WHO
LAPORAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN JEJARING SURVEILAN KEAMANAN PANGAN [REPORT OF THE WORKSHOP ON THE DEVELOPMENT OF FOOD SAFETY SURVEILLANCE NETWORK]
EXECUTIVE SUMMARY Workshop on the Development of Food Safety Surveillance was held in Jakarta, July 8th, 2003. It was organized by the National Agency for Drug and Food Control (NADFC), Republic of Indonesia and supported by the WHO (World Health Organization), Jakarta. A total of 42 Participants, including secretariat, participated in the workshop. The aims of the workshop were to: (i) identify potential food safety assessment and surveillance in Indonesia; (ii) develop a strategy to initiate a food safety surveillance network; and (iii) introduce Food Watch Program, an integrated food safety-monitoring program. The workshop was officially opened by Drs. Ruslan Aspan, Deputy Chairman for Traditional Medicines, Cosmetics and Complement Product Control, NADFC on behalf of Deputy Chairman for Food Safety and Hazardous Substance Control. In his welcoming address, He drew attention to the fact that a strong network does not need a coordinator. Ir. Jan A. Speets, Advisor Environment Health, WHO Jakarta stressed in his welcome speech that food safety is a global priority of the WHO and he suggested that a food safety surveillance network is needed to improve and analyse data on human disease patterns and food monitoring in all its variety of aspects. During 2002, Badan POM c.q. Directorate for Food Safety Surveillance and Extension conducted food safety surveillance programs in 3 scopes as reported by Dr. Ir. Winiati P. Rahayu and Dr. Ir. Roy A. Sparringa, M.App.Sc, including (i) routine activity, such as foodborne disease outbreaks; (ii) pilot projects, such as exposure assessment for food additive in foods consumed by elementary school students with total diet approach, self assessment of exposure level to food additive, Salmonella and microbiological quality of vegetables in food chain; and (iii) utilization of data collected for the improvement of food safety standard. Food Intelligence Network is a communication system designed for food safety professionals in risk assessment to share their expertise and experience. If a problem in one area found by a member, other's experience might solve the problem and improve the food safety. By sharing information and knowledge, members of the Food Intelligence Network can target their resources to address a problem as it occurs throughout the food chain. Food Watch Program is one example of integrated food safety surveillance that can be initiated via this forum.
1
Important information concerning food safety assessment and surveillance was provided by the participants and presented in this report. The participants suggested that the Food Intelligence Network should not be structured, because the network is a joint partnership between stakeholders. However, a simple secretariat is needed to facilitate the network activities. Finally, the workshop recommended and supported the establishment of the Food Intelligence Network to strengthen the food safety in Indonesia. As a consensus, Badan POM was appointed as a secretariat for the Food Intelligence Network. It is expected that regular meeting will be held quarterly. The next meeting will be held in Badan POM in October 2003. Topic of the meeting will be determined by the members. To facilitate this purpose, the secretariat sends a questionnaire to the network members. LATAR BELAKANG Penyakit yang disebabkan oleh pangan merupakan salah satu masalah nasional yang berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dengan disertai konsekuensi ekonomi dan sosial yang buruk. Untuk mendeteksi masalah keamanan pangan yang meliputi kasus/kejadian luar biasa (KLB) penyakit pangan serta faktor-faktor risikonya, diperlukan kegiatan Surveilan Keamanan Pangan guna memantau kecenderungan (trend) masalah keamanan pangan agar dapat mengambil suatu tindakan atau mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Hal ini berarti sistem surveilan keamanan pangan tidak hanya meliputi penyakit pada manusia saja tetapi juga faktor-faktor risikonya yang terdapat pada proses produksi pangan sampai konsumsi dalam rantai pangan. Untuk itu dibutuhkan adanya interaksi antara data pasien dan data keamanan pangan pada rantai pangan. Data surveilan yang relevan pada setiap tahap dalam rantai pangan dan surveilan penyakit akibat pangan yang diderita oleh manusia harus terus dikumpulkan dan dianalisis untuk mengevaluasi trend penyakit dan sumber penyebab utama penyakit agar dapat ditanggulangi secara efektif. Sekarang ini aktivitas surveilan keamanan pangan tidak terkoordinasi secara formal dan terintegrasi dengan proses kajian risiko. Kajian pendahuluan tentang surveilan penyakit-penyakit akibat pangan yang diadakan oleh SEAMEO pada tahun 2001 menyarankan untuk dibangun sebuah Jejaring Surveilan Keamanan Pangan. Tujuan utama dari Jejaring Surveilan Keamanan Pangan adalah untuk saling tukar menukar informasi antara lembaga terkait, membangun koordinasi yang sinergis dan mencanangkan Surveilan Keamanan Pangan Terpadu menurut skala prioritas yang ditetapkan. Untuk mengevaluasi kebutuhan dan potensi pengembangan jejaring surveilan keamanan pangan dan sistem surveilan keamanan pangan terpadu di Indonesia, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kegiatan dan kemampuan lembaga terkait guna mengembangkan kapasitas untuk melaksanakan surveilan keamanan pangan terpadu dalam suatu jejaring nasional yang disebut Jejaring Intelijen Pangan. Salah satu program unggulan dalam jejaring ini adalah Food Watch, yaitu suatu program monitoring keamanan pangan terpadu yang dilaksanakan oleh lembaga terkait dengan memanfaatkan pendayagunaan sumber daya yang ada.
