi adalah pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan mentah, bahan pembantu, peralatan, dan pekerja untuk mencegah pencemaran dan kerusakan pada hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen, serta mengusahakan kerja yang bersih, aman dan nyaman. 1. Sanitasi Pabrik Lingkungan tempat perusahaan PT diperhatikan letaknya terhadap lingkungan yang kurang sehat. Penentuan lokasi bangunan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produk yang dihasilkan, untuk itu pemilihan lokasi bangunan tidak boleh diabaikan
84
begitu saja. Setiap shift yang bekerja bertanggung jawab pada sanitasi seluruh ruangan proses produksi. Sanitasi pabrik secara umum meliputi: a. Sanitasi Lantai Lantai hams kedap air, tahan terhadap garam, permukaannya rata dan halus, serta mudah untuk dibersihkan dan lantai yang dibuat sudah memadai dan memenuhi persyaratan. Di PT. Rumpun Sari Medini sanitasi lantai dibersihkan sebelum dan sesudah proses produksi. Pembersihan dilakukan dengan menyapu setiap bagian dalam ruangan proses produksi. b. Sanitasi Binding Binding menggunakan bahan bangunan yang terbuat dari tembok dan kayu. Sanitasi dinding dilakukan setiap 1 bulan sekali meliputi pembersihan seluruh bagian dinding dari pabrik. c. Atap dan Langit-Langit Atap terbuat dari seng karena tahap terhadap pengaruh hujan, tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor. Langit-langit terbuat dari kayu dengan permukaan rata dan tidak mudah terkelupas serta tahan lama dan mudah dibersihkan. d. Ventilasi Uap air akan mengembun dan menempel pada permukaan peralatan, mesin, langi-langit dan dinding yang mudah menimbulkan karat. Pada kayu akan mengakibatkan kayu menjadi mudah lapuk atau terjadi serangan jamur. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka dibuat ventilasi, pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap, baik secra alami maupun buatan. e. Sanitasi Mesin atau Peralatan Pengolahan Untuk mendapatkan produk yang berkualitas baik dan tidak terkontaminasi, maka kondisi mesin dan peralatan lainnya yang berhubungan dengan bahan baku yang akan diproses harus selalu dijaga kebersihannya. Pembersihan mesin dan peralatan di PT.
85
Runpun Sari Medini dilakukan sebelum dan sesudah digunakan untuk kegiatan proses. f. Sanitasi Pekerja Kesehatan
dan
kebersihan
dari
para
pekerja
sangat
menentukan mutu produk yang akan dihasilkan pekerja merupakan salah satu mata rantai yang menghubungkan sumber pencemaran dan produk, karena banyak mikroorganisme yang melekat pada kulit dan pakaian pekerja yang dikenakan. Oleh karena itu karyawan PT. Rumpun Sari Meedini diharapkan memakai alat pelindung berupa masker, sarung tangan dan topi yanag dimana masker dan sarung tangan telah disediakan oleh pihak pabrik yang dibagikan satu minggu sekali. Untuk topi pekerja diharapkan membawa sendirisendiri. 2. Sanitasi Lingkungan Lingkungan yang dimaksud adalah halaman sekitar pabrik. Halaman pabrik yang bersih, nyaman dan sehat akan mendukung jalannya
suatu
perusahaan
dari
berbagai
cemaran
yang dapat
mempengaruhi hasil akhir suatu produksi. Misalnya halaman pabrik yang tergenang air sehingga kondisi becek, air dan lumpurnya dapat terbawa masuk oleh kaki para pekerja ke dalam pabrik yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap hasil lingkungan. Kebersihan lingkungan PT. Rumpun Sari Medini selalu diperhatikan yaitu dengan adanya petugas khusus kebersihan, dengan demikian selalu tercipta lingkungan pabrik yang bersih, sehat dan aman. 3. Penanganan Limbah Limbah merupakan sisa atau pembuangan dari suatu unit pengolahan yang sudah tidak layak dipakai. Apabila limbah tidak ditangani secara baik maka akan menjadi sumber pencemaran Limbah pengolahan teh hijau PT. Rumpun Sari Medini secara garis besar terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
86
Limbah padat yang dihasilkan dari PT. Rumpun Sari Medini berupa debu, rumput, batang teh tua dan daun teh yang gosong selama proses pengolahan. Limbah padat yang dihasilkan relatif sedikit dan tidak membahayakan lingkungan, sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus. Limbah padat ini digunakan untuk pupuk pada lingkungan sekitar pabrik dan taman yang bersifat sebagai pupuk alami. Limbah padat termasuk limbah biologis. Penanganannya dengan cara dibakar terkendali, yaitu dibakar pada suatu tempat yang memungkinkan mengendalikan
nyala
api
dan
tidak
menyebabkan
pencemaran