2
TUJUAN LOKAKARYA 1. Mengidentifikasi kegiatan surveilan dan kajian keamanan pangan yang penting di Indonesia. 2. Mengembangkan strategi untuk memulai kegiatan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan. 3. Memperkenalkan program Food Watch, suatu program monitoring keamanan pangan terpadu.
HASIL YANG DIHARAPKAN DARI LOKAKARYA INI 1. Diperolehnya informasi pendahuluan tentang stakeholders yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam surveilan keamanan pangan 2. Teridentifikasinya isu dan pengembangan strategi untuk memulai surveilan keamanan pangan terpadu, termasuk program Food Watch. 3. Terbentuknya jejaring intelijen pangan sebagai forum komunikasi yang dirancang untuk para anggota dari instansi yang memiliki tugas dan fungsi yang berhubungan dengan kajian risiko.
PELAKSANAAN KEGIATAN Waktu Waktu Tempat
: :
Selasa, 8 Juli 2003 Ruang rapat Kepala Badan POM, Gedung A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta pusat
Penasehat
:
Koodinator Pelaksana Kesekretariatan Logistik dan Konsumsi
: : :
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Dr. Ir. Roy A. Sparringa, M.App.Sc. Drh. A. A. Nyoman Merta Negara Ruki Fanaike, S.TP.
Kepanitian
Jadwal acara 09.00 – 09.30
Pendaftaran peserta
09.30 – 10.00
Welcome Speech, Ir. Jan A. Speets, Advisor Environment Health, WHO Jakarta. Sambutan dan Pembukaan Lokakarya, Drs. Ruslan Aspan Deputi Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, Badan POM, Republik Indonesia
10.00 - 10.45
Kegiatan Surveilan Keamanan Pangan di Badan POM, Dr. Ir. Winiati P. Rahayu, MS, Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM, Republik Indonesia
10.45 - 11.30
Jejaring Intelijen Pangan dan Program Food Watch, Dr. Ir. Roy Sparringa, M.App.Sc. 3
11.30 - 12.15
Diskusi I
12.15 - 13.00
ISHOMA
13.00 - 14.00
Diskusi II
14.00 - 14.25
Perencanaan Pelaksanaan Jejaring Intelijen Pangan Dr. Ir. Winiati Pudji Rahayu, MS
14.25 - 14.30
Kesimpulan dan Penutupan
PESERTA LOKAKARYA Jumlah peserta lokakarya yang hadir termasuk sekretariat adalah 42 orang (Lampiran 1).
SAMBUTAN DAN PRESENTASI DALAM LOKAKARYA Sambutan dari WHO (Ir. Jan A. Speets, WHO Advisor Environmental Health) Sambutan diawali dengan perkenalan diri Ir. Jan A. Speets, berasal dari Belanda yang sebelumnya bertugas di Nepal dan baru bertugas satu bulan di Indonesia, walaupun 13 tahun yang lalu Ir Jan A. Speets pernah bertugas di Indonesia. Keamanan pangan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, tidak hanya bagi negara berkembang saja. Untuk itu, WHO memprioritaskan program keamanan pangan ini. Diperlukan pertukaran informasi menyangkut masalah teknis dan keahlian antar negara regional dalam bidang keamanan pangan. Sehingga jejaring surveilan keamanan pangan diperlukan untuk menganalisis dan memperbaiki data pola penyakit pada manusia dan monitoring masalah pangan dalam beberapa aspek yang terkait. Maka itu diperlukan jembatan antara bidang epidemiologi dan konsumsi pangan. Hal ini merupakan masalah yang sangat kompleks dan penuh tantangan. Diharapkan diskusi ini merupakan langkah awal penting untuk pengembangan jejaring surveilan keamanan pangan di Indonesia Pidato lengkap pada Lampiran 2. Sambutan dan Peresmian Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan (Drs. Ruslan Aspan, Deputi Ketua Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mewakili Deputi Ketua Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya) Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan ini merupakan kelanjutan dari lokakarya atau diskusi yang membahas sistem keamanan pangan terpadu. Jejaring Intelijen Pangan diperlukan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang program surveilan dan kajian yang berhubungan dengan keamanan pangan. Jejaring ini merupakan forum komunikasi, sehingga tidak diperlukan koordinator. Diharapkan dalam lokakarya ini dihasilkan suatu kesepakatan pembentukan Jejaring Intelijen Pangan untuk mengembangkan program keamanan pangan yang sinergis. Sambutan Lengkap pada Lampiran 3. 4
Program Surveilan Keamanan Pangan di Badan POM (Winiati P. Rahayu dan Roy A. Sparringa; Moderator, Roy A. Sparringa). Surveilan keamanan pangan adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data yang berhubungan dengan keamanan pangan secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada pihak pengguna/terkait yang membutuhkan untuk ditindaklanjuti. Surveilan dilakukan terus menerus untuk mengetahui trend (kecenderungan) masalah keamanan pangan, tindak lanjut serta evaluasi kebijakan yang telah diambil. Lingkup kegiatan surveilan keamanan pangan di Badan POM meliputi kasus atau kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan, serta faktor-faktor risiko penyakit akibat pangan sepanjang rantai pangan. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan mulai melaksanakan program surveilan sejak Badan POM berdiri (2001). Kegiatan surveilan sebenarnya telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal POM yang diutamakan pada program pengawasan pangan yang dititikberatkan pada upaya penegakan hukum. Tahun 2002, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pangan melakukan program surveilan yang meliputi program rutin, pilot project dan memanfaatkan data yang terkumpul agar dapat ditindaklanjuti. (i) Program Rutin adalah surveilan KLB keracunan pangan. (ii) Program Pilot meliputi Surveilan Salmonella pada Sayur, Kajian Paparan BTP dan Bahan Berbahaya pada Makanan Murid SD dengan Menggunakan Metode Total Diet Study, Survei Penggunaan BTP pada Makanan Jajanan Anak Sekolah, serta Kajian Paparan BTP Secara Mandiri dengan Metode Dietary Record. Sedangkan (iii) Program Pemanfaatan Data adalah Analisis Hasil Surveilan Inspeksi Pangan yang Beredar di 5 Provinsi pada Tahun 1999-2001. Kesimpulan penting dari hasil surveilan sepanjang 2002 adalah (i) perlunya pembenahan manajemen investigasi KLB Keracunan Pangan di Indonesia; (ii) perlu diketahuinya informasi kasus-kasus penyakit akibat pangan di rumah-rumah sakit di seluruh Indonesia; (iii) mutu mikrobiologis dan keberadaan Salmonella pada sayursayuran bahan dasar gado-gado sangat memprihatinkan karena seluruhnya tidak memenuhi syarat di sepanjang rantai pangan dari tingkat petani, pedagang eceran dan pedagang makanan siap saji gado-gado; (iv) penggunaan BTP pada makanan jajanan anak sekolah perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut, antara lain siklamat dan benzoat; (v) perlu melakukan pilot project survei konsumsi pangan secara individu untuk memprediksi tingkat paparan BTP, kontaminan dan bahan berbahaya; serta (vi) perlu mengintegrasikan program surveilan keamanan pangan di Badan POM berdasarkan analisis risiko, yang melibatkan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) sebagai risk assessor, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan sebagai risk manager, serta Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai risk communicator dan risk assessor. Pada tahun Anggaran 2003, Badan POM melaksanakan surveilan KLB Keracunan Pangan (rutin), Pengembangan Pelaporan Rumah Sakit tentang Kasus Penyakit Akibat Pangan (rutin), Pilot Project KLB Keracunan Pangan di DKI Jakarta, Penguatan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan, Pemetaan Kemampuan Stakeholders Keamanan Pangan, Pengembangan Sistem Surveilan Keamanan Pangan pada Rantai pangan, serta Pilot Project Survei Konsumsi Pangan untuk Kajian Paparan BTP.
5
Jejaring Intelijen Pangan dan Program Food Watch (Roy A. Sparringa dan Winiati P. Rahayu; Moderator, Winiati P. Rahayu) Jejaring Intelijen Pangan merupakan bagian dari Sistem Keamanan Pangan Terpadu atau dikenal sebagai Integrated Food Safety System (IFSS). Konsep program IFSS dikembangkan oleh Badan POM bekerjasama dengan AGAL (Australian Government Analytical Laboratory). Sistem ini berdasarkan prinsip kajian risiko dan telah mendapatkan dukungan sebagian besar stakeholders penting di Indonesia. Sebagian besar lembaga yang memperoleh leaflet tentang program IFSS ini telah menyatakan menaruh minatnya kepada program keamanan pangan terpadu. Pada lokakarya ini mengundang stakeholders penting yang berminat terhadap Jejaring Intelijen Pangan guna menyamakan persepsi serta mengidentifikasi program potensial untuk didiskusikan dalam pertemuan Jejaring Intelijen mendatang. Jejaring Intelijen Pangan adalah sistem komunikasi yang dirancang untuk para anggota dari instansi yang memiliki tugas dan fungsi yang berhubungan dengan kajian risiko, antara lain kegiatan surveilan, survei, monitoring, kajian atau riset yang berhubungan dengan pangan, khususnya keamanan pangan. Jejaring ini perlu untuk membagi informasi dari hasil kajian yang ditemukan guna mendapatkan dan memecahkan masalah keamanan pangan di Indonesia. Dengan saling membagi informasi, para anggota dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk bersama sama menyelesaikan permasalahan keamanan pangan di sepanjang rantai pangan. Bergabung dengan jejaring ini tidak menambah beban pekerjaan, karena jejaring ini dimaksudkan menjadi bagian dari aktivitas rutin. Jejaring ini merupakan forum komunikasi dan mengkoordinasikan informasi agar dapat diketahui untuk ditindaklanjuti lebih lanjut oleh pihak yang terkait. Contoh tindak lanjut Jejaring Intelijen Pangan antara lain (i) menindaklanjuti hasil temuan untuk program pengawasan pangan, (ii) melaksanakan riset untuk mendukung program keamanan pangan, misalnya metode pengawetan pangan yang aman dan efektif, mengembangkan metode deteksi patogen atau kontaminan, (iii) mengembangkan foodborne disease surveillance system, serta (iv) memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program Food Watch. Program Food Watch adalah sistem monitoring keamanan pangan terpadu berdasarkan teknik analisis risiko yang menggunakan keahlian dan pengalaman para profesional untuk meningkatkan standar keamanan pangan. Program Food Watch merupakan program prioritas keamanan pangan di Indonesia. Topik program Food Watch dapat diperoleh dari Jejaring Intelijen Pangan, Pengawas Pangan, lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, industri pangan dan lain-lain. Topiktopik tersebut kemudian diseleksi oleh Steering Group yang berasal dari anggota Kelompok Kerja dalam Dewan Ketahanan Pangan untuk ditindaklanjuti oleh Tim Teknis Food Watch. Tim Teknis ini kemudian merencanakan program survei secara detail termasuk protokol survei dan metode analisisnya. Pelaksanaan survei bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terkait dalam topik kajian. Dalam presentasi ini dipaparkan salah satu contoh bagaimana hasil survei bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan standar keamanan pangan. Contohnya adalah laporan Food Watch mengenai BTP ilegal yaitu borax, formalin dan Rhodamin B. Data ini diolah dan dianalisis dari data yang terkumpul di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan POM. Laporan terdiri dari (i) apa masalah penggunaan BTP ilegal; (ii) apakah yang telah ditemukan dari hasil survei; (iii) dari manakah BTP ilegal tersebut didapat, serta (iv) solusi atau rekomendasi apa yang sebaiknya dilaksanakan.