lingkungan sekitar. PT. Rumpun Sari Medini untuk menangani limbah padat ini dengan cara membersihkan kotoran-kotoran tersebut dari mesin dan peralatan lalu dikumpulkan dan dibuang pada tempat yang telah disediakan. Limbah cair berasal dari air radiator dan air sisa untuk mencuci alat. Bak air radiator maupun bekas untuk mencuci alat membahayakan lingkungan. Namun air radiator keluar masih dalam keadaan panas sehingga masih perlu ditampung terlebih dahulu dalam bak kemudian setelah dingin baru dialirkan ke sungai. Sedangkan limbah cair bekas membersihkan alat dapat langsung dialirkan ke sungai. PT. Rumpun Sari Medini dalam proses pengolahannya tidak menghasilkan limbah yang berbahaya karena dalam pengolahannya produk tidak menggunakan bahan kimia atau bahan tambahan dari luar yang bersifat membahayakan atau mencemari lingkungan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktek magang di PT. Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya ketelitian para pemetik dalam memetik pucuk teh di kebun PT. Rumpun Sari Medini. 2. Kurangnya perhatian dalam penyimpanan pucuk teh dalam waring pada saat pengangkutan oleh truk. 3. Tujuan pemasaran PT. Rumpun Sari Medini tidak hanya dalam negeri tetapi sudah ke luar negeri yaitu Afganistan. 4. Sistem pemasaran di PT. Rumpun Sari Medini adalah sistem DO (Order Pengiriman Barang) yaitu pertama-tama pihak PT memberikan sampel hasil produksi teh hijau tersebut kepada konsumen. 5. Kesadaran semua karyawan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan menjalankan operasional kebun yang ramah lingkungan. 6. Sanitasi perusahaan dan tata letak alat pengolahan saling mendukung dalam menciptakan proses pengolahan yang bersih, aman dan efesien. 7. Sumber referensi yang masih seadanya atau kurang lengkap tentang ilmu pengetahuan di perpustakaan PT. Rumpun Sari Medini. B. Saran Untuk memperoleh daun teh yang potensial sebagai bahan baku teh hijau, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Perlunya ketelitian para pemetik dalam pemetikan pucuk daun teh, yaitu disesuaikan dengan rumus petikan, sehingga meningkatkan mutu hasil petikan yang akan berpengaruh pada produk teh hijau. 2. Perlunya perhatian dalam pengangkutan pucuk teh dalam waring agar tidak diinjak-injak saat pengangkutan oleh truk agar tidak terjadi longsong.
87
88
3. Perlunya peningkatan kesejahteraan karyawan terutama bagi mereka yang telah lama bekerja dan juga penghargaan bagi mereka yang berprestasi, sehingga memberi motivasi pekerja untuk bekerja lebih baik. 4. Perlunya penambahan buku-buku perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pertanian dan ilmu pengetahuan dan juga kelengkapan bahan dan alat untuk penelitian terutama yang berkaitan dengan ketersediaan zat kimia.
DAFTAR PUSTAKA Anonima, 2009. Tanaman Teh. http://www.food-info.net/id/.(Diakes pada tanggal 15 Mei 2010 pukul 16.00 WIB). Anonimb,2010. Sejarah Teh.http://go2smart.co.cc/tanaman-teh-cameliasinensis/.(Diakses pada tanggal 15Mei 2010 pukul 16.00 WIB). Anonimc,2010. Penanaman Teh.http://www.plantcultures.org/pccms/. (Diakes pada tanggal 15 Mei 2010 pukul 16.00 WIB). Anonimd,2008.Khasiat Daun Teh. http://ipa-terpadu-082.blogspot.com/2008/ khasiat-daun-teh.html.(Diakses pada tanggal 15 Mei pukul16.45 WIB) Anonime, 2009.Teh. http://www.csrreview-online.com/.(Diakses pada tanggal 10 Juli pukul 20.00 WIB) Anonimf, 2007.Rumus Pemetikan Teh. http://19bee.blogspot.com/2007/12/rumuspemetikan-teh.html.(Diakses pada tanggal 10 Juli pukul 20.10 WIB) Anonimg, 2004.Tentang Teh. http://dianekawati.wordpress.com/2004/09/29/ tentang-teh/.(Diakses pada tanggal 10 Juli pukul 20.20 WIB) Anonimh, 2010.Pengolahan Teh. http://images.dyagi.multiply.multiplycontent. com/Pengolahannya.pdf?.(Diakses pada tanggal 10 Juli pukul 20.45 WIB) Anonimi, 2009.Sistem Manejemen Gudang. http://romailprincipe.wordpress.com/ 2009/04/16/sistem-manajemen-gudang/.(Diakses pada tanggal 23 Juli pukul 17.00 WIB) Anonimi,2008. Manfaat Teh Hijau. http://www.nahninu.com/Articles/Blog/88/27Manfaat-Teh-Hijau-Bagi-Kesehatan.html.(Diakes pada tanggal 15 Mei 2010 pukul 16.00 WIB). Anonimj,1998.Brevet Dasar-1 Pabrik Teh.PT. Astra Agro Niaga.Jakarta. Hartoyo, Arif M. S.2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisus. Yogyakarta. Nazaruddin dan Paimin,1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan.PT. Penebar Swadaya.Jakarta. Setyamidjaja, Djoehana.2000. Teh, Pascapanen.Kanisius.Yogyakarta
Budi
Daya
dan
Pengolahan
Tim Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia,1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Badan Pengolahan Pertanian.Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.Bandung. Tim Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia,1994. Petunjuk Kultur Teknis Pengolahan Teh. Badan Pengolahan Pertanian.Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.Bandung.
89
LAMPIRAN
Pemangkasan
Jenis Teh CHIN 143
Jenis Teh TRI 2024, 2025
Jenis Teh GAMBUNG
Krani Timbang pabrik
Lokal
PSK
Tulang
Dust
Jikeng
PSB
CM
Kempring