6
Piranti lunak yang bernama FOSIM (Food Safety Institutes Mapping) yang masih dalam tahap pengembangan oleh Badan POM disampaikan juga dalam pertemuan ini. Piranti lunak ini bertujuan untuk memetakan kemampuan dan informasi kegiatan yang berhubungan dalam keamanan pangan di Indonesia. HASIL DISKUSI Berikut ini rangkuman dari diskusi dalam lokakarya. Moderator dalam diskusi ini adalah Dr. Ir. Winiati P. Rahayu, MS dan Dr. Ir. Roy Sparringa, M.App.Sc (Badan POM). Peserta yang memberikan komentar, informasi, dukungan dan pertanyaan dalam diskusi ini adalah Dr. Ir. H. Sobar Wiganda, M.Sc (Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian), Ir. Sri Irawati Susalit (Badan POM), Drh. Indraningsih, MS (Balai Penelitian Veteriner), Dr. Benni Sormin (FAO), Prof. Roostita L.B, Ph.D (Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran), Drh. Hadi Wardoko, MM (Badan Karantina Pertanian), Dra. Rosmulyati Ilyas, Apt (Pusat Riset Obat dan Makanan, Badan POM), Ir. Surono, MPhil (MBrio), Rina Agustina-Ahmad, MD, MSc (SEAMEO), Ramot P. Sihotang (Sucofindo), dan Dra. Azizah Nuraini, PIOM (Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM).
Dukungan terhadap Jejaring Intelijen Pangan Peserta lokakarya menyambut baik adanya forum komunikasi dalam Jejaring Intelijen Pangan yang merupakan bagian dari Sistem Keamanan Pangan Terpadu di Indonesia. Diharapkan jejaring ini akan semakin kuat dan mengakar hingga di daerah. Jejaring ini sangat strategis karena terkait dengan program Dewan Ketahanan Pangan. Informasi-informasi penting yang disalurkan dalam Jejaring Intelijen Pangan akan mendapat perhatian dan dapat ditindaklanjuti dalam Program Dewan Ketahanan Pangan. Jejaring Intelijen Pangan yang merupakan forum komunikasi antar lembaga dalam bidang kajian risiko ini memungkinkan para anggota dapat memanfaatkan informasi, memecahkan masalah bersama, menindaklanjuti serta menghindarkan tumpang tindih program. Beberapa peserta bersedia untuk ikut serta dalam mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil temuannya ke jejaring ini.
Informasi kegiatan yang berhubungan dengan keamanan pangan di beberapa lembaga -
-
Ada dua Kelompok Kerja Pangan dan Gizi di Dewan Ketahanan Pangan, yaitu (i) Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi yang diketuai oleh Dr. Ir. H. Sobar Wiganda, M.Sc, Kepala Pusat Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan (ii) Tim Penanganan Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang diketuai oleh Ir. Sri Irawati Susalit (Direktur Standardisasi Produk Pangan, Badan POM). Program keamanan pangan di daerah dapat memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian yang jumlahnya mencapai sekitar 34.000 orang. Diperkirakan 70% diantaranya saat ini tidak aktif lagi. Dalam waktu dekat akan ada program revitalisasi tenaga penyuluh ini.
7
-
-
-
Ada dana sampling makanan jajanan di Badan Bimas Ketahanan Pangan yang bisa dilaksanakan di daerah. Beberapa daerah antara lain telah melaksanakan kerjasama dengan Balai POM Lampung, Sumbar dan Sumsel. Pusat Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan akan melatih tenaga penyuluh keamanan pangan di Indonesia. FAO dalam waktu dekat akan memberikan dana untuk Departemen Pertanian guna mendukung program Dewan Ketahanan Pangan. Banyak informasi yang tersedia disetiap lembaga yang bisa dikomunikasikan dalam Jejaring Intelijen Pangan. Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sedang merencanakan Program Total Diet Study. Beberapa laboratorium swasta sebenarnya telah aktif dalam kegiatan surveilan keamanan pangan, misalnya Mbrio dan Sucofindo yang aktif dalam investigasi KLB keracunan pangan di industri dan monitoring keamanan pangan di beberapa hotel berbintang. Kedua laboratorium ini aktif dalam melaksanakan kajian risiko yang bisa dimanfaatkan dalam jejaring intelijen pangan ini. Sucofindo menyampaikan informasi tentang uji keamanan produk impor yang tidak memenuhi syarat, namun dalam beberapa kasus, produk tersebut ternyata beredar di Indonesia.
Saran untuk Jejaring Intelijen Pangan -
-
-
-
-
Jejaring Intelijen Pangan ini sebaiknya tidak terstruktur, karena suatu jejaring akan semakin kuat apabila tidak terstruktur. Untuk itu disarankan agar Jejaring Intelijen Pangan ini difasilitasi oleh sebuah sekretariat kecil saja. Jejaring Intelijen ini sebaiknya melibatkan lembaga-lembaga yang berkompeten dalam keamanan pangan yang menyeluruh form farm to table. Sebagai contoh Badan Karantina Pertanian menyarankan untuk melibatkan Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Kesmavet Ditjen Bina Produksi Peternakan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, serta Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Food Watch bisa dijadikan program awal survei terpadu antar lembaga yang bernaung di dalam Jejaring Intelijen pangan. Pertemuan Jejaring Intelijen Pangan ini bisa dilakukan secara berkala, misalnya dua-empat kali dalam setahun. Penyelenggara dan pembicara dilaksanakan secara sukarela. Sekretariat akan mengirimkan kuesioner kepada anggota yang menanyakan topik dan sub topik yang akan dibicarakan dalam pertemuan mendatang. Karena diketahui bahwa masih banyak lembaga-lembaga yang harus masuk dalam jejaring ini, dimohon sekretariat untuk meneruskan upaya untuk melibatkan stakeholders penting ke dalam jejaring ini. Juga diupayakan untuk menghubungi lembaga yang telah memperoleh kuesioner dan belum mengembalikannya. Selanjutnya sekretariat diharapkan dapat menginformasikan hasil pemetaan (mapping) lembaga-lembaga yang terkait dalam Jejaring Intelijen Pangan. Sekretariat dimohon bisa mengirimkan hasil lokakarya beserta alamat-alamat anggota Jejaring Intelijen Pangan ke seluruh anggota jejaring melalui e-mail paling lambat 2 minggu setelah penyelenggaraan lokakarya.
8
-
-
-
-
-
Penyebaran informasi, misalnya melalui website sebaiknya dilakukan hati-hati untuk topik-topik yang sensitif. Untuk itu perlu diagendakan secara khusus mekanisme penyebaran informasi tersebut. Jejaring Intelijen Pangan ini merupakan forum komunikasi yang diharapkan lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi terkait bisa menindaklanjuti hasil temuan para anggota jejaring tersebut. Sebaiknya jejaring ini bisa melibatkan daerah dalam era otonomi dan desentralisasi saat ini. Untuk itu diupayakan Balai POM bersama lembaga terkait di daerah memotori program jejaring intelijen pangan di daerah, sehingga nantinya diharapkan ada keterkaitan antara program daerah dan pusat. Program di daerah tersebut dikaitkan juga dengan program ketahanan pangan di daerah bersangkutan. Forum komunikasi ini diharapkan bisa mengeluarkan rekomendasi untuk kebijakan keamanan pangan, misalnya upaya pengawasan pangan atau perubahan peraturan pangan. Saran-saran khusus untuk Badan POM adalah sebagai berikut: (i) mempublikasikan hasil surveilan Salmonella pada sayuran; (ii) membuat pilot project mengenai food recall; (iii) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Farmasi untuk program Total Diet Study; (iv) membicarakan lebih lanjut mengenai kemungkinan jejaring ini dapat menggunakan website Badan POM; dan (v) membuat format laporan rumah sakit tentang kasus penyakit akibat pangan yang sebaiknya memperhatikan format laporan rumah sakit tentang keracunan yang telah disusun oleh Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Badan POM bekerjasama dengan Ditjen Yanmedik, Departemen Kesehatan.
Kesepakatan yang diambil dalam Lokakarya -
-
-
-
Para peserta sepakat menunjuk Badan POM untuk melaksanakan tugas sebagai sekretariat Jejaring Intelijen Pangan. Sekretariat selanjutnya akan memfasilitasi Program Jejaring Intelijen Pangan. Pertemuan Jejaring Intelijen Pangan direncakanan akan dilaksanakan 4 kali dalam setahun. Pertemuan mendatang akan dilaksanakan di Badan POM pada bulan Oktober 2003. Topik pertemuan dan pembicara berikutnya akan ditentukan berdasarkan masukan para anggota. Institusi yang telah menyatakan kesanggupannya untuk menjadi tuan rumah dan memfasilitasi pertemuan yang akan datang setelah Pertemuan Oktober 2003 adalah: 1. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 2. SEAMEO TROPMED-UI Kehadiran para peserta yang akan hadir dalam pertemuan mendatang bukan hanya karena diundang, namun karena minat terhadap topik yang akan dibicarakan.
Tindak Lanjut untuk lokakarya selanjutnya Untuk memfasilitasi lokakarya berikutnya, Sekretariat Jejaring Intelijen Pangan mengirim sebuah kuesioner untuk mengetahui Topik dan deskripsi topik dalam pertemuan, kesediaan sebagai pembicara atau kesediaan sebagai peserta. Kuesioner terlampir (Lampiran 4). 9
INFORMASI LEBIH LANJUT
Jika ada informasi lebih lanjut yang ingin diketahui lebih lanjut, Silakan hubungi: Sekretariat Jejaring Intelijen Pangan Up. Dr. Ir. Winiati P. Rahayu, MS Roy Sparringa, PhD Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) RI Jl. Percetakan Negara No. 23 Telefon (021) 42803516, 42878701, 4253857, 42875738; Fax (021) 4253857 E mail:
[email protected],
[email protected]
10
LAMPIRAN
11
Lampiran 1. Peserta Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan
Peserta Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan
No Nama 1. Drh. Hadi Wardoko, MM
Instansi Badan Karantina Pertanian
2.
Dr. Ir. H. Shobar Wiganda M.Sc.
3.
Drs. Ruslan Aspan
Kepala Pusat Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan Deputi II, Badan POM
4.
Ir. Jan A. Speets
Advisor Environmental Health, WHO
5.
Dr. Benni H. Sormin
Assistant FAO Representative
6.
Dr. Simson masengi
Departemen Kelautan dan Perikanan
7.
Andiek Ochman, SKM, MKes
8.
Drh. Indraningsih, MS
9.
Prof. Roostita L.B. Ph.D
Direktorat Epidemiologi dan Kesma, Ditjen. Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Balai Penelitian Departemen of Food Toxicology Veteriner Jl. R.E. Martadinata 30, Bogor 16114 PO. Box. 151 Telp. 0251.331048, 334456 Fax. 0251.336425 Email :
[email protected] [email protected] Fakultas Peternakan Jl. Warung Muncang No. 32 Universitas Padjadjaran (Komp. PPTM) Bandung 40211 Telp.022.6040923 Email:
[email protected] 12
Alamat Departemen Pertanian Gd. E lantai V. Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar Minggu – Jakarta Selatan Telp. 7805642 Ext. 1526 Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar Minggu – Jakarta Selatan Telp. 7816652, Fax.7806708 Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Gedung Bina Mulia Lantai 9, Jl. HR Rasuna Said Kav.10 Kuningan, Jakarta 12950 Telp. 5204349 Ext. 38 Fax. 5201164 Email :
[email protected] Jl. M.H. Thamrin 14 PO. Box. 2587. Jakarta 10001. Telp. 3141308 Ext. 703 Fax. 3922747 Email:
[email protected] Jl. Harsono RM. No.3 Gd. B Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat
10. Dr. Hartati Chairunnisa
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
11. Sumarsi
Balai Besar Industri Agro
12. Agus Sudibyo
Balai Besar Industri Agro
13. M. Maman Rohaman
Balai Besar Industri Agro
14. Dra. Rosmulyati Ilyas, Apt 15. Dra. Azizah Nuraini, PMM
Pusat Riset Obat dan Makanan, Badan POM Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Direktorat Standardisasi Produk Pangan Pangan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Direktorat Pengawasan Bahan Berbahaya Direktorat Pengawasan Bahan Berbahaya Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Pusat Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan
16. Dr. Winiati Pudji rahayu 17. Ir. Sri Irawati Susalit
18. Dr. Roy A. Sparringa
19. Drs. Halim Nababan, MM 20. Dra. Dumaria Pangaribuan 21. Dra. Susilastuti Rahayu 22. Drh. A.A. Nyoman MN 23. Dra. Setia Murni
24. Ir. Siti Fatimah
25. Ir. Dedi Darusman
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan 13
Jl. Warung Muncang No. 32 (Komp. PPTM) Bandung 40211 Telp.022.6040923 Jl Ir. H. Juanda 11 Bogor Jawa Barat Telp. 0251-324068, 323339 Fax. 0251-323339 Email:
[email protected] Jl Ir. H. Juanda 11 Bogor Jawa Barat Telp. 0251-324068, 323339 Fax. 0251-323339 Email:
[email protected] Jl Ir. H. Juanda 11 Bogor Jawa Barat Telp. 0251-324068, 323339 Fax. 0251-323339 Email:
[email protected] Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar Minggu – Jakarta Selatan Telp. 7816652, Fax.7806708 Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat
26. Yanti Ratnasari, SP
27. Ruki Fanaike, STP
28. Dra. Daya Sundari, Msi 29. Dra. Niza Nemara
30. Sugih Hermawan
Pangan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM Pusat Riset Obat dan Makanan, Badan POM Pusat Pengujian Obat dan Makanan, Badan POM Direktorat perlindungan konsumen
31. Ir. Sabari S
Pusat penelitian dan pengembangan hortikultura
32. Drh. Mira Hartati
Badan Karantina Pertanian
33. Ir. Rahadi Pratoyo
Pusat Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan
34. Dr. Drh. RM. Abdul Adjid
Balai Penelitian Veteriner
35. Bernard Gunawan
GAPMMI
36. Ramot P. Sihotang
Senior Manager Food Product, Sucofindo
37. Drs. Arief Wibowo
Food Technology Development Manager, PT. Indofood Sukses MakmurTbk 14
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Blok. II, Lt. X Jakarta Pusat Telp. 3858187, 3858171-5; pest.1130 Fax. 3857954 Jl. Ragunan No. 19 Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp. 7805768, 7890990 Fax. 7805135 Departemen Pertanian Gd. E lantai V. Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar Minggu – Jakarta Selatan Telp. 7805642 Ext. 1526 Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar Minggu – Jakarta Selatan Telp. 7816652, Fax.7806708 Departemen of Food Toxicology Jl. R.E. Martadinata 30, Bogor 16114 PO. Box. 151 Telp. 0251.331048, 334456 Fax. 0251.336425 Email :
[email protected] Duta Mas Fatmawati, Blok D-1 no. 30 Jakarta 12150 Telp. 7209181, 7230391 Fax. 7230090 Email :
[email protected] Graha Sucofindo, Lantai 4, Jl. Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta, 12780 Telp. 7983666 Ext.1446 Fax. 7987005 Email:
[email protected] Jl. Ancol Barat, Jakarta Utara 14430 Telp. 6909432 Ext. 338 Fax. 6909433
38. A. Hendra Budiardja
39. Ir. Surono, MPhil
40. Elisabeth Maria, MSi
41. Rina AgustinaAhmad, MD, MSc
42. Nugroho Indrotristanto, STP
Email:
[email protected] Regulatory Affairs, PT. Wisma Nestle Lantai 5, Arkadia Nestle Indonesia Office Park. Jl, Letjen TB. Simatupang Kav 88 Jakarta 12520. (Mail : PO Box 5555) Telp. 78836000 Fax. 78836001 Email :
[email protected] Directur MBRIO PT Embrio Biotekindo, Jl. Biotekindo Pajajaran Indah V no. 1C Baranangsian, Bogor 16143 Telp/fax. 0251.377973, 332403 Email ;
[email protected] PT. Sentra Biosains Dinamika Technical Support Graha Cempaka Mas Bld. A 2 Manager Sentra Lantai 10-01, Letjen Suprapto Biosains Dinamika Jakarta 10640 Telp. 42878758 Fax. 42878709 Email:
[email protected] SEAMEO Regional Center For Community Nutrition Universitas Indonesia, Salemba Raya 6 Jakarta 10430 Telp. 3909205, 330205 Fax. 3909205, 3913933 Email:
[email protected] Direktorat Surveilan dan Jl. Percetakan Negara No. 23 Penyuluhan Keamanan Jakarta Pusat Pangan, Badan POM
15
Lampiran 2. Sambutan Perwakilan WHO di Indonesia Pada Pembukaan Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan
WORLD HEALTH ORGANIZATION
Food Safety Surveillance Network Round Table Discussion Tuesday, 8 July 2003 Badan POM’s Meeting Room Ms. Chairperson, Let me first take this opportunity to introduce myself to the audience, as this is the first meeting for me to attend, after I arrived in Indonesia one month ago. My name is Ir. Jan A. Speets, and I am working for the WHO as technical advisor in the Environmental Health program at the national level. My nationality is Netherlands, where I was born in 1943. I have worked before in Indonesia, also for WHO, some thirteen years ago. Before my current assignment in Indonesia, I was stationed in Nepal, where I worked for eight years. And much longer ago I had been assigned to countries in South Asia, East Africa, Europe and South America. You can see from my second time duty station in your beautiful country Indonesia, that I am very happy indeed to be stationed here, to collaborate with concerned authorities and agencies, and I expect to make a tangible contribution to various programme areas like in this case, the Food Safety sector. As we know, food safety is a most important public health issue, all over the globe. Not only here, not only in developing countries, however equally so in the industrialized countries (if not more, think of the BSE etc). I only need to refer to last week reports & writings in the media to underscore this point. In Rome, the Codex Alimentarius Commission (a joint body of the WHO and the UN Food & Agricultural Organization) deliberated intensively on passed legislation in the European Parliament, introducing tougher labelling measures of new genetically altered food products – a move that could pave the way to lift a European ban on biotech food. There are great concerns as to how the technology of genetically modified crops could reliably be applied in less developed countries. Every GMO* is different. If you develop a new type of maize with a GM technology, you need to look to a great number of things to make sure that it is still safe. GMO’s could help to feed developing countries, but the health risks need to be assessed on a case-by-case basis. WHO has made Food Safety a global priority alongside HIV/Aids, TB, Malaria etc. This makes clear that WHO means “business” and why? Because Food Borne Illnesses represent a huge burden of disease. 16
In Indonesia, Food Safety Program in various aspects have gone a long way. However, in other regional countries, the situation is markedly different. In Nepal, we started a WHO supported Food Safety Programme only in this biennium, to be continued in the 2004-2005 plan of action. In this connection, I table the suggestion to encourage intensity an exchange of technical information and expertise between regional countries with different levels of development in the Food Safety sector. Back to the subject of today, the establishment of a Food Surveillance Network. Food Safety Surveillance essentially aims to improve and analyze data on human disease patterns and food monitoring, in all its variety of aspects. In other words, the BRIDGE between epidemiology & food consumption. Obviously, we are talking here about a highly complex issue, which can only have success IF and IF an efficient coherent system of networking amongst all stake holders is in place, and functioning. Needles to say that this really poses a great challenge to the food and, and in a wider context, the Health Sector. It is however a compulsory step to effectively combat the reduction of major risks of foodborne diseases. To me it is crystal clear that such an effort needs the full commitment and also active support from FOS – professionals, and also at political level to have a reasonable degree of potential success. I consider the today’s roundtable session as a crucial first step in this process. We know that even a long journey, necessarily starts with a first step, and let this be a firm one. Probably you are aware that WHO has developed a strategy on how to establish foodborne disease surveillance in countries. It is therefore with my great pleasure to acknowledge on behalf of WHO, that Badan POM, through its Sub-Directorate for Food Safety Surveillance and Response has taken this initiative to networking for foodborne disease surveillance. Ms. Chairperson to my mind, this really deserves all credit and support from all concerned. And let us hope that the bridge, I earlier talked about, is not “one bridge too far”. Indonesia Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, dengan ini saya mengucapkan terima kasih atas undangan kepada saya pada pertemuan hari ini. Saya mengharapkan bahwa hasil pertemuan ini akan sangat berguna bagi pengembangan Jejaring Surveillance Keamanan Pangan di Indonesia. Saya menghargai perhatian anda. Terima Kasih.
Jan A. Speets WHO Advisor Environmental Health
17
Lampiran 3.
Sambutan Deputi Pada Pembukaan dan Peresmian Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan
Yang saya hormati para undangan sekalian, Assalamu alaikum wr. wb., salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara-saudara sekalian untuk dating memenuhi undangan kami ini. Lokakarya Pengembangan Jejaring Surveilan Keamanan Pangan merupakan pertemuan kita yang sekian kalinya dalam forum yang membahas system keamanan pangan terpadu yang kita kembangkan bersama-sama. Seperti telah kita pahami bersama bahwa Badan POM bersamasama instansi terkait telah mengembangkan jejaring keamanan pangan yang terdiri dari jejaring intelijen pangan, jejaring pengawasan pangan, dan jejaring promosi keamanan pangan. Pertemuan kita kali ini adalah untuk menindaklanjuti programprogram dalam dalam jejaring intelijen pangan khususnya mengenai kegiatan surveilan keamanan pangan. Hingga saat ini aktivitas surveilan keamanan pangan belum terkoordinasi secara formal dan terintegrasi dengan proses kajian risiko. Jejaring ini dibentuk dengan maksud agar kegiatan surveilan keamanan pangan di Indonesia dapat lebih efektif dan berhasil guna dan kegiatan tukar menukar informasi serta penentuan prioritas surveilan dapat dilakukan bersama-sama. Oleh karenanya kami berpendapat sangatlah penting pembentukan jejaring secara formal untuk kegiatan yang berhubungan dengan surveilan keamanan pangan ini, agar kegiatan selanjutnya akan lebih focus dalam mengatasi masalah keamanan pangan. Jejaring intelijen pangan yang terbentuk akan lebih diarahkan sebagai forum komunikasi, sehingga tidak diperlukan koordinator. Badan POM telah menginisiasi untuk dapat mengidentifikasi kegiatan dan kemampuan lembaga terkait guna pengembangan kapasitas melaksanakan kegiatan surveilan keamanan pangan dimasa yang akan datang. Selain itu Food Watch sebagai salah satu kegiatan integrasi antar intelijen dan promosi keamanan pangan juga telah mulai diinisiasi. Selanjutnya saya mengajak saudara-saudara sekalian untuk dapat melaksanakan kegiatan ini secara sinergi. Saya berharap didalam lokakarya ini dapat dihasilkan suatu kesepakatan pembentukan jejaring intelijen pangan sebagai suatu forum tukar menukar informasi, membangun koordinasi sinergis dan mencanangkan surveilan keamanan pangan terpadu menurut prioritas. Dengan mengucapkan Bismillaahirrohmaanirrohiim maka lokakarya pengembangan jejaring surveilan keamanan pangan ini secara resmi saya nyatakan dibuka. Terima kasih atas perhatian saudara-saudara. Wassalamu alaikum wr. wb.
Drs. Ruslan Aspan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplemen
18
Lampiran 4. Kuesioner Lokakarya Jejaring Intelijen Pangan KUESIONER LOKAKARYA JEJARING INTELIJEN PANGAN Badan POM, Oktober 2003 Nama Instansi Kontak Person Email Fax
: : : :
Jawablah pertanyaan di bawah ini pada tempat yang telah disediakan. Tempat jawaban terdapat di belakang teks ”Jawaban Saudara : ”. Mohon kirim kembali jawaban Saudara sebagai attachment ke email:
[email protected] atau fax ke 021-4253857. 1. Dalam pertemuan Jejaring Intelijen Pangan pada bulan Oktober 2003. Apakah Saudara bersedia hadir? a. Ya b. Tidak Jawaban Saudara : 2. Jika ya, apakah Saudara berkenan menjadi pembicara? a. Ya, saya bersedia b. Tidak, saya ingin menjadi peserta saja. Jawaban Saudara : 3. Menurut Saudara, topik apakah yang menarik untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya? (Beri tanda ”x” di depan topik kajian yang Saudara pilih) Jawaban Topik Kajian Saudara Penyakit akibat pangan dan faktor risikonya Patogen dalam pangan Toksin mikroba patogen Mikotoksin Toksin pangan alami Studi emerging patogen Penyakit-penyakit akibat pangan dan risikonya Penyakit-penyakit zoonosis Paparan BTP Pangan berisiko tinggi Mutu dan gizi pangan Food Habit Kemasan pangan Berkaitan dengan Epidemiologi dan Kesehatan Kejadian Luar Biasa keracunan pangan Faktor penyebaran penyakit akibat pangan Identifikasi kelompok rentan terhadap penyakit akibat pangan (Immunocompromised) Disease vectors
Jawaban Topik Kajian Saudara Good Hygienic Practices Good Agricultural Practises atau Good Farming Practises Good Manufacturing Practises Good Handling Practises Good Distribution Practises atau Good Transportation Practises Good Catering Services HACCP pada : Bahan baku Pengolahan Komposisi produk Pengemasan Penyimpanan dan distribusi Penyajian kepada konsumen Kontaminan dan Residu Bahan Berbahaya Residu logam berat Residu hormon Residu pestisida BTP ilegal (misalnya: Borax, Formalin, dan lainnya) Antibiotik Kontaminan bahan berbahaya
19
4. Deskripsikan topik yang Saudara pilih pada nomor 3 pada kotak jawaban berikut ini!
KETERANGAN TAMBAHAN MENGENAI LOKAKARYA JIP Lokakarya JIP, Oktober 2003 akan diadakan di Badan POM bekerjasama dengan WHO Jakarta. Pertemuan ini gratis bagi anggota Jejaring Intelijen Pangan, namun Panitia tidak menyediakan biaya akomodasi dan tiket. Mohon partisipasi Saudara untuk segera mengembalikan kuesioner paling lambat 22 Agustus 2003 untuk menentukan topik dan jumlah peserta yang akan hadir. Mohon diperhatikan tempat terbatas. Terima kasih atas perhatiannya.
20